jurnal ilmu kesehatan vol. 3 no. 2 desember 2015 1 analisis angka

advertisement
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
ANALISIS ANGKA KUMAN UDARA RUANGAN DI UNIT PELAYANAN
TEKNIS DAERAH LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR
Germ number analysis indoor air technical in the services unit of health
laborator province of east kalimantan
Khoirul Anam, Agus Joko Praptomo
* STIKES Wiyata Husada Samarinda
** Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur
ABSTRAK
Kualitas udara dalam ruang dipengaruhi antara lain oleh kondisi bangunan elemen interior, fasilitas
pendingin ruangan, pencemar kimia dan pencemar biologi. Buruknya kualitas udara dalam ruang
akibat keberadaan pencemar biologi yaitu angka kuman yang berasal dari kualitas lingkungan fisik
yang tidak baik, sanitasi yang jelek dan jumlah pengunjung serta kepadatan hunian karyawan yang
tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kuman udara ruangan yang tidak memenuhi persyaratan
sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah ruang pembuatan
media yaitu 620 CFU/m3, laboratorium urinalisa 690 CFU/m3, ruang staff tata usaha 880 CFU/m3,
ruang instrumentasi 520 CFU/m3 dan ruang sampling 810 CFU/m3. Berdasar karakteristik kuman
dengan uji biokimia menunjukkan jenis bakteri tersebut adalah Staphylococcus Gram positif tidak
melisiskan darah.
Berdasar perhitungan statistik Korelasi Spearman Rank menunjukkan bahwa angka kuman udara
ruangan mempunyai korelasi yang sangat signifikan dengan kepadatan hunian karyawan, jumlah
kunjungan pasien serta kondisi lingkungan fisik yaitu pencahayaan dan kelembaban,
sedangkan suhu tidak signifikan.
Kata kunci: angka kuman udara, laboratorium kesehatan.
ABSTRACT
Indoor air quality influenced by the condition of the building , interior elements, air conditioning
facilities, chemical contaminants and biological contaminants Poor indoor air quality due to the
presence of biological contaminants that number of bacteria that comes from the quality of the
physical environment is not good, poor sanitation and the number of visitors and employees of high
population density.
The results showed that the number of germs that indoor air does not meet the requirements
according to the Decree of the Minister of Health No. 1204 / Menkes / SK / X / 2004 is a media
creation space that is 620 CFU/m3,, laboratory of urinalisa 690 CFU / m3 , administrative staff room
880 CFU / m3, space instrumentation 520 CFU / m3 and sampling room 810 CFU / m3. Based on
the characteristics of the bacteria by biochemical tests showed that the type of bacteria is positive
Gram Staphylococcus unhaemolysis.
Based on the calculation of Spearman Rank Correlation statistics showed that the number of bacteria
have the room air is a very significant correlation with population density of employees, number of
patient visits and physical environmental conditions ie lighting and humidity, while the temperature
is not significant .
Keywords : air germ numbers , health laboratory .
1
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
PENDAHULUAN
Udara sebagai salah satu komponen
lingkungan merupakan kebutuhan yang
paling utama untuk mempertahankan
kehidupan. Metabolisme dalam tubuh
makhluk hidup tidak mungkin dapat
berlangsung tanpa oksigen yang berasal dari
udara.
Selain
oksigen,
terdapat
mikroorganisme yang terkandung di udara,
diantaranya adalah bakteri atau kuman.
Kuman dalam udara tersebut jika masih
berada dalam batas-batas tertentu masih dapat
dinetralisasi, tetapi jika sudah melampaui
ambang batas maka proses netralisasi akan
terganggu (Esi, 2010).
Udara dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu udara luar ruangan (outdoor air)
dan udara dalam ruangan (indoor air).
Kualitas udara dalam ruangan sangat
mempengaruhi kesehatan manusia karena
hampir 90% hidup manusia berada dalam
ruangan termasuk di rumah tinggal, dan
antara 8-10 jam perhari selama lima atau
enam hari perminggu dalam ruangan di
lingkungan kerja. Bahkan ada beberapa
lingkungan kerja yang mempunyai resiko
tinggi terhadap kualitas udara yang
disebabkan oleh kuman, yaitu rumah sakit
dan laboratorium.
Kuman yang tersebar di dalam ruangan
laboratorium dapat berasal dari lingkungan
luar dan kontaminasi dari dalam ruangan.
Dari lingkungan luar dapat berupa kuman
yang berasal dari organisme yang membusuk,
tumbuh-tumbuhan yang mati, bangkai
binatang dan kotoran dari manusia masuk ke
dalam ruangan melalui hembusan angin atau
terbawa manusia yang menempel pada
pakaian maupun yang berada dalam tubuh
manusia sakit atau pasien melalui droplet.
Menurut (Adelberg et al, 2007) Salah satu
bagian ruangan laboratorium yang paling
banyak dikunjungi pasien adalah ruang
tunggu dan ruang sampling, Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa kedua ruangan ini
yang paling beresiko terhadap peningkatan
angka kuman udara dan sebagai pintu
masuknya pencemaran udara oleh kuman bagi
ruangan lainnya.
Salah satu laboratorium yang banyak
dikunjungi pasien di Samarinda adalah Unit
Pelayanan
Teknis
Daerah
(UPTD)
Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan
Timur yang juga merupakan rujukan bagi
seluruh laboratorium yang ada di Provinsi
Kalimantan Tiimur. Jumlah kunjungan pasien
perhari antara 30 – 100 pasien dan kunjungan
pelanggan yang membawa sampel air limbah
maupun
sampel
untuk
pemeriksaan
lingkungan lain rata-rata 20 penunjung
perhari.
Jumlah kunjungan pasien yang banyak
dan tingkat kepadatan hunian ruangan yang
sempit tentu saja sebagai sumber utama
peningkatan angka kuman udara. Kondisi
yang demikian tentu saja dapat berdampak
dengan kinerja petugas karena bisa
menyebabkan gangguan kesehatan seperti,
tuberculosa, alergi dan radang paru. Bahkan
tidak menutup kemungkinan gangguan
kesehatan tersebut dapat juga terjadi pada
pasien lain, karena pasien dengan kondisi
sakit akan mengalami penurunan imunitas
yang rentan terhadap masuknya penyakit lain.
Penularan penyakit yang didapat dari layanan
kesehatan ini disebut juga infeksi nosokomial
(Irianto, 2007).
Angka kuman udara dalam ruangan
laboratorium
dipengaruhi oleh beberpa
faktor, yaitu perlengkapan dalam ruangan
(karpet, AC, dan sebagainya), kondisi
bangunan, suhu, kelembaban, pertukaran
udara, pencahayaan, kepadatan hunian,
mobilisasi orang dan hal-hal yang
berhubungan dengan perilaku.
Kondisi lingkungan ruang laboratorium
menurut Keputusan Menetri Kesehatan
Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 untuk angka
kuman tidak boleh lebih dari 500 cfu/m3 dan
bebas kuman patogen, Sedang persyaratan
ingkungan fisik yang berupa intensitas cahaya
75 – 100 Lux, suhu 22 – 26oC, kelembaban
35 – 60% dan tingkat kepadatan hunian
ruangan > 10m2/orang. Ruang laboratorium
menurut Kepmenkes tersebut digolongkan
menjadi ruangan bersiko tinggi sebagai
sumber penularan penyakit (Lubis, 1989).
Penelitian ini mempunyai untuk
mengetahui angka kuman udara ruangan di
UPTD. Laboratorium Kesehatan Provinsi
Kalimantan Timur, untuk mengetahui angka
kuman udara ruangan ditinjau dari kondisi
lingkungan fisik, yaitu suhu, kelembaban dan
pencahayaan, kepadatan hunian ruang, tata
letak ruangan dan jumlah kunjungan.
2
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan manfaat bagi pengguna jasa
laboratorium sebagai informasi tentang
pencemaran yang berasal dari laboratorium
sehingga lebih preventif saat mengunjungi
institusi layanan kesehatan, khususnya
laboratorium kesehatan. Bagi Petugas
laboratorium kesehatan sebagai informasi
tentang keadaan angka kuman udara ruangan
sehingga dapat menerapkan kewaspadaan
universal dengan lebih baik lagi.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan
adalah survey dengan pendekatan cross
sectional.
Prosedur Penelitian
Pengambilan sampel angka kuman udara.
Diambil alat air ideal ( microbiologocal
air sampler ), sebelum digunakan tutup
penyerapnya harus sudah disterilisasi terlebih
dahulu atau diberi alkohol 70 %, kemudian
dibiarkan hingga kering (Soemarno, 200).
Dimasukkan media blood agar plate secara
aseptis pada penampang air ideal dan tutup
rapat. Dinyalakan air ideal dengan cara
menekan tombol on-start. Air ideal akan mati
setelah 5 menit dan menyerap 100 liter udara.
Diambil media dari dalam alat air ideal
secara aseptis, lalu ditutup. Diberi label, kode
dan jumlah volume sampel yang diambil pada
cawan petri yang diisi media blood agar.
Kemudian dimasukkan kedalam inkubator,
diinkubasi sampel selama 24 jam, pada suhu
35-37 oC. Dinyalakan alat colony couter lalu
diletakkan blood agar plate pada area
penghitungan. Dibagi permukaan menjadi 4
bagian menggunakan spidol. Dihitung jumlah
koloni bakteri pada tiap kamar dengan colony
counter (Soemarno, 2000).
Cara menghitung kepadatan hunian
Luas ruangan diukur dengan satuan
meter persegi. Jumlah orang yang bekerja di
laboratorium dalam kurun waktu satu hari.
Jumlah penghuni dibagi luas ruangan,
sehingga ditemukan hasil orang per meter
persegi.
Cara Mengukur suhu
Suhu diukur dengan termometer ruangan
pada siang hari antara jam 12.00-13.00 wita.
Cara Mengukur pencahayaan
Cahaya diukur dengan alat Light meter
pada siang hari antara jam 12.00-13.00 wita.
Cara Mengukur Kelembaban
Kelembaban diukur dengan Hygrometer
pada pada siang hari antara jam 12.00-13.00
wita.
Analisis Data
Data yang terkumpul disajikan dalam
bentuk tabel dan dijelaskan secara deskriptif
kualitatif untuk menggambarkan distribusi
proporsi dari karakteristik dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pada masing-masing
variabel dan sebagai penunjang dilakukan uji
spearman rank dengan nilai α= 0,05 untuk
mengetahui kemaknaan dan besarnya
hubungan lingkungan fisik, kepadatan hunian
ruangan dan jumlah pengunjung dengan
angka kuman udara.
HASIL PENELITIAN
Table 1. Hasil Pengamatan angka kuman
udara
ANGKA KUMAN
RUANGAN
UDARA (CFU/M3)
R. Pembuat Media
620
Lab Mikrobiologi
270
Lab Urinalisa
690
Ruang Staf TU
880
Ruang Staf kimia
300
Lab. Kimia Klinik
360
Lab Imunologi
380
Ruang Instrumentasi
520
Lab Lingkungan
470
R. Staf Mikrobiologi
320
Ruang Tunggu
320
Ruang Sampling
810
Nilai dipersyaratkan
<500
Dari tabel di samping yang tidak memenuhi
persyaratan angka kuman udara ruangan
adalah Ruang sampling, ruang laboratorium
urinalisa,
ruang
instrumentasi,
ruang
pembuatan media dan Ruang Staff Tata
Usaha.
3
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
Tabel 2. Hasil pengamatan angka kuman udara dan lingkungan fisik
KELEM
CAHAYA
RUANGAN
SUHU
BABAN
(LUX)
(%)
R. Pembuat Media
Lab Mikrobiologi
Lab Urinalisa
Ruang Staf TU
Ruang Staf kimia
Lab. Kimia Klinik
Lab Imunologi
Ruang Instrumentasi
Lab Lingkungan
R. Staf Mikrobiologi
Ruang Tunggu
Ruang Sampling
Nilai dipersyaratkan
29
26
28
27
28
22
22
23
26
24
25
25
22 – 26
80
56
75
80
56
44
57
64
80
54
58
78
35 – 60
Dari data di atas dapat dilihat untuk
ruang pembuatan media didapatkan hasil
pemeriksaan angka kuman udara diatas
ANGKA KUMAN
UDARA
(CFU/M3)
47
76
30
100
183
140
78
60
88
120
100
30
75 – 100
620
270
690
880
300
360
380
520
470
320
320
810
<500
ambang batas yang dipersyaratkan, yaitu
dengan hasil 620 CFU/m3 .
Tabel 3. Hasil perhitungan korelasi spearman rank lingkungan fisik dengan angka kuman udara
Kelemba Pencaha kepadatan Angka
Suhu
ban
yaan
hunian
kuman
Spearm
an's rho Suhu
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
1.000
.354
.250
.478
.478
.
.260
.433
.116
.116
12
12
12
12
12
*
.507
.845**
.354
1.000
.707
kelembaban Sig. (2-tailed)
.260
.
.010
.092
.001
N
12
12
12
12
12
.250
.707*
1.000
.478
.837**
.433
.010
.
.116
.001
12
12
12
12
12
Correlation Coefficient
.478
.507
.478
1.000
.657*
Sig. (2-tailed)
.116
.092
.116
.
.020
12
12
12
12
Correlation Coefficient
Pencahayaa
Sig. (2-tailed)
n
N
Padatan
N
Angka
kuman
Correlation Coefficient
.478
Sig. (2-tailed)
.116
N
12
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.845
**
.837
**
.657
12
*
1.000
.001
.001
.020
.
12
12
12
12
4
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
Suhu
Spearm
an's rho Suhu
Correlation Coefficient
1.000
.354
.250
.478
.478
.
.260
.433
.116
.116
12
12
12
Sig. (2-tailed)
N
Correlation Coefficient
Kelemba Pencaha kepadatan Angka
ban
yaan
hunian
kuman
12
12
*
.507
.845**
.354
1.000
.707
kelembaban Sig. (2-tailed)
.260
.
.010
.092
.001
N
12
12
12
12
12
1.000
.478
.837**
Correlation Coefficient
.250
.707
.433
.010
.
.116
.001
12
12
12
12
12
Correlation Coefficient
.478
.507
.478
1.000
.657*
Sig. (2-tailed)
.116
.092
.116
.
.020
12
12
12
12
12
Correlation Coefficient
.478
.845**
.837**
.657*
1.000
Sig. (2-tailed)
.116
.001
.001
.020
.
Pencahayaa
Sig. (2-tailed)
n
N
Padatan
N
Angka
kuman
*
N
12
12
12
12
12
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Suhu dengan angka kuman udara menunjukkan nilai rho hitung 0,478 < rho tabel 0,591 (N 12)
dan signifikansi 0,116 > 0,05 (α), hal ini menunjukkan bahwa data penelitian ternyata suhu tidak ada
hubungan dengan angka kuman udara dimana pedekatan kepercayaan yang digunakan adalah 95%.
Tabel 4. Hasil pengamatan kepadatan hunian dan angka kuman udara
RUANGAN
R. Pembuat Media
Lab Mikrobiologi
Lab Urinalisa
Ruang Staf TU
Ruang Staf kimia
Lab. Kimia Klinik
Lab Imunologi
R. Instrumentasi
Lab Lingkungan
R. Staf mikrobiologi
Ruang Tunggu
Ruang Sampling
Persyaratan
LUAS
RUANGAN
(M2)
JUMLAH
KARYAWAN
(orang)
KEPADATAN
HUNIAN
(M2/orang)
35
35
12.5
26
20
35
27.5
40
40
35
55
9
7
6
2
9
2
3
1
6
4
2
5
4
5
6
6
3
10
12
27
7
10
18
11
2
>10
JAngka
Kuman
Udara
(CFU/M3)
620
270
690
880
300
360
380
520
470
320
320
810
<500
5
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
Data di atas menggambarkan bahwa ruang sampling, ruang tata usaha, ruang pembuatan media
dan ruang laboratorium urinalisa yang memiliki jumlah bakteri tinggi.
Tabel 5. Hasil pengamatan jumlah pengunjung dan angka kuman udara
ANGKA KUMAN
JUMLAH
NO
RUANGAN
UDARA
PENGUNJUNG
(CFU/M3)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Ruang Sampling hari 1
Ruang Sampling hari 2
Ruang Sampling hari 3
Ruang Sampling hari 4
Ruang Sampling hari 5
Ruang Sampling hari 6
Ruang Sampling hari 7
Ruang Sampling hari 8
Ruang Sampling hari 9
Ruang Sampling hari 10
32
28
18
30
20
24
44
51
33
17
810
720
690
740
690
610
870
980
670
580
Data di atas menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah pengunjung yang masuk dalam
ruangan pengambilan sampel akan mempengaruhi peningkatan bakteri uadara.
Tabel 6. Jumlah pengunjung dan angka kuman udara di ruang sampling
Pengunjung Angka kuman
Spearman's rho
Pengunjung
Correlation Coefficient
1.000
.698*
.
.025
10
10
*
1.000
.025
.
10
10
Sig. (2-tailed)
N
Angka kuman Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.698
Hasil statistik menunjukkan nilai rho hitung 0,698 > rho tabel 0,648 dengan signifikansi
0,025<0,05 (α). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah kunjungan pasien di ruang sampling
berhubungan dan signifikan dengan peningkatan angka kuman udara ruang laboratorium.
PEMBAHASAN
Hasil komparasi pengamatan kualitas
fisik yang dilakukan aobservasi yaitu suhu,
kelembaban dan pencahayaan dengan angka
kuman udara pada ruang di UPTD
Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan
Timur dimana rata-rata suhu adalah 25oC,
rata-rata kelembaban ruangan 64,6% serta
rata-rata pencahayaan adalah 92.9 lux.
Ruang pembuatan media didapatkan
hasil pemeriksaan angka kuman udara diatas
ambang batas yang dipersyaratkan, yaitu
dengan hasil 620 CFU/m3. Kondisi tersebut
sesuai dengan literatur bahwa angka kuman
dipengaruhi oleh suhu yang meningkat
mendekati suhu optimum pertumbuhan
kuman yaitu 290C, kemudian didukung oleh
kelembaban yang tinggi, yaitu 80% dan
minimnya cahaya yang masuk, yaitu 47 lux.
Kondisi lingkungan fisik diruang pembuatan
media yang sangat mendukung pertumbuhan
kuman udara dan tingginya angka kuman
udara, akan mempengaruhi juga pada kualitas
pembuatan media. Tentu saja hal ini akan
6
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
mempengaruhi kualitas analisis mikrobiologi
pada specimen dari pasien, dan bisa
mengakibatkan salah diagnosa.
Tingginya suhu ruangan di ruang
pembuatan media adalah disebabkan oleh
pengatur udara (AC) yang tidak berfungsi
dengan baik dikarenakan tidak sesuainya
kekuatan AC dengan luas ruangan dan
ventilasi udara tidak ada serta pencahayaan
dari jendela atau lampu kurang. Sedangkan
kelembaban yang tinggi disebabkan oleh
meningkatnya suhu serta diruang tersebut
terdapat tempat cuci atau kran air yang selalu
basah karena untuk proses pembuatan media.
Pada ruangan media ini untuk hasil isolasi
bakteri
didapatkan
bakteri
Genus
Staphylococcus gram positif dan tidak
menghemolysa darah.
Ruang laboratorium urinalisa didapatkan
hasil jumlah bakteri udara yang tinggi, yaitu
690 CFU/m3 salah satu faktor penyebabnya
adalah tidak adanya alat pendingin udara,
ventilasi udara juga tidak ada selain pintu
untuk keluar masuk, sumber cahaya juga
sangat kurang dikarenakan jendela yang ada
tertutup dinding tembok gedung sebelahnya
sehingga tidak ada cahaya matahari yang
masuk ruangan. Kondisi tersebut secara
langsung akan meningkatkan suhu ruangan,
kelembaban dan peningkatan angka kuman
udara, apalagi diperparah dengan jenis sampel
yang diperiksa adalah urin atau kencing
sehingga suasana menjadi semakin lembab
dan banyak kuman yang berkembang biak.
Kondisi yang ekstrim juga terjadi pada
ruangan administrasi atau tata usaha yang
terjadi pencemaran udara oleh bakteri hingga
810 CFU/m3. Kondisi ini karena ruangan tata
usaha tersebut terlupakan dari program
pengendalian penyakit karena dianggap tidak
atau bukan ruangan laboratorium yang
infeksius, padahal sebenarnya mobilitas
karyawan di ruang tersebut juga sangat tinggi,
terutama mobilitas karyawan dari ruang
laboratorium. Hal tersebut kemungkinan yang
memicu atau membawa sumber penyakit,
ditambah lagi proses pembersihan ruangan
tidak aseptis. Hal pendukung lain juga dapat
diakibatkan jumlah karyawan yang tidak
sebanding dengan luas ruangan walaupun
lingkungan fisik cukup baik.
Keadaan
kepadatan hunian ruangan yang tidak ideal
inilah yang akan memicu pertukaran kuman
dari droplet penghuni atau karyawan ke udara
yang akhirnya juga bisa terhirup karyawan
lain.
Berdasarkan data penelitian keseluruhan
ruangan yang diperoleh, lingkungan fisik
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi angka kuman udara dalam
ruangan. Untuk menunjang pembuktian, data
yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
statistik spearman rank yang bertujuan
mengetahui korelasi lingkungan fisik dengan
angka kuman pada semua sampel ruangan
UPTD. Laboratorium Kesehatan Provinsi
Kalimantan Timur.
Hasil statistik menunjukkan bahwa:
suhu
dengan
angka
kuman
udara
menunjukkan nilai rho 0,478 taraf
signifikansi 0,116, hal ini menunjukkan
bahwa data penelitian ternyata suhu tidak ada
hubungan dengan angka kuman udara dimana
pedekatan kepercayaan yang digunakan
adalah 95%. Kondisi ini dpat terjadi karena
suhu ruangan akan mempengaruhi angka
kuman udara ruangan apabila didukung
kondisi lain seperti jumlah kepadatan hunian
ruang dan kondisi lingkungan sekitar.
Hasil analisis statistik hubungan
kelembaban dan pencahayaan didapatkan
bahwa
kedua
lingkungan
fisik
ini
mempengaruhi kondisi angka kuman udara.
Kelembaban mempunyai nilai rho 0,845
dengan taraf signifikansi 0,001 dan
pencahayaan mempunyai nilai rho 0,837
dengan taraf signifikansi 0,001.
Kualitas
fisik dari
tiap
ruang
laboratorium dengan suhu di ruangan berkisar
antara 220C – 290C dengan kelembaban
berkisar 44% - 80% dan cahaya 30 lux – 183
lux. Peningkatan kelembaban dan rendahnya
pencahayaan menjadi salah satu faktor
penyebab peningkatan angka kuman udara di
ruangan laboratorium, ruang sampling, ruang
tata usaha dan ruang tunggu. Kuman dengan
suhu berkisar antara
200C – 370C
kelembaban yang cukup yaitu sekitar 70-80%
dan kurangnya pencahayaan sangat baik
untuk pertumbuhan kuman. Pencahayaan
yang paling baik adalah dari matahari yang
berupa sinar ultra violet. Cahaya ini sangat
penting, karena dapat membunuh bakteri di
dalam ruangan, misalnya kuman TBC. Oleh
karena itu, ruangan yang cukup sehat harus
mempunyai jalan masuk yang cukup (jendela)
ukuran jendela yang memenuhi syarat
7
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
kesehatan sesuai dengan standarisasi ruang
adalah 15-20% dari luas lantai ruangan
(Depkes RI, 2004). Perlu di perhatikan agar
cahaya matahari dapat langsung masuk
kedalam ruangan, tidak terhalang oleh
bangunan lain. Fungsi jendela disini selain
sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk
cahaya
Ruang sampling, ruang tata usaha, ruang
pembuatan media dan ruang laboratorium
urinalisa yang memiliki angka kuman tinggi
disebabkan oleh kepadatan hunian ruang yang
rendah, atau terlalu padat. Walaupun dari data
nampak bahwa ruangan lain juga mempunyai
kepadatan hunian yang rendah tapi karena
kondisi lingkungan fisik yang cukup baik atau
sesuai persyaratan sehingga hasil angka
kuman udara tidak menunjukkan hasil yang
jelek atau masih diambang batas normal dari
persyaratan. Sedangkan untuk di ruang
pengambilan sampel darah, kondisi tersebut
diperparah dengan faktor resiko lain yaitu
kondisi jumlah kunjungan pasien tiap harinya.
Hal tersebut tentu sangat berkorelasi
meningkatkan angka kuman udara di ruang
pengambilan sampel.
Kepadatan hunian ruang laboratorium
mempunyai korelasi degan angka kuman
udara yang signifikan seperti dalam hasil
anaislis statistik korelasi yaitu mempunyai
nilai rho 0,657dengan taraf signifikansi 0,02.
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa
kepadatan hunian ruang laboraorium yang
disampling, sebesar 50% adalah tidak layak,
yaitu dibawah 10 meter persegi untuk tiap
individu petugas laboratorium. Kondisi
terparah adalah ruang pengambilam sampel,
dimana jumlah petugas laboratorium di dalam
ruangan
saat
dilakukan
pengambilan
sampling angka kuman udara sebanyak lima
orang petugas, dengan luas ruangan yang
hanya 9 meter persegi. Kondisi yang denikian
ditambah lagi kunjungan pasien silih berganti
yang cukup banyak
maka akan
mengakibatkan angka kuman udara ruangan
menjadi tinggi yaitu 810 CFU per meter
kubik udara. Dampak dari hal yang demikian
akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit
nosokomial pada petugas laboratorium
maupun pasien lain melalui droplet. Apalagi
didukung lingkungan fisik yang berupa
pencahayaan sedikit, sehingga kuman tidak
akan terbunuh oleh sinar ultraviolet, maupun
dukungan kelembaban tinggi yang sangat
optimum untuk pertumbuhan kuman.
Ruang sampling memiliki angka kuman
udara yang mellewati ambang batas normal.
Pada saat penelitian di hari pertama
didapatkan angka kuman 810 CFU/M3.
Tingginya angka kuman udara ini ada
kemungkinan disebabkan oleh kondisi
ruangan yang dekat dengan toilet pasien
dengan aktifitas keluar masuk toilet yang
sangat tinggi, karena hampir setiap pasien
diambil sampel kencingnya dan kebanyakan
menggunakan toilet tersebut. Posisi toilet
yang berjarak hanya sekitar 3 meter dari
ruang sampling dan dalam satu ruangan
sehingga memungkinkan mikroorganisme
terbawa pasien. Kondisi ini tentunya juga
diperparah dengan ruangan sampling yang
sangat sempit dan tidak terkena sinar matarari
sehingga hanya mengandalkan sinar lampu.
Kondisi pencahayaan yang kurang maksimal
atau di bawah yang dipersyaratkan yaitu 75
lux akan berdampak kuman yang ada dalam
ruangan tidak terbunuh oleh sinar ultraviolet
dari sinar matahari, dan akan semakin banyak
dengan kelembaban yang tinggi.
Kondisi ruangan laboratorium urinalisa
yang sempit, lembab dan panas karena tidak
ada pendingin udara atau AC, serta
banyaknya sampel urin yang terbuka
dikarenakan wadah urin tidak bertutup juga
sangat memungkinkan sebagai penyebab
tingginya angka kuman udara. Hasil
pemeriksaan angka kuman udara di ruang
tersebut adalah 690 CFU/M3.
Sedangkan untuk kondisi bangunan
ruang lainnya adalah sesuai standard yang
dipersyaratkan. Namun ada satu ruangan yaitu
ruang tata usaha atau adminstrasi yang
mengandung angka kuman udara tinggi yaitu
880 CFU/M3 padahal dengan suasana
pencahayaan yang tinggi, dan mendapatkan
sinar matahari langsung di pagi hari. Hal ini
bisa terjadi karena aktifitas petugas analis
laboratorium serta karyawan lain yang keluar
masuk dari ruang laboratorium ke ruang tata
usaha. Menurut pengamatan, pembersihan
lantai kurang maksimal menggunakan
desinfektan sesua standard kewaspadaan
universal laboratorium, sehingga akan
menimbulkan pertumbuhan kuman di lantai
dan berhembus bersama aktivitas karyawan
dan AC.
8
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
Angka kuman udara dengan jumlah
pengunjung di ruang sampling yang diamati
selama 10 hari berurut-turut menunjukkan
bahwa semakin banyak jumlah pengunjung
yang masuk dalam ruangan pengambilan
sampel akan mempengaruhi peningkatan
angka kuman uadara. Contohnya pada hari ke
delapan dengan jumlah kunjungan sebesar 51
orang bila dilihat hasil pemeriksaan angka
kuman udara menunjukkan angka 980
CFU/m3, sedangkan pada jumlah kunjungan
antara 18 orang sampai dengan 20 orang
didapatkan hasil angka kuman udara antara
610 sampai dengan 690 CFU/m3.
Untuk menunjang pembuktian hubungan
jumlah pengunjung dan angka kuman udara
pada ruang pengambilan sampel dihitung
dengan statistik korelasi non parametrik
dimana perhitungan statistik korelasi dengan
tingkat kepercayaan 95%.
Hasil statistik menunjukkan nilai rho
0,698 dengan taraf signifikansi 0,025. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara jumlah kunjungan pasien
dengan angka kuman udara di ruang
pengambilan sampel.
usaha 880 CFU/m3, ruang instrumentasi
520 CFU/m3 dan ruang sampling 810
CFU/m3.
2. Angka kuman udara ruang laboratorium
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik
yaitu pencahayaan dan kelembaban,
sedangkan suhu kurang berpengaruh. Hal
ini dapat dilihat dengan perhitungan
statistik korelasi spearman rank yaitu suhu
dengan rho 0,478 dan taraf signifikansi
0,116, Kelembaban mempunyai nilai rho
0,845 dengan taraf signifikansi 0,001 dan
pencahayaan mempunyai nilai rho 0,837
dengan taraf signifikansi 0,001.
3. Angka kuman udara ruangan dipengaruhi
oleh kepdatan hunian ruang, dengan hasil
kepadatan hunian ruang 6 ruangan yang
tidak memenuhi syarat yaitu dibawah 10
m2 per orang yaitu ruang pembuatan
media, laboratorium mikrobiologi, lab
urinalisa, ruang staff tata usaha, ruang
instrumentasi, dan ruang sampling. Dan
hasil perhitungan statistik korelasi
menunjukkan hubungan dengan nilai rho
0,657 dengan taraf signifikansi 0,02.
4. Angka kuman udara ruangan dipengaruhi
oleh tata letak ruangan yang berdekatan
dengan toilet, yaitu ruang sampling
Hasil dari uji laboratorium lebih lanjut
didapatkan bahwa kuman udara ruangan di
seluruh
ruang
UPTD.
Laboratorium
Kesehatan Provinsi Kaliamantan Timur
adalah bentuk coccus, gram positif, tidak
menghemolisa darah. Secara teoritis bakteri
tersebut kurang pathogen dibandingkan jenis
bakteri coccus yang menghemolisa darah,
namun karena jumlah kuman yang besar
maka akhirnya dapat pula meninmbulkan sifat
pathogen. Karakteristik bakteri menunjukkan
genus Staphylococcus.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat dibuat kesimpulan
tentang hasil analisis angka kuman udara
ruangan di UPTD. Laboratorium Kesehatan
Provinsi Kalimantan Timur, bahwa:
1. Angka kuman udara ruangan yang tidak
memenuhi persyaratan sesuai Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 yaitu maksimal
500 CFU/m3 udara adalah ruang
pembuatan media yaitu 620 CFU/m3,,
laboratorium urinalisa 690 CFU/m3, ruang
dengan angka kuman 810 CFU/m3 dan
ruang laboratorium urinalisa dengan angka
kuman 690 CFU/m3.
5. Angka kuman udara ruang sampling
dipengaruhi oleh banyaknya jumlah
kunjungan
pasien,
dimana
jumlah
kunjungan semakin banyak semakin tinggi
maka angka kuman udara juga semakin
tinggi, Hal ini juga didukung dalam
perhitungan statistik korelasi dengan nilai
rho 0,698 dan signifikansi 0,025.
DAFTAR PUSTAKA
Adelberg. EA. Jawetz E. Melnick. I,L.2007.
Medical Microbiology. Appleton and
Lange; California.
Esi
Lisyastuti, 2010, Jumlah Koloni
Mikroorganisme udara dalam Ruang
dan Hubungannya dengan Kejadian Sick
Building Syndrome (SBS) pada Pekerja
Balai Besar Teknologi Kekuatan
Struktur (B2TKS BPPT di Kawasan
Puspiptek Serpong Tahun 2010,
Universitas Indonesia.
9
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
Irianto, Agus.2007. Mikrobiologi lingkungan.
Penerbit BINARUPA AKSARA :
Jakarta
Lubis, P. 1989. Perumahan Sehat, Jakarta :
Depkes RI,Jakarta.
Sanropie
Djasio,
1991.
Pengawasan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman.
Jakarta: Dirjen PPM dan PLP
Soemarno, 2000. Identifikasi Bakteri Klinik.
AAK Depkes; Yogyakarta.
10
JURNAL ILMU KESEHATAN VOL. 3 NO. 2 DESEMBER 2015
11
Download