METODE HIPNOTERAPI PADA PENANGANAN ANAK PHOBIA DI TRANZCARE MAMPANG PRAPATAN JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) Oleh : MARPUAH 104052001985 JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2009 M i ABSTRAK Marpuah Metode Hipnoterapi pada Pennaganan Anak Phobia di TranzCare Mampang Prapatan Jakarta Selatan Metode hipnoterapi merupakan salah satu bentuk psikoterapi yang menggunakan pendekatan teknik hypnosis sebagai bagian dari proses penyembuhan dengan tujuan untuk menyingkap masalah-masalah yang mungkin mempengaruhi pola berpikir seseorang. Metode ini bekerja di alam bawah sadar untuk memeberikan sugesti baik dan mampu berdamai dengan hal-hal yang menjadi akar permasalahan dan tujuannya bukan untuk melupakan atau menghilangkannya dari pikiran namun untuk merubah persepsi salah yang mungkin selama ini dimiliki dan mendorong seseorang untuk berpikir positif dalam menghadapi masalah yang ada. Banyak permasalahan yang dihadapi anak, salah satunya phobia, phobia adalah salah satu bentuk gangguan mental yang dapat mempengaruhi perkembangan sensori-motorik dan kognitif si anak dan permasalahan tersebut mencoba dicarikan solusi yang terbaik dan efektif, salah satunya adalah metode hipnoterapi. Hipnoterapi dan hipnoparenting pada anak jelas berbeda dari pengertian dan aplikasinya. Hipnoparenting merupakan aplikasi dari hipnoterapi untuk parenting(memiliki hubungan secara emosional) dalam rangka kesehatan mental anak, pendidikan, dan pengajaran anak dengan baik serta ditangani secara langsung oleh orang tuanya dengan pemberian sugesti secara langsung ketika anak sedang tidur, sedangkan hipnoterapi ditangani langsung oleh terapis berlisensi dalam rangka penyembuhan. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana bentuk metode hipnoterapi secara langsung terhadap penanggulangan permasalahan phobia terutama ketika menghadapi klien anak. Melalui wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa anak bisa dihipnosis selama ia mampu berkomunikasi dan berpikir abstrak sehingga bisa masuk ke gerbang bawah sadarnya dan memberikan sugesti positif secara berulang-ulang terhadap perilaku yang ingin diubah dan tujuan dari terapi ini bukan untuk melupakan atau menghilangkannya dari pikiran namun untuk merubah persepsi salah yang mungkin selama ini mempengaruhi perilakunya. ii KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat, berkah, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.Shalawat serta salam seantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW. Tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana S. Sos. I Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultasa Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah banyak tenaga dan pikiran penulis curahkan untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Banyak kesulitan baik teknis maupun non teknis yang penulis hadapi. Tanpa adanya dukungan dan semangat dari orang yang peduli dengan penulis, tidak akan selesai tugas akhir ini sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, sebagai ungkapan rasa hormat yang mendalam, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, yaitu: 1. Bapak Dr. H. Murodi, MA., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Bapak Dr. Arif Subhan, MA., selaku Pembantu Dekan I, Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, MA., selaku Pembantu Dekan II, Bapak Drs. Study Rizal LK. MA., selaku Pembantu Dekan III; 2. Bapak Drs. M. Luthfi, MA., selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam; 3. Ibu Nasichah, MA., selaku Sekretaris Jurusan yang telah membantu mengurus keperluan untuk menyelesaikan skripsi ini. iii 4. Ibu Dra. Hj. Elidar Husein, MA., selaku dosen pembimbing dalam memberi saran serta membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini; 5. Seluruh Dosen-Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah menyumbangkan ilmunya hingga penulis sampai ke tugas akhir ini; 6. Ayah dan Bunda tercinta atas segala doa, pengorbanan, semangat, nasehat, dan kasih sayang yang telah mereka berikan dengan penuh keikhlasan; 7. Kakak-kakak dan Adik-adik serta seluruh keluarga besar H. Maksudi yang telah memberikan doa, semangat, dan dorongan sehingga selesai tugas akhir ini; 8. Juriah, Marwa Sofa Indah, Yusi Luthfiani, Nurkholisoh, sebagai teman yang telah memberi semangat, dorongan, dan meluangkan waktunya untuk menemani dan selalu siap mengantar penulis saat tugas akhir ini; 9. Seluruh rekan-rekan BPI ’04 (maaf ya, tidak bisa sebutkan namanya satu persatu) yang selalu memberikan motivasi kepada penulis agar dapat sama-sama menyelesaikan tugas akhir. Jadi kita semua bisa wisuda bareng ya... Penulis sadar bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih banyak kekurangannya karena kebenaran hanya milik Allah SWT dan kesalahan ada pada penulis. Hanya doa yang dapat penulis berikan semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Dan dengan kerendahan hati, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua yang membaca. Amien. Jakarta, Januari 2009 Penulis iv DAFTAR ISI ABSTRAK................................................................................................ i KATA PENGANTAR ............................................................................... ii DAFTAR ISI ............................................................................................. iv BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................ 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... 6 D. Tinjauan Pustaka........................................................... 7 E. Metodologi Penelitian ................................................... 8 F. Sistematika Penulisan.................................................... 14 KAJIAN TEORITIS ......................................................... 16 A. Metode Hipnoterapi ...................................................... 16 1. Pengertian Metode dan Hipnoterapi......................... 16 2. Teknik-teknik pada Hipnoterapi ............................. 22 3. Sugesti dan Bahasa.................................................. 26 4. Hipnoterapi dalam Pandangan Psikoterapi Islam ..... 33 B. Anak Phobia ................................................................. 37 1. Pengertian Anak dan Phobia.................................... 37 2. Jenis-jenis Phobia pada Anak .................................. 42 3. Sebab-sebab Phobia pada Anak ............................... 47 BAB II v BAB III BAB IV GAMBARAN UMUM TRANZCARE ............................. 50 A. Sejarah Berdirinya ........................................................ 50 B. Visi dan Misi ................................................................ 53 C. Sasaran Klien................................................................ 54 D. Program Kerja dan Kegiatan ......................................... 54 TEMUAN DAN ANALISA PENELITIAN...................... 57 A. Identifikasi Klien .......................................................... 57 B. Temuan Penelitian Metode Hipnoterapi pada Penanganan Anak Phobia.............................................. C. Faktor Pendukung dan Penghambat 58 Metode Hipnoterapi pada Penanganan Anak phobia................... 72 D. Kelebihan dan Kekurangan Metode Hipnoterapi pada Penanganan Anak Phobia.............................................. 75 PENUTUP ......................................................................... 81 A. Kesimpulan................................................................... 81 B. Saran............................................................................. 82 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 83 BAB V LAMPIRAN vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia yang sangat pesat dengan segala permasalahannya membawa dampak yang dahsyat terhadap hidup seseorang hingga kecenderungan stres meningkat. Bahkan saat ini seorang anak kecil saja sudah bisa mengeluh bahwa dirinya stres mengenai permasalahan yang ada. Kondisi ini dapat menimbulkan beban psikologis tidak saja sebagai pribadi tetapi juga pada keluarga dan lingkungan yang lebih luas lagi. Akibatnya, wabah kegelisahan seakan-akan sedang melanda masyarakat modern, terutama mereka yang hidup di Negara-negara yang sedang berkembang. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa dalam hidup sosial, permasalahan yang muncul dalam diri seseorang karena pengaruh lingkungan. Siapapun pernah, sedang, atau akan mengalaminya. Seseorang mungkin merasa nyaman-nyaman saja, namun bagi sebagian orang disadari atau tidak, hal ini menimbulkan masalah psikologis. Sehingga menjadi mudah marah, takut, malu, tidak percaya diri, dan sebagainya. Anehnya, lebih banyak orang yang tidak menyadari hal ini, karena tidak tahu bahwa dirinya merasa memiliki masalah. Sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Al-Baqarah ayat 155: #$%& " +,- ./" !" '( )* vii -*3☺56" 1%2./" BC( ;<=>+?@A" 7389: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”(Q.S. AlBaqarah: 155)1 Secara tidak disadari, dapat dikatakan melarikan diri dari masalah yang ada. Sebenarnya ingin mengatasi masalah yang ada agar merasa nyaman, tenang, dan santai. Namun, tidak tahu cara melakukannya dan cara mengendalikan diri sendiri agar tetap merasa nyaman dalam menghadapi suatu keadaan. Pilihan pada saat itu mungkin hanya seputar rasa tidak percaya diri, cemas, takut, dan sebagainya. Semakin lama semakin terganggu, hingga seseorang tidak menyadari bahwa cara yang digunakan tidak sesuai dengan dirinya, dan gangguan itu menjadi sangat kompleks, misalnya bisa saja menyangkut masalah fisik.2 Hal ini dilihat dari penelitian ditemukan satu fakta menarik, bahwa sekitar 75 % dari semua penyakit fisik yang diderita banyak orang sebenarnya bersumber dari masalah mental dan emosi.3 Sebagian banyak orang sudah tahu tujuannya karena mereka menggunakan cara-cara pintas yang belum tentu dapat menyelesaikan masalah. Akibatnya, cara-cara ini menimbulkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu dan membuat perasaan tidak nyaman. Dan setelah terbiasa, tidak akan menyadari apa yang membuatnya merasa tidak nyaman. Begitu pula bila hal ini terjadi pada anak-anak. 1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Gema Risalah Press, 1989), h. 39. 2 NSK Nugroho, Transformasi Diri: Memberdayakan Diri Melalui Hipnoterapy, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 2-3. 3 Adi W. Gunawan, Hipnoterapy: The Art Subconscious Restructuring, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), cet. ke-2, h. 11. viii Anak merupakan generasi masa depan sebagai penerus bangsa, dan merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi setiap orang tua apabila memiliki anak-anak yang sehat baik jasmani maupun rohani. Akan tetapi, kadang anak kerapkali menghadapi masalah baik itu anak yang hiperaktif, anak yang nakal, penakut (phobia), dan lain sebagainya. Dalam hal ini penulis hanya menekankan ketakutan (phobia) pada anak. Phobia adalah rasa takut yang tidak masuk akal, atau yang ditakuti tidak seimbang dengan ketakutan. Penderita tidak tahu mengapa ia takut dan tidak dapat menghindari rasa takut itu. Kadang-kadang rasa takut yang tidak masuk akal itu menyebabkan tertawaan orang dan menjadi bahan ejekan teman si anak, sehingga ia semakin merasa cemas. Di antara phobia yang sering dialami anak-anak adalah: takut berada di tempat tertutup, tinggi, luas (lapang), takut pada teman sebaya (phobia sekolah), di tengah orang ramai, melihat darah, binatang-binatang kecil, dan sebagainya. Perasaan phobia termasuk bentuk perasaan yang timbul pada diri anak jika ia berhadapan dengan objek tertentu. Perasaan phobia ini mencakup tempat yang luas dalam perkembangan kejiwaan anak.4 Dampaknya buruk phobia bagi anak, baik dari segi perkembangan sensori-motorik, perkembangan kognitif, maupun perkembangan sosialnya. Anak akan tumbuh tidak percaya diri, minder, dan tidak berani mengambil resiko. Akibatnya ia menjadi lambat dalam memperoleh pengalaman baru, atau lambat merespons rangsang pertumbuhan. Secara umum, anak yang 4 Zulkifli L., Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet. ke-3, h. 40. ix tumbuh dalam kondisi seperti ini bakal susah meraih prestasi optimalnya dan mengalami hambatan dalam meraih kesuksesan hidupnya.5 Untuk itu sudah menjadi Sunnatullah, bahwa manusia memerlukan orang lain dalam hidupnya. Kegiatan konseling di daerah perkotaan pada khususnya, makin dirasakan oleh masyarakat sebagai suatu tuntutan hidup untuk memperoleh kondisi sehat mental, karena melalui pelayanan konseling orang akan dapat mengatasi serta menghindari berbagai problema yang dihadapinya. Kepekaan pemahaman dan penghayatan dalam menangani masalah phobia merupakan kondisi yang sangat penting bagi konselor yang bekerja di lingkungan hidup yang sedemikian kompleks. Karena setiap individu mempunyai perbedaan, tidak ada dua orang yang sama persis di dalam aspek jasmaniah maupun rohaniah. Dalam hal ini konselor atau terapis sepatutnya bertanggung jawab menawarkan jalan keluar yang terbaik dalam upaya mengatasi phobia yang dihadapi klien. Namun sayangnya, kebanyakan pengobatan atau terapi sulit menjangkau masalah ini, yaitu pikiran, atau lebih tepatnya pikiran bawah sadar. Dan metode yang menggunakan pikiran alam bawah sadar adalah hipnoterapi. Hipnoterapi merupakan salah satu cara yang sangat mudah, cepat, efektif, dan efisien dalam menjangkau pikiran bawah sadar, melakukan reedukasi, dan menyembuhkan pikiran yang sakit.6 Pepatah "tak kenal, maka tak sayang" sepertinya cocok untuk menggambarkan hipnoterapi. Memang banyak yang belum kenal terapi ini, 5 Karen Diana, et. al., Mendampingi Anak Menghadapi Rasa Takut, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), cet. ke-5, h. 7. 6 Gunawan, , Hipnoterapy: The Art Subconscious Restructuring, h. 11. x bahkan langsung ngeri mendengar istilah "hipno"nya. Maklum, metode hypnosis telanjur dicap miring sebagai sarana untuk memperdaya orang lain. Padahal hypnosis yang dipakai dalam kegiatan psikoterapi ini dipakai untuk membuka memori khususnya anak. Diperkirakan ada kejadian-kejadian di masa lalu yang berpengaruh terhadap kondisinya saat ini. Dari sana, semua masalah anak bisa diatasi, seperti phobia, gangguan belajar, sulit makan, sulit tidur, dan sebagainya. Hipnoterapi adalah suatu aplikasi hypnosis dalam menyembuhkan masalah mental dan fisik (psikosomatis). Sedangkan hypnosis adalah suatu metode berkomunikasi verbal atau nonverbal yang persuasif dan sugestif kepada seorang klien sehingga ia menjadi kreatif (berimajinasi dengan emosional dan terbuka wawasan internalnya) kemudian beraksi (baik persetujuan maupun penolakan) sesuai nilai (system nilai atau nilai dasar spiritual) yang dimiliki.7 Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai metode hipnoterapi yang dapat diterapkan dalam menanggulangi problematika kehidupan khususnya yang dialami oleh anak. Selama ini hipnotis masih dianggap magic dan gaib, oleh karena persepsi masyarakat yang menilai bahwa hipnotis adalah alat untuk memperdaya orang. Akan tetapi, pada kenyataannya hipnotis bisa digunakan untuk penyembuhan. Oleh sebab itu, penelitian mengenai metode hipnoterapi pada 7 Nugroho, Transformasi Diri: Memberdayakan Diri Melalui Hipnoterapy, h. 153. xi penanganan anak phobia menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji secara mendalam. Sehingga penulis bermaksud menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah (skripsi) dengan mengambil judul “Metode Hipnoterapi Pada Penanganan Anak Phobia Di TranzCare mampang Prapatan Jakarta Selatan” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Melihat banyak dan luasnya gangguan phobia ini, dan agar lebih jelas penelitian, maka penulis memberi batasan masalah pada phobia yang terjadi pada anak dan metode hipnoterapi yang merupakan salah satu metode yang diterapkan di TranzCare. Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan metode hipnoterapi pada klien anak phobia di TranzCare? 2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat metode hipnoterapi pada penanganan klien anak phobia? 3. Apa kelemahan dan kelebihan dari metode hipnoterapi pada penanganan klien anak phobia? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian xii Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah : a. Untuk mengetahui metode hipnoterapi pada klien khususnya anak phobia di TranzCare b. Untuk mengetahui yang menjadi faktor pendukung dan penghambat metode hipnoterapi pada penanganan klien khususnya anak phobia di TranzCare c. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari metode hipnoterapi pada penanganan klien khususnya anak phobia. 2. Manfaat Penelitian a. Teoritis 1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan pada jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, terutama mengenai metode hipnoterapi. 2) Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai informasi bagi masyarakat dan sebagai referensi bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian tentang metode hipnoterapi. b. Praktis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi lembagalembaga lain yang mengkaji metode hipnoterapi. D. Tinjauan Pustaka xiii 1. Penerapan Metode Hipnoparenting Pada Penanggulangan Permasalahan Anak Usia Pra-Sekolah Di Rumah Kaki Langit Nurul Amal Center Karawang yang ditulis oleh Syamsul Anwar mahasiswa BPI tahun 2008 yang terfokus pada penerapan hipnoparenting yakni hypnosis yang ditangani langsung oleh orangtuanya dan objek penelitiannya terfokus pada permasalahan anak usia pra-sekolah. Dimana permasalahannya terfokus pada bagaimana penerapan metode hipnoparenting pada penanggulangan permasalahan usia dini. 2. Upaya Membantu Mengatasi Neurosa Fobik Melalui Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang ditulis oleh Nova Ervina Rina Diana mahasiswa BPI tahun 2005 yang terfokus pada anak yang mengalami phobia nasi dengan pencarian solusinya melalui metode bimbingan dan konseling Islam. Dimana permasalahannya bagaimana upaya membantu mengatasi neurosa fobik melalui bimbingan dan konseling Islam. Sedangkan judul skripsi penulis Metode Hipnoterapi Pada Penanganan Anak Phobia di TranzCare, di sini penulis menggabungkan judul skripsi di atas dengan membahas tentang penanganan phobia yang dialami anak dengan pendekatan metode hipnoterapi. E. Metodologi Penelitian xiv 1. Metode Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, dan diambil kesimpulan.8 Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Mardalis : “Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat analisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain, penelitian deskriptif bertujuan memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.”9 Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti yang dikutip Lexy J. Moleong yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.10 Penelitian ini sepenuhnya berdasarkan riset lapangan yang dimaksudkan agar dapat melukiskan kondisi objektif keadaan tersebut. Dalam hal ini yang diteliti adalah Metode Hipnoterapi pada Penanganan Anak Phobia di TranzCare. 2. Sumber Data 8 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1999), cet. ke-2, h. 1. 9 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), cet. ke-2, h. 7. 10 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), cet. X, h. 3. xv Sumber data adalah unsur utama dalam penelitian. Karena melalui sumber data ini, data-data konkrit dapat diperoleh dan dapat memberikan informasi untuk keperluan penelitian.11 Data ini ada yang primer dan sekunder. Data primer dapat diperoleh dari hasil observasi dan wawancara pribadi dengan pihak terkait, sedangkan data sekunder dapat diperoleh dari buku-buku, majalah, internet, jurnal, dan sumber-sumber lainnya yang terkait dengan penelitian. Dan di dalamnya peneliti akan menggunakan kualitatif yakni membahas serta menganalisa yang kemudian menyimpulkan sebagai kesimpulan final apabila sudah memenuhi pertimbangannya. 3. Penetapan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di TranzCare, yang beralamatkan di Plaza Basmar, lantai 3 Jl. Mampang Prapatan Raya 106 Jakarta Selatan 12780. Adapun alasan menetapkan tempat ini sebagai sasaran penelitian adalah salah satu metode terapi yang diterapkan bagi klien yang datang ke lokasi ini yakni berkenaan dengan gangguan kejiwaan terutama mengenai phobia. Selain itu lokasi yang mudah di jangkau dan strategis, sehingga peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menghimpun data dan informasi yang dibutuhkan. Adapun waktu penelitian ini, penulis melaksanakan pada tanggal 20 Maret 2008 sampai 05 Desember 2008. 4. Subyek dan Obyek penelitian 11 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1999), h. 122. xvi Adapun subyek penelitian adalah terapis yang terlibat langsung bernama Pak Yan Nurindera dan asistennya sekaligus penanggung jawab lembaga TranzCare bernama Sidney Panjiagung mengenai pelaksanaan metode hipnoterapi terhadap klien anak phobia. Kemudian obyeknya ialah metode hipnoterapi dalam menangani klien phobia pada anak. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi, yakni pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.12 Terkait dengan masalah bagaimana pelaksanaan metode hipnoterapi yang digunakan terapis pada penanganan anak phobia di TranzCare. b. Interview (wawancara), yakni percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara ini dilakukan secara mendalam atau terstruktur. Susunan pertanyaan dan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diperjelas pada saat wawancara berlangsung, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lapangan.13 Peneliti melakukan wawancara kepada terapis dan asistennya, untuk memperoleh kelengkapan data sebelumnya penulis menyusun pertanyaan terlebih dahulu yang berkaitan dengan objek peneliti sebagai pedoman wawancara yang dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung. 12 Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian Research 11, (Yogya: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1984), h.141. 13 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, h. 61. xvii c. Dokumentasi, dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang diperoleh dalam penelitian serta untuk memperkuat hasil penelitian. Dalam hal ini meliputi profil, majalah, internet, dan surat kabar yang berhubungan dengan metode hipnoterapi. 6. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, maka instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri, dimana peneliti sebagai instrumen kunci.14 7. Teknik Keabsahan Data Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria: a. Kredibilitas (kepercayaan) dengan teknik trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain,15 hal itu bisa dicapai dengan cara membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain dalam hal peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh terapis dengan asistennya mengenai pelaksanaan metode hipnoterapi, dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan. b. Ketekunan dan keajegan pengamatan, yaitu menemukan ciri dan unsur yang terkait dengan situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang 14 15 Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian Research 11, h. 1. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 330. xviii sedang dicari dan memusatkan pada hal tersebut secara rinci.16 dimana peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan perumusan masalah saja. c. Audity. 8. Teknik Analisa Data Yang dimaksud teknik analisa data adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola dan kategori tertentu. Selanjutnya data itu dianalisa secara deskriptif agar mendapatkan hasil yang objektif.17 Tujuannya itu untuk menggambarkan pelaksanaan metode hipnoterapi yang digunakan oleh terapis dalam menangani anak phobia di TranzCare. Setelah data-data terkumpul, maka langkah-langkah selanjutnya adalah analisa data yang diperoleh melalui metode dan pendekatan deskriptif kualitatif. Dalam hal ini data yang diperoleh akan dianalisis dengan teknik analisa deskriptif, yaitu penulis menganalisa dan mendeskripsikan dalam bentuk pemaparan dengan memberikan penjelasan-penjelasan atau keterangan-keterangan secara logis. Penelitian kualitatif ini menghasilkan transkip wawancara, catatan lapangan, gambar, tipe rekaman, dan lain sebagainya.18 9. Teknik Penulisan Skripsi 16 Ibid., h. 329. Lexy J Moleong, h.103. 18 Kristi Purwandani, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Prilaku Manusia, (Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, 1999), cet. Ke-6, h.22. 17 xix Adapun teknik penulisan penelitian ini penulis menggunakan pedoman penulisan penelitian, tesis, dan disertasi yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh CeQDA Tahun 2007, cet. ke-1. F. Sistematika Penulisan Adapun penulisan skripsi ini dituangkan ke dalam beberapa bab, dan masing-masing dijabarkan ke dalam sub-sub bab. Dan selengkapnya di susun sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan. Yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : Kajian Teoritis. Yang meliputi pengertian hipnoterapi, sugesti dan bahasa, teknik-teknik dalam hipnoterapi, hipnoterapi dalam pandangan psikoterapi islam, pengertian phobia dan anak, gejala-gejala phobia pada anak, sebabsebab phobia pada anak, dan jenis-jenis phobia yang terjadi pada anak. BAB III : Gambaran umum TranzCare. Yang meliputi sejarah berdirinya, visi dan misi, sasaran klien, dan kegiatan serta program kerja TranzCare. xx BAB IV : Metode hipnoterapi pada penanganan anak phobia di TranzCare. Yang meliputi identifikasi klien, temuan penelitian metode hipnoterapi terhadap klien anak phobia, faktor pendukung dan penghambat metode hipnoterapi terhadap klien anak phobia, kelebihan dan kekurangan metode hipnoterapi terhadap klien anak phobia. BAB V : Penutup. Yang meliputi kesimpulan dan saran xxi BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Metode Hipnoterapi 1. Metode dan Hipnoterapi a. Pengertian Metode Metode menurut kamus bahasa Indonesia metode diartikan sebagai cara teratur untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang dikehendaki.19 Kata “metode” berasal dari bahasa latin yakni methodus yang berarti cara, dalam bahasa yunani methodus berarti cara, jalan, sedangkan dalam bahasa Inggris methode diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti suatu cara.20 Sedangkan menurut M. Arifin metode ialah segala saran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.21 Metode juga merupakan cara atau jalan sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja yaitu cara kerja untuk dapat 19 memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. ke-3, h. 415. 20 Jhon M. Echol dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), Cet. ke-27, h. 379. 21 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1998), Cet. ke-6, h. 43. xxii bersangkutan.22 Dan menurut Arif Burhan, metode adalah menunjukkan suatu proses, prinsip serta prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas masalah tersebut.23 Mengacu pada pengertian di atas, maka metode yang dimaksudkan dalam penulisan ini adalah suatu cara kerja yang sistematis untuk mempermudah dalam menemukan masalah dan mencari suatu solusi atas masalah tersebut. b. Pengertian Hipnoterapi Dari semua psikoterapi yang berkembang di Indonesia saat ini, hipnoterapi masih berjalan lambat. Alasannya adalah mengenai persepsi masyarakat yang menganggap hipnoterapi sebagai sesuatu yang misterius dan negatif terlebih lagi masyarakat menilai bahwa hipnoterapi adalah salah satu bentuk hal gaib, berhubungan dengan kuasa kegelapan, magic, dan ilmu sesat berbentuk gendam dan sejenisnya dimana prakteknya adalah pemilik ilmu menggunakan kekuatan dalam dirinya untuk mempengaruhi orang lain, dan orang yang ingin dipengaruhi bertindak sebagai objek. Sedangkan dalam hipnoterapi tidak demikian, karena klien dianggap sebagai subjek. Jadi klien sebagai perencana dan penentu dalam proses hipnoterapi. Akan tetapi untuk bisa mengerti mengenai apa itu hipnoterapi, terlebih dahulu penulis mencoba menyampaikan apa itu hypnosis. Kata 22 Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1993), h. 8. 23 Arif Burhan, Pengantar Metode Kualitatif, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), h. 17 xxiii hypnosis dalam bahasa Inggris adalah hypnosis atau hypnotism (hipnotisme). Kata hypnosis menurut kamus Encarta memiliki makna : “Suatu kondisi yang menyerupai tidur yang dapat secara sengaja dilakukan kepada orang, di mana mereka akan memberikan respons pada pertanyaan yang diajukan dan sangat terbuka dan reseptif terhadap sugesti yang diberikan oleh hipnotis dan merupakan teknik atau praktik dalam mempengaruhi orang lain untuk masuk ke dalam kondisi hypnosis.”24 Menurut Bernheim, hypnosis pada dasarnya adalah suatu bentuk sugesti yang meningkat terhadap sugesti yang diberikan orang lain. Hypnosis merupakan sebagai keadaan terfokusnya perhatian pada objek fisik atau gambaran mental tertentu yang ditandai dengan meningkatnya sugestibilitas sebagai efek dari sikap kooperatif dengan orang lain. 25 Hipnosis juga diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang menjadi terfokus kepada suatu hal atau kepada orang lain sehingga kesadaran terhadap lingkungan sekitar menjadi berkurang.26 Sulit menentukan kapan dan dimana hypnosis pertama kali digunakan. Akan tetapi, hypnosis telah ada sejak awal mula peradaban manusia. Dalam banyak kebudayaan dan etnis, hypnosis disebut dengan banyak nama dan dipraktekkan dengan beragam teknik. Bagaimanapun, upaya yang lebih ilmiah mulai berkembang sejak Franz Anton Mesmer tampil di Jerman. Perlu ditambahkan sebelum 24 Adi W. Gunawan, Hypnosis: The Art of Subconscious Comunication, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), Cet. ke-5, h. 3. 25 YF La Kahija, Hipnoterapi : Prinsip-prinsip Dasar Praktik Psikoterapi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), Cet. ke-1, h. 53-54. 26 Professional Centre for Stress-Depression & Schizophrenia, “Hipnoterapi: Mitra Sejati Menuju Kehidupan Berkualitas”, diakses Tgl. 22 Maret 2008 dari http://www.dharmawangsa.Org. xxiv dikenal dengan nama hypnosis, nama lainnya adalah magnetisme atau mesmerisme.27 Magnetism dan mesmerism yang awalnya berkembang dengan banyak pergolakan di Eropa terus menyebar ke Inggris dengan nama hypnosis. kemudian James Braid tampil, hypnosis mulai digunakan menggantikan magnetisme dan mesmerisme.28 Dari kata hypnosis mulai berkembang istilah-istilah yang digunakan banyak literatur pada saat ini, seperti hypnosis diri, hipnoterapi, hipnoanalisis, hypnosis panggung, dan hypnosis forensik. Ada beberapa yang perlu ditekankan di sini yakni: 1) Hypnosis bukan suatu bentuk meditasi Meditasi tujuan yang ingin di capai hanyalah menenangkan pikiran dan fokus kepada diri sendiri sedangkan hypnosis adalah untuk mengubah suatu perilaku atau pemikiran yang mengganggu selama ini dimana individu menjadi terfokus pada suatu hal atau seseorang di luar dirinya. 2) Hipnosis tidak sama dengan tidur Pada saat tertidur, individu tidak menyadari keadaaan di sekitarnya sementara dalam proses hypnosis individu tetap fokus dan mampu untuk berinteraksi. Hypnosis seringkali disalahartikan dengan tidur karena individu diminta untuk berkonsentrasi 27 28 Kahija, Hipnoterapi : Prinsip-prinsip Dasar Praktik Psikoterapi, h. 6. Ibid., h. 10. xxv membayangkan sesuatu dan akan lebih mudah jika hal tersebut dilakukan dengan mata tertutup.29 Dengan menguasai hypnosis seseorang akan memahami fenomena pikiran alam bawah sadar manusia (sub-conscious mind) sekaligus berkomunikasi secara efektif dengannya. Menurut sigmeund freud (1856-1939), mengumpamakan jiwa atau pribadi manusia sebagai sebuah gunung es di tengah laut yang hanya kelihatan puncaknya. Puncak yang hanya kelihatan sedikit disebut sebagai alam kesadaran (consciousness), agak sedikit di bawah permukaan laut disebut prakesadaran (preconsciousness), dan bagian terbesar dari gunung es yang letaknya di bawah permukaan air laut disebut alam bawah sadar (unconsciousness).30 Secara umum, wilayah kesadaran manusia memiliki tiga kategori. Terdiri dari: Kesadaran Tinggi (Super-Conscious), Kesadaran Normal (Conscious), Bawah Sadar (Sub-Conscious). Dalam kehidupan sehari-hari, mekanisme manusia biasanya terdiri: Conscious 12 % , Sub-Conscious 88 %.31 Alam bawah sadar berisi dorongan-dorongan yang ingin muncul ke alam kesadaran. Pusat kesadaran bertugas untuk menentukan dorongan yang boleh muncul ke kesadaran dan dorongan yang harus tetap tinggal di alam bawah sadar. Sebagian dorongan-dorongan yang terdapat di alam bawah sadar adalah dorongan yang sudah ada sejak lahir. Sebagian lagi adalah 29 Professional Centre for Stress-Depression & Schizophrenia, “Hipnoterapi: Mitra Sejati Menuju Kehidupan Berkualitas”, diakses Tgl. 22 Maret 2008 dari http://www.dharmawangsa.Org. 30 Thursan Hakim, Mengatasi Gangguan Mental dan Fisik, (Jakarta: Puspa Swara, 2005), Cet. Ke-2,h.17. 31 Jodhi Yudono dalam Harian Kompas, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis”, diakses tanggal 02 April 2008, dari http://www.hipnotis.net. xxvi dorongan yang berasal dari pengalaman-pengalaman hidup sejak lahir. Dorongan tersebut nantinya akan menentukan sehat atau tidaknya kepribadian seseorang. Sifat Kesadaran 1. Mempunyai kemampuan mempertimbangkan, mengendalikan, dan mengontrol dorongan serta tingkah laku 2. Mempunyai dorongan/energi mental yang lebih lemah daripada alam bawah sadar 3. Mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mencatat peristiwaperistiwa yang dialami. Hal itu yang menyebabkan seringnya lupa pada hal-hal yang telah dialami. Bahkan sering lupa pada hal-hal yang sudah diusahakan untuk mengingatnya. Sifat Alam Bawah Sadar 1. Sifat polos 2. Mempunyai dorongan mental lebih kuat 3. Dapat dikendalikan dengan saran dan sugesti 4. Mencatat pengalaman hidup yang dialami sejak lahir 5. Memberi energi pada organ tubuh yang bergerak otomatis.32 Hipnoterapi adalah psikoterapi yang menggunakan teknik hypnosis sebagai bagian dari proses perawatan dengan tujuan untuk menyingkap kejadian-kejadian masa lalu yang mungkin mempengaruhi pola berpikir saat ini.33 Menurut Adi W. Gunawan, 32 Hakim, Mengatasi Gangguan Mental dan Fisik, h. 18-20. Professional Centre for Stress-Depression & Schizophrenia, “Hipnoterapi: Mitra Sejati Menuju Kehidupan Berkualitas”, diakses Tgl. 22 Maret 2008 dari http://www.dharmawangsa.Org. 33 xxvii hipnoterapi adalah aplikasi hypnosis dalam menyembuhkan masalah mental dan fisik (Psikosomatis).34 Menurut NSK Nugroho, hipnoterapi adalah metode hypnosis yang digunakan untuk terapi yang berkaitan dengan mental atau keadaan psikologis seseorang.35 Dan menurut Dr. H. Tubagus Erwin Kusuma SpKj, hipnoterapi merupakan suatu terapi dengan metode hypnosis sebagai bagian dari penyelesaian masalah yang merupakan bentuk pemberdayaan energi jiwa bawah sadar dari diri seseorang yang menginginkan perubahan.36 Dari pengertian di atas, hipnoterapi adalah suatu perjalanan hypnosis ke dunia alam bawah sadar yang sangat luas dan menyimpan kekuatan yang dapat dialirkan untuk proses penyembuhan. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa metode hipnoterapi adalah suatu cara untuk menemukan akar permasalahan dan mencari solusinya dengan pendekatan hipnoterapi melalui alam bawah sadar. 2. Teknik-teknik Hipnoterapi Berikut ini adalah teknik-teknik secara umum yang biasa digunakan dalam hipnoterapi. Teknik-teknik ini dapat digunakan secara terpisah atau 34 Gunawan, Hypnosis: The Art of Subconscious Comunication, h. 14. Nugroho, Transformasi Diri: Memberdayakan Diri Melalui Hipnoterapi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 176 36 Larry Yudawan, “Memberdayakan Energi bawah Sadar.” Koran Jakarta, 30 Mei 2008, h. 22. 35 xxviii digabung satu sama lain sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan klien.37 a. Ideomotor Response Ini adalah cara untuk mendapat jawaban “ya”, “tidak”, atau “tidak tahu” dari klien dengan cara menggerakkan salah satu jari tangan. Teori di balik teknik ini adalah bahwa orang cenderung memberikan jawaban yang jujur, sesuai dengan jawaban pikiran bawah sadar, melalui respons gerakan fisik (ideomotor Response) daripada dalam bentuk verbal atau ucapan. Ada dua hal penting dalam menggunakan ideomotor response. Pertama, pertanyaan yang diajukan kepada klien harus bersifat tertutup atau dalam format “ya” atau “tidak”. Kedua, suara terapis harus monoton dan tanpa ekspresi untuk meminimalkan kemungkinan klien terpengaruh oleh suara terapis sehingga tersugesti untuk memberikan jawaban yang tidak tepat. b. Hypnotic Regresion Teknik regresi adalah teknik yang membawa klien mundur ke masa lampau untuk mencari tahu penyebab suatu masalah. Teknik ini biasanya menggunakan affect bridge (jembatan perasaan) atau feeling connection. c. Systematic Desensitization 37 Gunawan, Hypnotherapy: The Art of Subconcious Restructuring, h. 140-145. xxix Sesuai dengan namanya, teknik ini bertujuan untuk mengurangi sensitivitas klien terhadap phobianya. d. Implosive Desensitization Teknik ini digunakan bila klien mengalami abreaction. Yakni, situasi dalam kedamaian untuk menenangkan dirinya. Tujuannya adalah menurunkan tingkat intensitas emosi secara bertahap. Teknik ini juga disebut circle therapy. e. Desensitization by Object Projection Teknik ini meminta klien membayangkan emosi, rasa sakit, atau masalahnya keluar dari tubuh klien dan mengambil suatu bentuk yang mewakili masalahnya itu. Teknik ini hanya bagus pada klien yang visual, untuk yang auditori dan kinestetik digunakan proyeksi dalam bentuk suara atau perasaan. f. The Informed Child technique Sama halnya dengan Implosive Desensitization, namun kali ini terapis mensugesti bahwa klien kembali ke masa lampaunya denagn membawa serta semua pengetahuan, pengalaman, kebijaksanaan, dan pengertian yang dimiliki saat dewasa sekarang. g. Gestalt Therapy Ini adalah teknik terapi yang dilakukan dengan menggunakan permainan peran atau role play. Dalam teknik ini, klien diminta memainkan peran secara bergantian, baik sebagai dirinya sendiri xxx maupun sebagai orang lain yang menjadi penyebab trauma atau luka batin. h. Rewriting History (Reframing) Bagian pertama dari teknik ini dilakukan dengan the informed child technique, bagian lanjutannya dilakukan dengan menggunakan gestalt therapy yang memungkinkan klien untuk menyampaikan apa yang ingin ia katakan pada orang yang menyebabkan luka batin. i. Open Screen Imagery Teknik ini menggunakan layar bioskop. j. Positive Programmed Imagery Teknik ini dapat digunakan sebelum klien dibangunkan dari kondisi trance (rileks yang dalam). Teknik ini hanya efektif bila dilakukan setelah teknik-teknik lainnya digunakan terlebih dahulu. Teknik ini bisa digunakan bersamaan dengan post hypnotic suggestion dan verbalizing. k. Verbalizing Dalam teknik ini klien diminta untuk berbicara atau mengucapkan pemahaman baru atau apa yang menurutnya harus dilakukan. Apabila klien yang mengucapkannya, efeknya akan menjadi sangat kuat daripada bila hal yang sama diucapkan oleh terapis. l. Direct Suggestion Sugesti yang bersifat langsung diberikan berdasarkan apa yang diucapkan oleh klien (verbalizing). xxxi m. Indirect Guided Imagery (Ericksonian Methapors) Karena teknik ini menggunakan metafora, terapis perlu membuat script atau cerita yang telah disipakan sebelumnya. Cerita yang disampaikan sepenuhnya tergantung pada terapis. Namun, penyimpulan makna cerita itu dilakukan klien. n. Inner Guide Yang dimaksud dengan inner guide bisa berupa penasehat spiritual, malaikat, mentor, orang, atau bagian dari diri klien yang bijaksana. Dalam teknik ini klien dibantu oleh inner guide untuk menyelasaikan masalah. o. Part Therapy Teknik ini digunakan untuk membantu klien menyelesaikan inner conflict atau konflik yang timbul dari pertentangan diantara “bagianbagian” diri klien. p. Dream Therapy Terapi ini menggunakan mimpi sebagai simbol yang dikomunikasikan oleh pikiran bawah sadar. Mimpi yang digunakan untuk analisis dan terapi adalah mimpi yang terjadi selama lebih kurang sepertiga waktu tidur menjelang bangun. 3. Bahasa dan Sugesti a. Bahasa xxxii Kegiatan berbahasa merupakan pekerjaan otak yang paling tinggi dan canggih, yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Karena manusia pada fitrahnya atau secara genetis, dilengkapi dengan kemampuan berbahasa. Karena itu gejala berbahasa pada manusia bukanlah suatu kebetulan. Terlepas dari apapun bahasa adalah mekanisme saraf dalam otak, terutama kulit otak manusia. Bahasa memungkinkan manusia keluar dari tahap insting ke tahap refleksi dan makna. Ia tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi melainkan juga menjadi alat berfikir. Untuk itu, Bahasa adalah faktor kunci dalam keberhasilan komunikasi, termasuk komunikasi dalam terapi. Bahasa yang dimaksud disini meliputi baik bahasa verbal (ucapan)maupun nonverbal (ekspresi wajah dan tubuh). Dalam sesi hipnoterapi, terapis berusaha masuk dan memahami simbol-simbol dari bawah sadar klien. Dalam perjalanan ini, kepekaan terapis menangkap pesan-pesan verbal dan nonverbal klien menjadi sangat penting. Semua pandangan tentang bahasa mengatakan bahwa setiap orang membentuk realitas hidupnya sendiri. Hasil bentukan ini mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tindakannya. Pada awalnya, seseorang memang berkonsentrasi pada ucapan baru sesudah itu menyimak untuk menemukan dinamika psikologis di baliknya. Singkat kata, bahasa dalam terapi menunjukan pergerakan dari xxxiii bahasa objektif (ucapan) menuju bahasa subjektif (dinamika psikologis). Bahasa adalah perilaku dan perubahan bahasa adalah perubahan perilaku. Perubahan inilah yang harus ditemukan dalam terapi ketika menganalisis bahasa. Tidak hanya menuntut pengetahuan teoretis yang dihafalkan, tapi juga seni untuk menggunakan atau memadukan berbagai konsep dan teknik secara kreatif. Sugesti berkaitan erat dengan cara dan teknik menggunakan elemen-elemen bahasa, khususnya kata, kalimat, dan pengucapan. Yang merupakan salah satu kemampuan yang dituntut dari seorang hipnoterapis adalah suara terapis yang baik. Bila suara tak jelas, klien bisa mengalami kesalahan sensasi dan persepsi atas ucapan terapis. Bahasa yang digunakan bukanlah bahasa yang dipahami oleh terapis, tetapi bahasa yang dipahami oleh klien. Keterampilan menggunakan bahasa mulai berjalan ketika hipnoterapis menyambut (kepercayaan), membawa kliennya, klien membangun dalam tidur rapport hipnotik, membangunkannya, dan mengajaknya berbagi pengalaman.38 Gelombang Otak Hipnoterapi selalu berhubungan dengan cara kerja otak manusia. Terapis yang menangani hipnoterapi harus mengetahui gelombang otak si klien, hal ini bertujuan agar terapi yang 38 La Kahija, Hipnoterapi : Prinsip-prinsip Dasar Praktik Psikoterapi, h. 106-107. xxxiv dihasilkan berhasil. Kondisi otak secara umum terbagi menjadi empat fase yakni delta, teta, alfa, beta.39 Fase pertama ialah delta, frekuensinya adalah 0,5-3,5 Hz. Fase ini biasa disebut fase tidur, dimana kondisi ini diperlukan agar badan seseorang bisa beristirahat setelah lelah beraktifitas. Fase kedua adalah teta, frekuensi berkisar antara 3,5-7 Hz. Keadaan ini adalah kondisi setengah sadar ketika pikiran bekerja secara baik, tenang, jernih, dan memunculkan banyak ide kreatif. Fase ketiga adalah alfa, kisarannya 7 atau 8 hingga 13 Hz. Kondisi ini merupakan relaksasi atau hypnosis ringan dan memungkinkan otak multifokus, artinya dapat memperhatikan beberapa hal secara bersamaan. Keadaan ini memberikan kontribusi besar bagi pikiran untuk menuju alam bawah sadar. Menurut MacGregor kontribusinya ada sekitar 88 persen. Ketika gelombang alfa terjadi, seseorang seperti dalam keadaan melamun. Namun, bukan sekedar melamun. Karena saat itu, otak dibiarkan dalam keadaan rileks. Fase keempat adalah beta, kisarannya di atas 13 Hz. Kondisi ini seseorang dalam keadaan konsentrasi. Dimana ketika seseorang sedang mengerjakan sesuatu yang sulit dan perlu berpikir keras sehingga kerja otak akan lebih terfokus pada satu hal yang sedang dikerjakan dan kinerja logis otak. Fase ini memungkinkan panca 39 Taufiq Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains dan Al-Qur’an, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2002), Cet. ke-3, h. 161-165. xxxv idera berperan sangat penting, informasi yang masuk melalui panca indera di proses sedemekian rupa oleh otak, kemudian ditanggapi. b. Sugesti Dalam pengetahuan hypnosis, sugesti dapat diartikan secara sederhana sebagai : “Suatu rangkaian kata-kata, atau kalimat, yang disampaikan dengan cara tertentu, dan dalam situasi tertentu, sehingga dapat memberikan pengaruh bagi mereka yang mendengarnya, sesuai dengan maksud dan tujuan sugesti tersebut!“40 Yang dimaksudkan dengan “memberikan pengaruh” adalah bahwa pikiran bawah sadar menyetujui sugesti dimaksud. Ia juga merupakan kunci dari hipnoterapi. Sugesti atau pengaruh bisa berbentuk positif (bermanfaat), seperti menimbulkan rasa optimistis, semangat, dan rasa percaya diri. Bisa juga berbentuk negatif (merugikan), seperti menimbulkan rasa pesimis, takut, tidak percaya diri, bahkan menimbulkan penyakit.41 Sugesti negatif, contohnya, seorang anak yang sering ditakuttakuti terhadap objek tertentu, seperti tempat gelap, hantu, dan binatang tertentu. Anak tersebut dapat menjadi pribadi yang penakut dan mengalami phobia. Ketakutan itu akan menetap di alam bawah sadarnya sampai dewasa. Kesadaran akal pikirannya dapat memahami kelainan yang dideritanya, tetapi tidak mampu mengontrol, apalagi mengatasi ketakutan yang dirasakannya. 40 41 Yan Nurindera, “Sugesti”, diakses tanggal 01 April 2008 dari http://www.hipnotis.net. Hakim, Mengatasi Gangguan Mental dan Fisik, h. 42. xxxvi Suatu rangkaian kata atau kalimat, agar benar-benar menghasilkan efek sugesti, maka ada beberapa yang perlu diperhatikan yakni: Client Language Preference Pergunakan kata dan kalimat yang dipahami oleh Subyek, dalam hal ini adalah “bahasa ibu” dari Subyek, serta kosa kata & istilah yang dipahami oleh Subyek. Pacing – Leading Secara sederhana dalam kaidah hipnosis, Pacing berarti “fakta” dan Leading berarti “saran”. Kalimat-kalimat hypnosis adalah kalimat saran yang diselipkan diantara kalimat fakta. Repetition Lakukan pengulangan-pengulangan di kata dan kalimat penting, karena pengulangan akan lebih efektif dalam “menembus” pikiran bawah sadar.42 Selanjutnya cara membawakan sugesti ini juga sangat berpengaruh terhadap efektifitas sugesti, dalam hal penggunaan intonasi, jeda, dan sebagainya. Ada dua tipe sugesti, yaitu physical suggestibility dan emotional suggestibility. Dari penelitian didapatkan data bahwa 60% populasi bersifat emotional suggestible. Berita baik mengenai hal ini adalah bahwa terapis dapat membantu klien dengan mudah untuk mengatasi masalah mereka karena 75% dari masalah klien 42 Yan Nurindera, “Sugesti”, diakses tanggal 01 April 2008 dari http://www.hipnotis.net. xxxvii sebenarnya bersifat emosional. Berita buruknya, mereka ini biasanya termasuk kelompok yang sulit dihipnotis. Sebab, teknik induksi yang digunakan biasanya diperuntukkan orang yang physically suggestible.43 Suatu sugesti dikatakan efektif apabila: 1) Pola komunikasi yang ada dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam bereaksi (bertindak dan berperilaku). 2) Klien dapat mengimajinasikannya informasi tersebut (membayangkan, merasakan, menikmati) secara emosiaonal dengan mudah. 3) Klien tidak mengingkari sugesti tersebut (conscious menyetujui) dan bila sugesti tersebut suatu penanaman nilai, klien dapat dengan mudah memodifikasi program-program untuk digunakan sebagai dasar tindakan atau perilaku.44 Jenis-jenis Sugesti Menurut Bernheim, perubahan perilaku sebenarnya bisa dicapai cukup dengan sugesti sederhana dan untuk mencapai kesembuhan terapis tidak harus mengantar klien sampai trance yang dalam.45 Ada enam tipe sugesti yang umum digunakan dalam hipnoterapi, 46 yaitu: 43 Gunawan, Hypnotherapy: The Art of Subconcious Restructuring, h. 34. Nugroho, Transformasi Diri: Memberdayakan Diri Melalui Hipnoterapi, h. 190. 45 La kahija, Hipnoterapi : Prinsip-prinsip Dasar Praktik Psikoterapi, h. 109. 46 Ibid., h. 111-114. 44 xxxviii 1. Sugesti untuk relaksasi, dimaksudkan untuk membuat klien berada dalam keadaan reseptif dan mampu mengarahkan konsentrasinya pada bagian tubuh tertentu. 2. Sugesti untuk memperdalam, dalam sugesti ini klien diajak masuk lebih dalam lagi ke bawah sadarnya dengan perhatian semakin terfokus pada dunia batinnya dan perlahan-lahan digiring ke dalam tidur hipnotik. 3. Sugesti langsung, sugesti yang diberikan secara langsung tanpa perumpamaan atau analogi dengan bahasa yang sederhana. 4. Sugesti untuk gambaran mental, sugesti ini membuat gambaran mental klien menjadi hidup dengan membawa kondisi klien ke tempat aman dan nyaman dan bisa dicapai bila klien berada dalam keadaan santai. 5. Sugesti tidak langsung, sugesti ini menggunakan metafora atau bentuk cerita sehingga klien dapat mengambil kesimpulan dari cerita tersebut. 6. Sugesti posthipnotik, sugesti ini diberikan selama klien dalam keadaan trans atau tidur hipnotik dan ditujukan untuk bawah sadar klien. 4. Hipnoterapi dalam Pandangan Psikoterapi Islam Dalam konteks kejiwaan manusia, Islam adalah sebuah agama yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada manusia sebagai falsafah dan sandaran hidup. Di dalamnya mengandung ajaran yang xxxix membimbing dan menggiring akal pikiran, jiwa, qalb, inderawi, dan jasmani kepada kefitrahan yang selalu cenderung untuk berbuat ketaatan dan ketauhidan kepada Yang Maha Pencipta, yaitu kecendrungan positif yang tidak pada eksistensinya di dalam diri setiap manusia. Psikoterapi adalah perawatan dengan menggunakan alat-alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional di mana seorang secara sengaja menciptakan hubungan professional dengan klien, yang bertujuan: (1) menghilangkan, mengubah, atau menemukan gejala-gejala yang ada, (2) memperantai (perbaikan) pola tingkah laku yang rusak, dan (3) meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian.47 Dan menurut Zakiah Daradjat di dalam bukunya Peranan Agama dalam Kesehatan Mental menyebutkan, “Psikoterapi (perawatan jiwa) tidak ditujukan kepada orang-orang yang menderita penyakit jiwa saja, akan tetapi lebih banyak diperlukan oleh orang-orang yang sebenarnya tidak sakit, akan tetapi tidak mampu menghadapi kesukaran-kesukaran hidup sehari-hari dan tidak dapat menyelasaikan persoalan-persoalan yang disangkanya rumit, dan karena persoalan-persoalan itulah yang banyak menghilangkan rasa bahagia”48 47 H. Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama, (Bandung: PT. Sinar Bintang, 1991), h. 156- 157. 48 Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 2001), cet. ke-16, h. 73. xl Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa psikoterapi Islam adalah proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, baik itu penyakit fisik, mental, moral, maupun spiritual yang dilakukan oleh seorang terapis dengan latar belakang ilmu perilaku dan teknik-teknik usaha yang dikembangkan dengan melalui bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang bertujuan untuk mengembalikan, memelihara, menjaga, dan mengembangkan kondisi klien agar akal dan hatinya berada dalam kondisi dan posisi sebagai fitrahnya. Lalu bagaimana pandangan psikoterapi Islam mengenai hipnoterapi? Hipnoterapi tidak berkaitan dengan alam gaib dan tidak bersifat magic seperti yang sudah penulis paparkan pada penjelasan sebelumnya karena pada prinsipnya hipnoterapi memanfaatkan mekanisme penyembuhan psikis yang pada dasarnya sudah ada dalam tubuh manusia yakni alam bawah sadar. Hipnoterapi ini diterapkan berpusat pada klien (client-centered) dan bukan therapist centered. Maksudnya, klien sebagai perencana dan penentu dari metode ini. Namun tidak semua penyakit mental sembuh melalui hipnoterapi, yaitu bila klien menolak untuk di hipnoterapi atau sistem hipnoterapi ini berlawanan dengan sistem nilai dalam diri seseorang, post hypnotic response pada orang itu tidak berfungsi. Dari pemaparan di atas jelas bahwa hipnoterapi tidak dimaksudkan untuk mengubah keyakinan ataupun kepercayaan yang dianut karena klien sebagai pusatnya. xli Dalam suasana relaks, atau ketika tubuh berelaksasi, otak berada dalam keadaan terangsang secara siaga, dan menjadi “pintu masuk” bagi kekuatan bawah sadar. Karena itu, keadaan alfa yang dipicu oleh reaksi relaksasi tubuh akan membukakan informasi bawah sadar manusia sekitar 88 persen. Relaksasi yang dilakukan dengan cara apapun akan membuat tubuh menjadi tenang.49 Dalam proses hipnoterapi ada unsur relaksasi, di mana proses ini bisa diiringi dengan berdoa dan zikir. Ketika dalam keadaan relaksasi, otak menampakkan gelombang alfa, di mana kondisinya dalam keadaan relaks, tetapi siaga melakukan sesuatu. Untuk merelaksasikan diri bisa melalui duduk tafakur dan berdzikir, di mana hal ini dapat membangkitkan respons relaksasi. Penelitian Herbert Bensons, menunjukkan bahwa zikir itu dapat menjadi salah satu frasa fokus (kata-kata yang menjadi titik perhatian) dalam proses penyembuhan diri dari kecemasan dan ketakutan. Frasa fokus ini kemudian dikombinasikan dengan respons relaksasi. 50 Sebagaimana firman Allah swt dalam surat Ar-Ra’d ayat 28: H"J*" *D=EFG" QSE KD(MNOP XY WG" 73 U+V KD(☺NOP WG" 73Z[+V B]( O\%) " “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”(Q.S. Ar-Ra’d: 28) 49 50 Pasiak, Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains dan Al-Qur’an, h. 168-172. Ibid., h. 181. xlii Dari pernyataan di atas, hipnoterapi dapat diterima dalam psikoterapi Islam karena proses hipnoterapi tidak mengubah keyakinan seseorang dan tidak berkenaan dengan magic ataupun gendam (ilmu hitam) seperti yang selama ini disalahartikan oleh banyak kalangan. Proses hipnotherapi juga bisa diiringi dengan zikir dan doa (Al-Qur’an dan As-Sunnah) jika memang dirasa perlu untuk menambah keyakinan yang kuat (keimanan), bahwa sesungguhnya yang menyembuhkan adalah Allah SWT bukan terapis karena hipnoterapi adalah sebagai alat bantu dalam proses penyembuhan. B. Anak Phobia 1. Pengertian Anak dan Phobia a. Pengertian Anak Pada umumnya orang berpendapat bahwa pada masa kanakkanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan, saat dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung pada orang lain. Dalam kamus bahasa Indonesia, anak diartikan sebagai keturunan yang kedua dan manusia yang masih kecil,51 dimana ia dilahirkan dari sepasang laki-laki dan perempuan dalam ikatan perkawinan. Untuk dapat mengenal anak lebih dekat ada dua pendekatan yakni : 51 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), h. 38. xliii 1) Pendekatan Agama (Islam) Anak adalah suatu karunia terbesar yang Allah berikan kepada orang tua, sekaligus sebagai amanat yang harus dipertanggungjawabkan di Hari Kemudian. Imam Al-Ghazali berkata :”Anak adalah amanah orang tuanya, hatinya bersih, suci dan polos, kosong dari segala ukiran dan gambaran. Anak selalu menerima segala yang diukirnya dan akan cenderung terhadap apa saja yang mempengaruhinya. Apabila ia dibiasakan dan diajarkan untuk melakukan kebaikan, niscaya akan seperti itulah anak akan terbentuk. Namun, apabila si anak dibiasakan untuk melakukan kejahatan dan ditelantarkan, dosanya akan ditanggung langsung oleh orang tuanya sebagai penanggung dari amanah Allah.52 Allah berfirman dalam surat At-Tahrim ayat 6 yaitu : *D=EFG" _`;ab?* H"cE H"J*" Vg de%2 giE "h* j55J" h&* !" m_?k* _` >k*l *stA* rY qi"aF ojX⌧m g*3* G* FG" * *s 2* B( *sjuv ”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan 52 Muhammad Nur Abdul Hafidz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: AlBayan, 1999), cet. ke-4, h. 35. xliv tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(Q.S. At-Tahrim: 6) 2) Pendekatan Psikologi Secara psikologis anak merupakan pribadi yang unik dan khas, yang berbeda sekali dengan pribadi manusia dewasa, ia memiliki sifat-sifat serta dinamika khas pula. Anak juga merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunitas dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya. Anak ingin dicintai, ingin diakui, dan dihargai, berkeinginan pula untuk dihitung dan mendapatkan tempat dalam kelompoknya. Anak yang hidup dalam sosial tertentu, ia akan dideterminir secara sosial. Karena itu anak bisa dipengaruhi orang lain, dan bisa dididik. Anak tidak mungkin berkembang dengan sendirinya tanpa bantuan dari lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, setiap tingkah laku anak merupakan tingkah laku sosial, sebab mempunyai relasi atau kaitan dengan orang lain. Dan hanya dalam relasi dan komunikasi dengan orang lain anak bisa tumbuh dan berkembang menuju pada kedewasaan.53 b. Pengertian Phobia Phobia adalah perasaan takut yang irasional, berlebihan, dan bersifat terus menerus terhadap sesuatu atau situasi. Emosi takut adalah sesuatu yang wajar dan pasti dialami oleh setiap orang. Emosi 53 Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 48. xlv ini sebenarnya positif karena mempunyai makna antisipatif terhadap sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Dan menurut Dadang Hawari, phobia adalah ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu obyek aktivitas atau situasi tertentu, yang menimbulkan suatu keinginan mendesak untuk menghindarinya, rasa ketakutan ini disadari oleh orang yang bersangkutan sabagai suatu ketakutan yang berlebihan dan tidak masuk akal, namun ia tak mampu mengatasinya. 54 Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada masa ini anak belum memiliki kemampuan berpikir yang baik. Hal ini membuat mereka sangat reseptif dalam mengembangkan rasa takut pada hal-hal yang tidak dikenalnya. Beberapa ketakutan, seperti takut mati atau takut bahaya, adalah wajar. Sedangkan ketakutan lain seperti takut darah atau kegelapan, adalah ketakutan yang berkembang akibat pengalaman traumatik. Suatu ketakutan akan menjadi phobia apabila emosi takut ini terpicu oleh satu atau beberapa faktor yang irasional dan tidak diketahui. Emosi takut ini sedemikian sering dirasakan sehingga mengganggu kenyamanan hidup seseorang.55 Jadi pada phobia ketakutan itu berhubungan dengan konflik. Phobia merupakan ketakutan terhadap obyek, apakah itu membahayakan atau tidak, apakah itu terlihat dalam gambar, didengar ataupun hanya dibayangkan. 54 Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan JIwa, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yoso,1997), cet. ke-3, h. 64. 55 Gunawan, Hypnotherapy: The Art of Subconcious Restructuring, h.74. xlvi Rasa takut menghinggapi setiap orang utamanya anak-anak. Ada banyak hal yang mesti diwaspadai berkaitan dengan rasa takut. Orang tua mesti menyikapi rasa takut anak secara tepat. Rasa takut yang tak tertangani dengan tepat akan terbawa dalam tahap-tahap perkembangan anak selanjutnya. Rasa takut sebenarnya adalah emosi yang sangat normal. Pada saat merasa takut membuat seseorang menjadi waspada dan siap bertindak serta lebih siaga untuk bertindak melindungi diri. Rasa takut yang mencekam, yang terus menerus dialami anak, akan mengganggu perkembangan anak. Secara fisik anak yang selalu ketakutan akan sering mengalami tekanan darah dan detak jantung yang meningkat sehingga bisa mengganggu kesehatan anak. Rasa takut yang berlebihan juga akan menghambat anak untuk melalukan eksplorasi, menghambat adaptasi, dan lain-lain. Dalam kondisi seperti ini orang dewasalah yang perlu mengambil inisiatif membantu anak menghadapi rasa takut. Karena keterbatasannya sering kali anak tidak mampu memahami sumber rasa takut yang dialami, anak juga tidak bisa mengekspresikan dengan tepat dan tidak mampu mengatasi rasa takutnya. Sikap yag tepat dari orang tua akan membantu anak mengenali emosinya dan kemudian mengatasinya.sebaliknya sikap yang tidak tepat justru memperburuk kondisi anak.56 Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa takut adalah umum pada anak-anak, dalam perkembangannya makin bertambahnya 56 Karen Diana, et. al., Mendampingi Anak Menghadapi Rasa Takut, (Yogyakarta: Kanisisius, 2008), cet. ke-5, h. 11. xlvii usia anak, takut dapat lebih merupakan “anxiety” (gangguan panik), sedangkan “anxiety” dengan takut yang berlebih-lebihan serta diikuti konflik intrapsikis dapat mengarah phobia. 2. Jenis-jenis Phobia pada Anak Rasa takut yang dialami anak sesungguhnya bervariasi. Cara mengatasinya pun mesti disesuaikan. Sumber-sumber rasa takut secara garis besar dipilah berdasarkan sumber rasa takut yang sifatnya subjektif dan objektif. Setiap orang baik dewasa maupun anak-anak memiliki rasa takut. Jika ketakutan yang dirasakan seseorang sama dengan umum dirasakan orang lain itu wajar. Seseorang yang tidak pernah merasa takut justru perlu dikhawatirkan karena sebenarnya perasaan takut itu merupakan reaksi seseorang terhadap rangsangan atau bahaya dari luar. Rangsangan itu kemudian menggerakkannya untuk melindungi diri atau menjauhkan diri dari sesuatu yang dapat melukai atau menimbulkan bahaya bagi dirinya. Rasa takut yang muncul dalam diri seseorang mempunyai dua sisi. Pertama, sisi positif. rasa takut menyebabkan seseorang melindungi dirinya dari ancaman luar. Contohnya, takut pada harimau. Ketakutan pada harimau itu merupakan suatu mekanisme pertahanan diri untuk tidak mendekati harimau, yang kapan saja bisa menerkamnya. Kedua, sisi negatif. Rasa takut menyebabkan seseorang memiliki perasaan-perasaan menegangkan yang membuatnya tidak nyaman. Contohnya, ketakutan xlviii pada harimau itu dibawa sampai ke alam bawah sadarnya, yang mungkin akan membuatnya menjadi terlalu obsesif untuk membunuh semua harimau di hutan. Setiap orang dapat mengalami berbagai perasaan takut, dan diantaranya, wajar dialami oleh anak-anak. Namun, jika rasa takut itu terbawa dalam tahap-tahap perkambangan anak selanjutnya, rasa takut itu akan berdampak buruk bagi anak, baik dari segi perkembangan sensorimotorik, perkembangan kognitif, sampai perkambangan sosialnya. Anak tumbuh menjadi pribadi yang penakut, tidak percaya diri, minder, dan tidak berani mengambil resiko. Akibatnya, ia menjadi lambat dalam memperoleh suatu pengalaman atau informasi baru. Secara umum, ada dua golongan jenis-jenis phobia yng dialami anak: a. Benda-benda yang secara objektif menimbulkan ketakutan. Biasanya bisa dilihat,didengar, dan dirasakan. Misalnya,takut pada binatang (anjing dan kucing ),takut masuk sekolah pertama kali, takut pada dokter, atau takut pada sesuatu yang dapat mengeluarkan suara keras dan mengejutkan (kilat dan guruh) b. Hal-hal yang subjektif, yaitu perasaan dan sikap yang menyebabkan ketakutan. Misalnya, takut pada ketinggian, takut ditinggal sendirian di rumah, takut kehilangan orang yang dicintai, takut kehilangan kasih sayang, takut gelap, takut hantu,takut mengenal lingkungan baru,dan takut penolakan orang lain.57 57 Ibid., h. 19. xlix Bagi anak-anak, rangsangan baru dan tidak disangka sebelumnya dapat menimbulkan perasaan takut karena mereka belum tahu bagaimana harus memberikan reaksi yang tepat. Orang tua berperan membimbing anak-anak supaya mereka dapat memberikan reaksi yang tepat terhadap segala sesuatu hal yang dihadapinya, baik itu sesuatu yang dapat diduga atau tidak. Ketakutan yang dialami anak juga dapat menimbulkan kecemasan. Pada situasi tertentu, kecemasan hampir sama dengan ketakutan, dan merupakan ketakutan pada taraf ringan. Tetapi, sebenarnya ketakutan dan kecemasan adalah dua hal yang berbeda. Ketakutan disebabkan oleh suatu objek atau situasi tertentu, sedangkan kecemasan terjadi tanpa suatu alasan yang jelas atau dapat disebabkan oleh suatu situasi yang sebenarnya tidak menakutkan. Kecemasan dapat mencakup semua tingkatan pengalaman yang terletak antara ketenangan dan ketakutan juga bisa diungkapkan sebagai respons emosional yang tidak menyenangkan dan dalam tingkat yang berlebihan, yang tidak sesuai dengan keadaan yang dapat menimbulkan ketakutan. Menjadi sesuatu yang tidak wajar apabila rasa takut itu sering muncul sehingga menghalangi fungsi kepribadian anak secara normal. Mereka yang takut berlebihan, biasanya menampakkan tanda-tanda: mukanya memerah, pupil matanya melebar, menggerak-gerakan otot muka, gelisah, beraktivitas secara berlebihan, menggigit benda-benda yang ada disekitarnya (atau bahkan anggota tubuhnya sendiri), mengompol, l muntah, kehilangan nafsu makan, mengalami gangguan tidur, dan menunjukkan sikap ketergantungan yang berlebihan.58 Sebenarnya ketakutan anak-anak terhadap sesuatu, merupakan hal yang biasa dan wajar, karena diusianya, mereka masih belajar mengenal dunia luar. Ketakutan yang mereka alami merupakan bentuk ketakutan yang beralasan, karena ada objek yang membuat mereka takut. Namun, bila dibiarkan berlanjut ketakutan tersebut dapat berkembang menjadi ketakutan yang tidak lagi rasional atau phobia. Dan itu dapat mengganggu perkembangan emosi anak-anak yang berpengaruh pada masa dewasanya kelak. Dalam sebuah penelitian di amerika dikemukakan bahwa terdapat 1015% anak-anak mengalami phobia, dan terdapat 5% anak-anak tersebut yang mengalami phobia yang ekslusif. Anak-anak dengan phobia yang ekslusif ini akan mengalami ketakutan yang lebih sering terhadap objek phobianya dan ketakutan tersebut tidak bisa hilang dengan mudah dan akan terus berlanjut dalam periode waktu yang lama. Akan tetapi, bila seseorang berinteraksi dengan subjek fobia, hal tersebut bisa menyebabkan fiksasi. Dalam istilah psikologi, fiksasi adalah seseorang menjadi terkunci, karena ketidakmampuan orang yang bersangkutan mengendalikan perasaan takutnya.59 Pola kepribadian dasar seseorang terbentuk pada tahun-tahun pertama kehidupan. Adanya pengalaman-pengalaman kurang menguntungkan yang 58 59 Ibid., h. 22. Ibid., h. 66. li menimpa diri seorang anak pada masa mudanya akan memudahkan timbulnya masalah gangguan penyesuaian diri di kelak kemudian hari. Pada masa sekolah, anak-anak membandingkan dirinya dengan teman-temannya di mana ia mudah sekali dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan ejekan teman. Bila pada masa ini ia sering gagal dan merasa cemas, akan tumbuh rasa tidak percaya diri dan akhirnya timbul phobia sekolah atau phobia sosial. 60 Tidak ada seorangpun yang tahu pasti mengapa sebagian anak memiliki phobia, sedangkan anak yang lain tidak. Hal ini dilihat pada keturunan, bisa berupa ayah, ibu, saudara yang lain yang memiliki phobia. Dan phobia sering terjadi sekali tapi ekstrim penyebab biasanya ada pengalaman traumatik dan phobia bisa terjadi bila dilakukan terus menerus oleh orangtuanya dengan ditakut-takuti jika si anak tidak menuruti perkataan orangtuanya sehingga menimbulkan phobia. Setiap anak merespons perasaan takutnya secara berbeda. Sebagian anak sangat terbuka tentang perasaan takutnya, sedangkan anak lain menunjukkan kegelisahan dan ketakutannya dalam perilaku mereka. Contohnya : menyangkal adanya masalah (ini biasanya terjadi pada anak laki-laki), menjadi atau tampak kebas, bermain dengan lebih agresif, seringkali menciptakan ulang 60 situasi traumatik ketika bermain, Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1989), cet. ke-5, h. 13-14. lii menghindari situasi-situasi baru, mengembangkan gejala tubuh seperti sakit, nyeri, atau gangguan tidur dan nafsu makan.61 Adapun gejala-gejala phobia yang terjadi pada anak menurut WF. Maramis bahwa ketakutan ini dapat mengakibatkan perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, berkeringat, mual, dan panik.62 Sedangkan menurut A. Supratik dalam bukunya “Mengenal Prilaku Abnormal” mengatakan, phobia gejalanya disertai pusing-pusing, sakit perut dan sebagainya.63 3. Sebab-sebab Phobia pada Anak Secara umum anak mengalami ketakutan dan faktor penyebabnya64 sebagai berikut: a. Intelegensi Anak yang terlalu cepat dewasa mempunyai ciri khas rasa takut yang dimiliki oleh anak-anak pada tingkat usia yang lebih tua, dan anak-anak yang terbelakang mentalnya mempunyai ciri khas rasa takut seperti yang dimiliki oleh anak-anak pada tingkat usia yang lebih muda. b. Jenis kelamin Pada semua tingkat usia dan ditinjau sebagai suatu kelompok, anak-anak perempuan memperlihatkan ketakutan lebih banyak 61 James J. Crist, Saat Takut dan Cemas: Apa yang Harus Aku Lakukan, (Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer, 2005), h. 121. 62 W. F. Maramis, Ilmu Kedokteran Jiwa, (Surabaya: Airlangga Press, 1994), cet. ke-4, h. 60. 63 A. Supratik, Mengenal Perilaku Abnormal, (Yogyakarta: Kanisus, 1995), h. 43. 64 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: PT. Graha Aksara Pratama, 1978), edisi ke-6, h. 42. liii dibandingkan dengan anak laki-laki. Di samping itu, ketakutan anakanak perempuan kepada objek tertentu. Seperti ular dan binatang kecil lebih diterima secara sosial. c. Status sosial ekonomi Anak-anak dari keluarga berstatus sosial ekonomi rendah pada semua tingkat usia mempunyai ketakutan yang lebih banyak dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga kelas menengah dan keluarga kelas tinggi. Mereka terutama takut pada kekerasan, yang merupakan hal yang tidak terlalu ditakuti pada anak-anak dari keluarga kelas menengah dan tinggi. d. Kondisi fisik Jika anak-anak dalam keadaan letih, lapar dan kurang sehat, mereka bereaksi dengan ketakutan yang lebih besar dibandingkan dengan dalam keadaan normal, dan mereka lebih mudah takut terhadap berbagai macam situasi yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan rasa takut. e. Hubungan sosial Berada bersama anak lain yang sedang ketakutan juga menimbulkan rasa takut. Jika jumlah individu di dalam kelompok bertambah, maka ketakutan akan dirasakan bersama dan jumlah rasa takut dari setiap anak akan bertambah. f. Urutan kelahiran liv Anak pertama cenderung mempunyai ketakutan yang lebih banyak dibandingkan dengan anak yang lahir kemudian, karena mereka dibayangi sikap orang tua yang terlalu melindungi. Semakin banyak anak yang lebih muda berhubungan dengan kakak mereka semakin banyak ketakutan yang mereka alami. g. Kepribadian Anak yang emosinya tidak tentram cenderung lebih mudah merasa takut dibandingkan dengan anak yang tentram. Anak yang berkepribadian ekstrovert belajar rasa takut lebih banyak dengan cara menirukan orang lain dibandingkan dengan anak berkepribadian introvert. Dan hal ini akan berlanjut jika ketakutan beralih pada phobia dan ada beberapa faktor yang mengakibatkan anak menjadi phobia, antara lain: pernah mengalami traumatis dan shock hebat; pengalaman ini didasari oleh rasa malu dan rasa bersalah di mana pengalaman ini ditekan hingga kedalam alam bawah sadarnya untuk melupakan kejadian-kejadian tersebut; jika mengalami stimulus yang serupa, respon ketakutan itu akan timbul kembali, meskipun pengalaman yang lalu sudah terlupakan.65 65 Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas, (Bandung: Mandar Maju, 1989), cet. ke-6, h. 120. lv BAB III GAMBARAN UMUM TRANZCARE A. Sejarah Berdirinya TranzCare adalah suatu pusat pemberdayaan diri yang langsung ditangani oleh Yan Nurindra, seorang Human Achievement Specialist terkemuka Indonesia. TranzCare secara operasional sudah dirintis berdiri sejak tahun 2005. akan tetapi, baru mulai berjalan sekitar tahun 2007. pada awalnya memang sebagai tempat konsultasi dengan metode hypnosis, kemudian dikembangkan oleh Yan Nurindra selain sebagai tempat konsultasi juga sebagai pelatihan-pelatihan, workshop, seminar, dan lain sebagainya yang berkenaan dengan pengembangan dari hypnosis itu sendiri.66 TranzCare berasal dari kata trance artinya relaksasi yang dalam, dimana ketika memasuki kondisi hypnosis dalam memberikan sugesti positif di alam bawah sadar seseorang harus dalam kondisi trance. Sedangkan, Care artinya penyembuhan. Untuk itu, TranzCare sebagai lembaga yang memberikan pelayanan penyembuhan dengan metode hypnosis melalui trance (relaksasi yang dalam).67 Yan Nurindra merupakan pakar di bidang Neuro Linguistic Programming (NLP), Psychocybernetics, dan Hypnotherapy, serta menaruh minat yang tinggi terhadap Esoterism & Spiritualism sebagai bagian dari metodologi pemberdayaan diri dalam menangani kliennya. Beliau juga 66 67 Sidney Panjiagung, Wawancara Pribadi, Jakarta, 01 Desember 2008. Sidney Panjiagung, Wawancara Pribadi, Jakarta, 01 Desember 2008. lvi merupakan Professional Member dari National Federation of Neuro Linguistic Psychology (NFNLP), National Guild of Hypnotists (NGH), dan International Association of Counsellors & Therapists (IACT), yang berpusat di USA. Yan Nurindra adalah President dari The Indonesian Board of Hypnotherapist (IBH), organisasi Hypnotherapist pertama & terbesar di Indonesia. Melalui TranzCare Life Empowerment Center, beliau memberikan Life Coaching secara pribadi kepada siapapun juga yang membutuhkan bantuan ini. Yan Nurindra berlatar belakang pendidikan Teknik Elektro, dan ECommerce. Sejak belia ia sudah tertarik dengan berbagai hal yang terkait dengan esoterism, spiritualitas, dan pemberdayaan diri.Yan Nurindra bekerja di sektor formal lebih kurang 11 tahun, ia merupakan salah satu ahli Computer Banking Indonesia yang turut berkontribusi terhadap pembangunan Teknologi Informasi di berbagai Bank pemerintah. Yan Nurindra mempelajari hipnotisme sejak belia, tentu saja dimulai dari dunia hipnotis tradisional yang banyak tersebar di berbagai wilayah mistik di Indonesia, mulai dari hipnotis yang melibatkan mantra-mantra, sampai dengan hipnotis yang mempercayai adanya kekuatan magnet di tubuh manusia.68 Pada tahun 90an beliau mulai “mengenal” Western Hypnosis untuk pertama-kalinya, dari seorang pesulap tua yang juga seorang pegawai Bappenas, yaitu Bp. Sam (alm). Pesulap tua ini pernah terkenal pada tahun 60an. Selanjutnya ia banyak belajar dari para guru-guru Western Hypnosis 68 Sidney Panjiagung, Wawancara Pribadi, Jakarta, 01 Desember 2008. lvii Indonesia, antara lain dari seorang dokter dan sekaligus guru besar dari Universitas Indonesia, yaitu Bp. Hukom (alm.). Dengan berbekalkan pengetahuan Western Hypnosis yang sangat sederhana, ia melanjutkan pembelajarannya ke para guru-guru hipnotis di dunia barat, antara lain para Guru yang berasal dari Canada, UK, dan USA.69 Yan Nurindra secara historis merupakan pelopor dari pembelajaran hipnotis moderen dalam format terbuka (public training) Indonesia, jauh sebelum hipnotis dikenal secara meluas seperti pada hari ini.Tahun 2000 2002 beliau memulai pelatihan hipnotisme moderen dengan format tertutup dan terbatas, kemudian pada tahun 2003 memberanikan diri untuk menyelenggarakan pelatihan hipnotis untuk umum dengan publikasi terbuka, dimana untuk pertama kalinya memanfaatkan counter-counter Gramedia di seluruh Jakarta-Raya sebagai media distribusi pelatihannya. Yan Nurindra juga merupakan pelopor dari pelatihan hipnotis cepat, yaitu melalui format Full Day Workshop yang pada awalnya dipandang sebelah mata oleh para pemerhati hipnotisme yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. Dari pelatihan hipnotis cepat inilah banyak lahir para praktisi hipnotis handal Indonesia, baik sebagai Stage Hypnotist, Hypnotherapist, maupun sebagai Trainer, bahkan beberapa diantaranya kini dikenal sebagai pakar hipnotis Indonesia yang telah menerbitkan buku-buku hipnotis Best Seller dalam Bahasa Indonesia. Format Full Day Workshop dari Yan Nurindra telah mengilhami banyak Trainer di Indonesia dan di beberapa 69 Sidney Panjiagung, Wawancara Pribadi, Jakarta, 01 Desember 2008. lviii negara Asean, sehingga saat ini format pelatihan seperti ini telah umum ditemui di wilayah-wilayah tersebut. Di Indonesia ia juga dikenal dengan sebagai instruktur pelatihan hypnosis dan hipnotherapi paling terkemuka yang telah mengajarkan teknik tersebut kepada lebih 6000 orang dari berbagai strata dan profesi, termasuk diantaranya para psikiater, psikolog, dokter, dan berbagai spesialisasi, dan para professional Healer dari berbagai metode penyembuhan. Dan TranzCare adalah lembaga di bawah naungan Corplus EventMedia merupakan badan usaha yang menangani secara resmi untuk manajemen pelatihan dari Yan Nurindra School of Hipnotism dan The Indonesian Board Hipnotherapy (IBH) serta berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta.70 B. Visi dan Misi Visi TranzCare adalah “Life Transformation Center” yang artinya sebagai pusat pemberdayaan diri yang langsung ditangani oleh Pakar Hipnosis. Dan menjadikannya sebagai pusat konsultasi dan terapi dengan pendekatan hypnosis yang professional. Adapun Misi TranzCare adalah sebagai berikut : 1. Menyehatkan secara fisik dan psikologis 2. Membimbing menuju perubahan yang positif 3. Memotivasi pikiran dan membangkitkan keselarasan secara holisitik.71 70 71 Sidney Panjiagung, Wawancara Pribadi, Jakarta, 01 Desember 2008. Sidney Panjiagung, Wawancara Pribadi, Jakarta, 01 Desember 2008. lix C. Sasaran Klien Adapun sasaran TranzCare secara umum adalah semua kalangan kecuali: (1) klien yang berumur di bawah 17 tahun (2) klien yang memiliki gangguan komunikasi, khususnya gangguan di indera pendengaran (3) klien dengan keluhan penyakit fisik non psikosomatis (4) klien yang datang tanpa keinginan dan kesadarannya sendiri. Akan tetapi TranzCare kadang menangani klien anak jika memang di rasa perlu ditangani secara langsung oleh terapis asalkan si anak mampu berkomunikasi. Alasan TranzCare tidak memasukkan anak sebagai sasaran utama karena anak-anak memang lebih baik ditangani oleh orang tuanya secara langsung. Adapun ketika ada klien anak yang membutuhkan metode hypnosis tidak lebih sebagai spesialisasi. Dan TranzCare menyediakan secara langsung tentang pelatihan-pelatihan untuk orang tua dengan metode hipnoparenting dalam menghypnosis anak-anaknya agar menjadi penurut dan patuh.72 D. Program Kerja dan Kegiatan Tranz Care menyediakan layanan program kerja meliputi : 1. Stress Management Relaksasi untuk melepaskan berbagai tekanan, serta teknik pengelolaan emosi agar hidup lebih sehat secara fisik dan psikologis. 72 Sidney Panjiagung, Wawancara Pribadi, Jakarta, 01 Desember 2008. lx 2. Weight Reduction Program (Slimming) Program pelangsingan tubuh secara sehat dan alami, dengan memotivasi pikiran bawah sadar Client, sehingga terjadi perubahan gaya hidup yang secara alami akan menghasilkan penurunan berat badan yang ingin dicapai. Program ini khusus bagi wanita. 3. Anti Aging Program untuk memotivasi pikiran dan membangkitkan keselarasan (Mind, Body, and Soul), sehingga menimbulkan efek anti aging (penundaan ketuaan) secara alami dan memunculkan inner-beauty. Program ini khusus bagi wanita berusia 35 - 45 tahun. 4. Drug Addiction Removal Program untuk melepaskan dari ketergantungan terhadap Narkotika. Untuk sementara hanya melayani mereka yang mengalami ketergantungan terhadap Amphetamin (Sabu-Sabu). 5. Past Life Experience Perjalanan ke kehidupan masa lalu (sebelum kehidupan saat ini), untuk keperluan kontemplasi, atau mencari berbagai akar permasalahan di kehidupan saat ini yang mungkin terkait dengan kehidupan di masa silam tersebut. 6. Prosperity Programming Pemrograman khusus untuk membangkitkan magnet keberlimpahan (kemakmuran) dalam diri. Program ini akan mengaktifkan potensi super- lxi conscious mind (kecerdasan supra) yang dapat membimbing seseorang untuk menarik keberlimpahan dalam kehidupan nyata. 7. General Treatment Berbagai treatment lain untuk berbagai permasalahan yang terkait dengan aspek mental & psikologis, misal : phobia, traumatic, dan lainlain.73 Permasalahan yang ditangani lembaga TranzCare merupakan permasalahan umum bagi semua kalangan. TranzCare selain sebagai tempat konsultasi dan sebagai klinik hipnoterapi juga melakukan kegiatan yang lain yaitu berupa stage hypnosis dalam bentuk workshop dan edutainment show, self hypnosis, Hipnoselling, hypnotherapy, alpha power (pelatihan motivasi), dan lain sebagainya.74 BAB IV 73 74 Sumber data diakses internet dari http://www.tranzcare.com Sidney Panjiagung, Wawancara Pribadi, Jakarta, 01 Desember 2008. lxii TEMUAN DAN ANALISA PENELITIAN A. Identifikasi Klien Anak75 No :I Nama : Dea ( Bukan nama sebenarnya) 5 tahun Masalah : Phobia pergi ke dokter Awalnya dea menolak dan sering melarikan diri tiap kali diminta ibunya untuk menggosok gigi. Ibunya tidak menyangka, mengapa dea tidak mau menggosok gigi. Padahal sebelumnya dea paling rajin menggosok gigi. Ibunya mencoba membujuk dea dengan membelikan sikat gigi baru berwarna biru yang lucu sesuai dengan warna kesukaan dea. Tapi tiap kali disuruh menggosok gigi dea langsung menolak. Sampai akhirnya ibunya tahu kalau dea sakit gigi dan kemudian ibunya membawa dea ke dokter gigi. Akan tetapi, baru selesai daftar dea sudah merengek minta pulang, begitu juga saat dea diperiksa, dea menolak membuka mulutnya bahkan sampai menangis tersedusedu. No : II Nama : Icha (Bukan nama sebenarnya) 7 tahun Masalah : Phobia gelap Setiap malam icha selalu minta sama ibunya untuk menyalakan semua lampu yang ada di rumahnya, bahkan kamar mandi yang digunakan pun harus ada lampunya. Icha tidak mau rumahnya gelap, karena ia sangat takut gelap. 75 Sumber data didapat dari dokomen TranzCare lxiii “kalo gelap icha ga bisa ngapa-ngapain” ujarnya. Makanya setiap mati lampu icha langsung menjerit ketakutan dan menangis. No : III Nama : Lisa (Bukan nama sebenarnya) 4 tahun Masalah : Phobia hantu Tiap ada tayangan film hantu lisa menjerit ketakutan, kadangkadang menutup matanya. Setelah tayangan film selesai, lisa pergi ke kamarnya untuk tidur. Namun, tak lama kemudian lisa berlari sambil menjerit ke kamar orangtuanya. Lisa bilang kalau di lemari bajunya ada hantu yang setiap saat bisa keluar, lalu lisa melihat ada sesuatu yang melambai kearahnya. B. Temuan Penelitian Metode Hipnoterapi pada Penanganan Anak Phobia Pikiran bawah sadar manusia menyimpan misteri yang luar biasa. Banyak hal yang menyangkut manusia bersumber dari berbagai data dan nilai yang tersimpan di pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar tidak saja terkait dengan perilaku dan mental, tetapi lebih jauh lagi pikiran bawah sadar dapat merubah metabolisme, mempercepat penyembuhan, atau bahkan memperburuk suatu kondisi penyakit. Dalam kehidupan riel, manusia berhubungan dengan dunia luar melalui data yang terdiri dari (1). Visual (pandangan) (2). Audio (suara) (3). Kinestetik (rasa) (4). Gustatori (rasa pengecapan) (5). Olfaktori (bau).76 Secara sederhana panca indera adalah kunci pintu masuk alam bawah sadar dalam diri seseorang. 76 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. lxiv Hipnotherapi adalah suatu metode dimana klien dibimbing untuk melakukan relaksasi, setelah kondisi relaksasi dalam ini tercapai maka secara alamiah gerbang pikiran bawah sadar seseorang akan terbuka lebar, sehingga yang bersangkutan cenderung lebih mudah untuk menerima sugesti penyembuhan yang diberikan.77 Selama penelitian, penulis kesulitan bertemu secara langsung dengan Pak Yan Nurindra dikarenakan beliau sedang menjalani tugas di luar kota selama beberapa bulan, namun beliau mempercayakan kepada asisten pribadinya sekaligus sebagai Direktur dan penanggung jawab bernama Sidney Panjiagung untuk memandu penulis dalam penelitian ini. Akan tetapi, semua wawancara yang penulis ajukan kepada beliau disampaikan melalui asisten pribadinya sendiri. Secara konvensional, hipnotherapi dapat diterapkan kepada mereka yang memenuhi persyaratan dasar, yaitu: (1) bersedia dengan sukarela, (2) memiliki kemampuan untuk fokus, (3) memahami komunikasi verbal,78 (4) ada kemauan dan motivasi dari klien.79 Adapun tahapan-tahapan penanganan yang ditangani TranzCare secara umum sebagai berikut: 1. Konsultasi Sebelum treatment program, maka terlebih dahulu dilakukan PraTreatment, berupa konsultasi dan analisa dari permasalahan klien, termasuk beberapa test untuk menentukan apakah metode TranzCare 77 Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, Jakarta, 20 Februari 2009. Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 79 Wawancara Pribadi dengan Sidney panjiagung, Jakarta, 20 Februari 2009. 78 lxv sesuai dan dapat menyelesaikan permasalahan dari klien. Tahap konsultasi ini berlangsung sekitar 30 Menit - 45 Menit. 80 Jika metode TranzCare dianggap tidak sesuai dengan klien maka penanganan dihentikan, sedangkan jika metode TranzCare dianggap sesuai, maka klien akan diberikan rencana program. Program dapat berupa paket atau satuan. 2. Treatment Treatment akan berlangsung dalam bentuk Session, dimana setiap Session akan berkisar 90 Menit - 120 Menit, tergantung dari kasus.81 Pada awalnya memang klien sebelum memasuki kondisi trance melakukan relaksasi terlebih dahulu agar pikirannya menjadi rileks dengan membayangkan hal-hal yang menyenangkan.82 Adapun penjelasan terperincinya dilakukan dengan Pra-induksi, kemudian Induksi, lalu proses Dept Level Test dan sugesti, dan terakhir adalah terminasi.83 Prainduksi84 dimana merupakan suatu proses untuk mempersiapkan suatu situasi dan kondisi yang bersifat kondusif antara seorang Hypnosis dan klien. Agar proses Pra-induksi berlangsung dengan baik, maka sebelumnya terapis harus dapat mengenali aspek-aspek psikologis dari si anak, antara 80 Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjagung, Jakarta, 20 Februari 2009. Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung,, Jakarta, 20 Februari 2009. 82 Sumber data. Pengamatan langsung penulis, Jakarta, 04 November 2008. 83 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera,, Jakarta, 25 Februari 2009. 84 Yan Nurindera, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008 dari http://www.hipnotis.net. 81 lxvi lain : hal yang diminati, hal yang tidak diminati, apa yang diketahui orangtua anak tentang Hypnosis, dan seterusnya. Pra-induksi dapat berupa percakapan ringan, saling berkenalan, serta hal-hal lain yang bersifat mendekatkan seorang terapis secara mental dengan anak. Pra-induksi merupakan tahapan yang bersifat kritis. Seringkali kegagalan proses hypnosis diawali dari proses Pra-induksi yang tidak tepat. Langkah berikutnya adalah Induksi.85 Merupakan kunci utama dalam proses hypnosis, karena proses inilah yang akan membawa si anak dari kondisi beta ke kondisi alpha bahkan teta dengan kondisi sepenuhnya di bawah kendali seorang terapis. Bagian utama dari induksi adalah “kalimat kunci” dari seorang terapis, ketika memerintahkan seorang anak untuk tidur, di mana selanjutnya terapis akan mengambil alih kendali atas bawah sadar si anak. Secara utuh, proses induksi terdiri dari 3 bagian, yaitu: Relaksasi, adalah proses untuk mengurangi keaktifan gelombang otak si anak (High Beta to Low Beta). Induksi ini adalah proses untuk membawa klien ke gelombang otak Alpha, untuk selanjutnya siap disugesti dengan “kalimat kunci”. kemudian deepening dimana klien di bawa ke trance level, yakni tingkat yang lebih dalam ke kondisi gelombang teta. 85 Yan Nurindera, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008 dari http://www.hipnotis.net. lxvii Selanjutnya, sampailah pada proses Dept Level Test.86 Seringkali diistilahkan dengan trance level test atau pengujian tingkat kedalaman tidur hypnosis si anak. Akan tetapi, bagi seorang hipnotis panggung perlu memperoleh seorang klien dengan tingkat kedalaman trance tertentu, minimal tingkat medium trance. Bagi seorang terapis, tingkat kedalaman trance akan berkaitan dengan efektivitas pengaruh sugesti terapi yang akan diberikan kepada anak.87 Depth Level Test dilakukan dengan cara memberikan perintah sederhana yang berlawanan dengan logika kesadaran biasa (Conscious). Jika tingkat kedalaman trance yang dimaksud belum dicapai, maka terapis harus melakukan induksi kembali. Biasanya diikuti dengan sugesti yang bersifat provokatif untuk dapat mencapai tingkat trance yang dalam. Kemudian menginjak pada langkah Sugesti.88 Dimana tahapan inti dari maksud dan tujuan proses hypnosis. Pada tahapan ini seorang terapis mulai dapat memasukkan kalimat-kalimat sugesti ke bawah sadar anak. Setelah itu, menuju tahapan Post Hypnotic Suggestion. Yakni, suatu Sugesti yang bekerja walaupun seorang telah berada dalam kondisi pascahipnosis (normal). Post Hypnotic Suggestion merupakan hal penting yang mendasari proses penyembuhan dalam terapi. 86 Yan Nurindera, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008 dari http://www.hipnotis.net. 87 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 88 Yan Nurindera, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008 dari http://www.hipnotis.net. lxviii Apabila terapis ingin mengendalikan si anak, ia bisa menggunakan simbol bunyi atau tindakan. Inilah yang disebut Anchor, yakni sugesti berupa simbol-simbol yang akan menghasilkan reaksi pemikiran, emosional, atau perilaku tertentu disebut juga dengan Anchor. Inilah yang sering dipraktikan Romy Rafael di televisi atau dikenal dengan istilah proses Programming. Dimana terapis memprogram pemberian sugesti, misalnya “jika kamu melihat kecoa yang kamu takuti, maka kamu dapat menganggap bahwa itu adalah mainan yang menyenangkan…..”89 Tahap paling akhir adalah Terminasi,90 yakni suatu tahapan untuk mengakhiri proses hypnosis. Konsep terminasi adalah agar seorang klien tidak mengalami kejutan psikologis ketika terbangun dari tidur hipnotis. Standar dari proses terminasi adalah membangun sugesti positif yang akan membuat tubuh si anak lebih segar dan relaks, kemudian diikuti dengan regresi beberapa detik untuk membawa klien ke kondisi normal kembali. Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa hypnosis membutuhkan kerjasama yang baik antara si anak dengan terapis.91 Bahkan dapat dikatakan bahwa anak memegang peranan utama. Adapun sebagai tambahan, tahapan-tahapan secara khusus untuk anak dalam proses hipnoterapi92 melalui pendekatan-pendekatan dibawah ini: a. Restrukturisasi kognitif 89 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. Yan Nurindera, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008 dari http://www.hipnotis.net. 91 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 92 A. Kasandravati, “Masalah dengan Hipnoterapi”, artikel diakses pada tanggal 15 juni 2008 dari http://www.nakita.com. 90 lxix Pada proses ini anak dapat mengeksplorasi pikiran, pengalaman, dan berbagai gangguan yang dialami. b. Abreaksi, katarsis, desentisisasi Melalui proses pelepasan emosi, anak diharapkan mampu menyusun kembali formulasi ketegangan, hambatan, dan ketakutannya secara bertahap. c. Modifikasi gejala Anak diajarkan melakukan teknik relaksasi yang dapat mengurangi bahkan menghilangkan gangguan. Dengan demikian anak akan memiliki kontrol bila gangguan tersebut muncul dalam situasi nyata. d. Pendidikan dan rehabilitasi Setelah melalui rangkaian proses tersebut, anak punya keterampilan baru, bahkan konsep percaya diri yang lebih tinggi. Pada dasarnya, teknik hypnosis mempergunakan seni komunikasi verbal dan non verbal yang sangat persuasif, sehingga pada umumnya hipnosis diterapkan kepada mereka yang sudah memahami komunikasi. Oleh karena hypnosis formal hanya efektif untuk anak yang telah berusia minimal sekitar 7-8 tahun.93 Untuk anak-anak balita sebaiknya dipergunakan hypnosis informal atau komunikasi yang berpola hipnotis. Hipnotis informal merupakan teknik komunikasi yang berpola khusus, sehingga tidak secara otomatis setiap orang dapat menguasainya. Dimana teknik ini sangat sederhana untuk “memasukkan” sugesti ke anak 93 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. lxx balita, dan teknik ini relatif dapat dilakukan oleh setiap orang tua (hipnoparenting). Pada bab sebelumnya, penulis sudah memaparkan gelombang otak sebelumnya dimana terdapat 4 wilayah utama gelombang otak, yaitu : beta (kondisi aktif), alpha (kondisi tenang dan fokus), teta (kondisi sangat tenang), dan delta (kondisi tidur). Kondisi hypnosis yang dalam deep trance setara dengan kondisi gelombang teta. Teknik hypnosis adalah seni untuk membawa seseorang dari kondisi aktif (Beta) ke kondisi tenang (alpha & teta). Kondisi teta adalah kondisi dimana pikiran sadar tidak aktif, dan pikiran bawah sadar bersifat mudah menerima saran dan sugesti dari luar. Kondisi delta adalah kondisi dimana pikiran bawah sadar tidak aktif, tetapi pikiran bawah sadar tidak merespon. Berdasarkan penjelasan di atas, maka ketika manusia menjelang tidur, yang terjadi adalah penurunan gelombang otak yang menyebabkan terjadinya perpindahan area, yaitu dari beta, turun ke alpha, kemudian turun lagi ke teta, dan akhirnya memasuki tidur sempurna yaitu delta. Hal ini juga berlaku bagi anak-anak. Berdasarkan prinsip bahwa proses tidur adalah proses perpindahan gelombang otak, maka sugesti dapat dimasukkan ketika gelombang otak diperkirakan sudah mulai menyentuh teta, tetapi belum memasuki delta. Secara praktis, sugesti untuk anak dapat mulai diucapkan ketika anak mulai tertidur, karena tidur diawal ini belumlah tidur sempurna (delta) melainkan suatu kondisi dimana pikiran bawah sadar memiliki sifat paling reseptif (teta). lxxi Walaupun kondisi teta belum merupakan tidur yang sempurna akan tetapi bagi klien anak, tidur ini tetap dirasakan sebagai tidur sempurna, sehingga kemungkinan anak tidak akan mendengarkan sugesti yang diberikan, tetapi sugesti ini justru didengarkan dengan baik oleh pikiran bawah sadar mereka, sehingga berproses kepada perubahan perilaku sesuai dengan yang diinginkan.94 Jika tepat ketika anak baru mulai tertidur atau sudah mulai tidak merespon suara luar, maka terapis dapat mulai mengucapkan kalimatkalimat sugesti, dilakukan sekitar 15 menit secara berkesinambungan. 95 Hal ini penting, karena jika sugesti sempat terhenti beberapa menit, maka anak akan “meluncur” memasuki gelombang delta atau gelombang tidur alamiah. Fenomena ini sebenarnya sudah sering dialami anak dimanapun juga, yaitu mereka mudah mengingat dongeng menjelang tidur, walaupun mungkin ketika dongeng ini baru dibacakan, mereka sudah tertidur dengan pulas.96 Hal ini menunjukkan bahwa dongeng tersebut justru didengarkan oleh pikiran bawah sadar, sehingga menjadi ingatan yang sangat kuat. Berdasarkan pemahaman sederhana di atas, proses hipnotherapi dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, yaitu memberikan sugesti pada saat anak dalam kondisi setengah tidur (alpha-teta). Sugesti yang diberikan adalah sugesti yang kiranya mengarah pada kondisi atau perubahan-perubahan yang diinginkan dari perilaku yang terhambat pada diri si anak. 94 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 96 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 95 lxxii Dengan kesabaran, pengulangan-pengulangan terus-menerus, maka pikiran bawah sadar anak akan mencerna dan selanjutnya akan membentuk nilai baru, bahkan perilaku baru.97 Pikiran bawah sadar mempunyai sifat netral dan cenderung memahami sesuatu yang diulang-ulang. Sebagai informasi tambahan, teknik ini bahkan telah dikembangkan secara lebih baik dengan membuat rekaman suara yang dapat diputar kembali pada saat anak menjelang tidur, sehingga proses menjadi lebih mudah, dan intensitas menjadi lebih tinggi.98 Teknik di atas juga dapat diterapkan pada anak penderita autis, seperti pada beberapa peserta pada kelas pelatihan hipnotherapi yang diadakan Pak Yan Nurindra yakni para orang tua yang memiliki anak penderita autis. Terapi ini adalah sebagai pendamping (supplementary) disamping metode medis yang tetap harus diberikan.99 Hipnoterapi efektif untuk anak-anak yang sudah mampu berpikir abstrak, yaitu berusia 10-11 tahun. Namun tidak tertutup kemungkinan diterapkan pada anak-anak usia di bawahnya asalkan sudah mampu berpikir abstrak.100 Kemampuan ini menjadi syarat penting karena tanpa kemampuan berpikir abstrak, terapi ini tidak bisa dijalankan. Hipnoterapi menekankan peran aktif anak untuk menjelajah pikiran, perasaan, dan perbuatannya dalam sebuah proses internal dengan menampilkan imajinasi bebas terhadap dirinya. Proses ini ditujukan untuk memperoleh pencerahan dan pemahaman. Dua hal ini sangat berperan 97 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 99 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 100 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 98 lxxiii dalam upaya modifikasi perilaku secara langsung, termasuk perhatian untuk menghilangkan atau mengalihkan gangguan.101 Pada dasarnya, Yan Nurindra ketika memberikan hipnoterapi pada anak yang pernah beliau tangani, tekniknya sama saja dengan hipnoterapi pada orang dewasa hanya perbedaannya pada teknik pra-induksi dan waktu yang dibutuhkan seperti yang sudah penulis paparkan. 102 Akan tetapi jika dirasa perlu, ada beberapa teknik khusus sebagai tambahan jikalau teknik di atas tidak berhasil atau si anak sulit untuk memasuki kondisi trance. Sebagai gambaran, berikut teknik tambahan103 yang digunakan dalam proses hipnoterapi untuk anak: a. Teknik arm-weight Anak diminta untuk menutup mata dan mengulurkan tangannya sejauh mungkin di depan tubuh. Kemudian membayangkan dirinya sedang memegang sebuah tas yang berisi dua buah batu bata, dan tangan satunya diikat dengan balon berwarna cerah yang diisi helium. Bila dalam tas itu ditambahkan dua buah batu bata, maka beratnya menjadi bertambah sehingga terasa berat dan tangannya terkulai ke bawah. Setelah itu, anak diminta untuk konsentrasi lagi dan mengibaskan kedua tangannya sehingga balon maupun tas yang berisi batu bata terlepas. b. Teknik hand sculpture 101 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, Jakarta, 20 Februari 2009. 103 A. Kasandravati, “Masalah dengan Hipnoterapi”, artikel diakses pada 15 Juni 2008 dari http://www.nakita.com 102 lxxiv Anak diminta berkonsentrasi dan mengulurkan kedua tangan di pangkuan sehingga jari-jemarinya bertaut dengan membayangkan sedang memandang sesuatu yang indah. Semakin indah, semakin erat jari-jemarinya bertaut sehingga sulit dilepaskan. Setelah itu, lemaskan otot dan biarkan jari-jemari terlepas, namun kenangan indah tersebut tetap ada. c. Teknik umbrella Anak diminta membayangkan seolah-olah sedang berjalan di bawah hujan lebat sambil membawa payung. Semakin keras angin menerpa, payung makin terangkat ke atas, bahkan tubuhnya pun ikut terangkat. Setelah itu biarkan payung lepas dan anak diminta membuka matanya kembali. d. Teknik sway Terapis berusaha membuat efek bandul dengan cara menggerakkan tubuh anak ke kiri-kanan, depan-belakang. Untuk memasukkan sugesti pada anak, ada beberapa kriteria dalam mengucapkan kata-kata,104 yakni: 1) Kata-kata dan kalimatnya konkret, sederhana dan jelas maksudnya. 2) Bahasanya yang mudah dipahami. 3) Disertai ekspresi positif sekaligus menghindari ekspresi negatif. 4) Sedapat mungkin hindari kata "coba". 5) Mengintegrasikan saran dengan tanda-tanda tertentu. 6) Mengaitkan respons yang diinginkan dengan akibat positif. 104 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. lxxv 7) Menggunakan sugesti langsung dan tidak langsung. 8) Mengulang-ulang sugesti yang ingin dimasukkan. 9) Mengidentifikasikan "tanda" untuk status kesadaran hipnotik. 10) Menggunakan imajinasi atau pengalaman. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan mengenai pelaksanaan metode hipnoterapi bahwa dalam memilih cara untuk menangani phobia pada anak, selalu harus dibedakan antara phobia yang biasa, yang mudah hilang dengan suatu cara penanganan, dengan phobia yang lebih ruwet dan majemuk karena merupakan suatu penyaluran dari pertentanganpertentangan di dalam dirinya. Dalam hal ini keadaan sekolah dan lingkungan keluarga anak perlu diteliti dan diikutsertakan dalam usaha untuk menghilangkan phobia itu. Mungkin sekali lingkungan sekolah ataupun keluarga telah turut mengambil bagian dalam terbentuknya rasa phobia tersebut. Hal ini yang diperlukan dalam latar belakang si anak atau pra-induksi dalam proses hipnoterapi pada anak. Menghilangkan suatu phobia pada anak dalam proses hipnoterapi diawali dengan menghubungkan peristiwa yang menimbulkan phobia itu dengan sesuatu hal yang menyenangkan anak. Dengan harapan bahwa perasaan senang terhadap hal satunya akan menutupi peristiwa yang membangkitkan phobianya. Dengan memberi kesempatan kepada anak supaya berkenalan terlebih dahulu (tahap induksi) dengan peristiwa yang menakutkan secara tahap demi tahap diperlihatkan kepada anak. Lalu kemudian diberikan lxxvi dengan tahapan-tahapan hipnoterapi yakni pemberian sugesti sampai dengan terminasi. 105 Setelah itu, apabila anak sudah mengerti hubungan antara phobia dan suatu kejadian yang menimbulkan ketakutan itu, maka anak boleh diajak mengalami kembali kejadian yang semulanya telah membangkitkan rasa takut anak. Misalnya anak yang pernah tergelincir di kamar mandi karena licin, sehingga phobia untuk mandi di kamar mandi tersebut. Peristiwa tersebut harus persiapkan dengan baik, supaya anak tidak lagi merasakan peristiwa yang mirip keadaan yang dulu dialami. Pada dasarnya anak harus dapat merasakan perasaan aman dan tenteram, yang didapatkan dari sikap orang dewasa atau terapis yang mengajak anak tersebut dengan sikap yang tenang, aman dan meyakinkan. Anak mengulangi beberapa kali terjadi peristiwa tersebut atau memasuki keadaan yang telah membangkitkan phobia dengan didampingi terapis yang memberikan perasaan aman tenteram, sampai ia dapat mengalaminya tanpa perasaan tergoncang. Setelah proses terapi selesai, orang tua kemudian biasanya diberikan edukasi berupa teknik-teknik terapi hypnosis tertentu yang nantinya dipergunakan untuk membantu pasca hipnoterapi agar phobia yang dialami anak benar-benar bisa dihilangkan.106 C. Faktor Pendukung dan Penghambat Metode Hipnoterapi Penanganan Anak Phobia 105 106 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. lxxvii Pada Menurut Pak Yan, selama si anak bisa berkomunikasi dengan baik dan bisa untuk fokus serta tidak ada hambatan dalam bahasa, maka terapi akan berjalan dengan lancar. Akan tetapi, permasalahan utama adalah terkadang anak memiliki ketidakmampuan untuk fokus dalam waktu tertentu saat proses hipnotherapi, sehingga terapis mengalami kesulitan untuk membimbing anak yang mengalami phobia untuk memasuki relaksasi atau imajinasi.107 Pada hipnotherapi hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik khusus seperti sesuatu yang disukai si anak berupa dongeng ataupun bermain sehingga anak merasa lelah dan kemudian tertidur dimana dapat membuka gerbang bawah sadar si anak, akan tetapi tetap saja membutuhkan waktu yang sangat lama, dan dibutuhkan pengulangan-pengulangan, serta penanganan yang penuh kesabaran.108 Sebaliknya, keberhasilan tidak lepas dari faktor si anak yakni ketika si anak bisa berkomunikasi dengan terapis maka alam bawah sadarnya bisa disentuh dengan sugesti yang positif. 109 Keberhasilan praktik hipnoterapi adalah ketika klien sudah berada pada situasi deep trance. Namun, untuk mencapat tingkat ini, ada faktor yang mempengaruhinya. Yakni, kondisi psikologis (Kejiwaan) klien, tingkat keaktifan berpikir klien, suasana dan kondisi lingkungan, ketrampilan seorang hypnotist, waktu, serta tingkat kepercayaan klien terhadap seorang hypnotist. 107 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 109 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 108 lxxviii dan jika salah satu faktor tidak lengkap kemungkinan proses hipnoterapi tidak akan berjalan dengan lancar dan berhasil. 110 Ada beberapa kunci keefektifan dari hipnoterapi. Pertama, terapis.111 Banyak orang yang mengaku hipnoterapis ternyata hanya menguasai teknik terapi posthypnotic suggestion and imagery. Teknik ini yang digunakan oleh stage hypnotist (hipnosis panggung) dalam melakukan pertunjukan. Mungkin mereka, para hipnoterapis ini, merasa bahwa kalau dengan sugesti saja bisa membuat subjek hypnosis melakukan apa yang disugestikan, misalnya tidak bisa jalan, lupa nama, kehilangan suatu angka, bahkan sampai mengalami halusinasi, maka prinsip yang sama bisa diterapkan untuk menerapi klien yang bermasalah. Terapi dengan sugesti bukannya tidak ampuh. Teknik ini tetap sangat ampuh namun harus memperhatikan kondisi klien. Kasus ringan misalnya berhenti merokok, kurang percaya diri, kebiasaan menggigit jari, meningkatkan prestasi akademik, atau kecemasan ringan bisa sangat terbantu dengan menggunakan sugesti.112 Namun kalau untuk kasus berat seperti trauma akibat pelecehan seksual, konflik diri, perasaan dendam, kebencian yang hebat pada seseorang, penolakan diri akibat kehamilan yang tidak diinginkan, proses pendidikan yang salah, atau pengalaman traumatik lainnya yang berisi muatan emosi 110 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 112 Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, 20 Februari 2009. 111 lxxix negatif yang tinggi, maka harus digunakan teknik terapi yang lebih maju dari yang lain.113 Satu hal lagi yang cukup memprihatinkan adalah banyak orang yang hanya dengan membaca buku hipnosis atau hipnoterapi, atau mengikuti kursus hipnoterapi singkat, singkat maksudnya hanya dalam beberapa hari, setelah itu berani praktik, terima klien, dan yang lebih hebat lagi berani buka klinik hipnoterapi dan tidak punya sertifikasi.114 Dari pernyataan di atas, penulis menyarankan perlu hati-hati dan selektif untuk memilih hipnoterapis. Mengapa? Karena yang diotak-atik adalah pikiran. Kalau salah penanganan maka bisa sangat berbahaya. Dan diusahakan terapis yang menangani langsung hipnoterapi ini adalah terapis yang berlisensi. Kedua, Klien.115 Saat klien mendaftar, mereka akan ditanya mengenai keluhan masing-masing. Lalu, pada sesi awal, klien akan berbincang-bincang singkat dengan hipnoterapis yang menanganinya. Dengan demikian terapis akan mengetahui pola pikir klien, sekaligus merasakan adanya chemistry dan koneksi serta mengetahui latar belakang permasalahan klien. Menurut Mukti, umumnya hipnosis gagal dilakukan kepada orang yang tak bisa menyugesti dirinya sendiri. Pasalnya, dasar hipnosis adalah sugesti diri. Selain itu, menurut Nugroho, hypnosis tidak akan memberikan hasil instan bak sulap. Dibutuhkan waktu juga kemauan si klien untuk berubah. Dan 113 Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, 20 Februari 2009. Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, 20 Februari 2009. 115 Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, Jakarta, 20 Februari 2009. 114 lxxx menurut Yan Nurindra hypnosis akan mengalami kegagalan jika dalam proses pra-induksi tidak tepat.116 Karena itu, proses wawancara sebelum sesi hypnosis penting untuk dilakukan. Perlu diketahui motivasi klien, dengan hipnosis bisa dilakukan jika klien mau melakukannya, bukan karena paksaan dari orang lain. D. Kelebihan dan Kelemahan Metode Hipnoterapi Menurut Pak Yan, hipnoterapi ini sangat efektif dan efisien dalam proses penyembuhan jika penggunaannya tepat pada klien yang membutuhkannya.117 Seperti diketahui bahwa dalam hypnosis akan menyentuh alam bawah sadar yang 88% melingkupi kehidupan seseorang (yang 12% adalah pikiran sadar), maka terapi ini akan mampu lebih banyak untuk mengubah perilaku anak sehingga menjadi lebih baik. Dan metode ini tidak menggunakan obat-obatan tertentu yang secara tidak langsung mungkin akan menyebabkan efek samping yang tidak dikehendaki. 118 Hal ini terlihat pada pernyataan klien119 yang datang ke TranzCare di bawah ini: “Selama 10 tahun terakhir ini saya mengalami ketergantungan obat penenang untuk membantu saya tidur ! Dan semakin lama, dosis yang diberikan dokter semakin besar. Setelah menjalani treatment di TranzCare sebanyak 6 sesi, saat ini saya total terbebas dari obat-obatan itu, dan tidur saya justru menjadi sangat nyenyak alami ! Amazing !” Ny.Sally Pengusaha,Manado 116 Irawati Diah Astuti wartawan Suara Pembaharuan, “Hipnotis bukan Sulap”, artikel diakses pada 02 April 2008 dari http://www.hipnotis.net. 117 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 118 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 119 Sumber data diperoleh dari dokumen lembaga TranzCare. lxxxi “Beberapa tahun silam saya mengalami kecelakaan di tempat pekerjaan, sehingga menimbulkan kecemasan luar biasa jika saya tengah berada di offshore-rig. Hal ini tentu saja sangat mengganggu dan mengancam karier saya. Ketika suatu kesempatan saya pulang ke Indonesia saya mengunjungi TranzCare dan langsung memperoleh treatment dari Bp. Yan Nurindra sebanyak 2 sesi. Saat ini saya benar-benar sudah terbebas dari traumatik dan phobia tersebut dan dapat bekerja sangat nyaman seperti sebelumnya.” Irfan Rosyidi Drilling Engineer, UEA “Saya memiliki masalah dengan berat badan, dan sejak 3 tahun yang lalu saya telah mencoba berbagai metode, dan tidak ada satupun yang efektif, walaupun untuk itu saya sudah menghabiskan biaya belasan juta rupiah. Setelah menjalani sekitar 6 kali treatment di TranzCare, terjadi perubahan gaya hidup yang luar biasa, karena saya dapat mengontrol pola makan dengan sangat mudah dan nyaman, dan saya menjadi sangat aktif ke fitness center. Saat ini berat badan saya benar-benar mengalami penurunan bertahap secara alami dan nyaman.” Winda Sekretaris, Jakarta “Saya sangat tersiksa karena saya benar-benar tidak pede jika harus tampil di depan umum, di sisi lain pekerjaan saya justru menuntut saya untuk sering melakukan presentasi. Setelah menjalani treatment sebanyak 3 sesi di TranzCare, saat ini saya justru "kecanduan" untuk selalu tampil di depan umum, dan tentu saja ini sangat membantu karir saya sebagai seorang Product Manager.” Tari Marketing Perusahaan Multinasional, Jakarta Adapun sesi terapi yang dilakukan TranzCare dari 4 kali-10 kali sesi terapi dan kadang ada klien yang datang tiap minggunya tergantung dari jenis permasalahan yang dihadapi klien sampai klien benar-benar sembuh.120 Setiap sesi terapi adalah proses yang unik. Dinamikanya selalu berbeda. Keberhasilan suatu terapi, dalam hal ini bergantung pada dua faktor yaitu klien dan terapis121. 120 121 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, Jakarta, 20 Februari 2009. lxxxii Terapi bisa saja tidak berhasil bila ternyata teknik yang digunakan tidak sesuai. Hipnoterapi ini tidak hanya menggunakan satu teknik saja, melainkan beberapa teknik yang sesuai dengan kondisi klien. Dengan kata lain, hipnoterapi ini istilahnya client centered bukan therapist centered. Secara teknis, dalam hipnoterapi, ada empat teknik dasar terapi: posthypnotic suggestion and imagery atau sugesti pascahipnosis dan imajinasi, discovering the root cause atau menemukan akar masalah, release atau melepas emosi negatif yang melekat pada pengalaman traumatik.122 Dari keempat teknik dasar ini yang digunakan oleh terapis adalah teknik posthypnotic suggestion. Dilakukan dengan cara klien diminta melakukan relaksasi dan setelah dirasa cukup rileks terapis akan menyugesti klien. Sugestinya berisi pesan-pesan untuk pikiran bawah sadar yang bila pesan ini diterima dan dilaksanakan oleh pikiran bawah sadar maka klien akan mengalami perubahan positif. Ada beberapa kemungkinan proses hipnoterapi tidak efektif. Pertama, level kedalaman trance yang tidak sesuai. Klien tidak bisa masuk ke kedalaman trance yang diinginkan karena hipnoterapis tidak memperhatikan tipe sugestibilitas klien. Kedua, teknik deepening tidak tepat. Ketiga, sugesti yang diberikan tidak melihat kepribadian klien, apakah bisa diberikan sugesti 122 Ida Farida wartawan Suara Harian Rakyat, “Masuk ke Alam Bawah Sadar, Atasi Masalah Psikosomatik”, diakses pada 09 April 2008 dari http://www.hipnotis.net lxxxiii secara langsung. Keempat, kasus yang dialami klien masuk kategori “berat”. 123 Jika dengan teknik posthypnotic suggestion and imagery tidak berhasil maka seharusnya bisa digunakan teknik berikutnya yakni menemukan akar masalah yang dilanjutkan dengan teknik pelepasan dan pengulangan.124 Masalah atau hambatan hidup yang dialami oleh klien, dan ini tampak dalam perilakunya, sebenarnya hanya merupakan simtom (gejala). Untuk membereskan simtom maka terapis harus bisa menemukan akar masalah. Nah, untuk bisa menemukan akar masalah harus digunakan teknik terapi lain, tidak bisa sekadar menggunakan sugesti. Seringkali yang terjadi adalah setelah mendapat sugesti klien merasa masalahnya telah selesai. Namun selang beberapa saat masalah yang sama akan muncul lagi. Hal ini mengindikasikan bahwa akar masalah yang sesungguhnya belum tertangani. Yang lebih sulit lagi adalah bila sampai terjadi double symptom. Artinya, simtom yang tampak ternyata merupakan simtom dari suatu simtom dari suatu akar masalah. Nah, kalau sudah begini kondisinya maka teknik sugesti dijamin tidak akan bisa efektif. Dan menemukan akar masalah itu caranya bisa macam-macam. Bisa mengunakan teknik ideomotor response, regression, desensitization, gestalt 123 124 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. lxxxiv therapy, relaxation, mimpi, dan masih banyak lagi teknik lainnya yang bisa digunakan sesuai kebutuhan.125 Adapun kelemahan dari metode hipnoterapi ini adalah hipnoterapi masih dipandang sebelah mata, hal ini terlihat dari persepsi masyarakat yang menilai bahwa hypnosis itu merupakan sesuatu hal yang magic, ilmu hitam, dan ghaib. Padahal, hypnosis ini memang sudah diuji secara ilmiah yaitu penerapan terapi dengan alam bawah sadar manusia dengan pemberian sugesti secara positif.126 Dan ada beberapa pendapat yang menjadi titik kelemahan dari hipnoterapi pada anak mengenai persepsi orang tua yang salah127 yakni: a. Dilakukan sejak bayi Pendapat yang menyebutkan bahwa hipnoterapi bisa dilakukan sejak bayi tidaklah benar. Untuk menjalani terapi ini dibutuhkan kemampuan berpikir abstrak yang belum dikuasai bayi dan balita. Sugesti mungkin saja dilakukan, misalnya orang tua berusaha menenangkan anaknya yang sedang menangis karena terjatuh dengan menciumnya. Bisa saja dalam bayangan anak, kalau orang tua sudah menciumnya, sakitnya akan sembuh. Ini adalah sugesti dan bukan hipnoterapi. b. Rentan dikuasai orang lain Banyak orang tua yang khawatir menjalani terapi ini karena beranggapan anak yang sedang pada kondisi hipnosis akan mudah 125 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiangung, Jakarta, 20 Februari 2009. 127 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 126 lxxxv dikuasai orang lain. Ini juga kurang tepat, sebab dalam proses hipnosis, anak tetap mampu melakukan proses penilaian, membuat keputusan, mengarahkan tingkah lakunya sendiri dan sebagainya. Pemahaman itu sedikit banyak dipicu oleh tontonan teve yang menggambarkan kemampuan seseorang menghipnotis orang lain sehingga menuruti keinginannya. c. Khawatir tidak bisa "bangun" lagi Banyak orang tua cemas kalau-kalau anaknya tidak bisa "bangun" lagi dari proses hipnosis. Ini tidak benar. Sebab selama proses itu berlangsung, hakikatnya anak tetap dalam kondisi sadar. Ia tetap bisa mengarahkan dirinya sendiri untuk keluar dari fase ini meskipun ditinggal oleh terapisnya atau bahkan dalam keadaan pingsan. d. Bisa dilakukan pada semua orang Pemahaman ini juga kurang tepat karena hipnosis tidak bisa dilakukan pada semua anak. Anak penyandang autisme atau hiperaktif, tentu sulit sekali untuk diminta konsentrasi dan menjalankan apa yang diperintahkan oleh terapisnya. lxxxvi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan, serta uraian pada bab-bab sebelumnya akhirnya penulis dapat membuat kesimpulan bahwa: 1. Pelaksanaan hipnoterapi dengan pra-induksi terlebih dahulu berupa konsultasi dan tanya jawab pada anak melalui pengenalan mengenai aspek psikologis pada anak; lalu induksi dimana prosesnya si anak dibuat rileks dari beta, alpha, dan teta hingga masuk ke trance yang lebih dalam; selanjutnya dept level test dimana si anak diuji tingkat kedalaman trance apakah si anak benar-benar dalam keadaan rileks; berikutnya pemberian kalimat sugesti positif dimana inilah inti dari proses terapi; dan terakhir terminasi yakni si anak kembali ke kondisi normal dan tidak mengalami kejutan secara psikologis. 2. Faktor pendukung metode hipnoterapi adalah dengan syarat si anak mampu berkomunikasi tanpa ada hambatan bahasa dan mampu untuk fokus dalam menjalani sesi terapi serta ada kemauan dan motivasi dari si anak dan faktor penghambatnya adalah sebaliknya. 3. Kelebihan dari metode hipnoterapi adalah metode ini efektif dan efisien, hal ini dilihat dari tidak menggunakan obat-obatan yang dapat menyebabkan efek samping, akan tetapi perlu dilihat bahwa metode ini hanya sebagai alat bantu jika metode tidak tepat maka digunakan metode lxxxvii terapi yang lain. Adapun kelemahannya adalah metode ini masih dipandang sebelah mata, karena masyarakat cenderung menyamakan hypnosis dengan praktek gendam. B. Saran Sehubungan dengan keterbatasan hasil penelitian ini, serta setelah diketahuinya proses dan hasil pelaksanaan metode hipnoterapi, maka ada beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis, yaitu: 1. Untuk lembaga TranzCare perlu adanya pengembangan dan perluasan mengenai metode hipnoterapi ini agar masyarakat tidak salah menilai mengenai praktik hypnosis. 2. Untuk para orang tua diharapkan metode hypnosis ini bisa membantu menangani masalah anaknya terutama yang mengalami phobia. lxxxviii DAFTAR PUSTAKA Abdul Hafidz, Muhammad Nur. Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung: Al-Bayan, 1999, cet. Ke-4. A. Kasandravati, “Masalah dengan Hipnoterapi”, artikel diakses pada tanggal 15 juni 2008 dari http://www.nakita.com. A. Supratik, Mengenal Perilaku Abnormal, Yogyakarta: Kanisus, 1995. Aziz Ahyadi, H. Abdul. Psikologi Agama, Bandung: PT. Sinar Bintang, 1991. Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1999), cet. Ke-2. Burhan, Arif. Pengantar Metode Kualitatif, Surabaya: Usaha nasional, 1992. Crist, James J. Saat Takut dan Cemas: Apa yang Harus Aku Lakukan, Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer, 2005. Daradjat, Zakiah. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 2001, cet. Ke-16. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Gema Risalah Press, 1989. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Cet. Ke-3. Diah Astuti, Irawati. wartawan Suara Pembaharuan, “Hipnotis bukan Sulap”, artikel diakses pada 02 April 2008 dari http://www.hipnotis.net. Diana, Karen, dkk. Mendampingi Anak Menghadapi Rasa Takut, Yogyakarta: Kanisius, 2008, cet. Ke-5. Echol, Jhon M dan Shadily, Hassan. Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003, Cet. Ke-27. Farida, Ida. wartawan Suara Harian Rakyat, “Masuk ke Alam Bawah Sadar, Atasi Masalah Psikosomatik”, diakses pada 09 April 2008 dari http://www.hipnotis.net Gunarsa, Singgih D. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1989, cet. Ke-5. lxxxix Gunawan, Adi W. Hypnosis: The Art of Subconscious Comunication, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007, Cet. Ke-5. _______________. Hipnoterapy: The Art Subconscious Restructuring, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007,cet. Ke-2. Hadi, Sutrisno. Metodologi Penelitian Research 11, Yogya: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1984. Hakim, Thursan. Mengatasi Gangguan Mental dan Fisik, Jakarta: Puspa Swara, 2005, Cet. Ke-2. Hawari, Dadang. Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan JIwa, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yoso,1997, cet. Ke-3. Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak, Jakarta: PT. Graha Aksara Pratama, 1978, edisi ke-6. Kartono, Kartini. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas, Bandung: Mandar Maju, 1989, cet. Ke-6. Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia, 1993. La Kahija, YF. Hipnoterapi : Prinsip-prinsip Dasar Praktik Psikoterapi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007, Cet. Ke-1. Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara, 2002, cet. Ke-2. Maramis, WF. Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya: Airlangga Press, 1994, cet. Ke-4. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1998, Cet. Ke-6. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999, cet.X. Mustaqim dan Wahib, Abdul.Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Nugroho, NSK. Transformasi Diri: Memberdayakan Diri Melalui Hipnoterapy, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008. Nurindera, Yan. melalui Asisten Pribadinya, Wawancara Pribadi, Jakarta, 04 November 2008. _____________. “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008 dari http://www.hipnotis.net. xc _____________. “Sugesti”, http://www.hipnotis.net. diakses tanggal 01 April 2008 dari Panjiagung, Sidney. Wawancara Pribadi, Jakarta, 01 Desember 2008. Pasiak, Taufiq. Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains dan Al-Qur’an, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2002), Cet. Ke-3. Poerwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1984. Professional Centre for Stress-Depression & Schizophrenia, “Hipnoterapi: Mitra Sejati Menuju Kehidupan Berkualitas”, diakses Tgl. 22 Maret 2008 dari http://www.dharmawangsa.Org. Purwandani, Kristi. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Prilaku Manusia, Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, 1999, cet. Ke-6. Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES, 1999. Sumber data diakses internet dari http://www.tranzcare.com Sumber data diperoleh dari dokumen lembaga TranzCare. Yudono, Jodhi. dalam Harian Kompas, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis”, diakses tanggal 02 April 2008, dari http://www.hipnotis.net. Yudawan, Larry, “Memberdayakan Energi bawah Sadar.” Koran Jakarta, 30 Mei 2008. h. 22. Zulkifli L., Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, cet. Ke-3. xci Hasil Wawancara Nama : Sidney Panjiagung Jabatan : Direktur, Penanggung Jawab sekaligus asisten Pribadi Pak Yan Nurindera Tempat : Di Kantor TranzCare Waktu Wawancara : 01 Desember 2008, jam 03.15 WIB. 1. Sejak kapan TranzCare terbentuk? Jawaban: Secara operasional TranzCare emang udah dirintis sekitar taun 2005 lah, tapi kalo aktifnya yah belom lama sih sekitar awal-awal taun 2007 gitu. 2. Kenapa diberi nama TranzCare? Jawaban: kalo Tranz itu asal katanya dari kata Trance istilah hypnosisnya itu,,relaksasi yang dalam, truz kalo Care itu kan penyembuhan. Jadi, TranzCare itu yah mba bisa gabunginlah dari 2 kata itu. 3. Bisa anda ceritakan latar belakang dari Pak Yan Nurindera? Jawaban: seinget saya si beliau tuh pernah belajar pendidikan Teknik Elektro. Waktu kecil beliau emang udah seneng sama hal-hal kaya esoterism, spiritualitas, dan pemberdayaan diri. Kalo ga salah beliau pernah bekerja di sektor formal kurang lebih 11 tahun, truz juga beliau pernah kerja di bagian Computer Banking Indonesia di bagian Teknologi Informasi di sektor-sektor Bank pemerintah gitu. Kalo soal hipnotis emm,,,waktu hipnotis masih bentuknya tradisional kaya yang berbau xcii mistis gitu, dari mulai bentuknya kaya mantra-mantra, sampe beliau percaya adanya kekuatan magnet di tubuh manusia. Nah taun 90an barulah beliau kenal sama yang namanya hipnotis modern, belajarnya itu lewat seorang pesulap tua kalo ga salah si dulu tuh Bp. Sam (alm.) pensiun pegawai Bappenas, dia tuh pernah terkenal lho taun 60an. Dari Bp. Sam inilah beliau kenal sama yang namanya Bp. Hukom, dia ini dokter sekaligus guru besar di UI lho! Selanjutnya, beliau melanjutkan pembelajarannya ke para guru-guru hipnotis yang berasal dari Canada, UK, dan USA. Dan baru setelah itu beliau mulai mempraktekkan ilmunya hingga sekarang. 4. Siapa yang menjadi pengurus di TranzCare? Jawaban: yang menangani langsung teknik hipnoterapi ini,,yah, Pak Yan sendiri tapi emang harus ada perjanjian lebih dulu ma beliau. 5. Siapa yang menjadi sasaran klien di TranzCare? Jawaban: kalo sasaran kliennya si emang semua kalangan, tapi disini kami targetin. Kami tidak terima, pertama klien itu berumur di bawah 17 tahun, truz klien yang punya gangguan komunikasi, khususnya gangguan di indera pendengaran, truz klien yang keluhan penyakit fisik non psikosomatis, dan terakhir klien yang datang tanpa kemauannya sendiri. 6. Apakah TranzCare juga terima klien anak?Alasannya! Jawaban: kadang-kadang pak yan emang terima klien anak, kalo itu diperluin dan ditangani langsung ma beliau. Yang penting si anak tuh bisa komunikasi. xciii Alasan kenapa TranzCare ga masukin sasaran klien yang utama,,yah,, karena anak-anak tuh emang lebih baik dan lebih bagus ditangani langsung sama orang tuanya. Kalopun emang ada klien anak yang membutuhkan metode hypnosis ini tidak lebih cuma sebagai spesialisasi aja. Karena memang, TranzCare juga sediakan pelatihan-pelatihan buat orang tua. 6. Program atau kegiatan apa saja yang ada di TranzCare? Jawaban: disini selain buat tempat praktek Pak Yan,, kami juga ngadain pelatihanpelatihan kaya workshop dan show-show gitu, bentuknya tuh ada yang hypnosis diri,,biasanya itu pelatihan motivasi biar semangat kerja…pokoknya banyak deh, mba bisa liat di website kami, disitu ada banyak kegiatannya koq. kalo programnya mbak bisa liat di www.tranzcare.com. 7. Apa visi dan misi TranzCare? Jawaban: waduh, soal visi ya,,,lembaga ini emang terbilang masih baru.jadi kalo soal visi mungkin mba bisa liat logo kami kali ya…hehe itu judulnya “Life Transformation Center” artinya,,emm..pokoknya yang berhubungan dengan pusat pemberdayaan diri gitu… Kalo misi kami,,intinya yah yang baik-baiklah kaya buat kesehatan baik fisik maupun psikologis, truz mengarahkan menuju perubahan yang positif, dan terakhir yang pasti memberikan motivasi pikiran dan ada keseimbangannya..pokoknya intinya yang baik-baik aja. 8. Apa fungsi dan tujuan TranzCare? xciv Jawaban: Yah itu tadi,, selain tempat konsultasi juga tempat buat pelatihanpelatihan hypnosis yang secara langsung ditangani oleh Pak Yan Nurindera. 9. Dalam struktur organisasi Tranz Care ada diwilayah apa? Jawaban: TranzCare itu adanya di bawah naungan lembaga Corplus EventMedia truz kerjasama dengan School of Hipnotism dan The Indonesian Board Hipnotherapy (IBH) yang didiriin sama Pak Yan pusatnya itu di Jakarta. Interviewer Sidney Panjagung xcv Hasil Wawancara Nama : Sidney Panjiagung Jabatan : Direktur dan Penanggung Jawab sekaligus asisten Pak Yan Nurindera Tempat : Kantor TranzCare Waktu wawancara : tanggal 20 Februari 2009, jam 15.10 WIB 1. Apa yang anda tahu tentang hipnoterapi? Jawaban : hipnoterapi itu…apa ya…yah,itu,, salah satu bentuk hipnotis untuk proses penyembuhan. Kayak, buat motivasi kerja, phobia, hypnosis parenting, gangguan-gangguan mental gitu.. 2. Bagaimana bentuk pelaksanaan hipnoterapi di TranzCare? Jawaban : biasanya sebelum konsultasi sama Pak Yan, dilakukan Pra-Treatment dulu,,itu dilakukan buat analisa dari permasalahan klien, kita biasanya ngasih beberapa test untuk menentukan apakah metode TranzCare apa ga. Truz tahap konsultasi ini berlangsung sekitar kurang lebih 30 Menit - 45 Menitan. Jika metode TranzCare ga sesuai dengan klien maka penanganan dihentikan, tapi kalo metode TranzCare dianggap sesuai, maka klien akan diberikan rencana program. Kemudian treatment itu bentuknya Session, dimana setiap Session akan berkisar yah,,90 Menit - 120 Menitlah, tergantung dari kasus. xcvi 3. Apa yang menjadi syarat-syarat agar proses hipnoterapi bisa berjalan? Jawaban : kalo syaratnya,,yang pasti si…harus ada kemauan dan si klien itu bersedia dihipnotis. 4. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dari proses hipnoterapi? Jawaban : faktor penduhkungnya yah…lebih ke komunikasinya aja kali ya dan ga ada unsur paksaan dari yah….kebalikannya…si pihak klien ga klien…kalo bisa penghambatnya komunikasi dengan terapis…pokoknya kebalikan dari itu deh… 5. Apa kelebihan dan kekurangan dari metode hipnoterapi? Jawaban : kelebihannya si…kayaknya lebih ke proses penyembuhan kali ya…kayak phobianya tuh ga balik-balik lagi.. trus juga efektif kalo hipnotis ini tepat buat klien dan kalo ga tepat yah berarti harus ada cara atau metode lain yang digunain…trus kalo kelemahannya…saya rasa mungkin lebih ke pemahaman aja tentang masyarakat nyamain hipnotis sama gendam yang suka dipraktekkin buat yang ga baik-baik kayak buat kriminal gitu… Interviewer Sidney Panjiagung xcvii Hasil Wawancara Nama : Yan Nurindera Jabatan : Konselor dan terapis Tempat : Kantor TranzCare Waktu wawancara : tanggal 25 Februari 2009, jam 14.42 WIB 1. Apa yang dimaksud dengan hipnotherapi menurut anda? Jawaban: Hipnoterapi itu salah satu bentuk aplikasi hipnotis dimana menghasilkan efek therapeutic atau terapi, misalkan,,,untuk penyembuhan phobia seperti yang mba maksud, trus traumatik, dan bisa juga penyakitpenyakit psikosomatis. 2. Bagaimana bentuk pelaksanaan hipnotherapi terutama pada anak-anak? Jawaban: kalo pelaksanaannya itu,,,sepertinya sama aja ya sama orang dewasa dimulai dari Pra-induksi, kemudian Induksi, lalu proses Dept Level Test, pemberian sugesti, dan terakhir terminasi dan lebih jelasnya mbak bisa liat di www.hipnotis.net, disana mbak bisa liat penjelasannya. Proses hipnotherapi ni, sebenernya dilakukan sangat-sangat sederhana sekali, biasanya dikasih sugesti saat anak dalam kondisi setengah tidur ( itu antara alpha-teta). Sugestinya itu harus sugesti yang baik-baik yang sifatnya positif. 3. Bagaimana teknik menghipnosis anak terutama yang mengalami phobia dalam Hipnotherapi? xcviii Jawaban: Tekniknya itu,,,dengan komunikasi verbal dan non verbal yang sangat persuasif, dan pada umumnya emang udah betul-betul bisa memahami komunikasi. Kalo anak efektifnya usia minimal sekitar 7-8 tahun. Kalo Untuk kaya anak-anak balita baik dipergunakan hipnotis informal atau komunikasi yang berpola hipnotis dilakukan oleh orang tuanya sendiri. Yah,,intinya sama saja kaya orang dewasa hanya mungkin perbedaannya dalam proses pra-induksinya aja yang perlu disesuaikan dengan si anak. 4. Kapan sebaiknya waktu menghipnosis anak? Jawaban: kalo kapan itu,,,bagusnya saat anak mulai tidur, karna tidur di awal itu belumlah tidur dikatakan sempurna (posisinya delta), dan kondisi ini memiliki sifat paling reseptif (posisi teta), yaitu merespon kondisi luar. Walaupun kondisi teta itu belum dikatakan tidur sempurna akan tetapi bagi anak, tidur ini tetap dirasakan sebagai tidur sempurna, nah,, kemungkinan anak tidak akan mendengarkan sugesti yang diberikan, tapi sugesti ini justru didengar dengan baik oleh pikiran bawah sadar si anak, sehingga proses itu ngaruh ke perubahan perilakunya si anak. 5. Apakah seseorang akan mampu untuk mengingat dan merasakan semua sensasi hypnosis setelah sesi terakhir? Jawaban: Pada dasarnya alam bawah sadar itu,,, justru mengingat seluruh kejadian apa-apa yang dialami tiap-tiap individu. Kecuali jika si klien menginstruksikan kepada saya (Pak Yan) untuk membuatnya melupakan sesi tersebut. xcix 6. Bagaimana dampak dari Hipnotherapi bagi anak-anak? Jawaban: dampaknya saya rasa sangat-sangat berpengaruh ya,,apalagi pemberian sugesti yang baiknya itu dilakukan berulang-ulang sehingga si anak bisa diarahkan kearah yang lebih baik nantinya. Contohnya,, bisa diarahkan menjadi rajin belajar, doyan makan, dan lain sebagainya. 7. Apa fungsi dan tujuan Hipnotherapi? Jawaban : nah,,tujuannya itu sebagai alat bantu aja buat penyembuhan tanpa harus ada efek samping. Justru bukan untuk melupakan atau menghilangkannya,,melainkan untuk merubah persepsi yang salah yang pengaruhi pola pikirnya. 8. Apa kelebihan dan kelemahan dari proses Hipnotherapi? Jawaban: saya rasa ya,,,emmm..sangat efektif dan efisien tapi kalo penggunaannya tepat ya..pada klien yang bener-bener butuhin. Karna g pake obat-obatan,, mungkin akan berpengaruh sama efek sampingnya. Truz kalo kelemahannya mungkin yah,,, tentang anggapan orang tua yang salah, kayak ada yang bilang kalo hipnotis itu bisa pake buat bayi,,nah ni ga bener karna hypnosis itu bisa efektif kalo si anak bisa paham betul-betul komunikasinya. Kedua, Untuk menjalani terapi ini dibutuhin kemampuan berpikir abstrak. Sugesti bisa aja si dilakuin buat bayi atau balita kalo tujuannya buat parenting gitu, misalkan,, orang tua berusaha menenangkan anaknya yang lagi nangis karna jatuh truz ibunya cium si anak nah,,si anak itu ga ngerasain sakit lagi..ini namanya bukan hipnotis tapi sugesti.. truz mungkin kebanyakan orang tua itu khawatir c menjalani terapi ini karna nganggap anaknya dikuasai sama orang atau dikibulin ma orang. Ini juga kurang tepat, sebab anak itu justru masih bisa lakuin kayak penilaian buat dirinya, bikin keputusan sendiri, dan ngarahin tingkah lakunya sendiri. Mungkin itu pengaruh dari tontonan teve kayak yang diterapin ma romy Rafael yang bentuknya hipnotis panggung. Lalu banyak juga orang tua cemas kalau-kalau anaknya tidak bisa "bangun" lagi. Anggapan ini ga bener. Sebab selama sesi proses itu berlangsung, hakikatnya anak dalam kondisi sadar. Si anak bisa ngarahin dirinya sendiri untuk keluar dari fase ini meskipun ditinggal sama saya atau bisa juga pingsan,,si anak ni masih bisa bangun koq dengan sendirinya. 9. Apa faktor pendukung dan penghambat dari metode Hipnotherapi? Jawaban: Keberhasilan praktik hipnoterapi adalah ketika klien sudah berada pada situasi deep trance. Namun, untuk mencapat tingkat ini, ada faktor yang mempengaruhinya. Yakni, kondisi psikologis (Kejiwaan) klien, tingkat keaktifan berpikir klien, suasana dan kondisi lingkungan, ketrampilan seorang hypnotist, waktu, serta tingkat kepercayaan klien terhadap seorang hypnotist. Dan jika salah satu faktor tidak lengkap kemungkinan proses hipnoterapi tidak akan berjalan dengan lancar dan berhasil. Selama si anak bisa berkomunikasi dengan baik dan bisa untuk fokus serta tidak ada hambatan dalam bahasa, maka terapi akan berjalan dengan lancar. Akan tetapi, permasalahan utama adalah terkadang anak memiliki ketidakmampuan untuk fokus dalam waktu tertentu saat proses ci hipnotherapi, sehingga terapis mengalami kesulitan untuk membimbing anak yang mengalami phobia untuk memasuki relaksasi atau imajinasi. 10. Bagaimana pandangan konseling Islam tentang metode Hipnotherapi? Jawaban: emmm,,,jelas-jelas g langsung dengan berhubungan dengan alam ghaib ya,,, contohnya kayak gendam. Truz juga emang udah diuji secara ilmiah dalam ilmu psikologi,,pasti mbak dah belajar kan soal alam bawah sadar teorinya Sigmeund Freud. Nah,,hipnotis ini pendekatannya pake alam bawah sadar. Dan justru karna hipnoterapi ini hanya sebagai alat bantu aja untuk proses penyembuhan si klien yang datag kemari,, dan saya juga sering bilang kalo yang sembuhin itu diri anda sendiri, sedangkan saya cuma ngarahin. Kalo emang diperluin bisa dikombinasiin sama teknik zikir dan doa. 11. Sampai kapan pengaruh metode Hipnotherapi bisa bertahan pada klien? Jawaban: hampir sebagian besar yang datang ke sini itu,,bilang bertahan jauh lebih lama daripada yang diperkirakan sebelumnya. tapi,,, tentu saja harus ada faktornya,,yah paling tidak lingkungannya yang membentuk dia balik lagi kaya awalnya. 12. Apa tingkat kesulitan metode Hipnotherapi pada penanganan anak? Jawaban: sebenernya,,yah,,tidak ada kesulitan sama sekali si,,intinya selama si anak bisa berkomunikasi aja. Intinya, si klien dalam keadaan bersedia, memahami komunikasi, dan yang terakhir adalah itu fokus. 13. Berapa lama klien dapat ditangani dengan metode hipnotherapi? cii Jawaban: yah,,minimal dilakukan dengan 1 kali sesi terapi jika phobianya ringan ya... truz sesi terapinya sekitar 4 kali-10 kali-anlah dan kadang juga ada klien yang datang tiap minggunya,,pokoknya tergantung dari jenis permasalahannya aja sampe bener-bener sembuh. 14. Apakah ada bahasa khusus ketika memberikan sugesti pada anak? Jawaban: tentu ada,, dimulai dari kata-kata dan kalimat yang sederhana dan jelas maksudnya, truz bahasanyapun bisa dipahami,,nah,,ekspresi itu jangan ekspresi kaya marah,bete,,pokoknya ekspresinya itu harus yang menyenangkan si anak sekaligus menghindari ekspresi negatif dimana si anak sedapat mungkin memberikan respon kepada kita, sedapat mungkin hindari kata "coba" contohnya ni “bisa ga ade bayangin waktu jalanjalan sama mama” seperti itu, kemudian berikan saran pake tanda-tanda tertentu contohnya kaya petik jari,,truz gunain sugesti langsung dan tidak langsung, diulang-ulang sugestinya,dan terakhir gunakan bentuk imajinasi atau pengalaman kita. Interviewer Yan Nurindra ciii civ