Saida : Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi pada Pertanaman Kentang EROSI DAN TINGKAT BAHAYA EROSI PADA PERTANAMAN KENTANG (Erosion and the Level of Hazard of Erosion on Potato Growing) Saida1, Abdullah1, dan M. Ilsan2 1 Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian, UMI Makassar 2 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, UMI Makassar ABSTRAK This study aims to predict the erosion and determine the level of hazard of erosion on potato growing, its implementation in the Village Pattapang District of Gowa. The method used for the prediction of erosion is USLE and determination of erosion potential using the approach by the Department of Forestry. Results obtained by the prediction of erosion on potato crops ranged from 3.34 to 223.11 tonnes / ha / year and the low level of erosion on SL III 4 and 5, medium level on SL III 2, heavy level on SL III 3, and very heavy level on SL III 1. Key word: erosion, hazard of erosion, planting potatoes. Tanah termasuk sumberdaya PENDAHULUAN Sumberdaya berupa alam yang terbatas yang sangat penting vegetasi, tanah, dan air mempunyai bagi kehidupan manusia. Oleh karena peranan itu pemanfaatannya harus dilakukan yang kelangsungan alam penting hidup bagi manusia. secara bijak. Artinya Pemanfaatan sumberdaya alam yang pemanfaatan tidak sesuai dengan daya dukungnya pemeliharaan dan pencegahan terhadap dapat menyebabkan terjadinya erosi, faktor-faktor penyebab kerusakan tanah banjir, berdasarkan prinsip-prinsip konservasi. kekeringan, pendangkalan tanah dalam Di (Asdak, 1995). Tekanan yang besar menerapkan teknik konservasi tanah terhadap sumber daya oleh apalagi pada lahan berlereng seperti di aktivitas manusia, salah satunya dapat hulu daerah aliran sungai, sering timbul ditunjukkan oleh adanya perubahan dampak negatif pada lingkungan baik penutupan lahan dan erosi yang begitu pada daerah dimana terjadi erosi (on cepat. dengan site), maupun pada daerah hilirnya (off kompleks site) berupa sedimentasi, kekeringan secara dan kebanjiran. Fenomena degradasi Pengelolaan permasalahan memerlukan DAS yang penanganan holistik, integral, dan koordinatif. lingkungan Jurnal Agrotek Vol. 1 No. 1 September-2017 seperti yang ada sungai dan waduk serta saluran irigasi alam daerah-daerah harus banjir, tidak erosi, 1 Saida : Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi pada Pertanaman Kentang longsor, dan sedimentasi di musim DAS dan segala aktivitasnya untuk hujan serta kekeringan di musim mewujudkan kemanfaatan sumberdaya kemarau sudah terjadi dengan frekuensi alam bagi kepentingan pembangunan yang semakin sering dan intensitas dan kelestarian ekosistem DAS atau yang semakin parah (Sinukaban, 2008). pengaturan Pendekatan guna lahan atau dan perencanaan penggunaan lahan (land pengelolaan kawasan daerah aliran use planning) dengan indikator kunci sungai (ultimate dapat mengatasi produktivitas penataan tata dilakukan masalah untuk penurunan sumberdaya lahan. Pemantauan ini perlu dilakukan, antara lain mencermati pengelolaan konsep daerah aliran kuantitas sungai pengeluaran dan pada (outlet) titik DAS (Murtilaksono, 2009). dan Erosi merupakan masalah sungai utama di hulu DAS Jeneberang. Dari sebagaimana tertuang dalam Undang- penelitian sebelumnya diketahui bahwa Undang No. 7 Tahun 2004 tentang erosi Sumberdaya Undang- Jeneberang sudah sedemikian parah Undang tersebut, pada pasal 1 ayat 11 sehingga telah menimbulkan lahan dinyatakan bahwa daerah aliran sungai kritis dan lahan tidak produktif. Luas (DAS) adalah suatu wilayah daratan lahan kritis di DAS Jeneberang adalah yang merupakan satu kesatuan dengan seluas 53.471 ha dan cenderung terus sungai dan anak-anak sungainya, yang meningkat berfungsi menampung, menyimpan dan Walanae, 2003). Kondisi tanah yang mengalirkan air yang berasal dari curah peka terhadap erosi, topografi wilayah hujan ke danau atau ke laut secara yang pada umumnya miring sampai alami, yang batas di darat merupakan sangat miring dan intensitas hujan yang pemisah topografis dan batas di laut tinggi menyebabkan laju erosi sangat sampai dengan daerah perairan yang tinggi. Akibatnya, produktivitas lahan masih terpengaruh aktivitas daratan. semakin menurun. Air. aliran kualitas indicator) Dalam Sedangkan pengelolaan DAS adalah upaya dalam mengelola hubungan yang terjadi di hulu DAS (BP DAS Jeneberang Kondisi biofisik wilayah DAS Jeneberang, dalam hal ini morfologi, timbal balik antar sumberdaya alam topografi, kemiringan dengan sumberdaya manusia di dalam curah hujan, memang secara alamiah Jurnal Agrotek Vol. 1 No. 1 September-2017 lereng serta 2 Saida : Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi pada Pertanaman Kentang mempunyai potensi erosi yang sangat finansial besar besar sumberdaya domestik (Arsanti dan memberi kontribusi terhadap terjadinya Boehme, 2006). Kawasan DAS bagian erosi, hulu mempunyai iklim yang memenuhi ataupun berpeluang banjir, sedimentasi, dan dalam pemanfaatan kekeringan. Sekitar 46% wilayah DAS persyaratan optimum Jeneberang pengembangan berbagai mempunyai topografi untuk komoditas bergunung sampai berbukit dengan hortikultura buah-buahan dan sayuran. kemiringan lereng lebih besar dari 40% Beberapa hasil penelitian menunjukkan (BP DAS Jeneberang Walanae, 2003). bahwa Lahan dengan kemiringan lereng lebih kentang memberikan keuntungan lebih dari 30% adalah sekitar 53% dari besar dibandingkan dengan usahatani luasan areal lahan, dan ada 18% lahan tanaman dengan kemiringan lebih dari 50% campuran. (Nurkin, 2005). Hasil pengukuran kentang sering dituding tidak ramah erosi DAS lingkungan, karena potensi terjadinya di hulu Jeneberang secara finansial pangan Disisi usahatani maupun lain, pada lahan kebun usahatani menunjukkan kisaran 1,10 ton/ha/tahun erosi relatif tinggi, sampai 4.989,69 ton/ha/tahun (BP DAS terutama pada lahan berlereng relatif Jeneberang Walanae, 2003). Tingkat curam dengan usaha pencegahan erosi bahaya erosinya berkisar dari sangat yang kurang memadai (Dariah dan ringan sampai sangat berat. Hasil Husen, 2006). penelitian Zubair (2005) menunjukkan bahwa penggunaan tegalan di lahan METODE PENELITIAN sebagai Penelitian ini dilaksanakan di hulu DAS Jeneberang mengakibatkan terjadinya erosi sebesar Kecamatan 2.860,79 ton/km2/tahun. Kabupaten Gowa, berlangsung dari Komoditas hortikultura Tinggi Moncong bulan Mei sampai Oktober 2013. merupakan salah satu produk pertanian Sumber dan Teknik Pengambilan yang penting bagi ketahanan pangan Data nasional. Sebagian besar usahatani hortikultura khususnya sayuran memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif karena efisien Lokasi pengambilan sampel didasarkan pada peta satuan lahan (unit lahan) yang dihasilkan dari overlay secara Jurnal Agrotek Vol. 1 No. 1 September-2017 3 Saida : Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi pada Pertanaman Kentang peta dasar. Pengambilan contoh tanah menggunakan Stratified Random A = R x K x LS x C x P (1.1) Sampling untuk masing-masing unit Dimana : A : erosi yang mungkin lahan. Jumlah contoh tanah untuk terjadi (ton/ha/tahun) keperluan analisis sifat fisik tanah R sangat tergantung pada banyaknya permukaan (erosivitas hujan) satuan lahan. Contoh tanah untuk K : faktor kepekaan erodibilitas tanah. analisis sifat fisik diambil dengan LS menggunakan ring sampel. kemiringan lereng. Data biofisik lahan yang : faktor curah hujan dan aliran : faktor panjang lereng dan C : faktor pengelolaan penutup tanah diamati meliputi curah hujan, sifat-sifat (tanaman). tanah yang meliputi struktur tanah, P : faktor tindakan pengelolaan tanah tekstur (konservasi tanah) tanah, kandungan bahan organik, permeabilitas, panjang dan Faktor Erosivitas Hujan. Rumus kemiringan lereng, penggunaan lahan, persamaan jenis-jenis vegetasi penutup tanah dan menghitung faktor erosivitas hujan tindakan konservasi atau pengelolaan yaitu yang dikemukakan oleh Lenvain tanah. (1975) yang dalam digunakan Arsyad untuk (2006) mendapatkan hubungan antara EI30 dengan curah hujan tahunan (R’) Metode Analisis Data sebagai berikut : Prediksi Erosi Pendugaan besarnya erosi yang R = (EI30) terjadi di lahan pertanian dilakukan (1.2) menggunakan pendekatan persamaan EI30 prediksi (1.3) dimana : kehilangan tanah secara = 2,34 / 100 R’ 1,98 komprehensif dengan pendekatan yang R : Erosivitas hujan dikemukakan dalam The Universal Soil EI30 : Loss Equation (USLE). Persamaan intensitas hujan maksimum 30 menit USLE yang telah direvisi menurut R’ Interaksi energi dengan : Curah hujan tahunan Smith et al. (2007) adalah : Jurnal Agrotek Vol. 1 No. 1 September-2017 4 Saida : Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi pada Pertanaman Kentang Faktor Erodibilitas Tanah. Nilai K c atau erodibilitas tanah diperoleh dari Faktor Topografi persamaan berikut (Arsyad, 2006) : Penentuan faktor (Lereng). topografi yaitu (10 -4) panjang lereng (L) dan kemiringan (12 - a) + 3,25 (b - 2) + 2,5 (c - 3) ] lereng (S), dihitung sekaligus berupa (1.4) faktor LS. Untuk menghitung panjang dimana : lereng dan kemiringan lereng dapat K : erodibilitas tanah M : persentase pasir sangat halus dan debu (diameter 0,1 - 0,05 dan 0,05 – 0,02 mm) x (100 - persentase liat) a : persentase bahan organik (% Corganik x 1,724) b : kode struktur tanah yang digunakan dalam klasifikasi tanah dilakukan melalui pendekatan sesuai 100 K = 1,292 [ 2,1 M 1,14 : kelas permeabilitas profil tanah dengan yang tersaji pada Tabel 1, pengaruh panjang lereng lebih kecil dari pengaruh kemiringan lereng (kemiringan lereng berpengaruh tiga kali dari panjang lereng terhadap erosi). Tabel 1. Penilaian kelas kelerengan (faktor LS) (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007) Kemiringan Lereng (%) Nilai LS 0–8 0,25 8 – 15 1,20 15 – 25 4,25 25 – 45 9,50 >45 12,00 dan konservasi tanah (P) adalah nisbah Pengelolaannya. Faktor ini ditentukan besarnya erosi dari tanah dengan suatu oleh jenis tanaman dan pengelolaannya tindakan konservasi tertentu terhadap atau besarnya erosi terhadap tanah yang Faktor pola Tanaman tanam dalam setahun pertanaman. diolah menurut arah lereng (Arsyad, Faktor Manusia yaitu Tindakan Konservasi Tanah. Faktor tindakan 2006). Yang termasuk dalam tindakan konservasi tanah adalah penanaman Jurnal Agrotek Vol. 1 No. 1 September-2017 5 Saida : Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi pada Pertanaman Kentang dalam strip, pengolahan tanah menurut erosi yang diperbolehkan maupun kontur, guludan dan pembuatan teras. kecepatan proses pembentukan tanah. Untuk menentukan tingkat bahaya Penentuan Tingkat Bahaya Erosi erosi, Departemen Kehutanan (1986) (TBE) menggunakan pendekatan tebal solum Tingkat bahaya erosi (TBE) tanah yang telah ada dan besarnya erosi ditentukan berdasar atas perbandingan sebagai antara jumlah tanah yang tererosi Widiatmaka, 2007). Penilaian tingkat dengan kedalaman (efektif) tanah tanpa bahaya erosi berdasar atas tebal solum memperhatikan tanah dan besarnya jangka waktu kelestarian yang diharapkan, jumlah dasar disajikan (Hardjowigeno bahaya pada dan erosi Tabel-2. Tabel 2. Tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi (jumlah erosi maksimum, A) Tebal Solum (cm) < 15 Erosi Maksimum (A) (ton/ha/tahun) 15 – 60 60 – 180 180 – 480 >480 >90 SR S S B SB 60 – 90 R B B SB SB 30 – 60 S SB SB SB SB < 30 B SB SB SB SB Keterangan : SR = sangat rendah, R = rendah, S = sedang, B = berat, SB = sangat berat (Sumber: Departemen Kehutanan, 1986 dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007) kemiringan lereng dan panjang HASIL DAN PEMBAHASAN lereng. Hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah serta pengukuran fisiografi Sifat Fisik Tanah dan Fisiografi Lahan lahan disajikan pada Tabel 3. Struktur Analisis sifat fisik dan kimia tanah yang dilakukan adalah tekstur tanah, permeabilitas, dan C-organik, struktur tanah, serta pengukuran fisiografi lahan di lapangan meliputi tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur terjadi karena butirbutir pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi, dan lain-lain (Hardjowigeno, 2007). Data Jurnal Agrotek Vol. 1 No. 1 September-2017 6 Saida : Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi pada Pertanaman Kentang pada Tabel 3 menunjukkan bahwa struktur tanah di Tekstur tanah merupakan daerah penelitian perbandingan antara banyaknya fraksi yaitu granular. Struktur tanah sangat pasir, debu dan liat. Tekstur tanah di ditentukan oleh tekstur tanah dan daerah penelitian meliputi liat, liat kandungan tanah. berdebu, lempung liat berdebu, dan Bentuk dan stabilitas agregat, serta debu. Jenis tanah yang ada di lokasi persentase penelitian bahan tanah organik yang teragregasi sangat berperan dalam menentukan adalah Alfisol, Oksisol, dan Ultisol, Inseptisol. tingkat kepekaan tanah terhadap erosi (Dariah, Rachman, dan Kurnia, 2004). Tabel 3. Satuan Lahan Hasil analisis sifat fisik tanah, kimia tanah dan fisiografi lahan di daerah penelitian Struktur Tekstur C-org Permeabilitas Kemiringan (%) (cm/jam) Lereng (%) UL III 1 Granuler CL 2,32 2,93 30 UL III 2 Granuler SiCl 1,85 2,88 11 UL III 3 Granuler CL 1,67 3,09 25 UL III 4 Granuler C 1,52 3,05 11 UL III 5 Granuler C 1,04 3,02 6 Keterangan : C=liat, CL=liat berdebu, SiCL=lempung liat berdebu. Jurnal Agrotek Vol. 1 No. 1 September-2017 Panjang Lereng (m) 110 110 109 120 188 7 Saida : Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi pada Pertanaman Kentang Tanah dengan kandungan debu lebih kualitas tinggi relatif lebih rentan terjadi erosi perbaikan dibandingkan yang mengandung liat ketahanan tanah, dan resistensi tanah dan terhadap daya hancur curah hujan pasir yaitu stabilitas 2006). Hasil al. (2004) (splash detachment). menunjukkan bahwa tanah dengan rata- Permeabilitas penelitian (Arsyad, tanah, Dariah et terjadinya agregat tanah, tanah rata kandungan fraksi halus >70%, menunjukkan kecepatan pergerakan air struktur tanahnya tergolong sangat dalam tanah. mantap, sangat dipengaruhi erosi yang terjadi <2 Permeabilitas oleh tanah tekstur, ton/ha/tahun, dengan rata-rata aliran struktur, dan bahan organik tanah. permukaan <1,5% dari curah hujan Hasil pengukuran permeabilitas tanah efektif. di lokasi penelitian yaitu berkisar Hasil analisis C-organik sampel antara 2,88 – 3,09 cm/jam. Berdasarkan tanah menghasilkan nilai C-organik klasifikasi permeabilitas yang berkisar antara 1,04 – 2,32 %. termasuk Kadar C-organik tanah ditentukan oleh sampai sedang (Arsyad, 2007). kategori maka sangat lambat jumlah bahan organik (pupuk kandang) Hasil pengukuran kemiringan yang diberikan dan sisa-sisa tanaman lereng lahan menunjukkan kemiringan yang tertinggal dalam tanah. C-organik lereng yang berkisar dari 6 % sampai sangat menentukan struktur tanah dan 30 %. permeabilitas tanah. Bahan organik mempengaruhi jumlah dan kecepatan sangat proses aliran permukaan. Semakin miring pembentukan dan pengikatan, serta lereng, maka memperbesar jumlah dan penstabilan agregat tanah. Pengaruh kecepatan utama adalah jumlah butir-butir tanah yang terpercik permukaan, ke bawah oleh tumbukan butir hujan berperan bahan memperlambat meningkatkan pada organik aliran infiltrasi, dan Kemiringan lereng akan aliran permukaan, dan semakin banyak (Arsyad, 2006). memantapkan agregat tanah (Arsyad, Panjang lereng diukur mulai 2006). Hasil penelitian Rachman et al. dari titik pangkal aliran permukaan (2003) bahwa pengelolaan tanah dan sampai suatu titik dimana air masuk ke tanaman yang mengakumulasi sisa-sisa dalam saluran atau sungai, atau di tanaman berpengaruh baik terhadap mana kemiringan Jurnal Agrotek Vol. 1 No. 1 September-2017 lereng berkuran 8 Saida : Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi pada Pertanaman Kentang demikian rupa sehingga kecepatan (2007) dengan rumus persamaan 1.1 aliran berubah. Panjang lereng di diperoleh besarnya tanah yang tererosi daerah penelitian berkisar dari 109 m - disajikan pada Tabel 4. Data pada 188 m. Aliran permukaan pada bagian Tabel 4 menunjukkan bahwa erosi atas kecil yang terjadi pada lahan pertanaman dibandingkan aliran permukaan pada kentang termasuk kategori rendah, ujung bawah lereng. Sehingga erosi sedang, berat, dan sangat berat. Hal ini yang terjadi pada bagian atas lereng dibadingkan dengan standar tingkat lebih kecil dari pada bagian ujung bahaya bawah lereng. Semakin panjang suatu Kehutanan (1986, dalam Hardjowigeno lereng maka semakin besar jumlah dan Widiatmaka, 2007), yaitu pada erosi yang terjadi (Arsyad, 2006). tanah dengan tebal solum 60 – 90 cm, Prediksi Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi pada Pertanaman Kentang erosi rendah (< 15 ton/ha/tahun), Prediksi erosi dilakukan untuk 180 ton/ha/tahun), dan sangat berat lereng akan lebih mengetahui jumlah tanah yang hilang melalui erosi dan erosi dari Departemen sedang (15-60 ton/ha/tahun), berat (60- (>180 ton/ha/tahun). Perhitungan menganalisis erosivitas hujan teknologi konservasi tanah yang perlu (R) dilakukan menggunakan rumus dilakukan petani pertanaman hubungan antara EI30 dengan curah kentang di daerah penelitian. Prediksi hujan tahunan (Lenvain (1975, dalam erosi dilakukan berdasarkan curah Bols, 1978) sebagaimana tertera dalam hujan, sifat-sifat fisik tanah, panjang persamaan rumus 7.3. Data pada Tabel dan kemiringan lereng, kualitas teras 4 dan pola tanam yang diterapkan petani. perhitungan erosivitas hujan (R) di pada Hasil perhitungan prediksi erosi menunjukkan Pattapang yaitu bahwa hasil 1513,60. menggunakan persamaan Smith, et al. Jurnal Agrotek Vol. 1 No. 1 September-2017 9 Saida : Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi pada Pertanaman Kentang Tabel 4. Prediksi erosi yang terjadi pada lahan pertanaman kentang di Pattapang Satuan Lahan R K LS C P SL III 1 SL III 2 SL III 3 SL III 4 SL III 5 1513,60 1513,60 1513,60 1513,60 1513,60 0,4310 0,0412 0,0441 0,0491 0,0441 9,50 1,20 4,25 1,20 0,25 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,90 0,75 0,90 0,40 0,50 nilai Erosi (ton/ha/tahun) Berdasarkan rumus perhitungan banyak erodibilitas penelitian Kurnia dan Suwardjo (1984) tanah (K) yang sifat-sifat 223,11 22,45 102,13 14,27 3,34 dalam diperoleh nilai erodibilitas tanah pada menunjukkan daerah penelitian berkisar dari 0,0412 beberapa jenis tanah di Pulau Jawa (sangat rendah) sampai 0,4310 (sangat yaitu Oksisol tinggi). Erodibilitas tanah dipengaruhi rendah), Ultisol 0,10 – 0,16 (sangat oleh rendah mempengaruhi permeabilitas, tanah laju yang infiltrasi, dan kapasitas tanah menahan air, dan sifat-sifat tanah yang mempengaruhi tanah ketahanan terhadap struktur dispersi, – et al. Hasil dikemukakan dalam persamaan (1.4), sifat-sifat Dariah tanah. nilai 0,03– rendah), (2004) erodibilitas 0,09 (sangat Entisol 0,14 (rendah), Alfisol 0,22 – 0,23 (sedang), dan Vertisol 0,27 (sedang). Penentuan menggunakan nilai faktor pendekatan LS seperti dan tertera pada Tabel 1, dan diperoleh pengikisan oleh butir-butir air hujan nilai faktor LS pada daerah Pattapang dan aliran permukaan (Arsyad, 2007). yaitu berkisar dari 0,25 sampai 9,50. Erodibilitas tanah sangat penting untuk Kemiringan diketahui agar tindakan konservasi dan merupakan dua unsur topografi yang pengelolaan tanah dapat dilaksanakan paling berpengaruh terhadap aliran secara lebih tepat dan terarah. Veiche permukaan dan erosi. Makin curam (2002) menyatakan bahwa konsep dari lereng, maka memperbesar jumlah dan erodibilitas tanah dan bagaimana cara kecepatan aliran permukaan dengan menilainya merupakan suatu hal yang demikian dan panjang lereng bersifat kompleks atau tidak sederhana, karena erodibilitas dipengaruhi oleh Jurnal Agrotek Vol. 1 No. 1 September-2017 10 Saida : Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi pada Pertanaman Kentang memperbesar energi angkut air. intersepsi hujan oleh tajuk tanaman, Jika lereng permukaan tanah menjadi mengurangi kecepatan aliran dua kali lebih curam, maka banyaknya permukaan dan kekuatan perusak air, erosi per satuan luas menjadi 2,0 – 2,5 pengaruh akar dan kegiatan biologi kali lebih banyak (Arsyad, 2006). yang berhubungan dengan Faktor C atau vegetasi penutup pertumbuhan tanah bernilai 0,4. Vegetasi penutup pengaruhnya tanah struktur dan porositas tanah, dan sangat besar pengaruhnya vegetatif terhadap terhadap aliran permukaan dan erosi. transpirasi yang Pengaruh kandungan air vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat melalui dan stabilitas mengakibatkan tanah berkurang (Arsyad, 2006). Tabel 5. Tingkat bahaya erosi dan satuan lahan di pertanaman kentang Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Satuan Lahan Rendah (< 15 ton/ha/tahun) SL III 4 dan SL III 5 Sedang (15-60 ton/ha/tahun) SL III 2 Berat (60-180 ton/ha/tahun) SL III 3 Sangat Berat (>180 ton/ha/tahun SL III 1 Nilai P atau faktor pengelolaan faktor tersebut meliputi luas tanah bernilai 0,4 – 0,9. Faktor pengelolaan pertanian yang diusahakan, sistem sangat ditentukan oleh manusia atau pengusahaan tanah, status penguasaan petani yang mengelola lahan. Banyak tanah, faktor penguasaan yang menentukan apakah tingkat pengetahuan teknologi, harga dan hasil manusia akan memperlakukan dan usahatani, perpajakan, ikatan hutang, merawat serta mengusahakan tanahnya pasar dan sumber keperluan usahatani, secara bijaksana sehingga menjadi dan lebih baik dan dapat memberikan kesejahteraan (Arsyad, 2006). infrastruktur dan fasilitas pendapatan yang cukup untuk jangka Besarnya erosi yang terjadi waktu yang tidak terbatas. Faktor- pada pertanaman kentang di Pattapang Jurnal Agrotek Vol. 1 No. 1 September-2017 11 Saida : Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi pada Pertanaman Kentang berkisar dari 3,34 ton/ha/tahun sampai mampu menekan laju kerusakan lahan 223,11 ton/ha/tahun. Berdasarkan nilai yang tingkat bahaya erosi (TBE) (Tabel 5), Penanaman tanaman dan pembuatan maka erosi yang terjadi pada lahan bedengan yang dilakukan oleh petani pertanaman kentang yaitu lahan yang yaitu searah lereng. Semakin besar mengalami tingkat bahaya erosi rendah kemiringan lereng maka semakin cepat yaitu SL III 4 dan SL III 5. Lahan yang aliran permukaan yang menyebabkan mengalami erosi sedang yaitu SL III 2. erosi semakin meningkat. diakibatkan oleh erosi. Lahan yang mengalami erosi berat yaitu SL III 3. Sedangkan lahan yang KESIMPULAN mengalami erosi sangat berat yaitu SL Prediksi erosi yang terjadi pada III 1. Lahan yang mengalami erosi lahan pertanaman kentang sangat berat yang paling luas dengan menunjukkan bahwa besarnya erosi tingkat erosi lebih besar dari 180 berkisar 3,34 ton/ha/tahun. 223,11 ton/ha/tahun. ton/ha/tahun sampai Perhitungan Hasil perhitungan prediksi erosi tersebut diperoleh dari nilai erosivitas yang terjadi pada lahan pertanaman hujan yaitu 1513,6, nilai erodibilitas kentang dengan kemiringan lereng 6% tanah berkisar 0,0412 – 0,0491, nilai sampai 30% (landai sampai curam), panjang dan kemiringan lereng yang dan panjang lereng 109 m sampai 188 berkisar 0,25 – 9,50, nilai vegetasi m (Tabel 4), menunjukkan bahwa penutup tanah yang berkisar 0,4 dan prediksi erosi yang terjadi rata-rata nilai faktor pengelolaan lahan berkisar melebihi 0,4 – 0,9. erosi yang dapat ditoleransikan, kecuali satuan lahan SL Tingkat bahaya erosi (TBE) III 4 dan SL III 5. Keadaan ini pada lahan pertanaman kentang yaitu memberikan petunjuk bahwa untuk lahan dengan TBE sangat berat terjadi pengelolaan memiliki pada SL III 1, lahan dengan tingkat lereng landai sampai sangat curam bahaya erosi berat terjadi pada SL III 3, pada pertanaman kentang, teknologi lahan dengan tingkat bahaya erosi konservasi yang diterapkan oleh petani sedang terjadi pada SL III 2, serta lahan masih sangat minim sehingga belum dengan tingkat bahaya erosi ringan lahan yang Jurnal Agrotek Vol. 1 No. 1 September-2017 12 Saida : Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi pada Pertanaman Kentang terjadi pada lahan SL III 4 dan 5 dari total luas lahan yang ditanami kentang. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada Ditlitabmas Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan Nasional atas dana penelitian Hibah Kompetitif Unggulan Perguruan Tinggi T.A. 2013. DAFTAR PUSTAKA Arsanti, I.W., dan M. Boehme. 2006. Sistem Usahatani Tanaman Sayuran di Indonesia: Apresiasi Multifungsi Pertanian, Ekonomi, dan Eksternalitas Lingkungan. Seminar Multifungsi Pertanian. Lido 2627 Juni 2006. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. BP-DAS Jeneberang Walanae. 2003. Penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rahabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang, Provinsi Sulawesi Selatan. BP-DAS Jeneberang Walanae Provinsi Sulawesi Selatan dan LPPM Universitas Hasanuddin. Makassar. Dariah A, H. Subagyo, C. Tafakresnanto, dan S. Marwanto. 2004. Kepekaan Tanah Terhadap Erosi. Dalam: Teknologi Konservasi Tanah pada Lahan Kering Berlereng. Edt. U. Kurnia, A. Rachman, dan A. Dariah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor. Dariah, A., A. Rachman, dan U. Kurnia. 2004. Erosi dan Degradasi Lahan Kering di Indonesia. Dalam: Teknologi Konservasi Tanah pada Lahan Kering Berlereng. Edt. U. Kurnia, A. Rachman, dan A. Dariah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor. Dariah, A. dan E. Husen. 2006. Optimalisasi Multifungsi Pertanian pada Usahatani Berbasis Tanaman Sayuran. Dalam Prosiding Seminar Multifungsi dan Revitalisasi Pertanian. Badan Litbang Pertanian, MAFF Japan, dan Asean Secretariat. Jakarta. Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Murtilaksono, K. 2009. Evaluasi Kebijakan Nasional Pengelolaan SDA dan Lingkungan di Daerah Aliran Jurnal Agrotek Vol. 1 No. 1 September-2017 13 Saida : Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi pada Pertanaman Kentang Sungai. Revitalisasi Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Lokakarya Nasional Kerjasama Sekolah Pascasarjana IPB dengan Kementerian Lingkungan Hidup RI, Tanggal 19 Maret 2009. Bogor. Rachman, A., S. H. Anderson, C. Gantzer, and A. L. Thompson. 2003. Influence of Longterm Cropping System on Soil Physical Properties Related to Soil Erodibility. Soil Sci. Soc. Am. J. 67: 637-644. Soil Properties to Its Erodibility. Soil Sci. Am. Proc. 33: 131-137. Zubair, H. dan F. X. Djuhartono. 2001. Model Pengendalian Sedimen untuk Mempertahankan Kapasitas Waduk Bili-Bili, Sulawesi Selatan. Profiling Wilayah DAS Jeneberang. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) – UNHAS. Makassar. Sinukaban, N. 2008. Pembangunan Daerah Berbasis Strategi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Prosiding Seminar dan Kongres Nasional MKTI VI. 17 – 18 Desember 2007. CisaruaBogor. Smith, S.V., S.H. Bullock, A.H. Corona, E.F. Vizcaino, M.E. Rodriguez, T.G. Kretzschmar, L.M. Farfan, and J.M.S. Cesena. 2007. “Soil Erosion and Significanse for Carbon Fluxes in a Mountainous Mediterranean-Climate Watershed”. Ecological Applications Journal 17 : 1379 – 1387. Veiche, A. 2002. The Spatial Variability of Erodibility and Its Relation to Soil Types: A Study from Northern Ghana. Geoderma 106: 110-120. Wischmeier, W.H., and J.V. Mannering. 1969. Relation of Jurnal Agrotek Vol. 1 No. 1 September-2017 14