Aktivitas Antikanker dan Induksi Apoptosis Fraksi

advertisement
Media Kedokteran Hewan
Vol. 22, No. 2, Mei 2006
Aktivitas Antikanker d an Induksi Apoptosis Fraksi Kloroform Daun Pepaya
(Carica papaya L) terhadap Kultur Sel Kanker Mieloma
Anticancer and Induction if Apoptosis Activity of Chloroform Fraction From Daun Pepaya
(Carica papaya L) in Myeloma Cancer Cells Culture
Sukardiman, Wiwied Ekasari , Pharmasinta Putri Hapsari
Bagian Ilmu Bahan Alam, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya
Abstract
The objective of this research was to evaluate activity of chloroform fraction from daun
papaya (Carica papaya L) as anticancer and induction of apoptosis activity in myeloma cells culture in
vitro. This research consisted of two phase s , the first phase was chloroform fractionation. The
myeloma cells were incubated in RPMI media, Fetal Bovine Serum 1 0%. The concentration of
chloroform fraction were 25 , 50 ,100 ,150 , 200 dan 300 µg/ml dissolved in DMSO. Each chloroform
fraction concentration added into myeloma cells culture and then incubated for 24 hours, at 37 oC in
CO2 incubator. Anticancer acti vity was determined by cell viability method with trypan blue
exclusion and apoptosis induction activity was determined by ethidium bromide and acridine
orange exclusion and analysis by fluores cent microscope. The result of this research showed that
chloroform fraction from daun papaya (Carica papaya L) have anticancer activity with LC50 104,4
µg/ml and induction of apoptosis activity in
myeloma cells culture in vitro . T he result of
identification compound by Thin Layer Chromatography
and densitometry showed alkaloid
compounds in chloroform fraction. The result of this experiment suggested to isolation and
identification compounds of chloroform fraction from daun papaya (Carica papaya L) which have
anticancer and induction of apoptosis activity .
Keywords: chloroform fraction, Carica papaya L, anticancer , apoptosis.

Pendahuluan
Kanker merupakan penyebab kedua lebih dari
500.000 kematian di Amerika Serikat per tahun setelah
penyakit jantung dan di Indonesia diperkirakan
setiap tahun terdapat 100 penderita kanker baru dari
100.000 penduduk (Katzung, 1995; Anonim, 2003).
Manajemen kanker umumnya meng gabungkan pembedahan dan radiasi dengan pengobatan kemoterapi
(Katzung, 1995). Tumbuh-tumbuhan merupakan
salah satu sumber obat-obatan kemoterapi yang
potensial sehingga sampai saat ini pencarian obat obatan kemoterapi dari tumbuh -tumbuhan masih
terus dilakukan.
Kanker terjadi karena adanya perubahan men dasar dalam fisiologi sel yang akhirnya tumbuh
menjadi malignan serta mempunyai ciri -ciri umum
sebagai berikut: (1) mandiri dalam signal pertumbu han, (2) tidak peka terhadap signal antipertumbuhan,
(3) menghindari apoptosis, (4) memiliki potensi
replikasi yang tidak terbatas , (5) angiogenesis, (6)
invasi dan metastase ke jaringan lain ( Manahan dan
Wierberg, 2002). Oleh karena itu target pengem bangan obat antikanker diarahkan pada induksi/
pemacuan apoptosis (Fisher,1994), penghambatan
angiogenesis terutama untuk kanker solid seperti
kanker payudara (Keshet a nd Sasson, 1999; Jianguo
et al.,2002), faktor pertumbuhan dan growth factor
signaling (Gibbs,2000), regulasi cell cycle dan checkpoint
control (Saphiro and Harper, 1999). Apoptosis
merupakan program bunuh diri dari sebuah sel.
Program ini memiliki peran ya ng penting untuk
menjaga homeostatis perkembang -biakan sel dan
dengan adanya disregulasinya bisa berakibat t imbulnya macam-macam penyakit (Evan dan Litlewood,
1998). Salah satu peran pentingnya adalah untuk
membatasi proliferasi sel yang tidak diperlukan yang
sekiranya akan dapat menyebabkan kanker. Pada selsel kanker program apoptosis ini telah mengalami
gangguan sehingga sel akan mengalami metastasis
(Peter et al, 1997). Apoptosis dapat diamati pada
penampakan fisiologis, antara lain berupa pengerutan
sel, kerusakan pada plasma membran dan adanya
104
Sukardiman dkk.; Aktivitas Antikanker dan Induksi Apoptosis Fraksi Kloroform Daun Pepaya ...
kondensasi kromatin. Tidak seperti pada nekrosis sel,
sel-sel yang mengalami apoptosis tidak kehilangan
kandungan internal sel dan tidak menyebabkan
respon inflamasi. Bila program apoptosis telah selesai
pada sebuah sel maka akan meninggalkan kepingan
sel mati yang disebut badan apoptosis yang akan
dikenali oleh sel makrofag dan dimakan ( engulfed)
(Peter et al, 1997).
Carica papaya L termasuk ke dalam suku
Caricaceae dan marga Carica. Di daerah Jawa, tanaman
ini dikenal dengan nama kates. Daunnya mengandung metabolit sekunder alkaloid yang cukup banyak
dibandingkan dengan yang terdapat dalam buah.
Selain itu, daunnya juga mengandung enzim papain.
Karena kandungan enzim tersebut, daun pepaya sering
dimanfaatkan untuk melunakkan daging. Sementara
itu, masyarakat di Australia dan Indonesia sendiri
rupanya telah memanfaatkan daun pepaya untuk
mengobati kanker (Dalimartha, 2003; Tietze, 2002).
Penelitian Sukardiman 2000 menunjukkan bahwa
ekstrak metanol daun pepaya (Carica papaya L)
memiliki aktivitas inhibisi terhadap enzim DNA
Topoisomerase II, suatu enzim yang berperan penting
dalam proses replikasi, transkripsi, rekombinasi DNA,
dan proliferasi dari sel kanker. Dengan meningkatnya
jumlah dan aktivitas enzim ters ebut pada sel kanker
maka proses replikasi, transkripsi, dan proliferasi sel
kanker juga akan meningkat, dan dengan dihambat nya aktivitas enzim tersebut maka akan terjadi ikatan
antara enzim dengan DNA semakin lama dan terjadi
Protein Linked DNA Brake (PLDB) dan diakhiri dengan
kematian secara apoptosis ( Hsiang, 1998; Cotran ,
1998). Penelitian oleh Huda pada tahun 2001
terhadap ekstrak metanol daun pepaya (Carica papaya
L) menunjukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki
aktivitas sitotoksik terhadap kultur sel mieloma
(Huda, 2001).
Tujuan penelitian ini adalah menentukan
aktivitas antikanker dan induksi apoptosis dari fraksi
kloroform daun pepaya ( Carica papaya L) terhadap
kultur sel kanker mieloma.
menghilangkan kandungan lemaknya ( defatted).
Maserasi dilakukan sampai ekstrak menunjukkan
warna yang jernih. Ampas yang telah dimaserasi
dengan heksana dan dimaserasi lebih lanjut dengan
metanol suasana asam (pH 3) dengan penambahan
asam tartrat 1% (El-Sayyad,1984), dilakukan berulangulang sampai ekstrak berwarna jernih. Tahapan
selanjutnya adalah membasakan ekstrak metanolasam dengan NH 4OH 5% sampai pH 9. Tahapan ini
bertujuan untuk menghidrolisis alkaloid dalam
bentuk garam menjadi bentuk base-nya sehingga
dapat ditarik oleh pelarut organik seperti kloroform.
Fraksi kloroform yang didapat ke mudian diuapkan
dengan rotavapour sehingga didapatkan fraksi
kloroform.
Metode Penelitian
Pengamatan aktivitas antikanker dengan metode
viabilitas sel dengan pewarnaan tripan biru.
Sebanyak 0,2 mL dari masing-masing larutan
baku kerja dengan konsentrasi 1 25, 250, 500, 750, 1000
μg/mL, kontrol positif dan kontrol negatif dimasuk kan ke dalam sumuran microplate. Tiap konsentrasi
dilakukan 3 pengulangan (3 lubang sumuran). Setelah
itu, ke dalam masing-masing lubang sumuran di tambahkan suspensi sel mieloma seb anyak 0,8 ml
sehingga didapatkan konsentrasi larutan uji 25,
50,100, 150 , 200 dan 300 μg/ml serta kontrol positif
etoposida sebesar 10 μg/ml. Bersama-sama kemudian
diinkubasi pada inkubator 5% CO 2 selama 24 jam
Koleksi Daun Pepaya
Bahan yang digunakan adalah daun pepaya
(Carica papaya L.) jantan yang diambil di Sidoarjo
pada tahun 2002 dan telah dideterminasi di LIPI UPT
Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi,
Pasuruan, Jawa Timur.
Pembuatan Fraksi Kloroform Daun Pepaya
Untuk memperoleh frak si kloroform daun
pepaya (Carica papaya L.) maka sebanyak 350 gram
serbuk daun pepaya (Carica papaya L.) dimaserasi
terlebih dahulu dengan pelarut heksan a untuk
105
Uji Antikanker dan Induksi Apoptsosis
Vitro
Secara In
Pembuatan larutan stok
Sebanyak 50,0 mg fraksi kloroform kental dari
daun pepaya dilarutkan dalam media RPMI 1640 ad
10,0 mL dengan bantuan 1,0 mL DMSO sehingga
didapatkan konsentrasi larutan induk 5000 μg/mL.
Dengan pengenceran bertingkat didapatkan satu seri
larutan uji dengan konsentrasi 25, 50, 100, 150 , 200
dan 300 μg/mL.
Sebagai kontrol negatif digunakan media RPMI
1640 dan DMSO dan sebagai kontrol positif
digunakan Etoposida dengan perlakuan yang sama
seperti di atas. Setiap konsentrasi dibuat replikasi 3
kali.
Preparasi kultur sel mieloma mencit
Sel mieloma mencit dithawing setelah dibekukan
pada suhu -80˚C. Hasil thawing diinisiasi pada
inkubator 5% CO 2 pada suhu 37˚C dan pH 7,4-7,7 di
dalam media RPMI 1640 dan FBS 10%, 100µg/ml
streptomisin, 100 unit/ml penisilin. Bila kepadatan
sel hasil inisiasi telah mencapai 10 5-2.106 maka
suspensi sel tersebut dapat digunakan lebih lanjut
untuk uji antikanker dan induksi apopt osis.
Media Kedokteran Hewan
Vol. 22, No. 2, Mei 2006
pada suhu 37˚C dan pH 7,4-7,7. Setelah 24 jam
dilakukan panen sel dan diamati persentase via bilitasnya menggunakan pewarnaan laru tan tripan
biru 0,4% dengan perbandingan susp ensi sel : tripan
biru = 1:1 dihitung dengan menggunakan hemosito meter, dimana sel mati akan terwarnai biru sedang kan sel hidup akan berwarna jernih. Data yang
diperoleh dianalisis menggunakan analisis varian
(anava) satu arah (α = 0,05) dimana hasil uji
bermakna jika diperoleh harga p ≤ 0,05 dan jika
terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan
uji Least Significant Difference (LSD). Harga LC50
ditentukan dengan analisis persen probit.
Pengamatan induksi apoptosis dengan pewarnaan
etidium bromida - acridine orange
Sel hasil perlakuan tersebut diatas ditambah
dengan pereaksi etidium bromida–akridin orange
dan sel yang mengalami apoptsosis ak an berwarna
orange sedang sel hidup berwarna hijau dengan
pengamatan mikroskop f louresen. Untuk jumlah sel
total yang diamati minimal sebanyak 300 sel (Spector,
1998). Kemudian ditentukan persentasi apoptosis sel
kanker mieloma. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan analisis varian (anava) satu arah ( α =
0,05) dimana hasil uji bermakna jika diperoleh harga
p ≤ 0,05 dan jika terdapat perbedaan yang nyata
dilanjutkan dengan uji Least Significant Difference
(LSD).
Analisis Kandungan Kimia Fraksi Kloroform dengan
Kromatografi Lapis Tipis dan Densitometri
Penentuan kandungan kimia f raksi kloroform
daun pepaya diuji dengan KLT menggunakan fasa
diam silika gel 60F 254 , fasa gerak kloroform : m etanol
(5:1) dan digunakan penampak noda sinar ultraviolet
pada λ 365nm dan pereaksi dragendorff.
Hasil dan Pembahasan
Aktivitas Antikanker Fraksi Kloroform Daun Pepaya
Penentuan aktivitas antikanker dilakukan dengan
menggunakan metode viabilitas sel, menggunakan
pewarna larutan tripan biru 0,4%. Sel yang mati akan
menyerap tripan biru karena permeabilitas membr annya telah rusak. Maka dari itu, sel yang mati akan
terwarnai biru. Sel yang akan dihitung kepadatannya,
dirontokkan terlebih dahulu dari dasar botol kultur
dan dihomogenkan. Selanjut nya diambil suspensi sel
dan larutan tripan biru dengan perbandingan 1 : 9.
Campuran tersebut dihomogenkan dan siap dihitung
dengan hemositometer. Sebelum dimasukkan ke hemo sitometer, sebaiknya ditunggu minimal 3 menit dengan
tujuan memberikan waktu untuk penyerapan warna
dan perhitungan harus diselesaikan dalam waktu
kurang dari 10 menit agar tidak ada sel yang mati
karena pengaruh zat warna tersebut (Freshney, 1998).
Kepadatan sel yang digunakan untuk uji
aktivitas antikanker antara lain sebanyak 7,12 x 10 5;
4,1 x 10 5 dan 4,79 x 10 5 sel/ml sedangkan persyaratan
jumlah kepadatan sel minimal yang bisa digunakan
untuk uji aktivitas antikanker dengan metode
viabilitas sel ini adalah 10 5-2 x 10 6 sel/ml (Bangun,
1990).
Hasil penelitian menunjukkkan bahwa harga
persen viabilitas rata-rata dari larutan uji dengan
konsentrasi 25 µg/ml sampai 300 µg/ml secara
berturut-turut adalah 81,50%; 74,57%; 71,42%; 58,67%;
28,31% dan 4,77%. Sedangkan harga persen viabilitas
rata-rata dari larutan kontrol positif dengan
konsentrasi 10 µg/ml adalah 31,69%. Data tersebut
menunjukkan bahwa via bilitas sel mieloma setelah
diinkubasi selama 24 jam menurun dengan mening katnya konsentrasi larutan uji . Hasil pengamatan
persen viabilitas ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Uji Aktivitas Antikanker Fraksi Kloroform Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Kultur Sel
Kanker Mieloma
No
Konsentrasi Fraksi kloroform
Rata-rata persentasi viabilitas sel
1.
Kontrol negatif
89,10 ± 4,28
2.
25 µg/ml
81,50 ± 3,82
3.
50 µg/ml
74,57 ± 3,82
4.
100 µg/ml
71,42 ± 3,82
5.
150 µg/ml
58,67 ± 3,82
6.
200 µg/ml
28,31 ± 3,82
7.
300 µg/ml
4,77 ± 3,82
8.
Kontrol positif
(Etoposide) 10 µg/ml
31,69 ± 3,82
106
Sukardiman dkk.; Aktivitas Antikanker dan Induksi Apoptosis Fraksi Kloroform Daun Pepaya ...
90
80
70
60
Persentasi 50
viabilitas sel 40
30
20
10
0
0
25
50
100
150
200
300
kontrol +
Konsentrasi fraksi kloroform ug/ml
Gambar 1. Aktivitas antikanker fraksi kloroform daun pepaya ( Carica papaya L.) terhadap kultur sel mieloma
setelah diinkubasi selama 24 jam .
Aktivitas Induksi Apoptosis Fraksi Klorofom Daun
Pepaya
Sel kanker mieloma hasil perlakuan dengan
fraksi kloroform dari daun pepaya yang diinkubasi
selama 24 jam, dilakukan perhitungan sel kanker
yang mengalami apoptosis . Sel hidup akan berwarna
hijau sedangkan sel kanker yang mengalami
apoptosis akan berwarna kuning atau orange dengan
bintik-bintik putih yang berpendar (Spector, 1998).
Data sel kanker mieloma yang mengalami apoptosis
tertera pada Tabel 2.
Hasil penelitian menunjukkkan bahwa harga
persen rata-rata sel apoptosis dari larutan uji dengan
konsentrasi 25 sampai 300 μg/ml secara berturutturut adalah 3,76%; 7,86%; 13,67%; 16,86%; 28,5%;
36,97% dan 46,86%. Data tersebut menunjukkan
bahwa
sel mieloma yang mengalami apoptosis
setelah diinkubasi selama 24 jam meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi.
Kematian sel kanker mieloma secara apoptosis
karena pengaruh fraksi kloroform daun pepaya
(Carica papaya L) dengan kandungan utama alkaloid
diduga melalui tahapan awal menghambat enzim
DNA Topoismerase II. Dengan dihambatnya aktivitas
enzim DNA Topoisomerase, maka proses t erjadinya
ikatan antara enzim dengan DNA sel kanker semakin
lama. Sehingga akan terbentuk Protein Linked DNA
Breaks (PLDB), akibatnya terjadi fragmentasi atau
kerusakan DNA sel kanker dan selanjutnya
berpengaruh terhadap proses replikasi sel kanker .
Selanjutnya gen p53 sebagai gen s upresor tumor akan
terakumulasi, menghentikan replikasi DNA pada
107
check point dan memberi kesempatan kepada DNA
untuk memperbaiki diri. Bila proses perbaikan gagal ,
p53 akan merangsang mitokondria men geluarkan
sitokrom c ke sitosol, dan dalam hal ini akan
dihalangi oleh anti-apoptosis member yaitu gen Bcl-2.
Di dalam sitosol sitokrom c bersama dengan Apoptosis
Protease Activating Factor -1 (Apaf-1) dan pro-caspase 9
membentuk caspase 9, komplek ini disebut apoptosome. Terbentuk caspase 9 sebagai caspase awal akan
mengaktifkan caspase eksekusioner , yaitu caspase 3,
6 dan 7 sehingga dapat menyebabkan kematian sel
secara apoptosis ( Cotran , 1998 ; Nagata, 1998).
Tabel 2. Hasil Aktivitas Induksi Apoptosis Fraksi
Kloroform Daun Pepaya (Carica papaya
L.) terhadap Kultur Sel Kanker Mieloma
Setelah Perlakuan dan Diinkubasi Selama
24 jam
Konsentrasi
Rata-rata persentase
No
sel apoptosis
Fraksi kloroform
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kontrol negatif
25 µg/ml
50 µg/ml
100µg/ml
150 µg/ml
200 µg/ml
300 µg/ml
3,76 ± 0,80
7,86 ± 1,02
13,67 ± 2,17
16,86 ± 0,66
23,5 ± 0,66
36,97 ± 3,82
46,86 ± 3,82
8.
Kontrol positif
(Etoposide) 10 µg/ml
54,23 ± 3,82
Media Kedokteran Hewan
Vol. 22, No. 2, Mei 2006
60
50
40
Persentasi
30
viabilitas sel
20
10
0
0
25
50
100
150
200
300
kontrol +
Konsentrasi fraksi kloroform ug/ml
Gambar 2. Efek induksi apoptosis fraksi kloroform daun pepaya ( Carica papaya L.) terhadap kultur sel
mieloma mencit setelah diinkubasi selama 24 jam .
Analisis harga LC 50, analisis anava dan analisis LSD
Hasil analisis LC50 dari larutan fraksi kloroform
daun pepaya (Carica papaya L) yang dihitung dengan
menggunakan analisis Probit adalah 104,4 μg/ml.
Data hasil pengamatan viabilitas sel dari per cobaan larutan fraksi kloroform daun pepaya ( Carica
papaya L.) yang telah didapat kemudian dianalisis
dengan menggunakan uji anava satu arah. Dari
analisis diperoleh harga probabilitas ata u signifikansi
< 0,05 pada derajat kepercayaan 95% ( α = 0,05)
dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Maka
dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa ada
perbedaan hambatan pertumbuhan sel mieloma antar
minimal 1 pasang kelompok perlakuan. Dari hasil uji
Anava satu arah, diketahui bahwa fraksi kloroform
daun pepaya (Carica papaya L) memiliki aktivitas
antikanker yang ditunjukkan dengan adanya per bedaan hambatan pertumbuhan sel mieloma secara
bermakna. Dari analisis LSD dapat diketahui bahwa
kelompok uji dengan konsentrasi 50 μg/mL ; 100
μg/ml; 150 μg/ml; 200 μg/ml dan 300 μg/ml
memiliki perbedaan hambatan pertumbuhan terha dap kultur sel mieloma mencit secara bermakna
dibandingkan dengan kontrol negatif sedangkan
kelompok uji dengan konsentrasi 25 μg/ml tidak
berbeda bermakna dengan kontrol negatif. Hasil ini
menunjukkan bahwa fraksi kloroform daun pepaya
(Carica papaya L) masih memiliki aktivitas antikanker
terhadap kultur sel mieloma mencit.
Dari hasil uji anava satu arah, diketahui bahwa
fraksi kloroform daun pepaya ( Carica papaya L)
memiliki aktivitas induksi apoptosis yang ditunjuk kan
dengan adanya perbedaan (%) apoptosis sel mieloma
mencit secara bermakna. Dan dari analisis HSD dapat
diketahui bahwa kelompok uji dengan konsentrasi 50
μg/ml; 100 μg/ml; 150 μg/ml; 200μg/ml dan
300μg/ml memiliki persentasi apoptosis mieloma
mencit secara bermakna dibandingkan dengan kontrol
negatif sedangkan kelo mpok uji dengan konsentrasi
50 μg/mL tidak berbeda bermakna dengan 100
μg/mL. Hasil ini menunjukkan bahwa fraksi
kloroform daun pepaya ( Carica papaya L) memiliki
aktivitas antikanker terhadap kultur sel mieloma dan
mampu menginduksi apoptosis.
Identifikasi Kandungan Kimia Fraksi Kloroform
Daun Pepaya (Carica papaya L)
Analisis KLT fraksi klorof orm dilakukan
menggunakan fasa diam silika gel 60F 254 dengan fasa
gerak kloroform-metanol (5 : 1). Penampak noda yang
digunakan adalah sinar UV dan dragendorff. Pada
saat disinari dengan penampak noda sinar UV dekat
(254 nm), tidak tampak adanya perpendara n warna
atau noda pada lempeng. Sedangkan jika meng gunakan sinar UV jauh (365 nm) tampak noda -noda
pendaran warna merah muda sampai ungu, dan
memiliki harga Rf yang sama dengan Rf dari noda
setelah disemprot dragendorff. Hasil KLT menunjuk kan bahwa fraksi kloroform mengandung alkaloid
yang ditunjukkan dengan dua noda yang bereaksi
positif dengan pereaksi dragendorff yaitu noda 1
yang memiliki Rf 0,4 dan noda 2 memiliki Rf 0,78.
Noda berwarna jingga, merah jingga, coklat jingga
atau coklat dianggap be reaksi positif terhadap
108
Sukardiman dkk.; Aktivitas Antikanker dan Induksi Apoptosis Fraksi Kloroform Daun Pepaya ...
pereaksi dragendorff, yang digunakan untuk identifi kasi secara kualitatif senyawa alkaloid (Harborne,
1987).
Fasa diam
Fasa gerak
Penampak noda
Harga Rf
: Silica gel 60F 254
: Kloroform : Metanol (5 : 1)
: Dragendorff
: 0,4 (noda I); 0,78 (noda II); 0,95 (noda III)
Profil kandungan kimia dari fraksi kloroform
daun pepaya ini dapat diketahui dari analisis
densitometri pada λ 365 nm. Pada profil tersebut
terlihat ada puncak-puncak pada jarak migrasi 40-50
mm, 50 mm, 55-60 mm, 65-70 mm, 70-75 mm ; 8085mm yang menunjukkan adanya noda -noda pada
jarak migrasi tersebut. Denga n melihat profil KLTdensitometri ternyata ada perbedaan noda yang
teramati langsung pada lempen g KLT hanya terlihat
tiga noda, dua noda positif dan satu negatif dengan
pereaksi dragendorf yang diduga adalah klorofil,
sedangkan pada profil KLT -densitometri terlihat ada
6 puncak. Puncak pada profil KLT -densitometri yang
diduga sebagai senyawa alkaloid adalah puncak pada
jarak migrasi 40-50 mm dan 65-70mm (Harborne,
1987).
Tabel 3. Hasil Kromatografi Lapis Tipis Fraksi Kloroform Daun Pepaya (Carica papaya L.)
No. Noda
Harga
Pereaksi
(Bercak)
Rf
Dragendorff
Gambar 3. Hasil analisis Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) fraksi kloroform daun pepaya
(Carica papaya L.) setelah divisualisasi
dengan perekasi Dragendorf
1
0,40
Merah jingga
2
0,78
Coklat jingga
3
0,95
Hijau
Gambar 4. Profil kandungan kimia fraksi kloroform daun pepaya ( Carica papaya L) dengan menggunakan
densitometer pada λ = 365 nm.
109
Media Kedokteran Hewan
Dengan melihat hasil identifikasi kualitatif
kandungan kimia fraksi kloroform daun pepaya
(Carica papaya L) adalah senyawa alkaloid , ha l in
sesuai dengan laporan Duke , 1996 bahwa kandungan
metabolit sekunder dari daun pepaya antara lain
adalah senyawa alkaloid karpaina, pseudokarpaina
yang merupakan alkaloid golongan piperidina .
Adapun senyawa alkaloid golongan piperidina yang
memiliki aktivitas antikanker dan memiliki mekanis me antikanker dengan menginduksi apoptosis adalah
senyawa flavopiridol, yang merupakan senyawa hasil
semisintesa dari alkaloid piperidina dengan senyawa
flavonoid (Wittmann et al, 2003).
Potensi aktivitas antikanker dari fraksi kloro form daun pepaya (Carica papaya L) jika dibandingkan
dengan aktivitas ektrak metanol yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Huda, 2001 terlihat adanya pening katan aktivitas. Hal tersebut ditunjukkan dari harga
LC50, dimana ekstrak metanol daun pepaya ( Carica
papaya L) memiliki aktivitas antikanker terhadap sel
mieloma mencit dengan nilai LC50 sebesar 336,17
μg/ml sedangkan fraksi kloroform daun pepaya
(Carica papaya L) memiliki aktivitas antikanker
terhadap kultur sel mieloma dengan nilai LC50
sebesar 104,40 μg/ml. Dengan demikian tampak
bahwa dengan meningkatnya kandungan senyawa
aktif yang dimaksud maka h arga LC 50 semakin kecil,
yang berarti aktivitasnya semakin besar.
Kesimpulan
Vol. 22, No. 2, Mei 2006
Dalimartha, S., 2003. Ramuan Tradisional Untuk
Pengobatan Kanker, Seri Agrosehat, Penebar
Swadaya, Jakarta, halaman 1 -5, 76-77.
El-Sayyad, Roos,S.A. and Sayyed,H.M ., 1984. New
Isoquinoline Alkaloids From the Leaves of
Cassia siamea, Journal of Natural Product, No 4,
Vol 47, pp 708-710.
Fisher,D.E.,1994. Apoptosis in Cancer Therapy:
crossing the threshold, Cell, 78, 539 -542
Freshney, I.R., 1987. Culture of Animal Ce ll: A
Manual Basic of Technique, 2 nd edition, Alan R.
Liss Inc., New York, pp. 227 -292.
Evan. G and Littlewood. T.D. 1998. A Matter of Life
and Cell Death, Science. 281 : 1317 -1322.
Harborne, J.B., 1987. Metode Fitokimia: Penuntun
Cara Modern Menganalisi s Tumbuhan, ITB,
Bandung, halaman 234-245.
Hsiang, Y.H. 1989. Arrest of Replication Fork by
Drug-stabilized Topoisomerase I-DNA Cleavable
Complexes as a Mechanism of Cell Killing by
Campthothecin, Cancer Research, 49, 5077 -5082
Huda, N., 2001. Uji Aktivita s Sitotoksik Ekstrak
Metanol Daun Carica papaya Linn. pada Kultur
Sel Mieloma Mencit dengan Metode Viabilitas
Sel,Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga, Surabaya.
Fraksi kloroform daun pepaya ( Carica papaya L)
memiliki aktivitas antikanker terhadap sel mieloma
dengan nilai LC50 sebesar 104,4 μg/ml dan mampu
menginduksi apoptosis dengan m etode pewarnaan
etidium bromida dan acridine orange. Berdasarkan
hasil analisis kromatogram lapis tipis dan
densitometri fraksi kloroform daun pepaya ( Carica
papaya L.) mengandung senyawa alkaloid a.
Katzung, B.G., 1995. Basic & Clinical Pharmacology,
7th edition, Prentice Hall Inte rnational, pp. 881.
Ucapan Terima Kasih
Nagata ,S. 1997. Apoptosis b y Death Factor, Cell. 88 :
355 – 365.
Disampaikan kepada Dirbinlitabmas Dirjen
Dikti, Depdiknas atas pembiayan penelitian in
melalui Penelitian Dasar tahun anggaran 2005.
Daftar Pustaka
Bangun, A., 1990. Antibodi Monoklonal, Karya
Aksara, Jakarta, Halaman 16 -48.
Cotran RS, Kumar V, Collin T. 1999. Neoplasia in
Robbins Pathologic Basic of Disease, Sixth
Edition, Philadelphia : W.B. Saunders Company,
pp 260-325.
Keshet, E., and Bens Sasson, S.A ., 1999. Anticancer
drug target: Approching angiogenesis, J.Clin.
Invest., 104(11), 1407-1501
Manahan, D., and Wienberg, R.A., 2002. The
Hallmarks of Cancer, Cell, 100, 57 -70.
Peter.M.E., Houfelder.A.E., and Heugartner,M.O.,
1997. Advance in Apoptosis
Research, Proc.
Acad. Sci, USA, 94 : 12736 -12737.
Spector,D. 1998. Cells, A Laboratory Manual,
Subcellular Localization of Genes and Their
Product, Volume 3.
Shapiro, G.I., and Harper, J.W. , 1999. Anticancer drug
targets: Cell cycle and checkpoint control,
J.Clint. Invest., 104, 1645 -53.
110
Sukardiman dkk.; Aktivitas Antikanker dan Induksi Apoptosis Fraksi Kloroform Daun Pepaya ...
Sukardiman, Poernomo H., 2000, Penapisan Senyawa
Antikanker dari Tanaman Obat Ind onesia
dengan Molekul Target Enzim DNA Topo isomerase, Penilitan DCRG, Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga, Surabaya.
Tietze, H.W., 2002. Terapi Pepaya, PT. Prestasi
Pustaka Raya, Jakarta.
111
Wittmann S, Bali P, Donapaty S, Nimmanapalli R,
Guo F, Yamaguchi H, Huang M, Jove R, Wang HG
& Bhalla K. (2003). Flavopiridol down -regulates
antiapoptotic proteins and sensitizes human
breast cancer cells to epothilone B -induced
apoptosis. Cancer Res 63: 93−99.
Download