3.2 Bahan dan Peralatan Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA Daya = 5 KW Cos Ρ = 0,8 Jumlah Kutub =4 Belitan = Y (Wye) Tegangan Terminal = 440 Volt Arus = 9 Ampere Kelas Isolasi : - Stator = E - Rotor =E Frekuensi = 50 Hz N = 1500 rpm 2. Motor Induksi Tiga Fasa Tipe GF 130/170 (Penggerak Mula) P = 5 KW Cos Ρ = 0,8 Jumlah Kutub =4 Kelas Rotor = D (Rotor Sangkar) Belitan = β (Delta) Tegangan = 380 / 220 Volt Arus = 16,5 / 28,5 Ampere 3. 1 Unit Power Suplai AC 4. 1 Unit Power Suplai DC 5. Multimeter 3.3 Variabel yang Diamati Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah : a) Tegangan terminal (Vt). b) Daya keluaran (Pout). c) Arus Beban (Ia) d) Efisiensi (Υ² ) Universitas Sumatera Utara 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam suatu penelitian akan sangat menentukan keberhasilan penelitian, oleh karena itu perlu direncanakan dengan tepat dalam memilih metode untuk pengumpulan data. Sedangkan metode-metode tersebut adalah sebagai berikut : 1. Metode Dokumentasi Yang dimaksud metode dokumentasi adalah cara memperoleh data melalui hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah dan lain-lain. Adapun dokumentasi yang akan peneliti gunakan adalah data-data yang berhubungan dengan efisiensi dan regulasi tegangan. 2. Metode Observasi Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data ke tempat penelitian. Dalam hal ini Universitas Sumatera Utara penulis langsung berada di lokasi penelitian yaitu di Laboratorium Konversi Energi Listrik dan mengadakan penelitian mengenai halhal yang perlu dicatat sebagai data dalam penelitian. 3.5 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian adalah dengan melakukan percobaan rangkaian generator sinkron yang dikopel dengan motor DC dengan menghubungkan terminal output generator sinkron tersebut ke beban seimbang hubung wye dan delta serta dihubungkan pada beban tidak seimbang hubung wye dan delta, sehingga dapat dilihat besar karakteristik dan efisiensi generator sinkron tersebut. Pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada diagram alur penelitian pada Gambar 3.1 berikut : Universitas Sumatera Utara Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian 3.6 Rangkaian Percobaan 3.6.1 Percobaan Beban Nol A. Rangkaian Percobaan Universitas Sumatera Utara Gambar 3.2 Rangkaian percobaan beban nol B. Prosedur Percobaan Beban Nol 1. Rangkai perlatan percobaan seperti Gambar 3.1, atur range alat ukur sesuai dengan yang dibutuhkan. 2. Hidupkan PTAC dan semua alat ukur. Tutup S1 sehingga motor induksi berputar dengan kecepatan putar 1500 rpm. 3. Setelah mencapai kecepatan nominal rotor (1500 rpm), tutup saklar 2 untuk mengatur eksitasi generator sinkron. 4. Catat tegangan terminal saat arus penguat generator belum dinaikkan (If=0). 5. Naikkan arus penguat secara bertahap dengan mengatur PTDC 1. Dimana, putaran dijaga konstan pada setiap kenaikkan arus penguat generator, kemudian catat tegangan terminal. 6. Turunkan arus penguat generator (PTDC 1) lalu buka S2, minimumkan PTAC 1, hingga nol kemudian buka S1. 7. Percobaan selesai C. Data Hasil Percobaan Universitas Sumatera Utara Data hasil percobaan tampak pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Data Hasil Percobaan Beban Nol N = 1500 rpm Ia = 0 V = 220 V I (Ampere) V (Volt) 0,3 69 0,6 135 0,9 197 1,2 246 1,5 298 1,8 337 2,1 367 2,4 392 2,7 420 3,0 443 Dari gambar di bawah terlihat bahwa kurva ini mempunyai garis linear sampai diperoleh harga saturasi dari arus medan. Dan ketika besi mencapai titik saturasi, reluktansi besi akan bertambah secara drastis dan fluksi akan bertambah besar secara lambat sesuai dengan perubahan– garis gaya magnet. Garis linear pada karakteristik disebut juga sebagai garis celah udara. Universitas Sumatera Utara 500 450 400 V (Voltage) 350 300 250 200 150 100 50 0 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 I (Ampere) Gambar 3.3 Grafik Karakteristik Beban Nol Generator Sinkron 3.6.2 Percobaan Hubung Singkat A. Rangkaian Percobaan S1 A1 P T A C N A2 V1 M 3θ G SINKRON 3θ PTDC Gambar 3.4 Rangkaian percobaan hubung singkat Universitas Sumatera Utara B. Prosedur Percobaan 1. Rangkai alat percobaan seperti pada Gambar 3.2, PTAC dalam keadaan minimum. 2. Tutup S1 dan atur putaran motor sinkron sampai pada putaran nominal 1500 rpm. 3. Tutup S2, dan naikkan arus penguat generator (If) secara bertahap dengan mengatur PTDC1. 4. Catat arus hubung singkat generator (If) untuk setiap tahapan arus medan generator (If) dengan putaran generator dijaga konstan. 5. Turunkan arus medan generator (If) hingga nol, lalu buka S3 dan turunkan PTAC hingga nol kemudian buka S1. 6. Percobaan selesai. C. Data Percobaan Hubung Singkat Data percobaan hubung singkat tampak pada Tabel 3.2 berikut Tabel 3.2 Data Percobaan Hubung Singkat n = 1500 rpm If (A) Isc (A) 0,3 1,11 0,6 2,33 0,9 3,24 1,2 4,41 1,5 5,38 1,8 6,67 2,1 7,61 2,4 8,71 2,7 9,94 3,0 10,86 Universitas Sumatera Utara Dari data diatas dapat digambar karakteristik hubung singkat generator sinkron seperti yang terlihat pada Gambar 3.5 : 12 Isc(Ampere) 10 8 6 4 2 0 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 IF (Ampere) Gambar 3.5 Grafik Karakteristik Hubung Singkat Generator Sinkron 3.6.3 Penentuan Parameter Generator Sinkron Untuk menghitung parameter generator sinkron, maka dapat diketahui dari karakteristik hubung singkat dan karakteristik beban nol seperti pada Gambar 3.4 dan Gambar 3.5. A. Impedansi Sinkron Besar nilai impedansi dapat ditentukan seperti persamaan berikut : (Ohm) (3.1) Maka nilai impedansi sinkron untuk kondisi saturasi seperti pada gambar 3.4 dapat dirumuskan sebagai berikut : Zs 3 (Ohm) (3.2) Dari gambar 3.4 nilai Enl adalah 220 Volt dan arus medan (If) sebesar 0,21 Amp, untuk arus medan yang sama maka arus hubung singkat Isc pada kurva hubung singkat adalah sebesar 10,86 Amp. Maka besar impedansi sinkron Zs adalah: Universitas Sumatera Utara Zs 220 3 10,86 35,08 Ohm B. Reaktansi Sinkron Karena tahanan jangkar besarnya sangat kecil maka tahanan jangkar diabaikan (Ra = 0) sehingga diperoleh reaktansi sinkron Zs = Xs = 35,08 Ohm. 3.6.4 Percobaan Berbeban Seimbang Hubung Wye A. Rangkaian Percobaan S2 S1 A1 A2 N Z1 V2 V1 P T A C M 3θ G SINKRON A3 Z2 V3 A4 PTDC Gambar 3.6 Rangkaian percobaan beban seimbang hubung wye B. Prosedur Percobaan 1. Rangkai perlatan percobaan seperti Gambar 3.4, atur range alat ukur sesuai dengan yang dibutuhkan. 2. Hidup kan PTAC dan semua alat ukur. Tutup S1 sehingga motor induksi berputar dengan kecepatan putar 1500 rpm. 3. Setelah mencapai kecepatan nominal rotor (1500 rpm), tutup saklar 2 untuk mengatur eksitasi generator sinkron. 4. Catat tegangan terminal saat arus penguat generator belum dinaikkan (If=0). 5. Catat arus IR, IS, dan IT, Cos θ, dan daya pada beban. 6. Naikkan arus penguat secara bertahap dengan mengatur PTDC . Dimana, putaran dijaga konstan pada setiap kenaikan arus penguat Universitas Sumatera Utara Z3 generator, kemudian catat tegangan terminal, catat arus IR, IS, dan IT, dan daya pada beban. 7. Turunkan arus penguat generator (PTDC ) lalu buka S2, minimum kan PTAC , hingga nol kemudian buka S1. 8. Percobaan selesai. C. Data Hasil Percobaan Tabel 3.3 Data Hasil Percobaan Beban Seimbang Hubung Wye n = 1500 rpm If = 1,0 Amp No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Beban (Ohm) R S T 5 5 5 10 10 10 15 15 15 20 20 20 25 25 25 30 30 30 35 35 35 40 40 40 45 45 45 50 50 50 R 21 45 76 96 110 131 149 159 169 172 V (Volt) S 21 45 76 96 110 131 149 159 169 172 T 21 45 76 96 110 131 149 159 169 172 Ia (Amp) R S 3,10 3,10 2,66 2,66 2,78 2,78 2,55 2,55 2,32 2,32 2,22 2,22 2,26 2,26 2,14 2,14 2,01 2,01 1,86 1,86 T 3,10 2,66 2,78 2,55 2,32 2,22 2,26 2,14 2,01 1,86 Pout (Watt) 432,32 528,39 667,59 750,57 890,3 944,88 951,9 988,9 977,44 965,79 3.6.5 Percobaan Beban Seimbang Hubung Delta A. Rangkaian Percobaan S2 S1 A1 P T A C A2 N V2 V1 Z1 M 3θ G SINKRON Z3 A3 V3 Z2 A4 PTDC Gambar 3.7 Rangkaian percobaan beban seimbang hubung delta Universitas Sumatera Utara B. Prosedur Percobaan 1. Rangkai perlatan percobaan seperti Gambar 3.5, atur range alat ukur sesuai dengan yang dibutuhkan. 2. Hidupkan PTAC dan semua alat ukur. Tutup S1 sehingga motor induksi berputar dengan kecepatan putar 1500 rpm. 3. Setelah mencapai kecepatan nominal rotor (1500 rpm), tutup saklar 2 untuk mengatur eksitasi generator sinkron. 4. Catat tegangan terminal saat arus penguat generator belum dinaikkan (If=0). 5. Catat arus IR, IS, dan IT, dan daya pada beban. 6. Naikkan arus penguat secara bertahap dengan mengatur PTDC . Dimana, putaran dijaga konstan pada setiap kenaikan arus penguat generator, kemudian catat tegangan terminal, catat arus IR, IS, dan IT, Cos θ, dan daya pada beban. 7. Turunkan arus penguat generator (PTDC ) lalu buka S2, minimum kan PTAC, hingga nol kemudian buka S1. 8. Percobaan selesai. C. Data Hasil Percobaan Tabel 3.4 Data Hasil Percobaan Beban Seimbang Hubung Delta n = 1500 rpm No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Beban (Ohm) R S T 5 5 5 10 10 10 15 15 15 20 20 20 25 25 25 30 30 30 35 35 35 40 40 40 45 45 45 50 50 50 R 11 15 27 37 47 54 67 69 80 78 V (Volt) S 12 15 28 38 48 54 67 69 80 80 If = 1,0 Amp T 11 15 27 38 48 53 67 69 82 79 R 3,13 3,05 3,09 3,04 3,11 3,07 2,99 2,89 2,98 2,87 Ia (Amp) S 3,19 3,09 3,12 3,06 3,21 3,08 3,08 2,95 3,04 2,89 T 3,21 3,21 3,14 3,05 3,19 3,05 3,08 2,94 3,05 3,05 Pout (Watt) 62,11 84,61 120,8 149,26 176,9 196,7 219,5 239,84 254,55 269,8 Universitas Sumatera Utara 3.6.6 Percobaan Beban Tak Seimbang Hubung Wye A. Rangkaian Percobaan S2 S1 A1 A2 N Z1 V2 V1 P T A C M 3θ G SINKRON A3 Z2 V3 A4 PTDC Gambar 3.8 Rangkaian percobaan beban tidak seimbang hubung wye B. Prosedur Percobaan 1. Rangkai perlatan percobaan seperti Gambar 3.6, atur range alat ukur sesuai dengan yang dibutuhkan. 2. Hidup kan PTAC dan semua alat ukur. Tutup S1 sehingga motor induksi berputar dengan kecepatan putar 1500 rpm. 3. Setelah mencapai kecepatan nominal rotor (1500 rpm), tutup saklar 2 untuk mengatur eksitasi generator sinkron. 4. Atur besar impedansi masing – masing beban pada fasa R, S, dan T 5. Catat tegangan terminal saat arus penguat generator belum dinaikkan (If=0). 6. Catat arus IR, IS, dan IT, dan daya pada beban. 7. Naikkan arus penguat secara bertahap dengan mengatur PTDC . Dimana, putaran dijaga konstan pada setiap kenaikan arus penguat generator, kemudian catat tegangan terminal, catat arus IR, IS, dan IT, dan daya pada beban. 8. Turunkan arus penguat generator (PTDC) lalu buka S2, minimum kan PTAC, hingga nol kemudian buka S1. 9. Percobaan selesai Universitas Sumatera Utara Z3 C. Data Hasil Percobaan Tabel 3.5 Data Hasil Percobaan Beban Tidak Seimbang Hubungan Wye n = 1500 rpm BEBAN V Ia PR PS PT POUT (Ohm) (Volt) (Amp) (Watt) (Watt) (Watt) (Watt) 222 198 192 187 182 172 157 153 149 142 150,92 158,4 130,66 184,14 199,64 163,35 147,63 167,68 132,89 141,12 212,09 210,33 199,5 189,28 191,9 194,04 195,04 216,16 218,16 204,48 585,01 566,73 522,16 560,42 573,54 529,39 499,67 536,84 500,05 487,6 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 If = 1,0 Amp R 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 S 30 25 20 15 10 55 50 45 40 35 T 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 R S T R S 100 98 127 2,22 1,54 100 96 123 1,98 1,65 100 94 114 1,92 1,39 100 93 104 1,87 1,98 100 92 101 1,82 2,17 100 135 98 1,72 1,21 100 133 92 1,57 1,11 100 128 112 1,53 1,31 100 97 108 1,49 1,37 100 96 96 1,42 1,47 T 1,67 1,71 1,75 1,82 1,9 1,98 2,12 1,93 2,02 2,13 3.6.7 Percobaan Beban Tak Seimbang Hubung Delta A. Rangkaian Percobaan S2 S1 A1 P T A C A2 N V2 V1 Z1 M 3θ G SINKRON Z3 A3 V3 Z2 A4 PTDC Gambar 3.9 Percobaan beban tak seimbang hubung delta B. Prosedur Percobaan Universitas Sumatera Utara 1. Rangkai perlatan percobaan seperti Gambar 3.7, atur range alat ukur sesuai dengan yang dibutuhkan. 2. Hidupkan PTAC dan semua alat ukur. Tutup S1 sehingga motor induksi berputar dengan kecepatan putar 1500 rpm. 3. Setelah mencapai kecepatan nominal rotor (1500 rpm), tutup saklar 2 untuk mengatur eksitasi generator sinkron. 4. Atur besar impedansi masing – masing beban pada fasa R, S, dan T 5. Catat tegangan terminal saat arus penguat generator belum dinaikkan (If=0). 6. Catat arus IR, IS, dan IT, dan daya pada beban. 7. Naikkan arus penguat secara bertahap dengan mengatur PTDC. Dimana, putaran dijaga konstan pada setiap kenaikkan arus penguat generator, kemudian catat tegangan terminal, catat arus IR, IS, dan IT, dan daya pada beban. 8. Turunkan arus penguat generator (PTDC) lalu buka S2, minimumkan PTAC, hingga nol kemudian buka S1. 9. Percobaan selesai. C. Data Hasil Percobaan Tabel 3.6 Data Hasil Percobaan Beban Tidak Seimbang Hubung Delta n = 1500 rpm If = 1,0 Amp BEBAN V Ia (ohm) (Volt) (Amp) No. PR PS PT POut (Watt) (Watt) (Watt) (Watt) R S T R S T R S T 1 10 30 55 58 37 53 2,21 1,54 1,05 128,2 56,98 55,65 240,8 2 15 25 50 54 42 51 1,98 1,65 1,09 106,9 69,3 55,59 231,8 3 20 20 45 52 44 44 1,85 1,39 1,13 96,2 61,16 49,72 207,1 4 25 15 40 47 45 41 1,66 1,98 1,2 78,02 89,1 49,2 216,3 5 30 10 35 46 43 36 1,47 2,17 1,28 67,62 93,31 46,08 207 6 35 55 30 42 60 29 1,32 1,16 1,42 55,44 69,6 41,18 166,2 7 40 50 25 41 58 27 1,19 1,21 1,57 48,79 70,18 42,39 161,4 8 45 45 20 37 60 58 1,34 1,31 1,88 49,58 78,6 109 237,2 9 50 40 15 30 25 56 1,21 1,37 1,98 36,3 34,25 110,9 181,4 Universitas Sumatera Utara 10 55 35 10 23 32 55 1,11 1,47 2,11 25,53 47,04 116,1 BAB IV BAB 4 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Umum Untuk dapat melihat bagaimana pengaruh perubahan beban terhadap karakteristik dan efisiensi generator sinkron maka diperlukan beberapa percobaan yaitu : 1. Percobaan generator beban seimbang. 2. Percobaan generator beban tidak seimbang Dengan memutar alternator pada kecepatan sinkron dan rotor diberi arus medan (If). Tegangan E0 akan terinduksi pada kumparan stator seperti pada Persamaan 2.22. Pada generator sinkron keadaan tanpa beban mengandung arti bahwa arus armatur (Ia) = 0. Dengan demikian besar tegangan terminal adalah : ππ‘ πΈπ πΈ0 (4.1) Oleh karena besar GGL armatur adalah merupakan fungsi dari fluks magnetik, maka ggl armatur dapat ditulis : πΈπ π Ρ (4.2) Dari persamaan diatas, jika arus penguat medan diatur besarnya maka akan diikuti kenaikan fluks dan akhirnya juga pada ggl armatur. Pengaturan arus pengat medan pada keadaan tertentu besarnya akan didapatkan besar ggl armatur tanpa beban dalam keadaan saturasi. Dengan adanya beban yang terpasang pada output generator sinkron, maka segera mengalir arus armatur (Ia); dengan adanya arus armature ini, pada kumparan armatur atau kumparan jangkar timbul fluks putar jangkar. Fluks putar Universitas Sumatera Utara 188,6 jangkar ini brsiat mengurangi atau menambah fluks putar yang dihasilkan oleh kumparan rotor. Hal ini tergantung pada faktor daya beban. Dengan adanya fluks putar armatur akibat timbulnya arus armatur, maka pada kumparan timbul reaktansi pemagnit Xm. Reaktansi bersama – sama dengan reaktansi bocor dikenal dengan reaktansi sinkron (Xs) dan secara matematis ditulis: ππ ππΏ ππ (4.3) 4.2 Analisis Data Percobaan Beban Seimbang dan Tidak Seimbang Hubung Wye Terhadap Karakteristik dan Efisiensi Generator Sinkron 4.2.1 Analisis dan Perhitungan Regulasi Tegangan Generator Sinkron Hubung Wye Regulasi tegangan dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut ππ πΈ0 − ππ‘ π₯ 100% πΈ0 (4.4) Sebelum mendapatkan berapa besar voltage regulation (VR) maka terlebih dahulu kita menghitung berapa besar tegangan induksi, dengan persamaan berikut: πΈ0 ππ‘ 2 ππ πΌπ΄ 2 (4.5) A. Beban Seimbang ο· Beban ke – 1 ( ZR = ZS = ZT = 5 Ohm) πΈ0 ππ ο· 21 2 35,08 . 3,1 2 110,757 Volt 110,757 − 21 π₯ 100% 110,757 81 % Beban ke – 2 (ZR = ZS = ZT = 10 Ohm) πΈ0 45 2 35,08 . 2,66 2 103,597 Volt Universitas Sumatera Utara ππ ο· 103,597 − 45 π₯ 100% 103,597 57% Beban ke – 3 (ZR = ZS = ZT = 15 Ohm) πΈ0 76 2 35,08 . 2,78 2 123,639 Volt 123,639 − 76 ππ ke – 4 ( ZR = ZS = ZT π₯ 100% = 20 Ohm) 39% ο· Beban 123,639 πΈ0 96 2 35,08 . 2,55 2 131,217 Volt ππ ο· ππ ππ ππ 35,08 . 2,32 2 136,834 − 110 π₯ 100% 136,834 136,834 Volt 20% 131 2 35,08 . 2,22 2 152,401 − 131 π₯ 100% 152,401 152,401 Volt 14 % 149 2 35,08 . 2,26 2 168,779 − 149 π₯ 100% 168,779 168,779 Volt 12 % Beban ke – 8 ( ZR = ZS = ZT = 40 Ohm) πΈ0 ππ ο· 2 Beban ke – 7 ( ZR = ZS = ZT = 35 Ohm) πΈ0 ο· 110 Beban ke – 6 ( ZR = ZS = ZT = 30 Ohm) πΈ0 ο· 27 % Beban ke – 5 ( ZR = ZS = ZT = 25 Ohm) πΈ0 ο· 131,217 − 96 π₯ 100% 131,217 159 2 35,08 . 2,14 2 175,831 − 159 π₯ 100% 175,831 175,831 Volt 10 % Beban ke – 9 ( ZR = ZS = ZT = 45 Ohm) πΈ0 ππ 169 2 35,08 . 2,01 183,12 − 169 π₯ 100% 183,12 2 183,12 Volt 8% Universitas Sumatera Utara ο· Beban ke – 10 ( ZR = ZS = ZT = 50 Ohm) πΈ0 172 ππ 2 35,08 . 1,86 2 183,96 Volt 183,96 − 172 π₯ 100% 183,96 7% Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1 Hasil Analisa Pengaturan Tegangan Generator Beban Seimbang Hubung Wye n = 1500 rpm No. Beban (Ohm) If = 1,0 Amp V (Volt) Ia (Amp) R S T R S T R S T 1 5 5 5 21 21 21 3,1 3,1 3,1 2 10 10 10 45 45 45 2,66 2,66 2,66 3 15 15 15 76 76 76 2,78 2,78 2,78 4 20 20 20 96 96 96 2,55 2,55 2,55 5 25 25 25 110 110 110 2,32 2,32 2,32 6 30 30 30 131 131 131 2,22 2,22 2,22 7 35 35 35 149 149 149 2,26 2,26 2,26 8 40 40 40 159 159 159 2,14 2,14 2,14 9 45 45 45 169 169 169 2,01 2,01 2,01 10 50 50 50 172 172 172 1,86 1,86 1,86 VR (%) 81% 57% 39% 27% 20% 14% 12% 10% 8% 7% Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan grafik hubungan antara variasi beban terhadap pengaturan tegangan pada generator beban seimbang hubung wye seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini : Universitas Sumatera Utara Dari Gambar grafik terlihat bahwa kurva antara menurun secara stabil. Hal pengaturan ini dikarenakan 4.1 Grafik hubungan variasi Beban terhadap tegangan variasi beban yang dibuat semakin tinggi sehingga pengaturan tegangan semakin turun. Dimana kita ketahui semakin tinggi beban, semakin kecil pengaturan tegangan. B. Beban Tidak Seimbang ο· Beban ke – 1 o Untuk beban ZR = 10 Ohm 0 100 2 35,08 . 2,2 126,747 − 100 126,747 2 126,747 Volt 100% 21 % o Untuk beban ZS =30 Ohm 0 98 2 35,08 . 1,54 111,904 − 98 111,904 2 111,904 Volt 100% 12 % o Untuk beban ZT = 55 Ohm 0 127 2 35,08 . 1,67 139,861 − 127 139,861 100% 2 139,861 Volt 9% Universitas Sumatera Utara ο· Beban ke – 2 o Untuk beban ZR = 15 Ohm 0 100 2 35,08 . 1,98 121,756 − 100 121,756 2 100% 121,756 Volt 18 % o Untuk beban ZS = 25 Ohm 0 96 2 2 35,08 . 1,65 121,1 − 96 121,1 121,1 Volt 100% 14 % o Untuk beban ZT = 50 Ohm 0 123 2 35,08 . 1,71 136,848 − 123 136,848 ο· 2 100% 136,848 Volt 10 % Beban ke – 3 o Untuk beban ZR = 20 Ohm 0 100 2 35,08 . 1,92 120,567 − 100 120,567 2 100% 120,567 Volt 17 % o Untuk beban ZS = 20 Ohm 0 94 2 35,08. 1,39 105,895 − 94 105,895 2 105,895 Volt 100% 11 % o Untuk beban ZT = 45 Ohm 0 114 2 35,08 . 1,75 129,479 − 114 129,479 100% 2 129,479 Volt 12 % Universitas Sumatera Utara ο· Beban ke – 4 o Untuk beban ZR = 25 Ohm 0 100 2 35,08 . 1,07 119,596 − 100 119,596 2 100% 119,596 Volt 16 % o Untuk beban ZS = 15 Ohm 93 0 2 35,08 . 1,98 116,075 − 93 116,075 2 116,075 Volt 100% 20 % o Untuk beban ZT = 20 Ohm 104 0 2 35,08 . 1,82 122,034 − 104 122,034 ο· 2 122,034 Volt 100% 15 % Beban ke – 5 o Untuk beban ZR = 30 Ohm 0 100 2 35,08 . 1,82 118,643 − 100 118,643 2 100% 118,643 Volt 16 % o Untuk beban ZS = 10 Ohm 0 92 2 35,08 . 2,17 119,41 − 92 119,41 2 119,41 Volt 100% 23 % o Untuk beban ZT = 35 Ohm 101 0 2 35,08 . 1,9 121,01.101 121,01 ο· 2 121,01 Volt 100% 17 % Beban ke – 6 o Untuk beban ZR = 35 Ohm 0 100 2 34,13 . 1,72 2 116,793 Volt Universitas Sumatera Utara 116,793 − 105 116,793 100% 14 % o Untuk beban ZS = 55 Ohm 0 135 2 2 35,08 . 1,21 141,516 − 135 141,515 100% 141,516 Volt 5% o Untuk beban ZT = 30 Ohm 0 98 2 35,08 . 1,89 120,119 − 98 120,119 ο· 2 120,119 Volt 100% 18 % Beban ke – 7 o Untuk beban ZR = 40 Ohm 0 100 2 2 35,08 . 1,57 114,164 − 100 114,164 100% 114,164 Volt 12% o Untuk beban ZS = 50 Ohm 0 133 2 2 35,08. 1,11 138,583 − 133 138,583 100% 138,583 Volt 4% o Untuk beban ZT = 25 Ohm 0 92 2 35,08 . 2,12 118,3 − 92 118,3 ο· 100% 2 118,3 Volt 22 % Beban ke – 8 o Untuk beban ZR = 45 Ohm Universitas Sumatera Utara 0 100 2 35,08 . 1,53 113,493 − 100 113,493 2 100% 113,493 Volt 12 % o Untuk beban ZS = 45 Ohm 128 0 2 35,08 . 1,31 113,493 − 128 113,493 2 113,493 Volt 100% 6% o Untuk beban ZT = 20 Ohm 0 112 2 35,08 . 1,93 130,874 − 112 130,874 ο· 2 100% 130,874 Volt 14 % Beban ke – 9 o Untuk beban ZR = 50 Ohm 0 100 2 35,08 . 1,49 112,83 − 100 112,83 2 100% 112,83 Volt 11% o Untuk beban ZS = 40 Ohm 97 0 2 35,08 . 1,37 108,25 − 97 108,25 2 108,25 Volt 100% 10 % o Untuk beban ZT = 15 Ohm 0 100 2 35,08 . 2,02 129,17 − 100 129,17 ο· 2 100% 129,17 Volt 16 % Beban ke – 10 o Untuk beban ZR = 55 Ohm 0 100 2 35,08 . 1,42 2 111,72 Volt Universitas Sumatera Utara 111,72 − 100 111,72 100% 11,87 % o Untuk beban ZS = 35 Ohm 96 0 2 35,08 . 1,37 108,97 − 96 108,97 2 108,97 Volt 100% 12% o Untuk beban ZT = 10 Ohm 0 96 2 35,08 . 2,13 121,65 − 96 121,65 100% 2 121,65 Volt 21 % Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut : Tabel 4.2 Hasil Analisa Pengaturan Tegangan Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Wye n = 1500 rpm No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 R 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 BEBAN (ohm) S 30 25 20 15 10 55 50 45 40 35 T 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 R 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 V (Volt) S 98 96 94 93 92 135 133 128 97 96 T 127 123 114 104 101 98 92 112 108 96 If = 1,0 Amp R 2,22 1,98 1,92 1,87 1,82 1,72 1,57 1,53 1,49 1,42 Ia (Amp) S 1,54 1,65 1,39 1,98 2,17 1,21 1,11 1,31 1,37 1,47 T 1,67 1,71 1,75 1,82 1,9 1,98 2,12 1,93 2,02 2,13 Voltage Regulation (%) R S T 21% 12% 9% 18% 14% 10% 17% 11% 12% 16% 20% 15% 16% 23% 17% 14% 5% 18% 12% 4% 22% 12% 6% 14% 11% 10% 16% 10% 12% 21% Universitas Sumatera Utara Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan grafik hubungan antara variasi beban terhadap pengaturan tegangan pada generator beban tidak seimbang hubung wye seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini : Dapat dilihat dari grafik bahwa pada fasa R grafik cenderung turun. Hal ini Gambar 4.2 Kurva Pengaturan Tegangan Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Wye dikarenakan pada fasa R beban dibuat bertambah secara linear. Pada fasa S grafik menunjukan kenaikan lalu penurunan yang drastis. Hal ini disebabkan pada waktu tertentu pada fasa S diberikan beban yang semakin besar yang menyebabkan grafik turun secara drastis. Pada fasa T grafik cenderung naik dan apa sedikit penurunan namun naik kembali. Hal ini dikarenakan pada fasa T diberi beban yang semakin menurun secara linear. 4.2.2 Analisis dan Perhitungan Efisiensi Generator Sinkron Hubung Wye Efisiensi dapat dihitung dari persamaan: 3. 2 . (4.6) (4.7) Efisiensi = x 100 % (4.8) Universitas Sumatera Utara A. Beban Seimbang ο· Beban ke – 1 ( ZR = ZS = ZT = 5 Ohm) 432,3 Efisiensi = ο· 432,3 576,47 Efisiensi = = 75 % 740,66 x 100 % 740,66 = 71 % Beban ke – 3 ( ZR = ZS = ZT = 15 Ohm) Efisiensi = 347,778 667,6 1015,4 x 100 % 1015,4 = 66 % Beban ke – 4 ( ZR = ZS = ZT = 20 Ohm) 750,6 Efisiensi = ο· 212,268 528,4 667,6 ο· x 100 % 576,47 Beban ke – 2 ( ZR = ZS = ZT = 10 Ohm) 528,4 ο· 144,15 390,15 750,6 1140,7 x 100 % 1140,7 = 66 % Beban ke – 5 ( ZR = ZS = ZT = 25 Ohm) 890,3 Efisiensi = 403,68 890,3 1294 x 100 % 1294 = 69 % Universitas Sumatera Utara ο· Beban ke – 6 ( ZR = ZS = ZT = 30 Ohm) 944,9 Efisiensi = ο· 944,9 1388,4 Efisiensi = = 68 % 1488,2 x 100 % 1488,2 = 64 % Beban ke – 8 ( ZR = ZS = ZT = 40 Ohm) Efisiensi = 549,552 988,9 1538,5 x 100 % 1538,5 = 64 % Beban ke – 9 ( ZR = ZS = ZT = 45 Ohm) 977,4 Efisiensi = ο· 536,298 951,9 988,9 ο· x 100 % 1388,4 Beban ke – 7 ( ZR = ZS = ZT = 35 Ohm) 951,9 ο· 443,556 545,41 977,4 1522,9 x 100 % 1522,9 = 64 % Beban ke – 10 ( ZR = ZS = ZT = 50 Ohm) 965,8 Efisiensi 518,94 965,8 1484,7 1484,7 x 100 % = 65 % Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Hasil Analisa Efisiensi Generator Sinkron Beban Seimbang Hubung Wye n = 1500 rpm If = 1,0 Amp Beban (Ohm) R S T R S T R S T 1 5 5 5 21 21 21 3,1 3,1 3,1 432,3 576,47 75% 2 10 10 10 45 45 45 2,66 2,66 2,66 528,4 740,66 71% 3 15 15 15 76 76 76 2,78 2,78 2,78 667,6 1015,4 66% 4 20 20 20 96 96 96 2,55 2,55 2,55 750,6 1140,7 66% 5 25 25 25 110 110 110 2,32 2,32 2,32 890,3 1294 69% 6 30 30 30 131 131 131 2,22 2,22 2,22 944,9 1388,4 68% 7 35 35 35 149 149 149 2,26 2,26 2,26 951,9 1488,2 64% 8 40 40 40 159 159 159 2,14 2,14 2,14 988,9 1538,5 64% 9 45 45 45 169 169 169 2,01 2,01 2,01 977,4 1522,9 64% 10 50 50 50 172 172 172 1,86 1,86 1,86 965,8 1484,7 65% No V (Volt) Ia (Amp) Pout Pin Effisiensi (Watt) (Watt) (%) Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan grafik hubungan antara variasi beban terhadap efisiensi pada generator beban seimbang hubung wye seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini : 90% 80% Effisiensi (%) 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0 2 4 6 8 10 12 Variasi Beban Gambar 4.3 Kurva Efisiensi Generator Sinkron Beban Seimbang Hubung Wye Universitas Sumatera Utara Dari grafik terlihat bahwa, kurva mengalami penurunan dan kenaikan. Hal ini disebabkan beban yang dikenakan pada tiap fasa mengalami kenaikan sehingga berpengaruh pada grafik efisiensi. B. Beban Tidak Seimbang Untuk mencari daya input generator pada saat beban tidak seimbang digunakan persamaan : (4.9) ο· Beban ke – 1 585,01 585,01 Efisiensi ο· 858,832 Efisiensi 839,804 858,832 772,343 38,642 146,205 839,804 137,813 772,343 x 100 % = 68 % 87,4225 58,806 x 100 % = 67 % 560,42 839,145 99,372 573,54 846,351 Beban ke – 6 529,39 68,0625 x 100 % = 67 % 73,728 522,16 Beban ke – 5 573,54 Efisiensi = ο· 566,73 Beban ke – 4 560,42 Efisiensi = ο· 153,39 x 100 % = 68 % 58,806 Beban ke – 3 522,16 Efisiensi ο· 71,148 Beban ke – 2 566,73 ο· 49,284 47,089 x 100 % = 68 % 103,544 80,52 132,496 126,35 117,612 839,145 846,351 831,072 Universitas Sumatera Utara Efisiensi = ο· 831,072 Beban ke – 7 499,67 Efisiensi = ο· 529,39 98,596 499,67 772,231 Efisiensi = 61,605 x 100 % = 65 % 105,341 77,225 536,84 793,903 x 100 % = 68 % 112,36 772,231 74,498 793,903 Beban ke – 9 500,05 Efisiensi = ο· = 64 % Beban ke – 8 536,84 ο· x 100 % 500,05 747,337 Beban ke – 10 487,6 Efisiensi = 111 487,6 719,5 75,1 x 100 % 110,9 61,2 = 67 % 75,63 x 100 % 747,337 45,37 719,5 = 68 % Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut Tabel 4.4 Analisa Efisiensi Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Wye n = 1500 rpm No. 1 2 3 4 5 6 7 BEBAN (ohm) R S T 10 30 55 15 25 50 20 20 45 25 15 40 30 10 35 35 55 30 40 50 25 R 100 100 100 100 100 100 100 V (Volt) S 98 96 94 93 92 135 133 T 127 123 114 104 101 98 92 If = 1,0 Amp R 2,22 1,98 1,92 1,87 1,82 1,72 1,57 Ia (Amp) S 1,54 1,65 1,39 1,98 2,17 1,21 1,11 POut Pin (Watt) (Watt) T 1,67 1,71 1,75 1,82 1,9 1,98 2,12 585,01 566,73 522,16 560,42 573,54 529,39 499,67 Effisiensi (%) 858,832 68% 839,804 67% 772,343 68% 839,145 67% 846,351 68% 831,072 64% 772,231 65% Universitas Sumatera Utara 8 9 10 45 50 55 45 40 35 20 15 10 100 128 112 1,53 1,31 1,93 536,84 793,903 100 97 108 1,49 1,37 2,02 500,05 747,337 100 96 96 1,42 1,47 2,13 487,6 719,503 68% 67% 68% Dari hasil perhitungan di atas dapat digambarkan grafik hubungan antara variasi beban terhadap efisiensi pada generator beban tidak seimbang hubung wye seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini : 70% Effisiensi (%) 65% 60% 55% 50% 45% 40% 0 2 4 6 8 10 12 Variasi Beban Gambar 4.4 Kurva Efisiensi Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Wye Dari grafik dapat kita lihat bahwa kurva mengalami penurunan dari 68% menjadi 64 %. Hal ini dikarenakan beban yang dikenakan pada tiap fasa berbeda beda dan tidak seimbang. Dimana pada fasa R beban mengalami kenaikan secara linear. Pada fasa S beban mengalami kenaikan dan penurunan secara acak. Dan pada fasa T beban mengalami penurunan secara linear. Hal ini menyebabkan grafik efisiensi menjadi tidak seimbang. Universitas Sumatera Utara 4.3 Analisis Data Percobaan Beban Seimbang dan Tidak Seimbang Hubung Delta Terhadap Karakteristik dan Efisiensi Generator Sinkron 4.3.1 Analisis dan Perhitungan Regulasi Tegangan Generator Sinkron Hubung Delta Untuk menghitung regulasi tegangan generator sinkron pada beban seimbang dan tidak seimbang sama dengan perhitungan regulasi tegangan pada generator sinkron hubung wye, yaitu menggunakan Persamaan 4.4 untuk mencari besar regulasi tegangannya dan menggunakan Persamaan 4.5 untuk mencari tegangan induksinya. A. Beban Seimbang ο· Beban ke – 1 ( ZR = ZS = ZT = 5 Ohm) πΈ0 ππ ο· ππ ππ 2 110,35 − 11 π₯ 100% 110,35 110,35 Volt 90 % 15 2 35,08 . 3,05 2 108,04 − 15 π₯ 100% 108,04 108,04 Volt 86 % 27 2 35,08 . 3,09 2 111,71 − 27 π₯ 100% 111,71 111,71 Volt 76 % Beban ke – 4 ( ZR = ZS = ZT = 20 Ohm) πΈ0 ππ ο· 35,08 . 3,13 Beban ke – 3 ( ZR = ZS = ZT = 15 Ohm) πΈ0 ο· 2 Beban ke – 2 ( ZR = ZS = ZT = 10 Ohm) πΈ0 ο· 11 37 2 35,08 . 3,04 2 112,88 − 37 π₯ 100% 112,88 112,88 Volt 67 % Beban ke – 5 ( ZR = ZS = ZT = 25 Ohm) πΈ0 ππ 47 2 35,08 . 3,11 118,8 − 47 π₯ 100% 118,8 2 118,8 Volt 60 % Universitas Sumatera Utara ο· Beban ke – 6 ( ZR = ZS = ZT = 30 Ohm) πΈ0 54 ππ ο· 35,08 . 3,07 2 120,5 − 54 π₯ 100% 120,5 120,5 Volt 55 % Beban ke – 7 ( ZR = ZS = ZT = 35 Ohm) πΈ0 67 ππ ο· 2 2 35,08 . 2,99 2 124,5 − 67 π₯ 100% 124,5 124,5 Volt 46 % Beban ke – 8 ( ZR = ZS = ZT = 40 Ohm) πΈ0 69 2 35,08 . 2,89 2 122,6 Volt ο· 122,6 69= ZS = ZT = 50 Ohm) Beban ke – 9 (−ZR ππ π₯ 100% 44 % 122,6 ο· Beban ke – 9 ( ZR = ZS = ZT = 45 Ohm) πΈ0 ππ ο· 80 2 35,08 . 2,98 131,6 − 80 π₯ 100% 131,6 2 131,6 Volt 39 % Beban ke – 10 ( ZR = ZS = ZT = 50 Ohm) πΈ0 78 ππ 2 35,08 . 2,87 2 127,4 − 78 π₯ 100% 127,4 127,4 Volt 39 % Data hasil analisa dan perhitungan regulasi tegangan pada generator hubung delta pada beban seimbang yaitu dapat dilihat pada tabel 4.5 : Tabel 4.5 Hasil Analisa dan Perhitungan Generator Sinkron Beban Seimbang Hubung Delta n = 1500 rpm No Beban (Ohm) R S T R If = 1,0 Amp V (Volt) S T R Ia (Amp) S VR T (%) Universitas Sumatera Utara 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 5 10 15 20 25 30 35 40 45 5 10 15 20 25 30 35 40 45 5 10 15 20 25 30 35 40 45 11 15 27 37 47 54 67 69 80 12 15 28 38 48 54 67 69 80 11 15 27 38 48 53 67 69 82 3,13 3,05 3,09 3,04 3,11 3,07 2,99 2,89 2,98 3,19 3,09 3,12 3,06 3,21 3,08 3,08 2,95 3,04 3,21 3,21 3,14 3,05 3,19 3,05 3,08 2,94 3,05 90% 86% 76% 67% 60% 55% 46% 44% 39% 50 50 50 78 80 79 2,87 2,89 3,05 39% Dari tabel 4.5 di atas dapat di gambarkan kurva karakteristik antara variasi beban terhadap regulasi tegangan generator sinkron beban seimbang hubung delta, seperti yang terlihat pada Gambar 4.5 berikut : 100% Pengaturan Tegangan (%) 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 0 2 4 6 8 10 12 Variasi Beban Gambar 4.5 Kurva Pengaturan Tegangan Generator Sinkron Beban Seimbang Hubung Delta Dari grafik dapat kita lihat bahwa pegaturan tegangan generator sinkron beban seimbang hubung delta mengalami penurunan yang cukup stabil dari 90% menjadi 40%. Hal ini disebabkan pada tiap fasa dikenakan beban yang bertambah secara linear. Pertambahan beban yang secara linear ini menyebabkan pengaturan tegangan semakin menurun. Universitas Sumatera Utara B. Beban Tidak Seimbang ο· Beban ke – 1 ο· Untuk beban ZR = 10 Ohm 0 58 2 35,08 . 2,21 96,82 − 58 96,82 ο· 37 2 35,08 . 1.54 65,48 − 37 65,48 53 2 2 100% 35,08 . 1,05 64,54 − 53 64,54 65,48 Volt 43 % 2 100% 64,54 Volt 18 % Beban ke – 2 ο· Untuk beban ZR = 15 Ohm 0 54 2 35,08 . 1,98 87,98 − 54 87,98 ο· 42 2 100% 35,08 . 1,65 71,51 − 42 71,51 ο· 2 87,98 Volt 39 % Untuk beban ZS = 25 Ohm 0 2 100% 71,51 Volt 41 % Untuk beban ZT = 50 Ohm 0 51 2 35,08 . 1,09 63,74 − 51 63,74 ο· 40 % Untuk beban ZT = 55 Ohm 0 ο· 100% 96,82 Volt Untuk beban ZS = 30 Ohm 0 ο· 2 100% 2 63,74 Volt 20 % Beban ke – 3 ο· Untuk beban ZR = 20 Ohm Universitas Sumatera Utara 0 52 2 83,16 − 52 83,16 ο· 44 2 2 100% 65,68 Volt 33 % Untuk beban ZT = 45 Ohm 0 44 2 2 35,08 . 1,13 59,22 − 44 59,22 100% 59,22 Volt 26 % Beban ke – 4 ο· Untuk beban ZR = 25 Ohm 0 47 2 ο· 100% 74,83 Volt 37 % Untuk beban ZS = 15 Ohm 0 45 2 35,08 . 1,98 82,76 − 45 82,76 ο· 2 35,08. 1,66 74,83 − 47 74,83 2 100% 82,76 Volt 46 % Untuk beban ZT = 40 Ohm 0 41 2 35,08 . 1,2 58,76 − 41 58,76 ο· 37 % 35,08 . 1,39 65,68 − 44 65,68 ο· 100% 83,16 Volt Untuk beban ZS = 20 Ohm 0 ο· 2 35,08 . 1,85 2 58,76 Volt 100% 30 % Beban ke – 5 ο· Untuk beban ZR = 30 Ohm 0 46 2 35,08 . 1,47 69,1 − 46 69,1 ο· 100% 2 69,1 Volt 33 % Untuk beban ZS = 10 Ohm Universitas Sumatera Utara 0 43 2 35,08 . 2,17 87,43 − 43 87,43 ο· 36 2 35,08 . 1,28 57,55 − 36 57,55 51 % 2 100% 57,55 Volt 37 % Beban ke – 6 ο· Untuk beban ZR = 35 Ohm 0 42 2 35,08 . 1,32 62,52 − 42 62,52 ο· 60 2 100% 35,08 . 1,16 72,5 − 60 72,5 ο· 2 62,52Volt 33% Untuk beban ZS = 55 Ohm 0 2 100% 72,5 Volt 17 % Untuk beban ZT = 30 Ohm 0 29 2 35,08 . 1,42 57,64 − 29 57,64 ο· 100% 87,43 Volt Untuk beban ZT = 35 Ohm 0 ο· 2 2 100% 57,64 Volt 50 % Beban ke – 7 ο· Untuk beban ZR = 40 Ohm 0 41 2 35,08 . 1,19 58,51 − 41 58,51 ο· 100% 2 58,51 Volt 30 % Untuk beban ZS = 50 Ohm Universitas Sumatera Utara 0 58 2 35,08 . 1,21 71,87 − 58 71,87 ο· 27 2 35,08 . 1,57 61,34 − 27 61,34 19 % 2 100% 61,34 Volt 56 % Beban ke – 8 ο· Untuk beban ZR = 45 Ohm 0 37 2 35,08 . 1,34 59,82 − 37 59,82 ο· 60 2 100% 35,08 . 1,31 75,58 − 60 75,58 ο· 2 59,82 Volt 38 % Untuk beban ZS = 45 Ohm 0 2 100% 75,58 Volt 21 % Untuk beban ZT = 20 Ohm 0 58 2 35,08 . 1,88 87,83 − 58 87,83 ο· 100% 71,87 Volt Untuk beban ZT = 25 Ohm 0 ο· 2 2 100% 87,83 Volt 34 % Beban ke – 9 ο· Untuk beban ZR = 50 Ohm 0 30 2 35,08 . 1,21 51,98 − 30 51,98 ο· 100% 2 51,98 Volt 42% Untuk beban ZS = 40 Ohm Universitas Sumatera Utara 0 25 2 35,08 . 1,37 54,17 − 25 54,17 ο· 100% 54,17 Volt 54 % Untuk beban ZT = 15 Ohm 0 56 2 35,08 . 1,98 89,22 − 56 89,22 ο· 2 2 100% 89,22 Volt 37 % Beban ke – 10 ο· Untuk beban ZR = 55 Ohm 0 23 2 35,08 . 1,11 45,22 − 23 45,22 ο· 100% 45,22 Volt 49 % Untuk beban ZS = 35 Ohm 0 32 2 35,08. 1,47 60,69 − 32 60,69 ο· 2 2 100% 60,69 Volt 47 % Untuk beban ZT = 10 Ohm 0 55 2 35,08 . 2,11 92,22 − 55 92,22 2 100% 92,22 Volt 40 % Data hasil perhitungan regulasi tegangan pada generator sinkron beban tidak seimbang hubung delta dapat dilihat pada Tabel 4.6 : Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Regulasi Tegangan Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Delta n = 1500 rpm No. BEBAN V If = 1,0 Amp Ia VR (%) Universitas Sumatera Utara R 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (ohm) S 30 25 20 15 10 55 50 45 40 35 T 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 R 58 54 52 47 46 42 41 37 30 23 (Volt) S 37 42 44 45 43 60 58 60 25 32 T 53 51 44 41 36 29 27 58 56 55 R 2,21 1,98 1,85 1,66 1,47 1,32 1,19 1,34 1,21 1,11 (Amp) S 1,54 1,65 1,39 1,98 2,17 1,16 1,21 1,31 1,37 1,47 T 1,05 1,09 1,13 1,2 1,28 1,42 1,57 1,88 1,98 2,11 R 40% 39% 37% 37% 33% 33% 30% 38% 42% 49% S 43% 41% 33% 46% 51% 17% 19% 21% 54% 47% T 18% 20% 26% 30% 37% 50% 56% 34% 37% 40% Dari tabel 4.6 di atas dapat di gambarkan kurva karakteristik antara variasi beban terhadap regulasi tegangan generator sinkron beban tidak seimbang hubung delta, seperti yang terlihat pada Gambar 4.6 berikut : Voltage Regulation (%) 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 0 2 4 6 8 10 12 Variasi Beban Fasa R Fasa S Fasa T Gambar 4.6 Kurva Karakteristik Pengaturan Tegangan Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Delta Dari grafik dapat kita lihat bahwa kurva mengalami kenaikan yang cukup stabil dikarenakan pada fasa R dikenakan beban yang bertambah secara linear. Pada fasa S kita dapat lihat bahwa grafik mengalami kenaikan dan penurunan secara tidak stabil dikarenakan pada fasa S dikenakan beban yang acak pula. Pada Universitas Sumatera Utara fasa T kita dapat lihat grafik mengalami kenaikan secara linear pula dikarenakan pada fasa T dikenakan beban yang semakin menurun. 4.3.2 Analisis dan Perhitungan Efisiensi Generator Sinkron Hubung Delta Untuk menghitung besar efisiensi generator sinkron hubung delta, persamaan yang digunakan sama seperti Persamaan 4.6 – 4.8. A. Beban Seimbang ο· Beban ke – 1 ( ZR = ZS = ZT = 5 Ohm) 108,02 Efisiensi = ο· 108,02 259,4 Efisiensi = x 100 % 291,547 140,25 431,797 = 42 % 431,797 x 100 % = 32 % Beban ke – 3 ( ZR = ZS = ZT = 15 Ohm) 255,57 Efisiensi = ο· 259,4 Beban ke – 2 ( ZR = ZS = ZT = 10 Ohm) 140,25 ο· 151,3855 437,13 255,57 692,7 692,7 x 100 % = 37 % Beban ke – 4 ( ZR = ZS = ZT = 20 Ohm) 344,66 Efisiensi = 558,154 344,66 902,814 902,814 x 100 % = 38 % Universitas Sumatera Utara ο· Beban ke – 5 ( ZR = ZS = ZT = 25 Ohm) 453,37 Efisiensi = ο· 453,37 1207,178 Efisiensi = 1340,164 1340,164 x 100 % = 37 % Beban ke – 7 ( ZR = ZS = ZT = 35 Ohm) Efisiensi = 976,95 613,05 1590 1590 x 100 % = 39 % Beban ke – 8 ( ZR = ZS = ZT = 40 Ohm) 605,82 Efisiensi = ο· x 100 % = 38 % 846,414 493,75 613,05 ο· 1207,178 Beban ke – 6 ( ZR = ZS = ZT = 30 Ohm) 493,75 ο· 753,8 1027,928 605,82 1633,748 1633,748 x 100 % = 37 % Beban ke – 9 ( ZR = ZS = ZT = 45 Ohm) 731,7 Efisiensi = 1234,1 731,7 1965,8 1965,8 x 100 % = 37 % Universitas Sumatera Utara ο· Beban ke – 10 ( ZR = ZS = ZT = 50 Ohm) 696 1294,575 Efisiensi = 696 1990,6 1990,6 x 100 % = 35 % Data hasil perhitungan efisiensi pada generator sinkron beban seimbang hubung delta dapat dilihat pada Tabel 4.7 : Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Efisiensi Generator Sinkron Beban Seimbang Hubung Delta n = 1500 rpm No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Beban (Ohm) R S T 5 5 5 10 10 10 15 15 15 20 20 20 25 25 25 30 30 30 35 35 35 40 40 40 45 45 45 50 50 50 V (Volt) R S T 11 12 11 15 15 15 27 28 27 37 38 38 47 48 48 54 54 53 67 67 67 69 69 69 80 80 82 78 80 79 If = 1,0 Amp Ia (Amp) R S T 3,13 3,19 3,21 3,05 3,09 3,21 3,09 3,12 3,14 3,04 3,06 3,05 3,11 3,21 3,19 3,07 3,08 3,05 2,99 3,08 3,08 2,89 2,95 2,94 2,98 3,04 3,05 2,87 2,89 3,05 Pout (Watt) 108,02 140,25 255,57 344,66 453,37 493,75 613,05 605,82 731,7 696,01 Pin (Watt) Effisiensi (%) 259,4055 431,797 42% 32% 692,7015 37% 902,814 1207,178 38% 38% 1340,164 37% 1590,002 1633,748 39% 37% 1965,803 37% 1990,585 35% Dari tabel 4.7 di atas dapat di gambarkan kurva karakteristik antara variasi beban terhadap efisiensi generator sinkron beban seimbang hubung delta, seperti yang terlihat pada Gambar 4.7 berikut : Universitas Sumatera Utara 80% Effisiensi (%) 70% 60% 50% 40% 30% 20% 0 2 4 6 8 10 12 Variasi Beban Gambar 4.7 Kurva Karakteristik Efisiensi Generator Sinkron Beban Seimbang Hubung Delta Kita dapat melihat dari grafik bahwa kurva mengalami penurunan secara stabil kemudian ada kenaikan dari 32% menjadi 37% yang disusul dengan kenaikan dan penurunan yang cukup tidak stabil. Hal ini dikarenakan kenaikan beban pada tiap fasa seimbang namun penurunan dan kenaikan yang tidak stabil itu dapat disebabkan oleh ketidakstabilan alat ukur. B. Beban Tidak Seimbang ο· Beban ke – 1 241 Efisiensi = ο· 241 421,4 71,17 60,64 421,4 59,41 418,1 x 100 % = 57 % Beban ke – 2 232 Efisiensi = ο· 48,84 232 58,81 418,1 x 100 % 207 68,45 68,06 = 55 % Beban ke – 3 Efisiensi = 207 371,6 x 100 % 38,64 57,46 371,6 = 56 % Universitas Sumatera Utara ο· Beban ke – 4 216 216 401,6 x 100 % 207 64,83 Efisiensi = ο· 207 376,3 57,34 376,3 = 55 % 166 60,98 361,7 x 100 % 161 56,64 74 60,5 361,7 = 46 % 161 352,8 x 100 % 237 80,8 73,21 61,62 352,8 = 46 % Beban ke – 8 Efisiensi = 237 465,9 x 100 % 181 73,21 77,22 70,69 465,9 = 51 % Beban ke – 9 Efisiensi = ο· 47,09 Beban ke – 7 Efisiensi = ο· 401,6 Beban ke – 6 Efisiensi = ο· 67,6 = 54 % x 100 % 166 ο· 58,81 Beban ke – 5 Efisiensi = ο· 68,89 181 388,5 x 100 % 75,08 58,81 388,5 = 47 % Beban ke – 10 189 Efisiensi = 189 376,5 67,77 x 100 % 75,63 44,52 376,5 = 50% Universitas Sumatera Utara Data hasil perhitungan efisiensi pada generator sinkron beban seimbang hubung delta dapat dilihat pada Tabel 4.8 : Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Efisiensi Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Delta n = 1500 rpm If = 1,0 Amp BEBAN V Ia (Ohm) (Volt) (Amp) No . R S T R S T 1 10 30 55 58 37 53 2 15 25 50 54 42 51 3 20 20 45 52 44 44 4 25 15 40 47 45 41 5 30 10 35 46 43 36 6 35 55 30 42 60 29 7 40 50 25 41 58 27 8 45 45 20 37 60 58 9 50 40 15 30 25 56 10 55 35 10 23 32 55 R 2,2 1 1,9 8 1,8 5 1,6 6 1,4 7 1,3 2 1,1 9 1,3 4 1,2 1 1,1 1 S 1,5 4 1,6 5 1,3 9 1,9 8 2,1 7 1,1 6 1,2 1 1,3 1 1,3 7 1,4 7 POUT PIN (Watt (Watt ) ) T 1,0 5 1,0 9 1,1 3 1,2 1,2 8 1,4 2 1,5 7 1,8 8 1,9 8 2,1 1 240,8 231,8 207,1 216,3 207 166,2 161,4 237,2 181,4 188,6 421,4 4 418,0 8 371,6 3 401,6 2 376,2 7 361,7 352,8 3 465,9 3 388,5 2 376,5 4 Effisien si (%) 57% 55% 56% 54% 55% 46% 46% 51% 47% 50% Dari tabel 4.8 di atas dapat di gambarkan kurva karakteristik antara variasi beban terhadap efisiensi generator sinkron beban seimbang hubung delta, seperti yang terlihat pada Gambar 4.8 berikut : Universitas Sumatera Utara 80% Effisiensi (%) 70% 60% 50% 40% 30% 20% 0 2 4 6 8 10 12 Variasi Beban Gambar 4.8 Kurva Karakteristik Efisiensi Generator Sinkron Beban Tidak Seimbang Hubung Delta Kita bisa lihat dari grafik bahwa kurva mengalami penurunan yang awalnya cukup stabil dari 57% menjadi 55% kemudian turun secara drastis menjadi 45% yang disusul dengan kenaikan menjadi 51%. Hal ini disebabkan karena pada tiap fasa beban yang dikenakan tidak seimbang. Sehingga efisiensi yang didapat menjadi tidak stabil. Namun kita dapat lihat bahwa efisiensi tertinggi ada pada beban awal yaitu sebesar 58%. 4.4 Kurva Perbandingan Karakteristik dan Efisiensi Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Pada Saat Beban Seimbang dan Tidak Seimbang. 4.4.1 Kurva Perbandingan Karakteristik Generator Sinkron Perbandingan pengaturan tegangan generator sinkron hubung wye dan hubung delta pada saat beban seimbang dan tidak seimbang dapat dilihat pada Gambar 4.9 dan Gambar 4.10 berikut : Universitas Sumatera Utara 100% Pengaturan tegangan 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 0 2 4 6 8 10 12 Variasi Beban beban hubungan D beban hubungan Y Gambar 4.9 Kurva Perbandingan Pengaturan Tegangan Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Pada Saat Beban Seimbang Kita dapat lihat dari kurva perbandingan ini bahwa pengaturan tegangan generator sinkron hubung wye lebih besar dari pengaturan tegangan generator sinkron hubung delta. Dimana pada kurva hubung wye pengaturan tegangan tertinggi adalah 90% saat pada hubung delta pengaturan tegangan tertinggi adalah 80%. Demikian juga pengaturan tegangan terendah hubung wye adalah 39% dan hubung delta adalah 8%. Universitas Sumatera Utara Pengaturan tegangan 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 0 2 4 6 8 10 12 Variasi Beban beban hubungan D beban hubungan Y Gambar 4.10 Kurva Perbandingan Pengaturan Tegangan Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Beban Pada Saat Beban Tidak Seimbang Dari grafik perbandingan pengaturan tegangan saat beban tidak seimbang dapat kita lihat bahwa beban delta mempunyai pengaturan tegangan yang lebih tinggi dari beban wye. Dimana pengaturan tegangan tertinggi adalah 45% dan terendah adalah 34%. Pada hubung wye kita dapat lihat pengaturan tegangan tertiggi adalah 19% dan terendah adalah 4%. 4.4.2 Kurva Perbandingan Efisiensi Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Pada Saat Beban Seimbang dan Tidak Seimbang Perbandingan Efisiensi generator sinkron hubung wye dan hubung delta pada saat beban seimbang dan tidak seimbang dapat dilihat pada Gambar 4.11 dan Gambar 4.12 berikut : Universitas Sumatera Utara 140% Effisiensi 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% 0 2 4 6 8 10 12 Variasi Beban Hubungan Y Hubungan Delta Gambar 4.11 Kurva Perbandingan Efisiensi Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Pada Saat Beban Seimbang Dari grafik dapat kita lihat bahwa efisiensi generator hubung wye beban seimbang lebih besar dari efisiensi generator hubung delta. Dimana pada hubung wye efisiensi tertinggi adalah 75% dan terendah adalah 64%. Pada hubung delta, efisiensi tertinggi adalah 43% dan terendah adalah 32%. 140% 120% Effisiensi 100% 80% 60% 40% 20% 0% 0 2 4 6 8 10 12 Variasi Beban Hubungan Delta Hubungan Y Gambar 4.12 Kurva Perbandingan Efisiensi Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Pada Saat Beban Tidak Seimbang Universitas Sumatera Utara Dari grafik dapat kita lihat bahwa efisiensi generator sinkron hubung wye beban tidak seimbang lebih besar dari pada hubung delta. Dimana pada hubung wye, eifsiensi tertinggi adalah 68% dan terendah adalah 64%. Sedangkan pada hubung delta, efisiensi tertinggi adalah 42% dan terendah adalah 32%. 4.4.3 Kurva Perbandingan Rugi-rugi Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Pada Saat Beban Seimbang dan Tidak Seimbang Perbandingan Rugi - rugi generator sinkron hubung wye dan hubung delta pada saat beban seimbang dan tidak seimbang dapat dilihat pada Gambar 4.13 dan Gambar 4.14 berikut : 3000 Rugi - rugi 2500 2000 1500 1000 500 0 0 2 4 6 8 10 12 Variasi Beban Hubungan Y Hubungan Delta Gambar 4.13 Kurva Perbandingan Rugi-rugi Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Pada Saat Beban Seimbang Dari grafik dapat kita lihat bahwa rugi rugi hubung delta beban seimbang lebih besar dari hubung wye beban seimbang. Dimana pada hubung delta, rugi rugi tertinggi mencapai 1300 watt sedangkan pada hubung wye rugi rugi tertinggi tidak lebih dari 400 watt. Sedangkan rugi rugi terendah pada hubung wye dan delta hampir sama. Universitas Sumatera Utara 2000 1800 1600 rugi rugi 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 0 2 4 6 8 10 12 variasi beban Pin D Pin Y Gambar 4.14 Kurva Perbandingan Rugi-rugi Generator Sinkron Hubung Wye dan Hubung Delta Pada Saat Beban Tidak Seimbang Dari grafik kita dapat lihat bahwa rugi rugi generator sinkron tidak seimbang hubung wye lebih besar dari pada hubung delta. Dimana pada hubung wye rugi rugi tertinggi mencapai 300 watt dan terendahnya hampir mencapai 240 watt. Sedangkan pada hubung delta rugi rugi tertinggi hanya 225 watt. Universitas Sumatera Utara BAB BAB V 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengaturan tegangan generator sinkron hubung wye pada beban seimbang lebih besar dari pada pengaturan tegangan pada hubung delta, yaitu sebesar 90 %. Lebih besar dari pada pengaturan tegangan hubung delta yaitu sebesar 81 %. Dimana semakin lama pengaturan tegangan semakin kecil. Pengaturan tegangan generator sinkron hubung delta pada beban tidak seimbang juga lebih besar dibanding dengan pengaturan tegangan pada hubung wye. Yaitu rata – rata tertinggi sebesar 46 % pada beban hubung delta dan 18 % pada beban hubung wye. 2. Efisiensi generator sinkron dengan beban seimbang hubung wye lebih besar dari pada generator sinkron dengan beban seimbang hubung delta, pada beban hubung wye efisiensi tertinggi yaitu sebesar 75 % sedangkan pada beban hubung delta efisiensi tertinggi yaitu sebesar 42 %. Effisiensi generator dengan beban tidak seimbang hubung wye dibandingkan dengan generator dengan beban tidak seimbang hubung delta yaitu sebesar 68 % pada beban hubung wye dan 57% pada beban hubung delta. Universitas Sumatera Utara 5.2 Saran Adapun saran dari penulis sebagai pengembangan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Melakukan penelitian dengan kombinasi beban yang lebih bervariasi lagi untuk melihat pengaruhnya terhadap efisiensi generator sinkron tersebut. 2. Sebaiknya penelitian selanjutnya dilakukan pada beban RLC dengan rangkaian paralel untuk melihat pengaruhnya. 3. Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan proteksi generator untuk mencegah kerusakan generator saat terjadi gangguan. Universitas Sumatera Utara