MATA KULIAH WAKTU DOSEN TOPIK Asuhan Kebidanan Ibu Nifas

advertisement
MATA KULIAH
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
WAKTU
DOSEN
TOPIK
Konsep Dasar Masa Nifas
Konsep Dasar Masa Nifas
1
SUB TOPIK
1. Pengertian masa nifas
2. Tujuan asuhan masa nifas
3. Tahapan masa nifas
4. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
5. Kebijakan program nasional masa nifas
OBJEKTIF PERILAKU SISWA
Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1.
Menjelaskan tentang Pengertian masa nifas
2.
Menjelaskan tentang Tujuan asuhan masa nifas
3.
Menjelaskan tentang Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
4.
Menjelaskan tentang Tahapan masa nifas
5.
Menjelaskan tentang Kebijakan program nasional masa nifas
REFERENSI
1.
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta
2.
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
3.
Mochtar, 1990. Obstetri Fisiologi (kin Obstetri Patologi, Jilid I, Edisi 2, EGC,
Jakarta.
4.
Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, EGC,
Jakarta.
5.
Prawirohardjo.Ilmu Kebidanan, Edisi 111, Cetakan 4, YBS — SP; 1999.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Konsep Dasar Masa Nifas
2
1. KONSEP DASAR NIFAS
1. Pengertian
1.
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung
selama 6 minggu atau  40 hari (Prawirohardjo, 2002).
2.
Masa nifas (puerperium) adalah pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat – alat kandung kembali seperti pra hamil. Lamanya
masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998).
3.
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kirakira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
4.
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary
cunningham,Mac Donald,1995:281).
2. TUJUAN ASUHAN NIFAS
Asuhan nifas bertujuan untuk :
a.
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.
b.
Melaksanakan skrining yang komprehensip, mendeteksi masalah, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi yang sehat.
d.
Memberikan pelayanan KB.
e.
Mempercepat involusi alat kandung.
f.
Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium.
g.
Melancarkan fungsi alat gastro intestinal atau perkamihan.
h.
Meningkatkan kelancaran peredarahan darah sehingga mempercepat fungsi
ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Konsep Dasar Masa Nifas
3
3. TAHAPAN MASA NIFAS
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
a.
Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan – jalan.
b.
Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia
yang lamanya 6 – 8 minggu.
c.
Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan
sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu,
berbulan – bulan atau tahunan.
Perubahan fisik masa nifas

Rasa Kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan rahim
(involusi)

Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (Lochia)

Kelelahan krn proses melahirkan.

Pembentukan ASI shg payudara membesar.

Kesulitan buang air besar (BAB) dan BAK.

Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong)

Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan)
Perubahan psikis masa nifas

Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung stlh melahirkan sampai hari
ke 2 (Fase Taking In)
 Ibu merasa merasa kwatir akan ketidak mampuan merawat bayi, muncul
perasaan sedih (Baby Blues disebut Fase Taking Hold (hari ke 3 – 10)
 Ibu merasa percaya diri utk merawat diri dan bayinya disebut Fase Letting
Go. (hari ke 10-akhir masa nifas).
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Konsep Dasar Masa Nifas
4
Pengeluaran lochea terdiri dari :
1). Lochea rubra : hari ke 1 – 2.
Terdiri dari darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisasisa vernix kaseosa, lanugo, dan mekonium.
2). Lochea sanguinolenta : hari ke 3 – 7
Terdiri dari : darah bercampur lendir, warna kecoklatan.
3). Lochea serosa : hari ke 7 – 14.
Berwarna kekuningan.
4). Lochea alba : hari ke 14 – selesai nifas
Hanya merupakan cairan putih lochea yang berbau busuk dan terinfeksi
disebut lochea purulent.
4. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum.
Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1.
Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama masa nifas.
2.
Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3.
Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4.
Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak
dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5.
Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6.
Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang
baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
7.
Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk
mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Konsep Dasar Masa Nifas
5
8.
Memberikan asuhan kebidanan secara professional.
9.
Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam peranannya
sebagai orang tua.
5. PROGRAM DAN KEBIJAKAN TEKNIS
Paling sedikit ada 4 kali kunjungan masa nifas yang dilakukan untuk menilai
status ibu dan bayi baru lahir. Untuk mencegah, mendeteksi serta menangani
masalah – masalah yang terjadi.
Tujuan kunjungan masa nifas yaitu:
1.
Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2.
Melakukan
pencegahan
terhadap
kemungkinan-kemungkinan
adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3.
Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4.
Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan
ibu nifas maupun bayinya.
Kunjungan masa nifas terdiri dari :
1). Kunjungan I : 6 – 8 jam setelah persalinan
Tujuannya :
a). Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b). Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila
perdarahan berlanjut.
c). Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d). Pemberian ASI awal.
e). Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f). Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
2). Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan
Tujuannya :
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Konsep Dasar Masa Nifas
6
a). Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b). Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
c). Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.
d). Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda
penyakit.
e). Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.
3). Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.
Tujuannya : sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )
4). Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan.
Tujuannya :
a). Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami.
b). Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998).
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Konsep Dasar Masa Nifas
7
EVALUASI
1. Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat
kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama:
a.
2 minggu – 4 minggu
b.
4 minggu – 6 minggu
c.
6 minggu – 8 minggu
d.
8 minggu – 10 minggu
Jawab C
2. Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan,
merupakan tahapan masa nifas:
1.
Puerperium Dini
2.
Puerperium intermedial
3.
Remote puerperium
4.
Post puerperium
Jawab A
3. Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah melahirkan sampai
hari ke 2, termasuk dalam fase
a. Taking in
b. Taking hold
c. Letting go
d. Depresi
Jawab A
4. Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya, termasuk dalam
fase:
a. Taking in
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Konsep Dasar Masa Nifas
8
b. Taking hold
c. Letting go
d. Depresi
Jawab C
5. kebijakan program nasional kunjungan pada masa nifas dilakukan:
a. 2 kali
b. 4 kali
c. 6 kali
d. 8 kali
Jawab B
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
MATA KULIAH
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
WAKTU
DOSEN
TOPIK
Proses Laktasi dan Menyusui
Proses Laktasi dan Menyusui
1
SUB TOPIK
1. Anatomi dan fisiologi payudara (review)
2. Dukungan bidan dalam pemberian ASI
3. Manfaat pemberian ASI
4. Komposisi gizi dalam ASI
5. Upaya memperbanyak ASI
6. Tanda bayi cukup ASI
7. ASI ekslusif
8. Cara merawat payudara
9. Cara menyusui yang benar
10. Masalah dalam pemberian ASI
OBJEKTIF PERILAKU SISWA
Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1.
Menjelaskan tentang anatomi dan fisiologi payudara (review)
2.
Menjelaskan tentang dukungan bidan dalam pemberian ASI
3.
Menjelaskan tentang manfaat pemberian ASI
4.
Menjelaskan tentang komposisi gizi dalam ASI
5.
Menjelaskan tentang upaya memperbanyak ASI
6.
Menjelaskan tentang tanda bayi cukup ASI
7.
Menjelaskan tentang ASI ekslusif
8.
Menjelaskan tentang cara merawat payudara
9.
Menjelaskan tentang cara menyusui yang benar
10.
Menjelaskan tentang masalah dalam pemberian ASI
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
2
REFERENSI
1.
Bobak, LJ Buku Ajar Keperawatan Maternitas alih bahasa, Maria A.
Wijayarini.Jakarta : EGC; 2004
2.
Cunningham, F Gary. Obstetri William. BAB XIII, Jakarta: EGC; 2006
3.
Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan, BAB VII, Jakarta : YBPSP; 1999
4.
Saifuddin, AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, N-23. Jakarta :YBPSP; 2002
5.
Roesli Utami. Bayi Sehat berkat ASI Eksklusif, Jakarta. Gramedia; 2001
6.
Ambarwati. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia; 2008
7.
Program Manajemen Laktasi. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta; 2004
8.
Pusdiknakes. Asuhan Kebidanan Post Partum. 2003
9.
Roesli, U. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara; 2005
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
3
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel
Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus,
yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul
menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam
saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran
yang lebih besar (duktus laktiferus).
Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya
memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun
saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI
keluar.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
4
Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam (inverted).
2. DUKUNGAN BIDAN DALAM PEMBERIAN ASI
Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :
1.
Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara
ibunya.
2.
Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan :
1.
Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam
pertama.
2.
Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul.
3.
Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
4.
Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
5.
Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
6.
Memberikan kolustrum dan ASI saja.
7.
Menghindari susu botol dan “dot empeng”.
Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam
pertama.
Bayi mulai meyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut dengan inisiasi
menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan
peristiwa penting, dimana bayi dapat melakukan kontak kulit langsung dengan
ibunya
dengan
tujuan
dapat
memberikan
kehangatan.
Selain
itu,
dapat
membangkitkan hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI seawal
mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
5
Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul.
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara
dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara
sebelum hamil sudah mulai dilakukan. Sebelum menyentuh puting susu, pastikan
tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara
paling tidak dilakukan minimal satu kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan
mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya.
Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting.
Semakin sering bayi menghisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga
semakin lancar. Hal ini disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada
hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot
polos untuk memeras ASI. Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik atau posisi
ibu dalam menyusui.
3. MANFAAT PEMBERIAN ASI
Untuk Bayi
1.
Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik,
terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu.
ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi
seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya.
2.
Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi,
karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua
kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
3.
Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari
kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih
memberikan manfaat.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
4.
6
ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu sapi adalah
yang terbaik untuk sapi
5.
Komposisi ASI ideal untuk bayi
6.
Bayi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit. Contohnya,
ketika si ibu tertular penyakit (misalnya melalui makanan seperti gastroentretis
atau polio), antibodi sang ibu terhadap penyakit tersebut diteruskan kepada
bayi melalui ASI
7.
Bayi ASI lebih bisa menghadapi efek kuning (jaundice). Level bilirubin dalam
darah bayi banyak berkurang seiring dengan diberikannya kolostrum dan
mengatasi kekuningan, asalkan bayi tersebut disusui sesering mungkin dan
tanpa pengganti ASI.
8.
ASI selalu siap sedia setiap saat bayi menginginkannya, selalu dalam keadaan
steril dan suhu susu yang pas
9.
Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga memberikan
kedekatan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman, nyaman dan terlindungi,
dan ini mempengaruhi kemapanan emosi si anak di masa depan.
10.
Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan karena
sangat mudah dicerna. Bayi akan lebih cepat sembuh.
11.
Bayi prematur lebih cepat tumbuh apabila mereka diberikan ASI perah.
Komposisi ASI akan teradaptasi sesuai dengan kebutuhan bayi, dan ASI
bermanfaat untuk menaikkan berat badan dan menumbuhkan sel otak pada bayi
prematur.
12.
Menyusui bukanlah sekadar memberi makan, tapi juga mendidik anak. Sambil
menyusui, eluslah si bayi dan dekaplah dengan hangat. Tindakan ini sudah
dapat menimbulkan rasa aman pada bayi, sehingga kelak ia akan memiliki
tingkat emosi dan spiritual yang tinggi. Ini menjadi dasar bagi pertumbuhan
manusia menuju sumber daya manusia yang baik dan lebih mudah untuk
menyayangi orang lain.
Ibu
1.
Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk
kembali ke masa pra-kehamilan dan mengurangi risiko perdarahan
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
2.
7
Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa kehamilan
pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali
3.
Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki resiko lebih
rendah terhadap kanker rahim dan kanker payudara.
4.
ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan botol
susu, dot, dsb
5.
ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan ke luar rumah tanpa harus
membawa banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air panas,
dsb
6.
ASI lebih murah, karena tidak usah selalu membeli susu kaleng dan
perlengkapannya.
7.
ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum tentu steril
8.
Penelitian medis juga menunjukkan bahwa wanita yang menyusui bayinya
mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional
9.
ASI tak bakalan basi. ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah
payudara. Bila gudang ASI telah kosong. ASI yang tidak dikeluarkan akan
diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tak pernah basi dan
ibu tak perlu memerah dan membuang ASI-nya sebelum menyusui.
Keluarga
1.
Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu kayu bakar atau
minyak untuk merebus air, susu atau peralatan.
2.
Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam
perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit.
3.
Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.
4.
Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga
sebab ASI selalu siap tersedia.
5.
Lebih praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air panas,
dll.
Masyarakat dan Negara
1.
Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan
peralatan lain untuk persiapannya.
2.
Bayi sehat membuat negara lebih sehat.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
3.
8
Terjadi penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah bayi sakit lebih
sedikit.
4.
Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan kematian.
5.
Melindungi lingkungan karena tak ada pohon yang digunakan sebagai kayu
bakar untuk merebus air, susu dan peralatannya.
6.
ASI adalah sumber daya yang terus menerus diproduksi dan baru.
4. KOMPOSISI GIZI DALAM ASI
Komposisi ASI terdiri atas berbagai macam faktor proteksi, yaitu :
1.
Imunoglobulin : seperti lgA, lgM, lgD dan lgE.
2.
Lisozim : Terdapat dalam ASI sebanyak 6 – 300 ml/1.000 ml dan kadarnya
bisa meningkat hingga 3.000 – 5.000 kal lebih banyak dibandingkan kadar
lisozim dalam susu sapi. Enzim ini mempunyai fungsi bakteriostatik terhadap
enterobakteria dan kuman gram (-), juga berperan sebagai pelindung terhadap
berbagai macam virus.
3.
Laktoperiodase : enzim ini bersama dengan perokdase hidrogen dan tiosianat
membantu membunuh streptococcus.
4.
Faktor bifidus : merupakan karbohidrat yang mengandung nitrogen.
Mempunyai konsentrasi di dalam ASI 40 kali lebih tinggi dibanding dengan
konsentrasi yang ada di susu sapi. Fungsi faktor ini untuk mencegah
pertumbuhan organisme yang tidak diinginkan, seperti kuman E.coli patogen.
5.
Faktor anti stafilokokus : merupakan asam lemak dan melindungi bayi terhadap
penyerbuan stafilokokus.
6.
Laktdarierin dan transferin : protein-protein ini memiliki kapasitas mengikat Fe
/ zat besi dengan baik hingga mengurangi tersedianya zat besi bagi
pertumbuhan kuman yang memerlukan.
7.
Komponen komplemen : sistem komplemen terdiri dari 11 protein serum yang
dapat dibedakan satu sama lain dan dapat diaktifkan oleh berbagai zat seperti
antibodi, produksi kuman dan enzim. Komplemen C3 dan C4 terdapat dalam
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
9
ASI. Dalam kolostrum terdapat konsentrasi C3 lebih tinggi hingga dalam
keadaan aktif merupakan faktor pertahanan yang berarti.
8.
Sel makrdariag dan netrdariil dapat melakukan fagositosis itu terhadap
Stafilokokus, E.coli dan Candida albicans.
9.
Lipase : merupakan zat antivirus.
Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi untuk setiap 100 ml
ZAT-ZAT GIZI
KOLOSTRUM
ASI
SUSU SAPI
Energi
(K.kal)
58.0
70.0
65.0
Protein
(g)
2.3
0.9
3.4
1:1.5
1:0.2
-Kasein/Whay
-Kasein
(mg)
140.0
187.0
-
-Laktalbumin
(mg)
218.0
161.0
-
-Laktdarierin
(mg)
330.0
167.0
-
-Lg A
(mg)
364.0
142.0
-
-Laktosa
(g)
5.3
7.3
4.8
-Lemak
(g)
2.9
4.2
3.9
-Vitamin A
(µg)
151.0
75.0
41.0
-Vitamin B1
(µg)
1.9
14.0
43.0
-Vitamin B2
(µg)
30.0
40.0
145.0
-Asam
Nikotinik
-Vitamin B6
(µg)
75.0
160.0
82.0
(µg)
-
12.0-15.0
64.0
-Asam
Pantotenik
-Biotin
(µg)
183.0
246.0
340.0
(µg)
0.06
0.6
2.8
-Asam Folat
(µg)
0.05
0.1
0.13
-Vitamin B12
(mg)
0.05
0.1
0.6
-Vitamin C
(mg)
5.9
5.0
1.1
-Vitamin D
(µg)
-
0.04
0.02
-Vitamin E
(µg)
1.5
0.25
0.07
Vitamin
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
-Vitamin K
10
(µg)
-
1.5
6.0
-Kalsium
(mg)
39.0
35.0
130.0
-Klorin
(mg)
85.0
40.0
108.0
-Tembaga
(mg)
40.0
40.0
14.0
-Zat Besi (Fe)
(mg)
70.0
100.0
70.0
-Magnesium
(mg)
4.0
4.0
12.0
-Fosfor
(mg)
14.0
15.0
120.0
-Potassium
(mg)
74.0
57.0
145.0
-Sodium
(mg)
48.0
15.0
58.0
-Sulfur
(mg)
22.0
14.0
30.0
Mineral
Sumber : Food and Nutrition Board, National Research Council Washington
DC, 1980
5. UPAYA MEMPERBANYAK ASI
Pemberian ASI segera setelah lahir
Tekhnik menyusui yang benar
Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
Hindari susu botol
Produksi ASI
Tanpa melihat apakah seorang ibu kelak akan menyusui bayinya atau tidak, buah
dada ibu telah dipersiapkan untuk laktasi oleh hormon-hormon yang disekresi selama
kehamilan. Selama kehamilan ini jumlah alveoli meningkat dan mengalami
perubahan-perubahan guna mempersiapkan produksi ASI.
Agar ASI dapat dikeluarkan, diperlukan hormon oksitosin yang disekresikan oleh
glandula pituitaria posterior atas rangsangan isapan bayi. Oksitosin ini menyebabkan
jaringan muskuler sekeliling alveoli berkontraksi yang dengan demikian mendorong
ASI menuju ductus. Proses ini disebut dengan “let down” reflex.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
11
Berdasarkan waktu diproduksinya, ASI dibagi menjadi 3, yaitu :
A.
Kolostrum

Disekresi oleh kelenjar mammae dari hari pertama sampai hari ketiga atau
keempat, dari masa laktasi.

Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah.

Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih
kuning dibandingkan ASI matur.

Merupakan suatu laksatif yang ideal untuk membersihkan mekoneum usus bayi
yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima
makanan selanjutnya.
B.
Air susu masa peralihan (masa transisi)

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur.

Disekresi dari hari ke-4 sampai dengan hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada
pula yang berpendapat bahwa ASI matur baru akan terjadi pada minggu ke-3
sampai minggu ke-5.
C.
Air susu matur

ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, yang dikatakan
komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu
ke-3 sampai ke-5 barulah komposisi ASI konstan.

Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang
mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang
diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
Volume Produksi ASI
Volume ASI yang dikeluarkan berkisar antara 0,5 – 1,5 liter/hari, terutama
bergantung pada kebutuhan bayi, pola pemberian ASI dan status gizi. Komposisi ASI
tidak tergantung pada status gizi ibu, kecuali status gizi ibu malnutrisi berat. Bahkan
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
12
menyusui hingga 2 tahun pun, kualitas ASI masih dipertahankan meskipun
jumlahnya menjadi sangat kurang.
6. TANDA BAYI CUKUP ASI
Untuk mengetahui bayi memperoleh ASI yang cukup dari ibunya, dapat diketahui
dari:
a.
Bayi banyak ngompol, sampai 6 kali atau lebih dalam sehari dan warnanya
jernih sampai kuning muda
b.
Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan “berbiji”
c.
Setiap menyusui, bayi menyusu dengan rakus, lalu melemah dan tidur
d.
Payudara ibu terasa lunak setiap kali selesai menyusui
e.
Bayi bertambah berat badannya
7. ASI EKSKLUSIF
ASI ekslusif
ASI ekslusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah lahir sampai bayi
berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan lain. (Purwanti, 2003 : 5). ASI
ekslusif adalah Memberikan hanya ASI tanpa memberikan makanan dan
minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan, kecuali
obat dan vitamin.( Depkes, 2002)
Jumlah komposisi ASI masih cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai bayi berumur 6
bulan. Namun pada kenyataannya, 60 % bayi belum berumur 4 bulan sudah
mendapat tambahan susu sapi. Bayi pada saat berumur 6 bulan sistem
pencernaannya mulai matur. Jaringan pada usus halus bayi pada umumnya
seperti saringan pasir. Pori-porinya berongga sehingga memungknkan bentuk
protein ataupun kuman akan langsung masuk dalam sistem peredaran darah
dan dapat menimbulkan alergi. Pori-pori dalam usus bayi ini akantertutup
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
13
rapat setelah bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian, usus bayi setelah
berumur 6 bulan mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang masuk.
8. CARA MERAWAT PAYUDARA
Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara
semasa hamil, yang mempunyai tujuan sebagai berikut :
1.
Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi
2.
Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet
3.
Untuk menonjolkan puting susu
4.
Menjaga bentuk buah dada tetap baik.
5.
Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
6.
Untuk memperbanyak produksi ASI
7.
Untuk mengetahui adanya kelainan
8.
Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini mungkin
yaitu 1 – 2 hari sesudah bayi dilahirkan. Hal itu dilakukan 2 kali sehari.
Pelaksanaan Perawatan Payudara
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan perawatan payudara
pasca persalinan, yaitu:
1.
Puting susu dikompres dengan kapas minyak selama 3-4 menit, kemudian
bersihkan dengan kapas minyak tadi.
2.
Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk
diputar kedalam 20 kali keluar 20 kali.
3.
4.
Penonjolan puting susu yaitu :
1)
Puting susu cukup ditarik sebanyak 20 kali
2)
Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap
3)
Memakai pompa puting susu
Pengurutan payudara:
1)
Telapak tangan petugas diberi baby oil kemudian diratakan
2)
Peganglah payudara lalu diurut dari pangkal ke putting susu sebanyak 30
kali
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
3)
14
Pijatlah puting susu pada daerah areola mammae untuk mengeluarkan
colostrums.
4)
Bersihkan payudara dengan air bersih memakai waslap.
9. TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR
Posisi dan pelekatan menyusui
Ada berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa
dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring. Ada posisi khusus yang
berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan
disamping kepala ibu dengan kaki diatas. Menyusui bayi kembar dengan cara seperti
memegang bola. Kedua bayi disusui bersamaan, di payudara kiri dan kanan. Pada
ASI yang memancar (penuh) bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit
menahan kepala bayi, dengan posisi ini maka bayi tidak akan tersedak.
Langkah-langkah Menyusui yang benar
a.
Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting
susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan
dan menjaga kelembaban puting susu.
b.
Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
15
 Ibu duduk dan berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi
yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi.
 Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku
ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh
tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
 Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu didepan
 Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak
hanya membelokkan kepala bayi)
 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lusrus
 Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
c.
Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang
dibawah. Jangan menekan puting susu atau areolanya saja.
d.
Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara ;
 Menyentuh pipi dengan puting susu
 Menyentuh sisi mulut bayi
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
e.
16
Setelah bayi membuka mulut dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara
ibu dengan puting serta areola dimasukkan kemulut bayi
 Usahakan sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut bayi sehingga
puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI
keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola.
 Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga
bayi
f.
Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pad satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti
menyusui pada payudara yang lain. cara melepas isapan bayi :
 Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut
 Dagu bayi ditekan kebawah
g.
Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan (yang
dihisap terkahir)
h.
Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
i.
17
Menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi
tidak muntah (gumoh) setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi adalah :
 Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan
 Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemuadian punggungnya ditepuk
perlahan-lahan
Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya
atau bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik
yang benar, perhatikan :

Bayi tampak tenang

Badan bayi menempel pada perut ibu

Mulut bayi terbuka lebar

Dagu bayi menempel pada payudara ibu

Sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi, areola bagian bawah lebih
banyak yang masuk

Bayi nampak mengisap kuat dengan irama perlahan

Puting susu ibu tidak terasa nyeri

Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

Kepala agak menengadah
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
18
Pengisapan yang buruk dapat mengakibatkan :

Puting susu menjadi luka dan sakit

Air susu tidak mencukupi

Bayi menolak untuk menyusui
Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya bayi disusui nir-jadwal (on demand), karena bayi akan menentukan
sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayinya menangis bukan
karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau
ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan
satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam
waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tak teratur dan
akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui nirjadwal sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu
yang bekerja diluar rumah dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari.
Bila sering disusukan pada malam hari akan memacu produksi ASI.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
19
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap
kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan pada ibu agar berusaha
menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik.
Setiap kali menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan
Selama menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat
menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
10. MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI
Masalah yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan
(periode antenatal), masa pascapersalinan dini (masa nifas / laktasi), dan masa
pascapersalinan lanjut. Masalah menyusui dapat timbul pula karena keadaan-keadaan
khusus. Dalam tulisan ini akan diuraikan masalah menyusui yang dibagi menurut
kelompok tersebut.
a.
Masalah menyusui pada masa antenatal
1.
Putting susu datar atau terbenam.
Untuk mengetahui apakah putting susu datar, cubitlah areola di sisi
putting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk. Putting susu yang normal
akan menonjol, namun putting susu yang datar tidak menonjol. Tidak
selalu ibu dengan putting susu datar mengalami kesulitan besar waktu
menyusui. Dengan pengalaman, banyak ibu yang tetap bisa memberikan
ASI kepada bayinya.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
20
Bila dijumpai putting susu datar, dilakukan :
 usahakan putting menonjol keluar dengan cara menarik dengan tangan
(gerakan Hoffman), atau dengan menggunakan pompa putting susu.
 jika tetap tidak bisa, usahakan agar tetap disusui dengan sedikit penekanan
pada bagian areola dengan jari sehingga membentuk "dot" ketika
memasukkan putting susu ke dalam mulut bayi. Bila terlalu penuh, ASI
dapat diperas dahulu dan diberikan dengan sendok atau cangkir. Dengan
demikian, diharapkan putting susu akan sedikit demi sedikit keluar dan
lentur. Bila terjadi putting susu terbenam, putting akan tampak masuk ke
dalam areola sebagian atau seluruhnya. Keadaan ini dapat disebabkan
karena ada sesuatu yang menarik putting susu ke arah dalam, misalnya
tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan ini seharusnya sudah
diketahui sejak dini, paling tidak pada saat kehamilan, sehingga dapat
diusahakan perbaikannya.
Bila dijumpai putting susu terbenam, diusahakan dengan cara :

lakukan gerakan Hoffman, yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk
atau ibu jari di daerah areola, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke
arah yang berlawanan (walaupun hasilnya kadang-kadang kurang
memuaskan).

dapat menggunakan pompa putting susu atau jarum suntik 10 ml yang
telah dimodifikasi, setiap hari, untuk mencoba menghisap supaya putting
susu menonjol keluar. Namun harus dihindari rasa bosan atau lelah
sewaktu mencoba mengeluarkan putting, karena rasa bosan dan marah
justru akan menyebabkan produksi ASI berkurang. Karena itu harus
dipertimbangkan benar, berapa lama ibu mencoba dengan cara seperti ini.
2.
Putting susu tidak lentur.
Putting susu yang tidak lentur akan menyulitkan bayi untuk menyusu.
Meskipun demikian, putting susu yang tidak lentur pada awal kehamilan
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
21
seringkali akan menjadi lentur (normal) pada saat menjelang atau saat
persalinan, sehingga tidak memerlukan tindakan khusus. Namun
sebaiknya tetap dilakukan latihan seperti cara mengatasi putting susu
yang terbenam.
b.
Masalah menyusui pada masa pascapersalinan dini
1.
Putting susu lecet.
Putting susu lecet dapat disebabkan trauma pada putting susu, selain itu
dapat juga terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada
putting susu bisa sembuh sendiri dalam waktu 48 jam. Bila dijumpai
lecet atau jenis trauma lain pada putting susu, dikerjakan :

kalau rasa nyeri dan luka lecet tidak terlalu berat, ibu bisa terus
menyusui bayi.

putting susu diolesi ASI dan biarkan mengering dengan sendirinya,
jangan menggunakan BH yang terlalu ketat.

apabila terdapat rasa nyeri hebat, atau luka makin berat, putting
susu yang sakit diistirahatkan sampai memungkinkan untuk
kembali menyusui bayi pada putting susu yang sakit tersebut.
Biasanya masa istirahat ini tidak lama, sekitar 24 jam.

selama putting susu yang bersangkutan diistirahatkan, ASI
dikeluarkan
oleh
ibu
dengan
tangan.
Sebaiknya
jangan
menggunakan pompa, karena menambah rasa nyeri dan membuat
luka bertambah parah. Untuk menghindari terjadinya putting susu
nyeri atau lecet, perhatikan beberapa hal di bawah ini :

setiap kali hendak menyusui dan sesudah menyusui, putting susu
diolesi dengan ASI.

jangan membersihkan putting susu dengan sabun, alkohol, krim,
dan obat-obatan yang dapat merangsang kulit / putting susu.

lepaskan hisapan bayi dengan cara yang benar, yaitu dengan
menekan dagu bayi atau memasukkan jari kelingking ibu yang
bersih ke dalam mulut bayi.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
2.
22
Payudara bengkak
Kadang-kadang payudara terasa membengkak atau penuh. Hal ini terjadi
karena edema ringan oleh hambatan vena atau saluran limfe akibat ASI
yang menumpuk di dalam payudara. Kejadian seperti ini jarang terjadi
kalau pemberian ASI sesuai dengan kemauan bayi. Faktor-faktor lain
yang menyebabkan payudara bengkak adalah : bayi tidak menyusu
dengan kuat, posisi bayi pada payudara salah sehingga proses menyusui
tidak benar, serta terdapat putting susu yang datar atau terbenam.
Jika terdapat hal-hal seperti ini, dapat dilakukan :
a. bayi disusui, sehingga mengurangi rasa membengkak.
b. setiap kali menyusui payudara harus sampai kosong.
c. gunakan BH yang dapat menopang dengan nyaman.
d. kompres dingin dapat mengurangi rasa tidak enak.
e. rasa nyeri dapat juga dikurangi dengan obat analgesik.
f. ASI dapat diperas sedikit dengan tangan, frekuensi pengeluaran harus
lebih sering.
g. beritahu ibu bahwa dalam waktu 1-2 hari keluhan akan reda.
3.
Saluran susu tersumbat
Saluran susu tersumbat (obstructed duct) adalah keadaan di mana terjadi
sumbatan pada satu atau lebih saluran susu / duktus laktiferus yang dapat
disebabkan oleh beberapa hal, misalnya tekanan jari pada payudara
waktu menyusui, pemakaian BH yang terlalu ketat, dan komplikasi
payudara bengkak yang berlanjut yang menyebabkan terjadinya
sumbatan. Pada ibu yang kurus, sumbatan ini tampak sebagai benjolan
yang teraba lunak.
Sumbatan saluran susu dapat dicegah dengan cara melakukan :
 perawatan payudara pasca persalinan secara teratur.
 memakai BH yang menopang dan tidak terlalu ketat.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
23
 mengeluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila
setelah menyusui
payudara masih terasa penuh. Bila ibu merasa nyeri, dapat dikompres
dengan air hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui
supaya bayi lebih mudah mengisap putting susu, dan kompres dingin
setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan pembengkakan.
Sumbatan saluran susu dapat berlanjut menjadi mastitis, karena itu perlu
dirawat dengan baik.
4.
Mastitis dan abses payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Bagian yang terkena menjadi
merah, bengkak, nyeri dan panas. Temperatur badan ibu meninggi,
kadang disertai menggigil. Kejadian ini biasanya terjadi 1-3 minggu
setelah melahirkan, akibat lanjutan dari sumbatan saluran susu. Bila
mastitis berlanjut, dapat terjadi abses payudara. Ibu tampak sakit lebih
parah, payudara lebih merah dan mengkilap, benjolan tidak lagi sekeras
pada mastitis, tetapi mengandung cairan (pus).
Cara mengatasi mastitis :
-
dokter memberikan pengobatan antibiotika dan simptomatik terhadap
nyeri
-
kompres hangat
-
ibu cukup istirahat dan banyak minum
-
sebelum terbentuk abses, menyusui harus terus diteruskan, dimulai dari
bagian yang sakit. Jika sudah terjadi abses, payudara yang sakit tidak
boleh disusukan, mungkin perlu juga tindakan bedah. Tapi payudara
yang sehat harus tetap digunakan menyusui, dengan perawatan dan
kebersihan yang sebaik mungkin.
Tindakan yang harus segera dilakukan pada abses payudara adalah :
-
merujuk ibu ke dokter bedah untuk dilakukan insisi dan drainase pus
-
pemberian antibiotik dosis tinggi serta simptomati analgesik/antipiretik
-
ibu harus cukup beristirahat
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
-
24
bayi dihentikan menyusu pada payudara yang sakit, sementara pada
payudara yang sehat diteruskan.
c.
Masalah menyusui pada masa pascapersalinan lanjut
1.
Sindrom ASI kurang.
Sindrom ASI kurang adalah keadaan di mana ibu merasa bahwa ASI-nya
kurang, dengan berbagai alasan yang menurut ibu merupakan tanda
tersebut, misalnya :
-
payudara kecil, padahal ukuran payudara tidak menggambarkan
kemampuan ibu untuk memproduksi ASI. Ukuran payudara
berhubungan dengan beberapa faktor, misalnya faktor hormonal
(estrogen dan progesteron), keadaan gizi, dan faktor keturunan.
Hormon estrogen akan menyebabkan pertumbuhan saluran susu
dan penimbunan lemak, sedangkan hormon progesteron memacu
pertumbuhan kelenjar susu. Masukan makanan yang berlebihan
terutama energi akan ditimbun sebagai lemak, sehingga payudara
akan bertambah besar, sebaliknya penurunan masukan energi,
misalnya karena penyakit, akan menyebabkan berkurangnya
timbunan lemak termasuk di payudara, sehingga ukuran payudara
berkurang. Seberapapun ukuran payudara seorang wanita, tetap
dianggap normal, kecuali jika ada kelainan tertentu misalnya
tumor.
Ukuran
payudara
ideal
sangat
dipengaruhi
faktor
lingkungan atau penilaian masyarakat setempat.
-
ASI yang tampak berubah kekentalannya, misalnya lebih encer,
disangka telah berkurang, padahal kekentalan ASI bisa saja
berubah-ubah.
-
Payudara tampak mengecil, lembek atau tidak penuh / merembes
lagi, padahal ini suatu tanda bahwa produksi ASI telah sesuai
dengan keperluan bayi.
-
Bayi sering menangis disangka kekurangan ASI, padahal bayi
menangis bisa karena berbagai penyebab.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
-
25
Bayi lebih sering minta diteteki, kecuali karena ASI memang lebih
mudah dicerna, juga bayi memang memerlukan ASI yang cukup
untuk tumbuh kembang, dan yang penting : masalah menyusui
bukan hanya memberi makan bayi, tetapi karena bayi juga
memerlukan belaian, kehangatan dan kasih sayang.
-
Bayi minta disusui pada malam hari, hal ini memang penting,
karena bayi memerlukan dekapan dan ASI pada malam hari, selain
itu menyusui pada malam hari akan memperbanyak produksi ASI
dan mengurangi kemungkinan sumbatan payudara.
-
Bayi lebih cepat selesai menyusu dibanding sebelumnya, hal ini
karena bayi telah lebih terbiasa menyusu.
Jika ada keluhan-keluhan semacam ini, cobalah mengadakan evaluasi dan
pendekatan psikologis seperti tersebut di atas, serta coba dievaluasi juga halhal berikut :
1)
ibu jangan merokok, karena merokok mengurangi produksi ASI,
2)
kalau ibu menggunakan pil KB, cobalah berkonsultasi dengan dokter,
3)
jangan
menggunakan
alat
bantu
putting
susu,
karena
akan
membingungkan dan melelahkan bayi, serta mengurangi produksi ASI,
4)
teruskan menyusui dengan sabar dan sesering mungkin, karena akan
memperbanyak produksi ASI,
5)
cobalah menyusui dengan payudara pertama selama kurang lebih 10
menit, kemudian payudara kedua selama kurang lebih 20 menit, karena
saat awal bayi lebh kuat menyusu,
6)
menyusui dimulai dari payudara yang terakhir disusukan secara bergantiganti,
7)
jangan memberikan susu buatan, karena akan membingungkan bayi,
8)
ibu harus banyak beristirahat,
9)
ibu harus lebih banyak minum,
10)
perhatikan kecukupan gizi makanan,
11)
ibu harus tenang, santai, jangan tegang / stress, karena ketegangan dan
kecemasan akan mengurangi produksi ASI,
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
26
12)
ibu harus menyusui dalam suasana yang nyaman.
2.
Bingung putting.
Bingung putting ("nipple confusion") adalah suatu keadaan yang terjadi
karena bayi mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan
menyusu ibu. Peristiwa ini terjadi karena proses menyusu pada putting
ibu berbeda dengan menyusu pada botol. Menyusu pada putting
memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah, sebaliknya
menyusu pada botol akan membuat bayi pasif menerima susu karena dot
sudah berlubang di ujungnya.
Tanda-tanda bayi bingung putting adalah :

bayi mengisap putting seperti mengisap dot, lemah, terputus-putus,
sebentar

atau dapat juga bayi menolak menyusu Karena itu, untuk
menghindari bayi bingung putting, perlu dilakukan :

jangan menggunakan susu formula tanpa indikasi yang sangat kuat.

kalau terpaksa harus memberikan susu formula, berikan dengan
sendok atau pipet, jangan sekali-kali menggunakan botol atau
kempengan.
3.
Bayi sering menangis.
Menangis adalah cara bayi berkomunikasi dengan dunia di sekitarnya.
Karena itu bila bayi sering menangis, perlu dicari sebabnya, yaitu
dengan:
 perhatikan, mengapa bayi menangis, apakah karena laktasi
belum berjalan dengan baik, atau karena sebab lain, seperti
ngompol, sakit, merasa jemu, ingin digendong atau disayang
ibu
 keadaan-keadaan itu merupakan hal yang biasa, ibu tidak perlu
cemas, karena kecemasan ibu dapat mengganggu proses
laktasi karena produksi ASI berkurang.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
27
 cobalah mengatasi dengan memeriksa pakaian bayi, mungkin
perlu diganti karena basah, coba mengganti posisi bayi
menjadi tengkurap, atau bayi digendong dan dibelai.
 mungkin bayi belum puas menyusu karena posisi bayi tidak
benar waktu menyusu, akibatnya ASI tidak keluar dengan
baik.
 Bayi menangis mempunyai maksud menarik orang lain
(terutama ibunya) karena sesuatu hal : lapar, ingin digendong
dan sebagainya. Oleh sebab itu jangan membiarkan bayi
menangis terlalu lama. Bayi akan menjadi lelah, menyusu
tidak sempurna, dan jika ibu cemas atau kesal, produksi ASI
juga akan terganggu. Jika bayi menangis, ibu harus segera
memeriksa keadaan bayi. Secara psikologis ini penting, karena
bayi
akan
mempunyai
kesan
bahwa
ibunya
memperhatikannya.
4.
Bayi tidak cukup kenaikan berat badannya
ASI adalah makanan pokok bayi sampai usia 4-6 bulan. Karena itu bayi
usia 4-6 bulan yang hanya mendapat ASI saja perlu dipantau berat
badannya paling tidak sebulan sekali. Bila ASI cukup, berat badan anak
akan bertambah (anak tumbuh) dengan baik. Untuk memantau
kecukupan ASI dengan memantau berat badan, dapat digunakan Kartu
Menuju Sehat untuk anak. Untuk mencegah berat badan yang tidak
cukup naik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
perhatikan apakah bayi termasuk bayi yang menyusu lama, atau
cepat.
ibu jangan segera menghentikan memberi ASI hanya karena
merasa bayi sudah cukup lama menyusu, karena sebenarnya
mungkin bayi masih mau terus menyusu.
setelah bayi menyusu dan kemudian berhenti atau tidur, cobalah
menyusukan kembali dengan menidurkan bayi telentang, gosok
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
28
pelan perutnya atau gerakkan kaki atau tangannya, seringkali bayi
akan bangun kembali dan menyusu lagi.
perhatikan teknik menyusui ibu, apakah sudah benar, bila masih
salah harus diperbaiki. Bila berat badan anak tidak naik,
konsultasikan ke dokter / dokter spesialis anak untuk mendapatkan
saran selanjutnya.
5.
Ibu bekerja
Sekarang banyak ibu yang bekerja, sehingga kemudian menghentikan
menyusui dengan alasan pekerjaan. Sebenarnya ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan untuk ibu yang bekerja, sebagai berikut :
sebelum berangkat kerja, susuilah bayi.
ASI yang berlebihan dapat diperas atau dipompa, kemudian
disimpan di lemari pendingin untuk diberikan pada bayi saat ibu
bekerja.
selama ibu bekerja, ASI dapat diperas atau dipompa dan disimpan
di lemari pendingin di tempat kerja, atau diantar pulang.
beberapa kantor atau instansi ada yang menyediakan tempat
penitipan bayi dan anak. Ibu dapat memanfaatkannya untuk
kelestarian menyusui.
setelah ibu di rumah, perbanyak menyusui, termasuk pada malam
hari.
kalau anak sudah mendapatkan makanan pendamping ASI, saat ibu
tidak ada di rumah dapat dimanfaatkan untuk memberikan
makanan pendamping, sehingga kemungkinan menggunakan susu
formula lebih kecil.
perawat bayi dapat membawa bayi ke tempat ibu bekerja bila
memungkinkan
hendaknya ibu banyak beristirahat, minum cukup, makan gizi
cukup, untuk menambah produksi ASI.. Petugas rumah sakit yang
menitipkan anaknya di tempat penitipan tidak perlu kuatir
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
29
menyusui bayinya, dengan alasan takut menularkan penyakit pada
anaknya. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
tidak semua penyakit ditularkan melalui kontak langsung
ibu yang sakit pun tetap dianjurkan untuk menyusui bayinya,
apalagi ibu yang masih sehat dan bekerja sebagai petugas
kesehatan.
seharusnya ibu yang bekerja di bidang kesehatan mengerti tentang
kebersihan diri setelah merawat pasien, untuk pencegahan infeksi /
penularan.
Masalah menyusui pada keadaan khusus
a.
Ibu melahirkan dengan sectio cesarea
Pada beberapa keadaaan persalinan diperlukan tindakan sectio cesarea.
Persalinan dengan cara ini dapat menimbulkan masalah menyusui, baik
terhadap ibu maupun bayi. Ibu pasca sectio cesarea dengan anestesia umum
tidak mungkin segera dapat menyusui bayinya, karena ibu belum sadar akibat
pembiusan. Bila keadaan ibu mulai membaik / sadar, penyusuan dini dapat
segera dimulai dengan bantuan tenaga perawat.
Bayi pun mengalami akibat yang serupa dengan ibu apabilatindakan tersebut
menggunakan pembiusan umum, karena pembiusan yang diterima ibu dapat
sampai ke bayi melalui plasenta, sehingga bayi yang masih lemah akibat
pembiusan juga akan mendapat tambahan narkose yang terkandung dalam ASI,
sementara ibu masih belum sadar. Jika ibu dan anak sudah sadar dan keadaan
umumnya baik, dapat dilakukan perawatan gabung. Posisi menyusui yang
dianjurkan adalah sebagai berikut :

ibu dapat dalam posisi berbaring miring dengan bahu dan kepala yang
ditopang bantal, sementara bayi disusukan dengan kakinya ke arah ibu.

apabila ibu dapat duduk, bayi dapat ditidurkan di bantal di atas pangkuan
ibu dengan posisi kaki bayi mengarah ke belakang ibu di bawah lengan
ibu.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui

30
dengan posisi memegang bola ("football position") yaitu ibu telentang,
bayi berada di ketiak ibu dengan kaki ke arah atas dan tangan ibu
memegang kepala bayi.
b.
Ibu sakit
Pada umumnya ibu sakit bukanlah alasan untuk menghentikan menyusui,
karena bayi telah dihadapkan pada penyakit ibu sebelum gejala timbul dan
dirasakan oleh ibu. Kecuali itu ASI justru akan melindungi bayi dari penyakit.
Ibu memerlukan bantuan orang lain untuk mengurus bayi dan keperluan rumah
tangga, karena ibu juga memerlukan istirahat yang lebih banyak. Sebaiknya
ibu mengatakan pada dokter yang mengobati penyakitnya, bahwa ibu sedang
menyusui, karena banyak obat yang bisa terkandung dalam ASI dan dapat
mempengaruhi bayi.
c.
Bayi kembar
Ibu bayi kembar harus diyakinkan bahwa ia akan sanggup menyusui
bayi-bayinya. Mula-mula ibu dapat menyusui seorang demi seorang, tetapi
sebenarnya ibu dapat menyusui sekaligus berdua. Salah satu posisi yang mudah
untuk menyusui ialah dengan posisi memegang bola ("football position"). Jika
ibu menyusui bersama-sama, bayi haruslah menyusu pada payudara secara
berganti-ganti, jangan hanya menetap pada satu payudara saja. Alasannya
ialah, kecuali memberikan variasi kepada bayi, juga kemampuan menyusu
masing-masing bayi mungkin berbeda, sehingga harus dicapai perangsangan
putting yang optimal. Meskipun football position merupakan cara yang baik,
ibu sebaiknya mencoba posisi lain secara berganti-ganti. Susuilah bayi secara
lebih sering, selama waktu yang diinginkan masing-masing bayi, umumnya 1530 menit setiap kali menyusui. Kalau salah seorang bayi harus dirawat di
rumah sakit, susukanlah bayi yang di rumah pada satu payudara, kemudian ASI
diperas dari payudara lainnya untuk bayi yang dirawat itu. Ibu sebaiknya
mempunyai pembantu, agar tidak lelah.
d.
Bayi prematur dan bayi berat lahir rendah
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
31
Bayi berat lahir rendah dan prematur mempunyai masalah menyusui
karena refleks mengisapnya masih lemah, karena itu susuilah bayi lebih sering,
meski waktu menyusunya tidak lama. Mula-mula sentuhlah langit-langit bayi
dengan jari ibu yang bersih untuk merangsang mengisap. Jika bayi dirawat di
rumah sakit, seringlah ibu mengunjungi, melihat, mengusap bayi dengan kasih
sayang, jika mungkin susukan juga secara langsung, atau ASI dikeluarkan
dengan tangan atau pompa kemudian diberikan menggunakan sendok atau
cangkir.
e.
Bayi sumbing
Pendapat yang mengatakan bahwa bayi sumbing tidak dapat menyusu
tidaklah benar. Bilamana bayi mengalami sumbing pada palatum molle, bayi
dapat menyusu tanpa kesulitan dengan posisi khusus. Demikian pula bila bayi
menderita sumbing pada bibir. Keadaan yang sulit adalah bila sumbing terjadi
pada bibir, langit-langit keras dan lunak (palatum durum dan palatum molle)
sehingga bayi sulit menyusu dengan baik. Ibu harus tetap mencoba menyusui
bayinya, karena bayi masih mungkin bisa menyusu dengan kelainan seperti ini.
Keuntungan khusus untuk keadaan ini ialah, bahwa menyusu melatih kekuatan
otot rahang dan lidah, sehingga membantu perkembangan bicara. Kecuali itu
menyusu mengurangi kemungkinan terjadinya otitis media, yang umumnya
mudah terjadi pada bayi dengan palatoskisis.
Posisi menyusui yang dianjurkan pada bayi sumbing adalah :
posisi bayi duduk
pegang putting susu dan areola selagi menyusui, untuk membantu bayi
mendapat ASI yang cukup.
ibu jari ibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah pada bibir bayi
bila bayi menderita sumbing pada bibir dan langit-langit (labiopalatoskisis),
ASI dikeluarkan dengan manual / pompa, kemudian diberikan dengan sendok /
pipet, atau botol dengan dot yang panjang sehingga ASI dapat masuk dengan
sempurna.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
32
Dengan cara ini bayi akan belajar mengisap dan menelah ASI, menyesuaikan
dengan irama pernapasannya.
f.
Bayi sakit
Bayi yang sakit mungkin tidak diperbolehkan mendapatkan makanan per
oral dengan indikasi khusus, tetapi pada umumnya bayi masih diperbolehkan
mendapatkan ASI. Dengan demikian, ASI harus tetap diberikan. Bahkan pada
penyakit tertentu seperti diare, pemberian ASI justru penting. Bayi yang
mendapat ASI jarang menderita mencret. Bayi normal buang air besar 6 kali
sehari, lembek, hal itu bukanlah mencret. Tidak ada alasan sama sekali untuk
menghentikan ASI karena telah terbukti bahwa ASI tidak merugikan bagi bayi
yang mencret, justru memberikan banyak keuntungan. Bayi yang mencret
memerlukan cairan rehidrasi yang cukup, dan mungkin memerlukan
tatalaksana khusus sesuai dengan keadaan anak. Telah dibuktikan, bahwa ASI
dapat diterima dengan baik oleh anak yang muntah dan mencret. ASI
mempunyai manfaat untuk anak dengan diare, karena :

ASI dapat digunakan untuk mengganti cairan yang hilang.

ASI mengandung zat-zat gizi yang berguna memenuhi kecukupan zat
gizi selama diare yang dengan sendirinya diperlukan untuk penyembuhan
dan pertumbuhan.

ASI mengandung zat kekebalan terhadap kuman penyebab diare.

ASI mengandung zat yang bermanfaat untuk pertumbuhan sel selaput
lendir usus yang biasanya rusak akibat diare. Anak menderita diare yang
mendapat ASI, lamanya diare lebih pendek serta lebih ringan dibanding
anak yang tidak mendapat ASI. Kecuali diare, bayi seringkali menderita
muntah. Muntah pada bayi dapat disebabkan berbagai hal. Tatalaksana
khusus tergantung pada latar belakang penyebabnya. Menyusui bukanlah
kontraindikasi untuk anak muntah, dan anak dengan muntah dapat
menerima ASI dengan baik. Susuilah bayi dalam posisi duduk, sedikitsedikit tetapi lebih sering. Buat bayi bersendawa seperti biasanya, tetapi
jangan menggoyang-goyang badan bayi, karena dapat merangsang
muntah kembali. Kalau ibu ingin menidurkan bayi, tidurkan dalam posisi
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
33
tengkurap atau miring, karena posisi telentang memungkinkan bayi
tersedak akibat muntah yang terjadi.
g.
Bayi kuning / ikterik
Ikterus adalah manifestasi hiperbilirubinemia yang bisa dilihat, yaitu
pada kulit dan sklera. Pada orang dewasa ikterus terjadi bila kadar bilirubin
serum mencapai 2 mg/dl atau lebih, sementara pada bayi baru lahir ikterus
jarang timbul sebelum kadar bilirubin serum mencapai 7 mg/dl. Bilirubin
berasal dari katabolisme protein heme, yang berasal dari hemoglobin,
mioglobin, sitokrom, katalase dan triptofan pirolase. Sebagian besar berasal
dari hemoglobin dalam eritrosit. Bayi baru lahir menghasilkan bilirubin kirakira 8.5 mg/kgBB/hari, kira-kira 2 kali lipat produksi orang dewasa yang
sekitar 3.6 mg/kgBB/hari.
Beberapa faktor penyebab dinyatakan berhubungan dengan hiperbilirubinemia
pada
bayi mendapat ASI yaitu:
aktifitas senyawa pregnane-3-a, 20-b-diol yang ditemukan dalam ASI.
kadar lipoprotein lipase yang tinggi pada ASI bayi hiperbilirubinemia, diduga
sebagai penghambat aktifitas konjugasi bilirubin.
enzim glukoronil transferase diduga menghambat fungsi kandungan asam
lemak rantai panjang non-ester dalam ASI
keadaan kekurangan cairan maupun kalori pada bayi mendapat ASI pada harihari pertama setelah lahir diduga sebagai faktor penyebab hiperbilirubinemia.
kandungan enzim b-glukoronidase dalam ASI, diduga memegang peranan
dalam terjadinya hiperbilirubinemia. Enzim ini mengubah bilirubin indirek
dalam intestinum menjadi bilirubin direk untuk diabsorpsi kembali.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
34
EVALUASI
1.
Sinus laktiferus terdapat pada:
a. Korpus
b. Areolla
c. Papilla
d. Puting
Jawab B
2.
Alveolus terdapat pada:
a. Korpus
b. Areolla
c. Papilla
d. Puting
Jawab A
3.
Dukungan bidan dalam pemberian ASI yaitu:
a. Menempatkan bayi terpisah dari ibunya
b. Memberikan ASI pada bayi dengan terjadwal.
c. Memberikan susu botol
d. Menghindari susu botol dan “dot empeng”.
Jawab D
4.
Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk
kembali ke masa pra-kehamilan, merupakan manfaat ASI, pada:
a. Bayi
b. Ibu
c. Keluarga
d. Masyarakat
Jawab B
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Proses Laktasi dan Menyusui
5.
35
Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula
dan peralatan lain untuk persiapannya, merupakan manfaat ASI pada:
a. Bayi
b. Ibu
c. Keluarga
d. Masyarakat dan negara
Jawab D
6.
Upaya memperbanyak ASI, kecuali
a. Hindari susu botol
b. Tekhnik menyusui yang benar
c. Pemberian ASI 6 jam setelah lahir
d. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
Jawab C
7.
ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, yang dikatakan
komposisinya relatif konstan, disebut
a. Kolostrum
b. Air susu masa peralihan
c. Air susu matur
d. Air susu basi
Jawab C
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
MATA KULIAH
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
WAKTU
DOSEN
TOPIK
Respon Orang Tua Terhadap Bayi
Baru Lahir
Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
1
SUB TOPIK
1.
Respon ayah dan keluarga
2.
Bounding attachment
3.
Sibling Rivalry
OBJEKTIF PERILAKU SISWA
Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1.
Menjelaskan tentang respon orang tua terhadap bayi baru lahir
2.
Menjelaskan tentang bounding attachment
3.
Menjelaskan tentang sibling Rivalry
REFERENSI
1.
Bobak et all. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. EGC. Jakarta. 2004.
2.
Pusdiknakes. Asuhan Kebidanan Pospartum. WHO, JHPIEGO. Jakarta. 2004.
3.
Ambarwati. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia; 2008
4.
Bahiyatun. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC;2009
5.
Saleha. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika; 2009
6.
Suherni.. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya; 2007
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
2
1. RESPON ORANG TUA
A. DUA KOMPONEN PROSES MENJADI ORANG TUA
Stelle & Pollack (1986) menyatakan bahwa menjadi orang tua merupakan
suatu proses yang terdiri dari dua komponen. Komponen pertama bersifat praktis dan
mekanis, melibatkan keterampilan kognitif dan motorik ; komponen kedua bersifat
emosional, melibatkan keterampilan afektif dan kognitif.
1.
Keterampilan Kognitif-Motorik
Aktivitas perawatan anak, seperti memberi makan, menggendong,
mengenakan pakaian, membersihkan bayi, dan menjaganya dari bahaya.
2.
Keterampilan Kognitif-Afektif
Reaksi orangtua dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir, berbeda-beda. Hal
ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun
pengalaman. Masalah lain juga dapat berpengaruh, misalnya masalah pada jumlah
anak, keadaan ekonomi, dan lain-lain. Respon yang mereka perlihatkan pada bayi
baru lahir, ada yang positif dan ada juga yang negatif.
Respon Positif
Respon positif dapat ditunjukkan dengan:
1. Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan bahagia.
2. Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan baik.
3. Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
4. Perasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi.
Respon Negatif
Respon negatif dapat ditunjukkan dengan:
1. Kelahiran bayi tidak dinginkan keluarga karena jenis kelamin yang tidak
sesuai keinginan.
2. Kurang berbahagia karena kegagalan KB.
3. Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah merasa
kurang mendapat perhatian.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
3
4. Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau kekhawatiran
dalam membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya.
5. Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat.
6. Anak
yang
dilahirkan
merupakan
hasil
hubungan
zina,
sehingga
menimbulkan rasa malu dan aib bagi keluarga.
Perilaku orang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang antara orang tua
terhadap bayi baru lahir, terbagi menjadi:
1. Perilaku memfasilitasi.
2. Perilaku penghambat.
Perilaku Memfasilitasi
1. Menatap, mencari ciri khas anak.
2. Kontak mata.
3. Memberikan perhatian.
4. Menganggap anak sebagai individu yang unik.
5. Menganggap anak sebagai anggota keluarga.
6. Memberikan senyuman.
7. Berbicara/bernyanyi.
8. Menunjukkan kebanggaan pada anak.
9. Mengajak anak pada acara keluarga.
10. Memahami perilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak.
11. Bereaksi positif terhadap perilaku anak.
Perilaku Penghambat
1. Menjauh dari anak, tidak memperdulikan kehadirannya, menghindar,
menolak untuk menyentuh anak.
2. Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain, tidak
memberikan nama pada anak.
3. Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai.
4. Tidak menggenggam jarinya.
5. Terburu-buru dalam menyusui.
6. Menunjukkan kekecewaan pada anak dan tidak memenuhi kebutuhannya.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
4
Respon orang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu:
1. Faktor internal.
2. Faktor eksternal.
Faktor Internal
Yang termasuk faktor internal antara lain genetika, kebudayaan yang mereka
praktekkan dan menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan nilai, kehamilan
sebelumnya, pengalaman yang terkait, pengidentifikasian yang telah mereka lakukan
selama kehamilan (mengidentifikasikan diri mereka sendiri sebagai orang tua,
keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan dan efek pelatihan selama
kehamilan.
Faktor Eksternal
Yang termasuk faktor eksternal antara lain perhatian yang diterima selama
kehamilan, melahirkan dan postpartum, sikap dan perilaku pengunjung dan apakah
bayinya terpisah dari orang tua selama satu jam pertama dan hari-hari dalam
kehidupannya.
Kondisi yang Mempengaruhi Sikap Orang Tua Terhadap Bayi
1. Kurang kasih sayang.
2. Persaingan tugas orang tua.
3. Pengalaman melahirkan.
4. Kondisi fisik ibu setelah melahirkan.
5. Cemas tentang biaya.
6. Kelainan pada bayi.
7. Penyesuaian diri bayi pascanatal.
8. Tangisan bayi.
9. Kebencian orang tua pada perawatan, privasi dan biaya pengeluaran.
10. Gelisah tentang kenormalan bayi.
11. Gelisah tentang kelangsungan hidup bayi.
12. Penyakit psikologis atau penyalahgunaan alkohol dan kekerasan pada anak.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
Respon
Antara
Ibu
dan
Bayi
Sejak
5
Kontak
Awal
Hingga
Tahap
Perkembangannya
1.
Touch (Sentuhan). Ibu memulai dengan sebuah ujung jarinya untuk memeriksa
bagian kepala dan ekstremitas bayinya. Perabaan digunakan sebagai usapan
lembut untuk menenangkan bayi.
2.
Eye to Eye Contact (Kontak Mata). Kesadaran untuk membuat kontak mata
dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat
terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor
yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya.
3.
Odor (Bau Badan). Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang
dengan
baik
dan
masih
memainkan
peran
dalam
nalurinya
untuk
mempertahankan hidup. Indera penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang
ibu dapat memberikan bayinya Asi pada waktu tertentu.
4.
Bodi Warm (Kehangatan Tubuh). Jika tidak ada komplikasi yang serius,
seorang ibu akan dapat langsung meletakkan bayinya di atas perut ibu, baik
setelah tahap kedua dari proses melahirkan atau sebelum tali pusat dipotong.
Kontak yang segera ini memberi banyak manfaat baik bagi ibu maupun si bayi
yaitu terjadinya kontak kulit yang membantu agar si bayi tetap hangat.
5.
Voice (Suara). Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing. Orang
tua akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan itu, ibu menjadi
tenang karena merasa bayinya baik-baik saja (hidup). Bayi dapat mendengar
sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat mendengarkan suarasuara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara
itu terhalang selama beberapa hari oleh sairan amniotik dari rahim yang
melekat dalam telinga.
6.
Entrainment (Gaya Bahasa). Bayi baru lahir menemukan perubahan struktur
pembicaraan dari orang dewasa. Artinya perkembangan bayi dalam bahasa
dipengaruhi
kultur,
jauh
sebelum
ia
menggunakan
bahasa
dalam
berkomunikasi. Dengan demikian terdapat salah satu yang akan lebih banyak
dibawanya dalam memulai berbicara (gaya bahasa). Selain itu juga
mengisyaratkan umpan balik positif bagi orang tua dan membentuk
komunikasi yang efektif.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
7.
6
Biorhythmicity (Irama Kehidupan). Janin dalam rahim dapat dikatakan
menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung.
Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri.
Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh
kasih sayang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda keadaan bahaya
bayi untuk mengembangkan respon bayi dan interaksi sosial serta kesempatan
untuk belajar.
B.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON ORANG TUA
Cara orang tua berespon terhadap kelahiran anaknya dipengaruhi berbagai
faktor :
1) Usia maternal lebih dari 35 tahun
Beberapa ibu yang telah berusia merasa bahwa merawat bayi baru lahir
melelahkan secara fisik. Tindakan yang bertujuan membantu ibu memperoleh
kembali kekuatan dan tonus otot seperti latihan senam prenatal dan pasca partm
sangat dianjurkan.
2) Jaringan sosial
Primipara dan multipara memiliki kebutuhan yang berbeda. Multi para dapat
lebih mudah beradaptasi terhadap peran, sedangkan primipara memerlukan
dukungan yang lebih besar. Jaringan sosial dapat memberikan dukungan,
diamana orang tua dapat meminta bantuan. Orang tua, keluarga mertua, yang
membantu urusan rumah tangga dapat memberikan kritikan dan dihargai.
3) Budaya
Budaya mempengaruhi interaksi orang tua dengan bayi, demikian juga dengan
orang tua atau keluarga yang mengasuh bayi. Contohnya: wanita Vietnam hampir
tidak mau merawat bayinya, menolak untuk menggendong bayinya. Penampakan
luar yang sepertinya tidak ada perhatian terhadap bayi baru lahir dalam kelompok
budaya mereka ialah upaya untuk menjauhkan roh-roh jahat. Dalam kepercayaan
wanita ini justru sangat mengasihi dan khawatir terhadap keselamatan bayinya.
4) Kondisi Sosio ekonomi
Keluarga yang mampu membayar pengeluaran tambahan dengan hadirnya bayi
baru ini mungkin hampir tidak merasakan beban keuangan. Keluarga yang
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
7
menemukan kelahiran seorang bayi suatu beban financial dapat mengalami
peningkatan stres. Stress ini mengganggu perilaku orang tua sehingga membuat
masa transisi menjadi orang tua lebih sulit.
5) Aspirasi Personal
Bagi beberapa wanita, menjadi orang tua mengganggu kebebasan pribadi atau
kemajuan karir mereka. Kekecewaan yang timbul akibat tidak mencapai
kenaikan jabatan, misalnya akan berdampak pada cara merawat dan mengasuh
bayinya dan bahkan mereka bisa menelantarkan bayinya. Atau sebaliknya, hal
tersebut membuat mereka menunjukkan rasa khawatir yang berlebihan atau
menetapkan standar yang tinggi terhadap diri mereka dalam memberi perawatan.
2. BOUNDING ATTACHMENT
Bonding attachment / keterikatan awal / ikatan batin adalah suatu proses sebagai
hasil dari suatu interaksi terus menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling
mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
Bagian penting dari ikatan ialah perkenalan (Klaus, Kennel, 1982). Orang tua
melakukan kontak mata, menyentuh, dan berbicara. Selama periode ini, keluarga
mencari identifikasi bayinya melalui proses klaim. Mula-mula anak akan dicari
kesamaannya dengan anggota keluarganya, kemudian perbedaannya, dan akhirnya
keunikannya.
Ikatan diperkuat melalui penggunaan respon sensual atau kemampuan kedua
pasangan dalam melakukan interaksi orang tua-anak.
Pengertian Bounding Attachment
1. Klause dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik
fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera
bayi setelah lahir.
2. Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara
orang tua dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
8
individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik
yang akrab.
3. Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk
mengunkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya
segera setelah lahir; attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara
spesifik sepanjang waktu.
4. Bennet dan Brown (1999), bounding: terjadinya hubungan antara orang tua
dan bayi sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang di
antara individu.
5. Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orangorang seperti antara orang tua dan anak pada pertemuan pertama.
6. Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses
yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir.
7. Perry (2002), bounding: proses pembentukan attachment atau membangun
ikatan; attachment: suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan
kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.
8. Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan hubungan kasih sayang
dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
9. Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara langsung antara ibu
dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan post
partum.
10. Harfiah, bounding: ikatan; attachment: sentuhan.
Tahap-Tahap Bounding Attachment
1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh,
erbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2. Bounding (keterikatan)
3. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain.
Menurut Klaus, Kenell (1982), bagian penting dari ikatan ialah perkenalan.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
9
Elemen-Elemen Bounding Attachment
1. Sentuhan – Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang
tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir
dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.
2. Kontak mata – Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional
mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih
banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan
melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya.
3. Suara – Saling mendengar dan merespon suara anata orang tua dan bayinya
juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang.
4. Aroma – Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik;
Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya.
5. Entrainment – Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur
pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala,
menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara
orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini
berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan
suatu pola komunikasi efektif yang positif.
6. Bioritme – Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada
dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah
membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini
dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan
waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat
meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.
7. Kontak dini – Saat ini , tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan
bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan
orang tua–anak.
Beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini :
1. Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.
2. Reflek menghisap dilakukan dini.
3. Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
10
4. Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body warmth
(kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal).
Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment
1. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
2. Sentuhan orang tua pertama kali.
3. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.
4. Kesehatan emosional orang tua.
5. Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
6. Persiapan PNC sebelumnya.
7. Adaptasi.
8. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
9. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi
kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa
nyaman.
10. Fasilitas untuk kontak lebih lama.
11. Penekanan pada hal-hal positif.
12. Perawat maternitas khusus (bidan).
13. Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan
pasangan.
14. Informasi bertahap mengenai bounding attachment.
Keuntungan Bounding Attachment
1. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
2. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi
Hambatan Bounding Attachment
1. Kurangnya support sistem.
2. Ibu dengan resiko (ibu sakit).
3. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
4. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
11
3. SIBLING RIVALRY
Sibling Rivalry adalah perasaan cemburu atau menjadi pesaing dengan bayi atau
saudara kandung yang baru dilahirkan.
Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya Sibling Rivalry antara lain :
1. Informasikan kehamilan, dengan memperkenalkan kakaknya kepada bayi
didalam kandungan, libatkan dia dalam kehamilan seperti : mengantar ke dokter,
belanja baju bayi dll.
2. Jujurlah soal perubahan fisik dan mental seperti gampang lelah, disertai minta
maaf karena tidak bisa mengendongnya sesuka hati
3. Dihari-hari pertama kelahiran bayi bersikaplah sewajarnya seperti biasanya dan
libatkan ia dalam menyambut tamu dan tugas-tugas ringan perawatan bayi.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
12
EVALUASI
Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan cara memberikan tanda (X) pada
jawaban yang benar
1.
Menjadi orang tua merupakan satu proses yang terdiri dari dua komponen,
yang termasuk kedalam komponen kognitif afektif adalah :
a.
Memberi makan bayi
b.
Membersihkan bayi
c.
Sikap yang lembut
d.
Mengenakan pakaian bayi
Jawab C
2.
Ikatan antara orang tua dan anak dapat diperkuat dengan pemberian respon
sensual, respon sensual tersebut antara lain :
a.
Sentuhan, kontak mata, suara, aroma
b.
Sentuhan, kontak dini, bioritme, aroma
c.
Sentuhan, kontak mata, kontak dini
d.
Sentuhan, bioritme, aroma, kontak dini
Jawab D
3.
Ikatan batin adalah suatu
proses sebagai hasil dari suatu interaksi terus
menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai, memberikan
keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan, merupakan definisi
dari :
a.
Sibling Rivalry
b.
Bioritme
c.
Bonding Attachement
d.
Entrainment
Jawab C
4.
Perasaan cemburu atau menjadi pesaing dengan bayi atau saudara kandung
yang baru dilahirkan disebut dengan
a.
Sibling Rivalry
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
b.
Bioritme
c.
Bounding Attachment
d.
Entrainment
13
Jawab A
5.
Dibawah ini merupakan faktor- faktor yang mempengaruhi respon
orangtua
terhadap bayi baru lahir, kecuali :
a.
Jaringan sosial
b.
Budaya
c.
Kondisi sosio ekonomi
d.
Aspirasi meconeal
Jawab D
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
MATA KULIAH
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
WAKTU
DOSEN
TOPIK
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1
SUB TOPIK
1.
Perubahan sistem reproduksi
2.
Perubahan sistem pencernaan
3.
Perubahan sistem perkemihan
4.
Perubahan sistem musculoskeletal/diastasis rectie abdominis
5.
Perubahan sistem endokrin
6.
Perubahan tanda-tanda vital
7.
Perubahan sistem kardiovaskuler
8.
Perubahan sistem hemotologi
OBJEKTIF PERILAKU SISWA
Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1.
Menjelaskan tentang Perubahan fisiologis masa nifas
REFERENSI
1.
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta
2.
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
3.
Mochtar, 1990. Obstetri Fisiologi (kin Obstetri Patologi, Jilid I, Edisi 2, EGC,
Jakarta.
4.
Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, EGC,
Jakarta.
5.
Prawirohardjo.Ilmu Kebidanan, Edisi 111, Cetakan 4, YBS — SP; 1999.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
2
1. SISTEM REPRODUKSI
Perubahan fisiologis terjadi sejak hari pertama melahirkan. Adapun
perubahan fisik yang terjadi adalah :
Pada masa nifas, alat genetalia external dan internal akan berangsur– angsur pulih
seperti keadaan sebelum hamil.
a.
Corpus uterus
Setelah plasenta lahir, uterus berangsur – angsur menjadi kecil sampai
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi terlihat pada table:
No. Waktu Involusi
Tinggi Fundus Uteri
Berat Uterus
1.
Bayi Lahir
Setinggi Pusat
1000 gram
2.
Plasenta lahir
Dua jari bawah pusat
750 gram
3.
1 Minggu
Pertengahan pusat-simfisis
500 gram
4.
2 Minggu
Tidak teraba di atas Simfisis
350 gram
5.
6 Minggu
Bertambah kecil
50 gram
6.
8 Minggu
Sebesar normal
30 gram
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
3
Gambar Proses Involusi Uterus
b. Endometrium
Perubahan–perubahan endometrium ialah timbulnya trombosis
degenerasi dan nekrosis di tempat inplantasi plasenta.
Hari I
: Endometrium setebal 2 – 5 mm dengan permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin.
Hari II : Permukaan mulai rata akibat lepasnya sel – sel dibagian yang
mengalami degenerasi.
c. Involusi tempat plasenta.
Uterus pada bekas inplantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan
menonjol ke dalam cavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, penonjolan
tersebut dengan diameter  7,5 cm, sesudah 2 minggu diameternya
menjadi 3,5 cm dan 6 minggu telah mencapai 24 mm.
d. Perubahan pada pembuluh darah uterus.
Pada saat hamil arteri dan vena yang mengantar darah dari dan ke uterus
khususnya ditempat implantasi plasenta menjadi besar setelah post
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
4
partum otot – otot berkontraksi, pembuluh – pembuluh darah pada uterus
akan terjepit, proses ini akan menghentikan darah setelah plasenta lahir.
e. Perubahan servix
Segera setelah post partum, servix agak menganga seperti corong, karena
corpus uteri yang mengadakan kontraksi. Sedangkan servix tidak
berkontraksi, sehingga perbatasan antara corpus dan servix uteri
berbentuk seperti cincin. Warna servix merah kehitam – hitaman karena
pembuluh darah.
Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan
2 – 3 jari saja dan setelah 1 minggu hanya dapat dimasukan 1 jari ke
dalam cavum uteri.
f. Vagina dan pintu keluar panggul
Vagina dan pintu keluar panggul membentuk lorong berdinding lunak
dan luas yang ukurannya secara perlahan mengecil. Pada minggu ke – 3
post partum, hymen muncul beberapa jaringan kecil dan menjadi
corunculac mirtiformis.
g. Perubahan di peritoneum dan dinding abdomen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir berangsur-angsur ciut
kembali. Ligamentum latum dan rotundum lebih kendor dari pada
kondisi sebelum hamil.
Payudara
Pada payudara terjadi perubahan atropik yang terjadi pada organ, payudara mencapai
maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi supresi payudara akan
lebih menjadi besar, kencang dan lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap
perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.
Hari kedua post partum sejumlah colostrums cairan yang disekresi oleh payudara
selama lima hari pertama setelah kelahiran bayi dapat diperas dari puting susu.
Colostrums banyak mengandung protein, yang sebagian besar globulin dan lebih
banyak mineral tapi gula dan lemak sedikit.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
5
2. PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN
a.
Ibu menjadi lapar dan siap untuk makan pada 1-2 jam setelah bersalin.
Konstipasi dapat menjadi masalah pada awal puerperium akibat dari kurangnya
makanan padat dan pengendalian diri terhadap BAB. Ibu dapat melakukan
pengendalian terhadap BAB karena kurang pengetahuan dan kekhawatiran
lukanya akan terbuka bila BAB.
b.
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari
setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus
menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare
sebelum persalinan, kurang makan, atau dehidrasi. Ibu seringkali sudah
menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di perineum
akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid. Kebiasaan buang air yang teratur
perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali ke normal.
3. PERUBAHAN SISTEM PERKEMIHAN
1.
Terjadi diuresis yang sangat banyak dalam hari-hari pertama puerperium.
Diuresis yang banyak
mulaiPERKEMIHAN
segera setelah persalinan
PERUBAHAN
SISTEM
sampai 5 hari
postpartum. Empat puluh persen ibu postpartum tidak mempunyai proteinuri
yang patologi dari segera setelah lahir sampai hari kedua postpartum, kecuali
ada gejala infeksi dan preeklamsi.
2.
Dinding saluran kencing memperlihatkan oedema dan hyperaemia. Kadangkadang oedema dari trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga
terjadi retensio urine. Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitive dan
kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing poenuh atau sesudah
kencing masih tinggal urine residual. Sisa urine ini dan trauma pada kandung
kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi ureter dan
pyelum, normal kembali dalam waktu 2 minggu.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
6
4. PERUBAHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL
1.
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang dapat
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu
akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu
ke-6 sampai ke-8 setelah wanita melahirkan.
2.
Dinding abdominal lembek setelah proses persalinan karena peregangan
selama kehamilan. Semua wanita puerperal mempunyai beberapa derajat
tingkat diastasis recti, yang merupakan separasi dari otot rectus abdomen.
Berapa parah diastasis ini adalah tergantung pada sejumlah faktor termasuk
kondisi umum wanita dan tonus otot, apakah wanita berlatih dengan setia untuk
memperoleh kembali kesamaan otot abdominalnya, pengaturan jarak
kehamilan (apakah dia mempunyai waktu untuk memperoleh kembali tonus
ototnya sebelum kehamilan selanjutnya) dan apakah kehamilannya mengalami
overdistensi abdomen seperti kehamilan ganda.
3.
Sakit punggung Biasanya pada persalinan lama dan sulit ibu akan merasakan
lelah dan ngilu pada punggung bawah atau mungkin juga timbul ketegangan &
rasa tdk nyaman pada punggung bagian atas, leher, dan bahu krn terus-menerus
dalam posisi mendorong dalam waktu lama. Rasa nyeri pada tulang ekor juga
bisa timbul krn adanya memar/retak y timbul karena penekanan tulang
belakang ibu oleh bagian belakang kepala bayi pada presentasi posterior. Rasa
nyeri pada tulang punggung juga bisa timbul setelah pembiusan epidural.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
7
5. PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN
a). Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitary posterior dan bekerja terhadap
otot uterus dan jaringan payudara. Oksitosin di dalam sirkulasi darah menyebabkan
kontraksi otot uterus dan pada waktu yang sama membantu proses involusi uterus.
b). Prolaktin
Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang dikeluarkan oleh glandula
pituitary anterior bereaksi terhadap alveoli dari payudara sehingga menstimulasi
produksi ASI. Pada ibu yang menyusui kadar prolaktin tetap tinggi dan merupakan
permulaan stimulasi folikel di dalam ovarium ditekan.
c). HCG, HPL, Estrogen, dan progesterone
Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir, tingkat hormone HCG,
HPL, estrogen, dan progesterone di dalam darah ibu menurun dengan cepat,
normalnya setelah 7 hari.
-
Tabel Perubahan Sistem Endokrin pada Masa Nifas
Hormon
Perubahan Yang Terjadi
Keadaan Terendah
Hormon Placental Lactogen
Menurun
24 jam
Estrogen
Menurun
Hari ke-7
Progesteron
Menurun
Hari ke-7
FSH
Menurun
Hari ke 10-12
LH
Menurun
Hari ke 10-12
Prolaktin
Menurun
Hari ke-14
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
8
6. PERUBAHAN TANDA-TANDA VITAL
Table perubahan tanda-tanda vital sebagai berikut :
Tanda – Tanda Vital
No.
1.
Temperatur
Temperatur kembali ke normal dari sedikit peningkatan selama periode
intrapartum dan menjadi stabil dalam 24 jam pertama postpartum Selama 24
jam pertama dapat meningkat sampai 38 derajat celsius sebagai akibat efek
dehidrasi persalinan. Setelah 24 jam wanita tidak harus demam.
2.
Denyut nadi
Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali karena pengaruh partus
lama, persalinan sulit dan kehilangan darah yang berlebihan. Setiap denyut
nadi di atas 100 x/menit selama masa nifas adalah abnormal dan
mengindikasikan pada infeksi atau haemoragic post partum. Denyut nadi dan
curah jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian
mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui. Pada minggu ke-8
sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum
hamil.
3.
Pernapasan
Pernapasan harus berada dalam rentang normal sebelum melahirkan.
4.
Tekanan Darah
Seharusnya stabil dalam kondisi normal, sedikit berubah atau menetap.
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
9
7. PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER
Sistem kardiovaskuler
Sebagai kompensasi jantung dapat terjadi bradikardi 50-70 x/menit, keadaan ini
dianggap normal pada 24-48 jam pertama. Penurunan tekanan darah sistolik 20
mmHg pada saat klien merubah posisi dari berbaring ke duduk lebih disebabkan oleh
reflek ortostatik hipertensi.
Normalnya selama beberapa hari pertama setelah
kelahiran, Hb, Hematokrit dan hitungan eritrosit berfruktuasi sedang. Akan tetapi
umumnya, jika kadar ini turun jauh di bawah tingkat yang ada tepat sebelum atau
selama persalinan awal wanita tersebut kehilangan darah yang cukup banyak. Pada
minggu pertama setelah kelahiran , volume darah kembali mendekati seperti jumlah
darah waktu tidak hamil yang biasa. Setelah 2 minggu perubahan ini kembali normal
seperti keadaan tidak hamil.(Saifuddin, 2002).
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
10
EVALUASI
1.
Berat uterus pada 2 minggu masa nifas adalah:
A. ± 50 gram
B. ± 100 gram
C. ± 150 gram
D. ± 250 gram
E. ± 300 gram
2.
Di bawah ini adalah hormon yang berpengaruh pada sistem endokrin, kecuali :
A. Oksitosin
B. Estrogen
C. Progesteron
D. HCG
E. Gonadotropin
3.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempercepat penurunan berat badan pada
masa nifas, kecuali :
A. Status pernikahan
B. Primiparitas
C. Merokok
D. Peningkatan berat badan selama hamil
E. Wanita yang bekerja kembali di luar rumah
4.
Hyperpigmentasi kulit pada dinding perut yang berwarna putih mengkilap di
sebut :
A. Striae Livida
B. Striae Albikan
C. Striae Gravidarum
D. Linea Nigra
E. Linea Albikan
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
11
5. Yang tidak termasuk lochea fisiologis adalah:
A. Lochea pirulenta
B. Lochea alba
C. Lochea rubra
D. Lochea serosa
E. Lochea sanguilenta
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
MATA KULIAH
Asuhan Kebidanan Nifas
WAKTU
DOSEN
TOPIK
Proses Adaptasi Psikologi Ibu
Dalam Masa Nifas
Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas
1
SUB TOPIK
1.
Adaptasi psikologis ibu masa nifas
2.
Post Partum Blues
3.
Kesedihan dan duka cita
OBJEKTIF PERILAKU SISWA
Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1.
Menjelaskan tentang Adaptasi psikologis ibu masa nifas
2.
Menjelaskan tentang Post Partum Blues
3.
Menjelaskan tentang Kesedihan dan duka cita
REFERENSI
1.
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta
2.
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
3.
Mochtar, 1990. Obstetri Fisiologi (kin Obstetri Patologi, Jilid I, Edisi 2, EGC,
Jakarta.
4.
Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, EGC,
Jakarta.
5.
Prawirohardjo.Ilmu Kebidanan, Edisi 111, Cetakan 4, YBS — SP; 1999.
Asuhan Kebidanan Nifas
Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas
2
1. ADAPTASI PSIKOLOGI IBU
Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai enam minggu
berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka pengecasan postpartum adalah 2-6 jam,
2 jam-6 hari, 2 jam-6 minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari 6 minggu ).
Berarti enam minggu pertama setelah ibu melahirkan yang mungkin kelihatannya
agak mengejutkan hati dalam sebuah buku ingormal seperti ini. Meskipun demikian,
sesungguhnya sampai dengan dua puluh atau tiga puluh tahun yang lalu ibu baru
melahirkan didorong untuk menghindari kerja keras dan berbaring di tempat
tidurselamaa seminggu agar rahinmnya tidak turun. Wanita sekarang beruntung
apabila mereka diizinkan untuk berbaring di tempat tidur hanya sehari.
Pengawasan dan asuhan postpartum masa nifas sangat diperlukan yang
tujuannya adalah sebagai berikut
a.
menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi
b.
melaksanakan sekrining yang komrenshensif, mendeteksi masalah mengobatai,
atau merujuk bila terjadi komlikasi pada ibu maupun bayinya
c.
memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehtan diri, nutrisi,
KB, menyusui, pemberian imuniasasi pada saat bayi sehat
d.
memberikan pelayana KB gangguan yang sering terjadi pada masa nifas berupa
gangguan psikologis seperti postpartum blues (PPS), depresi postpartum dan
postpartum psikologi.
2. POSTPARTUM BLUES
Pengertian
Merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul
sementara waktu yakni sekita dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi.
Gejala-gejala sebagai berikut:
 Cemas tanpa sebab
 Menangis tanpa sebab
Asuhan Kebidanan Nifas
Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas
3
 Tidak sabar
 Tidak percaya diri
 Sensitif mudah tersinggung
 Merasa kurang menyayangi bayinya
Penyebab
 Kekecewaan emosional (hamil, salin)
 Rasa sakit pada masa nifas awal
 Kelelahan, kurang tidur
 Cemas terhadap kemampuan merawat bayi
 Takut tidak menarik lagi bagi suami
Jika hal ini dianggap enteng, keadaan ini bias serius dan bias bertahan dua minggu
sampai satu tahun dan akan berkelanjutan menjadi postpatum syndrome.
Cara mengatasi gangguan psikologis pada nifas degan postpartum blues ada
dua cara yaitu:
1.
Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
2.
Dengan cara peningkatan suport
Komunikasi Terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan
dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara
1)
mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
2)
dapat memahami dirinya
3)
dapat mendukug tindakat konstruktif
Meningkatkan Support Mental / Dukungan Keluarga Dalam Mengatasi
Gangguan Psikologis Yang Berhubungan Dengan Masa Nifas
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase berikut
ini:
a.
fase taking ini yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan . pada saat itu fokus
Asuhan Kebidanan Nifas
Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas
4
pertahatian ibu terutama pada diri sendiri. Pengalaman selama proses
persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu
menjadi pasif terhadap lingkungan.
b.
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
malahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu
memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik
untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya
sehingga timbul percaya diri.
c.
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah
dapat menyesuaikan diri, merwat diri dan bayinya sudah meningkat. Ada
kalnya ibu mengalami perasaa sedih yang berkaitan dengan bayinya
keadaan ini disebut baby blues. Jika hal ini terjadi disaranka untuk
melakukan hal-hal berikut ini:
-
minta bantuan suami atau keluarga yang lain, jika membutuhkan
istirahat untuk menghilangkan kelelahan
-
beritahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan. Mintalah
dukungan dan pertolongannya.
-
Buang rasa cemas dan kekhawatirnya akan kemampuan merawat bayi
Karena semangkin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil
dan percaya diri
-
Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendri. Sementara yang
lain lagi mungkin merasa cemas dan kaget menyaksikan orok yang
beruur lemak, bisulan dan menangis yang kelihatannya begitu berbeda
dari gambar-gambar bayi yang tengah menetek, tertidur pulas dan
montok di poster-poster yang terpampang di antenatal clinic. Mereka
mungkin
bertanya-tanya
dalam
hati
mengapa
mereka
begitu
diharapkan untuk mencintai, atau bahkan sampai mencintai, makhluk
kecil yang begitu mengerikan.
Asuhan Kebidanan Nifas
Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas
5
Depresi pasca melahirkan
1) Dialami lebih kurang 20% dari ibu yang melahirkan
2) Tidak berbeda dengan gejala keluhan pada depresi psikotiksedih/berduka
yang berlebihan dan berkepanjangan.
3) Gejala mungkin tampak lebih dini, biasanya 3 bulan pertama setelah
melahirkan atau sampai bayi berusia setahun.
4) Gejala yang timbul tampak sama dengan gejala depresi : sedih, berduka yang
berlebihan dan berkepanjangan
Walaupun etiologi belum diketahui secara pasti tetapi menurut penelitian :
1) Faktor biologis karena perubahan hormon selama masa pasca melahirkan
2) Faktor psikologis termasuk sikap negatif sebelumnya tentang mengasuh anak
dan keadaan kehidupan yang menegangkan
3) Faktor sosial seperti tidak mendapatkan dukungan dari suami, hubungan
perkawinan yang tidak harmonis.
4) Depresi selama masa pasca melahirkan dapat timbul lagi dan gejala bisa
berlanjut sampai satu tahun kemudian.
Psikosa Pasca Melahirkan
1) Jarang terjadi
2) Gejala biasanya terlihat dalam 3 – 4 minggu setelah melahirkan berupa
halusinasi dan perilaku yang tidak wajar
3) Penyebab mungkin berhubungan dengan perubahan tingkat hormonal, stres
psikologis dan fisik serta sistem pendukung yang tidak memadai (Bobak &
Jensen, 1987)
4) Sering dialami oleh ibu yang mengalami abortus, kematian bayi dalam
kandungan maupun kemudian bayi dilahirkan.
Asuhan Kebidanan Nifas
Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas
6
3. KESEDIHAN DAN DUKA CITA
Setelah ibu melahirkan tidak hanya perasaan gembira yang dirasakan ibu, akan
tetapi ibu juga akan mengalami kesedihan dan duku cita, adapun kesedihan dan duka
cita ibu sebagai berikut:
Hari pertama, setelah persalinan umumnya merupakan satu hari istirahat,
pemulihan, kesenangan dan kepuasan yang luar biasa. Kenangan akan persalinan
mungkin menggemparkan begitu banyak pikiran, perasan dan sensasi bertumpuk
dalam waktu yang relative begitu singkat kesakitan, kerja keras, ketakpastian,
kejengkelan, kegembiraan, perasaan was-was, keharusan, reaksi orang lain, bayi
lahir, dilihat dan digengong, rasa sakit mereda , getaran jiwa, keletihan dan
kerinduan untuk tidurselamaa pertama itu semua penderitaan yang munculselamaa
melahirkan sirna dan berganti oleh kebanggan akan prestasi dan kesenangan baru
yang luar biasa akan bayinya sendri, entah elok atau tidak, yang berbaring di
sampingnya, dengan wajah yang keriput dan jari-jari tangan dan kaki mungil,
bernapas sendiri dan bergerak dan tidur dan hadir dengan tegas untuk disaksikan oleh
semua orang.
Tidur adalah sesuatu yang berharga pada hari pertam itu, dan sangat dibutuhkan
setelah pengerahan tenaga pada hari itu dan hari-hari sebelumnya, dan ada kesadaran
yang menyenangkan akan realitas kelahiran dan bayi itu. Bahkan tidakselamanya
mudah bagi ibu untuk menerima apa yang telah terjadi. Rasa asing mengandung
seorang bayi dalam diri seseorang, tetapi setelah berlangsungselamaa sembilan bulan
rasa asing itu pudar dan menjadi biasa dan diterima. Kemudian, dalam tempo hampir
tidak lebih daripada sehari atau bahkan kurang, bayi tiu dilahirkan, dua dalam satu
telah menjadi dua orang, begitu terpisah sehingga meskipun ada keterikatan cinta dan
ketergantungan dan kekeluargaan, jikalau salah satu misalnya meninggal yang lain
dapat terus hidup. Oleh Karena itu, memasukkan makhluk baru ke dunia dapat
menyedihkan maupun memuaskan. Beberapa ibu merasa begitu dekat dengan
bayinya sehingga seolah-olah perpisaha itu tidak pernah terjadi, namun sudah terjadi.
Asuhan Kebidanan Nifas
Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas
7
Berkali-kali ibu-ibu lain merasakan kebutuhan untuk mencubit diri mereka sendiri
untuk memperoleh kepastian bahwa mereka dalam keadaan terjaga!
Hari kedua, setelah persalinan kenikmatan berbaring dalam rangka pemuasan diri,
sambil menatap bayi dengan persasan kagum dan gembira, segera agak memudar
begitu tekanan hidup selanjutnya dirasakan. Bayi tidak lahir hanya untuk dilihat dan
dikagumi,
tetapi
harus
diberi
makan,
dimandikan,
diemong
dan
dijaga
kebersihannya. Suami dan keluarga, di samping teman-teman yang jumlahnya
banyak, sangat tertarik dan terlibat dan gelombang ucapan selamat datang silih
berganti. Di rumah sakit kehadiran begit banyak orang, staf dan ibu-ibu lain,
membuat
kehadirannya
sendiri
dirasakan.
Lingkungan
tidak
selamanya
menyenangkan, kebiasaan sehari-hari mungkin dibenci.
Hari ketiga, persalinan disertai oleh perubahan-perubahan tingkat hormon pada ibu,
hampir sedramatis keluarga bayi dari dalam rahim . tingkat khususnya hormonhormon yang dikeluarkan oleh plasenta, turun sangat drastic segera setelah
persalinan selesai. Sering ada orang yang berpendapat bahwa kesedihan hari ketiga
(seperti setiap gangguan emosional lainnya setelah melahirkan) dapat disebabkan
oleh perubahan-perubahan hormon ini, atau oleh suatu perubahan dalam
kesinambungan antara satu hormon dan hormon lainnya menyusul pergolakan yang
terjadi selama persalinan.
Meskipun demikian, kesedihan hari ketiga mustahil hanya dapat dikaitkan dengan
hormon. Ada yang dapat dikaitkan dengan sikap dokter yang acuh tak acuh terhadap
ibu begitu dia melahirkan dengan selamat, dengan dalih bahwa ibu-ibu yang
beristirahat di rumah sakit setelah persalinan tidak memerlukan banyak perhatian
medis. Berangkali benar-benar ada satu anti-klimaks, seperti kemungkinan besar
mengikuti dampak dari setiap perubahan besar atau kritis dalam kehidupan kita.
Getaran hati karena prestasi atau nasib baik karena lulus ujian. Memperoleh
pekerjaan, memenangkan pertandingan dengan cepat sekali diikuti oleh kesadaran
bahwa kehidupan berjalan terus, perubahan menuntut penyesuaian, dan bahwa untuk
memperoleh satu teal sering berarti melepaskan yang lain. Ya, masa sembilan bulan
kehamilan dan rintangan pada waktu persalinan sudah lewat. Ya saya telah
Asuhan Kebidanan Nifas
Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas
8
melahirkan anak saya dan dia mengagumkan, elok, sekurang-kurangnya tidak
mengalami cacat, toh baik, saya mengetahui yang paling buruk. Tetapi selama
kehamilan bayi itu masih lebih merupakan makhluk yang potensial daripada yang
sesungguhnya. Hubungan antara ibu dan anak pun masih merupakan angan- angan.
Maka bayi yang telah lahir meskipun tampil dalam sosok yang kecil adalah sangat
nyata. Dan jikalau tidak mendapat perhatian yang memadai ia akan mati. Kelahiran
seorang bayi mengubah sebuah ide menjadi sebuah kenyataan dan segera ada
komitmen penting.
Asuhan Kebidanan Nifas
Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas
halangan.
9
EVALUASI
1. Tujuan pengawasan dan asuhan postpartum masa nifas, kecuali;
a.
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi
b.
Melaksanakan sekrining yang komrenshensif, mendeteksi masalah
mengobatai, atau merujuk bila terjadi komlikasi pada ibu maupun
bayinya
c.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada saat bayi sehat
d.
Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
Jawab D
2. kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul
sementara waktu yakni sekita dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran
bayi, disebut:
a.
post partum blues
b.
depresi post partum
c.
psikosa post partum
d.
kesedihan
Jawab A
3. Salah satu penyebab post partum blues yaitu:
a.
Keletihan
b.
Gembira
c.
Kebahagiaan
d.
Dukungan keluarga yg baik
Jawab A
4. Komunikasi yang terbaik untuk mengatasi post partum blues yaitu:
Asuhan Kebidanan Nifas
Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas
a.
Komunikasi interpersonal
b.
Komunikasi terapeutik
c.
Komunikasi intrapersonal
d.
Komunikasi verbal
10
Jawab B
5. Merupakan fase ketergantungan ibu segera setelah melahirkan yang
menyerahkan
sepenuhnya
kepada
orang
lain
untuk
memenuhi
kebutuhannya.
a. Taking in
b. Taking hold
c. Letting go
d. Taking on
Jawab A
Asuhan Kebidanan Nifas
MATA KULIAH
Asuhan Kebidanan Nifas
WAKTU
DOSEN
TOPIK
Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
1
SUB TOPIK
1.
Nutrisi dan cairan
2.
Ambulasi
3.
Eliminasi : bak/bab
4.
Kebersihan diri/perineum
5.
Istirahat
6.
Seksual
7.
Latihan/senam nifas
OBJEKTIF PERILAKU SISWA
Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1.
Menjelaskan tentang kebutuhan dasar ibu masa nifas
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Menjelaskan tentang kebutuhan Nutrisi dan cairan ibu masa nifas
Menjelaskan tentang kebutuhan Ambulasi ibu masa nifas
Menjelaskan tentang kebutuhan Eliminasi : bak/bab ibu masa nifas
Menjelaskan tentang kebutuhan Istirahat ibu masa nifas
Menjelaskan tentang kebutuhan Seksual ibu masa nifas
Menjelaskan tentang kebutuhan Latihan/senam nifas ibu masa nifas
REFERENSI
1.
3.
4.
Saifuddin Abdul Bari.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2002
Huliana Meliyna. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Puspa Swara. Jakarta;
2003.
Jones Derek L. Setiap Wanita. Dela Pratasa. Jakarta;2005
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
5.
Mochtar, 1990. Obstetri Fisiologi (kin Obstetri Patologi, Jilid I, Edisi 2, EGC,
2.
Jakarta.
6.
Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, EGC,
Jakarta.
7.
Prawirohardjo.Ilmu Kebidanan, Edisi 111, Cetakan 4, YBS — SP; 1999.
Asuhan Kebidanan Nifas
Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
2
1. NUTRISI DAN CAIRAN
Pada 2 jam setelah melahirkan jika tidak ada kemungkinan komplikasi yang
memerlukan anestesi, ibu dapat diberikan makan dan minum jika ia lapar dan haus.
Konsumsi makanan dengan menu seimbang, bergizi dan mengandung cukup kalori
membantu memulihkan tubuh dan mempertahankan tubuh dari infeksi, mempercepat
pengeluaran ASI serta mencegah konstipasi. Obat-obatan dikonsumsi sebatas yang
dianjurkan dan tidak berlebihan, selain itu ibu memerlukan :
1) Tambahan kalori 500 kalori tiap hari.
Untuk menghasilkan setiap 100 ml susu, Ibu memerlukan asupan kalori 85
kalori. Pada saat minggu pertama dari 6 bulan menyusui (ASI ekslusif) jumlah
susu yang harus dihasilkan oleh ibu sebanyak 750 ml setiap harinya. Dan mulai
minggu kedua susu yang harus dihasilkan adalah sejumlah 600 ml, jadi
tambahan jumlah kalori yang harus dikonsumsi oleh ibu adalah 510 kalori.
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup, pedoman umum yang baik untuk diet adalah 2-4 porsi/hari dengan
menu 4 kebutuhan dasar makanan (daging, buah, sayuran, roti/biji-bijian).
3) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pasca persalinan.
4) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit)agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI
5) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setelah setiap
kali selesai menyusui)
6) Hindari makanan yang mengandung kafein/nikotin.
Asuhan Kebidanan Nifas
Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
3
Perbandingan kebutuhan zat gizi
Wanita tidak hamil,hamildan menyusui
Makanan
Kalori (kal)
Normal
2500
Hamil
2500
Menyusui
3000
Protein (gram)
60
85
100
Kalsium (gram)
0,8
1,5
2
Feerum (Fe)(mg)
12
15
15
Vitamin A (IU)
5000
6000
8000
Vitamin B (mg)
1,5
1,8
2,3
Vitamin C(mg)
70
100
150
Vitamin D (SI)
2,2
2,5
3
Riboflavin
15
18
23
Asam nikotin
-
600
700
Kebutuhan makan ibu menyusui dalam sehari
Bahan makanan
Bayi umur
Ibu menyusui bayi/anak
Bayi umur
Bayi umur
0-6 bulan
7-12 bulan
13-24 bulan
Nasi
5 piring
4 ½ piring
4 piring
Ikan
2 ½ potong
2 potong
3 potong
Tempe
5 potong
4 potong
5 potong
Sayuran
3 mangkuk
3 mangkuk
3 mangkuk
Buah
2 potong
2 potong
2 potong
Gula
5 sdm
5 sdm
5 sdm
Susu
1 gelas
1 gelas
1 gelas
Air
8 gelas
8 gelas
8 gelas
Asuhan Kebidanan Nifas
Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
4
Diet bagi ibu yang telah melahirkan harus banyak mengandung zat-zat yang
berguna bagi tubuh, bervariasi dan seimbang, protein yang adekuat, zat besi dan
vitamin untuk mengatasi anemia. Serat untuk memperlancar ekskresi dan juga
sejumlah cairan. Ibu menyusui harus :

Mengkonsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari

Minum sedikitnya 3 liter setiap hari

Pil zat besi harus diminum setidaknyaselama 40 hari pasca persalinan

Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
2. AMBULASI
Pemulihan mempercepat membalikkan tonus otot dan vena dari kaki dan
mengencangkan perut juga mempercepat pengeluaran lochia. Pemulihan dilakukan
sesegera mungkin setelah melahirkan dan kebanyakan ibu dapat berjalan kekamar
mandi ±6jam postpartum
1.
Jika tidak ada kelainan lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam
setelah persalinan normal.
2.
Pada ibu dengan partus normal ambulasi dini dilakukan paling tidak 6-12
jam post partum, sedangkan pada ibu dengan partus sectio secarea
ambulasi dini dilakukan paling tidak setelah 12 jam post partum setelah
ibu sebelumnya beristirahat (tidur).
3.
Tahapan ambulasi: miring kiri atau kanan terlebih dahulu, kemudian
duduk dan apabila ibu sudah cukup kuat berdiri maka ibu dianjurkan untuk
berjalan (mungkin ke toilet untuk berkemih)
4.
Manfaat ambulasi dini:
 Faal usus dan kandung kencing lebih baik
 Menurunkan insiden tromboembolisme
 Memperlancar
sirkulasi
darah
dan
mengeluarkan
cairan
vagina(lochea)
 Mempercepat mengembalikan tonus otot dan vena
Asuhan Kebidanan Nifas
Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
5
3. ELIMINASI
Buang air kecil (bak)
Pengeluaran urin akan meningkat pada 24-48 jam pertama sampai hari ke-5
post partum karena volume darah ekstra yang dibutuhkan waktu hamil tidak
diperlukan lagi setelah persalinan. Sebaiknya, ibu tidak menahan buang air kecil
ketika ada rasa sakit pada jahitan karena dapat menghambat uterus berkontraksi
dengan baik sehingga menimbulkan perdarahan yang berlebihan. Dengan
mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan
pulih kembali dalam 5-7 hari post partum. Ibu harus berkemih spontan dalam 6-8
jam post partum. Pada ibu yang tidak bisa berkemih motivasi ibu untuk berkemih
dengan membasahi bagian vagina atau melakukan kateterisasi.
Setelah melahirkan, ibu harus berkemih dalam 6-8jam. Urin yang dikeluarkan
pertama harus diukur untuk mengetahui apakah pengosongan kandung kemih
adekuat. Diharapkan, setiap kali berkemih, urin yang keluar sekitar 150ml. Beberapa
wanita mengalami kesulitan untuk mengosongkan kandung kemihnya. Hal ini
kemungkinan akibat menurunnya tonus kandung kemih, adanya edema akibat
trauma, rasa takut akan timbulnya rasa nyeri.
Untuk mempercepat proses defekasi normal adalah memberi ibu penjelasan
tentang upaya menghindari konstipasi. Tindakan tersebut mencakup upaya menjamin
cukup serat kasar dalam makanan dan cukup minum serta melakukan latihan.
Buang air besar (bab)
Kesulitan buang air besar (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa
sakit,takut jahitan terbuka,atau karena haemorrhoid. Kesulitan ini dapat dibantu
dengan mobilisasi dini,mengkonsumsi makanan tinggi serat dan cukup minum
sehingga bisa buang air besar dengan lancar. Sebaiknya pada hari kedua ibu sudah
bisa buang air besar. Jika sudah pada hari ketiga ibu masih belum bisa buang air
besar, ibu bisa menggunakan pencahar berbentuk supositoria sebagai pelunak tinja.
Ini penting untuk menghindarkan
gangguan pada kontraksi
uterus yang dapat
menghambat pengeluaran cairan vagina. Dengan melakukan pemulangan dini pun
diharapkan ibu dapat segera BAB.
Asuhan Kebidanan Nifas
Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
6
4. KEBERSIHAN DIRI / PERAWATAN PERINEUM
Untuk mencegah terjadinya infeksi baik pada luka jahitan dan maupun kulit,
maka ibu harus menjaga kebersihan diri secara keseluruhan.

Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
a. Perawatan Perineum
1) Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Bersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke
belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Nasihatkan kepada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai
BAK/BAB. Jika terdapat luka episiotomi sarankan untuk tidak
menyentuh luka.
2) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
3) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya
b. Pakaian
Sebaiknya, pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat
karena produksi keringat menjadi banyak (di samping urin). Produksi
keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat
hamil. Sebaiknya pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara
tidak tertekan dan kering.Demikian juga dengan pakaian dalam, agar
tidak terjadi iritasi pada daerah sekitarnya akibat lochea.
c. Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir mungkin ibu akan mengalami kerontokan pada rambut
akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebih
tipis dibandingkan keadaan normal. Namun akan pulih kembali setelah
beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup,lalu sisir
menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan pengering rambut.
Asuhan Kebidanan Nifas
Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
7
d. Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan
dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan
pembengkakan pada wajah, kaki, betis dan tangan ibu. Oleh karena
itu,dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan
merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan
mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.
e.
Perawatan Payudara
Perawatan
yang
dilakukan
terhadap
payudara
bertujuan
untuk
melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu
sehingga memperlancar pengeluaran susu. Lakukan perawatan payudara
secara teratur, Perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin,
yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari.
Anjurkan
kebersihan
seluruh
tubuh.
Mengajarkan
ibu
bagaimana
membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu
mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan
kebelakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu
untuk membersihkan diri setiap kali selesai BAB dan BAK.
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2x sehari. Sarankan
pada ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau
laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
5. ISTIRAHAT
o
Istirahat membantu mempercepat proses involusi uterus dan mengurangi
perdarahan, memperbanyak jumlah pengeluaran ASI dan mengurangi
penyebab terjadinya depresi.
o
Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
o
Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
Asuhan Kebidanan Nifas
Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
8
o
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
o
Sarankan ibu untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
o
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:

Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
6. SEKSUAL
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami isteri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa
nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai
melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Tidak dianjurkan untuk
melakukan hubungan sexual sampai dengan 6 minggu post partum. Keputusan
bergantung pada pasangan yang bersangkutan. Hubungan seksual dapat dilanjutkan
setiap saat ibu merasa nyaman untuk memulai, dan aktivitas itu dapat dinikmati.

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya
kedalam vagina tanpa rasa nyeri.

Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6
minggu setelah persalinan.
Asuhan Kebidanan Nifas
Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
9
7. LATIHAN / SENAM NIFAS
Banyak diantara senam postpartum sebenarnya sama dengan senam antenatal.
Hal yang paling penting bagi ibu adalah agar senam-senam tersebut hendaknya
dilakukan secara perlahan dahulu lalu semakin lama semakin sering/kuat.
Memperkuat Dasar Panggul
Senam yang pertama paling baik paling aman untuk memperkuat dasar panggul
adalah Senam Kegel.
Segera lakukan senam kegel pada hari pertama postpartum bila memang
memungkinkan. Meskipun kadang-kadang sulit untuk secara mudah mengaktifkan
otot-otot dasar panggul ini selama hari pertama atau kedua, anjurkanlah agar ibu
tersebut tetap mencobanya.
Senam Kegel (untuk dasar panggul) :
Lakukan senam ini kapan saja, tidak akan ada orang yang tau atau melihat anda
melakukannya. Lakukanlah sampai 100 kali dalam sehari. Untuk mengkontraksikan
pasangan otot-otot ini, bayangkanlah bahwa anda sedang BAK dan lalu anda anda
tiba-tiba menahannya ditengah-tengah itulah ototnya. Atau bayangkan bahwa dasar
panggul merupakan sebuah elevator; secara perlahan anda menjalankannya sampai
lantai 2 lalu kemudian ke lantai 3 dan seterusnya, dan kemudian balik turun secara
perlahan. Begitulah cara melatih otot-otot tersebut.
Manfaat senam Kegel
Senam Kegel akan membantu penyembuhan postpartum dengan jalan membuat
kontraksi dan pelepasan secara bergantian pada otot-otot dasar panggul adalah, yaitu:
1)
Membuat jahitan jahitan lebih merapat
2)
Mempercepat penyembuhan
3)
Meredakan haemoroid
4)
Meningkatkan pengendalian atas urin
Asuhan Kebidanan Nifas
Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
10
Caranya :
Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan pinggul tahan
sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi lagi latihan sebanyak 5 kali.
Mengencangkan otot-otot abdomen :
Otot-otot abdomen setelah melahirkan akan menunjukkan kebutuhan perhatian yang
paling jelas. Mengembalikan tonus otot-otot abdomen merupakan tujuan utama dari
senam dalam masa postpartum.
Secara Umum :
Pada minggu-minggu pertama para ibu sering mengalami penegangan yang terasa
sakit dipunggung atas yang disebabkan oleh payudara yang berat serta pemberian
ASI yang sering terpaksa dilakukan dengan posisi yang kaku dan lama diperhatikan.
Senam tangan dan bahu secara teratur sangat penting untuk mengendurkan
ketegangan ini, dan juga dengan menggunakan gerakan tubuh yang baik, sikap yang
baik serta posisi yang nyaman pada waktu memberi ASI.
Delapan gerakan dalam senam nifas yaitu:
1) Pernafasan perut
2) Sentuh lutut
3) Memutar kedua lutut
4) Putar tungkai
5) Pernafasan abdomen campuran dan supine pelvic
6) Angkat bokong
7) Memutar satu lutut
8) Angkat tangan
1.
Pernafasan Perut
Berbaringlah diatas tempat tidur/lantai dengan lutut ditekuk. Lakukan
pernafasan perut dengan cara menarik nafas dalam dari hidung lalu keluarkan dari
mulut secara perlahan-lahan selama 3-5 detik.
Asuhan Kebidanan Nifas
Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
2.
11
Pernafasan Abdomen campuran dan supine pelvic
Berbaring dengan lutut ditekuk. Sambil menarik nafas dalam, putar punggung
bagian pelvis dengan mendatarkan punggung bawah dilantai/tempat tidur. Keluarkan
nafas
dengan
perlahan,
tetapi
dengan
mengerahkan
tenaga
sementara
mengkontraksikan otot perut dan mengencangkan bokong. Tahan selama 3-5 detik
sambil mengeluarkan nafas. Rileks.
3.
Sentuh Lutut
Berbaring dengan lutut ditekuk. Sementara menarik nafas dalam, sentuhkan
bagian bawah dagu kedada sambil mengelurkan nafas. Angkat kepala dan bahu
secara
perlahan
dan
halus
upayakan
menyentuh
lutut
dengan
lengan
direnggangkan.Tubuh hanya boleh naik pada bagian punggung sementara pinggang
tetap berada dilantai atau tempat tidur. Perlahan-lahan turunkan kepala dan bahu
keposisi semula. Rileks.
Asuhan Kebidanan Nifas
Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
4.
12
Angkat Bokong
Berbaring dengan bantuan lengan lutut ditekuk, dan kaki mendatar. Dengan
perlahan naikkan bokong dan lengkungkan punggung dan kembali perlahan-lahan
keposisi semula.
5.
Memutar kedua lutut
Berbaring dengan lutut ditekuk. Pertahankan bahu mendatar dan kaki diam.
Dengan perlahan dan halus putar lutut kekiri sampai menyentuh lantai/tempat tidur.
Pertahankan gerakan yang halus, putar lutut kekanan sampai menyentuh
lantai/tempat tidur dan kembali keposisi semula dan rileks.
Asuhan Kebidanan Nifas
Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
6.
13
Memutar satu lutut
Berbaring diatas punggung dengan tungkai kanan diluruskan dan tungkai kiri
ditekuk pada lutut. Pertahankan bahu datar, secara perlahan putar lutut kiri kekanan
sampai menyentuh lantai/tempat tidur dan kembali posisi semula. Ganti posisi
tungkai putar lutut kanan kekiri sampai menyentuh tempat tidur dan kembali keposisi
semula.
7.
Putar tungkai
Berbaring dengan kedua tungkai lurus. Pertahankanbahu tetap datar dan kedua
tungkai lurus , dengan perlahan dan halus angkat tungkai kiri dan putar sedemikian
rupa sehingga menyentuh lantai dan tempat tidur disisi kanan dan kembali keposisi
semula. Ulangi gerakan ini dengan tungkai kanan dan diputar menyentuh
lantai/tempat tidur disisi kiri tubuh. Rileks
Asuhan Kebidanan Nifas
Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
8.
14
Angkat tangan
Berbaring dengan lengan diangkat sampai membentuk sudut 90 derajat
terhadap tubuh. Angkat lengan bersama-sama sehingga telapak tangan dapat
bersentuhan turunkan secara perlahan.
Asuhan Kebidanan Nifas
Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
15
EVALUASI
1. Berapakah jumlah kalori tambahan yang harus dikonsumsi oleh ibu nifas yang
menyusui……..
a. 200 kalori
b. 300 kalori
c. 500 kalori
d. 750 kalori
Jawab C
2. Sumber tenaga sangat dibutuhkan oleh ibu menyusui, salah satu fungsi dari
karbohidrat adalah…
a.
Sumber pertumbuhan
b.
Pembentukan jaringan baru
c.
Proses pembakaran tubuh
d.
Pembentukan tulang
Jawab C
3. Yang bukan merupakan manfaat dari pemberian vit A adalah…
a.
Meningkatkan kandungan vit A dalam ASI
b.
Mempercepat pemulihan setelah kelahiran
c.
Mencegah kerusakan pada mata bayi
d.
Mencegah pertumbuhan bayi
Jawab D
4. Salah satu fungsi penting dari ambulasi dini adalah...........
a. Mempercepat pengeluaran lochea
b. Mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi
c. Memperlambat proses involusi uterus
d. Mempererat hubungan antara ayah dan bayi
Jawab A
Asuhan Kebidanan Nifas
Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
16
5. Pengeluaran urin akan meningkat pada 24-48 jam pertama sampai sekitar hari ke5 setelah melahirkan,ini terjadi karena ……..
a. Gangguan perubahan hormon
b. Proses involusi uterus
c. Gangguan pada kontraksi rahim
d. Volume darah ekstra yang dibutuhkan waktu hamil tidak diperlukan
lagi setelah persalinan
Jawab D
6.
Yang bukan termasuk kebutuhan dasar ibu dalam masa nifas yaitu :
a.
Nutrisi dan cairan
b.
Ambulasi
c.
Rawat Gabung
d.
Kebersihan diri/perineum
Jawab D
7.
Ambulasi pada ibu postpartum dapat dilakukan setelah
a. 5 jam postpartum
b. 6 jam postpartum
c. 8 jam postpartum
d. 9 jam postpartum
Jawab B
8.
Setelah melahirkan ibu harus berkemih dalam .....jam
a. 4-5 jam
b. 5-6 jam
c. 6-8 jam
d. 9-10 jam
Jawab C
Asuhan Kebidanan Nifas
Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
9.
17
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal, kecuali :
a. Mempengaruhi jumlah ASI
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri
d. Membuat ibu lebih sehat dan bersemangat
Jawab D
10.
Senam yang paling baik dan paling aman untuk memperkuat otot dasar
panggul ialah:
a. Senam kegel
b. Senam kesegaran jasmani
c. Yoga
d. Senam Lantai
Jawab A
Asuhan Kebidanan Nifas
MATA KULIAH
Asuhan Kebidanan Nifas
WAKTU
DOSEN
TOPIK
Asuhan Ibu Masa Nifas Normal
Asuhan Ibu Masa Nifas Normal
1
SUB TOPIK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pengkajian data fisik dan psikososial
Riwayat kesehatan ibu
Pemeriksaan fisik
- Tanda-tanda vital
- Payudara
- Uterus
- Kandung kemih
- Genetalia
- Perineum
- Extremitas bawah
- Pengkajian psikologis dan pengetahuan ibu
Merumuskan diagnosa/ masalah aktual
Merumuskan diagnosa/ masalah potensial
Merencanakan Asuhan kebidanan
Pelaksanaan asuhan kebidanan
Evaluasi dan asuhan
OBJEKTIF PERILAKU SISWA
Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1.
Menjelaskan tentang Asuhan ibu masa nifas nornal
REFERENSI
1. PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta :
PUSDIKNAKES. 2003.
2. Saifuddin AB. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan neonatal. Jakarta :
YBPSP.2002.
3. Bobak. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. 2005.
4. Johnson Ruth, Taylor Wendy. Buku Ajar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta.
EGC. 2005.
5. Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
6. Mochtar, 1990. Obstetri Fisiologi (kin Obstetri Patologi, Jilid I, Edisi 2, EGC,
Jakarta.
7. Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, EGC, Jakarta.
8. Prawirohardjo.Ilmu Kebidanan, Edisi 111, Cetakan 4, YBS — SP; 1999
Asuhan Kebidanan Nifas
Asuhan Ibu Masa Nifas Normal
2
ASUHAN IBU MASA NIFAS NORMAL
1. Penatalaksanaan kebidanan ibu pasca salin normal selama 2-6 jam pertama
Semua ibu memerlukan pengamatan yang cermat dan penilaian dalam awal
masa pasca salin. Sebelum ibu dipulangkan dari klinik atau sebelum bidan
meninggalkan rumah ibu proses penatalaksanaan kebidanan selalu dipakai
untuk:
a. Mendeteksi komplikasi dan perlunya perujukan
b. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang
baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
c. Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi.
d. Memulai dan mendorong pemberian ASI
A. Langkah I (mengumpulkan data)
Sebelum ibu dipulangkan atau bidan pulang dari rumah ibu, bidan harus
mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan ibu sudah stabil.
Komponen-komponen pemeriksaan fisik dan penilaian:
1. Kesehatan umum
2. Tanda-tanda vital
3. Fundus
4. Lochea
5. Kandung kemih
parameter
Penemuan normal
Penemuan abnormal
Kesehatan umum
Letih
Terlalu letih, lemah
Tanda-tanda vital

TD<140/90:

TD >140/90
mungkin bisa naik

Suhu tubuh ?38 drj C
dari

Denyut >100
tingkat
pra
persalinan 1-3 hari
pasca salin
Asuhan Kebidanan Nifas
Asuhan Ibu Masa Nifas Normal

3
Suhu tubuh <38 drj
C

Denyut jantung 60100
Fundus

Kuat,
berkontraksi
baik

lochea


Lembek

Di
atas
ketinggian
Tidak berada di atas
fundus
saat
ketinggian
pasca salin

Merah terang
(lochea rubra)

Bau busuk

Bau biasa

Mengeluarkan

Tidak ada gumpalan
Merah
kehitaman

gumpalan darah

darah
masa
Pendarahan
berat
Jumlah pendarahan
(memerlukan
yang
penggantian pembalut
ringan
atau
sedikit 9hanya perlu
0-2 jam)
mengganti pembalut
setiap 2-4 jam)
B. Langkah 2 (mengevaluasi dan membuat diagnosa)
Berdasarkan data yang dihimpun, bidan akan bisa memutuskan apakah masa
pasca salin ibu adalah normal atau abnormal, jika semua parametet ternyata
normal, maka diagnosanya adalah “pasca salin berjalan normal”
C. Langkah 3 (berdasarkan diagnosa membuat rencana asuhan)
Dengan diagnosa “pasca salin normal”, bidan bisa memutuskan bahwa ibu
tersebut bisa dipulangkan, atau bahwa ibu tersebut aman ditinggal sendirian
bersama keluarganya.
Rencana asuhan untuk ibu yang normal pada pasca salin awal meliputi:
1. Petunjuk-petunjuk sebelum ibu pulang
a. Kapan menghubungi bidan: jika tanda-tanda bahaya
b. Dimana dan bagaimana cara menghubungi bidan
Asuhan Kebidanan Nifas
Asuhan Ibu Masa Nifas Normal
4
c. Perawatan perineum
d. Perawatan payudara
e. Kebersihan
f. Istirahat
g. Melanjutkan kegiatan seksual
2. Memberikan suplemen gizi
3. Pembahasan tentang kontrasepsi pasca salin
4. Menjadwalkan kunjungan ulang
D. Langkah 4 (melaksanakan rencana)
Untuk memastikan bahwa ibu akan bisa mengikuti rencana asuhan anda,
selalu berupaya untuk mendiskusikan rencana asuhan tersebut dengan ibu dan
keluarganya bersama-sama. penting sekali untuk melibatkan setiap orang
yang akan bertanggung jawab dalam membeli obat, memberi ijin kepada ibu
untuk beristirahat atau menambah makan dan minum, atau memastikan agar
ibu kembali untuk asuhan rutin atau asuhan gawat darurat.
E. Langkah 5 (Evaluasi efektivitas dan rencana asuhan)
Ketika ibu kembali untuk kunjungan ulang, anda akan bisa mengevaluasi
apakah rencana asuhan yang anda buat sudah efektif.
2. Pelaksanaan kebidanan 2-6 hari dan 2-6 minggu setelah kelahiran
Kunjungan post partum dilakukan 2-6 hari
setelah melahirkan dan 2-6
minggu setelah melahirkan adalah hampir sama.
Tujuan dari kunjungan itu adalah:
1. Memastikan bahwa ibu sedang dalam proses penyembuhan yang aman
2. Memastikan bahwa bayi sudah bisa menyusui tanpa kesulitan dan sudah
bertambah berat badannya.
3. Memastikan bahwa ikatan batin antara ibu dan bayi sudah terbentuk
4. Memprakarsai penggunaan kontrasepsi
5. Menganjurkan ibu membawa bayinya ke unit kesehatan setempat untuk
ditimbang dan di imunisasi.
Asuhan Kebidanan Nifas
Asuhan Ibu Masa Nifas Normal
5
Pengevaluasian dan asuhan untuk seorang ibu yang berada dalam proses 2-6 hari
dan 2-6 minggu post partum dapat dirangkumkan sebagai berikut:
A. Riwayat
1. Bagaimana perasaannya, termasuk suasana hati dan perasaannya tentang
menjadi orang tua.
2. Keluhan atau masalah yang sekarang dirasakan
3. Kesulitan dalam buang air kecil atau buang air besar
4. Perasaannya tentang persalinan dan kelahiran bayinya
5. Penjelasan tentang kelahiran: adakah komplkasi, laserasi atau episiotomi
6. Suplemen zat besi: adakah dia makan tablet
7. Pemberian ASI: berhasilkah, adakah kesulitan
B. Pemeriksaan fisik
1. Rupa pada umumnya
2. Tanda-tanda vital
3. Payudara: suhu, warna merah , nyeri puting, pembesaran.
4. Abdomen: tinggi fundus, konsistensi, bentuk
5. Lochea: warna, banyaknya, bekuan, baunya.
6. Perineum: edema, peradangan, jahitan, nanah.
7. Tungkai: tanda homan, gumpalan darah pada otot kaki yang
menyebabkan nyeri
C. Rencana Asuhan
Rencana asuhan untuk kunjungan dalam masa 2-6 hari dan 2-6 minggu pasca
salin hampir sama dengan rencana asuhan untuk penilaian pasca salin 2-6 jam
normal. Akan tetapi, pada kunjungan-kunjungan kemudian, ibu mungkin
akan lebih bisa memahami serta melaksanakan petunjuk dan pembelajaran.
Oleh karena itu, informasi-informasi ini hendaknya di ulang-ulang dan bidan
harus mendorong ibu untuk mau bertanya (tentang hal yang belum
dimengerti). Pada kunjungan 2-6 minggu, setiap ibu hendaknya di konseling
secara cermat tentang kontrasepsi pasca salin serta diberi kebebasan dalam
memutuskan metoda yang dipilih.
Asuhan Kebidanan Nifas
Asuhan Ibu Masa Nifas Normal
6
3. Tujuh Langkah Manajemen Menurut Helen Varney
a. Pengkajian
1. Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu. (pengkajian fisik dan
psikososial)
2. Melakukan pemeriksaan awal postpartum
3. Meninjau catatan / rekam medis pasien
a. Catatan perkembangan antepartum dan intra partum
b. Berapa lama pasien post partum
c. Catatan perkembangan pasien
d. Suhu, denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah pot partum
e. Pemeriksaan laboratorium dan laporan pemeriksaan tambahan
f. Catatan obat-obatan
g. Catatan bidan
4. Menanyakan riwayat kesehatan dan keluhan ibu
a. Mobilisasi
b. Buang air kecil
c. Buang air besar
d.
Nafsu makan
e. Ketidaknyamanan
f. Kekhawatiran
g. Hal yang tidak dimengerti
h. Makanan bayi
i. Reaksi pada bayi
j. Reaksi terhadap proses melahirkan dan kelahiran
5. Pemeriksaan fisik
1. Tekanan darah, suhu badan , denyut nadi
2. Tenggorakan jika diperlukan
3. Abdomen: kandung kencing, uterus
4. CVAT
5. Lochea: warna, jumlah, bau
Asuhan Kebidanan Nifas
Asuhan Ibu Masa Nifas Normal
6. Perineum:
7
edema,
inflamasi,
hematoma,pus,
bekas
luka
episiotomi, jahitan, memar dan hemoroid.
7. Ekstremitas: varises, betis apakah panas, refleks
b. Interpretesi data dasar
Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa
berdasarkan
interpretasi
yang
benar
atas
data-data
yang
telah
dikumpulkan. Diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu post partum dan
nifas tergantung dari hasil pengkajian terhadap ibu.
1. Diagnosa
a. Postpartum hari pertama
b. Perdarahan nifas
c. Sub involusio
d. Anemia postpartum
e. Pre eklamsia
f. Post sectio caesaria
2. Masalah
a. Ibu kurang informasi
b. Ibu tidak pernah PNC
c. Sakit pada luka episiotomi
d. Keluhan mulas yang mengganggu rasa nyaman
e. Buah dada bengkak dan sakit
3. Kebutuhan
a. Penjelasan tentang pencegahan infeksi
b. Tanda-tanda bahaya
c. Kontak dengan bayi sesering mungkin
d. Penyuluhan perawatan buah dada
e. Bimbingan menyusui
f. Penjelasan tentang metode KB
g. Imunisasi bayi
h. Kebiasaan yang tidak bermanfaat bahkan dapat membahayakan.
Asuhan Kebidanan Nifas
Asuhan Ibu Masa Nifas Normal
8
c. Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan
terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi dan
merencanakan antisipasi tindakan.
1. Diagnosa potensial
a. Hipertensi postpartum
b. Anemia postpartum
c. Sub involusio
d. Perdarahan post partum
e. Febris postpartum
f. Infeksi postpartum
2. Masalah potensial
1. Potensial bermasalah dengan ekonomi
2. Sakit pada luka bekas episiotomi
3. Nyeri kepala
4. Mulas
3. Antisipasi tindakan
1. Pemberian tablet besi agar tidak terjadi anemia
d. Identifikasi dan menetapkan tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
yang lain sesuai dengan kondisi pasien
Contoh:
o Ibu kejang, segera lakukan tindakan untuk mengatasi kejang dan
segera berkolaborasi merujuk ibu untuk perawatan selanjutnya
o Ibu tiba-tiba mengalami perdarahan, lakukan tindakan segera sesuai
dengan keadaan pasien, misalnya bila kontraksi uterus kurang baik
segera berikan uterotonika. Bila teridentifikasi adanya tandatanda adanya sisa plasenta, segera berkolaborasi dengan dokter untuk
tindakan kuratase
Asuhan Kebidanan Nifas
Asuhan Ibu Masa Nifas Normal
e.
9
Membuat rencana asuhan
Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan
temuan dan langkah sebelumnya.
Contoh:
Manajemen asuhan awal puerperium
-
Kontak dini dan sesering mungkin dengan bayi
-
Mobilisasilistirahat baring di tempat tidur
-
Gizi (diet)
-
Perawatan perineum
-
Buang air kecil spontan/kateter
-
Obat penghilang rasa sakit, bila diperlukan
-
Obat tidur, bila diperlukan
-
Obat pencahar, bila dipelukan
-
Pemberian methergine, bila diperlukan
-
Tidak dilanjutkan IV, bila diberikan
Asuhan Ianjutan
-
Tambahan vitamin atau zat besi, atau keduanya bila diperlukan
-
Bebas dari ketidaknyamanan postpartum
-
Perawatan buah dada
-
Pemeriksaan laboratorium terhadap komplikasi, jika diperlukan
-
Rencana KB
-
Rh immune globulin, jika diperlukan
-
Tanda-tanda bahaya
-
Kebiasaan
rutin
yang
tidak
bermanfaat
bahkan
dapat
membahayakan
f.Implementasi asuhan
Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman.

Kontak dini sesering mungkin dengan tenaga kesehatan

Mobilsasi/istirahat baring di tempat tidur

Pengaturan gizi (diet)

Perawatan perineum
Asuhan Kebidanan Nifas
Asuhan Ibu Masa Nifas Normal
10

Buang air kecil spontan/kateter

Pemberian obat penghilang rasa sakit, bila diperlukan

Pemberian obat tidur, bila diperlukan

Pemberian obat pencahar, bila diperlukan

Pemberian methergine, bila diperlukan

Tidak dilanjutkan IV, jika diberikan

Pemberian tambahan vitamin atau zat besi, atau keduanya, jika
diperlukan

Bebas dari ketidaknyamanan postpartum

Perawatan buah dada

Pemeriksaan laboratorium terhadap komplikasi, jika diperlukan

Rencana KB

Rh Immune globulin, jika diperlukan

Rubella vaccine 0,5 cc, jika diperlukan

Tanda-tanda bahaya

Penjelasan tentang kebiasaan rutin yang tidak bermanfaat bahkan
membahayakan
g.
Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi
kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan
yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan kembali
yang belum terlaksana
Asuhan Kebidanan Nifas
Asuhan Ibu Masa Nifas Normal
11
EVALUASI
1. Proses asuhan kebidanan pada ibu nifas berguna untuk, kecuali::
a.
Mendeteksi komplikasi dan perlunya perujukan
b.
Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang
aman.
c.
Menghalangi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi.
d.
Memulai dan mendorong pemberian ASI
Jawab C
2. Penemuan Abnormal pada ibu masa nifas 2-6 jam yaitu:
a. TD<140/90: mungkin bisa naik dari tingkat pra persalinan 1-3 hari
pasca salin
b. Suhu tubuh >38 drj C
a. Denyut jantung 60-100
b. Fundus keras
Jawab A
3.
Penemuan normal pada ibu nifas 2-6 jam, yaitu:
a.
Merah terang
b.
Bau biasa
c.
Mengeluarkan gumpalan darah
d.
Pendarahan berat (memerlukan penggantian pembalut 0-2 jam)
Jawab B
4. Tujuan dari kunjungan ibu nifas 2-4 hari, kecuali:
a.
Memastikan bahwa ibu sedang dalam proses penyembuhan
yang aman
b.
Memastikan bahwa bayi sudah bisa menyusui tanpa kesulitan
dan sudah bertambah berat badannya.
c.
Memastikan bahwa ikatan batin antara ibu dan bayi sudah
terbentuk
Asuhan Kebidanan Nifas
Asuhan Ibu Masa Nifas Normal
d.
12
Memastikan pemilihan kontrasepsi oleh bidan
Jawab D
5. Manajemen asuhan awal puerperium, kecuali:
a. Kontak dini dan sesering mungkin dengan bayi
b. Mobilisasil istirahat baring di tempat tidur
c. Gizi (diet)
d. Perawatan wajah
Jawab D
Asuhan Kebidanan Nifas
MATA KULIAH
Asuhan Kebidanan Nifas
WAKTU
DOSEN
TOPIK
Persiapan Pasien Pulang
Persiapan Pasien Pulang
1
SUB TOPIK
1.
Membantu ibu untuk menyusui bayi
2.
Memfasilitasi menjadi orang tua
3.
Persiapan pasien pulang
4.
Ancipatori guidance
OBJEKTIF PERILAKU SISWA
Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1.
Menjelaskan tentang membantu ibu untuk menyusui bayi
2.
Menjelaskan tentang memfasilitasi menjadi orang tua
3.
Menjelaskan tentang persiapan pasien pulang
4.
Menjelaskan tentang ancipatori guidance
REFERENSI
1. PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta :
PUSDIKNAKES. 2003.
2. Saifuddin AB. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan neonatal. Jakarta :
YBPSP.2002.
3. Bobak. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. 2005.
4. Johnson Ruth, Taylor Wendy. Buku Ajar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta.
EGC. 2005.
5. Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
6. Mochtar, 1990. Obstetri Fisiologi (kin Obstetri Patologi, Jilid I, Edisi 2, EGC,
Jakarta.
7. Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, EGC, Jakarta.
8. Prawirohardjo.Ilmu Kebidanan, Edisi 111, Cetakan 4, YBS — SP; 1999
Asuhan Kebidanan Nifas
Persiapan Pasien Pulang
2
1. MEMBANTU KEBERHASILAN MENYUSUI
a.
Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi,
sebagai permulaan dengan menyusui bayinya. Lakukan rawat gabung.
b.
Menginformasikan pada ibu bagaimana cara mengetahui bahwa bayinya cukup
mendapatkan ASI (bayi kencing minimal 6 kali dalam 24 jam pertama dan
warnanya jernih sampai kuning muda, bayi sering BAB seperti berbiji
kekuningan, bayi tampak puas, bangun dan tidur cukup, bayi menyusui 10-12
kali dalam 24 jam, payudara kosong dan lembut setelah menyusui, ibu merasa
geli karena aliran air susu setiap kali bayi menyusu, bayi bertambah berat
badannya) ataupun ASI yang tidak cukup.
c.
Mengajarkan bagaimana cara meningkatkan suplai ASI
Untuk bayi, menyusui bayi setiap 2 jam dengan lama menyusui 10-15
menit setiap payudara. Bangunkan bayi lepaskan baju agar tidak gerah
dan duduklah selama menyusui. Pastikan bayi menempel yang baik pada
saat menyusu dan dengarkan suara menelan yang aktif.
Untuk ibu. Harus meningkatkan istirahat dan minum. Yakinkan ibu
bahwa ia dapat memproduksi ASI lebih banyak bila memperhatikan hal
tersebut diatas.
d.
Mengajarkan cara menyusui yang benar. (bayi menghisap, rahangnya bergerak
dan kadang telinga terlihat bergerak bersama dagu. Dagu dan puting
bersentuhan tetapi hidung bebas. Bayi menghisap dan kemudian berhenti, pada
saat berhenti beberapa detik. Bila sudah selesai menyusu bayi akan melepas
payudara ibu secara spontan. Bayi akan merasa puas, tidur tenang diantara
waktu menyusu). Mengamati ibu pada saat menyusui dan mengoreksi setiap
kali terdapat masalah pada penempelan dan posisinya.
e.
Mengajarkan cara perawatan payudara yang benar.
f.
Menginformasikan cara-cara mengatasi masalah payudara (puting susu lecet,
puting susu bengkak).
g.
Meyakinkan ibu untuk pemberian ASI ekslusif dan menghindari penggunaan
susu botol dan dot/empeng.
Asuhan Kebidanan Nifas
Persiapan Pasien Pulang
3
2. MEMPERSIAPKAN MENJADI ORANG TUA
a.
Mendorong pasangan orang tua untuk memegang dan memeriksa bayinya,
memberikan komentar positif tentang bayinya, dengan meletakkan bayi
disamping ibu.
b.
Membiarkan ibu untuk sendiri saja bersama dengan bayinya.
c.
Mengajarkan pada ibu yang baru pertama kali menggendong bayinya dan
memposisikan sedemikian rupa agar matanya langsung berhadapan dengan
bayi.
d.
Selalu mendorong pasangan orang tua untuk berinteraksi dengan bayinya.
e.
Kontak dini dan rooming in.
3. ANTISIPATORY GUIDENCE / BIMBINGAN
ANTISIPASI
Setiap ibu post partum harus diinformasikan mengenai hal ini / diberikan
bimbingan dan kemudian diberikan instruksi apa yang harus mereka lakukan bila
menemui hal-hal yang dirasakannya sebagai masalah dan kebutuhan.
Tidak semua ibu post partum anak pertama tidak memahami parawatan masa
nifas, ibu post partum dengan anak kedua atau lebih pun bisa tidak / kurang
memahami perawatan ibu dan bayinya. Untuk itu, sebaiknya semua ibu post partum
diberikan bimbingan antisipasi yang berhubungan dengan ibu, bayi, dalam
hubungannya dengan orang lain.
a.
Ibu
Nutrisi, Tambahan kalori yg dibutuhan o/ bufas yaitu 500 kalori/hari,
diet berimbang untuk mendapatkan sumber tenaga, protein, mineral,
vitamin, dan mineral yg cukup, minum sedikitnya 3 lt/hariPil zat besi
sdktnya selama 40 hr pasca salin, minum kapsul vitamin A (200.000
unit), hindari makanan yg mengandung kafein/nikotin
Asuhan Kebidanan Nifas
Persiapan Pasien Pulang
4
Aktivitas sehari-hari, dilakukan secara bertahap sampai dengan ibu
merasa cukup kuat melakukan kegiatan.
Istirahat, dapat membantu involusi uterus, mengurangi perdarahan,
mempercepat pengeluaran ASI, mencegah depresi PP. Anjurkan untuk
istirahat cukup untuk mencegah kelehan, sarankan melakukan kegiatan
rumah tangga secara perlahan- lahan, jika ibu menyusui maka ibu sering
bangun di malam hari, anjurkan untuk mengambil masa istirahat pd siang
hari / beristirahat pada saat bayi tidur
Perawatan perineum dan personal higiene.
Perawatan Perineum
Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Bersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke
belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasihatkan
kepada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai BAK/BAB.
Jika terdapat luka episiotomi sarankan untuk tidak menyentuh luka.
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik
dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya
Pakaian
Sebaiknya, pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena
produksi keringat menjadi banyak (di samping urin). Produksi keringat yang
tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya
pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan
kering.Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi pada
daerah sekitarnya akibat lochea.
Asuhan Kebidanan Nifas
Persiapan Pasien Pulang
5
Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir mungkin ibu akan mengalami kerontokan pada rambut akibat
gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebih tipis
dibandingkan keadaan normal. Namun akan pulih kembali setelah beberapa
bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup,lalu sisir menggunakan
sisir yang lembut. Hindari penggunaan pengering rambut.
Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan
dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan
pembengkakan pada wajah, kaki, betis dan tangan ibu. Oleh karena itu,dalam
minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah
keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan
jaga agar kulit tetap kering.
Perawatan payudara bagi ibu menyusui, Perawatan yang dilakukan
terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan
mencegah
tersumbatnya
saluran
susu
sehingga
memperlancar
pengeluaran susu. Lakukan perawatan payudara secara teratur, Perawatan
payudara hendaknya dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi
dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari.
Perawatan payudara yang mengalami pembengkakan
Latihan mengencangkan otot perut (senam nifas)
Latihan mengencangkan otot perinerum (kegel exercise)
Hubungi bidan bila ada tanda-tanda bahaya nifas (perdarahan berlebih,
demam, nyeri perut atau lochea berbau busuk, sakit kepala terusmenerus, nyeri epigastrik, atau ada masalah pandangan /penglihatan,
payudara tampak merah, panas dan atau nyeri, rasa nyeri, merah, &
lembek, pembengkakan pd kaki, merasa sangat sedih, tidak bisa
mengasuh diri dan bayi).
Kunjungan ulang pada 6 hari post partum, 2 minggu post partum dan 6
minggu post partum
Asuhan Kebidanan Nifas
Persiapan Pasien Pulang
b.
6
Bayi
Jika diberi susu formula
- Penyiapan susu formula (Lihat tanggal kadarluasa, cuci tangan
dahulu, alat harus benar-benar baru di sterilkan dan siap untuk
digunakan, air harus sudah masak dan dingin, pengambilan susu
dengan sendok harus rata. Susu bubuk dimasukan kedalam botol,
dot dan tutupnya dipasang kemudian dilakukan pengocokan. Ikuti
petunjuk penakaran dengan tepat, setelah didinginkan tutup dan
dinginkan dilemari es sampai saat diperlukan. Sebelum diberikan
hangatkan dengan merendam botol dalam air panas, (periksa
temperatur
susu
sebelum
diberikan
dengan
meneteskan
kepergelangan tangan ibu bagian dalam). Jaga agar dot bayi tidak
tersentuh agar steril. Setelah bayi selesai minum, semua sisa susu
dibuang dan botol,dot dan tutupnya dicuci dengan air sabun, bilas
dan sterilkan, susu yang telah disiapkan dan tidak digunakan dalam
24 jam harus dibuang.
- Perawatan dan penyiapan botol dan dot, dot yang sudah bersih
direndam dalam air dingi, pastikan tidak ada gelembung udara yang
terbentuk,
lakukan
perebusan
selama
10
menit,
jangan
menambahkan apapun dalam panci, peralatan yang sudah
disterilkan harus digunakan dalam 12 jam, gunakan jika sudah
dingin.
- Bagaimana memegang bayi selama pemberian susu formula, bayi
digendong dengan baik, dekat dengan badan orang tua, seperti
ketika disusui sehingga kontak mata antara ibu dan bayi terjaga.
- Bagaimana memegang botol selama menyusui, dot harus diletakan
diatas lidah bayi, botol dimiringkan sampai susu memenuhi dot
agar udara keluar dari dot. Bayi akan menghisap dan berhenti jika
ia sudah kenyang.
Menyendawakan bayi, dengan cara mendudukan bayi secara tegak,
mengelus atau menepuk punggung bayi.
Asuhan Kebidanan Nifas
Persiapan Pasien Pulang
7
Memandikan bayi, termasuk mengenakan dan mengganti popok setiap
bayi BAB/BAK
Mengenakan baju termasuk berapa baju yang harus disiapkan
berhubungan dengan temperatur lingkungan dan tubuh yang ditentukan
dengan merasakan badan bayi
Pembersihan dan perawatan penis
Perawatan perineum bagi bayi perempuan
Perawatan tali pusat, ganti kasa yang sudah basah dengan kasa kering
Bagaimana cara mengangkat, memegang dan menggendong bayi
Pencegahan dan pengobatan diaper rash (ruam popok)
Arti tangisan
- Lapar
- Tidak nyaman (popok basah)
- Membutuhkan bersendawa
- Membutuhkan perubahan posisi yang tidak nyaman
- Tersakiti oleh sesuatu
- Membutuhkan kasih saying (ingin dipegang atau dimomong)
- Pakaian atau selimut terlalu sempit
- Sakit
Hubungi bidan bila terdapat tanda-tanda bahaya (pernafasan sulit atau
cepat, terlalu panas/demam, ikterik, susah makan/menyusu malas dan
banyak muntah, tali pusat bengkak atau merah, tanda infeksi, tidak
berkemih dalam 24 jam, tinja berwarna hijau tua, menggigil, tangis tidak
biasa, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, menagis terus menerus,
tidak bisa tenang).
Bawa bayi atau 2-4 minggu kemudian untuk pemeriksaan kesehatannya
dan juga imunisasi.
Asuhan Kebidanan Nifas
Persiapan Pasien Pulang
c.
8
Ibu dalam hubungannya dengan orang lain
Sibling rivalry/persaingan saudara kandung
Perhatian terhadap suami
Transisi hubungan keluarga
Perencanaan keluarga
Memulai kembali hubungan seksual
Perlu waktu bersama bila berpisah dari bayi dan jauh dari rumah
SELALU LIBATKAN ANGGOTA KELUARGA DALAM BIMBINGAN INI
SESUAIKAN TOPIK BIMBINGAN DENGAN DIAGNOSE IBU / MASALAH
YANG DIHADAPI
4. PERSIAPAN PASIEN PULANG
a.
Yakinkan ibu dan bayi tidak mengalami masalah dalam masa ini. Kebutuhan
bayi dan ibu terpenuhi dengan meninjau kembali catatan/rekam medis ibu dan
bayi untuk melihat hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, dsb. Obat-obatan
yang diberikan ataupun yang akan dibawa pulang harus ditinjau kembali.
b.
Bila ibu lahir di rumah sakit. Dokter hanya dibutuhkan dalam perencanaan
pulang seorang ibu dan bayi yang mengalami komplikasi persalinan atau pada
awal masa pasca persalinan.
c.
Berikan informasi mengenai kebutuhan dan perawatan ibu dan bayi selama
dirumah. Informasi mengenai tanda bahaya dan saat dimana ibu harus
menghubungi tenaga kesehatan (Bidan) dan bagaimana cara menghubunginya.
d.
Informasi yang lengkap mengenai pendidikan kesehatan ibu dan bayi harus
ditinjau kembali apakah ibu benar-benar mengerti atau tidak.
e.
Berikan kesempatan pada ibu atau keluarga untuk dapat menghubungi bidan
atau petugas kesehatan terkait kapan saja ibu memerlukan (misalnya: Lewat
telepon).
Asuhan Kebidanan Nifas
Persiapan Pasien Pulang
f.
9
Bila lahir dirumah sakit pastikan semua administrasi sudah lengkap, bendabenda ibu sudah disiapkan untuk dibawa pulang, gelang ibu dan bayi diperiksa
untuk menyamakan identitas.
g.
Ingatkan ibu kapan harus control kerumah sakit atau klinik.
h.
Sebagian besar ibu walaupun ibu lahir di rumah sakit terutama yang berasal
dari rujukan bidan komunitas, maka perawatan ibu dan bayi akan dikembalikan
pada bidan dikomunitas, dengan surat rujukan balik/resume hasil perawatan ibu
dan bayi diberikan pada bidan yang akan merawatnya dirumah. Dan ingatkan
ibu atau keluarga agar segera menghubungi bidan tersebut sesampainya
dirumah.
Asuhan Kebidanan Nifas
Persiapan Pasien Pulang
10
EVALUASI
1. Untuk meningkatkan suplai ASI ibu, dianjurkan:
a. Membatasi minum
b. Membatasi istirahat
c. Beri ASI tanpa terjadwal
d. Beri ASI 4 jam sekali
Jawab C
2. Anjurkan ibu untuk mempersiapkan diri menjadi orang tua dengan cara,
kecuali:
a.
Membiarkan ibu untuk sendiri saja bersama dengan bayinya.
b.
Mengajarkan pada ibu yang baru pertama kali menggendong bayinya
dan memposisikan sedemikian rupa agar matanya langsung berhadapan
dengan bayi.
c.
Selalu mendorong pasangan orang tua untuk berinteraksi dengan
bayinya.
d.
Meletakkan bayi di ruang yang berbeda
Jawab D
3. Melakukan perawatan Perineum pada ibu dengan cara, kecuali:
a.
Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
b.
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari.
c.
Sarankan ibu untuk tidak mengeringkan daerah kelamin setelah
berkemih.
d.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya
Jawab C
Asuhan Kebidanan Nifas
Persiapan Pasien Pulang
11
4. Bidan memberikan informasi kepada ibu sebagai persiapan pulang, kecuali:
a.
Yakinkan ibu dan bayi tidak mengalami masalah dalam masa ini.
b.
Berikan informasi mengenai kebutuhan dan perawatan ibu dan bayi
selama dirumah.
c.
Informasi yang lengkap mengenai pendidikan kesehatan ibu dan bayi
harus ditinjau kembali apakah ibu benar-benar mengerti atau tidak.
d.
Batasi kesempatan pada ibu atau keluarga untuk dapat menghubungi
bidan atau petugas kesehatan terkait kapan saja ibu memerlukan
(misalnya: Lewat telepon).
Jawab D
5. Hubungi bidan bila terdapat tanda-tanda bahaya pada bayi, kecuali:
a.
pernafasan sulit atau cepat
b.
terlalu panas/demam, ikterik
c.
tidur nyenyak
d.
susah makan/menyusu
Jawab C
Asuhan Kebidanan Nifas
MATA KULIAH
Asuhan Kebidanan Nifas
WAKTU
DOSEN
Enny Yusriani, SST
TOPIK
Tindak Lanjut Asuhan Nifas Di Rumah
Tindak Lanjut Asuhan Nifas Di Rumah
1
SUB TOPIK
1.
2.
3.
4.
Tindak lanjut asuhan nifas di rumah
Jadwal kunjungan rumah
Asuhan lanjutan masa nifas di rumah
Penyuluhan masa nifas
- Gizi
- Suplemen zat besi/vit A
- Kebersihan diri/bayi
- Istirahat/tidur
- Pemberian ASI
- Latihan/senam nifas
- Hubungan seks dan keluarga berencana
- Tanda-tanda bahaya
OBJEKTIF PERILAKU SISWA
Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1.
Menjelaskan tentang Tindak lanjut asuhan nifas di rumah
2.
Menjelaskan tentang Jadwal kunjungan rumah
3.
Menjelaskan tentang Asuhan lanjutan masa nifas di rumah
4.
Menjelaskan tentang Penyuluhan kesehatan yang diberikan masa nifas
REFERENSI
1. PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta :
PUSDIKNAKES. 2003.
2. Saifuddin AB. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan neonatal. Jakarta :
YBPSP.2002.
3. Bobak. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. 2005.
4. Johnson Ruth, Taylor Wendy. Buku Ajar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta.
EGC. 2005.
5. Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
6. Mochtar, 1990. Obstetri Fisiologi (kin Obstetri Patologi, Jilid I, Edisi 2, EGC,
Jakarta.
7. Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, EGC, Jakarta.
8. Prawirohardjo.Ilmu Kebidanan, Edisi 111, Cetakan 4, YBS — SP; 1999
Asuhan Kebidanan Nifas
Tindak Lanjut Asuhan Nifas Di Rumah
2
TINDAK LANJUT ASUHAN MASA NIFAS
A.
Tindak lanjut asuhan nifas di tumah
Paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas, dilakukan untuk menilai
keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
masalah-masalah yang terjadi. Frekuensi kunjungan pada masa nifas adalah:
a.
Kunjungan I ( 6-8 jam setelah persalinan)
Tujuan:
Mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan
berlanjut
Membenkan konseling pada ibu atau satah satu anggota keluarga,
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
Pemberian ASI awal
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi hipotermi
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu
dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu
dan bayi dalam keadaan stabil
b. Kunjungan II ( 6 hari setelah persalinan)
Tujuan:
Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi dengan
baik, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal atau
tidak ada bau
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal
Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istirahat
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda tanda
penyulit
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Asuhan Kebidanan Nifas
Tindak Lanjut Asuhan Nifas Di Rumah
c.
3
Kunjungan III ( 2 minggu setelah persalinan)
Tujuan: sama dengan kunjungan II
d.
Kunjungan IV ( 6 minggu setelah persalinan)
Tujuan:

Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia atau bayi alami

Memberikan konseling untuk KB secara dini
B. Penyuluhan Masa Nifas
1. Kebersihan diri/bayi
Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
a. Perawatan Perineum
1) Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Bersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke
belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Nasihatkan kepada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai
BAK/BAB. Jika terdapat luka episiotomi sarankan untuk tidak
menyentuh luka.
2) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
3) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya
b. Pakaian
Sebaiknya, pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat
karena produksi keringat menjadi banyak (di samping urin). Produksi
keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat
hamil. Sebaiknya pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara
tidak tertekan dan kering.Demikian juga dengan pakaian dalam, agar
tidak terjadi iritasi pada daerah sekitarnya akibat lochea.
Asuhan Kebidanan Nifas
Tindak Lanjut Asuhan Nifas Di Rumah
4
c. Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir mungkin ibu akan mengalami kerontokan pada rambut
akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebih
tipis dibandingkan keadaan normal. Namun akan pulih kembali setelah
beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup,lalu sisir
menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan pengering rambut.
d. Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan
dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan
pembengkakan pada wajah, kaki, betis dan tangan ibu. Oleh karena
itu,dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan
merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan
mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.
e.
Perawatan Payudara
Perawatan
yang
dilakukan
terhadap
payudara
bertujuan
untuk
melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu
sehingga memperlancar pengeluaran susu. Lakukan perawatan payudara
secara teratur, Perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin,
yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari.
2. Istirahat/tidur
o Istirahat membantu mempercepat proses involusi uterus dan
mengurangi perdarahan, memperbanyak jumlah pengeluaran ASI dan
mengurangi penyebab terjadinya depresi.
o
Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
o
Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi
tidur.
o
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
Asuhan Kebidanan Nifas
Tindak Lanjut Asuhan Nifas Di Rumah
o
5
Sarankan ibu untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
o
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:

Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan

Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri.
3.
Pemberian ASI
Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :
1.
Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara
ibunya.
2.
Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan :
1.
Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam
pertama.
2.
Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul.
3.
Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
4.
Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).
5.
Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
6.
Memberikan kolustrum dan ASI saja.
7.
Menghindari susu botol dan “dot empeng”.
Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam
pertama.
Bayi mulai meyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut dengan inisiasi
menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan
peristiwa penting, dimana bayi dapat melakukan kontak kulit langsung dengan
Asuhan Kebidanan Nifas
Tindak Lanjut Asuhan Nifas Di Rumah
ibunya
dengan
tujuan
dapat
memberikan
6
kehangatan.
Selain
itu,
dapat
membangkitkan hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI seawal
mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir.
Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul.
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara
dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara
sebelum hamil sudah mulai dilakukan. Sebelum menyentuh puting susu, pastikan
tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara
paling tidak dilakukan minimal satu kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan
mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya.
Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting.
Semakin sering bayi menghisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga
semakin lancar. Hal ini disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada
hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot
polos untuk memeras ASI. Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik atau posisi
ibu dalam menyusui.
4.
Latihan/senam nifas
Segera lakukan senam kegel pada hari pertama postpartum bila memang
memungkinkan. Meskipun kadang-kadang sulit untuk secara mudah mengaktifkan
otot-otot dasar panggul ini selama hari pertama atau kedua, anjurkanlah agar ibu
tersebut tetap mencobanya
Senam Kegel (untuk dasar panggul) :
Lakukan senam ini kapan saja, tidak akan ada orang yang tau atau melihat anda
melakukannya. Lakukanlah sampai 100 kali dalam sehari. Untuk mengkontraksikan
pasangan otot-otot ini, bayangkanlah bahwa anda sedang BAK dan lalu anda anda
tiba-tiba menahannya ditengah-tengah itulah ototnya. Atau bayangkan bahwa dasar
Asuhan Kebidanan Nifas
Tindak Lanjut Asuhan Nifas Di Rumah
7
panggul merupakan sebuah elevator; secara perlahan anda menjalankannya sampai
lantai 2 lalu kemudian ke lantai 3 dan seterusnya, dan kemudian balik turun secara
perlahan. Begitulah cara melatih otot-otot tersebut.
Manfaat senam Kegel
Senam Kegel akan membantu penyembuhan postpartum dengan jalan membuat
kontraksi dan pelepasan secara bergantian pada otot-otot dasar panggul adalah, yaitu:
1)
Membuat jahitan jahitan lebih merapat
2)
Mempercepat penyembuhan
3)
Meredakan haemoroid
4)
Meningkatkan pengendalian atas urin
Caranya :
Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan pinggul tahan
sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi lagi latihan sebanyak 5 kali.
Mengencangkan otot-otot abdomen :
Otot-otot abdomen setelah melahirkan akan menunjukkan kebutuhan perhatian yang
paling jelas. Mengembalikan tonus otot-otot abdomen merupakan tujuan utama dari
senam dalam masa postpartum.
Secara Umum :
Pada minggu-minggu pertama para ibu sering mengalami penegangan yang terasa
sakit dipunggung atas yang disebabkan oleh payudara yang berat serta pemberian
ASI yang sering terpaksa dilakukan dengan posisi yang kaku dan lama diperhatikan.
Senam tangan dan bahu secara teratur sangat penting untuk mengendurkan
ketegangan ini, dan juga dengan menggunakan gerakan tubuh yang baik, sikap yang
baik serta posisi yang nyaman pada waktu memberi ASI.
Delapan gerakan dalam senam nifas yaitu:
1) Pernafasan perut
2) Sentuh lutut
Asuhan Kebidanan Nifas
Tindak Lanjut Asuhan Nifas Di Rumah
8
3) Memutar kedua lutut
4) Putar tungkai
5) Pernafasan abdomen campuran dan supine pelvic
6) Angkat bokong
7) Memutar satu lutut
8) Angkat tangan
5.
Hubungan seks dan keluarga berencana
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami isteri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri,
aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
Tidak dianjurkan untuk melakukan hubungan sexual sampai dengan 6
minggu post partum. Keputusan bergantung pada pasangan yang
bersangkutan. Hubungan seksual dapat dilanjutkan setiap saat ibu merasa
nyaman untuk memulai, dan aktivitas itu dapat dinikmati.

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya
kedalam vagina tanpa rasa nyeri.

Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6
minggu setelah persalinan.
Asuhan Kebidanan Nifas
Tindak Lanjut Asuhan Nifas Di Rumah
9
EVALUASI
1. Berdasarkan Program dan kebijakan teknis masa nifas, berapa jumlah kunjungan
masa nifas yang dilakukan………..
a. 3 kali
b. 4 kali
c. 5 kali
d. 6 kali
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini merupakan asuhan yang dilakukan
pada saat……….
a. 6 -8 minggu post partum
b. 6 hari post partum
c. 2 minggu post partum
d. 6 minggu post partum
3. Yang bukan merupakan komponen – komponen pengkajian data fisik pada ibu
masa post partum adalah..............
a.
Kesehatan umum
b.
Tanda-tanda vital
c.
Pemeriksaan dalam
d.
Payudara
4. Yang bukan merupakan jadwal kunjungan pada bayi baru lahir dan neonatus
adalah............
a. 24 Jam setelah pulang awal
b. 1 minggu setelah pulang
c. 4 minggu setelah kelahiran
d. 6 minggu setelah kelahiran
5. Yang bukan merupakan manajemen pada bayi baru lahir dan neonatus adalah…..
a. Penilaian awal bayi baru lahir
Asuhan Kebidanan Nifas
Tindak Lanjut Asuhan Nifas Di Rumah
10
b. Pemberian ASI
c. Menjaga bayi tetap hangat
d. Memandikan bayi segera
Asuhan Kebidanan Nifas
MATA KULIAH
Asuhan Kebidanan Nifas
WAKTU
DOSEN
TOPIK
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa
Nifas Dan Penanganannya
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
1
SUB TOPIK
1.
2.
3.
4.
5.
Perdarahan per vagina
Infeksi masa nifas
Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur
Pembengkakan di wajah atau ekstrimitas
Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih
OBJEKTIF PERILAKU SISWA
Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1.
Menjelaskan tentang perdarahan per vagina
2.
Menjelaskan tentang infeksi masa nifas
3.
Menjelaskan tentang sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur
4.
Menjelaskan tentang pembengkakan di wajah atau ekstrimitas
5.
Menjelaskan tentang demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih
REFERENSI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC. 1998.
Saifuddin, Abdul Bari. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. 2001.
Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. 1998. Halaman
Cunningham FG. William obstetrics 22–nd edition. New York : Mc Graw-Hill.
2005.
Cunningham, F.Gary et.al, 2006, Obstetri William Edisi 21 vol 1 dan 2. Jakarta
: EGC
POGI- JNPKKR. 2005. Buku Acuan Pelayanan Obstetri Neonatal dan
Emergensi Dasar. Jakarta : Depkes RI
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri Jilid I, Jakarta : EGC
Saifuddin, Abdul Bari dkk, 2001, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta:JNPKKR-POGI
Varney, Helen. 1997. Varney’s Midwifery. Jakarta : EGC
Wiknjosastro, Hanifa, 2002, Ilmu kebidanan, Jakarta : YBPSP
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
2
1. PERDARAHAN PER VAGINA
Perdarahan nifas dinamakan sekunder bila terjadi 24 jam/lebih sesudah
persalinan. Perdarahan ini bisa timbul pada minggu kedua masa nifas. Perdarahan
sekunder ini ditentukan <1% dari semua persalinan. Perdarahan dari vagina atau
lokhia berlebihan pada 24 jam sampai 42 hari sesudah persalinan dianggap sebagai
perdarahan post partum sekunder dan memerlukan pemeriksaan serta pengobatan
segera. Perdarahan post partum sekunder paling sedikit selama 10 hari pertama
terhadap tanda-tanda awalnya.
Perdarahan yang mungkin terjadi dalam masa 40 hari biasanya disebabkan
oleh adanya sub involusi uteri. Penderita disuruh tidur dan diberi tablet ergometrin,
umumnya perdarahan berhenti. Bila perdarahan tetap ada, maka sebaiknya dilakukan
kerokan untuk menyingkirkan kemungkinan sisa-sisa plasenta.
2. INFEKSI MASA NIFAS
Haid pertama sesudah persalinan kadang-kadang banyak, akan tetapi tidak
jarang ini dapat diatasi dengan tidur. Bila serviks tidak hiperemik, meradang dan
erosi; dan ada persangkaan kearah keganasan maka pengobatan dengan kauterisasi
(kimiawi, elektrik) atau cryosurgeri sudah cukup untuk kelainan tersebut.
Pemeriksaan sesudah 40 hari tidak merupakan pemeriksaan terakhir. Lebih-lebih bila
ditemukan kelainan-kelainan meskipun sifatnya ringan. Hal ini akan banyak sekali
manfaatnya agar wanita jangan sampai menderita penyakit-penyakit yang makin
lama makin berat hingga tidak dapat atau susah diobati. Misalnya bila ternyata ada
gejala-gejala karsinoma serviks uteri stadium III-IV.
a.
Etiologi :
1.
Kelainan kongenital uterus
2.
Inversio uteri
3.
Mioma uteri submukosum
4.
Penghentian pengobatan dengan estrogen untuk menghentikan laktasi
5.
Pengeluaran plasenta dan selaputnya tidak lengkap
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
3
Suatu bagian dari plasenta 1 atau lebih lobus tertinggal
6.
Persalinan lama
7.
Persalinan dengan komplikasi atau dengan menggunakan alat
8.
Terbukanya luka setelah bedah sesar
9.
Terbukanya luka setelah episiotomi
10.
Infeksi
11.
Koagulopati
Bentuk patologipembekuan darah yang menyebabkan terjadinya
perdarahan internal atau eksternal yang luas
Takhikardia
Diavoresis (keringat berlebihan)
Penurunan trombosit, fibrinogen dan protrombin
Subinvolusi :
Merupakan keadaan dimana tidak kembalinya uterus padakeadaan
normal sesudah partus.
Uterus yang lunak dengan perlambatan atau tidak ada penurunan
tinggi fundus
Warna lokhia merah kecoklatan persisten atau berkembang lambat
selama tahap-tahap lokhia diikuti perdarahan
Perdarahan sedikit mungkin menimbulkan syok pada ibu yang menderita
anemia berat. Syok harus segera diatasi dan cairan yang hilang harus segera
diganti. Sedapat mungkin ibu dirujuk dengan anggota keluarganya yang akan
menjadi donor darah. Berikan suplementasi zat besi setelah perdarahan.
Perdarahan dapat terjadi kapan saja sesudah bayi lahir. Ruptura uteri dapat
terjadi dalam persalinan tanpa tampak adanya perdarahan keluar.
b.
Penanganan :
1.
Kaji adanya infeksi
2.
Ergonovin (ergotrate) 0,2 mg peroral tiap 4 jam selama 3 hari atau
metilergonovin (methergine) 0,2 mg peroral tiap 4 jam selama 3 hari
3.
Observasi dan catat tanda-tanda vital secara teratur, catat dengan teliti
riwayat perdarahan (kapan mulainya dan berapa banyak darah yang
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
4
sudah keluar → hal ini akan menolong dalam mendiagnosis secara cepat
dan memutuskan tindakan yang tepat)
4.
Berikan suplemen zat besi selama 90 hari kepada ibu yang mengalami
perdarahan post partum sekunder ini
5.
Berikan antibiotik (ampisilin 500 mg dan metronidazol 1 gr peroral,
lanjutkan dengan ampisilin 500 mg peroral setiap 6 jam)
6.
Buat catatan yang akurat
7.
Bila kondisi ibu memburuk pasang infus dan segera rujuk (cairan IV
guyur supaya nadi bertambah kuat, lalu tetesan dipelankan dan
dipertahankan terus sampai ibu tiba dirumah sakit)
8.
Jelaskan dengan hati-hati kepada ibu dan keluarga tentang apa yang akan
terjadi
9.
Uji pembekuan darah
10.
Evaluasi kembali setiap 2 minggu
11.
Rujuk ibu bersama bayinya (jika memungkinkan) dan anggota
keluarganya yang dapat menjadi donor darah jika diperlukan kerumah
sakit
Dapat juga dimulai dengan pemberian 0,5 mg ergometrin IM, yang dapat
diulang dalam 4 jam atau kurang. Perdarahan yang banyak memerlukan pemeriksaan
tentang sebabnya. Apabila tidak ditemukan inversio uteri atau mioma submukosum
yang memerlukan penanganan khusus, kerokan dapat menghentikan perdarahan.
Pada tindakan ini perlu dijaga agar tidak terjadi perforasi.
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
5
3. SAKIT KEPALA, NYERI EPIGASTRIK,
PENGLIHATAN KABUR
1.
Sakit kepala
Nyeri kepala pada masa nifas dapat merupakan gejala preeklampsia, jika tidak
diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke,koagulopati dan kematian.
Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah:
1. Sakit kepala hebat
2. Sakit kepala yang menetap
3. Tidak hilang dengan istirahat
4.
Depresi post partum
Kadang - kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin
menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang
hebat disebabkan karena terjadinya edema pada otak dan meningkatnya resistensi
otak yang mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, yang dapat menimbulkan kelainan
serebral (nyeri kepala, kejang) dan gangguan penglihatan.
a. Gejala :
1. Tekanan darah naik atau turun
2. Lemah
3. Anemia
4. Napas pendek atau cepat
5. Nafsu makan turun
6. Kemampuan berkonsentrasi kurang
7. Tujuan dan minat terdahulu hilang; merasa kosong
8. Kesepian yang tidak dapat digambarkan; merasa bahwa tidak seorang
pun mengerti
9. Serangan cemas
10. Merasa takut
11. Berpikir obsesif
12. Hilangnya rasa takut
13. Control terhadap emosi hilang
14. Berpikir tentang kematian
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
6
b. Penanganan
1. Informed consent
2. Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari
riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarga
3. Pemberian Parasetamol dan Vit B Complek 2x/hari, Tablet zat besi
1x/hari
4. Jika tekanan diastol >110mmHg, berikan antihipertensi sampai
tekanan diastolik
5. Pasang infus RL dengan jarum besar no.16 atau lebih
6. Ukur keseimbangan cairan
7. Persiapan rujukan
8. Periksa Hb
9. Periksa protein urine
10. Observasi tanda-tanda vital
11. Lebih banyak istirahat
2.
Nyeri epigastrium
Nyeri daerah epigastrium atau daerah kuadran atas kanan perut, dapat disertai
dengan edema paru. Keluhan ini sering menimbulkan rasa khawatir pada penderita
akan adanya gangguan pada organ vital di dalam dada seperti jantung, paru dan lainlain.
Preeklamsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan, umumnya terjadi pada triwulan ke-3
kehamilan. Sedangkan eklampsia merupakan penyakit lanjutan pre-eklamsia, yakni
gejala di atas ditambah tanda gangguan saraf pusat, yakni terjadinya kejang hingga
koma, nyeri frontal, gangguan penglihatan, mual hebat, nyeri epigastrium, dan
hiperrefleksia. Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain
karena terjadi reimplantasi amnion ke dinding rahim pada trimester ke-3 kehamilan.
Pada keadaan ibu yang tidak sehat atau asupan nutrisi yang kurang, reimplantasi
tidak terjadi secara optimal sehingga menyebabkan blokade pembuluh darah
setempat dan menimbulkan hipertensi. Diagnosis hipertensi dapat dibuat jika
kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasanya
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
7
ditemukan atau mencapai 140 mmHg atau lebih, dan tekanan diastolik naik dengan
15 mmHg atau lebih atau menjadi 90 mmHg atau lebih. Penentuan tekanan darah ini
dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Edema
ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, dan
biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari
tangan, dan muka. Kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali perlu me-nimbulkan
kewaspadaan terhadap timbulnya preeklamsia. Edema juga terjadi karena proteinuria
berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter dalam air
kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ atau 2+ atau 1g/liter
atau lebih dalam air ken-cing yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang
diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih
lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat badan, karena itu harus dianggap
sebagai tanda yang cukup serius.
Tanda dan Gejala
1. Kira-kira 90 persen pasien terdapat lelah,
2.
65 persen dengan nyeri epigastrium, 30 persen dengan mual dan muntah
3. 31 persen dengan sakit kepala.
Penanganan :
1. Informed consent
2. Mengobservasi TTV
3. Persiapan rujukan
4. Pemeriksaan darah rutin
5. Tes fungsi hati.
6. Profilaktik MgSO4 untuk mencegah kejang (eklampsia),
7. Bolus 4 – 6 g MgSO4 dalam kon-sentrasi 20%. Dosis ini diikuti
dengan infus 2 g per jam.
8. Jika terjadi toksisitas, masukkan 10 – 20 ml kalsium glukonat 10%
i.v.
9. Terapi antihipertensi harus dimulai jika tekanan darah senantiasa di
atas 160/­110 mmHg → Hidralazin IV dosis rendah 2,5 – 5 mg (dosis
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
8
inisial 5mg) setiap 15 – 20 menit sampai tekanan darah target tercapai
atau kombinasi nifedipin dan MgSO4.
3. Penglihatan kabur
Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda
preeklampsi. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam
jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya penglihatan
kabur atau
berbayang, melihat bintik-bintik (spot) , berkunang-kunang.
Selain itu adanya skotoma, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda
yang menunjukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia. Hal
ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks
cerebri atau didalam retina (edema retina dan spasme pembuluh darah). Perubahan
penglihatan ini mungkin juga disertai dengan sakit kepala yang hebat.
Pada preeklamsia tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh
pada satu atau beberapa arteri. Skotoma, diplopia, dan ambliopia pada penderita
preeklamsia merupakan gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia.
Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di
korteks serebri atau dalam retina. Perubahan pada metabolisme air dan elektrolit
menyebabkan terjadinya pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke ruang
interstisial. Kejadian ini akan diikuti dengan kenaikan hematokrit, peningkatan
protein serum dan sering bertambahnya edema, menyebabkan volume darah
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
9
berkurang, viskositas darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama.
Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai bagian tubuh berkurang, dengan
akibat hipoksia. Elektrolit, kristaloid, dan protein dalam serum tidak menunjukkan
perubahan yang nyata pada preeklamsia. Konsentrasi kalium, natrium, kalsium, dan
klorida dalam serum biasanya dalam batas-batas normal. Gula darah, bikarbonat dan
pH pun normal. Kadar kreatinin dan ureum pada preeklamsia tidak meningkat,
kecuali bila terjadi oliguria atau anuria. Protein serum total, perbandingan albumin
globulin dan tekanan osmotic plasma menurun pada preeklamsia. Pada kehamilan
cukup bulan kadar fibrinogen meningkat dengan nyata dan kadar tersebut lebih
meningkat lagi pada preeklamsia.
Tanda dan Gejala :
1. Peningkatan tekanan darah yang cepat
2. Oliguria
3. Peningkatan jumlah proteinuri
4. Sakit kepala hebat dan persisten
5. Rasa mengantuk
6. Penglihatan kabur
7. Mual muntah
8. Nyeri epigastrium
9. Hiperfleksi
Faktor resiko :
1.
Primigravida
2.
Wanita gemuk
3.
Wanita dengan hipertensi esensial
4.
Wanita dengan kehamilan kembar
5.
Wanita dengan diabetes, mola hidatidosa, polihidramnion
6.
Wanita dengan riwayat eklamsia atau preeklamsia pada kehamilan
sebelumnya
7.
Riwayat keluarga eklamsi
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
10
Peran Bidan :
1. Mendeteksi terjadinya eklamsi
2. Mencegah terjadinya eklamsi
3. Mengetahui kapan waktu berkolaborasi dengan dokter
4. Memberikan penanganan awal sebelum merujuk pada kasus eklamsi
Penanganan :
Informed consent
Segera rawat
Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari
riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya
Persiapan rujukan
Jika pasien tidak bernafas :
Bebaskan jalan nafas
Berikan oksigen
Intubasi jika perlu
Jika pasien tidak sadar atau koma :
Bebaskan jalan nafas
Baringkan pada satu sisi
Ukur suhu
Jika pasien syok atasi dengan penanganan syok
Jika ada perdarahan atasi penanganan perdarahan
Jika kejang :
Baringkan pada satu sisi, tempat tidur arah kepala ditinggikan
sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi secret,
muntah/darah
Bebaskan jalan nafas
Pasang spatula lidah untuk menghindari tergigitnya lidah
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
11
4. PEMBENGKAKAN WAJAH DAN EKSTREMITAS
Pembengkakan wajah dan ektremitas atau yang sering disebut dengan udem
sering ditemukan pada wanita hamil ataupun nifas. Baik karena perubahan fisiologis
maupun perubahan yang patologis.
Udem adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan , akibat adanya gannguan
keseimbangan.
Udem dapat terjadi oleh :
1. Adanya tekanan hidrostatik yang sangat tinggi pada pembuluh kapiler
seperti misalnya bila aliran darah vena tersumbat
2. Tekanan osmotik terlalu rendah, karena kadar protein plasma, terutama
albumin sangat rendah
3. Sumbatan pada aliran limfe
4. Kerusakan dinding kapiler sehingga plasma dapat merembes keluar dan
masuk ke dalam jaringan serta menimbulkan tekanan osmotik yang
melawan tekanan osmotik protein dalam aliran darah
Udem juga terlihat pada adanya trombosis pada vena – vena betis yang terletak
dalam, biasanya merupakan komplikasi berbahaya akibat berbaring yang terlalu
lama, yang menyebabkan aliran dalam darah vena menjadi lambat sehinga membeku.
Trombosis seperti ini terjadi akibat infeksi.
Keadaan pembengkakan wajah dan ekstremitas, sering menyertai kelainan – kelainan
pada masa nifas, sebagai berikut
1.
Preeklampsi
2. Syndrom Nefrotik
EKLAMSI POSTPARTUM
Selain pembengkakan wajah dan ekstremitas, adapun gejala – gejala yang sering
menyertai eklamsi postpartum adalah
1. Peningkatan tekanan darah, diastolic > 90 mmHg
2. Oluguria
3. Peningkatan jumlah proteinuri ( karena vasospasme akut )
4. Sakit kepala berat dan persisten
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
12
5. Rasa mengantuk
6. Penglihatan kabur
7. Mual muntah
8. Nyeri epigastrik
9. Hiperefleksi
Faktor resiko :
1. Primigravida
2. Wanita dengan hipertensi esensial
3. Wanita dengan kehamilan kembar
4. Wanita dengan diabetes, mola hidatidosa, polihidramnion
5. Wanita dengan riwayat eklamsia atau preeklamsia pada kehamilan
sebelumnya
6. Riwayat keluarga eklamsi
Peran Bidan :
1. Mendeteksi terjadinya eklamsi
2. Mencegah terjadinya eklamsi
3. Mengetahui kapan waktu berkolaborasi dengan dokter
4. Memberikan penanganan awal sebelum merujuk pada kasus eklamsi
SYNDROM NEFROTIK
Syndrom nefrotik adalah suatu spektrum penyakit ginjal yang penyebabnya beragam.
Pada gambaran mikroskopis ginjal, terdapat kelainan pada sawar dinding kapiler
glomerulus, yang menyebabkan filtrasi protein plasma yang berlebihan.
Gejala yang menyertai syndrom nefrotik ini selain dari pembengkakan wajah dan
ekstremitas antara lain :
1. Proteinuria > 3 gr/hari
2. Hipoalbuminemia
3. Hiperlipidemia
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
13
4. DEMAM, MUNTAH DAN RASA SAKIT WAKTU
BERKEMIH
Demam merupakan salah satu manifestasi dari gejala infeksi, dan rasa sakit waktu
berkemih merupakan salah satu gejala dari Infeksi saluran kemih. Ibu pasca partum,
merupakan individu yang beresiko tinggi mengalami hal ini, karena sensitivitas
kandung kemih berkurang akibat peregangan, trauma, dan retensi dari urin residu.
INFEKSI SALURAN KEMIH
Kebanyakan infeksi saluran kemih pascapartum disebabkan oleh organisme
gram negatif seperti Escheria Coli, yang menginvasi uretra dan kandung kemih
serta menyebabkan sistitis. Bakteri kandung kemih kemudian mungkin naik ke
ginjal, karena aliran urin balik vesikouretral sewaktu berkemih,
sehingga
menyebabkan pielonefritis setelah beberapa hari.
a.SISTITIS
Sistitis adalah peradangan kandung kemih tanpa disertai peradangan bagian
atas saluran kemih.
Etiologi :
Yang tersering adalah Escheria Coli
Faktor predisposisi :
1. Uretra wanita yang pendek
2. Sistokel
3. Sisa air kemih yang tertinggal
4. Penggunaan kateter
Tanda dan gejala :
1. Rasa sakit waktu berkemih
2. Meningkatnya frekuensi berkemih
3. Pada penekanan suprasimpisis, akan terasa nyeri lokal yang juga menyebar
ke daerah lipat paha, prosedur pemeriksaan ini juga menyebabkan pasien
ingin berkemih
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
14
4. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan lekosit dan eritrosit dan kadang –
kadang ditemukan bakteri
5. Kadang – kadang terdapat hematuria
b. PIELONEFRITIS AKUT
Pielonefritis adalah infeksi pada ginjal yang biasanya disebabkan oleh bakteri
yang naik dari saluran kemih bawah. Pyelonefritis terjadi akibat perubahan
fisiologis dan anatomi yang diasosiasikan dengan kehamilan. Perubahan
tersebut diantaranya :
1. Penekanan ureter pada pinggir pelvik oleh uterus
2. Penurunan kondisi kandung kemih saat nifas
3. Dilatasi dan penurunan kondisi ureter akibat efek hormonal
Faktor predisposisi :
1. Penggunaan kateter pada saat kehamialn atau persalinan
2. Air kemih yang tertahan karena perasaan sakit waktu berkemih karena
trauma persalinan atu luka pada jalan lahir
Gejala dan tanda ;
1. Disuria
2. Demam tinggi
3. Sering kencing
4. Nyeri perut
5. Nyeri suprapubik
6. Nyeri pinggang
7. Nyeri dada belakang
8. Anoreksia
Mual/muntah
Peran bidan :
1. Melakukan deteksi dini pada kasus infeksi saluran kemih
2. Mencegah terjadinya infeksi saluran kemih
3. Melakukan perawatan dengan segera dan melakukan kolaborasi dengan
dokter dalam penanganan kasus infeksi saluran kemih
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
15
Asuhan bidan :
4. Ambil sampel urin tengah, untuk pemeriksaan urin. Kaji frekuensi, urgensi,
dan jumlah pengeluaran urin untuk menilai fungsi kandung kencing. Inspeksi
warna urin ( hematuria ), bau, kekeruhan ( kental atau encer )
5. Menganjurkan ibu untuk berkemih setiap 2 – 4 jam, dan mengosongkan
kandung kemih secara tuntas, sediakan kompres es untuk perineum selama 1
jam setelah kelahiran, untuk mengurangi pembentukan edema dan
memfasilitasi berkemih.
6. Kaji bila terdapat rasa sakit menyengat dan rasa panas pada saat berkemih
7. Ibu sebaiknya sedikitnya minum 8 gelas cairan khususnya air setiap hari
8. Kaji bila ada keluhan ketidaknyaman pada area suprapubik atau abdomen
bagian bawah, nyeri punggung bagian bawah atau nyeri berat pada panggul.
9. Bila ibu mengalami demam, anjurkan mandi dengan air hangat dan berikan
obat antipiretik
10. Menjelaskan pada ibu, bahwa obat – obatan yang diresepkan bisa merubah
warna urin
11. Kaji tanda – tanda vital 4 jam dan bila ada pengaruh pada tanda sistemik
12. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal higiene
Rasa sakit, merah, lunak dan bengkak di kaki
TROMBOFLEBITIS
Perluasan infeksi
nifas
yang paling sering ialah perluasan atau invasi
mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah sepanjang vena dan cabang –
cabangnya sehingga menjadi tromboflebitis. Hal ini disebabkan oleh adanya
trombosis atau embolus yang disebabkan karena adanya perubahan atau kerusakan
pada intima pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah,
atau karena pengaruh infeksi atau venaseksi.
a. Pelviotromboflebitis/trombosis vena dalam
Mengenai vena – vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena
ovarika, vena uterina dan vena hipogastrika.
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
16
Tanda dan gejala :
Nyeri, yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian
samping, timbul pada hari 2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas
Penderita tampak sakit berat, dengan gambaran karakteristik sebagai berikut
- Menggigil berulang kali, menggigil inisial terjadi sangat berat ( 30 – 40
menit ) dengan interval hanya beberapa jam sajadan kadang – kadang 3
hari. Pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
- Suhu badan naik turun secara tajam ( 36 C- 40 C ), yang diikuti denga
penurunan suhu dalam 1 jam.
- Penyakit dapat berlangsung selama 1-3 bulan
- Cenderung berbentuk pus, yang menjalar kemana – mana
Gangguan darah :
- Terdapat leukositosis ( meskipun setelah endotoksin menyebar ke
sirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia )
- Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat yang tepat
sebelum mulai menggigil. Meskipun bakteri ditemukan di dalam darah
selama menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya
anaerob.
Pada periksa dalam, hampir tidak ditemukan apa – apa karena yang paling
banyak terkena adalah vena ovarika yang sukar dicapai pada pemeriksaan.
Penanganan
Rawat Inap
Penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah
terjadinya emboli pulmonum
Terapi medik
Pemberian antibiotik dan heparin jika terdapat tanda – tanda atau dugaan
adanya pulmonum.
Terapi Operatif
Pengikatan vena kava invferior dan vena ovarika jika emboli septik terus
berlangsung sampai mencapai paru – paru meskipun sedang dilakuakn
heparinisasi.
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
17
b. Tromboflebitis femoralis/tromboflebitis superfisial
Mengenai vena – vena pada tungkai, misalnya vena femoralis, vena poplitea
dan vena safena.
Tanda dan Gejala :
Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7 – 10 hari
kemudian suhu mendadak naik, kira – kira pada hari ke 10 sampai 20, yang
disertai dengan menggigil atau nyeri sekali.
Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda
– tanda sebagai berikut :
- Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi ke luar serta sukar bergerak
lebih panas dibanding kaki lainnya
- Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras
pada lipat paha bagian atas
- Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
- Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi
bengkak, tegang, putih, nyeri dan dingin, pulsasi menurun
- Edema kadang – kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri dan pada
umumnya terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai
dari jari – jari kaki dan pergelangan kaki, kemudian meluas dari bawah
ke atas
- Nyeri pada betis, yang akan terjadi spontan atau dengan memijat betis
atau dengan meregangkan tendo Achilles ( Tanda Homan )
Penanganan
Perawatan
Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompres pada kaki setelah
mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut elastik atau memakai kaus kaki
panjang yang elastik selama mungkin.
Mengingat kondisi ibu yang sangat jelek, sebaiknya jangan menyusui
Terapi medik
Pemberian antibiotika dan analgetika.
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
18
Peran Bidan :
1.
Melakukan deteksi dini pada kasus tromboflebitis
2.
Melakukan perawatan dengan segera dan melakukan kolaborasi dengan
dokter dalam penanganan kasus tromboflebitis
Asuhan bidan :
1.
Pantau tanda – tanda
vital. Waspada terhadap kenaikan suhu tubuh
(tanda – tanda infeksi).
2.
Inspeksi dan palpasi panas, warna, nyeri tekan dan nadi perifer dan tanda
Homan positif
3.
Bantu ibu untuk istirahat di tempat tidur dengan posisi kaki ditinggikan
total di atas bantal.
4.
Pakai kompres basah, yang hangat untuk kaki yang terkena ( vasodilatasi
akan memfasilitasi aliran darah, serta mengurangi nyeri )
5.
Mulailah mobilisasi yang progresif setelah radang akut hilang
6.
Pakailah stoking penyokong ( yang dapat menekan vena superfisial dan
meningkatkan aliran vena profunda )
7.
Pantau dan laporkan adanya tanda emboli paru. Waspada terhadap tanda –
tanda seperti nyeri dada yang samar, kecemasan, frekuensi pernapasan kira
- kira < 16 kali permenit, pucat, takipnea.
8.
Anjurkan ibu mengikuti langkah – langkah berikut untuk mencegah vena
statis
- Hindari menyilangkan kaki di dengkul saat duduk
- Tinggikan kaki saat duduk, ketika memungkinkan
- Hindari berdiri dalam waktu yang lama
- Lakukan mobilisasi berkala sepanjang hari
- Minum sedikitnya 240 ml air 6 kali setiap hari
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
19
Asuhan Kebidanan Nifas
MATA KULIAH
Asuhan Kebidanan Nifas
WAKTU
DOSEN
TOPIK
Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas
1
SUB TOPIK
1.
2.
3.
4.
Payudara yang berubah
menjadi merah, panas,
dan/atau terasa sakit
Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
Rasa sakit, merah, lunak dan/atau pembengkakan di
kaki.
Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri
bayinya dan diri sendiri
OBJEKTIF PERILAKU SISWA
Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1.
Menjelaskan tentang deteksi dini komplikasi pada masa nifas dan
penanganannya
2.
Menjelaskan tentang payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan/atau
terasa sakit
3.
Menjelaskan tentang kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
4.
Menjelaskan tentang rasa sakit, merah, lunak dan/atau pembengkakan di kaki.
5.
Menjelaskan tentang merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya
dan diri sendiri
REFERENSI
1. PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta :
PUSDIKNAKES. 2003.
2. Saifuddin AB. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan neonatal. Jakarta :
YBPSP.2002.
3. Varney H. Varney’s Midwifery Third Edition. Boston : Blackwell Scientific.
1997.
4. Henderson Ch. Jones K. Buku ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC. 2006
5. Bobak. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. 2005.
6. Johnson Ruth, Taylor Wendy. Buku Ajar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta.
EGC. 2005.
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas
2
DETEKSI DINI KOMPLIKASI MASA NIFAS
Puerperium (Nifas)
1.
Waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan kepada keadaan yang
normal 6 minggu (42 hari)
2.
2 kejadian penting pada kala nifas
–
Involusi Uterus
–
Proses Laktasi
Pengeluaran Lokia
1.
Lokia Rubra
1-3 hari, Berisi sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, sisa mekoneum, sisa darah
2.
Lokia Sanginolenta
3-7 hari, berwarna putih bercampur darah
3.
Lokia Serosa
7-14 hari, berwarna, kekuningan
4.
Lokia Alba
14 hari, berwarna putih
Infeksi Kala Nifas (Puerperium)

Adalah infeksi-peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh
sebab apapun

Peningkatan suhu badan >38C, berturut turut selama 2 hari
Faktor Predisposisi
 Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan lama(terlantar)
 Tindakan operasi persalinan
 Tertinggalnya plasenta/selaput ketuban /bekuan darah
 Ketuban pecah dini
 Perdarahan, anemia pada kehamilan
 Malnutrisi, kelelahan
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas
3
 Infeksi terdahulu pada saat kehamilan
Gejala Klinis Infeksi
A.
B.
Infeksi Lokal
•
Pembengkakan luka episiotomi
•
Pernanahan
•
Perubahan warna
•
Lokia bercampur nanah
•
Mobilisasi terbatas  nyeri
•
Termperatur badan dapat meningkat
Infeksi Umum
•
Tampak sakit dan lemah, temp > 39C
•
Nadi , RR , tekanan darah dapat 
•
Keadaan gelisah sampai koma
•
Gangguan involusi uterus
•
Lokia berbau dan bernanah
Pengobatan Infeksi Puerperalis
1.
Perbaikan keadaan umum
Tranfusi, Infus cairan, vitamin, penurun panas
2.
Terapi Infeksi
Antibiotika
3.
Utero tonika
Untuk mengeluarkan isi kavum uteri
4.
Rujukan
Kuretase / histerektomi
Early mobilization
1.
Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi risiko infeksi
2.
Mempercepat involusi kandungan
3.
Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan traktus urinarius
4.
Meningkatkan kelancaran peredaran darah
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas
5.
4
Mempercepat fungsi produksi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme
KEADAAN ABNORMAL LAIN
PADA RAHIM
–
Subinvolusi uteri
–
Perdarahan kala nifas sekunder
–
Flemasia alba dolens
PADA PAYUDARA
–
Bendungan ASI
–
Mastitis / Abses
1.
DEMAM NIFAS
Definisi :
-
Infeksi pada dan melalui traktus Genitalia, yang terjadi setelah persalinan/masa
nifas
-
Ditandai dengan peningkatan suhu > 38oC pada hari ke 2-10 post partum, yang
diukur secara peroral sedikitnya 4 kali sehari (morbiditas nifas)
-
Tidak ditemukan sumber infeksi lain pada ekstra genital
FAKTOR PREDISPOSISI
•
Malnutrisi
•
Anemia
•
higiene
•
kelelahan
•
proses persalinan bermasalah:
–
partus lama/macet
–
korioamnionitis
–
persalinan traumatik
–
kurang baiknya proses pencegahan infeksi
–
periksa dalam yang berlebihan
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas
5
PENANGANAN UMUM
•
Antisipasi setiap faktor kondisi (faktor predisposisi).
•
Pengobatan yang rasional dan efektif.
•
Lanjutkan pengamatan dan pengobatan masalah / infeksi ulang dikenali pada
saat kehamilan / persalinan.
•
Jangan pulangkan penderita bila masa kritis belum terlampaui.
•
Catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah.
•
Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir.
•
Berikan hidrasi oral / IV secukupnya.
Pemberian cairan
•
Suhu Basal kebutuhan cairan 2000 ml /24 jam
•
Tambahan 500 ml untuk setiap peningkatan suhu 1 C
2.
METRITIS
•
Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan, merupakan salah satu
penyebab terbesar kematian ibu.
•
Dapat menjadi abses pelviks, peritonitis, syok septik, thrombosis vena yang
dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvik yang menahun, dispareunia,
penyumbatan tuba dan infertilitas.
Penanganan
•
Berikan transfusi bila dibutuhkan (Packed Red Cell).
•
Berikan antibiotika spektrum luas dosis tinggi.
–
Ampisilin 2 g IV, kemudian 1 g setiap 6 jam
–
Gentamisin 5 mg/kg BB IV dosis tunggal/hari
–
Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai
ibu tidak panas selama 24 jam.
•
Pertimbangkan pemberian antitetanus profilaksis.
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas
•
6
Bila dicurigai adanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran (digital atau dengan
kuret tumpul besar).
•
Bila ada pus lakukan drainase (kalau perlu kolpotomi), ibu dalam posisi
Fowler.
•
Bila tak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada tanda peritonitis
generalisata lakukan laparotomi dan keluarkan pus.
•
Bila pada evaluasi uterus nekrotik dan septik lakukan histerektomi subtotal.
3.
BENDUNGAN PAYUDARA
•
Peningkatan
aliran
vena
dan
limfe
pada
payudara
dalam
rangka
mempersiapkan diri untuk laktasi.
•
Bukan disebabkan overdistensi dari saluran sistem laktasi
Bila ibu menyusui
•
Susukan sesering mungkin.
•
Kedua payudara disusukan.
•
Kompres hangat payudara sebelum disusukan.
•
Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui.
•
Sangga payudara.
•
Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
•
Bila demam tinggi berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
•
Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengetahui hasilnya
Bila ibu tidak menyusui
•
Sangga payudara.
•
Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit.
•
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
•
Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
•
Pompa dan kosongkan payudara
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas
4.
7
INFEKSI PAYUDARA
Mastitis
•
Payudara tegang / indurasi dan kemerahan
•
Kloksasilin 500 mg / 6 jam selama 10 hari.
•
Sangga payudara.
•
Kompres dingin.
•
Bila diperlukan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
•
Ibu harus dimotivasi untuk tetap menyusui bayinya .
•
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.
Abses payudara
•
Terdapat masa padat, mengeras di bawah kulit yang kemerahan.
•
Diperlukan anestesi umum (ketamin).
•
Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola, ke pinggir supaya tidak
memotong saluran ASI.
•
Pecahkan kantung pus dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan.
•
Pasang tampon dan drain, diangkat setelah 24 jam.
•
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
•
Sangga payudara.
•
Kompres dingin.
•
Berikan Parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan.
•
Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus.
•
Lakukan follow up setelah pemberian pengobatan selama 3 hari.
Abses pelvis
•
Bila pelviks abses ada tanda cairan fluktuasi pada daerah cul-de-sac, lakukan
kolpotomi atau dengan laparotomi. Ibu posisi Fowler.
•
Antibiotika spektrum luas dalam dosis yang tinggi
–
Ampisilin 2 g IV kemudian 1 g setiap 6 jam, ditambah Gentamisin 5
mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan Metronidazol 500 mg IV
setiap 8 jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama 24
jam.
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas
8
5.
PERITONITIS
•
Lakukan pemasangan selang nasogastrik bila perut kembung akibat ileus.
•
Berikan infus (NaCL atau Ringer laktat) sebanyak 3000 ml.
•
Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam:
•
–
Ampisilin 2 g IV, kemudian 1 g setiap 6 jam,
–
Gentamisin 5 mg/kg BB IV dosis tunggal/hari
–
Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
Laparotomi diperlukan untuk pembersihan perut (peritoneal lavage) bila
terdapat kantong abses.
6.
INFEKSI LUKA PERINEAL DAN LUKA ABDOMINAL
•
Disebabkan keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan infeksi yang
kurang baik.
•
Wound abcess, wound seroma dan wound hematoma pengerasan yang tidak
biasa dengan mengeluarkan cairan serous atau kemerahan dan tidak ada/sedikit
erithema sekitar luka insisi.
•
Wound cellulitis didapatkan erithema dan edema meluas mulai dari tempat
insisi.
•
Bila didapat pus dan cairan pada luka, buka jahitan dan lakukan pengeluaran
serta kompres antiseptik.
•
Daerah jahitan yang terinfeksi dihilangkan dan lakukan debridemen.
•
Bila infeksi sedikit tidak perlu antibiotika.
•
Bila infeksi relatif superfisial, berikan Ampisilin 500 mg per oral selama 6 jam
dan Metronidazol 500 mg per oral 3 kali/hari selama 5 hari.
•
Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkan nekrosis, beri
Penisilin G 2 juta U IV setiap 4 jam (atau Ampisilin inj 1 g 4 x/hari) ditambah
dengan Gentamisin 5 mg/kg berat badan per hari IV sekali ditambah dengan
Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam, sampai bebas panas selama 24 jam. Bila
ada jaringan nekrotik harus dibuang. Lakukan jahitan sekunder 2 – 4 minggu
setelah infeksi membaik. Berikan nasehat kebersihan dan pemakaian pembalut
yang bersih dan sering ganti
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas
9
TROMBOFLEBITIS
•
Suatu pembekuan darah dalam pembuluh darah balik dg kemungkinan
timbulnya komplikasi emboli paru yg biasanya menyebabkan kematian
•
Suatu pembekuan darah dalam pembuluh darah balik, ditandai peradangan
akut.
•
Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan atau invasi
mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan
cabang-cabangnya sehingga terjadi tromboflebitis
PERADANGAN
•
Dipercaya dpt mengakibatkan daya lekat bekuandarah pada dinding pembuluh
darah
•
Biasanya timbul bersamaan dengan trombosis
•
Perluasan/ invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah
disepanjang vena dan cabang-cabangnya.
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas
10
EVALUASI
1.
Pengeluaran Lokia Sanginolenta terjadi pada:
a. 1-3 hari, Berisi sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, sisa mekoneum, sisa
darah
b. 3-7 hari, berwarna putih bercampur darah
c. 7-14 hari, berwarna, kekuningan
d. 14 hari, berwarna putih
Jawab B
2.
Faktor predisposisi terjaninya infeksi nifas , kecuali:
a. Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan lama(terlantar)
b. Persalinan spontan
c. Tertinggalnya plasenta/selaput ketuban /bekuan darah
d. Ketuban pecah dini
Jawab B
3.
Dibawah ini merupakan fungsi early mobilitas, kecuali:
a. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi risiko infeksi
b. Mempercepat involusi kandungan
c. Menghambat fungsi alat gastrointestinal dan traktus urinarius
d. Meningkatkan kelancaran peredaran darah
Jawab C
4.
Infeksi pada dan melalui traktus Genitalia, yang terjadi setelah persalinan/masa
nifas, disebut:
a. Bendungan Payudara
b. Demam nifas
c. Metritis
d. Mastitis
Jawab B
5.
Peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan
diri untuk laktasi.
Asuhan Kebidanan Nifas
Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas
11
a. Bendungan Payudara
b. Demam nifas
c. Metritis
d. Mastitis
Jawab A
Asuhan Kebidanan Nifas
MATA KULIAH
Asuhan Kebidanan pada IbuNifas
WAKTU
DOSEN
TOPIK
Dokumentasi Asuhan Kehamilan
Dokumentasi Asuhan Kehamilan
1
SUB TOPIK
1.
Model-model dokumentasi asuhan
2.
Prinsip dokumentasi
3.
Aspek legal dokumentasi
OBJEKTIF PERILAKU SISWA
Setelah membaca akhir perkuliahan, mahasiswa dapat :
1.
Menjelaskan tentang model-model dokumentasi asuhan
2.
Menjelaskan tentang prinsip dokumentasi
3.
Menjelaskan tentang aspek legal dokumentasi
REFERENSI
1.
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta
2.
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
3.
Mochtar, 1990. Obstetri Fisiologi (kin Obstetri Patologi, Jilid I, Edisi 2, EGC,
Jakarta.
4.
Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, EGC,
Jakarta.
5.
Prawirohardjo.Ilmu Kebidanan, Edisi 111, Cetakan 4, YBS — SP; 1999.
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Dokumentasi Asuhan Kehamilan
2
DOKUMENTASI ASUHAN KEHAMILAN
Konsep Dokumentasi
KONSEP DASAR
DOKUMENTASI berasal dari bahasa Inggris yaitu :
Document
satu/ lebih lembar kertas resmi (official) dengan tulisan
diatasnya
DOKUMENTASI :
Berisi dokumen/ pencatatan yang memberi bukti/kesaksian tentang sesuatu atau
suatu pencatatan tentang sesuatu
Pengertian
Dokumentasi adalah :
Proses pencatatan, penyimpanan informasi, data, fakta yang bermakna dalam
pelaksanaan kegiatan.
Dokumentasi dalam bidang kesehatan :
Suatu sistem pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan
kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
Secara terminology dalam dokumentasi menurut Frances Talaska Fischbach
1991 sebagai berikut :
a.
Tulisan yang berisi komunikasi tentang kenyataan yang essensial untuk
menjaga kemungkinan – kemungkinan yang bisa terjadi untuk suatu periode
tertentu.
b.
Menyiapkan dan memelihara kejadian – kejadian yang diperhitungkan melalui
lembaran, catatan / dokumen.
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Dokumentasi Asuhan Kehamilan
c.
3
Membuat catatan pasien yang otentik tentang kebutuhan perawatan,
mengidentifikasi masalah pasien, merencanakan, menyelenggarakan atau
mengevaluasi dari hasil yang dilaksanakan tersebut.
d.
Memonitor catatan professional dan data dari pasien, kegiatan keperawatan,
perkembangan pasien menjadi sehat / sakit dan hasil dari keperawatan.
e.
Melaksanakan kegiatan keperawatan misalnya : pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan dan perawatan, mengurangi penderitaan dan perawatan
pada penderita sakarat.
Tujuan
Dokumentasi pasien merupakan aspek penting dalam melaksanakan asuhan
kebidanan. Semua instansi kesehatan mempunyai dokumen pasien yang
dirawatnya, walaupun bentuk format dokumentasi masing – masing instansi
berbeda.
Tujuan dokumen pasien adalah untuk menunjang tertibnya administrasi
dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di RS / Puskesmas.
Prinsip Dokumentasi
Catatan pasien merupakan dokumen yang legal dan bermanfaat bagi tenaga
kesehatan dan padien itu sendiri serta mengandung arti penting sehingga perlu
memperhatikan prinsip yang dapat ditinjau dari 2 segi :
a.
Ditinjau dari isi
Mempunyai nilai administrative
Mempunyai nilai hukum
Mempunyai nilai ekonomi
Mempunyai nilai edukasi
Mempunyai nilai dokumentasi
Mempunyai nilai penelitian
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Dokumentasi Asuhan Kehamilan
b.
4
Ditinjau dari tekhnik pencatatan
Mencantumkan nama pasien pada setiap lembaran catatan
Selalu tulis nama jelas, jam serta tanggal tindakan dilaksanakan
Menulis dengan tinta ( idealnya tinta hitam )
Menulis / menggunakan singkatan dan symbol yang telah disepakati oleh
institusi untuk mempercepat proses pencatatan
Menulis catatan selalu mencantumkan tanggal, jam tindakan atau
observasi yang dilakukan sesuai dengan kenyataan dan bukan interpretasi.
Tidak mencatat tindakan yang belum dilaksanakan
Hindarkan kata – kata yang mempunyai unsur penilaian, misal :
tampaknya, rupanya dan yang bersifat umum
Hasil temuan digambarkan secara jelas termasuk keadaan, tanda, gejala,
warna, jumlah dan besar dengan ukuran yang lazim dipakai.
Interpretasi data objektif harus didukung oleh observasi.
Kolom jangan dibiarkan kosong, beri tanda bila tidak ada yang perlu
ditulis. Coretan harus disertai panah / tanda tangan disampingnya.
ASPEK LEGAL DALAM DOKUMENTASI
Kita hidup dalam era dimana perhatian dan pengetahuan tentang hak-hak legal secara
umum. Sebagai advokasi klien, nakes harus memastikan bahwa hak-hak pasien
mendapat perlindungan dari organisasi kesehatan Hukum dan etika terdiri dari dua
kelompok yang gunanya untuk melindungi hak perorangan, meminimalisir kesalahan
dan panduan dalam melakukan tindakan.
Hukum merupakan pedoman yang harus dipatuhi agar tdk terjadi denda dan
penahanan.
Etika merupakan dasar pedoman dalam melakukan kewajiban
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Dokumentasi Asuhan Kehamilan
5
Empat prinsip etika yang diharapkan berhubungan dengan masalah
pendokumentasian antara lain :

Autonomy

Beneficience

Justice

Fidelity
Pedoman pencatatan data yang legal :
1. Harus mempunyai pengetahuan tentang hubungan yang legal tentang mal
praktek kebidanan
2. Harus mempunyai informasi yang tepat tentang kondisi dan perilaku pasien
3. Memperlihatkan bukti yang konkrit dan akurat dari penggunaan manajemen
kebidanan
4. Disadari bahwa situasi pelayanan kebidanan yang dibutuhkan pasien
seringkali lebih dalam dan detail sebagai berikut :
a. Pasien dengan masalah kesehatan yang kompleks yang membuat
pelayanan intensif.
b. Situasi pelayanan kebidanan yang dihubungkan dengan kemungkinan
yang lebih intensif dari tuntutan kelalaian
c. Pelayanan pasien yang sakit akut yang membuat pelayanan yang lebih
intensif dari biasa
d. Melaporkan informasi dengan jelas tentang asuhan / pelayanan
kebidanan yang professional termasuk tanda tangan ( bukti diri ).
e. Isi format dengan cermat untuk memudahkan informasi kepada pihak
asuransi , keuangan , audit , pengajaran dan fungsi riset.
f. Gambarkan faktor lingkungan yang penting yang mempengaruhi
pasien, termasuk interaksi dengan keluarga dan lain – lain.
g. Dokumentasi sebagai peran pendukung bidan dalam menghadapi
pasien.
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Dokumentasi Asuhan Kehamilan
6
MODEL-MODEL DOKUMENTASI
PENDAHULUAN
Manajemen informasi yang efektif memerlukan suatu system dokumentasi
yang baik.
TUJUAN
Untuk memberikan informasi yang lengkap dan akurat tentang pasien dalam
suatu catatan yang terorganisir secara baik dan mudah untuk dikoreksi / diperoleh
kembali.
MACAM – MACAM MODEL DOKUMENTASI
a. POR ( Problem Oriented Record )
Merupakan model berorientasi pada masalah. Model ini memusatkan
data tentang klien yang didokumentasikan dan disusun menurut
masalah klien.
Model dokumentasi ini terdiri dari 4 komponen yaitu :
1. Data Dasar
Kumpulan dari data / informasi baik subjektif maupun objektif sejak klien
pertama kali diperiksa. Data dasar ini termasuk riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik. Informasi ini digunakan untuk mengembangkan daftar
masalah.
1. Daftar Masalah
Ditentukan berdasarkan data riwayat kesehatan. Masalah dibuat berurutan
berdasarkan prioritas masalah dengan nomor urut sehingga mudah
dijadikan pedoman dalam catatan perawatan / kebidanan pasien.
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Dokumentasi Asuhan Kehamilan
7
2. Rencana Asuhan
Harus mencakup instruksi untuk memperoleh data tambahan. Berisi
pedoman untuk implementasi masing – masing masalah sesuai dengan
tujuan yang diharapkan, ada tujuan jangka panjang dan pendek.
3. Catatan Perkembangan
Berisikan urutan kronologis tentang evaluasi pengelolaan masalah
kesehatan pasien, data tambahan, rencana baru dan modifikasi rencana
yang lama.
Catatan perkembangan ditampilkan dalam 3 bentuk :
a. Flow Sheet, berisi hasil observasi dan tindakan tertentu
b. Catatan bidan, memberi tempat untuk evaluasi kondisi pasien dan kemajuan
dalam mencapai tujuan
c. Catatan pulang dan ringkasan asuhan dan memudahkan follow up waktu
pasien pulang.
Catatan perkembangan berupa format khusus yang mendokumentasikan data
masing – masing masalah pada daftar catatan yang berbentuk SOAPIER, yaitu :
: Data subjektif
Perkembangan keadaan yang didasarkan kepada apa yang
dirasakan oleh pasien
: Data Objektif
Perkembangan keadaan yang bisa diamati, diukur oleh bidan
atau
tenaga kesehatan.
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Dokumentasi Asuhan Kehamilan
8
: Analisis
Kedua jenis data diatas dinilai, dianalisa apakah ada perkembangan
kearah kebaikan / kemunduran, hasil analisa dapat menguraikan sampai
dimana masalah yang ada dapat diatasi / berkembang menjadi masalah
baru, maka akan timbul diagnosa baru.
: Planning
Rencana penanganan pasien dalam hal ini didasarkan pada hasil analisa
diatas, berisi :
 Rencana sebelumnya apabila keadaan / masalah belum teratasi
 Membuat rencana baru bila rencana awal tidak efektif
: Implementasi
Tindakan yang dilakukan berdasarkan masalah
: Evaluasi
Berisi penilaian sejauh mana rencana tindakan dan implementasi yang
telah dilaksanakan, sejauh mana masalah pasien teratasi.
: Reassesment ( pengkajian ulang )
Bila hasil evaluasi menunjukkan masalah belum teratasi, pengkajian
ulang perlu dilakukan yaitu kembali melakukan proses pengumpulan
data subjektif, objektif, dst.
Keuntungan POR :
a. Perawatan atau asuhan dicatat dan difokuskan pada masalah pasien
b. Data perawatan atau asuhan harus dicatat atau didokumentasikan
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Dokumentasi Asuhan Kehamilan
9
c. Data yang telah diorganisasikan menggambarkan masalah secara spesifik
d. Masing – masing data masalah diberi tanda dan nomor, hal ini untuk
mengingatkan kita pada hal yang perlu diperhatikan
e. Masalah perlu intervensi yang dibuat pada data perencanaan
Kerugian POR :
a. Jika blanko untuk mendokumentasikan tidak tersedia maka
tindakan
kebidanan / asuhan yang kurang hati – hati dapat hilang dari catatan.
b. Jika SOAPIER disingkat menjadi SOAP maka dapat terjadi kekacauan
pada pencatatan intervensi dan implementasi.
b. Source Oriented Record ( SOR )
Model ini menempatkan catatan atas dasar sumber yang mengelola
pencatatan. Bagian penerimaan klien mempunyai lembar isian tersendiri, DR.→
lembar untuk mencatat instruksi, riwayat penyakit, perkembangan penyakit,
begitu juga disiplin lain mempunyai catatan masing – masing.
Catatan berorientasi pada sumber terdiri dari 5 komponen yaitu
1. Lembar penerimaan berisi biodata
2. Lembar order dokter
3. Lembar riwayat medik atau penyakit
4. Catatan perawat
5. Catatan dan laporan khusus
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Dokumentasi Asuhan Kehamilan
10
Format SOR
Tanggal Waktu
/ Bln /
Thn
Waktu
tindakan
Sumber
Catatan Perkembangan
P
Meliputi :
1. Pengkajian
2. Identifikasi masalah
3. Perlunya rencana tindakan
4. Rencana segera
5. Intervensi
6. Penyelesaian masalah
7. Evaluasi
8. Hasil
Tanda tangan bidan
O
Meliputi :
1. Observasi keadaan pasien
2. Evaluasi kemajuan
3.Identifikasi
masalah
baru
penyelesaian
4. Rencana tindakan dan pengobatan
Tanda tangan dokter
dan
Dll
Keuntungan SOR :
1. Menyajikan data secara berurutan dan mudah diidentifikasi
2. Memudahkan bidan secara bebas mencatat informasi
3. Format dapat menyederhanakan proses pencatatan masalah, kejadian,
perubahan, intervensi dan klien / hasil
Kerugian SOR :
1. Potensial terjadinya pengumpulan data yang terfragmentasi karena tidak
berdasarkan urutan waktu
2. Kadang – kadang mengalami kesulitan untuk mencari data sebelumnya tanpa
harus mengulang dari awal
3. Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan
masalah dan tindakan pada klien
4. Waktu pemberian asuhan memerlukan waktu yang banyak
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Dokumentasi Asuhan Kehamilan
11
5. Data yang berurutan mungkin menyulitkan dalam analisa
6. Perkembangan klien sulit dimonitor
c. Charting By Exception ( CBE )
System dokumentasi yang hanya mencatat secara narrative dari hasil atau
penemuan yang menyimpang dari keadaan normal.
Ada 2 komponen kunci yaitu :
1. Flow Sheet berupa kesimpulan penemuan yang penting dan menjabarkan
indicator pengkajian termasuk instruksi dokter atau perawat, grafik, dan lain
– lain.
2. Dokumentasi dilakukan berdasarkan standard praktek kebidanan sehingga
mengurangi pencatatan hal rutin berulang kali.
Keuntungan CBE :
1. Tersusunnya standard minimal untuk pengkajian dan intervensi
2. Data yang tidak normal nampak jelas
3. Data yang tidak normal mudah ditandai dan dipahami
4. Menghemat waktu karena catatan rutin dan observasi tidak perlu ditulis
5. Pencatatan dan duplikasi dapat dikurangi
6. Data klien dapat dicatat pada format klien
7. Informasi terbaru dapat diletakkan pada tempat tidur klien
8. Jumlah halaman lebih sedikit dipakai dalam dokumentasi
9. Intervensi disimpan sebagai catatan yang permanent
Kerugian CBE :
1. Kemungkinan ada pencatatan yang masih kosong/tidak ada.
2. Pencatatan rutin sering diabaikan.
3. Adanya pencatatan yang tidak semua didokumentasikan.
4. Tidak mengakomodasikan pencatatan disiplin ilmu lain.
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Dokumentasi Asuhan Kehamilan
12
d. Problem Intervention & Evaluation ( PIE )
Sistem pencatatan dengan suatu pendekatan orientasi proses pada
dokumentasi dengan penekanan pada proses keperawatan dan
diagnosa keperawatan.
Keuntungan:
1. Memungkinkan penggunaan proses keperawatan.
2. Intervensi dan catatan perkembangan dapat dihubungkan.
3. Perkembangan klien mulai dari klien masuk sampai pulang.
Kerugian:
1. Tidak dapat digunakan untuk pencatatan semua disiplin ilmu.
2. Pembatasan rencana tindakan yang tidak aktifatif untuk beberapa
situasi keperawatan.
d. Kardeks
Pelayanan kesehatan pendokumentasian yang tradisional dipergunakan
diberbagai sumber mengenai informasi pasien yang disusun dalam suatu
buku.
Informasi yang didapat dalam kardeks:
1. Data pasien.
Nama, alamat status perkawinan
Tanggal lahir
Social security sumber
Agama dan kepercayaan
2. Diagnosa Kebidanan

Daftar prioritas masalah
3. Pengobatan sekarang atau yang sedang dilakukan

Perawatan dan pengobatan
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Dokumentasi Asuhan Kehamilan

Diit

Intravenus Therapy

Konsultasi
13
4. Tes Diagnostik

Jadwal

Lengkap dengan hasilnya
5. Kegiatan-kegiatan yang diperbolehkan

Kegiatan sehari-hari
Kelemahan sistem Kardeks:
1. Diisi tidak lengkap.
2. Tidak cukup tempat/ruang dalam memasukkan data yang diperlukan.
3. Tidak Up to date
4. Telah dibaca oleh bidan sebelum mereka memberikan pelayanan/asuhan.
e. Komputerisasi
Keuntungan :
1. Lebih mudah dibaca.
2. Kemungkinan kesalahan kecil, karena terprogram.
3. Hemat waktu dan biaya.
4. Pelayanan pasien bisa lebih cepat karena banyak pesanan dapat
disampaikan melalui komputer dan komunikasi antar unit bisa dipantau
lewat komputer.
5. Meningkatkan komunikasi antar tim kesehatan.
6. Lebih memudahkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan
peningkatan mutu.
Semua kecanggihan tidak terlepas dari kekurangan, yaitu;
1. Kurang terjaminnya kerahasiaan pasien.
2. Tidak semua institusi dan petugas siap untuk komputerisasi dan perlu
latihan khusus.
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Dokumentasi Asuhan Kehamilan
14
3. Modal awal sangat tinggi dan menuntut keahlian khusus untuk
menciptakan program dan perangkat komputer.
4. Ketergantungan pada alat atau tegnologi tinggi.
5. Ada perhitungan atau perbandingan khusus untuk keperluan alat/unit
komputer dan jumlah pasien.
6. Adanya
kebisingan
komputer
yang
dapat
mengganggu
pasien
(printer yang terus disiagakan ).
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Dokumentasi Asuhan Kehamilan
15
EVALUASI
1. Sistem pencatatan dengan suatu pendekatan orientasi proses pada
dokumentasi dengan penekanan pada proses keperawatan dan diagnosa
keperawatan.
a. POR ( Problem Oriented Record )
b. Source Oriented Record ( SOR )
c. Charting By Exception ( CBE )
d. Problem Intervention & Evaluation ( PIE )
Jawab D
2. Model ini menempatkan catatan atas dasar sumber yang mengelola
pencatatan.
a. POR ( Problem Oriented Record )
b. Source Oriented Record ( SOR )
c. Charting By Exception ( CBE )
d. Problem Intervention & Evaluation ( PIE )
Jawab B
3. Merupakan model berorientasi pada masalah. Model ini memusatkan data
tentang klien yang didokumentasikan dan disusun menurut masalah klien,
disebut:
a. POR ( Problem Oriented Record )
b. Source Oriented Record ( SOR )
c. Charting By Exception ( CBE )
d. Problem Intervention & Evaluation ( PIE )
Jawab A
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Dokumentasi Asuhan Kehamilan
16
4. System dokumentasi yang hanya mencatat secara narrative dari hasil atau
penemuan yang menyimpang dari keadaan normal, disebut:
a. POR ( Problem Oriented Record )
b. Source Oriented Record ( SOR )
c. Charting By Exception ( CBE )
d. Problem Intervention & Evaluation ( PIE )
Jawab C
5. Prinsip dokumentasi ditinjau dari isi, kecuali:
a. Mempunyai nilai administrative
b. Mempunyai nilai hukum
c. Mencantumkan identitas
d. Mempunyai nilai ekonomi
Jawab C
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Dokumentasi Asuhan Kehamilan
17
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
SITTI ALENGO
DIV Kebidanan UNPAD
Nama Keterampilan : Breast Care pada Ibu Nifas
Unit
: Asuhan Kebidanan III Nifas
Waktu
: 30 menit
Dosen
: SITTI ALENGO
Objektif Prilaku Siswa :
Setelah mempelajari job sheet mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan perawatan
payudara pada ibu nifas dengan benar.
2. Melakukan perawatan payudara pada ibu nifas secara sistematis.
Referensi
: Huliana Mellyna. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan.
Puspa Swara. Jakarta. Hal. 37-40.
Depkes. 1993. Asuhan Kesehatan Ibu dalam Konteks Keluarga.
Hal. 29-31.
Bobak at al. Keperawatan Maternitas. EGC : Jakarta. Hal. 468472.
Dasar Teori :
Breast care pada ibu nifas merupakan perawatan payudara yang dilakukan pada
ibu pasca melahirkan/nifas dengan tujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan
mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI.
Pelaksanaan perawatan payudara dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi
dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. Keterampilan ini penting dimiliki mahasiswa
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu masa nifas terutama yang mempunyai
masalah pada masa laktasi.
Breast care pada ibu nifas
1
SITTI ALENGO
DIV Kebidanan UNPAD
Petunjuk
:

Baca dan pelajari lembar kerja yang telah tersedia.

Siapkan alat dan bahan secara lengkap sebelum tindakan dimulai.

Ikutilah petunjuk instruktur

tanyakan pada instruktur bila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti
Safety
:

Pastikan privasi klien benar-benar terjaga.

Hati-hati melakukan pengurutan lihat mimik muka klien, jangan sampai klien
merasa nyeri.

Lakukan teknik dan jumlah pengurutan secara benar.

Jangan menggunakan perhiasan pada tangan dan jari.

Lakukan tindakan pada ruangan yang nyaman buat klien.
Pekerjaan Laboratorium
Peralatan
:
Kom kecil
: 1 buah
Baskom berukuran sedang
: 2 buah
Waslap
: 2 buah
Handuk
: 1 buah
Baki dan alas baki
: 1 buah
Bahan
:
Phantom
Kapas
Air dingin dan air hangat secukupnya
Minyak kelapa/Baby oil
Perlengkapan
Kursi duduk
Ruangan yang memenuhi standar
Wastafel
Breast care pada ibu nifas
2
SITTI ALENGO
DIV Kebidanan UNPAD
Prosedur tindakan
a. Persiapan
1) Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan, serta susunlah secara
ergonomis.
2) Siapkan lingkungan untuk menjaga privasi klien.
b. Langkah-langkah
NO
1.
LANGKAH
GAMBAR
Siapkan alat/perlengkapan yang diperlukan.
Key Point :

Sebutkan nama masing-masing alat dan jelaskan
fungsinya.

Alat disusun secara sistematis dan
mudah
dijangkau oleh petugas.
2.
Berikan salam dan beritahu ibu tentang tindakan
yang akan dilakukan.
3.

Perhatikan usia ibu.

Menyapa dengan sikap yang ramah.

Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh ibu.
B. Pelaksanaan
Cuci tangan di kran atau di air mengalir.
Key Point :
4.

Lakukan sebelum tindakan dan keringkan.

Gunakan teknik mencuci tangan yang efektif.

Buka semua perhiasan dan jam tangan.
Siapkan posisi ibu
Key Point :

Baju bagian atas dibuka.

Letakkan handuk di kedua bahu dan pangkuan
Breast care pada ibu nifas
3
SITTI ALENGO
DIV Kebidanan UNPAD
hingga menutupi sebagian perut ibu.

Perhatikan privasi klien dalam dalam setiap
tindakan.
5.
Lakukan pengompresan pada kedua putting susu dan
areola mamae dengan menggunakan kapas yang telah
diolesi minyak kelapa/baby oil.
Key Point :
Tiap pengompresan dilakukan selama 2-5 menit.
6.
Bersihkan putting susu dengan kapas.
Key Point :
7.

Bersihkan secara perlahan.

Hindari penarikan putting susu keluar.

Perhatikan ekspresi ibu.
Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak.
Key Point :
Minyak yang di gunakan secukupnya.
8.
Tempatkan kedua telapak tangan di antara kedua
payudara.
Key Point :
Jangan menggunakan perhiasan pada tangan dan jari
seperti: gelang dan cincin.
9.
Lakukan pengurutan, dimulai kearah atas, lalu
telapak tangan kiri ke arah sisi kiri dan telapak tangan
kanan ke arah sisi kanan. Lakukan terus pengurutan
ke bawah/ ke samping.
Key Point :

Peragakan posisi dan gerakan tangan yang benar.

Hindari penggesekan di atas payudara karena
dapat menimbulkan rasa panas pada kulit
Breast care pada ibu nifas
4
SITTI ALENGO
DIV Kebidanan UNPAD
payudara.
10.
Selanjutnya, pengurutan melintang. Telapak tangan
mengurut ke depan, lalu kedua tangan dilepas dari
payudara.
Key Point :

Perhatikan pada saat tangan dilepaskan dari
payudara secara perlahan-lahan.

Gerakan
no.
9-11
dilakukan
secara
bersambungan.

11.
Gerakan dilakukan sebanyak 20-30 kali.
Kedua payudara dikompres dengan waslap hangat
selama 2 menit, lalu diganti dengan waslap dingin
selama 1 menit, pengompresan dilakukan secara
bergantian selama 3 kali berturut-turut dan akhiri
dengan kompres air hangat.
Key Point :
12.

Kompes secara perlahan.

Semua bagian payudara harus terkompres.
Bantu ibu untuk menggunakan kembali pakaiannya.
Dan anjurkan ibu untuk menggunakan BH yang
menyokong payudara.
Key Point :

13.
Tetap perhatikan privacy ibu.
Bereskan semua alat-alat dan cuci.
Key Point :

Periksa kelengkapan alat.

Simpan alat yang telah digunakan pada
tempatnya.
Breast care pada ibu nifas
5
SITTI ALENGO
DIV Kebidanan UNPAD
14.
Cuci tangan di kran atau air mengalir setelah
melakukan tindakan.
Key Point :

Gunakan teknik mencuci tangan yang benar.

Keringkan tangan dengan menggunakan handuk
pribadi.
Evaluasi
:
1. Mahasiswa mendemonstrasikan breast care secara individu.
2. Setiap langkah dilakukan secara sistematis dan memperhatikan keamanan serta
kenyamanan klien setiap prosedur tindakan.
3. Memperhatikan privasi klien setiap tindakan.
4. Penempatan alat-alat yang di gunakan mudah terjangkau dan telah diketahui
fungsinya.
5. Pembimbing klinik menilai langkah-langkah breast care dengan menggunakan check
list.
Breast care pada ibu nifas
6
SITTI ALENGO
DIV Kebidanan UNPAD
CHECK LIST
Nama Keterampilan
: Breast Care pada Ibu Nifas
Nama Mahasiswa
:
Tanggal
:
Nama Penilai
:
PETUNJUK
Nilai setiap kinerja/langkah-langkah yang dilakukan oleh mahasiswa dengan memberikan
tanda cek ( ) pada skala sebagai berikut :
1. Perlu perbaikan
: Langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar atau tidak sesuai
prosedur standar.
2. Mampu
: Langkah-langkah dikerjakan dengan benar tapi tidak berurutan.
3. mahir
: Langkah-langkah dikerjakan dengan benar dan sesuai prosedur
standar.
NO
LANGKAH
SKALA
1
2
3
A. Persiapan
1.
Alat/perlengkapan disiapkan sesuai kebutuhan.
2.
Memberikan salam atau menyapa ibu.
3.
Memberitahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan.
B. Pelaksanaan
4.
Kedua tangan dicuci di kran atau air mengalir sebelum
melakukan tindakan dan keringkan.
5.
Menyiapkan posisi ibu, baju bagian atas di buka dan
meletakkan handuk di bahu dan pangkuan ibu.
6.
Melakukan pengompresan pada kedua putting susu dan areola
mamae dengan menggunakan kapas yang telah diolesi minyak
kelapa/baby oil selama 2-5 menit.
Breast care pada ibu nifas
7
SITTI ALENGO
DIV Kebidanan UNPAD
7.
Membersihkan putting susu dan areola mamae dengan kapas.
8.
Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak.
9.
Tempatkan kedua telapak tangan di antara kedua payudara.
10.
Lakukan pengurutan, dimulai kearah atas, lalu telapak tangan
kiri ke arah sisi kiri dan telapak tangan kanan ke arah sisi
kanan. Lakukan terus pengurutan ke bawah/ ke samping.
11.
Selanjutnya, pengurutan melintang. Telapak tangan mengurut
ke depan, lalu kedua tangan dilepas dari payudara secara
perlahan-lahan.
Gerakan
no.
9-11
dilakukan
secara
bersambungan sebanyak 20-30 kali.
12.
Kedua payudara dikompres dengan waslap hangat selama 2
menit, lalu diganti dengan waslap dingin selama 1 menit,
pengompresan dilakukan secara bergantian selam 3 kali
berturut-turut dan akhiri dengan kompres air hangat.
13.
Pakai BH khusus untuk menyusui.
14.
Semua alat-alat dibereskan dan alat-alat yang telah digunakan
dicuci.
15.
Kedua tangan dicuci di kran atau air mengalir setelah
melakukan tindakan dan keringkan.
Jumlah
Kriteria penilaian
Bila jumlah nilai
1 – 15
:
: Perlu perbaikan
16 – 30
: Mampu
31 – 45
: Mahir
Breast care pada ibu nifas
8
SITTI ALENGO
DIV Kebidanan UNPAD
Breast care pada ibu nifas
9
Nama Keterampilan : Breast Care pada Ibu Nifas
Unit
: Asuhan Kebidanan III Nifas
Waktu
: 30 menit
Referensi
: Huliana Mellyna. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan.
Puspa Swara. Jakarta. Hal. 37-40.
Depkes. 1993. Asuhan Kesehatan Ibu dalam Konteks Keluarga.
Hal. 29-31.
Bobak at al. Keperawatan Maternitas. EGC : Jakarta. Hal. 468472.
Objektif Prilaku Siswa :
Setelah mempelajari job sheet mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan perawatan
payudara pada ibu nifas dengan benar.
2. Melakukan perawatan payudara pada ibu nifas secara sistematis.
Dasar Teori :
Breast care pada ibu nifas merupakan perawatan payudara yang dilakukan pada
ibu pasca melahirkan/nifas dengan tujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan
mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI.
Pelaksanaan perawatan payudara dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi
dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. Keterampilan ini penting dimiliki mahasiswa
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu masa nifas terutama yang mempunyai
masalah pada masa laktasi.
1
Petunjuk
:

Baca dan pelajari lembar kerja yang telah tersedia.

Siapkan alat dan bahan secara lengkap sebelum tindakan dimulai.

Ikutilah petunjuk instruktur

tanyakan pada instruktur bila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti
Safety
:

Pastikan privasi klien benar-benar terjaga.

Hati-hati melakukan pengurutan lihat mimik muka klien, jangan sampai klien
merasa nyeri.

Lakukan teknik dan jumlah pengurutan secara benar.

Jangan menggunakan perhiasan pada tangan dan jari.

Lakukan tindakan pada ruangan yang nyaman buat klien.
Pekerjaan Laboratorium
Peralatan
:
Kom kecil
: 1 buah
Baskom berukuran sedang
: 2 buah
Waslap
: 2 buah
Handuk
: 2 buah
Baki dan alas baki
: 1 buah
Bahan
:
Phantom
Kapas
Air dingin dan air hangat secukupnya
Minyak kelapa/Baby oil
Perlengkapan
Kursi duduk
Ruangan yang memenuhi standar
Wastafel
2
Prosedur tindakan
a. Persiapan
1) Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan, serta susunlah secara
ergonomis.
2) Siapkan lingkungan untuk menjaga privasi klien.
b. Langkah-langkah
NO
1.
LANGKAH
GAMBAR
Siapkan alat/perlengkapan yang diperlukan.
Key Point :

Sebutkan nama masing-masing alat dan jelaskan
fungsinya.

Alat disusun secara sistematis dan
mudah
dijangkau oleh petugas.
2.
Berikan salam dan beritahu ibu tentang tindakan
yang akan dilakukan.

Perhatikan usia ibu.

Menyapa dengan sikap yang ramah.

Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh
ibu.
3.
B. Pelaksanaan
Cuci tangan di kran atau di air mengalir.
Key Point :
4.

Lakukan sebelum tindakan dan keringkan.

Gunakan teknik mencuci tangan yang efektif.

Buka semua perhiasan dan jam tangan.
Siapkan posisi ibu
Key Point :

Baju bagian atas dibuka.

Letakkan handuk di kedua bahu dan pangkuan
3
hingga menutupi sebagian perut ibu.

Perhatikan privasi klien dalam dalam setiap
tindakan.
5.
Lakukan pengompresan pada kedua putting susu dan
areola mamae dengan menggunakan kapas yang
telah diolesi minyak kelapa/baby oil.
Key Point :
Tiap pengompresan dilakukan selama 2-5 menit.
6.
Bersihkan putting susu dengan kapas.
Key Point :
7.

Bersihkan secara perlahan.

Hindari penarikan putting susu keluar.

Perhatikan ekspresi ibu.
Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak.
Key Point :
Minyak yang di gunakan secukupnya.
8.
Tempatkan kedua telapak tangan di antara kedua
payudara.
Key Point :
Jangan menggunakan perhiasan pada tangan dan jari
seperti: gelang dan cincin.
9.
Lakukan pengurutan, dimulai kearah atas, lalu
telapak tangan kiri ke arah sisi kiri dan telapak
tangan kanan ke arah sisi kanan. Lakukan terus
pengurutan ke bawah/ ke samping.
Key Point :

Peragakan posisi dan gerakan tangan yang
benar.

Hindari penggesekan di atas payudara karena
4
dapat menimbulkan rasa panas pada kulit
payudara.
10.
Selanjutnya, pengurutan melintang. Telapak tangan
mengurut ke depan, lalu kedua tangan dilepas dari
payudara.
Key Point :

Perhatikan pada saat tangan dilepaskan dari
payudara secara perlahan-lahan.

Gerakan
no.
9-11
dilakukan
secara
bersambungan.

11.
Gerakan dilakukan sebanyak 20-30 kali.
Kedua payudara dikompres dengan waslap hangat
selama 2 menit, lalu diganti dengan waslap dingin
selama 1 menit, pengompresan dilakukan secara
bergantian selama 3 kali berturut-turut dan akhiri
dengan kompres air hangat.
Key Point :
12.

Kompes secara perlahan.

Semua bagian payudara harus terkompres.
Bantu ibu untuk menggunakan kembali pakaiannya.
Dan anjurkan ibu untuk menggunakan BH yang
menyokong payudara.
Key Point :

13.
Tetap perhatikan privacy ibu.
Bereskan semua alat-alat dan cuci.
Key Point :

Periksa kelengkapan alat.

Simpan alat yang telah digunakan pada
tempatnya.
14.
Cuci tangan di kran atau air mengalir setelah
melakukan tindakan.
5
Key Point :

Gunakan teknik mencuci tangan yang benar.

Keringkan tangan dengan menggunakan handuk
pribadi.
Evaluasi
:
1. Mahasiswa mendemonstrasikan breast care secara individu.
2. Setiap langkah dilakukan secara sistematis dan memperhatikan keamanan serta
kenyamanan klien setiap prosedur tindakan.
3. Memperhatikan privasi klien setiap tindakan.
4. Penempatan alat-alat yang di gunakan mudah terjangkau dan telah diketahui
fungsinya.
5. Pembimbing klinik menilai langkah-langkah breast care dengan menggunakan check
list.
6
Nama Keterampilan
: Breast Care pada Ibu Nifas
Nama Mahasiswa
:
Tanggal
:
Nama Penilai
:
PETUNJUK
Cara Penilaian Keterampilan Praktik pemeriksaan ibu post partum
Nilai 3
: Sangat Memuaskan
: Memperagakan
langkah-langkah
secara
berurutan atau sesuai prosedur/pedoman.
Nilai 2
: Memuaskan
:
Memperagakan langkah-langkah dengan benar
tetapi tidak berurutan sesuai pedoman
Nilai 1
: Cukup Memuaskan
: memperagakan langkah-langkah tidak sesuai
dengan prosedur atau tidak benar
Nilai 0
: Tidak Memuaskan
: Langkah-langkah tidak diperagakan/dihilangkan
Nilai setiap kinerja/langkah-langkah yang dilakukan oleh mahasiswa dengan memberikan
tanda cek (√ ) pada skala sebagai berikut :
NO
LANGKAH
A. Persiapan
1.
Alat/perlengkapan disiapkan sesuai kebutuhan.
2.
 Bengkok
3.
 Kom
 Baby oil
 Waslap 2
 Handuk 2
 Kassa
7
Memberikan salam atau menyapa ibu.
Memberitahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan.
B. Pelaksanaan
4.
Kedua tangan dicuci di kran atau air mengalir sebelum
melakukan tindakan dan keringkan.
5.
Menyiapkan posisi ibu, baju bagian atas di buka dan
meletakkan handuk di bahu dan pangkuan ibu.
6.
Melakukan pengompresan pada kedua putting susu dan areola
mamae dengan menggunakan kapas yang telah diolesi minyak
kelapa/baby oil selama 2-5 menit.
7.
Membersihkan putting susu dan areola mamae dengan kapas.
8.
Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak.
9.
Tempatkan kedua telapak tangan di antara kedua payudara.
10.
Lakukan pengurutan, dimulai kearah atas, lalu telapak tangan
kiri ke arah sisi kiri dan telapak tangan kanan ke arah sisi
kanan. Lakukan terus pengurutan ke bawah/ ke samping.
11.
Selanjutnya, pengurutan melintang. Telapak tangan mengurut
ke depan, lalu kedua tangan dilepas dari payudara secara
perlahan-lahan.
Gerakan
no.
9-11
dilakukan
secara
bersambungan sebanyak 20-30 kali.
12.
Kedua payudara dikompres dengan waslap hangat selama 2
menit, lalu diganti dengan waslap dingin selama 1 menit,
pengompresan dilakukan secara bergantian selam 3 kali
berturut-turut dan akhiri dengan kompres air hangat.
13.
Pakai BH khusus untuk menyusui.
14.
Semua alat-alat dibereskan dan alat-alat yang telah digunakan
dicuci.
15.
Kedua tangan dicuci di kran atau air mengalir setelah
melakukan tindakan dan keringkan.
8
9
JOB SHEET
NAMA PEKERJAAN
: Melakukan Pemeriksaan Fisik
Pada Ibu Nifas (Hari 2-6 hari dan
2-6 Minggu Pasca Salin )
UNIT
: Asuhan Kebidanana III (Nifas)
WAKTU
: 30 Menit
REFERENSI
1. Pusdiknakes, 2003, Buku IV Asuhan Kebidanan Post Partum, Jakarta
2. Varney H, 1997, Varney’s Midwifery, Jones & Bartlett Publishers, London.
3. McCall P, 1993, Midwifery,Juta & Co LTD, Kenwyn
4. Prodikeb Cirebon, Poltekkes Tasikmalaya, 2003, Buku Panduan Preseptor,
Cirebon
OBJEK PERILAKU SISWA:
Setelah berlatih dengan menggunakan lembar kerja (job sheet)
ini, mahasiswa
mampu melakukan pemeriksaan fisik pada ibu nifas ( 2-6 hari dan 2-6 Minggu Pasca
salin) sesuai dengan standar pelayanan kebidanan post partum.
DESKRIFSI SINGKAT
Definisi
Pemeriksaan fisik pada ibu post partum merupakan salah satu dari asuhan pada ibu
nifas yang sangat diperlukan bagi wanita post partum, sebab masa nifas ini
merupakan masa yang kritis baik bagi ibu maupun bagi bayinya. Diperkirakan bahwa
60 % kematian ibu terjadi dalam masa nifas.
Tujuan asuhan
Kunjungan post partum yang dilakukan 2-6 hari dan 2-6 Minggu setelah melahirkan
adalah hampir sama dengan pasca salin awal (6 jam pertama) . Tujuan dari
kunjungan – kunjungan ini adalah untuk :
1. Memastikan bahwa ibu sedang dalam proses penyembuhan yang aman
2. Memastikan bahwa bayi sudah bisa menyusui tanpa kesulitan dan sudah
bertambah berat badannya
3. Memastikan bahwa ikatan batin antara ibu dan bayi sudah terbentuk
4. Memprakarsai penggunaan kontrasepsi
5. Menganjurkan ibu membawa bayinya ke unit kesehatan setempat (posyandu)
untuk ditimbang dan imunisasi.
Dalam menggunakan proses penatalaksanaan kebidanan dengan ibu yang sudah 2-6
hari atau 2-6 Minggu pasca salin, pengumpulan data, diagnosa, serta pembuatan
rencana asuhan adalah hampir sama dengan pasca salin awal (6 jam pertama).
Pengevaluasian dan asuhan untuk seorang ibu yang berada dalam proses 2-6 hari
dan 2-6 Minggu postpartum dapat dirangkum sebagai berikut:
Pemeriksaan Fisik :
Rupa pada umumnya
Tanda – tanda vital
Payudara : Kemontokan, warna merah, nyeri putting atau pecah ujungnya.
Abdomen : Tinggi fundus, kekokohan, kelembutannya
Lokia : warna, banyaknya, bekuan, baunya.
Perineum : edema, peradangan, jahitan, nanah
Tungkai : tanda – tanda Homan, gumpalan darah pada otot kaki yang menyebabkan
nyeri.
Rencana asuhan
Rencana asuhan untuk kunjungan dalam masa 2-6 hari dan 2-6 Minggu pasca salin
adalah hampir sama dengan rencana asuhan pasca salin 2-6 jam normal. Akan tetapi
pada kunjungan – kunjungan kemudian, ibu mungkin akan lebih bisa memahami serta
melaksanakan petunjuk dan pembelajaran. Oleh karena itu, informasi – informasi ini
hendaknya diulang – ulang dan bidan harus mendorong ibu untuk mau bertanya
(tentang hal – hal yang belum jelas). Pada kunjungan 2-6 Minggu, setiap ibu
hendaknya dikonseling secara cermat tentang kontraepsi pasca salin serta
memberikan metoda yang menjadi pilihannya.
PETUNJUK:
1. Pemeriksaan fisik ini dilakukan oleh mahasiswa per individu.
2. Baca dan pelajari lembar kerja (job sheet) ini secara seksama sebelum
melakukan tindakan.
3. Ikutilah petunjuk lembar kerja (job sheet) ini, langkah demi langkah, jangan
sampai ada yang terlewat.
4. Pergunakan alat bantu/alat peraga (berupa model-model alat kontrasepsi, dll).
5. Tanyakan pada pembimbing (Instructure) bila terdapat hal-hal yang kurang
dimengerti.
KESELAMATAN KERJA:

Pusatkan perhatian pada pekerjaan dan keadaan ibu

Perhatikan keadaan umum ibu

Lakukan pekerjaan secara hati – hati dan lembut

Pakailah peralatan sesuai dengan fungsinya dan telah disterilkan terlebih dahulu

Perhatikan teknik / prosedur pemeriksaan fisik dengan baik.
PEKERJAAN LABORATORIUM
Peralatan :
-
Model Phantom wanita
-
Pembalut Wanita
Bahan
 Air, sabun
 Larutan Chlorin 0,5 %
 Cairan merah
Perlengkapan
* Perlengkapan Ibu
: Alas Bokong
* Perlengkapan Penolong : - Handscoon
- Lampu sorot / senter
*Tempat sampah
*Formulir pencatatan
Prosedur
a. Persiapan pasien
Beritahukan pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
Lakukan informed concent
b. Persiapan pemeriksa/Bidan
Mencuci tangan
PELAKSANAAN
LANGKAH KERJA
1. Amati tingkat tenaga dan emosi ibu
selama dalam kunjungan.
( Lakukan secara cermat dan penuh
perhatuan ).
ILUSTRASI / GAMBAR
2. Periksa tekanan darah, suhu tubuh dan
nadi.
(Perhatikan psikologis ibu, jelaskan
hasil temuan)
3. Jelaskan
pada
ibu
saat
melakukan
pemeriksaan.
4. Cuci tangan keseluruhan dengan sabun
dan air serta mengeringkan dengan
handuk.
(lakukan cuci tangan secara efektif)
5. Lakukan pemeriksaan payudra.

Pasien berbaring dengan lengan kiri
diatas
kepala,
payudara
kiri
kemudian
secara
palpasi
sistematis
sampai ketiak, catat adanya massa,
benjolan
yang
membesar,
pembengkakan atau abses

Ulangi
prosedur
tersebut
untuk
lengan kanan, dan palpasi payudara
kanan hingga ketiak.
6. Lakukan pemeriksaan abdomen

Periksa bekas luka, jika operasi baru

Palpasi untuk mendeteksi ada atau
tidaknya uterus di atas pubis

Palpasi untuk mendeteksi massa,
kelembekan.
7. Lakukan pemeriksaan kaki untuk :
 Vena Varises
 Kemerahan pada betis (tanda homan)
 Tulang kering, pergelangan kaki, kaki
untuk edema
8. Kenakan sarung
tangan pemeriksaan
yang bersih/steril.
( Lakukan dengan hati – hati jangan
sampai
menyentuh
bagian
lateral
posisi
untuk
hand schoen ).
9. Bantu
klien
pada
pemeriksaan perineum.

Tekuk setiap kaki klien untuk
diperiksa nyeri betis (tanda –
tanda homan)

Periksa perineum untuk
penyembuhan dari laserasi atau
penjahitan episiotomi

Perhatikan warna, konsistensi dan
bau dari lokia
( Sebelumnnya beritahu ibu tentang
prosedur yang akan dilakukan dan
sesudah dilakukan beritahu mengenai
temuan – temuannya )
10. Lepaskan sarung tangan secara terbalik
dan rendam dalam wadah berisis larutan
klorin 0,5 %t.
(Lakukan secara hati-hati agar tidak
tersentuh permukaan kulit tangan).
11. Cuci tangan dengan air mengalir dan
sabun. Keringkan tangan dengan handuk
bersih dan kering.
(Lakukan Cuci tangan ecara efektif).
EVALUASI

Mahasiswa mendemonstrasikan pemeriksaan fisik secara individu

Instruktur membimbing dan menilai langkah – langkah pemeriksaan fisik sesuai
dengan menggunakan ceklist

Setiap langkah dilakukan secara sistematis dan hati-hati

Setiap langkah dilakukan dengan memperhatikan Privasi ibu selama melakukan
prosedur

Setiap langkah dilakukan dengan memperhatikan kenyamanan dan keamanan ibu
selama melakukan prosedur

Setiap langkah dilakukan dengan memperhatikan psikologis ibu

Setiap langkah dilakukan dengan memperhatikan kebersihan / kesterilan dalam
bekerja

Memberitahukan hasil pekerjaan pada ibu setelah selesai melakukan prosedur
1
JOB SHEET
TOPIK KETERAMPILAN
SENAM NIFAS
WAKTU
2 x 50 MENIT
OBJEKTIF PRILAKU SISWA
Setelah mengikuti demonstrasi ini mahasiswa dapat melaksanakan senam nifas
secara berurutan sesuai dengan pedoman yang sudah diberikan dengan baik
dan benar.
ALAT DAN PERLENGKAPAN
Matras / tempat tidur
Bantal
Musik
2
ALAT BANTU
Job sheet, OHT, Multi media, flipchart
BUKU SUMBER
1. Bobak, dkk. Buku ajar keperawatan maternitas: adisi ke-4. penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta. 2003. hal.533.
2. Bonny dkk. 40 Hari Pasca-Persalinan; masalah dan solusinya. puspa swara.
Jakarta. 2003. hal.100.
3.
Ma’sum, Ma’ruf. 2003. Bayi Panduan lengkap Sejak dalam Kandungan
hingga Merawat Bayi.surakarta. Ma’sum Perss. Hal.69.
METODE
DEMONSTRASI
DOSEN
DIANA NOVITA, SST
3
DASAR TEORI
Kondisi yang kendor setelah melahirkan harus segera dipulihkan, karena
selain bayi yang dilahirkan membutuhkan kasih sayang dari seorang ibunya, juga
suami yang kita cintai. Untuk itulah pemulihan kondisi harus dilakukan seawal
mungkin sesuai kondisi.
Mobilisasi dan gerakan-gerakan sederhana sudah dapat dimulai selagi ibu
masih berada di klinik atau Rumah Sakit, supaya involusi berjalan dengan baik
dan otot-otot mendapatkan tonus, elastisitas dan fungsinya kembali.
Manfaat senam nifas :

Manfaat latihan secara umum
1. Membantu penyembuhan rahim,perut dan otot panggul yang mengalami
trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk
normal.
2. Menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar akibat kehamilan dan
persalinan serta mencegah pelemahan serta mencegah pelemahan dan
peregangan lebih lanjut.
3. Menghasilkan manfaat psikologis, menambah kemampuan menghadapi
stress dan bersantai sehingga mengurangi depresi pasca persalinan.
 Manfaat latihan secara khusus
- Perineal :
1. membantu menghindari terjadinya mengompol akibat stres
2. mencegah turunnya organ-organ panggul
3. mengatasi masalah seksual
- Perut :
1. Mengurangi resiko sakit punggung dan pinggang
2. Mengurangi varices vena
3. Mengurangi edema kaki
4. Mengatasi kram kaki
5. Mencegah pembentukan gumpalan darah dalam vena
6. Memperlancar peredaran darah
4
PERSIAPAN

Siapkan bahan dan alat

Jelaskan pada pasien tentang manfaat dari senam nifas

Pastikan ibu telah mengosongkan kandung kemih

Lakukan pemanasan dengan gerakan-gerakan ringan
KEAMANAN
1. Jangan berlatih lebih dari yang dianjurkan, meskipun anda merasa sanggup
2. Jangan melakukan latihan sit up penuh, menekuk lutut ke arah dada, atau
pengangkatan dua kaki, selama enam minggu pertama pasca-persalinan.
3. Berhentilah sebelum lelah.
PENYAJIAN
No
1
KEYPOINT
Susun alat secara ergonomis
LANGKAH
Siapkan alat dan bahan
5
2
3
Dilakukan setiap sebelum dan
sesudah melakukan senam inti
Lakukan pemanasan
- Lakukan 15 x gerakan
a. Latihan pernafasan iga-iga
- Pakaian dilonggarkan
Keluarkan nafas dari mulut, tangan menekan
- Tidur dengan satu bantal
iga ke dalam sehingga rongga dada
mengempes
- Tidur terlentang, lutut lurus
- Lakukan 15 x gerakan
- Lutut bagian belakang menekan
kasur
b. Latihan gerak pergelangan kaki
- Latihan 1 (gerakan dorsi fleksi dan
plantar fleksi)
Tegakkan kedua telapak kaki, lutut bagian
belakang menekan kasur. Tundukkan
kedua telapak kaki bersama jari-jarinya
- Lakukan 15 x gerakan
- Posisi telapak kaki berhadapan
- Latihan 2
Hadapkan kedua telapak kaki dengan lutut
menghadap ke dalam.
Posisi telapak kaki berhadapan, gerakkan
6
ke bawah, buka ke samping dan tegakkan
kembali
- Lakukan 15 x gerakan
- Telapak kaki diturunkan ke
Bawah
- Lakukan 15 x gerakan
- Telapak kaki kiri dan kanan
diturunkan secara bergantian,
seperti gerakan menggergaji.
- Lakukan 15 x gerakan
- Kerutkan pantat ke dalam
- Kempeskan perut
- Posisi berbaring dengan tangan
di samping.
- Latihan 3
Kedua telapak kaki diturunkan ke bawah, buka
ke samping, dan tegakkan kembali
7
- Lakukan 4x gerakan
c. Latihan kontraksi otot perut dan pantat
- Lanjutkan ke latihan kedua
secara ringan
- Kepala menyentuh dada
-
Latihan 1
Angkat kepala dan bahu sehingga
kepala menyentuh dada
-
-
Tidur terlentang, kedua
-
Latihan 2
tangan di samping
Tekuk lutut kiri, lalu luruskan dan
Lakukan 4x gerakan untuk
lakukan juga pada lutut kanan
tiap sisi secara bergantian
-
Latihan 3
-
Lakukan 15 x gerakan
-
Kerutkan pantat ke dalam
Posisi berbaring satu kaki ditumpangkan
-
Kempeskan perut
pada yang lainnya. Tundukkan kepala,
-
Posisi berbaring satu kaki
kerutkan pantat ke dalam, kempeskan
ditumpangkan pada yang
perut sehingga punggung menekan
lainnya
kasur
8
LATIHAN HARI II
1.
- Lakukan 15 x gerakan
- Pakaian dilonggarkan
- Tidur dengan satu bantal
a. Latihan pernafasan iga-iga
Tarik nafas dari hidung dengan mulut tertutup
sambil mendorongn kedua tangan, keluarkan
nafas dari mulut, tangan menekan
iga ke dalam sehingga rongga dada
mengempes
-
-
-
Tidur terlentang, kedua
b. Latihan otot perut
lutut ditekuk setengah
Kedua lutut ditekuk setengah tinggi dengan
tinggi
telapak kaki rata pada kasur, angkat kepala
Telapak kaki rata pada
dan bahu perlahan-lahan sehingga dagu
kasur
menempel di dada, turunkan kembali
Lakukan 5x gerakan
dengan lambat
9
- Ulangi gerakan tersebut dengan
c. Latihan kaki
bergantian arah, lakukan 5x ke
Lutut ditekuk setengah tinggi, lurus dan
kiri dan ke kanan
dirapatkan. Putar pinggang dan ayunkan
- Lutut ditekuk setengah tinggi,
kedua lutut bersama-sama ke kiri sehingga
lurus dan dirapatkan
- Lakukan satu kali setiap hari
menyentuh lantai, begitu juga sebaliknya
d.
Latihan untuk pengembalian rahim ke
selama 3 – 5 menit
bentuk dan tempat semula
- Dua bantal menyangga perut,
Tidur tengkurap dengan dua bantal
satu bantal menyangga punggung
menyangga perut, satu bantal menyangga
kaki
punggung kaki. Kepala menoleh ke
samping kiri atau kanan, tangan sedikit
dibengkokkan.
- Lakukan gerakan ini 45 x. Setiap
15 x gerakan berhenti sebentar
- Kedua lengan saling
e.
Latihan otot dada
- Latihan 1
Kedua tangan saling berpegangan pada
berpegangan pada lengan bawah
lengan bawah dekat siku. Pegang tangan
dekat siku
erat-erat dan dorong jauh-jauh bersamaan
10
ke arah siku sampai otot dada terasa
tertarik, lalu lepaskan.
- Latihan 2
-
Lakukan gerakan 45 x dan
Angkat tangan hingga sejajar dengan kepala
berhenti sebentar setiap 15 x
-
Lakukan sesuai kemampuan
- Posisi duduk atau berdiri,
f.
Latihan sikap baik secara ringan
lakukan 15 x gerakan dan
Putar sendi bahu ke arah depan, ke atas,
berhenti setiap 5 gerakan dan
ke belakang,ke bawah, dan seterusnya.
lakukan setiap selesai menyusui
bayi.
11
- Putaran arah belakang tulang
belikat mendekat satu sama lain.
LATIHAN HARI KE III
Berdiri dengan kaki sedikit
Sikap baik dalam mengangkat dan
diregangkan, tundukkan kepala,
menggendong bayi
dan ambil bayi dengan kepala
Langkahkan kaki kanan ke depan, kempeskan
tetap tegak.
perut, bengkokkan lutut, jongkok sampai tumit.
APLIKASI
1. Demonstrasi pertama dilakukan oleh dosen sebagai instruktur sesuai
dengan job sheet.
2. Menunjuk dua orang mahasiswa untuk mempraktikkan senam nifas di
bawah bimbingan dosen.
12
EVALUASI
1. Mahasiswa dibagi menjadi 4 kelompok, kemudian mempraktikkan senam
nifas secara individu sesuai dengan daftar tilik.
2. Setiap langkah dikerjakan
secara sistematis dan memperhatikan
kemampuan serta kenyamanan klien di setiap tindakan.
3. Penilaian dilakukan dengan menggunakan daftar tilik.
Download