1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam dunia bisnis saat ini, semua sektor usaha tidak terlepas dari jasa
perbankan. Bank memiliki peranan penting dalam menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas nasional untuk kesejahteran rakyat banyak.Kegiatan utama bank adalah
menghimpun dana masyarakat antara lain dalam bentuk giro, deposito berjangka dan
tabungan, serta menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Usaha bank
yang paling besar sebagai sumber penghasilan berasal dari penyaluran kredit. Hal ini
tentu akan mendatangkan laba kepada bank tersebut melalui selisih bunga simpanan
dan bunga pinjaman tersebut. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan
menentukan keuntungan bank itu sendiri.
PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Jembatan Dua adalah salah satu kantor unit
PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk., yang berorientasi pada pelayanan
masyarakat usaha kecil dan menengah dalam rangka membiayai pertanian,
perdagangan barang dan jasa serta perindustrian utamanya bagi masyarakat
pedesaan. Terdapat dua jenis kredit yang ada pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit
Jembatan Dua yaitu Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) dan Kredit Usaha Rakyat
(KUR). Namun kredit yang diberikan oleh bank tidak menutup kemungkinan
mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaanya bank harus memperhatikan asasasas perkreditan yang sehat serta memliki fundamental yang lebih kuat.
Kredit bermasalah menggambarkan suatu situasi dimana persetujuan
pengembalian kredit mengalamiresiko kegagalan, bahkan bank akan memperoleh
rugi yang potensial. Pengaruh terjadinya kredit bermasalah akan berdampak
berkurangnya sebagian besar pendapatan bank. Kondisi seperti ini membuat bank
tidak lagi mampu membayarkan utang jangka pendeknya sehingga bank tidak dapat
memenuhi likuiditas. Oleh karena itu perusahaan harus memiliki analisis kredit yang
baik dalam menyetujui atau menolak calon nasabah. Dalam menyalurkan kredit ke
masyarakat, pihak bank memberikan informasi kepada masyarakat sehingga
membentuk kesepakatan antara kedua belah pihak yang dituangkan dalam suatu
perjanjian kredit. Dalam hal ini debitur lebih diarahkan oleh bank untuk menjamin
pengembalian kredit tepat waktu, sehingga ini dapat meminimalisir munculnya kredit
1
2
bermasalah Non Performing Loan (NPL). Semakin tingginya kredit dari bank yang
disalurkan ke masyarakat, maka kemungkinan akan timbulnya resiko.
Penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada PT. Bank Rakyat Indonesia
Unit Jembatan Dua guna mengetahui tingkat kelancaran pembayaran kredit yang
dilakukan oleh nasabah. Kemacetan kredit yang disebabkan oleh nasabah
diakibatkan dua hal yaitu, adanya unsur kesengajaan dimana nasabah sengaja tidak
mau membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan dengan
sendiri macet dan unsur ketidaksengajaan yang mana nasabah memiliki kemauan
untuk membayar akan tetapi tidak mampu dikarenakan usaha yang dibiayai terkena
musibah. Adapun faktor yang mempengaruhi terjadinya kredit macet berasal dari
nasabah yang kurang mampu mengelolanya dan nasabah yang beritikad tidak baik.
Oleh karenanya penulis bermaksud mengangkat masalah tersebut untuk
menyusun skripsi dengan judul ”ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KREDIT
BERMASALAH DAN CARA PENANGANAN PADA NASABAH PT BANK
RAKYAT INDONESIA UNIT JEMBATAN DUA”.
Hal tersebutlah yang mendasari penulis untuk memilih judul tersebut dan
sebagai usaha untuk dapat memberikan solusi atau jalan keluar atas kredit
bermasalah di BRI Unit Jembatan Dua.
1.2
Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis akan
membatasi permasalahan penelitian ini sebagai berikut :
1. Apa indikasi awal kredit bermasalah tersebut terjadi yang disebabkan
oleh nasabah?
2. Faktor apa sajakah yang menjadi penyebab kredit bermasalah pada
nasabah BRI Unit Jembatan Dua?
3. Bagaimana cara penanganan kredit bermasalah oleh BRI Unit Jembatan
Dua?
1.3
Ruang Lingkup
Agar fokus pada masalah yang ada dan tidak menyimpang dari pokok
pembahasan maka penulis hanya akan membahas pada masalah yang berkaitan pada
kredit bermasalah. Ruang lingkup dalam penulisan kredit bermasalah dibatasi oleh
aspek–aspek sebagai berikut :
3
a. Kredit bermasalah yang diteliti hanya yang terdapat pada BRI Unit
Jembatan Dua yaitu produk jenis KUPEDES dan KUR untuk periode
bulan Januari 2015 – September 2015
b. Meneliti faktor-faktor kredit bermasalah yang disebabkan oleh nasabah
pada BRI Unit Jembatan Dua.
1.4
Tujuan Penulisan dan Manfaat
Seperti yang kita telah ketahui, kredit macet akan menghambat proses
kegiatan keuangan pada bank. Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui faktor penyebab kredit bermasalah yang disebabkan oleh
nasabah pada BRI Unit Jembatan Dua
2. Mengetahui penanganan pelaksaan kredit bermasalah untuk menghindari
kemungkinan terjadinya kredit macet.
Manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Bagi kalangan akademik
Menambah wawasan di bidang ilmu pengetahuan perbankan dan
keuangan khususnya di bidang kredit bermasalah atau Non Performing
Loan (NPL).
2. Bagi perusahaan
a. Mencegah atau meminimalisir terjadinya kredit macet oleh debitur
yang dapat merugikan pihak bank sebagai kreditur.
b. Menjadi referensi bagi perusahaan dalam upaya meningkatkan
ketepatan pengembalian kredit dengan memperhatikan faktor-faktor
yang mempengaruhi keterlambatan pembayaran.
3. Bagi penulis
Memberikan kesempatan kepada penulis untuk menambah wawasan dan
pengetahuan penulis dalam bidang perbankan khususnya mengenai kredit.
1.5
Metodologi
Metode Penelitian adalah suatu teknik atau
cara-cara melaksanakan
penelitian meliputi kegiatan-kegiatan memperoleh, menumpulkan dan mencari data
baik berupa data primer maupun sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan
penyusunan skripsi dan kemudian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan
pokok masalah sehingga akan mendapakan suatu kebenaran atas data yang diperoleh.
4
Penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan metode penelitian
sebagai berikut:
1.5.1
Metode Kualitatif
Wawancara ini dilakukan dalam rangka mendapatkan data informasi dalam
bentuk tanya jawab dengan beberapa karyawan perusahaan dan debitur yang
bersangkutan dengan objek penelitian.Wawancara digunakan untukmemperoleh data
mengenai penyebabterjadinya kredit macet, dampak yangditimbulkan dari kredit
macet. Jenis penelitian ini adalah penelitianstudi kasus dengan pendekatan
kualitatif.Analisis data yang digunakan dalampenelitian ini adalah analisis studi
kasusdengan
pendekatan
kualitatif
dilakukanpada
saat
pengumpulan
data
berlangsungdan setelah selesai pengumpulan datadalam periode tertentu. Miles
danHuberman (dalam Sugiyono 2009: 247)mengemukakan bahwa aktivitas
dalamanalisis data studi kasus denganpendekatan kualitatif dilakukan secarainteraktif
dan berlangsung secara terusmenerus sampai tuntas.
1.6
Sistematika Penulisan
Penulisan perancangan ini terdiri dari beberapa bab. Keseluruhan bab ini
berisi uraian tentang usulan pemecahan masalah secara berurutan.
Uraian berikut ini adalah uraiansingkat mengenai bab-bab tersebut :
BAB 1
:
PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan,
ruang
lingkup/batasan
masalah-masalah,
metode
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB 2
:
LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang beberapa teori berhubungan dan
menjelaskan
tentang
masalah
penelitian.
Dalam
pembahasan ini dijelaskan tentang pengertian audit
operasional serta tujuan, jenis-jenis, tahap-tahap, dan
temuan, pengertian efisiensi dan efektivitas, pengertian
bank, pengertian kredit serta tujuan, fungsi, dan
macam-macam, pengertian kredit bermasalah serta
penanganan.
5
BAB 3
:
OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN
Pada bab ini menggambarkan tentang gambaran umum
mengenai BRI Unit Jembatan Dua, jenis dan sumber
data, metode penelitian, dan metode pengumpulan
data.
BAB 4
:
HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
Dalam bab ini akan menguraikan data-data yang akan
dianalisis dan hasil yang diperoleh dari proses
pengumpulan data.
BAB 5
:
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir berisikan kesimpulan dari hasil penelitian
yang dilakukan, saran yang diberikan yang berguna
bagi
pihak-pihak
penelitian ini.
yang
berkepentingan
terhadap
6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Bank
2.1.1
PengertianBank
Lembaga keuangan bank sangat penting peranannya dalam pembangunan
ekonomi suatu negara.Hal ini disebabkan karena lembaga keuangan bank
mempunyai fungsi yang sangat mendukung terhadap pembangunan ekonomi suatu
negara.
MenurutUndang-undangRlnomor10tahun1998tanggal10november
1998tentangperbankan,yangdimaksud
denganbankadalah"badan
yangmenghimpundanadarimasyarakatdalambentuk
menyalurkannyakepadamasyarakatdalambentukkredit
usaha
simpanandan
danataubentuk-bentuk
lainnyadalamrangkameningkatkantaraf hidup rakyatbanyak".
Menurut Kasmir (2010:25) mengatakan bahwa bank merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan
dalam bidang keuangan.Sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari
masalah keuangan.
Menurut Taswan (2010) mendefinisikan bank sebagai sebuah lembaga atau
perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito tabungan, dan
simpanan lain dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian
menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit
spending unit) melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak
Berdasarkan berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bank
merupakan lembaga untuk menghimpun dana masyarakat yang memiliki kelebihan
dana, menyalurkan dana untuk masyarakat yang membutuhkan dan memberikan jasa
kepada bank lainnya untuk mendapatkan profit demi meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
2.1.2
Jenis-JenisBank
Sejak diberlakukannya Undang- undang No.10 tahun 1998, jenis bank
dapat dibedakan menjadi dua yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
7
8
1. Bank Umum
Bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvesional
dan atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Usaha bank umum
meliputi :
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan bentuk lain
yang dipersamakan dengan itu
b. Memberikan kredit
c. Menerbitkan surat pengakuan hutang
d. Membeli, menjamin, atau menjual :
surat-surat wesel, surat pengakuan hutang, sertifikat Bank Indonesia,
obligasi
e. Memindahkan uang, menyediakan tempat untuk menyimpan barang
dan surat berharga dan lain sebagainya
2. Bank Perkreditan Rakyat
Bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvesional
dan atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Usaha bank perkreditan
rakyat meliputi :
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
giro,
deposito
berjangka,
tabungan,
dan
bentuk
lain
yang
dipersamakan dengan itu
b. Memberikan kredit
c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip
syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Menempatkan dananya dalam bentuk sertifikat Bank Indonesia,
deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan kepada
bank lain.
9
2.1.3
Fungsi Bank
Menurut Julius (2011:135) fungsi bank adalah sebagai berikut:
1. Agent of Trust
Fungsi ini menunjukkan bahwa aktivitas intermediasi yang dilakukan
oleh dunia perbankan berdasarkan asas kepercayaan, dalam pengertian
bahwa kegiatan pengumpulan dana yang dilakukan oleh bank tentu harus
didasari rasa percaya dari masyarakat atau nasabah terhadap kredibilitas
dan eksistensi dari masing- masing bank, karena tanpa rasa percaya
masyarakat tidak akan menitipkan dananya di bank yang bersangkutan.
Kepercayaan itu berkaitan dengan masalah keamanan dana masyarkat
yang ada disetiap bank sebaliknya bank dalam kedudukannya sebaliknya
kreditur yaitu pihak yang memberikan pinjaman kredit kepada
masyarakat atau pihak borrower, dalam menjalankan aktivitas kredit
sebagai core business nya harus merasa yakin dan percaya terhadap calon
penerima kredit atau debitur.
2. Agent of Development
Fungsi ini sangat berkaitan dengan tanggung jawab bank dalam
menunjang kelancaran transaksi ekonomi yang dilakukan oleh setiap
pelaku ekonomi, dalam kegiatan ekonomi kita ketahui bahwa kegiatan
produksi, distribusi dan konsumsi merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisah. Kegiatan produksi dilakukan dilakukan untuk menambah nilai
guna barang yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan manusia, kegiatan
distribusi berkaitan dengan kegiatan menyalurkan barang yang telah
diproduksi dari produsen kepada konsumen dengan menggunakan
saluran-saluran distribusi yang tersedia sedangkan kegiatan konsumsi
adalah tindakan untuk mengurangi nilai guna dari suatu barang
3. Agent of Services
Indutri perbankan adalah lembaga yang bergerak di bidang jasa keuangan
maupun jasa nonkeuangan. Sebagai bank, disamping memberikan
pelayanan jasa keuangan sebagaimana kegiatan intermediasi yang selalu
dilakukan, maka bank juga turut serta dalam memberikan jasa pelayanan
yang lain seperti jasa transfer (payment order), jasa kotak pengamanan
(safety box), jasa penagihan atau inkaso (collection) yang saat ini telah
mengalami perubahan dengan namacity clearing. Dengan pemahanan ini
10
dapat diketahui bahwa sesungguhnya bank tidak hanya dipahami dalam
kedudukannya sebagai lembaga intermediasi semata-mata, tetapi juga
memiliki fungsi-fungsi lainnya.
2.1.4
Produk Perbankan
Adapun produk-produk perbankan menurut Bank Indonesia adalah :
1. Deposito
Deposito adalah simpanan yang pencairannya hanya dapat dilakukan pada
jangka waktu tertentu dan syarat-syarat tertentu.Deposito dapat dicairkan
setelah jangka waktu berakhir.Deposito yang akan jatuh tempo dapat
diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over).Deposito dapat
dalam mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing.
2. Deposito Berjangka
Merupakan simpanan yang pencairannya dilakukan berdasarkan jangka
waktu tertentu.Umumnya mempunyai jangka waktu mulai dari 1, 3, 6,
dan 12 sampai dengan 24 bulan.Diterbitkan dengan mencantumkan nama
pemilik deposito baik perorangan maupun lembaga.
Kepada setiap deposan diberikan bunga yang besarnya dan waktu
pembayarannya
sesuai
dengan
yang
berlaku
di
masing-masing
bank.Pembayaran bunga deposito dapat dilakukan setiap bulan atau
setelah jatuh tempo sesuai jangka waktunya.Pembayaran dapat dilakukan
secara tunai maupun non tunai
(pemindahbukuan).Kepada
setiap
deposan dengan nominal deposito tertentu dikenakan pajak penghasilan
dari bunga yang diterimanya.Pencairan depositosebelum jatuh tempo
umumnya dikenakan denda.
3. Sertifikat Deposito
Sertifikat Deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk Sertifikat, tanpa
mencantumkan
nama
pemilik
deposito.Sertifikat
Deposito
dapat
diperjualbelikan kepada pihak lain.Pembayaran bunga Sertifikat Deposito
dapat dilakukan di muka, tiap bulan atau pada saat jatuh tempo, baik tunai
maupun non tunai.
4. Rekening Giro atau Current Account
Salah satu produk perbankan berupa simpanan dari nasabah perseorangan
maupun badan usaha dalam Rupiah maupun mata uang asing yang
11
penarikannya dapat dilakukan kapan saja selama jam kerja dengan
menggunakan warkat Cek dan Bilyet Giro. Semua warga negara
Indonesia dan warga negara asing serta Badan usaha dan Institusi lain
yang sah menurut hukum yang berlaku dapat membuka rekening Giro.
5. Tabungan
Simpanan uang di Bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu. Umumnya bank akan memberikan buku
tabungan yang berisi informasi seluruh transaksi yang Anda lakukan dan
kartu ATM lengkap dengan nomor pribadi (PIN).
Adapun keuntungan menabung di bank antara lain:
a. Aman. Uang disimpan dengan aman di bank, tidak mudah di curi
maupun tercecer.
b. Terjamin. Tabungan dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan
(LPS) sesuai dengan ketentuan yang ada.
c. Berkembang.
Bank
akan
memberikan
bunga
yang
dihitung
berdasarkan saldo tabungan.
d. Praktis. Terdapat kemudahan layanan perbankan elektronik 24 jam
per hari antara lain ATM, SMS Banking, Mobile Banking, Internet
Banking, Phone Banking dan Call Center.
e. Hemat. Kalau terbiasa menabung, Anda dapat menyisihkan uang dan
terhindar dari kebiasaan membeli barang-barang yang tidak
dibutuhkan.
Selain produk simpanan dan investasi, menurut Bank Indonesia produk lain
perbankan adalah kredit. Adapun penjabarannya dapat dilihat pada sub bab berikut.
2.2
Kredit
Kredit merupakan salah satu kegiatan bank yang diutamakan.Peranan bank
sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah kredit. Besarnya jumlah
kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank, oleh karena itu kredit
harus dilakukan sebaik–baiknya agar tidak terjadi kredit macet.
2.2.1
Pengertian Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa latin yaitu credere, yang diterjemahkan
sebagai kepercayaan atau credo yang berarti saya percaya. Kredit dan kepercayaan
12
adalah ibarat sekeping mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan. Karena tidak
akan mungkin adanya pemberian pinjaman tanpa adanya bangunan kepercayaan
disana.
Pengertian kredit menurut UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan UU
No.7 Tahun 1992 yaitu :
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan – tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Sedangkan menurut Supramono (2009:152), kata ‘kredit” berasal dari bahasa
Romawi yaitu Credere yang artinya “percaya”. Dengan kata lain kredit dapat
dikatakan sebagai kepercayaan yang diberikan oleh debitur (orang yang
meminjamkan uang) kepada kreditur (orang yang memberikan pinjaman uang) untuk
memberikan sejumlah pinjaman uang dan waktu pengembalian hutang pada waktu
yang telah ditentukan.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kredit adalah
pemberian dana yang dilakukan oleh pihak kreditur kepada pihak debitur atas dasar
perjanjian yang telah disepakati dan pihak penerima kredit akan mengembalikan
pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan dengan pemberian
bunga
2.2.2
Unsur Kredit
Adapun unsur – unsur yang terkandung dalam pemberian fasilitas kredit
menurut Irham Fahmi (2008:7)adalah sebagai berikut :
1. Kepercayaan
Kepercayaan sesuatu yang paling utama dari unsur kredit karena tanpa
rasa saling percaya antara kreditur dan debitur akan sangat sulit terwujud
suatu sinergi kerja yang baik.
2. Waktu
Waktu adalah bagian yang paling sering dijadikan kajian oleh pihak
analis keuangan khususnya oleh analis kredit.
3. Resiko
Resiko disini yang paling dikaji adalah pada keadaan yang terburuk yaitu
pada saat kredit tersebut tidak kembali atau timbulnya kredit macet.
13
4. Prestasi
Prestasi yang dimaksud disini adalah prestasi yang dimiliki oleh kreditor
diberikan kepada debitor.
5. Adanya Kreditor
Pihak yang memiliki uang, barang atau jasa untuk dipinjamkan kepada
pihak lain, dengan harapan dari hasil pinjaman itu akan diperoleh
keuntungan dalam bentuk bunga sebagai balas jasa.
6. Adanya Debitur
Pihak yang memerlukan uang, barang, atau jasa dan berkomitimen untuk
mampu mengembalikannya tepat sesuai waktu yang disepakati serta
bersedia menanggung berbagai risiko jika melakukan keterlambatan
sesuai dengan ketentuan administrasi yang tertera dalam kesepakatan
perjanjian.
2.2.3
Fungsi Kredit
Adapun fungsi kredit perbankan dalam aktivitas perekonomian suatu negara
menurut Irham Fahmi (2008:49) adalah :
1. Untuk berusaha memposisikan uang sebagai alat pertukaran yang efektif
2. Sebagai penyalur dana dan pembina bagi dunia usaha
3. Sebagai pengawas moneter
4. Sebagai bagian untuk menghindari pemusatan financial
5. Untuk menciptakan suatu pemerataan pendapatan
6. Untuk meningkatkan aktivitas penggunaan barang dan jasa
2.2.4
Jenis – Jenis Kredit
Menurut Ismail (2010:100) jenis-jenis kredit antara lain :
1. Kredit dilihat dari cara penarikannya
a. Kredit Sekaligus (aflopend credit)
Kredit yang dicairkan sekaligus sesuai dengan praforn kredit yang
disetujui
b. Kredit Bertahap
Kredit yang pencairannya tidak sekaligus akan tetapi dilakukan secara
bertahap 2,3,4 kali pencairan dalam masa kredit. Cocok untuk
investasi pembangunan.
14
c. Kredit Rekening Koran
Kredit yang penyediaan dananya dilakukan melalui pemindahbukuan.
Bank akan memindahkan kredit tersebut ke dalam rekening giro
nasabah sedangkan penarikannya dilakukan dengan menggunakan
cek, bilyet giro atau surat pemindahbukuan lainnya.
2. Kredit dilihat dari segi jangka waktu
a. Kredit jangka pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang maksimal 1
(satu) tahun dan biasanya digunakan untuk modal kerja
b. Kredit jangka menengah
Merupakan kredit yang jangka waktu kreditnya antara 1 (satu) sampai
3 (tiga) tahun dan biasanya diberikan untuk keperluan modal kerja,
kredit investasi dan kredit konsumtif
c. Kredit jangka panjang
Merupakan kredit yang jangka waktunya paling panjang yaitu lebih
dari 3 (tiga) tahun.Kredit ini diberikan untuk kredit investasi seperti
pembelian gedung.
3. Kredit dilihat dari segi jaminan
a. Kredit dengan jaminan (secured loan)
Merupakan kredit yang diberikan dengan jaminan.Jaminan tersebut
dapat berupa barang berwujud atau barang tidak berwujud.
b. Kredit tanpa jaminan (unsecured loan)
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan.Kredit ini diberikan
dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas calon debitur
selama berhubungan dengan kreditur.
4. Kredit dilihat dari segi sektor usaha
a. Sektor pertanian dan perkebunan
Merupakan kredit yang diberikan untuk sektor pertanian atau
perkebunan rakyat. Jangka waktunya dapat jangka panjang dan
pendek
b. Sektor perternakan dan perikanan
Merupakan kredit yang diberikan untuk jangka waktu yang relatif
pendek seperti perternakan ayam dan untuk jangka waktu yang
relative panjang seperti perternakan ayam dan kambing
15
c. Sektor industri
Merupakan kredit untuk membiayai industri pengolahan dari bahan
baku menjadi barang jadi baik industri kecil, menengah dan panjang
d. Sektor pertambangan
Merupakan kredit yang untuk usaha tambang dan biasanya dalam
jangka waktu panjang seperti tambang emas, minyak bumi, gas alam
dan sebagainya.
e. Sektor jasa
Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan
prasarana seperti jasa pendidikan, rumah sakit dan jasa angkutan
f. Sektor perdagangan
Merupakan kredit yang diberikan untuk pengusaha yang bergerak
dalam bidang perdagangan
g. Kredit perumahan
Merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai renovasi,
pembangunan atau pembelian rumah
5. Kredit dilihat dari jumlahnya
a. Kredit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM)
Merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha dengan skala
usaha
sangat kecil
b. Kredit usaha kecil dan menengah (UKM)
Kredit yang diberikan kepada pengusaha dengan batasan antara Rp.
50.000.000,- dan tidak melebihi Rp. 350.000.000,c. Kredit korporasi
Kredit dengan jumlah besar dan diperuntukan bagi debitur-debitur
korporasi (perusahaan besar)
6. Kredit dilihat segi tujuan kredit
a. Kredit konsumtif
Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai
secara pribadi.
b. Kredit Investasi
Merupakan kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur untuk
pengadaan barang-barang modal (aktiva tetap) yang mempunyai nilai
ekonomis lebih dari satu tahun.
16
c. Kredit Modal Kerja (KMK)
Kredit yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang
biasanya habis dalam satu siklus usaha.Biasanya diberikan dalam
jangka waktu satu tahun.
2.3
Analisis Kredit
Pada dasarnya analisis kredit digunakan untuk meneliti atau menilai pemohon
kredit secara mendalam tentang keadaan usaha suatu proyek pemohon kredit agar
pelaksaan kredit yang akan dilakukan dapat berjalan denga lancar sehingga tidak
menimbulkan kredit macet.
2.3.1
Pengertian Analisis Kredit
Analilsis kredit mengandung pengertian penilaian kredit dalam segala aspek,
baik keuangan maupun non keuangan. Menurut Lukman Dendawijaya (2005:88)
mengatakan bahwa analilsis kredit adalah suatu proses yang dimaksudkan untuk
menganalisis atau menilai suatu permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur
kredit sehingga dapat memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa proyek yang
akan dibiayai kredit bank cukup layak (feasible)
2.3.2
Prinsip – Prinsip Penilaian Kredit
Menurut Dendawijaya (2009:88) dalam memutuskan pemberian kredit atau
melakukan pencairan dana melalui kredit adab beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Prinsip 6C
a. Character (Karakteristik)
Memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak debitur
benar-benar dapat dipercaya.Keyakinan ini tercermin dari latar
belakang debitur, baik latar belakang yang bersifat pribadi maupun
latar
belakang
pekerjaan.Charactermerupakan
ukuran
menilai
“kemauan” nasabah dalam membayar kreditnya
b. Capacity (Kemampuan)
Kemampuan
calon
nasabah
dalam
membayar
kredit
yang
dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta mencari
laba, sehingga akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan
kredit.
17
c. Capital (Modal)
Merupakan analisis bank dengan
mengetahui sumber-sumber
pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai
oleh bank.
d. Colleteral (Jaminan)
Jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun non fisik.Jaminan harus diteliti keabsahannya dan memiliki
nilai yang lebih besar dari jumlah kredit yang diberikan.Fungsi
jaminan adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian.
e. Condition of economy (Kondisi perekonomian)
Menilai kredit hendaknya juga menilai kondisi ekonomi sekarang dan
masa yang akan datang. Prospek usaha di masa mendatang pun perlu
diperhitungkan karena memiliki kemungkinan berbeda dengan
kondisi masa sekarang.
f. Constraint (Kendala)
Merupakan faktor hambatan atau rintangan berupa faktor-faktor sosial
psikologis yang ada pada suatu daerah atau wilayah tertentu yang
menyebabkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan.
Menurut Dendawijaya (2009:88) dalam memutuskan pemberian kredit atau
melakukan pencairan dana melalui kredit adab beberapa hal yang harus
diperhatikan:
1. Prinsip 7P
a. Personality
Penilaian dari segi kepribadiannya atau tingakh lakunya sehari–hari
atau masa lalunya.
b. Party
Mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau
golongan – golongan tertentu berdasarkan modal loyalitas serta
karakternya.
c. Perpose
Untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk
jenis yang diinginkan nasabah.
18
d. Prospect
Untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datnag apakah
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunnyai
prospek atau tidak.
e. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit
yang telah diambil atau dari sumber mana saja untuk pengembalian
kredit yang diperolehnya.
f. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari
laba.
g. Protection
Merupakan ukuran bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh
bank namun melalui suatu perlindungan.
2. Prinsip 3R
a. Return (hasil yang dicapai)
Return disini dimaksudkan penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh
perusahaan dibitur setelah dibantu denga kredit oleh bank. Dapat pula
diartikan keuntungan yang akan diperoleh bank apabila membeli
kredit kepada pemohon.
b. Repayment (pembayaran kembali)
Dalam hal ini bank harus menilai berapa lama perusahaan pemohon
kredit dapat membayar kembali pinjamannya sesuai dengan
kemampuan membayar kembali (repayment capacity), dan apakah
kredit harus diangsur atau dicicil atau dilunasi sekaligus diakhir
periode.
c. Risk Bearing Ability (kemampuan untuk menaggung resiko)
Dalam hal ini bank harus mengetahui dan menilai sampai sejauh mana
perusahaan pemohon kredit mampu menanggung resiko kegagalan
andai kata terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
2.4
Kredit Bermasalah
Kredit bermasalah timbul karena adanya resiko kerugian dalam penyaluran
dana kredit yang mengalami kemacetan. Faktor resiko kerugian itu sendiri
19
diakibatkan dari nasabah yang sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal
mampu, atau nasabah yang tidak mampu membayar karena faktor ketidak sengajaan
yang dialami nasabah.
2.4.1
Pengertian Kredit Bermasalah
Menurut Ismail (2010:222) mengatakan bahwa kredit bermasalah adalah
semua kredit yang memiliki resiko tinggi karena debitur telah gagal atau menghadapi
masalah dalam memenuhi kewajiban yang telah ditentukan.
Menurut Gatot, (2009:268) “Kredit bermasalah adalah kredit atau utang yang
tidak dapat dilunasi oleh debitur karena suatu alesan sehingga bank selaku kreditur
harus menyelesaikan masalahnya kepada pihak ketiga atau melakukan eksekusi
barang jaminan
Jadi dapat disimpulkan bahwa kredit bermasalah atau Non Performing Loan
(NPL) adalah debitur mengalami kesulitan atau keterlambatan dalam melakukan
pembayaran kepada bank sehingga debitur harus menyelesaikannya dengan cara
eksekusi barang jaminan.
2.4.2
Penggolongan Kredit Bermasalah
Berdasarkan Pasal 10 Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, berdasarkan kolektibilitasnya kredit
dikelompokan sebagai berikut :
1. Kredit Lancar
Kredit yang pembayaran pokok pinjaman dan bunganya tepat waktu,
pekembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan
pesyaratan kredit.
2. Kredit dalam pehatian khusus
Kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya
terdapat tunggakan sampai 90 hari.
3. Kredit kurang lancar
Kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya
terdapat tunggakan melampaui 90 hari sampai 180 hari waktu yang
disepakati.
20
4. Kredit diragukan
Kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya
terdapat tunggakan sampai telah melampaui 180 hari sampai dengan 270
hari dari waktu yang disepakati.
5. Kredit macet
Kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya
terdapat tunggakan sampai telah melampaui 270 hari dari waktu yang
disepakati.
Tabel 2.1Kolektibitas Kredit
No
Day Past
Status
Due
1
0
2
1 – 90
3
Collectibillity
Loan Loss
Provisiom
Lancar
1
1%
Dalam Perhatian Khusus
2
5%
91 – 120
Kurang Lancar
3
15%
4
121 – 180
Diragukan
4
50%
5
> 180
Macet
5
100%
2.4.3
Penyebab Kredit Bermasalah
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kredit bermasalah, menurut
Suparmono, et al. (2009:269) adalah sebagai berikut :
1. Faktor yang berasal dari debitur
a. Debitur menyalahgunakan kredit
Setiap kredit yang diperoleh debitur telah diperjanjikan dalam
perjanjian kredit tentang pemakaian kreditnya. Akan tetapi dalam
penggunaan dana pinjaman tersebut telah disalahgunakan oleh
debitur.
b. Debitur kurang mampu mengelola usahanya
Debitur yang telah menerima fasilitas kredit, ternyata dalam praktek
tidak dapat mengelola usaha yang dibiayai dengan kredit bank.
c. Debitur beritikad tidak baik
21
Ada sebagian debitur yang mungkin jumlahnya tidak banyak yang
sengaja dengan segala daya upaya mendapatkan kredit dari
bank.Namun setelah kredit diperoleh digunakan begitu saja tanpa
dapat dipertanggung jawabkan.
2. Faktor yang berasal dari Bank
a. Kualitas pejabat bank
Setiap
petugas
atau
pejabat
bank
maanpun
dituntut
untuk
melaksanakan pekerjaannya secara professional sehingga dapat
tercipta pelayanan terhadap masyarakat yang memadai.
b. Persaingan antar bank
Jumlah bank makin hari jumlahnya makin banyak, hal ini merupakan
hal yang wajar, dengan jumlah penduduk yang bertambah
mempengaruhi jumlah kebutuhan terhadap bank bertambah pula.
c. Hubungan intern bank
Kredit
bermasalah
juga
dapat
terjadi
karena
bank
terlalu
memperhatikan hubungan ke dalam bank, penyaluran kredit tidak
merata dan lebih cenderung diberikan kepada pengurus dan pengawas
serta pegawai bank.
d. Pengawasan bank
Mulai dari proses pemberian kredit, terjadi perjanjian kredit, sampai
dengan pelaksanaan perjanjian kredit selalu mendapatkan pengawasan
dari bank.
2.4.4
Penanggulangan Kredit Bermasalah
Dalam usaha mengatasi timbulnya kredit bermasalah, menurut Lukman
Dendawijaya
(2005:83)
pihak
bank
dapat
melakukan
beberapa
tindakan
penyelamatan yaitu :
1. Penjadwalan ulang (Rescheduling)
Rescheduling adalah penjadwalan kembali sebagian atau seluruh
kewajiban debitur, seperti halnya :
a. Memperpanjang jangka waktu kredit, debitur diberikan keringanan
dalam jangka waktu kredit dengan memperpanjang jangka waktunya.
b. Memperpanjang jangka waktu angsuran, dengan mengecilkan jumlah
angsuran seiring dengan penambahan watu angsuran.
22
2. Persyaratan ulang (Reconditioning)
Reconditioning adalah perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat
kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka
waktu dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut
perubahan maksimum saldo kredit.
3. Penataan ulang (Restructuring)
Restructuring adalah usaha penyelamatan kredit yang terpaksa harus
dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang
mendasari pemberian kredit.
4. Eksekusi barang jaminan
Yaitu penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan dalam rangka
pelunasan utang.
2.5
Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai faktor penyebab dari kredit macet perusahaan perbankan
telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian banyak ditemukan di Indonesia dan
negara lain sebagian besar mengenai penyebab terjadinya kredit macet pada
perbankan. Beberapa penelitian terdahulu ini digunakan sebagai sumber dari
penelitian ini ataupun sebagai bahan pendukung untuk melengkapi penelitian ini.
Dalam Jurnal berjudul “Analysis of Factors Contributing to Bad Debts In the
city of Pontianak (Credit Assessment Kupeda At PT. Bank Main Branch West
Kalimantan)”,Oktarizka,Puja.(2012)
membahas
faktor-faktor
penyebab
dari
terjadinya kredit macet pada bank yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menghasilkan simpulan dari faktor penyebab
dari kredit macet baik dari internal maupun eksternal perusahaan.
Dalam Jurnal berjudul “Analisis Kebijakan Pemberian Kredit dan Pengaruh
Non Performing Loan Terhadap Loan To Deposit Ratio Pada PT Bank Rakyat
Indonesia (persero), Tbk Cabang Rantau, Aceh Tamiang (Periode 20072011)”,Nurul Fitria dan Raina Linda Sari.(2012) membahas bagaimana menentukan
kebijakan kredit yang diterapkan, dan juga mengetahui apakah kredit bermasalah
secara
signifikan
mempengaruhi
rasio
loan
to
deposito.
Hipotesis dalam penelitian ini diduga kebijakan pinjaman yang baik didasarkan pada
teori-teori kebijakan kredit dengan prinsip 5C, dan pengaruh signifikan
pinjaman non-performing ke rasio pinjaman terhadap deposit.
23
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menghasilkan simpulan dari
kebijakan pemberian kredit dengan menunjukkan bahwa prinsip kehati-hatian dalam
kebijakan kredit adalah 5C prinsip terdiri dari: Karakter, Kapasitas, Capital,
Collateral, Kondisi.
24
BAB 3
OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian
Obyek penelitian ini meneliti tentang apa saja yang menjadi penyebab kredit
bermasalah pada nasabah yang terdapat di BRI Unit Jembatan Dua. Penulis akan
mengumpulkan data sebagai mana objek yang akan diteliti, sedangkan ruang lingkup
penelitian mencakup tinjauan secara umum dan keseluruhan mengenai kredit
bermasalah.
3.1.1 Sejarah Singkat
Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang
terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di
Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De
Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan
dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang
melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri
tanggal 16 Desember1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.
Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah
pertama di Republik Indonesia. Dalam masa perang mempertahankan kemerdekaan
pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru
mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah
nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No.
41 tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang
merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij
(NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965,
BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan
Koperasi Tani dan Nelayan.
Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang
pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan
baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN)
diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan
NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).
25
26
Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang
Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang
Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank
Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor
dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank
Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun
1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum.
Sejak 1 Agustus1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun
1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi
perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah
Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk
menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama
resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai
dengan saat ini.
3.1.2
Visi dan Misi Perusahaan
3.1.2.1 Visi Perusahaan :
Visi dari Bank Rakyat Indonesia (BRI):
Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan
nasabah.
3.1.2.2 Misi Perusahaan :
Misi dari Bank Rakyat Indonesia (BRI):
1.
Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan
pelayanan kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk
menunjang peningkatan ekonomi masyarakat
2.
Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja
yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang
profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance
3.
Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak
yang berkepentingan (stakeholders).
27
Logo PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk
Gambar 3.1 Logo Bank BRI
3.1.3
Bidang Usaha
Sampai sekarang Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang didirikan sejak tahun
1895 tetap konsisten memfokuskan pada pelayanan kepada masyarakat kecil,
diantaranya dengan memberikan fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil.
Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka
sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai unit kerja yang berjumlah 4.447
buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi
/SPI, 170 Kantor Cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor
Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor
Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT,
3.705 BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa.
3.1.4 Produk-Produk Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Dalam mengembangkan produk yang bertujuan untuk kemudahan dan
kenyamanan nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) selalu memepertimbangkan
kebutuhan nasabah yang selalu berubah.Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga selalu
berusaha menyempurnakan setiap produk yang dihadirkan sehingga lebih bermanfaat
lagi dengan baik. Berikut ini adalah berbagai jenis produk yang dihadirkan oleh
Bank Rakyat Indonesia (BRI) demi memenuhi kebutuhan nasabahnya:
28
Tabel 3.1Jenis Simpanan BRI
Jenis
Nama Produk
Tabungan
Britama, Simpedes, Tabungan TKI, Tabungan
Haji, Britama Dollar, Britama Junio dan
Tabunganku.
Deposito
Deposito Rupiah, Deposito Valas, Deposito On
Call.
Giro
GiroBRI Rupiah dan GiroBRI Valas.
Tabel 3.2Jenis Pinjaman BRI
Jenis
Nama Produk
Pinjaman Mikro
Kupedes, KUR
Pinjaman Ritel
Kredit Agunan Kas, Kredit Modal Kerja,
Briguna, Kredit Waralaba.
Pinjaman Menengah
Agribisnis dan Bisnis Umum.
Pinjaman Program
KPEN Rupiah, KKPE Tebu dan KKPE.
Pinjaman KUR
KUR BRI dan KUR TKI BRI.
Tabel 3.3Jenis Jasa BRI
Jenis Jasa
Nama Jasa
Jasa Bisnis
Bank Garansi, Kliring, Remittance, SKBDN.
Jasa Lain
Ekspor dan Impor.
Jasa Keuangan
Bill Payment, Jasa Penerimaan Setoran,
Transaksi Online, LLG.
Jasa Kelembagaan
SPP Online dan Cash Management BRI.
E-Banking
ATM, SMS, Phone Banking, Internet Banking,
E-BUZZ, KIOSK BRI, Mini ATM, BRIZZI
dan MoCash.
Treasury
Foreign Market, Money Market, Fixed
Income, Produk Derivatif dan Keunggulan &
Prosedur.
Jasa Internasional
BRIFast Remittance, Bank Koresponden
29
Tabel 3.4Produk Konsumer & Investasi BRI
Konsumer
Investasi
Kartu Kredit (Visa
DPLK
dan Master)
KPR
ORI & SR
KKB (Kredit
Wali Amanat
Kendaraan
Bermotor)
Kredit Multi Guna
Kustodian
Dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang berkompeten serta
teknologi yang handal, Bank Rakyat Indonesia (BRI) telah berhasil memperluas
jaringannya, baik jaringan konvensional maupun elektronik. Bahkan Pada Kuartel II
Tahun 2012 Bank Rakyat Indonesia (BRI) Telah menjadi bank nomor satu dalam
jumlah kepemilikan fasilitas anjungan tunai mandiri (ATM). Hal ini tentunya
diperuntukan bagi kenyamanan dan kemudahan bertransaksi bagi nasabah.Yang
tidak kalah penting adalah untuk memberikan pengalaman perbankan yang paling
nyaman bagi para nasabah setia.
3.1.5
Struktur Organisasi
KEPALA UNIT
MANTRI
CUSTOMER
SERVICE
Gambar 3.2 Struktur Organisasi
Sumber : BRI Unit Jembatan Dua
TELLER
30
3.1.6
Uraian Tugas
Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing- masing personal PT. Bank
Rakyat Indonesia (persero) Tbk di Unit Jembatan Dua adalah sebagai berikut :
1. Kepala BRI Unit
Mempunyai tugas dan tanggung jawab :
a. Memimpin kantor BRI Unit sesuai dengan tugas pokok (penerimaan
simpanan, pemberian pinjaman dan pelayanan jasa bank lainnya yang
telah ditetapkan), serta membina BRI Unit dalam rangka pelayanan
BRI Unit kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
b. Menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan BRI Unit
c. Mengembangkan, memonitor dan mengevaluasi Bisnis BRI Unit di
wilayah kerjanya untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
d. Melakukan pengawasan dan memonitor operasional BRI Unit dan
memastikan
system
telah
berjalan
sesuai
ketentuan
untuk
mengeliminasi terjadinya penyimpangan.
e. Memonitor dan menganalisis laporan–laporan BRI Unit serta
memastikan kebenarannya untuk keperluan penentuan kebijakan
manajemen sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan target yang
telah ditetapkan.
f. Menyampaikan laporan secara periodic dan sewaktu-waktu bila
dibutuhkan
g. Mampu melaksanakan pekerjaan Mantri BRI Unit, Deskman
(Customer Service) dan Teller, serta meggantikan fungsinya dalam
hal yang bersangkutan berhalangan
Wewenang :
a. Memutus / memfiat biaya promosi sesuai kewenangannya.
b. Memegang kode putar kunci brankas dan kluis lemari berkas
pinjaman.
c. Memfiat pencairan atau penarikan simpanan sesuai kewenangannya.
d. Memutus permintaan kupedes di dokumen (berkas) dan system sesuai
dengan kewenangan yang diberikan.
e. Mengusulkan ke kantor cabang hal – hal sebagai berikut : mutasi dan
promosi pekerja BRI Unit bawahannya, memberikan reward dan
31
punishment dan mengusulkan kebutuhan Sumber Daya Manusia
(SDM) di BRI Unit.
2. Mantri (Account Officer)
Mempunyai tugas dan tanggung jawab :
a. Membuat rencana target pinjaman BRI Unit dan bertanggung jawab
atas pencapaiannya agar realisasi pencapaian target lebih terarah dan
termonitor.
b. Melakukan penelitian kelengkapan dan keabsahan dokumen pinjaman
BRI Unit, analisa permohonan pinjaman nasabah dan calon nasabah.
c. Melakukan pembinaan, penagihan dan pengawasan pinjaman BRI
Unit mulai dari pinjaman dicairkan sampai dengan lunas untuk
meminimalkan risiko pinjaman.
d. Melaporkan situasi dan kondisi debitur yang masih lancar maupun
memburuk serta memberikan usul, saran dan pemecahannya kepada
atasan.
e. Memasarkan dan memperkenalkan produk – produk BRI dan
menyampaikan hasil kunjungan ke nasabah kepada atasan dalam
rangka memperluas jangkauan pelayanan agar proses marketing lebih
efisien dan efektif serta terarah sesuai prioritas.
f. Selalu berusaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
g. Mengikuti kegiatan ekonomi di wilayah kerjanya dan melaksanakan
tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ka Unit sepanjang tidak
melanggar asas pengawasan intern.
Wewenang :
a. Memproses dan mengusulkan permintaan pinjaman.
b. Memprakarsai
permintaan
pinjaman,
dimana
kebenaran
hasil
pemeriksaan ke tempat nasabah yang meliputi kegiatan usahanya,
letak jaminan, analisa serta usulan putusan pinjamannya.
c. Ketepatan pemasukan angsuran pinjaman dan pemasukan tunggakan
pinjaman
3. Customer Service
Mempunyai tugas dan tanggung jawab :
a. Memberikan pelayanan administrasi kepada nasabah atau calon
nasabah yang akan menggunakan jasa perbankan di BRI Unit.
32
b. Memberikan informasi kepada nasabah atau calon nasabah mengenai
produk BRI Unit pada khususnya dan produk BRI pada umumnya
guna menunjang pemasaran produk BRI.
c. Mengelola berkas pinjaman BRI Unit beserta agunannya, berkas
simpanan dan jasa bank lainnya untuk memastikan kelengkapan,
keabsahan dan tertib administrasinya.
d. Membuat register-register simpanan
e. Membuat register-register yang berkaitan dengan pinjaman
f. Menyimpan register, kartu serta buku-buku lainnya yang berkaitan
dengan administrasi pembukuan
g. Membuat draft surat/ dokumen/ laporan yang dibutuhkan oleh BRI
Unit untuk kepentingan manajemen dengan analisis sederhana untuk
disajikan kepada atasannya secara akurat dan tepat waktu.
h. Membuat Laporan Neraca dan Laba/Rugi
i. Melakukan pengecekan ATM (Automatic Teller Mechine)
Wewenang :
a. Memegang kunci lemari berkas pinjaman.
b. Memegang kunci ATM
4. Teller
Mempunyai tugas dan tanggung jawab :
a. Memberikan pelayanan transaksi kas baik penerimaan setoran,
pengambilan maupun pembayaran dari dan ke nasabah atau calon
nasabah sesuai dengan sistem dan prosedur operasional BRI.
b. Melakukan pengurusan kas BRI Unit bersama Kepala BRI Unit /
Supervisor Unit untuk mengamankan asset bank serta memastikan
pengurusan kas telah sesuai dengan sistem dan prosedur operasional
BRI.
c. Melakukan kegiatan pemeriksaan fisik uang untuk memastikan
keaslian uang yang diterima dan menghindari penerimaan uang palsu.
d. Melakukan rekonsiliasi transaksi setiap akhir hari untuk memastikan
bahwa transaksi telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
e. Terpeliharanya citra BRI dan BRI pada umumnya, khususnya melalui
pelayanan
33
Wewenang :
a. Memegang kunci brankas.
b. Memfiat bayar tunai dan overbooking sesuai kewenangannya.
3.2
Desain Penelitian
3.2.1
Jenis dan sumber data
Dalam penelitian ini, jenis dan sumber data yang digunakan oleh penulis
adalah :
a. Data primer
Merupakan data berupa keterangan dan informasi langsung yang
bersumber dari pihak internal maupun eksternal perusahaan.Dalam
analisa ini penulis yang ingin mengetahui penyebab kredit bermasalah
pada BRI Unit Jembatan Dua dengan bertanya langsung kepada nasabah
dan pihak internal bank (Ka Unit dan pegawai bank).
b. Data sekunder
Merupakan data-data pendukung yang bersumber dari keterangan dan
informasi baik berupa catatan,dan juga berasal dari dalam dan luar
perusahaan. Dalam analisa ini peneliti memperoleh data dari laporan
perkembangan BRI Unit Jembatan Dua.
3.2.2
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode analisis deskriptif
dengan
pendekatan
kualitatif.Penelitian
deskriptif
adalah
penelitian
untuk
memberikan penjelasan mengenai karakteristik suatu populasi atau fenomena.
(Indrianto & Supomo,2009:256). Metode penelitian kualitatif adalah metode yang
obyeknya tidak dapat diukur dengan angka-angka.
Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan
keadaan sekarang denganapa adanya sesuai faktanya.Artinya penelitian ini
digunakan
untuk
mengumpulkan
informasi
secara
aktual
dan
terperinci,
mengidentifikasikan masalah, membuat perbandingan atau evaluasi.
3.2.3
Penentuan Jumlah Sample
Dalam penentuan jumlah sample, maka penulis mengambil sample nasabah
BRI Unit Jembatan Dua yang terkena kredit bermasalah sebanyak 5 orang.Penulis
34
mengambil sampel dari nasabah yang mengalami keterlambatan pembayaran di atas
90 hari terhitung sejak jatuh tempo.Yang temasuk dalam kredit bermasalah menurut
kolektibilitasnya yaitu yang berada pada kolektibilitas 3 (kurang lancar),
kolektibilitas 4 (diragukan) dan kolektibilitas 5 (macet).
3.2.4
Metode Pengumpulan Sample
Populasi berasal dari bahasa Inggris yaitu population yang berarti jumlah
penduduk. Menurut Syofian Siregar “ dalam metode penelitian kata populasi amat
populer dipakai untuk menyebutkan serumpun/ sekelompok objek yang menjadi
sasaran penelitian.” Sampel adalah suatu prosedur dalam pengambilan data dimana
hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat
serta ciri yang dikehendaki dalam suatu populasi.
Dalam penelitian ini penulis mengambil metode purposivesamplingyaitu
maka peneliti mengambil sample sesuai dengan tujuan permasalahannya dan tidak
secara acak.
Adapun kriteria untuk nasabah yang sudah masuk katagori NPL adalah :
Tabel 3.5 Daftar Nasabah NPL BRI Unit Jembatan Dua
No
3.2.5
Status
Nama
Nasabah
Kurang Lancar
1
A1
√
2
A2
3
A3
4
A4
√
5
A5
√
Diragukan
Macet
√
√
Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada nasabah yang tidak lancar
dalam melakukan pembayaran dan mempertimbangkan nasabah dalam memberikan
persetujuan kredit di bank BRI Unit Jembatan Dua. Tujuan analisis data adalah agar
terciptanya data yang relevan.
35
Analisis data yang penulis gunakan adalah analisa deskriptif yaitu analisa
yang memberikan gambaran tentang karakteristik tertentu dari data yang telah
dikumpulkan. Data tersebut akan dianalisa sehingga memberikan gambaran
mengenai pelaksanaan pemberian kredit, faktor-faktor penyebab kredit bermasalah
dan penanggulangan kredit bermasalah.
3.2.6
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan prosedur yang sangat menentukan baik
dan tidaknya sebuah riset.Penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data,
yaitu sebagai berikut:
1. Wawancara Mendalam (In Depth Interview)
Menurut Kriyantono (2006:102) wawancara mendalam adalah suatu cara
mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka
dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan sebagai prosesmemperoleh
data dengan bantuan daftar pertanyaan denganresponden menggunakan
model wawancara terbuka.Biasanya responden bebas memberikan
jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara.
2. Observasi
Observasi adalah metode dimana peneliti mengamati secara langsung
objek yang diteliti. Menurut Sugiyono (2013:145) mengemukakan bahwa
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari proses biologis dan psikologis. Dengan metode observasi ini
maka diharapkan data yang diperoleh akan lebih lengkap.
3. Studi pustaka
Pencarian data-data yang relevan dari literatur yang sudahada sebagai
bahan pertimbangan dalam penelitian ini.Data yangdiperoleh dari buku
penelitian, jurnal penelitian.
36
BAB 4
HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
4.1
Pembahasan
Seperti yang diketahui, pada umumnya bank memiliki banyak jenis produk
terutama pada bagian kredit. Disini peneliti hanya akan membahas tentang produk
mikro yang ada di BRI Unit Jembatan Dua. Adapun dua jenis produk mikro yang ada
di BRI Unit Jembatan Dua adalah sebagai berikut :
1. Kredit Mikro (KUPEDES)
Kredit dengan bunga bersaing yang bersifat umum untuk semua sektor
ekonomi, ditujukan untuk individual yang memenuhi persyaratan dan
dilayani diseluruh BRI unit dan Teras BRI. Kupedes merupakan salah
satu kredit unggulan yang ditawarkan di BRI Unit guna untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Untuk ketentuan dari produk KUPEDES yaitu :
a. Plafon kredit minimal Rp 1.000.000 hingga Rp 100.000.000
b. Agunan harus 80% mengcover jumlah plafon
c. Pembuatan NPWP untuk nasabah yang ingin meminjam di atas Rp
50.000.000
d. Kelengkapan berkas pinjaman harus disertai Model A (konfirmasi
penilaian angunan khusus untuk tanah garapan), PJ 08 (surat
pernyataan pengalihan hak atas tanah/rumah) dan PM 01 (surat
keterangan bahwa nasabah memiliki usaha dari RT dan RW setempat)
e. Untuk agunan tanah dan rumah harus disertai PBB tahun terakhir
f. Diberikan IPTW (Insentif Pembayaran Tepat Waktu) bagi nasabah
yang tertib mengangsur pinjamannya secara tepat waktu selama
periode tertentu (hanya untuk pinjaman dari Rp 1.000.000 sampai Rp
50.000.000 saja) yaitu sebesar 1/4 bagian dari suku bunga.
g. Di cover asuransi untuk jaminan Surat Jual Beli Rumah dan girik
2. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Kredit modal kerja atau kredit investasi dengan plafon kredit yang
diberikan kepada usaha mikro, kecil dan koperasi yang memiliki prodiktif
yang akan mendapat penjaminan dari perusahaan penjamin.
Untuk ketentuan dari produk KUR yaitu :
37
38
a. Plafon kredit minimal Rp 1.000.000 hingga Rp 20.000.000
b. Bunga lebih ringan daripada KUPEDES
c. Kredit bisa diajukan tanpa agunan
d. Bebas biaya administrasi dan provisi
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Jembatan Dua telah
mempublikasikan kinerja keuangan tahun 2014.Perolehan laba bersih pada BRI Unit
Jembatan Dua tercatat sebesar Rp 2,162 milyar.Namun untuk periode bulan Januari
2015 sampai September 2015perolehan laba bersih pada BRI Unit Jembatan Dua
tercatat sebesar Rp 1,507 milyar. Hal ini terlihat jelas bahwa terdapat penurunan
perolehan laba dari tahun 2014 sampai dengan September 2015.
Adapun kendala yang dihadapi BRI Unit Jembatan Dua terhadap penurunan
laba adalah :
1. Untuk nasabah yang jaminannya berupa surat tanah, diwajibkan untuk
menyertakan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) sementara banyak
nasabah yang belum balik nama.
2. Data SID (Sistem Informasi Debitur) nasabah kurang baik
3. Nasabah harus memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) untuk
nasabah yang ingin melakukan pinjaman di atas Rp 50.000.000
4. Untuk agunan tanah garapan, banyak nasabah yang tidak mempunyai
riwayat/sejarah surat sebelumnya.
BRI Unit Jembatan Dua tercatat mampu memberikan pinjaman kepada
nasabah sebanyak 342hingga bulan September 2015. Namun sebanyak 30 nasabah
pinjaman yang tercatat hingga bulan September 2015 mengalami gagal bayar, yang
dimulai dari 1 hingga 90 hari keterlambatan pembayaran dari tanggal jatuh tempo
yang telah ditentukan. Angka tersebut merupakan total dari seluruh pinjaman baik itu
produk KUR maupun KUPEDES yang dilakukan nasabah hingga bulan September
2015. Selain itu pada tahun yang sama juga nasabah mengalami gagal bayar
sehingga membuat pihak BRI Unit Jembatan Dua harus melakukan tindakan tegas
seperti melakukan pembuatan surat peringatan untuk nasabah dan mendatangi
nasabahnya. Hal tersebut membuat penulis ingin melakukan penelitian terhadap tolak
ukur yang digunakan BRI Unit Jembatan Dua dalam mengambil keputusan tentang
calon nasabah tipe apa yang berpotensi untuk mendapatkan pinjaman kredit pada
BRI Unit Jembatan Dua.
39
4.2
Proses Bisnis
Gambar 4.1 Flow Chart Proses Bisnis BRI Unit Jembatan Dua
Sumber : BRI Unit Jembatan Dua
40
Penjelasan singkat dari proses bisnis BRI Unit Jembatan Dua :
Nasabah mendatangi unit atau teras terdekat untuk mendaftarkan permohonan
pinjaman KUPEDES atau KUR, yang nantinya akan dibantu untuk pengisian
formulir oleh Customer Service. Customer Service wajib untuk memastikan bahwa
debitur telah melengkapi seluruh dokumen permohonan pinjaman dan seluruh
dokumen sah dan masih berlaku.Jika dokumen nasabah sudah lengkap maka
dokumen tersebut diberikan kepada Mantri, tetapi jika Setelah dokumen yang sudah
lengkap, maka Mantri melakukan pencocokan data dan dokumen nasabah.Jika data
sesuai maka Mantri membuat memo usulan kredit. Memo usulan kredit tersebut
nantinya akan diberikan kepada Ka Unit untuk diperiksa. Setelah diperiksa oleh Ka
Unit apabila memo usulan kredit tersebut tidak sesuai maka Ka Unit akan melakukan
penolakan terhadap memo tersebut dan jika memo usulan kredit tersebut sesuai maka
memo kredit tersebut diberikan kembali kepada Mantri agar Mantri bisa melakukan
survey ke nasabah. Mantri mendatangi rumah, tempat usaha nasabah dan melihat
jaminan yang akan diberikan nantinya untuk BRI. Lalu Mantri membuat penilaian
terhadap usaha dan jaminan nasabah disertai oleh bukti pengecekan. Bukti
pengecekan biasanya dari kelurahan maupun dari kantor kepolisian agar dapat
dipastikan bahwa usaha dan jaminan tersebut adalah benar dan asli. Setelah itu
Mantri melakukan analisis dan evaluasi terhadap nasabah dengan menggunakan
faktor 5C untuk mengetahui layak dan tidaknya nasabah tersebut. Jika nasabah
memiliki pendapatan lainnya diluar dari usahanya tersebut maka dilampirkan juga
fotocopy rekening tabungan, deposito, rekening koran selama 3 bulan terakhir. atau
belum lengkap maka Customer Service mengembalikan dokumen nasabah untuk
dilengkapi kembali.
Dokumen analisis kredit yang sudah dibuat oleh Mantri lalu diberikan kepada
Customer Service untuk diverifikasi.Lalu Customer Service membuat Surat
Ketentuan Permohonan Pinjaman(SKPP) dan jika terdapat kesalahan dalam
membuat dokumen analisis kredit, maka Customer Service mengembalikan dokumen
itu kepada Mantri untuk dikoreksi kembali.Setelah itu dokumen tersebut dikirim ke
Ka Unit dan Ka Unit memberikan putusan kredit. Jika sudah, dokumen tersebut
diberikan kembali kepada Customer Service lalu Customer Service menyiapkan
dokumen dan surat pengakuan hutang untuk realisasi.
Realisasi dilakukan harus dengan nasabahnya langsung dan nasabah harus
menandatangani seluruh dokumen dan surat pengakuan hutang. Setelah sudah
41
ditanda tangani maka Customer Service menyimpan dokumen tersebut dan membuat
tanda terima jaminan untuk nasabah dan Customer Service membuat laporan register
realisasi kredit.
4.3
Sistem Pemberian Kredit
4.3.1
Tahap Persiapan
Dalam pemberian kredit berbagai persyaratan yang harus dipenuhi bertujuan
untuk mengetahui siapa pemohon tersebut, apakah jaminannya dan apa usaha
pemohon. Persyaratan umum yang harus dilengkapi antara lain :
1. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon (Suami /Istri)
2. Foto copy Kartu Keluarga (KK)
3. Foto copy Surat Nikah
4. Foto Ukuran 4x6 (Suami / Istri)
5. Surat Keterangan Usaha (SKU) / PM 01dari RT dan RW setempat.
6. Nomor Pokok WP, SIUP dan akte pendirian usaha
7. Foto copy Jaminan :
a. Untuk kendaraan ( foto copy BPKB, Faktur Pembelian, foto copy
STNK yang masih berlaku dan foto copy buku KIR untuk kendaraan
mobil pick-up truk)
b. Untuk jaminan rumah atau ruko ( foto copy sertifikat, foto copy AJB
dan surat-surat tanah yang dikeluarkan oleh kelurahan dan fotocopy
PBB Jaminan
Namun meskipun telah memenuhi seluruh persyaratan tetap harus melalui
proses survey yang dilakukan oleh pihak BRI. Untuk survey awal yang dilakukan
oleh petugas mantri adalah menarik data nasabah sesuai dengan data yang di Kartu
Tanda Penduduk (KTP)dengan menggunakan Sistem Informasi Pengecekan Data
KTP asli, Sistem Informasi Debitur (SID) dari Bank Indonesia dan Sistem Informasi
Debitur (SID) dari Bank Rakyat Indonesia. Mantri menggunakan fasilitas ini untuk
mengetahui kredibilitas dan kualitas calon debitur dalam pembayaran kewajiban
angsuran pada lembaga-lembaga finance lainnya seperti bank lain atau leasing.
Selain itu mantri bertugas untuk melengkapi seluruh persyaratan yang
dibutuhkan dalam pengajuan kredit dan menggali segala macam informasi yang
dibutuhkan, baik informasi dari data persyaratan kredit maupun dari informasi dari
42
masyarakat sekitar tempat tinggal dan usaha calon debitur, ketua RT ataupun orang
yang berpengaruh dilingkungan tersebut.
Apabila mantri telah merekomendasikan bahwa calon debitur tersebut layak
diberikan kredit proses berikutnya berlanjut kebagian analisa kredit.
4.3.2
Tahap Analisis dan Evaluasi Kredit
Analisa kredit bertugas untuk meneliti kembali bahwa calon debitur
tersebutmemang layak mendapatkan fasilitas kredit. Analisa kredit harus bersikap
independendan obyektif dalam memberikan penilaian layak atau tidak layak calon
debitur mendapatkan fasilitas kredit. Dalam analisa biasanya mantri melihat dari
pendapatan nasabah dan juga pengeluaran tersebut setiap bulannya. Hal ini yang
menjadi penentu berapa besar jumlah plafon, jangka waktu dan jenis fasilitas kredit
apa yang akan diberikan.
Mantri pun melakukan verifikasi tentang aktivitas usaha yang dilakukan oleh
calon debitur.dan mengumpulkan data-data persyaratan kredit untuk keperluan
analisa usaha dan kredit yang diajukan.
Adapun cara yang dilakukan oleh matri dalam menganalisis kredit adalah :
1. Wawancara langsung kepada calon nasabah, cara ini di gunakan untuk
menggali informasi berupa jenis kepemilikan tempat usaha beserta
nilai/harganya, lama usaha, status tempat tinggal, sertamengenai
kewajiban calon Debitur kepada pihak lain.
2. Mengamati aktivitas usaha yang dilakukan calon nasabah kredit, dengan
ketentuan bahwa usaha sudah berjalan minimal sudah 6 bulan dan
memiliki kinerja yang baik dan bisa menjadi cerminan bahwa debitur
memiliki kemampuan dalam membayar kewajibannya kepada bank
dikemudian hari, Bila perlu, melakukan konfirmasi kepada teman atau
rekan usaha, tetangga maupun kepada pihak-pihak lain yang mengetahui
keseharian calon nasabah kredit tersebut dan lebih bagus lagi orang yang
tahu karakter calon nasabah.
3. Melakukan pengambilan gambar dan/atau foto pada saat analis yang
bersangkutan berada di lokasi usaha debitur (analis harus ada di dalam
gambar dan foto tempat usaha dan agunan debitur).
4. Mencari tahu penghasilan tambahan yang di miliki calon Debitur dan
dapat di perhitungkan dengan ketentuan atau SOP kredit yang berlaku
43
Setiap penghasilan calon nasabah baik itu penghasilan utama maupun
penghasilan lain lain, dapat diperhitungkan sebagai penghasilan total dari
calon debitur dengan syarat penghasilan-penghasilan tersebut dapat dan
berhasil diverifikasi kebenarannya minimum selama tiga bulan berturutturut dalam enam bulan terakhir (didukung oleh dokumen-dokumen yang
dapat diverifikasi seperti buku bank, slip gaji dan dokumen lainnya).
Apabila nilai penghasilan tambahan tidak tetap, dapat diambil dari nilai
rata-rata informasi tiga bulan tersebut.
Mantri juga harus mengamati jaminan debitur yang akan diberikan kepada
pihak BRI, dimana jaminan tersebut harus asli. Adapun cara yang dilakukan BRI
Unit Jembatan Dua menilai agunan debitur yaitu :
1. Melakukan
verifikasi
kelengkapan
administratif
dan
keabsahan
agunankepada instansi terkait.
2. Dalam hal jika mantri BRI Unit Jembatan Dua tidak dapat melaksanakan
tugasnya dikarenakan agunan/jaminan tersebut berada diluar kota, maka
penilaian bisa dilakukan oleh mantri atau AO (Account Officer) di Kantor
Cabang / Supervisor di Kantor Cabang Pembantu yang terdekat dengan
agunan tersebut.
3. Menyerahkan berkas dan meminta pengesahan BATJ (Berita Acara
Taksasi Jaminan) kepada pemutus Kredit (Pemimpin Cabang/Pemimpin
Kantor Cabang Pembantu/OfficerMikro). Upayakan peninjauan langsung
(On The Spot) ke lokasi usaha dan agunan dilakukan pada hari yang
sama.
4. Setelah persyaratan kredit lengkap dan telah memperoleh data-data,
maka selanjutnya mantri segera melakukan analisa kredit.
5. Analisa Kredit Mikro Utama dilakukan dengan menggunakan scoring
system berbasis web.
6. Mantri sebagai petugas penyaring debitur terahir harus bisa memberikan
gambaran yang jelas mengenai kelayakan calon nasabah bank.
4.3.3
Tahap Pemutusan Kredit
Dalam tahap pencairan fasilitas kredit analisa mantri diperiksa kembali oleh
Customer Service (CS) untuk mencocokan data analisa mantri dengan yang terdapat
pada sistem setelah itu data diperiksa kembali oleh Ka Unit. Ka Unit wajib
44
mencocokan seluruh persyaratan kredit dan jaminan sesuai dengan dokumen aslinya.
Ini bertujuan untuk menghindari pemalsuan persyaratan kredit meskipun sebelumnya
sudah di cek keasliannya oleh mantri dan analisa kredit.
Setiap pemberian kreditharus dibuat suatu perjanjian tertulis antara bank dan
si penerima kredit.Isi perjanjian kredit tersebut mencantumkan segala hak dan
kewajiban kedua belah pihak. Hal-hal yang tertera dalam perjanjian kredit adalah
sebagai berikut :
1.
Maksimum kredit
Jumlah yang tertera dalam maksimum kredit (line of credit) adalah
jumlah tertinggi yang diizinkan kepada si penerima kredit. Jumlah ini
berdasarkan perhitungan kalkulasi kredit dalam aspek finansial.
2.
Jangka waktu
Sesuai dengan persetujuan antara pihak bank dan debitur, maka ada kredit
yang jangka waktu pendek,menengah,dan panjang.
3.
Keperluan kredit
Isi perjanjian kredit dicantumkan tujuan keperluan kredit sesuai dengan
bidang usaha debitur berdasarkan target produktivitas yang akan
dicapainya
4.
Bunga (Provisi)
Provisi kredit adalah suatu beban yang dikenakan kepada debitur sebagai
akibat dari perjanjian kredit yang dibuat. Provisi hatus dibayar secara
kontan oleh debitur pada saat pencairan kredit
5.
Bea Materai
Sesuai dengan aturan bea materai maka setiap pemerian kredit dikenakan
bea materai
6.
Cara penarikan dan cara pelunasan
Penarikan dan pelunasan ditetapkan dalam suatu jadwal tertentu
berdasarkan jadwal tertentu berdasarkan persetujuan bersama
7.
Jaminan kredit
Isi perjanjian harus dikemukakan secara teroerinci mengenai jaminan,
baik jumlah jaminan, nilai jaminan dn status kepemilikiannya, nilai
jaminan harus sesuai dengan penetapan transaksi bank.
45
8.
Asuransi
Setiap jaminan diasuransikan sesuai dengan sifat jaminan tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk mengamankan resiko apabila terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
9.
Ketentuan-ketentuan tambahan
Bank dapat menentukan ketentuan-ketentuan tambahan diluar ketentuan
pokok dan ketentuan tersebut dicantumkan dalam pasal tambahan
didalam permohnan kredit.
4.3.4
Tahap Pengawasan Kredit
Pengawasan kredit bertujuan untuk memastikan apakah prosedur kredit telah
menggunakan azas pemberian kredit yang sehat dan telah ada pengaman resiko dan
tujuan kredit sehingga kredit yang diberikan telah sesuai dengan ketentuan bank
rakyat indonesia dan ketentuan bank Indonesia. Pengawasaan kredit dilakukan oleh
Mantri bagian pengawasan intern bank atau bank Indonesia.
Pengawasan kredit dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1. Pengawasan aktif dengan mendatangi usaha debitur 3 bulan sekali dengan
tujuan mengetahui perkembangan usaha yang telah mendapatkan bantuan
tambahan dana (pinjaman)
2. Pengawasaan pasif dengan melihat aktifitas rekening nasabah baik
penyetoran maupun penarikan tabungan nasabah tersebut dan melihat
kelancaran pembayaran angsuran kreditnya.
Meskipun dalam memberikan fasilitas kredit sudah melalui berbagai tahap
dan persyaratan yang dilakukan oleh petugas bank. Tapi tetap terkadang masih ada
saja kredit yang berjalan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan atau bisa disebut
kredit yang kurang lancar bahkan terkadang sampai bisa disebut kredit yang macet.
4.4
Hasil Analisis
Dalam penelitian ini, terdapat 5 responden yang dilakukan in depth interview.
Adapun informasi mengenai responden secara umum dijabarkan sebagai berikut :
1. Untuk nasabah A1, dana yang dipinjam sebesar Rp 75.000.000 dengan
jangka waktu 24 bulan. Dana tersebut diajukan sendiri oleh A1 dan
setelah pencairan, dana tersebut pun dipakai untuk sendiri yang sesuai
dengan perjanjian kredit.
46
2. Untuk nasabah A2, dana yang dipinjam sebesar Rp 30.000.000 dengan
jangka waktu 36 bulan. Dana tersebut diajukan sendiri oleh A2 dan
setelah pencairan, dana tersebut pun dipakai untuk sendiri yang sesuai
dengan perjanjian kredit.
3. Untuk nasabah A3, dana yang dipinjam sebesar Rp 25.000.000 dengan
jangka waktu 36 bulan. Dana tersebut memang diajukan oleh A3 tetapi
setelah pencairan dana diberikan dan dipakai oleh kedua anaknya yang
bernama X dan Y. Disini dapat dilihat bahwa dana yang digunakan tidak
sesuai dengan perjanjiaan kredit awal.
4. Untuk nasabah A4, dana yang dipinjam sebesar Rp 8.000.000 dengan
jangka waktu 12 bulan. Dana tersebut memang diajukan oleh A4 tetapi
setelah pencairan dana tersebut dibagi dua oleh anaknya yang bernama Z.
Disini dapat dilihat bahwa dana yang digunakan tidak sesuai dengan
perjanjiaan kredit awal.
5. Untuk nasabah A5, dana yang dipinjam sebesar Rp 27.000.000 dengan
jangka waktu 24 bulan. Dana tersebut diajukan sendiri oleh A5 dan
setelah pencairan, dana tersebut pun dipakai untuk sendiri yang sesuai
dengan perjanjian kredit.
Adapun hasil dari analisis in depth interview dari 5 responden adalah sebagai
berikut :
4.4.1
Pertanyaan Pertama Mengenai Penggunaan Dana
1. A1 “dana yang saya gunakan untuk renovasi rumah”
Nasabah A1 menggunakan dana tersebut sesuai dengan tujuan perjanjian
kredit, yaitu dana digunakan untuk merenovasi rumah. A1 melakukan
pengajuan kredit sebesar Rp 100.000.000 akan tetapi BRI Unit Jembatan
Dua hanya memberikan dana pinjaman kepada A1 sebesar Rp
75.000.000. Rencananya, A1 ingin melakukan renovasi rumah dengan
membuat rumah tersebut menjadi 2 lantai.Namun hasilnya menjadi 3
lantai.Hal ini dikarenakan A1 ingin melakukan investasi dalam jangka
yang panjang.A1 membuat kost-kostan sebanyak 12 pintu dengan asumsi
setiap bulannya bisa menerima pendapatan sebesar Rp 7.200.000 yang
nantinya uang tersebut bisa digunakan untuk melakukan pembayaran
angsuran dan sisanya untuk menambah modal usaha konveksinya.
47
2. A2 “dana yang saya gunakan untuk membuat kontrakan”
Nasabah A2 menggunakan dana tersebut sesuai dengan tujuan perjanjian
kredit, yaitu dana digunakan untuk menambah kontrakan. A2 melakukan
pengajuan kredit sebesar Rp 30.000.000.Awalnya A2 hanya memiliki
kontrakan sebanyak 4 pintu saja. Dana pinjaman dari BRI Unit Jembatan
Dua tersebut cukup untuk pembuatan tambahan kontrakan sebanyak 2
pintu dan bila terdapat kekurangan dana, A2 masih bisa menutupinya
dengan dana dari usaha warung sembakonya. Jadi jumlah kontrakan A2
sekarang menjadi 6 pintu.
3. A3 “semua dana pinjaman BRI, saya berikan untuk kedua anak saya”.
Nasabah A3 melakukan pengajuan kredit sebesar Rp 25.000.000.Dalam
perjanjian kredit, pengajuan pinjaman tersebut ingin digunakan untuk
renovasi rumah. Tetapi pada kenyataannya dana tersebut disalahgunakan
oleh A3. Nasabah A3 memberikan dana pinjaman tersebut kepada kedua
anaknya yaitu X dan Y, Untuk X, dana tersebut digunakan untuk
melunasi pinjaman KPR sedangkan untuk Y, dana tersebut digunakan
untuk konsumsi pribadi.
4. A4 “dua kali melakukan pinjaman, namun pinjaman kali ini dananya saya
bagi dua dengan anak saya”.
Nasabah A4 melakukan pengajuan kredit sebesar Rp 10.000.000 akan
tetapi BRI Unit Jembatan Dua hanya memberikan dana pinjaman kepada
A4sebesar Rp 8.000.000. Pada perjanjian kredit, dana tersebut digunakan
untuk merenovasi rumah. Akan tetapi A4 telah menyalahgunakan dana
tersebut. Dana yang dipinjem dibagi dua oleh anaknya yaitu Z. Dana Rp
4.000.000 digunakan oleh A4 untuk renovasi rumah di lantai 2.
Sedangkan sisa dana Rp 4.000.000 digunakan oleh Z untuk membuka
usaha baru dengan berjualan gorengan.
5. A5 “saya menggunakan dana tersebut untuk menambah modal usaha”
Nasabah A5 melakukan pengajuan kredit sebesar Rp 27.000.000.Dalam
perjanjian kredit, pengajuan pinjaman tersebut ingin digunakan
untuk.menambah modal usaha warung nasi dan kreditan barang.Dana
yang diberikan oleh BRI Unit Jembatan Dua cukup untuk modal usaha
A5. Bahkan A5 pun mempunyai rencana sisa dana pinjaman tersebut
ingin
digunakan
untuk
pembelian
gerobak.
Gerobak
tersebut
48
akandigunakan untuk jualan bubur ayam setiap pagi yang nantinya akan
dibantu oleh anaknya A5.
Dari kelima nasabah yang diwawancarai oleh peneliti, maka dapat
disimpulkan bahwa ada 2 orang nasabah yaitu nasabah A3 dan A4 yang melakukan
penyalahgunaan kredit. Adanya kecenderungan dari nasabah untuk menggunakan
dana pinjaman untuk konsumsi pribadi yang nantinya akan berdampak kredit
bermasalah dan biasanya lepas dari rasa tanggung jawab untuk melakukan
pembayaran angsuran kredit.
4.4.2 Pertanyaan Kedua Mengenai Menurunnya Usaha Berdampak pada
Omset Yang di Dapat
1. A1 “saya fikir usaha lancar tapi malah tidak karuan”
Nasabah A1 sudah membuat pemikiran bahwa usaha yang dikerjakan
selama ini berjalan dengan lancar.Namun ternyata terdapat kendala yang
di alami oleh A1.Akibat dari faktor pasar yang lesu maka barang menjadi
menumpuk sehingga barang yang ada belum laku terjual. Adapun kendala
yang lain disebabkan oleh faktor ekonomi seperti perubahan kurs mata
uang. Jika harga dollar naik maka terjadi juga kenaikan pada bahan baku.
Cara A1 mengelola kembali usaha yang menurun adalah dengan
membuat merk baju sendiri karena selama ini A1 hanya sebagai jasa
produksi yang menerima pesanan klien.Hal ini didukung juga dengan
pengetahuan nasabah terhadap produksi dan sudah memiliki sertifikat.
2. A2 “kontrakan sepi karena susah mendapatkan air bersih dan warung
sembako hampir ditutup”
Nasabah A2 memiliki usaha kontrakan dan warung sembako kecilkecilan.Dari 6 pintu kontrakan hanya 2 pintu saja yang terisi dan sisanya
4 pintu kosong.Hal ini disebabkan karena perubahan cuaca dan musim
kemarau sehingga mengakibatkan susahnya mendapatkan air bersih untuk
kehidupan sehari-hari.Adapun usaha lainnya A2 yaitu warung sembako
yang semakin hari semakin habis.Ini dikarenakan omset yang didapat
pada warung sembako digunakan untuk kehidupan sehari-hari A2.Cara
A2 mengelola kembali usaha yang menurun adalah dengan mengganti
usaha warung sembako menjadi lapangan parkir.Untuk membuat usaha
lapangan parkir, suami nasabah A2 mendapat uang sedikit dari kerabat
49
keluarga namun pengerjaaannya pun belum sampai selesai. A2 pun
bekerja tambahan sebagai ojek online dan mendapatkan penghasilan juga
sebagai RT ( Rukun Tetangga ). Adapun hasil yang didapat dari ojek
online dan hasil sebagai RT (Rukun Tetangga ) saat ini digunakan hanya
untuk pembayaran angsuran kredit BRI Unit Jembatan Dua. Setelah lunas
maka akan melanjutkan kembali pembuatan lapangan parkirnya.
3. X “kontrakan sepi, banyak karyawan konveksi yang pengangguran”
Nasabah A3 memang memiliki usaha kontrakan. Namun mengenai
pertanyaan tentang menurunnya pendapatan usaha, hal ini yang
memberikan komentar adalah X.
X merupakan anak pertama dari nasabah A3 dan dia merupakan salah
satu anak yang menggunakan dana pinjaman kredit BRI. Setelah dimintai
keterangan, bahwa biasanya orang yang menyewa kontrakan tersebut
adalah pekerja konveksi.Tetapi untuk beberapa bulan ini para pekerja
konveksi tidak memiliki pekerjaan.Hal ini dikarenakan faktor ekonomi
menurun dan menyebabkan daya tarik pembeli pun juga menurun.
4. A4 “usaha saya alhamdulillah berjalan dengan lancar”.
Nasabah A4 memiliki usaha dagang nasi dan dagang combro.Usaha yang
sudah dibangun selama ini berjalan dengan lancar.Dagangan yang dibuat
setiap harinya selalu laku dan habis. Rencananya nasabah A4 ingin
mengembangkan usaha yang nantinya akan dirintis oleh anak
perempuannya yang bernama Z. Adapun Z membuka usaha baru dengan
menjual gorengan di tempat tinggalnya.
5. A5 “salah satu usaha saya yaitu kreditan barang kini sudah tidak lagi”
Nasabah A5 memiliki usaha warung nasi di pasar, kontrakan sebanyak 4
pintu dan kreditan barang.Namun pada kenyataannya A5 mengalami
kendala.Usaha kreditan barangnya kini sudah tidak dijalani kembali.Hal
ini diakibatkan banyak pembeli yang tidak membayar kredit barang
tersebut sehingga menjadi bangkrut. Selain itu usaha A5
membuat
warung nasi pun sepi dikarenakan bulan puasa dan terkena gusur
pemerintah. Sehingga A5 pun berhenti membuka usahanya selama 2
bulan. Adapun cara mengelola kembali usaha A5 yaitu dengan mencari
tempat usaha baru untuk membuka usaha warung nasi kembali.
50
Dari kelima nasabah yang diwawancarai oleh peneliti, maka dapat
disimpulkan bahwa hanya 1 orang saja yang usahanya berjalan dengan lancar,
sedangkan 4 orang lainnya memiliki kecenderungan yang usahanya mengalami
penurunan dan mencoba mencari solusi yang terbaik agar bisa memajukan usahanya
seperti dulu.
4.4.3 Pertanyaan Ketiga Mengenai Nasabah Yang Tidak Memiliki Iktikad
Baik atau Memiliki Pinjaman Sebelum di BRI Unit Jembatan Dua.
1. A1 “saya memiliki pinjaman di bank lain sebelum BRI”
Nasabah A1 memiliki pinjaman di bank lain sebelum di bank BRI. Sisa
pinjaman yang harus dilunasi di bak lain tersebut tinggal 1 kali
pembayaran angsuran saya. Selama ini walaupun A1 memiliki pinjaman
di bank lain akan tetapi pembayaran angsuran di BRI tetap berjalan
lancar. Hanya saja faktor yang menyebabkan kredit bermasalah terdapat
pada faktor perekonomian yang kurang baik.Namun nasabah A1 masih
memiliki iktikad yang baik. A1 akan menempuh cara dengan menjual
salah satu asset yang dia miliki. Proses penjualan rumah A1 pun
prosesnya sudah hampir selesai. Adapun setelah A1 mendapatkan dana
tersebut maka pinjaman kredit yang terdapat pada BRI akan langsung
dilunasi, mengingat jaminan Surat Jual Beli Rumah (SJB) masih berada
di BRI Unit Jembatan Dua.
2. A2 “tidak memiliki pinjaman dimana pun, hanya di BRI saja”
Nasabah A2 sebelumnya belum pernah memiliki pinjaman di bank lain,
hanya memiliki pinjaman di BRI Unit Jembatan Dua saja. Jaminan
nasabah A2 pun yaitu Surat Jual Beli Rumah (SJB) masih terdapat di BRI
Unit Jembatan Dua. Nasabah A2 masih memiliki rasa tanggung jawab
terhadap pinjaman kredit pad BRI. Mengingat usaha yang ada menurun,
adapun cara yang A2 tempuh untuk membayar pinjaman kredit adalah
dengan mempunyai kerja tambahan. Suami A2 bekerja sebagai ojek
online sedangkan A2 sendiri sebagai ketua Rukun Tetangga (RT).
3. X “memang dana kredit tersebut sengaja A3 pinjam namun dana tersebut
digunakan oleh saya dan adik saya yang bernama Y”.
Nasabah A3 awalnya merupakan salah satu nasabah yang baik pada BRI
Unit Jembatan Dua. Namun untuk peminjaman dana kredit kali ini tidak
51
sesuai dengan niatnya. A3 sengaja mendapatkan pinjaman kredit dan rela
untuk namanya digunakan sebagai jaminan atas pertanggung jawaban
dana pinjaman kredit tersebut. Faktanya, kedua anak nasabah A3 sulit
untuk ditemui bahkan dihubungi melalui telepon pun jarang untuk di
angkat.Sedangkan
A3 yang
sebagai
peminjam pun
tidak
mau
menanggung semua ini.A3 selalu melemparkan masalah tersebut kepada
kedua anaknya.Pada akhirnya peneliti pun bisa menemui salah satu anak
dari A3 yaitu yang bernama X. Dari jawaban yang diberikan oleh X
terlihat jelas bahwa dia cuma bisa janji dan membuat peraturan sendiri
untuk melakukan pembayaran pinjaman tersebut tanpa dia tahu peraturan
bank yang sebenarnya.
4. A4 “saya tidak pernah tidak membayar angsuran, hanya saja menantu
saya tidak menyetorkan dana tersebut ke bank BRI”.
Nasabah A4 telah melakukan peminjaman kredit sebanyak dua kali.Untuk
yang kedua kalinya ini A4 yang menjadi sasaran untuk dimintai
keterangan mengenai keterlambatan pembayaran angsuran pinjaman
selama 4 bulan berturut-turut.Nasabah A4 merasa shockbahkan tidak
percaya jika dirinya menjadi salah satu nasabah yang nunggak.Setelah
dimintai keterangan, bahwa menantu A4 tidak memiliki iktikad yang
baik. Selama 4 bulan A4 menitipkan uang pembayaran angsuran kepada
menantunya akan tetapi tidak dibayarkan oleh dia. Dana tersebut
digunakan untuk konsumsi pribadinya. A4 pun berusaha untuk menegur
menantunya tersebut akan tetapi menantunya tidak menunjukkan rasa
tanggung jawab atas perbuatannya. Dia rela jika BPKB motor yang
dijaminkan untuk pinjaman itu disita oleh pihak BRI.
5. A5 “pinjaman kredit saya cuma di BRI Unit Jembatan Dua saja”
Nasabah A5 hanya memiliki pinjaman kredit di BRI Unit Jembatan
Dua.Sebaliknya karena usaha A5 mengkreditkan barang, jadi banyak
pembeli yang memiliki hutang dengannya. Ketika ditemui oleh peneliti,
bahkan A5 pun sudah menyiapkan dana untuk pembayaran angsuran
bulan tersebut. Untuk perbulannya A5 harus membayar angsuran sebesar
Rp 1.557.000 namun nasabah A5 hanya memiliki dana sebesar Rp
1.000.000. Walau pembayaran angsuran yang diberikan A5 sebetulnya
belum sesuai dengan jumlah angsurannya, namun nasabah A5 memiliki
52
rasa bertanggung jawab dan iktikad yang baik untuk membayarnya.
Untuk bulan selanjutnya A5 akan lebih berusaha lagi untuk melakukan
pembayaran angsuran sesuai dengan jumlah yang harus dibayar.
Dari kelima nasabah yang diwawancarai oleh peneliti, maka dapat
disimpulkan bahwa ada 2 orang nasabah yaitu nasabah A3 dan A4 yang tidak
memiliki iktikad yang baik untuk pinjaman kredit BRI ini.Kedua nasabah tersebut
sengaja dengan segala upaya untuk mendapatkan pinjaman kredit. Lalu setelah dana
pinjaman kredit diperoleh tidak adanya rasa tanggung jawab untuk melakukan
pembayaran. Terlihat jelas bahwa perilaku nasabah tidak patut untuk dicontoh.
4.4.4 Pertanyaan Keempat Mengenai Karyawan BRI Unit Jembatan Dua,
Dimana Karyawan Dituntut Untuk Melaksanakan Pekerjaannya Secara
Professional
1. A1 “pelayanan baik tapi ada sedikit yang masih belum jelas”
Nasabah A1 memberikan komentar bahwa pelayanan yang diberikan oleh
karyawan BRI Unit Jembatan Dua sudah cukup baik.Adapun masih
terdapat sedikit kekurangan yaitu pada saat akad kredit, customer service
tidak menjelaskan mengenai jika nasabah mengalami keterlambatan
dalam melakukan pembayaran angsuran dan jaminan yang diberikan
apakah harus dilelang atau tidak.Hal ini terjadi dikarenakan jumlah
dokumen yang harus di tanda tangani banyak dan keterbatasannya waktu
untuk menjelaskan sehingga karyawan lupa menyampaikan hal tersebut
kepada nasabah.
2. A2 “alhamdulillah, pelayanannya bagus dan informasi juga sudah cukup
jelas”
Nasabah A2 memberikan komentar bahwa pelayanan yang diberikan oleh
karyawan BRI Unit Jembatan Dua dan informasi yang di dapat sudah
cukup jelas. Pada saat A2 ingin melakukan permohonan kredit di BRI
Unit Jembatan Dua, A2 mendapatkan kepuasan atas pelayanan karyawan
bank BRI. Dari awal peermohonan pun dijelaskan syarat dan ketentuanketentuan untuk melakukan pinjaman.Pada akhirnya pun nasabah A2
tertarik untuk melakukan pinjaman kredit di BRI Unit Jembatan Dua.
53
3. X “pelayanan BRI cukup memuaskan”.
Mengenai pertanyaan tentang cara karyawan BRI dalam melakukan
pengerjaan sudah professional apa belumnya, hal ini yang memberikan
komentar adalah X. Xmemberikan komentar bahwa pelayanan di BRI
cukup baik. Terlihat jelas cara karyawan melayani nasabahnya dengan
sopan. Dengan memberikan kualitas pada pelayanan yang baik, dapat
diandalkan, memiliki daya tanggap dan memiliki empati atau rasa
perhatian yang lebih, maka nasabah pun akan merasa puas. Cara
melakukan penagihan pun walau nasabah A3 mengalami kredit
bermasalah akan tetapi gaya bicaranya kepada X masih sopan.
4. A4 “pelayanan BRI bagus dan informasi sangat jelas”.
Nasabah A4 sudah dua kali melakukan pinjaman kredit di BRI Unit
Jembatan Dua.Hal ini membuktikan bahwa nasabah A4 telah medapatkan
pelayanan yang baik dari karyawan BRI.Bahkan jika pinjaman sudah
lunas, nasabah A4 ingin melakukan suplesi kembali.Suplesi disini di
maksud ingin melakukan permohonan pinjaman kredit kembali.Adapun
jika terdapat pertanyaan yang ingin diajukan tentang produk kredit BRI,
biasanya A4 menghubungi melalui telepon kepada customer service atau
Mantri.
5. A5 “karyawan dan pelayanannya cukup ramah tamah”
Nasabah A5 memberikan komentar bahwa pelayanan yang diberikan oleh
karyawan BRI Unit Jembatan Dua cukup baik sekali.Sikap dan
pelayannnya ramah tamah dan memiliki pengetahuan produk yang baik.
Setiap nasabah A5 datang ke kantor BRI Unit Jembatan Dua, karyawan
BRI tersebut membantu nasabah untuk melakukan transaksi seperti
melakukan pembayaran angsuran. Di samping itu, dijelaskan juga tentang
sudah berapa kalinya pembayaran pinjaman tersebut berjalan dan sisanya
yang harus dibayar.
Dari kelima nasabah yang diwawancarai oleh peneliti, maka dapat
disimpulkan bahwa kelima orang nasabah memberikan komentar bahwa karyawan
BRI sudah memberikan pelayanan yang terbaik dan secara professional.Seluruh
karyawan BRI Unit Jembatan Dua melakukan pekerjaannya secara maksimal sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan.Kelima nasabah merasa puas atas
54
pelayanan dan kinerja yang diberikan sehingga mereka tetap mempercayai bahwa
BRI adalah sebagai salah satu bank pemerintah yang memberikan jasa yang baik.
4.4.5 Pertanyaan Kelima Mengenai Bagaimana Proses Pengajuan Pinjaman
Kredit pada BRI Dibandingkan dengan Bank Lain
1. A1 “mudah untuk pengajuan pinjaman kreditnya, asal mengikuti
prosedurnya saja”
Sebelum A1 mengajukan pinjaman kredit di BRI Unit Jembatan Dua,
nasabah A1 sudah memiliki pinjaman di Bank Danamon.Nasabah A1
melakukan pinjaman di Bank Danamon untuk persyaratan awalnya saja
tidak diharuskan menggunakan jaminan.Tetapi prosedur tersebut sudah
tiga tahun yang lalu.Pada saat A1 mengajukan pinjaman kredit di BRI
Unit Jembatan Dua, memang diharuskan menggunakan jaminan. Namun
proses pencairannya lebih cepat. Jika sudah melunasi pinjaman kredit
tersebut maka jaminan yang terdapat di BRI juga bisa langsung di ambil.
Sedangkan untuk di Bank Danamon walaupun nasabah sudah melunasi
pinjaman kreditnya, akan tetapi jaminan baru bisa diambil setelah 1 bulan
lamanya.
2. A2 “semuanya bagus dan mudah prosesnya ”
Nasabah A2 memberikan komentar bahwa untuk pengajuan kredit di BRI
prosesnya mudah dalam pengajuan pinjaman kreditnya.Di samping itu
lokasi BRI terdapat dimana-mana dan strategis jadi untuk melakukan
pembayaran angsuran pun mudah di jangkau.Untuk pinjaman mikro di
BRI Unit Jembatan Dua hanya terdapat 2 produk saja yaitu KUR dan
KUPEDES namun itu sangat membantu masyarakat menengah ke bawah.
3. A3 “cukup mudah apalagi jika sudah pernah melakukan pinjaman di BRI
sebelumnya”.
Nasabah A3 memberikan komentar bahwa untuk proses pengajuan
pinjaman kredit di BRI Unit Jembatan Dua cukup mudah. Apalagi
nasabah A3 sudah pernah melakukan pinjaman kredit sebelumnya.
Dulunya nasabah A3 termasuk nasabah yang baik untuk proses pinjaman
dan pembayaran angsurannya makanya BRI memberikan pinjaman
kembali untuk yang kedua kalinya kepada A3. Data nasabah A3 sudah
55
ada di BRI Unit Jembatan Dua.Jadi hanya tinggal meneruskan dan
melengkapi saja jika terdapat data yang baru.
4. A4 “mudah dan bunga ringan daripada meminjam dana dengan kredit
keliling”.
Nasabah A4memberikan komentar bahwa untuk pengajuan kredit di BRI
Unit Jembatan Dua persyaratan mudah. Selain itu bunga yang ditawarkan
oleh BRI sangat ringan daripada harus meminjam dana dengan kredit
keliling. Bunga yang dikenakan hanya 0,95% untuk produk KUR.
Sedangkan dengan kredit keliling bunga bisa mencapai 2%.Hal ini
membuktikan bahwa nasabah A4 telah melakukan pengajuan pinjaman
sebanyak dua kali. Nasabah A4 bahkan mempromosikan kepada kerabat
dan tetangga terdekat jika membutuhkan dana bisa mengajukan ke BRI
Unit Jembatan Dua. Sudah terbukti juga masyarakat sekitar A4 yang
melakukan pengajuan kredit di BRI Unit Jembatan Dua
5. A5 “persyaratan mudah dan di cover oleh asuransi”
Nasabah A5 memberikan komentar bahwa melakukan pinjaman kredit di
BRI cukup mudah. Disamping itu, lokasi rumah A5 rawan akan
kebakaran. Khusus untuk nasabah yang mengambil produk mikro
KUPEDES maka untuk barang yang dijaminkan akan diasuransikan .
Biasanya khusus Surat Jual Beli dan Girik jika terjadi kebakaran maka
akan diganti atau diasuransikan. Asuransi yang diberikan sesuai dengan
jumlah kerugian yang ditanggung oleh nasabah.Selain itu BRI
memberikan fasilitas asuransi mikro Asuransi Kesehatan dan Kecelakaan
(AKK).Asuransi jiwa tersebut jika nasabah A5 mengalami kecelakaan
atau sakit parah, maka bisa di claim di BRI Unit Jembatan Dua.
Dari kelima nasabah yang diwawancarai oleh peneliti, maka dapat
disimpulkan bahwa kelima orang nasabah tidak mengalami kesulitan dalam
melakukan pengajuan kredit.Selain persyaratannya mudah, bunga yang diberikan
oleh BRI pun sangat ringan. Untuk produk KUR hanya 0,95% sedangkan untuk
produk KUPEDES 1,6% untuk plafon Rp 5.000.000 hingga Rp 50.000.000 dan 1,2%
untuk plafon di atas Rp 50.000.000 hingga Rp 100.000.000.
56
4.4.6
Pertanyaan Keenam Mengenai Hubungan Intern Bank
1. A1 “tidak memiliki hubungan apa-apa dengan pihak bank”
Nasabah A1 menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang lebih antara A1
dengan karyawan BRI Jembatan Dua.Disini terlihat jelas memang
hubungannya hanya sebatas nasabah dengan karyawan.Hal ini bisa
dibuktikan pada saat pertama kali nasabah memberikan dokumen untuk
persyaratan pengajuan kredit. Dokumen seperti Kartu Tanda Penduduk
(KTP), Kartu Keluarga (KK) dan surat nikah merupakan suatu bukti jika
nasabah tidak memiliki hubungan khusus dengan pihak karyawan BRI.
2. A2 “tidak ada hubungan khusus bahkan karyawan yang datang kerumah
selalu ganti”
Nasabah A2 memberikan komentar bahwa tidak ada hubungan khusus
antara A2 dengan karyawan BRI. Seperti halnya A1, nasabah A2 pun
membuktikannya dengan dokumen yang dimiliki dan sesuai dengan yang
ada di Indonesia. A2 adalah nasabah yang mengalami kredit bermasalah
sehingga setiap bulannya karyawan BRI mendatangi rumahnya untuk
melakukan penagihan.Karyawan yang datang setiap bulan selalu
bergantian.
3. X “tidak ada, bahkan saya baru pertama kalinya bertemu dengan pihak
karyawan BRI”.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa untuk pertanyaan tentang
adakah hubungan nasabah dengan pihak karyawan bank pun di jawab
oleh X. X memberikan komentar bahwa tidak ada hubungan intern antara
keluarga A3 dan pihak karyawan bank. Hal ini pun terbukti bahwa X baru
pertama kalinya bertemu dengan pihak karyawan BRI.Itu pun
dikarenakan pihak karyawan BRI mendatangi rumah A3 untuk
melakukan penagihan.Hanya X yang dapat ditemui sedangkan untuk Y
menghilang begitu saja.
4. A4 “tidak ada, saya tahu BRI bisa pinjam dana dari tetangga saya”.
Nasabah A4memberikan komentar bahwa dia tidak memiliki hubungan
intern dengan pihak karyawan BRI.A4 pertama kali mendapatkan
informasi mengenai pinjaman kredit di BRI itu dari tetangganya.Saat itu
A4
sempat
ingin
melakukan
pinjaman
dengan
kredit
keliling.Pertimbangan A4 memililih BRI dibandingkan dengan kredit
57
keliling adalah suku bunga dan prosedur persyaratan pinjaman.Setelah
dipikirkan kembali pada akhirnya A4 memutuskan untuk melakukan
pinjaman kredit di BRI saja.
5. A5 “tidak memiliki hubungan apapun dengan pihak karyawan bank”
Nasabah A5 memberikan komentar bahwa tidak ada hubungan yang lebih
antara A5 dengan pihak karyawan bank.A5 merupakan salah satu nasabah
yang kreditnya bermasalah pada BRI Unit Jembatan Dua.Adapun jika A5
terdapat hubungan khusus atau kerabat dengan pihak karyawan bank
sudah pasti A5 tidak mungkin ditagih secara terus menerus oleh pihak
bank.Selain itu dokumen Kartu Keluarga (KK) pun menjadi bukti jika
memang tidak terdapat hubungan keluarga.
Dari kelima nasabah yang diwawancarai oleh peneliti, maka dapat
disimpulkan bahwa kelima orang nasabah tidak ada yang memiliki hubungan intern
dengan pihak karyawan bank.Semua responden hubungannya hanya sebatas antara
nasabah dengan pekerja saja.
Hal ini bisa dibuktinya dengan dokumen yang wajib dan penting untuk
dimiliki.Dokumen resmi yang harus dimiliki oleh seluruh penduduk Indonesia adalah
Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK).Kartu Tanda Penduduk
(KTP) adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang berlaku di Negara
Indonesia.Biasanya Kartu Tanda Penduduk (KTP) itu dimiliki seseorang yang sudah
berumur 17 tahun atau yang sudah menikah.Sedangkan untuk Kartu Keluarga (KK)
adalah kartu identitas keluarga yang memuat data tentang susunan, hubungan dan
jumlah anggota keluarga dan setiap keluarga wajib memiliki Kartu Keluarga (KK).
Adapun jika ada nasabah yang sudah menikah harus memiliki surat nikah.
4.4.7
Pertanyaan Ketujuh Mengenai Pengawasan Bank
1. A1 “pihak bank selalu ingatkan saya akan pembayaran angsuran”
Nasabah A1 menjelaskan bahwa ketika sudah melewati jatuh tempo
pembayaran, maka biasanya pihak bank mengingatkan dengan cara
menelepon. Selain dengan telepon, pihak bank pun berkunjung baik itu ke
rumah nasabah maupun ke tempat usaha nasabah. Hasil kesimpulan
nasabah A1 adalah pihak karyawan BRI Unit Jembatan Dua selalu tidak
pernah lupa untuk selalu mengingatkan saya dalam proses pembayaran
angsuran.
58
2. A2 “selalu diberitahukan bahkan pihak karyawan bank dari pusat pun
berkunjung kerumah”
Nasabah A2 memberikan komentar bahwa pihak karyawan BRI Unit
Jembatan Dua selalu memberitahukan dan menegur nasabah jika nasabah
belum bayar angsuran. Hal ini dibuktikan juga dengan adanya pihak
karyawan BRI dari kantor pusat yang mendatangi langsung nasabah A2
untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab nasabah A2 mengalami
keterlambatan pembayaran sehingga menimbulkan kredit bermasalah
pada BRI Unit Jembatan Dua.
3. A3 “setiap bulannya selalu mengingatkan tapi apa daya saya masih belum
bisa membayar tunggakan tersebut”.
Nasabah A3 memberikan komentar bahwa pihak karyawan BRI Unit
Jembatan Dua selalu mengingatkan nasabah bahkan setiap bulannya
untuk tidak menunggak lagi dikarenakan nasabah sudah menunggak
selama 4 bulan. Adapun dana tersebut yang menggunakan adalah anak
A3 yaitu X dan Y, maka pihak karyawan BRI Unit Jembatan Dua pun
berusaha membantu A3 untuk mencoba melakukan penagihan kepada
kedua anaknya. Pada saat pertama kalinya pihak karyawan BRI berhasil
menemui X, pihak karyawan bank langsung menjelaskan secara rinci
peraturan proses kredit hingga pencairan dana kredit yang ada di bank
sehingga X tidak lagi menghilang pada saat dimintai keterangan dan tidak
menghindar pada saat di telepon.
4. A4 “selalu memberikan informasi kepada nasabah setiap melewati jatuh
tempo”.
Nasabah A4 memberikan komentar bahwa pihak karyawan BRI Unit
Jembatan Dua selalu memberikan informasi mengenai pinjaman kredit,
Hal ini dibuktikan pada saat pihak karyawan bank mendatangi rumah
nasabah A4.
Nasabah A4 merasa kaget ketika dia mengetahui bahwa dana yang selalu
disiapkan untuk pembayaran angsuran pinjaman telah disalahgunakan
oleh menantunya. Selama ini A4 selalu menitipkan dana tersebut untuk
dibayarkan di BRI. Disini terlihat jelas bahwa ada dengan adanya
keterbukaan dan hubungan yang baik antara nasabah dengan bank
59
sehingga dengan mudahnya nasabah dapat mengontrol sudah sejauh mana
pinjaman tersebut dibayarkan.
5. A5 “dengan pengawasan bank yang bagus, maka saya menjadi berusaha
untuk mendapatkan dana guna untuk pembayaran pinjaman kredit”
Nasabah A5 memberikan komentar bahwa pada awalnya A5 merasa tidak
mampu untuk melunasi hutang yang ada di BRI Unit Jembatan
Dua.Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa A5 mengalami
penurunan pendapatan usaha sehingga sulit untuk melakukan pembyaran
pinjaman. Karena pihak karyawan bank selalu menjaga hubungan yang
baik antara nasabah dengan bank maka pihak bank pun menjelaskan
prosedur pinjaman kredit dan konsekuensi apa yang akan diberikan jika
tidak bisa membayar angsuran. Nasabah A5 menjadi bersemangat untuk
mencari dana dan memberikan keterangan kemampuan A5 dalam
melakukan pembayaran angsuran. Walaupun A5 tidak membayar
pinjaman kredit sesuai dengan jumlah angsuran akan tetapi A5 memiliki
iktikad yang baik yang sesuai kemampuannya untuk membayar hutang.
Dari kelima nasabah yang diwawancarai oleh peneliti, maka dapat
disimpulkan bahwa pihak karyawan BRI Unit Jembatan Dua selalu mengingatkan
nasabah jika nasabah lupa melakukan pembayaran atau lewat dari jatuh tempo yang
diberikan. Adapun pihak karyawan BRI Unit Jembatan Dua selalu memberikan
informasi mengenai kredit, baik itu proses awal kredit hingga pencairan dan jumlah
sisa hutang yang harus dibayar sehingga hal tersebut dapat memotivasi nasabah
untuk melakukan pembayaran yang sesuai dengan kemampuannya.
4.5
Faktor-Faktor Penyebab Kredit Bermasalahpada Bank BRI Unit
Jembatan Dua
Adapun dari hasil penelitian, terdapat beberapa hal yang menyebabkan kredit
bermasalah antara lain :
1. Penyalahgunaan kredit
Dalam analisiskredit, dijelaskan bahwa kebutuhan kredit nasabah adalah
untuk
investasi.Namun
dalam
proses
berjalannya
nasabah
melakukanpenyimpangan. Kredit diajukan untuk produktif usaha menjadi
kredit konsumtif dimana kredit tersebut digunakan untuk biaya sekolah,
biaya melahirkan dan lain-lain.
60
Untuk penyebab penyalahgunaan krdit pada penjabaran diatas terdapat
pada nasabah A3 dan A4.
2. Kelemahan karakter nasabah
a. Nasabah tidak beritikad tidak baik
Nasabah sebenarnya mampu untuk membayar pinjaman akan tetapi
niatnya memang buruk kepada bank atau karakter nasabah buruk
untuk tidak melakukan pembayaran pinjaman tersebut.
Untuk kelemahan karakter nasabah pada penjabaran diatas terdapat
pada nasabah A3 dan A4.
b. Nasabah menghilang
Menghilangnya nasabah sudah pasti membuat kredit mejadi
bermasalah. Menghilangnya nasabah dapat disebabkan berbagai hal
seperti sengaja melarikan diri karena mempunyai hutang dan terlibat
masalah lainnya.
Untuk nasabah menghilang pada penjabaran diatas terdapat pada
nasabah A3 dimana anak A3 yang bernama X dan Y sulit untuk
ditemui.
3. Kelemahan kemampuan nasabah
a. Tidak mampu mengembalikan kredit karena terganggu kelancaran
usaha
Ada berbagai bentuk ketidakmampuan pengembalian kredit seperti
usaha nasabah memiliki penurunan pendapatan, namun pada
prinsipnya nasabah masih beritikad baik untuk membayarkan
kewajibannya
Untuk nasabah yang mengalami gangguan pada usahanya pada
penjabaran diatas terdapat pada nasabah A1, A2 dan A5.
b. Kemampuan manajemen yang kurang
Ketidakmampuan nasabah dalam mengelola usaha, kesalahan ini
secara dini sudah dapat diketahui. Hal ini menjadi salah satu faktor
penyebab nasabah mengalami permasalahan dalam membayar
angsuran pinjaman.
Untuk nasabah yang kurang mampu dalam mengelola usahanya pada
penjabaran diatas terdapat pada nasabah A1, A2 dan A5.
61
c. Kemampuan pemasaran dan pengetahuan terbatas
Mungkin saja usaha nasabah cukup baik dan marketable, namun jika
nasabah kurang aktif dalam melakukan pemasaran seperti pendekatan
kepada pelanggan kurang baik, maka usahanya tidakbisa berkembang
dengan baik
Untuk nasabah yang kurang mampu untuk memasarkan usahanya dan
kurangnya pengetahuan dalam memasarkan pada usahanya pada
penjabaran diatas terdapat pada nasabah A1, A2 dan A5.
4. Faktor Ekonomi
Perubahan kondisi perekonomian
Seperti yang diketahui saat ini perekonomian di Indonesia semakin
melemah.Hal ini disebabkan oleh nilai rupiah melemah dan menyebabkan
inflasi.Perubahan kurs mata uang asing sangat berpengaruh kepada
kelancaran usaha nasabah. Semakin tinggi kurs mata uang yaitu dollar,
maka harga bahan baku pun menjadi naik.
Untuk nasabah yang mengalami kredit bermasalah yang disebabkan oleh
perubahan kondisi ekonomi pada penjabaran diatas terdapat pada nasabah
A1, A2, A3 dan A5.
4.6
Kebijakan BRI Unit Jembatan Dua dalam Menangani Penyelesaian
Kredit Bermasalah
Dari hasil penelitian, maka kebijakan yang diterapkan pada BRI Unit
Jembatan Dua dalam menangani kredit bermasalah adalah dengan melakukan
rekstrukturisasi.
Rekstrukturisasi adalah upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan
perkreditan terhadap nasabah yang mengalami kesulitan untuk memenuhi
kewajibannya.Restrukturisasi kredit bertujuan untuk penyelamatan kredit sekaligus
menyelamatkan usaha debitur agar sehat kembali.Restrukturisasi kredit ini dilakukan
terhadap nasabah yang mengalami kesulitan pembayaran pokok dan atau bunga
kredit tetapi debitur tersebut masih memiliki prospek usaha/kemampuan membayar
kembali setelah kredit direstrukturisasi.
62
Sasaran debitur yang direstrukturisasi adalah :
1. Musibah yang bersifat force majeur dimana debitur mengalami bencana
alam yang mengakibatkan rusak/musnahnya asset usaha misalnya
kebakaran, banjir, tanah longsor, gempa bumi dan lain-lain.
2. Keadaan lain yang mempengaruhi usaha debitur sehingga kesulitan dalam
pembayaran pinjaman sesuai dengan yang diperjanjikan sebelumnya.
Adapun jenis restrukturisasiadalah :
1. Perpanjang jangka waktu pinjaman (rescheduling)dilakukan dengan cara
memberikan tambahan jangka waktu termasuk perubahan jadwal dan
besarnya angsuran pinjaman.
Hal ini dilakukan oleh BRI Unit Jembatan Dua berdasarkan analisa
Mantri dengan kondisi usaha nasabah yang baik akan tetapi pendapatan
nasabah menurun dikarenakan ada persaingan antar usaha. Kewajiban
nasabah dalam pembayaran angsuran akan lebih ringan dengan
diperpanjang jangka waktu pembayaran dan jumlah angsurannya
diperkecil.
2. Penambahan fasilitas pinjaman dengan adanya tambahan dana baru
(suplesi) agar debitur dapat menata kembali permodalannya, sehingga
dapat memenuhi kewajibannya kepada BRI Unit Jembatan Dua.
Hal ini dilakukan oleh BRI Unit Jembatan Dua berdasarkan analisa
Mantri dengan kondisi modal usaha nasabah yang menurun.Mantri pun
melihat kemampuan nasabah untuk melakukan pembayaran. Dengan
memberikan tambahan dana baru untuk modal usaha maka usaha tersebut
bisa berjalan dengan lancar. Pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha
tersebut dapat digunakan untuk membayaran angsuran.
3. Keringanan tunggakan bunga diberikan kepada debitur yang bersedia
melunasi pinjamannya secara sekaligus.
Hal ini dilakukan oleh BRI Unit Jembatan Dua berdasarkan analisa
Mantri dengan kondisi yang dialami nasabah seperti force majour.
Adapun keringanan tunggakan bunga dilakukan setelah mendapat
persetujuan dari Kantor Cabang.
4. Penurunan tingkat suku bunga pinjaman dapat diberikan berdasarkan
tingkat suku bunga terendah pada strata plafond pinjaman tersebut.
63
Hal ini dilakukan oleh BRI Unit Jembatan Dua berdasarkan permintaan
nasabah untuk bernegosiasi dalam jumlah pembayaran angsuran.Adapun
penurunan tingkat suku bunga pinjaman yang diberikan oleh BRI dengan
jumlah 1% sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh Kantor Pusat.
5. Penjualan anggunan merupakan penjualan agunan debitur yang dilakukan
secara dibawah tangan, yang diserahkan kepada BRI Unit Jembatan Dua
untuk pembayaran sebagian/seluruh pinjamannya (pokok dan atau bunga)
dalam rangka penyelamatan/penyelesaian pinjaman.
6. Khusus untuk pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) penyelesaian kredit
bermasalah dengan membuat laporan pengajuan penjaminan dan
pencairan penjaminan sertifikat pada lembaga penjamin yang ditunjuk
4.7
Strategi Penanggulangan Kredit Bermasalah
Pendekatan dalam analisa kredit adalah sebuah upaya bank didalam
melakukan petimbangan atas beberapa hal yang berdasarkan data-data langsung dari
calon debitur yang berkaitan dengan permohonan kredit yang diajukan pada BRI
Unit Jembatan Dua.
Dalam melakukan pendekatan analisa kreditnya BRI Unit Jembatan
Duamenggunakan pendekatan :
1. Pendekatan Character
Pada dasarnya BRI merupakan bank BUMN yang lebih menitikberatkan
pada asas kekeluargaan.Oleh karena itu kedekatan antara pihak intern
(bank) dengan pihak ekstern (nasabah) harus terjalin dengan baik. Untuk
itu sebelum memberikan pinjaman Mantri harus memahami karakter
calon debitur termasuk karakter yang bisa diajak kerja sama atau tidak.
Informasi bisa didapatkan dari sekitar lingkungan debitur (bertanya pada
saudara, tetangga, ketua RT dan RW).Penilaian ini dilakukan karena pada
dasarnya kemauan untuk membayar itu tergantung dari karakter
debiturnya.
2. Pendekatan Jaminan
Penilaian terhadap agunan yang diberikan oleh calon debitur sebagai
pengamanan kredit yang diberikan oleh bank. Penilaian ini meliputi
kecenderungan nilai agunan yang diberikan harus meng-cover dengan
pinjaman yang akan diberikan (pokok ditambah bunga) dan biasanya nilai
64
agunana dihitung 80% dari harga normal jaminan. Dalam pendekatan
jaminan ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Barang yang dijaminkan
Barang yang akan dijaminkan seperti kendaraan bermotor atau mobil
yang harus dibuktikan dengan memiliki BPKB, tanah dan bangunan
yang harus dibuktikan dengan memiliki sertifikat tanah dan bangunan
tersebut.
b. Tingkat keabsahan barang yang dijaminkan
Barang-barang yang dijadikan jaminan harus sah secara hukum dan
sesuai antara bukti jaminan dengan fisik barang yang akan
dijaminkan. Hal ini dapat diketahui dengan melakukan pegecekan ke
instansi yang berwenang
c. Nilai jual kembali jaminannya
Barang yang dijaminkan harus sesuai dengan besarnya kredit yang
diajukan oleh calon debitur dan juga harus marketable dimana jika
sewaktu-waktu terjadi kredit macet, maka barang jaminan tersebut
dapat dikonversikan menjadi uang tunai.
Untuk pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) memang tidak perlu
menggunakan jaminan dalam melakukan pinjaman namun untuk
menghindari penyalahgunaan kredit maka pihak bank BRI Unit
Jembatan Dua melakukan kebijakan untuk mennyertakan jaminan
sama seperti Kupedes Rakyat (KUPEDES).
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari pembahasan pada bab
4 yang membahas mengenai faktor-faktor penyebab kredit bermasalah pada nasabah
BRI Unit Jembatan Dua maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain sebagai
berikut:
1. Indikasi awal pada kredit bermasalah di BRI Unit Jembatan Dua adalah
dari karakter nasabah dan juga faktor-faktor eksternal nasabah yang
antara lain ekonomi dimana nasabah kurang bisa mengelola usahanya
dengan baik. Hal ini disebabkan karena kondisi ekonomi Indonesia yang
kurang baik sehingga berdampak kepada menurunnya pendapatan usaha
nasabah. Sehingga yang tadinya nasabah mampu untuk melakukan
pembayaran menjadi tidak mampu untuk melakukan pembayaran
angsuran.
2. Secara
rinci,
faktor-faktor
yang
menyebabkan
terjadinya
kredit
bermasalah di BRI Unit Jembatan Dua adalah sebagai berikut :
a. Penyalahgunaan kredit
Pada saat nasabah melakukan pinjaman kredit di bank, maka hal
tersebut dituangkan dalam sebuah perjanjian kredit. Namun
kenyataannya dana kredit yang digunakan tidak sesuai dengan
perjanjian pada saat melakukan pinjaman. Hal ini berarti nasabah
telah melakukan penyimpangan atas pinjaman kredit tersebut.
b. Kelemahan karakter nasabah
Sikap nasabah dengan tiba-tiba menghilang atau susah untuk
dihubungi dan tidak memiliki iktikad dengan baik merupakan tanda
bahwa nasabah tersebut memiliki kelemahan karakter. Tidak ada rasa
tanggung jawab atas kewajiban untuk melakukan pembayaran
angsuran merupakan hal yang tidak patut untuk dicontoh Hal ini dapat
mengakibatkan
ketidaklancaran
pinjaman.
65
dalam
pembayaran
angsuran
66
c. Kelemahan kemampuan nasabah
Kemampuan
nasabah
yang
terbatas
mengakibatkan
nasabah
mengalami kesulitanuntuk mengelola usahanya tersebut. Nasabah
tidak mengetahui bagaimana cara mengelola usaha dengan baik dan
juga memasarkan usahanya agar bisa terus berkembang.Hal ini
mengakibatkan usaha nasabah menjadi terganggu dan menurunnya
pendapatan usaha nasabah.Namun nasabah masih memiliki rasa
tanggung jawab untuk tetap melakukan pembayaran pinjaman
walaupun jumlah uangnya tidak sesuai dengan jumlah angsuran yang
ditetapkan.
d. Faktor perekonomian
Seperti yang diketahui bahwa kondisi ekonomi Indonesia yang kurang
baik belakangan ini akibat dari kenaikan kurs mata uang dollar
terhadap rupiah. Hal ini menyebabkan inflasi sehingga harga bahan
baku menjadi naik. Oleh karena itu produksi nasabah menjadi
turun.Faktor ekonomi yang lesu dapat mengakibatkanpenurunan
pendapatan usaha sehingga banyak nasabah yang menjadi sulit untuk
membayar angsuran.
3. Cara penanganan kredit bermasalah di BRI Unit Jembatan Dua adalah
dengan
melakukanrestrukturisasi.
Rekstrukturisasi
adalah
upaya
perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan perkreditan terhadap
nasabah
yang
mengalami
kesulitan
untuk
memenuhi
kewajibannya.Restrukturisasikredit bertujuan untuk penyelamatan kredit
sekaligus menyelamatkan usaha debitur agar sehat kembali.
5.2
Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan pada BRI Unit Jembatan
Dua, peneliti memberikan saran-saran yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
melakukan perbaikan kinerja perusahaan di masa yang akan datang adalah sebagai
berikut:
1. Untuk pihak Bank
a. Sebaiknya bank mempunyai ketegasan terhadap debitur dalam
perjanjian kreditnya sehingga bisa meminimalisasi terjadinya kredit
macet.
67
b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, lebih teliti dalam
proses menganalisa proses pinjaman, menyeimbangkan antara jobdesk
pekerjaan dengan tingkat target pekerjaan.
c. Meningkatkan pembinaan dan penangan kredit bermasalah dengan
melakukan kunjungan pada usaha-usaha yang telah diberikan
pinjaman sehingga pembayaran kreditnya dapat berjalan dengan baik
dan memberikan kredit sesuai dengan aturan batas maksimum
ketentuan Bank Indonesia (BI)
2. Untuk pihak Nasabah
Agar
nasabah
memiliki
kesadaran
yang
tinggi
untuk
memenuhikewajibannya kepada kreditur dan juga sebelum debitur
melakukan pinjaman kepada bank hendaknya debitur bisa memperkirakan
antara jumlah modal yang dibutuhkan dengan barang yang menjadi
agunan.
68
REFERENSI
_________, Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 7 Tahun 1998 tentang Perbankan.
Dendawijaya, Lukman, 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua,
Ghalia Indonesia, Bogor Jakarta
Indriantoro, N., B. Supomo. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi &
Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Irham, Fahmi. 2008. Analisa Kredit dan Fraud Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Jakarta: PT Alumni
Ismail, 2010.ManajemenPerbankan Dari Teori Menuju Aplikasi, Penerbit: Kencana,
Jakarta.
Julius, R., L. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Salemba Empat
Kasmir. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Graffindo
Persada, Jakarta.
Kriyantono, Rachmat.2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi.Jakarta: Kencana
Oktarizka,Puja.(2012).”Analysis of Factors Contributing to Bad Debt In the city of
Pontianak”.Jurnal Curvanomic, Vol.1, No.1, pp.1-12.
Nurul Fitria dan Raina Linda Sari.(2012). “Analisis Kebijakan Pemberian Kredit dan
Pengaruh Non Performing Loan Terhadap Loan To Deposit Ratio Pada PT
Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Vabang Rantau, Aceh Tamiang”.
Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol.1 No 1, Desember 2012.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta
Lukman, Dendawijaya.2009. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Supramono, Gatot. 2009, Perbankan dan Masalah Kredit: Suatu Tinjauan di Bidang
Yuridis, Rineka Cipta, Jakarta.
69
70
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/147/KEP/DIR tanggal 12
November 1998 tentang Penggolongan mengenai Kualitas Kredit.
Taswan. 2010. Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik & Aplikasi (Penjaminan
Simpanan & Penjamin Kredit) (Edisi 2). Yogjakarta: UPP STIM YKPN.
www.bi.go.id
Download