5 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2. 1

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2. 1
Hakikat Pemahaman tentang Bentuk-Bentuk Daun pada Tumbuhan
2. 1. 1 Pengertian Pemahaman
Pemahaman (comprehensip) diartikan sebagai kemampuan seseorang
dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakna sesuatu
dengan caranya sendiri tengtang pengetahuan yang pernah diterimanya (Uno,2008
: 191 ).
Pemahaman dapat pula diartikan menguasai dengan pikiran. Karena itu
belajar harus mengerti secara mental, maksud dan implikasinya serta aplikasiaplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat memahami situasi.Memahami
maksudnya adalah menangkap makna. Gagne berpendapat bahwa belajar adalah
sesuatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari
proses perubahan (Wintapta, 2007:2).
Adapun menurut Natawijaya dan Moesa belajar adalah proses perubahan
yang terus menerus terjadi dalam diri individu yang tidak ditentukan oleh faktorfaktor dari luar. Lain halnya menurut Vygotsky, ia mengemukakan bahwa proses
peningktan pemahaman pada diri siswa terjadi sebagai akibat adanya
pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses peningkatan
pemahaman seseorang
yang membawa perubahan yang bertahan (Panen
2005:72).
5
9
2. 1. 2
Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar
Menurut Samatowa (2002 :24) mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan
alam untuk annak-anak didefinisikan yakni adalah (1) mengamati, (2) mencoba
memahami apa yang diamati, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk
meramalkan apa yang terjadi, (4) menguji ramalan-ramalan dibawah kondisikondisi untuk melihat apakah ramalan-ramalan tersebut dibawah benar.
Sehingga guru harus memahami akan alasan mengapa suatu mata
pelajaran yang diajarkan perlu diajarkan disekolahnya. Demikian pula dengan
guru IPA, baik sebagai halnya di sekolah dasar.Iaharus tau benar tentang
kegunaan-kegunaan apa saja yang harus diperoleh dari pelajaran IPA SD.
Selanjutnya Samatowa ( 2002 :25) mewnyebutkan pula berbagai alasan
yang menyebakan mata pelajaran IPA di masukan didalam sutu kurikulum
sekolah yaitu : (1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu
dipersoalkan panjang lebar, (2) bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka
IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berfikir kritis,
misalnya IPA diajarkan dengan memiliki media “SEQIP” (3) bila IPA diajarkan
melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka pelajaran
IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang besifat hafalan belaka, dan (4) mata
pelajaran ini mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak
keseluruhan.
10
2. 1. 3 Materi Pelajaran tentang Daun di Kelas IV
Daun merupakan organ yang penting pada tumbuhan dan pada umumya,
setuap tumbuhan mempunyai sebagian besar daun. Daun hanya terdapat pada
bagian batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain tumbuhan. Bagian
batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku dan tempat di
atas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun.
Daun biasanya tipis melebar dan kaya akan klorofil, oleh karena itu daun biasanya
berwarna hijau (Haryanto,2006:70).
Bagian-bagian daun yang terlengkap terdiri dari upih atau pelepah, tangkai
daun dan helai daun. Tumbuhan yang mempunyai daun yang lengkap tidak begitu
banyak jenisnya. Kebanyakan tumbuhan mempunyai daun tak lengkap, yaitu daun
yang kehilangan satu atau dua bagian dari tiga bagian daun tersebut di atas
(Hidayat, 2009:13)
2. 1. 4 Bentuk-Bentuk Daun
Keanekaragama daun dapat dilihat dari bentuk daun, ujung daun, pangkal
daun, susunan tulang-tulang daun, serta sifat-sifat lainnya, seperti keadaan
permukaan atas atau bawah daun (gandul, berambut, atau yang lainnya) (Issirep,
2006:21). Berdasarkan bentuknya daun dibedakan atas beberapa jenis yaitu daun
yang bentuknya berjari,sejajar, bulat, lonjong,dan pipih (dalam arfan Haridji, 2008
: 8)
11
Gambar 2.1 Berbagai bentuk-bentuk daun
Jabaran bentuk daun secara lengkap diuraikan oleh Nurkhayati, dimana ia
menjelaskan bahwa vasiari bentuk-bentuk daun dapat dibedakan berdasarkan 1)
kelengkapan bagian-bagiannya, 2) bentuk daun, 3) ujung daun, 4) pangkal daun,
5) tulang daun, 6) daging daun dan 6) permukaan daun (Nurkhayati, 2009:4).
Adapun jabaran lengkap bentuk-bentuk daun dapat diuraikan berikut ini.
a. Bentuk daun berdasarkan bagian-bagian penyusunanannya
Tidak semua tumbuhan memiliki bagian-bagian daun yang lengkap. Ada
beberapa daun yang memiliki susunan daun tidak lengkap yaitu : a). Hanya
memiliki tangkai dan helaian saja. Contohnya pohon nangka dan manga b). Hanya
memiliki upih dan helaian. Contonya padi dan jagung c). Hanya mempunyai
helaian saja. Contohnya tempuyung dan biduri. d). Hanya mempunyai tangkai
saja. Tangkai daun tersebut biasanya berbentuk pipih menyerupai helaiain daun,
contohnya akasia ( Nurkhayati, 2009:5).
b. Bentuk daun berdasarkan letak bagian terlebar
Mnurut Hidayat (2009:37), daun dapat digolongkan menjadi empat kelompok
berdasarkan letak bagian yang lebar. Hal yang sama juga dijelaskan oleh
Nurkhayati, tetapi ia mengelompokkan variasi daun pada penejelasan ini
12
berdasarkan bentuknya, yaitu a) bagian terlebar terletak di tengah-tengah helaian,
b) bagian terlebar terletak di bawah tengah-tengah helaian daun, c) bagian terlebar
terdapat di atas tengah-tengah helaian daun, dan d) dari pangkal sampai ujung
lebarnya hampir sama (Nukhayati, 2009:6). Adapun jabarannya sebagai berikut:
a. Bagian terlebar terletak di tengah-tengah helaian. Pada bagian ini terdapat lima
bagian daun yaitu, 1) bulat, jika panjang : lebar =1 : 1. Bentuk daun yang
demikian dapat di jumpai pada teratai. 2).Perisai, pada bentuk perisai tangkai
daun terdapat pada bagian tengah helaian daun, misalnya lompong dan daun
jarak. 3). Jorong ( elips), jika panjang : lebar=1 ½ -2:1, terdapat pada daun
nangka. 4). Memanjang, jika panjang : lebar =2 ½ -3 :, terdapat pada daun
sirsak. 5). Langset, jika panjang :lebar=3-5:1, misalnya pada kamboja.
b. Bagian terlebar terletak dibawah tengah-tengah helaian daun . pada kelompok
ini daun dibedakan dalam dua golongan sebagai berikut : 1) Pangkal daun
tidak bertoreh yaitu: a) Bulat telur, misalnya daun kembang sepatu dan daun
cabai rawit; b)Segi tiga sama kaki, yaitu bangun seperti segitiga sama kaki.
Misalnya bunga pukul empat; c) Delta ( segi tiga sama sisi), misalnya daun air
mata penganting; d) Belah ketupat, yaitu bangun segi empat yang sisinya tidak
sama panjang, misalnya daun bengkoan, dan 2) Pangkal daun bertoreh atau
berlekuk: a)Jantung, yaitu bangun seperti belah ketupat tetapi pangkal daun
memperhatikan suatu lekukan, contohnya daun waru; b) Ginjal, daun yang
pendek lebar dengan ujung yang tumpul atau membulat dan pangkalnya
berlekuk dangkal, contohnya daun kaki kuda; c) Anak panah, daun tidak lebar,
ujung tajam, dan pangkal dengan lekukan lancip, contohnya eceng gondok: d)
13
Tombak, seperti bangun anah panah, tetapi bagian pangkal daun di kanan kiri
tangkai mendatar, contohnya
daun wewehan; e) Bertelinga, seperti daun
tombak, tetapi pangkal daun di kanan kiri tangkai membulat, contohnya
tempuyung.
c. Bagian terlebar terdapat di atas tengah-tengah helaian daun.. Kemungkinan
bentuk daun yang dijumpai sebagai berikut: 1) Bulat telur sungsang, contohnya
pada sawo, 2) Jantung sungsang, bentuknya seperti bulat telur tetapi bagian
yang lebar terdapat di dekat ujung, contohnya Semanggi, 3) Segi tiga terbalik,
contohnya anak daun semanggi, 4) Sudip (solep), seperti bangun bulat telur
tetapi terbalik, contohnya tapak liman.
d. Dari pangkal sampai ujung lebarnya hampir sama. Pada kelompok ini terdapat
lima bentuk daun, yaitu 1). Garis, penampang melingtanya pipih dan berukuran
panjang. Misalnya bermacam- macam rumput; 2). Pita, serupa daun bangun
garis, tetapi ukurannya lebih panjang lagi. Misalnya jagung; 3) Pedang, seperti
bangun garis, tetapi daun tebal dibagian tengah dan tipis dikedua tepinya.
Misalnya daun napas sebrang; 4) Paku, bentuk daun hamper seperti slinder,
ujung runcing, dan bagian daunnya kaku, misalnya; 5) Jarum, serupa bangun
paku, tetapi lebih kecil dan meruncing, misalnya daun Pinus merkusi.
c. Bentuk daun berdasarkan ujung daun
Selain bentuk daun, ujung daun pun dapat memperhatikan adanya variasi.
Berikut akan dipaparkan bentuk-bentuk ujung daun yangn sering dijumpai, yaitu
a). Runcing, terdapat pertemuan ibu tulang pada puncak daun. Contohnya ujung
daun oleander; b). Meruncing, ujung daun tampak sempit dan meruncing.
14
Contohnya ujung daun sirsak; c). Tumpul, tetapi daun menuju kesuatu titik
pertemuan sehingga terbentuk sudut yang tumpul. Contohnya ujung daun sawo
kecik; d). Membulat, ujung daun tumpul tetapi ujungnya tidak membentuk sudut
contohnya ujung daun teratai besar; e). Rompang, ujung daun tampak sebagai
garis yang rata. Contohnya ujung daun semanggi; dan ujung daun jambu monyet;
f).Terbelah, pada ujung daun terdapat suatu lekukan, contohnya ujung daun
sidaguri; dan g). Berduri, ujung daun ditutupi oleh bagian yang runcing dank eras
(duri). Contohnya ujung daun nenas sebrang (Nurkhayati, 2009:9).
d. Bentuk daun berdasarkan pangkal daun
Bentuk daun berdasarkan pangkal daun dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Tepi daunnya tidak pernah bertemu , tetapi terpisah oleh pangkal ibu tulang
atau ujung tangkai daun, yaitu 1) Runcing, biasanya terdapat pada daun
bangun memanjang, lanset, dan belah ketupat, 2) Meruncing, biasanya
terdapat pada daun bangun bulat telur, sungsang atau sudip, 3) Tumpul,
biasanya terdapat pada daun-daun bangun bulat telur dan jorong. 4)
Membulat, biasanya terdapat pada daun bangun bulat, jorong dan bulat telur.
5) Romping (rata), contohnya pada daun bangun segitiga, delta, dan tombak,
dan 6) Berlekuk, biasanya terdapat pada daun bangun jantung, ginjal, dan
anak panah.
b. Tepi daun dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain, terdiri dari dua yaitu
1) Pertemuan tepi daun pada pangkal terjadi pada sisi yang sama terhadap
batang sesuai dengan letak daun pada batang, seperti tampak pada bangun
perisai. 2) Pertemuan tepi daun terjadi pada sisi seberang batang yang
15
berlawanan atau berhadapan dengan letak daunnya, seperti pangkal daun
yang tertembus oleh batangnya. Jika dilihat lebih cermat bentuknya biasanya
membulat (Nurkhayati, 2009:9)
e. Bentuk daun berdasarkan tulang daun
Menurut besar kecilnya, tulang daun dibedakan menjadi tiga macam
yakni:
a.
Ibu tulang daun, merupakan terusan tangkai daun. Ib u tulang daun
berukuran besar dan terdapat di tengah-tengah daun.
b.
Tulang-tulang cabang, ialah tulang-tulang yang berukuran lebih kecil
daripada ibu tulang atau cabang-cabang tulan lain. Tulang cabang yang
berasal langsung dari ibu tulang disebut tulang cabang tingkat 1. Sementara
itu, cabang tulang tingkat 1 disebut tulang cabang tingkat 2, dan seterusnya.
c.
Urat-urat daun ialah tulang-tulang cabang pula, tetapi kecil atau lembut.
Berdasarkan arah tulang-tulang cabang yang besar pada helaian daun dan
susunan tulangnya, daun dapat dibedakan menjadi empat golongan yakni :
1) Bertulang menyirip, daun ini mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari
pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun. Dari ibu tulang
kearah samping keluar tulang-tulang cabang. Susunan seperti ini mirip
susunan sirip pada ikan. Oleh karena itu, daun dengan pertulangan seperti ini
disebut daun bertulang menyirip. Contohnya tumbuhan biji belah seperti
daun manga.
16
2) Bertulang menjari, dari ujung tangkai daun keluar beberapa tulang yang
memancar sehingga tampak seperti jari-jari tangan. Contohnya daun papaya,
daun jarak, dan daun kapas.
3) Bertulang melengkung, daun ini mempunyai beberapa tulang daun yang
besar. Adapun tulang daun lainnya mengikuti jalannya tepi daun sehingga
daun yang semula memencar kemudian kembali menuju ke satu arah yaitu
ke ujung daun. Contohnya pada tumbuhan berbiji tunggal yaitu daun gadung.
4) Bertulang sejajar (lurus), arah tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun,
contohnya teki-tekian
Berdasarkan uraian mengenai susunan tulang daun, dapat disimpulkan bahwa
susunan tulang daun dapat digunakan sebagai petunjuk untuk membedakan antara
Dicotyledoneae dan Monocotyledonaeae. Tumbuhan biji belah ( Dicotyledoneae)
mempunyai daun-daun bertulang menyirip atau menjari, sedangkan Tumbuhan
biji tunggal ( Monocotyledonae) mempunyai daun-daun bertulang melengkung
atau sejajar. (Nurkhayati, 2009:11)
f. Bentuk daun berdasarkan daging daun
Daging daun ialah bagian daun yang terdapat diantara tulang-tulang daun dan
urat-urat daun. Perlu kamu ketahui, tebal dan tipisnya helaian daun tergantung
pada tebal tipisnya daging daun. Berkaitan dengan tebal tipis helaian daun maka
daun diklasipikasikan seperti berikut : 1) Tipis seperti selaput, misalnya daun
paku selaput;. 2) Seperti kertas, daun ini tipis tetapi cukup kuat, misalnya daun
pisang; 3) Tipis lunak misalnya daun selada air; 4) Seperti perkamen, yaitu
berdaun tipis tetapi cukup kaku, misalnya daun kelapa; 5) Seperti kulit, yaitu
17
helaian daun tebal dan kaku, misalnya nyamplung; 6) Berdaging, yaitu daun tebal
dan berair, misalnya daun lidah buaya (Nurkhayati, 2009:12).
g. Bentuk daun berdasarkan permukaan daun
Berdasarkan kondisi pemukaanya, daun dapat dibedakan yaitu: a) Licin. Daun
pemukaanya licin terlihat kenampakan berikut : 1) Mengkilat, contohnya
permukaan atas daun kopi dan beringin; 2) Suram, misalnya daun ketela rambat
dan 3) Berselaput lilin, misalnya permukaan bawah daun pisang, b) Gundul,
misalnya daun jambu air. c) Kasap, misalnya daun jati. d) Berkerut, misalnya
daun jambu biji. e) Berbingkul-bingkul, seperti berkerut tetapi kerutannya lebih
besar, misalnya daun air mata pengantin, f) Berbulu, jika bulu halus dan jarangjarang, misalnya daun tembakau, g) Berbulu kasar, jika daun berambut kaku dan
jika diraba terasa kasar, misalnya dau gadung dan j) Bersisik, misalnya sisi bawah
daun durian (Nurkhayati, 2009:13).
h. Bentuk daun berdasarkan jumlah daunnya
Berdasarkan jumlah daun yang terletak pada tangkainya, daun dapat di
kelompokkan atas dua yaitu: a) Daun tunggal, yaitu hanya ada satu helaian daun
saja pada setiap tangkainya dan b) Daun majemuk, yaitu helaian daun tumbuh
pada cabang tangkai, sehingga pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian
daun.
Adapun bagian-bagian daun majemuk yaitu, 1) Ibu tangkai daun, yaitu
tempat duduknya helaian-helaian daun. 2) Tangkai anak daun, yaitu cabangcabang ibu tangkai yang mendukung anak daun, 3) Anak daun, yaitu bagian-
18
bagian daun helaian daun. Anak daun ini biasanya hanya mempunyai tangkai
daun yang pendek, dan 4) Upih daun, yaitu bagian dibawah ibu tangkai yang
lebar dan biasanya memeluk batang (Nurkhayati, 2009:14).
2. 1. 5 Usaha Guru dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Bentuk
Daun
Dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang bentuk daun ada beberapa
hal yang perlu dilakukan oleh guru antara lain : memberikan motivasi belajar pada
anak, menggunakan metode belajar yang bervariasi dan meningkatkan kerjasama
orang tua dan guru (Howell, 2005:10)
Dalam pembelajaran memang sangat penting bagi guru untuk selalu
memotivasi anak agar proses pembelajaran berjalan lancar dan anak lebih
bersemangat untuk belajar. Dalam proses pembelajaran terutama dalam
pembelajaran IPA guru harus menggunakan pula pendekatan inquiri sehingga
anak dapat mengerti apa yang sedang dan dipelajarinya, sebab dengan
menemukan sendiri akan lebih membekas pada ingatan anak apa yangb telah ia
pelajari dan ia dapati.
2. 2. Hakikat Pendekatan Inquiri
2. 2.1 Pengertian Pendekatan
Uno (2008:27) menyatakan bahwa dalam pendekatan belajar mengajar yang
paling cocok dan paling efektif untuk menjawab tentang budaya dan ledakan
informasi ilmu pengetahuan dan teknologi adalah pendekatan yang mencangkup
kesesuaian antara situasi kehidupan yang berbeda-beda akan
kemampuan nala, berprakarsa, dan berfikir kreatif pada anak didik.
meningkatkan
19
Selanjutnya dikatakan pula bahwa model belajar yang paling cocok untuk
anak-anak Indonesia adalah belajar melalui pengalaman langsung (learning by
doing). Model belajar ini memperkuat daya ingat anak dan biayanya pun sangat
murah, sebab menggunakan alat-alat dan media belajar yamg dilakukan oleh anak
itu sendiri.
Senada dengan hal itu, Trisno Hadiisubroto mengatakan bahwa pengalaman
langsunglah yang memegang peranan terpenting sebagai pendorong lajunya
perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung anak yang berlangsung
spontan sampai 12 tahun, efesiensi pengalaman langsung tergantung pada
konsitensi antar hubungan metode dan bahan pelajaran yang dengan tingkat
perkembangan kognitif anak. Anak-anak akan siap untuk mengembangkan konsep
tertentu hanya bila anak telah memiliki struktur kognitif (skemata) yang menjadi
persyaratanya yakni pekembangan kognitif yang bersifat hierarki dan intergrative
(Roestiyah, 2006:17) .
2. 2. 2 Pengertian Pendekatan Inquiri
Inquiri pada dasarnya adalah suatu ide yang kompleks, yang berarti banyak
hal, bagi banyak orang, dalam banyak konteks (a compelete idea that means many
thins people in many contexts). Inquiri adalah bertanya. Bertanya banyak hal,
bukan asal bertanya. Pertanyaan harus berhubungan dengan apa yang dibicarakan.
Pertanyaan yang diajukan harus dapat dijawab sebagian atau keseluruhannya.
Pertanyaan harus dapat dijuji dan diselidiki secara bermakna (Nurdin dkk,
2005:43)
20
Dalam definisi lain inkuiri merupakan model pembelajaran yang menganut
prinsip pengetahuan yang ada dalam diri siswa diupayakan diperoleh dari proses
menemukan, bukan diberi oleh guru atau siswa menghafal fakta – fakta sehingga
pengetahuan yang diperoleh siswa dari proses menemukan dan bermakna akan
bertahan lebih lama bahkan membekas dalam ingatan siswa (Sahrul, 2009:17).
Sedangkan menurut Piaget mendefinisikan model inkuiri adalah sebagai
pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan sendiri,
dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin
menggunakan simbol – simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri,
menghubungkan
penemuan
yang
satu
dengan
penemuan
yang
lain,
membandingkan apa yang ditemukan orang lain (Djajadisastra, 2010:11).
Inquiri adalah istilah dalam bahasa Inggris, ini merupakan suatu teknik
atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Adapun
pelaksanaannya sebagai berikut: guru membagi tugas peneliti suatu masalah ke
kelas. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing
kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka
mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya dalam kelompok. Setelah hasil
kerja dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun
dengan baik (Roestiyah, 2006:75)
Menurut Panggabean (2007: 99) metode inquiri adalah perluasan proses
discoveri yang digunakan lebih mendalam artinya proses inquiri mengandung
proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya misalnya merumuskan
problema, merancang eksperimen, pengumpulan data, menganalisis data, dan
21
menarik kesimpulan. Sehubungan dengan pengertian tersebut, pada pendekatan
inkuiri, kegiatan belajar mengajar harus direncanakan agar peserta didik
memperoleh pengalaman-pengalaman, sehingga berkesempatan untuk mengalami
proses-proses inkuiri (Abu Ahmadi dan Joko Prasetya, 2005:76).
Pendapat di atas lebih diperinci oleh Dr.wina sanjaya, ia menyatakan
bahwa pendekatan inquiri adalah “Rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawabannya”. Proses berfikir itu biasanya dilakukan melalui
Tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering disebut
srategi heuristic, yang berasal dari yunani yaitu heuriskein yang berarti sya
menemukan. Pendekatan inquiri berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir
kedunia, manusia memiliki menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu
tentang keaadaan alam disekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak lahir
kedunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala suatu
melalui indra pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan indra-indra lain. Hingga
dewasa ini keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan
menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki akan bermakna
(meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu.
Proses perfikir seperti disebutkan Dr. Wina Sanjaya dimaksudkan untuk
merangsang murid untuk berfikir, menganalisa suatu persoalan sehingga
menemukan pemecahan masalah, yang dalam bahasa Inggris disebut problem
solving methode. Dengan pendekatan ini murid dapat dibina untuk berfikir ilmiah,
22
yaitu cara perfikir yang mengikuti jenjang-jenjang tertentu di dalam
penyelesaiannya (Djajadisastra, 2010-19).
2. 2. 3 Tujuan Pendekatan Inquiri
John Dewey menjelaskan maksud utama pendekatan inquiri adalah
memberikan latihan kepada murid dalam berfikir. Pendekatan ini akan
menghindarkan murid membuat kesimpulan tergesa-gesa, menimbang-nimbang
kemungkinan pemecahan dan menangguhkan pengambilan sampai terdapat buktibukti yang cukup (Muhaimin, 1996-88). Adapun tujuan lain metode inquiri
adalah: a). Meningkatkan keterlibatan siswa dalam menemukan dan memproses
bahan ajarnya, b) Mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk
mendapatkan pengalaman belajarnya, c) Melatih peserta didik dalam menggapai
dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber yang tidak ada hasilnya dan d)
Memberi pengalaman seumur hidup.
2. 2. 4 Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Inquiri
Dalam sebuah metode pembelajaran terdapat keunggulan dan kelemahan,
begitu pula metode pembelajaran inquiri. Kenggulan pendekatan metode inquiri
diantaranya: 1) Menekankan pada proses pengolahan informasi oleh siswa itu
sendiri, 2) Membuat konsep sendiri kepada peserta didik datambah dengan
penemuan
yang
diperolehnya,
3)
Memiliki
kemungkinan
besar
untuk
memperbaiki dan memperluas persediaan dan penguasaan keterampilan dalam
proses kognitif para siswa dan 4) Penemuan-penemuan yang diperoleh siswa
dapat menjadi kepemilikannya, dan sangat sulit melupakannya.
23
Adapun kelemahan pendekatan metode inquiri adalah 1) Tidak sesuai
untuk kelas yang besar jumlah siswanya, 2) Memerlukan fasilitas yang memadai,
3) Menuntut guru merubah cara mengajarnya yang selama ini bersifat tradisional,
4) Sangat sulit mengubah cara belajar siswa dari kebiasaan menerima informasi
guru, sebaiknya siswa efektif dalam mencari dan menemukan sendiri, dan 5)
Kebebasan yang diberikan kepada siswa tidak selamanya dapat dimanfaatkan
secara optimal, terkadang siswa malah lebingungan memanfaatkanya.
2. 3
Kajian Penelitian Yang Relevan
Sebelum melanjutkan penelitian, peneliti mencari tambahan referensi
berupa hasil penelitian yang relevan. Hal ini bertujuan untuk melihat keberhasian
penelitian dengan objek yang sama pada subjek berbeda.
Erni Wahyuni dalam skripsinya yang berjudul “ Penerapan Model Inquiri
Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Pelajaran IPA Pada Materi
Struktur Dan fungsi Daun Bagian-Bagian Tumbuhan Di SDN Kepunduan
Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon”, dalam kesimpulan penelitiannya
dinyatakan bahwa penggunaan metode inquiri sangat cocok karena metode ini
menekankan kepada siswa secar maksimal untuk mencari dan menemukan,
artinya model inquiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar, dan seluruh
aktfitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban
sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian model pembelajaran inquiri
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi fasilitator dan
24
motifator belajar siswa. Hal ini ditnjukkan oleh peningkatan jumlah siswa yang
memperoleh nilai di atas rata-rata mencapai 89 %.
Indah Siantin, dalam Skripsinya yang berjudul “ Penerapan metode Inquri
Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Struktur dan Fungsi bagianbagian tumbuhan di kelas IV SDN Bumiayu 3 Malang tahun 2011” Dalam
kesimpulan penelitiannya dinyatakan bahwa penerapan metode inquiri ini
diharapkan akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
pembelajaran struktur dan fungsi bagian-bagian tumbuhan. Model pembelajaran
inquiri merupakan model pembelajaran yang menganut prinsip pengetahuan yang
ada didalam diri siswa diupayakan diperoleh dari proses menemukan diberi oleh
guru atau siswa menghafal fakta-fakta sehingga pengetahuan yang di peroleh
siswa dari proses menemukan dan bermakna akan bertambah lebih lama bahkan
membekas dalam ingatan siswa. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan jumlah
siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata 90 %.
2. 4
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian latar belakang pada bab sebelumnya serta ditunjang
oleh teori yang telah dijabarkan di atas, maka hipotesis tindakan dinyatakan
bahwa “ pemahaman siswa tentang bentuk-bentuk daun pada tumbuhan akan
mengalami meningkat jika digunakan pendekatan inquiri.
2. 5
Indikator Keberhasilan
Pengamatan awal kondisi penelitian ini diperoleh bahwa pemahaman
siswa terhadap bentuk-bentuk daun masih sangat rendah dengan kisaran 80%
25
yang berarti bahwa hanya 20% anak yang menonjol pemahamannnya tentang
bentuk-bentuk daun. Melalui pendekatan inquiri, diharapkan pemahaman siswa
tentang bentuk-bentuk daun akan mengalami peningkatan dari kondisi 20%
meningkat menjadi 80%. Jika keseluruhan pencapaian mengalami peningkatan
sesuai target tersebut, maka penelitian ini dinyatakan selesai.
Download