BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Informasi laba

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau
prestasi manajemen. Selain itu informasi laba juga digunakan oleh investor atau
pihak lain yang berkepentingan sebagai indikator efisiensi penggunaan dana yang
tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat pengembalian dan
indikator untuk kenaikan kemakmuran (Ghozali dan Chariri, 2007:350).
Manajemen laba dapat digambarkan sebagai perilaku manajemen dalam
memilih akuntansi tertentu, atau melalui penerapan aktivitas tertentu, yang
bertujuan mempengruhi laba, untuk mencapai sebuah tujuan spesifik (Scott, 2009
dalam Kusumawardhani dan Veronica, 2009). Dalam pengertian lain, manajemen
laba disebut sebagai tindakan memanipulasi akuntansi dengan tujuan menciptakan
kinerja perusahaan agar terkesan lebih baik dari yang sebenarnya (Mulford dan
Comiskey, 2010).
Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika
satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk
memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan
keputusan kepada agent tersebut. Hubungan antara principal dan agent dapat
mengarah
kepada
kondisi
ketidakseimbangan
informasi
(asymmetrical
information) karena agent berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih
banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan principal.
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Asimetri antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) memberikan
kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu memperoleh
keuntungan pribadi. Dalam hal pelaporan keuangan, manajer dapat melakukan
manajemen laba (earnings management) untuk menyesatkan pemilik (pemegang
saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan, mengingat yang menjadi perhatian
utama atas kinerja manajer adalah laba.
Agency theory memberikan gambaran bahwa masalah manajemen laba
dapat diminimalisir dengan pengawasan melalui good corporate governance.
Good corporate governance merupakann suatu konsep untuk meningkatkan
kinerja manajemen dalam sepervise atau monitoring kinerja manajemen dan
menjamin akuntabilitas manajemen terhadap shareholder dengan mendasarkan
kerangka peraturan. Konsep good corporate governance diajukan demi
tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transaparan bagi semua pengguna
laporan keuangan. Apabila konsep ini diterapkan dengan baik, maka diharapkan
pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring dengan transparansi
pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya menguntungkan pihak
(Nasution dan Setiawan, 2007).
Ukuran yang dicapai dalam menilai kinerja perusahaan sangatlah
bermacam-macam dan berbeda-beda dari satu industri ke industri lainnya
tergantung pada aktivitas pokok perusahaan seperti produksi, keuangan,
pemasaran, sumber daya manusia, dan masih banyak lagi kegiatan lainnya.
Kinerja keuangan adalah salah satu tolak ukur dalam menilai suatu perusahaan,
kondisi keuangan yang bagus cenderung menarik perhatian investor. Dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk
penilaian kinerja perusahaan (Kieso dan Weygandt, 2008).
Tindakan manajemen laba telah memunculkan beberapa kasus skandal
pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck,
WorldCom, HealthSouth, Palamalat, Tyco dan Xerox (Razak, 2012). Di Indonesia
sendiri pernah terjadi kasus terkait manajemen laba, seperti pada kasus PT. Kaltim
Prima Coal (KPC) yang merupakan salah satu perusahaan tambang batu bara
milik Grup Bakrie selain PT. Bumi Resources Tbk dan PT. Arutmin Indonesia
yang diduga terkait tindak pidana pajak tahun 2007. Dimana KPC diduga (setelah
penyelidikan) oleh Ditjen Pajak memiliki kurang bayar sebesar Rp 1,5 Triliun dan
ditemukan adanya indikasi tindak pidana pajak berupa rekayasa penjualan yang
dilakukan KPC pada tahun 2007 untuk meminimalkan pajak. Hal inilah yang
dapat menimbulkan praktik manajemen laba yang berhubungan dengan pajak
tangguhan dalam merekayasa penjualan untuk meminimalkan pajak yang dibayar.
Jepang sebagai negara yang terkenal sangat menjunjung tinggi moralitas
dan etika juga bisa jatuh dalam jurang yang sama. Meskipun sebelumnya ada
kasus Olympus di Jepang, namun tidak segempar Toshiba yang lebih dikenal oleh
masarakat dunia. Kepala eksekutif Toshiba dan presiden Hisao Tanaka
mengundurkan diri atas skandal akuntansi yang mengguncang perusahaan pada
Juli 2015, kasus ini bermula ketika Toshiba sendiri mulai menyelidiki praktik
akuntansi di divisi energi. Menurut sebuah komite independen, perusahaan
menggelembungkan laba usaha Toshiba sebesar ¥151,8 milyar ($1,2 milyar)
selama tujuh tahun sejak tahun 2008. Delapan anggota dewan, termasuk wakil
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
ketua Norio Sasaki, juga telah mengundurkan diri dari jabatan mereka sebagai
bagian dari perombakan besar manajemen perusahaan. Akibat skandal akuntansi
yang mengguncang perusahaan, saham Toshiba telah turun sekitar 20% sejak
awal April ketika isu-isu akuntansi ini terungkap. Nilai pasar perusahaan hilang
sekitar ¥1,673 triliun ($13,4 milyar).
Dari berbagai kasus diatas menunjukkan bahwa terjadinya skandal
keuangan merupakan kegagalan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan
informasi para pengguna laporan keuangan. Salah satu penyebab kasus skandal
tersebut adalah kurangnya penerapan good corporate governance (Poppy dan
Mudrika, 2012). Oleh karena itu perlu adanya suatu mekanisme untuk
meminimalkan bahkan menghilangkan tindakan manajemen laba yang dilakukan
perusahaan. Salah satu mekanisme tersebut adalah dengan menerapkan praktik
good corporate governaance. Apabila manajemen laba dapat ditekan, maka para
pengelola perusahaan atau pihak manajemen akan berupaya untuk selalu
meningkatkan Kinerja Perusahaan. Untuk itu peran Dewan Komisaris serta
Komite Audit tentunya sangat diperlukan dalam menentukan kelangsungan
perusahaan.
Pemerintah
Indonesia
membentuk
Komite
Nasional
Kebijakan
Governance (KNKG) sebagai upaya untuk meningkatkan corporate governance.
Komite ini telah mengeluarkan pedoman umum good corporate governance pada
tahun 2006. Tujuan good corporate governance antara lain untuk meningkatkan
pengelolaan
perusahaan
berdasarkan
asas
transparansi,
akuntabilitas,
responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan, mendorong
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
pemberdayaaan fungsi kemandirian masing-masing organ perusahaan yaitu dewan
komisaris, direksi, dan Rapat Umum Pemegang Saham, dan mengoptimalkan nilai
perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan kepentingan
pemangku kepentingan yang lain.
Selain itu juga pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat
meningkatkan kualitas laporan keuangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan
daya informasi akuntansi. Laporan keuangan yang baik adalah yang benar-benar
mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kinerja perusahaan
merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan yang dianalisis
dengan alat-alat analisis keuangan yang dapat dijadikan sumber daya, yang secara
optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan dunia usaha.
Laporan keuangan sebagai informasi kinerja yang dihasilkan perusahaan,
tidak terlepas dari operasional perusahaan sepanjang tahun. Operasional ini
melibatkan pihak pengurus dalam pengelolaan perusahaan, diantaranya adalah
pihak manajemen, dewan komisaris, komite audit, dan pemegang saham. Dewan
komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan, karena dewan
komisaris bertanggung jawab untuk meningkatkan efisiensi serta daya saing
perusahaan, sehingga dewan komisaris dapat mengawasi segala tindakan
manajemen dalam mengelola perusahaan. Menurut Riniati (2015) fungsi dewan
komisaris adalah untuk memastikan bahwa operasional perusahaan berjalan sesuai
dengan kebijakan perusahaan Sedangkan komite audit berfungsi untuk
memastikan bahwa operasional sehari-hari berjalan sesuai kebijakan yang
ditetapkan oleh perusahaan dan memastikan bahwa laporan keuangan yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
disajikan sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berterima umum.
Dengan adanya komite audit diharapkan mampu meningkatkan pengawasan
internal perusahaan dan mampu membuat pertimbangan yang ditujukan pada para
pemegang saham.
Dewan komisaris dan komite audit mempunyai peran yang sangat penting
dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan
keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang
memadai serta dilaksanakannya good corporate governance. Berjalannya fungsi
dewan komisaris dan komite audit secara efektif, maka kontrol terhadap
perusahaan akan lebih baik sehingga manajemen menjalankan perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan bukan untuk kepentingan pribadi. Dengan demikian
manajemen akan jujur mengelola perusahaan yang pada akhirnya akan
meningkatkan
kinerja
keuangan
perusahaan.
Untuk
mengetahui
secara
keseluruhan keberhasilan suatu perusahaan adapun struktur corporate governance
yang dapat mengetahui kinerja perusahaan.
Organ utama good corporate governance adalah Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) sebagai forum pengambilan keputusan tertinggi bagi Pemegang
Saham Perseroan, dewan komisaris sebagai pengawas jalannya pengelolaan
Perseroan oleh direksi, sedangkan direksi sebagai pengelola Perseroan. Adapun
elemen lain yang mendukung struktur tata kelola tersebut adalah komite audit
yang membantu dewan komisaris dalam mengawasi kebijakan keuangan,
Sekretaris Perusahaan yang menjadi penanggung jawab untuk efektivitas
penerapan Tata Kelola Perusahaan di Perseroan, Audit Internal dan Manajemen
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
Risiko. Hal ini dapat diukur menggunakan laba perusahaan. Menurut Soemarso
(Eka Hardikasari, 2011) :
Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan
usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan laba sejauh mana suatu
perusahaan
memperoleh
pendapatan
dari
kegiatan,
selisih
dari
keseluruhan usaha yang didalam usaha itu terdapat biaya yang
dikeluarkan untuk proses kegiatan selama periode tertentu.
Penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2010) menemukan bahwa ukuran
dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan.
Berapapun jumlah dewan komisaris yang ada dalam perusahaan tidak akan
mempengaruhi praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan Tetapi
penelitian Nasution dan Setyawan (2007) menyatakan bahwa semakin besar
dewan komisaris dalam perusahaan akan berhasil mengurangi manajemen laba.
Putri (2011) melakukan penelitian mengenai keberadaan komite audit
terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran komite
audit justru berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Berbeda
dengan Hayati dan Gusnardi (2012) bahwa variabel keberadaan komite audit tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang masih beragam, penelitian ini mencoba
kembali menganalisis pengaruh ukuran dewan komisaris dan komite audit
terhadap manajemen laba sebagai mekanisme good corporate governance.
Namun, karena saat ini industri manufaktur sedang mengalami perkembangan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
yang cukup pesat, selain itu sektor manufaktur merupakan sektor yang terbesar di
BEI (Bursa Efek Indonesia). Sehingga peneliti tertarik mengemukakan penelitian
dengan judul : Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris dan Komite Audit Terhadap
Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2015.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti
merumuskan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba ?
2. Apakah komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba ?
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba
di perusahaan manufaktur.
2. Menganalisis pengaruh komite audit terhadap manajemen laba di
perusahaan manufaktur.
2.
Kontribusi Penelitian
Adapun kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
1. Bagi praktisi perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan
evaluasi sejauhmana peran Dewan Komisaris dan Komite Audit pada
perusahaan manufaktur.
2. Bagi akademik, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan, serta melatih penulis dalam menerapkan teori yang telah
didapat di bangku kuliah.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan rujukan
atau referensi untuk mendukung penelitian sejenis.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download