BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahanakan hidup, oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk sosial. Ciri dari manusia sebagai makhluk sosial adalah adanya kemampuan manusia untuk berkomunikasi secara antarpersonal di antara kelompok-kelompok sosial. Komunikasi diperlukan oleh manusia untuk menyampaikan maksud, hasrat, perasaan, pengetahuan dan pengalaman dari orang yang satu kepada orang lainnya. Sebagai contoh perilaku komunikasi pertama yang dipelajari manusia berasal dari sentuhan orangtua sebagai respon atas upaya bayi untuk memenuhi kebutuhannya seperti lapar, haus, kasih sayang dan perlindungan. Secara sederhana, komunikasi adalah proses penyampaian pengertian antar individu.1 Proses komunikasi sedikitnya melibatkan tiga unsur utama yaitu: pengirim (sender), pesan, dan penerima (receiver).2 Keefektifan komunikasi sangat bergantung pada ketiga unsur tersebut, yaitu bagaimana antar pengirim pesan dan penerima pesan dapat menimbulkan pengertian yang sama tentang suatu pesan (efek). Seperti halnya manusia, sebuah perusahaan atau organisasi akhirnya akan kembali lagi ke masyarakat, perusahaan tidak dapat hidup sendiri dan harus selalu berkomunikasi dengan masyarakat. Komunikasi perlu dibangun dengan baik sehingga dapat terjalin suatu hubungan antara perusahaan dengan masyarakat. Membangun komunikasi perusahaan merupakan salah satu bagian dari peran dan fungsi 1 Dedi Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosda, Bandung: 2007 hal 86 2 Rosady Ruslan. Kampanye Public Relations. Grafindo: Jakarta, 2007 hal 20 PR. PR perusahaan harus mampu membangun dan menjaga alur komunikasi agar dapat terus berjalan, PR harus mengetahui apa yang diinginkan dan apa yang harus disampaikan kepada masyarakat. Mendesain informasi merupakan fungsi dari public relations sebagai communicator antara perusahaan dengan publiknya, untuk menghindari kesalahan atau kegagalan dalam berkomunikasi maka PR harus menjalankan komunikasi yang efektif sehingga tercapai two way communication sebagai ciri dari komunikasi public relations. Komunikasi dua arah bertujuan untuk menciptakan dorongan kearah penciptaaan kebijaksanaan, menjelaskan kebijaksanaan, mengumumkan, mempertahankan kebijaksanaan, atau mempromosikannya kepada publik sehingga memperoleh saling pengertian dan itikad baik.3 Berbicara mengenai komunikasi dan fungsinya, inti dari komunikasi itu adalah persepsi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian-balik (decoding) dalam proses komunikasi.4 Deddy Mulyana dalam buku Ilmu komunikasi sebagai pengantar, menjelaskan pula bahwa, persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Perpsepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas. Bagi sebuah perusahaan, persepsi yang diberikan oleh publik atau masyarakat merupakan hal yang sangat penting, persepsi yang dibentuk akan menjadi gambaran / citra mengenai 3 H Moore. Frazier. Humas: Membangun Citra Dengan Komunikasi. Rosdakarya: Bandung. 1981 hal 7 4 Ibid. Hal. 180 organisasi tersebut yang melekat pada benak khalayak.5 Citra adalah realitas,.A.B.Susanto dan Himawan Wijanarko, mengutip pernyataan dari Carl Roger (1993) mengatakan bahwa ”saya tidak beraksi terhadap realitas yang abstrak namun terhadap persepsi saya atas realitas ini. Persepsilah yang bagi saya merupakan realitas.”6 Sebuah realitas bisa di persepsikan berbeda oleh tiap individu, dan bisa juga dipersepsikan berbeda oleh anggota publik yang berbeda, persepsi juga tidak bisa dibangun tanpa realitas yang mendasar. Realitas berasal dari informasi dan pengalaman sebelumnya yang telah terekam dalam ingatan publik. Informasi dapat diperoleh dari komunikasi yang memang didesain secara sengaja oleh pemasar (perusahaan) dan bercampur dengan sumber informasi lainnya. Sementara pengalaman terbentuk ketika „merasakan‟ layanan maupun produk yang disajikan.7 Citra korporat pada hakikatnya adalah persepsi publik terhadap perusahaan yang terbentuk dari asosiasi antara perusahaan sebagai subyek dan atribut-atributnya seperti: baik, buruk, berkualitas, peduli lingkungan, bertanggungjawab dan lain-lain. Citra Positif perusahaan tidak dapat direkayasa. Citra akan terbentuk dengan sendirinya dari upaya yang dilakukan dengan baik dan dengan proses yang panjang dan terbentuk sepenuhnya ditentukan oleh bagaimana Public Relations mampu membangun persepsi yang didasarkan oleh realitas yang terjadi. Sekalipun persepsi belum tentu sama dengan realitas yang muncul tetapi persepsi tidak bisa dibangun tanpa realitas yang mendasar. 5 Maslina W. Hutasuhut . Jakarta: Peran Pemerintah Daerah di Era Keterbukaan Informasi Publik. Workshop, 25 Agustus 2008. Website IISIP. 6 Silih Agung Wasesa. Strategi Public Relations. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006 hal 9 7 Susanto ,A.B. dan Wijanarko, Himawan Power Branding. Mizan: Jakarta, 2007 hal 51 Seberapa samar-samarnya sebuah citra, citra adalah sebuah realitas karena orang hanya dapat bereaksi terhadap apa yang telah mereka alami dan rasakan. Untuk menghasilkan citra yang kuat maka Persepsi, Realitas dan citra harus dibangun dengan fondasi kredibilitas. Realitas bisa didapatkan dari media massa atau media-media lain yang berhubungan langsung dengan publiknya, hal ini dapat diartikan bahwa citra perusahaan adalah adanya persepsi (yang berkembang dalam benak publik) terhadap realitas (yang muncul dalam media). Informasi realitas yang disampaikan tanpa kredibilitas tinggi hanya akan menghasilkan citra perusahaan yang lemah dan tentunya akan berdampak pada resiko yang harus ditanggung perusahaan karena informasi yang tidak kredibel akan menyebabkan banyaknya celah yang bisa dilihat oleh publik, termasuk pihak lain yang memiliki kepentingan berseberangan, untuk dengan mudah mengubah citra positif menjadi negatif.8 Membangun citra perusahaan merupakan tujuan dari Public Relations. Citra perusahaan dapat dipersepsikan sebagai gambaran mental secara selektif. Citra dapat berhubungan dengan nama bisnis, arsitektur, variasi dari produk, tradisi, ideologi dan kesan pada kualitas komunikasi yang dilakukan oleh setiap karyawan yang berinteraksi dengan klien perusahaan. Setiap perusahaan dapat memiliki lebih dari satu citra tergantung dari kondisi interaksi yang dilakukan perusahaan dengan kelompokkelompok yang berbeda, seperti: nasabah, karyawan, pemegang saham, supplier dimana setiap kelompok tersebut mempunyai pengalaman dan hubungan yang berbeda dengan perusahaan. Sifat citra dari perusahaan, seberapa pun tidak enaknya, tetap merupakan sebuah bidang pertumbuhan dari produktivitas Public Relations yang dikombinasikan 8 Silih Agung Wasesa. Op.cit hal 15-16 dengan perkembangan ilmu pengetahuan mengenai harapan stakeholder, merupakan fokus perhatian dari perusahaan khususnya Public Relations.9 Memahami bahwa keberhasilan perusahaan tidak hanya tergantung pada mutu dan jasa tapi juga bagaimana perusahaan membangun citra. Banyak perusahaan yang tidak bersungguh-sungguh membangun citranya, hal ini dapat diindikasikan dengan tidak adanya tim khusus di perusahaan untuk mengevaluasi citra perusahaan serta minimnya alokasi dana untuk kegiatan tersebut. Perusahaan atau Institusi yang baik dan menempati hati atau tertanam dalam benak (mindset) para pelanggan adalah institusi yang mempunyai citra prositif. Citra akan terbentuk dengan sendirinya dari upaya yang kita tempuh sehingga komunikasi keterbukaan perusahaan merupakan salah satu kunci penting untuk mendapat citra yang positif. Citra yang positif akan terbentuk jika performa perusahaan benar-benar diberitakan seperti yang apa diberitakan oleh perusahaan. Citra yang positif akan memberikan manfaat yang penting bagi perusahaan seperti ditumbuhkannya kondisi yang saling percaya antara perusahaan dengan stakeholder, dengan sikap saling percaya dapat menggiring pelanggan menjadi loyal, mencegah karyawan dan pemasok bertindak curang, perusahaan akan mampu menciptakan keunggulan dalam bersaing dan dapat mengubah fungsi pengawasan dari prinsip saling curiga. Dampak positif lainnya, karyawan yang bekerja pada perusahaan dengan citra positif akan memiliki rasa bangga sehingga mereka akan dapat bekerja secara produktif. Selain itu citra positif akan menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan serta dapat mempengaruhi masyarakat untuk menanamkan modalnya di perusahaan. 9 Ibid. Hal ini dapat kita lihat dalam persaingan perusahaan yang telah go publik di bursa saham. Perusahaan dengan citra positif di masyarakat menjadi incaran para investor sehingga menjadi mampu menjadi perusahaan yang menguasai pasar di bidangnya. Sebagai contoh perusahaan nasional yang mampu mendapatkan reputasi yang baik di masyarakat adalah PT. Telkom dimana mereka berupaya sedemikian rupa membangun citra dengan memberikan pelayanan yang memuaskan kepada para pelanggannya. Hal ini di latar belakangi karena pada tahun 1980 PT. Telkom mempunyai citra yang jelek seperti sambungan yang susah, praktek pencaloan dan nada sambung putus-putus. Keberhasilan PT. Telkom saat ini tidak datang begitu saja tetapi diawali dengan serangkaian upaya membangun citra perusahaan secara keseluruhan dengan menyentuh semua publiknya baik internal maupun eksternal. Adanya perubahan citra PT. Telkom diawali pada tahun 1991 saat dilakukannya perubahan logo dengan kombinasi warna biru muda dan biru, manajemen perusahaan dengan semangat baru mengubah pola pikir birokrat menjadi entepreneur. Penggunaan teknologi yang lebih baik sehingga sambungan menjadi lebih bagus, kantor pelayanan didirikan dari tingkat pusat sampai daerah, kemudahan dalam memasang telepon dan manajemen sumber daya manusia yang lebih baik. Hal ini menyebabkan persepsi masyarakat yang jelek berubah menjadi positif dan percaya akan kinerja dari PT. Telkom. Tidak heran jika di pasar bursa. Saham PT. Telkom banyak diincar oleh para investor karena adanya reputasi yang baik sebagai perusahaan telekomunikasi dengan pelayanan baik.10 Dari ilustrasi ini dapat kita lihat bahwa bagaimana sebuah citra positif yang tertanam dalam benak publik melalui atribut-atribut yang dibangun 10 A.B. Susanto. Managing Partner The Jakarta Consulting Group. Makalah Reputasi & Good Corporate Governance, berdasarkan riset yang dilakukan oleh Frontier Marketing & Research Consultant oleh PT.Telkom yang sebelumnya jelek berubah menjadi positif yang pada akhirnya menjadikan PT.Telkom sebagai perusahaan telekomunikasi dengan reputasi yang sangat baik. Oleh karena itu seorang Public Relations harus mampu membangun corporate image sebagai asset terpenting dari perusahaan dan sebagai perangkat kuat menarik konsumen untuk mendukung aktivitas perusahaan. Dengan Corporate image yang baik akan memudahkan perusahaan membangun citranya, publik dengan mudah akan menaruh kepercayaan sehingga terjalin sikap saling pengertian yang jelas dan benar terhadap organisasi dengan publiknya. Dilatar belakangi oleh hal-hal di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana PR perusahaan melaksanakan fungsi dan tugas untuk membangun citra perusahaan yang disesuaikan dengan visi dan misi perusahaan. Objek penelitian ini adalah PT. Intra GolfLink Resorts (PT. IGR), sebuah perusahaan swasta yang bergerak dalam olah raga golf. Peneliti memilih PT. IGR karena perusahaan ini mempunyai konsep yang sangat unik dan menarik dengan menggabungkan antara hobby bermain golf dengan investasi jangka panjang yang menguntungkan kepada para anggotanya serta dengan target publik yaitu para pemain golf yang dikenal mempunyai status sosial tinggi di masyarakat membuat menambah prestise perusahaan ini di mata masyarakat. Members merupakan publik PR yang keberadaannya sangat diperlukan untuk tetap menjaga kelangsungan hidup perusahaan, pembangunan lapangan golf serta dimana salah satu sumber modal didapatkan dari initiation fee (investasi) members baru semakin sering members bermain di club golf akan semakin tinggi pula keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Dilihat dari struktur perusahaan, PR berada di bawah Marketing Director, dugaaan awal yang ada dalam pemikiran peneliti bahwa aktivitas PR adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran yang bisa diartikan bahwa peran PR yang dijalankan ditujukan untuk membangun brand awardness produk whole in one membership dengan target publik eksternal PR yaitu calon members (masyarakat umum). Untuk membangun citra pada members diperlukan usaha-usaha PR membangun sikap saling mempercayai dan hubungan yang saling menguntungkan antara perusahaan dengan members sehingga members sebagai konsumen dan juga sebagai pemegang saham menjadi loyal dan membangun good will perusahaan yang akhirnya dapat mendorong members ikut berpartisipasi pada perkembangan perusahaan diantaranya dengan memberikan referensi yang baik tentang perusahaan kepada target publik eksternal yang belum menjadi members, untuk menanamkan modal di perusahaan dengan cara melakukan pembelian produk Whole in One Membersip. 1.2. Rumusan Masalah Citra perusahaan merupakan tujuan (goals) akhir dari suatu aktivitas program PR. Suatu perusahaan akan mempunyai citra yang baik, jika PR juga baik. Citra perusahaan di mata publik dapat terlihat dari pendapat atau pola pikir publik pada saat mempersepsikan realitas yang terjadi. Seberapa jauh citra akan terbentuk sepenuhnya ditentukan oleh bagaimana PR membangun persepsi dan menyampaikan informasi realitas dengan fondasi kredibilitas yang tinggi. Peran PR dalam pencitraan adalah membangun persepsi yang terbaik tentang perusahaan dengan target publik members diantaranya dengan memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan members. PR juga mempunyai peran mengembankan loyalitas members dengan menyiapakan publik internal yang mampu memberikan pelayanan terbaik kepada members. Tugas PR untuk membangun citra menjalankan fungsi-fungsi PR kepada publik eksternal (members ) yaitu adalah membentuk public favorable, mutual understanding, sehingga terbentuk opini publik members yang menguntungkan perusahaan. Berdasarkan hal-hal yang tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana Peran PR dalam membangun citra perusahaan pada members di PT. Intra GolfLink Resorts 2. Bagaimana Fungsi PR dalam membentuk citra perusahaan pada members di PT. Intra GolfLink Resorts 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai peneliti adalah untuk mengetahui : 1. Peran PR dalam membangun citra perusahaan pada members members di PT. Intra GolfLink Resorts, Jakarta. 2. Fungsi PR dalam membangun citra perusahaan pada members di PT. Intra GolfLink Resorts, Jakarta. 1.3.2. Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan membawa manfaat bagi perkembangan ilmu komunikasi, terutama dalam menciptakan citra positif perusahaan. 1.3.2.2 Manfaat Praktis a. Hasil penelitian dapat dijadikan referensi bagi perusahaan untuk menyusun program PR perusahaan berikutnya b. Peneliti dapat menberikan masukan kepada Pubic Relation perusahaan untuk menjalankan Peran dan fungsinya untuk membangun citra perusahaan pada members. c. Sebagai referensi bagi mahasiswa dan praktisi melakukan PR lainnya yang ingin penelitian untuk membangun citra perusahaan pada members