BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bermain Bola Basket Dewasa ini olahraga bola basket menjadi olahraga yang sangat kompetitif dengan perangkat peraturan yang semakin lengkap yang diberlakukan untuk seluruh dunia. Meskipun demikian , inti permainan bola basket cukup sederhana, yaitu suatu permainan antara dua tim dimana masingmasing tim saling melempar bola ke dalam ring atau jala basket tim lawan untuk mencetak atau mendapatkan nilai. Mereka yang bermain bola basket dapat menempati posisi mana pun dilapangan yang tidak ditempati oleh pemain lawan serta bisa mengarahkan bola pada posisi mana saja. Para pemain juga boleh berusaha untuk mendapatkan serta menguasai bola ketika permainan sedang berlangsung. Untuk itu dalam permainan bola basket perlu partisipasi yang maksimal dimana para pemainya terus menerus terlibat dalam permainan. Menurut Agus Margono (2010:9) menyatakan bahwa: Setiap orang dalam melakukan aktivitas jasmani atau berolahraga mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Kesenangan ataupun keinginan dari seseorang untuk bermain bola basket tidak selalu sama tujuannya, ada orang-orang yang ingin berolahraga dengan bermain bola basket sekedar hanya untuk rekreasi dalam waktu-waktu yang senggang dan terluang saja, tetapi ada pula mereka yang sejak mulai bermain bola basket telah bertujuan untuk menjadi pemain yang ulung dan mahir. Bermain bola basket memiliki perbedaan tujuan dari dari sudut pandang setiap orang yang memainkan permainan ini. Baik untuk pendidikan, untuk prestasi, hiburan dan pengisi waktu luang. Dari pernyataan ini, dapat diketahui bahwa permainan bola basket adalah permainan yang sangat popular dan telah dimainkan dan dinikmati oleh masyarakat dunia. adapun prinsip permainan bola basket yang dikemukakan oleh Agus Margono (2010:6) yang 7 8 mengemukakan bahwa “Pada prinsipnya permainan bola basket dapat dimainkan oleh setiap orang, baik anak-anak, remaja, orang dewasa, maupun orang tua yang usianya diatas lima puluh tahun”. Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian bola basket secara umum adalah salah satu jenis permainan bola besar yang dimainkan dua tim berbeda yang setiap timnya berjumlah lima orang pemain, baik berumur muda, remaja, ataupun tua, baik pria maupun wanita dan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memasukan bola kedalam ring lawan sebanyak-banyaknya. 2. Teknik Dasar Bermain Bola Basket Menguasai teknik-teknik dasar bermain bola basket adalah sesuatu yang wajib, baik dalam konteks permainan maupun pembelajaran hal ini bertujuan agar pada saat bermain bola basket sesungguhnya dapat memainkan perananya dengan unsur gerak yang benar dan efektif. Adapun teknik-teknik dasar bermain bola basket adalah : a. Mengoper Bola (Passing) Passing adalah teknik dasar yang harus dikuasai dalam bermain bola basket. Dengan melakukan passing maka bola akann dapat berpindah dari pemain satu ke pemain lainya. Menurut Agus Salim (2008:57) menyatakan bahwa Passing atau mengoper bola adalah “salah satu kemampuan yang paling mendasar dari permainan bola basket. Mengoper adalah cara paling efektif untuk menggerakan bola dari satu bagian ke bagian lain dari lapangan tanpa kehilangan penguasaan terhadap bola”. Ada tiga macam passing dalam bermain bola basket yaitu : 1) Operan Setinggi dada (Chest pass) 9 Teknik lemparan dada ini adalah lemparan yang umum digunakan dalam bermain bola basket. Menurut Agus Salim (2008:57) “Lemparan dada (Chest pass) adalah lemparan dua tangan yang dilakukan dari depan dada dan lemparan ini efektif untuk jarak dekat”. Gambar 2.1 Lemparan dada (Chest Pass) (Sumber: Danny Kosasih, 2008:28) 2) Operan dari Atas Kepala (Overhead Pass) Menurut Agus Salim (2008:58) operan dari atas kepala adalah “lemparan dengan menggunakan kedua tangan yang digunakan untuk menghindari lawan, biasanya digunakan untuk mengoper teman dengan jarak jauh. Selain itu lemparan ini digunakan jika pemain lebih tinggi dari lawan ketika berada dalam penjagaan ketat dari lawan.” Gambar 2.2 Mengoper Bola dari Atas Kepala (Sumber: Danny Kosasih, 2008:29) 10 3) Operan Bola Pantulan (Bounce pass) Menurut Agus Salim (2008:59) menyatakan bahwa operan bola pantulan yaitu : Dilakukan dengan dua tangan dalam posisi bola di depan dada. Lemparan ini biasanya dilakukan untuk operan jarak pendek. Sering dilakukan ketika bermain bertahan yang lebih tinggi dan lengannya terjulur keatas. Sehingga ketika bola dilempar ke bawah bola akan memantul diatas lantai dekat kaki. Lemparan ini harus dilakukan dengan cepat agar tidak tertahan/terserobot lawan. Gambar 2.3 Mengoper Bola Pantulan (www.olahraga-modern.blogspot.com) b. Teknik Dasar Menerima Bola (Catching) Dalam permainan bola basket terdapat teknik dasar mengoper (passing), mengoper merupakan teknik dasar melemparkan bola kepada teman untuk menyusun suatu pola penyerangan. Bola dilemparkan dari satu pemain kepada pemain lain dengan teknik tertentu. Dengan adanya pemain yang melemparkan bola kepada pemain lain tentu saja pemain yang diberi umpan mempunyai tugas untuk menerima bola dengan baik. Agar dapat menerima bola dengan baik dalam berbagai posisi dan situasi, pemain harus menguasai teknik dasar menerima bola dengan baik. 11 Gambar 2.4 Menerima Bola (Sumber: Danny Kosasih, 2008:33) c. Teknik Dasar Menggiring Bola (Dribble) Menggiring bola adalah gerakan membawa bola ke segala arah dengan cara dipantulkan. Menggiring bola tidak diperkenankan dengan dua tangan, melainkan hanya dengan satu tangan. Menggiring bola merupakan salah satu unsur penting dalam permainan bola basket karena memiliki banyak kegunaan. Selain untuk menerobos pertahanan lawan, menggiring bola juga dapat dilakukan untuk mengatur tempo permainan, menjauhkan bola dari lawan, serta suatu cara untuk menciptakan peluang serangan untuk dapat mendekati ring basket dan mencetak angka. Menggiring bola dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggiring bola tinggi dan menggiring bola rendah. 12 Gambar 2.5 Teknik Dasar Menggiring Bola (Dribble) (Sumber: Agus Margono, 2010:19) d. Teknik Dasar Menembak (Shooting) Menembak merupakan gerakan yang sangat penting dalam permainan bola basket. Dalam permainan bola basket, menembak merupakan gerakan penentu dari serangkaian gerakan teknik dasar dalam permainan bola basket. Dengan demikian untuk dapat mencetak angka, pemain harus bisa memasukkan bola ke dalam ring dengan cara menembak. Maka dari itu menembak merupakan salah satu unsur gerakan terpenting dalam permainan bola basket. Menurut Nuril Ahmadi (2007:18-20) mengemukakan bahwa “Usaha memasukkan bola ke keranjang diistilahkan dengan menembak, dapat dilakukan dengan satu tangan, dua tangan, dan lay up”. 1) Tembakan satu tangan (one hand shoot) Sikap badan pada waktu akan menembak bola: berdiri tegak, kaki sejajar atau kaki kanan di depan (bagi yang tidak kidal), kaki kiri di belakang, sementara lutut ditekuk. Bola dipegang dengan tangan kanan di atas kepala dan di depan dahi, siku tangan kanan ditekuk ke depan, tangan kiri membantu memegang bola agar tidak jatuh dan berfungsi untuk menjaga keseimbangan, serta pandangan ditujukan ke keranjang (ring basket). Kemudian bola ditembakkan ke keranjang basket dengan gerakan siku, badan, dan lutut diluruskan secara serempak.Pada waktu tangan lurus, bola dilepaskan, jari-jari dan pergelangan tangan diaktifkan. 13 Gambar 2.6 Sikap Menembak Satu Tangan (Danny Kosasih, 2008:50) 2) Tembakan dua tangan Sikap badan pada waktu akan melakukan tembakan adalah: badan tegak, keduakaki dibuka sejajar. Kedua lutut ditekuk. Bola dipegang dengan kedua belah tangan atas dan di depan dahi. Kedua siku ditekuk, pandangan diarahkan ke keranjang basket yang menjadi sasaran tembakan. Bola ditembakkan ke keranjang basket dengan bantuan dorongan, lengan (siku), badan dan lutut diluruskan secara serempak. Pada waktu bola lepas, jari-jari tangan dan pergelangan tangan diaktifkan, artinya digerakkan ke atas ke depan dan ke bawah. Jadi jalannya bola ke atas, ke depan, dan akhirnya ke bawah menuju ke keranjang. Gambar 2.7 Sikap Menembak dengan Dua Tangan (Nuril Ahmadi 2007: 20) 14 3) Tembakan lay-up Menurut Nuril Ahmadi (2007:19) mengemukakan bahwa “Tembakan lay-up adalah tembakan yang dilakukan dengan jarak dekat sekali dengan keranjang basket, hingga seolah-olah bola itu diletakkan ke dalam keranjang basket yang didahului dengan gerak dua langkah”. Tembakan lay-up merupakan tembakan yang mempunyai peluang besar untuk mencetak angka karena dilakukan dengan jarak yang dekat dengan ring basket. Tembakan lay-up diawali dengan gerakan melangkah mendekati ring basket dengan dua langkah gerakan dan pada akhir langkah diakhiri dengan tolakan setinggi-tingginya untuk mendekati ring basket dan kemudian tangan diluruskan mendekati ring basket untuk memasukkan bola ke dalam ring basket. Usahan pantulan bola berada pada kotakan yang ada pada papan pantul. Ketika memantulkan bola pada papan pantul, bola jangan terlalu keras agar supaya bola tidak memantul keras dan keluar dari ring basket. Menurut Nuril Ahmadi (2007:20) mengemukakan bahwa: Teknik dasar melakukan lay-up shoot dapat dilakukan sebagai berikut: 1) Bila tolakan pertama dengan kaki kanan maka langkah pertama dengan kaki kiri dan langkah kedua dengan kaki kanan atau sebaliknya. Gambar 2.8 Dua Langkah Sebelum Melakukan Lay-Up (Sumber: Nuril Ahmadi, 2007:20) 15 2) Ketika melakukan latihan lay-up, biasakan berlari dengan langkah lebar dengan badan condong ke depan. Kemudian berilah tanda dan rintangan agar dapat melangkahkan kaki sesuai dengan langkah lay-up, langkah pertama lebar dan langkah kedua pendek dan diakhiri dengan lompatan setinggi-tingginya. 3) Langkah pertama harus lebar dan badan condong ke depan untuk memperoleh jarak maju sejauh mungkin dan memelihara keseimbangan. Langkah kedua pendek dengan maksud mempersipkan diri untuk membuat awalan agar menolakkan kaki sekuat-kuatnya supaya memperoleh lompatan setinggi-tingginya. 4) Lompatan terakhir harus setinggi-tingginya dengan maksud mendekatkan diri dengan keranjang basket, dan menghilangkan kecepatan ke depan. 5) Setelah langkah kaki terakhir, kaki ditolakkan sekuatkuatnya agar dapat mencapai titik tinggi sedekat mungkin dengan keranjang basket. Pada saat berhenti pada titik tertinggi, luruskan tangan memegang bola ke atas, dan pada saat berhenti lepaskan tangan kiri yang membantu memegang bola, serta lecutkan pergelangan tangan yang memegang bola (tangan kanan) hingga jalannya bola tidak kencang. Gambar 2.9 Langkah Lay-up (Sumber: Danny Kosasih, 2008:50) 3. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Nana Sudjana (2008: 28) berpendapat bahwa, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai 16 bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah laku, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu”. Belajar tidak hanya memliki arti yang sempit menurut hamdani (2011:20) belajar yaitu : Suatu proses yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu ini sendiri didalam interaksi dengan lingkungan yang terkait dengan lingkungannya yang terkait dengan aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Sedangkan pembelajaran menurut Dimyati&Mudjiono (2009: 157) bahwa “proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap”. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran bukan sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses kegiatan, yakni terjadi interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Pada sebuah sistem, unsur yang membentuk sistem itu saling memiliki keterkaitan untuk mencapai sebuah tujuan. b. Ciri-ciri dan Tujuan Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang lebih baik. Hal ini artinya, dalam kegiatan belajar terdapat ciri-ciri di dalamnya. Aunurrahman (2012: 35) menyatakan, Beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut: 1) Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. 2) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungan. 3) Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. 17 Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, seseorang dikatakan belajar apabila kegiatan belajar tersebut disadari atau disengaja, berinteraksi dengan lingkungannya dan terjadi perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam dirinya. Perubahan dari hasil belajar inilah yang merupakan tujuan dari kegiatan belajar. Menurut Gagne yang dikutip Aunnurrahman (2012:47) ada lima macam tujuan atau hasil belajar yaitu : 1) Keterampilan intelektual atau keterampilan prosedural yang mencakup belajar diskriminasi, konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang kesemuanya diperoleh melalui materi yang disajikan oleh guru di sekolah. 2) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, mengingat dan berpikir. 3) Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasiinformasi yang relevan. 4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot. 5) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang didasari oleh emosi, kepercayaankepercayaan serta faktor intelektual. Hal senada dikemukakan Bloom, Krathwol & Simpson yang dikutip Aunurrahman (2012:48-49) bahwa, Tingkatan jenis perilaku belajar terdiri dari tiga ranah atau kawasan yaitu : 1) Kognitif terdiri enam jenis perilaku yaitu : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. 2) Ranah afektif terdiri lima perilaku yaitu: penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan. 3) Ranah psikomotor, terdiri tujuh perilaku yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, tujuan kegiatan belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang lebih baik dari sebelumnya. Ketiga aspek tersebut merupakan satu 18 kesatuan yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Seseorang diakatakan telah belajar apabila terjadi perubahan yang lebih baik dari sebelumnya baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. c. Prinsip-prinsip Belajar Prinsip belajar dapat diartikan sebagai pandangan-pandangan mendasar dan dianggap penting yang dijadikan sebagai pegangan di dalam melaksanakan kegiatan belajar. Prinsip-prinsip belajar bermanfaat untuk memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam proses pembelajaran. Mengingat beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran menurut Davies yang dikutip Aunurrahman (2012:113) adalah sebagai berikut: 1) Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya 2) Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar. 3) Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement) 4) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti. 5) Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik. Beberapa prinsip belajar yang dapat dijadikan pegangan guru di dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan diyakini memberikan pengaruh bagi pencapaian hasil belajar diantaranya adalah; (1) prinsip perhatian dan motivasi, (2) prinsip transfer dan retensi, (3) prinsip keaktifan, (4) prinsip keterlibatan langsung, (5) prinsip pengulangan, (6) 19 prinsip tantangan, (7) prinsip balikan dan penguatan, (8) prinsip perbedaan individual. d. Pengertian Pembelajaran Dimyati & Mudjiono (2009:157) menyatakan bahwa, pembelajaran adalah “proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap”. Menurut Wina Sanjaya (2011: 9) menyatakan bahwa : Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran bukan sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses kegiatan, yakni terjadi interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Pada sebuah sistem, unsur yang membentuk sistem itu saling memiliki keterkaitan untuk mencapai sebuah tujuan. e. Komponen Pembelajaran. Komponen-komponen dalam belajar dan mengajar menurut Nana Sudjana (2013: 30) adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) Tujuan proses pengajaran Materi atau bahan pelajaran Metode dan alat yang digunakan dalam proses pengajaran Penilaian dalam proses pengajaran Tujuan pembelajaran merupakan hal yang paling penting dalam proses pengajaran sebagai indikator keberhasilan pembelajaran. Bahan pelajaran diharapkan dapat melengkapi dan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Metode dan alat berfungsi sebagai jembatan atau media pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai, sehingga harus efektif dan 20 efisien. Sedangkan penilaian berperan untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan pengajaran. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2011:9) menyatakan bahwa komponen sistem pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Siswa sebagai subjek dalam pembelajaran dijadikan pusat dari segala kegiatan. Artinya perencanaan dan desain pembelajaran disesuaikan dengan kondisi siswa yang bersangkutan, baik sesuai dengan kemampuan dasar, minat dan bakat, motivasi belajar, dan gaya belajar siswa itu sendiri. b. Tujuan adalah komponen terpenting dalam pembelajaran setelah komponen siswa sebagai subjek belajar. Tujuan merupakan persoalan tentang visi dan misi suatu lembaga pendidikan. c. Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong siswa aktif belajar baik secara fisik maupun nonfisik. d. Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar meliputi: lingkungan fisik seperti tempat belajar, bahan dan alat yang dapat digunakan, personal seperti guru, petugas perpustakaan dan ahli media, siapa saja yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar. e. Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. f. Hasil Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Hasil belajar merupakan suatu cara menetapkan kuantitas dan kualitas hasil belajar. Hal ini dikarenakan tujuan pengajaran merupakan deskripsi tentang hasil belajar yang seharusnya dicapai oleh siswa, maka 21 penilaian hasil belajar harus mengacu kepada isi rumusan tujuan pengajaran itu. Atas dasar itu dapat pula dinyatakan, penilaian hasil belajar merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan pengajaran oleh siswa. Dimyati & Mudjiono (2009:3) menyatakan bahwa “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”. Menurut Gagne dikutip Aunnurahman (2012:47), ada lima macam hasil belajar berikut ini : 1) Keterampilan intelektual atau keterampilan prosedural yang mencakup belajar deskriminasi, konsep prinsip, dan pemecahan masalah yang kesemuanya diperoleh melalui materi yang disajikan guru disekolah. 2) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, mengingat dan berikir. 3) Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasiinformasi yang relevan. 4) Keterampilan motorik, yaitu keterampilan untuk melakukan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot. 5) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang memperngaruhi tingkah laku seseorang didasari emosi, kepercayaankepercayaan, serta faktor intelektual. Jadi, Dalam pembelajaran bola basket yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif, bidang afektif dan bidang psikomotorik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kunandar (2013: 61) “hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar”. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. 22 4. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Model Pembelajaran Keberhasilan dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru dalam mengembangkan dan mengaplikasikan modelmodel pembelajaran yang menitik beratkan pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif dalam proses pembelajaran. Menurut Joyce & Weil yang dikutip Rusman (2013: 133) menyatakan bahwa “model pembelajaan adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.” Aunurrahman (2012:146) berpendapat bahwa : Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Agus Suprijono (2012: 46) menyatakan bahwa, Model pembelajaran adalah ”pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial”. Sedangkan menurut Arends yang dikutip Agus Suprijono (2012:46) berpendapat bahwa “model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas“. Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu desain pembelajaran yang digunakan pengajar dalam kegiatan pembelajaran untuk mempermudah siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. 23 b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-6 orang. Menurut Nurul Hayati yang dikutip Rusman (2013:203) “Pembelajaran Kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi”. Sedangkan Menurut Sanjaya yang dikutip Rusman (2013:203) “Cooperatif merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan”. Sedangkan Menurut Slavin yang dikutip dalam Rusman (2013: 201) mengatakan bahwa, “pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah kontruktivisme” Dari pendapat dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menitik beratkan terciptanya kerjasama antar siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan belajar yang telah dirumuskan. c. Unsur Pembelajaran Kooperatif Menurut Roger & David Johson yang dikutip Rusman (2013 : 212) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperatif learning), yaitu sebagai berikut: 1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh 24 2) 3) 4) 5) kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan mereka saling ketergantungan. Tanggung jawab personal (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu,setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction) , yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain Partisipasi dan komunikasi (participation comunication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waku khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Slavin (2005: 33) menyatakan bahwa, “tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi”. Pembelajaran ini dirumuskan untuk meningkatkan partisipasi siswa, memberikan kesempatan dan pengalaman kepada siswa untuk saling mengungkapkan pendapat yang mereka miliki, mengajarkan siswa belajar hidup bermasyarakat saling membutuhkan dan bekerja secara gotong royong untuk mencapai tujuan bersama. 25 e. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif Untuk mencapai tujuan pembelajaran ada tiga strategi yang biasa dilakukan yaitu bersifat individualistik, kompetitif, dan kooperatif. Tujuan pembelajaran bersifat kooperatif terjadi apabila dalam upaya mencapai tujuan itu dikerjakan secara bersama-sama antara siswa dengan siswa dalam satu kelompok yang saling membantu satu dengan lainnya. Ketika dua orang bekerjasama memikul balok, maka kegagalan salah satu berarti kegagalan bagi lainnya. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Rusman (2013:213-227) menyatakan bahwa ada beberapa macammacam pembelajaran kooperatif, adalah sebagai berikut : 1) Model Student Teams Achievement Division (STAD) 2) Model Jigsaw 3) Investigasi Kelompok (Group Investigation) 4) Model Membuat Pasangan (Make a Match) 5) Model Struktural 6) Model Teams Games Tournament (TGT) 5. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments Isjoni (2009:83) menyatakan pengertian pembelajaran kooperatif TGT adalah “salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar 4 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras berbeda”. Slavin (2005:163) menyatakan bahwa : Secara umum TGT sama dengan STAD kecuali satu hal: TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba 26 sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Hal yang senada diungkapkan oleh Rusman (2013:225) “berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a.siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil; b.games tournament; c. penghargaan kelompok.” Menurut Saco yang dikutip Rusman (2013:224) “dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing” Model pembelajaran Teams Games Tournaments menekankan pada pencapaian tujuan dan kesuksesan kelompok dengan berdasarkan pada kerja-kerja anggota kelompok. tujuan dan kesuksesan kelompok tidak hanya dalam hal memahami suatu pelajaran, hanya menyelesaikan suatu masalah tetapi juga mempelajari sesuatu secara kelompok. Setelah belajar dalam kelompoknya masing-masing anggota kelompok yang setingkat kemampuanya akan dipertemukan dalam suatu pertandingan/turnamen yang dikenal dengan ”tournament table” yang diadiakan disetiap akhir pokok bahasan atau akhir pekan. Skor yang didapat akan memberikan kontribusi rata-rata skor kelompok. Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments adalah pembelajaran yang membentuk 4 sampai 6 siswa dalam kelompokkelompok kecil yang heterogen, dimana dalam materi pembelajarannya tersaji dalam bentuk games dan tournaments antar kelompok sehingga terdapat unsur teams reinforcement yang bertujuan untuk terciptanya pembelajaran aktif dan menyenangkan agar kesuksesan belajar dapat tercapai secara keseluruhan bersama kelompok 27 b. Komponen Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments Menurut Slavin yang dikutip Rusman (2013-225) pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments terdiri dari lima langkah tahapan yaitu : 1) Penyajian Kelas (Class Presented) Penyajian kelas dalam pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) tidak berbeda dengan pengajaraan biasa atau pengajaran klasikal oleh guru, hanya pengajaran lebih difokuskan pada materi yang sedang dibahas saja. Dengan demikian mereka akan memperhatikan dengan serius selama pengajaran penyajian kelas berlangsung sebab setelah ini mereka harus mengerjakan games akademik dengan sebaik-baiknya dengan skor mereka yang akan menentukan skor kelompok mereka. 2) Kelompok (Teams) Kelompok disusun dengan beranggotakan 4-6 orang yang mewakili percampuran dari berbagai keragaman dalam kelas seperti kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau etnik. 3) Permainan (Games) Games disusun dan dirancang dari materi yang relevan dengan materi yang disajikan untuk menguji pengetahuan yang diperoleh mewakili masing-masing kelompok. 4) Kompetisi (Tournaments) Tournaments adalah beberapa macam games yang dipertandingkan. Biasanya dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit pokok bahasan. 5) Pengakuan Team (Rekognition) Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberi pengahargaan berupa hadiah atau sertifikat atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria yang telah bersama. 28 Gambar 2.10 Penempatan Meja Teams Games Tournaments (Sumber : Slavin, 2005:168) 6. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments dalam Pembelajaran Bermain Bola Basket Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments pada dasarnya membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 46 anggota tiap kelompok. Ciri khusus dari model ini adalah adanya pembagian kelompok secara heterogen, dimana pembagian kelompok dibagi berdasarkan kemampuan yang setara antara kelompok satu dengan kelompok lainya. Selain itu ciri khusus lainya adalah materi pembelajaran bermain bola basket yang meliputi dribbling, passing-catching, dan Shooting yang disajikan dalam bentuk games dan dikompetisikan antar kelompok sesuai dengan kemampuan setiap anggota kelompok satu dengan kelompok lain (homogen). Berikut adalah langkah-langkah aplikasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments dalam pembelajaran permainan bola basket : a) Penyajian Kelas (Class Presented) Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments, sebagai suatu variasi model pembelajaran dan guru menjelaskan kepada siswa tentang skema atau pola kerjasama antara siswa dalam suatu kelompokkelompok kecil. Dalam aplikasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments dalam materi bermain bola basket akan di bagi menjadi : 29 Gambar 2.11 Pembagian Sub Materi Bermain Bola Basket b) Membagi Kelompok (Teams) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil, dimana dalam satu kelompok terdapat 4 siswa berkemampuan akademik berbeda (heterogen) dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam pembagian kelompok pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments harus seimbang antara kelompok satu dengan yang lainya, hal ini bertujuan agar saat pembelajaran terdapat team yang setara berdasarkan kemampuan setiap kelompok. Ket : : guru : siwa kemampuan tinggi : siswa kemampuan sedang : siswa kemampuan sedang : siswa kemampuan rendah Gambar 2.12 pembagian kelompok heterogen 30 c) Games (Permainan) Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments dalam pembelajaran bermain bola basket adalah menyajikan materi yaitu dribbling, passing-catching, shooting kedalam beberapa permainan antar kelompok. Permainan (games) yang dimaksud adalah dribbling zig-zag estafet, passing-catching estafet, shooting kedalam keranjang teman. (1) Dribbling zig-zag Estafet Seperti hal nya dribbling berlari biasa, tetapi dalam dribbling zigzag estafet guru memberikan challenge/rintangan kepada setiap kelompok agar lebih menarik dan siswa dapat bekerjasama untuk menyelesaikan rintangan tersebut. Rintangan dalam dribbling estafet ini berupa cone yang telah ditata oleh guru secara sejajar, setiap siswa harus melakukan dribbling secara zig-zag melewati cone. (2) Passing-catching Estafet Games passing-cathcing dalam prakteknya dibagi dalam 3 bentuk teknik dasar passing yaitu chest pass estafet sejajar, bounce pass estafet zig-zag, dan over head pass estafet. Dalam ketiga games ini dibutuhkan kerjasama dalam kelompok dan koordinasi gerak yang baik pada setiap siswa (3) Shooting Keranjang Kawan Games shooting keranjang kawan adalah perpaduan antara free throw yang dilakukan secara individual dengan kemampuan kooperatif antar siswa dalam kelompok. Dalam prateknya salah satu siswa di setiap kelompok memegang keranjang, dan siswa yang lain bersiap untuk melakukan free throw kearah keranjang tersebut. hal ini dilakukan secara bergantian. Games dikerjakan berdasarkan kerjasama dalam kelompok sistematika games lebih jelasnya akan terlampir dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 31 d) Tournaments (Kompetisi Antar Kelompok) Dari berbagai macam games bermain bola basket yang telah dijelaskan diatas, lalu dikompetisikan antar kelompok-kelompok heterogen yang sudah dibagi oleh guru. Disinilah ciri yang membedakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments dengan pembelajaran kooperatif lain. e) Rokognition (Pengakuan Kelompok) Pengakuan kelompok dilaksanakan diakir kegiatan pembelajaran. yaitu berupa penghargaan reward diberikan kepada kelompok yang mendapat poin paling banyak dalam setiap kompetisi games yang telah di lakukan dan dipertandingkan antar kelompok. 32 B. Kerangka Berpikir Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktifitas jasmani yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesegaran jasmani, keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat. Artinya pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani semata tetapi juga aspek kognitif, afektif dan juga psikomotor. Dalam melaksanakan pembelajaran pendidikan jasmani seorang guru harus aktif menciptakan suasana pembelajaran yang sebaik mungkin agar motivasi belajar siswa dapat meningkat. Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dengan kemampuan seorang guru membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Berhasil atau tidaknya pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru mampu menyampaikan semua mata pelajaran yang tercantum dalam proses pembelajaran secara tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Pemilihan model pembelajaran yang diberikan guru sangat penting agar siswa dapat termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament yang banyak melakukan berbagai macam games dan bertanding antar kelompok yang telah dibentuk secara heterogen. Dengan begitu akan menumbuhkan motivasi, khususnya motivasi ekstrinsik siswa untuk bersaing dengan teman-temannya secara fair play. Pendidikan jasmani dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan penting yaitu memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih dilakukan secara sistematis. Banyak sekali 33 permasalahan terkait tentang pembelajaran penjas yang menyebabkan hasil belajar penjas tidak tercapai maksimal. Sehingga didalam pembelajaran penjas perlu dicoba untuk menerapkan model pembelajaran yang bisa merangsang minat siswa utnuk mengikuti pembelajaran. Terbukti model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) dapat meningkatkan hasil belajar penjas. Sebagaimana yang termuat dalam beberapa jurnal skripsi berikut: (Fitriantono. M. R. ,2015; Prasetyo Angga, 2014; Ovanda Debby, 2015; Suryahadi Dhenny, 2014). Dengan penerapan model belajar Team Games Tournament pada pembelajaran bermain bola basket, maka akan membantu guru untuk menjelaskan teknik-teknik dasar dalam bermain bola basket pada siswa. Sehingga dengan model belajar ini, guru akan dapat lebih mudah memberi penjelasan tentang teknik dasar dalam bermain bola basket, disamping itu siswa akan lebih antusias dan tertarik pada pembelajaran, serta tidak merasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung. Secara sederhana, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: 34 Kondisi Awal Tindakan Pembelajaran penjas masih menggunakan pembelajaran konvensional (ceramah) a. Siswa kurang tertarik dan kurang memperhatikan materi yang diberikan. b. Siswa bosan dan kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. c. Hasil belajar bermain bola basket siswa masih rendah. Menerapkan model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournaments (TGT) pada pembelajaran bermain bola basket Siklus I: peneliti bersama dengan guru melaksanakan yang bertujuan meningkatkan pengajaran untuk kemampuan permainan bola basket melalui penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT). Kondisi Akhir Motivasi siswa untuk belajar permainan bola basket meningkat, sehingga hasil belajar permaian bola basket pun juga meningkat sesuai dengan target yang ditetapkan. Gambar 2.13 Alur kerangka berfikir Siklus II: peneliti bersama dengan guru melaksanakan upaya perbaikan dari siklus I, untuk meningkatkan kemampuan permainan bola basket melalui penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT).