BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2. 1 Hakikat Pemahaman tentang Bentuk-Bentuk Daun pada Tumbuhan 2. 1. 1 Pengertian Pemahaman Pemahaman (comprehensip) diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakna sesuatu dengan caranya sendiri tengtang pengetahuan yang pernah diterimanya (Uno,2008 : 191 ). Pemahaman dapat pula diartikan menguasai dengan pikiran. Karena itu belajar harus mengerti secara mental, maksud dan implikasinya serta aplikasiaplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat memahami situasi.Memahami maksudnya adalah menangkap makna. Gagne berpendapat bahwa belajar adalah sesuatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses perubahan (Wintapta, 2007:2). Adapun menurut Natawijaya dan Moesa belajar adalah proses perubahan yang terus menerus terjadi dalam diri individu yang tidak ditentukan oleh faktorfaktor dari luar. Lain halnya menurut Vygotsky, ia mengemukakan bahwa proses peningktan pemahaman pada diri siswa terjadi sebagai akibat adanya pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses peningkatan pemahaman seseorang yang membawa perubahan yang bertahan (Panen 2005:72). 5 9 2. 1. 2 Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar Menurut Samatowa (2002 :24) mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan alam untuk annak-anak didefinisikan yakni adalah (1) mengamati, (2) mencoba memahami apa yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, (4) menguji ramalan-ramalan dibawah kondisikondisi untuk melihat apakah ramalan-ramalan tersebut dibawah benar. Sehingga guru harus memahami akan alasan mengapa suatu mata pelajaran yang diajarkan perlu diajarkan disekolahnya. Demikian pula dengan guru IPA, baik sebagai halnya di sekolah dasar.Iaharus tau benar tentang kegunaan-kegunaan apa saja yang harus diperoleh dari pelajaran IPA SD. Selanjutnya Samatowa ( 2002 :25) mewnyebutkan pula berbagai alasan yang menyebakan mata pelajaran IPA di masukan didalam sutu kurikulum sekolah yaitu : (1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar, (2) bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berfikir kritis, misalnya IPA diajarkan dengan memiliki media “SEQIP” (3) bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka pelajaran IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang besifat hafalan belaka, dan (4) mata pelajaran ini mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak keseluruhan. 10 2. 1. 3 Materi Pelajaran tentang Daun di Kelas IV Daun merupakan organ yang penting pada tumbuhan dan pada umumya, setuap tumbuhan mempunyai sebagian besar daun. Daun hanya terdapat pada bagian batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku dan tempat di atas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun. Daun biasanya tipis melebar dan kaya akan klorofil, oleh karena itu daun biasanya berwarna hijau (Haryanto,2006:70). Bagian-bagian daun yang terlengkap terdiri dari upih atau pelepah, tangkai daun dan helai daun. Tumbuhan yang mempunyai daun yang lengkap tidak begitu banyak jenisnya. Kebanyakan tumbuhan mempunyai daun tak lengkap, yaitu daun yang kehilangan satu atau dua bagian dari tiga bagian daun tersebut di atas (Hidayat, 2009:13) 2. 1. 4 Bentuk-Bentuk Daun Keanekaragama daun dapat dilihat dari bentuk daun, ujung daun, pangkal daun, susunan tulang-tulang daun, serta sifat-sifat lainnya, seperti keadaan permukaan atas atau bawah daun (gandul, berambut, atau yang lainnya) (Issirep, 2006:21). Berdasarkan bentuknya daun dibedakan atas beberapa jenis yaitu daun yang bentuknya berjari,sejajar, bulat, lonjong,dan pipih (dalam arfan Haridji, 2008 : 8) 11 Gambar 2.1 Berbagai bentuk-bentuk daun Jabaran bentuk daun secara lengkap diuraikan oleh Nurkhayati, dimana ia menjelaskan bahwa vasiari bentuk-bentuk daun dapat dibedakan berdasarkan 1) kelengkapan bagian-bagiannya, 2) bentuk daun, 3) ujung daun, 4) pangkal daun, 5) tulang daun, 6) daging daun dan 6) permukaan daun (Nurkhayati, 2009:4). Adapun jabaran lengkap bentuk-bentuk daun dapat diuraikan berikut ini. a. Bentuk daun berdasarkan bagian-bagian penyusunanannya Tidak semua tumbuhan memiliki bagian-bagian daun yang lengkap. Ada beberapa daun yang memiliki susunan daun tidak lengkap yaitu : a). Hanya memiliki tangkai dan helaian saja. Contohnya pohon nangka dan manga b). Hanya memiliki upih dan helaian. Contonya padi dan jagung c). Hanya mempunyai helaian saja. Contohnya tempuyung dan biduri. d). Hanya mempunyai tangkai saja. Tangkai daun tersebut biasanya berbentuk pipih menyerupai helaiain daun, contohnya akasia ( Nurkhayati, 2009:5). b. Bentuk daun berdasarkan letak bagian terlebar Mnurut Hidayat (2009:37), daun dapat digolongkan menjadi empat kelompok berdasarkan letak bagian yang lebar. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Nurkhayati, tetapi ia mengelompokkan variasi daun pada penejelasan ini 12 berdasarkan bentuknya, yaitu a) bagian terlebar terletak di tengah-tengah helaian, b) bagian terlebar terletak di bawah tengah-tengah helaian daun, c) bagian terlebar terdapat di atas tengah-tengah helaian daun, dan d) dari pangkal sampai ujung lebarnya hampir sama (Nukhayati, 2009:6). Adapun jabarannya sebagai berikut: a. Bagian terlebar terletak di tengah-tengah helaian. Pada bagian ini terdapat lima bagian daun yaitu, 1) bulat, jika panjang : lebar =1 : 1. Bentuk daun yang demikian dapat di jumpai pada teratai. 2).Perisai, pada bentuk perisai tangkai daun terdapat pada bagian tengah helaian daun, misalnya lompong dan daun jarak. 3). Jorong ( elips), jika panjang : lebar=1 ½ -2:1, terdapat pada daun nangka. 4). Memanjang, jika panjang : lebar =2 ½ -3 :, terdapat pada daun sirsak. 5). Langset, jika panjang :lebar=3-5:1, misalnya pada kamboja. b. Bagian terlebar terletak dibawah tengah-tengah helaian daun . pada kelompok ini daun dibedakan dalam dua golongan sebagai berikut : 1) Pangkal daun tidak bertoreh yaitu: a) Bulat telur, misalnya daun kembang sepatu dan daun cabai rawit; b)Segi tiga sama kaki, yaitu bangun seperti segitiga sama kaki. Misalnya bunga pukul empat; c) Delta ( segi tiga sama sisi), misalnya daun air mata penganting; d) Belah ketupat, yaitu bangun segi empat yang sisinya tidak sama panjang, misalnya daun bengkoan, dan 2) Pangkal daun bertoreh atau berlekuk: a)Jantung, yaitu bangun seperti belah ketupat tetapi pangkal daun memperhatikan suatu lekukan, contohnya daun waru; b) Ginjal, daun yang pendek lebar dengan ujung yang tumpul atau membulat dan pangkalnya berlekuk dangkal, contohnya daun kaki kuda; c) Anak panah, daun tidak lebar, ujung tajam, dan pangkal dengan lekukan lancip, contohnya eceng gondok: d) 13 Tombak, seperti bangun anah panah, tetapi bagian pangkal daun di kanan kiri tangkai mendatar, contohnya daun wewehan; e) Bertelinga, seperti daun tombak, tetapi pangkal daun di kanan kiri tangkai membulat, contohnya tempuyung. c. Bagian terlebar terdapat di atas tengah-tengah helaian daun.. Kemungkinan bentuk daun yang dijumpai sebagai berikut: 1) Bulat telur sungsang, contohnya pada sawo, 2) Jantung sungsang, bentuknya seperti bulat telur tetapi bagian yang lebar terdapat di dekat ujung, contohnya Semanggi, 3) Segi tiga terbalik, contohnya anak daun semanggi, 4) Sudip (solep), seperti bangun bulat telur tetapi terbalik, contohnya tapak liman. d. Dari pangkal sampai ujung lebarnya hampir sama. Pada kelompok ini terdapat lima bentuk daun, yaitu 1). Garis, penampang melingtanya pipih dan berukuran panjang. Misalnya bermacam- macam rumput; 2). Pita, serupa daun bangun garis, tetapi ukurannya lebih panjang lagi. Misalnya jagung; 3) Pedang, seperti bangun garis, tetapi daun tebal dibagian tengah dan tipis dikedua tepinya. Misalnya daun napas sebrang; 4) Paku, bentuk daun hamper seperti slinder, ujung runcing, dan bagian daunnya kaku, misalnya; 5) Jarum, serupa bangun paku, tetapi lebih kecil dan meruncing, misalnya daun Pinus merkusi. c. Bentuk daun berdasarkan ujung daun Selain bentuk daun, ujung daun pun dapat memperhatikan adanya variasi. Berikut akan dipaparkan bentuk-bentuk ujung daun yangn sering dijumpai, yaitu a). Runcing, terdapat pertemuan ibu tulang pada puncak daun. Contohnya ujung daun oleander; b). Meruncing, ujung daun tampak sempit dan meruncing. 14 Contohnya ujung daun sirsak; c). Tumpul, tetapi daun menuju kesuatu titik pertemuan sehingga terbentuk sudut yang tumpul. Contohnya ujung daun sawo kecik; d). Membulat, ujung daun tumpul tetapi ujungnya tidak membentuk sudut contohnya ujung daun teratai besar; e). Rompang, ujung daun tampak sebagai garis yang rata. Contohnya ujung daun semanggi; dan ujung daun jambu monyet; f).Terbelah, pada ujung daun terdapat suatu lekukan, contohnya ujung daun sidaguri; dan g). Berduri, ujung daun ditutupi oleh bagian yang runcing dank eras (duri). Contohnya ujung daun nenas sebrang (Nurkhayati, 2009:9). d. Bentuk daun berdasarkan pangkal daun Bentuk daun berdasarkan pangkal daun dapat dibedakan sebagai berikut: a. Tepi daunnya tidak pernah bertemu , tetapi terpisah oleh pangkal ibu tulang atau ujung tangkai daun, yaitu 1) Runcing, biasanya terdapat pada daun bangun memanjang, lanset, dan belah ketupat, 2) Meruncing, biasanya terdapat pada daun bangun bulat telur, sungsang atau sudip, 3) Tumpul, biasanya terdapat pada daun-daun bangun bulat telur dan jorong. 4) Membulat, biasanya terdapat pada daun bangun bulat, jorong dan bulat telur. 5) Romping (rata), contohnya pada daun bangun segitiga, delta, dan tombak, dan 6) Berlekuk, biasanya terdapat pada daun bangun jantung, ginjal, dan anak panah. b. Tepi daun dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain, terdiri dari dua yaitu 1) Pertemuan tepi daun pada pangkal terjadi pada sisi yang sama terhadap batang sesuai dengan letak daun pada batang, seperti tampak pada bangun perisai. 2) Pertemuan tepi daun terjadi pada sisi seberang batang yang 15 berlawanan atau berhadapan dengan letak daunnya, seperti pangkal daun yang tertembus oleh batangnya. Jika dilihat lebih cermat bentuknya biasanya membulat (Nurkhayati, 2009:9) e. Bentuk daun berdasarkan tulang daun Menurut besar kecilnya, tulang daun dibedakan menjadi tiga macam yakni: a. Ibu tulang daun, merupakan terusan tangkai daun. Ib u tulang daun berukuran besar dan terdapat di tengah-tengah daun. b. Tulang-tulang cabang, ialah tulang-tulang yang berukuran lebih kecil daripada ibu tulang atau cabang-cabang tulan lain. Tulang cabang yang berasal langsung dari ibu tulang disebut tulang cabang tingkat 1. Sementara itu, cabang tulang tingkat 1 disebut tulang cabang tingkat 2, dan seterusnya. c. Urat-urat daun ialah tulang-tulang cabang pula, tetapi kecil atau lembut. Berdasarkan arah tulang-tulang cabang yang besar pada helaian daun dan susunan tulangnya, daun dapat dibedakan menjadi empat golongan yakni : 1) Bertulang menyirip, daun ini mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun. Dari ibu tulang kearah samping keluar tulang-tulang cabang. Susunan seperti ini mirip susunan sirip pada ikan. Oleh karena itu, daun dengan pertulangan seperti ini disebut daun bertulang menyirip. Contohnya tumbuhan biji belah seperti daun manga. 16 2) Bertulang menjari, dari ujung tangkai daun keluar beberapa tulang yang memancar sehingga tampak seperti jari-jari tangan. Contohnya daun papaya, daun jarak, dan daun kapas. 3) Bertulang melengkung, daun ini mempunyai beberapa tulang daun yang besar. Adapun tulang daun lainnya mengikuti jalannya tepi daun sehingga daun yang semula memencar kemudian kembali menuju ke satu arah yaitu ke ujung daun. Contohnya pada tumbuhan berbiji tunggal yaitu daun gadung. 4) Bertulang sejajar (lurus), arah tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun, contohnya teki-tekian Berdasarkan uraian mengenai susunan tulang daun, dapat disimpulkan bahwa susunan tulang daun dapat digunakan sebagai petunjuk untuk membedakan antara Dicotyledoneae dan Monocotyledonaeae. Tumbuhan biji belah ( Dicotyledoneae) mempunyai daun-daun bertulang menyirip atau menjari, sedangkan Tumbuhan biji tunggal ( Monocotyledonae) mempunyai daun-daun bertulang melengkung atau sejajar. (Nurkhayati, 2009:11) f. Bentuk daun berdasarkan daging daun Daging daun ialah bagian daun yang terdapat diantara tulang-tulang daun dan urat-urat daun. Perlu kamu ketahui, tebal dan tipisnya helaian daun tergantung pada tebal tipisnya daging daun. Berkaitan dengan tebal tipis helaian daun maka daun diklasipikasikan seperti berikut : 1) Tipis seperti selaput, misalnya daun paku selaput;. 2) Seperti kertas, daun ini tipis tetapi cukup kuat, misalnya daun pisang; 3) Tipis lunak misalnya daun selada air; 4) Seperti perkamen, yaitu berdaun tipis tetapi cukup kaku, misalnya daun kelapa; 5) Seperti kulit, yaitu 17 helaian daun tebal dan kaku, misalnya nyamplung; 6) Berdaging, yaitu daun tebal dan berair, misalnya daun lidah buaya (Nurkhayati, 2009:12). g. Bentuk daun berdasarkan permukaan daun Berdasarkan kondisi pemukaanya, daun dapat dibedakan yaitu: a) Licin. Daun pemukaanya licin terlihat kenampakan berikut : 1) Mengkilat, contohnya permukaan atas daun kopi dan beringin; 2) Suram, misalnya daun ketela rambat dan 3) Berselaput lilin, misalnya permukaan bawah daun pisang, b) Gundul, misalnya daun jambu air. c) Kasap, misalnya daun jati. d) Berkerut, misalnya daun jambu biji. e) Berbingkul-bingkul, seperti berkerut tetapi kerutannya lebih besar, misalnya daun air mata pengantin, f) Berbulu, jika bulu halus dan jarangjarang, misalnya daun tembakau, g) Berbulu kasar, jika daun berambut kaku dan jika diraba terasa kasar, misalnya dau gadung dan j) Bersisik, misalnya sisi bawah daun durian (Nurkhayati, 2009:13). h. Bentuk daun berdasarkan jumlah daunnya Berdasarkan jumlah daun yang terletak pada tangkainya, daun dapat di kelompokkan atas dua yaitu: a) Daun tunggal, yaitu hanya ada satu helaian daun saja pada setiap tangkainya dan b) Daun majemuk, yaitu helaian daun tumbuh pada cabang tangkai, sehingga pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun. Adapun bagian-bagian daun majemuk yaitu, 1) Ibu tangkai daun, yaitu tempat duduknya helaian-helaian daun. 2) Tangkai anak daun, yaitu cabangcabang ibu tangkai yang mendukung anak daun, 3) Anak daun, yaitu bagian- 18 bagian daun helaian daun. Anak daun ini biasanya hanya mempunyai tangkai daun yang pendek, dan 4) Upih daun, yaitu bagian dibawah ibu tangkai yang lebar dan biasanya memeluk batang (Nurkhayati, 2009:14). 2. 1. 5 Usaha Guru dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Bentuk Daun Dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang bentuk daun ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru antara lain : memberikan motivasi belajar pada anak, menggunakan metode belajar yang bervariasi dan meningkatkan kerjasama orang tua dan guru (Howell, 2005:10) Dalam pembelajaran memang sangat penting bagi guru untuk selalu memotivasi anak agar proses pembelajaran berjalan lancar dan anak lebih bersemangat untuk belajar. Dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran IPA guru harus menggunakan pula pendekatan inquiri sehingga anak dapat mengerti apa yang sedang dan dipelajarinya, sebab dengan menemukan sendiri akan lebih membekas pada ingatan anak apa yangb telah ia pelajari dan ia dapati. 2. 2. Hakikat Pendekatan Inquiri 2. 2.1 Pengertian Pendekatan Uno (2008:27) menyatakan bahwa dalam pendekatan belajar mengajar yang paling cocok dan paling efektif untuk menjawab tentang budaya dan ledakan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi adalah pendekatan yang mencangkup kesesuaian antara situasi kehidupan yang berbeda-beda akan kemampuan nala, berprakarsa, dan berfikir kreatif pada anak didik. meningkatkan 19 Selanjutnya dikatakan pula bahwa model belajar yang paling cocok untuk anak-anak Indonesia adalah belajar melalui pengalaman langsung (learning by doing). Model belajar ini memperkuat daya ingat anak dan biayanya pun sangat murah, sebab menggunakan alat-alat dan media belajar yamg dilakukan oleh anak itu sendiri. Senada dengan hal itu, Trisno Hadiisubroto mengatakan bahwa pengalaman langsunglah yang memegang peranan terpenting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung anak yang berlangsung spontan sampai 12 tahun, efesiensi pengalaman langsung tergantung pada konsitensi antar hubungan metode dan bahan pelajaran yang dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak-anak akan siap untuk mengembangkan konsep tertentu hanya bila anak telah memiliki struktur kognitif (skemata) yang menjadi persyaratanya yakni pekembangan kognitif yang bersifat hierarki dan intergrative (Roestiyah, 2006:17) . 2. 2. 2 Pengertian Pendekatan Inquiri Inquiri pada dasarnya adalah suatu ide yang kompleks, yang berarti banyak hal, bagi banyak orang, dalam banyak konteks (a compelete idea that means many thins people in many contexts). Inquiri adalah bertanya. Bertanya banyak hal, bukan asal bertanya. Pertanyaan harus berhubungan dengan apa yang dibicarakan. Pertanyaan yang diajukan harus dapat dijawab sebagian atau keseluruhannya. Pertanyaan harus dapat dijuji dan diselidiki secara bermakna (Nurdin dkk, 2005:43) 20 Dalam definisi lain inkuiri merupakan model pembelajaran yang menganut prinsip pengetahuan yang ada dalam diri siswa diupayakan diperoleh dari proses menemukan, bukan diberi oleh guru atau siswa menghafal fakta – fakta sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa dari proses menemukan dan bermakna akan bertahan lebih lama bahkan membekas dalam ingatan siswa (Sahrul, 2009:17). Sedangkan menurut Piaget mendefinisikan model inkuiri adalah sebagai pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol – simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan orang lain (Djajadisastra, 2010:11). Inquiri adalah istilah dalam bahasa Inggris, ini merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut: guru membagi tugas peneliti suatu masalah ke kelas. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya dalam kelompok. Setelah hasil kerja dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik (Roestiyah, 2006:75) Menurut Panggabean (2007: 99) metode inquiri adalah perluasan proses discoveri yang digunakan lebih mendalam artinya proses inquiri mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen, pengumpulan data, menganalisis data, dan 21 menarik kesimpulan. Sehubungan dengan pengertian tersebut, pada pendekatan inkuiri, kegiatan belajar mengajar harus direncanakan agar peserta didik memperoleh pengalaman-pengalaman, sehingga berkesempatan untuk mengalami proses-proses inkuiri (Abu Ahmadi dan Joko Prasetya, 2005:76). Pendapat di atas lebih diperinci oleh Dr.wina sanjaya, ia menyatakan bahwa pendekatan inquiri adalah “Rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya”. Proses berfikir itu biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering disebut srategi heuristic, yang berasal dari yunani yaitu heuriskein yang berarti sya menemukan. Pendekatan inquiri berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir kedunia, manusia memiliki menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keaadaan alam disekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak lahir kedunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala suatu melalui indra pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan indra-indra lain. Hingga dewasa ini keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Proses perfikir seperti disebutkan Dr. Wina Sanjaya dimaksudkan untuk merangsang murid untuk berfikir, menganalisa suatu persoalan sehingga menemukan pemecahan masalah, yang dalam bahasa Inggris disebut problem solving methode. Dengan pendekatan ini murid dapat dibina untuk berfikir ilmiah, 22 yaitu cara perfikir yang mengikuti jenjang-jenjang tertentu di dalam penyelesaiannya (Djajadisastra, 2010-19). 2. 2. 3 Tujuan Pendekatan Inquiri John Dewey menjelaskan maksud utama pendekatan inquiri adalah memberikan latihan kepada murid dalam berfikir. Pendekatan ini akan menghindarkan murid membuat kesimpulan tergesa-gesa, menimbang-nimbang kemungkinan pemecahan dan menangguhkan pengambilan sampai terdapat buktibukti yang cukup (Muhaimin, 1996-88). Adapun tujuan lain metode inquiri adalah: a). Meningkatkan keterlibatan siswa dalam menemukan dan memproses bahan ajarnya, b) Mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya, c) Melatih peserta didik dalam menggapai dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber yang tidak ada hasilnya dan d) Memberi pengalaman seumur hidup. 2. 2. 4 Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Inquiri Dalam sebuah metode pembelajaran terdapat keunggulan dan kelemahan, begitu pula metode pembelajaran inquiri. Kenggulan pendekatan metode inquiri diantaranya: 1) Menekankan pada proses pengolahan informasi oleh siswa itu sendiri, 2) Membuat konsep sendiri kepada peserta didik datambah dengan penemuan yang diperolehnya, 3) Memiliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas persediaan dan penguasaan keterampilan dalam proses kognitif para siswa dan 4) Penemuan-penemuan yang diperoleh siswa dapat menjadi kepemilikannya, dan sangat sulit melupakannya. 23 Adapun kelemahan pendekatan metode inquiri adalah 1) Tidak sesuai untuk kelas yang besar jumlah siswanya, 2) Memerlukan fasilitas yang memadai, 3) Menuntut guru merubah cara mengajarnya yang selama ini bersifat tradisional, 4) Sangat sulit mengubah cara belajar siswa dari kebiasaan menerima informasi guru, sebaiknya siswa efektif dalam mencari dan menemukan sendiri, dan 5) Kebebasan yang diberikan kepada siswa tidak selamanya dapat dimanfaatkan secara optimal, terkadang siswa malah lebingungan memanfaatkanya. 2. 3 Kajian Penelitian Yang Relevan Sebelum melanjutkan penelitian, peneliti mencari tambahan referensi berupa hasil penelitian yang relevan. Hal ini bertujuan untuk melihat keberhasian penelitian dengan objek yang sama pada subjek berbeda. Erni Wahyuni dalam skripsinya yang berjudul “ Penerapan Model Inquiri Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Pelajaran IPA Pada Materi Struktur Dan fungsi Daun Bagian-Bagian Tumbuhan Di SDN Kepunduan Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon”, dalam kesimpulan penelitiannya dinyatakan bahwa penggunaan metode inquiri sangat cocok karena metode ini menekankan kepada siswa secar maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model inquiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar, dan seluruh aktfitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian model pembelajaran inquiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi fasilitator dan 24 motifator belajar siswa. Hal ini ditnjukkan oleh peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata mencapai 89 %. Indah Siantin, dalam Skripsinya yang berjudul “ Penerapan metode Inquri Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Struktur dan Fungsi bagianbagian tumbuhan di kelas IV SDN Bumiayu 3 Malang tahun 2011” Dalam kesimpulan penelitiannya dinyatakan bahwa penerapan metode inquiri ini diharapkan akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pembelajaran struktur dan fungsi bagian-bagian tumbuhan. Model pembelajaran inquiri merupakan model pembelajaran yang menganut prinsip pengetahuan yang ada didalam diri siswa diupayakan diperoleh dari proses menemukan diberi oleh guru atau siswa menghafal fakta-fakta sehingga pengetahuan yang di peroleh siswa dari proses menemukan dan bermakna akan bertambah lebih lama bahkan membekas dalam ingatan siswa. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata 90 %. 2. 4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian latar belakang pada bab sebelumnya serta ditunjang oleh teori yang telah dijabarkan di atas, maka hipotesis tindakan dinyatakan bahwa “ pemahaman siswa tentang bentuk-bentuk daun pada tumbuhan akan mengalami meningkat jika digunakan pendekatan inquiri. 2. 5 Indikator Keberhasilan Pengamatan awal kondisi penelitian ini diperoleh bahwa pemahaman siswa terhadap bentuk-bentuk daun masih sangat rendah dengan kisaran 80% 25 yang berarti bahwa hanya 20% anak yang menonjol pemahamannnya tentang bentuk-bentuk daun. Melalui pendekatan inquiri, diharapkan pemahaman siswa tentang bentuk-bentuk daun akan mengalami peningkatan dari kondisi 20% meningkat menjadi 80%. Jika keseluruhan pencapaian mengalami peningkatan sesuai target tersebut, maka penelitian ini dinyatakan selesai.