BAB IV PEMBAHASAN Pengalokasian biaya overhead pabrik merupakan masalah yang sering ditemui oleh perusahaan dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi. Bagi perusahaan yang hanya memproduksi satu jenis produk, hal ini bukanlah masalah karena semua biaya overhead dapat langsung dialokasikan pada semua unit yang diproduksi. Akan tetapi hal ini menjadi masalah bagi perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk karena setiap jenis produk yang dihasilkan tentunya akan mengkonsumsi biaya overhead yang berbeda pula. Biaya overhead harus dialokasikan dengan tepat agar dapat menghasilkan perhitungan harga pokok produksi yang akurat. Harga pokok produksi yang akurat dibutuhkan oleh manajemen perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam menentukan harga jual yang tepat dan kompetitif. IV.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi yang Diterapkan PT Kapasindo Prima Berdasarkan data-data yang diperoleh dari PT Kapasindo Prima, diketahui bahwa perhitungan harga pokok produksi PT Kapasindo Prima menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional. Dalam akuntansi biaya tradisional, perusahaan hanya menggunakan satu penggerak biaya dalam mengalokasikan biaya overheadnya, yaitu volume produksi. Jadi seluruh biaya overhead dibebankan ke masing-masing produk hanya dengan membagi total biaya overhead dengan volume produksi. 34 Dalam skripsi ini, perhitungan harga pokok produksi dibatasi pada kaos kaki bayi polos dan kaos kaki anak. Alasan pemilihan produk ini adalah karena kaos kaki bayi polos merupakan produk dengan tingkat produksi tinggi yang mengalami penurunan penjualan yang signifikan pada tahun 2008 dan kaos kaki anak merupakan produk dengan tingkat produksi rendah yang mengalami peningkatan penjualan yang signifikan pada tahun 2008. Pada halaman berikut akan disajikan tabel IV.1 dan tabel IV.2 yang berisi data laporan biaya produksi pada tahun 2008 yang menampilkan semua biaya produksi yang timbul selama PT Kapasindo Prima memproduksi kaos kaki bayi polos dengan volume produksi sebesar 1.512.000 pasang dan kaos kaki anak dengan volume produksi sebesar 384.000 pasang. Pada tabel IV.1 dapat dilihat bahwa harga pokok produksi diperoleh dengan menjumlahkan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. PT Kapasindo Prima menghitung harga pokok produksi per unit dengan membagi harga pokok produksi secara keseluruhan (Rp. 5.554.175.064,29) dengan volume produksinya, yaitu 1.512.000 pasang kaos kaki, sehingga harga pokok produksi per unit yang diperoleh adalah Rp. 3.673,40. Pada IV.2 dapat dilihat bahwa harga pokok produksi juga diperoleh dengan menjumlahkan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. PT Kapasindo Prima menghitung harga pokok produksi per unit dengan membagi harga pokok produksi secara keseluruhan (Rp. 1.744.580.252,42) dengan volume produksinya, yaitu 384.000 pasang kaos kaki, sehingga harga pokok produksi per unit yang diperoleh adalah Rp. 4.543,18. 35 Tabel IV.1 PT Kapasindo Prima Laporan Biaya Produksi Kaos Kaki Bayi Polos Tahun 2008 Keterangan Total (Rupiah) Biaya bahan baku langsung 3.608.924.896,29 Biaya tenaga kerja langsung 548.856.000,00 Biaya overhead pabrik: Biaya bahan baku tidak langsung 407.167.549,51 Biaya tenaga kerja tidak langsung 159.476.258,95 Biaya pemeliharaan bangunan 52.075.301,39 Biaya pemeliharaan mesin 34.440.390,35 Biaya penyusutan mesin 55.015.581,32 Biaya pemeliharaan kendaraan 22.740.061,40 Biaya penyusutan kendaraan 12.345.914,98 Biaya pemeliharaan inventaris 4.241.236,06 Biaya sewa pabrik 287.328.300,41 Biaya pengiriman 56.870.530,02 Biaya air/PAM 8.720.685,16 Biaya telepon 4.118.427,51 Biaya listrik 184.772.812,13 Biaya overhead lainnya 107.081.118,81 Total biaya overhead pabrik 1.396.394.168,00 Harga pokok produksi 5.554.175.064,29 Volume produksi 1.512.000 pasang Harga pokok produksi per unit 3.673,40 Tabel IV.1 Laporan Biaya Produksi Kaos Kaki Bayi polos Tahun 2008 Sumber: PT Kapasindo Prima 36 Tabel IV.2 PT Kapasindo Prima Laporan Biaya Produksi Kaos Kaki Anak Tahun 2008 Keterangan Total (Rupiah) Biaya bahan baku langsung 1.198.568.463,73 Biaya tenaga kerja langsung 191.372.000,00 Biaya overhead pabrik: Biaya bahan baku tidak langsung 103.407.631,62 Biaya tenaga kerja tidak langsung 40.501.907,03 Biaya pemeliharaan bangunan 13.225.473,37 Biaya pemeliharaan mesin Biaya penyusutan mesin 8.746.765,80 13.972.211,13 Biaya pemeliharaan kendaraan 5.775.253,69 Biaya penyusutan kendaraan 3.135.470,47 Biaya pemeliharaan inventaris 1.077.139,32 Biaya sewa pabrik 72.972.266,77 Biaya pengiriman 14.443.309,21 Biaya air PAM 2.214.777,18 Biaya telepon 1.045.949,84 Biaya listrik 46.926.428,48 Biaya overhead lainnya 27.195.204,78 Total biaya overhead pabrik Harga pokok produksi Volume produksi Harga pokok produksi per unit 354.639.788,69 1.744.580.252,42 384.000 pasang 4.543,18 Tabel IV.2 Laporan Biaya Produksi Kaos Kaki Anak Tahun 2008 Sumber: PT Kapasindo Prima Biaya overhead yang tertera pada tabel IV.1 merupakan biaya overhead untuk produk kaos kaki bayi polos, sedangkan pada tabel IV.2 merupakan biaya overhead untuk produk kaos kaki anak. Pada tabel IV.3 akan disajikan data laporan biaya produksi tahun 2008 yang menampilkan semua biaya produksi yang timbul selama PT Kapasindo Prima memproduksi kaos kaki bayi polos dan kaos kaki anak. 37 Tabel IV.3 PT Kapasindo Prima Laporan Biaya Produksi Tahun 2008 Keterangan Kaos Kaki Bayi Polos (Rupiah) Kaos Kaki Anak (Rupiah) Biaya bahan baku langsung 3.608.924.896,29 1.198.568.463,73 Biaya tenaga kerja langsung 548.856.000,00 191.372.000,00 Biaya bahan baku tidak langsung 407.167.549,51 103.407.631,62 Biaya tenaga kerja tidak langsung 159.476.258,95 40.501.907,03 Biaya pemeliharaan bangunan 52.075.301,39 13.225.473,37 Biaya pemeliharaan mesin 34.440.390,35 8.746.765,80 Biaya penyusutan mesin 55.015.581,32 13.972.211,13 Biaya pemeliharaan kendaraan 22.740.061,40 5.775.253,69 Biaya penyusutan kendaraan 12.345.914,98 3.135.470,47 4.241.236,06 1.077.139,32 287.328.300,41 72.972.266,77 56.870.530,02 14.443.309,21 Biaya air PAM 8.720.685,16 2.214.777,18 Biaya telepon 4.118.427,51 1.045.949,84 Biaya listrik 184.772.812,13 46.926.428,48 Biaya overhead lainnya 107.081.118,81 27.195.204,78 Total biaya overhead pabrik 1.396.394.168,00 354.639.788,69 Harga pokok produksi 5.554.175.064,29 1.744.580.252,42 Volume produksi 1.512.000 pasang 384.000 pasang 3.673,40 4.543,18 Biaya overhead pabrik: Biaya pemeliharaan inventaris Biaya sewa pabrik Biaya ongkos angkut Harga pokok produksi per unit Tabel IV.3 Laporan Biaya Produksi Tahun 2008 Sumber: PT Kapasindo Prima Berdasarkan laporan biaya produksi kaos kaki bayi polos dan anak, diketahui bahwa metode perhitungan harga pokok produksi yang digunakan oleh PT Kapasindo Prima adalah sistem akuntansi biaya tradisional karena PT Kapasindo Prima hanya menggunakan volume produksi sebagai pemicu biaya. Dapat dilihat bahwa pengalokasian overhead berdasarkan volume produksi hanya melihat volume masing- 38 masing produk sehingga produk yang ber-volume besar akan memperoleh alokasi overhead yang besar dan sebaliknya produk yang ber-volume kecil akan memperoleh alokasi overhead yang kecil. Pada kenyataannya, perhitungan tarif overhead yang hanya menggunakan volume produksi sebagai satu-satunya dasar alokasi akan menyebabkan timbulnya biaya yang terdistorsi karena biaya yang dibebankan tidak mencerminkan besarnya biaya yang benar-benar diserap oleh produk. Biaya yang dibebankan menjadi lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya. Hal ini akan berdampak pada perhitungan harga pokok produksi per unit. Berdasarkan sistem akuntansi biaya tradisional, harga pokok produksi yang diperoleh untuk produk kaos kaki bayi polos adalah sebesar Rp. 5.554.175.064,29 atau sebesar Rp. 3.673,40 per unit, dan harga pokok produksi untuk kaos kaki anak adalah Rp. 1.744.580.252,42 atau Rp. 4.543,18 per unit. Harga pokok produksi untuk produk ber-volume besar yang dihitung dengan sistem akuntansi biaya tradisional cenderung lebih besar jika dibandingkan dengan perhitungan sistem activity-based costing. Hal ini terjadi karena diasumsikan bahwa biaya yang diserap oleh produk berbanding lurus dengan volume produksi masingmasing produk. Produk yang ber-volume besar akan menyerap biaya overhead yang lebih besar dibandingkan dengan produk yang ber-volume kecil, padahal hal tersebut belum tentu. Dengan kata lain, penggunaan penggerak biaya tunggal menyebabkan pengalokasian biaya overhead tidak mencerminkan pemakaian biaya overhead yang sebenarnya dari setiap produk. Penggerak biaya yang seharusnya digunakan dalam pengalokasian biaya overhead adalah penggerak biaya unit dan non-unit. Tidak hanya volume produksi yang 39 digunakan sebagai dasar alokasi, tetapi diperlukan penggerak biaya lainnya seperti jam tenaga kerja langsung, jam mesin, jumlah pengiriman, dan luas lantai. Berdasarkan data biaya overhead pada PT Kapasindo Prima, terdapat pengalokasian biaya yang tidak tepat atas dasar volume produksi. Biaya tersebut adalah biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya pemeliharaan bangunan, biaya pemeliharaan mesin, biaya penyusutan mesin, biaya pemeliharaan kendaraan, biaya penyusutan kendaraan, biaya sewa pabrik, biaya pengiriman, biaya telepon, dan biaya listrik. Jika yang digunakan sebagai dasar alokasi adalah volume produksi, pembebanan biaya-biaya tersebut ke masing-masing produk menjadi kurang tepat karena cost driver dari biayabiaya tersebut bukanlah volume produksi. IV.2 Penerapan Sistem Activity-Based Costing pada PT Kapasindo Prima Pada dasarnya, sistem activity-based costing merupakan metode penentuan harga pokok yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok produksi yang akurat bagi pihak manajemen. Penerapan sistem ini sangat berbeda dengan cara penerapan sistem akuntansi biaya tradisional yang telah diterapkan perusahaan. Letak perbedaannya adalah pada penggerak biaya. Sistem akuntansi biaya tradisional hanya menggunakan satu penggerak biaya, sedangkan pada sistem activity-based costing terdapat beberapa penggerak biaya, baik penggerak biaya unit maupun non-unit. Untuk mengetahui penggerak biaya yang terjadi pada PT Kapasindo Prima, berikut ini disajikan laporan kegiatan produksi yang dilakukan perusahaan dalam memproduksi kaos kaki bayi polos dan kaos kaki anak selama tahun 2008 pada tabel IV.4. 40 Tabel IV.4 PT Kapasindo Prima Laporan Kegiatan Produksi Tahun 2008 Kaos Kaki Bayi Polos Kaos Kaki Anak 1.512.000 pasang 384.000 pasang Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL) 109.771 jam 38.274 jam Jam Mesin (JM) 12.945 jam 5.736 jam 1.425 876 Keterangan Volume Produksi Jumlah Pengiriman (JP) Luas Lantai (LL) 2 1.130 m 670 m2 Tabel IV.4 Laporan Kegiatan Produksi Sumber: PT Kapasindo Prima Dengan menggunakan sistem activity-based costing, perusahaan dapat menggunakan banyak penggerak biaya sebagai dasar alokasi. Setiap aktivitas yang dilalui produk dalam proses produksi dapat ditelusuri sehingga dapat diketahui besarnya konsumsi sumber daya oleh produk. Berikut ini akan disajikan perhitungan tentang penerapan sistem activity-based costing pada PT Kapasindo Prima. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan sistem activity-based costing adalah: Prosedur tahap pertama 1. Identifikasi dan klasifikasi aktivitas Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi berbagai aktivitas yang biasa dijalankan oleh perusahaan dalam melaksanakan proses produksinya. Aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan overhead diidentifikasi menurut tingkatannya disajikan pada tabel IV.5. 41 Tabel IV.5 PT Kapasindo Prima Identifikasi dan Klasifikasi Aktivitas Aktivitas Perusahaan Tingkat Aktivitas Aktivitas pemakaian bahan baku tidak langsung Unit Aktivitas pemakaian tenaga kerja tidak langsung Unit Aktivitas pemeliharaan bangunan Fasilitas Aktivitas pemeliharaan mesin Produk Aktivitas penyusutan mesin Produk Aktivitas pemeliharaan kendaraan Batch Aktivitas penyusutan kendaraan Batch Aktivitas pemeliharaan inventaris Produk Aktivitas sewa pabrik Fasilitas Aktivitas pengiriman Batch Aktivitas pemakaian air PAM Unit Aktivitas pemakaian telepon Unit Aktivitas pemakaian listrik Unit Aktivitas overhead lainnya Unit 2. Penentuan penggerak biaya (cost driver) Setelah mengidentifikasi dan mengklasifikasi aktivitas yang terjadi, langkah selanjutnya adalah menentukan penggerak biaya dari masing-masing aktivitas yang telah diidentifikasi tingkatannya. Tidak semua aktivitas cost driver-nya volume produksi, tetapi terdapat aktivitas-aktivitas yang cost driver-nya jam tenaga kerja langsung, jam mesin, jumlah pengiriman, dan luas lantai. Inilah yang membedakan sistem akuntansi biaya tradisional dengan sistem activity-based costing. Pada sistem tradisional yang diterapkan PT Kapasindo Prima, cost driver dari semua aktivitas yang terjadi adalah volume produksi. Hubungan antara biaya dengan tingkat aktivitas dan cost driver-nya disajikan pada tabel IV.6. 42 Tabel IV.6 PT Kapasindo Prima Hubungan Biaya dengan Tingkat Aktivitas dan Cost Driver Tingkat Aktivitas Perusahaan Aktivitas Cost Driver Aktivitas pemakaian bahan baku tidak langsung Unit Volume Produksi Aktivitas pemakaian tenaga kerja tidak langsung Unit JTKL Aktivitas pemeliharaan bangunan Fasilitas Luas Lantai Aktivitas pemeliharaan mesin Produk Jam Mesin Aktivitas penyusutan mesin Produk Jam Mesin Aktivitas pemeliharaan kendaraan Batch Jumlah Pengiriman Aktivitas penyusutan kendaraan Batch Jumlah Pengiriman Aktivitas pemeliharaan inventaris Produk JTKL Aktivitas sewa pabrik Fasilitas Luas Lantai Aktivitas pengiriman Batch Jumlah Pengiriman Aktivitas pemakaian air PAM Unit Volume Produksi Aktivitas pemakaian telepon Unit Jumlah Pengiriman Aktivitas pemakaian listrik Unit Jam Mesin Aktivitas overhead lainnya Unit Volume Produksi 3. Pengelompokkan biaya (cost pool) yang homogen Berdasarkan cost driver yang telah ditentukan, biaya dari beberapa aktivitas dapat dikelompokkan ke dalam suatu kelompok biaya yang sejenis (cost pool). Pengelompokkan biaya dilakukan untuk menghemat waktu dan biaya sehingga tidak perlu untuk menghitung masing-masing tarif overhead untuk setiap aktivitas. Pengelompokkan biaya (cost pool) yang homogen disajikan dalam tabel IV.7. 43 Tabel IV.7 PT Kapasindo Prima Kelompok Aktivitas dan Kelompok Biaya Sejenis Tingkat Aktivitas Perusahaan Aktivitas Cost Driver Aktivitas pemakaian bahan baku tidak langsung Unit Volume Produksi Aktivitas pemakaian air PAM Unit Volume Produksi Aktivitas overhead lainnya Unit Volume Produksi Unit JTKL Produk JTKL Aktivitas pemeliharaan mesin Produk Jam Mesin Aktivitas penyusutan mesin Produk Jam Mesin Aktivitas pemakaian listrik Unit Jam Mesin Aktivitas pemeliharaan kendaraan Batch Jumlah Pengiriman Aktivitas penyusutan kendaraan Batch Jumlah Pengiriman Aktivitas pengiriman Batch Jumlah Pengiriman Aktivitas pemakaian telepon Unit Jumlah Pengiriman Aktivitas pemeliharaan bangunan Fasilitas Luas Lantai Aktivitas sewa pabrik Fasilitas Luas Lantai Kelompok Biaya 1: Kelompok Biaya 2: Aktivitas pemakaian tenaga kerja tidak langsung Aktivitas pemeliharaan inventaris Kelompok Biaya 3: Kelompok Biaya 4: Kelompok Biaya 5: 4. Perhitungan tarif overhead kelompok (pool rate) Setelah mengelompokkan biaya yang sejenis, selanjutnya adalah menghitung tarif overhead dari masing-masing kelompok biaya, yaitu dengan cara membagi biaya overhead dengan cost driver-nya. Pool Rate = Total Overhead Cost Cost Driver Perhitungan pool rate pada PT Kapasindo Prima disajikan dalam tabel IV.8. 44 Tabel IV.8 PT Kapasindo Prima Perhitungan Pool Rate (Dalam Rupiah) Kelompok Biaya 1: Overhead yang berhubungan dengan Volume Produksi Aktivitas pemakaian bahan baku tidak langsung Aktivitas pemakaian air PAM Aktivitas overhead lainnya Total biaya 1 Volume produksi Tarif overhead per kelompok biaya 1 510.575.181,13 10.935.462,34 134.276.323,59 655.786.967,06 1.896.000 pasang 345,88 Kelompok Biaya 2: Overhead yang berhubungan dengan Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL) Aktivitas pemakaian tenaga kerja tidak langsung Aktivitas pemeliharaan inventaris Total biaya 2 Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL) Tarif overhead per kelompok biaya 2 199.978.165,98 5.318.375,38 205.296.541,36 148.045 jam 1.386,72 Kelompok Biaya 3: Overhead yang berhubungan dengan Jam Mesin (JM) Aktivitas pemeliharaan mesin 43.187.156,15 Aktivitas penyusutan mesin 68.987.792,45 Aktivitas pemakaian listrik 231.699.240,61 Total biaya 3 Jam Mesin (JM) Tarif overhead per kelompok biaya 3 343.874.189,21 18.681 jam 18.407,70 Kelompok Biaya 4: Overhead yang berhubungan dengan Jumlah Pengiriman (JP) Aktivitas pemeliharaan kendaraan 28.515.315,09 Aktivitas penyusutan kendaraan 15.481.385,45 Aktivitas pengiriman 71.313.839,23 Aktivitas pemakaian telepon Total biaya 4 Jumlah Pengiriman (JP) Tarif overhead per kelompok biaya 4 5.164.377,35 120.474.917,12 2.301 52.357,63 45 Kelompok Biaya 5: Overhead yang berhubungan dengan Luas Lantai (LL) Aktivitas pemeliharaan bangunan Aktivitas sewa pabrik Total biaya 5 Luas Lantai (LL) Tarif overhead per kelompok biaya 5 65.300.774,76 360.300.567,18 425.601.341,94 1.800 m2 236.445,19 Prosedur tahap kedua Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam penerapan sistem activity-based costing. Pada tahap ini, berbagai biaya aktivitas akan dibebankan ke setiap produk. Besarnya alokasi biaya overhead pada masing-masing produk diperoleh dengan cara mengalikan tarif overhead masing-masing penggerak biaya (cost driver) dengan besarnya unit penggerak biaya yang dikonsumsi untuk setiap produk. Perhitungan biaya overhead untuk produk kaos kaki bayi polos berdasarkan sistem activity-based costing akan disajikan pada tabel IV.9. Berdasarkan perhitungan pada tabel IV.9, diperoleh pengalokasian overhead pada masing-masing kelompok biaya sehingga dari jumlah semua kelompok biaya tersebut dapat diketahui total biaya overhead untuk produk kaos kaki bayi polos adalah sebesar Rp. 1.255.271.015,06. Setelah biaya overhead diketahui, langkah selanjutnya adalah menghitung harga pokok produksi untuk masing-masing produk dengan menjumlahkan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Harga pokok produksi per unit akan diperoleh dengan membagi hasil penjumlahan tersebut dengan volume produksi masing-masing produk. 46 Tabel IV.9 PT Kapasindo Prima Perhitungan Overhead Kaos Kaki Bayi Polos Berdasarkan Sistem Activity-Based Costing Kaos Kaki Bayi Polos Keterangan (Rupiah) Kelompok Biaya 1: Overhead yang berhubungan dengan Volume Produksi Rp. 345,88 x 1.512.000 pasang 522.969.353,48 Kelompok Biaya 2: Overhead yang berhubungan dengan Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL) Rp. 1.386,72 x 109.771 jam 152.221.328,93 Kelompok Biaya 3: Overhead yang berhubungan dengan Jam Mesin (JM) Rp. 18.407,70 x 12.945 jam 238.287.638,74 Kelompok Biaya 4: Overhead yang berhubungan dengan Jumlah Pengiriman (JP) Rp. 52.357,63 x 1.425 74.609.629,25 Kelompok Biaya 5: Overhead yang berhubungan dengan Luas Lantai (LL) Rp. 236.445,19 x 1.130 m2 Total Biaya Overhead 267.183.064,66 1.255.271.015,06 Jumlah biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung dalam perhitungan harga pokok produksi dengan sistem activity-based costing adalah sama dengan sistem akuntansi biaya tradisional. Perbedaan dari kedua sistem ini terletak pada besarnya biaya overhead. Perhitungan harga pokok produksi berdasarkan sistem activity-based costing disajikan dalam tabel IV.10. 47 Tabel IV.10 PT Kapasindo Prima Harga Pokok Produksi Kaos Kaki Bayi Polos Berdasarkan Sistem Activity-Based Costing Kaos Kaki Bayi Polos Keterangan (Rupiah) Biaya bahan baku langsung 3.608.924.896,29 Biaya tenaga kerja langsung 548.856.000,00 Biaya overhead pabrik 1.255.271.075,06 Total harga pokok produksi 5.413.051.971,35 Volume produksi 1.512.000 pasang Harga pokok produksi per unit 3.580,06 Berdasarkan perhitungan pada tabel IV.10, harga pokok produksi yang dihitung dengan menggunakan sistem activity-based costing untuk produk kaos kaki bayi polos adalah Rp. 5.413.051.971,35 atau Rp. 3.580,06 per unit. Perhitungan biaya overhead untuk produk kaos kaki anak berdasarkan sistem activity-based costing akan disajikan pada tabel IV.11. Berdasarkan perhitungan pada tabel IV.11, diperoleh pengalokasian overhead pada masing-masing kelompok biaya sehingga dari jumlah semua kelompok biaya tersebut dapat diketahui total biaya overhead untuk produk kaos kaki anak adalah sebesar Rp. 495.762.941,63. Perhitungan harga pokok produksi kaos kaki anak dilakukan dengan cara yang sama seperti produk kaos kaki bayi polos dan akan disajikan pada tabel IV.12. 48 Tabel IV.11 PT Kapasindo Prima Perhitungan Overhead Kaos Kaki Anak Berdasarkan Sistem Activity-Based Costing Kaos Kaki Anak Keterangan (Rupiah) Kelompok Biaya 1: Overhead yang berhubungan dengan Volume Produksi Rp. 345,88 x 384.000 pasang 132.817.613,58 Kelompok Biaya 2: Overhead yang berhubungan dengan Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL) Rp. 1.386,72 x 38.274 jam 53.075.212,43 Kelompok Biaya 3: Overhead yang berhubungan dengan Jam Mesin (JM) Rp. 18.407,70 x 5.736 jam 105.586.550,47 Kelompok Biaya 4: Overhead yang berhubungan dengan Jumlah Pengiriman (JP) Rp. 52.357,63 x 876 45.865.287,87 Kelompok Biaya 5: Overhead yang berhubungan dengan Luas Lantai (LL) Rp. 236.445,19 x 670 m2 158.418.277,28 Total Biaya Overhead 495.762.941,63 Tabel IV.12 PT Kapasindo Prima Harga Pokok Produksi Kaos Kaki Anak Berdasarkan Sistem Activity-Based Costing Kaos Kaki Anak Keterangan (Rupiah) Biaya bahan baku langsung 1.198.568.463,73 Biaya tenaga kerja langsung 191.372.000,00 Biaya overhead pabrik 495.762.941,63 Total harga pokok produksi Volume produksi Harga pokok produksi per unit 1.885.703.405,36 384.000 pasang 4.910,69 49 Berdasarkan perhitungan pada tabel IV.12, harga pokok produksi yang dihitung dengan menggunakan sistem activity-based costing untuk produk kaos kaki anak adalah Rp. 1.885.703.405,36 atau Rp. 4.910,69 per unit. Hasil perhitungan harga pokok produksi berdasarkan sistem activity-based costing tentunya berbeda dengan hasil perhitungan dengan sistem akuntansi biaya tradisional karena kedua sistem tersebut memiliki cara pengalokasian biaya overhead yang berbeda satu sama lain. IV.3 Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Sistem Tradisional dan Sistem Activity-Based Costing Perbedaan harga pokok produksi antara sistem akuntansi biaya tradisional dengan sistem activity-based costing dapat dilihat pada tabel IV.13 dan IV.14. Tabel IV.13 PT Kapasindo Prima Perbandingan Harga Pokok Produksi Kaos Kaki Bayi Polos Keterangan Sistem Tradisional (Rupiah) Sistem Acivity-Based Costing (Rupiah) Biaya bahan baku langsung 3.608.924.896,29 3.608.924.896,29 Biaya tenaga kerja langsung 548.856.000,00 548.856.000,00 1.396.394.168,00 1.255.271.075,06 Harga pokok produksi 5.554.175.064,29 5.413.051.971,35 Volumeproduksi 1.512.000 pasang 1.512.000 pasang 3.673,40 3.580,06 Biaya overhead pabrik Harga pokok produksi per unit Berdasarkan tabel IV.13 dan tabel IV.14, terlihat bahwa biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung menurut sistem akuntansi biaya tradisional dan activity-based costing adalah sama. Kaos kaki bayi polos memiliki biaya bahan baku langsung sebesar Rp. 3.608.924.896,29 dan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp. 50 548.856.000,00, sedangkan kaos kaki anak memiliki biaya bahan baku langsung sebesar Rp. 1.198.568.463,73 dan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp. 191.372.000,00. Tabel IV.14 PT Kapasindo Prima Perbandingan Harga Pokok Produksi Kaos Kaki Anak Keterangan Sistem Tradisional (Rupiah) Sistem Activity-Based Costing (Rupiah) Biaya bahan baku langsung 1.198.568.463,73 1.198.568.463,73 Biaya tenaga kerja langsung 191.372.000,00 191.372.000,00 Biaya overhead pabrik 354.639.788,69 495.762.941,63 1.744.580.252,42 1.885.703.405,36 384.000 pasang 384.000 pasang 4.543,18 4.910,69 Harga pokok produksi Volumeproduksi Harga pokok produksi per unit Perbedaan antara sistem akuntansi biaya tradisional dan sistem activity-based costing terletak pada biaya overheadnya. Pada sistem akuntansi biaya tradisional hanya terdapat satu penggerak biaya (cost driver), yaitu volume produksi, sedangkan pada sistem activity-based costing terdapat beberapa penggerak biaya, yaitu volume produksi, jam tenaga kerja langsung (JTKL), jam mesin (JM), jumlah pengiriman (JP), dan luas kantai (LL). Pengalokasian biaya overhead pada sistem activity-based costing menelusuri setiap aktivitas overhead yang dikonsumsi oleh produk. Dengan demikian, diketahui besarnya biaya yang benar-benar diserap oleh masing-masing produk selama proses produksinya. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional. Berdasarkan tabel IV.13, harga pokok produksi kaos kaki bayi polos yang dilaporkan dengan menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional adalah sebesar Rp. 5.554.175.064,29, sedangkan perhitungan dengan sistem activity-based costing menghasilkan harga pokok produksi sebesar Rp. 5.413.051.971,35. Hal ini 51 memperlihatkan bahwa harga pokok produksi yang dilaporkan perusahaan mengalami kelebihan sebesar Rp. 141.123.092,94 atau 2,54% dari Rp. 5.554.175.064,29. Berdasarkan tabel IV.14, harga pokok produksi kaos kaki anak yang dilaporkan dengan menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional adalah sebesar Rp. 1.744.580.252,42, sedangkan perhitungan dengan sistem activity-based costing menghasilkan harga pokok produksi sebesar Rp. 1.885.703.405,36. Hal ini memperlihatkan bahwa harga pokok produksi yang dilaporkan perusahaan mengalami kekurangan sebesar Rp. 141.123.152,94 atau 8,09% dari Rp. 1.744.580.252,42. Sistem akuntansi biaya tradisional yang telah diterapkan oleh perusahaan lebih sederhana dibandingkan dengan sistem activity-based costing karena pada sistem akuntansi biaya tradisional pembebanan biaya overhead pada produk yang dihasilkan hanya menggunakan satu penggerak biaya, yaitu volume produksi. Akan tetapi, perhitungan yang dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya tradisional tersebut akan menyebabkan terjadinya distorsi pada harga pokok produksi, sehingga jumlah biaya produksi yang dibebankan kepada masing-masing produk tidak tepat. Pada sistem activity-based costing, biaya overhead dikelompokkan menurut aktivitas yang mendasarinya. Jadi, sebelum menentukan penggerak biaya, aktivitasaktivitas yang menimbulkan biaya harus diidentifikasi terlebih dahulu, setelah itu biaya tersebut dibebankan kepada aktivitas yang mendasarinya. Besar/kecilnya biaya yang dibebankan kepada produk tergantung dari besar/kecilnya aktivitas yang diserap oleh produk yang bersangkutan. Hal ini membuat sistem activity-based costing lebih rumit dibandingkan dengan sistem akuntansi biaya tradisional. Akan tetapi, sistem activity-based costing menghasilkan perhitungan biaya yang lebih akurat daripada sistem akuntansi biaya tradisional karena 52 sistem activity-based costing menggunakan banyak penggerak biaya sebagai dasar alokasi. IV.4 Analisis Rekonsiliasi Perlu dilakukan analisis rekonsiliasi antara sistem akuntansi biaya tradisional dengan sistem activity-based costing untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai perhitungan harga pokok produksi kaos kaki bayi polos dan kaos kaki anak. Pertama perlu dibuat terlebih dahulu proporsi cost driver produk kaos kaki bayi polos dan kaos kaki anak, baik cost driver yang digunakan dalam sistem akuntansi biaya tradisional maupun cost driver yang digunakan dalam sistem activity-based costing. Dalam sistem akuntansi biaya tradisional, cost driver yang digunakan adalah volume produksi, sedangkan cost driver yang digunakan dalam sistem activity-based costing pada PT Kapasindo Prima selama tahun 2008 adalah Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL), Jam Mesin (JM), Jumlah Pengiriman (JP), dan Luas Lantai (LL). Berdasarkan data pada tabel IV.6, dapat dibuat proporsi setiap cost driver untuk produk kaos kaki bayi polos dan kaos kaki anak yang disajikan pada gambar IV.1, gambar IV.2, gambar IV.3, gambar IV.4, dan gambar IV.5. Pada gambar IV.1 dapat dilihat proporsi cost driver yang digunakan oleh perusahaan dalam sistem akuntansi biaya tradisional untuk produk kaos kaki bayi polos dan kaos kaki anak, yaitu volume produksi. Proporsi volume produksi kaos kaki bayi polos sebesar 79,75%, sedangkan kaos kaki anak sebesar 20,25%. Proporsi cost driver yang digunakan dalam sistem activity-based costing untuk kaos kaki bayi polos dan kaos kaki anak dapat dilihat pada gambar IV.2, gambar IV.3, gambar IV.4, dan gambar IV.5. 53 Gambar IV.1 Proporsi Volume Produksi Kaos Kaki Bayi Polos dan Kaos Kaki Anak 384,000 20.25% Kaos Kaki Bayi Polos Kaos Kaki Anak 1,512,000 79.75% Gambar IV.2 Proporsi Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL) Kaos Kaki Bayi Polos dan Kaos Kaki Anak 38,274 25.85% Kaos Kaki Bayi Polos Kaos Kaki Anak 109,771 74.15% Pada gambar IV.2 dapat dilihat proporsi konsumsi jam tenaga kerja langsung (JTKL) untuk kaos kaki bayi polos sebesar 74,15%, sedangkan untuk kaos kaki anak sebesar 25,85%. 54 Gambar IV.3 Proporsi Jam Mesin (JM) Kaos Kaki Bayi Polos dan Kaos Kaki Anak 5,736 30.70% Kaos Kaki Bayi Polos Kaos Kaki Anak 12,945 69.30% Pada gambar IV.3 dapat dilihat proporsi konsumsi jam mesin (JM) untuk kaos kaki bayi polos adalah sebesar 69,30%, sedangkan untuk kaos kaki anak adalah sebesar 30,70%. Gambar IV.4 Proporsi Jumlah Pengiriman (JP) Kaos Kaki Pria Bayi Polos dan Kaos Kaki Anak 876 38.07% Kaos Kaki Bayi Polos 1,425 61.93% Kaos Kaki Anak Pada gambar IV.4 dapat dilihat proporsi konsumsi jumlah pengiriman (JP) untuk kaos kaki bayi polos sebesar 61,93%, sedangkan untuk kaos kaki anak sebesar 38,07%. 55 Gambar IV.5 Proporsi Luas Lantai (LL) Kaos Kaki Bayi Polos dan Kaos Kaki Anak 670 37.22% Kaos Kaki Bayi Polos Kaos Kaki Anak 1,130 62.78% Pada gambar IV.5 dapat dilihat proporsi konsumsi luas lantai (LL) untuk kaos kaki bayi polos sebesar 62,78%, sedangkan untuk kaos kaki anak sebesar 37,22%. Analisis rekonsiliasi untuk kedua produk tersebut akan diuraikan pada tabel IV.15 dan IV.16. 56 Tabel IV.15 PT Kapasindo Prima Rekonsiliasi Harga Pokok Produksi Kaos Kaki Bayi Polos antara Sistem Tradisional dan Sistem ABC Keterangan Total (Rupiah) Per Unit (Rupiah) 5.554.175.064,29 3.673,40 Total penyesuaian (141.123.152,94) (93,34) HPP kaos kaki bayi berdasarkan sistem ABC 5.413.051.911,35 3.580,06 HPP kaos kaki pria dewasa berdasarkan sistem tradisional Penyesuaian untuk: Biaya produk dengan cost driver JTKL yang dibebankan terlalu tinggi, Rp. 205.296.541,36 x (79,75% - 74,15%) (11.496.166,08) Biaya produk dengan cost driver JM yang dibebankan terlalu tinggi, Rp. 343.874.189,21 x (79,75% - 69,30%) (35.941.145,06) Biaya produk dengan cost driver JP yang dibebankan terlalu tinggi, Rp. 120.474.917,12 x (79,75% - 61,93%) (21.465.304,66) Biaya produk dengan cost driver LL yang dibebankan terlalu tinggi, Rp. 425.601.341,94 x (79,75% - 62,78%) (72.220.537,14) 57 Berdasarkan tabel IV.15, produk kaos kaki bayi polos mewakili 79,75% dari volume produksi sehingga sistem akuntansi biaya tradisional membebankan 79,75% dari seluruh overhead ke produk tersebut. Pada kenyataannya, produk kaos kaki bayi polos mewakili: 1. 74,15% dari biaya overhead yang terkait dengan jam tenaga kerja langsung. 2. 69,30% dari biaya overhead yang terkait dengan jam mesin. 3. 61,93% dari biaya overhead yang terkait dengan jumlah pengiriman. 4. 62,78% dari biaya overhead yang terkait dengan luas lantai. Akibatnya sistem akuntansi biaya tradisional menimbulkan distorsi biaya sebesar: 1. Overstated 5,60% (79,75% - 74,15%) untuk biaya overhead yang terkait dengan jam tenaga kerja langsung. 2. Overstated 10,45% (79,75% - 69,30%) untuk biaya overhead yang terkait dengan jam mesin. 3. Overstated 17,20% (79,75% - 61,93%) untuk biaya overhead yang terkait dengan jumlah pengiriman. 4. Overstated 16,97% (79,75% - 62,78%) untuk biaya overhead yang terkait dengan luas lantai. 58 Tabel IV.16 PT Kapasindo Prima Rekonsiliasi Harga Pokok Produksi Kaos Kaki Anak antara Sistem Tradisional dan Sistem ABC Keterangan Total (Rupiah) HPP kaos kaki anak-anak berdasarkan sistem tradisional Per Unit (Rupiah) 1.744.580.252,42 4.543,18 141.123.152,94 367,51 1.885.703.405,36 4.910,69 Penyesuaian untuk: Biaya produk dengan cost driver JTKL yang dibebankan terlalu rendah, Rp. 205.296.541,36 x (20,25% - 25,85%) 11.496.166,08 Biaya produk dengan cost driver JM yang dibebankan terlalu rendah, Rp. 343.874.189,21 x (20,25% - 30,70%) 35.941.145,06 Biaya produk dengan cost driver JP yang dibebankan terlalu rendah, Rp. 120.474.917,12 x (20,25% - 38,07%) 21.465.304,66 Biaya produk dengan cost driver LL yang dibebankan terlalu rendah, Rp. 425.601.341,94 x (20,25% - 37,22%) Total penyesuaian HPP kaos kaki bayi berdasarkan sistem ABC 72.220.537,14 59 Berdasarkan tabel IV.16, produk kaos kaki anak mewakili 20,25% dari volume produksi sehingga sistem akuntansi biaya tradisional membebankan 20,25% dari seluruh overhead ke produk tersebut. Pada kenyataannya, produk kaos kaki bayi polos mewakili: 1. 25,85% dari biaya overhead yang terkait dengan jam tenaga kerja langsung. 2. 30,70% dari biaya overhead yang terkait dengan jam mesin. 3. 38,07% dari biaya overhead yang terkait dengan jumlah pengiriman. 4. 37,22% dari biaya overhead yang terkait dengan luas lantai. Akibatnya sistem akuntansi biaya tradisional menimbulkan distorsi biaya sebesar: 1. Understated 5,60% (20,25% - 25,85%) untuk biaya overhead yang terkait dengan jam tenaga kerja langsung. 2. Understated 10,45% (20,25% - 30,70%) untuk biaya overhead yang terkait dengan jam mesin. 3. Understated 17,20% (20,25% - 38,07%) untuk biaya overhead yang terkait dengan jumlah pengiriman. 4. Understated 16,97% (20,25% - 37,22%) untuk biaya overhead yang terkait dengan luas lantai. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan sistem activity-based costing lebih akurat dan tentu saja hal ini berdampak pada pengambilan keputusan manajemen dalam menentukan harga jual yang kompetitif. Penetapan harga jual yang kompetitif tentunya sangat berpengaruh terhadap tingkat penjualan produk. Penurunan tingkat penjualan kaos kaki bayi polos dan kenaikan tingkat penjualan kaos kaki anak yang terjadi pada tahun 2008 dapat disebabkan oleh perhitungan harga pokok produksi yang tidak tepat. 60 Dengan menggunakan sistem activity-based costing, perusahaan dapat menentukan harga jual yang lebih rendah untuk produk kaos kaki bayi polos. Hal ini akan berdampak baik bagi perusahaan dalam persaingan harga jual dengan perusahaan lain. Sedangkan untuk kaos kaki anak, dalam jangka panjang perusahaan akan mengalami kerugian jika tetap menggunakan harga pokok produksi yang dihitung berdasarkan sistem akuntansi biaya tradisional karena harga pokok produksi yang dihasilkan lebih rendah dari harga pokok produksi berdasarkan system activity-based costing. 61