hubungan frekuensi pemberian asi dengan kejadian mastitis pada

advertisement
HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN
MASTITIS PADA IBU MENYUSUI 0 – 6
BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
BANDA ACEH
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Untuk Memenuhi Melakukan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Program Studi Diploma III
Kebidanan STIKes U’budiyah Banda Aceh
Oleh:
NUSWATUL KHAIRA
NIM : 10010074
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM
STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH
TAHUN 2013
ABSTRAK
HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN
MASTITIS PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN DI RUMAH
SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH
Nuswatul Khaira1 Cut Rosmawar2
Ix + IV Bab + 39 halaman :1 gambar, 4 tabel, XI Lampiran
Latar belakang : Payudara yang bengkak biasanya dikarenakan bayi tidak cukup sering menyusu
atau bayi malas menyusu, sehingga Asi bertumpuk didalam payudara (mastitis). Untuk
mengatasinya lakukan pemberian Asi sesering mungkin tanpa menjadwalkannya dan lakukan
pemijatan pada payudara. Berdasarkan data yang di peroleh dari RSIA Banda Aceh tahun 2013
dari 10 responden hanya 3 responden yang mengetahui tentang mastitis 4 responden yang kurang
mengetahui tentang mastitis dan 3 responden yang tidak mengetahui tentang mastitis.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui adakah hubungan frekuensi pemberian Asi dengan
kejadian mastitis pada ibu menyusui di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh.
Metode penelitian : Penelitian ini bersifat Analitik dengan pendekatan cross sectional, Populasi
dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang berjumlah 32 responden dengan sampel 32
responden. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan metode Accindental sampling.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh pada tanggal 30 Juli 2013.
pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner dengan menggunakan uji statistik chi-square.
Hasil penelitian : Dari hasil penelitian menunjukkan dari 32 responden dengan Frekuensi optimal
yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%), dan frekuensi tidak Optimal yang radang 4
(21,1%) .
Kesimpulan : Dari uraian diatas dapat di ambil beberapa kesimpulan yaitu ada hubungan antara
frekuensi pemberian Asi dengan kejadian mastitis pada ibu menyusui 0-6 bulan di Rumah Sakit
Ibu Dan Anak Banda Aceh dengan nilai P-value 0,006,
Kata kunci : Asi, Mastitis, Ibu Menyusui
Sumber
: 10 dari buku (2002-2009) + 11 Internet (2005-2012)
1.
2.
Mahasiswi Prodi D-III kebidanan STIKes Banda Aceh
Dosen pembimbing Prodi D –III Kebidanan STIKes Banda Aceh
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T, dimana atas
rahmat dan hidayah-Nya peneliti telah dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini dengan judul “Hubungan Frekuensi Pemberian Asi dengan Kejadian
Mastitis Pada Ibu Menyusui 0 – 6 Bulan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak
Banda Aceh” peneliti Karya Tulis Ilmiah ini merupakan kewajiban yang harus di
laksanakan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya
Kebidanan STIKes U’Budiyah.
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini peneliti telah banyak menerima
bimbingan dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
melalui kata pengantar ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Ibu Cut Rosmawar S.ST selaku pembimbing saya yang telah
banyak meluangkan waktu dan pemikiran dalam proses penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini dan tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dedi Zefrizal, S.T, Selaku Ketua Yayasan U’Budiyah Indonesia.
2. Ibu Marniati, M. Kes. Selaku Ketua STIKes U’Budiyah Banda Aceh.
3. Ibu Nuzulul Rahmi, SST. Selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan STIKes
U’Budiyah Banda Aceh.
4. Ibu Rahmayani, SKM, M.Kes, selaku penguji I.
5. Ibu Qatratul Asrar, SST, selaku penguji II
6. Terima Kasih kepada Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh yang telah
memberikan informasi tentang pemberian Asi dengan kejadian Mastitits di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh.
7. Teristimewa buat bapak dan ummi yang telah memberikan pengorbanan
baik material maupun do’a bagi peneliti sehingga dapat menyelesaikan
pendidikan Akademi Kebidanan.
8. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu khususnya untuk
kelas III-B sehingga selesainya penulisan ini.
Peneliti menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, banyak kekurangan baik dari segi bahasa, penulisan, maupun isinya.
Oleh sebab itu peneliti senantiasa mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak yang dapat membantu dalam pembuatan penulisan
pada penelitian selanjutnya.
Akhirnya kepada Allah SWT kita sepantasnya berserah diri, tiada satupun yang
terjadi tanpa kehendaknya.
Banda Aceh,
September 2013
Tertanda
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
ABSTRAK
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
iii
PENGESAHAN PENGUJI ………………………………………………... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. … v
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1
1
5
5
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Mastitis
1. Pengertian
2. Jenis-jenis
3. Penyebab
4. Gejala
5. Pencegahan
6. Penatalaksanaan
7. Penanganan
B. Frekuensi Pemberian Asi
1. Pengertian
2. Asi Ekslusif
3. Manfaat
4. Tehnik
5. Posisi
7
7
7
10
11
13
14
14
15
15
15
19
19
21
23
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
B. Definisi Operasional
C. Hipotesis
25
25
26
26
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Tempat dan Waktu Penelitian
D. Tehnik Pengumpulan Data
E. Pengolahan Data
27
27
27
28
28
28
F. Analisa Data
29
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………..32
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………….. 32
B. Hasil Penelitian……………………………………………………….. 33
C. Pembahasan…………………………………………………………… 35
BAB VI Kesimpulan Dan Saran……………………………………………..37
A. Kesimpulan…………………………………………………………… .37
B. Saran………………………………………………………………….. .37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Posisi Dekapan …………………………………………………. 23
Gambar 2.2 Posisi Foot Ball Hold ……………………………………………24
Gambar 2.3 Posisi Berbaring ………………………………………………... 24
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
25
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................... 26
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Mastitis Pda Ibu Menyusui 0-6 Bulan
Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh ................................ 32
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pemberian Asi Pada Ibu Menyusui 0-6
Bulan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh ...................... 33
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pemberian Asi Dengan Kejadian
Mastitis Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan Di Rumah Sakit Ibu
Dan Anak Banda Aceh. ............................................................... 34
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Lembaran Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2
: Lembaran Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3
: Kuesioner
Lampiran 4
: Surat Pengambilan Data Awal
Lampiran 5
: Surat Selesai Pengambilan Data
Lampiran 6
: Surat Izin Penelitian
Lampiran 7
: Surat Selesai Penelitian
Lampiran 8
: Master Tabel
Lampiran 9
: Spss Out Put (Analisa Univariat)
Lampiran 10 : Spss Out Put (Analisa Bivariat)
Lampiran 11 : Lembaran Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 12 : Biodata
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gerakan nasional pergerakan penggunaan air susu ibu (ASI) merupakan
salah satu upaya pemerintahan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan
anak. Upaya penting ini kberhasilan perlu didukung dan dilaksanakan oleh seluruh
anggota masyarakat. Para ibu, sebagai pelopor peningkatan kualitas sumber daya
Indonesia, patut menyadari dan meningkatkan pengetahuannya untuk menunjang
gerakan ini (Sally (2003), dalam Winkjosostro, 2009)
Memiliki seorang anak yang baru lahir adalah sesuatu yang sangat
menakjubkan, perubahan hidup karena buah hati pun terjadi. Prioritas pertama
saat itu adalah memberian ASI sebagai makanan bagi bayinya. Masa-masa
menyusui tersebut sering kali membuat ibu mengalami pengerasan payudara
hingga berakhibat mastitis. Mastitis ini tidak akan terjadi bila memberikan ASI
nya dengan cara yang benar (Sally (2003), winkjosostro, 2009)
Menyusui adalah proses alamiah dimana berjuta-juta ibu mampu menyusui
bayinya tanpa membaca buku pemberian Asi, sedangkan jika ibu tidak mau
memberikan Asi payudara ibu akan membengkak dan dan keras sehingga terjadi
mastitis (bendungan Asi), (Utami Rusli, 20012).
Mastitis adalah infeksi yang disebabkan adanya sumbatan pada dukus
hingga puting susu pun mengalami sumbatan. Mastitis paling sering terjadi pada
minggu kedua dan ketiga pasca kelahiran. Penyebab penting dari mastitis ini
adalah pengeluaran ASI yang tidak efesien akhibat teknik menyusui yang buruk.
Untuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk memakai bra atau
pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada payudaranya
(Sally, 2003)
Selalu pastikan tindakan menyusui dengan posisi dan sikap yang benar.
Kesalah sikap saat menyusui menyebabkan terjadinya sumbatan duktus.
Pengurutan sebelum laktasi adalah salah satu tindakan yang sangat efektif untuk
menghindari terjadinya sumbatan pada duktus. Menggunakan penyangga bantal
saat menyusui dapat pula membantu membuat posisi menyusui menjadi lebih baik
( Diah (2010), dalam Henderson Christine, 2005)
Menyusui adalah kegiatan memberikan susu yang dilakukan oleh wanita
yang telah melahirkan bayinya yang berasal dari payudara (Irzu, 2011).
Ada sejumlah faktor yang telah diduga dapat meningkatkan resiko mastitis
yaitu teknik menyusui yang buruk mengakhibatkan pengeluaran Asi yang tidak
efesien, pekerjaan diluar rumah yang mengakhibatkan interval menyusui yang
panjang sehingga kekurangan waktu untuk pengeluaran ASI yang adekuat dan
trauma pada payudara karena penyebab apapun yang dapat merusak jaringan
kelenjar dan saluran susu sehingga dapat menyebabkan mastitis (Sally, 2003)
Pilih bra khusus untuk ibu menyusui dengan bahan yang menyerap
keringat. Jangan gunakan yang terlalu menekan payudara, demi menjaga higenitas
daerah payudara. Ganti bra sesering mungkin setiap kali basah karena keringat
atau setelah dipakai seharian (Dedeh kurniansih, 2010.
Menyusui bisa saja berjalan mulus bagi ibu, tanpa ada masalah, meskipun
demikian beberapa ibu mendapat gangguan kecil, seperti nyeri puting, tersumbat
saluran susu dan peradangan payudara (mastitis), payudara terasa sakit.
Gangguan-gangguan tersebut bahkan menjadi kemunduran besar yang sepertinya
membuat ibu hampir berhenti menyusui, namun hampir semua masalah yang
muncul selama menyusui mempunyai jalan keluar (Jane moody,at all. 2005)
Selama beberapa minggu pertama bayi perlu di beri makan setiap 2,5 – 3
jam siang malam, menjelang akhir minggu keenam, sehingga beser bayi makan
setiap 4 jam sekali. Jadwal ini baik sampai bayi berumur antara 10 – 12 bulan.
Pada usia ini sebagian besar bayi tidur sepanjang malam sehingga tidak perlu lagi
member makan dimalam hari (jonikun, 2005).
Menyusui memiliki pengertian yang lebih luas dan lebih kompleks, karena
tidak hanya membahas tentang ibu, tetapi juga si anak, atau dengan kata lain
laktasi adalah salah satu bagian dari menyusui, dan apabila Asi jarang di
keluarkan atau diberikan pada bayi maka bisa terjadi bendungan Asi (mastitis),
dan akan menjadi kanker payudara (Aninemos, 2012).
Sering kali ibu yang menyusui atau berapa banyak ASI yang harus
diberikan pada bayi sesuai dengan umur bayi. Secara umum dikatakan bahwa
pada usia 3 bulan bayi menjadi lebih cepat dalam menghabiskan ASI sehingga
proses menyusui menjadi lebih cepat dan lebih jarang setelah usia ini. Namun
demikian sering kali pula minum ASI pada bayi akan berfluktuasi dalam 6 bulan
pertama kehidupan (Pramesemara, 2009).
Rentang frekuensi menyusui yang optimal adalah antara 8-12 kali setiap
hari. Tetapi sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal, karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya jika bayi
menangis bukan karena sebab lain (kencing, digigit semut/ nyamuk, BAB) atau
ibu sudah merasaingin menyusui bayinya (Inggrid, 2006).
Payudara yang bengkak biasanya dikarenakan bayi tidak cukup sering
menyusu atau bayi malas menyusu, sehingga Asi bertumpuk didalam payudara
(mastitis). Untuk mengatasinya lakukan pemberian Asi sesering mungkin tanpa
menjadwalkannya dan lakukan pemijatan pada payudara, (Rosita, 2008).
Organisasi kesehatan dunia (2008) memperkirakan lebih dari 1,4 juta
orang terdiagnosis menderita mastitis. The American Society memperkirakan
241.240 wanita Amerika terdiagnosis mastitis. Sedangkan di Kanada jumlah
wanita yang terdiagnosis mastitis adalah 24.600 orang dan di Australia sebanyak
14.791 orang. Sedangkan di Indonesia hanya 0,001/100.000 angka kesakitan
akibat infeksi berupa mastitis (Depkes RI, 2008).
Menurut hasil laporan Dinas Kesehatan Propinsi tahun 2011, diketahui
jumlah ibu nifas tahun 2010-2011 yaitu ada 8725 orang dan yang mengalami
mastitis berjumlah 108 orang. Dimana hal ini di kaitkan dengan pemberian ASI
seperti diketahui salah satu manfaat air susu ibu (ASI) bagi sang bayi yang
diberikan oleh ibu pada saat bayi berusia 0 – 2 tahun adalah untuk melindungi
bayi terhadap infeksi seperti infeksi gastro-intestinal, pernafasan dengan virus
(Dinkes Propinsi Aceh, 2011).
Berdasarkan data yang di peroleh dari RSIA Banda Aceh tahun 2013 dari
10 responden hanya 3 responden yang mengetahui tentang mastitis 4 responden
yang kurang mengetahui tentang mastitis dan 3 responden yang tidak mengetahui
tentang mastitis. Ibu menyusui yang mastitis pada bulan januari sampai maret
2013 di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh berjumlah 67 ibu mastitis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Frukuensi Pemberian Asi
Dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu Menyusui 0-6 bulan di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Banda Aceh ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adakah hubungan frekuensi pemberian Asi dengan
kejadian mastitis pada ibu menyusui 0-6 bulan di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Banda Aceh.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui frekuensi pemberian Asi dengan kejadian mastitis
pada ibu menyusui di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh.
D. Manfaat Penelitian
Setelah
dilaksanakannya
penelitian
ini
maka
diharapkan
dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan informasi untuk melakukan penelitian yang selanjutnya
tentang mastitis dan dapat dijadikan bahan bacaan yang bermanfaat bagi
mahasiswi.
2. Masyarakat
Sebagai bahan masukan bagi ibu menyusui untuk meningkatkan
pemahaman tentang pencegahan dan pengobatan mastitis.
3. Peneliti
Untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengolahan penulis dalam
hal melakukan suatu penelitian khususnya dalam masalah hubungan pemberian
asi dengn kejadian mastitis pada ibu menyusui.
4. Tenaga kesehatan
Sebagai bahan informasi dan memacu petugas kesehatan untuk
meningkatkan penyuluhan tentang hal-hal tang menyangkut dengan frekuensi
pemberian Asi dengan kejadian mastitis pada ibu menyusui.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mastitis
1. Pengertian
Menurut Morton (dalam Poediato, 2002) Mastitis adalah peradangan pada
payudara, payudara menjadi merah bengkak, kadang kala di ikuti rasa nyeri
dan panas, penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga
mastitis laktasional atau puerpurasi. Kadang-kadang ini dapat menjadi fatal bila
tidak diberikan tindakan yang adekuat. Abses payudara mengumpulkan nanah
lokal dalam payudara merupakan komplikasi yang berat dan memerlukan biaya
yang sangat besar
Jika puting susu lecet, saluran payudara tersumbat atau pembengkakan
payudara tidak di tangani dengan baik biasa berlanjut menjadi radang
payudara. Payudara akan terasa bengkak, sangat sakit, kulitnya berwarna
merah dan disertai demam. Jika sudah terinfeksi payudara akan bengkak dan
teras nyeri saat diraba dan tampak memerah. Permukaan kulit dari payudara
yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah-pecah, badan demam seperti
terserang flu. Namun bila terkena sumbatan tanpa infeksi, biasanya badan tidak
terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian yang
keras dan nyeri, serta memerah (Sarwono, 2005).
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamae, terutama pada primipara
yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui
luka pada putting susu, sumber bakteri yang paling umum adalah hidung dan
tenggorokan bayi, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah ibu
(Sarwono, 2005).
Mastitis adalah infeksi yang disebabkan karena adanya sumbatan pada
duktus hingga puting susu pun mengalami sumbatan. Mastitis paling sering
terjadi pada minggu kedua atau ketiga pasca kelahiran. Penyebab penting dari
mastitis ini adalah pengeluaran ASI yang tidak efesien akibat tehnik menyusui
yang buruk. Untuk menghambat terjadinya mastitis ini di anjurkan untuk
menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik
pada payudara (Sally 2003).
Mastitis dapat terjadi pada semua populasi dengan atau tanpa kebiasaan
menyusui. Menurut penelitian, gangguan yang pada umumnya terjadi pada
tahun pertama seusia persalinan adalah mastitis, yakni sekitar 17,4 % dan
sekitar 41 % kasus mastitis justru terjadi pada bulan pertama setelah
melahirkan (Poedianto, 2002).
Mastitis adalah suatu peradangan pada payudara yang disebabkan kuman,
terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu, atau melalui
peredaran darah. Jika puting susu lecet, saluran payudara tersumbat, atau
pembengkakan payudara tidak di tangani dengan baik, bisa berlanjut menjadi
mastitis atau radang payudara. Payudara akan terasa bengkak, sangat sakit,
kulitnya
berwarna
merah,
dan
disertai
demam
(Mochtar (2003) dalam Sally, 2003).
Terjadinya bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan
infeksi mamae. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi mamae adalah
safilokokus aureus yang masuk melalui luka puting susu. Infeksi menimbulkan
demam, nyeri lokal pada menderita dengan mamae, terjadi pemadatan mamae,
dan terjadi perubahan warna kulit. Penderita dengan mastitis perlu
mendapatkan pengobatan yang baik dengan anti biotik dan obat simptomatis.
Infeksi mammae (mastitis) dapat berkelanjutan menjadi abses dengan kriteri
warna kulit menjadi merah, terdapat rasa nyeri, dan pada pemeriksaan terdapat
pembengkakan, dibawah kulit teraba cairan. Dalam keadaan abses mammae
perlu dilakukan insisi agar nanahnya dapat dikeluarkan untuk mempercepat
kesumbuhan (Corwin, 2009).
Menurut Moody (2006) mastitis artinya peradangan pada payudara, dan
tidak harus berarti telah terinfeksi pada payudara, mastitis dalah infeksi
payudara yang disebabkan oleh infeksi. Hal ini tidak berbahaya bagi bayi tetapi
dapat menimbulkan rasa sakit, panas dan membengkaknya sebagian atau
seluruh payudara dan mungkin juga menyebabkan ibu menderita serta rasa
pusing dan mual-mual.
Menurut Whold Health Organization (WHO) 2003 mastitis adalah
peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit
ini menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis
puerpuralis. Prawirohardjo (2005) mengatakan mastitis (peradangan payudara)
adalah suatu hal yang sangat biasa pada wanita yang pernah hamil, malahan
dalam praktek sehari-hari yang tidak hamil pun kadang-kadang bisa terkena
juga.
2. Jenis-Jenis
Menurut (Diah 2010, dalam Hendrerson, 2009), ada tiga jenis mastitis
yaitu mastitis periductal, mastitis puerperalis, dan mastitis superativa. Ketiga
jenis mastitis ini muncul akibat penyebab yang berbeda.
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause,
penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan
sebutan mammary duct ectasia, yang berarti pelebaran saluran karena
adanya penyumbatan pada saluran di payudara. Menurut Samuel J.
Haryono dari rumah sakit kanker dhaarmais, pada wanita 45 tahun ke atas
atau pada usia memasuki menopause, beberapa pemici reaksi peradangan
ialah perubahan hormonal dan aktivitas menyusui di masa lalu. Factor
penyebab penyumbatan yang utama adalah jaringan yang mati dan air susu
itu sendiri. Tumpukan jaringan mati dan air susu di saluran payudara ini
mnyebabkan buntunya saluran dan pada akhirnya malah melebarkan
saluran dibelakangnya, yang biasanya terletak dibelakang puting payudara.
Hasil akhirnya ialah reaksi peradangan yang disebut mastitis periductal.
Mastitis pueperalis (laktational), jenis ini banyak di dapat pada wanita hamil
atau menyusui. Menurut Samuel, sekitar 90% penyebab utama mastitis
ialah akibat kuman yang menginfeksi payudara ibu. Hal ini di karenakan
air susu merupakan media yang subur bagi pertumbuhan berbagai jenis
kuman. Jenis kuman yang paling umum ditemui pada mastitis ini adalah
Sthaphyloccocus Aureus, yang bisa di tranmisi keputing ibu melalui
kontak langsung.
Mastitis superativa, jenis ini ialah mastitis yang paling sering ditemui mirip
dengan jenis sebelumnya, mastitis jenis ini juga disebabkan kuman
Staphyloccocous. Selain itu bias juga disebabkan oleh jamur, kuman TBC,
bahkan sifilis.
Bentuk sporadis yaitu selulitisakut yang mengenai jaringan ikat interlobular
dan jaringan lemak. Fisura pada putting biasanya merupakan jalan masuk
infeksi. Timbul rasa sakit setempat, nyeri tekanan, dan demam, air susu
tidak terinfeksi.
Mastitis epidemika yaitu infeksi fulminan pada system kelenjar payudara,
dengan tanda dan gejala serupa tetapi lebih akut disbanding mastitis
sporadic. Kamar anak sebagai sumber staphylococcus yang paling sering
terlibat, tempat bayi mendapat infeksi ini kemudian menyebarkan kedalam
system duktus ibu setelah regurgitasi sejumlah kecil air susu yang
terinfeksi.
3. Penyebab
Dua penyebab utama mastitis menurut WHO (2003) yaitu: statis ASI dan
infeksi. Statis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai
atau berkembang menuju infeksi.
1.
Statis ASI
Statis (terhentinya) ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan
efesien dari payudara. Hal ini dapat terjadi jika payudara terbendung
segera setelah melahirkan atau setiap saat bila bayi tidak mengisap ASI
yang dihasilkan dari sebagian atau seluruh payudara penyebabnya
termasuk kenyutan bayi yang buruk pada payudara, penghisapan yang
tidak efektif, pembantasan frekuensi atau durasi menyusui dan sumbatan
pada saluran ASI
2.
Infeksi
Menurut Sitti (2005) suatu proses infeksi pada payudara yang dapat
menimbulkan reaksi sistemik ibu, misalnya demam, payudara tampak
begkak dan kemerahan dan dirasakan nyeri. Biasanya terjadi beberapa
minggu setelah melahirkan. Pengobatan dapat dilakukan dilakukan dengan
jalan tidak berhenti menyusui, teruskan dengan mulai menyusui atau
dipompa, jangan pijat, istirahat, kompres hangat atau dingin, berikan anti
biotik dan analgetik serta anjurkan ibu untuk minum yang banyak.
Menurut sitti 2009, penyebab terjadinya mastitis adalah sebagai berikut:
Payudara bengkak yang tidak sesuai secara adekuat, akhirnya terjadi
mastitis.
Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya
payudara bengkak.
Bra yang terlalu tekat mengakibatkan segmentalenggorgeement, jika
tidak disusui dengan adekuat, maka bisa terjadi masttis.
Ibu yang dietnya buruk dan kurang istirahat, dan anemia akan mudah
terkena infeksi.
Menurut pelayanan kesehatan Maternal Dan Neonatal (2001), penyebab
terjadinya mastitis adalah sebagai berikut:
Bayi tidak mau meyusu sehinga ASI tidak diberikan secara adekut yang
akan menyebabkan mastitis jika tidak segera ditangani.
Lecet pada puting susu yang menyababkan kuman staphylococcus aureus
masuk menyebabkan infeksi mastitis.
Personal hygiene ibu kurang, terutama pada puting susu.
Bendungan air susu yang tidak adekuat ditangani sehingga menyebabakan
mastitis (Pelayanan Kesehatan Maternatal Dan Neonatal, 2001).
4. Gejala
Gejala yang dirasakan sebagai berikut :
a. Bengkak, nyeri pada saluran payudara/ nyeri lokal
b. Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal
c. Payudara keras dan berbenjol-benjol
d. Panas badan dan rasa sakit umum
(Sitti, 2009)
Jika sudah terinfeksi, payudara akan bengkak dan tarasa nyeri, terasa keras
saat diraba dan tampak memerah, permukaan kulit dari payudara yang terkena
infeksi juga tampak seperti pecah-pecah. Badan demam seperti terserang flu.
Namun bila karena sumbatan tanpa infeksi, biasanya badan tidak terasa nyeri
dan tidak demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian yang keras dan nyeri,
serta merah (Suherni, 2009).
Gejala mastitis superatif jarang terlihat sebelum akhir minggu pertama
masa nifas dan umumnya baru ditemukan setelah minggu ketiga dan keempat.
Bendungan yang mencolok biasanya mendahului inflamasi dengan keluhan
pertamanya berupa menggigil atau gejala rigor yang sebenarnya segara di ikuti
oleh kenaikan suhu tubuh dan peningkatan frekuesi denyut nadi. Payudara
kemudian menjadi keras serta kemerahan, dan pasien mengeluh rasa nyeri
(Suherni, 2009).
5. Pencegahan
1. Pemerikasaan sadari.
2. Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan.
3. Untuk mencegah penyumbatan dan pembengkakan saluran, kosongkan
payudara dengan cara memompanya.
4. Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegaah robekan/
luka puting susu.
5. Minum banyak cairan (air).
6. Menjaga kebersihan puting susu.
7. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui (Sarwono, 2005).
6. Penatalaksanaan
a. Teruskan menyusui menggunakan payudara yang bengkak sesering
mungkin agar terjadi pengurangan banyak ASI pada payudara yang
membengkak tersebut.
b. Berilah kompres hangat, bisa menggunakan shower hangat lap basah panas
pada payudara yang terkena.
c. Posisi menyusui diubah-ubah setiap saat.
d. Gunakan bra yang longgar.
e. Beristirahat yang cukup disertai asupan gizi yang sehat.
f. Banyak minum kira-kira dua liter perhari.
Dengan cara-cara seperti tersebut diatas, peradangan akan menghilang dan
amat jarang sekali menjadi abses. Bila dengan cara seperti itu belum ada
kemajuan, diberikan antibiotik selama 5-10 hari disertai dengan analgetika
(Seherni, 2009).
7. Penanganan
a. Berikan paracetamol 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang.
b. Sangga payudara.
c. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetika.
d. Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika.
e. Bayi mulai menyusu dari payudara yang mengalami peradangan.
f. Payudara dikompres dengan air hangat.
g. Menganjurkan ibu selalu menyusui anaknya.
h. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat
cukup (Suherni, 2009).
B. Frekuensi Menyusui
1. Pengertian
Menyusui artinya memberikan makanan pada bayi secara langsung dari
payudara ibu sendiri. Menyusui adalah proses alamiah dimana berjuta-juta ibu
mampu menyusui bayinya tanpa membaca buku pemberian Asi, sedangkan jika
ibu tidak mau memberikan Asi payudara ibu akan membengkak dan dan keras
sehingga terjadi mastitis (bendungan Asi), banyak ibu yang kurang memahami
dan kurang mendapatkan informasi tentang Asi eklusif itu sendiri, cara
menyusui, langkah-langkah menyusui yang benar pada bayi
(Utami Rusli, 2012).
Menyusui adalah kegiatan memberikan susu yang dilakukan oleh wanita
yang telah melahirkan bayinya yang berasal dari payudara (Irzu, 2011).
Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal, karena bayi akan menentukan
sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan
karena sebab lain (kencing, dsb) atau ibu sudah perlu menyusui bayinya. Bayi
yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan Asi dalam
lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam (Soetjiningsih, 2009).
menyusui adalah proses anak mendapatkan air susu melalui cara
menyusu/mengisap/mengemut payudara ibu. Menyusui memiliki pengertian
yang lebih luas dan lebih kompleks, karena tidak hanya membahas tentang ibu,
tetapi juga si anak, atau dengan kata lain laktasi adalah salah satu bagian dari
menyusui, dan apabila Asi jarang di keluarkan atau diberikan pada bayi maka
bisa terjadi bendungan Asi (mastitis), dan akan menjadi kanker payudara
(Irzu, 2011).
Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tak teratur, dan
akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Untuk menjaga
keseimbangan besarnya kedua payudara, maka sebaiknya setiap kali menyusui
harus digunakan kedua payudara dan diusahan sampai kedua payudara kosong,
agar produksi Asi tetap baik. Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang
terakhir disusukan (soetjingningsih, 2009).
Usaha memberi makan dalam suasana yang santai bagi anda dan bayi,
buatlah diri anda senyaman mungkin. Selama beberapa minggu pertama, bayi
perlu diberi makan setiap 2,5 - 3 jam siang malam. Menjelang akhir minggu
keenam, sebagai besar bayi makan setiap 4 jam sekali. (jonikun, 2005)
Payudara yang bengkak biasanya dikarenakan bayi tidak cukup sering
menyusu atau bayi malas menyusu, sehingga Asi bertumpuk didalam payudara
(mastitis). Untuk mengatasinya lakukan pemberian Asi sesering mungkin tanpa
menjadwalkannya dan lakukan pemijatan pada payudara dengan kedua tangan
menggunakan minyak (baby oil), dari arah pangkal payudara menuju puting.
Kemudian kompres payudara menggunakan lap handuk yang telah direndam
dalam air hangat dan air dingin secara bergantian (Rosita, 2008)
Menurut (Pramesemara, (2009), dalam jonikun 2005), Sering kali ibu
yang menyusui atau berapa banyak ASI yang harus diberikan pada bayi sesuai
dengan umur bayi. Secara umum dikatakan bahwa pada usia 3 bulan bayi
menjadi lebih cepat dalam menghabiskan Asi sehingga proses menyusui
menjadi lebih cepat dan lebih jarang setelah usia ini. Namun demikian sering
kali pula minum Asi pada bayi akan berfluktuasi dalam 6 bulan pertama
kehidupan.
Beberapa membagi frekuensi minum ASI dengan umur sebagai berikut :
a. Usia awal lahir hingga 2 bulan
Di usia ini, bayi biasanya frekuensi menyusui cukup sering dengan
rata-rata setiap 1-3 jam sekali.
b. 2 bulan hingga 6 bulan
Di rentang usia ini bayi mulai mampu menghabiskan ASI dengan
lebih cepat, sehingga menyusui menjadi lebih singkat durasinya dan
lebih jarang dengan rata-rata setiap 3-5 jam.
c. Setelah 6 bulan
Di usia ini bayi sudah semakin kuat dalam menyusui dan durasi
menyusui menjadi lebih jarang lagi. Hal penting yang perlu
diperhatikan adalah setelah usia 6 bulan ini bayi sudah membutuhkan
makanan tambahan selain ASI.
Rentang frekuensi menyusui yang optimal adalah antara 8-12x setiap hari.
Tetapi sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand), karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Di mana jika ibu kurang memberikan Asi
dalam jumlah frekuensi yang sedikit maka akan mengalami mastitis, Ibu harus
menyusui bayinya jika bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, digigit
semut/ nyamuk, BAB ) atau ibu sudah merasa ingin menyusui bayinya. Bayi
yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI
dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Untuk menjaga
keseimbangan kedua payudara diusahakan sampai payudara terasa kosong,
agar produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai dari payudara yang
terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu mengunakan bra
yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat ( Inggrid, 2006 ).
2. Asi Eksklusif
Menurut WHO (2007) pengertian Asi eksklusif adalah bayi hanya
diberikan Asi saja, baik secara langsung atau tidak langsung (diperah). Secara
keseluruhan pemberian Asi eksklusif mencakup hal sebagai berikut:
1.
Hanya Asi saja sampai umur 6 bulan dimana menyusui dimulai 30 menit
begitu setelah bayi lahir dan tidak memberiakan makanan pralaktal seperti
air gula atau tajin kepada bayi yang baru lahir.
2.
Menyusui sesuai kebutuhan bayi, termasuk pemberian Asi pada malam
hari dan cairan yang dibolehkan hanya vitamin, mineral dan obat dalam
bentuk drops atau sirup.
3. Manfaat
Menurut jonikun 2005, Setelah melalui proses kelahiran dan juga
persalinan tentunya bagi seorang ibu hal selanjutnya yang merupakan salah
satu kewajiban seorang ibu adalah memberi Asi susu ibu (ASI) kepada anakanaknya. Karena manfaat menyusui ini banyak, baik itu manfaat menyusui bagi
ibu atau pun manfaat menyusui bagi bayi. Yang harus di ingat adalah
bahwasanya Asi adalah makanan yang terbaik untuk bayi. Air susu ibu khusus
dibuat untuk bayi manusia. Dan manfaat Asi pun banyak kandungan gizi dari
Asi sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan perkembangan
bayi dan inilah salah satu dari tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala kepada
manusia.
Berikut manfaat memberikan Asi Menurut Jonikun (2005), yaitu :
1. Manfaat bagi bayi
Selain memberikan gizi lengkap secara alami, air susu ibu juga
memberikan keuntungan penting. Keseimbangan yang tepat antara
protein karbohidrat, lemak, dan mineral menyebabkan air susu ibu mudah
di cerna, sehingga jarang sekali menimbulkan gangguan pencernaan
separti diare dan konstipasi. Bayi-bayi yang disusui jarang sekali
mengalami kelebihan berat badan. Kemungkinan menderita dehidrasi
serta akibat-akibat lainnya. Jarang diantara mereka yang menderita alergi
ataupun infeksi karena bakteri. ASI memberikan proteksi alamiah dengan
cara mengalirkan antibodi penting dari ibu ke bayinya.. Menyusui
memberikan manfaat psikologis kepada bayi karena melalui menyusui ia
merasakan kehangatan dan kedekatan fisik ibunya, menikmati suara dan
wajah ibunya, sekaligus memuaskan kebutuhan untuk mengisap.
2. Manfaat bagi ibu
Sebagai seorang ibu menyusui, anda pun memperoleh manfaat
dengan cara saling berbagi hubungan unik dan menyenangkan ini dengan
bayi. Aktifitas mengisap sang bayi dapat mengatasi rasa tidak enak di
payudara yang dipenuhi air susu. Menyusui juga membantu
mengembalikan anda ke bantuk tubuh semula dan uterus cepat menyusut
ke ukuran normalnya. Selain itu, menyusui adalah suatu cara memberi
makan bayi yang menyenangkan dan ekonomis. Persediaan susu yang
suhunya tepat dan selalu tersedia setiap kali bayi membutuhkannya.
Siregar 2004, Asi bermanfaat membentuk perkembangan intelegensia,
rohani, dan perkembangan emosional karena selama disusui dalam dekapan
ibu, bayi bersentuhan langsung dengan ibu dan mendapatkan kehangatan kasih
saying dan rasa aman
Menurut siregar (2004) ada beberapa keuntungan memberikan Asi, antara
lain sebagai berikut :
1. Asi mengandung enzim khusus yang mencerna lemak. Asi lebih cepat
dan mudah di cerna dan bayi yang diberikan Asi mungkin ingin makan
lagi lebih cepat dari pada bayi yang diberikan makanan buatan.
2. Asi selalu siap untuk diberikan pada bayi dan tidak memerlukan
persiapan.
3. Asi tidak pernah basi atau menjadi jelek dalam payudara, walau ibu
tidak menyusui bayinya selama beberapa hari
4. Menyusui
akan
membantu
menghentikan
perdarahan
setelah
melahirkan.
5. Menyusui membantu mencegah kehamilan berikutnya.
6. Asi murah tidak perlu dibeli.
1. Tehnik
1.
Cuci tangan dengan sabun sebelum menyusui
2.
Ibu duduk atau berbaring dengan santai (bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu menggantung dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi).
3.
Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
puting dan sekitar areola payudara (cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu).
4.
Leletakkan bayi pada satu lengan, kepala bayi berada pada lengkung siku
ibu dan bokong bayi berada pada lengan bawah ibu
5.
Menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan
bayi di belakang badan ibu dan yang satu di depan, kepala bayi
menghadap payudara
6.
Memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus
7.
Memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang
dibawah serta jangan menekan puting susu dan areolanya
8.
Merangsang membuka mulut bayi : Menyentuh pipi dengan puting susu
atau menyentuh sudut mulut bayi
9.
Setelah bayi membuka mulut (anjurkan ibu untuk mendekatkan dengan
cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian memasukkan puting susu
serta sebagian besar areola ke mulut bayi)
10. Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak memegang
atau menyangga payudara lagi
11. Memperhatikan bayi selama menyusui
12. Cara melepas isapan bayi (jari kelingking dimasukkan ke mulut bayi
melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.
13. Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan sedikit ASI
pada puting susu dan areola. Biarkan kering dengan sendirinya
14. Menyendawakan bayi Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu
ibu kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan sampai bayi bersendawa
(bila tidak bersendawa tunggu 10 – 15 menit) atau bayi ditengkurapkan
dipangkuan (Saryono, 2008).
2. Posisi
Menurut saryono 2008 ada 3 macam posisi menyusui yang benar
1.
Posisi Dekapan
Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan para ibu,
posisi ini membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak
perlu memutar kepalanya untuk menyusu. Kepala bayi berada di dalam
dekapan, sokong kepala badan dan punggung bayi serta lengan bayi perlu
berada di bagian sisinya.
Gambar 2.1 Posisi Dekapan
2.
Posisi Football hold
Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan caesar,
memiliki payudara yang besar, menyusui bayi prematur atau bayi yang
kecil, menyusui anak kembar pada waktu yang bersamaan. Sokong kepala
bayi dengan tangan, menggunakan bantal untuk menyokong belakang
badan ibu.
Gambar 2.2 Posisi Football Hold
3.
Posisi Berbaring
Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih. Jika baru pulih dari
pembedahan caesar ini mungkin satu-satunya posisi yang biasa dicoba
pada beberapa hari pertama. Sokong kepala ibu dengan lengan dan sokong
bayi dengan lengan atas (Saryono, 2008).
Gambar 2.3 Posisi Berbaring
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini dikembangkan oleh Inggrid, 2006 Rentang
frekuensi menyusui yang optimal adalah antara 8-12 kali setiap hari. Tetapi
sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal, karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya dimana jika ibu kurang memberikan Asi dalam jumlah frekuensi
yang sedikit maka akan menyebabkan mastitis. Maka kerangka konsep dapat di
gambarkan sebagai berikut:
Variabel independent
Frekuensi Pemberian
Asi
Variabel Depedent
Mastitis
Gambar 3.1 : Kerangka konsep
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Operasional
Variabel Dependet
Cara Ukur
1
Mastitis
Menyebarkan Kuesioner
kuesioner
dengan kriteria jika radang
(x ≥ 5,06)
Dan tidak
radang
(x<5,06)
-Radang
-Tidak
Radang
Ordinal
Menyebarkan
kuesioner,
dengan
criteria jika
optimal
(x≥5.9) Dan
tidak optimal
(x<5,9)
-optimal
-Tidak
optimal
Ordinal
Suatu
peradangan
yang terjadi
di payudara
Alat Ukur Hasil Ukur
Skala
Ukur
Variabel Independent
1
Frekuensi
Pemberian
Asi
Frekuensi
menyusui
yang optimal
antara 8-12 x
setiap hari
Kuesioner
C. Hipotesis
Ha : Ada hubungan antara frekuensi pemberian Asi dengan mastitis di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh.
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah dengan menggunakan Analitik dengan
menggunakan pendekatan cross secctional yaitu variabel independen dan
variabel dependen dalam penelitian ini dikumpulkan dalam waktu bersamaan
untuk mengetahui Hubungan Frekuensi Pemberian Asi Dengan Kejadian
Mastitis Pada Ibu Menyusui di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh.
B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah ibu yang mastitis
pada bulan Maret – Mei 2013 yang berjumlah 67 responden
2. Sampel
Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Ibu
menyusui 0-6 bulan yang ada di Rumah Sakit Ibu dan Anak dengan
metode Accidental sampling, yang berjumlah 32 responden.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1.Tempat
Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda
Aceh.
2. Waktu
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 30 Juli sampai 01 Agustus
2013
D. Tehnik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data Primer yaitu data yang langsung di peroleh di lapangan
dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan yang di isi oleh
responden
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data-data ibu menyusui di Rumah Sakit Ibu
dan Anak Banda Aceh di dapatkan dari ruang poli laktasi Rumah Sakit
Ibu dan Anak Banda Aceh.
E. Pengolahan Data
Menurut Budiarto (2002), pengolahan data merupakan proses yang
dilakukan setelah data diperoleh dari penelitian melalui kuesioner dan harus
dikelompokkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Editing (pemerikasaan data)
Semua kuesioner di periksa secara teliti apakah semua persyaratan
telah terisi atau di jawab oleh responden seperti memeriksa kesesuaian
jawaban.
2.
Coding (pemeriksaan kode)
Proses pengolahan data dengan cara memberikan kode pada setiap
jawaban dari responden. Pada soal yang dijawabnya dianggap benar
maka akan diberi kode angka (1) dan pada soal yang dijawabnya
dianggap salah maka angka nol (0).
3.
Transferring
Yaitu memindahkan table distribusi frekuensi dan bentuk
persentse.
4.
Tabulating (pemesukan data dalam tabel)
Yaitu untuk memperoleh analisa data dan pengolahan data serta
mengambil kesimpulan data dimasukkan ke dalam table distribusi
frekuensi
F. Analisa Data
Setelah dilakukan pengolahan data maka analisis data yang akan dilakukan
dengan menggunakan program komputer yaitu program Statistical Program
For Social Science (SPSS) versi 16.00 yang dilakukan secara statistik
Analitik. Analisis data yang dilakukan meliputi :
1. Analisia Univariat
Analisa Univariat dilakukan terhadap tiap – tiap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dan presentase dari tiap variabel ( Notoatmodjo, 2005)
kemudian ditentukan presentase ( p ) dengan menggunakan rumus
(Budiarto, 2002) sebagai berikut :
P=
Keterangan :
P = Presentase
f = frekuensi yang teramati
n = Jumlah sampel
2. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat merupakan hasil dari variabel independen yang
diduga mempunyai hubungan dengan variabel dependen. Analisa yang
digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa di lakukan
analisa statistik dengan menggunakan uji data chi- square test pada tingkat
kemaknaanya adalah 95 % (P<0,05), sehingga dapat diketahui ada
tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik dengan menggunakan
program perhitungan uji chi- square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan
bila P lebih kecil dari alpha (P<0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima,
menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel dependent dengan
variabel independent (Budiarto, 2002).
Perhitungan yang digunakan pada uji Chi – Square untuk Program
komputerisasi
seperti
program
SPSS
adalah
sebagai
berikut
(Hartono, 2005) :
1.
Bila pada tabel contingensy 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari
5,maka uji yang digunakan adalah fisher axact tes.
2.
Bila pada tabel contigency 2x2 dan tidak dijumpai nilai e (harapan)
kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah contiuty
correction.
3.
Bila pada tabel 2x2 masih juga terdapat frekuensi (harapan) e kurang
dari 5, maka dilakukan koreksi dengan menggunakan rumus yate’s
correction continu.
4.
Pada uji chi-square hanya digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan tiga variabel.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Secara Demografi lokasi Rumah Sakit Ibu dan Anak berada di jalan
Prof. A. Majid Ibrahim no.13.Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pemerintah
Aceh yang dibentuk berdasarkan Qanun (Perda) Pemerintah Aceh nomor 5 tahun
2006 tentang susunan organisasi dan tata kerja badan pelayanan kesehatan Rumah
Sakit Ibu dan Anak Provinsi Aceh, selanjutnya dengan Qanun nomor 5 tahun
2007 terjadi perubahan nomenklatur menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak Provisi
Aceh .
RSIA Pemerintah Aceh adalah rumah sakit dengan tipe
B
khusus,
kapasitas tempat tidur 98 TT, berdiri pada seluas 9.307 m dengan luas bangunan
8.575
m,
sesuai
dengan
fungsinya
RSIA
Pemerintah
Aceh
bertugas
menyelegarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya kesehatan
Ibu dan Anak dengan jenis pelayanan meliputi Pelayanan Medik yaitu pelayanan
gawat darurat, pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, kamar bedah, rawat
intensif, penunjang medik, Rawat Jalan yaitu pelayanan dokter umum, pelayanan
kesehatan ibu dan anak, pelayanan KB, pelayanan imunisasi. Rawat Inap yaitu
perawatan kebidanan, perawat penyakit anak, perawatan bedah, perawatan
penyakit dalam. Gawat Darurat yaitu pelayanan trauma, pelayanan non trauma.
Perawatan intensif yaitu NICU /PICU,ICU.
Di tinjau dari segi geografis Rumah Sakit Ibu dan Anak Provinsi Aceh
di batasi oleh :
1.
Bagian Barat berbatasan dengan sungai
2.
Bagian Timur berbatasan dengan jln.Prof A.Majid Ibrahim
3.
Bagian Selatan berbatasan dengan rumah panglima Kodam Iskandar Muda
4.
Bagian Utara berbatasan dengan lorong bonsai
B. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Mastitis
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Mastitis Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan Di
rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh
No
Mastitis
f
%
1
Radang
14
43,8
2
Tidak Radang
18
56,2
Jumlah
32
100
Sumber data primer (di olah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan dari 32 responden mayoritas
mastitis yang tidak radang sebanyak 18 responden (56,2 %).
b. Frekuensi Pemberian Asi
Table 5.2
Distribusi Frekuensi Pemberian Asi Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan
Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh.
No
f
%
1
Frekuensi
Pemberian Asi
Optimal
19
59,4
2
Tidak Optimal
13
40,6
Jumlah
32
100
Sumber data primer (di olah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan dari 32 responden mayoritas
Frekuensi pemberian Asi yang optimal sebanyak 19 responden (59,4).
2. Analisa Bivariat
Table 5.3
Hubungan Frekuensi Pemberian Asi Dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu
Menyusui 0-6 Bulan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh.
Mastitis
No
Frekuensi
pemberian Asi
Total
p Value
1
Optimal
Radang
f
%
4
21,1
2
Tidak Optimal
10
76,9
3
23,1
13
100
14
43,8
18
56,2
32
100
Jumlah
Tidak Radang
f
%
15
78,9
F
%
19
100
0,006
Sumber data primer (diolah 2013)
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan dari 19 responden dengan
Frekuensi pemberian Asi yang optimal mastitis tidak radang sebanyak 15
orang (78,9%), sedangkan dari 13 responden dengan frekuensi pemberian
Asi yang tidak optimal mengalami radang mastitis yaitu sebanyak 10 orang
(76,9%).
Berdasarkan
uji
statistic
chi-square
yang
telah
dilakukan
menunjukkan nilai P.Value ( >0,05 ) 0,006. Hipotesa penelitian yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara frekuensi pemberian Asi dengan
kejadian Mastitis terbukti atau dapat diterima
C. Pembahasan
1. Hubungan Frekuensi Pemberian Asi Dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu
Menyusui 0-6 Bulan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh
Berdasarkan data yang di dapat dari hasil penelitian diatas
menunjukkan bahwa dari 19 responden dengan Frekuensi pemberian Asi
yang optimal mastitis tidak radang sebanyak 15 orang (78,9%), sedangkan
dari 13 responden dengan frekuensi pemberian Asi yang tidak optimal
mengalami radang mastitis yaitu sebanyak 10 orang (76,9%). Dari hasil
hipotesa menunjukkan adanya hubungan frekuensi pemberian Asi 0-6 bulan
dengan kejadian mastitis denagn nilai p-value 0,006. Maka Ha (hipotesa
alternatif) yang ditegakkan dalam penelitian diterima yaitu terdapat
hubungan yang signifikan antara frekuensi pemberian Asi dengan kejadian
mastitis pada ibu menyusui 0-6 bulan.
Hasil penelitian ini sesuai yang dikatakan Amiko (2011)
yang
mengatakan bahwa ASI ibu menyusui akan meningkat dan berubah dari
kolostrum menjadi ‘mature milk’ antara 2-5 hari setelah melahirkan. Saat
itu, payudara akan terasa penuh, bengkak, dan mungkin terasa menyakitkan
jika ASI tidak dikeluarkan. Untuk meminimasi terjadinya pembengkakan,
persering frekuensi menyusui atau dapat memerah ASI. Untuk mengurangi
ketidaknyamanan akibat pembengkakan, bisa juga dengan teknik memijat
payudara sebelum menyusui dan memastikan pelekatan sudah baik atau
menggunakan kompres dingin di antara waktu menyusui.
Hasil penelitian ini sama Menurut Cadwell (2011), yaitu terdapat
beberapa faktor yang berperan dalam menentukan kisaran frekuensi
pemberian ASI untuk bayi yang sedang menyusui. Ibu memiliki kapasitas
jumlah penyimpanan ASI yang berbeda dalam payudara mereka. Kapasitas
penyimpanan ASI ini adalah jumlah ASI yang dapat terakumulasi sebelum
memberikan sel-sel suatu pesan untuk mengurangi jumlah ASI. Seorang
ibu dapat memiliki kapasitas penyimpanan yang memungkinkan payudara
menyimpan ASI lebih lama atau lebih singkat dibandingkan dengan ibu
yang lain.
Dari hasil analisa penelitian yang dilakukan oleh Cintami Atmawati
(2010), yaitu hubungan pengetahuan ibu nifas tentang pemberian ASI
dengan kejadian mastisis menggunakan uji Chi quare pada tingkat
kesalahan 5% diperoleh hasil bahwa p value = 0,001 dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
hubungan pengetahuan ibu nifas tentang pemberian ASI dengan kejadian
mastisis di Rumah Bersalin An Nissa Surakarta, sama dengan penelitian
ini
Menurut asumsi peneliti bahwa dapat dinyatakan frekuensi pemberian
Asi adalah salah satu faktor kejadian mastitis pada ibu menyusui 0-6
bulan. jika frekuensi pemberian ASI di lakukan secara teratur maka tidak
akan terjadi mastitis pada ibu nifas dalam penelitian ini. Akan tetapi pada
penelitian yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak terdapat uji
statistik p-value 0.006 yang berarti ada hubungan antara frekuensi
pemberian Asi dengan kejadian mastitis.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat di ambil beberapa kesimpulan yaitu ada
hubungan antara frekuensi pemberian Asi dengan kejadian mastitis pada
ibu menyusui 0-6 bulan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh
dengan nilai P-value 0,006
B. Saran
1.
Bagi institusi pendidikan
Untuk menambah bacaan di perpustakaan sebagai kajian dan
menambah informasi yang berkaitan dengan perkembangan menyusui.
2.
Bagi masyarakat
Untuk manjaga kondisi lingkungan tempat ibu tinggal agar peran
ibu lebih nyaman dan siap dalam menyusui.
3.
Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan, pengalaman dalam
melakukan penelitian bacaan ilmiah.
4. Bagi tenaga kesehatan
Sebagai bahan informasi dan memacu petugas kesehatan untuk
meningkatkan penyuluhan tentang hal-hal tang menyangkut dengan
frekuensi pemberian Asi dengan kejadian mastitis pada ibu menyusui.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto Eko, (2002). Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat, Jakarta, EGC.
Corwin (2009). Keadaan Abnormal Pada Kala Nifas. Jakarta. EGC.
Dedeh Kurniansih, (2010), Pengaruh Bra dengan Mastitis, di akses tanggal 8
Januari 2013, http://bramastitis.bidankita all.com.
Depkes RI, (2008). Mastitis, Jakarta. EGC
Diah, (2012). Cara Menyusui yang Benar Posisi Upaya, Diakses tanggal 1
Maret
2013,http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/html#ixzz2MFw33U
dx
Dinkes NAD, (2011). Data Propinsi Aceh Mastitis, Diakses tanggal 10 Januari
2013, http://www.datamastitisaceh/2011.com
Inggrid, (2006), Infeksi Payudara, di akses tanggal 6 Februari 2013,
http://www.frekuensiasi.com/2012.
Hartono, (2005), Biostatistika, Yogyakarta, Salemba.
Hidayat Alimun, (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis
Data, Jakarta, Selemba Medika
http://askep-net.blogspot.com/2013/03/Manfaat-Pemberian-ASI-Eksklusif.html
Jone moody.at.all, (2005), Cara Menyusui, Jakarta, Salemba Medika.
Jonikun,
(2005), Pemberian Asi, Diakses
http//pemberianasi.blogspot.com/2005.
tanggal
8
Februari 2013,
Notoadmodjo Soekidjo, (2005). Metodelogi Penelitian. Jakarta, Rineka Cipta.
Pelayana Kesehatan Maternal dan Neonatal,(2001), Penyebab Mastitis, diakses
tanggal 30 Januari 2013, http://penyebebmstitispadaibumenyusui.com.
Pramesemara (2009), Lamanya Menyusui, di akses tanggal 20 Januari 2013,
http://www.faktor-faktormenyusui.blogspot.com.
Prawirohardjo, s, (2005), Ilmu Kandungan, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka.
Rosita, (2008). Pengertian Menyusui, Diakses tanggal 7 Juni 2013, http://klinik
kitablogsport.com
Sally, (2003). Mastitis Peurperium, Di akses Tanggal 6 Januari 2013,
http://klinik.wordprespemberianasi.com.
Saryono, (2008), Masalah-Masalah Dalam Menyusui, Diakses tanggal 26
Februari 2013, Copyright © 2011-2013 BidanKita. All Rights
Reserved,
Soetjiningsih, DSAK, (2005), Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta,
EGC.
Suherni, (2007). Perawatan Masa Nifas, Yogyakarta, Fitramaya.
Sitti, 2009, Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Jakarta, Selemba
Medika.
Utami Rusli, (2012). Arti Menyusui, Diakses tanggal 7 Juni 2013, Copyright ©
2011-2013 BidanKita. All Rights Reserved,
WHO, (2003), Mastitis, Jakarta, Daparteman Of Child AND Andolescent Healt
AND Development
Lampiran 1
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di,Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nuswatul Khaira
Nim : 10010074
Adalah mahasiswi akademi kebidanan STIKes U’Budiyah yang akan
mengadakan penelitian untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh ahli madya kebidanan. Adapun penelitian yang
dimaksud berjudul “Hubungan Frekuensi Pemberian Asi dengan Kejadian
Mastitis Pada ibu Menyusui 0 – 6 Bulan di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Banda Aceh”.
Untuk maksud tersebut saya memerlukan data atau informasi yang nyata
dan akurat dari ibu melalui pengisian observasi yang saya lampirkan dalam surat
ini. Ibu berhak berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini, namun demikian
penelitian ini sangat berdampak positif terhadap kemajuan dalam bidang
kebidanan bila semua pihak ikut berpartisipasi. Ibu setuju terlibat dalam penelitian
ini, mohon menandatangani lembar persetujuan yang di sediakan.
Kesediaan ibu menjadi responden sangat saya harapkan, atas kerja
samanya saya ucapkan terimakasih.
Diploma III Kebidanan U’Budiyah
Peneliti,
(Nuswatul khaira)
Lampiran 2
LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah bersedia menjadi responden yang
akan di lakukan oleh mahasiswa akademi STIKes U’Budiyah Banda Aceh :
Nama
: Nuswatul Khaira
Nim
: 10010074
Judul
:“Hubungan Frekuensi Pemberian Asi Dengan Kejadian
Mastitis Pada Ibu Menyusui 0 – 6 Bulan di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh”.
Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat besar
manfaatnya bagi pengembangan Kebidanan di Indonesia dan Aceh khususnya.
Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden bagi saya semoga
dapat dipergunakan seperlunya.
Banda Aceh, juli 2013
Responden
(………………………)
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN
MASTITIS PADA IBU MENYUSUI 0 – 6 BULAN DI RUMAH
SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH
Tgl. Wawancara
:
No. Identitas Responden
:
A. Identitas Responden
No Responden
:
Umur ibu
:
Pekerjaan ibu
:
Alamat
:
Status
:
Kawin
Tidak Kawin
B. Mastitis
No
Pertanyaan
1
Pernahkah ibu selama menyusui pernah memakai bra
(BH) yang ketat ?
2
Adakah bayi yang tidak mau menyusui ibu tetap
membiarkannya ?
3
Adakah jika puting susu ibu lecet ibu akan berhenti
memberikan Asi pada bayi ?
4
Pada saat bayi menangis ibu langsung memberiakan Asi
tanpa membersihkan payudara dan tangan ?
5
Adakah saat menyusui ibu hanya memasukakan
putingnya saja ke mulut bayi ?
Ya
Tidak
6
Apakah payudara ibu pernah merasa tegang saat
menyusui ?
7
Adakah ibu membersihkan atau mengoles Asi pada
puting sebelum menyusui ?
8
Adakah ibu memberikan Asi pada payudara kiri dan
kanan secara bergantian ?
9
Ketika payudara ibu terasa keras, panas dan tegang
adakah ibu mengompres dengan air hangat ?
10
Apakah selama nenyusui ibu pernah merasakan
payudara yang memerah dan bengkak ?
C. Frekuensi Pemberian Asi
No
Pertanyaan
11
Apakah ibu memberikan makanan tambahan (air gula,
bubur bayi, nasi pisang) untuk bayi ibu ?
Apakah ibu memberikan Asi hanya pada saat bayi
12
Ya
menangis ?
13
Apakah ibu tidak membangunkan bayi ibu untuk
menyusu saat bayi ibu tidur ?
14
Apakah ibu menyusui bayi selama 2-3 menit ?
15
Apakah ibu memberikan Asi disaat kapan saja ibu
inginkan ?
16
Apakah
berbeda
waktu
pemberian
Asi
dangan
peningkatan usia bayi ?
17
Apakah
ibu
menghindari
memberikan
makanan
tambahan kepada bayi selama 6 bulan ?
18
Adakah bayi setiap menghisap Asi dalam waktu 5
menit ?
19
Apakah ibu menyusui 1-3 jam sekali ?
20
Apakah ibu menyusui sebanyak 8-12 x dalam sehari ?
Tidak
Download