BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Semakin

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Semakin banyak para pelaku industri yang mengembangkan bisnisnya
di Indonesia. Saat ini, ada 990 pelaku industri skala besar, 16.182 pelaku
skala menengah, dan 766.783 skala kecil dan mikro (Anggraeni, 2006).
Banyaknya para pelaku industri akan membawa dampak positif dan
negatif bagi masyarakat. Dampak positif yang diberikan perusahaan untuk
masyarakat adalah memberikan kesejahteraan dan membantu pembangunan
sosial, sedangkan dampak negatif yang dibawa oleh perusahaan ke tengah
masyarakat adalah global warming dan timbulnya penyakit mematikan yang
diakibatkan reduksi bahan kimia (Hadi, 2011)
Dengan melihat sisi negatif tersebut, akan dinilai tidak adil bagi
masyarakat yang tidak memperoleh timbal balik secara langsung dari
kegiatan operasional perusahaan, tetapi mereka yang akan menanggung
akibat dari aktivitas perusahaan yang semakin kompleks (Hadi, 2011). Selaras
dengan itu, menurut Solihin (2008) timbul kesadaran dari para pelaku bisnis
untuk
memberikan
tanggungjawab
sosial
kepada
masyarakat
dan
lingkungannya sebagai bentuk kepedulian.
Gaung kepedulian terhadap aspek lingkungan dan tanggung jawab
sosial terus mengemuka (Nurlela dan Islahudin, 2008). Menurut H.R. Bowen
dalam Wartick dan Cochran (1985) berpendapat bahwa para pelaku bisnis
memiliki kewajiban untuk mengupayakan suatu kebijakan serta membuat
keputusan atau melaksanakan berbagai tindakan yang sesuai dengan tujuan
dan nilai masyarakat. Sedangkan menurut Lako (2011), Corporate Social
Responsibility merupakan kebutuhan hakiki bagi perusahaan agar bisa
melaksanakan kegiatan operasionalnya secara berkesinambungan.
Tanggungjawab sosial (social responsibility) merupakan pelebaran
tanggungjawab perusahaan sampai lingkungan baik secara fisik maupun
psikis (Chapra, 2000). Menurut Lako (2011) saat ini masyarakat cenderung
untuk memilih produk yang diproduksi oleh perusahaan yang peduli terhadap
lingkungan dan atau melaksanakan kegiatan Corporate Social Responsibility
(CSR). Survey yang dilakukan Booth-Harris Trust Monitor (2001) dalam
Sutopoyudo (2009), menunjukkan bahwa mayoritas konsumen akan
meninggalkan suatu produk yang mempunyai citra buruk atau diberitakan
negative.
Sejalan dengan hasil survei “The Millenium Poll on CSR” (1999) dalam
Hadi (2011) yang dilakukan oleh Environics International (Toronto),
Conference Board (New York) dan Price of Wales Business Leader Forum
(London) terhadap 25.000 responden di 23 negara disurvei terkait social
responsibility dalam membentuk opini dan image perusahaan, menunjukkan
60% dari responden menyatakan bahwa etika bisnis, praktik sehat terhadap
karyawan, dampak terhadap lingkungan paling berperan membentuk reputasi
perusahaan. Sedangkan, 40% responden juga berpendapat bahwa citra
perusahaan dan brand image paling mempengaruhi kesan positif mereka.
Penerapan CSR di Indonesia bukan lagi bersifat sukarela melainkan
kewajiban bagi perusahaan, itu terbukti pada tanggal 20 Juli 2007, disahkan
Undang-Undang (UU) penerapan CSR yang dilaksanakan melalui Peraturan
Pemerintah (PP). Ketentuan itu sudah ditetapkan dalam UU Perseroan
Terbatas (PT), UU Investasi dan UU Minerba (Mineral dan Batubara)
(www.hukumonline.com). Tetapi menurut Lako (21:2011), kalangan pelaku
bisnis menolak adanya UU Perseroan Terbatas yang mawajibkan mereka
untuk melakukan tanggungjawab sosial dengan berbagai alasan, salah satu
alasannya karena akan mengurangi income mereka dan akan menguras kas
mereka untuk biaya pengelolaan tanggungjawab sosial.
Kegiatan tanggungjawab sosial yang dilakukan perusahaan terkadang
dianggap sebagai pemborosan dan akan menurunkan kinerja keuangan
perusahaan dalam laporan keuangan, yang berarti akan menurunkan nilai
perusahaan (Hadi, 2011). Menurut Harahap (242:2002) biaya sosial yang
dikeluarkan perusahaan untuk membiayai kegiatan sosial akan mempengaruhi
perusahaan dalam kemampuannya mendapatkan laba, karena biaya yang
dikeluarkan dihitung dan dicatat dengan satuan moneter tetapi manfaat yang
diterima terkadang tidak dapat diukur dengan satuan moneter melainkan
secara kualitatif .
Namun hal tersebut dibantah oleh pengamatan yang dilakukan Lako
(8:2011) bahwa mayoritas emiten BEI yang secara konsisten peduli dan
mengungkapkan informasi CSR dalam pelaporan perusahaan membukukan
kenaikan laba dan nilai perusahaan yang signifikan dari tahun ke tahun.
Walaupun dalam jangka pendek CSR akan menurunkan kinerja keuangan
tetapi dengan menerapkan CSR diharapkan perusahaan akan memperoleh
legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka
panjang (Sayekti dan Wondabio, 2010). Sejalan dengan itu menurut hasil
penulusuran yang dilakukan oleh Lako (2011) terhadap riset-riset empiris di
dalam ataupun di luar negeri menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan
yang melaksanakan praktik CSR dan berkomitmen menjalankannya akan
mendapatkan keuntungan ekonomis dimasa yang akan datang dan membuat
perusahaan tumbuh secara terus menerus atau yang disebut dengan going
concern.
Porter (2006) menyatakan bahwa CSR merupakan sebuah competitive
advantage dari perusahaan yang akan membedakan perusahaan dengan
perusahaan yang lain yang belum melaksanakan praktik CSR. Sama halnya
yang dikemukakan oleh Lako (2011) bahwa praktik CSR yang dilakukan
perusahaan sebagai sebuah strategi investasi yang dalam jangka panjang
perusahaan akan mendapatkan manfaat dari investasi tersebut.
Manfaat yang akan diterima oleh perusahaan dari kegiatan CSR adalah
: (1) kegiatan perusahaan yang akan terus berkembang dan itu sejalan dengan
tujuan dari perusahaan yaitu melaksanakan usahanya secara going concern,
(2) pangsa pasar yang semakin luas karena konsumen semakin banyak dan
semakin loyal terhadap perusahaan, (3) lingkungan bisnis yang nyaman
kondusif karena masyarakat dan stakeholders menjadi bagian dari
perusahaan, (4) serta akan meningkatkan nilai saham yang berasa di pasar
modal karena diminati investor (Lako, 100:2011)
Tanggungjawab sosial perusahaan merupakan sebuah gagasan yang
menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang
berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value)
yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja, tetapi
tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines yaitu
memerhatikan juga masalah sosial dan lingkungan (Falkenberg, 2006).
Menurut Jong-Weon Kim et al. (2011) berpendapat bahwa pada saat ini
aktivitas perusahaan tidak hanya difokuskan pada pertumbuhan yang sifatnya
kuantitif tapi juga difokuskan pada pertumbuhan yang sifatnya kualitatif
untuk pembangunan berkelanjutan, kegiatan usaha yang berjangka waktu
lama, dan tumbuh menjadi perusahaan tingkat dunia, dan untuk mewujudkan
itu semua perlu adanya tindakan dari perusahaan dalam aspek sosial, budaya,
dan lingkungan, disamping aspek ekonomi.
Jadi, kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan
tumbuh secara berkelanjutan ( McWilliams et al, 2005). Hal ini didukung
oleh pernyataan Eipstein dan Freedman (1994) dalam Rachman dan
Maghviroh (2011) bahwa keberlanjutan perusahaan (corporate sustainability)
akan terjamin apabila perusahaan memerhatikan dimensi sosial dan
lingkungan hidup. Global Compact Initiative (2002) menyebut pemahaman
ini dengan 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari
laba (profit), tetapi juga menyejahterakan orang (people), dan menjamin
keberlanjutan hidup planet ini (Nugroho, 2007).
Adapun pendapat menurut Ivey dalam Visser et al. (2007) bahwa di
dunia modern saat ini, dimana suatu kegiatan yang sebenarnya tidak ada
hubungan atau tidak tampak dalam kegiatan operasional utama perusahaan
contoh dalam hal ini adalah kegiatan CSR, akan meningkatkan reputasi
perusahaan dimata masyarakat dan stakeholders.
Menurut Hadi (2011) Corporate social responsibility (CSR) merupakan
fenomena strategi perusahaan yang mengakomodasi kebutuhan dan
kepentingan para stakeholder sehingga para stakeholders membutuhkan
informasi mengenai CSR. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui laporan
tahunan (annual report) yang dikeluarkan oleh perusahaan (Solihin, 2008).
Pengungkapan informasi yang dilakukan perusahaan di dalam laporan
tahunan akan menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi investor untuk
melakukan investasi pada perusahaan yang bersangkutan (Martatilova, 2012).
Dalam kacamata ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan informasi
jika informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan (Rachman dan
Maghviroh, 2011). Menurut Kiroyan (2006), dengan menerapkan CSR
diharapkan
perusahaan
akan
memperoleh
legitimasi
sosial
dan
memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang.
Legitimacy theory mengemukakan bahwa keberadaan perusahaan akan
sangat dipengaruhi dengan adanya legitimasi stakeholders, yaitu terciptanya
congruence antara keberadaan perusahaan dengan harapan masyarakat dan
lingkungan (O’Donovan, 2002). Menurut Hadi (2011) ketika perusahaan
mampu bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sosialnya maka
perusahaan akan mendapat respon yang baik, tidak hanya dari stakeholders
tetapi juga dari para shareholders yang kemudian akan meningkatkan nilai
perusahaan.
Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurlela dan
Islahudin (2008) bahwa secara parsial pengungkapan CSR tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan, selaras dengan itu penelitian yang dilakukan oleh
Alexander dan Buchloz (1978) menemukan tidak adanya pengaruh antara
pengungkapan sosial dengan harga saham. Menurut Nurlela dan Islahuddin
(2008) ada beberapa perusahaan yang telah menjalankan CSR tapi sangat
sedikit yang mengungkapkannya ke dalam sebuah laporan. Sejalan dengan
pernyataan itu, menurut Falkenberg (2006), di Norwegia banyak perusahaan
yang tidak mengeluarkan laporan mengenai CSR karena mengalami
penurunan terhadap nilai perusahaan selama tahun 2002 – 2005.
Menurut Martatilova (2012) nilai perusahaan merupakan tujuan utama
dari perusahaan, dengan nilai perusahaan yang semakin baik akan
meningkatkan
kemakmuran
bagi
para
pemegang
saham,
sehingga
menimbulkan minat bagi para investor untuk membuat keputusan
menginvestaskan dananya ke perusahaan. Investor dan para stakeholders
lainnya akan merespon penggungkapan CSR suatu emiten berdasarkan harga
saham suatu emiten tersebut (Rustiarini, 2012).
Berdasarkan uraian di atas serta atas pertimbangan, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul :
“ PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
DISCLOSURE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN”.
(Survei Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2010-2011)
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hal yang telah dikemukakan sebelumnya, masalah yang
akan diteliti dan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana pengungkapan CSR di perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI tahun 2010-2011.
2) Bagaimana peningkatan nilai perusahaan di perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2010-2011.
3) Sejauh mana pengaruh antara pengungkapan CSR terhadap peningkatan
nilai perusahaan di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2010-2011.
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk meneliti, mengetahui serta
memberikan informasi dan gambaran mengenai pengungkapan corporate
social responsibility (CSR) dan hubungannya dengan peningkatan nilai
perusahaan, kemudian juga sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian
sidang dalam
menyelesaikan pendidikan sarjana
jurusan Akuntansi
Universitas Widyatama.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui pengungkapan (CSR) di perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2010-2011.
2) Untuk mengetahui nilai perusahaan di perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2010-2011.
3) Untuk mengetahui sejauh mana pengungkapan CSR berpengaruh terhadap
nilai perusahaan di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2010-2011.
1.4. Kegunaan Penelitian
1) Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan nilai
dari perusahaan atas kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan dan dapat
memberikan
sumbangan
pemikiran
tentang
pentingnya
pertanggungjawaban sosial perusahaan yang diungkapkan di dalam
laporan yang disebut sustainability reporting.
2) Pengembangan Ilmu
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmiah bagi ilmu
akuntansi khususnya akuntansi sosial melalui pengujian tentang pengaruh
CSR disclosure terhadap nilai perusahaan.
1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pada penelitian ini data dapat diperoleh di Pojok Bursa Universitas
Widyatama yang berlokasi di Jalan Cikutra No.204 A Bandung atau
melalui website Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id atau dapat diakses
melalui situs masing-masing perusahaan serta waktu penelitian ini dimulai
dari bulan Agustus 2012 sampai dengan selesai.
Download