KEBIJAKAN PEMERINTAH SUSILO BAMBANG

advertisement
KEBIJAKAN PEMERINTAH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY)
DALAM PENYELESAIAN KEKERASAN ETNIS MUSLIM ROHINGYA
DI MYANMAR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Diah Nurhandayani
106083003627
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
li
l S tJ S I t.0 ti,\Fl llANG Y U III IO YONO (S BY)
DALAN'l I'liNYIit,liS.,\L\N KIil{tiltAS,\N lill'NlS l\{US[,lN'l tfoIIINGYA
KIi ll I.!r\
tr(A
PliN'l li
R,
l
N'l'A
l
DI 1\IYANI\{AII
Skripsi
Dia.1ukan untuli ltlemenuhi Persyaratan Mernperoleh
Cclar Sarjana Sosial (S.Sos)
olch:
Diah NLrrhandavani
l
06083003621
t)i Ilurvalr Ilirnbingan
l)cmbirrr
'---'
!.)
,-//,
Penrbi rnbi ng Akadernik
-------
f
Dr Ali
Madl-i]nl:lual.rvl-$=i
Nli):
NII)-
19651
unhanif
121992031004
PI{(}GRAh,I S'fT]DI II,h,I L] IIIJITTINCAN IN'TIiITNASIONAI,
IIAI{TIT,TAS II-S,{L] SOSIAI. DAN ILIVIU POI,ITII(
tJNIV[]II.SI1'AS ISl,Ah/l
I\ticlill.l
SYAI{I F
,IAI{AITl'A
20r3
I I I DAYA'I'ULLAII
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul
:
KEBIJAKAN PEMERINTAH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SB}}
DALAM PENYELESAIAN KEKERASAN ETNIS MUSLIM ROHINGYA DI
MYANMAR
1.
2.
3.
Merupakan karya hasil saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri rufN)
Syarif Hidayatullah J akarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayahrllah Jakarta.
Jika di kemudian hari terbuldi bahwa karya saya ini bukan hasil asli karya
saya atau merupakan hasil jipalakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
J
akata, 1 6 Desemb er
20 13
Diah Nurhandayani
Ptritsilf
iJJLJn
N PIIMBIMtJINC SKRIPSI
Dengan ini,.Pembirrrbing Skri1rsi Menyatakan bahrva nrahasislva
Narna
NiM
: Diah Nurhandayani
: 106083003fi27
Program Stlldi : Ilulrungan Int:rnasional
Telah rnenyeiesaikan penuiisan skripsi dengan judul
KEB]JAKAN PEMI-]ITINTAJI SUSILO BAMI]ANG YUDI,IOYONO (SBY)' DAI-AM
I'ENYEI,ESN IN N KIKI-'ItAS]AN III'NIS MUSi,IM ITOIIINCYA DI MYANMAiT
Dan telah memenuhi persyaraian urntr,rk diu,jr.
Jakarta, l6 L)cscrnbcr 20 l3
Mengetahui,
Menyetujui,
Ketua/ Sekretaris Prosrarn Studi
Pernbirnbin
/p
Agus Nihnada Azrni, M.Si
M. Adian Firnas, M.Si
NIP: I 97808042009 121002
NIP-
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
KEBIJAKAI\ PEMERINTAH SUSILO BAMBAI\G YTJDHOYONO (SBY)
DALAM PEIYYELESAIAN KEKERASAN ETNIS
MUSLIM ROHINGYA DI MYANMAR
Oleh
Diah Nurhandayani
106083003627
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarla pada tanggal tanggal 24
Desember 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Prograrn Studi Hubungan Internasional.
Ketua,
Agus Nilmada Azmi, M.Si
NIP: 1 9780 80 42009121002
Sekretaris.
/
z---\
/ ;
'
/-
/"1t'
Agus Nilmada Azmi, M.Si
MP: 1978080 42009121002
Penguji
Agus Nilmada Azmi, M.Si
NIP: 1 97808042009121002
Alfajri, M.A
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 24 Desember 2013
Ketua Program Studi Hubungan Intemasional
FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kiky Rizky, M.Si
NIP: 1973032 1200801 r002
ABSTRAK
Skripsi ini mengetengahkan permasalahan kekerasan etnis yang terjadi
pada etnis Rohingya di Myanmar. Kekerasan yang terjadi berlangsung secara
sistemik dan bermuara pada pembersihan etnis yang tidak dibenarkan oleh
Undang-undang dan peraturan Internasional manapun. Indonesia sebagai Negara
anggota ASEAN yang disegani hendaknya dapat berperan dengan asas
kemanusiaan untuk membantu penghentian konflik berkepanjangan ini . Skripsi
ini berusaha mengananlisis kebijakan SBY (susilo Bambang Yudhoyono) untuk
membantu penghentian kekerasan dan pembersihan etnis tersebut.
Kekerasan ini telah terjadi beberapa decade dan belum dapat terselesaikan.
Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dan wawancara dengan
beberapa pengungsi rogingya. Dari studi ini menemukan bahwa Presiden SBY
menerapakan kebijakan yang tidak tegas dan tidak konsisten. Dengan bukti tidak
ditemukannya upaya-upaya kongkrit SBY untuk menyelesaikan tragedi
kemanusiaan ini baik pada level regional (ASEAN) atau internasional (PBB).
Yang terjadi justru kebijakan ‘diam’ terhadap lembaga-lembaga kemanusiaan,
organisasi massa, institusi keagamaan yang secara faktual mendukung bangsa
Rohingya baik secara moral ataupun material. Diamnya SBY dapat ditafsiri
sebagai sebuah kebijakan pemerintah yang taat kaidah non-interference sesama
anggota ASEAN. Jalan yang ditempuh SBY justru memperkuat kerjasama
bilateral berbasis pendekatan ekonomi, demokratisasi dan rekonsiliasi nasional.
Selain dari pada itu, SBY juga mengoptimalisasi jalur lain untuk upaya
penyelesaian konflik yang ada dengan forum Bali Process dan pertemuan-ASEAN
ASEAN demi mengusahakan status hukum untuk komunitas Muslim Rohingya.
Forum-forum internasional lain juga dimanfaatkan seperti pertemuan bersama
Organisasi Kerja sama Islam (OKI) dan lainnya untuk membantu penghentian
konflik etnis yang dapat berdampak negative bagi stabilitas regional dan
internasional. Semua yang dilakukan dapat ditengarai sebagai bentuk mewujudkan
kepentingan nasional.
Keywords: Pembersihan
Kepentingan nasional.
etnis,
kebijakan
Susilo
Bambang
Yudhoyono,
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT , atas segala rahmat dan nikmatnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul KEBIJAKAN PEMERINTAH
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY) DALAM PENYELESAIAN
KEKERASAN ETNIS MUSLIM ROHINGYA DI MYANMAR. Sebagai
syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada jurusan Hubungan Internasional.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa
Terimakasih kepada:
1. Kepada Orang Tua Penulis Bapak Nurhadi dan Mama Siti Romlah Tercinta
yang telah memberikan yang terbaik untuk penulis, baik Kasih sayang,
Kesabaran, Perhatian, dan telah menjadi orang tua terhebat sejagad raya, serta
doa yang tentu takkan bisa penulis balas.
2. Kepada Dosen Pembimbing Penulis Bpk. M. Adian Firnas, M.Si yang telah
membimbing penulis dalam memahami permasalahan di dalam skripsi ini,
meluangkan waktu untuk membaca skripsi ini. Terimakasih atas kesabaran,
arahan dan ilmu yang telah Bapak Adian berikan selama ini.
3. Bapak Ali Munhanif Ph.D. selaku Penasehat Akademik
4. Bapak Kiki Rizky, M. Si selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Jakarta
5. Bapak Agus Nilmada Azmi M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Hubungan
Internasional
6. Bapak Nazaruddin Nasution, MA, Bapak Armen Daulay, Drs. M.Si, Bapak
Arisman, M.Si, Ibu Rahmi Fitriyanti, M.Si, Ahmad Alfajri, MA. dan juga
seluruh staf Dosen di jurusan Hubungan Internasional yang telah mengajarkan
dan membagi ilmunya kepada penulis selama masa studi di UIN.
7. Staff Program Studi Hubungan Internasional Pak Jajang, Pak Amali penulis
mengucapkan terimakasih yang sudah banyak membantu dalam proses
administrasi penulis.
8. Kepada Bapak Rofiq selaku pengungsi Etnis Rohingya yang berada di Cisarua.
Penulis ucapkan terimakasih atas kesediaan waktunya untuk diwawancarai dan
menjelaskan secara detail mengenai kondisi di Myanmar pasca terjadinya
konflik etnis Rohingya di Rakhine.
9. Untuk kedua kakak penulis Mas Agung dan Teteh Mida Nuraida terima kasih
atas segala perhatian, kasih sayang, dan motivasi serta doanya.
10. Sahabat-sahabat penulis Telor Ceplok (Dian, Desty, Crista), Astrid (acyd), Jeng
didis, Atik, Mbak Qory, Kismayeni, Irvan, Natiqoh, Rahmah, Kwe, Adnan,
Nanda, Hanifa, Susan dan Icha yang turut serta membantu penulis dalam
mencari dan mendapatkan bahan-bahan untuk skripsi ini.Serta teman-teman HI
lainnya Angkatan 2006 yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu, namun
tanpa mengurangi rasa hormat terimakasih kepada kalian.
11. Buat Sahabat penulis yang telah tiada (Alm. ) Izzun Nahdliyah. Terimakasih
telah menjadi sahabatku yang baik, ,yang sabar dan tidak pernah marah dan
terimakasih telah menjadi pendengar yang baik, yang dengan penuh kesabaran
mendengarkan semua cuhatan penulis. Terimaksih atas motivasi, doa dan
dukungan semangat, serta pengertian dan perhatian mu menemani hari-hari
penulis dengan penuh canda tawa. Penulis tidak akan pernah melupakanmu.
12. Keluarga besar penulis yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
Terimakasih kepada nenek tercinta atas doa, dan Motivasi. Tidak Lupa penulis
mengucapkan terimaksih kepada Keluarga Besar Ummi hafni, Kel. Besar
Mamah Miming, Uwa Untung, Tante Umi, Tante Sari, Bekni, Agus, Mbak
Anis, Ibu Mukti, Mama Kriting (Ibu dian), dan semua sanak saudara yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan, semangat dan
Doa kalian selama ini kepada penulis.
13. Terimakasih kepada Sahabat kecil penulis Nadiyah, Lilis. Terimakasih yang
telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi dengan segala
bantuan baik dalam tukar pikiran dan menyemangati.
14. Terimaksih kepada yang jauh disana entah dimana keberadaannya sekarang
(AMM). Penulis mengucapkan Terimakasih selalu memberikan motivasi dan
yang tidak pernah bosan untuk mengingatkan Penulis Untuk Menjadi Seorang
Anak yang bisa dibanggakan oleh Orang Tua, dan menjadi seorang Anak yang
bertanggung Jawab akan sudah menjadi Kewajiban nya Yakni menyelesaikan
Kuliah.
15. Semua Pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak
dapat disebutkan satu persatu, terimakasih.
Terimakasih atas segala bantuan yang tidak ternilai harganya. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena ittu,
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan
demi perbaikan kedepannya.
Jakarta, 16 Desember 2013
Diah Nurhandayani
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………………………….V
KATA PENGANTAR………………………………...................................................................VI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….IX
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………………………..X
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………………………..1
1.2 Pertanyaan Penelitian………………………………………………………………..10
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………………….10
1.4 Tinjauan Pustaka…………………………………………………………………….10
1.5 Kerangka Pemikiran………………………………………………………………....12
1.5.1
Teori Kepentingan Nasional………………………………………………....12
1.5.2 Kebijakan Luar Negeri……………………………………………………....15
1.6 Metode Penelitian…………………………………………………………………...17
1.7 Sistematika Penulisan………………………………………………………………..19
BAB II GAMBARAN UMUM KONFLIK ETNIS-SEKTARIAN DI RAKHINE
A. Sejarah Komunitas Rohingya………………………………………………………...21
B. Akar Konflik Secara Historis………………………………………………………...26
C. Kebijakan Politik Pemerintah Myanmar…………………………………………......29
BAB III ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
DALAM PENYELESAIAN KONFLIK ETNIS ROHINGYA DI MYANMAR
A. Kebijakan Dalam Negeri
a.1.1 Kebijakan Terhadap NGO, Lembaga Kemanusiaan dan Media Massa………….32
a.1.2 Alasan Mengungsi Ke Indonesia…………………………………………………42
a.1.3 Kebijakan Terhadap Imigran Rohingya…………………………………………..43
B. Kebijakan Luar Negeri
b.2.1 Kebijakan Bilateral……………………………………………………………….46
b.2.2 Kebijakan Di ASEAN…………………………………………………………....50
b.2.3 Kebijakan Internasional Dalam Kaitan Penyelesaian Kasus Rohingya…………..51
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………..52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
ACT: AksiCepatTanggap
ASEAN: Association Of South-East Asian Nations
DD : DhompetDhuafa
DVB: Democratic Voice Of Burma
IOM: International Organization For Migration
HAM: HakAsasiManusia
HRW: Human Right watch
MDMC
: Muhammadiyah Disaster Management Center
NGO: Non-Governmental Organization
OKI: OrganisasiKonferensi Islam
PBB: PerserikatanBangsa-Bangsa
PBNU
: PengurusBesarNahdhatulUlama
PMI: PalangMerah Indonesia
RI: Republik Indonesia
RNDP: RakhineNationalitis Development Party
SBY: SusiloBambangYudhoyono
UN: United Nations
UUD 1945:Undang-undangDasar
UNHCR: United Nations High Commissioner for Refugess
WNI: Warga Negara Indonesia
KEBIJAKAN PEMERINTAH SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY)
DALAM PENYELESAIAN KEKERASAN ETNIS
MUSLIM ROHINGYA DI MYANMAR
1.1
Latar Belakang masalah
“Kekerasan (terhadap komunitas Rohingya di Myanmar) yang terjadi belakangan ini,
bukanlah hal yang luar biasa. Karena hal demikian telah terjadi terhadap kami sejak sekian
waktu yang lalu!”, ucap Muhammad Rofiq (35 tahun) salah satu pengungsi Rohingya yang
tinggal di tempat penampungan sementaranya di kawasan Cisarua sejak 13 Agustus 2012
(Wawancara dengan Rofiq di kediamannya di Cisarua 25 Agustus 2012). Dan salah satu
bukti kongkritnya adalah diri dan keluarganya sendiri yang „terdampar‟ di Cisarua sejak
Desember 2011.
Rofiq dan isteri yang ditemani oleh dua orang anaknya adalah salah satu pengungsi
korban kekerasan penduduk mayoritas Rakhine wilayah arakan. Perjalanan panjang Rofiq
dari Arakan dengan satu anak menuju Bangladesh, kemudian menembus perbatasan
Thailand, lalu menyeberang Malaysia (di sini anak keduanya lahir) dan mengarungi laut
menembus perbatasan Malaysia-Indonesia dan akhirnya berlabuh di pulauTanjung Pinang,
Riau di medio pada tahun 2011 (Wawancara dengan Rofiq di kediamannya di Cisarua 25
Agustus 2012).
Hal serupa juga dikisahkan oleh Karimullah kebetulan sama bermukim sementara di
perumahan sederhana di Cisarua sejak Oktober 2011 lalu. Karimullah terpaksa lari dari
kekerasan etnis-sektarian yang mengancam hidup mereka. Bahkan dari penuturan
Karimullah ia mengalami patah tulang belakang akibat penyiksaan yang dilakukan oleh
aparat Nazaka, polisi perbatasan yang belanja di toko miliknya tanpa membayar. Saat
ditanya bayarannya, bukan uang yang ia dapat justru pemukulan dengan benda tumpul
1
kesekujur tubuhnya. Anehnya, saat hendak dirawat pihak RumahSakit menolak
kehadirannya karena beretnis Rohingya (Wawancara dengan Karimullah tanggal 25
Agustus 2012) .
Wilayah Arakan atau wilayah yang kini disebut Rakhine, bagi Rofiq dan Karimullah
bagai hidup dalam penjara raksasa dengan segala bentuk aniaya yang mengancam hidup
mereka setiap saat. Mengungsi adalah pilihan terbaik. Orang tua, anak, saudara semua
berlari sekuat tenaga melewati perbatasan untuk menyelamatkan diri masing-masing. Di
Cisarua, Rofiq dan Karimullah yang merupakan saudara sekandung kembali bertemu
setelah berpisah sejak melarikan diri dari kekerasan yang terjadi di rakhine (Wawancara
dengan M.Rofiq tgl. 25 Agustus 2012).
Dua penuturan pengungsi Rohingya tentang apa yang mereka alami di atas
menggambarkan kondisi faktual tentang kekerasan dan diskriminasi terorganisir yang
menimpa etnis Rohingya. Kekerasan ini, menurut catatan sejarah telah berlangsung sejak
beberapa dekade lalu dan terus terjadi yang mengakibatkan ribuan orang meninggal dunia
serta 140 ribu terusir dari kediaman mereka di negara bagian Rakhine, 800 ribu tidak punya
kewarganegaraan ( Patterik Wiggers 2002: 9 dan www.unhcr.org). Bahkan dalam catatan
sejarah, kekerasan ini sudah terjadi sejak 1784 yang lalu ketika Raja Burma Bodawpaya
menaklukan Arakan. Ketika itu tidak kurang dari 200 ribu rakyat Arakan terbunuh dan 2/3
penduduk Muslim Arakan eksodus ke wilayah Chittagong (Cox Bazar sekarang) atau
sekitar 400 ribu orang.
Menurut Chris Lewa, direktur pada Rohingya advocacy group (www.reuters.com),
sejak kemerdekaan Burma pada tahun 1948 etnis Rohingya secara perlahan diperlakukan
secara deskriminatif dan tidak diikutsertakan dalam proses nation-building (proses
politik)yang terjadi. Contohnya, dalam akta Kewarganegaraan 1948 yang didasari oleh
prinsip jus sanguinis yaitu undang-undang yang secara original bermakna right of blood
2
atau hak darah yang dikenal tahun 1902 di mana mengatur kewarganegaraan seorang anak
yang mengikuti kewarganegaraan seorang bapak (www.merriam-webster.com) dan
identifikasi tiga kategori kewargaan yaitu warga negara penuh, asosiasi dan naturalisasi.
Kewarganegaraan penuh hanya dimiliki oleh 135 suku nasional yang mendiami
Myanmar sebelum tahun 1823 yaitu tahun kolonialisasi Inggris di Arakan. Anehnya,
Rohingya tidak masuk dalam daftar 135 suku di atas. Sementara kewargaan asosiasi
diberikan kepada mereka yang mendaftar kewarganegaraan dengan rujukan Akta 1948 atau
yang
disebut
dengan
Union
Citizenship
Act
1948
(www.burmalibrary.org).
Kewarganegaraan naturalisasi dapat diberikan kepada mereka yang datang dengan bukti
kongkrit bahwa pertama, ia masuk dan mendiami Myanmar sebelum kemerdekaan (4
Januari 1948);kedua, dapat berbicara salah satu bahasa nasional; dan ketiga, punya anak
yang lahir di Myanmar (Chris Lewa: 11-12). Dengan regulasi demikian, hanya sedikit sekali
dari warga Arakan yang dapat memenuhinya.
Pada tahun 1989, kontrol unik terhadap warga negara kembali diberlakukan yaitu
dengan kartu berwarna. Kartu berwarna pink berarti warga negara penuh, warna biru berarti
warga asosiasi dan hijau warga negara naturalisasi. Di sini, Rohingya tidak mendapatkan
warna apapun (http://www.the-platform.org.uk/). Sebuah kebijakan diskriminatif seperti
kebijakan apartheid Afrika Selatan dahulu dengan alapemerintah Rangoon yang
berlangsung dengan mulus tanpa terus oleh kritikan-kritikan lembaga HAM internasional.
Hak-hak asasi eksistensial (hak asasi untuk hidup) komunitas Rohingya di Arakan
secara telanjang dilecehkan.Sebuah kondisi yang membuat mereka rentan terhadap tindakan
brutal oleh komunitas Rakhine yang diduga didukung oleh oknum pemerintah.Maka ketika
terjadi penistaan terhadap mereka, pemerintah tidak bertindak apapun, bahkan
mendukung.Ini yang ditegaskan dalam laporan Human Right Watch.org yang berjudul,“The
Government Could Have Stopped This : Sectarian Violence and Ensuing Abuses in Burma‟s
3
Arakan State.”(http://www.hrw.org/). Bahkan High Commissioner for Human Rights, Navi
Pillay dalam statemennya tanggal 27 July 2012 menyatakan bahwa komunitas Muslim di
Arakan menjadi target kekerasan oleh aparat keamanan Myanmar(www.un.org).
Menurut Matthew F. Smith, kolomnis The Wall Street Journal yang berdomisili di
Bangkok (7/8/2012), aparat keamanan pemerintah membunuh dan mengepung minoritas
Muslim, menangkapi, memukuli dan menyiksa mereka secara kejam hingga mati. Tiga
puluh ribu orang Rohingya terdaftar sebagai pengungsi di kamp-kamp pengungsian di
Bangladesh, delapan puluh ribu lain terusir paska kekerasan bulan Juni 2012 lalu (The
Rohingya : a humanitarian crisis, www.aljazeera.com). Sementara pemerintah tidak
memberikan akses bagi bantuan kemanusiaan terhadap komunitas ini.Bahkan kebijakan
Rangoon terkesan membiarkan para pengungsi menderita kelaparan, tinggal di rumah tanpa
atap dan tidak ada perawatan medis.Ini merupakan kebijakan yang disebutnya sebagai
kebijakan penyiksaan
yang dilakukan oleh
Negara (The wall
Street
Journal,
www.online.wsj.com).
Seorang periset yang bekerja untuk Amnesty International, Benjamin Zawacki
“Penyiksaan terhadap Rohingya benar-benar sistemik.Ini adalah bagian dari system hukum
dan social Myanmar untuk mendiskriminasi orang-orang Rohingya dengan dasar
etnis…seluruh aspek kehidupan dipengaruhi oleh system yang dibuat dan menjadikan
penyiksaan dan diskriminasi menjadi sah.” (www.aljazeera.com)
Ini artinya berbagai kebrutalan agresi dan pelanggaran HAM oleh penduduk Rakhine
bersenjata yang terjadi sesungguhnya di-back-up aparat pemerintah dan agamawan Budha
terhadap komunitas Muslim tidak bersenjata di Arakan (www.:islamicforumeurope.com).
Sebuah realitas ironis yang terjadi di tengah maneuver organisasi-organisasi internasional
yang kerap tampil bak pahlawan dalam memperjuangkan penegakan HAM di banyak
negara dunia (contoh kasus pembantaian di Santa Cruz di Timor Timur) abad modern.
4
Reaksi dunia terhadap penembakan pemrotes Timor Timur di kuburan Santa Cruz di
ibukota Dili pada 12 November 1991 silam begitu luar biasa. Hal itu terjadi ketika video
penembakan tersebut ditayangkan di ITV Britania pada Januari 1992 dalam film First
Tuesday berjudul In Cold Blood : the Massacre of East Timor (Center for International
Studies, Cornell University, seap.einaudi.cornell.edu/node/10149) Kemudian tayangan ini
disiarkan ke seluruh dunia dan melahirkan tekanan-tekanan politik yang kuat bagi Jakarta
dan embargo bagi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) waktu itu.Kita hanya
bertanya, mengapa dunia begitu responsive dan reaktif terhadap peristiwa di atas?
Tindak kekerasan dan terror terhadap minoritas Muslim di Rakhine (Arakan) pada
awal Juli 2012 ternyata berlangsung cukup lama walau jumlah korban ribu orang dan jutaan
orang dipaksa keluar dari tanah tumpah darahnya sendiri. Lembaga-lembaga internasional
(Human Rights Watch, Human Rights Without Frontier, Simon Wiesenthal Center, Human
Right‟s Action Center, Amnesty International), yang biasanya tampil sebagai pahlawan
HAM selama ini bungkam, bisu dan tak berkutik. Oleh karenanya, derita Rohingya ini
menurut BBC News (11/3/2006) bagai unforgotten massacre atau pembantaian yang
terlupakan (www.bbc.co.uk dan www.washingtonpost.com). Artinya, nyawa-nyawa
manusia yang kebetulan beragama Islam ini tidak ada artinya bagi para pembela-pembela
HAM tersebut di atas. Hal ini dibuktikan dengan ribuan jumlah pengungsi Rohingya berada
di Bangladesh, Thailand, Malaysia, Indonesia dan Negara-negara lain sebagaimana
disinggung di atas.
Ketika semua masyarakat dunia bicara soal demokrasi dan hak asasi manusia,
pelanggaran HAM bekepanjangan terus terjadi di Myanmar tanpa ada upaya efektif yang
diprakarsai oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Amerika dan UniEropa. Padahal
jumlah korban demikian besar. Dan bahkan solusi yang ditawarkan oleh pemerintah
Myanmar yakni mengusir semua anggota etnis Rohingya. Hal ini menurut presiden
5
Myanmar Thien Sien sebagai the only solution yang disampaikan kepada komisioner
tertinggi urusan pengungsi Perserikatan Bangsa-bangsa paska pembantaian Juni 2012 lalu
dengan mengatakan : "We will take responsibility of our ethnic nationals but it is impossible
to accept those Rohingyas who are not our ethnic nationals who had entered the country
illegally. The only solution is to hand those illegal Rohingyas to the UNHCR or to send
them to any third country that would accept them,"(Kami akan bertanggungjawab terhadap
etnis nasional kita tetapi tidak mungkin menerima orang-orang Rohingya yang bukan
bagian dari etnis nasional yang memasuki negeri ini secara illegal. Satu-satunya solusi
adalah menyerahkan orang Rohingya kepada UNHCR atau mengirimkan mereka ke negara
ketiga yang mau menerima). Hal ini yang disampaikan Presiden Thien menyampaikan
kepada pejabat UNHCR, Antonio Guterres pada tangal 11 Juli 2012 lalu (www.unhcr.org)
Mengusir komunitas Rohingya yang menurut S.W. Cocks (a Short History of Burma :
1919 : h.146) bermukim ratusan tahun silam yang berjumlah lebih dari satu juta jiwa dapat
dikategorikan sebagai kejahatan kemanusiaan. Sebab tidak ada alasan hukum yang dipakai
untuk membenarkan tindakan ini. Bila hal itu terus terjadi di tengah „pembiaran‟ lembaga
internasional yang seyogyanya menyelesaikan derita berkepanjangan, bukan hal mustahil
yang demikian dapat „membakar‟ sentimen komunitas seagama dengan Royingya bertindak
secara individual ataupun komunal.Apalagi kekerasan terhadap Muslim Rohingya
dikesankan Dr. Gabriele Marranci (antropologis dan direktur Study of Contemporary
Muslim Lives Research Hub di Macquarie University) sebagai „religious persecution‟ yang
dapat memicu solidaritas religi di kawasan (http://www.aljazeera.com dan marranci.com).
Potensi ini bisa saja terjadi, bila pembiaran ini terus berlarut-larut tanpa akhir yang akan
mendestabilitasi komunitas lokal, regional dan internasional yang tentu akan merugikan
kepentingan nasional.Hal ini yang diamini oleh Sekjen ASEAN Surin Pitsuwan bahwa
komunitas internasional harus segera mengambil kebijakan cepat dan efektif menolong
6
penyelesaian persoalan masyarakat Rohingya.Sebab persoalan ini, menurut Surin
merupakan tantangan keamanan strategis yang dapat mendestabilisasi kawasan (www.
thejakartapost.com).
Apa yang diungkap Surin di atas boleh jadi benar. Sebab peristiwa ledakan bom
berdaya ledak rendah pada Minggu (4/8/2013) terhadap Vihara Ekayana Graha yang
berada di Jalan Mangga II, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat berjejak tulisan yang
berbunyi “Kami Mendengar Jeritan Rohingya” (www.http://news.detik.com). Artinya ada
indikasi pengkorelasiaan peristiwa tersebut dengan apa yang dialami oleh bangsa
Rohingya.Memang bagi beberapa orang, hal ini sulit dipahami.Peristiwa yang terjadi jauh
dari Indonesia, dapat berpengaruh terhadap sikap politik sebagian kecil orang di sini. Tetapi
ini boleh jadi tafsiran terhadap hadits yang berbunyi :„Sesungguhnya Muslim itu
bersaudara‟ dan hadits lain yang bermakna : “Barangsiapa yang tidak peduli dengan
saudara mereka lainnya, maka tidaklah ia menjadi bagian dari mereka.” Apapun motif
teror di balik kejadian tersebut ini tidak menjadi masalah bagi penulis. Tetapi sekecil
apapun jejak yang ditinggalkan pelaku, itu harus menjadi perhatian aparat keamanan dan
pemerintah. Sebab bila ini tidak ditindaklanjuti dengan kebijakan antisipatif terkait dengan
isu Rohingya dapat memicu peristiwa serupa di masa mendatang dalam skala yang bias
lebih besar.
Oleh karenanya, kondisi iniyang menjadi salah satu alasan mengapa Indonesia
sebagai salah satu negara terbesar di ASEAN untuk aktif berkontribusi menyelesaikan
konflik dan pertikaian etnis di Myanmar. Bila kondisi ini berlarur-larut dapat
mendestabilisasi kawasan sebagaimana diprediksi oleh Sekjen ASEAN di atas. Kondisi ini
semakin urgen ketika tidak ada satu negara anggota ASEAN pun yang all-out membantu
penyelesaian kasus ini yang bisa jadi terikat dengan komitmen pada prinsip noninterference policy terhadap urusan masing-masing negara anggota.Singkatnya, menurut
7
penulis peran aktif Indonesia dalam kasus ini dapat mewujudkan stabilitas nasional dan
perdamaian regional dalam jangka panjang.
Kendati demikian, secara faktual pemerintah Jakarta atau pemerintah Susilo Bambang
Yudhoyono menampakkan kebijakan dalam menyikapi kekerasan etnis atas komunitas
muslim rohingya di Myanmar. Hal ini tampak pada kenyataan bahwa pemerintah Indonesia
tidak secara eksplisit menggunakan pengaruhnya memberi tekanan terhadap pemerintah
Myanmar baik di forum ASEAN ataupun forum-forum internasional lainnya, walau banyak
statemen yang diucapkan SBY untuk berkomitmen membantu penyelesaian konflik
komunal yang terjadi (www.kemendagri.go.id). Tetapi lagi-lagi, itu tidak disinggung saat
bertemu presiden Myanmar Thien Sien dalam kunjungan presiden RI ke Rangoon pada
tanggal 23 April 2013 lalu. Kunjungan tidak lebih hanya sebagai penguatan hubungan
ekonomi dan investasi semata. Memang isu Rohingya bagi Myanmar adalah persoalan
sensitif dan eksistensial. Sebab kebijakan yang terkesan anti-Rohingya semakin tumbuh
berkembang di tengah 60 juta masyarakat Myanmaryang menganut agama Budha. Bila isu
ini diangkat oleh SBY dalam kunjungan tersebut dapat menyinggung „konsensus‟ nasional
Myanmar bahwa Rohingya harus ditempatkan di negara ketiga yang mau menerima
kehadiran mereka dan memicu keretakan hubungan bilateral. Hal ini dianggap konsensus
sebab keinginan untuk mengusir bangsa Rohingya tidak hanya diusulkan oleh Presiden
Thein Sein, tetapi juga oleh Biksu Win Rathu dan ketua partai Rakhine National
Development Party Dr.Aye Maung (democratic voice of Burma, http://archive.is/RSubU).
Kendati, sikap seperti ini dianggap tidak konsisten dengan apa yang kerap diucap terkait
kasus Rohingya. Sebab tidak ada satu kebijakan luar negeri atau dalam negeri (terkait
dengan para pengungsi Rohingya yang datang ke Indonesia) yang mewakili sikap
pembelaanterhadap kaum Rohingya.
8
Memang saat bertemu Presiden Myanmar Thein Sein dalam sesi pertemuan bilateral
di Phnom Penh, Kamboja, (Selasa 20 November 2012), Presiden SBY menawarkan bantuan
penyelesaian konflik etnis di negara bagian Rakhine (http://www.suarapembaruan.com).
Bahkan SBY menyarankan Presiden Thein Sein untuk mengundang negara-negara
Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang selama ini dilarang oleh Thein Sein untuk
mengunjungi lokasi konflik (http://www.suarapembaruan.com).Namun demikian tidak ada
tanda-tanda dan indikasi bahwa tawaran dan himbauan politik RI atas Myanmar
membuahkan hasil yang menggembirakan dan kekerasan kerap terulang kembali. Dan pada
tingkat kebijakan Luar Negeri RI ( Republik Indonesia) pemerintah SBY telah mengutus
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa tanggal 7-8 Januari 2013 untuk melakukan
diplomasi publik mencoba menekan pemerintah Myanmar supaya menghentikan kekerasan
etnis (www//khabarsoutheastasia.com).
Sejatinya, ketika misi Menlu MartyNatalegawa dan himbauan yang ada tidak berhasil
ada upaya diplomatik dan kebijakan luar negeri lain yang lebih efektif. Apakah itu dengan
mengundang sidang darurat ASEAN, UN atau lembaga-lembaga internasional lainnya yang
dapat menghentikan konflik berkepanjangan di Rakhine di atas.
Yang ada justru memberdayakan Palang Merah Indonesia (PMI) untuk terlibat
langsung dalam penanganan dan resolusi konflik di Negara itu. Misalnya, Pada tanggal 10
Agustus 2012 di bawah rombongan Jusuf Kalla (mantan wakil presiden Indonesia dan
direktur utama Palang Merah Indonesia (PMI)) mengirim bantuan kemanusiaan untuk
komunitas Rohingya berupa antara lain 500 paket kebersihan, 3.000 selimut dan 10 ribu
sarung.
9
1.2 Pertanyaan Penelitian
Di sini, peneliti melihat keterlibatan pemerintah SBY dalam penyelesaian kasus
kekerasan komunal di Rakhine adalah keniscayaan kepentingan nasional, regional dan
internasional.
Maka dalam konteks ini, pertanyaan penelitian yang diajukan adalah :
1. Bagaimana kebijakan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dalam
membantu
penyelesaian konflik Rohingya
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan SBY dalam membantu penyelesaian konflik
Rohingya.
2. Memberikan sumbangsih bagi para pengambil kebijakan, mahasiswa dan analis
terhadap kebijakan pemerintah Indonesia dalam membantu penyelesaian konflik
rohingya.
1.4 TinjauanPustaka
Kajian tentang derita komunitas Muslim Rohingya tergolong sedikit. Pada level
internasional, kajian hanya sedikit. Di antaranya adalah kajian Saiful Huq Omi (documentary
photographer dan pemenang National Geographic 1996, (www.saifulhuq.com) dengan judul
Fleeing Burma yang mengkaji tentang sebab musabab diaspora komunitas Muslim
Rohingya.Menurut penulis yang mengutip data UNHCR, tidak kurang dari 29 ribu orang asli
Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh (www.worldpolicy.org ).
Mereka bertahun-tahun berada di negeri jiran ini dengan menyandang status sebagai
imigran gelap dan hidup dalam satu tempat yang sempit untuk 16-18 orang. Jumlah ini hanya
sebagian dari 167 ribu pengungsi dan sumber lain mengatakan tidak kurang dari 210 ribu
10
orang mengungsi ke Bangladesh (www.pi.library.yorku.ca) yang terusir akibat kekerasan
yang dilakukan oleh militer Myanmar terhadap komunitas Muslim ini di tahun 1970an
(www. Synergiescanada.org).
K.C. Saha, kepala Bihar Public Service Commission, India, menulis pada jurnal
Refugetema lain terkait dengan Rohingya dengan judul “Learning from Rohingya Refugee
Repatriation to Myanmar” bahwa repratriasi pengungsi Rohingya terjadi pada 15 Mei 1992
ketika sebuah kesepakatan ditandatangani antara Menlu Myanmar dan Menlu Bangladesh di
awal 1992 lalu. Empat butir yang dicantumkan dalam kesepakatan itu adalah soal Azan boleh
dikumandangkan di masjid-masjid daerah dengan mayoritas Muslim, bebas berpindah dari
satu daerah ke daerah lain yang sebelumnya dilarang keras, komunitas Rohingya dapat
bepergian dari tempat pengungsiannya di Bangladesh ke Arakan untuk melihat kondisi yang
disiapkan untuk mereka jika kembali dan terakhir bagi orang Rohingya yang tidak punya
kewarganegaraan dapat mendaftarkan diri jika sudah kembali ke Myanmar(www.
Synergiescanada.org). Dan banyak lagi tulisan-tulisan ringkas dan liputan media tentang
pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh rezim Rangon dan penganut Budha di Myanmar
terhadap komunitas Muslim Rohingya (Arakan Report, IHH Insani Yardim Vakfi, Istanbul
Turkey, July 2012).
Demikian juga halnya pada level nasional, tema Rohingya belum menjadi konsen
banyak civitas akademika, para analis dan pemerhati. Salah satu buktinya, tidak banyak
tulisan serius terkait dengan kekerasan yang berlangsung di salah satu negeri anggota
ASEAN tersebut. Namun, salah satu karya ilmiah yang di level terakhir tadi berjudul
Penanganan Pemerintah Indonesia Terhadap Pengungsi Rohingya di Wilayah Indonesia
sesuai Konvensi 1951 (Convention Relating to the Status of Refugees) ditulis oleh
Kadarudin, peneliti Pusat Studi Hak Asasi Manusia, Universitas Hasanuddin(Jurnal
Jurishdictionary, vol. VI, 1, Juni 2010).Dalam tulisan ini Kadarudin menegaskan bahwa
11
penderitaan minoritas Rohingya bermula tahun 1978 yang berakibat ratusan ribu manusia
terusir, mengungsi ke perbatasan Myanmar-India, Myanmar-Bangladesh, dan tidak sedikit
wanita Rohingya dijual di tempat-tempat prostitusi di perbatasan Cina.
Penulis telah menelusuri banyak literatur yang terkait dengan tema Rohingya, tetapi
masih sedikit sekali yang menaruh perhatian terhadapnya apalagi secara spesifik
memperbincangkan tentang peran Indonesia dalam penyelesaian krisis kemanusiaan ini. Di
sini, penelitian penulis menjadi sangat berarti dalam mengangkat tema Kebijakan
pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam penyelesaian kekerasan etnis muslim
rohingya di Myanmar.
1.5 KerangkaPemikiran
Dalam penelitian ini penulis menggunakan bebrapa teori untuk mendukung
permasalahan yang sedang diteliti. Konsep-konsep tersebut yaitu Kepentingan Nasional dan
Kebijakkan Luar Negeri
1.5.1 Teori Kepentingan Nasional
Ketika membahas tentang peran Indonesia di kancah internasional tentu tidak lepas dari
teori kepentingan nasional yang menjadi substansi fundamental hubungan internasional
sebuah negara.
Banyak pihak membahas tentang teori ini, salah satunya adalah Michael Doyle Simpson
dalam tesisnya A Concept of the National Interest, Ia menyimpulkan bahwa kepentingan
nasional adalah kepentingan-kepentingan publik yang menggerakkan sebuah bangsa guna
meraih harapan dan komitmen pada karakter dan aspirasi bangsa ( Michael Doyle 1984:
129).Teori ini jauh dari konsep kepentingan nasional yang diusung oleh Hans J. Morgenthau
dalam tulisannya “Another Great Debate : the National Interest of the United States” yang
lebih menegaskan bahwa kepentingan nasional erat kaitannya dengan kekuasaan, pengaruh
12
dan kekuatan atau power ( Hans Margenthau 1952: 961-988 dan Umar Saryadi Bakri 1999:
60-61).
Tentu kepentingan nasional Morgenthau di atas dapat dipersepsi sebagai konsep yang
bernuansa sempit, antagonis dan tidak universal. Bisa dibayangkan bila semua negara dunia
menjalankan kebijakan luar negerinya dengan nasional interest masing-masing yang
bersandar kuat pada pengaruh, kekuatan dan kekuasaan, maka dunia akan kembali terseret
pada lembah gesekan dan konflik tidak berkesudahan. Oleh karenanya, Frankel seperti
dikutip Umar Saryadi melihat kepentingan nasional yang berlandaskan pada moralitas,
religiusitas dan nilai-nilai humanis. Konsep ini juga diamini oleh Nicholas Spykman yang
juga menambahkan aspek kepentingan kultural sebagai bagian integral dari kepentingan
nasional (Umar Saryadi Bakri 1999: 61).
Kepentingan nasional sebuah negara menurut Charles Evans Hunges merupakan
motivasi kuat dari kebijakan luar negeri dan hubungan internasionalnya (Umar Saryadi bakri
1999: 73). Bahkan yang menjadi konsideran atau determinan utama dan motor kebijakan luar
negeri atau hubungan internasional sebuah negara adalah national interest (kepentingan
nasional) itu sendiri.
Lebih dari itu, kebijakan luar negeri sebuah negara yang berlandaskan pada kepentingan
nasional menjadi landasan mazhab realist dalam hubungan internasional. Tentu dalam
mempraktekkan teori kepentingan nasional ini tidak semudah membalikkan tangan. Sebab
negara-negara besar dapat secara arogan memaksa negara kecil dan lemah atas nama keadilan
yang sesungguhnya artifisial (tidak murni) dan lain sebagainya demi kepentingan nasional
individualnya. Dalam hal ini, konsep keseimbangan kekuatan (balance of power) menjadi
keniscayaan praktek mazhab realist.
Di sini, warga Myanmar beretnis Rohingya secara kebetulan beragama sama dengan
mayoritas agama penduduk Republik Indonesia yang juga didiami oleh kelompok minoritas
13
yang beragama sama dengan mayoritas penduduk Myanmar. Keterlibatan aktif para
agamawan atau Biksu Budha dalam demonstrasi pengusiran Muslim Rohingya berpotensi
mengusik solidaritas-religi sebagian warga Muslim Indonesia. Bila realitas tersebut berlarutlarut, tidak mustahil dapat menyulut instabilitas di bumi pertiwi ini.
Dikutip dari Jemadu, menurut Miroslav Nincic Terdapat 3 asumsi dasar yang dalam
mendefinisikan kepentingan nasional (Aleksius 2008: 67)yakni:

Pertama, kepentingan itu bersifat vital sehingga pencapaiannya menjadi prioritas
utama pemerintah dan Masyarakat.

Kedua, kepentingan harus berkaitan dengan lingkungan internasional. Artinya,
pencapaian kepentingan nasional dipengaruhi oleh lingkungan internasional.

Ketiga,
kepentingan
nasional
harus
melampaui
kepentingan
yang bersifat
pertikularistik dari individu, kelompok atau lembaga pemerintahan sehingga menjadi
kepedulian masyarakat secara keseluruhan.
Di sini, peran Indonesia dalam penanganan persoalan minoritas Rohingya di
Myanmar yang merupakan salah satu dari negara anggota ASEAN (Association of SouthEast Asian Countries) tidak terlepas dari penggejawantahan salah satu dari empat elemen dan
jenis kepentingan nasional di atas yaitu kepentingan tata internasional. Di samping itu,
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) kita dengan tegas menyebutkan bahwa
„sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan
di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan peri-keadilan
(UUD 1945 perubahan 4).‟Ini artinya, peran Indonesia dalam penyelesaian kasus Rohingya
tidak lain adalah implementasi dari pembukaan UUD 1945 itu sendiri.
Oleh karenanya, peneliti sepakat dengan tesis yang diungkap Frankel seperti dikutip
Umar Saryadi di atas sebagai teori yang mestinya diambil oleh Indonesia bahwa kepentingan
nasional adalah kepentingan yang meliputi kepentingan pertahanan (defense interest),
14
kepentingan ekonomi (economic interest), kepentingan tata internasional (world order
interest), dan kepentingan ideologi (ideological interest) yang berlandaskan pada moralitas,
religiusitas dan nilai-nilai humanis.
1.5.2 Kebijakan Luar Negeri
Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para
pembuat keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional
lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam
terminologi kepentingan nasional. Kebijakan luar negeri yang yang dijalankan oleh
pemerintah suatu Negara memang bertujuan untuk mencapai kepentingan nasional
masyarakat yang diperintahnya meskipun kepentingan nasional suatu bangsa pada waktu itu
ditentukan oleh siapa yang berkuasa pada waktu itu. Menurut Rosenau, kebijakan luar negeri
dapat diartikan upaya suatu Negara yang melalui keseluruhan sikap dan aktivitasnya untuk
mengatasi dan memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya. Kebijakan luar negeri
menurutnya ditujukan untuk memelihara dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu
Negara ( Banyu Perwita dan Yayan 2005: 49) .
Langkah pertama dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri mencakup:
1. Menjabarkan pertimbangan kepentingan nasional ke dalam bentuk tujuan dan
sasaran yang spesifik.
2. Menetapkan faktor situasional di lingkungan domestik dan internasional yang
berkaitan dengan tujuan kebijakan luar negeri.
3. Menganalisis kapabilitas nasional untuk menjanngkau hasil yang dikehendaki.
15
4. Mengembangkan perencanaan atau strategi untuk memakai kapabilitas nasional
dalam menanggulangi variable tertentu sehingga mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
5. Melaksanakan tindakan yang diperlukan.
6. Secara periodik meninjau dan melakukan evaluasi perkembangan yang telah
berlangsung dalam menjangkau tujuan atau hasil yang dikehendaki.
Menurut Plano bahwa setiap kebijakan luar negeri dirancang untuk menjangkau
tujuan nasional.Tujuan nasional yang hendak dijangkau melalui kebijakan luar negeri
merupakan formulasi konkret dan dirancang dengan mengaitkan kepentingan nasional
terhadap situasi internasional yang sedang berlangsung serta power yang dimiliki untuk
menjangkaunya. Tujuan dirancang, dipilih, dan ditetapkan oleh pembuat keputusan dan
dikendalikan untuk mengubah kebijakan ( revisionist policy ) atau mempertahankan
kebijakan (status quo policy) ihwal kenegaraan tertentu dilingkungan internasional (Banyu
Perwita dan Yayan 2005: 51).
Konsep Kebijakan Luar Negeri menurut Mark R. Amstutz mendefinisikan kebijakan
luar negeri sebagai “ explicit and implicit actions of governmental officials designed to
promote national interests beyond a country‟s territorial boundaries”. Dalam definisi ini ada
tiga tekanan utama yaitu tindakan atau kebijakan pemerintah, pencapaian kepentingan
nasional dan jangkauan kebijakan luar negeri yang melewati batas kewilayahan suatu Negara
(Aleksius 2008: 64). Artinya bahwa kebijakan luar negeri merupakan kebijakan eksplisit dan
implisit yang dirancang pemerintah guna mengembangkan, meningkatkan dan memajukan
kepentingan dalam negeri pada level internasional.
Menurut pemikir lain, Kegley dan Wittkopf bahwa kebijakan luar negeri sebagai “the
decisions governing authorities make to realize international goals”(keputusan-keputusan
yang mengatur pemerintah untuk mewujudkan target-target internasional). Menurut Howard
16
Lentner pengertian kebijakan luar negeri terdapat tiga elemen dasar dari setiap kebijakan
yakni: Penentuan tujuan yang hendak dicapai (selection of objectives), pengerahan sumber
daya atau instrument untuk mencapai tujuan tersebut (mobilization of means) dan
pelaksanaan (implementations) dari kebijakan yang terdiri dari rangkaian tindakan dengan
secara aktual menggunakan sumberdaya yang sudah ditetapkan (Aleksius 2008: 65).
Solusi untuk penyelesaian kekerasan etnis muslim rohingya di Myanamar sudah
menjadi masalah di dunia internasioal, dengan adanya kerjasama internasional sangat
diharapkan dapat membantu dalam penyelesaian konflik etnis muslim rohingya. Demikian
konsep
seperti
Kepentingan
nasional
dan
kebijakan
Luar
negeri
yang
saling
berkesinambungan kiranya relevan untuk membahas lebih lanjut mengenai Kebijakan
pemerintah Indonesia (Bambang Susilo Yudhoyono mengenai kasus kekerasan etnis muslim
rohingya di Myanmar.
1.6 Metode Penelitian
Suatu penelitian harus menggunakan metode-metode yang sistematik, dan diatur
dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan penelitian.Metode penelitian merupakan suatu
ketentuan mengenai teknik yang digunakan dalam penelitian. Setiap penelitian harus
didasarkan pada kerangka tertentu dalam berbagai proses penelitian.
Metode
penelitian
yang
digunakan
pada
penelitian
ini
adalah
metode
kualitatif.Metode kualitatif merupakan suatu pendekatan yang dapat digunakan pada
penelitian yang menggunakan kajian yang rinci atas suatu latar atau peristiwa
tertentu.Sedangkan tipe penelitian ini bersifat deskriptif dimana suatu metode dalam
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
17
fakta-fakta yang ada.Sedangkan menurut Whitney (1960) dalam buku mohammad nazir, ia
mengatakan bahwa penelitian deskriptif yaitu mempelajari masalah-masalah dalam
masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi tertentu, termasuk
tantangan hubungan, kegiatan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruhpengaruh dari suatu fenomena.
Penelitian ini akan menggunakan metode pengumpulan data dengan studi dokumen
dan wawancara. Studi dokumen didapatkan dari :
1. Studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku, jurnal, laporan penelitian, riset,
dan Koran.
2. Penelusuran melalui internet yaitu untuk mendapatkan data dan berbagai informasi
terkait dengan penelitian. Contohnya, http://Burmese.rohingyablogger.com/ sebagai
media komunitas rohingya yang berada dikawasan Rakhine dalam mengupdate
informasi yang terjadi di lapangan.
Selain itu penelitian ini juga menggunakan wawancara kepada para pengungsi korban
kekerasan di Myanmar yang berada dikawasan Puncak-Cisarua kepada Bapak Muhammad
Rofiq dan Bapak Karimullah Pada tanggal 25 Agustus 2012 untuk mendapatkan data lebih
lanjut.
18
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Tinjauan Pustaka
1.5 Kerangka Pemikiran
BAB II
BAB III
1.5.1
Teori Kepentingan Nasional
1.5.2
Kebijakan Luar Negeri
1.6
Metode Penelitian
1.7
Sistematika Penulisan
Gambaran Umum Konflik Etnis-Sektarian di Rakhine
A
Sejarah Komunitas Rohingya
B.
Akar Konflik Secara Historis
C.
Kebijakan Politik Pemerintah Myanmar
Analisis
Kebijakan
Pemerintah
Susilo
Bambang
Yudhoyono
dalam
Penyelesaian Konflik Etnis Rohingya di Myanmar
A.1
Kebijakan Dalam Negeri
a.1.1. .Kebijakan Terhadap NGO, Lembaga Kemanusiaan dan Media Mass
a.1.2.
Alasan Mengungsi ke Indonesia
a.1.3.
Kebijakan Terhadap Imigran Rohingya
B.2
Kebijakan Luar Negeri
19
b.2.1 Kebijakan Bilateral
b.2.2 Kebijakan di ASEAN
b.2.3 Kebijakan Internasional dalam kaitan penyelesaian kasus Rohingya
BAB IV
Penutup
Kesimpulan dan Saran
Daftar Pusaka
Lampiran-lampiran
20
BAB II
Sejarah Komunitas Rohingya dan Gambaran Umum
Konflik Etnis-Sektarian di Rakhine
A. Sejarah Komunitas Rohingya
Satu versi mengatakan bahwa catatan sejarah mengatakan bahwa bangsa Arakan
(Rohingya adalah bagian darinya) berbicara dengan dialek Burma dengan pengucapan klasik
dengan konsonan R yang dilemahkan ke suara pengucapan Y seperti akhiran ang, ak, dan
lain-lain yang dilembutkan menjadi in, ek dan lain-lain. Dengan perjalanan waktu berabadabad lamanya, dialek penduduk Arakan dimodifikasi dengan tambahan kata-kata yang
berasal dari India. Begitu juga ras yang berpadu dengan darah India melalui cara (S.W. Cocks
1919: 146-147). Menurut prof. Kei Nemoto dalam salah satu seminar yang diadakan di
Jepang sepakat dengan para ahli sejarah Rohingya bahwa komunitas ini sudah mendiami
kawasan Arakan sejak abad ke-8 A.D (Aye chan 2005:396).
Ibukota Arakan pertama adalah Ramawadi yang dibangun oleh suku Kanran dari
kawasan Burma bagian atas. Raja pertamanya bernama Kanrazagyi dengan ibukota dekat
Kyaukpadaung. Seribu tahun berikutnya, pada abad ke-2 sebelum Masehi, Chanda Suriya
diangkat menjadi raja (S.W. Cocks : 1919)Enam puluh tahun sebelum dinobatkannya raja
Chanda, para pengungsi Burma berusaha menginvasi Arakan. Namun upaya ini mampu
digagalkan bangsa Arakan dan mereka justru dapat menduduki Prome dan Tharekhettara.
Dengan demikian, sampai kejatuhan raja Chanda pada tahun 976 A.D. tidak ada catatan
sejarah penting yang tercatat(S.W. Cocks : 1919).
Pada tahun kejatuhan Chanda, kaum Shan dari Burma menginvasi Arakan dan
berhasil menduduki kawasan ini selama 18 tahun dengan merampas seluruh kekayaan
penduduk termasuk arca-arca Budha yang dimiliki mereka. Setelah itu Anawrahta yang
21
berkuasa di Burma pun menginvasi Arakan demikian juga setelah itu dan seterusnya.Arakan
pada tahun 1389 terlibat pertempuran saat perang terjadi antara Burma dan Pegu dengan
berpihak kepada Talaings (S.W. Cocks : 1919).
Raja Burma Min Khaung menginvasi Arakan pada tahun 1404-1406 yang
menyebabkan raja Arakan meminta suaka ke Bengal selama 20 tahun. Saat kekosongan ini,
Arakan menjadi medan pertempuran antara Pegu dan Burma. Kedua raja penguasa Pegu dan
Burma silih berganti menduduki Arakan, dan Talaings merupakan raja terakhir mereka. Pada
tahun 1430, Nazir Shah raja Bengal yang beragama Muslim bergerak merestorasi Min Saw
Mun sebagai raja Arakan dengan mendirikan ibukota baru bernama Myauk-u atau disebut
dengan kota Arakan (Myohaung). Ia berkuasa dengan perlindungan dari penguasa
Bengal(S.W. Cocks : 1919).
Menurut penulis, pada periode ini penting untuk dianalisa sebab pada masa ini
pertemuan dan interaksi bangsa yang terjadi di kawasan ini dapa tmelahirkan perbauran dan
arus perpindahan penduduk antara Arakan dan Bengal yang menjadi fase penting akan
kehadiran asal muasal etnis Rohingya. Hal itu bukan tanpa alasan, sebab wilayah lembah dan
pegunungan yang ada sangat subur yang tentu menarik orang untuk bertani dengan baik.
Interaksi, akulturasi dan bahkan asimilasi terjadi sehingga antara penduduk asli Arakan dan
Bengal yang hampir tidak berjarak hanya dibatasi hutan dan sungai bercampur baur menyatu
menjadi ras tersendiri. Realitas ini membuat kita tidak bisa memisahkan antara penduduk
Arakan yang beragama Islam dengan Arakan yang beragama Budha.
Kondisi seperti ini tidak berhenti disini, ketika pertempuran terus terjadi antara
Burma, Arakan dan Pegu, Bengal seringkali menjadi pihak yang dimintai bantuan oleh salah
satu dari pihak yang bertikai (S.W. Cocks : 1919).Catatan sejarawan mengatakan bahwa
Muslim telah mendiami kawasan Rohang atau Arakan sejak abad ke-15 seperti itu juga
terjadi dengan Indonesia, Malaysia dan wilayah sekitar (http://www.irrawaddy.org/archive)
22
irrawaddy merupakan majalah berita yang memuat berita sekitar Myanmar dan Asia
Tenggara), dan bahkan ada yang mengatakan komunitas ini telah berada di sana sejak abad
ke-7 A.D (http://www.rohingya.org/).
Peta Myanmar
Arakan(Rakhine)
Sumber : google.co.id
Menurut catatan sejarah, ada beberapa versi asal muasal bangsa Rohingya di sini.
Pertama, ada yang mengatakan bahwa mereka bukanlah keturunan Arab tetapi generasi
Muslim Chittagonian yang berimigrasi dari Bengal saat Burma dijajah oleh Inggris (Maug tha
Hla 2009: 20-21). Kedua, terminologi Rohingya mulai dikenal untuk penamaan sebuah
komunitas oleh sebagian kecil kaum intelektual Muslim Bengal yang mendiami bagian
tenggara Arakan di awal 1950-an. Mereka adalah
keturunan para imigran berasal dari
Chittagong Timur Bengal (baca : Bangladesh sekarang) dengan perjanjian Yandabo saat
perang Inggris –Burma 1 berakhir (1824-1826) (Aye Chan 2005: 396-420). Ketiga, dalam
skrip Ananda Chandra dikatakan pada tahun 957 AD, terjadi migrasi populasi Tibeto-Burman
Theraveda Buddhist ke kawasan Arakan.
Dengan mengalahkan balatentara Chandra mereka menguasai Arakan dan orangorang yang berparas seperti India kembali mendiami wilayah bagian utara Arakan atau balik
ke
Bengal.
Ini
merupakan
exodus
orang
berparas
India
pertama
ke
Bengal
(www.rohangpress.com). Keempat, Rohingya adalah masyarakat mayoritas Muslim dan
minoritas Hindu yang secara rasial berasal dari Indo-Semitic. Mereka bukanlah kelompok
23
etnis yang berkembang dari gabungan satu suku atau ras tertentu. Mereka adalah
percampuran dari Brahmin dari India, Arab, Moghuls, Bengalis, Turks dan Asia Tengah yang
mayoritas sebagai pedagang, pejuang dan juru dakwah datang melalui laut dan berdiam di
Arakan. Pada zaman Chandra, mereka bercampur baur dengan masyarakat lokal dan
melahirkan generasi masyarakat Rohingya (www.rohangpress.com) .Lebih dari itu, data
modern mengatakan bahwa eksistensi komunitas Rohingya dimulai sejaka dekade- 19 ketika
pemerintahan colonial Inggris mulai mengimigrasikan orang India dan Bengal kekawasan
Arakan sebagai tenaga kerja kasar dengan upah murah (www.rohangpress.com).
Terlepas dari apapun data dan informasi yang dapat penulis temukan, kesulitan
pembuktian kongkrit perihal asal muasal Muslim Rohingya tetap saja menjadi persoalan
tersendiri. Di satu sisi, literatur yang ditulis oleh intelektual Rakhine sudah hampir dapat
dipastikan punya subjektifitas yang kental sehingga muara etnis Rohingya adalah imigran
dari kawasan Bangladesh. Di sisi lain, penulis dari intelektual Rohingya sudah dapat
dipastikan defensif dengan mengatakan etnis Rohingya adalah bagian integral dari etnis „asli‟
Arakan dahulu (Rakhine sekarang ini). Tetapi mungkin kita dapat angkat disini sebuah data
dari seorang Francis Buchanan-Hamilton (seorang ahli bedah yang berkontribusi dalam
bidang geografi, zoologi dan botani asal Skotlandia yang berkarir di India antara tahun 18031814) berhasil menulis sebuah kajian yang ilmiah tentang kajian sejarah dan asal muasal
bahasa etnis di Myanmar yang dapat memperkuat posisi etnisitas kaum Rohingya yang
berdasarkan perbahasaan bahwa mereka sudah mendiami kawasan Burma (Myanmar) ini
berabad-abad lalu (Buchanan-Hamilton 1799: 219-240).
24
Data Myanmar
Negara
Perbatasan
Ibukota
Kemerdekaan
Penduduk
Etnis
Agama
Jumlah Rohingya
: Myanmar (sebelumnya Burma)
: Bangladesh, India, China, Laos dan Thailand
: Rangoon (Yango)
: 04 Januari 1948
: 60 juta
: Mon 2,4%; Chine 2,2%; Kachine 1,4%; Lainnya 5,8%
: Budha 89%; Kristen 5%; Muslim 4%; Hindu 0,5%
: 1,8 juta jiwa (Rohingya tidak diakui sebagai salah satu 135
etnis resmi oleh undang-undang Kewarganeraan 1982)
Sumber : http://in.reuters.com/article/2013/06/11/myanmar-rohingyaDalam konteks Arakan, peristiwa yang cukup penting untuk dicatat bahwa ia
merupakan wilayah kerajaan independen sebelum diduduki oleh raja Bodawpaya tahun 1784
di mana bencana gempa bumi tahun 1761 dan 1762 dipersepsi sebagai penyebab kejatuhan
kerajaan ini ( Aye Chan 2005: 396).Arakan dewasa ini sudah berubah nama menjadi Rakhine
dengan luas wilayah 36,762 km2 dengan ibukota Sittwe yang berbatasan langsung dengan
wilayah Chine di Utara, Magway, Bago dan Ayeyarwady di Timur, Danau Bengal di Barat
dan Chittagong Bangladesh di Barat Daya (www.myanmars.net/myanmar/rakhine-state.htm)
Populasi wilayah Rakhine adalah 3,183,330 jiwa dengan komposisi etnis yang
heterogen yaitu Rakhine, Chine, Mro, Chakma, Khami, Dainet, Maramagri dan Rohingya.
Menurut pendapat pemerintah Myanmar bahwa etnis Rakhine dengan agama Budha
merupakan etnis mayoritas di wilayah ini. Tetapi berbagai sumber survey lokal paska
kerusuhan etnis 2012 bahwa etnis Rohingya Muslim menempati 40.75% dari populasi
Rakhine
dan
menempati
urutan
etnis
terbesar
kedua
setelah
Rakhine
(www.myanmars.net/myanmar/rakhine-state.htm). Data lain mengatakan bahwa jumlah
25
komunitas Rohingya di Arakan sekitar 800 ribu jiwa kendati klaim organisasi pembela
Rohingya mengatakan jumlah mereka lebih kurang 2 juta jiwa di Arakan dan 1 juta lainnya
berada di diapora di berbagai Negara (www.geopoliticalmonitor.com).Walaupun demikian,
penulis kesulitan menelusuri lebih jauh literature-literatur yang tersedia guna membuktikan
mana klaim yang benar terkait dengan komposisi demografis Rakhine. Demikian juga halnya
kesulitan lain untuk mendapatkan literature terkait perkawinan silang antaretnis yang ada di
Arakan kecuali data perbauran demografis seperti yang disinggung di atas.
Namun perlu diangkat di sini bahwa secara fisik tidak dapat dipungkiri bahwa etnis
Rohingya dan Rakhine memang berbeda, Rohingya berparas wajah seperti orang-orang
Bangladesh sementara etnis Rakhine berperawakan lebih mendekati orang Melayu.Selain itu,
komunitas Rohingya beragama Islam dengan kaum wanitanya berpakaian seperti kaum Hawa
di Bangladesh sementara komunitas Rakhine beragama Budha dengan kuil-kuilnya.
Muslim Rohingya di ArakanatauRakhine dapat dibagi dalam beberapa kelompok etnis
berikutu : (1) Bengalis Chittago mendiami wilayah Mayu Frontier. (2) Muslim keturunan
masyarakat Muslim Arakan dari zaman Mrauk (1430-1784) yang mendiami kawasan MraukU dan Kyauktau. (3) Muslim keturunan pedagang yang mendiami pulau Ramree yang dikenal
dengan sebutuan Kaman. (4) Muslim dari wilayah Myedu Burma Pusat, mereka adalah
Muslim yang dibawah oleh kaum penjajah Arakan di tahun 1784 (Aye Chan 2005: 397).
B. Akar Konflik Secara Historis
Menurut laporan Human Right Wacth yang berjudul“All you can do is pray, crimes
againts humanity and ethnic cleansing of Rohingya Muslims in Burma‟s Arakan
State”,menerangkan bahwa konflik kontemporer ini dapat ditarik paling tidak berawal dari
Perang Dunia Kedua, ketika masyarakat Rohingya tetap loyal pada penguasa kolonial Inggris
(Human Rights Watch 2013: 22). Sementara masyarakat Arakan lain berpihak pada kolonial
26
Jepang. Permusuhan dan pertikaian antar kedua etnis Rohingya dan Rakhine secara historis
tidak dapat dengan mudah dihentikan. Dengan bukti, pertikaian berdarah terus berlanjut
hingga kini. Bahkan Zak Rose di situs www.geopoliticalmonitor.com menyebutkan interaksi
Rohingya dengan orang asing dan pemerintahan setempat secara historis adalah interaksi
kekerasan. Ketika Perang Dunia ke II terjadi Jepang menginvasi Myanmar menguasai negeri
dan mengusir kolonialis Inggris.
Saat peristiwa ini terjadi komunitas Rohingya ditarget secara brutal oleh kekuatan
militer Jepang yang dibantu oleh kelompok etnis Rakhine dan Burma yang menyebabkan
eksodus Rohingya dari Arakan. Ketika ada gerakan komunitas Rohingya untuk mendapatkan
hak mereka di Arakan, pemerintahan militer terus lakukan pemberangusan terhadap
komunitas ini dari tahun 1960-1970an. Kebijakan ini terus berlanjut yang diklaim sebagai
kebijakan devide-et-impera (politik pecah belah) dengan target mengeluarkan etnis minoritas
dari percatura npolitik mainstream. Devide-et-impera adalah politik pecah belah kombinasi
strategi politik,militer dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan
dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah
di taklukan. Hal itu dengan bukti tahun 1980an pemerintah Rangoon mengeluarkan legislasi
yang menegaskan status Rohingya sebagai komunitas tidak berkewargaannegara manapun
(stateless people). Versi lain mengatakan bahwa konflik tidak berkesudahan ini dapat
berujung pada pembersihan etnis atau ethnic cleansing (MaungThaHla : Rohingya Hoax).
Menurut sejarawan Prancis, Dr. Jacques P. Leider yang meriset sejarah Arakan sejak
dua dekade silam bahwa akar masalahnya bukan karena sikap rasis kaum Budha di Rakhine
tetapi itu lebih pada reaksi emosional mereka yang sangat kuat (http://www.irrawaddy
covering Burma and southeast Asia.org/archives/8642). Sebuah emosi reaksional yang
berangkat dari kondisi di mana desa-desa di Rakhine banyak didiami oleh Muslim dengan
pertumbuhan populasi yang masif. Menurut Jacques, permusuhan ini bukan karena hal lain
27
kecuali ; satu, persoalan perebutan tanah; kedua, pertumbuhan Muslim lebih cepat dari kaum
Rakhine; ketiga, xenophobia atau kebencian kaum Budha Rakhine terhadap Muslim.
Dengan arus demokratisasi yang mulai menggeliat di Myanmar dewasa ini dan
tekanan dunia internasional bagi pemerintahan Rangoon, diharapkan kebijakan anti-Rohingya
di Rakhine dapat membaik.Kendati realitasnya belum dirasakan oleh banyak pengamat.
Konflik
dan
pertikaian
antara
Muslim
dan
Budha
Myanmar
khususnya
Arakan/Rakhine sudah berusia panjang. Secara manusia normal, tidak ada seorangpun yang
menginginkan hidup dalam kebencian dan permusuhan tidak berkesudahan. Semua orang
ingin hidup damai.
Namun ketika sebuah komunitas terus membenci dan memusuhi kaum,
ras atau pengikut agama lain secara turun temurun, ada faktor x yang menjadi penyebab. Oleh
karena itu, penulis meyakini bahwa ada otakataupemimpin dalam konflik ini. Tidak mungkin
pertikaian ini terjadi tanpa desain.
Menurut liputan media, seorang biksu muda bernama Win Rathu, seorang biksu
kharismatik dan terpandang di wilayah Mandalay dan dijuluki “the Fighting Monk” (biksu
petarung) sebagai otak konflik berdarah dan „pembersihan-etnis‟ terhadap masyarakat
Rohingya akhir-akhir ini. Asia Times menstigma agamawan Budha ini dengan sebutan
„leader of a growing anti-Muslim movement‟ (pimpinan gerakan anti-Muslim yang kian
tumbuh) (www.atimes.com).Pada tanggal 14 September 2003 lalu, ia berbicara di hadapan
sekitar tiga ribu biksu memprovokasi mereka untuk punya pandangan yang sama bahwa
Muslim adalah maling dan teroris. Wathu adalah orang pertama yang mengklaim bahwa
sanksi Amerika terhadap Myanmar bukan karena pemerintahan junta militer, tetapi karena
eksistensi teroris Muslim yang ia klaim(www.//m-mediagroup.com/en/archives/7258).
Dalam salah satu statemen Rathu mengatakan : “Kita punya sebuah masalah di
Myanmar; kita punya masalah di sini di Mandalay. Masalah itu adalah Islam. Banyak orang
Muslim baru di Mandalay dari Pakistan (dan Bangladesh). Orang-orang ini adalah maling
28
dan teroris. Mereka tidak menghormati agama kita dan wanita kita. Kita adalah kaum
Budha, dan kita adalah orang pecinta damai, tetapi kita harus melindungi diri
kita(www.//m-mediagroup.com/en/archives/7258).”
C. Kebijakan Politik Pemerintah Myanmar
Peran seorang biksi Win Rathu sangatlah besar. Ia bisa menjadi lokomotif gerakan
mempertahankan sikap permusuhan terhadap Muslim, walau ada perlawananminorataukecil
di antara biksu-biksu. Dengan alasan, sesungguhnya ajaran Budha tidak beresensi
permusuhan dan kebencian terhadap penganut agama lain. Namun logika kita mengatakan
bahwa peran seorang Biksu itu tidak akan efektif jika tidak mendapat dukungan dari
pemerintah. Ada klaim salah seorang Biksu kepada Asia Times online bahwa Rathu
didukung oleh pemerintah. “Wira Thu bekerja untuk pemerintah,” tegasnya. Ia memberi
alasan bahwa ajaran Budha tidak mengajari kekerasan demikian (http://m-mediagroup.com/).
Hal ini terlihat sekali dari apa yang diucap presiden Thein Sein bahwa biksu Win
Rathu adalah „son of Buddha‟ (anak Budha) dan „noble person‟ (seorang mulia) yang komit
pada perdamaian (democratic voice of burma.com, http://archive.is/RSubU). Ucapan ini
diungkap saat gerakan “969” yang menyeru kaum Budha memboikot para pebisnis Muslim
dijuluki oleh majalah internasional Time sebagai “Wajah Teror Budha” (the face of Buddhist
terror) di cover majalah edisi 1 Juli 2013 sepertipadagambar di bawahini (www.time.com).
29
c
Apa yang diungkap salah seorang Biksu yang tidak mau disebutkan namanya kepada
Asia Times di atas punya alasan historis. Pemerintah Myanmar adalah pihak yang
bertanggungjawab mengusir paksa sekitar 100 ribu Muslim Rohingya ke Bangladesh di tahun
1978 dengan sandi Naga Min (Raja NagaatauDragon King). Demikian juga pada 1991-1992,
program serupa dilakukan oleh pemerintah Myanmar yang mengusir paksa sekitar 250 ribu
masyarakat
ini
ke
luar
wilayah
nenek
moyang
mereka
sendiri
di
Arakan
(http://www.atimes.com). Mereka yang berhasil dikembalikan lagi ke Arakan di bawah
supervisi UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) sekitar 232 ribu
pengungsi dan sekitar 21.600 orang pengungsi ditempatkan di dua kamp pengungsi di Arakan
(PatterikWiggers 2002:8).
Kebijakan pemerintah anti-Islam di atas terus dipertahankan dan berlanjut hingga kini
melingkupi seluruh kebijakan pemerintah (Steinberg 2010: 156).Pasukan militer, polisi dan
polisi perbatasan NaSaka Myanmar menerapkan kebijakan mentarget Muslim Rohingya
dengan bukti tidak bergerak untuk menghentikan pertikaian yang terjadi antar Muslim
Rohingya dan Budha Rakhine.Hal itu terlihat dari statemen presiden Myanmar Jenderal
Thein Sien kepada Komisioner Tertinggi Urusan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa
(UNHCR) paska kerusuhan dan pertikaian Juni 2012 lalu bahwa satu-satunya solusi
penyelesaian konflik di Arakan adalah mengusir seluruh etnis Rohingya ke luar
Rakhine/Arakan. Saat bertemu dengan ketua UNHCR Antonio Guterres bahwa pemerintahan
presiden Thein Sien siap menyerahkan persoalan penempatan kembali masyarakat Rohingya
kepada Antonio untuk ditempatkan ke negara ketiga (http://www.democratic voice of
burma.com)
Kebijakan presiden Thein Sien juga didukung oleh partai politik RNDP (Rakhine
National Development Party) yang diketuai oleh Dr. Aye Maung. Dalam wawancaranya
dengan media DVB (Democratic Voice of Burma) mengatakan : “Seperti para pengungsi di
30
negara-negara lain, beri makan mereka dengan dukungan UNHCR dan jika ada negara
ketiga yang bersimpati kepada mereka dan siap memberi mereka kewarganegaraan di sana”,
(democraticvoice of burma,http://archive.is/RSubU).
Data dan fakta di atas cukup menjelaskan betapa pertikaian yang berkepanjangan di
bumi Arakan (Rakhine) berurat berakar sangat dalam dalam kebijakan politik pemerintah
Rangoon, kebijakan para politisi dan didukung oleh agamawan sekelas Win Rathu. Sebuah
realitas yang membuat komunitas Rohingya hanya sebagai target dan sasaran empuk bagi tiga
kekuatan besar di negara Myanmar, tanpa ada lembaga internasional, negara adidaya dan
negara jiran serumpun ASEAN yang berdiri tegap membela kemanusian mereka.
31
BAB III
Kebijakan Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dalam Penyelesaian
Konflik Etnis Rohingya di Myanmar
A.Kebijakan Dalam Negeri
Mendiskursuskan kebijakan dalam negeri, penulis hanya mengungkap beberapa fakta
yang menggambarkan „kebingungan‟ pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dalam
menangani kasus Rohingya. Di satu sisi, pemerintah menyatakan akan membantu
penyelesaian persoalan konflik di Rakhinepada sisi lain pemerintah tidak memperlihatkan
usaha keras dalam hal ini baik pada level nasional, regional ataupun internasional. Demikian
juga dengan kebijakan yang terkait langsung dengan para pengungsi Rohingya yang sudah
berada di bumi pertiwi Indonesia.
Banyak para pengungsi Rohingya yang tiba di Indonesia harus terlebih dahulu ditahan
di imigrasi sebagaimana para pendatang haram lainnya. Para pengungsi yang sudah bebas
pun tidak tahu nasib masa depan mereka. Apakah dapat diterima hidup di Indonesia atau
mereka harus mendapatkan negara ketiga. Kondisi menunggu ini bisa berjalan hingga
tahunan, seperti yang dialami oleh Karimullah. Yang mereka pikirkan adalah nasib sekolah
anak-anak mereka yang sudah tumbuh tanpa pendidikan formal. Hal itu karena status mereka
yang belum jelas.
Realitas respon pemerintah dan kondisi riil yang dialami oleh bangsa Rohingya
tersebut dapat dipersepsi sebagai sikap politis tipekal presiden SBY yang kurang tegas dalam
mengambil keputusan secara umum. Di sini lain, SBY hanya diam terhadap sepak terjang dan
maneuver lembaga-lembaga kemanusiaan (PMI, ACT, Dhompet Dhuafa dan lain-lain),
lembaga keagamaan (NU, Muhammadiyah dan lain-lain), partai politik dan institusi-institusi
32
lain bergerak dan aktif menggalang dana kemanusiaan demi membantu bangsa Rohingya
baik yang disalurkan ke Rakhine ataupun bagi para pengungsi.
Kondisi ini dapat dimaknai secara de facto sebagai kebijakan yang mendukung. Sebab
suatu pemerintah boleh saja melarang masyarakat atau lembaga apapun yang berada di
wilayahnya untuk memberikan bantuan, dukungan dan empati kepada suku dan bangsa
tertentu. Artinya pemerintah SBY bisa saja mengambil tindakan demikian, tetapi itu tidak
SBY lakukan. Ada adagium yang mengatakan silence is consent (diam berarti sepakat).
Dengan demikian, sikap SBY dapat dipersepsi sebagai sikap politiknya yang mendukung
seluruh aktifitas lembaga-lembaga kemanusiaan dan organisasi masyarakat dalam
memberikan bantuan baik material ataupun moral kepada bangsa Rohingya baik yang berada
di Rakhine ataupun para pengungsi yang berada di Indonesia.
a.1.1 Dukungan Organisasi massa, NGO dan Media massa
Dalam kebijakan SBY terhadap penyelesaian etnis muslim rohingya, SBY sangat
mendukung akan organisasi-organisasi. Pada pidato SBY (Susilo Bambang
Yudyhoyono) pada tanggal 4 Agustus 2012 mengenai permasalahan Etnis Rohingya,
Myanmar menyampaikan “ Saya ingin mengajak dan menyerukan kepada saudarasaudara kita, rakyat Indonesia, utamanya komunitas dan komponen-komponen
tertentu yang merasa memiliki solidaritas yang tinggi untuk memberikan bantuan
kemanusiaan atas saudara-saudara kita, etnis rohingya yang ada di Myanmar. Saya
berterima kasih dan memberikan penghargaan yang tinggi atas kepedulian dan
solidaritas itu.” Dengan himbauan Presiden tersebut ternyata direspon oleh
masyarakat secara baik oleh beberapa lembaga kemanusiaan dan organisasi
masyarakat.
Di sini, ada dua hal yang harus dibedakan antara kebijakan pemerintah Indonesia di
dalam negeri dan luar negeri dengan solidaritas masyarakat Indonesia baik itu
33
direpresentasikan oleh lembaga keagamaan seperti Nahdhatul Ulama (NU), Muhammadiyah,
Persis (Persatuan Islam), organisasi massa seperti IKADI (Ikatan Dai Indonesia), lembaga
kemanusiaan seperti PMI (Palang Merah Indonesia), ACT (Aksi Cepat Tanggap), Dhompet
Dhuafa (DD), dan lembaga-lembaga lain termasuk partai politik yang menunjukkan
solidaritas tinggi mengutuk tindakan kekerasan dan pengusiran warga Rohingya oleh
pemerintah dan tokoh agama Myanmar. Bahkan mereka mendesak pemerintah SBY untuk
bergerak cepat dan melakukan berbagai langkah diplomatis menghentikan berbagai
penindasan terhadap komunitas minoritas di negeri mayoritas Budha tersebut.
Sekali lagi, kebijakan SBY dapat dipahami oleh banyak pengamat sebagai kebijakan
yang ambigu. Di banyak kesempatan menyatakan dukungan tetapi di banyak kesempatan lain
hanya diam. Ini menunjukan sikap SBY yang tidak tegas, sebagaimana kebanyakan kebijakan
SBY pada level nasional seperti kebijakan kenaikan harga, inflasi, ketegangan dengan
Malaysia terkait Ligitan-Simpadan beberapa tahun lalu, dan yang paling mutakhir adalah
penyadapan terhadap percakapan pribadi, isteri dan beberapa elit bangsa ini oleh Australia
yang hanya disikapi „dingin‟ walau diambil keputusan memulangkan duta besar Indonesia
untuk Canbera (www.reuters.com/.../us-indonesia-australia). Oleh karenanya, peneliti
mempersepsi kebijakan SBY sebagai kebijakan yang tidak tegas dan membingungkan.
Mengapa kebijakan demikian itu terjadi, tentu ini berangkat dari kepribadian SBY
yang selalu hati-hati dalam memutuskan segala sesuatu termasuk kebijakan yang terkait
dengan kerukunan dan keharmonisan relasi intra anggota ASEAN.
34
a.
1.
Sikap Ormas
NU (Nahdatul Ulama)
Pidato SBY pada tanggal 24 Agustus 2012 yang mengatakan bahwa “rakyat
Indonesia, utamanya komunitas dan komponen-komponen tertentu yang merasa memiliki
solidaritas yang tinggi untuk memberikan bantuan kemanusiaan atas saudara-saudara kita,
etnis rohingya yang ada di Myanmar”. Pidato tersebut telah mendorong organisasi NU untuk
mempertimbangkan pengiriman misi kemanusiaan ke Myanmar. Sebuah misi yang
diharapkan dapat meringankan penderitaan Muslim Rohingya yang dianiaya oleh pemerintah
Myanmar. Hal itu yang ditegaskan oleh Katib Aam PBNU KH.A.Malik Madany bahwa
persoalan Rohingya tidak bisa dibiarkan begitu saja. NU merupakan ormas Islam terbesar di
Indonesia. Organisasi NU mendesak pemerintah Indonesia untuk memaksimalkan upayaupaya diplomatis dalam penyelesaian derita berkepanjangan komunitas Muslim Rohingya.
Dan bahkan PBNU mendesak presiden SBY turun langsung membawa masalah ini ke forum
ASEAN, menolong dan membantu etnis Rohingya yang kian memperhatinkan dari
malapetaka pembersihan etnis (www.republika.co.id dan www.nu.or.id).
Ketua PBNU H.Slamet Effendy Yusuf Msi mengatakan kepada para wartawan di
Jakarta (29 Juli 2012) : “Pembiaran pembantaian terhadap etnis Rohingya seperti selama ini
kita saksikan harus dihentikan. Apalagi, apa yang terjadi sekarang ini merupakan puncak
perlakuan diskriminatif yang sudah lama berlangsung terhadap etnis Rohingya yang
beragama Islam.” (www.nu.or.id).
2.
Muhammadiyah
Muhammadiyah menjadi salah satu ormas Islam Indonesia yang menyokong secara
kongkrit para pengungsi Rohingya. Hal itu yang dilakukan oleh Muhammadiyah Disaster
Management Center (MDMC) sejak awal Januari 2013 yaitu pendampingan pengungsi
Rohingya
yang
ada
di
Sumatera
Utara
35
yang
berjumlah
sekitar
294
orang
(www.humammadiyah.or.id). Kegiatan yang dilakukan oleh MDMC termotivasi dari pidato
SBY pada tanggal 4 Agustus 2012. Isi pidato tersebut menyatakan bahwa “… rakyat
Indonesia, utamanya komunitas dan komponen-komponen tertentu yang merasa memiliki
solidaritas yang tinggi untuk memberikan bantuan kemanusiaan atas saudara-saudara kita,
etnis rohingya yang ada di Myanmar”.
Pimpinan Muhammadiyah daerah kota Surabaya dan Lazismu (Lembaga Zakat
Nasional) mengatakan acara “Aksi Keprihatinan dan Kepedulian” (0/8/2012) terhadap kaum
Muslim Rohingya di Myanmar. Dalam kegiatan tersebut hadir pula tokoh-tokoh lintas agama
antara lain Drs. H. Zayyin Chudlori, M.Ag (Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota
Surabaya), Andi Hariyadi, M.Pd.I (FKUB Kota Surabaya), Romo Abaya (Majelis Budhayana
Indonesia Surabaya), I Wayan Suraba,SH (PHDI Surabaya), Pdt. Eliya (Pembina PGI
Surabaya), Feri Yudi A.S (Ketua MDMC Surabaya), Arifin (Ketua PD. Pemuda
Muhammadiyah Surabaya), Najih (DPC-IMM Kota Surabaya), Aditio Yudono (LAZISMU
Surabaya), Arif An (Bamusi Surabaya) dan juga Sasmito dari Front Pembela Islam (FPI)
Jatim.
Para tokoh agama di atas membacakan pernyataan sikap berikut :
1- Mengutuk dengan keras tragedi kemanusiaan pembantaian muslim Rohingya.
2- Kami menyatakan protes terhadap PBB !! Karena tidak serius dalam menangani
masalah ini. Oleh karena itu, kami mendesak masyarakat internasional untuk
melakukan upaya lebih lanjut dalam menghentikan pembantaian umat Islam
tersebut.
3- Mengharap
kepada pemerintah
Indonesia,
agar
turut
serta
secara
aktif
menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga warga Rohingya bisa merasakan
kedamaian dan bisa hidup berdampingan dengan warga Myanmar lainnya.
36
4- Kepada seluruh elemen masyarakat kota Surabaya untuk tetap menjaga kerukunan
dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga kota Surabaya tetap
kondusif, dan zero konflik.
5- Meyerukan kepada seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama membantu
secara moril maupun materil serta mendoakan saudara-saudara kita di Rohingya,
Myanmar. Demikian pernyataan sikap ini kami sampaikan. Mudah-mudahan Tuhan
Yang Maha Kuasa memberikan
kekuatan
kepada kita semua.
Aamien..
(www.muhammadiyah.or.id)
3.
IKADI (Ikatan Dai Indonesia)
Sikap ormas IKADI (Ikatan Dai Indonesia) jelas mengutuk tragedi kemanusiaan di
Rakhine terhadap komunitas Rohingya. Ormas ini menyebut peristiwa kekerasan terhadap
komunitas Muslim tersebut sebagai tragedi kemanusiaan dan bukan sekedar penistaan dan
sentimen
terhadap
pemeluk
agama
tapi
kezhaliman
terhadap
umat
manusia
(http:www//ikadi.or.id).
4.
PERSIS (Persatuan Islam)
Keberadaan ratusan jumlah pengungsi komunitas Muslim Rohingya di Medan telah
menarik simpati ketua pimpinan wilayah Persis Sumatera Utara Muhammad Nuh. Rasa
simpati dan pidato SBY tanggal 4 Agustus 2012 mendorong pimpinan pusat Persi dan Pusat
Zakat Umat (PZU) Bandung menyalurkan bantuan kepada para pengungsi Rohingya
(www.hariansumutpos.com).
Pengurus Daerah Persis kota Bandung membuka tiga posko donasi guna membantu
etnis Muslim Rohingya di Myanmar. Donasi dari para donatur akan disumbangkan dalam
bentuk
pakaian,
makanan
dan
lain-lain
(http://news.detik.com ).
37
sesuai
dengan
kebutuhan
mereka
Persis juga mengutuk keras pembantaian Muslim Rohingya yang terjadi di Myanmar.
Massa Persis juga berdatangan ke DPRD Kota Bandung (2 Agustus 2012) mengutuk
kekerasan kelompok Budha di Myanmar terhadap Muslim Rohingya. Mereka juga
memprotes PBB yang hanya bungkam atas tragedi kemanusiaan ini dan menuntut pemerintah
Indonesia agar turut serta menyelesaikan krisis dan konflik berdarah di negeri ASEAN
tersebut (http://jabar.tribunnews.com). ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia)
mempertanyakan sikap Aung San Suu Kyi yang hanya diam seribu bahasa atas pembantaian
Muslim Rohingya di Rakhine. Padahal ia merupakan peraih Nobel perdamaian
(http://indonesian.irib.ir). Kecaman itu diungkap oleh ketua presidium ICMI Prof.Nanat
Fatah Natsir saat junta militer Myanmar memberi opsi pengusiran warga Rohingya dari
Myanmar sebagai solusi konflik yang terjadi di Rakhine. Ia mengatakan : “Pengusiran dan
pembantaian itu melanggar hak hidup suku Rohingya dan hak-hak asasi manausi untuk
beragama”(http://indonesian.irib.ir).
5.
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
HTI merupakan gerakan massa Islam yang bergerak di bidang keagamaan, sosial,
pendidikan dan politik ini turut meramaikan solidaritas umat Islam Indonesia terhadap derita
berkepanjangan komunitas Muslim Rohingya. Seruan Presiden SBY kepada rakyat Indonesia
melalui pidatonya 4 Agustus 2012 telah mendorong aksi longmarch HTI pada Minggu (5
Agustus 2013) lalu dengan mengerahkan tidak kurang dari 5000 orang di kawasan Tebet.
Dalam konferensi pers, juru bicara HTI Muhammad Ismail Yusanto mengatakan bahwa
“Sebagai negara Muslim yang besar, kepemimpinan di Indonesia seharusnya bisa
mempengaruhi
kebijakan
bilateral
negara
lain
dengan
kekuatan
diplomatiknya”
(www.republika.co.id).
Aksi massa ini juga dikerahkan ke arah Istana Negara guna menuntut pemerintah agar
tidak diam diri atas kesengsaraan dan derita tak berkesudahan muslim Rohingya. HTI juga
38
memobilisir aktifis mereka di berbagai kota di Indonesia seperti Aceh dan Makasar. Dan
bahkan gerakan massa Islam ini siap mengirimkan kontingen kemanusiaan langsung ke
Myanmar.
6.
MUI (Majelis Ulama Indonesia)
MUI selaku lembaga resmi keulamaan di Indonesia mendesak pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono dapat menolong kaum Muslim Rohingya. Melalui ketua MUI bidang
kerukunan antarumat beragama komisi luar negeri, Slamet Efendi ; mengatakan bahwa “umat
Muslim Rohingya diperlakukan diskriminatif secara sistematis, terstruktur dan massif yang
berkepanjangan” (www.republika.co.id). Ia bahkan mendesak SBY untuk segera bertindak
melindungi nasib Muslim Rohingya dengan mengatakan : “Ini merupakan tragedi
kemanusiaan, dan SBY atas nama ASEAN harus bergerak.” (Republika.co.id).
Pada kesempatan yang berbeda, ketua MUI Ma‟ruf Amin dalam konferensi persnya di
Gedung Pusat MUI Jakarta Rabu, 28 September 2013 meminta pemerintahan SBY mendesak
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melakukan tindakan kongkrit menghentikan kekerasan
dan pelanggara HAM (Hak Asasi Manusia) terhadap Muslim Rohingya di Myanmar yang
merupakan minoritas paling tertindas di dunia(www.republika.co.id).
7.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) : ketika banyak pihak dari tokoh-tokoh masyarakat
bersuara lantang mengecam kekerasan dan penderitaan komunitas Muslim terjadi, wakil
ketua DPR-RI, Pramono Anung juga angkat bicara (23/Juli 2012). Ia meminta pemerintah
SBY untuk memberikan nota diplomatik atau teguran yang keras terhadap aksi pembunuhan
terhadap Muslim Rohingya oleh etnis Rakhine yang beragama Budha dan didukung oleh
aparat keamanan setempat (www.republika.co.id).
8.
Sikap Partai Politik (parpol) :Untuk partai politik, tidak banyak parpol yang sibuk
dengan persoalan derita Muslim Rohingya. Dari penulusuran penulis hanya Partai Keadilan
Sejahtera yang memberikan ruang peduli. Hal itu dengan aksi para aktifisnya pada Ahad (12
39
Agustus 2012) lalu dengan tema “Aksi peduli Stop Kejahatan Kemanusiaan di Rohingya dan
Suriah”.
Saat orasi berlangsung, para pembicara silih berganti mengutuk kebiadaban
sektarian di Rakhine terhadap komunitas Muslim Rohingya.(www.islamedia.web.id) .
b.
Sikap Lembaga Kemanusiaan :
Sikap SBY yang mendukung seluruh aktifitas lembaga kemanusiaan dalam
memberikan bantuan bantuan baik material ataupun moral dapat terlihat dalam
pidato SBY Banyak lembaga kemanusiaan yang berpartisipasi aktif menggalang
dana dan bantuan lain untuk solidaritas umat dan masyarakat bagi komunitas
Muslim Rohingya. pada tanggal 4 Agustus 2012 mengenai permasalahan Etnis
Rohingya, Myanmar menyampaikan “ Saya ingin mengajak dan menyerukan
kepada saudara-saudara kita, rakyat Indonesia, utamanya komunitas dan
komponen-komponen tertentu yang merasa memiliki solidaritas yang tinggi untuk
memberikan bantuan kemanusiaan atas saudara-saudara kita, etnis rohingya yang
ada di Myanmar. Saya berterima kasih dan memberikan penghargaan yang tinggi
atas kepedulian dan solidaritas itu.” Di antara lembaga tersebut adalah ACT (Aksi
Cepat Tanggap) dan Dhompet Dhuafa (DD). Dhompet Dhuafa : sebagai lembaga
kebajikan aktif menggalang bantuan dan dana untuk meringankan beban derita
komunitas Rohingya. Hal itu dapat diikuti dari aktifitas mereka seperti yang
diberitakan pada situs resminya berikut : http://www.dompetdhuafa.org/bantuminoritas-muslim-rohingya/ dan memberikan dana guna membantu kaum paling
teraniaya di Asia Tenggara ini.

Dalam aspek kemanusiaan, Indonesia menyerukan agar perlindungan
minoritas sungguh diberikan, dan pembangunan kampung yang rusak bisa
dilakukan. Presiden Yudhoyono menghargai dan mengapresiasi solidaritas yang
40
tumbuh di dalam negeri atas kesulitan yang dialami saudara-saudara dari etnis
Rohingya, namun Presiden menekankan bantuan yang diberikan hendaknya tepat
guna karena bisa juga dipahami bila pemerintah Myanmar selektif dalam menerima
bantuan (http://www.antaranews.com).
Sikap SBY yang sangat menghargai lembaga-lembaga kemanusiaan yang
tumbuh di Republik Indonesia membuat ACT (Aksi Cepat Tanggap), sebuah
organisasi kebajikan yang menggalang dana untuk banyak bencana dan peristiwa
yang berkantor pusat di Ciputat Tangerang Selatan, menjadi salah satu lembaga yang
memberikan kontribusi signifikan bagi masyarakat Rohingya. ACT telah
mengirimkan 3 orang relawan yang terdiri dari dokter dan tim media memasuki
kawasan konflik melalui jalur darat dari Bangladesh (www.arrahmah.com).
“Sudah sepatutnya, sebagai negara besar, Indonesia maju memimpin gerakan
penyelamatan kemanusiaan dan penegakan hak asasi manusia di wilayah ASEAN
maupun dunia pada umumnya,” desak presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT)
Ahyudin (www.arrahman.com).
C. Media massa : hampir seluruh media massa di Indonesia mengangkat berita
tragedi kemanusiaan yang terjadi di Rakhine terhadap komunitas Rohingya.
Salah satu media yang berada di depan dalam pemberitaan tragedi
kemanusiaan
ini
yaitu
harian
Republika,
majalah
Sabili,
majalah
Hidayatullah, Kompas, Tempo, dan lain-lain.
Banyak kutukan, kecaman dan emosi marah yang terbaca dari liputan media massa di
Indonesia ketika memuat berita-berita kekerasan komunal dan etnis di wilayah Rakhine.
Bahkan salah satu tajuk rencana harian Padang Ekspres (www.padangekspres.co.id)
menginisiasi ide naturalisasi pengungsi Rohingya yang awalnya muncul di dunia maya.
41
Tulis harian ini : „Penderitaan warga etnis Rohingya harus diakhiri. Di situs jejaring
sosial sempat muncul ide untuk menatu-ralisasi para pengungsi menjadi warga negara
Indonesia (WNI). Dasarnya adalah kemanusiaan. Ide tersebut tentu akan menuai
kontroversi.
Apalagi,
jumlah
penduduk
Indonesia
sudah
sangat
banyak.‟(www.padangekspresi.co.id)
a.1.2. Alasan Mengungsi ke Indonesia
Sesungguhnya kehadiran para pengungsi Rohingya di Indonesia belum tergolong
lama bila dibandingkan dengan keberadaan mereka di Bangladesh, Malaysia, Thailand dan
beberapa negara jiran lainnya. Menurut Karimullah bahwa jumlah mereka di Indonesia lebih
kurang 500 (http: www.//nasional.inilah.com) orang pengungsi yang tersebar di beberapa
wilayah pesisir Indonesia. Dalam pembicaraan telepon dengan karimullah pada tanggal 29
Desember 2013 yang kini bermukim di Medanmenyatakan bahwa mereka memasuki
Indonesia dengan harapan dapat memasuki kawasan Australia. Artinya mereka sadar bahwa
Indonesia sulit untuk dijadikan sebagai negeri masa depan mereka. Apalagi sebagian besar
dari mereka sudah mendapatkan status resmi dari UNHCR sebagai pengungsi. Memang
masih ada para pengungsi yang datang ke Indonesia secara illegal mendekam di tahanan
sembari menunggu status resmi mereka dari UNHCR.1
Ketika ditanyakan apakah mereka ingin tinggal di Indonesia, sebenarnya mereka ingin
tetapi sadar bahwa itu tidak mungkin karena pemerintah Indonesia punya kebijakan tidak bisa
menerima kehadiran mereka.
1
Kantor United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) didirikan pada 14 Desember 1950 oleh
Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Organisasi ini memiliki mandat untuk memimpin dan
mengkoordinasikan kegiatan internasional dalam melindungi pengungsi dan menyelesaikan permasalahan
pengungsi di duniadalam http://www.unhcr.or.id/id/tentang-unhcr/sejarah-unhcr diakses pada tanggal 28
Desember 2013
42
a.1.3. Kebijakan Terhadap Imigran Rohingya
banyaknya Jumlah pengungsi etnis rohingya di Myanmar yang tersebar di Indonesia
Menurut kabag Humas Ditjen Imigrasi Maryoto bahwa pengungsi rohingya menyebar di
sejumlah daerah tanah air. Mereka terbagi dua bagian, pengungsi yang yang masih di
tampung
di
RUDENIM
(rumah
detensi
Imigrasi
dan
yang
diluar
Rudenim
(www.vivanews.com).Kasus berdiamnya 11 orang pengungsi Rohingya di kantor YLBHI
(Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia) Jakarta pada Rabu 24 Juli 2013 selama
berminggu-minggu menegaskan „tidak adanya kejelasan kebijakan pemerintahan SBY
terhadap para pengungsi. Menurut keterangan YLBHI bahwa ke-12 orang tersebut sudah
berbulan-bulan hidup terlunta-lunta di Medan, Bogor dan Jakarta dengan mengandalkan
hidup dari belas kasih orang. Dalam keterangan pers YLBHI yang disampaikan oleh wakil
ketuanya Gatot Rianto kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan bahwa mereka
ditampung YLBHI atas dasar kemanusiaan(http://www.bbc.co.uk/).
Kondisi terlunta-luntanya para pengungsi demikian yang mendesak nurani YLBHI
untuk menampung mereka sekaligus „menggelitik‟ pemerintah agar dapat lebih „manusiawi‟
dari pada lembaga bantuan hukum ini. Artinya larinya para pengungsi ke Indonesia bukan
karena mengejar kehidupan yang lebih baik dari kondisi mereka di Rakhine tetapi lebih
karena lari dari kematian yang tidak manusiawi dengan segala tingkat kehadiran mereka yang
tertolak sama sekali oleh penduduk Rakhine, polisi, tentara, agamawan Budha dan
pemerintah di sana dengan perlakuan yang super diskriminatif dan anarkis.
Kalau mendengar apa yang diucapkan oleh presiden SBY yang diklaim olehnya lebih
akomodatif dari pada negara-negara jiran di ASEAN sebab kita masih menerima kedatangan
mereka masuk ke wilayah nusantara. Ia mengatakan : “.........ketika banyak negara menolak
kedatangan para pengungsi dan pencari suaka etnis Rohingya di negara Asia Tenggara,
43
Indonesia menerima kedatangan mereka. Sekarang tercatat ada 270 pencari suaka, 124
pengungsi Rohingya,(http://www.presidenri.go.id/)". Di sini, statemen SBY sulit dipahami.
Apakah penerimaan Indonesia itu berarti mereka bisa masuk dan mendapatkan bantuan
minimalis dari aspek kemanusiaan atau diterima tetapi harus mendekam di dalam penjara?
Sejauh yang diketahui oleh penulis, mereka yang masuk secara illegal akan terlebih dahulu
mendekam di panahanan imigrasi. Artinya mereka mendapatkan perlakuan sama dengan para
pendatang „haram‟ asing dan statemen SBY tidak membuat mereka menjadi pendatang
„istimewa‟ yang dimaknai dari kata menerima di atas.
Kenyataan ini tidak dapat diartinya kebijakan pemerintah SBY belum „friendly‟
terhadap para pengungsi Rohingya yang seharusnya dapat diperlakukan dengan baik dan
menjamin kehidupan mereka di sini. Bukan dengan cara menahan sebagaimana para
pendatang gelap lainnya. Fakta ini juga yang diamini oleh media asing termasuk Foxnews
yang menyebut „authorities have not extended the same warm welcome‟ (pemerintah tidak
mengulurkan sambutan hangat serupa) (www.foxnews.com). Artinya pemerintah tidak
memperlihatkan empatinya terhadap para pengungsi Rohingya, kendati Indonesia bukan
salah satu negara yang menandatangani Konvensi Pengungsi Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB) (http://www.smh.com.au/world/rohingya-refugees-a-growing-problem-for-indonesia20130408-2hh6w.html).Semestinya, kondisi Rohingya harus dipandang berbeda dengan para
pengungsi Afghanistan, Iran, Irak dan lainnya. Kalau hal itu bukan karena dasar agama
minimal atas nama kemanusiaan.
44
Komposisi Etnis, Bahasa dan Agama Myanmar
Kelompok
: Burman 69%, Shan 8,5; Karen 6,2%; Rakhine
Etnis
4,5%; : Mon 2,4%; Chine 2,2%; Kachine 1,4%;
Lainnya 5,8%
Bahasa
: Burmese
Agama
: Budha 89%; Kristen 5%; Muslim 4%; Hindu
0,5%
Sumber :http://www.populstat.info/Asia/myanmarg.htm
B.2.
Kebijakan Luar Negeri
Sebelum
kunjungan
ke
Myanmar,
presiden
Susilo
Bambang
Yudhoyono
menyempatkan diri menjawab pertanyaan wartawan di Bandara Soekarno-Hatta dengan
mengatakan : “Indonesia mengharap agar pemerintah Myanmar dapat menangani kasus
Rohingya secara bijaksana dan adil (www.irrawaddy.org).” Presiden juga menegaskan
dalam wawancara yang sama bahwa negara Indonesia tetap ingin membantu (Myanmar)
dapat mencapai hasil yang positif.
Menurut pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar
Nusa Bhakti bahwa Indonesia bisa memainkan peranan penting dalam menyelamatkan
Muslim Rohingya di Myanmar. Ia mengatakan : “Indonesia jangan hanya merasa sedih
atas apa yang terjadi di Myanmar. Namun, apa yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan
permasalahan itu, misalnya dengan cara-cara diplomasi” yang efektif menyudahi
kepedihan dan derita komunitas Rohingya (www.nu.or.id).
45
b.2.1 Kebijakan Bilateral
kebijakan bilateral yang diambil oleh pemerintah SBY dewasa ini tidak terlepas dari
sejarah keakraban dan persahabatan sejati yang terjadi selama ini sejak masa perjuangan
kemerdekaan. Kondisi ini yang membuat pemerintah Indonesia sangat hati-hati di dalam
mengambil kebijakan yang dapat menjadi kontraproduktif. Jalan tengah yang diambil oleh
SBY nampaknya adalah pendekatan ekonomi dan demokratisasi berkelanjutan.
Hubungan antara Indonesia dan Myanmar sudah terjadi sejak lama ketika Indonesia
masih dalam tahap awal kemerdekaan. Pada tahun 1947 misalnya, Myanmar yang berada di
bawah pimpinan Aung San-ayah Aung San Suu Kyi mendesak pemerintah India mengadakan
sebuah konferensi khusus membahas tentang Indonesia. Bahkan pada tahun yang sama,
Myanmar mengizinkan pembukaan kantor Indonesia di Yangoon sebagai cikal bakal
Kedutaan Besar Republik Indonesia di sana. Ini merupakan dukungan riil Myanmar kepada
Indonesia yang sangat membutuhkan pengakuan dunia internasional pascakemerdekaan. Dan
hubungan resmi kedua negara secara resmi di bukan pada tahun 1951 (www.kemlu.go.id).
Kerjasama dan saling membantu sangat historik antara kedua negara jiran ini terus
terjalin seperti dukungan Myanmar terhadap pembebasan Irian Barat dan negara itu menjadi
salah satu pendiri Konferensi Asia Afrika yang digelar di Bandung tahun 1955
(www.kemlu.go.id). Demikian juga dengan bantuan Myanmar terhadap pesawat pertama
Indonesia (RI-001) „Seulawah‟ yang menjadi sumbangan heroik masyarakat Aceh terhadap
Republik ini yang tidak dapat mendarat di Indonesia saat diterbangkan pertama kali dari
Kalkuta India akibat kelumpuhan seluruh bandara di Indonesia akibat gempuran pasukan
Belanda. Myanmar mengizinkan pesawat itu mendarat di Mingladon Airport Rangoon.
Kemudian pesawat tersebut disewa Union of Burma Airways (www.//news.detik.com).
46
Hubungan yang demikian fundamental dan historis antar kedua negara membuat
jalinan kerjasama keduanya berjalan dengan sangat erat dan saling menguntungkan kedua
belah pihak. Akan tetapi relasi ini sedikit terganggu saat militer Myanmar mengkudeta
pemerintahan demokratis Aung San yang dilakukan oleh Jenderal Ne Win dan merubah
ideologi negara menjadi sosialis. Namun demikian, kunjungan kedua pimpinan negara tetap
terjadi seperti kunjungan presiden Soeharto pada 26 November 1972, 26-29 Agustus 1974
dan 21-23 Februari 1997.
Kunjungan presiden Era Reformasi pun dilakukan oleh presiden Abdurrahman Wahid
pada tanggal 7 November 1999, presiden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 24 Agustus
2001. Dan di bawah pemerintahan sekarang SBY pun telah melakukan kunjungan beberapa
kali ke Rangon yaitu pada bulan Maret 2006 dalam lawatan Asia-nya. Dan SBY menjadi
kepala ASEAN pertama yang menjungi Myanmar sejak ASEAN secara terbuka menuntut
negara itu mempercepat proses demokratisasinya (www.//news.detik.com) .
Demikian juga kunjungan dari Myanmar ke Indonesia dilakukan oleh Jenderal Ne
Win pada tanggal 11-14 Juni 1973, 8-13 Juni 1974. Jenderal Ne Win pun pernah berkunjung
dalam rangka kunjungan pribadi ke Jakarta atas undangan presiden Soeharto. Sementara
presiden Myanmar berikutnya, Jenderal Than Shwe mengunjungi Indonesia pada tanggal 5-8
Juni 1995, November 1996 dan April 2005 (www.news.detik.com). Adapun kerjasama di
bidang ekonomi juga pesat dilakukan sehingga nilai investasi Indonesia di Myanmar cukup
signifikan yaitu mencapai US $ 241,5 juta (urutan ke-6). Sementara nilai perdagangan
keduanya di tahun 2001-2002 mencapai US $ 136,58 juta dan US $ 465 juta tahun 2012
(www.republika.co.id). Nilai perdagangan kedua negara mencapai US$ 316 juta pada akhir
2011 lalu dan akan menjadi US$ 500 juta pada tahun 2015. Itu komitmen yang disampaikan
presiden SBY saat kunjungan presiden Myanmar U Thein Sein ke Jakarta 5 Mei 2011
47
(www.nrmnews.com) dan www.antarnews.com). Bahkan ditarget mencapai US $ 1 milyar
pada 2016 mendatang (www.republika.co.id).
Dalam konteks pendekatan ekonomi dan demokratisasi, SBY menginginkan agar
pertumbuhan ekonomi Myanmar dapat terus bergerak maju dan membesar. Dengan jumlah
penduduk sekitar 52,8 juta jiwa dan 32 persen di antara mereka hidup di bawah garis
kemiskinan dan partisipasi pendididik baru baru 10 persen pada rentang waktu 2008-2011
(www.unicef.org), maka pendekatan ekonomi dapat mendorong kemajuan, kesejahteraan dan
keinginan untuk mengikuti pendidikan. Artinya tingkat kemajuan ekonomi dan pendidikan
erat saling terkait, ketika ekonomi maju maka keinginan untuk menekuni pendidikan tinggi
juga tumbuh. Sebab ketika seseorang miskin maka dalam teori economics of violence
menegaskan ketika taraf kehidupan ekonomis seseorang membaik maka peluang konflik akan
menyempit. Sebaliknya ketika skala kemiskinan melebar, maka ruang konflik dan pergesekan
social akan kian melebar. Artinya kemiskinan menjadi salah satu sumber utama kekerasan
(http://www.economist.com) Oleh karenanya, SBY melakukan pendekatan pada sisi ini yang
tidak mengganggu keharmonisan relasi antar sesama anggota ASEAN.
Artinya hubungan bilateral kedua negara memang sangat historik dan fundamental,
hubungan yang terjalin sejak perjuangan kemerdekaan Republik ini. Myanmar sangat berjasa
pada sejarah Indonesia. Oleh karenanya posisi ini menjadikan Myanmar sangat berarti bagi
Indonesia. Rangon memberikan bantuan saat kondisi dahulunya tergolong paling makmur di
Asia Tenggara dan menurut SBY dalam sambutan makan malamnya di istana kepresidenenan
mengatakan bahwa Myanmar adalah sahabat seperjuangan dan sepenanggungan untuk citacita kemerdekaan sejati (www.presidenri.go.id) .
48
A) Aksi nyata SBY :
a. Presiden SBY sangat mengapresiasi solidaritas dan bantuan masyarakat
Indonesia untuk Muslim Rohingya, tetapi ia mengingatkan agar bantuan tadi
bisa disalurkan tepat sasaran dan tidak mengganggu atau dengan bahasa SBY
„menciderai‟ (www.republika.co.id) hubungan baik Jakarta-Rangon. Oleh
karenanya, perlu bagi masyarakat untuk berkonsultasi dengan Departemen
Luar Negeri (www.presidenri.go.id).
b. Dalam keterangan pers presiden SBY di kediaman pribadi, Puri Cikeas Indah,
Bogor Jawa Barat, Sabtu (4 Agustus 2012) mengatakan : “Pemerintah bukan
hanya prihatin, tapi telah, sedang, dan akan terus melakukan berbagai upaya,
baik itu diplomasi maupun upaya lain yang berkaitan dengan isu kemanusiaan
atas etnis Rohingya yang ada di Myanmar (www.presidenri.go.id).”
c. Pemerintah SBY telah mengirimkan surat resmi kepada pemerintahan
Rangoon dengan mengimbau agar pemerintah Myanmar segera menyudahi
konflik antar etnis itu (www.gatra.com).
d. Yusuf Kala sebagai Special Envoy (utusan khusus) : “Saya berharap pak JK
dengan pengalamannya yang luas bisa menjadi special envoy kita agar
kepedulian dan solidaritas Indonesia terhadap isu kemanusiaan Rohingya itu
tepat tidak menimbulkan salah pengertian bagi Myanmar tapi juga benarbenar membantu saudara kita etnis Rohingya (www.news.okezone.com).”
e. Indonesia memberikan bantuan senilai US $ 1 juta untuk pembangunan 3 unit
Sekolah Dasar di negara bagian Rakhine. Dubes Indonesia untuk Myanmar
Sebastianus
Sumarsono
mengatakan
:
“Bantuan
itu
sebagai
upaya
penyelesaian masalah di Rakhine yang tengah mengalami konflik komunual,
diwujudkan dengan membangun tiga unit sekolah dasar (www.republika.co.id)
49
.”Pada beberapa tahun sebelumnya tepatnya 2008, Indonesia juga membantu
pembangunan Rumah Sakit dekat laut Andaman (www.republika.co.id).
f. Indonesia berkomitmen kuat mendukung proses reformasi demokratisasi dan
rekonsiliasi nasional di Myanmar yaitu dengan menyusun program
peningkatan kapasitas pembangunan bagi Myanmar pada periode 2013-2015
pada bidang demokratisasi, rekonsiliasi nasional, kepemerintahan yang baik
dan pembangunan sosial ekonomi (www.dnaberita.com).
b.2.2. Kebijakan di ASEAN :
Sebuah proses penyelesaian kasus Rohingya diangkat dalam forum yang disebut Bali
Proses yang diadakan 2 hari di Bali (14-15 April 2009) dalam kerangka kerja ASEAN di
mana UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugess) juga turut berparsipasi.
Agenda ini juga disepakati dalam pertemuan puncak ke 14 sepuluh negara anggota ASEAN.
Tetapi forum ini ternyata gagal menawarkan solusi. Hal itu dikarenakan Myanmar yang
diwakili oleh Kepala Kepolisian Khin Yi yang menegaskan posisi pemerintah menolak status
Rohingya sebagai warganegaranya. Ia juga menolak tuduhan yang diarahkan pada
pemerintah yang menekan komunitas Rohingya (www.mizzima.com). Kendati demikian,
delegasi Myanmar memperlihatkan kesiapan mereka untuk duduk dan membahas persoalan
komunitas Rohingya yang sekarang ini berada di wilayah Aceh dengan Indonesia
(www.mizzima.com).
Pada pertemuan ASEAN di Bangkok, Indonesia terus menekan pemerintah Burma
untuk memberikan status hukum kepada komunitas Muslim Rohingya. Menteri Luar Negeri
Indonesia, Marty Natalegawa mengatakan : “Ada isu status yang bersifat politis dan legal.
Kita sekarang ini menyarankan pemerintahan Myahmar untuk menyelesaikan hal ini dengan
cara yang fundamental agar Rohingya mendapatkan status dan hak-hak legal yang sama
seperti warga lainnya (www.voanews.com)”
50
Pada pertemuan ASEAN di Cambodia tanggal 17 Agustus 2012 menteri luar negeri
ASEAN telah menyepakati pernyataan bersama ASEAN dalam menyikapi perkembangan
terakhir di Negara bagian Rakhine, pernyataan bersama tersebut disepakati setelah menteri
Luar Negeri RI berkomunikasi secara intensif dengan menteri luar negeri Myanmar sebelum
di Myanmar (Statement Of ASEAN Foreign Ministers On The Recent Developments in the
Rakhine State 2012).
b.2.3. Kebijakan Internasional dalam kaitan penyelesaian kasus Rohingya
SBY pun menyampaikan keprihatinannya dan akan terus mencari cara-cara diplomatis
supaya solusi yang baik dan damai bagi etnis Rohingya dapat diwujudkan. Ia juga
mengusulkan agar PBB dan Myanmar dapat mengundang Organisasi Konferensi Islam (OKI)
untuk mencari solusi terbaik bagi etnis minoritas Islam tersebut(www.presidenri.go.id) .
Harapan besar isu derita dan kemanusiaan minoritas Rohingya di Rakhine diangkat di
forum the Bali Meeting (14-15 April 2013), tetapi forum yang dihadiri oleh 40 negara Asia
gagal memasukkan isu tersebut dalam sidang plenonya. Menurut beberapa peserta bahwa isu
ini telah didiskusikan secara bilateral dan multilateral, kendati itu tidak dicantumkan dalam
proseding resmi pertemuan ini (www.irinews.org).
Semua apa yang telah diungkap di atas adalah fakta interaksi dan reaksi rakyat
Indonesia dengan persoalan Rohingya. Hal itu lahir dari empati keagamaan dan juga
kemanusiaan di saat yang bersamaan. Ada dua hal yang terlihat jelas yaitu keberpihakan
rakyat Indonesia sepenuh hati dan keberpihakan pemerintah Indonesia yang setengah hati.
Artinya kondisi heroik masyarakat dengan seluruh aksi dan gerak mereka
menunjukkan solidaritas dan empati yang luar biasa terhadap sesama umat manusia yang
kebetulan beragama Islam. Sikap ini jauh berbeda dengan sikap pemerintah yang
diperlihatkan. Apa motif itu semua, masih menjadi pertanyaan besar sebagian besar orang.
51
Yang jelas sikap skeptis kita mempertanyakan apakah itu disebabkan oleh sikap komitmen
pemerintah SBY pada piagam ASEAN untuk tidak saling mencampuri urusan masing-masing
negara anggota (non-interference) atau itu disebabkan oleh belenggu sejarah manis keakraban
masa lalu dengan Myanmar? Pertanyaannya apakah itu semua harus membuat kita terpaku
tangan membiarkan semua terjadi tanpa dapat menggerakkan nurani kemanusiaan kita untuk
menghentikan derita komunitas Rohingya?
Jika itu yang terjadi karena salah satu satu sebab di atas, sesungguhnya ini dapat
dimaknai sebagai sikap abai kita atau pemerintahan SBY terhadap bunyi pembukaan
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 kita yang mengatakan : "Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia
harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan
(www.putra-putri-indonesia.com). "Lebih dari itu, sikap politik setengah hati pemerintah
SBY dapat juga diartikan sebagai sikap tidak komitmen pada prinsip politik luar negeri
Indonesia yang „bebas aktif‟. Di mana makna bebas dalam politik luar negeri kita? Dan di
mana sikap aktif kita? Semuanya menyimpan segudang pertanyaan akan dinamika politik
luar negeri kita. Apa barometer kebijakan luar negeri kita?
Penulis hanya menghawatirkan arah kebijakan politik pemerintah yang demikian
membingungkan. Bila tidak didasari oleh prikemanusiaan dan prikeadilan, lantas apa yang
menjadi fundamennya kemudian. Apakah semua hanya demi kepentingan nasional yang
bersifat material atau....? Bila itu yang menjadi ukuran dan parameternya, apakah stabilitas
nasional bukan sebuah kepentingan juga. Sebab berlarutnya kondisi kemanusiaan komunitas
Muslim Rohingya, cepat atau lambat dapat memicu solidaritas religi Muslim Indonesia yang
akan berdampak negatif bagi kerukunan beragama di masa depan Indonesia.
52
BAB IV
PENUTUP
A. kesimpulan
Pertikaian dan kekerasan yang terjadi di Myanmar terjadi secara sistemik yang
dilakukan oleh masyarakat secara umum dan didukung oleh agamawan, dan politikus.
Kekerasan yang terjadi terhadap komunitas Rohingya telah mengakibatkan eksodus ke
beberapa negara jiran terutama Bangladesh, Malaysia, Thailand dan termasuk Indonesia.
Kekerasan yang terjadi adalah tragedy kemanusiaan yang terlangsung lama, tanpa ada upaya
internasional yang serius untuk menghentikan tragedi ini.
Keterlibatan Indonesia dalam upaya membantu penyelesaian konflik dan tertikaian
yang terjadi, tidak saja merupakan bagian dari amar konstitusi, tetapi juga pembelaan
terhadap kemanusiaan dan menjadi stabilitas nasional, regional dan internasional.
Keterlibatan Indonesia dalam membantu penyelesaian konflik yang terjadi di Myanmar juga
menjadi bagian penting dari realisasi kepentingan nasional untuk hidup damai, sejahtera dan
sentosa. Kajian ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh peneliti muda untuk mendalami kasus
ini sehingga dapat menjadi kontribusi riil bagi kepentingan perdamaian.
Hendaknya pemerintah Indonesia pasca SBY terus mengupayakan berbagai maneuver
diplomatis dalam penyelesaian konflik berdarah di Rakhine. Pemerintah tetap konsisten
menyokong berbagai upaya masyarakat Indonesia secara umum dan lembaga-lembaga
kemanusiaan secara khusus untuk terus berpartisipasi menolong korban kekerasan di Rakhine
baik mereka yang di wilayah konflik ataupun mereka yang di pengungsi
53
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan Jurnal
Bakri, Umar Saryadi. 1999, “Pengantar Hubungan Internasional”. Jakarta: Jayabaya University
Press
Buchanan-Hamilton, Francis (1799). "A Comparative Vocabulary of Some of the Languages
Spoken in the Burma Empire". Asiatic Researches (The Asiatic Society) 5: 219–240.
Retrieved 9 July 2012
Chan, Aye. 2005. “the Development of a Muslim Enclave in Arakan (Rakhine) State of Burma
(Myanmar)”, SOAS Bulletin of Burma Research, Vol. 3, NO.2, Autumn, ISSN 14798484
David I. Steinberg, 2010 “Burma/Myanmar, what everyone needs to know”, Oxford University
Press
Hla, Maung Tha.2009. “Rohingya Hoax, Buddhist Rakhaing Cultural Association”, New York
Human Rights Watch, “All you can do is pray”, crimes againts humanity and ethnic cleansing of
Rohingya Muslim in Burma‟s Arakan State, April 2013
Idrus, Muhammad .2009 “Metode Penelitian Ilmu Sosial”.Yogyakarta: Erlangga
Jemadu, Prof. Aleksius. 2008 “Poilitik global dalam teori dan praktek”. Yogyakarta
Morgenthau, Hans J. Another “Great Debate” : the National Interest of the United States,
Political Science Review, Vol. XLVI, Dec. 1952, No. 4
Nazir, Mohammad, 1988, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia
Perwita, Anak agung Banyu. 2005. “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Simpson, Michael Doyle. 1984. “A Concept of the National Interest, Naval Postgraduate
School, Monterey”, California Jemadu, Prof. Aleksius. 2008 “Poilitik global dalam teori
dan praktek”. Yogyakarta
Statement Of ASEAN Foreign Ministers On The Recent Developments in the Rakhine State,
Myanmar, Phnom Penh, Cambodia, 17 Agustus 2012
S.W. Cocks M.A, 1919 “a Short History of Burma, MacMillan and Co., Limited”, London
Website
Abid Bahar, Burma‟s Rohingya Origin in the Ancient Kingdom of Arakan : Understanding the
Arab – Chandra synthesis, Dalam http://www.rohangpress.com/?p=110 diakses pada
tanggal 28 Juni 2013
Chris Lewa, Stateless Rohingya, North Arakan : an Open Prison for the Rohingya in Burma,
FMR (Force Migration review)32 Lihat http: www. FM Review.org h.11-12 , diunduh 22
September 2012
Burma‟s Rohingya: A Denial of Citizenship and Human Rights,
Dalam
http://www.the-
platform.org.uk/2012/07/12/burma‟s-rohingya-a-denial-of-citizenship-and-human-rights/
diakses pada tanggal 22 September 2012
Patterik Wiggers, “10 Years for the Rohingya Refugees in Bangladesh, Past, Present and
Future”,
Medecins
Sans
Frontieres,
Holland,
March
2002,
dalam
http://www.doctorswithoutborders.org/publications/reports/2002/rohingya_report.pdf
diakses pada tanggal 12 April 2013
;
UN rejects Thein Sein‟s potential Rohingya plan, dalam http://www.democratic voice of
burma.no/news/un-rejects-thein-sein‟s-potential-rohingya-plan/22893
diakses
pada
tanggal 30 Juni 2013
Burma
president
backs
anti-Muslim
„hate
preacher‟
Wirathu,
dalam
http://www.
http://www.democratic voice of burma.no/news/politics-news/burma-president-backsanti-muslim-„hate-preacher‟-wirathu/28955 Diakses pada tanggal 30 Juni 2013
Zak
“The
Rose,
Rohingya
of
Myanmar”,
dalam
http://www.geopoliticalmonitor.com/backgrounder-the-rohingya-of-myanmar-4728/
diakses pada tanggal 19 September 2013
Myanmar‟s
Muslim
sideshow
(21
Oktober
2003),
dalam
http://www.atimes.com/atimes/Southeast_Asia/EJ21Ae01.html diakses pada tanggal 29
Juni 2013
G. Marranci, Burma, Ethno-Buddhism, Racism and Religious Persecution, Islam, Muslims, and
an
Antropologist,
dalam
http://marranci.wordpress.com/2012/07/19/burma-ethno-
buddhism-racism-and-religious-persecution/#more-886 diakses pada tanggal 28 agustus
2012
Saiful
Huq
Omi,
Fleeing
Burma,
World
Policy
Journal
dalam
http:
www.worldpolicy.org/journal/summer2011/rohingya-in-britain diakses pada tanggal 12
April 2013
K.C. Saha, Learning from Rohingya Refugee Repatriation to Myanmar, dalam
www.pi.library.yorku.ca/ojs/index.php/refuge/article/view/21203), diakses pada tanggal 21
Oktober 2012
http://www.synergiescanada.org/journals/ont/refuge/1252/21203 diakses pada tanggal 2014
UUD 1945 perubahan 4, dalam http: www.mahkamahkonstitusi.go.id/.../UUD_1945_, diakses
Pada tanggal 25 agustus 2012
http://www.reuters.com/article/2012/10/27/us-myanmar-violence-idUSBRE89P0VN20121027
diakses pada tanggal 12 April 2013
http://www.dvb (Democratic Voice Of Burma) .no/news/un-rejects-thein-sein%E2%80%99spotential-rohingya-plan/22893 diakses pada tanggal 12 April 2013
http://www.aljazeera.com/indepth/features/2012/08/201288114724103607.html
diakses
pada
tanggal 28 agustus 2013
http://www.thejakartapost.com/news/2012/10/30/asean-chief-rohingya-issue-could-destabilizeregion.html diakses pada tanggal 12 April 2013
http://news.detik.com/read/2013/08/05/111407/2324344/10/polisi-masih-teliti-kaitan-ledakan-divihara-ekayana-dan-rohingya diakses pada tanggal 28 Agustus 2013
http://www.kemendagri.go.id/news/2013/04/23/berikut-makna-kunjungan-sby-ke-tiga-negara-diasia diakses pada tanggal 1 Mei 2013
http://news.xinhuanet.com/english/world/2013-04/23/c_132332474.htm diakses pada tanggal 1
Mei 2013
http://www.suarapembaruan.com/home/indonesia-janji-bantu-myanmar-atasi-kasusrohingya/27120 diakses pada tanggal 5 April 2013
http://www.suarapembaruan.com/home/sby-minta-myanmar-undang-oki-tinjau-lokasirohingya/23117diakses pada tanggal 5 April 2013
http:www//khabarsoutheastasia.com/id/articles/apwi/articles/features/2013/01/16/feature-03
diakses pada tanggal 14 Februari 2013
http: www.thefreedictionary.com/jus+sanguinis diakses pada tanggal 10 Januari 2014
http:www.//islamic
forum
europe.com/images_uploaded/2012/08/img3452.pdf
“Rohingya
Minority, Final Communique of the Extra-ordinary Executive committee meeting, OIC,
Jeddah, 5 Agustus2012, diakses pada tanggal 25 Agustus 2012
http://www.rohingya.org/portal/index.php/learn-about-rohingya.html diakses pada tanggal 20
Juni 2013
http://www.irrawaddy covering Burma and southeast Asia.org/archives/8642 diakses pada
tanggal 29 Juni 2013
http://www.time.com/time/covers/asia/0,16641,20130701,00.html diakses pada tanggal 30 Juni
2013
http: www.myanmars.net/myanmar/rakhine-state.htm diakses pada tanggal 29 Juni 2013
http://en.wikipedia.org/wiki/Rakhine_people diakses pada tanggal 19 September 2013
http://nasional.inilah.com/read/detail/1889302/URLTEENAGE diakses pada tanggal 10 Januari
2014
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2013/07/130724_pengungsi_rohingya_ylbhi.sh
tml diakses pada tanggal 26 September 2013
http://www.presidenri.go.id/index.php/pers/presiden/2012/08/04/645.html diakses pada tanggal
28 Juli 2013)
http://www.foxnews.com/world/2013/07/05/myanmar-rohingya-face-limbo-in-indonesia/ diakses
pada tanggal 28 September 2013
http:
www.reuters.com/.../us-indonesia-australia-idUSBRE9AJ08L20131120
diakses
pada
tanggal 10 Januari 2014
http://www.populstat.info/Asia/myanmarg.htm diakses pada tanggal 10 Januari 2014
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/07/22/m7jowt-tragedi-kemanusiaanrohingya-bagaimana-sikap-indonesia diunduh 26 September 2013
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/07/22/m7jowt-tragedikemanusiaan-rohingya-bagaimana-sikap-indonesia diakses pada tanggal 26 September
2013
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,39010-lang,id-c,nasionalt,PBNU+Desak+Presiden+SBY+Bantu+Etnis+Rohingya-.phpx diakses pada tanggal 25
September 2013)
http://www.muhammadiyah.or.id/id/news-2420-detail-muhammadiyah-intensif-dampingianakanak-pengungsi-rohingya-.html diakses pada tanggal 25 September 2013
http://www.muhammadiyah.or.id/id/news/print/1561/ramadhanaholic-dan-aksi-solidaritasbagi-muslim-rohingya-pdm-surabaya.html diakses pada tanggal 25 September 2013
http://ikadi.or.id/component/content/article/35-sikap/823-sikap-ikadi-terhadap-tragedirohingya.html?directory=55 diakses pada tanggal 26 September 2013
http://www.hariansumutpos.com/2012/10/43605/persis-pzu-bantu-muslim-rohingya
diakses
pada tanggal 25 September 2013
http://news.detik.com/bandung/read/2012/08/02/131627/1981339/486/persis-kota-bandungbuka-tiga-posko-donasi-untuk-bantu-rohingya?nd771104bcj diakses pada tanggal
25
Sepetember 2013
http://jabar.tribunnews.com/2012/08/02/persis-kutuk-pembantaian-muslim-rohingya diakses
pada tanggal 25 September 2013
http://indonesian.irib.ir/headline2/-/asset_publisher/0JAr/content/icmi-pertanyakan-sikapsuu-kyi-soal-rohingya diakses pada tanggal 26 September 2013
http://www.republika.co.id/berita/internasional/tragedi-rohingya/12/08/01/m825d3-hti-akangelar-aksi-besar-untuk-rohingya diakses pada tanggal 26 September 2013
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/04/22/mlnbuo-mui-harapkan-sbytolong-muslim-rohingya diakses pada tanggal 28 September 2013
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/07/25/m7pdpk-muslim-rohingyaditindas-inilah-sikap-mui diakses pada tanggal 29 September 2013
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/07/24/m7o4e8-pemerintahdiminta-tegas-soal-muslim-rohingya diakses pada tanggal 25 September 2013
http://www.islamedia.web.id/2012/08/aksi-dama-pks-untuk-muslim-suriah-dan.html
diakses
25 September 2013
http://www.hidayatullah.com/read/24037/31/07/2012/pks-desak-pemerintah-myanmarhentikan-kekerasan-di-rohingya.html diakses pada tanggal 25 September 2013
http://www.arrahmah.com/read/2012/07/27/21933-act-kirim-relawan-ke-rohingya.html
diakses pada tanggal 29 Semptember 2013
http://www.gatra.com/international/amerika-1/15945-etnis-rohingya-dianiaya-indonesiajangan-diam-saja.html diakses pada tanggal 26 September 2013
http://padangekspres.co.id/?news=nberita&id=3262 diakses pada tanggal 25 September 2013
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,38976-lang,id-c,nasionalt,Indonesia+Bisa+Berperan+Selamatkan+Muslim+Rohingya-.phpx diakses pada tanggal
26 September 2013)
http://www.hidayatullah.com/read/24037/31/07/2012/pks-desak-pemerintah-myanmarhentikan-kekerasan-di-rohingya.html diakses pada tanggal 25 September 2013
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,38976-lang,id-c,nasionalt,Indonesia+Bisa+Berperan+Selamatkan+Muslim+Rohingya-.phpx diakses pada tanggal
26 September 2013
http://www.irrawaddy.org/archives/32652 diakses pada tanggal 26 September 2013
http://kemlu.go.id/Pages/Embassies.aspx?IDP=113&l=id diakses pada tanggal 29 September
2013
http://news.detik.com/read/2012/10/28/234330/2074488/10/ketika-indonesia-membantukawan-lama-myanmar-yang-sedang-tertatih diakses pada tanggal 29 September 2013
http://www.republika.co.id/berita/internasional/asean/13/04/03/mko44s-perdaganganindonesiamyanmar-ditarget-sentuh-1-miliar-dolar-as
diakses
pada
tanggal
29
September 2013
http://nrmnews.com/2011/12/28/ri-myanmar-sepakat-tingkatkan-kerjasama-bilateraltermasuk-bantuan-untuk-proses-reformasi-dan-demokratisasi-di-myanmar/
diakses
pada tanggal 29 September 2013
http://www.antaranews.com/berita/257272/indonesia-myanmar-tingkatkan-perdaganganhingga-500-juta-dolar-as diakses pada tanggal 29 September 2013
http://www.republika.co.id/berita/internasional/asean/13/04/03/mko44s-perdaganganindonesiamyanmar-ditarget-sentuh-1-miliar-dolar-as
diakses
pada
tanggal
29
September 2013
http://www.presidenri.go.id/index.php/pidato/2013/04/23/2102.html diakses pada tanggal 29
September 2013
http://www.republika.co.id/berita/internasional/tragedi-rohingya/12/08/04/m88piq-sbyminta-bantuan-untuk
rohingya-tak-cederai-persahabatan-rimyanmar
diakses
pada
tanggal 29 September 2013
http://www.presidenri.go.id/index.php/pidato/2011/05/05/1625.html diakses pada tanggal 29
September 2013
http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2012/08/04/8185.html diakses pada tanggal 28
September 2013
http://www.gatra.com/international/amerika-1/15945-etnis-rohingya-dianiaya-indonesiajangan-diam-saja.html diakses pada tanggal 29 September 2013
http://news.okezone.com/read/2012/08/16/337/678779/redirect diakses pada tanggal 29
September 2013
http: www.vivanews.Com. “ Impian pengungsi rohingya di Myanmar” diakses pada tanggal 18
Desember 2013
http://www.republika.co.id/berita/internasional/asean/13/06/12/mo9mag-indonesia-banguntiga-sekolah-di-myanmar diakses pada tanggal 29 September 2013
http://www.dnaberita.com/berita-92088-indonesia-dukung-reformasi-demokratisasi-danrekonsiliasi-myanmar.html diakses pada tanggal 29 September 2013
http://www.mizzima.com/news/regional/1979-bali-process-failed-to-solve-rohingyaboatpeople-issue-ai diakses pada tanggal 29 September 2013
http://www.mizzima.com/news/regional/1979-bali-process-failed-to-solve-rohingyaboatpeople-issue-ai diakses pada tanggal 29 September 2013
http://www.voanews.com/content/indonesia-fm-says-jackarta-pressing-burma-on-rohingyalegal-rights/1698656.html diakses pada tanggal 29 September 2013
http://www.presidenri.go.id/index.php/galeri/berita/2012/08/04/1151.html
diakses
pada
tanggal 29 September 2013
http://www.irinnews.org/report/83974/myanmar-key-asian-meeting-fails-to-resolve-rohingyaissue diakses pada tanggal 29 September 2013
http://www.antaranews.com/print/326471/indonesia-dan-harapan-penyelesaian-kasus-rohingya
diakses pada tanggal 21 Januari 2014
http://www.putra-putri-indonesia.com/pembukaan-uud.html diakses pada tanggal 03 Oktober
2013)
http: www. Republika. Co.id. “ Rohingya, Potret Buram Muslim Myanmar” diakses pada tanggal
28 Desember 2013
Lampiran-Lampiran
Lampiran I
Hasil Wawancara Penulis dengan Bapak Rofiq selaku Pengungsi Rohingya yang berada di
Indonesia tepatnya Didaerah Cisarua, bogor.
Penulis: Bagaimana Anda dating dengan Indonesia
Bpk Rofiq: Saya dengan Isteri dan anak berangkat ke Bangladesh, kemudian menembus
perbatasan Thailand, lalu menyeberang Malaysia (di sini anak keduanya lahir) dan
mengarungi laut menembus perbatasan Malaysia-Indonesia dan akhirnya berlabuh di
pulauTanjung Pinang, Riau di medio pada tahun 2011. Kemudian Saya mendapat status
sebagai pengungsi. Kami berangkat ke Jakarta dari PBB dan IOM dan kami mendapat
bantuan berupa uang.
Penulis: Apa tanggapan Saudara terkait kekerasan terhadap muslim di Myanmar?
Bpk. Rofiq: Kekerasan yang terjadi adalah kekerasan yang sistematik yang dilakukan oleh
bangsa rakhine beragama Budha yang didukung oleh Tokoh agama, Politisi, dan Aparat
keamanan kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini bukanlah hal yang luar biasa, melainkan
hal yang biasa terjadi kepada kami. Kami di pukulin, Kami ditusuk, Rumah Kami
dibakar, Hewan ternak kami di sita, Masjid kami di Robohkan. Kami Hidup bagai
menunggu kematian yang setiap saat bisa mengancam dengan cara-cara sadis.
Penulis: Apa harapan Anda kedepan?
Bpk. Rofiq: Harapan kami bisa mendapatkan Negara ke-3 yang bisa menjadi tempat
tinggal untuk bisa menata hidup sewajarnya seperti orang-orang lainnya.
Penulis: Apa Bantuan Pemerintah Indonesia terhadap pengungsi-pengungsi rohingya?
Bpk. Rofiq: Kami tidak melihat dukungan yang jelas kecuali berupa semangat, NGO,
PMI, Masyarakat Indonesia secara umum yang menyambut kehadiran kami disini
sehingga Kami mendapatkan kehidupan yang bebas yang tidak kami dapatkan di Tanah
kelahiran kami.
i9\
\__ /
At;{':,\l',[] '0*.e
'()rr*'Ar,o/,r,y'.
Wo-J"/r*gon
Statenre1it 6f'AStlAN L.-creiglt N{inisters on tl'rc lteccnt I)cvcloptttetlts
ini tire Ital<ltine Sf:rte, N{yatllnlr
Pitttotn Fertlt, Canrbtldia, 17 August ZAn
Follorvilg consultutions, ;\SEAN Forci;1t Ministers issue the ibllori'ing statctncnt:
1.
ASEAN Iroreign Ir4inisrcLs reallirrlecl their strong support for the ongoing den-rocratizatiort
process i1 Myalrnar. \\Iiiiiiit titc contcxt of sr"rch positivc progrcss, the ASEAN F-creign
Ministcrs arc lblloriirrg closcly reccnt clcvclol-rlcnts ttt tlrc I{aklrille Steitc, Ir4yanmar,
{b119wing thc inciclcnts tliet took plucc cin 28 lr4ai'2012 arltl ott 3 Jttne 2017,
2.
They welcopted the srcps the Govc:rlmerrf of Myanmar has takcn*to a-Cd-1-e.q's lhq domestic
issul, including its coopclar.ion r,'ith tire United Nations agcrtcics iiilci Irotr-governmental
organizarions to adc|'css tite hurnanitarian nceds of tlic aflcctecl pcrsorls atrd corununities.
l'hey lurlhcr encortr:lgecl ir,'11,anl.nal to contitrue iind to enhatl.ce the stclls it has taketr-
3.
ASEAN I--greign Ir4inisters cxprcsscd their readiness, Ltpon thc request of the Governtnent
of Myanrrar, to lencl necessary support in addressing the ltutrtatritariarl assistance in the
Ralihine Stale.
4
ASEAN Foi'cign Minisrcrs rccallccl atrcl r,rnderlined that the pron'lolioll o1' national
solidaritl, anci hanlonv amr)ng the various cornntunities ilr ivlyanntar constitute an integral
part o1' Ir,{yanntilt''s ongoing ricrnocratization and t"elirrrti process. They expressed
conllclence ancl expcctatiori that i\{yanrnar u,ill cotrtinue to t ctttaitt corls;stetrt rvith its
cogrnritment on the in'cvelsrbilitl, o1' the detlocratiz.atiott ancl refbtlr process in the
countt1,.
@I)
wruF&ffire
United Nations High Cornnris:ioncr f or Ref ugecs
Haut Conrnrissariat des Nalions Unir:s pottr les refugies
UI.iHCR
Tel.:
Fax,:
Menara Ravindo. 14th Floor
Jl. Kcbon Strilr Klv. 75
Jakarta '10340
Date of /ssue
Date of
/ Tanggal Pengeluaran:
+62 21 391 28BB
+6221 391 2777
Enrail:
[email protected]
Website: www.unhcr.or.id
11 December 2012
Renewal/ Tanggal Memperbaharui: 13 December 2013
UNHCR R.EFUGEE CERTIFICATE
Name of Applicant
Dil Mulranrmad
UNHCR File No,
186-1 1C02'184
Date of Birth
20-Oct-1967
Place of Birth
Leher
Nationality
Myanmar
Date of entry in lndottesia
15-Oct-201
1
TO.WHOM IT MAY.CONCERN
This is to certify that tlre above-named person has been recognized as a refugee by the
United Nations ltigh iommissioner for Refugees, pursuant to its mandate. As a refugee, he is a
person of concerrito the Office of the United Nations High Commissioner for Refugees, and should,
in particular, be protected from forcible return to a country where he would face threats to his life or
freedom. Any assistance accorded to the above-named individual would be most appreciated.
Questions regarding the information contained in this document may be directed to the Office
of the United Nations Higlr Commissioner for Refugees at the address above'
UNHCR Representation Jakarta
Surat ini menyatakan bahwa yang namanya lersebut dlalas, sesuai dengan mandat UNHCR (Komisi
LJrusan Pengungsi) telah diaRui sebagal pengunEsi. Scbagal seorang pengungsi, yang
Tinggi pBB
perhatian UNHCR, dan secara khusus mendapatkan perlindungan dari ancantan
pende[oftasiun piXsa'ke negara asal tempat dimana kehidupan dan kebebasannya terancam' Segala
'bantuan
Oeis"angl<utan menjadi
yang diberikan kepada yang bersangkutan akan sangat dihargai.
Sega/a pertanyaan yang berkaitan dengan isi dari dokumen ini dapat disampaikan kepada kantor
UNHCR melalui alamat yang tersebut dit:tas.
Important notice on the valiclity ol this ckrcurrrcttt is llrintttcl ovcrlcal.
Catatan per)ting rnengenaivaliclasi claticlokurtren ini cliceterl< clibalil< kertzrs ini.
No: 36211
IN,{PORTANT NOTICF,
This is specizrlly cclcled, tattll-let'-llioof secul'ity papct"
This clocunrent is valicl only as
arn
original ancl is Ilot lraltslerirblc.
Pliotclcoltie:; and/oL re.cluctiolis in size, as wcil eIS any attenrpt to use it to
procltrce other utraruthorizecl docurttetlts, clt'to use it to inrpersonate a UN
bficial, will rencier this clocr-rrnent nr-tll ancl voicl.
'f5is rloctlrrclt cagnot bc
r.rscrl to gztirt :tcc:ess to
itiillotts iltlcl otltel'rcst|icted
['acililies.
beare' is requirecl to obey all 1au's ol h'rclonesia and is requirecl to Legister
their resicience at the nearest police stzttiott als sooll as possible'
,T,he
'fhis clclcument is rrot ;r tlan,cl cloctirttr:nt arld tlte ilczrt'er should un<lerstancl
tlat tlre aiutlorities nray lcrlr-rile the f.icaler to lirrrit lris/lieI tt'avel rryitlrill a
del'inecl zrre a of'tlle cc.rttlltly.
CA'fA]'AN PL.NTINC
Dohunel/Strrat l(eterzrngarr ini
cli 1;r'otelisi clettgatr
kode clatt ltertals khusus'
Doitutrrenirliberlaltr-raperbilaasliclerrltic1akdapatcli1lirlcla}rtartgalnkan.
szrir clan tiiierk beLlaku apabila cli lotokopi dan/atati ditiru
atatt
serta diltalsLikarl cleltgan penllltr;tt:ttr clokunrell lirin tanpa pengeselhan'
elikatafr
P
ers
digr-rrrakal untuk Uertii rAai seoleih-olah s ebagai s eoran g pejeib at
D.ku'ren ini tirlak
Barrgsa-lJlr llqsal.
ticlalt claitat digunakan untttit altses ke erilport clan fasiiitas
cl e n g a rt iir-: ir I tr ar t I a tl lth u s u s lai n ny ar.
Dokrilrerp
ili
peniberwzr cjokunrc:r'r rlirnohon untuli nrentaati selr-trult ltukum yang berlerku
pada
di llclopE:sia darp cligto|on untuh nrend;rl'titt'lialt tcrttllat tinggal ttierekzt
kantot' liolisi terdeltert sc-scgcla tnutlgkin'
I)okurnen ini bukan sebuah clokunren perjalanan dan pembawa harus
dokumen
Irtcntahalrtibetliwa llcmeritttzrll seternpat berilak meminta pernbawa
yang
terscbut untuk nrcnrbartasi pcrjarlzrnannya didalartt dacrah/lokasi
clitentukan di negara ini.
'residcn lLcpublik lnclottesia - Dr.
ll.
lllc:///l:/rcvisi siclarrg/l'residen Ilepublik lndonesia - I)r. f.l. Su"silo
Susilo llarntrarrgl Yrdhoyoiro
llr. H, Susilo Barrtbar:g Yudhoyuno
Beranda
Topik
Pilihin
Berita
Utama
Ruang Pers
Foto
Pidato
Wawancara & Kolom
Alsrlr
( Mei 2011
r'{SSR
1214891011
15 '16 17
22 23 24
29 30 31
KJ
96
12
19
26
18
25
S
lstana Negara, Jakarta, Kanris, 5 Mei 2011
7
l:irlilirllilr f,iri:t,liilrlririr Sltrrlirl; ll.tlrrnr l\i.'ri('giriilln Nit'rrg.lrr;r'rnirti lllcsirlcrr I{clrtrblik
' ' \1. ,.r rrr
13
14
20
27
21
SAMEUTAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
Kabinet lndonesia Bersatu ll
JAMUAN SANTAP MALAM KENEGARAAN
[,'I
Link lndonesia
I
PRESIDEN REPUBLIK UNI MYANI\4AR
English Content
Pe
ENGHORt\,'lAT
YANG I\,1ULIA U THEIN SE]N
JAKARTA. 5
N,1EI
2011
rundang-undangan
B;
Cari Datir
GO
ffo
lalun0n
.rr,., , .,,;
ir
,
:.
',
{!
\
,j
I
u&v/
I
I
I
ahi ftahma ni ft ahi m.
Suaiu kebahagiaan tersendiri bagi saya dan segenap raki,at lndonesia dapat rcnjanru sahabat lanB saya, Yang Mulia
Presiden U Thein Sein besed.a para delegasi Percrinlah Ropublik Uni Myannur, dalarn suasana yang penull
kchangatan dan keakraban
t.):-,r
tl[:(j ]6:3t
.,,,'.
sm
Yang Llulia Presiden U Thein Sein,
Para Delegasi Republik Uni lvlyanryrar,
Serta hadirin sekalian yang saya horn€ii,
'Mingalar Ba" (salam sejahtera bagti kita semua)
Perlaro-tanE, saya ingin sekali lagi rengumpkan selamat alas pelantikan Yang lvlulia U Thein Sein sebagai Presiden
MyannEr pada bulan Maret yang lalu.
j::.
'
I ar.. ardr'.
i;t
Keberhasilan Myanror dalam penilihan umum dan pembentukan kabinet baru, nenunjukkan kesungguhan PenErintah
seda besarnya keinginan rakyat Myanrnar untuk n€rujukan deonkratisasi di Myanrnar. Saya nreyakini bahwa di bilah
kepe-mimpinan Yang Mulia, Myanmrakan serokin rnaju, dengan didukung oleh stabilitas politikdan pedurnbuhan
oudro
i
ukonori yang rokrn trngg.
. it
.='l;:i Virir.,r :. ,:_iil ,
! .H
.l
Pada kesempatan ini pula, perkenankan saya untuk rrenyamparkan selamat kepada Yang Mulia U Thein Sein yang
bcrulang tahun hari ini, 5 Mei 201 1 . Saya dan segenap rakyat lndonesia rnendoakan semoga Yang Mulia dilinpahi
Leschatan cialam n€mmptn Myannur.
Podcast l:eed
SintliilJEerlta
Yang N4ulia,
Para hadirjn yang saya horrnati,
Sebagai dua negara yang memperoleh kerner{ekaan nrelalui perjuangan melawan kolonialisnr€, lndonesia dan
Myanrer memiliki banyak kesamaan latar belakang kesejarahan. Tidak lupul dari ingatan kita, bahwa di era penjajahan
dahulu, terdapat banyak warga negara lndonesia yang dikirirn sec€ra paksa untuk fiEmbangun jalur kereta api d,
Myanrnar. Banyak dari rcreka yang gugur dalam nrelaksanakan pekerjaan tersebui, dan nEreka adalah bagian dari
sejarah yang m€mperiautkan kedua bangsa kita.
Sama halnya seperli lndonesia, Myanmar pun dikaruniai oleh msyarakat yang merilikr keberagaman etnis, budaya dan
Di satu sisi, keraganEn ini r'rErupakan rahmat dan kekayaan bangsa, narun di sjsi lain, keberagarEn itu pula
agam.
ac€p kali menimbulkan tantangan tersendiri dalarn renjaga persaiuan nasional dan keutuhan wilayah negara kita.
Untuk itulah, kembali saya ingin rrenggarisbawahi komitren Pererintah lndonesia untuk senantiasa nEndukuog
kedaulatan dan keutuhan wilayah negara Myanmr.
Dewasa ini, selain rnengatasi berbagai tantangan yang ada, kedua negara kita secara berkesinarnbungan juga terus
renjalankan betrbagai program pembangunan bagi terciptanya negara yang stabil dan sejahtera.
Sebagairmna Yang Mulra mkluri, lndonesia telah rrengalari proses transforrosi politik, dari sistom ponErintahan
yang cenderung otoritarian renjadi negara yang renerapkan prinsipprinsip univ?rsal denBkrasi. Transjsi deryDkrasi
yang lndonesia jalani juga bukan proses yang mudah relainkan penuh pasang-surut eda penuh dengan tantanqan dan
ujian sejarah.
Menarik pelajaran dan pengalaman lndonesia, saya rneyakrni bahwa proses demokratisasi di MyannBr juga akan
berjalan sukses dan rembawa keroslahatan bagi seluruh rakyat Myanmar.
Sebagai sahabat dan atas serongat solidaritas ASE-AN, lndonesia senantiasa terbuka untuk ber-bagi pengalarnan
dengan Myannur dalam proses reforresi dan derckraiisasi yang kami jalankan. Sejalan dengan sen€ngat ini, saya
1 dar'! ?
11...
'residen Republik Inelonesia - Dr. H. Susilo tsambang Yudhoyono
file;///l:irevisi
sidang/Presicle rr Republik lndonesia
- Dr. H. Susilo B...
rnenyambut gembira keikutsertaan delegasi pererintah N4yannEr dalam pertemuan lahunan Bali Democracy Forum.
Dalam kesempatan ini, saya sekali lagi renyampaikan penghargaan atas kesediaan Yang Nlulia di saat pertemuan
bilateral siang tadi, untuk berbagi info.masi rnengenai transforrnasi politik yang tengah berlangsung di MyannEr.
PenErintah dan rakyal lndonesia rnendo'akan agar proses ini pada gilirannya akan senekin neningkatkan kernajuan
dan kesejahteraan rnasyarakat Myanrnar. Harapan ini tentunya juga dimiliki oleh rnasyarakat di negara-negara anggota
ASEAN lainnya.
Yang Mulia Presiden U Thein Sein,
Para hadirin yang saya horrnati,
Sejak pertemuan saya d6ngan Yang Mulia bulan Maret 2009, saya rn€ncatal bahwa masih terdapat peluang besar bagi
kedua negara untuk secara rnaksirnal nEnindakianjuti h?sil kesepakatarl dan komitrnen yang telah kita buat.
Kunjungan Yang Mulia ke lndonesia kali ini lentunya akan renegaskan kembali komitren bersanB untuk nEningkatkan
kerjasarna bilateral kila.
Siang tadi, dalam pertemuan bilateral, saya dan Yang NIulia Presiden U Thein Sein telah bersepakat untuk
neningkatkan kerjasarna di berbagai bidang, baik dalam kerangka bilateral rnaupun regional.
Kita telah sepakal untuk rnentelihara dan n€mperkuat kerja sarna di bidang politik dan pertahanan, antara lain nElalui
peningkatan saling kunjung dan koordinasi di tingkat Kepala Negara dan Menteri.
Di bidang ekonomi, kiia bersetuju untuk meningkatkan kerja sarna di bidang perdagangan dan investasi. Oleh
karenanya, saya bergembira bahwa kita telah bersepa-kat untuk rnenetapkan target volure perdagangan kedua negara
sebesar 500 juta dolar AS pada tahun 201 5. lni larget yang tidak mudah, tetapi dapat ter€pai dengan upaya kuat kedua
negara.
Di bidang investasi, saya telah mendorong para pelaku blsnis lndonesia untuk reningkalkan investasi mereka dalam
proyek-proyek infrastruktur dan energi di MyannEr. Dalam rrenghadapi ancar€n krisis pangan dunia, kita juga sepakat
untuk nEndorong kerja sanE di sektor pertanian. Melalui kerja saro in, utamnya untuk produksi beras, kita berharap
akan dapat rneningkatkan produksi dan produklifitas, renuju ketahanan pangan yang lebih luas.
Di bidang sosial budaya, Indonesia renyambut baik keikutserlaan pelajar dan pegawai Pen€rintah lvlyanrnar dalam
prograrFprogram beasiswa dan pelatihan di lndonesia. Hal ini juga renjadi bagian dari upaya lndonesia untuk berbagi
pengalaman dengan Myanmar, dalam berbagai progranr peningkatan kapasitas sumber daya ronusia.
Terkait dengan hubungan antar masyarakat kita, sekali lagi saya ingin rengucapkan terinra kasih dan penghargaan atas
keputusan Pernerintah Myanmr rrembebaskan 25 nelayan lndonesia. Sebagai dua negara yang rneniliki perbatasan
laut, insiden pelanggaran batas wilayah laut oleh para nelayan tradisional terkadang lidak dapat dihindarkan. Untuk itu,
Pen€rintah lndonesia akan terus menggiatkan upaya peningkatan pen')ahanran para nelayan tradisional atas
batas-batas wilayah laul di antara kedua negara kila.
Dalam kerangka ASEAN, saya bergembira karena kerjasarna lndonesia dan [.4yann€r telah berjalan baik. Kita juga lerus
berupaya memperkuat kerja sarna dan koordinasi, dalam remperkokoh sentralitas ASEAN, Can dalam rnewujudkan
'ASEAN Community."
Yang Mulia Presrden U Thein Sein.
Para hadirin yang saya hormati,
Saya ingln sekali iagi renegaskan komitmen lndonesia, untuk terus reningkalkan persahabatan dan kerjasama kedua
negara kita.
Akhirnya, perkenankan saya untuk meng-undang Yang Mulia dan hadirin sekalian untuk bersulang bagi kesehatan dan
kesuksesan Yang Mulia U Thein Sein, serta bagi persahaba'tan dan kesejahteraan rakyat kedua negara.
Teriru
kasih
Redaksi I Syarat & Kondisr I Peta Situs I Kontak
O2006-2009 SitusWebResmiPresidenRepubliklndonesia-Dr.H.SusiloBambangyudhoyono
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
?.
dari 2
11 01/1414 7:Aq
- Dr. I l. Susikr llartrbanrg Yr-rdhoyoncr
residen Republik lndorie sia
tilc:llll:lrevisi sidang/l)r'esiden I{epublik Indonesia - Dr. ti. Susilo
*@*HrR
"-ifu
"€*i:M
T*
-*,*;';Iq
'*t- "€-l
S;
,.6pt
{{ I:S
I' {l
iJr.
I}
I l,}
IiN
tlN
rl.i
rii IJ
R l: I
l.
I
K
I
i''l
Ii
t } l{
O
'[. l{
1,.\ I A
l:5
':- :ll
F {'i
,t ,{'t
r
ll, Susiiu }3anibarrg Yudhuyer;o *"*i*
Baranda
Pilihah
Topik
Berita
Alsip
( Agustus 2012
i,!ssRKJ
!?3
5 0 7 8 9 10
12 13 14 -i9 rc 17
19 20 21 22 23 24
26 27 28 Z9 30 31
Utama
.:,l
S
4
Pers
Ruang
Profil
Foto
Pidato
Wawancara &
Kolorn Kliping
Perspsktif Lain
r.i.t. Ii,,. i'{1i":;
Keterangan Pers Presiden
'11
1B
25
Puri Cikeas hdah, Bogor, Jawa Barat, Sabiu, 4 Agustus 2012
i.r'i,'ililirril
l','r': \ilrr.ii'rli
l'L'r'rlltslrllrlilrl l:l.nis ltolrirriirl,
t\lttrrrnltr'
TRANSKRIP
KETERANCIAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MENGENAI PERMASALAHAN ETNIS ROHINGYA, MYANMAR
PURI CIKEAS INDAH, BOGOR, JAWA BARAT
4 AGUSTUS 2012
D,-,-,-.r\LIL{rtl; D^,.,.
L LrKeterangan Pers Preslden
Keterangan Pers Juru Brcara
l<epresidenan
Bi smi
Siaran Pers
I
I
ahi nah ma ni rahi m,
Assal amu' a; ai kum Wa rah matul I ahi Wabarakatuh.
Salam sejal,tera untuk kita semua,
Kabinet lndonesia
rsatu ll
Be
Saudara-sar rdara,
Pada sore lrari ini, saya ingin r€mberikan penjelasan yang saya tu1ukan kepada saudara-saudara rakyat lndonesia rli
seluruh lanz,h air, mnyangkut satu isu yang be{akarrgan ini nerrj.rrllkan parharlian masyJrakat Meskipun isu ini tidak
rrcngail lanasung dan kejadiannya lidak terjadi di lndonesia, yaitu perrosalahan einis Rohingya, yang acja di Myannur,
telapi saya rngin memberrikart pcnjelasan yang lcbih longkap dan utuh r(t;ir drktrtahur oleh rakyat lncjonesia.
Link lndoncsia
English Conlent
Pe ru
nda ng-u nda ngan
Sayaluga nendengarkan dan rengetahui bahwa ada keprihatinan dari kalangan nEsyarakat lndonesia atas apa yang
terjadi di wyanrnar, khususnya yang menyangkut etnis Rohingya ini. Pererintah juga nEmiliki keprihatinan. Dan
Per€rintah bukan hanya b€rprihatin, tetapi Penrenntab telah, sedang, dan akan terus rnelakukan upaya, baik diplonrasi
maupun upaya lain, yang berkajtan dengan isu kertunusiaan atas etnis Rohingya yang ada di Myannrartersebul.
Cari Data
GO
rl,':
' ,i
I r,i.
Saudara-sardara,
Dengan penjelasan saya sore hari ini, uya berharap, rakyat lndonesia benar-benar rengetahui duduk persoalannya,
sekaligus n€ngetahui apa yang telah dilakukan oleh pernerintahnya, Pernerintah Republik lndonesia. Saya rnenyirnak
kom€ntar di sejuftlah media massa yang nenggambarkan Pen€rjntah diam, Presiden diant, padahal Presiden lndonesia
sekarang sebagai Ketua ASEAN. Dua hal salah daiam kornentar itu. Pernerintah tidak diarn, Penterintah sedang dan
ierus bekeria. Sern€ntara, Ketua ASEAN bukan lagi Presiden lndooesia, tapi tahun ini adalah Perdana Menteri Kamboja.
Sekaligus saya luruskan.
i
..:-:.
i3k:d3 l03JC
.:-
\
L:;
_1'
,r"--'r
([( )
sudio
\
{/
j,i,'i :i'r'r.,,ri
1:fi,r J.il:r', ::t
I
{
sr
i.j
(,
l
L':li r i .,
i.,, i, ti;t;r;---k€!
Namun, saya juga ingin dengan penjelasan ini, manakala ada aksi solidarjtas yang dilakukan oleh sejundah kalangan di
lndonesia, yang lebih nremiliki perspeklif solidaritas kerunusiaan, maka saya berharap beotuk solidaritas ini juga bisa
dilakukan dengan cara yang tepat.
]
-
'::ril'.1
Podcast Feed
-*_.i
Sa
udara-saud
a
ra.
Saya ingin rremulai dengan rEmberikan penjelasan inti dari perrosalahan etnjs Rohingya yang ada di Myanmar. Yang
terjadi sesurrgguhnya adalah konllik konrunal, konflik horizontal, antara etnis Rohingya dengan etnis Rakhine, sanra
seperti yang terladi di negeti kita sekian tahun yang lalu, konflik komunal di Poso dan di Ambon. Kebetulan, etnis
Rohingya itu beragam lslam, sedangkan etnis Rakhine itu beragama Euddha. Et,)is Rohingya sendiri sesungguhnya
berasal dari Bangladesh. Meskipun sudah sampai tjngkat enrpat generasi keberadaan etnis Rohingya ini di Myanmar,
tetapi nErr€ng kebijakan dasar Pemerintah Myanrr€r belum rengakui sebagai salah satu dari 135 etnis yang ada di
negeri itu.
Sindikasi Berila
Benar, Sau{.jara-saudara, pada bulan Mei dan Juni yang lalu terjadi iniensitas konflik atas dua etnis itu, yang
rengakjbalkan 77 orang nreninggal dunia, bukan seperti yang diberitakan, katanya ribuan orang; 109 orang luk&luka:
ffi
r'}'tr
{.-t.
kurang lebih 5.000 rurnah daiam keadaan rusak atau terbakar; 17 masjid rusak; 15 rnollaslenes rusak. Masjid tentu
lslam, sedaugka{r /nonasle4t/adalah rurEh ibadah bagi yang lt€ragam Buddha.
rumh ibadah bagi yang beragama
i
n
i
;
i'..--i
rHiEF-qq
-ri-}; Hffi$a*{f,rffi
Kemudian, kita ketahui ada isu keronusiaan setelah terjadinya konflik berskaia yang relatif tinggi itu. Sekarang tercatat,
pengungsi Rohingya yang tadinya 28.000 berada di tempat-tempat pengungsian, kini meningkat renjadi 53.000Pengungsi Rakhine berjunlah 24.000. [4ernang, ada penilaian bahwa penanganan pengungsi Rakhine ini oleh
Pem€rintah Myanmrdinilai lebih baik. Tetapi sebaliknya, atensi atau penanganan etnis Rohingya oleh PBB, oleh etnis
Rakhine, dianggap lebih baik. Dan, juga ada kecemburuan dalam penanganan kedua komunitas itu.
Sejauh ini, Saudara-saudara, tidak ada indikasi genocide atau genosida. Sedangkan, satu hal yang perju diketahui oleh
rakyat lndonesia, bahwa elnis Rohingya llu dulunya berasal dari Bangladesh. Tetapi, dalam hal konflik yang terjadi atas
einis Rohin3ya dengan etnis Rakhine inl, P€merintah Bangladesh rnernilih untuk tidak lkut campur, tidak rnentantu juga
etnis Rohin3ya. Bahkan, ketika terjacji cJash kenErin, perbatasan kedua neoara ditutup.
rlrri
B.
Saudara-saudara,
Dari penjelasan itu, mari kita lihat apa yang dilakukan oleh Pemerintah Myanrnar. Apa yang saya sampaikan ini b€rasal
dari penjelasan Menteri Luar Negeri, Saudara Mady Nalaleg#a, yang juga terus berkomunikasi, niengikuti
perkembangan situasi, dan juga penjelasan dari Duta Besar lndonesia untuk lryanmar. Iadi siang, saya berkonunjkasi
cukup panjang dengan duta besr kita yang ada di Myanmr, untuk nEndengarkan penjelasan dan keterangan yang
benar, yang utuh, dan yang oblektif.
Sebenarnya, Pemerintah Myanmar juga berusaha untu( rengatasi. Kita ketahui, Pen€rintah Myanmar sekarang ini,
atau Myanmar, itu tengah rnelakukan upaya yang juga sangat serius untuk rnelanjutkan dernokratlsasinya, rekonsiliasi di
antara pihak-pihak yang berseberangan dulu, dan.juga natlon building, rrembangun kembali persatuan, kebersanraan di
antara semua komunitas at'au komponen yang ada di Myanrur setelah dilaksanakannya perilihan umum beberapa saat
yang lalu, yang dilanjutkan dengan rekonsiliasi.
Mernang dalam kailan ini semua, ada kritik dari dunia terhadap Myanmar, utarnanya yang berkaitan dengan penanganan
konflik yang melibatkan elnis Rohingya dengan etnis Rakhine. Antara lain, Perrerintah Myannrar dianggap diskriminatif,
dianggap kurang rnemberikan proteksi kepada ninoritas. dan kemdian penyelemiannya juga tidak tuntas. MyannEr
juga rnendengar kritik-kritik ini, sebagairnana dulu kiia pada saat sedang sec€ra sangat aktif nEnangani konflik komunal
di Poso dan di Ambon, lndonesiajuga dianggap tidak nrelindungi komunitas mjnoritas di lndonesia, yang dinraksudkan
adalah komunitas Nasrani, karena lndonesia dianggap 90% lebih beragama lslam, yang sebenarnya tidak ada
diskrimlnasi seperti itu. Kita ingin adil dan memberikan perlindungan kepada semua pada saat itu.
Saudara-Saudara,
Saya ingin rnelanjutkan. Pascakerusuhan Mei dan Juni yang dilakukan Pernerintah Myanmar, antara lain, nEmbentuk
komite investigasi, kemudian rnengundang dan bekerja sanE dengan Badan PBB yang disebut dengan UNHCR dan
juga World Food Programre, lembaga yang menangani pangan sedunia. Sebenarnya, pada bulan Maret, Myanrnar
rn€ngirimkan lim ke Indonesia. Mereka adalah terdiri dari Komnas HAI4 Myanrer dan Komisi Hak Asasi Perempuan dan
Anak Myanrnar. Mereka datang ke Indonesia uniuk rnelaksanakan studi banding, untuk, kalakanlah, rnendapalkan
pengalarnan lndonesia dalam rnelindungi dan rn€mproteksi hak-hak asasi nlanusia, terrr€suk kaum p€rempuan dan
anak-anak, dan pengalarnan lndonesia di dalanr rnelaksanakan resolusi konflik komunal, nengingat nnreka juga
n€nghadapi dan sedang mengatasi konllik komunal seperti itu.
Belum lanE ini, Pennrintah Myanmar juga mengundang Persenkatan Bangs+Bangsa, dan sejun{ah organisasi di
bawah Perserikatan Bangs+Bangsa, dan Korps Diplonratik, apakah duta besar, wakil duta besar, atau pejabat senior
lainnya di kedutaan besar negara-negara sahabat di [,4]'ann€r, untuk nreninjau dan datang langsung ke ternpat
kerusuhan yang terjadi pada bulan Mei dan .Juni yang lalu. Dalam kunjungan ke lokasi itu, Duta Besar lndonesia juga
ikut. Denikian juga sejurnlah dula besar dan wakil duta besar dari negara-negara lsiam, misalnya Pakistan, Saudi
Arabia, Kuwait, dan lain lain.
Itulah yang lndonesia ketahui, apa yang dilakukan oleh Pererintah lvlyanror untuk rrenyelesaikan dan rmngatasi
konflik yang melibatkan etnis Rohingya dan etnis Rakhrne di negara itu.
Saudara-saudara,
Sekarang, untuk n€njadi pengetahuan rnasyarakat luas, saya ingin n€nyampaikan apa sala yang dilakukan oleh
lndonesia, utamanya Pererintah lndonesia. Pererintah seera baik multilateral dan regional aktif untuk ikut nrembahas
perrusalahan yang berkaitan dengan etnis Rohingya iri, baik di PBB, di ASEAN reupun forumforum yang lain Se€ra
bilateral, kita juga aktif renjalin diplonrasi cian kerja sane.
Kemudian, untuk diketahui, ketika banyak negara yang renolak rnenerima kedatangan para pengungsi dan pencari
suaka dari etnis Rohingya ini, di negara-negara ASEAN ini, di negara Asia Tenggara, lndonesia sebenarnya rnenerinEl
kedatangan rnereka. Dan, sekarang tercatat ada 270 pencari suaka dan 124 pengungsi Rohingya, yang kemudian
lndonesia bekerja sarna dengan badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan lembaga internasional iainnya untuk
menyeles€ikan, rnemberikan status, menyalurkan pada pihak ketiga, dan sebagainya. Kita tuga telah dan terus
nElakukan aksj kernanusiaan yang berkaitan dengan nesalah etnis Rohingya ini.
Tadi malam, saya telah nEmpersiapkan surat, dan lnsy3 Allah hari ini terklrim surat saya kepada Presiden Myanmar,
Presiden Thein Sein, yang rnengungkapkan harapan lndonesia kepada Pererintah N4yanrnar untuk rnenyelesaikan
perrnasalahan atas etnis Rohingya ini dengan sebaik-b3iknya. Tentu saja, saya tidak bisa jelaskan seera rinci isinya
karena surat ini saya tujukan pada Presiden
Myanror,jan bahkan beliau belum n€nerimanya.
Sayajuga rnengusulkan, [,'lenlu akan nElanjutkan diplonnsinya seCara aktif agar, setelah MyannBr nengundang
Perserikatan Eangsa-Bangsa danjuga para diplornat asing yang bertugas di Myanrnar, saya sekali lagi rnengusulkan
untuk rnengundang negara-negara yang tergabung dal?m Organisasi Kerja Sann lslam atau OKl, dan OKI itu sendira
untuk datang langsung ke lokas. Dengan dedkian, bisa rnengetahui situasi yang sebenarnya. Dan kemudian, harapan
saya, OKl, PBB, ASEAN, tentu Indonesia di situ bersam Myanrnar, bisa bekerja sarna untuk menyelesaikan solusi yang
baik.
Saudara-saudara,
Yang jelas, diplomsi yang kita lakukan dengan upaya apa pun yang kita lakukan, lndonesia ingin dan sungguh
berharap agar konflik komunal yang rengakibatkan perrmsalahan kensnusiaan atas elnis Rohingya itu benar-benar
ditangani dan diselesaikan secara bijak, adil, tepat, dail tuntas.
Di bidang aspek kemanusiaan, lndonesiajuga sungguh berharap dan rnenyerukan kepada Myanrnar, agar perlindungan
minoritas sungguh diberikan dan pembangunan kembari perkampungan yang rusak itu juga bisa dilakukan. Saya
n€nggarisbawahi hal ini karena kenyataannya sekarang yang ada oalamcantVcamp pengungsi sebagian besar adalah
etnis Rohinqya.
lndonesia sendiri siap untuk n€mberikan bantuan dan kerjasanEnya, sebagaimana yang lndonesia lakukan di waktu
yang lalu, tahun{ahun berselang, rEmbantu, rnendukung Myannnr untuk rr€lanjutkan proses denpkratisasinya
dari
3
2l/0112014 7:08
Prediden Republik Indonesia - Dr. F{. Susilo Ilarrrbang
Yudhoyono
llle:llll'.lrevisi sidang/Presiden Republik Indonesia - Dr. H. Stsilo t}..
sehingga alhamdulillah Myannrar, setelah rnenyelenggarakan pernilu oleh dunia, dianggap rnen'jliki perubahan yang
nyata dan nrelanjutkan proses dernokratisasinya.
Saudara-saudara.
Yang terakhir, saya ingin n€ngajakdan nrnyerukan kepada saudara-saudara kjla, rakyat Indonesia, utamanya
komunitas dan komponen-komponen tertentu yang merasa n€riliki solidaritas yang tinggi untuk rnemberikan bantuan
kernanusiaan atas saudara-saudara kita, elnis Rohingya, yang ada di lVyanrnar. Saya berterinra kasih dan rnernberikan
penghargaan yang tinggi atas kepedulian dan solidaritas itu.
Agar bentuk kepedulian'ilan solidaritas itu bisa diwujudkan dengan cra yang lepat dan dengan sasaran yang tepal,
saya berharap, berkonsult:rsilah dan lTremberitahulah Pernerintah lndonesia. Dalam hal ini, penjurunya adalah
Kernenlerian luar Negeri.
Di waklu yang lalu, banyak sekali spontanilas, solidaritas, dan begilu sa;a kornponen-komponen di lfldonesia datang ke
negara-negara lain. Kemudian ketika ada mslah dip,ornatik, nnsalah,r'isa, m€salalt keanlanan bahkan, akhirnya
pernerinlah yang harus turun tangan dan kemudian menyelesaikannya. Tentu, kita tidak berharap hal-hal begitu terjadi
lagi sekarang dan di mau depan.
Saya hargai kepedulian dan solidaritasnya. Dan sekali lagi, agar benatrbenar lepat sasaran dan tepat €ra,
berkoordinasilah dan berkonsultasilah dengan negaranya sendiri, perrerintahnya sendiri, Pen'€rintah Republik
lndonesia.
Dan, Saudara-saudara, hubungan kita dengan Myanmr dekal, sesama negara ASEAN. Saya ingin kepedulian,
solidaritas, dan tawaran bantuan lndonesia untuk ikut nrencarj solusi atas konflik komunal dl negara itu, di satu sisi
benar-benar bisa rnenyalurkan dan rrewujudkan perhatian dan kepedulian rakyat lndonesi;r, t€jtapi di sisi lain juga
jangan nrenimbulkan salah persepsi dan salah terirna dari negara L4yanrnar.
lngat, ketika dulu ada konflik di Poso dan Ambon, dan oahkan di Ach, sebagai Presiden, saya nEnolak dan tidak bisa
rnenerima begitu sa.ia kalau ada unsur-unsur asing datang ke negeri kiia, dengan alasan kldonesia tidak sunggLlh
rnenyelesaikan rrnsalah itu, apalagi tidak remberikan proteksi dan pedindungan pada kaunt trinoritas.
OIeh karena itu, marilah kjta jaga semuanya ini. Dan permyalah bahwa Pernerintah lndonesia ahan berbuat apa yang
rnesti diPerbuat, sekali lagi, untuk misi kemanusjaan di satu sisi; namun yang kedua, sebagai sesarna negara ASEAN,
kita juga ingin berkontribusi urtiuk rencari solLrsi yang baik. Dengan demikian, mernbawa kebaikan bagi N4yanmar
sendiri, bagi Indonesia lentuny;:, dan bagi ASEAN, dan bahkan bagi dunia.
Demikianlah, Saudara-saudara, penjelasan saya Terirr€ kasih atas p€rhatiannya.
Wa$al amu' al ai ku m
Wa rah matu!
I
ahi
Wa ba
rakatu
11.
Biro Pers, Media dan lnforntasi
Sekretariat Presiden
Redaksi
@2006-2009
I
Syarat & Kondisi
I
Peta Situs
I
Kontak
situswebResmiPresidonRepubliklndonesia-Dr.H.susiloBambangyurlhoyono
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Download