AGAMA DAN INTERAKSI SOSIAL Studi Kasus Relasi Aktivis Rohis dan Aktivis Rohkris dengan Pemeluk Agama Lain di SMAN 79 Jakarta Selatan Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Sebagai Persyaratan Untuk mencapai Gelar Sarjana Sosial (S.sos) Oleh SYARIFAH ALAWIYAH NIM: 101032221718 JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009M./ 1430H. AGAMA DAN INTERAKSI SOSIAL Studi Kasus Relasi Aktivis Rohis dan Aktivis Rohkris dengan Pemeluk Agama Lain di SMAN 79 Jakarta Selatan Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.sos) Oleh: SYARIFAH ALAWIYAH NIM:101032221718 Di bawah Bimbingan Dra. Ida Rosyidah, M.A. NIP: 150243267 JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HDAYATULLAH JAKARTA 1430 H./2008 M. PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul AGAMA DAN INTERAKSI SOSIAL: STUDI KASUS RELASI AKTIVIS ROHIS DAN AKTIVIS ROHKRIS DENGAN PEMELUK AGAMA LAIN DI SMAN 79 JAKARTA SELATAN telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.sos) pada jurusan Sosiologi Agama. Jakarta, 16 Juni 2009 Sidang Munaqasah Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota Dr. Hamid Nasuhi, MA NIP: 150 241 817 Dra. Joharotul Jamilah, M.Si NIP: 150 282 401 Anggota Penguji I Penguji II Dr. Masri Mansoer, MA NIP: 150 244 493 Ahmad Abrori, MA NIP: 150 368 736 Pembimbing Dra. Ida Rosyidah, MA NIP: 150 243 267 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan pada Nabi Muhammad SAW yang menjadi rahmat bagi seluruh alam, yang menjadi petunjuk bagi manusia, beserta keluarga dan sahabatnya. Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi, namun banyak pula pelajaran yang didapat. Berkat motivasi dan bantuan dari semua pihak akhirnya penulis dapat mengambil hikmah dari kesulitan yang dihadapi. Merupakan sebuah penantian yang cukup lama bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi untuk mencapai gelar kesarjanaan Strata 1 (S1) pada jurusan Sosiologi Agama ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka yang telah membimbing dan membantu penulis dalam suka maupun duka untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Adapun ucapan terima kasih ingin penulis sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. M. Amin Nurdin, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat beserta seluruh civitas Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah mengarahkan, membimbing dan melayani seluruh kebutuhan administratif dan akademik kepada penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini. 2. Dra. Ida Rosyidah, MA., selaku ketua jurusan Sosiologi Agama dan juga sebagai pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya dengan kesabaran dalam membimbing dan memberi saran-saran kepada penulis. 3. Dra. Jauharotul Jamila, M.si, selaku sekretaris jurusan Sosiologi Agama dan Drs. Ramlan A. Gani MA., selaku pembimbing akademik yang senantiasa membimbing penulis selama perkuliahan. 4. Kepala Perpustakaan Utama dan Kepala Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat beserta seluruh stafnya yang telah memberikan palayanan dengan baik. 5. Drs. A. Sukarno selaku kepala sekolah di SMAN 79 Jakarta Selatan dan Harjono S.pd selaku wakil kepala sekolah bagian humas di SMAN 79 yang telah bersedia memberikan informasi dan data-data yang berkaitan dengan pembahasan penulis. Drs. H. Syihabuddin selaku pembimbing Rohis di SMAN 79 dan Dra. Loine Simanjuntak selaku pembimbing Rohkris di SMAN 79 yang bersedia meluangkan waktunya untuk penulis. Seluruh informan aktifis Rohis (Fajar Susanto, Ahmad Affandi, Bagas Febriansyah Wijaya, Amalia Hadi, Nurhalimah Tusadiyah dan Anis Nur Husna) dan aktifis Rohkris (Canang Karismantio, George Alexander, Demonsky Ambonnes Rassel, Jessica Simanjuntak, Dwi Anastasia dan Megawati Immanela) yang telah bersedia memberikan informasi tentang rohis dan rohkris pada penulis. Semoga Allah membalas amal baik kalian semua. 6. Kedua orang tua penulis, Bapak Muhammad Nasir dan Ibu Paridah yang senantiasa menyemangati penulis untuk giat menyelasaikan skripsi ini dan tak pernah lelah mendoakan untuk keberhasilan anak-anaknya. Terima kasih juga untuk suami dan anakku tercinta Luekman Hakim, S.Ag dan Sahla Qobilatil Ilmi yang selalu mendoakan, mendukung dan mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Serta saudara-saudara yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu terima kasih atas dukungan dan doanya. 7. Terima kasih untuk sahabatku Nia Novitasari dan Laila Masyitoh yang tidak pernah bosan menjadi tempat penulis berkonsultasi. Untuk sahabat- sahabatku Dila, Supri, Amin, Nourma, Samsul, Seha, Imas, Nining, Ani, Eltri, kokom………..semoga persahabatan kita selalu abadi selamanya. Juga semua pihak yang telah banyak membantu yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu. Hanya Allah SWT yang dapat membalas jasa-jasa mereka yang telah memberikan perhatiannya pada penulis. Teriring doanya semoga penulis dapat membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Berbagai macam kekurangan pasti terdapat dalam penulisan tugas akhir ini, untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis berharap agar karya ini bermanfaat bagi yang membutuhkan. Ciputat, 4 Mei 2008 Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………………………………………………. i DAFTAR ISI …………………………………………………………… iv BAB I. BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………. 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………….. 7 D. Metodologi Penelitian………………………………. 8 E. Sistematika Penulisan………………………………. 11 KAJIAN TEORI A. Pengertian Agama dan Keberagamaan 1. Pengertian Agama……………………………… 14 2. Fungsi Agama ………………………………… 16 3. Ruang Lingkup Agama………………………… 20 4. Pengertian Keberagamaan……………………… 22 5. Dimensi Keberagamaan………………………... 24 B. Pengertian Interaksi Sosial 1. Pengertian Interaksi Sosial…………………….. 28 2. Syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial………. 29 3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial………………… 31 C. Toleransi Antar Umat Beragama 1. Pengertian Toleransi…………………………... 2. Toleransi Antar Umat Beragama Dalam Perspektif Islam………………………………………….. 37 41 3. Toleransi Antar Umat Beragama Dalam Perspektif Kristen………………………………………… BAB III. 44 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Institusi SMAN 79 Sebagai Sarana Pendidikan dan Pengajaran 1. Sejarah Berdirinya …………………………….. 47 2. Sarana dan Prasarana…………………………... 56 3. Struktur Kelembagaannya……………………... 57 B. Seputar Rohis: Sejarah, Tujuan dan Program C. Sekilas Tentang Rohkris: Sejarah, Tujuan dan Program D. Minat Siswa Terhadap Kegiatan Keagamaan BAB IV. AGAMA DAN INTERAKSI SOSIAL AKTIVIS ROHIS DAN AKTIVIS ROHKRIS DENGAN PEMELUK AGAMA LAIN DI LINGKUNGAN SEKOLAH A. Keberagamaan Aktivis Rohis dan Aktivis Rohkris…… 71 B. Interaksi Sosial Aktivis Rohis dan Aktivis Rohkris…. 81 C. Pengaruh Agama terhadap Interaksi Sosial Aktivis Rohis dan Aktivis Rohkris dengan Pemeluk Agama Lain………… 91 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………….. 94 B. Saran-saran………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………… 94 96 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial, yang secara individual membutuhkan orang lain. Ia dituntut hidup bersama dan berdampingan dengan orang lain dalam upaya mencapai tujuan hidupnya. Tanpa bantuan orang lain, manusia tidak akan dapat mengaktualisasikan dirinya sehingga tidak dapat meneruskan keberlangsungan hidupnya untuk mencapai posisi sebagai khalifah fil al-ardl. Masyarakat merupakan sebuah kelompok manusia yang memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang secara bersama-sama ditaati oleh seluruh anggota masyarakatnya. Tatanan kehidupan, norma dan adat istiadat tersebut merupakan dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka yang pada gilirannya membentuk kelompok manusia yang mempunyai ciri kehidupan yang khas.1 Dalam sebuah masyarakat, dalam kaitannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktifitas sosial. Dengan demikian, interaksi sosial merupakan kunci kehidupan sosial dimana dalam proses tersebut terjadi hubungan sosial yang dinamis baik antara individu, antara kelompok maupun antara individu dan kelompok.2 1 1 M. Arifin Noor; Ilmu Sosial Dasar, (Bandung : Pustaka Setia, 1999), h. 85 Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Garafindo Persada, 2001), cet. Ke-32, h. 67 2 Proses interaksi sosial terjadi melalui empat hal yaitu, imitasi, sugesti, identifikasi, simpati. 3 Proses-proses tersebut mengandung banyak kelebihan dan kekurangannya yang semuanya tergantung dari individu dalam mengaktualisasikan hidupnya di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat majemuk. Hal ini ditandai oleh pelbagai perbedaan-perbedaan seperti: suku bangsa, bahasa, adat istiadat dan agama. Perbedaan-perbedaan ini sering kali menimbulkan konflik-konflik terutama perbedaan agama, hal ini disebabkan oleh sikap saling curiga dan salah faham dari satu penganut agama terhadap sikap dan prilaku agama lain. Oleh karena itu masyarakat dituntut untuk bersikap toleran agar tercipta kehidupan yang harmonis antar umat beragama dan setiap agama mengakui eksistensi agama-agama lain dan saling menghormati hak asasi penganutnya. Ketidakharmonisan antar pemeluk agama juga di latar belakangi oleh banyak faktor. Secara kategoris-simplistis hal itu dapat dibedakan ke dalam dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi seseorang dalam bersikap yang disebabkan atas dasar pemahaman keagamaan terhadap agamanya. Seperti, adanya kecenderugan pemahaman radikal-ekstrim dan fundamental-subjektif. Demikian pula sikap eksklusifisme, dan kesalahpahaman terhadap ajaran agama sendiri telah menjadikan agama sebagai ancaman bagi pemeluk agama lainnya. Tidak hanya faktor internal, faktor lain seperti sikap hedonitas dan oportunitas dengan mengatas namakan agama sebagai komoditas kepentingan telah menjadikan petaka kemanusian yang berkepanjangan.4 3 Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, h. 69 Indonesia merupakan negara yang memberikan kebebasan kepada warganya untuk memeluk dan menjalankan agama berdasarkan keyakinannya. Di sini, warga diberikan kebebasan dalam mengaktualisasikan ajaran agamanya sepanjang dibarengi dengan sikap toleransi dan saling menghargai antar pemeluk agama. Kenyataan ini membawa citra Indonesia dimata internasional sebagai negara yang toleran. Namun kenyataannya, masih terjadi konflik di mana-mana seperti yang terjadi di Ambon, Poso, Madura dan lain-lain. Konflik dan pertikaian ini terjadi karena kemajemukan masyarakat Indonesia yang diperparah lagi oleh kesenjangan sosial dan ekonomi yang tajam dan belum tumbuhnya budaya multikultural yang lebih memungkinkan masyarakat kita membangun kerjasama dan kemitraan secara tulus. Misalnya kasus kerusuhan Ambon dapat dilihat sebagai bagian dari disharmonisitas yang terpendam disebabkan pertentangan ekonomi dan status sosial selama Orde Baru. Sebagian besar petani Ambon beragama Kristen, sementara itu pelaku bisnis papan bawah dan papan atas dimonopoli oleh kelompok masyarakat yang beragama Islam. Kelompok ini didukung oleh orang Bugis-Makassar dan orang-orang Ambon keturunan Arab. Sedangkan para pejabat yang duduk di birokrasi pemerintah dan angkatan bersenjata mayoritas dikuasai oleh penduduk yang beragama Kristen. Pembagian okupasi ini seakan sebuah division of labaour (pembagian lapangan kerja) yang telah mentradisi sejak Maluku jatuh ke tangan Belanda. Kemiskinan yang dialami kelompok petani Ambon di zaman orde baru telah menjatuhkan prestise mereka dihadapan kelompok okupasi lainnya, khususnya pendatang muslim. Ketika terjadi ekspansi terhadap lahan pendapatan kelompok lainnya, maka munculah kecurigaan dan mengundang sentimen 4 Said Agil Husen Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet.ke 3, h. Pengantar Editor sehingga mengakibatkan keseimbangan sosial tersebut goyah. Sesungguhnya pertarungan antar kelompok etnik merupakan pertarungan antar kelompok kepentingan. Namun pertarungan itu selalu dikemas dalam bungkus agama agar ia kelihatan sakral dan mudah melestarikannya. Kerusuhan-kerusuhan ini menimbulkan korban harta dan jiwa, selain itu juga yang tak kalah penting adalah rusaknya harmoni kehidupan masyarakat yang telah terbentuk sekian lama. Kecurigaan dan dendam melanda berbagai kelompok masyarakat. Masyarakat kini telah kehilangan panutan dan norma hidup berbangsa dan bernegara Fenomena di atas, menuntut seluruh warga negara untuk bersikap toleran sehingga dapat hidup berdampingan di antara sesama. Sikap toleran ini harus dikembangkan oleh segenap lapisan masyarakat dalam semua sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, tak terkecuali bagi para siswa. Di Indonesia, terdapat perbedaan antara madrasah dengan sekolah, terutama jika dilihat dari aspek latar belakang agamanya. Madrasah lebih bersifat singularis, yakni semua guru, tenaga kependidikan dan para siswanya beragama Islam. Sedangkan para guru, tenaga kependidikan dan siswa di sekolah bersifat pluralis, yakni terdiri atas berbagai latar belakang agama. Suasana semacam itu menuntut tumbuh kembangnya sikap dan kesadaran pluralisme. Di sekolah-sekolah umum, biasanya tidak hanya didominasi siswa dari satu agama saja. Kebanyakan sekolah-sekolah tersebut menerima siswa dengan latar agama yang berbeda-beda. Salah satunya di SMAN 79 Jakarta. Di sekolah ini jumlah siswa non muslim sekitar 5,28 % dari agama lain.5 5 Sumber data hasil observasi Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi dalam menyiapkan generasi penerus. Dalam menanamkan dan membina sikap toleransi antara sesama murid, terutama yang tidak seagama (jika diperlukan) hanya terbatas dalam membantu menyiapkan sarana yang diperlukan untuk upacara yang dimaksud, dan bukan ikut menghadiri atau melaksanakan upacara (ritual) agama tertentu. Di sekolah-sekolah umum, biasanya terdapat berbagai macam organisasi siswa. Salah satunya adalah organisasi kegamaan yaitu, Rohis (Rohani Islam) dan Rohkris (Rohani Kristen). Dalam organisasi ini, siswa-siswi muslim dan non muslim dibina untuk mendalami ajaran agamanya. Selain itu dalam organisasi ini juga, siswa-siswi ini diajarkan cara berorganisasi dan berinteraksi dengan sesama, sebagai bekal nantinya hidup di masyarakat. Selain itu, siswa-siswi yang ikut dalam organisasi ini diharapkan dapat menerapkan ajaran agama dalam kehidupan mereka sehari-hari, terlebih lagi cara mereka berinteraksi dengan lingkungan. Dalam hal ini, cara mereka berinteraksi dengan siswa-siswi yang berbeda agama. Hal ini amat menarik untuk dikaji lebih jauh, terutama untuk memahami pandangan siswa-siswi muslim yang aktif dalam organisasi rohis (rohani Islam) terhadap siswa-siswi non muslim begitu juga memahami pandangan siswa-siswi non muslim yang aktif dalam organisasi rohkris (rohani Kristen) terhadap siswa-siswi muslim. Serta bagaimana mereka mampu memahami setiap perbedaan yang ada di antara mereka. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisa dalam sebuah penelitian berbentuk skripsi yang diberi judul “Agama dan Interaksi Sosial: Studi Kasus Relasi Aktivis Rohis dan Aktivis Rohkris dengan Pemeluk Agama lain di SMAN 79 Jakarta Selatan.” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Agama tidak dapat dipisahkan dari kehidupan pemeluknya. Agama dapat berkaitan dengan stratifikasi sosial, solidaritas sosial, bahkan terkadang agama dikaitkaitkan dengan konflik sosial yang pernah terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Agama juga tidak dapat dipisahkan dari interaksi sosial pemeluknya, karena agama merupakan pedoman hidup yang oleh mereka dijadikan sebagai acuan utama dalam bertingkah laku, bertutur kata dan bertindak. Setiap ajaran agama –agama apa pun- akan menuntun pemeluknya untuk membangun sebuah relasi yang harmonis dengan sesama pemeluk agama maupun pemeluk agama lain, maka dari itu setiap pemeluk agama selalu berusaha menjalin dengan lingkungannya sebaik mungkin. Maka dari itu dalam penelitian ini, penulis hanya akan membatasi masalah pada hubungan agama dengan interaksi sosial, dalam hal ini relasi antar pemeluk suatu agama dengan agama lainnya. Adapun mengenai perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: “ Bagaimanakah hubungan agama dan interaksi sosial, dalam hal ini relasi aktivis rohis dan aktivis rohkris dengan pemeluk agama lain di SMAN 79 Jakarta Selatan?” Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk memperkaya kajian ilmu pengetahuan tentang paradigma, konsep, dan teori tentang kehidupan keberagamaan dan pola interaksi siswa yang berlatar belakang beda agama. b. Untuk mengetahui kehidupan keberagamaan dan interaksi antara masyarakat Indonesia yang plural, terutama kalangan remajanya. c. Untuk mengetahui toleransi beragama aktifis Rohis dan aktifis Rohkris. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini menjadi sumbangan bagi pengkajian dan pengembangan teori sosiologi agama. Hasil penelitian ini menjadi penting bagi para ahli sosiologi agama untuk memikirkan kembali hubungan keagamaan yang ideal dalam konteks kekinian. Untuk memperluas wawasan intelektual tentang fungsi lembaga sekolah bagi kehidupan beragama Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana pendekatan kualitatif difahami sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.6 6 h. 3 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997), Pendekatan Kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini mengambil bentuk studi kasus. Studi ini dilakukan sebagai nilai tambah pada pengetahuan kita secara unik tentang fenomena individual dan dapat digeneralisasikan ke dalam proposisi teoritis. Studi kasus merupakan bentuk penelitian yang mendalam tentang aspek-aspek lingkungan sosial, lingkungan pendidikan, keagamaan termasuk manusia di dalamnya. Bentuk studi kasus dapat diperoleh dari laporan hasil pengamatan, catatan pribadi, biografi orang yang diteliti dan keterangan dari orang yang mengetahui tentang hal itu. Dalam skripsi ini, penulis memilih studi kasus terhadap relasi aktivis Rohis dan aktivis Rohkris dengan pemeluk agama lain di SMAN 79 Jakarta Selatan. 2. Subyek Penelitian Pada penelitian studi kasus, peneliti tidak melakukan populasi sampel sebagaimana survey dan eksperimen, melainkan subjek penelitian. Istilah subjek penelitian menunjuk kepada orang atau individu ataupun kelompok yang dijadikan unit (satuan) yang diteliti.7 Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah anggota aktivis Rohis beserta pengurusnya dan juga anggota aktivis Rohkris beserta pengurusnya di SMAN 79 Jakarta Selatan. Mengenai subjek yang akan diteliti, penulis menetapkan 12 orang informan yakni 6 orang informan aktivis Rohis yang terdiri dari 2 orang dari pengurus dan 4 orang dari anggota Rohis dan juga 6 orang informan aktivis Rohkris yang terdiri dari 2 orang dari pengurus dan 4 orang dari anggota Rohkris. 7 Sanapiah Faisal, format-format penelitian sosial ( Jakarta: Rajawali Press, 2003 ), h. 109 Menurut Strauss, tidak ada ketentuan buku mengenai jumlah minimal subjek yang harus dipenuhi dalam suatu penelitian kualitatif, apabila data yang diperoleh sudah cukup memadai, maka dapat diambil subjek dalam jumlah kecil dalam penelitian ini penulis memilih jumlah subjek yang sama antara aktivis Rohis dan aktivis Rohkris yaitu 6 orang supaya terjadi keseimbangan dalam pengumpulan data dan juga menurut penulis jumlah subjek yang diambil tersebut sudah mnecukupi data-data penelitian. Selainitu juga penulis memilih informan dari para anggota dan pengurus Rohis dan Rohkris di SMAN 79 Jakarta Selatan, karena mereka mengetahui tentang Rohis dan Rohkris sehingga memudahkan penulis untuk menggali lebih banyak informasi yang berkaitan dengan hal yang penulis teliti. 3. Metode Pengumpulan Data Dalam melakukan penelitian ini diperlukan data-data yang dapat mendukung penelitian. Adapun teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut : a. Pengamatan (observasi) Pengamatan atau observasi sebagaimana dijelaskan oleh Imam Suprayogo dan Tabrani, adalah satu proses mengamati dan mendengar dalam kerangka untuk memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap satu fenomena8. Pada penelitian ini, penulis menggunakan bentuk pengamatan pemeranserta sebagai pengamat yaitu pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta tetapi melakukan fungsi pengamat. Ia sebagai anggota pura-pura, jadi tidak melebur dalam arti sesungguhnya. Penulis hanya mengamati kegiatan Rohis dan Rohkris di 8 Imam Suprayogo, dan Tabroni, Metodologi Penelitian Agama, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 167 SMAN 79 Jakarta Selatan. Penulis melakukan observasi selama 8 bulan, terhitung dari bulan September 2008 sampai bulan April 2009. dalam penelitian ini penulis ikut serta kurang lebih sebanyak 5 kali pertemuan dalam kegiatan keagamaan di SMAN 79 Jakarta Selatan. Kegiatan keagamaan Rohis di SMAN 79 Jakarta Selatan dilaksanakan setiap hari Selasa dan Jum'at. Kegiatan keagamaan Rohis yang dilaksanakn setiap hari selasa dipimpin oleh Pembina Rohis yaitu Drs. H. Syihabuddin. Kegiatan ini dilaksanakan di masjid sekolah, semua anggota rohis duduk melingkar, barisan akwat dan ikhwan terpisah. Kemudian Pembina Rohis membacakan satu surat dari juz amma kemudian diikuti oleh anggota rohis. Setelah membaca al-Qur'an dilanjutkan dengan belajar tajwid, setiap anggota Rohis ditanya oleh Pembina Rohis tentang tajwid yang ada dalam pembahasan hari ini. Kegiatan keagamaan Rohkris dilaksanakan setiap hari Jum'at bertempat di kelas yang dipimpin Pembina Rohkris yaitu Ibu Dra. Loine Simanjuntak. Setelah seluruh anggota rohkris berkumpul di kelas Pembina Rohkris memulai kegiatan dengan membaca doa kemudian memberikan materi al-Kitab dan menjelaskan setelah itu diadakan tanya jawab. Adapun hambatan yang dihadapi selama penelitian yaitu sulitnya melakukan pendekatan dengan anggota Rohkris, khususnya anggota laki-laki karena biasanya mereka kurang aktif dan malu-malu apabila diwawancarai, mereka takut tidak bisa menjawab, jadi penulis kesulitan untuk menggali dan mendapatkan informasi dari mereka. Penulis juga mengalami kesulitan dalam mencari referensi tentang toleransi antar umat beragama terutama dalam pandangan agama Kristen. b. Wawancara Wawancara digunakan untuk mendapatkan data atau keterangan dari informan. Keterangan yang mendalam dapat digali dengan cara mewawancarai informan. Melihat definisinya wawancara adalah suatu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti dengan informan9. Dalam melakukan wawancara, penulis mengadakan wawancara mendalam atau wawancara tak berstruktur, dimana bentuk wawancara seperti ini bersifat luwes. Selain itu susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pada saat wawancara berlangsung. Wawancara juga dapat mengungkap sosial budaya (agama, suku, gender, usia, pekerjaan) informan yang penulis wawancarai10. c. Metode Kepustakaan Metode kepustakaan ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder dari berbagai literatur-literatur yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Baik itu berupa buku, majalah, koran ataupun jurnal metode ini diharapkan dapat menunjang gagasan primer yaitu hasil dari wawancara dan pengamatan di lapangan, serta mendukung teoriteori yang relevan, yang sebelumnya telah dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan permasalah yang hendak penulis bahas untuk kemudian penulis jadikan rujukan. 4. Instrumen Penelitian 9 Deddy Mulyana, Metodologi penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Sosial lainnya, (Bandung: PT. Remaja, 2001), Cet Ke-1, h.138 10 Deddy Mulyana, Metodologi penelitian Kualitatif, h. 181 Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: pedoman wawancara, tape recorder, dan buku catatan. Penggunaan pedoman wawancara dimaksudkan supaya wawancara berjalan terarah dan tidak keluar dari permasalahan yang telah dirumuskan. Sementara tape recorder digunakan unuk merekam subyek, dan buku catatan untuk mencatat hal-hal yang tidak terekam atau terlewati dalam wawancara. 5. Analisisa Data Analisa data merupakan salah satu langkah penting untuk memperoleh temuan- temuan hasil penelitian. Dalam penelitian, data yang terkumpul akan dianalisis secara kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil observasi partisipasi wawancara dan dokumen tersebut dideskripsikan dalam bentuk uraian, kemudian dianalisis secara komparatif yaitu membandingkan data yang diperoleh dari aktifis Rohis dan Rohkris agar data yang diperoleh dapat dimengerti, sehingga penemuan yang dihasilkan bisa dikomunikasikan kepada orang lain. Pelaksanaan analisisnya dilakukan pada saat masih di lapangan dan setelah data terkumpul. Peneliti menganalisa data-data sepanjang penelitian dan dilakukan secara terus menerus dari awal sampai akhir. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. Sistematika Penelitian Untuk keserasian pembahasan dan mempermudah analisa materi dalam penulisan skripsi ini, maka penulis akan menjelaskannya dalam sistematika penulisan sebagai berikut: Secara garis besar skripsi ini terdiri dari lima bab, tiap bab dibagi menjadi subbab, dan setiap sub-bab mempunyai pembahasan masing-masing yang mana antara satu dan yang lainnya saling berkaitan. Lima bab tersebut diantaranya : Bab I : Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Kajian teori tentang pengertian agama, dan keberagamaan yang terdiri atas pengertian agama, fungsi agama, ruang lingkup agama, pengertian keberagamaan dan dimensi keberagaman. Di samping itu, dalam bab ini dibahas juga mengenai pengertian interaksi sosial yang terdiri atas pengertian interaksi sosial, syarat-syarat terjadinya interaksi sosial, dan bentuk-bentuk interaksi sosial serta pengertian toleransi, ruang lingkup toleransi, dasar-dasar toleransi dan toleransi antara umat beragama dalam perspektif Islam dan Kristen. Bab III : Gambaran umum objek penelitian yang meliputi institusi SMAN 79 sebagai sarana pandidikan dan pengajaran yang terdiri dari sejarah berdirinya, sarana dan prasarana dan struktur kelembagaan SMAN 79 Jakarta Selatan. Serta seputar organisasi rohis terdiri dari sejarah, tujuan, dan program dan sekilas rohkris yang terdiri dari sejarah, tujuan dan program kegiatannya, serta minat siswa terhadap kegiatan keagamaan. Bab IV : Berbicara tentang pengolahan dan analisa data yang meliputi intensitas aktivis Rohis dan aktivis Rohkris dalam mengikuti kegiatan keagamaan di SMAN 79, keberagamaan aktivis Rohis dan aktivis Rohkris dan interaksi sosial aktivis Rohis dan aktivis Rohkri dengan pemeluk agama lain. Bab V : Kesimpulan dan saran yang diangkat dalam penelitian ini. BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Agama dan Keberagamaan 1. Pengertian Agama Menurut Dadang Kahmad, agama dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sangsekerta a yang berarti tidak dan gama berarti kacau. Berdasarkan akar katanya, agama mengandung pengertian tata aturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau. Dalam hal ini, agama dikaitkan dengan peraturan yang mengatur kehidupan manusia.11 Secara umum, agama dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya. Aturan-aturan tersebut penuh dengan muatan sistem-sistem nilai, karena pada dasarnya aturan-aturan tersebut bersumber pada etos dan pandangan hidup. Karena itu juga, aturan-aturan dan perturan-peraturan yang ada dalam agama lebih menekankan pada hal-hal yang normatif atau yang seharusnya dan sebaiknya dilakukan, dan bukannya berisikan petunjuk-petunjuk yang bersifat praktis dan teknis dalam hal manusia menghadapi lingkungannya dan sesamanya. 12 Agama dalam pengertian sosiologis adalah gejala sosial yang umum dan dimiliki oleh seluruh masyarakat yang ada di dunia ini tanpa kecuali. Ia merupakan salah satu 11 Bernard Raho, Sosiologi : Sebuah Pengantar (Surabaya: Syilvia, 2004), cet. 1, h.118. Roland Robertsoon, Agama: Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis (Jakarta: PT. Rajawali Pers, 1988), cet.1, h. v. 12 16 aspek dalam kehidupan sosial dan bagian dari sistem sosial suatu masyarakat. Agama juga bisa dilihat sebagai unsur dari kebudayaan suatu masyarakat di samping unsur-unsur yang lain, seperti kesenian, bahasa, sistem mata pencaharian, sistem peralatan, dan sistem organisasi sosial.13 Dalam Kamus Sosiologi, pengertian agama ada tiga macam, yaitu (1) Kepercayaan pada hal-hal yang spiritual; (2) Perangkat kepercayaan dan praktek-praktek spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri; dan (3) Ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural.14 J.M. Yinger, seorang ahli sosiologi berkebangsaan Amerika. Menurutnya, agama adalah sistem kepercayaan dan peribadatan yang digunakan oleh berbagai bangsa dalam perjuangan mereka mengatasi persoalan dalam hidup. Agama merupakan keengganan untuk menyerah kepada kematian, menyerah dalam menghadapi frustasi, dan untuk menumbuhkan rasa persaudaraan di antara sesama manusia. Agama di sini berfungsi sebagai salah satu alternatif untuk menghadapi persoalan hidup, mengatasi rasa frustasi. 15 Bagi Elisabeth k. Nothingham, agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta. Agama telah menimbulkan khayalan yang paling luas dan juga digunakan untuk membenarkan kekejaman yang luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat 13 14 15 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), cet. 2, h. 14. Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, h. 129. Bernard Raho, Sosiologi : Sebuah Pengantar, h.119. membangkitkan kebahagian batin tetapi juga pada waktu yang sama menimbulkan perasaan takut dan ngeri. 16 Menurut Hendropuspito, agama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan-kekuatan non empiris yang dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat luas umumnya. 17 Thomas F.O. Dea, memakai definisi yang banyak dipakai dalam teori fungsional. Agama ialah pendayagunaan sarana. Sarana supra empiris untuk maksudmaksud non empiris atau supra empiris. 18 Dari beberapa definisi di atas, jelas tergambar bahwa agama merupakan suatu hal yang dijadikan sandaran penganutnya ketika terjadi hal-hal yang berada di luar jangkauan dan kemampuannya karena sifatnya yang supra natural sehingga diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang non empiris. 2. Fungsi Agama Adapun yang dimaksud dengan fungsi agama adalah peran agama dalam mengatasi persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahkan secara empiris karena adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. Oleh karena itu, diharapkan agama menjalankan fungsinya sehingga masyarakat merasa sejahtera, aman, stabil dan sebagainya. 19 Pemahaman mengenai fungsi agama tidak dapat dilepas dari tantangantantangan yang dihadapi manusia dan masyarakatnya. Berdasarkan pengalaman dan 16 Bernard Raho, Sosiologi : Sebuah Pengantar, h.120. Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. II, h.129. 18 Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: PT. Kanisus, 1983), h.34. 19 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, h.130. 17 pengamatan dapat disimpulkan bahwa tantangan-tantangan yang dihadapi manusia dihadapkan pada tiga hal, yakni ketidakpastian, ketidakmampuan dan kelangkaan. Untuk mengatasi masalah tersebut maka manusia akan lari pada agama. Berikut inilah fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu:20 1). Fungsi Edukatif Manusia mempercayakan fungsi edukatif kepada agama yang mencakup tugas mengajar dan tugas bimbingan. Agama menyampaikan ajarannya dengan perantaraan petugas-petugasnya baik di dalam upacara (perayaan) keagamaan, khotbah, renungan (meditasi), pendalaman rohani dan lain-lain. Untuk melaksanakan tugas itu ditunjuk sejumlah fungsionaris seperti dukun, kyai, pendeta, imam, nabi dan lain-lain. Mengenai yang disebut nabi ini penunjukkannya dilakukan oleh Tuhan. Kebenaran ajaran mereka harus diterima karena tak ada yang keliru, hal tersebut diyakini oleh para penganutnya bahwa mereka dapat berhubungan langsung dengan “yang gaib” dan “yang sakral” serta mendapat ilham khusus darinya. 2). Fungsi Penyelamatan Setiap manusia menginginkan keselamatan baik dalam kehidupan sekarang maupun sesudah mati. Usaha untuk mencapai cita-cita tertinggi (yang tumbuh dari naluri manusia sendiri) itu tidak boleh dipandang ringan begitu saja. Jaminan untuk itu mereka temukan dalam agama. Agama mengajarkan dan memberikan jaminan dengan cara-cara yang khas untuk mencapai kebahagian di dunia maupun di akhirat yaitu : a. Agama membantu manusia untuk mengenal “yang sakral” dan “makhluk tertinggi” atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. 20 Hendropuspito, Sosiologi Agama, h. 38-57. b. Agama sanggup mendamaikan kembali “yang salah” dengan Tuhan dengan jalan pengampunan dan penyucian. 3). Fungsi Pengawasan Sosial (Social Control) Agama ikut bertanggung jawab akan adanya norma-norma susila yang baik yang berlaku di masyarakat. Karena hal itulah, agama menyeleksi kaidah-kaidah susila yang ada dan mengukuhkan yang baik sebagai kaidah yang baik dan menolak kaidah yang buruk untuk ditinggalkan sebagai larangan atau tabu. Agama juga memberikan sanksisanksi yang harus dijatuhkan bagi orang yang melanggarnya dan melakukan pengawasan yang ketat atas pelaksanaannya. 4). Fungsi Memupuk Persaudaraan Mengenai fungsi ini, jika kita menyoroti keadaan persaudaraan dalam satu jenis golongan beragama saja misalnya umat Islam tersendiri, umat Kristen tersendiri maka menjadi teranglah bahwa agama masing-masing sungguh berhasil dalam menjalankan tugas “memupuk persaudaraan”. Karena baik agama Islam maupun Kristen masingmasing berhasil mempersatukan sekian banyak bangsa yang berbeda ras dan kebudayaannya dalam satu keluarga besar dimana mereka menemukan ketentraman dan kedamaian. 5). Fungsi Transformatif Kata transformatif berasal dari bahasa latin “Transformare” artinya mengubah bentuk. Jadi fungsi transformatif (yang dilakukan kepada agama) berarti mengubah bentuk kehidupan masyarakat lama dalam bentuk kehidupan baru. Ini berarti mengubah nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru. Sementara itu transformasi berarti mengubah kesetiaan manusia kepada nilai-nilai adat yang kurang manusiawi dan membentuk kepribadian manusia yang ideal. Thomas F. O’Dea menyebutkan ada enam fungsi agama, yaitu : (1) sebagai pendukung pelipur lara dan perekonsiliasi, (2) sarana hubungan transendental melalui pemujaan dan upacara adat, (3) penguat norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada, (4) pengoreksi fungsi yang sudah ada, (5) pemberi identitas diri dan (6) pendewasaan agama. 21 Horton dan Hunt membedakan fungsi agama jadi dua yakni fungsi manifes dan fungsi laten. Menurut mereka fungsi manifes agama berkaitan dengan segi doktrin, ritual aturan dalam agama. Namun yang perlu juga diketahui adalah fungsi laten agama. Dalam hal ini Durkheim terkenal karena pandangannya bahwa agama mempunyai fungsi positif bagi integrasi masyarakat, baik pada tingkat mikro maupun makro. Pada tingkat mikro, menurut Durkheim fungsi agama ialah untuk menggerakkan kita dan membantu kita untuk hidup, karena menurutnya melalui komunikasi dengan Tuhan orang yang beriman bukan saja mengetahui kebenaran yang tidak diketahui oleh orang kafir tetapi juga menjadi seseorang yang lebih kuat. Di segi makro agama pun menjalankan fungsi positif, karena memenuhi keperluan masyarakat untuk secara berkala menegakkan dan memperkuat perasaan serta ide kolektif yang menjadi ciri dan inti persatuan masyarakat tersebut. Melalui upacara agama yang dilakukan secara berjamaah maka persatuan dan kebersamaan umat dapat dipupuk dan dibina.22 21 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, h.130. 22 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Jakarta: LPFE UI, 2000), h. 71. 3. Ruang Lingkup Agama 1). Segi Pemahaman Dilihat dari sudut pemahaman manusia, agama memiliki dua segi yang membedakan dalam perwujudannya, yaitu:23 Pertama, segi kejiwaan (Psychological State), yaitu suatu kondisi subjektif atau kondisi dalam jiwa manusia berkenaan dengan apa yang dirasakan oleh penganut agama. Kondisi inilah yang biasa disebut kondisi agama, yakni kondisi patuh dan taat kepada yang disembah. Kondisi ini bisa dikatakan sebagai emosi yang dimiliki oleh setiap pemeluk agama yang menjadikannya sebagai hamba Tuhan. Dimensi religiusitas seseorang merupakan inti kebergamaan, sehingga di hati mereka bisa bangkit rasa solidaritas bagi yang seagama, menumbuhkan kesadaran beragama, dan menjadikan seseorang menjadi orang yang sholeh dan takwa. Segi psikologis ini sangat sulit diukur dan susah diamati karena merupakan milik pribadi pemeluk agama. Pengungkapan keberagamaan segi psikologis ini baru bisa dipahami ketika telah menjadi sesuatu yang diucapkan atau dinyatakan dalam perilaku orang yang beragama tersebut. Kedua, segi objektif (Objective State), yaitu segi luar yang disebut juga kejadian objektif, yang merupakan dimensi empiris dari agama. Keadaan ini muncul ketika agama dinyataka oleh penganutnya dalam berbagai ekspresi, baik ekspresi teologis, ritual maupun persekutuan. Segi objektif inilah yang bisa dipelajari dengan menggunakan metode ilmu sosial. Segi kedua ini mencakup adat istiadat, upacara keagamaan, bangunan, tempat-tempat peribadatan, cerita yang dikisahkan, kepercayaan, dan prinsipprinsip yang dianut oleh suatu masyarakat. 2). Kawasan dalam Agama 23 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, h.14. Menurut Hendropuspito berdasarkan pengamatan analitis atas kawasan agama sebagai objek sosiologis terdapat tiga pembatasan dalam kawasan ini, yaitu:24 Pertama, Kawasan “Putih”, yaitu suatu kawasan di mana kebutuhan manusiawi yang hendak dicapai masih dapat dicapai dengan kekuatan manusia itu sendiri. Manusia tidak perlu lari pada kekuatan supra-empiris. Dengan akal budinya dan dibantu oleh teknolgi maka manusia dapat berhasil. Tetapi hal ini pada tingkatnya akan berbeda di masyarakat. Terutama masyarakat yang lebih terbelakang (primitif), mereka lebih cepat lari pada kekuatan gaib untuk menerima bantuan. Kedua, Kawasan “Hijau” meliputi daerah usaha di mana manusia merasa aman dalam artian akhlak (moral). Dalam kawasan ini tindak langkah manusia diatur oleh norma-norma rasional yang mendapat legitimasi dari agama. Misalnya hal ihwal yang berkaitan dengan hidup kekeluargaan, perkawinan, warisan, pertukaran barang-barang, diatur oleh peraturan-peraturan manusia yang dibenarkan oleh agama yang dianutnya. Dengan adanya legitimasi dari agama maka hilanglah rasa bimbang dan keraguan yang semula membayanginya. Ketiga, Kawasan “gelap” meliputi daerah usaha di mana manusia secara radikal dan total mengalami kegagalan yang disebabkan ketidakmampuan mutlak manusia itu sendiri. Apapun daya manusia sendiri di daerah ini menghadapi suatu “titik putus” (breaking point) yang tidak mungkin disambung lagi dengan kekuatannya sendiri. Satusatunya jalan keluar dari kesulitan ini ialah mengadakan komunikasi dengan kekuatan yang ada di luar yang mengatasi segala kekuatan alam. Kawasan ini disebut daerah “gelap” karena rasio manusia tidak sanggup menangkap hakekat (subtansi) kekuatan luar karena “Dia” itu di luar jangkauan pengalaman. 24 Hendropuspito, Sosiologi Agama, h. 36-38. 4. Pengertian Keberagamaan Istilah keberagamaan disebut juga religiusitas. Kata religiusitas berasal dari kata religious dan mendapat akhiran-ity. Dalam kamus John M. Echol dan Hassan Shadily, kata religious berarti hal-hal yang berhubungan dengan agama. 25 Muhammad Djamaluddin, mendefinisikan keberagamaan sebagai “manifestasi seberapa jauh individu penganut agama meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari dalam semua aspek kehidupan. 26 Menurut Djamaluddin Ancok, Keberagamaan adalah pembicaraan mengenai pengalaman atau fenomena yang menyangkut hubungan antara agama dengan penganutnya, atau suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang (penganut agama) yang mendorong untuk bertingkah laku yang sesuai dengan agamanya. 27 Keberagamaan adalah keadaan di mana individu merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia dan hanya kepada-Nya manusia merasa bergantung, berserah diri. Semakin manusia mengakui adanya Tuhan dan kekuasaan-Nya maka akan semakin tinggi tingkat keberagamaannya. Jadi menurut Fuat Nashori dan Rachmi D.M. keberagamaan adalah seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa mantap pelaksanaan ibadah, kaidah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianut.28 25 John M. Echol dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1990), h. 90. 26 Muhammad Djamaluddin, Religiusitas dan Stress Kerja pada Polisi, (Yogyakarta: UGM Press, 1995), h.44. 27 Djamaluddin Ancok, Psikologi Islami : Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h. 76. 28 Fuat Nashori dan Rachmi Diana Mucharam, Mengembangkan kretivitas dalam Prespektif Psikologi Islami, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), h. 68. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keberagamaan adalah sikap seseorang terhadap agama yang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari. Keberagamaan atau religiusitas dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktifitas keagamaan tidak saja terjadi pada saat seseorang melakukan ritual saja, melainkan juga ketika seseorang melakukan aktifitas yang lain dalam kehidupan. Dalam penelitiannya Robert H. Thouless mengemukakan beberapa faktor yang menimbulkan religiusitas, yaitu : a. Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial (faktor sosial). b. Berbagai pengalaman yang membantu sikap keberagamaan terutama pengalaman tentang keindahan, keserasian, kebaikan, konflik moral, dan pengalaman emosional keagamaan. c. Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dari kebutuhan yang tidak terpenuhi terutama kebutuhan terhadap keamanan, cinta kasih, harga diri dan ancaman kematian. d. Berbagai proses pemikiran verbal (faktor intelektual). 29 5. Dimensi Keberagamaan Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat mata, tapi juga aktivitas yang tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Karena itu, 29 cet. 2, h. 34. Robert H. Thouless, Pengantar Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi. Dengan demikian, agama adalah sebuah sistem yang berdimensi banyak. Menurut C.Y. Glock dan R. Stark (Robertson, 1998) ada lima macam dimensi keberagamaan yaitu : (1) Dimensi keyakinan (idiologis) Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan di mana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan di mana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu berpariasi tidak hanya di antara agama-agama, tetapi seringkali juga di antara tradisi-tradisi dalam agama yang sama. Di dalam Islam dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan Muslim terhadap kebenaran-kebenaran agamanya, isi dimensi keimanan menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, nabi atau rasul, kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadar. (2) Dimensi Praktik Agama (ritualistik) Dimensi ini mencakup prilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas dua kelas penting yaitu : a. Ritual, mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan praktik-praktik suci yang semua mengharapkan para pemeluk melaksanakan. Dalam kristen sebagian dari pengharapan ritual itu diwujudkan dalam kebaktian di gereja, persekutuan suci, baptis, dan perkawinan dan semacamnya. b. Ketaatan. Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air, meski ada perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari komitmen sangat formal dan khas publik, semua agama yang dikenal juga mempunyai perangkat tindakan persembahan dan kontemplasi personal yang relatif sepontan, informal, dan khas pribadi. Ketaatan di lingkungan penganut Kristen diungkapkan melalui sembahyang pribadi, membaca injil dan barangkali menyanyi himne bersam-sama. Dalam Islam ditunjukkan pada seberapa tingkat kepatuhan muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan diajurkan oleh agamanya. Dalam keberislaman dimensi peribadatan menyangkut pelaksanaan shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al Qur’an, do’a, zikir, ibadah qurban, I’tikaf di masjid di bulan Puasa, dan sebagainya. (3) Dimensi Pengalaman (eksperiental) Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengaharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir (bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supernatural). Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami seseoang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan. Dalam Islam dimensi ini terwujud dalam perasaan dekat atau akrab dengan Allah, perasaan do’a-do’anya sering terkabul, perasaan tentram bahagia karena menuhankan Allah, perasaan bertawakal pasrah diri kepada Allah, perasaan khusuk ketika melaksanakan shalat atau berdo’a, perasaan tergetar ketika mendengar azan atau ayat-ayat Al Qur’an, perasaan syukur kepada Allah dan lain sebagainya. (4) Dimensi Pengetahuan Agama (Intelektual) Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritusritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi penerimaannya walaupun demikian, keyakinan tidak perlu diikuti oleh syarat pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu bersandar pada keyakinan. Seseorang dapat berkeyakinan kuat tanpa benar-benar memahami agamanya, atau kepercayaan bisa kuat atas dasar pengetahuan yang amat sedikit. Dalam Islam dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi Al Qur’an, pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun Islam dan rukun iman) hukum-hukum Islam, sejarah Islam dan sebagainya. (5) Dimensi Pengamalan (konsekuensi) Konsekuensi komitmen agama berlainan dari ke empat dimensi di atas. Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Istilah “kerja” dalam pengertian teologis digunakan di sini. Walaupun agama banyak menggariskan bagaimana pemeluknya seharusnya berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari, tidak sepenuhnya jelas sebatas mana konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan, atau semata-mata berasal dari agama. Dalam Islam dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkatan muslim berperilaku dimotifasi oleh ajaran agamanya. Dimensi ini meliputi perilaku suka menolong, bekerja sama, berderma, berlaku jujur, menjaga amanat, tidak korupsi, tidak mencuri, dan lain sebagainya. B. Pengertian Interaksi Sosial 1. Pengertian Interaksi Sosial Manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia bergantung dan membutuhkan individu lain atau makhluk lainnya. Dalam hidup bermasyarakat, manusia dituntut untuk berinteraksi dengan sesama secara baik agar tercipta masyarakat yang tentram dan damai. Secara etimologis, interaksi terdiri dari dua kata, yakni action (aksi) dan inter (antara). Jadi, interaksi adalah tindakan yang dilakukan di antara dua atau lebih orang, atau tindakan yang berbalas-balasan. 30 Menurut H. Bonner, interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Definisi ini menggambarkan kelangsungan timbal-baliknya interaksi sosial antara dua atau lebih manusia itu. 31 Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. 32 30 31 32 Bernard Raho, Sosiologi - Sebuah Pengantar, h.33. W.A.Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Eresco, 1996), Cet.13, h.57. Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), h. 61. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan lain sebagainya. 33 2. Syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu, adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. 34 a. Kontak Sosial Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya bersama-sama), dan tango (yang artinya menyentuh), jadi artinya secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, tetapi ada juga orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya misalnya dengan cara berbicara, orang-orang dapat berhubungan satu dengan lainya melalui telephon, telegrap, radio, surat dan seterusnya. 35 Suatu kontak dapat pula bersifat primer atau skunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, seperti misalnya apabila orang-orang tersebut berjabat tangan, saling senyum dan seterusnya. Sebaliknya kontak yang skunder memerlukan melalui alat-alat misalnya telephon, telegrap, radio dan seterusnya. Dalam hal si A menelephon si B maka terjadi kontak 33 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 60-61. Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 64. 35 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 65. 34 sekunder langsung, akan tetapi apabila si A meminta tolong kepada si B supaya diperkenalkan dengan gadis C, maka kontak tersebut bersifat skunder tidak langsung. 36 b. Komunikasi Komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada prilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu kelompok manusia atau orang perorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-orang lainnya. 37 Menurut Hartly dalam bukunya Sarito Wirawan, ada beberapa jenis komunikasi, yaitu komunikasi antar individu dengan individu, antar individu dengan massa, misalnya dalam pidato dan kuliah. Dan komunikasi antar kelompok atau antar massa, misalnya antara para penyuluh pertanian dan para petani. 38 Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi pelbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum, misalnya, dapat ditafsirkan sebagai keramah-tamahan, sikap bersahabat atau bahkan sebagai sikap sinis dan sikap ingin menunjukkan kemenangan. 36 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 66. Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 67. 38 Sarito Wirawan, Psikologi Sosial : Individu dan Teori-teori Psikolgi Sosial, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet. 2, h.193. 37 3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Bentuk-bentuk interaksi dapat berupa kerjasama (cooperation), persaingan (competition) dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). 39 a. Kerjasama (cooperation) Beberapa orang sosiolog menganggap bahwa kerjasama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan outgroup-nya). Kerjasama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan lain yang menyinggung kesetian yang secara tradisional atau institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seorang atau segolongan orang. Betapa pentingnya fungsi kerjasama, digambarkan oleh Charles H.Cooley sebagai berikut :40 “Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingankepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingankepentingan tersebut, kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna“. Dalam hubungannya dengan kebudayaan suatu masyarakat, maka kebudayaan itulah yang mengarahkan dan mendorong terjadinya kerjasama. Di kalangan masyarakat Indonesia dikenal bentuk kerjasama tradisonal dengan nama gotong-royong. Di dalam sistem pendidikan Indonesia yang tradisional, seseorang sejak kecil telah ditanamkan etika kehidupan agar dia selalu hidup rukun, terutama dengan keluarganya dan lebih luar lagi dengan orang-orang lainnya di dalam masyarakat. Hal ini disebabkan karena adanya 39 40 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h.70. Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h.73. suatu pandangan hidup, bahwa seseorang tidak mungkin hidup sendiri tanpa kerjasama dengan orang lain. Pandangan hidup demikian ditingkatkan dalam taraf kemasyarakatan, sehingga gotong-royong seringkali diterapkan untuk menyelenggarakan suatu kepentingan umum. Sehubungan dengan pelaksanaan kerjasama, dalam bukunya Soerjono Soekanto ada lima bentuk kerjasama, yaitu : a. Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong b. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua orgnisasi atau lebih. c. Ko-optasi (co-optation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan. d. Koalisi (coalition), yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu, karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif. e. Joint-ventrue, yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya : pemboran minyak, pertambangan batu bara, perfilman, perhotelan dan seterusnya. b. Persaingan (competition) Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. 41 Persaingan adalah suatu perjuangan (struggle) dari pihak-pihak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Suatu ciri dari persaingan adalah perjuangan menyingkirkan pihak lawan itu dilakukan secara damai atau secara fair-play, artinya selalu menjunjung tinggi batas keharusan. Persaingan dapat terjadi dalam segala bidang kehidupan, misalnya : bidang ekonomi dan perdagangan, kedudukan, kekuasaan, dan sebaginya. 42 Akibat-akibat persaingan mungkin saja bersifat asosiatif atau mungkin pula bersifat disosiatif. Apabila seorang dokter, ahli hukum, guru dan seterusnya membina karirnya dalam masyarakat, maka tujuannya adalah untuk pribadi sendiri dan relasinya, adalah juga untuk mengadakan kerjasama agar persaingan antara mereka sendiri sedapat mungkin dicegah. Akibat-akibat yang disosiatif dapat menjadi pertentangan atau pertikaian. Hasil-hasil suatu persaingan dapat berhubungan erat dengan berbagai faktor antara lain : 1. Keperibadian seseorang. Apabila persaingan dilakukan secara jujur, maka hal itu akan dapat memperkembangkan rasa sosial dalam diri seseorang. Seseorang hampir tak mungkin bersaing dengan orang lain tanpa mengenal lawannya dengan baik. 41 42 h.121. Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h.91 Soleman B. Taneko, Struktur dan Proses Sosial, Suatu Pengantar Sosiologi Pemgangunan, Persaingan menyangkut terjadinya kontak dengan kata lain komunikasi, oleh karena seseorang tentu ingin mengetahui sifat-sifat, cara-cara kerja dan perilaku dari lawannya. Oleh karena itu persaingan dapat memperluas pandangan seseorang, dapat memperluas pengertian serta pengetahuannya. 2. Kemajuan; dalam masyarakat yang sedang berkembang dan maju, orang perorangan perlu menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut. Persaingan akan mendorong seorang untuk bekerja keras supaya dapat memberikan sahamnya bagi pembangunan masyarakat. 3. Solidaritas kelompok. Selama persaingan dilakukan secara jujur, solidaritas kelompok tak akan goyah. Lain halnya apabila persaingan tersebut mempunyai kecenderungan untuk berubah menjadi pertentangan atau pertikaian. 4. Disorganisasi. Perubahan-perubahan yang terlalu cepat dalam masyarakat, mungkin akan mengakibatkan disorganisasi dalam struktur sosial. Perubahan-perubahan yang terlalu cepat tadi merupakan faktor utama disorganisasi karena masyarakat hampir tidak dapat kesempatan untuk menyesuaikan diri dan mengadakan reorganisasi. 43 Walaupun persaingan mempunyai kecenderungan kepada pertikaian, namun dapat pula mendorong untuk suatu kerjasama. Misalnya antara beberapa perusahaan tertentu, mungkin beberapa perusahaan itu akan melakukan kerjasama untuk menyingkirkan satu perusahaan yang lainnya. c. Pertentangan (pertikaian atau konflik) 43 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 94-95. Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan/atau kekerasan.44 Sebab musabab atau akar-akar dari pertentangan antara lain : 1. Perbedaan antara indvidu-individu. Perbedaan pendirian dan perasaan mungkin akan melahirkan bentrokan antara mereka. 2. Perbedaan kebudayaan. Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut. 3. Perbedaan kepentingan. Perbedaan kepentingan antara individu maupun kelompok merupakan sumber lain dari pertenangan. 4. Perubahan sosial. Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat Walaupun pertentangan merupakan suatu proses disosistif yang agak tajam akan tetapi pertentangan sebagai salah satu bentuk proses sosial juga mempunyai fungsi positif bagi masyarakat, misalnya pertentangan dalam seminar atau diskusi-diskusi ilmiah, dimana dua atau beberapa pendapat yang berbeda diketengahkan dan dipertahankan oleh berbagai pihak. Pertentangan-pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, atau kepentingan, sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam strukutur sosial yang tertentu, maka pertentangan-pertentangan tersebut bersifat positif. Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus antara lain : 44 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 98-103. 1. Pertentangan pribadi. Tidak jarang terjadi bahwa dua orang sejak mulai berkenalan sudah saling tidak menyukai. 2. Pertentangan rasial. Adanya perbedaan-perbedaan yang seringkali menimbulkan pertentangan. Misalnya pertentangan antara orang-orang negro dengan orang-orang kulit putih di Amerika. 3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial. Pada umumnya ia disebabkan oleh perbedaan kepentingan, misalnya perbedaan kepentingan antara majikkan dengan buruh. 4. Pertentangan politik. Biasanya pertentangan ini menyangkut baik antara golongangolongan dalam satu masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat. 5. Pertentangan yang bersifat internasional. Akibat-akibat bentuk pertentangan adalah : 1. Tambahnya solidaritas in-group. Apabila suatu kelompok bertentangan dengan kelompok lain, maka solidaritas antara warga-warga kelompok biasanya akan bertambah erat. 2. Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam suatu kelompok tertentu akibatnya yaitu goyah dan retaknya persatuan kelompok tersebut. 3. Perubahan kepribadian. 4. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia. 5. Akomodasi, dominasi dan takluknya satu pihak tertentu. C. Toleransi Antar Umat Beragama 1. Pengertian Toleransi Istilah toleransi berasal dari bahasa inggris, yaitu : “Tolerance” berarti sikap membiarkan, mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Bahasa Arab menterjemahkan dengan “tasamuh”, berarti saling mengijinkan, saling memudahkan.45 Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata “toleran” yang berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada. Sedangkan menurut istilah (terminology), toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendirianya.46 Jadi toleransi beragama adalah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama atau sistem keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain. 2. Ruang Lingkup Toleransi Tanda-tanda bahwa ada sikap dan suasana toleansi di antara sesama manusia atau antar pemeluk agama, ruang lingkup toleransi adalah :47 1. Mengakui hak orang lain, maksudnya ialah suatu sikap mental yang mengakui hak setiap orang di dalam menentukan sikap atau tingkah laku dan nasibnya masing- 45 Said Agil Husin Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005), cet. 3, h. 13. 46 Abdu Fattah, Toleransi Beragama dalam Perspektif Al Qur’an, Artikel diakses tanggal 25 Oktober 2008, dari http: // Fahdamjad.files.wordpress.com 47 Faridfann, Toleransi dalam Perspektif Agama-agama dan Upacara Ritual Seremonial, artikel diakses tanggal 25 Oktober 2008, dari http://faridfann.wordpress.com masing, tentu saja sikap atau perilaku yang di jalankan itu tidak melanggar hak orang lain. 2. Menghormati keyakinan orang lain, keyakinan seseorang ini biasanya berdasarkan kepercayaan, yang telah tertanam dalam hati dan dikuatkan dengan landasan baik yang berupa wahyu maupun pemikiran yang rasional karena keyakinan seseorang ini tidak akan mudah untuk dirubah atau dipengaruhi. Bahkan kalau diganggu, sampai matipun mereka akan tetap mempertahannkan. 3. “Agree in Disagreement “ (setuju dalam perbedaan) adalah prinsip yang selalu didengungkan oleh mantan Menteri Agama Prof. Dr. H. Mukti Ali dengan maksud bahwa perbedaan tidak harus ada permusuhan karena perbedaan selalu ada dimanapun, maka dengan perbedaan itu kita harus menyadari adanya keanekaragamaan kehidupan ini. 4. Saling mengerti, ini merupakan salah satu unsur toleransi yang paling penting, sebab dengan tidak adanya saling pengertian ini tentu tidak akan terwujud toleransi. 5. Kesadaran dan kejujuran, menyangkut sikap, jiwa dan kesadaran batin seseorang yang sekaligus juga adanya kejujuran dalam bersikap sehingga tidak terjadi pertentangan antara sikap yang dilakukan dengan apa yang terdapat dalam bathinnya. 6. Falsafah Pancasila, itu merupakan suatu landasan yang telah diterima oleh segenap manusia Indonesia, merupakan tata hidup yang pada hakekatnya adalah merupakan konsesus dan diterima praktis oleh Bangsa Indonesia atau lebih dari itu adalah dasar negara kita. 3. Dasar-dasar Toleransi Pada hakekatnya semua agama mempunyai ajaran yang menjadi dasar adanya perintah toleransi ini, seperti yang telah diuraikan di bawah ini :48 Toleransi dalam agama Kristen Antara Kristen Katolik dan Protestan meskipun keduanya mempunyai ajaran yang berasal dari Yesus Kritus, akan tetapi dalam masalah toleransi umat beragama keduanya mempunyai pandangan yang berbeda. Dari segi ajaran agama pihak gereja Katolik mempunyai masalah yang perlu dicatat sehubungan dengan pluralisme agama, ialah : a. Hubungan persaudaraan dan persatuan. Umat Katolik di tengah dunia harus berperan sebagai tanda dan sarana persatuan dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia b. Sependeritaan sepenanggungan. Kasih penderitaan yang ingin dibangun di antara sesama manusia mencakup keprihatinan bersama dalam mengusahakan kesejahteraan hidup di dunia. c. Ada pancaran kebenaran, kebaikan dan kesucian di luar gereja. Meski mengakui wahyu ilahi, namun masih dalam pergumulan menangkap kedalaman dan kepenuhannya, sambil mengakui bahwa masih banyak kekurangan dalam melaksanakan ajaran ilahi, umat Katolik diajak belajar dari kebaikan agama lain. Gereja Katolik tidak menolak apapun yang dalam agama serba benar dan suci. Menurut ajaran Kristen Protestan selanjutnya disebut Kristen-perdamaian atau kerukunan merupakan perintah utama dalam melaksanakan kehendak Tuhan dan setiap umat Kristen mempunyai tugas kewajiban untuk mencari dan mengusahakan perdamaian. Umat Kristen 48 digembleng imannya dan dididik untuk berkurban dengan Faridfann, Toleransi dalam Perspektif Agama-agama dan Upacara Ritual Seremonial, artikel diakses tanggal 25 Oktober 2008, dari http://faridfann.wordpress.com mempersembahkan kurban syukurnya yang berupa uang yang disisihkan dalam empat pundi-pundi, yang diperuntukkan : a. Pemeliharaan jamaat, membayar pendeta dan lain-lain. b. Orang-orang miskin c. Membangun gereja d. Pekabaran Injil Toleransi dalam Agama Islam Terhadap pemeluk Islam sendiri peraturan Islam sesungguhnya terdapat toleransi artinya dalam bidang ibadah juga terdapat toleransi, karena Islam Adalah agama Fitrah, sesuai dengan naluri. Maka inti ajaran Islam memang amat ringan. Seperti disebutkan dalam surah Al Baqarah ayat 256, &'( % "!#$ ! 8 45⌧7 12 -&./0 !)*+), AB/CD 7<=?@ 9☺'; &''; D EF2'@H HNOD 9IJ.☺KL ? VW SJT=U R 8 'PQ `" \]Y^_ YYZ=⌧[ X H “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah [2] : 256)49 Di atas itu adalah ayat yang menunjukkan bahwa menganut suatu agama tidak ada paksaan, termasuk umat Islam tidak boleh memaksa orang lain untuk mengikuti agamanya. 49 Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Surya Cipta Aksara Surabaya, 1993), h. 63. 4. Toleransi Antar Umat Beragama dalam Perspektif Islam Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama, yang didasarkan kepada; setiap agama menjadi tanggungjawab pemeluk agama itu sendiri dan mempunyai bentuk ibadat (ritual) dengan sistem dan cara tersendiri yang dibebankan serta menjadi tanggungjawab pemeluknya, maka toleransi dalam pergaulan hidup antara umat beragama bukanlah toleransi dalam masalah-masalah keagamaan, melainkan perwujudan sikap keberagaman pemeluk suatu agama dalam pergaulan hidup antara orang yang tidak seagama, dalam masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum. Dalam kaitannya dengan toleransi antar umat agama, toleransi hendaknya dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat penganut agama lain, dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing tanpa adanya paksaan dan tekanan dari satu pihak ke pihak lain, baik untuk beribadah maupun tidak beribadah. Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari hidup bertetangga, baik dengan tetangga yang seiman maupun tidak seiman dengan kita. Sikap toleransi ini direfleksikan dengan cara saling menghormati, saling memuliakan dan saling tolong menolong. Kita bersahabat dengan mereka, saling silaturahmi, menjalin kerja sama dan sebagainya. Jalinan persaudaraan dan toleransi antara umat beragama sama sekali tidak dilarang oleh Islam, selama masih dalam tataran kemanusiaan dan kedua belah pihak saling menghormati hak-haknya masing-masing. !#(/ X QDB?b9cd@ a "!#e& ! 7ABO^K'@ 7A' i2 DBfg@Bh 'H OeHlm9', jHk 7ABg@ )j 8 7Ap7m' % nBCoO,H " !*Co-☺ N^Bh / “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orangorang yang tiada memerangimu Karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah [60] : 8).50 Dalam rangka membina kehidupan umat beragama dan membangun toleransi, ada tiga agenda besar yang memerlukan perhatian semua pihak. Pertama, meningkatkan pemahaman keagamaan ummat bahwa misi agama adalah rahmatan lil alamin (membawa rahmat bagi semesta) harus dijabarkan secara luas. Jika ini diabaikan, tak mustahil fanatisme religius yang sesungguhnya bernilai positif untuk membangkitkan semangat jihad berubah menjadi fundamentalisme radikal yang justru merusak sendisendi toleransi kehidupan beragama. Kedua, memperbaiki suasana kehidupan masyarakat ke arah yang lebih adil, beradab dan demokratis. Ketiga, menghilangkan kelembagaan agama secara berlebihan, yang pada gilirannya menghasilkan sikap eksklusif. 51 Dalam mewujudkan kemaslahatan umum, agama telah menggariskan dua pola dasar hubungan yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya, yaitu : hubungan secara vertikal dan hubungan secara horizontal :52 Pertama adalah hubungan antara pribadi dengan khaliknya yang direalisasikan dengan bentuk ibadah sebagaimana yang telah digariskan oleh setiap agama. Kedua adalah hubungan antara manusia dengan sesamanya. Pada hubungan ini tidak hanya terbatas pada lingkungan suatu agama saja, tetapi juga berlaku kepada orang 50 Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Surya Cipta Aksara Surabaya, 1993), h. 51 Nur Achmad, Pluralitas Agama : Kerukunan dalam Keragaman, (Jakarta: Kompas, 2001), cet 52 Said Agil Husin Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama, h. 14. 924. 1, h. 119. yang tidak seagama, yaitu dalam bentuk kerjasama dalam masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum. Di Indonesia, kehidupan beragama berkembang dengan subur. Pelaksanaan upacara-upacara keagamaan baik dalam bentuk ibadah (ritual) maupun dalam bentuk peringatan (ceremonial) tidak hanya terbatas pada rumah-rumah atau tempat resmi masing-masing agama, tetapi juga pada tempat-tempat lain seperti di kantor-kantor dan di sekolah-sekolah. Di sini berlaku toleransi, yaitu berupa fasilitas atau izin mempergunakan tempat dari atasan atau kepala sekolah (beragama lain) yang bersangkutan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi dalam menyiapkan generasi penerus. Dalam menanamkan dan membina sikap toleransi antara sesama murid, terutama yang tidak seagama (jika diperlukan) hanya terbatas dalam membantu menyiapkan sarana yang diperlukan untuk upacara yang dimaksud, bukan ikut menghadiri atau melaksanakan upacara (ritual) agama tertentu. Perwujudan toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama direalisasikan dengan cara,53 pertama, setiap penganut agama mengakui eksistensi agama-agama lain dan menghormati segala hak asasi penganutnya. Kedua, dalam pergaulan bermasyarakat, setiap golongan umat beragama menampakkan sikap saling mengerti, menghormati dan menghargai. 5. Toleransi antar Umat Beragama dalam Perspektif Kristen Bagi umat Kristen dan Katolik, toleransi kehidupan intern dan antar umat sesungguhnya telah tercermin dalam panggilan gereja. Yang oleh gereja sendiri diberi batas. Khususnya bila gereja memihak salah satu golongan. Gereja sering terlalu puas diri dengan karya-karya sosial, yang bahkan dilakukan tanpa mengikut sertakan golongan 53 Said Agil Husin Al Munawar, Fiqih Hubungan Antar Agama, h. 16-17. lain, gereja memang dipanggil, tetapi tidak atau belum senantisa diintegrasikan dengan kenyataan kongkrit. Dalam rangka pendidikan dan pembudayaan kehidupan umat beragama dan membangun toleransi, menurut tokoh agama Kristen dan Katolik, ada lima pokok mendasar dari panggilannya. Pertama, fungsi agama, apa pun agamanya adalah menuntut atau membimbing manusia dalam merealisasikan keterciptaannya, dalam usaha manusia untuk hidup sesuai kodratnya Kedua, ia merupakan sarana bagi manusia agar dapat melakukan dialog cinta kasih dengan lebih mudah, lebih sempurna, memberikan kemudahan bagi manusia untuk membuat hidupnya berarti, bukan saja dengan petunjuk-petujuk-Nya, melainkan juga dengan kekuatan ilahi, sebutlah rahmat-Nya yang ada dalam agama itu. Ketiga, bilamana manusia menyeleweng agama akan memperingatkannya, “awas kamu berdosa”, “tindakanmu salah”, “kamu mesti minta ampun dan bertobat”. Keempat, orang yang hidup tanpa ikatan dengan satu agama, bisa terjadi bahwa lama kelamaan dia akan kehilangan komunikasi denga Tuhan. Kelima, mengkomunikasikan jalan keselamatan dan hidup yang kekal.54 Umat Kristen mempunyai kitab Injil yang berisi berita suka cita tentang keselamatan serta hidup kekal dan sejati yang ditawarkan oleh Tuhan Allah kepada manusia berdosa melalui kehadiran dan penjelmaan-Nya di dalam diri Yesus Kristus. Tetapi keyakinan itu tida mesti dan tidak perlu membuat orang Kristen lebih selamat atau 54 cet 1, h. 119. Nur Achmad, Pluralitas Agama : Kerukunan dalam Keragaman, (Jakarta: Kompas, 2001), lebih unggul dari orang atau umat beragama lain, atau menilai bahwa agama dan keyakinan orang lain lebih rendah dari agama dan keyakinannya. 55 Umat Kristen membuang atau menjauhkan diri dari sikap arogan dan eksklusif dalam berinteraksi dengan saudara-saudaranya Muslim. Kiranya tidak lagi terucap dari mulut orang-orang Kristen kata-kata yang bernada cemooh dan merendahkan, entah menyangkut kitab suci, isi ajaran dan keyakinan, maupun menyangkut tokoh Islam. Umat Kristen perlu tetap menjaga jatidiri atau identitas, tanpa harus melecehkan agama umat beragama lain. Kaum Muslim lebih menghargai orang Kristen yang tetap jelas identitasnya, ketimbang yang memperlihatkan watak kompromistis dan munafik. Karena itu – kendati tetap penting menghadiri acara-acara umat Islam, bila diundang, atau acara-acara yang bersifat antar-agama – orang Kristen tidak perlu ikut-ikutan dalam ritual Islam, misalnya mengucapkan doa dan melakukan gerakan-gerakan yang bersifat ritual. 55 Jan S Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia, (Jakarta Gunung Mulia, 2004), cet. 1, h. 605. BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Institusi SMAN 79 Jakarta Selatan Sebagai Sarana Pendidikan dan Pengajaran 1. Sejarah Berdirinya Sekolah Menengah Atas (SMA) Negri 79 merupakan salah satu sekolah menengah atas yang berada di wilayah Jakarta Selatan. Sekolah ini terletak di jalan Menteng Pulo Ujung, Menteng Atas Setia Budi Jakarta Selatan. Keadaan lingkungan sekolah SMAN 79 berada di daerah pemakaman yang letaknya jauh dari keramaian dan kebisingan kendaraan umum, sehingga masih kondusif dalam proses belajar mengajar yang berlangsung sehari-hari. Sekolah ini dibangun di atas areal tanah seluas + 2000. Sebelah Utara sekolah berbatasan dengan SDN. Sebelah Barat makam Menteng Pulo. Sebelah Selatan Apartemen Puri Casablanca. Sebelah Timur Kelurahan Menteng Atas. SMAN 79 pada awalnya adalah anak cabang dari SMAN 8. Pada saat itu namanya SMAN 8 Filial, yang dimulai pada bulan Juli 1980. Pada saat itu banyak lulusan dari SMP yang ingin masuk ke SMAN 8, karena kapasitas terbatas maka dibukalah anak cabang SMAN 8 dengan nama SMAN 8 filial. Sekolah ini belum mempunyai bangunan sendiri sehingga masih menumpang di sekolah dasar yang terletak di daerah Tebet Timur dalam II G Jakarta Selatan.56 Proses belajar mengajar dilaksanakan pada siang hari yaitu dimulai dari jam 13.00 sampai jam 17.00. pada saat itu SMAN 8 filial mempunyai 2 jurusan yaitu jurusan IPA dan jurusan IPS, dengan kepala sekolah Bapak Drs. Udit Maulana. Pada bulan Juli 1985 SMAN 8 Filial mendapat penunggalan untuk berubah nama menjadi SMAN 79 Jakarta, karena telah memiliki siswa yang cukup banyak dan telah mampu untuk berdiri sendiri. Semula sekolah tersebut menumpang di Sekolah Dasar dengan kepala sekolah Bapak Drs. Eman Kisman. Kemudian Bapak Kepala Sekolah berusaha untuk mendapatkan gedung baru yaitu bekerja sama dengan POMG mengupayakan kepada pemerintah daerah DKI Jakarta untuk mendapatkan gedung baru. Kemudian pada bulan Juli 1987, dilakukan penyerahan gedung SMAN 79 yang beralamat di Jalan Menteng Pulo Ujung, Menteng Atas Setia Budi Jakarta Selatan dan ketika itu kepala sekolahnya Bapak Drs. Eman kisman. 57 SMAN 79 Jakarta sejak berdiri tahun 1980 hingga sekarang telah mengalami 11 priode pergantian kepala sekolah. Priode pertama dipimpin oleh kepala sekolah Bapak Drs. Udit Maulana dari tahun 1980-1981 dan dilanjutkan oleh Ibu Yub Hadi.S sampai tahun 1983. Dua priode kepemimpinan di atas, sekolah ini masih bernama SMAN 8 Filial. Kemudian pada tahun 1983 atau priode ke-3 yang dipimpin oleh kepala sekolah 56 Wawancara pribadi dengan Bapak Harjono, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian Humas/sapras, Jakarta, 2 September 2008. 57 Wawancara pribadi dengan Bapak Harjono, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian Humas/sapras, Jakarta, 2 September 2008. Bapak Drs. Eman Kisman sekolah ini berganti nama menjadi SMAN 79 Jakarta. Setelah itu telah terjadi pergantian kepala sekolah sebanyak 8 kali hingga sekarang yang dipimpin oleh kepala sekolah Bapak Drs. A. Soekarno.58 a. Visi dan Misi Pendidikan dan pengajaran merupakan kegiatan penting yang harus diselenggarakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di semua negara. Di Indonesia pendidikan dilaksanakan merupakan upaya untuk melaksanakan salah-satu cita-cita bangsa Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. SMAN 79 Jakarta dalam pelayanan pendidikan mengutamakan pengembangan potensi peserta didik secara optimal dan mempunyai visi “Unggul dalam Prestasi berdasarkan Kultur Iptek, Imtak dan 7K”. (keamanan, kebersihan, keindahan, ketertiban, kekeluargaan, kerindangan dan kengamanan) SMAN 79 Jakarta juga mempunyai misi antara lain: 1. Mengadakan kegiatan keagamaan secara rutin dan teratur untuk menumbuhkan penghayatan dan penerapan keimanan dan ketaqwaan 2. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif melalui pendalaman materi dan remedial 3. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada siswa, guru, dan karyawan, sehingga dapat bersaing pada lingkungan seprofesi 58 Tahun 1980 – 1981 : Bapak Drs. Udit Maulana, tahun 1981 – 1983 : Ibu Yub, Hadi S, tahun 1983 – 1991 : Bapak Drs. Eman Kisman, tahun 1991 – 1995 : Ibu Hj. Srirahayu, Sumadi MM, tahun 1995 – 1996 : Bapak Prohanta Sastradipura, tahun 1996 – 1998 : Ibu Drs. Hj. Jasni Yakub, tahun 1998 – 2000 : Ibu Drs. Hj. Mutinah, tahun 2000 – 2002 : Bapak Drs. Soekarno, tahun 2002 – 2003 : Bapak Drs. H. Tahir Husein, tahun 2003 – 2005 : Bapak Drs. Hermanto M.M, tahun 2005 – sekarang : Bapak Drs. A. Soekarno 4. Menumbuhkan budaya bangsa dalam berbudi pekerti dan bertata krama, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak 5. Mewujudkan lingkungan yang indah, asri dan nyaman b. Data Guru Sekolah yang berkualitas tidak lepas dari fungsi guru sebagai pengajar dan organisator yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan organisasi sekolah secara bersamaan dengan baik dan struktural. Di sekolah SMAN 79 Jakarta terdapat 56 guru, yang terdiri dari 23 guru laki-laki dan 33 guru perempuan. Berdasarkan data tersebut di sekolah ini mayoritas dibimbing oleh guru-guru perempuan ini membuktikan bahwa perempuan sudah diberikan kebebasan dalam berkarir. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak wakil kepala sekolah bagian humas/sapras yaitu Bapak Harjono S.Pd. Ia menyatakan: “alasan mengapa SMAN 79 Jakarta mayoritas pengajarnya perempuan adalah pada waktu SMAN 79 Jakarta baru berdiri yang merupakan filial dari SMAN 8 mendapatkan drop atau surat keputusan yang mayoritas pengajarnya perempuan dari SMAN 8.”59 Para guru di sini hampir semua sudah sarjana atau lulusan S1 yang berjumlah 48 orang dan lulusan D3 berjumlah 5 orang, bahkan ada lulusan S2 atau yang disebut doktor berjumlah 3 orang.60 59 Wawancara pribadi dengan Bapak Harjono, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian Humas/sapras, Jakarta, 9 Januari 2009. 60 Data terlampir pada lampiran I. Tebel 1: Jumlah dan latar belakang pendidikan Pendidikan Laki-laki Perempuan D3 3 2 S1 19 29 S2 1 2 Jumlah 23 33 Sumber Data Arsip SMAN 79 tahun 2007-2008 Mayoritas guru negeri mengajar di sekolah sesuai dengan surat keputusan (SK) yang ditetapkan oleh pemerintah. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Harjono S.Pd berikut ini: “Sebenarnya saya waktu itu ditempatkan di mana saja tidak masalah inikan sesuai dengan SK nya. Kebetulan pada waktu itu memang saya di tempatkan di SMAN 79 Jakarta. Sebenarnya awal SK saya di SMAN 8, karena SMAN 79 merupakan filial dari SMAN 8 maka saya dan beberapa teman saya dipindahkan SK nya ke SMAN 79 Jakarta.”61 Sementara itu pendapat senada diungkapkan oleh Ibu Dra. Loine Simanjuntak berikut ini: “ Saya mengajar di SMAN 79 karena sudah ditetapkan sesuai dengan surat keputusan, awalnya saya mengajar di SMAN 8 Filial kemudian pindah ke gedung baru dan berubah nama menjadi SMAN 79 Jakarta. Akhirnya SK saya dipindahkan ke SMAN 79 Jakarta.”62 Para guru mempunyai tugas yang sangat penting di antaranya membuat program pengajaran seperti menganalisis materi pelajaran, membuat program tahunan dan semesteran, membuat program satuan pelajaran, silabus dan lain-lain, serta melaksanakan kegiatan pembelajaran dan membuat naskah soal ulangan harian, blok, semesteran dan 61 Wawancara pribadi dengan Bapak Harjono, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian Humas/sapras, Jakarta, 9 Januari 2009. 62 Wawancara pribadi dengan Ibu Dra. Loine Simanjuntak, Jakarta, 9 Januari 2009. ujian sekolah, juga membimbing siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar seperti mengadakan tanya jawab di luar jam pelajaran apabila siswa kurang memahami materi, membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa dan lain-lain. c. Data Siswa Jumlah keseluruhan siswa SMA Negri 79 Jakarta ketika observasi berjumlah 656 orang siswa: kelas I berjumlah 274 orang, kelas II berjumlah 189 orang dan kelas III berjumlah 193 orang, keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2: Data Siswa Tahun Ajaran 2008-2009 Tabel Kelas I No Kelas L P Jumlah I I-1 21 19 40 I-2 20 20 40 I-3 18 22 40 I-4 19 20 39 I-5 19 21 40 I-6 19 21 40 I-7 22 13 35 Jumlah 138 136 274 Sumber Data Arsip SMAN 79 Tahun 2008-2009 Agama Islam Kristen 38 2 40 40 39 40 38 2 35 270 4 Berdasarkan tabel data siswa kelas I jumlah siswa yang masuk ke sekolah SMAN 79 meningkat tahun ini dibandingkan tahun kemarin yaitu 274 siswa sedangkan tahun kemarin yaitu 189 siswa. Jumlah siswa laki-laki di sekolah ini lebih banyak yaitu 138 siswa dibandingkan jumlah siswa perempuan yaitu 136 siswa. Jumlah siswa muslim yaitu 270 orang sedangkan jumlah siswa Kristen yaitu 4 orang. Tabel Kelas II No Kelas L P Jumlah Agama Islam Kristen II II – IPA1 18 22 40 II – IPA2 16 21 37 II – IPS1 22 15 37 II – IPS2 22 17 39 II – IPS3 23 13 36 Jumlah 101 88 189 Sumber Data Arsip SMAN 79 Tahun 2008-2009 37 35 36 37 34 179 3 2 1 2 2 10 Berdasarkan tabel data siswa kelas II di atas jumlah siswa laki-laki 101 orang dan jumlah siswa perempuan 88 orang. Sedangkan siswa yang beragama Islam berjumlah 179 dan siswa yang beragama Kristen berjumlah 10 orang. Di kelas II ini siswa-siswi sudah dapat menentukan jurusan yang diminati, yaitu jurusan IPA dan jurusan IPS. Jurusan IPA terdapat 2 kelas dengan jumlah siswa 77 orang dan jurusan IPS terdapat 3 kelas dengan jumlah siswa 112 orang. Tabel Kelas III No Kelas III L P Jumlah III – IPA1 21 16 37 III – IPA2 17 20 37 III – IPS1 24 16 40 III – IPS2 20 20 40 III – IPS3 22 17 39 Jumlah 104 89 193 Jumlah Total 343 313 656 Sumber Data Arsip SMAN 79 Tahun 2008-2009 Agama Islam Kristen 34 3 35 2 37 3 37 3 39 182 11 631 25 Berdasarkan tabel data siswa kelas III di atas jumlah siswa laki-laki 104 dan jumlah siswa perempuan 89 orang. Sedangkan jumlah siswa yang beragama Islam 182 orang dan siswa yang beragama Krisren 11 orang. Di kelas III ini terdapat 2 jurusan yaitu 2 kelas jurusan IPA dengan jumlah siswa 74 orang dan 3 kelas jurusan IPS dengan jumlah siswa 119 orang. Berdasarkan table data siswa dari kelas I, kelas II dan kelas III di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah siswa perempuan. Hal tersebut di atas ditentukan berdasarkan minat siswa yang masuk ke SMAN 79 Jakarta dan juga berdasarkan NEM. Seperti yang diungkapakn oleh Bapak Harjono S.Pd yang menjabat wakil kepala sekolah bagian humas/sapras berikut ini: “Jumlah siswa laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah siswa perempuan di SMAN 79 itu ditentukan oleh minat siswa yang masuk kesini, kita tidak bisa menetapkan siswa laki-laki atau siswa perempuan. Ketika kita menerimanya itukan berdasarkan NEM. Kebetulan pada waktu itu nem-nem yang diterima di SMAN 79 Jakarta sebagian besar adalah laki-laki.”63 Alasan siswa sekolah di sini berbeda-beda. Seperti yang diungkapkan oleh Nurhalimah Tusadiyah: “ Memang saya diterima di sini, karena NEM saya dapatnya di sini. Awalnya biasalah kita memilih sekolah yang terbaik pilihan pertama saya adalah di SMAN 26, dan piihan kedua di SMAN 79 .”64 Hal senada juga diungkapkan oleh Canang Karismantio berikut ini: “ tujuan saya sekolah adalah menuntut ilmu. Sekolahan memang banyak pilihan dan akhirnya saya masuk di sini .”65 d. Kegiatan ekstrakurikuler SMAN 79 Jakarta Dalam upaya mengembangkan bakat dan minat siswa, sekolah menyediakan sarana kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di SMAN 79 Jakarta sebanyak 9 kegiatan antara lain: Rohis (Rohani Islam), Rohkris (Rohani Kristen), PMR, Mading, Paskibra, Sispala, Kesenian terdiri dari seni tari, seni musik dan teater, Olahraga terdiri dari futsal, bulu tangkis, basket, tae kwon do dan pencak silat serta yang terakhir adalah Scaint. 63 Wawancara pribadi dengan Bapak Harjono, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian Humas/sapras, Jakarta, 9 Januari 2009. 64 Wawancara pribadi dengan Nurhalimah Tusadiyah, Jakarta, 9 Januari 2009. 65 Wawancara pribadi dengan Canang Karismantio, Jakarta, 9 Januari 2009. Ada beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang mengikuti berbagai perlombaan dan mendapatkan juara. Berikut ini tabelnya: Tabel 3: Kejuaraan No Tahun 1 2003-2004 Nama Ekstrakulikuler Paskibra Sispala Rohis Sainct Kesenian Olah Raga Mading 2 2004-2005 3 2005-2006 Olah Raga Mading Sainct 4 2006-2007 Mading Karate 2. Kejuaraan Juara PBB tingkat SLTA seJakarta Panjat Tebing se DKI Cerdas Cermat kreatifitas Anak Muslim se Jakarta Selatan Kuis Galileo SCTV se DKI Modern Dance Duta Bangsa se DKI Tae Kwon Do Putri Mading Tingkat SLTA se DKI Futsal ARKINDO Mading Bahasa Jerman Kejuaraan Bahasa Inggris/dialog se DKI Mading Kejuaraan Paska Wira se Jakarta Selatan Karate POSSMA se Jakarta Selatan III I III II III III III II I I III Putra I Putri II Sarana dan Prasarana SMAN 79 Jakarta mempunyai bangunan berbentuk leter U dan berlantai tiga. Lantai dasar terdiri dari ruangan operasional sekolah seperti ruangan kepala sekolah dan wakilnya, ruangan guru, ruangan tata usaha, ruangan laboratorium, ruangan BP/BK, kelas dan lain-lain. Lantai dua terdiri dari kelas-kelas, perpustakaa dan koperasi sedangkan di lantai tiga terdapat kelas-kelas dan laboratorium komputer. Rungan guru cukup besar . ia mempunyai fasilitas yang banyak seperti: 14 perangkat komputer, sebuah kipas angin, televisi berukuran 21 inci dan setiap guru mempunyai loker dan meja pribadi. Ruangan guru bersebelahan dengan ruangan kepala sekolah dan wakilnya agar memudahkan komunikasi antar guru dengan kepala sekolahnya. Sekolah ini mempunyai lapangan yang cukup luas tetapi sayang sebagian lapangan digunakan untuk parkir kendaraan karena tempat parkir kurang cukup memadai untuk menampung kendaran guru dan siswa-siswa. Sekolah ini juga mempunyai 17 kelas yang terdiri dari 7 kelas digunakan untuk kelas I, 5 kelas digunakan untuk kelas II dan 5 kelas lagi digunakan untuk kelas III. Salah satu dari kelas tersebut digunakan untuk kegiatan Rohkris yang dilaksanakan setiap hari Jum’at setelah kegiatan belajar mengajar. Sarana dan prasarana sekolah yang lain yaitu sebuah masjid berlantai dua yang terletak di belakang sekolah, akan tetapi bangunannya kurang besar sehingga tidak dapat menampung siswa-siswi muslim yang ingin melaksanakan ibadahnya. Selain itu juga masjid digunakan untuk kegiatan Rohis yang dilaksanakan setiap hari Selasa dan Jum’at setelah kegiatan belajar mengajar. Adapun sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan di sekolah ini antara lain : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sarana dan Prasarana Kelas Laboratorium IPA Laboratorium Komputer Perpustakaan Laboratorium Bahasa Ruang BP/BK Ruang Kepala Sekolah Ruang Wakepsek Ruang Guru Ruang UKS Jml 17 3 1 1 1 1 1 1 1 1 No 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Sarana dan Prasarana Ruang Tata Usaha Studio Band Ruang Internet Lapangan Kantin Koperasi Ruang OSIS Pos Satpam Ruang Alat-alat Olahraga Masjid Jml 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3. Struktur Kelembagaannya Struktur kelembagaan sekolah SMAN 79 Jakarta sama seperti sekolah-sekolah negeri pada umumnya yang terdiri dari satu orang kepala sekolah dan tiga orang wakil kepala sekolah, yaitu wakil kurikulum, wakil kesiswaan, wakil humas/sapras. Selain itu dalam hal administrasi kepala sekolah dibantu oleh seorang kepala TU. Kepala sekolah juga dapat berkoordinasi dengan komite sekolah. yang bertugas sebagai pemimpin terhadap guru dan staf administrasi maksudnya adalah mendorong para guru dan staf administrasi untuk mengembangkan kemampuan mereka untuk menciptakan iklim sekolah yang kondusif serta membantu guru, tenaga administrasi, murid, dan orang tua murid untuk mempersatukan kehendak, pikiran dan tindakan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Kepala sekolah berkoordinasi dengan komite sekolah dalam menjalankan kegitan belajar mengajar siswa di sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Harjono S.Pd yang menjabat sebagai wakil kepala sekolah bagian humas/sapras berikut ini: “Tentang adanya pembuatan program-program kerja sekolah, salah satunya menyangkut masalah anggaran. Sekolah menyusun rencana anggaran pendapatan sekolah kemudian hasilnya diserahkan kepada ketua komite sekolah selaku perwakilan dari orang tua murid yang kemudian diplenokan dengan orang tua siswa. Sedangkan dalam masalah kurikulum tentu komite sekolah tidak ikut campur karena itu otoritas dari sekolah, akan tetapi setiap ada sesuatu hal yang dianggap positif oleh komite, biasanya dari komite sekolah itu mengusulkan, memberikan masukan atau saran kepada pihak sekolah.”66 Kepala sekolah juga mempunyai staf-staf yang bertugas membantunya: Kepala TU : Menyusun program tata usaha, mengelola keuangan, mengurus administrasi ketenagaan dan siswa, menyusun administrasi perlengkapan dan lain-lain. 66 Wawancara pribadi dengan Bapak Harjono, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah Bagian Humas/sapras, Jakarta, 9 Januari 2009. Wakil Kurikulum : Menyusun program pengajaran, menyusun jadwal pelajaran, menyusun pembagian dan uraian tugas guru, menyusun penjabaran kalender pendidikan, menyusun program penjurusan kelas bersama dengan wali kelas dan guru BP/BK. Wakil Kesiswaan : Menyusun program pembinaan kegiatan kesiswaan (OSIS), menyusun jadwal dan program pembinaan siswa secara berkala dan insidentil, membina pengurus OSIS dalam berorganisasi, membina dan mengawasi kegiatan upacara bendera, SKJ dan try out, membimbing, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan siswa dalam disiplin dan tata tertib. Wakil Humas/Sapras : Mendayagunakan sarana dan prasarana sekolah, menyusun program pengadaan, pengamanan dan pemeliharaan barang inventaris khususnya yang berkaitan dengan KBM; mengadakan sosialisasi sekolah terhadap masyarakat. Koordinator Lab : Menyusun jadwal praktik, mengatur dan mengamankan alat-alat praktikum, menyiapkan alat-alat praktik, menyusun tata tertib praktikum dan lain-lain. Wali Kelas : Membantu pengembangan kecerdasan dan keterampilan, membantu kepribadian dan budi pekerti, mengetahui kehadiran dan masalah siswa, memperhatikan buku lapor dan kenaikan kelas, melakukan koordinasi dengan bidang BP/BK dan bidang kurikulum. Koord Perpus : Menyusun rencana pengembangan dan bertanggungjawab penyelenggaraan perpustakaan sekolah, memperhatikan distribusi dan simulasi minat baca, menertibkan dan melengkapi sarana dan administrasi perpustakaan. Struktur organisasi SMAN 79 Jakarta Komite Sekolah H.M.Yusuf.BA Kepala Sekolah Drs. A.Sukarno Kepala TU Suroso Wa.Kurikulum Dra.Iceu Rufiana.MM Staf Kur Dra. Kusrinarsih Koor Bid Studi Staf SAS Drs. Yurizal Koor Lab Wa. Kesiswaan Sunardi. Spd Staf Kur Erni S. Spd Walas Wa. Sapras Harjono Staf Kesiswaan Drs. Zaenal A Koor Perpus B. Seputar Rohis: Sejarah, Tujuan dan Program 1. Sejarah Rohis Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan, mereka mengatakan bahwa tidak mengetahui secara jelas tentang sejarah berdirinya Rohis dan Rohkris di SMAN 79 karena tidak pernah dibukukan, yang mereka ketahui bahwa Rohis dan Rohkris merupakan bagian dari kegiatan OSIS dalam bidang keagamaan. Seperti yamg diungkapkan oleh Bapak Drs. H. Syihabuddin Pembina Rohis berikut ini: “Sejarah Rohis saya tidak begitu paham dan berdirinya saya kurang tahu juga kebetulan saya disini pengajar junior yang saya tahu Rohis merupakan bagian dari kegiatan OSIS.”67 Pendapat senada juga diungkapkan oleh mantan Pembina Rohis yaitu Bapak Abdul Gofur berikut ini: “Sejarah Rohis sebenarnya sudah lama berdiri sebelum saya mengajar disini yaitu kira-kira tahun 1987, awal sejarah Rohis saya tidak tahu. Kemudian pada tahun 1997 saya mulai mengajar di SMAN 79 dan langsung ditunjuk menjadi Pembina Rohis sampai tahun 2007.”68 2. Tujuan Rohis Rohis adalah organisasi yang berdasarkan ajaran-ajaran Islam dengan berpegang teguh pada Al Qur’an dan Al Hadits. Organisasi ini bertujuan menyiapkan kader-kader Islam yang berkualitas dalam menyampaikan dakwah Islam. Rohis sebagai satu organisasi yang bergerak di bidang keagamaan mempunyai tujuan memberikan pengkajian yang lebih tentang ilmu keagamaan dan moral kepada siswa-siswi di sekolah. 67 Wawancara pribadi dengan Bapak Drs. H. Sihabuddin, Pembina Rohis SMAN 79, Jakarta, 11 Nopember 2008. 68 Wawancara pribadi dengan Bapak Abdul Gofur, Jakarta, 11 November 2008 Bapak Drs. H. Syihabuddin selaku pembina Rohis berpendapat mengenai Rohis : “Rohis adalah Rohani Islam, Rohis adalah suatu kegiatan anak-anak muslim di sekolah untuk mengadakan kegiatan yang bersifat keislaman. Rohis merupakan bagian dari OSIS. Tujuan diadakannya Rohis di SMAN 79 agar siswa yang muslim dan berminat untuk mengembangkan tentang keislamannya baik dalam masalahmasalah keagamaan maupun dalam masalah sosial keislaman ini dapat ditampung dan dibina.”69 Di SMAN 79, Rohis merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang diwajibkan untuk siswa-siswi yang beragama Islam. Kegiatan Rohis ini diadakan dua kali dalam seminggu yaitu setiap hari Selasa dan hari Jum’at yang bertempat di masjid sekolah. Kegiatan ini bertujuan agar siswa-siswi mendapatkan pemahaman keagamaan yang baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat mengontrol sikap dan tingkah laku dalam bergaul di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. 3. Program Kegiatan Keagamaan Rohis Program kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh Rohis SMAN 79 Jakarta dalam upaya meningkatkan keagamaan siswa ini, sangatlah bervariasi. Namun kesemuanya ini tidak dapat lepas dari adanya pemprograman yang telah direncanakan, berikut ini uraian program kerja khususnya kegiatan keagamaan yang ada di Rohis SMAN 79 Jakarta.70 Kegiatan Rutin a. Mentoring, materi yang dipelajari yaitu tentang pengetahuan Islam seperti sejarah kebudayaan Islam, kegiatan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan Islam lebih 69 Wawancara pribadi dengan Bapak Drs. H. Sihabuddin, Pembina Rohis SMAN 79, Jakarta, 11 Nopember 2008. 70 Rohis SMAN 79 Jakarta, Proposal Program Kerja periode 2008-2009 mendalam dan meningkatkan dakwah Islam. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Jum’at setelah shalat Jum’at bertempat di masjid yang dipimpin oleh alumni SMAN 79 dan diikuti oleh anggota Rohis. Mentor memberikan foto copy materi yang akan dibahas kemudian menjelaskan dan diadakan tanya jawab. b. BTAQ (belajar membaca Al Qur’an), materi yang dipelajari yaitu cara membaca Al Qur’an yang baik dan mempelajari ilmu tajwid. Kegaiatan ini bertujuan agar anggota Rohis dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan benar. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Selasa setelah siswa-siswi selesai kegiatan belajar mengajar yang bertempat di masjid. Kegiatan ini dipimpin oleh pembina Rohis yaitu Bpk. Drs. H. Syihabuddin dan diikuti oleh anggota Rohis kelas X dan XI. Dalam kegiatan ini buku yang digunakan hanyalah al-Quran. c. BCA (Belajar Ceramah Agama), kegiatan ini bertujuan agar kemampuan berbicara di depan umum dapat terlatih lagi. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Jum’at minggu ke IV bertempat di masjid yang dipandu oleh alumni SMAN 79 yang diikuti oleh anggota Rohis kelas X dan XI d. Kerja bakti di masjid, kegiatan ini bertujuan agar masjid menjadi lebih bersih dan nyaman. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Sabtu minggu ke III dan diikuti oleh seluruh anggota dan pengurus Rohis. Kegiatan-kegiatan Keagamaan Lainnya adalah : a. Silaturrahim antar Rohis sekolah, bertujuan untuk meningkatkan silaturrahim antar elemen Rohis yang diikuti oleh Rohis SMAN 3, SMAN 37, SMAN 43, SMAN 26 dan SMAN 8 yang dilaksanakan setelah Ramadhan. b. Memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, bertujuan untuk meningkatkan kepedulian terhadap hari besar Islam yang diikuti oleh seluruh warga SMAN 79 yang beragama Islam yang dilaksanakan pada bulan Maret 2008. c. Buka puasa bersama, bertujuan mempererat tali silaturrahim antar anggota Rohis yang diikuti oleh seluruh intern Rohis yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan d. Rihlah, bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang tempattempat kebudayaan Islam yang diikuti oleh seluruh intern Rohis yang dilaksanakan pada bulan Januari 2008 Struktur Organisasi Rohis Struktur organisasi Rohis SMAN 79 Jakarta terdiri dari Pembina, Pembimbng, Vokalis, Ketua Rohis, Ketua Keputrian, Sekretaris I dan II, Bendahara, Humas, Dakwah, Kaderisasi dan Syiar. Pembina terdiri dari Bapak Kepala Sekolah yang mempunayi tugas memberikan nasihat yang arif dan bijakasana bagi kepentingan pengembangan organisasi. Sedang pembimbing Rohisnya adalah Drs. H. Syihabuddin yang sangat dibutuhkan untuk membimbing dan mengarahkan dalam menjalankan kegiatan Rohis SMAN 79 Jakarta. Vokalis adalah vorum komunikasi alumni Rohis yang bertugas memberikan pengarahan untuk program-program Rohis. Humas bertugas sebagai koordinasi segala kegiatan yang ada di Rohis dan mempublikasikannya. Contoh : Apabila ada kegiatan Rohis maka tugas humas adalah mempublikasikan kegiatan tersebut di madding dan juga menyebarluaskannya melalui Jarkom (jaringan komunikasi) melalui SMS atau telephon. Adapun dakwah bertugas membuat acara-acara yang bersifat intern Rohis yang bertujuan untuk menguatkan jasadiyah dan ruhiyah anggota Rohis. Programnya adalah MABIT (Malam Bina Iman dan Takwa), Rihlah dan kajian-kajian. Kaderisasi bertugas membuat acara-acara yang bersifat rekrutmen yang bertujuan supaya remaja-remaja SMAN 79 tertarik ke Rohis. Programnya adalah mentoring, belajar membaca Al Qur’an, belajar ceramah agama, dan mutabaah (aktifitas ibadah). Sedangkan syiar bertugas membuat acara-acara yang bersifat ekstern seperti PHBI (Perigatan Hari-hari Besar Islam); Isra Miraj, Maulid Nabi Muhammad SAW, Santunan anak-anak yatim piatu dan lain-lain. Kewajiban setiap pengurus yakni melaksanakan kebijaksanaan dan tugastugasnya yang telah diterapkan dalam musyawarah bersama anggota Rohis yang lain. STRUKTUR ORGANISASI ROHIS PRIODE : 2008 – 2009 Pembimbing Drs. H. Syihabuddin Vokalis Rifki Handarto Ketua Rohis Fajar Susanto Sekretaris Sarvita Zulaeha Evi Lisdiani Humas Andita Mega, Febri, Rina Ketua Keputrian Amalia Hadi Bendahara Setianingsih Dakwah M.Arif R, Rian H, Siti F Kaderisasi Anisa K, Ardhesti Syiar Qashiratuthor fiin, Tubagus Iman C. Sekilas Tentang Rohkris: Sejarah, Tujuan dan Program 1. Sejarah Rohkris Sejarah berdirinya Rohkris tidak diketahui sama seperti sejarah berdirinya Rohis. Rohkris merupakan salah satu sie dari OSIS. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dra. Loine Simanjuntak, Pembina Rohkris berikut ini: “ Saya kurag tahu tentang sejarah Rohkris karena baru tahun ini saya ditunjuk sebagai Pembina Rohkris. Saya hanya tahu Rohkris itu merupakan salah satu sie dari OSIS.” 71 2. Tujuan Rohkris Rohkris adalah Rohani Kristen, kegiatan keagamaan ini termasuk salah satu dari kegiatan ekstrakurikuler yang diwajibkan oleh sekolah. Menurut pembimbing Rohkris yaitu Ibu Dra. Loine Simanjuntak: “Tujuan diadakan kegiatan keagamaan Rohkris adalah sebagai wadah bagi siswa Kristen untuk memperdalam ilmu keagamaan Kristen dan untuk memperdalam keagamaan siswa-siswi yang beragama Kristen. Rohkris juga mempunyai manfaat supaya prilaku siswa-siswi Kristen sesuai dengan ajaran Kristen yang telah diharapkan.”72 3. Program Kegiatan Keagamaan Rohkris 71 Wawancara pribadi dengan Ibu Loine Simanjuntak, Pembina Rohkris, Jakarta, 14 November 72 Wawancara pribadi dengan Ibu Loine Simanjuntak, Pembina Rohkris, Jakarta, 14 November 2008 2008 Rohkris mempunyai beberapa kegiatan keagamaan diantaranya :73 a. PDPA (Persekutuan Doa dan Pendalaman Al Kitab), kegiatan ini bertujuan agar siswa-siswi yang beragama Kristen lebih memahami dan mendalami Al Kitab. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Jum’at setelah shalat Jum’at bertempat di kelas yang di pimpin oleh pembimbing Rohkris yaitu Dra. Loine Simanjunjak. Pembimbing Rohkris memberikan materi mengenai Al Kitab kemudian menjelaskan. b. Renungan pagi, kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, Rabu dan Kamis di pagi hari sebelum siswa-siswi memulai kegiatan belajar mengajar bertempat di kelas. Renungan pagi ini dipimpin oleh pembimbing Rohkris dengan kegiatan membaca doa kemudian menyanyi dilanjutkan dengan membaca Al Kitab dan di tutup dengan membaca doa. c. Natal, dirayakan di sekolah pada tanggal 19 desember 2008 bekerja sama dengan Rohkris SMAN 43. Acaranya terdiri dari ibadah, drama, nyanyi dan liturgy yaitu pembacaan naskah-naskah al-kitab. Kegiatan ini bertujuan untuk lebih mempererat hubungan kita sesama orang Kristen dan juga untuk lebih mengerti arti natal. d. Paskah, yaitu kenaikan tuhan Yesus, setelah disalib namanya Jum’at Agung. Kemudian dibangkitkan setelah 3 hari dari penyaliban namanya Paskah. Di sekolah, kita mengadakannya tetapi biasanya kita gabung dengan kegiatan ret-ret yaitu kegiatan mengasingkan diri untuk merenungkan Al Kitab. Kegiatan ini diisi dengan membaca Al Kitab, menyanyi dan membaca doa. Struktur Organisasi Rohkris Struktur organisasi Rohkris SMAN 79 Jakarta terdiri dari Pembina, Pembimbing, Ketua Rohkris, Wakil Ketua Rohkris, Bendahara dan Sekretaris. 73 Wawanara pribadi dengan Jessica Simanjuntak, Ketua Rohkris, Jakarta, 14 November 2008 STRUKTUR ORGANISASI ROHKRIS PRIODE : 2008 – 2009 Pembina Kepala Sekolah Pembimbing Dra.Loine S Ketua Rohkris Jessica Simanjuntak Sekretaris Yuliana Wakil Ketua Dwi Anastasia S Bendahara Merry Kadhita D.Minat Siswa Terhadap Kegiatan Keagamaan di Sekolah Minat siswa terhadap Rohis cukup bagus dan anggotanya cukup lumayan yaitu sekitar 38 orang,74 tetapi ada kegiatan ekstrakurikuler yang lain yang anggotanya lebih banyak. Kebanyakan alasan mereka mengikuti Rohis adalah ingin mengetahui tentang Islam, tentang kebudayaan-kebudayaan Islam. Alasan mereka mengikuti Rohis juga berbeda-beda seperti yang diungkapkan oleh Amalia Hadi, Ketua Keputrian di Rohis menjelaskan: “Saya mengikuti Rohis karena teman dekat banyak yang masuk ke Rohis, 74 Data terlampir pada lampiran karena itu saya tertarik juga untuk ikut serta dalam kegiatan Rohis, selain itu untuk menambah pengetahuan saya tentang Rohis.”75 Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Fajar Susanto, Ketua Rohis: “Saya masuk Rohis bertujuan ingin memperdalam ilmu agama selain itu juga bisa menambah teman.”76 Hal senada juga diungkapkan oleh Anis Nur Husna, aktivis rohis: “Saya mengikuti Rohis karena mau menambah wawasan tentang Islam.”77 Minat siswa terhadap Rohkris cukup bagus. Semua siswa yang beragama Kristen aktif di Rohkris jumlahnya sekitar 13 orang, tetapi karena berbarengan dengan kegiatan ekstrakurikuler lain yang diadakan pada hari yang sama yaitu hari Jum’at maka mereka berkurang intensitasnya di Rohkris. Ada beberapa alasan mereka aktif di Rohkris di antaranya seperti yang diungkapkan oleh aktifis Rohkris yang bernama Dwi Anastasia, Wakil Ketua Rohkris menjelaskan: “ Saya aktif di Rohkris karena keinginan dari hati saya, karena kita sebagai umat beragama wajib mendekatkan diri kepada Tuhan, selain itu juga bisa dijadikan sarana pelayanan kepada Tuhan”. 78 Hal serupa juga diungkapkan oleh aktifis Rohkris lainnya yang bernama Jessica Simanjuntak, Ketua Rohkris menjelaskan: “ Rohkris adalah sebuah wadah untuk orang Kristen bersatu menyuarakan hatinya dan juga rasa keingintahuan saya tentang agama Kristen yang menyebabkan saya masuk ke sini.”79 Sedangkan menurut Canang 75 Wawancara pribadi dengan Amalia Hadi, Ketua Keputrian Rohis, Jakarta, Nopember 2008. 76 Wawancara pribadi dengan Fajar Susanto, Ketua Rohis, Jakarta, 7 Nopember 2008. 77 Wawancara pribadi dengan Anis Nur Husna, Jakarta, 7 Nopember 2008 78 Wawancara pribadi dengan Dwi Anastasia, Wakil Ketua Rohkris, Jakarta, November 2008. 79 Wawancara pribadi dengan Jessica Simanjuntak, Ketua Rohkris, Jakarta, Nopember 2008 7 14 14 Karismantio aktifis Rohkris juga menjelaskan: “ kegiatan Rohkris merupakan kewajiban dari sekolah dan saya masuk Rohkris atas kemauan diri sendiri.” 80 80 Wawancara pribadi dengan Canang Karismantio, Jakarta, 14 November 2008. BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Intensitas Aktifis Rohis dan Aktifis Rohkris dalam Kegiatan Keagamaa di SMAN 79 Jakarta Selatan Rutinitas atau intensitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menjelaskan tentang seberapa sering informan aktifis Rohis dan Aktifis Rohkris dalam mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah seperti Rohis dan Rohkris. Intensitas atau rutinitas informan aktifis Rohis dalam mengikuti kegiatan Rohis yang diadakan setiap hari Selasa dan Jum’at yang bertempat di Masjid sekolah itu hampir semuanya mengaku aktif di Rohis, kecuali apabila ada halangan mereka tidak hadir, seperti yang diungkapkan oleh beberapa aktifis Rohis berikut ini. Amalia Hadi aktifis Rohis menjelaskan: “ Waktu kelas X sih, pasif banget, malas datang, pokoknya suka cabut deh! Dah gitu cabutnya kompakan, tetapi sekarang kelas XI tidak lagi, karena tengsin sama adik-adik kelas yang mempunyai semangat 45. Amel tidak hadir apabila ada halangan seperti les.”81 Hal senada juga diungkapkan oleh Bagas Febriansyah Wijaya aktifis Rohis berikut ini: “ Sekarang masih aktif walaupun setiap hari Selasa tidak pernah datang karena waktu kegiatan Rohis terlalu sore dan tempat tinggal jauh jadi sama orang tua tidak diizinkan ikut Rohis, tetapi setiap hari Jum’at saya selalu datang karena waktu kegiatannya siang hari.”82 Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, informan lainnya seperti Nurhalimah Tusadiyah, Fajar Susanto, Ahmad Affandi dan Anis Nurhusna menyatakan 81 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Amalia Hadi, Jakarta, 7 Nopember 2008. Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Bagas Febriansyah Wijaya, 75 Nopember 2008. 82 Jakarta, 7 hal yang sama. Selama masih bisa datang dan diberi waktu luang oleh Allah SWT mereka akan berusaha untuk selalu aktif di Rohis. Sementara itu, intensitas informan aktifis Rohkris dalam mengikuti kegiatan Rohkris yang dilaksanakan setiap hari Jum’at yang bertempat di kelas itu berbeda-beda, ada beberapa informan mengaku bahwa mereka jarang mengikuti kegiatan Rohkris tetapi sebagian besar informan mengaku aktif mengikuti Rohkris. Sebagian besar informan mengaku aktif mengikuti kegiatan Rohkris seperti yang diungkapkan oleh Dwi Anastasia Silalahi aktifis Rohkris berikut ini: “ Kehadiran hampir 99% paling klo tidak bisa datang karena mendadak ada acara, saya rajin mengikuti PDPA (persekutuan doa dan pendalaman alkitab).”83 Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas , informan lainnya pun seperti Canang Karismantio, Demonsky Ambonness Rassel dan Jessica Simanjuntak menyatakan hal yang sama. Mereka juga selalu mengikuti kegiatan Rohkris yang dilaksanakan setiap hari Jum’at di SMAN 79 Jakarta. Pendapat berbeda diungkapakan oleh sebagian kecil informan lainnya seperti George Alexander dan Megawati Immanela. Mereka tidak selalu mengikuti kegiatan Rohkris. Seperti yang diungkapkan oleh Megawati Immanela aktifis Rohkris: “ Gak terlalu aktif banget, paling Cuma ikutin kegiatan rutinnya aja.”84 Berdasarkan hasil wawancara dengan informan ditemukan pada aktifis Rohis mayoritas terlibat aktif dalam aktifitas keagamaan yang diadakan di sekolah. Sementara aktifis Rohkris dari beberapa informan ditemukan kurang terlibat aktif dalam aktifitas 83 84 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Dwi Ana Stasia S, Jakarta, 14 Nopember 2008. Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Megawati Immanela, Jakarta, 14 Nopember 2008. keagamaan yang diadakan di sekolah akan tetapi sebagian besar terlibat aktif dalam aktifitas Rohkris. B. Keberagamaan Aktivis Rohis dan Aktivis Rohkris Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat mata, tapi juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Karena itu, keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi. Menurut Glock dan Stark, ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu, dimensi keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistik), dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi pengamalan (konsekuensial) dan dimensi pengetahuan agama (intelektual). Di sini penulis akan membahas 3 dimensi keberagamaan yaitu dimensi keyakinan, dimensi peribadatan atau praktek agama dan dimensi pengetahuan. a. Dimensi Keyakinan Keyakinan dalam beragama merupakan hal yang sangat penting. Keyakinan adalah pondasi awal yang harus dibentuk untuk dapat menjalankan agama dengan baik. Tanpa keyakinan, seseorang tidak dapat menjalankan setiap ajaran agama yang dianutnya secara sempurna. Keyakinan dalam beragama dimulai dari keyakinan mereka terhadap Tuhan pencipta alam. Agama apapun pasti mengajarkan pentingnya meyakini akan adanya Tuhan. Semua informan baik aktifis Rohis maupun aktifis Rohkris mengaku meyakini adanya Tuhan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Amalia Hadi aktivis Rohis (Rohani Islam). Ia mengaku percaya dengan adanya Tuhan yang telah menciptakan alam semesta ini. Sebagaimana yang diungkapkan olehnya: “ Tuhan adalah yang menciptakan alam semesta ini, Dia yang mengatur matahari terbit dari Timur ke Barat. Saya percaya dengan adanya Tuhan. Tuhan bisa dirasakan. Dia tidak bisa dilihat, tidak juga bisa disentuh, tapi dia terasa dekat, lebih dekat dari kulit kita. Kita harus mengerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Setelah aktif di Rohis keyakinan saya terhadap Tuhan sama saja karena saya sudah diajarkan sejak di Madrasah Ibtidaiyah.” 85 Aktivis Rohis, Bagas Febriansyah Wijaya juga mengungkapkan hal yang sama: “Tuhan adalah yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Saya percaya dengan adanya Tuhan karena Tuhanlah yang menciptakan saya. Kita harus beribadah kepadanya. Setelah aktif di Rohis keyakinan saya terhadap Tuhan lebih kuat dari sebelumnya, karena di Rohis lebih banyak lagi hal-hal yang tidak diajarkan pada pelajaran agama di sekolah.” 86 Sementara itu hal senada juga diungkapkan oleh Jessica Simanjuntak aktivis Rohkris (Rohani Kristen): “Tuhan adalah sesuatu hal yang tidak bisa kita lihat dengan mata tapi bisa kita lihat mujizat yang diberikannya. Saya percaya dengan adanya tuhan karena mujizatnya dan hal-hal yang dilakukannya nyata. Kita harus berdoa, membaca alkitab dan menerapkan hidup kita untuk hidup di jalan Dia. Setelah aktif di Rohkris saya semakin setia sama Tuhan, klo saya lagi dapat masalah saya lebih percaya pada Tuhan.” 87 Aktivis Rohkris’ Demonsky Ambonness Rassel mengungkapkan pendapat yang tidak jauh berbeda. Ia percaya akan adanya Tuhan karena Dialah yang menciptakan bumi beserta isinya. Sebagaimana yang diungkapkan: “Tuhan adalah pencipta bumi beserts 85 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Amalia Hadi, Jakarta, 7 Nopember 2008. Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Bagas Febriansyah Wijaya, Jakarta, 7 Nopember 2008. 87 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Jessica Simanjuntak, Jakarta, 14 Nopember 2008. 86 isinya, yang berkuasa atas segalanya. Saya percaya dengan adanya Tuhan karena tanpa Dia , tidak mungkin saya bisa hidup sampai sekarang dan tidak bisa isi angket ini. Setelah aktif di Rohkris saya semakin percaya Tuhan itu ada.” 88 Setiap umat beragama yang meyakini keberadaan Tuhan pasti percaya bahwa setiap kesenangan, kesulitan, musibah dan lain sebagainya merupakan bagian dari takdir Tuhan yang tidak dapat dihindari. Takdir merupakan ketentuan atau ketetapan Tuhan yang diberikan pada makhluknya. Dalam Islam takdir adalah kepastian atau ketentuan. Yaitu suatu ketentuan yang telah ditetap Allah SWT kepada setiap hambaNya. Ketentuan ini tidak mengikat terhadap apapun juga, cukuplah dengan kehendak Allah maka itu akan terjadi dan rangkuman isi takdir ini sudah selesai pada zaman azali pada saat kitab Lauh Mahfudz dan sudah tertulis di dalamnya perkara-perkara apa saja yang akan menimpa tiap makhluknya bahkan sampai penentuan apakah ia termasuk penghuni surga atau neraka.89 Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa aktivis Rohis dan Rohkris, sebagian dari mereka paham atau mengetahui tentang adanya takdir Tuhan, dan informan dalam penelitian ini mengaku meyakini akan adanya takdir Tuhan. Beberapa di antaranya adalah : Nurhalimah Tusadiyah aktivis Rohis menjelaskan : “Takdir adalah ketetapan Tuhan. Saya yakin dengan adanya takdir Tuhan karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi hari ini, hari esok, dan 88 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Demonsky Ambonness Rassel, Jakarta, 14 Nopember 2008. 89 Wiki, Takdir dalam Agama Islam, artikel diakses tanggal 26 Desember 2008, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Takdir seterusnya. Karena kita berada dalam takdir Allah yang manusia tidak bisa memprediksi secara pasti karena manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan dalam segala hal. Dalam menyikapi takdir Tuhan yang baik kita hendaknya bersyukur dan menggunakan apa yang kita miliki atau potensi kita digunakan dengan sebaik-baiknya. Sedangkan dalam menyikapi takdir Allah yang buruk hendaknya kita menerima dan lapang dada serta yakin bahwa Allah memberikan yang terbaik untuk kita semua. Setelah aktif di Rohis keyakinan saya terhadap takdir Tuhan semakin bertambah, saya yakin takdir Tuhan ada yang baik dan buruk, ada yang bisa dirubah dan juga tidak bisa dirubah.” 90 Fajar Susanto aktivis Rohis menjelaskan : “Takdir adalah ketentuan Tuhan seperti bencana alam, kematian dan lain-lain. Saya percaya dengan adanya takdir Tuhan karena semuanya sudah terjadi seperti kematian dan bencana alam. Apapun takdir Tuhan baik takdir baik maupun takdir buruk kita harus tetap terus beribadah kepada-Nya. Setelah aktif di Rohis saya tambah percaya bahwa semuanya sudah ditentukan oleh Tuhan.” 91 Dwi Anastasia Silalahi aktivis Rohkris menjelaskan : “Takdir adalah ketentuan Tuhan. Saya yakin atau percaya apapun yang Tuhan takdirkan untuk saya itu adalah yang terbaik. Apapun yang Tuhan takdirkan baik takdir baik maupun takdir buruk kita harus bersyukur dan berdoa. Setelah aktif di Rohkris saya semakin berserah diri dengan takdir Tuhan.” 92 Aktivis Rohkris, Canang Karismantio menjelaskan: ”Takdir adalah ketentuan Tuhan seperti kematian, semua orang ditakdirkan akan meninggal. Saya percaya dengan adanya takdir Tuhan karena segala sesuatu itu sudah direncanakan Tuhan. Setelah aktif di Rohkris saya mengalami perubahan terhadap rohani saya, ya tentunya pasti lebih lagi yang tadinya hanya berpikir oh itu hanya kerja saya selama ini tapi ternyata itu memang ada campur tangan Tuhan yang lebih untuk kegiatan kita sehari-hari.” 93 90 91 92 93 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Halimah Tusadiyah, Jakarta, 7 Nopember 2008. Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Fajar Susanto, Jakarta, 7 Nopember 2008. Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Dwi Ana Stasia S, Jakarta, 14 Nopember 2008. Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Canang Karismantio, Jakarta, 14 Nopember 2008. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa aktivis Rohis dan aktivis Rohkris percaya dengan adanya Tuhan dan percaya dengan adanya takdir Tuhan. Setelah para informan aktif mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah seperti Rohis dan Rohkris, sebagian besar informan mengalami perubahan, mereka semakin percaya dengan adanya Tuhan sang pencipta dan ada juga yang tidak mengalami perubahan karena sudah diajarkan sejak di Madrasah Ibtidaiyah. Mengenai takdir Tuhan, para informan semakin yakin bahwa segala takdir Tuhanlah yang menentukannya. b. Dimensi Ritual Ritual menurut bahasa berarti upacara keagamaan. Secara istilah, ritual berarti suatu sistem upacara magis (gaib) atau religius. Sifat magis dalam ritual itu berbentuk kata-kata khusus dan bersifat rahasia yang biasanya terikat dengan suatu tindakan penting. Dalam kamus Teologi, Gerald o’collins dan Edward G. Farrugia mengartikan ritual sebagai catatan resmi yang berisikan doa-doa dan peraturan mengenai apa yang harus dilakukan dalam perayaan sakramen, upacara penguburan, pengucapan kaul publik, pemberkatan gereja, dan upacara-upacara keagamaan lainnya. Setiap agama memiliki ritual yang berbeda-beda. Dengan demikian ritual agama yang dijalankan oleh umat Islam dan umat Kristen berbeda pula. Shalat adalah salah satu ritual agama yang wajib dijalankan oleh umat Islam. Sementara ritual agama yang rutin dijalankan oleh umat kristiani salah satunya adalah kebaktian di gereja. Shalat dan kebaktian di gereja adalah salah satu cara mendekatkan diri pada pencipta-Nya. Setiap umat Islam dan umat Kristiani yang berusaha menjalankan setiap ajaran agama dengan sebaik mungkin, pasti tidak akan lalai apalagi sampai tidak menjalankan shalat atau kebaktian. Tidak hanya shalat dan kebaktian di gereja saja ritual agama yang dijalankan oleh umat Islam dan umat Kristiani, masih ada ritual agama lainnya, seperti dalam agama Islam ada ritual puasa, zakat, haji, membaca Al Qur’an, zikir, I’tikaf di masjid pada bulan puasa dan lain-lain. Sedangkan dalam agama kristiani ada ritual persekutuan suci, baptis, perkawinan dan lain-lain. Pentingnya menjalankan ritual agama juga sangat disadari oleh semua informan dalam penelitian ini, seperti diungkapkan oleh beberapa informan di bawah ini : Aktivis rohis, Anis Nur Husna menjelaskan: “ Menjalakan ritual adalah penting karena itu merupakan perintah dari Tuhan. Sebelum saya aktif di Rohis saya menjalankan ritual bermalas-malasan tetapi setelah aktif di Rohis ritual saya tambah rajin, tepat waktu dan tidak ditunda-tunda.” 94 Aktivis Rohis, Achmad Affandi menjelaskan : “Melaksanakan ibadah adalah penting karena itu adalah bekal yang akan kita bawa di akhirat nanti. Sebelum aktif di Rohis ritual saya berantakan dan hidup saya sangat terpojokkan karena pergaulan tetapi setelah aktif di Rohis ritual saya bertambah bagus dan hidup saya lebih bermakna.” 95 Aktivis Rohkris, Megawati Immanela menjelaskan : “Melaksanaka ritual adalah penting karena ritual sebagai ucapan syukur atas berkat Tuhan selama seminggu. 94 95 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Anis Nur Husna, Jakarta, 7 Nopember 2008. Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Achmad Affandi, Jakarta, 7 Nopember 2008. Sebelum aktif Rohkris dan sesudahnya ritual saya baik-baik saja tidak mengalami perubahan.” 96 Aktivis Rohkris, George Alexander menjelaskan: “ Melaksanakan ritual adalah penting karena itu sebagai ucapan syukur atas berkat Tuhan selama seminggu. Sebelum aktif di Rohkris ritual saya malas-malasan ke gereja tetapi setelah aktif di Rohkris saya bertambah rajin ke gereja.” 97 Berdasarkan hasil wawancara dengan informan baik aktifis Rohis maupun aktifis Rohkris dapat diketahui bahwa melaksanakan ritual adalah penting karena perintah Tuhan, sebagai bekal diakhirat dan juga sebagai tanda syukur kepada Tuhan. Ritual aktifis Rohis dan aktifis Rohkris mengalami perubahan setelah mereka aktif di organisasi keagamaan, seperti mereka semakin rajin melaksanakan ajaran agamanya. Ada juga yang tidak mengalami perubahan karena sebelum dan sesudah aktif di Rohkris ritualnya baikbaik saja. Ketaatan aktivis Rohis dan aktivis Rohkris sama saja tidak ada yang lebih taat karena setelah mereka aktif dalam kegitan keagamaan mereka mengalami perubahan dalam hal ibadahnya, semakin lebih rajin beribadah. c. Dimensi Pengetahuan Bagi para pemeluk agama, pengetahuan tentang agama sangatlah penting. Pengetahuan tentang agama membantu setiap pemeluk agama memahami ajaran agama yang dianutnya dengan baik. Pengetahuan tentang agama bisa didapati dari mana saja. Seperti pengajian, kajian-kajian keagamaan, buku-buku tentang agama, dan lain-lain. Seperti diungkapkan dua aktifis Rohis di bawah ini :Aktivis Rohis, Amalia Hadi menjelaskan : 96 97 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Megawati Immanela, Jakarta, 14 Nopember 2008. Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris George Alexander, Jakarta, 14 Nopember 2008. “Saya belajar agama dari kecil sebelum sekolah TK sudah diajarkan hafalan al fatihah, al ikhlas, al falaq, dan an nass sama orang tua. Saya juga dapat ilmu agama dari pengasuh waktu masih kecil, sekolah dan keluarga. Untuk mendalami ilmu agama saya membaca buku, mendengar ceramah, bertanya pada guru, dan saya kadang-kadang mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di televisi, biasanya hanya di bulan puasa seperti rahasia sunah yang ditayangkan di Trans TV. Setelah aktif di Rohis pengetahuan sama saja sih, soalnya amel sekolah dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah jadi sama saja yang didapatkan di MI dulu paling Cuma masukanmasukan saja.” 98 Aktivis Rohis, Fajar Susanto menjelaskan : “ Saya belajar agama dari sekolah dasar dan TPA. Saya juga dapat ilmu agama dari orang tua. Acara keagamaan di televisi cukup bagus tetapi saya tidak pernah mengikutinya. Biasanya untuk memperdalam ilmu agama saya rutin mengikuti pengajian. Setelah aktif di Rohis alhamdulillah pengetahuan saya bertambah sedikit demi sedikit.” 99 Aktifis Rohkris, Jessica Simanjuntak menjelaskan : “ Saya belajar agama dari kecil karena orang tua selalu mengajak saya ke gereja dan di sekolah TK juga diajarkan agama. Untuk mendalami ilmu agama saya aktif di Rohkris di sekolah, mengikuti acara-acara di gereja dan juga saya mengikuti acara keagamaan yang ada di televisi seperti solusi dalam hambatan hidup di O’chanel. Dalam agama saya diajarkan banyak hal, tapi yang paling sering diajarkan adalah “kasih” kita harus saling mengasihi dengan sesama. Setelah saya aktif di Rohkris pengetahuan agama saya lebih meningkat. Kita jadi lebih sabar.” 100 Aktivis Rohkris, Canang Karismantio menjelaskan: “Saya belajar agama sejak masuk sekolah minggu. Saya dapat ilmu agama dari keluarga dan gereja. Untuk mendalami ilmu agama saya ikut Rohkris di sekolah. Dalam agama saya diajarkan banyak hal, seperti saling mengasihi sesama manusia, saling mengampuni, tidak boleh berbohong dan lain-lain. Setelah aktif di Rohkris pengetahuan bertambah, semakin giat untuk mendekatkan diri pada tuhan.” 101 98 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Amalia Hadi. Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Fajar Susanto. 100 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Jessica Simanjuntak. 101 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Canang Karismantio. 99 Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa informan mendapatkan ilmu agama sejak kecil dari orang tua. Setelah informan aktif dalam kegiatan keagamaan sebagian besar informan mendapatkan penambahan pengetahuan agama ada juga yang tidak mendapatkan penambahan karena sudah didapatkan dari Madrasah Ibtidaiyah jadi sekarang hanya masukan-masukan saja. Berdasarkan tiga poin di atas yaitu keyakinan, ritual dan pengetahuan, dapat dilihat bahwa antara aktifis Rohis dan aktifis Rohkris sama-sama mempunyai keyakinan yang kuat terhadap agamanya masing-masing hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya keyakinan setelah aktif dalam kegiatan keagamaan di sekolah, dalam hal ritual, aktifis Rohis dan aktifis Rohkris juga sama-sama taat dalam ritualnya hal ini dapat dilihat dari semakin giatnya mereka melaksanakan ibadah dan dalam pengetahuan keagamaan, aktifis Rohis dan aktifis Rohkris sama-sama memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang keagamaannya masing-masing, hal tersebut dapat dilihat dari pendidikan agama yang ditanamkan pada mereka sejak kecil. C. Interaksi Sosial Aktifis Rohis dan Aktifis Rohkris dengan Pemeluk Agama Lain Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri mereka membutuhkan orang lain dalam kehidupan mereka. Dalam interaksi diperlukan adanya kontak dan komunikasi, kontak dan komunikasi diperlukan untuk terjadinya interaksi sosial. Adapun interaksi sosial yang akan dibahas dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Interaksi sosial yang menyangkut kontak dan komunikasi informan yang menghasilkan kerja sama, konflik dan persaingan/kompetisi. a. Interaksi aktifis Rohis dan aktifis Rohkris dengan pemeluk agama lain di sekolah Di lingkungan sekolah interaksi yang baik dengan sesama warga sekolah harus terwujud setiap saat. Karena interaksi yang terjalin dengan baik akan menciptakan suasana yang harmonis di sekolah. Seluruh informan baik itu aktifis Rohis maupun aktifis Rohkris mengaku berteman dengan siapa saja tanpa memandang perbedaan agama. Sebagaimana diungkapkan oleh beberapa informan di bawah ini: Ahmad Affandi aktifis Rohis menjelaskan: “ Saya mempunyai teman berbeda agama cukup banyak, karena beda agama bukan berarti pergaulan kita harus dibatasi.” 102 Hal serupa juga diungkapkan oleh Amalia Hadi aktifis Rohis menjelaskan: “ Saya mempunyai teman berbeda agama di sekolah kira-kira delapan orang. Menurut saya tidak ada yang patut diperbedakaan dalam pergaulan sama aja kok! Asal sama-sama saling menghormati.” 103 Sedangkan menurut aktifis Rohkris yang diungkapkan oleh Jessica Simanjuntak menjelaskan : “ Saya mempunyai teman yang berbeda agama banyak tidak bisa dihitung, karena sekolah negeri didominasi oleh agama Islam dan juga perbedaan agama bukan hambatan untuk berteman.” 104 Hal senada juga diungkapkan oleh aktifis Rohkris yang lain yaitu Demonsky Ambonness Rassel menjelaskan : “ Saya mempunyai teman yang berbeda agama di sekolah banyak sekali karena mayoritas muridnya beragama lain.”105 102 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Ahmad Affandi. Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Amalia Hadi. 104 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Jessica Simanjuntak. 105 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Demonsky Ambonnes Rassel, Jakarta, 14 Nopember 2008. 103 Para informan baik aktifis rohis maupun aktifis rohkris mengaku berusaha menjalin interaksi dengan baik dengan teman-teman seagama maupun yang berbeda agama di lingkungan sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Nurhalimah Tusadiyah seorang aktifis Rohis menjelaskan : “ hubungan saya dengan teman berbeda agama di sekolah baik-baik saja karena dengan berteman dengan orang yang berbeda agama harus ada toleransi beragama.” 106 Pendapat senada juga diungkapkan oleh Dwi Anastasia aktifis Rohkris menjelaskan : “ hubungan saya dengan teman yang berbeda agama di sekolah baik-baik saja, karena dalam berinteraksi kami saling menghargai satu sama lain.” 107 Walaupun berbeda agama aktifis Rohis dan Rohkris jarang terlibat konflik dengan teman yang berbeda agama. Mereka justru terlibat kerjasama yang baik dalam kegiatan-kegiatan sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Nurhalimah Tusadiyah aktifis Rohis menjelaskan : “ kami tidak pernah terlibat konflik. Kegiatan yang biasa kami lakukan bersama seperti bermain, diskusi dalam belajar, dan sharing. Kita juga pernah bertukar pikiran mengenai sopan santun, pendidikan, kebiasaan sehari-hari dan teman tentang keagamaan juga pernah seperti dalam dua agama mempunyai keyakinan yang berbeda-beda maka saya dan teman saya saling memberitahu kebiasan beragama masing-masing.” 108 Pendapat senada juga diungkapkan oleh Dwi Anastasia aktifis Rohkris menjelaskan. ” Kami tidak pernah mengalami konflik dengan teman beda agama tentang masalah agama tetapi biasanya dalam masalah tugas sekolah kemudian kita saling bicara dan masalahpun selesai. Biasanya saya melakukan kegiatan-kegiatan dengan teman yang berbeda agama di sekolah banyak seperti kerja kelompok, jalan bareng, berorganisasi, kadang-kadang kami juga bertukar pikiran tentang pelajaran, guru106 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Nurhalimah Tusadiyah. Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Dwi Anastasia. 108 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Nurhalimah Tusadiyah. 107 guru di sekolah, keluarga, cinta, dan masalah lainnya. Tema tentang keagamaan juga pernah didiskusikan tapi hanya sekedar numpang lewat saja, tidak pernah diperpanjang.”109 Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan dapat diketahui bahwa aktifis Rohis dan aktifis Rohkris berteman dengan siapa saja tanpa memandang perbedaan agama dan juga mereka berusaha menjalin hubungan yang baik dengan teman seagama maupun teman yang berbeda agama di lingkungan sekolah. b. Interaksi aktifis Rohis dan aktifis Rohkris dengan pemeluk agama lain di masyarakat. Dalam sebuah masyarakat, dalam kaitanya dengan manusia sebagai makhluk sosial, interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktifitas sosial. Dengan demikian, interaksi sosial merupakan kunci kehidupan sosial dimana proses tersebut terjadi hubungan sosial yang dinamais baik antara individu, antara kelompok maupun antara individu dan kelompok. Berdasarkan hasil wawancara ada beberapa informan aktifis Rohis seperti Amalia Hadi dan Anis Nur Husna., mereka mengaku kurang bergaul di lingkungan masyarakat tempat mereka tinggal, karena mereka kebanyakan menghabiskan waktu di sekolah dan di tempat les sehingga hubungan mereka dengan teman yang berbeda agama tidak ada dan juga di lingkungan tempat tinggal mereka mayoritas beragama yang sama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Anis Nur Husna aktifis Rohis berikit ini: ” saya kurang tahu teman yang berbeda agama di lingkungan masyarakat karena saya kurang bergaul di lingkungan tempat tinggal saya dan selalu pulang sekolah pada sore hari.” 110 109 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Dwi Anastasia. Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Anis Nur Husna. 110 Sementara itu, hal yang berbeda diungkapkan oleh mayoritas aktifis Rohis yang lain seperti Achmad Affandi, Nurhalimah Tusadiyah, Fajar Susanto, dan Bagas Febriansyah Wijaya. Mereka mengaku mempunyai teman yang berbeda agama di lingkungan masyarakat dan hubungan mereka juga baik-baik saja. Seperti yang diungkapkan oleh Bagas Febriansyah Wijaya aktifis Rohis berikut ini: ” saya mempunyai teman yang berbeda agama delapan orang, mereka adalah teman –teman saya saat SMP. Hubungan saya dengan mereka cukup baik karena saya selalu berusaha untuk menghormati mereka.” 111 Sementara itu, hubungan aktifis Rohkris dengan teman yang berbeda agama di lingkungan masyarakat baik-baik saja, mereka saling mengenal dan bertegur sapa. Mereka mempunyai teman yang berbeda agama sangat banyak karena masyarakat di lingkungan mereka tinggal mayoritas berbeda agama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh beberapa aktifis Rohkris berikut ini. Megawati Immanela aktifis Rohkris menjelaskan: ” saya mempunyai teman yang berbeda agama di lingkungan rumah saya banyak banget soalnya klo temenan ya temenan aja gak lihat dari agamanya. Hubungan saya dengan mereka baik-baik saja tidak pernah ada masalah, karena memang tidak ada masalah.” 112 Pendapat senada juga diungkapkan oleh Canang Karismantio aktifis Rohkris, ia menjelaskan: “ saya mempunyai teman yang berbeda agama di lingkungan masyarakat banyak karena interaksi perlu juga di masyarakat. Akan tetapi saya tidak terlalu aktif di masyarakat karena kehabisan waktu di sekolah. Hubungan saya cukup baik dengan mereka, kami sering bertegur sapa. Misalnya hari-hari besar keagamaan kami saling 111 112 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Bagas Febriansyah Wijaya. Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Megawati Immanela. bersilaturrahmi, apabila idul fitri saya sendiri yang mengunjungi mereka dan apabila natal merekalah yang mengunjungi saya.” 113 2. Interaksi sosial yang berkaitan dengan sensitifitas beragama. Diantaranya keikutsertaan pemeluk agama dalam perayaan hari-hari besar keagamaan pemeluk agama lain, pernikahan beda agama dan pengucapan salam. Interaksi informan yang berkaitan hal-hal yang bersifat sensitif terdapat sedikit perbedaan. Berdasarkan hasil penelitian, interaksi aktifis Rohkris di SMAN 79 Jakarta cenderung lebih terbuka jika dibandingkan dengan aktifis Rohis. Sebagian besar aktifis Rohkris pernah ikut membantu perayaan hari besar agama Islam, seperti peringatan maulid Nabi, Isra’ mi’raj. merekapun tidak segan untuk memberikan salam ataupun ucapan selamat hari raya kepada agama lain. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Canang Karismantio aktifis Rohkris: “ saya pernah membantu teman yang berbeda agama dalam kegiatan keagamaannya seperti acara Isra’ mi’raj yang diadakan di sekolah. Saya hanya membantu mempersiapkan acara Isra’ mi’raj tetapi tidak mengikuti acaranya karena mereka membutuhkan bantuan. Menurut saya ucapan salam dan ucapan selamat hari raya kepada agama lain tidak ada masalah, karena kita hanya mengucapkan selamat saja dan juga untuk memberikan suatu kehangatan kepada mereka. Saya pernah mengucapkannya kepada tetangga saya ketika mereka merayakan hari raya keagamaannya.” 114 Seluruh aktifis Rohkris juga tidak segan untuk memberikan salam ataupun ucapan selmat hari raya kepada agama lain. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu aktifis Rohkris Jessica Simanjuntak, menurutnya: “ bagi saya mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain adalah sebuah ungkapan rasa menghormati satu sama lain, jadi bagi saya tidak ada salahnya mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain. 113 114 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Canang Karismantio. Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Canang Karismantio. Pengucapan salam kepada agama lain adalah hal wajar karena itu sebagai tanda penghormatan untuk mereka.” 115 Keterbukaan ini didasari oleh keyakinan mereka terhadap ajaran agama yang mengajarkan mereka untuk selalu mengasihi dengan sesama, menghormati, menghargai dan lain-lain. Hal tersebut diatas berdasarkan pendapat Dwi Anastasia aktifis Rohkris sebagai berikut: “ agama saya mengajarkan banyak hal seperti ajaran kasih, kita harus saling mengasihi dengan siapapun tanpa memandang perbedaan agama, lemah lembut, rendah hati, toleransi dan lain-lain. Jadi menurut saya ucapan salam dan selamat hari raya kepada agama lain adalah hal yang wajar karena saya menghargai hari-hari besar agama lain.” 116 Namun sebagian kecil informan aktifis Rohkris seperti Jessica Simanjuntak dan Demonsky Ambonnas Rassel tidak pernah membantu kegiatan keagamaan agama lain. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Jessica Simanjuntak berikut ini: “ saya tidak pernah membantu kegiatan keagamaan agama lain karena dalam keagmaannya mereka berarti berusaha dengan dibantu oleh apa yang dipercayainya, bukan lagi orang lain.”117 Untuk masalah kawin beda agama, terjadi perbedaan pendapat juga. Ada beberapa aktifis Rohkris yang setuju dengan kawin beda agama ada juga yang tidak setuju dengan kawin beda agama. Beberapa aktifis Rohkris yang setuju dengan kawin beda agama diantaranya seperti George Alexander, Dwi Anastasia da Demonsky Ambonness Rassel. Mereka berpendapat kawin beda agama biasa saja selama ada rasa saling menghargai dan ada 115 116 117 Wawancara pribadi dengan aktifis rohkris Jessica Simanjuntak Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Dwi Anastasia. Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Jessica Simanjuntak sikap toleransi. Seperti yang diungkapkan oleh George Alexander aktifis Rohkris: “ kawin beda agama adalah hal yang biasa saja selama kita saling menghargai dan ada sikap toleransi”. 118 Sementara itu, hal yang berbeda diungkapkan oleh sebagian informan aktifis Rohkris lainnya seperti Jessica Simanjuntak, Canang Karismantio dan Megawati Immanela, mereka tidak setuju dengan kawin beda agama seperti yang diungkapkan oleh Megawati Immanela: “… saya tidak setuju dengan kawin beda agama karena susah untuk menyatukan dua prinsip.” 119 Sementara itu interaksi aktifis Rohis yang berkaitan dengan hal-hal yang sensitif agama sedikit lebih tertutup, mayoritas informan aktifis Rohis yaitu Amalia Hadi, Nurhalimah Tusadiyah, Anis Nur Husna, Bagas Febriansyah Wijaya dan Achmad Affandi. Mereka tidak pernah sekalipun memberikan ucapan selamat hari raya bagi penganut agama lain karena itu dilarang oleh agama. Seperti yang diungkapkan oleh Amalia Hadi salah satu aktifis Rohis menjelaskan: “ saya tidak pernah mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain, apabila kita mengucapkan selamat hari raya (natal. nyepi dan lain-lain)itu sama saja merayakannya karena dalam agama islam dilarang. Saya diajarkan oleh kakak sepupu yang guru agama dan kakak alumni Rohis.” 120 Hal senada juga diungkapkan oleh Nurhalimah Tusadiyah aktifis Rohis menjelaskan: “ tidak boleh mengucapkan selamat natal sebab dalam surat al-Kafirun telah dijelaskan. Kita boleh menghormati agama lain tetapi kita tidak boleh ikut semua 118 119 120 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris George Alexander. Wawancara pribadi dengan aktifis Rohkris Megawati Immanela. Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Amalia Hadi. apa-apa yang diajarkan di agama lain. Intinya bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Sebagaimana yang telah diajarkan oleh guru liqo dan mentoring Rohis.”121 Pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Fajar Susanto aktifis Rohis. Ia menyatakan bahwa mengucapkan selamat natal kepada agama lain adalah boleh. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Fajar Susanto aktifis rohis berikut ini: “ boleh mengucapkan selamat natal kan untuk menjalin kerukunan antar umat beragama, yang non Islam aja mengucapkan selamat hari raya idul fitri, kenapa tidak. Saya diajarkan dari guru dan orang tua juga.” 122 Mengenai pengucapan salam kepada agama lain sebagian besar informan aktifis Rohis mengaku boleh karena untuk menghormati mereka yang berbeda agama akan tetapi tidak boleh mengucapkan assalamu’alaikum hanya dengan mengucapkan selamat pagi, selamat sore dan lain-lain. Seperti yang diungkapkan oleh Anis Nurhusna aktifis Rohis sebagai berikut: “ menurut saya, kita harus mengucapkan salam kepada siapa saja, walaupun berbeda agama, tetapi kita harus tahu letak perbedaannya, misalnya tidak mengucapkan Assalamu’alaikum kepada yang berbeda agama tapi mengucapkan selamat pagi dan sebagainya.” 123 Pendapat yang sama diungkapkan oleh Fajar Susanto dan Ahmad Affandi aktifis Rohis. Mereka tidak membolehkan mengucapkan Assalamu’alaikum apalagi menjawab salam. Seperti ytang diungkapkan oleh Ahmad Affandi aktifis Rohis berikut ini: “ maaf, kami juga tidak boleh mengucapkan salam apalagi menjawab salam.” 124 121 Wawancara pribadi dengan aktifis rohis Nurhalimah Tusadiyah Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Fajar Susanto. 123 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Anis Nur Husna. 124 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Ahmad Affandi. 122 Mayoritas aktifis Rohis tidak setuju dengan keikutsertaan membantu pemeluk agama lain dalam kegiatan keagamaannya dan pernikahan beda agama yang saat ini marak terjadi dikalangan artis. Seperti yang diungkapkan oleh Fajar Susanto aktifis Rohis berikut ini: “ saya tidak pernah membantu mereka dalam kegiatan keagamaannya, kalau membantu berarti membantu mempersiapkan hari raya agama lain dong.”125 Semantara itu pendapat Nurhaliman Tusadiyah aktifis Rohis mengenai kawin beda agama tidak setuju. Berikut ini pendapatnya: “ saya tidak setuju dengan kawin beda agama, karena dalam islam menikah dengan beda agama akan menimbulkan kontroversi dikedua belah pihak dan sama saja dengan berzina.” 126 Hal senada juga diungkapkan oleh aktifis Rohis Bagas Febriansyah Wijaya: “ saya tidak setuju dengan kawin beda agama karena hal itu dilarang oleh agama saya.” 127 Berdasarkan hasil wawancara, penulis dapat menyimpulkan bahwa interaksi aktifis Rohis da aktifis Rohkris dengan teman yang berbeda agama baik itu di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat berjalan dengan baik, meskipun ada batasanbatasan yang diterapkan masing-masing informan. Setiap agama pasti mengajarkan kebaikan, maka dari itu perilaku yang disandarkan pada ajaran agama adalah perilaku yang baik dapat menciptakan interaksi yang harmonis. Agama tidak pernah berhenti dalam mengatur tata kehidupan manusia karena itu kerukunan dan toleransi antara umat bergama: bukan sekedar hidup berdampingan yang pasif saja akan tetapi lebih dari itu; untuk berbuat baik, dan berlku adil antara satu sama lain. Bagi umat Islam dan agama lainnya seyogyanya perbedaan 125 Wawancara pribadi dengan aktifis rohis Fajar Susanto Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Nurhaliman Tusadiyah. 127 Wawancara pribadi dengan aktifis Rohis Bagas Febriansyah Wijaya. 126 agama jangan sampai menghalangi untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap manusia tanpa diskriminasi agama dan kepercayaan. Mayoritas informan baik itu aktifis Rohis maupun aktifis Rohkris mengaku mengetahui makna toleransi. Seperti yang diungkapkan oleh aktifis Rohis Ahmad Affandi berikut ini: “ saling menghargai, saling membantu dan tolong menolong, bersikap baik, ramah dan tidak mengganggu. Umat Kristen ke gereja kami tidak ganggu dan kami ke masjid mereka tidak boleh ganggu.”128 Pendapat aktifis Rohis yang lain diungkapkan oleh Anis Nurhusna berikut ini: “ toleransi itu seperti menghargai orang lain. Jika hari minggu ada tugas kelompok dengan teman yang berbeda agama kita harus membolehkan teman tersebut untuk pergi ke gereja. Setelah itu baru kita mengerjakan tugas kelompok.”129 Sementara itu pendapat informan aktifis Rohkris diungkapkan oleh Dwi Anastasia Silalahi berikiut ini: “ toleransi itu saling menghargai satu dengan yang lainnya tanpa pandang bulu. Seperti bila ada yang sedang beribadah menghargai dengan tidak rebut.” 130 Pendapat informan aktifis Rohkris lainnya diungkapkan oleh George Alexander berikut ini: “ saling menghargai tanpa mencampuradukkan agama atau ikutikutan agama lain seperti tidak mengikuti ibadah agama lain.”131 Ada dua macam penafsiran tentang konsep toleransi ini, yakni penafsiran negative dan penafsiran positif. Yang pertama menyatakan bahwa toleransi itu hanya mensyaratkan cukup dengan membiarkan dan tidak menyakiti orang /kelompok lain 128 129 Wawanara pribadi dengan aktifis rohis Ahmad Affandi. Wawancara pribadi dengan aktifis rohos Anis Nur Husna Wawancara pribadi dengan aktifis rohkris Dwi Anastasia Silalahi 131 Wawancara pribadi dengan aktifis rohkris George Alexander 130 tolernsi ini tidak melahirkan kerja sama. Yang kedua menyatakan bahwa toleransi itu membutuhkan lebih dari sekedar ini. Ia membutuhkan adanya bantuan dan dukungan terhadap keberadaan orang /kelompok lain . No Interaksi 1. Interaksi sosial dalam masalah kemasyarakatan Interaksi sensitive agama a. ucapan selamat hari raya agama lain 2. Toleransi negative Islam Kristen Toleransi positif Islam Kristen Seluruh Seluruh aktifis aktivis Rohis rohkris Minoritas aktivis Rohis: Fajar Susanto Mayoritas aktivis Rohis seperti Amalia Hadi, Nurhalimah Tusadiyah, Anis Nur Husna, Ahmad Affandi dan Bagas Febriansyah Wijaya Seluruh aktifis rohkris Seluruh aktifis rohkris b. ucapan salam kepada agama lain Seluruh aktifis rohis c. membantu kegiatan keagamaan lain Seluruh aktifis rohis Minoritas aktivis Rohkris: Jessica Simanjuntak dan Demonsky Ambonness Mayoritas aktifis rohkris seperti Dwi Anastasia, Megawati Immanela, Canang Karismantio dan George Alexander d. kawin beda agama Seluruh aktifis rohis Sebagian aktifis Rohkris: Jessica Simanjuntak , Canang Karismantio dan Sebagian aktifis rohkris seperti George Alexander, Dwi Anastasia Silalahi dan Demonsky Ambonnes Megawati Immanela Rassel Berdasarkan tabel di atas, bila dilihat dari interaksi social kemasyarakatan, penulis dapat menyimpulkan bahwa aktifis Rohis dan aktifis Rohkris sama-sama memiliki toleransi yang positif yaitu toleransi yang membutuhkan bantuan dan dukungan orang lain yaitu toleransi yang melahirkan kerja sama. Sementara itu dalam hal yang berkaitan dengan interaksi yang bersifat sensitive agama seperti pengucapan selamat hari raya kepada agama lain, pengucapan salam kepada agama lain dan lain-lain, aktifis Rohkris lebih ke toleransi positif atau terbuka sedangkan aktifis Rohis lebih tertutup atau lebih ke toleransi negative yaitu toleransi yang hanya membiarkan pemeluk agama lain, toleransi yang tidak melahirkan kerja sama. Toleransi aktifis Rohkris, jika dilihat dari waktu sebelum aktif dan sesudah aktif dalam kegiatan keagamaan dapat disimpulkan bahwa mereka tidak mengalami perubahan dalam hal toleransi pergaulan, mereka terbuka dengan pemeluk agama lain, karena agama mereka tidak membatasi dalam pergaulan. Sedangkan pada aktifis Rohis terjadi perubahan toleransi setelah aktif di Rohis mereka lebih tertutup dengan pemeluk agama lain. BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan Agama dan Interaksi sosial aktifis Rohis dan aktifis Rohkris dengan teman yang berbeda agama di SMAN 79 Jakarta Selatan dapat disimpulkan: 1. Aktifis Rohis dan aktifis Rohkris di SMAN 79 meyakini agama yang dianutnya dan selalu berusaha menggali pengetahuan ajaran agamanya guna menjalankan agama dengan baik dan benar. 2. Aktifis Rohis dan aktifis Rohkris di SMAN 79 selalu berusaha menjalankan ritual agama yang dianutnya dengan sebaik mungkin. 3. Aktifis Rohis dan aktifisRrohkris di SMAN 79 selalu berusaha menjalin relasi yang baik dengan teman seagama dan berbeda agama, karena mereka menyadari betul interaksi yang terjalin dengan baik dapat menciptakan kerukunan. B. SARAN-SARAN 1. Aktifis Rohis dan aktifis Rohkris di SMAN 79 diharapkan dapat menerapkan nilainilai luhur yang terkandung dalam ajaran agama mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari yang mereka dapatkan dari kegiatan Rohis maupun Rohkris. 2. SMAN 79 Jakarta Selatan diharapkan dapat membukukan sejarah Rohis maupun Rohkris dari awal berdirinya dan perkembangannya sehingga generasi penerus dapat mngetahui sejarah Rohis maupun Rohkris 99 DAFTAR PUSTAKA Ancok, Djamaluddin. Psikologi Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Azra, Azyumardi. Nilai-nilai Pluralisme dalam Islam: Bingkai Gagasan yang Berserak. Bandung: Nuansa, 2005, cet.1. B. Taneko, Soleman. Struktur dan Proses Sosial, Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993. Djamaluddin, Muhammad. Religiusitas dan Strees Kerja pada Polisi. Yogyakarta: UGM Press, 1995. Echol, Jhon M dan Shadily, Hassan. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1990. H. Thoules, Robert. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995, cet.2. Helmanita, Karlina. Pluralisme dan Inklusivisme Islam di Indonesia: Kearah Dialog Lintas Agama. Jakarta: PBB UIN dan KAS, 2003, cet.1. Hendropuspito. Sosiologi Agama. Yogyakarta: PT. Kanisius, 1983. Husin Al Munawar, Said Agil. Fiqih Hubungan antar Agama; Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005, cet.3. Kahmad, Dadang. Sosiologi Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002, cet. 2. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Sosial lainnya. Bandung: PT. Remaja, 2001, cet.1. Nashori, Fuat dan Mucharam, Rachmy Diana. Mengembangkan Kreativitas dalam Persektif Psikologi Islami. Yogyakarta: Menara Kudus, 2002. 101 Raho, Bernard. Sosiologi: Sebuah Pengantar. Surabaya: Sylvia, 2004, cet. 1. Robertson, Roland. Agama: dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis. Jakarta: PT. Rajawali Press, 1988, cet. 1. Soekanto, Soerjono. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, cet.32. Sunarto Kamanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta: LPFE UI, 2000. Wirawan Sarito. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka, 1999, cet. 2. Abdu Fattah. Toleransi Beragama dalam Perspektif Al Qur’an, Artikel diakses tanggal 25 Oktober 2008, dari http://Fahdamjad.files.wordpress.com Faridfann. Toleransi dalam Perspektif Agama-agama dan Upacara Ritual Seremonial, artikel diakses tanggal 25 Oktober 2008, dari http://faridfann.wordpress.com Singgih SAptadi. Fenomena Tampilnya Aliran-aliran Sesat: Sempalan dari Islam di Indonesia, Artikel diakses tanggal 25 Oktber2008, dari http://Swaramuslim.Net/emore.php?id Wiki. Takdir dalam Agama Islam, artikel diakses tanggal 26 Desember 2008, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Takdir Wawancara pribadi: Bapak Syihabuddin, Pembina rohis SMAN 79 tanggal 11 november Aktifis Rohis Achmad Affandi, Jakarta, 7 Nopember 2008. Aktifis Rohis Amalia Hadi, Jakarta, 7 Nopember 2008. Aktifis Rohis Anis Nur Husna, Jakarta, 7 Nopember 2008. Aktifis Rohis Bagas Febriansyah Wijaya, Jakarta, 7 Nopember 2008. Aktifis Rohis Fajar Susanto, Jakarta, 7 Nopember 2008 Aktifis Rohis Halimah Tusadiyah, Jakarta, 7 Nopember 2008. Ibu Loine S, Pembina Rohkris, Jakarta, 14 November 2008 Aktifis Rohkris Canang Karismantio, Jakarta,14 Nopember 2008. Aktifis Rohkris Catherin Romambo Mogot Pandin, Jakarta, 14 Nopember 2008. Aktifis Rohkris Demonsky Ambonness Rassel, Jakarta, 14 Nopember 2008. Aktifis Rohkris Dwi Ana Stasia S, Jakarta, 14 Nopember 2008. Aktifis Rohkris George Alexander, Jakarta,14 Nopember 2008. Aktifis Rohkris Jessica Simanjuntak, Jakarta, 14 Nopember 2008. PEDOMAN WAWANCARA "Agama dan Interaksi Sosial : Studi Kasus Relasi Aktivis Rohis dan Aktivis Rohkris dengan Pemeluk Agama Lain di SMAN 79 Jakarta Selatan" I. Profil Informan a. Nama : b. Jenis Kelamin : c. Agama : d. Kelas : e. Alamat : f. Pendidikan Orang Tua : g. Pekerjaan Orang Tua : h. Tanggal Wawancara : II. Pertanyaan 1) Kapan masuk Rohis? Mengapa? 2) Seberapa aktif anda dalam Rohis? 3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa? 4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa? 5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis? 6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa? 7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis? 8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa? 9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk Rohis? 10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah? 11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat? 12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana? 13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama? 14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohis? 15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa? 16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah? 17) Kegiatan-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah? 18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agama? seperti apa? 19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa? 20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa? 21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat? 22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama? Adakah batasannya? Seperti apa? 23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain? 24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa? 25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain? 26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa? 27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya? Alasannya mengapa? 28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama? 29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu? 30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya? Lampiran 1 Wawancara dengan pengurus SMAN 79 Jakarta Selatan I. Profil Informan a. Nama : Harjono S.pd b. Pendidikan : S1 c. Jabatan : Wakil kepala sekolah bagian humas d. Waktu wawancara : 4 Agustus 2008 II. Pertanyaan 1). Kapan SMAN 79 Jakarta Selatan berdiri? Jawab: SMAN 79 berdiri tahun 1980. 2). Bagaimana latar belakang berdirinya SMAN 79? Jawab: SMAN 79 pada awalnya adalah anak cabang dari SMAN 8. pada saat itu banyak lulusan dari SMP yang ingin masuk ke SMAN 8, karena kapasitas terbatas maka dibukalah anak cabang SMAN 8 dengan nama SMAN 8 filial. Sekolah ini belum mempunyai bangunan sendiri sehingga masih menumpang di Sekolah Dasar yang terletak di daerah Tebet Timur dalam II G Jakarta Selatan. Pada bulan Juli 1985 SMAN 8 filial mendapat penunggalan untuk berubah nama menjadi SMAN 79 Jakarta, karena telah memilki siswa yang cukup banyak dan telah mampu berdiri sendiri. Kemudian bapak kepala sekolah berusaha untuk mendapatkan gedung baru yaitu bekerja sama dengan POMG mengupayakan kepada pemerintah daerah DKI Jakarta untuk mendapatkan gedung baru. Kemudian pada bulan Juli 1987, dilakukan penyerahan gedung SMAN 79 yang beralamat di jalan Menteng Pulo Ujung, Menteng Atas Setia Budi Jakarta Selatan dan ketika itu kepala sekolahnya Bapak Drs. Eman Kisman 3). Apakah visi dan misi didirikannya SMAN 79? Jawab: Visi dari SMAN 79 Jakarta adalah “Unggul dalam Prestasi berdasarkan kultur Iptek, Imtak dan 7K” (keamanan, kebersihan, keindahan, ketertiban, kekeluargaan, kerindangan dan kenyamanan). Adapun misi dari SMAN 79 sebagai berikut: mengadakan kegiatan keagamaan secara rutin dan teratur untuk menumbuhkan penghayatan dan penerapan keimanan dan ketakwaan, melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif melalui pendalaman materi dan remedial, menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada siswa, guru dan karyawan sehingga dapat bersaing pada lingkungan seprofesi, menumbuhkan budaya bangsa dalam berbudi pekerti dan bertatakrama, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak dan mewujudkan lingkungan yang indah, asridan nyaman. 4). Sejak berdiri, berapakalikah terjadi pergantian kepala sekolah? Jawab: SMAN 79 Jakarta sejak berdirinya tahun 1980 hingga sekarang telah mengalami 11 priode pergantian kepala sekolah. Tahun 1980-1981: Bapak Drs. Udit Maulana, tahun 1981-1983: Ibu Yub, Hadi S, tahun 1983-1991: Bapak Drs. Eman Kisman, tahun 1991-1995: Ibu Hj. Srirahayu, Sumardi M.M, tahun 1995-1996: Bapak Prohanta Sastradipura, tahun 1996-1998: Ibu Dra. Hj. Jasni Yakub, tahun 1998-2000: Ibu Dra. Hj. Mutinah, tahun 2000-2002: Bapak Drs. Soekarno, tahun 2002-2003: Bapak Drs. H Tahir Husein, tahun 2003-2005: Bapak Drs. Hermanto MM, tahun 2005-sekarang: Drs. A. Soekano 5). Berapa jumlah guru dan latar belakang pendidikannya? Jawab: SMAN 79 Jakarta terdapat 56 guru yang terdiri dari 23 guru laki-laki dan 33 guru perempuan. Lulusan S1 48 orang terdiri dari 19 guru laki-laki dan 28 guru perempuan dan lulusan D3 5 orang terdiri dari 3 guru laki-laki dan 2 guru perempuan serta ada lulusan S2 3 orang terdiri dari 1 guru laki-laki dan 2 guru perempuan. 6). Berapa jumlah siswa dari kelas X hingga kilas XII? Jawab: Jumlah keseluruhan siswa SMAN 79 Jakarta berjumlah 656 orang. Kelas X berjumlah 274 siswa terdiri dari 138 siswa laki-laki dan 136 siswa perempuan. Siswa Muslim 270 dan siswa Kristen 4. Sementara kelas XI berjumlah 189 siswa terdiri dari 101 siswa laki-laki dan 88 siswa perempuan. Siswa Muslim 179 dan siswa Kristen 10. Sedangkan kelas XII berjumlah 193 siswa terdiri dari 104 siswa laki-aki dan 89 siswa perempuan. Siswa Muslim182 dan siswa Kristen 11. 7). Apa saja kegiatan ekstrakulikuler yang terdapat di SMAN 79? Jawab: Kegiatan ekstrakulikuler yang terdapat di SMAN 79 sebanyak 9 kegiatan antara lain: Rohis (rohani Islam), Rohkris (rohani Kristen), PMR, Mading, Paskibra, Sispala, Kesenian teridiri dari seni tari, musik dan teater, Olah raga terdiri dari futsal, bulu tangkis, basket, tae kwon do dan pencak silat serta yang terakhir adalah Scaint. Kegiatan ekstrakulikuler dilaksanakan setiap hari jum’at setelah selesai kegiatan belajar mengajar. 8). Sarana dan prasarana apa sajakah yang ada di SMAN 79? Jawab: Sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan di sekolah ini antara lain: kelas berjumlah 17 ruangan, laboratorium IPA, komputer dan bahasa, perpustakaan, ruang BP/BK, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang UKS, ruang TU, studio band, ruang internet, kantin, koperasi, ruang OSIS, pos satpam, ruang alat-alat olah raga, masjid, lapangan dan ruang wakil kepala sekolah Lampiran 2 Wawancara dengan Pembina Rohis SMAN 79 Jakarta I. Profil Informan a. Nama : Drs. H. Syihabuddin b. Pendidikan : S1 c. Jabatan : Pembina Rohis d. Waktu Wawancara : 11 November 2008 II. Pertanyaan 1). Kapan berdirinya Rohis? Jawab: Sejarah Rohis saya tidak begitu paham dan berdirinya saya kurang tahu juga, kebetulan saya di sini pengajar junior yang saya tahu Rohis merupakan bagian dari kegiatan OSIS. 2). Apakan pengertian Rohis dan tujuannya? Jawab: Rohis adalah Rohani Islam, Rohis adalah suatu kegiatan anak-anak muslim di sekolah untuk mengadakan kegiatan yang bersifat keislaman. Rohis merupakan bagian dari OSIS. Tujuan diadakannya Rohis di SMAN 79 agar siswa muslim yang berminat untuk mengembangkan tentang keislamannya baik dalam masalahmasalah keagamaan maupun dalam masalah social keislaman ini dapat ditampung dan dibina. 3). Apa saja kegiatan keagamaan yang terdapat di Rohis? Jawab: setiap hari selasa ada kegiatan belajar membaca al-Quran yang dipimpin oleh saya sendiri dan setiap hari jum'at ada mentoring yang dipelajari yaitu tentang pengetahuan Islam yang dipimpin oleh alumni Rohis sendiri serta ada beberapa kegiatan lain seperti peringatan hari-hari besar Islam, buka puasa dan lain-lain. 4). Bagaimana minat siswa terhadap Rohis? Jawab: Minat siswa terhadap Rohis cukup bagus dan anggotanya cukup lumayan tetapi ada kegiatan ekstrakulikuler yang lain yang anggotanya lebih banyak. Kebanyakan alas an mereka mengikuti Rohis adalah ingin mengetahui tentang Islam dan kebudayaan-kebudayaan Islam. 5). Bagaimana intensitas keterlibatan siswa di Rohis? Jawab: Cukup bagus Lampiran 3 Wawancara dengan Pembina Rohis SMAN 79 Jakarta Selatan I. Profil Informan a. Nama : Dra. Loine Simanjuntak b. Pendidikan : S1 c. Jabatan : Pembina Rohkris d. Waktu wawancara : 14 November 2008 II. Pertanyaan 1). Kapan berdirinya Rohkris? Jawab: Saya kurang tahu tentang sejarah Rohkris karena baru tahun ini saya ditunjuk sebagai Pembina Rohkris. Saya hanya tahu Rohkris itu merupakan salah satu dari sie OSIS.. 2). Apakan pengertian Rohkris dan tujuannya? Jawab: Rohkris adalah Rohani Kristen, kegiatan keagamaan ini termasuk salah satu dari kegiatan ekstrekulikuler yang diwajibkan oleh sekolah. Tujuan diadakan kegiatan keagamaan Rohkris adalah sebagai wadah bagi siswa Kristen untuk memperdalam ilmu keagamaan dan juga mempunyai manfaat supaya prilaku siswa-siswi Kristen sesuai dengan ajaran Kristen yang telah diharapkan. 3). Apa saja kegiatan keagamaan yang terdapat di Rohkris? Jawab: PDPA ( persekutuan do'a dan pendalaman al-Kitab ) yang dilaksanakan setiap hari Jum'at, renungan pagi yang dilaksanakan setiap hari selasa, rabu dan kamis di pagi hari sebelum siswa-siswi memulai kegiatan belajar mengajar, Natal, Paskah dan Ret-ret. 4). Bagaimana minat siswa terhadap Rohkris? Jawab: Minat siswa terhadap Rohkris cukup bagus, semua siswa yang beragama Kristen aktif di Rohkris, tetapi karena berbarengan dengan kegiatan ekstrakulikuler lain yang diadakan pada hari yang sama yaitu hari jum'at maka mereka berkurang intensitasnya di Rohkris. 5). Bagaimana intensitas keterlibatan siswa di Rohkris? Jawab: Kira-kira 80%. Karena berbarengan dengan kegiatan-kegiatan OSIS yang lain jadi berbenturan waktunya mungkin klo tidak berbarebgan mereka sepenuhnya ikut Rohkris. Lampiran 4 Transkip wawancara dengan Aktifis Rohis SMAN 79 I. Profil Informan a. Nama : Amalia Hadi b. Jenis Kelamin : Perempuan c. Agama : Islam d. Kelas : XI IPA 2 e. Alamat : Jl. Bangka Raya Rt.06 Rw. 07 No. 43 b Jakarta Selatan f. Pendidikan Orang Tua : Sarjana g. Pekerjaan Orang Tua : Pegawai Swasta h. Tanggal Wawancara : 7 November 2008 II. Pertanyaan 1) Kapan masuk Rohis? Mengapa? Jawab: Kelas X, teman dekat saya banyak yang masuk Rohis, karena itu saya tertarik untuk ikut serta dalam kegiatan Rohis, selain itu untuk menambah pengetahuan tentang Islam. 2) Seberapa aktif anda dalam Rohis? Jawab: Waktu kelas X sih, pasif banget, malas dateng ke Rohis, pokoknya suka cabut deh! Dah gitu cabutnya kompakan, tetapi sekarang kelas XI ga lagi, habis tengsin ma adik-adik kelas yang punya semangat 45. Amel tidak hadir apabila ada halangan seperti ada les. 3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa? Jawab: Iya, sebagai Ketua Keputrian dan Wakil Ketua Rohis. 4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa? Jawab: Tuhan, yang menciptakan alam semesta ini. Dia yang mengatur Matahari terbit dari Timur ke Barat. Saya percaya dengan adanya Tuhan, karena Tuhan bisa dirasakan, Dia tidak bisa dilihat, tidak juga bisa disentuh, tetapi Dia terasa dekat, lebih dekat dari kulit kita. Kita harus mengerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya. 5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis? Jawab: Setelah aktif di Rohis keyakinan saya terhadap Tuhan sama saja karena saya sudah diajarkan sejak di Madrasah Ibtidaiyah. 6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa? Jawab: Takdir adalah ketentuan dari Allah. Misalnya saya diajak si A ke Bogor juga diajak si B ke Ragunan, kemudian saya memilih ikut si A, ternyata di tengah jalan mobilnya kecelakaan. Jika dalam hati saya berfikir “Wah tau gitu lebih baik ikut si B ke Ragunan” itu tidak boleh. Karena sesuatu yang terjadi pada kita sudah menjadi kehendak Allah SWT. Saya percaya dengan takdir Tuhan, karena takdir sudah menjadi kehendak Allah SWT. Apapun takdir Tuhan baik itu takdir baik maupun takdir buruk kita harus menerima dan berdoa agar selalu didekatkan pada kebaikan dan dijauhkan dari segala keburukan. 7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis? Jawab: Mengalami perubahan, dulu aku percaya banget dengan ramalan-ramalan yang ada di majalah, tetapi sekarangkan kata pembimbing Rohis tidak boleh karena itu mendahului takdir Tuhan, jadi Amel tidak percaya lagi. 8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa? Jawab: Penting, untuk mendekatkan diri kepada Allah dan juga sudah merupakan kewajiban. 9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk Rohis? Jawab: Tetap sama saja atau tidak ada perubahan yang signifikan. Sebelum dan sesudah masuk Rohis selalu shalat 5 waktu dan mengaji. 10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah? Jawab: Berjalan lancar, pagi sebelum belajar tadarusan dan siang istirahat ke-2 shalat Dzuhur 11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat? Jawab: Tidak bergaul di lingkungan masyarakat sekitar rumah, paling cuma shalat Idul Fitri bareng. 12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana? Jawab: Sejak sebelum sekolah TK sudah diajarkan hafalan al-Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq dan An Nas sama orang tua. Saya juga dapat ilmu agama dari pengasuh waktu masih kecil, sekolah dan keluarga. 13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama? Jawab: Untuk mendalami ilmu agama saya membaca buku, mendengar ceramah, bertanya pada guru dan saya kadang-kadang mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di televisi, biasanya hanya di bulan puasa seperti rahasia sunnah yang ditayangkan di Trans TV. 14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohis? Jawab: Sama saja sih soalnya Amel sekolah dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah, paling cuma masukan-masukan saja. 15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa? Jawab: Kira-kira delapan orang. Menurut saya tidak ada yang patut diperbedakan, sama aja kok! Asal sama-sama saling menghormati. 16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah? Jawab: Sangat baik, dua dari delapan teman beda agama itu adalah sahabat saya. 17) Kegiatan-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah? Jawab: Belajar kelompok bareng, hang out, nonton, berenang, mengerjakan tugas, drama dan kami pernah bertukar pikiran mengenai masalah pelajaran, tempat wisata atau belanja, hobi, kebiasan, sampai masalah cowok he..he.. tema tentang agama juga pernah, paling tentang tata pelaksanaan hari besar dan ibadah, misalnya klo Nyepi apa saja yang dikerjakan? Tujuannya apa? 18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agama? seperti apa? Jawab: Pernah, waktu itu dia lupa janji sama Amel, tetapi itu bukan hanya berlaku untuk yang beda agama aja, itu berlaku for any body. Hari ini diamin sekali. Besoknya sudah ketawa haha…hihi….. lagi deh. 19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: Tidak ada, karena saya kurang bergaul di lingkungan tempat tinggal saya, ruang lingkup pergaulan saya terbatas, hanya di sekolah dan di tempat les. 20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: biasa saja, karena saya kurang bergaul di lingkungan rumah saya. 21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat? Jawab: tidak ada 22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama? Adakah batasannya? Seperti apa? Jawab: Bersikap secara baik-baik. Ada batasannya hanya dalam masalah keagamaan. Dalam kegiatan keagamaan itu sudah menjadi urusan masing-masing misalnya menolak undangan ke pesta Natal atau Valentine. 23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain? Jawab: Tidak boleh lah. Soalnya klo kita mengucapkan selamat Natal berarti kita merayakan Natal. Saya diajarkan sama kakak sepupu saya yang guru agama dan juga dari kakak alumni Rohis. 24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa? Jawab: Tidak, kalau kita mengucapka selamat hari raya ( natal, nyepi ) itu sama saja kita merayaknnya! 25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain? Jawab: Tidak apa-apa! Tetapi bukan “Assalamua’laikum” melainkan selamat pagi, siang, sore, malam. 26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa? Jawab: Jarang, saya lebih suka yang to the point! 27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya? Alasannya mengapa? Jawab: Tidak, saya tidak tahu dan tidak mau tahu, tetapi masih toleransi waktu misalnya tidak bisa mengajak dia berenang di minggu pagi karena dia harus ke Gereja. 28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama? Jawab: Pro dan kontra. Pro = apabila laki-laki muslim menikahi wanita non Muslim dan kontra = apabila wanita muslim dinikahi laki-laki non Muslim. 29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu? Jawab: Saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lainnya, saya tahu dari guru PPKN 30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya? Jawab: Saling menghargai satu dengan yang lainnya. Seperti tidak mengganggu waktu ibadahnya, saling tolong-menlong, dan lain-lain Lampiran 5 Transkip wawancara dengan Aktifis Rohis SMAN 79 I. Profil Informan a. Nama : Nurhaliman Tusadiyah b. Jenis Kelamin : Perempuan c. Agama : Islam d. Kelas :X5 e. Alamat : Jl. Kampung Melayu Besar Rt01 Rw 02 No. 17 Gang. Masjid I Jakarta Selatan f. Pendidikan Orang Tua : SMA g. Pekerjaan Orang Tua : Guru mengaji h. Tanggal Wawancara : 7 November 2008 II. Pertanyaan 1) Kapan masuk Rohis? Mengapa? Jawab: Saat masuk SMA, karena saya ingin belajar untuk berorganisasi secara Islami 2) Seberapa aktif anda dalam Rohis? Jawab: Selama saya masih bisa datang dan diberi waktu luang oleh Allah SWT, saya akan berusaha untuk selalu aktif di Rohis. 3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa? Jawab: Tidak hanya sebagai anggota 4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa? Jawab: Zat yang menciptakan semua makhluk, termasuk saya sebagai ciptaannya. Saya percaya dengan adanya Allah, karena saya tidak akan ada jika tidak ada yang menciptakan saya yaitu Allah SWT semesta alam. 5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis? Jawab: Semakin lebih mendalam, semakin tahu hakikat kita dalam hidup ini, dalam berorganisasi, dalam menjalankan kehidupan menjadi lebih terarah sesuai dengan ajaran Islam tentunya 6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa? Jawab: Takdir adalah ketetapan Tuhan. Saya yakin dengan adanya takdir Tuhan karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi hari ini, hari esok, dan seterusnya. Karena kita berada dalam takdir Allah yang manusia tidak bisa memprediksi secara pasti karena manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan dalam segala hal. Dalam menyikapi takdir Tuhan yang baik kita hendaknya bersyukur dan menggunakan apa yang kita miliki atau potensi kita digunakan dengan sebaik-baiknya. Sedangkan dalam menyikapi takdir Allah yang buruk hendaknya kita menerima dan lapang dada serta yakin bahwa Allah memberikan yang terbaik untuk kita semua. 7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis? Jawab: Keyakinan saya terhadap takdir Tuhan semakin bertambah, saya yakin takdir Tuhan ada yang baik dan buruk, ada yang bisa dirubah dan juga tidak bisa. 8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa? Jawab: Penting, karena ibadah merupakan bukti kita sebagai orang yang beriman. 9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk Rohis? Jawab: Alhamdulillah saya sudah bisa mengutamakan yang wajib dan mencoba lebih giat dalam melaksanakan ibadah sunnah. Sebelum aktif di Rohis sering melanggar dan mencampuradukkan antara yang benar dan yang salah tetapi setelah aktif di Rohis menjadi lebih terarah dan manjadi yang terbaik dalam ibadah. 10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah? Jawab: Kegiatan agama di sekolah saya berjalan dengan baik yaitu IMTAQ dan 15 menit sebelum pelajaran dimulai kita bertadarus bersama. 11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat? Jawab: Cukup baik, saya aktif di TPA atau halaqoh 12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana? Jawab: Sejak kecil, saya diajarkan dari ayah, ibu, Taman Pendidikan Al-Qur’an, sekolah, masyarakat dan teman. 13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama? Jawab: Dengan cara aktif di Rohis, mengikui pengajian dan lain-lain 14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohis? Jawab: Pengetahuan lebih bertambah, lebih berwawasan, dan lebih dalam dari sebelumsebelumnya. 15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa? Jawab: Kira-kira lima belas orang, karena saya berada di sekolah dan saya harus bisa bersosialisasi dengan baik agar tercipta kerukunan antar umat beragama. 16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah? Jawab: Baik-baik saja karena dalam berteman dengan orang yang beda agama harus ada toleransi beragama. 17) Kegiatan-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah? Jawab: Bermain, diskusi dalam belajar, sharing dan kita juga pernah bertukar pikiran mengenai sopan santun, pendidikan, kebiasaan sahari-hari. Tema tentang keagaman juga pernah seperti dalam dua agama mempunyai keyakinan yang berbeda-beda maka saya dan teman saya saling memberitahu kebiasaan beragama masing-masing. 18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agam ? seperti apa? Jawab: Pernah, hanya kesalapahaman terhadap suatu masalah 19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: Tiga orang, di lingkungan tempat tinggal saya lebih banyak beragama Islam daripada non Islam, walau demikian suatu saat pasti akan membutuhkan pertolongan orang lain. 20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: Berjalan dengan baik, karena dalam bergaul kita harus berteman dan mengenal siapa saja. 21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di masyarakat? Jawab: Bermain dan saling menolong jika ada kesulitan di antara kita. 22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama? Adakah batasannya? Seperti apa? Jawab: Berteman dengan baik boleh saja asalkan tidak melanggar ajaran Islam seperti bermain, belajar bersama dan lain-lain. Ada batasannya, tidak mengikuti ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam 23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain? Jawab: Tidak boleh sebab dalam surat al-Kafirun telah dijelaskan bahwa kita boleh menghormati agama lain tetapi kita tidak boleh ikut semua apa-apa yang diajarkan agama lain. Intinya bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Saya diajarkan oleh guru liqo dan mentoring Rohis 24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa? Jawab: tidak karena dalam Islam diharamkan atau tidak diperbolehkan. 25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain? Jawab: Mengucapkan salam kepada agama lain boleh saja asal jangan mengucapkan Assalamu’alaikum. 26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa? Jawab: Pernah, karena saat menelpon saya terburu-buru dan tanpa disadari saya mengucapkan salam. 27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya? Alasannya mengapa? Jawab: Tidak, karena dalam Islam dalam masalah agama kita tidak boleh mempermainkan, jika kita ikut kegiatan yang berbeda dengan agama kita maka sama saja kita termasuk ke dalam agama tersebut. 28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama? Jawab: Tidak setuju, karena dalam Islam menikah dengan beda agama akan menimbulkan kontroversi di kedua belah pihak dan sama saja dengan berzina. 29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu? Jawab: Adanya saling pengertian, saling menghormati antar sesama manusia terutama dalam beragama yang berbeda dan lain sebagainya.Mulai dari SD, SMP hingga SMA sudah diajarkan 30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya? Jawab: Saling memahami antar sesama yang mempunyai perbedaan. Contohnya memberikan kebebasan agama lain dalam beribadah Lampiran 6 Transkip wawancara dengan Aktifis Rohis SMAN 79 I. Profil Informan a. Nama : Bagas Febriansyah Wijaya b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. Agama : Islam d. Kelas :X6 e. Alamat : Jl. Gandaria I No. 89 A f. Pendidikan Orang Tua : SMA g. Pekerjaan Orang Tua : Karyawan Swasta h. Tanggal Wawancara : 7 November 2008 II. Pertanyaan 1) Kapan masuk Rohis? Mengapa? Jawab: Pertengahan bulan Ramadhan kelas X, karena saya ingin menambah pengetahuan tentang Islam 2) Seberapa aktif anda dalam Rohis? Jawab: Saya aktif dalam keanggotaan dengan cara datang setiap ada kegiatan. Walaupun hari selasa tidak pernah datang karena waktunya terlalu sore jadi sama orang tua tidak boleh datang karena rumahnya jauh, tetapi setiap hari Jum’at saya selalu datang 3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa? Jawab: Belum hanya sebagai anggota 4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa? Jawab: Tuhan adalah yang menciptkan alam semesta beserta isinya, saya percaya dengan adanya Tuhan, Karena saya percaya Tuhan lah yang menciptakan saya. 5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis? Jawab: Keyakinan lebih kuat dari sebelumnya, karena di rohis lebih banyak tahu lagi halhal yang tidak diajarkan pada pelajaran agama di sekolah. 6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa? Jawab: Segala sesuatu yang sudah ditentukan oleh Allah. Saya percaya karena saya mengimaninya 7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis? Jawab: Saya tambah yakin bahwa segala sesuatu sudah ditentukan oleh Allah 8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa? Jawab: Ya penting, supaya mendapat pahala dari Allah SWT 9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohis? Jawab: Sebelum aktif di rohis, shalat saya masih banyak yang terlewatkan, tetapi setelah aktif di rohis menjadi lebih baik. 10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah? Jawab: Saya membaca tadarus sebelum memulai pelajaran 11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat? Jawab: Saya mengikuti pengajian 12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana? Jawab: Sejak sekolah dasar, saya dapat ilmu agama dari sekolah dan pengajian 13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama? Jawab: aktif di rohis, privat pengajian dan mendengarkan kultum 14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohis? Jawab: Alhamdulillah sekarang bertambah tidak seperti dulu, di rumah ada privat pengajian dan di sekolah ada rohis 15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa? Jawab: Empat orang, tiga orang adalah teman sekelas dan yang satu lagi teman searah saat pulang sekolah. 16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah? Jawab: Cukup baik karena saya selalu berusaha menghormati teman saya yang berbeda agama. 17) Kegiatan-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah? Jawab: Kerja kelompk, belajar bersama dan kita juga pernah bertukar pikiran tentang pelajaran sekolah, klo tentang agam tidak pernah 18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agam ? seperti apa? Jawab: Tidak pernah 19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: Delapan orang, karena mereka adalah teman saya saat SMP 20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: Cukup baik karena saya berusaha untuk menghormati mereka 21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat? Jawab: Bermain 22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama? Adakah batasannya? Seperti apa? Jawab: saling menghormati, ada batasannya tidak boleh menyinggung agama lain seperti tidak boleh menghina agama lain. 23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain? Jawab: Tidak boleh karena itu sama saja ikut merayakan Natal, saya tahu dari mentor dan orang tua. 24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa? Jawab: Tidak pernah, karena tidak boleh 25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain? Jawab: Klo dia yang mengucapkan kita jawab wa’alaikum tetapi klo kita yang mengucapkan tidak boleh. 26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa? Jawab: tidak pernah Karen adilarang agama 27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya? Alasannya mengapa? Jawab: Tidak, karena kita yang berbeda agama tidak boleh ikut campur 28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama? Jawab: tidak boleh 29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu? Jawab: saling menghargai saya tahu dari pelajaran 30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya? Jawab: saling menghargai seperti tidak mengganggu ketika teman sedang beribadah Lampiran 7 Transkip wawancara dengan Aktifis Rohis SMAN 79 I. Profil Informan a. Nama : Fajar Susanto b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. Agama : Islam d. Kelas : XI IPS 3 e. Alamat : Jl. Kebon Baru 4 RT01 Rw10 No. 5 Kebon Baru Tebet Jakarta Selatan f. Pendidikan Orang Tua : Sarjana g. Pekerjaan Orang Tua : Wiraswasta h. Tanggal Wawancara : 7 November 2008 II. Pertanyaan 1) Kapan masuk Rohis? Mengapa? Jawab: Sejak masuk SMA, untuk menambah ilmu dan juga bisa mencari teman 2) Seberapa aktif anda dalam Rohis? Jawab: Kelas X masih bolong-bolong, sekarang alhamdulillah sekarang aktif 3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa? Jawab: pernah, sebagai Ketua Rohis 4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa? Jawab: Allah yang menciptakan manusi, alam semesta dan kita harus yakin bahwa Allah itu ada. 5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis? Jawab: Alhamdulillah keyakinan saya semakin bertambah kepada Allah 6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa? Jawab: Tuhan sudah berkehendak, kita tidak bisa merubahnya. Saya percaya dengan takdir Tuhan, karena manusia harus terima takdir Allah. 7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis? Jawab: semakin yakin bahwa semuanya sudah ditentukan oleh Allah. 8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa? Jawab: Penting, karenaitu hubungan saya dengan Allah, klo kita tidak bisa berhubungan dengan Allah nanti kita dikasi siksa yang amat pedih. 9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohis? Jawab: Alhamdulillah ana sudah melaksanakan shalat tepat waktunya, zikir dan berdoa. Sebelum aktif di rohis masih kurng baik, malas-malasan. 10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah? Jawab: Setiap pagi tadarusan 11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat? Jawab: Saya mengaji di TPQ ( taman pendidikan qur’an) 12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana? Jawab: Sejak TK, saya dapat ilmu agama dari buku agama, pengajian dan juga orang tua 13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama? Jawab: dengan aktif di Rohis dan ikut pengajian di rumah 14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohis? Jawab: Alhamdulillah pengetahuan agama meningkat sedikit demi sedikit 15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa? Jawab: Banyak, karena berteman tidak memandang agamanya 16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah? Jawab: baik-baik saja 17) Kegiata-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah? Jawab: bermain futsal bersama, kerja kelompok 18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agam ? seperti apa? Jawab: tidak pernah 19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: ada beberapa karena kebanyakan masyarakat disana beragama Islam 20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: baik-baik saja 21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat? Jawab: nongkrong bareng klo ada acara 17 an 22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama? Adakah batasannya? Seperti apa? Jawab: harus saling menghormati 23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain? Jawab: Menurut ana , untuk membina toleransi antar umat beragama jadi boleh-boleh saja. Orang non Islam aja mengucapkan selamat hari raya idul fitri masa kita tidak. Saya diajarkan dari guru dan oaring tua. 24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa? Jawab: pernah kepada teman 25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain? Jawab: Tidak boleh, kecuali dia yang mengucapkan salam baru kita jawab. 26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa? Jawab: Tidak pernah, dilarang sama agama 27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya? Alasannya mengapa? Jawab: Tidak pernah, itu sama saja kita ikut merayakannya 28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama? Jawab: Tidak setuju 29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu? Jawab: saling menghargai saya tahu dari pelajaran 30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya? Jawab: tidak boleh menghina agama lain Lampiran 8 Transkip wawancara dengan Aktifis Rohis SMAN 79 I. Profil Informan a. Nama : Achmad Affandi b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. Agama : Islam d. Kelas :X6 e. Alamat : Jl. KH Abdullah Syafi’I Rt06 Rw02 No. 21 Mangga Selatan f. Pendidikan Orang Tua : SLTA g. Pekerjaan Orang Tua : Karyawan Swasta h. Tanggal Wawancara : 7 November 2008 II. Pertanyaan 1) Kapan masuk Rohis? Mengapa? Jawab: Kelas 2 SMP, karena waktu itu iman saya sedikit goyah karena pergaulan 2) Seberapa aktif anda dalam Rohis? Jawab: 99% aktif 3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa? Jawab: Tidak pernah hanyasebagai anggota 4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa? Jawab: Tuhan itu banyak tetapi Allah SWT Ahab (esa) Cuma satu. Saya percaya kepada Allah, karena saya yakin bahwa Allah lah yang menciptakan segalanya 5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis? Jawab: bertambah yakin 6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa? Jawab: Takdir adalah ketentuan Allah. Contohnya kematian, setiap makhuk yang bernafas dan bernyawa pasti akan mati. Saya percaya dengan takdir Allah karena sebagian telah terbukti. 7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis? Jawab: semakin percaya klo semua sudah ditentukan 8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa? Jawab: Penting, karena itulah bekal yang akan kita bawa di akhirat nanti. 9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohis? Jawab: Sebelum masuk rohis hidup saya sangat terpojokkan karena pergaulan tetapi setelah aktif di rohis hidup saya lebih bermakna. 10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah? Jawab: Shalat zuhur rutin, tadarusa dan shalat dhuha. 11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat? Jawab: ikut pengajian 12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana? Jawab: sejak umur 4 tahun dari TPA, dimana pertama kali saya menimba ilmu 13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama? Jawab: Tekun dalam belajar ilmu agama atau mengaji. 14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohis? Jawab: semakin bertambah 15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa? Jawab: Ya, mungkin tidak bisa dihitung, karena beda agama bukan berarti pergaulan kita dibatasi 16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah? Jawab: Baik, karena kita tidak pernah saling mengejek , akan tetapi kita saling bertukar pikiran. 17) Kegiata-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah? Jawab: Belajar bersama, tukar pikiran dan saling mengingatkan, mungkin tentang agama kita masing-masing dan itu tidak ada hal-hal yang menyinggung. Kita juga pernah ikut siskamling, membuat acara 17 agustus bersama dan lin-lain 18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agam ? seperti apa? Jawab: Tidak pernah 19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: Kalau di masyarakat lebih banyak, karena dalam masyarakat lebih luas lingkungannya disbanding di seklah 20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: Sangat baik, karena kita tidak pernah saling ejek. 21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat? Jawab: Tukar pikiran dan bermain bersama. 22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama? Adakah batasannya? Seperti apa? Jawab: Bersikap baik, ramah dan tidak ganggu. Umat Kristen ke gereja, kami tidak ganggu dan kami ke Masjid mereka tidak boleh ganggu. Ada batasannya seperti jangan sampai kita saling mengejek untuk mengajak ke agama masing-masing yang dianggao\p benar. Lakum dinukum wa liyadin (agamamu agamamu dan agamaku agamaku). 23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain? Jawab: Maaf, kaau kami sebagai umat Islam tidak boleh mengucapkan selamat natal kepada agama lain. 24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa? Jawab: Tidak pernah, kareena memang begitu agama kami mengajarkannya yaitu haram. 25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain? Jawab: Kami juga tidak boleh mengucapkannya apalagi menjawab 26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa? Jawab: Tidak pernah, karena agama mu agama mud an agama ku agamaku 27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya? Alasannya mengapa? Jawab: tidak pernah 28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama? Jawab: tidak boleh 29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu? Jawab: Saling membantu, bermasyarakat dan saling tolong menolong, saya tahu dari guru. 30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya? Jawab: Membantu mengingatkannya, seperti mengingatkannya untuk beribadah Lampiran 9 Transkip wawancara dengan Aktifis Rohis SMAN 79 I. Profil Informan a. Nama : Anis Nur Husna b. Jenis Kelamin Perempuan c. Agama : Islam d. Kelas :X3 e. Alamat : Jl. Menteng Atas Rt. 04 Rw. 13 No. 5 f. Pendidikan Orang Tua : SLTA g. Pekerjaan Orang Tua : Wiraswasta h. Tanggal Wawancara : 7 November 2008 II. Pertanyaan 1) Kapan masuk Rohis? Mengapa? Jawab: waktu kelas X, karena mau menambah pengetahuan tentang Islam 2) Seberapa aktif anda dalam Rohis? Jawab: Aktif di Rohis, saya selalu mengikuti kegiatan-kegiatan rohis. 3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa? Jawab: Belum pernah hanya sebagai anggota 4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa? Jawab: Tuhan itu Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan, saya percaya dengan adanya Tuhan , karena adanya langit, bumi beserta isinya itu semua adalah karunia Tuhan kepada kita. 5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohis? Jawab: Saya lebih yakin klo Allah itu memang benar-benar Tuhan, kayakinan saya lebih bertambah semanjak saya ikut rohis karena di rohis itu ada ceramah, baca alQur’an dan juga sering diajak untuk mengikuti MABIT 6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa? Jawab: Takdir adalah ketentuan Allah, seperti diciptakan alam semesta. Saya percaya dengan takdir Tuhan karena semua yang kita miiki di bumi ini karena takdir Tuhan. 7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohis? Jawab: Saya tambah yakin bahwa hidup saya diatur sama Than, tidak ada yang menentukan takdir selain Allah. 8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa? Jawab: Penting, karena itu merupakan perintah dari Allah 9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohis? Jawab: Sebelum masuk rohis saya tetap mengerjakan shalat tetapi setelah aktif di rohis saya tambah rajin dan tepat waktu, tidak menunda-nunda waktu. 10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah? Jawab: Saya tetap menjalankan kegiatan keagamaan di sekolah seperti shalat, IMTAQ 11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat? Jawab: Saya tidak aktif dalam kegiatan keagamaan di masyarakat. 12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana? Jawab: Sejak saya masih kecil, dari orang tua, sekolah dan lain-lain 13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama? Jawab: aktif di Rohis 14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohis? Jawab: Semakin bertambah. Sepeerti awalnya saya tidak tahu apabila mengidolakan artis itu dilarang, saya mengidolakannya. Kata mentor saya apabila mengidolakan artis itu sama saja kita menyembah berhala. 15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa? Jawab: Saya tidak tahu, yang jelas dikelas ada tiga orang yang berbeda agama. Saya berada di sekolh dan harus bersosialisasi. 16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah? Jawab: Baik-baik saja tidak ada masalah, karena kita semua saling menghargai. 17) Kegiatan-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah? Jawab: Kita ngobrol-ngobrol, belajar bersama, bertukar pikiran tentang pelajaran jika ada pelajaran yang tidak dimengerti. Kita tidak pernah membahas tentang agama karena kita tidak mau menyinggung tentang agama orang lain. 18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agam ? seperti apa? Jawab: Tidak pernah 19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: Saya kurang tahu karena saya kurang bergaul di lingkungan masyarakat. 20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: Tidak ada Karen asaya kurang bergaul. 21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat? Jawab: Tidak ada 22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama? Adakah batasannya? Seperti apa? Jawab: Kita harus saling mengharagai, tidak boleh saling mengejek antara agama yang satu dengan agama yang lain. Ada batasannya seperti tidak menyinggung agam yang berbeda dengan kita. 23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain? Jawab: Dalam Islam mengucapkan selamat Natal itu tidak boleh. Saya diajari oleh mentor saya yaitu kak Reni dan orang tua juga tidak membolehkan. 24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa? Jawab: Tidak pernah karena di dalam Islam tidak diperbolehkan. 25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain? Jawab: Apabila salam seperti selamat siang, sore atau malam itu sih boleh saja untuk menghormati mereka. Akan tetapi apabila mengucapkan Assalamu’alaikum tidak boleh. 26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa? Jawab: Pernah, karena kita harus mengucapkan salam kepada siapa saja, walaupun yang berbeda agama. Tapi kita harus tahu letaj\k perbedaannya, misalnya tidak mengucapkan “Assalamu’alaikum WR. WB” kepada yang berbeda agama tapi mengucapkan selamat pagi dan lain-lain. 27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya? Alasannya mengapa? Jawab: Tidak pernah 28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama? Jawab: Menurut saya itu tidak boleh, karena syarat nikah itu diantaranya adalah seiman dan seagama. 29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu? Jawab: Toleransi itu seperti menghargai oaring lain. Saya tahu dari orang tua. 30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya? Jawab: Seperti menghargai orang lain. Contohnya jika hari minggu ada tugas kelompok dengan teman yang beda agama, kita harus membolehkan teman tersebut untuk pergi ke gereja, setelah itu baru kita mengerjakan tugas kelompok. Lampiran 10 Transkip wawancara dengan Aktifis Rohkris SMAN 79 I. Profil Informan a. Nama : Dwi Anastasia b. Jenis Kelamin : Perempuan c. Agama : Kristen Protestan d. Kelas : XI IPA 1 e. Alamat : Jln. Armeria 2, perumahan Taman Cileungsi (Bogor) f. Pendidikan Orang Tua : SLTA g. Pekerjaan Orang Tua : wiraswasta h. Tanggal Wawancara : 14 November 2008 II. Pertanyaan 1) Kapan masuk Rohkris? Mengapa? Jawab: Sejak masuk kelas 1 SMA tapi di SMP juga sudah mengikuti Rohkris, keinginan dari hati saya, karena kita sebagai umat beragama wajib mendekatkan diri kepada Tuhan , selain itu juga bisa dijadikan sarana pelayanan. 2) Seberapa aktif anda dalam Rohkris? Jawab: Kehadiran sih hamper 99% paling klo ga dating karena mendadak ada acara, saya rajin mengikuti PDPA. 3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohkris? Sebagai apa? Jawab: Saya sekarang menduduki jabatan sebagai wakil ketua Rohkris 4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa? Jawab: Tuhan itu hakim yang adil dan juru selamat terbaik tiada yang terbaik selain Dia. Saya percaya dengan adnya Tuhan karena untuk saya semua dan segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup saya adalah atas kehendak Tuhan baik yang susah dan apalagi yang menyenangkan. 5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohkris? Jawab: Pendapat saya tentang Tuhan lebih mendalam jadi saya lebih tahu tentang maknanya kenapa Tuhan ada di dunia, menyelamatkan kita sampai di salib nebus dosa kita. Jadi saya lebih memahami aja tentang agama 6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa? Jawab: Saya yakin apapun yang Tuhan takdirkan untuk saya itu dalah yang terbaik. Saya percaya dengan takdir Tuhan karena apapun yang terjadi dalam hidup saya itu adalah hal yang terbaik yang Tuhan berikan. 7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohkris? Jawab: Setiap yang sudah terjadi yang dikasi Tuhan adalah yang terbaik. 8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa? Jawab: Penting, dengan ibadah kita bisa lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. 9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohkris? Jawab: Sama saja tetap setia kepada Tuhan 10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah? Jawab: Cukup aktif 11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat? Jawab: Cukup aktif 12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana? Jawab: Sejak saya umur 5 tahun, saat saya sudah bisa tulis baca. Saya belajar dari orang tua dan sekolah minggu (gereja) 13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama? Jawab: dengan cara mengikuti saat teduh dan renungan pagi di sekolah, ke gereja, membaca al Kitab dan menyanyikan lagu-lagu rohani. 14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohkris? Jawab: Pengetahuan bertambah, nilai-nilai agama jadi naik dan ada kerinduan untuk selalu membaca al Kitab. 15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa? Jawab: Sangat banyak, hampir di setiap kelas, karena but saya mereka semua sama seperti saya dan mereka enak untuk diajak berteman. 16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah? Jawab: Baik. Karena kami saling menghargai satu sama lain 17) Kegiatan-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah? Jawab: Kerja kelompok, jalan bareng dan berorganisasi. Kami juga pernah bertukar pikiran tentang pelajaran, guru-guru di sekolah, keluarga , cinta dan masalah lainnya, terkadang masalah agama juga tapi hanya sekedar numpang lewat saja tidak diperpanjang. 18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agama? seperti apa? Jawab: tidak pernah 19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: Sangat banyak, karena buat saya mereka semua sama seperti saya dan mereka enak untuk diajak berteman. 20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: Baik, karena kami saling menghargai satu dengan yang lain. 21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat? Jawab: Jalan bareng 22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama? Adakah batasannya? Seperti apa? Jawab: Tetap saling menghargai, batasannya tidak menyinggung perasaan. 23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain? Jawab: Wajar 24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa? Jawab: pernah, karena saya menghargai hari-hari besar agama lain. 25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain? Jawab: Itu hal yang biasa da wajar. 26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa? Jawab: Pernah, karena itu hal yang wajar dan biasa 27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya? Alasannya mengapa? Jawab: Pernah, karena kita sebagai manusia harus saling menolong dan kita diciptakan sebagai makhluk sosial 28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama? Jawab: Menurut saya wajar selama menjunjung tinggi toleransi agama 29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu? Jawab: Toleransi itu saling menghargai satu sama lain, saya tahu dari pelajaran KWN 30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya? Jawab: Saling menghargai tanpa pandang bulu. Contohnya bila teman saya sedang beribadah saya mneghargainya dengan tidak rebut. Lampiran 11 Transkip wawancara dengan Aktifis Rohkris SMAN 79 I. Profil Informan a. Nama : Jessica Simanjuntak b. Jenis Kelamin : Perempuan c. Agama : Kristen Protestan d. Kelas : XI IPS 3 e. Alamat : Jln. Tebet Timur Dalam Raya No. 119 f. Pendidikan Orang Tua : S2 g. Pekerjaan Orang Tua : Pensiunan h. Tanggal Wawancara : 14 November 2008 II. Pertanyaan 1) Kapan masuk Rohkris? Mengapa? Jawab: Semenjak 1 SMA, Rohkris adalah sebuah wadah untuk orang Kristen bersatu menyuarakan hatinya dan menyebabkan rasa keingintahuan saya besar masuk kesini 2) Seberapa aktif anda dalam Rohkris? Jawab: Saya selalu mengikuti Rohkris jika tidak ada halangan yang tidak bisa ditinggalkan 3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohkris? Sebagai apa? Jawab: Ketua Rohkris angkatan 2008-2009 di SMAN 79 Jakarta 4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa? Jawab: Tuhan adalah sesuatu hal yang tidak bisa kita lihat dengan mata tapi bisa kita lihat mu’jizat yang diberikanNya. Saya percaya dengan adanya Tuhan karena mu’jizat dan hal-hal yang dilakukanNya nyata 5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohkris? Jawab: Semakin setia sama Tuhan klo saya dapat masalah saya percaya pada Tuhan 6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa? Jawab: Takdir adalah apa tindakan Tuhan untuk kita kedepannya nanti tapi sering disalah artikan seperti pasrah dengan nasib atau takdir. Saya percaya dengan takdir Tuhan karena masa depan kita sudah ditentukannya. 7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohkris? Jawab: Saya percaya bahwa takdir itu bisa dirubah jika kita bersunggu-sungguh 8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa? Jawab: Tergantung bagaimana orang itu melaksanakannya seberapa besar kesungguhan orang tersebut, tergantung kesiapan hati masing-masing 9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohkris? Jawab: Sebelum aktif di Rohkris malas-malasan dan jarang ke gereja tetapi setelah aktif saya rajin ke gereja dan lebih mendekatkan diri pada Tuhan. 10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah? Jawab: Aktif 11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat? Jawab: Aktif 12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana? Jawab: Sejak saya kecil. Pertama tentu dari orang tua, gereja dan sekolah 13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama? Jawab: Aktif di Rohkris, acara-acara di gereja dan tentunya menerapkan apa yang telah kita pelajari kedalam kehidupan kita. 14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohkris? Jawab: Pengetahuan saya lebih meningkat, kita jadi lebih tambah sabar 15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa? Jawab: Banyak tidak bisa dihitung, Karena sekolah negeri didomonasi dengan agama Islam, perbedaan agama bukan hambatan untuk berteman 16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah? Jawab: Baik, bagi saya perbedaan agama bukan pembatas kita untuk berteman dengan siapapun, jadi saya tidak akan memilih teman berdasarkan agamnya kecuali yang sudah sesat atau fanatic. 17) Kegiata-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah? Jawab: Pencinta alam (sispala), kita juga pernah bertukar pikiran tentang pelajaran, hobby, teman atau acara televise. 18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agama ? seperti apa? Jawab: Pernah, ada beberapa teman fanatic agama menyindir dan mencemooh agama lainnya dan menyebabkan pertengkaran solusinya kita saling bicara satu dengan lainnya untuk meluruskan kesalahpahaman tersebut. 19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: Banyak tidak bisa dihitung, di Jakarta ini masyarakat hidup secara majemuk, jadi perbedaan agama bukan jadi satu alas an untuk menjadi pembatas kita dalam berteman. 20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: Baik, berteman itu tidak boleh pandang bulu 21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di masyarakat? Jawab: berkumpul bersama-sama dan ngobrol-ngobrol 22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama? Adakah batasannya? Seperti apa? Jawab: Tetap saling menghargai, batasannya tidak menyinggung perasaan apabila kita mengobrol sehari-hari sabaiknya tidak melakukan pembicaraan yang menyangkut keagamaan. 23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain? Jawab: Bagi saya mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain adalah salah satu wujud toleransi beragama. 24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa? Jawab: Pernah, bagi saya mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain adalah sebuah ungkapan rasa menghormati satu sama lain, jadi bagi saya tidak ada salahnya mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain. 25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain? Jawab: itu hal yang wajar untuk menghormati mereka 26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa? Jawab: Pernah, itu hal yang wajar untuk menghormati mereka 27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya? Alasannya mengapa? Jawab: Tidak, dalam keagamaannya mereka berarti berusaha dengan dibantu oleh apa yang dipercayainya, bukan lagi orang lain. 28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama? Jawab: sangat tidak setuju 29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu? Jawab: Toleransi adalah hal saling menghargai satu sama lain, saya tahu dari pelajaran dan dari lingkungan. 30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya? Jawab: Menghargai perbedaan antara agama lain dan perbedaan itu tidak menjadi permusuhan, klo saya sedang ngobrol dengan teman beda agama tidak pernah menyinggung atau menjelek-jelekkan agamanya Lampiran 12 Transkip wawancara dengan Aktifis Rohkris SMAN 79 I. Profil Informan a. Nama : Megawati Immanela b. Jenis Kelamin : Perempuan c. Agama : Kristen Protestan d. Kelas : XI IPS 3 e. Alamat : Jln. Tebet Barat 1,a, No. 20 Rt02/02, Tebet Jakarta Selatan f. Pendidikan Orang Tua : SLTA g. Pekerjaan Orang Tua : Wiraswasta h. Tanggal Wawancara : 14 November 2008 II. Pertanyaan 1) Kapan masuk Rohkris? Mengapa? Jawab: saat menjadi siswa SMAN 79, karena diwajibkan 2) Seberapa aktif anda dalam Rohkris? Jawab: gak terlalu aktif banget, paling Cuma ikutin kegiatan-kegiatan rutin aja. 3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohkris? Sebagai apa? Jawab: tidak pernah 4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa? Jawab: Pencipta bumi beserta isinya yang berkuasa atas segalanya. Iya dong saya percaya tanpa dia gak mungkin aku bisa hidup sampai sekarang dan gak bisa isi angket ini deh he he he. 5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohkris? Jawab: tambah yakin 6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa? Jawab: Ketentuan Tuhan. Percaya dengan takdir Tuhan karena segala sesuatu itu sudah direncanakan Tuhan. 7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohkris? Jawab: tambah yakin 8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa? Jawab: penting, sebagai ucapan syukur atas berkat Tuhan selama seminggu 9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohkris? Jawab: baik-baik saja 10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah? Jawab: Baik-baik saja , klo pagi saat teduh 11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat? Jawab: klo di lingkungan rumah sih tidak ada 12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana? Jawab: sejak kecil, dari keluarga, gereja dan sekolah 13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama? Jawab: ikut Rohkris dan aktif di gereja 14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohkris? Jawab: bertambah 15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa? Jawab: banyak banget, karena mayoritas murudnya memang beragama lain. 16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah? Jawab: Baik-baik saja karena memang gak ada masalah apa-apa 17) Kegiata-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah? Jawab: Ngobrol, becanda, ngerjain PR bareng. Kita juga pernah tukar pikiran tentang cowok,pelajaran, sekolah dallain-lain 18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agama ? seperti apa? Jawab: Pernah beda pendapat dan nyolot-nyolotan solusinya berdamai, sebelum puasakan biasanya ada acara minta maaf, nah dia minta maaf deh sama aku ha ha ha. 19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: banyak banget. Soalnya klo temenan ya temenan aja gak lihat dari agamanya 20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: baik- baik aja karena memang baik-baik saja 21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat? Jawab: ngobrol, bercanda dan lain-lain 22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama? Adakah batasannya? Seperti apa? Jawab: saling mengasihi klo ada orang yang jahat sama kita, kita harus mengampuninya 23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain? Jawab: bagus itu! Artinya kita menghormati hari raya mereka 24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa? Jawab: pernah dong! Ya kan menghormatinya 25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain? Jawab: hal yang wajar 26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa? Jawab: pernah, iseng he he 27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya? Alasannya mengapa? Jawab: pernah, ya ngebantu dia. Contohnya, pas mereka puasa, kita bantu mereka nahan hawa nafsu 28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama? Jawab: gak setuju! 29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu? Jawab: saling menghormati dan menghargai. Dari buku, sekolah, temen-temen dan lainlain 30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya? Jawab: Menghormati temen yang sedang puasa, ketika teman saya sedang puasa, saya tidak makan di depannya Lampiran 13 Transkip wawancara dengan Aktifis Rohkris SMAN 79 I. Profil Informan a. Nama : Demonsky Ambonness Rassel b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. Agama : Kristen Protestan d. Kelas :X1 e. Alamat : Tanjung Barat f. Pendidikan Orang Tua : D3 g. Pekerjaan Orang Tua : Karyawan Swasta h. Tanggal Wawancara : 14 November 2008 II. Pertanyaan 1) Kapan masuk Rohkris? Mengapa? Jawab: Dari kelas 1 SMP, pertama memang diwajibkan sekolah, kedua disuruh oleh orang tua dan keyakinan saya memang di agama Kristen 2) Seberapa aktif anda dalam Rohis? Jawab: Aktif sekali, apabila ada kegiatan pasti ikut 3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohis? Sebagai apa? Jawab: tidak pernah 4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa? Jawab: Tuhan adalah pencipta kita, pelindung dan penjaga. Saya yakin dengan adanya Tuhan, Karena Tuhan baik klo punya masalah kita dapat mengadu . 5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohkris? Jawab: semakin yakin 6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa? Jawab: ketentuan Tuhan. Saya percaya karena segala sesuatu Tuhan yang tentukan 7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohkris? Jawab: tambah yakin 8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa? Jawab: penting, karena kita harus mengucap syukur kepada Tuhan 9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk Rohkris? Jawab: sama aja sering melaksanakannya 10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah? Jawab: aktif di Rohkris 11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat? Jawab: tidak ada 12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana? Jawab: sejak kecil dari oaring tua dan teman yang seiman 13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama? Jawab: membaca al Kitab, do’a dan tukar pikiran dengan teman-teman 14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohkris? Jawab: bertambah 15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa? Jawab: Banyak sekali karena mungkin dari mereka, saya dapat menambah pengetahuan dan dapat bertukar pikiran 16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah? Jawab: baik-baik saja 17) Kegiata-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah? Jawab: Belajar bersama, mengerjakan tugas bersama di rumah teman beda agama. Saya juga pernah tukar pikiran tentang sekolah, pelajaran dan lain-lain 18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agama? seperti apa? Jawab: tidak pernah 19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: banyak karena mayoritas adalah Islam 20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: Baik-baik sata 21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di masyarakat? Jawab: ngobrol-ngobrol aja ketika ada acara 17-an sering nongkrong bareng 22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama? Adakah batasannya? Seperti apa? Jawab: Kita selalu berbuat baik, bertegur sapa dan menghormati agama lain. Ada batasannya jangan suka berbohong 23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain? Jawab: Boleh saja sebagai tanda penghormatan 24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa? Jawab: Pernah, tanda hormat 25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain? Jawab: Boleh 26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa? Jawab: Pernah ketika masuk ke rumah teman yang beda agama 27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya? Alasannya mengapa? Jawab: tidak pernah, Karen a waktunya kurang 28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama? Jawab: Boleh-boleh saja 29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu? Jawab: saling menghargai. Saya tahu dari pelajaran 30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya? Jawab: Saling menghargai, ketika saya belajar bersama di rumah teman beda agama telah tiba waktu shalat saya kasi waktu untuk teman shalat Lampiran 14 Transkip wawancara dengan Aktifis Rohkris SMAN 79 I. Profil Informan a. Nama : George Alexander b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. Agama : Kristen Protestan d. Kelas :X1 e. Alamat : Jln. Kebon Baru 3 Tebet f. Pendidikan Orang Tua : SMA g. Pekerjaan Orang Tua : Wiraswasta h. Tanggal Wawancara : 14 November 2008 II. Pertanyaan 1) Kapan masuk Rohkris? Mengapa? Jawab: Pertama mason SMAN 79. jalan Tuhan dan diwajibkan oleh sekolah 2) Seberapa aktif anda dalam Rohkris? Jawab: Lumayan tidak terlalu aktif 3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohkris? Sebagai apa? Jawab: belum 4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa? Jawab: Tuhan adalah pencipta, saya percaya adanya Tuhan karena dia yang telah menciptakan 5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohkris? Jawab: semakin percaya 6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa? Jawab: KetentuanTuhan. Saya percaya adanya takdir Tuhan karena saya sekolah disini adalah takdir Tuhan 7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohkris? Jawab: tambah yakin 8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa? Jawab: penting karena memang diwajibkan 9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohkris? Jawab: lebih rajin setelah aktif di Rohkris 10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah? Jawab: cukup baik, seperti ikut Rohkris 11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat? Jawab: cukup baik seperti ikut kebaktian, persekutuan do’a dan lain-lain 12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana? Jawab: waktu masuk SD, dari sekolah, gereja dan orang tua tentunya 13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama? Jawab: ke gereja dan membaca al Kitab 14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohkris? Jawab: bertambah 15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa? Jawab: banyak, mayoritas agama Islam 16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah? Jawab: lumayan, intinya walaupun berbeda agama tidak boleh membeda-bedakan teman 17) Kegiatan-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah? Jawab: Bermain futsal, belajar kelompok, ngobrol tentang cewe, bola dan lain-lain. Kita juga pernah ngobrol tentang kegiatan Rohkris apa saja dan Rohis kegiatannya apa saja 18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agam ? seperti apa? Jawab: tidak pernah 19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: Banyak, mayoritas beragama Islam 20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: baik-baik saja dan lumayan aktif dimasyarakat 21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di mesyarakat? Jawab: kerja bakti, bermain futsal dan nongkrong bareng 22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama? Adakah batasannya? Seperti apa? Jawab: Harus saling menghargai, tidak membeda-bedakan agama lain. Ada batasannya tidak boleh melecehkan agama lain 23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain? Jawab: Boleh saja, itu berarti menghargai 24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa? Jawab: Pernah, karena saya mempunyai pacar yang beda agama 25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain? Jawab: Boleh saja 26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa? Jawab: Pernah itu merupakan toleransi 27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya? Alasannya mengapa? Jawab: Pernah, ketika ada acara maulid Nabi di kelurahan dan kebetulan saya sebagai sekretaris 28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama? Jawab: Biasa saja klo selama saling menghargai dan ada toleransi 29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu? Jawab: Saling menghargai, saya tahu dari kamus, pelajaran Bahasa Indonesia dan Sosiologi 30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya? Jawab: Tidak mencampuradukkan agama atau ikut-ikutan, seperti ketika teman saya shalat maka saya membiarkan dia shalat tanpa ikut shalat Lampiran 15 Transkip wawancara dengan Aktifis Rohkris SMAN 79 I. Profil Informan a. Nama : Canang Karismantio b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. Agama : Kristen Protestan d. Kelas : XI e. Alamat : Ciracas Cibubur Jakarta Timur f. Pendidikan Orang Tua : S1 g. Pekerjaan Orang Tua : Pegawai Swasta h. Tanggal Wawancara : 14 November 2008 II. Pertanyaan 1) Kapan masuk Rohkris? Mengapa? Jawab: Masuk Kelas 1 SMA, diwajibkan oleh sekolah dan juga kemauan sendiri 2) Seberapa aktif anda dalam Rohkris? Jawab:Aktif 3) Pernahkah menduduki jabatan di Rohkris? Sebagai apa/ Jawab: Tidak pernah hanya sebagai perwakilan dari Rohkris untuk OSIS 4) Apa yang anda ketahui tentang Tuhan? Percayakah ? Mengapa? Jawab: Pedoman hidup saya , Tuhan adalah juru selamat saya, klo kita percaya kita akan diselamatkan makanya saya percaya 5) Bagaimana keyakinan anda setelah aktif di Rohkris? Jawab: Mengalami perubahan lebih mendekatkan diri pada Tuhan dan lebih aktif dalam kegiatan keagamaan seperti pagi saat teduh, aktif di Rohkris 6) Bagaimana pendapat anda tentang takdir Tuhan? Percayakah? Mengapa? Jawab: Satu kenyataan yang tuhan berikan kepada kita, saya percaya klo takdir itu bisa dirubah klo kita ada kemauan. 7) Bagaimana pendapat tentang takdir Tuhan setelah aktif di Rohkris? Jawab: Mengalami perubahan terhadap rohani sendiri ya tentunya pasti lebih lagi yang tadinya hanya berpikir oh itu hanya kerja keras saya selama ini tapi ternyata itu memang ada campur tangan Tuhan yang lebih untuk kegiatan kita sehari-hari. 8) Pentingkah melaksanakan ritual/ibadah? Mengapa? Jawab: Penting, karena dengan ibadah itu kita mendekatkan diri pada Tuhan dan sebagai tanda syukur atas apa yang telah Tuhan berikan sekarang 9) Bagaimana aktifitas ritual anda sebelum dan sesudah masuk rohis? Jawab: Hampir sama saja ya tapi sebelum aktif , tanggung jawab belum daharuskan, tetapi setelah aktif Rohkris ada tanggung jawab yang lebih lagi, kita setia tidak pada Tuhan. 10) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di sekolah? Jawab: Cukup dijalani dan aktif 11) Bagaimana kegiatan keagamaan anda di masyarakat? Jawab: Aktif, suka mengadakan ibadah bareng setiap 2 bulan sekali 12) Sejak kapan anda belajar ilmu agama? Dari mana? Jawab: Sejak lahir, kita dituntun oleh orang tua dan dibina untuk mengerti agama, belajar dari gereja, sekolah dan dari buku seperti al Kitab 13) Bagaimana cara anda mendalami ilmu agama? Jawab: Aktif di Rohkris 14) Bagaimana pengetahuan anda setelah aktif di Rohkris? Jawab: Pengetahuan bertambah semakin giat untuk mendekatkan diri pada Tuhan, setiap hari kita diajarkan dan didisiplinkan untuk saat teduh. 15) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di sekolah? Mengapa? Jawab: Banyak, klo berteman tidak ada salahnya untuk tidak melihat dari segi ras, suku dan agamanya jadi ya baik-baik saja 16) Bagaimana interaksi anda dengan teman yang beda agama di sekolah? Jawab: Baik-baik saja 17) Kegiata-kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di sekolah? Jawab: Kerja kelompok, ngobrol, main futsal bareng, diskusi masalah sekolah, cewa dan lain-lain dan saya juga pernah membantu mempersiapkan acara Isra’ mi’raj di sekolah 18) Pernahkah anda mengalami konflik dengan teman beda agam ? seperti apa? Jawab: Tidak pernah 19) Seberapa banyak anda mempunyai teman yang beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: Banyak, tetapi tidak terlalu aktif di masyarakat karena kehabisan waktu, tetpi interaksi perlu juga di masyarakat. 20) Bagaimana interaksi anda dengan teman beda agama di masyarakat? Mengapa? Jawab: Cukup baik, saling bertegur sapa misalnya klo hari raya kita saling bersilaturrahmi, apabila idul fitri saya sendiri yang mengunjungi mereka dan apabila natal mereka yang mengunjungi saya 21) Kegiatan apa saja yang anda lakukan dengan teman beda agama di masyarakat? Jawab: Klo libur kita nongkrong di pos siskamling 22) Bagaimanakah agama anda mengajarkan interaksi dengan orang yang beda agama? Adakah batasannya? Seperti apa? Jawab: Menjalin hubungan yang baik dengan sesama agama maupun dengan yang beda agama. Ada batasannya tidak boleh mengganggu pemeluk agama lain beribadah misalnya apabila teman sedang shalat kita berhenti dulu melakukan kegiatan 23) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan selamat hari raya kepada agama lain? Jawab: Tidak ada masalah sebab kita hanya mengucapkan selamat saja 24) Pernahkah anda mengucapkannya? Mengapa? Jawab: Pernah, ketetangga untuk menghormati mereka 25) Bagaimana pendapat anda tentang ucapan salam kepada agama lain? Jawab: Boleh saja untuk memberikan suatu kehangatan kepada mereka 26) Pernahkah anda mengucapkan salam kepada agama lain? Mengapa? Jawab: Pernah untuk saling menghormati saja 27) Pernahkah anda membantu teman yang beda agama dalam kegiatan keagamaannya? Alasannya mengapa? Jawab: Pernah yaitu acara Isra’ mi’raj di sekolah, karena mereka membutuhkan bantuan kita 28) Bagaimana pendapat anda tentang kawin beda agama? Jawab: Tidak setuju karena susah untuk menyatukan pemikiran dan prinsip 29) Apa yang kamu ketahui tentang toleransi? Darimana anda tahu? Jawab: Menghargai orang lain, saya tahu dari pelajarandi sekolah 30) Seperti apa toleransi yang baik? Contohnya? Jawab: Orang lain tidak merasa diganggu haknya misalnya waktu rapat Osis, teman izin untuk beribadah maka kita hentikan dulu rapatnya NAMA-NAMA ANGGOTA AKTIVIS ROHIS SMAN 79 JAKARTA 1. FAJAR FITRIANI 2. VIDIANSYAH RAHMAN 3. CINDY CALLAQ CARROW 4. DIANA MAULIDINA 5. HADAWIYAH 6. MOHAMAD HANDAL ISLAMI 7. ANIS NUR HUSNA 8. DAMAR NAGORO PATI 9. DEWI FERANTIKA 10. GILANG RAMADHAN PUTRA 11. HAFIZH FADHILAH RACHIM 12. RAHMATULAH 13. FEBRIANA EGIRIAWAN 14. INDAH RAISYAH RIANA 15. KUN MAR'ATI FADILAH 16. NURHALIMAH TUSADIYAH 17. ACHMAD AFFANDI 18. ANDRI SETIADI 19. BILAL MALIKI 20. MAULANA PRAHAJI 21. SYUKRON JAYA 22. VERI KRISTIANTO 23. BAYU RIZKI ADNAN 24. BOMA SURYANANDA 25. MUHAMMAD IBNU RUSDI 26. ANDITA MEGA PRIANTIWI 27. ANNISA KHIFAH 28. QOSHIRATUTHARFI'IN 29. SITI FAJAR MAESTRANI 30. AMALIA HADI 31. DELIMA 32. EVI LISDIANI 33. RIKA ARIESTA 34. SARVITA ZULAIHA 35. SETYA NINGSIH 36. ARDHESTY POERNAMA 37. FEBRY TRIANI 38. FAJAR SUSANTO KELAS X-1 KELAS X-1 KELAS X-2 KELAS X-2 KELAS X-2 KELAS X-2 KELAS X-3 KELAS X-3 KELAS X-3 KELAS X-3 KELAS X-3 KELAS X-3 KELAS X-4 KELAS X-4 KELAS X-5 KELAS X-5 KELAS X-6 KELAS X-6 KELAS X-6 KELAS X-6 KELAS X-6 KELAS X-6 KELAS X-7 KELAS X-7 KELAS X-7 KELAS XI-IPA-1 KELAS XI-IPA-1 KELAS XI-IPA-1 KELAS XI-IPA-1 KELAS XI-IPA-2 KELAS XI-IPA-2 KELAS XI-IPA-2 KELAS XI-IPA-2 KELAS XI-IPA-2 KELAS XI-IPA-2 KELAS XI-IPS-2 KELAS XI-IPS-2 KELAS XI-IPS-3 NAMA-NAMA ANGGOTA AKTIVIS ROHKRIS SMAN 79 JAKARTA 1. DEMONSKY AMBONESS RASSEL KELAS X-1 2. GEORGE ALEXANDER KELAS X-1 3. ANDY ANDRE OCTOSAN KELAS X-6 4. REALINO RESA KUSUMA WARAN KELAS X-6 5. DWIANA STASIA SILALAHI KELAS XI-IPA-1 6. MRR. OKTANILA PARAMESWARI KELAS XI-IPA-1 7. RAMLI SAIBUN HASUDUNGAN KELAS XI-IPA-1 8. MERRY KADHITA KELAS XI-IPA-2 9. YULYANA KELAS XI-IPA-2 10. CANANG KARISMANTIO KELAS XI-IPS-1 11. SEPTIAN PANGIHUTAN KELAS XI-IPS-2 12. JESSICA SIMANJUNTAK KELAS XI-IPS-3 13. MEGAWATI IMMANELA KELAS XI-IPS-3