LAPORAN Indonesia di tengah Pemanasan Global EDISI 18/III/NOVEMBER-DESEMBER 2007 www.inti.or.id sumarecon Editorial JANGAN BIARKAN NASIB KITA SEPERTI KATAK Masih ingat cerita katak yang dimasukan ke air di dalam panci, lalu dipanaskan perlahan-perlahan? Karena merasa nyaman, sang katak tidak menyadari kalau suhu panci telah semakin meninggi. Akhirnya ia menjadi korban, mati karena suhu panas tak tertanggungkan. Sang katak tak bisa merasakan perubahan suhu yang bertahap. Berbeda kalau ia dimasukan ke panci panas seketika. Dia akan meloncat merasakan perbedaan suhu yang mencolok. Nah, sekarang coba kita merenungkan cerita sang katak di atas. Jangan-jangan nasib kita lama-lama (atau tidak terlalu lama lagi?) sama seperti sang katak. Akan mati karena suhu bumi yang semakin memanas tapi kita tidak menyadarinya? Kenaikan suhu bumi dari tahun ke tahun tidak kita rasakan. Karena selain kecil kenaikannya, kita kerap merasa tetap sejuk terlena hembusan air-conditioner sepanjang waktu. Kekhawatiran di atas bukan muskil akan terjadi, bila kita tidak peduli akan perubahan lingkungan yang telah terjadi selama ini. Memang ratusan dan bahkan ribuan seminar telah digelar untuk mengatasi pemanasan global. Namun langkah nyata pengelolaan lingkungan masih sekedar retorika. Kalaupun ada sifatnya sporadis dan kalah dengan kepentingan ekonomi. Celakanya bumi terus semakin memanas. Sementara retorika yang ada belum signifikan mengarah pada tindakan nyata dan menyeluruh. Saatnya bagi kita melakukan perbuatan nyata untuk mengurangi pemanasan global. Meski bukan merupakan langkah besar, tindakan seperti menanam pohon dan mengurangi penggunaan air conditioner, misalnya, sudah merupakan bentuk partisipasi aktif membantu menyelamatkan bumi. Saat menjelang akhir ini, ada baiknya kita menghitung-hitung seluruh tindakan secara saksama, dalam kaitan perbaikan dan perusakan lingkungan. Bagaimana saldonya? Apakah masih positif? Jika negatif, sa­at segera berbenah diri. Tindakan bijak kita saat ini, akan dikenang sepanjang masa oleh ratusan generasi anak cucu mendatang. Sementara kebodohan dan keserakahan kita, bukan mustahil akan membuat “kiamat” terjadi di masa hidup kita. Redaksi 4 6 8 26 27 48 58 62 64 66 Editorial Surat Pembaca Tahukah Anda? Opini Eka Budianta Tentang INTI Denyut INTI 8 Pekan Hukum Bantuan responsif Sejarah Ziarah ke Situs Batujaya Renny Turangga Suara Muda Kesehatan HIV / AIDS Teknologi Kontribusi IT terhadap Global Warming 10 Laporan Utama Bagaimana posisi Indonesia di tengah perubahan iklim dan pemanasan global? Tak hanya bahaya dari alam, ternyata kita rentan terjebak dalam permainan ekonomi dan politik global. 24 Referensi Sebuah kalkulasi ekonomis antara pembukaan ladang kelapa sawit vs penjualan karbon. Mana yang lebih untung? 44 Jendela Tionghoa Benarkah Sastra Melayu Tionghoa yang dianggap bergaya bahasa ‘rendah’ ternyata menjadi mata rantai pokok dalam Kesastraan Indonesia? Claudine Salmon membeberkan buktinya. 50 Nasional Jakarta mengeluarkan Peraturan ­Daerah tentang ketertiban umum. Upaya penyelesaian yang tak berpijak pada kaum marjinal. 54 Budaya Gambang Kromong, tempat berkaca yang mulai kusam. PEMIMPIN UMUM Rachman Hakim WAKIL PEMIMPIN UMUM Budi S. Tanuwibowo PEMIMPIN USAHA Kuncoro Wibowo WAKIL PEMIMPIN USAHA Haris Chandra PENASIHAT Akie Setiawan, Arief Budiman, Benny G. Setiono, Bondan Winarno, Eddie Lembong, Gilbert Wiryadinata, Henry Boen, Karta Winata, Lim Ko Phing, Lu Ik Kun, Mely G. Tan, Michael Utama Purnama, Mona Lohanda, Myra Sidharta, Nancy Widjaya, Dr. Siauw Tiong Djien, Thung Ju Lan PEMIMPIN REDAKSI Lisa Suroso DEWAN REDAKSI Ester Indahyani Jusuf, Mega Christina, Stanley Prasetyo, Ulung Rusman, Wahyu Effendi, T.B Heckman KONTRIBUTOR Abraham Suroso, Ahmad Suwandi, Aryanto Harun, Christine Susanna Tjhin, Frumentius Amas, Hayfa Fakkhurozzi, John Gebze, dr. Ivan Fintan, Kemal Firdaus, Kurnia Setiawan, Lorenz Gunadi, Marcellius Moa, Nova Satyadi, Sugeng Wibowo, Yayan Ahdiyat FOTOGRAFER Eric Satyadi DESAIN VISUAL Ico IKLAN & SIRKULASI Dede Supendi, Erie Puspa, Reuben Pelenkahu, Yovanska Pramesti COVER Qiarazkha Laeticia Pelenkahu ALAMAT REDAKSI Superblok Mega Glodok Kemayoran, Office Tower B No.10, Jl. Angkasa Kav. B-6, Kota Baru Bandar Kemayoran, Jakarta 10610 Telp. 021-26646828, 26646829 Faks. 021-26646597 EMAIL [email protected] HOMEPAGE www.inti.or.id NOMOR REKENING Bank Harda Internasional a/c no. 0100.20788.0 a/n Perhimpunan Indonesia Tionghoa PERCETAKAN PT. Interact Corp - Isi di luar tanggung jawab percetakan ISSN 1411-4240 4 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 kirin Suara Pembaca Kerjasama dengan INTI Bali Senang sekali membaca kegiatan yang dilakukan INTI. Saya ingin dapat bekerja sama dengan INTI, mudah-mudahan ada yang bisa memfasilitasi. Institusi Rumah Sakit Tabanan punya Tim Siaga Bencana yang sudah pernah menjalankan misi kemanusiaan pada musibah Bom Bali I, Tsunami Aceh, Bom Bali II dan Gempa Jogjakarta. Tim ini terdiri dari spesialis bedah tulang, spesialis bedah umum, dokter umum terlatih, perawat terlatih dan tenaga pendukung lainnya. Mudah-mudahan INTI Pusat melalui INTI Bali berkenan meninjau keberadaan dan fasilitas kami di RS Tabanan. Terima kasih, dr. Agus Bintang Suryadhi M. Kes Koordinator TMERT (Tabanan Medical Emergency Response Team) RS. Tabanan Bali Jln Pahlawan 14 Tabanan Bali Phone: 0361 811027 Fax: 0361 811202 dan jahitan sudah dilepas. Semoga semua dokter INTI sehat.Wassalam, Khaerudin, Bengkulu Terimakasih, redaksi akan menyampaikannya ke INTI Pusat dan INTI Bali. Tim dokter gembira atas pulihnya bapak dan menyampaikan salam. Tertarik Ikut Baksos Terimakasih dari Porong Tolong dong kalau ada baksos pengobatan kabari saya. Saya tertarik untuk join. Maju terus INTI...! GBU! dr. Frans Susanto Mewakili teman-teman koban lumpur Lapindo-Porong, saya mengucapkan terimakasih atas bantuannya. Semoga Tuhan membalas budi baik ini. Paring Koordinator Pengungsi Lumpur Lapindo, Sidoarjo Senang sekali akan ketertarikan dokter untuk bergabung. Pasti akan kami kabari via email. Apakabar Dokter INTI? Apakabar? Tidak lupa ‘kan? Saya yang dioperasi oleh dr. Henry dari Tim INTI di SP-10 Mukomuko, Bengkulu. Luka saya sudah membaik Terimakasih atas pertisipasi pembaca pada Suara Anda. Tanggapan redaksi dapat Anda lihat di www.inti.or.id Perhimpunan INTI dan Majalah Suara Baru Mengucapkan Selamat Atas Perluasan Kepengurusan Pengurus Pusat Perhimpunan INTI 2005-2009 Semoga para pengurus yang dilantik dapat bekerja dan berkarya dengan baik. 6 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 7 Tahukah Anda ? Keunikan Seputar Natal Lomba Menulis Cerita Pendek Menurut survey tahun 1995, 7 dari 10 anjing di Inggris mendapatkan hadiah natal dari majikan tersayang mereka. Di Ukraina, labalaba tiruan seka­ligus dengan jaring-jemaringnya sering disertakan dalam dekorasi pohon natal. Ini dikarenakan kepercayaan bahwa sarang laba-laba yang ditemukan pada pagi hari di waktu natal akan membawa keberunfunnydogs.com tungan. Lain lagi di Norwegia, setelah makan malam dan membuka hadiah natal, keluarga disana akan menyembunyikan semua sapu yang ada di dalam rumah. Orang Norwegia percaya mitos kuno yang mengatakan bahwa roh-roh jahat dan para penyihir akan keluar di malam natal, kemudian mencuri sapu milik mereka untuk ditunggangi. Dalam rangka memperingati Satu Abad Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei 2008, Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) DKI Jakarta menyelenggarakan Lomba Menulis Cerita Pendek (Cerpen) dengan tema “Memperkokoh Persatuan Bangsa” Lomba terbuka untuk umum Syarat dan ketentuan: Kasim Kekaisaran Tradisi pengebirian terhadap pelayan istana pria kekaisaran Tiongkok atau yang disebut kaum kasim, telah dilakukan sejak 2000 tahun yang lalu. Pada awal zaman Dinasti Qing – sekitar tahun 1644 – kekaisaran memiliki sekitar 9000 kaum kasim, menyusut terus hingga tinggal 1500 orang di tahun 1908. Potongan alat vital mereka diawetkan dan ditaruh di dalam semacam kendi, dan akan ikut dikuburkan bersama ketika mereka meninggal. Banyak dari kaum kasim yang mencapai posisi terhormat dan berpengaruh di lingkungan istana. 8 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 • Lampirkan foto copy KTP/kartu identitas lainnya. • Menggunakan Bahasa Indonesia sesuai EYD. • Naskah harus asli bukan terjemahan atau saduran, dan belum pernah dipublikasikan baik melalui media cetak maupun elektronik. • Tiap peserta paling banyak mengirim 2 (dua) buah naskah. • Diketik dengan Microsoft Word di atas kertas HVS ukuran kwarto. Jarak 2 (dua) spasi, font Arial ukuran 12 (duabelas). • Panjang naskah 1.500 – 2.000 kata. Dikirim rangkap 3 (tiga) disertai sebuah CD berisi naskah. • Naskah dikirim melalui Pos ke alamat PERHIMPUNAN INTI DKI JAKARTA paling lambat cap pos 15 Maret 2008. Superblok Mega Glodok Kemayoran (MGK), Office Tower B lantai 10, Jl. Angkasa kav. B-6, Kota Baru Bandar Kemayoran, JAKARTA 10610. • Tulis ”Sayembara Menulis Cerpen INTI 2008” pada bagian kiri amplop. • Keputusan Dewan Juri bersifat final dan mengikat. • Hak cipta milik Perhimpunan INTI DKI JAKARTA termasuk hak untuk menyunting judul dan isi. • Naskah yang tidak memenuhi syarat/ketentuan akan diabaikan. • Dua puluh cerpen terbaik akan diterbitkan. • Hasil lomba akan diumumkan dalam suatu acara memperingati Satu Abad Hari Kebangkitan Nasional, Mei 2008, dan akan dipublikasikan melalui Website Perhimpunan INTI (www.inti.or.id), Majalah Suara Baru dan Majalah Sinergi. Hadiah : 1. 2. 3. 4. Juara pertama uang sejumlah 5 (lima) juta rupiah. Juara kedua uang sejumlah 3 (tiga) juta rupiah. Juara ketiga uang sejumlah 2 (dua) juta rupiah. Juara harapan lima orang masing-masing 1 (satu) juta rupiah. Jakarta, 20 November 2007 Benny G.Setiono Ketua Henry Boen Sekretaris Laporan Utama Indonesia di tengah Ancaman Global Indonesia di tengah Ancaman Global PULAU Serangan pernah melambungkan namanya ke mancanegara karena penyu, karang yang indah dan habitat laut yang kaya. Masyarakatnya hidup damai dengan tradisi agama Hindu dan Muslim yang kuat. Akhir 1980, sekelompok investor didukung penguasa dan militer, mengeruk laut dan memperlebar pulau yang terletak di kawasan Bali itu. Masyarakat diusir paksa dan tempattempat suci direlokasi dengan impian pariwisata akan maju pesat setelah proyek usai. Apa mau dikata, krisis 1998 membuyarkan impian itu. Investor pergi meninggalkan hamparan alam rusak dan gersang. Seluruh aspek kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan rohani masyarakat Serangan berubah. Laut tidak lagi memberikan hasil, ekosistem ganggang rusak, penyu tidak datang lagi. Akibatnya masyarakat hidup miskin, rentan penyakit dan konflik sosial merebak. Kesucian upacara agama tidak lagi sempurna. Karena sulit mendapatkan ganggang merah, kini masyarakat terpaksa mengganti salah satu syarat upacara agama itu dengan agar-agar instan. Menurut data perhitungan ekonomi Lembaga Penelitian Universitas Udayana, nilai produksi Pulau Se­rangan sebelum proyek berjalan, adalah sekitar 2 trilyun rupiah per tahun. Saat ini mereka mengalami kerugian hingga 8 trilyun rupiah per tahun. Nasib masyarakat pulau Serangan adalah salah satu contoh kecil terhadap dampak ketidakarifan dalam menjaga alam di negara kita. Kepentingan ekonomi seringkali diatasnamakan untuk mengeruk dan mengeksploitasi alam, diikuti dengan penyingkiran ma- syarakatnya. Hampir setiap hari media mencatat kerusakan hutan, pence­ maran lingkungan, perdagangan satwa atau tumbuhan, pembalakan liar, dan sebagainya. Akibatnya bisa ditebak. Banjir, longsor, dan keke­ringan yang berujung pada gagal panen dan kekurangan pa­ ngan menjadi berita sehari-hari. Akibat jangka panjang dari kerusakan ini justru lebih merugikan daripada keuntungan yang didapat saat ini. Kondisi geografis Indonesia sesungguhnya sudah cukup membuat negeri ini berlangganan bencana. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, pertemuan tiga lempeng bumi membuat Indonesia rentan gempa bumi dan gelombang pasang. Indonesia juga mempunyai ratusan gunung berapi aktif. Kondisi geografis Indonesia di sisi lain memberi potensi kekayaan alam yang melimpah. Hutan kita adalah hutan tropis nomor dua terbesar di dunia. Kita dianugerahi hasil tambang, tanah yang subur dan keanekaragaman hayati terkaya di dunia. Ironisnya, hampir sebagian besar kekayaan alam Indonesia rusak parah. Dari sektor kehutanan saja, Indonesia menghabiskan 300 kali luas lapangan bola per jam melalui deforestasi dan pembalakan liar. Di tengah kondisi bangsa yang belum sepenuhnya pulih dari multi krisis 1998, kita berhadapan dengan kenyataan yang tak nyaman: Masyarakat yang belum bisa bangkit dari kemiskinan terikat dengan model pembiayaan pembangunan via hutang. Birokrasi yang masih korup didukung penegakan hukum yang lemah. Alam yang terlanjur rusak tetap saja tereksploitasi. Indonesia juga dirudung ancaman bencana, baik bencana alam dan bencana akibat perbuatan manusia. Saat ini kembali kita disadarkan oleh sinyal-sinyal peringatan alam. Global warming atau pemanasan global yang diikuti oleh perubahan iklim bukan lagi sebuah ramalan, tapi sudah menjadi kenyataan. Bagi Indonesia, jelas ini bukan pertanda baik. Pengaruh Perubahan Iklim pada Indonesia Corak khas geografis, biologis dan sosial Indonesia, menjadikannya sangat peka akan perubahan iklim, seperti gejala cuaca dan iklim ekstrim, naiknya permukaan air laut, serta tingginya kandungan karbon dalam atmosfer. Sebagian besar penduduk Indonesia masih sangat tergantung pada layanan alam dari sumber daya hayati dalam mencari nafkah. Seperti pertanian, perhutanan, dan perikanan. Dengan letak kota-kota besar dan tingkat sebaran penduduk yang padat di daerah pesisir dan dataran rendah, Indonesia berada pada posisi genting dalam perubahan iklim. Gejala-gejala dari dampak peru­ bahan iklim sudah mulai dirasakan di Indonesia. Misalnya saja anomali cuaca ekstrem yang makin sering muncul, intensitas badai siklon, puting beliung dan gelombang tinggi meningkat, musim hujan yang makin pendek namun dengan curah makin besar, sebaliknya kekeringan melanda banyak daerah dan membuat air tanah menyusut. ­Perubahan ini berdampak langsung pada kehidupan masyarakat. Petani padi di Jawa, Lampung dan Sulawesi Selatan tahun ini merugi, pembuat garam di pesisir utara Jawa gagal panen, pemilik tambak udang Indramayu terkena abrasi. Belum lagi menghitung berapa puluh ribu orang yang kehi­ langan tempat tinggal akibat banjir dan longsor. Ini hanyalah sebagian contoh. Laporan kedua Panel Ahli untuk Perubahan Iklim (IPCC) April 2007 mencatat bahwa kenaikan rata-rata suhu tahunan di Indonesia antara 1970-2004 mencapai 0,1-1 derajat celcius. Sedikit kenaikan suhu ini saja, sudah menyebabkan rantai perubahan yang berujung pada penurunan produksi pangan, meningkatnya gizi buruk, ­mengubah pola distribusi hewan dan serangga, meningkatkan berbagai penyakit dan merusak daerah pesisir pantai. FILOSOFI BACK TO NATURE Resiko yang dihadapi Indonesia terlalu besar jika tetap mengabaikan alam. Usaha menjaga alam pun dilakukan lewat mekanisme internasional se­ perti komitmen dalam Protokol Kyoto. Desember ini Indonesia menjadi tuan rumah dari Conference of Parties (CoP) ke-13 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Di tingkat lokal Kementrian Negara Lingkungan Hidup membuat Rencana Aksi Nasional Dalam Menghadapi Perubahan Iklim. Payung hukum konsep restorasi ekosistem dibuat oleh Kementrian Kehutanan. Berbagai LSM pun giat mengkampayekan bahaya dari pemanasan global. Yang perlu dicermati adalah bagaimana proses penyadaran filosofi kembali ke alam ini bisa dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Mulai dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan negosiator antar negara, sektor usaha yang kerap mengabaikan pelestarian lingkungan demi keuntungan ekonomi, masyarakat kota yang terlanjur mengenal gaya hidup boros energi, sampai pada lapisan masyarakat bawah yang tidak mengerti apa-apa, tapi paling justru rentan akan dampak kerusakan lingkungan. Filosofi yang membela alam tak bisa lagi dipandang sebagai penghambat kemajuan ekonomi, tapi justru me­ nyelamatkannya. Untuk bisa memerintah alam, kita perlu ikut aturan mainnya. n Apa Itu Pemanasan Global ? Siklus Karbon dan Efek Rumah Kaca Karbon adalah dasar dari semua materi organik, dari fosil hingga sel manusia. Karbon terus berputar dalam bumi, menempuh siklus alami melalui mahluk hidup, tanah, laut, dan atmosfer. Apa yang terjadi ketika manusia mulai merusak siklus karbon? Dampak seriusnya telah kita rasakan, meningkatnya level karbon dalam atmosfer. Saat ini kita tidak tahu persis kemana karbon yang dihasilkan dari pembakaran fosil pergi. Sebagian besar jelas terperangkap di atmosfer, tapi tiap tahun kita kehilangan data sebanyak 15-30% dari karbon itu (NASA). 10 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 Pemanasan global merupakan kejadian yang diakibatkan oleh meningkatnya temperatur ratarata pada lapisan atmosfer, air laut dan daratan. Penyebab utamanya adalah aktivitas manusia dalam pembakaran bahan bakar berbasis fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam, serta kegiatan lain yang berhubungan dengan hutan, pertanian dan peternakan. Aktivitas manusia itu secara langsung maupun tidak langsung, menyebabkan perubahan komposisi alami atmosfer, yaitu mening- katnya selimut karbon dioksida dan gas-gas lain sehingga mele­ bihi konsentrasi yang seharusnya. Gas-gas ini membentuk selimut yang menghambat pantulan sinar matahari ke angkasa, sehingga mengakibatkan efek rumah kaca. Panas matahari yang terperangkap menimbulkan peningkatan temperatur bumi secara global yang akan diikuti dengan perubahan iklim. Pemanasan global dan peru­ bahan iklim sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Suhu yang meningkat membuat es di kutub utara mencair, volume permukaan air laut pun bertambah. Kelembaban terjadi karena lebih banyak air menguap dari lautan, akibatnya curah hujan dan badai meningkat. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim. Data pada akhir abad ke-20 mencatat: Sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1990. Tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990. Waktu paling panas terjadi pada 1998. Meskipun konsentrasi gas rumah kaca belum ber­ tambah lagi pascatahun 2000, iklim terus menghangat karena emisi yang dilepaskan pada periode sebelumnya. Lama karbon dioksida berada di atmosfer diperkirakan 100 tahun lebih, sebelum alam mampu menyerapnya kembali. Jika emisi gas rumah kaca terus naik, maka pada awal abad ke-22 suhu bumi akan meningkat tiga kali lipat dari saat ini. NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 10 Laporan Utama Indonesia di tengah Ancaman Global Perubahan di Tangan Kita! Hutan Hilang Bencana Datang Tanpa ancaman pemanasan global dan perubahan iklim, kondisi geografis Indonesia sudah cukup membuat bencana alam sering terjadi. Kondisi sosial, politik, hukum, dan ekonomi Indonesia yang belum stabil, menempatkan masyarakat dalam posisi yang sulit meraih kesejahteraan. Peringatan akan adanya pemanasan global tidak bisa diabaikan. Saatnya melakukan perubahan. tsunami gunung api titik api lempeng bumi jalur patahan Skala Daerah Rawan Pangan 2005 Jumlah Bencana Alam Indonesia 1998-2007* *Oktober 2007 Diolah dari data WALHI, Bakornas, Departemen Kesehatan, Media DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Pangan Produktivitas pertanian dan hasil laut menurun Lahan tani beralih fungsi Ekosistem 20-30% tanaman hewan darat dan laut punah Pemutihan karang Kesehatan Penyakit tropis (DBD, flu burung, dll) lebih cepat menyebar Virus bertahan makin lama Daerah Pesisir Erosi dan abrasi pantai Pulau-pulau tenggelam Wisata pantai bangkrut Hutan Produksi hutan menurun Kebakaran hutan meningkat Sumber Air P erhatian dunia sedang terarah ke Indonesia. Selain menjadi tuan rumah Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang ­Perubahan Iklim pada Desember 2007 ini, Indonesia meraih rekor baru: penyumbang nomor satu emisi karbon dioksida dari sektor kehutanan. Hutan memegang peranan sangat penting dalam siklus karbon dunia, dimana karbon tersimpan dalam jumlah besar dan proses fotosintesa serta respirasi, memperlancar pertukaran karbon dengan atmosfer. Tapi ketika hutan dirusak oleh manusia dengan pembalakan liar, kebakaran, konversi tata guna lahan dan prosedur panen yang salah, hutan menjadi sumber penyumbang emisi karbon. Jumlah total area hutan Indonesia adalah 187,9 juta hektar. Jumlah ini menyusut menjadi 144 juta hektar pada akhir 1960, dan menyusut lagi menjadi 120,55 juta hektar di tahun 2005. Ironisnya, dari luas terakhir, 53,9 juta hektar dalam keadaan rusak dan kritis. Angka resmi Depertemen Kehutanan mencatat laju kerusakan hutan 2,8 juta hektar per tahun, dengan laju penurunan tertinggi terjadi di Sumatera, diikuti oleh Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Gambaran sederhananya, dalam sehari, 51 km persegi hutan dihancurkan. Lagi-lagi, ini rekor tercepat dalam hal penghancuran hutan. Hilangnya hutan berkaitan erat dengan runtutan bencana yang terjadi. Kekeringan mata air, kabut asap, banjir dan longsor telah menyengsarakan masyarakat disertai dengan kerugian ekonomi yang tidak sedikit. Dari pembalakan liar saja negara dirugikan Rp. 30 triliun dengan total kayu curian 70 juta meter kubik per tahun. Pembalakan liar di hutan Indonesia memang sulit dikendalikan. Hal ini terkait dengan keterlibatan oknum instansi terkait seperti Departemen dan Dinas Kehutanan, Kepolisian, TNI, hakim dan jaksa. Pelaku yang dijerat masih pada level operator, sementara cukong-cukong besar bebas melenggang. Undang-undang dan Surat Keputusan yang mengatur Pengelolaan Hutan dan Tata Niaga Kayu belum sepenuhnya dapat menjerat pelaku di balik layar, terutama pemodal. Yang dijerat kebanyakan pelaku kelas teri seperti nahkoda kapal, supir truk atau penebang. Hukumannya pun ringan bahkan banyak yang divonis bebas. Berdasarkan data tahun 2005, kasus pene­bangan liar di hutan konservasi berjumlah 276 kasus, namun hanya 15 kasus yang divonis. Keterlibatan oknum aparat dalam kegiatan kayu ilegal juga merambah sektor bisnis. Data dari Telapak Indonesia, 80% perusahaan kayu di Surabaya menampung kayu ilegal. Kabarnya, diantara perusahaan itu banyak yang dimodali Primkopad dan Primkopal. Selain itu, pencurian kayu telah menjadi bagian dari jaringan sindikat internasional yang rapi dan solid. Vietnam, Malaysia, China, Hongkong dan Uni Eropa cenderung melegalkan perdagangan kayu ilegal dari hutan tropis. Sebagai contoh, di tahun 1999, Uni Eropa mengimpor 10 juta meter kubik kayu, dimana nyaris setengahnya berasal dari tiga negara – Indonesia, Brazil, dan Kamerun - yang disinyalir liar, senilai US$ 1,5 miliar per tahun. (Timber Traficking, TELAPAK/EIA, 2001). Dari negara anggota Uni Eropa, Inggris merupakan pengimpor kayu liar terbesar ( 1,6 juta meter di tahun 1999 ), 60 persen kayu yang diimpor ke Inggris merupakan kayu liar senilai US$ 200 juta. Pengimpor terbesar berikutnya adalah Perancis, Belgia, Jerman, dan Belanda. Konsumsi kayu Uni Eropa yang tak mengindahkan asal-usul kayu membuat mereka secara langsung ikut bertanggung jawab atas kerusakan hutan di negara-negara tropis. Sampai saat ini belum ada payung hukum yang melarang negara anggota Uni Eropa untuk mengkonsumsi kayu ilegal yang jauh lebih murah dari harga pasar internasional. Konsumsi kayu tropis Uni Eropa setara dengan penebangan hutan seluas 700 ribu hektar setiap tahunnya. n Jalur Pembalakan Kayu Ramin Air berkurang Perbandingan Emisi Gas Rumah Kaca Hutan Susut, Titik Api Bertambah Penyusutan Hutan Kalimantan Ekspor Kayu Indonesia ke Negara Lain Kayu Ramin dikirim ke China, Jepang, Hongkong, Amerika Utara, Eropa Perebutan sumber mata air Kuala Lumpur MALAYSIA Jepang 22% Kuching Sibu SINGAPURA Pontianak Amerika Utara 11% Palangkaraya KELAPARAN, KEKERINGAN, PENYUSUTAN DARATAN, IMIGRASI, KEMISKINAN, STRUKTUR EKONOMI RUNTUH, KONFLIK SOSIAL, KERUSUHAN, PERANG, PERDAMAIAN DUNIA TERANCAM 12 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 Kawasan dilindungi yang ditumbuhi Ramin Rute Pembalakan Liar Rute Ekspor INDONESIA Jakarta Wilayah Lain 5% JAWA NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 13 Laporan Utama M TARIK ULUR TANGGUNG JAWAB Protokol Kyoto yang lahir pada Desember 1997 dibentuk sebagai sarana teknis untuk mencapai tujuan Konvensi Perubahan Iklim. Negara yang meratifikasi Konvensi Perubahan Iklim dibagi dalam dua kelompok, yaitu negara Annex I, yang dianggap telah menyumbangkan emisi 14 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 gas rumah kaca sejak revolusi industri tahun 1850-an; dan negara Non-Annex I, yaitu negara yang tidak termasuk dalam Annex I, dimana kontribusi gas rumah kacanya jauh lebih sedikit, serta memiliki pertum­buhan ekonomi yang jauh lebih rendah. Protokol Kyoto mewajibkan penurunan emisi gas rumah kaca oleh negara Annex I sebesar 5,2% di bawah tingkat emisi 1990 dalam kurun waktu 2008-2012. Negara Non-Annex I tidak diwajibkan menurunkan emisi tapi boleh melakukannya dengan sukarela. Protokol ini mulai mengikat secara hukum setelah Rusia meratifikasinya pada 2004 sebagai negara ke-55, dan membuat total emisi negara Anex I berjumlah 61,79% dari total emisi tahun 1990. Sesuai ke­ sepakatan, protokol mulai berlaku jika sedikitnya diratifikasi oleh 55 negara dan berjumlah total emisi 55%. Dalam Protokol Kyoto ditawarkan tiga mekanisme fleksibel untuk membantu negara industri menekan laju emisi gas rumah kaca, yaitu Joint Implementation (JI), Emission Trading (ET) dan Clean Development Mechanism (CDM) atau Mekanisme Pembangunan Bersih. Tiga mekanisme ini memungkinkan pengalihan penurunan emisi dengan cara membuat proyek bersama yang meningkatkan resapan gas rumah kaca, saling memperjual belikan kelebihan jatah emisi, dan melakukan investasi dalam program yang berpotensi me­ ngurangi emisi di negara Non-Annex I. (Lihat Boks: Berbagai Macam Pasar Karbon, halaman 18). Political Advisor Greenpeace, Arief Wicaksono menyatakan bahwa ke­sepakatan yang lahir dalam Proto- Ilustrasi: rio eningkatnya bukti-bukti ilmiah akan adanya pengaruh aktivitas manusia terhadap ­perubahan iklim telah menjadi salah satu isu pen­ ting dalam agenda politik internasional. Perubahan iklim bukan lagi sekadar masalah lingkungan, namun sesuatu yang mengancam perdamaian dan keamanan internasional, kemakmuran dan pembangunan. Tanpa usaha serius, pemanasan global akan menjadi sumber konflik baru antar negara. Menyadari bahwa masalah ini ­menyangkut kehidupan seluruh planet bumi, Panel Antar Pemerintahan Me­ ngenai Perubahan Iklim (IPCC) dibentuk. Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) ditetapkan untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca. Sebuah kesepakatan antar negara untuk mengatur upaya penurunan emisi lahir di Kyoto (Protokol Kyoto). Isu ini bahkan digiring untuk dibahas oleh Dewan Keamanan PBB. Namun perjuangan untuk me­ nyelamatkan bumi dan manusia di dalamnya, tak semulus yang diperkirakan. Implementasi Protokol Kyoto menuai banyak kritik. Berbagai blok negara terbentuk untuk lebih memperjuangkan kepentingan nasionalnya masing-masing dibandingkan dengan kepentingan global bumi. Isu perubahan iklim menjadi ajang pertarungan dan ajang bisnis baru antara negara maju dan negara berkembang. Salah satu pertarungan yang menentukan dilaksanakan di Bali pada Desember 2007 ini. Diantara Hijaunya Daun dan Hijaunya Dollar kol Kyoto adalah kompromi di antara negara-negara Annex I untuk saling toleran kewajiban terhadap nilai emisi gas rumah kaca. “Keengganan negara Annex I menekan laju petumbuhan ekonomi mereka yang agresif, diungkapkan dalam siasat-siasat moneter. JI, ET dan CDM adalah bentuk siasat itu,” ungkapnya. Melalui mekanisme di atas, negara industri sebagai penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca, bisa membayar suatu negara berkembang yang mampu mengupayakan pengurangan emisi karbon, tanpa harus menekan laju agresif pertumbuhan ekonominya. Ketergantungan tinggi akan konsumsi bahan bakar pada negara industri memang menyebabkan mereka sulit menekan emisi gas rumah kaca. Protokol Kyoto juga dianggap bisa menggangu roda perekonomian mereka. Sampai saat ini Amerika Serikat sebagai penghasil emisi terbesar dunia masih menolak Protokol Kyoto. Pilihan yang sama diambil oleh Australia. Dilema Negara Berkembang Negara berkembang seperti Indonesia Indonesia di tengah Ancaman Global menghadapi dilema dalam usaha pene­ rapan mekanisme Protokol Kyoto. Saat negara maju bebas mengumbar emisi dan bisa memenuhi kewajiban menurunkan dengan membeli kredit dari negara berkembang, posisi negara miskin dan berkembang paling rentan saat dampak perubahan iklim itu terjadi. Di satu sisi, CDM sebagai satu-satunya mekanisme Protokol Kyoto yang melibatkan negara berkembang, membuka berbagai peluang untuk membangkitkan ekonomi sekaligus menciptakan kondisi lingkungan yang relatif lebih baik. CDM menghasilkan proyek yang dapat menurunkan emisi gas rumah kaca serta mendukung pembangunan berkelan­jutan. Proyek-proyek ini meliputi proyek energi terbarukan, seperti tenaga matahari, angin, gelombang, panas bumi, air dan biomassa; menurunkan tingkat konsumsi bahan bakar (efisiensi energi); mengganti bahan bakar fosil dengan bahan bakar lain yang lebih rendah tingkat emisi gas rumah kacanya (misalnya dari minyak bumi menjadi gas); dan jenis-jenis lain seperti pemanfaatan gas metan dari pengelolaan sampah. Bukti bahwa proyek-proyek tersebut telah menurunkan emisi gas rumah kaca adalah diterbitkannya sertifikat pengurangan emisi (Certified Emission Reductions-CER) oleh Komite Nasional CDM atas proyek yang bersangkutan. Sertifikat inilah yang kemudian dapat dijual negara berkembang ke negara maju bak surat berharga. Harga selembar CER berkisar antara US$ 5-15. Tren bisnis baru yang memutar milyaran dollar pun dimulai. Berdasar- kan data Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih, dalam kurun waktu 2008-2012, Indonesia berpotensi menangguk laba antara 81,5 juta sampai 1,26 milyar dollar AS. Dalam CoP-13 di Bali nanti, pemerintah Indonesia akan mengajukan usulan untuk memasukkan upaya pencegahan deforestasi dan kerusakan hutan atau REDD (reducing emission from deforestation and degradation) untuk diadopsi sebagai salah satu skema pendanaan dari pengurangan emisi karbon pascatahun 2012. Hutan dianggap komponen penting yang mampu menyerap emisi (carbon sink). Dari mekanisme ini, Indonesia berharap akan memperoleh 2 milliar dolar AS per tahun. Hiruk-pikuk dunia dalam mengatasi efek pemanasan global dan putaran uang yang terjadi di belakangnya, memancing berbagai pendapat pro dan kontra. Di satu sisi, pemerintah-peme­ rintah negara berkembang mengharap kompensasi dari negara maju, apabila mereka berhasil menurunkan kerusakan hutan dan menja­ganya. Namun di sisi lain, mekanisme ini memancing komentar sinis, bahwa bisnis karbon lebih populer daripada esensinya se­bagai usaha pencegahan efek pemanasan global dan pelestarian lingkungan. Para environmentalis maupun komunitas masyarakat adat juga khawatir akan masuknya carbon sink dalam mekanisme CDM. The First International Forum of Indigenous Peoples on Climate Change menyatakan bahwa masuknya carbon sink dalam mekanisme CDM akan mengandung strategi skala dunia dalam rangka pengambil-alihan tanah dan hutan. Demi membayar hutang, negara berkembang dan miskin akan mengambil kesem­patan untuk ‘menyewakan’ hutannya ke pasar karbon. Sebagai contoh, proyek di Uganda dan Ecuador telah menyingkirkan ribuan komunitas lokal dari hutan, akibat privatisasi hutan oleh perusahaan negara maju yang dibekingi pemerintah masing-masing. Peta Jalan Bali Pertemuan Para Pihak (COP) ke-13 di Bali mempunyai se­mangat melahirkan kesepakatan baru tentang roadmap atau peta jalan menuju pertemuan di Denmark pada 2009, sebagai tahun sasaran peram­pungan protokol baru post-2012. Diharapkan peta ini mampu menciptakan pola pembangunan abad ke-21 yang rendah karbon, sekaligus me­ ngurangi kemiskinan, menghapus ketim­ pangan pendapatan dan meningkatkan ke­sejahteraan sosial menuju dunia glo­ bal yang lebih adil antara negara maju dan negara berkembang. Pertemuan ini adalah ruang pertarungan antara negara kaya/maju dan negara miskin/berkembang yang rentan dimenangkan oleh kelompok bisnis (business as usual). Target kesepakatan baru di Bali harus lebih menekankan pada akar masalah perubahan iklim, dan bukan menjadi ajang tawar-menawar dollar dalam mekanisme pasar, dimana pada akhirnya tidak ada perubahan pada tingkat emisi karbon di atmosfer kita. Karena masyarakat yang paling miskin, yang tidak menyumbangkan gas rumah kaca secara berarti, mempertaruhkan nyawanya dalam dampak perubahan iklim. n Hadiah Nobel di Tengah Ketidakpedulian Global Tahun ini Nobel Perdamaian dianugerahkan pada Al Gore dan Panel Antar Pemerintahan tentang Perubahan Iklim (IPCC). Film dokumenter yang dibintanginya, ‘An Inconvenience Truth’ juga meraih Academy Award 2007 se­ bagai film dokumentasi terbaik. Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat era Bill Clinton ini dianggap sebagai satu-satunya orang yang paling berperan dalam meningkatkan Al Gore pemahaman masyarakat dunia tentang perlunya mencegah pema­nasan global. Komite Nobel memang sepakat mengaitkan isu pema­nasan global dan perubahan iklim dalam konteks perdamaian dunia. Walaupun isu pemanasan global dan perubahan iklim makin gencar belakangan ini, namun tingkat ketidakpedulian dan keawaman publik masih tinngi. Politisi dunia pun masih acuh, dan banyak yang lebih tertarik pada sisi bisnisnya. Sebuah ironi, bahwa penerima Nobel Perdamaian berasal dari negara adikuasa yang memilih tidak ikut dalam usaha global, bersama sebagian besar negara di dunia. Padahal AS adalah negara penyumbang emisi tertinggi. Penolakan mati-matian AS terhadap Protokol Kyoto didasari akan kekhawatiran terganggunya roda perekonomian dan anggapan bahwa keuntungan ekonomi yang mereka dapat tidak signifikan. James L. Connaughton, penasihat senior urusan lingkungan untuk Presiden Bush, juga ­mengungkapkan alasan lain, yaitu bebasnya China dan India untuk tidak menurun­kan emisinya. Ia berpendapat bahwa bila AS, India dan China bekerjasama menanggulangi emisi, hasilnya akan 20 kali lipat lebih baik. Di lain pihak, AS mengaku mempunyai kebijakan alternatif sendiri untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 18% pada 2012. NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 15 Laporan Utama Xxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxx Carbon Trading: Godaan Trend Bisnis Milyaran Dollar PT. Bumi Makmur Selaras - BMS founded in 2002 & P.T Makmur Jaya Lestari – MJL founded in 2004 respectively; are actively involved in Mining Metals & Minerals Industry in Indonesia. The companies instituted basic services as to discover, perform mining activites & sales of the ores. Dalam kurun waktu kurang dari lima tahun, carbon trading atau perdagangan karbon sudah memutar milyaran dollar AS di pasar karbon. Sebuah tren bisnis baru dengan semangat menjaga lingkungan atau upaya cuci dosa? At present, the companies aim to expand our horizons, polishing the talents & gifts, developing relevant experience & effective technology transfer; seeking to improve the well-being of the locals, to engrave positively lasting impressions & establishing infrastructures within the vicinity of the regional domains in the feasible future. 16 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 Ilustrasi: rio P erdagangan karbon muncul setelah Protokol Kyoto yang melibatkan 169 negara mengikat secara hukum di tahun 2005. Perjanjian ini mewajibkan negara industri mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) mereka seba­nyak 5,2% di bawah kadar yang mereka lepaskan pada tahun 1990 dalam kurun waktu 5 tahun (mulai 2008-2012). Setelah melalui perdebatan panjang, Protokol Kyoto menyetujui tiga mekanisme lentur untuk membantu negara industri menekan emisi, yaitu: Implementasi Bersama (Joint Implementation/JI), Perdagangan Emisi (Emission Trading/ ET) dan Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism/CDM). (Lihat Boks) Di bawah peraturan Protokol Kyoto inilah pasar karbon terbesar di dunia lahir. Secara sederhana, laju emisi gas rumah kaca yang dihasilkan, bisa diturunkan dengan cara membeli kredit karbon atau membayar proyek yang me­ ngurangi, menetralisir atau menyerap emisi gas rumah kaca, melalui lembaran sertifikat semacam surat berharga yang beredar di pasar karbon. Karbon disini merujuk kepada enam gas rumah kaca yang dianggap mempunyai peran besar dalam pema­nasan global, yaitu karbondioksida (CO), metana (CH), nitrogen oksida (NO), hidrofluorokarbon (HFCs), perfluorokarbon (PFCs) dan sulfur hexaflourida (SF6). Sejak upaya penurunan emisi gas rumah kaca menjadi kewajiban, bisnis karbon tumbuh menjadi sebuah komoditas baru yang sangat menjanjikan. Tingginya permintaan kredit karbon dari negara industri diikuti dengan tren kampanye pemanasan global yang telah menggaet Nobel dan Piala Oscar, membuat sertifikat karbon ini laris manis. Mulai dari perusahaan-perusahaan di negara Eropa yang terikat perjanjian, bank besar macam HSBC yang menyatakan diri ‘carbon neutral’ dengan mengalokasikan 7 juta dolar AS dalam pasar karbon, sampai Grup Rolling Stones yang membeli kredit secara sukarela demi menjaga image. Sebuah agen perjalanan di Inggris bahkan menciptakan kalkulator online yang bisa menghitung berapa banyak CO2 yang kita hasilkan selama perjalanan dengan pesawat. Kalkulator ini terhubung dengan salah satu pusat manajemen karbon yang menggelitik niat baik penumpang untuk meng- PT. Bumi Makmur Selaras ganti emisi mereka dengan harga 4,5 poundsterling per ton karbon. Barclays Capital, salah satu perusahaan investasi terbesar di Inggris, menyatakan bahwa perdagangan karbon bisa menjadi perdagangan terbesar di dunia dengan ET sebagai segmen tercepatnya. Transaksi mereka sudah mencapai 30 milyar dollar AS. Kini mereka menargetkan 1 triliun dollar AS dalam 10 tahun mendatang. Deutsche Bank menyatakan bahwa usaha mencegah pemanasan global sudah menjadi sebuah kesempatan investasi megatren yang menggoda. “Percaya atau tidak, pasar-pasar investasi telah diciptakan dan investasi ini akan tumbuh secara signifikan sampai 20-30 tahun yang akan datang,” kata Mark Fulton, Kepala Strategic Planning and Climate Change Strategist Deutsche Bank. Bank ini sudah menarik 6 milyar euro dalam transaksi karbon dan memprediksi transaksi sebesar 60 milyar euro per tahun akan menguasai pasar karbon Eropa di tahun 2013. Para pemain besar perdagangan karbon itu pun memancangkan kaki di Indonesia. Tapi karena Indonesia adalah negara berkembang, mekanisme perdagangan karbon ala Protokol Kyoto yang bisa diterapkan adalah melalui CDM atau Mekanisme Pembangunan Bersih (lihat boks). EcoSecurities misalnya, yang dinyatakan sebagai perusahaan carbon trading terbaik 2006, membuka kantor cabangnya di Indonesia iklan 富 域有限公司和伟丰有限公司是活跃在金属和矿物开采行业的印尼公 司。其中富域有限公司成立于2002年,伟丰有限公司成立于2004年。公司 主要从事探矿采矿,以及销售矿物等活动。公司全体职员致力于:开阔视 野;磨炼意志;积累经验提高专业技能;保障社区安宁;保持良好形象以 及社区未来的基础设施建设。 P. T. BMS. P.T. MJL. Menara Batavia, 25th floor, JL. K. H. Mas Mansyur, Kav. 126, Jakarta 10220, Indonesia Telp.: +62-21-5793 0294, Fax: +62-21-5793 0295 E-mail: [email protected] PT. Makmur Jaya Lestari Laporan Utama Xxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxx Uang yang Beredar di Pasar Karbon. Menggiurkan? 2006 Volume (Million tCO2) Voluntary OTC Offset Market 2006 Value (US$ Million) 13.4 54.9 CCX 10.3 36.1 Total Voluntary Market 23.7 91 1,101 24,357 Transaksi Pasar Kyoto EU ETS Trading Schemes2 Primary Clean Development Mechanism 450 4,813 Secondary Clean Development Mechanism 25 444 Joint Implementation 16 141 2 World Bank, State and Trends of The Carbon Market, 2007 Source: State of the Voluntary Carbon Markets 2007-Picking Up Steam 18 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 Berbagai Macam Pasar Karbon Perdagangan emisi (ET) adalah sistem tran­ saksi yang mengijinkan negara maju/industri saling membeli atau menjual kredit karbon untuk memenuhi kewajibannya. Karena terikat kewajiban dalam Protokol Kyoto, maka setiap negara maju/industri mempunyai batas total emisi GRK yang boleh dihasilkan dalam satu ta­ hun. Bila ia tidak bisa memenuhi kewajibannya, maka ia diperbolehkan membeli kredit emisi dari negara maju/industri lain. Dengan demikian total emisi gas rumah kacanya dikurangi kredit karbon yang ia beli, sehingga impas dengan kewajibannya. Sebaliknya bila berhasil menekan total emisi gas rumah kaca di bawah yang diwa­ jibkan, ia boleh menjual kelebihan kredit karbonnya itu pada negara maju/industri lain. Mekanisme ini melahirkan European Union Emission Trading Scheme (EU ETS) yang melibatkan semua negara Uni Eropa dan kini menjadi skema perdagangan emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. Kredit yang ditransaksikan disebut European Union Allowance (EUAs) dimana pada 2006 lalu sudah menghasilkan 24,357 miliar dollar AS. Ilustrasi: rio tahun lalu. “Idenya adalah memberi nilai moneter dalam usaha perbaikan lingkungan,” kata Agus P. Sari, Country Director Ecosecurities Indonesia. “Konservasi lingkungan dianggap biaya dan beban selama ini. Dengan mekanisme CDM, pengelolaan lingkungan menjadi aset berharga.” Ecosecurities bekerjasama dengan peternakan sapi Aust­ Asia Lampung Bekri. Limbah kotoran sapi dibuatkan instalasi pengolahan dengan sistem bilas ke kolam fermentasi yang diperkirakan menurunkan emisi 25.000 ton CO2e per tahun, atau setara dengan 25.000 lembar sertifikat karbon. Pemilik peternakan sudah terikat penjanjian untuk menjual sertifikat dengan harga kesepakatan. Sertifikat ini akan dijual lebih tinggi di pasar karbon oleh Ecosecurities. Saat ini sedikitnya ada 24 proyek berbasis CDM yang telah disetujui Komnas CDM dan telah diverifikasi serta divalidasi badan validator independen yang ditunjuk PBB. Proyek-proyek ini menyangkut sektor energi alternatif seperti kompor tenaga matahari yang diajukan PT. Petromat Agrotech, biogas yang diolah PT. Indotirta Suaka Bulan dari kotoran babi, listrik yang dihasilkan dari pengelolaan sampah kota Pontianak yang dilakukan PT. Gikoko Kogyo Indonesia atau proyek pembangkit listrik mikrohidro yang diinvestasikan PT. Indonesia Power dan PT. Fajar Futura. Dari proyekproyek CDM ini, Indonesia bisa meraup laba antara 81,5 juta sampai 1,26 milyar dollar AS. Indonesia juga giat melirik pasar karbon sukarela atau vo­ luntary carbon market, untuk proyek-proyek yang tidak bisa masuk ke pasar dengan skema CDM. Seperti yang dilakukan Kabupaten Manilau-Kalimantan Timur dan Yayasan Borneo Tropical Rain Forest, yang memasukkan kawasan hutan lin­dung seluas 325.041,6 hektar pada kesepakatan dengan Global Eco Rescue, dengan harga 1 euro per hektar. Kabar gembira? Tunggu dulu. Carbon trading memang menggoda. Namun perlu diingat bahwa mekanisme ini diciptakan untuk memperbaiki efek pemanasan global, bukan sekedar bisnis yang ujung-ujungnya duit, apalagi membuat diri merasa bersih setelah mencuci dosa dengan cara membayar. n Implementasi bersama (JI), mengijinkan negara maju/industri mem­ peroleh kredit karbon melalui proyek-proyek yang menurun­kan emisi gas rumah kaca, bersama negara maju/industri lainnya. Emisi yang di­ turunkan dalam JI dihitung dengan satuan Emission Reduction Unites (ERUs). Tahun 2006 lalu transaksi JI mencapai 141 juta dolar AS. Clean Development Mechanism (CDM) atau mekanisme Pemba­ ngunan Bersih, adalah transaksi ber­basis proyek yang dilakukan negara maju/industri di negara miskin/berkembang. CDM adalah satu-satunya mekanisme Protokol Kyoto yang melibatkan negara berkembang. Setiap upaya penurunan emisi yang setara dengan satu ton karbon akan diganjar satu Certified Emissions Reductions (CERs). Transaksi pertama dari pemilik kredit kepada pembeli disebut Primary CDM. Pada 2006, transaksi Primary CDM meraih 4,8 milyar dollar AS. Kredit dalam pasar Primary CDM ini sebagian dijual kembali dengan sebutan Secondary CDM. Total nilai transaksinya 444 juta dollar AS. Harga rata-rata CER tahun 2006 adalah 10,90 dolar AS per sertifikat. Selain pasar karbon yang terikat dibawah peraturan Protokol Kyoto, muncul sebuah pasar karbon lain yang dinamakan Voluntary Carbon Market atau pasar karbon sukarela. Dalam pasar kabon sukarela, pem­ beli/penjual berinisyatif membeli/menjual sertifikat kredit karbon bukan karena kewajiban, namun karena alasan-alasan lain seperti menjaga image dan kredibilitas, sebagai investasi untuk dijual kembali, strategi pemasaran, antisipasi akan peraturan di masa depan, penyelarasan perusahaan dengan agenda corporate social responsibility (CSR) atau memang ingin berpartisipasi dalam menurunkan emisi gas rumah kaca dunia. Pembeli disini bisa peme­rintah, perusahaan, organisasi, sampai perorangan. Pasar karbon sukarela dibagi menjadi dua pasar utama, yaitu The Chicago Climate Exchange (CCX) yang sifatnya su­ karela tapi mengikat dan pasar Over The Counter (OTC) atau voluntary offset market dimana sifatnya sukarela sekaligus tidak mengikat. Kredit yang beredar di pasar OTC disebut Verified Emission Reductions (VERs). Transaksi yang dihasilkan dari Voluntary Carbon Market ti­ dak bisa dianggap sepele, yaitu mencapai 91 juta dolar AS pada 2006. LaporanUtama Utama Laporan Tangkahan, Saksi Pertobatan Para Illegal Logger Seh Ukur Depari pernah dikenal sebagai penebang kayu ilegal. Ratusan ton batang kayu dari hutan Tangkahan-Sumatera Utara, rebah di tangannya. Tapi kini ia lebih dikenal sebagai aktivis Lembaga Pariwisata Tangkahan. Mewartakan pentingnya kelestarian hutan untuk mencegah pemanasan global, sekarang menjadi tujuan hidupnya. M atahari senja hampir hilang dibalik pepohonan, ketika sekelompok manusia muncul bersama lima ekor gajah dari balik hutan. Mereka baru saja menyelesaikan perjalanan tiga jam melintasi hutan Tangkahan yang terletak di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Sebuah suaka alam tropis terbesar dan terkaya di dunia yang dihuni 4000 spesies tumbuhan, mamalia, burung, ikan, amphibi hingga invertebrata, termasuk 15 jenis tanaman langka se­ perti bunga Rafflesia. Perjalanannya cukup unik. Mereka digendong oleh gajahgajah itu sambil mendengarkan celotehan informatif para ranger (pemandu hutan) dan mahout (pelatih gajah), tentang berbagai macam spesies yang mereka jumpai di perjal­anan. Siapa yang menyangka, bahwa para ranger itu dulunya Pasukan gajah berpatroli di hutan Tangkahan. 20 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 adalah para pembalak liar hutan itu. Apa yang mengubah hidup mereka? “Ceritanya cukup panjang,” tutur Seh Ukur Depari. Pria 51 tahun itu memulai kisah dengan sejarah keluarga yang sudah menjadi pembalak sejak zaman Seh Ukur kakeknya hidup. Bagi kebanyakan Depari masyarakat Desa Sungai Serdang dan Desa Namo Sialang kala itu, hidup di pinggiran hutan Tangkahan bagai hidup bersama harta karun. Berbagai macam pohon besar yang tumbuh dianggap milik Tuhan yang bebas diambil. Apalagi permintaan kayu gelondongan cukup tinggi. Bermodal gergaji, kampak, dan seekor kerbau, mereka menebang pohon-pohon besar dan memotongnya. Kerbau akan menarik kayu-kayu itu melalui jalan yang sudah disiapkan sebelumnya, untuk lalu dihanyutkan di Sungai Batang Serangan. “Bekas jalan itu sekarang menjadi rute trekking,” paparnya. Cukup lama Ukur Depari berprofesi sebagai pembalak liar. Dalam sehari ia bisa memperoleh pendapatan sebanyak Rp. 50.000,- sampai Rp. 100.000,- dari cukong-cukong yang membeli kayunya di daerah Tanjung Pura. Namun kegiatannya terhenti ketika di tahun 1986 ia tertangkap dan masuk penjara. Selama dua tahun mendekam, tabungannya ludes. Mulailah ia memikirkan masa depan ketiga anaknya. “Saya tidak ingin anak-anak mengalami apa yang saya alami.” Ia pun banyak merenungkan akibat dari perbuatannya. Akhirnya pada tahun 1989 ia bertekad mengubah desanya untuk tidak lagi hidup mengandalkan hasil membalak. “Memang mudah mendapatkan uang dari hasil membalak. Tapi berapa lama lagi hutan akan kuat menanggung kebutuhan hidup kami? Lama-lama hutan akan habis,” katanya. Bersama dengan teman sesama pembalak, Njuhang Pinem, mereka mencetuskan ide untuk membuat tempat wisata berbasis lingkungan dan mengembangkan pertanian rakyat. Ide ini memang cemerlang. Tapi bukan tanpa rintangan. Lambat laun wisata Tangkahan mulai berkembang, tapi aktivitas pembalakan tetap berjalan. Beberapa warga yang masih membalak bahkan sempat memusuhi mereka. Masalah lain juga timbul. Walaupun jumlah wisatawan yang hadir pernah mencapai 7000 orang dalam satu hari, premanisme bermunculan dan sampah bertebaran dimana-mana. Tapi Indonesia di tengah Ancaman Global masalah tidak menghentikan tekad mereka. Melalui para pemuda, dibentuklah organisasi pemuda Simalem Ranger yang bertukar informasi dan ilmu dengan mahasiswa pecinta alam. Mereka bertekad untuk belajar mengobservasi, mengkonservasi dan berlatih SAR (search and rescue). Akhirnya di tahun 2001, digelar Kongres Desa yang berhasil menyepakati Peraturan Desa untuk melarang setiap ak­tivitas eksploitasi hutan dan satwa secara illegal, sekaligus melahirkan lembaga yang mengatur pengelolaan ekowisata, yaitu Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT). Tangkahan pun berseri kembali. Hutan menghijau. Ber­ bagai fasilitas wisata dirancang. Mulai dari trekking (menyusuri) hutan, tubbing (menyusuri sungan dengan ban), kem­ ping, mengamati burung, dan lain sebagainya. Tangkahan memang berpotensi sebagai tempat wisata. Ia dibelah dua sungai jernih berwarna kehijauan. Ada sebelas air terjun, beberapa diantaranya di pinggiran sugai. Dua sumber air panas dan gua kelelawar memancing wisatawan. Pantai kupu-kupu dan bunga raflesia juga menjadi daya tarik. “Dengan ekowisata, hutan dan alam terjaga, tidak akan pernah habis. Kami juga dapat uang dari keindahan hutan,” katanya. Pada 2002, MoU dengan TNGL pun disepakati untuk menyerahkan pengelolaan 17.500 ha kawasan Tangkahan pada desa setempat. Semangat masyarakat pun bertambah ketika Fauna dan Flora Internasional (FFI), sebuah organisasi konservasi, membentuk Conservation and Response Unit (CRU). CRU membuat program dengan melibatkan masyarakat sekitar untuk ikut menjaga alam yang juga sekaligus meningkatkan kesejahteraan. Salah satu programnya adalah pelatihan gajah liar untuk mengatasi konflik gajah dan manusia yang meruncing di Sumatera. Melalui CRU, dilakukan juga pelatihan-pelatihan intensif kepada para ranger dan mahout. Pelatihan ini tidak main-main. Banyak pelatih didatangkan dari luar negeri. Bahkan dalam waktu dekat empat orang mahout akan mendapat latihan khusus di Australia. Karena itu mereka juga dibekali dengan keahlian berbahasa inggris. LPT adalah sebuah contoh nyata mengenai pengelolaan kawasan konservasi yang mengikutsertakan masyarakat. Hal ini pernah ������������������������������������������ dicanangkan Kongres Taman Nasional Dunia (World Parks Congress/WPC) Ke-5 di Durban, Afrika Selatan pada September 2003. Salah satu keputusannya adalah melibatkan masyarakat sekitar kawasan konservasi, dalam pengelolaan kawasan konservasi itu, serta memanfaatkan keberadaan kawasan konservasi untuk mengentaskan masyarakat sekitarnya dari kemiskinan. Apa yang terjadi di LPT tidak hanya membawa manfaat bagi pelestarian hutan, namun juga memajukan masyarakat sekitarnya. Wahdi Azmi dari FFI menuturkan bahwa hutan Tangkahan kembali lebat dan sehat. Konflik hewan dan manusia pun menurun. ”Kasus pembalakan liar di Tangkahan kini nol. Tidak ada sama sekali,” katanya. Masyarakat pun memperoleh manfaat ekonomis. Ukur Depari manyatakan bahwa tiap tahun jumlah wisatawan yang datang meningkat 100%. ”Di tahun 2006-2007 bahkan mencapai 200%,” se- nyumnya puas. Para pemuda juga mendapatkan kesem­patan baru dalam hidupnya. ”Bila tidak ada ekowisata, mana mungkin kami bisa dapat kesempatan belajar sampai ke luar negeri?” sambungnya. Beberapa diantara mereka bahkan memperistri wanita asing. Juni 2007 lalu, LPT dan FFI menggelar Konferensi Rakyat Pedesaan Leuser yang bertujuan membuat gelombang lahirnya gerakan ekologis nasional melalui solidaritas horisontal seluruh penduduk desa yang berbatasan dengan sumber daya alam. Dalam acara yang melibatkan perwakilan dari 60 desa sekitar TNGL ini, direkomendasikan terwujudnya kelompok masyarakat yang membantu pengamanan hutan sekaligus meningkatan pendapatan masyarakat dan memulihkan kea- Salah satu batang sisa pembalakan liar yang tak sempat diolah. rifan lokal. Target mereka pada 2009, konferensi yang sama akan melibatkan seluruh Sumatera dan menjadi contoh nyata ke seluruh Indonesia. Dengan pengelolaan partisipatif semacam ini, konservasi menjadi dambaan warga sekitar. Masyarakat yang diberdayakan secara aktif memiliki sense of belonging yang tinggi. Mereka bukan lagi sekedar penonton atau pihak yang ’diperdaya’. Dengan mengakui hak dan kepentingan mereka sebagai pemangku alam, rasa tanggung jawab muncul. Terjadilah sinergi atas kelestarian lingkungan dan peningkatan kemakmuran rakyat.�� Bila seluruh hutan Indonesia mengalami nasib baik seperti ini, pasti Indonesia tidak akan duduk di peringkat ketiga dunia sebagai penghasil emisi terbesar dari pengalihan fungsi hutan.n NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 21 Laporan Utama Indonesia di tengah Ancaman Global Salah satu pemandangan di Pejaten, Pasar Minggu-Jakarta. Usaha Rakyat Ramah Lingkungan Melakukan kegiatan ramah lingkungan ternyata tidak sulit. Beberapa diantaranya justru menhasilkan uang! foto: XS Project D uduk bertelanjang dada, dengan serius dan cekatan ia menggunakan gunting untuk membelah kemasan odol bekas. Jufri namanya, salah satu tukang potong yang bekerja untuk XSProject. Sebuah proyek bengkel kerja yang di­ rintis oleh seniwati asal Amerika bernama Ann Wizer. Bermula dari tumpukan sampah yang ia lihat di penampungan belakang rumah di bilangan Jakarta Selatan, ia menggagas ide untuk memanfaatkan limbah plastik yang tidak bisa didaur-ulang, menjadi kerajinan yang memiliki nilai seni dan nilai jual. Bengkel kerja yang berlokasi di Jl H Muhammad Naim I no.49 ini menampung sekitar 7 orang 22 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 penjahit, 3 orang tukang potong, 3 orang tukang cuci, dan seorang staf quality control. Produk-produk yang dihasilkan antara lain tas jinjing berbagai ukuran, tempat pinsil, dompet, sampai keranjang sampah. Semuanya dibuat dari limbah plastik produk rumah tangga sehari-hari, terutama dari jenis kemasan sabun cuci cair, odol, dan minuman ringan. Menurut keterangan Adityarini, salah seorang staf, bahan dasar produk XSProject dibeli dari para pemulung di penampungan sampah Cirendeu-Jakarta Selatan, dengan harga di atas harga pasar. Awalnya, Ann berinisiatif mengajak serta para produsen produk untuk turut membantu proyek usaha ramah lingkungan ini, sekaligus meningkatkan taraf hidup para pemulung. Tapi ternyata tanggapan yang ia terima tak bersahabat. Bahkan produsen minuman ringan Anak-anak para pemulung. foto: XS Project asal Jerman mengancam menuntut karena dianggap mencatut merk dagang mereka. Akhirnya ia memasarkan sendiri karya limbah plastik itu ke luar negeri, melalui galeri seni milik teman seprofesi atau pameran-pameran yang berhubungan dengan lingkungan. Tak main-main, XSProject sudah berhasil menjual 25.000 tas yang berasal dari 11,6 ton sampah. Keuntungannya? Dikembalikan kepada para pemulung dalam bentuk beasiswa, asuransi, dan lain-lain. Lain lagi usaha yang dilakukan oleh Juminta dan Sudarno Kedua orang ini sama-sama membuat bata dari limbah. Juminta dan kawan-kawan sewarga Kampung Rawa Gaga Kumpeni Kamal-Jakarta Barat, memanfaatkan lumpur selokan. Ide pemanfaatan lumpur selokan ini didapat setelah ikut pelatihan pengolahan sampah yang diadakan Pemda Jakarta Barat. Walau mereka tidak mempunyai mesin cetak, sema­ ngat mereka tak patah. Menurut Nur Rohman, Petugas dari PT Survindo yang memberi bantuan teknis, batako lumpur selokan ini tak kalah kuat dibanding batako pabrikan, dan ia berencana membantu pemasarannya. Sedangkan Sudarno membuat batako biasa yang ronggarongganya dipadatkan dengan sampah. Ia meraih penghargaan Kalpataru kategori pengabdi lingkungan atas karyanya, yang diberi nama Batem (bata dengan isi macem-macem). Proses pembuatannya terhitung sederhana. Pertama-tama sampah yang akan dimasukkan ke dalam rongga batako terlebih dahulu dicetak, kemudian dibungkus oleh campuran pasir dan semen. Jadilah bata yang kuat menahan beban hingga 2,5 ton. Padahal batako biasa hanya mampu menahan beban seberat 250 kilogram. Menurutnya ini adalah cara murah yang bermanfaat. Karena meski batem melekat pada rumah, ia menjadi tempat pembuangan sampah yang abadi dan aman. Upaya swadaya masyarakat untuk sadar lingkungan dan mengurangi pencemaran de­ngan memanfaatkan limbah rumah tangga juga dilakukan oleh warga RW 02 Jalan Asem Pejaten Indah-Pasar Ming­gu. Warga daerah tersebut secara swadaya memanfaatkan sampah basah rumah tangga seperti sisa makanan dan sayur-mayur untuk diolah menjadi kompos kering yang bermutu baik dan dimanfaatkan untuk menghijaukan lingkungan sekitar. Hasilnya lingkungan perumahan padat tersebut menjadi sangat asri dan hijau. Melewati daerah mereka, kita dibuat lupa kalau masih berada di Jakarta. Selain mengolah sampah basah/organik, warga juga mulai mencoba membuat kerajinan dari sampah anorganik. Hasil karya seperti keset dari kain perca limbah kemudian dijual. Ditengah gegap-gempitanya bisnis ramah lingkungan skala besar, seperti carbon trading, bio-fuel, bio-plastic, atau geothermal yang melibatkan uang jutaan bahkan ratusan juta dollar, usaha-usaha yang dilakukan oleh “orang biasa” ternyata bisa menjadi sesuatu yang signifkan bagi kelestarian lingkungan. Walau kelihatan sepele, hasilnya sangat nyata. Bayangkan bila semua gang di Jakarta seperti di Jalan Asem...hmmm betapa indahnya Jakarta. Apalagi pohon-pohon itu menyumbang penurunan emisi CO2 yang bisa menyebabkan pemanasan global. n NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 23 Referensi Konservasi Lahan Gambut vs Kebun Sawit Dapatkah Konservasi Lahan Gambut Jadi Lebih Menguntungkan daripada Minyak Kelapa? Rhett A. Butler dan Sarah Conway Pengamat hutan tropis, tinggal beberapa tahun di hutan Borneo Lahan Sawit yang siap ditanam. B ulan Juni lalu, Bank Dunia me­ ngeluarkan laporan yang memperingatkan bahwa peru­bahan iklim memunculkan resiko serius bagi Indonesia, termasuk kemungkinan hilangnya 2.000 pulau saat permukaan laut makin tinggi. Walau skenario ini terdengar mengerikan, beberapa mekanisme yang diusulkan untuk mengatasi perubahan iklim, terutama kredit karbon melalui penghindaran penggundulan hutan, menawarkan kesempatan unik bagi Indonesia untuk memperkuat ekonominya bersamaan dengan menerapkan kepemimpinan di dunia yang inovatif di bidang lingkungan dan politis. Kami berargumen bahwa di beberapa kasus, melestarikan ekosistem dengan kredit karbon bisa jadi lebih menguntungkan daripada menjual kelapa sawit, menghasilkan nilai pajak yang lebih tinggi bagi kekayaan Indonesia, dan pada saat yang bersamaan memberikan hasil ekonomis yang menarik bagi para investor. Sebagai tinjauan, penghindaran penggundulan hutan adalah proses dimana para pemiliknya, bisa jadi pemerintah, masyarakat, atau tuan tanah, menjual hak karbon di wilayah tertentu pada investor swasta. Investor swasta ini kemudian menjual kredit 24 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 karbon di pasar internasional kepada perusahaan-­perusahaan yang berusaha mengim­bangi emisi mereka. Penghindaran hutan gundul saat ini hanya diketahui sebagai skema pengurangan emisi sukarela (voluntary emission re­duction/VER), namun diharapkan konsep ini akan diterapkan pada pertemuan PBB mengenai iklim (COP-13) di bulan Desember di Bali, terutama jika proyek pembuktian konsep menunjukkan tanda-tanda keberhasilan. Berkat hampir dari 20 juta hektar dari rawa lahan gambut yang dimi­ likinya, Indonesia mempunyai posisi yang baik untuk menimbun mekanisme pertumbuhan kredit karbon di masa datang. Bahkan, pengubahan, penge­ ringan, dan pembakaran lahan-lahan gambut saat ini (seringkali dilakukan saat membuat perkebunan kelapa sawit) diperkirakan oleh Wetlands International, sebuah LSM Belanda, akan melepaskan 2 miliar ton karbon ke atmosfer setiap tahunnya. Ini seban­ ding dengan 8 persen dari emisi karbon manusia secara global, dan ini adalah penyebab kenapa Indonesia menjadi pembuang emisi karbon ketiga terbesar di dunia setelah Cina dan AS. Walau kebijakan konvensional me­ngatakan bahwa mengubah lahan gambut menjadi kelapa sawit ini adalah cara ekonomis terbaik untuk menggunakan lahan tersebut, analisa kami menunjukkan bahwa kredit karbon dapat menyediakan investasi jangka panjang yang lebih baik bagi bisnis dan pemerintahan Indonesia. Bahkan, memperlambat penggundulan hutan dan melindungi ekosistem kaya karbon tak hanya akan member kesempatan Indonesia untuk menerima milyaran dollar per tahun melalui pasar karbon, namun itu juga akan menurunkan resiko terbukanya negara Indonesia pada fluktuasi harga kelapa sawit, dan juga resiko potensial dari serangan balik Eropa terhadap kelapa sawit sebagai biofuel. Kita akan melihat lebih dekat pada kemungkinan-kemungkinan ini, menggunakan contoh spesifik dari lahan gambut di Kalimantan Tengah. KALIMANTAN TENGAH Beberapa daerah lebih cocok untuk proyek finansial karbon dibandingkan Kalimantan Tengah, yang mempu­nyai 3 juta hektar lahan gambut yang menyimpan 6,3 gigaton karbon. Untuk mengilustrasikan potensi ekonomi dari kredit karbon dengan kelapa sawit, kita mengkomparasi nilai uang sekarang (net present value – NPV) dari 1.000 hektar perkebunan kelapa sawit standar dengan 1.000 hektar rawa gambut yang dilindungi atas nilai karbonnya. Asumsi perkebunan kelapa sawit: • • • Biaya $2.700 per hektar untuk pemba­­ngun- an perkebunan baru, dibayar pada 10% (figur tercetak) Hasil rata-rata dari 4,8 ton kelapa sawit per ha selama 25 tahun (IOPRI/ICRAF) Harga sawit $750 per ton persegi (harga sekarang) • Pemasukan bersih 30% (figur tercetak) • Pajak 7%, diskon 16% Asumsi pelestarian lahan gambut untuk kredit karbon: • • • • • • • Biaya manajemen 10% Pencegahan emisi karbon yang sebanding untuk kelapa sawit: 100 ton per ha untuk pembukaan hutan; 27 ton per tahun di tahun selanjutnya Kredit karbon berdasar pada raata-rata nilai pasar dunia 2006 EU ETS Trading Scheme ($22.12) Secondary Clean Development Mechanism ($17.76) Laporan The State of the Voluntary Markets yang dikeluarkan bulan lalu oleh Ecosys- tem Marketplace and New Carbon Finance ($14.00) Pajak 7% HASIL UNTUK BISNIS Hasil kami menunjukkan bahwa melestarikan lahan untuk nilai karbonnya, berharga lebih dari kelapa sawit, untuk harga karbon saat ini di pasar: $9,99 juta untuk EU ETS Trading Scheme, $8,02 juta untuk Secondary Clean Development Mechanism, dan $6,32 juta untuk laporan State of the Voluntary Markets. Ini dibandingkan dengan $6,58 juta pemasukan bersih selama masa 25 tahun perkebunan kelapa sawit. Bahkan jika harga kelapa sawit naik hingga $1.000 per ton persegi, pemasukan bersih tetap akan kurang dari harga ETS saat ini. sekarang dari pendapatan pajak bagi pemerintah Indonesia berkisar dari $476.000 hingga $752.000, sementara perkebunan kelapa sawit menghasilkan $495.000. Bahkan, contoh tersebut menunjukkan bahwa pada beberapa harga karbon, pemerintah Indonesia dapat mengenakan nilai pajak yang sedikit lebih tinggi pada kredit karbon dibandingkan dengan kelapa sawit, dan bisnis di Indonesia tetap lebih baik secara finansial daripada jika mereka bergantung pada kelapa sawit. Hasil dibawah ini menunjukkan bahwa kredit karbon menawarkan potensi ekonomi yang besar dengan investasi yang rendah bagi Kalimantan Tengah. Lebih lanjut lagi, pengganti kerugian dari karbon ini bisa diterapkan pada daerah manapun di Indonesia yang memiliki lahan gambut dan hutan yang utuh. Pengembangan ini bisa membuat konservasi menjadi menguntungkan di Indonesia, sebuah langkah pen­ting dalam melindungi lingkungan dan keanekaragaman hayati. Dengan besarnya kemungkinan untuk menjadi pasar karbon nantinya, para pemilik lahan seharusnya memberikan pertimbangan serius mengenai nilainilai karbon saat memutuskan penggunaan lahannya. Walau kelapa sawit dapat dan akan terus berperan penting dalam ekonomi, penggantian kerugian karbon menawarkan mekanisme untuk mendukung dan memberikan variasi pada terbukanya finansial Indonesia, sementara pada saat yang bersamaan juga meminimalisir jejak negatif me­ reka pada lingkungan. n Net present value (NPV): Perkebunan Minyak Sawit vs Hutan Gambut di indonesia. Pendapatan dari produksi minyak sawit vs pelestarian lahan gambut untuk carbon offset $ 14 $ 12 $ 10 $8 Nilai 3 hektar Perkebunan Minyak Sawit (NPV, US$1000) Karbon: $22.12/t (2006 harga EU ETS) Minyak sawit: $750/t (harga terkini) $6 HASIL UNTUK PEMERINTAHAN Kredit karbon juga menghasilkan pendapatan pajak yang lebih besar bagi keuangan Indonesia, lebih dari kelapa sawit, terutama dengan adanya laporan bahwa 90% dari perkebunan nasional tidak membayar pajaknya dengan utuh (Jakarta Post, 14 Agustus 2007). Pada 7 persen nilai pajak untuk karbon, harga Nilai 1 hektar hutan pelestarian gambut untuk kredit karbon (NPV, US$1000) Minyak sawit: $1000/t Karbon: $14.00/t (2007 laporan SVM) $4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 tingkat bunga 10% ; tingkat potongan tunai 15% Minyak sawit: $500/t (harga thn 2006) $2 0 ASUMSI 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Minyak Sawit 24 25 set-up coat $2700, batas profil 40% ; hasil rata-rata atas (Above average yield) 53 t/ha selama 25 tahun Hutan gambut 10% biaya manajemen; 100 t/ha kredit awal; 27 t/ha/thn hasil berikutnya $(2) NPV dari 1000ha (2500 akre) rawa gambut vs perkebunan minyak sawit. Grafik menunjukkan efek minyak sawit pada berbagai harga dan rancangan perdagangan karbon yang berbeda. Asumsi: 15% tingkat potongan/10% tingkat bunga; Tahun 1: 100 ton Karbon/hektar, 27 ton karbon/hektar (=100 tCO2e/ha) pada tahun berikutnya; hasil rata-rata tengah minyak sawit 5.3 ton per hektar selam periode lebih dari 25 tahun. Kalkulasi dan grafik oleh Rhett A. Butler. Catatan mengenai pembaca yang diharapkan pada artikel ini. Artikel ini ditujukan kepada masyarakat bisnis di Indonesia.Terutama bagi perusahaan yang telah memiliki lahan hutan dan sedang mempertimbangkan untuk membukanya demi kelapa sawit. Dimana, fokusnya adalah keuntungan. Jika melihat keuntungan yang lebih luas dari pembayaran karbon, lebih baik menggunakan pendapatan total dibandingkan dengan pendapatan bersih, seperti menggabungkan beberapa dari pelayanan ekosistem lain yang dihasilkan oleh hutan yang utuh. Komponen penting dalam pembayaran karbon ini adalah memastikan ini semua terstruktur agar masyarakat lokal dapat mendapatkan keuntungan finansial, terutama melalui tenaga kerja. Pada lahan milik pemerintah dan masyarakat, pembayaran karbon dapat digunakan untuk membiayai inisiatif-inisiatif bagi pembangunan yang berkelanjutan, seperti menanam tanaman yang menghasilkan pada lahan gundul atau reboisasi hutan. Penduduk lokal dapat terus mendapatkan hasil dari wilayah hutan (mungkin dengan mengambil hasil kayu, berburu, dan hasil-hasil produk hutan seperti rotan, buah-buahan, dan kacang-kacangan – yang tidak untuk dijual) tanpa menurunkan nilai karbon dari lahan tersebut. Lebih lanjut, beberapa wilayah mungkin dapat dijadikan eko-turisme. Seluruh inisiatif tersebut akan dibiayai oleh pemasukan dari pengganti kerugian karbon. Pengganti kerugian karbon nantinya mungkin akan memberikan penawaran pada daerah-daerah yang dilindungi untuk dapat mencari kompensasi untuk nilai karbon mereka. Walau kompensasi tersebut akan disediakan dengan harga “penghindaran penggundulan hutan”, itu masih meningkatkan prospek bahwa taman suaka dapat berlanjut secara mandiri dari sebuah titik ekonomis. www.mongabay.com Rhett A. Butler - San Francisco, CA. 2000-2007. NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 25 Opini Kolase Opini Ayo Merayu Alam Eka Budianta Konsultan Jababeka Botanic Gardens, alumnus Leadership for Enviroment And Development (LEAD ­International), pemenang hadiah Ashoka. S ejak 20 tahun terakhir, Indonesia dan banyak negara lain ikut merayakan tanggal 22 April sebagai Hari Bumi. Tanggal itu sebenarnya adalah hari ulang tahun Julius Sterling Morton, tokoh pertanian Amerika yang mencanangkan Hari Pohon. ��������������������������������������������� Pertama kali diadakan pada1872 di Nebraska. Satu juta batang pohon berhasil ditanam pada suatu hari. Sekarang, Indonesia ikut-ikutan dengan program sejuta pohon. Tidak puas dengan sejuta pohon, Menteri Kehutanan, M. S. Kaban menyatakan merehabilitasi sejuta hektar lahan. Hal itu penting untuk menangani 59 juta hektar hutan tropis kita diakui rusak, akibat pembalakan, kebakaran, atau alih fungsi jadi kebon, ladang, bahkan perumahan. Kalau satu tahun bisa merehabilitasi satu juta hektar, Indonesia perlu 59 tahun untuk memulihkan seluruhnya. Itulah kerja keras yang harus dilakukan sekuat tenaga, mulai dari kita sekarang hingga cucu dan cicit kita. Mengapa hutan perlu dipulihkan? Jawaban singkat: karena hutan adalah rumah kita. Kalau hutan rusak, rumah kita juga kacau. Artinya pasokan air terganggu, kualitas udara memburuk, cadangan pangan berkurang, iklim memanas, bencana banjir, tanah longsor, kelaparan dan kekeringan mengancam. Pada awal Desember 2007, diperhitungkan 15.000 orang akan datang ke Bali untuk membahas masalah perubahan iklim ini. Di antara peserta konferensi “para pihak” yang berkepentingan itu ada 100-an menteri lingkungan hidup, 20-an menteri perdagangan, dan 15-an menteri keuangan. Berapa menteri kehutanan dan pertanian yang hadir? Mungkin banyak juga. Yang jelas, bukan hanya Menteri lingkungan Rachmat Witoelar, Memperindag Marie Pangestu, dan Menkeu Sri Mulyani juga bakal sibuk. Semua ingin membuktikan Indonesia serius merayu alam. Menteri Kehutanan M.S. Kaban menerang-jelaskan Kampanye Indonesia Menanam (KIM). Di berbagai penjuru Indonesia, berjuta-juta pohon ditanam pada musim hujan ini. Sengon, pinus, jati, bakau, dan bermacam buah-buahan akan dikerahkan untuk mengatasi akibat perubahan iklim. Ternyata, kalau air laut pasang, hanya bakau, nipah dan hutan kelapa yang dapat melindungi daratan. Demikian juga kalau suhu di daratan naik dan angin mengganas. Hanya pohon yang dapat menjadi penangkis, pemecah angin, sekaligus pelindung berbagai kehidupan. ������������� Pohon adalah sumber makanan, pengatur suhu (thermo regulator), dan yang paling penting: penghasil oksigen untuk nafas manusia 26 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 dan mahluk lainnya. Udara adalah substansi paling merdeka. ������������ Maka, kalau terjadi perubahan pada iklim, udara yang membungkus permukaan planet kelahiran kita paling terkena akibatnya. Padahal udara menyebarkan benih jamur dan bunga. Bahkan telur-telur ikan mujahir yang menguap bersama air danau di Afrika dibawa angin, terbang ke Asia dan turun bersama hujan di Pulau Jawa. Boleh saja dicemaskan, betapa dahsyatnya pengaruh udara. Terlebih setelah para ilmuwan menengarai bahwa absorbsi karbon dioksida (CO2) oleh samudera Atlantik ter­ nyata sebesar yang diharapkan. Biasanya berbagai racun yang terkandung di udara segera dinetralisir oleh laut dan hutan. Tetapi kemampuan laut menghisap zat asam arang menurun cukup besar selama 10 tahun terakhir. Belum ada ramalan, apalagi perhitungan, bagaimana komposisi udara kita akibat perubahan iklim. Tetapi yang jelas, kualitas air dan udara di berbagai tempat telah merosot. Akibatnya, kita tahu, berbagai pola bisnis telah ikut berubah. Di Amerika, premi asuransi untuk rumah di tepi pantai melejit, atau ditiadakan. Tanggungan resiko untuk bangunan yang menghadap ke laut dianggap terlalu mengkhawatirkan. Padahal dulu orang berlomba membuat rumah di tepi pantai. Di Indonesia pun masih demam “water front city” –sebelum terusik oleh kemungkinan naiknya permukaan laut. Sudah jelas bahwa kita meniru pola hidup modern yang dimotori oleh bangsa Amerika. Termasuk pola konsumsi listrik, barang-barang tambang (terutama nickel untuk baja nirkarat–stainless steel), kegemaran bermobil di jalan tol dan terbang. Jadi, kalau ternyata pembangunan yang eksploratif, lapar lahan dan boros energi, mengantar kita pada penderitaan Ibu Pertiwi, kita pun telah siap dengan pencegahnya. Gerakan menanam sejuta pohon pun kita contek dari sana, yang telah berjalan sejak 1872 di Nebraska. Berbagai inovasi yang mengarahkan hidup lebih ramah lingkungan juga kita impor dan pelajari dari seluruh dunia. Lebih dari itu, kita berdoa semoga perubahan iklim tidak bersifat permanen. Semoga hanya sementara. Menanam pohon, baru satu upaya kecil untuk merayu alam. Kita masih harus berlatih keras untuk menghemat energi, dan membatasi konsumsi mineral, kertas, plastik, serta bermacam sumber energi maupun pangan.n Tentang INTI Perhimpunan INTI adalah organisasi massa yang bersifat kebangsaan sesuai semangat Mukadimah UUD 1945, bebas, egaliter, pluralis, inklusif, demokratis, tidak bernaung atau mengikatkan diri kepada salah satu partai politik dan terbuka bagi semua Warga Negara Indonesia yang setuju pada AD-ART Perhimpunan INTI. Tujuan didirikannya Perhimpunan INTI adalah untuk menjadi organisasi yang maju, modern, bercitra internasional, berorientasi pada Kebangsaan Indonesia, menghargai hak asasi manusia, egaliter, pluralis, inklusif, demokratis, dan transparan untuk berperan aktif dalam dinamika proses pembangunan bangsa (nation building), antara lain menyelesaikan “Masalah Tionghoa di Indonesia”, sebagai warisan sejarah masa lalu, menuju terwujudnya Kebangsaan Indonesia yang kokoh, rukun bersatu dalam keharmonisan, bhinneka, saling menghargai, dan saling percaya. Berbekal kesadaran penuh bahwa Masalah Tionghoa di Indonesia merupakan warisan sejarah kolonial yang telah membebani perjalanan sejarah bangsa Indonesia selama ini, Perhimpunan INTI yang didirikan pada tanggal 5 Februari 1999 di Jakarta, berkeyakinan bahwa pengikutsertaan seluruh WNI beretnis Tionghoa secara menyeluruh, bulat, dan utuh ke dalam dinamika kehidupan berbangsa Indonesia, adalah syarat mutlak penyelesaian masalah Tionghoa di Indonesia. VISI Menyelesaikan masalah Tionghoa di Indonesia, haruslah dengan cara mengikutsertakan secara menyeluruh, bulat, dan utuh seluruh WNI beretnis Tionghoa sebagai komponen bangsa, ke dalam arus besar pembangunan kembali bangsa di segala bidang (aspek) kehidupan berbangsa dan bernegara, menuju Indonesia Baru yang makin unggul dan kompetitif, di dalam dunia yang makin mengglobal. MISI Mempersatukan, membina, mengembangkan, dan mengarahkan seluruh potensi WNI beretnis Tionghoa di Indonesia menjadi komponen Bangsa Indonesia yang diterima secara tulus serta mengabdi secara total pada pembangunan Nusa dan Bangsa Indonesia. Sebuah Catatan Di Akhir Tahun K alau kita amati perjalanan Suara Baru selama setahun ini, bolehlah kalau kita sedikit merasa puas. Kalau ada 5 (lima) ukuran atau tingkatan sukses untuk sebuah media (massa), maka seti­daknya Suara Baru boleh dikatakan telah mencapai sukses tingkatan kedua. Sukses tingkatan pertama terbit dalam kualitas baik dan berkala. Sukses tingkatan kedua mandiri secara ekonomi untuk ukuran tingkatannya. Bagaimana dengan tahun 2008? Mari kita doakan Suara Baru bisa menapak sukses ke tingkatan ketiga, dalam arti topik bahasannya lebih berkualitas dan mampu menyajikan sesuatu yang baru, atau setidaknya dengan sudut pandang baru atau berbeda dibanding majalah atau media (massa) lainnya. Apakah hal ini bisa diwujudkan? Dengan semakin luasnya jaringan dan sumber daya INTI, rasanya ini bukan impian di siang hari bolong. Redaksi tinggal memanfaatkan secara optimal narasumber-narasumber yang dipunyai. Meski belum menjadi target 2008, tidak ada salahnya kalau kita juga tahu sukses tingkatan keempat dan kelima. Bila Suara Baru mampu bersaing dijual bebas di pasaran dan bisa hidup sebagaimana layaknya media massa yang otonom, maka bolehlah disebut sudah mencapai sukses tingkatan keempat. Lebih jauh lagi kalau bisa mempengaruhi pola pikir dan benak pembacanya. Ini bisa disebut sukses di tingkatan paling tinggi. Apakah mungkin? Dunia ini selalu memberi kesempatan kepada orang-orang yang tak kenal menyerah. Tapi pembaca yang budiman, Suara Baru tidak mau bermimpi terlalu jauh dulu. Sementara cukup bicara agenda 2008. Mari kita canangkan langkah bersama menuju sukses tingkatan ketiga. Redaksi dan jajarannya siap, selama Anda semua siap membantu mensukseskan misi bersama itu. Sambil mengucap selamat tinggal tahun 2007, mari kita songsong bersama fajar tahun 2008 yang penuh harapan. Selamat Tahun Baru 2008: Sehat, sukses dan sejahtera. Budi S. Tanuwibowo Sekretaris Jenderal Perhimpunan INTI NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 27 Denyut INTI 8 Pekan soalan yang dihadapi warga etnis Tionghoa untuk turut serta dalam pembangunan bangsa Indonesia dengan masyarakat dari etnis lainnya. Sedangkan Ketua INTI Sumsel terpilih, Yusuf Masawan dalam sambutannya mengatakan bahwa tugas awal yang akan dijalankan adalah bekerjasama dengan paguyuban dan organisasi Tionghoa yang ada untuk dalam pembangunan kebersamaan. Ia juga menyatakan mendukung visi-misi INTI sepenuhnya agar dapat dilaksanakan secara nyata. “Kita harus mengutamakan persatuan dan kesatuan serta bergandengan tangan untuk menjadikan bangsa Indonesia semakin maju,” himbaunya. Pataka INTI Berkibar di Sumsel Pataka merah dengan logo kipas putih berkibar, menandakan pengukuhan berdirinya Pengurus Daerah Perhimpunan Indonesia Tionghoa Sumatera Selatan (PD INTI Sumsel). Kibaran pataka tersebut diharapkan akan memberi angin segar kepada kemajuan usaha mencapai kesetaraan bagi warga etnis Tionghoa khususnya dan seluruh masyarakat Sumatera Selatan pada umumnya. Pelantikan dan peresmian ini dilaksanakan 9 Oktober 2007 lalu, bertempat di Ballroom Hotel Aston Palembang. ­Pe­ngukuhan dilakukan oleh Ketua Umum INTI Pusat, ­Rachman Hakim yang datang ke Palembang bersama jajaran ­pe­ngurus pusat lainnya yang terdiri dari: Wakil Ketua Umum, Teddy Sugianto; Bendahara Umum, Kuncoro Wibowo; Wakil Sekretaris Jendral, Ulung Rusman; Ketua Departemen, Ronald Sjarif dan Dr. Lie A. Dharmawan; Ketua INTI DKI Jakarta, Benny G. Setiono; Ketua PC INTI Jakarta Barat yang juga penanggung jawab Departemen Hukum, Lorenz Gunadi SH; dan anggota pengurus Muliawan Jahja. Sebelum acara utama, digelar pertemuan pendahuluan di Lotus Room, bertempat di hotel yang sama. Dalam acara tersebut Lorenz Gunadi menerangkan bahwa INTI adalah sebuah organisasi berbadan hukum resmi. Ini adalah sebuah nilai lebih karena hal dapat 28 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 mencegah pertikaian tentang aset organisasi, yang biasa terjadi pada perkumpulan yang tak berbadan hukum. Dalam kesempatan yang sama, Kuncoro Wibowo menjelaskan adanya audit transparan, sehingga jalur keuangan orga­ nisasi menjadi jelas dan terhindar dari preseden buruk. Sementara itu Benny G Setiono menegaskan bahwa ke­ giatan INTI tidak akan berbenturan dengan kegiatan orga­ nisasi atau paguyuban Tionghoa yang lain. INTI justru ingin bergandengan tangan dengan semua organisasi dan pagu­ yuban yang ada, demi kebaikan bersama. Peresmian dan Pelantikan Suasana khidmat menaungi ruangan ballroom seiring berdirinya seluruh hadirin untuk melantunkan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” sebagai awal acara. Setelah itu dilakukan pembacaan surat keputusan Pengurus INTI Pusat No.0033/PP/INTI PUSAT yang mengukuhkan berdirinya PD INTI Sumsel sebagai PD ke-12 dan menetapkan tokoh lokal terpilih, Yusuf Masawan sebagi Ketua PD INTI Sumsel. Dalam pidato sambutannya, Rachman Halim selaku Ketua Umum INTI mengatakan bahwa Kepengurusan INTI Sumsel adalah salah satu dari 52 cabang INTI yang telah terbentuk dan semuanya memiliki misi yang sama, yaitu mengatasi per- Seminar Organisasi Tionghoa Setelah pengukuhan kepengurusan, malam itu INTI Sumsel langsung menggelar seminar bertajuk “Peranan Organisasi Tionghoa di Indonesia” dengan nara sumber bereputasi, yaitu: pakar ekonomi Faisal Basri, Anggota Komnas HAM Stanley Prasetyo, dan Peneliti LIPI Thung Ju lan. Dari Perhimpunan INTI Benny G. Setiono dan Rachman Hakim juga menjadi nara sumber. Bertindak sebagai moderator adalah Lorenz Gunadi. Seminar ini membahas peranan organisasi Tionghoa dalam bidang sosial dan ekonomi kerakyatan. Para narasumber membeberkan fakta dan solusi yang berkaitan dengan hal tersebut. Faisal Basri mengangkat ketimpangan antara baiknya indikator pertumbuhan ekonomi Indonesia - seperti ca­dangan devisa dan indeks saham gabungan - dengan kenyataan bahwa keadaan rakyat kebanyakan yang tak tampak membaik. “Yang tumbuh adalah sektor-sektor yang kebetulan tak menyerap banyak tenaga kerja,” paparnya. Untuk menjembatani hal tersebut ia menyarankan pemberdayaan keragaman yang terdapat dalam masyarakat sehingga semua elemen termasuk organisasi Tionghoa untuk dapat bekerjasama. Sementara Stanley Prasetyo menyoroti belum berhasilnya pembangunan sistem demokrasi di Indonesia. Menurutnya, di titik dimana negara kita belum punya pemimpin yang memikirkan kepentingan rakyat banyak dan indeks pem­ bangunan manusia kita yang cukup rendah, yaitu urutan 104 dari sekitar 170 negara. Warga etnis Tionghoa sebaiknya turut berperan aktif dalam saluran demokrasi apapun yang dapat membantu memecahkan persoalan kebangsaan. Peneliti LIPI Thung Ju Lan mengetengahkan perlunya keikutsertaan masyarakat dalam mengatasi permasalahan bangsa. “Jangan hanya mengandalkan pemerintah saja...” katanya. Mengembangkan nilai-nilai yang dimi­ liki etnis Tionghoa seperti etika dan keuletan dalam kehidupan bermasyarakat juga merupakan peran. Benny G Setiono mengajak warga etnis Tionghoa untuk turun ke akar rumput dan meningkatkan kekedulian kepada rakyat kecil. Ia mengatakan, “Perlidungan (dari kejadian seperti Mei 1998) bukan datang dari penguasa, penguasa boleh berganti-ganti, tapi perlindungan akan datang dari sesama masyarakat Indonesia.” Ketua Terpilih Ada kejutan terselip di sela acara resmi pelantikan. Hari itu ternyata bertepatan dengan ulang tahun ke-61 Ketua PD Sumsel terpilih, Yusuf Masawan. Pria yang dikenal religius ini terkejut sekaligus bahagia ketika kue ulang tahun dibawa ke tengah acara pelantikan diiringi lagu “Happy Birthday” dari segenap hadirin dan anggota keluarga. Yusuf Masawan, suami dari Julia Susanti, lahir di Palembang tahun 1946. Mengenyam pendidikan menengah di Palembang Chinese School dan pendidikan tinggi di Sun Yat Sen University, Guang Zhou. Ia gemar berorganisasi. Selain di Perhimpunan INTI ia juga tercatat sebagai anggota atau penasehat di organisasi dan paguyuban Tionghoa di Palembang. Dia juga menjabat sebagai Ketua I Komisi Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Palembang. Ayah empat anak ini mempunyai moto hidup, “Kantong boleh kosong, tapi semangat tidak boleh miskin”. Inilah yang mengantarnya menjadi salah satu figur sukses di Palembang. Tempaan hidup dan pelajaran dari kegagalan telah mengantarnya dari seorang salesman toko eceran menjadi pengusaha besar pemilik bisnis ritel JM (Julia-Masawan) yang diambil dari inisial namanya dan istrinya. Selain pelantikan dan seminar, juga ada pameran buku berbahasa Mandarin. Hasil penjualannya disumbangkan kepada Yayasan Sosial Sukamaju yang mengelola sebuah panti jompo. Keseluruhan acara ditutup dengan pembagian doorprize berupa sepeda motor dan peralatan rumah tangga yang diserahkan secara langsung oleh Rachman Hakim dan Yusuf Masawan. n Susunan Kepengurusan INTI Sumsel Ketua Kehormatan: Dewan Penasehat: Ketua Pembina: Ketua: Wakil Ketua: Sekretaris: Bendahara: Anggota: Suryanto, Rachmad Chandra Koko Gunawan, Indra Mulyawan, Wilson Sutatio, Chandra Husein, Ahmad Tolip, H Herryanto, Johny Prima, Sukendro, Moesa, Kiman Toha, Hadi Lukito, Arifin Ham, Korius Hinuardi Sengman Tjahja, Judi timodius, Arifin Kusuma Yusuf Masawan Hendry Kushadi, Wiet Sagito, Fahidin Bunyamin Herry Timodius, Melisa Herman Tjahja, Rinawati Wandra Adam Sautin, Anang Kosim, Dr Nico, Merryanti Timodius, Hasei Suyanto, Lie Suy Kiauw, Roslana Timodius, Rita Amsan, Robin Cahyadi. NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 29 Denyut INTI 8 Pekan Bedah Buku “Filosofi Kuno dan Manajemen Modern” PUSAT Ketua Umum Perhimpunan INTI, Rachman Hakim rapat bersama beberapa Ketua Pengurus Pusat INTI dan tokoh-tokoh delegasi World Eminence Business Chinese Association. RAPAT PERSIAPAN “Kegiatan Kunjungan 500 Pengusaha Tionghoa Terbesar Dunia ke Indonesia” Jelang diadakannya kegiatan Kunjungan 500 Pengusaha Tionghoa Terbesar Dunia ke Indonesia, yang menurut rencana akan digelar pada 13-15 Januari 2008, diadakan rapat persiapan untuk koordinasi. ������������������������������� Rapat tersebut diselenggarakan di convention room sekretariat INTI Pusat, Mega Glodok Kemayoran pada 4 Oktober 2007. Hadir pada rapat tersebut Ketua INTI Pusat Rachman Hakim beserta pengurus INTI dan tokoh Tionghoa lainnya seperti Benny G Setiono, Abdul Alek, Kho Sian Kauw, Djamsu Papan, Jotje Wantah, Kuncoro Wibowo, Nancy Widjaja, Su­djono Barak Rimba, Sudjianto, Ulung Rusman, Untung Krishna Wijaya, dan beberapa tokoh lainnya. Dalam rapat tersebut Rachman Hakim mengharapkan dukungan dan kerjasama semua pihak untuk mensukseskan pelaksanaan Kegiatan Kunjungan 500 Pengusaha Terbesar Dunia ke Indonesia nanti. Pada tanggal 8 September 2007 Perhimpunan INTI menggelar bedah buku karya Dr. Mochtar Riyadi berjudul “Filosofi Kuno dan Manajemen Modern”. Acara diadakan di sekretariat INTI Pusat, Superblok Mega Glodok kemayoran, Jakarta. Bertindak sebagai komentator adalah pengusaha Idris Sutarji dan Akie Setiawan, yang dimoderatori ketua penasihat harian umum berbahasa Mandarin, Guo Ji Re Bao, Ted Sioeng. Dipaparkan bahwa filosofi Tiongkok kuno sarat makna dan bermanfaat dalam berbagai bidang usaha, serta dapat diterapkan dalam zaman dan generasi manapun. Ketua Umum INTI Rachman Hakim menyerahkan kenangkenangan kepada Dr. Mochtar Riyadi Pertemuan dengan Delegasi Shanghai Municipal Health Bureau KerjaSAMA yang terjalin baik oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia-RRC tidak hanya berkutat dibidang ekonomi dan bisnis. Bidang kesehatan juga menjadi salah satu perhatian. Hal ini ditunjukkan dengan kunjungan delegasi Shanghai Municipal Health Bureau yang dipimpin Dr. Ji Wei Ping ke RS. POLRI pada 4 September 2007 yang lalu. Kunjungan ini diprakarsai oleh Prof. Yenni Thamrin, yang ditujukan untuk mengadakan kerjasama dalam bidang pendidikan dan pelatihan ilmu pengobatan tradisional. Ketua Umum INTI Rachman Hakim dan Wakil Ketua Umum, Teddy Sugianto turut hadir dalam acara tersebut. Standarisasi Metode Bahasa Mandarin Zhang Wei Chao memberikan cinderamata berupa tulisan kaligrafi kepada Wakil Ketua Umum Perhimpunan INTI, Teddy Sugianto disaksikan (ki-ka) Akie Setiawan, Rachman Hakim dan Sumadi Kusuma. Perkembangan bahasa Mandarin di Indonesia menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian INTI. Berlandaskan hal itu, ketika Chinese Language Education Foundation dari Beijing mengadakan kunjungan ke Indonesia, INTI melakukan dengar pendapat secara informal di restoran Nelayan-Ancol, 6 September 2007. Dalam kesempatan ini Ketua INTI Rachman hakim ­me­ngajukan saran mengenai standarisasi metode pengajaran bahasa Mandarin. Bertolak dari pertemuan ini diharapkan akan ada pembahasan lebih mendalam tentang standarisasi metode pengajaran dikemudian hari. BAWAH: Wakil Sekretaris Jendral Perhimpunan INTI, Ulung Rusman membacakan Ikrar Kaum Muda bersama Rieke Dyah Pitaloka. Pengurus INTI Ikut Serta dalam Ikrar Kaum Muda Sejumlah pengurus INTI ambil bagian dalam Ikrar Kaum Muda yang diselenggarakan Pergerakan Kaum Muda Indonesia di gedung Arsip Nasional-Jakarta pada 28 Oktober 2007. Hadir Sekretaris Jendral INTI, Budi S. Tanuwibowo disertai Dr. Lie A. Dharmawan, Benny G Setiono, Ulung Rusman dan beberapa anggota Tim Kesehatan INTI. Acara juga dihadiri sejumlah tokoh nasional seperti Faisal Basri, Sukardi Rinakit, Mudji Sutrisno SJ, Thung Ju Lan, Rm. Sandiawan Sumardi SJ, Olga Lidya, Franky Sahilatua, Yudi Latif, dan lain-lain. Dalam sambutannya, Budi S. Tanuwibowo menekankan pentingnya keterlibatan kaum muda secara terus-menerus dalam mengisi kemerdekaan dan pembangunan bangsa. 30 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 Ketua Umum INTI Rachman Hakim menyerahkan tanda mata kepada Prof. Yenny Thamrin. Delegasi Shanghai Municipal Health Bureau di bawah pimpinan Prof. Dr. Ji Wei Ping berfoto bersama Brigjen Pol Dr Eddy Saparwoko, Atase Gong Xun, Prof. Yenny Thamrin dan sejumlah tokoh Tionghoa lainnya Wajah-Wajah Baru Pendirian Departemen Perdagangan akan Perkuat & Industri Perhimpunan INTI Kepengurusan INTI Pusat pengurus Pusat Perhimpunan INTI akan segera meresmikan pendirian SEJUMlah wajah baru akan menambah kepengungusan INTI Pusat. Mereka adalah tokoh masyarakat Tionghoa, tokoh nasional dan beberapa simpatisan yang sudah aktif dalam kegiatan INTI selama ini. Acara sambutan yang dirangkai dengan pelantikan direncanakan akan digelar pada Desember 2007. Dalam acara ini juga akan diperkenalkan Klinik Kesehatan INTI yang segera akan beroperasi di daerah Bojong, Tangerang dan juga pendirian Departemen Perdagangan dan Industri Perhimpunan INTI. Departemen Perdagangan dan Industri Perhimpunan INTI. Departemen ini berada di bawah wewenang Bidang Keuangan dan Pengembangan Bisnis. Pendirian departemen ini ditujukan sebagai wadah informasi seluruh potensi bisnis dan ekonomi anggota INTI. Akan mengidentifikasi berbagai peluang usaha yang akan digarap secara profesional, dengan hasil keuntungan didonasikan untuk kegiatan operasional INTI. Perhimpunan INTI Resmi Menjadi Badan Hukum Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor C-11.HT.01.03.TH.2007. tanggal 09 Februari 2007, telah mensahkan Perhimpunan INTI sebagai sebuah badan hukum. NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 31 Denyut INTI 8 Pekan BOGOR Mandarin Night Live RRI-INTI BALI BERTEPATAN dengan peringatan ulang tahun RRI ke62, INTI Bogor mengisi acara Mandarin Night Live yang menjadi pembuka dari rangkaian panggung publik Radio Republik Indonesia (RRI) Bogor pada 2 September 2007. Acara tidak hanya menampilkan tarian dan lagu berbahasa Mandarin, tapi juga lagu-lagu perjuangan. Menurut Kepala RRI Bogor, Dra. Dwi Hernuningsih, acara ini sesuai dengan misi RRI yaitu melestarikan budaya bangsa dan menjadi perekat sosial antar etnis di masyarakat. Koordinator pengisi acara Haryanto Oetama dari INTI Bogor yang juga pemimpin kelompok barongsai Golden Lion Club yang menjadi salah satu pengisi acara, berharap dapat merangkul lebih banyak lagi perkumpulan dan organisasi lainnya di Bogor dalam kegiatan berikutnya. Bazaar Ramadhan GEMA Kepri KEPULAUAN RIAU GERAKAN Muda (GEMA) INTI Kepulauan Riau mengadakan bazaar Ramadhan dengan tema “BERSAMA KITA MEMBANGUN INDONESIA” di BCS Mall-Batam, pada 1 Oktober 2007. Dalam acara tersebut Gema INTI Kepri bekerjasama dengan banyak elemen masyarakat untuk mesukseskan acara yang menonjolkan multikulturalisme dan pluralisme, sepeti tarian balada, tarian Melayu, tarian Buddhis, dan lain-lain. Sejumlah tamu kehormatan dari pemerintah kota Batam, Otorita Batam, Polda Kepri, tokoh-tokoh agama seperti NU datang untuk ikut berpartisipasi. SUMATERA UTARA SUMATERA SELATAN Pasar Malam Amal GEMA INTI Bali Menunjukkan kepedulian kepada sesama bisa dilakukan dengan berbagi cara. Gerakan Muda (GEMA) INTI Bali yang diketuai oleh Hendrik SKom, MBA, mengadakan kegiatan amal yang diberinama Kya Kya Pasar Malam Amal, digelar pada tanggal 16 September 2007 lalu. Kegiatan pasar malam ini diikuti oleh 62 stand yang menjual berbagai produk. Pendapatan penjualan tersebut diserahkan kepada sejumlah rumah yatim piatu dan panti jompo. Selain pasar malam, diadakan juga layanan gratis periksa tekanan darah, gula darah dan asam urat yang dilakukan oleh CHI Indonesia. Acara ini juga dimeriahkan dengan Ketua Gema INTI Bali pagelaran tari barong dan atraksi barongsai. Hendrik, S.Kom, MBA Gema Perdamaian 2007 PD INTI Bali turut berperan serta dalam kegiatan Gema Perdamaian 2007 Bali yang digelar di Lapangan Puputan Renon Denpasar pada tanggal 11 Oktober 2007. Ketua DPR-RI Agung Laksono menghadiri kegiatan yang dikuti oleh 15 ribu orang lebih itu, berasal dari 162 ormas yang ada di seluruh Bali. Acara ini diselenggarakan dalam rangka memperingati 5 tahun peristiwa bom Bali. Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dair Kapolda Bali Irjen Pol Paulus Purwoko MDA, dengan menerjunkan berbagai kesatuan kepolisian untuk membantu keamanan dan kesuksesan acara ini. Dukungan terhadap acara ini telah ia tegaskan pada tangal 24 September 2007 lalu saat bertatap muka dengan dewan ketua panitia yang salah satunya adalah Ketua PD Bali Cahaya Wirawan Hadi. Kelompok Tari 3000 Pasien INTI Sumut di CAEXPO Mendapat Layanan Gratis Nanning, China KELOMPOK tari INTI Sumatera Utara dan kelompok vokal Hua Xianzi berpartisipasi dalam Pagelaran Malam Sing Sing So yang merupakan bagian dari acara China Asean Expo (CAEXPO) ke-4. Delegasi kesenian yang terdiri dari 36 orang ini dipimpin oleh Kepala Dinas Pariwisata Seni dan Budaya (Disbudpa) Provinsi Sumatera utara, Ir Imam Pandia. Acara yang dibuka tanggal 28 Oktober 2007 ini membawakan tarian tradisional Sumatera Utara seperti Piso Surit, Tatak Garo-Garo, dan lain sebagainya. Bersama rombongan turut serta penasehat INTI Sumut Zheng Song Ji, Wakil Sekretaris INTI Sumut Wang Chun Cheng, pengurus Huang Rong Xiang, dan Pimpinan kelompok Hua Xianzi, Li Su Xiang. 32 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 Arisan Gotong Royong INTI Bali RESTORAN Hongkong Garden Bali menjadi tempat diselenggarakannya acara Arisan Gotong Royong pada tanggal 30 Oktober 2007. Acara yang dihadiri seluruh Pengurus INTI Bali, PINTI Bali dan GEMA INTI Bali berhasil menghimpun dana arisan sebesar Rp. 300 juta dan terkumpul juga sumbangan sukarela untuk 12 bulan dari berbagai pengurus INTI Bali sebesar Rp. 150 juta dimana hasilnya langsung diumumkan oleh Wakil Ketua INTI Bali, Hendra Pangestu. Dengan dana ini diharapkan INTI Bali dapat menyelaraskan kepentingan umum dengan kepentingan warga Tionghoa Bali. Peringatan Sumpah Pemuda GEMA INTI Bali DALAM usianya yang masih sangat belia, PD INTI Sumsel langsung terjun ke masyarakat dengan menggelar pengobatan gratis. Sebanyak 28 tenaga dokter dari Tim Kesehatan INTI yang dikoordinir oleh Dr. Lie A Dharmawan turut memperkuat 10 apoteker dari INTI Sumsel dan 6 tenaga medis dari Polsek Seberang Ulu. Sekitar 3000 pasien menerima pelayanan kesehatan, 8 warga menerima operasi minor pada kegiatan yang dilakukan pada 20-21 Oktober 2007. Hadir Ketua INTI Sumsel Yusuf Masawan, Wakil Gubernur Sumsel Mahyuddin NS, Walikota Palembang Eddy Santana Putra dan Kapolsek Seberang Ulu I Zainul Arifin. GERAKAN Muda (GEMA) INTI Bali bersama dengan tiga ormas kepemudaan setempat yaitu KNPI, HIPMI, dan Sabha Yowana menggelar upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda di Nikki International Hote-Bali pada 28 Oktober 2007 lalu. Upacara ini dihadiri oleh perwakilan ormas kepemudaan, mantan aktivis pergerakan mahasiswa dan tokoh masyarakat setempat. Ketua PD INTI Bali, Cahaya Wirawan Hadi menyatakan bahwa Peringatan Sumpah Pemuda ini adalah bagian dari empat rangkai langkah persiapan bagi generasi muda INTI Bali. Langkah pertama adalah mengunjungi taman makam pahlawan. Langkah kedua adalah kunjungan kepada para veteran perjuangan yang diikuti dengan pengobatan, langkah ketiga adalah upacara peringatan 17 Agustus, dan yang terakhir adalah Peringatan Sumpah Pemuda. Menurut Ketua Dewan Pembina INTI Bali Ir Frans B Siswanto MM, tujuan dan makna peringatan ini adalah untuk mendidik generasi muda agar hidup disiplin dan berusaha keras demi bangsa dan negara. NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 33 Denyut INTI 8 Pekan DKI JAKARTA PERMATA & Tim Kesehatan INTI Bantu Korban Gempa di Padang, Bengkulu dan Mentawai Menanggapi gempa 8,2 SR dan puluhan gempa berskala 5-6 SR yang mengguncang Bengkulu, Padang, dan Mentawai pada bulan September 2007, 13 dokter bedah dan umum, 2 paramedis dan 7 relawan, yang tergabung dalam relawan Persatuan Masyarakat Indonesia Tionghoa Peduli Bencana Alam (PERMATA) dan Tim Kesehatan Perhimpunan INTI, tiba di Padang pada 17 September 2007. Rombongan dibawah pimpinan Dr. Lie Dharwaman ini menyusul satu tim pendahulu yang telah diutus seminggu sebelumnya. Tim pendahulu memetakan lokasi bencana bersama tim Air Putih, LSM yang menyiapkan jaringan internet di lokasi bencana. Di Padang Tim Kesehatan INTI dan Relawan PERMATA bergabung dengan Paguyuban Santo Yusuf yang diketuai oleh Lie Hap Kiang. Kerjasama dengan dua organisasi lainnya yaitu Himpunan Tjinta Teman dan Himpunan Bersatu Teguh juga dilakukan untuk membantu kelancaran aksi kemanusiaan ini. Bantuan logistik berupa makanan instan, air mineral, tenda dan sarung diserahkan pada para pengungsi di Painan, Sumatera Barat. Tim lalu bergegas ke Mukomuko, Bengkulu Utara melalui jalan darat selama 8 jam untuk menyalurkan pengobatan dan juga bantuan logistik. Rombongan sempat disambut oleh Bupati Mukomuko, Ichwan Yunus yang langsung mempersilakan Tim untuk mencapai lokasi-lokasi pengungsian. Dalam misi kemanusiaan ini Tim menghadapi medan yang tidak mudah. Selain perjalanan yang cukup 34 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 memakan waktu, sarana dan prasarana minim di lokasi membuat Tim bekerja ekstra keras. Cuaca yang tidak bersahabat sempat membuat Tim terjebak beberapa jam di atas pengunungan menuju ke sebuah desa terisolir. Namun semua kelelahan itu hilang ketika melihat sorot mata harap dari para korban gempa yang belum tersentuh bantuan. PERMATA dan INTI juga mengirim Tim kemanusiaan ke kepulauan Mentawai. Tim kemanusiaan ini bergabung dengan Team 9, Yayasan Kerabat Desa Kota Indonesia, The Humanity Forum Singapura, PD Dian Niaga dan Catholic Relief Services. Mereka tiba di Mentawai pada 29 September 2007. Kembali Tim menempuh perjalanan yang tidak mudah saat menuju lokasi. Mereka harus menempuh perjalanan selama 12 jam dengan kapal barang dari Padang menuju Sikakap, Mentawai. Tim kemudian terjun ke desa terpencil, Nemnem Leuleu yang belum tersentuh bantuan medis. Desa yang terletak 30 km di Tenggara Pulau Sipora ini hanya bisa dicapai dengan motor tempel selama 45 menit dari pelabuhan Sioban. Itupun harus melihat kondisi cuaca yang kerap tidak bersahabat. Disana tak ada listrik ataupun sinyal telepon selular. Penduduk hanya memperoleh pendidikan setingkat SD. Mereka hidup dalam keadaan serba kekurangan. Pengobatan gratis dan pembagian logistik pun digelar. Tim membawa bantuan berupa beras, biskuit, susu, sabun, obat nyamuk, sarung dan ikan asin. Bantuan ini disesuaikan dengan kebutuhan penduduk setempat. Relawan PERMATA dan Tim 9 diatas perahu. foto: William, The Humanity Forum Singapura Benny G. Setiono Raih Penghargaan WERTHEIM AWARD 2008 Wertheim Foundation (Stichting Wertheim, Leiden-Amsterdam) menganugerahkan ‘WER­ THEIM AWARD 2008’ kepada BENNY G. SETIONO, sebagai pengakuan dan penghargaan terhadap usaha, kegiatan dan karya, dalam rangka emansipasi Kebangsaan Indonesia, salah satunya dalam karya buku “TIONGHOA DALAM PUSARAN POLITIK”. Buku setebal 300 halaman ini memuat peranan etnis Tionghoa di Indonesia selama hampir 500 tahun, dengan tidak mengkotakkotakkan atau memisahkannya dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Dengan rendah hati, pria yang kini menjabat sebagai Ketua Dewan Pakar INTI dan Ketua PD INTI DKI Jakarta ini membagikan isi buku secara gratis melalui website Perhim­ punan INTI, sebuah organisasi yang ia lahirkan bersama rekan-rekannya di tahun 1999. Nama Benny G. Setiono, dengan demikian, turut menghias daftar nama tokoh Indonesia yang dianugerahi Wertheim Award, yaitu Pramoedya Ananta Toer (novelis), WS. Rendra (penyair), Widji Thukul (penyair), Goenawan Mohammad (budayawan) dan Joesoef Isak (wartawan/publisis). Menurut rencana, malam penganugerahan akan dihelat bersamaan dengan peringatan satu abad Prof. W.F. WERTHEIM, tepatnya pada kwartal ke-2 tahun 2008 di Amsterdam. Acara ini digagas bersama Internationaal Instituut voor Sociaal Geschiedenis (Institut Internasional untuk Sejarah Sosial), salah satu lembaga dokumentasi dan penelitian terbesar di dunia yang melakukan kegiatan di bidang ilmu sejarah sosial dunia. Wertheim Foundation memberikan ­pengakuan dan penghargaan kepada mereka yang dianggap mempunyai peran aktif peduli ­terhadap usaha pembebasan bangsa. Download GRATIS!! di www.inti.or.id Bantuan Bagi Warga Tambora KEBAKARAN yang menimpa warga RW 04 Duri Selatan Tambora membuat Persatuan Masyarakat Tionghoa Peduli bencana (PERMATA) dan Tim Kesehatan INTI tergerak untuk memberi bantuan logistik dan pengobatan gratis bagi warga yang berduka pada 7 Oktober 2007. Bantuan berupa tikar, selimut, sarung dan tenda diserahkan langsung ke ketua RW setempat. Layanan Sosial bersama Yayasan Bhakti Djajakusumah PERHIMPUNAN INTI DKI, Tim Kesehatan INTI dan Yayasan Bhakti Djajakusumah pim­pinan Ibu Umar Wirahadikusuma melakukan pelayanan medis kepada 800 warga sekitar Masjid Bani Umar, Pondok Aren, Tangerang pada Sabtu, 3 November 2007. Ibu Umar Wirahadikusuma yang hadir dengan gaun biru cerah tampak antusias melihat berbagai pelayanan medis, termasuk 11 tindakan bedah minor dengan kasus penyakit kista ateroma, veruca, lipoma dan nevus. Kegiatan ini melibatkan 20 tenaga dokter bedah dan umum serta 15 relawan dari Tim Kesehatan INTI. KERJASAMA DENGAN KALBE FARMA, HOTEL KARLITA & CHRISTOPHER NUGROHO PRODUCTION Pengobatan Gratis untuk Warga Nelayan Tegal SEBANYAK 1220 warga RW 8, 10 dan 11 Desa Tegal Sari, Tegal mendapat layanan pengobatan gratis dari Tim Kesehatan INTI pada 11 November 2007. Layanan ini terselenggara berkat kerjasama INTI DKI, Kalbe Farma, Hotel Karlita dan Christopher Nugroho Production. Sebelas warga yang rata-rata berprofesi sebagai nelayan mendapat tindakan bedah minor karena penyakit ganglion, extrasi lipom, kista aterom, claus, dan lain-lain. NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 35 Denyut INTI 8 Pekan / Kabar Saudara JAWA TIMUR Bantuan bagi Korban Lumpur Sidoarjo PERHIMPUNAN INTI PC Surabaya dan PD Jawa Timur melakukan aksi sosial di lokasi pengungsian korban lumpur Sidoarjo (Lapindo) pada 17 Juni 2007. Acara meliputi pembagian bingkisan bagi 878 kepala keluarga, snack bagi 3.000 lebih pengungsi, panggung JOMBANG hiburan, ceramah rohani dan motivasi dari Gus Lutfi Muhammad (Pondok Pesantren Mahad Teebee), serta ­pengobatan gratis bagi para pengungsi. Aksi sosial ini adalah kerjasama INTI dengan Yayasan Bangun Sehat Indonesia, Walubi (Perwakilan Umat Buddha Indonesia), Majelis Agama Khonghucu Indonesia Pak Kik Bio, Yayasan Hwee Tiau Ka, Samator Group, Prudential Group, Toko Buku Toga Mas, Yayasan UNION, dan sejumlah donatur perseorangan dan institusi yang peduli. Pada 15 Juli 2007, kembali digelar bakti sosial di lokasi yang sama dalam rangka HUT ke-37 Bank Bukopin Cabang Syariah Surabaya. Selain pengo- batan gratis, kegiatan senam sehat, pengajian, pertunjukan barongsai, lawak, dan berbagai lomba untuk anak ikut memeriahkan. Bakti Sosial yang kedua didukung Yayasan Bangun Sehat Indonesia, PT. Prestasi Pustaka Raya, PT. Coca Cola ­Bottling Indonesia, KSU Jaya Abadi, Asu­ransi Jasindo, Asuransi Bumida Syariah, Asuransi Tripakarta Syariah, Asuransi Tafakul, Notaris Rekanan Bank Bukopin Syariah Surabaya, RS Mata Undaan Surabaya, dan Bapak Prihartoyo. Diharapkan para pe­ngungsi bisa terhibur sekaligus menambah motivasi serta semangat. Balai Pengobatan Tri Dharma Gudo,Jombang MUSYAWARAH DAERAH I Perhimpunan INTI JawaTimur 22 September 2007 36 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 Partisipasi PINTI di Panen Raya Singkawang PADA 4 September 2007, tujuh orang anggota Perempuan Perhimpunan INTI (PINTI) yang dipimpin wakil ketua PINTI, Frida Tjendera berkunjung ke Singkawang Kalimantan Barat dan berpartisipasi dalam acara Singkawang Petani Sagatani Panen Raya. Dalam acara tersebut rombongan PINTI didampingi oleh MATAKIN SAHUR KELILING DENGAN SHINTA NURIYAH Buka Puasa Bersama di Kelenteng Forum PINTI Jabar Ke-4 PERTEMUAN Forum PINTI Jawa Barat ke - 4 berlangsung sukses pada 4 September 2007. Dibahas masa depan PINTI Jabar yang bertujuan meningkatkan wawasan, pengetahuan dan status wanita, serta mencapai kemandirian dan membangun masyarakat madani Indonesia. Pertemuan ini menghadirkan Dr. Kikit Miranti, SH, Dr. Herlin Budiono, SH dan Dra. Irene sebagai nara sumber. DR. Kikit W., SH, seorang kader unggulan PINTI Jabar yang juga calon anggota DPR-RI, mendorong PINTI untuk aktif dibidang sosial. Demi mencapai tujuan masa depan PINTI juga perlu mempunyai SDM yang kuat. Dra. Irene sebagai psikolog memberi arahan akan kuatnya peranan wanita terhadap keluarga dan masyarakat di era globalisasi. Dalam kesempatan ini, Ketua INTI Jabar, Prof. Dr. dr. Demin Shen, M,.Kes., memberi pendapat bahwa hubungan PINTI di bawah naungan INTI dan semua kegiatannya akan memperkuat cita-cita luhur bagi pembangunan bangsa dan negara Indonesia. Dalam pertemuan ini dihadirkan pula hiburan bernuansa multikulturalisme yang menonjolkan keragaman budaya. Seperti Silvester, pakar seni suara dari seorang guru me­ngaji yang terkenal di Indonesia, menghibur dengan suara merdunya. ketua dan pengurus Majelis Adat Tionghoa (MABT). Dalam acara Panen Raya tersebut hadir Walikota Singkawang Drs. Awang Ishak, selain itu juga beberapa tetua adat masyarakat Dayak. Selain berpartisipasi dalam acara panen raya, rombongan juga menghadiri upacara peresmian sebuah sekolah dasar. Jakarta menjadi Tuan Rumah Konferensi Khonghucu Internasional ke-IV JAWA BARAT GRAND OPENING SEJUMLAH lurah di kecamatan Gudo, Jombang, menjadi tamu istimewa dalam acara Pembukaan Balai Pengobatan Tri Dharma Gudo pada 21 Juni 2007 yang diresmikan oleh Drs. H. Soejanto, selaku Bupati Jombang. Tjandra Iewanto, Ketua Komisaris Balai Pengobatan menyampaikan misi-visi sebagai fungsi sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan di bidang pelayanan kesehatan dalam rangka menjalin tali silaturahmi dengan masyarakat sekitar. Balai Pengobatan Tri Dharma Gudo ini dikelola oleh rekan-rekan Perhimpunan INTI Jombang. PINTI DENGAN semangat toleransi dan upaya membangun kerukunan umat beragama, Majelis Agama Konghucu Indonesia ­(MAKIN) Tegal mengadakan acara buka puasa pada 19 September 2007. Uniknya, buka puasa ini pertama kalinya diadakan di halaman kelenteng. Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid hadir dalam acara itu sebagai rangkaian Kegiatan Sahur Keliling 2007. Di Jakarta, MATAKIN didukung Paguyuban Meizhou Indonesia ikut memeriahkan acara Sahur Keliling di Mesjid Nurul Falah, Teluk Gong Jakarta Utara dan di Jelambar, Jakarta Barat pada 15 September 2007. Sahur keliling tahun ini adalah yang kedelapan kali, sejak periode kepresidenan K.H. Abdurrahman Wahid. KONFERENSI Khonghucu Internasional IV dan Konferensi Agama Khonghucu Internasional I dihelat pada 20-22 November 2007 di Hotel Sahid Jaya, Jakarta. Konferensi ini menghadirkan peserta mancanegara seperti Australia, Hongkong, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Tiongkok. Bertema “Menggali Nilai-Nilai Agama Khonghucu untuk Memperkuat Dunia yang Damai dan Harmonis”, konfe­ rensi membahas sejumlah permasalahan di bidang sosial, budaya, ekonomi, lingkungan, pendidikan keluarga dan hubungan antar agama. “Hal-hal ini akan menjadi tugas seluruh peserta konferensi untuk menggalinya dengan tuntas, kemudian menyumbangkannya pada masyarakat luas,” ujar Budi. S. Tanuwibowo selaku Ketua Umum MATAKIN. Ditambahkannya bahwa cita-cita Tian Zhi Mu Duo Kong Zi akan dijabarkan dengan menggali ajaranya seperti Zhi, Ren, dan Yong. Perlehatan internasional yang diselenggarakan MATAKIN ini dibuka Menteri Agama RI, M. Maftuh Basyuni. Mantan Presiden RI, K.H. Abdurrahman Wahid dan Ketua Mahkamah Konstitusi, Prof. Dr. Jimly Asshidiqie turut hadir dalam acara ini. Kunjungan Dewan Matakin ke Mahkamah Konstitusi Dewan Pengurus Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), ­pengurus Majelis Agama Konghucu Indonesia (MAKIN) se-Jabotabek, tokoh agama Konghucu se-Jabotabek, Perempuan Konghucu Indonesia (PERKHIN), dan Generasi Muda Konghucu (GEMAKU) melakukan kunjungan ke kantor Mahkamah Konstitusi (MK) pada tanggal 24 Oktober 2007. Ketua MK RI, Prof. Dr. Jimly Asshi­ ddiqie, SH menerima rombongan yang dipimpin oleh Ketua Umum MATAKIN Budi S Tanuwibowo. Kunjungan dilakukan atas undangan MK dalam rangka mensosialisasikan keberadaan, fungsi dan tugas MK, serta mengenai konstitusi Indonesia. Menurut Ketua MK, tokoh agama dan lembaga keagamaan merupakan saluran yang efektif untuk mensosialisasikan keberadaan lembaga baru ini. NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 37 Kabar Saudara Suara Daerah Malam Penyerahan Penghargaan Nabil Award 2007 Pemahaman Antar Etnis sebagai Upaya Pembangunan Kebangsaan Drs. Eddie Lembong sebagai pendiri Yayasan Nabil yang juga Ketua Umum INTI Pertama, mengungkap hal yang sama, bahwa orang Indonesia-Tionghoa mempunyai peran dalam bidang agama, kebudayaan dan kesusasteraan Indonesia. “Kita (Yayasan Nabil) akan terus mengungkit hal ini, dengan tujuan untuk meyakinkan semua pihak bahwa bangsa Indonesia terdiri dari multi etnik dan bahwa etnis Tionghoa adalah bagian tak terpisahkan dari Indonesia.” Eddie juga menyatakan bahwa masalah Tionghoa di Indonesia adalah Drs. Eddie Lembong, didampingi Melly Lembong menyerahkan penghargaan hasil manipulasi sejarah sejak zaman kolonial Nabil Award I kepada Claudine Salmon serta penyalahgunaan kekuatan politik di zaman kemerdekaan. “Proses menjadi Indonesia bukanlah proses yang sudah Karenanya, Yayasan Nabil akan berusaha dengan keras unrampung, tidak saja berlaku bagi orang-orang Tionghoa, tapi tuk menyelesaikannya, diantaranya melalui beberapa program juga berlaku bagi seluruh anak suku bangsa yang lain, yang mendasar di bidang politik, hukum, ekonomi, budaya dan jumlahnya puluhan jika bukan ratusan, dengan bangsa, adat sosial. Namun ditegaskan bahwa program Yayasan Nabil tidak istiadat yang beragam dan kaya.” hanya mengkhususkan diri dalam masalah Tionghoa-Indonesia Demikian ungkap Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’i Ma’arif dalam saja. “Kami akan mendatangkan pakar-pakar yang mampu sambutannya, pada Malam Penyerahan Nabil Award 2007, memetakan masalah di bidang sosial, politik dan budaya Kamis (25/10) malam. Nabil Award 2007 yang juga merupakan untuk merumuskan kebijakan-kebijakan yang akan menjadi Nabil Award pertama dianugerahkan kepada Dr. Claudine masukan ke pemerintah dan rakyat Indonesia. Kami sangat Salmon, seorang peneliti dari Pusat Penelitian Ilmu Pengetaserius…!” paparnya. huan Perancis. Acara penganugerahan ini sekaligus menjadi Dewan juri dalam penghargaan ini terdiri dari Dr. Siti peringatan Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober. Musdah Mulia, MA, Dr. (HC) Jakoeb Utama, Prof. Dr. Franz Nabil Award merupakan sebuah penghargaan yang diaMagnis-Suseno, SJ, Prof. Dr. Adrian B. Lapian serta Prof. Dr. nugerahkan kepada para tokoh yang berjasa besar dalam bidang “Nation Building” atau pembangunan kebangsaan demi Dorodjatun Kuntjoro Jakti. Dewan juri yang diketuai Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’I Ma’arif ini memberikan penilaian dan memajukan dan meningkatkan hubungan antar etnik yang persetujuan atas nama calon penerima penghargaan yang makin harmonis dalam masyarakat Indonesia. Penghargaan ini diajukan oleh Dewan Pakar Yayasan Nabil. Adapun Dewan merupakan salah satu proyek khusus dari Yayasan Melly-Eddie Pakar Yayasan Nabil diisi oleh sederetan cendikiawan dan Lembong untuk Nation Building (Yayasan Nabil) yang didirikan peneliti ternama, yaitu Mely G. Tan, Ph.D, Dra Myra Sidharta, pada September 2006. Yayasan ini memfokuskan diri melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan pemahaman antar Dr. Asvi Warman Adam, Yudi Latief, Ph.D, Prof. Dr. Bambang Purwanto, Didi Kwartanada dan Yerry Wirawan. etnis dan intra-etnis yang dapat memajukan proses nation Claudine Salmon yang menerima piagam penghargaan, building Indonesia. pin emas Nabil Award, plakat kristal dan hadiah uang Rp. Dalam sambutan yang dibacakan cendekiawan Muslim 50 juta menyatakan terimakasih yang mendalam. Ia memYudi Latief, Ph.D. itu juga dinyatakan bahwa etnis Inpersembahkan penghargaan itu kepada semua orang yang donesia-Tionghoa telah turut menyumbangkan peran telah membantu penelitian dan kajiannya di Indonesia selama penting dalam pembentukan Indonesia diantaranya bertahun-tahun. Ia juga menyatakan bahwa penghargaan ini dalam hal penyebaran bahasa Melayu Pasar dan Sastra merupakan pertanda makin diterimanya peran etnis Tionghoa Melayu-Tionghoa yang pada gilirannya memperkokoh di Indonesia. “Masyarakat Indonesia sedang berubah…,” ucapposisi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. nya perlahan. Ketika disinggung akan hubungan yang makin Golongan Indonesia-Tionghoa bersama umat Islam yang dekat antara pemerintah Indonesia dan RRC, Claudine hanya lain juga telah bahu-membahu mempercepat proses menjawab singkat, “Hubungan antar negara berbeda dengan Islamisasi di Nusantara. Hal-hal ini berhasil dibuktikan hubungan antar masyarakat. Tidak bisa disamakan…” n secara ilmiah oleh Claudine Salmon. 38 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 37 印尼华人应该韬光养晦 民族愛國氛围的印尼华人 ORANG TIONGHOA-INDONESIA PERLU BELAJAR RENDAH HATI DAN TIDAK SUKA PA��� MER Drs. Soeria Disastra (��� Bu Ruliang� ��������/卜汝亮) ��������������� 因为历史的转折,印尼走进改革开 放的年代,中国崛起,突飞猛进,在世 这样,反华排华的势力和影响力就可 以慢慢地、有效地受到限制、抵制和削 ETNIS TIONGHOA INDONESIA DI TENGAH KEBANGSAAN Josef Purnama Widyatmadja 政治问题观察员 在新秩序时代,大多數的印尼华人 鲜的空气。在民主改革的氛围,我国 的,华人可以在国家统一领土发挥整 关爱,甚至做出我们的贡献。有所作 经历了惨痛的历史。新秩序继承了荷 华人的法律地位,政府还需要继续给 合的作用;所有以华人为基础的团 予保障,而华人也要有明智和负责任 体,要避免过份出格的举措和态度, 学习其他兄弟族群的文化,表现我们的 界上扬眉吐气,因此印尼华人就好像长 弱而失去市场。这就需要我们的才智、 为,有所贡献的华族将会得到其他兄弟 兰殖民政府分而治之的政策;只有一 时间受束缚而突然从马厩释放出来的马 理智,需要我们的宽阔的胸怀、度量, 族群的尊重和爱护。在华人的作为和贡 小撮华人被扶养为财阀,新秩序政府 的态度。我国华人在改革氛围中组建 因为这是会伤害祖国其它族群的感 献中,他们会看到和感受中华文化。 在全国范围系统的使用媒体宣传和政 了很多团体,有华人当了内阁部长; 情。 戒,需要我们长期工作的热诚、付出和 府政策,煽动了社会民众对华人的仇 撤销了对华文禁令后,华语补习班像 华人公民在克服民族多层面危机, 劳心劳力。 恨。 雨后春笋开遍祖国大地,准许华人宗 能够发挥重要的作用。华人拥有的优 群一样,自由不拘,任意奔驰。 印尼华人在绿色的国度里,在危机四 伏、天灾人祸频频侵扰的是非之地,划 了一个小圈子,建立龙的小王国,到处 需要我们时时刻刻的思想的清醒、警 华人华族,首先要摆正、摆好自己 华人不必自道是华人,我们的肤色和 眼睛会告诉别人我们是华人;中华文化 从1965年新秩序上台至到1998年下 教信仰传统仪式和文化活动,承认孔 良品格以及现有的全球网络,是建设 教为正式宗教,对华人是一个大喜 公正和繁荣的印尼祖国的强大力量。 讯。 目前我国华人拥有最好的时机,为殊 张红灯结红彩,大书特书中华的文字和 在印尼民族、印尼国家、印尼社会中 不必自吹优秀博大精深,我们的美言善 台,印尼华人在这期间成为代罪羊, 文化,锐气飞扬、金光四射。 的定位。 举和文化内在素质自然流动,潜移默 又是被榨取的奶牛。印尼华人的活动 化,滋润千岛之国的文化。 范围被限制在经济领域。1965年事件 其次是中国的改革开放和崛起的因 途同归的印尼民族贡献力量。摆在华 达尔文的适者生存的名言常被人误解 韬光养晦是中国一句成语。韬光 为强者生存。生物的进化史和人类的历 表示收藏锋芒、收敛锐气、养晦表示潜 的创伤使他们对政治恐惧,不敢批评 素。21世纪是亚洲的世纪,中国和印 人面前的问题是,这个机遇是不是就 史证明动物界和人世间的强者常常被淘 心含蓄、保持低姿态、谦逊待人。须 杜甫的《春望》有这样的诗句:“好 政府的措施或违反政府的旨意。在新 度是这个区域的经济动力。中国政治 让它轻易地溜走了呢? 汰和成为失败者。其原因不是因为强的 知,锋芒太露容易招人中伤猜忌。含蓄 雨知时节,当春乃发生。随风潜入夜, 秩序政权下敢持批判立场的华人屈指 倾向的变化,使她更能为亚洲和国际 必须抛开把自己当作少数族群和 润物细无声。”好雨在春天的好时候, 可数,只有像已故叶添兴.,苏福仁等 所接受。国际上大多数国家,不再相 非“原住民”的感觉,因为人不是从数 在静晚间潜入,不动声势,滋润万物, 人。投入政治舞台的华人大部份是加 信冷战时代宣扬的:中国作为共产 量和来源,而是从成绩和品格来评 入当时的执政党。 主义国家的崛起是危险的理论。很多 价。倘若这个塑造巩固的民族理念的 因素,而是因为强者不能适应环境,不 能顺应自然环境的发展规律不断地做自 是中华文化的一种境界。 印尼华人的历史告诉我们,十九世纪 我调整和自我改变,结果为四围环境所 前的华人先辈飘扬过海,移居千岛之 带来春色,迎来春的气象。如果自信自 不容,自取灭亡。 国,与当地的居民和平相处,在文化上 认是好雨,印尼华人大可不必电闪雷响 苏哈多下台后,我国并没有脱离危 国家视中国的崛起是机遇,而不是威 时机,不被整个民族成员包括华族充 自然交流、交融,甚至相互融化、相 而惊天动地,大可不必疾风暴雨从天而 机的困境。虽然民主进程不断向前发 胁。“中国的和平崛起”推动海外华人 份把握和利用,那末,就会给民族包 互同化。 下。和风细雨滋润印尼大地吧。 展,更尊重基本人权,但是危机没有 在他们的所在国作出积极的贡献。 括对华族带来灾难。 印尼民族是一个多元化的友善和开放 的民族。但是长期的殖民主义统治和分 十九世纪后,当荷印殖民政府正式统 过去。改革反而留下多层面的危机。 再次是全球化的因素。移民到世界 自以为比其它群体更了不起,只争 治印尼之后,实行分而治之的政策,分 这个民族面对几个主要危机:贫穷、 各个角落的华人,是在先进国家自由 取自己利益的态度,必须抛弃掉。华 弊病,至今还留存其后遗症潜伏着,伺 化华族和当地原住民,从中挑拨、离 经济、生态环境、政府贪污、树立法 市场的全球化之前,华人并没有通过 人必须在热爱印尼的氛围下,持有包 机待发。 间。在以后的历史发展中,华人逐渐被 治、分离主义、国家统一领土、民族 殖民或征服手段散布到世界各地。总 容的思想和行为。相反的,政府和政 主义信念和民族特格的危机。我国民 的来说,华人移民到世界各地的过程 治或宗教领袖,需要抛弃歧视华人的 族要解决危机,民族要成为嬴家,就 是和平的,为所在国的建设和人民的 猜忌态度和条例措施。 需要有国家领袖作风的领导人。 繁荣作出了积极的贡献。 化政策以及世界帝国主义强国的侵扰和 干涉,使这个国家染上了反华排华的 在这样的国内大环境里,我们理应适 应环境。华族不能自恃经济的强势、自 视文化的优势。 华族不能不放下唯我独尊的架势,不 视为经济和文化方面威胁、控制其他族 Artikel ini juga dimuat di Harian Internasional 10-09-2007 群并占优势的族群。 在现今的时代,作为相对少数族群的 华人,特别是其祖籍国是一个先进的社 能不重视与四围族群亲善为邻,建立互 会主义中国的印尼华人,更应该韬光 惠互利的、水乳交融的关系。我们在日 养晦。 文化是人与人之间沟通交 常生活中,在经济贸易、文化教育、 往的媒介和通道。而在多元文化的交 政治社交和媒体舆论等各个领域各个层 往中,开放和包容的态度和心胸是最 面广交朋友,结识广泛的同盟者,使我 印尼文翻译:Willy 要紧的。 一位外国的撰稿人曾经写道,新秩 Versi Bahasa Indonesia dalam dua artikel ini bisa dilihat di website Perhimpunan INTI, www.inti.or.id 郑和下西洋是人类民族之间进行平 天掉下来,也不是靠政府或者什么人 序时代后,印尼华人进入了黄金时 等交往的光辉典范。在当今弱国受边 的施舍的,而是要靠斗争争取的。它 代,在改革以后的社会生活和国计民 缘化的经济全球化竞争中,华人可以 要求华人年轻一代改变和建立自己的 生,有几个因素使华人能够发挥更大 为印尼不变成一个败者,发挥积极的 品格。 的作用。 作用。华人也可以在国际反恐战争 首先是开放的政府和社会的因素。 中,为避免文明冲突,发挥自己的作 们成为印尼民族的整体的不可分割的 我国华人逐步地取得法律的同等地 一部分。 位,作为公民一员获得更人道和平等 华人需要对改革后出现的变化和氛 的权利。新的国籍法对我国华人是新 围,采取明智的态度。道路还是遥远 印尼华人首先要认同、包容、尊重、 对华人的歧视政策的撤销,不会从 用。 安瓦尔沙尼译自2007年9月1日 《革新之声》 Alih bahasa: Lu Ik Kun PENGURUS DAERAH BALI Jl. IMAM BONJOL NO. 126 DENPASAR 80119 Telp. (0361) 484879 Faks. (0361) 484420 PENGURUS CABANG BADUNG JL. RAYA KUTA 142 DENPASAR Telp. (0361) 7973948 PENGURUS CABANG BANGLI JL. RAYA KINTAMANI, BANGLI Telp. (0366) 51103 PENGURUS CABANG DENPASAR JL. JAYAKARTA II/7 DENPASAR Telp. (0361) 425071 PENGURUS CABANG GIANYAR JL. AIRLANGGA 21, GIANYAR PENGURUS CABANG KARANGASEM JL. GAJAH MADA 70 B, AMLAPURA Telp. (0363) 21030 PENGURUS CABANG KLUNGKUNG JL. DIPONEGORO, SEMARAPURA Telp. (0366) 21142 PENGURUS CABANG TABANAN JL. MAWAR 49 TABANAN, BALI Telp. (0361) 7832191 PENGURUS DAERAH DKI JAKARTA JL. ROA MALAKA UTARA NO. 5 C-D JAKARTA 11230 Telp.(021) 691 5891 Faks.(021) 6915893 PENGURUS CABANG JAKARTA BARAT GREEN GARDEN BLOK A 12 NO. 9 JAKARTA 11520 ATTN. BAPAK LORENZ GUNADI PENGURUS CABANG JAKARTA PUSAT ATTN. BAPAK SUFENDI DHARMADI JL. CEMPAKA NO. 3 PASAR BARU TIMUR JAKARTA 10710 Telp.(021)345 1087 Faks.(021)350 2543 PENGURUS CABANG JAKARTA TIMUR JL. PULO MAS BARAT V NO. 20 JAKARTA 13210 Telp.(021)4711627 Faks.(021)4705464 PENGURUS CABANG JAKARTA UTARA ATTN. BAPAK HERI LIM BLOK N 7 UTARA NO. 9 MUARA KARANG JAKARTA 14440 Telp.(021)6678704 PENGURUS DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA JL. K.H. AHMAD DAHLAN NO. 93 (d/h 87) YOGYAKARTA 55262 Telp. (0274) 381849 Faks. (0274) 374842 PENGURUS DAERAH JAWA BARAT JL. GAJAH LUMANTUNG NO. 30 BANDUNG 40117 Telp.(022) 423 4957 Faks.(022) 423 1086 PENGURUS CABANG KAB. SUKABUMI ATTN. BAPAK ANTONIUS JL. SILIWANGI NO. 12 CICURUG SUKABUMI 43359 PANDI LUNADI Telp.(0266) 731700 Faks.(0266) 731408 PENGURUS CABANG TASIKMALAYA JL. DR. SUKARJO NO. 45 TASIKMALAYA 46112 Telp.(0265) 330993, 331902 Faks.(0265) 336606 PENGURUS DAERAH JAWA TENGAH JL. CEMPOLOREJO NO. 15 SEMARANG 50141 Telp.(024) 761 4500 Faks.(024) 761 4506 PENGURUS CABANG BANDUNG JL. SOEKARNO-HATTA NO. 224 BANDUNG 40235 Telp.(022) 5403026; 5406344 Faks.(022) 5406050 PENGURUS CABANG BANYUMAS RUKO KEBON DALAM BLOK D NO. 7 JL. K.H. MOCH. SYAFEI PURWOKERTO 53114 Telp.(0281) 639930 Faks.(0281) 639930; 640644 PENGURUS CABANG BOGOR JL. RODA II NO. 7 KOMPLEK RODA INDAH BOGOR 16141 Telp.(0251) 377912 Faks.(0251) 377912 PENGURUS CABANG DEMAK PONDOK RADEN PATAH BLOK Z 1 NO. 7 SAYUNG, SRIWULAN DEMAK Telp.(024) 659 1372 PENGURUS CABANG CIREBON TOKO LINAJATI JL. KANOMAN NO. 54 CIREBON 45117 Telp.(0231) 203302 Faks.(0231) 203302 PENGURUS CABANG KLATEN JL. RAYA JAGALAN NO. 28 KARANG NONGKO KLATEN 57483 PENGURUS CABANG KAB. CIREBON ATTN. BAPAK SUYANTO, SE JL. SAPUTRA IX NO. 25 TUPAREV CIREBON 45153 Telp.(0231) 3387490;3384090 Faks.(0231) 204498; 209654 PENGURUS CABANG GARUT JL. PASAR BARU NO. 88 GARUT 44115 Telp.(0262) 233709 Faks.(0262) 233 554 PENGURUS CABANG KARAWANG JL. SATRIA RAYA BLOK II NO. 4 BUMI SATRIA KENCANA BEKASI 17144 Telp.(021) 8843134 Faks.(021) 8842980 PENGURUS CABANG SUKABUMI TOKO TIGA JL. PASAR CIWANGI NO. 2 SUKABUMI 43131 Telp.(0266) 221794 Faks.(0266) 221793 42 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 PENGURUS CABANG SEMARANG JL. TELOGOMUKTI II NO. 1157 PERUMAHAN GRAHA MUKTI TLOGO SARI SEMARANG 50196 Telp.(024) 6712215 PENGURUS CABANG SOLO JL. MAHABARATA NO. 52 BANARAN, PALUR SOLO 57772 Telp.(0271) 827015 Faks.(0271) 827015 PENGURUS CABANG TEMANGGUNG ATTN. BAPAK IGNATIUS SUDIJANTO JL. TLOGOMULYO RT 007/01 NO. 42 MUNGSENG TEMANGGUNG 56225 Telp.(0293) 493162; 0815 684 39831 PENGURUS DAERAH JAWA TIMUR JL. KARET NO. 21-23 SURABAYA 60162 Telp.(031) 3522612; 3521670 Faks.(031) 3532762 PENGURUS CABANG JOMBANG TOKO MULIA JL. A. YANI NO. 6 JOMBANG 61415 Telp.(0321) 861 797 Faks.(0321) 862274 PENGURUS CABANG SURABAYA JL. KARET NO. 21-23 SURABAYA 60162 Telp.(031) 3522612; 3521670 Faks.(031) 3532762 PENGURUS DAERAH KALIMANTAN BARAT ATTN. DRS. CHRISTIANDY SANJAYA, SE, MM SMK IMANUEL JL. LETJEND. SUTOYO PONTIANAK 78121 Telp.(0561) 766476 PENGURUS DAERAH KEPULAUAN RIAU MITRA UTAMA MOTOR KOMPLEK RUKO AKU TAHU BLOK A 2 NO. 1 SEI PANAS BATAM CENTER, BATAM 29433 Telp.(0778) 472 505; 472 506 Faks.(0778) 462 969; 428 896 PENGURUS CABANG TANJUNGPINANG JL. IR. SUTAMI NO. 55 TANJUNG PINANG 29122 KEPULAUAN RIAU Telp.(0771) 21377; 22116; 21042 Faks.(0771) 21344 PENGURUS DAERAH NANGGROE ACEH DARUSSALAM ATTN. BAPAK HARYANTO TOKO SKYNET JL. RA KARTINI NO 16 BANDA ACEH 23122 Telp.(0651) 25178 Faks.(0651) 26501 PENGURUS DAERAH SUMATERA SELATAN KOMPLEK ILIR BARAT PERMAI Lt.2 Blok F No.4 Jl. LETKOL ISKANDAR PALEMBANG 30134 PENGURUS DAERAH SULAWESI SELATAN PT WIRA EKA PERSADATAMA JL. ANDI MAPPANYUKI NO. 44-46 (DEPAN PEGADAIAN) MAKASSAR 90125 Telp.(0411) 856767 Faks.(0411) 832117 PENGURUS DAERAH SUMATERA UTARA HARIAN ANDALAS JL. JEND. A. YANI NO. 45-49 MEDAN 20111 Telp.(061) 451 6004 Faks.(061) 451 6006 PENGURUS CABANG BINJAI ATTN. IR. MINHUI PT DAYA MEGA PRATAMA GEDUNG ANTARA LT. 3 JL. PUTRI HIJAU NO. 12 MEDAN 20111 Telp.(061) 4564933 Faks.(061) 4564976 PENGURUS CABANG DELI SERDANG ATTN. DR. WALI HOSANA KERAMIK JL. DAHLAN TANJUNG NO. 90 TANJUNG MORAWA DELI SERDANG Telp.(061) 7945549 Faks.(061) 7945548 PENGURUS CABANG LABUHAN BATU ATTN. BAPAK SUJIAN/ACAN JL. JEND. SUDIRMAN NO. 8/33 RANTAU PRAPAT LABUHAN BATU 21412 Telp.(0624) 21227 PENGURUS CABANG LANGKAT TOKO JAM “WAKTU” JL. SUDIRMAN NO. 199 TANJUNG PURA LANGKAT 20853 Telp.(061) 8960059 PENGURUS CABANG MEDAN HARIAN ANDALAS JL. JEND. A. YANI NO. 45-49 MEDAN 20111 Telp.(061) 451 6004 Faks.(061) 451 6006 PENGURUS CABANG PEMATANG SIANTAR ATTN. DR. PETRUS YUSUF JL. MERDEKA NO. 242 PEMATANG SIANTAR 21110 Telp.(0622) 25210 Faks.(0622) 25210 PENGURUS CABANG SERDANG BEDAGAI ATTN. BUDI SUMALIN, SE GG. ANDIKA NO. 7 JL. BRIGJEND. KATAMSO MEDAN 20150 PENGURUS CABANG SIBOLGA JL. DIPONEGORO NO. 24 A SIBOLGA 22524 Telp.(0631) 22170 PENGURUS CABANG TEBING TINGGI ATTN. BAPAK RIYANTO JL. SUPRAPTO NO. 21 LK IV PASAR GAMBIR, PADANG HULU TEBING TINGGI 20627 Telp.(0621) 21998 NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 43 Jendela Tionghoa Laporan Utama Sastra Melayu Tionghoa Claudine Salmon dalam Bingkai Sastra Melayu-Tionghoa “Apa angkau perna banyak bergaulan dengen pranakan?” “Ho. Ho, trima kasi, tida!” “Kalu tidak perna bergaulan, cara bagimana angkau brani unjuk kajelekannya? Angkau toch tida tau jeleknya bagimana dan apakah di antara kajelekankajelekan itu tida ada kebaikan yang menyelip barang sedikit?…Kalu saya musti cela betul-betul kita punya kaum Hok Kian…angkau sendiri ada singke juga seperti saya, tetapi saya heran kenapa angkau bicara Melayu sama angkau punya anak?” S epenggal paragaf dengan gaya bahasa ‘aneh’ diatas diambil dari kisah berjudul Dengen Duwa Cent Jadi Kaya 1 karya Thio Tjin Boen yang ditulis pada 1920. Tulisan ini termasuk salah satu karya sastra Melayu-Tionghoa yang tumbuh subur di tahun 1870-1960. Karena pengaruh kebijakan politik, Sastra Melayu Tionghoa tidak diperhitungkan dalam khazanah Sastra Indonesia. Antara lain alasannya adalah dalih bahwa karya sastra ini menggunakan Bahasa Melayu pasar yang dianggap rendah, sementara karya sastra Balai Pustaka menggunakan Bahasa Melayu tinggi yang dianggap sebagai bagian kebudayaan bangsa. Argumentasi di atas terbantah ketika Literature in Malay by the Chinese of Indonesia, a Provisial Annotated Biblio­ graphy (Paris:1981), terbit. Katalog karya sastra peranakan yang ditulis oleh Claudine Salmon ini memuat 806 penulis dengan 3005 karya yang terdiri dari drama asli, syair asli, terjemahan karya penulis Barat, terjemahan cerita-cerita Tiongkok, novel dan cerita pendek asli. Sebanyak 2757 karya bisa diidentifikasi pengarangnya, sementara 248 lainnya anonim. Jumlah ini bisa dibilang fantastis, karena jumlah pengarang Indonesia yang tercatat dalam buku Modern Indonesian Lite­ rature (1967, revisi 1979) hanya sebanyak 284 nama dengan 770 karya. Literatur ini adalah karya Profesor A. Teeuw, seorang ahli Sastra Indonesia dari Universitas Leiden yang amat membawa pengaruh besar dalam penulisan sejarah Sastra Indonesia. Claudine memang bukan orang pertama yang menulis tentang kesastraan Melayu-Tionghoa. Sebelumnya ada Nio Joe Lan yang di tahun 1930 pernah menganjurkan agar karya Sastra Melayu-Tionghoa dikaji dari bidang sejarah, kesusastraan dan psikologi. Ia menyebutnya Kesastraan Indo-Tionghoa. Setelah Indonesia merdeka, Pramoedya Ananta Toer berkali-kali menyebut masa perkembangan kesastraan Melayu-Tionghoa sebagai masa asimilasi, yaitu masa transisi dari kesastraan lama ke kesastraan baru. Di tahun 1971, C.W. Watson menyebutnya Pendahulu Kesastraan Indonesia Modern, dan pada 1977, John B. Kwee dalam disertasinya, menyebut Kesastraan Melayu Tionghoa. 44 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 Claudine Salmon (berkemeja hitam) dan Myra Sidharta. Namun demikian melalui karya Claudine-lah, mampu dibuktikan secara ilmiah, bah­wa genre kesastraan ini se­betulnya adalah bagian tak terpisah dalam sastra Indonesia. Profesor A Teeuw bahkan menyatakan, bahwa buku Claudine telah memberi landasan kuat bagi kritik sastra yang sangat diperlukan untuk lebih memajukan penelitian sastra Indonesia modern. “Alasan yang diajukan Salmon itu tak terbantahkan dan begitu meyakinkan, para peneliti perlu melepaskan sikap apriori bahwa Sastra Indonesia awal dan manifestasi satu-satunya sebelum Perang Dunia Kedua adalah novel-novel Balai Pustaka. Dengan terbitnya buku tersebut, tak diragukan lagi bahwa Sastra Peranakan Tionghoa merupakan mata rantai pokok dari perkembangan Sastra Indonesia masa kini…” Dalam penelitian Claudine, ditemukan bahwa Oey Se karya Thio Tjin Boen dan Lo Fen Koei karya Gouw Peng Liang adalah dua prosa asli pertama Kesastraan Melayu-Tionghoa yang terbit di tahun 1903. Ini berarti karya-karya itu telah muncul 20 tahun lebih awal dibandingkan karya Sastra Balai Pustaka yang antara lain ditandai dengan terbitnya novel Azab dan Sengsara: Kisah kehidupan Anak Gadis karya Merari Siregar pada 1920 dan Sitti Nurbaja karya Marah Rusli pada tahun 1922. Dalam literature Claudine tersebut juga diperlihatkan bahwa pers Melayu-Tionghoa dan para penulis peranakan Tionghoa memainkan peranan besar dalam menyebarluaskan Bahasa Melayu sebagai lingua franca di Indonesia sejak tahun 1890-an. Nyata bahwa Bahasa Melayu yang digunakan pe­ ngarang peranakan tidak ada bedanya dengan Bahasa Melayu kaum nasionalis Indonesia awal abad XX. Bahasa inilah yang menjadi cikal bakal Bahasa Indonesia. NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 45 Jendela Tionghoa Laporan Utama Kemunculan Literature in Malay by the Chinese of Indonesia di tahun 1981 juga membangkitkan kesadaran, bahwa golongan Tionghoa bukanlah binatang ekonomi seperti citra yang disuguhkan kepada publik di masa itu. Penelitian ini mendorong terbukanya genre sastra Melayu-Tionghoa ke hadapan publik nasional di masa akhir kekuasaan Orde Baru, yang sempat membatasi gerak golongan Tionghoa untuk hanya berkarya di bidang ekonomi. … Alasan-alasan diatas telah membuat lima dewan juri yang dipimpin Dr. Syafi’I Maarif untuk menganugerahkan Nabil Award I kepada Claudine Salmon. Penghargaan Nabil diberikan kepada mereka yang dinilai berjasa dalam proses nationbuilding Indonesia. Istri dari Alm. Denys Lombart ini lahir di Perancis Timur 69 tahun lalu. Minatnya terhadap kebudayaan Tiongkok telah membawa hidupnya untuk mempelajari studi Bahasa ­Ti­onghoa. Perkenalannya dengan Indonesia dimulai tahun 1966 ketika suaminya ditempatkan sebagai perwakilan Ecole Francais d’Extreme Orient, lembaga penelitian nasional Perancis mengenai Timur Jauh (Asia). Wanita yang fasih berbahasa Indonesia, Perancis, Inggris dan Mandarin ini menyaksikan sendiri bagaimana masyarakat Indonesia Tionghoa mengalami berbagai macam pembatasan terhadap ekspresi budaya pasca Gerakan 30 September. Kehidupan singkat di Jakarta telah mengubah minat kajiannya dari Tiongkok ke wilayah Lautan Selatan (Asia Tenggara). Sepanjang hidupnya, Claudine telah menulis paling tidak 300 karya akademis berupa buku, artikel, jurnal dan resensi. Secara garis besar karyanya mengenai etnis Indonesia Ti­onghoa bisa dibagi dalam kelompok Sastra, Bahasa dan Percetakan Melayu Tionghoa; Agama dan Kepercayaan Ti­onghoa; Sastra Melayu Tionghoa Prasasti Tionghoa sebagai Sumber Sejarah; ­Hubu­ngan Ti­ onghoa-Islam; Sejarah Keluarga dan Biografi Tokoh Tionghoa; Sejarah Perempuan Tionghoa; Sejarah Komunitas Tionghoa Berdasarkan Dialek dan Domisili; Pendidikan Tionghoa; dan Hubungan Nusantara dengan Tiongkok, Vietnam dan Thailand. Tulisan-tulisannya menunjukkan pemupukan silang budaya Tionghoa-Indonesia, dimana etnis Tionghoa telah berada di Indonesia sejak masa paling awal dan memainkan peran penting dalam perkembangan ekonomi, politik dan sejarah penyebaran agama Islam di Indonesia. n Claudine Salmon Tempat dan tahun lahir: Bruyeres, Prancis Timur, 1938 Keluarga: Denys Lombart (suami, 1938-1998) Pendidikan: Studi Bahasa Tionghoa di Ecole Nationales des Langues Orientales (1962); studi hukum (1963) dan studi humaniora (1964) di Faculte de Droit, Universitas Sorbonne; dan meraih gelar doktor dari Universitas Sorbonne (1970). Pekerjaan: Ahli peneliti utama di Pusat Nasional untuk Penelitian Ilmiah (CNRS) Karya ilmiah: selama 1965-2007 (termasuk yang akan terbit) Claudine Salmon telah menghasilkan tiga buku (termasuk terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia), lima buku bersama penulis lain (termasuk terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia dan Thailand), menjadi editor 9 buku dimana biasanya ia memberikan anotasi detail atas subjeknya yang juga diterjemahkan ke dalam Bahasa Mandarin dan Vietnam, 53 artikel dalam buku (termasuk terjemahannya ke dalam Bahasa Indonesia, Malaysia dan Italia), 103 artikel dan terjemahan dalam jurnal (termasuk terjemahannya ke dalam Bahasa China, Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Spanyol) serta 128 buku yang diresensi dalam berbagai macam bahasa. Mengintip Sejarah dari Karya Sastra Melayu Tionghoa Cukup mengasyikkan membaca karya sastra para peranakan Tionghoa di masa 1870-1960. Karya Sastra Melayu Tionghoa menggambarkan dinamika yang terjadi semasa puncak Pax Nederlandica (masa keemasan penjajahan Belanda) dan beberapa dekade awal kemerdekaan Indonesia. Dari sana kita bisa merasakan bagaimana hidup di zaman itu dan bagaimana hubungan sosial yang terjadi di masyarakat pada masa kisah tersebut ditulis. Ada kisah tentang kedatangan Raja Siam di Betawi pada 1870, pembuatan jalan kereta api pertama dari Batavia ke Karawang di awal abad 19, biografi seorang petinju masyur, kisah percintaan yang ditentang karena perbedaan, drama berlatar belakang meletusnya gunung Krakatau sampai kisah keseharian masyarakat pada krisis ekonomi tahun 1930-an. Kita juga bisa melihat bahwa buku tentang belajar bahasa Melayu yang berisi ejaan, penggalan kata sampai peribahasa ternyata sudah terbit di tahun 1884. Ada pula Novel Drama di Boven Digoel karya Kwee Tek Hoay yang berani menyentuh masalah hakiki dan kontradiksi pokok masyarakat jajahan pada kurun 1920-an dan secara terbuka mengaspirasikan semangat ke-Indonesiaan. Setting novel ini dianggap luar biasa karena mengangkat peristiwa sejarah Pemberontakan November 1926 yang tidak berani disentuh para pengarang Balai Pustaka. Hubungan interaksi sosial dalam masyarakat juga terbaca jelas. 46 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 Seperti karya-karya Thio Tjin Boen yang mempunyai ciri khas penggambaran masyarakat peranakan Tionghoa dalam interaksi dengan etnis lain, seperti Jawa, Sunda, Arab dan sebagainya. Ia bahkan menyatakan konflik antara masyarakat totok yang menyebut dirinya singke dengan golongan peranakan, karena adanya sifat, kebiasaan dan pola pikir yang berbeda. Gambaran sejarah lain juga terungkap jelas dalam kisah-kisah tentang perkembangan organisasi Tiong Hoa Hwe Koan (THHK), potret perempuan di zaman kolonial, organisasi perempuan yang sulit berkembang, dan emansipasi kaum perempuan melawan kung­ kungan tradisi untuk meraih cita-citanya. Kisah-kisah dalam Karya Sastra Melayu-Tionghoa menggambarkan pergulatan mencari identitas dan pengakuan yang dialami etnis Tionghoa di Indonesia. Tampak pula keragaman dalam masyarakat Tionghoa yang berorientasi ke tanah leluhur, memuja kolonialisme Belanda atau berusaha menjadi orang Indonesia. Sebuah fakta lagi yang menguak betapa heterogennya masyarakat Tionghoa di Indonesia, dimana sering disamaratakan dengan stereotype tertentu. NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 47 Hukum Laporan Utama Organisasi Bantuan Hukum Bantuan Responsif adalah Jawaban Terhadap Tuntutan Masa Kini Frans Hendra Winarta Pengacara, Ketua Yayasan Pengkajian Hukum Indonesia, Ketua Perhimpunan INTI P eraturan Daerah Penyelenggaraan Ketertiban Umum (PERDA TIBUM) yang dikeluarkan oleh Pemda DKI Jakarta mengenai jeratan hukum terhadap para pengamen, pengasong, pengemis, dan pedangan kecil pinggir jalan seakan menjadi tanda verbieden besar bagi orang miskin di Jakarta. Bila ditelaah lebih jauh, masalah ketertiban yang menjadi alasan diberlakukannya peraturan ini sesungguhnya bukan terletak pada manusianya, tetapi pada kemiskinan yang menekan hidup rakyat. Di pihak lain penduduk miskin merupakan subyek hukum yang menjadi tanggung jawab negara. Berhak atas kesejahteraan, kesempatan mendapatkan penghidupan layak dan perlakuan adil di muka hukum. Frans Hendrawinata SH, seorang praktisi hukum yang dikenal berdedikasi dalam hal hak hukum orang-orang terpinggirkan, menuang keprihatinannya dalam artikel yang berjudul “Bantuan Hukum Responsif adalah Jawaban Terhadap Tuntutan Masa Kini”. Di bawah ini adalah ringkasan artikel yang selengkapnya dapat dibaca di situs www.inti.or.id. ... Setelah krisis monoter 1998, jumlah kemiskinan melonjak menjadi 49,5 juta orang atau sekitar 24,2 persen dari 22,5 juta orang atau sekitar 11,3 persen di tahun 1996. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kemiskinan pada bulan Maret 2007 adalah sebesar 37,17 juta orang (16,58%). Bertitik tolak dari Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang menjamin adanya persamaan kedudukan di hadapan hukum, dapat disimpulkan bahwa UUD 1945 mengakui bahwa baik orang mampu maupun fakir miskin mempunyai hak yang sama untuk dibela oleh advokat atau pembela umum. Persamaan di hadapan hukum (equality before the law) yang dijamin di dalam konstitusi harus diimbangi pula dengan persamaan perlakuan (equal treatment). Program pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan seharusnya disertai dengan program bantuan hukum yang dilakukan secara menyeluruh dan merupakan suatu gerakan nasional. Gerakan ini secara simultan dilakukan secara bersama antara pemerintah dan semua unsur dalam masyarakat. Namun, apa yang terjadi selama ini di masyarakat adalah sebaliknya, yaitu terjadi kesemerawutan dalam konsep bantuan hukum berupa adanya kantor-kantor advokat yang mengaku sebagai organisasi bantuan hukum tetapi sebe48 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 narnya berpraktik komersial dan memungut biaya, dimana menyimpang dari konsep pro bono publico yang sebenarnya merupakan kewajiban dari advokat. YLBHI sebagai pioneer dalam pemberian bantuan hukum, menerapkan konsep bantuan hukum struktural yang �������� mengacu kepada upaya merombak ketidakadilan dalam sistem sosial. Bantuan hukum ini tak saja diarahkan untuk membantu individu dalam kasus-kasus tertentu, tetapi juga menekankan kasus-kasus yang bersifat struktural. Bantuan hukum struktural merupakan segala aksi atau kegiatan yang dilakukan tidak semata-mata ditujukan untuk membela kepentingan atau hak hukum masyarakat yang tidak mampu dalam proses peradilan, namun lebih luas lagi, bantuan hukum struktural bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan pengertian masyarakat akan pentingnya hukum Pada tahun 1980 konsep bantuan hukum struktural menjadi arus utama LBH menuju kerangka untuk pembelaan hukum secara kolektif. Dengan diperkenalkannya konsep ini, bantuan hukum diharapkan menjadi aktivitas jangka panjang dan tertuju pada arah yang benar menuju perubahan struktur yang berguna. Oleh karena itu, fokus akhir LBH telah diubah dari skema litigasi menjadi non litigasi. Namun perlu dikaji apakah bantuan hukum struktural masih sesuai dengan suasana sekarang yang sudah berubah. Pasca-Orde Baru, pemerintah sudah tidak serepresif dulu lagi. Hal ini dapat dilihat dari dibentuknya Komisi Hukum Nasional, Komisi Ombudsman, Komisi Pemberantasan Korupsi, Komisi Yudisial, dan Mahkamah Konstitusi dalam rangka memperbaiki struktur hukum di Indonesia. Tidak ada lagi lembaga extra-judicial seperti Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib). Dicabutnya UU No. 11/PNPS/1963 tentang Pemberantasan Kegiatan Subversi, dan diundangkannya Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia. Dikeluarkannya Putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan tidak berlakunya lagi Pasal 154 dan Pasal 155 KUHP mengenai penyebaran permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap pemerintah yang lebih dikenal sebagai haatzaai artiekelen. Selain Pasal 154 dan 155 KUHP, Mahkamah Konstitusi juga telah menyatakan tidak berlakunya lagi Pasal 134, 136 bis, dan 137 KUHP mengenai penghinaan terhadap presiden. Dalam situasi sekarang, dimana negara tidak dominan lagi terhadap masyarakat dan individu, konsep bantuan hukum yang digunakan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi saat ini. Organisasi bantuan hukum saat ini seyogianya menempatkan diri sebagai mitra kerja dan bukan sebagai pihak yang berseberangan dengan pemerintah. Masyarakat c.q. fakir miskin menginginkan bantuan hukum yang tidak bersifat diskriminatif, dimana masyarakat c.q. fakir miskin mengingin­ kan pembelaan di dalam menghadapi masalah-masalah hukum tanpa membedakan bidang hukum apa yang sedang dihadapi dan jenis hak asasi manusia apa yang dilanggar. Konsekuensi dari konsep yang menyeluruh ini tentunya memerlukan dana yang besar. Oleh karena itu, negara harus menyediakan dana bantuan hukum dalam APBN yang akan datang untuk merealisasikan tanggung jawab konstitusio­ nalnya mendanai program bantuan hukum demi memenuhi kewajiban konstitusionalnya bersama semua unsur dalam masyarakat. Di sinilah letak pentingnya dibentuk federasi bantuan hukum seluruh Indonesia, yang akan mengkoordinasi kerjasama antarorganisasi-organisasi bantuan hukum di seluruh Indonesia agar semua jenis perkara fakir miskin yang menyangkut pelanggaran semua hak asasi manusia dan semua bidang hukum dapat dibela oleh organisasi bantuan hukum. Untuk dapat menjadi anggota federasi bantuan hukum harus memiliki standarisasi tertentu misalnya, organisasi bantuan hukum harus memiliki beberapa kantor di beberapa provinsi, penggalangan dana yang mampu dilakukan sendiri, mempunyai 2 (dua) kendaraan operasional seperti van dan 10 (sepuluh) sepeda motor dan 10 (sepuluh) pembela umum, dan paling tidak telah menangani 120 (seratus dua puluh) perkara pidana dan 120 (seratus dua puluh) perkara perdata setiap tahun. Apabila standarisasi tersebut telah terpenuhi barulah suatu organisasi bantuan hukum dapat menjadi anggota federasi. Organisasi bantuan hukum harus berbentuk yayasan, sehingga dalam memberikan konsultasi dan pembelaan hukum tidak bersifat komersial, melainkan bersifat sosial yaitu semata-mata untuk membantu fakir miskin secara cumacuma. Dalam federasi diperlukan juga adanya tim pemikir (think tank). Untuk mengatur terselenggaranya bantuan hukum responsif, diperlukan undang-undang bantuan hukum yang mengatur semua mekanisme dan hal-hal teknis seperti pendirian organisasi bantuan hukum, pengumpulan dana, pemberian bantuan hukum, penerima bantuan hukum, dan pendanaan kegiatan operasional. Undang-undang bantuan hukum inilah yang nantinya akan diandalkan untuk merekayasa masyarakat (social engineering) c.q. fakir miskin agar menjadi tahu dan mengerti akan hak-haknya dan tahu cara memperoleh bantuan hukum sebagai hak konstitusional mereka. Undang-undang bantuan hukum juga harus mengamanatkan alokasi dari APBN untuk didistribusikan kepada semua organisasi bantuan hukum yang tergabung dalam federasi bantuan hukum, sebagai wujud dari tanggung jawab negara terhadap fakir miskin yang diatur dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945. Data BPS pada bulan Maret tahun 2007 menunjukkan 63,52% fakir miskin berada di pedesaan. Oleh karena itu, adalah tepat waktunya bagi gerakan bantuan hukum di Indonesia untuk secara aktif menjangkau desa. Beberapa faktor menjadi kendala mengapa fakir miskin tidak memperoleh pembelaan advokat. Faktor finansial yang tidak mampu membayar jasa advokat, dan kurangnya pengetahuan tentang cara memperoleh bantuan hukum secara cuma-cuma. Para pekerja bantuan hukum (pembela umum) harus bersifat pro aktif mendatangi dan menjelaskan kepada masyarakat c.q. fakir miskin tentang hak-haknya dan cara memperoleh bantuan hukum. Tanpa adanya sifat pro aktif dari organisasi bantuan hukum maka fakir miskin tidak akan tahu hak asasi manusianya dan hak untuk memperoleh bantuan hukum. Jawaban terhadap tuntutan masyarakat akan konsep bantuan hukum yang sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini adalah konsep bantuan hukum responsif. Bantuan hukum responsif harus ditunjang dengan berbagai ketentuan yang memberikan tanggung jawab kepada pemerintah untuk mendukung program bantuan hukum dalam bentuk pemberian dana operasional. Mengingat bantuan hukum merupakan hak konstitusional dari fakir miskin, dan karena selama ini UUD 1945 tidak mengatur secara tegas tentang bantuan hukum, maka bantuan hukum sebagai hak dasar perlu diatur dalam UUD 1945. Pencantuman pemberian bantuan hukum dalam UUD 1945, memberikan jaminan yang kuat bagi fakir miskin untuk memperoleh bantuan hukum. Apabila ketentuan mengenai bantuan hukum telah dicantumkan dalam UUD 1945 maka ketentuan operasionalnya dijabarkan lebih lanjut di dalam suatu undang-undang bantuan hukum. Semoga dengan dicantumkannya jaminan pemberian bantuan hukum dalam UUD 1945 dan undang-undang bantuan hukum, fakir miskin dapat memperoleh akses bagi pembelaan hak-haknya, baik itu hak ekonomi, sosial, budaya, maupun hak sipil dan politik. Dengan demikian fakir miskin dapat memperoleh dan mempertahankan hak-haknya tersebut sehingga harkat dan martabat fakir miskin dapat terangkat melalui pemberian bantuan hukum. n NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 49 Nasional Laporan Utama Perda No.8/2007 JAKARTA, Daerah Bebas Orang Miskin? Tinjauan terhadap PERDA No. 8 Tahun 2007 Wahyu Effendi Ketua Advokasi Pengurus Pusat Perhimpunan INTI dan Ketua Umum Gerakan Anti Diskriminasi S elepas liburan panjang Idul Fitri 1428 H, kembali Pemerintah Daerah DKI Jakarta mengumumkan akan melakukan Operasi Yustisi Kependudukan (OYK). Kendati bukan merupakan program anyar, pelaksanaan OYK kali ini terasa berbeda lantaran Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang merupakan ujung tombak ‘penertiban’ ini, mendapatkan legitimasi hukum Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum, yang baru saja definitif di’ketok’ oleh DPRD DKI Jakarta. Bukan hanya ditujukan bagi penertiban penduduk tidak berdokumen kependudukan DKI Jakarta, tetapi Perda tersebut juga memberikan ‘kuasa’ penertiban atas 101 pelang­ garan seperti yang diatur dalam Perda tersebut. Diantaranya beberapa ketentuan yang cukup kontroversial yaitu pembatasan yang disertai ketentuan pidana terhadap pengemis, pedagang kaki lima, pengamen, dan lain-lain. Perda tersebut seakan ingin melabeli DKI Jakarta sebagai kawasan verbodeen orang miskin. Inkonstitusionalitas Perda No. 8/2007 dan HAM Perda No. 8/2001 bukan saja secara substansi kontroversial. Dari segi konstitusionalitas, Perda ini mengatur ber­ bagai pembatasan, diantaranya mengatur pembatasan atas hak asasi manusia mendasar, yang dijamin secara tersurat dalam UUD 1945. Antara lain kebebasan warga negara untuk berdiam dan berpindah dalam wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia dan kebebasan manusia untuk mendapatkan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pembatasan atas hak asasi manusia mungkin saja dilakukan sepanjang menyangkut hak-hak yang bukan non-derogable rights. Pembatasan tersebut harus dilakukan melalui suatu Undang-Undang (UU) – bukan Peraturan Daerah (Perda). Dengan demikian, Peraturan Daerah DKI Jakarta tersebut jelas inkonstitusional dan bertentangan dengan UU No. 39 tahun 1999. Berdasarkan amanat UU No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, Departemen Dalam Negeri layak untuk 50 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 mempertimbangkan pembatalkan Perda No.8/2007 tersebut. Bahkan secara prinsip -terlepas dari wacana ‘NKRI vs negara Federasi’- bahwasanya NKRI dengan otonomi daerah sudah diterima sebagai konsepsi negara RI yang tentu saja wajib diimplementasikan secara konsekuen, termasuk di antaranya konsekuensi seorang WNI dapat berdiam dan berpindah dalam setiap ‘inchi’ wilayah NKRI. Mengingat betapa gigihnya pemerintah RI dalam menegakkan NKRI –dalam kasus NAD, Papua, atau Maluku– seharusnya kegigihan yang sama harus ditegaskan atas kebebasan mobilisasi WNI dalam wilayah NKRI. Pengingkaran atas hak WNI tersebut sama saja dengan bentuk separatisasi dalam format yang lain yang patut ditindak. Inkonsistensi Pengentasan Kemiskinan Pembatasan terhadap pedagang kaki lima, pendatang dari daerah lain yang berharap memperbaiki kehidupan ekonomi, dan sebagainya, merupakan bentuk pembatasan atas hak untuk mendapatkan penghidupan yang lebih layak bagi kemanusiaan seperti yang dijamin oleh UUD 1945. UUD 1945 bahkan menjamin perlindungan dan pemeliharaan terhadap anak terlantar dan kaum miskin. Munculnya Perda tersebut justru menunjukkan bentuk ‘cuci-tangan’ pemerintah DKI Jakarta atas kewajiban negara yang diamanatkan oleh UUD 1945. Dengan belum merembesnya pembangunan sampai ke wilayah pedesaan (apalagi dengan permasalahan melesunya kegiatan perekonomian yang diakibatkan naiknya harga mi­nyak dunia) pembatasan akses masuk ke wilayah Jakarta ataupun perkotaan lainnya yang merupakan satu-satunya harapan bagi penduduk pedesaan untuk memperbaiki kehi­ dupannya yang miskin, akan menjadi ‘pemiskinan’ bagi mereka yang sudah miskin. Pemerintah Daerah DKI Jakarta ataupun pemerintah Pusat dapat saja berkilah bahwa kemiskinan di daerah lain di luar yurisdiksi Pemda DKI Jakarta atau bahwa pembangunan di pedesaan sedang dilakukan dan butuh waktu. Namun sejatinya Pemerintah Pusat dan DKI Jakarta tidak bijaksana ‘mencuci-tangan’ melalui Perda No.8/2007. Permasalahan urbanisasi dan kemiskinan yang terjadi di Jakarta atau kota-kota besar di Indonesia, menunjukkan betapa belum konsistennya program pembangunan dan pe­ngentasan kemiskinan di Indonesia, dengan tidak sejalannya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah. Dengan masih lamban dan belum berjalannya pem­­ba­ngunan serta kegiatan perekonomian di pedesaan, adalah sangat tidak bijaksana membatasi seseorang yang terbelit kemiskinan untuk mencari dan memperbaiki kehidupan yang lebih baik di daerah perkotaan. Tidaklah mengherankan bila kemiskinan semakin me­ ningkat dari waktu ke waktu. Ironisnya, adalah sebuah kenyataan, bahwa pesatnya pembangunan dan terpusatnya ke­giatan perekonomian di daerah perkotaan, juga membutuhkan tenaga kerja tidak terampil untuk mengisi kesem­patan kerja yang tak dimasuki tenaga kerja wilayah perkotaan. Perda No. 8/2007: Jakarta dan Kuala Lumpur? Lahirnya Perda No. 8 Tahun 2007 menunjukkan putus­ asanya pemerintah dan DPRD DKI Jakarta dalam mengatasi permasalahan- permasalahan Jakarta yang sangat kompleks, mulai dari banjir, kemacetan, pengangguran, dan lain ­sebagainya. Perilaku masyarakat, yang dalam Perda itu digolongkan sebagai pelanggaran, sebenarnya merupakan ekses dari kebijakan nasional yang inkonsisten dan manajemen perkotaaan DKI Jakarta yang tanpa arah, dimana lebih berorientasi pada pembangunan fisik semata. Kebijakan Pemda DKI Jakarta (dan bahkan beberapa perkotaan lain seperti Cilegon, Depok yang akan membatasi masuknya penduduk dari luar daerah dengan Operasi Yustisi Kependu­ dukan) kembali mengingatkan kita atas perlakuan satgas RELA Malaysia di Kuala Lumpur yang me’razia’ warga negara Indonesia (WNI), dimana secara rasis mereka sebut ‘indon’. Tanpa membenarkan perlakuan pemerintah Malaysia itu, secara prinsip kenegaraan, perlakuan Pemda DKI Jakarta justru jauh lebih buruk, karena perlakuan tersebut ditujukan kepada warga negara Indonesia sendiri. Kalau begitu keadaanya, apakah sebenarnya kita berada di Jakarta atau Kuala Lumpur? Kalau pemerintah ndonesia sendiri tidak menghargai warga negaranya, bagaimana negara lain akan menghargai Warga Negara Indonesia? n NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 51 Nasional Laporan Utama 9 Tahun Tragedi Semanggi Peluru Yang Sama dari Tragedi Tri Sakti hingga Tragedi Semanggi Mega Christina Dewan Redaksi “Sekolah disubsidi rakyat, jadi harus berjuang demi rakyat banyak juga....” B egitu kata-kata Yap Yun Hap yang lekat di ingatan rekan semahasiwanya. Tampaknya tidak berlebihan, mengingat sebagian pendidikannya ia jalani di sekolah negeri, terakhir di SMA 78 Jakarta dan Jurusan Teknik Elek­ tro - Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI). Tak heran di tahun 1997, diam-diam pemuda kelahiran Bangka ini ikut membela nasib kaum petani. Ketika marak demonstrasi kampus, dengan gagah ia menantang, “Apa gunanya demonstrasi di kampus, kalau berani kita keluar.” Tak pelak ia turut dalam demonstrasi di Universitas Tri Sakti, yang tak jauh dari kediamannya di Gang Mangga XVII. Bahkan pertengahan Mei 1998 ia pun ikut menduduki tempat wakil rakyat, Gedung DPR/MPR hingga Soeharto lengser. “Seminggu ia tidak pulang. Demi kebenaran, dia berani,” kata ayahnya, Yap Pit Sing dengan nada bersemangat. Jelas tersirat rasa bangga pada putra sulungnya. Namun tingkah polah pemuda yang biasa disapa Yun Hap ini meresahkan hati ibundanya, Ho Kim Ngo. Sering ia mengingat Tragedi Tri Sakti yang merenggut empat nyawa mahasiswanya. “Mati tua: Hari ini mati, besok orang lupa. Kalau begini (Tragedi Tri Sakti, red), selamanya diingat orang,” begitu jawaban Yun Hap ditirukan ayahandanya ketika penulis berkunjung ke kediamannya di kawasan Tanjung Duren. Kata-kata pemuda kelahiran 17 Oktober 1977 ini tidak salah. ��������������������������������������������� Tanggal 23 November 1999 malam, ia menelepon. Memberitahu kalau ia tidak pulang, meski ayahnya mendesak pulang. Semalaman hati sang ayah gelisah. Ada suatu pe­ rasaan yang belum hilang, karena sembilan hari sebelumnya putra adiknya tewas ditabrak bus. Keesokan harinya pikiran sang ayah tersita, karena toko tempatnya bekerja dibobol perampok dengan menjebol tembok. Tapi malam itu ia mengetahui si putra sulung menurut pulang, meski kemudian berangkat lagi. Malang tak dapat ditolak. Sekitar pukul sebelas malam, pihak UI mene­ lepon, mengabarkan Yun Hap berada di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Sebersit perasaan me­nyergap. Putra tercintanya telah tiada. “Pelurunya 5,6 milimeter. Penembaknya Kostrad,” tegas Pit Sing. Pikirannya kembali pada waktu ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri, tubuh anaknya terbujur kaku, ditembus peluru tajam. “ Mati tua: Hari ini mati, besok orang lupa. Kalau begini, selamanya diingat orang. “ 52 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 Peluru yang Sama Yap Yun Hap adalah satu di antara sekian banyak korban impunitas (impunity) Republik ini dengan membiarkan penguasa tidak bertanggung jawab atas nyawa rakyatnya. Padahal kasus ini bukanlah kasus yang berdiri sendiri. “Banyak kemiripan antara Tragedi Semanggi I dan Tragedi Semanggi II. Belum ada penjelasan resmi siapa yang bertanggung jawab dalam kasus ini.” Begitulah kesimpulan Tim Pencari Fakta Independen (TPFI) Tragedi Semanggi II yang dipimpin Hermawan Sulistiyo. “Mahasiswa ditembak dengan peluru tajam secara brutal oleh aparat militer. Ini kebijakan institusional dan bukan kesalahan prosedur,” lanjut Hermawan yang juga peneliti LIPI kepada wartawan saat itu. Karena itu, tanggung jawab harus dipikul oleh pimpinan TNI/Polri dan pemerintah atau presiden, bukan oleh ko­ mandan pasukan yang melaksanakan kebijakan tersebut. Bukti bahwa penembakan itu merupakan kebijakan institusional, adalah karena jenis peluru dan senjata yang digunakan pada Tragedi Semanggi II sama dengan yang digunakan pada Peristiwa Trisakti, Kerusuhan Mei, Semanggi I, dan kasus penembakan mahasiswa di Lampung. “Adanya empat kasus dengan menggunakan peluru tajam tidak bisa dikatakan lagi sebagai kesalahan prosedur,” tegas Hermawan. Dari tes proyektil, terlihat bahwa sebelum mengenai Yap Yun Hap, peluru tajam tersebut mengenai benda lain dan memantul. Kesimpulan TPFI menunjukkan bahwa penembakan dilakukan secara membabi buta dan tak mungkin dilakukan oleh penembak jitu (sniper) dari kendaraan lain. Dari peluru itu juga disimpulkan bahwa senjata yang digunakan diduga jenis SS1, Steyr atau M16-A1. Temuan ini sejalan dengan kesimpulan tim forensik FKUI yang dipimpin Budi Sampurno. Ia mengatakan bahwa peluru yang bersarang ditubuh Yap Yun Hap bukan berasal dari pistol. ��������������������������������������������������� Berdasarkan pengujian, peluru berasal dari senjata laras panjang. “Kemungkinan peluru tersebut ditembakkan dari senjata jenis SS1,” kata Budi. Peluru yang bersarang di tubuh Yap Yun Hap memiliki panjang 20,9 mm dengan diameter 5,6 milimeter (mm) dan berat 3,6365 gram. Kesimpulan tim forensik FKUI ini diserahkan Budi kepada Komandan Pomdam Jaya Kolonel Mungkono (Majalah Panji No.26/Tahun III, 13 OKTOBER 1999). ADA DALANGNYA Lebih dari delapan tahun sudah Tragedi Tri Sakti, Semanggi I dan II berlalu, tanpa ada kemajuan yang berarti. Sama seperti tragedi yang lain, sebatas prajurit yang diadili, kalau tidak sekedar janji-janji berbagai institusi. “Kita terbentur di DPR. Mereka semua partai. di bibir saja bela rakyat. Kenyataannya (rakyat) mau mampus, mampus saja,” sergah Yap Pit Sing dengan nada tinggi. Ia menilai mahasiswa masih lugu, dipermainkan politik. “Mahasiswa jadi tumbal,” tegas Pit Sing. Menurutnya, tanpa mahasiswa, Gus Dur (Abdurrahman Wahid) dan Megawati tak bisa menjadi presiden. Tapi keduanya tidak pernah mengurusi mahasiswa, bahkan tidak menggubris urusan macam Tragedi Semanggi, orang hilang, dan sebagainya. Padahal, tuntutan keluarga korban sederhana. Ibarat film, pasti ada sutradaranya. Ibarat wayang, pasti ada dalangnya. “Prajurit tidak bisa menembak seenaknya. Kita kerja saja, diperintah bos, ya bos yang tanggung jawab. ’Kan tidak masuk akal kalau prajurit. Kami mau keadilan!” tegas Yap Pit Sing. Demonstrasi mahasiswa di depan gedung MPR tahun 1998. Ho Kim Ngo dan Yap Pit Sing menjadi satu di antara puluhan atau bahkan ratusan keluarga-keluarga korban yang marah, terluka dan prihatin atas kematian buah hatinya. Hampir satu dasawarsa lelehan airmata para orangtua tak sedikit pun melunakkan kekerasan hati para politisi. Ge­rakan para ibu berdiri dekat pagar istana setiap Kamis, meniru ibuibu Plaza de Mayo, tak menorehkan belas kasih pada para pencari keadilan yang berjuang tanpa kenal lelah ini. Sejarah telah mencatat, anak-anak bangsa yang menyerahkan nyawa bagi rakyatnya. Namun perjuangan saat ini adalah perjuangan agar kita tak melupakan tetesan darah putraputri terbaik, yang menjadi landasan reformasi saat ini. Perjuangan saat ini adalah perjuangan melawan lupa. n NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 53 Kolase Budaya Gambang Kromong Gambang Kromong Tempat Berkaca yang Mulai Kusam S ayup-sayup alunan musik tradi­sional terdengar di antara hingar-bingar pengunjung Pekan Raya Jakarta (PRJ). Terlihat seorang penyanyi melantunkan lagu berjudul ‘Tukang Perahu’ dengan iringan kelompok musik Gambang Kromong Sinar Jaya. Se­deretan alat musik modern seperti gitar, bass dan organ listrik ikut menyumbang bunyi, selain alat musik tradisional utama Gambang Kromong yang mengi­ringi goyangan sang penyanyi. Musik Gambang Kromong itu termasuk “Gambang Kromong Kombinasi” karena sudah memasukkan instrumen musik modern. Ada Gambang Kromong model lain, yang mengandalkan alat-alat musik tradisional. Namanya “Gambang Kromong Asli” atau “Polos”. Istilah yang digunakan Ong Gian, seorang pemusik Gambang Kromong dalam film dokumenter ‘Anak Naga Beranak Naga’. Instrumen dasar Gambang Kromong 54 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 terdiri dari percampuran instrumen asal Tiongkok dengan yang ada di Sunda dan Jawa. Alat musik Tiongkok adalah: Sukong/Shigong (士工), semacam rebab ukuran besar. Kong-a-hian/Guanzixian (管子線)��������������������������� , rebab ukuran sedang. TheHian/Tixian (提線), rebab ukuran kecil. Suling atau Tongsiau/Dongxiao (洞箫). Ningnong atau Siolo/Xiaoluo (小锣). ­Kecrek atau Pan/Ban (板), beberapa bilah lempeng logam (biasanya perunggu) yang ditumpuk di atas landasan kayu sehingga mengeluarkan bunyi crek-crek bila dipukul. Sedangkan alat yang merupakan unsur lokal adalah: Gambang, yaitu perkusi melodis yang mempunyai 18 buah bilah kayu sebagai sumber bunyi. Kromong, perkusi melodis dari gamelan Sunda atau Jawa yang terdiri dari 10 sumber suara dari logam. Berbentuk seperti mangkok dengan benjolan di tengahnya. Gong, lempeng logam berukuran cukup besar yang bersuara rendah dan dalam. Kenong dan Kempul, semacam gong kecil berasal dari gamelan Sunda dan Jawa. Kendang, alat tabuh khas dengan dua permukaan yang dapat ditemukan dalam musik Sunda dan Jawa. Awalnya pengombinasian hanya dilakukan terhadap instrumen musik Tionghoa dengan Gambang, sebagai pengganti peran lang-khim/Yangqin (洋 琴) karena sulit didapat. Pada perkembangannya kemudian barulah instrumen lokal lainnya ditambahkan ke dalam susunan Gambang Kromong. AWAL KEMUNCULAN Musik Gambang Kromong tumbuh di pusat kota Jakarta, seiring keberadaan orang Tionghoa yang didatangkan Belanda untuk mengisi dan membangun kota. Saat itu kota dinyatakan “kosong” karena menyingkirnya penduduk Sunda setelah keruntuhan Jayakarta. Eddy Prabowo, seorang Sinolog dari Universitas Indonesia menyebutkan ada beberapa alasan mengapa Belanda menggunakan orang-orang Tionghoa, alih-alih menarik kembali penduduk Sunda yang sudah menyingkir tersebut. Alasannya adalah mereka bukan orang lokal setempat yang berpotensi besar untuk memberontak. Selain itu orang-orang Tionghoa adalah pekerja keras yang ulet dan mereka mau dibayar murah. Setelah kota ini tumbuh dan berkembang, jumlah orang Tionghoa pe­ranakan sebagai keturunan Tionghoa totok semakin banyak. Kedudukannya pun semakin mapan. Untuk menghibur diri, mereka memainkan musik. Mereka memilih memainkan musik Tionghoa terutama dari daerah asal mereka khususnya lagu daerah Hokkian/Fujian (福建) selatan. Gambang Kromong adalah ketika diadakan pesta besar untuk menyambut kembalinya pemimpin masyarakat Tionghoa bernama Keptein Nie Hoa/Lian Fu 连富 dari pengasingannya di Makassar pascakejadian pembantaian orang Tionghoa tahun 1740. Pada pesta itu dimainkan lima perangkat orkestra gambang yang diklasifikasi setelah mengalami pengujian. Istilah “Gambang Kromong” sendiri baru timbul sekitar tahun 1880-an, ketika orkestra gambang mulai memasukkan instrumen kromong, kempul, ken­dang, dan gong seiring dengan masuknya budaya ngibing yang diadaptasi dari budaya Sunda. Seorang bek atau wijkmeester Tionghoa di daerah Pasar Senen yang bernama Teng Tjoe adalah yang pertama kali memainkan gambang dengan iringan kromong, kempul, kendang, dan gong. Seperti yang ditulis oleh Phoa kian Sioe sebagai berikut: “Pertjobaan wijkmeester Teng Tjoe telah berhasil, lagoe-lagoe gambang ditaboeh dengan tambahan alat terseboet di atas membikin tambah gembira Tjio kek dan pendenger-pendengernya. Dan moelai itoe waktu lagoe-lagoe Soenda banyak dipake oleh orkes gambang. Djoega orang, mulai brani pasang slendang boeat mengibing’. NADA DAN LAGU Nada-nada dalam kromong menggunakan tangga nada penta- Berbeda dengan Ti­onghoa ­peranakan di Jawa Tengah atau Jawa Timur yang lebih memilih mempelajari budaya setempat, Tionghoa Peranakan Batavia tak mempunyai desakan untuk masuk ke budaya ‘pribumi’. Hal ini disebabkan tersingkirnya penduduk Sunda yang sebelumnya mayoritas, tergantikan dengan keragaman etnis lain di kota itu. Akibatnya bisa dikatakan Batavia tidak memiliki kesenian lokal. Catatan awal tentang keberadaan tonis do, re, mi, sol, la. Tanpa nada fa dan si, seperti yang dijabarkan oleh Tan De Seng, musikus dari Bandung. Pada awalnya menurut penuturan Lim Go Lin dari Kedawung Wetan, salah seorang panjak (sebutan bagi pemusik gambang yang masih bisa memainkan lagu klasik Gambang Kromong de­ngan membaca notasi huruf Tionghoa), dalam dialek Hokkian selatan ada delapan nada, yaitu: ho 合(sol rendah), su 士(la rendah), siang 上(do), che 叉(re), kong 工(mi), liuh 六(sol), dan u 五(la). Instrumen gesek dilaras dalam nada dasar yang berbeda satu sama lain. Sukong bernada dasar dari su (la rendah) sampai kong (mi). The-hian dari siang (do) sampai liuh (sol). Kong-a-hian dari liuh (sol) sampai che (re). Kromong terdiri dari dua oktaf dan dipukul secara berpasangan. Gambang terbagi dalam tiga setengah oktaf, nada terendah liuh (sol) dan tertinggi siang (do). Dua buah gong yang biasanya digantung bernada do dan do tinggi. Sedangkan kenong bernada kong (mi). LAGU DALEM DAN LAGU SAYUR Philip Yampolsky dari Ford Foundation mengatakan bahwa jenis lagu Gambang Kromong terbagi dalam dua kategori, yaitu lagu dalem dan lagu sayur. Lagu dalem adalah lagu berirama tenang dan jernih yang sebenarnya merupakan lagu populer zaman dahulu. Diantaranya adalah: Semar Gunem, Mas Nona, Mawar Tumpa, Gula Ganting, Indung-indung, dan lain-lain. Lagu dalem bukan untuk iringan tarian atau ngibing, tapi untuk menghibur tetamu yang sedang menikmati hidangan dalam suatu perhelatan. Juga sebagai sarana untuk mengetahui kualitas vokal seorang penyanyi gambang atau wayang cokek. Lagu sayur diciptakan ketika budaya ngibing menjadi hiburan po­puler di kalangan Tionghoa peranakan sekitar tahun 1880-an. Lirik lagu jenis ini umumnya menggunakan bahasa Melayu yang disisipi dialek Betawi. Tidak jelas mengapa disebut lagu sayur, ada yang berpendapat mungkin karena tema yang digunakan biasanya ringan dan berisi hal-hal keseharian seperti dalam lagu Jali-jali, Ujung Menteng, Pasar Malem, Stambul, Centeh Manis. Tapi ada juga lagu sayur yang menceritakan suatu kejadian besar se­ perti lagu Kramat Karem (memperingati NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 55 Budaya Gambang Kromong karem atau tenggelamnya desa kramat yang terletak di antara Tanjung Burung dan Tanjung Kait di Utara dan Barat Laut Tanggerang karena meletusnya gunung Karakatau tahun 1883). Khazanah lagu sayur juga diperkaya dengan masuknya lagu berbahasa Sunda, yang mungkin masuk ketika penyebaran Gambang Kromong mencapai daerah pinggiran Jawa Barat terutama daerah Bogor. Diantaranya adalah: Awi Ngambat, Gaplek, Kembang Kacang, Kembang Beureum, Lampu Tempel dan Wawayangan. Menurut David Kwa, budayawan Tionghoa, selain lagu dalem dan lagu sayur, jenis lagu yang dimainkan oleh Gambang Kromong adalah lagu pobin dan lagu pengiring wayang Sin-pe, Lagu Pobin, adalah lagu Tionghoa yang umumnya merupakan lagu instrumentalia diantaranya adalah Ma To Jin/Ma dao Ren 妈道人(Pendeta Wanita), Lui Kong/Lei Gong 雷公(Dewa Halilintar). Selain itu ada juga yang berisi vokal dalam dialek Hokkian selatan se­ perti Poa Si Li Tan/ 56 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 Ban Si Lie Dan 半死李旦Li Tan (Sete­ ngah Mati). Wayang Sin-pe adalah semacam sandiwara yang diperankan biasanya oleh anak-anak kecil, memainkan kisah Tionghoa populer seperti Sih Jin Kui Ceng Tang (Sih Jin Kui Bertempur di Timur). Tahap selanjutnya dalam perkembangan Gambang Kromong, adalah satu kategori lagi yaitu jenis lagu modern. Termasuk jenis ini adalah lagu-lagu yang mulai mengadaptasi gaya musik pop atau rock seperti yang diterapkan oleh seniman besar betawi H. Benyamin S. (alm), Ida Royani, Herlina Efendi, dan lain-lain. GAMBANG KROMONG MASA KINI Jika ingin mencari kelompok musik Gambang Kromong saat ini, akan sulit ditemukan di pusat kota Jakarta. Kita harus pergi ke daerah pinggiran untuk menemukannya. Eddy Prabowo berpendapat bahwa penyebabnya adalah perkembangan masyarakat pusat kota yang menengah ke atas, tidak terbuka sepenuhnya untuk menyesuaikan diri dengan budaya lokal. Sementara itu masyarakat kelas bawah yang tidak memiliki posisi tawar kuat harus membuka diri terhadap budaya setempat agar bisa diterima. Maka akhirnya kesenian ini berkembang di daerah pinggiran. Keadaan Gambang Kromong sekarang semakin merosot. David Kwa me­nyebut dua faktor terbesar yang menyebabkan menurunnya keberadaan dan pamor musik legendaris ini. Pertama adalah faktor eksternal. Musik ini semakin termarjinalisasi dengan membanjirnya kaum pendatang yang menyebabkan tergesernya ke­ senian ini hingga hanya mampu bertahan di pinggiran. Kantong-kantong musik Gambang Kromong saat ini tersebar di pinggiran Jakarta. Di daerah barat, ada di sekitar Tanggerang. Di daerah selatan ada di sekitar Bogor seperti Cileungsi, Jonggol, dan Gunung Sindur. Sementara di daerah timur ia mondok di kawasanBekasi, seperti Babelan, dan Teluk Angsa. Faktor kedua yang membuat Gambang Kromong makin tersingkir adalah faktor internal. Tuntutan zaman dan kebutuhan ekonomi membuat musik ini terpaksa dikomersialisasi oleh para pelaku seninya sendiri. Seperti penuturan Aang dan Ong Gian, para panjak yang masih bisa memainkan lagu klasik dari daerah Serpong Tanggerang. Mereka mengatakan bahwa bila sekarang ada tanggapan (panggilan panggung), jangankan lagu dalem, lagu sayur pun hanya dimainkan satu atau dua lagu, sisanya adalah lagu dangdut yang lagi ngetren. Begitupun komentar yang diberikan oleh Masnah, penyanyi wayang cokek senior yang sudah berusia 80 tahun. Nenek yang masih prima dalam melantunkan lagu-lagu dalem ini bertutur, ”Wayang-wayang sekarang...boro-boro nyanyi begituan (lagu dalem-red), ­nyanyi biasa saja kagak ada yang mampu. Kalau lagu joget (maksudnya, dangdut) sih banyak.” Derasnya arus budaya luar dan kendurnya semangat anak muda untuk mewarisi keahlian pendahulunya di bidang musik tradisional boleh saja tidak bisa dihindari. Tapi usaha untuk memajukan kesenian ini harus tetap dilakukan, jangan sampai kesenian ini hilang ditelan masa. Apabila kesenian ini bisa ditingkatkan kembali mutunya, kemudian ”didandani” dengan make-up yang sesuai, bisa mendapat tempat yang layak di tengah masyarakat modern. Sama halnya de­­­­­­­ngan seni Sunda Ketuk Tilu yang setelah didandani menjadi Jaipongan kini sering ditampilkan di hotel-hotel berbintang tanpa harus risih dengan label ”kampung­an”. Gambang kromong yang berasal dari unsur budaya berbeda, yaitu Tionghoa dan Lokal (Jawa dan Sunda), bisa menjadi satu sinergi kesenian Betawi tanpa prasangka rasial atau primordial apapun. Disinilah keunikan warisan budaya ini yang patut dipertahankan. Ia menjadi tempat berkaca. Dimana unsur yang berbeda bisa menghasilkan suatu yang indah bila dicari keharmonisannya. Sayang, kini tempat berkaca itu sudah mulai kusam dan kurang perhatian. n toto NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 57 Sejarah Situs Batujaya ZIARAH KE SITUS BATUJAYA Bukti Jatidiri yang Terhimpit Ekonomi Para ahli menyebutnya sebagai penemuan arkeologi terbesar selama 50 tahun ini. Ternyata lokasinya tak jauh dari Jakarta. K ILAT keemasan hamparan padi siap panen, mengiringi langkah menuju kompleks percandian Batujaya. Di perbatasaan Desa Segaran-Kecamataan Batujaya dan Desa Telagajaya-Kecamatan Pakis Jaya, Karawang terlihat beberapa bukit kecil menyembul. Enam km menuju Utara, Pantai Jawa Barat membentang. Situs ini pertama kali ditemukan di tahun 1984 oleh tim arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia (kini bernama Fakultas Ilmu Budaya UI). Bukit-bukit kecil di tengah sawah itu disebut unur-unur oleh warga setempat. Mereka sudah lama mengetahui bahwa terdapat tumpukan bata di bawah unur itu, tapi tidak mengira bahwa bata tersebut adalah bagian dari kompleks bangunan candi. Masih banyak unurunur berukuran cukup besar yang belum digali dan diteliti. Berbentuk bukit-bukit, lengkap dengan pepohonan yang tumbuh lebat di atasnya. Para peneliti cukup kagum dengan temuan luas situs yang mencapai lima km persegi. Sejak awal penelitian di tahun 1985 sampai 1999, ditemukan tidak kurang dari 13 situs di Desa Segaran dan 11 situs di Desa Tegaljaya. Berdasarkan penelitian dari temuan artefak dan gerabah, 58 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 diketahui bahwa kronologi paling tua berasal dari abad ke-2 dan yang paling muda berasal dari abad ke-12 Masehi. Sementara bangunan-bangunan di situs itu memperlihatkan rentang waktu abad ke-5 hingga ke-6 Masehi yang berarti dibangun di bawah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara. Amulet dan gerabah –terutama yang dikenal sebagai Romano-Indian roulleted pouttery- berasal dari kota pelabuhan kuno Arikamedu di India Selatan. Ini membuktikan bahwa tempat ini didatangi oleh pelayar dari India yang lalu me­ ninggalkan pengaruh budaya. Sumber lain yang memperkuat adalah laporan perjalanan Fa Hsien yang berjudul Fo Kuo Chi pada tahun 414 Masehi dimana disebutkan keadaan Ya-Wa-Di atau Jawadipa. Catatan di Negeri Tiongkok juga menyatakan bahwa raja To-Lo-Mo (Tarumanagara) dengan rajanya Pa-da-do-a-la-pa-mo atau Purnawarman pernah berkunjung ke Tiongkok pada tahun 435 Masehi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Candi-candi Batujaya adalah candi tertua di tanah Jawa. Saat ini ada dua candi berukuran cukup besar yang sudah dan sedang dieskavasi di desa Segaran, yaitu Candi Jiwa dan Candi Blandongan. NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 59 Sejarah Laporan Utama Situs Batujaya Candi Jiwa yang sudah diekskavasi sepenuhnya, diba­ngun di atas lapik bujur sangkar. Bagian atas lapik ini bergelombang membentuk helai bunga teratai. Sedangkan Candi Blandongan yang masih dalam tahap rekonstruksi, memiliki undakan tangga di keempat sisinya dan semacam ruang lapang di bagian tengahnya. Diperkirakan ruang lapang ini dipakai untuk pertemuan atau peribadatan. Di sekitar candi Blandongan ditemukan amulet yang menggambarkan relief Buddha. Jadi bisa disimpulkan bahwa bangunan di kompleks ini adalah bangunan candi Buddha. Kedua bangunan candi itu terbuat dari bata. Lain de­ ngan bata biasa, bata candi ini dicampur dengan pecahan kulit kerang. Begitu pula lapisan dinding dan hiasan candi Blan­dongan. Terbuat dari campuran pasir, kerikil dan kulit kerang. Bahan campuran ini disebut stuko. Penemuan ini meruntuhkan mitos bahwa di Jawa Barat tak ada candi lain selain Candi Cangkuang (candi Syiwa) di Leles Garut. Candi Batujaya justru adalah candi tertua di tanah Jawa. Candi Batujaya juga meruntuhkan mitos bahwa candi yang berumur lebih muda dibangun dari bata merah, sementara candi yang lebih tua dibangun dari batuan gunung (andesitik), seperti model candi-candi di Jawa Tengah ke Jawa Timur. Selain bangunan candi dan artefak, pada bulan Juli 2005 sebuah tim kerja sama Puslitbang Arkeologi Nasional dan Ecole Francaise d’Extreme-Orient dari Perancis menemukan kerangka manusia yang masih utuh lengkap bersama bekal kuburnya di Unur Lempeng. Ia dikuburkan memakai gelang emas di tangan kanan sambil memegang pisau (parang) besi. Di antara dua lutut dan dan di bagian punggungnya juga terdapat senjata dari besi. Di bagian kaki dan atas kepalanya terdapat wadah tembikar. Di dekat kerangka tersebut juga ditemukan lima kerangka lain yang semuanya ditemukan bersama bekal kubur berupa tembikar. Penemuan ini menggembirakan, tak pernah dalam sejarah arkeologi ditemukan arte- fak dan kerangka manusia pembuatnya, dalam satu tempat secara sangat lengkap. Penemuan situs di pinggir Sungai Citarum ini begitu pen­ ting dalam menyumbang informasi prasejarah dan awal sejarah bangsa Indonesia. Situs Batujaya menunjukkan bahwa masyarakat purbakala Indonesia telah cukup terorganisasi dan siap meningkatkan peradaban. Ia adalah bukti, bahwa Indonesia (Nusantara) sudah melakukan globalisasi sejak akhir zaman prasejarahnya. Penelitian situs Batujaya, bagaimanapun terhimpit ber­ bagai kepentingan. Penelitian arkeologi harus berdampingan dengan kepentingan ekonomi pesawahan Karawang sebagai lumbung padi nasional. Ada pula rencana Pertamina dalam mengembangkan penemuan minyak di Pondok Tengah. Ini berarti akan ada tumpang tindih antara lahan penelitian dan kepentingan ekonomi. Ditilik melalui keuntungan ekonomi, situs Batujaya bisa saja dianggap tak menguntungkan. Tapi dari sudut pandang kepentingan jati diri dan sejarah bangsa, paling tidak harus ada usaha merekonstruksi bangunan-bangunan terbesar yang ada di kompleks percandian itu. Agar bukti bahwa Indonesia adalah bangsa yang telah lama memiliki budaya tinggi, tak lantas menjadi gundukan tanah tak terurus, seperti rasa perca­ya diri bangsa kita, yang kian hari, makin tak terurus. n Stuko Batujaya, terbuat dari pasir, kerikil dan kulit kerang Samping: Tengkorak manusia yang ditemukan di lokasi penggalian. 60 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 Atas: Peta daerah jelajah Kerajaan Tarumanagara Atas: Candi Jiwa, terletak tak jauh dari Batujaya, sudah dipugar seluruhnya. Bila dilihat dari atas, bangunan ini menyerupai bentuk bunga teratai. NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 61 Suara Muda Laporan Utama Renny Turangga Global Warming Berawal dari Kita Global warming sedang mengancam planet kita. Tapi tidak perlu jadi Superman untuk menyelamatkan bumi. Dengan langkah-langkah kecil, perubahan besar bisa terjadi. Saya tinggal di sebuah kota yang kadar polusi udaranya dijamin cukup untuk merusak paru-paru. Di siang hari, sinar matahari membakar kulit dengan sempurna. Ada cara-cara praktis untuk melarikan diri dari situasi ini. Pertama, langsung cari kendaraan umum yang ber-air conditioner (AC). Kedua, bila terpaksa harus berjalan di jalan raya pada siang hari, segera oleskan sun block, bila perlu yang SPF 50 dan jangan lupa, masker penutup hidung! Banyak orang, tak terkecuali anak muda, yang sepertinya cuek saja dengan masalah lingkungan yang menggerogoti wilayah masing-masing. Istilahnya, ‘elo-elo, gue-gue’. Sampah, polusi udara, global warming? Emang gue pikirin! Tapi masalahnya, kalau bukan elo-elo dan kita semua yang mikirin, lalu siapa? Pemerintah? Menteri Lingkungan Hidup? Saya percaya, bahwa nasib di tangan sendiri. Artinya, kitalah yang menentukan perubahan. Bukan gubernur, menteri, atau presiden sekalipun. Presiden hanya satu orang, tapi rakyat ada jutaan jumlahnya. Salah satunya adalah Anda, kalian, kita. Bayangkan, jika setiap orang di atas bumi ini mengubah kebiasaan-kebiasaan kecilnya setiap hari. Bayangkan, bila semua orang tidak membiarkan air ­ engalir terus-menerus tanpa digunakan, saat mencuci m mobil, menyikat gigi, atau mandi dengan pancuran. Jika satu orang menghemat satu liter air setiap hari, maka 200 juta liter air dihemat orang Indonesia tiap harinya. Bayangkan jika lebih banyak orang lagi yang mematikan AC dan lampu saat tidak digunakan, dan tidak membiarkan komputer stand by berjam-jam tanpa disentuh sedikitpun. Mencabut charger handphone saat tidak lagi digunakan, ternyata bisa menghemat pasokan listrik untuk 85.000 rumah dalam setahun. Bayangkan lagi, jika makin banyak orang yang membawa kantung plastik sendiri saat belanja dan menggunakannya kembali dikemudian hari. Demikian juga dengan kertaskertas bekas, yang bisa didaur ulang atau digunakan kembali pada halaman sebaliknya. Bayangkan jika semua orang 62 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 terbiasa demikian. Lalu bayangkan bila semua pemilik kendaraan merawat mesinnya dengan baik, sehingga tidak menyembulkan asap yang bisa mencekik pernapasan. Di Indonesia, sebesar 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Akibatnya, asal tahu saja, kematian akibat penyakit-penyakit yang ditimbulkan dari pencemaran udara berjumlah antara 50.000100.000 per tahun. Jadi bukan bumi saja yang makin panas, lambat laun kita pun bisa mati karena polusi udara. Terakhir , bayangkan juga bila makin banyak orang yang suka menanam pohon di pekarangannya, atau sekedar menanam di pot-pot kecil. Betapa indahnya bumi tempat tinggal kita ini! Bayangkan, jika hal-hal sederhana tersebut bisa kita lakukan. Meski sederhana, tak kalah hebatnya dengan Superman saat berusaha menyelamatkan bumi. Maka, berhentilah membayangkan dan mulai melakukan! Saat AC tidak lagi cukup mendinginkan, saat sun block SPF 50 tidak lagi ampuh melindungi kulit, mungkin saat itu kita baru menyadari, ­ ada sesuatu yang salah dan dibiarkan terus terjadi di muka bumi ini. Ironisnya, itu bukan salah jajaran pemerintah atau kepala negara. Tapi salah kita sendiri, karena kita tidak peduli. n Renny Turangga Duta Indonesia untuk Bayer Young Environmental Envoy di Leverkusen, Germany, 2006. Lahir di Jakarta, 19 Maret 1982. Lulusan Psikologi, Universitas Tarumanagara, Jakarta. NOVEMBER-DESEMBER 2007 SUARA BARU 63 Kolase Kesehatan HIV/AIDS dr. Ivan Fintan Tim Kesehatan Perhimpunan INTI Setiap tanggal 1 Desember, kita memperingati Hari HIV/AIDS sedunia. Tahukah Anda bahwa 4 juta orang lebih mendapatkan penyakit ini tiap tahunnya? K ASUS penyakit dengan gejala kekebalan tubuh yang tidak ditemukan pada manusia sehat, terjadi pada tahun 1982 di Amerika Serikat. Saat itu penyakit ini disebut GRID - Gay Related Immunodeficiency atau penyakit yang ditularkan oleh sesama kaum homoseksual. Virus HIV sendiri diketahui muncul dalam darah pada 1959 di Kongo. Kasus AIDS pertama di Indonesia tercatat tahun 1987 lewat kematian seorang turis Belanda di Bali. Menurut data Statistik WHO, jumlah orang yang hidup de­ ngan HIV pada tahun 2006 adalah 39,5 juta orang. Sedangkan kasus baru yang terinfeksi HIV sebanyak 4,3 juta orang, dan kematian karena AIDS pada tahun yang sama sebanyak 2,9 juta orang. Penularan HIV/AIDS Penyebab penyakit AIDS adalah virus HIV. HIV me­nyerang limfosit, yaitu sel darah putih yang termasuk dalam sistem pertahanan atau imunitas, melalui pertukaran cairan tubuh, seperti: Hubungan seks dengan orang yang mengidap HIV. Penggunaan jarum suntik dan alat yang ber­potensi menimbulkan luka (pisau cukur, tato, tindik, dan lainnya). Transfusi darah yang mengandung HIV. Ibu hamil pada bayi yang dikandungnya. Penularan HIV tidak menular melalui bersin atau batuk, ciuman pipi, bersalaman tangan, menggunakan alat makan bersama, berenang, gigitan nyamuk dan fasilitas kloset/toilet umum. Maka kontak dengan penderita HIV tanpa pertukaran cairan tubuh, tidak berpotensi menularkan virus. Gejala dan Diagnosa Karena yang diserang adalah sistem kekebalan tubuh, maka infeksi HIV menyebabkan penurunan kekebalan tubuh, ditandai dengan menurunnya kadar CD-4 bila diukur. Penurunan sistem kekebalan ini menyebabkan tubuh rentan terhadap penyakit yang seharusnya bisa diatasi oleh kekebalan tubuh manusia sehat. Maka AIDS lebih tepat dikatakan sebagai kumpulan gejala penyakit daripada penyakit. 64 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 HIV/AIDS Dari waktu pertama kali terinfeksi sampai dengan timbulnya gejala, memakan waktu 3-6 minggu. Gejala awal karena infeksi virus HIV secara umum adalah: Demam. Faringitis (radang tenggorokan). Pembesaran kelenjar tanpa sebab yang jelas. Sakit kepala. Sakit otot atau sendi. Kelelahan. Penurunan berat badan. Diare yang berkepanjangan biasanya lebih 1 bulan tanpa sebab. Bercak merah-kebiruan pada kulit. Dalam masa setelah tertular, tubuh terinfeksi belum membentuk antibodi secara sempurna, sehingga pemeriksaan darah seringkali memberikan hasil negatif (window period). Bila pemeriksaan darah sudah positif HIV, maka penderita akan masuk ke dalam fase laten (latency period) dimana tidak timbul gejala selama 5-10 tahun. Infeksi virus akan terus terjadi, dan virus terus memperbanyak diri sampai ke stadium AIDS, dimana timbulnya gejala penyakit yang disebabkan oleh berbagai macam agen penyakit mulai dari paru-paru (co. pneumonia pneumocystis carinii, TBC), kulit (co. kandidiasis), syaraf, jantung, saluran cerna, ginjal, endokrin sampai ke penyakit ganas seperti sarcoma kaposi (sejenis tumor ganas). Pengobatan Banyak obat yang beredar untuk menekan jumlah dan laju pertumbuhan virus dalam tubuh yang terinfeksi oleh HIV. Yang biasa dipakai adalah obat anti retro viral (ARV). ­Mekanisme kerjanya dengan menekan petumbuhan virus yang mengakibatkan penghancuran sel-sel kekebalan tubuh. Penanganan AIDS tak hanya tercakup dalam obat-obatan tapi juga dukungan dan perhatian kepada orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA). Dengan informasi lengkap tentang HIV/AIDS dan mengetahui sumber serta mekanisme penularan, kita bisa memproteksi diri. Dukungan yang diberikan kepada ODHA akan sangat berarti bagi mereka, juga akan membantu secara psikologis agar mereka tetap mempunyai semangat hidup. Pola hidup dari ODHA pun harus diperhatikan dengan memperhatikan makanan dengan gizi yang baik, olahraga yang teratur, istirahat yang cukup dan berkonsultasi pada dokter secara rutin. n re You Next? Teknologi Global Warming Kontribusi IT terhadap Masalah Global Warming Sugeng Wibowo Direktur PT. Myindo Cyber Media T opik perubahan iklim yang berdampak pada global warming atau pemanasan global sebe­tulnya sudah ramai dibicarakan sejak bertahun-tahun lalu. Saat ini, seiring perubahan cuaca yang makin tak menentu dan bencana alam yang terjadi di berbagai belahan dunia, pemanasan global kembali hangat dibicarakan dan disinyalir menjadi salah satu penyebabnya. IT atau teknologi informasi dengan kecanggihan perangkatnya yang selama ini telah membantu kehidupan manusia memiliki peran penting dalam pencegahan pemanasan global. Sebagai contoh, melalui situs youtube.com, kita bisa melihat beberapa tayangan video ­mengenai dampak pemanasan global yang terjadi di berbagai tempat di dunia, seperti proses salju yang mencair di kutub. Selain itu, coba tengok www.ipcc.ch yang dikelola oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) atau “Panel Antarpeme­ rintah Tentang Perubahan Iklim”, yakni suatu panel ilmiah yang terdiri dari para ilmuwan dari seluruh dunia. IPCC didirikan pada tahun 1988 oleh dua organisasi PBB, World Meteorological Organization (WMO) dan United Nations Environment Programme (UNEP). Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan, terancam mengalami pengurangan garis pantai, yang artinya pulau-pulau di Indonesia akan berkurang luasnya, karena garis pantai semakin naik menuju daratan. Menurut sebuah penelitian, sepersepuluh penduduk dunia atau sekitar 634 juta orang tinggal di pesisir lautan. (http://akuinginhijau.wordpress. com/2007/08/25/perubahan-iklim-global-jakarta-bisa-tinggal-nama/). Artinya, dengan semakin berkurangnya luas garis pantai, semakin berkurang juga lahan bagi orang-orang yang tinggal di sekitar pantai. Portal PEMANASAN GLOBAL Pembuatan portal mengenai perubahan iklim dan pemanasan global bisa menjadi salah satu kontribusi. Misalnya portal kumpulan artikel mengenai apa yang bisa dilakukan oleh setiap orang untuk mengurangi efek pemanasan global, atau informasi penting mengenai kondisi alam dunia. Pembuatan portal ini tentunya tidak terlepas dari dukungan be­rbagai pihak, terutama pihak-pihak yang berkompeten dalam menyampaikan berita. Bukan hanya mengenai fakta yang disajikan tanpa solusi. Informasi tersebut disebarluaskan melalui portal agar menginspirasi banyak orang untuk berbagi solusi dan melakukan aksi. Portal tersebut bisa di-link dengan komunitas lain, mi­salnya komunitas lingkungan hidup, sehingga mereka dapat turut melakukan tindakan sesuai bidangnya. Misalnya membuat program ‘tanam 1000 pohon’ atau bekerjasama dengan pemerintah untuk menerbitkan aturan yang lebih ketat dalam hal ketentuan gas buang kendaraan. Ide lain, menyediakan lahan untuk program ‘tanam 1000 pohon’, pemba­ngunan paru-paru kota, atau bekerjasama dengan ­pengusaha property untuk menyediakan ruang bagi penghijauan dalam kantor, dan lain sebagainya. Portal ini juga tidak tertutup bagi penggemar hiburan, misalnya dengan menyediakan forum resensi film untuk film-film dokumenter atau film-film yang berhubungan dengan bencana alam, sehingga mereka juga bisa tergerak untuk memberikan kontribusi bagi kelestarian bumi. Misalnya film dokumenter ‘An Inconvenient Truth’ yang dibintangi oleh Al Gore, mantan wakil presiden Amerika Serikat pada era Bill Clinton. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah kita cukup sadar dan perduli dengan ancaman perubahan iklim ini? n Goes Global The first and only USA-based JCI accredited hospital in Indonesia Siloam Hospitals Lippo Karawaci is officially the first and only hospital in Indonesia to receive hospital accreditation by USA-based Joint Commission International (JCI). JCI accreditation is the world’s leading internationally recognised hospital quality award. As the global chase intensifies for a share of the US$60 billion medical tourism market, this achievement places Indonesia on the map as destination for thousands of health travellers from the USA, Europe, Australia and South East Asia who look abroad for life-altering care at an affordable price. JCI accreditation means truly international treatment is now available to everyone, here in Jakarta, and will give both Indonesian and international patients tremendous confidence in healthcare provision in Indonesia. www.siloamhospitals.com Lippo Karawaci (JCI) Kebon Jeruk Lippo Cikarang Surabaya Semanggi Spesialist Clinic Opening soon: Siloam Hospital Semanggi and The Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre 66 SUARA BARU NOVEMBER-DESEMBER 2007 Siloam Hospital Kemang World class healthcare experience Siloam Hospital Bandung