BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoritis 1. Hakekat Kemampuan Berkomunikasi Secara Lisan Komunikasi adalah (1) penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat lain, misalnya dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang suara; (2) Penyampaian atau penerimaan sinyal oleh organisme (Badudu dan Zain 2001:347) Kata atau istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris “communication”, secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna (Wiryanto, 2005:1). Menurut Ruben, dkk (2005:1) bahwa komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Hendrikus dalam Winangsih (2005:9) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses pengalihan makna antar pribadi manusia atau tukar kenukar berita dalam system informasi. Dijelaskan pula bahwa komunikasi adalah suatu proses hubungan antara manusia, yaitu terjadinya penyampaian pesan (anjuran atau pembeberan lambing) bahan-bahan yang mengandung arti. Komunikasi adalah proses pengoperasian lambang-lambang yang mengandung arti antar individu. Effendy (2006:11) mengatakan bahwa istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris 8 communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi kalau orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya. Selain mengerti bahasa yang dipergunakan juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan. Mulyana (2005:61) mengkategorikan definisi-definisi tentang komunikasi dalam tiga konseptual yaitu komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi sebagai transaksi. Komunikasi sebagai tindakan satu arah memiliki pengertian bahwa suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Komunikasi sebagai interaksi, merupakan suatu pandangan yang menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau nonverbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. Komunikasi sebagai transaksi merupakan pandangan yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamis yang secara sinambungan mengubah phak-pihak yang berkomunikasi. Berdasrkan pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan atau pesan nonverbal. Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan transaksi yang berkelajutan, karena dalam proses komunikasi terdapat stimulus dan respon. Ketika seseorang memberikan respon secara langsung terjadi pemberian makna. Pemaknaan itu meliputi penggambaran situasi dan pemahaman terhadap lawan bicara. 2. Fungsi Komunikasi Fungsi komunikasi terdiri dalam beberapa kategori. Menurut Mulyana (2005:5) bahwa kategori fungsi komunikasi dibagi menjadi empat, yaitu komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual dan komunikasi instrumental. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan hubungan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa, negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama (Mulyana, 2005:5). Fungsi komunikasi sebagai komunikasi ekspresif yakni untuk menyampaikan perasaanperasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesanpesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan tangan seraya melototkan matanya, mahasiswa memprotes kebijakan penguasa negara atau penguasa kampus dengan melakukan demontrasi (Mulyana (2005:5). Fungsi komunikasi sebagai ritual biasanya dilakukan komunitas yang sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebaga rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain-lain. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa. Negara, ideologi, atau agama mereka (Mulyana (2005:6) . Fungsi komunikasi sebagai komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunikasi membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama (Mulyana, 2005:6) . Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan (impression management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral janji, mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan (Mulyana, 2005:6) . Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial, dan kekayaan. Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa pendapat dari para ilmuwan yang bila dicermati saling melengkapi. Effendy (2004:34), bahwa fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Sedangkan Nurudin (2004:22) memaparkan fungsi komunikasi sebagai berikut: (1) Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the information) yakni penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai masyarakat; (2) Menghubungkan bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya; dan (3) Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya. 3. Komunikasi Lisan Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk mencipta atau meningkatkan keaktifan hubungan antara manusia atau kelompok. Menurut Irawan (2007:1) bahwa komunikasi terbagi dua yakni komunikasi verbal (lisan) dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal yaitu komunikasi lisan melalui penuturan dan percakapan sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi bukan lisan seperti gerak badan dan reaksi wajah. Dijelaskan pula oleh Irawan (2007:1) bahwa komunikasi lisan adalah proses komunikasi yang melibatkan maklum-balas menggunakan percakapan untuk menyampaikan maklumat lengkap kepada penerima. Menurut Sunandar (2008) bahwa komunikasi lisan adalah komunikasi dalam bentuk percakapan atau tertulis. Setiap orang dalam suatu komunitas secara verbal dalam menyampaikan pesan atau informasi. Komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata untuk menyatakan ide. Gaya dalam berkomunikasi disesuaikan dengan situasi dan lawan komunikasi. Sejalan dengan pengertian komunikasi lisan, Irawan (2007:1) mengatakan bahwa terdapat 6 (enam) aspek komunikasi lisan yang meliputi vocabulary (perbendaharaan kata), racing (kecepatan), intonasi suara, humor/lawak, singkat dan jelas, timing (masa). Vocabulary (perbendaharaan kata); komunikasi tidak akan efektif (berkesan) sekiranya disampaikan dengan kata-kata yang tidak dapat dipahami karena kekurangan kosakata. Karena itu kosakata menjadi sesuatu yang penting dalam berkomunikasi dengan individu lain. Begitu pula dengan racing (kecepatan); komunikasi akan lebih efektif dan berjaya apabila kelajuan berbicara dapat diaturkan dengan baik tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Intonasi suara; melalui intonasi suara dapat mempengaruhi arti pesanan secara dramatik sehingga pesanan akan menjadi lain, artinya apabila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak konstekstual merupakan masalah dalam komunikasi. Untuk aspek humor (lawak) dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia sebab ketawa mempunyai hubungan fisik dan psikologi dan haruslah diingat bahwa lawak jenaka adalah satu-satunya selingan dalam komunikasi. Komunikasi verbal juga harus singkat dan jelas, artinya bahwa komunikasi berkesan disampaikan secara singkat dan jelas terus kepada pokok permasalahan sehingga mudah untuk difahami. Sedangkan timing (masa) merupakan sesuatu yang harus dijaga sewaktu berkomunikasi karena dapat menyediakan ruangan yang cukup untuk berucap dengan padat, ringkas dan jelas. Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi lisan adalah proses percakapan dan penyampaian informasi antara dua orang atau lebih. 4. Jenis Komunikasi Lisan Komunikasi lisan terdiri dari beberapa jenis seperti perbincangan, ucapan, pembentangan (Irawan, 2007:2). Perbincangan yaitu proses komunikasi lisan yang bertujuan untuk penyelesaian masalah dan mengenal pasti kelemahan yang ada dalam diri. Ucapan adalah proses penyampaian melalui lisan seperti ceramah, pidato, pembacaan laporan bertulis dihadapan sekumpulan pendengar dan sebagainya. Sedangkan pembentangan dalam komunikasi secara lisan seperti pembentangan slaid, LCD, pita rekaman, telekonfrens dan juga grafik. Cangara (2005:101) mengatakan bahwa jenis komunikasi lisan terdiri dari kinesicks, gerakan mata, sentuhan, paralanguage, diam dan postur tubuh. Kinesics, yaitu komunikasi verbal yang ditunjukan dengan gerakan tubuh: merupakan sebuah isyarat yang di buat oleh suatu budaya. (a) Emblems, (b) Illustrators, merupakan sebuah gerakan badan untuk mengilustrasikan sesuatu. misalnya, tinggi badanya seseorang, gemuk langsingnya seseorang (c) Affect Display, merupakan isyarat yangbiasanya timbul karena pengaruh dari emosional seseorang. Misalnya wajah senang, wajah bete, wajah sedih. (d) Regulators, Suatu gerakantubuh yang biasanya terjadi di daerah kepala, misalnya mengangguk, menggelengkan kepala. (e) Adaptory, suatu gerakan tubuh yang menunjukan kejengkelan pada sesuatu. Misal menggerutu, menarik napas dalam-dalam, mengepalkan tinju. Gerakan Mata (eye gaze), siapa bilang mata tak dapat berbicara? Justru terkadang mata lah yang paling menunjukan ekspresi seseorang. Apakah dia sedang sebal, sedih, senang, terharu. Mata tak bisa bohong. Jika seseorang sedang suka pada pasangannya, maka tatapannya akan terasa berbeda (Cangara (2005:101). Sentuhan (Touching), sentuhan adalah sebuah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan. Ada tiga bentuk sentuhan badan : (a) Kinesthetic, merupakan isyarat yang menunjukan kemesraan, atau keakraban. (b) Sociofugal, merupakan isyarat yang menunjukan awal mula persahabatan. (c) Thermal, merupakan isyarat awal menunjukan persahabatan, namun lebih intim, misalnya menepuk bahu, adu tinju. (d) Paralanguage merupakan suatu isyarat yang timbul karena adanya sebuah tekanan pada saat berbicara. sehingga pada saat si komunikator berbicara, sang komunikan sudah mengerti apa yang sebenarnya ingin dibicarakan (Cangara, 2005:102). Diam juga merupakan bentuk komunikasi nonverbal. walaupun bentuk komunikasi ini merupakan bentuk yang sangat sulit untuk di terka karena bisa saja apa yang dipikirkan orang itu adalah negatif atau pun positif. Sedangkan postur tubuh juga termasuk bentuk komunikasi lisan. Terkadang manusia mengartikan postur tubuh secara “branding”. Bentuk Postur tubuh seseorang dapat dilihat dari 3 bentuk: (a) Ectomorphy, tingi kurus, dilambangkan orang yangemmpunyai sikap ambisius, pintar dan kritis; (b) Mesomorphy, bentuk tubuh yang tegap dan atletis melambangkan orang tersebut cerdas, bersahabat, dan aktif; (c) Endomorphy, bentuk tubuh pendek, bulat, dan gemuk, melambangkan pribadi yang humoris, santai, dan cerdik (Cangara, 2005:102). Menurut Effendy (2006:11) bahwa proses komunikasi dapat dibagi menjadi dua yakni secara primer dan secara sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya. Sedangkan proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis komunikasi lisan kinesicks, gerakan mata, sentuhan, paralanguage, diam dan postur tubuh. 5. Metode Bernyanyi Sejak masih bayi, manusia telah mendengar nyanyian dari ibunya, begitu secara fitrah setiap ibu pada anak bayinya. Tumbuh menjadi besar, dia bermain dan bernyanyi dengan orang tua, saudara atau teman-temannya. Menurut Hidayat (2003:96) bahwa nyanyian (lagu) adalah bagian dari musik sehingga nyanyian merupakan suatu bentuk ungkapan pikiran, perasaan, melalui nada dan kata, wawasan citarasa keindahan dan estetika. Nyanyian merupakan alat untuk mencurahkan pikiran dan perasaan dalam berkomunikasi sebab nyanyian memiliki fungsi sosial selama nyanyian di komunikasikan. Kegiatan bernyanyi adalah merupakan kegiatan dimana kita mengeluarkan suara secara beraturan dan berirama baik diiringi oleh iringan musik ataupun tanpa iringan musik. Bernyanyi berbeda dengan berbicara bernyanyi memerlukan teknik-teknik tertentu sedangkan berbicara tanpa perlu menggunakan teknik tertentu. Bagi anak kegiatan bernyanyi adalah kegiatan yang menyenangkan bagi mereka, dan pengalaman bernyanyi ini memberikan kepuasan kepadanya. Bernyanyi juga merupakan alat bagi anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya (Nurul, 2010:1). Dijelaskan pula oleh Nurul (2010:1) bahwa secara umum kemampuan anak-anak bernyanyi dapat dibagi atas lima macam yaitu : (a) mereka yang dapat bernyanyi tanpa bantuan. Yang termasuk golongan ini adalah anak-anak yang dapat menyanyikan nada dengan tepat dan tetap, serta mau dan mampu bernyanyi sendiri. (b) Mereka yang dapat bernyanyi dengan bantuan, ialah mereka yang belajar bernyanyi secepat murid macam pertama yang telah disebutkan jika bernyanyi bersamasama. (c) Mereka yang memulai atau mengakhiri lagu tidak tepat. dapat bernyanyi dengan tinggi nada yang benar tetapi pada saat yang salah. yang bernyanyi dalam oktaf yang salah. Mereka (d) Mereka Mereka cenderung menyanyikan melodi dengan nada satu oktaf lebih rendah dari tinggi nada yang sudah ditentukan. (e) Mereka yang bernyanyi kurang tepat dengan oktaf yang salah. Murid-murid ini menghadapi dua masalah. Yang pertama mereka memulai atau mengakhiri lagu tidak pada waktu yang tepat, yang kedua mereka cenderung menggunakan suara rendah. Seefeldt dan Wasik (2008:316) menjelaskan bahwa melalui bernyanyi bersama, anak-anak memperoleh keterampilan-keterampilan mendengarkan dan gerak. Selanjutnya dijelaskan pula nilai menyanyi penting untuk perkembangan keterampilan simbolis dan pemecahan kreatif terhadap masalah, keterampilan kesiapan membaca, keterampilan sosial dan perkembangan motorik dan keterampilan lain, sikap dan pengetahuan. Sehubungan dengan teori di atas dapat disimpulkan bahwa metode bernyanyi adalah adalah kegiatan dalam bentuk ungkapan pikiran, perasaan, melalui nada dan kata, wawasan citarasa keindahan dan estetika dalam mencurahkan pikiran dan perasaan dalam berkomunikasi sebab nyanyian memiliki fungsi sosial selama nyanyian di komunikasikan 6. Fungsi Metode Bernyanyi Metode bernyanyi dapat meningkatkan berbagai aspek perkembangan anak TK. Menurut Hidayat (2003:96) bahwa fungsi metode bernyanyi pada anak TK adalah untuk mencapai kemampuan dalam pengembangan daya cipta, mencapai kemampuan dalam pengembangan bahasa agar anak didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya, mencapai kemampuan dalam pengembangan daya pikir agar anak didik mampu memfungsikan perkembangan otak kanan, melakukan kegiatan melatih motorik kasar dan halus seperti pada senam irama, menambah perbendaharaan kata baru melalui syair (lagu-lagu/nyanyian), menyalurkan emosi seperti merasa senang atau sedih. 7. Kelebihan dan Kelemahan Metode Bernyanyi Setiap metode pembelajaran yang digunakan memiliki kelebihan dan kelemahannya. Menurut Hariwijaya dan Bertiani (2007:1) bahwa kelebihan dan kelemahan metode bernyanyi adalah sebagai berikut. a. Kelebihan metode bernyanyi 1) Dapat meningkatkan motivasi anak-anak untuk belajar, anak-anak biasanya senang untuk bernyanyi sehingga pembelajaran melalui metode bernyanyi sangat disukai anak. 2) Tidak membutuhkan media yang terlalu sulit didapat, metode ini dapat dilakukan dengan tanpa musik ataupun dengan musik, dapat pula melihat gambar dalam VCD. b. Kelemahan metode bernyanyi Metode bernyanyi kalau dilakukan tanpa diikuti metode-metode lainnya, maka tujuan pembelajaran yang dicapai sedikt terbatas, misalnya hanya mengembangkan kecerdasan musik saja. B. Kajian yang Relevan Penelitian ini relevan dengan hasil penelitian dari Femi Latamu (2005) yang berjudul ”Meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode apresiasi musik dan lagu di TK Handayani”. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa metode apresiasi musik dan lagu dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak sebab anak merasa bebas untuk mengungkapkan perasaannya melalui musik dan lagu. Hubungan penelitian yang akan dilakukan peneliti dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Femi Latamu (2005) terletak pada masalah yang dihadapi yakni kemampuan berbahasa dalam hal ini kemampuan berbicara sedangkan dalam penelitian ini adalah kemampuan berkomunikasi secara lisan. Kedua hal ini memiliki kesamaan. Begitu pula dengan metode yang digunakan peneliti sebelumnya adalah metode apresiasi musik dan lagu sedangkan dalam penelitian ini menggunakan metode bernyanyi. Metode bernyanyi adalah bagian dari apresiasi musik dan lagu. C. Hipotesis Tindakan Sehubungan dengan uraian sebelumnya, peneliti dapat mengajukan hipotesis yakni ”Jika guru menggunakan metode bernyanyi maka kemampuan berkomunikasi lisan pada anak kelompok B di TK Indria Helbat Kota Timur Kota Gorontalo akan meningkat”. D. Indikator Kinerja Indikator kinerja pada penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berkomunikasi lisan melalui metode bernyanyi pada anak kelompok B dapat ditingkatkan dari 8 orang (40%) menjadi 16 orang (80%).