penerapan make a match berbantuan media dadu

advertisement
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
PENERAPAN MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA DADU HURUF
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG
HURUF ANAK
Ni Putu Febryani1, I Nyoman Wirya2 , Luh Ayu Tirtayani3
1,2,3
Jurusan PG PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail:[email protected];[email protected];
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengenal lambang
huruf setelah diterapkan model pembelajaran Make A Match berbantuan media dadu
huruf. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam
dua siklus. Subjek penelitian adalah 14 anak kelompok A3 TK Saiwa Dharma Singaraja
semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Data penelitian tentang kemampuan
mengenal lambang huruf dikumpulkan menggunakan metode observasi dengan
instrumen berupa lembar observasi. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan
menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif
kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor
kemampuan mengenal lambang huruf pada anak kelompok A3 setelah diterapkan
model pembelajaran Make A Match berbantuan media dadu huruf pada siklus I
sebesar 71,4% yang berada pada katagori sedang kemudian pada siklus II menjadi
83,2% tergolong pada katagori tinggi. Jadi terjadi peningkatan kemampuan mengenal
lambang huruf anak setelah diterapkan model pembelajaran Make A Match berbantuan
media dadu huruf sebesar 11,8%.
Kata kunci: model pembelajaran Make A Match, media dadu huruf, kemampuan
mengenal lambang huruf
Abstract
This research aims at investigating the improvement of recognizing the symbol of letters
through the implementation of Make A Match learning model supported by dice letter as
the media. This research was a classroom action research which conducted in two
cycles. The subjects of the study were 14 kindergarten students in group A3 at the
second semester in the academic year of 2013/2014. The data was collected by using
observation method. The instrument used was observation form. The data was
collected and analyzed by using descriptive statistical analysis and quantitative
descriptive. The results of the data analysis showed that the average score of students’
abilities to recognize the symbol of letters in group A3 increased after implementing
Make A Match learning model supported by dice letter as the media as many as 71,4%
at the first cycle and was categorized as moderate category. At the second cycle it
increased into 83,2% and was categorized as high category. It could be concluded, that
there is an improvement the ability of recognizing the symbol of letters after the
implementation of A Match learning model supported by dice letter as the media as
many as 10,35%.
Keywords : Make A Match learning model, the media dice letters, ability to recognize the
symbol of letters.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan
segala
usaha yang dilaksanakan dengan sadar
dan bertujuan mengubah tingkah laku
manusia ke arah yang lebih baik.
Pendidikan
berperan
penting
dalam
mengembangkan
kualitas
kehidupan
manusia. Pendidikan berlangsung sejak
anak usia dini. Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan
bahwa, Pendidikan anak usia dini adalah
suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Anak adalah
individu yang berbeda, unik, dan memiliki
karakteristik sendiri sesuai dengan tahapan
usianya. Bermain merupakan kegiatan yang
menyenangkan bagi anak. Melalui bermain
anak memperoleh kesempatan untuk
bereksplorasi,
menemukan,
mengekspresikan perasaan dan anak bisa
berkreasi.
Upaya
yang
mampu
memfasilitasi dalam masa tumbuh kembang
anak berupa kegiatan pendidikan dan
pembelajaran
sesuai
dengan
usia,
kebutuhan dan minat anak.
Usia dini merupakan usia yang
sangat menentukan dalam pembentukan
karakter dan kepribadian seorang anak.
Usia lahir sampai dengan memasuki
pendidikan dasar sering disebut dengan
istilah golden age atau usia emas, karena
usia ini anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat pada
berbagai aspek perkembangan pada anak
yaitu nilai-nilai agama dan moral, sosial
emosional dan kemandirian, kognitif,
bahasa,
dan
fisik
motorik
anak.
Pengembangan anak usia dini hendaknya
dilakukan melalui upaya-upaya belajar
sambil bermain. Melalui bermain anak
memperoleh
kesempatan
untuk
bereksplorasi,
menemukan,
mengekspresikan perasaan dan anak bisa
berkreasi. Proses belajar mengajar pendidik
diharapkan memberikan pembelajaran yang
PAKEM yaitu pembelajaran yang aktif,
kreatif, dan menyenangkan bagi anak
sesuai dengan tahap pertumbuhan dan
perkembangan anak secara optimal.
Pendidik
PAUD
yang
selalu
berinteraksi dengan anak, hendaknya
berfikir
tentang
bagaimana
cara
mengembangkan kemampuan dasar anak
yang meliputi lima aspek perkembangan
anak. Salah satu kemampuan dasar yang
penting dikembangkan selain tingkat
perkembangan lainnya adalah kemampuan
bahasa dalam mengenal lambang huruf.
Karena bahasa merupakan sarana yang
sangat penting dalam kehidupan anak,
melalui bahasa anak dapat berkomunikasi
dengan orang lain.
Guru dalam
pembelajaran khususnya mengenalkan
lambang huruf memberikan suatu situasi
belajar yang santai, tidak menimbulkan
ketegangan dan kecemasan pada anak.
Mengembangkan diri anak didik di TK juga
memerlukan dukungan berbagai fasilitas,
sarana dan prasarana. Perkembangan
anak
berlangsung
secara
berkesinambungan yang berarti bahwa
tingkat perkembangan yang dicapai pada
suatu
tahap
diharapkan
meningkat.
Perkembangan secara optimal selama
masa usia dini memiliki dampak terhadap
pengembangan kemampuan untuk berbuat
dan belajar pada masa-masa berikutnya.
Menurut Dhieni, dkk (2007:9.25)
menyatakan
bahwa
seorang
anak
memerlukan cara-cara untuk mengetahui
apa maksud huruf/kata. Memainkan suatu
permainan, anak-anak dapat melihat
beberapa huruf, namun tidak dalam cara
yang membosankan dan berulang-ulang.
Guru bisa mengenalkan huruf dengan
menggunakan simbol-simbol tertentu.
Anak belajar atau bermain permainan
yang menjadi kegemaran, melalui aktivitas
yang disukai bersama guru, teman,
maupun orang tua akan menimbulkan rasa
senang. Melalui suasana yang nyaman
dan menyenangkan, anak akan senang
belajar. Mengembangkan diri anak didik di
TK juga memerlukan dukungan berbagai
fasilitas,
sarana
dan
prasarana.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
Perkembangan anak berlangsung secara
berkesinambungan yang berarti bahwa
tingkat perkembangan yang dicapai pada
suatu tahap diharapkan meningkat.
Perkembangan secara optimal selama
masa usia dini memiliki dampak terhadap
pengembangan
kemampuan
untuk
berbuat dan belajar pada masa-masa
berikutnya.
Berdasarkan hasil observasi awal
di Taman Kanak-Kanak Saiwa Dharma
Singaraja
pada
semester
I
tahun
2013/2014, salah satu masalah yang
ditemukan adalah Kemampuan mengenal
lambang huruf anak masih kurang, hal
tersebut dapat dilihat dalam kegiatan
memasangkan huruf dengan gambar yang
melambangkannya.
Anak
nampak
mengalami kesulitan dalam membedakan
huruf. Anak juga nampak kesulitan dalam
membuat huruf. Salah satu penyebab
permasalahan tersebut adalah kemampuan
bahasa anak dalam mengenal lambang
huruf masih belum maksimal karena
beberapa anak masih tidak paham dalam
membedakan huruf. Kesulitan guru dalam
menerapkan metode/model pembelajaran
yang tepat adalah kendala dalam
meningkatkan
kemampuan
mengenal
lambang huruf pada anak, dipersulit dengan
kurangnya media yang dapat menunjang
proses kegiatan belajar dalam meningkatan
kemampuan mengenal lambang huruf.
Hasil ini terbukti dari hasil
pengumpulan data yang berupa narasi atau
rapor semester I tahun 2013 di kelompok
A3 dari jumlah anak 14 orang, anak yang
memperoleh bintang tiga (
) yaitu 3
orang, anak yang mendapat bintang dua
(
) yaitu 11 orang. Berdasarkan datadata
tersebut
maka
dapat
ditarik
kesimpulan bahwa kemampuan mengenal
lambang huruf pada anak kelompok A3 di
TK Saiwa Dharma Singaraja perlu
ditingkatkan.
Kesulitan
guru
dalam
menerapkan metode/model pembelajaran
yang tepat adalah salah satu kendala
dalam
meningkatkan
kemampuan
mengenal lambang huruf pada anak. Hal ini
dipersulit dengan kurangnya media yang
dapat menunjang proses kegiatan belajar
dalam meningkatan kemampuan mengenal
lambang huruf.
Dalam hal ini perlu diupayakan
suatu bentuk pembelajaran yang variatif,
menarik, menyenangkan, dan dapat
merangsang anak TK Saiwa Dharma
Singaraja
dalam
mengembangkan
kemampuan mengenal lambang huruf
anak. Masalah tersebut dapat diatasi
dengan berbagai alternatif
pemecahan
masalah dengan mengadakan kegiatan
yang mampu menstimulasi kemampuan
mengenal lambang huruf anak yang
disesuaikan dengan tingkat perkembangan
anak. Menurut Arsyad, (2007:3), agar anak
mencapai perkembangan yang optimal,
maka media dalam pembelajaran sangat
dibutuhkan
dalam
meningkatkan
perkembangan anak. Media dalam hal ini
yaitu media sederhana yang akan
digunakan dalam media mengajar yaitu
dadu huruf. Mengenalkan lambang huruf
melalui penerapan model pembelajaran
Make A Match memberikan kesempatan
anak
meningkatkan
partisipasi
dan
kreatifitannya, jika guru dalam penerapan
model pembelajaran ini, maka anak akan
terlatih untuk mencari pasangan melalui
dadu huruf yang mampu mengembangkan
kemampuan dalam mengenal lambang
huruf.
Penggunaan model pembelajaran
yang tepat dapat mendorong tumbuhnya
rasa
senang
terhadap
pelajaran,
menumbuhkan, dan meningkatkan motivasi
dalam mengerjakan tugas, memberikan
kemudahan bagi anak untuk memahami
pelajaran sehingga dapat mencapai hasil
belajar yang lebih baik. Trianto, (2007: 7)
menyatakan bahwa “model pembelajaran
adalah
kerangka
konseptual
yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar”. Salah satu model pembelajaran
yang dapat digunakan adalah model
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) anak diberi
kesempatan untuk berkomunikasi dan
berinteraksi sosial dengan temannya untuk
mencapai tujuan pembelajaran, sementara
guru bertindak sebagai motifator dan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
fasilitator
aktivitas
anak.
Model
pembelajaran
kooperatif
menekankan
belajar berkelompok, siswa dilatih dan
dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)
pengetahuan,
pengalaman,
tugas,
tanggung jawab. Menurut Johnson (Trianto,
2009:57) “Tujuan pokok belajar kooperatif
adalah memaksimalkan belajar siswa untuk
meningkatkan prestasi akademik dan
pemahaman baik secara individu maupun
secara kelompok”. Model pembelajaran
kooperatif mempunyai beberapa tipe
dengan langkah berbeda-beda. Menurut
Suyatno
(2009:52)
Tipe
model
pembelajaran kooperattif salah satunya
adalah model pembelajaran Make A Match.
model pembelajaran Make A Match
penerapan model pembelajaran ini dimulai
dari teknik yaitu anak disuruh mencari
pasangan
kartu
yang
merupakan
jawaban/soal sebelum batas waktunya,
anak yang dapat mencocokkan kartunya
diberi poin/reward. anak mencari pasangan
sambil belajar mengenai suatu konsep atau
topik dalam suasana yang menyenangkan.
Dengan teknik ini diharapkan guru dapat
memberikan kesempatan kepada anak
untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban paling tepat,
selain itu teknik yang terdapat didalamnya
juga mendorong anak untuk semangat
kerjasama.
Keunggulan
model
pembelajaran Make a Match menurut
(Rofiqoh,
2010:28)
adalah
Mampu
menciptakan suasana yang aktif dan
menyenangkan, materi pelajaran yang
disampaikan lebih menarik perhatian siswa,
Mampu meningkatkan hasil belajar siswa,
siswa terlibat langsung dalam menjawab
soal yang disampaikan kepadanya melalui
kartu, Meningkatkan kreativitas belajar
siswa dan Menghindari kejenuhan siswa
dalam
mengikuti
kegiatan
belajar
mengajar.
Model pembelajaran Make A Match
dilandasi oleh teori belajar kontruktivisme
dan dan teori belajar sosial (Trianto,
2009:27). Menurut Suratno, (2008:20)
“mengatakan bahwa konsep belajar
menurut teori belajar konstruktivisme yaitu
pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh
peserta didik secara aktif berdasarkan
pengetahuan
yang
telah
diperoleh
sebelumnya”. Guru tidak hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada anak,
anak
harus
membangun
sendiri
pengetahuan didalam benaknya. Guru
dapat memberikan kemudahan dalam
pembelajaran,
dengan
memberi
kesempatan anak untuk menemukan atau
menerapkan ide-ide dari anak. model
pembelajaran ini anak yang aktif untuk
mengembangkan pengetahuan dengan
mencari sendiri jawaban dari permasalah
yang diberikan oleh guru serta dapat
menstimulasi anak berpikir secara kreatif.
Teori belajar sosial dari Vygotsky lebih
menekankan pada aspek sosial dari
pembelajaran. Dalam model pembelajaran
Make A Match terlihat bahwa anak-anak
secara tidak langsung berlatih untuk saling
berbagi informasi dan bekerjasama dalam
bentuk diskusi antar kelompok sehingga hal
inilah yang dapat mempengaruhi pola
interaksi peserta didik.
Selain model pembelajaran Make A
Match penggunaan media juga penting
dalam
meningkatkan
kemampuan
mengenal lambang huruf anak. Hamidjojo
(arsyad, 2007:4) menyatakan bahwa
“media sebagai semua bentuk perantara
yang digunakan oleh manusia untuk
menyampaikan
atau
menyebar
ide,
gagasan, atau pendapat sehingga ide,
gagasan atau pendapat yang dikemukakan
itu sampai kepada penerima yang dituju”.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran
media mempunyai arti yang cukup penting.
Karena
dalam
kegiatan
tersebut
ketidakjelasan bahan yang disampaikan
dapat dibantu dengan menghadirkan media
sebagai perantara. Kegiatan belajar anak
didik dengan bantuan media akan
menghasilkan proses dan hasil belajar yang
lebih baik dari pada tanpa berbantuan
media. Hal ini dilandasi dengan keyakinan
bahwa proses belajar mengajar dengan
bantuan media mempertinggi kegiatan
belajar anak didik dalam tenggang waktu
yang cukup lama. Itu berarti kegiatan
belajar anak didik dengan bantuan media
akan menghasilkan proses dan hasil belajar
yang lebih baik dari pada tanpa berbantuan
media. Penggunaan media sebagai alat
bantu
tidak
sembarangan
menurut
sekehendak hati guru. Tetapi harus
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
memperhatikan dan mempertimbangkan
tujuan. Media yang dapat menunjang
tercapainya tujuan pengajaran tentu lebih
diperhatikan.
Macam-macam
media
menurut Djamarah, (2006:124) yaitu media
dilihat dari jenisnya ada media auditif,
media visual, dan media audiovisual. Dilihat
dari daya liputnya ada media dengan daya
liput luas dan serentak, media dengan daya
liput yang terbatas oleh ruang dan tempat,
dan media untuk pengajaran individual.
Media dilihat dari pembuatannya ada media
sederhana, media kompleks.
Salah satu media yang digunakan
dalam penelitian adalah media dadu huruf.
Media dadu huruf termasuk kedalam jenis
media visual. Piaget (Dhieni, 2007:2.15),
mengatakan bahwa anak pada usia 2-7
tahun berada pada tahap praoperasional
(praoperational stage), yang terjadi dari
usia 2 hingga 7 tahun. Anak belajar
memahami konsep dari gambar-gambar
atau benda yang ada di sekitar. Dengan
menggunakan dadu yang ditempel dengan
huruf akan mempermudah anak pada usia
dini untuk memahami lambang huruf.
Media dadu juga bisa menjadi alat
permainan
yang
dapat
merangsang
kemampuan anak dalam hal mengenal
huruf secara efektif. Dengan bantuan media
dadu ini maka dapat membantu anak dalam
memahami lambang huruf mulai yang
sederhana sampai dengan yang lebih
kompleks. Suwili (2013:19) mengemukakan
bahwa dadu sebuah benda yang berbentuk
kubus yang terbuat dari karton yang
mempunyai enam sisi dengan masingmasing penanda yang berbeda pada setiap
sisinya, selain itu dadu bila dilihat dari
penampilan permukaannya tidak hanya
menggunakan titik, tetapi ada juga yang
menggunakan gambar atau angka.
Metode Make A Match dengan
menggunakan media dadu huruf dapat
memanfaatkan indra visual anak dalam
meningkatkan
kemampuan
mengenal
lambang huruf. Garcia (Yamin, 2012:106)
Prolehan bahasa anak dapat dikatakan
mempunyai ciri khas kesinambungan,
memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang
bergerak dari ucapan satu kata sederhana
menuju gabungan kata lebih rumit. Pada
saat guru menggunakan media dadu ini,
guru meminta anak untuk mengocok dadu
kemudian anak disuruh untuk mencari
pasangan huruf yang keluar sesuai dengan
gambar. Kegiatan ini bertujuan untuk
memotivasi anak sehingga anak lebih
tertarik dalam mengikuti kegiatan karena
anak dalam melakukan kegiatan ini, anak
diajak untuk berlomba mencari pasangan
huruf yang keluar dari dadu, yang akan
mendapatkan nilai-reward.
Menurut Dhieni (Muflikha, 2013:26)
“Untuk mengembangkan bahasa anak
dapat diawali dengan pengenalan bunyi
bahasa, mulai dari bunyi bahasa yang
mudah diucapkan dilanjutkan ke bunyi
bahasa yang sulit. Kegiatan pembelajaran
di PAUD disusun berdasarkan pada suatu
program kegiatan yang meliputi bidangbidang pengembangan , antara lain bidang
pengembangan bahasa yang bertujuan
untuk agar anak mampu mengungkapkan
pikiran melalui bahasa yang sederhana
secara tepat salah satunya yaitu lambang
huruf.
Menurut
Dhieni
(2007:9.25)
Pengenalan huruf dapat dilakukan secara
bertahap dari peniruan bunyi vokal,
dilanjutkan
dengan
peniruan
bunyi
konsonan dalam situasi belajar yang santai.
Media Dadu Huruf dapat membantu
meningkatkan kemampuan anak mengenal
huruf, dimana anak terlihat aktif dalam
menyebutkan huruf vokal dan konsonan.
Terdapat hubungan yang sangat erat
antara kemampuan berbahasa anak
dengan mengenal huruf. Menurut Stahlman
& Luckner (Sadjaah, 2005:115), bahwa
bahasa merupakan sarana yang paling
berperan dalam memperoleh pengertian
dan kemampuan. Penguasaan bunyi
bahasa pada anak-anak berlangsung
secara berurutan, yakni dari bunyi yang
mudah ke bunyi yang sukar. Bahasa anak
dapat berkembang cepat jika anak memiliki
kemampuan dan didukung oleh lingkungan
yang
baik.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi perkembangan bahasa
pada anak usia dini, Anak berada di dalam
lingkungan yang positif dan bebas dari
tekanan.
Terdapat
empat
tugas
perkembangan bahasa anak sebagai
berikut. pemahaman, yaitu kemampuan
memahami
makna
ucapan
orang,
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
pengembangan pembendaharaan kata,
penyusunan kata-kata menjadi kalimat, dan
ucapan yang baik dan benar.
Berdasarkan kajian teori maka
dapat dirumuskan sebagai berikut jika
penerapan model pembelajaran Make A
Match berbantuan media dadu huruf
dilaksanakan
dengan
efektif
maka
kemampuan mengenal lambang huruf pada
anak kelompok A3 di TK Saiwa Dharma
Singaraja akan meningkat.
METODE
Penelitian
dilaksanankan
pada
semester
genap
tahun
2013/2014.
Penelitian dilaksanakan pada kelompok A3
TK Saiwa Dharma Singaraja. Penentuan
waktu penelitian ini mengacu pada kalender
akademik sekolah di TK Saiwa Dharma
Singaraja. Subjek penelitian ini adalah anak
kelompok A3 TK Saiwa Dharma Singaraja
Semester
Genap
tahun
pelajaran
2013/2014 yang berjumlah 14 anak dengan
3 orang anak laki-laki dan 11 orang anak
perempuan. Objek yang ditangani dalam
penelitian ini adalah kemampuan dalam
mengenal lambang huruf pada anak
kelompok A3 semester genap tahun
pelajaran 2013/2014 di TK Saiwa Dharma
Singaraja.
Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK) atau Classroom
Action Research dengan model daur
(siklus). Agung (2010:2), menyatakan PTK
sebagai suatu bentuk penelitian yang
bersifat
reflektif
dengan
melakukan
tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki atau meningkatkan praktek
pembelajaran
dikelas
secara
lebih
profesional. Arikunto (2012:3) berpendapat
bahwa, Penelitian tindakan kelas (PTK)
merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama.
Tindakan tersebut dilakukan oleh guru atau
dengan arahan dari guru yang dilakukan
pada siswa. Penelitian Tindakan kelas
merupakan kegiatan penelitian yang
dilakukan guru dalam mengajar dan
ditunjukkan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pembelajaran serta
untuk memperbaiki pengajaran di kelas.
Fokus penelitian adalah kemampuan
mengenal
lambang
huruf
melalui
penerapan model pembelajaran Make A
Match berbantuan media dadu huruf untuk
meningkatkan
kemampuan
mengenal
lambang huruf pada anak kelompok A3 TK
Saiwa Dharma Singaraja. Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus. Masingmasing siklus terdiri dari empat tahapan
yaitu perencanaan tindakan pelaksanaan
tindakan, pengamatan dan refleksi. Dalam
tahap perencanan tindakan kegiatan yang
dilakukan adalah melaksanakan tindakan
dengan menyamakan persepsi dengan
metode dan media yang akan digunakan,
menyusun persiapan mengajar atau RKH
atau satuan pelajaran yang diajarkan,
menyiapkan alat dan bahan yang akan
dipakai dalam kegiatan pembelajaran,
kemudian dilanjutkan dengan menyiapkan
instrumen
penilaian.
Pada
tahap
pelaksanaan melakukan perbaikan atau
peningkatan yang diinginkan. Kegiatan
yang
dilakukan
pada
rancangan
pelaksanaan ini berisi tentang pelaksanaan
tindakan yang dampaknya terhadap proses
dan hasil pembelajaran yang dikumpulkan
dengan alat bantu intrumen pengamatan
yang dikembangkan dan melaksanakan
proses pembelajaran sesuai dengan
rencana kegiatan harian (RKH) yang telah
dipersiapkan.
Tahap
pengamatan
melakukan pengumpulan data sesuai
dengan satuan kegiatan yang telah dibuat
seperti
mengamati,
mencatat,
mengevaluasi dan mendokumentasikan
hal–hal penting yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung. Tahap Refleksi
langkah
yang
dilakukan
adalah
merenungkan kembali tentang rencana dan
pelaksanaan yang dilakukan berdasarkan
analisis data dari pelaksanaan yang
mengacu pada kereteria keberhasilan yang
telah
ditetapkan.
Kemudian
barulah
ditentukan
tindakan
yang
akan
direncanakan
selanjutnya
dengan
pemantapan tindakan atau revisi terhadap
tindakan yang telah dilakukan. Hal ini
dimaksudkan untuk melakukan perbaikanperbaikan
terhadap
rencana
dan
pelaksanaan program tindakan yang telah
dilakukan dan sebagai dasar penyusunan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
rancangan rencana program tindakan
selanjutnya.
Metode observasi adalah suatu cara
atau proses pengumpulan data yang
dilakukan dengan jalan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara
sistematis tentang suatu obyek tertentu
(Agung 2012:68). Metode observasi pada
prinsifnya merupakan cara memperoleh
data yang lebih dominan menggunakan
indra penglihatan dalam proses pengukuran
terhadap suatu obyek atau variable
tertentu, sesuai dengan tujuan peneliti.
Instrumen
pengumpulan
data
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar observasi. Analisis data yang
dipergunakan dalam penelitian ini yaitu
Analisis Statistik Diskriptif dan Analisis
Diskriptif Kuantitatif. Analisis Statistik
Diskriptif
merupakan
suatu
cara
pengolahan data yang dilakukan dengan
jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus
statistik
deskriptif
seperti
distribusi
frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean),
median
(Me),
modus
(Mo)
untuk
menggambarkan keadaan suatu objek
tertentu sehingga diperoleh kesimpulan
umum.
Sedangkan
metode
Analisis
Diskriptif Kuantitatif adalah suatu cara
pengolahan data yang dengan jalan
menyusun secara sistematis dalam bentuk
angka-angka dan atau presentase keadaan
suatu obyek yang diteliti sehingga diperoleh
kesimpulan umum (Agung, 2010:7). Metode
analisis deskriftif kuantitatif ini digunakan
untuk menentukan tinggi rendahnya
kemampuan mengenal lambang huruf anak
yang dikonversikan kedalam Penilaian
Acuan Patokan (PAP) skala lima.
Tabel 1. Pedoman Konversi PAP Skala
Lima tentang Kemampuan Mengenal
Lambang Huruf.
Presentase
Kriteria
Kemampuan
mengenal
lambang huruf
90-100
Sangat Tinggi
80-89
Tinggi
65-79
Sedang
55-64
Rendah
0-54
Sangat Rendah
(Agung, 2010:12)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan dalam
dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari
20 kali pertemuan, yaitu lima belas kali
pelaksanaan tindakan dan lima kali
pertemuan untuk melaksanakan penelitian
terhadap kemampuan mengenal lambang
huruf pada anak. Siklus I menunjukkan
hasil modus = 13, Median = 14 dan mean =
14,28.
Apabila
hasil
tersebut
divisualisasikan ke dalam bentuk grafik
polygon maka akan tampak seperti gambar
1
6
5
4
is 3
n2
e
u1
k
e
rf 0
12 13 14 15 16 17 18
skor
Gambar 1. Grafik kemampuan Mengenal
Lambang Huruf siklus I
Berdasarkan perhitungan dari grafik
polygon diatas terlihat Mo, Me, M dimana
Mo < Me < M (13 < 14 < 14,28), sehingga
dapat disimpulkan bahwa sebaran data
kemampuan mengenal lambang huruf pada
siklus I merupakan kurva juling positif.
Terlihat dari grafik polygon diatas maka
dapat
diinterpretasikan
bahwa
skor
kemampuan mengenal lambang huruf
pada anak TK kelompok A3 semester II
tahun pelajaran 2013/2014 di TK Saiwa
Dharma Singaraja cenderung rendah. Nilai
(M%=71,4) yang dikonversikan kedalam
PAP skala lima berada pada tingkat
penguasaan 65-79 yang berarti bahwa
tingkat kemampuan mengenal lambang
huruf anak di Kelompok A3 TK Saiwa
Dharma Singaraja pada siklus I berada
pada kriteria sedang.
Pelaksanaan penelitian pada siklus I
masih ditemukan beberapa kendala,
sehingga diadakan refleksi agar pada siklus
selanjutnya
kemampuan
mengenal
lambang huruf anak dapat meningkat.
Refleksi dilakukan pada tahap terakhir
setelah observasi pada siklus I, dalam
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
refleksi dibahas kendala-kendala yang
dihadapi
dan
merancang
kegiatan
selanjutnya
yang
digunakan
untuk
mengatasi kendala-kendala tersebut.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I
dengan terlihat masih adanya hambatan
dalam
meningkatkan
kemampuan
mengenal lambang huruf pada anak, Pada
saat dilakukan penelitian, ditemukan
kendala-kendala yaitu, Pada pertemuan
awal anak masih terlihat bingung dengan
langkah-langkah
model
pembelajaran
Make A Match dan penggunaan media
yang diterapkan oleh guru sehingga anak
tidak bisa mengikuti kegiatan pembelajatan.
maka
dilakukan
perbaikan
proses
pembelajaran pada siklus ke II. Beberapa
hal yang dilakukan oleh guru pada siklus II
yaitu, menjelaskan ulang langkah-langkah
model pembelajaran Make a Match kepada
anak, membimbing dan mendampingi
dalam dalam proses pembelajaran serta
memberikan stimulus untuk memotivasi
anak agar bisa terfokus pada kegiatan
pembelajaran dengan memberikan nilai
berupa pemberian bintang.
Hasil analisis siklus II menunjukkan
hasil Modus (Mo)=18, Median (Me)=17, dan
Mean (M)=16,64. Jika disajikan ke Grafik
Polygon tampak pada gambar 2
is
n
e
u
k
e
rf
6
5
4
3
2
1
0
14
15
16
17
18
19 skor
20
Gambar 2. Grafik Kemampuan Mengenal
Lambang huruf Siklus II
Berdasarkan perhitungan dari grafik
polygon di atas Mo > Me > M (18> 17>
16,64), dapat disimpulkan bahwa sebaran
data kemampuan mengenal lambang huruf
pada siklus II merupakan kurva juling
negatif. Dengan demikian skor kemampuan
mengenal lambang huruf anak cenderung
tinggi. Nilai (M%=83,2) yang dikonversikan
kedalam PAP skala lima berada pada
tingkat penguasaan 80-89 yang berarti
bahwa tingkat kemampuan mengenal
lambang huruf anak di Kelompok A3 TK
Saiwa Dharma Singaraja pada siklus II
berada pada kriteria tinggi
Sesuai analisis statistik deskriptif dan
analisis
deskritif
kuantitatif
terhadap
kemampuan mengenal lambang huruf anak
melalui penerapan model pembelajaran
Make A Match berbantuan media dadu
huruf diperoleh rata-rata persentase
kemampuan mengenal lambang huruf pada
siklus I sebesar 71,4% dan rata-rata
persentase kemampuan mengenal lambang
huruf pada siklus II sebesar 83,2% ini
menunjukkan adanya peningkatan rata-rata
persentase kemampuan mengenal lambang
huruf anak dari siklus I ke siklus II sebesar
11,8%. Berdasarkan hasil analisis statistik
deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif
terhadap
peningkatan
kemampuan
mengenal lambang huruf anak usia dini
dengan penerapan model pembelajaran
Make A Match berbantuan media dadu
huruf pada anak diperoleh rata-rata
persentase kemampuan mengenal lambang
huruf anak pada siklus I sebesar 71,4%,
dan rata-rata persentase hasil kemampuan
mengenal lambang huruf anak pada siklus
II sebesar 83,2%. Hal ini menunjukkan
adanya peningkatan rata-rata persentase
hasil
belajar
kemampuan
mengenal
lambang huruf anak dari siklus I ke siklus II
sebesar 11,8%. Terjadinya peningkatan
kemampuan mengenal lambang huruf pada
anak
setelah
penerapan
model
pembelajaran Make A Match berbantuan
media dadu huruf dalam penelitian ini
disebabkan rasa tertarik anak pada
kegiatan dan media pembelajaran yang
disajikan oleh guru, sehingga anak tidak
merasa bosan dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran yaitu mencari pasangan huruf
yang ada pada dadu, yang pada akhirnya
mampu
meningkatkan
kemampuan
mengenal lambang huruf anak.
Berdasarkan hasil penelitian dan
uraian tersebut di atas berarti bahwa
penerapan model pembelajaran Make A
Match berbantuan media dadu huruf dapat
meningkatkan
kemampuan
mengenal
lambang huruf pada anak kelompok A3
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
Semester genap tahun pelajaran 2013/2014
di TK Saiwa Dharma Singaraja. Hal ini
dapat dilihat dari analisis mengenai
kemampuan mengenal lambang huruf
dapat diuraikan sebagai berikut.
Terjadinya peningkatan kemampuan
mengenal lambang huruf pada anak setelah
penerapan model pembelajaran Make A
Match berbantuan media dadu huruf dalam
penelitian ini disebabkan rasa tertarik anak
pada kegiatan dan media pembelajaran
yang disajikan oleh guru, sehingga anak
dapat menyelesaikan tugas yang diberikan
guru secara berkelompok, yang pada
akhirnya
mampu
meningkatkan
kemampuan mengenal lambang huruf.
Keberhasilan dalam penelitian ini
sesuai dengan teori menurut para ahli yang
mendukung
penelitian
ini.
Suyatno,
(2009:72) menyatakan Keunggulan dari
model pembelajaran Make A Match ini
adalah anak mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan. Anak
dilatih untuk belajar mencari informasi
ketika anak mencari pasangan huruf yang
ada pada dadu sehingga anak lebih
mengenal lambang huruf. Mengenalkan
lambang
huruf
pada anak
sangat
membantu anak dalam mengenalkan hurufhuruf, dalam menghubungkan huruf dengan
gambar, membuat huruf, dan meniru huruf.
Ketika anak mampu dalam memasangkan
huruf, anak akan merasa senang sehingga
anak tertarik untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran. Selain model pembelajaran
yang digunakan peran media juga penting
dalam
meningkatkan
kemampuan
mengenal lambang huruf anak.
Anak belajar mengenal konsep
melalui gambar-gambar dan benda yang
ada disekitar (Piaget dalam Dhieni,
2007:2.15). Gambar-gambar yang ada
sesuai dengan lingkungan sekitar dan nyata
pernah dilihat oleh anak, maka daya ingat
anak lebih kuat dan tinggi. Anak-anak akan
lebih tertarik dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran, sehingga anak-anak akan
memperoleh pengalaman baru melalui
pengalaman langsung yang menjadikan
anak-anak terlihat aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan secara tidak langsung
dapat meningkatkan kemampuan bahasa
khususnya dalam mengenal lambang huruf.
Apabila guru menerapkan kombinasi
metode yang tepat dalam menggunakan
berbagai media menarik, maka anak akan
menyenangi kegiatan yang diberikan oleh
guru. Media dadu merupakan media yang
dapat digunakan dalam proses belajar
mengajar yang berbentuk kubus, setiap sisi
berisi huruf untuk pengenalan dalam
kemampuan mengenal lambang huruf pada
anak usia dini, sehingga merangsang anak
untuk tertarik belajar menggunakan media
ini. Dadu yang setiap sisinya diisiin huruf
yang berwarna warni sehingga anak
menjadi antusias dan tertarik mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian diatas
maka menunjukan bahwa penerapan
model pembelajaran Make A Match
berbantuan media dadu huruf dapat
meningkatkan
kemampuan
mengenal
lambang huruf anak kelompok A3 semester
genap tahun pelajaran 2013/2014 di TK
Saiwa Dharma Singaraja.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran Make A Match
berbantuan media dadu huruf dapat
meningkatkan
kemampuan
mengenal
lambang huruf pada anak kelompok A3
semester genap tahun pelajaran 2013/2014
di TK Saiwa Dharma Singaraja. Hal ini
dapat dilihat dari hasil penelitian pada
siklus I presentase kemampuan mengenal
lambang huruf anak sebesar 71,4% yang
berada pada kategori sedang. Penelitian
dilanjutkan dengan melakukan perbaikan
pada siklus II dan mengalami peningkatan
dengan presentase kemampuan mengenal
lambang huruf anak sebesar 83,2% yang
berada pada kriteria tinggi. Jadi kenaikan
perkembangan bahasa anak dari siklus I ke
siklus II sebesar 11,8%.
Berdasarkan pembahasan dan
kesimpulan diatas maka diajukan saransaran sebagai berikut. Kepada
pihak
sekolah agar dapat menciptakan kondisi
belajar
yang
memadai
dengan
memperhatikan fasilitas dan sarana
prasarana sekolah yang menunjang
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
khususnya dalam lambang huruf. Kepada
guru kelas agar mngoptimalkan kegitan
pembelajaran seperti model pembelajaran
Make A Match dengan menggunakan
media dadu huruf yang menarik dan
menggunakan
gambar-gambar
yang
bervariasi. Menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan seperti mencari pasangan
huruf agar dapat membuat anak antusias
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Kepada peneliti lain hendaknya dapat
melaksanakan PTK khususnya untuk
meningkatkan
kemampuan
mengenal
lambang huruf anak dengan menerapkan
model pembelajaran Make A Match dan
media dadu huruf. Keterbatasan waktu
menjadi permasalahan di siklus I dan II,
sehingga penelitian ini tidak mencapai
kreteria sangat tinggi. Maka dari itu
disarankan kepada peneliti lain agar dapat
melanjutkan
PTK
dengan
model
pembelajaran Make A Match berbantuan
media dadu huruf ini sehingga memperoleh
hasil yang maksimal yaitu sangat tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A. A. Gede. 2010. Bahan Kuliah
Statistika
Deskriptif.
Singaraja:
Fakultas
Ilmu
Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha.
-------,
2012.
Metodologi
Penelitian
Pendidikan
Suatu
Pengantar.
Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan
Undiksha Singaraja
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran.
Jakarta: PT RajaGrafindoPersada.
Dhieni,
Nurbiana dkk. 2007. Metode
Pengembangan Bahasa. Cetakan
Ke-5. Jakarta: Universitas Terbuka
Djamarah, Syaiful Bahridan Aswan Zain.
2006. Strategi Belajar Mengajar.
Cetakan
ke-3.
Jakarta:
PT
AsdiMahasatya
Muflikha, Elok Siti. 2013. “Peningkatan
Kemampuan Anak Mengenal Huruf
Melalui Media Tutup Botol Hias Di
Paud Kenanga I Kabupaten Pesisir
Selatan”. Spektrum PLS, Volume 1,
Nomor 1 (hlm.17-32)
Sadjaah, E. 2005. Pendidikan Bahasa Bagi
Anak
Gangguan
Pendengaran.
Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasioanal
Suratno, Tatang. 2008. “Konstruktivisme,
Konsepsi Alternatif dan Perubahan
Konseptual
dalam
Pendidikan
IPA”.Jurnal
Pendidikan
Dasar,
Nomor 10
Suwili, Popon. 2013. Efektivitas Media
Dadu Huruf dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Kata pada
Anak Taman Kanak-kanak. Skripsi
(tidak
diterbitkan).
Universitas
Pendidikan Indonesia
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran
Inovatif.
Cetakan
Pertama.
Surabaya:
Mesmedia
Buana
Pustaka.
Trianto,
2009.
“Mendesain
Model
Pembelajaran Inovatif Progresif
Konsep
Landasan
Dan
Implementasi
Pada
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)”.
Cetakan 1.
jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Trianto.
2007.
Mendesain
Model
Pembelajaran
Inovatif
Konstruktivistik. Cetakan Pertama.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Departemen Pendidikan Nasional. 2009.
Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor
58 Th 2009. Jakarta: Direktorat
Pembinaan TK dan SD Ditjen PNFI.
Pedoman Penulisan Skripsi Dan Tugas
Akhir Program Sarjana dan Diploma
Undiksha. 2013. FIS Undiksha:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor
58
Tahun 2009, tentang Standar
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembina TK dan SD
Rofiqoh,
Febryani.
2010.
Efektivitas
Pembelajaran Kooperatif Model
Make a Match dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran
IPS.
Skripsi
(tidak
diterbitkan). Jurusan Pendidikan
IPS, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Yamin, Martinis dan Jamilah Sabri Sanan.
2012. Panduan PAUD. Cetakan
Pertama. Jambi: Referensi (Gaung
Persada
Press
Group
Download