BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan darah di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Namun hingga saat ini ketersediaan darah donor masih kurang. Ketersediaan darah donor idealnya adalah 2 persen dari jumlah penduduk di Indonesia tapi selama ini kebutuhan darah hanya terpenuhi sebanyak 1 persen1. Dalam Peraturan Pemerintah N0. 7/ 2011 tentang Pelayanan Darah menyebutkan, penyelenggaraan donor darah dan pengolahan darah dilakukan oleh Unit Donor Darah (UDD) yang diselenggarakan oleh organisasi sosial dengan tugas pokok dan fungsinya di bidang Kepalangmerahan atau dalam hal ini Palang Merah Indonesia (PMI). Di Salatiga sendiri, berdasarkan wawancara dengan dokter Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia Kota Salatiga, dr. Prasit Al Hakim mengatakan bahwa UDD PMI Kota Salatiga memiliki kebutuhan darah yang termasuk banyak. Meskipun kota kecil, karena ada 3 Rumah Sakit Pemerintah, 4 Rumah Sakit Swasta dan 3 Rumah Sakit luar dari wilayah Salatiga yang rutin mengambil darah disini, idealnya setiap bulan dibutuhkan sekitar 600-700 kantong darah atau kurang lebih 20-25 kantong darah setiap harinya. Sedangkan perolehan donor darah selama ini hanya mencapai sekitar 500-600 kantong darah perbulan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan.Padahal Salatiga memiliki jumlah penduduk sebesar 186.087 jiwa2. Selain itu sebenarnya masyarakat tahu bahwa donor darah itu perbuatan yang baik, namun karena beberapa hal mereka mengurungkan niat mendonorkan darahnya. Bahkan ada juga orang enggan mendonorkan darah karena khawatir terhadap efek samping yang ditimbulkannya. Padahal dengan melakukan donor darah, maka sel-sel darah di dalam tubuh menjadi lebih cepat terganti dengan yang baru. Apabila mendonorkan darah tiga bulan sekali, maka kesehatan tubuh tetap terjaga. Selain bermanfaat untuk membantu orang lain, donor darah juga membuat tubuh kita menjadi lebih sehat (Depkes RI, 2009). Selain alasan-alasan yang telah disebutkan diatas, ada satu hal lain yang menyebabkan masyarakat enggan melakukan donor darah. Alasan tersebut adalah darah 1 http://www.antaranews.com/berita/454200/stok-darah-indonesia-selalu-kurang(diunduh pada 7 Juli 2015 pukul 08.16) 2 http://salatigakota.go.id/Data/Info/Bappeda/SalatigaDalamAngka2012.pdf (diunduh pada 7 Juli 2015 pukul 08.31) 1 yang telah diambil dari pendonor ternyata tidak diberikan secara cuma-cuma oleh pasien yang membutuhkan, tetapi pasien harus membeli dengan harga yang sudah ditentukan. Dari pengamatan, penulis menemukan beberapa tanggapan masyarakat yang menyatakan protes tentang darah donor yang kemudian dijual. Gambar 1 Komentar Para Pengguna Media Sosial Soal Darah Yang Dijual Sumber: www.twitter.com Masyarakat banyak yang merasa terkejut ketika mengetahui hal ini. Ada juga masyarakat yang sudah mengetahui tentang hal ini, tetapi masih banyak yang tidak tahu 2 dan tidak mengerti secara jelas tentang mengapa dijual, berapa harganya, mengapa mahal dan untuk apa/siapa uang yang didapat dari penjualan darah tersebut. Gambar 23 Komentar Warga Yang Dituliskan Kedalam Blog Jurnalis Kompas Hal ini yang kemudian menjadi pertanyaan dari masyarakat, mengapa orang mendonorkan darah secara sukarela namun ketika orang lain membutuhkan darah, mereka harus membayar untuk mendapatkan darah tersebut, meskipun darah yang diperoleh adalah dari donor keluarganya sekalipun. Dari data yang diperoleh penulis dengan melakukan wawancara kepada 3 warga kota Salatiga, semuanya menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui tentang kegunaan uang pembayaran darah. Padahal mereka pernah mengikuti kegiatan donor darah. Berikut adalah komentar warga Salatiga yang bernama Lindu Renaningtyas (31) tentang harga darah. “Nah itu dia yang bikin heran, kenapa orang donor darah tidak diberi apa-apa, tapi tiap kita butuh darah kita harus bayar mahal? Kan nggak adil. Kita donor kan tujuannya buat nolong, kalo mereka harus bayar mahal kan jadinya malah membebani” Selain itu ada juga komentar dari Agustin Indah (21), seorang mahasiswi yang pernah melakukan donor darah pada saat kegiatan kampus. 3 http://www.kompasiana.com/012.013.014/aneh-pmi-harga-satu-kantong-darah-sama-ambil-stok-di-pmidengan-hasil-donor-darah-keluarga_5520527ea33311a64646ce66 (diunduh pada 7 Juli 2015 pukul 8:16) 3 “Oh iya, aku malah baru kepikiran. Kan donornya sukarela tapi kok pas butuh disuruh beli ya?” Agus Hermawan (38) pun yang pernah melakukan donor darah tidak mengerti mengapa orang yang butuh darah dikenakan biaya yang mahal untuk memperoleh darah. “Baru tau juga pas tetanggaku butuh darah. Dia kena musibah terus butuh darah. Diceritain sama keluarganya kalo mesti beli darah. Kirain kalo orang butuh darah gitu ya dikasih gratis. Kan buat nolong orang, tapi kok ternyata bayar mahal. Nggak tau itu uangnya buat apa.” Masyarakat banyak yang tidak tahu bahwa pengelolaan darah membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sebut saja, mulai dari proses awal seperti ketersediaan formulir calon donor, kapas, dan alat untuk mengecek Hb donor, jarum, selang dan kantong yang digunakan untuk proses donor dan menyimpan darah, tentu harus dibeli dan harganya tidak murah. Belum lagi berbagai komponen yang diperlukan untuk memeriksa darah di laboratorium, menyimpan darah di tempat khusus dengan suhu dan kondisi lain yang terjadi, hingga proses pengecekan kecocokan darah yang tersedia dengan donor darah sampai dengan proses transfusi, juga membutuhkan biaya. Termasuk tentunya, bagaimana prosedur pemusnahan darah yang tidak layak digunakan, juga membutuhkan biaya operasional. Biaya ini berasal dari subsidi pemerintah maupun subsidi PMI. Seorang warga Salatiga, Adianto Waspodo (43) yang merupakan pendonor darah rutin juga mengungkapkan tentang biaya yang dibebankan untuk memperoleh satu kantong darah bukanlah merupakan harga darah, namun biaya pengganti pengolahan darah. “Sebenarnya harga yang dibebankan kepada masyarakat itu bukan harga darah, tapi itu biaya digunakan untuk mengganti proses pengolahan darah. Kan darah sebelum sampai ke pasien yang butuh darah harus diolah dulu, biar steril. Tapi ya itu, banyak masyarakat yang tidak tahu tentang hal itu” Adianto sendiri saat ini sudah memperoleh kesempatan untuk bertemu dengan Gubernur Jawa Tengah. Hal ini merupakan sebuah bentuk penghargaan yang diperoleh Adianto karena telah rutin melakukan donor darah dan sudah sampai 50 kali mendonorkan darahnya. Selain biaya subsidi dari pemerintah dan PMI, sisa biaya dibebankan kepada pasien. Sisa beban biaya yang tidak tersubsidi ini dinamakan Biaya Penggantian Pengelolaan Darah (BPPD) atau service cost. Jadi, bukan menjual darah melainkan 4 menggantikan biaya pengolahan darah agar aman untuk ditransfusikan kepada pasien.komponen darahnya sendiri tidak dikenakan biaya atau gratis.4 Dari permasalahan diatas, penulis berencana membuat iklan layanan masyarakat yang berisi informasi tentang Biaya Pengganti Pengolahan Darah (BPPD). Dengan pembuatan iklan layanan masyarakat ini diharapkan agar masyarakat mengerti bahwa darah dari pendonor itu gratis, tetapi biaya pengolahannya yang bayar. Sehingga akan memunculkan kembali jiwa sosial masyarakat untuk berbuat baik terhadap sesama dengan melakukan donor darah. Untuk menentukan bentuk media dan isi pesan yang akan dibuat, penulis memakai cara consumer insight5 dan consumer journey6. Dengan cara ini penulis akan dengan mudah menemukan isi pesan apa yang bisa dicerna dan mudah dipahami oleh target segmentasi, selain itu penulis juga bisa menemukan media-media apa saja yang cocok dan memang menjadi kebutuhan bagi target segmentasi. 1.2 Rumusan Perancangan 1.2.1 Bagaimana merancang iklan layanan masyarakat yang komunikatif, sehingga dapat memberikan informasi tentang biaya pengganti pengolahan darah (BPPD) yang jelas dan mudah dipahami? 1.3 Tujuan Perancangan 1.3.1 Merancang iklan layanan masyarakat yang komunikatif, yang dapat memberikan informasi tentang biaya pengganti pengolahan darah (BPPD) secara jelas dan mudah dipahami. Sehingga pada akhirnya masyarakat memahami bahwa biaya yang dikeluarkan untuk satu kantong darah bukanlah biaya untuk membeli darah, melainkan mengganti biaya pengolahan darah. 1.4 Pembatasan Perancangan Tugas akhir ini berfokus pada upaya merancang iklan layanan masyarakat yang berisi informasi tentang biaya pengolahan darah agar masyarakat tahu bahwa biaya yang 4 http://www.pmi.or.id/index.php/aktivitas/pelayanan/donor-darah/pelayanan-donordarah.html?showall=&start=4(diunduh 2 Juni 2015 pukul 2012) 5 Consumer insight adalah proses mencari tahu secara lebih mendalam, tentang latar belakang perbuatan, pemikiran dan perilaku seorang konsumen yang berhubungan dengan produk (Kasilo,2008:21) 6 Consumer journey adalah kegiatan yang biasa dilakukan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya benar-benar dibutuhkan oleh target market, memahami consumer journey akan membuat strategi perancangan bisa disampaikan secara lebih efisien. Dan consumer journey akan selalu berhubungan dengan totalitas kegiatan target market (Kasilo,2008:73) 5 dikeluarkan untuk memperoleh darah merupakan biaya untuk mengganti proses pengolahan darah. Iklan ini memiliki karakteristik sebagai berikut ; 1.4.1 Berisi tentang informasi biaya pengganti pengolahan darah sehingga masyarakat tidak menyalah artikan tentang mahalnya harga darah per kantong. 1.4.2 Penyajian media akan ditentukan setelah penulis melakukan riset consumer insight dan consumer journey 1.4.3 Segmentasi : 1. Segmen Geografi Primer: Kota Salatiga Sekunder : Jawa Tengah 2. Segmen Demografi Umur: 17 tahun keatas Jenis Kelamin: Laki-laki dan Perempuan Agama: Semua kepercayaan Kelas Sosial: Semua lapisan masyarakat 1.5 Manfaat Perancangan Perancangan media ini diharapkan memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan obyek produksi, antara lain : 1.5.1 Manfaat Teoritis Melalui perancangan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi mahasiswa lain dalam hal produksi media iklan layanan masyarakat yang efektif tidak hanya untuk kepentingan lembaga yaitu Palang Merah Indonesia (PMI) tapi juga untuk kepentingan masyarakat luas. 1.5.2 Manfaat Praktis Produksi ini diharapkan dapat menginformasikan masyarakat dan pendonor darah tentang biaya pengganti pengelolaan darah (BPPD). 1.6 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data menurut Buchari.A (2008;97), adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Pada produksi ini metode yang digunakan penulis adalah sebagai berikut; 6 1.6.1 Metode kepustakaan Disini penulis akan mencari beberapa informasi pustaka mengenai donor darah dan BPPD melalui buku-buku, majalah, surat kabar maupun internet. 1.6.2 Metode Consumer Journey dan Consumer Insight Dalam pencarian consumer insight penulis memakai sistem wawancara dengan target segmentasi mengenai biaya pengganti pengolahan darah, sehingga nantinya penulis dapat menggali isi pesan yang tepat bagi target segmentasi. Penulis juga akan memasukkan metode consumer journey, penulis akan mengikuti kegiatan dari target segmentasi, mulai dari dia bangun tidur sampai dia akan tidur kembali. Tujuannya adalah mencari tahu bentuk media apa saja yang cocok untuk target segmentasi dan memang media ini yang dibutuhkan oleh target segmentasi. 1.6.3 Metode Observasi Disini penulis akan melakukan observasi di dalam lingkungan masyarakat yang sudah pernah ataupun belum pernah melakukan donor darah sesuai dengan usia segmentasi. 7