HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS PADA IBU MENYUSUI 0 – 6 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Melakukan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’budiyah Banda Aceh Oleh: NUSWATUL KHAIRA NIM : 10010074 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013 ABSTRAK HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH Nuswatul Khaira1 Cut Rosmawar2 Ix + IV Bab + 39 halaman :1 gambar, 4 tabel, XI Lampiran Latar belakang : Payudara yang bengkak biasanya dikarenakan bayi tidak cukup sering menyusu atau bayi malas menyusu, sehingga Asi bertumpuk didalam payudara (mastitis). Untuk mengatasinya lakukan pemberian Asi sesering mungkin tanpa menjadwalkannya dan lakukan pemijatan pada payudara. Berdasarkan data yang di peroleh dari RSIA Banda Aceh tahun 2013 dari 10 responden hanya 3 responden yang mengetahui tentang mastitis 4 responden yang kurang mengetahui tentang mastitis dan 3 responden yang tidak mengetahui tentang mastitis. Tujuan penelitian : Untuk mengetahui adakah hubungan frekuensi pemberian Asi dengan kejadian mastitis pada ibu menyusui di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh. Metode penelitian : Penelitian ini bersifat Analitik dengan pendekatan cross sectional, Populasi dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang berjumlah 32 responden dengan sampel 32 responden. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan metode Accindental sampling. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh pada tanggal 30 Juli 2013. pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner dengan menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian : Dari hasil penelitian menunjukkan dari 32 responden dengan Frekuensi optimal yang tidak radang sebanyak 15 responden (78,9%), dan frekuensi tidak Optimal yang radang 4 (21,1%) . Kesimpulan : Dari uraian diatas dapat di ambil beberapa kesimpulan yaitu ada hubungan antara frekuensi pemberian Asi dengan kejadian mastitis pada ibu menyusui 0-6 bulan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh dengan nilai P-value 0,006, Kata kunci : Asi, Mastitis, Ibu Menyusui Sumber : 10 dari buku (2002-2009) + 11 Internet (2005-2012) 1. 2. Mahasiswi Prodi D-III kebidanan STIKes Banda Aceh Dosen pembimbing Prodi D –III Kebidanan STIKes Banda Aceh KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T, dimana atas rahmat dan hidayah-Nya peneliti telah dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Frekuensi Pemberian Asi dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu Menyusui 0 – 6 Bulan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh” peneliti Karya Tulis Ilmiah ini merupakan kewajiban yang harus di laksanakan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan STIKes U’Budiyah. Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini peneliti telah banyak menerima bimbingan dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Ibu Cut Rosmawar S.ST selaku pembimbing saya yang telah banyak meluangkan waktu dan pemikiran dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dan tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dedi Zefrizal, S.T, Selaku Ketua Yayasan U’Budiyah Indonesia. 2. Ibu Marniati, M. Kes. Selaku Ketua STIKes U’Budiyah Banda Aceh. 3. Ibu Nuzulul Rahmi, SST. Selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh. 4. Ibu Rahmayani, SKM, M.Kes, selaku penguji I. 5. Ibu Qatratul Asrar, SST, selaku penguji II 6. Terima Kasih kepada Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh yang telah memberikan informasi tentang pemberian Asi dengan kejadian Mastitits di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh. 7. Teristimewa buat bapak dan ummi yang telah memberikan pengorbanan baik material maupun do’a bagi peneliti sehingga dapat menyelesaikan pendidikan Akademi Kebidanan. 8. Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu khususnya untuk kelas III-B sehingga selesainya penulisan ini. Peneliti menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan baik dari segi bahasa, penulisan, maupun isinya. Oleh sebab itu peneliti senantiasa mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak yang dapat membantu dalam pembuatan penulisan pada penelitian selanjutnya. Akhirnya kepada Allah SWT kita sepantasnya berserah diri, tiada satupun yang terjadi tanpa kehendaknya. Banda Aceh, September 2013 Tertanda Peneliti DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................. i ABSTRAK ii PERNYATAAN PERSETUJUAN iii PENGESAHAN PENGUJI ………………………………………………... iv KATA PENGANTAR .............................................................................. … v DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR TABEL x DAFTAR LAMPIRAN xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian 1 1 5 5 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mastitis 1. Pengertian 2. Jenis-jenis 3. Penyebab 4. Gejala 5. Pencegahan 6. Penatalaksanaan 7. Penanganan B. Frekuensi Pemberian Asi 1. Pengertian 2. Asi Ekslusif 3. Manfaat 4. Tehnik 5. Posisi 7 7 7 10 11 13 14 14 15 15 15 19 19 21 23 BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep B. Definisi Operasional C. Hipotesis 25 25 26 26 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Tempat dan Waktu Penelitian D. Tehnik Pengumpulan Data E. Pengolahan Data 27 27 27 28 28 28 F. Analisa Data 29 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………..32 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………….. 32 B. Hasil Penelitian……………………………………………………….. 33 C. Pembahasan…………………………………………………………… 35 BAB VI Kesimpulan Dan Saran……………………………………………..37 A. Kesimpulan…………………………………………………………… .37 B. Saran………………………………………………………………….. .37 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Posisi Dekapan …………………………………………………. 23 Gambar 2.2 Posisi Foot Ball Hold ……………………………………………24 Gambar 2.3 Posisi Berbaring ………………………………………………... 24 Gambar 3.1 Kerangka Konsep 25 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................... 26 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Mastitis Pda Ibu Menyusui 0-6 Bulan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh ................................ 32 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pemberian Asi Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh ...................... 33 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pemberian Asi Dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh. ............................................................... 34 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembaran Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2 : Lembaran Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Kuesioner Lampiran 4 : Surat Pengambilan Data Awal Lampiran 5 : Surat Selesai Pengambilan Data Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian Lampiran 7 : Surat Selesai Penelitian Lampiran 8 : Master Tabel Lampiran 9 : Spss Out Put (Analisa Univariat) Lampiran 10 : Spss Out Put (Analisa Bivariat) Lampiran 11 : Lembaran Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 12 : Biodata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerakan nasional pergerakan penggunaan air susu ibu (ASI) merupakan salah satu upaya pemerintahan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Upaya penting ini kberhasilan perlu didukung dan dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakat. Para ibu, sebagai pelopor peningkatan kualitas sumber daya Indonesia, patut menyadari dan meningkatkan pengetahuannya untuk menunjang gerakan ini (Sally (2003), dalam Winkjosostro, 2009) Memiliki seorang anak yang baru lahir adalah sesuatu yang sangat menakjubkan, perubahan hidup karena buah hati pun terjadi. Prioritas pertama saat itu adalah memberian ASI sebagai makanan bagi bayinya. Masa-masa menyusui tersebut sering kali membuat ibu mengalami pengerasan payudara hingga berakhibat mastitis. Mastitis ini tidak akan terjadi bila memberikan ASI nya dengan cara yang benar (Sally (2003), winkjosostro, 2009) Menyusui adalah proses alamiah dimana berjuta-juta ibu mampu menyusui bayinya tanpa membaca buku pemberian Asi, sedangkan jika ibu tidak mau memberikan Asi payudara ibu akan membengkak dan dan keras sehingga terjadi mastitis (bendungan Asi), (Utami Rusli, 20012). Mastitis adalah infeksi yang disebabkan adanya sumbatan pada dukus hingga puting susu pun mengalami sumbatan. Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca kelahiran. Penyebab penting dari mastitis ini adalah pengeluaran ASI yang tidak efesien akhibat teknik menyusui yang buruk. Untuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk memakai bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada payudaranya (Sally, 2003) Selalu pastikan tindakan menyusui dengan posisi dan sikap yang benar. Kesalah sikap saat menyusui menyebabkan terjadinya sumbatan duktus. Pengurutan sebelum laktasi adalah salah satu tindakan yang sangat efektif untuk menghindari terjadinya sumbatan pada duktus. Menggunakan penyangga bantal saat menyusui dapat pula membantu membuat posisi menyusui menjadi lebih baik ( Diah (2010), dalam Henderson Christine, 2005) Menyusui adalah kegiatan memberikan susu yang dilakukan oleh wanita yang telah melahirkan bayinya yang berasal dari payudara (Irzu, 2011). Ada sejumlah faktor yang telah diduga dapat meningkatkan resiko mastitis yaitu teknik menyusui yang buruk mengakhibatkan pengeluaran Asi yang tidak efesien, pekerjaan diluar rumah yang mengakhibatkan interval menyusui yang panjang sehingga kekurangan waktu untuk pengeluaran ASI yang adekuat dan trauma pada payudara karena penyebab apapun yang dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran susu sehingga dapat menyebabkan mastitis (Sally, 2003) Pilih bra khusus untuk ibu menyusui dengan bahan yang menyerap keringat. Jangan gunakan yang terlalu menekan payudara, demi menjaga higenitas daerah payudara. Ganti bra sesering mungkin setiap kali basah karena keringat atau setelah dipakai seharian (Dedeh kurniansih, 2010. Menyusui bisa saja berjalan mulus bagi ibu, tanpa ada masalah, meskipun demikian beberapa ibu mendapat gangguan kecil, seperti nyeri puting, tersumbat saluran susu dan peradangan payudara (mastitis), payudara terasa sakit. Gangguan-gangguan tersebut bahkan menjadi kemunduran besar yang sepertinya membuat ibu hampir berhenti menyusui, namun hampir semua masalah yang muncul selama menyusui mempunyai jalan keluar (Jane moody,at all. 2005) Selama beberapa minggu pertama bayi perlu di beri makan setiap 2,5 – 3 jam siang malam, menjelang akhir minggu keenam, sehingga beser bayi makan setiap 4 jam sekali. Jadwal ini baik sampai bayi berumur antara 10 – 12 bulan. Pada usia ini sebagian besar bayi tidur sepanjang malam sehingga tidak perlu lagi member makan dimalam hari (jonikun, 2005). Menyusui memiliki pengertian yang lebih luas dan lebih kompleks, karena tidak hanya membahas tentang ibu, tetapi juga si anak, atau dengan kata lain laktasi adalah salah satu bagian dari menyusui, dan apabila Asi jarang di keluarkan atau diberikan pada bayi maka bisa terjadi bendungan Asi (mastitis), dan akan menjadi kanker payudara (Aninemos, 2012). Sering kali ibu yang menyusui atau berapa banyak ASI yang harus diberikan pada bayi sesuai dengan umur bayi. Secara umum dikatakan bahwa pada usia 3 bulan bayi menjadi lebih cepat dalam menghabiskan ASI sehingga proses menyusui menjadi lebih cepat dan lebih jarang setelah usia ini. Namun demikian sering kali pula minum ASI pada bayi akan berfluktuasi dalam 6 bulan pertama kehidupan (Pramesemara, 2009). Rentang frekuensi menyusui yang optimal adalah antara 8-12 kali setiap hari. Tetapi sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya jika bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, digigit semut/ nyamuk, BAB) atau ibu sudah merasaingin menyusui bayinya (Inggrid, 2006). Payudara yang bengkak biasanya dikarenakan bayi tidak cukup sering menyusu atau bayi malas menyusu, sehingga Asi bertumpuk didalam payudara (mastitis). Untuk mengatasinya lakukan pemberian Asi sesering mungkin tanpa menjadwalkannya dan lakukan pemijatan pada payudara, (Rosita, 2008). Organisasi kesehatan dunia (2008) memperkirakan lebih dari 1,4 juta orang terdiagnosis menderita mastitis. The American Society memperkirakan 241.240 wanita Amerika terdiagnosis mastitis. Sedangkan di Kanada jumlah wanita yang terdiagnosis mastitis adalah 24.600 orang dan di Australia sebanyak 14.791 orang. Sedangkan di Indonesia hanya 0,001/100.000 angka kesakitan akibat infeksi berupa mastitis (Depkes RI, 2008). Menurut hasil laporan Dinas Kesehatan Propinsi tahun 2011, diketahui jumlah ibu nifas tahun 2010-2011 yaitu ada 8725 orang dan yang mengalami mastitis berjumlah 108 orang. Dimana hal ini di kaitkan dengan pemberian ASI seperti diketahui salah satu manfaat air susu ibu (ASI) bagi sang bayi yang diberikan oleh ibu pada saat bayi berusia 0 – 2 tahun adalah untuk melindungi bayi terhadap infeksi seperti infeksi gastro-intestinal, pernafasan dengan virus (Dinkes Propinsi Aceh, 2011). Berdasarkan data yang di peroleh dari RSIA Banda Aceh tahun 2013 dari 10 responden hanya 3 responden yang mengetahui tentang mastitis 4 responden yang kurang mengetahui tentang mastitis dan 3 responden yang tidak mengetahui tentang mastitis. Ibu menyusui yang mastitis pada bulan januari sampai maret 2013 di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh berjumlah 67 ibu mastitis. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Frukuensi Pemberian Asi Dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu Menyusui 0-6 bulan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui adakah hubungan frekuensi pemberian Asi dengan kejadian mastitis pada ibu menyusui 0-6 bulan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh. 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui frekuensi pemberian Asi dengan kejadian mastitis pada ibu menyusui di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh. D. Manfaat Penelitian Setelah dilaksanakannya penelitian ini maka diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Institusi Pendidikan Sebagai bahan informasi untuk melakukan penelitian yang selanjutnya tentang mastitis dan dapat dijadikan bahan bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswi. 2. Masyarakat Sebagai bahan masukan bagi ibu menyusui untuk meningkatkan pemahaman tentang pencegahan dan pengobatan mastitis. 3. Peneliti Untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengolahan penulis dalam hal melakukan suatu penelitian khususnya dalam masalah hubungan pemberian asi dengn kejadian mastitis pada ibu menyusui. 4. Tenaga kesehatan Sebagai bahan informasi dan memacu petugas kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan tentang hal-hal tang menyangkut dengan frekuensi pemberian Asi dengan kejadian mastitis pada ibu menyusui. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mastitis 1. Pengertian Menurut Morton (dalam Poediato, 2002) Mastitis adalah peradangan pada payudara, payudara menjadi merah bengkak, kadang kala di ikuti rasa nyeri dan panas, penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau puerpurasi. Kadang-kadang ini dapat menjadi fatal bila tidak diberikan tindakan yang adekuat. Abses payudara mengumpulkan nanah lokal dalam payudara merupakan komplikasi yang berat dan memerlukan biaya yang sangat besar Jika puting susu lecet, saluran payudara tersumbat atau pembengkakan payudara tidak di tangani dengan baik biasa berlanjut menjadi radang payudara. Payudara akan terasa bengkak, sangat sakit, kulitnya berwarna merah dan disertai demam. Jika sudah terinfeksi payudara akan bengkak dan teras nyeri saat diraba dan tampak memerah. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah-pecah, badan demam seperti terserang flu. Namun bila terkena sumbatan tanpa infeksi, biasanya badan tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian yang keras dan nyeri, serta memerah (Sarwono, 2005). Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamae, terutama pada primipara yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada putting susu, sumber bakteri yang paling umum adalah hidung dan tenggorokan bayi, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah ibu (Sarwono, 2005). Mastitis adalah infeksi yang disebabkan karena adanya sumbatan pada duktus hingga puting susu pun mengalami sumbatan. Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua atau ketiga pasca kelahiran. Penyebab penting dari mastitis ini adalah pengeluaran ASI yang tidak efesien akibat tehnik menyusui yang buruk. Untuk menghambat terjadinya mastitis ini di anjurkan untuk menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada payudara (Sally 2003). Mastitis dapat terjadi pada semua populasi dengan atau tanpa kebiasaan menyusui. Menurut penelitian, gangguan yang pada umumnya terjadi pada tahun pertama seusia persalinan adalah mastitis, yakni sekitar 17,4 % dan sekitar 41 % kasus mastitis justru terjadi pada bulan pertama setelah melahirkan (Poedianto, 2002). Mastitis adalah suatu peradangan pada payudara yang disebabkan kuman, terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu, atau melalui peredaran darah. Jika puting susu lecet, saluran payudara tersumbat, atau pembengkakan payudara tidak di tangani dengan baik, bisa berlanjut menjadi mastitis atau radang payudara. Payudara akan terasa bengkak, sangat sakit, kulitnya berwarna merah, dan disertai demam (Mochtar (2003) dalam Sally, 2003). Terjadinya bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan infeksi mamae. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi mamae adalah safilokokus aureus yang masuk melalui luka puting susu. Infeksi menimbulkan demam, nyeri lokal pada menderita dengan mamae, terjadi pemadatan mamae, dan terjadi perubahan warna kulit. Penderita dengan mastitis perlu mendapatkan pengobatan yang baik dengan anti biotik dan obat simptomatis. Infeksi mammae (mastitis) dapat berkelanjutan menjadi abses dengan kriteri warna kulit menjadi merah, terdapat rasa nyeri, dan pada pemeriksaan terdapat pembengkakan, dibawah kulit teraba cairan. Dalam keadaan abses mammae perlu dilakukan insisi agar nanahnya dapat dikeluarkan untuk mempercepat kesumbuhan (Corwin, 2009). Menurut Moody (2006) mastitis artinya peradangan pada payudara, dan tidak harus berarti telah terinfeksi pada payudara, mastitis dalah infeksi payudara yang disebabkan oleh infeksi. Hal ini tidak berbahaya bagi bayi tetapi dapat menimbulkan rasa sakit, panas dan membengkaknya sebagian atau seluruh payudara dan mungkin juga menyebabkan ibu menderita serta rasa pusing dan mual-mual. Menurut Whold Health Organization (WHO) 2003 mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerpuralis. Prawirohardjo (2005) mengatakan mastitis (peradangan payudara) adalah suatu hal yang sangat biasa pada wanita yang pernah hamil, malahan dalam praktek sehari-hari yang tidak hamil pun kadang-kadang bisa terkena juga. 2. Jenis-Jenis Menurut (Diah 2010, dalam Hendrerson, 2009), ada tiga jenis mastitis yaitu mastitis periductal, mastitis puerperalis, dan mastitis superativa. Ketiga jenis mastitis ini muncul akibat penyebab yang berbeda. Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mammary duct ectasia, yang berarti pelebaran saluran karena adanya penyumbatan pada saluran di payudara. Menurut Samuel J. Haryono dari rumah sakit kanker dhaarmais, pada wanita 45 tahun ke atas atau pada usia memasuki menopause, beberapa pemici reaksi peradangan ialah perubahan hormonal dan aktivitas menyusui di masa lalu. Factor penyebab penyumbatan yang utama adalah jaringan yang mati dan air susu itu sendiri. Tumpukan jaringan mati dan air susu di saluran payudara ini mnyebabkan buntunya saluran dan pada akhirnya malah melebarkan saluran dibelakangnya, yang biasanya terletak dibelakang puting payudara. Hasil akhirnya ialah reaksi peradangan yang disebut mastitis periductal. Mastitis pueperalis (laktational), jenis ini banyak di dapat pada wanita hamil atau menyusui. Menurut Samuel, sekitar 90% penyebab utama mastitis ialah akibat kuman yang menginfeksi payudara ibu. Hal ini di karenakan air susu merupakan media yang subur bagi pertumbuhan berbagai jenis kuman. Jenis kuman yang paling umum ditemui pada mastitis ini adalah Sthaphyloccocus Aureus, yang bisa di tranmisi keputing ibu melalui kontak langsung. Mastitis superativa, jenis ini ialah mastitis yang paling sering ditemui mirip dengan jenis sebelumnya, mastitis jenis ini juga disebabkan kuman Staphyloccocous. Selain itu bias juga disebabkan oleh jamur, kuman TBC, bahkan sifilis. Bentuk sporadis yaitu selulitisakut yang mengenai jaringan ikat interlobular dan jaringan lemak. Fisura pada putting biasanya merupakan jalan masuk infeksi. Timbul rasa sakit setempat, nyeri tekanan, dan demam, air susu tidak terinfeksi. Mastitis epidemika yaitu infeksi fulminan pada system kelenjar payudara, dengan tanda dan gejala serupa tetapi lebih akut disbanding mastitis sporadic. Kamar anak sebagai sumber staphylococcus yang paling sering terlibat, tempat bayi mendapat infeksi ini kemudian menyebarkan kedalam system duktus ibu setelah regurgitasi sejumlah kecil air susu yang terinfeksi. 3. Penyebab Dua penyebab utama mastitis menurut WHO (2003) yaitu: statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi. 1. Statis ASI Statis (terhentinya) ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efesien dari payudara. Hal ini dapat terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan atau setiap saat bila bayi tidak mengisap ASI yang dihasilkan dari sebagian atau seluruh payudara penyebabnya termasuk kenyutan bayi yang buruk pada payudara, penghisapan yang tidak efektif, pembantasan frekuensi atau durasi menyusui dan sumbatan pada saluran ASI 2. Infeksi Menurut Sitti (2005) suatu proses infeksi pada payudara yang dapat menimbulkan reaksi sistemik ibu, misalnya demam, payudara tampak begkak dan kemerahan dan dirasakan nyeri. Biasanya terjadi beberapa minggu setelah melahirkan. Pengobatan dapat dilakukan dilakukan dengan jalan tidak berhenti menyusui, teruskan dengan mulai menyusui atau dipompa, jangan pijat, istirahat, kompres hangat atau dingin, berikan anti biotik dan analgetik serta anjurkan ibu untuk minum yang banyak. Menurut sitti 2009, penyebab terjadinya mastitis adalah sebagai berikut: Payudara bengkak yang tidak sesuai secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. Bra yang terlalu tekat mengakibatkan segmentalenggorgeement, jika tidak disusui dengan adekuat, maka bisa terjadi masttis. Ibu yang dietnya buruk dan kurang istirahat, dan anemia akan mudah terkena infeksi. Menurut pelayanan kesehatan Maternal Dan Neonatal (2001), penyebab terjadinya mastitis adalah sebagai berikut: Bayi tidak mau meyusu sehinga ASI tidak diberikan secara adekut yang akan menyebabkan mastitis jika tidak segera ditangani. Lecet pada puting susu yang menyababkan kuman staphylococcus aureus masuk menyebabkan infeksi mastitis. Personal hygiene ibu kurang, terutama pada puting susu. Bendungan air susu yang tidak adekuat ditangani sehingga menyebabakan mastitis (Pelayanan Kesehatan Maternatal Dan Neonatal, 2001). 4. Gejala Gejala yang dirasakan sebagai berikut : a. Bengkak, nyeri pada saluran payudara/ nyeri lokal b. Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal c. Payudara keras dan berbenjol-benjol d. Panas badan dan rasa sakit umum (Sitti, 2009) Jika sudah terinfeksi, payudara akan bengkak dan tarasa nyeri, terasa keras saat diraba dan tampak memerah, permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah-pecah. Badan demam seperti terserang flu. Namun bila karena sumbatan tanpa infeksi, biasanya badan tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara juga tidak teraba bagian yang keras dan nyeri, serta merah (Suherni, 2009). Gejala mastitis superatif jarang terlihat sebelum akhir minggu pertama masa nifas dan umumnya baru ditemukan setelah minggu ketiga dan keempat. Bendungan yang mencolok biasanya mendahului inflamasi dengan keluhan pertamanya berupa menggigil atau gejala rigor yang sebenarnya segara di ikuti oleh kenaikan suhu tubuh dan peningkatan frekuesi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi keras serta kemerahan, dan pasien mengeluh rasa nyeri (Suherni, 2009). 5. Pencegahan 1. Pemerikasaan sadari. 2. Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan. 3. Untuk mencegah penyumbatan dan pembengkakan saluran, kosongkan payudara dengan cara memompanya. 4. Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegaah robekan/ luka puting susu. 5. Minum banyak cairan (air). 6. Menjaga kebersihan puting susu. 7. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui (Sarwono, 2005). 6. Penatalaksanaan a. Teruskan menyusui menggunakan payudara yang bengkak sesering mungkin agar terjadi pengurangan banyak ASI pada payudara yang membengkak tersebut. b. Berilah kompres hangat, bisa menggunakan shower hangat lap basah panas pada payudara yang terkena. c. Posisi menyusui diubah-ubah setiap saat. d. Gunakan bra yang longgar. e. Beristirahat yang cukup disertai asupan gizi yang sehat. f. Banyak minum kira-kira dua liter perhari. Dengan cara-cara seperti tersebut diatas, peradangan akan menghilang dan amat jarang sekali menjadi abses. Bila dengan cara seperti itu belum ada kemajuan, diberikan antibiotik selama 5-10 hari disertai dengan analgetika (Seherni, 2009). 7. Penanganan a. Berikan paracetamol 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang. b. Sangga payudara. c. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetika. d. Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika. e. Bayi mulai menyusu dari payudara yang mengalami peradangan. f. Payudara dikompres dengan air hangat. g. Menganjurkan ibu selalu menyusui anaknya. h. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat cukup (Suherni, 2009). B. Frekuensi Menyusui 1. Pengertian Menyusui artinya memberikan makanan pada bayi secara langsung dari payudara ibu sendiri. Menyusui adalah proses alamiah dimana berjuta-juta ibu mampu menyusui bayinya tanpa membaca buku pemberian Asi, sedangkan jika ibu tidak mau memberikan Asi payudara ibu akan membengkak dan dan keras sehingga terjadi mastitis (bendungan Asi), banyak ibu yang kurang memahami dan kurang mendapatkan informasi tentang Asi eklusif itu sendiri, cara menyusui, langkah-langkah menyusui yang benar pada bayi (Utami Rusli, 2012). Menyusui adalah kegiatan memberikan susu yang dilakukan oleh wanita yang telah melahirkan bayinya yang berasal dari payudara (Irzu, 2011). Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, dsb) atau ibu sudah perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan Asi dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam (Soetjiningsih, 2009). menyusui adalah proses anak mendapatkan air susu melalui cara menyusu/mengisap/mengemut payudara ibu. Menyusui memiliki pengertian yang lebih luas dan lebih kompleks, karena tidak hanya membahas tentang ibu, tetapi juga si anak, atau dengan kata lain laktasi adalah salah satu bagian dari menyusui, dan apabila Asi jarang di keluarkan atau diberikan pada bayi maka bisa terjadi bendungan Asi (mastitis), dan akan menjadi kanker payudara (Irzu, 2011). Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara, maka sebaiknya setiap kali menyusui harus digunakan kedua payudara dan diusahan sampai kedua payudara kosong, agar produksi Asi tetap baik. Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan (soetjingningsih, 2009). Usaha memberi makan dalam suasana yang santai bagi anda dan bayi, buatlah diri anda senyaman mungkin. Selama beberapa minggu pertama, bayi perlu diberi makan setiap 2,5 - 3 jam siang malam. Menjelang akhir minggu keenam, sebagai besar bayi makan setiap 4 jam sekali. (jonikun, 2005) Payudara yang bengkak biasanya dikarenakan bayi tidak cukup sering menyusu atau bayi malas menyusu, sehingga Asi bertumpuk didalam payudara (mastitis). Untuk mengatasinya lakukan pemberian Asi sesering mungkin tanpa menjadwalkannya dan lakukan pemijatan pada payudara dengan kedua tangan menggunakan minyak (baby oil), dari arah pangkal payudara menuju puting. Kemudian kompres payudara menggunakan lap handuk yang telah direndam dalam air hangat dan air dingin secara bergantian (Rosita, 2008) Menurut (Pramesemara, (2009), dalam jonikun 2005), Sering kali ibu yang menyusui atau berapa banyak ASI yang harus diberikan pada bayi sesuai dengan umur bayi. Secara umum dikatakan bahwa pada usia 3 bulan bayi menjadi lebih cepat dalam menghabiskan Asi sehingga proses menyusui menjadi lebih cepat dan lebih jarang setelah usia ini. Namun demikian sering kali pula minum Asi pada bayi akan berfluktuasi dalam 6 bulan pertama kehidupan. Beberapa membagi frekuensi minum ASI dengan umur sebagai berikut : a. Usia awal lahir hingga 2 bulan Di usia ini, bayi biasanya frekuensi menyusui cukup sering dengan rata-rata setiap 1-3 jam sekali. b. 2 bulan hingga 6 bulan Di rentang usia ini bayi mulai mampu menghabiskan ASI dengan lebih cepat, sehingga menyusui menjadi lebih singkat durasinya dan lebih jarang dengan rata-rata setiap 3-5 jam. c. Setelah 6 bulan Di usia ini bayi sudah semakin kuat dalam menyusui dan durasi menyusui menjadi lebih jarang lagi. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah setelah usia 6 bulan ini bayi sudah membutuhkan makanan tambahan selain ASI. Rentang frekuensi menyusui yang optimal adalah antara 8-12x setiap hari. Tetapi sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand), karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Di mana jika ibu kurang memberikan Asi dalam jumlah frekuensi yang sedikit maka akan mengalami mastitis, Ibu harus menyusui bayinya jika bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, digigit semut/ nyamuk, BAB ) atau ibu sudah merasa ingin menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Untuk menjaga keseimbangan kedua payudara diusahakan sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai dari payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu mengunakan bra yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat ( Inggrid, 2006 ). 2. Asi Eksklusif Menurut WHO (2007) pengertian Asi eksklusif adalah bayi hanya diberikan Asi saja, baik secara langsung atau tidak langsung (diperah). Secara keseluruhan pemberian Asi eksklusif mencakup hal sebagai berikut: 1. Hanya Asi saja sampai umur 6 bulan dimana menyusui dimulai 30 menit begitu setelah bayi lahir dan tidak memberiakan makanan pralaktal seperti air gula atau tajin kepada bayi yang baru lahir. 2. Menyusui sesuai kebutuhan bayi, termasuk pemberian Asi pada malam hari dan cairan yang dibolehkan hanya vitamin, mineral dan obat dalam bentuk drops atau sirup. 3. Manfaat Menurut jonikun 2005, Setelah melalui proses kelahiran dan juga persalinan tentunya bagi seorang ibu hal selanjutnya yang merupakan salah satu kewajiban seorang ibu adalah memberi Asi susu ibu (ASI) kepada anakanaknya. Karena manfaat menyusui ini banyak, baik itu manfaat menyusui bagi ibu atau pun manfaat menyusui bagi bayi. Yang harus di ingat adalah bahwasanya Asi adalah makanan yang terbaik untuk bayi. Air susu ibu khusus dibuat untuk bayi manusia. Dan manfaat Asi pun banyak kandungan gizi dari Asi sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan perkembangan bayi dan inilah salah satu dari tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala kepada manusia. Berikut manfaat memberikan Asi Menurut Jonikun (2005), yaitu : 1. Manfaat bagi bayi Selain memberikan gizi lengkap secara alami, air susu ibu juga memberikan keuntungan penting. Keseimbangan yang tepat antara protein karbohidrat, lemak, dan mineral menyebabkan air susu ibu mudah di cerna, sehingga jarang sekali menimbulkan gangguan pencernaan separti diare dan konstipasi. Bayi-bayi yang disusui jarang sekali mengalami kelebihan berat badan. Kemungkinan menderita dehidrasi serta akibat-akibat lainnya. Jarang diantara mereka yang menderita alergi ataupun infeksi karena bakteri. ASI memberikan proteksi alamiah dengan cara mengalirkan antibodi penting dari ibu ke bayinya.. Menyusui memberikan manfaat psikologis kepada bayi karena melalui menyusui ia merasakan kehangatan dan kedekatan fisik ibunya, menikmati suara dan wajah ibunya, sekaligus memuaskan kebutuhan untuk mengisap. 2. Manfaat bagi ibu Sebagai seorang ibu menyusui, anda pun memperoleh manfaat dengan cara saling berbagi hubungan unik dan menyenangkan ini dengan bayi. Aktifitas mengisap sang bayi dapat mengatasi rasa tidak enak di payudara yang dipenuhi air susu. Menyusui juga membantu mengembalikan anda ke bantuk tubuh semula dan uterus cepat menyusut ke ukuran normalnya. Selain itu, menyusui adalah suatu cara memberi makan bayi yang menyenangkan dan ekonomis. Persediaan susu yang suhunya tepat dan selalu tersedia setiap kali bayi membutuhkannya. Siregar 2004, Asi bermanfaat membentuk perkembangan intelegensia, rohani, dan perkembangan emosional karena selama disusui dalam dekapan ibu, bayi bersentuhan langsung dengan ibu dan mendapatkan kehangatan kasih saying dan rasa aman Menurut siregar (2004) ada beberapa keuntungan memberikan Asi, antara lain sebagai berikut : 1. Asi mengandung enzim khusus yang mencerna lemak. Asi lebih cepat dan mudah di cerna dan bayi yang diberikan Asi mungkin ingin makan lagi lebih cepat dari pada bayi yang diberikan makanan buatan. 2. Asi selalu siap untuk diberikan pada bayi dan tidak memerlukan persiapan. 3. Asi tidak pernah basi atau menjadi jelek dalam payudara, walau ibu tidak menyusui bayinya selama beberapa hari 4. Menyusui akan membantu menghentikan perdarahan setelah melahirkan. 5. Menyusui membantu mencegah kehamilan berikutnya. 6. Asi murah tidak perlu dibeli. 1. Tehnik 1. Cuci tangan dengan sabun sebelum menyusui 2. Ibu duduk atau berbaring dengan santai (bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu menggantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi). 3. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan sekitar areola payudara (cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu). 4. Leletakkan bayi pada satu lengan, kepala bayi berada pada lengkung siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan bawah ibu 5. Menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan bayi di belakang badan ibu dan yang satu di depan, kepala bayi menghadap payudara 6. Memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus 7. Memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah serta jangan menekan puting susu dan areolanya 8. Merangsang membuka mulut bayi : Menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sudut mulut bayi 9. Setelah bayi membuka mulut (anjurkan ibu untuk mendekatkan dengan cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian memasukkan puting susu serta sebagian besar areola ke mulut bayi) 10. Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak memegang atau menyangga payudara lagi 11. Memperhatikan bayi selama menyusui 12. Cara melepas isapan bayi (jari kelingking dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah. 13. Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan sedikit ASI pada puting susu dan areola. Biarkan kering dengan sendirinya 14. Menyendawakan bayi Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan sampai bayi bersendawa (bila tidak bersendawa tunggu 10 – 15 menit) atau bayi ditengkurapkan dipangkuan (Saryono, 2008). 2. Posisi Menurut saryono 2008 ada 3 macam posisi menyusui yang benar 1. Posisi Dekapan Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan para ibu, posisi ini membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak perlu memutar kepalanya untuk menyusu. Kepala bayi berada di dalam dekapan, sokong kepala badan dan punggung bayi serta lengan bayi perlu berada di bagian sisinya. Gambar 2.1 Posisi Dekapan 2. Posisi Football hold Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan caesar, memiliki payudara yang besar, menyusui bayi prematur atau bayi yang kecil, menyusui anak kembar pada waktu yang bersamaan. Sokong kepala bayi dengan tangan, menggunakan bantal untuk menyokong belakang badan ibu. Gambar 2.2 Posisi Football Hold 3. Posisi Berbaring Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih. Jika baru pulih dari pembedahan caesar ini mungkin satu-satunya posisi yang biasa dicoba pada beberapa hari pertama. Sokong kepala ibu dengan lengan dan sokong bayi dengan lengan atas (Saryono, 2008). Gambar 2.3 Posisi Berbaring BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian ini dikembangkan oleh Inggrid, 2006 Rentang frekuensi menyusui yang optimal adalah antara 8-12 kali setiap hari. Tetapi sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya dimana jika ibu kurang memberikan Asi dalam jumlah frekuensi yang sedikit maka akan menyebabkan mastitis. Maka kerangka konsep dapat di gambarkan sebagai berikut: Variabel independent Frekuensi Pemberian Asi Variabel Depedent Mastitis Gambar 3.1 : Kerangka konsep B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional Variabel Dependet Cara Ukur 1 Mastitis Menyebarkan Kuesioner kuesioner dengan kriteria jika radang (x ≥ 5,06) Dan tidak radang (x<5,06) -Radang -Tidak Radang Ordinal Menyebarkan kuesioner, dengan criteria jika optimal (x≥5.9) Dan tidak optimal (x<5,9) -optimal -Tidak optimal Ordinal Suatu peradangan yang terjadi di payudara Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Variabel Independent 1 Frekuensi Pemberian Asi Frekuensi menyusui yang optimal antara 8-12 x setiap hari Kuesioner C. Hipotesis Ha : Ada hubungan antara frekuensi pemberian Asi dengan mastitis di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh. BAB IV METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini adalah dengan menggunakan Analitik dengan menggunakan pendekatan cross secctional yaitu variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini dikumpulkan dalam waktu bersamaan untuk mengetahui Hubungan Frekuensi Pemberian Asi Dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu Menyusui di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh. B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah ibu yang mastitis pada bulan Maret – Mei 2013 yang berjumlah 67 responden 2. Sampel Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Ibu menyusui 0-6 bulan yang ada di Rumah Sakit Ibu dan Anak dengan metode Accidental sampling, yang berjumlah 32 responden. C. Tempat dan Waktu Penelitian 1.Tempat Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh. 2. Waktu Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 30 Juli sampai 01 Agustus 2013 D. Tehnik Pengumpulan Data 1. Data Primer Data Primer yaitu data yang langsung di peroleh di lapangan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan yang di isi oleh responden 2. Data Sekunder Data sekunder yaitu data-data ibu menyusui di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh di dapatkan dari ruang poli laktasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh. E. Pengolahan Data Menurut Budiarto (2002), pengolahan data merupakan proses yang dilakukan setelah data diperoleh dari penelitian melalui kuesioner dan harus dikelompokkan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Editing (pemerikasaan data) Semua kuesioner di periksa secara teliti apakah semua persyaratan telah terisi atau di jawab oleh responden seperti memeriksa kesesuaian jawaban. 2. Coding (pemeriksaan kode) Proses pengolahan data dengan cara memberikan kode pada setiap jawaban dari responden. Pada soal yang dijawabnya dianggap benar maka akan diberi kode angka (1) dan pada soal yang dijawabnya dianggap salah maka angka nol (0). 3. Transferring Yaitu memindahkan table distribusi frekuensi dan bentuk persentse. 4. Tabulating (pemesukan data dalam tabel) Yaitu untuk memperoleh analisa data dan pengolahan data serta mengambil kesimpulan data dimasukkan ke dalam table distribusi frekuensi F. Analisa Data Setelah dilakukan pengolahan data maka analisis data yang akan dilakukan dengan menggunakan program komputer yaitu program Statistical Program For Social Science (SPSS) versi 16.00 yang dilakukan secara statistik Analitik. Analisis data yang dilakukan meliputi : 1. Analisia Univariat Analisa Univariat dilakukan terhadap tiap – tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel ( Notoatmodjo, 2005) kemudian ditentukan presentase ( p ) dengan menggunakan rumus (Budiarto, 2002) sebagai berikut : P= Keterangan : P = Presentase f = frekuensi yang teramati n = Jumlah sampel 2. Analisa Bivariat Analisa Bivariat merupakan hasil dari variabel independen yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel dependen. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa di lakukan analisa statistik dengan menggunakan uji data chi- square test pada tingkat kemaknaanya adalah 95 % (P<0,05), sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik dengan menggunakan program perhitungan uji chi- square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila P lebih kecil dari alpha (P<0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel dependent dengan variabel independent (Budiarto, 2002). Perhitungan yang digunakan pada uji Chi – Square untuk Program komputerisasi seperti program SPSS adalah sebagai berikut (Hartono, 2005) : 1. Bila pada tabel contingensy 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5,maka uji yang digunakan adalah fisher axact tes. 2. Bila pada tabel contigency 2x2 dan tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah contiuty correction. 3. Bila pada tabel 2x2 masih juga terdapat frekuensi (harapan) e kurang dari 5, maka dilakukan koreksi dengan menggunakan rumus yate’s correction continu. 4. Pada uji chi-square hanya digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tiga variabel. BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara Demografi lokasi Rumah Sakit Ibu dan Anak berada di jalan Prof. A. Majid Ibrahim no.13.Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Pemerintah Aceh yang dibentuk berdasarkan Qanun (Perda) Pemerintah Aceh nomor 5 tahun 2006 tentang susunan organisasi dan tata kerja badan pelayanan kesehatan Rumah Sakit Ibu dan Anak Provinsi Aceh, selanjutnya dengan Qanun nomor 5 tahun 2007 terjadi perubahan nomenklatur menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak Provisi Aceh . RSIA Pemerintah Aceh adalah rumah sakit dengan tipe B khusus, kapasitas tempat tidur 98 TT, berdiri pada seluas 9.307 m dengan luas bangunan 8.575 m, sesuai dengan fungsinya RSIA Pemerintah Aceh bertugas menyelegarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya kesehatan Ibu dan Anak dengan jenis pelayanan meliputi Pelayanan Medik yaitu pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, kamar bedah, rawat intensif, penunjang medik, Rawat Jalan yaitu pelayanan dokter umum, pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan KB, pelayanan imunisasi. Rawat Inap yaitu perawatan kebidanan, perawat penyakit anak, perawatan bedah, perawatan penyakit dalam. Gawat Darurat yaitu pelayanan trauma, pelayanan non trauma. Perawatan intensif yaitu NICU /PICU,ICU. Di tinjau dari segi geografis Rumah Sakit Ibu dan Anak Provinsi Aceh di batasi oleh : 1. Bagian Barat berbatasan dengan sungai 2. Bagian Timur berbatasan dengan jln.Prof A.Majid Ibrahim 3. Bagian Selatan berbatasan dengan rumah panglima Kodam Iskandar Muda 4. Bagian Utara berbatasan dengan lorong bonsai B. Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat a. Mastitis Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Mastitis Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan Di rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh No Mastitis f % 1 Radang 14 43,8 2 Tidak Radang 18 56,2 Jumlah 32 100 Sumber data primer (di olah tahun 2013) Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan dari 32 responden mayoritas mastitis yang tidak radang sebanyak 18 responden (56,2 %). b. Frekuensi Pemberian Asi Table 5.2 Distribusi Frekuensi Pemberian Asi Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh. No f % 1 Frekuensi Pemberian Asi Optimal 19 59,4 2 Tidak Optimal 13 40,6 Jumlah 32 100 Sumber data primer (di olah tahun 2013) Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan dari 32 responden mayoritas Frekuensi pemberian Asi yang optimal sebanyak 19 responden (59,4). 2. Analisa Bivariat Table 5.3 Hubungan Frekuensi Pemberian Asi Dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh. Mastitis No Frekuensi pemberian Asi Total p Value 1 Optimal Radang f % 4 21,1 2 Tidak Optimal 10 76,9 3 23,1 13 100 14 43,8 18 56,2 32 100 Jumlah Tidak Radang f % 15 78,9 F % 19 100 0,006 Sumber data primer (diolah 2013) Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan dari 19 responden dengan Frekuensi pemberian Asi yang optimal mastitis tidak radang sebanyak 15 orang (78,9%), sedangkan dari 13 responden dengan frekuensi pemberian Asi yang tidak optimal mengalami radang mastitis yaitu sebanyak 10 orang (76,9%). Berdasarkan uji statistic chi-square yang telah dilakukan menunjukkan nilai P.Value ( >0,05 ) 0,006. Hipotesa penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan antara frekuensi pemberian Asi dengan kejadian Mastitis terbukti atau dapat diterima C. Pembahasan 1. Hubungan Frekuensi Pemberian Asi Dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh Berdasarkan data yang di dapat dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa dari 19 responden dengan Frekuensi pemberian Asi yang optimal mastitis tidak radang sebanyak 15 orang (78,9%), sedangkan dari 13 responden dengan frekuensi pemberian Asi yang tidak optimal mengalami radang mastitis yaitu sebanyak 10 orang (76,9%). Dari hasil hipotesa menunjukkan adanya hubungan frekuensi pemberian Asi 0-6 bulan dengan kejadian mastitis denagn nilai p-value 0,006. Maka Ha (hipotesa alternatif) yang ditegakkan dalam penelitian diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi pemberian Asi dengan kejadian mastitis pada ibu menyusui 0-6 bulan. Hasil penelitian ini sesuai yang dikatakan Amiko (2011) yang mengatakan bahwa ASI ibu menyusui akan meningkat dan berubah dari kolostrum menjadi ‘mature milk’ antara 2-5 hari setelah melahirkan. Saat itu, payudara akan terasa penuh, bengkak, dan mungkin terasa menyakitkan jika ASI tidak dikeluarkan. Untuk meminimasi terjadinya pembengkakan, persering frekuensi menyusui atau dapat memerah ASI. Untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat pembengkakan, bisa juga dengan teknik memijat payudara sebelum menyusui dan memastikan pelekatan sudah baik atau menggunakan kompres dingin di antara waktu menyusui. Hasil penelitian ini sama Menurut Cadwell (2011), yaitu terdapat beberapa faktor yang berperan dalam menentukan kisaran frekuensi pemberian ASI untuk bayi yang sedang menyusui. Ibu memiliki kapasitas jumlah penyimpanan ASI yang berbeda dalam payudara mereka. Kapasitas penyimpanan ASI ini adalah jumlah ASI yang dapat terakumulasi sebelum memberikan sel-sel suatu pesan untuk mengurangi jumlah ASI. Seorang ibu dapat memiliki kapasitas penyimpanan yang memungkinkan payudara menyimpan ASI lebih lama atau lebih singkat dibandingkan dengan ibu yang lain. Dari hasil analisa penelitian yang dilakukan oleh Cintami Atmawati (2010), yaitu hubungan pengetahuan ibu nifas tentang pemberian ASI dengan kejadian mastisis menggunakan uji Chi quare pada tingkat kesalahan 5% diperoleh hasil bahwa p value = 0,001 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan pengetahuan ibu nifas tentang pemberian ASI dengan kejadian mastisis di Rumah Bersalin An Nissa Surakarta, sama dengan penelitian ini Menurut asumsi peneliti bahwa dapat dinyatakan frekuensi pemberian Asi adalah salah satu faktor kejadian mastitis pada ibu menyusui 0-6 bulan. jika frekuensi pemberian ASI di lakukan secara teratur maka tidak akan terjadi mastitis pada ibu nifas dalam penelitian ini. Akan tetapi pada penelitian yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak terdapat uji statistik p-value 0.006 yang berarti ada hubungan antara frekuensi pemberian Asi dengan kejadian mastitis. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari uraian diatas dapat di ambil beberapa kesimpulan yaitu ada hubungan antara frekuensi pemberian Asi dengan kejadian mastitis pada ibu menyusui 0-6 bulan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh dengan nilai P-value 0,006 B. Saran 1. Bagi institusi pendidikan Untuk menambah bacaan di perpustakaan sebagai kajian dan menambah informasi yang berkaitan dengan perkembangan menyusui. 2. Bagi masyarakat Untuk manjaga kondisi lingkungan tempat ibu tinggal agar peran ibu lebih nyaman dan siap dalam menyusui. 3. Bagi peneliti Untuk menambah wawasan dan pengetahuan, pengalaman dalam melakukan penelitian bacaan ilmiah. 4. Bagi tenaga kesehatan Sebagai bahan informasi dan memacu petugas kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan tentang hal-hal tang menyangkut dengan frekuensi pemberian Asi dengan kejadian mastitis pada ibu menyusui. DAFTAR PUSTAKA Budiarto Eko, (2002). Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta, EGC. Corwin (2009). Keadaan Abnormal Pada Kala Nifas. Jakarta. EGC. Dedeh Kurniansih, (2010), Pengaruh Bra dengan Mastitis, di akses tanggal 8 Januari 2013, http://bramastitis.bidankita all.com. Depkes RI, (2008). Mastitis, Jakarta. EGC Diah, (2012). Cara Menyusui yang Benar Posisi Upaya, Diakses tanggal 1 Maret 2013,http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/html#ixzz2MFw33U dx Dinkes NAD, (2011). Data Propinsi Aceh Mastitis, Diakses tanggal 10 Januari 2013, http://www.datamastitisaceh/2011.com Inggrid, (2006), Infeksi Payudara, di akses tanggal 6 Februari 2013, http://www.frekuensiasi.com/2012. Hartono, (2005), Biostatistika, Yogyakarta, Salemba. Hidayat Alimun, (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data, Jakarta, Selemba Medika http://askep-net.blogspot.com/2013/03/Manfaat-Pemberian-ASI-Eksklusif.html Jone moody.at.all, (2005), Cara Menyusui, Jakarta, Salemba Medika. Jonikun, (2005), Pemberian Asi, Diakses http//pemberianasi.blogspot.com/2005. tanggal 8 Februari 2013, Notoadmodjo Soekidjo, (2005). Metodelogi Penelitian. Jakarta, Rineka Cipta. Pelayana Kesehatan Maternal dan Neonatal,(2001), Penyebab Mastitis, diakses tanggal 30 Januari 2013, http://penyebebmstitispadaibumenyusui.com. Pramesemara (2009), Lamanya Menyusui, di akses tanggal 20 Januari 2013, http://www.faktor-faktormenyusui.blogspot.com. Prawirohardjo, s, (2005), Ilmu Kandungan, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka. Rosita, (2008). Pengertian Menyusui, Diakses tanggal 7 Juni 2013, http://klinik kitablogsport.com Sally, (2003). Mastitis Peurperium, Di akses Tanggal 6 Januari 2013, http://klinik.wordprespemberianasi.com. Saryono, (2008), Masalah-Masalah Dalam Menyusui, Diakses tanggal 26 Februari 2013, Copyright © 2011-2013 BidanKita. All Rights Reserved, Soetjiningsih, DSAK, (2005), Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta, EGC. Suherni, (2007). Perawatan Masa Nifas, Yogyakarta, Fitramaya. Sitti, 2009, Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Jakarta, Selemba Medika. Utami Rusli, (2012). Arti Menyusui, Diakses tanggal 7 Juni 2013, Copyright © 2011-2013 BidanKita. All Rights Reserved, WHO, (2003), Mastitis, Jakarta, Daparteman Of Child AND Andolescent Healt AND Development Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth, Calon Responden Penelitian Di,Tempat Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nuswatul Khaira Nim : 10010074 Adalah mahasiswi akademi kebidanan STIKes U’Budiyah yang akan mengadakan penelitian untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh ahli madya kebidanan. Adapun penelitian yang dimaksud berjudul “Hubungan Frekuensi Pemberian Asi dengan Kejadian Mastitis Pada ibu Menyusui 0 – 6 Bulan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh”. Untuk maksud tersebut saya memerlukan data atau informasi yang nyata dan akurat dari ibu melalui pengisian observasi yang saya lampirkan dalam surat ini. Ibu berhak berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini, namun demikian penelitian ini sangat berdampak positif terhadap kemajuan dalam bidang kebidanan bila semua pihak ikut berpartisipasi. Ibu setuju terlibat dalam penelitian ini, mohon menandatangani lembar persetujuan yang di sediakan. Kesediaan ibu menjadi responden sangat saya harapkan, atas kerja samanya saya ucapkan terimakasih. Diploma III Kebidanan U’Budiyah Peneliti, (Nuswatul khaira) Lampiran 2 LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah bersedia menjadi responden yang akan di lakukan oleh mahasiswa akademi STIKes U’Budiyah Banda Aceh : Nama : Nuswatul Khaira Nim : 10010074 Judul :“Hubungan Frekuensi Pemberian Asi Dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu Menyusui 0 – 6 Bulan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh”. Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya bagi pengembangan Kebidanan di Indonesia dan Aceh khususnya. Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden bagi saya semoga dapat dipergunakan seperlunya. Banda Aceh, juli 2013 Responden (………………………) Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN FREKUENSI PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN MASTITIS PADA IBU MENYUSUI 0 – 6 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH Tgl. Wawancara : No. Identitas Responden : A. Identitas Responden No Responden : Umur ibu : Pekerjaan ibu : Alamat : Status : Kawin Tidak Kawin B. Mastitis No Pertanyaan 1 Pernahkah ibu selama menyusui pernah memakai bra (BH) yang ketat ? 2 Adakah bayi yang tidak mau menyusui ibu tetap membiarkannya ? 3 Adakah jika puting susu ibu lecet ibu akan berhenti memberikan Asi pada bayi ? 4 Pada saat bayi menangis ibu langsung memberiakan Asi tanpa membersihkan payudara dan tangan ? 5 Adakah saat menyusui ibu hanya memasukakan putingnya saja ke mulut bayi ? Ya Tidak 6 Apakah payudara ibu pernah merasa tegang saat menyusui ? 7 Adakah ibu membersihkan atau mengoles Asi pada puting sebelum menyusui ? 8 Adakah ibu memberikan Asi pada payudara kiri dan kanan secara bergantian ? 9 Ketika payudara ibu terasa keras, panas dan tegang adakah ibu mengompres dengan air hangat ? 10 Apakah selama nenyusui ibu pernah merasakan payudara yang memerah dan bengkak ? C. Frekuensi Pemberian Asi No Pertanyaan 11 Apakah ibu memberikan makanan tambahan (air gula, bubur bayi, nasi pisang) untuk bayi ibu ? Apakah ibu memberikan Asi hanya pada saat bayi 12 Ya menangis ? 13 Apakah ibu tidak membangunkan bayi ibu untuk menyusu saat bayi ibu tidur ? 14 Apakah ibu menyusui bayi selama 2-3 menit ? 15 Apakah ibu memberikan Asi disaat kapan saja ibu inginkan ? 16 Apakah berbeda waktu pemberian Asi dangan peningkatan usia bayi ? 17 Apakah ibu menghindari memberikan makanan tambahan kepada bayi selama 6 bulan ? 18 Adakah bayi setiap menghisap Asi dalam waktu 5 menit ? 19 Apakah ibu menyusui 1-3 jam sekali ? 20 Apakah ibu menyusui sebanyak 8-12 x dalam sehari ? Tidak