1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia adalah faktor

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Manusia adalah faktor kunci keberhasilan dari suatu pembangunan. Dalam
menciptakan manusia yang berkualitas diperlukan suatu derajat manusia yang prima
sehingga dalam hal ini mutlak diperlukan diperlukan pembangunan kesehatan. Guna
mendukung pencapaian pembangunan kesehatan pemerintah telah menyediakan
beberapa sarana/fasilitas kesehatan beserta tenaga kesehatannya. Salah satu fasilitas
kesehatanyang banyak dimanfaatkan masyarakat adalah Puskesmas. Sebagai ujung
tombak pelayanan dan pembangunan kesehatan di Indonesia maka Puskesmas perlu
mendapatkan perhatian terutama berkaitan dengan kualitas pelayanan kesehatan
Puskesmas.
Semua warga negara berhak atas kesehatannya karena dilindungi oleh
konstitusi seperti yang dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 27 ayat kedua dimana
tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaannya dan penghidupan yang layak bagi
kemanusian. Dengan berpedoman pada kalimat tersebut maka dapat dijelaskan bahwa
semua warga Negara tanpa kecuali mempunyai hak yang sama dalam penghidupan
dan pekerjaan, penghidupan disini mengandung arti hak untuk memperoleh
kebutuhan materil seperti sandang, pangan dan papan yang layak dan kebutuhan
immaterial seperti kesehatan, kerohanian, dan lain-lain. Demikian juga halnya
kesehatan dapat pula diartikan investasi karena kesehatan adalah modal dasar yang
sangat diperlukan oleh segenap masyarakat untuk dapat beraktifitas sesuai tugas dan
1
2
kewajibannyamasing-masing
bermanfaat
secara
ekonomi.
sehingga
Namun
mampu
bila
menghasilkan
kondisi
kesehatan
sesuatu
yang
yang
tidak
memungkinkan bisa-bisa seluruh harta dan kekayaan yang mereka peroleh habis
digunakan untuk memperoleh kesehatan tersebut.
Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan menegaskan bahwa
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atau sumber daya
di bidang kesehatan. Selanjutnya pada ayat kedua ditegaskan bahwa setiap orang
mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan
terjangkau. Berdasrkan undang-undang tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
kesehatan merupakan suatu esensi dan merupakan hak asasi manusia untuk
memperoleh kesehatan yang layak.
Pemerintah bertanggung jawab untuk menjamin terpenuhnya hak hidup sehat
bagi seluruh penduduk Indonesia yang mampu mauupun penduduk miskin atau tidak
mampu, bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang
adil dan merta bagi seluruh masyarakat yang memperoleh derajat kesehatan yang
setingi-tinginya.
Untuk mewujudkan terjaminnya hidup sehat, kewajiban pemerintah dalam
menjamin rakyatnya dalam hal kesehatan juga di amanatkan oleh Undang-Undang
No.40 Tahun 2004 bahwa pemerintah seharusnya menjamin kesehatan seluruh
masyarakat termasuk masyrakat tidak mampu dan miskin. Oleh sebab itu maka perlu
menyediakan program pembangunan di bidang kesehatan. Hal ini yang menjadi salah
satu faktor penyebab perlunya peningkatan kualitas kesehatan yang ada di Indonesia.
3
Sesuai Undag-Undang No.40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN), dengan adanya JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), maka seluruh
masyarakat Indonesia akan dijamin kesehatannya. Dengan adanya Undang-Undang
tersebut maka pemerintah membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau
dikenal dengan sebutan BPJS.
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan dahulu bernama Jamsostek
merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. BPJS yang dibentuk dengan UU
BPJS adalah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Kedua BPJS tersebut pada
dasarnya mengemban misi negara untuk memenuhi hak konstitusional setiap orang
atas jaminan sosial dengan menyelenggarakan program jaminan yang bertujuan
member kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Penyelenggaraan jaminan sosial yang kuat dan berkelanjutan merupakan
salah satu pilar negara untuk menuju kesejahteraan, disamping pilar lainnya, yaitu
pendidikan bagi semua masyarakat, lapangan pekerjaan yang terbuka luas dan
pertumbuhan ekonomi yang stabil.
Salah satu BPJS adalah BPJS kesehatan (Badan Penyelnggara Jaminan Sosial
Kesehatan). BPJS Kesehatan merupakan badan usaha milik negara yang dibentuk dan
memiliki tugas khusus dari pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan
pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai
Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan
beserta keluarganya dan Badan Usahan lainnya ataupun rakyat biasa.
4
BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014. UndangUndang No.24 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Jaminan Sosial
(UU BPJS),
secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah badan
hukun publik.
UU
BPJS
menentukan
bahwa
BPJS
kesehatan
berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Jaminan kesehatan menurut UU
SJSN (Sistem Jaminan Sosial Negara) diselengarakan secara nasional berdasarkan
prinsip asuransi ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan.
BPJS kesehatan sendiri merupakan salah satu program dari pemerintah
Indonesia yang mengantikan peran askes sebagai badan penyelenggara jaminan
kesehatan pada masyarakat dan diharapkan mampu lebih baik lagi dari askes yang
dulunya belum mampu menjadi penyelenggara jaminan kesehatan yang memberikan
pelayanan yang paripurna kepada masyarakat. Salah satu pelayanan kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan adalah Puskesmas yang mana Puskesmas
merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama. Sedangka wujud nyata penyediaan
pelayanan public di bidang kesehatan adalah adanya Puskesmas. Puskesmas
merupakan pusat pelayanan kesehatan yang paling dekat dekat dengan masyarakat
juga menjadi bagian pelaksaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
harus dijamin oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) tujuan utama dari
adanya Puskesmas adalah menyediakan layanan kesehatan yang bermutu namun
5
dengan biaya yang relative terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat
dengan kelas ekonomi menengah.
Kabupaten Gresik sendiri sangat memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya
dalam bidang kesehatan dan pelayanan kepada masyarakat. Dengan munculnya
kebijakan pemerintah mengenai peningkatan taraf kesehatan melalui BPJS
Kesehatan, pemerintah Kabupaten Gresik merspon positif dengan mendukungnya
program tersebut. Beberapa Rumah Sakit dan Puskesmas pemerintah sudah
menggunakan pelayanan BPJS Kesehatan. Di Kabupaten Gresik fasilitas kesehatan
pada Rumah Sakit terdapat 8 Rumah Sakit yang melaksanakan pelayanan BPJS
Kesehatan, untuk Puskesmas sendiri terdapat 32 Puskesmas yang melakukan
pelayanan BPJS Kesehatan. Di antara 32 Puskesmas tersebut 12 Puskesmas
melakukan pelayanan BPJS Kesehatan rawat jalan, non rawat inap dan rujukan dan
20 Puskesmas melakukan pelayanan BPJS Kesehatan rawat jalan, rawat inap dan
rujukan.
Berdasarkan data Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, dan Sosial Kabupaten
Gresik jumlah penduduk Kabupaten Gresik pada akhir tahun 2012 sebesar 1.307.995
jiwa. Jika dibandingakan dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 sebesar
1.270.351 jiwa, maka terjadi kenaikan jumlah penduduk sebesar 37.644 jiwa atau 2,9
%. Data kepesertaan BPJS Kesehatan yang terdapat di Kabupaten Gresik dapat dilihat
pada tabet 1.1 di bawah ini :
6
Tabel 1.1
Data Kepesertaan BPJS Kesehatan Kabupaten Gresik
31 Maret 2014
No
Kepesertaan
Kabupaten Gresik
1
Askes
48.313
2
TNI
1.413
3
POLRI
2.173
4
Jamkesmas
394.293
5
Badan Usaha
117.337
6
Mandiri
6.502
Jumlah
570.031
Sumber: I Made Puja Yasa, AAK, kepala BPJS Kesehatan
cabang utama Surabaya.
Berdasarkan tabel diatas maka kepesertaan BPJS Kesehatan di Kabupaten
Gresik tidak mencapai 50 % dari jumlah penduduk Kabupaten Gresik pada akhir
tahun 2012 yang sebesar 1.307.995 jiwa artinya kesadaran masyarakat tentang
kesehatan masih rendah dan pemerintah Kabupaten Gresik harus sering melakukan
sosialisasi dalam hal kesehatan khususnya BPJS Kesehatan.
Berdasarkan pengamatan awal yang penulis lakukan pada Puskesmas
Menganti dalam melaksanakan pelayanan BPJS Kesehatan, penulis menemukan
beberapa permasalahan terutama menyangkut dalam pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh pihak Puskesmas Menganti sebagai salah satu instansi kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Terdapat beberapa keluhan yang dirasakan
7
pasien mengenai pelayanan kesehatan bagi pengguna kartu BPJS Kesehatan. Keluhan
tersebut berkaitan dengan pelayanan yang diterima tidak sama dengan pelayanan
yang diberikan kepada pasien bukan pengguna BPJS Kesehatan, pengguna kartu
BPJS Kesehatan mendapat tempat terbatas serta alur admisitrasi yang terkesan
berbelit-belit, tidak sistematisnya waktu menggantri dalam mendapatkan pelayanan
yang diberikan Puskesmas Menganti, karena tersedianya ruang tunggu yang terbatas,
hal ini mengakibatkan pasien mengeluh karena lamanya antrian. Dengan adanya
program BPJS Kesehatan dapat mengakibatkan kualitas pelayanan menurun karena
banyaknya aturan baru yang membuat pelayanan tidak maksimal. Terbatasnya
fasilitas yang terdapat di Puskesmas Menganti juga membuat pelayanan tidak bisa
optimal.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Kinerja Pelayanan Kesehatan Untuk Pengguna Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan”(Studi Kasus Pelayanan Kesehatan Dasar di
Puskesmas Menganti Kabupaten Gresik).
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut: Bagaimana Kinerja Pelayanan Kesehatan Untuk
Pengguna Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Puskesmas
Menganti Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik?
8
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok masalah yang diuraikan diatas, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui Kinerja Pelayanan Kesehatan
Untuk Pengguna Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
1.4.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan Ilmu
Pengetahuan khususnya dalam bidang Administasi Publik tentang kajian
Pelayanan Publik
2. Praktis
Secara praktis, penelitian ini bermanfaat sebagai berikut :
a. Memberikan masukan kepada pelayanan public dalam hal ini pihak
Puskesmas Menganti tentang pandangan masyarakat terhadap pelayanan
selama ini, sehingga pelayan public dapat memperbaiki atau meningkatkan
kinerja pegawai dalam memberikan pelayanan sesuai dengan harapan
masyarakat pengguna BPJS Kesehatan.
b. Memberikan masukan kepada BPJS untuk selalu mengawasi dan mengkontrol
penyelenggara pelayanan tingkat pertama (Puskesmas dan Klinik) agar
pelayanan sesuai dengan harapan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penulisan mengenai “Kinerja Pelyanan Kesehatan Untuk
Pengguna Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan” (Studi Kasus
Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas Menganti Kecamatan Menganti Kabupaten
Gresik)” perlu dilakukan peninjauan terhadap penelitian-penelitian terkait.
Penelitian pertama yang dilakukan oleh Rinda Mustika Ningrum, 2014
dengan Judul Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan BPJS Terhadap Kepuasan Pesien
di Poliklinik THT Rumikal Dr.Ramelan Surabaya. Penelitian tersebut ingin
mengetahui hubungan mutu pelayanan kesehatan BPJS terhadap kepuasan pasien di
Poliklinik THT Rumikal Dr.Ramelan Surabaya. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan crosss sectional. Pengumpulan data
menggunakan kuisoner yang dibagikan ke 64 responden yang di jadikan sampel. Dari
hasil penelitian sebanyak 44 responden (68,8 %) mengatakan mutu pelayanan
kesehatan BPJS cukup baik. Sedangkan pada kepuasan pasien sebanyak 36 responden
(56,2 %) menyatakan cukup puas dengan pelayanan kesehatan. Hasil uji statistik
Spearman’s Rho Correlation menyatakan terdapat hubungan antara mutu pelayanan
kesehatan BPJS dengan kepuasan pasien di Poliklinik THT Rumikal Dr.Ramelan
Surabaya (p=0,002)
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Kaderial Ikbal, 2014 dengan judul
Strategi Komunikasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
9
10
Makassar Menyosialisasikan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Penelitian
ini ingin mengetahui 2 rumusan masalah. 1. Bagaimana Strategi Komunikasi yang
digunakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Makassar dalam
Menyosialisasikan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). 2. Ingin mengetahui
faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan Makassar dalam Menyosialisasikan Program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Metode dalam penelitian ini deskriptif kualitatif dengan
pengumpulan data wawancara dan yang dijadikan informan sebanyak 3 informan.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa BPJS Kesehatan Makassar
telah
melaksanakan beberapa langkah dalam merumuskan strategi komunikasi sosialisasi,
mulai dari mengenal khalayak, menyusun pesan, menetapkan metode hingga seleksi
dan penggunaan media. Penelitian ini juga menemukan bahwa dalam sosialisasi
program JKN ada beberapa hal yang menjadi faktor pendukung dan faktor
penghambat. Faktor pendukung tidak lain dari berasal dari pemerintah pusat, instansi
pemerintah yang diikat bekerjasama, dukungan dari perusahaan peserta kolektif,
dukungan dari sarana dan prasarana, serta SDM yang ada. Sementara dari segi faktor
penghambatnya ada beberapa faktor yaitu penyusunan jadwal sosialisasi, jarak
demografi, complain dari peserta dan adanya disonansi dari peserta eks PT Askes, eks
Jamsostek, serta Jamkesmas.
Adapun penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini :
11
Tabel 2.1
Perbandingan Penelitian
Nama/Judul
Penelitian
Rinda
Mustika
Ningrum,
2014
Hubungan
Mutu
Pelayanan
Kesehatan
BPJS
terhadap
Kepuasan
Pasien di
Poliklinik
THT
Rumikal
Dr.Ramelan
Surabaya
Rumusan
Metode Penelitian
Masalah
Apakah ada
a. Jenis
hubungan
Pendekatan
mutu
Penelitaian ini
pelayanan
menggunakan desain
kesehatan
Deskriptif analitik
BPJS terhadap dengan pendekatan
kepuasan
Cross Sectional.
pasien di
b. Indikator dan
Poliklinik THT
Fokus
Rumikal
Penelitian
Dr.Ramelan
Penelitian ini
Subaya
menggunakan
variable
independennya
mutu pelayanan dan
depedenya
kepuasaan dengan
menggunakan 5
dimensi tentang
reliability,responsiv
eness, assurance,
emphaty, tangibles.
c. Teknik
Pengumpulan
Data
Penelitian ini
menggunakan
kuisoner yang akan
disebarkan 64
pasien.
d. Teknik Analisis
Data
Teknik analisis data
dilakukan dengan
uji statistik dengan
analisa univariate
dan analisis
Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian
sebanyak 44 responden
(68,8 %) mengatakan mutu
pelayanan kesehatan BPJS
cukup baik. sedangkan
pada kepuasaan pasien 36
respondent (56,2 %)
menyatakan cukup puas
dengan pelayanan
kesehatan. Hasil uji
statistik Spearman’s Rho
Correlation menyatakan
terdapat hubungan antara
mutu pelayanan kesehatan
BPJS dengan kepuasaan
pasien di Poliklinik THT
Rumikal Dr.Ramelan
Surabaya (ƥ=0.002).
12
Kaderial
Ikbal, 2014
Strategi
Komunikasi
Badan
Penyelenggar
a Jaminan
Sosial
(BPJS)
Kesehatan
Makassar
Menyosialisa
sikan
Program
Jaminan
Kesehatan
Nasional
(JKN)
Bagaimana
strategi
komukkasi
yang
digunakan
Badan
Penyelnggara
Jaminan Sosial
(BPJS)
Kesehatan
Makassar
dalam
menyosialisasi
kan program
Jaminan
Kesehatan
Nasional.
Apa faktor
pendukung dan
pengahambat
yang dihadapi
Badan
Penyelenggara
Jaminan Sosial
(BPJS)
Kesehatan
Makassar
dalam
menyosialisasi
kan program
Jaminan
Kesehatan
Nasional.
Dani
Permadi,
2015 Kinerja
Pelayanan
Kesehatan
Untuk
Pengguna
Bagaimana
kinerja
pelayanan
kesehatan
untuk
pengguna
Badan
bivarate.
a. Jenis
Pendekatan
Menggukan
deskriptif kualitatif
b. Indikator dan
Fokus
Penelitian
Strategi komunikasi
sosialisasi kepada
warga Makassar.
c. Teknik
Pengumpualan
Data
Dalam penelitian ini
diperoleh melalui
wawancara
mendalam dengan 3
otrang informan.
d. Teknik Analisis
Data
Dalam penelitian ini
Menggunakan
model analisis
interaktif dari Miles
dan Huberman.
a. Jenis
Pendekatan
Penelitian ini
menggunakan
deskriptif kualitatif
b. Fokus
Penelitian
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa BPJS
Kesehatan Makassar telah
melaksanakanbeberapa
langkah dalam
merumuskan strategi
komukasi sosialisasi, mulai
dari mengenal khalayak,
menyusun pesan,
menetapkan metode hingga
seleksi dan penggunaan
media. Penelitian ini juga
menemuhkan bahwa dalam
sosialisasi program JKN
ada beberapa hal yang
menjadi faktor pendukuung
dan faktor penghambat.
Faktor pendukung tidak
lain dari pemerintah pusat,
instansi pemerintah yang
diikat bekerjasama,
dukungan dari perusahaan
peserta kolektif, dukungan
dari sarana dan prasarana,
serta SDM yang ada.
Sementara dari segi faktor
penghambat yaitu
menyusun jadwal
sosialisasi, jarak
demografi, komlain dari
peserta dan adanya
disonansi dari peserta eks
PT.Askes, eks Jamsostek
serta Jamkesmas.
Hasil penelitian mengenai
kinerja pelayanan
kesehatan untuk pengguna
BPJS Kesehatan di
Puskesmas Menganti.
Menunjukkan bahwa
pelayanan yang terdapat di
13
Badan
Penyelenggar
a Jaminan
Sosial
(BPJS)
Kesehatan
(Studi Kasus
Pelayanan
Kesehatan
Dasar di
Puskesmas
Menganti
Kecamatan
Menganti
Kabupaten
Gresik)
Penyelenggara
Jaminan Sosial
(BPJS)
Kesehatan di
Puskesmas
Menganti?
5 dimensi kualitas Puskesmas Menganti sudah
pelayanan. tangible,
baik. hal ini dapat dilihat
reliability,
dari 5 dimensi kualitas
responsiveness,
pelayanan dari bukti fisik
assurance, emphati
(tangible), kehandalan
(reliability), daya tanggap
c. Teknik
(responsiveness), jaminan
Pengumpulan
(assurance), dan empati
Data/Informan
Penelitian ini
(emphati)
menggunakan
observasi,
wawancara dan
studi pustaka.
Informan dalam
penelitian ini
sebanyak 6
informan.
d. Teknik
Analisis Data
Dalam penelitian ini
menggunakan
model analisis
interaktiff Miles
dan Huberman
dalam (Sugiyono
2009)
Dari perbandingan penelitian terdahulu dengan penelitian peneliti yang
terdapat pada tabel 2.1. yang menjadi nilai lebih dari penelitian peneliti dengan
penelitian sebelumnya adalah penelitian in berlokasi di Puskesmas Menganti yang
sudah bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
tingkat pertama. Penelitian peneliti ingin mengetahui kinerja pelayanan kesehatan
untuk pengguna Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di
Puskesmas Menganti. BPJS Kesehatan merupakan hal yang baru dan dilaksanakan
14
pada 1 Januari 2014 dan penelitian ini juga belum banyak yang di lakukan oleh
peneliti lainnya. Jadi penelitian ini meruapakan hal yang baru bagi penelitian.
2.2.Landasan Teori
2.2.1.Pelayanan
Konsep pelayanan dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai
memberikan sesuatu kepada seseorang dalam bentuk jasa. Menurut W.J.S.
Poerwandarminto dalam Rully (2010), Pelayanan berasal dari kata layan atau
melayani yang berarti menolong, menyediakan segala sesuatu yang diperlukan orang
lain.
Definisi pelayanan menurut Depkes RI (2009) adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
Pada dasarnya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya membutuhkan
orang lain. Proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain secara langsung
in yang disebut sebagai pelayanan. Jadi pelayanan adalah kegiatan yang bertujuan
membantu menyiapkan atau mengurus apa yang diperlukan orang lain. Sehingga
pelayanan senantiasa dengan kepentingan publik atau umum.
Menurut Moenir dalam Rully (2010), kepentingan umum merupakan
kepentingan yang menyangkut masyarakat, tidak bertentangan dengan norma-norma
dan aturan yang bersumber dari kebutuhan hidup masyarakat. Kepentingan ini
bersifat kolektif dan dapat pula bersifat individual. Kepentingan umum muncul dari
15
kepentingan individual dank arena bersamaan kepentingan maka kepentingan
individual berkembang menjadi kepentingan umum. Kegiatan pelayanan umum
diharapkan pada terselenggaranya pelayanan untuk memenuhi kepentingan umum
atau kepentingan perorangan, melalui cara-cara yang tepat dan memuaskan pihak
yang dilayani. Supaya pelayanan umum berhasil baik unsure pelaku sangat
menentukan, pelaku dapat berbentuk badan atau organisasi yang bertanggung jawab
atas terselenggaranya pelayanan dan manusia sebagai pegawai.
Pelayanan dapat berjalan baik jika pemerintah selaku penyelenggara
pelayanan public memiliki orientasi yang benar mengenai hakikat dari kedudukannya
sebagi abdi masyarakat dan menganggap masyarakat sebagai klien yang harus
senantiasa dijaga kepuasan atas pelayanan yang telah diberikan kepada mereka.
Kepuasan sangat sulit diukur karena pemakaian layanan memiliki berbagai
karakteristik yang berbeda tergantung pada tingkat sosial, ekonomi, pendidikan dan
pengetahuan, pengalaman hidup maupun harapan yang ingin dicapainya.
Menurut Fandy Tjiptono dalam Rully (2010) jasa atau servis merupakan
aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Sedangkan menurut
Zulian Yamit dalam Valentina (2012), mendefinisikan jasa pelayanan sebagai
pekerjaan diluar bidang pertanian dan pabrik seperti pekerjaan dibidang hotel,
restoran dan reparasi ; hiburan seperti bioskop, theater, taman hiburan; fasilitas
perawatan kesehatan seperti rumah sakit dan jas dokter ; jasa professional seperti
hukum, akuntan, pendidikann, keuangan, asuransi dan real estate; pedagang besar dan
pedagang eceran, jasa transportasi dan lain sebagainya. Menurut Kotler dalam Elita
16
(2011) jasa memiliki empat karakteristik utama yang membedakannya dari barang,
yaitu :
1. Intability
Jasa berbeda dengan barang, jika barang merupakan obyek, alat atau benda.
Maka jasa adalah sesuai perbuatan kinerja (performance) atau usaha. Bila barang
dapat dimiliki maka jasa hanya di komsumsi tetapi tidak dimiliki.
2. Inseparability
Barang biasanya di produksi, kemudian dijual, lalu di komsumsi. Sedangkan
jasa di lain pihak, umumnya terlebih dahulu, baru kemudian di produksi dan di
komsumsi secara bersamaan.
3. Variability
Jasa sangat bersifat variable karena merupakan standart output, artinya banyak
variasi bentuk, kualitas dan jenis tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa
tersebut dihasilkan.
4. Perishability
Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan.
Menurut Sondang P.Siagan (1992: 134) dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat, aparatur pemerinrah seyogyonya berpegang pada sikap, tindakan seperi
perilaku sebagai berikut :
a. Dasar hukumnya jelas
b. Hak dan Keawajiban warga negara yang dilayani.
c. Bentuk akhir pelayanan diketahui dan disepakati bersama.
17
d. Pelayanan diberikan secara cermat, akurat dan ramah.
e. Interaksi berlangsung secara rasional dan obyektif.
Dalam pelayanan kesehatan, pasien sebagai penggunan jasa mengharapkan
mendapatkan pelayanan yang memuaskan, yaitu pelayanan yang ramah, cepat,
tanggap dan handal sesuai dengan harapannya. Begitu pula sebaliknya, bila pasien
tidak mendapatkan pelayanan baik, maka ia tidak akan merasa harapannya terpenuhi.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa kepuasan pasien merupakan hasil (out
come) dari apa yang telah diharapkannya.
2.2.2. Pelayanan Kesehatan
Menurut Undang-Undang Pelayanan Kesehatan merupakan kegiatab dinamis
berupa membantu menyiapkan, menyediakan dan memproses serta membantu
keperluan orang lain. Sedangkan menurut Lovely dan Loomba dalam Merry (2013)
pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau
bersam-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok dan ataupun selain itu dapat juga diartikan sebagai pelayanan
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat berupa tindakan penyembuhan,
pencegahan, pengobatan, dan pemulihan fugsi organ tubuh seperti sedia kala.
Kesehatan menurut WHO (1997) dalam Merry (2013) adalah suatu keadaan
sejahtera sempurna yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial,
bukan semata-mata bebas dari penyakit atau kelemahan. Sedangkan untuk system
kesehatan adalah kumpulan dari berbagai faktor yang kompleks dan saling
18
berhubungan, yang terdapat dalam suatu negara yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntunan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat
pada setiap saat yang dibutuhkan (Mubarak) dalam Merry (2013).
Berdasarakan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa bentuk dan jenis
pelayanan kesehatan tergantung dari beberapa faktor yakni :
1. Pengorganisasian pelayanan. Pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan secara
sendiri atau bersama-sama sebagai anggota dalam suatu organisasi.
2. Tujuan atau ruang lingkup kegiatan. Pencegahan penyakit, memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan, penyembuhan atau pengobatan dan pemulihan
kesehatan.
3. Sasaran pelayanan. Peroarangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan harus memiliki berbagai syarat pokok. Syarat pokok
yang dimaksud adalah :
1. Tersedia dan berkesinambangan yaitu syarat yang pertama pelayanan kesehatan
yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta
bersifat berkesinambungan.
2. Dapat diterima dan wajar yaitu syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang
baik adalah dapat diterima oleh masyarakat serta bersifat wajar. Artinya
pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan denagan keyankinan dan
kepercayaan masyarakat.
3. Mudah dicapai yaitu syarat pokok ketiga. Pelayanan kesehatan yang baik adalah
mudah dicapai oleh masyarakat (dari sudut lokasi).
19
4. Mudah dijangkau. Pelayanan kesehatan yang baik adalah mudah dijangkau oleh
masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud disini termasuk dari sudut
biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan
pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
5. Bermutu. Syarat pokok kesehatan yang baik adalah bermutu. Pengertian yang
dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para
pemakai jasa pelayanan, dan dipihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik serta standart yang telah ditetapkan.
Konsep pelayanan kesehatan dasar mencakup istilah nilai-nilai dasr tertentu
yang berlaku umum terhadap proses pengembangan serta menyeluruh, tetapi dengan
pelaksaan penerapan dibidang kesehatan seperti berikut menurut Mubarak dalam
Merry (2013):
1. Kesehatan secara mendasar berhubungan dengan tersedianya dan penyebaran
sumber daya, bukan hanya sumber daya kesehatan seperti dokter, perawat, klinik,
obat, melainkan juga sumber daya sosial ekonomi yang lain seperti pendidikan,
air, dan persediaan makanan.
2. Pelayanan kesehatan dasr dengan demikian memutuskan perhatian kepada adanya
kepastian bahwa sumber daya kesehatan dan sumber daya sosial yang ada telah
tersebar
merata
membutuhkannya.
dengan
lebih
memperhatikan
mereka
yang
paling
20
3. Kesehatan adalah suatu bagian penting dari pembangunan secara menyeluruh.
Faktor yang mempengaruhi kesehatan adalah faktor sosial, budaya, dan ekonomi,
disamping faktor biologi dari lingkungan.
4. Pencapaian taraf kesehatan yang lebih baik memerlukan keterlibatan yang lebih
banyak dari penduduk, seperti perorangan, keluarga dan masyarakat. Dalam
pengambilan tindakan demi kegiatan mereka sendiri denagn cara menerapkan
perilaku serta dan mewujudkan lingkungan yang sehat.
Adapun prinsip-prinsip pelayanan prima dibidang kesehatan adalah sebagai
berikut menurut Mubarak dalam Merry (2013):
1. Mengutamakan pelanggan, prosedur pelayanan disusun demi kemudahan dan
keyamanan pelanggan, bukan untuk memperlancar pekerjaan kita sendiri. Jika
pelayanan kita memiliki pelanggan eksternal dan internal maka harus ada
prosedur yang berbeda dan terpisah untuk keduanya. Jika pelayanan kita juga
memiliki pelanggan tak langsung maka harus dipersiapkan jenis-jenis layanan
yang sesuai untuk keduanya dan utamakan pelanggan tak langsung.
2. System yang efektif, proses pelayanan perlu dilihat sebagai sebuah system yang
nyata (hard system), yaitu tatanan yang memadukan hasil-hasil kerja dari berbagai
unit dalam organisasi. Perpaduan tersebut harus terlihat sebagai sebuah proses
pelayanan yang berlangsung dengan tertib dan lancer di mata pelanggan.
3. Melayani dengan hari nurani (soft system), dalam transaksi tatap muka dengan
pelanggan, yang diutamakan keaslian sikap dan perilaku sesuai dengan hati
nurani, perilaku yang dibuat-buat sangat mudah dikenali pelanggan dan
21
memperburuk citra pribadi pelayanan. Keaslian perliaku hanya dapat muncul
pada pribadi yang sudah matang.
4. Perbaikan berkelanjutan, pelanggan pada dasarnya juga belajar mengenali
kebutuhan dirinya dari proses pelayanan. Semakin baik mutu pelayanan maka
akan menghasilkan pelanggan yang
semakin sulit untuk dipuaskan, karena
tuntutan juga semakin tinggi, kebutuhannya juga semakin meluas dan beragam,
maka sebagai pemberi jasa harus mengadakan perbaikan secara terus-menurus.
5. Memperdayakan pelanggan, menawarkan jenis-jenis layanan yang dapat
digunakan sebagai sumber daya atau perangkat tambahan oelh pelanggan untuk
menyelesaikan persoalan hidunya sehari-hari. Mengacu pada tingkat baik
tidaknya atau berharga tidaknya sebuah pelayanan, disebabkan ukuran baik
tidaknya
sebuah
pelayanan
tidak
mudah
dipahami,
karena
setiap
pelayananmemiliki cirri khas masing-masing, berkembang untuk memenuhi
kebutuhan yang khusus, dan digunakan dalam lingkungan pelayanan yang saling
berbeda.
Dalam konteks teoritik ini yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah
proses penetapan dan pemenuhan standart mutu pengelolaan pelayanan kesehatan
secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga pelanggan atau pasien memperoleh
kepuasaan dalam pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan ibaratkan air dan ikan
yang tidak dapat terpisahkan dan saling ketergantungan.
22
2.2.3. Kualitas
Definisi kualitas seperti yang terdapat dalam kamus besar bahasa Indonesia
dimaknai sebagai tingkah baik buruknya sesuatu. Maka untuk mengetahui sesuatu
setiap orang akan berbeda pandangan dan berbeda pula dalam mengartikannya.
Kualitas mempunyai arti yang berbeda tergantung dari orang yang menggunakanny
dan dimana istilah itu dipakai. Konsep kualitas sendiri sering dianggap sebagai
ukuran relatife suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas
kesesuaian. Kualitas desain merupakan fungsi spefikasi produk sedangkan kualitas
kesesuaian adalah suatu ukuran sebarapa jauh suatu produk mampu memenuhi
persyaratan spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan.
Pada kenyataan aspek ini buaknlah satu-satunya aspek kualitas. Dalam
persektif TQM (Total Quality Management), kualitas dipandang secara luas, dimana
tidak hanya aspek hasil saja yang ditekankan, melainkan juga meliputi proses,
lingkungan dan proses. Sebagai yang diungkapkan Fandy Tjiptono dalam Frederik
Mote (2008) bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi ddan melebihi
harapan. Meskipun kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda yang berbeda
dan bervariasi, sehingga tidak ada definisi yang diterima secara universal. Namun
dari definisi yang ada tenatang kualitas terdapat beberapa yaitu dalam hal-hal:
1. Kualitas meliputi usah-usaha memenuhi, melebihi harapan pelanggannya.
2. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan
3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.
23
Definisi diatas menunjukkan bahwa secara konseptual, kualitas merupakan
suatu ukuran untuk menyatakan keadaan produk atau jasayang meliputi proses
manusia serta lingkungan dalam memenuhi harapan pelanggannya, sehingga yang
dimaksud dengan pelayanan dalam hal ini merupakan keseluruhan tindakan melayani
apa yang diperlukan orang lain. Orang lain yang dumaksud dalam hal ini adalah para
pengguna jasa. Pelayanan atau jasa yang diberikan kepada penerima pelayanan
(konsumen) tentunya harus memperhatikan kualitas untuk meningkatkan kepuasaan
konsumen. Upaya untuk mendefinisikan kualitas dalam suatu organisasi jasa
(layanan) bukanlah hal yang mudah, karena setiap instansi mendefinisikan kualitas
berdasarkan tuntutan, harapan, dan budaya masyrakat. Sehingga definisi kualitas
berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
Dalam mendefinisikan jasa yang berkualitas, ada beberapa karakteristik yang
patut diperhitungkan. Diantaranya menurut Philip Kotler dalam Elita (2011) yang
merincikan kriteria penentuan kualitas jasa pelayanan menjadi lima kriteria yaitu :
1. Kehandalan (reliability), kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan
dengan tepat dan terpercaya.
2. Daya tanggap (responsiveness), kemampuan untuk membantu pelanggan dan
memberikan jasa dengan cepat atau ketanggapan.
3. Keyakinan (confidence), pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan
mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan atau assurance.
4. Empati (emphaty), syarat untuk peduli, member perhatian pribadi bagi pelanggan.
5. Berwujud (tangible), penampilan fisik, peralatan, personil dan media komunikasi.
24
Dari berbagai definisi yang telah disebutkan diatas dapat diambil sebuah garis
besar arti kualitas yang menunjukkan kesesuaian antara yang diharapkkan dengan
kenyataannya baik secara individu ataupun kelompok.
2.2.4. Kualitas Pelayanan
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kata
kualitas sendiri mengandung banyak pengertian. Beberapa contoh pengertian kualitas
menurut Fandy Tjiptono (1995) dalam sarah (2011):
1. Kesesuaian dengan persyaratan
2. Kecocokan untuk pemakaian.
3. Perbaikan berkelanjutan.
4. Bebas dari kerusakan/cacat.
5. Pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak awal dan setiap saat.
6. Melakukan segala sesuatu secara benar.
7. Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan.
Pada prinsipnya pengertian-pengertian tersebut dapat diterima. Yang menjadi
pertanyaan adalah cirri-ciri atau atribut-atributapakah yang ikut menentukan kualitas
pelayanan public tersebut. Cirri-ciri atau atribut-atribut tersebut antara lain:
1. Ketepatan waktu pelayanan, meliputi waktu tunggu dan proses.
2. Akurasi pelayanan, meliputi bebas dari kesalahan.
3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan.
25
4. Kemudahan mendapatkan pelayanan, misalnya banyaknya petugas yang melayani
dan banyaknya fasilitas pendukung seperti komputer.
5. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, berkaitan dengan lokasi, ruang
tempat pelayanan, tempat parkir, ketersediaan informasi dan lain-lain.
6. Atribut pendukung pelayanan lainnya seperti ruang tunggu ber-AC, kebersihan
dan lain-lain.
Untuk mendapatkan sejauh mana kualitas pelayanan public yang diberikan
oleh aparatur pemerintah, perlu ada kriteria yang menunjukkan apakah suatu
pelayanan public yang diberikan dapat dikatakan dengan baik atau buruk.
Zeuthamt Berry dalam Elita (2011) mengemukakan dalam mendukung hal
tersebut, ada 10 (sepuluh) dimensi yang harus diperhatikan dalam melihat
tolak ukur kualitas pelayanan publik, yaitu sebagai berikut:
1. Tangible, terdiri atas fasilitas fisik, peralatan, personil dan komunikasi.
2. Reliability, terdiri dari kemampuan unit pelayanan dalam menciptakan pelayanan
yang dijanjikan dengan cepat.
3. Responsiveness, kemauan untuk membantu konsumen bertanggung jawab
terhadap kualitas pelayanan yang diberikan.
4. Competence, tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan dan keterampilan yang baik
oleh aparatur dalam memberikan pelayanan.
5. Courtesy, sikap atau perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap keinginan
konsumen serta mau melakukan kontak atau hubungan pribadi.
6. Credibility, sikap jujur dalm setiap upaya untuk menarik kepercayaan masyarakat.
26
7. Security, jasa pelayanan yang diberikan harus bebas dari berbagai bahaya dan
resiko.
8. Acces, terdapat kemudahan untuk mengadakan kontak dan pendekatan.
9. Communication, kemauan pemberi layanan untuk mendengarkan suara, keinginan
atau aspirasi pelanggan, sekaligus kesediaan untuk selalu menyampaikan
informasi baru kepada masyarakat.
10. Understanding the customer, melakukan segala usaha untuk mengetahui
kebutuhan pelanggan.
Organisasi pelayanan publik mempunyai ciri public accuantability, dimana
setiap warga mempunyai hak untuk mengevaluasi kualitas pelayanan yang mereka
terima. Sangat sulit untuk menilai suatu pelayanan tanpa mempertimbangkan peran
masyarakat sebagai penerima layanan dan aparat pelaksana pelayanan itu. Evaluasi
yang berasal dari pengguna pelayanan, merupakan elemen pertama dalam analisi
kualitas pelayanan public. Elemen kedua dalam analisis adalah kemudahan suatu
pelayanan dikenali baik sebelum dalam proses atau setelah pelayanan itu diberikan.
Adapun dasar untuk menilai suatu kualitas pelayanan selalu berubah dan berbeda.
Apa yang dianggap sebagai suatu pelayanan yang berkualitas saat ini tidak mustahil
dianggap sebagai sesuatu yang tidak berkualitas pada saat yang lain. Maka
kesepakatan kualitas sangat sulit untuk dicapai. Dalam hal ini yang dijadikan
pertimbangan adalah kesulitan atau kemudahan konsumen dan produsen di dalam
menilai kualitas pelayanan. Oleh karena itu dalam pelayanan public harus
mengandung unsur-unsur dasar sebagai berikut:
27
1. Hak dan kewajibanbagi pemberi maupun pelayanan umum harus jelas dan
diketahui secara pasti oleh masing-masing pihak.
2. Pengaturan sikap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan kondisi
kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar berdasrkan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku dengan tetap berpegang teguh pada efisiensi
dan efektivitas.
3. Kualitas, proses dan hasil pelayanan umum harus diupayakan agar dapat member
keamanan, kenyamanan, kepastian hukum yang dapat di pertanggung jawabkan.
4. Apabila pelayanan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah terpasa harus
mahal, maka instansi pemerintah yang bersangkutan berkewajiban member
peluang kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakannya.
Selain itu Zeithaml, Valeria A., (et.al) (1990) mengatakan bahwa ada 4
(empat) jurang pemisah yang menjadi kendala dalam pelayanan publik yaitu sebagai
berikut:
1. Tidak tahu apa yang sebenarnya diharapkan oleh masyarakat.
2. Pemberian ukuran yang salah dalam pelayanan masyarakt.
3. Keliru penampilan diri dalam pelayanan publik itu sendiri.
4. Ketika membuat perjanjian terlalu berlebihan atau pengobralan.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya oleh Zeithaml dkk walaupun berasal
dari dunia bisnis tetapi dapat dipakai untuk pelayanan sektor publik. Tidak bisa
dipungkiri servqual dari Zeithaml dkk tersebut banyak dipakai dan menjadi inspirasi
baik untuk kajian teoritis maupun kegiatan praktis. Walaupun demikian konsep
28
tersebut tidak sepenuhnya dapat diterapkan untuk pelayanan sektor publik. Ada
beberapa item yang perlu disinkronkan dengan kondisi pelayanan sektor publik.
Kalau servqual dari dunia bisnis dan dilakukan oleh dunia usaha pada
pelanggannya, maka pelayanan publik instansi pemerintah tentu saja adalah
pelayanan yang diberikan oleh aparatur atau instansi atau unit pelayanan dari
birokrasi pemerintah sesuai tata aturan dalam instansi atau unit pelayanan publik agar
dapat dilaksanakan sesuai harapan, pemerintah lazimnya mengeluarkan kebijakan
atau peraturan tentang pelayanan publik tersebut.
Menurut Zeithaml dkk, keputusan seseorang konsumen untuk mengkomsumsi
atau tidak mengkomsumsi satu barang atau jasa dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain adalah persepsinya terhadap kualitas pelayanan. Dengan kata lain, naik
buruknya kualitas pelayanan yang diberikan oleh provider tergantung dari persepsi
konsumen atas pelayanan yang diberikan. Pertanyaan ini menunjukkan adanya
interaksi yang kuat antara “kepuasaan konsumen” dengan :kualitas pelayanan”.
Zeithaml, parasuraman dan Berry dalam bukunya “Delivering Quality Service
Balancing Customer Perceptiions and Expectetions” (1990) menyebutkan bahwa
kualitas pelayanan yang baik adalah pertemuan atau melebihi apa yang diharapkan
konsumen dari pelayanan yang diberikan. Tinggi rendahnya kualitas pelayanan
tergantung pada kinerja yang diberikan dalam konteks apa yang mereka harapkan.
Berdasarkan persepsi konsumen, servqual dapat didefinisikan sebagi tingkah
kesenjangan antara harapan-harapan atau keinginan-keinginan konsumen dengan
kenyataan yang mereka alami (Zeithaml, et.al, 1990:19). Disebutkan selanjutnya
29
bahwa harapan konsumen yang diperolehnya dari mulut ke mulut, kebutuhankebutuhan konsumen itu sendiri, pengalaman masa lalu dalam mengkomsumsi suatu
produk, dan komunikasi eksternal melalui media.
Menurut Zeithaml, Berry, Parasuraman dalam Elita (2011) untuk mengetahui
kaulitas pelayanan yang dirasakan secara nyata oleh konsumen, ada indikator ukuran
kepuasan konsumen yang terletak pada 5 (lima) dimensi kualitas pelayanan menurut
apa yang dikatakan konsumen. Kelima dimensi servqual itu mencakup beberapa sub
dimensi sebagai berikut:
1. Tangibles (kualitas pelayanan berupa sarana fisik perkantoran, komputerisasi,
ruang tunggu dan tempat informasi). Dimensi ini berkaitan dengan kemodernan
peralatan yang digunakan, daya tarik fasilitas yang digunakan, kerapian petugas
serta kelengkapan peralatan penunjang (pamlet atau flow chart)
2. Reliability (kemampuan dan kehandalan untuk menyediakan pelayanan yang
terpercaya). Dimensi berkaitan dengan janji menyelesaikan sesuatu seperti di
inginkan, penanganan keluhan konsumen, kinerja pelayanan yang tepat,
menyediakan pelayanan sesuai waktu yang dijanjikan serta tuntunan pada
kesalahan pencatatan.
3. Responsiveness (kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan
secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen). Dimensi
responsiveness mencakup antara lain: pemebritahuan petugas kepada konsumen
tentang pelayanan yang diberikan, pemberian pelayanan dengan cepat, kesediaan
30
petugas member bantuan kepada konsumen serta petugas tidak merasa sibuk
untuk melayani permintaan konsumen.
4. Assurance (kemampuan dan keramahan serta sopan santun pegawai dalam
menyakinkan kepercayaan konsumen. Dimensi assurance berkaitan dengan
perilaku petugas yang tetap percaya diri kepada konsumen, perasaan konsumen
dan kemampuan (ilmu pengetahuan) petugas untuk menjawab pertanyaan
konsumen.
5. Emphaty (sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai terhadap konsumen).
Dimensi emphaty memuat antara lain: pemberian perhatian individual kepada
konsumen, ketepatan waktu pelayanan bagi semua konsumen, perusahaan
memiliki petugas yang memberikan perhatian khusus pada konsumen, pelayanan
yang melekat di hati konsumen dan petugas yang memahami kebutuhan spesifik
dari pelanggannya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam kualitas pelayanan adalah akurasi
pelayanan kesehatan, kesopanan, dan keramahan dalam memberikan pelayanan,
tanggung jawab, kelengkapan variasi model pelayanan pribadi, kenyamanan
memperoleh pelayanan.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kualitas palayanan ada sesuatu
yang berhubungan dengan terpenuhinya harapan atau kebutuhan pelanggan dimana
pelayanan di katakana berkualitas pabila dapat menyediakan produk atau jasa sesuai
dengan kebutuhan para pelanggannya.
31
2.2.5. Dimensi Kualitas Pelayanan
Menentukan kualitas produk harus dibedakan antara produk manufaktur atau
barang (goods) dengan produk layanan (service) karena keduanya memiliki banyak
perbedaan. Menyediakan produk layanan (service) berbeda dengan menghasilkan
produk manufaktur dalam beberapa cara. Perbedaan tersebut memiliki implikasi
penting dalam menajeman kualitas. Perbedaan antara produk manufaktur dengan
produk layanan adalah menurut Kotler dalam Elita (2011) sebagai berikut:
1. Kebutuhan konsumen dan standarrt kinerja sering kali sulit didefinisikan dan
diukur, sebab masin-masing konsumen mendefinisikan kualitas sesuai keinginan
mereka dan berbeda satu sama lain.
2. Prodeksi layanan memerlukan tingkatan “customization atau individual custome”
yang lebih tinggi disbanding manufaktur. Dalam manufaktur sasarannya adalah
keseragaman. Dokter, ahli hukum, personal penjual asuransi, dan pelayanan
restoran, harus menyesuaikan layanan mereka terhadap konsumen individual.
3. Output sistem layanan system tidak berwujud, sedangkan manufaktur berwujud.
Kualitas produk manufaktur dapat diukur berdasar spesifikasi desain, sedangkan
kualitas layanan pengukurannya subyektif menurut pandangan konsumen,
dikaitkan dengan harapan dan pengalaman mereka. Produk manufaktur jika rusak
dapat ditukar atau diganti, sedangkan produk layanan harus diikuti dengan
permohonan maaf dan reparasi.
32
4. Produk layanan diproduksi dan dikomsumsi secara bersam-sama, sedangkan
prosuk manufaktur diprosuksi sebelum dikomsumsi. Produk layanan tidak bisa
disimpan atau diperiksa sebelum disampaikan kepada konsumen.
5. Konsumen seringkali terlibat dalam prosess layanan atau hadir ketika layanan
dibentuk, sedangkan produk manufaktur dibentuk diluar keterlibatan langsung
dari konsumen. Misalnya konsumen restoran layanan cepat menempatkan
ordernya sendiri atau mengambil makanan sendiri, membawa makanan sendiri ke
meja dan diharapkan membersihkan meja setelah makan.
6. Layanan secara umum padat tenaga kerja, sedangkan manufaktur lebih banyak
padat modal. Kualitas interaksi antara produsen dan konsumen merupakan faktor
vital dalam menciptakan pelayanan. Misalnya kualitas pelayanan kesehatan
tergantung interaksi pasien, perawat, dokter, petugas kesehatan lain. Di sini
perilaku dan modal pekerja merupakan hal yang kritis dalam menyediakan
kualitas pelayanan.
7. Banyak organisasi layanan harus menagani banyak transaksi konsumen. Misalnya
pada hari-hari tertentu, sebuah bank mungkin harus memproses jutaan transaksi
nasabah pada berbagai kantor cabang dan mesin bank atau barangkali perusahaan
jasa kiriman harus menangani jutaan paket kiriman diseluruh dunia.
Menurut Zeithaml, Berry dan Parasuraman, (1985) dalam Elita (2011) telah
melakukan berbagai penelitian terhadap beberapa jenis jas, dan berhasil
mengidenfikasi lima difensi karakteristik yang digunakan oleh para pelanggan dalam
33
mengevaluasi kualitas pelayanan, kelima dimensi karakteristik kualitas pelayanan
tersebut adalah:
1. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan
segara dan memuaskan serta sesuai dengan telah yang dijanjikan.
2. Responsiveness (daya tanggap), yaitu kemampuan untuk menolong pelanggan dan
ketersediaan untuk melayani pelanggan dengan baik.
3. Assurance (jaminan), yaitu mencakup pengetahuan, kesopanan dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari biaya, resiko ataupun keragu-raguan.
4. Emphaty (empati), yaitu, rasa peduli untuk memberikan perhatian secara
individual kepada pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan serta kemudahan
untuk dihubungi.
5. Tangible (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai,
dan sarana komukisai.
Dimensi kualitas yang dikemukakan oleh Zeithaml, Berry dan Parasuraman
tersebut berpengaruh pada harapan pelanggan dan kenyataan yang mereka terima.
Jika kenyataannya pelanggan menerima pelayanan melebihi harapannya, maka
pelanggan akan mengatakan pelayanan berkualitas dan jika kenyataanya pelanggan
meneriman pelayanan yang kurang atau sama dengan harapannya, maka pelanggan
mengatakan pelayanannya
tidak berkualitas atau tidak memuaskan. Harapan
pelanggan sama dengan keinginan pelanggan yang ditentukan oleh informasi yang
mereka terima dar mulut ke mulut, kebutuhan pribadi, pengalaman masa lalu dan
komunikasi eksternal memalui ikaln dan promosi. Jika kesenjangan antara harapan
34
dan kenyataan cukup besar, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mengetahui
apa yang diinginkan oleh pelanggannya.
Dari penjelasan para ahli tentang dimensi kualitas pelayanan, maka dapat di
simpulkan beberapa dimensi yang sesuai agar pelayanan sesuai dengan harapan
pelanggannya. Adapun dimensi tersebut diantaranya tangible (bukti langsung),
reliability (kehandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance (jaminan),
emphaty (empati).
2.3. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial (UU No.24 Tahun 2011).
BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS kesehatan adalah
badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
Jaminan kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
mambayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
2.3.1. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem
Jaminan Sosial Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial.
35
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2012 Tentang
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan
Kesehatan.
2.3.2. Hak dan Kewajiban Peserta BPJS Kesehatan
2.3.2.1. Hak Peserta
1. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh pelayanan
kesehatan.
2. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta prosedur
pelayanan kesehatan
3. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan.
4. Menyampaikan keluhan/pengaduhan, kritik dan saran secara lisan atau tertulis ke
kantor BPJS Kesehatan
2.3.2.2. Kewajiban Peseta
1. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta mambayar iuran yang besarannya
sesuai dengan kebutuhan yang berlaku.
2. Memperoleh perubahan data peserta, baik karena pernikahan, perceraian,
kematian, kelahiran, pindah alamat dan pindah fasilitas kesehatan tingkat 1.
3. Menjaga kartu peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang yang
tidak berhak.
4. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.
36
2.3.3. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional
Terdapat dua manfaat jaminan kesehatan, yakni berupa pelayanan kesehatan
dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya
diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang
ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Paket manfaat yang diterima dalam program JKN ini adalah comprehensive
sesuai kebutuhan medis. Dengan demikian pelayanan yang diberikan bersifat
paripurna (preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif) tidak dipengaruhi oleh
besarnya biaya premi bagi peserta. Promotif dan preventif yang diberikan dalam
konteks upaya kesehatan perorangan (personal care). Manfaat pelayanan promotif
dan preventif meliputi pemberian pelayanan sebagai berikut :
1. Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai
pengelolahan faktor resiko penyakit dan perilaku hidup hidup bersih dan sehat.
2. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calment Guerin (BCG), Difteri Pertusis
Tetanus dan Hapatitis B (DPTHB), polio, dan campak.
3. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan
tubektomi bekerjasama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana.
Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
4. Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditunjukan untuk mendeteksi
resiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari resiko tertentu.
37
Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif namun
masih ada yang dibatasi, yaitu kaca mata, alat bantu dengar (hearding aid), alat bantu
gerak (tongkat penyangga, kursi roda dan korset). Sedangkan yang tidak dijamin
meliputi :
1. Tidak sesuai prosedur
2. Pelayanan diluat faskes yang bekerjasama dengan BPJS
3. Pelayanan bertujuan kosmetik
4. General check up, pengobatan alternative
5. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi
6. Pelayanan kesehatan pada saat bencana
7. Pasien bunuh diri/penyakit yang timbut akibat kesengajaan untuk menyiksa diri
sendiri/bunuh diri/narkoba.
2.3.4. Pembiayaan
Iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur
oleh peserta, pemberi kerja, dan/atau Pemerintah untuk program jaminan kesehatan
(pasal 16, Perpres No. 12/2013 Tentang Jaminan Kesehatan)
Tarif Kapitasi adalah besaran pembayaran perbulan yang dibayar dimuka oleh
BPJS Kesehatan kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama berdasarkan jumlah
peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan
yang diberikan.
38
Tarif Non Kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan
kepada fasilitas tingkat pertama berdasarkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan
yang diberikan.
Tarif Indonesian – Case Based Group yang selanjutnya disebut Tarif INACBG’s adalah besaran pemabayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada fasilitas
kesehatan
tingkat
lanjutan
atas
paket
layanan
yang
didasarkan
kepada
penggelompokan diagnosis penyakit.
2.3.5. Pembayaran Iuran
Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdarkan
presentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jummlah nominal
tertentu (bukan penerima upah dan PBI). Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran
dari pekerjanya, menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya dan
membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala
(paling lambat tanggal 10 setiap bulannya) apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada
hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan
pembayarran iuran JKN dikenakan denda administrative sebesar 2% (dua persen)
perbulan dari total iuran yang tertunggak dan dibayar oleh pemberi kerja.
Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja wajib
membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10
(sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan. Pemabayaran iuran JKN dapat
dilakukan di awal.
39
BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JKN sesuai
dengan gaji atau upah peserta. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan
pembayaran iuran, BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada pemberi
kerja dan/atau peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya
iuran. Kelebihan atau kekurangan iuran diperhitungkan dengan iuran bulan
berikutnya.
Iuran premi kepesertaan Badan penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan pekerja informal besaran iuran dibagi pekerja bukan penerima upah adalah
Rp 25.500 perbulan untuk layanan rawat inap kelas III, Rp 42.500 untuk kelas II dan
59.500 untuk kelas I.
2.3.6. Cara Pemabayaran Fasilitas Kesehatan
BPJS Kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama
dengan kapitasi. Untuk fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS Kesehatan
membayar dengan sistem paket INA CBG’s. Menginggat kondosi geografis
Indonesia, tidak semua fasilitas kesehatan dapat dijangkau dengan mudah. Maka, jika
di suatu daerah tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan kapitasi, BPJS
Kesehatan diberi wewenang untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain
yang lebih berhasil.
Semua fasilitas kesehatan meskiipun tidak menjalin kerja sama dengan BPJS
Kesehatan wajib melayani pasien dalam keadaan gawat darurat, setelah keadaan
gawat daruratnya teratasi dan pasien dapat dipindahkan, maka fasilitas kesehatan
tersebut wajib merujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
40
Kesehatan akan membayar kepada fasilitas yang tidak menjalin kerjasama setelah
memberikan pelayanan gawat darurat setara dengan tariff yang berlaku di wilayah
tersebut
2.3.7. Kepesertaan
Peserta adalah setiap orang, termasuk orang yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Pekerja adalah setiap orang
yang bekerja dengan meneriman gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain. Pemberi
kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan lainnnya yang
memperkerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang memperkerjakan
pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnnya.
Peserta tersebut meliputi, Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI dengan
rincian sebagai berikut :
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu
b. Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang
tidak mampu yang terdiri sebagai berikut :
1. Pekerja Penerima Upah dan Anggota Keluarganya yaitu :
a. Pegawai Negeri Sipil.
b. Anggota TNI.
c. Anggota Polri.
d. Pejabat Negara.
e. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri.
41
f. Pegawai Swasta.
g. Pekerja yang tidak termasuk hufuf a sampai dengan huruf f yang
menerima upah.
2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan Anggota Keluarganya yaitu :
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri.
b. Pekerja yang tidak ternasuk huruf a yang bukan penerima upah.
c. Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga
negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
3. Bukan Pekerja dan Anggota Keluarganya terdiri atas :
a. Investor.
b. Pemberi Kerja.
c. Penerima Pensiun.
d. Veteran.
e. Perintis Kemerdekaan.
f. Bukan pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai huruf e yang
mampu membayar iuran.
4. Penerima pensiun terdiri atas
a. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pension.
b. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun.
c. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun
42
d. Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, huruf c, dan janda, duda atau
anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada
huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak pensiun.
Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi :
a. Istri dan suami yang sah dari peserta.
b. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta, dengan
kriteria: tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempuntai penghasilan
sendiri dan belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua
puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.
c. Sedangkan peserta bukan PBI JKN dapat juga mengikut sertakan anggota
keluarga lain.
5. WNI di Luar Negeri
Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri diatur
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri.
6. Syarat Pendaftaran
Syarat pendaftaran akan diatur kemudian dalam peraturan BPJS.
7. Lokasi Pendaftaran
Pendaftaran peserta dilakuakan di kantor BPJS terdekat/setempat.
8. Prosedur Pendaftaran Peserta
a. Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai peserta kepada BPJS
Kesehatan.
43
b. Pemberi kerja mendaftarkan pekerjaannya atau pekerja dapat
mendaftarkan diri sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan.
c. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan
keluarganya sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan.
9. Hak dan Kewajiban Peserta
Setiap peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berhak
mendapatkan identitas peserta dan manfaat pelayanan kesehatan di
fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Setiap
peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berkewajiban untuk
membayar iuran dan
melaporkan data kepesertaannya kepada BPJS
Kesehatan dan menunjukkan identitas peserta pada saat pindah domisili
dan atau pindah kerja.
10. Masa Berlaku Kepersertaan
a. Kepersertan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) berlaku selama yang
bersangkutan membayar iuran sesuai dengan kelompok peserta.
b. Status kepesertaan akan hilang bila peserta tidak membayar iuran atau
meninggal iuran
c. Ketentuan lebih lanjut terdapat hal tersebut diatas, akan diatur oleh
pertauran BPJS.
11. Pentahapan Kepesertaan
Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dilakukan secara
bertahap, yaitu tahap pertama mulai 1 Januari 2014, kepesertaan paling
44
sedikit meliputi : PBI Jaminan Kesehatan, Anggota TNI/PNS di
lingkungan Kementerian pertahanan dan anggota keluarganya, Anggota
Polri/PNS di lingkungan Polri dan anggota keluarganya, peserta asuransi
kesehatan PT Askes (Persero) beserta anggota keluarganya, serta peserta
jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek dan anggota keluarganya.
Selanjutnya tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk
sebagai peserta BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 1 Januari 2019.
2.3.8. Pertanggung Jawaban BPJS
BPJS Kesehatan wajib membayar fasilitas kesehatan tas pelayanan yang
diberikan kepada peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim
diterima lengkap. Besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan ditentukan
berdasrkan kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan di
wilayah tersebut dengan mengacu standart tariff yang telah ditentukan Menteri
Kesehatan. Dalam hal ini tidak ada kesepakatan atas besaran pembayaran, Menteri
Kesehatan memutuskan besaran pembayaran atas program JKN yang diberikan.
Asosiasi fasilitas kesehatan ditettapkan oleh Menteri Kesehatan.
Dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), peserta dapat meminta manfaat
tambahan berupa manfaat yang bersifat non medis berupa akomodasi. Misalnya
Peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi dari pada haknya,
dapat menigkatkan haknya dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan atau
membayar sendiri selisih antara biaya yamh dijamin oleh BPJS Kesehatan dan biaya
45
yang harus dibayar akibat peningkatan kelas perawatan, yang disebut dengan iuran
biaya (additional charge). Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi peserta PBI.
Sebagia bentuk pertanggung jawaban atas pelaksaan tugasnya, BPJS
Kesehatan wajib menyampaikan pertanggung jawaban dalam bemtuk laporan
pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan (periode 1 Januari sampai 31
Desember). Laporan yang telah diaudit oleh akuntan publik dikirimkan kepad
Presiden dengan tembusan kepada DSJN paling lambat tanggal 30 Juni tahun
berikutnya. Laporan tersebut di publikasikan dalam bentuk ringkasan eksekutif
melalui media massa elektronik dan melalui paling sedikit 2 (dua) media massa cetak
yang memiliki perdaran luas secara nasional, paling lambat tanggal 31 Juli tahun
berikunya.
2.3.9. Pelayanan
1. Jenis Pelayanan
Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh peserta JKN, yaitu
berupa layanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan ambulans (manfaat
non medis). Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan
dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
2. Prosedur Pelayanan
Peserta yang
memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama
harus
memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama. Bila
peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus
46
dilakukan melalui rujukan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam
keadaan gawat darurat.
3. Kompensasi Pelayanan
Bila di suatu daerah belum tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat
guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah peserta, BPJS Kesehatan wajib
memberikan kompensasi, yang dapat berupa penggantian uang tunai, [engiriman
tenaga kesehatan atau penyediaan fasilitas kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai
hanya digunakan untuk biaya kesehatan dan transportasi.
4. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan
Penyelenggara pelayanan kesehatam meliputi semua fasilitas kesehatan yang
menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Swasta yang memenuhi persyaratan melalu
proses kredensialing dan rekredensialing.
2.3.Kerangka Pemikiran
Secara garis besar pelayanan kesehatan merupakan proses penetapan dan
pemenuhan standar mutu pengelolaan pelayanan kesehatan secara konsisten dan
berkelanjutan, sehingga pelanggan atau pasien memperoleh kepuasan dalam
pelayanan kesehatan.
Menurut Undang – Undang No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan menegaskan
bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atau sumber
daya di bidang kesehatan. Selanjutnya pada ayat 2 (dua) ditegaskan bahwa setiap
orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu
47
dan terjangkau. Kewajiban pemerintah dalam menjamin rakyatnya dalam hal
kesehatan juga di amanatkan oleh Undang – Undang No.40 Tahun 2004 bahwa
pemerintah seharusnya menjamin kesehatan seluruh masyarakat termasuk rakyat
tidak mampu dan miskin. Oleh sebab itu maka perlu menyediakan program
pembangunan di bidang kesehatan. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor
penyebab perlunya peningkatan kualitas kesehatan.
Zeithamt, Berry dan Parasuraman menyebutkan bahwa kualitas pelayanan
yang baik adalah pertemmuan atau melebihi apa yang diharapkan konsumen dari
pelayanan yang diberikan. Tinggi rendahnya kualitas pelayanan tergantung pada
kinerja yang diberikan dalam konteks apa yang mereka harapkan.
Undang – Undang No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (UU BPJS), secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU
BPJS adalah badan hukum publik. UU BPJS menentukan bahwa BPJS Kesehatan
berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Jaminan kesehatan
menurut UU SJSN (Sisten Jaminan Sosial Negara) diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas dengan tujuan menjamin agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
Untuk menciptakan kinerja pelayanan yang berkualitas penelitian ini mengacu
pada teori Zeithamt, Berry dan Parasuraman, telah melakukan berbagai penelitian
terhadap beberapa jenis jasa dan berhasil mengidentifikasi lima dimensi karakteristik
yang digunakan oleh para pelanggan dalam mengevakuasi kualitas pelayanan. Kelima
48
dimensi karakteristik kualitas pelayanan tersebut adalah bukti fisik (tangible),
kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance) dan
empati (emphaty). Berdasarkan penjelasan di atas, maka disusun kerangka pemikiran
sebagai berikut:
Undang – Undang
No. 40 Tahun
2004 Tentang
SJSN
Undang – Undang
No.36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan
Undang – Undang
No.24 Tahun 2011
Tentang Badan
Penyelengara Jaminan
Sosial
Kinerja Pelayanan
BPJS Kesehatan di
Puskesmas Menganti
5 Dimensi Kualitas Pelayanan
1. Bukti fisik (tangible)
2. Kehandalan (reliability)
3. Daya Tanggap
(responsiveness)
4. Jaminan (assurance)
5. Empati (emphaty)
Gambar 2.2
Kerangka pemikiran
Kualitas Pelayanan
Kesehatan di
Puskesmas Menganti
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, sebab
penelitian ini berusaha menggungkapkan fakta atau realita sosial tertentu sebagimana
adanya dengan mengembangkan konsep dan menghimpun data tetapi tidak
melakukan pengkajian hipotesis, M.Singarimbun (1989) dalam Rully (2010). Jadi
penelitian ini memberikan gambaran mengenai kinerja pelayanan kesehatan untyuk
pengguna Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Puskesmas
Menganti kabupaten Gresik. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut maka bentuk
penelitian yang tepat dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang
memaparkan, menentukan, menafsirkan dan menganalisa data yang ada.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Menganti Sebagai salah satu fasilitas
kesehatan yang sudah bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan yang berlokasi di JL.Menganti No.225 Kecamatan Menganti
Kabupaten Gresik. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Puskesmas Menganti
dikarenakan satu daerah dengan peneliti serta jarak lokasi penelitian tidak jauh
sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian karena peneliti juga
bekerja.
49
50
3.3. Fokus Penelitian
Berdasarkan penelitian
di lapangan terdapat hal-hal yang perlu dibahas,
sehingga dari hal tersebut untuk pembatasan lingkup penelitian maka perlu ditentukan
fokus penelitian dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi fokus penelitian dalam
penelitian ini sebagai berikut :
Bidang pelayanan BPJS Kesehatan yang di tanggung Puskesmas Menganti adalah
pelayanan kesehatan dasar. Dapat dilihat dari 5 dimensi Kualitas Pelayanan, bukti
fisik (tangible), kehandalan (reliability), Responsiveness (daya tanggap), assurance
(jaminan), dan empati (emphati).
3.4. Subyek dan Sumber Informasi
Pada penelitian kualitatif posisi narasumber sangat penting, bukan hanya
sekedar member respon, melainkan juga sebagai pemilik informasi. Karena itu, ia
disebut sebagi informan (orang yang memberikan informasi, sumber informasi,
sumber data) atau disbut juga subyek yang diteliti. Karena ia juga aktor atau pelaku
yang ikut melakukan berhasil tidaknya penelitian informasi yang diberikan.
Pemeilihan informan ini dilakukan dengan menggunaka metode purposive
sampling. Pemilihan informan yang berdasarkan pertimbangan tertentu, misalnya
orang yang paling mengetahui atau mempunyai otoritas pada objek atau situasi yang
akan diteliti. Sehingga informan tersebut mampu memberikan petunjuk kemana saja
peneliti dapat melakukan pengumpulan data Sugiyono (2008) dalam Wahyu (2014).
Adapun informan yang menjadi narasumber untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini sebagai berikut :
51
a. Kepala UPT Puskesmas Menganti
b. Dokter yang melayani pasien pengguna BPJS Kesehatan di Puskesmas
Menganti
c. Petugas Loket Puskesmas Menganti
d. Masyarakat pengguna BPJS Kesehatan di Puskesmas Menganti
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data sebagai penunjang utama dalam penelitian ini, maka
metode pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Observasi yaitu pengamatan langsung dilokasi penelitian terhadap objek
penelitian untuk mengumpulkan informasi atau data sebanyak mungkin yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
b. Wawancara yaitu wawancara yang dilakukan penulis dengan menggunakan
pedoman wawancara. Wawancara mendalam dilakukan oleh peneliti secara
langsung dengan pihak yang dapat memberikan informasi dan berkompeten
sesuai dengan permasalahan dalam penelitian.
c. Studi
Pustaka
yaitu
mengumpulkan
beberapa
literature
yang
erat
hubungannya dengan permasalahan yang diteliti seperti buku-buku, browsing
bahan bacaaan di internet, serta dokumen-dokumen.
3.6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasi data kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
52
memilih mana yang penting data yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain, Sugiyono (2009).
Model analisis data dalam penelitian ini mengikuti ini konsep yang diberikan
Miles dan Huberman. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2009) mengunggapkan
bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai
tuntas. Komponen dalam analisis data :
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari laporan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya.
2. Penyajian Data
Penyajian data penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.
3. Verifikasi atau Penyimpulan Data
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitian
kembali
kelapangan
mengumpulkan
data,
maka
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
kesimpulan
yang
53
3.7. Keabsaan Data/Triangulasi
Dalam penelitian kualitatif , instrument utamanya adalah manusia, karena itu
yang diperiksa adalah keabsaan datanya. Nusa dan Ninin (2012) untuk menguji
kredebilitas data penelitian peneliti menggunakan teknik triangulasi.
Teknik triangulasi adalah menjaring data dengan berbagai metode dan cara
dengan menyilangkan informasi yang diperoleh agar data yang didapatkan lebih
lengkap dan sesuai dengan yang diharapkan. Setelah mendapatkan data yang
didapatkan lebih lengkap dan sesuai dengan yang diharapkan. Setelah mendpatkan
data yang jenuh yaitu keterangan yang didapatkan dari sumber sumber data yang
telah sama maka data yang didapatkanlebih kredibel. Sugiyono (2009) membedakan
emapat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber,
metode, penyidik, dan teori. Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan
mengecek balik kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Adapun untuk mencapai kepercayaan itu,
maka ditempuh langkah sebagai berikut :
1. Membandingkan data hasil yang pengamatan dengan data yang hasil
wawancara.
2. Mmbandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
54
4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Jadi penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode wawancara,
observasi dan studi pustaka kemudian data hasil dari penelitian itu digabungkan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Obyek Penelitian
Puskesmas Menganti Kecamatan Menganti Kabupaten terletak di Kota Gresik
Jawa Timur yang berda di JL.Raya Menganti No.225 dan berjalak 30 KM dari Kota
Gresik. Dalam kinerja pelayanan kesehatan, Puskesmas Menganti menangani 13 Desa
yang terletak di Kecamatan Menganti Kabuapten Gresik. Letak Geografis Puskesmas
Menganti berbatasan langsung dengan wilayah-wilayah sebagi berikut :
Sebelah Timur : Kota Surabaya, Sebelah Selatan : Kecamatan Driyorejo dan
Kecamatan Kedamean, Sebelah Utara : Kecamatan Cerme, Sebelah Barat :
Kecamatan Kedamean.
4.1.1. Fasilitas Pelayanan
Terdapat pula fasilitas yang dapt terdapat dalam Puskesmas Menganti guna
menunjang pelayanan yang diberikan. Di antaranya sebagai berikut:
1. Loket
2. Apotik
3. Laboratorium
4. Ruang Pengobatan
5. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
6. Poli Gigi
7. Tata Usaha
8. Klinik Gizi
55
56
9. Klinik TB/Kusta
10. Toilet
11. Ambulans Keliling
12. Ruang Tunggu
Namun dalam pelayanan kesehatan yang terdapat di Puskesmas Menganti
yang telah bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan, pelayanan yang tersedia pelayanan kesehatan dasar.
4.1.2. Alur Pelayanan
Agar tercipta pelayanan yang baik maka perlu mengikuti prosedur pelayanan
yang sudah ditetapkan oleh pihak Puskesmas Menganti sebagai berikut:
LOLKET








POLI: BP
BP GIZI
KIA
Anamnesa
Pemeriksaan
Penentuan Diagnosa
Tindakan Medis
Pemyuluhan
Pengambilan Surat Rujukan
Surat Ket.Sehat
Surat Ket.Sakit
APOTIK
Pengambilan Obat
LABORATORIUM
Bila di Perlukan Penegak
Diagnosa
KLINIK SANITASI POJOK
GIZI
Bila di Perlukan Konselin
Gizi/Sanitasi
TU PUSKESMAS
Pengambiula Surat
Ket.Khusus
Gambar 4.1
Prosedur Pelayanan Kesehatan Puskesmas Menganti
57
4.1.3. Sumber Daya Manusia
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, pihak Puskesmas Menganti
menyediakan beberapa tenaga medis yang sangat professional di bidangnya,
diantaranya:
1. Dokter Umum sejumlah 2 orang
2. Dokter Gigi sejumlah 2 orang
3. Perawat sejumlah 6 orang
4. Perawat Gigi sejumlah 1 orang
5. Bidan sejumlah 8 orang
6. Bidan Desa sejumlah 1 orang
7. Sinitarian dan Gizi masing-masing sejumlah 1 orang
8. Pekarya sejumlah 2 orang
9. TU sejumlah 1 orang
10. Supir sejumlah 1 orang
11. Keuangan sejumlah 2 orang
12. Lainnya (tenaga suka rela) sejumlah 10 orang
58
4.1.4. Struktur Organisasi
Untuk membantu kelancaran dari kinerja Puskesmas, maka perlu dibentuk
suatu susunan organisasi sebagai berikut:
Gambar 4.2
Struktur Organisasi
59
Untuk memperjelas dari tugas struktur organisasi di atas, maka di dalam tabel
4.2 dijelaskan uraian tugas masing-masing divisi:
NO
NAMA
JABATAN
URAIAN TUGAS
1
1
Kepala
Puskesmas
2
3
4
5
1
2
2
3
Unit Tata Usaha/
Data dan
3
Informasi
4
5
6
7
1
2
3
4
Kepegawaian
5
6
4
5
Bendahara
Pengeluaran
Pembantu
Bendahara
Penerimaan
Pembantu
7
1
2
3
4
5
1
2
3
Melakukan fungsi-fungsi manajemen, bimbingan,
dan supervise
Mengadakan koordinasi di tingkat kecamatan
Bersama lintas sektor terkait sebagai penggerak
pembangunan di tingkat kecamatan
Sebagai tenaga ahli pendamping Camat
Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap
semua kegiatan di Puskesmas
Merencanakan dan mengevaluasi kegiatan di unit TU
Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan
di unit TU
Registrasi surat masuk dan surat keluar
Melanjutkan di disposisi Pimpinan
Membuat konsep surat
Mengarsip surat
Sebagai pusat data dan informasi Puskesmas
Membuat evaluasi data pegawai setiap semester
Membuat daftar niminasi jabatan
Membuat DUK setiap akhir tahun
mengetik DP3 yang diisi oleh atasan langsung
Mengusulkan kenaikan pangkat pegawai/ kenaikan
gaji berkala pegawai/ penyesuaian tunjangan
fungsional bagi tenaga fungsional
Membukukan dan mengusulkan cuti pegawai/ Diklat/
PendidikanPegawai
Mendata dan mengarsip file pegawai
Membuat buku kas umum
Membuat buku Pajak
Membuat buku rincian obyek perkegiatan
Register penutupan setiap bulan
Laporan
pertanggung
jawaban
bendahara
pengeluaran (SPJ Fungsional)
Register surat tanda setor ke Kasda
Buku penerimaan masing-masing unit pelayanan
Laporan pendapatan Puskesmas ke Dinkes mingguan
60
Pembukuan penerimaan askes
Rekapitulasi bulanan pendapatan Puskesmas ke
Dinkes
Buku kas umum penerimaan dan penyetoran
6 expedisi karcis/ Bon karcis
7
1 Menerima, menyimpan/ membayar uang sesuai
pers.Ka UPT
2 Melakukan pencatatan ke BKU dan buku bantu
3 Menyalurkan dana ke pengelola keuangan Puskesmas
Mencetak BKU dan buku bantu sekurang-kurangnya
4 1 bulan dan di tanda tangani oleh Kepala UPT
Memungut dan menyetorkan penerimaan pajak-pajak
ke kas Negara
5 Menyusun laporan pertanggung jawaban bulanan atas
uang yang dikelolah dan diketahui oleh Kepala UPT
6 Membuat, menusun POA tahunan dan bulanan yang
ditanda tangani Kepala UPT
Menyimpan dengan baik dan aman seluruh bukti
7 pertanggung jawaban keuangan
4
5
6
Bendahara BOX
8
1
2
7
SP2TP
3
4
8
Ko.JPKMM
5
1
2
3
4
5
Mengkoordinir/ mengecek laporan dari masingmasing program sebelum dikirim ke Dinkes
Melaporkan hasil kegiatan masing-masing program
ke Dinkes setiap bulan
Mengidentifikasi masalah program dari hasil
visualisasi data dan menyerahkan hasilnya kepada
koordinator perencanaan dan penilaian
Bersama-sama tim menyusun semua laporan
Puskesmas (PTP, minilok, Lap Tahunan, stratifikasi,
dll)
Pencatatan dan pelaporan
Pendataan KK dan anggota Gakin
Penyusunan perencanaan dana operasional JPKMM
Pencatatan operasional dana JPKMM
Penyuluhan prosedur
tata laksana tentang
pemanfaatan kartu Gakin
Pencatatan dan pelaporan
61
1
2
3
9
Apotik dan
Gudang Obat
10
Lab Sederhana
11
Loket
12
13
14
15
16
Pengurus barang
Medis non
Medis
Ko. Unit
Pengembangan
Kes. Gigi &
Mulut
Kes. Mata
UKS/UKGS
4
5
6
7
8
9
1
2
3
1
2
3
4
1
2
3
4
5
6
1
2
1
2
3
4
1
2
1
2
Melayani resep sesuai petunjuk serta mengatur
kebersihan dan kerapian apotik
Penyuluhan langsung ke pasien tentang tata cara
pemakaian obat
Pengecekan obat yang telah dikeluarkan/ sensus
harian obat
Kelengkapan administrasi obat
Buku lidi pembekalan farmasi
Buku Penerimaan dan pemakaian obat
Buku LPLPO
Buku pendistribusian obat
Buku rekap jenis resep
Pelayanan Laborat sederhana
Pemeriksaan Spuntum
Pencatatan dan pelaporan
Pelayanan kunjungan pasien
Pencatatan status penderita dalam buku kunjungan
Pendataan dan mengarsip file/ status penderita
Pencatatan dan pelaporan kunjungan pasien
Updating data inventarisasi alat
Perawatan alkes
Kalibrasi alkes
Laporan fungsi dan kondisi alat
Membuat usulan kebutuhan alat
Pencatatan dan pelaporan
Menyusun perencanaan & evaluasi kegiatan Kes.
Gilut, Kes. Mata UKGS/ UKS, Kes.Jiwa, Kes.Lansia,
Perkesmas, Kes. Orgada, UKK.
Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan
di unitnya
Menyusun perencanaan
Pelaksanaan UKGS/UKGMD
Pelaksanaan pemeriksaan, perataan, pengobatan,
pencabutan, pembersihan karang gigi serta rujukan
gigi dan mulut
Pecatatan dan pelaporan
Mendeteksi dini penyakit kebutaan/mencegah
kebutaan
Pendataan Murid (Screning)
Melaksanakan program UKS melalui pendidikan
sekolah
Penjaringan peserta didik baru kelas I
62
17
Kes. Jiwa
3
4
5
1
2
3
1
18
Kes. Lansia
19
Perkesmas
(PHN)
20
Kes. Olahraga
21
UKK
2
3
4
1
2
1
2
1
2
3
4
1
22
Ko. Unit
Program Wajib
2
1
23
Promkes & Batra
2
3
Pengobatan ringan, pertolongan dan rujukan
Pelatihan dokter kecil
Pencatatan dan pelaporan
Kunjungan rumah pasien Psikosa
Penyuluhan pada kader/ tokoh masyarakat tentang
temuangangguan jiwa secara dini dan pengobatan
Pencatatan dan Pelaporan
Kegiatan promotif dengan penyuluhan gizi kepada
kelompok lansia
Kegiatan prefentif dengan pemeriksaan berkala
Senam lansia
Pencatatan dan Pelaporan
Kunjungan rumah untuk Perkesmas bagi yang
memerlukan pemeliharaan, memberi penerangan dan
pendidikan kesehatan dan untuk mengadakan
pemantauan
Pencatatan dan pelaporan
Klub olahraga
Posyandu Lansia
Pendataan semua kelompok kerja yang ada di
wilayah kerja
Penyuluhan dan pembinaan terhadap kesehatan
pengusaha/pekerja
Membina kelompok kerja dengan K3 ( Keselamatan
dan Kesehatan Kerja)
Pencatatan dan pelaporan
Menyusun perencanaan & evaluasi kegiatan,
promkes, Kesling, P2M pengobatan dasar, P2
Malaria, P2Ispa, P2DBD, P2TB, P2Diare, Imunisasi,
Surveilans, HIV, dll
Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan
di unitnya
Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap
semua kegiatan promosi kesehatan di wilayah
Puskesmas
Perencanaan pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan
promosi kesehatan bersama-sama dengan koordinator
program terkait
Kegiatan dalam gedung puskesmas/Pustu:
a. Penyuluhan langsung kepada perorangan maupun
kelompok penderita
63
4
5
6
7
1
2
3
24
Kesling &
Sanitasi
4
5
6
7
1
25
KIA/KB
2
3
4
5
6
b. Penyuluhan tidak langsung melalui poster
Kegiatan luar gedung posyandu/sekolah:
a. Penyuluhan melalui media masa, pemutaran film,
siaran keliling, maupun media tradisional
b. Penyuluhan kelompok melalui posyandu, sekolah
dan pondok pesantre
Koordinator PHBS
Pembinaan pengobatan tradisional, sosialisasi obatobatan tradisional dan manfaatnya
Pencatatan dan pelaporan
Menyusun perencanaan & evaluasi di unit kesling
Melaksanakan kegiatan penyuluhan kesling kepada
masyarakat
Melaksanakan kegiatan pengawasan/inspeksi sanitasi
rumah dan air bersih di TTU, TPS/PTA, tempat
pengelolahan Pestisid dan tempat pengelolahan
makanan dan minuman secara berkala
Melaksanakan pengambilan sampel air bersih/ air
minum isi ulang/makanan minuman sesuai kebutuhan
Melaksanakan kegiatan klinik sanitasi dan kunjungan
rumah penderita
Melakukan pemberdayaan masyarakat melalui
program STBM
Pencatatan dan pelaporan
Pemeliharaan kesehatan ibu dari hamil, melahirkan
dan menyusui, serta bayi dan anak balita dan anak
prasekolah sampai usia lanjut. Imunisasi TT2pada ibu
hamil dan imunisasi pada bayi berupa BCG, DPT,
Polio dan Hb sebanyak 3x serta campak sebanyak 1x
Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam
pencapaian tujuan program KIA, gizi dan
perkembangan anak
Pelayanan KB kepada semua PUS dengan perhatian
khusus mereka yang melahirkan anak berkali-kali
karena termasuk ibu beresiko tinggi
Pembinaan Dukun Bayi
KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)
Pencatatan dan pelaporan
64
26
GIZI
27
Ko. Unit P2M
1
2
3
4
5
6
7
1
2
3
1
2
28
Pengobatan
Dasar
3
4
5
1
29
P2TBC
30
P2 Malaria
31
P2 Ispa
32
P2 DHF
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
Penanggulangan anemia Gizi besi
Penanggulangan Gaki
Penanggulangan defisiensi Vit.A
Pojok gizi
Pembinaan dan evaluasi
Pencatatan dan pelaporan
Menyusun rencana dan evaluasi kegiatan di unit P2M
Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan
di unitnya
Ikut secara aktif mencegah dan mengawasi terjadinya
peningkatan kasus penyakit
menular serta
menindaklanjuti terjadinya KLB
Menentukan target sasaran serta merencanakan
kebutuhan obat
Melakukan tindakan pengobatan sesuai standar
puskesmas sebagai pelayanan kesehatan di tingkat
pertama
Merujuk pasien ke sarana kesehatan yang lebih tinggi
Penemuan dan pencatatan kasus tertinggi (rekap
kasus terbanyak) di wilayah Puskesmas
Pencatatan dan pelaporan
Penyuluhan tentang TBC serta kunjungan dan follow
up ke rumah pasien
Pencatatan dan pelaporan kasus
Penemuan secara dini penderita TBC, pengobatan
secara lengkap, koordinasi dengan petugas lab
terhadap penderita TBC untuk mencari BTA+
Pencatatan dan pelaporan
Penyuluhan tentang Malaria
Pencarian/penemuan kasus
Pengobatan penderita Malaria
Pencatatan dan pelaporan
Penyuluhan tentang Ispa
Penemuan secara dini penderita Ispa
Pengobatan penderita secara lengkap
Pencatatan dan pelaporan
Penentuan target sasaran khususnya di daerah
endemis DHF dan penyuluhan
Pemberantasan vektor melalui PJB dan PSM serta
pelaksanaan ULV
65
3
4
5
6
1
2
33
P2 Kusta
3
4
5
1
2
34
P2 Diare
3
4
5
1
2
35
Imunisasi
3
4
5
6
1
36
37
Surveilans
Pencegahan dan
penanggulangan
HIV
2
3
4
1
2
Penemuan dan pengobatan penderita
Melaksanakan penyelidikan epidemiologi DHF
Pemantauan/monitoring jumantik di daerah endemis
dan pelaporannya
Pencatatan dan pelaporan
Penyuluhan tentang kusta
Penemuan penderita kusta dan pemerikasaan kontak,
pemeriksaan anak sekolah dan case survey
Memberikan pengobatan yang tepat sesuai diagnosa
dan klasifikasinya
Melakukan pencegahan cacat dengan mengawasi dan
mengevaluasi pengobatan
Pencatatan dan pelaporan
Penyuluhan untuk memasyarakatkan hidup bersih
dan sehat serta memasyarakatkan oralit
Kaporisasi sumur-sumur dan sumber mata air
sebanyak 2 x setahun
Survei, mengurangi dan menghindari kontang
mencegah penyebaran kasus
Penemuan dan pengobatan penderita diare
Pencatatan dan pelaporan
Bertanggung jawab dan mengkoordinir pelaksanaan
imunisasi HB, BCG, DPT,
Polio, Sampak pada bayi di tempat pelayanan
kesehatan
Pelaksanaan imunisasi TT Bumil dan WUS di tempat
pelayanan kesehatan
Pelaksanaan bias di tiap SD/MI oleh tim puskesmas
Pengambilan vaksin ke Dinkes 2 x sebulan
Merencanakan persediaan kebutuhan vaksin secara
teratur
Pencatatan dan pelaporan
Berperan aktif secara dini melakukan pengamatan
terhadap penderita
Analisa tentang KLB
Penyuluhan kesehatan secara intensif
Pencatatan dan pelaporan
Penyuluhan tentang PMS dan HIV
Kerjasama dengan yayasan peduli AIDS mengenai
pendataan penderita PMS dan AIDS
66
3
4
1
38
39
40
Pencegahan dan
Penanggulangan
Rabies
Pencegahan dan
Penanggulangan
Filariasis
Puskesmas
Pembantu
2
3
1
2
3
1
2
3
4
5
1
2
41
Polindes/Poskes
des
3
4
5
1
42
Pengelolah
Program Askes
2
3
Pengobatan penderita yang menderita maupun yang
dicurigai
Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan pasien yang digigit HPR (hewan Penular
Rabies)
Pemberian vaksin anti rabies (VAR) bagi pasien yang
digigit anjing
Pembuatan laporan dan vaksin
Pencatatan penderita yang terdeteksi filariasis
Pengobatan penderita yang terdeteksi filariasis
Pelaporan
Melakukan pelayanan kesehatan
Menggerakkan, mengembangkan, dan membina
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
Membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatannya
Perpanjangan tangan seluruh program di Puskesmas
Bertanggung jawab langsung kepada kepala
Puskesmas
Melakukan pelayanan kesehatan
Menggerakkan, mengembangkan, dan membina
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
Membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatannya
Perpanjangan tangan seluruh program di Puskesmas
Bertanggung jawab langsung kepada kepala
Puskesmas
Melakukan pendataan jumlah peserta Askes termasuk
yang memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan di
Puskesmas
Penyuluhan tentang Askes
Pencatatan dan pelaporan
4.1.5. Karakteristik Pegawai
Berdasarkan karakteristik pegawai Puskesmas Menganti di kelompokkan
menjadi tiga bagian yaitu jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
67
Tabel 4.3.
Jenis Kelamin Pegawai
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki
21
Perempuan
24
Total
45
Sumber: Data diolah
Presentasi (%)
46,7 %
53,3 %
100 %
Berdasarkan tabel 4.2. pegawai Puskesmas Menganti berdasarkan jenis
kelamin pegawai perempuan lebih banyak dari pada pegawai laki-laki. Hal ini
dibutuhkan karena pegawai perempuan lebih ramah daroi pada pegawai laki-laki. Hal
ini dibuktukan pada tabel 4.2. berikut adalah penjelasannya pegawai Puskesmas
Menganti sebesar 46,7 % berjenis kelamin laki-laki dan 53.3 % berjenis kelamin
perempuan.
Tabel 4.4
Berdasarkan Usia Pegawai Puskesmas Menganti
Usia
Jumlah
20-30
8
31-40
15
41-50
17
>51
5
Total
45
Sumber: Data diolah
Presentase (%)
17,8 %
33,3 %
37,8 %
11,1 %
100 %
Berdasarkan tabel 4.3 usia pegawai Puskesmas Menganti, usia antara 20-30
tahun sebesar 17,8 % usia antara 31- 40 tahun sebesar 33,3 % usia antara 41- 50
tahun sebesar 37,8 % dan usia diatas 50 tahun sebesar 11,1 %.
68
Tabel 4.5
Berdasarkan Pendidikan Pegawai Puskesmas Menganti
Pendidikan
Jumlah
SD
2
SMP
3
SMA
11
D1-D3
17
S1-S3
12
Total
45
Sumber: Data diolah
Presentase (%)
4.4 %
6,7 %
24,4 %
37,8 %
26,7 %
100 %
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa jumlah pegawai Puskesmas Menganti
berdasarkan tingkat pendidikan yang terbanyak adalah pegawai dengan pendidikan
D1- D3 dengan presentase sebesar 37,8 %, S-1 dengan presentase 26,7 %, SMA
dengan presentase 24,4 %, dan pendidikan terendah SMP dan SD, SMP 6,7 %
sedangkan SD 4,4 %.
4.2. Temuan Penelitian
Dalam hasil penelitian ini di dapatkan dari wawancara dengan Kepala
Puskesmas dan petugas loket, dokter dan masyarakat pengguna Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Puskesmas Menganti yang mendapatkan
pelayanan kesehatan dasar. Hasil wawancara ini mengacu pada 5 dimensi kualitas
pelayanan. Lima dimensi tersebut sebagai berikut:
4.2.1. Bukti fisik (Tangible)
Menurut Zeithamt, Berry dan Parasuranman (1985) dalam Elita (2011) bukti
fisik (tangible) yaitu kualitas pelayanan yang berupa fasilitas fisik, ruang tunggu,
komputerisasi dan tempat informasi.
69
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala UPT Puskesmas
Menganti bapak Thahjono beliau mengatakan bahwa:
“Puskesmas Menganti ini hanya melakukan rawat jalan dan rujukan, jadi
pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh Puskesmas Menganti untuk
pengguna BPJS Kesehatan sudah baik. ini terlihat dari animo masyarakat yang
berkunjung tiap hari banyak, Puskesmas Menganti sendiri juga menyediakan fasilitas
yang cukup memadai untuk menunjang pelayanan, mulai dari lahan parkir, ruamh
tunggu, komputer, wifi, dan petugas selalu berpakaian rapi, kondisi Puskesmas juga
slalu dlam keadaan bersih”.
(Hasil wawancara tanggal 20 Juni 2015)
Hal senada juga dikemukakan oleh bapak suwoto salah satu karyawan yang
bertugas di loket Puskesmas Menganti yang mengatakan bahwa:
“Untuk pelayanan loket fasilitas yang tersedia sudah memadai di ruangan
loket ini tersedia komputer, wifi, dan alat pengeras suara serta kondisi ruanagan
tertata dengan rapi sesuai dengan tempatnnya”.
(Hasil wawancara tanggal 20 Juni 2015)
Wawancara selanjutnya dengan bapak Tiarman, salah satu dokter yang
berugas dibagian pelayanan kesehatan dasar Puskesmas Menganti mengatakan
bahwa:
“Puskesmas Menganti ini hanya melakukan pelayanan rawat jalan dan
rujukan untuk pengguna BPJS Kesehatan, untuk peralatan yang ada di ruangan
untuk pengobatan dasar ini sudah memadai untuk menunjang pekerjaan saya,
peralatan yang ada juga terjaga dengan baik, ruangan juga slalu bersih.
(Hasil wawancara tanggal 22 Juni 2015)
Namun hal berbeda dengan hasil wawancara dengan bapak Alfon, selaku
pengguna kartu BPJS Kesehatan yang sedang menuggu antrian pelayanan kesehatan
dasar di Puskesmas Menganti mengatakan bahwa:
“Menurut saya fasilitas yang tersedia masih kurang, ruang tunggu yang
terdapat di ruangan pengobatan dasar semuany jadi 1 (satu) antara yang melakukan
70
pendaftaran, pasien yang akan melakukan pemeriksaan di pengobatan dasar dan
pasien yang menggambil obat di apotik”.
(Hasil wawancara tanggal 22 Juni 2015)
Pernyataan bapak Alfon juga dibenarkan oleh ibu Sumiati pengguna kartu
BPJS Kesehatan yang saat itu sedang menunggu antrian untuk pelayanan kesehatan
dasar di Puskesmas Menganti beliau mengatakan bahwa:
“Menurut ibu sebagai pengguna kartu BPJS Kesehatan yang sudah
membayar iuran setiap bulan harusnya mendapatkan fasilitas yang sesuai dengan
iuran yang sudah ibu bayar mas, tapi nyatanya fasilitas yang tersedia masih kurang,
seperti ruang tunggu yang tidak bersih serta campur aduk jadi, serta tidak adanya
alat pendingin atau kipas angin di ruangan pengobatan dasar, petugasnya pun ada
juga yang terlambat juga”.
(Hasil wawancara tanggal 22 Juni 2015)
Wawancara selanjutnya dengan bapak Huda pengguna kartu BPJS Kesehatan
yang saat itu sedang menunggu antrian untuk pelayanan kesehatan dasar di
Puskesmas Menganti beliau mengatakan bahwa:
“Sama saja mas, sebelum adanya BPJS Kesehatan dan sesudah adanya BPJS
Kesehatan fasilitas yang terdapat di Puskesmas Menganti khususnya di pelayanan
kesehatan dasar ya gitu-gitu saja tidak ada perubahan, sepertiya tidak itikat baik
dari pihak Puskesmas Menganti untuk memberikan fasilitas yang nyaman saat
menunggu pemeriksaan karena kurangnya tempat duduk di ruangan pengobatan.
(Hasil wawancara tanggal 15 Juli 2015)
Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa bukti
fisik (tangible) yang terdapat di Puskesmas Menganti kurang memadai sebagai salah
satu instansi yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Ini terlihat dari respon
masyarakat pengguna kartu BPJS Kesehatan yang menyatakan bahwa fasilitas yang
tersedia di Puskesmas Menganti masih kurang. Meskipun pihak Puskesmas Menganti
71
menyatakan bahwa fasilitas yang tersedia baik tapi hal berbeda yang disampaikan
pengunjung Puskesmas Menganti khususnya Pengguna kartu BPJS Kesehatan.
4.2.2. Kehandalan (reliability)
Menurut Zeithamt, Berry dan Parasuraman (1985) dalam Elita (2011)
kehandalan (reliability) yaitu kemampuan dan kehandalan untuk menyediakan
pelayanan yang terpercaya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala UPT Puskesmas Menganti
bapak Thahjono yang mengatakan bahwa:
“Untuk pelayanan kesehatan dasar, kehandalan petugas menurut saya sudah
baik, dikarenakan pelayanan kesehatan dasar yang diberikan kepada peserta BPJS
Kesehatan sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Petugas juga memiliki rasa
tanggung jawab tinggi terhadap tugasnya”.
(Hasil wawancara tanggal 20 Juni 2015)
Hal yang sama juga di sampaikan oleh petugas loket bapak Suwoto
menyatakan bahwa:
“Untuk masalah kemampuan petugas loket untuk melakukan pendaftaran
pasien BPJS Kesehatan maupun yang akan melakukan pelayanan kesehatan dasar
menggunkan kartu BPJS Kesehatan senua sudah ada tuugasnya masing-masing. Di
loket petugasnya ada 3 orang, ada yang bertugas mengentri data setiap pasien serta
ada dibelakangnya petugas yang mencari data sehingga pelayanan di loket cepat dan
efektif.
(Hasil wawancara tanggal 20 Juni 2015)
Wawancara selanjutnya dengan bapak Tiarman salah satu dokter yang
bertugas di bagian kesehatan dasar Puskesmas Menganti mengatakan bahwa:
“Untuk pelayanan/pemeriksaan kesehatan dasar yang saya berikan kepada
pasien BPJS Kesehatan sama saja dengan pasien umumnya tidak ada perbedaan,
pelayanan yang saya berikan pun segera menanganinya.
(Hasil wawancara tanggal 22 Juni 2015)
72
Wawancara selanjutnya dengan bapak Alfon pengguna kartu BPJS Kesehatan
yang sedang menunggu antrian untuk pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas
Menganti beliau mengatakan bahwa:
“Petugas Puskesmas Menganti melakukan pelayanan kesehatan dasar sudah
baik dan dapat di andalkan, jadi sayax sebagai pengguna BPJS Kesehatan tak perlu
khawatir setiap kali berobat di sini”.
(Hasil wawancara tanggal 22 Juni 2015)
Jawaban yang sama juga diberikan ibu Sumiati pengguna kartu BPJS
Kesehatan yang saat itu sedang menunggu antrian untuk pelayanan kesehatan dasar di
Puskesmas Menganti beliau mengatakan bahwa:
“Pelayanan yang diberikan oleh petugas tidak ada masalah sudah baik,
kalau bisa lebih ditingkatkan lagi kemampuan petugasnya biar pelayanannya
semakin baik.
(Hasil wawancara tanggal 22 Juni 2015)
Wawancara selanjutnya dengan bapak Huda pengguna kartu BPJS Kesehatan
yang sedang menuggu antrian untuk pelayanan keseshatan dasar di Puskesmas
Menganti beliau mengatakan bahwa:
“Selama saya berobat di Puskesmas Menganti kemampuan petugasnya
sangat baik dan bisa di andalkan”.
(Hasil wawancara tanggal 15 Juli 2015)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui kehandalan petugas di
Puskesmas Menganti untuk pengguna BPJS Kesehatan sudah baik. hal ini di dukung
pernyataan dari pihak Puskesmas Menganti dan Masyarakat pengguna BPJS
Kesehatan di Puskesmas Menganti yang memberikan pernyataan sama.
73
4.2.3. Daya Tanggap (responsiveness)
Menurut Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1985) dalam Elita (2011) daya
tanggap (responsiveness) yaitu kemampuan untuk menolong dan ketersediaan untuk
melayani dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala UPT Puskesmas Menganti bapak
Thahjono yang mengatakan bahwa:
“Petugas di Puskesmas Menganti kemampuan untuk menolong sangat baik
dengan permasalahan yang di alami pasien pengguna BPJS Kesehatan. Petugas juga
bersedia memberikan jawaban atas pernyataan yang diajukan pelanggan”.
(Hasil wawancara tanggal 20 Juni 2015)
Pernyataan bapak Thahjono juga di perkuat dengan jawaban yang diberikan
bapak Suwoto salah satu petugas Loket Puskesmas Menganti mengatakan bahwa:
“Pelayanan yang saya berikan sudah sesuai prosedur yyang ada, dan selalu
memberikan pelayanan yang terbaik, apabila ada pasien yang datang ke loket saya
selalu bertanya kepada penggunjung tersebut, baik itu berobat ataupun daftar
sebagai peserta BPJS Kesehatan.
(Hasil wawancara tanggal 20 Juni 2015)
Wawancara selanjutnya dengan bapak Tiarman salah satu dokter yang
bertugas di bagian pelayanan kesehatan dasar mengatakan bahwa:
“Itu harus mas, karena tugas dokter harus memberikan pelayanan sesuai
standar profesi dan standar prosedur operasional, serta memberikan informasi yang
dibutuhkan pasien baik diminta maupun tidak dan harus mampu memberikan
penjelasan yang akurat dan jujur”.
(Hasil Wawancara tanggal 22 Juni 2015)
Wawancara selanjutnya dengan bapak Alfon Pengguna kartu BPJS Kesehatan
yang sedang menunggu antrian untuk pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas
Menganti beliau mengatakan bahwa:
74
“Menurut bapak baik mas,petugas yang ada di Puskesmas Menganti ini,
petugasnya tanggap terhadap apa yang menjadi permasalahan yang saya alami,
pelayanannya juga bagus”.
(Hasil wawancara tanggal 22 Juni 2015)
Hal yang sama juga disampaikan oleh ibu Sumiati pengguna kartu BPJS
Kesehatan yang sedang menunggu antrian untuk kesehatan dasar di Puskesmas
Menganti beliau mengatakan bahwa:
“Menurut ibu, pelayanan kesehatan dasar yang ibu rasakan selama
menggunakan kartu BPJS Kesehatan di Puskesmas Menganti ini petugasnya sangat
tanggap dan cekatan mas”.
(Hasil wawancara tanggal 22 Juni 2015)
Wawancara selanjutnya dengan bapak huda pengguna kartu BPJS Kesehatan
yang saat itu sedang menunggu antrian untuk pelayanan kesehatan dasar di
Puskesmas Menganti beliau mengatakan bahwa:
“Untuk pelayanan yang diberikan di pelayanan kesehatan dasar cepat mas,
ini dapat bapak rasakan sendiri dimana petugas langsung menangani tanpa
menunda-nunda pelayanan. Tapi ya gitu mas, harus antri dulu menunggu giliran
sebelum dilakukan pemeriksaan.
(Hasil wawancara tanggal 15 Juli 2015)
Berdasarkan hasil wawancara maka dapat diketahui bahwa pimpinan, petugas
dan peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Menganti mangatakan bahwa daya
tanggap yang terdapat di Puskesmas Menganti untuk pelayanan kesehatan dasar yang
diberikan kepada pengguna BPJS Kesehatan sudah baik, dimana petugas sudah
melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur dan pengunjung dapat merasakan
pelayanan yang diberikan oleh pihak Puskesmas Menganti.
75
4.2.4. Jaminan (assurance)
Menurut Zeithamt, Berry dan Parasuraman (1985) dalam Elita (2011) jaminan
(assurance) yaitu kemampuan dan keramahan serta sopan santun pegawai dalam
menyakinkan kepercayaan konsumen.
Berdasrkan hasil wawancara dengan kepala UPT Puskesmas Menganti bapak
Thahjono beliau mengatakan bahwa:
“Kemampuan petugas di Puskesmas Mengantti ini sudah professional semua
apalagi dengan adanya BPJS Kesehatan ini. Petugas selalu dan berusaha
memberikan pelayanan yang terbaik, pelayanan kesehatan dasar petugas di
Puskesmas Menganti disini selalu bersikap ramah kepada siapapun tidak hanya
kepada pengguna kartu BPJS Kesehatan saja melainkan semua masyarkata yang
berkunjung ke Puskesmas Menganti”.
(Hasil wawancara tanggal 20 Juni 2015)
Tapi hal berbeda diungkapkan oleh bapak Suwoto selaku petugas loket di
Puskesmas Menganti beliau mengatakan bahwa:
“Masalah kemampuan harus di tingkatkan, apalagi pengunjung di Puskesmas
Menganti ini tiap harinya banyak, tapi saya tidak bisa menilai diri saya sendiri
karena yang bisa menilai itu orang yang merasakan pelayanan dari saya”.
(Hasil wawancara tanggal 20 Juni 2015)
Apa yang dikatakan oleh bapak Thahjono sama dengan bapak Tiarman salah
satu dokter dibagian pelayanan kesehatan dasar Puskesmas Menganti beliau
mengatakan bahwa:
“Ya sama saja, kemampuan yang saya berikan saat melakukan pemeriksaan
kepada pasien BPJS Kesehatan tidak ada bedanya dengan yang saya lakukan dengan
pasien umum lainnya, selalu memberikan terbaiklah. Kalau sikap saat melakukan
pemeriksaaan saya selalu bersikap ramah dan sopan santun kepada siapa saja”.
(Hasil wawancara tanggal 22 Juni 2015)
76
Wawancara selanjutnya dengan bapak alfon pengguna kartu BPJS Kesehatan
yang saat itu sedang menunggu antrian untu pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas
Menganti beliau mengatakan bahwa:
“Baik mas kemampuan pelayanan yang ada di Puskesmas Menganti ini
petugasnya juga ramah”.
(Hasil wawancara tanggal 22 Juni 2015)
Hal yang sama juga diungkapkan ibu Sumiati pengguna kartuu BPJS
Kesehatan saat itu sedang menunngu antrian unutk pelayanan kesehatan dasar di
Puskesmas Menganti beliau mengatakan bahwa:
“Kemampuan petugas di Puskesmas Menganti baik dan bersikap ramah
setiap melakukan pelayanan, jadi ibu gak salah daftar menjadi peserta BPJS
Kesehatan di Puskesmas Menganti dan hasilnya setiap ibu melakukan pemeriksaan
ddi sini hasilnya baik”.
(Hasil wawancara tanggal 22 Juni 2015)
Wawancara selanjutnya dengan bapak Huda pengguna kartu BPJS Kesehatan
yang saat itu sedang menunggu antrian untuk pelayanan kesehatan dasar di
Puskesmas Menganti mengatakan bahwa:
“untuk pelayanan kesehatan dasar, pengetahuan petugasnya sangat baik,
sangat berpengalaman dan berkompeten di bidangnya”.
(Hasil wawancara tanggal 15 Juli 2015)
Berdasarkan hasil wawancara maka dapat disimpulkan, kemampuan petugas
di Puskesmas Menganti untuk pelayanan kesehatan dasar yang diberikan kepada
pengguna BPJS Kesehatan sudah baik ini di dukung pernyataan yang sama dari
pemberi layanan dan penerima layanan.
77
4.2.5. Empati (emphaty)
Menurut Zeithamt, Berry dan Parasuraman (1985) dalam Elita (2011) empati
(emphaty) yaitu sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai terhadap konsumen.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepal UPT Puskesmas bapak Thahjono
mengatakan bahwa:
“Sebagai pimpinan saya selalu menghimbau kepada semua petugas
Puskesmas menganti, saat melakukan pelayanan kesehatan dasar jangan sampai ada
diskriminalisasi anatara pasien umum dengan pasien yang menggukan kartu BPJS
Kesehatn semuanya perlakukan sama”.
(Hasil wawancara tanggal 20 Juni 2015)
Hal yang sama juga di sampaikan oleh bapak Suwoto selaku petugas loket di
Puskesmas Menganti beliau mengatakan bahwa:
“Setiap kali ada pasien yang kesulitan saat melakukan pendaftaran menjadi
peserta BPJS Kesehatan saya selalu membantunya mas, karena banyak masyarakat
yang kesulitan atau kebinggunan dengan persyaratan apa saja yang harus dibawa
saat mendaftar menjadi peserta BPJS Kesehatan”.
(Hasil wawancara tanggal 20 Juni 2015)
Apa yang dikatakan bapak Suwoto sama dengan bapak Tiarman salah satu
dokter yang tugas dibagian pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas Menganti beliau
mengatakan bahwa:
“Sebagai dokter perhatian yang saya berikan untuk penggguna kartu BPJS
Kesehatan sama saja dengan pasien umum lainnya tanap ada perbedaan, tapi
apabila ada pasien pengguna kartu BPJS Kesehatan yang harus dirujuk ke dokter
spesialis ataupun rumah sakit sebagai dokter saya selalu memantau kondisi dari
pasien tersebut”.
(Hasil wawancara tanggal 22 Juni 2015)
78
Wawancara selanjutnya dengan bapak Alfon pengguna kartu BPJS Kesehatan
yang saat itu sedang menunggu antrian untuk pelayanan kesehatan dasar di
Puskesmas Menganti beliau mengatakan bahwa:
“Perhatian petugas kepada saya sebagai pengguna kartu BPJS Kesehatan
sangat baik, meskipun saya peserta PBI tapi perhatian petugasnya sama dengan non
PBI dan pasien umum lainnya”.
(Hasil wawancara tanggal 22 Juni 2015)
Hal yang sama juga diungkapkan ibu Sumiati pengguna kartu BPJS
Kesehatan yang saat itu sedang menunggu antrian untuk pelayanan kesehatan dasar di
Puskesmas Menganti beliau mengatakan bahwa:
“Menurut saya, perhatian petugas sudah baik mas, petuganya juga ramah
dan sopan, pernah saat itu ibu harus dirujuk ke Rumah Sakit, dokter yang ngasih
rujukan, slalu memantau kondisi ibu saat di Rumah Sakit”.
(Hasil wawancara tanggal 22 Juni 2015)
Wawancara selnnjutnya dengan bapak Huda pengguna kartu BPJS Kesehatan
yang saat itu sedang menunggu antrian untuk pelayanan kesehatan dasar di
Puskesmas Menganti beliau mengatakan bahwa:
“kalau perhatian yang diberikan oleh petugas di ruang pengobatan baik
mas”
(Hasil wawancata tanggal 15 Juli 2015)
Berdasarkan kesimpulan hasil wawancara bahwa perhatian yang diberikan
oleh pihak Puskesmas menganti khususnya di pelayanan kesehatan dasar kepada
pengguna BPJS Kesehatan memang terasa benar-benar dirasakan oleh pengunjung.
Di sisi lain pihak Puskesmas tidak hanya memberikan perhatian kepada pengguna
BPJS Kesehatan saja, tapi semua pasien yang berkunjung di Puskesmas Menganti
mendapatkan perhatian yang sama.
79
4.3. Interpretasi Penelitian/Pembahasan
Pada dasarnya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya membutuhkan
orang lain. Proses pemenuhan aktifitas orang lain secara langsung ini yang disebut
pelayanan. Jadi pelayanan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan membantu
menyiapkan atau mengurus apa yang di perlukan oleh orang lain. Sehingga pelayanan
senantiasa dengan kepentingan publik atau umum.
Dalam organisasi pelayanan publik mempunyai ciri public acuntabilit, dimana
setiap warga negara mempunyai hak untuk mengevaluasi kulitas pelayanan yang
mereka terima. Memang sangat sulit untuk menilai kualitas suatu pelayanan tanpa
mempertimbangkan peran masyarakat sebagi penerima pelayanan dan petugas/aparat
pelayanan itu.
Dengan adanya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan maka
setiap warga negara Indonesia diwajibkan untuk menjadi peserta BPJS Keehatan baik
itu peserta baru maupun yang sudah terdaftar sebagai jaminan akses dan jamkesmas.
Puskesmas Menganti sebagai salah satu pelayanan kesehatan dasar yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan dan sudah menjalankan kegiatan tersebut. Pelayanan
kesehatan yang bisa di dapatkan di Puskesmas menganti adalah rawat jalan
(pelayanan kesehatan dasar) dan rujukan.
Untuk mengetahuhi seberapa besar kualitas pelayanan yang diberikan
Puskesmas Menganti untuk pengguna BPJS Kesehatan maka peneliti menggunakan 5
(lima) dimensi kualitas pelayanan, diantaranya sebagai berikut:
80
a. Bukti fisik (tangible), kualitas pelayananyang berupa fasilitas fisik, ruang tunggu,
komputerisasi dan tempat informasi. Dalam melakukan pelayanan kesehatan
dasar di Puskesmas Menganti kualitas pelayanan kesehatan untuk pengguna BPJS
Kesehatan akan lebih baik apabila pihak Puskesmas Menganti memperhatikan
saran dan prasarana, karena hal ini berhubungan dengan penilaian pertama dari
masyarakat. Masyarakat yang datang ke Puskesmas Menganti akan langsung
dihadapkan dengan penilaian fasilitas yang ada serta kebersihan Puskesmas
tersebut, Maka rasa nyaman akan terasa. Berdasarkan hasil wawancara dengan
pimpinan, petugas dan Pengguna kartu BPJS Kesehatan maka dapat disimpulkan
bahwa fasilitas yang terdapat di Puskesmas Menganti Khusus pelayanan
kesehatan dasar masih kurang memadai sebagai salah satu instansi yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan meskipun pihak Puskesmas Menganti
menyatakan bahwa sarana dan prasaranasudah memadai tapi hal berbeda yang
disampaikan oleh pengguna BPJS Kesehatan di Puskesmas Menganti yang
menyatakan bahwa fasilitas yang tersedia untuk peleyanan kesehatan dasar masih
kurang memadai.
b. Kehandalan (reliability), kemampuan dan kehandalan untuk menyediakan
pelayanan yang terpercaya. Dalam melakukan pelayanan kesehatan dasar di
Puskesmas Menganti yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan,
kemampuan dan kehandalan petugas merupakan salah satu faktor penting untuk
menjadi penyedia layanan yang baik. Berdasarkan kesimpulan hasil dari
wawancara kehandalan petugas di Puskesmas Menganti untuk pengguna BPJS
81
Kesehatan yang mendapatkan pelayanan kesehatan dasar sudah baik. hal ini di
dukung pernyataan pihak Puskesmas Menganti dan pengunjung Puskesmas
Menganti yang memberikan pernyataan sama.
c. Daya Tanggap (responsiveness), kemampuan untuk menolong dan ketersediaan
untuk melayani dengan baik. Pelayanan kesehatan dasar untuk pengguna BPJS
Kesehatan di Puskesmas Menganti bila dilihat dari daya tanggap sudah baik. Di
mana pemahaman tentang prosedur pelayanan kesehatan dasar untuk pengguna
BPJS Kesehatan yang ada di Puskesmas Menganti sudah berjalan dengan baik.
berdasarkan kesimpulan hasil wawancara maka dapat diketahui bahwa pimpinan,
petugas dan pengguna kartu BPJS Kesehatan yang ada di Puskesmas Menganti
untuk pelayanan kesehatan dasar mengatakan bahwa kemampuan petugas untuk
menolong dan memberikan pelayanan baik yang diberikan Puskesmas Menganti
untuk pengguna BPJS Kesehatan sudah baik, karena petugas sudah melaksanakan
tugasnya sesuai dengan prosedurnya dan pengunjung dapat merasakan pelayanan
yang diberikan oleh pihak Puskesmas Menganti.
d. Jaminan (assurance), kemampuan dan keramahan serta sopan santun pegawai
dalam menyakinkan kepercayaan konsumen. Aspek ini yang paling diharapkan
pengguna BPJS kesehatan. Petuugas yang ramah dan mempunyai kemampuan
akan menjadi salah satu faktor pendukung bagi pengguna layanan untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas. Berdasrkan hasil wawancara maka dapat
disimpulkan, kemampuan dan keramahan petugas di Puskesmas Menganti dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan dasar untuk pengguna BPJS Kesehatan sudah
82
baik. hal ini di dukung pernyataan dari pemberi layanan dan penerima layanan,
dikarenakan pengunjung yang dapat merasakan pelayanan tersebut.
e. Empati (emphaty), sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai terhadap
konsumen. Pelayanan kesehatan yang diberikan untuk pengguna BPJS Kesehatan
di Puskesmas Menganti tidak ada perbedaan dalam perhatian kepada pasien baik
itu pasien BPJS Kesehatan maupun pasien umum. Berdasarkan kesimpulan hasil
wawancara bahwa perhatian yang diberikan oleh pihak Puskesmas Menganti
untuk pelayanan kesehatan dasar untuk pengguna BPJS Kesehatan memang terasa
benar-benar dirasakan oleh pengunjung. Di sisi lain pihak Puskesmas Menganti
tidak hanya memberikan perhatian kepada pengguna BPJS Kesehatan, tapi semua
pasien yang berkunjung di Puskesmas Menganti mendapatkan perhatian yang
sama.
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yyang dilakukan di Puskesmas Menganti
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik untuk pengguna Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh Puskesmas Menganti sebagai
salah satu instansi yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sudah baik. ini dapat
dilihat dari 5 (lima) dimensi kualitas pelayanan. Sebagai berikut:
1. Bukti Fisik (tangible), bahwa fasilitas yang tersedia di Puskesmas
Menganti sebagai salah satu instansi yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan masih kurang memadai untuk pelayanana kesehatan dasar yang
terdapat di Puskesmas Menganti, hal ini dapat dilihat kurangnya tempat
duduk di ruangan pengobatan dasar/pelayanan kesehatan dasar serta
kurang bersihnya ruang tunggu di Puskesmas Menganti.
2. Kehandalan (reliability), dalam melakukan pelayanan kesehatan dasar
untuk pengguna BPJS Kesehatan di Puskesmas Menganti kemampuan dan
kehandalan petugas yang menjadi penyedia layanan kesehatan sudah baik.
Di mana petugas pelayanan yang tersedia di Puskesmas Menganti sudah
melakukannya sesuai prosedur, di mana petugas juga sudah menjalankan
sesuai tugasnya masing-masing serta memberikan pelayanan yang cepat
83
84
3. Daya tangga (responsiveness), Puskesmas Menganti merupakan salah satu
instansi yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan untuk pelayanan
kesehatan dasar. Dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar, petugas
Puskesmas Menganti selalu berusaha membantu pengunjung yang
mengalami kesusahan serta memberikan pelayanan yang professional dan
jujur. Pengunjung pun dapat merasakan apa yang telah diberikan oleh
pihak Puskesmas Menganti.
4. Jaminan (assurance), Puskesmas Menganti merupakan salah satu instansi
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, dalam memberikan pelayanan
kesehatan dasar untuk pengguna BPJS Kesehatan di Puskesmas Menganti
sudah berjalan dengan baik. dimana petugas selalu memberikan
kemampuan pelayanan yang sama serta selalu ramah dan sopan santun
kepada pengunjung Puskesmas Menganti.
5. Empati (emphaty), perhatian pihak Puskesmas Menganti sebagai salah
satu instansi yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan Memang benarbenar dirasakan oleh pengguna BPJS Kesehatan yang berkunjung ke
Puskesmas Menganti untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar.
Pihak Puskesmas Menganti juga memberikan perhatian yang sama pada
pengunjung umum lainnya.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, secara keseluruhan pelayanan
kesehatan dasar di Puskesmas Menganti Kecamatan Menganti Kabupatrn Gresik yang
85
telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sudah berjalan dengan bagus dan
memberikan pelayanan yang baik, sehingga peneliti menyarankan agar instansi
kesehatan Puskesmas Menganti mempertahankan apa yang sudah dilaksanakan. Akan
tetapi, ada beberapa saran juga dari peneliti yang bersifat membangun dan mungkin
bisa lebih meningkatkan pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas Menganti
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik untuk kedepannya yaitu:
a. Berdasarkan pengamatan peneliti banyaknya antrian yang terjadi di runag
tunggu pelayanan kesehatan dasar Puskesmas Menganti, diharapkan
Puskesmas Menganti mampu menangani permasalahan tersebbut dengan
menyediakan tempat duduk yang lebih banyak lagi sehingga pengunjung
merasa nyaman tidak harus berdiri saat menunggu antrian.
b. Kurangnya lahan parkir yang luas sehingga parkiran sampai ke bibir jalan
raya, ini dapat menyebabkan kemacetan pada jalan raya sert bisa
terjadinya pencurian sepeda motor.
c. Pihak Puskesmas menganti juga harus menyediakan petugas kebersihan
untuk menjaga kebersihan di Puskesmas Menganti. Dengan tempat yang
bersih pengunjung akan merasa nyaman saat berkunjung ke Puskesmas
Menganti.
Download