Wealth Management Newsletter - Oktober 2012

advertisement
Wealth Management Newsletter - Oktober 2012
1 | Market Perspective | Oktober 2012
Nasabah yang terhormat,
Memasuki bulan Oktober 2012, investor mendapatkan kejutan setelah Bank Sentral Amerika Serikat mengumumkan
untuk melanjutkan kebijakan stimulus Quantitative Easing (QE) 3. Sebagai dampaknya, kita melihat pertumbuhan kinerja
yang signifikan pada aset-aset investasi domestik yang dipicu oleh bertambahnya likuiditas di pasar finansial global.
Berkaitan dengan hal tersebut, Indonesia yang saat ini telah dipandang sebagai salah satu tujuan investasi utama di Asia,
akan menjadi semakin atraktif seiring dengan bertumbuhnya sektor infrastruktur dan investasi sebagai penyeimbang dari
laju konsumsi domestik yang signifikan. Stabilitas politik yang baik juga tercermin melalui proses pilkada Jakarta yang
berlangsung demokratis beberapa waktu yang lalu.
Melalui segmen CommInsight, Anda dapat melihat berbagai alternatif rekomendasi investasi menarik yang disiapkan
oleh tim Wealth Management Services kami. Anda juga dapat memperoleh berbagai tips menarik dalam berinvestasi
pada obligasi pemerintah Indonesia.
Akhir kata, atas nama Commonwealth Bank, saya ucapkan terima kasih telah menjadi nasabah setia kami.
Salam hangat,
Ian Whitehead
Director of Retail and Business Banking
Global Outlook
P
enantian investor berakhir setelah The Fed (The Federal Reserve/Bank Sentral Amerika) mengumumkan kebijakan Quantitative
Easing (QE3) pada tanggal 13 September lalu. Melimpahnya likuiditas di pasar finansial global mendorong investor untuk
meninggalkan aset-aset konservatif dan memburu aset-aset berisiko tinggi seperti saham dan obligasi negara-negara berkembang.
Quantitative Easing 3
Jepang dan China juga memberikan stimulus
Dalam kebijakan QE3 yang melampaui
ekspektasi investor ini, The Fed akan
membeli obligasi berbasis KPR (mortgage
backed securities) senilai USD40 miliar setiap
bulannya tanpa batas waktu yang ditentukan.
Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS)
berjalan moderat di level 1,7% pada kuartal
II-2012. Tingkat pertumbuhan ini dinilai tidak
cukup untuk menekan tingkat pengangguran
sampai ke bawah angka 8%. Kucuran dana ini
akan diberikan sampai ekonomi AS stabil dan
penyerapan tenaga kerja lebih tinggi. Dengan
membeli obligasi berbasis KPR, The Fed
bertujuan juga untuk menekan suku bunga
KPR yang lebih rendah. Dampak dari kenaikan
penjualan rumah diharapkan bisa menyebar
ke peningkatan permintaan untuk barang dan
jasa lainnya. The Fed juga mengatakan tidak
menaikkan suku bunga acuan saat ini hingga
pertengahan tahun 2015.
Bank sentral Jepang (BoJ) juga meluncurkan paket stimulus senilai 10 triliun yen atau setara
USD650 miliar untuk mendongkrak perekonomiannya yang terus mengalami deflasi.
China juga mengantisipasi perlambatan ekonomi yang terjadi dengan mengalirkan stimulus senilai
USD60 milliar untuk sistem finansialnya. China juga menyetujui 22 proyek pembangunan subway
dan transportasi lainnya senilai 1 triliun yuan atau setara dengan USD157 miliar. Pengucuran
likuiditas akhir-akhir ini menunjukkan China memiliki kapasitas untuk menjaga pertumbuhan
ekonominya jika diperlukan.
Perbandingan QE1 dan QE2
Dibandingkan dengan QE1 dan QE2 yang masing-masing berlangsung selama 6 bulan, program
QE3 sebesar USD40 miliar setiap bulannya ini relatif lebih kecil. QE1 diluncurkan di bulan Maret
2009 senilai USD1,25 triliun sementara QE2 yang diluncurkan di tahun 2010 mengalirkan dana
senilai USD600 miliar. Mata uang USD diestimasi akan melemah dengan meningkatnya jumlah
mata uang USD yang akan berputar. QE berpotensi meningkatkan inflasi akibat ekspektasi
kenaikan harga untuk aset-aset seperti emas, komoditas dan aset berisiko lainnya. QE1 dan QE2
diluncurkan pada kondisi ekonomi domestik dan global yang berbeda. QE1 diluncurkan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi AS setelah melewati krisis ekonomi global sedangkan QE2
diluncurkan setelah Eropa dan China menunjukkan sinyal perlambatan ekonomi.
Dampak QE terhadap Aset-aset domestik
Proyeksi Ekonomi dari AS The Fed
%
2012
2013
2014
Rendah Tinggi
Rendah Tinggi
2015
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
GDP Riil
Tingkat
Pengangguran
1,7
2,0
2,5
3,0
3,0
3,8
3,0
3,8
8,0
8,2
7,6
7,9
6,7
7,3
6,0
6,8
Inflasi PCE
1,7
1,8
1,6
2,0
1,6
2,0
1,8
2,0
Inflasi Inti
1,7
1,9
1,7
2,0
1,8
2,0
1,9
2,0
Sumber: US Federal Reserves, PCE (Personal Consumption Expenditure/
Pengeluaran Konsumsi Pribadi)
Tingkat Pengangguran di AS
Twist 2
Jun 2012
10
9
Persen
8
QE1
Nov 2008
7
QE2
Nov 2010
Kucuran likuiditas dari program QE yang melimpah ini diekspektasi akan mendorong para
investor untuk berburu saham-saham di bursa negara berkembang, seperti Indonesia yang
diharapkan akan memberikan imbal hasil yang lebih menarik.
Melihat kembali dampak QE sebelumnya terhadap aset-aset investasi domestik, dapat dilihat
bahwa pada program QE1 di tahun 2009, hampir semua aset investasi, baik saham maupun
obligasi domestik memberikan respon cepat berupa kenaikan signifikan dalam 3, 6, maupun 9
bulan berikutnya paska program QE diumumkan. Pada QE2, meskipun memerlukan periode 9
bulan setelah program QE2 diumumkan, Jakarta Composite Index (IHSG) kembali menunjukkan
kinerja yang lebih baik dibandingkan indeks saham negara-negara Asia (MSCI Asia Pacific).
Sampai 4 Oktober ini, dampak QE3 langsung terlihat dengan IHSG telah mengalami kenaikan
3,24% sejak QE3 diumumkan pada 13 September.
Dampak dari Program QE1 dan QE2 Terhadap Aset Investasi Domestik
Quantitative Easing 1 (QE1)
Twist 1
Sep 2011
6
50%
5
4
2007
2008
2009
2010
Target Tingkat Pengangguran (max)
Target Tingkat Penggangguran (min)
Tingkat Pengangguran
Sumber: Macroboand, Rabobank
2011
2012
21%
14% 19%
Exchange Rate
(USD/IDR)
36%
-13% -22% -24%
IHSG
3 Months Return
Sumber: Bloomberg
70% 73%
47%
0%
-50%
Quantitative Easing 2 (QE2)
86% 90%
100%
10 Year Bond Yield
6 Months Return
30%
10%
0%
MSCI Asia Pacific Index
9 Months Return
15%
20%
-10%
-20%
-1%
4% 5%
Exchange Rate
(USD/IDR)
6%
-3%
22%
6%
-6%
IHSG
3 Months Return
10 Year Bond Yield
6 Months Return
1% 4% -11%
MSCI Asia Pacific Index
9 Months Return
2 | Market Perspective | Oktober 2012
Local Outlook
R
eputasi ekonomi Indonesia bersinar di tengah mulai redupnya laju pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang. Konsumsi
domestik yang selama ini menjadi motor pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus memegang peran penting. IMF pun
memprediksikan pertumbuhan Indonesia tahun 2012 bisa mencapai 6% dan 6,3% di tahun 2013, dengan tingkat inflasi yang terjaga
di bawah 5% Investor lokal maupun asing menyambut baik diluncurkannya kebijakan stimulus Quantitative Easing 3 serta terpilihnya
Gubernur Jakarta yang baru yang diharapkan bisa memperbaiki iklim investasi dan infrastruktur, sehingga pada bulan September lalu,
indeks IHSG mencatat kenaikan 4,99%. Data aliran dana asing juga menunjukkan bahwa kepemilikan asing baik di pasar saham maupun
obligasi masih cukup signifikan, jika dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya. Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
mencapai 6,5% cukup tangguh, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari dampak pelemahan ekonomi global di mana neraca
perdagangan Indonesia pada Agustus 2012 mengambarkan perlambatan permintaan ekspor dan impor. Mendekati pemilu Presiden
tahun 2014, ketidakpastian iklim politik juga diekspektasi akan mengakibatkan fluktuasi pasar. Manfaatkanlah koreksi-koreksi yang
berlebihan pada pasar finansial untuk mengakumulasi portofolio investasi karena fundamental Indonesia masih sehat dan proyeksi
pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terus naik.
Kekayaan Pribadi Orang Indonesia
Terus Bertambah
Kelompok riset Wealth-X di bulan September
menerbitkan laporan mengenai kekayaan
kalangan ultra high net worth di dunia.
Wealth-X mendefinisikan ultra high net worth
sebagai individu dengan kekayaan di atas
USD30 juta atau Rp285 miliar. Laporan
itu menunjukkan kekayaan pribadi orang
Indonesia terus bertambah, berlawanan
dengan tren yang terjadi di tingkat global.
Kekayaan individu super-kaya Indonesia
meningkat tajam hingga 41,2% dari tahun
lalu menjadi USD120 miliar atau sekitar
Rp1,141 triliun. Jumlah orang-orang
super-kaya itu juga naik 4,7% menjadi 785
orang. Angka pertumbuhan itu tertinggi
di antara semua negara yang disurvei.
Tren ini berlawanan dengan penurunan
kekayaan global sebesar 1,8% dan 6,8%
di Asia. Laporan itu mencakup 115 negara
dan kawasan. Peningkatan kekayaan
itu tidak mengejutkan bagi mereka yang
memperhatikan ekonomi Indonesia dengan
teliti. Pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua
2012 mencapai 6,4% dibanding setahun
sebelumnya. Demografi Indonesia menjadi
faktor pendukung yang penting. Lebih
dari separuh populasi berusia di bawah
30 tahun, dan persentase penduduk yang
siap memasuki kelas menengah juga besar.
Bagi investor asing, Indonesia adalah pasar
konsumen yang penting. Konsumsi dalam
negeri yang sehat bisa menjadi perendam
terhadap guncangan ekonomi global.
impor bulan Agustus yang dilaporkan jauh lebih lemah dari ekspektasi pasar. Ekspor Indonesia
di Agustus mencapai USD14,12 miliar atau turun 24,3% YoY (vs -7,6% YoY in Juli-12) (lihat
exhibit 1). Sementara itu, impor Agustus 2012 mencapai USD13,87 miliar atau turun 8,02% yoy
(vs. +0.9% YoY di bulan Juli-12). Penurunan impor ini mengambarkan adanya kekhawatiran
perlambatan permintaan domestik yang selama ini menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Lalu, perlambatan impor juga adanya dampak usainya bulan Ramadhan. Karena
surplus perdagangan bulan ini dikarenakan melemahnya impor dan ekspor, kemungkinan neraca
perdagangan kedepannya masih belum masuk ke dalam tren pemulihan, dan diekspektasi akan
masih menyebabkan defisit neraca transaksi berjalan.
Untuk tingkat inflasi September 2012 hanya 0,01% MoM atau 4,31% YoY, lebih rendah
dibandingkan ekspektasi 4,60%. Inflasi inti juga dilaporkan terjaga di level 4,21%, turun dari
level 4,16%. Pada September terjadi deflasi pada bahan makanan dan transportasi masingmasing 0,92% dan 0,8%. Setelah sebelumnya di bulan Agustus, laju inflasi tinggi karena Agustus
memasuki bulan puasa, lebaran, dan tahun ajaran baru. Berdasarkan data inflasi yang terjaga
dalam target ini, Bank Indonesia diekspektasi mempunyai ruang untuk menahan suku bunga
sampai akhir tahun ini.
Aliran Dana Asing yang masuk ke Aset Negara Asia
Ekuitas
Foreign Institutional Investment in Equities
Day
1) Asia
2) India
3) Indonesia
4) Jepang
5) Pakistan
6) Filipina
7) Korea Selatan
8) Srilanka
9) Taiwan
10) Thailand
11) Vietnam
WTD Net
(Mil US$)
118.5
55.7
n.a.
-1
17.1
-120.2
-1.9
213.4
131.7
-.8
09/27
09/28
09/28
09/28
09/27
09/28
09/28
09/28
09/28
Mei-12 Jun-12 Jul-12 Agt-12
Total Exports
• Oil & Gas
- Crude Oil
- Oil Products
- Gas
• Non Oil & Gas
%YoY
%YoY
%YoY
%YoY
%YoY
%YoY
-8.0
-8.5
-2.4
26.3
-15.2
-7.8
-16.0
-19.2
-7.5
-0.1
-27.3
-15.2
-7.6
-23.2
-34.3
17.7
-22.4
-3.3
-24.3
-30.3
-18.5
-54.3
-31.3
-22.6
Total Imports
• Oil & Gas
- Crude Oil
- Oil Products
- Gas
• Non Oil & Gas
%YoY
%YoY
%YoY
%YoY
%YoY
%YoY
14.9
-5.6
-12.3
-6.4
49.1
21.6
11.0
3.4
10.1
0.0
30.0
13.1
0.9
-27.4
-53.6
-12.8
3.7
9.6
-8.0
-13.1
3.7
-18.8
-15.0
-6.3
Trade Balance
US$mn
Monthly annualized, % of GDP
-207
-1286
-264
249
-0.3%
-1.8%
-0.4%
0.3%
Trade Balance
Sumber: CEIC, BPS & Morgan Stanley Research
Setelah 3 bulan berturut-turut defisit, neraca
perdagangan Indonesia pada Agustus 2012
mengalami surplus sebesar USD 248,5 juta.
Surplus perdagangan ini karena ekspor dan
1429.8
104.1
754.8
4.7
-.4
-140.8
10.9
490.4
-61.9
-14.6
YTD Net
09/27
09/28
09/21
09/27
09/28
09/27
09/28
09/28
09/28
09/28
3586.8
982.6
2367.6
11.5
83.2
2739.9
23.5
2051.2
106.6
6.9
YTD Net
(Mil US$)
(Mil US$)
09/27
09/28
09/21
09/27
09/28
09/27
09/28
09/28
09/28
09/28
15875.1
1732.7
3693.9
60.2
2185.6
13093.2
246.1
2768.8
2131.5
12.9
09/27
09/28
09/21
09/27
09/28
09/27
09/28
09/28
09/28
09/28
(YoY%)
18467.5%
-12.4%
-71.9%
902.6%
457.9%
296.2%
317.2%
124.9%
285.5%
-82.8%
09/27
09/28
09/21
09/27
09/28
09/27
09/28
09/27
09/28
09/28
Saham
Foreign Exposure to Asia Debt Markets as % of Total Market Outstanding
Latest Update
Exhibit 1 | Indonesia Trade Trends
(Mil US$)
Sumber: Bloomberg
Country
Neraca Perdagangan Indonesia
dan Inflasi
MTD Net
Indonesia
Malaysia
Korea Selatan
Thailand
Foreign Holdings
Data as of
29.1%
28.2%
17.0%
13.0%
29-Agt-12
31-Jul-12
31-Jul-12
30-Jun-12
Previous Update
Foreign Holdings
29.3%
26.8%
16.2%
12.5%
As of End-2011
Data as of
Foreign Holdings
31-Jul-12
30-Jun-12
30-Jun-12
31-Mar-12
30.8%
26.2%
17.9%
11.5%
As of End-2010
Foreign Holdings
30.5%
21.3%
15.4%
7.2%
As of End-2009
Foreign Holdings
18.6%
13.1%
9.8%
3.2%
Sumber: CEIC, Debt Management Office Websites, ADB Online; Note: for Korea - the % stated refers to KTB holdings only.
Note: Red / Blue indicates a decrease / increase in foreign holdings in latest update compared to previous update.
Perjalanan Menuju Jakarta yang Lebih Baik
Gubernur Jakarta bisa dipandang sebagai pejabat dengan kekuasaan terbesar di Indonesia
setelah Presiden dan Wakil Presiden. Hasil Pilkada menunjukkan Joko Widodo alias Jokowi,
yang didukung oleh partai PDI-P dan Gerindra, memenangkan pemilihan gubernur DKI Jakarta.
Pemerintahan di bawah Gubernur sebelumnya Fauzi Bowo didukung oleh Partai Demokrat, PKS,
Glokar dan PPP. Dengan adanya pergantian Gubernur Jakarta, optimisme masyarakat Indonesia
terhadap perubahan di Jakarta menjadi lebih besar. Jokowi diharapkan dapat memajukan
infrastruktur di Jakarta serta memudahkan proses birokrasi untuk menciptakan iklim investasi
yang lebih menarik. Pergantian Gubernur ini menunjukkan masyarakat Indonesia menuntut
perubahan pemerintah yang responsif dan bisa menjalankan reformasi untuk membentuk
Indonesia yang lebih baik. Investor asing diekspektasikan memberikan respon positif terhadap
perubahan ini. Hal ini akan menjadi dasar untuk pertumbuhan ekonomi dan infrastruktur yang
lebih baik serta meningkatkan reputasi Indonesia di mata asing.
3 | Market Perspective | Oktober 2012
Analisa
Valuta Asing
Pergerakan rupiah di bulan
September relatif stabil di rentang
9530 – 9600 per dollar AS. Hal
ini disebabkan oleh tingginya
permintaan dollar AS dari rupiah, meskipun nilai
kepemilikan asing pada Surat Utang Negara
naik sebesar 8 triliun rupiah dan pada bursa
saham naik sebesar 9,4 triliun rupiah.
Pelemahan rupiah terhadap dollar AS, cukup
membantu peningkatan nilai ekspor Indonesia
yang masih tergolong lemah. Hal ini sejalan
dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi
Indonesia dari sisi ekspor. Dengan tingginya
permintaan dollar AS, diperkirakan rupiah masih
cenderung berpotensi melemah terbatas.
USD/IDR pada bulan Oktober diperkirakan
akan bergerak dalam rentang 9500 - 9650.
Quantitative Easing (pembelian
aset) babak ke 3 di Amerika Serikat
telah diluncurkan di tengah bulan
September 2012. Tidak seperti QE1
dan QE2 yang memberikan sentimen positif
yang cukup lama di pasar keuangan, QE3
hanya memberikan sedikit sentimen positif.
Awalnya investor menanggapinya dengan
reaksi yang positif, akan tetapi karena QE3
adalah program stimulus yang fokus pada
pembelian Surat Utang yang berbasis mortgage
(kredit perumahan) pasar menilai lain.
QE3 dinilai tidak akan berpengaruh besar pada
pertumbuhan tenaga kerja dan penurunan
angka pengangguran di Amerika Serikat yang
selama ini menjadi fokus utama dalam usaha
memperbaiki pertumbuhan ekonomi di Amerika
Serikat.
Data – data ekonomi Amerika Serikat
menunjukan tanda – tanda perbaikan di akhir
bulan September dan awal Oktober, Angka
pengangguran di Amerika Serikat pun sudah
memasuki level di bawah 8%, yakni di 7,8%.
Namun perbaikan data ekonomi di Amerika
belum mampu membawa selera risiko di pasar
kembali naik. Diperkirakan dengan membaiknya
kondisi krisis utang di Eropa, USD berpotensi
melemah terbatas terhadap mata uang lainnya
pada bulan Oktober 2012.
Di awal bulan Oktober, Presiden
European Central Bank (ECB), Mario
Draghi, berpidato tentang kesiapan
ECB dalam meluncurkan Outright
Monetary Transacion (OMT) dalam
rangka pembelian kembali Surat Utang Negara
di zona Eropa. Draghi juga mengatakan bahwa
bagi negara – negara yang ingin mendapatkan
bantuan berupa pembelian kembali Surat
Utang Negara tersebut, harus bersedia
menandatangani syarat dan ketentuan yang
ada.
EUR/USD kembali naik setelah adanya
pengumuman mengenai kesiapan ECB dalam
melakukan pembelian kembali Surat Utang
Negara. Diprediksikan EUR/USD masih akan
cenderung bergerak naik didukung dengan
adanya berita positif dari ECB tersebut.
Secara technical EUR/USD berpotensi untuk
kembali memasuki trend bullish. Rentang harga
pergerakan EUR/USD akan berkisar di antara
1,2750 – 1,3150 dengan kecenderungan naik.
Kenaikan GBP/USD di bulan
September 2012 merupakan salah
satu dampak dari adanya QE3 di
Amerika Serikat dan adanya kepastian
mengenai kesiapan ECB dalam melakukan
pembelian kembali Surat Utang Negara di
zona Eropa. Data – data ekonomi Inggris yang
masih belum dapat mendukung penguatan
GBP membuat GBP memasuki level konsolidasi
yang panjang.
Secara technical GBP/USD masih akan
bergerak dalam rentang 1,6060 – 1,6280
untuk bulan Oktober 2012. Pergerakan GBP/
USD cenderung stabil dalam rentang tersebut
sampai ada perubahan pada konsisi utang di
zona Eropa dan berita mengenai pertumbuhan
ekonomi Amerika Serikat
Penurunan pertumbuhan ekonomi
di China menyebabkan permintaan
terhadap komoditas menjadi turun.
Indikator yang paling berperan adalah
PMI (Purchasing Manager Index) manufaktur
China yang masih mengindikasikan bahwa
kegiatan manufaktur di China masih dalam
tahap kontraksi. Permintaan komoditas yang
turun menjadi penyebab harga komoditas
menjadi turun dalam penyesuaian permintaan
dan penawaran komoditas.
Kedua hal ini menyebabkan neraca
perdagangan Australia menjadi defisit dan
membuat RBA (Reserve Bank Australia)
mengambil keputusan untuk memotong suku
bunga dari 3,5% menjadi 3,25%. Hal ini sudah
diantisipasi oleh para pelaku pasar sebelum
pemotongan suku bunga dilakukan oleh RBA,
dan membuat penurunan AUD/USD terbatas.
Data PMI manufaktur China mengalami
peningkatan di awal Oktober 2012. Walaupun
masih di bawah level 50 yang artinya masih
dalam tahap kontraksi, PMI manufaktur
China menunjukkan peningkatan dari bulan
sebelumnya. Hal ini diharapkan menjadi pemicu
untuk kembalinya selera risiko pasar terhadap
aset-aset dengan imbal hasil tinggi. Secara
technical, AUD/USD akan bergerak dengan
kecenderungan naik dalam rentang 1,0020 –
1,0380 di bulan Oktober 2012.
Kenaikan NZD/USD dari awal
bulan September 2012 hingga
pertengahan bulan September 2012,
membuat NZD/USD menembus
resistance level 0,8190 dan membuat rentang
harga baru di kisaran 0,8190 – 0,8330. Daya
beli luar negeri, khususnya Australia sebagai
rekan bisnis dengan kontribusi paling besar
untuk Selandia Baru sangat mempengaruhi
perekonomian Selandia Baru dan berdampak
langsung pada pergerakan NZD/USD.
Secara technical, NZD/USD masih
terperangkap dalam rentang harga 0,8100 –
0,8330, dengan kecenderungan berpotensi
menguat. Berita mengenai perkembangan
pertumbuhan ekonomi global akan sangat
mempengaruhi pergerakan NZD/USD
USD/JPY masih bergerak dalam tingkat
volatilitas yang rendah dengan rentang
harga dari 77,50 – 79,50 dengan
kecenderungan menguat menyentuh
ke level 77,50 untuk bulan Oktober 2012. USD/
JPY cenderung masih dalam tahap konsolidasi.
Turunnya harga komoditas, khususnya minyak
mentah, dapat menjadi satu momentum yang
mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
Jepang yang bertumpu pada sektor ekspor.
Penguatan JPY di bawah 77,50 mampu memicu
BOJ (Bank of Japan) untuk melakukan intervensi
guna mendukung sektor ekspor di Jepang.
Strategi Forex Trading
Beberapa peristiwa penting terjadi sejak pertengahan September 2012, seperti Quantitative
Easing (pembelian aset) babak ke 3 di Amerika Serikat, Kesiapan ECB dalam menjalankan
Outright Monetary Transaction (pembelian surat utang) yang diperkirakan akan membawa
dampak positif ke pasar.
Strategi yang paling tepat untuk diterapkan adalah buy-on-dips untuk major currency, dengan porsi
lebih banyak di EUR dan AUD. Data – data ekonomi di Amerika Serikat yang semakin membaik
dari sisi pengangguran diharapkan akan berdampak pada peningkatan selera risiko di pasar. Tetap
bertransaksi secara dollar cost averaging untuk pengaturan risiko yang lebih baik. Pergerakan pasar
dunia masih berfokus pada berita – berita mengenai pertumbuhan perekonomian di Amerika Serikat
dan penanganan krisis utang di zona Eropa.
Recommendation:
USD/IDR
EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
USD/JPY
Expected Buying level 9530 - 9550
1.2800 - 1.2850
1.6060 - 1.6100
1.0020 - 1.0100
77.50 - 77.80
Expected Selling level 9650 - 9700
1.3180 - 1.3220 1.6250 - 1.6280
1.0350 - 1.0400 79.80 - 80.10
Long profit taking @
9650 and above 1.2700 and above 1.6200 and above 1.0300 and above 79.80 and above
Short profit taking @
9550 and below 1.8000 and below 1.6080 and below 1.0200 and below 79.20 and below Long cut loss @
9400 - 9425
1.2650 - 1.2715
1.5900 - 1.5950
1.9900 - 1.9950
77.00 - 77.30
Short cut loss @
9825 - 9850
1.3300 - 1.3350
1.6375 - 1.6400
1.0450 - 1.0525
80.90 - 81.30
Rekomendasi entry level
Profit Taking
Cut Loss
*Data di atas hanya besifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
4 | Market Perspective | Oktober 2012
CommInsight
P
endekatan value dan growth dalam berinvestasi pada reksa dana saham masih menjadi tema utama yang mendominasi
rekomendasi portofolio untuk bulan Oktober 2012. Dengan diumumkannya program stimulus QE yang memicu investor memasuki
periode risk on, IHSG mencatat penguatan sebesar 4,98% sepanjang bulan September 2012. Menutup kuartal ke tiga 2012, sektor
infrastruktur mencatat kinerja terbaik di level 12,96% disusul dengan sektor konstruksi properti yang mencatat kinerja 12,66%. Dimana
hal ini sejalan dengan rekomendasi pada reksa dana BNP Paribas Infrastruktur Plus dan BNP Paribas Solaris / Mandiri Investa Ekuitas
Dinamis yang mayoritas portofolionya berada pada kedua sektor tersebut. Sektor perdagangan dan jasa, yang mayoritas didominasi
oleh saham-saham sektor consumer discretionary (barang konsumsi kebutuhan tersier) dan retailer berada pada peringkat berikutnya
dengan kinerja 10,34%. Tentunya hal ini juga telah diantisipasi melalui rekomendasi pada reksa dana Danareksa Mawar Konsumer 10.
Memasuki bulan Oktober 2012, investor disarankan untuk
menambahkan alokasi reksa dana saham ke dalam portofolio
investasinya. Pendekatan value and growth disarankan tetap
dilakukan untuk mengantisipasi tiga periode yang akan dialami
investor. Pada kondisi risk on investor akan memiliki kecenderungan
untuk memburu sektor-sektor yang memiliki valuasi rendah dan
memiliki ketergantungan terhadap ekonomi global tinggi seperti
sektor komoditas, finansial, dan properti, baik yang berkapitalisasi
kecil maupun besar. Sementara pada kondisi risk neutral dan risk off
investor akan cenderung berinvestasi pada sektor-sektor defensif
seperti consumer staples (kebutuhan pokok) dan infratruktur.
value approach investor disarankan untuk berinvestasi pada sektor
komoditas yang saat ini memiliki valuasi paling rendah dibandingkan
sektor lainnya di IHSG, namun investor disarankan tetap untuk
berinvestasi pada reksa dana berbasis syariah yang umumnya
memiliki bobot yang lebih tinggi pada sektor komoditas dan konsumer
dibandingkan langsung pada reksa dana saham yang berfokus 100%
di komoditas pertambangan.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi pelemahan lebih lanjut di sektor
komoditas akibat melemahnya ekonomi China sebagai pangsa pasar
utama ekspor komoditas Indonesia.
Core Portfolio (50%)
Risk On
• Commodities
• Financials (All caps)
• Consumer Discretionary
Risk
Neutral
• Financials (Large Cap)
• Infrastructure
• All consumers
• BNP Paribas STAR
• Manulife Dana Saham
Value Portfolio (25%)
Growth Portfolio (25%)
• Manulife Syariah Sektoral
Amanah
• BNP Paribas Pesona Amanah
• Danareksa Mawar Konsumer 10
• BNP Paribas Infrastruktur Plus
• BNP Paribas Solaris
• Consumer Staples
• Infrastructure
Investors
Portfolio
Risk Off
Sektor infrastruktur dan properti direkomendasikan bagi investor yang hendak menangkap momentum derasnya aliran dana
investor asing ke sektor industri dan sektor riil, seiring diluncurkannya Undang Undang Pembebasan Lahan. Dari sisi value
approach investor disarankan untuk berinvestasi pada sektor komoditas dibandingkan sektor lainnya di IHSG, juga pada reksa
dana berbasis syariah. yang umumnya memiliki bobot yang lebih tinggi pada sektor komoditas dan konsumer dibandingkan
langsung pada reksa dana saham yang berfokus 100% di komoditas pertambangan.
Berdasarkan hal tersebut, berikut adalah rekomendasi portofolio yang
disarankan khusus untuk alokasi reksa dana saham yang dimiliki oleh
investor. Portofolio inti dari reksa dana saham investor sebaiknya
tetap berada pada reksa dana yang memiliki strategi diversifikasi
pada seluruh sektor seperti BNP Paribas STAR dan Manulife Dana
Saham, hal ini untuk meminimalisir standar deviasi portofolio agar
relatif stabil dibandingkan dengan IHSG. Sementara untuk pendekatan
growth, investor disarankan untuk berinvestasi pada sektor konsumer
dikarenakan karakteristik sektor tersebut yang stabil dan cenderung
defensif namun tetap mampu memperoleh alpha dari emiten-emiten
yang bergerak di bidang consumer discretionary (barang konsumer
kebutuhan tersier).
Selain konsumer, sektor infrastruktur dan properti juga
direkomendasikan bagi investor yang hendak menangkap momentum
derasnya aliran dana investor asing ke sektor industri dan sektor
riil, serta rencana pengembangan infrastruktur yang masif dengan
diluncurkannya Undang Undang Pembebasan Lahan. Dari sisi
Untuk menjaga keseimbangan portofolio dalam jangka panjang,
investasi pada reksa dana pendapatan tetap disarankan untuk selalu
dilakukan, mengingat kondisi fundamental ekonomi global yang masih
mengandung banyak ketidakpastian (krisis tak berkesudahan di Eropa,
perlambatan ekonomi China, pemilu Amerika Serikat).
Rekomendasi Oktober 2012 - 1
Rekomendasi Oktober 2012 - 2
10%
10%
10%
10%
40%
20%
40%
20%
20%
20%
BNP Paribas STAR
Manulife Dana Saham
Manulife Syariah Sektoral Amanah
Manulife Pendapatan Bulanan 2
Danareksa Mawar Konsumen 10
BNP Paribas Pesona Amanah
Manulife Pendapatan Bulanan 2
BNP Paribas Infrastruktur Plus
Schroder Dana Mantap Plus 2
First State Indonesia Bond Fund
5 | Market Perspective | Oktober 2012
FR Bond Reccomendation
S
esuai dengan ekspektasi investor, angka inflasi di bulan September 2012 cenderung mengalami penurunan paska periode libur Hari
Raya Idul Fitri di bulan Agustus 2012. Inflasi September yang berada di level 4,3% (YoY) diestimasi investor akan mendorong Bank
Indonesia untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%.
Last
1D 1W
7.00
1M
Lower Chart Hist Chart
Date
Curve List
Related Curve
1266 IDR Indonesia Sovereign Curve 09/28/12
1266 IDR Indonesia Sovereign Curve 08/31/12
Rate (Mid Conventional)
6.50
Minimnya faktor fundamental yang dapat menggerakkan harga
obligasi diperkirakan akan mendorong faktor likuiditas (permintaan)
menjadi penggerak utama harga obligasi pemerintah di bulan
Oktober 2012. Secara konstan investor asing terus menambah
kepemilikan mereka pada obligasi pemerintah Indonesia, meskipun
dalam pandangan investor domestik valuasi obligasi saat ini relatif
telah cukup tinggi, namun stabilitas kebijakan moneter, dan imbal
hasil yang relatif masih tinggi apabila dibandingkan negara Asia
lainnya menjadikan obligasi pemerintah Indonesia sebagai salah satu
instrumen high yield favorit di kalangan investor global.
Foreign Holder in Government Bonds (IDR Trillion)
245
241T
240
236T
235T
235
229T
230
227T
225T
223T
224T
224T
215
210
Dec-11
Jan-12
Feb-12
Mar-12
Sumber: Indonesia Debt Management Office
5.50
5.00
-0.10
Change
1266 (09/28/12-08/31/12)
-0.20
-0.30
-0.40
-0.50
1Y
3Y
5Y
7Y
9Y
15Y
18Y
20Y
30Y
Tenor
Sumber: Bloomberg
Apabila melakukan analisa pada kurva imbal hasil obligasi di atas,
dapat terlihat sepanjang bulan September 2012 bahwa penurunan
imbal hasil terbesar terjadi pada obligasi yang memiliki tenor
terpanjang (30 tahun – FR 62). Hal ini dapat terlihat pada kenaikan
harga FR62 sebesar 3,15% sepanjang periode tersebut. Namun
sebagai akibatnya, posisi imbal hasil obligasi bertenor 30 tahun terlihat
inverted dengan obligasi bertenor 18 dan 20 tahun yang menjadikan
kedua tenor ini memiliki potensi menarik di bulan Oktober 2012.
233T
225
220
6.00
Apr-12
May-12
Jun-12
Jul-12
Aug-12
Sep-12
Obligasi-obligasi yang berada pada kisaran tenor tersebut dan menjadi
rekomendasi bagi investor di bulan Oktober 2012 adalah FR52, FR58,
dan FR65. Hal ini disebabkan imbal hasil dari ketiga obligasi tersebut
lebih tinggi dibandingkan dengan FR62 yang memiliki tenor 30 tahun
yang notabene seharusnya memiliki imbal hasil lebih tinggi akibat
risiko dan durasi yang lebih tinggi. Sebagai contoh FR65 memiliki
imbal hasil (YTM) di level 6,58% dengan tenor 20 tahun, dibandingkan
dengan FR62 yang memiliki YTM di level 6,50 dengan tenor 30 tahun
(per tanggal 2 Oktober 2012).
DISCLAIMER
Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga.
PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada
anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua
penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup
telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam
laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di
tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat
mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan
untuk kinerja masa depan Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain,
berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup.
Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan/atau penjualan terhadap kepentingan atau surat
berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi
lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 5000 30 atau email kami di [email protected].
www.commbank.co.id
Social Community
facebook.com/CommbankID
twitter.com/Commbank_ID
foursquare.com/Commbank_ID
Download