tentang persekutuan perdata, persekutuan firma, dan

advertisement
www.hukumonline.com
RANCANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR.….... TAHUN….
TENTANG
PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
a.
bahwa badan usaha dalam bentuk Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma, dan Persekutuan
Komanditer bagian integral dari kegiatan ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, peran, dan potensi
yang strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang semakin seimbang berdasarkan
demokrasi ekonomi;
b.
bahwa peraturan tentang Persekutuan Perdata, yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
dan peraturan tentang Persekutuan Firma dan Persekutuan Komanditer yang diatur dalam Kitab UndangUndang Hukum Dagang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum dan kebutuhan
dunia usaha, sehingga perlu diatur kembali;
c.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu membentuk
Undang-Undang tentang Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma, dan Persekutuan Komanditer.
Mengingat:
Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN
KOMANDITER.
BAB I
1 / 42
www.hukumonline.com
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1.
Persekutuan Perdata adalah persekutuan yang didirikan berdasarkan perjanjian antara dua orang atau
lebih yang mengikatkan diri untuk bekerja sama secara terus menerus dan setiap sekutunya bertindak
atas nama sendiri serta bertanggung jawab sendiri terhadap pihak ketiga.
2.
Persekutuan Firma adalah persekutuan yang didirikan berdasarkan perjanjian untuk menjalankan badan
usaha dengan memakai nama bersama dan setiap sekutunya berhak bertindak untuk dan atas nama
badan usaha serta bertanggung jawab terhadap pihak ketiga secara tanggung renteng sampai harta
kekayaan pribadi.
3.
Persekutuan Komanditer adalah persekutuan yang didirikan berdasarkan perjanjian antara satu orang
atau lebih yang akan bertindak sebagai sekutu Komplementer dengan satu orang atau lebih yang akan
bertindak sebagai sekutu Komanditer untuk menjalankan badan usaha dan setiap sekutu Komplementer
berhak bertindak untuk dan atas nama badan usaha serta bertanggung jawab terhadap pihak ketiga
secara tanggung renteng sampai harta kekayaan pribadi.
4.
Sekutu Komplementer adalah sekutu yang berhak bertindak untuk dan atas nama badan usaha dan
bertanggung jawab terhadap pihak ketiga secara tanggung renteng sampai harta kekayaan pribadi.
5.
Sekutu Komanditer adalah sekutu yang tidak berhak bertindak untuk dan atas nama badan usaha dan
tidak bertanggung jawab melebihi pemasukannya.
6.
Orang adalah orang perseorangan dan/atau badan hukum.
7.
Barang adalah barang bergerak dan tidak bergerak, barang berwujud dan tidak berwujud yang dapat
dinilai dengan uang.
8.
Hari adalah hari kalender.
9.
Menteri adalah Menteri yang menjalankan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia.
Pasal 2
Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma, dan Persekutuan Komanditer merupakan persekutuan bukan badan
hukum.
Disepakati Penjelasan
Yang dimaksud dengan “persekutuan bukan badan hukum”adalah persekutuan yang pertanggungjawabannya
tidak hanya dibebankan pada persekutuan melainkan juga pada sekutunya, yakni sekutu Firma dalam
Persekutuan Firma dan sekutu Komplementer dalam Persekutuan Komanditer.
BAB II
PERSEKUTUAN PERDATA
Bagian Kesatu
Pendirian
2 / 42
www.hukumonline.com
Pasal 3
(1)
Persekutuan Perdata didirikan berdasarkan perjanjian Persekutuan Perdata.
(2)
Perjanjian Persekutuan Perdata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dengan akta notaris dalam
bahasa Indonesia.
(3)
Persekutuan Perdata mulai berlaku sejak tanggal akta notaris atau tanggal kemudian yang ditentukan
dalam akta notaris tersebut.
Pasal 4
Setiap Persekutuan Perdata harus mempunyai nama dan tempat kedudukan dalam wilayah Negara Republik
Indonesia.
Pasal 5
Persekutuan Perdata dilarang memakai nama yang:
a.
sama atau mirip dengan nama Persekutuan Perdata yang telah di daftarkan terlebih dahulu;
b.
bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan.
Pasal 6
Terhadap Persekutuan Perdata berlaku ketentuan dalam Undang-Undang ini, ketentuan perjanjian Persekutuan
yang dibuat para sekutu dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Pasal 7
(1)
Persekutuan Perdata harus mempunyai alamat lengkap di tempat kedudukannya.
(2)
Dalam surat-menyurat, pengumuman yang diterbitkan, barang cetakan, dan akta dalam hal Persekutuan
Perdata menjadi pihak harus disebutkan nama dan alamat lengkap.
Pasal 8
Kegiatan Persekutuan Perdata dilarang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
ketertiban umum, dan/atau kesusilaan.
Pasal 9
Persekutuan Perdata dapat didirikan untuk jangka waktu terbatas atau tidak terbatas sebagaimana ditentukan
dalam Akta Perjanjian Persekutuan Perdata tersebut.
Pasal 10
(1)
Akta Persekutuan Perdata paling sedikit harus memuat:
a.
nama lengkap, tempat tinggal, kewarganegaraan, dan pekerjaan sekutu perseorangan atau nama,
tempat kedudukan, dan status badan hukum bagi sekutu yang berstatus badan hukum;
3 / 42
www.hukumonline.com
(2)
b.
nama Persekutuan Perdata;
c.
tempat kedudukan Persekutuan Perdata;
d.
saat dimulai dan berakhirnya Persekutuan Perdata;
e.
kegiatan usaha Persekutuan Perdata;
f.
pemasukan dari sekutu;
g.
cara pembagian laba dan beban kerugian Persekutuan Perdata;
h.
hak, kewajiban, dan tanggung jawab sekutu.
Dalam hal Akta Perjanjian Persekutuan Perdata tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Akta Perjanjian Persekutuan Perdata tidak dapat didaftarkan.
Pasal 11
Setiap perubahan ketentuan dalam Akta Persekutuan Perdata harus dibuat dengan akta notaris dalam bahasa
Indonesia dan didaftarkan pada organisasi profesi.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Sekutu
Pasal 12
(1)
Setiap sekutu wajib memberikan pemasukan berupa uang, barang, tenaga, keahlian, dan/atau
klien/pelanggan.
(2)
Dalam hal pemasukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa barang, harus disebutkan dengan
jelas rincian dan nilainya.
(3)
Pemasukan berupa barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat dilakukan dengan cara
penyerahan:
a.
kepemilikan atas barang kepada semua sekutu dalam ikatan Persekutuan Perdata; atau
b.
pemanfaatan atas barang kepada Persekutuan Perdata.
(4)
Penyerahan kepemilikan atas barang kepada semua sekutu dalam ikatan persekutuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a mengakibatkan barang tersebut menjadi milik bersama dari semua sekutu
yang tidak dapat dibagi dan tidak menyebabkan barang tersebut menjadi bagian dari kekayaan pribadi
sekutu.
(5)
Dalam hal penyerahan kepemilikan atas barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a berupa
barang bergerak terdaftar dan barang tidak bergerak harus didaftar atas nama Persekutuan Perdata.
(6)
Dalam hal penyerahan kepemilikan atas barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a tidak dapat
didaftarkan atas nama persekutuan maka didaftarkan atas nama sekutu bersama-sama dalam ikatan
Persekutuan Perdata.
(7)
Penyerahan kepemilikan atas barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, tidak mengakibatkan
barang tersebut menjadi jaminan bagi perikatan pribadi sekutu.
(8)
Dalam hal pemasukan berupa barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, sekutu yang
memberikan pemasukan berupa barang wajib menjamin tidak adanya tuntutan berupa apa pun berkenaan
4 / 42
www.hukumonline.com
dengan kepemilikan barang tersebut.
(9)
Dalam hal pemasukan berupa barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, maka setelah
penyerahan dilakukan, risiko selanjutnya atas kepemilikan dan pemakaian barang menjadi tanggung
jawab persekutuan.
(10)
Dalam hal pemasukan berupa barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, maka risiko atas :
a.
kepemilikan barang tersebut tetap menjadi tanggung jawab sekutu yang memberikan pemasukan;
dan
b.
pemanfaatan barang tersebut menjadi tanggung jawab persekutuan, kecuali ditentukan lain dalam
Akta Perjanjian Persekutuan Perdata.
Pasal 13
(1)
Sekutu yang menyanggupi untuk memberikan pemasukan berupa sejumlah uang dan/atau barang dan
tidak melakukannya pada tanggal yang diperjanjikan, dapat dibebani bunga sesuai dengan yang
diperjanjikan dalam akta perjanjian persekutuan.
(2)
Selain pembebanan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekutu dapat dikenakan tambahan
penggantian biaya dan/atau ganti kerugian.
Pasal 14
Sekutu yang telah menyatakan kesanggupannya untuk memberikan pemasukan berupa tenaga dan/atau
keahlian ke dalam Persekutuan Perdata, wajib memberikan pertanggungjawaban kepada Persekutuan Perdata
tentang semua hasil yang diperoleh dari tenaga dan/atau keahliannya sesuai dengan yang diperjanjikan.
Pasal 15
(1)
Dalam hal Persekutuan Perdata menderita kerugian yang disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian
sekutu, maka sekutu tersebut wajib memberikan ganti kerugian kepada Persekutuan Perdata.
(2)
Kewajiban memberikan ganti kerugian kepada Persekutuan Perdata sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), tidak dapat diperhitungkan dengan keuntungan yang diperoleh Persekutuan Perdata karena
pekerjaan sekutu yang bersangkutan.
Pasal 16
Setiap sekutu mempunyai hak penggantian dari Persekutuan Perdata atas:
a.
uang yang dikeluarkannya lebih dahulu untuk Persekutuan Perdata;
b.
biaya yang telah dikeluarkan berkaitan dengan perjanjian yang dibuat dengan itikad baik untuk
kepentingan Persekutuan Perdata;dan
c.
kerugian yang dideritanya yang tidak dapat dipisahkan dari pengurusan Persekutuan Perdata asalkan
kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya.
Pasal 17
(1)
Bagian dari setiap sekutu atas laba rugi Persekutuan Perdata ditetapkan dalam akta perjanjian
Persekutuan Perdata berdasarkan kesepakatan semua sekutu.
5 / 42
www.hukumonline.com
(2)
Bagian dari setiap sekutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap waktu dapat diubah atas
kesepakatan semua sekutu dan perubahan tersebut harus dimuat dalam akta perubahan perjanjian
Persekutuan Perdata.
(3)
Perubahan bagian dari setiap sekutu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku sejak tanggal akta
perubahan perjanjian Persekutuan Perdata dibuat.
Pasal 18
Akta Perjanjian Persekutuan Perdata yang menetapkan bahwa sekutu tertentu tidak memperoleh bagian laba,
batal karena hukum.
Pasal 19
Akta Perjanjian Persekutuan Perdata yang menetapkan bahwa semua kerugian Persekutuan Perdata
ditanggung oleh sekutu tertentu, adalah sah.
Pasal 20
(1)
Dalam Akta Perjanjian Persekutuan Perdata, sekutu tertentu dapat ditetapkan sebagai sekutu pengurus
yang berwenang melakukan perbuatan kepengurusan Persekutuan Perdata dan mewakili Persekutuan
Perdata di dalam dan di luar pengadilan.(11/10/11)
(2)
Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat ditarik kembali, kecuali dibuat perubahan
atas Akta Perjanjian Persekutuan Perdata.
Pasal 21
(1)
Sekutu pengurus dalam melakukan pengurusan Persekutuan Perdata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (1), harus bertindak dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan
Persekutuan Perdata.
(2)
Dalam hal sekutu pengurus tidak bertindak dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk
kepentingan Persekutuan Perdata, sekutu pengurus tersebut harus bertanggung jawab terhadap sekutu
lainnya atas kerugian yang diderita Persekutuan Perdata.
(3)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak membebaskan sekutu lainnya terhadap perikatan
Persekutuan Perdata yang telah dibuat dengan pihak ketiga.
Pasal 22
(1)
Sekutu pengurus dapat melimpahkan kewenangan kepada sekutu lain untuk melakukan perbuatan
kepengurusan.
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan “sekutu lain” adalah sekutu yang bukan sekutu pengurus yang diberi kewenangan
melakukan perbuatan kepengurusan.
(2)
Pemberian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dimuat dalam akta tersendiri.
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan “akta” baik berupa akta di bawah tangan atau akta yang dibuat di hadapan
6 / 42
www.hukumonline.com
notaris.
(3)
Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setiap saat dapat ditarik kembali.
Pasal 23
Dalam hal beberapa sekutu dalam Akta Perjanjian Persekutuan Perdata diberi kewenangan melakukan
perbuatan kepengurusan Persekutuan Perdata dan tidak ditentukan tugas masing-masing sekutu atau tidak
ditentukan harus bertindak bersama-sama, setiap sekutu berwenang melakukan segala perbuatan hukum
mengenai kepengurusan Persekutuan Perdata.
Pasal 24
(1)
Dalam hal telah diperjanjikan seorang sekutu pengurus harus melakukan perbuatan kepengurusan
bersama dengan sekutu pengurus lainnya, sekutu pengurus tersebut tidak dapat bertindak sendiri.
(2)
Ketentuan untuk melakukan perbuatan kepengurusan bersama sekutu lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak berlaku karena jika sekutu tidak melakukan perbuatan sendiri, persekutuan akan menderita
kerugian.
(3)
Terhadap pihak ketiga, tindakan sekutu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengikat persekutuan.
Pasal 25
(1)
Sekutu pengurus wajib memberikan pertanggungjawaban kepada semua sekutu atas perbuatan
kepengurusan yang dilakukannya.
Usulan baru:
Pasal ...
Sekutu pengurus yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang telah ditentukan dalam UndangUndang ini dan/atau Akta Perjanjian Persekutuan Perdata sehingga mengakibatkan kerugian bagi
Persekutuan Perdata dapat di tuntut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2)
Pertanggungjawaban dalam melakukan perbuatan kepengurusan Persekutuan Perdata sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)sekutu pengurus wajib menyampaikan laporan tahunan Persekutuan Perdata
kepada semua sekutu paling lambat 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun buku Persekutuan
Perdata.
(3)
Laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat:
(4)
a.
laporan kegiatan yang dilakukan oleh Persekutuan Perdata selama 1(satu) tahun; dan
b.
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
Selain laporan tahunan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2), dalam akta Perjanjian Persekutuan
Perdata dapat ditentukan pula kewajiban sekutu pengurus untuk menyampaikan laporan kegiatan dan
keuangan Persekutuan Perdata secara berkala disertai bukti pendukung.
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan laporan “secara berkala” adalah cara penyampaian laporan yang ditentukan
dalam Akta Persekutuan Perdata secara bulanan, triwulan, dan/atau semesteran.
(5)
Laporan tahunan Persekutuan Perdata sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus mendapat
persetujuan dari para sekutu sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Akta Perjanjian Persekutuan
Perdata.
7 / 42
www.hukumonline.com
Pasal 26
(1)
Setiap sekutu berhak melihat dokumen pendukung yang berkaitan dengan laporan kegiatan dan laporan
keuangan Persekutuan Perdata yang disimpan dikantor Persekutuan Perdata.
(2)
Dalam hal sekutu meragukan kebenaran laporan kegiatan dan/atau laporan keuangan Persekutuan
Perdata yang telah diterimanya, setelah melihat dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), sekutu tersebut sesuai dengan ketentuan dalam akta perjanjian Persekutuan Perdata dapat meminta
auditor dan/atau ahli yang mandiri untuk melakukan pemeriksaan.
Pasal 27
Dalam hal tidak diperjanjikan secara khusus mengenai cara pengurusan, kepengurusan Persekutuan Perdata
dilakukan secara bersama-sama dengan ketentuan sebagai berikut:
a.
setiap sekutu dianggap secara timbal balik telah memberi kuasa kepada sekutu lainnya untuk melakukan
kepengurusan;
b.
setiap sekutu berhak mengetahui perbuatan sekutu lainnya dalam melakukan perbuatan kepengurusan;
c.
setiap sekutu berhak menolak perbuatan sekutu lainnya dalam melakukan kepengurusan terhadap
perbuatan yang akan dilakukan;
d.
setiap sekutu berhak menggunakan barang milik Persekutuan Perdata sesuai dengan peruntukannya;
dan
e.
setiap sekutu dapat mewajibkan sekutu lainnya turut menanggung biaya yang diperlukan untuk
pemeliharaan barang milik Persekutuan Perdata.
Pasal 28
Setiap sekutu tanpa persetujuan semua sekutu, dilarang melakukan perbuatan kepemilikan yang meliputi:
a.
pengubahan bentuk dan/atau peruntukan barang tidak bergerak milik Persekutuan Perdata, meskipun
pengubahan tersebut menguntungkan Persekutuan Perdata;
b.
pengalihan atau pengagunan barang tidak bergerak atas nama semua sekutu dalam ikatan Persekutuan
Perdata; dan
c.
pengalihan, penggadaian, atau pengagunan barang bergerak milik Persekutuan Perdata.
Pasal 29
Setiap sekutu dapat menerima pihak ketiga sebagai peserta dari bagiannya dalam Persekutuan Perdata tanpa
persetujuan sekutu lainnya.
Pasal 30
Setiap sekutu tanpa persetujuan sekutu lainnya dilarang menerima pihak ketiga sebagai sekutu dalam
Persekutuan Perdata.
Bagian Ketiga
8 / 42
www.hukumonline.com
Perikatan Sekutu Terhadap Pihak Ketiga
Pasal 31
(1)
Perikatan yang dibuat oleh sekutu tidak berdasarkan kuasa dari sekutu lainnya hanya mengikat sekutu
yang bersangkutan dan tidak mengikat sekutu lainnya.
(2)
Jika sekutu bertindak berdasarkan kuasa dari semua sekutu lainnya, maka sekutu bertindak atas nama
semua sekutu dalam ikatan Persekutuan Perdata, dan masing-masing sekutu dalam ikatan Persekutuan
Perdata bertanggung jawab atas perikatan tersebut.
(3)
Jika perikatan dibuat atas nama Persekutuan Perdata mengenai kewajiban yang dapat dibagi, masingmasing sekutu dapat dituntut oleh kreditor Persekutuan Perdata untuk jumlah dan bagian yang sama,
meskipun bagian masing-masing sekutu dalam Persekutuan Perdata tidak sama.
(4)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak berlaku apabila pada waktu diadakan perikatan,
diperjanjikan dengan kreditor bahwa kewajiban masing-masing sekutu untuk membayar utang
Persekutuan Perdata adalah sesuai dengan yang diperjanjikan.
(5)
Jika perikatan dibuat atas nama persekutuan mengenai kewajiban yang tidak dapat dibagi, masingmasing sekutu bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang diperjanjikan.
(6)
Jika salah satu atau lebih sekutu telah memenuhi kewajiban terhadap kreditor sebagaimana dimaksud
pada ayat (5), sekutu tersebut mempunyai hak berdasarkan subrogasi terhadap sekutu lainnya sesuai
dengan perimbangan bagian sekutu lainnya dalam Persekutuan Perdata.
(7)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sampai dengan ayat (6) berlaku mutatis mutandis
terhadap perikatan yang dibuat oleh sekutu tidak berdasarkan kuasa dari semua sekutu lainnya, tetapi
memberi manfaat bagi Persekutuan Perdata.
Pasal 32
Jika sekutu atas nama Persekutuan Perdata membuat perikatan dengan pihak lain, maka setiap sekutu dapat
menuntut pihak lain yang membuat perikatan tersebut.
Bagian Keempat
Pembubaran Persekutuan dan Likuidasi
Pasal 33
Persekutuan Perdata bubar karena:
a.
jangka waktu berdirinya Persekutuan Perdata sebagaimana ditentukan dalam Akta Perjanjian
Persekutuan Perdata berakhir;
b.
diselesaikannya kegiatan usaha yang menjadi tujuan Persekutuan Perdata;
c.
musnahnya barang yang pemanfaatannya dimasukkan dalam Persekutuan Perdata;
d.
salah satu sekutu keluar dari Persekutuan Perdata;
e.
satu atau lebih sekutu meninggal dunia, pailit, atau berada di bawah pengampuan;
f.
kesepakatan para sekutu; atau
9 / 42
www.hukumonline.com
g.
putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pasal 34
(1)
Jika terjadi salah satu dari keadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf d dan e, persekutuan
dapat dilanjutkan oleh sekutu yang masih ada dalam Persekutuan Perdata, jika hal tersebut telah
diperjanjikan dalam Akta Perjanjian Persekutuan Perdata.
(2)
Jika tidak diperjanjikan dalam Akta Perjanjian Persekutuan Perdata sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
sekutu yang masih ada dapat mengadakan perjanjian Persekutuan Perdata baru.
(3)
Dalam hal salah satu sekutu keluar, dinyatakan pailit, atau berada di bawah pengampuan, yang
bersangkutan berhak memperoleh bagiannya dalam Persekutuan Perdata.
(4)
Dalam hal salah satu sekutu meninggal dunia, ahli warisnya berhak memperoleh bagiannya dalam
Persekutuan Perdata.
Pasal 35
Dalam hal Persekutuan Perdata bubar, sekutu pengurus atau sekutu secara bersama-sama melakukan
pemberesan atas harta Persekutuan Perdata serta menyelesaikan hak dan kewajiban Persekutuan Perdata.
Pasal 36
(1)
Dalam hal Persekutuan Perdata bubar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, seluruh utang
Persekutuan Perdata wajib dibayar lunas.
(2)
Dalam hal harta Persekutuan Perdata lebih kecil daripada utang Persekutuan Perdata, selisih tersebut
merupakan kerugian yang harus ditanggung oleh semua sekutu sesuai dengan perimbangan pemasukan
masing-masing sekutu yang ditentukan dalam Akta Perjanjian Persekutuan Perdata.
(3)
Dalam hal masih terdapat sisa harta Persekutuan Perdata setelah dikurangi semua kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sisa harta tersebut dibagi di antara para sekutu sebanding dengan
pemasukan masing-masing sekutu.
BAB III
PERSEKUTUAN FIRMA
Bagian Kesatu
Pendirian
Pasal 37
Ketentuan mengenai Persekutuan Perdata sebagaimana dimaksud dalam Bab II mutatis mutandis berlaku
terhadap Persekutuan Firma, kecuali ditentukan lain dalam bab ini.
Pasal 38
Setiap Persekutuan Firma harus mempunyai nama dan tempat kedudukan dalam wilayah Negara Republik
10 / 42
www.hukumonline.com
Indonesia.
Pasal 39
Persekutuan Firma dilarang memakai nama yang:
a.
sama atau mirip dengan nama Persekutuan Firma yang telah didaftarkan terlebih dahulu.
b.
bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan.
Pasal 40
Terhadap Persekutuan Firma berlaku ketentuan dalam Undang-Undang ini, ketentuan perjanjian Persekutuan
yang dibuat para sekutu dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Pasal 41
(1)
Persekutuan Firma harus mempunyai alamat lengkap di tempat usahanya.
(2)
Dalam surat-menyurat, pengumuman yang diterbitkan, barang cetakan, dan akta dalam hal Persekutuan
Firma menjadi pihak harus disebutkan nama dan alamat lengkap.
Pasal 42
Kegiatan Persekutuan Firma dilarang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
ketertiban umum, dan/atau kesusilaan.
Pasal 43
Persekutuan Firma dapat didirikan untuk jangka waktu terbatas atau tidak terbatas sebagaimana ditentukan
dalam akta perjanjian Persekutuan Firma tersebut.
Pasal 44
(1)
Persekutuan Firma memakai nama bersama yang telah disepakati untuk menjalankan suatu usaha.
(2)
Kata ”Firma” atau disingkat ”Fa” harus dicantumkan didepan nama Persekutuan Firma.
Pasal 45
(1)
Nama Persekutuan Firma yang telah bubar dapat dipakai oleh sekutu yang akan melanjutkan usaha
persekutuan jika ditentukan dalam akta perjanjian Persekutuan Firma.
(2)
Dalam hal akta perjanjian Persekutuan Firma tidak mengatur pemakaian nama Persekutuan Firma yang
telah bubar, nama firma hanya dapat dipakai oleh sekutu yang hendak akan melanjutkan usaha
persekutuan, dengan persetujuan dari:
a.
seluruh sekutu dari Persekutuan Firma yang telah bubar; atau
b.
ahli waris sekutu dalam hal nama firma yang bubar tersebut memakai nama sekutu yang telah
meninggal dunia.
11 / 42
www.hukumonline.com
Pasal 46
Dalam surat menyurat, pengumuman yang diterbitkan, barang cetakan, dan akta dalam hal Persekutuan Firma
menjadi pihak, harus menyebutkan nama dan alamat lengkap Persekutuan Firma.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Sekutu Firma
Pasal 47
(1)
Setiap sekutu berhak untuk mengurus, mewakili, dan menandatangani untuk dan atas nama Persekutuan
Firma kecuali ditentukan lain.
(2)
Hak setiap sekutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya berlaku bagi tindakan yang sesuai
dengan maksud dan tujuan Persekutuan Firma.
Pasal 48
Setiap sekutu firma bertanggung jawab secara tanggung renteng dengan Persekutuan Firma untuk semua
perikatan Persekutuan Firma terhadap pihak ketiga.
Pasal 49
(1)
Setiap sekutu baru yang akan masuk dalam Persekutuan Firma harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari seluruh sekutu yang ada.
(2)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi kemungkinan dalam akta Persekutuan
Firma menetapkan pemberian kewenangan atau kuasa kepada beberapa sekutu tertentu untuk
menyetujui sekutu baru yang akan masuk.
(3)
Sekutu firma yang baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab secara tanggung
renteng dengan sekutu firma lainnya dan Persekutuan Firma terhadap semua perikatan Persekutuan
Firma.
Pasal 50
Dalam hal seorang sekutu firma keluar dari Persekutuan Firma dan Persekutuan Firma dilanjutkan maka sekutu
yang bersangkutan tetap bertanggungjawab atas kewajiban Persekutuan Firma sebelum sekutu yang
bersangkutan keluar.
Bagian Ketiga
Pembubaran Persekutuan Firma dan Likuidasi
Pasal 51
Persekutuan Firma bubar karena:
12 / 42
www.hukumonline.com
a.
hal-hal yang diatur dalam perjanjian;
b.
musnahnya barang atau diselesaikannya usaha yang menjadi tujuan persekutuan;
c.
kesepakatan para sekutu;
d.
keluarnya satu sekutu atau lebih, sehingga persekutuan hanya tinggal satu sekutu;
e.
satu sekutu meninggal dunia, ditaruh dibawah pengampuan atau dinyatakan pailit sehingga persekutuan
hanya tinggal satu sekutu; atau
f.
putusan pengadilan yang membubarkan Persekutuan Firma dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pasal 52
(1)
(2)
Pembubaran Persekutuan Firma sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50, wajib:
a.
dibuat oleh para sekutu dengan akta otentik dihadapan notaris; dan
b.
diumumkan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia yang mempunyai peredaran nasional.
Dalam hal sekutu firma lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembubaran
tidak berlaku bagi pihak ketiga.
Pasal 53
(1)
Dalam hal Persekutuan Firma bubar, para sekutu firma harus melakukan likuidasi atas nama Persekutuan
Firma yang bubar kecuali ditentukan lain dalam akta perjanjian persekutuan.
(2)
Para sekutu firma dapat mengangkat pihak ketiga sebagai likuidator dengan persetujuan para sekutu.
(3)
Likuidator sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam menjalankan tugasnya bertindak sebagai sekutu
firma yang berkuasa penuh.
Pasal 54
Dalam hal Persekutuan Firma bubar, para sekutu tidak dapat melakukan tindakan hukum baru atas nama
persekutuan, kecuali untuk keperluan pemberesan kekayaan persekutuan.
Pasal 55
(1)
(2)
(3)
Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak Persekutuan Firma bubar Likuidator wajib:
a.
memberitahukan kepada semua kreditor yang diketahui identitas dan alamatnya mengenai
pembubaran Persekutuan Firma dengan surat tercatat; dan
b.
mengumumkan pembubaran dalam surat kabar.
Surat pemberitahuan dan pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat :
a.
pembubaran persekutuan dan dasar hukumnya;
b.
nama dan alamat likuidator;
c.
tata cara pengajuan tagihan; dan
d.
jangka waktu pengajuan tagihan.
Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d adalah 90 (sembilan puluh) hari terhitung
13 / 42
www.hukumonline.com
sejak tanggal pemberitahuan dan pengumuman.
(4)
Tagihan yang diterima dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus dinyatakan
diterima atau ditolak oleh Likuidator dalam jangka waktu paling lambat … sejak tanggal diterimanya …
(5)
Kreditor yang mengajukan tagihan sesuai jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
kemudian ditolak oleh likuidator, dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri paling lambat 60
(enam puluh) hari terhitung sejak tanggal penolakan.
Pasal 56
(1)
(2)
Kewajiban likuidator dalam proses likuidasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, meliputi:
a.
pencatatan dan pengumpulan kekayaan Persekutuan Firma;
b.
penentuan tata cara pembagian kekayaan;
c.
pembayaran kepada kreditor;
d.
pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada sekutu firma; dan
e.
tindakan lain yang dianggap perlu dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan.
Dalam semua surat keluar, pada nama Persekutuan Firma harus ditambah kata-kata “dalam likuidasi”.
Pasal 57
(1)
Likuidator dapat meminta kekurangan dari sekutu firma seimbang dengan bagian masing-masing dalam
Persekutuan Firma, jika kekayaan persekutuan tidak mencukupi untuk membayar semua utang
persekutuan.
(2)
Apabila setelah selesainya perhitungan likuidasi terdapat sisa lebih kekayaan Persekutuan Firma, sisa
tersebut dibagi seimbang antara para sekutu dengan pemasukan sekutu.
Pasal 58
(1)
Dalam hal tidak diperjanjikan lain, setelah likuidasi dan pembagian, semua dokumen Persekutuan Firma
yang berhubungan dengan pemberesan disimpan oleh sekutu firma yang dipilih dengan suara terbanyak
dalam rapat Persekutuan Firma yang dihadiri oleh para sekutu firma atau yang ditunjuk oleh pengadilan
negeri apabila tidak tercapai suara terbanyak.
(2)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi hak setiap sekutu firma untuk
memeriksa dokumen tersebut.
Pasal 59
(1)
Kreditor yang tidak diketahui identitas dan alamatnya pada saat proses likuidasi berlangsung atau kreditor
yang tidak menerima surat pemberitahuan pembubaran persekutuan dapat mengajukan tagihannya
melalui pengadilan negeri dalam waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak pembubaran persekutuan
diumumkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57.
(2)
Tagihan yang dilakukan kreditor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan dalam hal
terdapat sisa kekayaan hasil likuidasi yang belum dibagikan kepada sekutu.
(3)
Dalam hal sisa kekayaan hasil likuidasi telah dibagikan kepada sekutu dan terdapat tagihan kreditor
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekutu wajib membayarnya secara tanggung renteng.
14 / 42
www.hukumonline.com
Pasal 60
(1)
Dalam hal tidak diperjanjikan lain, maka setelah likuidasi dan pembagian sisa harta kekayaan, buku-buku
dan surat-surat Persekutuan Firma disimpan oleh sekutu yang dipilih oleh para sekutu dalam rapat
persekutuan yang dihadiri oleh para sekutu atau yang ditunjuk oleh pengadilan negeri apabila tidak
tercapai persetujuan.
(2)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi hak sekutu untuk memeriksa bukubuku dan surat-surat Persekutuan Firma.
BAB IV
PERSEKUTUAN KOMANDITER
Bagian Kesatu
Pendirian
Pasal 61
Ketentuan mengenai Persekutuan Perdata sebagaimana dimaksud dalam Bab II dan ketentuan mengenai
Persekutuan Firma sebagaimana dimaksud dalam Bab III mutatis mutandis berlaku terhadap Persekutuan
Komanditer, kecuali ditentukan lain dalam bab ini.
Pasal 62
Setiap Persekutuan Komanditer harus mempunyai nama dan tempat kedudukan dalam wilayah Negara
Republik Indonesia.
Pasal 63
Persekutuan Komanditer dilarang memakai nama yang:
a.
sama atau mirip dengan nama Persekutuan Komanditer yang telah di daftarkan terlebih dahulu;
b.
bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan.
Pasal 64
Terhadap Persekutuan Komanditer berlaku ketentuan dalam Undang-Undang ini, ketentuan perjanjian
Persekutuan yang dibuat para sekutu dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Pasal 65
(1)
Persekutuan Komanditer harus mempunyai alamat lengkap di tempat usahanya.
(2)
Dalam surat-menyurat, pengumuman yang diterbitkan, barang cetakan, dan akta dalam hal Persekutuan
Perdata menjadi pihak harus disebutkan nama dan alamat lengkap.
15 / 42
www.hukumonline.com
Pasal 66
Kegiatan Persekutuan Komanditer dilarang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
ketertiban umum, dan/atau kesusilaan
Pasal 67
Persekutuan Komanditer dapat didirikan untuk jangka waktu terbatas atau tidak terbatas sebagaimana
ditentukan dalam akta perjanjian Persekutuan badan usaha tersebut.
Pasal 68
(1)
Persekutuan Komanditer didirikan berdasarkan perjanjian persekutuan yang dituangkan dalam akta
notaris dalam bahasa Indonesia.
(2)
Persekutuan Komanditer mulai berlaku sejak tanggal akta notaris atau pada tanggal yang ditentukan
dalam akta tersebut.
Pasal 69
(1)
Persekutuan Komanditer memakai satu nama yang telah disepakati bersama untuk menjalankan suatu
usaha.
(2)
Nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3)
Nama Persekutuan Komanditer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh memuat nama sekutu
komanditer, kecuali nama tersebut merupakan nama marga atau keluarga sekutu komplementer.
(4)
Nama Persekutuan Komanditer harus didahului dengan frase ”Persekutuan Komanditer” atau ”CV”.
(5)
Dalam surat menyurat, pengumuman yang diterbitkan, barang cetakan, dan akta dalam hal Persekutuan
Komanditer menjadi pihak, harus menyebutkan nama dan alamat lengkap Persekutuan Komanditer.
(6)
Pihak lain dapat memakai nama dari suatu Persekutuan Komanditer yang bubar, jika ditentukan dalam
akta Persekutuan Komanditer.
(7)
Dalam hal akta Persekutuan Komanditer tidak mengatur pemakaian nama Persekutuan Komanditer yang
telah bubar, nama Persekutuan Komanditer boleh dipakai oleh pihak lain jika disetujui:
(8)
a.
seluruh sekutu dari Persekutuan Komanditer yang bubar; atau
b.
ahli waris sekutu komplementer, dalam hal nama Persekutuan Komanditer yang bubar tersebut
memakai nama sekutu komplementer yang telah meninggal dunia.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemakaian Nama Persekutuan Komanditer diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 70
Akta Perjanjian Persekutuan Komanditer memuat sekurang-kurangnya:
a.
nama lengkap, tempat tinggal, kewarganegaraan, dan pekerjaan para sekutu perseorangan atau nama,
tempat kedudukan, dan status badan hukum bagi sekutu yang berbadan hukum;
b.
nama Persekutuan Komanditer;
16 / 42
www.hukumonline.com
c.
tempat kedudukan Persekutuan Komanditer;
d.
kegiatan usaha Persekutuan Komanditer;
e.
saat dimulai dan berakhirnya;
f.
pemasukan sekutu;
g.
cara pembagian laba dan beban kerugian Persekutuan Komanditer; dan
h.
hak, kewajiban, dan tanggung jawab sekutu.
Pasal 71
Setiap perubahan ketentuan dalam akta Persekutuan Komanditer harus dibuat dengan akta notaris dalam
bahasa Indonesia.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban
Pasal 72
Dalam hal seorang sekutu komplementer keluar dari Persekutuan Komanditer dan Persekutuan Komanditer
dilanjutkan, maka sekutu yang bersangkutan tetap bertanggung jawab atas kewajiban Persekutuan Komanditer
sebelum sekutu yang bersangkutan keluar.
Pasal 73
(1)
Setiap masuknya sekutu baru harus disetujui oleh para sekutu yang ada dan dinyatakan dalam akta
perubahan yang dibuat secara notariil.
(2)
Sekutu baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya bertanggung jawab atas perikatan yang dibuat
setelah yang bersangkutan menjadi sekutu.
(3)
Dalam hal masuknya sekutu komplementer ke dalam persekutuan komanditer, maka yang bersangkutan
bertanggung jawab penuh secara tanggung renteng.
Pasal 74
Sekutu komanditer bertanggung jawab tidak melebihi bagian pemasukannya dalam persekutuan atas kerugian
persekutuan dan tidak berkewajiban untuk mengembalikan bagian keuntungan yang pernah diterimanya.
Pasal 75
(1)
Sekutu komanditer tidak berwenang melakukan pengurusan persekutuan terhadap pihak ketiga.
(2)
Dalam hal sekutu komanditer melakukan pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
secara pribadi, maka sekutu komanditer bertanggung jawab penuh terhadap pihak ketiga sebagaimana
sekutu komplementer.
Pasal 76
17 / 42
www.hukumonline.com
(1)
Dalam akta Persekutuan Komanditer dapat ditentukan bahwa sekutu komanditer ditugaskan sebagai
pengawas persekutuan.
(2)
Dalam akta persekutuan komanditer dapat ditentukan bahwa sekutu komplementer dapat melakukan
tindakan pengurusan tertentu setelah mendapat persetujuan lebih dahulu dari sekutu komanditer.
(3)
Penugasan sekutu komanditer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengikat perikatan yang
dibuat oleh sekutu komplementer.
(4)
Perikatan yang buat oleh sekutu komplementer tanpa mengindahkan pembatasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tetap sah dan mengikat persekutuan komanditer.
(5)
Perikatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan tanggung jawab dari sekutu komplementer.
Bagian Ketiga
Pembubaran Persekutuan Komanditer dan Likuidasi
Pasal 77
Persekutuan Komanditer bubar karena:
a.
hal-hal yang diatur dalam perjanjian;
b.
dengan musnahnya barang atau diselesaikannya usaha yang menjadi tujuan persekutuan;
c.
kesepakatan para sekutu;
d.
keluarnya seorang sekutu atau lebih, sehingga persekutuan hanya tinggal seorang sekutu ;
e.
meninggalnya seorang sekutu, sehingga persekutuan tinggal seorang sekutu ;
f.
kepailitan seorang atau beberapa orang sekutu, sehingga persekutuan hanya tinggal seorang sekutu;
g.
seorang sekutu berada di bawah pengampuan; atau
h.
putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pasal 78
(1)
Persekutuan Komanditer yang didirikan untuk jangka waktu tertentu, sebelum jangka waktu tersebut
lewat, tidak dapat dituntut pembubarannya oleh seorang Sekutu Komanditer atau Sekutu Komplementer
kecuali dengan alasan yang sah.
(2)
Alasan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:
a.
seorang Sekutu Komanditer atau Sekutu Komplementer tidak memenuhi kewajibannya;
b.
karena sakit terus menerus dan tidak mampu melaksanakan pekerjaannya; dan
c.
alasan lain yang didasarkan atas putusan hakim.
Pasal 79
(1)
Dalam hal Persekutuan Komanditer bubar, Sekutu Komplementer yang berwenang mengurus harus
melakukan likuidasi atas nama persekutuan, kecuali jika ditentukan lain dalam anggaran dasar atau jika
rapat Sekutu Komplementer yang dihadiri oleh para Sekutu Komplementer sepakat memutuskan
mengangkat pihak ketiga sebagai likuidator.
18 / 42
www.hukumonline.com
(2)
Dalam hal kata sepakat tidak tercapai diantara para Sekutu Komplementer, maka Pengadilan Negeri
dapat menentukan likuidator, dengan mengindahkan kepentingan para sekutu dari persekutuan.
(3)
Dalam hal likuidator bukan sekutu komplementer, maka likuidator itu menjalankan tugasnya bertindak
sebagai Sekutu Komplementer yang berkuasa penuh untuk mengurus persekutuan.
Pasal 80
(1)
Likuidator dapat meminta kekayaan Sekutu Komplementer, jika kekayaan persekutuan tidak mencukupi
untuk membayar semua utang persekutuan.
(2)
Dalam hal setelah likuidasi terdapat sisa kekayaan persekutuan, maka sisa tersebut dibagikan kepada
para sekutu seimbang dengan pemasukan masing-masing.
Pasal 81
(1)
Apabila tidak diperjanjikan lain, setelah likuidasi dan pembagian, buku-buku dan surat-surat persekutuan
komanditer disimpan oleh sekutu komplementer yang dipilih dengan kesepakatan dalam rapat yang
dihadiri oleh para sekutu komplementer, atau yang ditunjuk oleh pengadilan negeri jika tidak tercapai kata
sepakat.
(2)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi hak para sekutu untuk memeriksa
buku dan surat tersebut.
BABV
KEWAJIBAN PENDAFTARAN
Pasal 82
(1)
Para sekutu firma wajib mendaftarkan akta perjanjian Persekutuan Firma dalam Daftar yang disediakan
untuk itu di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang wilayah
hukumnya meliputi tempat kedudukan Persekutuan Firma.
(2)
Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diajukan permohonannya oleh Sekutu Firma
atau kuasanya dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pendirian.
(3)
Daftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbuka untuk umum.
(4)
Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikenakan biaya yang besarnya diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
(5)
Ketentuan lebih lanjut mengenai Persyaratan, Tata Cara Pendaftaran, Bentuk dan Isi Daftar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 83
Sekutu Firma wajib mendaftarkan akta perjanjian Persekutuan Firma dalam daftar perusahaan sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.
Pasal 84
19 / 42
www.hukumonline.com
Dalam hal pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 belum dilakukan, maka Persekutuan Firma oleh
pihak ketiga dianggap:
a.
menjalankan segala jenis usaha;
b.
didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan jangka waktunya; dan
c.
para sekutu firma berwenang melakukan perbuatan hukum dan dapat mewakili atas nama Persekutuan
Firma.
Pasal 85
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 dan Pasal 83 berlaku juga bagi setiap perubahan dalam Akta
Perjanjian Persekutuan Firma dan perpanjangan jangka waktu Persekutuan Firma.
Pasal 86
(1)
Para Sekutu Komplementer wajib mendaftarkan Akta Perjanjian Persekutuan Komanditer dalam Daftar
yang disediakan untuk itu di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia yang wilayah hukumnya meliputi tempat kedudukan Persekutuan Komanditer.
(2)
Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diajukan permohonannya oleh sekutu
komplementer atau kuasanya dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal pendirian.
(3)
Daftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbuka untuk umum.
(4)
Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dikenakan biaya yang besarnya diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
(5)
Ketentuan lebih lanjut mengenai Persyaratan, Tata Cara Pendaftaran, Bentuk, dan Isi Daftar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 87
Sekutu Komplementer wajib mendaftarkan akta Persekutuan Komanditer dalam Daftar Perusahaan sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.
Pasal 88
Dalam hal pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 belum dilakukan, maka Persekutuan
Komanditer oleh pihak ketiga dianggap :
a.
menjalankan segala jenis usaha;
b.
didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan jangka waktunya; dan
c.
para sekutu komplementer berwenang melakukan perbuatan hukum dan dapat mewakili atas nama
Persekutuan Komanditer.
Pasal 89
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 dan Pasal 88 berlaku juga bagi setiap perubahan dalam
perjanjian dan perpanjangan jangka waktu Persekutuan Komanditer.
20 / 42
www.hukumonline.com
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 90
(1)
Akta pendirian Persekutuan Firma dan Persekutuan Komanditer yang telah disahkan atau anggaran dasar
yang perubahannya telah disetujui sebelum Undang-Undang ini berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-Undang ini.
(2)
Akta pendirian Persekutuan Firma dan Persekutuan Komanditer yang belum disahkan atau anggaran
dasar yang perubahannya belum disetujui pada saat berlakunya Undang-Undang ini, harus disesuaikan
dengan ketentuan Undang-Undang ini.
(3)
Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini mulai berlaku, semua persekutuan
yang didirikan dan telah disahkan berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, harus telah
disesuaikan dengan Undang-Undang ini.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 91
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek, Staatsblad 1847:23) yang mengatur
Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma, dan Persekutuan Komanditer;
b.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel voor Indonesie, Staatsblad 1847:23)
yang mengatur Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma, dan Persekutuan Komanditer;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 92
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua Peraturan Perundang-undangan yang merupakan
peraturan pelaksanaan dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
yang mengatur mengenai Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma, dan Persekutuan Komanditer dinyatakan
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Pasal 93
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan Di Jakarta,
21 / 42
www.hukumonline.com
Pada Tanggal.........
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal........
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
AMIR SYAMSUDDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ….... NOMOR…......
22 / 42
www.hukumonline.com
RANCANGAN
PENJELASAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR …...... TAHUN …..
TENTANG
PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER
I.
UMUM
Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus-menerus meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta mengembangkan
kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional diperlukan berbagai sarana penunjang, antara
lain berupa tatanan hukum yang mendorong, menggerakkan, dan mengendalikan berbagai kegiatan
pembangunan di bidang ekonomi.
Salah satu tatanan hukum yang diperlukan dalam menunjang pembangunan ekonomi adalah ketentuan di
bidang Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum yang pada saat ini Usaha
Perseorangan belum ada pengaturannya sedangkan Badan Usaha Bukan Badan Hukum masih
didasarkan pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang
mengatur Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma, dan Persekutuan Komanditer. Dengan lahirnya
Undang-Undang tentang Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum sebagai bagian
integral dari dunia usaha nasional diharapkan Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan
Hukum dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam pembangunan sehingga tujuan
pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan pembangunan ekonomi pada khususnya dapat
tercapai.
Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum merupakan badan usaha yang tidak
mempunyai kedudukan sebagai badan hukum yang dipergunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhannya dengan mengadopsi peraturan-peraturan yang mengaturnya yaitu
berdasarkan sistem hukum perdata barat sebagaimana tercantum dalam dua kodifikasi yang sampai
sekarang masih berlaku yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang. Oleh karena itu sesuai dengan sistem hukum perdata yang berlaku serta asas hukum yang
diakui yaitu adanya kebebasan berkontrak para pihak tetap mempunyai kebebasan mengatur tentang apa
yang berlaku bagi mereka para pendiri baik secara internal maupun eksternal. Meskipun demikian
kebebasan mengatur sendiri tetap dalam batas-batas tidak bertentangan dengan undang-undang, tidak
melanggar norma kesopanan dan kesusilaan, dan tidak melanggar ketertiban umum.
Ketentuan yang mengatur tentang kegiatan Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum
yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tersebut
dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada pada saat ini oleh karena ketentuan
yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang- Undang Hukum Dagang tidak
mengatur hal-hal yang sangat penting dalam kegiatan Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan
Badan Hukum, antara lain yaitu ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang Usaha Perseorangan, hak
dan kewajiban para sekutu, serta kewajiban pendaftaran dan kewajiban memberitahukan kegiatan usaha
berakhir. Selain itu, dengan perkembangan yang sangat pesat di bidang ekonomi, maka sudah saatnya
apabila ketentuan-ketentuan tentang Usaha Perseorangan dan Badan Usaha Bukan Badan Hukum diatur
dalam suatu undang-undang yang baru, dengan tetap mengacu pada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Tahun 1945.
23 / 42
www.hukumonline.com
Di dalam Undang-Undang ini diatur tentang Usaha Perseorangan dan persekutuan yang bertujuan
mencari keuntungan bersama dan mendayagunakan pemasukan para sekutu yaitu Persekutuan Perdata
(Maatschap), Persekutuan Firma (Fa), dan Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap). Di
dalam Persekutuan Komanditer terdapat dua jenis sekutu yang berlainan sifat dan tugasnya, yaitu: sekutu
komplementer atau yang lazimnya disebut sekutu aktif atau sekutu pengurus/kerja dan sekutu komanditer
atau lazimnya disebut sekutu diam atau sekutu pasif.
Di dalam Undang-Undang ini juga diatur pembagian kewenangan antara para sekutu berkenaan dengan
pengurusan persekutuan (beheren) secara intern. Adapun yang dimaksud pengurusan adalah
kewenangan melakukan segala macam perbuatan yang lazimnya termasuk kegiatan persekutuan seharihari, dengan memperhatikan maksud dan tujuan persekutuan yang bersangkutan. Dengan demikian
ruang lingkup kewenangan pengurusan tersebut dibatasi oleh jenis persekutuan yang bersangkutan.
II.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “tanggal kemudian yang ditentukan dalam akta Notaris” adalah tanggal sebelum
atau setelah akta perjanjian persekutuan ditandatangani.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
24 / 42
www.hukumonline.com
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “hak, kewajiban, dan tanggung jawab sekutu” adalah baik intern antar para
sekutu maupun ekstern terhadap pihak ketiga.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 11
Yang dimaksud dengan “setiap perubahan” adalah termasuk perpanjangan jangka waktu Persekutuan Perdata.
Pasal 12
25 / 42
www.hukumonline.com
Ayat (1)
Mengingat bahwa ”pemasukan” (inbreng) merupakan sifat hakiki dari Persekutuan, maka orang yang tidak
memasukkan uang, barang, tenaga, Keahlian, dan/atau klien/langganan bukan merupakan sekutu. Dalam
hal hanya terdapat 2 (dua) orang pendiri dan salah satu pendiri tidak memasukkan uang, barang, tenaga,
keahlian, dan/atau klien/langganan maka tidak ada persekutuan.
Dalam pengertian klien/langganan termasuk juga keuntungan tambahan yang diperoleh karena nama baik
(goodwill).
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan ”rincian” adalah uraian yang menerangkan mengenai jenis atau macam, jumlah,
status, tempat kedudukan apabila barang tidak bergerak, dan lain-lain yang dianggap perlu demi
kejelasan mengenai penyetoran tersebut dengan demikian tidak boleh disebut secara umum, misalnya
sekutu menyatakan memasukkan seluruh barang bergerak miliknya.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan ”pemanfaatan atas barang” adalah pemanfaatan atas barang secara
langsung dan/atau hasil yang diperoleh dari pemanfaatan barang tersebut.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan ”milik bersama dari semua sekutu yang tidak dapat dibagi ” (gebonden mede
eigendom) adalah bahwa semua sekutu tidak dapat menuntut agar barang milik bersama tersebut dibagi
di antara para sekutu.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan barang yang ”tidak dapat didaftarkan atas nama persekutuan” misalnya hak atas
tanah yang tunduk pada hukum agraria yang berlaku, walaupun barang tersebut dicatat atas nama para
sekutu, tetapi barang tersebut adalah untuk kepentingan persekutuan.
Ayat (7)
Oleh karena penyerahan hak milik yang dimaksud pada ayat ini adalah untuk kepentingan persekutuan
guna mencapai maksud dan tujuan persekutuan, maka barang tersebut sekalipun tercatat atas nama para
sekutu tetapi tidak karena hukum menjadi jaminan bagi perikatan pribadi sekutu sehingga tidak dapat
disita oleh kreditor pribadi sekutu.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
26 / 42
www.hukumonline.com
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 14
Yang dimaksud dengan ”sesuai yang diperjanjikan” adalah para sekutu dapat memperjanjikan dalam akta
perjanjian Persekutuan Perdata, bahwa tidak semua hasil yang diperoleh dari tenaga dan/atau keahliannya
dimasukkan ke dalam Persekutuan Perdata untuk dibagi.
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “ Akta Perjanjian Persekutuan Perdata” termasuk juga perubahan atas akta
persekutuan yang dibuat secara sah.
Yang dimaksud dengan “pemasukan masing-masing sekutu” adalah pemasukan awal maupun
pemasukan kemudian.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Perubahan bagian dari setiap sekutu dapat terjadi antara lain karena adanya pemasukan kemudian yang
dihasilkan sekutu berdasarkan penilaian terhadap kualitas kinerja sekutu, keahlian, kepuasan pelanggan,
dan kerjasama dengan sekutu lainnya, atau karena tambahan pemasukan dan/atau perubahan jumlah
sekutu.
Pasal 18
Cukup jelas.
27 / 42
www.hukumonline.com
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “Akta Perjanjian Persekutuan Perdata” termasuk juga perubahan atas akta
persekutuan yang dibuat secara sah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 21
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “pengurusan Persekutuan Perdata” adalah pengurusan dalam rangka mengelola
persekutuan sehari-hari (beheersdaden) dan tidak mencakup wewenang melakukan perbuatan
kepemilikan (beschikkingsdaden).
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk melindungi sekutu lainnya terhadap sekutu
yang tidak bertindak dengan beritikad baik dan penuh tanggung jawab.
Pasal 22
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “sekutu lain” adalah sekutu yang bukan pengurus yang diberi kewenangan
melakukan perbuatan kepengurusan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “akta” baik berupa akta di bawah tangan atau akta yang dibuat di hadapan
notaris.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas.
28 / 42
www.hukumonline.com
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Ketentuan pada ayat ini dimaksudkan sebagai perwujudan asas praduga itikad tidak baik yang berlaku
dalam hukum perdata.
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “dokumen lain yang berkaitan dengan Persekutuan Perdata”, adalah antara lain
perjanjian yang dibuat oleh persekutuan dengan pihak lain.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 27
Huruf a
Yang dimaksud dengan “secara timbal balik telah memberi kuasa kepada sekutu lainnya untuk melakukan
pengurusan” adalah apa yang dilakukan oleh masing-masing sekutu juga mengikat sekutu lain untuk
bagiannya, meskipun sekutu tersebut tidak meminta persetujuan para sekutu lain.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “menggunakan barang milik Persekutuan Perdata sesuai dengan peruntukannya”
29 / 42
www.hukumonline.com
adalah memakai barang sesuai dengan kepentingan persekutuan dan tidak menghalangi sekutu lain
untuk memakai barang tersebut sesuai hak para sekutu.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “sesuai dengan yang diperjanjikan” adalah dalam perjanjian dapat ditentukan
bahwa:
1.
besarnya kewajiban masing-masing sekutu sesuai dengan perimbangan pemasukan modal dalam
persekutuan; atau
2.
besarnya kewajiban masing-masing sekutu ditentukan dengan tegas dalam perjanjian dengan
kreditor.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 32
30 / 42
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Pasal 33
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “musnahnya barang”, adalah barang tersebut hilang atau rusak sama sekali
sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
“Akta Perjanjian Persekutuan Perdata baru” dimaksud dapat dibuat dengan ahli waris dari sekutu yang
meninggal dunia dan/atau pihak lain.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “yang bersangkutan” adalah :
−
ahli waris dalam hal sekutu meninggal dunia;
−
kurator dalam hal sekutu dinyatakan pailit; dan
−
pengampu dalam hal sekutu dibawah pengampunan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
31 / 42
www.hukumonline.com
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Ayat (1)
32 / 42
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “kecuali ditentukan lain” misalnya menurut akta perjanjian persekutuan tindakan
sekutu yang bersangkutan harus terlebih dahulu memerlukan persetujuan sekutu lainnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 48
Walaupun setiap sekutu bertanggung jawab secara tanggung renteng dengan Persekutuan Firma, akan tetapi
kreditor Persekutuan Firma dapat memilih untuk melaksanakan hak tagihnya terlebih dahulu atau langsung
kepada Persekutuan Firma atau kepada satu sekutu atau lebih.
Pasal 49
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
33 / 42
www.hukumonline.com
Pasal 51
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “putusan pengadilan” antara lain : karena Persekutuan Firma melakukan tindak
pidana korporasi sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atau tuntutan Jaksa
berdasarkan alasan yang sah dan terbukti bahwa Persekutuan Firma melanggar ketertiban umum atau
kesusilaan.
Pasal 52
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 53
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “ditentukan lain dalam akta perjanjian persekutuan” adalah dalam hal akta
Persekutuan Firma memberikan wewenang kepada sekutu tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
48 ayat (2).
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
34 / 42
www.hukumonline.com
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 56
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 57
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 58
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 59
Ayat (1)
35 / 42
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 60
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas,
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
36 / 42
www.hukumonline.com
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 69
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “satu nama yang telah disepakati” dapat berupa nama dari salah seorang sekutu
komplementer, para sekutu bersama-sama atau satu nama lainnya yang disepakati bersama.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Larangan pada ayat ini dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya kesan yang keliru pada pihak ketiga
tentang kedudukan sekutu komanditer.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “CV” adalah singkatan dari Commaditaire Vennootschap yang lazim dipakai
dalam masyarakat untuk Persekutuan Komanditer.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan “pihak lain” adalah para sekutu komanditer maupun sekutu komplementer yang
akan melanjutkan usaha dari persekutuan yang telah bubar.
Ayat (7)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “seluruh sekutu” adalah baik sekutu komanditer maupun sekutu
komplementer yang ada maupun yang bukan menjadi sekutu lagi.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
37 / 42
www.hukumonline.com
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
38 / 42
www.hukumonline.com
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 76
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 77
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “putusan hakim” antara lain : karena Persekutuan Firma melakukan tindak pidana
korporasi sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atau tuntutan Jaksa
39 / 42
www.hukumonline.com
berdasarkan alasan yang sah dan terbukti bahwa Persekutuan Firma melanggar ketertiban umum atau
kesusilaan.
Pasal 78
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 79
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “ditentukan lain dalam anggaran dasar” adalah dalam hal
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 80
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 81
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 82
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
40 / 42
www.hukumonline.com
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 85
Yang dimaksud dengan “setiap perubahan” adalah termasuk perpanjangan jangka waktu Persekutuan
Komanditer.
Pasal 86
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayar (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 87
Cukup jelas.
41 / 42
www.hukumonline.com
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN .... NOMOR …......
42 / 42
Download