*** MENCARI JEJAK CINTANYA DI KAPERNAUM Perut terasa penuh sesudah menikmati santap siang di Kibutz Ein Gev dengan menu utama ikan petrus. Ikan petrus itu kalau di Indonesia adalah ikan nila. Ikan ini berhabitat di Danau Galilea. Disebut ikan petrus karena menghubungkan dengan Santo Petrus sebagai seorang nelayan yang juga pada kala itu pasti juga menangkap ikan jenis ini. Karena itulah hingga sekarang ikan ini dijual dalam komoditas pariwisata’ikan petrus’ agar sensasinya terhubung dengan sejarah.Sungguh otak bisnis yang cerdas, bukan? Sebelumnya kami mengarungi Danau Galilea dengan perahu motor sambil membayangkan bagaimana dahulu Yesus berjalan di atas air, menenangkan angin ribut, dan juga membayangkan bagaimana Petrus sebagai nelayan menjalani profesinya. Hari menuju ke sore, matahari bersinar terik, tetapi angin sepoi menyejukkan kaum peziarah. Tempat duduk yang enak, perut kenyang, dan bis yang dingin mengantarkan kami pada tidur siang dalam perjalanan. Belum lama mata kami terpejam, Philip sudah berbicara lewat corongnya bahwa kami sudah memasuki wilayah Magdala, sebuah desa nelayan kecil yang berlokasi di sebelah utara Tiberias. Tempat ini dikenal sebagai tempat kelahiran Maria Magdalena, artinya Maria dari Magdala. Perempuan ini disebut dalam Injil Lukas 8: 2 sebagai perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat dan berbagai penyakit. Akhirnya ia membaktikan diri menjadi pengikut Yesus sampai kematian-Nya di Kalvari. Perempuan ini pula yang pertama kali bertemu Yesus yang sudah bangkit (Matius 28: 1-10, Markus 16: 1-8, Yohanes 20:1-14). Bis terus melaju di jalan yang kiri kanannya ladang dengan pohon zaitun, beberapa kebun pisang, kebun mangga, kebun jeruk, dan diselingi dengan beberapa tanah tandus berbatu. Itulah kelebihan bangsa Israel, tanah yang kritis dan tandus seperti itu mampu disulap menjadi ladang yang subur dengan hasil berlimpah. Kebalikan dengan negri kita tercinta, bukan? Tanah yang subur malah dijadikan aneka proyek pembangunan bukannya pertanian. Sttt…itu bukan bagian kita untuk berbicara di sini. Akhirnya kami sampai di tempat yang kami tuju yaitu Kapernaum. Menurut Philip, tempat ini dahulunya tempat persinggahan dalam perjalanan ke Damaskus. Dahulu Kapernaum merupakan kota yang ramai karena para pedagang membawa rempah-rempah dan sutra dari Damaskus, serta mereka membawa ikan kering dan hasil kebun Gennessareth ke Damaskus. Seperti yang kita ketahui bahwa Yesus tidak diterima di wilayahnya sendiri, Nazareth. Karena itu, Yesus menjadikan Kapernaum sebagai kota keduanya. Menurut Injil Matius, Yesus tinggal di Kapernaum di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali. Di sinilah ia memusatkan kegiatan-Nya selama lebih kurang 20 bulan. Karena itu, di sini pula Ia banyak melakukan mujizat. Di sini pula tempat sahabat Yesus, Petrus tinggal. Yesus pernah mengajar di Sinagog pada hari-hari Sabat (Matius 4: 23, Markus 1: 21-22, Lukas 4: 31-32). Betapa penting artinya kota ini bagi Yesus. Dia mempunyai hubungan emosi yang dalam dengan kota ini. Di kota ini tercatat Yesus melakukan beberapa mujizat yaitu: mengusir roh jahat dari orang yang kerasukan setan (Mrk. 1 : 23-28, Luk. 4: 33-37), menyembuhkan ibu mertua Petrus (Mat 8: 14-17, Mrk. 1: 29-34, Luk. 4: 38-41), menyembuhkan orang lumpuh yang masuk melalui atap (Mat.9: 1-8, Mrk.2: 112, Luk.5: 17-26), membangkitkan anak perempuan Yairus dari kematian dan menyembuhkan perempuan yang mengalami pendarahan (Mat.9:18-26, Mrk.5:21-43,Luk.8: 40-56), mencelikkan mata dua orang yang buta, menyembuhkan anak seorang pegawai istana, menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya, dan juga menyembuhkan banyak orang yang datang pada-Nya. Jejak Cinta di Kapernaum Betapa besar jejak cinta-Mu Tuhan Di tanah ini Namun, sekalipun begitu Tanda pertobatan tak nampak di kota ini Dan terlontarlah kutuk: “ Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizatmujizat yang telah terjadi di tengahtengah kamu, kota itu tentu masih berdiri hingga hari ini. Tetapi, Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negri Sodom akan lebih ringan daripadamu.” (Mat. 11 23-24) Dan kini kau tumpukan puing batu di tepi laut Keagungan kota masa lalu pupus tertelan waktu dan kutuk. “…Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negri Sodom akan lebih ringan daripadamu.” Mengapa Yesus berkata demikian? Ketika kurenungkan, kisah Sodom dan Gomorah ada pada Kitab Perjanjian Lama, berarti sebelum Yesus datang di dunia. Pada masa itu mereka belum mendapatkan peringatan dan ajaran langsung dari Yesus. Sedangkan, Kapernaum dengan kelakuannya yang tidak mau bertobat itu berada pada zaman Yesus ( dengan catatan: seperti kita yakini bahwa Yesus adalah Putera Allah). Dengan peringatan, perbuatan, dan nasihat dari Yesus, kota ini tak mau berubah. Ini berarti sangat keterlaluan. Karena itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya (hukumannya) daripada kota Kapernaum. Ini menjadi cermin bagi diri kita karena terkadang kita ini bebal. Zaman sekarang hal serupa juga terulang. Banyak orang menjauhkan diri dari Tuhan. Padahal, para nabi sudah dikirimkan untuk memberi peringatan. Bahkan, Putera Tunggal-Nya sendiri diutusnya hingga tewas disalibkan. Namun, manusia masih tetap dengan kebebalan dan keangkuhannya berjalan jauh dari Tuhannya. Hingga sekarang Allah tetap sabar, bukan?