Biogeokimia logam tembaga (Cu): Phytoakumulasi, Distribusi dan

advertisement
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014
Optimalisasi Sains dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa
Makassar, 13 September 2014
Biogeokimia logam tembaga (Cu): Phytoakumulasi, Distribusi dan Immobilisasi Menggunakan
Limbah serbuk Gergaji dalam Soil-Plant System
1)
Deasy Liestianty, 1)Muliadi, 1)Nurvita A.N, 2)Yanny
Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Khairun
2)
Teknik pertambangan, Universitas Muhammadiyah Ternate
1)
[email protected]
Kemampuan tanaman dalam menyerap logam berat pada
konsentrasi tertentu dan melebihi konsentrasi yang
biasanya terserap oleh tanaman lain disebut dengan
tanaman
hiperakumulator.
Potensi
tanaman
hiperakumulator erat kaitannya dengan penyediaan unsur
hara di dalam tanah. Jika kandungan unsur hara di dalam
tanah tercukupi, maka kemampuan tanaman dalam
menyerap logam berat dan potensinya sebagai tanaman
hiperakumulator dapat ditingkatkan. Tanah yang telah
tercemar logam berat biasanya memiliki kandungan unsur
hara yang rendah sehingga diperlukan penambahan
material organik sebagai amendment pada tanah untuk
memberikan suplai unsur hara bagi tanah, karena seperti
yang diketahui material organik merupakan salah satu
sumber nutrisi yang potensial untuk membantu
pertumbuhan tanaman (Rao, 1994). Dalam penelitian ini,
material organik yang digunakan adalah limbah serbuk
gergaji yang mudah diperoleh. Adebowale, 1985 dalam
Iderawumi, 2012 menyatakan serbuk gergaji mengandung
nutrisi yang baik bagi tanaman seperti P, K, Ca, Mg, Cu,
Zn, Mn and Fe. Serbuk gergaji juga memiliki kemampuan
untuk mengontrol tingkat keasaman tanah (Owolabi, dkk.,
2003 dalam Iderawumi, dkk., 2012). Selain itu, serbuk
gergaji juga sebagai adsorben logam berat. Sehingga
diharapkan penggunaan serbuk gergaji sebagai soil
amendment dapat berfungsi sebagai penyuplai unsur hara
sekaligus sebagai material yang berpotensi menahan laju
logam berat dari dalam tanah ke tanaman(soil-plant
system).
Sari
Studi ini bertujuan untuk mengetahui fenomena
biogeokimia logam tembaga dalam soil-plant system. Jenis
tanaman yang digunakan adalah kedelai (Glycine max (L)
merill) dan limbah serbuk gergaji sebagai amendment.
Metode analisis yang digunakan voltametry. Hasil
penelitian menunjukkan total konsentrasi logam tembaga
dalam tanaman kontrol dan perlakuan masing–masing
80,48 mg/g dan 59,69 mg/g sedangkan konsentrasi logam
tembaga dalam tanah baik kontrol maupun perlakuan yaitu
sebesar 6,92 mg/g dan 4,90 mg/g. Hal ini menunjukkan
limbah serbuk gergajimampu menahan laju logam berat
dari tanah ke tanaman dan tanaman kedelai dapat
dikategorikan sebagai tanaman hiperakumulator logam
berat dan tembaga karena memiliki nilai Enrichment
Factor (EF) > 1.
Kata kunci : Biogeokimia, Phytoakumulasi, Tembaga,
Kedelai, Serbuk Gergaji
Pendahuluan
Logam berat tembaga merupakan logam berat esensial
untuk tanaman. Tembaga berguna untuk pertumbuhan
jaringan tanaman terutama daun sebagai tempat terjadinya
proses fotosintesis (Kamaruzzaman, dkk., 2008). Pada
umumnya kadar logam berat tembaga dalam jaringan
tanaman berkisar 5–25 ppm. Tetapi, pada konsentrasi yang
tinggi logam berat tembaga dapat bersifat toksik bagi
tanaman dan karsinogenik jika terakumulasi pada tubuh
manusia.
Data dan Metoda
Penelitian ini dilakukan secara eksperimen dan greenhouse
serta analisis sampel menggunakan metode voltametri
dilakukan di Laboratorium Dasar Universitas Khairun. Alat
dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat
gelas yang umum digunakan di Laboratorium, oven, neraca
analitik, perangkat lisimeter, water timer, saringan, mikro
pipet, pH meter, perangkat voltameter, tanah tercemar
(limbah laboratorium), bibit tanaman kedelai (Glycine max
(L) merill), aquades, CuSO4, HNO3, HCl, pupuk NPK, dan
serbuk gergaji (sawdust).
Pencemaran logam berat tembaga pada lingkungan tanah
memerlukan penanggulan yang baik dan tepat. Beberapa
tanaman yang tumbuh di tanah tercemar logam berat
memiliki kemampuan menyerap dan mengakumulasi logam
berat sehingga dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi
masalah pencemaran oleh logam berat tersebut. Metode
pemanfaatan kemampuan tanaman sebagai sistem biologi
yang alami dalam memperbaiki, mengurangi, dan
membersihkan tanah dari zat pencemar seperti logam berat
dikenal dengan metode fitoremediasi. Fitoremediasi telah
digunakan untuk mengurangi erosi dan menjaga kualitas air
serta tanah (Robinson, dkk., 2003). Keunggulan dari
metode fitoremediasi adalah aplikasinya lebih murah jika
dibandingkan dengan teknologi berbasis fisika kimia
(Munir, 2010).
Penelitian dilakukan dalam empat tahapan, yaitu penyiapan
media tanam tercemar logam berat tembaga, pembibitan
dan penanaman tanaman, pengamatan pertumbuhan selama
masa pertumbuhan dan pemanenan. Media tanam yang
digunakan terdiri dari media tanam kontrol dan perlakuan
yang ditambahkan serbuk gergaji. Media tanam terdiri dari
9 kg tanah tercemar dan 1 kg serbuk gergaji. Tanaman yang
212
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014
Optimalisasi Sains dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa
Makassar, 13 September 2014
digunakan adalah tanaman kedelai Glycine max (L)
merillyang selanjutnya ditanam selama 4 bulan. Setelah
masa tumbuh tanaman kedelai kemudian dipanen dan
dipisahkan sesuai dengan morfologinya, yaitu akar, batang,
daun, dan buah. Kemudian bagian tanaman tersebut
dibersihkan dan dikeringkan dengan oven selama 24 jam
dengan suhu 100oC. sebelum dianalisis, biomassa kering
sampel tersebut didestruksi dengan aquaregia 9 mL. Filtrat
yang diperoleh kemudian di analisis dengan menggunakan
voltameter ingsen 1030. Untuk identifikasi potensi tanaman
sebagai tanaman hiperakumulator, maka dapat dihitung
nilai Translocation Factor (EF) dan Enrichment Factor
(TF).
Nilai KTK media tanam juga mempunyai peranan yang
penting karena memiliki hubungan dengan suplai unsur
hara dan berpengaruh terhadap daya sanggah media tanam.
Hasil analisis menunjukkan media tanam yang digunakan
dalam penelitian ini mempunyai kemampuan tinggi untuk
menyimpan dan melepaskan kation.
[Logam] Daun
mg/g
[Logam] Akar
Perbandingan Konsentrasi Logam Berat Tembaga
dalam Tanah dan Tanaman
[Logam] Daun
mg/g
[Logam] Tanah
Pada penelitian ini, dilakukan tiga replikasi media tanam.
Hal tersebut di maksudkan agar didapatkan hasil yang baik
dan akurat.Media tanam yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri atas tanah kontrol dan tanah perlakuan. Tanah
kontrol adalah media tanam yang terdiri dari 100 % tanah
yang mengandung logam berat tembaga. Sedangkan tanah
perlakuan adalah tanah yang merupakan campuran dari
tanah yang mengandung limbah logam berat dan serbuk
gergaji dengan perbandingan 9 : 1.
Untuk mengetahui perbandingan konsentrasi logam berat
tembaga yang terserap oleh tanaman dan konsentrasi yang
terdapat di dalam media tanam setelah pemanenan dapat
dilihat pada hasil analisis yang disajikan pada Tabel 2 dan
Gambar 1.
Translocation Factor (EF) =
Enrichment Factor (EF) =
penting untuk diketahui. Unsur hara menunjukkan
keberadaan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa unsur hara yang
dimiliki media tanam seperti K, Ca, dan Mg dikategorikan
rendah.
Hasil dan Diskusi
Hasil Analisis Sifat Fisika Kimia Tanah
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah uji parameter
fisika kimia tanah untuk menentukan komposisi dan tingkat
kesuburan media tanam yang digunakan dalam penelitian.
Hasil analisis tersebut disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi sampel tanah berdasarkan parameter
fisika kimia tanah
Parameter
Kadar
Kadar Air
8,52 %
*
Parameter
Kadar
*
Karbon
(C)
-
SR
Tabel 2. Perbandingan Konsentrasi Logam berat
Tembagapada Tanah Dan Tanaman
Cu (mg/g)
Sampel
Liat
45 %
Nitrogen
(N)
Debu
35 %
P2O5
Pasir
Klas
Tekstur
20 %
K
15,68
ppm
0,8 %
Liat
Ca
5,82 %
KTK
32,24 c
mol/kg
0,24 %
R
R
-
Tanaman
Kontrol
6.92
80.48
Perlakuan
4.9
59.69
Perbandingan Tembaga dalam tanah dan tanaman
Cu (mg/g) Tanah
T
Mg
-
SR
Cu (mg/g) Tanaman
SR
10,45
R
%
*SR Sangat Rendah, R Rendah, T Tinggi (dirujuk
berdasarkan parameter kesuburan kimiawi tanah menurut
FAO).
Berdasarkan hasil analisis tersebut, tekstur tanah yang
digunakan sebagai media tanam memiliki kandungan fraksi
liat yang cukup tinggi, yaitu 45 %. Kondisi tekstur tersebut
dapat dikategorikan sebagai tanah yang memiliki tekstur
liat (Hanafiah, 2012). Tanah yang memiliki kandungan liat
yang cukup tinggi adalah tanah yang bertekstur halus, dapat
menyerap banyak air, bersifat plastis, lengket, dan sehingga
sukar dan berat untuk diolah (Mulyani, 2007).
Unsur hara esensial yang terkandung dalam tanah, KTK,
dan pH tanah merupakan sifat-sifat kimia tanah yang
Na
Tanah
R
Al
80,48
6,92
Kontrol
59,69
4,9
Perlakuan
Gambar 1. Perbandingan konsentrasi logam berat tembaga
pada tanah dan tanaman.
Gambar 1, menunjukkan konsentrasi logam berat
yang diserap oleh tanaman kedelai kontrol
perlakuan. Jumlah konsentrasi yang diserap oleh
kedelai kontrol lebih tinggi dibandingkan
213
tembaga
maupun
tanaman
dengan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014
Optimalisasi Sains dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa
Makassar, 13 September 2014
konsentrasi yang diserap tanaman perlakuan dengan nilai
masing-masing 80,48 mg/g dan 59,69 mg/g. Jumlah
konsentrasi logam berat tembaga yang berada pada tanah
setelah masa tumbuh dan tahap pemanenan memiliki
konsentrasi masing-masing 6,92 mg/g dan 4,90 mg/g.
Hasil analisis konsentrasi logam berat tembaga yang
didistribusikan ke bagian-bagian tanaman kedelai, seperti
akar, batang, daun, dan buah dapat dilihat pada tabel 3 dan
gambar 2 di atas. Jumlah konsentrasi logam berat lebih
banyak terkonsentrasi pada akar dan buah tanaman baik
kontrol maupun perlakuan dengan nilai untuk akar masingmasing adalah 36,20 mg/g dan 19,60 mg/g serta pada buah
dengan nilai masing-masing 26,64 mg/g dan 25,16 mg/g.
Konsentrasi logam berat tembaga yang terdapat pada
batang dan daun baik kontrol maupun perlakuan lebih kecil
dibandingkan dengan buah dan akar.
Perbedaan penyerapan logam berat tembaga oleh tanaman
kontrol dan perlakuan yang cukup besar disebabkan
terserapnya logam berat tembaga oleh serbuk gergaji yang
ditambahkan pada media tanam perlakuan. Logam berat
tembaga yang sama–sama diserap oleh serbuk gergaji pada
media tanam kemudian diserap oleh tanaman. Logam berat
tembaga lebih banyak terdapat pada media tanam yang
ditambahkan serbuk gergaji. Hal ini disebabkan oleh
potensi terkhelatnya logam berat tembaga oleh material
organik lebih besar dibandingkan dengan logam berat
lainnya. Menurut Singh dan Steinnes, 1990 dalam
Wulandari, 2011, logam berat dikhelat oleh material
organik dengan urutan Cu>Cd>Zn>Pb.
Berdasarkan hal tersebut diperoleh hasil bahwa tanaman
kedelai lebih banyak mengkonsentrasikan logam berat
tembaga pada akar dan buahnya. Logam berat tembaga
yang diserap oleh akar lebih banyak ditransportasikan ke
bagian buah kedelai dibandingkan pada bagian daun dan
batang. Hal ini disebabkan oleh kandungan asam amino
esensial yang dimiliki buah kedelai, yaitu sistin. Sistin
merupakan dua residu sistein yang mengandung gugus
merkapto (S-H), gugus tersebut merupakan gugus
pengkhelat yang memiliki kemampuan mengikat logam
berat dan ditransportasikan ke seluruh tubuh tanaman
Hal tersebut menunjukkan laju penyerapan logam tembaga
dari tanah ke tanaman dapat ditahan dengan serbuk gergaji
yang dicampurkan pada media tanam perlakuan sehingga
jumlah konsentrasi logam berat tembaga yang diserap oleh
tanaman perlakuan lebih kecil konsentrasinya dibandingkan
dengan tanaman kontrol.
Identifikasi Mekanisme Fitoremediasi dan Tanaman
Hiperakumulator
Penentuan mekanisme proses fitoremediasi oleh tanaman
Glycine max (L) merill dilakukan dengan menghitung nilai
TF dan EF yang menunjukkan kemampuan akumulasi,
translokasi, dan distribusi logam berat tembaga dalam
tanaman Glycine max (L) merill. Perbandingan nilai TF dan
EF pada tanaman kontrol dan perlakuan untuk logam berat
tembaga disajikan dalam Tabel 4 dan Gambar 3.
Distribusi Logam Berat Tembaga dalam Tanaman
Hasil analisis konsentrasi rata-rata logam berat tembaga
yang terdistribusi pada akar, batang, daun, dan buah
tanaman kedelai setelah masa tumbuh dan tahap
pemanenan ditunjukkan pada Tabel 3 dan Gambar 2.
Tabel 3. Distribusi Logam Berat Cu pada Bagian-bagian
Tanaman setelah Tahap Pemanenan Glycine max
(L) merill
Tabel 4. Perbandingan Nilai TF dan EF Logam Tembaga
untuk Sampel Kontrol dan Perlakuan
Logam Berat Cu (mg/g)
Sampel
Tanaman
TF
EF
Akar
Batang
Daun
Buah
Kontrol
0.18
0.94
Kontrol
36.2
11.16
6.48
26.64
Perlakuan
0.36
1.46
Perlakuan
19.6
7.79
7.14
25.16
40
Kontrol
Perlakuan
1,5
20
1
[Cu] mg/g
30
Kontrol
Perlakuan
10
0,5
0
Akar
Batang
Daun
Bagian Tanaman
Buah
0
TF
Gambar 2. Perbandingan Distribusi Logam Berat Cu pada
Bagian-bagian tanaman Glycine max (L) merill
EF
Gambar 3. Perbandingan Nilai TF dan EF Logam Tembaga
untuk Sampel Kontrol dan Perlakuan
214
PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014
Optimalisasi Sains dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa
Makassar, 13 September 2014
Sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 4 dan Gambar 3, nilai
TF logam tembaga untuk tanaman kontrol dan perlakuan
nilainya masing-masing 0,18 dan 0,36. Data tersebut
menunjukkan bahwa mekanisme fitoremediasi yang terjadi
baik pada tanaman pada kontrol maupun perlakuan adalah
mekanisme fitostabilisasi, karena konsentrasi logam berat
tembaga yang terkonsentrasi di akar besar dibandingkan
pada daun. Pada gambar 3, dapat dilihat bahwa nilai EF
kontrol lebih kecil dari nilai EF perlakuan dengan nilai
masing-masing sebesar 0,94 dan 1,46. Berdasarkan data
yang diperoleh, tanaman kedelai pada perlakuan dapat
dikategorikan sebagai tanaman hiperakumulator untuk
logam tembaga karena memiliki nilai EF > 1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa
konsentrasi logam berat tembaga yang diakumulasi oleh
tanaman pada media tanam perlakuan lebih sedikit
dibandingkan kontrol. Hal ini disebabkan oleh serbuk
gergaji yang digunakan sebagai amendment mampu
menahan laju logam berat dari tanah ke tanaman. Tanaman
kedelai dikategorikan sebagai tanaman hiperakumulator
karena memiliki nilai EF>1.
Daftar Pustaka
Hanafiah, K.A, 2012, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Jakarta :
PT Rajagrafindo persada
Iderawumi, dkk., 2012, Integrated Application of Urea and
Sawdust Ash : Effect on Soil Chemical Properties,
Plant Nutrisis, and Sorghum Performance, Journal
of Agriculture and Veterinary Science, Vol 1, No 4,
38-41
Kamaruzzaman, 2008, Taburan Plumbum dan Kumprum di
Sedimen Dasar Muara Sungai Pahang, Pahang
Malaysia, Sains Malaysiana, Vol 35, No 4, Hal
543-547
Moenir, M., 2010, Kajian Fitoremediasi sebagai Alternatif
Pemulihan Tanah Tercemar Logam Berat, Jurnal
Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri,
Vol. 1, No. 2
Mulyani, dkk., 2012, Studi Voltametri Siklik Sodium
Dedocyl Benzen Sulfonat dalam Berbagai
Elektroda dan Elektrolit Pendukung, Jurnal
Teknologi Pengelolaan Limbah, Vol 15, No 1
Rao, 1994, mekanisme tanah dan pertumbuhan tanaman,
UI-Press, Jakarta
Robinson, dkk., 2003, Phytoremediation : using plants as
biopumps to improve degraged environments,
Australian journal of soil Research, Vol 41, hal 599
– 611
Ucapan Terima Kasih
Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada DP2MDIKTI yang telah membiayai penelitian ini dalam skema
Desentralisasi-Hibah Bersaing Tahun kedua (2014).
215
Download