BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Kecerdasan merupakan istilah umum untuk mengambarkan kepintaran atau kepandaian orang. Beberapa ahli mencoba merumuskan defenisi kecerdasan di antaranya : a. Menurut Binet kecerdasan adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri.(Daud, 2012 : 245) b. Menurut W. Stem kecerdasan merupakan kemampuan untuk mengetahui problem serta kondisi baru, kemampuan berpikir abstrak, kemampuan bekerja, kemampuan menguasai tingkah laku instinktif, serta kemampuan menerima hubungan yang kompleks termasuk apa yang disebut dengan inteligensi. (Daud, 2012 : 245) c. Howard Gardner mengungkapkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu. (Dewi, 2013 :34) Dari beberapa pengertian kecerdasan yang telah di kemukakan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan adalah kemampuan seseorang 14 untuk memberikan solusi terbaik dalam penyelesaian masalah yang dihadapinya sesuai dengan kondisi ideal suatu kebenaran. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi. Akar kata emosi adalah movere, kata kerja bahasa Latin yang berarti “mengerakan, bergerak”, ditambah awalan “e” untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecendrungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. (Goleman, 2016 : 7) Goleman mengatakan manusia memiliki dua jenis pikiran yang satu merupakan tidakan pikiran emosional,yang lain merupakan tindakan rasional. Dalam artian yang sesunguhnya, kita memiliki dua pikiran satu yang berpikir dan satu yang merasa. Kedua cara pemahaman yang berbeda ini bersifat saling mempengaruhi dalam membentuk kehidupan mental manusia. Goleman (2016 : 409) mengemukakan beberapa macam emosi yaitu : a. Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersingung, bermusuhan, dan barangkali yang paling hebat, tindak kekerasan dan kebencian patologis. b. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa, dan kalo menjadi patologis, depresi berat. 15 c. Rasa takut: cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, kecut; sebagai patologi, fobia dan panik. d. Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, riang, puas, senang, terhibur, bangga, kenikmatan duniawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang sekali, dan batas ujungnya, mania. e. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih. f. Terkejut: terkesiap, terkejut, takjub, terpana. g. Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah. h. Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur. Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Meyer dari University of Hampsire(Abdurrahman : 85) untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Ekspresi dari emosi yang timbul tidak muncul begitu saja tanpa ada yang mengawali atau menyebabkannya. Adanya reaksi yang ditunjukkan oleh seseorang merupakan tanggapan dari aksi yang diberikan orang lain kepadanya. Makmun (2005 : 167) menjelaskan bahwa, sedikitnya ada tiga variabel yang terlibat dalam aspek emosional, yaitu rangsangan yang menimbulkan emosi (the stimulus variable), perubahan-perubahan 16 fisiologis yang terjadi bila mengalami emosi (the organismic variable) dan pola sambutan ekspresi atau terjadinya pengalaman emosional itu (the response variable). Cooper dan Ayman (2009 :219) menyatakan kecerdasan emosional sebagai suatu kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagi sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Cooper dan Ayman merinci kecerdasan emosional dalam 14 aspek, yaitu kesadaran diri emosi, kesadaran emosi intensionalitas, terhadap kreativitas, orang lain, peristiwa ketangguhan, hubungan dalam antar hidup, pribadi, ketidakpuasan konstruktif, belaskasihan, sudut pandang, intuisi, radius kepercayaan, daya pribadi dan integritas. Sedangkan Toto Tasmara (2002 :97) menyatakan kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri (sabar) dan kemampuan dirinya untuk memahami irama, nada, music, serta nilai-nilai estetika. Emosi berhubungan dengan rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon) yang selanjutnya akan menimbulkan perubahan fisiologis pada diri seseorang. Rangsangan dari dalam (internal) maupun luar (eksternal) diri seseorang akan menimbulkan respon berupa tindakan atau perbuatan sebagai wujud tanggapan dari dalam berupa pikiran kurang baik terhadap guru saat mengajar, hal ini akan menimbulkan respon berupa perasaan tidak senang, suntuk dan kesal yang selanjutnya akan berdampak pada kurangnya motivasi untuk belajar atau peserta didik kurang berminat pada mata 17 pelajaran yang diajarkan guru tersebut. Jadi, berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya dan akan mempengaruhi proses fisiologis pada diri seseorang tersebut. Kecerdasan emosional yang dimaksud oleh peneliti adalah kemampuan individu untuk mengenali perasaannya sehingga dapat mengatur dirinya sendiri dan menimbulkan motivasi dalam dirinya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Sementara dilingkungan sosial ia mampu berempati dan membina hubungan baik terhadap orang lain. Salovey (dalam Goleman 2016:55) menjelaskan bahwa didalam kecerdasan emosional tercakup lima wilayah utama, yaitu: 1. Mengenali emosi diri Kesadaran individu tentang emosinya sendiri mencakup pengenalan atas penyebab timbulnya emosi dan bagaimana ekspresi dari emosi itu sehingga ia bisa mengantisipasi akibat dari emosi yang timbul. Peserta didik dapat menempatkan diri pada situasi apapun dan dalam kegiatan pembelajaran meskipun tidak disukainya jika dia dapat mengenali emosi dirinya. 18 2. Mengelola emosi Individu yang mampu mengendalikan emosinya, maka dia akan dapat menyelaraskan ekspresi emosinya dengan situasi dan kondisi yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, individu dapat menurunkan kemarahan secara proporsional, tepat sasaran dan dapat menjelaskan sebab kemarahannya sehingga orang lain mengerti situasinya. Selain itu, ia mampu memanfaatkan emosinya untuk melakukan perencanaan, berkreasi dan memotivasi diri. Selanjutnya, ia juga mampu menahan dorongan impuls-impuls sehingga tidak menuntut pemenuhan keinginan yang segera dan lebih menekan energi yang digunakan. Pada suatu pembelajaran dengan pendekatan penemuan sangat membutuhkan pengendalian emosi pada diri peserta didik. Kondisi emosi yang terkendali akan menciptakan konsentrasi peserta didik dalam menemukan sesuatu. Pembelajaran akan berjalan dengan baik sesuai tujuan dan hasilnya menjadi lebih maksimal. 3. Memotivasi diri sendiri Individu mempunyai kemampuan untuk bertahan dalam mencapai tujuannya, mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan selalu berpikir optimis sehingga membuat fleksibel dalam menghadapi berbagai situasi dan dapat bekerja secara efektif. Motivasi internal tersebut akan semakin tertanam baik dalam diri peserta didik jika motivasi eksternal peserta didik juga tetap ada dan menunjukkan eksistensinya. 19 4. Mengenali emosi orang lain Mengenali emosi orang lain atau di sebut empati didefinisikan sebagai respons afektif dan kognitif yang kompleks pada stres emosional orang lain. Empati termasuk kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain. Empati memungkinkan individu untuk memahami maksud orang lain, memprediksi perilaku mereka dan mengalami emosi yang dipicu oleh emosi mereka (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003). sedangkan simpati adalah suatu proses seseorang merasa tertarik terhadap pihak lain, sehingga mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan diderita orang lain. Kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu mampu membaca perasaan orang lain, artinya dia mampu menangkap bahasa nonverbal (bahasa tubuh) orang lain yang mengandung muatan emosi tertentu. Selain itu, berempati artinya mengerti mengapa orang lain menunjukkan emosi tertentu, dengan demikian, individu tersebut dapat merespon orang lain dengan cepat. Seseorang yang dapat membaca dan merasakan perasaan orang lain (empati) lebih memahami cara memilih tindakan dan mengambil keputusan disaat berada dalam situasi dan kondisi lingkungan belajar yang sedang mendapat musibah, sehingga dia dapat menempatkan diri dan tetap leluasa belajar tanpa menyinggung perasaan orang lain. Seperti yang ditunjukkan oleh Rosyidi (2006) dalam penelitiannya, bahwa orang- 20 orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuaikan diri secara emosional, lebih popular, lebih mudah bergaul dan lebih peka. Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain. 5. Membina hubungan Individu mempunyai keterampilan sosial, artinya ia dapat mempengaruhi orang lain, mencegah dan menyelesaikan konflik, dapat bergaul dengan siapa saja, mampu mendengar perasaan orang lain dan mampu bekerja sama dan mematuhi norma-norma sosial. Selain itu, ia juga mampu bertindak asertif, yaitu mampu mempertahankan hak pribadi dan berani mengemukakan ketidak setujuan tanpa harus menyinggung perasaan orang lain. Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi . Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun, karena keahliannya menggaet orang lain untuk ikut bekerjasama. Peserta didik yang dapat membina hubungan yang baik dengan teman sebaya maupun dengan peserta didik lainnya akan lebih mudah dalam menjalankan kegiatan belajarnya dan akan lebih baik prestasinya dibandingkan dengan peserta didik yang sudah menempatkan diri pada 21 situasi sosial belajarnya. Hal tersebut dapat terjadi karena peserta didik yang mudah menempatkan diri pada situasi sosial akan lebih mendapatkan bantuan dalam belajar, motivasi belajar yang muncul dari dalam diri akan semakin besar karena didukung oleh lingkungan dan dapat memperoleh ilmu lebih banyak dengan bertukar bersama temantemannya. Sebaliknya, peserta didik yang sukar menempatkan diri dengan situasi sosial akan sulit berprestasi baik karena ruang gerak yang terbatas. Keterbatasan tidak hanya pada bantuan belajar yang diterima dari lingkungan tetapi juga keterbatasan ilmu yang diperolehnya karena kurang bertukar informasi dengan teman dan keterbatasan motivasi dari lingkungan sehingga peserta didik ini cenderung mudah kehilangan semangat belajarnya. Menurut Sabri 2001 Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini popular dalam lingkungannya berkomunikasi. Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana peserta didik mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauh mana kepribadian peserta didik berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya. Melihat aspek-aspek kecerdasan emosional yang mencakup berbagai kemampuan tersebut di atas yang dibutuhkan oleh individu dalam kehidupan pribadi dan sosialnya, dapat dipahami apabila individu yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi akan dapat mengatasi berbagai masalah dalam kehidupannya dan individu (peserta didik) dapat 22 mencapai berbagai tujuan, seperti tujuan dalam kehidupan sosial berupa kesuksesan dalam hidup bermasyarakat maupun tujuan dalam belajar berupa prestasi belajar yang baik. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Berdasarkan penelitian Siregar (2004) memperlihatkan bahwa kecerdasan emosional dipengaruhi oleh: a. Nilai komunikasi, komunikasi antara orang tua dan anak sangat berperan penting dalam melatih kesadaran emosi diri dan mengekspresikan emosi. Selain itu juga dapat membantu untuk mengembangkan perbendaharaan kata dan mengkomunikasikan emosinya. b. Riwayat hidup ibu, banyak orang tua yang meninggalkan cara mendidik otoriter seperti orang tua mereka lakukan terhadap mereka dan mendidik anaknya secara otoritatif. Anak-anak yang dididik secara otoritatif mudah bekerja sama, mengandalkan diri sendiri, penuh tenaga, bersahabat dan berorientasi prestasi. c. Stress anak, rasa tertekan pada anak akan menyebabkan anak sulit untuk mengungkapkan emosi mereka. d. Lingkungan sosial, anak yang biasa hidup di lingkungan sosial dengan nilai toleransi tinggi akan dengan mudah berkomunikasi sehingga emosi mereka dapat tersalurkan. Faktor-faktor seperti kasih sayang, saling menghormati, status sosial ekonomi tidak berpengaruh secara langsung terhadap kecerdasan 23 emosional. Dari penjelasan tersebut tampak bahwa kecerdasan emosional dipengaruhi oleh komunikasi, riwayat hidup orang tua terutama ibu karena ibu yang berperan cukup besar dalam tumbuh kembang anak, stress anak dan lingkungan sosial. Faktor-faktor tersebut menyebabkan fluktuasi pada emosi anak sehingga secara langsung mempengaruhi kecerdasan emosi anak. 3. Pengukuran Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional mulai dikenal pada tahun 1990. Namun, hingga saat penulis hendak melakukan penelitian tahun 2017 belum terdapat tes standar untuk mengukur kecerdasan emosional. Maka dari itu, peneliti ingin mencoba melakukan sebuah tes standar kecerdasan emosional. Tes kecerdasan emosional ini mengacu pada teori kecerdasan emosional Goleman (2016 : 55). Menurutnya kecerdasan emosional meliputi mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengelola emosi orang lain (empati), ketrampilan social. Setelah melalui tahap referensi, adaptasi, editing dan pengukuran validitas dan reliabilitas maka tes ini dinyatakan cukup representative untuk mengukur kecerdasan emosional. Skala pengukuran pada penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono 2015 : hal 134). Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert 24 mempunyai gradasi dari positif sampai negatif seperti sangat baik, baik, cukup baik dan kurang baik. B. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti dorongan, daya pengerak atau kekuatan yang menyebabkan suatu tindakan atau perbuatan. Kata “movere” dalam bahasa inggris, sering disepadankan dengan “motivation” yang berarti pemberian motif, penimbulan motif, atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Secara harafiah motivasi berarti pemberian motif. Guay (Priansa, 2015 : 132) menyatakan bahwa motivasi mengacu pada alasan yang mendasari perilaku. Armstrong (Priansa, 2015 : 132) menyatakan bahwa motif adalah alasan untuk melakukan sesuatu. Motivasi berkaitan dengan kekuatan dan arah perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berperilaku dengan cara tertentu. Istilah motivasi dapat merunjuk kepada berbagai tujuan yang dimiliki oleh individu, cara dimana individu memilih tujuan, dan cara dimana orang lain mencoba untuk mengubah perilaku mereka. Tiga komponen motivasi adalah : a) arah, apa yang orang coba lakukan; b) upaya, seberapa keras seseorang mencoba; dan c) kegigihanberapa lama seseorang terus mencoba Vroom (Priansa : 133) menyatakan bahwa motivasi mengacu pada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam- 25 macam bentuk kegiatan yang dikehendaki. Kemudian Jhon. P. Champbell dan kawan-kawan menambahkan rincian dalam defenisi tersebut dengan mengemukakan bahwa motivasi mencakup di dalamnya arah atau tujuan tingkah laku, kekuatan respon dan kegigihan tingkah laku. Disamping itu, isitilah dalam motivasi mencakup sejumlah konsep seperti dorongan, kebutuhan, rangsangan, ganjaran, penguatan, ketetapan tujuan, harapan, dan sebagainya. Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan tentang motivasi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik untuk berperilaku terhadap proses belajar yang di alami. Motivasi belajar merupakan proses yang menunjukan intensitas peserta didik dalam mencapai arah dan tujuan proses belajar yang dialaminya. 2. Sumber Motivasi Belajar Teori motivasi yang lazim digunakan untuk menjelaskan sumber motivasi peserta didik sedikitnya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu : a. Motivasi intrinsik (Rangsangan dari Dalam Diri Peserta Didik). Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap peserta didik sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktifitas dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas 26 belajarnya. Faktor individual yang biasanya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu adalah : 1) Minat Peserta didik akan merasa terdorong untuk belajar, jika kegiatan belajar tersebut sesuai dengan minatnya. 2) Sikap positif Peserta didik yang mempunyai sifat positif terhadap suatu kegiatan, maka ia akan berusaha sebisa mungkin menyelesaikan kegiatan tersebut sebaik-baiknya. 3) Kebutuhan Peserta didik mempunyai kebutuhan tertentu dan akan berusaha melakukan kegiatan apapun sesuai kebutuhannya. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri peserta didik tanpa adanya paksaan dorongan dari orang lain b. Motivasi ekstrinsik (Rangsangan dari Luar Diri Peserta Didik). Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi ini dapat dipahami sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktifitas dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar diri peserta didik. 3. Fungsi dan Karakteristik Motivasi Peserta Didik Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh peserta didik, tidak terlepas dari adanya faktor motivasi, dimana motivasi tersebut erat kaitannya 27 dengan tujuan. Terkait dengan hal tersebut, secara umum empat fungsi motivasi bagi peserta didik adalah : a. Mendorong berbuat Motivasi mendorong peserta didik untuk berbuat. Artinya motivasi merupakan pengerak atau motor yang melepaskan energi peserta didik. b. Menentukan Arah Perbuatan Motivasi berfungsi sebagai arah penentu arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai oleh peserta didik. c. Menyeleksi Perbuatan Menentukan berbagai perbuatan yang harus dikerjakan oleh peserta didik guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan berbagai perbuatan yang tidak bermanfaat. d. Pendorong Usaha dan Pencapaian Prestasi Peserta didik melaksanakan segala sesuatu karena adanya motivasi. Motivasi tersebut merupakan pemicu bagi pencapaian prestasi. 4. Cara-Cara untuk Memotivasi Peserta Didik Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk memotivasi peserta didik. Beberapa cara tersebut antara lain : a. Memberi nilai Angka dimaksud merupakan simbol atau nilai-nilai dari hasil aktivitas belajar peserta didik yang diberikan sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari hasi penilaian guru yang biasanya 28 b. Hadiah Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada anak didik yang berprestasi berupa uang beapeserta didik peserta didik, buku tulis, alat tulis, atau buku bacaan lainnya yang dikumpulkan dalam sebuah kotak terbungkus dengan rapi, untuk memotivasi anak didik agar senantiasa mempertahankan prestasi belajar selama berstudi. c. Kompetensi Kompetisi adalah persaingan yang di gunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergaira belajar, baik dalam bentuk individu maupun kelompok untuk menjadikan proses belajar yang kondusif . d. Pujian Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sbagai alat motivasi . dengan pujian yang diberikan akan membesarkan jiwa anak didik dan akan lebih bergairah belajar bila hasil pekerjaannya dipuji dan diperhatikan,tetapi pujian harus di berikan secara merata kepada anak didik sebagai individu bukan kepada yang cantik atau yang pintar. Dengan begitu anak didik tidak antipati terhadap guru tetapi merupakan vigure yang disenangi dan dikagumi. 29 e. Hukuman Meskipun hukuman sebagai reinforcemen yang negative tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif . Hukuman mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap dan perbuatan anak didik yang dianggap salah dapat brupa sanksi yang diberikan kepada peserta didik sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan sehingga peserta didik tidak akan mengulangi kesalahan atau pelanggaran dihari mendatang. 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Peserta Didik Motivasi merupakan pendorong tingkah laku peserta didik. Terbentuknya motif berprestasi sangatlah kompleks, sekompleks pengembangan kepribadian manusia. Motif peserta didik tidak lepas dari pengembangan kepribadian peserta didik, dan tidak pernah berkembang dalam kondisi statis. Faaktor-faktor yang mempengaruhi motivasi peserta didik adalah : a. Konsep diri Konsep diri berkaitan dengan bagaimana peseta didik berfikir tentang dirinya. Apabila peserta didik percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu maka peserta didik tersebut akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut. 30 b. Jenis klamin Jenis kelamin dalam corak budaya pendidikan dikalangan pedesaan dan pesisir kota terkadang mempengaruhi motivasi belajar peserta didik . pola piker teradisional yang menyatakan bahwa tidak perlu sekolah tinggi tinggi karena nanti tugasnya hanya melayani suami menyebabkan perempuan tidak mampu belajar dan optimal. c. Pengakuan Peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar dengan lebih giat apabila dirinya merasa dipedulikan, diperhatikan, atau diakui oleh kelurga, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial dimana ia tinggal. Pengakuan akan mendorong peserta didik untuk melakukan sesuatu sesuai dengan pengakuan tersebut. d. Cita- cita Cita –cita atau disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai oleh peserta didik. Target tersebut diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dan mengandung makna bagi peserta didik. e. Kemampuan belajar Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri peserta didik, misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya piki, dan fantasi. Dalam kemampuan belajar ini, taraf perkembangan berpikir peserta didik menjadi ukuran. Peserta didik yang taraf perkembangan berpkirnya konkrit tidak sama dengan peserta didik yang sudah sampai pada taraf perkembangan berpikir 31 operasinal. Jadi peserta didik yang mempunyai kemampuan belajar tinggi biasanya lebih bermotivasi dalam belajar, karena peserta didik tersebut lebih sering memperoleh sukses, sehingga kesuksesan tersebut memperkuat motivasinya. f. Kondisi peserta didik kondisi fisik dan kondisi psikologis peserta didik sangat mempengaruhi faktor motivasi belajar, sehingga guru harus lebih cermat melihat kondisi fisik dan kondisi psikologis peserta didik. Misalnya pesrta didik yang kelihatan lesu, mengatuk, mungkin disebabkan jarak antara ruamah dan sekolah jauh sehingga lelah diperjalanan. g. Keluarga Motivasi berprestasi peserta didik sangat dipengaruhi oleh keberdaan kelurga yang melingkupinya. Kelurga dengan perhatian yang penuh terhadap pendidikan, akan memberikan motivasi yang positif terhadap peserta didik untuk berprestasi dalam pendidikan. h. Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan merupakan berbagai unsur yang dating dari luar diri peserta didik. Unsure- unsur tersebut dapat berasal dari lingkungan kelurga, sekolah, menghambat atau mendorong. 32 maupun sosial, baik yang i. Upaya guru memotivasi pesrta didik Upaya yang dimaksud adalah bagaimana memprsiapkan strategi dalam memotivasi pesrta didik agar mampu meoptimalkan seluruh potensi yang ada dalam diri peserta didik. j. Unsur- unsur dinamis dalam belajar Unsur- unsur dinamis dalam belajar adalah unsure- unsure yang keberdaannya dalam proses belajar cendrung tidak stabil kadangkadang kuat, kadang-kadang lemah, bahkan hilang sama sekali, khusunya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional. Misalnya keadaan emosi, gairah belajar, dan situasi yang melingkupi peserta didik. 6. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar Keterampilan EQ juga bukanlah lawan ketrampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan. Keterampilan IQ atau keterampilan kognitif yang tinggi tidak dapat menjamin peserta didik untuk selalu berprestasi baik, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa peserta didik yang mempunyai tingkat kecerdasan rasional tinggi memperoleh nilai rata-rata atau bahkan di bawah rata-rata yang berarti adalah sebuah kegagalan dalam belajar. Hal tersebut dapat terjadi karena kecenderungan peserta didik yang hanya menggunakan kecerdasan rasional dan kurang memberdayakan kecerdasan emosionalnya sehingga 33 memungkinkan peserta didik menemui banyak hambatan dalam proses belajarnya. Hambatan yang sering terjadi misalnya stress, kejenuhan dan kebosanan (gangguan emosional), hal ini dapat berdampak pada menurunnya minat dan motivasi untuk belajar. Gangguan emosional dapat mempengaruhi kehidupan mental, murid-murid yang cerdas, marah atau depresi yang akan mengalami kesulitan belajar. Orang-orang yang terjebak dalam keadaan ini juga menemui kesukaran menyerap informasi dengan efisien atau menanganinya dengan benar. Kecerdasan emosional yang tidak terpelihara dengan baik akan mempengaruhi tingkat perkembangan emosional dalam diri peserta didik. Emosional yang tidak terkontrol dengan baik memberikan efek tidak baik pada daya pikir peserta didik yang selanjutnya akan berpengaruh juga pada kecerdasan rasional (kognitif) peserta didik. Efek berkelanjutan ini akan berdampak pada hasil belajar peserta didik yang mengalami penurunan. C. Pendekatan Penemuan 1. Konsep Dasar Pendekatan Penemuan Sejak lama telah dikembangkan berbagai pendekatan yang tujuan akhirnya adalah mengubah pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Salah satu pendekatan tersebut adalah pendekatan penemuan oleh Bruner yang ide dasarnya ialah pendapat Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam pembelajaran di kelas. 34 Bruner (Priansa, 2015: 213) menyatakan bahwa pembelajaran dengan penemuan mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dan menarik simpulan dari prinsip-prinsip umum berdasarkan pengalaman dan kegiatan praktis. Bruner berpendapat bahwa peserta didik harus secara aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Menurut Wilcox (Priansa, 2015: 213) menyatakan bahwa pembelajaran penemuan mendorong peserta didik untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, baik itu mengenai konsep-konsep maupun prinsip-prinsip. Guru mendorong peserta didik agar terlibat dalam pembelajaran yang memberikan pengalaman sehingga peserta didik menemukan prinsipprinsip untuk diri mereka sendiri. Banyak pendapat yang mendukung penemuan itu di antaranya John Dewey (Soemanto, 2012: 134) dengan complete art of reflective activity atau terkenal dengan problem solving. Ide bruner itu ditulis dalam bukunya Process of Education. Di dalam buku itu ia melaporkan hasil dari suatu konferensi di antara para ahli science, ahli sekolah/pengajaran dan pendidik tentang pengajaran science. Dalam hal ini ia mengemukakan pendapatnya, bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk intelektual yang sesuai dengan perkembangan anak. Pada tingkat permulaan pengajaran hendaknya dapat diberikan melalui cara-cara yang bermakna, dan makin meningkat ke arah yang abstrak. 35 Bruner (Soemanto, 2012: 134) menyebutkan hendaknya guru harus memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika. Biarkanlah peserta didik-peserta didik kita menemukan arti bagi diri mereka sendiri, dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsepkonsep di dalam bahasa yang dimengerti mereka. The act of discovery dari Bruner : a. Adanya suatu kenaikan di dalam potensi intelektual. b. Ganjaran intrinsik lebih ditekankan daripada ekstrinsik. c. Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai metode penemuan. d. Murid lebih senang mengingat-ingat informasi. Bell (Priansa, 2015: 214) menyatakan bahwa pembelajaran penemuan merupakan pembelajaran yang terjadi sebagai hasil kegiatan peserta didik dalam memanipulasi, membuat struktur, dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ia menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan, peserta didik dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan proses induktif dan proses dedukatif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi. Johnson (Priansa, 2015: 214) menyatakan bahwa pembelajaran penemuan merupakan usaha untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang lebih mendalam. 36 Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan penemuan adalah suatu pendekatan untuk mengembangkan cara belajar peserta didik aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan peserta didik. Dengan pembelajaran ini, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam konteks ini, implikasi mendasar penemuan yang diperkenalkan Bruner (Illahi, 2012: 41) dalam dunia pendidikan dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Melalui pembelajaran penemuan, potensi intelektual para anak didik akan semakin meningkat, sehingga menimbulkan harapan baru untuk menuju kesuksesan. Dengan perkembangan itu, mereka menjadi cakap dalam mengembangkan strategi di lingkungan yang teratur maupun yang tidak teratur. b. Dengan menekankan pembelajaran penemuan, anak didik akan belajar mengorganisasi dan menghadapi problem dengan metode hit and miss. Mereka akan berusaha mencari pemecahan masalah sendiri yang sesuai dengan kapasitas mereka sebagai pembelajar (learners). Jika mengalami kesulitan, mereka bisa bertanya dan berkonsultasi dengan tenaga pendidik yang berkompeten dalam hal tersebut, yang akan memberikan keyakinan mendalam bagi pengembangan diri 37 mereka di masa depan. Itulah sebabnya, mereka harus bisa mengatur kegiatan belajar dengan organisasi yang matang dan terstruktur. c. Pendekatan penemuan yang diperkenalkan Bruner mengarah pada self reward. Dengan kata lain, anak didik akan mencapai kepuasan karena telah menemukan pemecahan sendiri, dan dengan pengalaman memecahkan masalah itulah, ia bisa meningkatkan skill dan teknik dalam pekerjaannya melalui problem-problem riil di lingkungan ia tinggal. Dari berbagai implikasi pendektan penemuan tersebut, Bruner meyakini bahwa strategi pembelajaran dinilai sangat efektif dan efisien dalam mendayagunakan skill anak didik untuk belajar memahami arti pendidikan yang sebenarnya. Ia menegaskan bahwa nilai terpenting dalam proses pembelajaran adalah kemampuan menangkap persoalan dengan persoalan dengan pertimbangan yang matang, sehingga hasil yang hendak dicapai dapat memberikan motivasi bagi peningkatan belajar anak didik. 2. Teori-Teori Pendekatan Penemuan Teori-teori yang menjadi dasar pendekatan penemuan adalah a. Teori konstruktivisme Teori konstruktivisme ini menyatakan bahwa peserta didik harus menemukan sendiri dan menstranformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai (Trianto, 2009: 28). 38 Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar peserta didik menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Trianto, 2009: 28). b. Teori Piaget Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka (Trianto, 2009: 29). Menurut teori ini, setiap individu pada saat tumbuh mulai bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa akan mengalami empat tingkat perkembangan kognitif antara lain: Sensorimotor (usia 0-2 tahun), Pra operasional (usia 2-7 tahun), Operasional konkrit (usia 7-11 tahun), Operasional formal (usia 11-dewasa) (Trianto, 2009: 29). c. Teori John Dewey Menurut Dewey, metode reflektif di dalam memecahkan masalah yaitu suatu proses berpikir aktif, hati-hati, yang dilandasi proses 39 berpikir kearah kesimpulan-kesimpulan yang defenitif menurut melalui lima langkah (Trianto, 2007:18). 1) Peserta didik mengenali masalah, masalah itu datang dari luar diri peserta didik itu sendiri. 2) Selanjutnya peserta didik akan menyelidiki dan menganalisis kesulitannya dan menentukan masalah yang dihadapinya. 3) Lalu dia menghubungkan uraian-uraian hasil analisisnya itu atau satu sama lain, dan mengumpulkan bebagai kemungkinan guna memecahkan masalah tersebut. Dalam bertindak ia dipimpin oleh pengalamannya sendiri. 4) Kemudian ia menimbang kemungkinan jawaban atau hipotesis dengan akibatnya masing-masing. 5) Selanjutnya ia mencoba mempraktikkan salah satu kemungkinan pemecahan yang dipandangnya terbaik. d. Teori Bruner Salah satu pendekatan instruksional kognitif yang sangat berpengaruh adalah pendekatan dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan. Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar dalam Trianto, 2009: 38). 40 Bruner menyarankan agar peserta didik hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri (Trianto, 2007:26). e. Teori Vygotsky Menurut Vygotsky, proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerja sama antar-individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut (Trianto, 2009: 39). 3. Tujuan Pendekatan Penemuan Pembelajaran penemuan atau penemuan memiliki sejumlah tujuan. Menurut Ratna Dahar (2011: 83) tujuan belajar belajar dalam penemuan bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan saja. Tujuan belajar sebenarnya ialah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual peserta didik serta merangsang keingintahuan mereka dan memeotivasi kemampuan mereka. Inilah yang dimaksud dengan memperoleh pengetahuan melalui belajar penemuan. Bell (Priansa, 2015: 215) menyatakan beberapa tujuan pembelajaran yang disajikan dalam tabel berikut ini. 41 Tabel 2.1 Tujuan Pembelajaran Penemuan No 1) Tujuan Penjelasan Partisipasi Pembelajaran penemuan mendorong peserta didik dan keaktifan untuk berpatisipasi dan terlibat secara aktif dalam peserta didik pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi banyak pembelajaran peserta meningkat didik ketika dalam pendekatan penemuan digunakan. 2) Penemuan Melalui pembelajaran penemuan, peserta didik situasi dan belajar menemukan pola dalam situasi konkrit meramalkan maupun abstrak, juga peserta didik banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan. 3) Merumuskan Peserta didik akan belajar bagaimana merumuskan strategi tanya strategi tanya jawab yang tidak rancu dan jawab menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informai yang bermanfaat dalam menemukan. 4) Melatih kerja Pembelajaran penemuan membantu peserta didik sama untuk membentuk kerja sama yang efektif, saling berbagi informasi, serta mendengarkan dan menggunakan ide-ide orang lain. 5) Penemuan Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa 42 lebih keterampilan-keterampilan, konsep-konsep bermakna prinsip-prinsip dipelajari yang dan melalui pembelajaran penemuan lebih bermakna. 6) Memudahkan Keterampilan yang dipelajari dalam situasi transfer pembelajaran penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru. (sumber : Priansa 2015 : hal 215) 4. Peranan Guru dalam Pendekatan Penemuan Menurut Dahar (2011: 83-84), dalam pembelajaran penemuan, peranan guru adalah sebagai berikut: a. Guru merencanakan pembelajaran demikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki peserta didik. b. Guru menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para peserta didik untuk memecahkan masalah. c. Guru perlu memperhatikan cara penyajian yaitu cara enaktif, ikonik, dan simbolis. Cara penyajian Enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif. Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Cara penyajian simbolis ialah penyajian yang didasarkan pada sistem berpikir abstrak, arbitrer, dan lebih fleksibel. d. Bila peserta didik memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai pembimbing atau tutor. 43 e. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan 5. Tipe-Tipe Pendekatan Penemuan Trowbridge dan Bybee (Priansa, 2015: 217) membagi metode pembelajaran penemuan menjadi dua tipe penting, yaitu penemuan terbimbing dan penemuan bebas. Dalam penemuan terbimbing, guru menyediakan data dan peserta didik diberi pertanyaan atau masalah untuk membantu mereka mencari jawaban, membuat generalisasi dan simpulan, serta solusi, sedangkan dalam penemuan bebas, peserta didik harus merencanakan solusi dan mengumpulkan data secara mandiri. Selain kedua tipe tersebut, beberapa pakar menambahkan tipe yang ketiga yaitu laboratori. a. Penemuan Bebas Pembelajaran penemuan berpusat pada peserta didik dan tidak terpusat pada guru. Peserta didiklah yang menentukan tujuan dan pengalaman belajar yang diinginkan, guru hanya memberi masalah dan situasi belajar kepada peserta didik. Peserta didik mengaji fakta atau relasi yang terdapat pada masalah itu dan menarik kesimpulan (generalisasi) dari apa yang peserta didik temukan. Kegiatan penemuan ini hampir tidak mendapatkan bimbingan guru. Penemuan bebas biasanya dilakukan pada kelas yang pandai. 44 b. Penemuan Terbimbing Pada penemuan terbimbing guru mengarahkan tentang materi pelajaran. Bentuk bimbingan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, arahan, pertanyaan dan dialog, sehingga diharapkan peserta didik dapat menyimpulkan (menggeneralisasikan) sesuai dengan rancangan guru. Generalisasi atau kesimpulan yang harus ditemukan peserta didik harus dirancang secara jelas oleh guru. Pada pengajaran dengan metode penemuan, peserta didik harus benar-benar aktif belajar menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya. c. Penemuan Laboratori Penemuan laboratori adalah penemuan yang menggunakan objek langsung (media konkrit) dengan cara mengkaji, menganalisis, dan menemukan secara induktif, merumuskan, serta membuat simpulan. Penemuan laboratori dapat diberikan kepada peserta didik secara individual atau kelompok. Penemuan laboratori dapat meningkatkan keinginan belajar peserta didik, karena belajar melalui tindakan menyenangkan bagi peserta didik yang masih berada pada usia senang bermain. 6. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Penemuan a. Kelebihan Pendekatan Penemuan Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan, penerapan penemuan dalam pembelajaran memiliki (Kemendikbud, 2013:266-267). 45 Kelebihan dan kelemahan Berikut beberapa kelebihan dalam penerapan pendekatan penemuan: a. Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan keterampilan dan proses kognitif. b. Pengetahuan yang diperoleh sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. c. Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. d. Memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. e. Menyebabkan peserta didik menerapkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. f. Membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. g. Berpusat pada peserta didik dan guru berperan sama-sama aktif mengadakan gagasan-gagasan. h. Membantu peserta didik menghilangkan keragu-raguan karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. i. Peserta didik akan mengerti konsep dasar, dan ide dengan lebih baik j. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru. k. Mendorong peserta didik berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. 46 l. Mendorong peserta didik berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. m. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik. n. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang. o. Proses belajar meliputi sesama aspeknya peserta didik menuju pada pembentukan manusia seutuhnya. p. Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik q. Kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar r. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. b. Kelemahan Pendekatan Penemuan Berikut beberapa kelemahan dalam penerapan pendekatan penemuan: a. Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siwa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau mengemukakan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. b. Tidak efesien mengajar jumlah yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka untuk menemukan teori atau pemecahan masalahnya. c. Pengajaran pemahaman, penemuan lebih sedangkan 47 cocok untuk mengembangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. d. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para peserta didik e. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan oleh peserta didik karena dipilih terlebih dahulu oleh guru. 7. Langkah-Langkah Pendekatan Penemuan Langkah-langkah dalam mengaplikasikan pendekatan penemuan di kelas adalah sebagai berikut (Kemendikud, 2013: 268): a. Perencanaan Perencanaan pada pendekatan ini meliputi hal-hal sebagai berikut. 1) Menentukan tujuan pembelajaran 2) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya) 3) Memilih materi pelajaran. 4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi). 5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contohcontoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik. 48 6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik. 7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik b. Pelaksanaan Menurut Syah (Priansa, 2015: 216) dalam mengaplikasikan metode penemuan di kelas,ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut. 1 2 3 Stimulation Problem Statement Data Collection 6 5 4 Generalization Verification Data Processing Diagram 1. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pendekatan Penemuan Penjelasan dari diagram di atas adalah sebagai berikut : 1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dan timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, 49 anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada peserta didik agar tujuan mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat tercapai. 2) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah) Setelah dilakukan stimulation guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) 3) Data collection (pengumpulan data) Pada saat peserta didik melakukan eksperimen atau eksplorasi, guru memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Data dapat diperoleh melalui membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. 50 nara sumber, 4) Data processing (pengolahan data) Menurut Syah pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. 5) Verification (pembuktian) Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan, dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak. 6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka prinsip yang mendasari generalisasi. 51 dirumuskan prinsip- D. Belajar 1. Pengertian Belajar Hilgard dalam Sanjaya (2006: 112) mengatakan bahwa, belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang yang berlangsung selama seseorang hidup, sejak masih bayi (bahkan saat masih di dalam kandungan ibu) hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seorang telah belajar sesuatu adalah perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat kognitif, psikomotor, maupun menyangkut afektif. (Siregar dan Nara 2010 : 3). Dalyono dalam bukunya yang berjudul psikologi pendidikan (2005:49) mendefinisikan belajar sebagai suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Sanjaya (2006 : 112) mengemukakan bahwa belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu 52 dengan lingkungan yang disadari.proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yng tidak dapat dilihat. Kita hanya dapat menyaksikan adanya perubahan-perubahan dari gejala-gejala yang tampak. Slameto mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sehingga berdasarkan definisi dari para ahli di atas,dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang menyebabkan terjadinya perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang menyangkut perubahan pengetahuan, sikap, perilaku, kebiasaan, kecakapan, keterampilan, dan kepribadian yang terjadi sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan. 2. Jenis-Jenis Belajar Dalam bukunya yang berjudul belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi, Slameto (2013:5) mengklasifikasikan belajar berdasarkan jenis-jenisnya. Jenis-jenis belajar menurut Slameto adalah sebagai berikut: a. Belajar bagian (part learning, fractioned learning) b. Belajar dengan wawasan (learning by insight) c. Belajar diskriminatif (discriminatif learning) d. Belajar global/keseluruhan (global whole learning) e. Belajar insidental (incidental learning) f. Belajar instrumental (instrumental learning) 53 g. Belajar intensional (intentional learning) h. Belajar laten (latent learning) i. Belajar mental (mental learning) j. Belajar produktif (productive learning) k. Belajar verbal (verbal learning) 3. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, namun menurut Slameto (2013:54-57) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu faktor intern dan ekstern. a. Faktor-faktor intern Faktor intern merpakan faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern terbagi lagi menjadi tiga faktor yaitu : 1) Faktor jasmaniah a) Faktor kesehatan b) Cacat tubuh 2) Faktor psikologis Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi belajar peserta didik yaitu inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan peserta didik. 3) Faktor kelelahan b. Faktor ekstern 54 Faktor ekstern merupakan faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern terbagi menjadi 3 faktor yaitu: 1) Faktor keluarga keluarga yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik adalah cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. 2) Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik diantaranya adalah metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. 3) Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.Faktor masyarakat terbagi lagi menjadi kegiatan peserta didik dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. Dalam Syah (2009:145-146) mengatakan bahwa secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: faktor internal (faktor dalam diri peserta didik), faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik) dan faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis upaya belajar peserta didik 55 yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. E. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Dalam bukunya “Pengantar Pendidikan” Dhiu (2012:96) berbicara mengenai hasil belajar di sekolah, di dalam proses belajar mengajar (PBM) dikenal 2 jenis hasil belajar, yakni: a. Hasil belajar yang dinyatakan, yaitu hasil belajar yang dirumuskan dan diharapkan dicapai peserta didik melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar ini ada dalam perumusan standar kompetensi dasar, dan indikator hasil belajar. Perumusan hasil belajar tersebut merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pembelajaran karena aktivitas yang harus dilakukan guru-peserta didik, pemilihan sumber belajar, penentuan bahan ajar, pemilihan metode, pendekatan dan media pembelajaran serta penyusunan evaluasi harus bertolak dari hasil belajar yang akan dicapai peserta didik dalam proses belajar mengajar (PBM). b. Hasil belajar yang tidak dinyatakan, hasil belajar yang merupakan efek samping dari proses belajar mengajar (PBM), yang tidak dirumuskan, tetapi diperoleh peserta didik. Hasil belajar ini jumlahnya jauh lebih banyak dari hasil belajar yang dinyatakan. Ia merupakan efek samping dari pertemuan guru-peserta didik, interaksi antara peserta didik, dan dari berbagai aktivitas yang dialami peserta didik dalam kelas. 56 Menurut Degeng (Wena, 2011:6), hasil belajar merupakan semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda. Menurutnya variabel hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: a. Keefektifan pembelajaran, diukur dari tingkat pencapaian peserta didik, dan terdapat 4 indikator untuk mendeskripsikannya, yaitu (1) kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari, (2) kecepatan untuk kerja, (3) tingkat ahli belajar, dan (4) tingkat retensi. b. Efisiensi pembelajaran, diukur dengan perbandingan antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai peserta didik dan atau jumlah biaya yang digunakan dalam pembelajaran. c. Daya tarik pembelajaran, diukur dengan mengamati kecenderungan peserta didik untuk tetap atau terus belajar. 2. Indikator Hasil Belajar Ketuntasan hasil belajar peserta didik di ukur dengan tes hasil belajar.Acuan kriteria ketuntasan yang digunakan adalah ketuntasan Depdiknas yang berlaku bagi SMP dan SMA. Batas minimal keberhasilan belajar peserta didik (passing grade) pada umumnya adalah 5,5 atau 6,0 untuk skala nilai 0,0-10, dan 55 atau 60 untuk skala 10-100, tetapi untuk mata pelajaran inti (core subject) batas minimalnya adalah 6,5 atau 7,0 atau bahkan 8,0 jika pelajaran inti tersebut memerlukan mastery learning (Syah, 2009:225). 57 3. Hubungan dan Pengaruh Kemampuan Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Goleman (2016: 11) mengungkapkan bahwa manusia memilki dua otak, dua pikiran dan dua jenis kecerdasan yang berlainan; yaitu kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional. Keberhasilan manusia dalam kehidupan ditentukan oleh keduanya, tidak hanya oleh IQ, tetapi kecerdasan emosional yang sama terlibatnya memegang peranan. “Otak emosional dalampemikiran, seperti halnya keterlibatan otak nalar.” Intelektualitas tak dapat bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan emosional. Selanjutnya Haji Hamzah (2016 : 23) mengatakan bahwa motivasi merupakan pengarah untuk perbuatan belajar kepada tujuan jelas yang di harapkan dapat di capai. Kecerdasan emosional memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi pastinya dapat mengatur dan memiliki kesadaran diri dalam memilah-milah terasaannya pada berbagai keadaan. Mengenali emosi diri sendiri merupakan langkah awal untuk menerapkan manajemen yang efektif. Kesadaran diri adalah faktor penting dalam memotivasi diri sendiri untuk melakukan yang terbaik dalam kaitannya dengan kebutuhannya berprestasi. Seorang yang sadar akan kebutuhan berprestasi dalam memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan manjemen emosi yang bagus dalam pengelolaan emosinya. 58 Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsure jiwa dan raga. Belajar tidak akan pernah dilkukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari dalam yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang juga penting. Jika seseorang memiliki kesadaran untuk belajar maka hasil belajar pun menjadi lebih baik dan lebih memuaskan. F. Materi Pokok Hidrokarbon 1. Pengertian Senyawa Karbon Senyawa karbon adalah senyawa kimia yang mengandung unsur karbon. Senyawa karbon dapat berasal dari makhluk hidup maupun bukan makhluk hidup. Beberapa contoh senyawa karbon, yaitu gula pasir (C12H22O11), kapur tulis (CaCO3), dan botol plastik ((CH2CH2)n). Ciri-ciri senyawa karbon secara umum adalah: - Apabila dibakar maka akan menghasilkan arang yang menunjukkan adanya senyawa karbon - Berasal dari makhluk hidup dan bukan makhluk hidup. Berdasarkan sumbernya senyawa karbon di bagi menjadi dua bagian besar yaitu: 59 Senyawa karbon organik yakni senyawa karbon yang sumber utamanya berasal dari makhluk hidup. Contonya: Gula pasir, protein, vitamin, lemak, karbohidrat. Senyawa karbon Anorganik adalah senyawa karbon yang sumber utamanya bukan dari makhluk hidup. Contohnya: kapur tulis (CaCO3), Litium sianida (LiCN). Senyawa karbon anorganik memiliki sifat diantaranya, berasal dari batuan, memiliki titik didih dan titik leleh tinggi, sukar larut dalam pelarut organik. Perbedaan senyawa organik dan organik No Senyawa karbon Organik 1 Jika dibakar menghasilkan Jika dibakar tidak menghasikan arang dan gas CO2 2 Senyawa karbon Anorganik Hampir semua arang dan gas CO2 senyawa Senyawa karbon anorganik ada karbon organik memiliki yang memiliki ikatan kovalen ikatan kovalen. dan ada juga yang memiliki ikatan ion. 3 Tidak stabil dalam Tahan terhadap pemanasan pemanasan 4 Umumnya cukup memiliki besar Mr Umumnya memiliki Mr yang berkisar lebih kecil. puluhan dan ratusan ribu. 5 Jenis senyawa karbon Jenis organik sangat banyak. 60 senyawa anorganik hanya sedikit. karbon 2. Pengujian Senyawa Hidrokarbon Senyawa karbon yang mengandung unsur C dan H disebut senyawa hidrokarbon (CxHy). Adanya unsur C,H dan O dalam senyawa karbon dapat diketahui dengan cara membakar senyawa tersebut seperti reaksi berikut ini: CxHy + O2(g) CO2(g) + H2O(g) CxHyOz + O2(g) CO2(g) + H2O(g) Perhatikan bahwa pada reaksi pembakaran tersebut dihasilkan gas karbondioksida dan uap air. Kita dapat menguji gas karbondioksida yang terbentuk dengan cara melewatkan gas tersebut ke dalam air kapur, sehingga air kapur yang semula bening akan berubah menjadi keruh, seperti reaksi berikut: Ca(OH)2(aq) + CO2(g) Bening CaCO3(s) +H2O(l) Keruh Uji kertas kobalt digunakan untuk menguji adanya H2O. Adanya H2O berarti menunjukkan adanya unsur H dan O. Pengujian menggunakan kertas kobalt ini dilakukan dengan cara menyentuhkan kertas kobalt kepada uap air hasil pembakaran senyawa karbon. Jika bereaksi dengan uap air , kertas kobalt yang berwarna biru akan berubah menjadi warna merah jambu. Kertas kobalt + Uap air (biru) Kertas kobalt (merah jambu) 61 Contohnya, gula pasir memiliki rumus kimia C12H22O11. Jika dibakar, gula pasir akan menghasilkan CO2 dan H2O dengan persamaan reaksi sebagai berikut. C12H22O11(s) + 12 O2(g) →12 CO2(g) + 11 H2O(g) 3. Kekhasan Atom a. Jenis atom karbon Berdasarkan kemampuan untuk berikatan dengan atom C lain, atom C dikelompokkan menjadi atom C primer, sekunder dan tersier serta atom kuarterner. 1) Atom C primer Atom C primer adalah atom C yang hanya mengikat satu atom C lainnya. Pada senyawa hidrokarbon jenuh, atom C primer mengikat 3 atom H (-CH3). Contoh: H3C H3C CH3 Terdapat 2 atom C primer H C CH3 CH3 Terdapat 3 atom C primer 2) Atom C sekunder Atom C sekunder adalah atom C yang mengikat dua atom C lainnya. Pada senyawa hidrokarbon jenuh, atom C sekunder mengikat dua atom H (- CH2) 62 Contoh: H2 C H3C C H2 CH3 C H2 H2 C H3C Terdapat 2 atom sekunder H2 C C H2 CH3 Terdapat 4 atom sekunder 3) Atom C tersier Atom C tersier adalah atom C yang mengikat tiga atom C lainnya.Pada senyawa hidrokarbon jenuh atom C hanya mengikat satu atom H. Contoh: CH3 H C CH3 CH3 (terdapat satu atom C tersier) 4) Atom C kuarterner Atom C kuarterner adalah atom C yang mengikat empat atom C lainnya dan di dalam senyawa hidrokarbon jenuh atom C tidak mengikat atom H. Contoh: CH3 CH3 CH3 CH3 C C C CH3 CH3 CH3 CH3 terdapat tiga atom C kuarter Kita dapat membedakan jenis atom karbon dari jumlah atom H yang terikat kepada atom C tersebut. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini: 63 (R = gugus alkil / aril) b. Struktur lewis atom dan senyawa karbon Atom 6C memiliki konfigurasi elektron 2 4. Keempat elektron valensinya terdistribusi pada empat posisi secara simetris. C Untuk memenuhi kaidah oktet atom karbon dapat memenuhi kaidah berikut: 1) Empat ikatan kovalen tunggal, contohnya CH4 H CH4 : H C H atau H H C H H 2) Satu ikatan kovalen rangkap dua dan tunggal, contohnya C2H4. H C2H4 : H C H C H H C H C H H H atau 64 empat ikatan kovalen 3) Dua ikatan rangkap dua, contohnya CO2 CO2 : O C O atau O C O 4) Satu ikatan kovalen rangkap tiga dan dua ikatan kovalen tunggal, contohnya C2H2. C2H2 H C C H atau H C C H Perbedaan atom karbon dengan sesama unsur satu golongan, walaupun jumlah elektron valensi sama yang menyebar di sekitar atom, namun atom karbon memiliki jari-jari yang lebih kecil karena berada pada kulit kedua, sehingga ikatan C–H pada senyawa CH4 lebih kuat dibanding dengan atom lain segolongan seperti Si–H pada senyawa SiH4 cenderung lebih lemah. c. Ikatan antara atom karbon pada senyawa karbon 1) Ikatan tunggal Pada senyawa C2H6, terdapat dua atom C dan enam atom H.Setiap atom C berikatan kovalen dengan tiga atom H. Antara atom karbon juga terbentuk ikatan kovalen. 65 atau H H H C C H H H 2) Ikatan rangkap dua Pada senyawa C2H4, setiap atom C mengikat dua atom H dengan ikatan kovalen. Untuk mengikuti kaidah oktet antara atom C membentuk dua ikatan kovalen (ikatan kovalen rangkap dua) 3) Ikatan rangkap tiga Pada senyawa C2H2, setiap atom C mengikat satu atom H dengan ikatan kovalen.Untuk memenuhi kaidah oktet, enam elektron dari atom karbon membentuk tiga pasang elektron terikat, membentuk ikatan kovalen rangkap tiga. C2H2 H C C H atau H 66 C C H Contoh soal : Berapa jumlah atom C primer, sekunder, tersier, dan kuartener yang terdapat dalam hidrokarbon berikut? Jawab : Semua gugus CH3 tergolong atom C primer, gugus CH2 tergolong atom C sekunder, gugus CH tergolong atom C tersier, dan gugus C adalah kuartener. Jadi, jumlah atom C primer ada 5 buah, atom C sekunder ada 6 buah, atom C tersier ada 3 buah, dan atom C kuartener tidak ada. 4. Penggolongan Senyawa Hidrokarbon Berdasarkan struktur molekulnya terdapat hidrokarbon terbuka (rantai alifatik), rantai karbon tertutup (alisiklik dan aromatik). a. Senyawa hidrokarbon alifatik Senyawa hidrokarbon alifatik adalah senyawa hidrokarbon dengan struktur rantai terbuka. 1) Alkana : senyawa hidrokarbon jenuh, dimana ikatan antara atom C hanya berupa ikatan tunggal. Contoh metana (CH4), etana (C2H6), propana (C3H8), siklopropana (C3H6), siklobutana (C4H8). Rumus alkana alifatik adalah CnH2n+2. 2) Alkena : senyawa alkena merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh, dimana antara atom C memiliki ikatan rangkap dua. Contoh 67 etena (C2H4), Propena (C3H6). Rumus senyawa alkena alifatik adalah CnH2n. 3) Alkuna merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh, yang memiliki ikatan rangkap tiga pada struktur molekulnya.Contohnya etuna (C2H2), Propuna (C3H4). Rumus alkuna alifatik adalah CnH2n-2. b. Senyawa hidrokarbon alisiklik Senyawa hidrokarbon alisiklik merupakan senyawa hidrokarbon yang memiliki struktur rantai karbon tertutup. contoh siklopropana (C3H6), siklobutana (C4H8). ketiga senyawa ini juga merupakan contoh senyawa hidrokarbon jenuh. H2 C H2 C CH2 H2C H2C CH2 C H2 (siklobutana) (siklopropana) C C Atau C C C Silkopentana c. Senyawa hidrokarbon aromatik Senyawa hidrokarbon yang memiliki rantai karbon tertutup yang mengandung dua atau lebih ikatan rangkap yang letaknya berselangseling.Contohnya Benzena (C6H6) dan toluena (C6H5CH3).Kedua senyawa ini pula merupakan contoh senyawa hidrokarbon tidak jenuh. 68 H H H H C C H C C H C C C C C H H H C C C H H CH3 (Toluena) Benzana) atau toluene 5. Tata Nama Senyawa Hidrokarbon a. Alkana Tata nama alkana menurut IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) sebagai berikut: 1) Senyawa-senyawa alkana diberi nama berakhiran –ana. Contoh: Metana, etana, dan propana. 2) Senyawa alkana yang mempunyai rantai karbon lurus namanya diberi awalan normal dan disingkat dengan n. Contoh: CH3 – CH2 – CH2 – CH3 n-butana CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3 n-pentana CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3 n-heksana 3) Senyawa alkana yang mempunyai rantai karbon bercabang terdiri dari rantai utama dan rantai cabang. Rantai utama adalah rantai hidrokarbon yang terpanjang diberi nomor secara berurutan dimulai dari ujung yang terdekat dengan cabang. 69 Jika terdapat beberapa pilihan rantai utama maka pilihlah rantai utama yang paling banyak cabangnya. Contoh: Jika ada dua cabang yang berbeda terikat pada atom C dengan jarak yang sama dari ujung maka penomoran dimulai dari atom C yang lebih dekat ke cabang yang lebih panjang. Sebagai cabang adalah gugus alkil (alkana yang kehilangan satu atom hidrogennya). Beberapa gugus alkil dan namanya dapat dilihat pada tabel berikut. 70 4) Penulisan nama untuk senyawa alkana bercabang dimulai dengan penulisan nomor cabang diikuti tanda (–). Lalu nama cabang berikut nama rantai utamanya. a) Rantai induk : butana Gugus alkil (cabang) : metil Nomor cabang : 2 Namanya : 2-metilbutana b) Rantai induk : heksana Gugus alkil : isopropil Nomor cabang : 3 Namanya : 3-isopropilheksana 5) Bila cabangnya terdiri atas lebih dari satu gugus alkil yang sama maka cara penulisan namanya yaitu tuliskan nomor-nomor cabang 71 alkil, tiap nomor dipisahkan dengan tanda (,). Lalu diikuti nama alkil dengan diberi awalan Yunani sesuai jumlah gugus alkilnya (dua = di, tiga = tri, empat = tetra, dan seterusnya), kemudian nama rantai utamanya. Rantai utama : pentana Gugus alkil : metil Nomor cabang : 2, 3 Namanya : 2, 3 – dimetilpentana 6) Bila cabangnya terdiri atas gugus alkil yang berbeda, maka penulisan nama cabang diurutkan berdasarkan abjad. Rantai utama : heptana Gugus alkil : metil dan etil Nama : 4-etil-2,5-dimetilheptana b. Alkena Alkena yang palimg sederhana adalah etena yang memiliki rumus mampat CH2=CH2 dalam alkena terdapat sekurang-kurangnya satu buah ikatan rangkap dua karbon-karbon. 72 Alkena termasuk senyawa tak jenuh. Bagaimana rumus umum alkena dan sifat-sifatnya? Perhatikan pembahasan berikut ini! 1) Rumus Umum Alkena Perhatikan rumus molekul beberapa alkena dan namanya pada Tabel berikut Rumus molekul alkena dan namanya Dari Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa rumus umum alkena adalah: n = jumlah atom karbon Bagaimana rumus struktur alkena? Perhatikan tabel di bawah! 73 Contoh rumus molekul dan rumus struktur pada alkena Pada alkana, ikatan C dengan C merupakan ikatan tunggal, sedangkan pada alkena terdapat satu ikatan rangkap dua, sehingga alkena termasuk senyawahidrokarbon tidak jenuh, artinya alkena masih mempunyai daya ikat terhadapmolekul lain akibat adanya ikatan rangkap di antara atom C-nya. 2) Tata Nama Alkena Tata nama alkena menurut IUPAC pada umumnya sama dengan cara pemberian nama pada alkana dengan catatan sebagai berikut. a) Akhiran –ana menjadi –ena. Contoh: C2H4 etena C5H10 pentena C3H6 propena C6H12 heksena C4H8 butena C7H14 heptena b) Letak ikatan rangkap ditunjukkan dengan nomor, ditulis sebelum nama alkena rantai utama yaitu rantai terpanjang yang mengandung ikatan rangkap. Pemberian nomor dimulai dari atom karbon yang terdekat dengan ikatan rangkap. 74 Alkena bercabang diberi nama dimulai dengan nomor cabang, tanda (–),namanya alkil, nomor tempat ikatan rangkap, tanda (–), dan nama rantai utama. c. Alkuna Gas berbau khas yang biasa digunakan oleh tukang las adalah senyawa dari alkuna yang disebut etuna atau asetilena yang sehari-hari disebut gas karbit. Gas ini dihasilkan dari reaksi antara karbit (CaC2) dengan air. Persamaan reaksinya ditulis: CaC2(s) karbit + 2 H2O(l) → C2H2(g) + Ca(OH)2(aq) etuna air kapur Jika etuna direaksikan dengan oksigen akan menghasilkan kalor yang sangat tinggi sehingga dapat melelehkan besi pada proses pengelasan. Persamaan reaksinya: 2C2H2(g) + 5 O2(g ) → 4 CO2(g) + 2 H2O(l) + energi Alkuna adalah hidrokarbon tidak jenuh yang mengandung ikatan rangkap tiga karbon-karbon. Alkuna paling sederhana adalah asetilen atau etuna (CH2H2) dengan rumus struktur sebagai berikut 75 Bentuk tiga dimensi etuna ditunjukkan sebagai berikut Bagaimana rumus umum alkuna dan sifat-sifatnya? Perhatikan pembahasan berikut ini. a) Rumus Umum Alkuna Rumus molekul beberapa alkuna dan namanya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel Rumus molekul dan nama beberapa alkuna Dari data rumus molekul di atas, dapat disimpulkan bahwa rumus umum alkuna adalah: n = jumlah atom C b) Ikatan Rangkap pada Alkuna Perhatikan rumus struktur etana, etena, dan etuna berikut ini. 76 Ikatan kovalen antara C dengan C pada etana, etena, dan etuna ada perbedaan. Pada etana membentuk ikatan tunggal, etena ikatan rangkap dua, dan etuna ikatan rangkap tiga. Oleh karena mempunyai ikatan rangkap tiga, alkuna termasuk senyawa "hidrokarbon tidak jenuh", dengan daya ikatnya terhadap molekul lain lebih tinggi daripada alkena. Contoh: 6. Keisomeran Senyawa Hidrokarbon a. Isomer pada Alkana Struktur alkana dapat berupa rantai lurus atau rantai bercabang. Dalam senyawa alkana juga ada yang rumus molekulnya sama, tetapi rumus strukturnya beda. Butana memiliki rumus molekul C4H10. Selain itu, ada senyawa yang rumus molekulnya sama dengan butana, tetapi rumus strukturnya berbeda dan namanya juga berbeda. Perhatikan rumus struktur berikut. Bentuk isomer struktur butana 77 Contoh: Kedua senyawa tersebut dapat disintesis dan memiliki titik didih dan titik leleh berbeda. Senyawa n-butana titik didih dan titik lelehnya secara berturut-turut –0,5°C dan –135°C. Adapun senyawa isobutana atau 2-metilpropana titik didih dan titik lelehnya secara berturut-turut – 10°C dan –145°C. Untuk senyawa-senyawa tersebut disebut isomer. Oleh karena perbedaan hanya pada struktur maka isomer tersebut disebut isomer struktur. Semakin banyak jumlah atom karbon dalam senyawa alkana, kemungkinan rumus struktur juga makin banyak. Oleh karena itu, jumlah isomer struktur juga akan bertambah. Pentana (C5H12) memiliki 3 isomer struktur, heksana (C6H14) memiliki 5 isomer struktur, dan dekana memiliki 75 isomer struktur. Struktur tiga isomer pentana. Oleh karena strukturnya berbeda maka sifat-sifat fisika senyawa yang berisomer juga berbeda, tetapi sifat kimianya mirip. Perhatikan titik didih dan titik leleh isomer butana dan isomer pentana. 78 Isobutana (alkana yang bercabang) memiliki titik didih dan titik leleh lebih rendah dibandingkan n-butana (yang tidak bercabang). Hal ini disebabkan oleh struktur yang lebih rumit pada isobutana mengakibatkan gaya tarik antarmolekul lebih kecil dibandingkan struktur rantai lurus sehingga lebih mudah menguap. Pada senyawa pentana, titik didih dan titik leleh berkurang menurut urutan: n-pentana > isopentana > neopentana. Hal ini akibat dari bentuk struktur, yaitu neopentana lebih rumit dibandingkan isopentana. Demikian juga isopentana lebih rumit dari n-pentana. Dengan demikian isomer dapat diartikan senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul yang sama tetapi mempunyai struktur atau konfigurasi yang berbeda. b. Isomer Alkena Pada senyawa alkena, keisomeran dimulai dari senyawa dengan rumus kimia C4H8. Jenis isomernya, yaitu isomer struktur, isomer fungsi, dan isomer geometri. Pada pembahasan berikut akan dijelaskan mengenai isomer struktur saja, isomer fungsi dan isomer posisi akan Anda pelajari di Kelas XII. Perhatikan tiga isomer struktur yang dimiliki senyawa alkena C4H8 79 Isomer struktur Contoh: Senyawa alkena C5H10 memiliki 5 isomer. Tuliskanlah struktur isomer dan tata nama senyawanya. 80 Struktur diatas memiliki titik didih berbeda. Ketiga struktur tersebut memiliki rumus molekul sama, yakni C4H8, tetapi strukturnya beda. Jadi, dapat dikatakan bahwa ketiga senyawa itu berisomer struktur satu sama lain. Bagaimana Anda menjelaskan perbedaan titik didih dari ketiga senyawa tersebut? Hubungkan dengan tingkat kerumitan molekul. Makin rumit struktur molekul, makin rendah titik didihnya. Ikatan rangkap antara karbon-karbon pada alkena tidak dapat memutar (melintir) sebab jika diputar akan memutuskan ikatan rangkap, tentunya memerlukan energi cukup besar. Oleh karena itu, alkena dikatakan memiliki struktur yang rigid (tegar) seperti ditunjukkanpada gambar berikut. 81 Isomer Geometri alkena Akibat dari ketegaran, ikatan rangkap menimbulkan isomer tertentu pada alkena. Pada contoh berikut, ada dua isomer untuk 2-butena (CH3CH=CHCH3), yaitu cis-2-butena dan trans-2-butena. Isomer pada cis-2-butena dan trans-2-butena dinamakan isomer geometri. Isomer geometri adalah isomer yang terjadi akibat perbedaan lokasi atom-atom atau gugus atom dalam ruang tiga dimensi, sedangkan rumus molekul dan gugus terikatnya sama. Perbedaan titik didih antara cis-2-butena (3,7°C) dan trans-2-butena (0,9°C) menunjukkan bahwa kedua senyawa ini benar-benar ada dan berbeda, walaupun keduanya memiliki rumus molekul sama (C4H8) dan gugus terikatnya sama. Pada alkena, selain isomer geometri dan isomer struktur, juga dikenal isomer posisi. Isomer posisi adalah isomer yang memiliki perbedaan posisi ikatan rangkap karbon-karbon dalam molekul yang sama. Contoh: 1-butena dan 2butena. 82 Contoh Meramalkan Isomer Geometri pada Alkena Pada senyawa alkena berikut, apakah terdapat isomer geometri? Jika ada, gambarkan bentuk geometrinya dan berikan nama menurut IUPAC. a) CH3CH2CH=C(CH3)2 b) CH3CH=CHCH2CH3 Jawab a) Rumus strukturnya adalah Oleh karena terdapat dua gugus metil terikat pada atom kabon rangkap dua yang sama maka isomer geometri tidak terjadi pada senyawa ini sebab jika kedua gugus metil itu dipertukarkan lokasinya, tidak mengubah keadaan geometrinya. b) Isomer geometri pada senyawa ini memungkinkan dapat memiliki geometri berbeda. c. Keisomeran Senyawa Alkuna Pada senyawa alkuna, keisomeran dimulai dari senyawa butuna dengan rumus kimia C4H6. Jenis isomernya, yaitu isomer struktur dan isomer fungsi. Pada pembahasan berikut akan dijelaskan mengenai isomer struktur senyawa alkuna. Perhatikan dua isomer yang dimiliki butuna (C4H6). 83 Contoh: Senyawa alkuna C5H8 memiliki 3 isomer. Tuliskanlah struktur isomer dan tata nama senyawanya. 7. Reaksi Senyawa Hidrokarbon Telah diketahui bersama bahwa jenis ikatan pada senyawa karbon adalah ikatan kovalen. Oleh karena itu, reaksinya bersifat molekuler. Berdasarkan itu pula, reaksinya tergantung pada jumlah dan macam elektron pada masing-masing atom pembentuk molekul dari senyawa yang mengadakan reaksi. Berbeda dengan reaksi pada senyawa anorganik yang berlangsung cepat, pada senyawa karbon reaksi berjalan lambat sehingga diperlukan katalisator. Selama prosesnya, pada reaksi senyawa karbon terjadi pemutusan ikatan dengan diikuti pembentukan ikatan baru. Dengan 84 demikian dapat dikatakan bahwa reaksi senyawa karbon adalah pemutusan dan pembentukan ikatan kovalen. Pemutusan ikatan pada senyawa karbon tergantung dari sifat elektronegativitas senyawa tersebut, di mana mencakup pemutusan homolitik (pemutusan radikal) dan pemutusan heterolitik. Pada pemutusan homolitik dihasilkan suatu radikal, sedangkan pada heterolistik dihasilkan partikel bermuatan. Sebagai contoh, senyawa A dan B bereaksi membentuk partikel bermuatan negatif (A:–) dan partikel bermuatan positif (B+). Partikel A:– yang mempunyai pasangan elektron bebas ini dapat menerima nukleus, misalnya proton. Sehingga partikel A:– disebut nukleofil. Partikel B+ yang kekurangan sepasang elektron, akan mampu menerima sepasang elektron, sehingga disebut elektrofil. Konsep radikal, nukleofil, dan elektrofil inilah yang mendasari reaksi senyawa karbon. Reaksi pada senyawa karbon di antaranya: reaksi oksidasi, adisi, substitusi, dan eliminasi. a. Reaksi Oksidasi Suatu senyawa alkana yang bereaksi dengan oksigen menghasilkan karbon dioksida dan air disebut dengan reaksi pembakaran. Perhatikan persamaan reaksi oksidasi pada senyawa hidrokarbon berikut. CH4(g) + O2(g) CO2(g) + H2O(g) Reaksi pembakaran tersebut, pada dasarnya merupakan reaksi oksidasi. Pada senyawa metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) mengandung satu atom karbon. Kedua senyawa tersebut harus 85 memiliki bilangan oksidasi nol maka bilangan oksidasi atom karbon pada senyawa metana adalah –4, sedangkan bilangan oksidasi atom karbon pada senyawa karbon dioksida adalah +4. Bilangan oksidasi atom C pada senyawa karbon dioksida meningkat (mengalami oksidasi), sedangkan bilangan oksidasi atom C pada senyawa metana menurun. Umumnya dikenal sebagai reaksi pembakaran atau reaksinya dengan oksigen, walaupun pada kenyataannya, reaksi oksidasi senyawa hidrokarbon tidak selalu bereaksi dengan O2. Oksidasi senyawa hidrokarbon selalu menghasilkan CO2, H2O, dan kalor. Pada oksidasi yang terkontrol, produknya dapat dihasilkan senyawa lain, contohnya oksidasi alkanol, akan dihasilkan senyawa aldehid, asam karboksilat, dan alkanon. 86 b. Reaksi Adisi Jika senyawa karbon memiliki ikatan rangkap dua (alkena) atau rangkap tiga (alkuna) dan pada atom-atom karbon tersebut berkurang ikatan rangkapnya, kemudian digantikan dengan gugus fungsi (atom atau molekul). Reaksi tersebut dinamakan reaksi adisi. Perhatikan reaksi antara 1propena dengan asam bromida menghasilkan 2-bromopropana sebagai berikut. Merupakan reaksi pengikatan atom/gugus pada suatu ikatan rangkap, sehingga dihasilkan senyawa jenuh. b. Reaksi pada alkuna Asetilena/etuna yang merupakan kelompok senyawa alkuna pada reaksi adisi menghasilkan senyawa etena, seperti reaksi berikut: C2H4(g) + Br2(g) HC CH + C2H4Br2(l) Br Br HC CH Br Br Asetilena Air bromin 1,2-dibromo etena Lebih lanjut senyawa 1,2-dibromo etena dapat direaksikan ulang dengan air bromin membentuk senyawa alkana seperti reaksi berikut: Br HC CH + Br Br Br Br CH CH Br 1,2-dibromo etena Br Br 1,1,2,2-tetrabromo etana 87 c. Reaksi Substitusi Reaksi substitusi merupakan reaksi penggantian gugus fungsi (atom atau molekul) yang terikat pada atom C suatu senyawa hidrokarbon. Pada reaksi halogenasi alkana, atom hidrogen yang terikat pada atom C senyawa alkana digantikan dengan atom halogen. Ketika campuran metana dan klorin dipanaskan hingga 100°C atau radiasi oleh sinar UV maka akan dihasilkan senyawa klorometana, seperti reaksi pada alkana berikut. CH4(g) + Cl2(g) CH3Cl(g) + HCl(g) Jika gas klorin masih tersedia dalam campuran, reaksinya akan berlanjut seperti berikut Reaksi substitusi tersebut digunakan dalam pembuatan senyawa diklorometana. Jika reaksi dilakukan pada senyawa etana, reaksi akan menghasilkan dikloroetana. Diklorometana digunakan untuk pengelupasan cat, sedangkan triklorometana digunakan untuk dry–clean. Jadi reaksi subtitusi merupakan reaksi penggantian atom/gugus dengan atom/gugus lain. 88 d. Reaksi Eliminasi Reaksi eliminasi merupakan reaksi kebalikan dari reaksi adisi. Reaksi eliminasi melibatkan pelepasan atom atau gugus atom dari sebuah molekul membentuk molekul baru. Dapat disimpulkan reaksi pelepasan sebuah molekul dari suatu senyawa, umumnya diperlukan zat/katalis. Reaksi eliminasi terjadi pada senyawa jenuh (tidak memiliki ikatan rangkap) dan menghasilkan senyawa tak jenuh (memiliki ikatan rangkap). Contoh reaksi eliminasi adalah eliminasi etil klorida menghasilkan etana dan asam klorida. G. Penelitian Yang Relevan Penelitan ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh: 8. Permata dewi dengan judul “Hubungan Kecerdasan Emosi dan Motivasi Belajar Dengan Kemandirian Belajar Peserta didik Kelas V SD Negeri Se-Kecamatan Klaten Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kemampuan kecerdasan emosi terhadap motivasi belajar. 89 9. Permana pada tahun 2013 dengan judul “Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Kemampuan Sosial Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 2 Cepu tahun pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitian tersebut menunjukan terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dan kemampuan sosial peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Cepu Kabupaten Blora. 10. Penelitian yang dilakukan oleh Bergita K. Wuwur yang berjudul “ Pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional peserta didik terhadap hasil belajar pada materi pokok larutan penyangga dengan menggunakan pendekatan Penemuan peserta didik kelas XI IPA SMAK GIOVANNI Kupang tahun palajaran 2013/2014”. Dalam kesimpulannya menyatakan bahwa pendekatan penemuan efektif. 11. Penelitian yang dilakukan oleh Wendelina Kally yang berjudul “ Pengaruh Kreativitas Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Pokok Bahasan Turunan pada Peserta didik kelas XI Semester II SMA Negeri 7 Kupang Tahun Ajaran 2013/2014”. Dalam kesimpulannya menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan dari motivasi belajar terhadap prestasi belajar, dan ada pengaruh yang signifikan dari motivasi belajar terhadap prestasi belajar peserta didik kelas XI semester II SMA Negeri 7 Kupang yang dibuktikan dari nilai thitung = 2,145 signifikansi 0,05 90 ttabel = 1,669804, pada taraf 12. Penelitian yang dilakukan oleh Linmas Eva dan Mey Kusrini yang berjudul “ Hubungan Kecerdasan Emosional dan Berpikir Kreatif Terhadap Prestasi Belajar Matematika”. Dalam kesimpulannya mengatakan terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan berpikir kreatif terhadap peningkatan prestasi belajar peserta didik. 13. Penelitian yang dilakukan oleh Stevenia Ona Hale yang berjudul “Pengaruh Kemampuan Penalaran Formal dan Kemamuan Numerik Terhadap Hasil Belajar Kimia Pada Materi Pokok Reaksi Redusi Oksidasi Melalui Pendekatan Penemuan Peserta didik Kelas X2 SMA Negeri 6 Kupang Tahun Ajaran 2015/2016”dalam kesimpulannya menyatakan bahwa ada hubungan antara pendekatan penemuan dengan hasil belajar dengan korelasi f(x) : 0,405. 14. Penelitian yang dilakukan oleh Patrisius B Hotong yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Materi Pokok Gerak Lurus Pada Peserta Didik Keas X Mipa-4 Semester Ganjil SMA Katolik Giofani Kupang Tahun Ajaran 2016/2017”dalam kesimpulannya menyatakan bahwa respon peserta didik terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran penemuan memenuhi presentase 81%-100%. 15. Muh. Yusuf Mapeasse dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Cara dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Programmable Logic Controller (PLC) Peserta didik Kelas III Jurusan Listrik SMK Negeri 5 Makassar” hasil penelitiannya menunjukan bahwa motivasi 91 belajar peserta didik berpengaruh positif dan berarti terhadap hasil belajar PLC peserta didik kelas III jurusan listrik SMK Negeri 5 Makassar, terbukti dengan adanya analisis hasil korelasi parsial antara variabel motivasi belajar (X2) tehadap variabel hasil belajar PLC (Y) menunjukan bahwa nilai R hitung sebesar 0,440, yang ternyata lebih besar dari R tabel yaitu 0,297 dengan nilai signifikasi sebesar 0,05 hal ini menunjukan bahwa R hitung > R tabel : sig < α sebesar 0,05(0,440 > 0,297 : 0,00 < 0,05). H. Kerangka Berpikir Pendidikan merupakan hal yang penting bagi suatu bangsa agar sumber daya manusianya bisa bersaing secara global di era modern ini. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas maka diperlukan pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang mengharuskan peserta didik untuk berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung dan didukung dengan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sehingga hasil belajar yang diperoleh juga sesuai dengan standar ketuntasan yang telah ditetapkan. . Namun pendidikan yang berhasil bukan saja menghasilkan sumber daya manusia yang tinggi IQ nya tetapi berkualitas baik secara intelektual maupun secara emosional. Hal ini dikarenakan jika seseorang memiliki kecerdasan emosi yang baik akan memiliki karakter yang baik dalam bernasyarakat. Dalam kurikulum 2013 Kimia merupakan pelajaran yang diajarkan Salah satu jenis mata pada bidang IPA secara terpisah pada Sekolah 92 Menengah Atas. Landasan yang kuat harus dibangun ketika menerapkan pembelajaran kimia yang tepat, dengan demikian peserta didik dapat termotivasi untuk mempelajari kimia. Materi pembelajaran yang diajarkan harus membekali peserta didik agar mampu berpikir secara kreatif dan mampu mengembangkan keterampilan peserta didik sehingga dapat membantu peserta didik untuk lebih aktif, kreatif, inovatif dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Peserta didik tidak hanya dituntut agar mampu menguasai konsep, teori, dan fakta dalam pembelajaran tetapi didorong agar mampu menemukan suatu konsep, teori, dan fakta dengan sikap keterampilan proses ilmiah tertentu, maka diperlukan adanya kerangka pembelajaran yang sesuai dengan hal di atas. Materi kimia yang di pelajari di kelas X SMA memiliki banyak konsep teori dan perhitungan dasar kimia. Salah satu materinya adalah Hidrokarbon. Hidrokarbon adalah golongan senyawa karbon yang palling sederhana. Materi ini memilik banyak konsep hafalan kimia yang kadang membuat anak merasa malas untuk belajar. Mereka menganggap bahwa materi seperti ini adalah materi yang sulit. Oleh karena itu pembelajaran untuk materi seperti ini harus membuat peserta didik atif menemukan informasi dan mengolah informasi sendiri. Masalah yang terjadi di sekolah adalah peserta didik kurang kreatif untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari setiap pertanyaan maupun masalah yang mereka jumpai pada proses pembelajaran. Didukung dengan tidak adanya motivasi belajar, rasa tidak peduli, serta anggapan bahwa 93 sudah ada guru yang akan selalu membantu mereka dalam proses belajar , mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, sehingga niat mereka untuk belajar sangat rendah. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan mereka peroleh. Oleh karena itu peserta didik diharapkan agar mampu mengendalikan dorongan hati, ketekunan, empati, semangat dan motivasi diri dalam belajar tanpa harus selalu mengharapkan guru yang berperan lebih aktif dalam menyelesaikan masalah yang dijumpai dalam proses pembelajaran. Agar peserta didik dapat berperan aktif selama proses pembelajaran, diperlukan pendekatan yang dapat merangsang peserta didik untuk berperan lebih aktif dan kreatif. pendekatan penemuan merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan. Dalam pendekatan ini materi yang di ajarkan tidak dalam bentuk final akan tetapi peserta didik sebagai peserta didik didorong untuk mengindentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. (Kemendikbud, 2013: 264). Keseimbangan antara kemampuan kecerdasan emosional dan motivasi belajar peserta didik dan didukung dengan pendekatan penemuan serta didasarkan pada penelitian yang dilakukan Permata dewi tahun 2013, Permana tahun 2013, Linmas Eva , Mey Kusrini tahun 2011, Maria Elsiana Klau tahun 2015 dan Melania Atty tahun 2015 , diharapkan akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar peserta didik. 94 Berdasarkan uraian di atas, maka diharapkan pendekatan penemuan yang diterapkan oleh guru dapat efektif dalam pembelajaran serta ada hubungan dan pengaruh yang signifikan antara Kemampuan Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Kimia dengan Menerapkan Pendekatan Penemuan pada Materi Pokok Hidrokarbon Peserta didik Kelas X SMA Swasta Sudirman Kupang tahun Ajaran 2016/2017. I. Hipotesis Berdasarkan deskripsi teoritis di atas, maka dapat diajukan hipotesis penelitian yaitu: 1. Penerapan pendekatan penemuan efektif pada materi pokok hidrokarbon peserta didik kelas X SMAK Swasta Sudirman Kupang tahun pelajaran 2016/2017 yang dicirikan dengan guru mampu mengelola pembelajaran, ketuntasan indikator tercapai dan hasil belajar tuntas. 2. Kemampuan kecerdasan emosional peserta didik kelas X SMA Swasta Sudirman Kupang tahun pelajaran 2016/2017 baik dengan kriteria skor yang diperoleh lebih besar sama dengan 0,40 (≥ 0,40) atau nilainya lebih besar sama dengan 440 (≥ 0,40) . 3. Motivasi belajar peserta didik kelas X SMA Swasta Sudirman Kupang tahun pelajaran 2016/2017 baik dengan kriteria skor yang diperoleh lebih besar sama dengan 0,40 (≥ 0,40) atau nilainya lebih besar sama dengan 440 (≥ 0,40). 4. a. Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan kecerdasan emosional dengan hasil belajar peserta didik dalam penerapan pendekatan 95 penemuan pada materi pokok hidrokarbon peserta didik X SMA Swasta Sudirman Kupang tahun ajaran 2016/2017. b. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar kimia dalam penerapan pendekatan penemuan pada materi pokok hidrokarbon peserta didik X SMA Swasta Sudirman Kupang tahun ajaran 2016/2017. c. Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan kecerdasan emosional dan motivasi belajar peserta didik dengan hasil belajar kimia dalam penerapan pendekatan penemuan pada materi pokok hidrokarbon peserta didik X SMA Swasta Sudirman Kupang tahun ajaran 2016/2017. 5. a. Ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan kecerdasan emosional dengan hasil belajar peserta didik dalam penerapan pendekatan penemuan pada materi pokok hidrokarbon peserta didik X SMA Swasta Sudirman Kupang tahun ajaran 2016/2017. b. Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar kimia dalam penerapan pendekatan penemuan pada materi pokok hidrokarbon peserta didik X SMA Swasta Sudirman Kupang tahun ajaran 2016/2017. c. Ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan kecerdasan emosional dan motivasi belajar peserta didik dengan hasil belajar kimia dalam penerapan pendekatan penemuan pada materi pokok hidrokarbon peserta didik X SMA Swasta Sudirman Kupang tahun ajaran 2016/2017. 96