UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI INDONESIA PERIODE 1978-2008 TESIS DWI SARTIKA ADETAMA 0906586474 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK JAKARTA JANUARI, 2011 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI INDONESIA PERIODE 1978-2008 TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi DWI SARTIKA ADET AMA 0906586474 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK KEKHUSUSAN EKONOMI PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH JAKARTA JANUARI, 2011 SURAT PERNYAT AAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan dibawah ini dengan sebenamya menyatakan bahwa tesis ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia. Jika di kemudian hari temyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan bertanggungjawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya. 11 HALAMAN PERNYAT AAN ORISINALITAS Tesis ini adalah basil karya saya sendiri, dan semua somber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar : Dwi Sartika Adetama : 090658' 74 Nama NPM Tanda Tangan Tanggal : 1Desember 2010 lll HALAMAN PENGESAHAN Tesis ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Tesis : Dwi Sartika Adetama : 0906586474 : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik : Analisis Permintaan Kedelai di Indonesia Periode 1978-2008 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Master of Economic pada Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia DEWAN PENGUJI Pembimbing :Dr. Sartika Djamaluddin ( ~rtPK ) / Penguji : Dr. Ir. Widyono Soetjipto ~ ( Penguji : Dr. Ir. Riyanto <·~{I Ditetapkan di : Jakarta Tanggal C'vvf 2 7 DEC L0i0 IV ) ) KATAPENGANTAR Assalamu'alaikum, Wr. Wb Puji dan syuk:ur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, serta berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam memperoleh gelar Magister Ekonomi di Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat dukungan baik berupa moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Arindra A. Zainal, Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2. Bapak Dr. Andi Fahmi Lubis selaku Sekretaris Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 3. Ibu Dr. Sartika Djamaluddin selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan tesis ini. 4. Bapak Dr. Widyono Soetjipto dan bapak Dr. Riyanto yang telah meluangkan waktunya untuk menjadi dosen penguji dalam sidang Tugas Akhir. Terima kasih atas saran dan kritik yang diberikan untuk tesis ini. 5. Para dosen yang telah menyampaikan kuliah serta membantu penulis dalam memahami perkuliahan. 6. Pusbindiklatren Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang telah memberikan kesempatan beasiswa kepada penulis. 7. Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik, Kementerian Perdagangan, Perpustakaan UI, Perpustakaan IPB yang telah memberi bantuan data dan informasi dalam rangka penyusunan tesis ini. 8. Seluruh staf sekretariat Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik yang telah membantu dan memberikan pelayanan selama penulis mengikuti studi. 9. Suarpiku tercinta Indra Perdana, ST yang tidak habis-habisnya memberikan doa, semangat, perhatian dan kasih sayang yang sangat besar dan selalu sabar v mendampingi, serta anakku tersayang Xavierra Ophelia Perdana yang selalu menjadi penyemangat dan motivasiku. 10. Orangtuaku, Bapak Drs. Mohd. Zubier Ade dan lbu Dra. Niliswana serta mertuaku, Bapak Ermansyah dan lbu Dede Cuansih yang telah memberikan doa, dorongan, nasehat, dan perhatian. 11. Kakakku Berni Puspa Endah, SE, adik-adikku Ade Kurniawan Riandala, S.Kel., Panji Dwikusuma, M. Deddy Setiawan dan Yenita Adetama atas doa dan dukungannya. 12. Ternan- ternan MPKP Pagi Bappenas XXI, terima kasih atas segala dukungan moral dan ketjasamanya dalam menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan. Sahabatku Setyo yang telah menemani penulis selama menempuh studi. Bekti dan Yagi terima kasih untuk kebersamaannya selama bimbingan. Akhir kata, penulis berharap semoga Allah Swt berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang membacanya, Amin. Wassalamu'alaikum, Wr. Wb. Jakarta, :l-J Desember 2010 Penulis, Dwi Sartika Adetama VI HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dwi Sartika Adetama NPM : 0906586474 Program Studi : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Departemen : Ilmu Ekonomi Fakultas : Ekonomi Jenis Karya : Tesis demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : "Ana/isis Permintaan Kedelai di Indonesia Periode 1978- 2008" beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif In I Universitas Indonesia berhak meny1mpan, mengalihmedialformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawaf, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan naam saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya Dibuat di :Jakarta Pada Tanggal : ~pesember 2010 Vll ABSTRAK Nama : Dwi Sartika Adetama Program Studi : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Judul : Analisis Permintaan Kedelai di Indonesia Periode 1978-2008 Kedelai merupakan salah satu komoditas strategis di Indonesia, sehingga mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. Pennasalahan yang dihadapi saat ini adalah permintaan kedelai terns meningkat sebesar 7,22% per tahun, namun tidak dapat diimbangi oleh produksi dalam negeri yang meningkat sebesar 2,08% per tahun. Upaya pemerintah untuk memenuhi permintaan kedelai merupakan awal munculnya kebijakan impor kedelai di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai, dan menganalisis dampak kebijakan bea masuk impor terhadap impor kedelai di Indonesia. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model log linier persamaan simultan, yaitu Ln(QD) = a1 + P1 Ln(HD) + P2 Ln(Y) + P3 Ln(POP) + e, Ln(HD) = a 2 + p4 Ln(HI) + e, dan Ln(QS) = Ln(QD). Pendugaan terhadap ketiga model persamaan tersebut akan dilakukan dengan metode Two Stage Least Square (TSLS) dengan menggunakan data sekunder periode 1978-2008. Program komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eviews 4.1. Diperoleh hasil sebagai berikut: Ln (QD) = -107,7512 - 1,894428 Ln(HD) + 0,463444 Ln(Y) + 10,57280 Ln(POP). Variabel-variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai adalah: variabel harga kedelai dalam negeri dan jumlah penduduk. Ln(HD) = I 0,34644 + 0,191313 Ln(HI) + AR(l) + e ,harga kedelai intemasional mempunyai hubungan positif. Ln(IM) = -9,934196 + 2,778652 Ln(QD)- 1,263902 Ln(PD) + 0,349327 Ln(BM) + e, pada persamaan impor kedelai diperoleh bahwa variabel-variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap impor kedelai adalah permintaan kedelai dan produksi kedelai. Elastisitas harga kedelai dalam negeri dan jumlah penduduk terhadap permintaan kedelai masing-masing adalah sebesar -1 ,894428 dan I 0,57280. Artinya, kebijakan perubahan harga kedelai dalam negeri dan jumlah penduduk akan memberikan dampak yang besar terhadap permintaan kedelai di Indonesia. Elastisitas harga kedelai intemasional terhadap harga kedelai dalam negeri sebesar 0,191313 bersifat inelastis. Elastisitas permintaan dan produksi kedelai terhadap impor kedelai adalah 2,778652 dan -1,263902. Nilai R2 pada persamaan permintaan kedelai sebesar 71,06%. Oleh karena itu, perlu penelitian selanjutnya untuk menganalisis permintaan kedelai dengan menggunakan variabel-variabel lain yang tidak digunakan pada penelitian ini. Kata kunci : permintaan kedelai, impor kedelal, harga kedelai, jumlah penduduk, produksi kedelai, model log linier persamaan simultan, elastisitas Vlll Universitas Indonesia ABSTRACT Name Study Programme Title : Dwi Sartika Adetama : Magister of Planning and Public Policy :Analysis of Soybean Demand in Indonesia in 1978-2008 period Soybean is one of the most strategic commodity of Indonesia, which need more attention from the government in national food policy. Present problem is that soybean demand is continue to increase at 7.22% every year, but it can not be matched by domestic local production which increase is only at 2. 08% every year. Government's effort to fulfill the soybean demand is the beginning of soybean import policy in Indonesia. The objective of this research is to analyze which factors affecting the soybean demand and the impact of import duty towards soybean import in Indonesia. The model which is used in this research is log linear simultaneous equations model, that are Ln(QD) = a1 + fh Ln(HD) + /h Ln(Y) + /33 Ln(POP) + e, Ln(HD) = a2 + /34 Ln(HI) + e and Log QS =Log QD. Fathoming of those equation models will be using Two Stage Least Square (FSLS) method with secondary data in 1978-2008 period. Evies 4.1 is used as the computer program in this research. The result obtained from this research is as follow : Ln (QD) = -107.7512 - 1.894428 Ln(HD) + 0.463444 Ln(Y) + 10.57280 Ln(POP), Independent variables which affecting the soybean demand significantly are domestiC soybean price and the population. Ln(HD) = 10.34644 + 0.191313 Ln(HI) + AR(l) + e, international soybean price has possitive relation. Ln(IM) = -9.934196 + 2. 778652 Ln(QD) - 1.263902 Ln(PD) + 0.349327 Ln(BM) + e. From the soybean import equation, the independent variables which affecting the soybean import significantly are soybean demand and soybean production. The elasticity of domestic soybean price and population towards soybean demand are at -1.894428 and 10.57280, which means any policy modifications in domestic soybean price and population will give a significant impact on soybean demand in Indonesia. The elasticity of international soybean price towards domestic soybean price at 0.191313 is inelastic, which means any policy modifications in international soybean price will not give a significant impact on domestic soybean price. The elasticity of soybean demand and production towards soybean import is at 2. 778652 dan -1.263902. The R2 in soybean demand equation is at 71.06% value. Therefore further research is needed to analyze soybean demand using other variables which are not used in this research. Keywords : soybean demand, soybean import, soybean price, population, soybean production, is log linear simultaneous equations model, elasticity ' lX Universitas Indonesia DAFfARISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i SURA T PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................................. ii HALAMAN PERNYAT AAN ORIS IN ALIT AS ................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv KATA PENGANTAR ............................................................................................. v HALAMAN PERNYAT AAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.. .......................... vii TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................. vii ABSTRAK ........................................................................................................... viii DAFTAR ISI ............................................................................................................ x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii DAFTAR TABEL ................................................................................... :............ xiii 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5 1.4 Hipotesis ......................................................................................_. ................ 5 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 6 1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6 1. 7 Alur Pemecahan Masalah ............................................................................. 7 1.8 Sistematika Penulisan ................................................................... -................ 7 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 9 2.1 Kerangka Teoritis ......................................................................................... 9 2.1.1 Teori Permintaan ................................................................................ 9 2.1.2 Elastisitas ......................................................................................... 12 2.2 Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditi Kedelai di Indonesia ............... 15 2.2.1 Harga Dasar Kedelai ........................................................................ 15 2.2.2 Bea Masuk Impor. ....................................... ,.................................... 16 2.2.3 Tata Niaga ........................................................................................ 17 2.3 Perkembangan Komoditi Kedelai di Indonesia .......................................... 18 2.3.1 Produksi ........................................................................................... 18 2.3.2 Harga Kedelai Dalam Negeri ........................................................... 21 2.3.3 Harga Kedelai Intemasional ............................................................ 23 2.3.4 Pendapatan Perkapita ....................................................................... 24 2.3.5 Jumlah Penduduk ............................................................................. 24 2.4 Karakteristik Permintaan Kedelai .............................................................. 25 2.5 Karakteristik Harga Dalam Negeri ............................................................. 26 2.6 Karakteristik Impor Kedelai ....................................................................... 26 2.7 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 28 3 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 31 3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................................ 32 3.2 Variabel dan Definisi Operasional Variabel .............................................. 33 3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 34 3.4 Metode pengumpulan data ......................................................................... 34 3.5 Metode pengolahan data ............................................................................. 35 3.5.1 Spesifikasi Model ............................................................................ 35 3.5.2 Identifikasi Model .............................................._.............................. 36 X Universitas Indonesia 3.5.3 Pengujian Statistik ........................................................................... 39 3.5.4 Pengujian Ekonometrika .................................................................. 40 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ .43 4.1 Pendugaan Model Permintaan Kedelai di Indonesia................................. .43 4.2 Hasil Pengolahan Data ............................................................................... 44 4.2.1 Permintaan kedelai ........................................................................... 44 4.2.2 Harga Kedelai Dalam Negeri ........................................................... 46 4.2.3 Impor Kedelai .................................................................................. 48 4.3 Pembahasan ................................................................................................ 51 4.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai ................... 51 4.3.1.1 Harga Kedelai Dalam Negeri ............................................. 51 4.3.1.2 Jumlah Penduduk ............................................................... 54 4.3.1.3 Impor.................................................................................. 56 4.3.2 Elastisitas ......................................................................................... 59 4.3 .2.1 Elastisitas harga dalam negeri terhadap permintaan kedelai ........................................................................................... 60 4.3 .2.2 Elastisitas jumlah penduduk terhadap permintaan kedelai 61 4.3.2.3 Elastisitas harga .kedelai internasional terhadap harga dalam negeri ................................................................................. 61 4.3.2.4 Elastisitas permintaan terhadap impor kedelai .................. 62 4.3.2.5 Elastisitas produksi kedelai terhadap impor kedelai .......... 62 4.4 Implikasi Kebijakan .................. :................................................................ 63 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 69 DAFTAR REFERENSI ......................................................................................... 70 LAMP IRAN ........................................................................................................... 72 Xl Universitas Indonesia DAFTAR GAMBAR Gam bar 1.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 7 Gam bar 2.1 Kurva Permintaan ................................................................................ 9 Gambar 2.2 Data Produksi Kedelai ....................................................................... 19 Gam bar 2.3 Harga kedelai dalam negeri ............................................................... 22 Gam bar 2.4 Data harga kedelai intemasional ....................................................... 23 Gambar 2.5 Data pendapatan per kapita Indonesia ............................................... 24 Gambar 2.6 Data Jumlah Penduduk Indonesia ..................................................... 25 Gam bar 2. 7 Dampak Keseimbangan Parsial Akibat Pemberlakuan Tarif............ 27 Gambar 4.1 Dampak Kebijakan Tarifterhadap Perubahan Surplus Produsen dan Konsumen ......................................................................................... 66 xu Universitas Indonesia DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Produksi Kedelai Indonesia dan Beberapa Negara Produsen Utama Kedelai Dunia Tahun 2008 ..................................................................... 1 Tabel2.1 Kebijakan Harga Dasar Kedelai ............................................................ 16 Tabel 4.1 Hasil Pengolahan Persamaan Permintaan Kedelai ................................ 44 Tabel4.2 Hasil Pengolahan Persamaan Harga Kedelai Dalam Negeri ................ 47 Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Persamaan lmpor Kedelai ........................................ 48 Tabel 4.4 Perkembangan harga kedelai dalam negeri dan harga kedelai intemasional periode 1978-2008 ........................................................... 52 Tabel4.5 Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia ......................................... 55 Tabel 4.6 Perkembangan produksi, permintaan dan impor kedelai ...................... 56 Xlll Universitas Indonesia BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein 30-50%, dan lemak 15-25% dan beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin. Tanaman kedelai dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai industri makanan, minuman, pupuk hijau dan pakan temak serta untuk diambil minyaknya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kedelai pada periode 1978-2008 meningkat rata-rata sebesar 2,08% per tahun. P~nipgkatan produksi kedelai disebabkan karena meningkatnya produktivitas kedelai ratarata sebesar 1,49% per tahun, serta meningkatnya luas areal panen kedelai rata-rata sebesar 0,56% per tahun. Perkembangan produksi kedelai di Indonesia ini masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara produsen utama kedelai dunia (Tabel 1.1 ). Tabel 1.1 Produksi Kedelai Indonesia dan Beberapa Negara Produsen Utama Kedelai Donia Tahun 2008 Ranking I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Produksi Negara 80.748.700 59.242.480 46.238.087 15.545.141 9.905.000 6.311.794 3.335.900 1.259.676 880.000 775.710 230.581.106 Amerika Serikat Brazil Argentina China India Paraguay Canada Bolivia Uruguay Indonesia Total • Sumber : F AO, Production Yearbook, 2008 1 Universitas Indonesia 2 Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa pada tahun 2008, Amerika Serikat sebagai produsen kedelai tertinggi di dunia berproduksi sebesar 80,75 juta Ton. Sedangkan kedelai Indonesia menempati rangking ke-1 0 dengan produksi sebesar 775.710 Ton. Pada tahun 2009, produksi kedelai Indonesia meningkat kembali menjadi 972.945 Ton (Angka Sementara 2009) (Badan Pusat Statistik, 2009). Produksi kedelai di Indonesia baru sekitar 0,3% dari total produksi kedelai di dunia 230.581.106 Ton. Walau produksi kedelai di Indonesia meningkat, namun hal ini tidak dapat mengimbangi laju konsumsi kedelai. Konsumsi kedelai perkapita meningkat dari 8,13 kg pada tahun 1998 menjadi 8,97 kg pada tahun 2004 (Suryana, et a/., 2005). Berdasarkan data BPS, Iaju rata-rata pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 1978-2008 adalah 1,56% per tahun. Sedangkan data dari Departemen Pertanian bahwa Iaju pertumbuhan konsumsi kedelai tahun 1978-2008 adalah 7,22% per tahun. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi kedelai di Indonesia berkembang lebih cepat dari perkembangan laju pertumbuhan penduduk. Dengan jumlah penduduk sebanyak 220 juta orang dan rata-rata konsumsi per kapita kedelai sebesar 10 Kg/tahun maka diperlukan kacang kedelai untuk kebutuhan pangan minimal 2 juta ton per tahun. Sekitar 1,2 juta ton digunakan untuk produksi· tempe dan tahu, 650 ribu ton untuk produksi kecap, dan selebihnya untuk produksi pangan lainnya. sebanyak 1 juta ton untuk pakan temak dan sekitar 50 ribu ton untuk benih. Meningkatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia secara langsung mempengaruhi pertumbuhan permintaan makanan. hal ini disebabkan oleh pertambahan populasi dan perubahan pola pangan yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Dampak dari peningkatan pendapatan masyarakat adalah perubahan pola pangan dari pola pangan karbohidrat tinggi dengan protein rendah menjadi pola pangan karbohidrat lebih rendah dengan protein yang lebih tinggi. Laju rata-rata pertumbuhan pendapatan perkapita tahun 1978-2008 adalah 18,09% per tahun, temyata Iebih besar dari tingkat konsumsi kedelai di Indonesia yang 7,22% per tahun. Universitas Indonesia 3 Konsumsi kedelai yang terns meningkat pesat setiap tabunnya, juga sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi yang ditandai oleh meningkatnya konsumsi per kapita kedelai sebesar 5,55%. Sebagian besar produksi kedelai diolab menjadi bahan pangan yang siap dikonsumsi oleh masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung seperti tempe, tabu, kecap dan kripik tempe. Sekitar 115.000 pengusaha tabu dan tempe anggota Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (KOPTI) adalah konsumen terbesar kedelai. Mereka membutuhkan 1,2 juta ton kedelai per tabun, atau lebih dari separuh dari total kebutuhan nasional sebanyak 2,2 juta ton per tabun. Pabrik kecap, pernsabaan pakan ternak, dan industri makananminuman berada di urntan berikutnya sebagai konsumen kedelai. Upaya pemerintah untuk memenuhi permintaan kedelai mernpakan awal munculnya kebijakan impor kedelai di Indonesia. Pada tahun 1978, volume impor kedelai di Indonesia hanya mencapai 160.000 Ton, namun pada tahun 2008, volume impor kedelai telah menjadi 1.169.016 Ton. Selama periode 1978-2008, volume impor kedelai meningkat sebesar 14,56% per tahun. Impor kedelai cendernng meningkat, kondisi ini semakin memperlebar kesenjangan antara produksi dan konsumsi. Sehingga tidak heran jika Indonesia menjadi salah satu riegara pengimpor kedelai di dunia dengan pangsa yang cukup besar, selain Belanda, Jepang, Korea Selatan dan Jerman. Selain melakukan tmpor kedelai, pemerintab Juga terns mengupayakan untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Hal ini juga bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap kedelai impor. Pada Tahun 2006 ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor sangat tinggi yaitu lebih dari 60 persen. FAO memberikan rekomendasi untuk mencapai ketahanan pangan cadangan harns mencapai 17-18% dari kebutuhan konsumsi. Bappenas menyatakan bahwa Indonesia sudah dapat dikatakan swasembada jika 90% kebutuhan domestik dipenuhi oleh produksi dalam negeri (Sinar Tani, 2008). Berdasar data dari Adisarwanto (2008), dalam jangka waktu 11 tahun (1992-2002), telah terjadi selisih harga yang cukup besar antara harga kedelai' Universitas Indonesia 4 impor dengan harga kedelai dalam negeri. Perbedaan yang tertinggi terjadi pada tahun 1993 dan tahun 1994, yakni ketika harga kedelai impor jauh lebih murah sekitar 75-76% dari harga kedelai lokal. Setelah itu selisih harga mengalami penurunan pada tahun 2002, yakni selisih 2%. Semakin kecilnya selisih harga tersebut menandakan bahwa tingkat harga di dalam negeri tertekan untuk turun. Oleh karena itu, terjadi penurunan harga kedelai lokal dari Rp. 2.643/kg pada tahun 1998 menjadi Rp. 2.475/kg pada tahun 2002. Kondisi ini membuat petani enggan untuk menanam karena merasa tidak mendapatkan harga yang sesuai dan cenderung merugikan petani. Pada tahun 2003-2007, tingkat harga kedelai di petani masih berkisar antara Rp. 2.650/kg-Rp. 3.500/kg dengan harga tertinggi Rp. 3.900/kg. Namun pada bulan Januari 2008, harga pada saat panen untuk kedelai yang ditanam pada awal musim hujan 2007/2008 mengalami kenaikan dari Rp. 5.500/kg menjadi Rp. 7 .500/kg, yakni bersamaan dengan kenaikan harga kedelai dunia. Pada tahun 2008, pemerintah menerapkan kebijakan menghapus bea masuk (BM) impor kedelai dari 10 persen menjadi nol persen. Langkah ini ditempuh untuk mengatasi keterbatasan pasok kedelai di dalam negeri yang sebanyak 70 persen atau 1,3 juta ton per tahun masih diimpor. Hal ini semakin mengakibatkan harga kedelai impor jauh lebih murah dari harga kedelai lokal (Suara Karya, 15 Januari 2008). Harga rata-rata kedelai pada bulan Agustus 2009 sebesar Rp. 7.849,-/kg untuk kedelai impor sedangkan kedelai lokal sebesar Rp. 8.654,-/kg (Departemen Perdagangan, 2009). Departemen pengadaan pangan Pertanian melalui memasukkan peningkatan kedelai produksi. dalam kebijakan Pengadaan dan pengembangan kedelai sangat penting dan strategis, sebab produksi nasional belum mencukupi kebutuhan nasional. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah permintaan kedelai terns meningkat sebesar 7,22% per tahun, namun tidak dapat diimbangi oleh produksi dalam negeri meningkat sebesar 2,08% per tahun. Hal ini disebabkan permintaan kedelai yang begitu cepat, sementara produksi kedelai berkembang lambat dikarenakan produktivitas kedelai lokal masih rendah (Suryana, 2005). · Universitas Indonesia 5 Seiring meningkatnya permintaan kedelai di Indonesia seperti yang diuraikan di atas, perlu diperhatikan bagaimana mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Indonesia. Oleh karena itu, perlu penelitian untuk menganalisis permintaan kedelai di Indonesia. Penulis dalam tesis ini mengangkat judul "Analisis Permintaan Kedelai Di Indonesia Periode 1978-2008". 1.2 Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang sebelumnya dapat dikatakan secara umum bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Indonesia. Berkenaan dengan hal tersebut, permasalahan yang akan dibahas dalam studi ini diformulasikan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan kedelai, apakah harga kedelai dalam negeri, pendapatan per kapita, jumlah penduduk, dan impor kedelai di Indonesia? 2. Bagaimana dampak kebijakan bea masuk impor terhadap impor kedelai di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang mgm dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai, yaitu harga kedelai dalam negeri, pendapatan per kapita, jumlah penduduk, dan impor kedelai di Indonesia. 2. Menganalisis dampak kebijakan bea masuk impor terhadap impor kedelai di Indonesia. 1.4 Hipotesis Hipotesis yang diduga pada penelitian ini adalah : 1. Harga kedelai dalam negeri diduga berpengaruh negatif terhadap perminta~n kedelai. Universitas Indonesia 6 2. Pendapatan per kapita diduga berpengaruh positif terhadap permintaan kedelai. 3. Jumlah penduduk diduga berpengaruh positifterhadap permintaan kedelai. 4. Harga kedelai dalam negeri, pendapatan per kapita, dan jumlah penduduk diduga secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan kedelai. 5. Harga kedelai intemasional diduga berpengaruh positif terhadap harga kedelai dalam negeri 6. Produksi kedelai dalam negeri diduga berpengaruh negatif terhadap impor kedelai. 7. Kebijakan bea masuk impor diduga berpengaruh negatif terhadap impor kedelai. 8. Produksi kedelai, permintaan kedelai, dan kebijakan bea masuk 1mpor diduga secara bersama-sama berpengaruh terhadap impor-kedelai 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Beberapa hal yang menjadi ruang lingkup dan· batasan dalam penelitian ini adalah : I. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan kedelai di Indonesia hanya dilakukan terhadap harga kedelai dalam negeri, pendapatan per kapita, jumlah penduduk, dan impor kedelai di Indonesia. 2. Permintaan kedelai yang dibahas dalam penelitian ini tidak membedakan jenis permintaan kedelai apakah untuk bahan baku industri atau sebagai bahan konsumsi. 3. Rentang waktu yang digunakan dalam penelitian m1 adalah 31 tahun, mulai dari tahun 1978 sampai dengan tahun 2008. 1.6 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian sebagai penentu kebijakan pangan, khususnya kedelai, untuk mendapatkan gambaran mengena1 faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat permintaan kedelai di Indonesia. Nantinya diharapkan Departemen Pertanian Universitas Indonesia 7 dapat merumuskan berbagai kebijakan untuk: mengantisipasi berbagai kondisi yang akan terjadi terkait tingkat permintaan kedelai di Indonesia. 1.7 Alur Pemecahan Masalah Dalam penelitian m1, maka alur pemecahan masalah akan memudahkan bagi pembaca untuk: memahami alur penelitian. I Analisis Permintaan Kedelai di Indonesia I Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Indonesia - Harga Kedelai Dalam Negeri ____. Harga Kedelai Intemasional - Pendapatan per kapita - Jumlah Penduduk - Produksi Kedelai ~ Impor Kedelai Bea Masuk Impor Analisis data : Persamaan Simultan dengan metode Two Stage Least Square (TSLS) Kesimpulan dan implikasi kebijakan Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran 1.8 Sistematika Penulisan Untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas, maka perlu adanya sistematika penulisan tesis ini. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut: Universitas Indonesia 8 BABI PENDAHULUAN Bab ini membahas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka berpikir, hipotesis, metodelogi penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas kerangka teoritis permintaan, jurnal dan hasil penelitian sebelumnya, kebijakan pemerintah terhadap komoditi kedelai, serta penentuan hipotesis penelitian, serta karakteristik permintaan kedelai, harga kedelai dan impor kedelai di Indonesia. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai pendekatan penelitian, variabel dan definisi operasional variabel, jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian, metode pengumpulan data serta pengolahan data. BAB 4 PEMBAHASAN Dalam bab ini membahas mengenat hasil pengolahan data, dan pengujian statistik. BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab ini berisi kesimpulan, saran dan rekomendasi kebijakan. Universitas Indonesia BAB2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Teori Permintaan Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode tertentu. Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Dalam menganalisa permintaan perlu dibedakan antara permintaan dan jumlah barang yang diminta. Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan hubungan antara harga dan jumlah permintaan. Sedangkan jumlah barang yang diminta merupakan banyaknya permintaan pada tingkat harga tertentu. Hubungan antara jumlah permintaan dan harga ini menimbulkan adanyanya hukum permintaan. Hukum permintaan pada hakekatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan atas barang tersebut, begitupun sebaliknya. Berdasarkan ciri hubungan antara permintaan dan harga dapat dilihat pada Gambar 2.1. Qo 01 Q Gambar 2.1 Kurva Permintaan Untuk barang normal, pada harga yang sama bertambahnya pendapatan konsumen dan meratanya pendapatan bisa menyebabkan meningkatnya permintaan. Dengan demikian, kurva permintaan barang yang arahnya negatif ini akan bergeser ke kanan, dengan syarat ceteris paribus. Sebaliknya l!ntuk barang inferior, bertambahnya pendapatan justru mengakibatkan berkurangnya permintaan. Ini berarti dengan 9 Universitas Indonesia 10 naiknya pendapatan, kuva permintaan akan bergeser ke kiri, ceteris paribus. Untuk barang netral, bertambah atau berkurangnya pendapatan tidak akan mempengaruhi fungsi permintaan. Barang-barang normal, seperti kacang kedelai, pakaian, dan sebagainya, selalu mengikuti hukum permintaan yang menyatakan bahwa makin tinggi harga, makin berkurang permintaan, atau sebaliknya. Sedangkan pada barang netral, seperti garam, tinggi rendahnya harga tidak akan (sedikit sekali) mempengaruhi fluktuasi. Sebab, walaupun harga garam turun, orang tidak akan menambah konsumsi garam. Begitu juga sebaliknya hila harga garam naik, konsumen tidak bisa mengurangi kebutuhannya akan garam, kecuali bagi konsumen yang mengalami penyakit tertentu. (Daniel, M., 2001) Menurut Sukimo (1994) ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan, yaitu : a. Pendapatan konsumen Perubahan dalam pendapatan selalu menimbulkan perubahan atas permintaan berbagai jenis barang. Berdasarkan sifat perubahan permintaan yang akan berlaku apabila pendapatan berubah, berbagai jenis barang dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: 1. Barang normal, yaitu barang yang mengalami kenaikan dalam permintaan sebagai akibat dai kenaikan pendapatan. Kebanyakan barang yang ada dalam masyarakat termasuk dalam holongan m1. Ada dua faktor yang menyebabkan barang-barang seperti itu, permintaannya akan mengalami kenaikan jika pendapatan konsumen bertambah, yaitu : pertambahan pendapatan menambah kemampuan untuk membeli Iebih banyak barang-barang, dan konsumen dapat menukar konsumsinya dari barang yang kurang baik mutunya ke barang-barang yang lebih baik. n. Barang inferior, yaitu barang yang banyak diminta oleh masyarakat yang berpendapatan rendah. Jika pendapatan bertambah, maka permintaan barang-barang inferior berkurang. Konsumen yang mengalami kenaikan pendapatan akan mengurangi pengeluarannya Universitas Indonesia 11 untuk barang-barang inferior dan menggantinya dengan barangbarang yang lebih baik mutunya. b. Jumlah penduduk Pertambahan menyebabkan jumlah bertambahnya penduduk tidak permintaan. pertambahan penduduk akan diikuti dengan Akan sendirinya tetapi biasanya oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian akan lebih banyak orang yang menerima pendapatan, sehingga menambah daya beli masyarakat. Penambahan ini akan menambah jumlah permintaan. c. Harga barang yang lain Berkaitan diantara sesuatu barang dengan berbagai jenis barang lainnya dapat dibedakan menjadi tiga golongan barang, yaitu : 1. Barang substitusi (pengganti), yaitu barang yang menggantikan barang lainnya, jika barang tersebut dapat menggantikan fungsinya. Harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang yang dapat digantikannya. Sekiranya harga barang pengganti bertambah murah, maka barang yang digantikannya akan mengalami pengurangan dalam permintaan. 11. Barang komplementer (pelengkap ), yaitu barang yang dikonsumsi bersama-sama atau berpasangan. Kenaikan atau penurunan permintaan barang pelengkap selalu sejalan dengan perubahan permintaan barang yang dilengkapinya. Jika permintaan barang yang dilengkapi naik, maka permintaan barang pelengkap juga naik. m. Barang netral (barang yang tidak berkaitan), yaitu barang yang tidak memiliki kaitan yang rapat. Perubahan permintaan salah satu barang tidak akan mempengaruhi permintaan barang lainnya. d. Selera konsumen Semakin tinggi selera konsumen terhadap suatu barang, semakin banyak barang yang diminta. Selera konsumen dapat dinyatakan dalam indeks preferensi konsumen. Indeks ini dapat diperbaharui setiap saat Universitas Indonesia 12 dengan dasar survei mengenai tingkah laku konsumen terhadap barang yang bersangkutan. e. Ramalan mengenai masa datang Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan di masa yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan konsumen bahwa harga-harga akan menjadi bertambah tinggi di msa datang akan mendorong untuk lebih banyak membeli di masa sekarang. Hal ini dimaksudkan untuk menghemat di masa mendatang. Salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya permintaan atas hasil produksi pertanian yaitu bertambahnya jumlah penduduk dan perubahan perilaku konsumen. Disamping itu adanya kenaikan jumlah pendapatan mengakibatkan konsumen cenderung untuk meningkatkan pola konsumsinya. Faktor lain yang menentukan bertambahnya jumlah permintaan adalah harga dari komoditas pertanian tersebut serta harga barang substitusi dan harga barang komplementer. 2.1.2 Elastisitas Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya (ceteris paribus). Ada tiga faktor terpenting yang mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang, yaitu harga barang itu sendiri, harga barang lain dan pendapatan. Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri disebut elastisitas harga. Sedangkan elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang lain disebut elastisitas silang, dan hila dikaitkan dengan pendapatan disebut elastisitas pendapatan. Biasanya komoditas pertanian termasuk barang yang inelastis. Semakin mudah faktor produksi disubstitusi oleh faktor produksi yang lain sebagai reaksi perubahan harga faktor produksi tersebut maka makin besar elastisitas faktor produksi terse but. . Menurut Daniel, Moehar (200 1), Elastisitas harga adalah besaran perubahan jumlah barang yang diminta konsumen sebagai akibat Universitas Indonesia 13 perubahan harga. Konsep ini menyatakan perbandingan antara persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perubahan harga. Persetase pentbahan jumlah barang yang diminta Pe rsentase peru bah an barga Elastisitas merupakan rasio atau perbandingan dari dua ukuran. Oleh karena itu, besara elastisitas tergantung pada besaran persentase perubahan, baik perubahan barang yang diminta maupun perubahan harga. Elastisitas dinyatakan dengan angka dengan kisaran masksimum lebih besar dari I dan minimum tidak terhingga. Berikut kisaran besara elastisitas permintaan terhadap harga barang. a. Bila elastisitas permintaan (Ed) lebih besar dari angka satu, Ed > I), dikatakan elastis maka setiap perubahan harga mengakibatkan perubahan lebih besar dari jumlah yang diminta. b. Bila Ed < 1, dikatakan inelastis maka setiap perubahan harga mengakibatkan perubahan lebih kecil dalam jumlah yang diminta. c. Bila Ed = I, dikatakan unitary elasticity maka setiap perubahan harga mengakibatkan perubahan proporsional dalam jumlah yang diminta. d. Bila Ed = 0, dikatakan elastisitas sama dengan nol maka berapun harga barang mengakibatkan jumlah yang diminta tidak akan terpengaruh. e. Bila Ed=-, dikatakan elastisitas tidak terhingga maka perubahan harga barang hanya mempunyai dua akibat, yaitu jumlah yang diminta tak terhingga atau sama dengan nol, dimana kurvanya berbentuk garis horizontal. Dengan memperhatikan besaran elastisitas, para perencana atau pengambil kebijakan (maanjer perusahaan/petani produsen dan lainnya) dapat dengan mudah merencanakan besamya permintaan terhadap suatu komoditas hila terjadi perubahan p~da harga komoditas tersebut. Dalam menulis angka elastisitas ini sering kita melihat tanda negatif dimukanya. Universitas Indonesia 14 Ini menunjukkan bahwa apabila harga naik diikuti oleh penurunan jumlah yang diminta, dan sebaliknya apabila haraga turun diikuti kenaikan jumlah yang diminta. Pengukuran angka elastisitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: a. Elastisitas pada satu titik di dalam kurva permintaan (point elasticity). b. Elastistas di antara dua titik pada kurva (arc elasticity) Dalam praktek banyak orang menghitung elastisitas ini dengan cara yang kedua yang disebutkan di atas, yaitu arc elasticity/elastisitas busur, dengan menggunakan rumus sebagai berikut : = oQ X :EP/n Ed P 8P :EQ/n atau Elastisitas silang terhadap permintaan adalah perubahan harga satu barang tidak hanya berpengaruh terhadap jumlah permintaan atas barang itu, tetapi juga berpengaruh pada jumlah permintaan terhadap barang lainnya. Contoh di Jawa Timur, beras dan jagung merupakan bahan makanan pokok, hila terjadi perubahan harga pada beras maka jumlah permintaan terhadap beras akan berubah, disamping itu terjadi pula perubahan permintaan terhadap jagung. Pemyataan ini dapt dituliskan sebagai berikut : Persetase peru bah an j umlah barang yang diminta atas barang X E5 = Pe rsentase peru bah an harga barang \' Dengan pengertian bahwa perubahan jumlah barang X yang diminta tersebut adalah semata-mata diakibatkan oleh perubahan harga barang Y. Dalam arti ekonomi, selain besaran angka elastisitas silang, yang lebih penting lagi adalah tandanya. Tanda yang positif berarti barang X d'an Y merupakan barang substitusi, sedangkan hila tandanya negatif Universitas Indonesia 15 maka barang X dan Y adalah barang komplementer. Makin besar angka elastisitas itu makin dekat hubungan antara kedua barang yang bersangkutan. Elastisitas pendapatan atas permintaan adalah perubahan jumlah yang diminta sebagai akibat perubahan pendapatan dari konsumen. Pemyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut : Persentase perubahan jumlah barang yang diminta Es = P~rs~ntase perubaban p~ndapatan Dengan pengertian bahwa pendapatan merupakan satu-satunya faktor pengubah, semen tar faktor-faktor lainnya terutama harga barang yang bersangkutan tetap. Pada elastisitas harga atas permintaan tandanya hampir selalu negatif, sedangkan pada elastisitas pendapatan atas permintaan tandanya hampir selalu positif. Konsumen yang menjadi lebih kaya karena naik pendapatannya, daya belinya akan meningkat dan ia akan membeli barang-barang konsumsi lebih banyak nienurut kebutuhannya, paling tidak akan terjadi peningkatan kualitas. 2.2 Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditi Kedelai di Indonesia Melihat kebelakang sejarah kebijakan kedelai yang pemah terjadi di Indonesia, sebenamya berbagai kebijakan tentang perkedelaian pemah dilakukan oleh pemerintah. Segala macam kebijakari tersebut dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas perkedelaian di Indonesia, yaitu untuk peningkatan produksi, perbaikan tataniaga, perbaikan harga produsen dan yang pasti mengurangi jumlah impor. 2.2.1 Harga Dasar Kedelai Kebijakan penetapan harga dasar kedelai dilakukan selama lima Pelita dan dilakukan penyesuaian-penyesuaian, yaitu pada tahun 1969, 1973, 1974, 1978, 1979, 1983, 1984, 1988 dan 1990. Pada tahun 1988 harga dasar kedelai Rp 733/kg menjadi Rp 889/kg pada tahun 1990. Kebijakan harga dasar dimulai sejak tahun 1979/80 sampai akhir tahun 1991 dan setiap tahun ditetapkan melalui lnpres pada tanggal 1 Nopember Universitas Indonesia 16 kecuali untuk: tahun 1991 yang ditetapkan sebulan lebih awal. Seperti terlihat pada Tabel 2.1 harga dasar kedelai dimulai pada tingkat Rp 210 per kg dan berakhir pada tingkat Rp 500 per kg selama kurun waktu 12 tahun tersebut. Kebijakan harga dasar telah dihentikan pemerintah sejak tahun 1991 sampai sekarang. Tabel 2.1 Kebijakan Harga Dasar Kedelai Taboo Barga dasar kedelai (HDK) (Rpfk2) Tanggal Berlaku 1979/80 210 1/11/1979 1980/81 240 1/11/1980 1981/82 270 1111/1981 1982/83 280 1/1111982 1983/84 280 1111/1983 1884/85 300 1/1111984 1986 300 1111/1986 1987 300 1111/1987 1988 325 1111/1988 1989 370 1/ll/1989 1990 400 111111990 1991 500 3/10/1991 Sumber : Departemen Pertanian 2.2.2 Bea Masuk Impor Kebijaksanaan pengenaan bea masuk kedelai impor perlu diterapkan agar dapat memberikan tingkat proteksi yang diperlukan untuk: melindungi produsen kedelai di dalam negeri. Dengan tingkat bea masuk tertentu akan dapat dibentuk tingkat harga yang tidak akan menyaingi harga kedelai lokal. Strategi ini sejalan dengan era tarifikasi yang dikehendaki dalam globalisasi perdagangan untuk menggantikan segala bentuk kebijaksanaan pengaturan tata niaga untuk melindungi produsen dalam negeri. Pemerintah menunjuk Bulog untuk melaksanakan kebijaksanaan tersebut dengan dukungan penuh. Tarif bea masuk impor kedelai yang berlaku pada tahun 1983-1993 adalah sebesar sepuluh persen, kemudian pada tahun 1994-1996 tarif Universitas Indonesia 17 diturunkan menjadi lima persen, dimana Indonesia telah meratifikasi kesepakatan World Trade Organization melalui UU No.7/1994. Konsekuensinya adalah Indonesia dituntut untuk segera melakukan penyesuaian kebijaksanaan pertanian dan kebijaksanaan perdagangannya. Bentuk penyesuian tersebut antara lain adalah penurunan tarif impor produk pertanian dan pengurangan subsidi input pertanian. Terhitung 29 September 1998, tarif bea masuk kedelai impor yang semula lima persen dihilangkan menjadi nol persen. Kebijakan tersebut justru memperburuk kondisi petani kedelai dalam negeri. Berdasarkan teori perdagangan Salvatore, kebijakan tersebut akan menyebabkan turunnya harga kedelai pada tingkat petani. Sebaliknya, kebijakan tersebut menguntungkan industri pengolahan kedelai, karena dapat menikmati murahnya harga kedelai impor dengan kualitas dan pasokan yang lebih menjamin kontinuitas produknya. Berdasar Keputusan Menteri Keuangan Nomor 557/K.MK.Ol/2003, pada tahun 2003 tarif bea masuk impor kedelai menjadi 15 persen dan diperbaharui lagi menjadi 10 persen pada tahun 2006 serta yang terakhir yaitu tahun 2008 tarif bea masuk impor kedelai diubah menjadi nol persen kembali, yang untuk kali ini bukan hanya melalui satu keputusan menteri saja melainkan juga dengan dikeluarkannya Keppres. Hal tersebut dilakukan karena terjadi sangat tingginya perubahan harga kedelai di dalam negeri yang mencapai lebih dari 100 persen. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 557 tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan stok kedelai di dalam negen, peningkatan konsumsi dan semakin tingginya harga dalam negeri. 2.2.3 Tata Niaga Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan tataniaga kedelai adalah Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 406/MPP/Kepi 1111997, yang berlaku mulai 1 J anuari . 1998. Kebijakan tersebut menerangkan bahwa. impor kedelai yang semula hanya dilakukan oleh Bulog diubah menjadi boleh dilakukan oleh importir Universitas Indonesia 18 umum. Kebijakan tersebut memberikan darnpak memacu peningkatan impor kedelai dari Amerika Serikat, China, Argentina dan Brazil dalam jumlah besar. Sehingga hal tersebut akan mempemgaruhi pasokan kedelai di dalam negeri dan kestabilan harga domestik. Dampak yang lebih buruk adalah akan mempengaruhi motivasi petani produsen secara negatif untuk menanam kedelai. Pada akhimya dampak kebijakan tersebut menurunkan produksi kedelai nasional. Berdasarkan penelitian Hadipumomo (2000), dijelaskan bahwa sebelum era perdagangan bebas, Bulog masih memonopoli kedelai impor. Bulog menyalurkan kedelai impor ke KOPTI (Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia), KPKD (Kelompok Pedagang Kacang Kedelai) dan industri pengolah pangan. Kopti belum dapat memenuhi kebutuhan industri tahu dan tempe. Sebelum tahun 1997, pemerintah masih memberlakukan impor terbatas (kuota), sehingga tidak semua industri dapat menggunakan kedelai impor. Hal ini dilakukan agar produksi kedehti lokal dapat terlindungi, mengingat harga kedelai lokal lebih mahal daripada kedelai impor. Dalam hal ini Bulog menjual kedelai impor dengan harga lebih tertentu kepada industri tahu dan· tempe sehingga selisih harga. kedelai lokal tidak terlalu besar dengan kedelai impor. Harga impor yang ditetapkan telah dipertimbangkan dari segi daya beli industri sehingga petani kedelai dapat berproduksi. KOPTI dan KPKD yang mendapat jatah kedelai dari pemerintah dapat beroperasi dengan baik karena mampu bersaing harga dengan pedagang besar. 2.3 Perkembangan Komoditi Kedelai di Indonesia 2.3.1 Produksi Dalam perekonomian nasional, peranan kedelai sangat penting, tidak hanya sebagai bahan baku industri pakan temak berupa bungkil kedelai tetapi juga sebagai sumber protein nabati bagi masyarakat terutama dalam bentuk produk olahan seperti tahu, tempe dan kecap. Kedelai telah lama dikenal di Indonesia, diperkirakan dibawa oleh pedagang Cina. Mengingat per~nannya yang sangat penting dan permintaan terns Universitas Indonesia 19 meningkat, baik pada masa pemerintahan Orde Lama maupun Orde Baru, telah mengupayakan untuk peningkatan produksi kedelai terutama melalui perluasan areal dan terfokus di Pulau Jawa. Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka Iebar, baik melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam. Saat ini, rata-rata produktivitas nasional kedelai baru 1,3 tonlha dengan kisaran 0,6-2,0 ton/ha di tingkat petani, sedangkan di tingkat penelitian telah mencapai 1,7-3,2 tonlha, bergantung pada kondisi lahan dan teknologi yang diterapkan. Angka-angka ini menunjukkan bahwa produksi kedelai di tingkat petani masih bisa ditingkatkan melalui inovasi teknologi. Perluasan areal tanam kedelai dapat diarahkan pada lahan sawah, lahan kering, dan lahan pasang surut. Produksi Kedelai di Indonesia lOOOOOO 1300000 • 1600000 ; HOOOOO : 1100000 1000000 300000 600000 .JOOOOO 100000 0 00 ,.._ 0"· .... ....... ....0"· ,..... co .... Cl 0 o-. .... Cl -TJhun --Produksi (Ton) Gambar 2.2 Data Produksi Kedelai Sumber : Departemen Pertanian, 2008 Produksi kedelai Indonesia tertinggi dicapai pada tahun 1992 sebesar 1.869.713 Ton dengan luas panen 1.665.706 Ha, luas panen ini tertinggi sepanjang periode 1978 - 2008. Setelah tahun 1992 produksi kedelai cenderung menurun, hal ini disebabkan semakin sedikitnya luas lahan yang ditanami kedelai. Peningkatan produksi juga terlihat pada tahun 2008 sebesar 775.710 Ton sebelumnya menurun sebesar 592.534 Ton. Pengembangan kedelai di Indonesia selain ditentukan oleh ketersediaan lahan, juga ditentukan oleh faktor lingkungan dan kondisi sosial petani. Universitas Indonesia 20 Walaupun dibeberapa daerah, tanaman kedelai sudah mulai berkembang, tetapi sampai saat ini produksi kedelai masih terpusat di pulau J awa. Hal ini secara implisit mencerminkan adanya perbedaan sumberdaya antar daerah yang mempengaruhi petani dalam memilih usahatani kedelai. Perbandingan luas tanam dan produksi di Indonesia pada tahun 2004 seperlima puluh bagian dari luas tanam dan produksi di Amerika Serikat. Demikian juga produktivitas kedelai Indonesia seperdua dari Amerika Serikat. Namun masa panen kedelai di negara subtropis selama 6 bulan. Sedangkan di Indonesia masa panen kedelai hanya 3 bulan, sehingga Indonesia memungkinkan untuk tanam kedelai 2 kali setahun. Pengelolaan usahatani, panen dan pasca panen di Amerika sudah dilakukan secara modem dengan menggunakan alat dan mesin pertanian dikarenakan kepemilikan laban milik petani cukup luas. Berbeda dengan usahatani di Indonesia yang masih secara tradisional dan kepemilikan lahannya sempit. Ukuran benih kedelai Amerika berbiji besar. Secara nasional, kita memiliki benih berbiji besar seperti varietas Argomulyo dan Burangrang (untuk kebutuhan benih 50 kglha) tidak jauh berbeda dengan benih kedelai Amerika (59,7 kglha), namun varietas ini masih belum lama dilepas dan perlu banyak dikembangkan, sehingga sebagian besar petani masih menggunak~m benih berbiji kecil (40 kglha). Total produksi kedelai dunia selama kurun waktu tahun 2000-2007 masih didominasi oleh produksi dari negara Amerika Serikat dan Brazil yang menguasai 60% pangsa produksi. Masing-masing negara tersebut telah'mencapai produksi 72 juta dan 28 juta ton per tahun (FAO, 2007). Selama I 0 tahun terakhir, diketahui bahwa perkembangan luas areal tan am kedelai di Indonesia di Tingkat dunia masih berada di bawah Amerika Serikat, Brazil, dan India. Sementara dari aspek produktivitas per hektarnya, Indonesia dan India selalu berada pada posisi sekitar I ,0 tonlha. Angka ini jauh dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Brazil yang produktivitas per hektamya sudah melebihi 2,0 ton/ha. Hanya saja India terns mengupayakan penambahan luas areal panennya hingga 21,8% per Universitas Indonesia 21 tahun, dari sekitar 1 juta hektar pada tahun 1991 menjadi 5 juta hektar pada tahun 2000. Dengan demikian, dalam kurun waktu lima tahun terakhir India telah berkembang menjadi salah satu negara eksportir kedelai dunia. Peningkatan luas areal panen tersebut berasal dari 60% di lahan bukaan baru dan 40% mengganti tanaman lain. Hal ini merupakan pelajaran pelajaran yang berharga bagi Indonesia bahwa pendekatan penambahan luas areal panen tersebut sangat memungkinkan untuk dilaksanakan terutama di daerah di luar Pulau Jawa melalui pengembangan areal tanam baru, serta tumpangsari dengan ubi kayu atau tanaman tahunan muda (kelapa sawit dan karet). (Adisarwanto, 2008) 2.3.2 . Harga Kedelai Dalam Negeri Harga kedelai pada tingkat produsen dan konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: harga faktor produksi, dan kebijaksanaan pemerintah dalam pemasaran kedelai. Faktor yang menyebabkan harga kedelai lokal dan harga kedelai impor tidak menunjukkan fluktuasi yang berarti, adalah karena pengaruh dari mekanisme pengendalian harga yang dilakukan pemerintah melalui Bulog, terutama terhadap kedelai impor. Pemilihan kedelai impor oleh industri tempe karena butiran kedelainya cukup besar, sehingga volume kedelai impor yang diperlukan lebih sedikit dibandingkan dengan kedelai lokal untuk membuat tempe dengan ukuran yang sama. Sedangkan industri tahu memerlukan pati, kedelai lokal mengandung pati yang lebih banyak dibandingkan dengan kedelai impor. Di samping itu, karena rasio harga grosir di daerah produsen dan konsumen cukup tinggi (0,8-0,9), maka di dalam pemasaran kedelai akan tetjadi ketjasama grosir di daerah konsumen dengan grosir di daerah produsen. Hal ini harus dilakukan karena selisih harga grosir pada daerah produsen dan konsumen cukup kecil. (Amang, et.al, 1996) Universitas Indonesia 22 Harga Kedelai Dalam Negeri 6000 sooo 4000 3000 2000 1000 0 1978198019821984198 6198819901992199419 9619982000200220042 0062008 --Harga Kedclai Dalam Ncgeri Gambar 2.3 Harga kedelai dalam negeri Sumber : Departemen Pertanian, 2008 Kenaikan harga pangan domestik berasal dari kenaikan harga pangan dunia. Kenaikan harga pangan dunia itu merupakan akibat excess demand dunia terhadap pangan. Excess demand terjadi karena pangan dibutuhkan bukan hanya untuk kebutuhan perut manusia, tapi juga dibutuhkan sebagai sumber energi substitusi bahan bakar minyak. Dengan memberikan insentif yang tinggi kepada para importir,. pemerintah berlogika bahwa kekurangan supply domestik akan dicukupi dari impor. Dengan demikian, harga pangan domestik bisa ditekan. Penghilangan bea masuk impor baru akan efektif menurunkan harga pangan domestik jika harga intemasionalnya lebih murah dibanding harga pangan domestik. Ketika harga pangan intemasional dalam keadaan tinggi, karena adanya excess demand seperti saat ini, masuknya pangan impor ke negara kita tidak akan menurunkan harga secara berarti. Di samping itu, karena struktur pasar pangan domestik di tingkat konsumen (masyarakat) cenderung bersifat oligopoli, bahkan kartel, para pedagang dan importir dapat dengan mudah menentukan harga pasar. Salah satu cara yang biasa mereka lakukan adalah menimbun komoditas impor tersebut. Mereka baru mau menyalurkan ke pasar setelah harga dinilai akan memberikan superprofit bagi mereka. Universitas Indonesia 23 2.3.3 Harga Kedelai Internasional Meningkatnya permintaan kedelai oleh Cina mendorong naiknya harga kedelai intemasional, sementara produksi kedelai Argentina berkurang. Disamping itu, adanya spekulasi pemotongan suku bunga AS dan spekulasi pelemahan nilai tukar dolar AS telah mengakibatkan permintaan terhadap komoditas kedelai di pasar global mengalami kenaikan. Kedua hal tersebut menjadi pemicu naiknya harga kedelai di pasar intemasional, seperti yang terlihat pada Gambar 2.4. Sebagai dampaknya, tetjadi pula kenaikan harga kedelai dalam negeri karena Indonesia masih mengalami ketergantungan terhadap kedelai impor. Harga Kedelai lnternasional ($US/Kg) 500 (•0 -450(·0 .tOO (•0 ~50 (•0 ~00.(•0 250 (•0 I 200.(•0 150.(•0 100 (•0 50.00 1978 19801982 193-t 19361988 1990 1992199-t 1996 1998 lOOO lOH lOO-t 2006 2008 fi.JrgJ KC'dclai lntC'rn;:sionJI Gambar 2.4 Data harga kedelai internasional Sumber : Departemen Pertanian Kenaikan harga kedelai ini disebabkan kenaikan harga sejumlah barang pangan termasuk kedelai di tingkat intemasional sebagai akibat dipindahkannya sebagian penggunaan kacang-kacangan dan ketela untuk pembuatan biodiesel dan methanol akibat harga minyak yang semakin mahal. Salah satu upaya untuk mengendalikan lonjakan harga pangan yang tetjadi akhir-akhir ini, khususnya kedelai, pemerintah telah menerapkan kebijakan fiskal. Kebijakan ini hanya akan efektif untuk jangka pendek. Sedangkan untuk jangka panjang, intrumen ini dianggap tidak akan efektif. • Oleh sebab itu, kita perlu menciptakan kemandirian di bidang pangan, antara lain dengan meningkatkan produktivitas di bidang pertanian. Universitas Indonesia 24 2.3.4 Pendapatan Perkapita BPS melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dapat digunakan untuk melihat gambaran konsumsi penduduk Indonesia dan pola konsumsinya berkaitan masyarakat, menemukan fakta dengan perubahan pendapatan empiris bahwa rata-rata penduduk Indonesia Iebih banyak mengalokasikan pengeluarannya untuk makanan. Perubahan pendapatan penduduk selain mempengaruhi pola konsumsi antar kelompok makanan dan bukan makanan juga dapat mengubah pola konsumsi. Semakin tinggi pendapatan per kapita, penduduk akan beralih dari makanan yang mengandung karbohidrat ke komoditi non karbohidrat. Hal ini terlihat dari Iaju pertumbuhan pendapatan perkapita periode 19782008 meningkat sebesar 18,09%, sedangkan permintaan kedelai juga meningkat sebesar 7,22%. Pendapatan per Kapita (Rp) ~.500.000 3.000.000 1.500.000 1.000.000 v;oo.ooo 1.000.000 500.000 19781980198l1~8~198619881990199!199419961998lOOOlOOllOO~l006l008 -Pcndapatan per kapita Gambar 2.5 Data pendapatan per kapita Indonesia Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008 2.3.5 Jumlah Penduduk Persaingan harga pasar, dimana harga kedelai impor jauh lebih murah daripada kedelai Iokal, menyebabkan arus impor semakin deras dan berimplikasi pada menurunnya harga kedelai lokal, sehingga petani tidak bergairah untuk menanam kedelai. Sementara itu jumlah penduduk terns mengalami peningkatan, dan ditambah juga dengan semakin banyaknya Universitas Indonesia 25 industri pengolahan berbahan baku kedelai, seperti industri tahu, kecap, tempe, tauco dan lain-lain mengakibatkan permintaan terhadap kedelai tidak bisa terpenuhi oleh produksi domestik (Puslitbang Tanaman Pangan, 2005). Beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan kedelai adalah konsumsi yang terns meningkat mengikuti pertambahan jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan per kapita, meningkatnya kesadaran masyarakat akan kecukupan gizi, dan berkembangnya berbagai industri yang menggunakan bahan baku kedelai. "----"_____ "___ "_ ---""" _______________________ "_____ ---"-----------------"--1 i Jumlah Penduduk (Jiwa) ' 150.000 100.000 ._.-..·-· .,.. ,.-- ,,. ... ~-_.- - ..... __ 150.000 100.000 50.000 197819801981198-41986198819901991199-419961998.2000 lOOll00-410061008 -Jumlah Penduduk Gambar 2.6 Data Jumlah Penduduk Indonesia Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008 2.4 Karakteristik Permintaan Kedelai Menurut Pratama dan Mandala (2002) permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, maka penulis ingin mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai. Model ekonometrika yang digunakan peneliti adalah berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maupun dari tulisan-tulisan lainnya. sesuai teori ekonomi, permintaan suatu barang dipengaruhi oleh faktor-faktor: harga barang itu sendiri, harga barang · lain yang terkait, tingkat pendapatan perkapita, selera atau kebiasaan, jumlah Universitas Indonesia 26 penduduk, prakiraan harga dimasa mendatang, distribusi pendapatan, usahausaha produsen meningkatkan penjualan. Menurut peneliti, maka permintaan kedelai diduga dipengaruhi oleh harga kedelai dalam negeri, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk. Seperti halnya teori, harga barang itu sendiri dalam hal ini adalah harga kedelai dalam negeri. Jumlah penduduk Indonesia mencerminkan besamya kebutuhan kedelai di Indonesia. Sedangkan pendapatan perkapita mencerminkan kemampuan atau daya beli masyarakat dalam mengkonsumsi kedelai. 2.5 Karakteristik Harga Dalam Negeri Pada saat perdagangan intemasional dibuka, maka suatu negara memiliki dua kemungkinan posisi. Misal apakah Indonesia akan menjual kedelai ke pasar intemasional, ataukah sebaliknya membeli kedelai dari pasar intemasional. Selanjutnya kita harus membandingkan harga kedelai yang tengah berlaku di pasar dalam negeri dengan yang berlaku di negara-negara lain atau pasar dunia. Jika harga intemasional lebih tinggi daripada harga dalam negeri, maka ketika hubungan dagang dibuka, Indonesia akan menjadi pengekspor kedelai. Sebaiknya jika harga intemasional kedelai lebih rendah daripada harga dalam negri, maka ketika hubungan dagang dibuka, Indonesia akan menjadi pengimpor kedelai. Berdasarkan keadaan tersebut, maka peneliti menduga harga kedelai dalam negeri dipengaruhi oleh harga intemasional. 2.6 Karakteristik lmpor Kedelai Konsumsi kedelai di Indonesia semakin meningkat, sedangkan produksi kedelai dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri, hal ini mengakibatkan impor kedelai semakin meningkat dari tahun ke tahun. lmpor kedelai di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1975. Pemerintah terpaksa mengambil kebijakan impor untuk mengatasi kesenjangan antara jumlah permintaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun dengan jumlah produksi kedelai nasional yang cenderung mengalami penurunan. Menurut Swastika et. a/. (2007), hambatan impor yang paling sederhana dan mudah dilakukan adalah peningkatan bea masuk impor. Universitas Indonesia 27 Menurut Salvatore ( 1997), dampak pemberlakukan bea masuk impor yakni terhadap konsumsi berkurangnya konsumsi domestik. Dampak pengenaan bea masuk impor terhadap produksi adalah peningkatan produk domestik (khususnya terhadap komoditi yang semula lebih banyak di impor). Dampak pengenaan tarif terhadap perdagangan yaitu turunnya impor akibat kenaikan harga di negara pengimpor. Dampak- dampak keseimbangan parsial akibat pemberlakuan tarif impor dapat dilihat pada Gam bar 2. 7. p -1- ----- --- ----- --1 H------- --- ---- -- --;1--Sr+ T P2 1 G ----- - -- -- -- PI f! ____C ------~~--------------~----------- B ________ Sr I I I Dq ~--~--~----------~------~----------•Q Ql Q2 Q4 Q3 Gam bar 2. 7 Dampak Keseimbangan Parsial Akibat Pemberlakuan Tarif Pada Gambar 2.7, Dq dan Sq melambangkan kurva permintaan dan penawaran komoditi (barang) Q di negara pengimpor atau diistilahkan dengan Negara 2, dalam kondisi perdagangan bebas harga komoditi C adalah Pl. Negara 2 akan mengkonsumsinya sebanyak Q4 (AB); Ql (AC) diantaranya merupakan produksi domestik, sedangkan Q4-Q I (CB) harus diimpor dari negara lain. Jika Negara 2 memberlakukan bea masuk impor sebesar T persen terhadap komoditi Q, maka Pq akan naik menjadi P2 yang sebelumnya di P 1, itulah harga yang harus ditanggung oleh konsumen di Negara 2, sedangkan harga bagi kon~umen dunia tidak berubah. Akibatnya, penduduk pada Negara 2 akan menurunkan tingkat konsumsinya sebanyak Q3 (GH), serta akan Universitas Indonesia 28 merubah seluruh komposisinya menjadi Q2 (GJ) merupakan produksi domestik, sedangkan Q3-Q2 (JH) hams diimpor dari negara lain untuk menutupi kekurangan kebutuhan domestik. Dengan demikian, dampak pemberlakuan tarif terhadap konsumsi domestik bersifat negatif, adalah sebesar (-(Q4-Q3)) (BN), dampak terhadap produksi bersifat positif, yakni sebsar (Q2-Q 1) (CM). Namun secara keseluruhan, pemberlakuan bea masuk impor akan merugikan perdagangan, yakni [-{(Q4-Q3) + (Q2-Q1)}] (BN + CM), meskipun bea masuk impor memberikan penerimaan kepada pemerintah Negara 2 sebanyak [(Q4-Q3) + (Q2-Q1)] (MJHN) dikali dengan kenaikan harga akibat adanya bea masuk impor (P2-P1). Adanya kebijakan bea masuk impor impor menye~abkan harga kedelai yang berlaku di pasar dalam negeri (P2) lebih tinggi daripada harga dunia (P 1) dengan selisih T. Pada posisi ini, jumlah penawaran adalah QM 1 = Q3-Q2, dan penerimaan pemerintah dari pajak impor adalah sebesar daerah segiempat (JHNM). Sedangkan jika tidak ada kebijakan tarif impor, harga yang berlaku di pasar dalam negeri turun dari P2 menjadi P 1, jumlah permintaan ilaik menjadi Q4, jumlah impor meningkat menjadi QM2 = Q4Ql, dan penerimaan pemerintah dari pajak impor hilang (menjadi nol). Berdasarkan penjelasan di atas, maka pada persamaan impor kedelai peneliti memasukkan variabel bea masuk impor dan produksi kedelai. Variabel tersebut diduga mempengaruhi impor kedelai di Indonesia. 2. 7 Penelitian Terdahulu Tidar Hadipumomo (2000) dalam tesisnya yang berjudul "Dampak Kebijakan Produksi dan Perdagangan Terhadap Penawaran dan Permintaan Kedelai". Penelitian tersebut menggunakan data sekunder dalam bentuk times series dari tahun 1969 dampai 1997. Model ekonometrik yang dirumuskan merupakan suatu sistem persamaan simultan dan semua persamaan struktural dalam model adalah over identified. Metode pendugaan yang digunakan adalah Two Stage Least Square (2SLS). Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa respon luas areal panen lebih besar daripada respon produktivitas Universitas Indonesia 29 terhadap perubahan harga produsen, harga benih, harga pupuk, upah tenaga kerja dan harga pestisida. Baik luas areal panen maupun produktivitas bersifat responsif terhadap intensifikasi produksi. Impor hanya responsif dalam jangka panjang terhadap tarif impor, tetapi kurang responsif baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek terhadap harga pedagang besar, harga impor, nilai tukar rupiah, GNP dan dalam jangka pendek terhadap tarif impor. Permintaan kedelai untuk industri tabu, tempe dan kacang kurang responsif terhadap harga pedang besar, harga kedelai impor, harga output, dan upah tenaga ketja, kecuali permintaan kedelai untuk industri kecap responsif terhadap harga pedagang besar dalam jangka panjang. Surifani (2004) dalam penelitiannya membahas mengenai "Permintaan Impor Kedelai Indonesia dari Amerika Serikat dan Aliran Impor Kedelai Ke Indonesia". Penelitiannya menggunakan data sekunder dalam bentuk data time series dari tahun 1983-2002 dan data cross section tahun 2001, dengan menggunakan model permintaan impor yang diestimasi dengan teknik kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square). Pada model permintaan impor kedelai Indonesia dari Amerika Serikat, peubah yang berpengaruh nyata adalah harga impor dan nilai tukar. Sementara sisanya yaitu lag volume impor, pendapatan perkapita, · penggunaan oleh industri, harga kedelai · domestik dan kebijakan kredit ekspor GSM 102 tidak berpengaruh nyata terhadap model. Widjajanti (2006) dalam penelitiannya yang berjudul "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Komoditas Gula di Indonesia Periode 1980-2004" menggunakan metode persamaan simultan dengan pendekatan Two Stage Least Square (TSLS). Pada model permintaan, variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah jumlah penduduk dan harga gula, sedangkan pada persamaan impor gula, variabel yang berpengaruh nyata adalah produksi gula, permintaan gula dan kebijakan bea masuk impor, sementara variabel dummy kebijakan monopoli Bulog tidak signifikan. Variabel permintaan gula, kebijakan harga provenue berpengaruh positif terhadap harga gula dalam negeri. Universitas Indonesia 30 Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, maka penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai di Indonesia. Sesuai teori ekonomi, permintaan suatu barang dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, harga barang lain yang terkait, tingkat pendapatan perkapita, selera atau kebiasaan, jumlah penduduk, perkiraan harga di masa mendatang, distribusi pendapatan, dan usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan (Pratama Rahardja dan Mandala Manurung, 2002). Model persamaan pada analisis permintaan kedelai ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, peneliti lebih memusatkan terhadap permintaan dengan menggunakan persamaan simultan, penulis menggunakan tiga persamaan yaitu persamaan permintaan kedelai, harga kedelai dalam negeri, dan impor kedelai. Menurut penulis, maka permintaan kedelai diduga dipengaruhi oleh harga kedelai dalam negeri, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk. Harga kedelai dalam negeri diduga dipengaruhi oleh harga kedelai intemasional. Impor kedelai juga diduga dipengaruhi permintaan kedelai, produksi kedelai, dan kebijakan bea masuk impor. Impor kedelai akan dilakukan hila produksi kedelai dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri. Bea masuk impor juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap impor kedelai, hal ini dikarenakan bahwa setiap negara dalam melakukan perdagangan dengan negara lain akan melakukan kebijakan tertentu, seperti bea masuk impor. Hal ini dilakukan dalam upaya membatasi jumlah impor kedelai, agar sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Sedangkan pada persamaan harga kedelai dalam negeri diduga dipengaruhi oleh harga kedelai intemasional. Universitas Indonesia BAB3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah memperhatikan karakteristik permintaan kedelai di Indonesia pada bah terdahulu maka sekarang tiba saatnya untuk memodelkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model log linier persamaan simultan. Dilihat dari sistem persamaan secara keseluruhan, maka model yang akan dianalisis mempunyai tiga variabel endogen, yaitu permintaan kedelai (QD), harga kedelai dalam negeri (HD), dan impor (IM). Persamaan ini bersifat simultan karena variabel permintaan (QD) terdapat di ruas kanan persamaan impor (IM), demikian pula variabel harga dalam negeri (HD) terdapat pada ruas kanan persamaan permintaan (QD). Pendugaan terhadap ketiga model persamaan tersebut akan dilakukan dengan metode Two Stage Least Square (TSLS) dengan menggunakan data sekunder periode 1978-2008. Tahapan pertama, dengan melakukan regresi variabel-variabel endogen terhadap semua variabel-variabel eksogen dalam model. Tahapan kedua, persamaan struktural diestimasi dengan menggunakan nilai penduga pada tahapan pertama sebagai instrumen dalam di ruas kanan variabel endogen. Metode ini. digunakan ketika model persamaan simultan adalah terlalu teridentifikasi (overidentified). Sedangkan metode Indirect Least Square (ILS) digunakan jika sistem persamaan simultan tersebut bersifat just/exactly identified. Untuk persamaan yang overidentified, penerapan TSLS menghasilkan taksiran tunggal, sedangkan ILS menghasilkan taksiran ganda. Dengan TSLS tidak ada kesulitan untuk menaksir standar error, karena koefisien struktural ditaksir secara langsung dari regresi OLS pada langkah kedua, sedangkan pada ILS mengalami kesulitan dalam menaksir standar error. Pada bah ini akan dijelaskan mengenai pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, variabel dan membuat definisi operasional variabel, metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, dan metode pengolahan data. 31 Universitas Indonesia 32 3.1 Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan berupa penelitian deskriptif dan penelitian kuantitatif. Penelitian deskriptif yaitu menyajikan penggambaran atau potret suatu kondisi dan situasi yang sebenarnya dari suatu permasalahan yang terjadi berdasarkan fakta yang diperoleh pada suatu waktu tertentu. Sedangkan penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan sasaran penelitian yang luas dengan penekanan analisis pada data-data numerik dan digunakan untuk menguji suatu teori dengan metode statistika. Persamaan yang digunakan untuk menganalisis permintaan kedelai di Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Permintaan kedelai di Indonesia -------------------------------------------Pers.l Ln(QD) = a1 + ~~ Ln(HD) + ~2 Ln(Y) + ~3 Ln(POP) + e Keterangan : QD : permintaan kedelai (Ton) HD : harga kedelai dalam negeri (Rp/Kg) Y : pendapatan per kapita (Rp/Kap) POP : jumlah penduduk (000 jiwa) 2. Harga kedelai di Indonesia Ln(HD) = a2 + ~4 Ln(HI) + e -----------------------------------------------Pers.2 Keterangan : HD : harga kedelai dalam negeri (Rp/Kg) HI : harga kedelai internasional ($US/Kg) 3. Impor kedelai di Indonesia Ln(IM) = a3 + ~ 5 Ln(QD) + ~6 Ln(PD) + ~7 Ln(BM) + e---------------Pers.3 Keterangan : 1M : lmpor kedelai (Ton) QD : permintaan kedelai (Ton) PD : produksi kedelai (Ton) BM : bea masuk impor (%) Universitas Indonesia 33 4. Persamaan Identitas Ln(QS) = Ln(QD) 3.2 Varia bel dan Definisi Operasional Varia bel Variabel adalah sesuatu yang menjadi obyek pengamatan penelitian, variabel yang digunakan ditentukan oleh kerangka teori yang mendasari masalah penelitian dan dinyatakan dalam hipotesis penelitian. Setelah variabel diidentifikasi maka perlu melakukan klasifikasi atas variabel-variabel sesuai jenisnya. Klasifikasi dapat dilakukan berdasarkan sifat datanya yaitu variabel nominal, ordinal, interval dan rasio, atau berdasarkan fungsinya variabel endogen dan variabel eksogen. Pada langkah selanjutnya variabel tersebut didefinisikan secara operasional pengumpulan berupa definisi data. Untuk konseptual akan memudahkan sulit digunakan proses pengambilan dalam data, pendefinisian variabel secara operasional penting dilakukan agar pengukuran terhadap variabel tepat sesuai kebutuhan penelitian. Variabel yang digunakan dan definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel permintaan kedelai di Indonesia Definisi Variabel : jumlah kebutuhan kedelai yang harus disediakan merupakan penjumlahan impor dan produksi kedelai. 2. Variabel harga kedelai dalam negeri Definisi Variabel : jumlah yang harus dibayar konsumen untuk memperolehnya 3. Variabel pendapatan perkapita Definisi Variabel : jumlah pendapatan per kapita di Indonesia 4. Variabel jumlah penduduk Definisi Variabel : jumlah populasi/penduduk Indonesia 5. Variabel impor kedelai Definisi Variabel : volume impor kedelai di Indonesia 6. Variabel harga kedelai internasional Definisi Variabel : harga kedelai di dunia 7. Variabel bea masuk impor Universitas Indonesia 34 Definisi Variabel : berupa bea masuk impor kedelai 8. Variabel produksi kedelai Definisi Variabel : produksi kedelai di Indonesia 3.3 Jenis dan Somber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berdasarkan deret waktu (time series) tahun 1978-2008. Sumber data yang digunakan bersumber dari Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan, Bulog serta publikasi, dan laporan lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut : I. Data permintaan kedelai merupakan data yang tersedia untuk konsumsi dalam negeri. 2. Data harga kedelai dalam negeri bersumber dari Departemen Perdagangan. 3. Data pendapatan perkapita bersumber dari Badan Pusat Statistik 4. Data jumlah penduduk Indonesia merupakan data jumlah penduduk Indonesia yang bersumber dari Badan Pusat Statistik. 5. Data impor kedelai bersumber dari Departemen Pertanian. 6. Data harga kedelai intemasional bersumber dari Departemen Pertanian. 7. Data kebijakan bea masuk impor kedelai besamya dalam bentuk prosentase (%) 8. Data produksi kedelai bersumber dari Departemen Pertanian. 3.4 Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan kunjungan ke Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan dan Bulog untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini. Data juga diperoleh dari berbagai literatur, buku referensi, bahan kuliah, internet, media cetak dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian. Universitas Indonesia 35 3.5 Metode pengolahan data Untuk pengujian terhadap hipotesa yang telah diajukan, dalam tesis ini digunakan model ekonometrika persamaan simultan melalui penyusunan model permintaan kedelai, harga kedelai dalam negeri serta impor. Persamaan tersebut dikatakan simultan dikarenakan terdapat hubungan dua arah antara variabel endogen dan variabel eksogen. Model persamaan simultan merupakan suatu himpunan persamaan dengan peubah tak bebas dalam satu atau lebih persamaan, juga merupakan peubah bebas dalam persamaan yang lain. Pendugaan model dilakukan dengan metode Two Stage Least Square (2SLS). Metode ini digunakan ketika model persamaan simultan adalah terlalu teridentifikasi (overidentified). Program komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eviews 4.1. 3.5.1 Spesifikasi Model Model persamaan simultan membentuk suatu sitem persamaan yang menggambarkan ketergantungan diantara berbagai variabel da:Iam persamaan-persamaan tersebut.dalam model simultan, metode yang ideal digunakan adalah metode sistem karena dengan metode ini menghasilkan parameter yang memperhitungkan seluruh kaitan atau hubungan antar variabel dalam seluruh persamaan di dalam model. Jika metode penaksiran parameter dengan Ordinary Least Square (OLS) dari setiap persamaan satu persatu diterapkan tanpa memperhatikan kaitannya dengan persamaan-persamaan lain, maka hasil penaksiran yang diperoleh tidak saja bias, tetapi juga tidak konsisten, artinya jika jumlah sampel ditambah sampai tak terhingga, penaksirnya tidak akan mendekati atau tidak akan mencerminkan nilai parameter yang sesungguhnya (disebut bias persamaan simultan). Untuk model sistem persamaan simultan dalam bentuk struktural yang Iebih teridentifikasi digunakan metode TSLS. Jika seluruh persamaan dalam model adalah overidentified, maka metode ini paling cocok digunakan. Universitas Indonesia 36 3.5.2 ldentifikasi Model Identifikasi diperlukan untuk mengetahui bagaimana cara menyelesaikan sistem persamaan simultan yang ada atau apakah suatu sitem persamaan simultan ada penyelesaiannya atau tidak. Ada tiga masalah identifikasi pada persamaan simultan, dimana dari masing-masing permasalahan identifikasi tersebut kita dapa mengetahui metode apa yang tepat untuk menyelesaikan suatu sistem persamaan simultan yang kita temui. Ketiga masalah tersebut adalah : I. Under identified. Pada kasus ni kita tidak dapat menyelesaikan sistem persamaan simultan yang ada, karena kita kekurangan informasi yang menyangkut ten tang variabel predetermine. 2. Exactly identified. Pada kasus ini sistem persamaan simultan yang ada dapat diselesaikan dengan menggunakan metode OLS yang disebut dengan metode recursive. 3. Over identified. Pada kasus ini sistem persamaan simultan yang ada justru kelebihan informasi yang menyangkut variabel predetermine. Jika metode OLS digunakan untuk permasalahan ini, maka nilai parameter yang didapat mungkin tidak akan bersifat tunggal. Oleh sebab itu metode sepert TSLS (Two Stage Least Square) dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah ini. Cara lain yang sering digunakan untuk amsalah identifikasi pada sistem persamaan simultan adalah dengan menggunakan prosedur pengujian order dan rank condition. Mekanisme kedua prosedur pengujian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: I. Order Condition, dengan rumus : (K-k) = (m-1): exactly identified (K-k) > (m-1): over identified (K-k) < (m-1) : under identified Universitas Indonesia 37 Dimana: K = Jumlah predetermined variables meliputi curent exogenous variables dan lagged endogenous variables dalam model k Jumlah predetermined variables dalam persamaan struktural tertentu Jumlah curent endogenous variables dalam model M m = Jumlah curent endogenous variables dalam persamaan tertentu Model yang dirumuskan terdiri dari tiga persamaan yaitu : • Ln(QD) = a1 + ~~ Ln(HD) + ~2 Ln(Y) + ~3 Ln(POP) + e 8-4>3-1 4 > 2 over identified • Ln(HD) = a2 + ~ 4 Ln(HI) + e 8-2>3-1 6 > 2 over identified • Ln(IM) = a3 + ~s Ln(QD) + ~6 Ln(PD) + ~7 Ln(BM) + e 8-3>3-1 5 > 2 over identified Model persamaan simultan yang digunakan pada persamaan di atas diestimasi dengan menggunakan metode Two Stage Least Square (TSLS) dikarenakan sebagian besar besar persamaan identified dan berdasarkan penelitian-penelitian over sebelumnya. Metode TSLS juga dapat mengatasi timbulnya bias simultan. Sedangkan jika menggunakan metode Three Stage Least Square (3SLS), kesalahan spesifikasi dari satu persamaan akan merembet ke persamaan lain, sehingga koefisien yang diperoleh dari semua persamaan akan bias. Universitas Indonesia 38 2. Rank Condition Berdasarkan syarat rank condition, suatu model identified jika ada paling sedikit satu determinan tidak sama dengan nol dengan order M-1. Matriks persamaan simultan pada ketiga persamaan tersebut adalah sebagai berikut : Persamaan 1 2 3 1 -a, -a2 -a3 QD HD IM 1 -~I 0 1 0 0 -~5 0 1 Koefisien y POP HI -~2 -~3 0 0 0 0 0 -~4 PO 0 0 0 -~6 BM -~7 0 0 Pada persamaan 1. tidak memasukkan variabel IM, HI, PD dan BM yang ditunjukkan dengan angka 0 dalam baris pertama persamaan I. Untuk mengetahui apakah persamaan-persamaan tersebut teridentifikasi atau tidak maka harus mencari matriks order 2x2 dari koefisien yang tidak ada dalam persamaan 1 tetapi ada di persamaan yang lain dan kemudian dicari determinan matriks tersebut sebagai berikut : A~ G :j Determinan matriks A ini tidak sama dengan 0, yang artinya memenuhi rank condition sehingga persamaan ini teridentifikasi. Suatu persamaan yang mempunyai M persamaan dikatakan identified, sekurang-kurangnya mempunyai satu determinan berdimensi (M-1) yang tidak sama dengan no I. Pada persamaan 2. tidak memasukkan variabel QD, IM, Y, POP, PD, BM pada baris kedua. Untuk mengetahui apakah persamaanpersamaan tersebut teridentifikasi atau tidak maka harus mencari matriks order 2x2 dari koefisien yang tidak ada dalam persamaan 2 sebagai berikut : B~ G:j Universitas Indonesia 39 Determinan matriks B dan C ini tidak sama dengan 0, yang artinya memenuhi rank condition sehingga persamaan ini teridentifikasi. Pada persamaan 3. tidak memasukkan variabel HD, Y, POP, dan HI pada baris ketiga. Matriks order 2x2 dari koefisien yang tidak ada dalam persamaan 3 tetapi ada di persamaan yang lain adalah sebagai berikut : D~ [t :j Determinan matriks D dan E ini tidak sama dengan 0, yang artinya memenuhi rank condition sehingga persamaan ini teridentifikasi. 3.5.3 Pengujian Statistik Dalam pengujian ini diharapkan dapat diketahui variabel eksogen mana yang berpengaruh terhadap variabel endogen, baik secara bersamasama, maupun secara parsial. Untuk itu diperlukan pengujian yang terdiri dari Uji t, Uji F dan Uji R 2 1. Uji t-statistik Untuk menguji apakah masing-masing variabel eksogen berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel endogen, maka digunakan uji statistik t dengan membandingkan thitung dengan t1abel· Pengujian dengan statistik t terlebih dahulu diajukan hipotesa sebagai berikut: Ho diterima dan H1 ditolak bila: ttabel > thitung Ho ditolak dan H 1 diterima bila : ttabel < thitung Hipotesis ini diuji dengan uji t pada daerah kritis dengan taraf nyata sebesar a = 5% secara dua arah. Nilai t-statistik dapat juga dilihat dari probabilitas (p-value). Jika nilai p-value lebih kecil dari a, maka Ho ditolak, dan sebaliknya H0 diterima jika nilai p-value lebih besar dari a. Universitas Indonesia 40 2. Uji keseluruhan (uji F) dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya. Hipotesis untuk melakukan uji F adalah sebagai berikut: HO : Variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen H 1 : Variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen Untuk mengetahui apakah HO ditolak atau gagal ditolak maka perlu dibandingkan antara nilai F-statistik dan nilai F-kritis, atau probabilitas F-statistik (p-value) masing-masing variabel independen dengan a. Tolak HO, jika F-statistik > nilai F-kritis A tau Tolak HO, jika p-value <a R::.: Fk-1, N-k = 3. .V- k 1- R::,;. k- 1 Uji R 2 Koefisien detenninasi (R2) merupakan ukuran persentase total variasi dalam Y yang dijelaskan oleh model regresi. Nilai R 2 berkisar dari 0 sampai dengan 1. Jika nilai R 2 mendekati 1 berarti model yang dibuat makin dapat diandalkan. Sebaliknya jika nilai R 2 mendekati 0 berarti model tidak dapat diandalkan. 3.5.4 Pengujian Ekonometrika 1. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas digunakan untuk melihat apakah dalam persamaan yang diduga terdapat hubungan linear antar peubah bebasnya. Gejala terjadinya multikoliniearitas adalah koefisien detenninasi (R 2) ,yang didapat tinggi tetapi tidak satupun koefisien regresi partialnya signifikan. Universitas Indonesia 41 Konsekuensi dari regres1 model yang mengandung multikolinearitas adalah bahwa kesalahan standar estimasinya akan cenderung meningkat dengan bertambahnya variabel eksogen. Dalam pengujian ini digunakan matriks korelasi yang menunjukkan koefisien korelasi antar variabel pembentuk model. Adanya masalah multikolinieritas jika dalam matriks korelasi antar variabel dari output Eviews mempunya nilai lebih dari 0.8. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji yang menyatakan dengan asumsi populasi dari variabel endogen yang mempunyai hubungan dengan berbagai variabel eksogen, mempunyat vanan yang sama. Akibat dari pelanggaran uji ini menyebabkan varian estimasi koefisien regresi tidak minimal lagi. Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji White Heteroscedasity. Hipotesis yang diuji adalah : Ho : y = 0, tidak terdapat heteroskedastisitas H 1 : y f. 0, terdapat heteroskedastisitas Wilayah kritik penolakan H0 adalah probabilitas obs*R-squared < a, sedangkan wilayah penerimaan Ho adalah probabilitas obs*R-squared > a. Jika Ho ditolak maka varians dari error term untuk setiap pengamatan berbeda untuk setiap variabel bebas, sebaliknya jika H0 diterima maka varians dari error term untuk setiap pengamatan sama untuk seluruh variabel bebas. 3. Uji Autokorelasi Pengujian terhadap kemungkinan autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu untuk data time series atau menurut urutan tempat/ruang. Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi sisaan yang satu (e 1). Biasanya autokorelasi sering terjadi pada data time series. Penyebab utama terjadinya autokorelasi adalah ada variabel penting yang tidak digunakan dalam model. Pendeteksian autokorelasi dapat Universitas Indonesia 42 dilakukan dengan melihat probabilitas obs*R-squared dengan menggunakan statistik Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test yang tersedia pada program Eviews. Hipotesis dalam uji ini adalah : Ho : p = 0, tidak terdapat autokorelasi H 1 : p =f. 0, terdapat autokorelasi Wilayah kritik penolakan Ho adalah probabilitas obs*R-squared < a, sedangkan wilayah penerimaan Ho adalah probabilitas obs*R-squared > a. Jika Ho ditolak maka terjadi autokorelasi (positif atau negatif) dalam model. Sebaliknya jika Ho diterima maka tidak ada autokorelasi dalam model. Universitas Indonesia BAB4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendugaan Model Permintaan Kedelai di Indonesia Model yang disusun dalam penelitian ini merupakan persamaan simultan metode Two Stage Least Square (TSLS) dengan menggunakan program software Eviews 4.0 dan data yang diolah merupakan data time series periode 1978 - 2008. Model yang diduga adalah sebagai berikut: Ln(QD) = <lt + Pt Ln(~D) a2 = Ln(IM) = a3 Ln(HD) + P2 Ln(Y) + PJ Ln(POP) + e----------------- pers. 1 + P4 Ln(HI) + e ------------------------------------------------- pers. 2 + Ps Ln(QD) + P6 Ln(PD) + P1 Ln(BM) + e------------------ pers. 3 Ln(QS) = Ln(QD) Keterangan : QD : pennintaan kedelai (Ton) QS : penawaran kedelai (Ton) HD : harga kedelai dalam negeri (Rp/Kg) HI : harga kedelai intemasional ($US/Kg) BM : bea masuk impor (%) y : pendapatan per kapita (Rp/Kap) POP : jumlah penduduk (000 jiwa) 1M : Impor kedelai (Ton) PD : produksi kedelai (Ton) Pengolahan data untuk model tersebut melalui beberapa tahapan untuk mendapat hasil yang terbaik yang memenuhi kriteria uji statistik berupa uji parsial (t-statistik), dan uji goodness offit (R-square ). Pada uji ekonometrika akan diuji dengan uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinearitas. 43 Universitas Indonesia 44 Dari hasil pendugaan model yang diduga secara simultan dengan metode Two Stage Least Square (TSLS) diperoleh R2 yang cukup memuaskan berkisar antara 65%-99% (lihat lampiran) pada persamaanpersamaan di atas. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel eksogen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap peubah endogen. Terdapat beberapa variabel yang dimasukkan dalam dugaan persamaan namun menghasilkan koefisien arahan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan menurut kriteria ekonomi dan ada pula yang tidak signifikan dalam taraf nyata yang diambil a= 10%, akan tetapi hal ini dapat dijelaskan secara teori ekonomi. 4.2 Hasil Pengolahan Data 4.2.1 Permintaan kedelai Permintaan kedelai (QD) dari model yang diduga ditentukan oleh harga kedelai dalam negeri (HD), pendapatan perkapita penduduk Indonesia (Y), dan jumlah penduduk (POP) dengan persamaan sebagai berikut: Ln (QD) -107,7512 - 1,894428 Ln(HD) + 0,463444 Ln(Y) + 10,57280 Ln(POP) + e Hasil pengolahan data adalah sebagai berikut : Tabel4.1 Hasil Pengolahan Persamaan Permintaan Kedelai Persamaanlvariabel KoefiSien t-statistik prob t-statistik c -107,7512 -4,244183 0,0001 Ln (HD) -1,894428 -2,966340 0,0039 Ln(Y) 0,463444 0,929316 0,3554 Ln(POP) 10,57280 4,522876 0,0000 Pada persamaan permintaan kedelai dipero1eh bahwa variabelvariabel independen yang berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai adalah sebagai berikut : variabel. harga kedelai dalam negeri memiliki koefisien regresi sebesar -1,894428. Angka ini mengandung pengertian Universitas Indonesia 45 bahwa jika harga kedelai meningkat 1%, maka permintaan kedelai akan menurun 1,894428%. Demikian pula sebaliknya hila harga kedelai dalam negen menurun sebesar 1%, maka permintaan akan meningkat sebesar 1,894428%. Untuk variabel jumlah penduduk memiliki koefisien regresi sebesar 10,57280 artinya apabila teijadi pertambahan penduduk 1% maka permintaan kedelai akan meningkat 10,57280%. Jumlah penduduk mempunya1 pengaruh positif terhadap permintaan kedelai, nilai probabilitasnya lebih kecil dari taraf nyata a=5%. A. Uji Autokorelasi, Heteroskedisitas, dan Multikolinieritas Berdasarkan uji autokorelasi dengan pendekatan uji LM dari Breusch Godfrey. Pendekatan ini merupakan uji Lagrange Multiplier dengan H 0 : Tidak ada autokorelasi dan H 1 :ada autokorelasi. Dengan menggunakan lag 2, diperoleh hasil bahwa probability obs*R-squared sebesar 0,272256 yang berarti nilai tersebut lebih besar dari 5%, sehingga dapat disimpulkan persamaan regres1 tersebut tidak mengalami masalah autokorelasi. Pada uji heteroskedastisitas melalui White Heteroskedasticity dengan hipotesa, Ho : tidak ada heteroskedastisitas, HI:· ada heteroskedastisitas diperoleh nilai probabilitas Obs *R-squared sebesar 0, 769214 (>0,05) dan ini berarti tidak ada masalah heteroskedastisitas. B. Uji parsial (t-statistik) Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel secara individual terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji t, dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai adalah variabel harga kedelai dalam negeri dan jumlah penduduk. Probabilitas harga kedelai dalam negeri sebesar 0,0064 (<5%), • jumlah penduduk mempunyai probabilitas sebesar 0,0009 (<5%). Hal ini menjelaskan bahwa variabel harga kedelai dalam negeri dan Universitas Indonesia 46 jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang signiftkan terhadap permintaan kedelai. Sedangkan variabel pendapatan per kapita tidak berpengaruh secara signiftkan dikarenakan probabilitasnya >0,05 sebesar 0,2140. C. Uji F Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan basil perhitungan dilihat besamya probabilitas F statistik sebesar 0,000006, dengan tingkat kepercayaan 95% (a = 5%) hipotesis nol penelitian ini ditolak, karena nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari a. Artinya secara bersama-sama variabel harga dalam negeri, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk berpengaruh terhadap pemintaan kedelai. D. Uji goodness ojjit (R 2) Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai R 2 sebesar 71,06%. Hal m1 berarti 71,06% permintaan kedelai dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen, yaitu harga kedelai dalam negeri, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk, sedangkan 28,94% permintaan kedelai tidak dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen dalam model seperti selera, ramalan masa datang, dan harga barang lain. Persamaan ini berdasarkan penelitian-penelitian dan teori ekonomi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan. Data yang digunakan pada penelitian ini hanya pada rentang waktu 31 tahun (1978-2008), sehingga mempengaruhi hasil regresi pada model permintaan kedelai. Akan tetapi pada persamaan tersebut tanda +/sesuai dengan teori ekonomi dan penelitian-penelitian sebelumnya. 4.2.2 Harga Kedelai Dalam Negeri Harga kedelai dalam negeri (HD) dari model diduga ditentukan oleh harga kedelai intemasional (HI) dengan persamaan sebagai berikut : Ln(HD) = 10,34644 + 0,191313 Ln(HI) + AR(l) + e Universitas Indonesia 47 Hasil pengolahan data adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Hasil Pengolahan Persamaan Harga Kedelai Dalam Negeri Persamaanlvariabel KoefiSien t-statistik prob t-statistik c 10,34644 1,821484 0,0843 Ln(HI) 0,191313 2,316389 0,0319 Pada persamaan harga kedelai dalam negeri diperoleh koefisien harga kedelai intemasional sebesar 0,191313 maka harga kedelai intemasional mempunyai hubungan positif, dan berarti bahwa setiap kenaikan harga kedelai intemasional sebesar r%, maka harga kedelai dalam negeri akan meningkat sebesar 0,191313 dengan kondisi variabel independen yang lain konstan. A. Uji Autokorelasi, Heteroskedisitas, dan Multikolinieritas Berdasarkan persamaan di atas, pengujian untuk variabel eksogen terhadap variabel endogen temyata tidak menunjukkan adanya multikolinearitas, nilai correlation matrix < 0,8 sehingga lolos dari uji ini. Sedangkan pada pengujian autokorelasi dengan menggunakan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test diperoleh hasil bahwa probability obs*R-squared sebesar 0,695866 yang berarti nilai tersebut lebih besar dari 5%, sehingga dapat disimpulkan persamaan regresi tersebut tidak mengalami masalah autokorelasi. Sedangkan pada pengujian heterokedastisitas menggunakan White Heteroskedasticity pada persamaan harga kedelai dalam negeri diperoleh nilai probabilitas Obs*R-squared sebesar 0,053543 (>0,05) dan ini berarti tidak ada masalah heteroskedastisitas. B. Uji parsial (t-statistik) Pada variabel harga kedelai intemasional nilai probabilitas tstatistik sebesar 0,0319 (<0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa harga kedelai intemasional berpengaruh signifikan terhadap harga kedelai dalam negeri. Universitas Indonesia 48 C. Uji F Nilai F Statistik yang diperoleh sebesar 1064.924, F hitung lebih besar dari F tabel pada a=5% dengan df(l ,29). Probabilitas F statistik sebesar 0,00000, dengan tingkat kepercayaan 95% (a= 5%). Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak, artinya secara bersama-sama variabel harga kedelai intemasional berpengaruh terhadap harga dalam negeri. D. Uji goodness offit (R2) Berdasarkan basil pendugaan, model persamaan harga kedelai dalam negeri diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 99,12%, berarti variasi permintaan, harga intemasional kedelai dan bea masuk impor kedelai sebesar 99,12%, sedangkan sisanya 0,88% dipengaruhi faktor-faktor lain. Hal ini menunjukkan bahwa harga kedelai dalam negeri tidak hanya dipengaruhi harga kedelai intemasional tetapi ada faktor-faktor lain yang· tidak _dibahas dalam penelitian ini yang berpengaruh terhadap harga kedelai dalam negeri. 4.2.3 lmpor Kedelai Persamaan 1mpor kedelai (IM) terdiri dari 3 variabel yaitu permintaan kedelai (QD), produksi kedelai (PD), dan bea masuk impor kedelai (BM), berdasarkan pengolahan data menggunakan Eviews diperoleh persamaan sebagai berikut : Ln(IM) = -9,934196 + 2,778652 Ln(QD)- 1,263902 Ln(PD) + 0,349327 Ln(BM) + e Hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini : Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Persamaan Impor Kedelai Persamaan/variabel Koefisien t-statistik prob t-statistik c -9,934196 -1,590381 0,1155 Ln(QD) 2,778652 5,563275 0,0000 Ln(PD) -1,263902 -4,021879 0,0001 Ln(BM) 0,349327 1,303739 0,1958 . Universitas Indonesia 49 Pada persamaan impor kedelai diperoleh diperoleh bahwa variabelvariabel independen yang berpengaruh nyata terhadap impor kedelai adalah sebagai berikut : variabel permintaan kedelai memiliki nilai koefisien regresi sebesar 2, 778652. Angka ini mengandung pengertian bahwa jika permintaan kedelai meningkat sebesar 1%, maka impor kedelai meningkat sebesar 2, 778652%. Demikian pula sebaliknya jika permintaan kedelai menurun sebesar 1%, maka impor kedelai menurun sebesar 2,778652%. Produksi kedelai memiliki nilai koefisien regres1 sebesar -1,263902. Angka ini mengandung pengertian bahwajika produksi kedelai meningkat sebesar 1%, maka impor kedelai menurun sebesar 1,263902%. Sebaliknya, jika produksi kedelai menurun sebesar 1%, maka impor kedelai meningkat sebesar 1,263902%. A. Uji Autokorelasi, Heteroskedisitas, dan Multikolinieritas Pengujian multikolinearitas untuk variabel eksogen temyata tidak menunjukkan adanya multikolinearitas, sehingga persamaan ini lolos dari uji ini. Setelah melakukan pengujian autokorelasi dengan menggunakan Breusch-Godrrey Serial Correlation LM Test diperoleh hasil bahwa probability obs*R-squared sebesar 0,476635 yang berarti nilai tersebut lebih besar dari 5%, sehingga dapat disimpulkan persamaan regresi tersebut tidak mengalami masalah autokorelasi. Pada penguJian heterokedastisitas menggunakan White Heteroskedasticity pada persamaan 1mpor kedelai diperoleh nilai probabilitas Obs *R-squared sebesar 0,152741 (>0,05) dan ini berarti tidak ada masalah heteroskedastisitas. B. Uji parsial (t-statistik) Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen digunakan uji t. Pada .variabel permintaan kedelai diperoleh probabi1itas sebesar 0,0000 sedangkan pada variabel produksi kedelai mempunyai Universitas Indonesia 50 probabilitas sebesar 0,0007. Jadi dapat disimpulkan bahwa permintaan kedelai dan produksi kedelai berpengaruh nyata terhadap impor kedelai dikarenakan probabilitaas <0,05 sedangkan variabel bea masuk impor tidak berpengaruh nyata terhadap impor kedelai pada tingkat kesalahan 5% karena probabilitas yang diperoleh >0,05 yaitu sebesar 0,2071. C. Uji F Nilai F Statistik yang diperoleh sebesar 17,80913. F hitung lebih besar dari F tabel pada a=5% dengan df(3,27). Probabilitas F Statistik 0,00007 (<0,05) hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, artinya secara bersama-sama variabel permintaan kedelai, produksi kedelai dan bea masuk impor berpengaruh terhadap impor kedelai. D. Uji goodness offit (R2 ) Untuk mengetahui ketepatan model regresi kedelai digunakan R 2 . Berdasarkan basil analisis regresi diperoleh R2 sebesar 65,27%. hal ini berarti 65,27% impor kedelai dapat dijelaskan oleh variabelvariabef independen, yaitu permintaan kedelai, produksi kedelai, dan bea masuk impor, sedangkan sisanya 34,73% tidak dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen dalam model. Pada penelitian ini model persamaan yang digunakan sama dengan penelitian sebelumnya mengenai impor gula, tetapi setelah diterapkan pada komoditi kedelai nilai R2 yang diperoleh tidak begitu bagus. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa kondisi di luar model yang sesuai dengan kondisi kedelai di Indonesia saat ini yang turut mempengaruhi model seperti menurunnya produksi kedelai dalam negeri sehingga impor kedelai selalu meningkat setiap tahun.1ya. Kondisi ini juga didukung dengan adanya ketidakstabilan ekonomi di Indonesia. Universitas Indonesia 51 4.3 Pembahasan 4.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai 4.3.1.1 Harga Kedelai Dalam Negeri Dari data yang diperoleh dari Departemen Pertanian terlihat bahwa teijadi peningkatan harga dari tahun 1978-2008. Pada Tahun 1984, permintaan kedelai meningkat sebesar 186,48% menjadi 2.170.384 Ton, pada tahun yang sama harga kedelai dalam negeri pertumbuhannya mengalami penurunan sebesar 6,74%. Sedangkan pada tahun 1998, permintaan kedelai menurun sebesar 16,44% menjadi 1.648.764 Ton, permintaan kedelai tersebut disebabkan meningkatnya harga kedelai dalam negeri menjadi Rp. 1.130 per Kg. Penurunan permintaan kedelai ini juga disebabkan karena krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada saat itu, hal ini juga disertai melemahnya kus rupiah terhadap dolar yang menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa harga kedelai berhubungan negatif dengan permintaan kedelai, serta sesuai dengan hipotesis ekonomi bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang akan diminta berhubungan secara negatif, dengan faktor lain tetap sama. Hasil simulasi harga kedelai dalam negeri terhadap permintaan yaitu jika harga kedelai meningkat sebesar 1%, maka permintaan kedelai akan menurun sebesar I ,894428%. Artinya, semakin rendah harga suatu komoditi maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi itu akan semakin besar, dan semakin tinggi harga, semakin rendah jumlah yang diminta. Perkembangan permintaan kedelai. Harga kedelai dalam negeri juga dipengaruhi oleh harga kedelai intemasional. Berdasarkan hasil penelitian bahwa harga kedelai dalam negeri berhubungan positif dengan harga kedelai intemasional. Perkembangan harga kedelai tersebut dapat terlihat pada Tabel 4.4. Universitas Indonesia 52 Tabel 4.4 Perkembangan harga kedelai dalam negeri dan harga kedelai internasional periode 1978-2008 Taboo :; - 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 ·in~ f'l'"f'' ~' - > Huga::Kedelaf - i.~· ~ ~ -~ ".•/i!'\;, . ._:rr ~ ~ Hatga:J{eaela_i~ ·;•t. T.fk. .. o: ~ ... ····" Pertumbuban · Periulnl)ui.'ali · Jnternasionai : ~ b~~--~ ;; . . dalam-negeri · . : ·'~·- (o/c )-' '. ..."'. + 0 -~(Rp/' ~gj ..- '<.·:·~ ~- ~-·~ ~;i':l: ~-? ~~: :~~ -:;.~ =-" tK-~ ;•:;:._':<~. / (Ussi)fg}'-··' · · l' ,., - - ' .-. ~·o: 248,57 152,81 0 (5,21) 235,62 166,31 8,83 289,72 22,96 228,42 37,35 224,32 (22,57) 265,74 16,34 207,41 (7,54) 306,31 15,27 299,27 44,29 352,65 15,13 (29,74) 210,26 376,41 6,74 (7,16) 195,20 393,28 4,48 180,32 (7,62) 476,46 21,15 223,03 23,69 505,70 6,14 295,69 32,58 524,34 3,69 208,70 (29,42) 558,06 6,43 (1 ,45) 205,67 600,10 7,53 203,83 (0,89) 634,18 5,68 208,98 743,21 2,53 17,19 258,74 23,81 790,07 6,31 202,36 (21,79) 860,43 8,91 270,15 33,50 1.131,32 31,48 253,71 (6,09) (5,26) 1.071,82 246,36 (2,90) LI10,89 3,65 197,59 (19,80) 1.130,38 1,75 (14,14) 169,66 1.160,28 2,65 183,53 8,18 1.284,42 10,70 154,69 (15,71) 1.335,09 3,94 209,25 35,27 2.035,00 52,42 289,90 38,54 2.462,42 21,00 201,26 (30,58) 2.412,50 (2,03) 221,19 2.725,00 12,95 9,90 251,14 13,54 15,86 3.157,28 440,55 75,42 4.101,00 29,89 357,23 (18,91) 4.976,07 21,34 '- ,.;::,.,;~ . ;, ~.... !lo!t:'_ - . ::t,~~yt;JtE: ' ..... .p.·· ·~~ 50-.- . '9'r·.l''-~ .6~~~ i<;~ ·";t:'~~-·~»· -:.~~-- "' 'T,{'' ~~~,~~-i-2' ~. ~ ~t~ -~· .. ' ·+ ,.,,,_ ~ ~. ~!~~ ,. ·.• · _ ,. I"' Sumber : Bloomberg, Deptan, 2008 (diolah) Harga kedelai di pasar dalam negeri cenderung menin.gkat, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan periode 1978-2008 rata-rata sebesar 12,5% Universitas Indonesia 53 per tahun. Sedangkan laju pertumbuhan harga kedelai intemasional hanya meningkat sebesar 3,96%. Harga kedelai dalam negeri mengalami penurunan sebesar 5,26% pada tahun 1996 menjadi Rp.l.071,82 per Kg. Penurunan harga kedelai dalam negeri ini juga terjadi pada harga kedelai intemasional sebesar 6,09% menjadi US$ 253,71 per Kg padahal pada tahun sebelumnya harga kedelai intemasional meningkat sebesar 33,5%. Pada tahun 1997 harga kedelai dalam negeri meningkat menjadi Rp.1.11 0,89 per Kg, perubahan harga ini disebabkan harga kedelai intemasional juga meningkat menjadi US$ 246,36 per Kg. Peningkatan harga dalam negeri tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 52,42% dari Rp. 1.335,09 per Kg menjadi Rp.2.035 per Kg, sedangkan harga kedelai intemasional meningkat sebesar 35,27% menjadi US$ 209,25 per Kg. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa harga kedelai dalam negeri berpengaruh positif dengan harga kedelai intemasional. Kenaikan harga kedelai di pasaran intemasional berdampak langsung terhadap harga kedelai di dalam negeri. Hal ini disebabkan, kebutuhan industri makanan dan minuman berbahan baku kedelai masih menggunakan kedelai impor. Sejak krisis moneter melanda Indonesia, harga seluruh barang dan jasa didalam negeri meningkat, tidak terkecuali untuk kacang kedelai. Dengan harga seperti ini maka pennintaan akan kedelai akan turun terutama pennintaan makanan yang berbahan baku kedelai seperti tahu, tempe dan susu kedelai. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi bahwa semakin tinggi harga suatu komoditi, maka pennintaan akan komoditi tersebut akan semakin rendah. Peningkatan harga kedelai intemasional tertinggi pada tahun 2007 sebesar 75,42% menjadi US$. 440,55 per Kg, sebelumnya harga kedelai intemasional sebesar US$. 251,14 per Kg. Hal ini dikarenakan harga minyak melambung tinggi di pasar intemasional. Kondisi ini mendorong orang untuk menciptakan dan mengkonsumsi energi altematif, antara lain bio-energi yang berbahan baku jagung. Oleh karena itu, banyak lahanlahan pertanian kedelai. di Amerika Serikat beralih fungsi menjadi lahan jagung. Akibatnya pasoka~ kedelai dari AS berkurang sementara jumlah Universitas Indonesia 54 permintaan tidak menurun. Hal ini secara tidak langsung juga mempengaruhi harga kedelai dalam negeri yang meningkat menjadi 29,89% menjadi Rp. 4.101 per kg. Kenaikan harga pangan dunia itu merupakan akibat excess demand dunia terhadap pangan. Excess demand terjadi karena pangan dibutuhkan bukan hanya untuk kebutuhan manusia, tapi juga dibutuhkan sebagai sumber energi substitusi bahan bakar minyak yaitu Biodiesel atau Rio-fuel. 4.3.1.2 Jumlah Penduduk Laju pertumbuhan penduduk di negara-negara berkembang, khususnya Indonesia, membawa efek terhadap bertambah cepatnya permintaan pangan serta perubahan bentuk dan kualitas pangan dari penghasil energi kepada produk-produk penghasil protein. Kedelai merupakan salah satu bahan makanan yang mempunyai potensi sebagai sumber utama protein. Meskipun produk kedelai bukan merupakan bahan pangan pokok, perkembangan secara historis dan kultural menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia menggunakan produk kedelai dalam pola makanan tradisionalnya. Perkembangan jumlah penduduk Indonesia periode 1978-2008 meningkat rata-rata sebesar 1,56% per tahun. Permintaan kedelai juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 7,22% per tahun. Berdasarka~ Tabel 4.5, pada tahun 1998 jumlah permintaan kedelai menurun sebesar 16,44%, sedangkan jumlah penduduk meningkat sebesar 1,51 %. Hal ini dikarena pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi dikarenakan harga kebutuhan bahan pokok meningkat, sehingga penduduk yang mengkonsumsi kedelai berkurang. Sedangkan pada tahun 2000 terjadi penurunan jumlah penduduk sebesar 1, 11 %, sedangkan pertumbuhan permintaan kedelai juga mengalami penurunan sebesar 14,50%. Hal ini disebabkan angka kematian lebih besar daripada angka kelahiran sehingga jumlah penduduk mengalami penurunan. Penurunan ini juga terlihat dari pertumbuhan konsumsi per kapita rata-rata sebesar 13,54%. Konsumsi per kapita pada tahun 2000 sebesar 11,19, yang artinya setiap 1.000 jiwa penduduk mengkonsumsi kedelai sebesar 11,19 ton per tahun. Universitas Indonesia 55 Sebagai sumber protein yang tidak mahal, kedelai telah lama dikenal dan digunakan dalam beragam produk makanan, seperti tahu, tempe dan kecap. Selain itu, kedelai juga merupakan bahan baku industri yang penting, terutama bagi industri olahan makanan dan pakan temak. Tabel 4.5 Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia Tab'u n· .;,-;;_. I· . lali"' ~§lir ~- ' ~- . -~:fi~;, rllilin I~>C :~~cr6iflp_o«)j~~ ;:~·~f~';(%)~ ·. ~7}~~ ~fJ;;j'.~lf~ !1~t""-:.,E;I!!):~I£ ...,v·~!!i~f.<..'Z_ I ]~;[~~~:~:: ·.;.-_ 5,49 0 141.579 I;':~51 .:o~l:~ 1978 776.599 0 1979 897.825 15,61 144.893 2,34 6,20 12,97 1980 885 .762 (1,34) 146.777 1,30 6,03 (2,61) 1981 756.811 (14,56) 151.315 3,09 5,00 (17,12) 1982 882.394 16,59 154.662 2,21 5,71 14,07 1983 757.603 (14,14) 158.083 2,21 4,79 (16,00) 1984 2.170.384 186,48 161.580 2,21 13,43 180,28 1985 1.171.675 (46,02) 165.154 2,21 7,09 (47, 18) 1986 1.585.998 35,36 168.662 2,12 9,40 32,55 1987 1.447.668 (8,72) 172.245 2,12 8,40 (I 0,62) 1988 1.736.257 19,93 175.904 2,12 9,87 17,44 1989 1.705.584 (1,77) 179.641 2,12 9,49 (3,81) 1990 2.028.493 18,93 179.248 (0,22) 11 ,32 19,19 1991 . 1992 2.128.210 4,92 182.940 2,06 11 ,63 2,80 2.563.846 .· 20,47 186.043 1,70 13,78 18,46 1993 2.432.392 (5, 13) 189.136 1,66 12;86 (6,68) 1994 2.365.308 (2,76) 192.217 1,63 12,31 ( 4,32) . 1995 2.287.400 (3,29) 195.283 1,60 11,71 (4,81) 1996 2.263.510 (1,04) 198.320 1,56 11,41 (2,56) 1997 1.973.266 (12,82) 201 .353 1,53 9,80 ( 14,14) 1998 1.648.764 (16,44) 204.393 1,51 8,07 (17,69) 1999 2.684.603 62,83 207.437 1,49 12,94 60,44 2000 2.295.319 (14,50) 205.132 (1 ,11) II, 19 (13,54) 2001 1.963.351 (14,46) 208.643 1,71 9,41 ( 15,90) 2002 2.038.309 3,82 2 11.439 1,34 9,64 2,45 2003 1.864.317 (8,54) 2 14.251 1,33 8,70 (9,74) 2004 1.839.276 (1,34) 217.077 1,32 8,47 (2,63) 2005 1.894.531 3,00 219.852 1,28 8,62 1,70 2006 1.879.755 (0,78) 222.747 1,32 8,44 (2,07) 2007 2.004.123 6,62 225.642 1,30 8,88 5,25 2008 1.944.726 (2,96) 228.523 . 8,51 1,28 I~$'.:WC,v:•·.r"'l~--,,., <!.91 ' . """''..,.~>-. .,.,,.,..,:viJ.!,,.. ~--~~ Sumber : BPS, Deptan, 2008 (diolah) • (4,19) ~"tS·;S.S·\~{ : Universitas Indonesia 56 Berdasarkan penelitian, jumlah penduduk mempunyai hubungan positif terhadap permintaan kedelai. sHal ini terlihat pada laju pertumbuhan jumlah penduduk periode 1978-2008 yang rata-rata meningkat sebesar 1,5 6%, sedangkan permintaan kedelai juga meningkat sebesar 7,22%. Untuk membandingkan permintaan kedelai terhadap jumlah penduduk diperoleh pertumbuhan rata-rata sebesar 5,55%. Hasil simulasi jumlah penduduk terhadap permintaan kedelai menunjukkan bahwa jika jumlah penduduk meningkat sebesar 1% maka permintaan kedelai juga akan meningkat 10,57%. 4.3.1.3 Impor Hubungan permintaan kedelai dengan impor kedelai bersifat positif. Hal ini sesuai dengan dugaan bahwa semakin rendah jumlah yang diminta maka akan menurunkan volume impor kedelai di Indonesia, dan sebaliknya setiap kenaikan perminta-an kedelai akan meningkatkan pula impor kedelai. Perkembangan impor kedelai terhadap permintaan kedelai terlihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Perkembangan produksi, permintaan dan impor kedelai 1978 616.599 0 776.599 0 160.000 0 1979 679.825 10,25 897.825 15,6 1 218.000 36,25 1980 652.762 (3,98) 885.762 (I ,34) 233.000 6,88 1981 703.811 7,82 756.811 (14,56) 253.000 8,58 1982 521.394 (25,92) 882.394 16,59 361.000 42,69 1983 536.103 2,82 757.603 (14, 14) 22 1.500 (38,64) 1984 769.384 43,51 2.170.384 186,48 401.000 8 1,04 1985 869.718 13,04 1.171.675 (46,02) 301.957 (24,70) 1986 1.226.727 41 ,05 1.585.998 35,36 359.271 18,98 1987 1.160.963 (5,36) 1.447.668 (8,72) 286.705 (20,20) 1988 1.270.418 9,43 1.736.257 19,93 465.839 62,48 1989 1.315. 113 3,52 1.705.584 (1,77) 390.471 (16,18) 1990 1.487.433 13,10 2.028.493 18,93 541.060 38,57 1991 1.555.453 4,57 2.128.210 4,92 572.757 5,86 1992 1.869.713 20,20 2.563.846 20,47 694.133 2 1,19 Universitas Indonesia 57 (Sambungan Tabel 4.6) 1993 1.708.528 (8,62) 2.432.392 (5, 13) 723 .864 4,28 1994 1.564.847 (8,41) 2.365.308 (2,76) 800.461 10,58 1995 1.680.007 7,36 2.287.400 (3 ,29) 607.393 (24, 12) 1996 1.517.181 (9,69) 2.263.5 10 (1 ,04) 746.329 22,87 1997 1.356.891 (10,56) 1.973.266 (12,82) 616.375 (17,41) 1998 1.305.640 (3,78) 1.648.764 (16,44) 343.124 (44 ,33) 1999 1.382.848 5,91 2.684.603 62,83 1.301.755 279,38 2000 1.017.634 (26,41) 2.295.319 (14,50) 1.277.685 (1 ,85) 2001 826.932 (18,74) 1.963.35 1 (14,46) 1.136.4 19 (11,06) 2002 673.056 (18,61) 2.038.309 3,82 1.365.253 20, 14 2003 671.600 (0,22) 1.864.317 (8,54) 1.192.717 (12,64) 2004 723.483 7,73 1.839.276 (1 ,34) 1.115.793 (6,45) 2005 808.353 11 ,73 1.894.531 3,00 1.086.178 (2 ,65) 2006 747.611 (7,5 1) 1.879.755 (0,78) 1.1 32. 144 4,23 2007 592.534 (20,74) 2.004.1 23 6,62 1.41 1.589 24,68 2008 775.7 10 1.944.726 (2,96) 1.169.016 ( 17, 18) 14,56 ' 7,22 Sumber: BPS, Deptan (diolah) Kebijakan impor kedelai yang digunakan pemerintah sebagai cara . untuk memenuhi kebutuhan kedelai. Pertumbuhan impor kedelai periode 1978-2008 rata-rata sebesar 14,56% lebih besar dibandingkan pertumbuhan produksi kedelai rata-rata sebesar 2,08%. Berdasarkan Tabel 4.6, selama kurun waktu dua puluh dua tahun (1978-1999) prosentase pertumbuhan produksi kedelai terhadap permintaan kedelai lebih besar dibandingkan impor kedelai. Namun pada tahun 2000 sampai 2008 persentase pertumbuhan impor kedelai terhadap permintaan kedelai lebih besar dibandingkan produksi kedelai. Pada tahun 1978 menyebutkan bahwa permintaan kedelai di Indonesia sebesar 776.599 ton sedangkan produksinya hanya mencapai 616.599 ton (±79% dari permintaan kedelai). Oleh karena itu, Indonesia harus mengimpor kedelai dari luar negeri sebanyak 160.000 ton (±2 1% dari permintaan kedelai). Akan tetapi mulai tahun 2000 P,roduksi kedelai hanya ±44% Universitas Indonesia 58 dari permintaan kedelai yaitu sebesar 1.017.634 ton, sedangkan impor kedelai sebesar 1.277.685 ton (±56% dari permintaan kedelai. Hal ini sesuai dengan keadaan bahwa jika produksi meningkat maka impor akan berkurang, dikarenakan meningkatnya produksi dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi sebaliknya jika produksi berkurang, maka pemerintah akan mengimpor kedelai untuk memenuhi kebutuhan akan kedelai, terlihat jelas dari trend produksi kedelai yang menurun sejak tahun 1999 yang berdampak terhadap volume impor yang semakin meningkat setiap tahunnya dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pada tahun 1998 impor kedelai menurun sebesar 34 3.124 ton, sedangkan permintaan kedelai sebesar 1.648.764 ton. hal ini diduga disebabkan krisis ekonomi yang melanda sebagian besar kawasan Asia serta pergulatan politik tanah air yang menyebabkan terjadinya guncangan (shock) pada nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Peningkatan impor kedelai semakin besar sejak tahun 1999 yaitu sebesar 1.301.755 ton, hal ini dikarenakan adanya perubahan kebijakan pemerintah sejak tahun 1998 dimana pemerintah Indonesia menyetujui paket kebijakan IMF yang membebaskan monopoli impor kedelai oleh Bulog sehingga kedelai bebas diimpor dan penghapusan tarif bea masuk kedelai menjadi nol persen. Jika kita membandingkan produksi dengan data perkembangan impor kedelai tahun 1998 hingga 2008, dapat terlihat bahwa pada saat produksi nasional cenderung berfluktuasi dan turun sedangkan kebutuhan meningkat sehingga timbul ketergantungan impor. Impor kedelai semula 343.124 ton, tetapi pada tahun berikutnya meningkat dengan pertumbuhan sebesar 279.38% menjadi 1.301.755 ton. Impor kedelai pada tahun 2000 menurun menjadi 1.277.685 ton dan tahun 2001 turun lagi menjadi 1.136.419 ton. Akan tetapi pada tahun 2002 meningkat lagi menjadi 1.365.253 ton, mulai tahun 2003-2006 impo~ kedelai cenderung menurun. Volume impor kedelai mencapai titik . tertinggi pada tahun 2007 sebesar 1.411.589 ton dengan persentase impor Universitas Indonesia 59 terhadap permintaan kedelai sebesar ± 70%. Penurunan produksi kedelai nasional disebabkan membanjimya kedelai impor yang masuk ke Indonesia dengan harga lebih murah dan tidak dikenakan tariflbea masuk tmpor. Produksi kedelai di Indonesia menempati rangking ke-1 0 dibandingkan produksi kedelai dunia yaitu sebesar 77 5. 710 ton, produksi kedelai ini hanya sekitar 0,3% dari total produksi kedelai di dunia (F AO, 2008). Walaupun produksi kedelai Indonesia cukup tinggi dibandingkan negara-negara lain, tetapi produksi kedelai ini belum mencukupi kebutuhan kedelai di Indonesia sehingga memerlukan impor dari negaranegara lain. Produsen kedelai tertinggi ditempati oleh Amerika Serikat dengan produksi sebesar 80,75 juta ton, Indonesia sebagian besar impor kedelai dari Amerika Serikat (±50%), Cina (±30%), dan sisanya berasal Argentina, Brazilia, serta negara-negara lain. Dengan demikian Indonesia perlu terns berupaya untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor kedelai. Kebijakan pengenaan bea masuk impor kedelai juga dapat dipakai sebagai alternatif untuk melindungi produsen dalam negeri. Hasil simulasi dari penelitian ini adalah jika permintaan kedelai meningkat sebesar 1%, maka impor kedelai akan meningkat sebesar 2, 78%. Dan sebaliknya jika permintaan kedelai menurun sebesar 1%, maka impor kedelai akan menurun sebesar 2,78%. 4.3.2 Elastisitas Elastisitas adalah bilangan yang menunjukkan berapa persen satu variabel tak bebas akan berubah, sebagai reaksi karena satu variabel tak bebas akan berubah, sebagai reaksi karena satu variabel lain (variabel be bas) berubah satu persen. Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya. (Pratahama Rahardja dan Mandala Manurung, 2004). Universitas Indonesia 60 Nilai elastisitas merupakan angk:a absolut, disebut elastis jika mempunyai nilai elastisitas lebih dari 1 (lei > 1), dan inelastisitas jika nilai elastisitas kurang dari 1 (lei < 1). Elastisitas permintaan kedelai bertujuan untuk mengetahui persentase perubahan jumlah permintaan kedelai terhadap perubahan sebesar satu persen harga kedelai dan variabel-variabel lainnya. 4.3.2.1 Elastisitas harga dalam negeri terhadap permintaan kedelai Koefisien harga kedelai dalam negeri terhadap permintaan kedelai sebesar -1,894428 diperoleh elastisitas harga kedelai dalam negeri terhadap permintaan kedelai adalah sebesar -1,894428. Ini berarti bahwa setiap kenaikan 1% harga kedelai, akan menurunkan permintaan kedelai sebesar 1,894428%. Perubahan permintaan ini lebih kecil daripada perubahan harga, karena nilai elastisitas > 1 maka elastisitas permintaan kedelai terhadap harga kedelai bersifat elastis. Hasil penelitian Team Fakultas Pertanian IPB ( 1992) menunjukkan bahwa elastisitas harga terhadap permintaan bersifat inelastis yaitu 0,655. Sedangk:an basil penelitian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dalam penelitian multikomoditi menghasilkan elastisitas yang bersifat inelastis sebesar -0,687. Sedangkan penelitian Sahara dan Endang (2003), Nilai elastisitas harga terhadap pennintaan kedelai untuk jangka pendek sebesar -6,675 dan nilai elastisitas harga terhadap pennintaan kedelai untuk jangka panjang sebesar -3,3415. Nilai elastisitas pennintaan kedelai untuk jangka pendek lebih kecil daripada nilai elastisitas jangka panjang. Harga mutlak dari koefisien elastisitas harga lebih besar dari satu menandakan bahwa pennintaan kedelai bersifat elastis atau dengan kata lain kenaikan harga kedelai diikuti oleh penurunan jumlah kedelai yang diminta dalam porsi yang lebih besar. Perbedaan angka elastisitas permintaan diatas disebabkan karena model dan data yang digunakan dalam penelitian berbeda. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kebijakan perubahan harga kedelai dalam negeri akan memberikan dampak yang besar terhadap permintaan kedelai di Indonesia. Universitas Indonesia 61 4.3.2.2 Elastisitas jumlah penduduk terhadap permintaan kedelai Elastisitas jumlah penduduk terhadap permintaan kedelai dengan adalah 10,57280. Angka ini berarti bahwa setiap penambahan jumlah penduduk sebesar I%, maka akan meningkatkan permintaan kedelai sebesar 10,57280%, elastisitas jumlah penduduk terhadap permintaan kedelai bersifat elastis (>I). Hasil penelitian Widjajanti (2006), elastisitas jumlah penduduk terhadap permintaan bersifat e1astis sebesar 2,85. Dengan demikian jumlah penduduk memberikan dampak yang besar terhadap permintaan kedelai di Indonesia. Artinya bagi pemerintah, dengan mengetahui pertumbuhan jumlah penduduk dapat disusun suatu kebijakan yang mendukung mengenai permintaan kedelai di Indonesia. Oleh karena itu, rekomendasi kebijakan yang disarankan untuk mengatasi permintaan kede1ai yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan jum1ah penduduk, yaitu dengan menerapkan program ke1uarga berencana. karena se1ain mengatasi 1onjakan jum1ah penduduk. juga dapat menangani permintaan kede1ai yang berlebih. 4.3.2.3 Elastisitas harga kedelai internasional terhadap harga dalam negeri Elastisitas harga kedelai intemasional terhadap harga kedelai dalam negeri adillah 0, I91313. Angka ini berarti bahwa setiap penambahan harga kedelai intemasional sebesar I%, maka akan meningkatkan harga kedelai dalam negeri sebesar 0, 1913I3 %, elastisitas harga kedelai intemasional terhadap harga kedelai dalam negeri bersifat inelastis (<I). Hasil yang serupa juga terjadi pada penelitian yang dilakukan Daris, Edmon (1993) yang menunjukkan bahwa elastisitas harga kedelai intemasional terhadap harga kedelai dalam negeri bersifat inelastis sebesar 0,49Il. Erwidodo dan Hadi ( 1999) memperoleh hasil regresi sebagai berikut: Elastisitas transmisi harga kedelai internasional terhadap harga kedelai pedagang besar pada peri ode 1986-96 ada1ah 0. 7152 dan elastisitas transmisi harga kedelai pedagang besar terhadap harga kede1ai produsen ada1ah 0.8774. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa . kebijakan perubahan harga kedelai intemasional tidak akan memberikan dampak yang besar terhadap harga kedelai dalam negeri. Universitas Indonesia 62 4.3.2.4 Elastisitas permintaan terhadap impor kedelai Pada persamaan impor kedelai diperoleh elastisitas permintaan kedelai terhadap impor kedelai adalah 2,778652. Artinya bahwa setiap peningkatan 1% permintaan kedelai akan meningkatkan 2, 778652% impor kedelai. Dan sebaliknya penurunan 1% permintaan kedelai akan menurunkan 2, 778652% impor kedelai, elastisitas tersebut bersifat elastis (> 1). Dengan demikian perubahan permintaan kedelai dalam negeri akan memberikan dampak yang besar terhadap impor kedelai di Indonesia. Artinya bagi pemerintah dengan mengetahui permintaan kedelai di Indonesia sebaiknya disusun suatu kebijakan mengenai impor kedelai. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Daris, Edmon ( 1993) juga menunjukkan bahwa elastisitas permintaan terhadap impor kedelai bersifat elastis sebesar 1,3793. Sedangkan penelitian Widjajanti (2006) memperoleh elastisitas bersifat elastis sebesar 2,81. Perbedaan nilai elastisitas ini disebabkan perbedaan data yang berbeda selama penelitian. 4.3.2.5 Elastisitas produksi kedelai terhadap impor kedelai Sedangkan pada elastistas produksi kedelai terhadap impor kedelai adalah sebesar -1,263902. Artinya setiap peningkatan produksi kedelai sebesar 1%, akan menurunkan impor sebesar 1,263902%, dan sebaliknya setiap penurunan produksi kedelai sebesar 1% akan meningkatkan impor kedelai sebesar 1,263902%. elastisitas produksi kedelai terhadap impor kedelai ini bersifat elastis (> 1). Hasil penelitian Widjajanti (2006) menunjukkan bahwa elastistas produksi kedelai terhadap impor kedelai bersifat elastis sebesar -2, 71. Jadi perubahan produksi kedelai memberikan dampak yang besar terhadap impor kedelai. Dengan melihat kondisi produksi kedelai di Indonesia, pemerintah sebaiknya menyusun kebijakan mengenai impor kedelai. Universitas Indonesia 63 4.4 lmplikasi Kebijakan Distribusi tingkat kesejahteraan antara produsen dan konsumen diukur dari besar surplus yang diterima masing-masing pelaku ekonomi, baik produsen maupun konsumen. Surplus konsumen adalah perbedaan antara nilai maksimum uang yang ingin dibayar konsumen dengan nilai yang benarbenar dibayarkan terhadap jumlah tertentu dari suatu produk. Surplus produsen adalah perbedaan antara nilai uang yang sesungguhnya diterima oleh produsen dengan nilai minimum yang diinginkan produsen. Besarnya surplus produsen dan konsumen merupakan indikator penentu arah kebijakan yang akan dilakukan. Konsumen yang rasional menginginkan harga komoditas kedelai murah dan terjangkau oleh daya beli agar dapat memenuhi kebutuhan hid~p. Sebaliknya sangat rasional pula apabila para petani menginginkan harga jual komoditas cukup tinggi agara dapat memperoleh pendapatan yang memadai sebagai imbalan atas usaha dan investasi yang dilakukan. Untuk memenuhi keinginan yang nampaknya saling bertentangan itu dan lebih jauh lagi demi kepentingan ekonomi, sosial dan politik negara yang stabil, maka pemerintah dapat melakukan intervensi terhadap pasar komoditas kedelai di pasar domestik melalui berbagai kebijakan. Selain itu dalam kaitannya dengan perdagangan dunia, suatu pemerintah dapat pula melakukan proteksi perdagangan komoditas kedelai untuk melindungi produsen maupun konsumen domestik. Kebijakan yang berkaitan dengan hal tersebut adalah pengenaan bea masuk untuk impor kedelai. Kebijakan ini dapat dipakai sebagai altematif untuk melindungi produsen kedelai di dalam negeri. Bea masuk impor tersebut dimulai sejak 1974 sebesar 30% yang dipertahankan sampai tahun 1982. Sejak tahun 1983 sampai tahun 1993 bea masuk impor kedelai diturunkan menjadi 10% dan kemudian menjadi 5% pada tahun 1994 sampai 1997. Sebelum tahun 1998 impor kedelai dimonopoli oleh Bulog. Kebijakan kuota dapat diterapkan, sehingga volume impor dapat dikendalikan. Pada era perdagangan bebas tahun 1998, kebijakan kuota impor tidak dapat lagi Universitas Indonesia 64 diterapkan, sehingga pemerintah hanya dapat memberlakukan kebijakan tarif. Pemerintah telah melakukan liberalisasi sepenuhnya atas perdagangan dan distribusi berbagai komoditi yang sebelumnya ditangani Bulog. Pada tahun 1998 sampai 2003 bea masuk impor ditiadakan. Alasan pemerintah menetapkan bea masuk impor 0 adalah untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Pada tahun 1999 volume impor mencapai kenaikan sebanyak 279,38% dari 343.124 ton menjadi 1.301.755 ton, bahkan pada tahun 2004 total kebutuhan kedelai nasional, 65% berasal dari impor. Oleh karena itu, pada tahun 2004 sampai 2007 bea masuk impor dinaikan kembali menjadi 10%. Kemudian pada tahun 2008 bea masuk impor kembali dihapuskan. Belum berlakunya bea masuk impor pada saat ini menyebabkan jumlah kedelai impor semakin banyak, sehingga harga kedelai dalam negeri jatuh dan petani enggan menanam kedelai. Oleh karena itu pengendalian impor dan pengamanan pasar dalam negeri perlu ditingkatkan. Kebijakan bea masuk impor berpengaruh terhadap besarnya volume impor kedelai. Dampak pengenaan bea masuk impor terhadap perdagangan yaitu turunnya impor akibat kenaikan harga di negara pengimpor (Salvatore, 1997). Beberapa negara ASEAN juga menerapkan bea masuk terhadap kedelai, misalnya Thailand menerapkan bea masuk 5%. Negara-negara lain juga melakukan perlindungan terhadap petani kedelai di negaranya dengan berbagai cara, yaitu melalui penetapan tarif impor atau penetapan kuota impor. Misalnya, Jepang meskipun menetapkan bea masuk impor kedelai nol persen, tetapi mensyaratkan aturan karantina yang ketat melalui Plant Quarantine Law dan Food Sanitation Law. Amerika Serikat juga menetapkan tarif impor 4,4 sen per kilogram. Cina menetapkan ceiling binding 180 persen. Korea Selatan memberlakukan kuota dengan tarif kuota 503.2988 won per kilogram. Cile dengan advalorem tariff sebesar delapan persen, Papua New Guinea dengan tarif bea masuk produk kedelai sebesar 11 persen. Peluang untuk menetapkan tarif impor terbuka Iebar. Universitas Indonesia 65 Penilaian terhadap penerapan kebijakan bea masuk impor umumnya difokuskan pada dampak yang ditimbulkan terhadap produsen, konsumen, dan pemerintah. Gambar 4.1 merupakan suatu ilustrasi surplus produsen dan konsumen sehubungan dengan adanya kebijakan pemerintah (tarif impor) pada pasar komoditas kedelai. Harga barang-barang normal di pasar dunia lebih murah daripada di pasar dalam negeri. Namun harga yang berlaku di pasar dalam negeri menjadi sama dengan harga yang berlaku di pasar intemasional apabila ada impor yang dapat menutup defisit produksi (yaitu selisih antara produksi dan konsumsi). Pada kondisi I : (Ada kebijakan tarif impor yang menyebabkan harga kedelai yang berlaku di pasar dalam negeri (P 01 ) lebih tinggi daripada harga dunia (Pw) dengan selisih T). Pada posisi ini, jumlah produksi adalah QM 1 = Q01 - Qs 1, dan penerimaan pemerintah dari pajak impor adalah sebesar daerah segiempat NURS. Surplus produsen adalah sebesar daerah segitiga (LUP 01 ) -yang lebih kecil daripada surplus konsumen yaitu sebesar daerah segitiga (KR P01 ). Perubahan kesejahteraan masyarakat (surplus ekonomi) total adalah daerah LURK karena ada surplus ekonomi yang hilang (dead weight loss) sebesar daerah segitiga MNU dan RST. Pada kondisi 2 : (Tanpa kebijakan tarif impor, harga yang berlaku di pasar dalam negeri turun dari P01 menjadi sama dengan harga dunia (P"). Pada posisi ini, jumlah produksi turun menjadi Qs 2, jumlah konsumsi (permintaan) meningkat menjadi QD2, jumlah impor meningkat menjadi QM 2 = Qm - Qs2, dan penerimaan pemerintah dari tarif impor menjadi nol. Surplus produsen turun menjadi sebesar daerah segitiga LMPw, yang semakin jauh lebih kecil daripada surplus konsumen yang meningkat menjadi sebesar daerah KT Pw. Surplus ekonomi total meningkat menjadi sebesar daerah LMTK. Universitas Indonesia 66 p D Qs2 Qsl Qe Q QoJ Qo2 (a). Kondisi l (Ada Kebijakan Tarif impor) p s D Q (b). Kondisi 2 (Tanpa Kebijakan Tarif impor) Gambar 4.1 Dampak Kebijakan Tarif terhadap Perubahan Surplus Produsen dan Konsumen Gam bar 4.1 mengilustrasikan dampak kebijakan tarif impor kedelai di Indonesia. Jika pemerintah menghilangkan seluruh biaya tarif impor, maka perdagangan kedelai di Indonesia akan berada pada kondisi 2. Perbedaan kinerja perdagangan kedelai nasional ·antara kondisi 2 dan kondisi 1 dianggap merupakan dampak dari penerapan kebijakan menghilangkan tarif impor. Universitas Indonesia 67 Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa berbagai ukuran dalam mengukur kesejahteraan masyarakat seperti surplus konsumen, surplus produsen, dan surplus ekonomi dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh dari berbagai kebijakan pemerintah terhadap kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan basil analisis dari teori permintaan, maka pada saat tarif impor diberlakukan harga kedelai impor akan meningkat dan mengakibatkan menurunnya jumlah permintaan dibandingkan dengan tanpa dikenakannya tarif. Akibat lebih lanjut dari peningkatan harga ini akan mendorong kenaikan harga kedelai dalam negeri sedemikian rupa sehingga produksi akan ikut meningkat. Setelah mengalami penyesuaian, maka penurunan permintaan dan peningkatan produksi kedelai akan mengakibatkan jumlah impor kedelai mengalami penurunan. Penurunan impor kedelai ini juga menyebabkan GDP meningkat, hal ini sesuai dengan teori makroekonomi, jika jumlah impor menurun maka GDP akan meningkat. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa pengenaan tarif impor berdampak pada aspek konsumsi (permintaan) domestik yang menurun, aspek produksi domestik meningkat, dan kesejahteraan masyarakat akibat kenaikan harga. Oleh karena itu peningkatan bea masuk impor kedelai perlu dii.kuti dengan pengaturan harga kedelai dalam negen guna untuk meningkatkan surplus konsumen yang mempengaruhi aktivitas konsumsi. Secara umum, dengan penurunan tarif impor yang sejalan dengan agenda AFTA berdampak terhadap penurunan harga kedelai impor, sehingga permintaan kedelai impor meningkat dan produksi kedelai dalam negeri menurun. Akibatnya, penurunan tarif impor kedelai maka jumlah impor semakin besar, hal ini akan menyebabkan GDP menurun. Penurunan tarif impor ini berdampak pada meningkatnya kesejahteraan konsumen dan menurunnya kesejahteraan produsen. Sementara itu, penerimaan pemerintah terns menurun sejalan dengan penurunan tarif impor dan nilai tukar rupiah. Kesejahteraan konsumen meningkat dengan penurunan tarif impor kedelai karena konsumen dapat membeli kedelai dengan harga yang lebih murah' dan jumlah barang yang dikonsumsi lebih banyak. Sebaliknya, Universitas Indonesia 68 produsen domestik mengalami kerugian dengan penurunan tarif impor karena harus bersaing dengan produk kedelai impor yang harganya menjadi relatif lebih murah. Berkenaan dengan hal ini, maka penerimaan pemerintah dari pengenaan tarif impor hendaknya dapat dimanfaatkan untuk mendanai berbagai upaya peningkatan produksi kedelai dalam negeri. Universitas Indonesia BAB5 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis pada bah terdahulu, studi ini menyimpulkan beberapa hal penting, yaitu : 1. Faktor yang paling besar peranannya terhadap permintaan kedelai adalah harga kedelai dalam negeri dengan elastisitas sebesar -1,894428. Artinya, bahwa kebijakan perubahan harga kedelai dalam negeri akan memberikan dampak yang besar terhadap permintaan kedelai di Indonesia. 2. Kebijakan peningkatan bea masuk impor kedelai akan meningkatkan surplus produsen dan akan menurunkan surplus konsumen, serta akan menurunkan pengeluaran devisa negara, dengan adanya kebijakan bea masuk impor kedelai akan baik bagi produsen dan pemerintah, tetapi tidak bagi konsumen. Sedangkan penurunan bea masuk impor berdampak terhadap penurunan harga kedelai impor, sehingga permintaan kedelai impor meningkat dan produksi kedelai dalam negeri menurun. Oleh karena itu peningkatan atau penurunan bea masuk impor kedelai perlu diikuti dengan pengaturan harga kedelai dalam negeri guna untuk menjaga keseimbangan surplus konsumen dan surplus produsen. 3. Nilai R2 pada persamaan permintaan kedelai sebesar 71,06%. Hal ini berarti 71,06% dapat dijelaskan oleh harga kedelai dalam negeri, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk, sedangkan 28,94% permintaan kedelai tidak dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen lain. Oleh karena itu, perlu penelitian selanjutnya untuk menganalisis permintaan kedelai dengan menggunakan variabel-variabellain yang tidak digunakan pada penelitian ini seperti harga barang lain, selera, dan ramalan masa datang, serta perlu penelitian lebih lanjut mengenai produksi kedelai. 69 Universitas Indonesia DAFTAR PUSTAKA Amang, Bedu. 1996. Ekonomi Kedelai di Indonesia. IPB Press: Jakarta. Adisarwanto, T. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Jakarta: Penebar Swadaya. BPS. 2009. Produksi Padi dan Palawija. Daniel, Moehar. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Departemen Perdagangan. 2009 Departemen Pertanian. 2009. Outlook Komoditas Tanaman Pangan. Pusat Data dan Informasi Pertanian. Jakarta. FAO. 2008. Production Yearbook. Rome. Gujarati, D. 1999. Basic Econometrics. McGraw-Hill Book Company. Singapore Hadipurnomo, Tidar. 2000. Dampak Kebijakan Produksi dan Perdagangan Terhadap Penawaran dan Permintaan Kedelai di Indonesia. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Rahardja, Prathama. Manurung, Mandala. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan Makroekonomi) Edisi Revisi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Salvatore. 1997. Ekonomi Intemasional. Haris Munandar (penerjemah). Erlangga: Jakarta. Silitonga, C., Budi Santosa dan Novi lndiarto dalam Amang, Husein Sawit dan Anas Rachman. 1996. Ekonomi Kedelai Di Indonesia. Bogor: IPB Press. Suara Karya. 2008. Bea Masuk Kedelai Dihapus. Suara Karya 15 Januari 2008. Sukimo. 1994. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Ul. 70 Universitas Indonesia 71 Suriffani, Dara Meutia. 2004. Pennintaan Impor Kedelai Indonesia dari Amerika Serikat dan Aliran Impor Kedelai ke Indonesia. Skripsi. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Tempo. 2009. Kedelai Setelah Satu Dekade. Tempo 29 Maret 2010. Widjajanti, Lucia. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pennintaan dan Penawaran Komoditas Gula Di Indonesia Periode 1980-2004. Tesis. FE-UI. Zulham, A., 1993. Perdagangan Wilayah Komoditas Kedelai di Indonesia. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian: Bogor, Indonesia. Universitas Indonesia 72 73 Lampiran 1 Systsm: SYS01 Estimation Method: Two-Stage Least Squares Date: 11/11/10 Time: 15:35 Sample: 1978 2008 Included observations: 31 Total system (balanced) observations 93 C(1) C(2) C(3) C(4) C(5) C(6) C(7) C(8) C(9) C(10) Coefficient Std. Error t-Statistic Pro b. -3948413. -323.3219 -0.071079 33.64101 -1344.764 10.85467 -655506.0 1.373957 -1.171930 14848.61 805888.1 163.8012 0.066458 4.893662 788.4412 3.235695 433801.5 0.277070 0.211878 10652.98 -4.899456 -1.973868 -1.069533 6.874404 -1.705599 3.354666 -1.511073 4.958875 -5.531160 1.393846 0.0000 0.0517 0.2879 0.0000 0.0918 0.0012 0.1346 0.0000 0.0000 0.1671 Determinant residual covariance 2.73E+27 Equation: QD=C(1 )+C(2)*HD+C(3)*Y+C(4 )*POP Instruments: C PD Y POP BM HI Observations: 31 0.676602 · Mean- dependent var R-squared 0.640668 S.D.dependentvar Adjusted R-squared 338464.5 Sum squared resid S.E. of regression 1.712337 Durbin-Watson stat Equation: HD=C(5)+C(6)*HI Instruments: C PD Y POP BM HI Observations: 31 0.279571 R-squared 0.254728 Adjusted R-squared 1027.581 S.E. of regression 0.378858 Durbin-Watson stat Mean dependent var S.D.dependentvar Sum squared resid Equation: IM=C(7)+C(8)*QD+C(9)*PD+C( 1O)*BM Instruments: C PD Y POP BM HI Observations: 31 0.635694 Mean dependent var R-squared 0.595216 S.D.dependentvar Adjusted R-squared 259050.7 Sum squared resid S.E. of regression 2.613808 Durbin-Watson stat 1770131. 564631.8 3.09E+12 1226.708 1190.306 30621739 693089.9 407167.5 1.81E+12 74 Lampiran 2 QD=C(l )+C(2)*HD+C(3)*Y+C(4)*P0 P Dependent Variable: QD Method: Two-Stage Least Squares Date: 11/11110 Time: 15:37 Sample: 1978 2008 Included observations. 31 QD=C(1 )+C(2)*HD+C(3)*Y +C(4)'"POP Instrument list: CPO Y POP BM HI C(1) C(2) C(3) C(4) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Durbin-Watson stat Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. -3948413. -323.3219 -0.071079 33.64101 805888.1 163.8012 0.066458 4.893662 -4.899456 -1.973868 -1.069533 6.874404 0.0000 0.0587 0.2943 0.0000 0.676602 0.640668 338464.5 1.712337 Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid 1770131. 564631.8 3.09E+12 75 Lampiran 3 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Obs*R-squared 0.626685 Probability Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 11111/10 Time: 15:37 Presample missing value lagged residuals s~t 0.730999 to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C(1) C(2) C(3) C(4) RESID(-1) RESID(-2) 44267.91 5.730513 0.003065 -0.301147 0.119299 0.078784 846265.6 168.8204 0.070197 5.151236 0.205138 0.218110 0.052310 0.033944 0.043668 -0.058461 0.581552 0.361211 0.9587 0.9732 0.9655 0.9538 0.5661 0.7210 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood 0.020216 -0.175741 348169.1 3.03E+12 -436.2266 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat -1.55E-09 321095.6 28.53075 28.80830 1.932317 76 Lampiran 4 White Heteroskedasti~ F-statistic Obs*R-squared Test: 0.371282 2.633036 0.889942 0.853292 Probability Probability Test Equation: Dependent Variable: RESID"2 Method: least Squares Date: 11n1110 Time: 15:38 Sample: 1978 2008 Included observations: 31 Variable Coefficient St~. Error t-Statistic Prob. c -5.26E+11 -1.46E+08 14957.38 -141884.1 0.014068 2906877. 10.98833 3.53E+12 3.61E+08 50849.02 285160.1 0.035551 40953255 121.5418 -0.149069 -0.403491 0.294153 -0.497559 0.395708 0.070980 0.090408 0.8827 0.6902 0.7712 0.6233 0.6958 0.9440 0.9287 HD HD"2 y Y"2 POP POP"2 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.084937 ~0.143829 1.82E+11 7.93E+23 -843.7248 1.905724 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob~F-statistic} 9.98E+10 1.70E+11 54.88547 55.20927 0.371282 0.889942 77 Lampiran 5 HD=C(ll)+C(12)*ID Dependent Variable: HD Method: Two-Stage Least Squares Date: 1 ~/11/10 Time: 15:24 Sample(adjusted): 1979 2008 Included observations: 30 after adjusting endpoints Convergence achieved after 9 iterations lnstrumeilt list: C PD Y POP BM HI Lagged dependent variable & regressors added to instrument list Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. c 24.25511 1.236670 1.197977 205.9130 0.407733 0.029413 0.117793 3.033038 40.72966 0.9071 0.0053 0.0000 HI AR(1} R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob{F-statistic} Inverted AR Roots 0.985073 0.983967 151.1298 890.8950 0.000000 1.20 Estimated AR Mean dependent varS.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat ~rocess is nonstationary 1262.505 1193.563 616685.8 1.662561 78 Lampiran 6 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Obs*R-squared 3.320195 Probability 0.190120 Test Equation: Depender.t Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 11/11/10 Time: 15:40 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Pro b. c 15.14169 -0.188046 -0.011548 0.127630 -0.370959 202.1924 0.413572 0.030152 0.204327 0.223032 0.074888 -0.454687 -0.382993 0.624634 -1.663250 0.9409 0.6533 0.7050 0.5379 0.1088 HI AR(1) RESID(-1) RESID!-2} R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.110673 -0.031619 148.1128 548435.3 -189.7726 1.946536 Mean dependent var S.D.dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob{F-statistic} -8.19E-10 145.8253 12.98484 13.21837 0.777787 0.550132 79 Lampiran 7 White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 0.070697 0.156285 0.931916 0.924833 Probability Probability Test Equation: Dependent Variable: RESID"2 Method: Least Squares Date: 11111/10 Time: 15:40 Sample: 1979 2008 Included observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. c 43590.78 -197.0151 0.397366 104709.9 769.8793 1.339359 0.416300 -0.255904 0.296684 0.6805 0.8000 0.7690 HI Hl"2 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihpod Durbin-Watson stat 0.005209 -0.068479 39086.55 4.12E+10 -358.1938 2.124824 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 20556.19 37813.28 24.07958 24.21970 0.070697 0.931916 80 Lampiraa 8 IM=Cf'!)+C(8)*QD+Cf9l*PD+C(l0)*BM Dependent Variable: IM Method: Two-Stage Least Squares Date: 11/11/10 Time: 15:53 Sample: 1978 2008 Included obsef'!ations: 31 IM=C(7)+C(8)*QD+C(9)*PD+C( 1O)*BM Instrument list: C PO Y POP BM HI C(7) C(8) C(9) cpol R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Durbin-Watson stat Coefficient Std. Error t-Statistic Prob -655506.0 1.3739;)7 -1.171930 14848.61 433801.5 0.277070 0.211878 10652.98 -1.511073 4.958875 -5.531160 1.393846 0.1424 0.0000 0.0000 0.1747 0.635694 0.595216 259050.7 2.613808 Mean dependent var S.D.dependentvar Sum squared resid 693089.9 407167.5 1.81E+12 81 Lampiran 9 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Obs*R-squared 3.061394 Probability 0.216385 Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 11111/10 Time: 15:53 Presample missing vaiue l<:~gged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C(7) C(8) C(9) C(10) RESID(-1) RESID(-2) -38565.79 0.016967 -0.002743 1090.902 -0.328127 -0.056847 429642.5 0.273663 0.209267 10541.76 0.200045 0.202049 -0.089763 0.061998 -0.013110 0.103484 -1.640261 -0.281354 0.9292 0.9511 0.9896 0.9184 0.1135 0.7808 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood 0.098755 -0.081494 255574.9 1.63E+1? -426.6423 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat -4.19E-10 245757.1 27.91240 28.18995 2.043459 82 Lampiran 10 White Heteroskedasticity Test: F-stat!stic _Obs*R-squared 1.224174 7.264191 0.328640 0.297105 Probability Probability Test Equation: Dependent Variable: RESID"2 Method: Least Squares Date: 11/11/1(1 Time: 15:54 Sample: 1978 2008 Included obseJVations: 31 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Pro b. c -3.00E+11 -287353.6 0.171025 647318.6 -0.455968 3.68E+10 -9.98E+08 6.74E+11 702620.1 0.204002 973291.1 0.439562 1.73E+10 ·5.55E+08 -0.444349 -0.408974 0.838349 0.665082 -1.037323 2.128619 -1.796572 0.6608 0.6862" 0.4101 0.5123 0.3099 0.0437 0.0850 0.234329 0.042911 2.40E+11 1.38E+24 -852.3462 1.844344 Mean dependent var S.D.dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob( F-statistic) QD 00"2 PO PD"2 BM BM"2 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 5.84E+10 2.45E+11 55.44169 55.76550 1.224174 0.328640 83 Lampiran 11 System: SYS01 Estimation Method: Two-Stage Least Squsres Date: 12129/10 Time: 13:12 Sample: 1978 2007 Included observations: 24 Total system (balanced) observations 96 C(1) C(2) C(3) C(4) C(5) C(6) C(7) C(8) C(9) C(10) C(11) Coefficient Std. Error t-St3tistic Pro b. -107.7512 -1.894428 0.463444 10.57280 0.097500 1.168611 -9.934196 2.778652 -1.263902 0.349327 1.000000 25.38796 0.638642 0.498694 2.337627 5.232449 0.956868 6.246424 0.499463 0.314257 0.267942 0.000000 -4.244183 -2.966340 0.929316 4.522876 0.018634 1.221287 -1.590381 5.563275 -4.021879 1.303739 0.0001 0.0039 0.3554 0.0000 0.9852 0.2254 0.1155 0.0000 0.0001 0.1958 0.0000 Determinant residual covariance NA 0.000000 Equation: LOG(QD )=C( 1)+C(2)*LOG(H D)+C(3 )*LOG(Y)+C(4) *LOG( POP) Instruments: C LOG(PD) LOG(Y) LOG(POP) LOG(BM) LOG(HI) Observations: 24 R-squared 0.710610 Mean dependent var 14.26299 Adjusted R-squared 0.667202 S.D. dependent var 0.416153 S.E. of regre~sion 0.240073 Sum squared resid 1.152699 Durbin-Watson stat 2.318171 Equation: LOG(HD)=C(5)+C(6)*LOG(HI) Instruments: C LOG(PD) LOG(Y) LOG(POP) LOG(BM) LOG(HI) Observation::;: 24 R-squared 0.063493 Mean dependent var 6.484050 Adjusted R-squared 0.020924 S.D.dependentvar 0.889985 S.E. of regression 17.06100 0.880625 Sum squared resid Durbin-Watson stat 0.085936 Equation: LOG(IM)=C(7)+C(8)*LOG(QD)+C(9)*LOG(PD)+C(1 0) *LOG(BM) Instruments: C LOG(PD) LOG(Y) LOG(POP) LOG(BM) LOG(HI) Observations: 24 13.08643 R-squared Mean dependent var 0.652701 0.600155 Adjusted R-squared 0.600607 S.D.dependentvar 2.877115 0.379283 Sum squared resid S.E. of regression Durbin-Watson stat 2.539661 Equation: LOG(QS)=C(11 )*LOG(QD) Instruments: C LOG(PD) LOG(Y) LOG(POP) LOG(BM) LOG(HI) Observations: 24 14.26299 1.000000 Mean dependent var R-squared 0.416153 1.000000 S.D. dependent var Adjusted R-squared 0.000000 S.E. of regression 0.000000 Sum squared resid 84 Lampiran 12 Dependent Variable: LOG(QD) Method: Two-Stage Least Squares Date: 12/16/10 Time: 21:20 Sample(adjusted): 1978 2007 Included observations: 23 Excluded cbservations: 7 after adjusting endpoints Instrument list: C LOGlPD) LOG(Y) LOG(POP) LOG(BM) LOG(HI) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. c -98.22694 -2.042223 0.737003 9.551892 25.78837 0.667368 0.573292 2.417180 -3.808962 -3.060117 1.285563 3.951667 0.0012 0.0064 0.2140 0.0009 LOG(HD) LOG(Y) LOG(POP) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) 0.720168 0.675984 0.241375 18.85387 0.000006 Mean dependent var S.D.dependentvar Sum squared resid Durbin-Watson stat 14.25595 0.424042 1.106976 2.498130 85 Lampiran 13 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Obs*R-squared 2.602027 0.272256 Probability Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 12/16/10 Time: 21 :32 Presample and interior missing valu~ lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. c -8.943316 -0.057564 -0.069396 0.849779 -0.376410 -0.001563 32.00756 0.674038 0.58969o 3.011890 0.296515 0.324384 -0.279413 -0.085401 -0.117681 0.282141 -1.269447 -0.004818 0.7833 0.9329 0.9077 0.7812 0.2214 0.9962 LOG(HD) LOG(Y) LOG(POP) RESID(-1) RESID(-2) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.113132 -0.147712 0.240311 0.981742 3.634501 1.805516 Mean dependent var S.D.dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob( F-statistic) 4.80E-14 0.224315 0.205696 0.501911 0.433714 0.818870 86 Lampiran 14 White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-sguared 0.423631 2.548235 Probability Probability 0.825864 0.769214 Test Equation: Dependent Variab:e: RESID"2 Method: Least Squares Date: 12/16/10 Time: 21:33 Sample: 1978 2007 Included observations: 23 Excluded observations: 7 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. c 12.52337 0.476563 -0.011441 0.218148 -0.011215 -1.317330 16.97554 1.674850 0.118913 2.292547 0.080038 1.298185 0.737731 0.284541 -0.096211 0.095156 -0.140114 -1.014748 0.4707· 0.7794 0.9245 0.9253 0.8902 0.3245 LOG(HD) (LOG(HD))"2 LOG(Y) (LOG(Y))"2 LOG{POP} R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.110793 -0.150739 o.099o61 0.168849 23.87826 2.404490 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob{F--statistic} 0.048129 0.092904 -1.554631 -1.258415 0.423631 0.825864 87 Lampiran 15 Dependent Variable: LOG(HD) Method: Two-Stage Least Squares Date: 12/16/10 Time: 21:19 Sample(adjusted): i979 2007 Included obse:vations: 22 Excluded observations: 7 after adjusting endpoints Convefgence a~.;hieved after 5 iterations Instrument list: C LOG(PD) LOG(Y) LOG(POP) LOG(BM) LOG(HI) Lagged dependent •;ariable & regressors added to instrument list Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Pro b. c 10.34644 0.191313 0.978531 5.680224 0.082591 0.023082 1.821484 2.316389 42.39400 0.0843 0.0319 0.0000 LOG(HI) AR~1~ R-squared Adjusted R-squared S. E. of regressi9n F-statistic Prob{F-statistic) Inverted AR Roots 0.991158 0.990227 0.081857 1064.924 0.000000 .98 Mean dependent var S.D.dependentvar Sum squared resid Durbin-Watson stat 6.490890 0.828041 0.127312 2.137863 88 Lampiran 16 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Obs*R-squared 0.725197 Probability 0.695866 Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least SquarP.s Date: 12/16/10 Time: 21:34 Presarnp!e and interior missing value lagged residuals set to zero. Variabla c LOG(HI) AR(1) RESID(-1) RESID( -2) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient -0.441187 0.015382 -0.001499 -0.117756 -0.196073 0.032963 -0.194575 0.085101 0.123116 25.82576 1.930207 Std. Error t-Statistic Prob. 5.950634 0.089545 0.024115 0.262437 0.281311 -0.074141 0.171776 -0.062172 -0.448701 -0.696997 0.9418 0.8656 0.9512 0.6593 0.4952 Mean dependent var S.D.dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 1.07E-13 0.077862 -1.893251 -1.645286 0.144870 0.962806 89 Lampiran 17 White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-sguared 3.444818 5.854543 0.052901 0.053543 Probability Probability Test Equation: Dependent Variable: RESID"2 Method: Least Squares Date: 12/16/10 Time: 21:36 Sample: 1979 2007 Included observations: 22 Excluded observations: 7 Variable CoefficiP.nt Std. Error t-Statistic Pro b. c -0.979193 0.338904 -0.029001 0.653390 0.233304 0.020803 -1.498634 1.452631 -1.394114 0.1504 0.1626 0.1794 LOG(HI) (LOG(HI))"2 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.266116 0.188865 0.005599 0.000596 84.46978 1.688191 Mean dependent var S.D.dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 0.005787 0.006217 -7.406344 -7.257565 3.444818 0.052901 90 Lampiran18 Dependent Variable: LOG(IM) Method: Two-Stage Least Squares Date: 12/16/10 Time: 22:24 Sample(adjusted): 1978 2C07 Included observations: 24 Exciuded observations: 6 after adjusting endpoints ln~lr.Jment list: C LOG(PD) LOG(Y) LOG(POP) LOG(BM) LOG(HI) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. c -9.9341fl6 2.778652 -1.263902 0.349327 0.652701 0.600607 0.379283 17.80913 0.000007 6.246424 0.499463 0.314257 0.267942 -1.590381 5.563275 -4.021879 1.303739 0.1274 0.0000 0.0007 0.2071 13.08643 0.600155 2.877115 2.539661 LOG(QD) LOG(PD) LOG(BM) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat 91 Lampiran 19 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Obs*R-sguared 1.482010 Probability 0.476635 Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 12/16/1 0 Time: 22:26 Presample and interior missing value lagged res!duals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. c 0.444991 0.002149 -0.032583 -0.010800 -0.255672 0.000954 6.861982 0.514549 0.335783 0.288817 0.250700 0.273153 0.064849 0.004176 -0.097037 -0.037395 -1.019832 0.003492 0.9490 0.9967 0.9238 0.9706 0.3213 0.9973 LOG(QD) LOG(PD) LOG(BM) RESID(-1) RESID(-2) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.061750 -0.198874 0.387259 2.699452 -7.834465 '1.997584 Mean dependent var S.D.dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 2.27E-14 0.353683 1.152872 1.447386 0.236932 0.941028 92 Lampiran 20 White Heteroskedasticit~ F-statistic .£bs*R-squared Test: 1.821410 9.391245 Probability 0.154505 0.152741 Probabilit~ Test Equation: Dependent Variable: RESID"2 Method: Least Squares Date: 12116/10 Time: 22:26 Sample: 1978 2007 Included observations: 24 Excluded observations: 6 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. c 110.7269 -73.55521 2.619264 59.20013 -2.165263 0.845420 -0.170260 143.1930 28.59242 1.011616 25.42577 0.921704 1.180208 0.234344 0.773270 -2.572543 2.589189 2.328352 -2.349195 0.716331 -0.726541 0.4500 0.0198 0.0191 0.0325 0.0312 0.4835 0.4774 LOG(QD) (LOG(QD))"2 LOG(PD) (LOG(PD))"2 LOG(BM) (LOG(BM}}"2 R:-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.391302 0.176467 0.352988 2.118208 -4.924723 1.469301 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic ~ 0.119880 0.388973 0.993727 1.337326 1.. 821410 0.154505