BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini persaingan semakin ketat sehingga menuntut kreatifitas perusahaan dalam menerapkan konsep dan strategi pemasaran, serta berbagai saluran media komunikasi untuk mempromosikan produk-produk mereka. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah begitu pesat, khususnya internet yang merupakan basis media era baru yang telah mengubah sosiokultural masyarakat global. Salah satu temuan besar dalam dunia cyber (internet) adalah sosial media karena mampu menciptakan koneksi virtual antarmanusia dengan berbagai kepentingan. Oleh karena itu, sejak lima tahun terakhir telah banyak perusahaan yang menggunakan media sosial untuk mengkampanye-kan produknya, dan terbukti jaringan sosial media berdampak signifikan dalam meningkatkan penjualan, aktifitas ini disebut dengan Social Commerce1. Sejak tahun 2010, hingga kini Facebook dan Twitter merupakan salah satu situs sosial media yang populer sebagai saluran media sosial di seluruh dunia, begitu pula dengan masyarakat Indonesia. Kemudian pada tahun 2012, 1 Social Commerce : bagian dari electronic commerce (e-commerce) yang melibatkan penggunaan social media, media online yang mendukung interaksi sosial dan kontribusi user, dalam membantu proses pembelian barang/jasa secara online. 1 Instagram hadir sebagai sosial media yang memfasilitasi penggunanya untuk membagikan pesan berupa foto dan video dengan caption yang dilengkapi dengan fitur translation ke bahasa inggris, fitur inilah yang membuat Instagram lebih universal dalam menyampaikan pesan. Ditinjau dari perkembangan jumlah pengguna Instagram di dunia, total pengguna media sosial tersebut saat ini diklaim menembus lebih dari 300 juta orang, sedangkan pengguna aktifnya sebanyak 284 juta perbulannya. Jumlah tersebut jelas mengalami peningkatan yang signifikan, karena di tahun 2013, pengguna aktif Instagram perbulannya hanya 150 juta (Tempo.co, Desember 2014). Di Indonesia, sebagian besar pengguna Instagram telah menggunakan aplikasi tersebut sejak 2 hingga 3 tahun yang lalu. Selain itu, tingkah laku pengguna Instagram di tanah air cukup unik karena mereka menggunakan Instagram untuk mencari dan mengikuti akun vendor seperti fashion dan toko online (Jakpat/Jajak Pendapat, Februari 2015). Melihat fakta tersebut, tidak heran ada banyak perusahaan yang memanfaatkan Instagram untuk menjaring konsumen mereka. Sebut saja salah satu pesaing Heavenly Blush, yakni Biokul dan Yofit hanya memiliki hashtag di Instagram dan tidak memiliki akun resmi. Data tingkah laku pengguna Instagram di tanah air juga menunjukkan peluang bagi para pengguna yang memanfaatkan media sosial ini sebagai platform jual-beli online. Heavenly Blush juga memanfaatkan Instagram sebagai media promosi (marketing) dan membentuk jejaring konsumen. 2 Heavenly Blush adalah produk yogurt dengan tagline Wellnes Yogurt Specialis. Pada tahun 2009, Heavenly Blush lahir sebagai merek kafe atau store dengan menu sehat yang membuka gerai di banyak mall ternama di Jakarta, seperti Plaza Indonesia, Pondok Indah Mall, dan Central Park. Pada saat itu, kafe Heavenly Blush menghadirkan semua makanan sehat yang berbahan dasar yogurt untuk mengisi trend hidup sehat yang sedang marak di Jakarta. Namun lambat laun, trend hidup sehat pun bergeser dengan trend coffee shop. Sehingga Heavenly Blush memilih untuk menutup seluruh kafenya karena penjualan mereka benar benar turun drastis. Pada pertengahan tahun 2014, Heavenly Blush mulai bangkit dengan cara berekspansi dari produk kafe sehat menjadi produk kemasan retail yang dipasarkan di berbagai modern market di Indonesia. Dengan bergantinya konsep produk Heavenly Blush, tentu banyak yang harus dibangun dari awal, mulai dari penentuan segmen pasar, cara masuk pasar, kampanye pengenalan produk, dan lain sebagainya. Dalam rangka memaksimalkan pemasaran Heavenly Blush, digunakanlah Instagram sebagai salah satu media pemasarannya. Heavenly Blush mengkampanyekan bahwa produk tersebut merupakan produk yogurt kemasan yang tidak hanya memiliki berbagai macam pilihan rasa, namun juga sebagai produk kemasan yang berkelas karena memiliki tampilan cantik dan unik. Pada praktiknya Heavenly Blush menerapkan konsep pemasaran holistik, yakni dengan mengintegrasikan empat konsep pemasaran, sebagaimana dalam (Kotler dan Keller 2006) yaitu: (1) internal marketing, (2) integrated marketing, 3 (3) relationship marketing, dan (4) societal marketing. Konsep tersebut dibalut dengan komunikasi pemasaran 360 ° yang seluruh integrasinya mengacu pada beragam aktivitas pemasaran di akun sosial media Instagram. Salah satunya, diterapkanlah strategi photo challenge yang mengharuskan pesertanya untuk menghasilkan foto cantik dan unik di berbagai tempat dengan produk Heavenly Blush di dalamnya dan kemudian diunggah melalui akun Instagram. Untuk membantu mempromosikan kampanye photo challenge tersebut, Heavenly Blush juga menggunakan komunitas Instagram sebagai pemicu kampanye photo challenge yang pada akhirnya akan memberikan efek jejaring terhadap pengguna Instagram lainnya. Dengan kampanye photo challenge ini, tidak hanya segmen pasar yang makin terbentuk, namun juga keuntungan penjualan, karena setiap pengguna Instagram yang ingin mengikuti photo challenge diharuskan membeli produk Heavenly Blush terlebih dahulu, lalu memfotonya dan diunggah ke akun Instagram mereka. Melalui kampanye photo challenge via Instagram inilah, Heavenly Blush benar-benar mengubah mindset market bahwa Heavenly Blush bukan lagi produk kafe dengan menu sehat yang berada di mall namun sudah berubah menjadi produk yogurt kemasan dengan tampilan unik dan cantik untuk difoto bahkan juga produk yogurt kemasan yang mudah dibawa kemana-mana. Repositioning inilah yang dilakukan perusahaan, bersamaan dengan membentuk segmen pasar yang kuat. 4 Menurut peneliti, kasus kebangkitan Heavenly Blush melalui Instagram sebagai implementasi dari pemasaran holistik yang dibalut dengan 360° Communication Marketing, mencapai ketenaran kurang dari setahun dan berhasil meningkatkan penjualan, merupakan fenomena yang unik untuk dipelajari. Keberhasilan tersebut dapat memicu industri produk lain untuk menerapkan berbagai strategi pemasaran produknya melalui Instagram. Salah satu saingan Heavenly Blush, yakni Cimory sudah mengikuti strategi pemasaran Heavenly Blush. Menurut Adi Prabowo, Heavenly Blush telah menduduki posisi nomor dua teratas sebagai produk FMCG2 tertenar mengalahkan Aqua yang berada di peringkat nomor tiga (sumber wawancara dengan Adi Prabowo: Brand Manager Heavenly Blush, 13 Agustus 2015). Berdasarkan pernyataan di atas, maka signifikasi permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah terkait penggunaan Instagram dalam mengintegrasikan berbagai strategi pemasaran Heavenly Blush, dimana salah satu strateginya yang sedang gencar dilakukan adalah dengan photo challenge. Optimalitasnya terbentuk karena berbagai media promosi saling bersinergi atau melengkapi. Dengan demikian, strategi penggunaan media baru bersamaan dengan media konvensional dalam membangun pasar, sebagaimana yang dilakukan oleh Heavenly Blush menarik untuk diteliti. 2 FMCG ( Food Moving Costumer Goods ): Produk yang memiliki perputaran omset dengan cepat dengan biaya yang relatif rendah. 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan deskripsi pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah, “Bagaimana Heavenly Blush melakukan strategi pemasaran melalui media sosial?” C. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tahapan strategi pemasaran Heavenly Blush melalui media sosial. D. Manfaat Penelitian Untuk menjadi salah satu referensi dalam kajian komunikasi strategis. E. Kerangka Pemikiran 1. Strategi Pemasaran Pemasaran merupakan faktor utama keberlangsungan hidup perusahaan. Dalam hal ini pemasaran harus mampu menafsirkan kebutuhan dan kemauan konsumen, mengembangkan produk, menetapkan harga, distribusi, promosi, serta melakukan perhitungan detil antara produk dengan data pasar seperti lokasi konsumen, jumlah dan keseluruhan konsumen. 6 Menurut Kotler & Keller (2009: 5) pemasaran merupakan kegiatan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Kemudian menurut Kotler dan Armstrong (2012) pemasaran adalah “A societal process by which individuals and groups obtain what they need and want through creating, offering and freely exchanging products and services of value with others” Sesuai dengan pernyataan Kotler, maka pemasaran adalah proses sosial yang dimulai dari interaksi antar individu lalu menjadi sebuah kumpulan pengguna yang menciptakan pertukaran nilai atau sebuah produk. Kemudian AMA (American Marketing Association) (2007: 10) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan memberi nilai kepada customer dan mengelola hubungan antara organisasi perusahaan dan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi serta berbagai pihak yang terlibat di dalamnya. Menurut Kotler (2008: 9), manajemen pemasaran adalah proses perencanaan serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi. Dengan demikian manajemen pemasaran merupakan proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli untuk mencapai tujuan individu. Berdasarkan pemahaman di atas, maka strategi pemasaran memegang peranan vital dalam penentuan keberhasilan pemasaran suatu produk. Strategi 7 pemasaran merupakan dasar untuk membangun merek, strategi menjaga berbagai elemen pemasaran berada dalam jalur yang tepat serta membangun kepribadian merek dengan jelas dan konsisten. Strategi pemasaran harus dirancang dan dibangun secara kreatif, dengan menggali segala sesuatu di balik fakta dan menyusunnya ke arah gagasan kreatif yang mampu menciptakan penjualan (Kertamukti, 2015). Salah satu implementasi dari pemasaran, atau kegiatan marketing adalah kampanye iklan. Dalam kampanye iklan harus mampu menjawab pertanyaan dasar dari rancangan sebuah kampanye periklanan yang dirumuskan dalam 5W + 1H, yaitu: - What : Apa tujuan kampanye ? - Who Siapa khalayak yang akan dijangkau? - When : Kapan kampanye iklan dijalankan ? - Where : Dimana kampanye periklanan akan dipasang? - Why : Mengapa harus demikian? - How : Bagaimana bentuk Kampanye periklanannya? : Tujuan dari strategi kampanye adalah usaha untuk menciptakan iklan yang efektif, oleh karena itu selain rumusan pertanyaan 5W + 1 H maka pengetahuan yang cukup tentang produk, persaingan pasar atau kompetitor dan analisis mendalam tentang konsumen merupakan kunci pokok yang harus diketahui oleh pemasar sebelum merumuskan sebuah strategi kampanye 8 (Batey, 2003). Salah satu teknik pemasaran adalah holistik dan teknik komunikasi pemasaran 360 °. Berikut penjelasan singkatnya. a) Pemasaran holistik adalah konsep yang mengacu pada pengembangan, desain, implementasi dan aktivitas dalam proses pemasaran yang memiliki nilai ketergantungan tinggi. Oleh karena itu karakteristik pemasaran holistik merupakan integrasi empat konsep pemasaran, yaitu internal marketing, integrated marketing, relationship marketing dan societal marketing (Kotler dan Keller 2006). Empat konsep pemasaran tersebut akan dijelaskan satupersatu di bawah ini: 1. Internal Marketing 2. Integrated Marketing 3. Relationship Marketing 4. Societal Marketing b) Komunikasi Pemasaran 360° Komunikasi pemasaran 360° mengusung tiga sarana media untuk mengimpresi khalayak 1. ATL ATL adalah kepanjangan dari Above The Line. Media komunikasi pemasaran ini hanya mempunyai komunikasi satu arah. Contoh medianya adalah baliho, televisi, radio. 9 2. BTL BTL adalah kepanjangan dari Below The Line. Below The Line adalah sarana media komunikasi pemasaran yang secara langsung bertemu dengan konsumen di kehidupan nyata. Contoh medianya adalah event. 3. TTL TTL adalah kepanjangan dari Through The Line. Salah satu media komunikasi pemasaran ini adalah media yang memiliki dua arah komunikasi antara penjual dan pembeli, pembeli langsung bisa mengomentari tentang konten yang dibagi oleh penjual. Dan TTL melalui media social, jadi akan lebih banyak pula masyarakat yang terimpresi. Dalam penelitian ini, salah satu media senjata Heavenly Blush adalah Instagram. 2. Strategi Pemasaran Media Baru dan Instagram Pada dasarnya tujuan dari strategi pemasaran adalah bagaimana sebuah bisnis dapat mencapai tujuan pasarnya. Sedangkan saat ini media sosial semakin diakui dalam mendongkrak kinerja bisnis ataupun merek untuk meningkatkan brand awareness dan citra. Efektivitas pemanfaatan tergantung pada bagaimana pemilik merek menggunakannya untuk produk yang dipasarkannya. Semakin dekatnya dunia maya dengan kehidupan sehari hari membuat era digitalisasi tidak bisa dihindari lagi, perkembangan harus diikuti semua produsen jika ingin selalu memenangkan pasar. 10 Sejak tahun 2007, banyak orang menggunakan internet sebagai media dalam mendapatkan informasi. Dikutip dari Internet World Stats, sebanyak 1.319.000.000 orang sudah menggunakan internet di tahun 2007. Semakin ke depan, jumlah penduduk yang menggantungkan internet sebagai sumber informasi semakin bertambah, maka tak heran jika media cetak seperti koran sudah mulai ditinggalkan, dari perubahan inilah strategi pemasaran kini beralih ke dunia online. Seiring perubahan perilaku masyarakat yang menggantungkan informasi dari dunia maya, maka strategi pemasaran di internet mulai berkembang. Di tahun 2012, perubahan besar telah terjadi. Mengutip dari situs eMarketer, pada tahun 2012, terjadi untuk pertama kalinya di Amerika Serikat iklan di dunia maya mampu mendatangkan keuntungan jauh lebih banyak dibandingkan dengan iklan yang dipasang di media cetak dan elektronik. Salah satu media online tersebut adalah social media. Social media bergantung pada teknologi berbasis web dan mobile untuk menciptakan platform interaksi yang tinggi, dimana para individu dan komunitas didalamnya dapat saling berbagi, menciptakan, mendiskusikan, dan memodifikaasi berbagai user-generated content3 (Kietzmann & Hermekens, 2011). 3 User-Generated Content adalah konten yang dihasilkan dari user atau penggunanya sendiri. Update informasi dan segala interaksi didalam situs berasal dari partisipasi aktif para pengguna, sedangkan pemilik situs hanya melakukan perbaikan dan perubahan yang dianggap perlu saja 11 Sosial media membuat komunikasi lebih mudah dari pada sebelumnya. Segala bentuk informasi dapat tersebar tidak terhalang oleh waktu dan tempat. Mudahnya penyebaran informasi membuat sebuah issue dengan gampangnya menyebar dimasyarakat, kemudahan informasi tersebut akhirnya membuat lingkaran sosial yang disebut community talks. Komunitas ini terhubung secara virtual dan tidak dibatasi seperti komunitas lainnya, sehingga tiap anggota dapat saling berbagi dan membahas mengenai informasi yang sedang trend dan menarik. Dahulu dalam dunia pemasaran, produsen akan lebih banyak berbicara kepada konsumen tentang bagaimana kualitas produk mereka. Dengan hadirnya media baru pada saat ini, kondisi seperti itu tidak lagi begitu efektif, karena produsen harus mengimbangi untuk berbicara dan mendengarkan apa yang konsumen inginkan. Salah satu situs sosial media adalah Instagram, yaitu sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram sendiri. Satu fitur yang unik yang menjadi karakter Instagram adalah memotong foto menjadi bentuk persegi, sehingga terlihat seperti hasil kamera Kodak Instamatic dan Polaroid, tetapi seiring berjalannya waktu, Instagram telah membuka fitur foto bisa menjadi ukuran 3:4, bisa mengupload video berdurasi 15 detik, dan bisa men-translate caption dari bahasa apapun ke bahasa inggris secara instan. Sebagai situs sosial media, 12 Instagram memiliki sistem jejaring yang sama seperti Facebook, Twitter, dan sebagainya. Hanya konten utama yang membedakannya, yakni Instagram mengedepankan foto sebagai kontennya. Dengan aplikasi Instagram, foto-foto penggunanya juga dapat langsung terunggah ke jejaring sosial seperti facebook, twitter, tumblr, dan juga flickr (tergantung keinginan user). Foto yang telah diambil dan ter upload melalui aplikasi Instagram juga dapat tersimpan langsung di galeri foto handphone. Foto-foto yang akan diunggah melalui Instagram tidak terbatas atas jumlah tertentu. Setelah para pengguna memilih sebuah foto untuk diunggah di dalam akun Instagram, maka pengguna akan dibawa ke halaman selanjutnya untuk menyunting foto tersebut dan menuliskan caption. Yang tidak dimiliki oleh media sosial lainnya adalah Instagram memiliki komunitas Instagram-er yang kuat diseluruh dunia. Pengguna aktif dan mempunyai konten galeri yang menarik akan diberikan penghargaan oleh Instagram yang bernama Suggested User4. Karena kuatnya komunitas Instagram-er ini, Instagram menciptakan world wide instameet atau yang biasa disebut WWIM, acara ini diadakan 1 sampai 2 kali dalam setahun untuk mengumpulkan para penggunanya dimasing masing kota mereka secara 4 Suggested User atau SU adalah program Instagram untuk memilih beberapa Instagram-er diseluruh dunia yang memiliki galeri foto yang indah di akunnya dan juga aktif didalam komunitas instagram. Dalam program ini, akun @instagram memfollow SU dan berakibat kenaikan followers yang sangat pesat bagi SU tersebut. @instagram akan terus memfollow SU dalam kisaran waktu 2 minggu sampai 1 bulan 13 serentak untuk berburu foto bersama dan menjalin tali silaturahmi antar pengguna. Kehebatan Instagram ini menyebabkan tumbuhnya strategi pemasaran baru melalui media sosial, selain sebuah produk dapat dengan mudah difoto dan kemudian diedit seindah mungkin, para produsen dapat dengan gampang menyebarkan informasi produknya melalui para Instagram-er aktif yang memiliki banyak followers dan komunitas. Dengan kemudahan ini, instagram tidak hanya berperan sebagai media sosial, namun fungsinya bisa juga menjadi media baru dalam strategi pemasaran. F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode studi kasus yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi atau bidang tertentu secara faktual. Menurut Yin (seperti dikutip Narendra: 2008:81), tujuan dari metode studi kasus adalah memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus. Sehingga, diharapkan dengan menggunakan metode studi kasus ini, penelitian tentang strategi kampanye melalui Instagram dapat menghasilkan hasil yang serupa. 2. Subjek Wawancara 14 Bagaimana strategi pemasaran Heavenly Blush melalui media sosial Instagram. 3. Lokasi Penelitian PT. Nutrifood Indonesia Building. Jln. Rawabali II no 3. Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur. 4. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, teknik yang akan dilakukan untuk pengumpulan data adalah wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada Adi Prabowo sebagai brand owner sekaligus general manager Heavenly Blush dan Erick Suteja sebagai National Promotion sekaligus Marketing Heavenly Blush selaku pihak yang bertanggung jawab kepada campaign ini. Dokumentasi dan studi yang akan dikumpulkan dapat berupa dokumen perusahaan, laporan-laporan tertulis terkait, foto foto Heavenly Blush di akun instagramnya, dan dokumen/arsip intern pendukung lainnya. 5. Analisis Data Sumber yang akan digunakan peneliti untuk menganalisa data pada penelitian ini adalah transkip hasil wawancara mendalam dengan informan. Data yang didapat pada saat pengumpulan data di lapangan maupun setelah diolah agar lebih sistematis. Peneliti mengorganisasikan data mentah untuk selanjutnya dianalisis. Proses tersebut merupakan bagian integral dari analisis data dan dipadu berdasarkan pertanyaan-pertanyaan baru (Neuman, 2009: 421). 15 Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif ini menggunakan cara analisis data penelitian kualitatif dari Miles dan Huberman (Emzir, 2010). Dalam hal ini analisis dilakukan secara interaktif dan berkelanjutan dari awal penelitian hingga proses pembenahan atau penyempurnaan laporan (Sugiyono, 2010: 91). Demikianlah, maka proses analisis data dalam penelitian ini akan dimulai dari reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti : merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Penyajian hasil analisis data adalah langkah yang tujuannya memetakan secara sistematik. Dalam penelitian ini penulis akan menyajikan data secara deskriptif dengan penyajian informal. Menurut Sudaryanto, (1993: 145), “Metode penyajian informal adalah perumusan dengan katakata biasa meskipun dengan terminologi yang teknis sifatnya.” Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun bila kesimpulan memang telah 16 didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (dapat dipercaya). Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Demikianlah, setelah reduksi dan penyajian data dilakukan, barulah penulis dapat melakukan penarikan kesimpulan. Berikut adalah skema analisis yang diterapkan dalam penelitian ini: Pengumpulan Data Penyajian Data Reduksi Data Penarikan Kesimpulan Gambar 1.2. Skema Model Interaktif (Sugiyono, 2010: 338) 17 6. Keabsahan Data Peneliti Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2012:121) meliputi uji kredibilitas data, uji transferability, uji dependability, dan uji confirmability. Pada penelitian ini digunakan uji kredibilitas untuk menguji keabsahan data. Uji kredibilitas data dilakukan dengan triangulasi Triangulasi data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat 3 triangulasi dalam keabsahan data, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber adalah menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi sumber akan dilakukan pada Adi Prabowo (General Manager/ Product Owner) dan Erick Suteja (National Promotion/ Marketing). 18