BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah kegiatan yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia.
Setiap makhluk hidup pasti berkaitan satu dengan yang lainnya, dan saling
berkomunikasi
untuk
dapat
memenuhi
kebutuhan
hidupnya.
Pengertian
komunikasi secara umum adalah bentuk pertukaran pesan yang dilakukan dari
komunikator (pemberi pesan) kepada komunikan (penerima pesan).
Komunikasi dilakukan tidak hanya untuk menyampaikan sebuah pesan saja,
namun dengan harapan setelah pesan tersebut disampaikan maka komunikan
dapat mengerti dan juga memahami pesan tersebut sesuai dengan maksud
komunikator. Selain itu, proses komunikasi yang dilakukan juga dapat dikatakan
berhasil jika komunikan dapat memahami isi pesan yang disampaikan
komunikator dan juga menghasilkan effect atau dampak setelah komunikasi
dilakukan.
Istilah komunikasi atau bahasa inggrisnya communication, berasal dari bahasa
Latin, yaitu communications dan bersumber dari kata communis yang berarti
“sama”. Sama di sini adalah “sama makna” (lambing). Sebagai contoh, jika dua
orang saling bercakap atau berbicara, memahami dan mengerti apa yang
diperbincangkan tersebut, maka dapat dikatakan komunikatif. Kegiatan
komunikasi tersebut secara sederhana tidak hanya menyampaikan informasi,
tetapi juga mengandung unsur persuasi, yakni agar orang lain bersedia menerima
http://digilib.mercubuana.ac.id/
suatu pemahaman dan pengaruh, mau melakukan suatu perintah, bujukan, dan
sebagainya.1
Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan
manusia. Dan bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi
terbentuknya suatu masyarakat atau komunitas yang terintegrasi oleh informasi,
dimana masing-masing individu dalam masyarakat itu sendiri saling berbagi
informasi (information sharing) untuk mencapai tujuan bersama, atau secara
sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian
pesan dan orang yang menerima pesan.2
Adapun pengertian lainnya mengenai komunikasi Menurut Carl I. Hovland, ilmu
komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asasasas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap Definisi
tersebut juga menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi
bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum
(opinion public) dan sikap public (public attitude). Dan dalam definisinya secara
khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa
komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communications is the
process to modify the behavior of other individuals).3
Seperti yang telah dijelaskan pada beberapa pengertian komunikasi di atas, maka
inti dari komunikasi adalah sebuah proses transfer nilai. Seperti dikutip dari buku
Sosiologi Umum mengenai pengertian komunikasi sebagai proses transfer nilai,
pada proses komunikasi, informasi ini (secara umum dapat dikatakan juga sebagai
pesan), dipertukaran dalam bentuk simbol. Pada masyarakat ada beragam simbol
yang digunakan dalam berkomunikasi. Seperti contohnya di pedesaan kita
mengenal suara kentongan, gong, atau lonceng yang digunakan untuk
menyebarkan informasi. Irma kentongan yang berbeda memberi arti yang berbeda
bagi masyarakat pendengarnya. Simbol-simbol lain yang dipakai adalah bahasa
tertulis, bahasa lisan, geragan bendera, tanda-tanda lalu lintas, dan sebagainya. 4
2.1.2 Unsur Komunikasi
Dalam melakukan komunikasi, untuk menyampaikan sebuah pesan atau pun
informasi dari komunikator (penyampai pesan) kepada komunikan (penerima
1
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Publik Relations, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005,
hlm. 17-18
2
Syaiful Rohim, Teori Komunikasi Perspektif, Ragam, dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm. 8
3
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006,
hlm. 10
4
Fredian Tonny Nasdian, Sosiologi Umum, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2015, hlm. 241
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pesan) tidak terjadi begitu saja, terdapat juga unsur-unsur atau pun komponen
yang terdapat di dalamnya.
Seperti yang dijelaskan di dalam buku bahwa komunikasi yang dilakukan
baru dapat dikatakan terjadi apabila memenuhi unsur-unsur atau komponen
komunikasi. terdapat lima unsur atau komponen komunikasi agar dapat terjadi
proses komunikasi yaitu, komunikator, pesan, media, komunikan, dan pengaruh.5
Berikut adalah penjelasan mengenai unsur komunikasi, sebagai berikut :
1. Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan.
2. Pesan adalah ide atau informasi yang disampaikan.
3. Media adalah sebagai sarana komunikasi.
4. Komunikan adalah audience atau sebagai pihak yang menerima pesan.
5. Dan yang terakhir ialah pengaruh/umpan balik yang berarti respon dari
komunikan terhadap pesan yang diterimanya.
2.1.3 Proses Komunikasi
Dalam melakukan komunikasi juga tidak hanya diliputi komponen atau
unsur-unsur komunikasi saja, namun juga terdapat proses komunikasi yang
terbagi ke dalam dua tahap yakni diantaranya proses komunikasi secara primer
dan komunikasi secara sekunder. Komunikasi primer adalah proses komunikasi
atau penyampaian pesan yang dilakukan dengan lambang sebagai media dalam
komunikasi, sedangkan komunikasi sekunder merupakan proses penyampaian
pesan dengan menggunakan alat sebagai media kedua dalam penyampaian pesan.
5
Tommy Suprapto, Pengantar Ilmu Komunikasi dan Peran Manajemen dalam Komunikasi, CAPS,
Yogyakarta, 2011, hlm. 9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Seperti yang ditulis dalam buku Komunikasi Teori dan Praktek yang
menjelaskan bahwa, proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian
pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambing
(symbol) sebagai media. Lambing sebagai media primer dalam proses komunikasi
adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara
langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator
kepada komunikan. Jika proses komunikasi primer adalah proses penyampaian
pesan kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media, proses
komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah
memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan
media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai
sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat,
telpon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televise, film, dan banyak lagi adalah
media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.6
2.1.4 Tujuan komunikasi
Dalam keseharian setiap makhluk hidup pasti memiliki kebutuhankebutuhan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Seperti manusia yang
melakukan komunikasi dengan tujuan mendapatkan apa yang menjadi
kebutuhannya. Contoh dalam kehidupan sehari-hari manusia melakukan
6
Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm. 11-16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
komunikasi dalam kegiatannya seperti bekerja dengan tujuan mendapatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Carl I. Hovland mengenai ilmu komunikasi didefinisikan sebagai
upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian
informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Adapun tujuan komunikasi
untuk membangun atau menciptakan pemahaman dan pengertian bersama. Saling
memahami bukan berarti harus menyetujui, tetapi dengan komunikasi terjadi
suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku, ataupun perubahan secara sosial,
dijelaskan sebagai berikut :
1. Perubahan Sikap (attitude change)
Seorang komunikan setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah, baik
positif maupun negatif. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi
sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan
kita.
2. Perubahan Pendapat (opinion change)
Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman. Pemahaman, ialah
kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh
komunikator. Setelah memahami apa yang dimaksud komunikator maka akan
tercipta pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan.
3. Perubahan Perilaku (behavior change)
Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku maupun tindakan seseorang.
4. Perubahan Sosial (social change)
Membangun dan memelihara ikatan hubungan dengan orang lain sehingga
menjadi hubungan yang makin baik. dalam proses komunikasi yang efektif
secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal.7
Seperti yang telah diketahui bahwa setiap kegiatan atau upaya komunikasi
yang dilakukan tentunya mempunyai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud
menunjuk pada suatu hasil atau akibat yang diinginkan oleh pelaku komunikasi
tersebut. Secara umum tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif yang
7
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009, hlm.60-61
http://digilib.mercubuana.ac.id/
berbeda yakni kepentingan sumber/pengirim/komunikator seperti contohnya
memberikan informasi dan kepentingan penerima/komunikan seperti salah satu
contohnya untuk memahami informasi yang disampaikan. Dan untuk mengetahui
lebih jelas tujuan dari komunikasi yang ingin dicapai dari dua perspektif yang
berbeda, maka dapat diuraikan sebagia berikut :
Tujuan Komunikasi dari Sudut
Tujuan Komunikasi dari Sudut
Kepentingan Sumber
Kepentingan Penerima
1
Memberikan informasi
1
Memahami informasi
2
Mendidik
2
Mempelajari
3
Menyenangkan/menghibur
3
Menikmati
4
Menganjurkan
suatu
tindakan 4
Menerima atau menolak anjuran
atau persuasi
Tabel 1 Perspektif Tujuan Komunikasi
Sumber : Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air
2.1.5 Fungsi Komunikasi
Komunikasi tidak hanya dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya saja. Komunikasi juga memiliki beberapa
fungsi lainnya. Seperti yang dijelaskan di dalam buku Ilmu Komunikasi
bahwafungsi-fungsi komunikasi meliputi fungsi komunikasi sosial, fungsi
komunikasi ekspresif, ritual, dan fungsi komunikasi instrumental yang dijelaskan
sebagai berikut :
1. Fungsi komunikasi sosial
Menunjukkan bahwa komunikasi penting untuk menmbangun konsep diri,
eksistensi dan aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mencapai kebahagiaan. Konsep diri ialah pandangan kita tentang siapa diri kita
yang diperoleh dari informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Eksistensi
diri, orang berkomunikasi menunjukkan dirinya eksis. Ketika berbicara atau
berkomunikasi dengan orang lain, baik verbal maupun non verbal, ini
menunjukkan diri kita eksis atau ada. Kelangsungan hidup, memupuk
hubungan dan mencapai kebahagiaan yang artinya, manusia sejak lahir tidak
dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidupnya, manusia perlu
berkomunikasi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri,
seperti makan, minum, dan mencapai kebahagiaan.
2. Fungsi komunikasi ekspresif
Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang
dapat dilakukan secara sendiri dan kelompok. Komunikasi ekspresif tidak
otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh
komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaanperasaan kita.
3. Fungsi komunikasi ritual
Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang
biasanya dilakukan secara kolekif. Seperti suatu komunitas sering melakukan
upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup. Mereka yang
berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali
komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, ideology, atau
komitmen pada agama mereka.
4. Fungsi komunikasi instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum yaitu,
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, keyakinan, dan
perilaku, menggerakan tindakan, dan juga menghibur. Kesemua tujuan tersebut
dapat diklasifikasikan membujuk atau bersifat persuasive. Komunikasi yang
berfungsi memberitahukan atau menerangkan mengandung muatan persuasif
dalam arti bahwa pembicaraan menginginkan pendengarnya mempercayai
bahwa informasi yang disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui. 8
2.1.6 Efektivitas Komunikasi
Dalam melakukan komunikasi tidak hanya sekedar dalam menyampaikan
pesan dari komunikator kepada komunikan, namun komunikasi yang dilakukan
diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan pelaku komunikasi.
Tercapainya tujuan komunikasi juga melihat dari segi keefektivitasan komunikasi
yang dilakukan. Komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang disampaikan dapat
8
Riswandi, Ilmu Komunikasi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009, hlm. 13-21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dimengerti atau dipahami oleh komunikan dan berdampak pada tindakan yang
sesuai dengan tujuan dilakukannya komunikasi.
Efek atau perubahan diharapkan terjadi pada komunikan, bukan saja pada
seseorang, melainkan kepada banyak orang atau masyarakat. Justru khalayak atau
penerima pesan yang terdiri dari banyak orang menjadi sasaran pesan komunikasi
yang diharapkan efektivitasnya.
2.1.7 Dasar-dasar komunikasi efektif
Dasar-dasar komunikasi efektif yang mencakup karakteristik komunikator,
karakteristik saluran komunikasi, dan karakteristik khalayak yang dijelaskan
sebagai berikut :
1.
2.
Karakteristik komunikator
Ketika komunikator berkomunikasi, yang berpengaruh bukan saja apa yang
ia katakana, tetapi juga keadaan dia sendiri, artinya ia tidak dapat menyuruh
pendengar hanya memperhatikan apa yang ia katakana. Terdapat juga tiga
dimensi ethos atau faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
komunikator, yaitu :
Kredibilitas
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat-sifat
komunikator. Keahlian dan kepercayaan adalah sebagai komponenkomponen kredibilitas.
Atraksi
Terdapat faktor-faktor situasional yang mempengaruhi atraksi
interpersonal seperti daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan
kemampuan. Atraksi fisik menyebabkan komunikator menjadi menarik,
dan karena menarik ia memiliki daya persuasive.
Kekuasaan
Kemampuan yang menimbulkan ketundukan. Seperti halnya kredibilitas
dan atraksi, ketundukan timbul dari antara komunikator dan komunikate.
Kekuasaan menyebabkan seseorang komunikator dapat “memaksa”
kehendaknya kepada orang lain, karena ia memiliki sumber daya yang
sangat penting.
Karakteristik saluran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.
Tiap medium memiliki karakteristik sendiri yang berbeda satu sama lainnya.
Tiap medium juga secara khusus mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Oleh karena itu, penentuan suatu medium perlu disesuaikan dengan tujuan
dan kemampuan dari masing-masing medium.
Karakteristik khalayak
Khalayak merupakan faktor penentu keberhasilan komunikasi. ukuran
keberhasilan upaya komunikator yang ia lakukan adalah apabila pesanpesan yang disampaikan melalui saluran/medium yang diterima sampai
pada khalayak sasaran, dipahami, dan mendapatkan tanggapan positif,
dalam arti sesuai dengan harapan komunikator. 9
2.1.8 Hambatan Komunikasi
Komunikasi yang dilakukan tidak semuanya berjalan dengan baik, terdapat
hambatan ataupun gangguan di dalam komunikasi tersebut. segala sesuatu yang
menghalangi kelancaran komunikasi disebut sebagai gangguan (noise). Kata noise
dipinjam dari istilah ilmu kelistrikan yang mengartikan noise sebagai keadaan
tertentu dalam sistem kelistrikan yang mengakibatkan tidak lancarnya atau
berkurangnya ketepatan peraturan.
Hambatan komunikasi adalah gangguan yang terjadi dalam proses
penyampaian pesan, sehingga pesan yang disampaikan tidak dapat diterima
dengan baik oleh komunikan. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penghambat
komunikasi, sehingga mempengaruhi kelancaran pesan yang disampaikan oleh
komunikator. Seperti yang dijelaskan oleh Nurjaman dan Umam dalam bukunya
Komunikasi dan Public Relation mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kelancaran dan hambatan berkomunikasi, yaitu :
9
Ibid hlm. 129-139
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1.
2.
3.
4.
5.
Faktor pengetahuan
Semakin luas pengetahuan yang dimiliki seseorang, semakin banyak
perbendaharaan kata yang dapat memberikan dorongan bagi seseorang untuk
berbicara lebih lancar.
Faktor pengalaman
Semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang, menyebabkan
seseorang terbiasa menghadapi sesuatu. Orang yang sering menghadapi
massa, sering berbicara di muka umum akan lancar berbicara dalam keadaan
apapun dengan siapa pun.
Faktor intelegensi
Orang yang intelegensinya rendah, biasanya kurang lancar dalam berbicara
karena kurang memiliki kekayaan perbendaharaan kata dan bahasa yang baik.
cara berbicaranya terputus-putus bahkan tidak memiliki relevansi dalam
setiap susunan katanya.
Faktor kepribadian
Orang yang mempunyai sifat pemalu dan kurang pergaulan biasanya kurang
lancar dalam berbicara.
Faktor biologis
Kelumpuhan organ berbicara dapat menimbulkan kelainan-kelainan dan
menghambat komunikasi. 10
Selain hambatan komunikasi yang disebutkan tadi juga pencetakan huruf
yang saling bertindih dalam suatu surat kabar atau majalah akan menjadi
gangguan bagi pembacanya. Kata-kata yang tidak tepat diucapkan oleh seorang
penyiar akan mengganggu komunikasi dengan pendengarnya. Penggunaan katakata asing yang sukar dimengerti tentu merupakan bagian dari noise atau
gangguan yang harus disadari oleh komunikator.
Di samping itu ada juga gangguan yang berasal dari saluran komunikasi
tersebut, misalnya interferensi yang terjadi pada gelombang radio yang
mengakibatkan tidak jelasnya isi siaran diterima oleh pendengar. Namun
demikian, pada hakikatnya kebanyakan dari gangguan yang timbul, bukan berasal
dari sumber atau salurannya, tetapi dari penerimanya.
10
Nurjaman dan Umam, Komunikasi dan Public Relation, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.55
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Manusia sebagai komunikan memiliki kecenderungan untuk acuh tak acuh,
meremehkan seseuatu, salah menafsirkan, atau tidak mampu mengingat dengan
jelas apa yang diterimanya dari komunikator. Setidak-tidaknya ada tiga faktor
psikologis yang mendasari hal itu, yaitu:
1.
2.
3.
Selective attention
Orang biasanya cenderung untuk mengekspos dirinya hanya kepada hal-hal
(komunikasi) yang dikehendakinya. Misalnya, seseorang tidak berminat
membeli mobil, jelas dia tidak akan berminat membaca iklan jual beli mobil.
Selective Perception
Suatu kali, seseorang berhadapan dengan suatu peristiwa komunikasi, maka ia
cenderung menafsirkan isi komunikasi sesuai dengan prakonsepsi yang sudah
dimiliki sebelumnya. Hal ini erat kaitannya dengan kecenderungan berpikir
secara stereotip.
Selective Retention
Meskipun seseorang memahami suatu komunikasi, tetapi orang
berkecenderungan hanya mengingat apa yang mereka ingin untuk diingat.
Misalnya, setelah membaca suatu artikel berimbang mengenai komunisme,
seorang mahasiswa yang antikomunis hanya akan mengingat hal-hal jelek
mengenai komunisme. Sebalinya mahasiswa yang prokomunis cenderung
untuk mengingat kelebihan-kelebihan sistem komunisme yang diungkap oleh
artikel tersebut. 11
Noise yang berasal dari audience akan sangat besar apabila pesan yang
disampaikan controversial, tetapi sebaliknya pesan akan diterima relative apabila
pesan yang disampaikan itu sederhana dan tidak bertele-tele.
2.1.9 Dampak Komunikasi
Setiap komunikasi yang dilakukan pasti memiliki efek. Dalam konsep
komunikasi paragdimatis disebutkan bahwa komunikasi merupakan sebuah pola
yang meliputi sejumlah komponen (unsur) serta memiliki dampak-dampak
tertentu. Adapun pola-pola komunikasi yang memiliki dampak, antara lain
11
Tommy Suprapto, Op.cit, hlm. 14-15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
penyuluhan, penerangan, propaganda, kampanye, pendidikan, acara radio/televisi,
pemutaran film/video, dan diplomasi.
Pada dasarnya komunikasi memiliki 3 dampak, yaitu :
1. memberikan informasi, meningkatakan pengetahuan, menambah wawasan.
Tujuan ini sering disebut juga tujuan yang koginitif.
2. Menumbuhkan perasaan tertentu, menyampaikan pikiran, ide atau pendapat.
Tujuan ini sering disebut tujuan afektif.
3. Mengubah sikap, perilaku, dan perbuatan. Tujuan ini sering disebut tujuan
konatif atau psikomotorik.12
Dari tiga (3) dampak dasar komunikasi seperti yang dijelaskan di atas, untuk
mencapai tujuan komunikasi tersebut maka diperlukan pola-pola komunikasi yang
sesuai dengan yang menjadi tujuan komunikasi. Tiga dampak komunikasi yakni
kognitif, afektif, dan konatif/psikomotorik memiliki masing-masing pola
komunikasi, yang juga disetiap pola tersebut memiliki tujuan.
Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan mengenai pola tujuan komunikasi :
No
1
Pola Komunikasi
Fungsi
1. Ceramah umum Menjelaskan
tentang
2. Rapat
sesuatu hal agar sesuatu
3. Kuliah
itu dapat dimengerti dan
4. Penerangan
dipahami
2
Afektif
1. Media massa
Menumbuhkan perasaan
2. Diplomasi
tertentu agar mudah
3. Penataran
dihayati
3
Konatif
1. Forum media
Menimbulkan perubahan
2. Periklanan
sikap agar berprilaku
3. Penyuluhan
sesuai dengan yang
4. Public relations diinginkan komunikator
5. Kampanye
6. Propaganda
Tabel 2 Pola Tujuan Komunikasi
Sumber : Tommy Suprapto, Pengantar Ilmu Komunikasi dan Peran Manajemen
dalam Komunikasi (2011)
12
Dampak
Kognitif
Tommy Suprapto, Op.cit, hlm.12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.2 Komunikasi Kelompok
2.2.1 Pengertian Komunikasi Kelompok
Komunikasi atau yang diartikan sebagai proses pertukaran pesan dari
komunikator dengan komunikan juga terbagi-bagi menjadi beberapa jenis, seperti
komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa.
Komunikasi kelompok juga bisa diartikan sebagai sekumpulan orang yang
mempunyai tujuan yang sama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
suatu tujuan bersama, mengenal satu sama laimnya, dan memandang mereka
menjadi salah satu bagian dari kelompok tersebut.
Menurut Anwar Arifin (dalam jurnal Lestari 2016) komunikasi kelompok adalah
komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil”
seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi, dan sebagainya. 13
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Mengenal satu sama
lain, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut, meskipun
setiap anggota boleh jadi punya peran berbeda. Kelompok ini misalnya adalah
keluarga, tetangga, dan kawan-kawan.14
Komunikasi kelompok menurut Onong Uchana Effendy dalam bukunya Dinamika
Komunikasi adalah, termasuk ke dalam komunikasi tatap muka karena
komunikator dan komunikan berada dalam situasi saling berhadapan dan saling
melihat. Sama dengan komunikasi antarpersona komunikasi kelompok pun
menimbulkan arus balik langsung. Komunikator mengetahui tanggapan
komunikan pada saat sedang berkomunikasi sehingga, apabila disadari bahwa
komunikasinya kurang atau tidak berhasil, ia dapat segera mengubah gayanya.
13
Yanti Lestari, Strategi Komunikasi Sosialisasi Pengetahuan Dasar Komprehensif HIV/AIDS, Journal
of Vol 10, No 1 2016, hlm. 16
14
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hlm. 82
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.2.2 Tipe Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi dengan sejumlah komunikasi,
karena jumlah komunikan itu menimbulkan konsekuensi, jenis ini diklasifikasikan
menjadi komunikasi kelompok kecil, dan komunikasi kelompok besar.
1. Komunikasi kelompok kecil (small group communication)
Komunikasi kelompok kecil adalah komunikasi yang dilakukan kepada
kelompok tertentu namun dapat diubah menjadi komunikasi antarpersona.
Komunikasi kelompok dapat melakukan dialog atau tanya jawab antara
komunikan dengan komunikator jika terdapat hal-hal yang kurang jelas dan
perlu dipertanyakan.15
2. Komunikasi kelompok besar (large group communication)
Jika komunikasi kelompok kecil yang dilakukan dapat terjadi dialog atau tanya
jawab antara komunikator dengan komunikan, berbeda halnya dengan
komunikasi kelompok besar yang lebih sulit untuk adanya dialog atau tanya
jawab anatara komunikan dengan komunikator.16
2.2.3 Karakteristik Komunikasi Kelompok
Adapun karakteristik dari komunikasi kelompok, antara lain:
1. Komunikasi dalam komunikasi kelompok bersifat homogeny.
2. Dalam komunikasi kelompok terjadi kesempatan dalam melakukan tindakan
pada saat itu juga.
3. Arus balik di dalam komunikasi kelompok terjadi secara langsung karena
komunikator dapat mengetahui reaksi komunikan pada saat komunikasi
berlangsung.
4. Pesan yang diterima komunikan dapat bersifat rasional (terjadi pada
komunikasi kelompok kecil) dan bersifat emosional (terjadi pada komunikasi
kelompok besar).
5. Komunikator masih dapat mengetahui dan mengenal komunikan meskipun
hubungan yang terjadi tidak erat seperti pada komunikasi interpersonal.
6. Komunikasi kelompok akan menimbulkan konsekuensi bersama untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. 17
15
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm. 8-9
Ibid, hlm. 8-9
17
Marhaeni Fajar, Op.cit, hlm. 66
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.2.4 Klasifikasi Kelompok
Terdapat banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ahli,
berikut adalah penjelasan mengenai klasifikasi kelompok tiga diantaranya adalah :
1. Kelompok primer dan sekunder
Kelompok primer adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan
akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan
kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan
tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati.
2. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan
Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara
administrative dan fisik menjadi kelompok anggota itu. Kelompok rujukan
adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standar) untuk menilai diri
sendiri atau membentuk sikap.
3. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
Kelompok deskriptif menunjukan klasifikasi kelompok dengan melihat proses
pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola
komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga yakni, kelompok
tugas, kelompok pertemuan, dan kelompok penyandar. Sementara itu
kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh
anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Kategori enam format
kelompok preskriptif menurut Cragan dan Wright yaitu, diskusi meja bundar,
symposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer. 18
2.2.5 Efektivitas Kelompok
Efektivitas kelompok dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:
1. Faktor Situasional, meliputi ukuran kelompok, jaringan komunikasi, kohesi
kelompok, dan kepemimpinan.
2. Faktor personal, meliputi kebutuhan interpersonal, tindak komunikasi dan
peranan. 19
18
19
Marhaeni Fahar, Op.cit, 67-69
Marhaeni Fajar, Op.cit, hlm.72
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3 Humas
2.3.1 Pengertian Humas
Berkomunikasi dengan publik merupakan salah satu bagian tugas dari
kehumasan suatu organisasi. Membangun hubungan antara organisasi dengan
publiknya dilakukan melalui cara berkomunikasi secara intensif dan efektif
dengan publik atau kelompok yang mempengaruhi keberadaan organisasi. Di era
keterbukaan informasi saat ini maka peran humas menjadi sangat penting sebagai
layanan publik, untuk memberikan informasi mengenai perusahaan, pemerintahan,
atau organisasi dengan cara yang baik dan dapat diterima oleh publik. Humas juga
dapat diartikan sebagai bagian yang membangun dan mempertahankan reputasi,
citra dan komunikasi yang baik dan bermanfaat dalam lingkungan internal mau
pun eksternal organisasi.
Humas (Hubungan Masyarakat) adalah suatu bagian dalam lembaga atau instansi
kepemerintahan yang memiliki peran dalam menciptakan pengertian public,
membangun, dan menjaga hubngan kepada masyarakat luas. Melalui Humas citra
dan reputasi lembaga atau instansi kepemerintahan dapat terbentuk, sesuai dengan
kinerja Humasnya. Menurut Anggoro dalam bukunya Teori dan Profesi
Kehumasan, Humas merupakan bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh
setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial atau nonkomersial.
Kebutuhan akan kehadirannya tidak bisa dicegah, terlepas dari kita menyukainya
atau tidak, karena Humas merupakan salah satu elemen yang menentukan
kelangsungan suatu organisasi secara positif.20
Humas menjadi bagian yang menciptakan pengertian public dengan
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat, selain itu juga Humas
menjadi penerangan bagi masyarskat seperti dalam kegiatan sosialisasi dan
penyuluhan, Humas bertugas memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
20
M.Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan, Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm. 1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
suatu hal yang perlu untuk diinformasikan dan dipahami oleh masyarakat. Posisi
Humas sebagai penunjang suatu lembaga atau instansi kepemerintahan, sebagai
pintu penghubung antara pihak internal maupun eksternal, sehingga kredibilitas
sebuah lembaga atau instansi perusahaan sangat ditentukan dari kinerja Humasnya.
2.3.2 Fungsi Humas
Public Relation merupakan satu bagian dari satu napas yang sama dalam
organisasi tersebut, dan harus memberi identitas organisasinya dengan tepat dan
benar
serta
mampu
mengkomunikasikannya
sehingga
public
menaruh
kepercayaan dan mempunyai pengertian yang jelas dan benar terhadap organisasi
tersebut. berikut adalah gambaran mengenai fungsi Humas :
1. kegiatan yang bertujuan memperoleh itikad baik, kepercayaan, saling
pengertian, dan citra yang baik dari public atau masyarakat pada umumnya.
2. Memiliki sasaran untuk menciptakan opini public yang bisa diterima dan
menguntungkan semua pihak.
3. Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik, sesuai
harapan publik, tetapi merupakan kekhasan organisasi atau perusahaan.
Organisasi memiliki warna, budaya, citra, suasana, yang kondusif dna
menyenangkan, kinerja meningkat dan produktivitas yang bisa dicapai secara
optimal.
4. Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan
dengan publiknya, sekaligus menciptakan opini public sebagai efeknya, yang
sangat berguna sebagia input bagi organisasi atau perusahaan yang
bersangkutan. 21
2.3.3 Tujuan Humas
Tujuan utama PR atau Humas adalah mempengaruhi perilaku orang secara
individu ataupun kelompok saat saling berhubungan, melalui dialog dengan
21
Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam, Komunikasi dan Public Relation, Pustaka Setia, Bandung, 2012,
hlm. 114-115
http://digilib.mercubuana.ac.id/
semua golongan, serta persepsi, sikap, dan opininya terhadap suatu kesuksesan
sebuah perusahaan. Tujuan PR atau Humas dijabarkan sebagai berikut :
1. Menumbuhkembangkan citra perusahaan yang positif untuk public eksternal
atau masyarakat dan konsumen.
2. Mendorong tercapainya saling pengertian antara public sasaran dengan
perusahaan.
3. Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan public relation.
4. Efektif dalam membangun pengenalan merk dan pengetahuan merk.
5. Mendukung bauran pemasaran. 22
2.3.4 Komunikasi Internal dan Eksternal Humas
Humas berhubungan dengan 2 (dua) bagian yakni internal dan eksternal.
Internal sebagai bagian yang terdiri atas orang-orang yang ada di dalam organisasi
dan secara fungsional memiliki tugas pekerjaan serta hak dan kewajiban tertentu.
Internal juga dapat dijelaskan sebagai bagian yang berada di dalam atau yang
tercakup dalam suatu organisasi, meliputi karyawan atau staf, dari jabatan yang
tinggi hingga rendah. Sementara itu eksternal adalah bagian dari luar organisasi,
baik yang ada kaitannya dengan organisasi mau pun tidak ada kaitannya dengan
organisasi. Komunikasi eksternal ini dilakukan menurut kelompok sasaran Humas
berdasarkan apa yang harus dibangun dan dibina. Seperti contohnya komunikasi
yang dilakukan oleh Humas kepada masyarakat untuk menyampaikan suatu
informasi dalam kegiatan penyuluhan atau sosialisasi.
22
Ibid, hlm. 113
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.4 Strategi Komunikasi
2.4.1 Pengertian dan Tahapan Strategi Komunikasi
Komunikasi yang dilakukan dengan tujuan selalu memiliki strategi agar
dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Khalayak memiliki kekuatan penangkal
yang bersifat psikologi dan sosial bagi setiap pengaruh yang berasal dari luar diri
dan kelompoknya. Di samping itu khalayak tidak hanya dirangsang oleh hanya
satu pesan saja melainkan banyak pesan dalam waktu yang bersamaan. Artinya
terdapat juga kekuatan pengaruh dari pesan-pesan lain yang datang dari sumber
(komunikator) lain dalam waktu yang sama, maupun sebelum dan sesudahnya.
Sehingga pesan sebagai satu-satunya kekuatan yang dimiliki oleh
komunikator harus mampu mengungguli semua kekuatan yang ada untuk
menciptakan efektivitas. Kekuatan pesan ini dapat didukung oleh metode
penyajian, media, dan kekuatan pribadi komunikator sendiri.
Dalam hal ini maka perencanaan dan perumusan strategi dalam proses
komunikasi sangat diperlukan, meliputi :
1. Mengenal khalayak
Mengenal khalayak haruslah merupakan langkah pertama bagi komunikator
dalam usaha komunikasi yang efektif. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa
dalam proses komunikasi, khalayak itu sama sekali tidak pasif, melainkan aktif,
sehingga antara komunikator dan komunikan bukan saja terjadi saling
hubungan, tetapi juga saling mempengaruhi. Khalayak tidak hanya dapat
dipengaruhi oleh komunikator tetapi komunikator juga dapat dipengaruhi oleh
khalayak.
2. Menyusun pesan
Setelah mengenal khalayak dan siatuasinya, maka langkah selanjutnya dalam
perumusan strategi ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi.
Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu
membangkitkan perhatian. Individu dalam saat yang bersamaan, kadang-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kadang dirangsang oleh banyak pesan dari berbagai sumber. Tetapi tidaklah
semua rangsangan itu dapat mempengaruhi khalayak.
3. Menetapkan metoda
Mencari efektivitas dari suatu komunikasi selain akan tergantung dari
kemantapan isi pesan, yang diselaraskan dengan kondisi khalayak dan
sebagainya, maka juga akan turut dipengaruhi oleh metode-metode
penyampaiannya kepada sasaran. Dalam dunia komunikasi pada metode
penyampaian/mempengaruhi itu dapat dilihat dari dua aspek yaitu menurut
cara pelaksanaannya dan menurut bentuk isinya.
4. Seleksi dan penggunaan media
Penggunaan medium sebagai alat penyalur ide, dalam rangka merebut
pengaruh dalam masyarakat. Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu
komunikasi yang ingin dilancarkan, kita harus selektif, dalam arti
menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak, maka dengan sendirinya dalam
penggunaan media pun, harus demikian pula. 23
2.4.2 Sasaran Komunikasi
Tujuan komunikasi adalah menghibur, memberikan informasi, dan
mendidik. Dengan tujuan tersebut berdampak pada peningkatan pengetahuan,
membangun kesadaran sikap, dan mengubah perilaku seseorang atau masyarakat
dalam suatu proses komunikasi. terdapat pula proses komunikasi yang mendasar,
yakni penggunaan bersama atas pesan oleh komunikator maupun komunikannya,
sehingga akan menjamin keberhasilan komunikasi.
Berkaitan dengan hal tersebut, ada dua macam sasaran komunikasi, antara
lain :
1.
2.
23
Siapakah sasaran komunikasi yang dituju?
Dari pengalaman sehari-hari, kita sering menemukan bahwa di dalam sasaran
berkomunikasi dengan seseorang atau kelompok masyarakat tertentu ,
respons yang datang kepada kita tidak hanya dari khalayak sasaran yang
dikehendaki, melainkan juga datang dari individu atau kelompok yang lain
(yang tidak dikehendaki).
Bagaimana efek komunikasi?
Marhaeni Fajar, Op.cit, hlm.153-213
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bahwa pesan yang disampaikan dan diterima oleh komunikan dapat
dibedakan yang sifatnya konsumtif dan instrumental atau kombinasi
keduanya. Efek konsumtif adalah efek atau pengaruh komunikasi yang dapat
langsung diresapi dan dapat diamati. Efek instrumental adalah efek pengaruh
dari komunikasi yang tidak dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh
komunikan dna tidak dapat langsung diamati oleh komunikator.24
Sasaran komunikasi yang dituju atau merupakan khalayak juga menjadi
sangat penting untuk diketahui karakternya, agar informasi yang disampaikan
menjadi mudah dipahami oleh para penerima informasi. Terdapat berbagai tipe
audience yang bisa anda kelompokkan agar lebih mudah dikenali, yaitu :
1. Berdasarkan gender
Berbicara dengan audience (yang sebagian besar) laki-laki, kita lebih langsung
ke topic bahasan dengan penggunaan intonasi standar. Sementara jika
berbicara ke perempuan, perlu sedikit basa-basi dengan intonasi lebih variatif.
2. Berdasarkan usia
Setiap usia memiliki karakter bicara masing-masing. Misalnya untuk anak
balita, bicara anda diselingi nyanyian. Anak di bawah sepuluh tahun,
menggunakan bahasa baku. Remaja, menggunakan istilah slang yang biasa
mereka gunakan. Dewasa, menggunakan banyak data. Lanjut usia, bicara
dengan lebih pelan dank eras. Anda tidak harus mengikuti atau meniru
sepenuhnya bagaimana cara audience anda bicara, tapi paling tidak dengan
mengikuti gaya bicara mereka, kedekatan akan tercipta.
3. Berdasarkan status ekonomi sosial (SES)
Berbicara dengan audience dengan SES atau kesejahteraan menengah ke atas
dengan tingkat pendidikan minimal lulusan SMA atau sederajat, memerlukan
lebih banyak data, grafis sampai teori dari sumber yang terpercaya. Sementara
sebaliknya untuk kalangan menengah ke bawah atau tingkat pendidikan
rendah, diperlukan bahasa yang lugas, pemikiran yang sederhana., atau dengan
memberikan contoh di kejadian sehari-hari. Semakin tinggi status sosial,
jabatan, atau pendidikan audience, semakin terstruktur dan resmi juga
pemilihan kata dan penggunaan bahasanya.
4. Berdasarkan hobi atau komunitas
Berbicara di depan audience dari komunitas atau kelompok hobi tertentu,
cenderung lebih mudah untuk dilakukan, karena kita bisa mengenali gaya
bahasa, istilah-istilah dan ketertarikan mereka.
24
Tommy Suprapto, Op.cit, hlm. 13-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5. Berdasarkan geografis
Berbicara dengan audience dari daerah tertentu, bisa anda sapa dengan bahasa
daerah secara singkat, lalu masukkan kekhasan daerah tersebut dalam materi
bicara anda.25
2.5 Sosialisai
2.5.1 Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi
atau penyuluhan
merupakan jenis khusus pendidikan
pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan, yang
mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melakukan
pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program yang non-edukatif.
Sosialisasi memiliki beberapa artian, seperti dalam ilmu sosiologi
komunikasi sosialisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses penanaman atau
transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya
dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi
sebagai teori mengenai peranan (role theory), karena dalam proses sosialisasi
diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.
Dalam kajian sosiologi juga sosialisasi dapat dipahami sebagai proses penanaman
nilai-nilai baik secara kebetulan atau terencana oleh individu, kelompok, atau
institusi untuk membentuk karakter kepribadian individu atau kelompok
masyarakat. Artinya, dalam kehidupan masyarakat pasti ada nilai-nilai dan norma
sosial yang dijadikan sebagai pedoman perikelakuan anggota-anggota masyarakat
agar kehidupan sosial menjadi tertib, sedangkan ketertiban sosial hanya akan
terbentuk jika setiap anggota masyarakatnya memahami nilai-nilai yang dihayati
oleh kelompoknya. Oleh sebab itu, untuk memahamkan masing-masing anggota
masyarakat tentang nilai-nilai sosial tersebut perlu adanya pengenalan nilai-nilai
sosial tersebut. Proses pengenalan tatanan nilai-nilai dna norma sosial tersebut
berlangsung selama masyarakat masih ada.26
25
Hilbram Dunar, My Public Speaking, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta : 2015, hlm. 33-35
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2013 hlm. 110
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sosialisasi menurut James W. Vander Zanden sebagai suatu proses interaksi sosial
dengan mana orang memperoleh pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku esensial
untuk keikutsertaan (partisipasi) efektif dalam masyarakat.27
Sosialisasi juga dapat dikatakan sebagai komunikasi untuk memberikan
edukasi di luar pendidikan formal. Sosialisasi mencakup kegiatan edukasi,
penyebar luasan informasi, himbauan, monitoring, dan evaluasi kepada
masyarakat. Sosialisasi dilakukan biasanya dengan tujuan yang diharapkan
mendapatkan umpan balik yang sesuai dengan keinginan komunikator sosialisasi.
Sosialisasi juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau upaya yang dilakukan
oleh seorang atau beberapa orang atau organisasi atau perusahaan atau lembaga
tertentu memberitahukan sesuatu (informasi) untuk diketahui oleh umum atau
kalangan tertentu atau pun terbatas.
Untuk memudahkan pemahaman mengenai sosialisasi terdapat skema
sosialisasi dari ilmu sosiologi sebagai berikut :
27
Damsar, Pengantar Sosiologi Politik, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010 hlm. 152
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sosialisasi
Agen
Keluarga
Kelompok
Sebaya
Sekolah
Media
Massa
Nilai dan
Norma Sosial
Kepribadian
Gambar 1 Proses Sosialisasi
Sumber : Kun Maryati dan Juju Suryawati, Sosiologi (2001)
Pada dasarnya, tidak ada seorang pun yang tidak melakukan sosialisasi dalam
hidupnya. Manusia hidup dari dan dalam masyarakat. Melalui proses sosialisasi,
seseorang mengetahui bagaimana berperilaku di tengah-tengah masyarakat.
Proses sosialisasi juga dapat mewarnai cara berpikir dan kebiasaan hidupnya.
Akhirnya, orang tersebut akan terampil dan pandai dalam hidup bermasyarakat.
Proses sosialisasi berlangsung seumur hidup selama manusia masih mau dan
mampu meningkatkan kemampuannya untuk menjadi manusia yang lebih berguna
bagi masyarakat.28
2.5.2 Agen-agen Sosialisasi
Dalam sosialisasi terdapat agen-agen/pihak-pihak yang melaksanakan
sosialisasi disebut sebagai agen atau media sosialisasi. Agen-agen sosialisasi
tersebut dijelaskan sebagai beriku :
1. Keluarga
28
Kun Maryati dan Juju Suryawati, Sosiologi, Erlangga, Jakarta, 2001, hlm. 95
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pada masa awal kehidupan seseorang, agen sosialisasi terdiri atas orang tua dan
saudara kandung. Namun, dalam masyarakat yang mengenal sistem keluarga
luar (extend family, agen sosialisasi tidak hanya kedua orang tua dan saudara
kandung saja, tetapi juga paman, bibi, kakek, dan nenek. Demikian juga pada
sekarang ini, pengasuh anak dan pekerja pada tempat penitipan anak yang tidak
termasuk anggota keluarga juga berperan besar dalam proses sosialisasi
seorang anak.
2. Kelompok Sebaya
Setelah anak dapat berjalan, berbicara, dan bepergian, ia mulai bertemu dan
berinteraksi dengan teman sebayanya, yang biasanya berasal dari keluarga lain.
Pada tahan ini anak mulai memasuki game stage, fase ketika ia mulai
mempelajari berbagai aturan tentang peran orang-orang yang kedudukannya
sederajat. Dengan bermain maka mulai mengenal nilai-nilai keadilan,
kebenaran, toleransi, atau solidaritas.
3. Sekolah
Agen sosialisasi berikutnya adalah pendidikan formal atau sekolah. Di sini,
seseorang akan mempelajari hal baru yang tidak diajarkan di dalam keluarga
mau pun kelompok sepermainannya. Sekolah mempersiapkannya untuk peranperan baru di masa mendatang saat ia tidak bergantung lagi pada orang tua.
4. Media Massa
Media massa terdiri dari media cetak (surat kabar atau majalan) dan media
elektronik (radio, televise, internet, film, kaset, dan CD). Media massa
merupakan bentuk komunikasi dan rekreasi yang menjangkau banyak orang.
Dari hal-hal yang dilihat melalui media massa akan sangat berpengaruh bagi
seseorang. Hingga iklan tayangan di televise sekali pun mempunyai potensi
memicu perubahan pola konsumsi atau gaya hidup masyarakat.29
Dari ke-empat agen sosialisasi tersebut kita dapat tahu, bahwa pesan-pesan
yang dipelajari antara satu dengan yang lain, apa yang diajarkan di dalam keluarga
bisa jadi berbeda dengan apa yang diajarkan oleh kelompok sepermainan atau pun
di sekolah.
2.5.3 Jenis-jenis Sosialisasi
Sosialisasi dapat kita bagi ke dalam dua bentuk, yakni sosialisasi primer
dan sosialisasi sekunder. Donald Light, Suzanne Keller, dan Craig Callhoun
mengemukakan bahwa setelah seseorang mendapatkan sosialisasi dini atau
29
Ibid, hlm. 103-105
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sosialisasi primer (primary socialization), maka selanjutnya ia akan mendapatkan
sosialisasi sekunder (secomdary socialization). Berikut ini adalah penjelasan
mengendai sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder :
1. Sosialisasi primer (primary socialization)
Sosialisasi primer adalah sosialiasi pada tahap awal kehidupan seseorang
sebagai manusia. Berger dan Luckman menjelaskan sosialisasi primer sebagai
sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, ketika ia belajar
menjadi anggota masyarakat. Sosialisasi primer dipelajari dalam keluarga.
Sosialisasi primer akan memengaruhi seorang anak untuk dapat membedakan
dirinya dengan orang lain di sekitarnya, seperti ayah, ibu, kakak, dan adik.
Sosialisasi primer terjadi di dalam keluarga. Dalam proses ini, seorang anak
diperkenalkan dengan berbagai nilai yang berlaku di masyarakat.
2. Sosialisasi sekunder (secondary socialization)
Sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu
ke dalam lingkungan di luar keluarganya, seperti sekolah, lingkungan bermain,
dan lingkungan kerja. Dalam proses sosialisasi sekunder sering dijumpai proses
resosialisasi atau proses sosialisasi ulang dalam masyarakat. Proses ini terjadi
jika hal yang telah disosialisasikan dalam tahap sosialisasi primer berbeda
dengan sosialisasi sekunder. Proses resosialisasi didahului dengan proses
desosialisasi atau proses pencabutan hal-hal yang telah dimiliki oleh individu
seperti nilai dan norma. Peristiwa resosialisasi dan desosialisasi terjadi dalam
sebuah bentuk total institusi. Proses resosialisasi dapat dilihat ketika seorang
murid SMP masuk ke dalam lingkungan SMA. Mereka mengalami proses
resosialisasi yang didahului oleh desosialisasi, misalnya dengan mengganti
pakaian putih biru menjadi putih abu-abu dan menjalani proses orientasi ketika
teman-teman senior maupun guru menjelaskan tentang peraturan di SMA yang
berbeda dengan peraturan di SMP.30
2.5.4 Tipe Sosialisasi
Setiap kelompok masyarakat memiliki standar dan nilai yang berbedabeda, misalnya ketika berada di sekolah, seseorang siswa akan disebut baik
(pandai) apabila nilai ulangannya tuntas semua, tidak pernah terlambat, tidak
pernah bolos sekolah. Sementara itu di kelompok spermainan, seseorang disebut
baik apabila ia mempunyai solidaritas yang baik, dan mampu menjalin hubungan
30
Ibid, hlm. 105-106
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang baik serta dermawan. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe
sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi yaitu sebagai berikut :
1. Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui suatu lembaga yang berwenang menurut
ketentuan yang sudah berlaku di dalam suatu negara, seperti pendidikan di
sekolah, dan pendidikan kemiliteran, dll.
2. Informal
Sosialisasi yang satu ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang
bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, dan kelompok-kelompok
sosial lainnya yang berada di lingkungan masyarakat.
Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun
hasilnya sangat sulit dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat
sosialisasi formal dan informal sekaligus.
2.5.5 Pola Sosialisasi
Getrude Jaeger membagi sosialisasi ke dalam dua pola, yaitu pola
sosialisasi represif dan pola sosialisasi partisipatoris.
1. Sosialisasi represif menekankan pada penggunaan hukuman terhadap
kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan
materi dalam hukuman dan imbalan; penekanan pada kepatuhan anak kepada
orang tua; penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal, dan
berisi perintah; penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dna pada
keinginan orang tua; dan peran keluarga sebagai significant others.
2. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola dengan
cirri pemberian imbalan ketika anak berperilaku baik. Selain itu, hukuman dan
imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan.
Penekanan terletak pada interaksi dan komunikasi yang bersifat lisan. Pusat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sosialisasi adalah anak dan keperluan anak, sedangkan keluarga menjadi
generalized others.31
31
Ibid, hlm. 107
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download