Upaya Peningkatan Produktivitas Tanah Pada Lahan Kering Di

advertisement
AgronobiS, Vol. 2, No. 3, Maret 2010
ISSN: 1979 – 8245X
Upaya Peningkatan Produktivitas Tanah Pada Lahan Kering
Di Kabupaten Ogan Komering Ulu
Oleh: Nurlaili
Abstract
OKU Regency has Tofografi and altitude ranges from 100 to 1000 meters above sea level.
OKU Regency form varies from flat to hilly or from 0-2% to above 40%. Dry area that has a
slope of less than 15% can be developed for crop year, while the land has slope 15 to 40%
annual crops can be developed, while the land that has a greater slope 40% should be left as a
forest that serves as a regional water absorption. Type of soil in areas dominated by OKU
Regency Podsolik good soil Podsolik Red Yellow, Red yellow and Brown. While climate has a
wet tropical climate and the temperature varies between 22 to 31 oC. The development of
dryland agriculture often face many obstacles, including land biophysical constraints that are
usually closely related to soil conditions are less favorable for plant growth and is an indicator
of the low productivity of land. Obstacles include sensitive land erosion and poor sifik
properties, chemical and biological soil. Efforts that can be done to improve the productivity of
land include: (1) erosion control, (2) improvement of soil physical properties, (3) improvement
of soil chemical properties, and (4) improvement of soil biological properties. These efforts need
to be comprehensive by taking into account the priority scale, efficiency, and effectiveness of a
technology that will be applied.
Key words: Productivity of land, dry land
PENDAHULUAN
Indonesia pernah mencapai swasembada beras pada tahun 1984 berkat pelaksanaan
program intensifikasi melalui kegiatan peningkatan ketersediaan air irigasi dan penerapan
teknologi maju, seperti: pengelolaan tanah yang tepat (penerapan teknik konservasi,
pengelolaan bahan organik, pengapuran, pemupukan), penggunaan varietas unggul,
pengendalian hama penyakit, penanganan pascapanen, penggunaan alsintan, rekayasa sosial,
dan lain-lain.
Banyak faktor yang menyebabkan produksi pertanian belum mencapai seperti yang
diharapkan. Adanya penciutan areal pertanian akibat pembangunan sektor industri yang terjadi
sejak 30 tahun lalu, terutama 10 tahun terakhir dengan laju penurunan lebih dari 60.000 ha
pertahun, termasuk di dalamnya 40.000 ha lahan sawah irigasi. Selain itu juga terjadi
pelandaian produktivitas (levelling off) lahan sawah di Jawa yang disebabkan terutama oleh
karena kemunduran kesuburan tanah.

Dosen Tetap Prodi Agronomi FP Universitas Baturaja
Nurlaili, Hal; 50 – 59
50
AgronobiS, Vol. 2, No. 3, Maret 2010
ISSN: 1979 – 8245X
Salah satu upaya untuk memacu produksi pertanian dapat dilakukan dengan
meningkatkan program ekstensifikasi ke lahan kering. Potensi Lahan kering di Sumatera
Selatan cukup besar terutama di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Lahan kering di Kabupaten
OKU didominasi oleh tanah Podsolik Merah Kuning, Merah Kekuningan, dan Coklat.
Pengembangan pertanian lahan kering seringkali menghadapi berbagai kendala, seperti
fisik, kimia dan biologi tanah serta ketersediaan air, yang semuanya menyebabkan
produktivitasnya sangat rendah. Produktivitas tanah sangat rendah yang dicerminkan oleh
indeks pertanaman (IP) palawija sekitar 0,27-0,83 dengan hasil atau produksi yang sangat
rendah pula (Amien, 1999).
Peluang untuk meningkatkan produktivitas lahan kering di Kabupaten Ogan Komering
Ulu cukup tinggi, karena luas lahan kering di Kabupaten OKU pada tahun 2005 cukup besar
yaitu 74.767 ha, sedangkan yang belum diusahakan seluas 32.332 ha atau sekitar 43 persen
(BPS OKU, 2006).
Ditinjau dari potensi sumber daya lahan, peluang untuk meningkatkan produktivitas
lahan kering baik melalui peningkatan mutu intensifikasi maupun ekstensifikasi masih cukup
besar. Namun kendalanya juga cukup besar dan beragam, baik fisik, biotik, sosial ekonomi,
sarana dan prasarana serta kelembagaan. Bila penerapan teknologi yang tepat dan didukung
dengan pengadaan sarana dan prasarana yang memadai, maka peluang tersebut dapat
dijangkau. Makalah ini membahas beberapa upaya untuk meningkatkan produksi pertanian
lahan kering untuk meningkatkan produktivitas tanah melalui perbaikan sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah.
Peluang Pengembangan Lahan Kering
Penyebab Kerusakan Tanah Pertanian
Lahan kering berpotensi untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian produktif
mengingat sebarannya yang sangat luas. Di Sumatera Selatan luas lahan kering cukup besar
yaitu, 1.444.409 ha sedangkan di Kabupaten Ogan Komering Ulu luas lahan kering sebesar
74.767 ha (Tabel 1)
Tabel 1.
Ketersedian Lahan Kering di Sumatera Selatan
Lahan Kering (Ha)
Lahan Hortikultura (Ha)
Lahan
Usaha
STD
(Potensi)
Jumlah
Buahbuahan
Sayuran
Jumlah
Agihan Lahan
Hortikultura (%)
Ogan Komering Ulu
66.740
8.027
74.767
6.645
870
7.515
11,260
Ogan Komering Ilir
93.912
171.565
265.477
10.062
1.400
11.462
12,205
Muara Enim
99.766
62.745
162.511
9.756
3.397
13.153
13,184
Lahat
76.803
21.433
98.236
6.755
3.276
10.031
13,061
Musi Rawas
120.237
144.979
265.216
7.759
1.067
8.826
7,341
Musi Banyuasin
119.378
8.145
127.523
6.594
3.598
10.192
8,538
Kabupaten/Kota
Nurlaili, Hal; 50 – 59
51
AgronobiS, Vol. 2, No. 3, Maret 2010
ISSN: 1979 – 8245X
Lanjutan Tabel 1.
Banyuasin
148.837
40.538
189.375
4.731
3.682
8.413
5,652
Ogan Ilir
23.480
5.677
29.157
6.413
2.896
9.309
29,647
Palembang
15.046
4.631
19.677
1.228
5.251
6.479
43,061
OKU Selatan
63.686
47.182
110.868
3.463
3.190
6.653
10,447
OKU Timur
56.621
25.148
81.769
12.871
1.500
14.371
25,381
Lubuk Linggau
6.514
909
7.423
715
212
927
14.231
Pagaralam
2.735
5.719
8.454
340
1.580
1.920
70.201
Prabumulih
3.386
570
3.956
1.844
564
2.408
71,116
397.141
547.268
1.444.409
79.176
32.483
111.659
12,446
Jumlah
Sumber: BPS Sumatera Selatan, 2006.
Kabupaten OKU memiliki Tofografi dan ketinggian berkisar antara 100 - 1.000 meter
lebih diatas permukaan laut. Bentuk wilayah Kabupaten OKU bervariasi dari datar sampai
berbukit atau dari 0-2 % hingga diatas 40 %.
1. Lereng 0-2% mencapai 17,07% dari luas wilayah kabupaten, Terdapat dominan di
Kecamatan Peninjauan, Semidang Aji, Sosoh Buay Rayap, Lengkiti dan sebagian di
Kecamtan Baturaja Barat, Baturaja Timur, Pengandonan dan Lubuk Batang.
2. Lereng 2-15% luasnya mencapai 39,52% dari luas kabupaten. Terdapat dominan di
Kecamatan Peninjauan, Lubuk Batang, Sosoh Buay Rayap, Baturaja Timur, Lengkiti dan
Baturaja Barat
3. Lereng 15-40% luasnya mencapai 19,78% dari luas wilayah kabupaten, terdapat dominan
di Kecamatan Semidang Aji, Kecamatan Lengkiti, Lubuk Batang dan Pengandonan
4. Lereng di atas 40% mencapai 23,61% dari luas wilayah kabupaten OKU. Terdapat di
Kecamatan Ulu Ogan, Pengandonan, Lengkiti dan sebagian di Kecamatan Sosoh Buay
Rayap
Luas lahan kering yang memiliki kemiringan lereng kurang dari 15% dapat
dikembangkan untuk tanaman setahun, sementara lahan yang memiliki kemiringan lereng 1540% dapat dikembangkan tanaman tahunan, sedangkan lahan yang memiliki kemiringan
lereng lebih besar 40% sebaiknya dibiarkan sebagai hutan yang berfungsi sebagai daerah
resapan air.
Jenis tanah di wilayah Kabupaten OKU didominasi oleh tanah Podsolik baik Podsolik
Merah Kuning, Merah Kekuningan, dan Coklat. Sedangkan iklim yang dimiliki beriklim tropis
dan basah dengan temperatur bervariasi antara 22-31 oC, daerah mempunyai temparatur
rendah adalah Kecamatan Peninjauan. Curah hujan cukup tinggi, bervariasi antara 2.038 mm
sampai dengan 4.881 mm. Intensitas curah hujan tertinggi terjadi antara bulan November
sampai dengan bulan April dan yang terendah terjadi bulan Juli sampai dengan bulan Oktober
(Pemkab OKU, 2005).
Nurlaili, Hal; 50 – 59
52
AgronobiS, Vol. 2, No. 3, Maret 2010
ISSN: 1979 – 8245X
Kendala Pengembangan Lahan Kering
Pengembangan pertanian di lahan kering seringkali menghadapi berbagai kendala, antara
lain kendala biofisik tanah, sosial ekonomi petani, kelembagaan, ketersediaan sarana dan
prasarana, serta kendala lainnya yang menghambat kelancaran pembangunan pertanian.
Kendala biofisik tanah biasanya berkaitan erat dengan kondisi tanah yang kurang
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman dan hal tersebut merupakan indikator penyebab
rendahnya produktivitas tanah. Kendala tersebut antara lain lahan peka erosi dan buruknya
sifat sifik, kimia dan biologi tanah.
Peka Erosi
Tanah-tanah di lahan kering memiliki topografi datar-berombak. Tanah-tanah yang
terletak di topografi berombak hingga bergunung sangat peka terhadap erosi terutama di
daerah iklim basah yang memiliki curah hujan.tinggi.
Kabupaten OKU yang memiliki tofografi berombak hingga bergunung
(kemiringan>15%) mencapai 43,39 % dari luas kabupaten, sedangkan Curah hujan cukup
tinggi, bervariasi antara 2.038 mm sampai dengan 4.881 mm. Dengan demikian tanah-tanah
lahan kering di kabupaten OKU ini mempunyai potensi erosi yang tinggi atau tanah memiliki
kepekaan terhadap erosi yang tinggi.
Erosi dapat menimbulkan kerusakan di dua tempat, yaitu (1) pada tanah tempat erosi
terjadi dan (2) pada tempat tujuan akhir tanah yang terangkut tersebut diendapkan. Kerusakan
yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi berupa kemunduran sifat fisik,kimia, dan biologi
tanah. Memburuknya sifat-sifat fisik tanah tercermin antara lain pada menurunnya kapasitas
infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air, meningkatnya kepadatan dan ketahanan
penetrasi tanah, dan berkurangnya kemantapan struktur tanah. Kemunduran sifat kimia dan
biologi tanah ditandai antara lain oleh: (1) hilangnya bahan organik dan berbagai unsur hara
yang diperlukan tanaman dan (2) menurunnya aktivitas mikroba tanah (Arsyad, 1989).
Sifat-sifat Tanah
Kemunduran sifat fisik, kimia, dan biologi tanah menyebabkan terjadinya proses
degradasi lahan, yaitu produktivitas lahan menjadi lebih rendah, baik sementara maupun tetap.
Penyebab utama kemunduran produktivitas tanah tersebut adalah erosi karena kurang
cepatnya pengelolaan lahan dan curah hujan yang tinggi. Selain itu penyebab kerusakan tanah
disebabkan juga oleh proses-proses lain seperti pemasaman (acidification), penggaraman
(salinisation), polusi (pollution), pemadatan (compaction), genangan (waterlogging),
penurunan permukaan tanah organik (subsidence) dan penurunan tinggi muka air (Kurnia et
al., 2002).
Kemasaman tanah dapat merupakan kendala pertumbuhan tanaman karena ketersediaan
hara makro (N, P, K, Ca, dan Mg) di tanah masam sangat rendah. Sebaliknya ketersediaan
hara mikro (Fe, Cu, Mn, dan Zn) tinggi. Selain itu hara P di tanah masam dapat difiksasi oleh
kation Al dan Fe membentuk Al-P dab Fe-P yang tidak tersedia bagi tanman. Selanjutnya
kelarutan Al di tanah masam sangat tinggi sehingga bisa meracuni tanaman terutama bagi
tanaman yang sensitif terhadap Al.
Nurlaili, Hal; 50 – 59
53
AgronobiS, Vol. 2, No. 3, Maret 2010
ISSN: 1979 – 8245X
Lahan kering di Kabupaten OKU didominasi oleh jenis tanah Podsolik ,baik Podsolik
Merah Kuning, Merah Kekuningan, maupun merah Kecoklatan.
Peningkatan Produktivitas Tanah
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanah antara lain
adalah: (1) pengendalian erosi, (2) perbaikan sifat fisik tanah, (3) perbaikan sifat kimia tanah,
dan (4) perbaikan sifat biologi tanah. Upaya tersebut perlu dilakukan secara menyeluruh
dengan tetap memperhatikan skala prioritas, efisiensi, dan efektivitas suatu teknologi yang
akan diterapkan.
Pengendalian Erosi
Mengendalikan erosi tanah berarti mengurangi peranan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap erosi sehingga proses erosi terhambat atau berkurang. Abdurachman dan Sutono
(2002) mengemukakan bahwa pengendalian erosi dapat dilakukan dengan cara mekanik,
vegetatif, dan usahatani konservasi. Aplikasi di lapang biasanya merupakan kombinasi dari
cara-cara tersebut di atas.
a. Cara Mekanik
Termasuk cara mekanik antara lain adalah pembuatan teras, seperti teras bangku dan
teras gulud. Teras dapat mengurangi panjang lereng dan menghambat laju aliran permukaan
sehingga pengangkutan partikel-partikel tanah pun terhambat. Penerapan teknik ini
membutuhkan waktu yang lama untuk mampu menjadi efektif.
b. Cara Vegetatif
Cara ini menggunakan tanaman (vegetasi) untuk mengurangi energi pukulan air hujan
dan menghambat aliran permukaan sehingga erosi dapat ditekan. Termasuk cara ini antara lain
adalah: strip rumput, penggunaan mulsa, tanaman penutup tanah (cover crop), olah tanah
konservasi, dan pertanaman lorong.
c. Usaha Tani Konservasi.
Usaha tani konservasi (conservation farming) pada lahan kering merupakan penerapan
beberapa paket teknologi yang ditujukan untuk melestarikan lingkungan sekaligus berfungsi
untuk meningkatkan produksi. Termasuk cara ini antara lain adalah penggunaan pola tanam.
Perbaikan Sifat Fisik Tanah
Buruknya sifat-sifat fisik tanah menyebabkan produktivitas tanah turun drastis bahkan
fungsi tanah sebagai penyangga hidup tanaman hilang sehingga menghasilkan lahan-lahan
kritis. Dengan demikian maka upaya untuk meningkatan produktivitas tanah dapat dilakukan
dengan cara memperbaiki sifat-sifat fisik tanah tersebut menjadi kondusif untuk pertumbuhan
tanaman. Upaya tersebut antara lain dapat dilakukan dengan cara: (1) penggunaan mulsa sisa
tanaman, (2) penggunaan bahan organik, dan (3) olah tanah konservasi.
Nurlaili, Hal; 50 – 59
54
AgronobiS, Vol. 2, No. 3, Maret 2010
ISSN: 1979 – 8245X
a. Penggunaan Mulsa Sisa Tanaman
Penggunaan mulsa dari sisa tanaman, cover crop, dan tanaman pagar pada alley
cropping dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti berat isi, pori aerasi, dan stabilitas
agregat. Penelitian rehabilitasi lahan di tanah Ultisol Jasinga (Jabar) menunjukkan bahwa
penggunaan mulsa jerami padi dan Mucuna sp dapat menurunkan berat isi, meningkatkan pori
aerasi, dan meningkatkan stabilitas agregat tanah (Tabel 2).
Tabel 2.
Sifat-Sifat Fisik Tanah Pada Percobaan Rehabilitasi Lahan Di Tanah Ultisol Jasinga (Jabar).
------------------------------------------------------------------------------------------------------Perlakuan
Berat isi (g/cc) Pori aerasi (% vol) Stabilitas
Agregat
------------------------------------------------------------------------------------------------------Kontrol
0.91
17
47
Mulsa jerami padi+sisa tanaman
0,87
22
56
Mulsa Mucuna sp
0,88
21
50
------------------------------------------------------------------------------------------------------Sumber: Kurnia (1996)
b. Penggunaan Bahan Organik
Bahan organik baik yang berasal dari sisa tanaman (pupuk hijau) maupun dari kotoran
hewan (pupuk kandang) efektif dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Penelitian Suwardjo et al.
(1987) pada tanah Ultisol Lampung menunjukkan bahwa bahan organik yang berasal dari
lamtoro, kaliandra dan flemingia dapat meningkatkan stabilitas agregat dan air tersedia (Tabel
4).
Tabel 3.
Pengaruh Berbagai Sumber Bahan Organik
Terhadap Stabilitas Agregat Tanah dan Air Tersedia
------------------------------------------------------------------------------------------------------Sumber bahan organik
Stabilitas agregat
Air tersedia (% isi)
------------------------------------------------------------------------------------------------------Tanpa bahan organik
40,52
10,3
Lamtoro
95,08
10,9
Kaliandra
76,22
12,7
Flemingia
142,28
11,6
------------------------------------------------------------------------------------------------------Sumber: Suwardjo et al. (1987)
c. Olah Tanah Konservasi
Olah tanah konservasi adalah pengolahan tanah seperlunya dengan tujuan menciptakan
kondisi tanah kondusif untuk pertumbuhan akar tapi di lain pihak mengurangi kerusakan
Nurlaili, Hal; 50 – 59
55
AgronobiS, Vol. 2, No. 3, Maret 2010
ISSN: 1979 – 8245X
struktur tanah akibat pengolahan. Termasuk dalam kelompok ini adalah olah tanah minimum
(minimum tillage) dan tanpa olah tanah (zero tillage).
Olah tanah konservasi dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah menjadi lebih
menguntungkan pertumbuhan tanaman. Sistem tanpa olah tanah dapat meningkatkan kadar air
tanah dibandingkan dengan olah tanah konvensional (Dao, 1993).
Perbaikan Sifat Kimia Tanah
Kendala kimia tanah di lahan kering secara umum adalah: (1) kemasaman yang tinggi
terutama di lahan kering beriklim basah, (2) kadar bahan organik dan KTK rendah, dan (3)
ketersediaan hara terutama N, P, K, Ca, dan Mg rendah. Upaya untuk meningkatkan
produktivitas tanah dapat dilakukan melalui perbaikan sifat kimia tanah dengan
memperhatikan kendala-kendala tersebut di atas. Upaya tersebut antara lain dapat dilakukan
melalui: (1) pengapuran, (2) pengelolaan bahan organik, dan (3) pemupukan.
a. Pengapuran
Pengapuran di tanah masam ditujukan untuk meningkatkan pH tanah sehingga
kelarutan Al menurun. Kebutuhan kapur (kalsit atau dolomit) untuk menetralkan Al adalah
jumlah kapur yang diperlukan agar kejenuhan Al tidak lebih dari batas iritis tanaman yang
bersangkutan.
Sukristionubowo (1993) melaporkan bahwa pemberian kapur 1 ton/ha pada tanah masam
(Ultisols di Kubang Ujo, Jambi) dapat menaikkan pH tanah dari 4,0 menjadi 4,7 dan sangat
efektif menurunkan Aldd tanah dari 2,25 menjadi 0,25 me/100g.
b. Pengelolaan Bahan Organik
Bahan organik tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan
produktivitas tanah karena peranannya yang besar dalam meningkatkan dan mempertahankan
kesuburan tanah. Bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik tanah (kemantapan agregat,
retensi air, pori aerasi, dan lain-lain); sifat kimia tanah (C-organik, kapasitas tukar kation, dan
suplai hara); dan biologi tanah (sumber energi dan penyusun tubuh mikroorganisme tanah).
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa tanah-tanah di lahan kering umumnya mempunyai
kadar bahan organik rendah sehingga tingkat kesuburan tanahnya juga rendah.
Kurnia (1996) menyatakan bahwa pengelolaan bahan organik dapat memperbaiki dan
meningkatkan produktivitas tanah. Penggunaan Flemingia congesta dalam pola alley cropping dan
penggunaan mulsa sisa tanaman Mucuna sp dan pupuk kandang mampu memperbaiki sifat-sifat
kimia tanah (C-organik N P dan K tanah) pada tanah Podsolik Merah Kuning (Tabel 5).
Tabel 4.
Pengaruh Penggunaan Mulsa Sisa Tanaman dan Pupuk Kandang
Terhadap Sifat-Sifat Kimia Tanah Podsolik Merah Kuning
------------------------------------------------------------------------------------------------------Perlakuan
Sifat kimia tanah
---------------------------------------------------------C-org (%)
N
P
K
(mg/100g)
------------------------------------------------------------------------------------------------------Kontrol
217
25
30
25
Nurlaili, Hal; 50 – 59
56
AgronobiS, Vol. 2, No. 3, Maret 2010
ISSN: 1979 – 8245X
Mulsa jerami padi+sisa tanaman
255
28
44
32
Mulsa Mucuna sp
240
27
36
29
Pupuk kandang
250
28
43
35
------------------------------------------------------------------------------------------------------Sumber : Kurnia 1996
c. Pemupukan
Ketersediaan hara tanah pada lahan kering umumnya masih rendah maka pemberian
pupuk untuk meningkatkan produktivitas lahan kering mutlak diperlukan. Selain itu efisiensi
pemupukan perlu mendapat perhatian terutama untuk pupuk N, P, dan K. Pemberian pupuk
ditujukan untuk meningkatkan ketersediaan hara tanah terutama hara-hara yang kadarnya
masih rendah, seperti hara N, P, K, dan Ca.
Hasil penelitian Sri Adiningsih dan Mulyadi (1993) pada tanah Ultisol Lampung
menunjukkan bahwa pemberian bahan organik Mucuna Sp, kapur, dan P-alam dapat
meningkatkan C-organik, P-HCl, P-Bray 1, Cadd tanah, dan menurunkan Aldd dan kejenuhan Al,
serta dapat mempertahankan produktivitas jagung dan kedelai selama 3 tahun.
Perbaikan Sifat Biologi Tanah
Peningkatan produktivitas lahan kering juga dapat dilakukan melalui perbaikan sifat
biologi tanah karena sifat biologi tanah juga merupakan kendala biofisik tanah di lahan kering.
Pada tanah-tanah yang mengalami degradasi umumnya parameter biologi tanah seperti kadar
C-organik, populasi mikroba tanah (bakteri, jamur, aktinomisetes, dan lain-lain), dan biomasa
mikroba semuanya rendah.
Penelitian rehabilitasi lahan di tanah Haplorthox di Jambi menunjukkan bahwa
pemberian bahan organik sisa tanaman dari calopogonium, tanaman pangan, dan mucuna
dapat meningkatkan jumlah azotobacter (Gambar 1 ).
Gambar 1.
Pengaruh Sumber Bahan Organik Terhadap Jumlah Azotobacter
Nurlaili, Hal; 50 – 59
57
AgronobiS, Vol. 2, No. 3, Maret 2010
ISSN: 1979 – 8245X
KESIMPULAN
Upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan kering di Kabupaten OKU dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan kendala fisik biotik tanah, antara lain dapat dilakukan
melalui: (1) pengendalian erosi, (2) perbaikan sifat fisik tanah, (3) perbaikan sifat kimia tanah,
dan (4) perbaikan sifat biologi tanah.
1. Pengendalian Erosi. Pengendalian erosi berarti mengurangi peranan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap erosi sehingga proses erosi terhambat atau berkurang.
Pengendalian erosi dapat dilakukan dengan cara: mekanik (teras bangku, teras gulud,dan
teras kridit); vegetatif (strip rumput, mulsa, tanaman penutup tanah, olah tanah konservasi,
dan tanaman lorong); dan usahatani konservasi (pengaturan pola tanam). Aplikasi di
lapang biasanya merupakan kombinasi dari cara-cara tersebut di atas.
2. Perbaikan sifat fisik tanah. Sifat fisik tanah seperti bobot isi, aerasi, kemantapan agregat,
kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air, kepadatan dan ketahanan penetrasi
tanah perlu diperbaiki agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Upaya tersebut antara lain
dapat dilakukan dengan cara: (1) penggunaan mulsa sisa tanaman, (2) penggunaan bahan
organik, dan (3) olah tanah konservasi.
3.
Perbaikan sifat kimia tanah. Upaya untuk meningkatkan produktivitas tanah dapat
dilakukan melalui perbaikan sifat kimia tanah dengan memperhatikan kendala kimia tanah.
Upaya tersebut antara lain dapat dilakukan melalui: (1) pengapuran, (2) pengelolaan bahan
organik, dan (3) pemupukan.
4. Perbaikan sifat biologi tanah. Peningkatan produktivitas lahan kering juga dapat
dilakukan melalui perbaikan sifat biologi tanah. Upaya perbaikan dapat dilakukan dengan
cara pemberian beberapa macam bahan organik seperti sisa tanaman dari calopogonium,
tanaman pangan, dan mucuna.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press
BPS Ogan Komering Ulu. 2006. OKU dalam Angka. Baturaja: Biro Pusat Statistik OKU
BPS Sumatera Selatan. 2006. Sumatera Selatan dalam Angka. Palembang: BPS Sumsel
Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu. 2005. Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Kabupaten OKU 2005 -2025. Baturaja: BAPPEDA Pemkab OKU
Nurlaili, Hal; 50 – 59
58
AgronobiS, Vol. 2, No. 3, Maret 2010
ISSN: 1979 – 8245X
Abdurachman, A. dan Sutono. 2002. ”Teknologi Pengendalian Erosi Lahan Berlereng”.
Hal.103-146 dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Menuju Pertanian Produktif
dan Ramah Lingkungan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat
Sukristionubowo, Pulyadi, Putu Wigena, dan A. Kasno. 1993. ”Pengaruh Penambahan Bahan
Organik, Kapur dan Pupuk NPK Terhadap Sifat Kimia Tanah dan Hasil Kacang Tanah”.
Pemb. Pen. Tanah dan Pupuk 11:1-6.
Kurnia U. 1996. Kajian Metode Rehabilitasi Lahan untuk Meningkatkan dan Melestarikan
Produktivitas Tanah. Disertasi Doktor. Bogor: Program Pasca Sarjana IPB
Nurlaili, Hal; 50 – 59
59
Download