BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media (Effendy, 2003 : 79). Definisi tersebut tersimpul tujuan, yakni memberi tahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior). Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Who Says What in Which Channel to Whom Whith What Effect?. Paradigma Lasswell di atas menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan yakni komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Jadi, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media massa yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2002 : 10). 2.2 Komunikasi Massa 2.2.1 Definisi Konunikasi Massa Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni : Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is message communicated through a mass medium to a large number of people) (Rakhmat, 2003: 188). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu 12 13 disampaikan kepada khalayak banyak, seperti rapat akbar dilapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah : radio siaran dan televisi keduanya disebut sebagai media elektronik, surat kabar dan majalah keduanya disebut media cetak, serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop Komunikasi massa yang lebih perinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain yaitu: Gerbner (1967) “Mass communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of message in industrial societies”. (komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandasan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimilik orang dalam masyarakat industri) (Rakhmat, 2003: 188) Dari definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh Gebner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarluaskan, di distribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dan bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri. Komunikasi massa merupakan definisi yang menggambarkan karakteristik komunikasi massa secara jelas. Menurut Wright, bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki 14 karakteristik utama sebagai berikut: diartikan kepada khalayak yang relative besar, heterogen, dan anonim. Pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas. Komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya yang besar (Rakhmat, 2003 : 189). Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditunjukkan kepada sejumlah khalayak terbesar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. (Rakhmat, 2003 : 189) 2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa Komunikasi Massa terbatas pada proses penyebaran pesan melalui media massa, yakni surat kabar, radio, televisi, film, majalah, dan buku ; tidak mencakup proses komunikasi tatap muka (face to face communication) yang juga tidak kurang pentingnya, terutama dalam kehidupan organisasi. Karakteristik komunikasi massa meliputi lima hal berikut : 1. Komunikator melembaga (Intitutionalized Communicator) atau Collective Communicator. Komunikator berbicara mewakili lembaga (media massa), bukan atas namanya dirinya sendiri. 2. Pesan bersifat umum. Hal itu karena dikomsumsi untuk orang banyak yang heterogen. 3. Media menimbulkan keserempakan (Simultaneous) dan serentak (Instantaneos) pemerimaan oleh massa. Media yang menjadi saluran komunikasi diterima pada saat yang sama oleh publik. 15 4. Komunikan bersifat heterogen. Massa pembaca, pendengar, atau pemirsa tidak heterogen. Mereka terdiri dari atas macam – macam karakter, suku, ras, agama, dan kepentingan. 5. Berlangsung satu arah (One Way Traffic Communication), yaitu komunikator kepada komunikan. Tanggapan atau reaksi muncul belakangan. (Romli, 2002 : 4) Dan menurut (Effendy, 2003 : 81-83) Karakteristik Komunikasi Massa meliputi : a. Komunikasi Massa Bersifat Umum Pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang, tetapi yang sama sekali terbuka juga jarang diperoleh, disebabkan oleh faktor yang bersifat paksaan yang timbul karena struktut sosial. Pengawasan terhadap faktor tersebut dapat dilakukan secara resmi sejauh bersangkutan dengan larangan bentuk hukum, terutama yang berhubungan dengan penyiaran ke luar negeri. b. Komunikasi Bersifat Hetrogen Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda dengan kebudayaan yang beragam, bersal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai pekerjaan yang berjenis-jenis makan oleh karena itu mereka berbeda pula dalam kepentingan, standar hidup dan derajat kehormatan, kekuasaan dan pengaruh. Komunikan dalam komunikasi massa 16 adalah sekelompok orang yang disatukan oleh suatu minat yang sama terhadap media massa yang mempunyai bentuk tingkah laku yang sama dan terbuka bagi pengaktifan tujuan yang sama. c. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Keserempakan adalah keserempakan kontak dengan sejumblah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. d. Hubungan Komunikator-Komunikan Bersifat Non-Pribadi Komunikasi dengan menggunakan media massa berlaku dalam satu arah (one-way communication). Sifat non-pribadi ini timbul disebabkan teknologi dari penyebaran yang missal dan sebagaian lagi karena syarat-syarat bagi peranan komunikator yang bersifat umum. 2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa Komunikasi massa memiliki fungsi seperti yang dikatakan oleh Charles R. Wrightl : 1. (pengawas) Fungsinya sebagai pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan baik di dalam maupun di luar masyarakat. Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut handling of news 17 2. Correlation (hubungan) Meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam interaksi kejadian-kejadian. Fungsi ini disebut juga fungsi propaganda 3. Transmission (penyebaran) Menunjukkan pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai dan norma-norma sosial budaya dari satu generasi ke generasi lain atau dari anggota suatu masyarakat kepada pendatang baru. Fungsi ini di identifikasikan sebagai fungsi pendidikan 4. Entertainment (hiburan) Menunjukkan kepada kegiatan-kegiatan komunikatif yang dimaksudkan untuk memberikan hiburan tanpa mengharapkan efek-efek tertentu (Wiryanto, 2000 : 11-12). Fungsi komunikasi massa menurut Alexix S. Tan (Nurudin, 2007 : 63) adalah: a. To inform (memberikan komunikasi) Pengumpulan, penyimpangan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap situasi yang diberikan. b. To educate (mendidik) Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak dan pendidikan, ketrampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. 18 c. To Influence (mempengaruhi) Hal ini dimaksudkan agar individu mengadopsi perilaku atau nilai-nilai sajian media massa tersebut dengan mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai-nilai apa saja yang diambil. d. To entertain (menghibur) Penyebarluasan sinyal, symbol, suara dan citra dari drama, tari, kesenian kesussastraan, musik, komedi, olahraga, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok individu. 2.2.4 Efek Komunikasi Massa Steven H. Chaffe menyebutkan ada lima hal tentang efek komunikasi massa dan keberadaaannya sebagai benda fisik, yaitu (Rakmat 2003 : 220-222) : 1. Efek Ekonomi Kehadiran media massa menggerakkan berbagai usaha produksi, distribusikonsumsi “ jasa” media massa. Kehadiran surat kabar berarti menghidupkan pabrik pensulapan kertas Koran, menyuburkan pengusaha percetakan dan grafika, serta memberi pekerjaan pada wartawan, ahli perancang grafis, pengedar, pengecer, pencari iklan dan sebagainya. 2. Efek Sosial Berkenaan dengan perubahan struktur atau interaksi sosial akibat kehadiran media massa. Sudah diketahui bahwa kehadiran televisi menghabiskan status sosial pemiliknya. Di pedesaan, televisi lebih membentuk jaringan-jaringan interaksi sosial yang baru. Pemilik televisi sekarang menjadi pusat jaringan 19 sosial, yang menghimpun disekitarnya, tetangga dan penduduk desa sosiologi. 3. Efek pada penjadwalan kegiatan Masuknya televisi ke kehidupan masyarakt mengakibatkan beberapa kegiatan sehari-sehari dikurangi dan beberapa kegiatan lainnya dihentikan sama sekali, karena waktunya dipakai untuk menonton televisi. 4. Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu Orang menggunakan media unruk memuaskan kebutuhan psikologis. Sering terjadi orang juga menggunakan media untuk mengluangkan rasa tidak enak. Misalnya kesepian, marah, kecewa, dan sebagainya. Media digunakan hanya sekedar untuk menenangkan kembali perasaannya. 5. Efek pada perasaan orang terhadap media Kita memiliki perasaan positif atau negative pada media tertebtu. Timbulnya perasaan senang atau percaya pada media massa tertentu mungkin erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media tersebut. Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul “Dinamika Komunikasi”, mengatakan bahwa ada tiga dampak dari komunikasi, yaitu : (Effendy, 2003 : 7). 1. Dampak Kognitif Dampak kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikasi yang menyebabkan ia menjadi tahu atau meningkatkan intelektualitasnya. Disini pesan yang ingin disampaikan komunikator ditunjukkan kepada pikiran si komunikan. Dengan lain perkataan, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran dari komunikan. 20 2. Dampak Afektif Dampak afektif lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, marah, dan sebagainya. 3. Dampak Konatif Dampak konatif adalah dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku tindakan atau kegiatan. 2.3 Media Massa 2.3.1 Karakteristik Media Massa Media massa (Mass Media) singkatan dari media komunikasi massa dan merupakan Channel Of Mass yaitu saluran, alat, atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa. Karakteristik media massa itu meliputi : 1. Publisitas, disebarluaskan kepada khalayak. 2. Universalitas, kesannya bersifat umum. 3. Periodisitas, tetap atau berkala. 4. Kontinuitas, berkesinambungan. 5. Aktualitas, berisi hal – hal baru. (Romli, 2002 : 5) Isi media massa secara garis besar terbagi atas tiga kategori : berita, opini, feature. Karena pengaruhnya terhadap massa (dapat menbentuk opini publik), media massa disebut “ kekuatan keempat ” (The Fourth Estate) setelah 21 lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif. Bahkan, karena idealisme dengan fungsi sosial controlnya, media massa disebut – sebut “ musuh alami ” penguasa. (Romli, 2002 : 5) Yang termasuk media massa adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Kelima media tersebut dinamakan “ The Big Five Of Mass Media” (lima besar media massa). Media massa sendiri terbagi dua macam, media massa cetak (Printed Media) dan media massa elektronik (Electronic media). Yang termasuk media massa elektronik adalah radio, televisi, film (Movie), termasuk CD. Sedangkan media massa cetak dari segi formatnya dibagi enam yaitu : 1. Koran atau surat kabar ( ukuran kertas Broatsheet atau ½ plano ). 2. Tabloit ( ½ broatsheet ). 3. Majalah ( ½ tabloit atau kertas ukuran folio atau kuarto ). 4. Buku ( ½ majalah ). 5. Newslatter ( folio atau kuarto, jumlah halaman lazimnya 4 – 8 ). 6. Buletin ( ½ majalah sejumlah lazimnya 4 -8 ). (Romli, 2002 : 5) 2.3.2 Bentuk-Bentuk Media Massa Media massa terdiri daari beberapa bentuk, diantaranya media cetak, film, media elektronik, dan media online. Sebagai berikut : A. Media cetak adalah suatu media yang statis dan mengutamakan pesanpesan visual dalam melaksanakan fungsinya sebagai media penyampaian informasi, maka media cetak terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna dan halaman putih, dengan fungsi utama adalah memberikan informasi dan menghibur. Media cetak juga 22 adalah suatu dokumen atas segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman yang mengkritik sastra dan ilmiah: (4) newsletter, majalah dengan bentuk khusus, 4-8 halaman dengan perwajahan khusus pula, didistribusikan gratis, atau dijual secara berlangganan : (5) public reation magazines, diterbitkan oleh perusahaan, dan dirancang untuk sirkulasi pada perusahaan, karyawan, agen, pelanggan, dan pemegang saham. (Elvinaro, 2004 : 107-108) B. Film Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas juga termasuk yang disiarkan televisi (Cangara, 2003 : 138) Yang dimaksud dengan media film disini adalah film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop. Film dalam prosesnya mempunyai fungsi dan sifat mekanik atau non-elektronik, rekreatif, edukatif, persuatif, dan non-informatif. C. Media Elektronik Media elektronik merupakan media komunikasi atau media massa yang menggunakan alat-alat elektronik (mekanis). Media elektronik kini terdiri dari : 1. Radio Media radio siaran termasuk pada media elektroonik yang sifatnya khas sebagai media audio (didengar). Karena itu, ketika khalayak menerima pesan-pesan dari pesawat radio siaran, khalayak berada 23 dalam tatanan mental yang pasif dan bergantung pada jelas tidaknya kata-kata yang diucapkan oleh penyiar. (Elvinaro, 2005 :40) 2. Televisi Media ini merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Televisi mempunyai kelebihan dari media massa lainnya, yaitu bersifat audio visual. (Elvinaro,2005 : 40) D. Media Online Elvinaro mengutip pendapat Laquey dalam bukunya bahwa internet tercipta oleh suatu ledakan tak terduga di tahun 1969, yaitu dengan lahirnya Arpanet, suatu proyek eksperimen Kementrian Pertahanan Amerika Serikat DARPA. Misi awalnya adalah mencoba menggali teknologi, jaringan yang dapat menghubungkan para peneliti dengan berbagai sumber daya jauh seperti komputer dan pangkalan data yang besar.(Elvinaro, 2004 :142) 2.4 Televisi 2.4.1 Definisi Televisi Menurut Effendy, siaran televisi merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya bersifat heterogen (Effendy, 2002 : 21). 24 2.4.2 Karakteristik Televisi Menurut (Ardianto &Erdiyana, 2004 : 128) fungsi televisi sama dengan fungsinya media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran) yakni memberi informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi, sebagaimana tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, dan untuk mendapatkan informasi. Karakteristik televisi mencakup : 1. Audiovisual memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). 2. Berfikir Dalam Gambar Dua tahap yang dilakukan dalam proses berfikir dalam gambar, yaitu : visualisasi, menterjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual dan penggambaran itu sendiri adalah kegiatan merangkai gambar-gambar indivisual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. 3. Pengoperasian Lebih Kompleks Dibandingkan dengan siaran radio, pengoperasian siaran televisi lebih kompleks, dan melibatkan lebih banyak orang. Peralatan yang digunakan juga lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit serta harus dilakukan oleh orang-orang yang terlatih, 25 2.4.3 Kekuatan dan Kelemahan Televisi Menurut Skomis (1985) memberikan gambaran bila dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dna sebagainya), televisi tampaknya memberikan sifat yang istimewa. Ia merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan maupun pendidikan bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Ada 4 (empat) kekuatan televisi, yaitu : 1. Menguasai jarak dan waktu, karena teknologi televisi menggukan elektromagnetik, Kabel-kabel dan fiber yang dipancarkan transmisi melalui satelit. 2. Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar, nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan cukup cepat. 3. Daya rangsang terhadap media televisi cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak (ekspresif). 4. Informasi atau berita-berita yang disampaikan lebih singkat, jelas, dan sistematis. Sedangkan kelemahan televisi, yaitu : 1. Media televisi terikat waktu tontonan 2. Televisi tidak bisa melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara langsung dan vulgar. 3. Pengaruh televisi lebih cenderung menyentuh aspek psikologis massa. Bersifat “transitory”. Karena sifat ini membuat isi pesannya tidak 26 dapat dimemori oleh pemirsanya. Lainhalnya dengan media cetak, informasi dapat disimpan dalam bentuk kliping (Syahputra, 2006 : 70) 2.4.4 Fungsi Televisi Tiga pokok fungsi televisi yaitu: (Ardianto & Erdinaya, 2004 : 128). 1. Fungsi Penerangan (The Information Function) Televisi merupakan media yang mampu menyiarkan informasi yang amat memuaskan. Hal ini disebabkan 2 faktor terdapat didalamnya, yaitu : “immediacy” dan “realism”. Immediacy mencakup pengertian langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung, seolah – olah mereka berada ditempat peristiwa itu terjadi. Sedangkan Realism mengandung makna kenyataan, dimana televisi menyiarkan informasi secara audio visual sesuai dengan fakta. Dengan melaksanakan fungsinya sebagai media penerangan, stasiun televisi selain menyiarkan informasi dalam bentuk siaran pandang mata, berita dilengkapi dengan gambar – gambar yang sudah tentu faktual. 2. Fungsi Pendidikan (The Educational Function) Sebagai media massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan. Sesuai dengan makna pendidikan, yakni pengetahuan dan penalaran masyarakat televisi menyiarkan acara – acara 27 tertentu secara impisit mengandung pendidikan seperti film, kuis dan sebagainya yang disebut Edukasional Television (etv), yaitu acara pendidikan yang disisipkan dalam siaran yang sifatnya umum. Karena keampuhannya itulah, makan fungsi pendidikan yang dikandung televisi ditingkatkan lagi, sehingga dinamakan sarana pendidikan jarak jauh yang disebut intruktion television. 3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function) Fungsi hiburan yang melekat pada televisi siaran sangat dominan. Sebagian besar dari alokasi waktu massa siaran diisi oleh acara- acara hiburan. Hal ini dapat dimengerti karena pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup serta suara bagaikan kenyataan dan dapat dinikmati sekalipun oleh khalayak yang tidak mengerti bahasa asing bahkan yang tuna aksara. 2.4.5 Program Televisi Televisi sebagai media massa dengan kelebihan yang dimiliki, tidak lalu menjadi saingan dari media massa lainnya, bahkan bersama media cetak dan radio merupakan Tritunggal Media Massa yang mempunyai pengaruh dan dengan sendirinya akan membentuk kekuatan yang besar. Perkembangan media televisi begitu cepat karena sebagai media massa dirasakan sangat besar manfaatnya, dimana suatu peristiwa yang terjadi dibelahan bumi yang berbeda, dalam waktu yang bersamaan dapat diikuti khalayak di belahan bumi yang lain dengan jumlah penonton yang relatif tidak terbatas jumlahnya (Ardianto & Erdinaya, 2004 : 110). 28 Jenis Program Televisi Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumblahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Berbagai jenis program dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu : (Morissan, 2005 : 100) : 1. Program Informasi (berita) Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada audience. Dengan demikian, program informasi tidak hanya program berita dimana presenter atau penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk penyajian informasi termaksud talkshow (perbincangan) misalnya, wawancara dengan artis, orang terkenal atau dengan siapa saja. Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news). a. Berita Keras (hard news) Merupakan informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui oleh khalayak. Sebagian orang menyebut berita keras dengan istilah straight news. Media penyiaran adalah media yang paling cepat dalam menyiarkan berita kepada masyarakat. Dalam berita-berita mengenai konflik, televise menjadi medium informasi yang paling dipercaya. Hal ini disebabkan televisi menyajikan gambar yang menjadi bukti yang cukup besar untuk kegiatan pemberitaan dalam porsi waktu siaran yang cukup besar. 29 b. Berita Lunak (soft news) Berita Lunak (soft news) lebih mengedepankan berita yang lebih menitikberatkan pada hal-hal yang dapat menakjubkan atau mengherankan pemirsa. Soft News pun terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu Current Affair, magazine, talkshow, feature, documentary. (Morissan, 2005:105) Tabel 2.1 Perbedaan hardnews dan softnews Hard news Soft news Harus ada peristiwaa terlebih dahulu Tidak harus ada peristiwa terlebih dahulu Peristiwa harus actual (baru terjadi) Tidak harus actual Harus segera disiarkan Tidak bersifat segera Mengutamakan informasi terpenting Menekankan pada detail Tidak menekankan sisi human interest Sangat menekankan segi human interest Laporan tidak mendalam (singkat) Laporan bersifat mendalam Teknik penulisan piramida tegak Teknik penulisan piramida terbalik Ditayangkan dalam program berita Ditayangkan dalam program lainnya Sumber : (Morissan, 2005 : 102) 2. Program Hiburan (entertainment) Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audience dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang termaksuk dalam kategori hiburan adalah drama, musik, dan permainan. 30 a. Program Drama Pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Dengan demikian program drama biasanya menampilakn sejumblah pemain yang memerankan tokoh tertentu (Morissan, 2005 : 102) b. Program Musik Dapat ditampilkan dalam dua format yaitu video clip atau konser. Program music berupa konser dapat dilakukan dilapangan (outdoor) ataupun didalam studio (indoor). Program musik ditelevisi saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis menarik audience. Tidak saja dari kualitas suara namun juga berdasarkan bagaimanna mengemas penampilannya agar menjadi lebih menarik. 2.4.6 Tayangan Program 1. Penyiar atau presenter (host) Penyiar merupakan seseorang atau lebih yang membawakan atau menyajikan suatu acara non berita. Menurut arti katanya, penyiar adalah seseorang yang menghantar suatu sajian (Wibowo, 2007 : 122). Dalam program acara Koki Cilik termasuk dalam kategori host yang bertugas memegang acara dari awal hingga akhir. Keberadaan host identik dengan acara yang dibawakannya. Host dalam program acara Koki Cilik ini juga bertugas sangat penting karena selain menjadi host ia juga memegang peranan menjadi chef cilik. 31 2. Naskah Naskah merupakan bentuk tertulis dari suatu bentuk gagasan atau pemikiran orang/kelompok yang telah disistematiskan dan dimaksudkan untuk mencapai tujuan penyelenggara siaran radio ataupun televise (Darmanto, 1998 : 1) 3. Lokasi Lokasi cukup mempunyai suatu peranan yang penting dalam penyajian suatu acara. Dalam program acara Koki Cilik ini mempunyai Lokasi setting outdoor dan indoor untuk memasak dan liputannya. Tapi yang lebih ditonjolkan lagi adalah lokasi-lokasi syuting yang berpindahpindah sampai keliling Indonesia. 4. Kostum Di dalam dunia pertelevisian , berpakaian pada saat berbicara di depan publik tidak selalu harus mewah, cukup berpakaian dengan menarik. Presenter dalam acara Koki Cilik ini memakai kostum yang selayaknya, dimana presenter memakai celemek dan topi memasak selayaknya seorang koki. 5. Resep Resep merupakan keterangan tentang bahan dan cara memasak atau mengolah suatu sajian. 32 6. Gimmick atau keunikan Dalam bahasa pemasaran, gimmick merupakan unik atau khusus yang membuat sesuatu menjadi meonjol dari pesaing. Namun gimmick biasanya berpikir untuk menjadi yang sedikit digunakan. 7. Grafik Grafik terdiri dari berbagai judul, foto, huruf, ilustrasi, dan diagram yang muncul dalam hampir setiap program televise yang diproduksi (Wurtzel, 1989 : 409). 8. Lighting Pilihan atas lampu yang menyangkut tayangan program adalah: jenis lampu, warna yang dipilih, dan tingkat terang atau tidaknya yang dipilih, baik di luar maupun di dalam studio. (Zettl, 2009 : 199-200) 9. Audio Pilihan atau suara yang menyangkut tayangan program adalah keperluan untuk memasukkan audio asli atau natural termasuk atmosfir, memasukkan backsound (ilustrasi), dan segala macam bentuk audio lainnya. (Zettl, 2009 : 181-182) 33 10. Angel Camera Pilihan atas angle camera yang menyangkut tayangan program adalah bagaimana cara mengabil suatu objek dengan memperhatikan keserasian antara objek atau gambar di sekitarnya. 11. Editing Menyatukan gambar, suara, grafis, dan efek menjadi satu kesatuan yang simulian dan dapat dinikmati. Untuk mengedit, editor harus memahami naskah yang ada (Zettl, 2009 : 287) Dari sebelas elemen tayangan program, peneliti mengambil lima point dalam tayangan program untuk dimasukkan ke dalam operasional konsep dan kuesioner yaitu presenter, naskah, lokasi, kostum, dan resep. Peneliti mengambil lima point itu saja karena, merupakan pointpoint yang penting untuk dimasukkan ke dalam penelitian. 2.4.7 Format Acara Televisi Televisi sebagai salah satu media komunikasi mempunyai berbagai ragam bentuk tayangan dengan format yang berlainan. Kajian tentang format acara televisi disertakan dalam penelitian agar ada landasan yang kuat yang digunakan peneliti dakam mengategorikan tayangan “Koki Cilik” dalam satu format acara televisi. Naratama (2004) mendeskripsikan “format acara televisi sebagai sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan 34 kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target permirsa acara tersebut”. Format acara televisi dibagi menjadi tiga jenis kategori, Masing –masing kategori tidak hanya bisa berdiri sendiri, tetapi juga bisa digabungkan yang akan menghasilkan jenis program tayangan yang unik dan kreatif. Penjelasan dari masing-masing program acara televisi tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 2.2 Format Acara Televisi Timeless & Imajinatif Timeless & Factual Factual & Actual Drama Dokurama Non Drama Infotainment Berita (Fiksi Opera (Non Fiksi) Sportainment News Musical Reality Show Other Musik Magazine Show Sport Talk Show News Tragedy Aksi Komedi Cinta Legenda Horor Features Variety Show Repackaging Game Show Kuis 35 1. Fiksi (Drama) Adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui imajinasi kreatif dari kisa-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang.format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumblah adegan. Adegan-adegan tersebut akan menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan fiksi atau imajinasi. 2. Non Fiksi (Non Drama) Adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dan realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterpretasi ulang dan tanpa harus menjadi dunia khalayan. Nondrama bukanlah sebuah tuntutan cerita fiksi dari setiap pelakunya. Untuk itu, format-format program acara non drama merupakan sebuah tuntutan pertujukan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi gaya dan musik. 3. Berita/ news Adalah sebuah format televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Format ini memerlukan nilai-nilai factual dan actual yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang independent 36 Dari tabel diatas, Koki cilik masuk ke dalam kategori format acara non drama yang berbentuk Magazine. 2.5 Magazine 2.5.1 Definisi Magazine Konsep atau istilah majalah udara merupakan hasil adopsi dari majalah cetak, oleh karena itu prinsip-prinsip dasarnya pun hampir sama. Menurut Naratama definisi Magazine Show adalah : Magazine show adalah format acara TV yang mempunyai format menyerupai majalah (Media Cetak), yang di dalamnya terdiri dari berbagai macam rubrik dan tema yang disajikan dalam reportase actual dan timeless sesuai dengan minat dan tendensi dari target penontonnya (Naratama, 2004 : 171) 2.5.2 Prinsip-prinsip Magazine a) Pilihan sifat informasinya Ada ciri yang sangat menonjol sekaligus menjadi pembela utama dengan majalah cetak. Dalam program majalah udara tidak ada pilihan informasi yang semuanya bersifat fiksional. Dengan perkataan lain, jenis informasi pada majalah udara seluruhnya bersifat faktual. b) Tujuan pembuatan program Dikenal adanya majalah udara pendidikan, majalah udara budaya dan hiburan, majalah udara kesehatan, atau majalah udara berita dan informasi/majalah udara bulletin berita. c) Target Audience-nya 37 Ada majalah udara untuk umum (semua kelompok usia), majalah udara khusus untuk anak-anak, majalah udara untuk remaja, orang dewasa, orang tua, dan majalah udara untuk wanita, dan sebagainya. 2.5.3 Jenis Majalah 1. Majalah Berita Program ini berisikan laporan tentang peristiwa-peristiwa actual yang mempunyai nilai berita dan ditunjukkan pada pendengar umum. Biasanya dibuat pada momen-momen tertentu yang bersifat akbar atau monumental. 2. Majalah Masalah (Subject Magazine) Materi yang disajikan dalam majalah udara jenis ini bersifat tunggal, misalnya khusus mengenai kesehatan, lingkungan, hukum, ekonimi, pendidikan, music, film dan sebagainya. 3. Majalah Khusus (Special Audience Magazine) Semua masalah kehidupan dapat disajikan topik sasaran untuk target audience nya yang manapun, misalnya masalah kesehatan. Topik ini juga bisa dibuat dalam bentuk majalah udara untuk anak-anak, remaja, atau pun orang dewasa. 4. Majalah Variasi (Variety Magazine) Program ini menyajikan materi dengan berbagai kepentingan. Tidak hanya menyajikan informasi aktual, misi pendidikan, tetapi juga hiburan. Sasarannya adalah pendengar umum, dan tujuan utamanya adalah menghibur (Darmanto, 1998 : 57). 38 Dilihat dari jenisnya, program acara Koki Cilik masuk dalam kategori majalah variasi (variety magazine). Bisa dilihat juga dari penjelasan tentang acara Koki Cilik itu yang di dapat dari web Trans 7 bahwa Koki Cilik merupakan program Magazine Variety Show. 2.5.4 Topik Majalah Salah satu ciri menonjol paket program majalah udara adalah sajiannya terdiri dari berbagai macam topik. Dalam majalah udara keberadaan topik yang satu dengan yang lainnya tidak harus saling mengikuti. Namun demikian, dari sejumlah topik yang disajikan harus ada yang mempunyai nilai aktualitas (Darmanto, 1998 : 58). 2.6 Minat 2.6.1 Pengertian Minat Menurut sarwono dalam bukunya “Psikologi Sosial” menyebutkan bahwa interest atau minat dapat di artikan sebagai berikut : 1. Suatu sikap yang berlangsung terus menerus yang memberi pola pada perhatian seseorang sehingga membuat dirinya selektif terhadap objek minatnya. 2. Perasaan yang menyatakan bahwa satu aktifitas pekerjaan atau objek itu berharga atau berarti bagi individu. 3. Satu keadaan motivasi atau satu set motivasi yang menuntut tingkah laku menuju satu arah tertentu (Sarwono, 2003 : 52) 39 2.6.2 Faktor Timbulnya Minat Berdasarkan teori “Acceptance Rejection” yang dikemukakan Fryer, bahwa keberadaan minat itu berdasarkan pada orientasi suka dan tidak sukanya individu terhadap objek, subjek atau aktivitas. Orientasi ini pada gilirannya akan mempengaruhi penerimaan individu. Jika individu suka terhadap objek, subjek, atau aktivitas tersebut, maka individu akan menerimanya. Jika individu tidak suka terhadap objek, subjek, atau aktivitas tersebut, maka ia akan menolaknya. Penentuan minat ini didasarkan pada reaksi individu (menolak atau menerima). Jika ia menerima berarti ia berminat, jika menolak berarti ia tidak berminat. (Sarwono S.W, 2003:71). Faktor timbulnya minat, menurut Crow and Crow (1982), terdiri dari tiga faktor (Sarwono S.W, 2003:76): 1. Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat membuat seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian ilmiah, atau aktivitas lain yang menantang. 2. Faktor motif sosial, yakni minat dalam upaya mengembangkan diri dari dalam hal ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat untuk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk memperoleh penghargaan dari keluarga atau teman. 3. Faktor emosional, yakni minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan dapat meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan minat seseorang. 40 2.7 Anak-Anak Pengertian Anak-Anak Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termaksud anak yang masih dalam kandungan. Adapun batasan anak-anak dan remaja, Zulkifli (1986) menguraikan beberapa macam fase pengamatan menurut Meuman antara lain: 1. Masa sentesis fantasi, usia 7-8 tahun. Dalam masa inni pengamatan anak masih global, bagian-bagiannya belum tampak jelas, bagian-bagian yang kabur itu ditambahannya (synthese = penggabungan) dengan fantasinya yang disebut sentesis fantasi. 2. Masa analisa, analisa usia 8-12 tahun. Dalam masa ini anak telah mampu membedakan sifat dan mengenal bagian-bagiannya, walaupun hubungan bagian itu belum tampak seluhruhnya, dan fantasi mulai berkurang diganti dengan pengamatan yang nyata. 3. Masa logis, usia 12 ke atas. Dalam masa ini Nampak anak telah berpikir logis, pengertian dan kesadaran semakin sempurna. Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa di dalam perkembangan anak terdapat tiga fase yang terdiri dari masa pengamatan global, masa telah mampu membedakan sifat dan masa berpikir logis. Selain itu, Papalia dan Old (1987) dalam Hawadi (2001) membagi masa kanak-kanak dalam lima tahap : 1. Masa prenatal, yaitu diawali dari masa konsepsi sampai masa lahir. 2. Masa bayi dan tatih, yaitu saat usia 18 bulan pertama kehidupan masa bayi, di atas usia 18 bulan sampai dengan 3 tahun merupakan masa tatih. Saat 41 tatih inilah, anak-anak menuju pada penguasaan bahasa dan motorik serta kemandirian. 3. Masa kanak-kanak pertama, yaitu rentang usia 3-6 tahun, masa ini dikenal juga dengan masa pra sekolah. 4. Masa kanak-kanak kedua, yaitu 6-12 dikenal pula sebagai masa sekolah. Anak-anak telah mampu menerima pendidikan formal dan menyerap berbagai hal yang ada di lingkungannya. 5. Masa remaja, yaitu usia 12-18 tahun. Saat anak mencari identitas dirinya dan banyak menghabiskan waktunya dengan teman sebayanya serta berupaya lepas dari kungkungan orang tua. Bila dihubungkan dengan penelitian, maka yang dijadikan objek oleh peneliti adalah anak-anak di sekolah dasar kelas 4, 5, 6 SDN 11 Pagi Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Dimana usia mereka diantara kelas 8-12 tahun dan termaksuk masa kanak-kanak kedua, yang dikenal sebagai masa sekolah. 2.8 Teori Kognitif Sosial Teori Kognitif Sosial (social cognitive theory) merupakan penamaan baru dari Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Penamaan baru dengan nama Teori Kognitif Sosial ini dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an. Ide pokok dari pemikiran Bandura juga merupakan pengembangan dari ide Miller dan Dollard tentang belajar meniru (imitative learning). Pada beberapa publikasinya, Bandura telah mengelaborasi proses belajar sosial dengan faktor-faktor kognitif dan behavioral yang mempengaruhi seseorang dalam proses belajar sosial. Teori 42 ini sangat berperan dalam mempelajari efek dari isi media massa pada khalayak media di level individu. Baranowski, Perry, dan Parcel (1997 : 161) menyatakan bahwa “reinforcement is the primary construct in the operant form of learning “. Proses penguatan merupakan bentuk utama dari cara belajar seseorang. Proses penguatan juga merupakan konsep sentral dari proses belajar sosial. Di dalam Teori Kognitif Sosial, penguatan bekerja melalui proses efek menghalangi (inhibitory effects) dan efek membiarkan (disinhibitory effects). Inhibitory Effects terjadi ketika seseorang melihat seorang model yang diberi hukuman karena perilaku tertentu. Sebaliknya, Disinhibitory Effects terjadi ketika seseorang melihat model yang diberi penghargaan atau imbalan untuk suatu perilaku tertentu. Efek-efek yang dikemukakan di atas tidak tergantung pada imbalan dan hukuman yang sebenarnya, tetapi dari penguatan atas apa yang dialami orang lain tapi dirasakan seseorang sebagai pengalamannya sendiri (vicarious reinforcement). Menurut Bandura, vicarious reinforcement terjadi karena adanya konsep pengaharapan hasil (outcome expectations) dan harapan hasil (outcome expectancies). Outcome expectancies menunjukkann bahwa ketika kita melihat seseorang model diberi penghargaan dan dihukum, kita akan berharap mendapatkan hasil yang sama jika kita melakukan perilaku yang sama dengan model. Seperti dikatakan oleh Baronowski dkk (1997 : 162), “People develop expectations about a situation and expectations for outcomes of their behavior before they actually encounter the situations”, orang akan mengembangkan pengharapan tentang suatu situasi dan pengharapan suatu hasil dari perilakunya sebelum benar-benar mengalami situasi tersebut. Selanjutnya, seseorang mengikat nilai dari pengharapan 43 tersebut dalam bentuk outcome expectancies (harapan akan hasil). Harapan-harapan ini mempertimbangkan sejauh mana penguatan tertentu yang diamati itu dipandang sebagai sebuah imbalan atau pengharapan atau hukuman. Konsep-konsep yang telah dikemukakan merupakan proses dasar dan pembelajaran dalam teori kognitif sosial. Meskipun demikian, terdapat beberapa konsep lain yang dikemukakan teori ini yang akan mempengaruhi sejauh mana belajar sosial berperan. Salah satu tambahan yang penting bagi teori ini adalah konsep identifikasi (indentification) dengan model di dalam media. Secara khusus teori kognitif sosial menyatakan bahwa jika seseorang merasakan hubungan psikologis yang kuat dengan sang model, proses belajar sosial akan lebih terjadi. Menurut White (1972 : 252) identifikasi muncul mulai dari ingin menjadi hingga berusaha menjadi seperti model dengan beberapa kualitas yang lebih besar. Teori Kognitif Sosial juga mempertimbangkan pentingnya kemampuan sang “pengamat” untuk menampilkan sebuah perilaku khusus dan kepercayaan yang dipunyainya untuk menampilkan perilaku tersebut. Kepercayaan ini disebut dengan selfefficacy atau efikasi diri (Bandura, 1977 : 191-215) dan hal ini dipandang sebagai sebuah prasayarat kritis dari perubahan perilaku. Misalnya dalam kasus tayangan tentang cara pembuatan bika di televisi yang telah disebutkan di atas. Teori kognitif sosial menyatakan bahwa tak semua orang akan belajar kue bika, khususnya bagi mereka yang terbiasa memberli kue bika sendiri merupakan hal yang sia-sia dan tak perlu karena membelinya pun ridak mahal harganya. Dalam hal ini orang tersebut dianggap tidak mempunyai tingkat efikasi diri yang cukup untuk belajar memasak kue bika dari televisi. Teori Kognitif Sosial memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana perilaku bisa dibentuk melalui pengamatan pada mode-model yang ditampilkan oleh media 44 massa. Efek dari pemodelan ini meningkat melalui pengamatan tentang imbalan dan hukuman yang dijatuhkan pada model, melalui identifikasi dari khalayak pada model tersebut, dan melalui sejauh mana khalayak memiliki efikasi diri tentang perilaku yang dicontohkan di media. Konsep Kognitif Sosial adalah penonton belajar dari observational learning. Di dalam hal ini Koki Cilik nya adalah sebuah model, penonton “Koki Cilik” yang sebagian adalah anak-anak sidah dapat di prediksi melakukan proses identification, yaitu penonton merasa ada kedekatan psikologis dan berusaha meniru yang dilakukan model tersebut. 2.9 Model Analisis Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu variabel independen (X), dan variabel dependen (Y). Gambar 2.2 Model Analisis Program Acara Koki Cilik Minat Anak Untuk Belajar Memasak (X) (Y) 1. Variabel Independen (X) Dalam penelitian ini variabel independennya adalah (X) Program “Koki Cilik” 2. Variabel dependen (Y) Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah (Y) Minat Anak Untuk Belajar Memasak. 45 2.10 Definisi Operasionalisasi Konsep Operasional Konsep sering juga disebut variabel output kriteria, konsekuensi. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang Operasional adalah bagaimana sebuah variabel diukur (Singarimbun, 1989 : 23) Konsep adalah suatu penyajian singkat tentang suatu fenomena Konseptualisasi merupakan suatu proses penetapan arti secara tepat tentang suatu fenomena. Variabel adalah konsep yang memiliki variasi nilai (Hamidi, 2007 : 03) variabel terdiri atas : a. Variabel Independen (variabel bebas) Variabel pengaruh adalah variabel yang di duga sebagai penyebab atau pendahulu dari dua variabel lain. Variabel ini secara sistematis divariasi oleh peneliti. Dengan kata lain, variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnnya variabel dependen (terikat) sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, dan antecendent. Dalam bahasa indonesia sering disebut variabel bebas (X). Variabel bebas ialah ubahan yang menadai sebab berubahnya atau timbulnya variabel dependen (Urman dan Akbar, 1996 : 9). Di dalam penelitian ini peneliti membuat operasionalisasi konsep untuk variabel independen yang terdiri dari 5 dimensi yaitu Presenter, Naskah, Lokasi, Kostum, Resep. Lima dimensi itu terdiri dari indikator berdasarkan beberapa konsep dari teori Sosial Kognitif yaitu Disinhibitory Effects terjadi ketika seseorang melihat model yang diberi penghargaan atau imbalan untuk suatu perilaku tertentu. Vicarious Reinforcement yaitu 46 penguatan atas apa yang dialami orang lain tapi dirasakan seseorang sebagai pengalamannya sendiri, dalam hal ini bagaimana penonton bisa merasakan pengalaman presenter memasak sebagai pengalamannya sendiri, juga mengetahui cara-cara memasak dan bisa mempraktekkan masakan yang dimasak oleh presenter. Dan yang ketiga adalah efikasikasi diri (self efficacy) yaitu keadaan dimana penonton bisa menampilkan sebuah perilaku khusus dan kepercayaan yang dipunyainya untuk menampilkan perilaku tersebut, Di dalam penelitian ini, tinggi rendahnya tingkat efikasi diri dilihat dari sejauh mana penonton akhirnya mengikuti apa yang dimasak oleh presenter seperti ingin mengikuti presenter memasak di lokasi alam terbuka yang ditayangkan “Koki Cilik”. Jika penonton tidak melakukan peniruan terhadap presenter koki cilik maka efikasinya rendah. b. Variabel Dependen (Variabel pengikat) Variabel dependen adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya. Dengan kata lain variabel dependen merupakan variabel yang diobservasi dan nilainya diasumsikan tergantung pada efek dari variabel pengaruh. Dalam penelitian ini, variabel (Y) terdiri dari fakor timbulnya minat diantaranya : a. Faktor dari dalam b. Faktor motif sosial c. Faktor emosional 47 PENGARUH PROGRAM ACARA “KOKI CILIK” DI TRANS 7 TERHADAP MINAT ANAK UNTUK BELAJAR MEMASAK (STUDI TERHADAP MURID KELAS 4, 5, DAN 6 SDN 11 PAGI KEBON JERUK Variabel Dimensi Indikator Pengukuran 1.Presenter 1. Presenter memiliki kemampuan memasak (disinhibitory) 2. Penonton ingin menjadi presenter Koki Cilik (disinhibitory) 3. Menjadi presenter yang baik, dapat memikat hati penonton (Vicarious reinforcement) 4. Presenter mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dalam membawakan acara Koki Cilik (Self efficacy) Skala Likert Interval VARIABEL X Program koki 2.Naskah 1. Naskah menyajikan cilik 5 = Sangat Setuju unsur informasi yang 4 = Setuju bermanfaat dan 3 = ragu-ragu menarik 2 = Tidak Setuju (disinhibitory) 1 = Sangat Tidak 2. Memasak bersama Setuju teman-teman akan menjadi pengalaman menyenangkan (Vicarious reinforcement) 3. Naskah mengajak penonton untuk memasak mengikuti apa yang dilakukan presenter dalam tayangan Koki Cilik di trans 7 (Self efficacy) 3. Lokasi 1. Lokasi dalam tayangan Koki 48 2. 3. 4.Kostum 1. 2. 3. 5.Resep 1. Cilik memperlihatkan keindahan alam dan daerah (disinhibitory) Merasa sangat senang bisa memasak bersama temanteman di alam terbuka seperti dalam tayangan “Koki Cilik” di Trans 7 (Vicarious reinforcement) Keindahan alam yang ditampilkan di tayangan Koki Cilik di Trans7 membuat penonton ingin berlibur ketempat tersebut (Self efficacy) Kostum yang dipakai presenter menarik (disinhibitory) Terhibur dengan kostum presenter yang di tayangan Koki Cilik di Trans 7 (Vicarious reinforcement) Keinginan untuk dapat mengenakan kostum menarik di dalam tayangan Koki Cilik Trans 7 (Self efficacy) Resep yang diberikan mengandung gizi Skala Likert Interval 5 = Sangat Setuju 4 = Setuju 3 = ragu-ragu 2 = Tidak Setuju 1 = Sangat Tidak Setuju 49 2. 3. 6. Faktor dorongan dari dalam 1. 2. VARIABEL Y Minat anak belajar memasak 3. 7. Faktor Motif Sosial 1. 2. (disinhibitory) Penonton ingin bisa mempraktekan resep masakan dalam tayangan Koki Cilik di Trans 7(Vicarious reinforcement) Keinginan kuat untuk mencoba resep masakan yang di tayangan Koki Cilik di Trans 7 (Self efficacy) Penonton mempunyai keinginan belajar memasak karena melihat teman seumurannya pandai memasak Penonton mempraktekkan resep-resep masakan dari tayangan Koki Cilik karena resep yang di berikan menggiurkan Penonton ingin menjadi Koki Cilik karena melihat presenter pandai memasak Penonton memilih mempraktekkan resep yang di berikan daripada jajan sembarangan Tayangan Koki Cilik memotivasi untuk lebih Skala Likert Interval 5 = Sangat Setuju 4 = Setuju 3 = ragu-ragu 2 = Tidak Setuju 1 = Sangat Tidak Setuju 50 3. 8. Faktor Emosional 1. 2. 3. 4. mengetahui jenisjenis masakan Penonton menjadikan kegiatan memasak sebagai hobi Penonton merasa wawasannya bertambah dengan menonton tayangan Koki Cilik Penonton merasa puas telah berhasil memasak Penonton akan mencoba resepresep baru yang didapat Tayangan Koki Cilik membuat penonton merasa terhibur