PENENTUAN POTENSI LAHAN DAN PROFIL - BPPBAP

advertisement
965
Penentuan lokasi lahan dan profil ... (Mudian Paena)
PENENTUAN POTENSI LAHAN DAN PROFIL BUDIDAYA TAMBAK DI KABUPATEN GRESIK
PROVINSI JAWA TIMUR
Mudian Paena, Utojo, dan Erna Ratnawati
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau
Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Kabupaten Gresik dihadapkan pada masalah pembangunan yang kurang memperhatikan penataan ruang
di mana lahan tambak terancam alih fungsi lahan untuk permukiman, pengembangan kota, dan industri.
Sebagai salah satu kawasan Minapolitan di Indonesia, maka profil budidaya tambak di Kabupaten Gresik
perlu mendapat perhatian. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui potensi
lahan tambak dan profil budidaya tambak di Kabupaten Gresik untuk mendukung program Minapolitan.
Teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis diaplikasikan dalam penentuan potensi lahan
budidaya tambak. Profil budidaya tambak diketahui dari pengamatan di lapangan dan dari berbagai informasi
yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas tambak di Kabupaten Gresik pada tahun 2011 mencapai
30.904,5 ha. Perikanan budidaya yang ada di Kabupaten Gresik terdiri atas budidaya tambak (payau) dan
budidaya sawah tambak dengan komoditas unggulan adalah udang vaname, ikan bandeng, nila, kakap,
kerapu, bawal, tawes, kepiting, tombro, patin, dan lele, serta rumput laut. Pembenihan di Kabupaten Gresik
baik skala rumah tangga maupun hatcheri belum ada, yang ada adalah kegiatan penggelondongan udang
dan pentokolan bandeng.
KATA KUNCI:
potensi, profil, lahan, tambak, Kabupaten Gresik
PENDAHULUAN
Potensi perikanan budidaya Indonesia mencapai 1.224.076 ha dengan tingkat pemanfaatan 37%
atau sekitar 452.901 ha (Anonim, 2009). Hal tersebut mendorong peningkatan produksi perikanan
di seluruh Indonesia. Perikanan budidaya di beberapa daerah di Indonesia seperti Kabupaten Gresik
sebagian masih konvensional, tetapi secara umum telah mengarah pada kegiatan ekonomi dengan
menerapkan prinsip-prinsip manajemen. Hal ini karena perkembangan Kabupaten Gresik sebagai
daerah industri turut memacu perkembangan perikanan budidaya kearah komersialisasi. Akibatnya
berbagai perkembangan teknologi sangat cepat diadopsi oleh pembudidaya dalam rangka
mempercepat peningkatan produksi. Sebagaimana wilayah pengembangan perikanan budidaya lainnya
di Indonesia, pengembangan usaha budidaya di Kabupaten Gresik juga dihadapkan pada masalah
pembangunan yang kurang memperhatikan penataan ruang di mana lahan tambak terancam alih
fungsi lahan seperti untuk permukiman, pengembangan kota, dan industri. Benturan kepentingan
pemanfaatan ruang kadangkala mengorbankan kegiatan budidaya, sekalipiun disadari bahwa sektor
perikanan budidaya dapat merangsang tumbuhnya ekonomi masyarakat bersama-sama dengan sektor
lain, membangkitkan semangat kewirausahaan terutama pada daerah padat penduduk seperti
Kabupaten Gresik, serta dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.
Pendekatan kawasan merupakan salah satu pendekatan pengembangan perikanan budidaya untuk
meminimalisasi masalah dengan mendorong penerapan manajemen hamparan sebagaimana yang
telah diterapkan oleh negara-negara pengembang sektor perikanan budidaya. Namun demikian
pendekatan kawasan harus didukung oleh tersedianya data potensi tambak yang akurat sehingga
data tersebut dapat menjadi referensi dalam membangun pola, strategi, dan kebijakan pengembangan.
Menurut Ahmad et al. (1996), pengembangan usaha budidaya perikanan pesisir berbasis tambak
dapat dilakukan pada kawasan pesisir yang memiliki kondisi lingkungan yang sesuai untuk persyaratan
lokasi tambak antara lain: adanya sumber air laut dan tawar; variasi pasang surut antara 150-250
cm; topografi relatif landai; kualitas tanah tertentu yang ditentukan oleh teknologi yang akan
Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012
966
diterapkan; curah hujan kurang dari 2.000 mm/tahun dan bebas dari banjir; gelombang besar, arus
kuat, serta bebas cemaran; kelengkapan dan kemudahan fasilitas; kemudahan pemasokan sarana
produksi tambak dan pemasaran; sesuai tataguna lahan; dan kebijakan pemerintah.
Langkah awal dalam rencana pengembangan perikanan budidaya yang lebih maju dan
berkelanjutan adalah melakukan perhitungan luas tambak, termasuk luas, dan distribusi tambak
yang ada di Kabupaten Gresik. Menurut Paena et al. (2007), perhitungan luas tambak aktual dapat
dilakukan dengan dua metode umum yaitu sensus dan teresterial. Metode sensus memiliki kelebihan
terutama hemat dalam waktu dan biaya tetapi kelemahan yang mungkin terjadi adalah munculnya
bias data yang sangat besar. Metode teresterial memiliki kelebihan, data yang dihasilkan memiliki
tingkat ketelitian yang tinggi, sedangkan kelemahannya memerlukan waktu survai yang lama dengan
kebutuhan dana yang sangat besar, metode ini hanya efektif pada daerah yang sempit. Perkembangan
dan kemajuan teknologi telah memberikan dampak pada munculnya metode baru untuk menghitung
luasan tambak, metode tersebut adalah pemanfaatan teknik penginderaan jauh (inderaja) dan sistem
informasi geografis (SIG).Selanjutnya dikatakan bahwa pemanfaatan teknik inderaja dan SIG dalam
menentuan luas tambak dianggap lebih efektif karena memiliki tingkat ketelitian yang tinggi, hemat
biaya, dan mengurangi pekerjaan teresterial. Selain itu, data yang dihasilkan dari teknik ini dapat
disajikan secara spasial dalam bentuk peta sehingga dapat dilakukan evaluasi dan pemantauan pola
distribusi tambak dan kemungkinan perubahannya. Dengan demikian teknologi tersebut dapat
digunakan untuk melakukan validasi data yang ada selama ini. Mustafa & Tarunamulia (2009)
menyatakan bahwa validasi data luas tambak dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan data
terbaru luasan tambak yang ada dan perubahan luasan secara temporal.
Pemanfaatan teknik inderaja dan SIG semakin populer digunakan terutama untuk evaluasi lahan
secara spasial. Beberapa penelitian yang memanfaatkan SIG telah dilakukan dibeberapa daerah antara
lain di Kabupaten Pinrang (Paena et al., 2007), Kepulauan Togean (Utojo et al., 2007), Kabupaten
Luwu (Paena et al., 2008), Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka (Pantjara et al., 2008), perairan
Kecamatan Moro Kabupaten Riau (Radiarta et al., 2008), dan Sulawesi Utara (Sudradjat et al., 2008).
Berbagai penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan SIG dapat memberikan solusi dalam
pengembangan wilayah (keruangan). Berdasarkan hal tersebut maka telah dilakukan penelitian yang
bertujuan untuk menentukan potensi dan profil budidaya tambak di Kabupaten Gresik Provinsi Jawa
Timur.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan pada bulan April 2011 di Kabupaten Gresik. Penelitian dibagi dalam beberapa
tahap meliputi tahap persiapan, survai, analisis, dan pelaporan. Pembuatan peta survai merupakan
persiapan yang utama dilakukan hal ini dimaksudkan sebagai alat bantu untuk mengenal lokasi
penelitian secara spasial dan utuh, serta dapat menjadi panduan dalam menentukan titik pengambilan
contoh dan jalur menuju titik pengambilan contoh tersebut. Pembuatan peta lapangan dibuat dengan
menggunakan citra ALOS AVNIR-2 akuisisi tahun 2010 yang juga digunakan untuk analisis lanjut.
Citra tersebut diintegrasikan dengan peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dijital lengkap dengan
toponominya memanfaatkan program ArcView 3.3 (Gambar 1).
Tahap pertama adalah persiapan peralatan survai. Tahap kedua adalah pelaksanaan survai, untuk
pengamatan lapangan dan pencatatan titik koordinatnya dengan sistem universal transversal mercator
(UTM). Pengambilan posisi juga dilakukan pada daerah-daerah pertemuan atau perbatasan antara
dua penggunaan lahan yang berbeda, hal ini akan membantu membedakan secara tegas antara
tambak dan penggunaan lahan lain pada saat analisis dan dijitasi distribusi tambak. Selain data
primer juga dikumpulkan data sekunder yang ada kaitannya dengan topik penelitian dari instansi
dan sumber yang berbeda.
Setelah survai lapangan, dilanjutkan dengan analisis data. Analisis data diawali dengan menginput data posisi (grid) dan semua data lapangan berupa atribut maupun informasi penunjang kedalam
tabel. Sedangkan data lainnya dianalisis di laboratorium. Untuk analisis spasial distribusi tambak
diawali dengan melakukan analisis citra dengan menggunakan perangkat lunak Er-Mapper 7.1 atau
dapat langsung dianalisis menggunakan Arc-view 3.3. untuk membuat citra komposit. Pemilihan
967
Penentuan lokasi lahan dan profil ... (Mudian Paena)
Gambar 1. Peta lokasi penelitian dan titik pengambilan contoh di kawasan
pertambakan Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur
warna dalam citra komposit disesuaikan dengan kombinasi warna merah, hijau, dan biru yang
memudahkan mengenali obyek tambak secara jelas. Pada penelitian ini citra komposit yang digunakan
adalah 432, di mana tumbuhan dikenali dengan degradasi warna merah dan tambak yang
mengandung air dan tubuh air dikenali dengan degradasi hijau sampai gelap. Tingkat perubahan
warna air yang akan dikenali sebagai tambak kadang kala berbeda namun memiliki pola yang sama
sehingga memudahkan dikenali sebagai tambak. Selanjutnya dilakukan dijitasi distribusi tambak
dalam ArcView 3.3 sampai lay out peta distribusi tambak. Analisis deskriptif juga dilakukan pada data
dan informasi yang ada kaitannya dengan profil tambak, tingkat pemanfataan lahan dan teknologi
budidaya. Tahap terakhir adalah pelaporan.
HASIL DAN BAHASAN
Kondisi Umum
Kabupaten Gresik merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur, secara
geografis terletak antara 7° dan 8° lintang Selatan dan 112° dan 133° bujur Timur. Sebagian besar
Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012
968
wilayah Kabupaten Gresik adalah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-12 m di atas permukaan
laut kecuali sebagian kecil di bagian utara (Kecamatan Paceng) mempunyai ketinggian sampai 25 m
di atas permmukaan laut. Sebelah Utara Kabupaten Gresik berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah
Timur dengan Selat Madura dan Kota Surabaya, sebelah Selatan dengan Kabupaten Sidoarjo dan
Kabupaten Mojokerto, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lamongan (Anonim, 2010).
Sepertiga wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir yakni beberapa bagian wilayah
Kecamatan Paceng, Ujung Pangkah, Sidayu, Bungah, Manyar, Gresik, Kebomas, Tambak, dan
Sangkapura, dengan total panjang garis pantai mencapai 140 km (Anonim, 2011). Gambaran kondisi
geografis tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Gresik masih memungkinkan untuk
mengembangkan usaha perikanan budidaya.
Jumlah penduduk Kabupaten Gresik pada tahun 2008 mencapai 1.194.821 jiwa dan pada tahun
2009 menjadi 1.215.603 jiwa. Dengan luas wilayah 1.192,25 km 2 maka kepadatan penduduk pada
tahun 2008 mencapai 1.002 jiwa/km² dan pada tahun 2009 menjadi 1.019 jiwa/km² (Anonim, 2010).
Berdasarkan jumlah penduduk, maka Kabupaten Gresik sangat layak menjadikan perikanan budidaya
sebagai salah satu program pengembangan ekonomi andalan karena besarnya jumlah penduduk
merupakan pasar yang baik bagi produksi perikanan.
Kondisi Pembangunan Perikanan
Berdasarkan data statistik Kabupaten Gresik, antara tahun 2007-2009 produksi perikanan tambak
cenderung menurun baik dari segi produksi maupun produktivitasnya. Produksi tambak payau, tahun
2007 tercatat 21.665 ton menjadi 14.958 ton tahun 2009 (Anonim, 2010). Berdasarkan data dari
sumber lain, juga melaporkan terjadi penurunan produksi budidaya tambak yaitu 21.664,73 ton
pada tahun 2009 menjadi 21.571,88 ton pada tahun 2010 (Anonim, 2011a). Produksi tambak pada
tahun 2010 mencapai 21.431,39 ton (Anonim, 2011b).
Perikanan budidaya yang ada di Kabupaten Gresik terdiri atas budidaya tambak (payau) dan
budidaya sawah tambak dengan komoditas unggulan adalah udang vaname, ikan bandeng, nila,
kakap, tawes, kepiting, tombro, patin, dan lele, serta rumput laut. Budidaya tambak dengan komoditas
ikan kerapu dan bawal dilakukan di sepanjang pesisir pantai Kecamatan Bungah, Panceng, Ujung
Pangkah, Sangkapura, dan Tambak (Bawean). Budidaya laut dengan komoditas kerang hijau dilakukan
di perairan Kecamatan Ujung Pangkah, Panceng, Sangkapura dan Tambak. Usaha budidaya di Kabupaten
Gresik umumnya masih menerapkan teknologi tradisional.
Pembenihan di Kabupaten Gresik baik skala rumah tangga maupun hatcheri belum ada, yang ada
adalah kegiatan penggelondongan udang dan pentokolan bandeng di petakan tambak yang dibuat
khusus. Pembudidaya di Kabupaten Gresik seluruhnya menggunakan benih hasil penggelondongan
dan pentokolan. Tidak adanya usaha pembenihan skala rumah tangga maupun hatcheri sebagai
akibat dari tingginya kekeruhan perairan laut sekitar Kabupaten Gresik sepanjang tahun. Berdasarkan
hal tersebut maka upaya yang harus dilakukan pemerintah setempat adalah mengoptimalkan usaha
penggelondongan dan pentokolan sehingga hasilnya dapat memenuhi kebutuhan benih di Kabupaten
Gresik.
Potensi Lahan Budidaya
Potensi lahan tambak di Jawa Timur mencapai 62.207 ha sedangkan yang termanfaatkan 51.609
ha atau sekitar 83% (Anonim, 2009). Kabupaten Gresik memiliki luas lahan tambak dan sawah tambak
sebesar 32.464,07 ha (Anonim, 2011b), dari jumlah tersebut menunjukkan bahwa 63% tambak di
Jawa Timur terdapat di Kabupaten Gresik. Hasil analisis spasial distribusi tambak, menunjukkan luas
tambak di Kabupaten Gresik pada tahun 2011 mencapai 30.904,5 ha; terdapat selisih 1.559,57 ha
lebih kecil dari luas tambak berdasarkan data sekunder. Data sekunder yang terbit tahun 2011
merupakan hasil sensus data tahun 2010, sehingga terdapat selisih waktu satu tahun dengan data
hasil survai menyebabkan terdapat kemungkinan perbedaan. Terjadinya perbedaan data tersebut
karena adanya alih fungsi lahan dari tambak menjadi peruntukan permukiman.
Potensi tambak yang luas di Kabupaten Gresik merupakan modal sumberdaya yang sangat potensial
untuk dikembangkan. Agar pengembangan yang dilakukan dapat berhasil guna maka disarankan;
969
Penentuan lokasi lahan dan profil ... (Mudian Paena)
(1) penguatan kelembagaan, sehingga kelompok pembudidaya semakin bertambah dan memudahkan
penerapan inovasi teknologi termasuk mempermudah pendampingan dan pengawasan; (2) untuk
pembudidaya dengan modal masih terbatas, mempertahankan cara budidaya tradisional merupakan
langkah bijak tetapi harus menerapkan standar operasional berbudidaya yang baik dan benar,
sedangkan pembudidaya dengan modal yang menengah dapat disarankan untuk melakukan budidaya
tradisional plus; (3) spesies budidaya yang selama ini dikembangkan sudah cukup memadai tetapi
sangat diharapkan budidaya nila perlu mendapat prioritas pengembangan selain udang dan bandeng.
Profil Tambak
Sebagian besar tambak yang ada di Kabupaten Gresik merupakan tambak tradisional, walaupun
demikian petakannya sangat teratur dan bersih menunjukkan bahwa tambak-tambak yang ada di
Kabupaten Gresik adalah tambak yang telah lama dioperasikan. Namun sebagian besar tambak memiliki
pematang yang berukuran kecil yang menyebabkan produksi tidak maksimal terutama pada musim
hujan di mana pematang akan rusak karena tidak mampu menahan beban air yang berakibat lolosnya
ikan keluar tambak. Terhadap masalah tersebut maka perlu dilakukan rekonstruksi tambak. Menurut
Gambar 2. Peta distribusi tambak di Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur
Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012
970
Mustafa (2008), salah satu faktor penting yang sangat menentukan keberhasilan usaha budiaya tambak
adalah rekayasa tambak yang mencakup desain, tata letak, dan konstruksi tambak. Selanjutnya
dijelaskan bahwa secara umum desain tambak merupakan perencanaan bentuk tambak yang meliputi
ukuran panjang dan lebar petakan, kedalaman, ukuran pematang, ukuran berm, dan ukuran saluran
keliling, serta ukuran dan letak pintu air. Tata letak suatu unit tambak harus memenuhi tujuan seperti
menjamin kelancaran mobilitas operasional sehari-hari, menjamin kelancaran dan keamanan pasokan
air serta pembuangannya, dapat menekan biaya konstruksi tanpa mengurangi fungsi teknis dari unit
tambak yang dibangun.
Rekonstruksi tambak yang akan dilakukan membutuhkan biaya dan tenaga yang besar, namun
untuk memperoleh hasil yang optimal dan kesinambungan usaha budidaya maka hal tersebut harus
dilakukan.
Masalah Pengembangan Perikanan Budidaya
Luasnya tambak yang ada di Kabupaten Gresik belum didukung dengan sarana pembenihan,
sehingga harapan untuk dapat memenuhi permintaan benih pembudidaya belum tercapai.
KESIMPULAN
1. Luas tambak di Kabupaten Gresik pada tahun 2011 mencapai 30.904,5 ha.
2. Perikanan budidaya yang ada di Kabupaten Gresik terdiri atas budidaya tambak (payau) dan budidaya
sawah tambak dengan komoditas unggulan adalah udang vaname, ikan bandeng, nila, kakap,
kerapu, bawal, tawes, kepiting, tombro, patin, dan lele, serta rumput laut.
3. Pembenihan di Kabupaten Gresik baik skala rumah tangga maupun hatcheri belum ada, yang ada
adalah kegiatan penggelondongan udang dan pentokolan bandeng.
DAFTAR ACUAN
Anonim. 2009. Kelautan dan Perikanan dalam Angka. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta,
154 hlm.
Anonim. 2010. Statistik Daerah Kabupaten Gresik. Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik, 26 hlm.
Anonim. 2011a. Program Kawasan Minapolitan. Pemerintah Kabupaten Gresik, 16 hlm.
Anonim. 2011b. Gresik dalam Angka. Pemerintah Kabupaten Gresik, hlm. 221.
Ahmad, T., Mustafa, A., & Hanafi, A. 1996. Konsep pengembangan desa pantai mendukung
keberlanjutan produksi perikanan pesisir. Dalam Poernomo, A., Irianto, H.E., Nurhakim, S., Murniyati,
& Pratiwi, E. (Eds.) Prosiding Rapat Kerja Teknis Peningkatan Visi Sumberdaya Manusia Peneliti Perikanan
Menyongsong Globalisasi IPTEK. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta, 91-106.
Mustafa, A. 2008. Disain, tata letak, dan konstruksi tambak. Media Akuakultur, 3(2): 166-174.
Mustafa, A. & Tarunamulia. 2009. Penentuan luas, potensi dan kesesuaian lahan tambak di Sulawesi
Selatan melalui pemanfaatan data satelit penginderaan jauh. Media Akuakultur, 3(2): 93-103.
Paena, M., Mustafa, A., Hasnawi, & Rachmansyah. 2007. Validasi Lahan Tambak Di Kabupaten Pinrang
Provinsi Sulawesi Selatan Dengan Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
Geografis. J. Ris. Akuakultur, 2(3): 329-343.
Panjtara, B., Utojo, Aliman, & Mangampa, M. 2008. Kesesuaian lahan budidaya tambak di Kecamatan
Watubangga Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara. J. Ris. Akuakultur, 3(1): 123-135.
Paena, M. & Mustafa, A. 2009. Validasi luas lahan tambak Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan
dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis. Buku Forum
Inovasi Akuakultur 2009. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta, 4 hlm.
Radiarta, I N., Prihadi, T.H., Saputra, A., Haryadi, J., & Johan, O. 2008. Penentuan lokasi budidaya
rumput laut (Eucheuma spp.) berdasarkan parameter lingkungan di perairan Kecamatan Moro Provinsi
Kepulauan Riau. J. Ris. Akuakultur, 3(1): 123-135.
Sudradjat, A., Saputra, A., Prihadi, T.H., & Hidayat, A. 2008. Kajian potensi kawasan budidaya laut di
Provinsi Sulawesi Utara dengan pendekatan sistem informasi geografis. Teknologi Perikanan Budidaya.
Pusat Riset Perikanan Budidaya, hlm. 401-414.
971
Penentuan lokasi lahan dan profil ... (Mudian Paena)
Utojo, Mansyur, A., Mustafa, A., Hasnawi, & Tangko, AM. 2007. Pemilihan lokasi budidaya ikan, rumput
laut dan tiram mutiara yang ramah lingkungan di Kepulauan Togean Sulawesi Tengah. J. Ris.
Akuakultur, 2(3): 303-318.
Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012
972
DISKUSI
1. Anonim
Pertanyaan:
Bagaimana pemanfaatan perikanan sampai saat ini dan bagaimana status saat ini
Tanggapan:
·
·
·
·
·
·
Pemanfaatan perikanan baru 37% dan tahun 2007-2009 produksi perikanan mulai menurun.
Perubahan fungsi lahan merupakanm kendala utama dalam pengembangan perikanan budidaya
di Kabupaten Gresik padahal perkembangan teknologi cukup besar dan terserap oleh masyarakat.
Data yang akurat sangat dibutuhkan dalam perkembangan perikanan budidaya dimana alih fungsi
lahan yang menjadi kendala agar budidaya dapat tetap ditingkatkan. (terutama data lahan).
Metode pengukuran dengan pengindraan jarak jauh sedang populer dan cocok untuk diterapkan
dibandingkan pengukuran dengan metode sensus atau pengukuran langsung.
Metode kerja:
1. Pembuatan peta kerja
2. Analisis lapangan
3. Analisis data
Hasil
1. Potensi lahan yang termanfaatkan di Gresik mencapai 87%.
2. Hasil digitasi lebih kecil 1.509.57Ha dibandingkan data sekunder dari luas lahan 30.000,5Ha
Download