analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan

advertisement
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KETEPATAN
WAKTU CORPORATE INTERNET REPORTING
35
PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
WIDARYANTI
STIE Pelita Nusantara Semarang
ABSTRACT
This study seek to examined factors that affect the timeliness of corporate internet
reporting (CIR) in listed companies on the Indonesian Stock Exchange. Key factors used firm
characteristics (firm size, type of bussiness, profitability, leverage, liquidity, issuance of stock)
and corporate governance variables (public ownership structure, proportion of supervisory
board and supervisory board size).
Population of this study was Indonesian Listed Company in 2008 at Indonesian Stock
Exchange .The sample was 195 firms Based on purposive sampling technique. Multiple
regression analysis used to test the hypothesis.
The regression analysis found that a significant relationship between the timeliness of
CIR and firm size. However, others variable like type of bussiness, profitability, leverage,
liquidity, stock issues, public ownership structure, proportion of supervisory board and
supervisory board size was not significant relationship with timeliness of CIR.. This results
indicated that firms typically in big size se modisclore timely information on their web sites.
Keywords : Timeliness, Corporate Internet Reporting, Firm Characteristics, Corporate
Governance
digunakan oleh investor dalam pembuatan
PENDAHULUAN
keputusan, maka ketepatan waktu menjadi
Pelaporan keuangan merupakan
karakteristik yang paling penting dari
media
bagi
perusahaan
untuk
informasi akuntansi (Soltani, 2002).
mengungkapkan
informasi
tentang
Ketepatan waktu telah diakui
perusahaan
kepada
stakeholders.
sebagai satu dari atribut kualitatif laporan
Perusahaan-perusahaan yang sahamnya
keuangan (PSAK, 2007). Ketepatan waktu
tercatat di bursa efek harus melakukan
diartikan bahwa informasi seharusnya ada
pengungkapan
informasi.
Seperti
untuk pengguna laporan keuangan secepat
dinyatakan oleh Healy dan Palepu (2000)
mungkin (Carslaw dan Kaplan, 1991),
bahwa pengungkapan informasi merupakan
sedangkan atribut kualitatif laporan
bagian komunikasi yang wajib dilakukan
keuangan merupakan ciri khas yang
oleh perusahaan emiten, seperti roadshows,
membuat
informasi
dalam
laporan
analysts’ presentations and conference
keuangan berguna bagi pemakai (Saleh,
calls, press releases, internet sites, dan
2004). Oleh karena itu, informasi dikatakan
aktivitas emiten lainnya. Healy dan Palepu
berguna bagi pemakai jika tersedia tepat
(1993)
menemukan
bahwa
strategi
waktu.
pengungkapan merupakan sarana atau
Perkembangan tingkat penggunaan
media potensial yang sangat penting bagi
internet menjadi trend penting bagi
para manajer perusahaan emiten untuk
perusahaan untuk melaksanakan corporate
dapat mempengaruhi atau memberi dampak
internet reporting (CIR), atau pelaporan
terhadap keputusan-keputusan investasi
informasi keuangan perusahaan melalui
para investor sebagai
pihak luar
internet (Oyelere, et al., 2003). Hal ini
perusahaan.
dilakukan karena berbagai fitur berita dan
Pada umumnya investor di dalam
informasi keuangan akan sangat mudah
membuat keputusan investasi dalam
dijangkau oleh pengguna tanpa adanya
sekuritas saham atau melakukan aktivitas
hambatan batasan geografis. Selain relatif
trading di pasar modal sebagian didasarkan
lebih mudah untuk diterapkan (applicable),
atas informasi terbaru yang masuk ke pasar
internet juga memberikan kemudahan
dari perusahaan publik dan emiten yang
dalam hal akses (accessability), biaya yang
sahamnya tercatat (listing) di bursa efek.
relatif lebih murah, serta kecepatan untuk
Karena tujuan perusahaan publik adalah
menyediakan
informasi
yang
akan
memperbarui
berita
dan
informasi
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
(updating). Laporan keuangan yang
biasanya dicetak, melalui internet laporan
keuangan perusahaan bisa didistribusikan
lebih cepat (aspek timeliness), artinya
dengan media internet perusahaan mampu
mengeksploitasi kegunaan teknologi ini
untuk lebih membuka diri (aspek
transparansi) dan untuk menginformasikan
laporan keuangannya (aspek disclosure)
lebih tepat waktu.
Penyampaian informasi yang lebih
cepat pendistribusiannya atau tepat waktu
dapat meningkatkan nilai informasi tersebut
(Ezat dan El-Masry, 2008). Menurut Jones
dan Stanwick (2001) para investor
menyadari bahwa nilai informasi keuangan
akan menurun menurut waktu. Hal ini yang
menyebabkan siklus pelaporan keuangan
diperpendek dari tahunan menjadi interval
triwulanan untuk mengefektifkan pelaporan
yang real-time, untuk itu internet menjadi
alat penting bagi perusahaan untuk
mengungkapkan informasi yang up-to-date
(timely information) (Abdelsalam dan
Street, 2007).
Penelitian mengenai pengungkapan
informasi melalui internet dalam corporate
website telah banyak dilakukan. Beberapa
penelitian menggunakan analisis deskriptif
untuk mengetahui luas pengungkapan
informasi dalam website perusahaan dan
informasi-informasi
apa
saja
yang
diungkapkan dalam website perusahaan di
banyak negara (Barac, 2004; Ettredge et al.,
2001; Hedlin, 1999; Lybert, 2002;
Petravick dan Gillet, 1998). Penelitian
empiris corporate internet reporting yang
lain menganalisis mengenai determinandeterminan kualitas pengungkapan online
(Asbaught et al., 1999; Bollen et al., 2006;
Brennan dan Hourigan, 2000; Debreceny et
al., 2002; Debreceny dan Rahman, 2005;
Marston dan Polei, 2004; Momany dan AlShorman, 2006; Trabelsi dan Labelle, 2006;
Xiao et al, 2004).
Penelitian ini mengacu pada
penelitian Ezat dan El-Masry (2008)
tentang ketepatan waktu CIR oleh
perusahaan-perusahaan besar di Mesir.
Variabel independen yang digunakan oleh
Ezat dan El-Masry adalah ukuran
perusahaan, tipe bisnis, profitabilitas,
leverage, likuiditas, penerbitan saham,
struktur kepemilikan, komposisi dewan
direktur, dualitas peran dan ukuran dewan
direktur. Struktur corporate governance di
Mesir menggunakan one tier system
sedangkan di Indonesia menggunakan two
tier system. Adanya perbedaan sistem yang
digunakan apakah akan mempengaruhi
tingkat transparansi, merupakan salah satu
motivasi penelitian ini, dimana pelaporan
melalui internet merupakan salah satu
perwujudan dari prinsip good corporate
governance yaitu transparansi.
Penelitian-penelitian sebelumnya di
bidang ini dilakukan terutama di luar
negeri, belum banyaknya penelitian
mengenai ketepatan waktu CIR di Indonesia
merupakan motivasi untuk dilakukan
penelitian mengenai analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi ketepatan waktu CIR
pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Faktorfaktor yang mempengaruhi ketepatan waktu
CIR adalah ukuran perusahaan, tipe bisnis,
profitabilitas,
leverage,
likuiditas,
penerbitan saham, kepemilikan publik,
proporsi dewan komisaris independen dan
ukuran dewan komisaris.
TELAAH PUSTAKA DAN
PENGEMBANGAN MODEL
Teori Signalling
Teori signal (signalling theory)
membahas bagaimana seharusnya signalsignal
keberhasilan
atau
kegagalan
manajemen (agent) disampaikan kepada
pemilik modal (principles) (Jogiyanto,
2000). Dalam hal ini, penyampaian laporan
keuangan dapat dianggap sebagai signal,
yang berarti bahwa apakah agen telah
berbuat sesuai dengan kontrak atau belum.
Menurut Sharpe (1997) pengumuman
informasi akuntansi yang tepat waktu
memberikan signal bahwa perusahaan
mempunyai prospek yang baik di masa
mendatang (good news) sehingga investor
tertarik untuk melakukan perdagangan
saham, dengan demikian pasar akan
bereaksi yang tercermin melalui perubahan
dalam volume perdagangan saham. Dengan
demikian hubungan antara publikasi
informasi baik laporan keuangan, kondisi
keuangan ataupun sosial politik terhadap
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
fluktuasi volume perdagangan saham dapat
dilihat dalam efisiensi pasar.
Teori Agensi (Agency theory)
Jensen dan Meckling (1976)
menggambarkan hubungan agency sebagai
suatu kontrak dibawah satu atau lebih
(prinsipal) yang melibatkan orang lain
(agent) untuk melaksanakan beberapa
layanan bagi mereka dengan melibatkan
pendelegasian wewenang pengambilan
keputusan kepada agen. Baik prinsipal
maupun agen diasumsikan sebagai orang
ekonomi yang rasional dan semata-mata
termotivasi oleh kepentingan pribadi.
Shareholder atau prinsipal, mendelegasikan
pembuatan keputusan sehari-hari kepada
manajer atau agen. Manajer ditugaskan
dengan menggunakan dan mengawasi
sumber-sumber
ekonomi
perusahaan.
Bagaimanapun juga, manajer tidak selalu
bertindak sesuai dengan keinginan terbaik
pemegang saham, sebagian dikarenakan
oleh pemilihan yang kurang baik (adverse
selection) atau adanya moral hazard, selain
itu juga dapat memicu adanya asymetri
informasi. Oleh sebab itu pemegang saham
harus
memonitor
manajer
untuk
memastikan mereka telah berbuat sesuai
dengan ketentuan dari isi kontrak perjanjian
(Jensen dan Meckling 1976). Menurut
Kelton (2008) informasi laporan keuangan
yang disampaikan secara tepat waktu akan
mengurangi asimetri informasi.
Corporate Internet Reporting (CIR)
Penggunaan
internet
untuk
kepentingan penyajian pelaporan keuangan
menjadi suatu kebutuhan. Corporate
Internet Reporting (CIR) adalah penyajian
pelaporan informasi keuangan perusahaan
melalui media internet (Ashbaught,
Johnstone, dan Warfield, 1999). Pelaporan
keuangan
perusahaan
melalui
situs
perusahaan menjadi metode baru untuk
penyebaran informasi keuangan.
Menurut Suripto (2006) manfaat
pelaporan keuangan menggunakan internet
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan efisiensi biaya, karena
a. Menurunkan biaya produksi dan
distribusi
yang
berhubungan
dengan laporan tahunan cetakan.
b. Menekan
jumlah
permintaan
laporan keuangan cetakan dari
pemakai laporan keuangan yang
bukan pemegang saham.
2. Memperbaiki akses pemakai terhadap
informasi, dengan
a. Fleksibilitas akses yang tidak
berurutan
terhadap
informasi
dengan menggunakan hiperlink
b. Menyediakan
informasi
lebih
banyak dibanding yang tersedia
dalam laporan tahunan cetakan
c. Menyediakan informasi real time
d. Menyediakan informasi dalam cara
yang interaktif
e. Memperbaiki
keteraksesan
informasi
yang
akan
mengakibatkan
penyebaran
informasi yang lebih adil (Fisher et
al., 2004)
f. Semakin banyak artikel-artikel
yang dimuat dalam media-media
bisnis (Asbaught et al., 1999;
Marston, 2003; Khadaro, 2005)
mencerminkan
tumbuhnya
kesadaran arti penting internet
sebagai
media
komunikasi
informasi
keuangan.
Proses
hubungan
investor
dapat
ditingkatkan, lebih transparan dan
inklusif, dengan media pelaporan
internet (Marston, 2003). Sebagai
contoh, rekaman presentasi analis
dapat ditayangkan dalam website
perusahaan.
Kualitas CIR dapat dinilai dari
empat
komponen
yaitu
isi/content,
ketepatan waktu/timelines, pemanfaatan
tehnologi/technology dan user-support
(Almilia dan Budisusetyo, 2008). Adapun
penjelasan untuk masing-masing komponen
adalah sebagai berikut:
1. Isi/Content, dalam kategori ini meliputi
komponen informasi keuangan seperti
laporan neraca, rugi laba, arus kas,
perubahan posisi keuangan serta
laporan keberlanjutan perusahaan.
Informasi keuangan yang diungkapkan
dalam bentuk html memiliki skor yang
tinggi dibandingkan dalam format pdf,
karena informasi dalam bentuk html
lebih memudahkan pengguna informasi
untuk mengakses informasi keuangan
tersebut menjadi lebih cepat.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
Ketepatan waktu, ketika website
perusahaan sering di-update serta dapat
menyajikan informasi terkini maka
dikatakan tepat waktu.
3. Pemanfaatan Teknologi, komponen ini
terkait dengan pemanfaatan teknologi
yang tidak dapat disediakan oleh media
laporan cetak serta penggunaan media
teknologi multimedia, analysis tools
(contohnya, Excel’s Pivot Table), fiturPengembangan Hipotesis
Hubungan antara Ukuran Perusahaan
dengan Ketepatan Waktu CIR
Ukuran perusahaan adalah suatu
skala dimana dapat diklasifikasikan besar
kecil suatu perusahaan. Besar (ukuran)
perusahaan dapat dinyatakan dalam total
aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar.
Semakin besar total aktiva, penjualan dan
kapitalisasi pasar maka semakin besar pula
ukuran perusahaan. Perusahaan besar
cenderung
menyediakan
informasi
keuangan yang lebih cepat, baik dalam
media tradisional (Botosan, 1997) maupun
media online (Ettredge et.al, 2002) daripada
perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan
perusahaan besar mempunyai desakan kuat
dari analis dan investor untuk lebih cepat
mendistribusikan
informasi
keuangan
perusahaan (Ettredge, 2005). Perusahaan
lebih besar banyak disorot oleh masyarakat
dibandingkan perusahaan kecil, oleh karena
itu perusahaan besar cenderung menjaga
image perusahaan dimata masyarakat.
Menurut Botosan (1997) bahwa perusahaan
besar lebih konsisten untuk tepat waktu
dibandingkan dengan perusahaan kecil
dalam
menginformasikan
laporan
keuangannya, dikarenakan perusahaan
besar cenderung lebih banyak mendapat
perhatian
publik.
Suripto
(2006)
menyatakan bahwa perusahaan besar
umumnya memiliki jumlah aktiva besar,
penjualan besar, keterampilan karyawan
yang baik, sistem informasi yang baik, jenis
produk banyak, struktur kepemilikan
lengkap, memiliki sistem pengendalian
yang kuat, adanya pengawasan dari
investor, regulator dan sorotan masyarakat,
sehingga memungkinkan perusahaan untuk
melaporkan informasi perusahaan lebih
cepat ke publik. Sedangkan pada
perusahaan kecil terdapat dugaan akan
2.
fitur lanjutan (seperti implementasi
“Intelligent Agent” atau XBRL).
4. User Support, indeks website perusahaan
semakin tinggi jika perusahaan
mengimplementasikan secara optimal
semua sarana dalam website perusahaan
seperti:
media
pencarian
dan
navigasi/search and navigation tools
(sperti FAQ, links to homepage, site
map, site search).
mengungkapkan dengan kualitas yang lebih
rendah dibandingkan perusahaan yang lebih
besar.
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap ketepatan waktu CIR
Hubungan antara Tipe Bisnis dengan
Ketepatan Waktu CIR
Menurut Suripto (2006) perusahaan
publik yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dapat dikategorikan ke dalam tiga
kelompok besar yaitu :
1. Perusahaan manufaktur
2. Perusahaan non manufaktur selain
usaha bank dan lembaga keuangan
lainnya
3. Kelompok usaha bank dan lembaga
keuangan
Ezat
dan
El-Masry
(2008)
mengelompokkan tipe bisnis menjadi dua
yaitu
perusahaan
manufaktur
dan
perusahaan jasa, dan menyimpulkan bahwa
variabel tipe bisnis berpengaruh terhadap
ketepatan waktu CIR. Perusahaan yang
bergerak dalam industri tertentu secara
politik lebih rentan dikritik masyarakat.
Perusahaan
tersebut
menggunakan
pengungkapan informasi yang lebih banyak
dan tepat waktu untuk meminimalkan atau
mengurangi kemungkinan political cost
seperti regulasi atau tuntutan tertentu dari
masyarakat (Craven dan Marston, 2003).
Ketepatan waktu pengungkapan informasi
keuangan dalam internet dapat diduga
berbeda antar industri karena perusahaan
dengan kandungan teknologi tinggi ingin
unjuk kemampuan di bidang teknologi
(Suripto, 2006).
H2: Tipe bisnis berpengaruh positif
terhadap ketepatan waktu CIR
Hubungan antara Profitabilitas dengan
Ketepatan Waktu CIR
Profitabilitas merupakan suatu
aspek penting yang dijadikan acuan oleh
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
investor atau pemilik untuk menilai kinerja
manajemen dalam mengelola suatu
perusahaan.
Profitabilitas
dapat
mempengaruhi keputusan investor untuk
membeli atau menjual sahamnya dan dapat
juga mempengaruhi keputusan pemilik
untuk memberi bonus atau menaikkan nilai
kontrak kepada manajer. Di samping itu,
profitabilitas juga dapat digunakan oleh
kreditor untuk memutuskan pinjaman
mereka
kepada
suatu
perusahaan.
Berdasarkan signalling theory, perusahaan
yang memiliki profitabilitas tinggi dapat
dikatakan bahwa laporan keuangan
perusahaan tersebut mengandung berita
baik dan perusahaan yang mengalami berita
baik akan cenderung mengungkapkan
informasi keuangan perusahaan secara lebih
cepat (Hilmi, 2008). Suripto (2006) dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa lebih
tinggi profitabilitas perusahaan lebih besar
kemungkinan disoroti oleh masyarakat,
sehingga perusahaan yang profitable lebih
mempunyai sumber daya keuangan untuk
meningkatkan
kualitas
pengungkapan
tambahan.
H3: Profitabilitas berpengaruh positif
terhadap ketepatan waktu CIR
Hubungan antara Leverage dengan
Ketepatan Waktu CIR
Leverage adalah hutang sumber
dana yang digunakan perusahaan untuk
membiayai asetnya diluar sumber dana
modal atau ekuitas (Husnan dan Pudjiastuti,
2002). Hutang merupakan perjanjian antara
perusahaan sebagai debitur dengan kreditur.
Dalam perjanjian hutang ini, ada
kepentingan perusahaan untuk dinilai
positif oleh kreditur dalam hal kemampuan
membayar hutangnya. Sehingga adanya
perjanjian
kontrak
hutang
memicu
manajemen untuk meningkatkan kualitas
pengungkapan
informasi
keuangan
perusahaan melalui internet, termasuk
didalamnya aspek ketepatan waktu, dengan
tujuan memperlihatkan kinerja positif pada
kreditur, sehingga memperoleh suntikan
dana atau untuk memperoleh penjadwalan
kembali pembayaran hutang.
H4 :Leverage berpengaruh positif terhadap
ketepatan waktu CIR
Hubungan antara Likuiditas dengan
Ketepatan Waktu CIR
Likuiditas
perusahaan
dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat
kesehatan suatu perusahaan. Perusahaan
yang memiliki rasio likuiditas yang tinggi
akan
cenderung
untuk
melakukan
pengungkapan informasi yang lebih luas
kepada pihak-pihak yang membutuhkan
karena ingin dipandang bahwa perusahaan
tersebut credible (dapat dipercaya) (Oyelere
et al., 2003). Hal ini memotivasi
perusahaan yang sangat likuid untuk
mengungkapkan
likuiditasnya
dalam
internet. Perusahaan yang memiliki tingkat
likuiditas yang tinggi menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut memiliki kemampuan
yang tinggi dalam melunasi kewajiban
jangka pendeknya (Hilmi, 2008). Hal ini
merupakan berita baik (good news)
sehingga perusahaan dengan kondisi seperti
ini cenderung untuk lebih cepat dalam
mengungkapkan informasi perusahaan.
H5: Likuiditas berpengaruh positif terhadap
ketepatan waktu CIR
Hubungan antara Penerbitan saham
dengan Ketepatan Waktu CIR
Banyak perusahaan mempunyai
keinginan untuk meningkatkan modal
mereka dengan mencari lebih dari satu
sumber pembiayaan, dan satu dari sumber
pembiayaan ini adalah dengan cara
menerbitkan saham yang lebih banyak
(Ezat dan El-Masry, 2008). Penerbitan
Saham adalah salah satu pembiayaan
perusahaan dengan cara menerbitkan saham
baru di pasar modal (Husnan dan
Pudjiastuti, 2002). Perusahaan yang
membutuhkan sumber pembiayaan baru,
akan meningkatkan kualitas pengungkapan
informasi pada website perusahaan untuk
menarik lebih banyak investor. Ketepatan
waktu CIR merupakan salah satu aspek dari
kualitas pengungkapan informasi pada
website perusahaan.
H6: Penerbitan saham berpengaruh positif
terhadap ketepatan waktu CIR
Hubungan antara Kepemilikan Publik
dengan Ketepatan Waktu CIR
Perusahaan yang memiliki struktur
kepemilikan
publik
cenderung
mengungkapkan lebih banyak informasi
pada
website
perusahaan
untuk
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
menyediakan informasi yang diperlukan
bagi pemegang saham, namun perusahaan
dengan struktur kepemilikan terkonsentrasi
cenderung
kurang
mengungkapkan
informasi pada website perusahaan karena
pemegang sahamnya dapat mengakses dan
mendapatkan informasi yang diinginkannya
secara internal (Marston dan Polei, 2004).
Sesuai dengan prinsip transparansi,
disebutkan bahwa seluruh pemegang saham
harus diberi kesempatan untuk berperan
dalam pengambilan keputusan atas
perubahan mendasar dalam perusahaan dan
dapat memperoleh informasi yang benar,
akurat dan tepat waktu mengenai
perusahaan (Kep. Menteri Negara BUMN,
2002). Teori keagenan menjelaskan dan
memprediksi bahwa perusahaan yang
mempunyai struktur kepemilikan publik
mempunyai
insentif
untuk
lebih
mengungkap informasi guna membantu
pemegang saham lebih jauh mengawasi
perilakunya (Raffournier, 1995). Semakin
besar saham yang dimiliki publik, akan
semakin
banyak
informasi
yang
diungkapkan
karena
investor
ingin
memperoleh informasi seluas-luasnya dan
secepat-cepatnya
tentang
perusahaan
tempat ia berinvestasi serta dapat
mengawasi kegiatan manajemen sehingga
kepentingannya
dalam
perusahaan
terpenuhi (Marwata, 2001).
H7 : Kepemilikan publik berpengaruh
positif terhadap ketepatan waktu CIR
Hubungan antara Proporsi Dewan
Komisaris
Independen
dengan
Ketepatan Waktu CIR
Komisaris independen merupakan
posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi
monitoring agar tercipta perusahaan yang
good corporate governance. Hanifa dan
Cooke (2002) menegaskan, komisaris
independen memiliki dua karakteristik yang
memungkinkan mereka untuk memenuhi
fungsi monitoring mereka. Pertama,
independensi mereka dan kedua, fokus
mereka untuk menjaga reputasi mereka
dalam pasar tenaga kerja eksternal.
Sehingga dengan adanya karakteristik
tersebut diharapkan komisaris independen
bisa
mempermudah
pelaksanaan
pertanggung-jawaban dewan komisaris
yang meliputi pengawasan manajemen atas
bisnis yang berjalan dan memastikan
dijalankannya Corporate
Governance
sebagaimana mestinya oleh perusahaan
serta
melaporkan
hasilnya
kepada
pemegang
saham
dalam
masa
kepengurusannya. Komisaris independen
merupakan
elemen
penting
dalam
pengawasan terhadap proses akuntansi
perusahaan dan mempengaruhi reliabilitas
pelaporan keuangan. Penelitian Abdelsalam
dan Street (2007) memperlihatkan terdapat
pengaruh
positif
signifikan
antara
komposisi
dewan
dengan
kualitas
pengungkapan melalui internet. Penelitian
Eng dan Mak (2003) mengungkapkan
adanya pengaruh negatif signifikan antara
komposisi
dewan
dengan
kualitas
pengungkapan,
sedangkan
penelitian
Haniffa dan Cooke (2002) tidak
menemukan pengaruh signifikan antara
komposisi
dewan
dengan
kualitas
pengungkapan. Dari uraian di atas dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H8 : Proporsi dewan komisaris independen
berpengaruh positif terhadap ketepatan
waktu CIR
Hubungan antara Ukuran Dewan
Komisaris dengan Ketepatan Waktu CIR
Dewan komisaris ditugaskan dan
diberi tanggung jawab atas pengawasan
kualitas informasi yang terkandung dalam
laporan keuangan. Hal ini penting
mengingat adanya kepentingan dari
manajemen untuk melakukan tindakan
oportunistik
yang
berdampak
pada
kepercayaan investor. Jumlah dewan
komisaris yang besar menguntungkan
perusahaan dari sudut pandang resources.
Perspektif fungsi ini memandang dewan
sebagai suatu alat untuk mendapatkan
informasi dan sumber daya yang penting
(Dalton dan Daily, 1999). Peran ini sangat
berguna mengingat sumber daya yang
langka
justru
dapat
menciptakan
keuntungan yang kompetitif (Canner dan
Prahalad, 1996). Hubungan (connection)
yang bernilai, jarang, dan secara sosial
kompleks yang dikembangkan oleh anggota
dewan akan sulit untuk ditiru oleh
perusahaan lain sehingga dapat menjadi
suatu sumber keuntungan kompetitif
(Barney, 1991 dalam Young et al., 2001).
Ukuran dewan yang besar menyediakan
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
keberagaman keahlian dari anggota dewan
(Ezat dan El-Masry, 2008). Dari uraian di
yang
akan
membantu
perusahaan
atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai
menyediakan sumberdaya kritis dalam
berikut :
mengurangi ketidakpastian lingkungan
H9 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh
positif terhadap ketepatan waktu
(Ezat dan El-Masry, 2008). Perusahaan
CIR
yang mempunyai ukuran dewan besar
Berdasarkan uraian diatas, model kerangka
mempunyai
keinginan
untuk
pemikiran teoritis penelitian ini adalah
mengungkapkan informasi lebih berkualitas
sebagai
berikut
dan tepat waktu pada website perusahaan
agar dapat menarik lebih banyak investor
:
GAMBAR 1
MODEL KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KETEPATAN WAKTU CIR
Ukuran Perusahaan
H1 : +
H2 : +
Tipe bisnis
H3 : +
Profitabilitas
H4 : +
Leverage
H5 : +
H6 : +
Likuiditas
Penerbitan saham
Kepemilikan Publik
Proporsi
H7 : +
Ketepatan Waktu CIR
H8: +
H9 : +
Dewan
Komisaris Independen
Ukuran
Dewan
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian dan Definisi
Operasional Variabel
Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah ketepatan waktu CIR (TCIR).
Pada penelitian ini variabel bebas yang
digunakan yaitu ukuran perusahaan, tipe
bisnis, profitabilitas, leverage, likuiditas,
penerbitan saham, kepemilikan publik,
proporsi dewan komisaris independen dan
ukuran dewan komisaris.
1) Ketepatan Waktu CIR (TCIR)
Ketepatan waktu CIR diukur
dengan menggunakan index ketepatan
waktu corporate internet reporting
(TCIR) yang terdiri dari 11 item. Setiap
perusahaan diberi angka “1” jika
ditemukan satu item ketepatan waktu
CIR dalam website perusahaan dan
diberi angka “0” jika tidak diketemukan
item ketepatan waktu CIR dalam website
perusahaan atau jika perusahaan tidak
mempunyai website. Seperti yang
digunakan
oleh
Barac
(2004),
Pirchenger dan Wagenhofer (1999),
Ezad dan El-Masry (2008), penelitian ini
menggunakan 11 kriteria ketepatan
waktu CIR sebagai berikut :
a) Terdapat press release atau berita
terkini
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
b) Terdapat Harga saham terkini
c) Terdapat kalender atau event
keuangan mendatang
d) Terdapat
halaman
yang
mengindikasikan update terakhir
e) Terdapat
data
penjualan
bulanan/mingguan
atau
data
operasional
f) Terdapat market share dari produk
utama
g) Terdapat tanggal terakhir website di
update
h) Terdapat
pilihan
untuk
mendaftarkan email pengguna jika
ingin memperoleh kiriman press
release atau newsletters
i) Terdapat link dengan website
regulator
j) Terdapat pengumuman dividen
terbaru
k) Terdapat laporan keuangan interim
terbaru
2) Ukuran Perusahaan (SIZE)
Ukuran perusahaan dalam
penelitian
ini
diukur
dengan
menggunakan natural log of market
capitalisation
(Anoraga,
2001),
semakin besar kapitalisasi pasar maka
semakin besar pula ia dikenal dalam
masyarakat. Market capitalisation
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Market Capitalization = Harga Pasar x
Jumlah Saham Beredar
3) Tipe bisnis (TYPE)
Variabel tipe bisnis dibagi
kedalam kelompok manufaktur dan
jasa. Tipe bisnis dalam penelitian ini
diukur dengan variabel dummy dimana
diberi angka “1” jika perusahaan
merupakan perusahaan manufaktur dan
“0” jika merupakan perusahaan jasa
(Ezat dan El-Masry, 2008).
4) Profitabilitas (PROF)
Profitabilitas
dalam
penelitian
ini
diukur
dengan
menggunakan Return on Equity (ROE).
ROE dapat dirumuskan sebagai berikut
:
ROE =
5) Leverage (LEV)
Leverage dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan leverage
ratio yaitu perbandingan antara total
debt dengan total asset (Ezat dan ElMasry, 2008).
Leverage =
6) Likuiditas (LIQ)
Likuiditas dalam penelitian
ini diukur dengan menggunakan rasio
antara current assets dengan current
liabilities (Ezat dan El-Masry, 2008).
Current Ratio =
7) Penerbitan Saham (ISSUE)
Penerbitan saham dalam
penelitian ini menggunakan variabel
dummy, dimana diberi angka “1” jika
perusahaan melakukan penerbitan
saham selama 2008 dan angka “0” jika
perusahaan tidak melakukan penerbitan
saham.
8) Kepemilikan Publik (PUBLIC)
Struktur kepemilikan publik
dalam penelitian ini diukur dengan
persentase kepemilikan saham yang
dimiliki oleh publik.
9) Proporsi Dewan Komisaris Independen
(INDEP)
Proporsi dewan komisaris
independen dalam penelitian ini diukur
dengan menggunakan persentase antara
jumlah komisaris independen dengan
total anggota dewan komisaris.
10) Ukuran Dewan Komisaris (BSIZE)
Ukuran dewan komisaris
merupakan jumlah anggota dewan
komisaris yang bertugas menjalankan
pengawasan dan pemberian nasihat
kepada
direksi.
Ukuran
dewan
komisaris dalam penelitian ini diukur
dengan menggunakan jumlah anggota
dewan komisaris.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
BEI pada tahun 2008. Periode tahun 2008
dipilih karena data yang tersedia untuk
penelitian ini, yaitu laporan tahunan terbaru
yang tersedia di BEI adalah tahun 2008.
Metode
pengambilan
sampel
yang
digunakan adalah “purposive sampling”
yakni berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan memiliki web site yang
aktif / dapat diakses dan tidak sedang
dalam perbaikan.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
2. Mempublikasikan laporan tahunan
2008, laporan tahunan ini digunakan
Tabel 1 : Jumlah Sampel Perusahaan
Kriteria
Perusahaan listing di BEI 2008
Perusahaan
yang
tidak
mempunyai website
3. Website dalam perbaikan dan
tidak bisa diakses
4. Website group perusahaan
5. Data tidak lengkap
Jumlah Sampel
1.
2.
sebagai sumber informasi
beberapa variabel independen.
ε : Variabel gangguan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah
396
123
Obyek penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan yang terdaftar di BEI periode
2008. Pada periode ini terdapat 396
perusahaan, akan tetapi setelah dilakukan
purposive sampling, maka sampel yang
memenuhi kriteria dalam penelitian ini
adalah 195 perusahaan. Data diambil dari
website dan annual report perusahaanperusahaan tersebut. Terdapat 201 sampel
digugurkan karena data perusahaan tersebut
tidak memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan dan karena ketidaklengkapan
data.
Deskriptif Statistik
13
10
55
195
Teknik Analisis
Metode analisis statistik yang
digunakan adalah metoda regresi linear
berganda yang sebelumnya dilakukan uji
asumsi klasik terlebih dahulu. Model
regresi dalam penelitian ini dinyatakan
sebagai berikut:
TCIR=β +β SIZE+β TYPE+β PROF+β LE
0
1
2
3
4
V+β LIQ+β ISSUE+β PUBLIC+β
5
6
7
untuk
Berdasarkan input data dari annual
report perusahaan tahun 2008 dan website
perusahaan yang diakses selama satu bulan
antara bulan November-Desember 2009
maka didapatkan data variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
ketepatan waktu CIR, ukuran perusahaan,
tipe bisnis,
profitabilitas,
leverage,
likuiditas, penerbitan saham, kepemilikan
publik,
proporsi
dewan
komisaris
independen dan ukuran dewan komisaris.
Nilai minimum, maksimum, rata-rata dan
standar deviasi dari masing-masing variabel
penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 berikut
ini
:
8
INDEP+β BSIZE+ ε
9
Keterangan:
TCIR
: Index ketepatan waktu CIR
SIZE
: Ukuran Perusahaan
TYPE
: Tipe Bisnis
PROF
: Profitabilitas
LEV
: Leverage
LIQ
: Likuiditas
ISSUE
: Penerbitan Saham
PUBLIC : Kepemilikan Publik
INDEP
: Proporsi dewan komisaris
independen
BSIZE
: Ukuran dewan komisaris
Tabel 2 : Descriptive Statistic
Ketepatan waktu CIR
Ukuran perusahaan
Profitabilitas
Leverage
Likuiditas
Kepemilikan publik
Proporsi komisaris
independen
Ukuran dewan komisaris
N
Minimum
195
195
195
195
195
195
0
2249100000
-211,90
0,004
0,04
0
10
1.E14
89,10
2,42
57,82
93,81
2,87
3.42E12
7,3299
0,5372
2,9195
25,8859
2,371
1.231E13
26,91835
0,32088
5,78811
18,89347
195
0
1
0,3584
0,14447
195
2
12
4,53
1,884
Berdasarkan Tabel 2 tampak
bahwa jumlah data untuk masing-masing
variabel penelitian adalah 195. Variabel
ketepatan waktu CIR mempunyai nilai
rata-rata sebesar 2,87 sedangkan nilai
minimum sebesar 0, nilai maksimum 10
Maksimum
Mean
Std. Deviasi
dan standar deviasi sebesar 2,371. Nilai indeks
rata-rata
ketepatan
waktu
CIR
ini
menunjukkan bahwa tingkat ketepatan waktu
CIR yang dilakukan perusahaan masih sangat
rendah. Hal ini sesuai dengan kondisi di
Indonesia bahwa ketepatan waktu CIR
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
perusahaan masih bersifat sukarela,
sehingga
mereka
tidak
terlalu
memfokuskan
perhatiannya
untuk
melakukan ketepatan waktu CIR.
Tabel 3 : Tipe Bisnis
Tipe Bisnis
Jumlah
Persentase
Manufaktur
Jasa
83
112
42,6
57,4
Jumlah
195
100
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian
besar perusahaan sampel adalah
perusahaan jasa yaitu sebanyak 112
perusahaan atau 57,4 persen dan hanya
42,6 persen saja yang merupakan
perusahaan manufaktur.
Tabel 4 : Penerbitan Saham
Penerbitan saham
Jumlah
Persentase
Melakukan
Tidak melakukan
47
148
24,1
75,9
Jumlah
195
100
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian
besar
sampel
perusahaan
tidak
melakukan penerbitan saham selama
tahun 2008 yaitu sebanyak 148
perusahaan atau sebesar 75,9 persen.
Sedangkan sebanyak 47 perusahaan
melakukan penerbitan saham selama
tahun 2008 atau sebesar 24,1 persen.
Uji Kualitas Data
Sebelum dilakukan pengujian
hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini perlu dilakukan pengujian asumsi
klasik terlebih dahulu yang meliputi : uji
normalitas data, multikolinearitas, dan
heteroskedastisitas. Hasil uji kualitas
data
menunjukkan
bahwa
data
terdistribusi normal, tidak terjadi
multikolinieritas dan data bersifat
homokedastisitas sehingga data layak
digunakan untuk regresi.
Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian ini diuji dengan
menggunakan analisis regresi berganda
antara sebuah variabel dependen dengan
sembilan variabel independen. Analisis
ini digunakan untuk mengetahui
besarnya pengaruh variabel-variabel
bebas yaitu ukuran perusahaan, tipe bisnis,
profitabilitas, leverage, likuiditas, penerbitan
saham, kepemilikan publik, proporsi dewan
komisaris independen, dan ukuran dewan
komisaris terhadap variabel terikat ketepatan
waktu CIR.
Tabel 5 :Uji Koefisien Determinasi
R
R
Adjusted Std Error
Square R
of
the
Square
Estimate
0,359a
0,129
0,079
1,931
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
koefisien determinasi sebesar 0,079 atau 7,9
%. Hal ini berarti bahwa hasil penelitian hanya
bisa menjelaskan sebesar 7,9 % hubungan
antara variabel bebas yaitu ukuran perusahaan,
tipe bisnis, profitabilitas, leverage, likuiditas,
penerbitan saham, kepemilikan publik,
proporsi dewan komisaris independen, ukuran
dewan komisaris dengan ketepatan waktu CIR,
sedangkan sisanya yaitu sebesar 92,1 %
dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak
terdapat dalam penelitian ini. Tingkat Adjusted
R Square yang rendah ini menunjukkan
perlunya dilakukan penelitian lanjutan dengan
menambahkan variabel lain sebagai penduga
ketepatan waktu CIR perusahaan. Standar
Error of Estimate (SEE) sebesar 1,931 artinya
makin kecil nilai SEE akan membuat model
regresi semakin tepat dalam memprediksi
variabel dependen.
Pengujian secara Simultan (F test)
Tabel 6 : Hasil Pengujian Hipotesis secara
Bersama-sama (Uji F)
Model
Regression
Residual
Total
Sum of
Square
86,832
585,528
672,360
Df
9
157
166
Mean
Square
9,648
3,729
F
Sig.
2,587
0,008
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil uji
Anova atau F test hitung sebesar 2,587 dengan
tingkat signifikansi 0,008, karena probabilitas
signifikansi kurang dari 0,05 maka kesembilan
variabel bebas, yaitu ukuran perusahaan, tipe
bisnis, profitabilitas, leverage, likuiditas,
penerbitan saham, kepemilikan publik,
proporsi dewan komisaris independen, ukuran
dewan komisaris secara bersama-sama
berpengaruh terhadap ketepatan waktu CIR.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
Tabel 5 : Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Variabel bebas
Unstandardized T
S ig
Keterangan
Coefficients
B
(Constant)
-5,414
-1,974
0,050
LNSIZE
0,308
2,749
0,007 Signifikan
Tipe bisnis
-0,333
-0,895
0,372 Tidak signifikan
Profitabilitas
0,012
0,876
0,382 Tidak signifikan
Leverage
-0,272
-0,446
0,656 Tidak signifikan
Likuiditas
-0,040
-1,438
0,152 Tidak signifikan
Penerbitan saham
0,382
0,866
0,388 Tidak signifikan
Kepemilikan publik
0,005
0,577
0,565 Tidak signifikan
Proporsi komisaris independen
0,218
0,176
0,861 Tidak signifikan
Ukuran dewan komisaris
0,010
0,091
0,928 Tidak signifikan
Berdasarkan ringkasan hasil
PEMBAHASAN
perhitungan pada tabel 4.9 tersebut
Hasil pengujian hipotesis pertama
diatas menunjukkan bahwa variabel
menunjukkan
bahwa
variabel
ukuran
independen LnSIZE memiliki tingkat
perusahaan
yang
dalam
penelitian
ini
diukur
signifikansi lebih kecil dari 0,05
dengan
market
capitaliation
berpengaruh
sedangkan
variabel
tipe
bisnis,
secara positif terhadap ketepatan waktu CIR
profitabilitas,
leverage,
likuiditas,
pada
tingkat signifikansi 5 %. Hasil penelitian
penerbitan saham, kepemilikan publik,
ini
sesuai
dengan hasil penelitian yang
proporsi dewan komisaris independen,
dilakukan
Ezat
dan El-Masry (2008),
ukuran dewan komisaris memiliki
Pirchegger
dan
Wagenhofer
(1999) yang
tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05.
menemukan
adanya
pengaruh
positif
Dengan demikian dapat disimpulkan
signifikan
antara
ukuran
perusahaan
dengan
bahwa variabel independen LnSIZE
ketepatan waktu CIR. Hasil penelitian ini tidak
memiliki pengaruh yang signifikan
mendukung atau bertentangan dengan hasil
terhadap variabel dependen ketepatan
penelitian yang dikemukakan oleh Ettredge et
waktu
CIR,
sedangkan
variabel
al. (2002). Temuan ini menunjukkan bahwa
independen tipe bisnis, profitabilitas,
ukuran perusahaan merupakan salah satu
leverage, likuiditas, penerbitan saham,
karakteristik perusahaan yang mampu
kepemilikan publik, proporsi dewan
mempengaruhi ketepatan waktu CIR. Hal ini
komisaris independen, ukuran dewan
sejalan
dengan pandangan atau konsep yang
komisaris secara signifikan tidak
mengatakan
bahwa
perusahaan
besar
berpengaruh terhadap ketepatan waktu
cenderung
menyediakan
informasi
keuangan
CIR.
yang lebih cepat baik dalam media tradisional
maupun media online (Ettredge et.al, 2002)
Berdasarkan output tersebut,
persamaan matematis dapat dinyatakan
daripada perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan
perusahaan besar mempunyai desakan kuat
sebagai berikut :
TCIR = -5,414 + 0,308 LnSIZE – 0,333
dari analis dan investor untuk lebih cepat
mendistribusikan
informasi
keuangan
Tipe
bisnis
+
0,012
perusahaan (Ettredge, 2005). Selain itu,
Profitabilitas - 0,272 Leverage
perusahaan besar mampu memasang dan
- 0,040 Likuiditas + 0,382
mengoperasikan alat bantu komputer dan
Penerbitan Saham + 0,005
internet agar bisa mempercepat proses
Kepemilikan Publik + 0,218
penyampaian informasi perusahaan melalui
Proporsi
Komisaris
website perusahaan.
Independen + 0,010 Ukuran
Dewan
Komisaris
+
Hasil pengujian hipotesis kedua
menunjukkan bahwa variabel tipe bisnis tidak
e............................................(1)
berpengaruh terhadap ketepatan waktu CIR
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
pada tingkat signifikansi 5 %. Dengan
demikian,
hasil
penelitian
ini
bertentangan dengan hasil penelitian
Ezat dan El-Masry (2008) yang
menunjukkan
bahwa
tipe
bisnis
berpengaruh terhadap ketepatan waktu
CIR. Akan tetapi hasil analisis tersebut
konsisten dengan hasil penelitian
Brennan dan Hourigan (2000) yang tidak
menunjukkan
hubungan
signifikan
antara jenis bisnis dengan IFR. Alasan
yang mendasari hasil penelitian yaitu
pada era globalisasi dengan tingkat
perkembangan teknologi yang tinggi,
seluruh perusahaan baik itu perusahaan
manufaktur maupun jasa bersaing untuk
mengadopsi teknologi-teknologi baru
seperti internet untuk mempermudah
aktivitas mereka, baik untuk promosi,
pelayanan konsumen dan lain-lain
termasuk di dalamnya untuk pelaporan
keuangan perusahaan agar dapat
menjangkau luas pihak-pihak yang
berkepentingan atas laporan keuangan
tersebut sehingga dapat mengurangi
agency cost. Selain itu, setiap
perusahaan pasti ingin memberikan
image yang bagus di kalangan
masyarakat, terutama dimata investor
maupun calon investor. Hal ini sesuai
dengan pendapat Oyelere (2002) yang
menyatakan
bahwa
manajemen
perusahaan akan mendesain aktivitas
perusahaan sebaik mungkin untuk
memberikan image yang baik (positive
self attribute). Dengan menggunakan
ketepatan waktu CIR, setiap perusahaan
baik itu perusahaan manufaktur maupun
jasa berharap dapat menaikkan citra
perusahaan karena dianggap perusahaan
tersebut smart dan exclusive dengan
mengikuti trend teknologi.
Hasil pengujian hipotesis ketiga
menunjukkan
bahwa
variabel
profitabilitas yang dalam penelitian ini
diukur dengan ROE tidak berpengaruh
terhadap ketepatan waktu CIR pada
tingkat signifikansi 5 %. Hasil penelitian
ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan Oyelere et al. (2003), Marston
dan Polei (2004) yang menemukan tidak
adanya pengaruh positif signifikan
antara profitabilitas dengan kualitas
pengungkapan melalui internet. Berdasarkan
review penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa hasil penelitian ini tidak mendukung
atau bertentangan dengan hasil penelitian yang
dikemukakan oleh Ezat dan El-Masry (2008).
Kondisi profitabilitas yang menggambarkan
tingkat
kesehatan
perusahaan
tidak
berpengaruh terhadap ketepatan waktu CIR.
Hal ini berarti bahwa tidak ada kecenderungan
bagi perusahaan yang mengalami keuntungan
untuk melakukan ketepatan waktu pelaporan
keuangan perusahaan melalui internet dan
sebaliknya perusahaan yang mengalami
kerugian akan tidak tepat waktu dalam
memperbaharui informasi perusahaan melalui
internet.
Hasil pengujian hipotesis keempat
menunjukkan bahwa variabel leverage tidak
berpengaruh terhadap ketepatan waktu CIR
pada tingkat signifikansi 5 %. Hasil penelitian
ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan Ezat dan El-Masry (2008) yang
menemukan tidak adanya pengaruh positif
signifikan antara leverage dengan ketepatan
waktu CIR. Hasil penelitian ini tidak
mendukung atau bertentangan dengan hasil
penelitian yang dikemukakan oleh Xiao et al.
(2004). Variabel leverage tidak berpengaruh
terhadap ketepatan waktu CIR dimungkinkan
karena trend yang dihasilkan cenderung tetap.
Alasan yang mendasari hasil penelitian adalah
rasio leverage adalah perbandingan antara
total hutang dengan total aktiva. Rasio
leverage yang tinggi menunjukkan total
hutang lebih tinggi dibanding aktiva
perusahaan. Dalam penyelesaian masalah
hutang, pada umumnya dilakukan secara
prosedural yang relatif panjang dan
memerlukan waktu yang lama juga. Waktu
yang
digunakan
untuk
menyelesaikan
masalah-masalah hutang tersebut akan
menghambat selesainya penyusunan pelaporan
keuangan sehingga berakibat juga terhadap
ketepatan waktu CIR.
Hasil pengujian hipotesis kelima
menunjukkan bahwa variabel likuiditas yang
dalam penelitian ini diukur dengan current
ratio tidak berpengaruh terhadap ketepatan
waktu CIR pada tingkat signifikansi 5 %.
Berdasarkan review penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak
mendukung atau bertentangan dengan hasil
penelitian yang dikemukakan oleh Ezat dan
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
El-Masry (2008) dan Oyelere et al.
(2003). Ketepatan waktu CIR tidak
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya rasio
likuiditas karena mungkin rata-rata
tingkat rasio likuiditas perusahaan yang
masuk ke dalam sampel penelitian ini
kecil sehingga tidak cukup kuat atau
signifikan untuk menjadi indikator bagi
perusahaan dalam menentukan ketepatan
waktu CIR. Dengan kata lain dapat
dinyatakan
semakin
tinggi
rasio
likuiditas tidak berarti perusahaan
semakin segera atau sebaliknya rasio
likuiditas yang rendah tidak berarti
perusahaan tidak segera atau terlambat
dalam
mengungkapkan
informasi
melalui website mereka.
Hasil
pengujian
hipotesis
keenam menunjukkan bahwa variabel
penerbitan saham tidak berpengaruh
terhadap ketepatan waktu CIR pada
tingkat signifikansi 5 %. Hasil penelitian
ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan Ezat dan El-Masry (2008)
yang menemukan tidak adanya pengaruh
positif signifikan antara penerbitan
saham dengan ketepatan waktu CIR.
Hasil penelitian ini tidak mendukung
atau
bertentangan
dengan
hasil
penelitian yang dikemukakan oleh
Ettredge et al. (2002) dan Xiao et al.
(2004). Alasan yang mendasari hasil
penelitian adalah dari hasil deskriptif
statistik dapat diketahui perusahaan di
Indonesia banyak yang tidak melakukan
penerbitan saham selama tahun 2008.
Hal
ini
mengindikasikan
bahwa
perusahaan di Indonesia banyak yang
menggunakan sumber dana selain dari
penerbitan saham, yaitu dari laba ditahan
atau dari hutang. Husnan (1996)
menyatakan urutan pendanaan dimulai
dari laba ditahan, hutang dan penerbitan
saham (ekuitas) pada urutan terakhir.
Laba ditahan adalah sumber dana
internal, sedangkan hutang dan ekuitas
adalah sumber dana eksternal. Konsep
ini didasarkan pada, argumentasi bahwa
penggunaan laba ditahan lebih murah
biayanya dibandingkan penggunaan
sumber dana eksternal. Penggunaan
sumber dana eksternal melalui hutang
dan penerbitan saham hanya digunakan
jika kebutuhan investasi lebih tinggi dari
sumber dana internal. Jadi perusahaan di
Indonesia lebih banyak menggunakan sumber
pendanaan selain dari penerbitan saham
sehingga tidak perlu melakukan ketepatan
waktu CIR untuk menarik investor.
Hasil pengujian hipotesis ketujuh
menunjukkan bahwa variabel kepemilikan
publik tidak berpengaruh terhadap ketepatan
waktu CIR pada tingkat signifikansi 5 %. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan Abdelsalam dan Street (2007),
Trabelsi dan Labelle (2006) yang menemukan
tidak adanya pengaruh positif signifikan antara
kepemilikan publik dengan ketepatan waktu
CIR. Hasil penelitian ini tidak mendukung
atau bertentangan dengan hasil penelitian yang
dikemukakan oleh Ezat dan El-Masry (2008).
Struktur kepemilikan perusahaan di Indonesia
sebagian besar memiliki struktur kepemilikan
yang terkonsentrasi pada suatu institusi yang
biasanya memiliki saham yang cukup besar
yang diduga mencerminkan kekuasaan,
sehingga mempunyai kemampuan untuk
melakukan intervensi terhadap jalannya
perusahaan dan mengatur proses penyampaian
informasi perusahaan kepada pengguna
lainnya. Akibatnya diduga manajer terpaksa
melakukan keinginan pihak-pihak tertentu
diantaranya
pemilik
institusional
atau
individual yang mempunyai saham cukup
besar untuk mengatur proses penyampaian
informasi perusahaan kepada pengguna
lainnya.
Perusahaan
dengan
struktur
kepemilikan terkonsentrasi cenderung kurang
mengungkapkan informasi pada website
perusahaan karena pemegang sahamnya dapat
mengakses dan mendapatkan informasi yang
diinginkannya secara internal (Marston dan
Polei, 2004).
Hasil pengujian hipotesis kedelapan
menunjukkan bahwa variabel proporsi
komisaris independen
tidak berpengaruh
terhadap ketepatan waktu CIR pada tingkat
signifikansi 5 %. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan Cooke
(2002) yang menemukan tidak adanya
pengaruh positif signifikan antara proporsi
komisaris independen dengan ketepatan waktu
CIR.
Berdasarkan
review
penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa hasil
penelitian ini tidak mendukung atau
bertentangan dengan hasil penelitian yang
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
dikemukakan oleh Abdelsalam dan
Street (2007)
yang memperlihatkan
terdapat pengaruh positif signifikan
antara komposisi dewan dengan kualitas
pengungkapan.
Walaupun
variabel
proporsi komisaris independen tidak
signifikan namun mempunyai hubungan
tanda (sign) positif, ini berarti sesuai
dengan logika teori (Kelton, 2008)
bahwa perusahaan yang mempunyai
komisaris
independen
mampu
melakukan pengawasan terhadap proses
akuntansi perusahaan dan mempengaruhi
reliabilitas
pelaporan
keuangan,
sehingga
komisaris
independen
menginginkan pelaporan yang lebih
tepat waktu. Selanjutnya apabila
kesesuaian tanda positif tersebut
diinterpretasikan
maka
dapat
memberikan indikasi bahwa perusahaan
tidak akan secepatnya memperbaharui
informasi dalam website perusahaan
apabila mempunyai proporsi komisaris
independen yang kecil. Beberapa alasan
mengapa proporsi komisaris independen
tidak memberikan pengaruh terhadap
ketepatan waktu CIR adalah bukti
empirik menunjukkan rata-rata proporsi
komisaris independen saat ini relatif
rendah yaitu 35,84%, sehingga secara
kolektif komisaris independen tidak
memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
keputusan
dewan
komisaris.
Pengangkatan
dewan
komisaris
independen oleh perusahaan mungkin
hanya dilakukan untuk pemenuhan
regulasi saja tapi tidak dimaksudkan
untuk menegakkan good corporate
governance (GCG) di dalam perusahaan.
Kondisi ini juga ditegaskan dari hasil
survei Asian Development Bank dalam
Boediono
Gideon
(2005)
yang
menyatakan bahwa kuatnya kendali
pendiri perusahaan dan kepemilikan
saham mayoritas menjadikan dewan
komisaris tidak independen. Fungsi
pengawasan yang seharusnya menjadi
tanggung jawab anggota dewan menjadi
tidak efektif. Keberadaan komisaris
independen ini tidak dapat meningkatkan
efektifitas monitoring yang dijalankan
oleh komisaris. Menurut Kusumawati
dan
Riyanto
(2005)
keberadaan
komisaris independen dalam perusahaan
cenderung tampak sekedar formalitas untuk
memenuhi peraturan yang ada karena 50
persen
sampel
mempunyai
persentase
independensi minimal, yaitu sebesar 33
persen, bahkan terdapat proporsi komisaris
independen yang kurang dari persyaratan
minimal 30 persen, serta terdapat beberapa
perusahaan yang tidak memiliki komisaris
independen.
Padahal
menurut
aturan
Bapepam, proporsi komisaris independen
terhadap total komisaris adalah sebesar 30
persen. Selain itu, komisaris utama yang
cenderung dapat mengatur keefektifan seluruh
tugas dan fungsi dewan komisaris masih
merupakan komisaris yang tidak independen.
Dari beberapa komisaris independen yang
adapun, tidak semua komisaris independen
memiliki waktu dalam rangka memberikan
fokus pengawasan terhadap kinerja manajerial.
Hal ini terlihat dari proporsi kehadiran rapat
komisaris, dimana komisaris independen tidak
secara keseluruhan menghadiri rapat dewan
komisaris. Aktifnya peranan dewan komisaris
dalam praktik memang sangat tergantung pada
lingkungan yang diciptakan oleh perusahaan
yang bersangkutan. Berdasar data yang ada,
sebagian besar komisaris independen terdiri
dari pejabat publik ataupun tokoh masyarakat,
yang belum tentu memiliki keahlian dalam
konteks manajemen perusahaan. Sebagian
besar anggota komisaris ternyata juga
menjabat sebagai komisaris dan direksi di
perusahaan lain (cross-directorship), baik
perusahaan
yang
berkaitan
maupun
perusahaan lain. Mantan pejabat pemerintahan
ataupun yang masih aktif, biasanya diangkat
sebagai anggota dewan komisaris suatu
perusahaan dengan tujuan agar mempunyai
akses
ke
instansi
pemerintah
yang
bersangkutan. Dalam hal ini integritas dan
kemampuan dewan komisaris seringkali
menjadi kurang penting. Pada gilirannya
independensi dewan komisaris menjadi sangat
diragukan karena hubungan khususnya dengan
pemegang
saham
mayoritas
ataupun
hubungannya dengan dewan direksi ditambah
kurangnya integritas serta kemampuan dewan
komisaris (Herwidayatmo, 2005).
Hasil pengujian hipotesis kesembilan
menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan
komisaris
tidak berpengaruh terhadap
ketepatan waktu CIR pada tingkat signifikansi
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
5 %. Berdasarkan review penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa hasil
penelitian ini tidak mendukung atau
bertentangan dengan hasil penelitian
yang dikemukakan oleh Ezat dan ElMasry (2008). Walaupun variabel
ukuran dewan komisaris tidak signifikan
namun mempunyai hubungan tanda
(sign) positif, ini berarti sesuai dengan
logika teori (Ezat dan El-Masry, 2008)
bahwa perusahaan yang mempunyai
ukuran dewan komisaris yang besar
mempunyai
keinginan
untuk
mengungkapkan
informasi
lebih
berkualitas pada website perusahaan agar
dapat menarik lebih banyak investor.
Selanjutnya apabila kesesuaian tanda
positif tersebut diinterpretasikan maka
dapat memberikan indikasi bahwa
perusahaan tidak akan secepatnya
memperbaharui informasi dalam website
perusahaan apabila mempunyai ukuran
dewan komisaris yang kecil. Alasan
yang mendasari hasil penelitian adalah
jumlah dewan yang besar dapat
meningkatkan permasalahan dalam hal
komunikasi dan koordinasi sehingga
dapat menunda pengambilan keputusan
strategis. Hal ini dapat berakibat pada
terlambatnya
pelaporan
keuangan
perusahaan
melalui
internet.
Kepemilikan saham yang terpusat dalam
satu kelompok atau satu keluarga, dapat
menjadi salah satu penyebab lemahnya
posisi
dewan
komisaris,
karena
pengangkatan posisi anggota dewan
komisaris diberikan sebagai rasa
penghargaan
semata
maupun
berdasarkan hubungan keluarga atau
kenalan dekat (Herwidayatmo, 2000).
Sesuai dengan fungsinya, seharusnya
peran dewan komisaris dalam suatu
perusahaan lebih ditekankan pada fungsi
monitoring dari implementasi kebijakan
direksi. Peran komisaris ini diharapkan
dapat
meminimalisir
permasalahan
agensi yang timbul antara dewan direksi
dengan pemegang saham, yaitu dapat
meningkatkan
kualitas
pelaporan
keuangan
termasuk
didalamnya
ketepatan waktu pelaporan informasi
keuangan perusahaan melalui internet.
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun hasil penelitian secara ringkas dapat
dijabarkan berikut :
1. Hasil penelitian ini menunjukkan ukuran
perusahaan, tipe bisnis, profitabilitas,
leverage, likuiditas, penerbitan saham,
kepemilikan publik, proporsi dewan
komisaris independen dan ukuran dewan
komisaris berpengaruh secara bersamasama terhadap ketepatan waktu CIR pada
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
BEI.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan secara statistis
mempengaruhi ketepatan waktu CIR.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe
bisnis, profitabilitas, leverage, likuiditas,
penerbitan saham, kepemilikan publik,
proporsi komisaris independen, ukuran
dewan komisaris secara statistik tidak
berpengaruh signifikan terhadap ketepatan
waktu CIR.
Agenda Penelitian Mendatang
Dalam
penelitian
ini
terdapat
keterbatasan yang mungkin mempengaruhi
hasil
penelitian.
Adapun
beberapa
keterbatasannya adalah hasil penelitian ini
menunjukkan pengaruh variabel independen
dalam mempengaruhi variabel dependen
sebesar 7,9 persen dan sisanya sebesar 92,1
persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
Dengan memperhatikan keterbatasan
yang ada, diharapkan penelitian selanjutnya
dapat
mempertimbangkan
faktor-faktor
sebagai berikut :
1. Untuk
menghindari
adanya
heteroskedastisitas,
maka
penelitian
mendatang diharapkan memperbanyak
sampel. Sampel yang banyak akan
menghasilkan variabel terdistribusi normal,
hal ini berarti dengan sendirinya hubungan
antar pasang variabel adalah linear dan
homoskedastik (Ghozali, 2001).
2. Analisis regresi yang digunakan dalam
penelitian ini menghasilkan Adjusted R
Square yang rendah, oleh karena itu
terdapat kemungkinan untuk menghasilkan
variabel-variabel baru ke dalam penelitian
berikutnya.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
DAFTAR PUSTAKA
Abdelsalam, O.H. and Street, D.L. 2007.
‘‘Corporate governance and the
timeliness of corporate internet
reporting
by
UK
listed
companies’’.
Journal
of
International
Accounting,
Auditing and Taxation, Vol. 16,
pp. 111-30.
a
Almilia, Budisusetyo, 2008. “Corporate
Internet Reporting of Banking
Industry and LQ45 Firms: An
Indonesia Example”. Available:
http//www.ssrn.com
a
Ang, Robert. 1997. The Intelligent to
st
Indonesia Capital Market. 1
Edition. Mediasoft Indonesia.
a
Anoraga, Pandji. 2001. Pengantar teori
pasar Modal. Edisi 3, Penerbit
Aneka Cipta. Jakarta.
a
Ashbaugh, H., Johnstone, K.M., dan
Warfield,
T.D.,
1999.
“Corporate Reporting on the
Internet”. Accounting Horizons,
Vol. 13 No. 3, September pp.
241 – 257
a
Barac, K. 2004. ‘‘Financial reporting on
the internet in South Africa’’.
Meditarin
Accountancy
Research, Vol. 12, pp. 1-20.
a
Bollen, L., Hassink, H. and Bozic, G.
2006.
‘‘Measuring
and
explaining the quality of internet
investor relations activities: a
multinational
empirical
analysis’’. International Journal
of
Accounting
Information
Systems, Vol. 7, pp. 273-98.
a
Brennan, N. and Hourigan, D. 2000.
‘‘Corporate reporting on the
internet by Irish companies’’.
Irish Accounting Review, Vol. 7,
pp. 107-35
Debreceny, R., G.L. Gray and A. Rahman.
2002. “The Determinant Of Internet
Financial Reporting”. Journal of
Accounting and Public Policy, Vol 21
a
Debreceny, R. and Rahman, A. 2005. ‘‘Firmspecific determinants of continuous
corporate
disclosure’’.
The
International Journal of Accounting,
Vol. 40, pp. 249-78.
a
Ettredge, M., Richardson, V.J. and Scholz, S.
2001. ‘‘The presentation of financial
information at corporate web sites’’.
International Journal of Accounting
Information Systems, Vol. 2, pp. 14968
a
Ezat, El-Masry. 2008. “The Impact of
Corporate Governance on
the
Timeliness of Corporate Internet
Reporting
by
Egyptian
listed
Company”. Managerial Finance, Vol.
34 No. 12, pp.848-867
a
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS.
Badan
Penerbit
Universitas
Diponegoro Semarang
a
Hedlin, P. 1999. ‘‘The internet as a vehicle for
investor relations: the Swedish case’’.
European Accounting Review, Vol. 8,
pp. 373-81
a
Healy, P. and K. Palepu. 1993. “The Effect of
Firms’ Financial Disclosure Strategies
on
Stock
Prices”.
Accounting
Horizons. Vol.7. No.1. March 1993.
pp. 1-11
a
Healy, P. and K. Palepu. 2000. “A Review of
the Empirical Disclosure Literature”.
Working Paper, School of Business,
Harvard
University.
Available:
http://www.ssrn.com
a
Hilmi. 2008. “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Ketepatan Waktu
Penyampaian Laporan Keuangan”.
SNA Pontianak
a
a
Carslaw, C.A. and Kaplan, S.E. 1991.
‘‘An examination of audit delay:
further evidence from New
Zealand’’.
Accounting
and
Business Research, Vol. 22 No.
85, pp. 21-32
Husnan, Suad dan Pudjiastuti. 2002. “Dasardasar Manajemen Keuangan”. Edisi
Kedua. Cetakan Kedua. UPP AMP
YKPN. Yogyakarta.
a
a
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar
Akuntansi
Keuangan,
Jakarta:
Salemba Empat
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Widaryanti
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 2 Nomor 2, November 2011
Jensen, M.C and Meckling, W.H. 1976.
“Theory of Firm: Managerial
Behaviour, Agency Cost and
Ownership Structure”. Journal
of Financial Economics. 3. Pp.
305-360.
a
Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan
Analisis Investasi. Edisi Kedua
BPFE, Yogyakarta.
a
Jones, J.P. and Stanwick, S. 2001.
‘‘Electronic-based
financial
reporting’’. CPA Journal, Vol.
60, pp. 31-4
a
Kelton, 2008.”The impact of corporate
governance on Internet financial
reporting”.
Journal
of
Accounting and Public Policy 27
pp. 62–87
Manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
Tesis Program Pasca Sarjana Magister
Sains
Akuntansi
Universitas
Diponegoro
Semarang
(Tidak
dipublikasikan).
a
Sharpe, William F, Gordon J. Alexander dan
Jeffrey V. Bailey. 1997. Investasi.
Alih Bahasa Henry Njooliangtik dan
Agustiono. Edisi ke-5 ( Edisi Bahasa
Indonesia ), Jilid 2. Jakarta :
Prenhalindo
a
Soltani, B. 2002. ‘‘Timeliness of corporate
and audit reports: some empirical
evidence in the French context’’.
International Journal of Accounting,
Vol. 37, pp. 215-46
a
Suripto,
a
Lybert, N. 2002. ‘‘On-line financial
reporting. An analysis of the
Dutch listed firms’’. The
International Journal of Digital
Accounting Research, Vol. 2,
pp. 195-234
a
Marston, C. and Polei, A. 2004.
‘‘Corporate reporting on the
internet by German companies’’.
International
Journal
of
Accounting Information Systems,
Vol. 5, pp. 285-311
a
Momany, M.T and Salah Al-Dain AlShourman. 2006. “Web-Based
Voluntary Financial Reporting
of
Jordanian
Companies”.
International Review of Business
Research paper, Vol. 2, No. 2
B., 2006. “Pengaruh Besaran,
Profitabilitas, Pemilikan Saham oleh
Publik, dan Kelompok Industri
terhadap
Tingkat
Pengungkapan
Keuangan di Website”. Jurnal
Akuntansi &Manajemen 5 (1).pp.1-26
a
Trabelsi, S. and Labelle, R. 2006. ‘‘Evidence
that corporate websites is a part of the
firm’s overall disclosure package’’,
Working paper, Brock University, St
Catherines,available
at:
http://
accounting
.uwaterloo.ca/
seminars/old_
papers/
TrabelsiLabelleWP-may2-2006.pdf
a
Xiao, J.Z., Yang, H. and Chow, C.W. 2004.
‘‘The determinants and characteristics
of voluntary internet-based disclosures
by Chinese listed companies’’.
Journal of Accounting and Public
Policy, Vol. 23, pp. 191-225
a
Oyelere, P., Laswad, F. and Fisher, R.
2003. ‘‘Determinants of internet
financial reporting by New
Zealand companies’’. Journal of
International
Financial
Management and Accounting,
Vol. 14, pp. 26-63
a
Petravick, S. and Gillet, J. 1998.
‘‘Distributing earnings reports
on the internet’’. Management
Accounting, Vol. 80, pp. 54-6
a
Saleh, Rahmat. 2004. Studi Empiris
Ketepatan Waktu Pelaporan
Keuangan
Perusahaan
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting pada PerusahaanPerusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Widaryanti
Download