MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK MELALUI INDEX CARD MATCH SISWA KELAS II SDN MINOMARTANI 6 SLEMAN JURNAL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Khairul Cahyaningrum NIM 10108244091 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 Upaya Meningkatkan Kecerdasan... (Khairul Cahyaningrum) 1 PENINGKATAN KECERDASAN KINESTETIK MELALUI INDEX CARD MATCH SISWA KELAS II SDN MINOMARTANI 6 SLEMAN THE IMPROVEMENT OF KINESTHETIC INTELLIGENCE THROUGH INDEX CARD MATCH FOR SECOND GRADE OF SDN MINOMARTANI 6 SLEMAN Oleh: Khairul Cahyaningrum, Pendidikan Guru Sekolah Dasar. [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik siswa melalui model pembelajaran aktif tipe Index Card Match pada siswa kelas II SD Negeri Minomartani 6 Sleman Yogyakarta. Penelitian ini merupakan Penelitan Tindakan Kelas (Clasroom Action Research) dengan model spiral Kemmis dan Taggart yang terdiri dari tahap perenanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri Minomartani 6 Sleman Yogyakarta yang berjumlah 28 siswa.Objek penelitian ini adalah peningkatan kecerdasan kinestetik.Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.Instrumen penilaian yang digunakan berupa lembar observasi dan pedoman pengamatan kinestetik siswa.Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis deskriptif kuantitatif dan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan mencari rerata hasil kinestetik siswa setiap siklus. Rerata hasil kinestetik siswa tersebut dideskripsikan dengan menggunakan model alur yang terdiri dari proses pengumpulan data, pengolahan data dan kesimpulan. Hasil rata-rata kinsetetik siswa pada Siklus I adalah 18,64%. Sedangkan, pada siklus II meningkat menjadi 88,78 %. Jadi, model pembelajaran aktif tipe Index Card Match dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik pada siswa kelas II SD Negeri Minomartani 6 Sleman Yogyakarta. Kata Kunci: kecerdasan kinestetik, model pembelajaran aktif, Index Card Match Abstract This research aimed to improve the kinesthetic intelligence students through active learning model type Index Card Match in second grade students of SDN Minomartani 6 Sleman Yogyakarta. This research is a Class Action Research (Clasroom Action Research) in a spiral model from Kemmis and Taggart comprising the steps of planning, implementation, observation and reflection. The subjects were second grade students of SDN Minomartani 6 Sleman Yogyakarta totaling 28 students. The object of this research is to increase kinesthetic intelligence. Collecting data in this research using the method of observation, interviews, and documentation. Assessment instruments used in the form of observation and observation guidelines kinesthetic students. The data analysis techniques used arequantitative descriptive analysis technique and qualitative descriptive analysis technique, by finding the average results of kinesthetic students each cycle. The mean results of the student kinesthetic described by using a model consisting of a process flow of data collection, data processing and conclusions. The average yield kinestheticstudents in first cycle is 18.64%. Whereas, in the second cycle increased to 88.78%. Thus, active learning model types can increase the Index Card Match kinesthetic intelligence in second grade Elementary School of Minomartani 6 Sleman Yogyakarta. Keywords: kinesthetic intelligence, active learning model, Index Card Match 2 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 4 Tahun ke IV Maret 2015 Endang Poerwanti dan Nur Widodo (2005: PENDAHULUAN Anak usia sekolah dasar berada pada masa 44), menyebutkan salah satu tugas perkembangan yang merupakan masa pada masa kakak-kanak akhir adalah belajar perkembangan anak yang luar biasa. Anak pada keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain usia tersebut mempunyai potensi yang sangat seperti lari, lompat dan sebagainya. Keterampilan besar fisik operasional konkret untuk mengoptimalkan segala aspek tersebut adalah termasuk kecerdasan perkembangan kecerdasan anak termasuk aspek kinestetik. Sehingga akan timbul keseimbangan kecerdasan kinestetiknya. Seperti yang ditetapkan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor. dalam Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 Untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik dapat tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB I pasal dilakukan 1 menyebutkan bahwa: meningkatkan Pendidikan adalah usaha sadar dan dengan berbagai kecerdasan cara. Cara kinestetik dapat diterapkan pada model pembelajaran yang akan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan digunakan. proses pembelajaran agar peserta didik secara pembelajaran aktif mengembangkan potensi dirinya untuk kecerdasan kinestetik peserta didik, salah satunya memiliki keagamaan, adalah dengan menerapkan model pembelajaran kecerdasan, aktif tipe Index Card Match. kekuatan pengendalian diri, spiritual kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Ada berbagai yang macam dapat model meningkatkan Berdasarkan hasil observasi pada siswa kelas II SD Negeri Minomartani 6, ditemukan Pada BAB VI bagian kedua pasal 17 ayat beberapa menetapkan dasar melaksanakan penelitian ini. Diantaranya adalah merupakan jenjang pendidikan yang melandasi kondisi peserta didik yang senang bergerak jenjang pendidikan menengah. Hal ini berarti kesana-kemari. Kondisi tersebut memang wajar bahwa pendidikan dan proses kegiatan belajar terjadi pada peserta didik kelas II yang memang mengajar pada masa usia sekolah dasar harus usia mereka masih tergolong pada peserta didik benar dan sesuai dengan karakter pertumbuhan kelas rendah. Namun kondisi tersebut menjadi dan perkembangan anak. Karena jika tidak tidak wajar ketika mereka bergerak kesana- dikembangkan dengan baik dan benar, akan kemari bukan pada saatnya. Mereka bergerak menimbulkan terhadap kesana-kemari pada saat kegiatan pembelajaran pertumbuhan dan perkembangan anak. Yang sedang berlangsung, dimana kegiatan tersebut apabila sudah terlanjur diimplementasikan kepada belum memberikan instruksi peserta didik untuk anak, akan sulit untuk diperbaiki. bergerak kesana-kemari. Sehingga guru tentunya (1) bahwa pendidikan penyimpangan faktor membutuhkan yang mendasari keterampilan untuk dalam Upaya Meningkatkan Kecerdasan... (Khairul Cahyaningrum) 3 untuk pembelajaran yang menarik dan sesuai untuk mengkondisikan kelas. Guru juga harus memiliki memfasilitasi gerak siswa agar dalam kegiatan strategi agar kesenangan siswa dalam bergerak pembelajaran, siswa tidak hanya mendapatkan kesana-kemari tersebut dapat diarahkan dalam materi pelajaran tetapi juga ada aspek yang dapat kegiatan pembelajaran. ditingkatkan. mengendalikan peserta didik dan Berdasarkan yang saya lihat dan amati, Berdasarkan wawancara yang dilakukan sebenarnya peserta didik dapat menerima materi dengan guru kelas, guru mengaku belum pernah pelajaran dengan baik. Hanya saja mereka sering menggunakan model pembelajaran aktif dengan kali merasa bosan dan jenuh jika kegiatan tipe Index Card Match untuk proses kegiatan pembelajaran tidak dimodifikasi menjadi kegiatan pembelajaran pada kelas II. Namun guru kelas yang menyenangkan. Guru menyampaikan materi sering menggunakan model pembelajaran dengan pembelajaran dengan metode ceramah, dengan tipe permainan seperti TGT (Team Game menggunakan metode tersebut tentunya kegiatan Tournament). Disampaikan juga oleh guru kelas, siswa hanya terbatas pada mendengarkan materi bahwa proses kegiatan belajar mengajar dengan yang disampaikan oleh guru saja. Padahal dalam tipe permainan tersebut, ternyata ditemukan materi pembelajaran yang disampaikan, guru banyak peserta didik yang tidak berpartisipasi dapat meningkatkan aspek-aspek yang dimiliki secara aktif. siswa. Salah satu aspek yang dapat ditingkatkan Dilihat dari observasi yang dilakukan adalah kecerdasan kinestetik. Kinestetik termasuk terhadap guru kelas, guru kelas sebenarnya didalamnya adalah motorik kasar dan motorik mampu mengelola kelasnya dengan baik dan halus. Guru belum memperhatikan bahwa dengan memiliki kharisma tersendiri bagi peserta didik kegiatan pembelajaran, tidak hanya materi yang kelas II.Selain itu guru juga sering menggunakan dapat disampaikan tetapi ada aspek yang dapat metode-metode ditingkatkan dari kegiatan pembelajaran tersebut. lainnya, tetapi pada kenyataannya masih ada Aspek-aspek dapat peserta didik yang berlarian kesana-kemari dan misalnya juga ada siswa yang tidak berpastisipasi aktif. ditingkatkan motorik dalam kasar yang pembelajaran kegiatan melompat, berjalan, berlari, menendang, Guru melempar, pembelajaran dan lain-lain. Sedangkan aspek pembelajaran juga jarang di luar yang menarik melakukan kelas, kecerdasan kegiatan guru kurang motorik halus yang dapat ditingkatan misalnya, mengoptimalkan menulis, menggambar, melipat, menggunting, siswa.Padahal dan lain-lain. Tetapi pada kenyataannya, guru penting bagi perkembangan dan pertumbuhan belum memunculkan kegiatan tersebut dalam peserta didik. Seperti yang dikemukakan oleh pembelajaran karena guru menggunakan metode Tony Buzan (Agus Efendi, 2005: 152), The ceramah. Oleh karena itu, dibutuhkan model power of intelligence akan membuat Anda kecerdasan kinestetik kinestetik sangat 4 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 4 Tahun ke IV Maret 2015 kembali bersemangat dalam hidup Anda, menjadi anak yang pasif dan tentu saja membantu Anda menjadi bugar, dan membantu kecerdasan kinestetiknya akan berbeda dengan Anda untuk dapat mengendalikan semuanya. anak yang aktif. Menurut survei yang dilakukan Selain itu Buzan juga menegaskan bahwa jika oleh YPMA (Yayasan Pengembangan Media kita memiliki kecerdasan fisik yang tinggi maka Anak) tahun 2006 menemukan bahwa anak kita akan memahami hubungan antara otak dan menghabiskan 7 jam sehari untuk mengkonsumsi tubuh, men sana in corpore sano, pikiran yang media, mulai dari televisi, komputer, videogame, sehat sehat. dan sebagainya. Diperkuat oleh data yang Sebaliknya, badan yang sehat terdapat dalam menyebutkan bahwa anak biasanya bermain game pikiran yang sehat. Sehingga akan muncul setelah pulang sekolah. Yang mengejutkan, keseimbangan antara badan dan pikiran. sejumlah responden (3%) mengaku bermain game terdapat dalam badan yang Selain melihat kondisi pada peserta didik sampai larut malam, di atas pukul 10 malam. kelas II dan guru kelas II di SD Negeri Minomartani 6, yang kecerdasan kinestetik siswa, waktu yang dimiliki ditemukan khususnya di daerah Sleman bahwa banyak dihabiskan untuk bermain game online anak usia sekolah dasar pada masa ini lebih daripada banyak melakukan kegiatan permainan yang tidak melibatkan aktivitas fisik. Selain itu, hal tersebut melibatkan aktivitas fisik. Perkembangan jaman juga dan teknologi partisipasi dalam kegiatan pembelajaran di dalam berkembang sangat pesat, tidak terkecuali pada maupun di luar kelas, bahkan pada pembelajaran perkembangan permainan anak.Hanya dengan yang bermodalkan gadget saja, anak sudah disuguhkan sekalipun. Sehingga aktivitas fisik anak tidak oleh berbagai permainan yang menarik.Mereka tereksplorasi dengan baik, yang tentu saja akan dapat melakukan permainan tersebut kapan saja berdampak pada kecerdasan kinestetiknya. globalisasi terdapat pula menyebabkan fakta Hal tersebut tentunya sangat mempengaruhi dan dimana saja. Bahkan permainan tersebut untuk dapat melakukan berpengaruh menggunakan Sejalan dengan kegiatan pada yang kurangnya model-model pernyataan menarik yang dapat pula dilakukan secara online sehingga dapat disampaikan Dave Meler (2002: 90) yang berinteraksi dengan orang lain dalam permainan menyebutkan bahwa gerakan fisik meningkatkan itu. Jika sudah begitu, anak akan ketagihan untuk proses mental. Bagian otak manusia yang terlibat melakukan permainan tersebut hingga berjam- dalam gerakan tubuh (korteks motor) terletak jam lamanya. tepat di sebelah bagian otak yang digunakan Anak yang terlalu banyak memainkan game untuk berpikir dan memecahkan masalah.Oleh online atau game pada gadget terlalu lama dan karena itu, menghalangi gerakan tubuh berarti sudah masuk pada zona ketagihan tentunya menghalangi pikiran untuk berfungsi secara aktivitas fisiknya sangat kurang, sehingga mereka maksimal.Sebaliknya, melibatkan tubuh dalam Upaya Meningkatkan Kecerdasan... (Khairul Cahyaningrum) 5 belajar cenderung membangkitkan kecerdasan untuk meningkatkan kecerdasan siswa. Tidak terpadu manusia sepenuhnya. hanya meningkatkan kecerdasan intelektualnya Oleh karena itulah, akan dilakukan kerjasama dengan guru kelas untuk melakukan penelitian ini sehingga memberikan solusi baru saja, tetapi juga dapat meningkatkan kecerdasan yang lainnya seperti kecerdasan kinestetik Model pembelajaran aktif tipe Index Card untuk Match dipilih karena memiliki beberapa aspek melalui yang dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik model pembelajaran aktif tipe Index Card Match siswa. Seperti yang diungkapkan Muhammad pada siswa kelas II. Muhyi Faruq (2007: 6), pada usia kelas 1 sampai bagi dunia meningkatkan pendidikan khususnya kecerdasan kinestetik SD Minomartani 6 dipilih sebagai setting 3 SD, anak-anak masih diajarkan cara-cara gerak penelitian karena situasi kondisi siswa dan guru yang bersifat mendasar dan umum yaitu gerak kelas KKN-PPL lokomosi, non lokomosi dan manipulasi. Gerak secara lokomosi terdiri dari berjalan, berlari, melompat, menyeluruh mulai dari kegiatan pembelajaran begulir, meluncur, dan meloncat. Gerak non hingga mengamati sikap-sikap yang ditimbulkan lokomosi terdiri dari meliukkan, mendorong, oleh menarik, meregang, mengayun, dan bergoyang. II sudah diamati berlangsung.Pengamatan siswa melakukan sejak dilakukan maupun guru.Sehingga pengamatan tersebut, dengan ditemukan permasalahan yang perlu untuk segera diatasi. Selain itu, SD Negeri Minomartani 6 juga sudah menerapkan kurikulum terbaru pada Gerak manipulasi terdiri dari menendang, melempar, memukul, menangkap, menghentikan dan mengubah arah. Ketiga gerak dasar tersebut adalah cara-cara bahwa untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik kurikulum yang digunakan saat ini adalah khususnya pada siswa kelas rendah. Melihat dari kurikulum 2013. Guru kelas II sudah menerapkan paparan kurikulum tersebut, sehingga akan memudahkan kecerdasan kinestetik tersebut, tentunya sesuai dalam melaksanakan penelitian ini. dengan kegiatan pembelajarannya.Diketahui mengenai cara langkah-langkah mengembangkan penerapan model Kecerdasan kinestetik tidak selalu harus pembelajaran aktif tipe Index Card Match. dieksplorasi melalui kegiatan atau mata pelajaran Karena di dalam langkah-langkah menerapkan olah raga saja. Tetapi kecerdasan kinestetik juga model pembelajaran aktif tipe Index CardMatch dapat proses ada salah satu langkah yang menyebutkan bahwa kegiatan pembelajaran selain kegiatan olah raga. siswa diminta untuk mencari pasangan kartu yang Selain menggunakan model pembelajaran yang mereka bawa. Dalam proses mencari pasangan sudah tersedia, guru dapat pula memodifikasi kartu tersebut, kegiatan siswa dapat diarahkan menjadi dengan diimplementasikan kegiatan ke yang dalam tidak hanya menyenangkan, tetapi juga dapat bermanfaat cara memodifikasi langkah-langkah penerapan model pembelajaran aktif tipe Index 6 J urnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 4 Tahun ke IV Maret 2015 Card Match. Misalnya dengan cara memberikan Penelitian ini merupakan penelitian aturan-aturan khusus agar siswa melompat, tindakan kelas (classroom action research) yang berlari, dan sebagainya, sehingga kecerdasan dilakukan secara kolaboratif dan partisipasif, kinestetik siswa dapat dikembangkan dengan artinya penelitian tidak dilakukan sendiri namun model pembelajaran ini. bekerja sama dengan guru kelas. Ada tiga Tentunya pembelajaran ini selain cocok diterapkan untuk kelas rendah pemikiran kritis yang muncul dari keberadaan karena bentuk penelitian menggunakan metode tindakan pembelajaran ini menggunakan tipe permainan, kelas.Ketiga pemikiran kritis yang dimaksud juga melibatkan berbagai anggota tubuh.Oleh yaitu, ide yang muncul, suatu grup pendidikan karena itu, dapat dikatakan bahwa model dalam hal ini para guru-peneliti yang secara sadar pembelajaran aktif tipe Index Card Match ini juga bersinergi, dan adanya komitmen dari mereka dapat meningkatkan 3 ranah penilaian pada siswa, terhadap peningkatan subjek yang diteliti agar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. menjadi lebih baik (Sukardi, 2013: 17). Penelitian ini menciptakan kolaborasi dan partisipasi Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas antara pendamping.Sejak peneliti awal, peneliti dan dan guru guru II SD Negeri Minomartani 6 Sleman Yogyakarta pendamping saling mengkomunikasikan dan tahun ajaran 2013/2014 pada bulan Oktober terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan bulan November 2014. observasi dan refleksi penelitian. Selanjutnya ini untuk proses pelaksanaannya, peneliti memantau, dilakukan di dalam ruangan kelas II maupun di mencatat dan mengumpulkan data. Kemudian halaman menganalisis Tempat penelitian SD tindakan Negeri kelas Minomartani 6 Sleman.Alasan dipilihnya ruangan kelas II dan data dan melaporakan hasil penelitian. halaman sekolah karena kedua tempat tersebut tempat dimana kegiatan sering dilakukan dalam permainan pembelajaran. fisik Selain siswa itu, (olahraga) juga Subjek Penelitian dan Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa dikarenakan kelas II SD Negeri Minomartani 6 tahun ajaran pembelajaran ini memerlukan aktivitas fisik yang 2014/2015 yang berjumlah 28 siswa. banyak, sehingga jika hanya memanfaatkan Pertimbangan mengambil subjek penelitian ini ruangan kelas saja tidak akan maksimal karena peneliti pernah menjalani KKN-PPL di sekolah tersebut, sehingga peneliti mengetahui METODE PENELITIAN bagaimana proses pembelajaran, situasi dan Jenis Penelitian kondisi di kelas II. Upaya Meningkatkan Kecerdasan... (Khairul Cahyaningrum) 7 g. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart yang dikembangkan Dapat melakukan gerakan mengambil ranting/daun 2. Pelaksanaan Tindakan oleh Stephen Kemmis dan Robin McTaggart pada Pelaksanaan tindakan ini dilakukan selama 1988 (Sukardi, 2013: 7), yang terdiri dari dua pembelajaran berlangsung dengan dibantu oleh siklus dan masing-masing siklus menggunakan rekan sejawat untuk mengamati partisipasi anak empat tersebut saat proses menempatkan posisi dan mencari adalah perencanaan, tindakan, observasi dan kartu berpasangan dengan cara melompat pada refleksi dalam suatu spiral yang saling terkait. tumpuan yang telah ditentukan dan melakukan 1. Merencanakan Tindakan gerakan kepala, tangan, kaki, badan seperti a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran contoh. (RPP), RPP ini berguna sebagai pedoman guru pembelajaran dalam kegiatan Match.Selanjutnya hasil kegiatan siswa diamati pembelajaran. Materi yang tertuang dalam RPP dan dicatat sebagai hasil pengamatan oleh rekan ini juga harus sesuai dengan kurikulum dan sejawat yaitu guru kelas. ketentuan yang berlaku. 3. Mengobservasi Tindakan b. komponen.Empat kompenen melaksanakan Mempersiapkan proses lembar observasi Penelitian aktif Oberservasi untuk ini menerapkan tipe tindakan model Index Card selema proses mengamati aktivitas siswa. pembelajaran di dalam dan di luar kelas c. Mempersiapkan sarana dan media yang akan berlangsung digunakan. Dalam penelitian ini, media yang observasi yang teah dibuat. Observasi dilakukan utama adalah kartu berpasangan. untuk d. Mengevaluasi kegiatan. Tujuannya adalah kegiatan anak saat proses berlangsung. Hasilnya untuk mengetahui keadaan siswa apakah dapat langsung dicatat dalam lembar observasi. mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan 4. Refleksi Hasil Pengamatan kesulitan apa saja yang dialami. dengan melihat secara menggunakan langsung lembar bagaimana Data yang diperoleh pada lembar observasi Indikator yang difokuskan dalam penelitian ini dianalisis, kemudian dilakukan meliputi: refleksi.Pelaksanaan refleksi dilakukan bersama a. Dapat melompat pada tumpuan guru kelas dengan melakukan diskusi. Diskusi b. Dapat menggambar jam analog tersebut untuk mengevaluasi hasil tindakan yang c. Dapat melakukan gerakan menyapu telah dilakukan pada saat melakukan penelitian, d. Dapat melakukan gerakan mengepel kemudian melihat masalah yang muncul e. Dapat melakukan gerakan menghapus papan segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang tulis dilakukan dalam penelitian dan hasilnya. Setelah f. Dapat melakukan gerakan mengelap kaca itu mencari jalan keluar terhadap masalah- dan 8 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 4 Tahun ke IV Maret 2015 masalah yang mungkin timbul agar dapat dibuat adalah menganalisis data. Teknik analisis data rencana merupakan proses penyususnan data agar dapat perbaikan pada tahap kegiatan selanjutnya. ditafsirkan secara lebih mendalam. Menurut Teknik Pengumpulan Data Suwarsih Madya (2009: 75) analisis data dalam Teknik pengumpulan data dilakukan penelitian tindakan diwakili oleh momen refleksi dengancara sebagai berikut: putaran penelitian tindakan. Dengan melakukan 1. Observasi refleksi, peneliti akan memiliki wawasan otentik Observasi dilakukan oleh peneliti dengan yang akan membantu dalam menafsirkan datanya. cara melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai pelaksanaan proses Analisis data yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan pembelajaran dengan model pembelajaran aktif deskriptif kuantitatif, yaitu pengolahan data yang tipe Index Card Match yang dilakukan di dalam dikumpulkan dan di luar kelas pada siswa kelas II. kemudian Suharsimi Arikunto (2002: mencatatnya ke dalam lembar observasi yang deskriptif digunakan untuk telah disediakan. bahwa 2. Dokumentasi menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan dan Dokumentasi yang digunakan pada penelitian ini diantaranya adalah catatan harian guru, bab- melalui tindakan perubahan ke yang arah observasi.Menurut 209) analisis menggambarkan dilaksanakan yang lebih dapat baik jika dibandingkan keadaan sebelumnya. bab yang berisi materi pembelajaran yang dianjurkan guru maupun yang berasal dari buku- HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN buku teks, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Hasil Penelitian (RPP), dan lain-lain. 1. Kondisi Awal Dari hasil observasi, ditemukan beberapa 3. Metode Ostensif Alat pengumpul data ostensif yang hal mengenai kondisi SD Negeri photograph Minomartani 6 Sleman Yogyakarta, diantaranya camera recorder. II proses pembelajaran video kelas situasi digunakan pada penelitian ini adalah slide dan siswa dan Pengumpulan data dengan metode ini akan adalah sebagai berikut: memudahkan dalam analisis dan evaluasi, karena 1) Pada kegiatan pembelajaran, guru lebih banyak dapat dilihat kembali kondisi-kondisi yang terjadi mendominasi, kegiatan yang dilakukan masih melalui gambar dan video. teacher center sehingga siswa tidak banyak melakukan Teknik Analisis Data aktivitas. Siswa lebih banyak mendengarkan guru menjelaskan pembelajaran. Setelah data diperoleh dan dikumpulkan, 2) Siswa banyak yang tidak memperhatikan guru, maka langkah selanjutnya dalam proses penelitian siswa terlihat lebih asyik dengan kegiatan mereka Upaya Meningkatkan Kecerdasan... (Khairul Cahyaningrum) 9 sendiri. Bahkan ada beberapa siswa yang jalan- hanya diam cukup lama menunggu giliran untuk jalan kesana-kemari. melakukan kegiatan selanjutnya. 3) Pada saat kegiatan piket, masih banyak siswa 6) Saat kegiatan mengerjakan LKS secara yang tidak melakukan gerakan piket secara berpasangan, ada beberapa siswa yang tidak ikut efektif. mengerjakan dan hanya menyerahkan tugasnya 2. Hasil Penelitian Siklus I kepada pasangannya saja. Dalam kegiatan penelitian pada siklus I ini, 7) ditemukan beberapa pembelajaran. hal Diantaranya Pada kegiatan prsentasi LKS, guru dalam kegiatan menanyakan siswa apakah ada yang ingin maju adalah sebagai mempresentasikan. Tetapi hanya beberapa siswa berikut: aja yang antusias, pada pertemuan II yang 1) Kegiatan pembelajaran sudah dilakukan antusias hanya siswa yang sama. Sedangkan dengan baik oleh guru dan sudah sesuai dengan siswa yang lain lebih banyak diam. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat Dari hasil refleksi di atas, kegiatan (RPP). pembelajaran yang dilakukan sudah baik dan 2) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran aktif tipe Index Card pembelajaran Match. Kegiatan pembelajaran juga dengan langkah-langkah aktif tipe kegiatan Index Card Match.Kegiatan juga sudah banyak melibatkan menyenangkan dan sudah tidak didominasi oleh aktivitas untuk meningkatkan kecerdasan guru.Siswa berpartisipasi aktif dari awal hingga kinestetik, hanya saja pelaksanaannya kurang akhir. maksimal. Card Untuk kegiatan selanjutnya pada siklus II Matchdilakukan secara sistematis. Siswa terlihat dapat dilakukan dengan memaksimalkan kegiatan antusias mengikuti kegiatan yang dilakukan di melompat pada siswa menggunakan media atau luar kelas tersebut. cara yang lebih baik agar kecerdasan kinestetik 4) Media tumpuan untuk melompat jaraknya siswa lebih terlihat. 3) Langkah-langkah kegiatan Index terlalu dekat, Media kartu berpasangan juga Selain itu media kartu berpasangan juga siswa dibuat lebih besar dari ukuran kartu berpasangan menunjukkan kartu yang mereka bawa dan siswa pada siklus I agar memudahkan siswa untuk lain mencari kartu yang menjadi pasangannya, mencari pasangan kartu mereka. Kegiatan juga banyak siswa yang mengalami kesulitan mencari. lebih dimodifikasi agar tidak ada waktu yang 5) Saat kegiatan pembelajaran dengan Index Card terbuang sia-sia dan siswa tidak dibiarkan diam Match saja saat menunggu giliran untuk mengerjakan kurang besar. Sehingga berlangsung, guru pada saat kurang mampu mengatur waktu. Akibatnya banyak siswa yang kegiatan selanjutnya: 3. Hasil Penelitian Siklus II 10 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 4 Tahun ke IV Maret 2015 Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II bahkan berlarian kesana-kemari sehingga tidak terlihat lebih baik dan lebih sistematis dari memperhatikan pelajaran.Kegiatan siswa yang pelaksanaan siklus I. Guru sudah mampu dapat mengaplikasikan pembelajaran kecerdasan kinestetik juga tidak terlihat, padahal menggunakan model pembelajaran aktif tipe dalam materi yang diajarkan seharusnya bisa Index Card Match dengan baik. dimodifikasi dengan model-model yang menarik kegiatan Siswa juga terlihat lebih antusias serta lebih paham dalam melakukan permaian menggunakan model tersebut. Hasil kegiatan melompat, dioptimalkan untuk meningkatkan yang dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik siswa. Kemampuan siswa dalam kegiatan pada menyapu, mengepel, menghapus papan tulis dan siklus I pertemuan mengelap kaca juga meningkat dari kegiatan pada peningkatan.Kegiatan siklus I. sebelumnya belum I mengalami pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran yang meningkatkan kecerdasan kinestetik siswa, sudah mulai diterapkan model Pembahasan Hasil Tindakan Untuk mengetahui hasil awal kecerdasan pembelajaran aktif tipe Index Card Match pada pada kegiatan tersebut.Siswa terlihat antusias dalam tersebut mengikuti kegiatan pembelajaran, intensitas siswa dilakukan untuk mengamati kegiatan apa saja yang asik sendiri dengan kegiatan mereka pun yang dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan mulai berkurang. Namun guru masih terlihat kinestetik siswa pada proses pembelajaran. bingung dalam menerapkan model pembelajaran Ketika proses pembelajaran berlangsung, terlihat aktif belum menerapkan. kinestetik kegiatan siswa, pra ada dilakukan tindakan. kegiatan observasi Observasi yang memaksimalkan tersebut karena baru pertama kali kecerdasan kinestetik siswa, kegiatan masih Kemampuan siswa dalam kegiatan pada banyak didominasi oleh guru dengan bentuk siklus I pertemuan II lebih baik dan lebih pengajaran konvensional. Siswa belum banyak meningkat dari pertemuan I. Guru dan siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. sudah mulai terlihat berkoordinasi dengan baik, Kemampuan kegiatan walaupun masih terdapat beberapa kekurangan menghapus dalam pelaksanaannya seperti media yang kurang mengambil besar dan jarak tumpuan untuk melompat terlalu ranting/daun dan menggambar jam terlihat masih dekat.hal tersebut yang mendasari dilakukan belum perbaikan pada siklus II. melompat, papan siswa menyapu, tulis, mengepel, mengelap mencapai ditetapkan.Kegiatan dalam kaca, kriteria melompat siswa yang jarang Hasil pengamatan siklus I menunjukkan ada dilakukan oleh guru dalam pembelajaran, padahal peningkatan dari kegiatan pada pra tindakan, siswa terlihat banyak berjalan-jalan sendiri meskipun peningkatan tersebut tidak signifikan. Upaya Meningkatkan Kecerdasan... (Khairul Cahyaningrum) 11 Siswa sudah mulai aktif, guru tidak banyak tindakan, siklus I dan siklus II. Dari yang mendominasi sebelumnya kegiatan pembelajaran. Tetapi kegiatan pembelajaran belum karena baru pertama kali dilakukan, siswa dan menggunakan model pembelajaran aktif yang guru masih terlihat bingung dalam melaksanakan dapat model pembelajaran aktif tipe Index Card kemudian Match.Ada beberapa hal pada kegiatan siklus I menggunakan dan kecerdasan kinestetik siswa yang perlu diperbaiki di siklus II.Beberapa hal mulai dioptimalkan. Hingga pada kegiatan siklus tersebut diantaranya meliputi perbaikan media II kecerdasan kinestetik siswa meningkat. meningkatkan pada kecerdasan siklus I kinestetik, sudah mulai Model pembelajaran aktif tipe Index Card dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Kemampuan siswa dalam kegiatan pada Match ini dapat meningkatkan kecerdasan mengalami kinestetik karena di dalam pelaksanaan model peningkatan yang cukup banyak, guru lebih pembelajaran tersebut banyak sekali melibatkan lancar dalam menerapkan model pembelajaran fisik siswa.Hal ini sesuai dengan teori yang aktif tipe Index Card Match.Selain itu siswa juga diungkapkan oleh Howard Gardner (2003:36), terlihat bahwa kecerdasan kinestetik adalah kemampuan siklus II pertemuan sudah mulai I terlihat hafal dengan urutan pelaksanaan model pembelajaran tersebut.Siswa menyelesaikan lebih mudah diatur dan lebih antusias lagi dalam menggunakan seluruh badan seseorang atau pembelajaran.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagian badan. Model pembelajaran aktif tipe untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik juga Index Card Match dalam prosesnya melibatkan dilakukan dengan baik oleh siswa. siswa secara aktif seperti yang disampaikan oleh Kemampuan siswa dalam kegiatan pada masalah atau produk mode Melvin L. Silberman (2006: 250), bahwa Index sangat Card Match atau Pencocokan Kartu Index ini signifikan.Hal ini dikarenakan kegiatan yang merupakan cara aktif dan menyenangkan untuk dilakukan meninjau ulang materi pelajaran. siklus II pertemuan dengan II meningkat menggunakan model pembelajaran aktif tipe Index Card Match sudah Model pembelajaran yang aktif dan dilakukan pada pertemuan sebelumnya, sehingga menyenangkan seperti Index Card Match ini siswa memperbaiki cocok untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik, pertemuan hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya.Akibatnya hasil yang didapatkan oleh Salasiah pada tahun 2010 yang berjudul menjadi lebih baik dan maksimal.Tercatat 80% “Pengembangan lebih dari jumlah siswa mencapai kriteria yang Mengembangkan Kecerdasan Kinestetik Anak ditetapkan. Usia 7-9 Tahun Di SDN Karang Besuki 1 hanya kesalahan mengulang yang terjadi dan pada Berdasarkan pembahasan di atas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatkan dari pra Malang”.Penelitian Model Permainan tersebut Untuk menyimpulkan bahwa pada kegiatan bermain, semua aspek 12 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 4 Tahun ke IV Maret 2015 kecerdasan anak semakin berkembang, salah yang satunya kecerdasan kinestetik anak. Kecerdasan pembelajaran aktif tipe Index Card Match kinestetik lebih menekankan pada kemampuan sehingga seseorang dalam menangkap informasi dan kinestetik siswa. Aspek tersebut diantaranya mengolahnya adalah sedemikian cepat, lalu dapat diselaraskan dapat dengan meningkatkan melompat, model kecerdasan menyapu, mengepel, diaplikasikan dalam wujud gerak, yakni dengan menghapus papan tulis, mengelap kaca dan menggunakan badan, kaki, dan tangan.Selain itu, menggambar jam. Hal tersebut juga dibuktikan dari hasil hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pengembangan model permainan untuk pengamatan yang didapatkan pada saat mengembangkan kecerdasan kinestetik harus pelaksanaan penelitian. Tercatat bahwa sebelum menyenangkan dan mudah dilakukan siswa serta tindakan, kecerdasan kinestetik siswa kurang diharapkan diperhatikan dapat meningkatkan kecerdasan karena kegiatan pembelajaran bersifat konvensional dan belum menggunakan kinestetik. model pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa. Sedangkan pada kegiatan siklus I dan II SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan terjadi peningkatan pada kecerdasan kinestetik pembahasan, dapat disimpulkan bahwa model siswa, pembelajaran aktif tipe Index Card Match dapat kinestetik mereka karena guru menerapkan model meningkatkan kecerdaan kinestetik pada siswa pembelajaran aktif tipe Index Card Match. kelas II SD Negeri Minomartani 6 pada tema 3 Tercatat bahwa pada siklus I terdapat rata-rata sub tema 2 Tugasku Sehari-hari di Sekolah. 18,64% atau 5 siswa dari jumlah 28 siswa yang Pelaksanaan model pembelajaran aktif Index kecerdasan kinestetiknya masuk pada kriteria Card Match sesuai dengan langkah-langkah yang keberhasilan ada, namun dilakukan modifikasi agar model terdapat rata-rata 88,78% atau 24 siswa dari pembelajaran aktif tipe Index Card Match dapat jumlah 28 siswa yang kecerdasan kinestetiknya digunakan masuk kinestetik untuk siswa. meningkatkan Modifikasi kecerdasan tersebut siswa pada mulai dapat minimal. kriteria mengembangkan Sedangkan keberhasilan siklus II minimal. Sehingga terjadi peningkatan sebesar 79,16% memperhatikan dan menyesuaikan dengan materi atau pembelajaran yang sedang berlangsung. Materi kinestetiknya masuk dalam kriteria keberhasilan yang digunakan adalah materi pada tema 3 sub minimal dari hasil pengamatan pada siklus I ke tema 2 tentang Tugasku Sehari-hari di Sekolah. siklus II. Dalam materi tersebut terdapat beberapa aspek sebesar 19 anak yang kecerdasan Upaya Meningkatkan Kecerdasan... (Khairul Cahyaningrum) 13 DAFTAR PUSTAKA Agus Efendi. (2005). Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung: Alfabeta. L. Silberman, Melvin. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. 2006. Bandung: Nusamedia. DPR dan Presiden RI. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Diakses Meler, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa. dari http://riau.kemenag.go.id/file/file/produkhuk Muhammad Nuh. 2013. Kurikulum 2013. um/fcpt1328331919.pdf.pada tanggal 5 Mei Diakses dari 2014, Jam 09.15 WIB. http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikelmendikbud-kurikulum2013.pada tanggal 10 Endang Poerwanti dan Nur Widodo. 2005. Perkembangan Peserta Didik. Juni 2014, Jam 11.30 WIB. Malang: Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian UMM Press. Suatu Pendekatan Praktek. rev. ed. Jakarta: Gardner, Howard. 2003. Multiple Intelligences. Rineka Cipta. Batam: Interaksara. Sukardi. 2013. Metode Penelitian Tindakan Kidia. 2010. Media dalam Kehidupan Anak (Fact Sheet). Diakses dari http://www.kidia.org/panduan/tahun/2010/bu lan/11/tanggal/01/id/171/.Pada Juli 2014, Jam 17.45 WIB. Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. tanggal 10 Suwarsih Madya. 2007. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (action research). Bandung: Alfabeta.