BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini persaingan semakin ketat sehingga menuntut kreatifitas
perusahaan dalam menerapkan konsep dan strategi pemasaran, serta berbagai
saluran media komunikasi untuk mempromosikan produk-produk mereka.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah begitu pesat,
khususnya internet yang merupakan basis media era baru yang telah mengubah
sosiokultural masyarakat global. Salah satu temuan besar dalam dunia cyber
(internet) adalah sosial media karena mampu menciptakan koneksi virtual
antarmanusia dengan berbagai kepentingan. Oleh karena itu, sejak lima tahun
terakhir telah banyak perusahaan yang menggunakan media sosial untuk mengkampanye-kan produknya, dan terbukti jaringan sosial media berdampak
signifikan dalam meningkatkan penjualan, aktifitas ini disebut dengan Social
Commerce1.
Sejak tahun 2010, hingga kini Facebook dan Twitter merupakan salah
satu situs sosial media yang populer sebagai saluran media sosial di seluruh
dunia, begitu pula dengan masyarakat Indonesia. Kemudian pada tahun 2012,
1
Social Commerce : bagian dari electronic commerce (e-commerce) yang melibatkan penggunaan
social media, media online yang mendukung interaksi sosial dan kontribusi user, dalam membantu
proses pembelian barang/jasa secara online.
1
Instagram hadir sebagai sosial media yang memfasilitasi penggunanya untuk
membagikan pesan berupa foto dan video dengan caption yang dilengkapi
dengan fitur translation ke bahasa inggris, fitur inilah yang membuat Instagram
lebih universal dalam menyampaikan pesan.
Ditinjau dari perkembangan jumlah pengguna Instagram di dunia, total
pengguna media sosial tersebut saat ini diklaim menembus lebih dari 300 juta
orang, sedangkan pengguna aktifnya sebanyak 284 juta perbulannya. Jumlah
tersebut jelas mengalami peningkatan yang signifikan, karena di tahun 2013,
pengguna aktif Instagram perbulannya hanya 150 juta (Tempo.co, Desember
2014). Di Indonesia, sebagian besar pengguna Instagram telah menggunakan
aplikasi tersebut sejak 2 hingga 3 tahun yang lalu. Selain itu, tingkah laku
pengguna Instagram di tanah air cukup unik karena mereka menggunakan
Instagram untuk mencari dan mengikuti akun vendor seperti fashion dan toko
online (Jakpat/Jajak Pendapat, Februari 2015).
Melihat fakta tersebut, tidak heran ada banyak perusahaan yang
memanfaatkan Instagram untuk menjaring konsumen mereka. Sebut saja salah
satu pesaing Heavenly Blush, yakni Biokul dan Yofit hanya memiliki hashtag di
Instagram dan tidak memiliki akun resmi. Data tingkah laku pengguna Instagram
di tanah air juga menunjukkan peluang bagi para pengguna yang memanfaatkan
media sosial ini sebagai platform jual-beli online. Heavenly Blush juga
memanfaatkan Instagram sebagai media promosi (marketing) dan membentuk
jejaring konsumen.
2
Heavenly Blush adalah produk yogurt dengan tagline Wellnes Yogurt
Specialis. Pada tahun 2009, Heavenly Blush lahir sebagai merek kafe atau store
dengan menu sehat yang membuka gerai di banyak mall ternama di Jakarta,
seperti Plaza Indonesia, Pondok Indah Mall, dan Central Park. Pada saat itu, kafe
Heavenly Blush menghadirkan semua makanan sehat yang berbahan dasar yogurt
untuk mengisi trend hidup sehat yang sedang marak di Jakarta. Namun lambat
laun, trend hidup sehat pun bergeser dengan trend coffee shop. Sehingga
Heavenly Blush memilih untuk menutup seluruh kafenya karena penjualan
mereka benar benar turun drastis.
Pada pertengahan tahun 2014, Heavenly Blush mulai bangkit dengan cara
berekspansi dari produk kafe sehat menjadi produk kemasan retail yang
dipasarkan di berbagai modern market di Indonesia. Dengan bergantinya konsep
produk Heavenly Blush, tentu banyak yang harus dibangun dari awal, mulai dari
penentuan segmen pasar, cara masuk pasar, kampanye pengenalan produk, dan
lain sebagainya. Dalam rangka memaksimalkan pemasaran Heavenly Blush,
digunakanlah Instagram sebagai salah satu media pemasarannya. Heavenly Blush
mengkampanyekan bahwa produk tersebut merupakan produk yogurt kemasan
yang tidak hanya memiliki berbagai macam pilihan rasa, namun juga sebagai
produk kemasan yang berkelas karena memiliki tampilan cantik dan unik.
Pada praktiknya Heavenly Blush menerapkan konsep pemasaran holistik,
yakni dengan mengintegrasikan empat konsep pemasaran, sebagaimana dalam
(Kotler dan Keller 2006) yaitu: (1) internal marketing, (2) integrated marketing,
3
(3) relationship marketing, dan (4) societal marketing. Konsep tersebut dibalut
dengan komunikasi pemasaran 360 ° yang seluruh integrasinya mengacu pada
beragam aktivitas pemasaran di akun sosial media Instagram. Salah satunya,
diterapkanlah strategi photo challenge yang mengharuskan pesertanya untuk
menghasilkan foto cantik dan unik di berbagai tempat dengan produk Heavenly
Blush di dalamnya dan kemudian diunggah melalui akun Instagram. Untuk
membantu mempromosikan kampanye photo challenge tersebut, Heavenly Blush
juga menggunakan komunitas Instagram sebagai pemicu kampanye photo
challenge yang pada akhirnya akan memberikan efek jejaring terhadap pengguna
Instagram lainnya.
Dengan kampanye photo challenge ini, tidak hanya segmen pasar yang
makin terbentuk, namun juga keuntungan penjualan, karena setiap pengguna
Instagram yang ingin mengikuti photo challenge diharuskan membeli produk
Heavenly Blush terlebih dahulu, lalu memfotonya dan diunggah ke akun
Instagram mereka. Melalui kampanye photo challenge via Instagram inilah,
Heavenly Blush benar-benar mengubah mindset market bahwa Heavenly Blush
bukan lagi produk kafe dengan menu sehat yang berada di mall namun sudah
berubah menjadi produk yogurt kemasan dengan tampilan unik dan cantik untuk
difoto bahkan juga produk yogurt kemasan yang mudah dibawa kemana-mana.
Repositioning inilah yang dilakukan perusahaan, bersamaan dengan membentuk
segmen pasar yang kuat.
4
Menurut peneliti, kasus kebangkitan Heavenly Blush melalui Instagram
sebagai implementasi dari pemasaran holistik yang dibalut dengan 360°
Communication Marketing, mencapai ketenaran kurang dari setahun dan berhasil
meningkatkan penjualan, merupakan fenomena yang unik untuk dipelajari.
Keberhasilan tersebut dapat memicu industri produk lain untuk menerapkan
berbagai strategi pemasaran produknya melalui Instagram. Salah satu saingan
Heavenly Blush, yakni Cimory sudah mengikuti strategi pemasaran Heavenly
Blush. Menurut Adi Prabowo, Heavenly Blush telah menduduki posisi nomor
dua teratas sebagai produk FMCG2 tertenar mengalahkan Aqua yang berada di
peringkat nomor tiga (sumber wawancara dengan Adi Prabowo: Brand Manager
Heavenly Blush, 13 Agustus 2015).
Berdasarkan pernyataan di atas, maka signifikasi permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini adalah terkait penggunaan Instagram dalam
mengintegrasikan berbagai strategi pemasaran Heavenly Blush, dimana salah
satu strateginya yang sedang gencar dilakukan adalah dengan photo challenge.
Optimalitasnya terbentuk karena berbagai media promosi saling
bersinergi atau melengkapi. Dengan demikian, strategi penggunaan media baru
bersamaan dengan media konvensional dalam membangun pasar, sebagaimana
yang dilakukan oleh Heavenly Blush menarik untuk diteliti.
2
FMCG ( Food Moving Costumer Goods ): Produk yang memiliki perputaran omset dengan cepat
dengan biaya yang relatif rendah.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah
yang diangkat dalam penelitian ini adalah, “Bagaimana Heavenly Blush
melakukan strategi pemasaran melalui media sosial?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan
yang
akan
dicapai
dari
penelitian
ini
adalah
untuk
mendeskripsikan tahapan strategi pemasaran Heavenly Blush melalui media
sosial.
D. Manfaat Penelitian
Untuk menjadi salah satu referensi dalam kajian komunikasi strategis.
E. Kerangka Pemikiran
1. Strategi Pemasaran
Pemasaran
merupakan
faktor
utama
keberlangsungan
hidup
perusahaan. Dalam hal ini pemasaran harus mampu menafsirkan kebutuhan
dan kemauan konsumen, mengembangkan produk, menetapkan harga,
distribusi, promosi, serta melakukan perhitungan detil antara produk dengan
data pasar seperti lokasi konsumen, jumlah dan keseluruhan konsumen.
6
Menurut Kotler & Keller (2009: 5) pemasaran merupakan kegiatan
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial.
Kemudian menurut Kotler dan Armstrong (2012) pemasaran adalah
“A societal process by which individuals and groups obtain what they need
and want through creating, offering and freely exchanging products and
services of value with others” Sesuai dengan pernyataan Kotler, maka
pemasaran adalah proses sosial yang dimulai dari interaksi antar individu lalu
menjadi sebuah kumpulan pengguna yang menciptakan pertukaran nilai atau
sebuah produk. Kemudian AMA (American Marketing Association) (2007:
10) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu fungsi organisasi dan
serangkaian proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan memberi
nilai kepada customer dan mengelola hubungan antara organisasi perusahaan
dan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi serta berbagai
pihak yang terlibat di dalamnya.
Menurut Kotler (2008: 9), manajemen pemasaran adalah proses
perencanaan serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan
pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi. Dengan
demikian manajemen pemasaran merupakan proses perencanaan, pelaksanaan,
dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan pertukaran
yang menguntungkan dengan pembeli untuk mencapai tujuan individu.
Berdasarkan pemahaman di atas, maka strategi pemasaran memegang
peranan vital dalam penentuan keberhasilan pemasaran suatu produk. Strategi
7
pemasaran merupakan dasar untuk membangun merek, strategi menjaga
berbagai elemen pemasaran berada dalam jalur yang tepat serta membangun
kepribadian merek dengan jelas dan konsisten. Strategi pemasaran harus
dirancang dan dibangun secara kreatif, dengan menggali segala sesuatu di
balik fakta dan menyusunnya ke arah gagasan kreatif yang mampu
menciptakan penjualan (Kertamukti, 2015).
Salah satu implementasi dari pemasaran, atau kegiatan marketing
adalah kampanye iklan. Dalam kampanye iklan harus mampu menjawab
pertanyaan dasar dari rancangan sebuah kampanye periklanan yang
dirumuskan dalam 5W + 1H, yaitu:
-
What :
Apa tujuan kampanye ?
-
Who
Siapa khalayak yang akan dijangkau?
-
When :
Kapan kampanye iklan dijalankan ?
-
Where :
Dimana kampanye periklanan akan dipasang?
-
Why
:
Mengapa harus demikian?
-
How
:
Bagaimana bentuk Kampanye periklanannya?
:
Tujuan dari strategi kampanye adalah usaha untuk menciptakan iklan
yang efektif, oleh karena itu selain rumusan pertanyaan 5W + 1 H maka
pengetahuan yang cukup tentang produk, persaingan pasar atau kompetitor
dan analisis mendalam tentang konsumen merupakan kunci pokok yang harus
diketahui oleh pemasar sebelum merumuskan sebuah strategi kampanye
8
(Batey, 2003). Salah satu teknik pemasaran adalah holistik dan teknik
komunikasi pemasaran 360 °. Berikut penjelasan singkatnya.
a) Pemasaran holistik adalah konsep yang mengacu pada pengembangan,
desain, implementasi dan aktivitas dalam proses pemasaran yang memiliki
nilai ketergantungan tinggi. Oleh karena itu karakteristik pemasaran holistik
merupakan integrasi empat konsep pemasaran, yaitu internal marketing,
integrated marketing, relationship marketing dan societal marketing (Kotler
dan Keller 2006). Empat konsep pemasaran tersebut akan dijelaskan satupersatu di bawah ini:
1. Internal Marketing
2. Integrated Marketing
3. Relationship Marketing
4. Societal Marketing
b) Komunikasi Pemasaran 360°
Komunikasi
pemasaran
360° mengusung tiga
sarana media untuk
mengimpresi khalayak
1. ATL
ATL adalah kepanjangan dari Above The Line. Media komunikasi pemasaran
ini hanya mempunyai komunikasi satu arah. Contoh medianya adalah baliho,
televisi, radio.
9
2. BTL
BTL adalah kepanjangan dari Below The Line. Below The Line adalah sarana
media komunikasi pemasaran yang secara langsung bertemu dengan
konsumen di kehidupan nyata. Contoh medianya adalah event.
3. TTL
TTL adalah kepanjangan dari Through The Line. Salah satu media
komunikasi pemasaran ini adalah media yang memiliki dua arah komunikasi
antara penjual dan pembeli, pembeli langsung bisa mengomentari tentang
konten yang dibagi oleh penjual. Dan TTL melalui media social, jadi akan
lebih banyak pula masyarakat yang terimpresi. Dalam penelitian ini, salah
satu media senjata Heavenly Blush adalah Instagram.
2. Strategi Pemasaran Media Baru dan Instagram
Pada dasarnya tujuan dari strategi pemasaran adalah bagaimana sebuah
bisnis dapat mencapai tujuan pasarnya. Sedangkan saat ini media sosial
semakin diakui dalam mendongkrak kinerja bisnis ataupun merek untuk
meningkatkan brand awareness dan citra. Efektivitas pemanfaatan tergantung
pada bagaimana pemilik merek menggunakannya untuk produk yang
dipasarkannya. Semakin dekatnya dunia maya dengan kehidupan sehari hari
membuat era digitalisasi tidak bisa dihindari lagi, perkembangan harus diikuti
semua produsen jika ingin selalu memenangkan pasar.
10
Sejak tahun 2007, banyak orang menggunakan internet sebagai media
dalam mendapatkan informasi. Dikutip dari Internet World Stats, sebanyak
1.319.000.000 orang sudah menggunakan internet di tahun 2007. Semakin ke
depan, jumlah penduduk yang menggantungkan internet sebagai sumber
informasi semakin bertambah, maka tak heran jika media cetak seperti koran
sudah mulai ditinggalkan, dari perubahan inilah strategi pemasaran kini
beralih ke dunia online. Seiring perubahan perilaku masyarakat yang
menggantungkan informasi dari dunia maya, maka strategi pemasaran di
internet mulai berkembang.
Di tahun 2012, perubahan besar telah terjadi. Mengutip dari situs
eMarketer, pada tahun 2012, terjadi untuk pertama kalinya di Amerika Serikat
iklan di dunia maya mampu mendatangkan keuntungan jauh lebih banyak
dibandingkan dengan iklan yang dipasang di media cetak dan elektronik.
Salah satu media online tersebut adalah social media. Social media
bergantung pada teknologi berbasis web dan mobile untuk menciptakan
platform interaksi yang tinggi, dimana para individu dan komunitas
didalamnya dapat
saling berbagi,
menciptakan, mendiskusikan, dan
memodifikaasi berbagai user-generated content3 (Kietzmann & Hermekens,
2011).
3
User-Generated Content adalah konten yang dihasilkan dari user atau penggunanya sendiri. Update
informasi dan segala interaksi didalam situs berasal dari partisipasi aktif para pengguna, sedangkan
pemilik situs hanya melakukan perbaikan dan perubahan yang dianggap perlu saja
11
Sosial media membuat komunikasi lebih mudah dari pada sebelumnya.
Segala bentuk informasi dapat tersebar tidak terhalang oleh waktu dan tempat.
Mudahnya penyebaran informasi membuat sebuah issue dengan gampangnya
menyebar dimasyarakat, kemudahan informasi tersebut akhirnya membuat
lingkaran sosial yang disebut community talks. Komunitas ini terhubung
secara virtual dan tidak dibatasi seperti komunitas lainnya, sehingga tiap
anggota dapat saling berbagi dan membahas mengenai informasi yang sedang
trend dan menarik.
Dahulu dalam dunia pemasaran, produsen akan lebih banyak berbicara
kepada konsumen tentang bagaimana kualitas produk mereka. Dengan
hadirnya media baru pada saat ini, kondisi seperti itu tidak lagi begitu efektif,
karena produsen harus mengimbangi untuk berbicara dan mendengarkan apa
yang konsumen inginkan.
Salah satu situs sosial media adalah Instagram, yaitu sebuah aplikasi
berbagi foto yang memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan
filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial,
termasuk milik Instagram sendiri. Satu fitur yang unik yang menjadi karakter
Instagram adalah memotong foto menjadi bentuk persegi, sehingga terlihat
seperti hasil kamera Kodak Instamatic dan Polaroid, tetapi seiring berjalannya
waktu, Instagram telah membuka fitur foto bisa menjadi ukuran 3:4, bisa
mengupload video berdurasi 15 detik, dan bisa men-translate caption dari
bahasa apapun ke bahasa inggris secara instan. Sebagai situs sosial media,
12
Instagram memiliki sistem jejaring yang sama seperti Facebook, Twitter, dan
sebagainya. Hanya konten utama yang membedakannya, yakni Instagram
mengedepankan foto sebagai kontennya. Dengan aplikasi Instagram, foto-foto
penggunanya juga dapat langsung terunggah ke jejaring sosial seperti
facebook, twitter, tumblr, dan juga flickr (tergantung keinginan user). Foto
yang telah diambil dan ter upload melalui aplikasi Instagram juga dapat
tersimpan langsung di galeri foto handphone.
Foto-foto yang akan diunggah melalui Instagram tidak terbatas atas
jumlah tertentu. Setelah para pengguna memilih sebuah foto untuk diunggah
di dalam akun Instagram, maka pengguna akan dibawa ke halaman
selanjutnya untuk menyunting foto tersebut dan menuliskan caption.
Yang tidak dimiliki oleh media sosial lainnya adalah Instagram
memiliki komunitas Instagram-er yang kuat diseluruh dunia. Pengguna aktif
dan mempunyai konten galeri yang menarik akan diberikan penghargaan oleh
Instagram yang bernama Suggested User4. Karena kuatnya komunitas
Instagram-er ini, Instagram menciptakan world wide instameet atau yang
biasa disebut WWIM, acara ini diadakan 1 sampai 2 kali dalam setahun untuk
mengumpulkan para penggunanya dimasing masing kota mereka secara
4
Suggested User atau SU adalah program Instagram untuk memilih beberapa Instagram-er diseluruh
dunia yang memiliki galeri foto yang indah di akunnya dan juga aktif didalam komunitas instagram.
Dalam program ini, akun @instagram memfollow SU dan berakibat kenaikan followers yang sangat
pesat bagi SU tersebut. @instagram akan terus memfollow SU dalam kisaran waktu 2 minggu sampai
1 bulan
13
serentak untuk berburu foto bersama dan menjalin tali silaturahmi antar
pengguna.
Kehebatan Instagram ini menyebabkan tumbuhnya strategi pemasaran
baru melalui media sosial, selain sebuah produk dapat dengan mudah difoto
dan kemudian diedit seindah mungkin, para produsen dapat dengan gampang
menyebarkan informasi produknya melalui para Instagram-er aktif yang
memiliki banyak followers dan komunitas.
Dengan kemudahan ini, instagram tidak hanya berperan sebagai media
sosial, namun fungsinya bisa juga menjadi media baru dalam strategi
pemasaran.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode yang
digunakan adalah metode studi kasus yang bertujuan untuk menggambarkan
secara sistematis fakta atau karakteristik populasi atau bidang tertentu secara
faktual. Menurut Yin (seperti dikutip Narendra: 2008:81), tujuan dari metode
studi kasus adalah memberikan gambaran secara mendetail tentang latar
belakang, sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus. Sehingga,
diharapkan dengan menggunakan metode studi kasus ini, penelitian tentang
strategi kampanye melalui Instagram dapat menghasilkan hasil yang serupa.
2. Subjek Wawancara
14
Bagaimana strategi pemasaran Heavenly Blush melalui media sosial Instagram.
3. Lokasi Penelitian
PT. Nutrifood Indonesia Building. Jln. Rawabali II no 3. Kawasan
Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, teknik yang akan
dilakukan untuk pengumpulan data adalah wawancara dan dokumentasi.
Wawancara dilakukan kepada Adi Prabowo sebagai brand owner sekaligus
general manager Heavenly Blush dan Erick Suteja sebagai National
Promotion sekaligus Marketing Heavenly Blush selaku pihak yang
bertanggung jawab kepada campaign ini. Dokumentasi dan studi yang akan
dikumpulkan dapat berupa dokumen perusahaan, laporan-laporan tertulis
terkait, foto foto Heavenly Blush di akun instagramnya, dan dokumen/arsip
intern pendukung lainnya.
5. Analisis Data
Sumber yang akan digunakan peneliti untuk menganalisa data pada
penelitian ini adalah transkip hasil wawancara mendalam dengan informan.
Data yang didapat pada saat pengumpulan data di lapangan maupun setelah
diolah agar lebih sistematis. Peneliti mengorganisasikan data mentah untuk
selanjutnya dianalisis. Proses tersebut merupakan bagian integral dari analisis
data dan dipadu berdasarkan pertanyaan-pertanyaan baru (Neuman, 2009:
421).
15
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif ini menggunakan cara
analisis data penelitian kualitatif dari Miles dan Huberman (Emzir, 2010).
Dalam hal ini analisis dilakukan secara interaktif dan berkelanjutan dari awal
penelitian hingga proses pembenahan atau penyempurnaan laporan
(Sugiyono, 2010: 91). Demikianlah, maka proses analisis data dalam
penelitian ini akan dimulai dari reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti : merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Penyajian hasil analisis data adalah langkah yang tujuannya
memetakan secara sistematik. Dalam penelitian ini penulis akan menyajikan
data secara deskriptif dengan penyajian informal. Menurut Sudaryanto,
(1993: 145), “Metode penyajian informal adalah perumusan dengan katakata biasa meskipun dengan terminologi yang teknis sifatnya.”
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Namun bila kesimpulan memang telah
16
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel (dapat dipercaya).
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,
karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di
lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum
jelas, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
Demikianlah, setelah reduksi dan penyajian data dilakukan, barulah
penulis dapat melakukan penarikan kesimpulan. Berikut adalah skema
analisis yang diterapkan dalam penelitian ini:
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan
Gambar 1.2. Skema Model Interaktif (Sugiyono, 2010: 338)
17
6. Keabsahan Data Peneliti
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono
(2012:121)
meliputi
uji
kredibilitas
data,
uji
transferability,
uji
dependability, dan uji confirmability. Pada penelitian ini digunakan uji
kredibilitas untuk menguji keabsahan data. Uji kredibilitas data dilakukan
dengan triangulasi
Triangulasi data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat 3 triangulasi
dalam keabsahan data, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik dan
triangulasi waktu. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi
sumber. Triangulasi sumber adalah menguji kredibilitas data yang dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Triangulasi sumber akan dilakukan pada Adi Prabowo (General Manager/
Product Owner) dan Erick Suteja (National Promotion/ Marketing).
18
Download