Bahan Sermon Sibasaon Minggu XVI XVIII Dob Trini Trinitatis, nitatis, 25September 25September 2016 Teks : Amos 6:1a, 4 - 7 Usul Doding: Hal. No. 350: 1 - 3 Topik Mingguan : Parsombahon na sintong I lobeilobei-Ni Tuhan ====================================== Pendahuluan Kitab Amos terutama merupakan seruan kenabian untuk keadilan dan kebenaran, berdasarkan sifat Allah. Amos sangat marah atas pelanggaran Israel terhadap standard-standard keadilan dan kebenaran Allah bagi umat-Nya. Kitab ini secara jelas melukiskan betapa jijiknya agama bagi Allah ketika dipisahkan dari perilaku yang benar dalam hidup sehari-hari. Kitab ini bersifat konfrontasi yang tidak tanggung-tanggung dan penuh semangat. Konfrontasi Amos dengan imam Amazia (Am 7:10-17) merupakan adegan yang istimewa dalam kitab Amos. Kemakmuran Israel hanyalah memperdalam kebobrokan mereka. Ketika Allah dalam kemurahan-Nya mengutus Amos ke Betel untuk memberitakan amanat "bertobat atau mati", sang nabi diusir dari kota itu dan diperintahkan jangan bernubuat di situ lagi. Pada waktu itu atau tidak lama sesudah itu, rupanya Amos pulang ke rumahnya di Yehuda dan menulis beritanya. Maksudnya melakukan itu adalah: Menyampaikan sebuah salinan tertulis dari peringatan kenabiannya kepada Raja Yerobeam II, dan Menyebarluaskan berita di Israel (dan Yehuda) tentang kepastian hukuman Allah yang menjelang atas Israel dan bangsa-bangsa di sekitarnya kecuali mereka bertobat dari penyembahan berhala, kebejatan dan ketidakadilan. Kebinasaan Israel terjadi hanya 30 tahun kemudian. Penjelasan Teks 1. Celakalah orang yang merasa aman (ayat 1a, 4 – 6) Umat Allah baik di Israel (Samaria) maupun Yehuda (Sion) ditegur di sini. Mereka mempunyai kuasa dan kemakmuran, tetapi sudah menjadi puas dengan dosa mereka. Mereka percaya bahwa keberhasilan material mereka membuktikan bahwa mereka hidup di bawah berkat Allah; mereka merasa yakin bahwa hukuman Allah takkan pernah datang. Amos memperingatkan orang-orang Yehuda yang ceroboh, juga orangorang Israel, bahwa kecerobohan mereka akan berakhir dengan malapetaka. Kata Tenteram di gunung Samaria berarti keyakinan terhadap kekuatan besar dari benteng berupa gunung dari kota itu, juga dapat dipahami sebagai mengacu kepada perasaan aman dan yakin kepada 1 kekuatan sendiri dari pihak orang-orang yang tinggal di Samaria yakni hakim-hakim dan para pemimpin Israel, kepada siapa rakyat bangsa itu datang untuk mencari keadilan. Dengan demikian, Amos melihat bahwa orang – orang kaya dan berkuasa di Israel tidak perduli dengan persoalan – persoalan bangsa mereka dan kebutuhan – kebutuhan orang miskin. Di Israel kuno, orang biasanya makan sambil duduk di lantai, namun orang – orang kaya ini meniru bangsa – bangsa di sekitarnya yang makan sambil berbaring di sisi tubuh mereka. Bahkan dalam ayat 6 disebutkan bahwa mereka minum dari bokor, Mangkuk yang biasa kurang besar; karena itu, dalam rasa puas diri mereka, mereka mengambil untuk diri sendiri alat-alat yang biasanya digunakan untuk maksud-maksud persembahan kurban (Kel. 38:3; Za. 14:20). Mereka juga tetap dalam suasana ibadah yang penuh pujian seperti Daud (ayat 5), tetapi yang terjadi adalah mereka tidak perduli kepada hancurnya keturunan Yakub 2. Yang tidak setia kepada Tuhan akan berlalu (ayat 7) Sebagai salah seorang hamba Allah, Amos mengagungkan firman dan nama Yang Mahakuasa, keadil-benaran serta kedaulatan-Nya. Ia menjelaskan betapa tak terbatasnya kehebatan Allah semesta alam sehingga tidak ada yang berada di luar jangkauan atau kuasa-Nya (Amos 9:2-5). Bahkan matahari, bulan, bintang, dan unsur-unsur alam tunduk kepada perintah Allah (Amos 5:8; 8:9). Karena itu, bagi Allah, mempertunjukkan keunggulan-Nya atas bangsa-bangsa adalah hal yang sepele (Amos 1:3-5; 2:1-3; 9:7). Juga kepada sikap Israel yang sedemikian jelas disebutkan bahwa mereka dihukum melalui pembuangan di Babel. Kehidupan yang mereka anggap sebagai yang terbaik ternyata hanyalah sementara saja dan cepat berlalu. Ketika mereka menjauh dari Allah dan hidup dengan caranya sendiri maka yang ada hanyalah hukuman dan penderitaan. Renungan/Refleksi 1. Menemukan rasa aman di dalam Kristus dan mempraktekkannya adalah bukti bahwa kita mengenal Tuhan dengan baik dan mempraktekkan ibadah yang sejati dan benar di hadapan Tuhan. 2. Harta dan kedudukan tidak lebih adalah alat-alat agar kita mengabdi kepada Allah dan menjadi saluran berkat-Nya bagi sesama. 2