KEBIJAKAN PEMERINTAH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY) DALAM PENYELESAIAN KEKERASAN ETNIS MUSLIM ROHINGYA DI MYANMAR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Diah Nurhandayani 106083003627 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 li l S tJ S I t.0 ti,\Fl llANG Y U III IO YONO (S BY) DALAN'l I'liNYIit,liS.,\L\N KIil{tiltAS,\N lill'NlS l\{US[,lN'l tfoIIINGYA KIi ll I.!r\ tr(A PliN'l li R, l N'l'A l DI 1\IYANI\{AII Skripsi Dia.1ukan untuli ltlemenuhi Persyaratan Mernperoleh Cclar Sarjana Sosial (S.Sos) olch: Diah NLrrhandavani l 06083003621 t)i Ilurvalr Ilirnbingan l)cmbirrr '---' !.) ,-//, Penrbi rnbi ng Akadernik ------- f Dr Ali Madl-i]nl:lual.rvl-$=i Nli): NII)- 19651 unhanif 121992031004 PI{(}GRAh,I S'fT]DI II,h,I L] IIIJITTINCAN IN'TIiITNASIONAI, IIAI{TIT,TAS II-S,{L] SOSIAI. DAN ILIVIU POI,ITII( tJNIV[]II.SI1'AS ISl,Ah/l I\ticlill.l SYAI{I F ,IAI{AITl'A 20r3 I I I DAYA'I'ULLAII PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Skripsi yang berjudul : KEBIJAKAN PEMERINTAH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SB}} DALAM PENYELESAIAN KEKERASAN ETNIS MUSLIM ROHINGYA DI MYANMAR 1. 2. 3. Merupakan karya hasil saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri rufN) Syarif Hidayatullah J akarta. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayahrllah Jakarta. Jika di kemudian hari terbuldi bahwa karya saya ini bukan hasil asli karya saya atau merupakan hasil jipalakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. J akata, 1 6 Desemb er 20 13 Diah Nurhandayani Ptritsilf iJJLJn N PIIMBIMtJINC SKRIPSI Dengan ini,.Pembirrrbing Skri1rsi Menyatakan bahrva nrahasislva Narna NiM : Diah Nurhandayani : 106083003fi27 Program Stlldi : Ilulrungan Int:rnasional Telah rnenyeiesaikan penuiisan skripsi dengan judul KEB]JAKAN PEMI-]ITINTAJI SUSILO BAMI]ANG YUDI,IOYONO (SBY)' DAI-AM I'ENYEI,ESN IN N KIKI-'ItAS]AN III'NIS MUSi,IM ITOIIINCYA DI MYANMAiT Dan telah memenuhi persyaraian urntr,rk diu,jr. Jakarta, l6 L)cscrnbcr 20 l3 Mengetahui, Menyetujui, Ketua/ Sekretaris Prosrarn Studi Pernbirnbin /p Agus Nihnada Azrni, M.Si M. Adian Firnas, M.Si NIP: I 97808042009 121002 NIP- PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI SKRIPSI KEBIJAKAI\ PEMERINTAH SUSILO BAMBAI\G YTJDHOYONO (SBY) DALAM PEIYYELESAIAN KEKERASAN ETNIS MUSLIM ROHINGYA DI MYANMAR Oleh Diah Nurhandayani 106083003627 Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarla pada tanggal tanggal 24 Desember 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Prograrn Studi Hubungan Internasional. Ketua, Agus Nilmada Azmi, M.Si NIP: 1 9780 80 42009121002 Sekretaris. / z---\ / ; ' /- /"1t' Agus Nilmada Azmi, M.Si MP: 1978080 42009121002 Penguji Agus Nilmada Azmi, M.Si NIP: 1 97808042009121002 Alfajri, M.A Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 24 Desember 2013 Ketua Program Studi Hubungan Intemasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kiky Rizky, M.Si NIP: 1973032 1200801 r002 ABSTRAK Skripsi ini mengetengahkan permasalahan kekerasan etnis yang terjadi pada etnis Rohingya di Myanmar. Kekerasan yang terjadi berlangsung secara sistemik dan bermuara pada pembersihan etnis yang tidak dibenarkan oleh Undang-undang dan peraturan Internasional manapun. Indonesia sebagai Negara anggota ASEAN yang disegani hendaknya dapat berperan dengan asas kemanusiaan untuk membantu penghentian konflik berkepanjangan ini . Skripsi ini berusaha mengananlisis kebijakan SBY (susilo Bambang Yudhoyono) untuk membantu penghentian kekerasan dan pembersihan etnis tersebut. Kekerasan ini telah terjadi beberapa decade dan belum dapat terselesaikan. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dan wawancara dengan beberapa pengungsi rogingya. Dari studi ini menemukan bahwa Presiden SBY menerapakan kebijakan yang tidak tegas dan tidak konsisten. Dengan bukti tidak ditemukannya upaya-upaya kongkrit SBY untuk menyelesaikan tragedi kemanusiaan ini baik pada level regional (ASEAN) atau internasional (PBB). Yang terjadi justru kebijakan ‘diam’ terhadap lembaga-lembaga kemanusiaan, organisasi massa, institusi keagamaan yang secara faktual mendukung bangsa Rohingya baik secara moral ataupun material. Diamnya SBY dapat ditafsiri sebagai sebuah kebijakan pemerintah yang taat kaidah non-interference sesama anggota ASEAN. Jalan yang ditempuh SBY justru memperkuat kerjasama bilateral berbasis pendekatan ekonomi, demokratisasi dan rekonsiliasi nasional. Selain dari pada itu, SBY juga mengoptimalisasi jalur lain untuk upaya penyelesaian konflik yang ada dengan forum Bali Process dan pertemuan-ASEAN ASEAN demi mengusahakan status hukum untuk komunitas Muslim Rohingya. Forum-forum internasional lain juga dimanfaatkan seperti pertemuan bersama Organisasi Kerja sama Islam (OKI) dan lainnya untuk membantu penghentian konflik etnis yang dapat berdampak negative bagi stabilitas regional dan internasional. Semua yang dilakukan dapat ditengarai sebagai bentuk mewujudkan kepentingan nasional. Keywords: Pembersihan Kepentingan nasional. etnis, kebijakan Susilo Bambang Yudhoyono, KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT , atas segala rahmat dan nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul KEBIJAKAN PEMERINTAH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY) DALAM PENYELESAIAN KEKERASAN ETNIS MUSLIM ROHINGYA DI MYANMAR. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada jurusan Hubungan Internasional. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa Terimakasih kepada: 1. Kepada Orang Tua Penulis Bapak Nurhadi dan Mama Siti Romlah Tercinta yang telah memberikan yang terbaik untuk penulis, baik Kasih sayang, Kesabaran, Perhatian, dan telah menjadi orang tua terhebat sejagad raya, serta doa yang tentu takkan bisa penulis balas. 2. Kepada Dosen Pembimbing Penulis Bpk. M. Adian Firnas, M.Si yang telah membimbing penulis dalam memahami permasalahan di dalam skripsi ini, meluangkan waktu untuk membaca skripsi ini. Terimakasih atas kesabaran, arahan dan ilmu yang telah Bapak Adian berikan selama ini. 3. Bapak Ali Munhanif Ph.D. selaku Penasehat Akademik 4. Bapak Kiki Rizky, M. Si selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Jakarta 5. Bapak Agus Nilmada Azmi M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Hubungan Internasional 6. Bapak Nazaruddin Nasution, MA, Bapak Armen Daulay, Drs. M.Si, Bapak Arisman, M.Si, Ibu Rahmi Fitriyanti, M.Si, Ahmad Alfajri, MA. dan juga seluruh staf Dosen di jurusan Hubungan Internasional yang telah mengajarkan dan membagi ilmunya kepada penulis selama masa studi di UIN. 7. Staff Program Studi Hubungan Internasional Pak Jajang, Pak Amali penulis mengucapkan terimakasih yang sudah banyak membantu dalam proses administrasi penulis. 8. Kepada Bapak Rofiq selaku pengungsi Etnis Rohingya yang berada di Cisarua. Penulis ucapkan terimakasih atas kesediaan waktunya untuk diwawancarai dan menjelaskan secara detail mengenai kondisi di Myanmar pasca terjadinya konflik etnis Rohingya di Rakhine. 9. Untuk kedua kakak penulis Mas Agung dan Teteh Mida Nuraida terima kasih atas segala perhatian, kasih sayang, dan motivasi serta doanya. 10. Sahabat-sahabat penulis Telor Ceplok (Dian, Desty, Crista), Astrid (acyd), Jeng didis, Atik, Mbak Qory, Kismayeni, Irvan, Natiqoh, Rahmah, Kwe, Adnan, Nanda, Hanifa, Susan dan Icha yang turut serta membantu penulis dalam mencari dan mendapatkan bahan-bahan untuk skripsi ini.Serta teman-teman HI lainnya Angkatan 2006 yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu, namun tanpa mengurangi rasa hormat terimakasih kepada kalian. 11. Buat Sahabat penulis yang telah tiada (Alm. ) Izzun Nahdliyah. Terimakasih telah menjadi sahabatku yang baik, ,yang sabar dan tidak pernah marah dan terimakasih telah menjadi pendengar yang baik, yang dengan penuh kesabaran mendengarkan semua cuhatan penulis. Terimaksih atas motivasi, doa dan dukungan semangat, serta pengertian dan perhatian mu menemani hari-hari penulis dengan penuh canda tawa. Penulis tidak akan pernah melupakanmu. 12. Keluarga besar penulis yang selalu memberikan semangat kepada penulis. Terimakasih kepada nenek tercinta atas doa, dan Motivasi. Tidak Lupa penulis mengucapkan terimaksih kepada Keluarga Besar Ummi hafni, Kel. Besar Mamah Miming, Uwa Untung, Tante Umi, Tante Sari, Bekni, Agus, Mbak Anis, Ibu Mukti, Mama Kriting (Ibu dian), dan semua sanak saudara yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan, semangat dan Doa kalian selama ini kepada penulis. 13. Terimakasih kepada Sahabat kecil penulis Nadiyah, Lilis. Terimakasih yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi dengan segala bantuan baik dalam tukar pikiran dan menyemangati. 14. Terimaksih kepada yang jauh disana entah dimana keberadaannya sekarang (AMM). Penulis mengucapkan Terimakasih selalu memberikan motivasi dan yang tidak pernah bosan untuk mengingatkan Penulis Untuk Menjadi Seorang Anak yang bisa dibanggakan oleh Orang Tua, dan menjadi seorang Anak yang bertanggung Jawab akan sudah menjadi Kewajiban nya Yakni menyelesaikan Kuliah. 15. Semua Pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih. Terimakasih atas segala bantuan yang tidak ternilai harganya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena ittu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan kedepannya. Jakarta, 16 Desember 2013 Diah Nurhandayani DAFTAR ISI ABSTRAK……………………………………………………………………………………….V KATA PENGANTAR………………………………...................................................................VI DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….IX DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………………………..X BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………………………..1 1.2 Pertanyaan Penelitian………………………………………………………………..10 1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………………….10 1.4 Tinjauan Pustaka…………………………………………………………………….10 1.5 Kerangka Pemikiran………………………………………………………………....12 1.5.1 Teori Kepentingan Nasional………………………………………………....12 1.5.2 Kebijakan Luar Negeri……………………………………………………....15 1.6 Metode Penelitian…………………………………………………………………...17 1.7 Sistematika Penulisan………………………………………………………………..19 BAB II GAMBARAN UMUM KONFLIK ETNIS-SEKTARIAN DI RAKHINE A. Sejarah Komunitas Rohingya………………………………………………………...21 B. Akar Konflik Secara Historis………………………………………………………...26 C. Kebijakan Politik Pemerintah Myanmar…………………………………………......29 BAB III ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DALAM PENYELESAIAN KONFLIK ETNIS ROHINGYA DI MYANMAR A. Kebijakan Dalam Negeri a.1.1 Kebijakan Terhadap NGO, Lembaga Kemanusiaan dan Media Massa………….32 a.1.2 Alasan Mengungsi Ke Indonesia…………………………………………………42 a.1.3 Kebijakan Terhadap Imigran Rohingya…………………………………………..43 B. Kebijakan Luar Negeri b.2.1 Kebijakan Bilateral……………………………………………………………….46 b.2.2 Kebijakan Di ASEAN…………………………………………………………....50 b.2.3 Kebijakan Internasional Dalam Kaitan Penyelesaian Kasus Rohingya…………..51 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………………………………..52 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR SINGKATAN ACT: AksiCepatTanggap ASEAN: Association Of South-East Asian Nations DD : DhompetDhuafa DVB: Democratic Voice Of Burma IOM: International Organization For Migration HAM: HakAsasiManusia HRW: Human Right watch MDMC : Muhammadiyah Disaster Management Center NGO: Non-Governmental Organization OKI: OrganisasiKonferensi Islam PBB: PerserikatanBangsa-Bangsa PBNU : PengurusBesarNahdhatulUlama PMI: PalangMerah Indonesia RI: Republik Indonesia RNDP: RakhineNationalitis Development Party SBY: SusiloBambangYudhoyono UN: United Nations UUD 1945:Undang-undangDasar UNHCR: United Nations High Commissioner for Refugess WNI: Warga Negara Indonesia KEBIJAKAN PEMERINTAH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY) DALAM PENYELESAIAN KEKERASAN ETNIS MUSLIM ROHINGYA DI MYANMAR 1.1 Latar Belakang masalah “Kekerasan (terhadap komunitas Rohingya di Myanmar) yang terjadi belakangan ini, bukanlah hal yang luar biasa. Karena hal demikian telah terjadi terhadap kami sejak sekian waktu yang lalu!”, ucap Muhammad Rofiq (35 tahun) salah satu pengungsi Rohingya yang tinggal di tempat penampungan sementaranya di kawasan Cisarua sejak 13 Agustus 2012 (Wawancara dengan Rofiq di kediamannya di Cisarua 25 Agustus 2012). Dan salah satu bukti kongkritnya adalah diri dan keluarganya sendiri yang „terdampar‟ di Cisarua sejak Desember 2011. Rofiq dan isteri yang ditemani oleh dua orang anaknya adalah salah satu pengungsi korban kekerasan penduduk mayoritas Rakhine wilayah arakan. Perjalanan panjang Rofiq dari Arakan dengan satu anak menuju Bangladesh, kemudian menembus perbatasan Thailand, lalu menyeberang Malaysia (di sini anak keduanya lahir) dan mengarungi laut menembus perbatasan Malaysia-Indonesia dan akhirnya berlabuh di pulauTanjung Pinang, Riau di medio pada tahun 2011 (Wawancara dengan Rofiq di kediamannya di Cisarua 25 Agustus 2012). Hal serupa juga dikisahkan oleh Karimullah kebetulan sama bermukim sementara di perumahan sederhana di Cisarua sejak Oktober 2011 lalu. Karimullah terpaksa lari dari kekerasan etnis-sektarian yang mengancam hidup mereka. Bahkan dari penuturan Karimullah ia mengalami patah tulang belakang akibat penyiksaan yang dilakukan oleh aparat Nazaka, polisi perbatasan yang belanja di toko miliknya tanpa membayar. Saat ditanya bayarannya, bukan uang yang ia dapat justru pemukulan dengan benda tumpul 1 kesekujur tubuhnya. Anehnya, saat hendak dirawat pihak RumahSakit menolak kehadirannya karena beretnis Rohingya (Wawancara dengan Karimullah tanggal 25 Agustus 2012) . Wilayah Arakan atau wilayah yang kini disebut Rakhine, bagi Rofiq dan Karimullah bagai hidup dalam penjara raksasa dengan segala bentuk aniaya yang mengancam hidup mereka setiap saat. Mengungsi adalah pilihan terbaik. Orang tua, anak, saudara semua berlari sekuat tenaga melewati perbatasan untuk menyelamatkan diri masing-masing. Di Cisarua, Rofiq dan Karimullah yang merupakan saudara sekandung kembali bertemu setelah berpisah sejak melarikan diri dari kekerasan yang terjadi di rakhine (Wawancara dengan M.Rofiq tgl. 25 Agustus 2012). Dua penuturan pengungsi Rohingya tentang apa yang mereka alami di atas menggambarkan kondisi faktual tentang kekerasan dan diskriminasi terorganisir yang menimpa etnis Rohingya. Kekerasan ini, menurut catatan sejarah telah berlangsung sejak beberapa dekade lalu dan terus terjadi yang mengakibatkan ribuan orang meninggal dunia serta 140 ribu terusir dari kediaman mereka di negara bagian Rakhine, 800 ribu tidak punya kewarganegaraan ( Patterik Wiggers 2002: 9 dan www.unhcr.org). Bahkan dalam catatan sejarah, kekerasan ini sudah terjadi sejak 1784 yang lalu ketika Raja Burma Bodawpaya menaklukan Arakan. Ketika itu tidak kurang dari 200 ribu rakyat Arakan terbunuh dan 2/3 penduduk Muslim Arakan eksodus ke wilayah Chittagong (Cox Bazar sekarang) atau sekitar 400 ribu orang. Menurut Chris Lewa, direktur pada Rohingya advocacy group (www.reuters.com), sejak kemerdekaan Burma pada tahun 1948 etnis Rohingya secara perlahan diperlakukan secara deskriminatif dan tidak diikutsertakan dalam proses nation-building (proses politik)yang terjadi. Contohnya, dalam akta Kewarganegaraan 1948 yang didasari oleh prinsip jus sanguinis yaitu undang-undang yang secara original bermakna right of blood 2 atau hak darah yang dikenal tahun 1902 di mana mengatur kewarganegaraan seorang anak yang mengikuti kewarganegaraan seorang bapak (www.merriam-webster.com) dan identifikasi tiga kategori kewargaan yaitu warga negara penuh, asosiasi dan naturalisasi. Kewarganegaraan penuh hanya dimiliki oleh 135 suku nasional yang mendiami Myanmar sebelum tahun 1823 yaitu tahun kolonialisasi Inggris di Arakan. Anehnya, Rohingya tidak masuk dalam daftar 135 suku di atas. Sementara kewargaan asosiasi diberikan kepada mereka yang mendaftar kewarganegaraan dengan rujukan Akta 1948 atau yang disebut dengan Union Citizenship Act 1948 (www.burmalibrary.org). Kewarganegaraan naturalisasi dapat diberikan kepada mereka yang datang dengan bukti kongkrit bahwa pertama, ia masuk dan mendiami Myanmar sebelum kemerdekaan (4 Januari 1948);kedua, dapat berbicara salah satu bahasa nasional; dan ketiga, punya anak yang lahir di Myanmar (Chris Lewa: 11-12). Dengan regulasi demikian, hanya sedikit sekali dari warga Arakan yang dapat memenuhinya. Pada tahun 1989, kontrol unik terhadap warga negara kembali diberlakukan yaitu dengan kartu berwarna. Kartu berwarna pink berarti warga negara penuh, warna biru berarti warga asosiasi dan hijau warga negara naturalisasi. Di sini, Rohingya tidak mendapatkan warna apapun (http://www.the-platform.org.uk/). Sebuah kebijakan diskriminatif seperti kebijakan apartheid Afrika Selatan dahulu dengan alapemerintah Rangoon yang berlangsung dengan mulus tanpa terus oleh kritikan-kritikan lembaga HAM internasional. Hak-hak asasi eksistensial (hak asasi untuk hidup) komunitas Rohingya di Arakan secara telanjang dilecehkan.Sebuah kondisi yang membuat mereka rentan terhadap tindakan brutal oleh komunitas Rakhine yang diduga didukung oleh oknum pemerintah.Maka ketika terjadi penistaan terhadap mereka, pemerintah tidak bertindak apapun, bahkan mendukung.Ini yang ditegaskan dalam laporan Human Right Watch.org yang berjudul,“The Government Could Have Stopped This : Sectarian Violence and Ensuing Abuses in Burma‟s 3 Arakan State.”(http://www.hrw.org/). Bahkan High Commissioner for Human Rights, Navi Pillay dalam statemennya tanggal 27 July 2012 menyatakan bahwa komunitas Muslim di Arakan menjadi target kekerasan oleh aparat keamanan Myanmar(www.un.org). Menurut Matthew F. Smith, kolomnis The Wall Street Journal yang berdomisili di Bangkok (7/8/2012), aparat keamanan pemerintah membunuh dan mengepung minoritas Muslim, menangkapi, memukuli dan menyiksa mereka secara kejam hingga mati. Tiga puluh ribu orang Rohingya terdaftar sebagai pengungsi di kamp-kamp pengungsian di Bangladesh, delapan puluh ribu lain terusir paska kekerasan bulan Juni 2012 lalu (The Rohingya : a humanitarian crisis, www.aljazeera.com). Sementara pemerintah tidak memberikan akses bagi bantuan kemanusiaan terhadap komunitas ini.Bahkan kebijakan Rangoon terkesan membiarkan para pengungsi menderita kelaparan, tinggal di rumah tanpa atap dan tidak ada perawatan medis.Ini merupakan kebijakan yang disebutnya sebagai kebijakan penyiksaan yang dilakukan oleh Negara (The wall Street Journal, www.online.wsj.com). Seorang periset yang bekerja untuk Amnesty International, Benjamin Zawacki “Penyiksaan terhadap Rohingya benar-benar sistemik.Ini adalah bagian dari system hukum dan social Myanmar untuk mendiskriminasi orang-orang Rohingya dengan dasar etnis…seluruh aspek kehidupan dipengaruhi oleh system yang dibuat dan menjadikan penyiksaan dan diskriminasi menjadi sah.” (www.aljazeera.com) Ini artinya berbagai kebrutalan agresi dan pelanggaran HAM oleh penduduk Rakhine bersenjata yang terjadi sesungguhnya di-back-up aparat pemerintah dan agamawan Budha terhadap komunitas Muslim tidak bersenjata di Arakan (www.:islamicforumeurope.com). Sebuah realitas ironis yang terjadi di tengah maneuver organisasi-organisasi internasional yang kerap tampil bak pahlawan dalam memperjuangkan penegakan HAM di banyak negara dunia (contoh kasus pembantaian di Santa Cruz di Timor Timur) abad modern. 4 Reaksi dunia terhadap penembakan pemrotes Timor Timur di kuburan Santa Cruz di ibukota Dili pada 12 November 1991 silam begitu luar biasa. Hal itu terjadi ketika video penembakan tersebut ditayangkan di ITV Britania pada Januari 1992 dalam film First Tuesday berjudul In Cold Blood : the Massacre of East Timor (Center for International Studies, Cornell University, seap.einaudi.cornell.edu/node/10149) Kemudian tayangan ini disiarkan ke seluruh dunia dan melahirkan tekanan-tekanan politik yang kuat bagi Jakarta dan embargo bagi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) waktu itu.Kita hanya bertanya, mengapa dunia begitu responsive dan reaktif terhadap peristiwa di atas? Tindak kekerasan dan terror terhadap minoritas Muslim di Rakhine (Arakan) pada awal Juli 2012 ternyata berlangsung cukup lama walau jumlah korban ribu orang dan jutaan orang dipaksa keluar dari tanah tumpah darahnya sendiri. Lembaga-lembaga internasional (Human Rights Watch, Human Rights Without Frontier, Simon Wiesenthal Center, Human Right‟s Action Center, Amnesty International), yang biasanya tampil sebagai pahlawan HAM selama ini bungkam, bisu dan tak berkutik. Oleh karenanya, derita Rohingya ini menurut BBC News (11/3/2006) bagai unforgotten massacre atau pembantaian yang terlupakan (www.bbc.co.uk dan www.washingtonpost.com). Artinya, nyawa-nyawa manusia yang kebetulan beragama Islam ini tidak ada artinya bagi para pembela-pembela HAM tersebut di atas. Hal ini dibuktikan dengan ribuan jumlah pengungsi Rohingya berada di Bangladesh, Thailand, Malaysia, Indonesia dan Negara-negara lain sebagaimana disinggung di atas. Ketika semua masyarakat dunia bicara soal demokrasi dan hak asasi manusia, pelanggaran HAM bekepanjangan terus terjadi di Myanmar tanpa ada upaya efektif yang diprakarsai oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Amerika dan UniEropa. Padahal jumlah korban demikian besar. Dan bahkan solusi yang ditawarkan oleh pemerintah Myanmar yakni mengusir semua anggota etnis Rohingya. Hal ini menurut presiden 5 Myanmar Thien Sien sebagai the only solution yang disampaikan kepada komisioner tertinggi urusan pengungsi Perserikatan Bangsa-bangsa paska pembantaian Juni 2012 lalu dengan mengatakan : "We will take responsibility of our ethnic nationals but it is impossible to accept those Rohingyas who are not our ethnic nationals who had entered the country illegally. The only solution is to hand those illegal Rohingyas to the UNHCR or to send them to any third country that would accept them,"(Kami akan bertanggungjawab terhadap etnis nasional kita tetapi tidak mungkin menerima orang-orang Rohingya yang bukan bagian dari etnis nasional yang memasuki negeri ini secara illegal. Satu-satunya solusi adalah menyerahkan orang Rohingya kepada UNHCR atau mengirimkan mereka ke negara ketiga yang mau menerima). Hal ini yang disampaikan Presiden Thien menyampaikan kepada pejabat UNHCR, Antonio Guterres pada tangal 11 Juli 2012 lalu (www.unhcr.org) Mengusir komunitas Rohingya yang menurut S.W. Cocks (a Short History of Burma : 1919 : h.146) bermukim ratusan tahun silam yang berjumlah lebih dari satu juta jiwa dapat dikategorikan sebagai kejahatan kemanusiaan. Sebab tidak ada alasan hukum yang dipakai untuk membenarkan tindakan ini. Bila hal itu terus terjadi di tengah „pembiaran‟ lembaga internasional yang seyogyanya menyelesaikan derita berkepanjangan, bukan hal mustahil yang demikian dapat „membakar‟ sentimen komunitas seagama dengan Royingya bertindak secara individual ataupun komunal.Apalagi kekerasan terhadap Muslim Rohingya dikesankan Dr. Gabriele Marranci (antropologis dan direktur Study of Contemporary Muslim Lives Research Hub di Macquarie University) sebagai „religious persecution‟ yang dapat memicu solidaritas religi di kawasan (http://www.aljazeera.com dan marranci.com). Potensi ini bisa saja terjadi, bila pembiaran ini terus berlarut-larut tanpa akhir yang akan mendestabilitasi komunitas lokal, regional dan internasional yang tentu akan merugikan kepentingan nasional.Hal ini yang diamini oleh Sekjen ASEAN Surin Pitsuwan bahwa komunitas internasional harus segera mengambil kebijakan cepat dan efektif menolong 6 penyelesaian persoalan masyarakat Rohingya.Sebab persoalan ini, menurut Surin merupakan tantangan keamanan strategis yang dapat mendestabilisasi kawasan (www. thejakartapost.com). Apa yang diungkap Surin di atas boleh jadi benar. Sebab peristiwa ledakan bom berdaya ledak rendah pada Minggu (4/8/2013) terhadap Vihara Ekayana Graha yang berada di Jalan Mangga II, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat berjejak tulisan yang berbunyi “Kami Mendengar Jeritan Rohingya” (www.http://news.detik.com). Artinya ada indikasi pengkorelasiaan peristiwa tersebut dengan apa yang dialami oleh bangsa Rohingya.Memang bagi beberapa orang, hal ini sulit dipahami.Peristiwa yang terjadi jauh dari Indonesia, dapat berpengaruh terhadap sikap politik sebagian kecil orang di sini. Tetapi ini boleh jadi tafsiran terhadap hadits yang berbunyi :„Sesungguhnya Muslim itu bersaudara‟ dan hadits lain yang bermakna : “Barangsiapa yang tidak peduli dengan saudara mereka lainnya, maka tidaklah ia menjadi bagian dari mereka.” Apapun motif teror di balik kejadian tersebut ini tidak menjadi masalah bagi penulis. Tetapi sekecil apapun jejak yang ditinggalkan pelaku, itu harus menjadi perhatian aparat keamanan dan pemerintah. Sebab bila ini tidak ditindaklanjuti dengan kebijakan antisipatif terkait dengan isu Rohingya dapat memicu peristiwa serupa di masa mendatang dalam skala yang bias lebih besar. Oleh karenanya, kondisi iniyang menjadi salah satu alasan mengapa Indonesia sebagai salah satu negara terbesar di ASEAN untuk aktif berkontribusi menyelesaikan konflik dan pertikaian etnis di Myanmar. Bila kondisi ini berlarur-larut dapat mendestabilisasi kawasan sebagaimana diprediksi oleh Sekjen ASEAN di atas. Kondisi ini semakin urgen ketika tidak ada satu negara anggota ASEAN pun yang all-out membantu penyelesaian kasus ini yang bisa jadi terikat dengan komitmen pada prinsip noninterference policy terhadap urusan masing-masing negara anggota.Singkatnya, menurut 7 penulis peran aktif Indonesia dalam kasus ini dapat mewujudkan stabilitas nasional dan perdamaian regional dalam jangka panjang. Kendati demikian, secara faktual pemerintah Jakarta atau pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono menampakkan kebijakan dalam menyikapi kekerasan etnis atas komunitas muslim rohingya di Myanmar. Hal ini tampak pada kenyataan bahwa pemerintah Indonesia tidak secara eksplisit menggunakan pengaruhnya memberi tekanan terhadap pemerintah Myanmar baik di forum ASEAN ataupun forum-forum internasional lainnya, walau banyak statemen yang diucapkan SBY untuk berkomitmen membantu penyelesaian konflik komunal yang terjadi (www.kemendagri.go.id). Tetapi lagi-lagi, itu tidak disinggung saat bertemu presiden Myanmar Thien Sien dalam kunjungan presiden RI ke Rangoon pada tanggal 23 April 2013 lalu. Kunjungan tidak lebih hanya sebagai penguatan hubungan ekonomi dan investasi semata. Memang isu Rohingya bagi Myanmar adalah persoalan sensitif dan eksistensial. Sebab kebijakan yang terkesan anti-Rohingya semakin tumbuh berkembang di tengah 60 juta masyarakat Myanmaryang menganut agama Budha. Bila isu ini diangkat oleh SBY dalam kunjungan tersebut dapat menyinggung „konsensus‟ nasional Myanmar bahwa Rohingya harus ditempatkan di negara ketiga yang mau menerima kehadiran mereka dan memicu keretakan hubungan bilateral. Hal ini dianggap konsensus sebab keinginan untuk mengusir bangsa Rohingya tidak hanya diusulkan oleh Presiden Thein Sein, tetapi juga oleh Biksu Win Rathu dan ketua partai Rakhine National Development Party Dr.Aye Maung (democratic voice of Burma, http://archive.is/RSubU). Kendati, sikap seperti ini dianggap tidak konsisten dengan apa yang kerap diucap terkait kasus Rohingya. Sebab tidak ada satu kebijakan luar negeri atau dalam negeri (terkait dengan para pengungsi Rohingya yang datang ke Indonesia) yang mewakili sikap pembelaanterhadap kaum Rohingya. 8 Memang saat bertemu Presiden Myanmar Thein Sein dalam sesi pertemuan bilateral di Phnom Penh, Kamboja, (Selasa 20 November 2012), Presiden SBY menawarkan bantuan penyelesaian konflik etnis di negara bagian Rakhine (http://www.suarapembaruan.com). Bahkan SBY menyarankan Presiden Thein Sein untuk mengundang negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang selama ini dilarang oleh Thein Sein untuk mengunjungi lokasi konflik (http://www.suarapembaruan.com).Namun demikian tidak ada tanda-tanda dan indikasi bahwa tawaran dan himbauan politik RI atas Myanmar membuahkan hasil yang menggembirakan dan kekerasan kerap terulang kembali. Dan pada tingkat kebijakan Luar Negeri RI ( Republik Indonesia) pemerintah SBY telah mengutus Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa tanggal 7-8 Januari 2013 untuk melakukan diplomasi publik mencoba menekan pemerintah Myanmar supaya menghentikan kekerasan etnis (www//khabarsoutheastasia.com). Sejatinya, ketika misi Menlu MartyNatalegawa dan himbauan yang ada tidak berhasil ada upaya diplomatik dan kebijakan luar negeri lain yang lebih efektif. Apakah itu dengan mengundang sidang darurat ASEAN, UN atau lembaga-lembaga internasional lainnya yang dapat menghentikan konflik berkepanjangan di Rakhine di atas. Yang ada justru memberdayakan Palang Merah Indonesia (PMI) untuk terlibat langsung dalam penanganan dan resolusi konflik di Negara itu. Misalnya, Pada tanggal 10 Agustus 2012 di bawah rombongan Jusuf Kalla (mantan wakil presiden Indonesia dan direktur utama Palang Merah Indonesia (PMI)) mengirim bantuan kemanusiaan untuk komunitas Rohingya berupa antara lain 500 paket kebersihan, 3.000 selimut dan 10 ribu sarung. 9 1.2 Pertanyaan Penelitian Di sini, peneliti melihat keterlibatan pemerintah SBY dalam penyelesaian kasus kekerasan komunal di Rakhine adalah keniscayaan kepentingan nasional, regional dan internasional. Maka dalam konteks ini, pertanyaan penelitian yang diajukan adalah : 1. Bagaimana kebijakan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dalam membantu penyelesaian konflik Rohingya 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan SBY dalam membantu penyelesaian konflik Rohingya. 2. Memberikan sumbangsih bagi para pengambil kebijakan, mahasiswa dan analis terhadap kebijakan pemerintah Indonesia dalam membantu penyelesaian konflik rohingya. 1.4 TinjauanPustaka Kajian tentang derita komunitas Muslim Rohingya tergolong sedikit. Pada level internasional, kajian hanya sedikit. Di antaranya adalah kajian Saiful Huq Omi (documentary photographer dan pemenang National Geographic 1996, (www.saifulhuq.com) dengan judul Fleeing Burma yang mengkaji tentang sebab musabab diaspora komunitas Muslim Rohingya.Menurut penulis yang mengutip data UNHCR, tidak kurang dari 29 ribu orang asli Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh (www.worldpolicy.org ). Mereka bertahun-tahun berada di negeri jiran ini dengan menyandang status sebagai imigran gelap dan hidup dalam satu tempat yang sempit untuk 16-18 orang. Jumlah ini hanya sebagian dari 167 ribu pengungsi dan sumber lain mengatakan tidak kurang dari 210 ribu 10 orang mengungsi ke Bangladesh (www.pi.library.yorku.ca) yang terusir akibat kekerasan yang dilakukan oleh militer Myanmar terhadap komunitas Muslim ini di tahun 1970an (www. Synergiescanada.org). K.C. Saha, kepala Bihar Public Service Commission, India, menulis pada jurnal Refugetema lain terkait dengan Rohingya dengan judul “Learning from Rohingya Refugee Repatriation to Myanmar” bahwa repratriasi pengungsi Rohingya terjadi pada 15 Mei 1992 ketika sebuah kesepakatan ditandatangani antara Menlu Myanmar dan Menlu Bangladesh di awal 1992 lalu. Empat butir yang dicantumkan dalam kesepakatan itu adalah soal Azan boleh dikumandangkan di masjid-masjid daerah dengan mayoritas Muslim, bebas berpindah dari satu daerah ke daerah lain yang sebelumnya dilarang keras, komunitas Rohingya dapat bepergian dari tempat pengungsiannya di Bangladesh ke Arakan untuk melihat kondisi yang disiapkan untuk mereka jika kembali dan terakhir bagi orang Rohingya yang tidak punya kewarganegaraan dapat mendaftarkan diri jika sudah kembali ke Myanmar(www. Synergiescanada.org). Dan banyak lagi tulisan-tulisan ringkas dan liputan media tentang pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh rezim Rangon dan penganut Budha di Myanmar terhadap komunitas Muslim Rohingya (Arakan Report, IHH Insani Yardim Vakfi, Istanbul Turkey, July 2012). Demikian juga halnya pada level nasional, tema Rohingya belum menjadi konsen banyak civitas akademika, para analis dan pemerhati. Salah satu buktinya, tidak banyak tulisan serius terkait dengan kekerasan yang berlangsung di salah satu negeri anggota ASEAN tersebut. Namun, salah satu karya ilmiah yang di level terakhir tadi berjudul Penanganan Pemerintah Indonesia Terhadap Pengungsi Rohingya di Wilayah Indonesia sesuai Konvensi 1951 (Convention Relating to the Status of Refugees) ditulis oleh Kadarudin, peneliti Pusat Studi Hak Asasi Manusia, Universitas Hasanuddin(Jurnal Jurishdictionary, vol. VI, 1, Juni 2010).Dalam tulisan ini Kadarudin menegaskan bahwa 11 penderitaan minoritas Rohingya bermula tahun 1978 yang berakibat ratusan ribu manusia terusir, mengungsi ke perbatasan Myanmar-India, Myanmar-Bangladesh, dan tidak sedikit wanita Rohingya dijual di tempat-tempat prostitusi di perbatasan Cina. Penulis telah menelusuri banyak literatur yang terkait dengan tema Rohingya, tetapi masih sedikit sekali yang menaruh perhatian terhadapnya apalagi secara spesifik memperbincangkan tentang peran Indonesia dalam penyelesaian krisis kemanusiaan ini. Di sini, penelitian penulis menjadi sangat berarti dalam mengangkat tema Kebijakan pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam penyelesaian kekerasan etnis muslim rohingya di Myanmar. 1.5 KerangkaPemikiran Dalam penelitian ini penulis menggunakan bebrapa teori untuk mendukung permasalahan yang sedang diteliti. Konsep-konsep tersebut yaitu Kepentingan Nasional dan Kebijakkan Luar Negeri 1.5.1 Teori Kepentingan Nasional Ketika membahas tentang peran Indonesia di kancah internasional tentu tidak lepas dari teori kepentingan nasional yang menjadi substansi fundamental hubungan internasional sebuah negara. Banyak pihak membahas tentang teori ini, salah satunya adalah Michael Doyle Simpson dalam tesisnya A Concept of the National Interest, Ia menyimpulkan bahwa kepentingan nasional adalah kepentingan-kepentingan publik yang menggerakkan sebuah bangsa guna meraih harapan dan komitmen pada karakter dan aspirasi bangsa ( Michael Doyle 1984: 129).Teori ini jauh dari konsep kepentingan nasional yang diusung oleh Hans J. Morgenthau dalam tulisannya “Another Great Debate : the National Interest of the United States” yang lebih menegaskan bahwa kepentingan nasional erat kaitannya dengan kekuasaan, pengaruh 12 dan kekuatan atau power ( Hans Margenthau 1952: 961-988 dan Umar Saryadi Bakri 1999: 60-61). Tentu kepentingan nasional Morgenthau di atas dapat dipersepsi sebagai konsep yang bernuansa sempit, antagonis dan tidak universal. Bisa dibayangkan bila semua negara dunia menjalankan kebijakan luar negerinya dengan nasional interest masing-masing yang bersandar kuat pada pengaruh, kekuatan dan kekuasaan, maka dunia akan kembali terseret pada lembah gesekan dan konflik tidak berkesudahan. Oleh karenanya, Frankel seperti dikutip Umar Saryadi melihat kepentingan nasional yang berlandaskan pada moralitas, religiusitas dan nilai-nilai humanis. Konsep ini juga diamini oleh Nicholas Spykman yang juga menambahkan aspek kepentingan kultural sebagai bagian integral dari kepentingan nasional (Umar Saryadi Bakri 1999: 61). Kepentingan nasional sebuah negara menurut Charles Evans Hunges merupakan motivasi kuat dari kebijakan luar negeri dan hubungan internasionalnya (Umar Saryadi bakri 1999: 73). Bahkan yang menjadi konsideran atau determinan utama dan motor kebijakan luar negeri atau hubungan internasional sebuah negara adalah national interest (kepentingan nasional) itu sendiri. Lebih dari itu, kebijakan luar negeri sebuah negara yang berlandaskan pada kepentingan nasional menjadi landasan mazhab realist dalam hubungan internasional. Tentu dalam mempraktekkan teori kepentingan nasional ini tidak semudah membalikkan tangan. Sebab negara-negara besar dapat secara arogan memaksa negara kecil dan lemah atas nama keadilan yang sesungguhnya artifisial (tidak murni) dan lain sebagainya demi kepentingan nasional individualnya. Dalam hal ini, konsep keseimbangan kekuatan (balance of power) menjadi keniscayaan praktek mazhab realist. Di sini, warga Myanmar beretnis Rohingya secara kebetulan beragama sama dengan mayoritas agama penduduk Republik Indonesia yang juga didiami oleh kelompok minoritas 13 yang beragama sama dengan mayoritas penduduk Myanmar. Keterlibatan aktif para agamawan atau Biksu Budha dalam demonstrasi pengusiran Muslim Rohingya berpotensi mengusik solidaritas-religi sebagian warga Muslim Indonesia. Bila realitas tersebut berlarutlarut, tidak mustahil dapat menyulut instabilitas di bumi pertiwi ini. Dikutip dari Jemadu, menurut Miroslav Nincic Terdapat 3 asumsi dasar yang dalam mendefinisikan kepentingan nasional (Aleksius 2008: 67)yakni: Pertama, kepentingan itu bersifat vital sehingga pencapaiannya menjadi prioritas utama pemerintah dan Masyarakat. Kedua, kepentingan harus berkaitan dengan lingkungan internasional. Artinya, pencapaian kepentingan nasional dipengaruhi oleh lingkungan internasional. Ketiga, kepentingan nasional harus melampaui kepentingan yang bersifat pertikularistik dari individu, kelompok atau lembaga pemerintahan sehingga menjadi kepedulian masyarakat secara keseluruhan. Di sini, peran Indonesia dalam penanganan persoalan minoritas Rohingya di Myanmar yang merupakan salah satu dari negara anggota ASEAN (Association of SouthEast Asian Countries) tidak terlepas dari penggejawantahan salah satu dari empat elemen dan jenis kepentingan nasional di atas yaitu kepentingan tata internasional. Di samping itu, pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) kita dengan tegas menyebutkan bahwa „sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan peri-keadilan (UUD 1945 perubahan 4).‟Ini artinya, peran Indonesia dalam penyelesaian kasus Rohingya tidak lain adalah implementasi dari pembukaan UUD 1945 itu sendiri. Oleh karenanya, peneliti sepakat dengan tesis yang diungkap Frankel seperti dikutip Umar Saryadi di atas sebagai teori yang mestinya diambil oleh Indonesia bahwa kepentingan nasional adalah kepentingan yang meliputi kepentingan pertahanan (defense interest), 14 kepentingan ekonomi (economic interest), kepentingan tata internasional (world order interest), dan kepentingan ideologi (ideological interest) yang berlandaskan pada moralitas, religiusitas dan nilai-nilai humanis. 1.5.2 Kebijakan Luar Negeri Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional. Kebijakan luar negeri yang yang dijalankan oleh pemerintah suatu Negara memang bertujuan untuk mencapai kepentingan nasional masyarakat yang diperintahnya meskipun kepentingan nasional suatu bangsa pada waktu itu ditentukan oleh siapa yang berkuasa pada waktu itu. Menurut Rosenau, kebijakan luar negeri dapat diartikan upaya suatu Negara yang melalui keseluruhan sikap dan aktivitasnya untuk mengatasi dan memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya. Kebijakan luar negeri menurutnya ditujukan untuk memelihara dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu Negara ( Banyu Perwita dan Yayan 2005: 49) . Langkah pertama dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri mencakup: 1. Menjabarkan pertimbangan kepentingan nasional ke dalam bentuk tujuan dan sasaran yang spesifik. 2. Menetapkan faktor situasional di lingkungan domestik dan internasional yang berkaitan dengan tujuan kebijakan luar negeri. 3. Menganalisis kapabilitas nasional untuk menjanngkau hasil yang dikehendaki. 15 4. Mengembangkan perencanaan atau strategi untuk memakai kapabilitas nasional dalam menanggulangi variable tertentu sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 5. Melaksanakan tindakan yang diperlukan. 6. Secara periodik meninjau dan melakukan evaluasi perkembangan yang telah berlangsung dalam menjangkau tujuan atau hasil yang dikehendaki. Menurut Plano bahwa setiap kebijakan luar negeri dirancang untuk menjangkau tujuan nasional.Tujuan nasional yang hendak dijangkau melalui kebijakan luar negeri merupakan formulasi konkret dan dirancang dengan mengaitkan kepentingan nasional terhadap situasi internasional yang sedang berlangsung serta power yang dimiliki untuk menjangkaunya. Tujuan dirancang, dipilih, dan ditetapkan oleh pembuat keputusan dan dikendalikan untuk mengubah kebijakan ( revisionist policy ) atau mempertahankan kebijakan (status quo policy) ihwal kenegaraan tertentu dilingkungan internasional (Banyu Perwita dan Yayan 2005: 51). Konsep Kebijakan Luar Negeri menurut Mark R. Amstutz mendefinisikan kebijakan luar negeri sebagai “ explicit and implicit actions of governmental officials designed to promote national interests beyond a country‟s territorial boundaries”. Dalam definisi ini ada tiga tekanan utama yaitu tindakan atau kebijakan pemerintah, pencapaian kepentingan nasional dan jangkauan kebijakan luar negeri yang melewati batas kewilayahan suatu Negara (Aleksius 2008: 64). Artinya bahwa kebijakan luar negeri merupakan kebijakan eksplisit dan implisit yang dirancang pemerintah guna mengembangkan, meningkatkan dan memajukan kepentingan dalam negeri pada level internasional. Menurut pemikir lain, Kegley dan Wittkopf bahwa kebijakan luar negeri sebagai “the decisions governing authorities make to realize international goals”(keputusan-keputusan yang mengatur pemerintah untuk mewujudkan target-target internasional). Menurut Howard 16 Lentner pengertian kebijakan luar negeri terdapat tiga elemen dasar dari setiap kebijakan yakni: Penentuan tujuan yang hendak dicapai (selection of objectives), pengerahan sumber daya atau instrument untuk mencapai tujuan tersebut (mobilization of means) dan pelaksanaan (implementations) dari kebijakan yang terdiri dari rangkaian tindakan dengan secara aktual menggunakan sumberdaya yang sudah ditetapkan (Aleksius 2008: 65). Solusi untuk penyelesaian kekerasan etnis muslim rohingya di Myanamar sudah menjadi masalah di dunia internasioal, dengan adanya kerjasama internasional sangat diharapkan dapat membantu dalam penyelesaian konflik etnis muslim rohingya. Demikian konsep seperti Kepentingan nasional dan kebijakan Luar negeri yang saling berkesinambungan kiranya relevan untuk membahas lebih lanjut mengenai Kebijakan pemerintah Indonesia (Bambang Susilo Yudhoyono mengenai kasus kekerasan etnis muslim rohingya di Myanmar. 1.6 Metode Penelitian Suatu penelitian harus menggunakan metode-metode yang sistematik, dan diatur dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan penelitian.Metode penelitian merupakan suatu ketentuan mengenai teknik yang digunakan dalam penelitian. Setiap penelitian harus didasarkan pada kerangka tertentu dalam berbagai proses penelitian. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif.Metode kualitatif merupakan suatu pendekatan yang dapat digunakan pada penelitian yang menggunakan kajian yang rinci atas suatu latar atau peristiwa tertentu.Sedangkan tipe penelitian ini bersifat deskriptif dimana suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai 17 fakta-fakta yang ada.Sedangkan menurut Whitney (1960) dalam buku mohammad nazir, ia mengatakan bahwa penelitian deskriptif yaitu mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi tertentu, termasuk tantangan hubungan, kegiatan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruhpengaruh dari suatu fenomena. Penelitian ini akan menggunakan metode pengumpulan data dengan studi dokumen dan wawancara. Studi dokumen didapatkan dari : 1. Studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku, jurnal, laporan penelitian, riset, dan Koran. 2. Penelusuran melalui internet yaitu untuk mendapatkan data dan berbagai informasi terkait dengan penelitian. Contohnya, http://Burmese.rohingyablogger.com/ sebagai media komunitas rohingya yang berada dikawasan Rakhine dalam mengupdate informasi yang terjadi di lapangan. Selain itu penelitian ini juga menggunakan wawancara kepada para pengungsi korban kekerasan di Myanmar yang berada dikawasan Puncak-Cisarua kepada Bapak Muhammad Rofiq dan Bapak Karimullah Pada tanggal 25 Agustus 2012 untuk mendapatkan data lebih lanjut. 18 1.7 Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Tinjauan Pustaka 1.5 Kerangka Pemikiran BAB II BAB III 1.5.1 Teori Kepentingan Nasional 1.5.2 Kebijakan Luar Negeri 1.6 Metode Penelitian 1.7 Sistematika Penulisan Gambaran Umum Konflik Etnis-Sektarian di Rakhine A Sejarah Komunitas Rohingya B. Akar Konflik Secara Historis C. Kebijakan Politik Pemerintah Myanmar Analisis Kebijakan Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dalam Penyelesaian Konflik Etnis Rohingya di Myanmar A.1 Kebijakan Dalam Negeri a.1.1. .Kebijakan Terhadap NGO, Lembaga Kemanusiaan dan Media Mass a.1.2. Alasan Mengungsi ke Indonesia a.1.3. Kebijakan Terhadap Imigran Rohingya B.2 Kebijakan Luar Negeri 19 b.2.1 Kebijakan Bilateral b.2.2 Kebijakan di ASEAN b.2.3 Kebijakan Internasional dalam kaitan penyelesaian kasus Rohingya BAB IV Penutup Kesimpulan dan Saran Daftar Pusaka Lampiran-lampiran 20 BAB II Sejarah Komunitas Rohingya dan Gambaran Umum Konflik Etnis-Sektarian di Rakhine A. Sejarah Komunitas Rohingya Satu versi mengatakan bahwa catatan sejarah mengatakan bahwa bangsa Arakan (Rohingya adalah bagian darinya) berbicara dengan dialek Burma dengan pengucapan klasik dengan konsonan R yang dilemahkan ke suara pengucapan Y seperti akhiran ang, ak, dan lain-lain yang dilembutkan menjadi in, ek dan lain-lain. Dengan perjalanan waktu berabadabad lamanya, dialek penduduk Arakan dimodifikasi dengan tambahan kata-kata yang berasal dari India. Begitu juga ras yang berpadu dengan darah India melalui cara (S.W. Cocks 1919: 146-147). Menurut prof. Kei Nemoto dalam salah satu seminar yang diadakan di Jepang sepakat dengan para ahli sejarah Rohingya bahwa komunitas ini sudah mendiami kawasan Arakan sejak abad ke-8 A.D (Aye chan 2005:396). Ibukota Arakan pertama adalah Ramawadi yang dibangun oleh suku Kanran dari kawasan Burma bagian atas. Raja pertamanya bernama Kanrazagyi dengan ibukota dekat Kyaukpadaung. Seribu tahun berikutnya, pada abad ke-2 sebelum Masehi, Chanda Suriya diangkat menjadi raja (S.W. Cocks : 1919)Enam puluh tahun sebelum dinobatkannya raja Chanda, para pengungsi Burma berusaha menginvasi Arakan. Namun upaya ini mampu digagalkan bangsa Arakan dan mereka justru dapat menduduki Prome dan Tharekhettara. Dengan demikian, sampai kejatuhan raja Chanda pada tahun 976 A.D. tidak ada catatan sejarah penting yang tercatat(S.W. Cocks : 1919). Pada tahun kejatuhan Chanda, kaum Shan dari Burma menginvasi Arakan dan berhasil menduduki kawasan ini selama 18 tahun dengan merampas seluruh kekayaan penduduk termasuk arca-arca Budha yang dimiliki mereka. Setelah itu Anawrahta yang 21 berkuasa di Burma pun menginvasi Arakan demikian juga setelah itu dan seterusnya.Arakan pada tahun 1389 terlibat pertempuran saat perang terjadi antara Burma dan Pegu dengan berpihak kepada Talaings (S.W. Cocks : 1919). Raja Burma Min Khaung menginvasi Arakan pada tahun 1404-1406 yang menyebabkan raja Arakan meminta suaka ke Bengal selama 20 tahun. Saat kekosongan ini, Arakan menjadi medan pertempuran antara Pegu dan Burma. Kedua raja penguasa Pegu dan Burma silih berganti menduduki Arakan, dan Talaings merupakan raja terakhir mereka. Pada tahun 1430, Nazir Shah raja Bengal yang beragama Muslim bergerak merestorasi Min Saw Mun sebagai raja Arakan dengan mendirikan ibukota baru bernama Myauk-u atau disebut dengan kota Arakan (Myohaung). Ia berkuasa dengan perlindungan dari penguasa Bengal(S.W. Cocks : 1919). Menurut penulis, pada periode ini penting untuk dianalisa sebab pada masa ini pertemuan dan interaksi bangsa yang terjadi di kawasan ini dapa tmelahirkan perbauran dan arus perpindahan penduduk antara Arakan dan Bengal yang menjadi fase penting akan kehadiran asal muasal etnis Rohingya. Hal itu bukan tanpa alasan, sebab wilayah lembah dan pegunungan yang ada sangat subur yang tentu menarik orang untuk bertani dengan baik. Interaksi, akulturasi dan bahkan asimilasi terjadi sehingga antara penduduk asli Arakan dan Bengal yang hampir tidak berjarak hanya dibatasi hutan dan sungai bercampur baur menyatu menjadi ras tersendiri. Realitas ini membuat kita tidak bisa memisahkan antara penduduk Arakan yang beragama Islam dengan Arakan yang beragama Budha. Kondisi seperti ini tidak berhenti disini, ketika pertempuran terus terjadi antara Burma, Arakan dan Pegu, Bengal seringkali menjadi pihak yang dimintai bantuan oleh salah satu dari pihak yang bertikai (S.W. Cocks : 1919).Catatan sejarawan mengatakan bahwa Muslim telah mendiami kawasan Rohang atau Arakan sejak abad ke-15 seperti itu juga terjadi dengan Indonesia, Malaysia dan wilayah sekitar (http://www.irrawaddy.org/archive) 22 irrawaddy merupakan majalah berita yang memuat berita sekitar Myanmar dan Asia Tenggara), dan bahkan ada yang mengatakan komunitas ini telah berada di sana sejak abad ke-7 A.D (http://www.rohingya.org/). Peta Myanmar Arakan(Rakhine) Sumber : google.co.id Menurut catatan sejarah, ada beberapa versi asal muasal bangsa Rohingya di sini. Pertama, ada yang mengatakan bahwa mereka bukanlah keturunan Arab tetapi generasi Muslim Chittagonian yang berimigrasi dari Bengal saat Burma dijajah oleh Inggris (Maug tha Hla 2009: 20-21). Kedua, terminologi Rohingya mulai dikenal untuk penamaan sebuah komunitas oleh sebagian kecil kaum intelektual Muslim Bengal yang mendiami bagian tenggara Arakan di awal 1950-an. Mereka adalah keturunan para imigran berasal dari Chittagong Timur Bengal (baca : Bangladesh sekarang) dengan perjanjian Yandabo saat perang Inggris –Burma 1 berakhir (1824-1826) (Aye Chan 2005: 396-420). Ketiga, dalam skrip Ananda Chandra dikatakan pada tahun 957 AD, terjadi migrasi populasi Tibeto-Burman Theraveda Buddhist ke kawasan Arakan. Dengan mengalahkan balatentara Chandra mereka menguasai Arakan dan orangorang yang berparas seperti India kembali mendiami wilayah bagian utara Arakan atau balik ke Bengal. Ini merupakan exodus orang berparas India pertama ke Bengal (www.rohangpress.com). Keempat, Rohingya adalah masyarakat mayoritas Muslim dan minoritas Hindu yang secara rasial berasal dari Indo-Semitic. Mereka bukanlah kelompok 23 etnis yang berkembang dari gabungan satu suku atau ras tertentu. Mereka adalah percampuran dari Brahmin dari India, Arab, Moghuls, Bengalis, Turks dan Asia Tengah yang mayoritas sebagai pedagang, pejuang dan juru dakwah datang melalui laut dan berdiam di Arakan. Pada zaman Chandra, mereka bercampur baur dengan masyarakat lokal dan melahirkan generasi masyarakat Rohingya (www.rohangpress.com) .Lebih dari itu, data modern mengatakan bahwa eksistensi komunitas Rohingya dimulai sejaka dekade- 19 ketika pemerintahan colonial Inggris mulai mengimigrasikan orang India dan Bengal kekawasan Arakan sebagai tenaga kerja kasar dengan upah murah (www.rohangpress.com). Terlepas dari apapun data dan informasi yang dapat penulis temukan, kesulitan pembuktian kongkrit perihal asal muasal Muslim Rohingya tetap saja menjadi persoalan tersendiri. Di satu sisi, literatur yang ditulis oleh intelektual Rakhine sudah hampir dapat dipastikan punya subjektifitas yang kental sehingga muara etnis Rohingya adalah imigran dari kawasan Bangladesh. Di sisi lain, penulis dari intelektual Rohingya sudah dapat dipastikan defensif dengan mengatakan etnis Rohingya adalah bagian integral dari etnis „asli‟ Arakan dahulu (Rakhine sekarang ini). Tetapi mungkin kita dapat angkat disini sebuah data dari seorang Francis Buchanan-Hamilton (seorang ahli bedah yang berkontribusi dalam bidang geografi, zoologi dan botani asal Skotlandia yang berkarir di India antara tahun 18031814) berhasil menulis sebuah kajian yang ilmiah tentang kajian sejarah dan asal muasal bahasa etnis di Myanmar yang dapat memperkuat posisi etnisitas kaum Rohingya yang berdasarkan perbahasaan bahwa mereka sudah mendiami kawasan Burma (Myanmar) ini berabad-abad lalu (Buchanan-Hamilton 1799: 219-240). 24 Data Myanmar Negara Perbatasan Ibukota Kemerdekaan Penduduk Etnis Agama Jumlah Rohingya : Myanmar (sebelumnya Burma) : Bangladesh, India, China, Laos dan Thailand : Rangoon (Yango) : 04 Januari 1948 : 60 juta : Mon 2,4%; Chine 2,2%; Kachine 1,4%; Lainnya 5,8% : Budha 89%; Kristen 5%; Muslim 4%; Hindu 0,5% : 1,8 juta jiwa (Rohingya tidak diakui sebagai salah satu 135 etnis resmi oleh undang-undang Kewarganeraan 1982) Sumber : http://in.reuters.com/article/2013/06/11/myanmar-rohingyaDalam konteks Arakan, peristiwa yang cukup penting untuk dicatat bahwa ia merupakan wilayah kerajaan independen sebelum diduduki oleh raja Bodawpaya tahun 1784 di mana bencana gempa bumi tahun 1761 dan 1762 dipersepsi sebagai penyebab kejatuhan kerajaan ini ( Aye Chan 2005: 396).Arakan dewasa ini sudah berubah nama menjadi Rakhine dengan luas wilayah 36,762 km2 dengan ibukota Sittwe yang berbatasan langsung dengan wilayah Chine di Utara, Magway, Bago dan Ayeyarwady di Timur, Danau Bengal di Barat dan Chittagong Bangladesh di Barat Daya (www.myanmars.net/myanmar/rakhine-state.htm) Populasi wilayah Rakhine adalah 3,183,330 jiwa dengan komposisi etnis yang heterogen yaitu Rakhine, Chine, Mro, Chakma, Khami, Dainet, Maramagri dan Rohingya. Menurut pendapat pemerintah Myanmar bahwa etnis Rakhine dengan agama Budha merupakan etnis mayoritas di wilayah ini. Tetapi berbagai sumber survey lokal paska kerusuhan etnis 2012 bahwa etnis Rohingya Muslim menempati 40.75% dari populasi Rakhine dan menempati urutan etnis terbesar kedua setelah Rakhine (www.myanmars.net/myanmar/rakhine-state.htm). Data lain mengatakan bahwa jumlah 25 komunitas Rohingya di Arakan sekitar 800 ribu jiwa kendati klaim organisasi pembela Rohingya mengatakan jumlah mereka lebih kurang 2 juta jiwa di Arakan dan 1 juta lainnya berada di diapora di berbagai Negara (www.geopoliticalmonitor.com).Walaupun demikian, penulis kesulitan menelusuri lebih jauh literature-literatur yang tersedia guna membuktikan mana klaim yang benar terkait dengan komposisi demografis Rakhine. Demikian juga halnya kesulitan lain untuk mendapatkan literature terkait perkawinan silang antaretnis yang ada di Arakan kecuali data perbauran demografis seperti yang disinggung di atas. Namun perlu diangkat di sini bahwa secara fisik tidak dapat dipungkiri bahwa etnis Rohingya dan Rakhine memang berbeda, Rohingya berparas wajah seperti orang-orang Bangladesh sementara etnis Rakhine berperawakan lebih mendekati orang Melayu.Selain itu, komunitas Rohingya beragama Islam dengan kaum wanitanya berpakaian seperti kaum Hawa di Bangladesh sementara komunitas Rakhine beragama Budha dengan kuil-kuilnya. Muslim Rohingya di ArakanatauRakhine dapat dibagi dalam beberapa kelompok etnis berikutu : (1) Bengalis Chittago mendiami wilayah Mayu Frontier. (2) Muslim keturunan masyarakat Muslim Arakan dari zaman Mrauk (1430-1784) yang mendiami kawasan MraukU dan Kyauktau. (3) Muslim keturunan pedagang yang mendiami pulau Ramree yang dikenal dengan sebutuan Kaman. (4) Muslim dari wilayah Myedu Burma Pusat, mereka adalah Muslim yang dibawah oleh kaum penjajah Arakan di tahun 1784 (Aye Chan 2005: 397). B. Akar Konflik Secara Historis Menurut laporan Human Right Wacth yang berjudul“All you can do is pray, crimes againts humanity and ethnic cleansing of Rohingya Muslims in Burma‟s Arakan State”,menerangkan bahwa konflik kontemporer ini dapat ditarik paling tidak berawal dari Perang Dunia Kedua, ketika masyarakat Rohingya tetap loyal pada penguasa kolonial Inggris (Human Rights Watch 2013: 22). Sementara masyarakat Arakan lain berpihak pada kolonial 26 Jepang. Permusuhan dan pertikaian antar kedua etnis Rohingya dan Rakhine secara historis tidak dapat dengan mudah dihentikan. Dengan bukti, pertikaian berdarah terus berlanjut hingga kini. Bahkan Zak Rose di situs www.geopoliticalmonitor.com menyebutkan interaksi Rohingya dengan orang asing dan pemerintahan setempat secara historis adalah interaksi kekerasan. Ketika Perang Dunia ke II terjadi Jepang menginvasi Myanmar menguasai negeri dan mengusir kolonialis Inggris. Saat peristiwa ini terjadi komunitas Rohingya ditarget secara brutal oleh kekuatan militer Jepang yang dibantu oleh kelompok etnis Rakhine dan Burma yang menyebabkan eksodus Rohingya dari Arakan. Ketika ada gerakan komunitas Rohingya untuk mendapatkan hak mereka di Arakan, pemerintahan militer terus lakukan pemberangusan terhadap komunitas ini dari tahun 1960-1970an. Kebijakan ini terus berlanjut yang diklaim sebagai kebijakan devide-et-impera (politik pecah belah) dengan target mengeluarkan etnis minoritas dari percatura npolitik mainstream. Devide-et-impera adalah politik pecah belah kombinasi strategi politik,militer dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah di taklukan. Hal itu dengan bukti tahun 1980an pemerintah Rangoon mengeluarkan legislasi yang menegaskan status Rohingya sebagai komunitas tidak berkewargaannegara manapun (stateless people). Versi lain mengatakan bahwa konflik tidak berkesudahan ini dapat berujung pada pembersihan etnis atau ethnic cleansing (MaungThaHla : Rohingya Hoax). Menurut sejarawan Prancis, Dr. Jacques P. Leider yang meriset sejarah Arakan sejak dua dekade silam bahwa akar masalahnya bukan karena sikap rasis kaum Budha di Rakhine tetapi itu lebih pada reaksi emosional mereka yang sangat kuat (http://www.irrawaddy covering Burma and southeast Asia.org/archives/8642). Sebuah emosi reaksional yang berangkat dari kondisi di mana desa-desa di Rakhine banyak didiami oleh Muslim dengan pertumbuhan populasi yang masif. Menurut Jacques, permusuhan ini bukan karena hal lain 27 kecuali ; satu, persoalan perebutan tanah; kedua, pertumbuhan Muslim lebih cepat dari kaum Rakhine; ketiga, xenophobia atau kebencian kaum Budha Rakhine terhadap Muslim. Dengan arus demokratisasi yang mulai menggeliat di Myanmar dewasa ini dan tekanan dunia internasional bagi pemerintahan Rangoon, diharapkan kebijakan anti-Rohingya di Rakhine dapat membaik.Kendati realitasnya belum dirasakan oleh banyak pengamat. Konflik dan pertikaian antara Muslim dan Budha Myanmar khususnya Arakan/Rakhine sudah berusia panjang. Secara manusia normal, tidak ada seorangpun yang menginginkan hidup dalam kebencian dan permusuhan tidak berkesudahan. Semua orang ingin hidup damai. Namun ketika sebuah komunitas terus membenci dan memusuhi kaum, ras atau pengikut agama lain secara turun temurun, ada faktor x yang menjadi penyebab. Oleh karena itu, penulis meyakini bahwa ada otakataupemimpin dalam konflik ini. Tidak mungkin pertikaian ini terjadi tanpa desain. Menurut liputan media, seorang biksu muda bernama Win Rathu, seorang biksu kharismatik dan terpandang di wilayah Mandalay dan dijuluki “the Fighting Monk” (biksu petarung) sebagai otak konflik berdarah dan „pembersihan-etnis‟ terhadap masyarakat Rohingya akhir-akhir ini. Asia Times menstigma agamawan Budha ini dengan sebutan „leader of a growing anti-Muslim movement‟ (pimpinan gerakan anti-Muslim yang kian tumbuh) (www.atimes.com).Pada tanggal 14 September 2003 lalu, ia berbicara di hadapan sekitar tiga ribu biksu memprovokasi mereka untuk punya pandangan yang sama bahwa Muslim adalah maling dan teroris. Wathu adalah orang pertama yang mengklaim bahwa sanksi Amerika terhadap Myanmar bukan karena pemerintahan junta militer, tetapi karena eksistensi teroris Muslim yang ia klaim(www.//m-mediagroup.com/en/archives/7258). Dalam salah satu statemen Rathu mengatakan : “Kita punya sebuah masalah di Myanmar; kita punya masalah di sini di Mandalay. Masalah itu adalah Islam. Banyak orang Muslim baru di Mandalay dari Pakistan (dan Bangladesh). Orang-orang ini adalah maling 28 dan teroris. Mereka tidak menghormati agama kita dan wanita kita. Kita adalah kaum Budha, dan kita adalah orang pecinta damai, tetapi kita harus melindungi diri kita(www.//m-mediagroup.com/en/archives/7258).” C. Kebijakan Politik Pemerintah Myanmar Peran seorang biksi Win Rathu sangatlah besar. Ia bisa menjadi lokomotif gerakan mempertahankan sikap permusuhan terhadap Muslim, walau ada perlawananminorataukecil di antara biksu-biksu. Dengan alasan, sesungguhnya ajaran Budha tidak beresensi permusuhan dan kebencian terhadap penganut agama lain. Namun logika kita mengatakan bahwa peran seorang Biksu itu tidak akan efektif jika tidak mendapat dukungan dari pemerintah. Ada klaim salah seorang Biksu kepada Asia Times online bahwa Rathu didukung oleh pemerintah. “Wira Thu bekerja untuk pemerintah,” tegasnya. Ia memberi alasan bahwa ajaran Budha tidak mengajari kekerasan demikian (http://m-mediagroup.com/). Hal ini terlihat sekali dari apa yang diucap presiden Thein Sein bahwa biksu Win Rathu adalah „son of Buddha‟ (anak Budha) dan „noble person‟ (seorang mulia) yang komit pada perdamaian (democratic voice of burma.com, http://archive.is/RSubU). Ucapan ini diungkap saat gerakan “969” yang menyeru kaum Budha memboikot para pebisnis Muslim dijuluki oleh majalah internasional Time sebagai “Wajah Teror Budha” (the face of Buddhist terror) di cover majalah edisi 1 Juli 2013 sepertipadagambar di bawahini (www.time.com). 29 c Apa yang diungkap salah seorang Biksu yang tidak mau disebutkan namanya kepada Asia Times di atas punya alasan historis. Pemerintah Myanmar adalah pihak yang bertanggungjawab mengusir paksa sekitar 100 ribu Muslim Rohingya ke Bangladesh di tahun 1978 dengan sandi Naga Min (Raja NagaatauDragon King). Demikian juga pada 1991-1992, program serupa dilakukan oleh pemerintah Myanmar yang mengusir paksa sekitar 250 ribu masyarakat ini ke luar wilayah nenek moyang mereka sendiri di Arakan (http://www.atimes.com). Mereka yang berhasil dikembalikan lagi ke Arakan di bawah supervisi UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) sekitar 232 ribu pengungsi dan sekitar 21.600 orang pengungsi ditempatkan di dua kamp pengungsi di Arakan (PatterikWiggers 2002:8). Kebijakan pemerintah anti-Islam di atas terus dipertahankan dan berlanjut hingga kini melingkupi seluruh kebijakan pemerintah (Steinberg 2010: 156).Pasukan militer, polisi dan polisi perbatasan NaSaka Myanmar menerapkan kebijakan mentarget Muslim Rohingya dengan bukti tidak bergerak untuk menghentikan pertikaian yang terjadi antar Muslim Rohingya dan Budha Rakhine.Hal itu terlihat dari statemen presiden Myanmar Jenderal Thein Sien kepada Komisioner Tertinggi Urusan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) paska kerusuhan dan pertikaian Juni 2012 lalu bahwa satu-satunya solusi penyelesaian konflik di Arakan adalah mengusir seluruh etnis Rohingya ke luar Rakhine/Arakan. Saat bertemu dengan ketua UNHCR Antonio Guterres bahwa pemerintahan presiden Thein Sien siap menyerahkan persoalan penempatan kembali masyarakat Rohingya kepada Antonio untuk ditempatkan ke negara ketiga (http://www.democratic voice of burma.com) Kebijakan presiden Thein Sien juga didukung oleh partai politik RNDP (Rakhine National Development Party) yang diketuai oleh Dr. Aye Maung. Dalam wawancaranya dengan media DVB (Democratic Voice of Burma) mengatakan : “Seperti para pengungsi di 30 negara-negara lain, beri makan mereka dengan dukungan UNHCR dan jika ada negara ketiga yang bersimpati kepada mereka dan siap memberi mereka kewarganegaraan di sana”, (democraticvoice of burma,http://archive.is/RSubU). Data dan fakta di atas cukup menjelaskan betapa pertikaian yang berkepanjangan di bumi Arakan (Rakhine) berurat berakar sangat dalam dalam kebijakan politik pemerintah Rangoon, kebijakan para politisi dan didukung oleh agamawan sekelas Win Rathu. Sebuah realitas yang membuat komunitas Rohingya hanya sebagai target dan sasaran empuk bagi tiga kekuatan besar di negara Myanmar, tanpa ada lembaga internasional, negara adidaya dan negara jiran serumpun ASEAN yang berdiri tegap membela kemanusian mereka. 31 BAB III Kebijakan Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dalam Penyelesaian Konflik Etnis Rohingya di Myanmar A.Kebijakan Dalam Negeri Mendiskursuskan kebijakan dalam negeri, penulis hanya mengungkap beberapa fakta yang menggambarkan „kebingungan‟ pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dalam menangani kasus Rohingya. Di satu sisi, pemerintah menyatakan akan membantu penyelesaian persoalan konflik di Rakhinepada sisi lain pemerintah tidak memperlihatkan usaha keras dalam hal ini baik pada level nasional, regional ataupun internasional. Demikian juga dengan kebijakan yang terkait langsung dengan para pengungsi Rohingya yang sudah berada di bumi pertiwi Indonesia. Banyak para pengungsi Rohingya yang tiba di Indonesia harus terlebih dahulu ditahan di imigrasi sebagaimana para pendatang haram lainnya. Para pengungsi yang sudah bebas pun tidak tahu nasib masa depan mereka. Apakah dapat diterima hidup di Indonesia atau mereka harus mendapatkan negara ketiga. Kondisi menunggu ini bisa berjalan hingga tahunan, seperti yang dialami oleh Karimullah. Yang mereka pikirkan adalah nasib sekolah anak-anak mereka yang sudah tumbuh tanpa pendidikan formal. Hal itu karena status mereka yang belum jelas. Realitas respon pemerintah dan kondisi riil yang dialami oleh bangsa Rohingya tersebut dapat dipersepsi sebagai sikap politis tipekal presiden SBY yang kurang tegas dalam mengambil keputusan secara umum. Di sini lain, SBY hanya diam terhadap sepak terjang dan maneuver lembaga-lembaga kemanusiaan (PMI, ACT, Dhompet Dhuafa dan lain-lain), lembaga keagamaan (NU, Muhammadiyah dan lain-lain), partai politik dan institusi-institusi 32 lain bergerak dan aktif menggalang dana kemanusiaan demi membantu bangsa Rohingya baik yang disalurkan ke Rakhine ataupun bagi para pengungsi. Kondisi ini dapat dimaknai secara de facto sebagai kebijakan yang mendukung. Sebab suatu pemerintah boleh saja melarang masyarakat atau lembaga apapun yang berada di wilayahnya untuk memberikan bantuan, dukungan dan empati kepada suku dan bangsa tertentu. Artinya pemerintah SBY bisa saja mengambil tindakan demikian, tetapi itu tidak SBY lakukan. Ada adagium yang mengatakan silence is consent (diam berarti sepakat). Dengan demikian, sikap SBY dapat dipersepsi sebagai sikap politiknya yang mendukung seluruh aktifitas lembaga-lembaga kemanusiaan dan organisasi masyarakat dalam memberikan bantuan baik material ataupun moral kepada bangsa Rohingya baik yang berada di Rakhine ataupun para pengungsi yang berada di Indonesia. a.1.1 Dukungan Organisasi massa, NGO dan Media massa Dalam kebijakan SBY terhadap penyelesaian etnis muslim rohingya, SBY sangat mendukung akan organisasi-organisasi. Pada pidato SBY (Susilo Bambang Yudyhoyono) pada tanggal 4 Agustus 2012 mengenai permasalahan Etnis Rohingya, Myanmar menyampaikan “ Saya ingin mengajak dan menyerukan kepada saudarasaudara kita, rakyat Indonesia, utamanya komunitas dan komponen-komponen tertentu yang merasa memiliki solidaritas yang tinggi untuk memberikan bantuan kemanusiaan atas saudara-saudara kita, etnis rohingya yang ada di Myanmar. Saya berterima kasih dan memberikan penghargaan yang tinggi atas kepedulian dan solidaritas itu.” Dengan himbauan Presiden tersebut ternyata direspon oleh masyarakat secara baik oleh beberapa lembaga kemanusiaan dan organisasi masyarakat. Di sini, ada dua hal yang harus dibedakan antara kebijakan pemerintah Indonesia di dalam negeri dan luar negeri dengan solidaritas masyarakat Indonesia baik itu 33 direpresentasikan oleh lembaga keagamaan seperti Nahdhatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persis (Persatuan Islam), organisasi massa seperti IKADI (Ikatan Dai Indonesia), lembaga kemanusiaan seperti PMI (Palang Merah Indonesia), ACT (Aksi Cepat Tanggap), Dhompet Dhuafa (DD), dan lembaga-lembaga lain termasuk partai politik yang menunjukkan solidaritas tinggi mengutuk tindakan kekerasan dan pengusiran warga Rohingya oleh pemerintah dan tokoh agama Myanmar. Bahkan mereka mendesak pemerintah SBY untuk bergerak cepat dan melakukan berbagai langkah diplomatis menghentikan berbagai penindasan terhadap komunitas minoritas di negeri mayoritas Budha tersebut. Sekali lagi, kebijakan SBY dapat dipahami oleh banyak pengamat sebagai kebijakan yang ambigu. Di banyak kesempatan menyatakan dukungan tetapi di banyak kesempatan lain hanya diam. Ini menunjukan sikap SBY yang tidak tegas, sebagaimana kebanyakan kebijakan SBY pada level nasional seperti kebijakan kenaikan harga, inflasi, ketegangan dengan Malaysia terkait Ligitan-Simpadan beberapa tahun lalu, dan yang paling mutakhir adalah penyadapan terhadap percakapan pribadi, isteri dan beberapa elit bangsa ini oleh Australia yang hanya disikapi „dingin‟ walau diambil keputusan memulangkan duta besar Indonesia untuk Canbera (www.reuters.com/.../us-indonesia-australia). Oleh karenanya, peneliti mempersepsi kebijakan SBY sebagai kebijakan yang tidak tegas dan membingungkan. Mengapa kebijakan demikian itu terjadi, tentu ini berangkat dari kepribadian SBY yang selalu hati-hati dalam memutuskan segala sesuatu termasuk kebijakan yang terkait dengan kerukunan dan keharmonisan relasi intra anggota ASEAN. 34 a. 1. Sikap Ormas NU (Nahdatul Ulama) Pidato SBY pada tanggal 24 Agustus 2012 yang mengatakan bahwa “rakyat Indonesia, utamanya komunitas dan komponen-komponen tertentu yang merasa memiliki solidaritas yang tinggi untuk memberikan bantuan kemanusiaan atas saudara-saudara kita, etnis rohingya yang ada di Myanmar”. Pidato tersebut telah mendorong organisasi NU untuk mempertimbangkan pengiriman misi kemanusiaan ke Myanmar. Sebuah misi yang diharapkan dapat meringankan penderitaan Muslim Rohingya yang dianiaya oleh pemerintah Myanmar. Hal itu yang ditegaskan oleh Katib Aam PBNU KH.A.Malik Madany bahwa persoalan Rohingya tidak bisa dibiarkan begitu saja. NU merupakan ormas Islam terbesar di Indonesia. Organisasi NU mendesak pemerintah Indonesia untuk memaksimalkan upayaupaya diplomatis dalam penyelesaian derita berkepanjangan komunitas Muslim Rohingya. Dan bahkan PBNU mendesak presiden SBY turun langsung membawa masalah ini ke forum ASEAN, menolong dan membantu etnis Rohingya yang kian memperhatinkan dari malapetaka pembersihan etnis (www.republika.co.id dan www.nu.or.id). Ketua PBNU H.Slamet Effendy Yusuf Msi mengatakan kepada para wartawan di Jakarta (29 Juli 2012) : “Pembiaran pembantaian terhadap etnis Rohingya seperti selama ini kita saksikan harus dihentikan. Apalagi, apa yang terjadi sekarang ini merupakan puncak perlakuan diskriminatif yang sudah lama berlangsung terhadap etnis Rohingya yang beragama Islam.” (www.nu.or.id). 2. Muhammadiyah Muhammadiyah menjadi salah satu ormas Islam Indonesia yang menyokong secara kongkrit para pengungsi Rohingya. Hal itu yang dilakukan oleh Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) sejak awal Januari 2013 yaitu pendampingan pengungsi Rohingya yang ada di Sumatera Utara 35 yang berjumlah sekitar 294 orang (www.humammadiyah.or.id). Kegiatan yang dilakukan oleh MDMC termotivasi dari pidato SBY pada tanggal 4 Agustus 2012. Isi pidato tersebut menyatakan bahwa “… rakyat Indonesia, utamanya komunitas dan komponen-komponen tertentu yang merasa memiliki solidaritas yang tinggi untuk memberikan bantuan kemanusiaan atas saudara-saudara kita, etnis rohingya yang ada di Myanmar”. Pimpinan Muhammadiyah daerah kota Surabaya dan Lazismu (Lembaga Zakat Nasional) mengatakan acara “Aksi Keprihatinan dan Kepedulian” (0/8/2012) terhadap kaum Muslim Rohingya di Myanmar. Dalam kegiatan tersebut hadir pula tokoh-tokoh lintas agama antara lain Drs. H. Zayyin Chudlori, M.Ag (Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya), Andi Hariyadi, M.Pd.I (FKUB Kota Surabaya), Romo Abaya (Majelis Budhayana Indonesia Surabaya), I Wayan Suraba,SH (PHDI Surabaya), Pdt. Eliya (Pembina PGI Surabaya), Feri Yudi A.S (Ketua MDMC Surabaya), Arifin (Ketua PD. Pemuda Muhammadiyah Surabaya), Najih (DPC-IMM Kota Surabaya), Aditio Yudono (LAZISMU Surabaya), Arif An (Bamusi Surabaya) dan juga Sasmito dari Front Pembela Islam (FPI) Jatim. Para tokoh agama di atas membacakan pernyataan sikap berikut : 1- Mengutuk dengan keras tragedi kemanusiaan pembantaian muslim Rohingya. 2- Kami menyatakan protes terhadap PBB !! Karena tidak serius dalam menangani masalah ini. Oleh karena itu, kami mendesak masyarakat internasional untuk melakukan upaya lebih lanjut dalam menghentikan pembantaian umat Islam tersebut. 3- Mengharap kepada pemerintah Indonesia, agar turut serta secara aktif menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga warga Rohingya bisa merasakan kedamaian dan bisa hidup berdampingan dengan warga Myanmar lainnya. 36 4- Kepada seluruh elemen masyarakat kota Surabaya untuk tetap menjaga kerukunan dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga kota Surabaya tetap kondusif, dan zero konflik. 5- Meyerukan kepada seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama membantu secara moril maupun materil serta mendoakan saudara-saudara kita di Rohingya, Myanmar. Demikian pernyataan sikap ini kami sampaikan. Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kekuatan kepada kita semua. Aamien.. (www.muhammadiyah.or.id) 3. IKADI (Ikatan Dai Indonesia) Sikap ormas IKADI (Ikatan Dai Indonesia) jelas mengutuk tragedi kemanusiaan di Rakhine terhadap komunitas Rohingya. Ormas ini menyebut peristiwa kekerasan terhadap komunitas Muslim tersebut sebagai tragedi kemanusiaan dan bukan sekedar penistaan dan sentimen terhadap pemeluk agama tapi kezhaliman terhadap umat manusia (http:www//ikadi.or.id). 4. PERSIS (Persatuan Islam) Keberadaan ratusan jumlah pengungsi komunitas Muslim Rohingya di Medan telah menarik simpati ketua pimpinan wilayah Persis Sumatera Utara Muhammad Nuh. Rasa simpati dan pidato SBY tanggal 4 Agustus 2012 mendorong pimpinan pusat Persi dan Pusat Zakat Umat (PZU) Bandung menyalurkan bantuan kepada para pengungsi Rohingya (www.hariansumutpos.com). Pengurus Daerah Persis kota Bandung membuka tiga posko donasi guna membantu etnis Muslim Rohingya di Myanmar. Donasi dari para donatur akan disumbangkan dalam bentuk pakaian, makanan dan lain-lain (http://news.detik.com ). 37 sesuai dengan kebutuhan mereka Persis juga mengutuk keras pembantaian Muslim Rohingya yang terjadi di Myanmar. Massa Persis juga berdatangan ke DPRD Kota Bandung (2 Agustus 2012) mengutuk kekerasan kelompok Budha di Myanmar terhadap Muslim Rohingya. Mereka juga memprotes PBB yang hanya bungkam atas tragedi kemanusiaan ini dan menuntut pemerintah Indonesia agar turut serta menyelesaikan krisis dan konflik berdarah di negeri ASEAN tersebut (http://jabar.tribunnews.com). ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) mempertanyakan sikap Aung San Suu Kyi yang hanya diam seribu bahasa atas pembantaian Muslim Rohingya di Rakhine. Padahal ia merupakan peraih Nobel perdamaian (http://indonesian.irib.ir). Kecaman itu diungkap oleh ketua presidium ICMI Prof.Nanat Fatah Natsir saat junta militer Myanmar memberi opsi pengusiran warga Rohingya dari Myanmar sebagai solusi konflik yang terjadi di Rakhine. Ia mengatakan : “Pengusiran dan pembantaian itu melanggar hak hidup suku Rohingya dan hak-hak asasi manausi untuk beragama”(http://indonesian.irib.ir). 5. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) HTI merupakan gerakan massa Islam yang bergerak di bidang keagamaan, sosial, pendidikan dan politik ini turut meramaikan solidaritas umat Islam Indonesia terhadap derita berkepanjangan komunitas Muslim Rohingya. Seruan Presiden SBY kepada rakyat Indonesia melalui pidatonya 4 Agustus 2012 telah mendorong aksi longmarch HTI pada Minggu (5 Agustus 2013) lalu dengan mengerahkan tidak kurang dari 5000 orang di kawasan Tebet. Dalam konferensi pers, juru bicara HTI Muhammad Ismail Yusanto mengatakan bahwa “Sebagai negara Muslim yang besar, kepemimpinan di Indonesia seharusnya bisa mempengaruhi kebijakan bilateral negara lain dengan kekuatan diplomatiknya” (www.republika.co.id). Aksi massa ini juga dikerahkan ke arah Istana Negara guna menuntut pemerintah agar tidak diam diri atas kesengsaraan dan derita tak berkesudahan muslim Rohingya. HTI juga 38 memobilisir aktifis mereka di berbagai kota di Indonesia seperti Aceh dan Makasar. Dan bahkan gerakan massa Islam ini siap mengirimkan kontingen kemanusiaan langsung ke Myanmar. 6. MUI (Majelis Ulama Indonesia) MUI selaku lembaga resmi keulamaan di Indonesia mendesak pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dapat menolong kaum Muslim Rohingya. Melalui ketua MUI bidang kerukunan antarumat beragama komisi luar negeri, Slamet Efendi ; mengatakan bahwa “umat Muslim Rohingya diperlakukan diskriminatif secara sistematis, terstruktur dan massif yang berkepanjangan” (www.republika.co.id). Ia bahkan mendesak SBY untuk segera bertindak melindungi nasib Muslim Rohingya dengan mengatakan : “Ini merupakan tragedi kemanusiaan, dan SBY atas nama ASEAN harus bergerak.” (Republika.co.id). Pada kesempatan yang berbeda, ketua MUI Ma‟ruf Amin dalam konferensi persnya di Gedung Pusat MUI Jakarta Rabu, 28 September 2013 meminta pemerintahan SBY mendesak Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melakukan tindakan kongkrit menghentikan kekerasan dan pelanggara HAM (Hak Asasi Manusia) terhadap Muslim Rohingya di Myanmar yang merupakan minoritas paling tertindas di dunia(www.republika.co.id). 7. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) : ketika banyak pihak dari tokoh-tokoh masyarakat bersuara lantang mengecam kekerasan dan penderitaan komunitas Muslim terjadi, wakil ketua DPR-RI, Pramono Anung juga angkat bicara (23/Juli 2012). Ia meminta pemerintah SBY untuk memberikan nota diplomatik atau teguran yang keras terhadap aksi pembunuhan terhadap Muslim Rohingya oleh etnis Rakhine yang beragama Budha dan didukung oleh aparat keamanan setempat (www.republika.co.id). 8. Sikap Partai Politik (parpol) :Untuk partai politik, tidak banyak parpol yang sibuk dengan persoalan derita Muslim Rohingya. Dari penulusuran penulis hanya Partai Keadilan Sejahtera yang memberikan ruang peduli. Hal itu dengan aksi para aktifisnya pada Ahad (12 39 Agustus 2012) lalu dengan tema “Aksi peduli Stop Kejahatan Kemanusiaan di Rohingya dan Suriah”. Saat orasi berlangsung, para pembicara silih berganti mengutuk kebiadaban sektarian di Rakhine terhadap komunitas Muslim Rohingya.(www.islamedia.web.id) . b. Sikap Lembaga Kemanusiaan : Sikap SBY yang mendukung seluruh aktifitas lembaga kemanusiaan dalam memberikan bantuan bantuan baik material ataupun moral dapat terlihat dalam pidato SBY Banyak lembaga kemanusiaan yang berpartisipasi aktif menggalang dana dan bantuan lain untuk solidaritas umat dan masyarakat bagi komunitas Muslim Rohingya. pada tanggal 4 Agustus 2012 mengenai permasalahan Etnis Rohingya, Myanmar menyampaikan “ Saya ingin mengajak dan menyerukan kepada saudara-saudara kita, rakyat Indonesia, utamanya komunitas dan komponen-komponen tertentu yang merasa memiliki solidaritas yang tinggi untuk memberikan bantuan kemanusiaan atas saudara-saudara kita, etnis rohingya yang ada di Myanmar. Saya berterima kasih dan memberikan penghargaan yang tinggi atas kepedulian dan solidaritas itu.” Di antara lembaga tersebut adalah ACT (Aksi Cepat Tanggap) dan Dhompet Dhuafa (DD). Dhompet Dhuafa : sebagai lembaga kebajikan aktif menggalang bantuan dan dana untuk meringankan beban derita komunitas Rohingya. Hal itu dapat diikuti dari aktifitas mereka seperti yang diberitakan pada situs resminya berikut : http://www.dompetdhuafa.org/bantuminoritas-muslim-rohingya/ dan memberikan dana guna membantu kaum paling teraniaya di Asia Tenggara ini. Dalam aspek kemanusiaan, Indonesia menyerukan agar perlindungan minoritas sungguh diberikan, dan pembangunan kampung yang rusak bisa dilakukan. Presiden Yudhoyono menghargai dan mengapresiasi solidaritas yang 40 tumbuh di dalam negeri atas kesulitan yang dialami saudara-saudara dari etnis Rohingya, namun Presiden menekankan bantuan yang diberikan hendaknya tepat guna karena bisa juga dipahami bila pemerintah Myanmar selektif dalam menerima bantuan (http://www.antaranews.com). Sikap SBY yang sangat menghargai lembaga-lembaga kemanusiaan yang tumbuh di Republik Indonesia membuat ACT (Aksi Cepat Tanggap), sebuah organisasi kebajikan yang menggalang dana untuk banyak bencana dan peristiwa yang berkantor pusat di Ciputat Tangerang Selatan, menjadi salah satu lembaga yang memberikan kontribusi signifikan bagi masyarakat Rohingya. ACT telah mengirimkan 3 orang relawan yang terdiri dari dokter dan tim media memasuki kawasan konflik melalui jalur darat dari Bangladesh (www.arrahmah.com). “Sudah sepatutnya, sebagai negara besar, Indonesia maju memimpin gerakan penyelamatan kemanusiaan dan penegakan hak asasi manusia di wilayah ASEAN maupun dunia pada umumnya,” desak presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ahyudin (www.arrahman.com). C. Media massa : hampir seluruh media massa di Indonesia mengangkat berita tragedi kemanusiaan yang terjadi di Rakhine terhadap komunitas Rohingya. Salah satu media yang berada di depan dalam pemberitaan tragedi kemanusiaan ini yaitu harian Republika, majalah Sabili, majalah Hidayatullah, Kompas, Tempo, dan lain-lain. Banyak kutukan, kecaman dan emosi marah yang terbaca dari liputan media massa di Indonesia ketika memuat berita-berita kekerasan komunal dan etnis di wilayah Rakhine. Bahkan salah satu tajuk rencana harian Padang Ekspres (www.padangekspres.co.id) menginisiasi ide naturalisasi pengungsi Rohingya yang awalnya muncul di dunia maya. 41 Tulis harian ini : „Penderitaan warga etnis Rohingya harus diakhiri. Di situs jejaring sosial sempat muncul ide untuk menatu-ralisasi para pengungsi menjadi warga negara Indonesia (WNI). Dasarnya adalah kemanusiaan. Ide tersebut tentu akan menuai kontroversi. Apalagi, jumlah penduduk Indonesia sudah sangat banyak.‟(www.padangekspresi.co.id) a.1.2. Alasan Mengungsi ke Indonesia Sesungguhnya kehadiran para pengungsi Rohingya di Indonesia belum tergolong lama bila dibandingkan dengan keberadaan mereka di Bangladesh, Malaysia, Thailand dan beberapa negara jiran lainnya. Menurut Karimullah bahwa jumlah mereka di Indonesia lebih kurang 500 (http: www.//nasional.inilah.com) orang pengungsi yang tersebar di beberapa wilayah pesisir Indonesia. Dalam pembicaraan telepon dengan karimullah pada tanggal 29 Desember 2013 yang kini bermukim di Medanmenyatakan bahwa mereka memasuki Indonesia dengan harapan dapat memasuki kawasan Australia. Artinya mereka sadar bahwa Indonesia sulit untuk dijadikan sebagai negeri masa depan mereka. Apalagi sebagian besar dari mereka sudah mendapatkan status resmi dari UNHCR sebagai pengungsi. Memang masih ada para pengungsi yang datang ke Indonesia secara illegal mendekam di tahanan sembari menunggu status resmi mereka dari UNHCR.1 Ketika ditanyakan apakah mereka ingin tinggal di Indonesia, sebenarnya mereka ingin tetapi sadar bahwa itu tidak mungkin karena pemerintah Indonesia punya kebijakan tidak bisa menerima kehadiran mereka. 1 Kantor United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) didirikan pada 14 Desember 1950 oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Organisasi ini memiliki mandat untuk memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan internasional dalam melindungi pengungsi dan menyelesaikan permasalahan pengungsi di duniadalam http://www.unhcr.or.id/id/tentang-unhcr/sejarah-unhcr diakses pada tanggal 28 Desember 2013 42 a.1.3. Kebijakan Terhadap Imigran Rohingya banyaknya Jumlah pengungsi etnis rohingya di Myanmar yang tersebar di Indonesia Menurut kabag Humas Ditjen Imigrasi Maryoto bahwa pengungsi rohingya menyebar di sejumlah daerah tanah air. Mereka terbagi dua bagian, pengungsi yang yang masih di tampung di RUDENIM (rumah detensi Imigrasi dan yang diluar Rudenim (www.vivanews.com).Kasus berdiamnya 11 orang pengungsi Rohingya di kantor YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia) Jakarta pada Rabu 24 Juli 2013 selama berminggu-minggu menegaskan „tidak adanya kejelasan kebijakan pemerintahan SBY terhadap para pengungsi. Menurut keterangan YLBHI bahwa ke-12 orang tersebut sudah berbulan-bulan hidup terlunta-lunta di Medan, Bogor dan Jakarta dengan mengandalkan hidup dari belas kasih orang. Dalam keterangan pers YLBHI yang disampaikan oleh wakil ketuanya Gatot Rianto kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan bahwa mereka ditampung YLBHI atas dasar kemanusiaan(http://www.bbc.co.uk/). Kondisi terlunta-luntanya para pengungsi demikian yang mendesak nurani YLBHI untuk menampung mereka sekaligus „menggelitik‟ pemerintah agar dapat lebih „manusiawi‟ dari pada lembaga bantuan hukum ini. Artinya larinya para pengungsi ke Indonesia bukan karena mengejar kehidupan yang lebih baik dari kondisi mereka di Rakhine tetapi lebih karena lari dari kematian yang tidak manusiawi dengan segala tingkat kehadiran mereka yang tertolak sama sekali oleh penduduk Rakhine, polisi, tentara, agamawan Budha dan pemerintah di sana dengan perlakuan yang super diskriminatif dan anarkis. Kalau mendengar apa yang diucapkan oleh presiden SBY yang diklaim olehnya lebih akomodatif dari pada negara-negara jiran di ASEAN sebab kita masih menerima kedatangan mereka masuk ke wilayah nusantara. Ia mengatakan : “.........ketika banyak negara menolak kedatangan para pengungsi dan pencari suaka etnis Rohingya di negara Asia Tenggara, 43 Indonesia menerima kedatangan mereka. Sekarang tercatat ada 270 pencari suaka, 124 pengungsi Rohingya,(http://www.presidenri.go.id/)". Di sini, statemen SBY sulit dipahami. Apakah penerimaan Indonesia itu berarti mereka bisa masuk dan mendapatkan bantuan minimalis dari aspek kemanusiaan atau diterima tetapi harus mendekam di dalam penjara? Sejauh yang diketahui oleh penulis, mereka yang masuk secara illegal akan terlebih dahulu mendekam di panahanan imigrasi. Artinya mereka mendapatkan perlakuan sama dengan para pendatang „haram‟ asing dan statemen SBY tidak membuat mereka menjadi pendatang „istimewa‟ yang dimaknai dari kata menerima di atas. Kenyataan ini tidak dapat diartinya kebijakan pemerintah SBY belum „friendly‟ terhadap para pengungsi Rohingya yang seharusnya dapat diperlakukan dengan baik dan menjamin kehidupan mereka di sini. Bukan dengan cara menahan sebagaimana para pendatang gelap lainnya. Fakta ini juga yang diamini oleh media asing termasuk Foxnews yang menyebut „authorities have not extended the same warm welcome‟ (pemerintah tidak mengulurkan sambutan hangat serupa) (www.foxnews.com). Artinya pemerintah tidak memperlihatkan empatinya terhadap para pengungsi Rohingya, kendati Indonesia bukan salah satu negara yang menandatangani Konvensi Pengungsi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) (http://www.smh.com.au/world/rohingya-refugees-a-growing-problem-for-indonesia20130408-2hh6w.html).Semestinya, kondisi Rohingya harus dipandang berbeda dengan para pengungsi Afghanistan, Iran, Irak dan lainnya. Kalau hal itu bukan karena dasar agama minimal atas nama kemanusiaan. 44 Komposisi Etnis, Bahasa dan Agama Myanmar Kelompok : Burman 69%, Shan 8,5; Karen 6,2%; Rakhine Etnis 4,5%; : Mon 2,4%; Chine 2,2%; Kachine 1,4%; Lainnya 5,8% Bahasa : Burmese Agama : Budha 89%; Kristen 5%; Muslim 4%; Hindu 0,5% Sumber :http://www.populstat.info/Asia/myanmarg.htm B.2. Kebijakan Luar Negeri Sebelum kunjungan ke Myanmar, presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyempatkan diri menjawab pertanyaan wartawan di Bandara Soekarno-Hatta dengan mengatakan : “Indonesia mengharap agar pemerintah Myanmar dapat menangani kasus Rohingya secara bijaksana dan adil (www.irrawaddy.org).” Presiden juga menegaskan dalam wawancara yang sama bahwa negara Indonesia tetap ingin membantu (Myanmar) dapat mencapai hasil yang positif. Menurut pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti bahwa Indonesia bisa memainkan peranan penting dalam menyelamatkan Muslim Rohingya di Myanmar. Ia mengatakan : “Indonesia jangan hanya merasa sedih atas apa yang terjadi di Myanmar. Namun, apa yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan itu, misalnya dengan cara-cara diplomasi” yang efektif menyudahi kepedihan dan derita komunitas Rohingya (www.nu.or.id). 45 b.2.1 Kebijakan Bilateral kebijakan bilateral yang diambil oleh pemerintah SBY dewasa ini tidak terlepas dari sejarah keakraban dan persahabatan sejati yang terjadi selama ini sejak masa perjuangan kemerdekaan. Kondisi ini yang membuat pemerintah Indonesia sangat hati-hati di dalam mengambil kebijakan yang dapat menjadi kontraproduktif. Jalan tengah yang diambil oleh SBY nampaknya adalah pendekatan ekonomi dan demokratisasi berkelanjutan. Hubungan antara Indonesia dan Myanmar sudah terjadi sejak lama ketika Indonesia masih dalam tahap awal kemerdekaan. Pada tahun 1947 misalnya, Myanmar yang berada di bawah pimpinan Aung San-ayah Aung San Suu Kyi mendesak pemerintah India mengadakan sebuah konferensi khusus membahas tentang Indonesia. Bahkan pada tahun yang sama, Myanmar mengizinkan pembukaan kantor Indonesia di Yangoon sebagai cikal bakal Kedutaan Besar Republik Indonesia di sana. Ini merupakan dukungan riil Myanmar kepada Indonesia yang sangat membutuhkan pengakuan dunia internasional pascakemerdekaan. Dan hubungan resmi kedua negara secara resmi di bukan pada tahun 1951 (www.kemlu.go.id). Kerjasama dan saling membantu sangat historik antara kedua negara jiran ini terus terjalin seperti dukungan Myanmar terhadap pembebasan Irian Barat dan negara itu menjadi salah satu pendiri Konferensi Asia Afrika yang digelar di Bandung tahun 1955 (www.kemlu.go.id). Demikian juga dengan bantuan Myanmar terhadap pesawat pertama Indonesia (RI-001) „Seulawah‟ yang menjadi sumbangan heroik masyarakat Aceh terhadap Republik ini yang tidak dapat mendarat di Indonesia saat diterbangkan pertama kali dari Kalkuta India akibat kelumpuhan seluruh bandara di Indonesia akibat gempuran pasukan Belanda. Myanmar mengizinkan pesawat itu mendarat di Mingladon Airport Rangoon. Kemudian pesawat tersebut disewa Union of Burma Airways (www.//news.detik.com). 46 Hubungan yang demikian fundamental dan historis antar kedua negara membuat jalinan kerjasama keduanya berjalan dengan sangat erat dan saling menguntungkan kedua belah pihak. Akan tetapi relasi ini sedikit terganggu saat militer Myanmar mengkudeta pemerintahan demokratis Aung San yang dilakukan oleh Jenderal Ne Win dan merubah ideologi negara menjadi sosialis. Namun demikian, kunjungan kedua pimpinan negara tetap terjadi seperti kunjungan presiden Soeharto pada 26 November 1972, 26-29 Agustus 1974 dan 21-23 Februari 1997. Kunjungan presiden Era Reformasi pun dilakukan oleh presiden Abdurrahman Wahid pada tanggal 7 November 1999, presiden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 24 Agustus 2001. Dan di bawah pemerintahan sekarang SBY pun telah melakukan kunjungan beberapa kali ke Rangon yaitu pada bulan Maret 2006 dalam lawatan Asia-nya. Dan SBY menjadi kepala ASEAN pertama yang menjungi Myanmar sejak ASEAN secara terbuka menuntut negara itu mempercepat proses demokratisasinya (www.//news.detik.com) . Demikian juga kunjungan dari Myanmar ke Indonesia dilakukan oleh Jenderal Ne Win pada tanggal 11-14 Juni 1973, 8-13 Juni 1974. Jenderal Ne Win pun pernah berkunjung dalam rangka kunjungan pribadi ke Jakarta atas undangan presiden Soeharto. Sementara presiden Myanmar berikutnya, Jenderal Than Shwe mengunjungi Indonesia pada tanggal 5-8 Juni 1995, November 1996 dan April 2005 (www.news.detik.com). Adapun kerjasama di bidang ekonomi juga pesat dilakukan sehingga nilai investasi Indonesia di Myanmar cukup signifikan yaitu mencapai US $ 241,5 juta (urutan ke-6). Sementara nilai perdagangan keduanya di tahun 2001-2002 mencapai US $ 136,58 juta dan US $ 465 juta tahun 2012 (www.republika.co.id). Nilai perdagangan kedua negara mencapai US$ 316 juta pada akhir 2011 lalu dan akan menjadi US$ 500 juta pada tahun 2015. Itu komitmen yang disampaikan presiden SBY saat kunjungan presiden Myanmar U Thein Sein ke Jakarta 5 Mei 2011 47 (www.nrmnews.com) dan www.antarnews.com). Bahkan ditarget mencapai US $ 1 milyar pada 2016 mendatang (www.republika.co.id). Dalam konteks pendekatan ekonomi dan demokratisasi, SBY menginginkan agar pertumbuhan ekonomi Myanmar dapat terus bergerak maju dan membesar. Dengan jumlah penduduk sekitar 52,8 juta jiwa dan 32 persen di antara mereka hidup di bawah garis kemiskinan dan partisipasi pendididik baru baru 10 persen pada rentang waktu 2008-2011 (www.unicef.org), maka pendekatan ekonomi dapat mendorong kemajuan, kesejahteraan dan keinginan untuk mengikuti pendidikan. Artinya tingkat kemajuan ekonomi dan pendidikan erat saling terkait, ketika ekonomi maju maka keinginan untuk menekuni pendidikan tinggi juga tumbuh. Sebab ketika seseorang miskin maka dalam teori economics of violence menegaskan ketika taraf kehidupan ekonomis seseorang membaik maka peluang konflik akan menyempit. Sebaliknya ketika skala kemiskinan melebar, maka ruang konflik dan pergesekan social akan kian melebar. Artinya kemiskinan menjadi salah satu sumber utama kekerasan (http://www.economist.com) Oleh karenanya, SBY melakukan pendekatan pada sisi ini yang tidak mengganggu keharmonisan relasi antar sesama anggota ASEAN. Artinya hubungan bilateral kedua negara memang sangat historik dan fundamental, hubungan yang terjalin sejak perjuangan kemerdekaan Republik ini. Myanmar sangat berjasa pada sejarah Indonesia. Oleh karenanya posisi ini menjadikan Myanmar sangat berarti bagi Indonesia. Rangon memberikan bantuan saat kondisi dahulunya tergolong paling makmur di Asia Tenggara dan menurut SBY dalam sambutan makan malamnya di istana kepresidenenan mengatakan bahwa Myanmar adalah sahabat seperjuangan dan sepenanggungan untuk citacita kemerdekaan sejati (www.presidenri.go.id) . 48 A) Aksi nyata SBY : a. Presiden SBY sangat mengapresiasi solidaritas dan bantuan masyarakat Indonesia untuk Muslim Rohingya, tetapi ia mengingatkan agar bantuan tadi bisa disalurkan tepat sasaran dan tidak mengganggu atau dengan bahasa SBY „menciderai‟ (www.republika.co.id) hubungan baik Jakarta-Rangon. Oleh karenanya, perlu bagi masyarakat untuk berkonsultasi dengan Departemen Luar Negeri (www.presidenri.go.id). b. Dalam keterangan pers presiden SBY di kediaman pribadi, Puri Cikeas Indah, Bogor Jawa Barat, Sabtu (4 Agustus 2012) mengatakan : “Pemerintah bukan hanya prihatin, tapi telah, sedang, dan akan terus melakukan berbagai upaya, baik itu diplomasi maupun upaya lain yang berkaitan dengan isu kemanusiaan atas etnis Rohingya yang ada di Myanmar (www.presidenri.go.id).” c. Pemerintah SBY telah mengirimkan surat resmi kepada pemerintahan Rangoon dengan mengimbau agar pemerintah Myanmar segera menyudahi konflik antar etnis itu (www.gatra.com). d. Yusuf Kala sebagai Special Envoy (utusan khusus) : “Saya berharap pak JK dengan pengalamannya yang luas bisa menjadi special envoy kita agar kepedulian dan solidaritas Indonesia terhadap isu kemanusiaan Rohingya itu tepat tidak menimbulkan salah pengertian bagi Myanmar tapi juga benarbenar membantu saudara kita etnis Rohingya (www.news.okezone.com).” e. Indonesia memberikan bantuan senilai US $ 1 juta untuk pembangunan 3 unit Sekolah Dasar di negara bagian Rakhine. Dubes Indonesia untuk Myanmar Sebastianus Sumarsono mengatakan : “Bantuan itu sebagai upaya penyelesaian masalah di Rakhine yang tengah mengalami konflik komunual, diwujudkan dengan membangun tiga unit sekolah dasar (www.republika.co.id) 49 .”Pada beberapa tahun sebelumnya tepatnya 2008, Indonesia juga membantu pembangunan Rumah Sakit dekat laut Andaman (www.republika.co.id). f. Indonesia berkomitmen kuat mendukung proses reformasi demokratisasi dan rekonsiliasi nasional di Myanmar yaitu dengan menyusun program peningkatan kapasitas pembangunan bagi Myanmar pada periode 2013-2015 pada bidang demokratisasi, rekonsiliasi nasional, kepemerintahan yang baik dan pembangunan sosial ekonomi (www.dnaberita.com). b.2.2. Kebijakan di ASEAN : Sebuah proses penyelesaian kasus Rohingya diangkat dalam forum yang disebut Bali Proses yang diadakan 2 hari di Bali (14-15 April 2009) dalam kerangka kerja ASEAN di mana UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugess) juga turut berparsipasi. Agenda ini juga disepakati dalam pertemuan puncak ke 14 sepuluh negara anggota ASEAN. Tetapi forum ini ternyata gagal menawarkan solusi. Hal itu dikarenakan Myanmar yang diwakili oleh Kepala Kepolisian Khin Yi yang menegaskan posisi pemerintah menolak status Rohingya sebagai warganegaranya. Ia juga menolak tuduhan yang diarahkan pada pemerintah yang menekan komunitas Rohingya (www.mizzima.com). Kendati demikian, delegasi Myanmar memperlihatkan kesiapan mereka untuk duduk dan membahas persoalan komunitas Rohingya yang sekarang ini berada di wilayah Aceh dengan Indonesia (www.mizzima.com). Pada pertemuan ASEAN di Bangkok, Indonesia terus menekan pemerintah Burma untuk memberikan status hukum kepada komunitas Muslim Rohingya. Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa mengatakan : “Ada isu status yang bersifat politis dan legal. Kita sekarang ini menyarankan pemerintahan Myahmar untuk menyelesaikan hal ini dengan cara yang fundamental agar Rohingya mendapatkan status dan hak-hak legal yang sama seperti warga lainnya (www.voanews.com)” 50 Pada pertemuan ASEAN di Cambodia tanggal 17 Agustus 2012 menteri luar negeri ASEAN telah menyepakati pernyataan bersama ASEAN dalam menyikapi perkembangan terakhir di Negara bagian Rakhine, pernyataan bersama tersebut disepakati setelah menteri Luar Negeri RI berkomunikasi secara intensif dengan menteri luar negeri Myanmar sebelum di Myanmar (Statement Of ASEAN Foreign Ministers On The Recent Developments in the Rakhine State 2012). b.2.3. Kebijakan Internasional dalam kaitan penyelesaian kasus Rohingya SBY pun menyampaikan keprihatinannya dan akan terus mencari cara-cara diplomatis supaya solusi yang baik dan damai bagi etnis Rohingya dapat diwujudkan. Ia juga mengusulkan agar PBB dan Myanmar dapat mengundang Organisasi Konferensi Islam (OKI) untuk mencari solusi terbaik bagi etnis minoritas Islam tersebut(www.presidenri.go.id) . Harapan besar isu derita dan kemanusiaan minoritas Rohingya di Rakhine diangkat di forum the Bali Meeting (14-15 April 2013), tetapi forum yang dihadiri oleh 40 negara Asia gagal memasukkan isu tersebut dalam sidang plenonya. Menurut beberapa peserta bahwa isu ini telah didiskusikan secara bilateral dan multilateral, kendati itu tidak dicantumkan dalam proseding resmi pertemuan ini (www.irinews.org). Semua apa yang telah diungkap di atas adalah fakta interaksi dan reaksi rakyat Indonesia dengan persoalan Rohingya. Hal itu lahir dari empati keagamaan dan juga kemanusiaan di saat yang bersamaan. Ada dua hal yang terlihat jelas yaitu keberpihakan rakyat Indonesia sepenuh hati dan keberpihakan pemerintah Indonesia yang setengah hati. Artinya kondisi heroik masyarakat dengan seluruh aksi dan gerak mereka menunjukkan solidaritas dan empati yang luar biasa terhadap sesama umat manusia yang kebetulan beragama Islam. Sikap ini jauh berbeda dengan sikap pemerintah yang diperlihatkan. Apa motif itu semua, masih menjadi pertanyaan besar sebagian besar orang. 51 Yang jelas sikap skeptis kita mempertanyakan apakah itu disebabkan oleh sikap komitmen pemerintah SBY pada piagam ASEAN untuk tidak saling mencampuri urusan masing-masing negara anggota (non-interference) atau itu disebabkan oleh belenggu sejarah manis keakraban masa lalu dengan Myanmar? Pertanyaannya apakah itu semua harus membuat kita terpaku tangan membiarkan semua terjadi tanpa dapat menggerakkan nurani kemanusiaan kita untuk menghentikan derita komunitas Rohingya? Jika itu yang terjadi karena salah satu satu sebab di atas, sesungguhnya ini dapat dimaknai sebagai sikap abai kita atau pemerintahan SBY terhadap bunyi pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 kita yang mengatakan : "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan (www.putra-putri-indonesia.com). "Lebih dari itu, sikap politik setengah hati pemerintah SBY dapat juga diartikan sebagai sikap tidak komitmen pada prinsip politik luar negeri Indonesia yang „bebas aktif‟. Di mana makna bebas dalam politik luar negeri kita? Dan di mana sikap aktif kita? Semuanya menyimpan segudang pertanyaan akan dinamika politik luar negeri kita. Apa barometer kebijakan luar negeri kita? Penulis hanya menghawatirkan arah kebijakan politik pemerintah yang demikian membingungkan. Bila tidak didasari oleh prikemanusiaan dan prikeadilan, lantas apa yang menjadi fundamennya kemudian. Apakah semua hanya demi kepentingan nasional yang bersifat material atau....? Bila itu yang menjadi ukuran dan parameternya, apakah stabilitas nasional bukan sebuah kepentingan juga. Sebab berlarutnya kondisi kemanusiaan komunitas Muslim Rohingya, cepat atau lambat dapat memicu solidaritas religi Muslim Indonesia yang akan berdampak negatif bagi kerukunan beragama di masa depan Indonesia. 52 BAB IV PENUTUP A. kesimpulan Pertikaian dan kekerasan yang terjadi di Myanmar terjadi secara sistemik yang dilakukan oleh masyarakat secara umum dan didukung oleh agamawan, dan politikus. Kekerasan yang terjadi terhadap komunitas Rohingya telah mengakibatkan eksodus ke beberapa negara jiran terutama Bangladesh, Malaysia, Thailand dan termasuk Indonesia. Kekerasan yang terjadi adalah tragedy kemanusiaan yang terlangsung lama, tanpa ada upaya internasional yang serius untuk menghentikan tragedi ini. Keterlibatan Indonesia dalam upaya membantu penyelesaian konflik dan tertikaian yang terjadi, tidak saja merupakan bagian dari amar konstitusi, tetapi juga pembelaan terhadap kemanusiaan dan menjadi stabilitas nasional, regional dan internasional. Keterlibatan Indonesia dalam membantu penyelesaian konflik yang terjadi di Myanmar juga menjadi bagian penting dari realisasi kepentingan nasional untuk hidup damai, sejahtera dan sentosa. Kajian ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh peneliti muda untuk mendalami kasus ini sehingga dapat menjadi kontribusi riil bagi kepentingan perdamaian. Hendaknya pemerintah Indonesia pasca SBY terus mengupayakan berbagai maneuver diplomatis dalam penyelesaian konflik berdarah di Rakhine. Pemerintah tetap konsisten menyokong berbagai upaya masyarakat Indonesia secara umum dan lembaga-lembaga kemanusiaan secara khusus untuk terus berpartisipasi menolong korban kekerasan di Rakhine baik mereka yang di wilayah konflik ataupun mereka yang di pengungsi 53 DAFTAR PUSTAKA Buku dan Jurnal Bakri, Umar Saryadi. 1999, “Pengantar Hubungan Internasional”. Jakarta: Jayabaya University Press Buchanan-Hamilton, Francis (1799). "A Comparative Vocabulary of Some of the Languages Spoken in the Burma Empire". Asiatic Researches (The Asiatic Society) 5: 219–240. Retrieved 9 July 2012 Chan, Aye. 2005. “the Development of a Muslim Enclave in Arakan (Rakhine) State of Burma (Myanmar)”, SOAS Bulletin of Burma Research, Vol. 3, NO.2, Autumn, ISSN 14798484 David I. Steinberg, 2010 “Burma/Myanmar, what everyone needs to know”, Oxford University Press Hla, Maung Tha.2009. “Rohingya Hoax, Buddhist Rakhaing Cultural Association”, New York Human Rights Watch, “All you can do is pray”, crimes againts humanity and ethnic cleansing of Rohingya Muslim in Burma‟s Arakan State, April 2013 Idrus, Muhammad .2009 “Metode Penelitian Ilmu Sosial”.Yogyakarta: Erlangga Jemadu, Prof. Aleksius. 2008 “Poilitik global dalam teori dan praktek”. Yogyakarta Morgenthau, Hans J. Another “Great Debate” : the National Interest of the United States, Political Science Review, Vol. XLVI, Dec. 1952, No. 4 Nazir, Mohammad, 1988, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia Perwita, Anak agung Banyu. 2005. “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Simpson, Michael Doyle. 1984. “A Concept of the National Interest, Naval Postgraduate School, Monterey”, California Jemadu, Prof. Aleksius. 2008 “Poilitik global dalam teori dan praktek”. Yogyakarta Statement Of ASEAN Foreign Ministers On The Recent Developments in the Rakhine State, Myanmar, Phnom Penh, Cambodia, 17 Agustus 2012 S.W. Cocks M.A, 1919 “a Short History of Burma, MacMillan and Co., Limited”, London Website Abid Bahar, Burma‟s Rohingya Origin in the Ancient Kingdom of Arakan : Understanding the Arab – Chandra synthesis, Dalam http://www.rohangpress.com/?p=110 diakses pada tanggal 28 Juni 2013 Chris Lewa, Stateless Rohingya, North Arakan : an Open Prison for the Rohingya in Burma, FMR (Force Migration review)32 Lihat http: www. FM Review.org h.11-12 , diunduh 22 September 2012 Burma‟s Rohingya: A Denial of Citizenship and Human Rights, Dalam http://www.the- platform.org.uk/2012/07/12/burma‟s-rohingya-a-denial-of-citizenship-and-human-rights/ diakses pada tanggal 22 September 2012 Patterik Wiggers, “10 Years for the Rohingya Refugees in Bangladesh, Past, Present and Future”, Medecins Sans Frontieres, Holland, March 2002, dalam http://www.doctorswithoutborders.org/publications/reports/2002/rohingya_report.pdf diakses pada tanggal 12 April 2013 ; UN rejects Thein Sein‟s potential Rohingya plan, dalam http://www.democratic voice of burma.no/news/un-rejects-thein-sein‟s-potential-rohingya-plan/22893 diakses pada tanggal 30 Juni 2013 Burma president backs anti-Muslim „hate preacher‟ Wirathu, dalam http://www. http://www.democratic voice of burma.no/news/politics-news/burma-president-backsanti-muslim-„hate-preacher‟-wirathu/28955 Diakses pada tanggal 30 Juni 2013 Zak “The Rose, Rohingya of Myanmar”, dalam http://www.geopoliticalmonitor.com/backgrounder-the-rohingya-of-myanmar-4728/ diakses pada tanggal 19 September 2013 Myanmar‟s Muslim sideshow (21 Oktober 2003), dalam http://www.atimes.com/atimes/Southeast_Asia/EJ21Ae01.html diakses pada tanggal 29 Juni 2013 G. Marranci, Burma, Ethno-Buddhism, Racism and Religious Persecution, Islam, Muslims, and an Antropologist, dalam http://marranci.wordpress.com/2012/07/19/burma-ethno- buddhism-racism-and-religious-persecution/#more-886 diakses pada tanggal 28 agustus 2012 Saiful Huq Omi, Fleeing Burma, World Policy Journal dalam http: www.worldpolicy.org/journal/summer2011/rohingya-in-britain diakses pada tanggal 12 April 2013 K.C. Saha, Learning from Rohingya Refugee Repatriation to Myanmar, dalam www.pi.library.yorku.ca/ojs/index.php/refuge/article/view/21203), diakses pada tanggal 21 Oktober 2012 http://www.synergiescanada.org/journals/ont/refuge/1252/21203 diakses pada tanggal 2014 UUD 1945 perubahan 4, dalam http: www.mahkamahkonstitusi.go.id/.../UUD_1945_, diakses Pada tanggal 25 agustus 2012 http://www.reuters.com/article/2012/10/27/us-myanmar-violence-idUSBRE89P0VN20121027 diakses pada tanggal 12 April 2013 http://www.dvb (Democratic Voice Of Burma) .no/news/un-rejects-thein-sein%E2%80%99spotential-rohingya-plan/22893 diakses pada tanggal 12 April 2013 http://www.aljazeera.com/indepth/features/2012/08/201288114724103607.html diakses pada tanggal 28 agustus 2013 http://www.thejakartapost.com/news/2012/10/30/asean-chief-rohingya-issue-could-destabilizeregion.html diakses pada tanggal 12 April 2013 http://news.detik.com/read/2013/08/05/111407/2324344/10/polisi-masih-teliti-kaitan-ledakan-divihara-ekayana-dan-rohingya diakses pada tanggal 28 Agustus 2013 http://www.kemendagri.go.id/news/2013/04/23/berikut-makna-kunjungan-sby-ke-tiga-negara-diasia diakses pada tanggal 1 Mei 2013 http://news.xinhuanet.com/english/world/2013-04/23/c_132332474.htm diakses pada tanggal 1 Mei 2013 http://www.suarapembaruan.com/home/indonesia-janji-bantu-myanmar-atasi-kasusrohingya/27120 diakses pada tanggal 5 April 2013 http://www.suarapembaruan.com/home/sby-minta-myanmar-undang-oki-tinjau-lokasirohingya/23117diakses pada tanggal 5 April 2013 http:www//khabarsoutheastasia.com/id/articles/apwi/articles/features/2013/01/16/feature-03 diakses pada tanggal 14 Februari 2013 http: www.thefreedictionary.com/jus+sanguinis diakses pada tanggal 10 Januari 2014 http:www.//islamic forum europe.com/images_uploaded/2012/08/img3452.pdf “Rohingya Minority, Final Communique of the Extra-ordinary Executive committee meeting, OIC, Jeddah, 5 Agustus2012, diakses pada tanggal 25 Agustus 2012 http://www.rohingya.org/portal/index.php/learn-about-rohingya.html diakses pada tanggal 20 Juni 2013 http://www.irrawaddy covering Burma and southeast Asia.org/archives/8642 diakses pada tanggal 29 Juni 2013 http://www.time.com/time/covers/asia/0,16641,20130701,00.html diakses pada tanggal 30 Juni 2013 http: www.myanmars.net/myanmar/rakhine-state.htm diakses pada tanggal 29 Juni 2013 http://en.wikipedia.org/wiki/Rakhine_people diakses pada tanggal 19 September 2013 http://nasional.inilah.com/read/detail/1889302/URLTEENAGE diakses pada tanggal 10 Januari 2014 http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2013/07/130724_pengungsi_rohingya_ylbhi.sh tml diakses pada tanggal 26 September 2013 http://www.presidenri.go.id/index.php/pers/presiden/2012/08/04/645.html diakses pada tanggal 28 Juli 2013) http://www.foxnews.com/world/2013/07/05/myanmar-rohingya-face-limbo-in-indonesia/ diakses pada tanggal 28 September 2013 http: www.reuters.com/.../us-indonesia-australia-idUSBRE9AJ08L20131120 diakses pada tanggal 10 Januari 2014 http://www.populstat.info/Asia/myanmarg.htm diakses pada tanggal 10 Januari 2014 http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/07/22/m7jowt-tragedi-kemanusiaanrohingya-bagaimana-sikap-indonesia diunduh 26 September 2013 http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/07/22/m7jowt-tragedikemanusiaan-rohingya-bagaimana-sikap-indonesia diakses pada tanggal 26 September 2013 http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,39010-lang,id-c,nasionalt,PBNU+Desak+Presiden+SBY+Bantu+Etnis+Rohingya-.phpx diakses pada tanggal 25 September 2013) http://www.muhammadiyah.or.id/id/news-2420-detail-muhammadiyah-intensif-dampingianakanak-pengungsi-rohingya-.html diakses pada tanggal 25 September 2013 http://www.muhammadiyah.or.id/id/news/print/1561/ramadhanaholic-dan-aksi-solidaritasbagi-muslim-rohingya-pdm-surabaya.html diakses pada tanggal 25 September 2013 http://ikadi.or.id/component/content/article/35-sikap/823-sikap-ikadi-terhadap-tragedirohingya.html?directory=55 diakses pada tanggal 26 September 2013 http://www.hariansumutpos.com/2012/10/43605/persis-pzu-bantu-muslim-rohingya diakses pada tanggal 25 September 2013 http://news.detik.com/bandung/read/2012/08/02/131627/1981339/486/persis-kota-bandungbuka-tiga-posko-donasi-untuk-bantu-rohingya?nd771104bcj diakses pada tanggal 25 Sepetember 2013 http://jabar.tribunnews.com/2012/08/02/persis-kutuk-pembantaian-muslim-rohingya diakses pada tanggal 25 September 2013 http://indonesian.irib.ir/headline2/-/asset_publisher/0JAr/content/icmi-pertanyakan-sikapsuu-kyi-soal-rohingya diakses pada tanggal 26 September 2013 http://www.republika.co.id/berita/internasional/tragedi-rohingya/12/08/01/m825d3-hti-akangelar-aksi-besar-untuk-rohingya diakses pada tanggal 26 September 2013 http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/04/22/mlnbuo-mui-harapkan-sbytolong-muslim-rohingya diakses pada tanggal 28 September 2013 http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/07/25/m7pdpk-muslim-rohingyaditindas-inilah-sikap-mui diakses pada tanggal 29 September 2013 http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/07/24/m7o4e8-pemerintahdiminta-tegas-soal-muslim-rohingya diakses pada tanggal 25 September 2013 http://www.islamedia.web.id/2012/08/aksi-dama-pks-untuk-muslim-suriah-dan.html diakses 25 September 2013 http://www.hidayatullah.com/read/24037/31/07/2012/pks-desak-pemerintah-myanmarhentikan-kekerasan-di-rohingya.html diakses pada tanggal 25 September 2013 http://www.arrahmah.com/read/2012/07/27/21933-act-kirim-relawan-ke-rohingya.html diakses pada tanggal 29 Semptember 2013 http://www.gatra.com/international/amerika-1/15945-etnis-rohingya-dianiaya-indonesiajangan-diam-saja.html diakses pada tanggal 26 September 2013 http://padangekspres.co.id/?news=nberita&id=3262 diakses pada tanggal 25 September 2013 http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,38976-lang,id-c,nasionalt,Indonesia+Bisa+Berperan+Selamatkan+Muslim+Rohingya-.phpx diakses pada tanggal 26 September 2013) http://www.hidayatullah.com/read/24037/31/07/2012/pks-desak-pemerintah-myanmarhentikan-kekerasan-di-rohingya.html diakses pada tanggal 25 September 2013 http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,38976-lang,id-c,nasionalt,Indonesia+Bisa+Berperan+Selamatkan+Muslim+Rohingya-.phpx diakses pada tanggal 26 September 2013 http://www.irrawaddy.org/archives/32652 diakses pada tanggal 26 September 2013 http://kemlu.go.id/Pages/Embassies.aspx?IDP=113&l=id diakses pada tanggal 29 September 2013 http://news.detik.com/read/2012/10/28/234330/2074488/10/ketika-indonesia-membantukawan-lama-myanmar-yang-sedang-tertatih diakses pada tanggal 29 September 2013 http://www.republika.co.id/berita/internasional/asean/13/04/03/mko44s-perdaganganindonesiamyanmar-ditarget-sentuh-1-miliar-dolar-as diakses pada tanggal 29 September 2013 http://nrmnews.com/2011/12/28/ri-myanmar-sepakat-tingkatkan-kerjasama-bilateraltermasuk-bantuan-untuk-proses-reformasi-dan-demokratisasi-di-myanmar/ diakses pada tanggal 29 September 2013 http://www.antaranews.com/berita/257272/indonesia-myanmar-tingkatkan-perdaganganhingga-500-juta-dolar-as diakses pada tanggal 29 September 2013 http://www.republika.co.id/berita/internasional/asean/13/04/03/mko44s-perdaganganindonesiamyanmar-ditarget-sentuh-1-miliar-dolar-as diakses pada tanggal 29 September 2013 http://www.presidenri.go.id/index.php/pidato/2013/04/23/2102.html diakses pada tanggal 29 September 2013 http://www.republika.co.id/berita/internasional/tragedi-rohingya/12/08/04/m88piq-sbyminta-bantuan-untuk rohingya-tak-cederai-persahabatan-rimyanmar diakses pada tanggal 29 September 2013 http://www.presidenri.go.id/index.php/pidato/2011/05/05/1625.html diakses pada tanggal 29 September 2013 http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2012/08/04/8185.html diakses pada tanggal 28 September 2013 http://www.gatra.com/international/amerika-1/15945-etnis-rohingya-dianiaya-indonesiajangan-diam-saja.html diakses pada tanggal 29 September 2013 http://news.okezone.com/read/2012/08/16/337/678779/redirect diakses pada tanggal 29 September 2013 http: www.vivanews.Com. “ Impian pengungsi rohingya di Myanmar” diakses pada tanggal 18 Desember 2013 http://www.republika.co.id/berita/internasional/asean/13/06/12/mo9mag-indonesia-banguntiga-sekolah-di-myanmar diakses pada tanggal 29 September 2013 http://www.dnaberita.com/berita-92088-indonesia-dukung-reformasi-demokratisasi-danrekonsiliasi-myanmar.html diakses pada tanggal 29 September 2013 http://www.mizzima.com/news/regional/1979-bali-process-failed-to-solve-rohingyaboatpeople-issue-ai diakses pada tanggal 29 September 2013 http://www.mizzima.com/news/regional/1979-bali-process-failed-to-solve-rohingyaboatpeople-issue-ai diakses pada tanggal 29 September 2013 http://www.voanews.com/content/indonesia-fm-says-jackarta-pressing-burma-on-rohingyalegal-rights/1698656.html diakses pada tanggal 29 September 2013 http://www.presidenri.go.id/index.php/galeri/berita/2012/08/04/1151.html diakses pada tanggal 29 September 2013 http://www.irinnews.org/report/83974/myanmar-key-asian-meeting-fails-to-resolve-rohingyaissue diakses pada tanggal 29 September 2013 http://www.antaranews.com/print/326471/indonesia-dan-harapan-penyelesaian-kasus-rohingya diakses pada tanggal 21 Januari 2014 http://www.putra-putri-indonesia.com/pembukaan-uud.html diakses pada tanggal 03 Oktober 2013) http: www. Republika. Co.id. “ Rohingya, Potret Buram Muslim Myanmar” diakses pada tanggal 28 Desember 2013 Lampiran-Lampiran Lampiran I Hasil Wawancara Penulis dengan Bapak Rofiq selaku Pengungsi Rohingya yang berada di Indonesia tepatnya Didaerah Cisarua, bogor. Penulis: Bagaimana Anda dating dengan Indonesia Bpk Rofiq: Saya dengan Isteri dan anak berangkat ke Bangladesh, kemudian menembus perbatasan Thailand, lalu menyeberang Malaysia (di sini anak keduanya lahir) dan mengarungi laut menembus perbatasan Malaysia-Indonesia dan akhirnya berlabuh di pulauTanjung Pinang, Riau di medio pada tahun 2011. Kemudian Saya mendapat status sebagai pengungsi. Kami berangkat ke Jakarta dari PBB dan IOM dan kami mendapat bantuan berupa uang. Penulis: Apa tanggapan Saudara terkait kekerasan terhadap muslim di Myanmar? Bpk. Rofiq: Kekerasan yang terjadi adalah kekerasan yang sistematik yang dilakukan oleh bangsa rakhine beragama Budha yang didukung oleh Tokoh agama, Politisi, dan Aparat keamanan kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini bukanlah hal yang luar biasa, melainkan hal yang biasa terjadi kepada kami. Kami di pukulin, Kami ditusuk, Rumah Kami dibakar, Hewan ternak kami di sita, Masjid kami di Robohkan. Kami Hidup bagai menunggu kematian yang setiap saat bisa mengancam dengan cara-cara sadis. Penulis: Apa harapan Anda kedepan? Bpk. Rofiq: Harapan kami bisa mendapatkan Negara ke-3 yang bisa menjadi tempat tinggal untuk bisa menata hidup sewajarnya seperti orang-orang lainnya. Penulis: Apa Bantuan Pemerintah Indonesia terhadap pengungsi-pengungsi rohingya? Bpk. Rofiq: Kami tidak melihat dukungan yang jelas kecuali berupa semangat, NGO, PMI, Masyarakat Indonesia secara umum yang menyambut kehadiran kami disini sehingga Kami mendapatkan kehidupan yang bebas yang tidak kami dapatkan di Tanah kelahiran kami. i9\ \__ / At;{':,\l',[] '0*.e '()rr*'Ar,o/,r,y'. Wo-J"/r*gon Statenre1it 6f'AStlAN L.-creiglt N{inisters on tl'rc lteccnt I)cvcloptttetlts ini tire Ital<ltine Sf:rte, N{yatllnlr Pitttotn Fertlt, Canrbtldia, 17 August ZAn Follorvilg consultutions, ;\SEAN Forci;1t Ministers issue the ibllori'ing statctncnt: 1. ASEAN Iroreign Ir4inisrcLs reallirrlecl their strong support for the ongoing den-rocratizatiort process i1 Myalrnar. \\Iiiiiiit titc contcxt of sr"rch positivc progrcss, the ASEAN F-creign Ministcrs arc lblloriirrg closcly reccnt clcvclol-rlcnts ttt tlrc I{aklrille Steitc, Ir4yanmar, {b119wing thc inciclcnts tliet took plucc cin 28 lr4ai'2012 arltl ott 3 Jttne 2017, 2. They welcopted the srcps the Govc:rlmerrf of Myanmar has takcn*to a-Cd-1-e.q's lhq domestic issul, including its coopclar.ion r,'ith tire United Nations agcrtcics iiilci Irotr-governmental organizarions to adc|'css tite hurnanitarian nceds of tlic aflcctecl pcrsorls atrd corununities. l'hey lurlhcr encortr:lgecl ir,'11,anl.nal to contitrue iind to enhatl.ce the stclls it has taketr- 3. ASEAN I--greign Ir4inisters cxprcsscd their readiness, Ltpon thc request of the Governtnent of Myanrrar, to lencl necessary support in addressing the ltutrtatritariarl assistance in the Ralihine Stale. 4 ASEAN Foi'cign Minisrcrs rccallccl atrcl r,rnderlined that the pron'lolioll o1' national solidaritl, anci hanlonv amr)ng the various cornntunities ilr ivlyanntar constitute an integral part o1' Ir,{yanntilt''s ongoing ricrnocratization and t"elirrrti process. They expressed conllclence ancl expcctatiori that i\{yanrnar u,ill cotrtinue to t ctttaitt corls;stetrt rvith its cogrnritment on the in'cvelsrbilitl, o1' the detlocratiz.atiott ancl refbtlr process in the countt1,. @I) wruF&ffire United Nations High Cornnris:ioncr f or Ref ugecs Haut Conrnrissariat des Nalions Unir:s pottr les refugies UI.iHCR Tel.: Fax,: Menara Ravindo. 14th Floor Jl. Kcbon Strilr Klv. 75 Jakarta '10340 Date of /ssue Date of / Tanggal Pengeluaran: +62 21 391 28BB +6221 391 2777 Enrail: [email protected] Website: www.unhcr.or.id 11 December 2012 Renewal/ Tanggal Memperbaharui: 13 December 2013 UNHCR R.EFUGEE CERTIFICATE Name of Applicant Dil Mulranrmad UNHCR File No, 186-1 1C02'184 Date of Birth 20-Oct-1967 Place of Birth Leher Nationality Myanmar Date of entry in lndottesia 15-Oct-201 1 TO.WHOM IT MAY.CONCERN This is to certify that tlre above-named person has been recognized as a refugee by the United Nations ltigh iommissioner for Refugees, pursuant to its mandate. As a refugee, he is a person of concerrito the Office of the United Nations High Commissioner for Refugees, and should, in particular, be protected from forcible return to a country where he would face threats to his life or freedom. Any assistance accorded to the above-named individual would be most appreciated. Questions regarding the information contained in this document may be directed to the Office of the United Nations Higlr Commissioner for Refugees at the address above' UNHCR Representation Jakarta Surat ini menyatakan bahwa yang namanya lersebut dlalas, sesuai dengan mandat UNHCR (Komisi LJrusan Pengungsi) telah diaRui sebagal pengunEsi. Scbagal seorang pengungsi, yang Tinggi pBB perhatian UNHCR, dan secara khusus mendapatkan perlindungan dari ancantan pende[oftasiun piXsa'ke negara asal tempat dimana kehidupan dan kebebasannya terancam' Segala 'bantuan Oeis"angl<utan menjadi yang diberikan kepada yang bersangkutan akan sangat dihargai. Sega/a pertanyaan yang berkaitan dengan isi dari dokumen ini dapat disampaikan kepada kantor UNHCR melalui alamat yang tersebut dit:tas. Important notice on the valiclity ol this ckrcurrrcttt is llrintttcl ovcrlcal. Catatan per)ting rnengenaivaliclasi claticlokurtren ini cliceterl< clibalil< kertzrs ini. No: 36211 IN,{PORTANT NOTICF, This is specizrlly cclcled, tattll-let'-llioof secul'ity papct" This clocunrent is valicl only as arn original ancl is Ilot lraltslerirblc. Pliotclcoltie:; and/oL re.cluctiolis in size, as wcil eIS any attenrpt to use it to procltrce other utraruthorizecl docurttetlts, clt'to use it to inrpersonate a UN bficial, will rencier this clocr-rrnent nr-tll ancl voicl. 'f5is rloctlrrclt cagnot bc r.rscrl to gztirt :tcc:ess to itiillotts iltlcl otltel'rcst|icted ['acililies. beare' is requirecl to obey all 1au's ol h'rclonesia and is requirecl to Legister their resicience at the nearest police stzttiott als sooll as possible' ,T,he 'fhis clclcument is rrot ;r tlan,cl cloctirttr:nt arld tlte ilczrt'er should un<lerstancl tlat tlre aiutlorities nray lcrlr-rile the f.icaler to lirrrit lris/lieI tt'avel rryitlrill a del'inecl zrre a of'tlle cc.rttlltly. CA'fA]'AN PL.NTINC Dohunel/Strrat l(eterzrngarr ini cli 1;r'otelisi clettgatr kode clatt ltertals khusus' Doitutrrenirliberlaltr-raperbilaasliclerrltic1akdapatcli1lirlcla}rtartgalnkan. szrir clan tiiierk beLlaku apabila cli lotokopi dan/atati ditiru atatt serta diltalsLikarl cleltgan penllltr;tt:ttr clokunrell lirin tanpa pengeselhan' elikatafr P ers digr-rrrakal untuk Uertii rAai seoleih-olah s ebagai s eoran g pejeib at D.ku'ren ini tirlak Barrgsa-lJlr llqsal. ticlalt claitat digunakan untttit altses ke erilport clan fasiiitas cl e n g a rt iir-: ir I tr ar t I a tl lth u s u s lai n ny ar. Dokrilrerp ili peniberwzr cjokunrc:r'r rlirnohon untuli nrentaati selr-trult ltukum yang berlerku pada di llclopE:sia darp cligto|on untuh nrend;rl'titt'lialt tcrttllat tinggal ttierekzt kantot' liolisi terdeltert sc-scgcla tnutlgkin' I)okurnen ini bukan sebuah clokunren perjalanan dan pembawa harus dokumen Irtcntahalrtibetliwa llcmeritttzrll seternpat berilak meminta pernbawa yang terscbut untuk nrcnrbartasi pcrjarlzrnannya didalartt dacrah/lokasi clitentukan di negara ini. 'residcn lLcpublik lnclottesia - Dr. ll. lllc:///l:/rcvisi siclarrg/l'residen Ilepublik lndonesia - I)r. f.l. Su"silo Susilo llarntrarrgl Yrdhoyoiro llr. H, Susilo Barrtbar:g Yudhoyuno Beranda Topik Pilihin Berita Utama Ruang Pers Foto Pidato Wawancara & Kolom Alsrlr ( Mei 2011 r'{SSR 1214891011 15 '16 17 22 23 24 29 30 31 KJ 96 12 19 26 18 25 S lstana Negara, Jakarta, Kanris, 5 Mei 2011 7 l:irlilirllilr f,iri:t,liilrlririr Sltrrlirl; ll.tlrrnr l\i.'ri('giriilln Nit'rrg.lrr;r'rnirti lllcsirlcrr I{clrtrblik ' ' \1. ,.r rrr 13 14 20 27 21 SAMEUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA Kabinet lndonesia Bersatu ll JAMUAN SANTAP MALAM KENEGARAAN [,'I Link lndonesia I PRESIDEN REPUBLIK UNI MYANI\4AR English Content Pe ENGHORt\,'lAT YANG I\,1ULIA U THEIN SE]N JAKARTA. 5 N,1EI 2011 rundang-undangan B; Cari Datir GO ffo lalun0n .rr,., , .,,; ir , :. ', {! \ ,j I u&v/ I I I ahi ftahma ni ft ahi m. Suaiu kebahagiaan tersendiri bagi saya dan segenap raki,at lndonesia dapat rcnjanru sahabat lanB saya, Yang Mulia Presiden U Thein Sein besed.a para delegasi Percrinlah Ropublik Uni Myannur, dalarn suasana yang penull kchangatan dan keakraban t.):-,r tl[:(j ]6:3t .,,,'. sm Yang Llulia Presiden U Thein Sein, Para Delegasi Republik Uni lvlyanryrar, Serta hadirin sekalian yang saya horn€ii, 'Mingalar Ba" (salam sejahtera bagti kita semua) Perlaro-tanE, saya ingin sekali lagi rengumpkan selamat alas pelantikan Yang lvlulia U Thein Sein sebagai Presiden MyannEr pada bulan Maret yang lalu. j::. ' I ar.. ardr'. i;t Keberhasilan Myanror dalam penilihan umum dan pembentukan kabinet baru, nenunjukkan kesungguhan PenErintah seda besarnya keinginan rakyat Myanrnar untuk n€rujukan deonkratisasi di Myanrnar. Saya nreyakini bahwa di bilah kepe-mimpinan Yang Mulia, Myanmrakan serokin rnaju, dengan didukung oleh stabilitas politikdan pedurnbuhan oudro i ukonori yang rokrn trngg. . it .='l;:i Virir.,r :. ,:_iil , ! .H .l Pada kesempatan ini pula, perkenankan saya untuk rrenyamparkan selamat kepada Yang Mulia U Thein Sein yang bcrulang tahun hari ini, 5 Mei 201 1 . Saya dan segenap rakyat lndonesia rnendoakan semoga Yang Mulia dilinpahi Leschatan cialam n€mmptn Myannur. Podcast l:eed SintliilJEerlta Yang N4ulia, Para hadirjn yang saya horrnati, Sebagai dua negara yang memperoleh kerner{ekaan nrelalui perjuangan melawan kolonialisnr€, lndonesia dan Myanrer memiliki banyak kesamaan latar belakang kesejarahan. Tidak lupul dari ingatan kita, bahwa di era penjajahan dahulu, terdapat banyak warga negara lndonesia yang dikirirn sec€ra paksa untuk fiEmbangun jalur kereta api d, Myanrnar. Banyak dari rcreka yang gugur dalam nrelaksanakan pekerjaan tersebui, dan nEreka adalah bagian dari sejarah yang m€mperiautkan kedua bangsa kita. Sama halnya seperli lndonesia, Myanmar pun dikaruniai oleh msyarakat yang merilikr keberagaman etnis, budaya dan Di satu sisi, keraganEn ini r'rErupakan rahmat dan kekayaan bangsa, narun di sjsi lain, keberagarEn itu pula agam. ac€p kali menimbulkan tantangan tersendiri dalarn renjaga persaiuan nasional dan keutuhan wilayah negara kita. Untuk itulah, kembali saya ingin rrenggarisbawahi komitren Pererintah lndonesia untuk senantiasa nEndukuog kedaulatan dan keutuhan wilayah negara Myanmr. Dewasa ini, selain rnengatasi berbagai tantangan yang ada, kedua negara kita secara berkesinarnbungan juga terus renjalankan betrbagai program pembangunan bagi terciptanya negara yang stabil dan sejahtera. Sebagairmna Yang Mulra mkluri, lndonesia telah rrengalari proses transforrosi politik, dari sistom ponErintahan yang cenderung otoritarian renjadi negara yang renerapkan prinsipprinsip univ?rsal denBkrasi. Transjsi deryDkrasi yang lndonesia jalani juga bukan proses yang mudah relainkan penuh pasang-surut eda penuh dengan tantanqan dan ujian sejarah. Menarik pelajaran dan pengalaman lndonesia, saya rneyakrni bahwa proses demokratisasi di MyannBr juga akan berjalan sukses dan rembawa keroslahatan bagi seluruh rakyat Myanmar. Sebagai sahabat dan atas serongat solidaritas ASE-AN, lndonesia senantiasa terbuka untuk ber-bagi pengalarnan dengan Myannur dalam proses reforresi dan derckraiisasi yang kami jalankan. Sejalan dengan sen€ngat ini, saya 1 dar'! ? 11... 'residen Republik Inelonesia - Dr. H. Susilo tsambang Yudhoyono file;///l:irevisi sidang/Presicle rr Republik lndonesia - Dr. H. Susilo B... rnenyambut gembira keikutsertaan delegasi pererintah N4yannEr dalam pertemuan lahunan Bali Democracy Forum. Dalam kesempatan ini, saya sekali lagi renyampaikan penghargaan atas kesediaan Yang Nlulia di saat pertemuan bilateral siang tadi, untuk berbagi info.masi rnengenai transforrnasi politik yang tengah berlangsung di MyannEr. PenErintah dan rakyal lndonesia rnendo'akan agar proses ini pada gilirannya akan senekin neningkatkan kernajuan dan kesejahteraan rnasyarakat Myanrnar. Harapan ini tentunya juga dimiliki oleh rnasyarakat di negara-negara anggota ASEAN lainnya. Yang Mulia Presiden U Thein Sein, Para hadirin yang saya horrnati, Sejak pertemuan saya d6ngan Yang Mulia bulan Maret 2009, saya rn€ncatal bahwa masih terdapat peluang besar bagi kedua negara untuk secara rnaksirnal nEnindakianjuti h?sil kesepakatarl dan komitrnen yang telah kita buat. Kunjungan Yang Mulia ke lndonesia kali ini lentunya akan renegaskan kembali komitren bersanB untuk nEningkatkan kerjasarna bilateral kila. Siang tadi, dalam pertemuan bilateral, saya dan Yang NIulia Presiden U Thein Sein telah bersepakat untuk neningkatkan kerjasarna di berbagai bidang, baik dalam kerangka bilateral rnaupun regional. Kita telah sepakal untuk rnentelihara dan n€mperkuat kerja sarna di bidang politik dan pertahanan, antara lain nElalui peningkatan saling kunjung dan koordinasi di tingkat Kepala Negara dan Menteri. Di bidang ekonomi, kiia bersetuju untuk meningkatkan kerja sarna di bidang perdagangan dan investasi. Oleh karenanya, saya bergembira bahwa kita telah bersepa-kat untuk rnenetapkan target volure perdagangan kedua negara sebesar 500 juta dolar AS pada tahun 201 5. lni larget yang tidak mudah, tetapi dapat ter€pai dengan upaya kuat kedua negara. Di bidang investasi, saya telah mendorong para pelaku blsnis lndonesia untuk reningkalkan investasi mereka dalam proyek-proyek infrastruktur dan energi di MyannEr. Dalam rrenghadapi ancar€n krisis pangan dunia, kita juga sepakat untuk nEndorong kerja sanE di sektor pertanian. Melalui kerja saro in, utamnya untuk produksi beras, kita berharap akan dapat rneningkatkan produksi dan produklifitas, renuju ketahanan pangan yang lebih luas. Di bidang sosial budaya, Indonesia renyambut baik keikutserlaan pelajar dan pegawai Pen€rintah lvlyanrnar dalam prograrFprogram beasiswa dan pelatihan di lndonesia. Hal ini juga renjadi bagian dari upaya lndonesia untuk berbagi pengalaman dengan Myanmar, dalam berbagai progranr peningkatan kapasitas sumber daya ronusia. Terkait dengan hubungan antar masyarakat kita, sekali lagi saya ingin rengucapkan terinra kasih dan penghargaan atas keputusan Pernerintah Myanmr rrembebaskan 25 nelayan lndonesia. Sebagai dua negara yang rneniliki perbatasan laut, insiden pelanggaran batas wilayah laut oleh para nelayan tradisional terkadang lidak dapat dihindarkan. Untuk itu, Pen€rintah lndonesia akan terus menggiatkan upaya peningkatan pen')ahanran para nelayan tradisional atas batas-batas wilayah laul di antara kedua negara kila. Dalam kerangka ASEAN, saya bergembira karena kerjasarna lndonesia dan [.4yann€r telah berjalan baik. Kita juga lerus berupaya memperkuat kerja sarna dan koordinasi, dalam remperkokoh sentralitas ASEAN, Can dalam rnewujudkan 'ASEAN Community." Yang Mulia Presrden U Thein Sein. Para hadirin yang saya hormati, Saya ingln sekali iagi renegaskan komitmen lndonesia, untuk terus reningkalkan persahabatan dan kerjasama kedua negara kita. Akhirnya, perkenankan saya untuk meng-undang Yang Mulia dan hadirin sekalian untuk bersulang bagi kesehatan dan kesuksesan Yang Mulia U Thein Sein, serta bagi persahaba'tan dan kesejahteraan rakyat kedua negara. Teriru kasih Redaksi I Syarat & Kondisr I Peta Situs I Kontak O2006-2009 SitusWebResmiPresidenRepubliklndonesia-Dr.H.SusiloBambangyudhoyono Hak Cipta dilindungi Undang-undang ?. dari 2 11 01/1414 7:Aq - Dr. I l. Susikr llartrbanrg Yr-rdhoyoncr residen Republik lndorie sia tilc:llll:lrevisi sidang/l)r'esiden I{epublik Indonesia - Dr. ti. Susilo *@*HrR "-ifu "€*i:M T* -*,*;';Iq '*t- "€-l S; ,.6pt {{ I:S I' {l iJr. I} I l,} IiN tlN rl.i rii IJ R l: I l. I K I i''l Ii t } l{ O '[. l{ 1,.\ I A l:5 ':- :ll F {'i ,t ,{'t r ll, Susiiu }3anibarrg Yudhuyer;o *"*i* Baranda Pilihah Topik Berita Alsip ( Agustus 2012 i,!ssRKJ !?3 5 0 7 8 9 10 12 13 14 -i9 rc 17 19 20 21 22 23 24 26 27 28 Z9 30 31 Utama .:,l S 4 Pers Ruang Profil Foto Pidato Wawancara & Kolorn Kliping Perspsktif Lain r.i.t. Ii,,. i'{1i":; Keterangan Pers Presiden '11 1B 25 Puri Cikeas hdah, Bogor, Jawa Barat, Sabiu, 4 Agustus 2012 i.r'i,'ililirril l','r': \ilrr.ii'rli l'L'r'rlltslrllrlilrl l:l.nis ltolrirriirl, t\lttrrrnltr' TRANSKRIP KETERANCIAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENGENAI PERMASALAHAN ETNIS ROHINGYA, MYANMAR PURI CIKEAS INDAH, BOGOR, JAWA BARAT 4 AGUSTUS 2012 D,-,-,-.r\LIL{rtl; D^,.,. L LrKeterangan Pers Preslden Keterangan Pers Juru Brcara l<epresidenan Bi smi Siaran Pers I I ahi nah ma ni rahi m, Assal amu' a; ai kum Wa rah matul I ahi Wabarakatuh. Salam sejal,tera untuk kita semua, Kabinet lndonesia rsatu ll Be Saudara-sar rdara, Pada sore lrari ini, saya ingin r€mberikan penjelasan yang saya tu1ukan kepada saudara-saudara rakyat lndonesia rli seluruh lanz,h air, mnyangkut satu isu yang be{akarrgan ini nerrj.rrllkan parharlian masyJrakat Meskipun isu ini tidak rrcngail lanasung dan kejadiannya lidak terjadi di lndonesia, yaitu perrosalahan einis Rohingya, yang acja di Myannur, telapi saya rngin memberrikart pcnjelasan yang lcbih longkap dan utuh r(t;ir drktrtahur oleh rakyat lncjonesia. Link lndoncsia English Conlent Pe ru nda ng-u nda ngan Sayaluga nendengarkan dan rengetahui bahwa ada keprihatinan dari kalangan nEsyarakat lndonesia atas apa yang terjadi di wyanrnar, khususnya yang menyangkut etnis Rohingya ini. Pererintah juga nEmiliki keprihatinan. Dan Per€rintah bukan hanya b€rprihatin, tetapi Penrenntab telah, sedang, dan akan terus rnelakukan upaya, baik diplonrasi maupun upaya lain, yang berkajtan dengan isu kertunusiaan atas etnis Rohingya yang ada di Myannrartersebul. Cari Data GO rl,': ' ,i I r,i. Saudara-sardara, Dengan penjelasan saya sore hari ini, uya berharap, rakyat lndonesia benar-benar rengetahui duduk persoalannya, sekaligus n€ngetahui apa yang telah dilakukan oleh pernerintahnya, Pernerintah Republik lndonesia. Saya rnenyirnak kom€ntar di sejuftlah media massa yang nenggambarkan Pen€rjntah diam, Presiden diant, padahal Presiden lndonesia sekarang sebagai Ketua ASEAN. Dua hal salah daiam kornentar itu. Pernerintah tidak diarn, Penterintah sedang dan ierus bekeria. Sern€ntara, Ketua ASEAN bukan lagi Presiden lndooesia, tapi tahun ini adalah Perdana Menteri Kamboja. Sekaligus saya luruskan. i ..:-:. i3k:d3 l03JC .:- \ L:; _1' ,r"--'r ([( ) sudio \ {/ j,i,'i :i'r'r.,,ri 1:fi,r J.il:r', ::t I { sr i.j (, l L':li r i ., i.,, i, ti;t;r;---k€! Namun, saya juga ingin dengan penjelasan ini, manakala ada aksi solidarjtas yang dilakukan oleh sejundah kalangan di lndonesia, yang lebih nremiliki perspeklif solidaritas kerunusiaan, maka saya berharap beotuk solidaritas ini juga bisa dilakukan dengan cara yang tepat. ] - '::ril'.1 Podcast Feed -*_.i Sa udara-saud a ra. Saya ingin rremulai dengan rEmberikan penjelasan inti dari perrosalahan etnjs Rohingya yang ada di Myanmar. Yang terjadi sesurrgguhnya adalah konllik konrunal, konflik horizontal, antara etnis Rohingya dengan etnis Rakhine, sanra seperti yang terladi di negeti kita sekian tahun yang lalu, konflik komunal di Poso dan di Ambon. Kebetulan, etnis Rohingya itu beragam lslam, sedangkan etnis Rakhine itu beragama Euddha. Et,)is Rohingya sendiri sesungguhnya berasal dari Bangladesh. Meskipun sudah sampai tjngkat enrpat generasi keberadaan etnis Rohingya ini di Myanmar, tetapi nErr€ng kebijakan dasar Pemerintah Myanrr€r belum rengakui sebagai salah satu dari 135 etnis yang ada di negeri itu. Sindikasi Berila Benar, Sau{.jara-saudara, pada bulan Mei dan Juni yang lalu terjadi iniensitas konflik atas dua etnis itu, yang rengakjbalkan 77 orang nreninggal dunia, bukan seperti yang diberitakan, katanya ribuan orang; 109 orang luk&luka: ffi r'}'tr {.-t. kurang lebih 5.000 rurnah daiam keadaan rusak atau terbakar; 17 masjid rusak; 15 rnollaslenes rusak. Masjid tentu lslam, sedaugka{r /nonasle4t/adalah rurEh ibadah bagi yang lt€ragam Buddha. rumh ibadah bagi yang beragama i n i ; i'..--i rHiEF-qq -ri-}; Hffi$a*{f,rffi Kemudian, kita ketahui ada isu keronusiaan setelah terjadinya konflik berskaia yang relatif tinggi itu. Sekarang tercatat, pengungsi Rohingya yang tadinya 28.000 berada di tempat-tempat pengungsian, kini meningkat renjadi 53.000Pengungsi Rakhine berjunlah 24.000. [4ernang, ada penilaian bahwa penanganan pengungsi Rakhine ini oleh Pem€rintah Myanmrdinilai lebih baik. Tetapi sebaliknya, atensi atau penanganan etnis Rohingya oleh PBB, oleh etnis Rakhine, dianggap lebih baik. Dan, juga ada kecemburuan dalam penanganan kedua komunitas itu. Sejauh ini, Saudara-saudara, tidak ada indikasi genocide atau genosida. Sedangkan, satu hal yang perju diketahui oleh rakyat lndonesia, bahwa elnis Rohingya llu dulunya berasal dari Bangladesh. Tetapi, dalam hal konflik yang terjadi atas einis Rohin3ya dengan etnis Rakhine inl, P€merintah Bangladesh rnernilih untuk tidak lkut campur, tidak rnentantu juga etnis Rohin3ya. Bahkan, ketika terjacji cJash kenErin, perbatasan kedua neoara ditutup. rlrri B. Saudara-saudara, Dari penjelasan itu, mari kita lihat apa yang dilakukan oleh Pemerintah Myanrnar. Apa yang saya sampaikan ini b€rasal dari penjelasan Menteri Luar Negeri, Saudara Mady Nalaleg#a, yang juga terus berkomunikasi, niengikuti perkembangan situasi, dan juga penjelasan dari Duta Besar lndonesia untuk lryanmar. Iadi siang, saya berkonunjkasi cukup panjang dengan duta besr kita yang ada di Myanmr, untuk nEndengarkan penjelasan dan keterangan yang benar, yang utuh, dan yang oblektif. Sebenarnya, Pemerintah Myanmar juga berusaha untu( rengatasi. Kita ketahui, Pen€rintah Myanmar sekarang ini, atau Myanmar, itu tengah rnelakukan upaya yang juga sangat serius untuk rnelanjutkan dernokratlsasinya, rekonsiliasi di antara pihak-pihak yang berseberangan dulu, dan.juga natlon building, rrembangun kembali persatuan, kebersanraan di antara semua komunitas at'au komponen yang ada di Myanrur setelah dilaksanakannya perilihan umum beberapa saat yang lalu, yang dilanjutkan dengan rekonsiliasi. Mernang dalam kailan ini semua, ada kritik dari dunia terhadap Myanmar, utarnanya yang berkaitan dengan penanganan konflik yang melibatkan elnis Rohingya dengan etnis Rakhine. Antara lain, Perrerintah Myannrar dianggap diskriminatif, dianggap kurang rnemberikan proteksi kepada ninoritas. dan kemdian penyelemiannya juga tidak tuntas. MyannEr juga rnendengar kritik-kritik ini, sebagairnana dulu kiia pada saat sedang sec€ra sangat aktif nEnangani konflik komunal di Poso dan di Ambon, lndonesiajuga dianggap tidak nrelindungi komunitas mjnoritas di lndonesia, yang dinraksudkan adalah komunitas Nasrani, karena lndonesia dianggap 90% lebih beragama lslam, yang sebenarnya tidak ada diskrimlnasi seperti itu. Kita ingin adil dan memberikan perlindungan kepada semua pada saat itu. Saudara-Saudara, Saya ingin rnelanjutkan. Pascakerusuhan Mei dan Juni yang dilakukan Pernerintah Myanmar, antara lain, nEmbentuk komite investigasi, kemudian rnengundang dan bekerja sanE dengan Badan PBB yang disebut dengan UNHCR dan juga World Food Programre, lembaga yang menangani pangan sedunia. Sebenarnya, pada bulan Maret, Myanrnar rn€ngirimkan lim ke Indonesia. Mereka adalah terdiri dari Komnas HAI4 Myanrer dan Komisi Hak Asasi Perempuan dan Anak Myanrnar. Mereka datang ke Indonesia uniuk rnelaksanakan studi banding, untuk, kalakanlah, rnendapalkan pengalarnan lndonesia dalam rnelindungi dan rn€mproteksi hak-hak asasi nlanusia, terrr€suk kaum p€rempuan dan anak-anak, dan pengalarnan lndonesia di dalanr rnelaksanakan resolusi konflik komunal, nengingat nnreka juga n€nghadapi dan sedang mengatasi konllik komunal seperti itu. Belum lanE ini, Pennrintah Myanmar juga mengundang Persenkatan Bangs+Bangsa, dan sejun{ah organisasi di bawah Perserikatan Bangs+Bangsa, dan Korps Diplonratik, apakah duta besar, wakil duta besar, atau pejabat senior lainnya di kedutaan besar negara-negara sahabat di [,4]'ann€r, untuk nreninjau dan datang langsung ke ternpat kerusuhan yang terjadi pada bulan Mei dan .Juni yang lalu. Dalam kunjungan ke lokasi itu, Duta Besar lndonesia juga ikut. Denikian juga sejurnlah dula besar dan wakil duta besar dari negara-negara lsiam, misalnya Pakistan, Saudi Arabia, Kuwait, dan lain lain. Itulah yang lndonesia ketahui, apa yang dilakukan oleh Pererintah lvlyanror untuk rrenyelesaikan dan rmngatasi konflik yang melibatkan etnis Rohingya dan etnis Rakhrne di negara itu. Saudara-saudara, Sekarang, untuk n€njadi pengetahuan rnasyarakat luas, saya ingin n€nyampaikan apa sala yang dilakukan oleh lndonesia, utamanya Pererintah lndonesia. Pererintah seera baik multilateral dan regional aktif untuk ikut nrembahas perrusalahan yang berkaitan dengan etnis Rohingya iri, baik di PBB, di ASEAN reupun forumforum yang lain Se€ra bilateral, kita juga aktif renjalin diplonrasi cian kerja sane. Kemudian, untuk diketahui, ketika banyak negara yang renolak rnenerima kedatangan para pengungsi dan pencari suaka dari etnis Rohingya ini, di negara-negara ASEAN ini, di negara Asia Tenggara, lndonesia sebenarnya rnenerinEl kedatangan rnereka. Dan, sekarang tercatat ada 270 pencari suaka dan 124 pengungsi Rohingya, yang kemudian lndonesia bekerja sarna dengan badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan lembaga internasional iainnya untuk menyeles€ikan, rnemberikan status, menyalurkan pada pihak ketiga, dan sebagainya. Kita tuga telah dan terus nElakukan aksj kernanusiaan yang berkaitan dengan nesalah etnis Rohingya ini. Tadi malam, saya telah nEmpersiapkan surat, dan lnsy3 Allah hari ini terklrim surat saya kepada Presiden Myanmar, Presiden Thein Sein, yang rnengungkapkan harapan lndonesia kepada Pererintah N4yanrnar untuk rnenyelesaikan perrnasalahan atas etnis Rohingya ini dengan sebaik-b3iknya. Tentu saja, saya tidak bisa jelaskan seera rinci isinya karena surat ini saya tujukan pada Presiden Myanror,jan bahkan beliau belum n€nerimanya. Sayajuga rnengusulkan, [,'lenlu akan nElanjutkan diplonnsinya seCara aktif agar, setelah MyannBr nengundang Perserikatan Eangsa-Bangsa danjuga para diplornat asing yang bertugas di Myanrnar, saya sekali lagi rnengusulkan untuk rnengundang negara-negara yang tergabung dal?m Organisasi Kerja Sann lslam atau OKl, dan OKI itu sendira untuk datang langsung ke lokas. Dengan dedkian, bisa rnengetahui situasi yang sebenarnya. Dan kemudian, harapan saya, OKl, PBB, ASEAN, tentu Indonesia di situ bersam Myanrnar, bisa bekerja sarna untuk menyelesaikan solusi yang baik. Saudara-saudara, Yang jelas, diplomsi yang kita lakukan dengan upaya apa pun yang kita lakukan, lndonesia ingin dan sungguh berharap agar konflik komunal yang rengakibatkan perrmsalahan kensnusiaan atas elnis Rohingya itu benar-benar ditangani dan diselesaikan secara bijak, adil, tepat, dail tuntas. Di bidang aspek kemanusiaan, lndonesiajuga sungguh berharap dan rnenyerukan kepada Myanrnar, agar perlindungan minoritas sungguh diberikan dan pembangunan kembari perkampungan yang rusak itu juga bisa dilakukan. Saya n€nggarisbawahi hal ini karena kenyataannya sekarang yang ada oalamcantVcamp pengungsi sebagian besar adalah etnis Rohinqya. lndonesia sendiri siap untuk n€mberikan bantuan dan kerjasanEnya, sebagaimana yang lndonesia lakukan di waktu yang lalu, tahun{ahun berselang, rEmbantu, rnendukung Myannnr untuk rr€lanjutkan proses denpkratisasinya dari 3 2l/0112014 7:08 Prediden Republik Indonesia - Dr. F{. Susilo Ilarrrbang Yudhoyono llle:llll'.lrevisi sidang/Presiden Republik Indonesia - Dr. H. Stsilo t}.. sehingga alhamdulillah Myannrar, setelah rnenyelenggarakan pernilu oleh dunia, dianggap rnen'jliki perubahan yang nyata dan nrelanjutkan proses dernokratisasinya. Saudara-saudara. Yang terakhir, saya ingin n€ngajakdan nrnyerukan kepada saudara-saudara kjla, rakyat Indonesia, utamanya komunitas dan komponen-komponen tertentu yang merasa n€riliki solidaritas yang tinggi untuk rnemberikan bantuan kernanusiaan atas saudara-saudara kita, elnis Rohingya, yang ada di lVyanrnar. Saya berterinra kasih dan rnernberikan penghargaan yang tinggi atas kepedulian dan solidaritas itu. Agar bentuk kepedulian'ilan solidaritas itu bisa diwujudkan dengan cra yang lepat dan dengan sasaran yang tepal, saya berharap, berkonsult:rsilah dan lTremberitahulah Pernerintah lndonesia. Dalam hal ini, penjurunya adalah Kernenlerian luar Negeri. Di waklu yang lalu, banyak sekali spontanilas, solidaritas, dan begilu sa;a kornponen-komponen di lfldonesia datang ke negara-negara lain. Kemudian ketika ada mslah dip,ornatik, nnsalah,r'isa, m€salalt keanlanan bahkan, akhirnya pernerinlah yang harus turun tangan dan kemudian menyelesaikannya. Tentu, kita tidak berharap hal-hal begitu terjadi lagi sekarang dan di mau depan. Saya hargai kepedulian dan solidaritasnya. Dan sekali lagi, agar benatrbenar lepat sasaran dan tepat €ra, berkoordinasilah dan berkonsultasilah dengan negaranya sendiri, perrerintahnya sendiri, Pen'€rintah Republik lndonesia. Dan, Saudara-saudara, hubungan kita dengan Myanmr dekal, sesama negara ASEAN. Saya ingin kepedulian, solidaritas, dan tawaran bantuan lndonesia untuk ikut nrencarj solusi atas konflik komunal dl negara itu, di satu sisi benar-benar bisa rnenyalurkan dan rrewujudkan perhatian dan kepedulian rakyat lndonesi;r, t€jtapi di sisi lain juga jangan nrenimbulkan salah persepsi dan salah terirna dari negara L4yanrnar. lngat, ketika dulu ada konflik di Poso dan Ambon, dan oahkan di Ach, sebagai Presiden, saya nEnolak dan tidak bisa rnenerima begitu sa.ia kalau ada unsur-unsur asing datang ke negeri kiia, dengan alasan kldonesia tidak sunggLlh rnenyelesaikan rrnsalah itu, apalagi tidak remberikan proteksi dan pedindungan pada kaunt trinoritas. OIeh karena itu, marilah kjta jaga semuanya ini. Dan permyalah bahwa Pernerintah lndonesia ahan berbuat apa yang rnesti diPerbuat, sekali lagi, untuk misi kemanusjaan di satu sisi; namun yang kedua, sebagai sesarna negara ASEAN, kita juga ingin berkontribusi urtiuk rencari solLrsi yang baik. Dengan demikian, mernbawa kebaikan bagi N4yanmar sendiri, bagi Indonesia lentuny;:, dan bagi ASEAN, dan bahkan bagi dunia. Demikianlah, Saudara-saudara, penjelasan saya Terirr€ kasih atas p€rhatiannya. Wa$al amu' al ai ku m Wa rah matu! I ahi Wa ba rakatu 11. Biro Pers, Media dan lnforntasi Sekretariat Presiden Redaksi @2006-2009 I Syarat & Kondisi I Peta Situs I Kontak situswebResmiPresidonRepubliklndonesia-Dr.H.susiloBambangyurlhoyono Hak Cipta dilindungi Undang-undang