Perancangan Film Dokumenter Biografi Bambang Soegeng

advertisement
1. Pendahuluan
Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan Pemerintah kepada Warga
Negara Indonesia yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan dan
berjasa luar biasa bagi kepentingan Bangsa dan Negara Indonesia. Namun ada
beberapa orang yang seharusnya mendapat gelar pahlawan nasional tapi Negara
belum memberikannya dan salah satu pahlawan tersebut adalah Bambang Sugeng
yang berasal dari Temanggung. Beliau adalah salah satu putra bangsa yang telah
berjasa bagi Kemerdekaan Republik Indonesia, jasanya dalam melucuti senjata
Jepang tanpa adanya darah yang tertumpah serta memiliki karir militer dan menjadi
duta Indonesia di berbagai Negara yang mengharumkan nama bangsa dan Negara
Indonesia[1].Namun peran serta atau jasa ini, tidak begitu diketahui oleh masyarakat
Temanggung pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Melihat permasalahan tersebut maka dirancanglah sebuah media komunikasi
visual yang berbentuk film dokumenter yang bertujuan untuk menginformasikan
biografi Bambang Sugeng agar lebih dikenal oleh masyarakat Temanggung pada
khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya sehingga diharapkan dengan
media ini masyarakat Temanggung dapat mengetahui sepak terjang dan jasa- jasa
beliau bagi bangsa dan negara Republik Indonesia.
2. Kajian Pustaka
Penelitian terdahulu adalah sebuah Film dokumenter yang berjudul “ Tan
Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Indonesia” adalah sebuah film dokumenter
yang menceritakan tentang seorang yang bernama Tan Malaka atau Ibrahim yang
merupakan pemuda yang wafat di daerah Selopanggung, Kediri, Jawatimur. Beliau
merupakan seorang aktivis pejuang nasionalis Indonesia, seorang sosialis, politis,
yang mendirikan partai murba. Dalam perjuangannya yang gigih, beliau dikenal
sebagai tokoh yang legendaris.[2].
Film dokumenter lainnya berjudul Nyoman Nuarta, Biografi Seorang
Pematung Jenius. Film dokumenter ini dibuat karena pengerjaan mega proyek
Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali sempat terhenti beberapa lama. Film
dokumenter ini menceritakan segala kendala dalam mewujudkan sebuah karyanya.
Diceritakan juga tentang kecintaan Nurata tidak hanya pada seni saja tetapi
perhatiannya terhadap moral bangsa yang menurutnya manusia Indonesia cenderung
tidak menghargai sesamanya, alam, dan juga Tuhan [3].
Perancangan film dokumenter biografi ini memiliki keunggulan, yaitu
menceritakan tentang biografi seorang pahlawan asli Temanggung dengan
sinematografi dan audio yang sesuai. Dubbing yang ada dalam film dokumenter
Bambang Sugeng juga terdengar dengan jelas, dan memiliki alur cerita yang sesuai
dengan profil Bambang Sugeng.
Komunikasi Visual adalah sebuah rangkaian proses penyampaian informasi
kepada pihak lain dengan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indra
penglihatan. Komunikasi visual memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai
sarana informasi dan instruksi, sebagai sarana presentasi dan penyampaian pesan,
mendapatkan perhatian (atensi) dari mata (secara visual) [4].
Multimedia adalah bentuk jamak dari kata medium. Kalimat media sebenarnya
berasal dari bahasa latin yang secara harafiah mempunyai arti perantara atau
pengantar. Media adalah sebuah alat untuk menyampaikan informasi. Istilah media
mula- mula dikenal dengan alat peraga, kemudian dikenal dengan istilah audio
6 visual aids ( alat bantu pendengar), dan dalam perkembangannya sekarang muncul
istilah e- learning.
Film adalah sebuah gambaran hidup, film juga dianggap media komunikasi
yang ampuh terhadap massa yang menjadi sasarannya karena sifat audio visualnya.
Walaupun jenis film beraneka ragam namun pada dasarnya tujuan semua film adalah
menarik perhatian penonton. Film dibuat berdasarkan sinematografi karena
sinematografi sangat berpengaruh besar terhadap bagus atau buruknya film tersebut .
Film dokumenter biografi merupakan suatu bentuk audio visual yang
menceritakan suatu fenomena keseharian. Materi dokumenter dapat berupa cerita
tentang keprihatinan sosial, pengalaman dan perjalanan hidup yang memberikan
inspirasi dan semangat hidup bagi penonton, atau kilas balik dan kupasan tentang
peristiwa yang pernah terjadi.
Dokumenter Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan
seseorang yang dijadikan sebuah film. Dalam biografi dijelaskan kehidupan dari
sejak tokoh lahir hingga tokoh meninggal dunia [5].
Sinematografi adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa latin yang artinya
gambar. Sinematografi merupakan sebuah ilmu terapan yang membahas teknik
menangkap gambar dan menggabung gabungkan gambar tersebut sehingga gambar
tersebut memiliki kemampuan menyampaikan sebuah ide dan cerita.
Beberapa hal yang penting dalam sinematografi dalam proses produksi film
dokumenter, antara lain :
A. Shot bisa diartikan sebagai bagian dari adegan, misalnya dalam produksi
film dokumenter yang hendak menceritakan kesedihan, maka dapat diambil
gambar suasana muka yang murung.
B. Scene adalah hasil dari shot yang digabungkan satu dengan yang lain.
Dalam perangkaian dikenal istilah transisi yang digunakan untuk
menggabungkan shot – shot menjadi scene.
C. Sequence merupakan sebuah kesatuan scene yang ditata sehingga peristiwa
yang terjadi dapat dipahami.
D. Camera angle adalah sudut pandang dari penonton, mata penonton akan
diwakili oleh mata kamera. Penempatan sudut pandang kamera akan
mempengaruhi sudut pandang penonton.
Bambang Sugeng adalah seorang pahlawan dari Temanggung yang berjasa
melucuti senjata tentara Jepang pada masa kemerdekaan RI.Beliau juga menjabat
sebgai komandan batalyon diwilayah karisidenan Kedu. Bambang Sugeng memiliki
tanda jasa antara lain bintang darma, bintang kartika bakti eka satu, bintang
suwindu, Bintang grilya, dan lain- lain. Untuk mengenang jasa Bambang Sugeng,
saat ini di Temanggung didirikan sebuah monumen yaitu monumen Bambang
Sugeng[6].Selain dari itu Bambang Sugeng juga memilik karir militer yang
membanggakan serta menjadi Duta besar untuk Indonesia di berbagai Negara.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam perancangan film dokumenter biografi Bambang
Sugeng dengan menggunakan metode Linear strategy. Metode Linear strategy atau
yang sering disebut strategi garis lurus, menetapkan urutan logis pada tahap
perancangan yang sederhana yang sudah dipahami komponennya. Strategi ini sesuai
dengan perancangan yang sudah berulang kali dilaksanakan [7]. Adapun tahapannya
dapat dilihat pada gambar 1.
7 Tahap I
Tahap II
Tahap III
Gambar 1 Linear Startegy[7]
Tahap - tahap yang ada pada metode linear strategy, yaitu :
1. Tahap 1 merupakan tahap pengumpulan data yang sesuai dengan permasalahan
yang ada, berupa observasi maupun wawancara kepada narasumber baik dari
tentara veteran dan history culture( arkeolog dan pemerhati sejarah Temanggung)
yang bersangkutan.
2. Tahap 2 merupakan tahap perencanaan penyelesaian masalah yang ada,
berdasarkan sumber - sumber data yang telah dikumpulkan.
3. Tahap 3 merupakan tahap pelaksanaan
perencanaan yang telah disusun.
dan penyelesaian dari perencanaan -
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk perancangan film dokumenter
biografi Bambang Sugeng menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara
kepada keluarga yaitu Bapak Bambang Purnomo selaku adik dari Bambang Soegoeng
dan tentara veteran yaitu bapak Mundjiat Harmo Atmojo, dan Bapak Wawan selaku
arkeolog dan pemerhati sejarah Temanggung. Pengumpulan data juga dilakukan
dengan mencari studi pustaka yang berupa buku sejarah dan media tertulis lainya.
Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang
suatu masalah sehingga diperoleh pemahaman atau pembuktian terhadap informasi
yang telah diperoleh sebelumnya. Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan
sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena- fenomena yang diselidiki secara
sistematik. Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendiskripsikan setting yang
dipelajari[8].
Observasi penelitian dilakukan secara langsung dan wawancara dengan Bapak
Bambang Poernomo selaku adik dari Bambang Sugeng, Bapak Munjiat Harmo
Atmojo selaku veteran dan Bapak Wawan selaku arkeolog dan pemerhati sejarah
temanggung , adapun wawancara dilakukan untuk mengetahui profil umum Bambang
Sugeng.
Kuisoner pertama dilakukan dalam pengumpulan data, untuk melihat sejauh mana
masyarakat Temanggung baik lapisan pelajar, maupun pekerja untuk mengetahui
seberapa jauh mereka mengenal sosok Bambang Sugeng. Adapun pertanyaanpertanyaan yang diajukan sekitar gambaran umum kota Temanggung, monumen
Bambang Sugeng dan profil Bambang Sugeng. Dan setelah data tersebut diolah maka
didapat hasil 67,2% responden yang merupakan masyarakat kota Temanggung tidak
mengenal siapa Bambang Sugeng.
8 Metode Perancangan
Perancangan film dokumenter pada dasarnya sama dengan pembuatan film pada
umumnya yang terdiri dari tiga tahap yaitu pra- produksi, produksi, pascaproduksi.
Dalam pra produksi disusun ide cerita, storyline, treatment dan storyboard. Produksi
yaitu shooting dan Dubbing Narasi. Pasca produksi yaitu Editing video dan audio.
Adapun proses perancangan film dokumenter dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Bagan Metode Perancangan film documenter
Fase- fase yang terdapat dalam gambar 2 antara lain:
1. Pemasalahan
Pada fase ini menemukan permasalahan yang nantinya akan dirancang
menjadi sebuah film dokumenter. Film dokumenter yang dibuat digunakan
sebagai solusi dari permasalahan yang ada.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang ada dilakukan setelah permasalahan diketahui.
Pengumpulan data berupa informasi yang mendukung ide cerita
perancangan pembuatan film dokumenter.
3. Pra Produksi
Informasi – informasi yang ada dan telah terkumpul kemudian diolah
menjadi fase pasca produksi. Dalam fase ini, ada beberapa tahapan
perancangan yaitu ide cerita, storyline, treatment, storyboard.
9 4. Produksi
Fase ini adalah tahap eksekusi dari fase pra produksi. Sehingga sebelum
masuk dalam fase ini fase pra produksi harus matang sehingga dapat
diterapkan pada fase produksi. Pada fase ini dilakukan wawancara dan
shooting.
5. Pasca Produksi
Fase ini adalah fase tahap terakhir, yaitu pengeditan dari fase produksi.
Sering disebut editing. Proses editing yang ada meliputi video dan suara
narasi yang telah drekam pada fase sebelumnya. Dalam fase ini sering
terjadi revisi atau perbaikan dalam pembuatan film dokumenter.
Film statement merupakan intisari dari film yang akan diungkapkan dengan
kalimat singkat mengenai inti cerita dari film tersebut. Film statment yang ada film
dokumenter biografi yang menceritakan tentang seorang Pahlawan yang bernama
Bambang Sugeng. Pada film dokumenter ini, memperkenalkan profil sosok Bambang
Sugeng yang merupakan putra Temanggung yang juga merupakan salah satu
pahlawan di masa penjajahan pada saat kemerdekaan RI. Tetapi sangat disayangkan,
masyarakat Temanggung sendiri tidak begitu mengetahui siapa Bambang Sugeng itu.
Kebanyakan dari mereka hanya tahu tentang namanya saja tetapi tidak tahu detail
siapa Bambang Sugeng itu.
Storyline merupakan sebuah kejadian yang digabungkan atau dirangkai
menjadi sebuah cerita menarik. Adanya storyline dalam proses perancangan film
dokumenter Bambang Sugeng agar proses perancangan berjalan dengan lancar.
Story line dalam film dokumenter biografi Bambang Sugeng dimulai dengan
pembukaan yaitu pengenalan tentang kota Temanggug mulai dari gerbang kota
Temanggung, pemandangan yang ada di kota Temanggung, kemudian dilanjutkan
pada alun- alun dan tugu yang berada di kota Temanggung. Setelah itu pengenalan
tentang sebuah jembatan yang bersejarah di kota Temanggung, yaitu jembatan Progo
yang pada saat itu digunakan untuk pembantaian massal pada saat penjajahan
Belanda. Sebuah makam yang berada di dekat sungai Progo tersebut, yaitu makam
dari Bambang Sugeng. Bambang Sugeng juga memiliki sebuah monumen yang
berada di sebelah utara jembatan tersebut. Siapakah Bambang Sugeng itu?
Pengenalan sosok Bambang Sugeng dimulai dengan narasumber yaitu Wawan
Edi selaku archeolog,independent and culture(pemerhati sejarah kota Temanggung) .
adegan berikutnya adalah potongan scene dari dokumentasi peristiwa yang
menceritakan kisah dimana saat itu bom Nagasaki dan Hirosima dijatuhkan dan
membuat semangat tentara jepang menurun, hal inilah yang menyebabkan Jepang
menyerah kepada Amerika Serikat. Penyerahan Jepang kepada sekutu membuat celah
bagi bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945. Kemerdekaan negara Indonesia yang ada, tidak membuat negara
Indonesia terlepas dari kolonialisme. Jepang berusaha menghalangi bangsa Indonesia
dalam mempertahankan kemerdekaannya. Para pemuda yag tergabung dalam BKR
berusaha melucuti senjata pasukan Jepang sehingga terjadi pertumpahan darah di
berbagai daerah. Pelucutan senjata yang ada juga terjadi di kota Temanggung oleh
Bambang Sugeng, namun pada pelucutan senjata yang ada, dilaksanakan tanpa
adanya pertumpahan darah. Sehingga sosok Bambang Sugeng mendapat penghargaan
yang berupa monumen Bambang Sugeng. Tidak hanya dalam hal pelucutan senjata
saja, Bambang Sugeng juga mendapat beberapa Bintang atau Tanda Jasa. Pengenalan
10 Bambang Sugeng menurut salah satu tentara veteran. Pesan Wawan Edi dalam film
dokumenter Bambang Sugeng, pesan tentara veteran bagi masyarakat
Temanggung.Tagline Jasmerah.
Treatment merupakan kerangka lengkap yang berisikan adegan - adegan disuatu
tempat, oleh sebab itu treatment pun disertakan keterangan tempat dan waktu.Berikut
adalah treatment dari perancangan film dokumenter Bambang Sugeng:
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Scene 1: Opening Film
(LS, MS, EST)
Pengenalan tentang kota Temanggung, gerbang kota Temanggung, tugu, alunalun yang ada di kota Temanggung.
Scene 2:
(MS, EST)
Penjelasan tentang wawancara oleh Wawan Edi seorang archeolog, history and
culture (pemerhati sejarah kota Temanggung).
Scene 3:
(LS, MS, Panning)
Behind the scene sebelum terjadinya pelucutan senjata tentara Jepang di kota
Temanggung.
Scene 4:
(MS, EST)
Jasa Bambang Sugeng dalam pelucutan senjata di kota Temanggung.
Scene 5:
(MS, LS, EST)
Bintang jasa atau tanda jasa yang Bambang Sugeng peroleh.
Scene 6:
(MS,INT)
Penjelasan sosok Bambang Sugeng menurut tentara veteran.
Scene 7 :
(MS, EST)
Wawancara Wawan Edi pesan yang disampaikan dalam film dokumenter biografi
Bambang Sugeng.
Scene 8 :
(MS, INT)
Pesan oleh tentara veteran bagi masyarakat kota Temanggung.
Scene 9 :
(LS, EST)
End pesan Jasmerah oleh archeolog, history and culture.
Scene 10
(MS)
Tagline Jasmerah.
Storyboard merupakan rangkaian gambar ilustrasi yang digunakan untuk
menerjemahkan adegan - adegan yang ada di dalam skenariorio. Di dalam sebuah
11 storyboard harus dapat menghasilkan informasi mengenai pelaku, lokasi, properti
maupun sudut pengambilan gambar. Gambar 3 merupakan storyboard scene 1 dan
Gambar 4 merupakan storyboard scene 7 darifilm dokumenter biografi Bambang
Sugeng.
Gambar 3 storyboard scene 1-2 (Penjelasan tentang Kota Temanggung dan wawancara Wawan
Edi)
Gambar 4 storyboard scene 3-5( Menceritakan bom Hirosima dan Nagasaki, Monumen Bambang
Sugeng, dan Tanja Jasa yang Bambang Sugeng peroleh)
12 Gambar 5 storyboard scene 5-8( Sosok Bambang Sugeng di mata veteran)
Gambar 6 storyboard scene 9-10(Ending)
Produksi adalah sebuah tahapan eksekusi dari proses pra produksi. Pada saat
produksi akan dibuat wawancara dan shooting. Wawancara yang dilakukan kepada
narasumber dan shooting adalah hasil pengambilan dalam bentuk video berdasarkan
shooting list dalam pra produksi. Proses produksi dapat dilihat pada gambar 7 dan
gambar 8
Gambar 7 Hasil shooting
Gambar 8 Hasil shooting
Pasca Produksi
Pasca Produksi adalah proses terakhir dari ke tiga proses tersebut. Pada proses ini
terdapat proses editing, baik video maupun sound yang ada. Video Editing merupakan
penggabungan video yang sudah ada akan digabungkan menjadi sebuah satu kesatuan
seperti yang ada pada Gambar 9, sehingga video yang ada dapat membentuk sebuah
film biografi dokumenter.
13 Gambar 9 Proses editing video
Gambar 10 Proses penulisan identitas
Pada proses video editing juga terdapat pemberian tulisan nama yang
memberikan pendapatnya tentang sosok Bambang Sugeng sehingga, penonton
mengetahui sosok Bambang Sugeng dari sumber yang akurat,dan juga pemberian
tulisan untuk tempat-tempat bersejarah sehingga penonton mengerti tempat- tempat
yang bersejarah yang dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 11 Proses sound editing
Sound editing adalah proses sound editing yang dapat dilihat pada Gambar 11
meliputi noise dan boost. Noise berfungsi untuk mengurangi gangguan- gangguan
dari rekaman narasi yang ada. Boost berfungsi untuk penambah atau pengurang
14 frekuensi suara yang ada. Backsound yang ada menggunakan backsoundwar
backsound seperti after the fall, birth of hero, black blade.
Gambar 12 Proses backsound
Gambar 12 adalah proses penambahan backsound pada Film Dokumenter
Biografi Bambang Sugeng. Volume backsound yang ada akan disesuaikan dengan
scene sehingga backsound dan film yang ada selaras.
4. Hasil Pembahasan
Film dokumenter biografi Bambang Sugeng bertujuan untuk
menginformasikan sosok Bambang Sugeng kepada masyarakat kota Temanggung
pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya mengenai sepak terjang
dan jasa-jasanya bagi bangsa dan negara. Gambar 11 merupakan hasil potongan tiap
scene dalam pembuatan film sesuai dengan perancangan yang ada.
Gambar 13 Scene 1
Gambar 13 merupakan bagian dari scene dari bagian adegan opening film
dokumenter biografi Bambang Sugeng. Pada Gambar 11 menampilkan gambar
gerbang kota Temanggung dan tuguyang ada di kota Temanggung. Pada scene ini
menggunakan dua jenis shot yaitu medium shot, long shot, sehingga penonton dapat
mengetahui gambaran sekilas tentang kota Temanggung.
15 Gambar 14 Scene 2
Gambar 14 merupakan bagian dari scene 2 yang menunjukkan wawancara
sosok Bambang Sugeng oleh seorang arceolog, history and culture yang berada di
kota Temanggung. Pada scene ini menggunakan medium shot, agar penonton dapat
mendengar dan melihat sosok Bambang Sungeng melalui wawancara yang ada.
Gamabar 15 Scene 3
Gambar 15 adalah bagian dari scene 3 yang menceritakan tentang
Behind the scene dari film dokumenter biografi Bambang Sugeng yang meliputi
jatuhnya bom hirosima dan nagasaki, proklamasi kemerdekaan, pelucutan senjata
tentara Jepang.
Gambar 16 Scene 4
Gambar 16 merupakan bagian dari scene 4, yaitu menceritakan tentang
jasa yang diberikan Bambang Sugeng kepada kota Temanggung sampai didirikan
sebuah monumen. Pada tahap ini mengunakan medium shot, sehingga diharapkan
penonton dapat mengetahui jasa- jasa apa saja yang telah dilakukan oleh Bambang
Sugeng.
16 Gambar 17 Scene 5
Gambar 17 adalah bagian dari scene 5 yang menceritakan tanda jasa atau
bintang jasa yang Bambang Sugeng peroleh semasa hidupnya. Pada scene ini
menggunakan medium shot, zoom agar penonton yang ada mengetahui tanda jasa
apa saja yang beliau peroleh.
Gambar 18 Scene 6
Gambar 18 merupakan potongan dari scene 6 yang menceritakan sosok
Bambang Sugeng dengan wawancara oleh Bapak Mundjiat selaku tentara veteran
yang menginfomasikan mengenai sepak terjang serta tempat-tempat sejarah. Pada
scene 6 ini menggunakan medium shot dan dapat dengan jelas melihat proses
wawancara tersebut.
Gambar 19 Scene 7
Gambar 19 adalah scene 7 yang menginfomasikan pesan atau harapan untuk
mengenang jasa kepahlawan Bambang Sugeng dan wawancara dilakukan dengan
Bapak Wawan Edi sebagai arceolog, history and culture kota Temanggung.
17 Menggunakan medium shoot, diharapkan penonton dapat mengerti pesan atau
harapan tersebut.
Gambar 20 scene 8
Gambar 20 merupakan bagian dari scene 8 yang menceritakan akhir dari film
dokumenter Bambang Sugeng yaitu pesan kepada warga masyarakat kota
Temanggung. Shot yang digunakan pada bagian ini adalah medium shot agar
penonton yang ada dapat memahami pesan yang disampaikan.
Gambar 21 scene 9
Gambar 21 adalah bagian dari scene 9 yaitu pesan dari para pemerhati
sejarah kota Temanggung. Shot yang digunakan pada scene ini adalah long shot.
Dengan long shot diharapkan pesan dari para pemerhati seajarah kota Temanggung
dapat tersampaikan.
18 Gambar 22 scene 10
Gambar 22 adalah bagian dari scene 10 yaitu akhir dari film dokumenter
Bambang Sugeng, dimana pada bagian ini akan diberi tagline jasmerah pada bagian
yang putih.
Perancangan Media
Perancangan komunikasi visual yang ada dalam bentuk video informasi yang
berupa film dokumenter biografi Bambang Sugeng akan ditempatkan di museum
dan perpustakaan daerah Temanggung juga akan dijadikan sebagai arsip bagi kodim.
Selain perancangan komunikasi visual dalam bentuk video informasi yang berupa
film dokumenter biografi Bambang Sugeng juga dirancang sebuah merchandaise
yang berupa kaos dengan harapan agar masyarakat kota Temanggung lebih
mengenal sosok Bambang Sugeng. Gambar 21 adalah gambar dari hasil
perancangan merchaindaise
Gambar 23 merchaindaise
Perancangan merchaindaise yang ada menggunakan warna kaos berwarna
putih dan dengan gambar Bambang Sugeng yang sudah ditracing kemudian pada
bagian bawah diberi tulisan Bambang Sugeng.Tipografi yang digunakan adalah
menggunakan huruf free hand521 BT agar terlihat match dengan gambar yang ada.
Tipografi yang ada diberikan merah. Pada bagian bawah nama Bambang Sugeng
diberikan tahun masa beliau hidup. Di belakang kaos yang ada juga diberikan
19 tagline nama Bambang sugeng dan tagline semboyan dari Bambang Sugeng yaitu
“aku ta’ ketjewa, aku rela mati untuk tjita- tjita suci nan mulia, Indonesia Merdeka
adil makmur bahagia.”
Pengujian
Pengujian sering disebut juga research yang dapat diartikan suatu usaha
untuk mengembangkan dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan.Pengujian yang
ada dengan menggunakan kuesioner.
Skala pengukuran dengan menggunakan skala likert. Skala likert yaitu skala yang
berhubungan dengan pernyataan sikap seseorangterhadap sesuatu.[9]
Kuesioner kedua merupakan pengujian dari Film Dokumenter Biografi
Bambang Sugeng yang menyangkut sinematography, backsound, visualisasi,
lighting, dan narasi. Kuesioner kedua terdiri dari 30 responden yang terdiri dari 30
mahasiswa DKV kelas multimedia lanjut.
Tabel 2 Tabel jumlah jawaban dari setiap kuesioner kedua
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Jawaban
A
B C
Pertanyaan
Setelah anda melihat film dokumenter
tersebut apakah anda dapat mengenal
sosok Bambang Sugeng?
Apakah film dokumenter tersebut
sudah memberikan pesan agar kita
mengenang jasa pahlawan?
Apakah
anda
tertarik
dengan
sinematography film tersebut?
Apakah narasi dalam film tersebut
terdengar jelas?
Apakah komposisi dari film tersebut
sudah baik?
Apakah pemilihan backsound yang ada
sudah sesuai?
Apakah lighting dari film tersebut
sudah sesuai?
Apakah alur cerita film dokumenter
Bambang Sugeng sudah sesuai?
23
7
-
30
24
6
-
30
9
16
5
30
15
14
1
30
15
15
-
30
12
18
-
30
17
13
-
30
22
8
-
30
17
13
9
Apakah film tersebut dapat dijadikan
dokumentasi?
-
30
10
Apakah anda dapat menangkap pesan 23 7
dalam film tersebut?
177 117 6
Total
300
20 Total
Dari hasil yang diperoleh maka dilakukan perhitungan berdasarkan rumus yang ada,
yaitu:
Tabel2 menunjukkan nilai persentase dari kuesioner pertama dengan rumus :
Tk =
x 100 %
Keterangan :
Tk : total keseluruhan jawaban (dalam %)
Tj : total dari setiap jawaban
Tr : total responden
Ts : total soal
Perhitungan persentase dari Tabel 2 adalah sebagai berikut :
•
Jawaban A didapatkan dari perhitungan :
x 100 % = 59 %
•
Jawaban B didapatkan dari perhitungan :
x 100 % = 39 % •
Jawaban C didapatkan dari perhitungan :
x 100 % = 2 % Diagram 2 Diagram hasil kuesioner kedua
Hasil dari perhitungan di atas dengan asumsi jawaban A dan B dijumlahkan
59% responden menilai bahwa sinematograhpy, visualisasi, lighting, dan backsound,
dan narasi yang ada pada Film Dokumenter Biografi Bambang Sugeng yaitu baik dan
telah sesuai dengan kriteria film dokumenter serta mampu menginformasikan profil
umum dari Bambang Sugeng, sedangkan dengan asumsi jawaban C 39% responden
yang lain beranggapan bahwa film dokumenter biografi Bambang Sugeng telah cukup
baik dengan sinematography, visualisasi, lighting, dan backsoundyang ada, dan
dengan asumsi jawaban D dan E dijumlahkan hanya 2% responden yang beranggapan
bahwa film dokumenter biografi Bambang Sugeng masih memiliki kekurangan.
21 5. Simpulan
Dari hasil penelitian perancangan serta pengujian film dokumenter biografi
Bambang Sugeng, didapatkan bahwa film dokumenter yang ada dapat
diimplementasikan menjadi salah satu alternatif informasi di Museum dan di
perpustakaan daerah kota Temanggung. Sehingga, masyarakat Temanggung pada
khususnya dapat lebih mengenal sosok Bambang Sugeng. Pesan dan informasi yang
ada dalam film dokumenter biografi Bambang Sugeng disampaikan dengan baik
kepada masyarakat dengan didukung backsound, sinematography, dan narasi yang
sesuai dengan film dokumenter dan visualisasi yang berhubungan dengan film
dokumenter biografi Bambang Sugeng, sebagai pendukung.
Adapun saran yang dapat disampaikan untuk pengembangan film
dokumenter biografi Bambang Sugeng adalah film ini masih dapat dikembangkan
lagi dengan alur cerita yang lebih menarik agar dapat menjadi salah satu media
informasi di Monumen Bambang Sugeng.
6. Daftar Pustaka
[1] DRs. Sardiman A.M, M.Pd : Sejarah 3 SMA Kelas XII, Bandung- TIGA
SERANGKAI, 2006
[2] Harry A. Poeze : Film Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia, 2000
[3] Latifi : Film Biografi Seorang Pematung Jenius, 2003
[4] Fajar Junaedi : Membuat Film Dokumenter, Yogyakarta- SAV Pustaka ,2011
[5] Vincent Bayu Tapa Brata : Videografi dan Sinematografi Praktis, BandungGRAFIKA, 2007
[6] Husni Thamrin, Putut Trihusodo, Soediran, 2008, Geger Doorstoot Perjuangan
Rakyat temanggung 1945-1950,Temanggung- 2008
[7] Sarwono, Jonathan dan Hary Lubis : Metode Riset untuk Desain Komunikasi
Visual, Yogyakarta - ANDI, 2007
[8] Fajar Junaedi : Membuat Film Dokumenter, Yogyakarta- PANDU- 2011
[9] Husein Usmar : Metode Riset Bisnis, Yogyakarta- 2002
22 
Download