Penyakit Gondok penyebab, gejala dan konsekuensinya bagi perkembangan janin, anak-anat<, dan remaja dan penanggulangannya* Oleh: Gratiana E. Wijayanti, MRepASc. PhD. Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto PENDAHULUAN Penyakit gondok adalah kondisi pembesaran kelenjar gondok (kelenjar tiroid) yang diakibatkan oleh meningkatnya aktivitas kelenjar tersebut dalam upaya meningkatkan produksi hormon tiroksin maupun triiodotironin. Secara morfologi penyakit ini dapat dikenali dari adanya benjolan di leher bagian depan bawah. Kelenjar gondok berupa kelenjar berbentuk kupu-kupu yang terdapat di leher. Kelenjar ini membentuk hormon tiroksin dan triiodotironin dari bahan baku iodium. Iodium merupakan mineral yang terdapat di alam, baik di dalam tanah maupun air. Mineral ini merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Apabila makanan dan air yang dikonsumsi kurang mengandung iodium maka kelenjar tiroid akan bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hormon tiroksin tubuh sehingga lama- kelamaan akan terjadi pembesaran kelenjar tersebut, yang kita kenal sebagai penyakit gondok. Hormon tiroksin berperan penting dalam metabolism dan pertumbuhan, serta memacu perkembangan dan pematangan sistem saraf. Penyakit gondok sudah sangat dikenal di kalangan masyarakat. Penyakit ini bukan penyakit menular dan sering dianggap sebagai penyakit yang tidak berbahaya karena tidak mengancam jiwa. Penanganan gondok lebih dikarenakan alasan estetika. Akan tetapi hasil penelitian medis menunjukkan bahwa penyakit gondok dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi janin (Sulistyowati et a1.,2000; Duarsa 2013; ), anak-anak (Satriono et a1.,2010), remaja (Budiman dan Sunnarno, 20A7) maupun orang dewasa. Sehubturgan dengan itu, informasi mengenai gejala, penyebab dan konsekuensi penyakit gondok perlu diberikan kepada masyarakat wax pencegahan dan penangarumnya dapat dilakukan dengan baik. bio.unsoed.ac.id GEJALA PENYAKIT DONDOK Penyakit gondok biasanya dapat dilihat secara kasat mata dengan munculnya pembengkakan pada leher bagian depan bawah, pada posisi dimana kelenjar tiroid berada Pada bayi dan anak- anak gejala tambahan yang dapat dilihat adalah gangguan tumbuh kembang dan kretinisme (kekerdilan). Gejala yang timbul akibat kekurangan * Disampaikan pada kegiatan Pengamdian Kepada Masyarakat di desa Grmungrrrled, Kecamatan rembang, Kabupaten Purbalingga Page 1 iodium seciua terus-menerus dalam jangka waktu lama disebut sebagai GAKY (Gangguan Akibat Kurang Iodium). Penderita kurang iodium ringan dapat tidak mentrnjukkan gejala apa-apa sehingga sering tidak disadari. Disamping itu karena tak terasa sakit, kadang penyakit gondok ini sering diabaikan. Padahal hasil penelitian di berbagai daerah di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 42 juta penduduk di Indonesia tinggal di daerah endemis gondok, yaitu daerah yang tanahnya kekurangan iodium. Perkembangan penyakit gondok dapat dikategorikan dalam lima tahapan yaitu: 1. Grade0:Normal Dengan inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun tengadah maksimal, dan dengan palpasi tidak teraba. 2. Grade IA 3. Kelenjar Gondok tidak terlihat, baik datar maupun penderita tengadah maksimal, dan palpasi teraba lebih besar dari ruas terakhir ibu jari penderita. Grade IB Kelenjar Gondok dengan inspeksi datar tidak terlihat, tetapi terlihat dengan tengadah maksimal dan dengan palpasi teraba lebih besar dari Grade IA. 4. Grade II Kelenjar Gondok dengan inspeksi terlihat dalam posisi datar dan dengan palpasi teraba lebih besar dari Grade IB. 5. Grade III Kelenjar Gondok cukup besar, dapat terlihat pada jarak 6 meter atau lebih. PENYEBAB PENYAKIT GONDOK Penyakit gondok sangat erat kaitannya dengan kekurangan iodium. Hubungan antara penyakit ini dengan kurangnya konsumsi iodium telah diketahui lebih dari 130 tahun yang lalu. Iodium merupakan bahan baku dalam pembentukan horrnon tiroksin dan triiodotironin. Iodium berinteraksi dengan protein yang disebut dengan thyroglobulin, dan cincin aromatik dari protein ter-iodinisasi. Dua dari molekul yang ter-iodinisasi tersebut berinteraksi, membentuk suatu unit tiroksin sedangkan dua molekul teriodinasi dan satu molekul teriodinasi membentuk triiodotironin. Unit aromatik ini kemudian lepaskan dan menghasilkan hormon tiroksin ataupun triiodotironin. Apabila ketersediaan iodium dalam tubuh rendah maka produksi kedua hormon dalam kelenjar tiroid juga rendah. bio.unsoed.ac.id Iodium merupakan unsur zal gz;i mikro yang sangat dibuhrhkan manusia, walaupun relatif sedikit (nonnal 100-150 p g/hari) untuk mensintesis honnon tiroksin (WHO, 2001). Hormon tiroksin berfrrngsi mengatur proses kimiawi yang terjadi pada sel-sel organ tubuh; berperan pada metabolisme umum (metabolisme: energi, lemak, protein, * Disampaikan pada kegiatan Pengamdian Kepada Masyarakat di desa Gunungwuled, Kecamatan rembang Kabupaten hxbalingga Page 2 kalsium, vitamin A, kolesterol); sistem kardiovaskular; sistem pencernaan; sistem otot; susunan saraf pusat dan hormon pertumbuhan (Granner, 2003) Asupan iodium dalam makanan sehari-hari kurang dari 50 pglhari dan berlangsung lama, akan menyebabkan kandungan iodium dalam intratiroid rendah, akibatnya hipotalamus merangsang pituari anterior mensekresi TSH, sehingga terjadi peningkatan TSH untuk merangsang kelenjar tiroid mensekresi T e, akibatnya timbul hipertrofi pada kelenjar tiroid, kelenjar gondok membesar (gondoken/goiter) dan hipotiroidisme. Dampak dari penurunan fungsi tiroid, bila terjadi pada ibu hamil maka akan melahirkan anak betin, ditandai dengan gangguan pertumbuhan fisik, bayi lahir dengan panjang dan berat badan lahir rendah, anak cebol (Hetzel, 1996). Di sisi lain, kekurangan iodium tersebut menyebabkan gangguan fungsi hormon tiroksin dalam metabolisme zat-zat gizi, menyebabkan embentukan organ dan fungsi organ-organ penting terganggu, akibatnya proses tumbuh kembang terganggu, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan fisik dan kretin (Grannspan, 2000). Pada bayi melahirkan BBLR dan PB Lahir rendah, pada balita anak menjadi cebol, dan pada anak ditandai dengan anak pendeWstuntedpada usia masuk sekolah (Almatsier,2004). Manusia memerlukan hormon tiroid untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Kekurangan hormon tiroid pada saat kandungan berakibat penunrnan mental dan daya pikir anak tersebut. Kekurangan hormon tiroid pada tingkat rendah pada orang dewasa mengakibatkan hypotiroidism, atau sering kita sebut dengan istilah gondok, dengan gejala-gejala seperti malas bergerak, kegemukan, dan kulit yang mengering. Menurut Hetzel (1996), besaran pengaruh GAKY merupakan fenomena gunung es dan kretin sebagai puncaknya menempati bagian seluas l-10%. Namun terdapat gangguan dalam jumlah lebih besar seperti gangguan perkembangan otak 5-30% dan hipotiroidisme 30-70%. Pengaruh kekurangan iodium terlihat sangat nyata pada perkembangan otak, yaitu selama golden period yaitu pada saat janin, bayi dan balita. Kretin merupakan dampak terberat pada anak yang timbul jika asupan iodium kurang dan 25 glhari dan berlangsung lama (asupan normal 100-199 g/hari). Kretin ditandai dengan keterbelakangan mental disertai satu atau lebih kelainan saraf seperti gangguan pendengaran, gangguuul sikap tubuh serta gangguan sikap tubuh dalam berdiri atau berj alan. Juga terjadinya gangguan pertumbuhan. Rendahnya kadar Iodium dalam tubuh disebabkan oleh rendahnya asupan Iodium dalam makanan ataupun minuman. Iodium yang kita dapatkan dari mengkonsumsi makanan dan minuman berada dalam bentuk ion iodium, dan besamya bergantung dari kadar iodium dalam tanah. Tanah dengan kadar iodium rendah mengakibatkan banyak pasien menderita penyakit gondok dan dapat ditanggulangi dengan mengkomsumsi garam yang ber-iodinisasi NaI (100mg iiodium per gram garam). bio.unsoed.ac.id * Disampaikan pada kegiatan Pengamdian Kepada Masyarakat di desa Gunungwuled, Kecamatan rembang, Kabupalen Purbalingga Page 3 AKIBAT YANG DITIMBULKAN PENYAKIT GONDOK Menurut WHO (2001), kekurangan iodium terjadi pada saat konsumsi iodium kurang dari yang direkomendasikan dan mengakibatkan kelenjar tiroid tidak mampu mensekresi hormon tiroid dalam jumlah cukup. Jumlah hormon tiroid yang rendah di dalam darah mengakibatkan kerusakan perkembangan otak dan beberapa efek yang bersifat merusak secara kumulatif. Keadaan ini sering disebut dengan lutma lodium Defi ciency Disorder (IDD). Akibat yang ditimbulkan oleh penyakit gondok pada orang dewasa antara lain produktivitas menurun karena tubuh lemas dan cepat lelah, gangguan kosmetik akibat pembesaran kelenjar tiroid dan penekanan pada jalan nafas sehingga terjadi suara serak sampai sesak nafas. Sedangkan pada bayi dan anak-anak akibat yang ditimbulkan justru lebih serius, yakni perfumbuhan terhambat (cretinism) atau kerdil, penurunan potensi tingkat kecerdasan (penurunan Intelligence Quotient IQ), dan gangguan bicara serta tuli. Potensi penurunan IQ karena GAKY yakni meilrrun sampai 50 poin yang disertai kerdil dan menurun sampai 10 poin pada anak dengan penyakit gondok. Sedangkan kekurangan iodium pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran spontan, bayi lahir mati, bayi meninggal sebelum umur I tahun dan kemungkinan bayi menjadi kerdil saat dewasa. Menurut WHO (2001), dampak yang ditimbulkan GAKY cukup luas, mulai pada janin sampai dewasa. : 1. Pada Fetus J. Steel Birth (lahr mati) Kelainan Kematian Perinatal Kretin Neurologi (keterbelakangan mental, bisu, tuli, mata juling, lumpuh spastik pada kedua tangkai) Kretin Myxedematosa (keterbelakangan mental, kerdil) Hambatan Psikomotor PadaNeonatal 2. a Abortus Hipotiroid GondokNeonatal PenurunanlQ Rentan terhadap radiasi bio.unsoed.ac.id Pada Anak dan Remaja - JuvenileHipothyroidesm - Gondok Gangguan Fungsi Mental - Gangguan Perkembangan Fisik - Kretin Myxedematosa dan Neurologi * Disampaikan pada kegiatan Pengamdian Kepada Masyarakat di desa Gunungwuled Kecamatan rembang, Kabupaten l\n'balingga Page 4 4. Pada Dewasa Gondok dan segala Komplikasinya Hipotiroid Gangguan Fungsi Mental PENANGANAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GONDOK Istilah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI), diperkenalkan sejak tahun l97Aan untuk menggantikan istilah Gondok Endemik (GE), dan digunakan untuk mencakup semua akibat kekurangan iodium terhadap pertumbuhan dan perkembangan yang dapat dicegah dengan pemulihan kekurangan iodium (Djokomoeljanto, 2002). GAKI adalah sekumpulan gejala klinis yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan (defisiensi) unsur iodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama (WHO, 2001). Penanggulangan masalah GAKI secara nasional sudah dilalcukan sejak tahun 1975. Departemen Kesehatan melaporkan penurunan endemisitas GAKI secara drastis melalui program penggunaan gaftrm KIO3 di atas 30 ppm. Melalui progfitm tersebut tatal goiter prevalence (TGR) menurun dan 27 menjadi 9,8Yo. Pada survei evaluasi GAKI oleh Intensified Project-Iodine Deficiency Disorder Control (IP-IDDC), Departemen Kesehatan secara nasional tahun 2003 menunjukkan TGR I l,lYo dan median iodium dalam urin dan proporsi ekskresi iodium dalam. Penyakit gondok tersebut dapat dicegah, salah satu cara pencegahannya adalah dengan peningkatan konsumsi garam beriodium. Garam beriodium yang digunakan harus memenuhi Standar Nasional yakni mengandung iodium sebesar 30-80 ppm. Dianjurkan setiap orang mengkonsumsi garam beriodium sekitar 6 g atau I sendok teh setiap hari. ini dapat terpenuhi dari makanan sehari-hari yang diolah dengan menggunakan gartrm sebagai penambah rasa dalam hidangan. Selain itu setiap oftmg Kebutuhan dianjurkan mengkonsumsi makanan yang kaya akan iodium. Kadar iodium dalam bahan makanan bervariasi dan dipengaruhi oleh letak geografis, musim, dan cara memasaknya. Bahan makanan laut mengandung kadar iodium lebih banyak. Kadar iodium berbagai bahan makanan misalnya ikan tawil (basah) 30 pglkg bahan, ikan tawar ftering) 116 pg/kg, ikan laut (basah) 812 pg/kg, ikan laut (kering) 3.715 pg/kg, cumi-cumi (basah) 798 pgkg, cumi-cumi (kering) 3.866 pgkg, daging Oasah) 50 pg/kg, susu 47 pgkg, telur 93 pglkg, sayur 29 pgkg, cereal 47 pgkg, (Harsono, 1994) Kadar iodium pada pengelolaan makanan akan berkurang tergantung cara memasaknya. Ikan yang digoreng kadar iodiumnya berkurang 25 yo, bila di bakar berkurang 25 % dan bila di rcbus (tanpa ditutupi) akan berkurang hingga 56 Sebaliknya iodium bisa disenyawakan dengan berbagai zat misalnya dengan NaCl pada iodisasi garam dapur, dilarutkan dalam air dalam senyawa Kl, ataupun dilarutkan dalam minyak (lipiodol) (Harsono, 1994). Kandungan rata+ata iodium dalam bahan makanan disajikan pada Tabel.l bio.unsoed.ac.id * Disampaikan rembang, pada kegiatan Pengamdian Kepada Masyarakat di desa Gunungwuled, Kecamatan KabupatenPmbalingga Page 5 Tabel 1. Kandungan Iodium dalam berbagai bahan makanan (mg/kg) $iegar BalxrrMaksDar Ikandrtawnr Ikanlant Range Rata-.rata {nls} {au} 1?-40 {ms} 16t -31S0 308 -130il 27^9? 3715 s3t Mrnl.ak ikan Dagrng 4? Btxrh-btrahnn Kacarre-kficftngan 116 fsre] 6g - 194 4?81 - 45S1 ll9: -4gs? 4? 1'l -l't 6l 18 10- 29 154 $alrrran Range ]5-56 9l Teftrr Kerine Rata-rata tt-36 6t :3 1i - t01 ?s4- - 2?? ],+5 1636 Srnlr&er ;' F'f'?IO f-OFd Selain rendahnya kandungan Iodium dalam makanan, kekurangan Iodium dapat pula disebabkan oleh adanya zat yafig menghambat produksi atau penggunaan hormon tiroid. Zat semacam ini disebut zat goitrogenik. Pengaruh zat goitogenik akan menjadi nyata jika terjadi kekurangan iodium (Kartono, 2004). Berdasarkan sumbernya goitrogenik terdiri dari goitrogenik alami dan goitrogenik non alami. Goitrogenik alami seperti pada singkong, rebung, kot, ubi jalar, buncis besar, kacang-kacangan, bawang merah dan bawang putih. Sedangkan yang non alami seperti bahan polutan akibat kelebihan pupuk urea, pestisida dan bakteri coli (Thaha 2002). Berdasarkan mekanisme kerjanya zat goitrogenik alami dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu : 1) kelompok tiosianat atau senyawa mirip tiosianat yang bekerja menghambat mekanisme transport aktif iodium ke dalam kelenjar tiroid dan 2) kelompok tiourea yang bekerja menghambat proses organifikasi iodium dan penggabungan iodotirosin dalam pembentukan hormon tiroid aktif. Bahan makanan yang kaya sumber tiosianat antara lain ubi kuyo, hasil olah ubi kayu, lobak, kol, rebung, ubi jalar dan buncis besar. Bahan makanan yang mengandung tiourea contohnya sorgum, kacang-kacangan, kacang tanatr, bawang mera[ dan bawang putih. Bahan makanan goitrogen yang populer dan banyak dikonsumsi di banyak negara berkembang adalah singkong. Kadar sianida dalam singkong bervariasi sekitar 70 mg400 mg/kg. Bila kadar sianida singkong sekitar 400 mglkg, singkong disebut singkong pahit, sedang blla 70 mglkg disebut singkong manis. Menurut FAO/WHO batas aman sianida adalah 10 mg/kg beratkering (Murdiana 2001). itu Kadar sianida dalam bahan makanan dapat difurunkan/dikurangi melalui pemasakan. Sebagai contoh pengolahan pada jenis sayuran dengan cara direbus dan ditumis dapat menurunkan kadar sianida hingga berkisar 50 %. Umbi-umbian yang telah direbus berkisar sianidanya tinggal 2 - 38 % (Murdiana dan Sukati, 2001; Tabel 2). Selain dimasak penurunan kadar sianida juga bisa dilalnrkan dengan fermentasi dan bio.unsoed.ac.id perendaman. * Disampaikan pada kegiatan Pengamdian Kepada Masyarakat di desa Gunungwuled, Kecamatan rembang Kabupaten Purbalingga Page 6 Tabel 2Kadar sianida (CN) dalam sayuran dan umbi-umbian dengan berbagai cara Pengolahan (mg/100 gr bahan) N*mr Bah*a No 1 2 3 4 5 6 7 I 9 1S 11 ll t3 14 15 16 1? 1S 19 20 ?1 ?2 !3 :4 15 26 1? Bayarn Brurga kol Sarui hijctr Cabe hij*tt Daun kacang psnjasg Dauu bawnng rn*rsh Dsuu bannng bakrmg Dstru urelfurjc Dsun shgkong Dnur pepaye Jappng rnuda Klrlit taragkil Mentah Kadar Cianida Rebu* 1"84 5,64 ? \) 1,87 4,50 0,41 4"03 3.$S 0,6f s.s 1)4 0,55 0,78 8.47 r:._9? 1.S4 9.18 5.89 5"40 6"67 8"09 ?"8J 0.0 0.0 0,$CI 0,Tl 8,69 3,54 9.31 54\ Thuln CI.65 :,41 lg.5& 14"90 14=90 Kol l:,09 4,:8 Ksngkrrng 6.85 3,95 0.0 1,35 1.96 Koro :.54 Snwi putih Seledri Buncis Garubas 4.?5 3"S6 6.4? 5.11 Pare s.r5 Slada air Terong lrugu 18.54 4.09 3.8S ?,8 5.58 rtui Singkong Ganyang Gatot Talsr 0$ 3,?O s.97 s,67 0.36 t)? * t- ' !"11 0.CI 0_0 0,37 6,T4 1,09 1,04 ?,99 s,58 3,56 :,s0 0":0 1",39 { }} 1.?5 2,28 :,02 :"5? 4^68 0-37 1{4 .Sr*n$er .'.Idirndrrrno dcn ,$rifortl ftCI0,l.t ; PG^L{ Rirdfrr'.Srbrrii{n dei}arn solrlron dan l*m&i+nn&f*rir di d$emft G,C^fi Bahan makanan lain yang mengandung goitrogenik adalah kol, kedelai mentah Setiadi, 1980). Salah satu jenis goihogenik ini adalah golongan tiosianat (SCID Goitrogenik tiosianat berasal dari prekusor tiosianat yaitu sianogenik glikosida sianohidrin dan asam sianida (sianida bebas). Perubahan sianida menjadi tiosianat terjadi ketika bahan makanan goitrogen dicerna dengan bantuan enzim glikosidase serta enzim sulfur transferase. Tiosianat merupakan hasil detoksifikasi sianida makanan di dalam tubuh yang diekskresikan dalam urin. Murdiana et al., (2001) melakukan penelitian untuk menguftmgi kadar goitrogenik jenis tiosianat di daerah gondok endemik yaitu Pundong Yogyakarta dan Srumbung Magelang. Rata-rata kadar sianida bahan makanan mentah bekisar 2 - 18 mgi100 g bahan mentah. Setelah dilalcukan pengolahan pada jenis bio.unsoed.ac.id sayuam dengan cara rebus dan tumis kadar sianida masih berkisar 50 %. Sedangkan * Disampaikan pada kegiatan Pengamdian Kepada Masyarakat di desa Gunungwuled Kecamatan rembang Kabupaten Purbalingga Page 7 pada umbiumbian setelah direbus berkisar 2 - 38 Yo danbila ditumis masih berkisar 40 70 Selain cara di atas penurunan kadar sianida juga bisa dilakukan dengan fermentasi dan perendaman. - %. PENUTUP Penyakit gondok meskipun tidak menular dan tidak mengancam keselamatan jiwa tetapi memberikan dakpak sangat serius, terutama pada bayi dan anak-anak. Gejala penyakit ini sering tidak kita sadari, oleh karena itu pendidikan kepada masyarakat perlu senantiasa dilakukan agar memahami gejalab penyebab dan akibat yang ditimbulkan. Dengan demikian tindakan pencegahan dapat dilakukan terutama pada ibu hamil dan anak-anak, karena anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah mengkonsumsi makanan yang mencukupi kebutuhan harian Iodium dan memilih serta mengolah makanan dengan benar sehingga kandungan Iodium dalam makanan tercukupi. DAFTAR TUSTAKA Brown R. Disorders of the thyroid gland in infancy, childhood dan adolescence. Didapat dari: URL: http://www. thyroidmanager.org/chapterl5fi5text.htm#title0 Diakses tanggal 2 Septembet 2010. . Budiman B dan I. Sumarno 2007. Hubungan antara konsumsi iodium dan gondok pada siswi berusia 15-17 tahun. (Jniversa Medica26e): g0-99 Djokomoelyanto R, H. Setyawan, M. Dramaix, S. Hadisaputro, T. soehartono, and F. Delange. 2001. The Thyromobil model for standardized evaluation of iodine deficiency disorder control in Indonesia. Thyraid ll:365-72. Duars4 A.B. 2013. Perkembangan neurologik bayi dari umur 0 6 bulan dari ibu hamil dengan defisiensi Yodium yang mendapat kapsul yodiol pada trimrster I, II dan III di daerah gondok endemik kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Tesis. Hetzel BS. Iodine deficiency disorder. Dalam: Garrow JS, James WPT, penyunting. Human nutrition dan dietetics. Edisi kesembilan. Edinburgh: Ctrurcrutt Livingstone;1994. bio.unsoed.ac.id Lisdiana. 1998 Waspada Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Gizi, Trubus Agriwidaya, Bandar Lampung Notoatmodjo S. 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakar, Rineka Cipta. Jakarta Permaesih D, S. Latinulu, D. Kartono, and D Susanto. 2000. The profile of iodized.salt use in the district level in Indonesia. Gizi Indonesia 14:25-31. * Disampaikan pada kegiatan Pengamdian Kepada Masyarakat di desa rembang, Kabupaten Purbalingga C*""g*"t"4 f"**"t* Page B Porterfield S.P. and C.E. Hendrich. 1993. The role of thyroid hormone in prenatal and neonatal neurogical development-current perspective. Endocrine Review la(l): Satriono, R., D. Daud dan Yulius. 2010. Pengaruh Pemberian Hormon Tiroksin Terhadap Intelligence Quotient pada Anak Sekolah yang Menderita Gondok di Daerah Endemik: Penelitian Terkontrol Acak Tersamar Ganda. Sari Pediatri 12 (2):124-127 Sulistyowati, N., J. Pradono, Y. Wiryawan dan Y. Meida. 2000. Prestasi belajar m,urid di tiga Sekolah Dasar di daerah gondok endemik di Kecamatan Kandangan, Propinsi Jawa Tengah. Medio Litbang KesehatanX(1):20-27 Tangin N, dan R. 2000. Satriono Hubungan antara gondok dengan tingkat kecerdasan anak sekolah dasar di daerah gondok endemik. flesis l. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar WHO, 2001. Assesment of Iodine Deficiency Disorders and Their Elimination. WHO, World Bank, Ministry of Health-Indonesia. }A0l. Iodine deficiency in Indonesia-A detailed nationwide map of goiter prevalence. Malta. wHoa[{D101.4. bio.unsoed.ac.id * Disampaikan pada kegiatan Pengamdian Kepada Masyarakat di desa Gunungwuled, Kecamatan rembang Kabupalen hrbalingga Page 9