BAB V STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI SENI BELADIRI TARUNG DERAJAT DALAM RANGKA MENDUKUNG INTERNASIONALISASI ORGANISASI Keberadaan suatu organisasi tidak lepas dari adanya suatu ide atau gagasan dari seseorang atau sekelompok orang yang memiliki tujuan dan cita-cita yang sama. Dalam realita sosial pola kehidupan masyarakat senantiasa dilingkupi oleh bentuk interaksi yang beraneka ragam sesuai dengan situasi, kondisi, budaya, keyakinan dan adat istiadat dimana masyarakat itu berada. Pola interaksi sosial yang terjadi antar individu kemudian menjadi suatu kelompok dalam masyarakat akan melahirkan suatu perkumpulan atau organisasi sosial yang disepakati bersama. Adanya kesepakatan bersama tersebut terbangun dari bagaimana relasi antar anggota yang terlibat melalui komunikasi. Komunikasi menjadi jembatan relasi antar anggota organisasi untuk mengutarakan maksud serta tujuan baik secara individu maupun organisasi. Organisasi Bela diri Tarung Derajat Satuan Latihan Sukoharjo sebagai bagian dari Organisasi Tarung Derajat tingkat nasional merupakan sebuah organisasi yang dibangun berdasarkan minat dan ketertarikan para anggotanya terhadap bela diri Tarung Derajat. Dengan perkembangannya yang saat ini kian pesat, Organisasi Tarung Derajat Sukoharjo memiliki peran penting dalam usaha internasionalisasi organisasi melalui peningkatan pembinaan dan prestasi. Bab ini akan membahas mengenai 45 bagaimana strategi komunikasi organisasi Tarung derajat satuan Latihan Sukoharjo dalam perannya mendukung internasionalisasi bela diri Tarung Derajat. 1.1 Komunikasi Organisasi Tarung Derajat Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate). Sedangkan menurut Harold Lasswell (1948) dalam karyanya, “The Structure and Function of Communication in Society” mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect ? atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana (Effendy, 2003 : 253). Kegiatan organisasi tidak pernah luput dari kegiatan komunikasi. Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan dan aktivitas komunikasi. Komunikasi organisasi sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unti-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubunganhubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan (Mulyana, 2000). Secara lengkap menurut Rogers (dalam Effendy, 2004:114) organisasi didefinisikan sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian tugas. GoldHaber (dalam Fajar, 2009; 122) mengatakan Komunikasi 46 organisasi adalah arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantungan satu sama lain. Menurut De Vito (1997:340) komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam organisasi dalam kelompok formal maupun informal organisasi. Jika organisasi semakin besar dan semakin kompleks, maka demikian juga komunikasinya. Komunikasi organisasi yang berlaku di dalam organisasi Tarung Derajat bisa digambarkan sebagai pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan suratsurat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual. Organisasi Tarung Derajat merupakan sebuah organisasi yang menyatukan anggotanya berdasarkan minat serta ketertarikan terhadap olahraga beladiri Tarung Derajat, sehingga tidak ada ikatan struktural yang wajib ditaati secara lebih bertanggung jawab seperti halnya pada sebuah perusahaan, namun sebagai sebuah organisasi, Tarung Derajat mendasari jalinan komunikasinya dengan semangat kekeluargaan, persaudaraan dan tujuan yang sama yakni memiliki 47 kemampuan beladiri yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Hal ini berpengaruh dalam pola komunikasi organisasi secara nasional. 1.2 Pola Komunikasi Organisasi Tarung Derajat Satlat Sukoharjo dalam Rangka Mendukung Internasionalisasi Organisasi Organisasi Beladiri Tarung Derajat sebagai sebuah organisasi yang sifatnya bukan merupakan organisasi yang profit oriented atau sebuah organisasi yang bukan merupakan perusahaan yang memiliki karakteristik komunikasi yang tidak formal, namun memiliki ikatan yang didasarkan atas rasa hormat kepada senior sebagai guru atau pelatih. Dalam organisasi ini posisi guru ataupun pelatih tidak sebagai atasan seperti halnya sebuah organisasi formal lainnya. Namun lebih kepada sosok saudara tua yang harus dihormati, bukan ditakuti. “Organisasi bela diri ini memang bukan organisasi yang terikat seperti halnya di perusahaan, namun ada satu ikatan kekeluargaan yang membuat anggotanya patuh dan hormat kepada senior atau guru-guru mereka.....”1 Tarung Derajat dapat dikategorikan sebagai organisasi nirlaba yang berorientasi pada keuntungan materi atau tujuan organisasi yang dibentuk untuk memperoleh laba, karena dalam kegiatannya tidak berorientasi pada keuntungan materi. Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap halhal yang bersifat mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba meliputi keagamaan, sekolah negeri, rumah sakit umum dan klinik publik, organisasi sukarelawan, 1 Wawancara dengan Fidiar tanggal 23 Mei 2012. 48 serta organisasi minat seperti halnya organisasi Tarung Derajat. Organisasi ini memperoleh bantuan keuangan dari pimpinan-pimpinan atau dewan pembina di tiap daerah. Di Kabupaten Sukoharjo, organisasi Tarung Derajat memperoleh Bantuan Dana Operasional dari Bupati Sukoharjo Bapak Wardoyo Wijaya, Kapolres Sukoharjo AKBP. Pri Hartono dan beberapa pihak lainnya yang peduli terhadap organisasi Tarung Derajat. Hal ini dilakukan sebagai bentuk dari dukungan para pejabat terhadap kemajuan olah raga terutama beladiri di Kabupaten Sukoharjo. Sementara untuk memberikan dana uang lelah para pelatih dan pengurus, dana diambilkan dari iuran anggota yang ditarik setiap bulan sebesar Rp 20.000,- per anggota. 5.2.1 Komunikasi Organisasi Tarung Derajat Satlat Sukoharjo Organisasi Beladiri Tarung Derajat Satuan Latihan Sukoharjo sebagai sebuah organisasi yang merupakan bagian dari organisasi Bela diri Tarung Derajat Tingkat pusat memiliki peran terhadap terciptanya iklim komunikasi yang bersifat sangat kekeluargaan dengan mengedepankan pembinaan dan pengayoman di setiap satuan latihan. Instruksi yang diberikan bukan berupa perintah namun merupakan anjuran dalam rangka kemajuan bersama Organisasi Tarung Derajat serta dalam rangka mendukung program internasionalisasi organisasi secara nasional. Pola komunikasi yang terorganisasi secara kekeluargaan merupakan satu upaya bagaimana Satuan Latihan Sukoharjo sebagai Satuan Latihan yang memiliki prestasi serta keberadaan jumlah anggota yang semakin bertambah 49 banyak membuat organisasi ini semakin memiliki peran dalam rangka internasionalisasi organisasi. Bertambahnya jumlah anggota Satuan Latihan Sukoharjo merupakan hasil dari bagaimana para anggotanya melakukan sosialisasi kepada masyarakat Sukoharjo mengenai keberadaan bela diri Tarung Derajat di Kabupaten Sukoharjo. Sosialisasi tersebut dalam konteks pemasaran bisa dikatakan sebagai sebuah upaya promosi dengan menggunakan media seperti brosur, spanduk, iklan radio serta upaya-upaya lain melalui personal selling dengan bentuk komunikasi mulut ke mulut atau dalam bahasa jawa dikenal dengan istilah gethok tular. Dalam hal prestasi, organisasi Tarung Derajat Satuan Latihan Sukoharjo memang sudah memiliki nama besar di kancah nasional karena beberapa atlet dari satuan latihan ini merupakan jawara Tarung Derajat Tingkat Nasional, yaitu Desi Listianti peraih Juara 1 Nasional kelas ranger Putri tahun 2009, Fiddiar Juara 1 tingkat nasional Putra tahun 2009, Hariyanto Juara 2 Tingkat Nasional Putra tahun 2010. Gambar 5.1 Brosur Tarung Derajat 50 Gambar 5.2 Personal Selling di Brimob Berkaitan dengan perannya dalam internasionalisasi organisasi, satuan latihan Sukoharjo melalui semakin bertambahnya jumlah anggota dan prestasi yang diraihnya, membuat Satuan Latihan ini menjadi salah satu Satuan Latihan percontohan bagi Tarung Derajat Nasional dalam hal pembinaan atlet berprestasi yang kemudian menjadi Satuan Latihan percontohan pembinaan atlet berprestasi di seluruh Satuan Latihan di Indonesia serta beberapa Satuan Latihan luar negeri. Bentuk keikutsertaan Organisasi Tarung Derajat Sukoharjo dalam hal pemberian instruksi kepada para anggota satlat diwujudkan dalam kegiatankegiatan seperti latihan bersama seluruh satuan latihan di Sukoharjo, atau dengan mengadakan demo atau kegiatan atraktif di beberapa event penting di Kabupaten Sukoharjo. 51 Gambar 5.3 Latihan Bersama di Tawangmangu Gambar 5.4 Persiapan HUT Brimob Sukoharjo 2012 Kembali kepada pola komunikasi dalam organisasi Tarung Derajat satuan latihan Sukoharjo, organisasi ini melakukan beberapa langkah komunikasi yang merupakan “instruksi organisasi” dari pusat. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana 52 organisasi ini walaupun secara kelembagaan lokal memiliki tata pola komunikasi sendiri namun tetap berada pada jalur instruktif yang dikomunikasikan oleh para pengurus Tarung Derajat tingkat pusat. “Tarung Derajat Satuan Latihan Sukoharjo memiliki otoritas untuk mengelola organisasi di tingkat Kabupaten Sukoharjo, demikian juga dengan pola komunikasi yang terbangun, walaupun memang kami sebagai pengurus di tingkat Cabang tetap berpegang kepada instruksi-instruksi dari tingkat Pusat yang memang memiliki kedekatan dengan satuan latihan Sukoharjo.”2 Tarung Derajat sebagai sebuah organisasi melakukan interaksi dengan pengurus di tingkat Pusat secara intensif, mengingat ketiga anggotanya yang menjadi pengurus di tingkat pusat sebagai tim pembinaan dan prestasi yakni A. Fidiar Ariestanto, Desi Listianti dan Haryanto. Mereka merupakan atlit-atlit berprestasi di tingkat Nasional yang sudah cukup memiliki nama tenar di kalangan kodrat nasional, sehingga peran mereka kemudian sangat dibutuhkan oleh jajaran pengurus di tingkat pusat untuk melaksanakan tugas pembinaan dan pengembangan prestasi yang berupa penambahan porsi atlet-atlet berprestasi serta mengadakan latihan bersama dengan beberapa satuan latihan di Jawa Tengah, misalnya juga mengikuti event tarung bebas yang diadakan oleh Organisasi Lindu Aji Semarang, Jawa Tengah setiap 6 bulan sekali yang diikuti oleh seluruh anggota Tarung Derajat yang memiliki bakat juara. Dari sinilah komunikasi organisasi Tarung Derajat Satuan Latihan Sukoharjo memiliki media informasi yang dibawa oleh ketiga orang anggota tersebut ke daerah yakni cabang Sukoharjo. 2 Wawancara dengan Edi Suryanto pada tanggal 20 Juni 2012. 53 “Kami sebagai anggota Satlat Sukoharjo sangat senang didaulat menjadi tim pengembangan dan pembinaan prestasi di tingkat pusat, karena dengan demikian keberadaan Satlat Sukoharjo sangat diperhatikan oleh pusat, sebaliknya apa yang menjadi harapan dari Satlat Sukoharjo serta kondisi dan kemajuan Satlat Sukoharjo dapat dengan mudah kami komunikasikan ke pusat.”3 5.2.2 Pola Komunikasi Organisasi Tarung Derajat Satlat Sukoharjo Proses komunikasi organisasi Tarung Derajat Satlat Sukoharjo adalah proses yang dinamis di mana para anggota saling menciptakan dan menukar pesan. Pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang orang, obyek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang lain. Pesan dalam organisasi ini dapat dilihat menurut beberapa klasifikasi yang berhubungan dengan bahasa (verbal dan non-verbal), penerima (internal dan eksternal), metode difusi (bagaimana pesan disebarluaskan), arus tujuan dari pesan (berkenaan dengan tugas-tugas dalam, organisasi, pemeliharaan organisasi dan kemanusiaan dan inovasi. Arus tujuan dari pesan adalah untuk memberi informasi, mengatur, membujuk dan mengintegrasikan. Jaringan Organisasi terdiri dari satu seri orang yang masing-masing menduduki posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Pertukaran pesan dari orang-orang tersebut melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan jaringan komunikasi. Hakikat dan luas jaringan ini dipengaruhi oleh faktor yang masing-masing mempengaruhi jaringan komunikasi yaitu: Hubungan peranan (formal dan informal), arah dan arus pesan (komunikasi kepada atasan, komunikasi kepada bawahan dan komunikasi horizontal), isi dari pesan, keadaan 3 Wawancara dengan Desi Listianti pada tanggal 28 Juni 2012. 54 saling tergantung antara satu bagian dengan bagian lainnya telah menjadi sifat dari suatu organisasi yang merupakan suatu sistem terbuka. Bila suatu bagian dari organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh pada bagian lainnya dan mungkin juga pada seluruh sistem organisasi. Karena organisasi merupakan sistem kehidupan sosial, maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada tangan manusia. Oleh karena itu hubungan manusia dalam organisasi yang menfokuskan kepada tingkahlaku komunikasi dari orang yang terlibat dalam satu hubungan perlu dipelajari. Lingkungan yang dimaksud adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu sistem. Dari gambaran diatas penulis menemukan fakta bahwa pola komunikasi organisasi Tarung Derajat Satuan Latihan Sukoharjo merupakan pola komunikasi yang mencirikan konsep pola bintang. Struktur komunikasi pola bintang merupakan alur komunikasi yang terdesentralisasi atau terbagi kedalam sub-sub organisasi lokal. Namun demikian pola yang terbangun tetap berpusat kepada 1 komando yakni pengurus Tarung Derajat di tingkat Pusat. Pola komunikasi seperti ini merupakan pola komunikasi 55 yang dapat menumbuhkan potensi pengembangan-pengembangan organisasi di tingkat lokal tanpa mengabaikan instruksi dari tingkat pusat. Tarung Derajat Satlat Sukoharjo dalam hal ini memiliki pola komunikasi di tingkat lokal yang kemudian mampu memberikan peran sertanya terhadap Tarung Derajat di tingkat Pusat, dalam konteks penelitian ini mendukung adanya program internasionalisasi organisasi. Dalam perannya mendukung internasionalisasi organisasi, Tarung Derajat Satuan Latihan Sukoharjo yang terdiri dari 6 Satuan Latihan juga melakukan pola komunikasi model bintang dengan poros utamanya adalah jajaran pengurus di tingkat kabupaten, walaupun di tingkat Satuan Latihan terdapat kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh pengurus, namun setiap langkah organisasi terutama dalam rangka pembinaan dan peningkatan prestasi tetap berpusat kepada pengurus tingkat pusat. Satlat Sukoharjo sebagai sebuah organisasi yang berada di daerah memiliki beberapa kebijakan-kebijakan yang tidak harus mendapatkan persetujuan dari pusat selama hal ini bertujuan untuk pengembangan organisasi. Namun dalam kerangka organisasi secara nasional Satlat Sukoharjo memiliki satu tanggung jawab yang harus dipenuhi sebagai bagian dari keluarga Tarung Derajat Nasional. Hal inilah yang menurut penulis pola komunikasi yang terjadi dalam organisasi Tarung Derajat sesuai dengan pola komunikasi model bintang yang diperkenalkan oleh Joseph De Vito, di mana dalam bagian-bagian organisasi terdapat satu kebijakan mandiri dari bagian-bagian tersebut namun dalam kerangka organisasi bagian-bagian dari organisasi tersebut tetap memiliki satu poros komunikasi yang terpusat di satu titik. 56 1.3 Peran Satlat Sukoharjo Dalam Internasionalisasi Organisasi Internasionalisasi organisasi Tarung Derajat merupakan usaha dari seluruh jajaran keluarga besar Tarung Derajat nasional dalam usahanya memperkenalkan Tarung Derajat di negara-negara lain selain tanah kelahirannya Indonesia. Dengan diikutsertakannya Tarung Derajat sebagai salah satu cabang olahraga eksebisi pada tahun 2011 menjadi tonggak dari program internasionalisasi Tarung Derajat di Asia. Beberapa satuan latihan seperti misalnya di Vietnam, Thailand, Filipina, Australia, Kamboja dan sebagainya telah resmi dibentuk oleh para anggota Tarung Derajat dari Indonesia yang dikirim ke negara-negara tersebut. Hadirnya beberapa Satuan Latihan di beberapa negara ini menjadi hal yang cukup membanggakan karena sebagai sebuah ilmu seni bela diri asli Indonesia, Tarung Derajat, kian diminati oleh para penggiat seni bela diri internasional. Dengan terbentuknya beberapa Satlat di luar negeri tersebut maka peluang Tarung Derajat untuk menjadi salah satu cabang beladiri yang dipertandingkan di tingkat internasional kian mudah karena hal tersebut merupakan salah satu syarat yang ditetapkan KONI agar sebuah cabang olah raga dapat berpartisipasi di ajang internasional adalah memiliki peserta minimal dari 4 negara, di samping syaratsyarat yang lain seperti aturan pertandingan serta standart keamanan atlet. Dalam partisipasinya, cabang bela diri Tarung Derajat di Sea Games 2011 dan 2013 mendatang, tentu saja Indonesia harus memiliki atlet-atlet yang berbakat menurut standar internasional. Di sinilah peran penting Satlat Sukoharjo dapat dilihat. Satlat Sukoharjo menyumbang 3 atlet berbakat dan berprestasi ke dalam 57 kepengurusan pusat sebagai pembina atlet-atlet tarung derajat nasional, khususnya atlet-atlet yang dilihat memiliki potensi dan bakat juara, dengan mutu pembinaan dan pelatihan sesuai standar internasional. Hal ini dimaksudkan untuk menyiapkan atlet-atlet tangguh sebagai wakil Indonesia dalam pertandingan/kejuaraan internasional. Dengan hadirnya anggota mereka dalam kepengurusan tingkat pusat membuat organisasi ini semakin kaya terhadap informasi perkembangan Tarung Derajat secara nasional. Komunikasi yang terbangun merupakan turunan dari komunikasi yang terjalin antar pengurus di tingkat pusat sehingga Satlat Sukoharjo mampu menerjemahkan instruksi-instruksi yang ada di tingkat Pusat menjadi kebijakan cabang dalam rangka pengembangan organisasi. “Kami sebagai anggota Satlat Sukoharjo banyak mendapatkan instruksi yang cukup membangun semangat kami dalam berlatih, sehingga kami merasa memiliki tanggung jawab baik bagi diri kami maupun bagi organisasi untuk ikut memajukan organisasi Tarung Derajat ini menjadi organisasi yang besar dan dikenal oleh masyarakat internasional.”4 Dari beberapa Satlat lain, Satlat Sukoharjo termasuk salah satu Satlat yang anggotanya cukup banyak yakni mencapai 200 orang pada tahun 2012, diperkirakan jumlah anggota akan semakin bertambah pada tahun 2013 dengan target 500 anggota. Hal ini tidak mengherankan karena di mata masyarakat Tarung Derajat menjadi cabang olahraga beladiri alternatif yang mulai menggeser cabang-cabang bela diri impor seperti kick boxing dan taekwondo. 4 Wawancara dengan Harianto pada tanggal 28 Juni 2012. 58 Grafik Jumlah Anggota Per Tahun 250 200 150 100 50 0 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Grafik 5.1 Peningkatan Jumlah Anggota Tarung Drajat Satuan Latihan Sukoharjo Tahun 2007 – 2012 Tarung Derajat sebagai cabang beladiri asli Indonesia saat ini mulai merambah ke berbagai negara luar seperti yang telah diuraikan diatas bahwa organisasi ini sebagai sebuah organisasi cabang olahraga beladiri mulai diakui oleh kalangan internasional dan dijadikan salah satu cabang olahraga eksebisi di Sea Games 2011. “Kami merasa bangga sebagai anggota dari Satuan Latihan Sukoharjo karena keberadaan kami sangat diakui sebagai salah satu satuan latihan yang ikut berperan aktif dalam rangka program internasionalisasi organisasi mengingat beberapa anggota kami saat ini masuk dalam program pelatihan nasional untuk cabang olahraga Tarung Derajat yang akan dijadikan cabang olahraga yang dipertandingkan pada Sea Games 2013.”5 Dari beberapa pembahasan diatas penulis menemukan beberapa fakta bahwa Satuan Latihan Sukoharjo memiliki peran yang sangat penting dalam 5 Wawancara dengan Fidiar pada tanggal 20 Juni 2012. 59 rangka internasionalisasi organisasi. Hal ini bisa dilihat dari diikutsertakannya 3 anggota Satuan Latihan Sukoharjo dalam tim pengembangan pembinaan prestasi di tingkat pusat. Alur komunikasi berjalan seperti yang telah digambarkan diatas sebagai alur yang terdesentralisasi namun tetap berada pada satu instruksi di pusat. Satuan Latihan Sukoharjo sebagai bagian dari kepengurusan Tarung Derajat nasional mampu menerima pesan-pesan instruktif dari pusat sehingga dapat diterjemahkan dengan baik pula di tingkat daerah dengan pembinaan atlit-atlit berprestasi yang dimiliki oleh Satlat Sukoharjo. Pesan-pesan instruktif misalnya saja beberapa hal mengenai kebijakan-kebijakan pusat yang mengharuskan ada porsi latihan yang berbeda bagi atlit – atlit berbakat yang memiliki prestasi. Di Kabupaten Sukoharjo terdapat 25 atlit yang tergolong memiliki potensi prestasi di tingkat nasional. Pengurus pusat melalui beberapa pimpinan Satlat yang ada di seluruh Indonesia memberikan instruksi terkait dengan pembinaan atlit berprestasi, dalam hal ini Satlat Sukoharjo memiliki satu keuntungan dimana tiga anggotanya merupakan tim perancang kurikulum latihan dalam pembinaan atlit berprestasi, sehingga pada saat pelaksanaan instruksi Satlat Sukoharjo tidak mengalami gangguan komunikasi dan instruksi tersebut terealisasi sesuai dengan harapan pusat. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa strategi komunikasi organisasi ini mampu mendukung internasionalisasi organisasi beladiri Tarung Derajat. Instruksi dan kebijakan dari pusat dapat disampaikan dan direalisasikan dengan baik di Satlat Sukoharjo ditambah dengan kebijakan dan instruksi di dalam Satlat Sukoharjo sendiri mampu menjadikan Satlat Sukoharjo semakin berkembang dan 60 berprestasi hingga mampu menyumbangkan atlet-atlet berbakat yang dapat diperhitungkan untuk bertanding dalam kejuaraan internasional seperti Sea Games. Seperti telah dijelaskan dalam uraian-uraian sebelumnya bahwa ada syaratsyarat yang harus dipenuhi untuk sebuah cabang olahraga beladiri dapat ikut serta di dalam kejuaraan internasional, di antaranya adalah jumlah minimal negara peserta dan standar kualitas atlet dari tiap negara peserta. Keikutsertaan Tarung Derajat ke dalam pertandingan internasional seperti Sea Games merupakan langkah internasionalisasi Tarung Derajat karena dengan mengikuti pertandingan internasional maka Tarung Derajat dapat semakin dikenal oleh negara-negara di dunia dan akhirnya akan dapat menjadi cabang olahraga yang diakui oleh dunia internasional. 1.4 Hambatan-Hambatan Komunikasi Dalam Peran Satuan Latihan Sukoharjo Mendukung Internasionalisasi Organisasi Dalam proses komunikasi organisasi Satuan Latihan Sukoharjo tidaklah selalu mulus, tentunya akan banyak terjadi hambatan-hambatan pada perjalanannya. Hambatan yang sering muncul adalah hambatan komunikasi, karena komunikasi adalah kunci utama dalam kesuksesan organisasi mengingat banyaknya orang yang terlibat didalammnya. Hambatan tersebut tentunya bukan menjadi suatu pengganjal dalam organisasi karena semua hambatan pastinya dapat diselesaikan dengan baik dan tepat. Berikut ini adalah macam-macam hambatan dalam organisasi yaitu : 61 1. Hambatan dari Proses Komunikasi yaitu hambatan yang timbul dari ketidak jelasan informasi yang akan disampaikan. Hal ini terkadang juga dialami oleh para anggota Satlat Sukoharjo dalam memahami informasi yang disampaikan oleh tingkat pusat. “Dalam beberapa kesempatan memang diakui masih ada kurang jelasnya informasi yang kami terima dari tingkat pusat sehingga terkadang ada semacam teguran dari pusat mengenai langkahlangkah kami di daerah yang terkait dengan pembinaan atlet berprestasi.”6 2. Hambatan Manusiawi yaitu hambatan yang terjadi akibat tingkat emosi manusia yang tidak menentu dalam menyikapi informasi atau pesan. “Di daerah seperti di Sukoharjo ini terkadang teman-teman juga keliru dalam menangkap anjuran-anjuran yang kami sampaikan dari pusat, biasanya kami menyampaikannya setelah selesai latihan sehingga dalam keadaan capek teman-teman biasanya tidak begitu memperhatikan apa yang kami sampaikan dan ini manusiawi menurut saya.”7 3. Hambatan Organisasional yaitu tingkat hirarkhi, wewenang instruktural dan spesialisasi yaitu hambatan yang timbul akibat komunikasi dengan atasan atau bawahan mengalami kendala seperti tingkat pemahaman terhadap suatu informasi yang berbeda yang mengakibatkan sebuah hambatan. “Kami sadar bahwa tingkat pemahaman antar anggota terutama di Sukoharjo ada sedikit perbedaan sehingga tidak semua anggota bisa menerima informasi dengan baik, kadang-kadang ketika setelah selesai informasi disampaikan pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya sudah jelas, masih saja ditanyakan.”8 6 Wawancara dengan Desi Listianti pada tanggal 28 Juli 2012. Wawancara dengan Fidiar pada tanggal 28 Juli 2012. 8 Wawancara dengan Harianto pada tanggal 1 Agustus 2012 7 62 4. Hambatan-hambatan Antar Pribadi yaitu hambatan yang timbul antar pribadi didalam sebuah organisasi, biasanya hambatan ini muncul karena adanya salah paham antar pribadi yang menyangkut masalah tugas dan wewenang dari orang yang ada dalam organisasi “Walaupun ada kedekatan dengan tingkat pusat, namun terkadang informasi yang kami terima tidak dapat tersampaikan dengan baik di tingkat bawah. Hal ini dikarenakan banyaknya informasi yang harus kami sampaikan sehingga terkadang ada beberapa yang terlewat.” (Fidiar, 20 Juni 2012) Dari berbagai hambatan tersebut diatas dapat dilihat bahwa proses komunikasi itu tidak mudah dan memerlukan jalan yang sangat panjang untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam organisasi dan dalam aktivitas lainnya. 1.4. Refleksi Kritis Hasil penelitian Penelitian tentang strategi komunikasi organisasi bela diri Tarung Derajat ini menghasilkan beberapa fakta mengenai peran Satuan Latihan Sukoharjo sebagai bagian dari organisasi Tarung Derajat tingkat nasional dalam rangka internasionalisasi organisasi. Dalam penelitian yang mengambil lokasi di satuan Latihan sukoharjo ini, penulis menemukan model komunikasi yang berlaku pada saat proses internasionalisasi organisasi yaitu model bintang. Menurut De Vito Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum. Jaringan terpusat/sentralisasi dan desentralisasi memiliki kegunaan yang berbeda. Sebagai contoh, struktur desentralisasi dapat lebih efektif untuk pemecahan masalah secara kreatif dan lebih bagus untuk pergerakan informasi secara cepat. Hal ini sesuai dengan temuan penulis dalam penelitian ini di mana satuan latihan Sukoharjo sebagai bagian dari organisasi pusat memiliki wewenang khusus dalam mengelola 63 manajemen komunikasinya dalam rangka ikut mendukung internasionalisasi organisasinya seperti telah dijelaskan pada bab di atas. Selain adanya kesesuaian dengan teori De Vito mengenai komunikasi organisasi, penelitian ini juga menjadi sebuah refleksi kritis terhadap pola komunikasi organisasi formal, di mana selalu mengedepankan komunikasi struktural hierarkis yang memiiki tingkatan-tingkatan komunikasi menurut derajat kepangkatan, jabatan atau kedudukan pelaku komunikasi dalam sebuah proses komunikasinya. Pada penelitian ini organisasi tidak dibangun melalui hubungan yang sepenuhnya bersifat formal dengan mekanisme atasan-bawahan namun lebih kepada hubungan persaudaraan yang tercermin melalui nama organisasinya yaitu Keluarga Organisasi Tarung Derajat (KODRAT) di mana lebih menekankan kepada pola komunikasi kekeluargaan daripada organisasi formal. Dalam penelitian ini, terbukti dengan diberlakukannya model komunikasi tersebut, organisasi Tarung Derajat tidak mengalami banyak hambatan dalam mengembangkan serta membangun sistem organisasi hingga berujung pada internasionalisasi organisasi. 64