Pengaruh Keterbukaan Diri terhadap Penerimaan Sosial pada Anggota Komunitas Backpacker Indonesia Regional Surabaya dengan Kepercayaan terhadap Dunia Maya sebagai Intervening Variabel Septalia Meta Karina Suryanto Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Abstract. This study has three aims. First, it aims to analyze the impact of self-disclosure to social acceptance at the members of Backpacker Indonesia Community regional Surabaya Indonesia. Secondly, to analyze the impact of trust on cyberspace to social acceptance at the members of Backpacker Indonesia Community Surabaya regional. Third, to analyze the impact of self-disclosure to social acceptance in at the members of Backpacker Indonesia Community Indonesia Surabaya regional with trust on cyberspace as intervening variable. The author adds trust on cyberspace as intervening variable, because Backpacker Indonesia Community, which is the context of this study, is virtual community. The research was conducted at Backpacker Indonesia Community Surabaya regional. Subjects in this study were members who have joined at least for a year that has been chosen randomly. Scale data collection tool in the form of self-disclosure, social acceptance, and trust on cyberspace by the authors. The data was analyzed by using path analysis with the help of SPSS 16.0 for windows. Based on the data analyzed obtained three results. First, there is an impact between self disclosure to social acceptance at members of Backpacker Indonesia Community regional Surabaya. Second, there is no impact between trust of cyberspace to social acceptance at members of Backpacker Indonesia Community regional Surabaya. Three, there is no impact between self disclosure to social acceptance at members of Backpacker Indonesia Community regional Surabaya with trust on cyberspace as intervening variable. Keywords: self disclosure, social acceptance, trust on cyberspace Abstrak. Penelitian ini memiliki tiga tujuan penelitian. Pertama, bertujuan untuk menganalisis pengaruh keterbukaan diri terhadap penerimaan sosial pada anggota komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya. Kedua, untuk menganalisis pengaruh kepercayaan pada dunia maya terhadap penerimaan sosial pada anggota komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya. Ketiga, untuk menganalisis pengaruh keterbukaan diri terhadap penerimaan sosial pada anggota komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya dengan kepercayaan terhadap dunia maya sebagai intervening variable. Penulis menambahkan kepercayaan terhadap dunia maya sebagai intervening variable, dikarenakan Komunitas Backpacker Indonesia, yang menjadi konteks di dalam penelitian merupakan komunitas virtual. Penelitian ini dilakukan pada Komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya. Subjek dalam Korespondensi: Septalia Meta Karina. Departemen Psikologi Kepribadian dan Sosial Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya. Jalan Dharmawangsa Jalan Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, Telp. (031) 5032770, (031) 5014460, Fax (031) 5025910. Email: [email protected] JURNAL Psikologi Kepribadian dan Sosial Volume1 , No. 02 , Juni 2012 Pengaruh Keterbukaan Diri terhadap Penerimaan Sosial pada Anggota Komunitas Backpacker Indonesia Regional Surabaya dengan Kepercayaan terhadap Dunia Maya sebagai Intervening Variabel penelitian ini adalah anggota yang telah bergabung minimal selama satu tahun yang telah dipilih secara random. Alat pengumpul data berupa skala keterbukaan diri, penerimaan sosial, dan kepercayaan terhadap dunia maya yang disusun sendiri oleh penulis. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisa jalur dengan bantuan SPSS 16.0 for Windows. Dari hasil analisis data penelitian diperoleh tiga hasil penelitian. Pertama, terdapat pengaruh antara keterbukaan diri dengan penerimaan sosial pada anggota Komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya. Kedua. Tidak terdapat pengaruh antara kepercayaan pada dunia maya terhadap penerimaan sosial pada anggota Komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya. Ketiga, tidak terdapat pengaruh antara keterbukaan diri terhadap penerimaan sosial pada anggota Komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya dengan kepercayaan terhadap dunia maya sebagai intervening variable. Kata Kunci: keterbukaan diri, penerimaan sosial, kepercayaan terhadap dunia maya. A. Latar Belakang Hasil riset memperlihatkan bahwa pertumbuhan penggunaan Internet di Indonesia terus meningkat. Jika di tahun 2010 lalu rata-rata penetrasi penggunaan Internet di kota urban Indonesia masih berkisar diantara 30 hingga 35 persen, di tahun 2011 ini ditemukan oleh MarkPlus Insight bahwa angkanya sudah di kisaran 40 hingga 45 persen. Hasil riset, yang dirilis oleh Majalah Marketeers ini, dilakukan oleh MarkPlus Insight terhadap 2161 pengguna Internet di Indonesia memberikan gambaran jelas mengenai tren penggunaan Internet di Indonesia. Menurut MarkPlus Insight, jumlah pengguna Internet di Indonesia pada tahun 2011 ini sudah mencapai 55 juta orang, meningkat dari tahun sebelumnya di angka 42 juta (TeknoKompas). Maraknya penggunaan internet di Indonesia tentu membawa pengaruh pada sistem interaksi sosial yang terjadi di dalamnya. Komunitas virtual pun semakin berkembang menjadi media interaksi baru bagi masyarakat Indonesia. Sebagai media interaksi sosial yang baru, internet juga menawarkan kesempatan bagi pengguna untuk mengembangkan hubungan pribadi dengan orang lain, bahkan berbagi identitas (Rheingold, 1993; Walthier, 1995). Komunitas Backpacker Indonesia adalah sebuah komunitas virtual yang mewadahi para pecinta backpacking dan travelling. Jika dahulu komunitas selalu identik dengan sekelompok orang yang berkumpul bersama untuk mengadakan pertemuan tatap muka dalam suatu kegiatan tertentu, namun sekarang tidaklah demikian. Sekelompok orang bisa saja tergabung dalam suatu komunitas, meskipun tidak terjadi pertemuan tatap muka di antara mereka, hal inilah yang disebut dengan komunitas virtual. Komunitas virtual atau yang biasa disebut dengan komunitas online adalah adalah sekelompok orang yang menggunakan internet sebagai media utama dalam berkomunikasi dan tidak mengandalkan pertemuan langsung secara fisik (Jasmadi, 2008). Di dalam sebuah komunitas perlu dikembangkan jaringan sosial diantara para anggotanya guna mendorong kemampuan kolektif untuk mencapai kepentingan bersama, sehingga dapat terbangun kekompakan dan solidaritas dalam suatu komunitas (Badarudin, dalam Nasution, 2005). Hubungan sosial yang positif dalam suatu komunitas hanya akan dapat terwujud apabila terdapat penerimaan sosial yang tinggi diantara para anggotanya.Salah satu kondisi yang menyebabkan individu diterima oleh lingkungan sosialnya adalah sifat kepribadian yang dapat menimbulkan penyesuaian sosial yang baik seperti jujur, setia, tidak mementingkan kepentingan diri sendiri, dan ekstraversi (Hurlock, 1973). Sebagai sebuah komunitas virtual, proses interaksi yang terjadi dalam Komunitas Backpacker Indonesia, tentu berbeda dengan proses interaksi yang terjadi pada komunitas riil. Interaksi sosial yang terjadi pada dunia maya memberikan kesempatan kepada individu untuk mengelola ambigiutas strategi serta melakukan aktivitas manajemen kesan (impression management) dengan tujuan untuk menciptakan JURNAL Psikologi Kepribadian dan Sosial Volume1 , No. 02 , Juni 2012 Septalia Meta Karina, Suryanto dan memelihara sebuah kesan stabil dan positif tentang diri sendiri yang dapat mempengaruhi persepsi orang lain dalam interaksi sosial. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa di dalam lingkungan virtual, setiap orang bebas untuk menampilkan diri seperti apa yang diinginkan serta bebas pula menginterpretasi penampilan diri seseorang yang ditampilkan melalui dunia maya. Sehingga, penulis memutuskan untuk menggunakan konsep keterbukaan diri dengan kepercayaan terhadap dunia maya sebagai intervening variable untuk meneliti tentang penerimaan sosial yang dimiliki oleh anggota komunitas tersebut. B. Tujuan Penelitian Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh keterbukaan diri terhadap penerimaan sosial pada anggota komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya. 2. Untuk menganalisis kepercayaan pada dunia maya terhadap penerimaan sosial pada anggota komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya. 3. Untuk menganalisis pengaruh keterbukaan diri terhadap penerimaan sosial pada anggota komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya dengan kepercayaan terhadap dunia maya sebagai intervening variable. C. Landasan Teori 1. Pe n e r i m a a n S o s i a l ( S o c i a l Acceptance) Penerimaan menurut Tailor (dalam Rakhmat, 1999: 131) adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, tanpa menilai dan tanpa mengendalikan. Menerima adalah sikap yang dapat melihat orang lain sebagai individu, sebagai manusia yang patut dihargai. Menurut Rakhmat (1999: 167) menerima berarti lebih menekankan dan memandang orang sebagai person bukan sebagai objek. Gambaran tentang manusia yang merasa diterima ialah apabila dia merasa diperhatikan, didukung secara emosional, dan merasakan hubungan yang erat dengan orang lain. Adapun Hurlock (1973: 92) yang mengartikan penerimaan sosial sebagai suatu keadaan dimana keberadaan seseorang ditanggapi secara positif oleh orang lain dalam suatu hubungan yang dekat dan hangat dalam suatu kelompok. Penerimaan sosial juga berarti dipilih sebagai teman untuk suatu aktifitas dalam kelompok dimana seseorang menjadi anggota. Ini merupakan indeks keberhasilan yang digunakan seseorang untuk berperan dalam kelompok sosial dan menunjukkan derajat rasa suka anggota kelompok yang lain untuk bekerja sama atau bermain dengannya (Hurlock, 1997). Sementara itu pengertian penerimaan sosial menurut Berk (dalam Habibah, 2000) adalah kemampuan seseorang, sehingga ia dihormati oleh anggota kelompok yang lainnya sebagai partner sosial yang berguna. Sedangkan menurut Leary (2010), penerimaan sosial berarti adanya sinyal dari orang lain yang ingin menyertakan seseorang untuk tergabung dalam suatu relasi atau kelompok sosial. Leary juga menyatakan bahwa peneriman sosial terjadi pada kontinum yang berkisar dari menoleransi kehadiran orang lain hingga secara aktif menginginkan seseorang untuk dijadikan partner dalam suatu hubungan. Hubungan interpersonal ditandai oleh penerimaan sosial yang dilihat sebagai aspek yang fundamental bagi keberlangsungan hidup manusia (Miller, 2003). Dari beberapa definisi diatas penulis pun menyimpulkan bahwa penerimaan sosial adalah kesediaan individu menerima kehadiran orang lain dan melibatkan mereka dalam suatu interaksi sosial guna mengembangkan relasi sosial yang positif. Dalam penelitian ini penulis ingin mengukur penerimaan sosial yang dimiliki oleh anggota Komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya terhadap anggota yang lainnya. Penerimaan sosial dalam penelitian ini dapat diukur melalui bagaimana seorang subjek menilai anggota kelompok yang lain. Dari definisi konseptual yang telah dirangkum oleh penulis, akhirnya dapat dirumuskan bahwa indikator dari penerimaan sosial adalah: a) Keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain. b) Adanya kepercayaan yang diberikan kepada orang lain. c) Kesamaan (similarity) yang dirasakan terhadap orang lain. JURNAL Psikologi Kepribadian dan Sosial Volume1 , No. 02 , Juni 2012 Pengaruh Keterbukaan Diri terhadap Penerimaan Sosial pada Anggota Komunitas Backpacker Indonesia Regional Surabaya dengan Kepercayaan terhadap Dunia Maya sebagai Intervening Variabel 2. Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Keterbukaan diri didefinisikan sebagai sebuah pesan tentang diri bahwa seseorang melakukan komunikasi dengan orang lain (Cozby, 1973; Wheeless, 1978; Wheeless & Grotz, 1976). Altman dan Taylor (1973) mengemukakan bahwa keterbukaan diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan informasi diri kepada orang lain yang bertujuan untuk mencapai hubungan yang akrab. Sedangkan Person (1987) mengartikan keterbukaan diri sebagai tindakan seseorang dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi pada orang lain secara sukarela dan disengaja untuk maksud memberi informasi yang akurat tentang dirinya. Keterbukaan diri adalah komponen kunci dalam pengembangan hubungan pribadi karena dapat menumbuhkan kedekatan (Derlega, Winstead, Wong, & Greenspan, 1987). Keterbukaan diri memainkan peran penting dalam pengembangan hubungan sosial antar individu (Greene, Derlega, & Mathews, 2006). Rogers (1980) mengatakan bahwa hubungan interaksi seseorang dalam keterbukaan diri yang didasari perasaan yang tulus, penerimaan pada orang lain, dan rasa empati membuat hubungan menjadi lebih akrab. Dari beberapa definisi di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa keterbukaan diri ialah kesediaan individu dalam mengungkap informasi yang bersifat pribadi tentang diri sendiri kepada orang lain secara sukarela dalam rangka mengembangkan kedekatan (intimacy) terhadap lawan interaksinya. Dimana dalam penelitian ini, penulis ingin mengkaji tingkat keterbukaan diri yang dimiliki oleh masing-masing anggota dalam suatu Komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya, yang diasumsikan akan berdampak pada penerimaan sosial diantara para anggotanya. Berdasarkan definisi konseptual dari keterbukaan diri yang telah disimpulkan oleh penulis, akhirnya di dapatkan beberapa indikator dari keterbukaan diri yang sesuai dengan konteks penelitian, yakni: a) Kejujuran dalam repersentasi diri nyata ke dunia maya. b) Interaksi yang berorientasi pada tujuan jangka panjang. c) d) 3. Tingginya intensitas dalam berinteraksi melalui dunia maya. Kebenaran informasi yang disampaikan melalui dunia maya. Kepercayaan terhadap Dunia Maya Wo r c h e l ( d a l a m D a r s o n o , 2 0 0 7 ) mendef inisikan trust sebagai kesediaan (willingness) individu untuk menggantungkan dirinya pada pihak lain dengan resiko tertentu. Moorman, Deshpande, dan Zaltman (dalam Darsono, 2007). mendefinisikan trust sebagai kesediaan (willingness) individu untuk menggantungkan dirinya pada pihak lain yang terlibat dalam pertukaran karena individu mempunyai keyakinan kepada pihak lain tersebut. Dua pendapat tersebut menekankan unsur kesediaan (willingness) dan keyakinan dalam trust. Habermas (1984) memandang trust sebagai prasyarat untuk tindakan komunikatif yang mengatur interaksi sosial dan politik. Trust harus memainkan peran penting dalam setiap interaksi dimana setiap individu memiliki harapan yang tinggi terhadap orang lain. Adam Seligman (1997) mendefinisikan trust secara lebih sempit, yakni “trust sebagai fungsi dari agen sosial.” Trust yang dimiliki oleh orang-orang tidak dapat terpisahkan dari trust dalam sistem yang abstrak. Interaksi interpersonal termasuk ekspektasi dari aturan yang di asosiasikan dengan sistem trust. Giddens (1990) membedakan antara trust pada orang-orang dan trust pada suatu sistem yang abstrak. Giddens berpendapat bahwa sistem abstrak yang menawarkan keamanan dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga membawa permasalahan tentang “jarak ruang-waktu”. Khususnya adanya transformasi teknologi sebagai jalan dari interaksi sosial. Orang-orang terdorong untuk membangun relasi keluar yang saling menguntungkan dari konteks lokal dan secara reflektif mendefinisikan ulang personal identitas dibawah lingkungan material yang baru. Kepercayaan terhadap dunia maya berarti kepercayaan serta harapan yang dimiliki oleh individu terhadap dunia maya atau interaksi online sebagai sarana untuk melakukan interaksi sosial. Menurut Milena (1999), interaksi online bisa jadi JURNAL Psikologi Kepribadian dan Sosial Volume1 , No. 02 , Juni 2012 Septalia Meta Karina, Suryanto sangat mirip dengan interaksi langsung. Melalui interaksi online sangat memungkinkan terjadinya interaksi sosial. Seseorang yang memiliki kepercayaan terhadap dunia maya adalah seseorang yang melakukan pertukaran harapan melaui dunia maya. Komunitas virtual mengacu pada dimana seseorang hidup dan berkerja bersama-sama di balik cahaya gelombang elektromagnetik. Melalui komunitas virtual, masih sangat memungkin bagi masing-masing individu untuk berkomunikasi antara satu sama lain tanpa adanya kehadiran fisik. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan terhadap dunia maya adalah kesediaan individu yang disertai dengan harapan dan keyakinan untuk menggantungkan hidupnya pada keberadaan dunia maya sebagai sarana untuk melakukan interaksi sosial. Berdasarkan definisi konseptual dari kepercayaan terhadap dunia maya yang telah disimpulkan oleh penulis, akhirnya di dapatkan beberapa indikator kepercayaan terhadap dunia maya, yakni: a) Ketertarikan terhadap dunia maya. b) Keterhandalan yang dirasakan terhadap dunia maya. c) Tingginya frekuensi pengunaaan dunia maya dibanding media lainnya. d) Usaha untuk mengembangkan diri melalui dunia maya. D. Hipotesis Dalam penelitian ini, penulis memberikan dua hipotesis penelitian sebagai berikut: Hipotesis 1 : Ada pengaruh keterbukaan diri terhadap penerimaan sosial pada anggota Komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya. Hipotesis 2 : Ada pengaruh kepercayaan pada dunia maya terhadap penerimaan sosial pada anggota Komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya. Hipotesis 3: Ada pengaruh keterbukaan diri terhadap penerimaan sosial pada anggota Komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya dengan kepercayaan terhadap dunia maya sebagai intervening variable. E. Metode Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori karena penulis berusaha untuk menguji akurasi teori atau prinsip yang telah ada dan menguraikan serta memperkaya penjelasan teori yang lebih baik atas suatu fenomena (Neuman, 2000). Berdasarkan teknik pegumpulan data yang digunakan, penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian survey dengan kuesioner sebagai alat pengumpul data utama. Dalam pengumpulan data, penulis menyusun sendiri skala penerimaan sosial (15 aitem valid), skala ketebukaan diri (36 aitem valid), dan kepercayaan terhadap dunia maya (34 aitem valid) berdasarkan indikaor yang telah diturunkan dari definisi konseptual dari masing-masing variabel. Skala ini kemudian diuji cobakan kelompok ujicoba dan dilakukan penghitungan nilai reliabilitas dengan menggunakan bantuan SPSS for Windows 16.0. Berdasarkan uji coba tersebut, didapatkan reliabilitas (r) untuk skala penerimaan sosial sebesar 0.925, skala keterbukaan diri sebesar 0.873, dan skala kepercayaan terhadap dunia maya sebesar 0.846. F. 1. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian Penulis melakukan penelitian ini dengan menggunakan sampel penelitian sebanyak 52 anggota Komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya yang dipilih melalui purposive sampling dan simple random sampling. Setelah mengumpulkan data, penulis kemudian melakukan 4 uji asumsi, yaitu uji multikoliniearitas, uji heterokedastisitas, ouliers, dan uji normalitas. Hasil perhitungan tolerance menunjukkan tidak terdapat variabel independen yang memiliki nilai tolerance < 0,10. Hasil perhitungan VIF menunjukkan tidak terdapat variabel independen yang nilai VIF > 10 sehingga asumsi multikolonieritas terpenuhi. Untuk uji heterokedastisitas, terlihat bahwa titik-titiknya cukup menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas sehingga asumsi heterokedastisitas terpenuhi. Dari penghitungan residual statistik di dapatkan bahwa nilai maksimum mahalanobis distance tidak melebihi nilai kritis yaitu 13,82 dan nilai maksimal cook's JURNAL Psikologi Kepribadian dan Sosial Volume1 , No. 02 , Juni 2012 Pengaruh Keterbukaan Diri terhadap Penerimaan Sosial pada Anggota Komunitas Backpacker Indonesia Regional Surabaya dengan Kepercayaan terhadap Dunia Maya sebagai Intervening Variabel distance sebesar 0,287 sehingga tidak ada permasalahan yang berkaitan dengan outlier. Untuk uji normalitas, didapatkan hasil bahwa baik data penerimaan sosial, keterbukaan diri, maupun kepercayaan terhadap dunia maya sama-sama berdistribusi normal. Kemudian penulis melakukan uji analisa jalur. Pengujian ini digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel x, y, dan z. Berdasarkan analisis statistik yang telah dilakukan, terdapat tiga hasil penelitian: a) Terdapat pengaruh antara variabel keterbukaan diri dengan penerimaan sosial dengan skor R square atau R2 atau koefisien determinasi sebesar 0,440. Hal ini berarti bahwa 44% variasi penerimaan sosial dapat dijelaskan oleh variasi keterbukaan diri. Sedangkan sisanya 56% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Dalam tabel correlation diketahui bahwa keterbukaan diri memiliki korelasi yang sangat kuat d e n g a n p e n e r i m a a n s o s i a l . Un t u k signifikansi dapat diketahui di dalam coefficient sebesar 0,000 atau p < 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa keterbukaan diri berpengaruh terhadap penerimaan sosial. b) Tidak terdapat pengaruh antara kepercayaan pada dunia maya terhadap penerimaan sosial dengan skor R square atau koefisen determinasi sebesar 0,004. Hal ini berarti bahwa 0,004% variasi penerimaan sosial dapat dijelaskan oleh variasi keterbukaan diri. Sedangkan sisanya 99,6% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. c) Tidak terdapat pengaruh antara keterbukaan diri terhadap penerimaan sosial dengan kepercayaan terhadap dunia maya sebagai intervening variable dengan skor T hitung sebesar 0,194 dan T tabel sebesar 0,114 dengan tingkat signifikansi 0,303. Dari skor yang diperoleh terlihat bahwa T hitung > T tabel, akan tetapi dengna tingkat signifikansi sebesar p > 0,303 menunjukkan bahwa hasil tersebut tidak signifikan. Selain itu juga masih terdapat pengaruh secara langsung antara variabel bebas (keterbukaan diri) terhadap penerimaan sosial dengan skor sebesar 0,693 dan taraf signifikansi sebesar 0,000, setelah memasukkan variabel mediasi (kepercayaan terhdap dunia maya). Sehingga dapat disimpulkan kepercayaan terhadap dunia maya tidak memediasi hubungan antara keterbukaan diri dengan penerimaan sosial. 2. Pembahasan Hasil uji hipotesis yang pertama mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Calvaro dan Pelham (2006) yang berjudul When Fiends Become Friends: The Need of Belong and Perceptions of Personal and Group Discrimination yang mendapatkan suatu kesimpulan bahwa dalam berperilaku seorang indivdiu lebih berorientasi pada tujuan interpersonal daripada motif pribadi seperti halnya kebutuhan seksual dan kebutuhan akan kekuasaan. Hubungan antara keterbukaan diri dengan penerimaan sosial adalah hubungan yang positif, yang berarti bila individu memiliki kesediaan untuk mengungkapkan informasi yang bersifat pribadi tentang diri sendiri kepada orang lain, maka individu tersebut juga akan memiliki kesediaan untuk menerima kehadiran orang lain dan melibatkan mereka dalam interaksi sosial (Lumsden, 1996). Hasil uji hipotesis kedua sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wellman dan Gulia (1999) yang menyatakan interaksi online sangat mirip dengan interaksi tatap-muka. Seorang individu ada di dalam suatu masyarakat karena dia memiliki akses informasi, baik itu masyarakat riil ataupun virtual. Ruang informasi itulah membuat interaksi sosial menjadi mungkin. Karena orang-orang masih dapat berkomunikasi dengan orang lain tanpa adanya kehadiran fisik. Aktivitas manajemen kesan yang terjadi pada interaksi di dunia maya tidak hanya dipengaruhi oleh fakor internal saja (kepercayaan) melainkan juga faktor ekternal, seperti tujuan yang hendak dicapai melalui aktivitas manajemen kesan tersebut (Jones & Pittman dalam Park, Jin & Jin 2009). Dari hasil uji hipotesis yang ketiga di dapatkan bahwa penerimaan sosial pada komunitas virtual ternyata lebih dipengaruhi oleh variabel keterbukaan diri dibanding kepercayaan terhadap dunia maya. Seorang individu dengan keterbukaan diri yang tinggi akan memiliki JURNAL Psikologi Kepribadian dan Sosial Volume1 , No. 02 , Juni 2012 Septalia Meta Karina, Suryanto penerimaan sosial yang tinggi, terlepas dari seberapa tinggi tingkat kepercayaan terhadap dunia maya yang dimilikinya. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini telah menjawab tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh keterbukaan diri terhadap penerimaan sosial pada anggota Komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya dengan kepercayaan terhadap dunia maya sebagai intervening variabel. Dan dengan melihat analisa statistiknya, setelah memasukkan varaibel kepercayaan terhadap dunia maya, ternyata masih terdapat pengaruh langsung antara keterbukaan diri terhadap penerimaan sosial. Sehingga dapat dikatakan tidak terdapat pengaruh keterbukaan diri terhadap penerimaan sosial pada komunitas Backpacker Indonesia Regional Surabaya dengan kepercayaan terhadap dunia maya sebegai intervening variabel. Akan tetapi perlu diingat bahwa hasil penelitian ini hanya dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian saja, yaitu pada anggota Komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya, dan bukan pada anggota Komunitas Backpacker Indonesia secara keseluruhan. Adapun hambatan yang dialami oleh penulis ketika melakukan penelitian ini adalah: a) Proses pengambilan data memerlukan waktu yang lama. Karena sebelum sebelum pembagian kuesioner secara online dilakukan, penulis harus meminta kesediaan b) c) G. terlebih dahulu kepada calon subjek melalui direct message. Penulis merasa kesulitan untuk m e n d a p a t k a n j u m l a h s a m p l e ya n g dibutuhkan, dikarenakan tidak semua subjek bersedia mengisi kuesioner yang diberikan secara online oleh penulis. Tidak adanya kontrol dari penulis terhadap subjek saat melakukan pengisian kuesioner, karena pengisian kuesioner dilakukan secara online. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : a. Hipotesis 1 diterima, yang menandakan terdapat pengaruh antara keterbukaan diri terhadap penerimaan sosial pada anggota Komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya. b. Hipotesis 2 ditolak, yang menandakan tidak terdapat pengaruh antara kepercayaan pada dunia maya terhadap penerimaan sosial pada anggota Komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya. c. Hipotesis 3 ditolak, yang menandakan tidak terdapat pengaruh keterbukaan diri terhadap penerimaan sosial pada anggota Komunitas Backpacker Indonesia regional Surabaya dengan kepercayaan terhadap dunia maya sebagai intervening variable. PUSTAKA ACUAN Calvaro, M., & Pelham, B.W. (2006) When Fiends Become Friends: The Need of Beong and Perceptions of Personal and Group Discrimination. Journal of Personality and Social Psychology 2006, Vol. 90, No 1, 94-108. Corey, G. (1986). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (3rd ed.). Monterey, California: Brooks, Cole Publishing Company. Fukuyama, F. (1995). Trust: The Social Virtues and the Creation of Prosperity. New York: Free- Press Paperbacks. Gibbs, J.L., et al. (2006). Self-Presentation in Online Personals : The Role of Anticipated Future Interaction, Self-Disclosure, and Perceived Success in Internet Dating. Communication Research, 2006 33: 152. JURNAL Psikologi Kepribadian dan Sosial Volume1 , No. 02 , Juni 2012 Pengaruh Keterbukaan Diri terhadap Penerimaan Sosial pada Anggota Komunitas Backpacker Indonesia Regional Surabaya dengan Kepercayaan terhadap Dunia Maya sebagai Intervening Variabel Latipun. (2002). Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press. Laudon, K. C., & Jane P. L.. (2007). Management Information Systems Managing the Digital Firm. Tenth Edition. Pearson Prentice Hall Leary, M.R. (2010). (See References). A comprehensive review for readers wishing to expand their knowledge on the field of social acceptance and rejection. Neumann, W. L. (2000). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approach – 4 th edition. Allyn & Bacon: Boston. Wahyudi, R. (2011, Oktober). Naik 13 Juta, Pengguna Internet Indonesia 55 Juta Orang. TeknoKompas [onl i n e ] . D i a k s e s p a d a t a n g g a l 1 5 A g u s t u s 2 0 1 2 d a r i http://tekno.kompas.com/read/2011/10/28/16534635/Naik.13.Juta..Pengguna.Internet.Indonesia. 55.Juta.Orang. JURNAL Psikologi Kepribadian dan Sosial Volume1 , No. 02 , Juni 2012