BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian “So powerful is the effect of music?, that one is surprised to find in he history of the psychology and psychotherapy so little experimental, or even speculative, reference to the use of music?” (Cattell 1954:3 dalam Rentfrow & Gosling 2003). Pengaruh musik dalam kehidupan sehari-hari sangat besar kepentingannya, apakah itu dalam konteks pribadi atau sosial. Hal ini disadari hampir setiap hari lewati dengan mendengarkan paling tidak sedikit nada ataupun potongan kecil dari musik. Musik selalu mengiringi dalam kegiatan aktivitas sehari-hari, apakah itu lagu-lagu yang di putar di radio, yang di nyanyikan pengamen jalanan, yang di putar di dalam toko atau rumah makan, maupun potongan-potongan musik dari iklan dan acara-acara di layar televisi. Musik juga mempengaruhi kita dalam hal-hal yang lebih pribadi, seperti membantu kita dalam menyalurkan emosi dan perasaan, seperti menyanyi, menciptakan lagu, ataupun hanya melalui gumam yang melantunkan nada-nada yang terdapat di kepala. Dalam konteks sosial, musik memegang peranan yang sangat penting. Selain dapat menjadi pelengkap dalam acara berkumpul bersama, sebagai topik suatu perbincangan atau sebagai alasan untuk tampil dan berkompetisi. Namun, di banding dengan pentingnya pengaruh musik di dalam kehidupan, penelitian 1 mengenai musik dalam hubungannya dengan psikologi kepribadian dan sosial masih terdengar jarang di lakukan. Ide dasar hubungan antara preferensi musik dan kepribadian sendiri berawal dari premis dasar filsafat yang di mulai dari zaman Yunani kuno, filsuffilsuf terkenal seperti Aristoteles atau Plato yang di dukung dengan doktrin terkenalnya yang berjudul Ethos menyatakan bahwa musik mempunyai kualitas moral yang mempengaruhi karakter dan prilaku (Benish,2002), sedangkan Hadreas (1999) mengkutip Plato yang menyatakan “musik yang dimainkan dengan cara dan melodi yang benar mempersiapkan para muda mudi untuk menyempurnakan pelajaran, bahwa musik adalah jembatan pada celah antara menjadi dan diri sendiri” (dalam Benish, 2002) Pada umumnya kita cenderung mendengarkan musik melalui posisi yang telah tercipta dari pengalaman mendengar sebelumnya yang di teruskan melalui memori dan ekspektansi. Musik dari sebuah posisi yang telah terbentuk dalam eksistensi di setiap sosial dan budaya di mana pengalaman dan nilai-nilai pada saat mendengarkan musik menjadi bahan pertimbangan dalam memilah jenis musik yang dinilai atau dipersepsikan baik, membedakan antara jenis musik yang dapat apresiasi tinggi dan juga jenis musik yang diminati oleh orang-orang dalam maupun di lingkungan social ( Cohen, 1997; Frith, 1996; Lewis, 1994 dalam Matula, 2000). Dalam mempelajari musik popular, konteks pada saat kita mendengarkan musik sangat penting, oleh karena itu respon terhadap musik sangat terpengaruh dan terbentuk dari unsur-unsur kontekstual di mana banyak 2 dampak dari tata musik berawal dari sumber-sumber di luar teks yang di gambarkan (Walser, 1993 dalam Matula, 2000). Namun, hubungan antara musik dengan kepribadian sendiri memang sangat kompleks, dalam satu waktu yang bersamaan setiap individu mempunyai kapasitas maupun kemampuan untuk menyukai berbagai jenis musik yang berbeda. Walau begitu setiap individu akan tetap dapat menunjukan pilihan yang paling cocok dengan dirinya (Rentfrow & gosling, 2003). Selain itu pemilihan jenis musik juga mempunyai fungsi yang serupa dalam konteks social, contohnya ketika seorang individu menentukan posisi mereka dalam sebuah lingkungan dan pandangan mereka akan dirinya sendiri ( Gosling & Rentfrow, 2003). Peneliti lain yang menemukan hasil berbeda. Contohnya, dengan menghubungkan musik dengan trait yang eksplisit, (Little & Zuckerma, 1986) menemukan bahwa individu dalam “sensation seeking” berhubungan positif dengan pilihan jenis musik seperti rock, heavy metal dan punk, dan mempunyai hubungan negative dengan pilihan jenis musik yang bertema keagamaan. Selain dihubungkan dengan kepribadian, tanpa disadari musik juga dapat berfungsi sebagai alat bagi individu untuk memperlihatkan kepada lingkungannya mengenai siapa dia, dari kelompok manakah dia, maupun cara pandangnya terhadap lingkungan. Hal ini dapat di tunjukan melalui berbagai cara, seperti melalui cara berpakaian dan aktifitas yang di pilih untuk di lakukan. Contohnya seringkali individu penyuka jenis musik metal berpakaian serba hitam, penuh dengan rantai di pinggang dengan segala atribut lainnya dan menampilkan sikap kasar pada lingkungan sekitarnya, penyuka musik klasik yang biasa nya diasosiasikan dengan 3 bergaya konservatif dan rapih atau penyuka musik hiphop atau rap yang biasa di asosiasikan dengan olahraga basket dan cenderung berpakaian serba “baggy” atau kebesaran. Tampak di sini selera musik mereka berperan penting dalam mempengaruhi gaya berpakaian, pemilihan aktivitas maupun penampilan sikap mereka kepada lingkungan. Hal di atas di dukung dengan beberapa penelitian, yang menunjukan bahwa selain berhubungan dengan kepribadian, pemilihan jenis musik juga berhubungan dengan identitas sosial (Cattell & Saunders, 1954 dalam Rawlings & Ciancarelli, 1997). Musik berfungsi sebagai tanda lencana bagi setiap individu untuk berkomunikasi dengan cara pandang, prilaku dan norma yang di anut (North dan Hargreaves, 2000). Sedangkan, menurut Lester & Whipple (1996 dalam Banish, 2002) bahwa kepribadian merupakan ciri yang berasal dari identitas sosial. Contohnya, cara ini banyak di lakukan oleh pembuat iklan dengan memakai musik untuk menyampaikan pesan kepada penonton. Kita hanya perlu mendenganr sedikit potongan musik pada sebuah iklan di televisi untuk mengetahui untuk siapa iklan ini disampaikan dan dari isi pesan itu sendiri. Tetapi hal ini hanya akan efektif bila pembuat iklan menyesuaikan pilihan musiknya dengan komunitas yang dituju (Cock, 2000). Penelitian tentang musik dan trait kepribadian, terutama yang di dasari oleh identitas sosial belum banyak di kaji di Indonesia. Padahal budaya sangat besar antar masyarakat bangsa lain akan sangat mempengaruhi batasan ini. Di Indonesia, masyarakat telah ditanamkan nilai-nilai budaya yang jauh sangat berbeda dengan budaya-budaya barat. Pada konteks sosial, masyarakat di 4 Indonesia sedari kecil hidup dalam lingkungan yang sangat mementingkan nilainilai kebersamaan, tenggang rasa dan rendah diri yang akhirnya menjadi suatu pegangan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Tentunya penelitian ini dapat bisa mengungkapkan hal yang berbeda dengan itu tidak dapat di harapkan penelitan ini akan mengungkapkan hasil yang sama dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Hasil penelitian ini akan menghasilkan penemuan yang berbeda, terlebih dalam penelitian identitas sosial, untuk melihat lebih dalam hubungan selera musik dan identitas sosial, dengan mulai meneliti komponen dasar kepribadian dalam kehidupan sehari-hari (Funder, 2001 dalam Rentfrow & Gosling, 2003). Penelitian ini juga sebagai pembanding dari penelitian sebelumnya, karakteristik subjek penelitian sebelumnya lebih melihat subjek khususnya pada usia anakanak, remaja awal hingga lanjut usia dengan berbagai macam budaya yang dimilikinya, sedangkan pengambilan data pada penelitian ini melihat subjek khususnya pada remaja akhir dan dewasa muda. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang masalah ini yang dapat dirumuskan ialah Apakah terdapat hubungan antara pemilihan selera musik dan identitas sosial. 5 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Maksud dari tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan hubungan antara pemilihan selera musik dan identitas sosial melalui cara pandang masyarakat dewasa muda Indonesia terhadap dirinya dan orang lain. 1.3.2 Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini menganalisis dan mengkaji secara empiris tentang hubungan antara pemilihan selera musik dan identitas sosial. 1.4 kegunaan Penelitian 1.4.1 Berdasarkan hasil penelitian ini secara teoritis di harapkan bermanfaat untuk dapat memberikan sumbangan pada kajian psikologi sosial dan psikologi musik di Indonesia. 1.4.2 Secara praktis adalah untuk memberi masukan acuan bagi para pembaca yang berhubungan langsung dengan musik dalam kehidupan sehari-hari bahwa musik berperan penting dalam kehidupan pribadi dan sosial. 1.5 Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Berisi gambaran umum dari penelitian terdahulu mengenai pemilihan selera musik dan hubungan nya dengan identitas sosial. Selain itu bab ini juga terdiri dari latar belakang dari penelitian, masalah penelitian, yaitu mengenai apakah ada hubungan antara selera musik dan identitas sosial. Selanjutnya adalah tujuan dan 6 manfaat penelitian ini bagi aspek psikologi musik dan psikologi sosial di Indonesia. Terakhir adalah sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Berisi teori-teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang di jadikan sebagai landasan penelitian. Teori-teori yang dicantumkan khususnya mengenai selera musik, yang termasuk definisi musik, elemen musik, fungsi musik, cara mendengarkan musik dan jenisjenis musik yang di teliti, seperti jazz, klasik, rap, hiphop, rock atau bisa juga dance maupun elektronika, metal dan dangdut sekalipun. Berikutnya adalah teori realita dasar mengenai identitas sosial, yaitu mengenai self atau diri, perbedaan antara identitas diri dan identitas sosial. Terakhir adalah mengenai dewasa muda, yaitu kelompok umur subyek dalam penelitian ini. BAB III Metode Penelitian Berisi mengenai permasalahan penelitian dan hipotesis utama yaitu adanya hubungan antara selera musik dan identitas sosial. Berikutnya adalah karakteristik subjek penelitian, yaitu kelompok dewasa muda. Metode penelitian yang digunakan, mencangkup metode pengumpulan data menggunakan metode kuantitatif dengar menyebarkan kuesioner. Prosedur penelitian dan teknik analisa data menggunakan Spearman’s non parametric correlation. 7 BAB IV Hasil Penelitian, Analisis dan Pembahasan Berisi mengenai uraian hasil penelitian secara statistik menggunakan spearman’s non parametric correlation. BAB V Kesimpulan dan Saran Berisi kesimpulan dari hasil analisa dan interpretasi data, serta saran-saran untuk penelitian yang akan datang. 8