1 ABSTRAK Anam, Khoirul. 2015. Pemetaan Zona Berpotensi Rip Current Sebagai Upaya Peningkatan Keselamatan Di Objek Wisata Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan. Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan, Fakultas Ilmu kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I: Arief Pratomo, S.T M.Si. Pembimbing II: Andi Zulfikar, S.Pi, M.P. _________ Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa pada setiap kegiatan wisata pasti mengandung hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan wisatawan, termasuk pada wisata pantai. Salah satunya adalah arus di sekitar pantai yang dapat membawa wisatawan ke tengah laut, arus ini disebut arus rip (Rip current). Kejadian wisatawan yang hanyut hingga ketengah laut akibat terseret rip current ini telah lama terjadi di Pantai Trikora. Pada kurun waktu 2010 hingga 2014 saja tercatat 12 orang telah menjadi korban. Penelitian ini dilakukan di Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memetakan zona yang berpotensi rip current untuk meningkatkan keselamatan wisatawan. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan visual terhadap citra landsat tahun 2014 dan citra spot tahun 2007 dan pegumpulan data beberapa faktor penyebab rip current yaitu tinggi dan periode gelombang, tipe gelombang pecah dan morfologi pantai yang selanjutnya data-data tersebut di tampilkan dalam bentuk peta dengan bantuan Software GIS. Pantai Trikora dibagi menjadi 2 zona, yaitu zona berpotensi rip current dan zona yang tidak berpotensi rip current. Zona yang paling berpotensi terletak pada titik pengamatan 5-7 (1,144611N 104.583500E sampai 1,141222N 104,586861E) dan titik pengamatan 15-17 (1,121917N 104,608278 E sampai 1,118167N 104,616750E). Bulan Desember-Februari merupakan waktu yang paling berpotensi rip current, mengingat pada bulan tersebut kondisi gelombang yang menuju Pantai Trikora berada pada kondisi puncak. Dilihat dari karakter sand bar nya, maka potensi rip current lebih besar saat kondisi perairan di Pantai Trikora menuju surut. Secara umum potensi rip current di Pantai Trikora masih tergolong rendah hingga menengah. Hal ini disebabkan karena kondisi gelombang laut yang relatif tenang dan terdapat beberapa karang tepi pada bagian pantai sehingga meredam energi gelombang yang datang. Namun mengingat gelombang dan morfologi pantai bersifat dinamis sehinga dapat berubah sewaktu-waktu, maka upaya peningkatan keselamatan wisatawan perlu untuk dilakuan. Peningkatan keselamatan ini dapat dilakukan dengan menerapkan sistem peringatan dini (early warning system) pada zona pantai yang berpotensi rip current. Kata kunci: Pantai Trikora, Pemetaan Zona Berpotensi Rip current, Keselamatan Berwisata. 2 ABSTRACT Anam, Khoirul. 2015. Mapping The potential Zone of Rip Current For Improving the Safety In tourism destination Trikora Beach Malang Rapat village Bintan district. Skripsi. Tanjungpinang: Department of Marine Sciences, Faculty of Marine Sciences and Fisheries, Maritime University of Raja Ali Haji. Preceptor I: Arief Pratomo, S.T M.Sc. Preceptor II: Andi Zulfikar, S.Pi, M.P. Has become common knowledge that in any tourist activity certainly contain things that could endanger the safety of tourists, including on beach tourism. One of them is the current around the coast that can take tourists to the middle of the sea, this current is called rip currents. Incident tourists drifting to the middle of the sea dragged from rip current has long been occurred in Trikora Beach. In the period 2010 to 2014 have recorded 12 people have been victimized. This research was conducted in the Malang Rapat Village Trikora Beach Bintan District. This research was conducted with the purpose for mapping the zone that could potentially rip currents to improve the safety of tourists. This research was conducted by visual observation of the Landsat image in 2014 and the image of the spot in 2007 and data collection some of the factors that cause rip currents is wave high, wave periods, types of breaking waves and coastal morphology that further the data displayed in available detailed maps with help of GIS software. Trikora beach is divided into two zones, those are potentially rip current zone and a zone that is not potentially rip currents. Zones with the most potential lies in the observation point 5-7 (1,144611N 104.583500E until 1,141222N 104,586861E) and observation points 15-17 (1,121917N 104.608278 E until 1,118167N 104,616750E). December to February is the best time potentially rip current, considering the month wave conditions that led to Trikora Beach are on the top condition. Viewed from the character of its sand bar, the greater of potential for rip currents when the conditions trikora Beach aquatic recede heading. Generally the potential for rip currents at Trikora Beach is still relatively low to medium. This is because the condition of the sea waves are relatively calm and there is some fringing reef on the coast so that dampen wave energy that came. But considering the waves and coastal morphology is dynamic so that it can change any time, the efforts to increase the safety of tourists needs to be done. These safety improvements can be done by implementing an early warning system in the coastal zone that could potentially rip currents. Keywords: Trikora Beach, Mapping the potential zone of Rip current, Safety Tourism. 3 PENDAHULUAN Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa pada setiap kegiatan wisata pasti mengandung hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan wisatawan, termasuk pada wisata pantai. Salah satunya adalah arus di sekitar pantai yang dapat membawa wisatawan ke tengah laut, arus ini disebut arus rip (Rip current). Kejadian wisatawan yang hanyut hingga ketengah laut akibat terseret rip current ini telah lama terjadi di Pantai Trikora. Pada kurun waktu 2010 hingga 2014 saja tercatat 12 orang telah menjadi korban. Menurut Triatmodjo (1999), Apabila garis puncak gelombang sejajar dengan garis pantai, maka akan terjadi arus dominan di pantai berupa sirkulasi sel dengan rip current yang menuju kelaut. Arus ini terjadi setiap hari dengan kondisi yang sangat bervariasi, mulai dari yang kecil, pelan dan tidak berbahaya, sampai yang dapat menyeret orang ke tengah laut (NOAANational Weather Service, 2005). Arus rip terdiri dari beberapa bagian, yaitu: arus pengisi, leher arus dan kepala arus. Arus pengumpul tersusun atas beberapa arus sepanjang pantai yang merupakan hasil pantulan gelombang yang bertemu , berkumpul dan berbelok arah ke tengah laut. Leher arus rip merupakan sebuah jalur arus yang relatif sempit. Arus di bagian ini mengalir dengan sangat deras dan kuat menuju ke tengah laut. Bagian leher arus ini dapat mengalahkan gelombang yang datang sehingga jalur gelombang terputus. Kepala arus rip adalah bagian ujung arus rip yang yang arah arusnya melebar karena kekuatan arus melemah. Kepala arus rip terus melebar seiring dengan melemahnya arus rip dan akhirnya arus rip menghilang (Setyawan et al., 2010). Besarnya volume air yang mengalir sebagai rip current, kecepatan rip current, dan panjangrip current ditentukan oleh tinggi gelombang (Mac Mahan et al., 2006 dalam Kusmanto dan Setyawan, 2011). Lokasi kemunculan arus rip di pantai ditentukan oleh kondisi batimetri, gelombang dan morfologi pantai. Teluk menjadi tempat pertemuan dua arus sepanjang pantai sehingga berpotensi terbentuk arus retas. Arah arus retas selalu berubah, dipengaruhi oleh kondisi morfologi pantai dan kondisi gelombang (Tyas, 2013). Gelombang pecah tipe plunging adalah yang paling efektif dalam membentuk kondisi rip current. Gelombang menghasilkan swash pada saat pecah yang dapat mempengaruhi muka pantai. Gelombang pecah tipe plunging paling banyak menghasilkan buih-buih ombak, yang dapat mendorong swash menuju pantai, kemudian secara alami mengalir kembali ke laut karena adanya slope (Khairunnisa, 2013). Indikasi kehadiran rip current dapat terlihat dari adanya perpotongan pada zona gelombang pecah (surf zone) pada citra satelit maupun foto udara (Retnowati, 2010 dalam Khairunnisa, 2013) atau adanya jalur keruh atau buih-buih yang memanjang melintasi surf zone dan breaker zone (Setyawan et al., 2010). Melihat hal ini, perlu kiranya memahami proses dan karakteristik rip current serta memetakan zona-zona yang berpotensi timbulnya rip current di Pantai Trikora . Semua ini dalam rangka menjaga keselamatan wisatawan yang berkunjung ke pantai ini. METODE PENELITIAN Penelitian ini akan dilakukan mulai dari April hingga Mei 2015 bertempat di kawasan wisata Pantai Trikora, yang terletak di Desa Malang Rapat, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan untuk mengolah dan menganalisis data dilakukan di laboratorium sistem informasi dan komputasi, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. 4 Bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau general (Sugiyono, 2011). Gambar 1. Lokasi Penelitian Pada citra satelit lokasi penelitian, dilakukan pengamatan visual dan intepretasi untuk melihat indikasi kehadiran rip current pada lokasi penelitian. Indikasi kehadiran rip current dapat dilihat pada pantai yang berbentuk teluk karena teluk merupakan tempat terjadinya pertemuan dua arus sepanjang pantai sehingga berpotensi terjadi rip current. Selain itu daerah pantai yang dibatasi oleh beting pasir atau karang, adanya beach cups, perpotongan pada zona gelombang pecah (surf zone) dan adanya jalur keruh atau buih-buih yang memanjang melintasi surf zone atau breaker zone juga menjadi indikasi kehadiran rip current. Dari pengamatan ini ditandai lokasi dan zona yang terindikasi hadirnya rip current, kemudian hasil dari pengamatan ini di tuangkan dalam bentuk peta, yang selanjutnya disebut peta 1. Peta ini akan menjadi dasar dalam pengambilan data dilapangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan metode kuantitatif. Metode survei adalah melakukan penyelidikan untuk memperoleh data dari gejala- gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual pada lokasi penelitian. Sedangkan metode kuantitatif adalah metode yang bersifat realistis dan dapat diklasifikasikan, konkrit teramati, serta terukur. Metode ini memiliki karakteristik desain yang spesifik, jelas, rinci, ditentukan secara mantap sejak awal, dan menjadi pegangan langkah demi 2. Pengamatan Lapangan langkah (Suryana, 2010). Pengamatan lapangan dimaksudkan untuk Data yang dibutuhkan dalam penelitian mengamati morfologi pantai sekaligus terdiri atas dua jenis data, yaitu data primer mendeteksi jejak-jejak rip current di sekitar dan data sekunder. Data primer yang lokasi penelitian. Lokasi pengamatan dibutuhkan dari penelitian ini adalah: lapangan di tentukan berdasarkan hasil dari 1. Tipe dan morfologi pantai interpretasi dan pengamatan visual citra 2. Periode dan tinggi gelombang selama satelit. Pengamatan lapangan ini juga periode tahun 2010 - 2014 dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi 3. Tipe sand bar atau reef bar seputar kejadian rip current dari masyarakat Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan di sekitar lokasi penelitian. Hal-hal yang dalam penelitian ini adalah : diukur dan diamati adalah sebagai berikut : 1. Citra satelit dari lokasi penelitian. 2. Data angin selama 5 tahun terakhir 3. Data pasang surut perairan kawasan a. Pengukuran Slope Pantai Pantai Trikora bulan April - Juni 2015. Pengukuran Slope (Kemiringan) pantai dilakukan berdasarkan pada metode Beach 1. Intepretasi dan Pengamatan Visual Monitoring Procedure Manual , yaitu dengan Citra Satelit menancapkan dua tiang berskala (penggaris Metode yang digunakan dalam pengamatan panjang) dan diberi jarak diantara keduanya, ini adalah metode deskriptif, yaitu metode kemudian menyiapkan selang atau pipa yang digunakan untuk menganalisis data transparan yang berisi air tanpa adanya dengan cara menggambarkan data yang gelembung yang ditempatkan diantara kedua tiang tersebut, permukaan air pada ujung telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa 5 selang akan naik dan turun mengikuti profil 5. Melakukan peramalan gelombang untuk kemiringan pantai. Oleh karena itu, profil gelombang yang menuju pantai digunakan pantai dapat terukur (Khoirunnisa, 2013). persamaan Wilson (Horikawa K, 1997 dalam Ramadhani, 2013), dengan rumus sebagai berikut. b. Survei Global Positioning System (GPS) Survei ini dilakukan untuk menentukan stasiun pengukuran kemiringan (slope) pantai serta pengamatan adanya kenampakan sand bar dan struktur bangunan pada pantai. Pengamatan ini dilakukan pada saat air laut surut, sehingga kenampakan sand bar dapat lebih terlihat. 3. Penghitungan Gelombang Dimana : g = H = 2 UA = F = π = Percepatan gravitasi (m/s2) Tinggi gelombang (m) Faktor tegangan angin Fetch Efektif (m) 3,14 Peramalan tinggi dan periode gelombang dilakukan berdasarkan data angin dari tahun 2010 hingga tahun 2014. Data ini diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan 4. Penentuan Tipe Gelombang Pecah Geofisika (BMKG) kelas III Perhitungan dan penentuan jenis gelombang Tanjungpinang. pecah dominan di masing-masing stasiun, Tahapan konversi data angin mejadi data menggunakan rumus berikut (Sulaiman dan tinggi dan perioda gelombang adalah Soehardi, 2008) : sebagai berikut : 1. Melakukan konversi kecepatan angin. Hal ini dilakukan karena data angin yang digunakan adalah data angin hasil pengukuran di daratan, padahal didalam rumus-rumus pembangkitan gelombang data angin yang digunakan adalah yang ada di atas permukaan laut. RL = UW / UL Dimana : UL : Kecepatan angin darat UW : Kecepatan angin laut RL : Hubungan angin laut dan didarat 2. angin. Melakukan penghitungan tegangan 1,23 UA = 0,71 U Dimana, U adalah kecepatan angin dalam m/det. 3. Mengelompokkan arah kecepatan angin per bulan. 4. Melakukan penghitungan efektif (Feff). dan fetch Dimana : Ni : Surf Similarity (Bilangan Iribarren) β : Kelandaian pantai H0 : Tinggi gelombang laut dalam L0 : Panjang gelombang laut dalam g : Percepatan gravitasi bumi (9,8 m/s2) Dengan parameter tersebut, tipe gelombang pecah dapat dibedakan sebagai berikut : Ni < 0,4 : spilling 0,4 < Ni < 2,3 : plunging 2,3<Ni<3,2 : collapsing Ni > 3,2 : surging Hasil dari penentuan jenis gelombang pecah di masing-masing stasiun selanjutnya di buat dalam bentuk peta, yang kemudian disebut sebagai peta 2. 6 5. Penentuan Current Tingkat Resiko Rip Penentuan tingkat resiko rip current di pantai trikora dilakukan dengan metode indeks, yaitu dengan memberikan nilai terhadap data-data yang telah dikumpulkan. Sistem penilaian ini berdasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya rip current. Sistem penilaian ini mengacu pada Rip Current Hazard Assesment Guied yang di terbitkan oleh Gambar 2. Indikasi Kehadiran rip current Royal National Lifeboat Institution (RNLI) United Kingdom bersama Plymouth 2. Pengamatan Lapangan University. Hasil dari penilaian ini Pengamatan lapangan dilakukan pada selajutnya di buat dalam bentuk peta, yang beberapa 30 titik pengamatan berdasarkan kemudian disebut peta 3. hasil interpretasi dan pengamatan visual terhadap citra satelit. Adapun titik titik 6. Pembuatan Peta Zona Berpotensi Rip pengamatan lapangan tersebut dapat dilihat Current pada peta dibawah ini. Peta 1, 2 dan 3 kemudian di overlay menggunakan software GIS. Selanjutnya dari hasil overlay tersebut akan dihasilkan peta zona berpotensi rip current di Pantai Trikora Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Intepretasi dan Pengamatan Visual Citra Satelit Dalam proses ini citra yang digunakan adalah citra landsat tahun 2014 dan citra spot tahun 2007. Pada proses ini dilakukan penerjemahan objek-objek pada citra dengan menggunakan parameter seperti warna, rona, bentuk, pola, dan seterusnya. Secara umum, indikasi kehadiran rip current pada citra satelit tidak dapat terlihat secara jelas. Hanya bentuk pantai berteluk yang dapat menjadi indikasi rip xurrent. Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat resolusi pada citra satelit yang digunakan. Gambar 3. Titik pengamatan lapangan a. Pengukuran Slope Pantai Hasil pengukuran slope pantai tertinggi adalah pada koordinat 1o08'00,4''N; o 104 35'34,8''E yaitu sebesar 8,9 derajat. Berdasarkan karakteristik kemiringan pantai, NOAA Ocean Service (2002) dalam Khoirunnisa (2013) membagi kelas pantai sebagai berikut: Slope >30o : Pantai curam o o 5 < Slope < 30 : Pantai landai Slope < 5o : Pantai datar. Berikut ini penggolongan kelas pantai berdasarkan hasil pengukuran slope di objek wisata Pantai Trikora. 7 Tabel 1. Kelas Kemiringan Pantai Berdasarkan adanya bangunan pantai, karang (crest), batu (rock), pulau(island) dan gosong pasir Kelas Pantai (sandbar). Berikut ini hasil dari survei Landai tersebut. Datar No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 N 1,162278 1,156694 1,154194 1,153500 1,144611 1,142417 1,141222 1,136028 1,133444 1,133000 1,132194 1,125250 1,125028 1,123833 1,121917 1,119639 1,118167 1,117111 1,115056 1,112306 1.109749 E 104,578389 104,577250 104,578028 104,578806 104,583500 104,585278 104,586861 104,592333 104,593000 104,594556 104,595972 104,597583 104,600639 104,603167 104,608278 104,611194 104,616750 104,619861 104,623833 104,628583 104.631970 θo 8,0 2,5 2,2 2,5 5,9 6,2 5,8 2,1 8,9 3,9 5,1 5,2 3,8 6,1 7,0 4,5 8,3 6,4 5,7 7,0 6,4 22 1.106294 104.633969 - 23 1.103095 104.633560 - 24 1.099752 104.632642 - 25 1.097041 104.634188 - 26 1.094059 104.635896 - 27 28 29 30 1.091049 1.086846 1.082969 1.078983 104.637089 104.637523 104.638146 104.640478 6,1 6,8 6,8 8,8 Datar Datar Landai Landai Landai Datar Landai Datar Landai Landai Datar Landai Landai Datar Landai Landai Landai Landai Landai Abrasi/dibatu miring Abrasi/dibatu miring Abrasi/dibatu miring Abrasi/dibatu miring Abrasi/dibatu miring Landai Landai Landai Landai 5,7 Landai Kemirigan Rata-rata Dari table diatas dapat dillihat bahwa Pantai Trikora didominasi oleh kelas pantai landai dengan nilai slope pantai terbesar 8,9 derajat yaitu pada titik 1o08'00,4''N; 104o35'34,8''E. Nilai slope pantai terkecil terdapat pada titik 1o08'09,7''N; o 104 35'32,4''E, dengan nilai 2,1 derajat. Sedangkan nilai slope pantai rata-rata pada Pantai Trikora adalah 5,7 derajat. Tabel 2. Hasil Survei Global Positioning System (GPS) No N 1 1,162278 2 1,156694 3 1,154,94 4 1,153500 5 1,144611 6 1,142417 7 1,141222 8 1,136028 9 1,133444 10 1,133000 11 1,132194 12 1,125250 13 1,125028 14 1,123833 15 1,121917 16 1,119639 17 1,118167 18 1,117111 19 1,115056 20 1,112306 21 1,109749 22 1,091049 23 1,086846 24 1,082969 35 1,078983 Ket : Cr = crest; Rk Sand bar. E 104,578389 104,577250 104,578028 104,578806 104,583500 104,585278 104,586861 104,592333 104,593000 104,594556 104,595972 104,597583 104,600639 104,603167 104,608278 104,611194 104,616750 104,619861 104,623833 104,628583 104,631970 104,637089 104,637523 104,638146 104,640478 = Rock; Bs = Kenampakan Pantai (o = ada; x = tidak ada) Cr Rk Bs Is Sb O X X X O O X X X O X X X X O O X X X O X X X X O X X X X O O X X X O O X X X O X X X X O X X X X O O X X X O X O X O O O O X O O O X X X O O X X X O O X O X O X O X O O O O X O O O O X O X O O O O X O X O O O O X O O O O X O O O O X O O X O O O X O Beach structur; Is = Island; Sb = Pada saat pengamatan dilapangan ditemukan bagian pantai yang telah diberi bangunan pelindung berupa batu miring karena terjadinya abrasi pada pantai tersebut. Sehingga titik pengamatan yang berada di lokasi tersebut diabaikan pada perhitungan selanjutnya. 3. Penghitungan Gelombang Penghitungan gelombang yang semula akan dilakukan dengan menggunakan metode grafik peramalan gelombang tidak dapat dilakukan. Hal ini disebabkan keterbatasan dari grafik tersebut dalam mengakomodir jarak fetch efektif. Oleh karena itu penghitungan gelombang yang menuju ke tepi pantai pada b. Survei Global Positioning System penelitian ini menggunakan persamaan Wilson (GPS) (Horikawa K, 1997 dalam Ramadhani, 2013), Survei ini dilakukan untuk mencocokkan dengan rumus sebagai berikut. titik-titik pengamatan yang telah ditentukan di peta lokasi penelitian dengan keadaan dilapangan. Selain itu juga untuk melihat Data slope pantai ini selanjutnya akan menjadi salah satu komponen dalam mencari surf similarity (bilangan irribaren/ Ni), yang akan menentukan tipe gelombang pecah pada pantai tersebut. 8 Tabel 3. Lanjutan Dimana : g = H = UA2 = F = π = Percepatan gravitasi (m/s2) Tinggi gelombang (m) Faktor tegangan angin Fetch Efektif (m) 3,14 Hasil dari perhitungan gelombang perbulan selama 5 tahun dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. Tinggi dan Periode Gelombang Perbulan Tahun 2010-2014 BULAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 BULAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 BULAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TAHUN 2010 H (meter) 0.956477582 1.35575279 0.955176509 0.95426367 0 0 0 0 0.898212718 0 0.685686825 0.803839557 TAHUN 2011 H (meter) 0.875567493 1.016288713 0.787816002 0.889361137 0 0 0 0.950614905 1.071846735 0 0 0.829927224 TAHUN 2012 H (meter) 0.890587816 0.917122031 0.787069333 0.789464941 0 0 0 0.90072841 0 0.736631774 0.69770616 0.646018296 T (detik) 4.35493 5.180167 4.432417 4.43052 0 0 0 0 4.242401 0 3.760988 4.031356 T (detik) 4.187537 4.473379 4.065023 4.292817 0 0 0 4.304146 4.537586 0 0 4.089073 T (detik) 4.21928 4.274595 3.99367 4.005587 0 0 0 4.202993 0 3.883588 3.790381 3.716129 BULAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 BULAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TAHUN 2013 H (meter) 0.865355445 0.800351848 0.907808517 0.669230469 0 0 0 0 0 0 0.683563229 0.734488257 TAHUN 2014 H (meter) 0.773538661 1.033985626 1.043528327 0.683563229 0 0 0 0 0.812230367 0.644914073 0.630504896 0.630504896 T (detik) 4.165773 4.023556 4.332539 3.72025 0 0 0 0 0 0 3.755763 3.872357 T (detik) 3.962919 4.507635 4.611225 3.755763 0 0 0 0 4.015089 3.658966 3.622011 3.622011 Berdasarkan hubungannya dengan pembangkitan arus rip, didalam Rip Current Hazard Assesment Guied yang di terbitkan oleh Royal National Lifeboat Institution (RNLI) United Kingdom bersama Plymouth University, gelombang menurut ketinggiannya dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: 1. Flat = tinggi gelombang < 0,25 meter 2. Low Waves = tinggi gelombang 0,25 – 0,75 meter 3. Medium Waves = tinggi gelombang 0,75 1.5 meter 4. High Waves = tinggi gelombang >1,5 meter Sedangkan menurut periodenya, gelombang dibagi menjadi 2 jenis yaitu Wind Waves (periode gelombang dibawah 8 detik), dan Swell Waves (periode gelombang diatas 8 detik). Dari data perhitungan gelombang yang didapat maka berdasarkan ketinggiannya, gelombang di lokasi penelitian tergolong kepada gelombang dengan tipe low waves sampai pada medium waves. Tinggi dan periode gelombang tertinggi terjadi pada bulan Februari 2010 dengan tinggi 1.35575279 meter dan periode 5.180167 9 detik dan tinggi gelombang terendah terjadi pada bulan November – Desember 2014 yaitu dengan tinggi 0.630504896 meter dan periode 3.622011 detik. Berdasarkan periodenya, gelombang di lokasi penelitian tergolong kepada wind waves yaitu dengan periode antara 3.622011 Menurut De Bruijn (2005) dalam Khoirunnisa (2013), gelombang pecah tipe plunging terjadi secara tiba-tiba dan dapat membawa manusia dengan gaya yang sangat besar ke dasar, gelombang pecah tipe inilah yang dapat menyebabkan terbentuknya rip current di sekitar pantai. - 5.180167 detik. Sedangkan untuk tinggi gelombang rata-rata selama 5 tahun adalah 0.841936902 meter dengan periode rata-rata 4.113734 detik, tergolong medium waves (jika berdasarkan tinggi gelombang) dan wind waves (jika berdasarkan periode gelombang). 4. Penentuan Tipe Gelombang Pecah Tipe gelombang pecah ditentukan dengan mencari nilai surf similarity (bilangan irribaren/ Ni). Berikut ini tipe gelombang pecah pada 25 titik pengamatan di Pantai Trikora. Gambar 4. Sebaran tipe gelombang pecah di Pantai Trikora Desa Malang Rapat Tabel 4. Tipe Gelombang Pecah Pada E. Penentuan Tingkat Resiko Rip Curret Pantai Trikora Desa Malang Rapat Berdasarkan Rip Current Hazard Assesment No Titik Koordinat Ni Tipe Guied yang di terbitkan oleh Royal National Lifeboat Institution (RNLI) United Kingdom 1 1.162278 104.578389 0.587945 plunging 2 1.156694 104.577250 0.182806 spilling bersama Plymouth University, dilakukan 3 1.154194 104.578028 0.158103 spilling penilaian terhadap lokasi penelitian. Faktor4 1.153500 104.578806 0.182806 spilling 5 1.144611 104.583500 0.435908 plunging faktor yang dinilai meliputi, tipe pantai 6 1.142417 104.585278 0.451856 plunging (beach type), tipe gosong pasir (sand bar 7 1.141222 104.586861 0.425276 plunging type), dan faktor gelombang (wave factor). 8 1.136028 104.592333 0.154437 Spilling 9 1.133444 104.593000 0.654484 plunging 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1.133000 1.132194 1.125250 1.125028 1.123833 1.121917 1.119639 1.118167 1.117111 1.115056 1.112306 1.109749 1.091049 1.086846 1.082969 1.078983 104.594556 104.595972 104.597583 104.600639 104.603167 104.608278 104.611194 104.616750 104.619861 104.623833 104.628583 104.63197 104.637089 104.637523 104.638146 104.640478 0.288723 0.371504 0.381782 0.279974 0.444664 0.515741 0.326636 0.610852 0.469368 0.419961 0.509952 0.472456 0.444664 0.498703 0.498703 0.643939 Spilling Spilling Spilling Spilling plunging plunging Spilling plunging plunging plunging plunging plunging plunging plunging plunging plunging 0.41645 plunging Nilai Ni Rata-Rata Keterangan : Ni < 0,4 : spilling 0,4 < Ni < 2,3 : plunging 2,3<Ni<3,2 : collapsing Ni > 3,2 : surging Dari hasil penilaian, tipe pantai yang dominan di Pantai Trikora Desa Malang Rapat adalah termasuk kedalam tipe pantai pantai yang memiliki rentang pasang surut kurang dari 2 meter (wave dominate). Berdasarkan besar energinya, pantai ini tergolong intermediate beaches, yaitu pantai dengan energi yang lebih kecil dari reflective beaches dan lebih besar dari dissipative beaches (Short, 2005). Secara spesifik di dominasi oleh tipe pantai low tide terrace and bar/rip (LTT+R). Biasanya pantai ini memiliki kemiringan antara 3-10 derajat pada zona supraintertidalnya dan 0,5-1,5 derajat pada bagian intertidalnya (RNLI). 10 Sedangkan menurut Scott, et.al (2011), pantai tipe ini memiliki kemiringan 1,5-3 derajat pada zona intertidalnya. Dalam bukunya yang berjudul Beaches of The Western Australian Coast: Eucla to Roebuck Bay, Short (2005) menjelaskan mengenai karakteristik tipe pantai LTT. Tipe pantai ini biasanya terdapat di perairan terbuka dimana ukuran butir pasirnya fine hingga medium dan tinggi rata-rata gelombang antara 0,5 – 1 meter. Sesuai dengan namanya low tide terrace (LTT), memiliki bagian muka pantai yang relatif curam, dimana saat air surut berdampingan dengan bar atau berteras. Panjang bar ini biasanya antara 20 sampai 50 meter kearah laut dan seterusnya sepanjang pantai. Bar dapat rata dan biasa saja, atau dengan sedikit karang ditengahnya (ridge) dan mungkin pada beberapa bagian terpotong oleh small shallow rip channel, atau yang disebut mini rip. Tipe pantai LTT memiliki tingkat resiko yang paling rendah dari seluruh tipe pantai intermediate, hal ini disebabkan karena karakteristik gelombangnya rendah dan teras yang dangkal. Akan tetapi, berubahnya kondisi gelombang dan pasang-surut akan mempengaruhi tingkat resiko untuk perenang dan peselancar, namun masih aman jika tinggi gelombang kurang dari 1 meter dan dalam keadaan kondisi pasang surut medium hingga tinggi. Gambar 5. Sebaran tingkat resiko rip current di Pantai Trikora Desa Malang Rapat F. Pembuatan Peta Zona Berpotensi Rip Curret Peta potensi rip current merupakan hasil dari overlay tiga buah peta yaitu peta indikasi kehadiran rip current, peta hasil skoring pantai dan juga peta tipe gelombang pecah pada lokasi penelitian. Proses ini dilakukan dengan bantuan tools fuzzy overlay dari ArcMap 10.1, yang merupakan salah satu jenis dari software GIS. Hasil dari proses ini adalah sebagai berikut. Sedangkan untuk tipe pasir penghalang (sand bar) didominasi oleh tipe mid/high tide bars (MHTB). Dicirikan dengan sand bar yang dapat terlihat keseluruhannya saat air surut dan terendam air saat pasang. Gambar 6. Sebaran potensi rip current di Pantai Trikora Desa Malang Rapat 11 Dari peta diatas, dapat terlihat besarnya potensi rip current pada bagian-bagian Pantai Trikora. Tingkat potensi ditandai dengan perbedaan warna (cloropeth). Semakin merah warna yang dimiliki maka semakin besar potensi rip current pada pantai tersebut. Sehingga Pantai Trikora dapat dibagi menjadi dua zona, yaitu zona berpotensi rip current dan zona tidak berpotensi rip current. Zona berpotensi rip current terletak pada titik pengamatan 5-7, titik pengamatan 9-10, titik pengamatan 1416, titik pengamatan 21, titik pengamatan 22-23 dan titik pengamatan 25. Titik pengamatan 5-7 dan 15-17 menjadi zona paling berpotensi, karena sebaran warna jingga – merah yang merata yang menandakan tingkat potensi yang besar. sebelumnya menunjukkan bahwa peningkatan kekuatan rip current terjadi akibat meningkatnya energi gelombang dengan pengurangan kedalaman air di daerah hempasan gelombang (surf zone) (Setyawan et al., 2010). Selain itu perubahan iklim yang mulai terjadi akhir-akhir ini juga perlu diwaspadai akan meningkatkan potensi rip current pada pantai-pantai yang terletak di Desa Malang Rapat. Selain itu pada daerah yang terdapat karang tepi (fringing reef) tetap perlu diwaspadai, mengingat terdapat jenis rip current yang pembangkitannya justru dikontrol oleh kenampakan topografik yang biasanya berupa struktur solid seperti headland, terumbu karang, groin atau jetty. Arus ini terjadi bila struktur-struktur tersebut berada di surf zone Pantai yang berteluk memiliki potensi yang (Setyawan et al., 2010), terutama jika kondisi lebih besar dibanding dengan daerah yang gelombang laut tinggi. tidak berteluk, terutama jika garis puncak gelombang sejajar dengan garis pantai. G. Peningkatan Keselamatan Di Objek Garis puncak gelombang yang sejajar ini Wisata Pantai akan menimbulkan sirkulasi arus sejajar Carey et al (2004) dalam Khoirunnisa (2013) pantai (longshore current) pada pantai mengatakan bahwa ciri khas yang membuat berteluk dan arus ini akan bertemu pada rip current dikatakan sangat berbahaya adalah suatu daerah yang akhirnya akan kurangnya kewaspadaan dan ketidaktahuan membentuk rip current. Selain itu pada pengunjung pantai. Rip current tidak akan beberapa bagian pantai juga ditemukan mengakibatkan orang tenggelam, hanya saja beach cups. Komar (1976) dalam Kusmanto arus ini membawa orang menjauh dari pantai dan Setiyawan (2010), mengatakan bahwa sampai ke tengah laut. Mati tenggelam morfologi yang rithmis atau yang disebut biasanya terjadi ketika orang yang terkena dengan beach cups pada pantai yang arus ini tidak bisa mempertahankan dirinya melengkung berbentuk teluk dapat mengapung atau floating dan berenang mengontrol terjadinya rip current kembali menuju pantai. Hal ini karena ketakutan, kelelahan, dan Secara umum, Pantai Trikora memiliki kepanikan, kurangnya keterampilan berenang, atau potensi rip current yang rendah sampai medium. Hal ini disebabkan karena pantai kombinasi dari semua faktor-faktor tersebut. perlu dilakukan peningkatan ini memiliki gelombang laut relatif tenang Maka keselamatan pada daerah-daerah wisata dan pada beberapa bagian terdapat karang tepi (fringing reef) yang meredam energi sepanjang pantai trikora yang memiliki gelombang yang menuju pantai. Namun tingkat potensi rip current yang besar. seperti yang kita ketahui sifat gelombang Peningkatan keselamatan ini dilakukan sangat dinamis sehingga dapat berubah dengan menerapkan sistem peringatan dini sewaktu-waktu. Bertambahnya tinggi dan (early warning system). menunjang berjalannya sistem periode gelombang maka akan Untuk memperbesar energi gelombang. Data peringatan dini maka penyediaan sarana dan lapangan dari penelitian berbagai penelitian prasarana penjagaan pantai (cost guard), pengeras suara dan perlengkapan lainnya seperti pos penjaga pantai, papan peringatan 12 perlu dilakukan. Selain itu sumber daya manusia yang terlatih menangani hal yang berkaitan dengan fenomena rip current perlu di persiapkan dan di stand by kan di sekitar pantai. Terkadang papan peringatan maupun tanda peringatan sering tidak dihiraukan oleh para wisatawan. Bahaya rip current bersifat personal, artinya rip current hanya berbahaya bagi individu yang berhubungan atau kontak langsung dengan rip current. Maka perlu adanya edukasi terkait bahaya rip current dan tindakan yang tepat jika terjebak pada rip current, kepada para wisatawan. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh wisatawan saat terjebak dalam rip current adalah sebagai berikut: Cobalah untuk tetap tenang dan tidak panik Berusahalah untuk menjaga posisi badan agar tetap terapung Rip current akan membawa anda ke tengah laut dengan kecepatan 0,3 – 2.4 m/s, maka jangan mencoba berenang untuk melawan arus ini sekalipun anda perenang yang handal. Berenanglah menuju ke laut sampai anda merasakan rip current ini melemah atau biarkan arus ini membawa anda sampai kekuatannya melemah. Jika dirasa kekuatan arus telah melemah berenanglah keluar dari zona arus, kemudian berenang menuju ke pantai atau biarkan gelombang membawa anda ke pantai dan berteriaklah untuk meminta pertolongan. Pada bulan Desember hingga Februari para wisatawan disarankan untuk memilih berwisata pada pantai yang termasuk kedalam zona yang tidak berpotensi rip current. Hal ini di sebabkan karena berdasarkan hasil perhitungan gelombang, pada bulan Desember hingga Februari kondisi tinggi dan periode gelombang berada pada puncaknya. Salah satu bagian Pantai Trikora yang disarankan adalah yang terletak pada titik pengamatan 2, 3 dan 4. KESIMPULAN Pantai Trikora terbagi menjadi dua zona yaitu zona berpotensi rip current dan zona tidak berpotensi rip current. Zona yang paling berpotensi rip current pada Pantai Trikora terletak pada titik pengamatan 5-7 (1.144611N 104.583500E sampai 1.141222N 104.586861E) dan titik pengamatan 15-17 (1.121917N 104.608278 E sampai 1.118167N 104.616750E). Bulan Desember-Februari merupakan waktu yang paling berpotensi rip current, mengingat pada bulan tersebut kondisi gelombang yang menuju Pantai Trikora berada pada kondisi puncak. Dilihat dari karakter sand bar nya, maka potensi rip current lebih besar saat kondisi perairan di Pantai Trikora menuju surut. Secara umum potensi rip current di Pantai Trikora masih tergolong rendah hingga menengah. Hal ini disebabkan karena kondisi gelombang laut yang relatif tenang dan terdapat beberapa karang tepi pada bagian pantai sehingga meredam energi gelombang yang datang. Namun mengingat gelombang dan morfologi pantai bersifat dinamis sehinga dapat berubah sewaktu-waktu, maka upaya peningkatan keselamatan wisatawan perlu untuk dilakuan. Peningkatan keselamatan ini dapat dilakukan dengan menerapkan sistem peringatan dini (early warning system) pada zona pantai yang berpotensi rip current. Bahaya rip current merupakan bahaya yang bersifat personal, artinya rip current hanya berbahaya bagi individu yang berhuungan atau kontak langsung dengan rip current. Dengan kata lain arus ini dapat menjadi bahaya bagi manusia bila terjadi interaksi langsung secara fisik antara manusia dengan rip current. Berkaca dari hal itu maka perlu dilakukan edukasi terkait rip current baik karakteristik nya maupun tindakan yang tepat saat terjebak di dalam arus tersebut. SARAN Penelitian terkait rip current yang peneliti lakukan saat ini masih sebatas melihat potensinya, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan berbagai instrumen 13 teknik dan metode yang lebih baik lagi Dewi, Ratna., Pratomo, Arief dan Jaya, Yales dalam memprediksi kehadiran rip current Veva. 2012. Pendugaan Tinggi di Pantai Trikora. MacMahan et.al., (2006) Gelombang Berdasarkan Kecepatan Angin dalam Setyawan et.al., (2010) memberikan Pada Zona Alur Pelayaran Di Perairan berbagai instrumen, metode dan teknik yang Tanjungpinang (Skripsi). FIKP UMRAH. berkaitan dengan penelitian terhadap rip Tanjungpinang. current. Dengan adanya bukti-bukti lain Febriansyah. 2012. Perencanaan Pemecah keberadaan rip current maka upaya Gelombang (Berakwater) di Pelabuhan peningkatan keselamatan wisatawan di Merak. Fakultas Teknik Universitas Pantai Trikora dapat lebih baik lagi. Indonesia. Jakarta. Goesmayanti, F. 2011. Pelayanan Lifeguard DAFTAR PUSTAKA Balawista di Pantai Kuta, Bali. Artikel Ilmiah. STBA Yapari-ABA. Bandung. Abidin, H.Z. 2007. Konsep Dasar Hallaf, Abdul. 2006. Modul Geomorfologi Pemetaan. Kelompok Keilmuan Geodesi Indonesia. UNM. Malang. ITB, Bandung. Hidayat, Nur. 2005. Kajian Hidro-Osenografi Anonim, 2002. Modul Sosialisasi dan Untuk Deteksi Proses-proses Fisik Di Ruang Orientasi Penataan Ruang Laut, Pantai. SMARTek Vol 3:2 Hal 73-85. Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil. Palu. Direktorat Jenderal Pesisir dan PulauPulau Kecil, Departemen Kelautan dan Hutabarat, Sahala dan Stewart M.E. 2008. Pengantar Oseanografi. UI-Press. Jakarta. Perikanan. Jakarta Alek, 2014. Jelang Akhir Tahun Pantai Hutabarat, S. dan Stewart, M.E. 1985. Pengantar Oseanografi. Universitas Trikora Telan Dua Korban. Indonesia Press. Jakarta. http://terkininews.com/kepriKhoirunnisa, Nurfa., Haryadi dan Rifai, Azis. terkini/bintan/4383-jelang-2015-pantai2013. Pemetaan Zona Rip Current trikora-memakan-korban.html . diakses Sebagai Upaya Peringatan Dini Untuk pada tanggal 27 Januari 2015. Bahaya Pantai (Lokasi Kajian : Pantai Armos, Nikanor Hersal. 2013. Studi Kuta) (Skripsi). Jurusan Oseanografi Kesesuaian Lahan Pantai Wisata Boe Universitas Diponegoro. Semarang. Desa Mappakalompo Kecamatan Galesong Ditinjau Berdasarkan Kusmanto, Edi dan Setyawan, W.B. 2011. Arus Rip di Teluk Parigi dan Pantai Biogeofisik (Skripsi). Jurusan Ilmu Pangandaran. Ikatan Sarjana Oseanologi Kelautan UNHAS. Makassar. Indonesia (ISOI), Jakarta. Asr, 2013. Pantai Trikora Butuh Tenaga Pengaman. http://batampos.co.id/06-09- Lanuru, Mahatma dan Suwarni. 2011. Bahan Ajar Pengantar Oseanografi. Jurusan Ilmu 2013/pantai-trikora-butuh-tenagaKelautan FIKP UNHAS: Makassar. pengaman/ . diakses pada tanggal 27 Muhaimin, Haidir. 2013. Distribusi Januari 2015. Makrozoobentos Pada Sedimen Bar (Pasir Azis, M Furqon. 2006. Gerak Air Dilaut. Penghalang) Di Intertidal Pantai Desa Oseana Vol 31:4 Hal 9-21 LIPI. Jakarta. Mappakalompo Kabupaten Takalar Bird, Eric. 2007. Coastal Geomorphology (Skripsi). Universitas Hasanudin. An Introduction Second Edition. John Makassar. Wiley and Sons Ltd. West Sussex. Mutiara, I. 2004. Pendidikan dan Pelatihan England. (DIKLAT) Teknis Pengukuran dan Castro, Peter dan Michael. E. H. 2003. Pemetaan Bab IV Proyeksi Peta. Fakultas Marine Biology, Fourt Edition. The Teknik Sipil dan Perencanaan ITS, McGraw-Hill Companies. Surabaya. Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Djambatan : Jakarta. 14 Ramadhani, Sri Dewi. 2013. Studi Kinerja Tyas, D.W. dan Dibyosaputro, S. 2012. Bangunan Groin Tanjung Bunga. Pengaruh Morfodinamika Pantai Glagah, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Makassar. Yogyakarta Terhadap Keselamatan Royal National Lifeboat Institution (RNLI) Pengunjung Pantai. Jurnal Bumi Indonesia dan Plymouth University, 2013. Rip Vol 1:3. Yogyakarta. Current Hazard Assessment Guide. Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu http://www.ripcurrents.co.uk . diakses Kelautan. Grasindo. Jakarta. dan di unduh pada tanggal 09 Februari 2015. Scott, Tim., Masselink, Gerhard dan Russell, Paul. 2011. Morphodynamic Characteristics and Classification of Beaches in England and Wales. http://www.elsevier.com/locate/margeo . diakses dan di unduh pada tanggal 10 Juli 2015. Setyandito, Oki., Yuwono, Nur., dan Pandin, Panggua. 2012. Studi Slope Pada Pantai Pasir Akibat Gelombang. Jurnal Teknik Rekayasa Vol 13:2. Universitas Mataram. Mataram. Setyawan, Wahyu Budi., Kusmanto, Edi., Natsir, Suhartati M dan Hasanudin. 2010. Morfologi Pantai Pasir Dan Pola Arus Dekat Pantai Di Kawasan Wisata Pantai Teluk Parigi, Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Jakarta. Short, A.D. 2007. Australian rip system – friend or foe?. J. Coast. Res. 50: 7-19. Short, A.D. 2005. Beaches of The Western Australian Coast: Eucla to Roebuck Bay. Sydney University Press. Sydney. Subagio. 2002. Pengetahuan Peta. ITB. Bandung. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta. Bandung. Suryana. 2010. Metodologi Penelitian. Buku Ajar Perkuliahan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Sulaiman, A dan Soehardi. 2008. Pendahuluan Geomorfologi Pantai Kuantitif. BPPT. Jakarta. Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset. Yogyakarta.