INTERAKSI SOSIAL DAN GAYA KOMUNIKASI MELALUI FACEBOOK Sarmiati* ABSTRAK Studi tentang bentuk interaksi sosial dan gaya komunikasi mengikuti konteks perubahan budaya dalam komunikasi lintas budaya melalui facebook merupakan studi yang berhubungan dengan bagaimana komunikasi melalui situs jejaring sosial facebook terjadi antara seseorang atau sekelompok orang dari satu konteks budaya yang berbeda dengan seseorang atau sekelompok orang lainnya yang berasal dari konteks komunikasi yang berbeda. Komunikasi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain yang berasal dari budaya yang berbeda tersebut merupakan komunikasi lintas budaya. Konteks budaya yang dimaksud di sini adalah budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah. Budaya konteks tinggi merupakan budaya yang menggunakan komunikasi yang kadang samar-samar, tidak langsung, dan implicit, sedangkan komunikasi tingkat rendah cenderung langsung dan eksplisit. Seseorang yang berkomunikasi dengan orang lain melalui facebook berpotensi menyebabkan perubahan budaya dalam konteks komunikasi. Perubahan tersebut terjadi diakibatkan oleh factor interaksi sosial, kecemasan dan ketidakpastian. Kata Kunci: Interaksi Sosial, Facebook, Komunikasi Budaya Pendahuluan Perkembangan teknologi komunikasi memungkinkan manusia berinteraksi tanpa harus bertemu dan bertatap muka. Kita bisa melakukan komunikasi melalui telepon maupun handphone, bahkan kita bisa berkomunikasi hanya melalui surat elektronik yang dikenal dengan Short * Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat-Indonesia. E-mail: [email protected] 173 Message Servise (SMS). Tidak hanya itu, saat ini kita bisa berkomunikasi lebih luas lagi dengan menggunakan apa yang disebut dengan computer yang sudah tersambung dengan internet. Internet adalah jaringan kabel dan telepon dan satelit yang menghubungkan computer. Internet ini sangat berbeda dengan media lainnya, dimana internet ini sangat interaktif, internet mempunyai kapasitas untuk memampukan orang berkomunikasi, bukan sekedar menerima pesan belaka, dan mereka bisa melakukannya secara real time (Vivian, 2008:263). Internet bisa menghubungkan computer-komputer yang paling sederhana hingga computer-komputer super yang paling canggih yang merupakan struktur jaringan computer yang berhubungan. Layanan yang diberikan internet mencakup e-mail, Netnews,Telnet, FTP dan world wide web (www), dimana yang paling banyak digunakan adalah e-mail dan www (Bungin, 2003:136). Perkembangan teknologi tidak hanya berhenti pada internet yang menyediakan layanan e-mail dan www saja, tetapi internet juga mengalami perkembangan cepat yang membuat interaksi manusia menjadi semakin luas dan berkembang. Sebut saja situs-situs jejaring sosial berupa friendster yang dahulu sangat digandrungi dan sekarang berkembang lagi facebook dan twitter yang sangat mempengaruhi interaksi manusia di seluruh belahan dunia. Situs jejaring sosial atau kita kenal dengan media sosial ini sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan interaksi manusia. Facebook mampu menembus keseluruh dunia tanpa mengenal siapa dan bagaimana orang yang akan berinteraksi dengan kita melalui situs ini. Kita bisa menemukan teman yang sudah puluhan tahun tidak pernah bertemu dan berkomunikasi, bahkan bisa mendapatkan teman yang tidak diketahui asal usul dan silsilahnya. 174 Saat ini facebook tidak hanya diakses dengan menggunakan computer yang sederhana dan canggih, tetapi juga ada media yang lain yaitu telepon genggam. Kita tidak perlu lagi ke warung internet untuk bertegursapa dengan teman di dunia maya, tetapi kita bisa berkomunikasi kapanpun dan dimanapun melalui telepon genggam yang selalu menjadi teman setia siapapun di seluruh dunia. Pertemanan melalui facebook maupun twitter sangat berpengaruh terhadap bentuk interaksi manusia. Bahkan melalui facebook kita bisa berinteraksi dengan siapapun yang berasal dari budaya yang berbeda. Facebook mampu menembus batas pertemanan dari satu budaya dengan budaya lainnya, yang mengakibatkan terjadinya komunikasi lintas budaya melalui situs jejaring sosial yang bernama facebook ini. Berdasarkan permasalahan di atas, maka studi ini ingin mengkaji tentang bagaimana bentuk interaksi dan gaya komunikasi mengikuti konteks perubahan budaya dalam komunikasi lintas budaya melalui facebook. Tinjauan Teori 1. Komunikasi Lintas Budaya Komunikasi lintas budaya terjadi ketika anggota dari satu budaya tertentu memberikan pesan kepada anggota dari budaya yang lain. Artinya komunikasi lintas budaya melibatkan interaksi antara orang-orang yang persepsi budaya dan system simbolnya cukup berbeda dalam suatu komunikasi (Samovar, Porter, dan McDaniel, 2010:16).Komunikasi antar budaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya (Mulyana dan Rakhmat, 2009:20). Individu bisanya mengkalkan identisanya dalam 175 berkomunikasi, walaupun komunikasi tersebut terjadi dalam situasi yang berbeda. Gardiner dan Kosmitzki melihat identitas sebagai defenisi diri seseorang sebagai individu yang berbeda dan terpisah, termasuk perilaku, kepercayaan, dan sikap. Ting Toomey menganggap identitas sebagai konsep diri yang direfleksikan atau gambaran diri bahwa kita berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis dan proses sosialisasi individu. Identitas pada dasarnya merujuk pada pandangan reflektif mengenai diri kita sendiri ataupun persepsi orang lain mengenai gambaran diri kita. Martin dan Nakayama menyatakan identitas sebagai konsep diri sendiri, siapa kita sebagai seorang manusia. Bagi Matthews, identitas adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri (hlm.184). Identitas Dalam pertemuan antarbudaya, harapan berbeda mengenai identitas serta gaya komunikasi yang ditampilkan berpotensi menimbulkan kegelisahan, kesalahpahaman, dan bahkan konflik. Collier berkata bahwa untuk dapat berkomunikasi secara efektif dalam situasi antar budaya, identitas budaya yang diakui seseorang serta gaya komunikasinya harus sesuai denga identitas dan gaya yang ditampilkan padanya oleh lawan bicaranya. Namun karena gaya komunikasi mungkin berbeda, masingmasing pelaku komunikasi harus mencari jalan tengah dan pencarian ini akan membutuhkan fleksibelitas dan adaptasi (hlm.199). 2. Gaya Komunikasi dalam Budaya Konteks Tinggi dan Budaya Konteks Rendah Antropolog Hall menjelaskan bahwa gaya komunikasi dalam komunikasi konteks tinggi merupakan komunikasi dimana sebagian besar informasi diketahui orang tersebut, dan hanya sedikit yang dibagikan sebagai bagian dari pesan. Sebaliknya dengan komunikasi konteks rendah jumlah informasi lebih besar dari yang disampaikan. Walaupun semua budaya 176 memiliki sebagian karakteristik dari variable konteks tinggi dan konteks rendah, namun bisa dilihat melalui skala peringkat dari dimensi tersebut, berdasarkan tabel berikut ini: Dalam budaya konteks rendah (Jerman, Swiss, Skandinavia, dan Amerika Utara) populasi lebih sedikit homogen, sehingga cenderung membagi-bagikan hubungan interpersonal. Mode komunikasi masyarakat Asia (konteks tinggi) kadang samar-samar, tidak langsung, dan implicit, dimana komunikasi Barat (konteks rendah) cenderung langsung dan eksplisit (hlm.256). Indonesia termasuk ke dalam masyarakat yang berkomunikasi dengan komunikasi konteks tinggi, artinya orang Indonesia adalah orang yang berkomunikasi secara samar-samar, tidak langsung dan implicit. Orang Indonesia dengan beragam budaya, juga mempunyai konteks komunikasi yang berbeda, yang akan mempengaruhi komunikasi nya. Misalkan saja orang Jawa dan orang Padang atau Batak, sangat berbeda cara komunikasinya, walaupun posisi orang Indonesia adalah termasuk budaya konteks tinggi, namun di Indonesia sendiri ada masyarakat yang cenderung mendekati komunikasi konteks rendah seperti orang batak, sedangkan orang Jawa lebih cenderung kepada konteks tinggi. Masyarakat yang memiliki budaya dengan komunikasi konteks tinggi adalah masyarakat atau orang-orang yang cara komunikasinya lebih mementingkan komunikasi non verbal, informasi yang didapatkan dari orang-orang tersebut sangat sedikit atau tertupup, kita ambil contoh orang Jepang yang merupakan Negara yang paling tinggi konteks komunikasinya. Orang Jepang sangat banyak diam dan sulit untuk berkomunikasi dengan mereka, berbeda dengan orang Jerman yang dalam susunan letak negara terendah konteks komunikasinya, adalah Negara yang masyarakatnya sangat terbuka, berkomunikasi dengan jelas dan terbuka. 177 Tabel 1: Budaya disusun dalam dimensi budaya konteks tinggi sampai konteks rendah Budaya Konteks Tinggi Jepang Cina Korea Afrika Amerika Amerika(Pribumi) Arab Yunani Latin Italia Inggris Perancis Amerika Utara Skandinavia Jerman Jerman (Swiss) Budaya Konteks Rendah 178 Perubahan gaya komunikasi mengikuti disebabkan oleh beberapa factor, antara lain: konteks budaya ini 1. Inreraksi Sosial Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu (Soejono, 1990:67). Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial secara harfiah adalah berarti sama-sama menyentuh. Namun dengan perkembangan teknologi sekarang ini, orang bisa berhubungan satu sama lainnya melalui telepon, telegrap, radio, surat dan seterusnya yang tidak memerlukan hubungan badaniah(hlm.71). Komunikasi adalah proses dinamis dimana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalui penggunaan symbol (Samovar, Porter, dan McDaniel, 2010:18). Sosiologi menjelaskan komunikasi sebagai proses memaknai yang dilakukan oleh seseorang terhadap informasi, sikap, dan perlaku orang lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik, atau sikap, perlaku dan perasaanperasaan, sehingga seseorang membuat reaksi-reaksi terhadap informasi, sikap dan perlaku tersebut berdasarkan pengalaman yang pernah dia alami. Fenomena komunikasi dipengaruhi pula oleh media yang digunakan, sehingga media kadang kala juga ikut memengaruhi isi informasi dan penafsiran, bahkan menurut Marshall McLuhan bahwa media adalah juga pesan itu sendiri (Bungin, 2006:57). Dalam komunikasi ada tiga unsur penting yang selalu ada dalam setiap komunikasi, yaitu sumber informasi, saluran (media) dan penerima informasi. Selain ketiga unsure tersebut, yang terpenting dalam komunikasi 179 adalah aktifitas memaknakan informasi yang disampaikan oleh sumber informasi dan pemaknaan yang dibuat oleh penerima terhadap informasi yang diterimanya. Konteks sosial budaya ikut mewarnai kedua pihak dalam memaknakan informasi yang disebarkan dan yang diterima itu. Oleh karena itu, maka sebuah proses komunikasi memiliki dimensi yang sangat luas dalam pemaknaannya, karena dilakukan oleh subjek-objek yang beragam dan konteks sosial yang majemuk pula (hlm.58). Berlangsungnya suatu proses interkasi didasarkan pada berbagai factor antara lain, factor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun imitasi mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negative dimana yang ditiru misalnya adalah tidakan-tindakan yang menyimpang. Imitasi juga dapat melemahkan atau bahkan mematikan daya kreasi seseorang. Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang member suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Identifikasi merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan fihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam dari pada imitasi, oleh karena kerpibadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini. Proses simpati merupakan proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerjasama dengannya (hlm.69). Melalui kontak sosial dan komunikasi orang saling berinteraksi, hal ini juga terjadi dalam komunikasi antara seseorang atau sekelompok orang 180 dengan seseorang atau sekelompok orang lain melalui facebook. Kontak sosial yang terjadi melalui komunikasi di situs jejaring sosial facebook tidak memerlukan hubungan badaniah, tetapi terjadi melalui teknologi komunikasi yang bernama internet. Orang berkomunikasi dengan menggunakan komunikasi verbal berbentuk tulisan dan symbol-simbol lainnya. Ketika seseorang dan seseorang lainnya berkomunikasi melalui situs jejaring sosial facebook, terjadi interaksi sosial diantara mereka. Interkasi tersebut bisa saja terjadi antara seseorang dari konteks budaya tingkat tinggi dengan seseorang dari konteks budaya tingkat rendah. 2. Faktor Ketidakpastian (Uncertainty) dan Faktor Kecemasan (Anxiety) Ketika seseorang bertemu dengan orang asing atau orang yang berasal dari budaya yang berbeda, tentu ada ketidakpasatian terhadap orang yang ditemui tersebut. Begitu juga ketika orang berkomunikasi dengan orang lain, akan terjadi ketidakpastian terkait dengan informasi tentang orang asing tersebut. Namun setiap orang pasti mempunyai keinginan yang kuat untuk mengurangi ketidakpastian tersebut. Berger menyatakan bahwa manusia seringkali kesulitan dengan ketidakpastian, mereka ingin dapat menebak perlaku, sehingga mereka terdorong untuk mencari informasi tentang orang lain. Proses pencarian informasi tentang orang lain tersebut adalah dalam rangkan pengurangan ketidakpastian, yang merupakan dimensi utama dalam mengembangkan hubungan.Semakin kita merasa tidak pasti, kita menjadi semakin waspada dan kita akan semakin bergantung dengan pada data yang tersedia pada kita dalam situasi tersebut (Littlejohn, 2009:218). William Gudykunst dan para koleganya telah memperluas karya Berger dalam melihat ketidakpastian dan kecemasan. Mereka telah menemukan bahwa semua kebudayaan mencoba untuk mengurangi ketidakpastian dalam tahap-tahap awal sebuah hubungan, tetapi mereka 181 melakukannya dengan cara-cara yang berbeda. Perbedaannya dapat dijelaskan dengan apakah seseorang merupakan anggota dari sebuah kebudayaan dengan konteks yang tinggi atau kebudayaan dengan konteks yang rendah. Kebudayaan dengan konteks yang tinggi sangat mengandalkan keseluruhan situasi untuk menafsirkan kejadian-kejadian dan kebudayaan dengan konteks rendah lebih mengandalkan pada isi verbal yang jelas dari pesan-pesan. Kita akan merasakan sejumlah kecemasan tertentu dan ketidakpastian kita akan sangat besar. Sebaliknya kepercayaan diri kita dalam mengenal orang lain akan menjadi lebih tinggi dan kecemasan kita akan menurun (hlm.221). 3. Stereotipe Stereotip merupakan bentuk kompleks dari pengelompokan yang secara mental mengatur pengalaman anda dan mengarahkan sikap anda dalam menghadapi orang-orang tertentu. Stereotip bisa positif dan negative, stereotip yang merujuk sekelompok orang sebagai orang malas, kasar, jahat atau bodoh merupakan stereotip negative dan ada stereotip positif seperti stereotip yang merujuk sekelompok orang sebagai orang pekerja keras, berkelakuan baik dan pandai. Stereotip ini mempersempit persepsi kita, maka stereotip dapat mencemarkan komunikasi antar budaya (hlm.203). Stereotip cenderung menghambat komunikasi antar budaya, hal ini disebabkan karena stereotip merupakan sejenis penyaring, menyediakan informasi yang konsisten dengan informasi yang dipercayai oleh seseorang. Dengan ini, sesuatu yang benar tidak tidak memiliki kesempatan untuk diketahui. Kedua, bukan pengelompokan itu yang menyebabkan masalah antarbudaya, namun asumsi bahwa semua informasi spesifik mengenai suatu budaya diterapkan pada semua orang dari kelompok tertentu. Ketiga, stereotip menghalangi keberhasilan anda sebagai seorang komunikator 182 karena stereotip biasanya berlebih-lebihan, terlalu sederhana dan terlalu menyamaratakan. Keempat, stereotip jarang berubah, karena stereotip biasanya berkembang sejak awal kehidupan dan terus berulang dan diperkuat dalam suatu kelompok, dan berkembang setiap waktu (hlm.205-206). 4. Prasangka Prasangka merupakan perasaan negative yang dalam terhadap kelompok tertentu. Sentimen ini kadang meliputi kemarahan, ketakutan, kebencian, dan kecemasan. Prasangka dinyatakan dalam berbagai cara, kadang secara halus dan tidak langsung, namun kadang juga secara terangterangan dan langsung (hlm.207). Prejudice atau prasangka menurut Everet M. Rogers, dan Thomas M. Steinfat adalah suati sikap yang tak berdasar terhadap outgrop berdasarkan pada suatu perbandingan dengan ingroup (Rogers dan Steinfat, 1999). Prasangka adalah penghukuman tanpa adanya pengetahuan atau pengujian terhadap informasi yang ada. Allport dalam Samovar dan Porter mengemukakan bahwa prejudice diekspresikan dengan berbagai cara, yaitu antilokusi. Pada tingkat ini prejudice baru pada tingkat berbicara tentang anggota kelompok target dalam bentuk stereotip negative. Kedua, avoid/withdraw, yaitu dalam bentuk tindakan menghindar atau menarik diri dari hubungan dengan kelompok yang tidak disuaki. Ketiga, diskriminasi merupakan ekspersi dari prejudice, dalam bentuk mengeluarkan dari pekerjaan atau institusi sosial. Keempat, serangan fisik yang membuat terciptanya permusuhan. Kelima, pemusnahan yang merupakan bentuk paling berbahaya dari prejudice (Sarmiati, 2005:24-26). 5. Etnosentrisme Nanda dan Warms menjelaskan etnosentrisme sebagai berikut: 183 ―Etnosentrisme merupakan pandangan bahwa budaya seseorang lebih unggul dibandingkan budaya yang lain. Pandangan bahwa budaya lain dinilai berdasarkan standar budaya kita. Kita menjadi etnosentris ketika kita melihat budaya lain melalui kacamata budaya kita atau posisi sosial kita‖ (hlm.207). Etnosentrisme dapat dilihat dalam 3 tingkatan, yaitu positif, negatif dan sangat negative. Pertama, positif, merupakan kepercayaan bahwa paling tidak bagi anda, budaya anda lebih baik dari yang lain. Pada tingkat negatif, anda mengevaluasi secara sebagian. Anda percaya bahwa budaya anda merupakan pusat dari segalanya dan budaya lain harus dinilai dan diukur berdasarkan standar budaya anda. Dalam tingkat sangat negatif, bagi anda tidak cukup hanya menganggap bahwa anda sebagai yang paling benar dan bermanfaat, Anda juga menganggap budaya anda sebagai yang paling berkuasa dan anda percaya bahwa nilai dan kepercayaan anda harus diadopsi oleh orang lain. Kebanyakan orang merupakan etnosentris, dan bahwa kadang sikap etnosentrisme penting untuk mengeratkan hubungan dalam suatu masyarakat . Etnosentrisme juga memberikan identitas dan perasaan memiliki kepada anggotanya. Ada masalah serius ketika kita terlihat dalam etnosentrisme negative ketika kita berusaha untuk berhasil dalam komunikasi antar budaya. Salah satu akibat dari etnosentrisme adalah rasa gelisah, semakin etnosentris kita maka semakin gelisah dalam berhubungan dengan budaya lain, ketika kita takut, kita jadi memiliki sedikit harapan positif dari suatu hubungan dan kurang mempercayai orang dari budaya lain (hlm.216). Pembahasan Komunikasi yang terjadi antara seseorang atau sekelompok orang dengan seseorang atau sekelompok orang yang lain melalui situs jajaring sosial facebook merupakan komunikasi yang sangat luas. Komunikasi 184 tersebut terjadi antara orang dari satu group yang sama atau dengan group atau kelompok yang berbeda. Komunikasi yang terjadi antara seorang ibu dengan anaknya, seorang saudara dengan saudaranya bahkan antara seorang dengan orang lain yang tidak dikenal sama sekali. Orang Padang bisa berkomunikasi dengan orang Jawa, orang Batak dengan orang Makassar, bahkan antara orang Indonesia dengan orang Amerika tanpa kenal sebelumnya. Melalui situs jejaring sosial pertemanan facebook kita bisa saling berbagi, saling member dan saling mengisi, bahkan dengan situs tersebut kita bisa menjalin hubungan serius bahkan menuju jenjang pernikahan sekalipun. Komunikasi melalui facebook merupakan salah satu bentuk komunikasi lintas budaya, ketika seseorang atau sekelompok orang berkomunikasi atau saling berteman dengan seseorang atau sekelompok orang dari budaya yang berbeda. Ketika interaksi terjadi secara terus menerus dan terjalin pertemanan, maka komunikasi ini akan melibatkan konteks komunikasi yang ada diantara kedua orang atau kelompok tersebut. Ketika orang dari Indonesia berteman dalam situs jejaring sosial facebook dengan orang Jepang, maka konteks komunikasi yang terjadi adalah konteks komunikasi antara seorang Indonesia dengan konteks komunikasi sedang dengan orang Jepang yang memiliki konteks komunikasi tinggi. Komunikasi ini memiliki kecenderungan seperti penjelasan Hall di atas, dimana ketika orang yang berkomunikasi melalui facebook ini berasal dari dua konteks budaya yang berbeda juga memiliki perbedaan dari segi konteks budaya tersebut. Ketika orang dari budaya konteks tinggi seperti Indonesia berkomunikasi melalui facebook dengan orang yang berasal dari budaya konteks rendah seperti Ameika Utara, maka akan terjadi komunikasi perubahan gaya komunikasi mengikuti konteks budaya. Orang Indonesia 185 ketika berkomunikasi melalui facebook dengan orang Amerika akan cenderung mengikuti gaya komunikasi orang Amerika Utara yang cenderung langsung dan eksplisit. Begitu juga dengan orang Amerika Utara yang berbudaya konteks rendah ketika berkomunikasi dengan orang Indonesia yang berkomunikasi konteks tinggi melalui facebook akan mengalami perubahan konteks komunikasi menjadi konteks rendah yaitu samar-samar dan tidak langsung. Komunikasi antara orang-orang yang menggunakan situs jejaring sosial facebook sangat luas cakupannya, bisa saja terjadi komunikasi antara sesama teman sendiri yang memang sudah dikenal sebelumnya, namun bisa juga antara seseorang dengan orang lain tidak dikenal sama sekali. Hal ini memungkinkan ada diantara mereka yang berasal dari budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah. Walaupun komunikasi melalui situs jejaring sosial facebook ini hanya berbentuk kata-kata atau tulisan dan simbol, tetapi makna sebuah kata itu sangat banyak dan beragam, sehingga komunikasi melalui facebook ini menjadi sarat dengan makna yang tidak dipahami. Makna yang tercipta antara seorang komunikator yang berasal dari suatu budaya dengan budaya lainnya berpotensi untuk merubah konteks kebudayaan yang ada, dari komunikasi konnteks tinggi berubah menjadi komunikasi konteks rendah. Hal ini dipengaruhi oleh interaksi yang terjadi diantara mereka, disamping factor ketidakpastian, kecemasan, stereotip, prasangka dan etnosentrisme. Orang cenderung untuk menghindar ketika mereka mempunyai pengetahuan tentang budaya seseorang atau sekelompok orang yang sifatnya tidak baik atau dikenal dengan stereotip dan prasangka. Stereotip yang dimiliki seseorang terhadap kelompok lain, bisanya menjadi salah satu pemicu ketidakpastian dan kecemasan dalam berkomunikasi. Begitu juga berkomunikasi melalui facebook, ketika seseorang mempunyai 186 stereotip tentang orang lain yang menjadi temannya di facebook, mereka akan berusaha merubah konteks komunikasinya dengan konteks komunikasi teman facebooknya tersebut seseuai dengan informasi yang mereka punya tentang kelompok tersebut. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau mungkin bahkan berkelahi. Walaupun orang-orang yang bertemu muka teresbut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, oleh karena masing-masing sadar akan adanya fihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang – orang yang bersangkutan, yang disebabkan oleh misalnya bau ketingat, minyak wangi, suara berjalan dan sebagainya. Kesemuanya itu menimbulkan kesan di dalam fikiran seseorang yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannnya (Soerjono, 1990:67-68). Perkembangan teknolologi komunikasi sekarang ini memungkinkan orang untuk berkomunikasi tidak melalui tatap muka langsung, tetapi melalui telepon dan internet. Kita tidak perlu lagi bertemu dengan orang yang kita butuhkan, tetapi mereka bisa berkomunikasi hanya melalui telepon, bahkan mereka bisa berkomunikasi hanya melalui e-mail atau surat elektronik. Internet memberikan semua orang kemudahan dalam berkomunikasi dengan sanak saudara yang jauh, dengan teman bahkan dengan orang yang tidak dikenal sekalipun. Kita bisa member informasi melalui update status di facebook, bahkan kita bisa berkomunikasi langsung tanpa tatap muka melalui chatting melalui facebook. Tidak ada batas untuk komunikasi ini, karena tidak ada hukum yang melarang orang untuk berkomunikasi dengan siapapun yang mereka mau. Seperti halnya komunikasi dengan orang dari budaya yang berdeda secara langsung, melalui facebook kita juga bisa melakukan 187 komunikasi seperti itu, perkenalan melalui facebook, kemudian pertemanan dan berlanjut menjadi persahabatan atau bahkan ke pernikahan. Meningkatnya hubungan dari perkenalan kepada persahabatan membutuhkan komunikasi yang efektif, dan komunikasi yang efektif perlu pemahaman makna yang sama. Ketika orang dari budaya yang berbeda berkomunikasi melalui facebook, tentu terjadi interaksi sosial diantara mereka. Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial menuntut untuk adanya keberlanjutan hubungan, seperti dalam jejaring sosial facebook biasanya kita mencari pertemanan, ketika bisa menemukan teman maka kita berusaha untuk menjaga pertemanan tersebut hingga berlanjut terus. Mungkin dengan cara selalu mengomentari update status yang dibuat oleh teman tersebut, atau dengan selalu chatting dengan mereka. Hubungan terebut akan terus berjalan selama kita masih menjadi community di dunia maya tersebut. Facebook sangat luas jangkauannya tidak terbatas kepada temanteman saja, tetapi kepada semua orang di seluruh penjuru dunia. Untuk itu kita butuh memperbaiki cara komunikasi antar budaya kita dalam berkomunikasi melalui facebook. Melalui facebook kita bisa melakukan chatting, mengirimkan pesan, updating status dan lain-lain. Namun hubungan melalui facebook juga tidak tertutup kemungkinan terjadinya apa yang disebut dengan kecemasan dan ketidakpastian. Ketika kita mencari pertemanan dengan orang dari luar kelompok kita, maka hal yang pasti terjadi adalah terjadinya kecemasan dan ketidakpastian terhadap informasi tentang orang dari kelompok lain tersebut. Hal ini juga dipengaruhi oleh 188 stereotip, prasangka dan sikap etnosentrisme yang kita miliki. Ketika kita mempunyai sedikit informasi tentang orang yang sedang berkomunikasi dengan kita, maka informasi tersebut akan menjadi penting bagi kita untuk melakukan pengurangan ketidakpastian dan kecemasan. Komunikasi melalui facebook lebih sulit lagi untuk mendapatkan informasi yang cepat tentang orang yang berkomunikasi dengan kita, karena kita tidak bisa melihat pesan non verbal mereka, sedangkan pesan non verbal merupakan hal yang penting dalam berkomunikasi antar budaya. Hal ini membuat kita berusaha melakukan komunikasi dengan lebih arif dan bijaksana. Kita berusaha untuk tidak menjadi diri sendiri dalam komunikasi antar budaya tersebut, kita berusaha membuat budaya baru, sehingga memunculkan konteks budaya yang berbeda dengan kebiasaan kita. Kita berusaha mengikuti gaya komunikasi lawan bicara kita, ketika lawan bicara kita berasal dari budaya konteks tinggi, dan kita berasal dari budaya konteks rendah, maka kita akan melakukan hal yang sama dengan mereka dengan cara menaikkan gaya komunikasi kita mengikuti konteks komunikasi lawan bicara kita. Kesimpulan Situs jejaring sosial facebook merupakan sarana komunikasi bagi seseorang atau sekelompok orang dengan orang lain. Kedua orang atau kelompok yang berkomunikasi tersebut tidak tertutup kemungkinan adalah berasal dari dua konteks budaya yang berbeda, yaitu konteks budaya tinggi dan konteks budaya rendah. Komunikasi tersebut berpeluang menghasilkan perubahan konteks komunikasi. Seseorang yang berasal dari budaya konteks tinggi ketika berkomunikasi dengan orang-orang dari budaya konteks rendah berusaha untuk menyesuaikan perilaku komunikasi mereka, sehingga bisa 189 saja orang-orang dari konteks budaya tinggi akan mengikuti konteks budaya rendah supaya terjadi kesepahaman, begitu juga sebaliknya, orang dari budaya konteks rendah juga akan berusaha menyesuaikan perilaku komunikasinya dengan budaya konteks tinggi. Walaupun perubahan budaya tidak dengan gampang terjadi, namun kebiasaan yang dilakukan dapat mempngaruhi perilaku sehari-hari. 190 DAFTAR PUSTAKA Samovar, Larry A, Richard E. Porter, Edwin R McDaniel. 2010. Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta :Salemba Humanika Sarmiati. 2005. Strategi Komunikasi Persiasif pada Program Pembangunan dan Pelestarian Hutan. Tesis Magister Ilmu Komuikasi UI Jakarta Littlejohn, Stephen W 2009 Teori Komunikasi Jakarta: Salemba Humanika Rogers, Everet M dan Steinfat, Thomas Communication, US: Waveland Press, Inc M 1999 Intercultural Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Mulyana, Deddy, Jalaluddin Rakhmat. 2009. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya 191