BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah kegiatan yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Setiap makhluk hidup pasti berkaitan satu dengan yang lainnya, dan saling berkomunikasi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian komunikasi secara umum adalah bentuk pertukaran pesan yang dilakukan dari komunikator (pemberi pesan) kepada komunikan (penerima pesan). Komunikasi dilakukan tidak hanya untuk menyampaikan sebuah pesan saja, namun dengan harapan setelah pesan tersebut disampaikan maka komunikan dapat mengerti dan juga memahami pesan tersebut sesuai dengan maksud komunikator. Selain itu, proses komunikasi yang dilakukan juga dapat dikatakan berhasil jika komunikan dapat memahami isi pesan yang disampaikan komunikator dan juga menghasilkan effect atau dampak setelah komunikasi dilakukan. Istilah komunikasi atau bahasa inggrisnya communication, berasal dari bahasa Latin, yaitu communications dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. Sama di sini adalah “sama makna” (lambing). Sebagai contoh, jika dua orang saling bercakap atau berbicara, memahami dan mengerti apa yang diperbincangkan tersebut, maka dapat dikatakan komunikatif. Kegiatan komunikasi tersebut secara sederhana tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga mengandung unsur persuasi, yakni agar orang lain bersedia menerima http://digilib.mercubuana.ac.id/ suatu pemahaman dan pengaruh, mau melakukan suatu perintah, bujukan, dan sebagainya.1 Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Dan bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi terbentuknya suatu masyarakat atau komunitas yang terintegrasi oleh informasi, dimana masing-masing individu dalam masyarakat itu sendiri saling berbagi informasi (information sharing) untuk mencapai tujuan bersama, atau secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan.2 Adapun pengertian lainnya mengenai komunikasi Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asasasas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap Definisi tersebut juga menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (opinion public) dan sikap public (public attitude). Dan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communications is the process to modify the behavior of other individuals).3 Seperti yang telah dijelaskan pada beberapa pengertian komunikasi di atas, maka inti dari komunikasi adalah sebuah proses transfer nilai. Seperti dikutip dari buku Sosiologi Umum mengenai pengertian komunikasi sebagai proses transfer nilai, pada proses komunikasi, informasi ini (secara umum dapat dikatakan juga sebagai pesan), dipertukaran dalam bentuk simbol. Pada masyarakat ada beragam simbol yang digunakan dalam berkomunikasi. Seperti contohnya di pedesaan kita mengenal suara kentongan, gong, atau lonceng yang digunakan untuk menyebarkan informasi. Irma kentongan yang berbeda memberi arti yang berbeda bagi masyarakat pendengarnya. Simbol-simbol lain yang dipakai adalah bahasa tertulis, bahasa lisan, geragan bendera, tanda-tanda lalu lintas, dan sebagainya. 4 2.1.2 Unsur Komunikasi Dalam melakukan komunikasi, untuk menyampaikan sebuah pesan atau pun informasi dari komunikator (penyampai pesan) kepada komunikan (penerima 1 Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Publik Relations, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 17-18 2 Syaiful Rohim, Teori Komunikasi Perspektif, Ragam, dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm. 8 3 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hlm. 10 4 Fredian Tonny Nasdian, Sosiologi Umum, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2015, hlm. 241 http://digilib.mercubuana.ac.id/ pesan) tidak terjadi begitu saja, terdapat juga unsur-unsur atau pun komponen yang terdapat di dalamnya. Seperti yang dijelaskan di dalam buku bahwa komunikasi yang dilakukan baru dapat dikatakan terjadi apabila memenuhi unsur-unsur atau komponen komunikasi. terdapat lima unsur atau komponen komunikasi agar dapat terjadi proses komunikasi yaitu, komunikator, pesan, media, komunikan, dan pengaruh.5 Berikut adalah penjelasan mengenai unsur komunikasi, sebagai berikut : 1. Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan. 2. Pesan adalah ide atau informasi yang disampaikan. 3. Media adalah sebagai sarana komunikasi. 4. Komunikan adalah audience atau sebagai pihak yang menerima pesan. 5. Dan yang terakhir ialah pengaruh/umpan balik yang berarti respon dari komunikan terhadap pesan yang diterimanya. 2.1.3 Proses Komunikasi Dalam melakukan komunikasi juga tidak hanya diliputi komponen atau unsur-unsur komunikasi saja, namun juga terdapat proses komunikasi yang terbagi ke dalam dua tahap yakni diantaranya proses komunikasi secara primer dan komunikasi secara sekunder. Komunikasi primer adalah proses komunikasi atau penyampaian pesan yang dilakukan dengan lambang sebagai media dalam komunikasi, sedangkan komunikasi sekunder merupakan proses penyampaian pesan dengan menggunakan alat sebagai media kedua dalam penyampaian pesan. 5 Tommy Suprapto, Pengantar Ilmu Komunikasi dan Peran Manajemen dalam Komunikasi, CAPS, Yogyakarta, 2011, hlm. 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Seperti yang ditulis dalam buku Komunikasi Teori dan Praktek yang menjelaskan bahwa, proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambing (symbol) sebagai media. Lambing sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Jika proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pesan kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media, proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telpon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televise, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.6 2.1.4 Tujuan komunikasi Dalam keseharian setiap makhluk hidup pasti memiliki kebutuhankebutuhan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Seperti manusia yang melakukan komunikasi dengan tujuan mendapatkan apa yang menjadi kebutuhannya. Contoh dalam kehidupan sehari-hari manusia melakukan 6 Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm. 11-16 http://digilib.mercubuana.ac.id/ komunikasi dalam kegiatannya seperti bekerja dengan tujuan mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Carl I. Hovland mengenai ilmu komunikasi didefinisikan sebagai upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Adapun tujuan komunikasi untuk membangun atau menciptakan pemahaman dan pengertian bersama. Saling memahami bukan berarti harus menyetujui, tetapi dengan komunikasi terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku, ataupun perubahan secara sosial, dijelaskan sebagai berikut : 1. Perubahan Sikap (attitude change) Seorang komunikan setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah, baik positif maupun negatif. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan kita. 2. Perubahan Pendapat (opinion change) Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman. Pemahaman, ialah kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. Setelah memahami apa yang dimaksud komunikator maka akan tercipta pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan. 3. Perubahan Perilaku (behavior change) Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku maupun tindakan seseorang. 4. Perubahan Sosial (social change) Membangun dan memelihara ikatan hubungan dengan orang lain sehingga menjadi hubungan yang makin baik. dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal.7 Seperti yang telah diketahui bahwa setiap kegiatan atau upaya komunikasi yang dilakukan tentunya mempunyai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud menunjuk pada suatu hasil atau akibat yang diinginkan oleh pelaku komunikasi tersebut. Secara umum tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif yang 7 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009, hlm.60-61 http://digilib.mercubuana.ac.id/ berbeda yakni kepentingan sumber/pengirim/komunikator seperti contohnya memberikan informasi dan kepentingan penerima/komunikan seperti salah satu contohnya untuk memahami informasi yang disampaikan. Dan untuk mengetahui lebih jelas tujuan dari komunikasi yang ingin dicapai dari dua perspektif yang berbeda, maka dapat diuraikan sebagia berikut : Tujuan Komunikasi dari Sudut Tujuan Komunikasi dari Sudut Kepentingan Sumber Kepentingan Penerima 1 Memberikan informasi 1 Memahami informasi 2 Mendidik 2 Mempelajari 3 Menyenangkan/menghibur 3 Menikmati 4 Menganjurkan suatu tindakan 4 Menerima atau menolak anjuran atau persuasi Tabel 1 Perspektif Tujuan Komunikasi Sumber : Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air 2.1.5 Fungsi Komunikasi Komunikasi tidak hanya dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya saja. Komunikasi juga memiliki beberapa fungsi lainnya. Seperti yang dijelaskan di dalam buku Ilmu Komunikasi bahwafungsi-fungsi komunikasi meliputi fungsi komunikasi sosial, fungsi komunikasi ekspresif, ritual, dan fungsi komunikasi instrumental yang dijelaskan sebagai berikut : 1. Fungsi komunikasi sosial Menunjukkan bahwa komunikasi penting untuk menmbangun konsep diri, eksistensi dan aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ mencapai kebahagiaan. Konsep diri ialah pandangan kita tentang siapa diri kita yang diperoleh dari informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Eksistensi diri, orang berkomunikasi menunjukkan dirinya eksis. Ketika berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain, baik verbal maupun non verbal, ini menunjukkan diri kita eksis atau ada. Kelangsungan hidup, memupuk hubungan dan mencapai kebahagiaan yang artinya, manusia sejak lahir tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidupnya, manusia perlu berkomunikasi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, seperti makan, minum, dan mencapai kebahagiaan. 2. Fungsi komunikasi ekspresif Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan secara sendiri dan kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaanperasaan kita. 3. Fungsi komunikasi ritual Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan secara kolekif. Seperti suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, ideology, atau komitmen pada agama mereka. 4. Fungsi komunikasi instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum yaitu, menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, keyakinan, dan perilaku, menggerakan tindakan, dan juga menghibur. Kesemua tujuan tersebut dapat diklasifikasikan membujuk atau bersifat persuasive. Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicaraan menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa informasi yang disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui. 8 2.1.6 Efektivitas Komunikasi Dalam melakukan komunikasi tidak hanya sekedar dalam menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan, namun komunikasi yang dilakukan diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan pelaku komunikasi. Tercapainya tujuan komunikasi juga melihat dari segi keefektivitasan komunikasi yang dilakukan. Komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang disampaikan dapat 8 Riswandi, Ilmu Komunikasi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009, hlm. 13-21 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dimengerti atau dipahami oleh komunikan dan berdampak pada tindakan yang sesuai dengan tujuan dilakukannya komunikasi. Efek atau perubahan diharapkan terjadi pada komunikan, bukan saja pada seseorang, melainkan kepada banyak orang atau masyarakat. Justru khalayak atau penerima pesan yang terdiri dari banyak orang menjadi sasaran pesan komunikasi yang diharapkan efektivitasnya. 2.1.7 Dasar-dasar komunikasi efektif Dasar-dasar komunikasi efektif yang mencakup karakteristik komunikator, karakteristik saluran komunikasi, dan karakteristik khalayak yang dijelaskan sebagai berikut : 1. 2. Karakteristik komunikator Ketika komunikator berkomunikasi, yang berpengaruh bukan saja apa yang ia katakana, tetapi juga keadaan dia sendiri, artinya ia tidak dapat menyuruh pendengar hanya memperhatikan apa yang ia katakana. Terdapat juga tiga dimensi ethos atau faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikator, yaitu : Kredibilitas Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat-sifat komunikator. Keahlian dan kepercayaan adalah sebagai komponenkomponen kredibilitas. Atraksi Terdapat faktor-faktor situasional yang mempengaruhi atraksi interpersonal seperti daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan. Atraksi fisik menyebabkan komunikator menjadi menarik, dan karena menarik ia memiliki daya persuasive. Kekuasaan Kemampuan yang menimbulkan ketundukan. Seperti halnya kredibilitas dan atraksi, ketundukan timbul dari antara komunikator dan komunikate. Kekuasaan menyebabkan seseorang komunikator dapat “memaksa” kehendaknya kepada orang lain, karena ia memiliki sumber daya yang sangat penting. Karakteristik saluran http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3. Tiap medium memiliki karakteristik sendiri yang berbeda satu sama lainnya. Tiap medium juga secara khusus mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, penentuan suatu medium perlu disesuaikan dengan tujuan dan kemampuan dari masing-masing medium. Karakteristik khalayak Khalayak merupakan faktor penentu keberhasilan komunikasi. ukuran keberhasilan upaya komunikator yang ia lakukan adalah apabila pesanpesan yang disampaikan melalui saluran/medium yang diterima sampai pada khalayak sasaran, dipahami, dan mendapatkan tanggapan positif, dalam arti sesuai dengan harapan komunikator. 9 2.1.8 Hambatan Komunikasi Komunikasi yang dilakukan tidak semuanya berjalan dengan baik, terdapat hambatan ataupun gangguan di dalam komunikasi tersebut. segala sesuatu yang menghalangi kelancaran komunikasi disebut sebagai gangguan (noise). Kata noise dipinjam dari istilah ilmu kelistrikan yang mengartikan noise sebagai keadaan tertentu dalam sistem kelistrikan yang mengakibatkan tidak lancarnya atau berkurangnya ketepatan peraturan. Hambatan komunikasi adalah gangguan yang terjadi dalam proses penyampaian pesan, sehingga pesan yang disampaikan tidak dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penghambat komunikasi, sehingga mempengaruhi kelancaran pesan yang disampaikan oleh komunikator. Seperti yang dijelaskan oleh Nurjaman dan Umam dalam bukunya Komunikasi dan Public Relation mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran dan hambatan berkomunikasi, yaitu : 9 Ibid hlm. 129-139 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 1. 2. 3. 4. 5. Faktor pengetahuan Semakin luas pengetahuan yang dimiliki seseorang, semakin banyak perbendaharaan kata yang dapat memberikan dorongan bagi seseorang untuk berbicara lebih lancar. Faktor pengalaman Semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, menyebabkan seseorang terbiasa menghadapi sesuatu. Orang yang sering menghadapi massa, sering berbicara di muka umum akan lancar berbicara dalam keadaan apapun dengan siapa pun. Faktor intelegensi Orang yang intelegensinya rendah, biasanya kurang lancar dalam berbicara karena kurang memiliki kekayaan perbendaharaan kata dan bahasa yang baik. cara berbicaranya terputus-putus bahkan tidak memiliki relevansi dalam setiap susunan katanya. Faktor kepribadian Orang yang mempunyai sifat pemalu dan kurang pergaulan biasanya kurang lancar dalam berbicara. Faktor biologis Kelumpuhan organ berbicara dapat menimbulkan kelainan-kelainan dan menghambat komunikasi. 10 Selain hambatan komunikasi yang disebutkan tadi juga pencetakan huruf yang saling bertindih dalam suatu surat kabar atau majalah akan menjadi gangguan bagi pembacanya. Kata-kata yang tidak tepat diucapkan oleh seorang penyiar akan mengganggu komunikasi dengan pendengarnya. Penggunaan katakata asing yang sukar dimengerti tentu merupakan bagian dari noise atau gangguan yang harus disadari oleh komunikator. Di samping itu ada juga gangguan yang berasal dari saluran komunikasi tersebut, misalnya interferensi yang terjadi pada gelombang radio yang mengakibatkan tidak jelasnya isi siaran diterima oleh pendengar. Namun demikian, pada hakikatnya kebanyakan dari gangguan yang timbul, bukan berasal dari sumber atau salurannya, tetapi dari penerimanya. 10 Nurjaman dan Umam, Komunikasi dan Public Relation, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.55 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Manusia sebagai komunikan memiliki kecenderungan untuk acuh tak acuh, meremehkan seseuatu, salah menafsirkan, atau tidak mampu mengingat dengan jelas apa yang diterimanya dari komunikator. Setidak-tidaknya ada tiga faktor psikologis yang mendasari hal itu, yaitu: 1. 2. 3. Selective attention Orang biasanya cenderung untuk mengekspos dirinya hanya kepada hal-hal (komunikasi) yang dikehendakinya. Misalnya, seseorang tidak berminat membeli mobil, jelas dia tidak akan berminat membaca iklan jual beli mobil. Selective Perception Suatu kali, seseorang berhadapan dengan suatu peristiwa komunikasi, maka ia cenderung menafsirkan isi komunikasi sesuai dengan prakonsepsi yang sudah dimiliki sebelumnya. Hal ini erat kaitannya dengan kecenderungan berpikir secara stereotip. Selective Retention Meskipun seseorang memahami suatu komunikasi, tetapi orang berkecenderungan hanya mengingat apa yang mereka ingin untuk diingat. Misalnya, setelah membaca suatu artikel berimbang mengenai komunisme, seorang mahasiswa yang antikomunis hanya akan mengingat hal-hal jelek mengenai komunisme. Sebalinya mahasiswa yang prokomunis cenderung untuk mengingat kelebihan-kelebihan sistem komunisme yang diungkap oleh artikel tersebut. 11 Noise yang berasal dari audience akan sangat besar apabila pesan yang disampaikan controversial, tetapi sebaliknya pesan akan diterima relative apabila pesan yang disampaikan itu sederhana dan tidak bertele-tele. 2.1.9 Dampak Komunikasi Setiap komunikasi yang dilakukan pasti memiliki efek. Dalam konsep komunikasi paragdimatis disebutkan bahwa komunikasi merupakan sebuah pola yang meliputi sejumlah komponen (unsur) serta memiliki dampak-dampak tertentu. Adapun pola-pola komunikasi yang memiliki dampak, antara lain 11 Tommy Suprapto, Op.cit, hlm. 14-15 http://digilib.mercubuana.ac.id/ penyuluhan, penerangan, propaganda, kampanye, pendidikan, acara radio/televisi, pemutaran film/video, dan diplomasi. Pada dasarnya komunikasi memiliki 3 dampak, yaitu : 1. memberikan informasi, meningkatakan pengetahuan, menambah wawasan. Tujuan ini sering disebut juga tujuan yang koginitif. 2. Menumbuhkan perasaan tertentu, menyampaikan pikiran, ide atau pendapat. Tujuan ini sering disebut tujuan afektif. 3. Mengubah sikap, perilaku, dan perbuatan. Tujuan ini sering disebut tujuan konatif atau psikomotorik.12 Dari tiga (3) dampak dasar komunikasi seperti yang dijelaskan di atas, untuk mencapai tujuan komunikasi tersebut maka diperlukan pola-pola komunikasi yang sesuai dengan yang menjadi tujuan komunikasi. Tiga dampak komunikasi yakni kognitif, afektif, dan konatif/psikomotorik memiliki masing-masing pola komunikasi, yang juga disetiap pola tersebut memiliki tujuan. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan mengenai pola tujuan komunikasi : No 1 Pola Komunikasi Fungsi 1. Ceramah umum Menjelaskan tentang 2. Rapat sesuatu hal agar sesuatu 3. Kuliah itu dapat dimengerti dan 4. Penerangan dipahami 2 Afektif 1. Media massa Menumbuhkan perasaan 2. Diplomasi tertentu agar mudah 3. Penataran dihayati 3 Konatif 1. Forum media Menimbulkan perubahan 2. Periklanan sikap agar berprilaku 3. Penyuluhan sesuai dengan yang 4. Public relations diinginkan komunikator 5. Kampanye 6. Propaganda Tabel 2 Pola Tujuan Komunikasi Sumber : Tommy Suprapto, Pengantar Ilmu Komunikasi dan Peran Manajemen dalam Komunikasi (2011) 12 Dampak Kognitif Tommy Suprapto, Op.cit, hlm.12 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.2 Komunikasi Kelompok 2.2.1 Pengertian Komunikasi Kelompok Komunikasi atau yang diartikan sebagai proses pertukaran pesan dari komunikator dengan komunikan juga terbagi-bagi menjadi beberapa jenis, seperti komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. Komunikasi kelompok juga bisa diartikan sebagai sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengenal satu sama laimnya, dan memandang mereka menjadi salah satu bagian dari kelompok tersebut. Menurut Anwar Arifin (dalam jurnal Lestari 2016) komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi, dan sebagainya. 13 Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Mengenal satu sama lain, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut, meskipun setiap anggota boleh jadi punya peran berbeda. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, dan kawan-kawan.14 Komunikasi kelompok menurut Onong Uchana Effendy dalam bukunya Dinamika Komunikasi adalah, termasuk ke dalam komunikasi tatap muka karena komunikator dan komunikan berada dalam situasi saling berhadapan dan saling melihat. Sama dengan komunikasi antarpersona komunikasi kelompok pun menimbulkan arus balik langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan pada saat sedang berkomunikasi sehingga, apabila disadari bahwa komunikasinya kurang atau tidak berhasil, ia dapat segera mengubah gayanya. 13 Yanti Lestari, Strategi Komunikasi Sosialisasi Pengetahuan Dasar Komprehensif HIV/AIDS, Journal of Vol 10, No 1 2016, hlm. 16 14 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hlm. 82 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.2.2 Tipe Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok adalah komunikasi dengan sejumlah komunikasi, karena jumlah komunikan itu menimbulkan konsekuensi, jenis ini diklasifikasikan menjadi komunikasi kelompok kecil, dan komunikasi kelompok besar. 1. Komunikasi kelompok kecil (small group communication) Komunikasi kelompok kecil adalah komunikasi yang dilakukan kepada kelompok tertentu namun dapat diubah menjadi komunikasi antarpersona. Komunikasi kelompok dapat melakukan dialog atau tanya jawab antara komunikan dengan komunikator jika terdapat hal-hal yang kurang jelas dan perlu dipertanyakan.15 2. Komunikasi kelompok besar (large group communication) Jika komunikasi kelompok kecil yang dilakukan dapat terjadi dialog atau tanya jawab antara komunikator dengan komunikan, berbeda halnya dengan komunikasi kelompok besar yang lebih sulit untuk adanya dialog atau tanya jawab anatara komunikan dengan komunikator.16 2.2.3 Karakteristik Komunikasi Kelompok Adapun karakteristik dari komunikasi kelompok, antara lain: 1. Komunikasi dalam komunikasi kelompok bersifat homogeny. 2. Dalam komunikasi kelompok terjadi kesempatan dalam melakukan tindakan pada saat itu juga. 3. Arus balik di dalam komunikasi kelompok terjadi secara langsung karena komunikator dapat mengetahui reaksi komunikan pada saat komunikasi berlangsung. 4. Pesan yang diterima komunikan dapat bersifat rasional (terjadi pada komunikasi kelompok kecil) dan bersifat emosional (terjadi pada komunikasi kelompok besar). 5. Komunikator masih dapat mengetahui dan mengenal komunikan meskipun hubungan yang terjadi tidak erat seperti pada komunikasi interpersonal. 6. Komunikasi kelompok akan menimbulkan konsekuensi bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 17 15 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm. 8-9 Ibid, hlm. 8-9 17 Marhaeni Fajar, Op.cit, hlm. 66 16 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.2.4 Klasifikasi Kelompok Terdapat banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ahli, berikut adalah penjelasan mengenai klasifikasi kelompok tiga diantaranya adalah : 1. Kelompok primer dan sekunder Kelompok primer adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati. 2. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administrative dan fisik menjadi kelompok anggota itu. Kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standar) untuk menilai diri sendiri atau membentuk sikap. 3. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif Kelompok deskriptif menunjukan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga yakni, kelompok tugas, kelompok pertemuan, dan kelompok penyandar. Sementara itu kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Kategori enam format kelompok preskriptif menurut Cragan dan Wright yaitu, diskusi meja bundar, symposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer. 18 2.2.5 Efektivitas Kelompok Efektivitas kelompok dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: 1. Faktor Situasional, meliputi ukuran kelompok, jaringan komunikasi, kohesi kelompok, dan kepemimpinan. 2. Faktor personal, meliputi kebutuhan interpersonal, tindak komunikasi dan peranan. 19 18 19 Marhaeni Fahar, Op.cit, 67-69 Marhaeni Fajar, Op.cit, hlm.72 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.3 Humas 2.3.1 Pengertian Humas Berkomunikasi dengan publik merupakan salah satu bagian tugas dari kehumasan suatu organisasi. Membangun hubungan antara organisasi dengan publiknya dilakukan melalui cara berkomunikasi secara intensif dan efektif dengan publik atau kelompok yang mempengaruhi keberadaan organisasi. Di era keterbukaan informasi saat ini maka peran humas menjadi sangat penting sebagai layanan publik, untuk memberikan informasi mengenai perusahaan, pemerintahan, atau organisasi dengan cara yang baik dan dapat diterima oleh publik. Humas juga dapat diartikan sebagai bagian yang membangun dan mempertahankan reputasi, citra dan komunikasi yang baik dan bermanfaat dalam lingkungan internal mau pun eksternal organisasi. Humas (Hubungan Masyarakat) adalah suatu bagian dalam lembaga atau instansi kepemerintahan yang memiliki peran dalam menciptakan pengertian public, membangun, dan menjaga hubngan kepada masyarakat luas. Melalui Humas citra dan reputasi lembaga atau instansi kepemerintahan dapat terbentuk, sesuai dengan kinerja Humasnya. Menurut Anggoro dalam bukunya Teori dan Profesi Kehumasan, Humas merupakan bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial atau nonkomersial. Kebutuhan akan kehadirannya tidak bisa dicegah, terlepas dari kita menyukainya atau tidak, karena Humas merupakan salah satu elemen yang menentukan kelangsungan suatu organisasi secara positif.20 Humas menjadi bagian yang menciptakan pengertian public dengan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat, selain itu juga Humas menjadi penerangan bagi masyarskat seperti dalam kegiatan sosialisasi dan penyuluhan, Humas bertugas memberikan informasi kepada masyarakat mengenai 20 M.Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan, Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm. 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ suatu hal yang perlu untuk diinformasikan dan dipahami oleh masyarakat. Posisi Humas sebagai penunjang suatu lembaga atau instansi kepemerintahan, sebagai pintu penghubung antara pihak internal maupun eksternal, sehingga kredibilitas sebuah lembaga atau instansi perusahaan sangat ditentukan dari kinerja Humasnya. 2.3.2 Fungsi Humas Public Relation merupakan satu bagian dari satu napas yang sama dalam organisasi tersebut, dan harus memberi identitas organisasinya dengan tepat dan benar serta mampu mengkomunikasikannya sehingga public menaruh kepercayaan dan mempunyai pengertian yang jelas dan benar terhadap organisasi tersebut. berikut adalah gambaran mengenai fungsi Humas : 1. kegiatan yang bertujuan memperoleh itikad baik, kepercayaan, saling pengertian, dan citra yang baik dari public atau masyarakat pada umumnya. 2. Memiliki sasaran untuk menciptakan opini public yang bisa diterima dan menguntungkan semua pihak. 3. Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik, sesuai harapan publik, tetapi merupakan kekhasan organisasi atau perusahaan. Organisasi memiliki warna, budaya, citra, suasana, yang kondusif dna menyenangkan, kinerja meningkat dan produktivitas yang bisa dicapai secara optimal. 4. Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan publiknya, sekaligus menciptakan opini public sebagai efeknya, yang sangat berguna sebagia input bagi organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. 21 2.3.3 Tujuan Humas Tujuan utama PR atau Humas adalah mempengaruhi perilaku orang secara individu ataupun kelompok saat saling berhubungan, melalui dialog dengan 21 Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam, Komunikasi dan Public Relation, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm. 114-115 http://digilib.mercubuana.ac.id/ semua golongan, serta persepsi, sikap, dan opininya terhadap suatu kesuksesan sebuah perusahaan. Tujuan PR atau Humas dijabarkan sebagai berikut : 1. Menumbuhkembangkan citra perusahaan yang positif untuk public eksternal atau masyarakat dan konsumen. 2. Mendorong tercapainya saling pengertian antara public sasaran dengan perusahaan. 3. Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan public relation. 4. Efektif dalam membangun pengenalan merk dan pengetahuan merk. 5. Mendukung bauran pemasaran. 22 2.3.4 Komunikasi Internal dan Eksternal Humas Humas berhubungan dengan 2 (dua) bagian yakni internal dan eksternal. Internal sebagai bagian yang terdiri atas orang-orang yang ada di dalam organisasi dan secara fungsional memiliki tugas pekerjaan serta hak dan kewajiban tertentu. Internal juga dapat dijelaskan sebagai bagian yang berada di dalam atau yang tercakup dalam suatu organisasi, meliputi karyawan atau staf, dari jabatan yang tinggi hingga rendah. Sementara itu eksternal adalah bagian dari luar organisasi, baik yang ada kaitannya dengan organisasi mau pun tidak ada kaitannya dengan organisasi. Komunikasi eksternal ini dilakukan menurut kelompok sasaran Humas berdasarkan apa yang harus dibangun dan dibina. Seperti contohnya komunikasi yang dilakukan oleh Humas kepada masyarakat untuk menyampaikan suatu informasi dalam kegiatan penyuluhan atau sosialisasi. 22 Ibid, hlm. 113 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2.4 Strategi Komunikasi 2.4.1 Pengertian dan Tahapan Strategi Komunikasi Komunikasi yang dilakukan dengan tujuan selalu memiliki strategi agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Khalayak memiliki kekuatan penangkal yang bersifat psikologi dan sosial bagi setiap pengaruh yang berasal dari luar diri dan kelompoknya. Di samping itu khalayak tidak hanya dirangsang oleh hanya satu pesan saja melainkan banyak pesan dalam waktu yang bersamaan. Artinya terdapat juga kekuatan pengaruh dari pesan-pesan lain yang datang dari sumber (komunikator) lain dalam waktu yang sama, maupun sebelum dan sesudahnya. Sehingga pesan sebagai satu-satunya kekuatan yang dimiliki oleh komunikator harus mampu mengungguli semua kekuatan yang ada untuk menciptakan efektivitas. Kekuatan pesan ini dapat didukung oleh metode penyajian, media, dan kekuatan pribadi komunikator sendiri. Dalam hal ini maka perencanaan dan perumusan strategi dalam proses komunikasi sangat diperlukan, meliputi : 1. Mengenal khalayak Mengenal khalayak haruslah merupakan langkah pertama bagi komunikator dalam usaha komunikasi yang efektif. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam proses komunikasi, khalayak itu sama sekali tidak pasif, melainkan aktif, sehingga antara komunikator dan komunikan bukan saja terjadi saling hubungan, tetapi juga saling mempengaruhi. Khalayak tidak hanya dapat dipengaruhi oleh komunikator tetapi komunikator juga dapat dipengaruhi oleh khalayak. 2. Menyusun pesan Setelah mengenal khalayak dan siatuasinya, maka langkah selanjutnya dalam perumusan strategi ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian. Individu dalam saat yang bersamaan, kadang- http://digilib.mercubuana.ac.id/ kadang dirangsang oleh banyak pesan dari berbagai sumber. Tetapi tidaklah semua rangsangan itu dapat mempengaruhi khalayak. 3. Menetapkan metoda Mencari efektivitas dari suatu komunikasi selain akan tergantung dari kemantapan isi pesan, yang diselaraskan dengan kondisi khalayak dan sebagainya, maka juga akan turut dipengaruhi oleh metode-metode penyampaiannya kepada sasaran. Dalam dunia komunikasi pada metode penyampaian/mempengaruhi itu dapat dilihat dari dua aspek yaitu menurut cara pelaksanaannya dan menurut bentuk isinya. 4. Seleksi dan penggunaan media Penggunaan medium sebagai alat penyalur ide, dalam rangka merebut pengaruh dalam masyarakat. Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi yang ingin dilancarkan, kita harus selektif, dalam arti menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak, maka dengan sendirinya dalam penggunaan media pun, harus demikian pula. 23 2.4.2 Sasaran Komunikasi Tujuan komunikasi adalah menghibur, memberikan informasi, dan mendidik. Dengan tujuan tersebut berdampak pada peningkatan pengetahuan, membangun kesadaran sikap, dan mengubah perilaku seseorang atau masyarakat dalam suatu proses komunikasi. terdapat pula proses komunikasi yang mendasar, yakni penggunaan bersama atas pesan oleh komunikator maupun komunikannya, sehingga akan menjamin keberhasilan komunikasi. Berkaitan dengan hal tersebut, ada dua macam sasaran komunikasi, antara lain : 1. 2. 23 Siapakah sasaran komunikasi yang dituju? Dari pengalaman sehari-hari, kita sering menemukan bahwa di dalam sasaran berkomunikasi dengan seseorang atau kelompok masyarakat tertentu , respons yang datang kepada kita tidak hanya dari khalayak sasaran yang dikehendaki, melainkan juga datang dari individu atau kelompok yang lain (yang tidak dikehendaki). Bagaimana efek komunikasi? Marhaeni Fajar, Op.cit, hlm.153-213 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Bahwa pesan yang disampaikan dan diterima oleh komunikan dapat dibedakan yang sifatnya konsumtif dan instrumental atau kombinasi keduanya. Efek konsumtif adalah efek atau pengaruh komunikasi yang dapat langsung diresapi dan dapat diamati. Efek instrumental adalah efek pengaruh dari komunikasi yang tidak dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh komunikan dna tidak dapat langsung diamati oleh komunikator.24 Sasaran komunikasi yang dituju atau merupakan khalayak juga menjadi sangat penting untuk diketahui karakternya, agar informasi yang disampaikan menjadi mudah dipahami oleh para penerima informasi. Terdapat berbagai tipe audience yang bisa anda kelompokkan agar lebih mudah dikenali, yaitu : 1. Berdasarkan gender Berbicara dengan audience (yang sebagian besar) laki-laki, kita lebih langsung ke topic bahasan dengan penggunaan intonasi standar. Sementara jika berbicara ke perempuan, perlu sedikit basa-basi dengan intonasi lebih variatif. 2. Berdasarkan usia Setiap usia memiliki karakter bicara masing-masing. Misalnya untuk anak balita, bicara anda diselingi nyanyian. Anak di bawah sepuluh tahun, menggunakan bahasa baku. Remaja, menggunakan istilah slang yang biasa mereka gunakan. Dewasa, menggunakan banyak data. Lanjut usia, bicara dengan lebih pelan dank eras. Anda tidak harus mengikuti atau meniru sepenuhnya bagaimana cara audience anda bicara, tapi paling tidak dengan mengikuti gaya bicara mereka, kedekatan akan tercipta. 3. Berdasarkan status ekonomi sosial (SES) Berbicara dengan audience dengan SES atau kesejahteraan menengah ke atas dengan tingkat pendidikan minimal lulusan SMA atau sederajat, memerlukan lebih banyak data, grafis sampai teori dari sumber yang terpercaya. Sementara sebaliknya untuk kalangan menengah ke bawah atau tingkat pendidikan rendah, diperlukan bahasa yang lugas, pemikiran yang sederhana., atau dengan memberikan contoh di kejadian sehari-hari. Semakin tinggi status sosial, jabatan, atau pendidikan audience, semakin terstruktur dan resmi juga pemilihan kata dan penggunaan bahasanya. 4. Berdasarkan hobi atau komunitas Berbicara di depan audience dari komunitas atau kelompok hobi tertentu, cenderung lebih mudah untuk dilakukan, karena kita bisa mengenali gaya bahasa, istilah-istilah dan ketertarikan mereka. 24 Tommy Suprapto, Op.cit, hlm. 13-14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5. Berdasarkan geografis Berbicara dengan audience dari daerah tertentu, bisa anda sapa dengan bahasa daerah secara singkat, lalu masukkan kekhasan daerah tersebut dalam materi bicara anda.25 2.5 Sosialisai 2.5.1 Pengertian Sosialisasi Sosialisasi atau penyuluhan merupakan jenis khusus pendidikan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan, yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program yang non-edukatif. Sosialisasi memiliki beberapa artian, seperti dalam ilmu sosiologi komunikasi sosialisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory), karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. Dalam kajian sosiologi juga sosialisasi dapat dipahami sebagai proses penanaman nilai-nilai baik secara kebetulan atau terencana oleh individu, kelompok, atau institusi untuk membentuk karakter kepribadian individu atau kelompok masyarakat. Artinya, dalam kehidupan masyarakat pasti ada nilai-nilai dan norma sosial yang dijadikan sebagai pedoman perikelakuan anggota-anggota masyarakat agar kehidupan sosial menjadi tertib, sedangkan ketertiban sosial hanya akan terbentuk jika setiap anggota masyarakatnya memahami nilai-nilai yang dihayati oleh kelompoknya. Oleh sebab itu, untuk memahamkan masing-masing anggota masyarakat tentang nilai-nilai sosial tersebut perlu adanya pengenalan nilai-nilai sosial tersebut. Proses pengenalan tatanan nilai-nilai dna norma sosial tersebut berlangsung selama masyarakat masih ada.26 25 Hilbram Dunar, My Public Speaking, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta : 2015, hlm. 33-35 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013 hlm. 110 26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Sosialisasi menurut James W. Vander Zanden sebagai suatu proses interaksi sosial dengan mana orang memperoleh pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku esensial untuk keikutsertaan (partisipasi) efektif dalam masyarakat.27 Sosialisasi juga dapat dikatakan sebagai komunikasi untuk memberikan edukasi di luar pendidikan formal. Sosialisasi mencakup kegiatan edukasi, penyebar luasan informasi, himbauan, monitoring, dan evaluasi kepada masyarakat. Sosialisasi dilakukan biasanya dengan tujuan yang diharapkan mendapatkan umpan balik yang sesuai dengan keinginan komunikator sosialisasi. Sosialisasi juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh seorang atau beberapa orang atau organisasi atau perusahaan atau lembaga tertentu memberitahukan sesuatu (informasi) untuk diketahui oleh umum atau kalangan tertentu atau pun terbatas. Untuk memudahkan pemahaman mengenai sosialisasi terdapat skema sosialisasi dari ilmu sosiologi sebagai berikut : 27 Damsar, Pengantar Sosiologi Politik, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010 hlm. 152 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Sosialisasi Agen Keluarga Kelompok Sebaya Sekolah Media Massa Nilai dan Norma Sosial Kepribadian Gambar 1 Proses Sosialisasi Sumber : Kun Maryati dan Juju Suryawati, Sosiologi (2001) Pada dasarnya, tidak ada seorang pun yang tidak melakukan sosialisasi dalam hidupnya. Manusia hidup dari dan dalam masyarakat. Melalui proses sosialisasi, seseorang mengetahui bagaimana berperilaku di tengah-tengah masyarakat. Proses sosialisasi juga dapat mewarnai cara berpikir dan kebiasaan hidupnya. Akhirnya, orang tersebut akan terampil dan pandai dalam hidup bermasyarakat. Proses sosialisasi berlangsung seumur hidup selama manusia masih mau dan mampu meningkatkan kemampuannya untuk menjadi manusia yang lebih berguna bagi masyarakat.28 2.5.2 Agen-agen Sosialisasi Dalam sosialisasi terdapat agen-agen/pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi disebut sebagai agen atau media sosialisasi. Agen-agen sosialisasi tersebut dijelaskan sebagai beriku : 1. Keluarga 28 Kun Maryati dan Juju Suryawati, Sosiologi, Erlangga, Jakarta, 2001, hlm. 95 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Pada masa awal kehidupan seseorang, agen sosialisasi terdiri atas orang tua dan saudara kandung. Namun, dalam masyarakat yang mengenal sistem keluarga luar (extend family, agen sosialisasi tidak hanya kedua orang tua dan saudara kandung saja, tetapi juga paman, bibi, kakek, dan nenek. Demikian juga pada sekarang ini, pengasuh anak dan pekerja pada tempat penitipan anak yang tidak termasuk anggota keluarga juga berperan besar dalam proses sosialisasi seorang anak. 2. Kelompok Sebaya Setelah anak dapat berjalan, berbicara, dan bepergian, ia mulai bertemu dan berinteraksi dengan teman sebayanya, yang biasanya berasal dari keluarga lain. Pada tahan ini anak mulai memasuki game stage, fase ketika ia mulai mempelajari berbagai aturan tentang peran orang-orang yang kedudukannya sederajat. Dengan bermain maka mulai mengenal nilai-nilai keadilan, kebenaran, toleransi, atau solidaritas. 3. Sekolah Agen sosialisasi berikutnya adalah pendidikan formal atau sekolah. Di sini, seseorang akan mempelajari hal baru yang tidak diajarkan di dalam keluarga mau pun kelompok sepermainannya. Sekolah mempersiapkannya untuk peranperan baru di masa mendatang saat ia tidak bergantung lagi pada orang tua. 4. Media Massa Media massa terdiri dari media cetak (surat kabar atau majalan) dan media elektronik (radio, televise, internet, film, kaset, dan CD). Media massa merupakan bentuk komunikasi dan rekreasi yang menjangkau banyak orang. Dari hal-hal yang dilihat melalui media massa akan sangat berpengaruh bagi seseorang. Hingga iklan tayangan di televise sekali pun mempunyai potensi memicu perubahan pola konsumsi atau gaya hidup masyarakat.29 Dari ke-empat agen sosialisasi tersebut kita dapat tahu, bahwa pesan-pesan yang dipelajari antara satu dengan yang lain, apa yang diajarkan di dalam keluarga bisa jadi berbeda dengan apa yang diajarkan oleh kelompok sepermainan atau pun di sekolah. 2.5.3 Jenis-jenis Sosialisasi Sosialisasi dapat kita bagi ke dalam dua bentuk, yakni sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder. Donald Light, Suzanne Keller, dan Craig Callhoun mengemukakan bahwa setelah seseorang mendapatkan sosialisasi dini atau 29 Ibid, hlm. 103-105 http://digilib.mercubuana.ac.id/ sosialisasi primer (primary socialization), maka selanjutnya ia akan mendapatkan sosialisasi sekunder (secomdary socialization). Berikut ini adalah penjelasan mengendai sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder : 1. Sosialisasi primer (primary socialization) Sosialisasi primer adalah sosialiasi pada tahap awal kehidupan seseorang sebagai manusia. Berger dan Luckman menjelaskan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, ketika ia belajar menjadi anggota masyarakat. Sosialisasi primer dipelajari dalam keluarga. Sosialisasi primer akan memengaruhi seorang anak untuk dapat membedakan dirinya dengan orang lain di sekitarnya, seperti ayah, ibu, kakak, dan adik. Sosialisasi primer terjadi di dalam keluarga. Dalam proses ini, seorang anak diperkenalkan dengan berbagai nilai yang berlaku di masyarakat. 2. Sosialisasi sekunder (secondary socialization) Sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu ke dalam lingkungan di luar keluarganya, seperti sekolah, lingkungan bermain, dan lingkungan kerja. Dalam proses sosialisasi sekunder sering dijumpai proses resosialisasi atau proses sosialisasi ulang dalam masyarakat. Proses ini terjadi jika hal yang telah disosialisasikan dalam tahap sosialisasi primer berbeda dengan sosialisasi sekunder. Proses resosialisasi didahului dengan proses desosialisasi atau proses pencabutan hal-hal yang telah dimiliki oleh individu seperti nilai dan norma. Peristiwa resosialisasi dan desosialisasi terjadi dalam sebuah bentuk total institusi. Proses resosialisasi dapat dilihat ketika seorang murid SMP masuk ke dalam lingkungan SMA. Mereka mengalami proses resosialisasi yang didahului oleh desosialisasi, misalnya dengan mengganti pakaian putih biru menjadi putih abu-abu dan menjalani proses orientasi ketika teman-teman senior maupun guru menjelaskan tentang peraturan di SMA yang berbeda dengan peraturan di SMP.30 2.5.4 Tipe Sosialisasi Setiap kelompok masyarakat memiliki standar dan nilai yang berbedabeda, misalnya ketika berada di sekolah, seseorang siswa akan disebut baik (pandai) apabila nilai ulangannya tuntas semua, tidak pernah terlambat, tidak pernah bolos sekolah. Sementara itu di kelompok spermainan, seseorang disebut baik apabila ia mempunyai solidaritas yang baik, dan mampu menjalin hubungan 30 Ibid, hlm. 105-106 http://digilib.mercubuana.ac.id/ yang baik serta dermawan. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi yaitu sebagai berikut : 1. Formal Sosialisasi tipe ini terjadi melalui suatu lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang sudah berlaku di dalam suatu negara, seperti pendidikan di sekolah, dan pendidikan kemiliteran, dll. 2. Informal Sosialisasi yang satu ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, dan kelompok-kelompok sosial lainnya yang berada di lingkungan masyarakat. Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat sulit dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus. 2.5.5 Pola Sosialisasi Getrude Jaeger membagi sosialisasi ke dalam dua pola, yaitu pola sosialisasi represif dan pola sosialisasi partisipatoris. 1. Sosialisasi represif menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan; penekanan pada kepatuhan anak kepada orang tua; penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal, dan berisi perintah; penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dna pada keinginan orang tua; dan peran keluarga sebagai significant others. 2. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola dengan cirri pemberian imbalan ketika anak berperilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan terletak pada interaksi dan komunikasi yang bersifat lisan. Pusat http://digilib.mercubuana.ac.id/ sosialisasi adalah anak dan keperluan anak, sedangkan keluarga menjadi generalized others.31 31 Ibid, hlm. 107 http://digilib.mercubuana.ac.id/