BADAN KOORDI NASI I NDONESI AI NVESTMENT PENANAMAN MODAL COORDI NATI NG BOARD Di r ekt or atPengembanganPot ensiDaer ah Di r ect or at eOfRegi onalPot ent i alDevel opment PotensidanPel uangI nvestasiDaerah Pot ent i alandLocalI nvest mentOpport uni t i es Tahun/ Year2015 KABUPATENLEBAK I nvesti n r emar kabl e Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF EXECUTIVE SUMMARY PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN LEBAK : PETERNAKAN KERBAU DAN PENGGEMUKAN SAPI POTONG INVESTMENT OPPORTUNITIES IN LEBAK: BUFFALO FARMS AND FATTENING BEEF CATTLE Kabupaten Lebak merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Banten. Terletak antara 105o 25’-106o30’ Bujur Timur dan 6o18’- 7o00’ Lintang Selatan. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Serang di sebelah utara, sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Indonesia, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pandeglang dan di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi. Kabupaten Lebak memiliki 28 Kecamatan, terdiri dari 340 desa dan 5 kelurahan. Kondisi jalan di Kabupaten Lebak secara umum dalam kondisi memadai, terutama di jalan perkotaan. Lebak is one of regency in Province of Banten, which is geographically located in 105’25’ 106’30’ East Longitude and 6’18’ – 7’00’ South latitude. Lebak is bordered by Serang in the north, Indonesian Ocean in the south, in the west by Pandeglang and in the east by Tangerang Regency, Bogor and Sukabumi Regency (Parts of The West Java Province). Lebak has 28 districts, consist of 340 villages and 5 urban villages. Condition of roads in Lebak generally in adequate conditions, particularly urban streets. Kabupaten Lebak memiliki potensi sektor peternakan yang diantaranya adalah unggas, kerbau, sapi, kambing, dan domba. Untuk populasi dari masing-masing ternak tersebut tahun 2013 sapi potong sebanyak 3.258 ekor, kerbau sebanyak 32.148 ekor, kambing sebanyak 214.064 ekor, domba sebanyak 188.075 ekor, dan unggas dimana terdiri dari ayam buras sebanyak 2.139.026 ekor, ayam ras pedaging sebanyak 11.977.289 ekor, ayam ras petelur sebanyak 160.012 ekor, itik sebanyak 60.669 ekor, dan itik manila/entog sebanyak 35.495 ekor. Lebak has potential in animal husbandry which is poultry, buffalo, cows, goats, and sheep. The population in 2013 for each animal was 3,258 of beef cattles, 32,148 for buffaloes, 214,064 for goats, 188,075 for sheeps, and poultry which consist of 2,139,026 free-ranged chickens, 11,977,289 broilers, 160,012 for laying hens, 60,669 ducks, and 35,495 of manila duck / entog. Maka dari itu, Peluang Investasi yang ditawarkan pada Kabupaten Lebak yaitu peternakan kerbau dan penggemukan sapi potong. Kabupaten Lebak ditunjuk sebagai daerah pengembang kerbau oleh pemerintah pusat, sebagai daerah terbesar ketujuh pengembangan ternak kerbau tingkat nasional. Dengan penetapan tersebut maka mulai tahun 2014 hingga 2015, Kabupaten Lebak fokus sebagai daerah pengembangan ternak kerbau. The Investment opportunities that offered in Lebak are buffalo farms and fattening beef cattle, whereas the raw materials for this opportunity are always provide. By the central government, Lebak designated as a developer area of buffalo, as the seventh largest regional buffalo farms development in national level. With that determination, started from 2014 to 2015, Lebak focus as a regional development of buffalo. Selain mengembangkan ternak kerbau, peluang investasi yang diusulkan di Kabupaten Lebak adalah penggemukan sapi potong. Peluang penggemukan sapi potong ini diharapkan akan mengisi kebutuhan pasar di Kabupaten Lebak sendiri dan juga permintaan pasar di dalam In addition to developing buffaloes, the investment opportunities proposed in Lebak is fattening beef cattle. By chance fattening beef cattle is expected to fill the needs of the market in Lebak itself and also the market demand at local and international. With the development of fattening beef cattle, not Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 1 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary maupun luar negeri. Dengan berkembangnya penggemukan sapi potong ini, tidak hanya meningkatkan pendapatan bagi peternak sapi dan pengolahnya saja, tetapi juga dapat mendorong tumbuhnya usaha-usaha baru, dan penyerapan tenaga kerja. only increase revenue for the farmers and the processor, but also can encourage the growth of new businesses and employment. Kebutuhan dana investasi untuk usaha penggemukan sapi potong di Kabupaten Lebak diperkirakan Rp. 8,8 Milyar, dengan nilai Internal Rate of Return (IRR) sekitar 21,44%, dan Payback Period selama sekitar 4 tahun 2 bulan. Sedangkan, peternakan kerbau membutuhkan dana investasi sebesar Rp. 1,9 milyar dengan nilai Internal Rate of Return (IRR) sekitar 25,97%, dan Payback Period selama sekitar 3 tahun 5 bulan. The estimation of investment fund for fattening beef cattle in Lebak is Rp. 8.8 billion, with an Internal Rate of Return (IRR) of approximately 26.41%, and payback period in about 4 years (3 years and 8 month). Meanwhile, a buffalo farm requires an investment of Rp. 1.9 billion with an Internal Rate of Return (IRR) of approximately 25.97%, and Payback Period for about 3 years and 5 months. 2 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 2015 1. GAMBARAN WILAYAH 1. DESCRIPTION AREA 1.1. Aspek Geografi Dan Administrasi 1.1. Kabupaten Lebak merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Banten, terletak antara 105o 25’-106o30’ Bujur Timur dan 6o18’- 7o00’ Lintang Selatan. Lebak is one of regency in Province of Banten, which is geographically located in 105’25’ 106’30’ East Longitude and 6’18’ – 7’00’ South latitude. Secara administratif Kabupaten Lebak dibatasi oleh : Administratively the regency is bordered by: Sebelah utara berbatasan dengan Serang Sebelah selatan dibatasi oleh Indonesia Sebelah barat berbatasan dengan Pandeglang Sebelah timur berbatasan dengan Tangerang, Kabupaten Bogor, dan Sukabumi. The Aspect Of Geographic And Administrative Kabupaten North by Serang Samudera South by Indonesian Ocean Kabupaten West by Pandeglang Kabupaten Kabupaten East by Tangerang, Bogor and Sukabumi Kabupaten Lebak memiliki luas wilayah 304.472 Lebak has an area of 304,472 ha or 3,044.72 km2. ha atau 3.044,72 km2. Kabupaten Lebak ini Lebak is directly connected to the Indonesian terkoneksi langsung dengan Samudera Indonesia Ocean that has a sea area of 73.3 km2 with a 2 sehingga memiliki wilayah laut sekitar 73,3 km length of 91.42 km. Administratively Lebak is dengan panjang pantai mencapai 91,42 km. divided into 28 sub-districts, 340 villages and 5 Secara adminitratif terbagi menjadi 28 Village with the downtown in Rangkas Bitung. The Kecamatan, 340 Desa, dan 5 Kelurahan dengan distance between the centers of sub-districts and pusat kota di Rangkas Bitung. Jarak antara pusatdistrict centers vary widely. Cilograng is the most pusat kecamatan dengan pusat kabupaten sangat remote areas, which are 160 km to the center of bervariasi. Kecamatan Cilograng merupakan the capital district (Rangkas Bitung). daerah yang paling jauh, yaitu berjarak 160 km dengan pusat ibukota kabupaten (Rangkas Bitung). Gambar 1.1 Luas Wilayah Per-Kecamatan Figure 1.1 Wide Are Per-Sub-district Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 3 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary Gambar 1.2 Peta Adminitrasi Kabupaten Lebak Figure 1.2 Administration Map of Lebak 4 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 2015 1.2. Topografi 1.2. Topography Wilayah Kabupaten Lebak memiliki topografi bervariasi, dengan morfologi secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu morfologi dataran, perbukitan landai-sedang (bergelombang rendah-sedang) dan perbukitan terjal. Morfologi dataran rendah hingga landai sedang umumnya terdapat di daerah bagian selatan sepanjang pantai selatan dengan ketinggian mulai 0 sampai dengan 200 meter diatas permukaan laut. Lebak has varied topography, which is generally divided into three groups: the plains, hills slopingbeing (low-medium wavy) and steep hills. The form of lowland to the ramps being generally found in the southern part of the area along the south coast with the altitude of 0 to 200 meters above sea level. Morfologi perbukitan bergelombang rendah sedang sebagian besar menempati daerah bagian tengah Kabupaten Lebak dengan ketinggian antara 201–500 mdpl. Wilayah perbukitan terletak di Kabupaten Lebak bagian timur dengan ketinggian 501 mdpl - >1000 mdpl. Untuk rincian kondisi topografi mulai dari pantai selatan 0 mdpl hingga gunung ketinggian lebih dari 1000 mdpl adalah : The form of low to medium undulating hills was largely occupied the central part of Lebak with the altitude between 201 to 500 meters above sea level. Hilly areas located in the east of Lebak with an altitude of 501 - >1000 meters above sea level. a. Wilayah topografi dataran, cekungan, hingga miring, yaitu dataran pantai, daerah bantaran sungai, dan meander sungai, dan wilayah berombak yang terletak di pantai selatan kearah utara. Wilayah ini dengan kemiringan 0–8%, terletak pada ketinggian 0-200 meter di atas permukaan laut. a. The topographic region plains, basins, sloping are the coastal plain, the area along the river, and the river meanders and choppy territory located on the southern coast towards the north. This region with a slope of (0-8)%, situated at an altitude (0-200) meters above sea level b. Wilayah topografi perbukitan berombak dan bergelombang, kemiringan lereng 8–15% terletak pada ketinggian 201-500 meter di Lebak bagian tengah b. Wavy and undulating topography region, slope of (8-15)% lies at an altitude (201-500) meters in the central part of Lebak. c. Wilayah pegunungan, gunung, terletak di Lebak bagian timur, dengan kemiringan lereng 15–25%, terletak pada ketinggian 501- >1000 mdpl dengan puncak Gunung Sanggabuana dan Gunung Gede. Sedangkan pegunungan dengan Puncak Nyungcung (1045 mdpl), Puncak Halimum (1929 mdpl), Puncak Endut (1297 mdpl). c. Mountainous region, mountain, located in the Valley of the east, with slope 15-25%, located at an altitude (501 - >1000) meters above sea level with the peak of Mount Sanggabuana and Mount Gede. While the mountains with the Nyungcung Peak (1045 masl), Halimum Peak (1929 masl), the Endut Peak (1297 masl). Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 5 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 1.3. Kondisi Klimatologi 1.3. Climatological Condition Berdasarkan klimatologi, Kabupaten Lebak memiliki Suhu udara minimum 22,1°C dan Suhu udara maksimum 33,1°C. Untuk suhu udara ratarata di daratan yaitu suhu udara di dataran rendah 23,8°C dan suhu udara di dataran tinggi 27,0°C. Keadaan musim kemarau dan penghujan di Kabupaten Lebak tahun 2013 bisa dilihat pada tabel 1.3 berikut. Based on climatology, Lebak has a minimum air temperature of 22.1°C and a maximum air temperature of 33.1°C. The average air temperature on the mainland; the air temperature in the lowlands of 23.8°C and the air temperature on the highlands of 27.0°C. The state of the dry and rainy season in Lebak in 2013 can be seen in the table 1.3. Gambar 1.3 Rata-rata Suhu Udara Dataran Tinggi dan Rendah di Kabupaten Lebak 2011-2013 Figure 1.3 The Average Air Temperature in Highland and Lowland in Lebak 2011-2013 Sumber: BPS, Kab. Lebak dalam Angka 2014 / Source: Lebak Regency In Figures 2014 Tabel 1.1 Keadaan Musim Kemarau dan Musim Hujan di Kabupaten lebak Tahun 2013 Table 1.1 The State of The Dry and Rainy Season in Lebak 2013 Daerah/ Area No 1 2 3 4 5 Periode Normal Musim Kemarau/ Normal Periode of Dry Season Panjang normal Musim Kemarau (Dasarian)/ Normal Length of Dry Season (Dasarian) Normal Curah hujan (mm)/ Normal Rainfall (mm) Jun I – Sep II 10 370 – 500 Lebak Bag. Barat (ZOM 55) / West part of Lebak (ZOM 55) Lebak Bag. Barat Daya (ZOM 56)/ Southwest of Lebak (ZOM 56) Lebak Bag. Utara(ZOM 57)/ North Part of Lebak (ZOM 57) Lebak Bag. Tengah (ZOM 62)/ Central of Lebak (ZOM 62) Lebak Bag. Selatan (ZOM 63)/ South Part of Lebak (ZOM 63) Jun I – Sep II 11 299 – 405 Jun II – Sep III 10 386 – 522 Jul I – Nop II 14 264 – 357 Jun I – Sep II 12 369 – 500 Daerah/ Area Periode Normal Musim Hujan/ Normal Periode of Rainy Season Panjang normal Musim Hujan (Dasarian)/ Normal Length of Rainy Season (Dasarian) Normal Curah hujan (mm)/ Normal Rainfall (mm) No 1 Lebak Bag. Barat (ZOM 55) / Sep I – Mei III 24 West part of Lebak (ZOM 55) 2 Lebak Bag. Barat Daya (ZOM 56) Sep II – Mei III 23 / Southwest of Lebak (ZOM 56) 3 Lebak Bag. Utara(ZOM 57) / Aug III – Jun I 26 North Part of Lebak (ZOM 57) 4 Lebak Bag. Tengah (ZOM 62) / Sep II – Jun I 29 Central of Lebak (ZOM 62) 5 Lebak Bag. Selatan (ZOM 63) / Okt II –Apr I 30 South Part of Lebak (ZOM 63) Sumber: BPS, Kab. Lebak dalam Angka 2014 / Source: Lebak Regency In Figures 2014 6 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 2.473 – 3.345 2.202 – 2.980 1.862 – 2.519 2.246 – 3.039 2.440 – 3.302 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 2015 1.4. Kependudukan 1.4. Population Jumlah Penduduk Kabupaten Lebak tahun 2013 adalah 1.247.906 jiwa terdiri atas 640.002 jiwa penduduk laki-laki dan 607.904 jiwa penduduk perempuan. Penduduk terbesar berada di Kecamatan Rangkas Bitung (120.808 jiwa). Hal ini dikarenakan banyak penduduk yang menetap di Rangkas Bitung yang merupakan pusat perekonomian, pendidikan dan pemerintahan. Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Lebak sebesar 0,67%. Rasio jenis kelamin (gender ratio) di Kabupaten Lebak termasuk seimbang (105) penduduk laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. The population of Lebak in 2013 was 1.247.906 inhabitants, consists of 640.002 of male and 607.904 of female. The largest population is in Rangkas Bitung (120.808 inhabitants). This is because many people who settled in Bitung Rangkas which is the center of economy, education and government. The population growth rate in Lebak at 0.67%. The sex ratio (gender ratio) in Lebak includes balanced (105), the male population slightly more than the female population. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Lebak Table 1.2 Number of Populations Based On Gender in Lebak Kepadatan Nama Kecamatan/ Laki-laki/ Perempuan/ Jumlah/ penduduk / Sub-district Name Male Female Total Density (km2/jiwa) Malingping 32.584 31.137 63.721 691 Wanasalam 27.316 25.868 53.184 396 Panggarangan 18.587 17.966 36.553 224 Cihara 15.709 14.901 30.610 192 Bayah 21.420 20.817 42.237 275 Cilograng 16.939 15.922 32.861 307 Cibeber 28.741 27.522 56.263 147 Cijaku 14.105 13.749 27.854 375 Cigemblong 10.336 9.921 20.257 269 Banjarsari 30.477 29.011 59.488 409 Cileles 24.624 23.772 48.396 387 Cunung kencana 17.438 16.414 33.852 232 Bojongmanik 11.233 10.753 21.986 378 Cirinten 13.412 12.261 25.673 282 Leuwidamar 26.764 25.480 52.244 356 Muncang 16.768 15.983 32.751 385 Sobang 15.081 14.321 29.402 274 Cipanas 24.006 23.038 47.044 624 Lebak Gedong 11.637 10.643 22.280 356 Sajira 24.626 23.430 48.056 433 Cimarga 32.234 30.930 63.164 344 Cikulur 24.476 23.827 48.303 731 Warunggunung 27.839 26.353 54.192 1094 Cibadak 30.952 29.178 60.130 1455 Rangkas Bitung 62.030 58.778 120.808 2440 Kalanganyar 17.246 15.873 33.119 1278 Maja 27.294 25.058 52.352 874 Curugbitung 16.128 14.998 31.126 429 Kabupaten Lebak 640.002 607.904 1.247.906 410 Rasio Jenis Kelamin/ Gender Ratio 105 106 103 105 103 106 104 103 104 105 104 106 104 109 105 105 105 104 109 105 104 103 106 106 106 109 109 108 105 Sumber: BPS, Kabupaten Lebak dalam Angka 2014 Source: BPS, Lebak Regency In Figures 2014 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 7 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary Kepadatan penduduk Kabupaten Lebak 410 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Rangkas Bitung mencapai 2.440 jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah di Kecamatan Cibeber mencapai 147 jiwa/km2. Sedangkan, menurut kelompok umur di Kabupaten Lebak sebagian besar termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 805.413 jiwa dan selebihnya 393.213 jiwa berusia dibawah 15 tahun dan 49.280 jiwa berusia 65 tahun keatas. Lebak population density was 410 inhabitants /km². The densest population is in Rangkas Bitung reached 2,440 inhabitants / km², while the rarest population is in Cibeber reached 147 inhabitants/km². Meanwhile, according to age groups in Lebak, mostly population included in the productive age (15-64 years) of 805,413 inhabitants and the remaining of 393,213 inhabitants under the age of 15 years and 49,280 inhabitants in aged 65 years above. Tabel 1.3 Penduduk Menurut Kelompok Umur Dirinci per Jenis Kelamin di Kabupaten Lebak Table 1.3 Populations Based On Age Group of Gender in Lebak Kelompok umur/ Age Laki-laki/ Male Perempuan/ Female Jumlah / Total Group 0–4 64507 62527 127034 5-9 65571 62043 127614 10 – 14 72593 65972 138565 15 – 19 65113 54732 119845 20 – 24 51857 50748 102605 25 – 29 51018 51337 102355 30 – 34 48055 48123 96178 35 – 39 46272 45789 92061 40 – 44 43665 42953 86618 45 – 49 39157 35324 74481 50 – 54 30786 28001 58787 55 – 59 21431 19708 41139 60 – 64 16498 14846 31344 65 – 69 10885 11176 22061 70 – 74 6682 7278 13960 75 + 5912 7347 13259 Jumlah 640.002 607904 1247906 Sumber: BPS, Kabupaten Lebak dalam Angka 2014 / Source: BPS, Lebak RegencyIn Figures 2014 Gambar 1.4 Piramida Penduduk Kabupaten Lebak, 2013 Figure 1.4 Population Pyramid in Lebak, 2013 8 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 2015 1.5. Ketenagakerjaan 1.5. Employment Berdasarkan data dari BPS, 2013 jumlah penduduk usia kerja (diatas 15 tahun) 841.936 jiwa (431.222 jiwa penduduk laki-laki dan 410.714 jiwa penduduk perempuan). Angkatan kerja sebanyak 564.958 jiwa yang bekerja 524.130 jiwa, sedangkan 40.838 jiwa masih belum bekerja (pengangguran). Penduduk angkatan kerja lainnya 233.430 jiwa masih sekolah dan mengurus rumah tangga. Sisa angkatan kerja lainnya sebanyak 43.538 jiwa. Based on data from Statistical Center Unit, in 2013 the working age population (above 15 years) was 841,936 inhabitants (431,222 inhabitants of the male and the female of 410.714 inhabitants). A labor force of 564,958 inhabitants, who works were 524,130 inhabitants, while the remaining 40,838 inhabitants were still not working (unemployment). Other labors force population 233,430 inhabitants were still in school and taking care of the household. The rest of the labors force as much 43,538 inhabitans. Berdasarkan hal tersebut, maka tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Lebak sebesar 7,23%, sedangkan tingkat pertisipasi angkatan kerja sebesat 67,10%; dan tingkat kesempatan kerja sebesar 92,77%. Based on this, the open unemployment rate in Lebak of 7.23%, while the labor force participation rate of 67.10%; and the employment rate of 92.77%. Tabel 1.4 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas di Kabupaten Lebak 2013 Table 1.4 The Population In Age of 15 years Above in Lebak 2013 Jenis Kelamin/ Gender Klasifikasi/ Classification Laki-laki/ Perempuan/ Male Female Penduduk Usia Kerja/ Working Age 431.222 410.714 Angkatan Kerja/ Labor Force 358.563 206.405 Bekerja/ Employee 329.773 194.357 Pengangguran/ Unemployemet 28.790 12.048 Bukan Angkatan Kerja/ Not Labor Force Sekolah & Mengurus rumah Tangga/ 50.828 182.602 School and Taking care of household Lainnya/ Others 21.831 21.707 Tingkat Pengangguran Terbuka/ 8,03 5,84 Open Unemployement Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja/ 83,15 50,26 Labor Force Participation Rate Tingkat Kesempatan Kerja/ 91,97 94,16 Employement Rate Jumlah/ Total 841.936 564.968 524.130 40.838 233.430 43.538 7,23 67,10 92,77 Sumber: BPS, Kabupaten Lebak dalam Angka 2014 Source: BPS, Lebak Regency In Figures 2014 Kriteria pekerjaan dari angkatan kerja aktif yang bekerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan buruh sebanyak 124.281 jiwa (37,69%). Bekerja di industri 23.942 jiwa (7,26%). Usaha perdagangan, restoran, jasa akomodasi sebanyak 35.702 jiwa (10,83%). Bekerja di bidang jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan sebanyak 30.300 jiwa (11,01%), pekerjaan lainnya sebanyak 109.548 jiwa (33,22 %). Job criteria of the active labor force works in agriculture, plantation, forestry, fisheries, and labor as much as 124,281 inhabitants (37.69%). Working in the industry were 23,942 inhabitants (7.26%), trade, restaurant, accommodation services were 35,702 inhabitants (10.83%). Working in the field of social services, social and individual as much as 30,300 inhabitants (11.01%), others work were 109,548 inhabitants (33.22%). Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 9 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 1.6. Pendidikan 1.6. Education Kabupaten Lebak tahun 2013 memiliki 1.236 sekolah dengan perincian 154 sekolah taman kanak-kanak (2 TK Negeri dan 152 TK Swasta), 782 sekolah dasar (774 SD Negeri dan 8 SD Swasta), 201 sekolah menengah tingkat pertama (169 SMP Negeri dan 32 SMP Swasta) dan 53 sekolah menengah atas (33 SMA Negeri dan 20 SMA Swasta) dan sekolah menengah kejuruan (SMK) sebanyak 46 (11 SMK Negeri dan 35 SMK Swasta). Kabupaten Lebak terdapat 8 (delapan) Perguruan Tinggi Swasta terletak di Kecamatan Rangkas Bitung. Lebak in 2013 had 1,236 schools with details of 154 school kindergarten (2 publics and 152 private kindergarten), 782 elementary schools (774 publics and 8 private elementary schools), 201 junior high school (169 publics and 32 private junior high schools) and 53 high schools (33 publics and 20 private senior high schools) and 46 vocational schools (SMK) (11 publics and 35 private vocational schools). There are eight (8) Colleges in Lebak which located in Rangkas Bitung. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Tabel 1.5 Jumlah Sekolah di Kabupaten Lebak Tahun 2013 Table 1.5 Numbers of School in Lebak in 2013 SMP/ SMU/ SD/ Kecamatan/ TK/ Junior Senior Elementary Sub-district Kindergarten High High School School School Malingping 8 36 10 2 Wanasalam 2 26 7 1 Panggarangan 12 34 9 1 Cihara 4 23 7 1 Bayah 12 35 10 3 Cilograng 6 27 6 1 Cibeber 7 43 11 2 Cijaku 4 21 5 1 Cigemblong 1 18 4 1 Banjarsari 5 43 9 2 Cileles 12 31 7 1 Cunung kencana 3 29 6 1 Bojongmanik 2 13 3 1 Cirinten 2 18 4 0 Leuwidamar 2 25 6 2 Muncang 1 20 9 2 Sobang 11 18 5 1 Cipanas 9 27 9 4 Lebak Gedong 1 13 5 0 Sajira 3 32 7 3 Cimarga 4 40 9 2 Cikulur 5 24 8 2 Warunggunung 6 30 8 1 Cibadak 4 27 5 1 Rangkas Bitng 19 58 16 11 Kalanganyar 2 19 5 2 Maja 4 30 7 2 Curugbitung 3 22 4 1 TOTAL 152 782 201 53 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak Source: Education Department of Lebak 10 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board SMK/ Vocational School 3 0 1 0 1 2 2 1 0 3 1 1 0 1 1 1 0 3 2 0 1 2 4 2 10 2 1 1 46 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 2015 1.7. Kondisi Sarana Dan Prasarana 1.7. The Condition Of Facilities And Infrastructure Jalan merupakan salah satu prasarana pengangkutan yang sangat penting dalam suatu daerah untuk memperlancar dan mendorong kegiatan perekonomian sehingga memudahkan mobilitas dan akses barang dari suatu daerah ke daerah lainnya. Makin meningkatnya usaha perekonomian suatu daerah semakin menuntut pula peningkatan pembangunan maupun perbaikan jalan untuk memperlancar proses perekonomian tersebut. Roads are one of the transport infrastructures which are very important in an area to facilitate and encourage economic activity that facilitate mobility and access of goods from one region to another. The increasing of the economy of a local business also increases the development and improvement of roads to facilitate the process of the economy. 1.7.1. Transportasi 1.7.1. Transportation Klasifikasi dan panjang jalan di Kabupaten Lebak sebagai berikut: - Jaringan jalan dengan kriteria berikut - Jalan Provinsi 179,14 km (Hotmix) - Jalan Kabupaten 837,96 km (Hotmix) - Jalan Desa 5647,2 Km (Campuran) - Jalan Tol (Jakarta Merak) untuk akses menuju Kabupaten Lebak. - Jaringan Rel Kereta Api, yaitu sepanjang ± 90 km dari Jakarta menuju Rangkasbitung; Jalur Ganda (double track) yang saat ini melintas sampai Maja, pada tahun 2015 diproyeksikan akan segera beroperasi sampai Stasiun Rangkasbitung. - Dermaga eksisting ada 1 (satu) di Desa Muara, Kecamatan Wanasalam dan rencana pembangunan 2 (dua) dermaga di Desa Darmasari, Kecamatan Bayah dan Desa Cireudem Kecamatan Cilograng Classification and length of roads in Lebak as follows. - The road network with the following criteria. - Provincial Roads 179.14 km (Hotmix), - District roads 837.96 km (Hotmix); - Village Roads 5647.2 km (Mixture) - Toll Road (Jakarta Merak) for access to Lebak - - Network Rail, which is along the ± 90 km from Jakarta to Rangkasbitung; Double Strip (double track), which is currently passing through Maja, in 2015 is projected will be operational soon until Rangkasbitung Station. There is 1 (one) Existing dock in the Muaravillage, a part of Wanasalam and plans to build two (2) docks in Darmasari village, Bayah sub-district and Cireudem village of Cilograng. Gambar 1.5 Proyeksi Rel Kereta Api danKondisi Jalan di Kabupaten Lebak Figure 1.5 Railway Projection and Road Condition in Lebak Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 11 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 1.7.2. Sumber Energi Listrik 1.7.2. Electricity Source Listrik merupakan energi vital dalam berbagai kegiatan masyarakat di Kabupaten Lebak. Telah tersedia 3 (tiga) Gardu Induk (GI), yaitu: Electricity is a vital energy in a variety of community activities in Lebak. Has provided three (3) Substation (GI), which are; 1) 1) GI kapasitas 150 KV (Jawilan) khusus wilayah timur UPI GI kapasitas 70 KV (Rangkasbitung) GI kapasitas 200 KV (Saketi) bersumber dari PLTU Surala 2) 3) Jumlah pelanggan listrik PLN di Kabupaten Lebak pada tahun 2013 mencapai 162.897 pelanggan. Tenaga listrik yang diproduksi PLN terjual selama tahun 2013 mencapai 256.562.504 KWH dengan nilai Rp. 36.810.948.722,00. No 1 2 2) 3) GI capacity of 150 KV (Jawilan), specifically for the eastern region of UPI GI capacity of 70 KV (Rangkasbitung) GI capacity of 200 KV (Saketi) derived from PLTU Surala In 2013, the number of the electricity customers in Lebak reached 162.897 customers. The electricity of PLN (State Electricity Company) output was sold during 2013 reached 256,562,504 kwh with a value of Rp. 36,810,948,722. Tabel 1.6 Statistik Listrik PLN Rangkas Bitung Kabupaten Lebak Table 1.6 Electricity Statistic of PLN (State Electricity Company) Area Of Rangkas Bitung, Lebak Uraian / Explanation Satuan /Unit Jumlah/ Total Ihtisar Jumlah pelanggan/ Konsumen/ 1 162.987 penjualan Numbers of Customer Customer tenaga listrik/ Jumlah KWh terjual/ 2 KWh 265.562.504 Overview of Total Power Sold Electric Power Jumlah VA tersambung/ 3 VA 359.977.875 Sales Number of VA connected Nilai KWh terjual/ 4 Rp. 36.810.949.722,00 Value of Power Sold Keadaan fisik Panjang route SUTM/ 1 km 1.162 terpasang/ Route Length of SUTM Physical State Panjang route SUTR/ 2 km 2.732 Installed Route Length of SUTR Jumlah Gardu Distribusi/ 3 Buah 963 Number of Distribution Station Jumlah PLTD/ 4 Number of PLTD (Diesel Power Buah 0 Plant) Jumlah daya terpasang/ Number 5 KVA 359.977 of Power Installed Sumber: PLN Cabang Pembantu Rangkasbitung, Kabupaten Lebak Source: PLN (State Electricity Company) Supporting Area of Rangkasbitung, Lebak 12 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 2015 2. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH 2. THE REGIONAL DEVELOPMENT POLICY 2.1. Rencana Pembangunan Menengah Daerah (RPJMD) 2.1. Jangka The Medium - Term Development Plan Regional Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lebak dijelaskan bahwa visinya adalah: Based on The Medium - Term Regional Development Plan of Lebak, the vision is: “Menuju Kabupaten Lebak yang Maju dan Berdaya Saing Melalui Pemantapan Pembangunan Perdesaan dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan” “Towards Lebak in Advance and Competitive Through Strengthening Rural Development and Economic Democracy Development” Misi pada dasarnya merupakan operasionalisasi dari visi yang dirumuskan dalam bentuk aktivitas yang menggambarkan upaya mewujudkan visi tersebut. Adapun misi sebagaimana dimaksud dirumuskan dalam 6 (enam) misi operasional sebagai berikut: The mission is basically the operationalization of the vision outlined in the form of activity that describes efforts to realize the vision. The mission referred formulated in 6 (six) operational missions as follows: 1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang produktif, kreatif, dan inovatif. 2. Meningkatkan tata kelola pemerintah yang berorientasi pelayanan public. 3. Meningkatkan perekonomian yang kokoh berbasis ekonomi kerakyatan. 4. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur strategis wilayah yang berkualitas. 5. Menjaga keseimbangan lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan. 6. Meningkatkan keamanan dan ketertiban wilayah. 2.2. Rencana (RTRW) Tata Ruang Wilayah Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lebak (Perda 2 Thn 2014) dalam peta Pola Ruang telah menetapkan Kawasan Lindung (hutan lindung, kawasan resapan air, taman nasional Gunung Halimun, kawasan cagar budaya Badui, kawasan rawan bencana), kawasan budidaya non petanian (kawasan permukiman, kawasan pengembangan permukiman, kawasan pariwisata, zona industri, dan pengembangan pelabuhan laut), kawasan budidaya pertanian (kawasan pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering, perkebunan, peternakan) yang berhubungan dengan pusat-pusat kegiatan. Pengembangan dari pola ruang tersebut terutama: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 2.2. Improv the quality of Productive, Creative and Innovative Human Resources. Improving Governance Oriented Public Service. Improving solid economy based on democratic economy. Increasing the availability of qualified Regional Strategic Infrastructure. Balancing environment and sustainable development. Enhancing security and law of the area. The Spatial Plans Area Policy Spatial Plan of Lebak (Local Regulation 2 of 2014) in the map space pattern has set Protected Areas (preserve forest, water absorption area, Halimun Mountain national park, Bedouin heritage area, prone disaster area), nonalgicultural cultivation area (residential area, residential development area, tourism area, industrial zone and seaport development), agriculturalArea (agricultural wetlands and dryland area, plantation, farms) which is related to activity centers. Especially, the development of the space pattern are: Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 13 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 1. Kawasan Permukiman Kota Maja (Pusat Kegiatan Wilayah) yang termasuk strategi nasional MP3EI. 1. Maja City Residential Area (Regional Activity Centre), which includes the national strategy of MP3EI (Masterplan for the Acceleration and Expansion of Indonesian Economic Development). 2. Zona Industri Citeras (sebelah barat Kota Maja) 2. Citeras Industrial Zone (west of Maja) 3. Kawasan Agropolitan yang menempati Kawasan pertanian lahan basah di Malimping 3. Agropolitan area which occupies agricultural wetlands area in Malimping 4. Industri Semen Bayah, yang wilayah rawan bencana 4. Bayah Cement Industrial Zone, which occupies the disaster prone area menempati Gambar 2.1 Peta Pola Ruang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak Figure 2.1 Spatial Patterns Map of Lebak 14 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board the Ringkasan Eksekutif / Executive Summary Kebijakan bidang ekonomi antara lain: 2015 The economics policies are: 1) Pengurangan angka pengangguran perdesaan melalui Program Padat Karya di 1) The reduction of unemployment in rural areas through Labor Intensive Program; 2) Pengembangan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan Sentra Komoditas Unggulan Kawasan 2) Democracy economic development through the development of Regional Centers of Leading Comodity 3) Plaza Komoditas Unggulan (2016) 3) Plaza Leading Commodities (2016); 4) Peningkatan kesempatan dan penyediaan lapangan pekerjaan melalui fasilitasi lembaga pendidikan, pelatihan dan keterampilan “Balai Latihan Kerja (BLK), 2016. 4) Increase opportunities and employment through the facilitation of educational institutions, training and skills "Training Center (TC), 2016 5) Kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Lebak bidang pengembangan wilayah. 5) The policy of Lebak regional development areas of regional development. 6) Melanjutkan program peningkatan jalan perdesaan (HMD) termasuk pemeliharaannya 6) Continue the rural road improvement program (HMD) including the maintenance; 7) Membangun dan menata fasilitas umum dan sosial di setiap kecamatan 7) Build and manage public and social facilities in each sub-district; 8) Menjamin jalan-jalan strategis kabupaten dalam kondisi baik “Betonisasi” dan launching “Tiada Hari Tanpa Pemeliharaan” 8) Ensure the district strategic roads in good condition "concretisation" and launching "No Day Without Maintenance"; 9) Meningkatkan rasio elektrifikasi dengan pola “Tuntas Kampung” tahun 2018 9) Increase electrification ratio with the "Tuntas Kampung” pattern in 2018; 10) Meningkatkan cakupan air bersih sanitasi mendekati target MDGS dan 10) Increase the coverage of water and sanitation approach MDG targets; 11) Mewujudkan wilayah perkotaan yang tertata rapi, asri dan hijau melalui peningkatan Ruang Terbuka Hijau (RTH). 11) Realize neat, beautiful and green urban areas through the increasing of green open space (RTH). Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 15 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 3. PROFIL PEREKONOMIAN WILAYAH 3. PROFILE OF ECONOMIC REGION 3.1. Struktur Perekonomian 3.1. Economic Structure Kontribusi suatu sektor dalam menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat menggambarkan peran sektor tersebut dalam kegiatan ekonomi suatu wilayah. Jika membandingkan kontribusi setiap sektor terhadap PDRB Kabupaten Lebak selama 5 tahun terakhir (2009-2013) terlihat jelas bahwa sektor pertanian masih mendominasi perekonomian Kabupaten Lebak. The contribution of a sector in generating Gross Domestic Regional Product (GDRP) may describe the role of the sector in the economic activity of the region. Compared to the contribution of each sector to GDRP of Lebak over the last 5 years (2009-2013), it is clear that the agricultural sector still dominates the economy of Lebak. Tabel 3.1 PDRB atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Lebak 2009-2013 (Jutaan) Table 3.1 GDRP of Lebak at Current Prices 2010-2013 (Million) Lapangan Usaha (sektor)/ Industrial Origin (Sector) 2009 2010 2011 2012 2013 Pertanian/ Agriculture 2,506,145 2,998,489 3,197,585 3,429,433 3,876,580 Pertambangan dan Penggalian/ 100,954 114,029 125,487 141,201 153,089 Mining and Quarrying Industri Pengolahan/ Processing 673,476 707,685 763,950 823,819 902,449 Industry Listrik, Gas & Air Bersih/ Electricity, 41,005 43,888 49,068 55,847 59,966 Gas and Clean Water Kontruksi/ Construction 294,639 411,564 467,978 527,351 602,722 Perdagangan, Hotel & Restoran, 1,844,291 2,079,938 2,336,452 2,606,887 2,940,445 Trade, Hotel and Restaurant Transportasi & Komunikasi/ 721,927 803,048 884,595 968,116 1,062,070 Transportation and Communication Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan/ Finance, Tenancy and 326,403 381,145 422,545 473,391 534,653 Business Services Jasa – jasa/ Services 770,885 916,888 1,064,375 1,248,033 1,377,444 JUMLAH/ TOTAL 7,279,725 8,456,674 9,312,035 10,274,078 11,509,417 Sumber: BPS, Kabupaten Lebak dalam Angka 2009-2014 / Source: BPS, Lebak Regency In Figures 2009-2014 Tabel 3.2 Rata-rata Kontribusi dan Pertumbuhan Sektoral (2009-2013) Table 3.2 The Contribution Average and SectoralGrowth (2009-2013) Lapangan Usaha (sektor)/ Industrial Origin (Sector) No Rata-rata Pertumbuhan Sektoral/ Sectoral Average Growh Rata-rata Kontribusi Sektoral/ Sectiral Contribution Average 1 Pertanian/ Agriculture 11.64% 34.43% 2 Pertambangan dan Penggalian/ Mining and Quarrying 10.99% 1.36% 3 Industri Pengolahan/ Processing Industry 7.60% 8.40% 4 Listrik, Gas & Air Bersih/ Electricity, Gas and Clean Water 10.01% 0.53% 5 Kontruksi/ Construction 20.09% 4.81% 6 Perdagangan, Hotel & Restoran/ Trade, Hotel and Restaurant 12.37% 25.15% 7 Transportasi & Komunikasi/ Transportation and Communication 10.13% 9.53% 16 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Ringkasan Eksekutif / Executive Summary No 8 Lapangan Usaha (sektor)/ i l O i i (S Finance, ) Tenancy and Keuangan, Persewaan & dJasa Perusahaan/ Business Services 9 Jasa – jasa/ Services Sumber: Hasil Pengolahan 2015 Source: Processed Product, 2015 2015 Rata-rata Rata-rata 13.15% 4.55% 15.66% 11.25% Kontribusi PDRB Kabupaten Lebak pada tahun 2013, berdasarkan atas harga berlaku sektor Pertanian masih merupakan penyumbang terbesar dengan persentase 34,43% diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 25,15%, kemudian sektor jasa - jasa sebesar 11,25%. Nilai PDRB Kabupaten Lebak tahun 2013 sebesar Rp. 11,51 triliun, dengan penyumbang terbesar berasal dari sektor pertanian senilai Rp. 3,88 triliun. Selama periode 5 tahun terakhir, sektor pertanian tetap menjadi leading sector di Kabupaten Lebak, untuk pertumbuhan dan kontribusi mengalami kenaikan dan penurunan selama 5 tahun terakhir, walaupun begitu untuk tahun terakhir 2013 pertumbuhan dan kontribusi mengalami kenaikan. Rata-rata pertumbuhan sektoral tertinggi PDRB Kabupaten Lebak selama 5 tahun terakhir berasal dari sektor konstruksi sebesar 20,09%, sedangkan sektor pertanian, rata-ratanya hanya mencapai 11,64%. Lebak GDRP contribution in 2013, based on current prices of agriculture sector was still the largest contributor with a percentage of 34,43% followed by the trade, hotel and restaurant sector amounted to 25,15%, then the services sector amounted to 11,25%. Lebak GDRP value in 2013 amounted to Rp. 11,51 trillion, with the largest contributor came from the agricultural sector valued at Rp. 3,88 trillion. During the period of last 5 years, the agricultural sector remains a leading sector in Lebak, the growth and the contribution has increased and decreased over the last 5 years, although for 2013 the growth and contribution increases. The highest sectoral growth average of GDRP Lebak during the last 5 years was derived from construction sector amounted to 20.09%, while the average of agricultural sector was only 11.64%. Berdasarkan data Statistik Daerah Kabupaten Lebak 2014 (Badan Pusat statistik). Pada tahun 2013, perekonomian Kabupaten Lebak mengalami pertumbuhan 12,02% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Terdapat tiga sektor/kegiatan ekonomi utama di Kabupaten Lebak tahun 2013 yaitu: Based on statistical data of Lebak in 2014 (Center Bureau of Statistic), in 2013, the economy of Lebak increased 12.02% compared to the previous year. There are three sectors/main economic activities in Lebak in 2013, that are: 1. Pertanian sebesar Rp. 3,88 triliyun (34%) 2. Perdagangan, Hotel dan Restoran, sebesar Rp. 2,94 triliyun (25%) 3. Jasa-jasa sebesar Rp. 1,38 triliyun (11%) 1. Agriculture at Rp. 3.88 trillion (34%) 2. Trade, Hotel and Restaurant at Rp. 2.94 trillion (25%) 3. Services at Rp.1.38 trillion (11%) Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 17 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary Gambar 3.1 Struktur Perekonomian di Kabupaten Lebak, 2013 Figure 3.1 Economic Structure in Lebak 2013 Penjelasan lebih rinci tentang struktur ekonomi Kabupaten Lebak dapat dilihat dari PDRB Kabupaten Lebak atas dasar harga berlaku berikut : Detailed explanation of economic structure in Lebak can be seen from the GDRP of Lebak at current prices in the following: a. Sektor Primer Sektor primer terdiri dari sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan perekonomian Kabupaten Lebak. Kontribusi sektor primer pada PDRB selama lima tahun terakhir sebesar 35,79%. Besarnya kontribusi sektor primer didominasi oleh sektor pertanian yang memberikan andil sebesar 34,43% dari total PDRB Kabupaten Lebak tahun 2013. Hal ini menunjukkan masih tingginya ketergantungan perekonomian terhadap sektor primer, khususnya sektor pertanian. Namun nilai pertumbuhannya relatif cukup besar jika dibandingkan dengan sektor pertambangan dan penggalian yaitu mencapai 11,64%. a. Primary sector The primary sector is composed of agriculture, mining and quarrying, has an important role in the economic development of Lebak. Contribution of the primary sector in GDRP over the last five years amounted to 35.79%. The number of contribution of the primary sector was dominated by the agricultural sector that was responsible for 34.43% of total GDRP of Lebak in 2013. This demonstrates the high economic dependence on the primary sector, particularly agriculture. But the growth value is relatively large compared to the mining & quarrying sector that reached 11.64%. b. Sektor Sekunder Sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, serta sektor konstruksi. Kontribusi sektor sekunder dalam pembentukan PDRB Kabupaten Lebak dalam lima tahun terakhir adalah 13,74%, dengan rata-rata pertumbuhan sektoralnya sebesar 7,60% untuk industri pengolahan, 10,01% untuk sektor listrik, gas, dan air bersih, dan 20,09% untuk sektor kontruksi. b. Secondary sector Secondary sector comprising processing industry, electricity, gas and clean water, and the construction sector. Contribution of the secondary sector in GDRP of Lebak in the last five years was 13,74%, with an average of sectoral growth of 7,60% for the processing industry, 10,01% for electricity, gas and clean water, and 20,09% for the construction sector. 18 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 2015 c. Sektor Tersier Sektor tersier yang terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor transportasi dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Kontribusi sektor tersier dalam pembentukan PDRB Kabupaten Lebak mencapai 50.48% dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Kontribusi pada sektor tersier ini didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan andil sebesar 25,15% dari total PDRB Kabupaten Lebak, dengan rata-rata pertumbuhan sektoralnya mencapai 12,37%. c. Tertiary sector The tertiary sector comprising trade, hotels and restaurants, transportation and communication sector, finance, tenancy and business services, and the services sector. The contribution of the tertiary sector in GDRP of Lebak reached 50.48% in the last five years. Contribution of the tertiary sector was dominated by trade, hotels and restaurants that were responsible for 25.15% of total GDRP of Lebak, with an average of sectoral growth reached 12.37%. 3.2. Laju Pertumbuhan 3.2. The Growth Rate Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai salah satu alat untuk menggambarkan kondisi perekonomian suatu wilayah menunjukkan besarnya PDRB Kabupaten Lebak atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 PDRB Kabupaten Lebak atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 7,279,725 juta, pada tahun 2010 sebesar Rp. 8,456,674 juta, pada tahun 2011 sebesar Rp. 9,312,035 juta, pada tahun 2012 sebesar Rp. 10,274,078 juta rupiah, dan pada tahun 2013 sebesar Rp. 11,509,417 juta rupiah. Dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 12.16%. Gross Domestic Regional Product (GDRP) as one ofa tool to describe the economic condition of a region showing the extent of GDRP Lebak at current prices was increased. In 2009, GDRP of Lebak at current prices amounted to Rp. 7,279,725 million, in 2010 amountedto Rp. 8,456,674 million, in 2011 amounted to Rp. 9,312,035 million, in 2012 amounted to Rp. 10,274,078 million and in 2013 Rp. 11,509,417 million. This means that in 2013 economic growth in Lebak occurred at 12.16%. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 19 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 4. POTENSI PEREKONOMIAN 4. POTENTIAL OF ECONOMIC 4.1. Sektor Pertanian 4.1. Agricultural Sector A. A. Tanaman Pangan Food Crop Gambar 4.1 Beberapa Potensi di Sektor Pertanian Kabupaten Lebak Figure 4.1 Agricultural Potentials in Lebak Potensi Komoditi Pertanian Kabupaten Lebak mencakup luas dan produksi sesuai data Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, 2014, berupa padi sawah, padi gogo, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kacang kedelai, luas dan produksi pada tabel 4.1 di bawah ini. Komoditas/ Commodity No 1 2 Padi sawah/ Paddy Padi gogo/ Paddyfield Tabel 4.1 Luas Tanaman dan Produksi Tanaman Pangan Table 4.1 Land Area and Food Crop Production Tahun / Year 2012 - 2013 Luas tanam / Produksi/ Wilayah / Area Land area Production (ha) (ton) 96.603 506.347 15.303 39.856 3 4 5 6 Agricultural potential commodity in Lebak covers a total area and production according to data from the Agriculture Department of Lebak, 2014, in the form of paddy, paddy field, corn, sweet potato, cassava, soybeans. The area and production can be sees in the table 4.1. Jagung/ Corn 1.357 910 Ubi jalar/ Sweet Potato 454 4.171 Ubi kayu/ Cassava 1.381 156.996 Kacang kedelai/ Soybeans 2.250 2.755 Kec. Banjarsari, Kec. Cipanas, Kec. Cikulur, Kec. Cilogarang Kec. Cibeber, Kec. Bayah, Kec. Cileles, Kec. Rangkasbitung, Kec. Maja, Kec. Curugbitung, Kec. Panggarangan, Kec. Leuwidamar, Kec. Muncang Kec. Maja, Kec. Malingping, Kec. Sobang, Kec. Rangkasbitung, Kec. Sajira, Kec. Cigemblong, Kec. Sajira, Kec. Rangkasbitung, Kec. Maja, Kec. Curugbitung, Kec. Cigemblong, Kec. Cikulur, Kec. Leuwidamar, Kec. Muncang Kec. Muncang dan Kec. Cipanas Sumber: BPS, Kabupaten Lebak dalam Angka 2014 Source: BPS, Lebak Regency In Figures 2014 20 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Ringkasan Eksekutif / Executive Summary B. Hortikultura (Buah-Buahan) B. 2015 Holticulture (Fruits) Gambar 4.2 Beberapa Potensi Buah-buahan Kabupaten Lebak Figure 4.2 Fruits Potential in Lebak Jenis buah-buahan yang diusahakan di Kabupaten Lebak adalah alpokat, mangga, rambutan, duku, jeruk siam, durian, jambu biji, sawo, pepaya, pisang, nanas, salak, nangka, manggis, belimbing, jambu air, sukun, jeruk besar dan markisa. Dalam hal ini tanaman buah-buahan yang sangat berpotensi untuk dikembangkan adalah durian, mangga, pisang, manggis, dan rambutan. Adapun untuk kelima buah tersebut dari buah durian produksinya mencapai 57.886 kwintal, mangga mencapai 45.412 kwintal, Pisang 1.278.533 kwintal, manggis mencapai 42.813 kwintal, dan rambutan produksinya mencapai 83.041 kwintal. Berikut data tanaman buah-buahan di Kabupaten Lebak: Types of fruits that cultivated in Lebak areavocado, mango, rambutan, duku, orange, durian, guava, sawo, papaya, banana, pineapple, bark, jackfruit, mangosteen, star fruit, water guava, breadfruit, big orange and passion fruit. The plant fruits that very potential to be developed are durian, mango, banana, mangosteen, and rambutan. The total produstions of durian production reached 57,886 quintal, mango 45,412 quintal, banana 1,278,533 quintals, mangostene 42,813 quintals and rambutan 83,041 quintals. The data of fruits in Lebak shows below. Tabel 4.2 Tanaman Yang Menghasilkan dan Produksi Buah-Bahan Table 4.2 Crops Plant and Fruit Production 2013 No Jenis BuahBuahan/ Fruit Type Tanaman Yang Menghasilkan (Pohon)/ Crops Plant (Tree) Produksi (kw)/ Production (Qw) 1 Alpokat/ Avocado 2.864 1.025 2 Mangga/ Manggo 90.197 45.412 3 Rambutan/ Rambutan 222.237 83.041 Wilayah/ Area Kecamatan Malingping, Cilograng, Banjarsari, Cirinten, Leuwidamar, Muncang, Sajira, Cikulur, Kecamatan Malingping, Wanasalam, Panggarangan, Cihara, Bayah, Cilograng, Cijaku, Cigemblong, Banjarsari, Cileles, Bojongmanik, Cirinten, Leuwidamar, Muncang, Sobang, Sajira, Cikulur, Warunggunung, Rangkasbitung, Kalanganyar, Curugbitung Kecamatan Panggarangan, Cihara, Bayah, Cilograng, Banjarsari, Bojongmanik, Cirinten, Leuwidamar, Muncang, Sobang, Cipanas, Sajira, Cimarga, Cikulur, Warunggunung, Rangkasbitung, Maja, Curugbitung Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 21 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 2013 Jenis BuahBuahan/ Fruit Type No Tanaman Yang Menghasilkan (Pohon)/ Crops Plant (Tree) Produksi (kw)/ Production (Qw) 4 Duku (Langsat)/ Duku 14.988 76.532 5 Jeruk Siam (Keprok)/ Tangerine 7.217 2.906 6 Durian/ Durian 63.119 57.886 7 Jambu Biji/ Guava 42.252 6.264 8 Sawo/ Sawo 8.012 2.153 9 Pepaya/ Papaya 69.535 8.179 10 Pisang/ Banana 7.313.799 1.278.533 11 Nanas/ Pineapple 100.388 1.913 12 Salak/ Salak 61.004 1.977 13 Sirsak/ Soursop 119.066 20.132 22 Wilayah/ Area Panggarangan, Cihara, Bayah, Cigemblong, Bojongmanik, Cirinten, Leuwidamar, Muncang, Sobang, Cipanas, Sajira, Cimarga, Cikulur, Warunggunung, Maja Kecamatan Malingping, Panggarangan, Cihara, Bayah, Cilograng, Cigemblong, Banjarsari, Bojongmanik, Cirinten, Leuwidamar, Muncang, Cipanas, Sajira, Warunggunung, Maja. Kecamatan Panggarangan, Bayah, Cigemblong, Bojongmanik, Cirinten, Leuwidamar, Muncang, Sobang, Cipanas, Sajira, Cimarga, Cikulur, Warunggunung. Kecamatan Malingping, Wanasalam, Panggarangan, Cihara, Bayah, Cilograng, Cijaku, Cigemblong, Banjarsari, Bojongmanik, Cirinten, Leuwidamar, Muncang, Sobang, Sobang, Cipanas, Sajira, Cimarga, Cikulur, Warunggunung, Cibadak, Rangkasbitung, Kalanganyar, Curugbitung Kecamatan Malingping, Wanasalam, Panggarangan, Cihara, Bayah, Cilograng, Cijaku, Banjarsari, Cirinten, Leuwidamar, Muncang, Sajira, Cimarga, Cikulur, Warunggunung Tersebar di seluruh Kecamatan di kabupaten Lebak Terkecuali Kecamatan Cibeber Tersebar di seluruh Kecamatan di kabupaten Lebak Kecamatan Malingping, Wanasalam, Panggarangan, Cihara, Bayah, Cilograng, Cigemblong, Banjarsari, Cileles, Gunungkencana, Bojongmanik, Cirinten, Leuwidamar, Muncang, Sobang, Cipanas, Sajira, Cikulur, Warunggunung, Cibadak, Rangkasbitung, Curugbitung. Kecamatan malingping, Panggarangan, Cihara, Bayah, Cilograng, Cijaku, Banjarsari, Cileles, Cirinten, Leuwidamar, Muncang, Sobang, Cipanas, Lebakgedong, Sajira, Cikulur, Cibadak, Rangkasbitung, Curugbitung Kecamatan Malingping, Panggarangan, Cihara, Bayah, Cilograng, Cijaku, Cigemblong, Banjarsari, Cileles, Bojongmanik, Cirinten, Leuwidamar, Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 2015 2013 No Jenis BuahBuahan/ Fruit Type Tanaman Yang Menghasilkan (Pohon)/ Crops Plant (Tree) Produksi (kw)/ Production (Qw) 14 Nangka/ Jackfruit 47.752 19.123 15 Manggis/ Mangosteen 81.390 42.813 16 Belimbing/ Starfruit 10.586 2.301 17 Jambu Air/ Water Guava 24.088 7.014 18 Sukun/ Breadfruit 27.742 6.776 556 166 344 51 19 20 Jeruk Besar/ Big Orange Markisa/ Passionfruit Wilayah/ Area Muncang, Sobang, Cipanas, Sajira, Cimarga, Cikulur, Warunggunung, Cibadak, Maja, Curugbitung Wilayah hampir tersebar diseluruh kecamatan di kabupaten lebak kecuali Kecamatan Cibeber, Cileles, Lebakgedong, Maja. Wilayah hampir tersebar diseluruh kecamatan di kabupaten lebak kecuali Kecamatan Wanasalam, Cibeber, Cileles, Cibadak, Rangkasbitung, Kalanganyar, Maja Kecamatan Malingping, Cilograng, Banjarsari, Cirinten, Leuwidamar, Muncag, Sajira, Cikulur. Wilayah hampir tersebar diseluruh kecamatan di kabupaten lebak kecuali Kecamatan Cibeber, Gunungkencana, Lebakgedong, Sajira, Cimarga Wilayah hampir tersebar diseluruh kecamatan di kabupaten lebak kecuali Kecamatan Cibeber, Banjarsari, Gunungkencana, Kalanganyar, Maja. Kecamatan Cilograng, Leuwidamar, Cipanas Kecamatan Malingping, Cilograng, Cikulur, Curugbitung Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Source: Agricultural Department of Lebak Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 23 2015 C. Ringkasan Eksekutif / Executive Summary Perkebunan C. Plantation Gambar 4.3 Potensi Perkebunan di Kabupaten Lebak Figure 4.3 Plantation Potential in Lebak Potensi Komoditi Perkebunan Kabupaten Lebak berupa kakao, karet, cengkeh, kelapasawit, kelapa dalam, kelapa hibrida, aren, kopi robusta, pandan, jarak pagar, kapuk. Adapun untuk luas areal dan produksi perkebunan di Kabupaten Lebak pada tabel berikut : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Potential plantation commodities in Lebak are cocoa, rubber, clove, oil palm, coconut, hybrid coconut, palm, robusta coffee, pandanus, jatropha, kapok. The land area and plantation production in Lebak can be seen in the following table: Tabel 4.3 Luas Areal dan Produksi Perkebunan di Kabupaten Lebak Table 4.3 Land Area and Plantation Production in Lebak Luas Areal Produksi Komoditas/ (ha) / (ton) / Wilayah/ Area Commodity Land Area Production (ha) (ton) Kec. Panggarangan, Kec. Cilograng, Kec. Cibeber, Kakao/ Cocoa 3.125,86 1.810,75 Kec. Cikulur, Kec. Kalanganyar, Kec. Maja Kec. Cibeber, Kec. Banjarsari, Kec. Bojongmanik, Karet/ Rubber 14.876,81 6.200,00 Kec. Leuweidamar, Kec. Lebak Gedong, Kec. Sajira Kec. Cilograng, Kec. Cijaku, Kec. Cirinten, Kec. Cengkeh/ Clove 5.769,10 897,67 Lebak Gedong, Kec. Warunggunung Kelapa sawit/ Kec. Wanasalam, Kec. Panggarangan, Kec. 4.110,04 950,35 Oil Palm Banjarsari, Kec. Gunung Kencana Kelapa dalam/ Kec. Malimping, Kec. Wanasalam, Kec. Cihara, Kec. 21.238,11 10.600,00 Coconut Cijaku, Kec. Cileles, Kec. Gunung Kencana Kelapa hibrida/ Kec. Sajira, Kec. Panggarangan, Kec. Banjarsari, 229,50 39,00 Hibryd Coconut Kec. Gunungkencana, Kec. Cigemblong Aren/ Kec. Cilograng, Kec. Cijaku, Kec. Malingping, Kec. 2.475,00 1.184,00 Sugar Palm Cibeber, Kec. Bayah, Kec. Cihara, Kec. Muncang Kec. Panggarangan, Kec. Cibeber, Kec. Cilograng, Kopi robusta/ 1.685,00 520,10 Kec. Cikulur, Kec. Warunggunung, Kec. Robusta Coffee Kalanganyar Pandan/ Kec. Bayah, Kec. Cilograng, Kec. Cibeber, Kec. 385,90 86,00 Pandanus Muncang, Kec. Warunggunung Jarak pagar/ Kec. Rangkas Bitung, Kec. Cibadak, Kec. 193,50 108,76 Jatropha Malingpimg, Kec. Wanasalam, Kec. Banjarsari Kec. Panggarangan, Kec. Cilograng, Kec. Cikulur, Kapuk / Kapok 148,90 45,20 Kec. Maja, Kec. Wanasalam, Kec. Cijaku Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak 2014 Source: Forestry and Plantation Department of Lebak 2014 24 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 2015 Gambar 4.4 Peta Potensi Perkebunan di Kabupaten Lebak Figure 4.4 Plantation Potential Map in Lebak Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 25 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 4.2. Sektor Peternakan 4.2. Animal Husbandry Gambar 4.5 Potensi Peternakan Kabupaten Lebak Figure 4.5 Animal Husbandry in Lebak Potensi Komoditi Perternakan Kabupaten Lebak berupa unggas, kerbau, sapi, kambing, domba. Dinamika perkembangan peternakan tahun 2013 dalam grafik Gambar 4.6, untuk fokus pada Kabupaten Lebak ini adalah Kerbau dan Sapi. Kabupaten Lebak ini ditunjuk sebagai daerah pengembangan kerbau oleh pemerintah pusat sebagai daerah terbesar ketujuh pengembangan ternak kerbau tingkat nasional, dengan penetapan tersebut, mulai tahun 2014 – 2015. Seperti pada gambar 4.6, populasi ternak kerbau tahun 2013 sebesar 32.418 ekor. Dilain hal untuk sapi, dipengaruhi oleh seiring dengan peningkatan kebutuhan dan harga. Dalam hal ini populasi sapi di Kabupaten Lebak tahun 2013 sebesar 3.258 ekor. Animal Husbandry potential commodities in Lebak are poultry, buffalo, cattle, goats and sheep. Dynamic development of the farms in 2013 shows in the graph Figure 4.6. The focuses of the farms in Lebak are buffalo and cattle. Lebak is designated as a buffalo development area by the central government as the seventh largest regional development buffalo farms innational level, the determination start from 2014-2015. As in figure 4.6, the population of buffaloes in 2013 amounted to 32,418 tails. On the other hand, the cattle population in Lebak amounted to 3,258 tails, which influenced by the increasing of demand and prices. Gambar 4.6 Populasi Ternak di Kabupaten Lebak Figure 4.6 Livestock Population in Lebak Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Lebak Source: Livestock Office of Lebak Regency 26 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 2015 Gambar 4.7 Peta Potensi Peternakan di Kabupaten Lebak Figure 4.7 Livestock Potential Map in Lebak Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 27 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 4.3. Sektor Pariwisata 4.3. Tourism Sector Gambar 4.8 Beberapa Potensi di Sektor Pariwisata Kabupaten Lebak Figure 4.8 Tourist Attractions in Lebak Kabupaten Lebak mempunyai banyak sumberdaya alam yang patut dijadikan objek wisata. Potensi sektor pariwisata di Kabupaten Lebak diarahkan pada pengembangan wisata seperti pengembangan wisata alam terpadu yakni pemandian air panas, Arung Jeram, Pantai selatan. Peninggalan Situs Purbakala dan Nilai Perjuangan Sejarah Multatuli. Dan Kawasan Wisata Budaya yang sangat unik pada Suku Baduy di daerah Lebak Tengah dan Masyarakat Kaolotan di Lebak Selatan. Adapun Objek Wisata di Kabupaten Lebak pada tabel dibawah ini: Lebak has many natural resources that should be used as a tourist attraction. The potential of the tourism sector in Lebak directed at the development of tourist attractions like the development of the integrated natural hot springs, rafting, southbeach, relics archeological sites and Multatuli struggle historical values. And the unique culture tourism area of Baduy in Central Lebak and Kaolotan Society in South Lebak. The detailed of tourist attractions in Lebak shows in the table below: Tabel 4.8 Objek Wisata di Kabupaten Lebak Table 4.8 Tourist Object in Lebak 28 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 2015 Gambar 4.9 Peta Potensi Peternakan di Kabupaten Lebak Figure 4.9 Livestock Potential Map in Lebak Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 29 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 4.4. Industri 4.4. Industry Gambar 4.10 Beberapa Potensi Industri Pengolahan di Kabupaten Lebak Figure 4.10 Processing Industry Potentials in Lebak Potensi Komoditi bahan olahan Kabupaten Lebak berupa komoditas gula aren, emping melinjo, kerajinan pandan, batu fosil, kerajinan bamboo, tenun Baduy. Adapun untuk komoditi potensial untuk dikembangkan terutama adalah tenun baduy. Industri pengolahan tenun baduy ini merupakan kopentensi daerah yang di dukung dengan kearifan lokal turun temurun dibidang tenun. Seperti pada tabel 4.9, industri pengolahan tenun baduy ini terdapat 65 unit usaha dengan 65 tenaga kerja dan terdapat di Kecamatan Leuwidamar. Dari kapasitas produksi mencapai 520 lembar dengan nilai produksi sebesar Rp. 78.000,-. Processing industry potential commodities in Lebak are palm sugar, chips gnetum, pandanus handicraft, fossil stone, bamboo craft, weaving Baduy. The primarily potential commodity to be developed is weaving Baduy. Baduy woven processing industry is competency area supported by local knowledge from generation to generation in the field of weaving. As in Table 4.9, Baduy woven processing industry, there are 65 business units with 65 workers that located in Leuwidamar. The production capacity at 520 sheets with the production value of Rp. 78,000, -. Tabel 4.9 Potensi Unggulan Industri Pengolahan di Kabupaten Lebak Table 4.9 Mainstay Processing Industry Potential in Lebak Komoditas/ Commodity No 1 2 3 4 5 6 Gula Arem/ Palm Sugar Emping Melinjo/ Chips Gnetum Kerajinan Pandan/ Pandanus Handicraft Batu Fosil/ Fossil Stone Kerajinan Bambu/ Bamboo Craft Tenun Baduy/ Baduy Weaving Unit Usaha/ Industrial Unit Tenaga Kerja/ Labor Kapasitas Produksi/ Production Capacity Nilai Produksi (Rp)/ Production Value Wilayah/ Area 5.815 11.507 12.082.350 kg 96.658.800 Kec. Sobang, Cibeber, Chara,Cijaku, Cigemblong 505 1.165 1.114.000 kg 22.280.000 Kec. Warungunung, Cibadak, Bayah 4.052 8.014 243.120 lembar 12.156.000 Kec Cibeber & Cileles 20 55 4.125 ton 2.062.50 1.503 3.006 1.014.200 buah 76.065.000 65 65 520 lembar 78.000 Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Lebak 2014 Source: Industry, Trade and Market Department of Lebak 2014 30 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Kec. Sajira Kec. Kalanganyar, Rangkabitung, Cimarga Kec. Leuwidamar Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 2015 Gambar 4.11 Peta Potensi Industri di Kabupaten Lebak Figure 4.11 Industry Potential Map in Lebak Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 31 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 5. PELUANG INVESTASI 5. INVESTMENT OPPORTUNITIES 5.1. Peternakan Kerbau dan Penggemukan Sapi Potong 5.1. Buffaloes Farms and Fattening Beef Cattle Satu Komoditi Unggulan yang dapat ditawarkan adalah peternakan kerbau dan penggemukan Sspi. Khusus kerbau memiliki populasi sangat baik di Kabupaten Lebak dan menyebar hampir seluruh kecamatan. Populasi kerbau di Kabupaten Lebak merupakan peringkat ke 7 (tujuh) secara nasional. Dalam hal ini Provinsi Banten juga telah menetapkan pengembangan kawasan kerbau di Kabupaten Lebak, program pemerintah daerah yang dicanangkan 3 tahun kedepan (2017). The mainstay commodity offered is Buffalo Farms and Fattening Beef Cattle. Buffalo have an excellent population in Lebak and spread almost in all districts. Buffalo population in Lebak is ranked the 7 (seven) nationally. In this case Banten province also has set the development of a buffalo farms in Lebak, as in local government program that launched 3 years from now (2017). Selain itu, terdapat beberapa penelitian yang dapat dijadikan alasan mendasar pengembangan kerbau di Lebak, Banten. Pada tahun 2010 melalui seminar dan lokakarya nasional kerbau, peneliti Balitnak (I-G. M. Budiarsana, E. Juarini, L. Praharani) menyampaikan tentang stategi pengembangan usaha peternakan kerbau di Kabupaten Lebak, Banten. Hasil penelitian searah dengan apa yang ditargetkan pemerintah daerah Provinsi Banten yaitu Kabupaten Lebak memiliki berbagai agroekosistem (persawahan, perkebunan, dan pinggiran pantai) yang dapat mendukung usaha peternakan kerbau. Strategi pengembangan usaha dapat dilakukan melalui pendekatan pola kawasan yang didukung dengan pola pengembangan kelompok dengan kemitraan (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten). In addition, there are few studies that can be used as a fundamental reason for the development of buffalo farms in Lebak, Banten. In 2010 through buffalonational seminars and workshops, researchers of livestock research centers (Balitnak) (IG. M. Budiarsana, E. Juarini, L. Praharani) delivered on buffalo breeding business development strategy in Lebak, Banten. Research results in line with what was targeted by Banten provincial government that is Lebak has a wide range of agro-ecosystems (rice fields, plantations, and the coast) that can support a buffalo farm. Business development strategies can be done through an approach supported by the regional pattern of development patterns with a partnership group Research Center for Agriculture-Technology (BPTP Banten). Disamping itu pertumbuhan populasi kerbau di Kabupaten Lebak tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 2,36%, namun pada tahun 2013 populasi kerbau mengalami penurunan sebesar 28,19%. Seperti halnya di tahun 2010 populasi kerbau bisa mencapai 57.313 ekor dan ditambah produksi daging kerbau di Indonesia pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 2,30% (872 ton) dibanding tahun sebelumnya. Populasi ternak unggulan di Kabupaten Lebak dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Besides, the growing population of buffaloes in Lebak in 2012 increased by 2.36%, but by 2013 the population of buffalo decreased by 28.19%. As in the year 2010 the population could reach 57,313 of buffalo and in 2013 buffalo meat production in Indonesia grew by 2.30% (872 tons) compared to the previous year. Mainstay livestock population in Lebak can be seen in the table below. 32 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 2015 Tabel 5.1 Populasi Ternak di Kabupaten Lebak Table 5.1 Livestocks Population in Lebak No 1 2 3 4 5 6 7 Komoditi Peternakan/ Livestock Commodity Sapi potong/ Beef Cattle Kerbau/ Buffalo Kambing/ Sheep Domba/ Goat Ayam buras/ Freeranged Chicken Ayam pedaging/ Broiler Chicken Ayam petelor/ Laying Hens Pemotongan / Slaughtery Eksport/ Export Import/ Import 947 819 2236 3258 15 kecamatan 974 20774 12081 1831242 5512 5159 2767 218328 1563 28632 25165 1597016 32148 209064 188075 2139027 28 kecamatan 28 kecamatan 28 kecamatan 28 kecamatan 3769124 7004455 11977289 28 kecamatan 50981 67016 12403829 129732 Populasi/ Population 160013 Wilayah/ Area 7 kecamatan Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak 2014 Source: Statistical Center Unit of Lebak 2014 Untuk perkembangan penggemukan sapi potong di Indonesia didukung oleh berbagai faktor, di antaranya faktor harga, peningkatan kebutuhan, dan kebijakan pemerintah. Harga daging sapi, baik di tingkat produsen maupun konsumen tercatat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data yang dikeluarkan Pusdatin (2013) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 8,23% pada rata-rata harga produsen daging sapi dan peningkatan sebesar 8,92% pada rata-rata harga konsumen daging sapi di seluruh Indonesia pada periode 2008-2013. Tren positif harga daging sapi tersebut menjadi peluang bagi berkembangnya bisnis penggemukan sapi potong. Disamping itu pertumbuhan populasi sapi di Kabupaten Lebak tahun 2012 mencapai 4,78% dan pada tahun 2013 melonjak mencapai 17,07%. The development of fattening beef cattle in Indonesia is supported by a variety of factors, including the price, increased needs, and government policies. The beef price, both at the level of producers and consumers increase from year to year. Data from Media Centre (2013) showed that an increase of 8,23% on the average producers beef price and an increase of 8,92% on the average consumer beef price in Indonesia in the period of 2008- 2013. The positive trend of the beef price can be an opportunity for the development of fattening beef cattle business. Besides, the growth of the cattle population in Lebak in 2012 reached 4.78% and in 2013 increased to 17.07%. Gambar 5.1 Perkembangan Populasi Ternak Kerbau dan Sapi Potong 2009-2013 Figure 5.1 Population Developments of Buffalo and Beef Cattle 2009-2013 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 33 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary Gambar 5.2 Pohon Industri Kerbau Figure 5.2 Buffalo Industry Tree Untuk usaha peternakan kerbau dan penggemukan sapi potong, tahapan awal yaitu Tahap Persiapan, dalam tahap ini mencakup Pengadaan Ternak, Modal, Skill (kemampuan) dan Teknologi, Kandang, Pakan. Selanjutnya setelah melalui tahapan persiapan yaitu Proses Produksi, dari tahapan ini mencakup untuk pengembangbiakan, pertumbuhan dan penggemukan sehingga meliputi proses manajemen pakan, seleksi, breeding, perawatan dan perkandangan, dan pencegahan penyakit. Sehingga untuk tahapan akhir yaitu keluaran dari proses sebelumnya produk keluaran berupa daging, bibit/bakalan, energi mekanik, limbah (feses), dan pupuk. The first stage of Buffalo farms and fattening beef cattle is preparatory phase; at this stage include livestock procurement, capital, skill (capabilities) and technology, cages and feed. The next stage is production process, include breeding, growth and fattening so that include feed process management, selection, breeding, care and housing, and prevention of disease. The final stage is output from the previous process, the output products such as meat, seeds / feeder, mechanical energy, sewage (feces), and fertilizers. Gambar 5.3 Tahapan Proses Produksi Peternakan Kerbau dan Penggemukan Sapi Potong Figure 5.3 Stages of Production Process of Buffalo Farms and Fattening Beef Cattle 34 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 5.2. Analisis Ekonomi A. Peternakan Potong 2015 5.2. Economic Analysis Penggemukan Sapi A. Beef Cattle Ranch Untuk melakukan usaha pengembangan sapi, langkah awal dihitung proyeksi modal investasi yang akan ditanamkan. Penentuan proyeksi harus memperhitungkan modal tetap seperti kantor, kandang, tanah, peralatan dan sarana usaha lainnya. Komponen yang dihitung dalam analisis ekonomi adalah nilai penyusutan dari modal tetap yang dikeluarkan. Selain biaya produksi yang bersifat tetap, pengusaha pengembangan juga menghitung biaya produksi/operasional. Biaya ini merupakan biaya variabel atau biaya tidak tetap dimana besar kecilnya biaya yang dikeluarkan langsung terkait dengan proses produksi dan berpengaruh langsung terhadap hasil produksi. The first step to undertake the development of fattening beef cattle is calculated projections of investment capital. The determination must take into account of the projection of fixed capital such as offices, cages, land, equipment and other business facilities. The calculated component in economic analysis is the depreciation of fixed capital expenditure. In addition to production costs are fixed, entrepreneur development are also calculates the cost of production / operations. This cost is a variable fee or variable costs where the size of the direct costs associated with the production process and directly influences the production yield. Biaya operasional dikeluarkan oleh perusahaan secara rutin selama usaha pengembangan sapi potong berlangsung. Komponen-komponen yang termasuk biaya operasional adalah biaya untuk membeli makanan ternak, obat-obatan, upah tenaga kerja, dan konsentrat. Dasar perhitungan ekonomi usaha pengembangan ternak sapi dengan pola produksi memakai modal awal populasi ternak 616 ekor dengan mempertahankan populasi tetap 1.512 ekor sesuai dengan kemampuan kandang. Proyek berjalan selama 15 tahun dimana pada tahun ke4, peternak menjual sebanyak 448 ekor tiap tahun selanjutnya. Adapun siklus produksi sapi disajikan dalam tabel berikut: Operational costs incurred by the company on a regular basis for business development of cattle occurred. Components include operating costs is the cost for purchase livestock food, medicine, labor, and concentrate. The basis for calculating economic development of cattle and buffaloes with initial capital put on production patterns livestock population of 616 cattles with the preserve stable populations of 1,512 in accordance with the ability of the cage. The project runs for 15 years where in the 4th year, farmers sell as many as 448 cattles in each subsequent year. The production cycle of cattle is presented in the following table: Tabel 5.2 Siklus Produksi Penggemukan Sapi Potong Table 5.2 Production Cycle of Fattening Beef Cattle Thn/ Year Pejantan/ Bull (Male) Induk/ Heifer (Female) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 560 560 560 560 560 560 560 560 560 560 560 Dara/ Grower 224 224 224 224 224 224 224 224 Anak Betina/ Female Calves 224 224 224 224 224 224 224 224 224 Anak Jantan/ Male Calves 224 224 224 224 224 224 224 224 224 Jantan Remaja/ Grower Male 224 224 224 224 224 224 224 224 Dijual/ Sale Populasi Akhir/ Total Population 448 448 448 448 448 448 448 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 616 616 1.064 1.512 1.512 1.512 1.512 1.512 1.512 1.512 1.512 35 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary Thn/ Year Pejantan/ Bull (Male) Induk/ Heifer (Female) 11 12 13 14 15 56 56 56 56 56 560 560 560 560 560 Dara/ Grower Anak Betina/ Female Calves Anak Jantan/ Male Calves Jantan Remaja/ Grower Male Dijual/ Sale 224 224 224 224 224 224 224 224 224 224 224 224 224 224 224 224 224 224 224 224 448 448 448 448 1.960 Populasi Akhir/ Total Population 1.512 1.512 1.512 1.512 Sumber: Hasil Analisis 2015 / Source: Analysis Result, 2015 Asumsi yang dipakai dalam perhitungan analisis financial adalah; Assumptions that used in the calculation is the financial analysis; 1. Populasi awal 616 ekor (pejantan 56 dan 560 ekor induk) 1. 616 initial populations (56 bulls/males and 560 for female/heifer) 2. Sapi dipertahankan populasinya 1.512 ekor 2. Cows are maintained its population in 1,512 3. Pada tahun keempat mulai dijual jantan dan betina umur 2 tahun sebanyak 448 ekor 3. In the fourth year, the 2 years of the bulls and heifers is starting to sale for 448 tails 4. Mulai tahun ke-enam dilakukan regenerasi pejantan dan induk dari dara dan jantan remaja secara periodik 4. In the sixth year, conducts the regeneration of the bulls and heifer to male and female growers periodically 5. Periode kelahiran 12 bulan, dengan angka kelahiran hidup rata-rata 80% 5. The period of the birth of 12 months, with a live birth rate average of 80% 6. Rasio kelahiran anak 50% jantan dan 50% betina 6. The ratio of births 50% male and 50% female 7. Pemeliharaan dengan sistem ranch 7. Maintenance of the system ranch. 8. Padang penggembalaan ditanami rumput dan leguminosa dan digembalakan secara rotasi satu minggu sekali dengan luasan 756 ha dimana rasio 1 ha : 2 ekor 8. The Grassland is planted with grass and legume, then grazed in rotation once a week for the cattle or buffaloes with an area of 756 ha where the ratio 1:2, one hectare for 2 of its 9. Harga sapi produktif Rp. 11.000.000 per ekor 9. The price of Rp. 9,500,000 a productive cattle is 10. Harga jual sapi umur 2 tahun rata-rata Rp. 11.000.000,- per ekor 10. The selling price of the 2 years cattle is Rp. 9.500.000 11. Kebutuhan dedak per ekor adalah 1,76 kg/ hari dengan harga dedak sebesar Rp. 2.000,per kg 11. The need of feed for cattle is 1.76 kg/day with feed price of Rp. 2,000 per kg 12. 12. The need for medicines, vitamins and minerals is Rp. 70,000 /month for one cattle Kebutuhan obat-obatan, vitamin mineral Rp. 70.000,00/ekor/bulan 36 dan Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 13. Tenaga kerja 1 orang dibayar bulanan Rp. 1.500.000,00 13. One Labor Rp. 1,500,000 14. Produksi pupuk kandang basah 20 kg atau kering 14 kg per ekor per hari 14. Every cattle can produced 15 kg of manure 15. Untuk 1 ton pupuk kandang menghasilkan 800 kg pupuk organik basah 15. For 1 ton of manure produces 800 kg of wet organic fertilizer sebesar 16. The cost of organic fertilizer per kg is Rp. 900 16. Biaya pupuk Rp. 900,00 organik per kg 17. Harga pupuk organik Rp. 900.000 per ton is paid 2015 monthly for 17. Prices of organic fertilizer is Rp. 900,000 per ton 18. The cage area per cattle is 1.5 x 1.6 = 2.7 m² at a price per m² for Rp 450,000.- 18. Luas kandang per ekor sapi adalah 1,5 x 1,6 = 2,4 m² dengan harga per m² Rp. 450.000,00. Tabel 5.3 Biaya-Biaya Table 5.3 Costs Uraian / Explanation Satuan / Unit Nilai / Value per 2 tahun (per 2 year) Rupiah Biaya Ternak Sapi / Costs of Buffaloes Dedak / Bran kg/hari (Day) Harga Jual/ Selling Price Dedak / Bran Kesehatan (Obatan, Vitamin dan Mineral) / Healthy (Medicine, Vitamin, mineral) Air Dan Listrik / Water and Electricity Upah Anak kandang / Wages Cage Biaya Pembuatan Pupuk / Organic Fertilizer Production costs Biaya Pembelian Bahan / Material Puchasing Cost Tenaga Kerja / Worker Pupuk / Fertilizer Harga Pupuk / Fertilizer Price Rp/Kg Unit 100 1,76 11.000.00 0 2.000 1.582.873.600 70.000 1.034.880.000 80.000 1.182.720.000 1.000.000 2.400.000.000 576.000.000 20 ton/2 tahun (Year) Rp/ton 1.500.000 720.000.000 7.195 900.000 Sumber: Hasil Analisis 2015 / Source: Analysis Result, 2015 Hasil perhitungan pendapatan diperoleh dari penjualan sapi yang dibesarkan dan hasil penjualan dari Pupuk organik. Rata-rata umur sapi yang dijual adalah 2 tahun dengan harga pasar yang berlaku. Untuk satu siklus produksi dengan kapasitas penjualan 448 ekor selama 2 (dua) tahun, peternak memperoleh keuntungan sebesar Rp. 2.247.879.360,00 atau Rp. 5.017.589,00 per ekor. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut. The result of income calculation is derived from the sale of cattle and organic fertilizer. The average age of cattle which is sold is 2 years with the prevailing market price. For one cycle production with a capacity of 448 for 2 (two) years, the farmers make a profit of Rp. 2,247,879,360 or Rp. 5,017,589 for each of its. The detail can be seen in the following table 5.4. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 37 2015 1. Ringkasan Eksekutif / Executive Summary Tabel 5.4 Proyeksi Keuntungan Pengembangan Sapi Satu Kali Siklus Produksi Table 5.4 Profit Projection of Cattle Development in One-Time Production Cycle Uraian/Explanation Nilai/Value (Rupiah) Proyeksi Pendapatan / Revenue Projection Harga Sapi / Cattle Price 11.000.000,00 Penjualan Sapi (ekor) / Sale of Cattles 448,00 Hasi Penjualan Kerbau (Rp) / Sales Results of Buffalo (Rp) 4.928.000.000,00 Pupuk Organik / Organic Fertilizer Harga Pupuk/ Fertilizer Price (Ton) 900.000,00 Penjualan pupuk organic/ Sale of Organic Fertilizer (Ton/2 Tahun/Year) Hasil penjualan pupuk kandang/ Sales Result of Manure (Rp) Total Penjualan / Total sales 7.194,88 6.475.392.000,00 11.403.392.000,00 2. Proyeksi Biaya Produksi / Projected Cost Production Biaya Ternak Sapi / Costs of Cattles Dedak / Bran 1.582.873.600,00 Obatan / Medicine 1.034.880.000,00 Air dan Listrik / Water and Electricity 1.182.720.000,00 Upah anak kandang / Wages Cage 2.400.000.000,00 Biaya Pembuatan Pupuk Organik / Organic Fertilizer Production costs : Biaya Pembelian Bahan / Materials Purchase Costs 576.000.000,00 Tenaga Kerja (20 orang) / Workers (20 People) 720.000.000,00 Total Biaya Produksi / Total of Cost Production 7.496.473.600,00 Penyusutan / Depreciation 290.632.000,00 Pajak dan lain-lain (12% dari penerimaan Sapi) / Tax and Others (12%) 591.360.000,00 Pajak dan lain-lain (12% dari penerimaan pupuk) / Tax and Others (12%) 777.047.040,00 Total Keseluruhan Biaya / Total Cost 9.155.512.640,00 Laba bersih / Net Profit 2.247.879.360,00 Sumber: Hasil Analisis 2015 / Source: Analysis Result, 2015 Keuntungan tersebut diperoleh dari penerimaan penjualan sebanyak 560 ekor sapi sebesar Rp. 4.928.000.000,- dan pupuk organik sebesar Rp. 6.475.392.000,- Adapun biaya keseluruhan yang dikeluarkan oleh peternak dalam 1 siklus produksi sebesar Rp 9.155.512.640,- untuk 448 ekor sapi. 38 The profits derived from sales revenue as much as 560 cattles and buffaloes Rp. 4,928,000,000 and organic fertilizer Rp. 6,475,392,000 The overall costs incurred by farmers in the first production cycle of Rp. 9,155,512,640 for 448 of cattles. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Ringkasan Eksekutif / Executive Summary B. Peternakan Kerbau B. Selain pengembangan usaha pada peternakan sapi potong dalam hal ini juga terkait untuk pengembangan peternakan kerbau. Seperti halnya siklus produksi pada sapi, adapun untuk modal awal pengembangan ternak kerbau yaitu 154 ekor dengan mempertahankan populasi tetap 378 ekor sesuai dengan kemampuan kandang. Proyek berjalan selama 15 tahun dimana pada tahun ke-4, peternak menjual sebanyak 112 ekor tiap tahun selanjutnya. Adapun siklus produksi kerbau disajikan dalam tabel 5.5 berikut. 2015 Buffalo Farm Such as the cycle production of cattle, the development of buffalo ranch is also related. The initial capital to develop buffalo ranch are 154 buffaloes, with permanent population wich is need to maintain are 378 buffaloes according to the ability of cage. The project is running for 15 years, where in the fourth (4th) year, the farmers sell as many as 112 buffaloes in subsequent years. The buffalo’s cycle production is presented in the following table 5.5. Tabel 5.5 Siklus Produksi Peternakan Kerbau Table 5.5 Production Cycle of Buffalo Farms Thn/ Year Pejantan/ Bull (Male) Induk/ Heifer (Female) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 140 140 140 140 140 140 140 140 140 140 140 140 140 140 140 140 Dara/ Grower Anak Betina/ Female Calves 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 Anak Jantan/ Male Calves 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 Jantan Remaja/ Grower Male 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 Dijual/ Sale Populasi Akhir/ Total Population 112 112 112 112 112 112 112 112 112 112 112 490 154 154 266 378 378 378 378 378 378 378 378 378 378 378 378 Sumber: Hasil Analisis 2015 / Source: Analysis Result, 2015 Asumsi yang dipakai dalam perhitungan analisis financial adalah; Assumptions that used in the calculation is the financial analysis; 1. Populasi awal 154 ekor (pejantan 14 ekordan 140 ekor induk) 1. 154 initial populations (14 bulls/males and 140 for female/heifer) 2. Kerbau dipertahankan populasinya 378 ekor 2. The Population is maintained in 378 Buffaloes 3. Pada tahun keempat mulai dijual jantan dan betina umur 2 tahun sebanyak 112 ekor. 3. In the fourth year, the 2 years of the bulls and heifers is starting to sale for 112 tails Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 39 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 4. Mulai tahun keenam dilakukan regenerasi pejantan dan induk dari dara dan jantan remaja secara periodik 4. In the sixth year, conducts the regeneration of the bulls and heifer to male and female growers periodically 5. Periode kelahiran 12 bulan, dengan angka kelahiran hidup rata-rata 80% 5. The period of the birth of 12 months, with a live birth rate average of 80% 6. Rasio kelahiran anak 50% jantan dan 50% betina 6. The ratio of births 50% male and 50% female 7. Pemeliharaan dengan sistem ranch. 7. Maintenance of the system ranch. 8. Padang penggembalaan ditanami rumput dan leguminosa dan digembalakan secara rotasi satu minggu sekali dengan luasan 756 ha dimana rasio 1 ha : 2 ekor. 8. The Grassland is planted with grass and legume, then grazed in rotation once a week for the cattle or buffaloes with an area of 756 ha where the ratio 1:2, one hectare for 2 of its 9. Harga kerbau produktif Rp. 9.500.000 per ekor 9. The price of a productive Buffalo is Rp. 9,500,000 10. Harga jual kerbau umur 2 tahun rata-rata Rp. 9.500.000,- per ekor 10. The selling price of the 2 years cattle is Rp. 9,500,000 11. Kebutuhan dedak per ekor adalah 1,76 kg/ hari dengan harga dedak sebesar Rp. 2.000,per kg 11. The need of feed for cattle is 1.76/day with feed price of Rp. 2,000 per kg 12. Kebutuhan obat-obatan, vitamin dan mineral Rp. 70.000,00/ekor/bulan 12. The need for medicines, vitamins and minerals is Rp. 70,000/month for one cattle 13. One Labor is paid monthly for Rp. 1,500,000 13. Tenaga kerja 1 orang dibayar bulanan Rp. 1.500.000,00 14. Every cattle can produced 15 kg of manure 14. Produksi pupuk kandang basah 20 kg atau kering 14 kg per ekor per hari 15. Untuk 1 ton pupuk kandang menghasilkan 800 kg pupuk organik 16. Biaya pupuk Rp. 900,00 organik per kg basah 15. For 1 ton of manure produces 800 kg of wet organic fertilizer sebesar 16. The cost of organic fertilizer per kg is Rp. 900 17. Harga pupuk organik Rp. 900.000 per ton 18. Luas kandang per ekor sapi adalah 1,5 x 1,6 = 2,4 m² dengan harga per m² Rp. 450.000,00. 40 17. Prices of organic fertilizer is Rp. 900,000 per ton 18. The cage area per cattle is 1.5 x 1.6 = 2.7 m² at a price per m² for Rp. 450,000 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary Tabel 5.6 Biaya-Biaya Table 5.6 Costs Uraian / Explanation Satuan / Unit Nilai / Value per 2 tahun (Year) Rupiah kg/hari (day) 1,76 395.718.400 Biaya Ternak Kerbau / Costs of Buffaloes Dedak / Bran Harga Jual/ Selling Price 9.500.000 Dedak / Bran Kesehatan (Obatan, Vitamin dan Mineral) / Healthy (Medicine, Vitamin, mineral) Air Dan Listrik / Water and Electricity Upah Anak kandang / Wages Cage Biaya Pembuatan Pupuk / Organic Fertilizer Production costs Biaya Pembelian Bahan / Material Puchasing Cost Tenaga Kerja / Worker Rp/kg 2.000 unit 70.000 258.720.000 80.000 295.680.000 1.000.000 408.000.000 17 144.000.000 7 ton/2 tahun (year) Rp/ton Pupuk / Fertilizer Harga Pupuk / Fertilizer Price 1.500.000 252.000.000 1.799 900.000 Sumber: Hasil Analisis 2015 / Source: Analysis Result, 2015 Hasil perhitungan pendapatan diperoleh dari penjualan kerbau yang dibesarkan dan hasil penjualan dari Pupuk organik. Rata-rata umur kerbauyang dijual adalah 2 tahun dengan harga pasar yang berlaku. Untuk satu siklus produksi dengan kapasitas penjualan 112 ekor selama 2 (dua) tahun, peternak memperoleh keuntungan sebesar Rp. 511.029.840,00 atau Rp. 4.562.766,per ekor. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut. The result of income calculation is derived from the sale of buffaloes and organic fertilizer. The average age of cattle which is sold is 2 years with the prevailing market price. For one cycle production with a capacity of 112 in 2 (two) years, the farmers make a profit of Rp.511,029,840.00 or Rp. 4562,766.00 for each of its. The detail can be seen in the table 5.7. Tabel 5.7 Proyeksi Keuntungan Pengembangan Kerbau Satu Kali Siklus Produksi Table 5.7 Profit Projection of Buffalo Development in One-Time Production Cycle 1. Uraian / Explanation Proyeksi Pendapatan / Revenue Projection Harga Kerbau / Buffaloes Price Nilai / Value (Rupiah) 9.500.000,00 Penjualan Kerbau (ekor) / Sale of Buffalo Hasi Penjualan Kerbau (Rp) / Sales Results of Buffalo (Rp) 112,00 1.064.000.000,00 Pupuk Organik / Organic Fertilizer Harga Pupuk/ Fertilizer Price (Ton) 900.000,00 Penjualan pupuk organic/ Sale of Organic Fertilizer (Ton/2 Tahun/Year) 1.799,00 Hasil penjualan pupuk kandang/ Sales Result of Manure (Rp) 1.618.848.000,00 Total Penjualan / Total sales 2.682.848.000,00 2. Proyeksi Biaya Produksi / Projected Cost Production Biaya Ternak Kerbau / Costs of Buffaloes Dedak / Bran 395.718.400,00 Obatan / Medicine 258.720.000,00 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 41 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary Uraian / Explanation Air dan Listrik / Water and Electricity Nilai / Value (Rupiah) 295.680.000,00 Upah anak kandang / Wages Cage 408.000.000,00 Biaya Pembuatan Pupuk Organik / Organic Fertilizer Production costs : Biaya Pembelian Bahan / Materials Purchase Costs 144.000.000,00 Tenaga Kerja (7 orang) / Workers (7 People) 252.000.000,00 Total Biaya Produksi / Total of Cost Production 1.754.118.400,00 Penyusutan / Depreciation 95.758.000,00 Pajak dan lain-lain (12% dari penerimaan kerbau) / Tax and Others (12%) 127.680.000,00 Pajak dan lain-lain (12% dari penerimaan pupuk) / Tax and Others (12%) 194.261.760,00 Total Keseluruhan Biaya / Total Cost 2.171.818.160,00 Laba bersih / Net Profit 511.029.840,00 Sumber: Hasil Analisis 2015 / Source: Analysis Result, 2015 Keuntungan tersebut diperoleh dari penerimaan penjualan sebanyak 112 ekor kerbau sebesar Rp. 1.064.000.000,00 dan pupuk organik sebesar Rp. 1.618.848.000.00. Adapun biaya keseluruhan yang dikeluarkan oleh peternak dalam 1 siklus produksi sebesar Rp. 2.171.818.160,00,- untuk 112 ekor kerbau. The profits derived from sales revenue as much as 112 buffaloes Rp. 1,064,000,000.00 and organic fertilizer Rp. 1,618,848,000.00 The overall costs incurred by farmers in the first production cycle of Rp. 2,171,818,160.00 for 112 buffaloeses. 5.3. Analisis Profitability Finansial 5.3. Analysis of Financial Profitability A. Peternakan Potong Penggemukan Sapi Analisis ini digunakan untuk mengetahui kelayakan investasi dengan ukuran-ukuran seperti B/C ratio, NPV, IRR, Profitability dan BEP. Hasil analisis menunjukkan bahwa investasi sapi di Kabupaten Lebak layak dan menguntungkan. Nilai-nilai ukuran kelayakan usaha dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut. A. Fattening Beef Cattles Farm This analysis is used to determine the feasibility of investment with measures such as the B / C ratio, NPV, IRR, Profitability and BEP. The analysis showed that the investment of cattles in Lebak is viable and profitable. The standart values of feasibility can be seen in the table 5.8. Tabel 5.8 Kriteria Kelayakan Investasi Peternakan Penggemukan Sapi Potong Table 5.8 Feasibility Investment Criteria of Fattening Beef Cattle Analisis/ Analysis Nilai/ Value Justifikasi/ Justification Investasi/ Investment Rp. 9.682.320.000,- NPV Rp. 7.960.117.733,- IRR 23,22% NET B/C Payback Periode 1,52 Layak ; NPV > 0/ Worth; NPV>0 Layak; IRR > Tingkat Suku Bunga 14% Worth; IRR > Level of Interest 14% Layak ; B/C Ratio > 1/ Worth; B/C >1 3,8 3 Tahun 8 Bulan/ 3 years 8 month Sumber: Hasil Analisis 2015 Source: Analysis Result, 2015 42 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 2015 a. Net Present Value (NPV) a. Net Present Value (NPV) NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang dari selisih benefit dengan cost pada discount factor (DF) tertentu. NPV menunjukkan kelebihan manfaat dibandingkan dengan biaya. Apabila NPV lebih besar dari 0 berarti proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Berdasarkan hasil perhitungan NPV pada discount faktor 14% menunjukan nilai NPV sebesar Rp. 7.960.117.733,00 yang artinya nilai NPV > 1. Hal ini berarti proyek pengembangan sapi layak untuk diusahakan. Net Present Value (NPV). NPV of a project is the present value of the difference in the cost benefit with the specific discount factor (DF). NPV shows the advantages of the benefits compared to the costs. If NPV is greater than 0 means that the project is profitable and worth the effort. Based on the calculation of NPV at 14% discount factor shows the NPV value of Rp. 7,960,117,733.00, which means the value of NPV> 1. This means that the development project of cattle is worth. b. Internal Rate of Return (IRR) b. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah suatu kriteria investasi untuk mengatakan persentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun dan juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. IRR pada dasarnya menunjukkan Discount Factor (DF) dimana NPV = 0. Berdasarkan hasil analisis perhitungan IRR diperoleh nilai 23,22 %. Apabila diasumsikan bunga bank yang berlaku adalah 14 % maka proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan, karena nilai IRR jauh lebih besar dibandingkan dengan suku bunga pasar. Internal Rate of Return (IRR). IRR is an investment criteria tocalledprofit percentage of a project in every year and as a measure of the project's ability to repay interest on the loan. IRR basically shows Discount Factor (DF) where NPV = 0. Based on the analysis of the IRR calculation is gained 23.22%. If it is assumed that the applicable bank rate is 14% then the project is profitable and it is worthed, the value of IRR is larger than the market interest rate. c. Net B/C ratio c. Net B / C ratio Analisis Net B/C ratio adalah perbandingan antara total cash inflow terhadap total cash outflow. Net B/C ratio ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan diperoleh dari cost yang dikeluarkan. Berdasarkan perhitungan kelayakan usaha, nilai Net B/C ratio adalah 1,52 yang artinya benefit yang diperoleh adalah 1,52 kali lipat dari cost yang dikeluarkan. Net B / C ratio. The analysis of Net B / C is the ratio between the total cash inflow to the total cash outflow. Net B / C ratio shows a description of the benefits to be obtained from the costs incurred. Based on feasibility calculations, the value of the Net B / C ratio is 1.52, which means the benefit obtained is 1.52 times higher than the cost incurred d. Payback Period d. Payback Period Payback period diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek. Hasil perhitungan analisis kelayakan usaha diperoleh nilai payback period terjadi tahun ke 3 lebih 8 bulan. Payback period. It is defined as the return period of the investments made through the benefits of a project. The analysisfeasibility of calculation result is obtained the values of payback period in the third year’s and eight months. Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 43 2015 B. Ringkasan Eksekutif / Executive Summary Peternakan Kerbau B. Pada peternakan kerbau hasil analisis profitability finansial menunjukkan bahwa investasi kerbau di Kabupaten Lebak layak dan menguntungkan. Nilai-nilai ukuran kelayakan usaha dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut. Buffalo Ranch The Analysis of financial profitability shows that the investment of buffalo ranch in Lebak is viable and profitable. The standart values of feasibility can be seen in the table 5.8. Tabel 5.8 Kriteria Kelayakan Investasi Peternakan Kerbau Table 5.8 Feasibility Investment Criteria of Fattening Beef Cattle Analisis/ Analysis Nilai/ Value Justifikasi/ Justification Investasi/ Investment Rp 2.420.580.000,00 NPV Rp 1.749.128.936,00 IRR 1,53 Layak ; NPV > 0/ Worth; NPV>0 Layak; IRR > Tingkat Suku Bunga 14% Worth; IRR > Level of Interest 14% Layak ; B/C Ratio > 1/ Worth; B/C >1 3,9 3 Tahun 9 Bulan/ 3 years 9 month 21,11% NET B/C Payback Periode Sumber: Hasil Analisis 2015 Source: Analysis Result, 2015 a. Net Present Value (NPV) a. Net Present Value (NPV) NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang dari selisih benefit dengan cost pada discount factor (DF) tertentu. NPV menunjukkan kelebihan manfaat dibandingkan dengan biaya. Apabila NPV lebih besar dari 0 berarti proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Berdasarkan hasil perhitungan NPV pada discount faktor 14% menunjukan nilai NPV sebesar Rp. 1.749.128.936,00 yang artinya nilai NPV > 1. Hal ini berarti proyek pengembangan kerbau layak untuk diusahakan. Net Present Value (NPV). NPV of a project is the present value of the difference in the cost benefit with the specific discount factor (DF). NPV shows the advantages of the benefits compared to the costs. If NPV is greater than 0 means that the project is profitable and worth the effort. Based on the calculation of NPV at 14% discount factor shows the NPV value of Rp. 1,828,918,451.00, which means the value of NPV> 1. This means that the development project of buffalo is worth. b. Internal Rate of Return (IRR) b. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah suatu kriteria investasi untuk mengatakan persentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun dan juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. IRR pada dasarnya menunjukkan Discount Factor (DF) dimana NPV = 0. Berdasarkan hasil analisis perhitungan IRR diperoleh nilai 21,11%. Apabila diasumsikan bunga bank yang berlaku adalah 14 % maka proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan, karena nilai IRR jauh lebih besar dibandingkan dengan suku bunga pasar. Internal Rate of Return (IRR). IRR is an investment criteria tocalledprofit percentage of a project in every year and as a measure of the project's ability to repay interest on the loan. IRR basically shows Discount Factor (DF) where NPV = 0. Based on the analysis of the IRR calculation is gained 25.97%. If it is assumed that the applicable bank rate is 14% then the project is profitable and it is worthed, the value of IRR is larger than the market interest rate. 44 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Ringkasan Eksekutif / Executive Summary 2015 c. Net B/C ratio c. Net B / C ratio Analisis Net B/C ratio adalah perbandingan antara total cash inflow terhadap total cash outflow. Net B/C ratio ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan diperoleh dari cost yang dikeluarkan. Berdasarkan perhitungan kelayakan usaha, nilai Net B/C ratio adalah 1,53 yang artinya benefit yang diperoleh adalah 1,53 kali lipat dari cost yang dikeluarkan. Net B / C ratio. The analysis of Net B / C is the ratio between the total cash inflow to the total cash outflow. Net B / C ratio shows a description of the benefits to be obtained from the costs incurred. Based on feasibility calculations, the value of the Net B / C ratio is 1,53, which means the benefit obtained is 1.53 times higher than the cost incurred d. Payback Period d. Payback Period Payback period diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek. Hasil perhitungan analisis kelayakan usaha diperoleh nilai payback period terjadi tahun ke 3 lebih 9 bulan. Payback period. It is defined as the return period of the investments made through the benefits of a project. The analysisfeasibility of calculation result is obtained the values of payback period in the third year and nine months. Gambar 5.4 Peta Peluang Investasi Kabupaten Lebak Figure 5.4 Investment Opportunities Map in Lebak Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board 45 2015 Ringkasan Eksekutif / Executive Summary Gambar 4.6 Peta Peluang Investasi di Kabupaten Lebak Figure 4.6 Investment Opportunities Map in Lebak 46 Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah The Mapping Potential and Local Investment Opportunities Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board