I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu jenis tanaman palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi (Tatipata dkk., 2004). Kedelai tidak hanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan namun juga digunakan sebagai pakan dan industri. Kebutuhan kedelai yang semakin meningkat tidak diimbangi dengan peningkatan produksi di Indonesia. Rendahnya produksi kedelai menyebabkan belum mampu untuk memenuhi kebutuhan kedelai di Indonesia. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan kedelai di dalam negeri menyebabkan tingginya volume kedelai impor. Indonesia baru bisa memproduksi 40% dari permintaan, sedangkan sisanya adalah impor (Haroen,2010). Besarnya ketergantungan terhadap kedelai impor tersebut menyebabkan harga kedelai di pasar cenderung fluktuatif dan sulit untuk dikendalikan oleh instansi terkait serta bisa menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan di Indonesia (Rante, 2013). Rendahnya produksi kedelai dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor penyebabnya adalah cara budidaya yang kurang intensif serta penggunaan dosis pupuk kimia yang sering digunakan berlebihan akan berdampak buruk terhadap lingkungan (Lestianingrum, 2016), oleh sebab itu masih perlu adanya usaha-usaha untuk peningkatan budidaya yang mampu meningkatkan hasil kedelai tanpa harus merusak lingkungan atau ekosistem lainnya. Upaya untuk memenuhi kebutuhan kedelai perlu adanya peningkatan produksi baik kuantitas maupun kualitas antara lain; dengan perluasan lahan produksi, perakitan varietas 1 2 unggul dan penggunaan benih bermutu. Ketersediaan benih bermutu menjadi hal yang penting untuk kesinambungan produksi tanaman. Benih sebagai salah satu komponen dalam budidaya tanaman memegang peranan yang sangat penting baik dalam memperbanyak tanaman maupun dalam mendapatkan hasil tanamannya (Ricki, 2011). Peningkatan hasil pertanian banyak ditunjang oleh peran benih bermutu. Penggunaan benih bermutu dapat mengurangi resiko kegagalan budidaya karena bebas dari serangan hama dan penyakit, tanaman akan dapat tumbuh baik pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan dan berbagai faktor tumbuh lainnya. Penggunaan benih bermutu rendah menyebabkan daya adaptasi tanaman di lapang menjadi berkurang, dan berakibat pada produksi tanaman yang rendah (Prabha dan Chauhan, 2014). Mutu benih yang mencakup mutu fisik, fisiologis dan genetik dipengaruhi oleh proses penanganannya dari tahap produksi sampai akhir periode simpan (Sadjad, 1978). Berbagai teknologi telah diterapkan untuk meningkatkan produksi kedelai salah satunya dengan menggunakan teknologi PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) pada tanaman kedelai. Bakteri PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria ) yaitu bakteri yang hidup di daerah perakaran ( rhizospher) dan berperan penting dalam pertumbuhan tanaman dengan kemampuannya membentuk koloni di sekitar akar secara cepat dan dapat menjaga kelestarian lingkungan. Beberapa genus rizobakteria yang dikenal meningkatkan pertumbuhan tanaman dan sebagai biokontrol adalah Rhizobium. Rhizobium (root nodulating bacteria) adalah bakteri yang mampu menambat nitrogen dari udara melalui simbiosis dengan membentuk bintil akar pada tanaman Leguminoceae (Kyuma, 2004). 3 Pengaruh PGPR secara langsung dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman terjadi melalui bermacam-macam mekanisme, diantaranya fiksasi nitrogen bebas sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman, produksi siderofor yang mengkhelat besi (Fe) dan membuatnya tersedia bagi akar tanaman, melarutkan mineral seperti fosfor dan sintesis fitohormon (Dewi, 2007). Pengunaan isolat rizobakteri mampu meningkatkan perkecambahan benih jagung sampai 62% dibandingkan dengan kontrol (Sheela dan Usharani, 2013). Dari hasil penelitian aplikasi uji kemampuan beberapa isolat rizobakteria dari berbagai akar tanaman pada tanaman kedelai menunjukan bahwa rizobakteria dari akar tanaman terung ranti 1 mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai lebih baik dibandingkan dengan isolat lainnya (Lestianingrum, 2016). Penelitian kali ini akan menguji isolat rizobakteria untuk biji kedelai. Pengujian mutu benih kedelai akan mencakup mutu fisik yaitu berupa mutu benih yang ditunjukkan oleh kondisi fisik benih meliputi pengujian daya hantar listrik dan rasio kulit benih. Mutu fisiologis yaitu mutu benih yang ditunjukkan oleh viabilitas dan vigor benih meliputi daya kecambah/ daya tumbuh dan vigor benih. Upaya aplikasi PGPR pada biji kedelai diharapkan mampu meningkatkan mutu benih kedelai yang akan digunakan keperluan penanaman. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah di antara ke- 10 isolat PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobakteria) mampu meningkatkan mutu benih (mutu fisik dan mutu fisiologis) kedelai varietas grobogan. 4 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu apakah di antara ke- 10 isolat PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobakteria) mampu meningkatkan mutu benih (mutu fisik dan mutu fisiologis) kedelai varietas grobogan ? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui di antara ke- 10 isolat PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobakteria) yang mampu meningkatkan mutu benih (mutu fisik dan mutu fisiologis) kedelai varietas grobogan. 1.4 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini yaitu rizobakteria dari akar tanaman terung ranti 1 mampu meningkatkan mutu benih (mutu fisik dan mutu fisiologis) kedelai.