pengaruh price book value, earning per share

advertisement
PENGARUH PRICE BOOK VALUE, EARNING PER SHARE, DEBT
EQUITY RATIO DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP
MARKET PERFORMANCE DILIHAT DARI SHARE PRICE DAN RETURN
(SHARPE’S MEASURE) SEKTOR PROPERTI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh
Hilda Agustina
NIM: 104081002431
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
NIP. 150 317 955
Indo Yama N. SE, MAB
NIP. 150 317 593
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H/2008 M
ii
PENGARUH PRICE BOOK VALUE, EARNING PER SHARE, DEBT
EQUITY RATIO DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP
MARKET PERFORMANCE DILIHAT DARI SHARE PRICE DAN RETURN
(SHARPE’S MEASURE) SEKTOR PROPERTI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh
Hilda Agustina
NIM: 104081002431
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
NIP. 150 317 955
Indo Yama N. SE, MAB
NIP. 150 317 593
Prof. Dr. Abdul Hamid
Penguji Ahli
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H/2008 M
iii
Hari ini Selasa Tanggal 29 Bulan April Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Hilda Agustina NIM: 104081002431 dengan judul
Skripsi “PENGARUH PRICE BOOK VALUE, EARNING PER SHARE,
DEBT EQUITY RATIO DAN NET PROFIT MARGIN
TERHADAP
MARKET PERFORMANCE DILIHAT DARI SHARE PRICE DAN RETURN
(SHARPE’S MEASURE) SEKTOR PROPERTI”. Memperhatikan penampilan
mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 April 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Ketua
Herni Ali HT, SE., MM
Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
iv
Daftar Riwayat Hidup
I.
IDENTITAS PRIBADI
1. Nama
:
Hilda Agustina
2. Tempat & Tgl. Lahir
:
Jakarta, 21 Agustus 1985
3. Tinggal di
:
Jakarta
4. Alamat
:
Perum Guru Blok C-3, GOR
Ragunan, Ps. Minggu, Jakarta
Selatan.
5. Telepon
II.
:
0217813778/ 081932791903
:
SDN. 07 Pagi Jakarta Th. 1992 -
PENDIDIKAN
1. SD
1998
III.
2. SMP
:
MTs N 4 Jakarta Th. 1998 - 2001
3. SMA
:
MAN 7 Jakarta Th. 2001 - 2004
PENGALAMAN ORGANISASI
1. BEM
:
Bendahara BEMJ Th. 2005
Bendahara BEMJ Th. 2006
Bendahara Propesa Th. 2005
Bendahara Propesa Th. 2006
Bendahara Raker BEMJ Th.2005
Bendahara Raker BEMJ Th 2006
Anggota Devisi Komunikasi Th.
2004
2. PMII
:
Bendahara Pd Saat Penerimaan
Anggota Baru PMII Th. 2006
Anggota DPW
Anggota DPD
v
Anggota Devisi Konsumsi PMII
Pusat.
IV.
LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
:
Drs. Solechudin Siradj, MM
2. Tempat & Tgl. Lahir
:
Cirebon, 03 Juli 1960
3. Alamat
:
Perum Guru Blok C-3, GOR
Ragunan, Ps. Minggu, Jakarta
Selatan.
4. Telepon
:
0217813778/ 08568869517
5. Ibu
:
Noneng Yusmiati
6. Tempat & Tgl. Lahir
:
Sukabumi, 08 Maret 1963
7. Alamat
:
Perum Guru Blok C-3, GOR
Ragunan, Ps. Minggu, Jakarta
Selatan.
8. Telepon
:
0217813778/ 02194538617
9. Anak Ke dari
:
Pertama dari Empat Bersaudara
vi
Abstract
Hilda Agustina: The Influence of Price Book Value, Earning Per Share,
Debt Equity Ratio and Net Profit Margin toward Market Performance refered to
Share Price and Return (sharpe’s Measure).
The research is focused on analize the influence of Price Book Value
(PBV), Earning Per Share (EPS), Debt Equity Ratio (DER) and Net Profit Margin
(NPM) toward Market Performance refered to Share Price (the measurement of
share price that is used in this research is the closing price) and Return
(Sharepe’s Measure), by using a multipel regression statistic test from eviews 5
and SPSS.
The sample is property shares that are taken by using the judgement
sampling method. The PBV, EPS, DER and NPM data is taken from monthly
financial reports, February 2005 until Januari 2008, whereas the data that is used
for the share price is the price of the shares that are taken monthly, February
2005 until January 2008.
The result of this research shows that PBV, EPS, DER and NPM influence
simultantly the share price significantly; and olso not influence partially with
PBV significantly, EPS significantly and NPM significantly; while the DER is not
influence partially or not significantly. While the PBV, EPS, DER and NPM
influence simultantly toward return (sharpe’s measure) significantly, because of
the probability is smaller than 0,05,; and partially, PBV significantly, EPS:
significantly, DER and NPM does not significantly influence partialtly toward
return (sharpe’s measure).
Keyword: SBI, Share Price, Sharpe's, PBV, EPS, DER and NPM.
vii
Abstrak
Hilda Agustina: Pengaruh Price Book Value, Earning Per Share, Debt
Equity Ratio dan Net Profit Margin terhadap terhadap Market Performance
dilihat dari Share Price dan Return (Sharpe’s Measure).
Penelitian difokuskan untuk menganalisis pengaruh Price Book Value
(PBV), Earning Per Share (EPS), Debt Equity Ratio (DER) dan Net Profit
Margin (NPM) terhadap Market Performance dilihat dari Share Price (ukuran
Share Price yang digunakannya dalam penelitian ini adalah closing price). dan
Return (Sharpe’s Measure), dengan menggunakan uji statistik regresi berganda
dari eviews 5 dan SPSS.
Sampel yang digunakan adalah saham-saham yang termasuk ke dalam
sektor properti yang dipilih dengan menggunakan metode judgement sampling.
Data PBV, EPS, DER dan NPM diambil dari laporan keuangan per bulan dari
Februari 2005 sampai Januari 2008, sedangkan data yang digunakan untuk share
price, yaitu harga saham yang diambil secara bulanan dari Februari 2005 sampai
Januari 2008.
Hasil penelitian menunjukkan PBV, EPS, DER dan NPM berpengaruh
signifikan terhadap market performance dilihat dari share price dan return
(Sharpe’s Measure); sedangkan secara parsial, EPS dan NPM berpengaruh
signifikan terhadap market performance dilihat dari share price. PBV dan DER
tidak berpengaruh signifikan terhadap market performance dilihat dari share
price. PBV dan EPS berpengaruh market performance dilihat dari return
(Sharpe’s Measure); sementara DER dan NPM tidak berpengaruh signifikan
market performance dilihat dari return (Sharpe’s Measure).
Kata Kunci: SBI, Harga Saham, Sharpe's, PBV, EPS, DER dan NPM
viii
Kata Pengantar
Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk. Dengan nama
Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puja-puji bagi Allah, Tuhan
semesta alam. Puja-puji yang sebenar-benarnya karena Dia Maha Memenuhi
nikmat dan Maha Mencukupi tambahan nikmat-Nya. Wahai Tuhan kami, bagi-Mu
segala puja-puji selayak Keagungan Wajah-Mu dan Kebesaran Kekuasaan-Mu.
Maha Suci Engkau, kami tidak mampu memuja-memuji Engkau sebagaimana
Engkau memuja-memuji diri Engkau sendiri, maka bagimu segala puja-puji
hingga Engkau ridha. Bagi-Mu segala puja-puji bila Engkau ridha dan bagi-Mu
segala puja-puji setelah Engkau ridha.
Berkat rahmat, taufiq, ‘inayah, hidayah Allah SWT dan do’a kedua orang
tua saya, adik-adik saya disertai kasih sayang, saya dapat melanjutkan pendidikan
program Sarjana, dan kini saya tengah berupaya memenuhi persyaratan untuk
menyelesaikannya dengan menyusun karya ilmiah yang disebut skripsi sebagai
kewajiban akademis yang harus dipenuhi. Skripsi ini juga merupakan syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana dari program tersebut, yakni dalam hal ini adalah gelar
Sarjana Ekonomi pada UIN Syarif Hidayatullah dan akan dipertahankan di depan
siding para penguji yang berlangsung pada tanggal Agustus 2008 di Gedung
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sesuai program yang saya pilih, saya berketetapan hati bahwa skripsi yang
akan saya susun berkaitan dengan pengaruh rasio keuangan dan harga saham.
Untuk itu, skripsi ini saya beri judul : “Pengaruh Price Book Value, Earning Per
Share, Debt Equity Ratio dan Net Profit Margin terhadap terhadap Market
Performance dilihat dari Share Price dan Return (Sharpe’s Measure) “.,
dengan harapan skripsi ini dapat saya jadikan tolok ukur bahwa saya berminat di
konsentrasi Manajemen Keuangan.
Tentu saja saya tidak bisa mengerjakan segala hal tanpa bantuan pihak lain
dalam pembuatan skripsi ini. Oleh karena itu, suatu keharusan bagi saya dalam
kesempatan ini untuk menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan
ucapan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
ix
1. Prof. Dr. Khomarudin Hidayat, MA; Direktur Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Abdul Hamid, MS., sebagai Pembantu Dekan Bidang Akademik.
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM; Pembimbing I dan Ketua Jurusan Konsentrasi
Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Indo Yama N. SE, MAB; Pembimbing II khusus materi seputar Manajemen
Keuangan.
5. Dosen-dosen, staf dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Miqdad Khaitama terima kasih atas semua bantuan moril dan spiritnya wat ku.
Udah setia menemani saat-saat sulit skripsi. Terima kasih sayangku.
7. untuk semua teman-teman, seperti Irma, Sukron, Nila Afaf, Ruri, Gita, ita,
Vera, Nana, Prita, Sulis, Tuti, Tia, abud, kosasih, ka arya, ka hanif, doni,
faridz, haetami,dll. Dan semua adek2 kelas ku dan anggota BEMJ dan PMII.
Akhirnya saya merasa tidak dapat membalas apa-apa kepada semua yang
telah saya uraikan kecuali do’a semoga amal kebaikan mereka diterima Allah
SWT, diampuni dosanya, dimuliakan diri beserta keluarganya dan memperoleh
balasan yang setimpal dari-Nya dengan harapan skripsi ini menjadi manfaat,
rahmat, berkah dan hikmah bagi diri saya, keluarga dan semua serta menjadi amal
saleh saya beserta keluarga sebagai bekal di dunia, alam barzakh dan di akhirat
kelak. Aamiin.
Jakarta, September 2008
Penyusun,
HILDA AGUSTINA
x
Daftar Riwayat Hidup
I.
IDENTITAS PRIBADI
1. Nama
:
Hilda Agustina
2. Tempat & Tgl. Lahir
:
Jakarta, 21 Agustus 1985
3. Tinggal di
:
Jakarta
4. Alamat
:
Perum Guru Blok C-3, GOR
Ragunan, Ps. Minggu, Jakarta
Selatan.
5. Telepon
II.
:
0217813778/ 081932791903
:
SDN. 07 Pagi Jakarta Th. 1992 -
PENDIDIKAN
1. SD
1998
III.
2. SMP
:
MTs N 4 Jakarta Th. 1998 - 2001
3. SMA
:
MAN 7 Jakarta Th. 2001 - 2004
PENGALAMAN ORGANISASI
1. BEM
:
Bendahara BEMJ Th. 2005
Bendahara BEMJ Th. 2006
Bendahara Propesa Th. 2005
Bendahara Propesa Th. 2006
Bendahara Raker BEMJ Th.2005
Bendahara Raker BEMJ Th 2006
Anggota Devisi Komunikasi Th.
2004
2. PMII
:
Bendahara Pd Saat Penerimaan
Anggota Baru PMII Th. 2006
Anggota DPW
Anggota DPD
xi
Anggota Devisi Konsumsi PMII
Pusat.
IV.
LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
:
Drs. Solechudin Siradj, MM
2. Tempat & Tgl. Lahir
:
Cirebon, 03 Juli 1960
3. Alamat
:
Perum Guru Blok C-3, GOR
Ragunan, Ps. Minggu, Jakarta
Selatan.
4. Telepon
:
0217813778/ 08568869517
5. Ibu
:
Noneng Yusmiati
6. Tempat & Tgl. Lahir
:
Sukabumi, 08 Maret 1963
7. Alamat
:
Perum Guru Blok C-3, GOR
Ragunan, Ps. Minggu, Jakarta
Selatan.
8. Telepon
:
0217813778/ 02194538617
9. Anak Ke dari
:
Pertama dari Empat Bersaudara
xii
Abstract
Hilda Agustina: The Influence of Price Book Value, Earning Per Share,
Debt Equity Ratio and Net Profit Margin toward Market Performance refered to
Share Price and Return (sharpe’s Measure).
The research is focused on analize the influence of Price Book Value
(PBV), Earning Per Share (EPS), Debt Equity Ratio (DER) and Net Profit Margin
(NPM) toward Market Performance refered to Share Price (the measurement of
share price that is used in this research is the closing price) and Return
(Sharepe’s Measure), by using a multipel regression statistic test from eviews 5
and SPSS.
The sample is property shares that are taken by using the judgement
sampling method. The PBV, EPS, DER and NPM data is taken from monthly
financial reports, February 2005 until Januari 2008, whereas the data that is used
for the share price is the price of the shares that are taken monthly, February
2005 until January 2008.
The result of this research shows that PBV, EPS, DER and NPM influence
simultantly the share price significantly; and olso not influence partially with
PBV significantly, EPS significantly and NPM significantly; while the DER is not
influence partially or not significantly. While the PBV, EPS, DER and NPM
influence simultantly toward return (sharpe’s measure) significantly, because of
the probability is smaller than 0,05,; and partially, PBV significantly, EPS:
significantly, DER and NPM does not significantly influence partialtly toward
return (sharpe’s measure).
Keyword: SBI, Share Price, Sharpe's, PBV, EPS, DER and NPM.
xiii
Abstrak
Hilda Agustina: Pengaruh Price Book Value, Earning Per Share, Debt
Equity Ratio dan Net Profit Margin terhadap terhadap Market Performance
dilihat dari Share Price dan Return (Sharpe’s Measure).
Penelitian difokuskan untuk menganalisis pengaruh Price Book Value
(PBV), Earning Per Share (EPS), Debt Equity Ratio (DER) dan Net Profit
Margin (NPM) terhadap Market Performance dilihat dari Share Price (ukuran
Share Price yang digunakannya dalam penelitian ini adalah closing price). dan
Return (Sharpe’s Measure), dengan menggunakan uji statistik regresi berganda
dari eviews 5 dan SPSS.
Sampel yang digunakan adalah saham-saham yang termasuk ke dalam
sektor properti yang dipilih dengan menggunakan metode judgement sampling.
Data PBV, EPS, DER dan NPM diambil dari laporan keuangan per bulan dari
Februari 2005 sampai Januari 2008, sedangkan data yang digunakan untuk share
price, yaitu harga saham yang diambil secara bulanan dari Februari 2005 sampai
Januari 2008.
Hasil penelitian menunjukkan PBV, EPS, DER dan NPM berpengaruh
signifikan terhadap market performance dilihat dari share price dan return
(Sharpe’s Measure); sedangkan secara parsial, EPS dan NPM berpengaruh
signifikan terhadap market performance dilihat dari share price. PBV dan DER
tidak berpengaruh signifikan terhadap market performance dilihat dari share
price. PBV dan EPS berpengaruh market performance dilihat dari return
(Sharpe’s Measure); sementara DER dan NPM tidak berpengaruh signifikan
market performance dilihat dari return (Sharpe’s Measure).
Kata Kunci: SBI, Harga Saham, Sharpe's, PBV, EPS, DER dan NPM
xiv
Kata Pengantar
Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk. Dengan nama
Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puja-puji bagi Allah, Tuhan
semesta alam. Puja-puji yang sebenar-benarnya karena Dia Maha Memenuhi
nikmat dan Maha Mencukupi tambahan nikmat-Nya. Wahai Tuhan kami, bagi-Mu
segala puja-puji selayak Keagungan Wajah-Mu dan Kebesaran Kekuasaan-Mu.
Maha Suci Engkau, kami tidak mampu memuja-memuji Engkau sebagaimana
Engkau memuja-memuji diri Engkau sendiri, maka bagimu segala puja-puji
hingga Engkau ridha. Bagi-Mu segala puja-puji bila Engkau ridha dan bagi-Mu
segala puja-puji setelah Engkau ridha.
Berkat rahmat, taufiq, ‘inayah, hidayah Allah SWT dan do’a kedua orang
tua saya, adik-adik saya disertai kasih sayang, saya dapat melanjutkan pendidikan
program Sarjana, dan kini saya tengah berupaya memenuhi persyaratan untuk
menyelesaikannya dengan menyusun karya ilmiah yang disebut skripsi sebagai
kewajiban akademis yang harus dipenuhi. Skripsi ini juga merupakan syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana dari program tersebut, yakni dalam hal ini adalah gelar
Sarjana Ekonomi pada UIN Syarif Hidayatullah dan akan dipertahankan di depan
siding para penguji yang berlangsung pada tanggal Agustus 2008 di Gedung
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sesuai program yang saya pilih, saya berketetapan hati bahwa skripsi yang
akan saya susun berkaitan dengan pengaruh rasio keuangan dan harga saham.
Untuk itu, skripsi ini saya beri judul : “Pengaruh Price Book Value, Earning Per
Share, Debt Equity Ratio dan Net Profit Margin terhadap terhadap Market
Performance dilihat dari Share Price dan Return (Sharpe’s Measure) “.,
dengan harapan skripsi ini dapat saya jadikan tolok ukur bahwa saya berminat di
konsentrasi Manajemen Keuangan.
Tentu saja saya tidak bisa mengerjakan segala hal tanpa bantuan pihak lain
dalam pembuatan skripsi ini. Oleh karena itu, suatu keharusan bagi saya dalam
kesempatan ini untuk menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan
ucapan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
xv
1. Prof. Dr. Khomarudin Hidayat, MA; Direktur Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Abdul Hamid, MS., sebagai Pembantu Dekan Bidang Akademik.
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM; Pembimbing I dan Ketua Jurusan Konsentrasi
Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Indo Yama N. SE, MAB; Pembimbing II khusus materi seputar Manajemen
Keuangan.
5. Dosen-dosen, staf dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Miqdad Khaitama terima kasih atas semua bantuan moril dan spiritnya wat ku.
Udah setia menemani saat-saat sulit skripsi. Terima kasih sayangku.
7. untuk semua teman-teman, seperti Irma, Sukron, Nila Afaf, Ruri, Gita, ita,
Vera, Nana, Prita, Sulis, Tuti, Tia, abud, kosasih, ka arya, ka hanif, doni,
faridz, haetami,dll. Dan semua adek2 kelas ku dan anggota BEMJ dan PMII.
Akhirnya saya merasa tidak dapat membalas apa-apa kepada semua yang
telah saya uraikan kecuali do’a semoga amal kebaikan mereka diterima Allah
SWT, diampuni dosanya, dimuliakan diri beserta keluarganya dan memperoleh
balasan yang setimpal dari-Nya dengan harapan skripsi ini menjadi manfaat,
rahmat, berkah dan hikmah bagi diri saya, keluarga dan semua serta menjadi amal
saleh saya beserta keluarga sebagai bekal di dunia, alam barzakh dan di akhirat
kelak. Aamiin.
Jakarta, September 2008
Penyusun,
HILDA AGUSTINA
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Market Performance (kinerja pasar) merupakan daya pikat (charm),
daya inspirasi (inspirational force) dan titik tumpuan harapan (point of
expectation support) bagi pertimbangan para investor untuk berinvestasi
pada
suatu
perusahaan.
Secaraaplikatif,
baik-buruknya
market
performance ditentukan oleh simbiose mutualistis (mutual symbiosis)
antara variabel ratio, share price dan return (sharpe’s measure) yang
secara operasional bertumpu pada upaya memperbesar kwantitas dan
kwalitas investasi. Peningkatan investasi dari periode ke periode
menunjukkan bahwa suatu perusahaan memiliki akurasi yang dapat
diandalkan (be relied) dan dipercaya (be trusted) dalam memilih variabelvariabel
tersebut.
Rasio
menggambarkan
kehandalan
perusahaan
mengoperasionalkan setting berbagai macam akun (accounts) persahaman,
sehingga aktivitas pencapaian nominal return yang lebih besar selalu
terkontrol dan terkendali; share price menunjukkan bahwa perusahaan
memiliki kehandalan (reliability) memprediksi situasi dan kondisi pasar
serta kejelian membuat keputusan dalam menentukan harga saham
berdasarkan pada prediksi perspektif-antisipatif daya saing pasar dengan
mengutamakan keuntungan beserta proteksi-proteksinya bagi kedua belah
xvii
pihak, perusahaan dan investor, guna memenuhi harapan keduanya dalam
mendulang (menghasilkan) nominal return yang lebih besar dan daya
saing yang tinggi di dunia usaha; sedangkan return (sharpe’s measure)
mengindikasikan kemampuan perusahaan menentukan strategi dan taktik
dalam upaya pelepasan (release), penarikan (pulling) dan pengekangan
(restraint) saham, sehingga perolehan nominal return yang lebih besar
dan dicanangkan menjadi kenyataan dengan resiko seminimal mungkin.
Simbiose mutualistis
demikian
hendaknya
disosialisasikan
secara
transparan kepada para investor perusahaan, sehingga menjadikan para
investornya merasa nyaman, berbesar hati, terikat dan tetap menanamkan
investasinya di perusahaan tersebut, bahkan mereka secara tidak langsung
menjadi corong perusahaan (hearing trumpet) yang turut mempublikasikan
dirinya menjadi lebih terkenal dan memiliki accountabilitas yang lebih
dapat dipercaya baik oleh para investornya maupun oleh masyarakat
umum.
Daya pikat market performance dilihat dari ketertarikan para
investor,
pada umumnya mereka dalam menentukan accountabilitas
market performance tersebut lebih terfokus pandangannya kepada sisi
ratio, share price
dan return (sharpe’s measure) secara parsial dan
bahkan terfokus kepada dua sisi, share price dan return (sharpe’s
measure), dengan mengabaikan sisi rasio, padahal variabel-variabel
tersebut merupakan simbiose mutualistis dalam menentukan baik
buruknya market performance; dan kecil besarnya share price dan return
xviii
(sharpe’s measure) tidak lebih hanya merupakan jastifikasi (justification)
atau dasar kebenaran sebuah akibat dari baik-buruknya rasio; sedangkan
rasio adalah sebab dari akibat tersebut, yang semestinya para investor pada
tahap awal ketertarikannya kepada suatu perusahaan tertuju kepada sebab
dan bukan kepada akibat; untuk memberikan pemahaman kepada investor
tentang hal-ikhwal berinvestasi di satu sisi dan di sisi lain perusahaan
berkewajiban sekurang-kurangnya punya tanggung jawab moral untuk
memberikan servis internal perlu di budayakan, sehingga mereka dalam
mengambil keputusannya untuk berinvestasi tidak terjebak ke dalam
tindakan spekulatif yang boleh jadi bukannya menguntungkan, tetapi
malah merugikan, sebagaimana sering terjadinya suatu perusahaan
menjadi bangkrut; hal ini dapat dimaklumi karena para insvestor tidak
secara proaktif menjalankan kegiatan persahaman. Sebaliknya bila para
investor tidak terlalu berorientasi pada share price dan return (sharpe’s
measure), artinya bahwa bila mereka itu mau bersikap waspada, maka
tentu yang akan dilihatnya terlebih dahulu adalah justru
faktor rasio.
Paling tidak ketiga sisi sudut pandang tadi, rasio, share price dan return
(sharpe’s measure) dilihatnya secara bersamaan (simbiose mutualistis).
Sehingga bila ternyata simbiose mutualistis dimaksud menguntungkan,
maka para investor merasa puas, sebaliknya bila terbukti simbiose
mutualistis merugikan, maka mereka para investor tidak terlalu kecewa
atau menjadi stress. Karena setidaknya mereka paham bahwa upaya telah
dilakukan secara lengkap dan optimal serta menyadari bahwa ada faktor
xix
lain di luar perhitungan itu yang tidak terduga (unestimated) seperti faktor
nasib.
Fenomena kekurang waspadaan para investor sebagaimana
diuraikan di muka, merupakan momentum, peluang sekaligus jalan
terobosan bagi perusahaan untuk meyakinkan para investor bahwa
keberadaan rasio dan peranannya dalam berinvestasi merupakan strategi
kausalitas
yang
expedienc-nya
(kelayakan/kemanfaatannya)
sangat
expectant (diharapkan). Karena itu, dalam upaya memperkuat daya pikat
market performance, perusahaan seyogyanya menunjukkan kepada para
investor tentang simbiose mutualistis variabel sebab (rasio) dan variabel
akibat (share price dan return- sharpe’s measure), kondisi realitas rasio
(variabel sebab) dan pengaruhnya kepada variabel akibat (sharpe’s
measure) yang accountabilitasnya tidak disangsikan, baik oleh tim
pemeriksa (audit) maupun para investor bahkan oleh masyarakat luas,
dengan mengimplementasikan akurasi perhitungan market performance
secara jujur dan terbuka, yakni dengan melakukan sekurang-kurangnya
tiga hal sebagai berikut.
Pertama: melakukan efaluasi secara inten terhadap market
performance dengan menempuh salah satu dari tiga jenis pengukuran,
yaitu metode sharpe's measure yang dapat melihat accountabilitas market
performance dari sisi rasio, share price dan return-sharpe’s measure. (w.
Sharpe, journal of business, Januari 1966:119-138); akan tetapi tidak
xx
melihat
dari
sisi
sebabnya,
yaitu
rasio
(http://www.geocities.com/namora_id/files/Tesis-Namora-19040012.pdf.).
Kedua: Melakukan penelitian spesifik mengenai pengaruh rasio
terhadap market performance dilihat dari share price dan return (sharpe’s
measure) dan mengimplementasikannya dalam realitas karakteristik
keuangan.
Ketiga: Mempublikasikan serta mengimplementasikan hasil evaluasi
sebagaimana poin (pertama dan kedua) di atas dalam realitas aktifitas
pengelolaan persahaman.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi market performance
menjadi semakin bagus dan meningkat validitasnya, antara lain komponen
karakteristik keuangan (finance characteristic) yang terdiri dari lima
macam rasio, yaitu rasio likuiditas (liquidity ratio), rasio aktivitas
(activities ratio), rasio rentabilitas (profitability ratio), rasio solvabilitas
(solvency ratio) dan rasio pasar (market ratio). Seyogyanya lima macam
komponen (rasio) karakteristik keuangan tersebut seluruhnya dapat
diefektifkan secara optimal oleh perusahaan dalam upaya meningkatkan
kwalitas market performance-nya yang dikehendaki. Akan tetapi sering
terjadi paradoksi dalam realitas, perusahaan sudah mengefektifkan seluruh
komponen karakteristik keuangannya secara optimal, namun masih saja
market performance-nya tidak meningkat bahkan memburuk dan
validitasnya menurun. Hal ini secara tidak langsung merupakan sinyal
(warning) baginya untuk senantiasa melakukan cek-kontrol secara
xxi
kontinyu terhadap upayanya tersebut dengan tidak terlalu mengandalkan
pada apa yang disebut percaya diri (belief in oneself).
Dalam rangka mencermati kasus yang demikian (paradoksi
realitas) terdahulu dan mengingat keterbatasan yang ada pada diri penulis,
maka dicukupkan empat variabel dari lima komponen karakteristik
keuangan yang akan diteliti, yaitu dua buah variabel yang ada dalam faktor
market ratios (komponen dari karakteristik keuangan), yakni earning per
share (EPS) dan price book value (PBV), satu buah variabel yang ada
dalam faktor solvency ratios yakni debt equity ratio (DER) dan satu buah
variabel lagi yang ada dalam faktor profitability ratio yakni net profit
margin (NPM) akan diteliti lebih lanjut guna mengetahui efektifitas
pengaruh upaya peningkatan market performance suatu perusahaan (dalam
skripsi ini dimaksudkan adalah sektor properti) dapat diketahui, dengan
alasan: Pertama, bahwa kedua faktor tersebut (earning per share dan price
book value) merupakan cara penilaian yang paling sederhana dalam
pengukuran kinerja harga saham (Aswath Damodaran, 2001:276) dan
kedua, menurut data penelitian yang telah dilakukan menginformasikan
bahwa kebanyakan para peneliti menilai kinerja saham perusahaan selalu
menghubungkannya dengan share price dan return (sharpe’s measure)
dan sedikit sekali yang menghubungkannya dengan rasio-rasio keuangan
(Collins dkk, 1990).
Keempat variabel, earning per share, price book value, debt equity
ratio dan net profit margin tampak berpengaruh terhadap peningkatan
xxii
market performance. Earning Per Share bertujuan mengukur kinerja
saham suatu perusahaan dengan cara menggunakan komponen laba
(Aswath Damodaran, 2001:276); Price Book Value bertujuan mengukur
kinerja saham perusahaan dengan cara membagi harga pasar per lembar
saham dengan nilai buku per lembar saham pada suatu titik waktu
(http://pages.stein.nyu.edu); Debt Equity Ratio bertujuan mengukur kinerja
saham perusahaan dengan cara membandingkan antara total kewajiban
dengan total modal sendiri (Robbert Ang, 1997:35); sedangkan Net Profit
Margin bertujuan mengukur market performance dengan
tingkat
keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya (Robbert Ang, 1997:31).
Karena itu upaya mengoptimalkan pengaruh ke empat variabel tersebut
sangat membantu perusahaan dalam menjalankan strategi dan upaya
meningkatkan market performance-nya. Akan tetapi agar tidak bertindak
spekulatif, salah langkah dan
hanya mengandalkan rasa percaya diri
dalam upaya itu, pengaruh keempat variabel tadi yakni, earning per share,
price book value, debt equity ratio dan net profit margin terhadap
peningkatan market performance, sedapat mungkin diketahui dan difahami
terlebih dahulu oleh perusahaan dengan melakukan penelitian secara
proporsional dan profesional.
Dari hasil observasi yang penulis dapat lakukan, ternyata penelitian
tentang "Pengaruh earning per share, price book value, debt equity ratio
dan net profit margin terhadap market performance dilihat dari share
price dan return (sharpe’s measure)" tidak penulis jumpai. Oleh karena
xxiii
itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tema tersebut dalam rangka
memenuhi persyaratan penyelesaian studi dan memperoleh gelar SE dalam
bidang Keuangan dan Pasar Modal, Jurusan Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta menulis
hasil penelitian tersebut dalam sebuah karya ilmiah yang disebut skripsi
dengan judul " Pengaruh Price Book Value, Earning Per Share, Debt
Equity Ratio dan Net Profit Margin terhadap Market Performance
dilihat dari Share Price dan Return-Sharpe’s Measure Sektor Properti ".
Variabel price book value, earning per share, debt equity ratio dan
net profit margin, dipilih untuk diketahui pengaruhnya terhadap market
performance dilihat dari share price dan return-sharpe’s measure, karena
dalam pemikiran hipotesis penulis keempat variabel tersebut merupakan
variabel yang paling efektif dalam menilai market performance dilihat dari
share price dan return-sharpe’s measure; untuk itu, sebagai perbandingan
antara keempat variabel yang dipilih dengan kwantitas variabel yang
berpengaruh lainnya terhadap market performance, perlu dilakukan
identifikasi dan pembatasan masalahnya sebagai berikut.
1. Identifikasi Masalah
Secara garis besar, variabel-variabel yang dapat mempengaruhi
share price dan return dapat dikelompokkan ke dalam lima rasio
keuangan yang
masing-masing
terdiri
tersendiri, sebagaimana terurai berikut ini.
xxiv
dari bagian-bagiannya
a. Market Ratios, terdiri dari variabel: dividen yield, dividen per
share, earing per share, dividen payout ratio, price earning ratio,
book value per share, price book value, DUPONT formula dan
modified dupont formula.
b. Solvency Ratio, terdiri dari variabel: debt ratio, debt equity ratio,
long-term debt equity ratio, long-term debt capitalization ratio,
times interest earned, cash flow interest coverage, cash flow net
income, dan cash return on sales.
c. Profitability Ratios, terdiri dari variabel: gross profit margin, net
profit margin, operating return on asset, return on asset, return
on equity dan operating ratio.
d.
Liquidity Ratio, terdiri dari variabel: current ratio, quick ratio dan
net working capital.
e.
Activities Ratios, terdiri dari variabel: total asset turnover, total
fixed asset turnover, account receivable turnover, inventory
turnover, average collection period, dan day's sales in inventory.
2.
Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, tampak bahwa begitu banyak
variabel-variabel yang dapat dijadikan masalah guna diketahui
pengaruhnya terhadap share price dan return. Akan tetapi mengingat
keterbatasan kemampuan yang ada pada penulis, maka perlu dibatasi
masalahnya hanya pada empat variabel yang akan diteliti lebih lanjut,
yaitu masing-masing terambil dari identifikasi masalah poin a berupa
xxv
“price book value dan earning per share, poin b berupa debt equity
ratio dan dari poin c berupa net profit margin.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang terdahulu, maka dapat disusun
perumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana pengaruh price book value, earning per share, debt equity
ratio dan net profit margin terhadap market perfromance dilihat dari
share price.
2. Bagaimana pengaruh price book value, earning per share, debt equity
ratio dan net profit margin terhadap market perfromance dilihat dari
return.
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis pengaruh price book value, earning per share, debt
equity ratio dan net profit margin terhadap market perfromance
dilihat dari share price sektor properti.
b. Menganalisis pengaruh price book value, earning per share, debt
equity ratio dan net profit margin terhadap market perfromance
dilihat dari return sektor properti.
2.
Manfaat Penelitian
a. Menambah pengetahuan spesifik bagi penulis mengenai pengaruh
price book value, earning per share, debt equity ratio dan net profit
xxvi
margin terhadap market perfromance dilihat dari share price (harga
saham) dan return sektor properti.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk membuat
strategi peningkatan share price (harga saham) dan return sektor
properti.
xxvii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Investasi dan Jenisnya
Investasi dapat didefinisikan sebagai menggunakan uang untuk
memperoleh lebih banyak uang dengan resiko yang paling kecil ( R.j.
Shook, 2002:286). Jones (2004:3) mendefinisikan investasi sebagai
“commitment of funds to one or more assets that will be held over some
future period”. Menurut Relly, Investasi adalah komitment sejumlah uang
pada saat ini untuk suatu periode tertentu untuk memperoleh pembayaran
pada masa yang akan datang yang akan mengkompensasi investor untuk
(1) waktu dana tersebut dilaksanakan; (2) ketidakpastian pembayaran di
masa datang; (3) harapan tingkat inflasi.
Jadi investasi adalah dana yang ditanamkan investor pada suatu aset
untuk mendapatkan hasil yang lebih besar di masa yang akan datang.
Investasi bertujuan memberikan nilai tambah terhadap aset yang kita
miliki saat ini.
Jenis-jenis investasi, secara umum, kegiatan investasi dapat dilakukan
pada 2 jenis aset utama yang terdiri:
1.
Investasi pada aset nyata (real asset investment)
Investasi pada aset yang berwujud (tangible asset) seperti tanah, emas,
mesin, rumah, pabrik, dll.
xxviii
2.
Investasi pada aset keuangan ( financial asset investment)
investasi pada aset-aset keuangan seperti saham, obligasi, dan
sertifikat deposito. Aset keuangan merupakan klaim keuangan
terhadap penerbit aset keuangan.
B.
Resiko, Return dan Hubungannya
Resiko terjadi akibat adanya unsur ketidakpastian dalam semua
investasi saham. Berapa hasil yang akan diperoleh dari investasi tidak
diketahui dengan pasti, sehingga investor hanya dapat memperkirakan
besar keuntungan yang diharapkan dan kemungkinan hasil yang
sebenarnya akan menyimpang dari yang diharapkan. Jadi resiko dapat
diartikan sebagai kemungkinan return yang diperoleh menyimpang dari
return yang diharapkan. Perbedaan antara return yang diharapkan (return
yang diantisipasi investor di masa mendatang) dengan return yang benarbenar diterima (return yang diperoleh investor) merupakan resiko yang
harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi. Beberapa sumber
resiko yang berkaitan dengan besar resiko investasi diantaranya (Charles
P. Jones, 2004:142) adalah:
1. Resiko suku bunga (interest Rate Risk)
Jika suku bunga naik, maka return investasi yang terkait dengan
suku bunga juga akan naik, misalnya deposito. Ini dapat menarik
minat investor saham untuk memindahkan dana ke deposito, sehingga
banyak yang akan menjual saham dan harga saham akan turun. Oleh
xxix
karena itu perubahan suku bunga mempengaruhi variabilitas return
suatu investasi.
2. Resiko pasar (Market Risk)
Perubahan pasar yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti resesi
ekonomi, kerusuhan, dan lain-lain menyebabkan perubahan indeks
pasar saham.
3. Resiko inflasi (Inflation Risk)
Inflasi akan mengurangi daya beli uang, sehingga tingkat
pengembalian setelah disesuaikan dengan inflasi dapat menurunkan
hasil investasi tersebut.
4. Resiko nilai tukar (Exchange Rate Risk)
Perubahan nilai investasi yang disebabkan oleh nilai tukar mata
uang asing menjadi resiko dalam investasi.
5. Resiko likuiditas (Liquidity Risk)
Semakin tidak likuid suatu sekuritas, semakin besar resiko yang
dihadapi perusahaan.
6. Resiko negara (Country Risk)
Resiko negara berkaitan dengan kondisi politik suatu negara.
Semua resiko yang dapat menyebabkan penyimpangan tingkat
pengembalian investasi dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis,
yaitu:
xxx
a. systematic risk
Systematic risk disebut juga resiko pasar, karena berkaitan
dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Resiko
ini terjadi karena kejadian diluar kegiatan perusahaan, seperti
inflasi, resesi, tingkat bunga pasar, dan lain-lain. Systematic risk
disebut juga undiversifiable risk karena resiko ini tidak dapat
dihilangkan atau diperkecil melalui pembentukan portofolio.
b. Unsystematic risk
Unsystematic risk merupakan resiko spesifik perusahaan,
karena tergantung dari kondisi mikro perusahaan. Contoh
unsystematic risk antara lain resiko industri, financial leverage risk,
operating
leverage risk,
dan
lain-lain.
Resiko
ini
dapat
diminimalkan bahkan dihilangkan dengan melakukan diversifikasi
investasi pada banyak sekuritas (portofolio), karena itu disebut juga
diversifiable risk. Sedangkan return dapat didefinisikan sebagai
tingkat keuntungan yang diperoleh atau diharapkan dari suatu
investasi selama satu periode waktu, yang akan diperoleh di masa
mendatang. Return merupakan kompensasi atas resiko yang harus
ditanggung oleh investor atas investasi yang dilakukannya.
Sumber-sumber return yang merupakan faktor motivasi bagi
investor dalam berinvestasi adalah dividen, yaitu pendapatan yang
diperoleh secara periodik dari suatu investasi saham dan capital
gain, yaitu perubahan harga sekuritas berupa kenaikkan harga
xxxi
saham yang memberikan keuntungan bagi investor. Melalui
investasi, investor berkeinginan untuk memperoleh keuntungan
sebesar mungkin.
Akan tetapi harus dipahami adanya hubungan antara return dan
resiko yang terkandung dalam suatu investasi. Hubungan return
dan resiko searah dan linier, artinya semakin besar return yang
diharapkan, maka
semakin besar pula resiko yang harus
ditanggung. Dengan kata lain investor yang berharap memperoleh
tingkat keuntungan yang tinggi, berarti bersedia menanggung
resiko yang tinggi pula. Oleh karena
itu
tidak relevan
mengharapkan keuntungan yang sebesar-besarnya melalui investasi
pada aset yang menawarkan return paling tinggi, karena harus juga
mempertimbangkan tingkat resiko yang harus ditanggung.
7.
Resiko Keuangan (Financial Risk)
Resiko keuangan berkaitan dengan penggunaan hutang sebagai
pembiayaan perusahaan.
C.
Estimasi Resiko dan Return
Menurut Radcliffe (1997:217-218) beberapa ukuran statistik yang dapat
digunakan untuk menggambarkan suatu resiko, di antaranya adalah :
1. Range
Range menunjukkan interval kemungkinan return tertinggi dengan
return terendah. Perhitungannya dilakukan dengan cara mengurangi
xxxii
nilai real return tertinggi dengan yang terendah sehingga diperoleh
suatu angka interval. Kelemahan dalam menggunakan cara ini adalah
tidak
dapat
menggambarkan
terdapat di antara
kemungkinan-kemungkinan
yang
kedua ekstrem nilai tersebut, serta tidak
menunjukkan perimbangan antara kemungkinan terjadinya return
tertinggi dengan return terendah. Dengan kelemahan ini, range tidak
dapat dipakai untuk membandingkan resiko antara dua portofolio,
karena portofolio yang memiliki range yang sama tidak berarti
memiliki resiko yang sama.
2.
Mean absolute deviation
Mean absolute deviation menunjukkan kemungkinan perbedaan
antara return yang mungkin diterima dengan expected return-nya.
Meskipun cara ini cukup masuk akal untuk menunjukkan tingkat resiko
suatu portofolio, namun secara statistik cukup sulit digunakan. Selain
itu sangat sulit untuk mengetahui hubungan atau correlation di antara
return sekuritas.
3.
Probability of negative return
Probability
of
negative
return
menunjukkan
kemungkinan
persentase return yang berada di bawah nilai nol. Meskipun sangat
mudah dilakukan, namun perhitungan dengan cara ini tidak dapat
mengetahui secara menyeluruh aspek-aspek dari suatu resiko.
xxxiii
4.
Semivariance
Semivariance adalah perhitungan statistik yang menghitung variasi
dari return yang berada di bawah expected return-nya. Kelemahannya
angka ini tidak mencakup ketidakpastian ketika return yang dihasilkan
lebih besar dari expected-nya. Di samping sulit, perhitungan ini tidak
dapat melihat correlation antara return masing-masing saham.
5.
Standard deviation
Standard deviation mengukur volatilitas dari return, cara ini sering
digunakan untuk mengukur resiko. Secara statistik metode standar
deviasi memiliki beberapa kelebihan diantara pengukurannya dilakukan
dengan cara menyebarkan return (memperhitungkan nilai yang terjadi
di atas dan di bawah expected return). Di samping itu standar deviasi
juga dapat digunakan dengan menggunakan data aktual return masa
lalu (ex post standard deviation) atau dari estimasi potensial return-nya
(ex ante standard deviation). Dalam melakukan estimasi return, harus
dibedakan antara return realisasi yaitu return yang telah terjadi dan
return ekspetasi (expected return) yaitu return yang belum terjadi tetapi
yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi yang
dihitung berdasarkan data historis penting sebagai salah satu ukuran
kinerja suatu perusahaan. Return yang digunakan adalah return bulanan
yang dihitung dengan menggunakan rumus:
Rt = ( Pt – Pt-1 )
Pt -1
xxxiv
Di mana:
D.
Rt
= rate of return (return realisasi) saham pada bulan ke-t
Pt
= harga saham pada bulan ke-t
Pt-1
= harga saham pada satu bulan sebelum bulan ke t – 1
Market Performance
Untuk melakukan penilaian terhadap kinerja suatu saham (market
performance), banyak yang dapat di amati. Bisa di lihat dari harga saham
dan dilihat dari return. Di dalam penelitian ini return di hitung dengan
menggunakan Salah satu contoh dari beberapa metode konvensional yang
sering digunakan untuk menghitung market performance adalah dengan
menggunakan sharpe’s measure.
Sharpe’s measure dikembangkan oleh William Sharpe dan sering juga
disebut dengan reward-to-variability ratio. Sharpe’s measure merupakan
ukuran kinerja yang berdasarkan resiko (risk-adjusted performance) dari
suatu investasi, yaitu dengan membagi rata-rata excess return sampel
terhadap standar deviasi return sampel. Sharpe’s measure dirumuskan
sebagai (w. Sharpe, journal of business, january 1966: 119-138):
S = ( E(r) -Rf )
σp
Di mana :
E(r) = return rata-rata portofolio lama periode penelitian.
Rf = rata-rata risk free selama periode penelitian.
xxxv
σp = standar deviasi portofolio selama periode penelitian.
Sharpe’s measure membagi excess return dengan standar deviasi
dari portofolio selama periode pengukuran. Standar deviasi merupakan
resiko fluktuasi yang dihasilkan karena berubah-ubahnya return yang
dihasilkan dari sub periode berikutnya selama seluruh periode. Dalam teori
portofolio, standar deviasi merupakan resiko total sebagai penjumlahan
dari systematic risk atau market risk dan unsystematic risk.
E.
Share Price (Harga Saham)
Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan
individu maupun institusi dalam suatu perusahaan, sedangkan surat berharga
adalah sesuatu yang mempunyai nilai dan tentunya dapat diperjual belikan.
Nilai dari suatu saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi tiga
jenis:
1.
Par Value (Nilai Nominal)
Par value disebut juga stated value or face value, yang dalam
bahasa Indonesia-nya disebut nilai nominal atau nilai pari. Nilai
nominal suatu saham adalah nilai yang tercantum pada saham yang
bersangkutan yang berfungsi sebagai tujuan akuntansi. Nilai ini tidak
dipergunakan untuk mengukur sesuatu. Dalam modal suatu perseroan,
kita mengenal modal yang disetor penuh. Modal yang disetor penuh ini
sama dengan banyaknya saham yang dikeluarkan perseroan dikali
dengan nilai nominalnya. Jadi nilai nominal ini merupakan suatu nilai
xxxvi
yang berguna bagi pencatatan akuntansi, dimana nilai nominal inilah
sebagai model ekuitas perseroan di dalam neraca.
Setiap saham yang diterbitkan di negara Indonesia harus
mempunyai nilai nominal. Dan nilai nominal ini tercantum pada surat
sahamnya. Nilai nominal ini tidak mempunyai kegunaan lain selain
untuk keperluan pencatatan akuntansi.
2. Base Price (Harga Dasar)
Harga dasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar
suatu saham dipergunakan di dalam perhitungan indeks harga saham.
Harga dasar suatu saham baru merupakan harga perdananya. Harga
dasar ini akan berubah sesuai dengan aksi emiten yang dilakukan
seperti right issue, stock split, warrant dan lain-lain. Sehingga harga
dasar yang baru harus dihitung sesuai dengan perubahan harga teoritis
hasil perhitungan aksi emiten tersebut.
Istilah nilai dasar merupakan hasil perkalian antara harga dasar
dengan jumlah saham yang diterbitkan.
3. Market Price
Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena
harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang
berlangsung. Jika pasar bursa sudah tutup, maka harga pasar adalah
harga penutupannya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang
menyatakan naik-turunya suatu saham. Jika harga pasar ini dikalikan
xxxvii
dengan jumlah saham yang diterbitkan maka akan di dapat nilai pasar
(market value).
Ketika membeli saham di pasar modal, banyak investor gagal untuk
membedakan antara saham bagus dan perusahaan bagus. Hersh Shefrin,
ahli behavioral finance, dalam penelitiannya menemukan bahwa
bahkan investor berpengalaman sekalipun nilai saham bagus dan jelek
berdasarkan bagus dan jeleknya perusahaan.
Saham bagus tidak sama dengan perusahaan bagus. Saham yang
bagus adalah saham berharga bagus atau saham yang menjanjikan
return yang besar di masa depan, sedangkan perusahaan bagus ukuran
sederhananya adalah perusahaan yang mempunyai rating yang bagus,
minimal tripel B sebagai batas rating layak investasi. Sementara itu
majalah Fortune mendefinisikan perusahaan bagus sebagai perusahaan
yang mempunyai sifat sebagai berikut: manajemen bermutu, produk
dan jasa yang di hasilkan berkualitas, inovasi tinggi, keuangan sehat,
tanggung jawab sosial tinggi, penggunaan harta perusahaan bijak dan
sumber daya yang kompeten, fortune menemukan bahwa yang memiliki
sifat-sifat diatas umumnya adalah perusahaan yang besar dengan rasio
nilai buku terhadap nilai pasar yang rendah.
F.
Rasio Keuangan
Rasio-rasio keuangan dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori,
yaitu Rasio Likuiditas (liquidity ratio), Rasio Aktivitas (Activities ratio),
xxxviii
Rasio Rentabilitas (profitability ratio), Rasio Solvabilitas (Solvency ratio)
dan Rasio Pasar (market ratio) (Robbert Ang, 1997:23-24).
Dalam penelitian ini tidak semua kelompok rasio tersebut digunakan
untuk menganalisis. Adapun rasio dan karakteristik keuangan yang
digunakan adalah :
1.
Rasio Solvabilitas (Solvency ratios)
Rasio Solvabilitas berfungsi untuk menunjukkan kemampuan
untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini disebut juga
Leverage Ratios.
Karena
merupakan rasio
pengungkit
yaitu
menggunakan uang pinjaman untuk memperoleh keuntungan.
(Robbert Ang, 1997:34)
Rasio ini terdiri dari salah satunya Debt-equity ratio (DER)
merupakan salah satu rasio dalam kelompok Rasio Solvabilitas. Dan
merupakan indikator dari proporsi hutang perusahaan terhadap
investasi pemegang saham. DER ini mencerminkan resiko keuangan
perusahaan yang ditempatkan pada pemegang saham sebagai hasil
dari financial leverage makin besar ( Reilly, 1989).
Dalam kaitannya dengan struktur modal dan biaya modal, DER
adalah alat ukur yang relevan digunakan investor, karena DER
merupakan perbandingan antara total kewajiban (hutang/debt) dengan
total modal sendiri.
Konsekwensinya bila terdapat perubahan dalam hutang dan modal
sendiri perusahaan, hal ini merupakan pengaruh utama untuk
xxxix
meningkatkan
atau
menurunkan
DER.
Sebagai
contoh dan
menawarkannya pada masyarakat maka modal sendiri akan meningkat
dan DER menurun.
Beberapa teori mengatakan variasi DER berhubungan dengan
berbagai faktor studi yang dilakukan oleh Scott dan Martin (1975)
mengatakan bahwa jenis dan sifat bisnis merupakan faktor yang
menyebabkan perubahan DER. Myers (1977) mengemukakan bahwa
rasio hutang jangka pendek mungkin berhubungan positif dengan
tingkat pertumbuhan perusahaan apabila perusahaan mengganti
pendanaan jangka panjang dengan pelunasan jangka pendek. Selain
itu Sjahrir (1989) mengemukakan bahwa naiknya suku bunga akan
mengubah struktur modal, biaya modal dan mempengaruhi kinerja
bagi perusahaan yang mempunyai tingkat DER yang tinggi.
2.
Market Ratio
Rasio yang digunakan dalam menilai pasar, di antaranya adalah
Price-Book Value ratio (PBV) dan Earning Per Share.
a.
Price-Book Value ratio (PBV)
Merupakan rasio yang diperoleh dengan membagi harga pasar
per lembar saham dengan nilai buku per lembar saham pada suatu
titik waktu. (http://pages.stein.nyu.edu) menggambarkan seberapa
besar pasar menghargai nilai buku (book value) saham suatu
perusahaan. Sehingga nilai rasio ini seharusnya paling tidak adalah
1,00. Semakin tinggi rasio ini berarti pasar semakin percaya atau
xl
prospek perusahaan. Saham-saham yang harganya lebih rendah dari
pada nilai bukunya disebut under value, dan saham-saham yang
harganya lebih tinggi dari pada nilai bukunya di sebut over value.
Terdapat
dua
kemungkinan
yang
terjadi,
pertama
pasar
beranggapan bahwa nilai aset perusahaan overstated. Kedua
perusahaan memiliki laba yang buruk, bahkan negatif atas tingkat
pengembalian asset-nya.
Nilai PBV diperoleh dengan cara membagi harga per lembar
saham dengan book value of equity per lembar saham tersebut
(Bodie dkk, 2005:632).
Investor dapat menggunakan rasio PBV di dalam melakukan
analisis terhadap keputusan investasinya karena metode PBV
memiliki keuntungan, yaitu:
1. Book value relative stabil, ukuran intuitif dari nilai yang dapat
dibandingkan dengan harga pasar.
2. Pada penerapan standar akutansi yang konsisten antar
perusahaan rasio PBV dapat dibandingkan antar perusahaanperusahaan
3. Pada perusahaan yang menderita rugi, dimana tidak dapat
digunakan metode PER, metode PBV masih bisa digunakan
untuk melakukan evaluasi dalam kondisi perusahaan seperti
ini.
xli
Kelemahan PBV:
1. Book value di pengaruhi oleh keputusan akutansi untuk depresi
dan variabel-variabel yang lain. Ketika standar akutansi sangat
bervariasi diantara perusahaan-perusahaan, kemungkinan tidak
dapat dilakukan perbandingan rasio PBV antar perusahaan.
2. Book value tidak memiliki banyak kegunaan pada perusahaan
jasa yang tidak memiliki aktiva tetap dalam jumlah yang
signifikan.
3. Book value of equity dapat negative jika suatu perusahaan
melaporkan rugi terus menerus, menyebabkan nilai rasio PBV
yang negatif.
b.
Earning Per Share (EPS)
EPS merupakan rasio antara laba bersih (Net Income) terhadap
jumlah saham yang diterbitkan oleh perusahaan (Dahlan Siamat,
2001)
EPS =
Laba Bersih
Jml Saham Beredar
Indikator laba bersih menunjukkan hasil akhir dari segala
upaya perusahaan menjalankan usahanya dalam periode tertentu.
Sedangkan
indikator
jumlah
saham
beredar menunjukkan
banyaknya lembar saham yang telah dimiliki pemodal yang harus
dipertanggung jawabkan oleh perusahaan kepada pemegang saham/
xlii
pemodal atas sejumlah dana yang telah diberikan untuk
pembiayaan operasional perusahaan.
Dengan membagi kedua indikator itu diperoleh nilai uang
sebagai keuntungan investasi yang diperoleh pemodal untuk setiap
unit (lembar) saham yang dimiliki. Berdasarkan hal tersebut,
berhasil tidaknya perusahaan memenuhi harapan pemodal dapat
dilihat pada nilai EPS yang dihasilkan perusahaan. Semakin besar
EPS ini, semakin besar pula keuntungan yang diperoleh pemegang
saham.
c.
Rasio Profitabilitas/Rentabilitas (Profitabilitas Ratios)
Rasio ini menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan. Rasio ini antara lain terdiri dari Net
Profit Margin (NPM).
Net Profit Margin berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian
keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. Nilai NPM ini
juga berada diantara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai NPM semakin besar
mendekati satu, maka berarti semakin efesien biaya yang
dikeluarkan,yang berarti semakin besar
tingkat kembalian
keuntungan bersih. (Robbert Ang, 1997:31).
G.
Penelitian Terdahulu
Penelitian Terdahulu yang berhubungan dengan market performance,
price book value ratio, earning per share, debt equity ratio dan net profit
margin antara lain:
xliii
1. Namun Ou dan Penman (1989) juga Lev dan Thiagarajan (1993)
melakukan penelitian dengan menggunakan analisis dari laporan
keuangan perusahaan, menyimpulkan bahwa beberapa informasi dari
laporan keuangan mampu menjelaskan kinerja suatu saham
2. Usman (1990), harga saham sebagai indikator nilai perusahaan akan
dipengaruhi oleh beberapa variabel fundamental dan teknikal, dimana
variabel-variabel tersebut secara bersama-sama akan membentuk
kekuatan pasar
yang
berpengaruh terhadap
transaksi
saham.
Variabel fundamental dibagi menjadi dua yaitu variabel fundamental
yang bersifat internal yang memberi informasi tentang kinerja
perusahaan dan variabel-variabel yang bersifat eksternal yang meliputi
kondisi
Variabel
perekonomian
teknikal
secara
meliputi variabel-variabel
umum.
yang
menyajikan
informasi yang akan memberikan gambaran kepada investor untuk
menentukan kapan pembelian saham dilakukan dan kapan saham
tersebut dijual atau ditukar dengan saham yang lain agar memperoleh
keuntungan yang maksimal. Variabel teknikal ini meliputi tentang
perkembangan kurs saham, keadaan pasar modal, volume transaksi,
perkembangan harga saham dari waktu ke waktu dan capital gain/loss.
3. Namora (Tesis), 2002 melakukan penelitian tentang perbandingan
karakteristik keuangan terhadap market performance sektor properti
dan sektor barang industri. Karakteristik keuangan yang diteliti adalah
PBV, EPS, DER dan NPM menyimpulkan bahwa secara simultan dan
xliv
parsial PBV, EPS, DER dan NPM tidak berpengruh terhadap market
performance. Dari hasil pengujian-pengujian statistik yang dilakukan
pada penelitian tahap kedua, diperoleh kesimpulan bahwa variabel
PER, PBV dan DER, baik secara bersama-sama atau parsial tidak
mampu menjelaskan market performance pada kedua sektor tersebut.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa dalam sektor aneka industri,
saham BRAM memiliki Sharpe’s measure tertinggi, sedangkan BIMA
yang terendah. Untuk sektor properti, saham LPKR memiliki Sharpe’s
measure tertinggi, sedangkan BKSL memiliki Sharpe’s measure yang
terendah.
4. Khajar, Ibnu (Disertasi) 2005 melakukan penelitian tentang analisis
pengaruh karakteristik keuangan terhadap kinerja berbasis pasar serta
perbandingan kinerja berbasis pasar pada industri menufaktur dan
multinasional terbuka di Indonesia. Penelitian ini mempelajari
pengaruh karakteristik keuangan (assets turnover, divident payout
ratio, income ratio, leverage, net income margin, operating efficiency,
price earning ratio, return on assets dan return on equity) terhadap
kinerja berbasis pasar (market-based performance), secara sendirisendiri maupun secara bersama-sama. Selain itu, penelitian ini juga
mempelajari adanya perbedaan kinerja berbasis pasar antara industri
manufaktur multinational (MNCs) dengan industri manufaktur
domestik (DMCs) yang go-public di Indonesia. Pengukuran kinerja
perusahaan menggunakan pendekatan harga saham, sehingga disebut
xlv
dengan
kinerja
berbasis
pasar
(market-based
performance).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model atas hipotesis 1 dan 3
diterima, sedangkan model atas hipotesis 2 ditolak. Hasil penelitian ini
berdasarkan atas hipotesis 1 mengkonfirmasikan bahwa karakteristik
keuangan (assets turnover, divident payout ratio, income ratio,
leverage, net income margin, operating efficiency, price earning ratio,
return on assets dan return on equity) secara bersama-sama
mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja berbasis
pasar. Akan tetapi setelah melalui uji parsial menunjukkan dari 9 rasio
keuangan yang merupakan cerminan karakteristik keuangan, terdapat
dua rasio keuangan yang tidak secara signifikan berpengaruh pada
kinerja berbasis pasar yaitu divident payout ratio dan income ratio, dua
rasio ini lebih banyak merupakan kebijakan manajemen. Semakin baik
karakteristik keuangan, maka semakin baik kinerja berbasis pasar. Dari
sembilan rasio keuangan net income margin merupakan variabel yang
mempunyai pengaruh dominan terhadap kinerja berbasis pasar, artinya
hipotesis 2 ditolak, karena divident payout ratio merupakan kebijakan
manajemen dan bukan cerminan kinerja. Hasil pengujian atas hipotesis
mengkonfirmasikan bahwa kinerja berbasis pasar industri manufaktur
multinational (MNCs) adalah lebih baik jika dibandingkan dengan
kinerja berbasis pasar industri manufaktur domestik (DMCs).
5. Tiene Susanti meneliti tentang hubungan rasio likuiditas, solvabilitas
dan rentabilitas dengan perubahan harga saham di pasar sekunder,
xlvi
studi kasus pada PT Bank Niaga. Hasil penelitian menyatakan bahwa
kinerja perusahaan (berbentuk bank) yang diwakili LDR (Loan to
Deposit Ratio) dan CAR (Capital Adequacy Ratio) terdapat keeratan
yang signifikan dengan perubahan harga saham suatu bank yang telah
listed di pasar modal.
6. Johannes (2000) melakukan penelitian dengan menggunakan data 20
saham properti di BEJ, selama masa krisis moneter tahun 1997-1998.
Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa harga saham-saham
properti mengalami penurunan selama masa krisis.
7. Stattman (1980), Rosenberg, Rein dan Lanstein (1985) menyimpulkan
bahwa return rata-rata saham berkorelasi positif dengan book to
market ratio. Jika hal tersebut dikonversi ke dalam market to book
ratio atau PBV, maka PBV berkorelasi negatif dengan return saham.
8. Penelitian yang dilakukan Fama dan French (1992) menunjukkan hasil
yang mendukung penelitian-penelitian tersebut. Di antaranya, mereka
menemukan bahwa terdapat korelasi positif antara return dengan E/P
ratio (korelasi negatif dengan PER), dan korelasi positif yang kuat
antara return dengan Book to Market ratio (hubungan negatif dengan
PBV).
H.
Kerangka Pemikiran
1. Share Price
Tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah Penentuan populasi.
Populasinya adalah semua perusahaan-perusahaan yang termasuk sektor
xlvii
properti Sedangkan sampel di pilih berdasarkan metode judgment
sampling. Setelah sampel terpilih maka selanjutnya mengumpulkan
data-data yaitu Data Pool berupa PBV, EPS, DER dan NPM selama
tiga tahun mulai dari Februari 2005 sampai dengan Januari 2008
diperoleh dari Fact Book 2005, 2006, 2007 dan 2008 sebagian dari situs
internet BEI (www.jsx.co.id), sedangkan harga penutupan saham
bulanan selama tahun 2005-2008 diperoleh dari situs internet BEI
(www.jsx.co.id) dan sebagian lagi dari tabloid jsx. Setelah data
terkumpul dan dimasukkan dengan menggunakan Microsoft exel maka
selanjutnya di lakukan metode regresi dengan menggunakan analisis
regresi berganda dengan asumsi klasik multikolinearitas, normalitas
dan heteroskedastisitas kemudian di lakukan uji F dan Uji t untuk
melihat pengaruhnya baik secara simultan maupun parsial terhadap
market performance. Soft wear yang di gunakan adalah eviews 5 dan
SPSS.
2. Return (Sharpe’s Measure)
Tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah Penentuan populasi.
Populasinya adalah semua perusahaan-perusahaan yang termasuk sektor
properti Sedangkan sampel di pilih berdasarkan metode judgment
sampling. Setelah sampel terpilih maka selanjutnya mengumpulkan
data-data yaitu Data pool berupa PBV, EPS, DER dan NPM Februari
2005 sampai dengan Januari 2008 peroleh dari Fact Book 2005, 2006,
2007, 2008 sedangkan harga penutupan saham bulanan dari bulan
xlviii
Januari 2005 sampai dengan Januari 2008 diperoleh dari situs internet
BEI (www.jsx.co.id). Data SBI yang digunakan dalam menghitung
market performance diperoleh dari situs internet Bank Indonesia
(www.bi.co.id). Setelah data terkumpul dan dimasukkan dengan
menggunakan microsoft exel
maka selanjutnya di lakukan metode
regresi dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan asumsi
klasik multikolinearitas, normalitas dan heteroskedastisitas kemudian
di lakukan uji F dan Uji t untuk melihat pengaruhnya baik secara
simultan maupun parsial terhadap market performance. Soft wear yang
di gunakan adalah eviews 5 dan SPSS.
xlix
Pengaruh PBV, EPS, DER dan NPM
Terhadap Share Price Sektor Properti BEI
Penentuan Populasi
Penentuan Sampel
Harga Saham:
Harga Saham Penutupan
Rasio Keuangan:
PBV
EPS
DER
NPM
Metode Regresi
Uji Multikolinearitas
Uji Normalitas
Uji Heteroskedastisitas
Analisis Regresi Berganda
Uji t
Uji F
Gambar. 2.1 Skema Kerangka Berfikir Share Price
l
Pengaruh PBV, EPS, DER dan NPM terhadap Return
Sektor Properti BEI
Penentuan Populasi
Penentuan Sampel
Tahapan-tahapan:
Return Saham
Return Rate
Standar Deviasi
Risk Free
Excess Return
Nilai Sharpe measure
Karakteristik Keuangan
PBV
EPS
DER
NPM
Metode Regresi
Uji Multikolinearitas
Uji Normalitas
Uji Heteroskedastisitas
Analisis Regresi Berganda
Uji F
Uji t
Gambar. 2.2 Skema Kerangka Berfikir Return (sharpe's measure
li
I.
Perumusan Hipotesis
Perumusan masalahnya sebagai berikut:
1.
PBV, EPS, DER dan NPM
berpengaruh terhadap market
performance dilihat dari harga saham (Share Price). Maka
perumusan hipotesis sebagai berikut:
a. Ho: PBV, EPS, DER dan NPM= 0 tidak terdapat pengaruh
terhadap market performance dilihat harga saham (Share Price).
(Tolak)
b. Ho: PBV = 0 tidak terdapat pengaruh terhadap market
performance dilihat harga saham (Share Price). (Tolak)
c. Ho: EPS = 0 tidak terdapat pengaruh terhadap market
performance dilihat harga saham (Share Price). (Tolak)
d. Ho: DER = 0 tidak terdapat pengaruh terhadap market
performance dilihat harga saham (Share Price). (Tolak)
e. Ho: NPM= 0 tidak terdapat pengaruh terhadap marke performance
dilihat harga saham (Share Price). (Tolak)
2. PBV,
EPS, DER dan NPM
berpengaruh terhadap market
performance dilihat dari return(Sharpe’s
Measure). Maka
perumusan hipotesis sebagai berikut:
a. Ho: PBV, EPS, DER dan NPM= 0 tidak terdapat pengaruh
terhadap market performance dilihat dari return (Sharpe’s
Measure). (Tolak)
lii
b. Ho: PBV = 0 tidak terdapat pengaruh terhadap market
performance dilihat dari return (Sharpe’s Measure). (Tolak)
c. Ho: EPS = 0 tidak terdapat pengaruh terhadap market performance
dilihat dari return (Sharpe’s Measure). (Tolak)
d. Ho: DER = 0 tidak terdapat pengaruh terhadap market
performance dilihat dari return (Sharpe’s Measure). (Tolak)
e. Ho: PBV, EPS, DER dan NPM= 0 tidak terdapat pengaruh
terhadap market performance dilihat dari return (Sharpe’s
Measure). (Tolak)
liii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan property
yang listed di bursa efek Indonesia (BEI) selama periode Februari 2005
sampai dengan Januari 2008. di pilihnya periode tersebut karena peneliti
ingin mengetahui market performance sektor properti di mana pada
periode tersebut merupakan kondisi terbaik bagi sektor properti. Nilai
properti yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI) sebesar Rp. 130,93 Triliun
atau naik 7-8% ditambah kondisi perpolitikan stabil.
Dari sumber diatas dikumpulkan data harga saham, PBV, EPS, DER,
NPM dan SBI.
B.
Metode Penelitian Populasi Dan Sampel
Penelitian ini menggunakan populasi berupa saham-saham di BEI
yang tergolong ke dalam sektor properti. Dari populasi tersebut
selanjutnya diambil beberapa sampel. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah saham-saham (perusahaan) yang memenuhi kriteria.
Pemilihan sampel dalam penelitian ini dimulai dari pemilihan
populasi, yang dilanjutkan dengan memberikan kriteria-kriteria terhadap
populasi tersebut, sehingga diperoleh sekumpulan sampel, dengan
penjelasan sebagai berikut:
liv
Dari tahapan-tahapan tersebut, diperoleh sampel untuk properti yang
memenuhi kriteria-kriteria yang ditetapkan sebanyak 21 saham. Sampel
saham-saham tersebut terlampir pada lampiran 2.
Tabel 3.1 Tahapan Pemilihan Sampel
Kriteria Saham
Saham tersebut terdaftar di BEI dan termasuk dalam sektor properti
perusahaan tersebut terdaftar di BEI setelah atau masa penelitian Feb 2005- Jan 2008 dan
termasuk dalam sektor properti
Perusahaan yang terdaftar sebelum masa penelitian Feb 2005- Jan 2008 dan termasuk dalam
sektor properti
Perusahaan tersebut tidak berturut-turut memiliki laporan keuangan (Rasio Keuangan) selama
masa 3 tahun dari bulan Feb 2005 - Jan 2007
Memiliki laporan keuangan berturut-turut selama 3 tahun dalam periode per bulan selama tahun
Feb 2005- Jan 2008
Property
44
(9)
35
(14)
21
C. Metode Pengumpulan Data
1. Riset Kepustakaan (Library Research)
Riset kepustakaan yaitu data-data yang diambil dari jurnal-jurnal, bukubuku, skripsi, tesis dan disertasi.
2. Data Sekunder
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang telah disediakan oleh pihak ketiga, dalam arti tidak berasal dari
sumber langsung. Data yang diperoleh berasal dari berbagai sumber, dan
merupakan data pool data yakni data sejumlah saham yang termasuk ke
dalam sektor saham properti, selama tiga periode penelitian. Sebagian
besar data yang digunakan didapatkan dari Bursa Efek Indonesia.
a. Harga saham bulanan dari sampel properti periode Januari 2005 – Januari
2008.
lv
b. Price Book Value (PBV) bulanan dari sampel properti periode Februari
2005 – Januari 2008.
c. Earning Per Share (EPS) bulanan dari sampel properti periode Februari
2005 – Januari 2008.
d. Debt Equity Ratio (DER) bulanan dari sampel properti periode Februari
2005 – Januari 2008.
e. Net Profit Margin (NPM) bulanan dari sampel properti periode Februari
2005 – Januari 2008.
f. Suku Bunga Bank Indonesia (SBI) bulanan dari sampel properti periode
Januari 2005 – Januari 2008.
D.
Metode Analisis Data
1.
Analisis Regresi Berganda
Karena variabel bebas yang diteliti lebih dari satu maka penelitian
ini menggunakan model regresi linier berganda untuk membentuk
hubungan antar variabel terikat dan variabel bebas. Regresi linier
berganda ini menggunakan tingkat keyakinan (Signifikansi) sebesar α
= 5%.
Berdasarkan permasalahan dan perumusan hipotesis yang telah
disajikan, maka teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Untuk Pengaruh terhadap Share Price
Y = a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3 + b4 x4 +e
lvi
Dimana:
a
= konstanta
b 1……b4 = koefisien regresi x1… x4
x1
= PBV
x2
= EPS
x3
= DER
x4
= NPM
Y
= Share Price
b. Untuk Pengaruh terhadap Return dengan Sharpe’s Measure
Y = a + b 1 x1 + b 2 x2 + b 3 x3 + b4 x4 +e
Dimana:
a
=
konstanta
b1……b 4
=
koefisien regresi x1… x4
x1
=
PBV
x2
=
EPS
x3
=
DER
x4
=
NPM
Y
=
Return (Sharpe’s Measure)
Dari hasil pengolahan data akan dilakukan analisis secara
deskriptis dan pembuktian hipotesis.
1). Informasi Dari Hasil Analisis Berganda
lvii
(a) R-squared yaitu menunjukkan kemampuan model. Seberapa
besar pengaruh dari variabel independent (bebas) terhadap
variabel dependent (terikat).
(b) Adjusted R-squared nilai R2 yang sudah disesuaikan. Semakin
banyak variabel independent yang dimasukkan ke dalam
persamaan, akan semakin memperkecil Adjusted R-squared.
(c) S.E. of regression adalah standar error dari persamaan regresi
(d) Sum squared resid jumlah nilai residual kuadrat
(e) log likedlihood adalah nilai fungsi likedlihood yang dihitung
dengan nilai koefesien estimatimasian.
(f)
Durbin-watson stat nilai uji durbin Watson, digunakan untuk
mengetahui apakah ada autokorelasi (hubungan antar residual).
(g) Mean dependent var adalah nilai mean (rata-rata) variabel
dependent (dalam hal ini adalah y)
(h) S.D. Dependent var adalah standar deviasi dependen y.
(i)
Akaike info criterion adalah residual kuadrat, k= jumlah
variabel independent; n = jumlah observasi. Semakin kecil
angka AIC, semakin baik modelnya. Namun nilai ini baru
dapat dibandingkan apabila ada model lain yang juga dihitung
AIC-nya.
(j) Schwarz criterion adalah residual kuadrat; k = jumlah variabel
independent; n = jumlah observasi. Seperti AIC, semakin kecil
angka SIC, semakin baik modelnya.
lviii
(k) F-statistic adalah uji serempak berpengaruh semua variabel
independent.
(l) Prob(F-statistic) adalah probabilitas nilai uji statistic F.
2.
Uji Asumsi Klasik
Menurut pendapat Algifari (2003:83) mengatakan : “Model
regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary
least square) merupakan model regresi yang menghasilkan estimator
linier yang bias yang terbaik (Best linear Unbias Estimator/BLUE)".
Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi yang dengan
asumsi klasik.
a. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti adanya hubungan linier yang kuat
antar variabel bebas yang satu dengan yang lain dalam model
regresi. Model regresi yang baik adalah yang tidak memiliki
korelasi linier/hubungan yang kuat antara variabel bebasnya. Jika
dalam model regresi terdapat gejala multikolinearitas, maka model
regresi tersebut tidak dapat menaksir secara tepat sehingga
diperoleh kesimpulan yang salah tentang variabel yang diteliti.
Pengujian
gejala
multikolinearitas
dengan
cara
mengkorelasikan variabel bebas yang satu dengan variabel bebas
yang lain dengan menggunakan program SPSS for Windows.
Yarnest (2003:42) mengukur Multikolinearitas dapat dilihat
dari nilai toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor) dari
lix
masing-masing variabel. Jika nilai tolerance < 0.10 atau VIF > 10
maka terdapat Multikolinearitas, sehingga variabel tersebut harus
dibuang (atau sebaliknya).
b.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi.
Variabel
dependent,
independent
atau
keduanya
terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
distribusi data normal atau mendekati normal.
Menurut Singgih Santoso (2004:124) ada beberapa cara
mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik ) pada
sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan dalam
uji normalitas adalah:
i. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
ii. Jika data menyebar dari agris diagonal dan atau tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
c.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji terjadinya
perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode
pengamatan yang lain. Atau gambaran hubungan antara nilai yang
diprediksi dengan studentized delete residual nilai tersebut. Model
regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki nilai
lx
variance constant setiap pengamatan model suatu periode
pengamatan dengan periode pengamatan lain.
Heteroskedastisitas menujukkan bahwa variance variabel tidak
sama untuk semua pengamatan. Pada heteroskedastisitas kesalahan
yang terjadi tidak secara acak tetapi hubungan yang sistematis
sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel.
Jika
Probabilitas
>
α
=
0,05
berarti
tidak
terdapat
Heteroskedastisitas
Jika Probabilitas < α = 0,05 berarti terdapat Heteroskedastisitas.
3.
Uji Signifikansi
Uji signifikansi keseluruhan variabel secara serentak ditunjukkan
oleh bilangan
F (F- test), sedangkan uji signifikansi terhadap
kontribusi masing-masing variabel terikat ditunjukkan oleh besarnya
bilangan t (t-test).
a. Uji Serempak (Uji F)
Uji F yaitu untuk menguji keberartian regresi secara
keseluruhan. dipergunakan hipotesis sebagai berikut:
Ho : b 1, b2, b3, b4 = 0 variabel bebas (independent) secara simultan
tidak berpengaruh terhadap harga saham
Ha : b 1, b2, b3, b4 ≠ 0 variabel bebas (independent) secara simultan
berpengaruh terhadap harga saham.
lxi
Pengujian
dengan
uji
F
variansnya
adalah
dengan
membandingkan F hitung (Fh) dengan F tabel (Ft) pada α = 0,05
apabila hasil perhitungannya:
1) Fh ≥ Ft, maka Ho ditolak dan Ha diterima
Artinya variasi dari model regresi berhasil menerangkan
variasi variabel bebas secara keseluruhan, sejauh mana
pengaruhnya terhadap variabel terikat.
2) Fh < Ft, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Artinya variasi dari model regresi tidak berhasil menerangkan
variasi variabel bebas secara keseluruhan, sejauh mana
pengaruhnya terhadap variabel terikat.
b. Uji Parsial (Uji t)
Pengujian secara parsial melalui uji t. Adapun rumus hipotesis
dengan menggunakan uji t adalah sebagai berikut:
Ho : bi = 0, artinya semua variabel bebas secara parsial tidak
berpengaruh terhadap harga saham.
Ha : b i ≠ 0, tidak benar, artinya tidak semua variabel bebas secara
parsial berpengaruh terhadap Harga Saham.
E.
Operasionalisasi Variabel-variabel Penelitian
1. Operasionalisasi Variabel-Variabel Penelitian Untuk Share Price
Untuk memudahkan pengertian dan menghindari kesalahan persepsi
dari masing-masing variabel penelitian, maka perlu didefinisikan
lxii
variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini disertai cara
pengukurannya. Data-data PBV, EPS, DER, NPM dan data harga saham
penutupan sudah tersedia pada Jsx Monthly.
Berikut ini dijelaskan definisi dari masing-masing variabel
penelitian disertai cara pengukurannya :
a.
Price-Book Value (PBV) ratio dihitung dengan membagi harga
pasar per saham dengan nilai buku per saham pada periode yang
sama. Ukuran PBV menunjukkan tingkat kemahalan saham.
Perusahaan yang memiliki rate of return yang tinggi, sehingga
investor mau membeli yang lebih mahal. (note jsx monthly).
PBV = regular closing price
BV
b.
Debt-Equity Ratio (DER) merupakan variabel yang merupakan
proxy dari leverage, yang dihitung dari total debt dibagi ekuitas pada
periode yang sama.
DER
=
total debts
Total shareholders equity
c. Net Profit Margin (NPM) rasio dihitung dengan membagi Net
Income dengan Net Sales.
NPM
= Net Income
Net Sales
lxiii
d. Earning Per Share (EPS) merupakan rasio antara laba bersih
terhadap jumlah saham yang diterbitkan oleh perusahaan (Dahlan
Siamat, 2001)
EPS =
Niat
SS
e. Harga Saham yang di gunakan di dalam penelitian ini adalah harga
saham pasar. Di mana harga saham pasar jika di Bursa Efek
Indonesia adalah harga saham penutupan. Data harga saham
penutupan per bulan terlampir pada lampiran 11.
2.
Operasionalisasi Variabel-Variabel Penelitian Untuk Return
Untuk memudahkan pengertian dan menghindari kesalahan persepsi
dari masing-masing variabel penelitian, maka perlu didefinisikan
variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini disertai cara
pengukurannya. Data-data PBV, EPS, DER, NPM, dan data harga
saham penutupan sudah tersedia pada Jsx Monthly. Dan data SBI di
ambil dari www.bi.go.id.
Berikut ini dijelaskan definisi dari masing-masing variabel
penelitian disertai cara pengukurannya :
a. Price-Book Value (PBV) ratio dihitung dengan membagi harga pasar
per saham dengan nilai buku per saham pada periode yang sama.
Ukuran PBV menunjukkan tingkat kemahalan saham. Perusahaan
yang memiliki rate of return yang tinggi, sehingga investor mau
membeli yang lebih mahal. (note jsx monthly).
lxiv
PBV = regular closing price
BV
b. Debt-Equity Ratio (DER) merupakan variabel yang merupakan proxy
dari leverage, yang dihitung dari total debt dibagi ekuitas pada
periode yang sama.
DER
=
total debts
Total shareholders equity
c. Net Profit Margin (NPM) rasio dihitung dengan membagi Net Income
dengan Net Sales.
NPM
= Net Income
Net Sales
d. Earning Per Share (EPS) merupakan rasio antara laba bersih terhadap
jumlah saham yang diterbitkan oleh perusahaan (Dahlan Siamat,
2001)
EPS =
Niat
SS
e.Sharpe’s Measure didapatkan dengan membagi execess return saham
terhadap standar deviasi return saham, dengan menggunakan
persamaan.
Untuk menghitung Sharpe’s measure dilakukan langkah-langkah
pengerjaan sebagai berikut :
1. Menghitung return saham yang digunakan adalah return bulanan
yang dihitung dengan menggunakan rumus:
lxv
Rt = ( P1 – Pt-1 )
Pt -1
Di mana:
Rt
= rate of return (return realisasi) saham pada bulan ke-t
Pt
= harga saham pada bulan ke-t
Pt-1 = harga saham pada satu bulan sebelum bulan ke-t – 1
2. Expected Return Saham
E (R) = Ri/ n
3. Menghitung rata-rata risk-free rate, dalam hal ini suku bunga
bulanan SBI satu bulan selama tahun 2005 sampai 2008 dengan
menggunakan rumus.
Rf = ( SBIt – SBIt-1 )
SBIt -1
Di mana:
Rf
= risk free rate saham pada bulan ke-t
SBIt
= harga saham pada bulan ke-t
SBIt-1 = harga saham pada satu bulan sebelum bulan ke-t – 1
Kemudian dihitung lagi dengan menggunakan perhitungan
expected return pada bagian ke dua. Maka akan diperoleh rata-rata
risk free rate per tahun.
4. Menghitung exercise return yaitu pengurangan antara expected
return dengan risk free rate dengan rumus:
Execess return = E ® - Rf
lxvi
5. Standar Deviasi Return
Dengan menggunakan bantuan program pengolahan lembar kerja
Microsoft Exel.
6. Membagi exercise return saham dengan standar deviasi saham,
sehingga diperoleh nilai Sharpe’s measure dengan rumus:
Sharpe’s measure =
exercise return
α
lxvii
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Awal Desember 2007 lalu, Bursa Efek Surabaya (BES) resmi
bergabung ke dalam Bursa Efek Jakarta (BEJ). Merger kedua bursa
menjadi tonggak sejarah baru bagi industri pasar modal Indonesia.
Entitas bursa baru hasil merger, Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki
kapitalisasi pasar Rp2.400 triliun. Sebanyak Rp1.800 triliun berasal dari
kapitalisasi pasar BEJ.
Nama baru bursa tentu mencuatkan harapan baru. Sejak pertama kali
ide penggabungan kedua bursa digagas, isu efisiensi menjadi hal penting
yang ingin diraih.
Direktur Utama BEI terpilih Erry Firmansyah telah menegaskan
efisiensi terbesar muncul dari berkurangnya beban biaya pencatatan
menjadi hanya satu kali.
Sebelumnya, emiten yang tercatat di BEJ maupun BES harus
membayar biaya pencatatan dua kali. Biaya pengembangan sistem
tehnologi dan informasi serta biaya perawatan juga akan turun.
Bergabungnya kedua bursa diharapkan mampu menekan biaya sosialisasi
bursa kepada masyarakat dan dunia usaha. Sosialisasi menjadi elemen
kunci bagi perkembangan pasar modal di tanah air.
lxviii
Bayangkan, baru 400 perusahaan yang melantai di bursa dari sekitar
2.000-3.000 perusahaan yang layak mencatatkan sahamnya. Mayoritas
perusahaan mengaku belum mengetahui keuntungan menjadi perusahaan
terbuka. Insentif pajak diyakini bisa menjadi katalis perusahaan untuk
masuk bursa.
Bila pemerintah mau lebih arif dengan memberi insentif pajak, jalan
pelaku usaha untuk menawarkan sahamnya ke publik semakin terbuka
lebar.
Target emiten saham sebesar 500 perusahaan dalam 4 tahun
mendatang akan lebih cepat tercapai. Jumlah emisi obligasi korporasi
sejalan dengan pertambahan emiten saham.
Bergabungnya kedua bursa diharapkan mampu mendongkrak
penetrasi pasar lebih komprehensif. Basis investor pun diharapkan lebih
beragam. Satu-satunya cara adalah memperbanyak produk di pasar.
Jumlah investor bursa baru sekitar 600 ribu orang. Angka itu masih
jauh di bawah negara-negara Asia lainnya. Manajemen BEI memasang
target 2 juta investor pada akhir tahun 2009.
Di bulan pertamanya, BEI menghadirkan produk baru yaitu reksa
dana yang dapat diperdagangkan di bursa (Exchange Traded Fund-ETF).
Indopremier Securities dan Bahana Sekuritas menjadi dua perusahaan
pertama penerbit ETF.
Analis PT BNI Sekuritas Muhammad Alfatih
mengatakan,
bergabungnya kedua bursa berdampak positif bagi penambahan basis
lxix
investor. BEI harus mampu menghadirkan produk yang lebih variatif,
seperti instrumen derivatif.
Kalau sudah begitu, investor domestik maupun asing bisa lebih
nyaman berinvestasi di pasar modal kita. Mimpi memiliki pasar modal
yang kuat dan berkontribusi besar terhadap pembangunan kian mendekati
kenyataan.
3. Sejarah Properti
Tampaknya proyeksi semua sektor ekonomi termasuk properti di
tahun 2008 selalu dikaitkan dengan variabel politik. Hal ini disebabkan
eskalasi politik di tahun 2008 diprediksi akan meningkat karena persiapan
Pemilu 2009. layaknya hantu yang menakutkan tahun 2008 ini menjadi
bayang-bayang bagi pelaku usaha properti untuk mengembangkan
bisnisnya.
Awal tahun ini perekonomian nasional dikejutkan dengan kenaikan
harga minyak dunia yang menembus batas psikologis yaitu 100 dollar per
barrel. Kenaikan ini tentunya berpengaruh terhadap asumsi APBN dan
PDB tahun 2008. Selain itu dari sektor perbankan, pemerintah telah
mengeluarkan kebijakan menurunkan BI rate menjadi 8% per Januari
2008. Dengan dikeluarkan kebijakan ini memberikan peluang bagi sektor
properti untuk bisa berkembang. Namun dari bidang politik kemungkinankemungkinan negatif bisa terjadi mengingat kondisi tahun 2008 masih
lxx
rawan karena semua partai politik akan bekerja keras untuk meraih
dukungan massa, gesekan-gesekanpun kemungkinan akan mudah terjadi.
Hubungan sektor properti dengan politik sebetulnya lebih pada konteks
ekonomi yang dipengaruhi oleh kebijakan politik, apabila kondisi politik
tidak menentu atau mengalami kekacauan (chaos) akan berdampak kepada
perekonomian terutama menyangkut sektor industri; supply-demand tidak
seimbang dan distribusi barang akan terganggu. Apabila ini berlanjut maka
akan terjadi inflasi tinggi yang ditandai dengan kenaikan harga akibat tidak
adanya permintaan dan terjadi over supply.
Di tahun 2007 yang lalu kondisi perpolitikan nasional relatif stabil,
walaupun banyak unjuk rasa diberbagai daerah terutama menyangkut
kekisruhan hasil Pilkada dan di tingkat nasional menyangkut kebijakan
pemerintah tentang UU PA, UU PMA, UU Pornografi dan UU Politik
yang banyak menimbulkan kontroversi dari masyarakat. Dari kondisi
politik yang demikian ternyata pengaruh terhadap sektor ekonomi tidak
begitu signifikan. Tercatat kondisi pertumbuhan ekonomi di tahun 2007
merupakan kondisi terbaik sejak krisis ekonomi 1998. Berbagai sektor
ekonomi mengalami peningkatan, di sektor properti, nilai kredit properti
yang dirilis Bank Indonesia (BI) per Juni 2007 sebesar Rp130,93 Trilyun
naik 7-8% dibandingkan tahun sebelumnya.
Dari catatan tahun 2007 tersebut, proyeksi properti tahun 2008
menunjukkan kecenderungan yang sama, apabila tidak ada kondisi-kondisi
lxxi
yang mengganggu keamanan negara dan kekacauan politik yang luar
biasa, sektor properti diperkirakan tetap akan tumbuh sekitar 5-6% atau
dengan nilai kapitalisasi pasarnya mencapai Rp73,9 Trilyun.
Berdasarkan pengalaman pada tahun 2003 menjelang pemilu 2004,
sektor properti tidak terpengaruh dengan konstelasi politik, justru banyak
pengembang dengan semangat ekspansi bisnisnya malah memanfaatkan
momentum politik tersebut untuk meluncurkan proyek-proyek barunya.
Hal ini disebabkan paradigma pelaku usaha properti sudah mulai bergeser
dan cenderung lebih dewasa dalam melihat kondisi pasar. Masalah politik
menjadi hal biasa, karena Indonesia dianggap sudah selesai melalui masa
transisi.
Namun demikian, kondisi pasar properti di tahun 2008 diperkirakan
masih rawan, mengingat faktor fundamental ekonomi nasional yaitu sektor
riil belum berjalan optimal. Hal inilah yang mempengaruhi permintaan dan
daya beli masyarakat. Walaupun release BI menyebutkan adanya
pergerakan sektor riil akibat pengaruh besarnya kapitalisasi pasar modal
yang mencapai 67% pada tahun 2007 lalu. Namun hal ini masih sulit
dibuktikan, karena melihat fakta dilapangan banyak terjadi kesenjangan
terutama menyangkut kemiskinan.
Sektor riil merupakan bagian terpenting untuk menggerakkan bisnis
properti, apabila pemerintah memiliki political will untuk mengawal pasar
agar bergerak ke arah sektor riil, maka efek dominonya akan
lxxii
mempengaruhi secara positif pertumbuhan sektor properti. Selain itu di
tahun 2008 akan terjadi persaingan yang ketat antara pelaku bisnis
properti, terutama pada
subsektor properti apartemen sewa
dan
perkantoran, karena pada tahun 2008 dieprkirakan banyak proyek baru dua
produk akan beroperasi. Maka kemungkinan terjadinya over supply
ditahun 2008 akan tinggi.
Strategi Untuk menghadapi kemungkinan terburuk dari kondisi
properti indonesia ditahun 2008, maka para pelaku bisnis properti
disarankan untuk lebih agresif dan kreatif dalam melihat kecenderungan
pasar. Untuk para pengembang faktor marketing sangat penting untuk
menyukseskan penjualan produk properti, dengan marketing yang tangguh
dan handal, kondisi properti di tahun 2008 akan mudah dilalui dengan
gemilang.
Untuk para investor di bidang properti walaupun momentum 2007
untuk investasi cukup bagus, hal itu belum terlambat. Investor tetap bisa
menginvestasikan dananya kesektor properti karena masih memiliki
capital gain yang tinggi. Dengan catatan ada syarat-syarat yang harus
dipenuhi diantaranya; pertama, mengetahui kondisi pasar disekitar lokasi
yang akan di pilih sebagai tempat investasi, kedua, adanya kejelasan
mengenai status legalitas hukum produk properti tersebut, ketiga,
memahami perhitungan analisa investasi untuk mendapat keuntungan
maksimal.
lxxiii
Pada akhirnya kondisi properti di tahun 2008 akan bisa tumbuh apabila
pemerintah tetap berperan sebagai partner yang menguntungkan bagi
berkembangnya usaha ini. Instrumen-intrumen investasi perlu diinovasi,
penerapan REIT perlu dipercepat realisasinya, birokrasi perijinan dan
sektor perbankan diharapkan mampu mendukung sektor properti
Sektor hunian akan mendominasi dalam bisnis properti tahun 2008
terutama dengan harga terjangkau seperti rumah susun sederhana dan
rumah sederhana. Pertumbuhan hunian tahun 2008 ini diperkirakan sekitar
15% sampai dengan 25% termasuk hunian murah. Pasar hunian sendiri
dibagi dalam tiga kelompok penghasilan rendah, menengah, dan atas, kata
Teguh Satria.
Dengan kenaikan harga BBM Juni ini maka yang akan terkena imbas
sebenarnya kelompok menengah mengingat kelompok tersebut tidak
mendapat subsidi akan tetapi kemampuan membeli rumah semakin turun.
B. Analisis Deskriptif beberapa Variabel Independent dan Dependent
1. Price Book Value (PBV)
PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku
saham suatu perusahaan. PBV ini paling tidak adalah 1,00 semakin tinggi
rasio ini berarti pasar semakin percaya atau prospek perusahaan bagus.
lxxiv
Lampiran 4 menunjukkan besarnya nilai rata-rata price book value
yang paling tinggi selama periode penelitian terjadi pada periode Feb
2005-Jan 2008 dengan jumlah rata-rata 1,09. nilai tertinggi untuk PBV
periode Feb 2005-Jan 2008 dimiliki oleh perusahaan Dharma Intiland
Tbk (DILD) dengan nilai 3,84, maka prospek perusahaan ini dikatakan
bagus. Sedangkan nilai terendah untuk PBV periode Feb 2005- Jan 2008
dimiliki oleh perusahaan Ciputra Development Tbk (CTRA) sebesar 0,92, maka prospek perusahaan ini dikatakan kurang bagus.
2. Earning Per Share (EPS)
EPS merupakan nilai uang sebagai keuntungan investasi yang
diperoleh pemodal untuk setiap lembar saham yang dimiliki. Berhasil
tidaknya perusahaan memenuhi harapan pemodal dapat dilihat dari nilai
EPS yang dihasilkan perusahaan. Semakin besar EPS ini semakin besar
pula keuntungan yang diperoleh perusahaan sehingga saham tersebut
dapat dikatakan saham yang bagus.
Lampiran 6 menunjukkan besarnya nilai rata-rata Earning per Share
yang paling tinggi selama periode penelitian terjadi pada periode Feb
2005-Jan 2008 dengan jumlah rata-rata 9,99. nilai tertinggi untuk EPS
periode Feb 2005-Jan 2008 dimiliki oleh perusahaan Suryainti Permata
Tbk (SIIP) dengan nilai 89,86, maka perusahaan ini dikatakan memiliki
saham bagus. Sedangkan nilai terendah untuk EPS Feb 2005-Jan 2008
lxxv
dimiliki oleh perusahaan Panca Wiratama Tbk (PWSI) sebesar -325,22,
maka perusahaan ini dikatakan bukan termasuk saham bagus.
3. Debt Equity Ratio (DER)
DER menunjukkan kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka
panjangnya. Semakin besar DER maka perusahaan tersebut semakin
bagus. Sehingga investor tertarik kepada perusahaan yang memiliki DER
yang besar.
Lampiran 8 menunjukkan besarnya nilai rata-rata Debt Equity Ratio
yang paling tinggi selama periode penelitian terjadi pada periode Feb
2005-Jan 2008 dengan jumlah rata-rata 2,03. nilai tertinggi untuk DER
periode Feb 2005-Jan 2008 dimiliki oleh perusahaan Dharma Intiland
Tbk (DILD) dengan nilai 45,16, maka perusahaan ini dikatakan bagus.
Sedangkan nilai terendah untuk DER periode Feb 2005-Jan 2008 dimiliki
oleh perusahaan Ciputra Development Tbk (CTRA) sebesar -11,13, maka
perusahaan ini dikatakan bukan termasuk saham bagus.
4. Net Pofit Margin (NPM)
NPM menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. Nilai NPM semakin
besar maka semakin efesien biaya yang dikeluarkan, yang berarti
semekin besar tingkat kembalian keuntungan bersih. Sehingga investor
tertarik kepada perusahaan yang memiliki NPM besar.
lxxvi
Lampiran 9 menunjukkan besarnya nilai rata-rata Net Profit Margin
yang paling tinggi selama periode penelitian terjadi pada periode Feb
2005-Jan 2008 dengan jumlah rata-rata -204,54. nilai tertinggi untuk
NPM periode Feb 2005-Jan 2008 dimiliki oleh perusahaan Suryainti
Permata Tbk (SIIP) dengan nilai 84,22, maka perusahaan ini dikatakan
memiliki saham bagus. Sedangkan nilai terendah untuk NPM periode
Feb 2005-Jan 2008 dimiliki oleh perusahaan Panca Wiratama Tbk
(PWSI) sebesar -4223,39, maka perusahaan ini dikatakan bukan
termasuk saham bagus.
5. Share Price (harga saham)
Share Price jika dipasar bursa sudah tutup, maka harga saham adalah
harga penutupannya. Semakin besar harga saham di bursa maka dapat
dikatakan saham perusahaan tersebut termasuk saham yang bagus karena
menjanjikan return yang besar.
Lampiran 14 menunjukkan besarnya nilai rata-rata Share Price
yang paling tinggi selama periode penelitian terjadi pada periode Feb
2005-Jan 2008 dengan jumlah rata-rata 430,33. nilai tertinggi untuk
Share Price periode Feb 2005-Jan 2008 dimiliki oleh perusahaan Lippo
Karawaci Tbk (LPKR) dengan nilai 1433,61, maka perusahaan ini
dikatakan memiliki saham bagus. Sedangkan nilai terendah untuk Share
Price periode Feb 2005-Jan 2008 dimiliki oleh perusahaan Bhuwanatala
lxxvii
Indah Permai Tbk (BIPP) sebesar 69,11, maka perusahaan ini dikatakan
bukan termasuk saham bagus.
6. Return (Sharpe's Measure)
Share measure merupakan ukuran kinerja yang berdasarkan resiko
dari suatu investasi di mana membagi execess return dengan standar
deviasi. Standar deviasi merupakan resiko fluktuasi yang dihasilkan
karena berubah-rubahnya return yang dihasilkan.
Lampiran 15 menunjukkan besarnya nilai rata-rata Return (Sharpe's
Measure)
yang paling tinggi selama periode penelitian terjadi pada
periode Feb 2005-Jan 2008 dengan jumlah rata-rata 0,12487. nilai
tertinggi untuk Return (Sharpe's Measure) periode Feb 2005-Jan 2008
dimiliki oleh perusahaan Suryainti Permata Tbk (SIIP) dengan nilai
0,48563, maka perusahaan ini dikatakan memiliki kinerja saham yang
bagus. Sedangkan nilai terendah untuk Return (Sharpe's Measure)
periode Feb 2005-Jan 2008 dimiliki oleh perusahaan Lippo Karawaci
Tbk (LPKR) sebesar -0,3287 , maka perusahaan ini dikatakan bukan
termasuk kinerja saham yang bagus.
C.
Uji Asumsi Persamaan Regresi
Pada bagian ini akan dilakukan persamaan regresi, menggunakan
asumsi-asumsi berikut:
lxxviii
1.
Uji Asumsi Multikolinieritas
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk melihat apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
bebasnya. Pengolahan di lakukan dengan menggunakan SPSS Hasil
pengujian dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Collinerity Statistics periode Feb 2005-Jan 2008
Model
Collinearity Statistics
Tolerance
1
VIF
(Constant)
PBV
.300
3.329
EPS
DER
.475
.321
.517
2.104
3.114
1.934
NPM
Sumber : Hasil Pengujian SPSS
Kita lihat pada periode Feb 2005-Jan 2008
bahwa antara
variabel bebas PBV, EPS, DER dan NPM’ mempunyai tolerance
0,300, 0,475, 0,321 dan 0,517 > 0.10 dan VIF 3,329, 2,104, 3,114
dan 1,934 < 10 maka
tidak terdapat persoalan multikolinier
dengan variabel bebas lainnya.
lxxix
2. Uji Normalitas
a. Uji Normalitas untuk Share
Normal P-P Plot of Regression
Dependent Variabel: SHARE
1,0
,8
,5
,3
0,0
0,0
,3
,5
,8
1,0
O bserved Cu m Pr ob
Gambar 4.1: Uji Normalitas untuk share
Terlihat bahwa sebaran data pada chart di atas bisa dikatakan
tersebar di sekeliling garis lurus tersebut (tidak terpencar jauh dari garis
lurus). Maka dapat dikatakan bahwa persyaratan Normalitas bisa
dipenuhi.
b. Uji Normalitas untuk Sharpe's measure
Normal P-P Plot of Regression
Dependent Variable: SHARPES
1,0
,8
,5
,3
0,0
0,0
,3
,5
Observed Cum Prob
lxxx
,8
1,0
Gambar 4.2: Uji Normalitas untuk sharpes
Terlihat bahwa sebaran data pada chart di atas bisa dikatakan
tersebar di sekeliling garis lurus tersebut (tidak terpencar jauh dari garis
lurus). Maka dapat dikatakan bahwa persyaratan Normalitas bisa
dipenuhi.
3. Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah dalam sebuah model
regresi yang dibentuk terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari
suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka di sebut
homokedastisitas.
Sedangkan
jika
variance
berbeda
disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas. Pengujian asumsi ini dilakukan dengan White
Heteroscedasticity (Eviews 5). Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel
4.2 dan 4.3.
a. Heteroskedastisitas Untuk Share Price
Tabel 4.2 White Heterokedastis Test untuk Share Price periode Feb 2005-Jan 2008
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
1.274213
9.645428
Probability
Probability
Sumber: Data pengolahan dengan eviews
lxxxi
0.340125
0.290799
Berdasarkan tabel 4.8 hasilnya dapat telihat bahwa Obs*RSquared adalah 9,645428 dan nilai probabilitas-nya lebih besar dari α
= 5% yaitu 0,290799. Ini berarti dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas.
b. Heteroskedastisitas Untuk Return (Sharpe’s Measure)
Tabel 4.3 White Heterokedastis Test untuk Return (Sharpe’s Measure)
periode Feb 2005-Jan 2008
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
1.901105
11.73830
Probability
Probability
0.152300
0.163268
Sumber: Data pengolahan dengan eviews
Berdasarkan tabel 4.9 hasilnya dapat telihat bahwa Obs*RSquared adalah 11,73830 dan nilai probabilitas-nya lebih besar dari α
= 5% yaitu 0,163268. Ini berarti dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas.
4. Uji F dan Uji t
a. Hasil Regresi Untuk Share Price
Hasil analisis regresi berganda dengan variabel terikat harga
saham dan empat variabel bebas terdiri dari PBV, EPS, DER dan
NPM menghasilkan koefisien regresi sebagaimana tercantum pada
tabel.4.4dan 4.5.
lxxxii
Tabel. 4.4 Least Square untuk Share Price periode Feb 2005-Jan 2008
Dependent Variable: SHARE?
Method: Pooled Least Squares
Date: 09/09/08 Time: 11:53
Sample: 2005 2007
Included observations: 3
Cross-sections included: 21
Total pool (balanced) observations: 63
Variable
PBV?
EPS?
DER?
NPM?
C
R-squared
Adjusted R-squared
F-statistic
Prob(F-statistic)
Coefficient Std. Error
0.000520
0.092097
-2.17E-05
0.001490
0.250832
0.001863
0.007216
0.000166
0.000336
0.185961
t-Statistic Prob.
0.278902
12.76273
-0.131050
4.429884
1.348847
0.7813
0.0000
0.8962
0.0000
0.1826
0.775799
0.760337
50.17419
0.000000
1) Uji F
Pada bagian ini akan diuji nilai R2, F-statistic dan signifikan
level. Nilai Adjusted R2
menunjukkan bagaimana model yang
dibentuk dengan variabel-variabel bebas dimasukkan secara
bersamaan, dapat menjelaskan variabel terikat.
Pada bagian metode least squares seperti terlihat pada tabel.
4.4, nilai Adjusted R2 sebesar 0,760337. hal ini menunjukkan
76,03 persen harga saham (Share Price) dapat dijelaskan oleh
variabel PBV, EPS, DER dan NPM. Sedangkan sisanya (100% 76,03% = 23,97 %) dijelaskan oleh sebab-sebab lain.
lxxxiii
Nilai tes F dan signifikan level bertujuan menguji apakah
variabel-variabel bebas berhubungan dengan harga saham (Share
Price) sebagai variabel terikat. Uji hipotesis dilakukan dengan
melihat F-hitung sebagai daerah keritis yang dapat dilihat pada
tabel. 4.4. Jika F-hitung > F-tabel atau nilai probabilitas signifikan
< 0,05 maka Ho Tolak atau model signifikan.
Pada tabel. 4.4 terlihat bahwa nilai F-hitung adalah 50,17419,
sedangkan F-tabel adalah 4,00398 maka F-hitung > F-tabel maka
Ho tolak. Tingkat probabilitas signifikan sebesar 0,000000. Karena
nilai probabilitas signifikan-nya < 0,05 maka Ho Tolak, artinya
model yang dibentuk adalah signifikan. Dalam kasus ini, variabelvariabel bebas (PBV, EPS, DER dan NPM) secara simultan
berpengaruh terhadap market performance dilihat dari harga saham
(Share Price).
2) Uji t
Bagian uji statistik t digunakan untuk menguji signifikan
variabel bebas, apakah variabel-variabel bebas tersebut secara
parsial memiliki pengaruh terhadap market performance dilihat
harga saham (Share Price) dengan menggunakan model regresi.
Dari uji statistik t tersebut terlihat bahwa nilai PBV t-hitung
adalah 0,278902, sedangkan t-tabel adalah 1,669804 maka t-hitung
lxxxiv
< t-tabel maka Ho Tolak. Probabilitas signifikan untuk PBV adalah
0,7813 nilai probabilitas signifikan variabel ini lebih besar dari
tingkat signifikan 0,05 maka PBV tidak berpengaruh terhadap
market performance dilihat harga saham (Share Price).
Dari uji statistik t tersebut terlihat bahwa nilai EPS t-hitung
adalah 12,76273, sedangkan t-tabel adalah 1,669804 maka t-hitung
> t-tabel maka Ho Tolak. Probabilitas signifikan untuk EPS adalah
0.0000 nilai probabilitas signifikan variabel ini lebih kecil dari
tingkat signifikan 0,05 maka EPS berpengaruh terhadap market
performance dilihat harga saham (Share Price).
Dari uji statistik t tersebut terlihat bahwa nilai DER t-hitung
adalah -0,131050 sedangkan t-tabel -1,669804 adalah maka thitung < t-tabel maka Ho Terima. Probabilitas signifikan untuk
DER adalah 0,8962 nilai probabilitas signifikan variabel ini lebih
besar dari tingkat signifikan 0,05 maka DER tidak berpengaruh
terhadap market performance dilihat harga saham (Share Price)
Dari uji statistik t tersebut terlihat bahwa nilai NPM t-hitung
adalah 4,429884, sedangkan t-tabel adalah 1,669804 maka t-hitung
> t-tabel maka Ho Tolak. Probabilitas signifikan untuk NPM
adalah 0,0000 nilai probabilitas signifikan variabel ini lebih kecil
dari tingkat signifikan 0,05 maka NPM berpengaruh terhadap
market performance dilihat harga saham (Share Price).
lxxxv
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa perumusan hipotesis
1a benar yang menyatakan variabel–variabel dapat berpengaruh
secara signifikan pada market performance dilihat dari share price
secara simultan. Secara parsial perumusan hipotesis 1b,1c 1d dan
1e hanya hipotesis
1c dan 1e yang mendukung menyatakan
variabel–variabel dapat berpengaruh secara signifikan pada market
performance dilihat dari share price, sedangkan perumusan
hipotesis pada 1b dan 1d tidak mendukung yang menyatakan dapat
berpengaruh secara signifikan pada market performance dilihat dari
share price. Hasil penelitian sebagaimana tersaji pada tabel. 4.5.
Tabel 4.5 Hipotesis berdasarkan periode waktu dilihat dari Share Price
Hipotesis
Periode
Keputusan
Hipotesis 1a
Feb 2005- Jan 2008
Ho tolak
Hipotesis 1b
Feb 2005- Jan 2008
Ho terima
Hipotesis 1c
Feb 2005- Jan 2008
Ho tolak
Hipotesis 1d
Feb 2005- Jan 2008
Ho terima
Hipotesis 1e
Feb 2005- Jan 2008
Ho tolak
Kesimpulan
PBV, EPS, DER dan NPM berpengaruh secara
simultan terhadap harga saham (Share Price).
PBV tidak berpengaruh secara parsial terhadap
harga saham (Share Price)
EPS berpengaruh secara parsial terhadap harga
saham (Share Price)
DER tidak berpengaruh secara parsial terhadap
harga saham (Share Price)
NPM berpengaruh secara parsial terhadap Harga
Saham (Share Price)
b. Hasil Regresi Untuk Return (Sharpe's Measure)
Hasil analisis regresi berganda dengan variabel terikat return dan
empat variabel bebas terdiri dari PBV, EPS, DER dan NPM menghasilkan
koefisien regresi sebagaimana tercantum pada tabel. 4.5
lxxxvi
Tabel. 4.6 Least Square untuk return (sharpe's Measure) periode Feb 2005-Jan 2008
Dependent Variable: SHARPES?
Method: Pooled Least Squares
Date: 09/09/08 Time: 12:06
Sample: 2005 2007
Included observations: 3
Cross-sections included: 21
Total pool (balanced) observations: 63
Variable
PBV?
EPS?
DER?
NPM?
C
R-squared
Adjusted R-squared
F-statistic
Prob(F-statistic)
Coefficient Std. Error
t-Statistic
Prob.
0.003828
0.089460
-0.000127
0.244476
0.812417
1.939823
10.61632
-0.666921
0.673722
5.248664
0.0573
0.0000
0.5075
0.5032
0.0000
0.001974
0.008427
0.000190
0.362874
0.154785
0.702273
0.681740
34.20227
0.000000
1) Uji F
Pada bagian ini akan diuji nilai R2, F-statistic dan signifikan
level. Nilai Adjusted R2
menunjukkan bagaimana model yang
dibentuk dengan variabel-variabel bebas dimasukkan secara
bersamaan, dapat menjelaskan variabel terikat.
Pada bagian metode least squares seperti terlihat pada tabel.
4.6, nilai Adjusted R2 sebesar 0,681740. hal ini menunjukkan
68,17 persen return (sharpe's measure) dapat dijelaskan oleh
variabel PBV, EPS, DER dan NPM. Sedangkan sisanya (100% 68,17% = 31,83 %) dijelaskan oleh sebab-sebab lain.
lxxxvii
Nilai tes F dan signifikan level bertujuan menguji apakah
variabel-variabel bebas berhubungan dengan return (sharpe's
measure) sebagai variabel terikat. Uji hipotesis dilakukan dengan
melihat F-hitung sebagai daerah keritis yang dapat dilihat pada
tabel. 4.5. Jika F-hitung > F-tabel atau nilai probabilitas signifikan
< 0,05 maka Ho tolak atau model signifikan.
Pada tabel. 4.6 terlihat bahwa nilai F-hitung adalah 34,20227,
sedangkan F-tabel adalah 4,00398 maka F-hitung > F-tabel maka
Ho tolak. Tingkat probabilitas signifikan sebesar 0,000000. Karena
nilai probabilitas signifikan-nya < 0,05 maka Ho tolak, artinya
model yang dibentuk adalah signifikan. Dalam kasus ini, variabelvariabel bebas (PBV, EPS, DER dan NPM) secara simultan tidak
berpengaruh terhadap market performance dilihat dari return
(sharpe's measure).
2) Uji t
Bagian uji statistik t digunakan untuk menguji signifikan
variabel bebas, apakah variabel-variabel bebas tersebut secara
parsial memiliki pengaruh terhadap market performance dilihat
return (sharpe's measure) dengan menggunakan model regresi.
Dari uji statistik t tersebut terlihat bahwa nilai PBV t-hitung
adalah 1,939823, sedangkan t-tabel adalah 1,669804 maka t-hitung
lxxxviii
< t-tabel maka Ho tolak. Probabilitas signifikan untuk PBV adalah
0,0573 nilai probabilitas signifikan variabel ini lebih besar dari
tingkat signifikan 0,05 maka PBV tidak berpengaruh terhadap
market performance dilihat return (sharpe's measure).
Dari uji statistik t tersebut terlihat bahwa nilai EPS t-hitung
adalah 10,61632, sedangkan t-tabel adalah 1,669804 maka t-hitung
> t-tabel maka Ho tolak. Probabilitas signifikan untuk EPS adalah
0,000 nilai probabilitas signifikan variabel ini lebih kecil dari
tingkat signifikan 0,05 maka EPS berpengaruh terhadap market
performance dilihat return (sharpe's measure).
Dari uji statistik t tersebut terlihat bahwa nilai DER t-hitung
adalah -0,666921, sedangkan t-tabel adalah -1,669804 maka thitung < t-tabel maka Ho terima. Probabilitas signifikan untuk
DER adalah 0,5075 nilai probabilitas signifikan variabel ini lebih
besar dari tingkat signifikan 0,05 maka DER tidak berpengaruh
terhadap market performance dilihat return (sharpe's measure).
Dari uji statistik t tersebut terlihat bahwa nilai NPM t-hitung
adalah 0,673722, sedangkan t-tabel adalah 1,669804 maka t-hitung
< t-tabel maka Ho terima. Probabilitas signifikan untuk NPM
adalah 0,5033 nilai probabilitas signifikan variabel ini lebih besar
dari tingkat signifikan 0,05 maka NPM tidak berpengaruh terhadap
market performance dilihat return (sharpe's measure).
lxxxix
Dengan demikian
dapat dinyatakan
bahwa perumusan
hipotesis 1a benar yang menyatakan variabel–variabel dapat
berpengaruh secara signifikan pada market performance dilihat dari
return (sharpe's
measure) secara
simultan.
Secara
parsial
perumusan hipotesis 1c yang mendukung menyatakan variabel–
variabel dapat berpengaruh secara signifikan pada market
performance dilihat dari return (sharpe's measure). Sedangkan
perumusan hipotesis 1b, 1d dan 1e tidak mendukung menyatakan
variabel–variabel dapat berpengaruh secara signifikan pada market
performance dilihat dari return (sharpe's measure). Hasil penelitian
sebagaimana tersaji pada tabel. 4.7.
Tabel 4.7 Hipotesis berdasarkan periode waktu dilihat dari Sharpe's Measure
Hipotesis
Periode
Keputusan
Hipotesis 1a
Feb 2005- Jan 2008
Ho tolak
Hipotesis 1b
Feb 2005- Jan 2008
Ho tolak
Hipotesis 1c
Feb 2005- Jan 2008
Ho tolak
Hipotesis 1d
Feb 2005- Jan 2008
Ho terima
Hipotesis 1e
Feb 2005- Jan 2008
Ho terima
Kesimpulan
PBV, EPS, DER dan NPM berpengaruh secara
simultan terhadap return (sharpe's measure).
PBV berpengaruh secara parsial terhadap return
(sharpe's measure).
EPS berpengaruh secara parsial terhadap return
(sharpe's measure).
DER tidak berpengaruh secara parsial terhadap
return (sharpe's measure).
NPM tidak berpengaruh secara parsial terhadap
return (sharpe's measure).
Sumber: Hasil Pengujian-pengujian Hipotesis Dua
xc
5.
Persamaan Regresi
a.
Persamaan Regresi Untuk Share Price
Dengan hasil tersebut dapat dituliskan persamaan regresinya
sebagai berikut:
Periode Feb 2005-Jan 2008
Share =
0.0005196358056*PBV +
0.09209676445*EPS -
2.172343889e-005*DER + 0.001490193622*NPM + 0.2508323074
Pada bagian selanjutnya, akan dilakukan pengujian kelayakan
model atas persamaan tersebut. Jika dari uji kelayakan model
didapatkan hasil bahwa market performance dengan menggunakan
harga saham dapat dijelaskan oleh variabel PBV, EPS, DER dan
NPM maka persamaan regresi tersebut dapat diinterprestasikan
sebagaimana berikut ini.
Intercept pada bernilai 0,2508312074 dapat diinterprestasikan
bahwa jika seluruh variabel-variabel bebasnya bernilai nol, maka
besarnya Sharpe's Measure untuk saham BIIP, BMSR, CKRA,
CTRA, CTRS, DART, DILD, DUTI, KIJA, LPCK, LPKR, MDLN,
0MRE, PWON, PWSI, RBMS, RODA, SIIP, SMDM, SMRA,
BKSL adalah sama dengan nilai intercept tersebut, yakni
0,2508312074.
xci
Koefisien regresi PBV sebesar 0,0005196358056 memberikan
gambaran bahwa jika PBV meningkat 1 poin, dengan asumsi
variabel konstan, maka market performance dengan menggunakan
harga saham (Share Price) yang ditunjukkan untuk saham BIIP,
BMSR, CKRA, CTRA, CTRS, DART, DILD, DUTI, KIJA,
LPCK, LPKR, MDLN, 0MRE, PWON, PWSI, RBMS, RODA,
SIIP,
SMDM,
SMRA,
BKSL
akan
meningkat
sebesar
0,0005196358056 poin Sebaliknya, jika PBV turun sebesar 1 poin
maka market performance dengan menggunakan harga saham
akan turun sebesar 0,0005196358056 poin.
Koefisien regresi EPS sebesar 0,09209676445 memberikan
gambaran bahwa jika EPS meningkat 1 rupiah, dengan asumsi
variabel konstan, maka market performance dengan menggunakan
harga saham (Share Price) yang ditunjukkan untuk saham BIIP,
BMSR, CKRA, CTRA, CTRS, DART, DILD, DUTI, KIJA,
LPCK, LPKR, MDLN, 0MRE, PWON, PWSI, RBMS, RODA,
SIIP,
SMDM,
0,09209676445
SMRA,
BKSL
akan
meningkat
sebesar
rupiah. Sebaliknya, jika EPS turun sebesar 1
rupiah maka market performance dengan menggunakan harga
saham akan turun sebesar 0,09209676445 rupiah.
Nilai koefisien DER sebesar -2,172343889e-005, artinya DER
mempunyai pengaruh negatif terhadap market performance dengan
xcii
menggunakan harga saham (Share Price) untuk saham BIIP,
BMSR, CKRA, CTRA, CTRS, DART, DILD, DUTI, KIJA,
LPCK, LPKR, MDLN, 0MRE, PWON, PWSI, RBMS, RODA,
SIIP, SMDM, SMRA, BKSL. Dalam hal ini, jika variabel DER
meningkat satu poin ini, dengan asumsi variabel lainnya konstan,
maka nilai market performance dengan menggunakan harga saham
(Share Price) akan turun sebesar –2,172343889e-005 poin.
Sebaliknya jika variabel DER turun satu poin, maka market
performance dengan menggunakan Harga Saham (Share Price)
naik sebesar 2,172343889e-005 poin.
Koefisien regresi NPM sebesar 0,001490193622 memberikan
gambaran bahwa jika NPM meningkat 1 rupiah, dengan asumsi
variabel konstan, maka market performance dengan menggunakan
harga saham (Share Price) untuk saham BIIP, BMSR, CKRA,
CTRA, CTRS, DART, DILD, DUTI, KIJA, LPCK, LPKR, MDLN,
0MRE, PWON, PWSI, RBMS, RODA, SIIP, SMDM, SMRA,
BKSL akan meningkat sebesar 0,09209676445 rupiah. Sebaliknya,
jika NPM turun sebesar 1 rupiah maka market performance dengan
menggunakan harga saham akan turun sebesar 0,09209676445
rupiah
b. Persamaan Regresi Untuk Return (Sharpe’s Measure)
xciii
Dengan hasil tersebut dapat dituliskan persamaan regresinya
sebagai berikut:
Periode Feb 2005-Jan 2008
Sharpes = 0.003828383967*PBV + 0.08946005384*EPS 0.000126604433*DER + 0.2444764207*NPM
+ 0.8124166126
Pada bagian selanjutnya, akan dilakukan pengujian kelayakan
model atas persamaan tersebut. Jika dari uji kelayakan model
didapatkan hasil bahwa market performance dengan menggunakan
Return (Sharpe’s Measure) dapat dijelaskan oleh variabel PBV,
EPS, DER dan NPM maka persamaan regresi tersebut dapat
diinterprestasikan sebagaimana berikut ini.
Intercept pada bernilai 0,8124166125 dapat diinterprestasikan
bahwa jika seluruh variabel-variabel bebasnya bernilai nol, maka
besarnya Sharpe's Measure untuk saham BIIP, BMSR, CKRA,
CTRA, CTRS, DART, DILD, DUTI, KIJA, LPCK, LPKR, MDLN,
0MRE, PWON, PWSI, RBMS, RODA, SIIP, SMDM, SMRA,
BKSL adalah sama dengan nilai intercept tersebut, yakni
0,8124166125.
Koefisien regresi PBV sebesar 0,003828383967 memberikan
gambaran bahwa jika PBV meningkat 1 poin, dengan asumsi
xciv
variabel konstan, maka market performance dengan menggunakan
harga saham (Share Price) yang ditunjukkan untuk saham BIIP,
BMSR, CKRA, CTRA, CTRS, DART, DILD, DUTI, KIJA,
LPCK, LPKR, MDLN, 0MRE, PWON, PWSI, RBMS, RODA,
SIIP,
SMDM,
SMRA,
BKSL
akan
meningkat
sebesar
0,003828383967 poin Sebaliknya, jika PBV turun sebesar 1 poin
maka market performance dengan menggunakan harga saham
akan turun sebesar 0,003828383967 poin.
Koefisien regresi EPS sebesar 0,08946005304
memberikan
gambaran bahwa jika EPS meningkat 1 rupiah, dengan asumsi
variabel konstan, maka market performance dengan menggunakan
harga saham (Share Price) yang ditunjukkan untuk saham BIIP,
BMSR, CKRA, CTRA, CTRS, DART, DILD, DUTI, KIJA,
LPCK, LPKR, MDLN, 0MRE, PWON, PWSI, RBMS, RODA,
SIIP,
SMDM,
0,09209676445
SMRA,
BKSL
akan
meningkat
sebesar
rupiah. Sebaliknya, jika EPS turun sebesar 1
rupiah maka market performance dengan menggunakan harga
saham akan turun sebesar 0,08946005304 rupiah.
Nilai koefisien DER sebesar -0,000126604433, artinya DER
mempunyai pengaruh negatif terhadap market performance dengan
menggunakan harga saham (Share Price) untuk saham BIIP,
BMSR, CKRA, CTRA, CTRS, DART, DILD, DUTI, KIJA,
xcv
LPCK, LPKR, MDLN, 0MRE, PWON, PWSI, RBMS, RODA,
SIIP, SMDM, SMRA, BKSL. Dalam hal ini, jika variabel DER
meningkat satu poin ini, dengan asumsi variabel lainnya konstan,
maka nilai market performance dengan menggunakan harga saham
(Share Price)
akan turun sebesar –0,000126604433 poin.
Sebaliknya jika variabel DER turun satu poin, maka market
performance dengan menggunakan Harga Saham (Share Price)
naik sebesar 0,000126604433 poin.
Koefisien regresi NPM sebesar 0,2444764207 memberikan
gambaran bahwa jika NPM meningkat 1 rupiah, dengan asumsi
variabel konstan, maka market performance dengan menggunakan
harga saham (Share Price) untuk saham BIIP, BMSR, CKRA,
CTRA, CTRS, DART, DILD, DUTI, KIJA, LPCK, LPKR, MDLN,
0MRE, PWON, PWSI, RBMS, RODA, SIIP, SMDM, SMRA,
BKSL akan meningkat sebesar 0,2444764207 rupiah. Sebaliknya,
jika NPM turun sebesar 1 rupiah maka market performance dengan
menggunakan harga saham akan turun sebesar 0,2444764207.
xcvi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis
terhadap harga saham (Share Price), return (Sharpe’s Measure) dan
rasio keuangan (PBV, EPS, DER dan NPM) sektor properti ini
adalah sebagai berikut:
1. Adjusted R-Squared periode Feb 2005-Jan 2008 sebesar 76,03 %
itu artinya hanya sekitar 76,03 %. variabel PBV, EPS, DER dan
NPM berpengaruh terhadap market performance dilihat dari harga
saham. Adjusted R-Squared periode Feb 2005-Jan 2008 sebesar
68,17 % itu artinya hanya sekitar 68,17 % variabel PBV, EPS,
DER dan NPM berpengaruh terhadap market performance dilihat
dari Return (sharpe's measure).
2. Berdasarkan hasil uji regresi berganda ditemukan bahwa PBV,
EPS, DER dan NPM secara simultan berpengaruh terhadap
market performance dilihat dari share price dan return (sharpe's
measure).
3. EPS dan NPM secara parsial berpengaruh terhadap market
performance dilihat dari share price. Sedangkan PBV dan DER
xcvii
secara parsial tidak berpengaruh terhadap market performance
dilihat dari share price.
4. PBV dan EPS secara parsial berpengaruh terhadap market
performance dilihat dari return (sharpe's measure). Sedangkan
DER dan NPM secara parsial tidak berpengaruh terhadap market
performance dilihat dari return (sharpe's measure).
5. Market performance dilihat dari share price untuk menunjukkan
besarnya nilai rata-rata Share Price yang paling tinggi selama
periode penelitian terjadi pada periode Feb 2005-Jan 2008 dengan
jumlah rata-rata 430,33. nilai tertinggi untuk Share Price periode
Feb 2005-Jan 2008 dimiliki oleh perusahaan Lippo Karawaci Tbk
(LPKR) dengan nilai 1433,61, maka perusahaan ini dikatakan
memiliki saham bagus. Sedangkan nilai terendah untuk Share
Price periode Feb 2005-Jan 2008 dimiliki oleh perusahaan
Bhuwanatala Indah Permai Tbk (BIPP) sebesar 69,11, maka
perusahaan ini dikatakan bukan termasuk saham bagus. Market
performance dilihat dari Return (sharpe's Measure) menunjukkan
besarnya nilai rata-rata Return (Sharpe's Measure) yang paling
tinggi selama periode penelitian terjadi pada periode Feb 2005Jan 2008 dengan jumlah rata-rata 0,12487. nilai tertinggi untuk
Return (Sharpe's Measure) periode Feb 2005-Jan 2008 dimiliki
oleh perusahaan Suryainti Permata Tbk (SIIP) dengan nilai
xcviii
0,48563, maka perusahaan ini dikatakan memiliki kinerja saham
yang bagus. Sedangkan nilai terendah untuk Return (Sharpe's
Measure) periode Feb 2005-Jan 2008 dimiliki oleh perusahaan
Lippo Karawaci Tbk (LPKR) sebesar -0,3287 , maka perusahaan
ini dikatakan bukan termasuk kinerja saham yang bagus.
B.
Saran
Saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil
analisis dan pembahasan pada penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini menggunakan rasio-rasio PBV, EPS, DER dan
NPM untuk menjelaskan pengaruh terhadap harga saham
(Share Price) dan return (Sharpe’s Measure). Disarankan bagi
penelitian selanjutnya untuk mengganti atau melengkapi rasiorasio yang diuji, sehingga dapat diperoleh rasio-rasio yang
mempunyai pengaruh signifikan lagi terhadap harga saham
(Share Price) dan return (Sharpe’s Measure), dan diperoleh
model yang tepat tentang pengaruh rasio-rasio keuangan
terhadap harga saham (Share Price). Variabel bebas yang
dapat digunakan antara lain liquidity ratio, profitability ratio,
efficiency ratio, maupun tangibility ratio.
2. Penelitian ini hanya difokuskan pada sektor properti saja untuk
menjelaskan rasio-rasio PBV, EPS, DER dan NPM untuk
xcix
menjelaskan pengaruhnya terhadap harga saham dan return
(Sharpe’s Measure). Disarankan bagi penelitian selanjutnya
untuk mengganti sektor lain.
c
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Validitas Penggunaan CAPM di Dalam Memprediksi Return Saham
BEJ dengan Data 3 tahun. 2005 ( Jurnal )
Alexander, Carol, Risk Manejement And Analysis, John Wiley and Sons, 2000,
Vol. 1.
Ang, Robbert, Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Mediasoft Indonesia,
1997, Ed. 1.
Bodie, Kane, Marcus, Investment, Jakarta, Salemba Empat, 2006, Ed. 6.
Burtraw, Dallas, Cost Saving, Market Performance and Benefit of the U.S
Acid Rain Program, 1998. ( Jurnal )
Charles P. Jones, Investment Analisis and Management 9 th ed”,New York :
John Wiley and Sons,2004.
Campello, Murillo, dkk, Produck Market Performance, Swiching Cost, and
Liquidation Values: The Real Effect on Financial Leverage, 2004
(Jurnal)
Cooper, Donald and William Emory, Metode Penelitian Bisnis, Jakarta,
Erlangga, 1997, Ed. 5, Jil. 1.
Husnan, Suad, Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas,
Yogyakarta, AMP YKPN, 2001, Ed. 3.
Khajar, Ibnu, Analisis Pengaruh Karakteristik Keuangan Terhadap Kinerja
Berbasis Pasar Serta Perbandingan Kinerja Berbasis Pasar Pada
Industri Manufaktur Dan Multinasional Terbuka di Indonesia, 2005,
Disertasi.
Kuncoro, Mudrajad, Metode Riset Untuk Bisnis Dan Ekonomi, Jakarta,
Erlangga.
Namora, Perbandingan Karakteristik Keuangan terhadap Market
Performance Sektor Properti dan Sektor Barang Industri, 2002, Tesis.
Purwanto, Suharyadi, Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern,
Jakarta, Salemba Empat, 2004, Ed 1.
R.J. Shook, Wall Street Dictionary, terjemahan Roy Sembel, Jakarta : PT
Erlangga,2002
ci
Siti, Maimunah, Pengaruh Struktur Modal (Debt to equity ratio), Degree of
Operating dan degree of financial Leverage terhadap Earning Per Share
pada Perusahaan Dalam Sektor Aneka Industri di Bursa Efek Jakarta
periode 1998-2002, 2004, Tesis.
Sofawati, Suwandi, Perbandingan Penggunaan Price to Earning Ratio
Dengan Price Book Value Ratio Sebagai Dasar Acuan Pengambilan
Keputusan Investasi di Bursa Efek Jakarta, 2000, Tesis.
Warsidi, Evaluasi Kegunaan Rasio Keuangan Dalam Mempredikasi
Perubahan Laba Di Masa Yang Akan Datang. 2007 ( Jurnal ).
Winarno, Wing Wahyu, Analisis Ekonometrika Dan Statistik Dengan Eviews,
Jakarta, YKPN, 2007.
www.bankmandiri.co.id
www.bi.co.id
www.jsx.co.id
cii
Download