7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bermain Bola

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Bermain Bola Basket
Dewasa ini olahraga bola basket menjadi olahraga yang sangat
kompetitif dengan perangkat peraturan yang semakin lengkap yang
diberlakukan untuk seluruh dunia. Meskipun demikian , inti permainan bola
basket cukup sederhana, yaitu suatu permainan antara dua tim dimana masingmasing tim saling melempar bola ke dalam ring atau jala basket tim lawan
untuk mencetak atau mendapatkan nilai. Mereka yang bermain bola basket
dapat menempati posisi mana pun
dilapangan yang tidak ditempati oleh
pemain lawan serta bisa mengarahkan bola pada posisi mana saja. Para
pemain juga boleh berusaha untuk mendapatkan serta menguasai bola ketika
permainan sedang berlangsung. Untuk itu dalam permainan bola basket perlu
partisipasi yang maksimal dimana para pemainya terus menerus terlibat dalam
permainan.
Menurut Agus Margono (2010:9) menyatakan bahwa:
Setiap orang dalam melakukan aktivitas jasmani atau berolahraga
mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Kesenangan ataupun
keinginan dari seseorang untuk bermain bola basket tidak selalu sama
tujuannya, ada orang-orang yang ingin berolahraga dengan bermain
bola basket sekedar hanya untuk rekreasi dalam waktu-waktu yang
senggang dan terluang saja, tetapi ada pula mereka yang sejak mulai
bermain bola basket telah bertujuan untuk menjadi pemain yang ulung
dan mahir.
Bermain bola basket memiliki perbedaan tujuan dari dari sudut
pandang setiap orang yang memainkan permainan ini. Baik untuk pendidikan,
untuk prestasi, hiburan dan pengisi waktu luang. Dari pernyataan ini, dapat
diketahui bahwa permainan bola basket adalah permainan yang sangat popular
dan telah dimainkan dan dinikmati oleh masyarakat dunia. adapun prinsip
permainan bola basket yang dikemukakan oleh Agus Margono (2010:6) yang
7
8
mengemukakan bahwa “Pada prinsipnya permainan bola basket dapat
dimainkan oleh setiap orang, baik anak-anak, remaja, orang dewasa, maupun
orang tua yang usianya diatas lima puluh tahun”.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian bola basket secara umum adalah salah satu jenis permainan bola
besar yang dimainkan dua tim berbeda yang setiap timnya berjumlah lima
orang pemain, baik berumur muda, remaja, ataupun tua, baik pria maupun
wanita dan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memasukan bola kedalam
ring lawan sebanyak-banyaknya.
2. Teknik Dasar Bermain Bola Basket
Menguasai teknik-teknik dasar bermain bola basket adalah sesuatu
yang wajib, baik dalam konteks permainan maupun pembelajaran hal ini
bertujuan agar pada saat bermain bola basket sesungguhnya dapat memainkan
perananya dengan unsur gerak yang benar dan efektif.
Adapun teknik-teknik dasar bermain bola basket adalah :
a. Mengoper Bola (Passing)
Passing adalah teknik dasar yang harus dikuasai dalam bermain
bola basket. Dengan melakukan passing maka bola akann dapat berpindah
dari pemain satu ke pemain lainya.
Menurut Agus Salim (2008:57) menyatakan bahwa Passing atau
mengoper bola adalah “salah satu kemampuan yang paling mendasar dari
permainan bola basket. Mengoper adalah cara paling efektif untuk
menggerakan bola dari satu bagian ke bagian lain dari lapangan tanpa
kehilangan penguasaan terhadap bola”.
Ada tiga macam passing dalam bermain bola basket yaitu :
1) Operan Setinggi dada (Chest pass)
9
Teknik lemparan dada ini adalah lemparan yang umum
digunakan dalam bermain bola basket. Menurut Agus Salim (2008:57)
“Lemparan dada (Chest pass) adalah lemparan dua tangan yang
dilakukan dari depan dada dan lemparan ini efektif untuk jarak dekat”.
Gambar 2.1 Lemparan dada (Chest Pass)
(Sumber: Danny Kosasih, 2008:28)
2) Operan dari Atas Kepala (Overhead Pass)
Menurut Agus Salim (2008:58) operan dari atas kepala adalah
“lemparan dengan menggunakan kedua tangan yang digunakan untuk
menghindari lawan, biasanya digunakan untuk mengoper teman
dengan jarak jauh. Selain itu lemparan ini digunakan jika pemain lebih
tinggi dari lawan ketika berada dalam penjagaan ketat dari lawan.”
Gambar 2.2 Mengoper Bola dari Atas Kepala
(Sumber: Danny Kosasih, 2008:29)
10
3) Operan Bola Pantulan (Bounce pass)
Menurut Agus Salim (2008:59) menyatakan bahwa
operan
bola pantulan yaitu :
Dilakukan dengan dua tangan dalam posisi bola di depan dada.
Lemparan ini biasanya dilakukan untuk operan jarak pendek.
Sering dilakukan ketika bermain bertahan yang lebih tinggi dan
lengannya terjulur keatas. Sehingga ketika bola dilempar ke
bawah bola akan memantul diatas lantai dekat kaki. Lemparan
ini harus dilakukan dengan cepat agar tidak tertahan/terserobot
lawan.
Gambar 2.3 Mengoper Bola Pantulan
(www.olahraga-modern.blogspot.com)
b. Teknik Dasar Menerima Bola (Catching)
Dalam permainan bola basket terdapat teknik dasar mengoper
(passing), mengoper merupakan teknik dasar melemparkan bola kepada
teman untuk menyusun suatu pola penyerangan. Bola dilemparkan dari
satu pemain kepada pemain lain dengan teknik tertentu. Dengan adanya
pemain yang melemparkan bola kepada pemain lain tentu saja pemain
yang diberi umpan mempunyai tugas untuk menerima bola dengan baik.
Agar dapat menerima bola dengan baik dalam berbagai posisi dan situasi,
pemain harus menguasai teknik dasar menerima bola dengan baik.
11
Gambar 2.4 Menerima Bola
(Sumber: Danny Kosasih, 2008:33)
c. Teknik Dasar Menggiring Bola (Dribble)
Menggiring bola adalah gerakan membawa bola ke segala arah
dengan cara dipantulkan. Menggiring bola tidak diperkenankan dengan
dua tangan, melainkan hanya dengan satu tangan. Menggiring bola
merupakan salah satu unsur penting dalam permainan bola basket karena
memiliki banyak kegunaan. Selain untuk menerobos pertahanan lawan,
menggiring bola juga dapat dilakukan untuk mengatur tempo permainan,
menjauhkan bola dari lawan, serta suatu cara untuk menciptakan peluang
serangan untuk dapat mendekati ring basket dan mencetak angka.
Menggiring bola dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
menggiring bola tinggi dan menggiring bola rendah.
12
Gambar 2.5 Teknik Dasar Menggiring Bola (Dribble)
(Sumber: Agus Margono, 2010:19)
d. Teknik Dasar Menembak (Shooting)
Menembak merupakan gerakan yang sangat penting dalam
permainan bola basket. Dalam permainan bola basket, menembak
merupakan gerakan penentu dari serangkaian gerakan teknik dasar dalam
permainan bola basket. Dengan demikian untuk dapat mencetak angka,
pemain harus bisa memasukkan bola ke dalam ring dengan cara
menembak. Maka dari itu menembak merupakan salah satu unsur gerakan
terpenting dalam permainan bola basket.
Menurut Nuril Ahmadi (2007:18-20) mengemukakan bahwa “Usaha
memasukkan bola ke keranjang diistilahkan dengan menembak, dapat
dilakukan dengan satu tangan, dua tangan, dan lay up”.
1) Tembakan satu tangan (one hand shoot)
Sikap badan pada waktu akan menembak bola: berdiri
tegak, kaki sejajar atau kaki kanan di depan (bagi yang tidak
kidal), kaki kiri di belakang, sementara lutut ditekuk. Bola
dipegang dengan tangan kanan di atas kepala dan di depan
dahi, siku tangan kanan ditekuk ke depan, tangan kiri
membantu memegang bola agar tidak jatuh dan berfungsi untuk
menjaga keseimbangan, serta pandangan ditujukan ke
keranjang (ring basket). Kemudian bola ditembakkan ke
keranjang basket dengan gerakan siku, badan, dan lutut
diluruskan secara serempak.Pada waktu tangan lurus, bola
dilepaskan, jari-jari dan pergelangan tangan diaktifkan.
13
Gambar 2.6 Sikap Menembak Satu Tangan
(Danny Kosasih, 2008:50)
2) Tembakan dua tangan
Sikap badan pada waktu akan melakukan tembakan
adalah: badan tegak, keduakaki dibuka sejajar. Kedua lutut
ditekuk. Bola dipegang dengan kedua belah tangan atas dan di
depan dahi. Kedua siku ditekuk, pandangan diarahkan ke
keranjang basket yang menjadi sasaran tembakan.
Bola ditembakkan ke keranjang basket dengan bantuan
dorongan, lengan (siku), badan dan lutut diluruskan secara
serempak.
Pada waktu bola lepas, jari-jari tangan dan pergelangan
tangan diaktifkan, artinya digerakkan ke atas ke depan dan ke
bawah. Jadi jalannya bola ke atas, ke depan, dan akhirnya ke
bawah menuju ke keranjang.
Gambar 2.7 Sikap Menembak dengan Dua Tangan
(Nuril Ahmadi 2007: 20)
14
3) Tembakan lay-up
Menurut Nuril Ahmadi (2007:19) mengemukakan
bahwa “Tembakan lay-up adalah tembakan yang dilakukan
dengan jarak dekat sekali dengan keranjang basket, hingga
seolah-olah bola itu diletakkan ke dalam keranjang basket yang
didahului dengan gerak dua langkah”.
Tembakan
lay-up
merupakan
tembakan
yang
mempunyai peluang besar untuk mencetak angka karena
dilakukan dengan jarak yang dekat dengan ring basket.
Tembakan
lay-up
diawali
dengan
gerakan
melangkah
mendekati ring basket dengan dua langkah gerakan dan pada
akhir langkah diakhiri dengan tolakan setinggi-tingginya untuk
mendekati ring basket dan kemudian tangan diluruskan
mendekati ring basket untuk memasukkan bola ke dalam ring
basket. Usahan pantulan bola berada pada kotakan yang ada
pada papan pantul. Ketika memantulkan bola pada papan
pantul, bola jangan terlalu keras agar supaya bola tidak
memantul keras dan keluar dari ring basket. Menurut Nuril
Ahmadi (2007:20) mengemukakan bahwa:
Teknik dasar melakukan lay-up shoot dapat dilakukan
sebagai berikut:
1) Bila tolakan pertama dengan kaki kanan maka langkah
pertama dengan kaki kiri dan langkah kedua dengan kaki
kanan atau sebaliknya.
Gambar 2.8 Dua Langkah Sebelum Melakukan Lay-Up
(Sumber: Nuril Ahmadi, 2007:20)
15
2) Ketika melakukan latihan lay-up, biasakan berlari dengan
langkah lebar dengan badan condong ke depan. Kemudian
berilah tanda dan rintangan agar dapat melangkahkan kaki
sesuai dengan langkah lay-up, langkah pertama lebar dan
langkah kedua pendek dan diakhiri dengan lompatan
setinggi-tingginya.
3) Langkah pertama harus lebar dan badan condong ke depan
untuk memperoleh jarak maju sejauh mungkin dan
memelihara keseimbangan. Langkah kedua pendek dengan
maksud mempersipkan diri untuk membuat awalan agar
menolakkan kaki sekuat-kuatnya supaya memperoleh
lompatan setinggi-tingginya.
4) Lompatan terakhir harus setinggi-tingginya dengan
maksud mendekatkan diri dengan keranjang basket, dan
menghilangkan kecepatan ke depan.
5) Setelah langkah kaki terakhir, kaki ditolakkan sekuatkuatnya agar dapat mencapai titik tinggi sedekat mungkin
dengan keranjang basket. Pada saat berhenti pada titik
tertinggi, luruskan tangan memegang bola ke atas, dan
pada saat berhenti lepaskan tangan kiri yang membantu
memegang bola, serta lecutkan pergelangan tangan yang
memegang bola (tangan kanan) hingga jalannya bola tidak
kencang.
Gambar 2.9 Langkah Lay-up
(Sumber: Danny Kosasih, 2008:50)
3. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Nana Sudjana (2008: 28) berpendapat bahwa, belajar adalah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai
16
bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan
tingkah laku, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya
reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada
individu”.
Belajar tidak hanya memliki arti yang sempit menurut hamdani
(2011:20) belajar yaitu :
Suatu proses yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu ini sendiri didalam interaksi
dengan lingkungan yang terkait dengan lingkungannya yang
terkait dengan aspek kognitif, psikomotorik dan afektif.
Sedangkan pembelajaran menurut Dimyati&Mudjiono (2009: 157)
bahwa “proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan
siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses
pengetahuan, keterampilan, dan sikap”.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran bukan sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa,
melainkan suatu proses kegiatan, yakni terjadi interaksi antara guru
dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Pada sebuah sistem, unsur
yang membentuk sistem itu saling memiliki keterkaitan untuk mencapai
sebuah tujuan.
b. Ciri-ciri dan Tujuan Belajar
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan yang lebih baik. Hal ini artinya, dalam
kegiatan belajar terdapat ciri-ciri di dalamnya. Aunurrahman (2012: 35)
menyatakan, Beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut:
1) Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang
disadari atau disengaja.
2) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungan.
3) Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.
17
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, seseorang
dikatakan belajar apabila kegiatan belajar tersebut disadari atau disengaja,
berinteraksi dengan lingkungannya dan terjadi perubahan tingkah laku
yang lebih baik dalam dirinya. Perubahan dari hasil belajar inilah yang
merupakan tujuan dari kegiatan belajar. Menurut Gagne yang dikutip
Aunnurrahman (2012:47) ada lima macam tujuan atau hasil belajar yaitu :
1) Keterampilan intelektual atau keterampilan prosedural yang
mencakup belajar diskriminasi, konsep, prinsip dan pemecahan
masalah yang kesemuanya diperoleh melalui materi yang
disajikan oleh guru di sekolah.
2) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan
masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal
masing-masing individu dalam memperhatikan, mengingat dan
berpikir.
3) Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan
sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasiinformasi yang relevan.
4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan
dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan
dengan otot.
5) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi
tingkah laku seseorang didasari oleh emosi, kepercayaankepercayaan serta faktor intelektual.
Hal senada dikemukakan Bloom, Krathwol & Simpson yang
dikutip Aunurrahman (2012:48-49) bahwa, Tingkatan jenis perilaku
belajar terdiri dari tiga ranah atau kawasan yaitu :
1) Kognitif terdiri enam jenis perilaku yaitu : pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
2) Ranah afektif terdiri lima perilaku yaitu: penerimaan,
partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan.
3) Ranah psikomotor, terdiri tujuh perilaku yaitu: persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa,
tujuan kegiatan belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
yang lebih baik dari sebelumnya. Ketiga aspek tersebut merupakan satu
18
kesatuan yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Seseorang
diakatakan telah belajar apabila terjadi perubahan yang lebih baik dari
sebelumnya baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
c. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip belajar dapat diartikan sebagai pandangan-pandangan
mendasar dan dianggap penting yang dijadikan sebagai pegangan di
dalam melaksanakan kegiatan belajar. Prinsip-prinsip belajar bermanfaat
untuk memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh
guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam proses pembelajaran.
Mengingat beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar
bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran
menurut Davies yang dikutip Aunurrahman (2012:113) adalah sebagai
berikut:
1) Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus
mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat
melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya
2) Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan
untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan
belajar.
3) Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah
segera diberikan penguatan (reinforcement)
4) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah
pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.
5) Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari
sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan
belajar dan mengingat lebih baik.
Beberapa prinsip belajar yang dapat dijadikan pegangan guru di
dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan diyakini memberikan
pengaruh bagi pencapaian hasil belajar diantaranya adalah; (1) prinsip
perhatian dan motivasi, (2) prinsip transfer
dan retensi, (3) prinsip
keaktifan, (4) prinsip keterlibatan langsung, (5) prinsip pengulangan, (6)
19
prinsip tantangan, (7) prinsip balikan dan penguatan, (8) prinsip perbedaan
individual.
d. Pengertian Pembelajaran
Dimyati & Mudjiono (2009:157) menyatakan bahwa, pembelajaran
adalah “proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan
siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses
pengetahuan, keterampilan, dan sikap”.
Menurut Wina Sanjaya (2011: 9) menyatakan bahwa :
Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan
hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan
pembelajaran tertentu, serta rangkaian kegiatan yang harus
dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan
memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran bukan sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa,
melainkan suatu proses kegiatan, yakni terjadi interaksi antara guru
dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Pada sebuah sistem, unsur
yang membentuk sistem itu saling memiliki keterkaitan untuk mencapai
sebuah tujuan.
e. Komponen Pembelajaran.
Komponen-komponen dalam belajar dan mengajar menurut Nana
Sudjana (2013: 30) adalah sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
Tujuan proses pengajaran
Materi atau bahan pelajaran
Metode dan alat yang digunakan dalam proses pengajaran
Penilaian dalam proses pengajaran
Tujuan pembelajaran merupakan hal yang paling penting dalam
proses pengajaran sebagai indikator keberhasilan pembelajaran. Bahan
pelajaran diharapkan dapat melengkapi dan mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran. Metode dan alat berfungsi sebagai jembatan atau media
pelajaran terhadap tujuan yang ingin dicapai, sehingga harus efektif dan
20
efisien. Sedangkan penilaian berperan untuk mengukur tercapai tidaknya
tujuan pengajaran.
Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2011:9) menyatakan bahwa
komponen sistem pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Siswa sebagai subjek dalam pembelajaran dijadikan pusat dari
segala kegiatan. Artinya perencanaan dan desain pembelajaran
disesuaikan dengan kondisi siswa yang bersangkutan, baik
sesuai dengan kemampuan dasar, minat dan bakat, motivasi
belajar, dan gaya belajar siswa itu sendiri.
b. Tujuan adalah komponen terpenting dalam pembelajaran setelah
komponen siswa sebagai subjek belajar. Tujuan merupakan
persoalan tentang visi dan misi suatu lembaga pendidikan.
c. Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang
agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong siswa aktif
belajar baik secara fisik maupun nonfisik.
d. Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang
memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar
meliputi: lingkungan fisik seperti tempat belajar, bahan dan alat
yang dapat digunakan, personal seperti guru, petugas
perpustakaan dan ahli media, siapa saja yang berpengaruh baik
langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam
pengalaman belajar.
e. Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh
kemampuan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.
Tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang
instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan
siswa mencapai tujuan pembelajaran.
f. Hasil Belajar
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.
Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa
adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses
belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan
sekitar.
Hasil belajar merupakan suatu cara menetapkan kuantitas dan
kualitas hasil belajar. Hal ini dikarenakan tujuan pengajaran merupakan
deskripsi tentang hasil belajar yang seharusnya dicapai oleh siswa, maka
21
penilaian hasil belajar harus mengacu kepada isi rumusan tujuan
pengajaran itu. Atas dasar itu dapat pula dinyatakan, penilaian hasil belajar
merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan
pengajaran oleh siswa. Dimyati & Mudjiono (2009:3) menyatakan bahwa
“hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar”.
Menurut Gagne dikutip Aunnurahman (2012:47), ada lima macam
hasil belajar berikut ini :
1) Keterampilan intelektual atau keterampilan prosedural yang
mencakup belajar deskriminasi, konsep prinsip, dan pemecahan
masalah yang kesemuanya diperoleh melalui materi yang
disajikan guru disekolah.
2) Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan
masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal
masing-masing individu dalam memperhatikan, mengingat dan
berikir.
3) Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan
sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasiinformasi yang relevan.
4) Keterampilan motorik, yaitu keterampilan untuk melakukan dan
mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan
otot.
5) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang memperngaruhi
tingkah laku seseorang didasari emosi, kepercayaankepercayaan, serta faktor intelektual.
Jadi, Dalam pembelajaran bola basket yang ingin dicapai dapat
dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif, bidang afektif
dan bidang psikomotorik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kunandar
(2013: 61) “hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik
kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta
didik setelah mengikuti proses belajar mengajar”. Berdasarkan uraian
diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian
bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu
tertentu.
22
4. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran
Keberhasilan dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari
kemampuan guru dalam mengembangkan dan mengaplikasikan modelmodel pembelajaran yang menitik beratkan pada peningkatan intensitas
keterlibatan siswa secara efektif dalam proses pembelajaran. Menurut
Joyce & Weil yang dikutip Rusman (2013: 133) menyatakan bahwa
“model pembelajaan adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di
kelas atau yang lain.”
Aunurrahman (2012:146) berpendapat bahwa :
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual
yang
melukiskan
prosedur
yang
sistematis
dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Agus
Suprijono
(2012:
46)
menyatakan
bahwa,
Model
pembelajaran adalah ”pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial”. Sedangkan menurut
Arends yang dikutip Agus Suprijono (2012:46) berpendapat bahwa
“model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,
termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas“.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa model pembelajaran adalah suatu desain pembelajaran yang
digunakan pengajar dalam kegiatan pembelajaran untuk mempermudah
siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan.
23
b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif adalah teknik pengelompokan yang di
dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam
kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-6 orang. Menurut Nurul
Hayati yang dikutip Rusman (2013:203) “Pembelajaran Kooperatif adalah
strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu
kelompok kecil untuk saling berinteraksi”. Sedangkan Menurut Sanjaya
yang dikutip Rusman (2013:203) “Cooperatif merupakan kegiatan belajar
siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran
kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa
dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan”. Sedangkan Menurut Slavin yang dikutip dalam
Rusman (2013: 201) mengatakan bahwa, “pembelajaran kooperatif
menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.
Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaaan ide sendiri dalam
suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah kontruktivisme”
Dari pendapat dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menitik
beratkan terciptanya kerjasama antar siswa dalam kelompok-kelompok
kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda
untuk mencapai
tujuan belajar yang telah dirumuskan.
c. Unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger & David Johson yang dikutip Rusman (2013 : 212)
ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperatif learning),
yaitu sebagai berikut:
1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu
dalam
pembelajaran
kooperatif,
keberhasilan
dalam
penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh
24
2)
3)
4)
5)
kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan
oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu,
semua anggota dalam kelompok akan merasakan mereka saling
ketergantungan.
Tanggung jawab personal (individual accountability), yaitu
keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing
anggota kelompoknya. Oleh karena itu,setiap anggota kelompok
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan
dalam kelompok tersebut.
Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction) , yaitu
memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi
untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota
kelompok lain
Partisipasi dan komunikasi (participation comunication), yaitu
melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran
Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waku khusus
bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan
hasil kerja mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan
lebih efektif.
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Slavin (2005: 33) menyatakan bahwa, “tujuan yang paling penting
dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa
pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka
butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan
memberikan kontribusi”.
Pembelajaran ini dirumuskan untuk meningkatkan partisipasi
siswa, memberikan kesempatan dan pengalaman kepada siswa untuk
saling mengungkapkan pendapat yang mereka miliki, mengajarkan siswa
belajar hidup bermasyarakat saling membutuhkan dan bekerja secara
gotong royong untuk mencapai tujuan bersama.
25
e. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif
Untuk mencapai tujuan pembelajaran ada tiga strategi yang biasa
dilakukan yaitu bersifat individualistik, kompetitif, dan kooperatif. Tujuan
pembelajaran bersifat kooperatif terjadi apabila dalam upaya mencapai
tujuan itu dikerjakan secara bersama-sama antara siswa dengan siswa
dalam satu kelompok yang saling membantu satu dengan lainnya. Ketika
dua orang bekerjasama memikul balok, maka kegagalan salah satu berarti
kegagalan bagi lainnya. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota
kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran.
Rusman (2013:213-227) menyatakan bahwa ada beberapa macammacam pembelajaran kooperatif, adalah sebagai berikut :
1) Model Student Teams Achievement Division (STAD)
2) Model Jigsaw
3) Investigasi Kelompok (Group Investigation)
4) Model Membuat Pasangan (Make a Match)
5) Model Struktural
6) Model Teams Games Tournament (TGT)
5. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments
Isjoni (2009:83) menyatakan pengertian pembelajaran kooperatif
TGT adalah “salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan
siswa dalam kelompok-kelompok belajar 4 sampai 6 orang siswa yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras berbeda”.
Slavin (2005:163) menyatakan bahwa :
Secara umum TGT sama dengan STAD kecuali satu hal: TGT
menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis
dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba
26
sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja
akademik sebelumnya setara seperti mereka.
Hal yang senada diungkapkan oleh Rusman (2013:225)
“berdasarkan
apa
yang
diungkapkan
oleh
Slavin,
maka
model
pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil; b.games tournament; c.
penghargaan kelompok.”
Menurut Saco yang dikutip Rusman (2013:224) “dalam TGT siswa
memainkan
permainan
dengan
anggota-anggota
tim
lain
untuk
memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing”
Model pembelajaran Teams Games Tournaments menekankan
pada pencapaian tujuan dan kesuksesan kelompok dengan berdasarkan
pada kerja-kerja anggota kelompok. tujuan dan kesuksesan kelompok tidak
hanya dalam hal memahami suatu pelajaran, hanya menyelesaikan suatu
masalah tetapi juga mempelajari sesuatu secara kelompok.
Setelah belajar dalam kelompoknya masing-masing anggota
kelompok yang setingkat kemampuanya akan dipertemukan dalam suatu
pertandingan/turnamen yang dikenal dengan ”tournament table” yang
diadiakan disetiap akhir pokok bahasan atau akhir pekan. Skor yang
didapat akan memberikan kontribusi rata-rata skor kelompok.
Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments
adalah pembelajaran yang membentuk 4 sampai 6 siswa dalam kelompokkelompok kecil yang heterogen, dimana dalam materi pembelajarannya
tersaji dalam bentuk games dan tournaments antar kelompok sehingga
terdapat unsur teams reinforcement yang bertujuan untuk terciptanya
pembelajaran aktif dan menyenangkan agar kesuksesan belajar dapat
tercapai secara keseluruhan bersama kelompok
27
b. Komponen Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournaments
Menurut Slavin yang dikutip Rusman (2013-225) pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournaments terdiri dari lima langkah
tahapan yaitu :
1) Penyajian Kelas (Class Presented)
Penyajian kelas dalam pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams Games Tournaments (TGT) tidak berbeda dengan
pengajaraan biasa atau pengajaran klasikal oleh guru, hanya
pengajaran lebih difokuskan pada materi yang sedang dibahas
saja. Dengan demikian mereka akan memperhatikan dengan
serius selama pengajaran penyajian kelas berlangsung sebab
setelah ini mereka harus mengerjakan games akademik dengan
sebaik-baiknya dengan skor mereka yang akan menentukan
skor kelompok mereka.
2) Kelompok (Teams)
Kelompok disusun dengan beranggotakan 4-6 orang
yang mewakili percampuran dari berbagai keragaman dalam
kelas seperti kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau
etnik.
3) Permainan (Games)
Games disusun dan dirancang dari materi yang relevan
dengan materi yang disajikan untuk menguji pengetahuan yang
diperoleh mewakili masing-masing kelompok.
4) Kompetisi (Tournaments)
Tournaments adalah beberapa macam games yang
dipertandingkan. Biasanya dilaksanakan pada akhir minggu
atau akhir unit pokok bahasan.
5) Pengakuan Team (Rekognition)
Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberi
pengahargaan berupa hadiah atau sertifikat atas usaha yang
telah dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai
kriteria yang telah bersama.
28
Gambar 2.10 Penempatan Meja Teams Games Tournaments
(Sumber : Slavin, 2005:168)
6. Penerapan
Model
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
Teams
Games
Tournaments dalam Pembelajaran Bermain Bola Basket
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments pada
dasarnya membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 46 anggota tiap kelompok. Ciri khusus dari model ini adalah adanya pembagian
kelompok secara heterogen, dimana pembagian kelompok dibagi berdasarkan
kemampuan yang setara antara kelompok satu dengan kelompok lainya. Selain
itu ciri khusus lainya adalah materi pembelajaran bermain bola basket yang
meliputi dribbling, passing-catching, dan Shooting yang disajikan dalam
bentuk games dan dikompetisikan antar kelompok sesuai dengan kemampuan
setiap anggota kelompok satu dengan kelompok lain (homogen).
Berikut adalah langkah-langkah aplikasi model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Tournaments dalam pembelajaran permainan bola basket :
a) Penyajian Kelas (Class Presented)
Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang diterapkannya
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments, sebagai
suatu variasi model pembelajaran dan guru menjelaskan kepada siswa
tentang skema atau pola kerjasama antara siswa dalam suatu kelompokkelompok kecil.
Dalam aplikasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournaments dalam materi bermain bola basket akan di bagi menjadi :
29
Gambar 2.11 Pembagian Sub Materi Bermain Bola Basket
b) Membagi Kelompok (Teams)
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil, dimana
dalam satu kelompok terdapat 4 siswa berkemampuan akademik berbeda
(heterogen)
dalam
kelompok-kelompok
kecil.
Dalam
pembagian
kelompok pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments harus
seimbang antara kelompok satu dengan yang lainya, hal ini bertujuan agar
saat pembelajaran terdapat team yang setara berdasarkan kemampuan
setiap kelompok.
Ket :
: guru
: siwa
kemampuan tinggi
: siswa
kemampuan sedang
: siswa
kemampuan sedang
: siswa
kemampuan rendah
Gambar 2.12 pembagian kelompok heterogen
30
c) Games (Permainan)
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournaments dalam pembelajaran bermain bola basket adalah
menyajikan materi yaitu dribbling, passing-catching, shooting kedalam
beberapa permainan antar kelompok. Permainan (games) yang dimaksud
adalah dribbling zig-zag estafet, passing-catching estafet, shooting
kedalam keranjang teman.
(1) Dribbling zig-zag Estafet
Seperti hal nya dribbling berlari biasa, tetapi dalam dribbling zigzag estafet guru memberikan challenge/rintangan kepada setiap
kelompok agar lebih menarik dan siswa dapat bekerjasama untuk
menyelesaikan rintangan tersebut. Rintangan dalam dribbling estafet
ini berupa cone yang telah ditata oleh guru secara sejajar, setiap siswa
harus melakukan dribbling secara zig-zag melewati cone.
(2) Passing-catching Estafet
Games passing-cathcing dalam prakteknya dibagi dalam 3
bentuk teknik dasar passing yaitu chest pass estafet sejajar, bounce
pass estafet zig-zag, dan over head pass estafet. Dalam ketiga games
ini dibutuhkan kerjasama dalam kelompok dan koordinasi gerak yang
baik pada setiap siswa
(3) Shooting Keranjang Kawan
Games shooting keranjang kawan adalah perpaduan antara free
throw yang dilakukan secara individual dengan kemampuan kooperatif
antar siswa dalam kelompok. Dalam prateknya salah satu siswa di
setiap kelompok memegang keranjang, dan siswa yang lain bersiap
untuk melakukan free throw kearah keranjang tersebut. hal ini
dilakukan secara bergantian.
Games dikerjakan berdasarkan kerjasama dalam kelompok
sistematika games lebih jelasnya akan terlampir dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
31
d) Tournaments (Kompetisi Antar Kelompok)
Dari berbagai macam games bermain bola basket yang telah
dijelaskan diatas, lalu dikompetisikan antar kelompok-kelompok heterogen
yang sudah dibagi oleh guru. Disinilah ciri yang membedakan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments dengan
pembelajaran kooperatif lain.
e) Rokognition (Pengakuan Kelompok)
Pengakuan kelompok dilaksanakan diakir kegiatan pembelajaran.
yaitu berupa penghargaan reward diberikan kepada kelompok yang
mendapat poin paling banyak dalam setiap kompetisi games yang telah di
lakukan dan dipertandingkan antar kelompok.
32
B. Kerangka Berpikir
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui
aktifitas jasmani yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesegaran
jasmani, keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat.
Artinya pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani semata tetapi
juga aspek kognitif, afektif dan juga psikomotor. Dalam melaksanakan
pembelajaran pendidikan jasmani seorang guru harus aktif menciptakan
suasana pembelajaran yang sebaik mungkin agar motivasi belajar siswa
dapat meningkat. Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dengan
kemampuan seorang guru membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.
Berhasil atau tidaknya pembelajaran ditentukan oleh banyak
faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina
dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi
permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara
maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru mampu
menyampaikan semua mata pelajaran yang tercantum dalam proses
pembelajaran secara tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata
pelajaran yang akan disampaikan.
Pemilihan model pembelajaran yang diberikan guru sangat penting
agar siswa dapat termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.
Dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
yang banyak melakukan berbagai macam games dan bertanding antar
kelompok yang telah dibentuk secara heterogen. Dengan begitu akan
menumbuhkan motivasi, khususnya motivasi ekstrinsik siswa untuk
bersaing dengan teman-temannya secara fair play. Pendidikan jasmani dan
kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan penting yaitu
memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat langsung dalam
berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan
kesehatan yang terpilih dilakukan secara sistematis. Banyak sekali
33
permasalahan terkait tentang pembelajaran penjas yang menyebabkan hasil
belajar penjas tidak tercapai maksimal. Sehingga didalam pembelajaran
penjas perlu dicoba untuk menerapkan model pembelajaran yang bisa
merangsang minat siswa utnuk mengikuti pembelajaran.
Terbukti model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournaments) dapat meningkatkan hasil belajar penjas. Sebagaimana yang
termuat dalam beberapa jurnal skripsi berikut: (Fitriantono. M. R. ,2015;
Prasetyo Angga, 2014; Ovanda Debby, 2015; Suryahadi Dhenny, 2014).
Dengan penerapan model belajar Team Games Tournament pada
pembelajaran bermain bola basket, maka akan membantu guru untuk
menjelaskan teknik-teknik dasar dalam bermain bola basket pada siswa.
Sehingga dengan model belajar ini, guru akan dapat lebih mudah memberi
penjelasan tentang teknik dasar dalam bermain bola basket, disamping itu
siswa akan lebih antusias dan tertarik pada pembelajaran, serta tidak
merasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung.
Secara sederhana, kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
34
Kondisi Awal
Tindakan
Pembelajaran penjas
masih menggunakan
pembelajaran
konvensional (ceramah)
a. Siswa kurang tertarik dan
kurang
memperhatikan
materi yang diberikan.
b. Siswa bosan dan kurang
termotivasi
untuk
mengikuti pembelajaran.
c. Hasil belajar bermain bola
basket siswa masih rendah.
Menerapkan model
pembelajaran
kooperatif Teams
Games Tournaments
(TGT) pada
pembelajaran bermain
bola basket
Siklus I: peneliti bersama dengan
guru
melaksanakan
yang
bertujuan
meningkatkan
pengajaran
untuk
kemampuan
permainan bola basket melalui
penerapan model pembelajaran
Teams
Games
Tournaments
(TGT).
Kondisi Akhir
Motivasi siswa untuk
belajar permainan bola
basket meningkat,
sehingga hasil belajar
permaian bola basket pun
juga meningkat sesuai
dengan target yang
ditetapkan.
Gambar 2.13 Alur kerangka berfikir
Siklus II: peneliti bersama
dengan guru melaksanakan
upaya perbaikan dari siklus I,
untuk
meningkatkan
kemampuan permainan bola
basket melalui penerapan
model pembelajaran Teams
Games Tournaments (TGT).
Download