Document

advertisement
BADAN KOORDI
NASI I
NDONESI
AI
NVESTMENT
PENANAMAN MODAL COORDI
NATI
NG BOARD
Di
r
ekt
or
atPengembanganPot
ensiDaer
ah
Di
r
ect
or
at
eOfRegi
onalPot
ent
i
alDevel
opment
PotensidanPel
uangI
nvestasiDaerah
Pot
ent
i
alandLocalI
nvest
mentOpport
uni
t
i
es
Tahun/
Year2015
KABUPATENLEBAK
I
nvesti
n
r
emar
kabl
e
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
2015
RINGKASAN EKSEKUTIF
EXECUTIVE SUMMARY
PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN
LEBAK : PETERNAKAN KERBAU DAN
PENGGEMUKAN SAPI POTONG
INVESTMENT OPPORTUNITIES IN LEBAK:
BUFFALO FARMS AND FATTENING BEEF
CATTLE
Kabupaten Lebak merupakan salah satu
Kabupaten di Provinsi Banten. Terletak antara
105o 25’-106o30’ Bujur Timur dan 6o18’- 7o00’
Lintang Selatan. Kabupaten ini berbatasan dengan
Kabupaten Serang di sebelah utara, sebelah
selatan dibatasi oleh Samudera Indonesia, di
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Pandeglang dan di sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bogor,
dan Kabupaten Sukabumi. Kabupaten Lebak
memiliki 28 Kecamatan, terdiri dari 340 desa dan
5 kelurahan. Kondisi jalan di Kabupaten Lebak
secara umum dalam kondisi memadai, terutama
di jalan perkotaan.
Lebak is one of regency in Province of Banten,
which is geographically located in 105’25’ 106’30’ East Longitude and 6’18’ – 7’00’ South
latitude. Lebak is bordered by Serang in the north,
Indonesian Ocean in the south, in the west by
Pandeglang and in the east by Tangerang Regency,
Bogor and Sukabumi Regency (Parts of The West
Java Province). Lebak has 28 districts, consist of
340 villages and 5 urban villages. Condition of
roads in Lebak generally in adequate conditions,
particularly urban streets.
Kabupaten Lebak memiliki potensi sektor
peternakan yang diantaranya adalah unggas,
kerbau, sapi, kambing, dan domba. Untuk
populasi dari masing-masing ternak tersebut
tahun 2013 sapi potong sebanyak 3.258 ekor,
kerbau sebanyak 32.148 ekor, kambing sebanyak
214.064 ekor, domba sebanyak 188.075 ekor, dan
unggas dimana terdiri dari ayam buras sebanyak
2.139.026 ekor, ayam ras pedaging sebanyak
11.977.289 ekor, ayam ras petelur sebanyak
160.012 ekor, itik sebanyak 60.669 ekor, dan itik
manila/entog sebanyak 35.495 ekor.
Lebak has potential in animal husbandry which is
poultry, buffalo, cows, goats, and sheep. The
population in 2013 for each animal was 3,258 of
beef cattles, 32,148 for buffaloes, 214,064 for
goats, 188,075 for sheeps, and poultry which
consist of 2,139,026 free-ranged chickens,
11,977,289 broilers, 160,012 for laying hens,
60,669 ducks, and 35,495 of manila duck / entog.
Maka dari itu, Peluang Investasi yang ditawarkan
pada Kabupaten Lebak yaitu peternakan kerbau
dan penggemukan sapi potong. Kabupaten Lebak
ditunjuk sebagai daerah pengembang kerbau oleh
pemerintah pusat, sebagai daerah terbesar
ketujuh pengembangan ternak kerbau tingkat
nasional. Dengan penetapan tersebut maka mulai
tahun 2014 hingga 2015, Kabupaten Lebak fokus
sebagai daerah pengembangan ternak kerbau.
The Investment opportunities that offered in Lebak
are buffalo farms and fattening beef cattle,
whereas the raw materials for this opportunity are
always provide. By the central government, Lebak
designated as a developer area of buffalo, as the
seventh
largest
regional
buffalo
farms
development in national level. With that
determination, started from 2014 to 2015, Lebak
focus as a regional development of buffalo.
Selain mengembangkan ternak kerbau, peluang
investasi yang diusulkan di Kabupaten Lebak
adalah penggemukan sapi potong. Peluang
penggemukan sapi potong ini diharapkan akan
mengisi kebutuhan pasar di Kabupaten Lebak
sendiri dan juga permintaan pasar di dalam
In addition to developing buffaloes, the investment
opportunities proposed in Lebak is fattening beef
cattle. By chance fattening beef cattle is expected
to fill the needs of the market in Lebak itself and
also the market demand at local and international.
With the development of fattening beef cattle, not
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
1
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
maupun luar negeri. Dengan berkembangnya
penggemukan sapi potong ini, tidak hanya
meningkatkan pendapatan bagi peternak sapi dan
pengolahnya saja, tetapi juga dapat mendorong
tumbuhnya usaha-usaha baru, dan penyerapan
tenaga kerja.
only increase revenue for the farmers and the
processor, but also can encourage the growth of
new businesses and employment.
Kebutuhan dana investasi untuk usaha
penggemukan sapi potong di Kabupaten Lebak
diperkirakan Rp. 8,8 Milyar, dengan nilai Internal
Rate of Return (IRR) sekitar 21,44%, dan Payback
Period selama sekitar 4 tahun 2 bulan. Sedangkan,
peternakan kerbau membutuhkan dana investasi
sebesar Rp. 1,9 milyar dengan nilai Internal Rate
of Return (IRR) sekitar 25,97%, dan Payback
Period selama sekitar 3 tahun 5 bulan.
The estimation of investment fund for fattening
beef cattle in Lebak is Rp. 8.8 billion, with an
Internal Rate of Return (IRR) of approximately
26.41%, and payback period in about 4 years (3
years and 8 month). Meanwhile, a buffalo farm
requires an investment of Rp. 1.9 billion with an
Internal Rate of Return (IRR) of approximately
25.97%, and Payback Period for about 3 years and
5 months.
2
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
2015
1. GAMBARAN WILAYAH
1. DESCRIPTION AREA
1.1. Aspek Geografi Dan Administrasi
1.1.
Kabupaten Lebak merupakan salah satu
Kabupaten di Provinsi Banten, terletak antara
105o 25’-106o30’ Bujur Timur dan 6o18’- 7o00’
Lintang Selatan.
Lebak is one of regency in Province of Banten,
which is geographically located in 105’25’ 106’30’ East Longitude and 6’18’ – 7’00’ South
latitude.
Secara administratif Kabupaten Lebak dibatasi
oleh :
Administratively the regency is bordered by:
 Sebelah utara berbatasan dengan
Serang
 Sebelah selatan dibatasi oleh
Indonesia
 Sebelah barat berbatasan dengan
Pandeglang
 Sebelah timur berbatasan dengan
Tangerang, Kabupaten Bogor, dan
Sukabumi.
The Aspect Of Geographic And
Administrative
Kabupaten

North by Serang
Samudera

South by Indonesian Ocean
Kabupaten

West by Pandeglang
Kabupaten
Kabupaten

East by Tangerang, Bogor and Sukabumi
Kabupaten Lebak memiliki luas wilayah 304.472
Lebak has an area of 304,472 ha or 3,044.72 km2.
ha atau 3.044,72 km2. Kabupaten Lebak ini
Lebak is directly connected to the Indonesian
terkoneksi langsung dengan Samudera Indonesia
Ocean that has a sea area of 73.3 km2 with a
2
sehingga memiliki wilayah laut sekitar 73,3 km
length of 91.42 km. Administratively Lebak is
dengan panjang pantai mencapai 91,42 km.
divided into 28 sub-districts, 340 villages and 5
Secara adminitratif terbagi menjadi 28
Village with the downtown in Rangkas Bitung. The
Kecamatan, 340 Desa, dan 5 Kelurahan dengan
distance between the centers of sub-districts and
pusat kota di Rangkas Bitung. Jarak antara pusatdistrict centers vary widely. Cilograng is the most
pusat kecamatan dengan pusat kabupaten sangat
remote areas, which are 160 km to the center of
bervariasi. Kecamatan Cilograng merupakan
the capital district (Rangkas Bitung).
daerah yang paling jauh, yaitu berjarak 160 km
dengan pusat ibukota kabupaten (Rangkas
Bitung).
Gambar 1.1 Luas Wilayah Per-Kecamatan
Figure 1.1 Wide Are Per-Sub-district
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
3
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
Gambar 1.2 Peta Adminitrasi Kabupaten Lebak
Figure 1.2 Administration Map of Lebak
4
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
2015
1.2. Topografi
1.2. Topography
Wilayah Kabupaten Lebak memiliki topografi
bervariasi, dengan morfologi secara umum
terbagi menjadi tiga kelompok yaitu morfologi
dataran,
perbukitan
landai-sedang
(bergelombang rendah-sedang) dan perbukitan
terjal. Morfologi dataran rendah hingga landai
sedang umumnya terdapat di daerah bagian
selatan sepanjang pantai selatan dengan
ketinggian mulai 0 sampai dengan 200 meter
diatas permukaan laut.
Lebak has varied topography, which is generally
divided into three groups: the plains, hills slopingbeing (low-medium wavy) and steep hills. The form
of lowland to the ramps being generally found in
the southern part of the area along the south coast
with the altitude of 0 to 200 meters above sea
level.
Morfologi perbukitan bergelombang rendah sedang sebagian besar menempati daerah bagian
tengah Kabupaten Lebak dengan ketinggian
antara 201–500 mdpl. Wilayah perbukitan
terletak di Kabupaten Lebak bagian timur dengan
ketinggian 501 mdpl - >1000 mdpl. Untuk rincian
kondisi topografi mulai dari pantai selatan 0 mdpl
hingga gunung ketinggian lebih dari 1000 mdpl
adalah :
The form of low to medium undulating hills was
largely occupied the central part of Lebak with the
altitude between 201 to 500 meters above sea
level. Hilly areas located in the east of Lebak with
an altitude of 501 - >1000 meters above sea level.
a. Wilayah topografi dataran, cekungan, hingga
miring, yaitu dataran pantai, daerah bantaran
sungai, dan meander sungai, dan wilayah
berombak yang terletak di pantai selatan
kearah utara. Wilayah ini dengan kemiringan
0–8%, terletak pada ketinggian 0-200 meter di
atas permukaan laut.
a. The topographic region plains, basins, sloping
are the coastal plain, the area along the river,
and the river meanders and choppy territory
located on the southern coast towards the
north. This region with a slope of (0-8)%,
situated at an altitude (0-200) meters above
sea level
b. Wilayah topografi perbukitan berombak dan
bergelombang, kemiringan lereng 8–15%
terletak pada ketinggian 201-500 meter di
Lebak bagian tengah
b. Wavy and undulating topography region, slope
of (8-15)% lies at an altitude (201-500) meters
in the central part of Lebak.
c. Wilayah pegunungan, gunung, terletak di
Lebak bagian timur, dengan kemiringan lereng
15–25%, terletak pada ketinggian 501- >1000
mdpl dengan puncak Gunung Sanggabuana
dan Gunung Gede. Sedangkan pegunungan
dengan Puncak Nyungcung (1045 mdpl),
Puncak Halimum (1929 mdpl), Puncak Endut
(1297 mdpl).
c. Mountainous region, mountain, located in the
Valley of the east, with slope 15-25%, located
at an altitude (501 - >1000) meters above sea
level with the peak of Mount Sanggabuana and
Mount Gede. While the mountains with the
Nyungcung Peak (1045 masl), Halimum Peak
(1929 masl), the Endut Peak (1297 masl).
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
5
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
1.3. Kondisi Klimatologi
1.3. Climatological Condition
Berdasarkan klimatologi, Kabupaten Lebak
memiliki Suhu udara minimum 22,1°C dan Suhu
udara maksimum 33,1°C. Untuk suhu udara ratarata di daratan yaitu suhu udara di dataran
rendah 23,8°C dan suhu udara di dataran tinggi
27,0°C. Keadaan musim kemarau dan penghujan
di Kabupaten Lebak tahun 2013 bisa dilihat pada
tabel 1.3 berikut.
Based on climatology, Lebak has a minimum air
temperature of 22.1°C and a maximum air
temperature of 33.1°C. The average air
temperature on the mainland; the air temperature
in the lowlands of 23.8°C and the air temperature
on the highlands of 27.0°C. The state of the dry and
rainy season in Lebak in 2013 can be seen in the
table 1.3.
Gambar 1.3 Rata-rata Suhu Udara Dataran Tinggi dan Rendah di Kabupaten Lebak 2011-2013
Figure 1.3 The Average Air Temperature in Highland and Lowland in Lebak 2011-2013
Sumber: BPS, Kab. Lebak dalam Angka 2014 / Source: Lebak Regency In Figures 2014
Tabel 1.1 Keadaan Musim Kemarau dan Musim Hujan di Kabupaten lebak Tahun 2013
Table 1.1 The State of The Dry and Rainy Season in Lebak 2013
Daerah/
Area
No
1
2
3
4
5
Periode Normal Musim
Kemarau/
Normal Periode of Dry
Season
Panjang normal Musim
Kemarau (Dasarian)/
Normal Length of Dry
Season (Dasarian)
Normal Curah
hujan
(mm)/ Normal
Rainfall (mm)
Jun I – Sep II
10
370 – 500
Lebak Bag. Barat (ZOM 55) /
West part of Lebak (ZOM 55)
Lebak Bag. Barat Daya (ZOM 56)/
Southwest of Lebak (ZOM 56)
Lebak Bag. Utara(ZOM 57)/
North Part of Lebak (ZOM 57)
Lebak Bag. Tengah (ZOM 62)/
Central of Lebak (ZOM 62)
Lebak Bag. Selatan (ZOM 63)/
South Part of Lebak (ZOM 63)
Jun I – Sep II
11
299 – 405
Jun II – Sep III
10
386 – 522
Jul I – Nop II
14
264 – 357
Jun I – Sep II
12
369 – 500
Daerah/ Area
Periode Normal Musim
Hujan/ Normal Periode
of Rainy Season
Panjang normal Musim
Hujan (Dasarian)/ Normal
Length of Rainy Season
(Dasarian)
Normal Curah
hujan
(mm)/ Normal
Rainfall (mm)
No
1
Lebak Bag. Barat (ZOM 55) /
Sep I – Mei III
24
West part of Lebak (ZOM 55)
2
Lebak Bag. Barat Daya (ZOM 56)
Sep II – Mei III
23
/ Southwest of Lebak (ZOM 56)
3
Lebak Bag. Utara(ZOM 57) /
Aug III – Jun I
26
North Part of Lebak (ZOM 57)
4
Lebak Bag. Tengah (ZOM 62) /
Sep II – Jun I
29
Central of Lebak (ZOM 62)
5
Lebak Bag. Selatan (ZOM 63) /
Okt II –Apr I
30
South Part of Lebak (ZOM 63)
Sumber: BPS, Kab. Lebak dalam Angka 2014 / Source: Lebak Regency In Figures 2014
6
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
2.473 – 3.345
2.202 – 2.980
1.862 – 2.519
2.246 – 3.039
2.440 – 3.302
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
2015
1.4. Kependudukan
1.4. Population
Jumlah Penduduk Kabupaten Lebak tahun 2013
adalah 1.247.906 jiwa terdiri atas 640.002 jiwa
penduduk laki-laki dan 607.904 jiwa penduduk
perempuan. Penduduk terbesar berada di
Kecamatan Rangkas Bitung (120.808 jiwa). Hal ini
dikarenakan banyak penduduk yang menetap di
Rangkas Bitung yang merupakan pusat
perekonomian, pendidikan dan pemerintahan.
Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Lebak
sebesar 0,67%. Rasio jenis kelamin (gender ratio)
di Kabupaten Lebak termasuk seimbang (105)
penduduk laki-laki sedikit lebih banyak
dibandingkan penduduk perempuan.
The population of Lebak in 2013 was 1.247.906
inhabitants, consists of 640.002 of male and
607.904 of female. The largest population is in
Rangkas Bitung (120.808 inhabitants). This is
because many people who settled in Bitung
Rangkas which is the center of economy, education
and government. The population growth rate in
Lebak at 0.67%. The sex ratio (gender ratio) in
Lebak includes balanced (105), the male
population slightly more than the female
population.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Lebak
Table 1.2 Number of Populations Based On Gender in Lebak
Kepadatan
Nama Kecamatan/
Laki-laki/ Perempuan/
Jumlah/
penduduk /
Sub-district Name
Male
Female
Total
Density
(km2/jiwa)
Malingping
32.584
31.137
63.721
691
Wanasalam
27.316
25.868
53.184
396
Panggarangan
18.587
17.966
36.553
224
Cihara
15.709
14.901
30.610
192
Bayah
21.420
20.817
42.237
275
Cilograng
16.939
15.922
32.861
307
Cibeber
28.741
27.522
56.263
147
Cijaku
14.105
13.749
27.854
375
Cigemblong
10.336
9.921
20.257
269
Banjarsari
30.477
29.011
59.488
409
Cileles
24.624
23.772
48.396
387
Cunung kencana
17.438
16.414
33.852
232
Bojongmanik
11.233
10.753
21.986
378
Cirinten
13.412
12.261
25.673
282
Leuwidamar
26.764
25.480
52.244
356
Muncang
16.768
15.983
32.751
385
Sobang
15.081
14.321
29.402
274
Cipanas
24.006
23.038
47.044
624
Lebak Gedong
11.637
10.643
22.280
356
Sajira
24.626
23.430
48.056
433
Cimarga
32.234
30.930
63.164
344
Cikulur
24.476
23.827
48.303
731
Warunggunung
27.839
26.353
54.192
1094
Cibadak
30.952
29.178
60.130
1455
Rangkas Bitung
62.030
58.778
120.808
2440
Kalanganyar
17.246
15.873
33.119
1278
Maja
27.294
25.058
52.352
874
Curugbitung
16.128
14.998
31.126
429
Kabupaten Lebak
640.002
607.904
1.247.906
410
Rasio Jenis
Kelamin/
Gender
Ratio
105
106
103
105
103
106
104
103
104
105
104
106
104
109
105
105
105
104
109
105
104
103
106
106
106
109
109
108
105
Sumber: BPS, Kabupaten Lebak dalam Angka 2014
Source: BPS, Lebak Regency In Figures 2014
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
7
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
Kepadatan penduduk Kabupaten Lebak 410
jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi di
Kecamatan Rangkas Bitung mencapai 2.440
jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk
terendah di Kecamatan Cibeber mencapai 147
jiwa/km2. Sedangkan, menurut kelompok umur di
Kabupaten Lebak sebagian besar termasuk dalam
usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 805.413
jiwa dan selebihnya 393.213 jiwa berusia
dibawah 15 tahun dan 49.280 jiwa berusia 65
tahun keatas.
Lebak population density was 410 inhabitants
/km². The densest population is in Rangkas Bitung
reached 2,440 inhabitants / km², while the rarest
population is in Cibeber reached 147
inhabitants/km². Meanwhile, according to age
groups in Lebak, mostly population included in the
productive age (15-64 years) of 805,413
inhabitants and the remaining of 393,213
inhabitants under the age of 15 years and 49,280
inhabitants in aged 65 years above.
Tabel 1.3 Penduduk Menurut Kelompok Umur Dirinci per Jenis Kelamin di Kabupaten Lebak
Table 1.3 Populations Based On Age Group of Gender in Lebak
Kelompok umur/ Age
Laki-laki/ Male
Perempuan/ Female
Jumlah / Total
Group
0–4
64507
62527
127034
5-9
65571
62043
127614
10 – 14
72593
65972
138565
15 – 19
65113
54732
119845
20 – 24
51857
50748
102605
25 – 29
51018
51337
102355
30 – 34
48055
48123
96178
35 – 39
46272
45789
92061
40 – 44
43665
42953
86618
45 – 49
39157
35324
74481
50 – 54
30786
28001
58787
55 – 59
21431
19708
41139
60 – 64
16498
14846
31344
65 – 69
10885
11176
22061
70 – 74
6682
7278
13960
75 +
5912
7347
13259
Jumlah
640.002
607904
1247906
Sumber: BPS, Kabupaten Lebak dalam Angka 2014 / Source: BPS, Lebak RegencyIn Figures 2014
Gambar 1.4 Piramida Penduduk Kabupaten Lebak, 2013
Figure 1.4 Population Pyramid in Lebak, 2013
8
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
2015
1.5. Ketenagakerjaan
1.5. Employment
Berdasarkan data dari BPS, 2013 jumlah
penduduk usia kerja (diatas 15 tahun) 841.936
jiwa (431.222 jiwa penduduk laki-laki dan
410.714 jiwa penduduk perempuan). Angkatan
kerja sebanyak 564.958 jiwa yang bekerja
524.130 jiwa, sedangkan 40.838 jiwa masih
belum bekerja (pengangguran). Penduduk
angkatan kerja lainnya 233.430 jiwa masih
sekolah dan mengurus rumah tangga. Sisa
angkatan kerja lainnya sebanyak 43.538 jiwa.
Based on data from Statistical Center Unit, in 2013
the working age population (above 15 years) was
841,936 inhabitants (431,222 inhabitants of the
male and the female of 410.714 inhabitants). A
labor force of 564,958 inhabitants, who works
were 524,130 inhabitants, while the remaining
40,838 inhabitants were still not working
(unemployment). Other labors force population
233,430 inhabitants were still in school and taking
care of the household. The rest of the labors force
as much 43,538 inhabitans.
Berdasarkan hal tersebut, maka tingkat
pengangguran terbuka di Kabupaten Lebak
sebesar 7,23%, sedangkan tingkat pertisipasi
angkatan kerja sebesat 67,10%; dan tingkat
kesempatan kerja sebesar 92,77%.
Based on this, the open unemployment rate in
Lebak of
7.23%, while the labor force
participation rate of 67.10%; and the employment
rate of 92.77%.
Tabel 1.4 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas di Kabupaten Lebak 2013
Table 1.4 The Population In Age of 15 years Above in Lebak 2013
Jenis Kelamin/ Gender
Klasifikasi/ Classification
Laki-laki/
Perempuan/
Male
Female
Penduduk Usia Kerja/ Working Age
431.222
410.714
Angkatan Kerja/ Labor Force
358.563
206.405
Bekerja/ Employee
329.773
194.357
Pengangguran/ Unemployemet
28.790
12.048
Bukan Angkatan Kerja/ Not Labor Force
Sekolah & Mengurus rumah Tangga/
50.828
182.602
School and Taking care of household
Lainnya/ Others
21.831
21.707
Tingkat Pengangguran Terbuka/
8,03
5,84
Open Unemployement
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja/
83,15
50,26
Labor Force Participation Rate
Tingkat Kesempatan Kerja/
91,97
94,16
Employement Rate
Jumlah/
Total
841.936
564.968
524.130
40.838
233.430
43.538
7,23
67,10
92,77
Sumber: BPS, Kabupaten Lebak dalam Angka 2014
Source: BPS, Lebak Regency In Figures 2014
Kriteria pekerjaan dari angkatan kerja aktif yang
bekerja di sektor pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, dan buruh sebanyak
124.281 jiwa (37,69%). Bekerja di industri 23.942
jiwa (7,26%). Usaha perdagangan, restoran, jasa
akomodasi sebanyak 35.702 jiwa (10,83%).
Bekerja di bidang jasa kemasyarakatan, sosial dan
perorangan sebanyak 30.300 jiwa (11,01%),
pekerjaan lainnya sebanyak 109.548 jiwa
(33,22 %).
Job criteria of the active labor force works in
agriculture, plantation, forestry, fisheries, and
labor as much as 124,281 inhabitants (37.69%).
Working in the industry were 23,942 inhabitants
(7.26%), trade, restaurant, accommodation
services were 35,702 inhabitants (10.83%).
Working in the field of social services, social and
individual as much as 30,300 inhabitants
(11.01%), others work were 109,548 inhabitants
(33.22%).
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
9
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
1.6. Pendidikan
1.6. Education
Kabupaten Lebak tahun 2013 memiliki 1.236
sekolah dengan perincian 154 sekolah taman
kanak-kanak (2 TK Negeri dan 152 TK Swasta), 782
sekolah dasar (774 SD Negeri dan 8 SD Swasta),
201 sekolah menengah tingkat pertama (169 SMP
Negeri dan 32 SMP Swasta) dan 53 sekolah
menengah atas (33 SMA Negeri dan 20 SMA
Swasta) dan sekolah menengah kejuruan (SMK)
sebanyak 46 (11 SMK Negeri dan 35 SMK Swasta).
Kabupaten Lebak terdapat 8 (delapan) Perguruan
Tinggi Swasta terletak di Kecamatan Rangkas
Bitung.
Lebak in 2013 had 1,236 schools with details of
154 school kindergarten (2 publics and 152
private kindergarten), 782 elementary schools
(774 publics and 8 private elementary schools),
201 junior high school (169 publics and 32
private junior high schools) and 53 high schools
(33 publics and 20 private senior high schools)
and 46 vocational schools (SMK) (11 publics and
35 private vocational schools). There are eight
(8) Colleges in Lebak which located in Rangkas
Bitung.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Tabel 1.5 Jumlah Sekolah di Kabupaten Lebak Tahun 2013
Table 1.5 Numbers of School in Lebak in 2013
SMP/
SMU/
SD/
Kecamatan/
TK/
Junior
Senior
Elementary
Sub-district
Kindergarten
High
High
School
School
School
Malingping
8
36
10
2
Wanasalam
2
26
7
1
Panggarangan
12
34
9
1
Cihara
4
23
7
1
Bayah
12
35
10
3
Cilograng
6
27
6
1
Cibeber
7
43
11
2
Cijaku
4
21
5
1
Cigemblong
1
18
4
1
Banjarsari
5
43
9
2
Cileles
12
31
7
1
Cunung kencana
3
29
6
1
Bojongmanik
2
13
3
1
Cirinten
2
18
4
0
Leuwidamar
2
25
6
2
Muncang
1
20
9
2
Sobang
11
18
5
1
Cipanas
9
27
9
4
Lebak Gedong
1
13
5
0
Sajira
3
32
7
3
Cimarga
4
40
9
2
Cikulur
5
24
8
2
Warunggunung
6
30
8
1
Cibadak
4
27
5
1
Rangkas Bitng
19
58
16
11
Kalanganyar
2
19
5
2
Maja
4
30
7
2
Curugbitung
3
22
4
1
TOTAL
152
782
201
53
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak
Source: Education Department of Lebak
10
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
SMK/
Vocational
School
3
0
1
0
1
2
2
1
0
3
1
1
0
1
1
1
0
3
2
0
1
2
4
2
10
2
1
1
46
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
2015
1.7. Kondisi Sarana Dan Prasarana
1.7. The Condition Of Facilities And
Infrastructure
Jalan merupakan salah satu prasarana
pengangkutan yang sangat penting dalam suatu
daerah untuk memperlancar dan mendorong
kegiatan perekonomian sehingga memudahkan
mobilitas dan akses barang dari suatu daerah ke
daerah lainnya. Makin meningkatnya usaha
perekonomian suatu daerah semakin menuntut
pula
peningkatan
pembangunan
maupun
perbaikan jalan untuk memperlancar proses
perekonomian tersebut.
Roads are one of the transport infrastructures
which are very important in an area to facilitate
and encourage economic activity that facilitate
mobility and access of goods from one region to
another. The increasing of the economy of a local
business also increases the development and
improvement of roads to facilitate the process of
the economy.
1.7.1. Transportasi
1.7.1. Transportation
Klasifikasi dan panjang jalan di Kabupaten Lebak
sebagai berikut:
- Jaringan jalan dengan kriteria berikut
- Jalan Provinsi 179,14 km (Hotmix)
- Jalan Kabupaten 837,96 km (Hotmix)
- Jalan Desa 5647,2 Km (Campuran)
- Jalan Tol (Jakarta Merak) untuk akses menuju
Kabupaten Lebak.
- Jaringan Rel Kereta Api, yaitu sepanjang ± 90
km dari Jakarta menuju Rangkasbitung; Jalur
Ganda (double track) yang saat ini melintas
sampai Maja, pada tahun 2015 diproyeksikan
akan segera beroperasi sampai Stasiun
Rangkasbitung.
- Dermaga eksisting ada 1 (satu) di Desa Muara,
Kecamatan
Wanasalam
dan
rencana
pembangunan 2 (dua) dermaga di Desa
Darmasari, Kecamatan Bayah dan Desa
Cireudem Kecamatan Cilograng
Classification and length of roads in Lebak as
follows.
- The road network with the following criteria.
- Provincial Roads 179.14 km (Hotmix),
- District roads 837.96 km (Hotmix);
- Village Roads 5647.2 km (Mixture)
- Toll Road (Jakarta Merak) for access to Lebak
-
-
Network Rail, which is along the ± 90 km
from Jakarta to Rangkasbitung; Double Strip
(double track), which is currently passing
through Maja, in 2015 is projected will be
operational soon until Rangkasbitung
Station.
There is 1 (one) Existing dock in the
Muaravillage, a part of Wanasalam and plans
to build two (2) docks in Darmasari village,
Bayah sub-district and Cireudem village of
Cilograng.
Gambar 1.5 Proyeksi Rel Kereta Api danKondisi Jalan di Kabupaten Lebak
Figure 1.5 Railway Projection and Road Condition in Lebak
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
11
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
1.7.2. Sumber Energi Listrik
1.7.2. Electricity Source
Listrik merupakan energi vital dalam berbagai
kegiatan masyarakat di Kabupaten Lebak. Telah
tersedia 3 (tiga) Gardu Induk (GI), yaitu:
Electricity is a vital energy in a variety of
community activities in Lebak. Has provided three
(3) Substation (GI), which are;
1)
1)
GI kapasitas 150 KV (Jawilan) khusus
wilayah timur UPI
GI kapasitas 70 KV (Rangkasbitung)
GI kapasitas 200 KV (Saketi) bersumber dari
PLTU Surala
2)
3)
Jumlah pelanggan listrik PLN di Kabupaten Lebak
pada tahun 2013 mencapai 162.897 pelanggan.
Tenaga listrik yang diproduksi PLN terjual selama
tahun 2013 mencapai 256.562.504 KWH dengan
nilai Rp. 36.810.948.722,00.
No
1
2
2)
3)
GI capacity of 150 KV (Jawilan), specifically
for the eastern region of UPI
GI capacity of 70 KV (Rangkasbitung)
GI capacity of 200 KV (Saketi) derived from
PLTU Surala
In 2013, the number of the electricity customers
in Lebak reached 162.897 customers. The
electricity of PLN (State Electricity Company)
output was sold during 2013 reached 256,562,504
kwh with a value of Rp. 36,810,948,722.
Tabel 1.6 Statistik Listrik PLN Rangkas Bitung Kabupaten Lebak
Table 1.6 Electricity Statistic of PLN (State Electricity Company) Area Of Rangkas Bitung, Lebak
Uraian / Explanation
Satuan /Unit
Jumlah/ Total
Ihtisar
Jumlah pelanggan/
Konsumen/
1
162.987
penjualan
Numbers of Customer
Customer
tenaga listrik/
Jumlah KWh terjual/
2
KWh
265.562.504
Overview of
Total Power Sold
Electric Power
Jumlah VA tersambung/
3
VA
359.977.875
Sales
Number of VA connected
Nilai KWh terjual/
4
Rp.
36.810.949.722,00
Value of Power Sold
Keadaan fisik
Panjang route SUTM/
1
km
1.162
terpasang/
Route Length of SUTM
Physical State
Panjang route SUTR/
2
km
2.732
Installed
Route Length of SUTR
Jumlah Gardu Distribusi/
3
Buah
963
Number of Distribution Station
Jumlah PLTD/
4 Number of PLTD (Diesel Power
Buah
0
Plant)
Jumlah daya terpasang/ Number
5
KVA
359.977
of Power Installed
Sumber: PLN Cabang Pembantu Rangkasbitung, Kabupaten Lebak
Source: PLN (State Electricity Company) Supporting Area of Rangkasbitung, Lebak
12
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
2015
2. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH
2. THE REGIONAL DEVELOPMENT POLICY
2.1. Rencana
Pembangunan
Menengah Daerah (RPJMD)
2.1.
Jangka
The Medium - Term
Development Plan
Regional
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lebak
dijelaskan bahwa visinya adalah:
Based on The Medium - Term Regional
Development Plan of Lebak, the vision is:
“Menuju Kabupaten Lebak yang Maju dan
Berdaya Saing Melalui Pemantapan
Pembangunan Perdesaan dan Pengembangan
Ekonomi Kerakyatan”
“Towards Lebak in Advance and Competitive
Through Strengthening Rural Development
and Economic Democracy Development”
Misi pada dasarnya merupakan operasionalisasi
dari visi yang dirumuskan dalam bentuk aktivitas
yang menggambarkan upaya mewujudkan visi
tersebut. Adapun misi sebagaimana dimaksud
dirumuskan dalam 6 (enam) misi operasional
sebagai berikut:
The mission is basically the operationalization of
the vision outlined in the form of activity that
describes efforts to realize the vision. The mission
referred formulated in 6 (six) operational missions
as follows:
1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
yang produktif, kreatif, dan inovatif.
2. Meningkatkan tata kelola pemerintah yang
berorientasi pelayanan public.
3. Meningkatkan perekonomian yang kokoh
berbasis ekonomi kerakyatan.
4. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur
strategis wilayah yang berkualitas.
5. Menjaga keseimbangan lingkungan dan
pembangunan yang berkelanjutan.
6. Meningkatkan keamanan dan ketertiban
wilayah.
2.2. Rencana
(RTRW)
Tata
Ruang
Wilayah
Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Lebak (Perda 2 Thn 2014) dalam peta
Pola Ruang telah menetapkan Kawasan Lindung
(hutan lindung, kawasan resapan air, taman
nasional Gunung Halimun, kawasan cagar budaya
Badui, kawasan rawan bencana), kawasan
budidaya non petanian (kawasan permukiman,
kawasan pengembangan permukiman, kawasan
pariwisata, zona industri, dan pengembangan
pelabuhan laut), kawasan budidaya pertanian
(kawasan pertanian lahan basah dan pertanian
lahan kering, perkebunan, peternakan) yang
berhubungan dengan pusat-pusat kegiatan.
Pengembangan dari pola ruang tersebut
terutama:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2.2.
Improv the quality of Productive, Creative
and Innovative Human Resources.
Improving Governance Oriented Public
Service.
Improving solid economy based on
democratic economy.
Increasing the availability of qualified
Regional Strategic Infrastructure.
Balancing environment and sustainable
development.
Enhancing security and law of the area.
The Spatial Plans Area
Policy Spatial Plan of Lebak (Local Regulation 2 of
2014) in the map space pattern has set Protected
Areas (preserve forest, water absorption area,
Halimun Mountain national park, Bedouin
heritage area, prone disaster area), nonalgicultural cultivation area (residential area,
residential development area, tourism area,
industrial zone and seaport development),
agriculturalArea (agricultural wetlands and
dryland area, plantation, farms) which is related
to activity centers. Especially, the development of
the space pattern are:
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
13
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
1. Kawasan Permukiman Kota Maja (Pusat
Kegiatan Wilayah) yang termasuk strategi
nasional MP3EI.
1. Maja City Residential Area (Regional Activity
Centre), which includes the national strategy of
MP3EI (Masterplan for the Acceleration and
Expansion
of
Indonesian
Economic
Development).
2. Zona Industri Citeras (sebelah barat Kota
Maja)
2. Citeras Industrial Zone (west of Maja)
3. Kawasan Agropolitan yang menempati
Kawasan pertanian lahan basah di Malimping
3. Agropolitan area which occupies
agricultural wetlands area in Malimping
4. Industri Semen Bayah, yang
wilayah rawan bencana
4. Bayah Cement Industrial Zone, which occupies
the disaster prone area
menempati
Gambar 2.1 Peta Pola Ruang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak
Figure 2.1 Spatial Patterns Map of Lebak
14
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
the
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
Kebijakan bidang ekonomi antara lain:
2015
The economics policies are:
1) Pengurangan angka pengangguran
perdesaan melalui Program Padat Karya
di
1) The reduction of unemployment in rural areas
through Labor Intensive Program;
2) Pengembangan ekonomi kerakyatan melalui
pengembangan Sentra Komoditas Unggulan
Kawasan
2) Democracy economic development through the
development of Regional Centers of Leading
Comodity
3) Plaza Komoditas Unggulan (2016)
3) Plaza Leading Commodities (2016);
4) Peningkatan kesempatan dan penyediaan
lapangan pekerjaan melalui fasilitasi lembaga
pendidikan, pelatihan dan keterampilan
“Balai Latihan Kerja (BLK), 2016.
4) Increase opportunities and employment
through the facilitation of educational
institutions, training and skills "Training
Center (TC), 2016
5) Kebijakan pembangunan daerah Kabupaten
Lebak bidang pengembangan wilayah.
5) The policy of Lebak regional development
areas of regional development.
6) Melanjutkan program peningkatan jalan
perdesaan
(HMD)
termasuk
pemeliharaannya
6) Continue the rural road improvement program
(HMD) including the maintenance;
7) Membangun dan menata fasilitas umum dan
sosial di setiap kecamatan
7) Build and manage public and social facilities in
each sub-district;
8) Menjamin jalan-jalan strategis kabupaten
dalam kondisi baik  “Betonisasi” dan
launching “Tiada Hari Tanpa Pemeliharaan”
8) Ensure the district strategic roads in good
condition  "concretisation" and launching
"No Day Without Maintenance";
9) Meningkatkan rasio elektrifikasi dengan pola
“Tuntas Kampung” tahun 2018
9) Increase electrification ratio with the "Tuntas
Kampung” pattern in 2018;
10) Meningkatkan cakupan air bersih
sanitasi mendekati target MDGS
dan
10) Increase the coverage of water and sanitation
approach MDG targets;
11) Mewujudkan wilayah perkotaan yang tertata
rapi, asri dan hijau melalui peningkatan
Ruang Terbuka Hijau (RTH).
11) Realize neat, beautiful and green urban areas
through the increasing of green open space
(RTH).
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
15
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
3. PROFIL PEREKONOMIAN WILAYAH
3. PROFILE OF ECONOMIC REGION
3.1. Struktur Perekonomian
3.1. Economic Structure
Kontribusi suatu sektor dalam menghasilkan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat
menggambarkan peran sektor tersebut dalam
kegiatan
ekonomi
suatu
wilayah.
Jika
membandingkan kontribusi setiap sektor
terhadap PDRB Kabupaten Lebak selama 5 tahun
terakhir (2009-2013) terlihat jelas bahwa sektor
pertanian masih mendominasi perekonomian
Kabupaten Lebak.
The contribution of a sector in generating Gross
Domestic Regional Product (GDRP) may describe
the role of the sector in the economic activity of the
region. Compared to the contribution of each
sector to GDRP of Lebak over the last 5 years
(2009-2013), it is clear that the agricultural sector
still dominates the economy of Lebak.
Tabel 3.1 PDRB atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Lebak 2009-2013 (Jutaan)
Table 3.1 GDRP of Lebak at Current Prices 2010-2013 (Million)
Lapangan Usaha (sektor)/
Industrial Origin (Sector)
2009
2010
2011
2012
2013
Pertanian/ Agriculture
2,506,145
2,998,489
3,197,585
3,429,433
3,876,580
Pertambangan dan Penggalian/
100,954
114,029
125,487
141,201
153,089
Mining and Quarrying
Industri Pengolahan/ Processing
673,476
707,685
763,950
823,819
902,449
Industry
Listrik, Gas & Air Bersih/ Electricity,
41,005
43,888
49,068
55,847
59,966
Gas and Clean Water
Kontruksi/ Construction
294,639
411,564
467,978
527,351
602,722
Perdagangan, Hotel & Restoran,
1,844,291
2,079,938
2,336,452
2,606,887
2,940,445
Trade, Hotel and Restaurant
Transportasi & Komunikasi/
721,927
803,048
884,595
968,116
1,062,070
Transportation and Communication
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan/ Finance, Tenancy and
326,403
381,145
422,545
473,391
534,653
Business Services
Jasa – jasa/ Services
770,885
916,888
1,064,375
1,248,033
1,377,444
JUMLAH/ TOTAL
7,279,725
8,456,674
9,312,035
10,274,078
11,509,417
Sumber: BPS, Kabupaten Lebak dalam Angka 2009-2014 / Source: BPS, Lebak Regency In Figures 2009-2014
Tabel 3.2 Rata-rata Kontribusi dan Pertumbuhan Sektoral (2009-2013)
Table 3.2 The Contribution Average and SectoralGrowth (2009-2013)
Lapangan Usaha (sektor)/
Industrial Origin (Sector)
No
Rata-rata
Pertumbuhan
Sektoral/
Sectoral Average
Growh
Rata-rata
Kontribusi
Sektoral/
Sectiral
Contribution
Average
1
Pertanian/ Agriculture
11.64%
34.43%
2
Pertambangan dan Penggalian/ Mining and Quarrying
10.99%
1.36%
3
Industri Pengolahan/ Processing Industry
7.60%
8.40%
4
Listrik, Gas & Air Bersih/ Electricity, Gas and Clean Water
10.01%
0.53%
5
Kontruksi/ Construction
20.09%
4.81%
6
Perdagangan, Hotel & Restoran/ Trade, Hotel and Restaurant
12.37%
25.15%
7
Transportasi & Komunikasi/ Transportation and Communication
10.13%
9.53%
16
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
No
8
Lapangan Usaha (sektor)/
i l O i i (S Finance,
) Tenancy and
Keuangan, Persewaan & dJasa Perusahaan/
Business Services
9
Jasa – jasa/ Services
Sumber: Hasil Pengolahan 2015
Source: Processed Product, 2015
2015
Rata-rata
Rata-rata
13.15%
4.55%
15.66%
11.25%
Kontribusi PDRB Kabupaten Lebak pada tahun
2013, berdasarkan atas harga berlaku sektor
Pertanian masih merupakan penyumbang
terbesar dengan persentase 34,43% diikuti oleh
sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar
25,15%, kemudian sektor jasa - jasa sebesar
11,25%. Nilai PDRB Kabupaten Lebak tahun 2013
sebesar Rp. 11,51 triliun, dengan penyumbang
terbesar berasal dari sektor pertanian senilai
Rp. 3,88 triliun. Selama periode 5 tahun terakhir,
sektor pertanian tetap menjadi leading sector di
Kabupaten Lebak, untuk pertumbuhan dan
kontribusi mengalami kenaikan dan penurunan
selama 5 tahun terakhir, walaupun begitu untuk
tahun terakhir 2013 pertumbuhan dan kontribusi
mengalami kenaikan. Rata-rata pertumbuhan
sektoral tertinggi PDRB Kabupaten Lebak selama
5 tahun terakhir berasal dari sektor konstruksi
sebesar 20,09%, sedangkan sektor pertanian,
rata-ratanya hanya mencapai 11,64%.
Lebak GDRP contribution in 2013, based on
current prices of agriculture sector was still the
largest contributor with a percentage of 34,43%
followed by the trade, hotel and restaurant sector
amounted to 25,15%, then the services sector
amounted to 11,25%. Lebak GDRP value in 2013
amounted to Rp. 11,51 trillion, with the largest
contributor came from the agricultural sector
valued at Rp. 3,88 trillion. During the period of
last 5 years, the agricultural sector remains a
leading sector in Lebak, the growth and the
contribution has increased and decreased over the
last 5 years, although for 2013 the growth and
contribution increases. The highest sectoral
growth average of GDRP Lebak during the last 5
years was derived from construction sector
amounted to 20.09%, while the average of
agricultural sector was only 11.64%.
Berdasarkan data Statistik Daerah Kabupaten
Lebak 2014 (Badan Pusat statistik). Pada tahun
2013,
perekonomian
Kabupaten
Lebak
mengalami
pertumbuhan
12,02%
bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Terdapat tiga sektor/kegiatan ekonomi utama di
Kabupaten Lebak tahun 2013 yaitu:
Based on statistical data of Lebak in 2014 (Center
Bureau of Statistic), in 2013, the economy of
Lebak increased 12.02% compared to the previous
year. There are three sectors/main economic
activities in Lebak in 2013, that are:
1. Pertanian sebesar Rp. 3,88 triliyun (34%)
2. Perdagangan, Hotel dan Restoran, sebesar
Rp. 2,94 triliyun (25%)
3. Jasa-jasa sebesar Rp. 1,38 triliyun (11%)
1. Agriculture at Rp. 3.88 trillion (34%)
2. Trade, Hotel and Restaurant at Rp. 2.94 trillion
(25%)
3. Services at Rp.1.38 trillion (11%)
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
17
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
Gambar 3.1 Struktur Perekonomian di Kabupaten Lebak, 2013
Figure 3.1 Economic Structure in Lebak 2013
Penjelasan lebih rinci tentang struktur ekonomi
Kabupaten Lebak dapat dilihat dari PDRB
Kabupaten Lebak atas dasar harga berlaku
berikut :
Detailed explanation of economic structure in
Lebak can be seen from the GDRP of Lebak at
current prices in the following:
a. Sektor Primer
Sektor primer terdiri dari sektor pertanian,
sektor pertambangan dan penggalian,
mempunyai peranan yang penting dalam
perkembangan perekonomian Kabupaten
Lebak. Kontribusi sektor primer pada PDRB
selama lima tahun terakhir sebesar 35,79%.
Besarnya kontribusi sektor primer didominasi
oleh sektor pertanian yang memberikan andil
sebesar 34,43% dari total PDRB Kabupaten
Lebak tahun 2013. Hal ini menunjukkan masih
tingginya
ketergantungan perekonomian
terhadap sektor primer, khususnya sektor
pertanian. Namun nilai pertumbuhannya
relatif cukup besar jika dibandingkan dengan
sektor pertambangan dan penggalian yaitu
mencapai 11,64%.
a. Primary sector
The primary sector is composed of agriculture,
mining and quarrying, has an important role
in the economic development of Lebak.
Contribution of the primary sector in GDRP
over the last five years amounted to 35.79%.
The number of contribution of the primary
sector was dominated by the agricultural
sector that was responsible for 34.43% of total
GDRP of Lebak in 2013. This demonstrates the
high economic dependence on the primary
sector, particularly agriculture. But the
growth value is relatively large compared to
the mining & quarrying sector that reached
11.64%.
b. Sektor Sekunder
Sektor sekunder yang terdiri dari sektor
industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air
bersih, serta sektor konstruksi. Kontribusi
sektor sekunder dalam pembentukan PDRB
Kabupaten Lebak dalam lima tahun terakhir
adalah
13,74%,
dengan
rata-rata
pertumbuhan sektoralnya sebesar 7,60%
untuk industri pengolahan, 10,01% untuk
sektor listrik, gas, dan air bersih, dan 20,09%
untuk sektor kontruksi.
b. Secondary sector
Secondary sector comprising processing
industry, electricity, gas and clean water, and
the construction sector. Contribution of the
secondary sector in GDRP of Lebak in the last
five years was 13,74%, with an average of
sectoral growth of 7,60% for the processing
industry, 10,01% for electricity, gas and clean
water, and 20,09% for the construction sector.
18
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
2015
c. Sektor Tersier
Sektor tersier yang terdiri dari sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor
transportasi
dan
komunikasi,
sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan,
dan sektor jasa-jasa. Kontribusi sektor tersier
dalam pembentukan PDRB Kabupaten Lebak
mencapai 50.48% dalam kurun waktu lima
tahun terakhir. Kontribusi pada sektor tersier
ini didominasi oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran yang memberikan andil sebesar
25,15% dari total PDRB Kabupaten Lebak,
dengan rata-rata pertumbuhan sektoralnya
mencapai 12,37%.
c.
Tertiary sector
The tertiary sector comprising trade, hotels
and
restaurants,
transportation
and
communication sector, finance, tenancy and
business services, and the services sector. The
contribution of the tertiary sector in GDRP of
Lebak reached 50.48% in the last five years.
Contribution of the tertiary sector was
dominated by trade, hotels and restaurants
that were responsible for 25.15% of total
GDRP of Lebak, with an average of sectoral
growth reached 12.37%.
3.2. Laju Pertumbuhan
3.2. The Growth Rate
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai
salah satu alat untuk menggambarkan kondisi
perekonomian suatu wilayah menunjukkan
besarnya PDRB Kabupaten Lebak atas dasar
harga berlaku mengalami peningkatan. Pada
tahun 2009 PDRB Kabupaten Lebak atas dasar
harga berlaku sebesar Rp. 7,279,725 juta, pada
tahun 2010 sebesar Rp. 8,456,674 juta, pada
tahun 2011 sebesar Rp. 9,312,035 juta, pada
tahun 2012 sebesar Rp. 10,274,078 juta rupiah,
dan pada tahun 2013 sebesar Rp. 11,509,417 juta
rupiah. Dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
12.16%.
Gross Domestic Regional Product (GDRP) as one
ofa tool to describe the economic condition of a
region showing the extent of GDRP Lebak at
current prices was increased. In 2009, GDRP of
Lebak at current prices amounted to
Rp. 7,279,725 million, in 2010 amountedto Rp.
8,456,674 million, in 2011 amounted to Rp.
9,312,035 million, in 2012 amounted to Rp.
10,274,078 million and in 2013 Rp. 11,509,417
million. This means that in 2013 economic growth
in Lebak occurred at 12.16%.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
19
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
4. POTENSI PEREKONOMIAN
4. POTENTIAL OF ECONOMIC
4.1. Sektor Pertanian
4.1. Agricultural Sector
A.
A.
Tanaman Pangan
Food Crop
Gambar 4.1 Beberapa Potensi di Sektor Pertanian Kabupaten Lebak
Figure 4.1 Agricultural Potentials in Lebak
Potensi Komoditi Pertanian Kabupaten Lebak
mencakup luas dan produksi sesuai data Dinas
Pertanian Kabupaten Lebak, 2014, berupa padi
sawah, padi gogo, jagung, ubi jalar, ubi kayu,
kacang kedelai, luas dan produksi pada tabel 4.1
di bawah ini.
Komoditas/
Commodity
No
1
2
Padi sawah/
Paddy
Padi gogo/
Paddyfield
Tabel 4.1 Luas Tanaman dan Produksi Tanaman Pangan
Table 4.1 Land Area and Food Crop Production
Tahun / Year 2012 - 2013
Luas tanam /
Produksi/
Wilayah / Area
Land area
Production
(ha)
(ton)
96.603
506.347
15.303
39.856
3
4
5
6
Agricultural potential commodity in Lebak covers
a total area and production according to data
from the Agriculture Department of Lebak, 2014,
in the form of paddy, paddy field, corn, sweet
potato, cassava, soybeans. The area and
production can be sees in the table 4.1.
Jagung/ Corn
1.357
910
Ubi jalar/
Sweet Potato
454
4.171
Ubi kayu/
Cassava
1.381
156.996
Kacang
kedelai/
Soybeans
2.250
2.755
Kec. Banjarsari, Kec. Cipanas, Kec. Cikulur,
Kec. Cilogarang
Kec. Cibeber, Kec. Bayah, Kec. Cileles, Kec.
Rangkasbitung, Kec. Maja, Kec. Curugbitung, Kec.
Panggarangan, Kec. Leuwidamar, Kec. Muncang
Kec. Maja, Kec. Malingping, Kec. Sobang, Kec.
Rangkasbitung, Kec. Sajira, Kec. Cigemblong,
Kec. Sajira, Kec. Rangkasbitung, Kec. Maja, Kec.
Curugbitung, Kec. Cigemblong, Kec. Cikulur, Kec.
Leuwidamar, Kec. Muncang
Kec. Muncang dan Kec. Cipanas
Sumber: BPS, Kabupaten Lebak dalam Angka 2014
Source: BPS, Lebak Regency In Figures 2014
20
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
B.
Hortikultura (Buah-Buahan)
B.
2015
Holticulture (Fruits)
Gambar 4.2 Beberapa Potensi Buah-buahan Kabupaten Lebak
Figure 4.2 Fruits Potential in Lebak
Jenis buah-buahan yang diusahakan di Kabupaten
Lebak adalah alpokat, mangga, rambutan, duku,
jeruk siam, durian, jambu biji, sawo, pepaya,
pisang, nanas, salak, nangka, manggis, belimbing,
jambu air, sukun, jeruk besar dan markisa. Dalam
hal ini tanaman buah-buahan yang sangat
berpotensi untuk dikembangkan adalah durian,
mangga, pisang, manggis, dan rambutan. Adapun
untuk kelima buah tersebut dari buah durian
produksinya mencapai 57.886 kwintal, mangga
mencapai 45.412 kwintal, Pisang 1.278.533
kwintal, manggis mencapai 42.813 kwintal, dan
rambutan produksinya mencapai 83.041 kwintal.
Berikut data tanaman buah-buahan di Kabupaten
Lebak:
Types of fruits that cultivated in Lebak
areavocado, mango, rambutan, duku, orange,
durian, guava, sawo, papaya, banana, pineapple,
bark, jackfruit, mangosteen, star fruit, water
guava, breadfruit, big orange and passion fruit.
The plant fruits that very potential to be developed
are durian, mango, banana, mangosteen, and
rambutan. The total produstions of durian
production reached 57,886 quintal, mango 45,412
quintal, banana 1,278,533 quintals, mangostene
42,813 quintals and rambutan 83,041 quintals.
The data of fruits in Lebak shows below.
Tabel 4.2 Tanaman Yang Menghasilkan dan Produksi Buah-Bahan
Table 4.2 Crops Plant and Fruit Production
2013
No
Jenis BuahBuahan/
Fruit Type
Tanaman Yang
Menghasilkan
(Pohon)/
Crops Plant
(Tree)
Produksi
(kw)/
Production
(Qw)
1
Alpokat/
Avocado
2.864
1.025
2
Mangga/
Manggo
90.197
45.412
3
Rambutan/
Rambutan
222.237
83.041
Wilayah/ Area
Kecamatan Malingping, Cilograng,
Banjarsari, Cirinten, Leuwidamar, Muncang,
Sajira, Cikulur,
Kecamatan Malingping, Wanasalam,
Panggarangan, Cihara, Bayah, Cilograng,
Cijaku, Cigemblong, Banjarsari, Cileles,
Bojongmanik, Cirinten, Leuwidamar,
Muncang, Sobang, Sajira, Cikulur,
Warunggunung, Rangkasbitung,
Kalanganyar, Curugbitung
Kecamatan Panggarangan, Cihara, Bayah,
Cilograng, Banjarsari, Bojongmanik,
Cirinten, Leuwidamar, Muncang, Sobang,
Cipanas, Sajira, Cimarga, Cikulur,
Warunggunung, Rangkasbitung, Maja,
Curugbitung
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
21
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
2013
Jenis BuahBuahan/
Fruit Type
No
Tanaman Yang
Menghasilkan
(Pohon)/
Crops Plant
(Tree)
Produksi
(kw)/
Production
(Qw)
4
Duku
(Langsat)/
Duku
14.988
76.532
5
Jeruk Siam
(Keprok)/
Tangerine
7.217
2.906
6
Durian/
Durian
63.119
57.886
7
Jambu Biji/
Guava
42.252
6.264
8
Sawo/
Sawo
8.012
2.153
9
Pepaya/
Papaya
69.535
8.179
10
Pisang/
Banana
7.313.799
1.278.533
11
Nanas/
Pineapple
100.388
1.913
12
Salak/
Salak
61.004
1.977
13
Sirsak/
Soursop
119.066
20.132
22
Wilayah/ Area
Panggarangan, Cihara, Bayah, Cigemblong,
Bojongmanik, Cirinten, Leuwidamar,
Muncang, Sobang, Cipanas, Sajira, Cimarga,
Cikulur, Warunggunung, Maja
Kecamatan Malingping, Panggarangan,
Cihara, Bayah, Cilograng, Cigemblong,
Banjarsari, Bojongmanik, Cirinten,
Leuwidamar, Muncang, Cipanas, Sajira,
Warunggunung, Maja.
Kecamatan Panggarangan, Bayah,
Cigemblong, Bojongmanik, Cirinten,
Leuwidamar, Muncang, Sobang, Cipanas,
Sajira, Cimarga, Cikulur, Warunggunung.
Kecamatan Malingping, Wanasalam,
Panggarangan, Cihara, Bayah, Cilograng,
Cijaku, Cigemblong, Banjarsari,
Bojongmanik, Cirinten, Leuwidamar,
Muncang, Sobang, Sobang, Cipanas, Sajira,
Cimarga, Cikulur, Warunggunung, Cibadak,
Rangkasbitung, Kalanganyar, Curugbitung
Kecamatan Malingping, Wanasalam,
Panggarangan, Cihara, Bayah, Cilograng,
Cijaku, Banjarsari, Cirinten, Leuwidamar,
Muncang, Sajira, Cimarga, Cikulur,
Warunggunung
Tersebar di seluruh Kecamatan di
kabupaten Lebak Terkecuali Kecamatan
Cibeber
Tersebar di seluruh Kecamatan di
kabupaten Lebak
Kecamatan Malingping, Wanasalam,
Panggarangan, Cihara, Bayah, Cilograng,
Cigemblong, Banjarsari, Cileles,
Gunungkencana, Bojongmanik, Cirinten,
Leuwidamar, Muncang, Sobang, Cipanas,
Sajira, Cikulur, Warunggunung, Cibadak,
Rangkasbitung, Curugbitung.
Kecamatan malingping, Panggarangan,
Cihara, Bayah, Cilograng, Cijaku, Banjarsari,
Cileles, Cirinten, Leuwidamar, Muncang,
Sobang, Cipanas, Lebakgedong, Sajira,
Cikulur, Cibadak, Rangkasbitung,
Curugbitung
Kecamatan Malingping, Panggarangan,
Cihara, Bayah, Cilograng, Cijaku,
Cigemblong, Banjarsari, Cileles,
Bojongmanik, Cirinten, Leuwidamar,
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
2015
2013
No
Jenis BuahBuahan/
Fruit Type
Tanaman Yang
Menghasilkan
(Pohon)/
Crops Plant
(Tree)
Produksi
(kw)/
Production
(Qw)
14
Nangka/
Jackfruit
47.752
19.123
15
Manggis/
Mangosteen
81.390
42.813
16
Belimbing/
Starfruit
10.586
2.301
17
Jambu Air/
Water Guava
24.088
7.014
18
Sukun/
Breadfruit
27.742
6.776
556
166
344
51
19
20
Jeruk Besar/
Big Orange
Markisa/
Passionfruit
Wilayah/ Area
Muncang, Sobang, Cipanas, Sajira, Cimarga,
Cikulur, Warunggunung, Cibadak, Maja,
Curugbitung
Wilayah hampir tersebar diseluruh
kecamatan di kabupaten lebak kecuali
Kecamatan Cibeber, Cileles, Lebakgedong,
Maja.
Wilayah hampir tersebar diseluruh
kecamatan di kabupaten lebak kecuali
Kecamatan Wanasalam, Cibeber, Cileles,
Cibadak, Rangkasbitung, Kalanganyar, Maja
Kecamatan Malingping, Cilograng,
Banjarsari, Cirinten, Leuwidamar, Muncag,
Sajira, Cikulur.
Wilayah hampir tersebar diseluruh
kecamatan di kabupaten lebak kecuali
Kecamatan Cibeber, Gunungkencana,
Lebakgedong, Sajira, Cimarga
Wilayah hampir tersebar diseluruh
kecamatan di kabupaten lebak kecuali
Kecamatan Cibeber, Banjarsari,
Gunungkencana, Kalanganyar, Maja.
Kecamatan Cilograng, Leuwidamar, Cipanas
Kecamatan Malingping, Cilograng, Cikulur,
Curugbitung
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Lebak
Source: Agricultural Department of Lebak
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
23
2015
C.
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
Perkebunan
C.
Plantation
Gambar 4.3 Potensi Perkebunan di Kabupaten Lebak
Figure 4.3 Plantation Potential in Lebak
Potensi Komoditi Perkebunan Kabupaten Lebak
berupa kakao, karet, cengkeh, kelapasawit, kelapa
dalam, kelapa hibrida, aren, kopi robusta, pandan,
jarak pagar, kapuk. Adapun untuk luas areal dan
produksi perkebunan di Kabupaten Lebak pada
tabel berikut :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Potential plantation commodities in Lebak are
cocoa, rubber, clove, oil palm, coconut, hybrid
coconut, palm, robusta coffee, pandanus, jatropha,
kapok. The land area and plantation production in
Lebak can be seen in the following table:
Tabel 4.3 Luas Areal dan Produksi Perkebunan di Kabupaten Lebak
Table 4.3 Land Area and Plantation Production in Lebak
Luas Areal
Produksi
Komoditas/
(ha) /
(ton) /
Wilayah/ Area
Commodity
Land Area
Production
(ha)
(ton)
Kec. Panggarangan, Kec. Cilograng, Kec. Cibeber,
Kakao/ Cocoa
3.125,86
1.810,75
Kec. Cikulur, Kec. Kalanganyar, Kec. Maja
Kec. Cibeber, Kec. Banjarsari, Kec. Bojongmanik,
Karet/ Rubber
14.876,81
6.200,00
Kec. Leuweidamar, Kec. Lebak Gedong, Kec. Sajira
Kec. Cilograng, Kec. Cijaku, Kec. Cirinten, Kec.
Cengkeh/ Clove
5.769,10
897,67
Lebak Gedong, Kec. Warunggunung
Kelapa sawit/
Kec. Wanasalam, Kec. Panggarangan, Kec.
4.110,04
950,35
Oil Palm
Banjarsari, Kec. Gunung Kencana
Kelapa dalam/
Kec. Malimping, Kec. Wanasalam, Kec. Cihara, Kec.
21.238,11
10.600,00
Coconut
Cijaku, Kec. Cileles, Kec. Gunung Kencana
Kelapa hibrida/
Kec. Sajira, Kec. Panggarangan, Kec. Banjarsari,
229,50
39,00
Hibryd Coconut
Kec. Gunungkencana, Kec. Cigemblong
Aren/
Kec. Cilograng, Kec. Cijaku, Kec. Malingping, Kec.
2.475,00
1.184,00
Sugar Palm
Cibeber, Kec. Bayah, Kec. Cihara, Kec. Muncang
Kec. Panggarangan, Kec. Cibeber, Kec. Cilograng,
Kopi robusta/
1.685,00
520,10
Kec. Cikulur, Kec. Warunggunung, Kec.
Robusta Coffee
Kalanganyar
Pandan/
Kec. Bayah, Kec. Cilograng, Kec. Cibeber, Kec.
385,90
86,00
Pandanus
Muncang, Kec. Warunggunung
Jarak pagar/
Kec. Rangkas Bitung, Kec. Cibadak, Kec.
193,50
108,76
Jatropha
Malingpimg, Kec. Wanasalam, Kec. Banjarsari
Kec. Panggarangan, Kec. Cilograng, Kec. Cikulur,
Kapuk / Kapok
148,90
45,20
Kec. Maja, Kec. Wanasalam, Kec. Cijaku
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak 2014
Source: Forestry and Plantation Department of Lebak 2014
24
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
2015
Gambar 4.4 Peta Potensi Perkebunan di Kabupaten Lebak
Figure 4.4 Plantation Potential Map in Lebak
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
25
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
4.2. Sektor Peternakan
4.2. Animal Husbandry
Gambar 4.5 Potensi Peternakan Kabupaten Lebak
Figure 4.5 Animal Husbandry in Lebak
Potensi Komoditi Perternakan Kabupaten Lebak
berupa unggas, kerbau, sapi, kambing, domba.
Dinamika perkembangan peternakan tahun 2013
dalam grafik Gambar 4.6, untuk fokus pada
Kabupaten Lebak ini adalah Kerbau dan Sapi.
Kabupaten Lebak ini ditunjuk sebagai daerah
pengembangan kerbau oleh pemerintah pusat
sebagai daerah terbesar ketujuh pengembangan
ternak kerbau tingkat nasional, dengan penetapan
tersebut, mulai tahun 2014 – 2015. Seperti pada
gambar 4.6, populasi ternak kerbau tahun 2013
sebesar 32.418 ekor. Dilain hal untuk sapi,
dipengaruhi oleh seiring dengan peningkatan
kebutuhan dan harga. Dalam hal ini populasi sapi
di Kabupaten Lebak tahun 2013 sebesar 3.258
ekor.
Animal Husbandry potential commodities in Lebak
are poultry, buffalo, cattle, goats and sheep.
Dynamic development of the farms in 2013 shows
in the graph Figure 4.6. The focuses of the farms in
Lebak are buffalo and cattle. Lebak is designated
as a buffalo development area by the central
government as the seventh largest regional
development buffalo farms innational level, the
determination start from 2014-2015. As in figure
4.6, the population of buffaloes in 2013 amounted
to 32,418 tails. On the other hand, the cattle
population in Lebak amounted to 3,258 tails,
which influenced by the increasing of demand and
prices.
Gambar 4.6 Populasi Ternak di Kabupaten Lebak
Figure 4.6 Livestock Population in Lebak
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Lebak
Source: Livestock Office of Lebak Regency
26
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
2015
Gambar 4.7 Peta Potensi Peternakan di Kabupaten Lebak
Figure 4.7 Livestock Potential Map in Lebak
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
27
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
4.3. Sektor Pariwisata
4.3. Tourism Sector
Gambar 4.8 Beberapa Potensi di Sektor Pariwisata Kabupaten Lebak
Figure 4.8 Tourist Attractions in Lebak
Kabupaten
Lebak
mempunyai
banyak
sumberdaya alam yang patut dijadikan objek
wisata. Potensi sektor pariwisata di Kabupaten
Lebak diarahkan pada pengembangan wisata
seperti pengembangan wisata alam terpadu yakni
pemandian air panas, Arung Jeram, Pantai selatan.
Peninggalan Situs Purbakala dan Nilai Perjuangan
Sejarah Multatuli. Dan Kawasan Wisata Budaya
yang sangat unik pada Suku Baduy di daerah
Lebak Tengah dan Masyarakat Kaolotan di Lebak
Selatan. Adapun Objek Wisata di Kabupaten
Lebak pada tabel dibawah ini:
Lebak has many natural resources that should be
used as a tourist attraction. The potential of the
tourism sector in Lebak directed at the
development of tourist attractions like the
development of the integrated natural hot springs,
rafting, southbeach, relics archeological sites and
Multatuli struggle historical values. And the
unique culture tourism area of Baduy in Central
Lebak and Kaolotan Society in South Lebak. The
detailed of tourist attractions in Lebak shows in
the table below:
Tabel 4.8 Objek Wisata di Kabupaten Lebak
Table 4.8 Tourist Object in Lebak
28
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
2015
Gambar 4.9 Peta Potensi Peternakan di Kabupaten Lebak
Figure 4.9 Livestock Potential Map in Lebak
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
29
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
4.4. Industri
4.4. Industry
Gambar 4.10 Beberapa Potensi Industri Pengolahan di Kabupaten Lebak
Figure 4.10 Processing Industry Potentials in Lebak
Potensi Komoditi bahan olahan Kabupaten Lebak
berupa komoditas gula aren, emping melinjo,
kerajinan pandan, batu fosil, kerajinan bamboo,
tenun Baduy. Adapun untuk komoditi potensial
untuk dikembangkan terutama adalah tenun
baduy. Industri pengolahan tenun baduy ini
merupakan kopentensi daerah yang di dukung
dengan kearifan lokal turun temurun dibidang
tenun. Seperti pada tabel 4.9, industri pengolahan
tenun baduy ini terdapat 65 unit usaha dengan 65
tenaga kerja dan terdapat di Kecamatan
Leuwidamar. Dari kapasitas produksi mencapai
520 lembar dengan nilai produksi sebesar
Rp. 78.000,-.
Processing industry potential commodities in
Lebak are palm sugar, chips gnetum, pandanus
handicraft, fossil stone, bamboo craft, weaving
Baduy. The primarily potential commodity to be
developed is weaving Baduy. Baduy woven
processing industry is competency area supported
by local knowledge from generation to generation
in the field of weaving. As in Table 4.9, Baduy
woven processing industry, there are 65 business
units with 65 workers that located in Leuwidamar.
The production capacity at 520 sheets with the
production value of Rp. 78,000, -.
Tabel 4.9 Potensi Unggulan Industri Pengolahan di Kabupaten Lebak
Table 4.9 Mainstay Processing Industry Potential in Lebak
Komoditas/
Commodity
No
1
2
3
4
5
6
Gula Arem/
Palm Sugar
Emping
Melinjo/
Chips Gnetum
Kerajinan
Pandan/
Pandanus
Handicraft
Batu Fosil/
Fossil Stone
Kerajinan
Bambu/
Bamboo Craft
Tenun
Baduy/
Baduy
Weaving
Unit
Usaha/
Industrial
Unit
Tenaga
Kerja/
Labor
Kapasitas
Produksi/
Production
Capacity
Nilai Produksi
(Rp)/
Production
Value
Wilayah/ Area
5.815
11.507
12.082.350
kg
96.658.800
Kec. Sobang, Cibeber,
Chara,Cijaku, Cigemblong
505
1.165
1.114.000 kg
22.280.000
Kec. Warungunung,
Cibadak, Bayah
4.052
8.014
243.120
lembar
12.156.000
Kec Cibeber & Cileles
20
55
4.125 ton
2.062.50
1.503
3.006
1.014.200
buah
76.065.000
65
65
520 lembar
78.000
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Lebak 2014
Source: Industry, Trade and Market Department of Lebak 2014
30
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
Kec. Sajira
Kec. Kalanganyar,
Rangkabitung, Cimarga
Kec. Leuwidamar
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
2015
Gambar 4.11 Peta Potensi Industri di Kabupaten Lebak
Figure 4.11 Industry Potential Map in Lebak
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
31
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
5. PELUANG INVESTASI
5. INVESTMENT OPPORTUNITIES
5.1. Peternakan Kerbau dan
Penggemukan Sapi Potong
5.1. Buffaloes Farms and Fattening Beef
Cattle
Satu Komoditi Unggulan yang dapat ditawarkan
adalah peternakan kerbau dan penggemukan
Sspi. Khusus kerbau memiliki populasi sangat
baik di Kabupaten Lebak dan menyebar hampir
seluruh kecamatan. Populasi kerbau di Kabupaten
Lebak merupakan peringkat ke 7 (tujuh) secara
nasional. Dalam hal ini Provinsi Banten juga telah
menetapkan pengembangan kawasan kerbau di
Kabupaten Lebak, program pemerintah daerah
yang dicanangkan 3 tahun kedepan (2017).
The mainstay commodity offered is Buffalo Farms
and Fattening Beef Cattle. Buffalo have an
excellent population in Lebak and spread almost in
all districts. Buffalo population in Lebak is ranked
the 7 (seven) nationally. In this case Banten
province also has set the development of a buffalo
farms in Lebak, as in local government program
that launched 3 years from now (2017).
Selain itu, terdapat beberapa penelitian yang
dapat dijadikan alasan mendasar pengembangan
kerbau di Lebak, Banten. Pada tahun 2010 melalui
seminar dan lokakarya nasional kerbau, peneliti
Balitnak (I-G. M. Budiarsana, E. Juarini, L.
Praharani) menyampaikan tentang stategi
pengembangan usaha peternakan kerbau di
Kabupaten Lebak, Banten. Hasil penelitian searah
dengan apa yang ditargetkan pemerintah daerah
Provinsi Banten yaitu Kabupaten Lebak memiliki
berbagai
agroekosistem
(persawahan,
perkebunan, dan pinggiran pantai) yang dapat
mendukung usaha peternakan kerbau. Strategi
pengembangan usaha dapat dilakukan melalui
pendekatan pola kawasan yang didukung dengan
pola pengembangan kelompok dengan kemitraan
(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten).
In addition, there are few studies that can be used
as a fundamental reason for the development of
buffalo farms in Lebak, Banten. In 2010 through
buffalonational
seminars
and
workshops,
researchers of livestock research centers
(Balitnak) (IG. M. Budiarsana, E. Juarini, L.
Praharani) delivered on buffalo breeding business
development strategy in Lebak, Banten. Research
results in line with what was targeted by Banten
provincial government that is Lebak has a wide
range of agro-ecosystems (rice fields, plantations,
and the coast) that can support a buffalo farm.
Business development strategies can be done
through an approach supported by the regional
pattern of development patterns with a
partnership
group
Research
Center for
Agriculture-Technology (BPTP Banten).
Disamping itu pertumbuhan populasi kerbau di
Kabupaten Lebak tahun 2012 mengalami
kenaikan sebesar 2,36%, namun pada tahun 2013
populasi kerbau mengalami penurunan sebesar
28,19%. Seperti halnya di tahun 2010 populasi
kerbau bisa mencapai 57.313 ekor dan ditambah
produksi daging kerbau di Indonesia pada tahun
2013 mengalami pertumbuhan sebesar 2,30%
(872 ton) dibanding tahun sebelumnya. Populasi
ternak unggulan di Kabupaten Lebak dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Besides, the growing population of buffaloes in
Lebak in 2012 increased by 2.36%, but by 2013 the
population of buffalo decreased by 28.19%. As in
the year 2010 the population could reach 57,313 of
buffalo and in 2013 buffalo meat production in
Indonesia grew by 2.30% (872 tons) compared to
the previous year. Mainstay livestock population in
Lebak can be seen in the table below.
32
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
2015
Tabel 5.1 Populasi Ternak di Kabupaten Lebak
Table 5.1 Livestocks Population in Lebak
No
1
2
3
4
5
6
7
Komoditi
Peternakan/
Livestock
Commodity
Sapi potong/ Beef
Cattle
Kerbau/ Buffalo
Kambing/ Sheep
Domba/ Goat
Ayam buras/ Freeranged Chicken
Ayam pedaging/
Broiler Chicken
Ayam petelor/
Laying Hens
Pemotongan
/ Slaughtery
Eksport/
Export
Import/
Import
947
819
2236
3258
15 kecamatan
974
20774
12081
1831242
5512
5159
2767
218328
1563
28632
25165
1597016
32148
209064
188075
2139027
28 kecamatan
28 kecamatan
28 kecamatan
28 kecamatan
3769124
7004455
11977289
28 kecamatan
50981
67016
12403829
129732
Populasi/
Population
160013
Wilayah/ Area
7 kecamatan
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak 2014
Source: Statistical Center Unit of Lebak 2014
Untuk perkembangan penggemukan sapi potong
di Indonesia didukung oleh berbagai faktor, di
antaranya faktor harga, peningkatan kebutuhan,
dan kebijakan pemerintah. Harga daging sapi,
baik di tingkat produsen maupun konsumen
tercatat mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Data yang dikeluarkan Pusdatin (2013)
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar
8,23% pada rata-rata harga produsen daging sapi
dan peningkatan sebesar 8,92% pada rata-rata
harga konsumen daging sapi di seluruh Indonesia
pada periode 2008-2013. Tren positif harga
daging sapi tersebut menjadi peluang bagi
berkembangnya bisnis penggemukan sapi potong.
Disamping itu pertumbuhan populasi sapi di
Kabupaten Lebak tahun 2012 mencapai 4,78%
dan pada tahun 2013 melonjak mencapai 17,07%.
The development of fattening beef cattle in
Indonesia is supported by a variety of factors,
including the price, increased needs, and
government policies. The beef price, both at the
level of producers and consumers increase from
year to year. Data from Media Centre (2013)
showed that an increase of 8,23% on the average
producers beef price and an increase of 8,92% on
the average consumer beef price in Indonesia in
the period of 2008- 2013. The positive trend of the
beef price can be an opportunity for the
development of fattening beef cattle business.
Besides, the growth of the cattle population in
Lebak in 2012 reached 4.78% and in 2013
increased to 17.07%.
Gambar 5.1 Perkembangan Populasi Ternak Kerbau dan Sapi Potong 2009-2013
Figure 5.1 Population Developments of Buffalo and Beef Cattle 2009-2013
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
33
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
Gambar 5.2 Pohon Industri Kerbau
Figure 5.2 Buffalo Industry Tree
Untuk
usaha
peternakan
kerbau
dan
penggemukan sapi potong, tahapan awal yaitu
Tahap Persiapan, dalam tahap ini mencakup
Pengadaan Ternak, Modal, Skill (kemampuan) dan
Teknologi, Kandang, Pakan. Selanjutnya setelah
melalui tahapan persiapan yaitu Proses Produksi,
dari
tahapan
ini
mencakup
untuk
pengembangbiakan,
pertumbuhan
dan
penggemukan
sehingga
meliputi
proses
manajemen pakan, seleksi, breeding, perawatan
dan perkandangan, dan pencegahan penyakit.
Sehingga untuk tahapan akhir yaitu keluaran dari
proses sebelumnya produk keluaran berupa
daging, bibit/bakalan, energi mekanik, limbah
(feses), dan pupuk.
The first stage of Buffalo farms and fattening beef
cattle is preparatory phase; at this stage include
livestock procurement, capital, skill (capabilities)
and technology, cages and feed. The next stage is
production process, include breeding, growth and
fattening so that include feed process
management, selection, breeding, care and
housing, and prevention of disease. The final stage
is output from the previous process, the output
products such as meat, seeds / feeder, mechanical
energy, sewage (feces), and fertilizers.
Gambar 5.3 Tahapan Proses Produksi Peternakan Kerbau dan Penggemukan Sapi Potong
Figure 5.3 Stages of Production Process of Buffalo Farms and Fattening Beef Cattle
34
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
5.2. Analisis Ekonomi
A.
Peternakan
Potong
2015
5.2. Economic Analysis
Penggemukan
Sapi
A.
Beef Cattle Ranch
Untuk melakukan usaha pengembangan sapi,
langkah awal dihitung proyeksi modal investasi
yang akan ditanamkan. Penentuan proyeksi harus
memperhitungkan modal tetap seperti kantor,
kandang, tanah, peralatan dan sarana usaha
lainnya. Komponen yang dihitung dalam analisis
ekonomi adalah nilai penyusutan dari modal tetap
yang dikeluarkan. Selain biaya produksi yang
bersifat tetap, pengusaha pengembangan juga
menghitung biaya produksi/operasional. Biaya ini
merupakan biaya variabel atau biaya tidak tetap
dimana besar kecilnya biaya yang dikeluarkan
langsung terkait dengan proses produksi dan
berpengaruh langsung terhadap hasil produksi.
The first step to undertake the development of
fattening beef cattle is calculated projections of
investment capital. The determination must take
into account of the projection of fixed capital such
as offices, cages, land, equipment and other
business facilities. The calculated component in
economic analysis is the depreciation of fixed
capital expenditure. In addition to production
costs are fixed, entrepreneur development are also
calculates the cost of production / operations. This
cost is a variable fee or variable costs where the
size of the direct costs associated with the
production process and directly influences the
production yield.
Biaya operasional dikeluarkan oleh perusahaan
secara rutin selama usaha pengembangan sapi
potong berlangsung. Komponen-komponen yang
termasuk biaya operasional adalah biaya untuk
membeli makanan ternak, obat-obatan, upah
tenaga kerja, dan konsentrat. Dasar perhitungan
ekonomi usaha pengembangan ternak sapi
dengan pola produksi memakai modal awal
populasi
ternak
616
ekor
dengan
mempertahankan populasi tetap 1.512 ekor
sesuai dengan kemampuan kandang. Proyek
berjalan selama 15 tahun dimana pada tahun ke4, peternak menjual sebanyak 448 ekor tiap tahun
selanjutnya. Adapun siklus produksi sapi
disajikan dalam tabel berikut:
Operational costs incurred by the company on a
regular basis for business development of cattle
occurred. Components include operating costs is
the cost for purchase livestock food, medicine,
labor, and concentrate. The basis for calculating
economic development of cattle and buffaloes with
initial capital put on production patterns livestock
population of 616 cattles with the preserve stable
populations of 1,512 in accordance with the ability
of the cage. The project runs for 15 years where in
the 4th year, farmers sell as many as 448 cattles in
each subsequent year. The production cycle of
cattle is presented in the following table:
Tabel 5.2 Siklus Produksi Penggemukan Sapi Potong
Table 5.2 Production Cycle of Fattening Beef Cattle
Thn/
Year
Pejantan/
Bull
(Male)
Induk/
Heifer
(Female)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
560
560
560
560
560
560
560
560
560
560
560
Dara/
Grower
224
224
224
224
224
224
224
224
Anak
Betina/
Female
Calves
224
224
224
224
224
224
224
224
224
Anak
Jantan/
Male
Calves
224
224
224
224
224
224
224
224
224
Jantan
Remaja/
Grower
Male
224
224
224
224
224
224
224
224
Dijual/
Sale
Populasi
Akhir/
Total
Population
448
448
448
448
448
448
448
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
616
616
1.064
1.512
1.512
1.512
1.512
1.512
1.512
1.512
1.512
35
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
Thn/
Year
Pejantan/
Bull
(Male)
Induk/
Heifer
(Female)
11
12
13
14
15
56
56
56
56
56
560
560
560
560
560
Dara/
Grower
Anak
Betina/
Female
Calves
Anak
Jantan/
Male
Calves
Jantan
Remaja/
Grower
Male
Dijual/
Sale
224
224
224
224
224
224
224
224
224
224
224
224
224
224
224
224
224
224
224
224
448
448
448
448
1.960
Populasi
Akhir/
Total
Population
1.512
1.512
1.512
1.512
Sumber: Hasil Analisis 2015 / Source: Analysis Result, 2015
Asumsi yang dipakai dalam perhitungan analisis
financial adalah;
Assumptions that used in the calculation is the
financial analysis;
1.
Populasi awal 616 ekor (pejantan 56 dan
560 ekor induk)
1.
616 initial populations (56 bulls/males and
560 for female/heifer)
2.
Sapi dipertahankan populasinya 1.512 ekor
2.
Cows are maintained its population in 1,512
3.
Pada tahun keempat mulai dijual jantan dan
betina umur 2 tahun sebanyak 448 ekor
3.
In the fourth year, the 2 years of the bulls and
heifers is starting to sale for 448 tails
4.
Mulai tahun ke-enam dilakukan regenerasi
pejantan dan induk dari dara dan jantan
remaja secara periodik
4.
In the sixth year, conducts the regeneration of
the bulls and heifer to male and female
growers periodically
5.
Periode kelahiran 12 bulan, dengan angka
kelahiran hidup rata-rata 80%
5.
The period of the birth of 12 months, with a
live birth rate average of 80%
6.
Rasio kelahiran anak 50% jantan dan 50%
betina
6.
The ratio of births 50% male and 50% female
7.
Pemeliharaan dengan sistem ranch
7.
Maintenance of the system ranch.
8.
Padang penggembalaan ditanami rumput
dan leguminosa dan digembalakan secara
rotasi satu minggu sekali dengan luasan 756
ha dimana rasio 1 ha : 2 ekor
8.
The Grassland is planted with grass and
legume, then grazed in rotation once a week
for the cattle or buffaloes with an area of 756
ha where the ratio 1:2, one hectare for 2 of its
9.
Harga sapi produktif Rp. 11.000.000 per
ekor
9.
The price of
Rp. 9,500,000
a
productive
cattle
is
10. Harga jual sapi umur 2 tahun rata-rata
Rp. 11.000.000,- per ekor
10. The selling price of the 2 years cattle is
Rp. 9.500.000
11. Kebutuhan dedak per ekor adalah 1,76 kg/
hari dengan harga dedak sebesar Rp. 2.000,per kg
11. The need of feed for cattle is 1.76 kg/day with
feed price of Rp. 2,000 per kg
12.
12. The need for medicines, vitamins and
minerals is Rp. 70,000 /month for one cattle
Kebutuhan obat-obatan, vitamin
mineral Rp. 70.000,00/ekor/bulan
36
dan
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
13. Tenaga kerja 1 orang dibayar bulanan
Rp. 1.500.000,00
13. One
Labor
Rp. 1,500,000
14. Produksi pupuk kandang basah 20 kg atau
kering 14 kg per ekor per hari
14. Every cattle can produced 15 kg of manure
15. Untuk 1 ton pupuk kandang
menghasilkan 800 kg pupuk organik
basah
15. For 1 ton of manure produces 800 kg of wet
organic fertilizer
sebesar
16. The cost of organic fertilizer per kg is
Rp. 900
16. Biaya pupuk
Rp. 900,00
organik
per kg
17. Harga pupuk organik Rp. 900.000 per ton
is
paid
2015
monthly
for
17. Prices of organic fertilizer is Rp. 900,000 per
ton
18. The cage area per cattle is 1.5 x 1.6 = 2.7 m²
at a price per m² for Rp 450,000.-
18. Luas kandang per ekor sapi adalah 1,5 x 1,6
= 2,4 m² dengan harga per m²
Rp. 450.000,00.
Tabel 5.3 Biaya-Biaya
Table 5.3 Costs
Uraian / Explanation
Satuan / Unit
Nilai /
Value
per 2 tahun (per 2 year)
Rupiah
Biaya Ternak Sapi / Costs of Buffaloes
Dedak / Bran
kg/hari (Day)
Harga Jual/ Selling Price
Dedak / Bran
Kesehatan (Obatan, Vitamin dan Mineral)
/
Healthy (Medicine, Vitamin, mineral)
Air Dan Listrik / Water and Electricity
Upah Anak kandang / Wages Cage
Biaya Pembuatan Pupuk /
Organic Fertilizer Production costs
Biaya Pembelian Bahan / Material
Puchasing Cost
Tenaga Kerja / Worker
Pupuk / Fertilizer
Harga Pupuk / Fertilizer Price
Rp/Kg
Unit
100
1,76
11.000.00
0
2.000
1.582.873.600
70.000
1.034.880.000
80.000
1.182.720.000
1.000.000
2.400.000.000
576.000.000
20
ton/2 tahun
(Year)
Rp/ton
1.500.000
720.000.000
7.195
900.000
Sumber: Hasil Analisis 2015 / Source: Analysis Result, 2015
Hasil perhitungan pendapatan diperoleh dari
penjualan sapi yang dibesarkan dan hasil
penjualan dari Pupuk organik. Rata-rata umur
sapi yang dijual adalah 2 tahun dengan harga
pasar yang berlaku. Untuk satu siklus produksi
dengan kapasitas penjualan 448 ekor selama 2
(dua) tahun, peternak memperoleh keuntungan
sebesar
Rp.
2.247.879.360,00
atau
Rp. 5.017.589,00 per ekor. Selengkapnya dapat
dilihat pada tabel 5.4 berikut.
The result of income calculation is derived from
the sale of cattle and organic fertilizer. The
average age of cattle which is sold is 2 years with
the prevailing market price. For one cycle
production with a capacity of 448 for 2 (two)
years, the farmers make a profit of
Rp. 2,247,879,360 or Rp. 5,017,589 for each of
its. The detail can be seen in the following table
5.4.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
37
2015
1.
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
Tabel 5.4 Proyeksi Keuntungan Pengembangan Sapi Satu Kali Siklus Produksi
Table 5.4 Profit Projection of Cattle Development in One-Time Production Cycle
Uraian/Explanation
Nilai/Value (Rupiah)
Proyeksi Pendapatan / Revenue Projection
Harga Sapi / Cattle Price
11.000.000,00
Penjualan Sapi (ekor) / Sale of Cattles
448,00
Hasi Penjualan Kerbau (Rp) / Sales Results of Buffalo (Rp)
4.928.000.000,00
Pupuk Organik / Organic Fertilizer
Harga Pupuk/ Fertilizer Price (Ton)
900.000,00
Penjualan pupuk organic/ Sale of Organic Fertilizer (Ton/2 Tahun/Year)
Hasil penjualan pupuk kandang/ Sales Result of Manure (Rp)
Total Penjualan / Total sales
7.194,88
6.475.392.000,00
11.403.392.000,00
2. Proyeksi Biaya Produksi / Projected Cost Production
Biaya Ternak Sapi / Costs of Cattles
Dedak / Bran
1.582.873.600,00
Obatan / Medicine
1.034.880.000,00
Air dan Listrik / Water and Electricity
1.182.720.000,00
Upah anak kandang / Wages Cage
2.400.000.000,00
Biaya Pembuatan Pupuk Organik / Organic Fertilizer Production costs :
Biaya Pembelian Bahan / Materials Purchase Costs
576.000.000,00
Tenaga Kerja (20 orang) / Workers (20 People)
720.000.000,00
Total Biaya Produksi / Total of Cost Production
7.496.473.600,00
Penyusutan / Depreciation
290.632.000,00
Pajak dan lain-lain (12% dari penerimaan Sapi) / Tax and Others (12%)
591.360.000,00
Pajak dan lain-lain (12% dari penerimaan pupuk) / Tax and Others (12%)
777.047.040,00
Total Keseluruhan Biaya / Total Cost
9.155.512.640,00
Laba bersih / Net Profit
2.247.879.360,00
Sumber: Hasil Analisis 2015 / Source: Analysis Result, 2015
Keuntungan tersebut diperoleh dari penerimaan
penjualan sebanyak 560 ekor sapi sebesar
Rp. 4.928.000.000,- dan pupuk organik sebesar
Rp. 6.475.392.000,- Adapun biaya keseluruhan
yang dikeluarkan oleh peternak dalam 1 siklus
produksi sebesar Rp 9.155.512.640,- untuk 448
ekor sapi.
38
The profits derived from sales revenue as much as
560 cattles and buffaloes Rp. 4,928,000,000 and
organic fertilizer Rp. 6,475,392,000 The overall
costs incurred by farmers in the first production
cycle of Rp. 9,155,512,640 for 448 of cattles.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
B.
Peternakan Kerbau
B.
Selain pengembangan usaha pada peternakan
sapi potong dalam hal ini juga terkait untuk
pengembangan peternakan kerbau. Seperti
halnya siklus produksi pada sapi, adapun untuk
modal awal pengembangan ternak kerbau yaitu
154 ekor dengan mempertahankan populasi tetap
378 ekor sesuai dengan kemampuan kandang.
Proyek berjalan selama 15 tahun dimana pada
tahun ke-4, peternak menjual sebanyak 112 ekor
tiap tahun selanjutnya. Adapun siklus produksi
kerbau disajikan dalam tabel 5.5 berikut.
2015
Buffalo Farm
Such as the cycle production of cattle, the
development of buffalo ranch is also related. The
initial capital to develop buffalo ranch are 154
buffaloes, with permanent population wich is need
to maintain are 378 buffaloes according to the
ability of cage. The project is running for 15 years,
where in the fourth (4th) year, the farmers sell as
many as 112 buffaloes in subsequent years. The
buffalo’s cycle production is presented in the
following table 5.5.
Tabel 5.5 Siklus Produksi Peternakan Kerbau
Table 5.5 Production Cycle of Buffalo Farms
Thn/
Year
Pejantan/
Bull
(Male)
Induk/
Heifer
(Female)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
140
Dara/
Grower
Anak
Betina/
Female
Calves
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
Anak
Jantan/
Male
Calves
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
Jantan
Remaja/
Grower
Male
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
56
Dijual/
Sale
Populasi
Akhir/
Total
Population
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
112
490
154
154
266
378
378
378
378
378
378
378
378
378
378
378
378
Sumber: Hasil Analisis 2015 / Source: Analysis Result, 2015
Asumsi yang dipakai dalam perhitungan analisis
financial adalah;
Assumptions that used in the calculation is the
financial analysis;
1.
Populasi awal 154 ekor (pejantan 14
ekordan 140 ekor induk)
1. 154 initial populations (14 bulls/males and
140 for female/heifer)
2.
Kerbau dipertahankan populasinya 378 ekor
2. The Population is maintained in 378 Buffaloes
3.
Pada tahun keempat mulai dijual jantan dan
betina umur 2 tahun sebanyak 112 ekor.
3. In the fourth year, the 2 years of the bulls and
heifers is starting to sale for 112 tails
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
39
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
4.
Mulai tahun keenam dilakukan regenerasi
pejantan dan induk dari dara dan jantan
remaja secara periodik
4. In the sixth year, conducts the regeneration of
the bulls and heifer to male and female
growers periodically
5.
Periode kelahiran 12 bulan, dengan angka
kelahiran hidup rata-rata 80%
5. The period of the birth of 12 months, with a
live birth rate average of 80%
6.
Rasio kelahiran anak 50% jantan dan 50%
betina
6. The ratio of births 50% male and 50% female
7.
Pemeliharaan dengan sistem ranch.
7. Maintenance of the system ranch.
8.
Padang penggembalaan ditanami rumput
dan leguminosa dan digembalakan secara
rotasi satu minggu sekali dengan luasan 756
ha dimana rasio 1 ha : 2 ekor.
8. The Grassland is planted with grass and
legume, then grazed in rotation once a week
for the cattle or buffaloes with an area of 756
ha where the ratio 1:2, one hectare for 2 of its
9.
Harga kerbau produktif Rp. 9.500.000 per
ekor
9. The price of a productive Buffalo is Rp.
9,500,000
10. Harga jual kerbau umur 2 tahun rata-rata Rp.
9.500.000,- per ekor
10. The selling price of the 2 years cattle is Rp.
9,500,000
11. Kebutuhan dedak per ekor adalah 1,76 kg/
hari dengan harga dedak sebesar Rp. 2.000,per kg
11. The need of feed for cattle is 1.76/day with
feed price of Rp. 2,000 per kg
12. Kebutuhan obat-obatan, vitamin dan mineral
Rp. 70.000,00/ekor/bulan
12. The need for medicines, vitamins and minerals
is Rp. 70,000/month for one cattle
13. One
Labor
is
paid
monthly
for
Rp. 1,500,000
13. Tenaga kerja 1 orang dibayar bulanan
Rp. 1.500.000,00
14. Every cattle can produced 15 kg of manure
14. Produksi pupuk kandang basah 20 kg atau
kering 14 kg per ekor per hari
15. Untuk 1 ton pupuk kandang
menghasilkan 800 kg pupuk organik
16. Biaya pupuk
Rp. 900,00
organik
per kg
basah
15. For 1 ton of manure produces 800 kg of wet
organic fertilizer
sebesar
16. The cost of organic fertilizer per kg is
Rp. 900
17. Harga pupuk organik Rp. 900.000 per ton
18. Luas kandang per ekor sapi adalah 1,5 x 1,6
= 2,4 m²
dengan harga per m²
Rp. 450.000,00.
40
17. Prices of organic fertilizer is Rp. 900,000 per
ton
18. The cage area per cattle is 1.5 x 1.6 = 2.7 m² at
a price per m² for Rp. 450,000
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
Tabel 5.6 Biaya-Biaya
Table 5.6 Costs
Uraian / Explanation
Satuan / Unit
Nilai /
Value
per 2 tahun (Year)
Rupiah
kg/hari (day)
1,76
395.718.400
Biaya Ternak Kerbau / Costs of Buffaloes
Dedak / Bran
Harga Jual/ Selling Price
9.500.000
Dedak / Bran
Kesehatan (Obatan, Vitamin dan Mineral) /
Healthy (Medicine, Vitamin, mineral)
Air Dan Listrik / Water and Electricity
Upah Anak kandang / Wages Cage
Biaya Pembuatan Pupuk /
Organic Fertilizer Production costs
Biaya Pembelian Bahan / Material
Puchasing Cost
Tenaga Kerja / Worker
Rp/kg
2.000
unit
70.000
258.720.000
80.000
295.680.000
1.000.000
408.000.000
17
144.000.000
7
ton/2 tahun
(year)
Rp/ton
Pupuk / Fertilizer
Harga Pupuk / Fertilizer Price
1.500.000
252.000.000
1.799
900.000
Sumber: Hasil Analisis 2015 / Source: Analysis Result, 2015
Hasil perhitungan pendapatan diperoleh dari
penjualan kerbau yang dibesarkan dan hasil
penjualan dari Pupuk organik. Rata-rata umur
kerbauyang dijual adalah 2 tahun dengan harga
pasar yang berlaku. Untuk satu siklus produksi
dengan kapasitas penjualan 112 ekor selama 2
(dua) tahun, peternak memperoleh keuntungan
sebesar Rp. 511.029.840,00 atau Rp. 4.562.766,per ekor. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel
5.7 berikut.
The result of income calculation is derived from
the sale of buffaloes and organic fertilizer. The
average age of cattle which is sold is 2 years with
the prevailing market price. For one cycle
production with a capacity of 112 in 2 (two) years,
the farmers make a profit of Rp.511,029,840.00 or
Rp. 4562,766.00 for each of its. The detail can be
seen in the table 5.7.
Tabel 5.7 Proyeksi Keuntungan Pengembangan Kerbau Satu Kali Siklus Produksi
Table 5.7 Profit Projection of Buffalo Development in One-Time Production Cycle
1.
Uraian / Explanation
Proyeksi Pendapatan / Revenue Projection
Harga Kerbau / Buffaloes Price
Nilai / Value (Rupiah)
9.500.000,00
Penjualan Kerbau (ekor) / Sale of Buffalo
Hasi Penjualan Kerbau (Rp) / Sales Results of Buffalo (Rp)
112,00
1.064.000.000,00
Pupuk Organik / Organic Fertilizer
Harga Pupuk/ Fertilizer Price (Ton)
900.000,00
Penjualan pupuk organic/ Sale of Organic Fertilizer (Ton/2 Tahun/Year)
1.799,00
Hasil penjualan pupuk kandang/ Sales Result of Manure (Rp)
1.618.848.000,00
Total Penjualan / Total sales
2.682.848.000,00
2.
Proyeksi Biaya Produksi / Projected Cost Production
Biaya Ternak Kerbau / Costs of Buffaloes
Dedak / Bran
395.718.400,00
Obatan / Medicine
258.720.000,00
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
41
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
Uraian / Explanation
Air dan Listrik / Water and Electricity
Nilai / Value (Rupiah)
295.680.000,00
Upah anak kandang / Wages Cage
408.000.000,00
Biaya Pembuatan Pupuk Organik / Organic Fertilizer Production costs :
Biaya Pembelian Bahan / Materials Purchase Costs
144.000.000,00
Tenaga Kerja (7 orang) / Workers (7 People)
252.000.000,00
Total Biaya Produksi / Total of Cost Production
1.754.118.400,00
Penyusutan / Depreciation
95.758.000,00
Pajak dan lain-lain (12% dari penerimaan kerbau) / Tax and Others (12%)
127.680.000,00
Pajak dan lain-lain (12% dari penerimaan pupuk) / Tax and Others (12%)
194.261.760,00
Total Keseluruhan Biaya / Total Cost
2.171.818.160,00
Laba bersih / Net Profit
511.029.840,00
Sumber: Hasil Analisis 2015 / Source: Analysis Result, 2015
Keuntungan tersebut diperoleh dari penerimaan
penjualan sebanyak 112 ekor kerbau sebesar
Rp. 1.064.000.000,00 dan pupuk organik sebesar
Rp. 1.618.848.000.00. Adapun biaya keseluruhan
yang dikeluarkan oleh peternak dalam 1 siklus
produksi sebesar Rp. 2.171.818.160,00,- untuk
112 ekor kerbau.
The profits derived from sales revenue as much as
112 buffaloes Rp. 1,064,000,000.00 and organic
fertilizer Rp. 1,618,848,000.00 The overall costs
incurred by farmers in the first production cycle of
Rp. 2,171,818,160.00 for 112 buffaloeses.
5.3. Analisis Profitability Finansial
5.3. Analysis of Financial Profitability
A.
Peternakan
Potong
Penggemukan
Sapi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui
kelayakan investasi dengan ukuran-ukuran
seperti B/C ratio, NPV, IRR, Profitability dan BEP.
Hasil analisis menunjukkan bahwa investasi sapi
di Kabupaten Lebak layak dan menguntungkan.
Nilai-nilai ukuran kelayakan usaha dapat dilihat
pada tabel 5.8 berikut.
A.
Fattening Beef Cattles Farm
This analysis is used to determine the feasibility of
investment with measures such as the B / C ratio,
NPV, IRR, Profitability and BEP. The analysis
showed that the investment of cattles in Lebak is
viable and profitable. The standart values of
feasibility can be seen in the table 5.8.
Tabel 5.8 Kriteria Kelayakan Investasi Peternakan Penggemukan Sapi Potong
Table 5.8 Feasibility Investment Criteria of Fattening Beef Cattle
Analisis/ Analysis
Nilai/ Value
Justifikasi/ Justification
Investasi/ Investment
Rp. 9.682.320.000,-
NPV
Rp. 7.960.117.733,-
IRR
23,22%
NET B/C
Payback Periode
1,52
Layak ; NPV > 0/ Worth; NPV>0
Layak; IRR > Tingkat Suku Bunga 14%
Worth; IRR > Level of Interest 14%
Layak ; B/C Ratio > 1/ Worth; B/C >1
3,8
3 Tahun 8 Bulan/ 3 years 8 month
Sumber: Hasil Analisis 2015
Source: Analysis Result, 2015
42
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
2015
a. Net Present Value (NPV)
a. Net Present Value (NPV)
NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang
dari selisih benefit dengan cost pada discount
factor (DF) tertentu. NPV menunjukkan kelebihan
manfaat dibandingkan dengan biaya. Apabila NPV
lebih besar dari 0 berarti proyek tersebut
menguntungkan dan layak untuk diusahakan.
Berdasarkan hasil perhitungan NPV pada
discount faktor 14% menunjukan nilai NPV
sebesar Rp. 7.960.117.733,00 yang artinya nilai
NPV > 1. Hal ini berarti proyek pengembangan
sapi layak untuk diusahakan.
Net Present Value (NPV). NPV of a project is the
present value of the difference in the cost benefit
with the specific discount factor (DF). NPV shows
the advantages of the benefits compared to the
costs. If NPV is greater than 0 means that the
project is profitable and worth the effort. Based on
the calculation of NPV at 14% discount factor
shows the NPV value of Rp. 7,960,117,733.00,
which means the value of NPV> 1. This means that
the development project of cattle is worth.
b. Internal Rate of Return (IRR)
b. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah suatu kriteria investasi untuk
mengatakan persentase keuntungan dari suatu
proyek tiap-tiap tahun dan juga merupakan alat
ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan
bunga
pinjaman.
IRR
pada
dasarnya
menunjukkan Discount Factor (DF) dimana NPV =
0. Berdasarkan hasil analisis perhitungan IRR
diperoleh nilai 23,22 %. Apabila diasumsikan
bunga bank yang berlaku adalah 14 % maka
proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk
diusahakan, karena nilai IRR jauh lebih besar
dibandingkan dengan suku bunga pasar.
Internal Rate of Return (IRR). IRR is an investment
criteria tocalledprofit percentage of a project in
every year and as a measure of the project's ability
to repay interest on the loan. IRR basically shows
Discount Factor (DF) where NPV = 0. Based on the
analysis of the IRR calculation is gained 23.22%. If
it is assumed that the applicable bank rate is 14%
then the project is profitable and it is worthed, the
value of IRR is larger than the market interest rate.
c. Net B/C ratio
c. Net B / C ratio
Analisis Net B/C ratio adalah perbandingan antara
total cash inflow terhadap total cash outflow. Net
B/C ratio ini menunjukkan gambaran berapa kali
lipat benefit akan diperoleh dari cost yang
dikeluarkan. Berdasarkan perhitungan kelayakan
usaha, nilai Net B/C ratio adalah 1,52 yang artinya
benefit yang diperoleh adalah 1,52 kali lipat dari
cost yang dikeluarkan.
Net B / C ratio. The analysis of Net B / C is the
ratio between the total cash inflow to the total
cash outflow. Net B / C ratio shows a description of
the benefits to be obtained from the costs incurred.
Based on feasibility calculations, the value of the
Net B / C ratio is 1.52, which means the benefit
obtained is 1.52 times higher than the cost
incurred
d. Payback Period
d. Payback Period
Payback period diartikan sebagai jangka waktu
kembalinya investasi yang telah dikeluarkan
melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu
proyek. Hasil perhitungan analisis kelayakan
usaha diperoleh nilai payback period terjadi tahun
ke 3 lebih 8 bulan.
Payback period. It is defined as the return period of
the investments made through the benefits of a
project. The analysisfeasibility of calculation result
is obtained the values of payback period in the
third year’s and eight months.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
43
2015
B.
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
Peternakan Kerbau
B.
Pada
peternakan
kerbau
hasil
analisis
profitability finansial menunjukkan bahwa
investasi kerbau di Kabupaten Lebak layak dan
menguntungkan. Nilai-nilai ukuran kelayakan
usaha dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut.
Buffalo Ranch
The Analysis of financial profitability shows that
the investment of buffalo ranch in Lebak is viable
and profitable. The standart values of feasibility
can be seen in the table 5.8.
Tabel 5.8 Kriteria Kelayakan Investasi Peternakan Kerbau
Table 5.8 Feasibility Investment Criteria of Fattening Beef Cattle
Analisis/ Analysis
Nilai/ Value
Justifikasi/ Justification
Investasi/ Investment
Rp 2.420.580.000,00
NPV
Rp 1.749.128.936,00
IRR
1,53
Layak ; NPV > 0/ Worth; NPV>0
Layak; IRR > Tingkat Suku Bunga 14%
Worth; IRR > Level of Interest 14%
Layak ; B/C Ratio > 1/ Worth; B/C >1
3,9
3 Tahun 9 Bulan/ 3 years 9 month
21,11%
NET B/C
Payback Periode
Sumber: Hasil Analisis 2015
Source: Analysis Result, 2015
a. Net Present Value (NPV)
a. Net Present Value (NPV)
NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang
dari selisih benefit dengan cost pada discount
factor (DF) tertentu. NPV menunjukkan kelebihan
manfaat dibandingkan dengan biaya. Apabila NPV
lebih besar dari 0 berarti proyek tersebut
menguntungkan dan layak untuk diusahakan.
Berdasarkan hasil perhitungan NPV pada
discount faktor 14% menunjukan nilai NPV
sebesar Rp. 1.749.128.936,00 yang artinya nilai
NPV > 1. Hal ini berarti proyek pengembangan
kerbau layak untuk diusahakan.
Net Present Value (NPV). NPV of a project is the
present value of the difference in the cost benefit
with the specific discount factor (DF). NPV shows
the advantages of the benefits compared to the
costs. If NPV is greater than 0 means that the
project is profitable and worth the effort. Based on
the calculation of NPV at 14% discount factor
shows the NPV value of Rp. 1,828,918,451.00,
which means the value of NPV> 1. This means that
the development project of buffalo is worth.
b. Internal Rate of Return (IRR)
b. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah suatu kriteria investasi untuk
mengatakan persentase keuntungan dari suatu
proyek tiap-tiap tahun dan juga merupakan alat
ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan
bunga
pinjaman.
IRR
pada
dasarnya
menunjukkan Discount Factor (DF) dimana NPV =
0. Berdasarkan hasil analisis perhitungan IRR
diperoleh nilai 21,11%. Apabila diasumsikan
bunga bank yang berlaku adalah 14 % maka
proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk
diusahakan, karena nilai IRR jauh lebih besar
dibandingkan dengan suku bunga pasar.
Internal Rate of Return (IRR). IRR is an investment
criteria tocalledprofit percentage of a project in
every year and as a measure of the project's ability
to repay interest on the loan. IRR basically shows
Discount Factor (DF) where NPV = 0. Based on the
analysis of the IRR calculation is gained 25.97%. If
it is assumed that the applicable bank rate is 14%
then the project is profitable and it is worthed, the
value of IRR is larger than the market interest rate.
44
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
2015
c. Net B/C ratio
c. Net B / C ratio
Analisis Net B/C ratio adalah perbandingan antara
total cash inflow terhadap total cash outflow. Net
B/C ratio ini menunjukkan gambaran berapa kali
lipat benefit akan diperoleh dari cost yang
dikeluarkan. Berdasarkan perhitungan kelayakan
usaha, nilai Net B/C ratio adalah 1,53 yang artinya
benefit yang diperoleh adalah 1,53 kali lipat dari
cost yang dikeluarkan.
Net B / C ratio. The analysis of Net B / C is the
ratio between the total cash inflow to the total
cash outflow. Net B / C ratio shows a description of
the benefits to be obtained from the costs incurred.
Based on feasibility calculations, the value of the
Net B / C ratio is 1,53, which means the benefit
obtained is 1.53 times higher than the cost
incurred
d. Payback Period
d. Payback Period
Payback period diartikan sebagai jangka waktu
kembalinya investasi yang telah dikeluarkan
melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu
proyek. Hasil perhitungan analisis kelayakan
usaha diperoleh nilai payback period terjadi tahun
ke 3 lebih 9 bulan.
Payback period. It is defined as the return period of
the investments made through the benefits of a
project. The analysisfeasibility of calculation result
is obtained the values of payback period in the
third year and nine months.
Gambar 5.4 Peta Peluang Investasi Kabupaten Lebak
Figure 5.4 Investment Opportunities Map in Lebak
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
45
2015
Ringkasan Eksekutif / Executive Summary
Gambar 4.6 Peta Peluang Investasi di Kabupaten Lebak
Figure 4.6 Investment Opportunities Map in Lebak
46
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi Daerah
The Mapping Potential and Local Investment Opportunities
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Indonesia Investment Coordinating Board
Download