Untitled - Perpustakaan BAPPENAS

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI INDONESIA
PERIODE 1978-2008
TESIS
DWI SARTIKA ADETAMA
0906586474
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
JAKARTA
JANUARI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI INDONESIA
PERIODE 1978-2008
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Ekonomi
DWI SARTIKA ADET AMA
0906586474
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
KEKHUSUSAN EKONOMI PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH
JAKARTA
JANUARI, 2011
SURAT PERNYAT AAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan dibawah ini dengan sebenamya menyatakan bahwa
tesis ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari temyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan
bertanggungjawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.
11
HALAMAN PERNYAT AAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah basil karya saya sendiri,
dan semua somber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
: Dwi Sartika Adetama
: 090658' 74
Nama
NPM
Tanda Tangan
Tanggal
: 1Desember 2010
lll
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh
Nama
NPM
Program Studi
Judul Tesis
: Dwi Sartika Adetama
: 0906586474
: Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik
: Analisis Permintaan Kedelai di Indonesia Periode
1978-2008
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Master
of Economic pada Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan
Publik, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
:Dr. Sartika Djamaluddin
(
~rtPK
)
/
Penguji
: Dr. Ir. Widyono Soetjipto ~
(
Penguji
: Dr. Ir. Riyanto
<·~{I
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal
C'vvf
2 7 DEC L0i0
IV
)
)
KATAPENGANTAR
Assalamu'alaikum, Wr. Wb
Puji dan syuk:ur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, serta berkat rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini merupakan
salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam memperoleh gelar Magister Ekonomi
di Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat
dukungan baik berupa moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Arindra A. Zainal, Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister
Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
2. Bapak Dr. Andi Fahmi Lubis selaku Sekretaris Program Studi Magister
Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
3. Ibu Dr.
Sartika Djamaluddin selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan tesis ini.
4. Bapak Dr. Widyono Soetjipto dan bapak Dr. Riyanto yang telah meluangkan
waktunya untuk menjadi dosen penguji dalam sidang Tugas Akhir. Terima
kasih atas saran dan kritik yang diberikan untuk tesis ini.
5. Para dosen yang telah menyampaikan kuliah serta membantu penulis dalam
memahami perkuliahan.
6. Pusbindiklatren Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang
telah memberikan kesempatan beasiswa kepada penulis.
7. Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik, Kementerian Perdagangan,
Perpustakaan UI, Perpustakaan IPB yang telah memberi bantuan data dan
informasi dalam rangka penyusunan tesis ini.
8. Seluruh staf sekretariat Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan
Publik yang telah membantu dan memberikan pelayanan selama penulis
mengikuti studi.
9. Suarpiku tercinta Indra Perdana, ST yang tidak habis-habisnya memberikan
doa, semangat, perhatian dan kasih sayang yang sangat besar dan selalu sabar
v
mendampingi, serta anakku tersayang Xavierra Ophelia Perdana yang selalu
menjadi penyemangat dan motivasiku.
10. Orangtuaku, Bapak Drs. Mohd. Zubier Ade dan lbu Dra. Niliswana serta
mertuaku, Bapak Ermansyah dan lbu Dede Cuansih yang telah memberikan
doa, dorongan, nasehat, dan perhatian.
11. Kakakku Berni Puspa Endah, SE,
adik-adikku Ade Kurniawan Riandala,
S.Kel., Panji Dwikusuma, M. Deddy Setiawan dan Yenita Adetama atas doa
dan dukungannya.
12. Ternan- ternan MPKP Pagi Bappenas XXI, terima kasih atas segala dukungan
moral dan ketjasamanya dalam menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan.
Sahabatku Setyo yang telah menemani penulis selama menempuh studi. Bekti
dan Yagi terima kasih untuk kebersamaannya selama bimbingan.
Akhir kata, penulis berharap semoga Allah Swt berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi yang membacanya, Amin.
Wassalamu'alaikum, Wr. Wb.
Jakarta, :l-J Desember 2010
Penulis,
Dwi Sartika Adetama
VI
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama
: Dwi Sartika Adetama
NPM
: 0906586474
Program Studi
: Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik
Departemen
: Ilmu Ekonomi
Fakultas
: Ekonomi
Jenis Karya
: Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
"Ana/isis Permintaan Kedelai di Indonesia Periode 1978- 2008"
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
In I
Universitas
Indonesia
berhak
meny1mpan,
mengalihmedialformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawaf, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan naam
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya
Dibuat di :Jakarta
Pada Tanggal : ~pesember 2010
Vll
ABSTRAK
Nama
: Dwi Sartika Adetama
Program Studi : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik
Judul
: Analisis Permintaan Kedelai di Indonesia Periode 1978-2008
Kedelai merupakan salah satu komoditas strategis di Indonesia, sehingga
mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional.
Pennasalahan yang dihadapi saat ini adalah permintaan kedelai terns meningkat
sebesar 7,22% per tahun, namun tidak dapat diimbangi oleh produksi dalam
negeri yang meningkat sebesar 2,08% per tahun. Upaya pemerintah untuk
memenuhi permintaan kedelai merupakan awal munculnya kebijakan impor
kedelai di Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan kedelai, dan menganalisis dampak kebijakan bea masuk impor
terhadap impor kedelai di Indonesia.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model log linier persamaan
simultan, yaitu Ln(QD) = a1 + P1 Ln(HD) + P2 Ln(Y) + P3 Ln(POP) + e, Ln(HD)
= a 2 + p4 Ln(HI) + e, dan Ln(QS) = Ln(QD). Pendugaan terhadap ketiga model
persamaan tersebut akan dilakukan dengan metode Two Stage Least Square
(TSLS) dengan menggunakan data sekunder periode 1978-2008. Program
komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eviews 4.1.
Diperoleh hasil sebagai berikut: Ln (QD) = -107,7512 - 1,894428 Ln(HD) +
0,463444 Ln(Y) + 10,57280 Ln(POP). Variabel-variabel independen yang
berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai adalah: variabel harga kedelai
dalam negeri dan jumlah penduduk. Ln(HD) = I 0,34644 + 0,191313 Ln(HI) +
AR(l) + e ,harga kedelai intemasional mempunyai hubungan positif. Ln(IM) =
-9,934196 + 2,778652 Ln(QD)- 1,263902 Ln(PD) + 0,349327 Ln(BM) + e, pada
persamaan impor kedelai diperoleh bahwa variabel-variabel independen yang
berpengaruh nyata terhadap impor kedelai adalah permintaan kedelai dan produksi
kedelai.
Elastisitas harga kedelai dalam negeri dan jumlah penduduk terhadap permintaan
kedelai masing-masing adalah sebesar -1 ,894428 dan I 0,57280. Artinya,
kebijakan perubahan harga kedelai dalam negeri dan jumlah penduduk akan
memberikan dampak yang besar terhadap permintaan kedelai di Indonesia.
Elastisitas harga kedelai intemasional terhadap harga kedelai dalam negeri sebesar
0,191313 bersifat inelastis. Elastisitas permintaan dan produksi kedelai terhadap
impor kedelai adalah 2,778652 dan -1,263902. Nilai R2 pada persamaan
permintaan kedelai sebesar 71,06%. Oleh karena itu, perlu penelitian selanjutnya
untuk menganalisis permintaan kedelai dengan menggunakan variabel-variabel
lain yang tidak digunakan pada penelitian ini.
Kata kunci : permintaan kedelai, impor kedelal, harga kedelai, jumlah
penduduk, produksi kedelai, model log linier persamaan simultan, elastisitas
Vlll
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name
Study Programme
Title
: Dwi Sartika Adetama
: Magister of Planning and Public Policy
:Analysis of Soybean Demand in Indonesia in 1978-2008
period
Soybean is one of the most strategic commodity of Indonesia, which need more
attention from the government in national food policy. Present problem is that
soybean demand is continue to increase at 7.22% every year, but it can not be
matched by domestic local production which increase is only at 2. 08% every year.
Government's effort to fulfill the soybean demand is the beginning of soybean
import policy in Indonesia.
The objective of this research is to analyze which factors affecting the soybean
demand and the impact of import duty towards soybean import in Indonesia.
The model which is used in this research is log linear simultaneous equations
model, that are Ln(QD) = a1 + fh Ln(HD) + /h Ln(Y) + /33 Ln(POP) + e, Ln(HD)
= a2 + /34 Ln(HI) + e and Log QS =Log QD. Fathoming of those equation models
will be using Two Stage Least Square (FSLS) method with secondary data in
1978-2008 period. Evies 4.1 is used as the computer program in this research.
The result obtained from this research is as follow :
Ln (QD) = -107.7512 - 1.894428 Ln(HD) + 0.463444 Ln(Y) + 10.57280
Ln(POP), Independent variables which affecting the soybean demand
significantly are domestiC soybean price and the population. Ln(HD) = 10.34644
+ 0.191313 Ln(HI) + AR(l) + e, international soybean price has possitive
relation. Ln(IM) = -9.934196 + 2. 778652 Ln(QD) - 1.263902 Ln(PD) +
0.349327 Ln(BM) + e. From the soybean import equation, the independent
variables which affecting the soybean import significantly are soybean demand
and soybean production.
The elasticity of domestic soybean price and population towards soybean demand
are at -1.894428 and 10.57280, which means any policy modifications in domestic
soybean price and population will give a significant impact on soybean demand in
Indonesia. The elasticity of international soybean price towards domestic soybean
price at 0.191313 is inelastic, which means any policy modifications in
international soybean price will not give a significant impact on domestic soybean
price. The elasticity of soybean demand and production towards soybean import
is at 2. 778652 dan -1.263902. The R2 in soybean demand equation is at 71.06%
value. Therefore further research is needed to analyze soybean demand using
other variables which are not used in this research.
Keywords :
soybean demand, soybean import, soybean price, population,
soybean production, is log linear simultaneous equations model,
elasticity '
lX
Universitas Indonesia
DAFfARISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
SURA T PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................................. ii
HALAMAN PERNYAT AAN ORIS IN ALIT AS ................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
HALAMAN PERNYAT AAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.. .......................... vii
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................. vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................... :............ xiii
1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
1.4 Hipotesis ......................................................................................_. ................ 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 6
1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6
1. 7 Alur Pemecahan Masalah ............................................................................. 7
1.8 Sistematika Penulisan ................................................................... -................ 7
2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 9
2.1 Kerangka Teoritis ......................................................................................... 9
2.1.1 Teori Permintaan ................................................................................ 9
2.1.2 Elastisitas ......................................................................................... 12
2.2 Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditi Kedelai di Indonesia ............... 15
2.2.1 Harga Dasar Kedelai ........................................................................ 15
2.2.2 Bea Masuk Impor. ....................................... ,.................................... 16
2.2.3 Tata Niaga ........................................................................................ 17
2.3 Perkembangan Komoditi Kedelai di Indonesia .......................................... 18
2.3.1 Produksi ........................................................................................... 18
2.3.2 Harga Kedelai Dalam Negeri ........................................................... 21
2.3.3 Harga Kedelai Intemasional ............................................................ 23
2.3.4 Pendapatan Perkapita ....................................................................... 24
2.3.5 Jumlah Penduduk ............................................................................. 24
2.4 Karakteristik Permintaan Kedelai .............................................................. 25
2.5 Karakteristik Harga Dalam Negeri ............................................................. 26
2.6 Karakteristik Impor Kedelai ....................................................................... 26
2.7 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 28
3 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 31
3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................................ 32
3.2 Variabel dan Definisi Operasional Variabel .............................................. 33
3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 34
3.4 Metode pengumpulan data ......................................................................... 34
3.5 Metode pengolahan data ............................................................................. 35
3.5.1 Spesifikasi Model ............................................................................ 35
3.5.2 Identifikasi Model .............................................._.............................. 36
X
Universitas Indonesia
3.5.3 Pengujian Statistik ........................................................................... 39
3.5.4 Pengujian Ekonometrika .................................................................. 40
4 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ .43
4.1 Pendugaan Model Permintaan Kedelai di Indonesia................................. .43
4.2 Hasil Pengolahan Data ............................................................................... 44
4.2.1 Permintaan kedelai ........................................................................... 44
4.2.2 Harga Kedelai Dalam Negeri ........................................................... 46
4.2.3 Impor Kedelai .................................................................................. 48
4.3 Pembahasan ................................................................................................ 51
4.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai ................... 51
4.3.1.1 Harga Kedelai Dalam Negeri ............................................. 51
4.3.1.2 Jumlah Penduduk ............................................................... 54
4.3.1.3 Impor.................................................................................. 56
4.3.2 Elastisitas ......................................................................................... 59
4.3 .2.1 Elastisitas harga dalam negeri terhadap permintaan kedelai
........................................................................................... 60
4.3 .2.2 Elastisitas jumlah penduduk terhadap permintaan kedelai 61
4.3.2.3 Elastisitas harga .kedelai internasional terhadap harga dalam
negeri ................................................................................. 61
4.3.2.4 Elastisitas permintaan terhadap impor kedelai .................. 62
4.3.2.5 Elastisitas produksi kedelai terhadap impor kedelai .......... 62
4.4 Implikasi Kebijakan .................. :................................................................ 63
5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 69
DAFTAR REFERENSI ......................................................................................... 70
LAMP IRAN ........................................................................................................... 72
Xl
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gam bar 1.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 7
Gam bar 2.1 Kurva Permintaan ................................................................................ 9
Gambar 2.2 Data Produksi Kedelai ....................................................................... 19
Gam bar 2.3 Harga kedelai dalam negeri ............................................................... 22
Gam bar 2.4 Data harga kedelai intemasional ....................................................... 23
Gambar 2.5 Data pendapatan per kapita Indonesia ............................................... 24
Gambar 2.6 Data Jumlah Penduduk Indonesia ..................................................... 25
Gam bar 2. 7 Dampak Keseimbangan Parsial Akibat Pemberlakuan Tarif............ 27
Gambar 4.1 Dampak Kebijakan Tarifterhadap Perubahan Surplus Produsen dan
Konsumen ......................................................................................... 66
xu
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Produksi Kedelai Indonesia dan Beberapa Negara Produsen Utama
Kedelai Dunia Tahun 2008 ..................................................................... 1
Tabel2.1 Kebijakan Harga Dasar Kedelai ............................................................ 16
Tabel 4.1 Hasil Pengolahan Persamaan Permintaan Kedelai ................................ 44
Tabel4.2 Hasil Pengolahan Persamaan Harga Kedelai Dalam Negeri ................ 47
Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Persamaan lmpor Kedelai ........................................ 48
Tabel 4.4 Perkembangan harga kedelai dalam negeri dan harga kedelai
intemasional periode 1978-2008 ........................................................... 52
Tabel4.5 Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia ......................................... 55
Tabel 4.6 Perkembangan produksi, permintaan dan impor kedelai ...................... 56
Xlll
Universitas Indonesia
BAB1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai
merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan
jagung. Komoditas ini mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah
dalam
kebijakan
pangan
nasional.
Menurut
Irwan
(2005),
kedelai
mengandung protein 30-50%, dan lemak 15-25% dan beberapa bahan gizi
penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin. Tanaman kedelai dapat
digunakan sebagai bahan baku berbagai industri makanan, minuman, pupuk
hijau dan pakan temak serta untuk diambil minyaknya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kedelai pada
periode 1978-2008 meningkat rata-rata sebesar 2,08% per tahun.
P~nipgkatan
produksi kedelai disebabkan karena meningkatnya produktivitas kedelai ratarata sebesar 1,49% per tahun, serta meningkatnya luas areal panen kedelai
rata-rata sebesar 0,56% per tahun. Perkembangan produksi kedelai di
Indonesia ini masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara produsen
utama kedelai dunia (Tabel 1.1 ).
Tabel 1.1 Produksi Kedelai Indonesia dan Beberapa Negara
Produsen Utama Kedelai Donia Tahun 2008
Ranking
I
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Produksi
Negara
80.748.700
59.242.480
46.238.087
15.545.141
9.905.000
6.311.794
3.335.900
1.259.676
880.000
775.710
230.581.106
Amerika Serikat
Brazil
Argentina
China
India
Paraguay
Canada
Bolivia
Uruguay
Indonesia
Total
• Sumber : F AO, Production Yearbook, 2008
1
Universitas Indonesia
2
Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa pada tahun 2008, Amerika
Serikat sebagai produsen kedelai tertinggi di dunia berproduksi sebesar 80,75
juta Ton. Sedangkan kedelai Indonesia menempati rangking ke-1 0 dengan
produksi sebesar 775.710 Ton. Pada tahun 2009, produksi kedelai Indonesia
meningkat kembali menjadi 972.945 Ton (Angka Sementara 2009) (Badan
Pusat Statistik, 2009). Produksi kedelai di Indonesia baru sekitar 0,3% dari
total produksi kedelai di dunia 230.581.106 Ton.
Walau produksi kedelai di Indonesia meningkat, namun hal ini tidak
dapat mengimbangi laju konsumsi kedelai. Konsumsi kedelai perkapita
meningkat dari 8,13 kg pada tahun 1998 menjadi 8,97 kg pada tahun 2004
(Suryana, et a/., 2005). Berdasarkan data BPS, Iaju rata-rata pertumbuhan
penduduk Indonesia tahun 1978-2008 adalah 1,56% per tahun. Sedangkan
data dari Departemen Pertanian bahwa Iaju pertumbuhan konsumsi kedelai
tahun 1978-2008 adalah 7,22% per tahun. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa tingkat konsumsi kedelai di Indonesia berkembang lebih cepat dari
perkembangan laju pertumbuhan penduduk. Dengan jumlah penduduk
sebanyak 220 juta orang dan rata-rata konsumsi per kapita kedelai sebesar 10
Kg/tahun maka diperlukan kacang kedelai untuk kebutuhan pangan minimal 2
juta ton per tahun. Sekitar 1,2 juta ton digunakan untuk produksi· tempe dan
tahu, 650 ribu ton untuk produksi kecap, dan selebihnya untuk produksi
pangan lainnya. sebanyak 1 juta ton untuk pakan temak dan sekitar 50 ribu
ton untuk benih.
Meningkatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia secara langsung
mempengaruhi pertumbuhan permintaan makanan. hal ini disebabkan oleh
pertambahan populasi dan perubahan pola pangan yang sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi. Dampak dari peningkatan pendapatan masyarakat
adalah perubahan pola pangan dari pola pangan karbohidrat tinggi dengan
protein rendah menjadi pola pangan karbohidrat lebih rendah dengan protein
yang lebih tinggi. Laju rata-rata pertumbuhan pendapatan perkapita tahun
1978-2008 adalah 18,09% per tahun, temyata Iebih besar dari tingkat
konsumsi kedelai di Indonesia yang 7,22% per tahun.
Universitas Indonesia
3
Konsumsi kedelai yang terns meningkat pesat setiap tabunnya, juga
sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi yang ditandai
oleh meningkatnya konsumsi per kapita kedelai sebesar 5,55%. Sebagian
besar produksi kedelai diolab menjadi bahan pangan yang siap dikonsumsi
oleh masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung seperti tempe,
tabu, kecap dan kripik tempe. Sekitar 115.000 pengusaha tabu dan tempe
anggota Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (KOPTI) adalah
konsumen terbesar kedelai. Mereka membutuhkan 1,2 juta ton kedelai per
tabun, atau lebih dari separuh dari total kebutuhan nasional sebanyak 2,2 juta
ton per tabun. Pabrik kecap, pernsabaan pakan ternak, dan industri makananminuman berada di urntan berikutnya sebagai konsumen kedelai.
Upaya pemerintah untuk memenuhi permintaan kedelai mernpakan
awal munculnya kebijakan impor kedelai di Indonesia. Pada tahun 1978,
volume impor kedelai di Indonesia hanya mencapai 160.000 Ton, namun
pada tahun 2008, volume impor kedelai telah menjadi 1.169.016 Ton. Selama
periode 1978-2008, volume impor kedelai meningkat sebesar 14,56% per
tahun. Impor kedelai cendernng meningkat, kondisi ini semakin memperlebar
kesenjangan antara produksi dan konsumsi. Sehingga tidak heran jika
Indonesia menjadi salah satu riegara pengimpor kedelai di dunia dengan
pangsa yang cukup besar, selain Belanda, Jepang, Korea Selatan dan Jerman.
Selain
melakukan
tmpor
kedelai,
pemerintab
Juga
terns
mengupayakan untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Hal ini
juga bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap kedelai impor.
Pada Tahun 2006 ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor sangat
tinggi yaitu lebih dari 60 persen. FAO memberikan rekomendasi untuk
mencapai ketahanan pangan cadangan harns mencapai
17-18% dari
kebutuhan konsumsi. Bappenas menyatakan bahwa Indonesia sudah dapat
dikatakan swasembada jika 90% kebutuhan domestik dipenuhi oleh produksi
dalam negeri (Sinar Tani, 2008).
Berdasar data dari Adisarwanto (2008), dalam jangka waktu 11 tahun
(1992-2002), telah terjadi selisih harga yang cukup besar antara harga kedelai'
Universitas Indonesia
4
impor dengan harga kedelai dalam negeri. Perbedaan yang tertinggi terjadi
pada tahun 1993 dan tahun 1994, yakni ketika harga kedelai impor jauh lebih
murah sekitar 75-76% dari harga kedelai lokal. Setelah itu selisih harga
mengalami penurunan pada tahun 2002, yakni selisih 2%. Semakin kecilnya
selisih harga tersebut menandakan bahwa tingkat harga di dalam negeri
tertekan untuk turun. Oleh karena itu, terjadi penurunan harga kedelai lokal
dari Rp. 2.643/kg pada tahun 1998 menjadi Rp. 2.475/kg pada tahun 2002.
Kondisi ini membuat petani enggan untuk menanam karena merasa tidak
mendapatkan harga yang sesuai dan cenderung merugikan petani. Pada tahun
2003-2007, tingkat harga kedelai di petani masih berkisar antara Rp.
2.650/kg-Rp. 3.500/kg dengan harga tertinggi Rp. 3.900/kg. Namun pada
bulan Januari 2008, harga pada saat panen untuk kedelai yang ditanam pada
awal musim hujan 2007/2008 mengalami kenaikan dari Rp. 5.500/kg menjadi
Rp. 7 .500/kg, yakni bersamaan dengan kenaikan harga kedelai dunia.
Pada tahun 2008, pemerintah menerapkan kebijakan menghapus bea
masuk (BM) impor kedelai dari 10 persen menjadi nol persen. Langkah ini
ditempuh untuk mengatasi keterbatasan pasok kedelai di dalam negeri yang
sebanyak 70 persen atau 1,3 juta ton per tahun masih diimpor. Hal ini
semakin mengakibatkan harga kedelai impor jauh lebih murah dari harga
kedelai lokal (Suara Karya, 15 Januari 2008). Harga rata-rata kedelai pada
bulan Agustus 2009 sebesar Rp. 7.849,-/kg untuk kedelai impor sedangkan
kedelai lokal sebesar Rp. 8.654,-/kg (Departemen Perdagangan, 2009).
Departemen
pengadaan
pangan
Pertanian
melalui
memasukkan
peningkatan
kedelai
produksi.
dalam
kebijakan
Pengadaan
dan
pengembangan kedelai sangat penting dan strategis, sebab produksi nasional
belum mencukupi kebutuhan nasional. Permasalahan yang dihadapi saat ini
adalah permintaan kedelai terns meningkat sebesar 7,22% per tahun, namun
tidak dapat diimbangi oleh produksi dalam negeri meningkat sebesar 2,08%
per tahun. Hal ini disebabkan permintaan kedelai yang begitu cepat,
sementara produksi kedelai berkembang lambat dikarenakan produktivitas
kedelai lokal masih rendah (Suryana, 2005). ·
Universitas Indonesia
5
Seiring meningkatnya permintaan kedelai di Indonesia seperti yang
diuraikan di atas, perlu diperhatikan bagaimana mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan kedelai di Indonesia. Oleh karena itu, perlu
penelitian untuk menganalisis permintaan kedelai di Indonesia. Penulis dalam
tesis ini mengangkat judul "Analisis Permintaan Kedelai Di Indonesia
Periode 1978-2008".
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang sebelumnya dapat dikatakan secara umum
bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di
Indonesia. Berkenaan dengan hal tersebut, permasalahan yang akan dibahas
dalam studi ini diformulasikan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan kedelai, apakah
harga kedelai dalam negeri, pendapatan per kapita, jumlah penduduk, dan
impor kedelai di Indonesia?
2. Bagaimana dampak kebijakan bea masuk impor terhadap impor kedelai di
Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang mgm
dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai, yaitu
harga kedelai dalam negeri, pendapatan per kapita, jumlah penduduk, dan
impor kedelai di Indonesia.
2. Menganalisis dampak kebijakan bea masuk impor terhadap impor kedelai
di Indonesia.
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diduga pada penelitian ini adalah :
1. Harga kedelai dalam negeri diduga berpengaruh negatif terhadap
perminta~n
kedelai.
Universitas Indonesia
6
2. Pendapatan per kapita diduga berpengaruh positif terhadap permintaan
kedelai.
3. Jumlah penduduk diduga berpengaruh positifterhadap permintaan kedelai.
4. Harga kedelai dalam negeri, pendapatan per kapita, dan jumlah penduduk
diduga secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan kedelai.
5. Harga kedelai intemasional diduga berpengaruh positif terhadap harga
kedelai dalam negeri
6. Produksi kedelai dalam negeri diduga berpengaruh negatif terhadap impor
kedelai.
7. Kebijakan bea masuk impor diduga berpengaruh negatif terhadap impor
kedelai.
8. Produksi kedelai, permintaan kedelai, dan kebijakan bea masuk 1mpor
diduga secara bersama-sama berpengaruh terhadap impor-kedelai
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Beberapa hal yang menjadi ruang lingkup dan· batasan dalam
penelitian ini adalah :
I. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan kedelai di
Indonesia hanya dilakukan terhadap harga kedelai dalam negeri,
pendapatan per kapita, jumlah penduduk, dan impor kedelai di Indonesia.
2. Permintaan kedelai yang dibahas dalam penelitian ini tidak membedakan
jenis permintaan kedelai apakah untuk bahan baku industri atau sebagai
bahan konsumsi.
3. Rentang waktu yang digunakan dalam penelitian m1 adalah 31 tahun,
mulai dari tahun 1978 sampai dengan tahun 2008.
1.6 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan masukan
bagi pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian sebagai penentu
kebijakan pangan, khususnya kedelai, untuk mendapatkan gambaran
mengena1
faktor-faktor
apa saja yang dapat mempengaruhi
tingkat
permintaan kedelai di Indonesia. Nantinya diharapkan Departemen Pertanian
Universitas Indonesia
7
dapat merumuskan berbagai kebijakan untuk: mengantisipasi berbagai kondisi
yang akan terjadi terkait tingkat permintaan kedelai di Indonesia.
1.7 Alur Pemecahan Masalah
Dalam
penelitian
m1,
maka
alur
pemecahan
masalah
akan
memudahkan bagi pembaca untuk: memahami alur penelitian.
I
Analisis Permintaan Kedelai di Indonesia
I
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
kedelai di Indonesia
- Harga Kedelai Dalam Negeri ____. Harga Kedelai Intemasional
- Pendapatan per kapita
- Jumlah Penduduk
-
Produksi Kedelai
~
Impor Kedelai
Bea Masuk Impor
Analisis data : Persamaan Simultan dengan metode Two Stage Least
Square (TSLS)
Kesimpulan dan implikasi kebijakan
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
1.8 Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas, maka perlu adanya
sistematika penulisan tesis ini. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
8
BABI PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan
penelitian,
kerangka
berpikir,
hipotesis,
metodelogi
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas kerangka teoritis permintaan, jurnal dan hasil
penelitian sebelumnya, kebijakan pemerintah terhadap komoditi
kedelai, serta penentuan hipotesis penelitian, serta karakteristik
permintaan kedelai, harga kedelai dan impor kedelai di Indonesia.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai pendekatan penelitian, variabel dan
definisi operasional variabel, jenis dan sumber data yang digunakan
dalam penelitian, metode pengumpulan data serta pengolahan data.
BAB 4 PEMBAHASAN
Dalam bab ini membahas mengenat hasil pengolahan data, dan
pengujian statistik.
BAB 5 KESIMPULAN
Dalam bab ini berisi kesimpulan, saran dan rekomendasi kebijakan.
Universitas Indonesia
BAB2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1
Teori Permintaan
Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang
pada berbagai tingkat harga selama periode tertentu. Teori permintaan
menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga.
Dalam menganalisa permintaan perlu dibedakan antara permintaan dan
jumlah barang yang diminta. Permintaan menggambarkan keadaan
keseluruhan hubungan antara harga dan jumlah permintaan. Sedangkan
jumlah barang yang diminta merupakan banyaknya permintaan
pada
tingkat harga tertentu. Hubungan antara jumlah permintaan dan harga ini
menimbulkan adanyanya hukum permintaan. Hukum permintaan pada
hakekatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan bahwa semakin
rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan atas barang
tersebut,
begitupun sebaliknya.
Berdasarkan ciri
hubungan
antara
permintaan dan harga dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Qo
01
Q
Gambar 2.1 Kurva Permintaan
Untuk barang normal, pada harga yang sama bertambahnya
pendapatan konsumen dan meratanya pendapatan bisa menyebabkan
meningkatnya permintaan. Dengan demikian, kurva permintaan barang
yang arahnya negatif ini akan bergeser ke kanan, dengan syarat ceteris
paribus. Sebaliknya l!ntuk barang inferior, bertambahnya pendapatan
justru mengakibatkan berkurangnya permintaan. Ini berarti dengan
9
Universitas Indonesia
10
naiknya pendapatan, kuva permintaan akan bergeser ke kiri, ceteris
paribus. Untuk barang netral, bertambah atau berkurangnya pendapatan
tidak akan mempengaruhi fungsi permintaan. Barang-barang normal,
seperti kacang kedelai, pakaian, dan sebagainya, selalu mengikuti hukum
permintaan yang menyatakan bahwa makin tinggi harga, makin berkurang
permintaan, atau sebaliknya. Sedangkan pada barang netral, seperti garam,
tinggi rendahnya harga tidak akan (sedikit sekali) mempengaruhi fluktuasi.
Sebab, walaupun harga garam turun, orang tidak akan menambah
konsumsi garam. Begitu juga sebaliknya hila harga garam naik, konsumen
tidak bisa mengurangi kebutuhannya akan garam, kecuali bagi konsumen
yang mengalami penyakit tertentu. (Daniel, M., 2001)
Menurut Sukimo (1994) ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi
permintaan, yaitu :
a. Pendapatan konsumen
Perubahan dalam pendapatan selalu menimbulkan perubahan
atas permintaan berbagai jenis barang. Berdasarkan sifat perubahan
permintaan yang akan berlaku apabila pendapatan berubah, berbagai
jenis barang dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1. Barang normal, yaitu barang yang mengalami kenaikan dalam
permintaan sebagai akibat dai kenaikan pendapatan. Kebanyakan
barang yang ada dalam masyarakat termasuk dalam holongan m1.
Ada dua faktor yang menyebabkan barang-barang seperti itu,
permintaannya akan mengalami kenaikan jika pendapatan konsumen
bertambah, yaitu : pertambahan pendapatan menambah kemampuan
untuk membeli Iebih banyak barang-barang, dan konsumen dapat
menukar konsumsinya dari barang yang kurang baik mutunya ke
barang-barang yang lebih baik.
n. Barang inferior, yaitu barang yang banyak diminta oleh masyarakat
yang berpendapatan rendah. Jika pendapatan bertambah, maka
permintaan barang-barang inferior berkurang. Konsumen yang
mengalami kenaikan pendapatan akan mengurangi pengeluarannya
Universitas Indonesia
11
untuk barang-barang inferior dan menggantinya dengan barangbarang yang lebih baik mutunya.
b. Jumlah penduduk
Pertambahan
menyebabkan
jumlah
bertambahnya
penduduk
tidak
permintaan.
pertambahan penduduk akan diikuti
dengan
Akan
sendirinya
tetapi
biasanya
oleh perkembangan dalam
kesempatan kerja. Dengan demikian akan lebih banyak orang yang
menerima pendapatan, sehingga menambah daya beli masyarakat.
Penambahan ini akan menambah jumlah permintaan.
c. Harga barang yang lain
Berkaitan diantara sesuatu barang dengan berbagai jenis barang
lainnya dapat dibedakan menjadi tiga golongan barang, yaitu :
1.
Barang substitusi (pengganti), yaitu barang yang menggantikan
barang lainnya, jika barang tersebut dapat menggantikan fungsinya.
Harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang
yang dapat digantikannya. Sekiranya harga barang pengganti
bertambah murah, maka barang yang digantikannya akan mengalami
pengurangan dalam permintaan.
11.
Barang komplementer (pelengkap ), yaitu barang yang dikonsumsi
bersama-sama
atau
berpasangan.
Kenaikan
atau
penurunan
permintaan barang pelengkap selalu sejalan dengan perubahan
permintaan barang yang dilengkapinya. Jika permintaan barang yang
dilengkapi naik, maka permintaan barang pelengkap juga naik.
m. Barang netral (barang yang tidak berkaitan), yaitu barang yang tidak
memiliki kaitan yang rapat. Perubahan permintaan salah satu barang
tidak akan mempengaruhi permintaan barang lainnya.
d. Selera konsumen
Semakin tinggi selera konsumen terhadap suatu barang, semakin
banyak barang yang diminta. Selera konsumen dapat dinyatakan dalam
indeks preferensi konsumen. Indeks ini dapat diperbaharui setiap saat
Universitas Indonesia
12
dengan dasar survei mengenai tingkah laku konsumen terhadap barang
yang bersangkutan.
e. Ramalan mengenai masa datang
Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan di
masa yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan
konsumen bahwa harga-harga akan menjadi bertambah tinggi di msa
datang akan mendorong untuk lebih banyak membeli di masa sekarang.
Hal ini dimaksudkan untuk menghemat di masa mendatang.
Salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya permintaan
atas hasil produksi pertanian yaitu bertambahnya jumlah penduduk dan
perubahan perilaku konsumen. Disamping itu adanya kenaikan jumlah
pendapatan mengakibatkan konsumen cenderung untuk meningkatkan pola
konsumsinya. Faktor lain yang menentukan bertambahnya jumlah
permintaan adalah harga dari komoditas pertanian tersebut serta harga
barang substitusi dan harga barang komplementer.
2.1.2
Elastisitas
Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah
unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang
mempengaruhinya (ceteris paribus). Ada tiga faktor terpenting yang
mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang, yaitu harga barang itu
sendiri, harga barang lain dan pendapatan. Elastisitas yang dikaitkan
dengan harga barang itu sendiri disebut elastisitas harga. Sedangkan
elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang lain disebut elastisitas
silang,
dan
hila
dikaitkan
dengan
pendapatan
disebut
elastisitas
pendapatan. Biasanya komoditas pertanian termasuk barang yang inelastis.
Semakin mudah faktor produksi disubstitusi oleh faktor produksi yang lain
sebagai reaksi perubahan harga faktor produksi tersebut maka makin besar
elastisitas faktor produksi terse but.
.
Menurut Daniel, Moehar (200 1), Elastisitas harga adalah besaran
perubahan jumlah barang yang diminta konsumen sebagai akibat
Universitas Indonesia
13
perubahan harga. Konsep ini menyatakan perbandingan antara persentase
perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perubahan
harga.
Persetase pentbahan jumlah barang yang diminta
Pe rsentase peru bah an barga
Elastisitas merupakan rasio atau perbandingan dari dua ukuran.
Oleh karena itu, besara elastisitas tergantung pada besaran persentase
perubahan, baik perubahan barang yang diminta maupun perubahan harga.
Elastisitas dinyatakan dengan angka dengan kisaran masksimum lebih
besar dari I dan minimum tidak terhingga. Berikut kisaran besara
elastisitas permintaan terhadap harga barang.
a. Bila elastisitas permintaan (Ed) lebih besar dari angka satu, Ed > I),
dikatakan
elastis
maka
setiap perubahan
harga
mengakibatkan
perubahan lebih besar dari jumlah yang diminta.
b. Bila Ed < 1, dikatakan inelastis maka setiap perubahan harga
mengakibatkan perubahan lebih kecil dalam jumlah yang diminta.
c. Bila Ed = I, dikatakan unitary elasticity maka setiap perubahan harga
mengakibatkan perubahan proporsional dalam jumlah yang diminta.
d. Bila Ed = 0, dikatakan elastisitas sama dengan nol maka berapun harga
barang mengakibatkan jumlah yang diminta tidak akan terpengaruh.
e. Bila Ed=-, dikatakan elastisitas tidak terhingga maka perubahan harga
barang hanya mempunyai dua akibat, yaitu jumlah yang diminta tak
terhingga atau sama dengan nol, dimana kurvanya berbentuk garis
horizontal.
Dengan memperhatikan besaran elastisitas, para perencana atau
pengambil kebijakan (maanjer perusahaan/petani produsen dan lainnya)
dapat dengan mudah merencanakan besamya permintaan terhadap suatu
komoditas hila terjadi perubahan
p~da
harga komoditas tersebut. Dalam
menulis angka elastisitas ini sering kita melihat tanda negatif dimukanya.
Universitas Indonesia
14
Ini menunjukkan bahwa apabila harga naik diikuti oleh penurunan jumlah
yang diminta, dan sebaliknya apabila haraga turun diikuti kenaikan jumlah
yang diminta.
Pengukuran angka elastisitas dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
a. Elastisitas pada satu titik di dalam kurva permintaan (point elasticity).
b. Elastistas di antara dua titik pada kurva (arc elasticity)
Dalam praktek banyak orang menghitung elastisitas ini dengan cara
yang kedua yang disebutkan di atas, yaitu arc elasticity/elastisitas busur,
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
= oQ X :EP/n
Ed
P
8P
:EQ/n
atau
Elastisitas silang terhadap permintaan adalah perubahan harga satu
barang tidak hanya berpengaruh terhadap jumlah permintaan atas barang
itu, tetapi juga berpengaruh pada jumlah permintaan terhadap barang
lainnya. Contoh di Jawa Timur, beras dan jagung merupakan bahan
makanan pokok, hila terjadi perubahan harga pada beras maka jumlah
permintaan terhadap beras akan berubah, disamping itu terjadi pula
perubahan permintaan terhadap jagung. Pemyataan ini dapt dituliskan
sebagai berikut :
Persetase peru bah an j umlah barang yang diminta atas barang X
E5 =
Pe rsentase peru bah an harga barang \'
Dengan pengertian bahwa perubahan jumlah barang X yang
diminta tersebut adalah semata-mata diakibatkan oleh perubahan harga
barang Y. Dalam arti ekonomi, selain besaran angka elastisitas silang,
yang lebih penting lagi adalah tandanya. Tanda yang positif berarti barang
X d'an Y merupakan barang substitusi, sedangkan hila tandanya negatif
Universitas Indonesia
15
maka barang X dan Y adalah barang komplementer. Makin besar angka
elastisitas itu makin dekat hubungan antara kedua barang yang
bersangkutan.
Elastisitas pendapatan atas permintaan adalah perubahan jumlah
yang diminta sebagai akibat perubahan pendapatan dari konsumen.
Pemyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :
Persentase perubahan jumlah barang yang diminta
Es =
P~rs~ntase
perubaban
p~ndapatan
Dengan pengertian bahwa pendapatan merupakan satu-satunya
faktor pengubah, semen tar faktor-faktor lainnya terutama harga barang
yang bersangkutan tetap. Pada elastisitas harga atas permintaan tandanya
hampir selalu negatif, sedangkan pada elastisitas pendapatan atas
permintaan tandanya hampir selalu positif. Konsumen yang menjadi lebih
kaya karena naik pendapatannya, daya belinya akan meningkat dan ia akan
membeli barang-barang konsumsi lebih banyak nienurut kebutuhannya,
paling tidak akan terjadi peningkatan kualitas.
2.2 Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditi Kedelai di Indonesia
Melihat kebelakang sejarah kebijakan kedelai yang pemah terjadi di
Indonesia, sebenamya berbagai kebijakan tentang perkedelaian pemah
dilakukan oleh pemerintah. Segala macam kebijakari tersebut dilakukan
dalam upaya meningkatkan kualitas perkedelaian di Indonesia, yaitu untuk
peningkatan produksi, perbaikan tataniaga, perbaikan harga produsen dan
yang pasti mengurangi jumlah impor.
2.2.1
Harga Dasar Kedelai
Kebijakan penetapan harga dasar kedelai dilakukan selama lima
Pelita dan dilakukan penyesuaian-penyesuaian, yaitu pada tahun 1969,
1973, 1974, 1978, 1979, 1983, 1984, 1988 dan 1990. Pada tahun 1988
harga dasar kedelai Rp 733/kg menjadi Rp 889/kg pada tahun 1990.
Kebijakan harga dasar dimulai sejak tahun 1979/80 sampai akhir tahun
1991 dan setiap tahun ditetapkan melalui lnpres pada tanggal 1 Nopember
Universitas Indonesia
16
kecuali untuk: tahun 1991 yang ditetapkan sebulan lebih awal. Seperti
terlihat pada Tabel 2.1 harga dasar kedelai dimulai pada tingkat Rp 210
per kg dan berakhir pada tingkat Rp 500 per kg selama kurun waktu 12
tahun tersebut. Kebijakan harga dasar telah dihentikan pemerintah sejak
tahun 1991 sampai sekarang.
Tabel 2.1 Kebijakan Harga Dasar Kedelai
Taboo
Barga dasar kedelai (HDK)
(Rpfk2)
Tanggal Berlaku
1979/80
210
1/11/1979
1980/81
240
1/11/1980
1981/82
270
1111/1981
1982/83
280
1/1111982
1983/84
280
1111/1983
1884/85
300
1/1111984
1986
300
1111/1986
1987
300
1111/1987
1988
325
1111/1988
1989
370
1/ll/1989
1990
400
111111990
1991
500
3/10/1991
Sumber : Departemen Pertanian
2.2.2
Bea Masuk Impor
Kebijaksanaan
pengenaan
bea
masuk
kedelai
impor perlu
diterapkan agar dapat memberikan tingkat proteksi yang diperlukan untuk:
melindungi produsen kedelai di dalam negeri. Dengan tingkat bea masuk
tertentu akan dapat dibentuk tingkat harga yang tidak akan menyaingi
harga kedelai lokal. Strategi ini sejalan dengan era tarifikasi yang
dikehendaki dalam globalisasi perdagangan untuk menggantikan segala
bentuk kebijaksanaan pengaturan tata niaga untuk melindungi produsen
dalam
negeri.
Pemerintah
menunjuk
Bulog
untuk
melaksanakan
kebijaksanaan tersebut dengan dukungan penuh.
Tarif bea masuk impor kedelai yang berlaku pada tahun 1983-1993
adalah sebesar sepuluh persen, kemudian pada tahun 1994-1996 tarif
Universitas Indonesia
17
diturunkan menjadi lima persen, dimana Indonesia telah meratifikasi
kesepakatan
World
Trade
Organization
melalui
UU
No.7/1994.
Konsekuensinya adalah Indonesia dituntut untuk segera melakukan
penyesuaian kebijaksanaan pertanian dan kebijaksanaan perdagangannya.
Bentuk penyesuian tersebut antara lain adalah penurunan tarif impor
produk pertanian dan pengurangan subsidi input pertanian.
Terhitung 29 September 1998, tarif bea masuk kedelai impor yang
semula lima persen dihilangkan menjadi nol persen. Kebijakan tersebut
justru memperburuk kondisi petani kedelai dalam negeri. Berdasarkan
teori perdagangan Salvatore, kebijakan tersebut akan menyebabkan
turunnya harga kedelai pada tingkat petani. Sebaliknya, kebijakan tersebut
menguntungkan industri pengolahan kedelai, karena dapat menikmati
murahnya harga kedelai impor dengan kualitas dan pasokan yang lebih
menjamin kontinuitas produknya.
Berdasar Keputusan Menteri Keuangan Nomor 557/K.MK.Ol/2003,
pada tahun 2003 tarif bea masuk impor kedelai menjadi 15 persen dan
diperbaharui lagi menjadi 10 persen pada tahun 2006 serta yang terakhir
yaitu tahun 2008 tarif bea masuk impor kedelai diubah menjadi nol persen
kembali, yang untuk kali ini bukan hanya melalui satu keputusan menteri
saja melainkan juga dengan dikeluarkannya Keppres. Hal tersebut
dilakukan karena terjadi sangat tingginya perubahan harga kedelai di
dalam negeri yang mencapai lebih dari 100 persen. Keputusan Menteri
Keuangan
Nomor
557
tersebut
dilakukan
untuk
mengantisipasi
kekurangan stok kedelai di dalam negen, peningkatan konsumsi dan
semakin tingginya harga dalam negeri.
2.2.3
Tata Niaga
Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan tataniaga kedelai
adalah Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 406/MPP/Kepi 1111997, yang berlaku mulai 1 J anuari
.
1998. Kebijakan tersebut menerangkan bahwa. impor kedelai yang semula
hanya dilakukan oleh Bulog diubah menjadi boleh dilakukan oleh importir
Universitas Indonesia
18
umum. Kebijakan tersebut memberikan darnpak memacu peningkatan
impor kedelai dari Amerika Serikat, China, Argentina dan Brazil dalam
jumlah besar. Sehingga hal tersebut akan mempemgaruhi pasokan kedelai
di dalam negeri dan kestabilan harga domestik. Dampak yang lebih buruk
adalah akan mempengaruhi motivasi petani produsen secara negatif untuk
menanam kedelai. Pada akhimya dampak kebijakan tersebut menurunkan
produksi kedelai nasional.
Berdasarkan penelitian Hadipumomo (2000), dijelaskan bahwa
sebelum era perdagangan bebas, Bulog masih memonopoli kedelai impor.
Bulog menyalurkan kedelai impor ke KOPTI (Koperasi Tahu dan Tempe
Indonesia), KPKD (Kelompok Pedagang Kacang Kedelai) dan industri
pengolah pangan. Kopti belum dapat memenuhi kebutuhan industri tahu
dan tempe. Sebelum tahun 1997, pemerintah masih memberlakukan impor
terbatas (kuota), sehingga tidak semua industri dapat menggunakan kedelai
impor. Hal ini dilakukan agar produksi kedehti lokal dapat terlindungi,
mengingat harga kedelai lokal lebih mahal daripada kedelai impor. Dalam
hal ini Bulog menjual kedelai impor dengan harga lebih tertentu kepada
industri tahu dan· tempe sehingga selisih harga. kedelai lokal tidak terlalu
besar dengan kedelai impor. Harga impor yang ditetapkan telah
dipertimbangkan dari segi daya beli industri sehingga petani kedelai dapat
berproduksi. KOPTI dan KPKD yang mendapat jatah kedelai dari
pemerintah dapat beroperasi dengan baik karena mampu bersaing harga
dengan pedagang besar.
2.3
Perkembangan Komoditi Kedelai di Indonesia
2.3.1
Produksi
Dalam perekonomian nasional, peranan kedelai sangat penting,
tidak hanya sebagai bahan baku industri pakan temak berupa bungkil
kedelai tetapi juga sebagai sumber protein nabati bagi masyarakat terutama
dalam bentuk produk olahan seperti tahu, tempe dan kecap. Kedelai telah
lama dikenal di Indonesia, diperkirakan dibawa oleh pedagang Cina.
Mengingat per~nannya yang sangat penting dan permintaan terns
Universitas Indonesia
19
meningkat, baik pada masa pemerintahan Orde Lama maupun Orde Baru,
telah mengupayakan untuk peningkatan produksi kedelai terutama melalui
perluasan areal dan terfokus di Pulau Jawa.
Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih
terbuka Iebar, baik melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan
areal tanam. Saat ini, rata-rata produktivitas nasional kedelai baru 1,3
tonlha dengan kisaran 0,6-2,0 ton/ha di tingkat petani, sedangkan di
tingkat penelitian telah mencapai 1,7-3,2 tonlha, bergantung pada kondisi
lahan dan teknologi yang diterapkan.
Angka-angka ini menunjukkan
bahwa produksi kedelai di tingkat petani masih bisa ditingkatkan melalui
inovasi teknologi. Perluasan areal tanam kedelai dapat diarahkan pada
lahan sawah, lahan kering, dan lahan pasang surut.
Produksi Kedelai di Indonesia
lOOOOOO
1300000
• 1600000
; HOOOOO
: 1100000
1000000
300000
600000
.JOOOOO
100000
0
00
,.._
0"·
....
.......
....0"·
,.....
co
....
Cl
0
o-.
....
Cl
-TJhun
--Produksi (Ton)
Gambar 2.2 Data Produksi Kedelai
Sumber : Departemen Pertanian, 2008
Produksi kedelai Indonesia tertinggi dicapai pada tahun 1992
sebesar 1.869.713 Ton dengan luas panen 1.665.706 Ha, luas panen ini
tertinggi sepanjang periode 1978 - 2008. Setelah tahun 1992 produksi
kedelai cenderung menurun, hal ini disebabkan semakin sedikitnya luas
lahan yang ditanami kedelai. Peningkatan produksi juga terlihat pada tahun
2008 sebesar 775.710 Ton sebelumnya menurun sebesar 592.534 Ton.
Pengembangan kedelai di Indonesia selain ditentukan oleh ketersediaan
lahan, juga ditentukan oleh faktor lingkungan dan kondisi sosial petani.
Universitas Indonesia
20
Walaupun dibeberapa daerah, tanaman kedelai sudah mulai berkembang,
tetapi sampai saat ini produksi kedelai masih terpusat di pulau J awa. Hal
ini secara implisit mencerminkan adanya perbedaan sumberdaya antar
daerah yang mempengaruhi petani dalam memilih usahatani kedelai.
Perbandingan luas tanam dan produksi di Indonesia pada tahun
2004 seperlima puluh bagian dari luas tanam dan produksi di Amerika
Serikat. Demikian juga produktivitas kedelai Indonesia seperdua dari
Amerika Serikat. Namun masa panen kedelai di negara subtropis selama 6
bulan. Sedangkan di Indonesia masa panen kedelai hanya 3 bulan,
sehingga Indonesia memungkinkan untuk tanam kedelai 2 kali setahun.
Pengelolaan usahatani, panen dan pasca panen di Amerika sudah
dilakukan secara modem dengan menggunakan alat dan mesin pertanian
dikarenakan kepemilikan laban milik petani cukup luas. Berbeda dengan
usahatani di Indonesia yang masih secara tradisional dan kepemilikan
lahannya sempit. Ukuran benih kedelai Amerika berbiji besar. Secara
nasional, kita memiliki benih berbiji besar seperti varietas Argomulyo dan
Burangrang (untuk kebutuhan benih 50 kglha) tidak jauh berbeda dengan
benih kedelai Amerika (59,7 kglha), namun varietas ini masih belum lama
dilepas dan perlu banyak dikembangkan, sehingga sebagian besar petani
masih
menggunak~m
benih berbiji kecil (40 kglha).
Total produksi kedelai dunia selama kurun waktu tahun 2000-2007
masih didominasi oleh produksi dari negara Amerika Serikat dan Brazil
yang menguasai 60% pangsa produksi. Masing-masing negara tersebut
telah'mencapai produksi 72 juta dan 28 juta ton per tahun (FAO, 2007).
Selama I 0 tahun terakhir, diketahui bahwa perkembangan luas areal tan am
kedelai di Indonesia di Tingkat dunia masih berada di bawah Amerika
Serikat, Brazil, dan India. Sementara dari aspek produktivitas per
hektarnya, Indonesia dan India selalu berada pada posisi sekitar I ,0 tonlha.
Angka ini jauh dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Brazil yang
produktivitas per hektamya sudah melebihi 2,0 ton/ha. Hanya saja India
terns mengupayakan penambahan luas areal panennya hingga 21,8% per
Universitas Indonesia
21
tahun, dari sekitar 1 juta hektar pada tahun 1991 menjadi 5 juta hektar
pada tahun 2000.
Dengan demikian, dalam kurun waktu lima tahun terakhir India
telah berkembang menjadi salah satu negara eksportir kedelai dunia.
Peningkatan luas areal panen tersebut berasal dari 60% di lahan bukaan
baru dan 40% mengganti tanaman lain. Hal ini merupakan pelajaran
pelajaran yang berharga bagi Indonesia bahwa pendekatan penambahan
luas areal panen tersebut sangat memungkinkan untuk dilaksanakan
terutama di daerah di luar Pulau Jawa melalui pengembangan areal tanam
baru, serta tumpangsari dengan ubi kayu atau tanaman tahunan muda
(kelapa sawit dan karet). (Adisarwanto, 2008)
2.3.2 . Harga Kedelai Dalam Negeri
Harga kedelai pada tingkat produsen dan konsumen dipengaruhi
oleh banyak faktor, antara lain: harga faktor produksi, dan kebijaksanaan
pemerintah dalam pemasaran kedelai. Faktor yang menyebabkan harga
kedelai lokal dan harga kedelai impor tidak menunjukkan fluktuasi yang
berarti, adalah karena pengaruh dari mekanisme pengendalian harga yang
dilakukan pemerintah melalui Bulog, terutama terhadap kedelai impor.
Pemilihan kedelai impor oleh industri tempe karena butiran
kedelainya cukup besar, sehingga volume kedelai impor yang diperlukan
lebih sedikit dibandingkan dengan kedelai lokal untuk membuat tempe
dengan ukuran yang sama. Sedangkan industri tahu memerlukan pati,
kedelai lokal mengandung pati yang lebih banyak dibandingkan dengan
kedelai impor. Di samping itu, karena rasio harga grosir di daerah
produsen dan konsumen cukup tinggi (0,8-0,9), maka di dalam pemasaran
kedelai akan tetjadi ketjasama grosir di daerah konsumen dengan grosir di
daerah produsen. Hal ini harus dilakukan karena selisih harga grosir pada
daerah produsen dan konsumen cukup kecil. (Amang, et.al, 1996)
Universitas Indonesia
22
Harga Kedelai Dalam Negeri
6000
sooo
4000
3000 2000
1000
0
1978198019821984198 6198819901992199419 9619982000200220042 0062008
--Harga Kedclai Dalam Ncgeri
Gambar 2.3 Harga kedelai dalam negeri
Sumber : Departemen Pertanian, 2008
Kenaikan harga pangan domestik berasal dari kenaikan harga
pangan dunia. Kenaikan harga pangan dunia itu merupakan akibat excess
demand dunia terhadap pangan. Excess demand terjadi karena pangan
dibutuhkan bukan hanya untuk kebutuhan perut manusia, tapi juga
dibutuhkan sebagai sumber energi substitusi bahan bakar minyak. Dengan
memberikan insentif yang tinggi kepada para importir,. pemerintah
berlogika bahwa kekurangan supply domestik akan dicukupi dari impor.
Dengan demikian, harga pangan domestik bisa ditekan. Penghilangan bea
masuk impor baru akan efektif menurunkan harga pangan domestik jika
harga intemasionalnya lebih murah dibanding harga pangan domestik.
Ketika harga pangan intemasional dalam keadaan tinggi, karena adanya
excess demand seperti saat ini, masuknya pangan impor ke negara kita
tidak akan menurunkan harga secara berarti.
Di samping itu, karena struktur pasar pangan domestik di tingkat
konsumen (masyarakat) cenderung bersifat oligopoli, bahkan kartel, para
pedagang dan importir dapat dengan mudah menentukan harga pasar.
Salah satu cara yang biasa mereka lakukan adalah menimbun komoditas
impor tersebut. Mereka baru mau menyalurkan ke pasar setelah harga
dinilai akan memberikan superprofit bagi mereka.
Universitas Indonesia
23
2.3.3
Harga Kedelai Internasional
Meningkatnya permintaan kedelai oleh Cina mendorong naiknya
harga kedelai intemasional, sementara produksi kedelai Argentina
berkurang. Disamping itu, adanya spekulasi pemotongan suku bunga AS
dan spekulasi pelemahan nilai tukar dolar AS telah mengakibatkan
permintaan terhadap komoditas kedelai di pasar global mengalami
kenaikan. Kedua hal tersebut menjadi pemicu naiknya harga kedelai di
pasar intemasional, seperti yang terlihat pada Gambar 2.4. Sebagai
dampaknya, tetjadi pula kenaikan harga kedelai dalam negeri karena
Indonesia masih mengalami ketergantungan terhadap kedelai impor.
Harga Kedelai lnternasional ($US/Kg)
500 (•0
-450(·0
.tOO (•0
~50
(•0
~00.(•0
250 (•0
I
200.(•0
150.(•0
100 (•0
50.00
1978 19801982 193-t 19361988 1990 1992199-t 1996 1998 lOOO lOH lOO-t 2006 2008
fi.JrgJ KC'dclai lntC'rn;:sionJI
Gambar 2.4 Data harga kedelai internasional
Sumber : Departemen Pertanian
Kenaikan harga kedelai ini disebabkan kenaikan harga sejumlah
barang pangan termasuk kedelai di tingkat intemasional sebagai akibat
dipindahkannya sebagian penggunaan kacang-kacangan dan ketela untuk
pembuatan biodiesel dan methanol akibat harga minyak yang semakin
mahal. Salah satu upaya untuk mengendalikan lonjakan harga pangan yang
tetjadi akhir-akhir ini, khususnya kedelai, pemerintah telah menerapkan
kebijakan fiskal. Kebijakan ini hanya akan efektif untuk jangka pendek.
Sedangkan untuk jangka panjang, intrumen ini dianggap tidak akan efektif.
• Oleh sebab itu, kita perlu menciptakan kemandirian di bidang pangan,
antara lain dengan meningkatkan produktivitas di bidang pertanian.
Universitas Indonesia
24
2.3.4
Pendapatan Perkapita
BPS melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang
dapat digunakan untuk melihat gambaran konsumsi penduduk Indonesia
dan
pola
konsumsinya
berkaitan
masyarakat, menemukan fakta
dengan
perubahan
pendapatan
empiris bahwa rata-rata penduduk
Indonesia Iebih banyak mengalokasikan pengeluarannya untuk makanan.
Perubahan pendapatan penduduk selain mempengaruhi pola konsumsi
antar kelompok makanan dan bukan makanan juga dapat mengubah pola
konsumsi. Semakin tinggi pendapatan per kapita, penduduk akan beralih
dari makanan yang mengandung karbohidrat ke komoditi non karbohidrat.
Hal ini terlihat dari Iaju pertumbuhan pendapatan perkapita periode 19782008 meningkat sebesar 18,09%, sedangkan permintaan kedelai juga
meningkat sebesar 7,22%.
Pendapatan per Kapita (Rp)
~.500.000
3.000.000
1.500.000
1.000.000
v;oo.ooo
1.000.000
500.000
19781980198l1~8~198619881990199!199419961998lOOOlOOllOO~l006l008
-Pcndapatan per kapita
Gambar 2.5 Data pendapatan per kapita Indonesia
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008
2.3.5
Jumlah Penduduk
Persaingan harga pasar, dimana harga kedelai impor jauh lebih
murah daripada kedelai Iokal, menyebabkan arus impor semakin deras dan
berimplikasi pada menurunnya harga kedelai lokal, sehingga petani tidak
bergairah untuk menanam kedelai. Sementara itu jumlah penduduk terns
mengalami peningkatan, dan ditambah juga dengan semakin banyaknya
Universitas Indonesia
25
industri pengolahan berbahan baku kedelai, seperti industri tahu, kecap,
tempe, tauco dan lain-lain mengakibatkan permintaan terhadap kedelai
tidak bisa terpenuhi oleh produksi domestik (Puslitbang Tanaman Pangan,
2005).
Beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan
kedelai adalah konsumsi yang terns meningkat mengikuti pertambahan
jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan per kapita, meningkatnya
kesadaran masyarakat akan kecukupan gizi, dan berkembangnya berbagai
industri yang menggunakan bahan baku kedelai.
"----"_____ "___ "_ ---""" _______________________ "_____ ---"-----------------"--1
i
Jumlah Penduduk (Jiwa)
'
150.000
100.000
._.-..·-·
.,..
,.-- ,,.
...
~-_.-
- ..... __
150.000
100.000
50.000
197819801981198-41986198819901991199-419961998.2000 lOOll00-410061008
-Jumlah Penduduk
Gambar 2.6 Data Jumlah Penduduk Indonesia
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008
2.4 Karakteristik Permintaan Kedelai
Menurut Pratama dan Mandala (2002) permintaan adalah keinginan
konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode
tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, maka penulis ingin mempelajari
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai. Model ekonometrika
yang digunakan peneliti adalah berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya,
maupun dari tulisan-tulisan lainnya. sesuai teori ekonomi, permintaan suatu
barang dipengaruhi oleh faktor-faktor: harga barang itu sendiri, harga barang ·
lain yang terkait, tingkat pendapatan perkapita, selera atau kebiasaan, jumlah
Universitas Indonesia
26
penduduk, prakiraan harga dimasa mendatang, distribusi pendapatan, usahausaha produsen meningkatkan penjualan. Menurut peneliti, maka permintaan
kedelai diduga dipengaruhi oleh harga kedelai dalam negeri, pendapatan
perkapita, dan jumlah penduduk. Seperti halnya teori, harga barang itu sendiri
dalam hal ini adalah harga kedelai dalam negeri. Jumlah penduduk Indonesia
mencerminkan besamya kebutuhan kedelai di
Indonesia.
Sedangkan
pendapatan perkapita mencerminkan kemampuan atau daya beli masyarakat
dalam mengkonsumsi kedelai.
2.5 Karakteristik Harga Dalam Negeri
Pada saat perdagangan intemasional dibuka, maka suatu negara
memiliki dua kemungkinan posisi. Misal apakah Indonesia akan menjual
kedelai ke pasar intemasional, ataukah sebaliknya membeli kedelai dari pasar
intemasional. Selanjutnya kita harus membandingkan harga kedelai yang
tengah berlaku di pasar dalam negeri dengan yang berlaku di negara-negara
lain atau pasar dunia. Jika harga intemasional lebih tinggi daripada harga
dalam negeri, maka ketika hubungan dagang dibuka, Indonesia akan menjadi
pengekspor kedelai. Sebaiknya jika harga intemasional kedelai lebih rendah
daripada harga dalam negri, maka ketika hubungan dagang dibuka, Indonesia
akan menjadi pengimpor kedelai. Berdasarkan keadaan tersebut, maka
peneliti menduga harga kedelai dalam negeri dipengaruhi oleh harga
intemasional.
2.6 Karakteristik lmpor Kedelai
Konsumsi kedelai di Indonesia semakin meningkat, sedangkan
produksi kedelai dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan kedelai
dalam negeri, hal ini mengakibatkan impor kedelai semakin meningkat dari
tahun ke tahun. lmpor kedelai di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1975.
Pemerintah
terpaksa
mengambil
kebijakan
impor
untuk
mengatasi
kesenjangan antara jumlah permintaan yang terus meningkat dari tahun ke
tahun dengan jumlah produksi kedelai nasional yang cenderung mengalami
penurunan. Menurut Swastika et. a/. (2007), hambatan impor yang paling
sederhana dan mudah dilakukan adalah peningkatan bea masuk impor.
Universitas Indonesia
27
Menurut Salvatore ( 1997), dampak pemberlakukan bea masuk impor
yakni
terhadap konsumsi
berkurangnya konsumsi
domestik.
Dampak
pengenaan bea masuk impor terhadap produksi adalah peningkatan produk
domestik (khususnya terhadap komoditi yang semula lebih banyak di impor).
Dampak pengenaan tarif terhadap perdagangan yaitu turunnya impor akibat
kenaikan harga di negara pengimpor. Dampak- dampak keseimbangan parsial
akibat pemberlakuan tarif impor dapat dilihat pada Gam bar 2. 7.
p
-1- ----- --- ----- --1 H------- --- ---- -- --;1--Sr+ T
P2
1
G
----- - -- -- --
PI
f! ____C
------~~--------------~----------- B ________ Sr
I
I
I
Dq
~--~--~----------~------~----------•Q
Ql
Q2
Q4
Q3
Gam bar 2. 7 Dampak Keseimbangan Parsial Akibat Pemberlakuan
Tarif
Pada Gambar 2.7, Dq dan Sq melambangkan kurva permintaan dan
penawaran komoditi (barang) Q di negara pengimpor atau diistilahkan dengan
Negara 2, dalam kondisi perdagangan bebas harga komoditi C adalah Pl.
Negara 2 akan mengkonsumsinya sebanyak Q4 (AB); Ql (AC) diantaranya
merupakan produksi domestik, sedangkan
Q4-Q I
(CB) harus diimpor dari
negara lain. Jika Negara 2 memberlakukan bea masuk impor sebesar T persen
terhadap komoditi Q, maka Pq akan naik menjadi P2 yang sebelumnya di P 1,
itulah harga yang harus ditanggung oleh konsumen di Negara 2, sedangkan
harga bagi
kon~umen
dunia tidak berubah. Akibatnya, penduduk pada Negara
2 akan menurunkan tingkat konsumsinya sebanyak Q3 (GH), serta akan
Universitas Indonesia
28
merubah seluruh komposisinya menjadi Q2 (GJ) merupakan produksi
domestik, sedangkan Q3-Q2 (JH) hams diimpor dari negara lain untuk
menutupi kekurangan kebutuhan domestik.
Dengan demikian, dampak pemberlakuan tarif terhadap konsumsi
domestik bersifat negatif, adalah sebesar (-(Q4-Q3)) (BN), dampak terhadap
produksi bersifat positif, yakni sebsar (Q2-Q 1) (CM). Namun secara
keseluruhan, pemberlakuan bea masuk impor akan merugikan perdagangan,
yakni [-{(Q4-Q3) + (Q2-Q1)}] (BN + CM), meskipun bea masuk impor
memberikan penerimaan kepada pemerintah Negara 2 sebanyak [(Q4-Q3) +
(Q2-Q1)] (MJHN) dikali dengan kenaikan harga akibat adanya bea masuk
impor (P2-P1).
Adanya kebijakan bea masuk impor impor
menye~abkan
harga
kedelai yang berlaku di pasar dalam negeri (P2) lebih tinggi daripada harga
dunia (P 1) dengan selisih T. Pada posisi ini, jumlah penawaran adalah QM 1 =
Q3-Q2, dan penerimaan pemerintah dari pajak impor adalah sebesar daerah
segiempat (JHNM). Sedangkan jika tidak ada kebijakan tarif impor, harga
yang berlaku di pasar dalam negeri turun dari P2 menjadi P 1, jumlah
permintaan ilaik menjadi Q4, jumlah impor meningkat menjadi QM2 = Q4Ql, dan penerimaan pemerintah dari pajak impor hilang (menjadi nol).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pada persamaan impor kedelai peneliti
memasukkan variabel bea masuk impor dan produksi kedelai. Variabel
tersebut diduga mempengaruhi impor kedelai di Indonesia.
2. 7 Penelitian Terdahulu
Tidar Hadipumomo (2000) dalam tesisnya yang berjudul "Dampak
Kebijakan Produksi dan Perdagangan Terhadap Penawaran dan Permintaan
Kedelai". Penelitian tersebut menggunakan data sekunder dalam bentuk times
series dari tahun 1969 dampai 1997. Model ekonometrik yang dirumuskan
merupakan suatu sistem persamaan simultan dan semua persamaan struktural
dalam model adalah over identified. Metode pendugaan yang digunakan
adalah Two Stage Least Square (2SLS). Hasil penelitiannya menyimpulkan
bahwa respon luas areal panen lebih besar daripada respon produktivitas
Universitas Indonesia
29
terhadap perubahan harga produsen, harga benih, harga pupuk, upah tenaga
kerja dan harga pestisida. Baik luas areal panen maupun produktivitas bersifat
responsif terhadap intensifikasi produksi. Impor hanya responsif dalam
jangka panjang terhadap tarif impor, tetapi kurang responsif baik dalam
jangka panjang maupun jangka pendek terhadap harga pedagang besar, harga
impor, nilai tukar rupiah, GNP dan dalam jangka pendek terhadap tarif impor.
Permintaan kedelai untuk industri tabu, tempe dan kacang kurang responsif
terhadap harga pedang besar, harga kedelai impor, harga output, dan upah
tenaga ketja, kecuali permintaan kedelai untuk industri kecap responsif
terhadap harga pedagang besar dalam jangka panjang.
Surifani
(2004)
dalam
penelitiannya
membahas
mengenai
"Permintaan Impor Kedelai Indonesia dari Amerika Serikat dan Aliran Impor
Kedelai Ke Indonesia". Penelitiannya menggunakan data sekunder dalam
bentuk data time series dari tahun 1983-2002 dan data cross section tahun
2001, dengan menggunakan model permintaan impor yang diestimasi dengan
teknik kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square). Pada model
permintaan impor kedelai Indonesia dari Amerika Serikat, peubah yang
berpengaruh nyata adalah harga impor dan nilai tukar. Sementara sisanya
yaitu lag volume impor, pendapatan perkapita, · penggunaan oleh industri,
harga kedelai · domestik dan kebijakan kredit ekspor GSM 102 tidak
berpengaruh nyata terhadap model.
Widjajanti (2006) dalam penelitiannya yang berjudul "Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Komoditas
Gula di Indonesia Periode 1980-2004" menggunakan metode persamaan
simultan dengan pendekatan Two Stage Least Square (TSLS). Pada model
permintaan, variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah jumlah
penduduk dan harga gula, sedangkan pada persamaan impor gula, variabel
yang berpengaruh nyata adalah produksi gula, permintaan gula dan kebijakan
bea masuk impor, sementara variabel dummy kebijakan monopoli Bulog tidak
signifikan. Variabel permintaan gula, kebijakan harga provenue berpengaruh
positif terhadap harga gula dalam negeri.
Universitas Indonesia
30
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maka penulis ingin
meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
kedelai di Indonesia. Sesuai teori ekonomi, permintaan suatu barang
dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, harga barang lain yang terkait,
tingkat pendapatan perkapita, selera atau kebiasaan, jumlah penduduk,
perkiraan harga di masa mendatang, distribusi pendapatan, dan usaha-usaha
produsen
meningkatkan
penjualan
(Pratama
Rahardja
dan
Mandala
Manurung, 2002). Model persamaan pada analisis permintaan kedelai ini
berbeda dengan penelitian sebelumnya, peneliti lebih memusatkan terhadap
permintaan dengan menggunakan persamaan simultan, penulis menggunakan
tiga persamaan yaitu persamaan permintaan kedelai, harga kedelai dalam
negeri, dan impor kedelai.
Menurut penulis, maka permintaan kedelai diduga dipengaruhi oleh
harga kedelai dalam negeri, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk.
Harga kedelai dalam negeri diduga dipengaruhi oleh harga kedelai
intemasional. Impor kedelai juga diduga dipengaruhi permintaan kedelai,
produksi kedelai, dan kebijakan bea masuk impor. Impor kedelai akan
dilakukan hila produksi kedelai dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan
kedelai dalam negeri. Bea masuk impor juga menjadi salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap impor kedelai, hal ini dikarenakan bahwa setiap negara
dalam melakukan perdagangan dengan negara lain akan melakukan kebijakan
tertentu, seperti bea masuk impor. Hal ini dilakukan dalam upaya membatasi
jumlah impor kedelai, agar sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Sedangkan pada persamaan harga kedelai dalam negeri diduga dipengaruhi
oleh harga kedelai intemasional.
Universitas Indonesia
BAB3
METODOLOGI PENELITIAN
Setelah memperhatikan karakteristik permintaan kedelai di Indonesia pada
bah terdahulu maka sekarang tiba saatnya untuk memodelkan faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan kedelai. Model yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model log linier persamaan simultan. Dilihat dari sistem persamaan secara
keseluruhan, maka model yang akan dianalisis mempunyai tiga variabel endogen,
yaitu permintaan kedelai (QD), harga kedelai dalam negeri (HD), dan impor (IM).
Persamaan ini bersifat simultan karena variabel permintaan (QD) terdapat di ruas
kanan persamaan impor (IM), demikian pula variabel harga dalam negeri (HD)
terdapat pada ruas kanan persamaan permintaan (QD). Pendugaan terhadap ketiga
model persamaan tersebut akan dilakukan dengan metode Two Stage Least Square
(TSLS) dengan menggunakan data sekunder periode 1978-2008. Tahapan
pertama, dengan melakukan regresi variabel-variabel endogen terhadap semua
variabel-variabel eksogen dalam model. Tahapan kedua, persamaan struktural
diestimasi dengan menggunakan nilai penduga pada tahapan pertama sebagai
instrumen dalam di ruas kanan variabel endogen. Metode ini. digunakan ketika
model
persamaan
simultan
adalah
terlalu teridentifikasi
(overidentified).
Sedangkan metode Indirect Least Square (ILS) digunakan jika sistem persamaan
simultan tersebut bersifat just/exactly identified. Untuk persamaan yang
overidentified, penerapan TSLS menghasilkan taksiran tunggal, sedangkan ILS
menghasilkan taksiran ganda. Dengan TSLS tidak ada kesulitan untuk menaksir
standar error, karena koefisien struktural ditaksir secara langsung dari regresi
OLS pada langkah kedua, sedangkan pada ILS mengalami kesulitan dalam
menaksir standar error. Pada bah ini akan dijelaskan mengenai pendekatan
penelitian, jenis dan sumber data, variabel dan membuat definisi operasional
variabel, metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, dan metode
pengolahan data.
31
Universitas Indonesia
32
3.1 Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan berupa penelitian deskriptif dan
penelitian kuantitatif. Penelitian deskriptif yaitu menyajikan penggambaran
atau potret suatu kondisi dan situasi yang sebenarnya dari suatu permasalahan
yang terjadi berdasarkan fakta yang diperoleh pada suatu waktu tertentu.
Sedangkan penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan sasaran penelitian
yang luas dengan penekanan analisis pada data-data numerik dan digunakan
untuk menguji suatu teori dengan metode statistika. Persamaan yang
digunakan untuk menganalisis permintaan kedelai di Indonesia adalah
sebagai berikut :
1. Permintaan kedelai di Indonesia -------------------------------------------Pers.l
Ln(QD) = a1 + ~~ Ln(HD) + ~2 Ln(Y) + ~3 Ln(POP) + e
Keterangan :
QD
: permintaan kedelai (Ton)
HD
: harga kedelai dalam negeri (Rp/Kg)
Y
: pendapatan per kapita (Rp/Kap)
POP
: jumlah penduduk (000 jiwa)
2. Harga kedelai di Indonesia
Ln(HD)
= a2
+ ~4 Ln(HI) + e -----------------------------------------------Pers.2
Keterangan :
HD
: harga kedelai dalam negeri (Rp/Kg)
HI
: harga kedelai internasional ($US/Kg)
3. Impor kedelai di Indonesia
Ln(IM) =
a3
+ ~ 5 Ln(QD) + ~6 Ln(PD) + ~7 Ln(BM) + e---------------Pers.3
Keterangan :
1M
: lmpor kedelai (Ton)
QD
: permintaan kedelai (Ton)
PD
: produksi kedelai (Ton)
BM
: bea masuk impor (%)
Universitas Indonesia
33
4. Persamaan Identitas
Ln(QS) = Ln(QD)
3.2 Varia bel dan Definisi Operasional Varia bel
Variabel adalah sesuatu yang menjadi obyek pengamatan penelitian,
variabel yang digunakan ditentukan oleh kerangka teori yang mendasari
masalah penelitian dan dinyatakan dalam hipotesis penelitian. Setelah
variabel diidentifikasi maka perlu melakukan klasifikasi atas variabel-variabel
sesuai jenisnya. Klasifikasi dapat dilakukan berdasarkan sifat datanya yaitu
variabel nominal, ordinal, interval dan rasio, atau berdasarkan fungsinya
variabel endogen dan variabel eksogen.
Pada langkah selanjutnya variabel tersebut didefinisikan secara
operasional
pengumpulan
berupa definisi
data.
Untuk
konseptual
akan
memudahkan
sulit digunakan
proses
pengambilan
dalam
data,
pendefinisian variabel secara operasional penting dilakukan agar pengukuran
terhadap variabel tepat sesuai kebutuhan penelitian. Variabel yang digunakan
dan definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel permintaan kedelai di Indonesia
Definisi Variabel : jumlah kebutuhan kedelai yang harus disediakan
merupakan penjumlahan impor dan produksi kedelai.
2. Variabel harga kedelai dalam negeri
Definisi Variabel : jumlah yang harus dibayar konsumen untuk
memperolehnya
3. Variabel pendapatan perkapita
Definisi Variabel : jumlah pendapatan per kapita di Indonesia
4. Variabel jumlah penduduk
Definisi Variabel : jumlah populasi/penduduk Indonesia
5. Variabel impor kedelai
Definisi Variabel : volume impor kedelai di Indonesia
6. Variabel harga kedelai internasional
Definisi Variabel : harga kedelai di dunia
7. Variabel bea masuk impor
Universitas Indonesia
34
Definisi Variabel : berupa bea masuk impor kedelai
8. Variabel produksi kedelai
Definisi Variabel : produksi kedelai di Indonesia
3.3 Jenis dan Somber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berdasarkan
deret waktu (time series) tahun 1978-2008. Sumber data yang digunakan
bersumber dari Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Departemen
Perdagangan, Bulog serta publikasi, dan laporan lain yang berkaitan dengan
penelitian ini.
Data yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :
I. Data permintaan kedelai merupakan data yang tersedia untuk konsumsi
dalam negeri.
2. Data harga kedelai dalam negeri bersumber dari Departemen Perdagangan.
3. Data pendapatan perkapita bersumber dari Badan Pusat Statistik
4. Data jumlah penduduk Indonesia merupakan data jumlah penduduk
Indonesia yang bersumber dari Badan Pusat Statistik.
5. Data impor kedelai bersumber dari Departemen Pertanian.
6. Data harga kedelai intemasional bersumber dari Departemen Pertanian.
7. Data kebijakan bea masuk impor kedelai besamya dalam bentuk
prosentase (%)
8. Data produksi kedelai bersumber dari Departemen Pertanian.
3.4 Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dengan melakukan kunjungan ke Badan Pusat Statistik, Departemen
Pertanian, Departemen Perdagangan dan Bulog untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam penelitian ini. Data juga diperoleh dari berbagai literatur,
buku referensi, bahan kuliah, internet, media cetak dan sumber-sumber
lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian.
Universitas Indonesia
35
3.5 Metode pengolahan data
Untuk pengujian terhadap hipotesa yang telah diajukan, dalam tesis ini
digunakan model ekonometrika persamaan simultan melalui penyusunan
model permintaan kedelai, harga kedelai dalam negeri serta impor. Persamaan
tersebut dikatakan simultan dikarenakan terdapat hubungan dua arah antara
variabel endogen dan variabel eksogen. Model persamaan simultan
merupakan suatu himpunan persamaan dengan peubah tak bebas dalam satu
atau lebih persamaan, juga merupakan peubah bebas dalam persamaan yang
lain. Pendugaan model dilakukan dengan metode Two Stage Least Square
(2SLS). Metode ini digunakan ketika model persamaan simultan adalah
terlalu teridentifikasi (overidentified).
Program komputer yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Eviews 4.1.
3.5.1
Spesifikasi Model
Model persamaan simultan membentuk suatu sitem persamaan
yang menggambarkan ketergantungan diantara berbagai variabel da:Iam
persamaan-persamaan tersebut.dalam model simultan, metode yang ideal
digunakan adalah metode sistem karena dengan metode ini menghasilkan
parameter yang memperhitungkan seluruh kaitan atau hubungan antar
variabel dalam seluruh persamaan di dalam model. Jika metode penaksiran
parameter dengan Ordinary Least Square (OLS) dari setiap persamaan
satu
persatu
diterapkan
tanpa
memperhatikan
kaitannya
dengan
persamaan-persamaan lain, maka hasil penaksiran yang diperoleh tidak
saja bias, tetapi juga tidak konsisten, artinya jika jumlah sampel ditambah
sampai tak terhingga, penaksirnya tidak akan mendekati atau tidak akan
mencerminkan
nilai
parameter
yang
sesungguhnya
(disebut
bias
persamaan simultan). Untuk model sistem persamaan simultan dalam
bentuk struktural yang Iebih teridentifikasi digunakan metode TSLS. Jika
seluruh persamaan dalam model adalah overidentified, maka metode ini
paling cocok digunakan.
Universitas Indonesia
36
3.5.2
ldentifikasi Model
Identifikasi
diperlukan
untuk
mengetahui
bagaimana
cara
menyelesaikan sistem persamaan simultan yang ada atau apakah suatu
sitem persamaan simultan ada penyelesaiannya atau tidak. Ada tiga
masalah identifikasi pada persamaan simultan, dimana dari masing-masing
permasalahan identifikasi tersebut kita dapa mengetahui metode apa yang
tepat untuk menyelesaikan suatu sistem persamaan simultan yang kita
temui. Ketiga masalah tersebut adalah :
I. Under identified. Pada kasus ni kita tidak dapat menyelesaikan
sistem persamaan simultan yang ada, karena kita kekurangan
informasi yang menyangkut ten tang variabel predetermine.
2. Exactly identified. Pada kasus ini sistem persamaan simultan yang
ada dapat diselesaikan dengan menggunakan metode OLS yang
disebut dengan metode recursive.
3. Over identified. Pada kasus ini sistem persamaan simultan yang ada
justru kelebihan informasi yang menyangkut variabel predetermine.
Jika metode OLS digunakan untuk permasalahan ini, maka nilai
parameter yang didapat mungkin tidak akan bersifat tunggal. Oleh
sebab itu metode sepert TSLS (Two Stage Least Square) dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah ini.
Cara lain yang sering digunakan untuk amsalah identifikasi pada
sistem persamaan
simultan adalah dengan menggunakan prosedur
pengujian order dan rank condition. Mekanisme kedua prosedur pengujian
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
I.
Order Condition, dengan rumus :
(K-k) = (m-1): exactly identified
(K-k) > (m-1): over identified
(K-k) < (m-1) : under identified
Universitas Indonesia
37
Dimana:
K
=
Jumlah predetermined variables meliputi curent exogenous
variables dan lagged endogenous variables dalam model
k
Jumlah
predetermined
variables
dalam
persamaan
struktural tertentu
Jumlah curent endogenous variables dalam model
M
m
=
Jumlah curent endogenous variables dalam persamaan
tertentu
Model yang dirumuskan terdiri dari tiga persamaan yaitu :
•
Ln(QD) =
a1
+ ~~ Ln(HD) + ~2 Ln(Y) + ~3 Ln(POP) + e
8-4>3-1
4 > 2 over identified
•
Ln(HD)
= a2
+ ~ 4 Ln(HI) + e
8-2>3-1
6 > 2 over identified
•
Ln(IM) = a3 + ~s Ln(QD) + ~6 Ln(PD) + ~7 Ln(BM) + e
8-3>3-1
5 > 2 over identified
Model persamaan simultan yang digunakan pada persamaan di atas
diestimasi dengan menggunakan metode Two Stage Least Square
(TSLS) dikarenakan sebagian besar besar persamaan
identified dan
berdasarkan penelitian-penelitian
over
sebelumnya.
Metode TSLS juga dapat mengatasi timbulnya bias simultan.
Sedangkan jika menggunakan metode Three Stage Least Square
(3SLS), kesalahan spesifikasi dari satu persamaan akan merembet
ke persamaan lain, sehingga koefisien yang diperoleh dari semua
persamaan akan bias.
Universitas Indonesia
38
2.
Rank Condition
Berdasarkan syarat rank condition, suatu model identified jika ada
paling sedikit satu determinan tidak sama dengan nol dengan order
M-1.
Matriks persamaan simultan pada ketiga persamaan tersebut adalah
sebagai berikut :
Persamaan
1
2
3
1
-a,
-a2
-a3
QD
HD
IM
1
-~I
0
1
0
0
-~5
0
1
Koefisien
y
POP
HI
-~2
-~3
0
0
0
0
0
-~4
PO
0
0
0
-~6
BM
-~7
0
0
Pada persamaan 1. tidak memasukkan variabel IM, HI, PD dan
BM yang ditunjukkan dengan angka 0 dalam baris pertama
persamaan I. Untuk mengetahui apakah persamaan-persamaan
tersebut teridentifikasi atau tidak maka harus mencari matriks order
2x2 dari koefisien yang tidak ada dalam persamaan 1 tetapi ada di
persamaan yang lain dan kemudian dicari determinan matriks
tersebut sebagai berikut :
A~
G :j
Determinan matriks A ini tidak sama dengan 0, yang artinya
memenuhi rank condition sehingga persamaan ini teridentifikasi.
Suatu persamaan yang mempunyai M persamaan dikatakan
identified,
sekurang-kurangnya
mempunyai
satu
determinan
berdimensi (M-1) yang tidak sama dengan no I.
Pada persamaan 2. tidak memasukkan variabel QD, IM, Y, POP,
PD, BM pada baris kedua. Untuk mengetahui apakah persamaanpersamaan tersebut teridentifikasi atau tidak maka harus mencari
matriks order 2x2 dari koefisien yang tidak ada dalam persamaan 2
sebagai berikut :
B~
G:j
Universitas Indonesia
39
Determinan matriks B dan C ini tidak sama dengan 0, yang artinya
memenuhi rank condition sehingga persamaan ini teridentifikasi.
Pada persamaan 3. tidak memasukkan variabel HD, Y, POP, dan
HI pada baris ketiga. Matriks order 2x2 dari koefisien yang tidak
ada dalam persamaan 3 tetapi ada di persamaan yang lain adalah
sebagai berikut :
D~
[t :j
Determinan matriks D dan E ini tidak sama dengan 0, yang artinya
memenuhi rank condition sehingga persamaan ini teridentifikasi.
3.5.3
Pengujian Statistik
Dalam pengujian ini diharapkan dapat diketahui variabel eksogen
mana yang berpengaruh terhadap variabel endogen, baik secara bersamasama, maupun secara parsial. Untuk itu diperlukan pengujian yang terdiri
dari Uji t, Uji F dan Uji R 2
1.
Uji t-statistik
Untuk menguji apakah masing-masing variabel eksogen
berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel endogen, maka
digunakan uji statistik t dengan membandingkan thitung dengan t1abel·
Pengujian dengan statistik t terlebih dahulu diajukan hipotesa
sebagai berikut:
Ho diterima dan H1 ditolak bila: ttabel > thitung
Ho ditolak dan H 1 diterima bila : ttabel < thitung
Hipotesis ini diuji dengan uji t pada daerah kritis dengan taraf
nyata sebesar a
=
5% secara dua arah. Nilai t-statistik dapat juga
dilihat dari probabilitas (p-value). Jika nilai p-value lebih kecil dari
a, maka Ho ditolak, dan sebaliknya H0 diterima jika nilai p-value
lebih besar dari a.
Universitas Indonesia
40
2.
Uji keseluruhan (uji F) dilakukan untuk mengetahui apakah
variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel
dependennya. Hipotesis untuk melakukan uji F adalah sebagai
berikut:
HO : Variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen
H 1 : Variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen
Untuk mengetahui apakah HO ditolak atau gagal ditolak maka
perlu dibandingkan antara nilai F-statistik dan nilai F-kritis, atau
probabilitas
F-statistik
(p-value)
masing-masing
variabel
independen dengan a.
Tolak HO, jika F-statistik > nilai F-kritis
A tau Tolak HO, jika p-value <a
R::.:
Fk-1, N-k =
3.
.V- k
1- R::,;. k- 1
Uji R 2
Koefisien detenninasi (R2) merupakan ukuran persentase total
variasi dalam Y yang dijelaskan oleh model regresi. Nilai R 2
berkisar dari 0 sampai dengan 1. Jika nilai R 2 mendekati 1 berarti
model yang dibuat makin dapat diandalkan. Sebaliknya jika nilai R 2
mendekati 0 berarti model tidak dapat diandalkan.
3.5.4
Pengujian Ekonometrika
1. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk melihat apakah dalam
persamaan yang diduga terdapat hubungan linear antar peubah
bebasnya.
Gejala
terjadinya
multikoliniearitas
adalah
koefisien
detenninasi (R 2) ,yang didapat tinggi tetapi tidak satupun koefisien
regresi partialnya signifikan.
Universitas Indonesia
41
Konsekuensi
dari
regres1
model
yang
mengandung
multikolinearitas adalah bahwa kesalahan standar estimasinya akan
cenderung meningkat dengan bertambahnya variabel eksogen. Dalam
pengujian ini digunakan matriks korelasi yang menunjukkan koefisien
korelasi
antar
variabel
pembentuk
model.
Adanya
masalah
multikolinieritas jika dalam matriks korelasi antar variabel dari output
Eviews mempunya nilai lebih dari 0.8.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji yang menyatakan dengan asumsi populasi dari variabel
endogen yang mempunyai hubungan dengan berbagai variabel eksogen,
mempunyat vanan yang sama.
Akibat dari pelanggaran uji ini
menyebabkan varian estimasi koefisien regresi tidak minimal lagi.
Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji
White
Heteroscedasity. Hipotesis yang diuji adalah :
Ho : y = 0, tidak terdapat heteroskedastisitas
H 1 : y f. 0, terdapat heteroskedastisitas
Wilayah kritik penolakan H0 adalah probabilitas obs*R-squared <
a, sedangkan wilayah penerimaan Ho adalah probabilitas obs*R-squared
> a. Jika Ho ditolak maka varians dari error term untuk setiap
pengamatan berbeda untuk setiap variabel bebas, sebaliknya jika H0
diterima maka varians dari error term untuk setiap pengamatan sama
untuk seluruh variabel bebas.
3. Uji Autokorelasi
Pengujian terhadap kemungkinan autokorelasi dilakukan untuk
melihat apakah terdapat korelasi antar anggota sampel yang diurutkan
berdasarkan waktu untuk data time series atau menurut urutan
tempat/ruang. Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi sisaan yang
satu (e 1). Biasanya autokorelasi sering terjadi pada data time series.
Penyebab utama terjadinya autokorelasi adalah ada variabel penting
yang tidak digunakan dalam model. Pendeteksian autokorelasi dapat
Universitas Indonesia
42
dilakukan
dengan
melihat
probabilitas
obs*R-squared
dengan
menggunakan statistik Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test
yang tersedia pada program Eviews. Hipotesis dalam uji ini adalah :
Ho : p = 0, tidak terdapat autokorelasi
H 1 : p =f. 0, terdapat autokorelasi
Wilayah kritik penolakan Ho adalah probabilitas obs*R-squared <
a, sedangkan wilayah penerimaan Ho adalah probabilitas obs*R-squared
> a. Jika Ho ditolak maka terjadi autokorelasi (positif atau negatif)
dalam model. Sebaliknya jika Ho diterima maka tidak ada autokorelasi
dalam model.
Universitas Indonesia
BAB4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pendugaan Model Permintaan Kedelai di Indonesia
Model yang disusun dalam penelitian ini merupakan persamaan
simultan metode Two Stage Least Square (TSLS) dengan menggunakan
program software Eviews 4.0 dan data yang diolah merupakan data time
series periode 1978 - 2008.
Model yang diduga adalah sebagai berikut:
Ln(QD) =
<lt + Pt
Ln(~D)
a2
=
Ln(IM) =
a3
Ln(HD) + P2 Ln(Y) + PJ Ln(POP) + e----------------- pers. 1
+ P4 Ln(HI) + e ------------------------------------------------- pers. 2
+ Ps Ln(QD) + P6 Ln(PD) + P1 Ln(BM) + e------------------ pers. 3
Ln(QS) = Ln(QD)
Keterangan :
QD
: pennintaan kedelai (Ton)
QS
: penawaran kedelai (Ton)
HD
: harga kedelai dalam negeri (Rp/Kg)
HI
: harga kedelai intemasional ($US/Kg)
BM
: bea masuk impor (%)
y
: pendapatan per kapita (Rp/Kap)
POP
: jumlah penduduk (000 jiwa)
1M
: Impor kedelai (Ton)
PD
: produksi kedelai (Ton)
Pengolahan data untuk model tersebut melalui beberapa tahapan untuk
mendapat hasil yang terbaik yang memenuhi kriteria uji statistik berupa uji
parsial (t-statistik), dan uji goodness offit (R-square ). Pada uji ekonometrika
akan diuji
dengan
uji autokorelasi,
uji
heteroskedastisitas, dan
uji
multikolinearitas.
43
Universitas Indonesia
44
Dari hasil pendugaan model yang diduga secara simultan dengan
metode Two Stage Least Square (TSLS) diperoleh R2 yang cukup
memuaskan berkisar antara 65%-99% (lihat lampiran) pada persamaanpersamaan di atas. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel eksogen
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap peubah endogen.
Terdapat
beberapa
variabel
yang
dimasukkan
dalam
dugaan
persamaan namun menghasilkan koefisien arahan yang tidak sesuai dengan
yang diharapkan menurut kriteria ekonomi dan ada pula yang tidak signifikan
dalam taraf nyata yang diambil a= 10%, akan tetapi hal ini dapat dijelaskan
secara teori ekonomi.
4.2 Hasil Pengolahan Data
4.2.1
Permintaan kedelai
Permintaan kedelai (QD) dari model yang diduga ditentukan oleh
harga kedelai dalam negeri (HD), pendapatan perkapita penduduk
Indonesia (Y), dan jumlah penduduk (POP) dengan persamaan sebagai
berikut:
Ln (QD)
-107,7512 - 1,894428 Ln(HD) + 0,463444 Ln(Y) +
10,57280 Ln(POP) + e
Hasil pengolahan data adalah sebagai berikut :
Tabel4.1 Hasil Pengolahan Persamaan Permintaan Kedelai
Persamaanlvariabel
KoefiSien
t-statistik
prob t-statistik
c
-107,7512
-4,244183
0,0001
Ln (HD)
-1,894428
-2,966340
0,0039
Ln(Y)
0,463444
0,929316
0,3554
Ln(POP)
10,57280
4,522876
0,0000
Pada persamaan permintaan kedelai dipero1eh bahwa variabelvariabel independen yang berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai
adalah sebagai berikut : variabel. harga kedelai dalam negeri memiliki
koefisien regresi sebesar -1,894428. Angka ini mengandung pengertian
Universitas Indonesia
45
bahwa jika harga kedelai meningkat 1%, maka permintaan kedelai akan
menurun 1,894428%. Demikian pula sebaliknya hila harga kedelai dalam
negen menurun sebesar 1%, maka permintaan akan meningkat sebesar
1,894428%.
Untuk variabel jumlah penduduk memiliki koefisien regresi sebesar
10,57280 artinya apabila teijadi pertambahan penduduk 1% maka
permintaan kedelai akan meningkat 10,57280%. Jumlah penduduk
mempunya1
pengaruh
positif terhadap
permintaan
kedelai,
nilai
probabilitasnya lebih kecil dari taraf nyata a=5%.
A. Uji Autokorelasi, Heteroskedisitas, dan Multikolinieritas
Berdasarkan uji autokorelasi dengan pendekatan uji LM dari
Breusch Godfrey. Pendekatan ini merupakan uji Lagrange Multiplier
dengan H 0 : Tidak ada autokorelasi dan H 1 :ada autokorelasi. Dengan
menggunakan lag 2, diperoleh hasil bahwa probability obs*R-squared
sebesar 0,272256 yang berarti nilai tersebut lebih besar dari 5%,
sehingga dapat
disimpulkan persamaan regres1
tersebut tidak
mengalami masalah autokorelasi.
Pada uji heteroskedastisitas melalui White Heteroskedasticity
dengan hipotesa, Ho : tidak ada heteroskedastisitas, HI:· ada
heteroskedastisitas diperoleh nilai probabilitas Obs *R-squared sebesar
0, 769214 (>0,05) dan ini berarti tidak ada masalah heteroskedastisitas.
B. Uji parsial (t-statistik)
Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel secara
individual terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji t, dari
Tabel
4.1
dapat
diketahui
bahwa
variabel
independen
yang
berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai adalah variabel harga
kedelai dalam negeri dan jumlah penduduk.
Probabilitas harga kedelai dalam negeri sebesar 0,0064 (<5%),
• jumlah penduduk mempunyai probabilitas sebesar 0,0009 (<5%). Hal
ini menjelaskan bahwa variabel harga kedelai dalam negeri dan
Universitas Indonesia
46
jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang signiftkan terhadap
permintaan kedelai. Sedangkan variabel pendapatan per kapita tidak
berpengaruh secara signiftkan dikarenakan probabilitasnya >0,05
sebesar 0,2140.
C. Uji F
Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel independen
secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan
basil perhitungan dilihat besamya probabilitas F statistik sebesar
0,000006, dengan tingkat kepercayaan 95% (a
=
5%) hipotesis nol
penelitian ini ditolak, karena nilai probabilitas F-statistik lebih kecil
dari a. Artinya secara bersama-sama variabel harga dalam negeri,
pendapatan perkapita dan jumlah penduduk berpengaruh terhadap
pemintaan kedelai.
D.
Uji goodness ojjit (R 2)
Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai R 2 sebesar 71,06%. Hal
m1 berarti 71,06% permintaan kedelai dapat dijelaskan oleh variasi
variabel independen, yaitu harga kedelai dalam negeri, pendapatan
perkapita, dan
jumlah penduduk, sedangkan 28,94% permintaan
kedelai tidak dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen dalam
model seperti selera, ramalan masa datang, dan harga barang lain.
Persamaan ini berdasarkan penelitian-penelitian dan teori ekonomi
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan. Data yang
digunakan pada penelitian ini hanya pada rentang waktu 31 tahun
(1978-2008), sehingga mempengaruhi hasil regresi pada model
permintaan kedelai. Akan tetapi pada persamaan tersebut tanda +/sesuai dengan teori ekonomi dan penelitian-penelitian sebelumnya.
4.2.2
Harga Kedelai Dalam Negeri
Harga kedelai dalam negeri (HD) dari model diduga ditentukan
oleh harga kedelai intemasional (HI) dengan persamaan sebagai berikut :
Ln(HD)
=
10,34644 + 0,191313 Ln(HI) + AR(l) + e
Universitas Indonesia
47
Hasil pengolahan data adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil Pengolahan Persamaan Harga Kedelai Dalam
Negeri
Persamaanlvariabel
KoefiSien
t-statistik
prob t-statistik
c
10,34644
1,821484
0,0843
Ln(HI)
0,191313
2,316389
0,0319
Pada persamaan harga kedelai dalam negeri diperoleh koefisien
harga kedelai intemasional sebesar 0,191313 maka harga kedelai
intemasional mempunyai hubungan positif, dan berarti bahwa setiap
kenaikan harga kedelai intemasional sebesar
r%,
maka harga kedelai
dalam negeri akan meningkat sebesar 0,191313 dengan kondisi variabel
independen yang lain konstan.
A. Uji Autokorelasi, Heteroskedisitas, dan Multikolinieritas
Berdasarkan persamaan di atas, pengujian untuk variabel
eksogen terhadap variabel endogen temyata tidak menunjukkan
adanya multikolinearitas, nilai correlation matrix < 0,8 sehingga lolos
dari uji
ini.
Sedangkan pada pengujian autokorelasi
dengan
menggunakan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test diperoleh
hasil bahwa probability obs*R-squared sebesar 0,695866 yang berarti
nilai tersebut lebih besar dari 5%, sehingga dapat disimpulkan
persamaan regresi tersebut tidak mengalami masalah autokorelasi.
Sedangkan pada pengujian heterokedastisitas menggunakan
White Heteroskedasticity pada persamaan harga kedelai dalam negeri
diperoleh nilai probabilitas Obs*R-squared sebesar 0,053543 (>0,05)
dan ini berarti tidak ada masalah heteroskedastisitas.
B. Uji parsial (t-statistik)
Pada variabel harga kedelai intemasional nilai probabilitas tstatistik sebesar 0,0319 (<0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa
harga kedelai intemasional berpengaruh signifikan terhadap harga
kedelai dalam negeri.
Universitas Indonesia
48
C. Uji F
Nilai F Statistik yang diperoleh sebesar 1064.924, F hitung lebih
besar dari F tabel pada a=5% dengan df(l ,29). Probabilitas F statistik
sebesar 0,00000, dengan tingkat kepercayaan 95% (a= 5%). Hal ini
menunjukkan bahwa Ho ditolak, artinya secara bersama-sama variabel
harga kedelai intemasional berpengaruh terhadap harga dalam negeri.
D. Uji goodness offit (R2)
Berdasarkan basil pendugaan, model persamaan harga kedelai
dalam negeri diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
99,12%, berarti variasi permintaan, harga intemasional kedelai dan
bea masuk impor kedelai sebesar 99,12%, sedangkan sisanya 0,88%
dipengaruhi faktor-faktor lain. Hal ini menunjukkan bahwa harga
kedelai dalam negeri
tidak hanya
dipengaruhi
harga kedelai
intemasional tetapi ada faktor-faktor lain yang· tidak _dibahas dalam
penelitian ini yang berpengaruh terhadap harga kedelai dalam negeri.
4.2.3
lmpor Kedelai
Persamaan 1mpor kedelai (IM) terdiri dari 3 variabel yaitu
permintaan kedelai (QD), produksi kedelai (PD), dan bea masuk impor
kedelai (BM), berdasarkan pengolahan data menggunakan Eviews
diperoleh persamaan sebagai berikut :
Ln(IM) = -9,934196 + 2,778652 Ln(QD)- 1,263902 Ln(PD) + 0,349327
Ln(BM) + e
Hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini :
Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Persamaan Impor Kedelai
Persamaan/variabel
Koefisien
t-statistik
prob t-statistik
c
-9,934196
-1,590381
0,1155
Ln(QD)
2,778652
5,563275
0,0000
Ln(PD)
-1,263902
-4,021879
0,0001
Ln(BM)
0,349327
1,303739
0,1958
.
Universitas Indonesia
49
Pada persamaan impor kedelai diperoleh diperoleh bahwa variabelvariabel independen yang berpengaruh nyata terhadap impor kedelai
adalah sebagai berikut : variabel permintaan kedelai memiliki nilai
koefisien regresi sebesar 2, 778652. Angka ini mengandung pengertian
bahwa jika permintaan kedelai meningkat sebesar 1%, maka impor kedelai
meningkat sebesar 2, 778652%. Demikian pula sebaliknya jika permintaan
kedelai menurun sebesar 1%, maka impor kedelai menurun sebesar
2,778652%.
Produksi
kedelai
memiliki
nilai
koefisien
regres1
sebesar
-1,263902. Angka ini mengandung pengertian bahwajika produksi kedelai
meningkat sebesar 1%, maka impor kedelai menurun sebesar 1,263902%.
Sebaliknya, jika produksi kedelai menurun sebesar 1%, maka impor
kedelai meningkat sebesar 1,263902%.
A. Uji Autokorelasi, Heteroskedisitas, dan Multikolinieritas
Pengujian multikolinearitas untuk variabel eksogen temyata
tidak menunjukkan adanya multikolinearitas, sehingga persamaan ini
lolos dari uji ini. Setelah melakukan pengujian autokorelasi dengan
menggunakan Breusch-Godrrey Serial Correlation LM Test diperoleh
hasil bahwa probability obs*R-squared sebesar 0,476635 yang berarti
nilai tersebut lebih besar dari 5%, sehingga dapat disimpulkan
persamaan regresi tersebut tidak mengalami masalah autokorelasi.
Pada
penguJian
heterokedastisitas
menggunakan
White
Heteroskedasticity pada persamaan 1mpor kedelai diperoleh nilai
probabilitas Obs *R-squared sebesar 0,152741 (>0,05) dan ini berarti
tidak ada masalah heteroskedastisitas.
B. Uji parsial (t-statistik)
Untuk
mengetahui
pengaruh
masing-masing
variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen digunakan
uji t. Pada .variabel permintaan kedelai diperoleh probabi1itas sebesar
0,0000 sedangkan pada variabel produksi kedelai mempunyai
Universitas Indonesia
50
probabilitas sebesar 0,0007. Jadi dapat disimpulkan bahwa permintaan
kedelai dan produksi kedelai berpengaruh nyata terhadap impor
kedelai dikarenakan probabilitaas <0,05 sedangkan variabel bea
masuk impor tidak berpengaruh nyata terhadap impor kedelai pada
tingkat kesalahan 5% karena probabilitas yang diperoleh >0,05 yaitu
sebesar 0,2071.
C. Uji F
Nilai F Statistik yang diperoleh sebesar 17,80913. F hitung lebih
besar dari F tabel pada a=5% dengan df(3,27). Probabilitas F Statistik
0,00007 (<0,05) hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, artinya secara
bersama-sama variabel permintaan kedelai, produksi kedelai dan bea
masuk impor berpengaruh terhadap impor kedelai.
D. Uji goodness offit (R2 )
Untuk mengetahui ketepatan model regresi kedelai digunakan
R 2 . Berdasarkan basil analisis regresi diperoleh R2 sebesar 65,27%.
hal ini berarti 65,27% impor kedelai dapat dijelaskan oleh variabelvariabef independen, yaitu permintaan kedelai, produksi kedelai, dan
bea masuk impor, sedangkan sisanya 34,73% tidak dapat dijelaskan
oleh variasi variabel independen dalam model. Pada penelitian ini
model persamaan yang digunakan sama dengan penelitian sebelumnya
mengenai impor gula, tetapi setelah diterapkan pada komoditi kedelai
nilai R2 yang diperoleh tidak begitu bagus. Hal ini dikarenakan
terdapat beberapa kondisi di luar model yang sesuai dengan kondisi
kedelai di Indonesia saat ini yang turut mempengaruhi model seperti
menurunnya produksi kedelai dalam negeri sehingga impor kedelai
selalu meningkat setiap tahun.1ya. Kondisi ini juga didukung dengan
adanya ketidakstabilan ekonomi di Indonesia.
Universitas Indonesia
51
4.3 Pembahasan
4.3.1
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai
4.3.1.1 Harga Kedelai Dalam Negeri
Dari data yang diperoleh dari Departemen Pertanian terlihat bahwa
teijadi peningkatan harga dari tahun 1978-2008. Pada Tahun 1984,
permintaan kedelai meningkat sebesar 186,48% menjadi 2.170.384 Ton,
pada tahun yang sama harga kedelai dalam negeri pertumbuhannya
mengalami penurunan sebesar 6,74%. Sedangkan pada tahun 1998,
permintaan kedelai menurun sebesar 16,44% menjadi 1.648.764 Ton,
permintaan kedelai tersebut disebabkan meningkatnya harga kedelai
dalam negeri menjadi Rp. 1.130 per Kg.
Penurunan permintaan kedelai ini juga disebabkan karena krisis
ekonomi yang melanda Indonesia pada saat itu, hal ini juga disertai
melemahnya kus rupiah terhadap dolar yang menyebabkan harga-harga
kebutuhan pokok meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
bahwa harga kedelai berhubungan negatif dengan permintaan kedelai,
serta sesuai dengan hipotesis ekonomi bahwa harga suatu komoditi dan
kuantitas yang akan diminta berhubungan secara negatif, dengan faktor
lain tetap sama.
Hasil simulasi harga kedelai dalam negeri terhadap permintaan
yaitu jika harga kedelai meningkat sebesar 1%, maka permintaan kedelai
akan menurun sebesar I ,894428%. Artinya, semakin rendah harga suatu
komoditi maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi itu akan
semakin besar, dan semakin tinggi harga, semakin rendah jumlah yang
diminta. Perkembangan permintaan kedelai.
Harga kedelai dalam negeri juga dipengaruhi oleh harga kedelai
intemasional. Berdasarkan hasil penelitian bahwa harga kedelai dalam
negeri
berhubungan
positif dengan
harga
kedelai
intemasional.
Perkembangan harga kedelai tersebut dapat terlihat pada Tabel 4.4.
Universitas Indonesia
52
Tabel 4.4 Perkembangan harga kedelai dalam negeri dan
harga kedelai internasional periode 1978-2008
Taboo
:;
-
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
·in~
f'l'"f''
~' - >
Huga::Kedelaf - i.~· ~ ~ -~ ".•/i!'\;, . ._:rr ~ ~ Hatga:J{eaela_i~ ·;•t. T.fk. .. o: ~ ... ····" Pertumbuban ·
Periulnl)ui.'ali ·
Jnternasionai :
~ b~~--~ ;; . . dalam-negeri · . : ·'~·- (o/c )-' '.
..."'. + 0
-~(Rp/'
~gj
..- '<.·:·~ ~- ~-·~ ~;i':l: ~-? ~~: :~~
-:;.~
=-" tK-~ ;•:;:._':<~.
/ (Ussi)fg}'-··' · · l' ,., - - ' .-. ~·o:
248,57
152,81
0
(5,21)
235,62
166,31
8,83
289,72
22,96
228,42
37,35
224,32
(22,57)
265,74
16,34
207,41
(7,54)
306,31
15,27
299,27
44,29
352,65
15,13
(29,74)
210,26
376,41
6,74
(7,16)
195,20
393,28
4,48
180,32
(7,62)
476,46
21,15
223,03
23,69
505,70
6,14
295,69
32,58
524,34
3,69
208,70
(29,42)
558,06
6,43
(1 ,45)
205,67
600,10
7,53
203,83
(0,89)
634,18
5,68
208,98
743,21
2,53
17,19
258,74
23,81
790,07
6,31
202,36
(21,79)
860,43
8,91
270,15
33,50
1.131,32
31,48
253,71
(6,09)
(5,26)
1.071,82
246,36
(2,90)
LI10,89
3,65
197,59
(19,80)
1.130,38
1,75
(14,14)
169,66
1.160,28
2,65
183,53
8,18
1.284,42
10,70
154,69
(15,71)
1.335,09
3,94
209,25
35,27
2.035,00
52,42
289,90
38,54
2.462,42
21,00
201,26
(30,58)
2.412,50
(2,03)
221,19
2.725,00
12,95
9,90
251,14
13,54
15,86
3.157,28
440,55
75,42
4.101,00
29,89
357,23
(18,91)
4.976,07
21,34
'-
,.;::,.,;~
. ;,
~....
!lo!t:'_ - . ::t,~~yt;JtE: ' ..... .p.··
·~~
50-.- .
'9'r·.l''-~
.6~~~ i<;~ ·";t:'~~-·~»·
-:.~~-- "' 'T,{'' ~~~,~~-i-2'
~. ~
~t~
-~· .. ' ·+ ,.,,,_ ~
~. ~!~~
,. ·.•
·
_
,.
I"'
Sumber : Bloomberg, Deptan, 2008 (diolah)
Harga kedelai di pasar dalam negeri cenderung menin.gkat, hal ini
terlihat dari laju pertumbuhan periode 1978-2008 rata-rata sebesar 12,5%
Universitas Indonesia
53
per tahun. Sedangkan laju pertumbuhan harga kedelai intemasional
hanya meningkat sebesar 3,96%. Harga kedelai dalam negeri mengalami
penurunan sebesar 5,26% pada tahun 1996 menjadi Rp.l.071,82 per Kg.
Penurunan harga kedelai dalam negeri ini juga terjadi pada harga kedelai
intemasional sebesar 6,09% menjadi US$ 253,71 per Kg padahal pada
tahun sebelumnya harga kedelai intemasional meningkat sebesar 33,5%.
Pada tahun 1997 harga kedelai dalam negeri meningkat menjadi
Rp.1.11 0,89 per Kg, perubahan harga ini disebabkan harga kedelai
intemasional juga meningkat menjadi US$ 246,36 per Kg. Peningkatan
harga dalam negeri tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 52,42% dari
Rp. 1.335,09 per Kg menjadi Rp.2.035 per Kg, sedangkan harga kedelai
intemasional meningkat sebesar 35,27% menjadi US$ 209,25 per Kg.
Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa harga kedelai dalam negeri
berpengaruh positif dengan harga kedelai intemasional. Kenaikan harga
kedelai di pasaran intemasional berdampak langsung terhadap harga
kedelai di dalam negeri. Hal ini disebabkan, kebutuhan industri makanan
dan minuman berbahan baku kedelai masih menggunakan kedelai impor.
Sejak krisis moneter melanda Indonesia, harga seluruh barang dan jasa
didalam negeri meningkat, tidak terkecuali untuk kacang kedelai. Dengan
harga seperti ini maka pennintaan akan kedelai akan turun terutama
pennintaan makanan yang berbahan baku kedelai seperti tahu, tempe dan
susu kedelai. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi bahwa semakin tinggi
harga suatu komoditi, maka pennintaan akan komoditi tersebut akan
semakin rendah.
Peningkatan harga kedelai intemasional tertinggi pada tahun 2007
sebesar 75,42% menjadi US$. 440,55 per Kg, sebelumnya harga kedelai
intemasional sebesar US$. 251,14 per Kg. Hal ini dikarenakan harga
minyak melambung tinggi di pasar intemasional. Kondisi ini mendorong
orang untuk menciptakan dan mengkonsumsi energi altematif, antara lain
bio-energi yang berbahan baku jagung. Oleh karena itu, banyak lahanlahan pertanian kedelai. di Amerika Serikat beralih fungsi menjadi lahan
jagung. Akibatnya pasoka~ kedelai dari AS berkurang sementara jumlah
Universitas Indonesia
54
permintaan tidak menurun. Hal ini secara tidak langsung juga
mempengaruhi harga kedelai dalam negeri yang meningkat menjadi
29,89% menjadi Rp. 4.101 per kg. Kenaikan harga pangan dunia itu
merupakan akibat excess demand dunia terhadap pangan. Excess demand
terjadi karena pangan dibutuhkan bukan hanya untuk kebutuhan manusia,
tapi juga dibutuhkan sebagai sumber energi substitusi bahan bakar
minyak yaitu Biodiesel atau Rio-fuel.
4.3.1.2 Jumlah Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk di negara-negara berkembang,
khususnya Indonesia, membawa efek terhadap bertambah cepatnya
permintaan pangan serta perubahan bentuk dan kualitas pangan dari
penghasil energi kepada produk-produk penghasil protein. Kedelai
merupakan salah satu bahan makanan yang mempunyai potensi sebagai
sumber utama protein. Meskipun produk kedelai bukan merupakan bahan
pangan pokok, perkembangan secara historis dan kultural menunjukkan
bahwa sebagian besar penduduk Indonesia menggunakan produk kedelai
dalam pola makanan tradisionalnya.
Perkembangan jumlah penduduk Indonesia periode 1978-2008
meningkat rata-rata sebesar 1,56% per tahun. Permintaan kedelai juga
mengalami peningkatan yaitu sebesar 7,22% per tahun.
Berdasarka~
Tabel 4.5, pada tahun 1998 jumlah permintaan kedelai menurun sebesar
16,44%, sedangkan jumlah penduduk meningkat sebesar 1,51 %. Hal ini
dikarena pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi dikarenakan harga
kebutuhan
bahan
pokok
meningkat,
sehingga
penduduk
yang
mengkonsumsi kedelai berkurang. Sedangkan pada tahun 2000 terjadi
penurunan jumlah penduduk sebesar 1, 11 %, sedangkan pertumbuhan
permintaan kedelai juga mengalami penurunan sebesar 14,50%. Hal ini
disebabkan angka kematian lebih besar daripada angka kelahiran
sehingga jumlah penduduk mengalami penurunan. Penurunan ini juga
terlihat dari pertumbuhan konsumsi per kapita rata-rata sebesar 13,54%.
Konsumsi per kapita pada tahun 2000 sebesar 11,19, yang artinya setiap
1.000 jiwa penduduk mengkonsumsi kedelai sebesar 11,19 ton per tahun.
Universitas Indonesia
55
Sebagai sumber protein yang tidak mahal, kedelai telah lama
dikenal dan digunakan dalam beragam produk makanan, seperti tahu,
tempe dan kecap. Selain itu, kedelai juga merupakan bahan baku industri
yang penting, terutama bagi industri olahan makanan dan pakan temak.
Tabel 4.5 Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia
Tab'u n·
.;,-;;_.
I·
.
lali"'
~§lir
~-
'
~-
.
-~:fi~;,
rllilin
I~>C
:~~cr6iflp_o«)j~~ ;:~·~f~';(%)~ ·.
~7}~~ ~fJ;;j'.~lf~ !1~t""-:.,E;I!!):~I£
...,v·~!!i~f.<..'Z_ I ]~;[~~~:~:: ·.;.-_
5,49
0
141.579
I;':~51 .:o~l:~
1978
776.599
0
1979
897.825
15,61
144.893
2,34
6,20
12,97
1980
885 .762
(1,34)
146.777
1,30
6,03
(2,61)
1981
756.811
(14,56)
151.315
3,09
5,00
(17,12)
1982
882.394
16,59
154.662
2,21
5,71
14,07
1983
757.603
(14,14)
158.083
2,21
4,79
(16,00)
1984
2.170.384
186,48
161.580
2,21
13,43
180,28
1985
1.171.675
(46,02)
165.154
2,21
7,09
(47, 18)
1986
1.585.998
35,36
168.662
2,12
9,40
32,55
1987
1.447.668
(8,72)
172.245
2,12
8,40
(I 0,62)
1988
1.736.257
19,93
175.904
2,12
9,87
17,44
1989
1.705.584
(1,77)
179.641
2,12
9,49
(3,81)
1990
2.028.493
18,93
179.248
(0,22)
11 ,32
19,19
1991
. 1992
2.128.210
4,92
182.940
2,06
11 ,63
2,80
2.563.846
.· 20,47
186.043
1,70
13,78
18,46
1993
2.432.392
(5, 13)
189.136
1,66
12;86
(6,68)
1994
2.365.308
(2,76)
192.217
1,63
12,31
( 4,32)
. 1995
2.287.400
(3,29)
195.283
1,60
11,71
(4,81)
1996
2.263.510
(1,04)
198.320
1,56
11,41
(2,56)
1997
1.973.266
(12,82)
201 .353
1,53
9,80
( 14,14)
1998
1.648.764
(16,44)
204.393
1,51
8,07
(17,69)
1999
2.684.603
62,83
207.437
1,49
12,94
60,44
2000
2.295.319
(14,50)
205.132
(1 ,11)
II, 19
(13,54)
2001
1.963.351
(14,46)
208.643
1,71
9,41
( 15,90)
2002
2.038.309
3,82
2 11.439
1,34
9,64
2,45
2003
1.864.317
(8,54)
2 14.251
1,33
8,70
(9,74)
2004
1.839.276
(1,34)
217.077
1,32
8,47
(2,63)
2005
1.894.531
3,00
219.852
1,28
8,62
1,70
2006
1.879.755
(0,78)
222.747
1,32
8,44
(2,07)
2007
2.004.123
6,62
225.642
1,30
8,88
5,25
2008
1.944.726
(2,96)
228.523
.
8,51
1,28
I~$'.:WC,v:•·.r"'l~--,,., <!.91 ' . """''..,.~>-. .,.,,.,..,:viJ.!,,.. ~--~~
Sumber : BPS, Deptan, 2008 (diolah)
•
(4,19)
~"tS·;S.S·\~{ :
Universitas Indonesia
56
Berdasarkan penelitian, jumlah penduduk mempunyai hubungan
positif terhadap permintaan kedelai. sHal ini terlihat pada laju
pertumbuhan jumlah penduduk periode 1978-2008 yang rata-rata
meningkat sebesar 1,5 6%, sedangkan permintaan kedelai juga meningkat
sebesar 7,22%. Untuk membandingkan permintaan kedelai terhadap
jumlah penduduk diperoleh pertumbuhan rata-rata sebesar 5,55%. Hasil
simulasi jumlah penduduk terhadap permintaan kedelai menunjukkan
bahwa jika jumlah penduduk meningkat sebesar 1% maka permintaan
kedelai juga akan meningkat 10,57%.
4.3.1.3 Impor
Hubungan permintaan kedelai dengan impor kedelai bersifat
positif. Hal ini sesuai dengan dugaan bahwa semakin rendah jumlah yang
diminta maka akan menurunkan volume impor kedelai di Indonesia, dan
sebaliknya setiap kenaikan perminta-an kedelai akan meningkatkan pula
impor kedelai. Perkembangan impor kedelai terhadap permintaan kedelai
terlihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Perkembangan produksi, permintaan dan impor kedelai
1978
616.599
0
776.599
0
160.000
0
1979
679.825
10,25
897.825
15,6 1
218.000
36,25
1980
652.762
(3,98)
885.762
(I ,34)
233.000
6,88
1981
703.811
7,82
756.811
(14,56)
253.000
8,58
1982
521.394
(25,92)
882.394
16,59
361.000
42,69
1983
536.103
2,82
757.603
(14, 14)
22 1.500
(38,64)
1984
769.384
43,51
2.170.384
186,48
401.000
8 1,04
1985
869.718
13,04
1.171.675
(46,02)
301.957
(24,70)
1986
1.226.727
41 ,05
1.585.998
35,36
359.271
18,98
1987
1.160.963
(5,36)
1.447.668
(8,72)
286.705
(20,20)
1988
1.270.418
9,43
1.736.257
19,93
465.839
62,48
1989
1.315. 113
3,52
1.705.584
(1,77)
390.471
(16,18)
1990
1.487.433
13,10
2.028.493
18,93
541.060
38,57
1991
1.555.453
4,57
2.128.210
4,92
572.757
5,86
1992
1.869.713
20,20
2.563.846
20,47
694.133
2 1,19
Universitas Indonesia
57
(Sambungan Tabel 4.6)
1993
1.708.528
(8,62)
2.432.392
(5, 13)
723 .864
4,28
1994
1.564.847
(8,41)
2.365.308
(2,76)
800.461
10,58
1995
1.680.007
7,36
2.287.400
(3 ,29)
607.393
(24, 12)
1996
1.517.181
(9,69)
2.263.5 10
(1 ,04)
746.329
22,87
1997
1.356.891
(10,56)
1.973.266
(12,82)
616.375
(17,41)
1998
1.305.640
(3,78)
1.648.764
(16,44)
343.124
(44 ,33)
1999
1.382.848
5,91
2.684.603
62,83
1.301.755
279,38
2000
1.017.634
(26,41)
2.295.319
(14,50)
1.277.685
(1 ,85)
2001
826.932
(18,74)
1.963.35 1
(14,46)
1.136.4 19
(11,06)
2002
673.056
(18,61)
2.038.309
3,82
1.365.253
20, 14
2003
671.600
(0,22)
1.864.317
(8,54)
1.192.717
(12,64)
2004
723.483
7,73
1.839.276
(1 ,34)
1.115.793
(6,45)
2005
808.353
11 ,73
1.894.531
3,00
1.086.178
(2 ,65)
2006
747.611
(7,5 1)
1.879.755
(0,78)
1.1 32. 144
4,23
2007
592.534
(20,74)
2.004.1 23
6,62
1.41 1.589
24,68
2008
775.7 10
1.944.726
(2,96)
1.169.016
( 17, 18)
14,56
' 7,22
Sumber: BPS, Deptan (diolah)
Kebijakan impor kedelai yang digunakan pemerintah sebagai cara .
untuk memenuhi kebutuhan kedelai. Pertumbuhan impor kedelai periode
1978-2008
rata-rata
sebesar
14,56%
lebih
besar
dibandingkan
pertumbuhan produksi kedelai rata-rata sebesar 2,08%.
Berdasarkan Tabel 4.6, selama kurun waktu dua puluh dua tahun
(1978-1999)
prosentase
pertumbuhan
produksi
kedelai
terhadap
permintaan kedelai lebih besar dibandingkan impor kedelai. Namun pada
tahun 2000 sampai 2008 persentase pertumbuhan impor kedelai terhadap
permintaan kedelai lebih besar dibandingkan produksi kedelai. Pada
tahun 1978 menyebutkan bahwa permintaan kedelai di Indonesia sebesar
776.599 ton sedangkan produksinya hanya mencapai 616.599 ton (±79%
dari permintaan kedelai). Oleh karena itu, Indonesia harus mengimpor
kedelai dari luar negeri sebanyak 160.000 ton (±2 1% dari permintaan
kedelai). Akan tetapi mulai tahun 2000 P,roduksi kedelai hanya ±44%
Universitas Indonesia
58
dari permintaan kedelai yaitu sebesar 1.017.634 ton, sedangkan impor
kedelai sebesar 1.277.685 ton (±56% dari permintaan kedelai.
Hal ini sesuai dengan keadaan bahwa jika produksi meningkat
maka impor akan berkurang, dikarenakan meningkatnya produksi dapat
memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi sebaliknya jika produksi
berkurang, maka pemerintah akan mengimpor kedelai untuk memenuhi
kebutuhan akan kedelai, terlihat jelas dari trend produksi kedelai yang
menurun sejak tahun 1999 yang berdampak terhadap volume impor yang
semakin meningkat setiap tahunnya dalam rangka memenuhi kebutuhan
dalam negeri.
Pada tahun 1998 impor kedelai menurun sebesar 34 3.124 ton,
sedangkan permintaan kedelai sebesar 1.648.764 ton. hal ini diduga
disebabkan krisis ekonomi yang melanda sebagian besar kawasan Asia
serta pergulatan politik tanah air yang menyebabkan terjadinya
guncangan (shock) pada nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat. Peningkatan impor kedelai semakin besar sejak tahun 1999 yaitu
sebesar 1.301.755 ton, hal ini dikarenakan adanya perubahan kebijakan
pemerintah sejak tahun 1998 dimana pemerintah Indonesia menyetujui
paket kebijakan IMF yang membebaskan monopoli impor kedelai oleh
Bulog sehingga kedelai bebas diimpor dan penghapusan tarif bea masuk
kedelai menjadi nol persen.
Jika kita membandingkan produksi dengan data perkembangan
impor kedelai tahun 1998 hingga 2008, dapat terlihat bahwa pada saat
produksi nasional cenderung berfluktuasi dan turun sedangkan kebutuhan
meningkat sehingga timbul ketergantungan impor. Impor kedelai semula
343.124
ton,
tetapi
pada
tahun
berikutnya
meningkat
dengan
pertumbuhan sebesar 279.38% menjadi 1.301.755 ton.
Impor kedelai pada tahun 2000 menurun menjadi 1.277.685 ton
dan tahun 2001 turun lagi menjadi 1.136.419 ton. Akan tetapi pada tahun
2002 meningkat lagi menjadi 1.365.253 ton, mulai tahun 2003-2006
impo~
kedelai cenderung menurun. Volume impor kedelai mencapai titik
.
tertinggi pada tahun 2007 sebesar 1.411.589 ton dengan persentase impor
Universitas Indonesia
59
terhadap permintaan kedelai sebesar ± 70%. Penurunan produksi kedelai
nasional disebabkan membanjimya kedelai impor yang masuk ke
Indonesia dengan harga lebih murah dan tidak dikenakan tariflbea masuk
tmpor.
Produksi
kedelai
di
Indonesia
menempati
rangking
ke-1 0
dibandingkan produksi kedelai dunia yaitu sebesar 77 5. 710 ton, produksi
kedelai ini hanya sekitar 0,3% dari total produksi kedelai di dunia (F AO,
2008). Walaupun produksi kedelai Indonesia cukup tinggi dibandingkan
negara-negara lain, tetapi produksi kedelai ini belum mencukupi
kebutuhan kedelai di Indonesia sehingga memerlukan impor dari negaranegara lain.
Produsen kedelai tertinggi ditempati oleh Amerika Serikat dengan
produksi sebesar 80,75 juta ton, Indonesia sebagian besar impor kedelai
dari Amerika Serikat (±50%), Cina (±30%), dan sisanya berasal
Argentina, Brazilia, serta negara-negara lain. Dengan demikian Indonesia
perlu terns berupaya untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri
agar
dapat
mengurangi
ketergantungan
terhadap
impor
kedelai.
Kebijakan pengenaan bea masuk impor kedelai juga dapat dipakai
sebagai alternatif untuk melindungi produsen dalam negeri. Hasil
simulasi dari penelitian ini adalah jika permintaan kedelai meningkat
sebesar 1%, maka impor kedelai akan meningkat sebesar 2, 78%. Dan
sebaliknya jika permintaan kedelai menurun sebesar 1%, maka impor
kedelai akan menurun sebesar 2,78%.
4.3.2
Elastisitas
Elastisitas adalah bilangan yang menunjukkan berapa persen satu
variabel tak bebas akan berubah, sebagai reaksi karena satu variabel tak
bebas akan berubah, sebagai reaksi karena satu variabel lain (variabel
be bas) berubah satu persen. Elastisitas permintaan mengukur perubahan
relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan
salah satu faktor yang mempengaruhinya. (Pratahama Rahardja dan
Mandala Manurung, 2004).
Universitas Indonesia
60
Nilai elastisitas merupakan angk:a absolut, disebut elastis jika
mempunyai nilai elastisitas lebih dari 1 (lei > 1), dan inelastisitas jika nilai
elastisitas kurang dari 1 (lei < 1). Elastisitas permintaan kedelai bertujuan
untuk mengetahui persentase perubahan jumlah permintaan kedelai
terhadap perubahan sebesar satu persen harga kedelai dan variabel-variabel
lainnya.
4.3.2.1 Elastisitas harga dalam negeri terhadap permintaan kedelai
Koefisien harga kedelai dalam negeri terhadap permintaan kedelai
sebesar -1,894428 diperoleh elastisitas harga kedelai dalam negeri
terhadap permintaan kedelai adalah sebesar -1,894428. Ini berarti bahwa
setiap kenaikan 1% harga kedelai, akan menurunkan permintaan kedelai
sebesar 1,894428%. Perubahan permintaan ini lebih kecil daripada
perubahan harga, karena nilai elastisitas > 1 maka elastisitas permintaan
kedelai terhadap harga kedelai bersifat elastis.
Hasil penelitian Team Fakultas Pertanian IPB ( 1992) menunjukkan
bahwa elastisitas harga terhadap permintaan bersifat inelastis yaitu 0,655. Sedangk:an basil penelitian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
dalam penelitian multikomoditi menghasilkan elastisitas yang bersifat
inelastis sebesar -0,687. Sedangkan penelitian Sahara dan Endang (2003),
Nilai elastisitas harga terhadap pennintaan kedelai untuk jangka pendek
sebesar -6,675 dan nilai elastisitas harga terhadap pennintaan kedelai untuk
jangka panjang sebesar -3,3415. Nilai elastisitas pennintaan kedelai untuk
jangka pendek lebih kecil daripada nilai elastisitas jangka panjang. Harga
mutlak dari koefisien elastisitas harga lebih besar dari satu menandakan
bahwa pennintaan kedelai bersifat elastis atau dengan kata lain kenaikan
harga kedelai diikuti oleh penurunan jumlah kedelai yang diminta dalam
porsi yang lebih besar. Perbedaan angka elastisitas permintaan diatas
disebabkan karena model dan data yang digunakan dalam penelitian
berbeda. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kebijakan perubahan harga
kedelai dalam negeri akan memberikan dampak yang besar terhadap
permintaan kedelai di Indonesia.
Universitas Indonesia
61
4.3.2.2 Elastisitas jumlah penduduk terhadap permintaan kedelai
Elastisitas jumlah penduduk terhadap permintaan kedelai dengan
adalah 10,57280. Angka ini berarti bahwa setiap penambahan jumlah
penduduk sebesar I%, maka akan meningkatkan permintaan kedelai
sebesar 10,57280%, elastisitas jumlah penduduk terhadap permintaan
kedelai bersifat elastis (>I). Hasil penelitian Widjajanti (2006), elastisitas
jumlah penduduk terhadap permintaan bersifat e1astis sebesar 2,85.
Dengan demikian jumlah penduduk memberikan dampak yang
besar terhadap permintaan kedelai di Indonesia. Artinya bagi pemerintah,
dengan mengetahui pertumbuhan jumlah penduduk dapat disusun suatu
kebijakan yang mendukung mengenai permintaan kedelai di Indonesia.
Oleh karena itu, rekomendasi kebijakan yang disarankan untuk mengatasi
permintaan kede1ai yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan
jum1ah
penduduk,
yaitu
dengan
menerapkan
program
ke1uarga
berencana. karena se1ain mengatasi 1onjakan jum1ah penduduk. juga
dapat menangani permintaan kede1ai yang berlebih.
4.3.2.3 Elastisitas harga kedelai internasional terhadap harga dalam negeri
Elastisitas harga kedelai intemasional terhadap harga kedelai dalam
negeri adillah 0, I91313. Angka ini berarti bahwa setiap penambahan
harga kedelai intemasional sebesar I%, maka akan meningkatkan harga
kedelai dalam negeri sebesar 0, 1913I3 %, elastisitas harga kedelai
intemasional terhadap harga kedelai dalam negeri bersifat inelastis (<I).
Hasil yang serupa juga terjadi pada penelitian yang dilakukan Daris,
Edmon (1993) yang menunjukkan bahwa elastisitas harga kedelai
intemasional terhadap harga kedelai dalam negeri bersifat inelastis
sebesar 0,49Il. Erwidodo dan Hadi ( 1999) memperoleh hasil regresi
sebagai berikut: Elastisitas transmisi harga kedelai internasional terhadap
harga kedelai pedagang besar pada peri ode 1986-96 ada1ah 0. 7152 dan
elastisitas transmisi harga kedelai pedagang besar terhadap harga kede1ai
produsen ada1ah 0.8774. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
.
kebijakan perubahan harga kedelai intemasional tidak akan memberikan
dampak yang besar terhadap harga kedelai dalam negeri.
Universitas Indonesia
62
4.3.2.4 Elastisitas permintaan terhadap impor kedelai
Pada persamaan impor kedelai diperoleh elastisitas permintaan
kedelai terhadap impor kedelai adalah 2,778652. Artinya bahwa setiap
peningkatan 1% permintaan kedelai akan meningkatkan 2, 778652%
impor kedelai. Dan sebaliknya penurunan 1% permintaan kedelai akan
menurunkan 2, 778652% impor kedelai, elastisitas tersebut bersifat elastis
(> 1). Dengan demikian perubahan permintaan kedelai dalam negeri akan
memberikan dampak yang besar terhadap impor kedelai di Indonesia.
Artinya bagi pemerintah dengan mengetahui permintaan kedelai di
Indonesia sebaiknya disusun suatu kebijakan mengenai impor kedelai.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Daris, Edmon ( 1993) juga
menunjukkan bahwa elastisitas permintaan terhadap impor kedelai
bersifat elastis sebesar 1,3793. Sedangkan penelitian Widjajanti (2006)
memperoleh elastisitas bersifat elastis sebesar 2,81. Perbedaan nilai
elastisitas ini disebabkan perbedaan data yang berbeda selama penelitian.
4.3.2.5 Elastisitas produksi kedelai terhadap impor kedelai
Sedangkan pada elastistas produksi kedelai terhadap impor kedelai
adalah sebesar -1,263902. Artinya setiap peningkatan produksi kedelai
sebesar 1%, akan menurunkan impor sebesar 1,263902%, dan sebaliknya
setiap penurunan produksi kedelai sebesar 1% akan meningkatkan impor
kedelai sebesar 1,263902%. elastisitas produksi kedelai terhadap impor
kedelai ini bersifat elastis (> 1). Hasil penelitian Widjajanti (2006)
menunjukkan bahwa elastistas produksi kedelai terhadap impor kedelai
bersifat elastis sebesar -2, 71.
Jadi perubahan produksi kedelai memberikan dampak yang besar
terhadap impor kedelai. Dengan melihat kondisi produksi kedelai di
Indonesia, pemerintah sebaiknya menyusun kebijakan mengenai impor
kedelai.
Universitas Indonesia
63
4.4 lmplikasi Kebijakan
Distribusi tingkat kesejahteraan antara produsen dan konsumen diukur
dari besar surplus yang diterima masing-masing pelaku ekonomi, baik
produsen maupun konsumen. Surplus konsumen adalah perbedaan antara
nilai maksimum uang yang ingin dibayar konsumen dengan nilai yang benarbenar dibayarkan terhadap jumlah tertentu dari suatu produk. Surplus
produsen adalah perbedaan antara nilai uang yang sesungguhnya diterima
oleh produsen dengan nilai minimum yang diinginkan produsen. Besarnya
surplus produsen dan konsumen merupakan indikator penentu arah kebijakan
yang akan dilakukan.
Konsumen yang rasional menginginkan harga komoditas kedelai
murah dan terjangkau oleh daya beli agar dapat memenuhi kebutuhan
hid~p.
Sebaliknya sangat rasional pula apabila para petani menginginkan harga jual
komoditas cukup tinggi agara dapat memperoleh pendapatan yang memadai
sebagai imbalan atas usaha dan investasi yang dilakukan. Untuk memenuhi
keinginan yang nampaknya saling bertentangan itu dan lebih jauh lagi demi
kepentingan ekonomi, sosial dan politik negara yang stabil, maka pemerintah
dapat melakukan intervensi terhadap pasar komoditas kedelai di pasar
domestik melalui berbagai kebijakan.
Selain itu dalam kaitannya dengan perdagangan dunia, suatu
pemerintah dapat pula melakukan proteksi perdagangan komoditas kedelai
untuk melindungi produsen maupun konsumen domestik. Kebijakan yang
berkaitan dengan hal tersebut adalah pengenaan bea masuk untuk impor
kedelai. Kebijakan ini dapat dipakai sebagai altematif untuk melindungi
produsen kedelai di dalam negeri. Bea masuk impor tersebut dimulai sejak
1974 sebesar 30% yang dipertahankan sampai tahun 1982. Sejak tahun 1983
sampai tahun 1993 bea masuk impor kedelai diturunkan menjadi 10% dan
kemudian menjadi 5% pada tahun 1994 sampai 1997.
Sebelum tahun 1998 impor kedelai dimonopoli oleh Bulog. Kebijakan
kuota dapat diterapkan, sehingga volume impor dapat dikendalikan. Pada era
perdagangan bebas tahun 1998, kebijakan kuota impor tidak dapat lagi
Universitas Indonesia
64
diterapkan, sehingga pemerintah hanya dapat memberlakukan kebijakan tarif.
Pemerintah telah melakukan liberalisasi sepenuhnya atas perdagangan dan
distribusi berbagai komoditi yang sebelumnya ditangani Bulog.
Pada tahun 1998 sampai 2003 bea masuk impor ditiadakan. Alasan
pemerintah menetapkan bea masuk impor 0 adalah untuk memenuhi
kebutuhan kedelai dalam negeri. Pada tahun 1999 volume impor mencapai
kenaikan sebanyak 279,38% dari 343.124 ton menjadi 1.301.755 ton, bahkan
pada tahun 2004 total kebutuhan kedelai nasional, 65% berasal dari impor.
Oleh karena itu, pada tahun 2004 sampai 2007 bea masuk impor dinaikan
kembali menjadi 10%. Kemudian pada tahun 2008 bea masuk impor kembali
dihapuskan. Belum berlakunya bea masuk impor pada saat ini menyebabkan
jumlah kedelai impor semakin banyak, sehingga harga kedelai dalam negeri
jatuh dan petani enggan menanam kedelai. Oleh karena itu pengendalian
impor dan pengamanan pasar dalam negeri perlu ditingkatkan.
Kebijakan bea masuk impor berpengaruh terhadap besarnya volume
impor kedelai. Dampak pengenaan bea masuk impor terhadap perdagangan
yaitu turunnya impor akibat kenaikan harga di negara pengimpor (Salvatore,
1997). Beberapa negara ASEAN juga menerapkan bea masuk terhadap
kedelai, misalnya Thailand menerapkan bea masuk 5%. Negara-negara lain
juga melakukan perlindungan terhadap petani kedelai di negaranya dengan
berbagai cara, yaitu melalui penetapan tarif impor atau penetapan kuota
impor. Misalnya, Jepang meskipun menetapkan bea masuk impor kedelai nol
persen, tetapi mensyaratkan aturan karantina yang ketat melalui Plant
Quarantine Law dan Food Sanitation Law. Amerika Serikat juga menetapkan
tarif impor 4,4 sen per kilogram. Cina menetapkan ceiling binding 180
persen. Korea Selatan memberlakukan kuota dengan tarif kuota 503.2988
won per kilogram. Cile dengan advalorem tariff sebesar delapan persen,
Papua New Guinea dengan tarif bea masuk produk kedelai sebesar 11 persen.
Peluang untuk menetapkan tarif impor terbuka Iebar.
Universitas Indonesia
65
Penilaian terhadap penerapan kebijakan bea masuk impor umumnya
difokuskan pada dampak yang ditimbulkan terhadap produsen, konsumen,
dan pemerintah. Gambar 4.1 merupakan suatu ilustrasi surplus produsen dan
konsumen sehubungan dengan adanya kebijakan pemerintah (tarif impor)
pada pasar komoditas kedelai. Harga barang-barang normal di pasar dunia
lebih murah daripada di pasar dalam negeri. Namun harga yang berlaku di
pasar dalam negeri menjadi sama dengan harga yang berlaku di pasar
intemasional apabila ada impor yang dapat menutup defisit produksi (yaitu
selisih antara produksi dan konsumsi).
Pada kondisi I : (Ada kebijakan tarif impor yang menyebabkan harga
kedelai yang berlaku di pasar dalam negeri (P 01 ) lebih tinggi daripada harga
dunia (Pw) dengan selisih T). Pada posisi ini, jumlah produksi adalah QM 1 =
Q01
-
Qs 1, dan penerimaan pemerintah dari pajak impor adalah sebesar
daerah segiempat NURS. Surplus produsen adalah sebesar daerah segitiga
(LUP 01 ) -yang lebih kecil daripada surplus konsumen yaitu sebesar daerah
segitiga (KR P01 ). Perubahan kesejahteraan masyarakat (surplus ekonomi)
total adalah daerah LURK karena ada surplus ekonomi yang hilang (dead
weight loss) sebesar daerah segitiga MNU dan RST.
Pada kondisi 2 : (Tanpa kebijakan tarif impor, harga yang berlaku di
pasar dalam negeri turun dari P01 menjadi sama dengan harga dunia (P").
Pada posisi ini, jumlah produksi turun menjadi Qs 2, jumlah konsumsi
(permintaan) meningkat menjadi QD2, jumlah impor meningkat menjadi QM 2
=
Qm - Qs2, dan penerimaan pemerintah dari tarif impor menjadi nol. Surplus
produsen turun menjadi sebesar daerah segitiga LMPw, yang semakin jauh
lebih kecil daripada surplus konsumen yang meningkat menjadi sebesar
daerah KT Pw. Surplus ekonomi total meningkat menjadi sebesar daerah
LMTK.
Universitas Indonesia
66
p
D
Qs2 Qsl Qe
Q
QoJ Qo2
(a). Kondisi l (Ada Kebijakan Tarif impor)
p
s
D
Q
(b). Kondisi 2 (Tanpa Kebijakan Tarif impor)
Gambar 4.1 Dampak Kebijakan Tarif terhadap Perubahan Surplus
Produsen dan Konsumen
Gam bar 4.1 mengilustrasikan dampak kebijakan tarif impor kedelai di
Indonesia. Jika pemerintah menghilangkan seluruh biaya tarif impor, maka
perdagangan kedelai di Indonesia akan berada pada kondisi 2. Perbedaan
kinerja perdagangan kedelai nasional ·antara kondisi 2 dan kondisi 1 dianggap
merupakan dampak dari penerapan kebijakan menghilangkan tarif impor.
Universitas Indonesia
67
Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa berbagai ukuran dalam mengukur
kesejahteraan masyarakat seperti surplus konsumen, surplus produsen, dan
surplus ekonomi dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh dari berbagai
kebijakan pemerintah terhadap kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan basil analisis dari teori permintaan, maka pada saat tarif
impor diberlakukan harga kedelai impor akan meningkat dan mengakibatkan
menurunnya jumlah permintaan dibandingkan dengan tanpa dikenakannya
tarif. Akibat lebih lanjut dari peningkatan harga ini akan mendorong kenaikan
harga kedelai dalam negeri sedemikian rupa sehingga produksi akan ikut
meningkat. Setelah mengalami penyesuaian, maka penurunan permintaan dan
peningkatan produksi kedelai akan mengakibatkan jumlah impor kedelai
mengalami penurunan. Penurunan impor kedelai ini juga menyebabkan GDP
meningkat, hal ini sesuai dengan teori makroekonomi, jika jumlah impor
menurun maka GDP akan meningkat. Secara garis besar dapat dikatakan
bahwa pengenaan tarif impor berdampak pada aspek konsumsi (permintaan)
domestik yang menurun,
aspek produksi
domestik meningkat,
dan
kesejahteraan masyarakat akibat kenaikan harga. Oleh karena itu peningkatan
bea masuk impor kedelai perlu dii.kuti dengan pengaturan harga kedelai
dalam
negen
guna
untuk
meningkatkan
surplus
konsumen
yang
mempengaruhi aktivitas konsumsi.
Secara umum, dengan penurunan tarif impor yang sejalan dengan
agenda AFTA berdampak terhadap penurunan harga kedelai impor, sehingga
permintaan kedelai impor meningkat dan produksi kedelai dalam negeri
menurun. Akibatnya, penurunan tarif impor kedelai maka jumlah impor
semakin besar, hal ini akan menyebabkan GDP menurun. Penurunan tarif
impor ini berdampak pada meningkatnya kesejahteraan konsumen dan
menurunnya kesejahteraan produsen. Sementara itu, penerimaan pemerintah
terns menurun sejalan dengan penurunan tarif impor dan nilai tukar rupiah.
Kesejahteraan konsumen meningkat dengan penurunan tarif impor
kedelai karena konsumen dapat membeli kedelai dengan harga yang lebih
murah' dan jumlah barang yang dikonsumsi lebih banyak. Sebaliknya,
Universitas Indonesia
68
produsen domestik mengalami kerugian dengan penurunan tarif impor karena
harus bersaing dengan produk kedelai impor yang harganya menjadi relatif
lebih murah. Berkenaan dengan hal ini, maka penerimaan pemerintah dari
pengenaan tarif impor hendaknya dapat dimanfaatkan untuk mendanai
berbagai upaya peningkatan produksi kedelai dalam negeri.
Universitas Indonesia
BAB5
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis pada bah terdahulu, studi ini menyimpulkan
beberapa hal penting, yaitu :
1. Faktor yang paling besar peranannya terhadap permintaan kedelai adalah
harga kedelai dalam negeri dengan elastisitas sebesar -1,894428. Artinya,
bahwa kebijakan perubahan harga kedelai dalam negeri akan memberikan
dampak yang besar terhadap permintaan kedelai di Indonesia.
2. Kebijakan peningkatan bea masuk impor kedelai akan meningkatkan surplus
produsen dan akan menurunkan surplus konsumen, serta akan menurunkan
pengeluaran devisa negara, dengan adanya kebijakan bea masuk impor
kedelai akan baik bagi produsen dan pemerintah, tetapi tidak bagi konsumen.
Sedangkan penurunan bea masuk impor berdampak terhadap penurunan
harga kedelai impor, sehingga permintaan kedelai impor meningkat dan
produksi kedelai dalam negeri menurun. Oleh karena itu peningkatan atau
penurunan bea masuk impor kedelai perlu diikuti dengan pengaturan harga
kedelai dalam negeri guna untuk menjaga keseimbangan surplus konsumen
dan surplus produsen.
3. Nilai R2 pada persamaan permintaan kedelai sebesar 71,06%. Hal ini berarti
71,06% dapat dijelaskan oleh harga kedelai dalam negeri, pendapatan
perkapita, dan
jumlah penduduk, sedangkan 28,94% permintaan kedelai
tidak dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen lain. Oleh karena itu,
perlu penelitian selanjutnya untuk menganalisis permintaan kedelai dengan
menggunakan variabel-variabellain yang tidak digunakan pada penelitian ini
seperti harga barang lain, selera, dan ramalan masa datang, serta perlu
penelitian lebih lanjut mengenai produksi kedelai.
69
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Amang, Bedu. 1996. Ekonomi Kedelai di Indonesia. IPB Press: Jakarta.
Adisarwanto, T. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Jakarta: Penebar
Swadaya.
BPS. 2009. Produksi Padi dan Palawija.
Daniel, Moehar. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Departemen Perdagangan. 2009
Departemen Pertanian. 2009. Outlook Komoditas Tanaman Pangan. Pusat
Data dan Informasi Pertanian. Jakarta.
FAO. 2008. Production Yearbook. Rome.
Gujarati, D. 1999. Basic Econometrics. McGraw-Hill Book Company.
Singapore
Hadipurnomo, Tidar. 2000. Dampak Kebijakan Produksi dan Perdagangan
Terhadap Penawaran dan Permintaan Kedelai di Indonesia. Tesis.
Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Rahardja, Prathama. Manurung, Mandala. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi
(Mikroekonomi dan Makroekonomi) Edisi Revisi. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Salvatore. 1997. Ekonomi Intemasional. Haris Munandar (penerjemah).
Erlangga: Jakarta.
Silitonga, C., Budi Santosa dan Novi lndiarto dalam Amang, Husein Sawit
dan Anas Rachman. 1996. Ekonomi Kedelai Di Indonesia. Bogor: IPB
Press.
Suara Karya. 2008. Bea Masuk Kedelai Dihapus. Suara Karya 15 Januari
2008.
Sukimo. 1994. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Ul.
70
Universitas Indonesia
71
Suriffani, Dara Meutia. 2004. Pennintaan Impor Kedelai Indonesia dari
Amerika Serikat dan Aliran Impor Kedelai ke Indonesia. Skripsi.
Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.
Tempo. 2009. Kedelai Setelah Satu Dekade. Tempo 29 Maret 2010.
Widjajanti, Lucia. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pennintaan dan Penawaran Komoditas Gula Di Indonesia Periode
1980-2004. Tesis. FE-UI.
Zulham, A., 1993. Perdagangan Wilayah Komoditas Kedelai di Indonesia.
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian: Bogor, Indonesia.
Universitas Indonesia
72
73
Lampiran 1
Systsm: SYS01
Estimation Method: Two-Stage Least Squares
Date: 11/11/10 Time: 15:35
Sample: 1978 2008
Included observations: 31
Total system (balanced) observations 93
C(1)
C(2)
C(3)
C(4)
C(5)
C(6)
C(7)
C(8)
C(9)
C(10)
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
-3948413.
-323.3219
-0.071079
33.64101
-1344.764
10.85467
-655506.0
1.373957
-1.171930
14848.61
805888.1
163.8012
0.066458
4.893662
788.4412
3.235695
433801.5
0.277070
0.211878
10652.98
-4.899456
-1.973868
-1.069533
6.874404
-1.705599
3.354666
-1.511073
4.958875
-5.531160
1.393846
0.0000
0.0517
0.2879
0.0000
0.0918
0.0012
0.1346
0.0000
0.0000
0.1671
Determinant residual covariance
2.73E+27
Equation: QD=C(1 )+C(2)*HD+C(3)*Y+C(4 )*POP
Instruments: C PD Y POP BM HI
Observations: 31
0.676602 · Mean- dependent var
R-squared
0.640668 S.D.dependentvar
Adjusted R-squared
338464.5 Sum squared resid
S.E. of regression
1.712337
Durbin-Watson stat
Equation: HD=C(5)+C(6)*HI
Instruments: C PD Y POP BM HI
Observations: 31
0.279571
R-squared
0.254728
Adjusted R-squared
1027.581
S.E. of regression
0.378858
Durbin-Watson stat
Mean dependent var
S.D.dependentvar
Sum squared resid
Equation: IM=C(7)+C(8)*QD+C(9)*PD+C( 1O)*BM
Instruments: C PD Y POP BM HI
Observations: 31
0.635694 Mean dependent var
R-squared
0.595216 S.D.dependentvar
Adjusted R-squared
259050.7 Sum squared resid
S.E. of regression
2.613808
Durbin-Watson stat
1770131.
564631.8
3.09E+12
1226.708
1190.306
30621739
693089.9
407167.5
1.81E+12
74
Lampiran 2
QD=C(l )+C(2)*HD+C(3)*Y+C(4)*P0 P
Dependent Variable: QD
Method: Two-Stage Least Squares
Date: 11/11110 Time: 15:37
Sample: 1978 2008
Included observations. 31
QD=C(1 )+C(2)*HD+C(3)*Y +C(4)'"POP
Instrument list: CPO Y POP BM HI
C(1)
C(2)
C(3)
C(4)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Durbin-Watson stat
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
-3948413.
-323.3219
-0.071079
33.64101
805888.1
163.8012
0.066458
4.893662
-4.899456
-1.973868
-1.069533
6.874404
0.0000
0.0587
0.2943
0.0000
0.676602
0.640668
338464.5
1.712337
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
1770131.
564631.8
3.09E+12
75
Lampiran 3
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
Obs*R-squared
0.626685
Probability
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Two-Stage Least Squares
Date: 11111/10 Time: 15:37
Presample missing value lagged residuals
s~t
0.730999
to zero.
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C(1)
C(2)
C(3)
C(4)
RESID(-1)
RESID(-2)
44267.91
5.730513
0.003065
-0.301147
0.119299
0.078784
846265.6
168.8204
0.070197
5.151236
0.205138
0.218110
0.052310
0.033944
0.043668
-0.058461
0.581552
0.361211
0.9587
0.9732
0.9655
0.9538
0.5661
0.7210
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
0.020216
-0.175741
348169.1
3.03E+12
-436.2266
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Durbin-Watson stat
-1.55E-09
321095.6
28.53075
28.80830
1.932317
76
Lampiran 4
White
Heteroskedasti~
F-statistic
Obs*R-squared
Test:
0.371282
2.633036
0.889942
0.853292
Probability
Probability
Test Equation:
Dependent Variable: RESID"2
Method: least Squares
Date: 11n1110 Time: 15:38
Sample: 1978 2008
Included observations: 31
Variable
Coefficient
St~.
Error
t-Statistic
Prob.
c
-5.26E+11
-1.46E+08
14957.38
-141884.1
0.014068
2906877.
10.98833
3.53E+12
3.61E+08
50849.02
285160.1
0.035551
40953255
121.5418
-0.149069
-0.403491
0.294153
-0.497559
0.395708
0.070980
0.090408
0.8827
0.6902
0.7712
0.6233
0.6958
0.9440
0.9287
HD
HD"2
y
Y"2
POP
POP"2
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.084937
~0.143829
1.82E+11
7.93E+23
-843.7248
1.905724
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob~F-statistic}
9.98E+10
1.70E+11
54.88547
55.20927
0.371282
0.889942
77
Lampiran 5
HD=C(ll)+C(12)*ID
Dependent Variable: HD
Method: Two-Stage Least Squares
Date: 1 ~/11/10 Time: 15:24
Sample(adjusted): 1979 2008
Included observations: 30 after adjusting endpoints
Convergence achieved after 9 iterations
lnstrumeilt list: C PD Y POP BM HI
Lagged dependent
variable & regressors
added to instrument
list
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
c
24.25511
1.236670
1.197977
205.9130
0.407733
0.029413
0.117793
3.033038
40.72966
0.9071
0.0053
0.0000
HI
AR(1}
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob{F-statistic}
Inverted AR Roots
0.985073
0.983967
151.1298
890.8950
0.000000
1.20
Estimated AR
Mean dependent varS.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
~rocess
is nonstationary
1262.505
1193.563
616685.8
1.662561
78
Lampiran 6
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
Obs*R-squared
3.320195
Probability
0.190120
Test Equation:
Depender.t Variable: RESID
Method: Two-Stage Least Squares
Date: 11/11/10 Time: 15:40
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
c
15.14169
-0.188046
-0.011548
0.127630
-0.370959
202.1924
0.413572
0.030152
0.204327
0.223032
0.074888
-0.454687
-0.382993
0.624634
-1.663250
0.9409
0.6533
0.7050
0.5379
0.1088
HI
AR(1)
RESID(-1)
RESID!-2}
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.110673
-0.031619
148.1128
548435.3
-189.7726
1.946536
Mean dependent var
S.D.dependentvar
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob{F-statistic}
-8.19E-10
145.8253
12.98484
13.21837
0.777787
0.550132
79
Lampiran 7
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.070697
0.156285
0.931916
0.924833
Probability
Probability
Test Equation:
Dependent Variable: RESID"2
Method: Least Squares
Date: 11111/10 Time: 15:40
Sample: 1979 2008
Included observations: 30
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
c
43590.78
-197.0151
0.397366
104709.9
769.8793
1.339359
0.416300
-0.255904
0.296684
0.6805
0.8000
0.7690
HI
Hl"2
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihpod
Durbin-Watson stat
0.005209
-0.068479
39086.55
4.12E+10
-358.1938
2.124824
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
20556.19
37813.28
24.07958
24.21970
0.070697
0.931916
80
Lampiraa 8
IM=Cf'!)+C(8)*QD+Cf9l*PD+C(l0)*BM
Dependent Variable: IM
Method: Two-Stage Least Squares
Date: 11/11/10 Time: 15:53
Sample: 1978 2008
Included obsef'!ations: 31
IM=C(7)+C(8)*QD+C(9)*PD+C( 1O)*BM
Instrument list: C PO Y POP BM HI
C(7)
C(8)
C(9)
cpol
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Durbin-Watson stat
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob
-655506.0
1.3739;)7
-1.171930
14848.61
433801.5
0.277070
0.211878
10652.98
-1.511073
4.958875
-5.531160
1.393846
0.1424
0.0000
0.0000
0.1747
0.635694
0.595216
259050.7
2.613808
Mean dependent var
S.D.dependentvar
Sum squared resid
693089.9
407167.5
1.81E+12
81
Lampiran 9
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
Obs*R-squared
3.061394
Probability
0.216385
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Two-Stage Least Squares
Date: 11111/10 Time: 15:53
Presample missing vaiue l<:~gged residuals set to zero.
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C(7)
C(8)
C(9)
C(10)
RESID(-1)
RESID(-2)
-38565.79
0.016967
-0.002743
1090.902
-0.328127
-0.056847
429642.5
0.273663
0.209267
10541.76
0.200045
0.202049
-0.089763
0.061998
-0.013110
0.103484
-1.640261
-0.281354
0.9292
0.9511
0.9896
0.9184
0.1135
0.7808
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
0.098755
-0.081494
255574.9
1.63E+1?
-426.6423
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Durbin-Watson stat
-4.19E-10
245757.1
27.91240
28.18995
2.043459
82
Lampiran 10
White Heteroskedasticity Test:
F-stat!stic
_Obs*R-squared
1.224174
7.264191
0.328640
0.297105
Probability
Probability
Test Equation:
Dependent Variable: RESID"2
Method: Least Squares
Date: 11/11/1(1 Time: 15:54
Sample: 1978 2008
Included obseJVations: 31
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
c
-3.00E+11
-287353.6
0.171025
647318.6
-0.455968
3.68E+10
-9.98E+08
6.74E+11
702620.1
0.204002
973291.1
0.439562
1.73E+10
·5.55E+08
-0.444349
-0.408974
0.838349
0.665082
-1.037323
2.128619
-1.796572
0.6608
0.6862"
0.4101
0.5123
0.3099
0.0437
0.0850
0.234329
0.042911
2.40E+11
1.38E+24
-852.3462
1.844344
Mean dependent var
S.D.dependentvar
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob( F-statistic)
QD
00"2
PO
PD"2
BM
BM"2
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
5.84E+10
2.45E+11
55.44169
55.76550
1.224174
0.328640
83
Lampiran 11
System: SYS01
Estimation Method: Two-Stage Least Squsres
Date: 12129/10 Time: 13:12
Sample: 1978 2007
Included observations: 24
Total system (balanced) observations 96
C(1)
C(2)
C(3)
C(4)
C(5)
C(6)
C(7)
C(8)
C(9)
C(10)
C(11)
Coefficient
Std. Error
t-St3tistic
Pro b.
-107.7512
-1.894428
0.463444
10.57280
0.097500
1.168611
-9.934196
2.778652
-1.263902
0.349327
1.000000
25.38796
0.638642
0.498694
2.337627
5.232449
0.956868
6.246424
0.499463
0.314257
0.267942
0.000000
-4.244183
-2.966340
0.929316
4.522876
0.018634
1.221287
-1.590381
5.563275
-4.021879
1.303739
0.0001
0.0039
0.3554
0.0000
0.9852
0.2254
0.1155
0.0000
0.0001
0.1958
0.0000
Determinant residual covariance
NA
0.000000
Equation: LOG(QD )=C( 1)+C(2)*LOG(H D)+C(3 )*LOG(Y)+C(4)
*LOG( POP)
Instruments: C LOG(PD) LOG(Y) LOG(POP) LOG(BM) LOG(HI)
Observations: 24
R-squared
0.710610 Mean dependent var
14.26299
Adjusted R-squared
0.667202 S.D. dependent var
0.416153
S.E. of regre~sion
0.240073 Sum squared resid
1.152699
Durbin-Watson stat
2.318171
Equation: LOG(HD)=C(5)+C(6)*LOG(HI)
Instruments: C LOG(PD) LOG(Y) LOG(POP) LOG(BM) LOG(HI)
Observation::;: 24
R-squared
0.063493 Mean dependent var
6.484050
Adjusted R-squared
0.020924 S.D.dependentvar
0.889985
S.E. of regression
17.06100
0.880625 Sum squared resid
Durbin-Watson stat
0.085936
Equation: LOG(IM)=C(7)+C(8)*LOG(QD)+C(9)*LOG(PD)+C(1 0)
*LOG(BM)
Instruments: C LOG(PD) LOG(Y) LOG(POP) LOG(BM) LOG(HI)
Observations: 24
13.08643
R-squared
Mean dependent var
0.652701
0.600155
Adjusted R-squared
0.600607 S.D.dependentvar
2.877115
0.379283 Sum squared resid
S.E. of regression
Durbin-Watson stat
2.539661
Equation: LOG(QS)=C(11 )*LOG(QD)
Instruments: C LOG(PD) LOG(Y) LOG(POP) LOG(BM) LOG(HI)
Observations: 24
14.26299
1.000000 Mean dependent var
R-squared
0.416153
1.000000 S.D. dependent var
Adjusted R-squared
0.000000
S.E. of regression
0.000000 Sum squared resid
84
Lampiran 12
Dependent Variable: LOG(QD)
Method: Two-Stage Least Squares
Date: 12/16/10 Time: 21:20
Sample(adjusted): 1978 2007
Included observations: 23
Excluded cbservations: 7 after adjusting endpoints
Instrument list: C LOGlPD) LOG(Y) LOG(POP) LOG(BM) LOG(HI)
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
c
-98.22694
-2.042223
0.737003
9.551892
25.78837
0.667368
0.573292
2.417180
-3.808962
-3.060117
1.285563
3.951667
0.0012
0.0064
0.2140
0.0009
LOG(HD)
LOG(Y)
LOG(POP)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.720168
0.675984
0.241375
18.85387
0.000006
Mean dependent var
S.D.dependentvar
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
14.25595
0.424042
1.106976
2.498130
85
Lampiran 13
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
Obs*R-squared
2.602027
0.272256
Probability
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Two-Stage Least Squares
Date: 12/16/10 Time: 21 :32
Presample and interior missing valu~ lagged residuals set to zero.
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
c
-8.943316
-0.057564
-0.069396
0.849779
-0.376410
-0.001563
32.00756
0.674038
0.58969o
3.011890
0.296515
0.324384
-0.279413
-0.085401
-0.117681
0.282141
-1.269447
-0.004818
0.7833
0.9329
0.9077
0.7812
0.2214
0.9962
LOG(HD)
LOG(Y)
LOG(POP)
RESID(-1)
RESID(-2)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.113132
-0.147712
0.240311
0.981742
3.634501
1.805516
Mean dependent var
S.D.dependentvar
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob( F-statistic)
4.80E-14
0.224315
0.205696
0.501911
0.433714
0.818870
86
Lampiran 14
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-sguared
0.423631
2.548235
Probability
Probability
0.825864
0.769214
Test Equation:
Dependent Variab:e: RESID"2
Method: Least Squares
Date: 12/16/10 Time: 21:33
Sample: 1978 2007
Included observations: 23
Excluded observations: 7
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
c
12.52337
0.476563
-0.011441
0.218148
-0.011215
-1.317330
16.97554
1.674850
0.118913
2.292547
0.080038
1.298185
0.737731
0.284541
-0.096211
0.095156
-0.140114
-1.014748
0.4707·
0.7794
0.9245
0.9253
0.8902
0.3245
LOG(HD)
(LOG(HD))"2
LOG(Y)
(LOG(Y))"2
LOG{POP}
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.110793
-0.150739
o.099o61
0.168849
23.87826
2.404490
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob{F--statistic}
0.048129
0.092904
-1.554631
-1.258415
0.423631
0.825864
87
Lampiran 15
Dependent Variable: LOG(HD)
Method: Two-Stage Least Squares
Date: 12/16/10 Time: 21:19
Sample(adjusted): i979 2007
Included obse:vations: 22
Excluded observations: 7 after adjusting endpoints
Convefgence a~.;hieved after 5 iterations
Instrument list: C LOG(PD) LOG(Y) LOG(POP) LOG(BM) LOG(HI)
Lagged dependent
•;ariable & regressors
added to instrument
list
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
c
10.34644
0.191313
0.978531
5.680224
0.082591
0.023082
1.821484
2.316389
42.39400
0.0843
0.0319
0.0000
LOG(HI)
AR~1~
R-squared
Adjusted R-squared
S. E. of regressi9n
F-statistic
Prob{F-statistic)
Inverted AR Roots
0.991158
0.990227
0.081857
1064.924
0.000000
.98
Mean dependent var
S.D.dependentvar
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
6.490890
0.828041
0.127312
2.137863
88
Lampiran 16
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
Obs*R-squared
0.725197
Probability
0.695866
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Two-Stage Least SquarP.s
Date: 12/16/10 Time: 21:34
Presarnp!e and interior missing value lagged residuals set to zero.
Variabla
c
LOG(HI)
AR(1)
RESID(-1)
RESID( -2)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
Coefficient
-0.441187
0.015382
-0.001499
-0.117756
-0.196073
0.032963
-0.194575
0.085101
0.123116
25.82576
1.930207
Std. Error
t-Statistic
Prob.
5.950634
0.089545
0.024115
0.262437
0.281311
-0.074141
0.171776
-0.062172
-0.448701
-0.696997
0.9418
0.8656
0.9512
0.6593
0.4952
Mean dependent var
S.D.dependentvar
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
1.07E-13
0.077862
-1.893251
-1.645286
0.144870
0.962806
89
Lampiran 17
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic
Obs*R-sguared
3.444818
5.854543
0.052901
0.053543
Probability
Probability
Test Equation:
Dependent Variable: RESID"2
Method: Least Squares
Date: 12/16/10 Time: 21:36
Sample: 1979 2007
Included observations: 22
Excluded observations: 7
Variable
CoefficiP.nt
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
c
-0.979193
0.338904
-0.029001
0.653390
0.233304
0.020803
-1.498634
1.452631
-1.394114
0.1504
0.1626
0.1794
LOG(HI)
(LOG(HI))"2
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.266116
0.188865
0.005599
0.000596
84.46978
1.688191
Mean dependent var
S.D.dependentvar
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.005787
0.006217
-7.406344
-7.257565
3.444818
0.052901
90
Lampiran18
Dependent Variable: LOG(IM)
Method: Two-Stage Least Squares
Date: 12/16/10 Time: 22:24
Sample(adjusted): 1978 2C07
Included observations: 24
Exciuded observations: 6 after adjusting endpoints
ln~lr.Jment list: C LOG(PD) LOG(Y) LOG(POP) LOG(BM) LOG(HI)
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
c
-9.9341fl6
2.778652
-1.263902
0.349327
0.652701
0.600607
0.379283
17.80913
0.000007
6.246424
0.499463
0.314257
0.267942
-1.590381
5.563275
-4.021879
1.303739
0.1274
0.0000
0.0007
0.2071
13.08643
0.600155
2.877115
2.539661
LOG(QD)
LOG(PD)
LOG(BM)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
Mean dependent var
S.D. dependent var
Sum squared resid
Durbin-Watson stat
91
Lampiran 19
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
Obs*R-sguared
1.482010
Probability
0.476635
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Two-Stage Least Squares
Date: 12/16/1 0 Time: 22:26
Presample and interior missing value lagged res!duals set to zero.
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
c
0.444991
0.002149
-0.032583
-0.010800
-0.255672
0.000954
6.861982
0.514549
0.335783
0.288817
0.250700
0.273153
0.064849
0.004176
-0.097037
-0.037395
-1.019832
0.003492
0.9490
0.9967
0.9238
0.9706
0.3213
0.9973
LOG(QD)
LOG(PD)
LOG(BM)
RESID(-1)
RESID(-2)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.061750
-0.198874
0.387259
2.699452
-7.834465
'1.997584
Mean dependent var
S.D.dependentvar
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
2.27E-14
0.353683
1.152872
1.447386
0.236932
0.941028
92
Lampiran 20
White
Heteroskedasticit~
F-statistic
.£bs*R-squared
Test:
1.821410
9.391245
Probability
0.154505
0.152741
Probabilit~
Test Equation:
Dependent Variable: RESID"2
Method: Least Squares
Date: 12116/10 Time: 22:26
Sample: 1978 2007
Included observations: 24
Excluded observations: 6
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
c
110.7269
-73.55521
2.619264
59.20013
-2.165263
0.845420
-0.170260
143.1930
28.59242
1.011616
25.42577
0.921704
1.180208
0.234344
0.773270
-2.572543
2.589189
2.328352
-2.349195
0.716331
-0.726541
0.4500
0.0198
0.0191
0.0325
0.0312
0.4835
0.4774
LOG(QD)
(LOG(QD))"2
LOG(PD)
(LOG(PD))"2
LOG(BM)
(LOG(BM}}"2
R:-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.391302
0.176467
0.352988
2.118208
-4.924723
1.469301
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic ~
0.119880
0.388973
0.993727
1.337326
1.. 821410
0.154505
Download