Review Tugas Mata Kuliah Kritik Sosial dan Teknologi Dosen Pengampu : Derajad S.Widhyharto,M.Si Oleh : Halim Perdana Kusuma (10/299671/SP/24189) Buku : A.Yogaswara .2010. The Power of Facebook. Cet.1 Yogyakarta : Mediakom ISBN (10) 979-877-102-8 ISBN (13) 978-979-877-102-6 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012 Pertama-tama penulis akan memberikan alasan mengapa memilih buku ini untuk di review. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, dalam menjalani kehidupan sosialnya manusia tak akan pernah lepas dari interaksi sosial dengan sesamanya. Interaksi sosial tersebut ada yang bersifat langsung dan tidak langsung. Dalam era globalisasi kini, semuanya terasa dekat, cepat, dan hemat berkat dimanjakan oleh teknologi informatika yang canggih. Fenomena Interaksi sosial pun kini tak lagi bersifat real namun sudah bergeser ke ranah interaksi maya, dan yang memainkan peranan penting dalam fenomena ini adalah jejaring sosial di dunia maya. Munculnya jejaring sosial seperti Friendster, Facebook, dan Twitter bak wabah penyakit yang cepat menyebar ke seluruh dunia dan menjangkiti seluruh lapisan masyarakat yang ada di negara-negara yang ada di dunia. Rakyat Indonesia sangat terbuka sekali dalam menerima pengaruh jejaring sosial ini, rutinitas kehidupan yang begitu padat dan monoton serta letak geografis Indonesia yang berupa negara kepulauan menyebabkan jejaring sosial menjadi sesuatu bagian dalam kehidupan keseharian masyarakat Indonesia kini. Sifat jejaring sosial yang praktis dan jangkauannya luas serta bisa dipakai dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja membuat intensitas komunikasi maya ini dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Penulis yang kesehariannya juga seorang Facebookers (sebutan untuk para pemakai facebook), tertarik untuk me-review buku The Power of Facebook karena buku ini mengkaji tentang pengaruh kekuataan Facebook di tatanan kehidupan masyarakat Indonesia dalam konteks politik demokrasi Indonesia. Begitu kompleksnya dan tidak baiknya iklim dunia perpolitikan di bumi pertiwi saat ini, membuat masyarakat Indonesia membuat suatu gebrakan untuk menyadarkan para orang-orang di pemerintahan dengan menggunakan fitur yang ada di Facebook yaitu sebuah grup yang dijadikan sarana pergerakan bagi Facebookers untuk melayangkan opini publik serta ruang publik baru dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Buku ini mengupas tuntas dan memberikan gambaran tentang fenomena ini, berikut ini adalah hasil review-nya. “ Bila kita ingin berhasil pada abad ini, kita butuh lebih sering berhubungan dan kita butuh lebih mengetahui dari mana orang-orang datang dan kita butuh untuk lebih merasa saling terhubung “ kata Mark Zuckerberg (Pendiri Facebook) . Facebook pertama kali muncul pada 4 Februari 2004. Saat itu Mark baru berumur 20 tahun. Awalnya, Mark mendirikan Facebook hanya untuk digunakan oleh teman—temannya di Universitas Harvard. Namun lama-kelamaan, Facebook berkembang luas di seluruh dunia. Sejak 11 September 2006, setiap orang yang memiliki alamat email, dapat bergabung di situs jejaring sosial ini. Facebook adalah ruang maya yang menghebohkan. Ia mampu mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Facebook sudah menjadi fenomena pertemanan yang menembus ruang dan waktu. Facebook kini dinobatkan sebagai representasi ruang publik baru. Semakin modern peradaban manusia kebutuhan akan ruang publik semakin meningkat pula. Ruang publik tak harus selalu bermakna konkret fisik. Tapi juga tempat berkomunikasi. Karena kebutuhan manusia untuk senantiasa berinteraksi sosial dan berkomunikasi tetapi karena kendala jarak, ruang dan waktu maka silahturahmi virtual melalui Facebook sekarang ini keberadaannya amat penting. Keberadaanya sudah menjadi wahana untuk melakukan proses aktivitas berkomunikasi. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu ingin melakukan sosialisasi dan komunikasi dengan sesamanya. Di dalam sebuah jalinan proses komunikasi seseorang yang terlibat di dalamnya pasti ingin menyampaikan sebuah pesan dan harapannya pesan yang disampaikan itu dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan tersebut. Pemikiran Mcluhan tentang medium yang berasal dari perubahan dan kemudian menimbulkan perubahan yang paralel, maka hal itu membuktikan bahwa Facebook menjadi ruang publik bagi sebagian anggotanya. Manusia yang sebenarnya sangat haus dengan interaksi sosial. Facebook membuktikan bahwa alasan interaksi sosial adalah infrastruktur sosial. Facebook menyediakan kesempatan bagi setiap manusia untuk menyalurkan dan mengimplementasikan ide, ego, dan superegonya melalui media maya yang sederhana tapi berkualitas. Buku ini bagai oase segar di tengah kering kerontang dan kacau balaunya penegakan aspek hukum, politik, pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan sosial budaya di Indonesia. Facebook di Indonesia mampu memberikan efek yang signifikan di kehidupan nyata..kehidupan demokrasi di sebuah negeri yang sedang belajar memaknai arti demokrasi sesungguhnya. Hasil gerakan moral dengan jejaring sosial Facebook terbukti efektif dalam menggalang massa mendukung gerakan anti korupsi. Keberhasilan gerakan moral lewat jejaring Facebook ini semakin membuktikan bahwa sejatinya manusia itu masih mengedepankan fitrahnya sebagai makhluk sosial di samping pribadi yang berkarakter individual. Sebagai makhluk sosial maka keberadaanya membutuhkan medium untuk melakukan proses sosialisasi dan interaksi sosial di tengah kesibukannya bekerja. Facebook saat ini menang karena menempatkan teman pada posisi terpenting. Cara kita berteman membentuk pengalaman kita di internet. Tidak ada teknologi lebih baik daripada pertemanan kita. Hal ini memperlihatkan fenomena baru bahwa komunikasi berikut proses komunikasinya menempatkan pada suatu bentuk penyederhanaan proses penyampaian pesan. Fenomena semacam ini disebut juga dengan open society,image, citra dan ekses lain terbentuk dengan sendirinya secara luas, tak terbatas. “ Ini sebuah kekuatan baru untuk membentuk opini publik ” jelas mantan Rektor UGM Sofyan Effendi, “ Facebook bisa powerful ! ”. Vox Populi Vox Dei (suara rakyat adalah suara Tuhan) .. ruang publik maya yang disediakan oleh Facebook selalu diisi dan dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan layaknya sebuah ruang publik yang realistis di jagad ini. Di dalamnya penuh dengan berbagai aktivitas yang bersifat reriungan ringan dan santai. Atau kegiatan yang bernuansa serius, seperti : berbagai diskusi yang membahas opini publik dalam balutan kemasan debat publik. Dalam konteks opini publik, kedigdayaan Facebook telah teruji. Salah satunya bisa kita lihat kesuksesan Presiden Barack Obama dalam mengelola opini publik dan pencitraan komunikasi politik ketika Obama melakukan kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat. Kesaktian Facebook dalam konteks opini publik dapat pula kita saksikan di Indonesia. Opini publik yang menggalang gerakan moral mendukung Prita agar dibebaskan dari masalah hukum yang menjeratnya. Begitu pula gerakan moral “ Satu Juta Facebookers Dukung Chandra dan Bibit “. Opini publik yang dimediasikan melalui Facebook serta dibantu oleh media TV dan media cetak berhasil mendobrak keangkuhan kekuasaan yang mati rasa atas realitas sosial yang melingkupinya. Akhirnya opni publik pun mampu menangguhkan penahanan, Wakil Ketua KPK non aktif Bibit-Chandra serta membebaskan Prita Mulyasari dari jerat hukum yang tak adil di Indonesia. Aspirasi rakyat dunia maya semakin tak tertahankan. Dan wadah yang paling digemari untuk menyalurkannya adalah grup Facebook. Grup-grup itu berlomba mengumpulkan anggota sebanyak-banyaknya. Karena mungkin (hanya) dengan cara inilah pemerintah akan menyadari keberadaan suara mereka. Bagaimanapun, dalam konsep demokrasi, suara terbanyaklah yang selalu menjadi kebenaran. Beginilah wajah demokrasi ala Facebookers. Menyuarakan aspirasi melalui grup Facebook yang memang mudah dibuat oleh siapa saja namun dapat menibulkan efek yang dahsyat bagi kehidupan demokrasi di negeri ini. Facebook kini mempunyai fungsi dan peran sebagai alat kontrol sosial di tengah kehidupan masyarakat atas apa yang tidak sesuai dengan yang diinginkan dan diharapkan oleh rakyat. Budiman (2002) dan Lim (2005) misalnya menjelaskan peran media Internet (via milist, blog, website, dan jejaring sosial) sebagai ruang untuk menciptakan wacana tandingan (heterodoxa) merajut jejaring dan memantik gerakan sosial untuk perubahan. Bepolitik Cara Baru :1 + Politik kaum muda membutuhkan perubahan paradigma relevan dan kontekstual : dari gerakan moral sektoral, mentransformasikan diri ke dalam gerakan sosial kerakyatan dengan strategi politik. + Tak melulu eksklusif : - Pengetahuan “bertenaga” untuk mengubah keadaan sosial dan struktur kekuasaan. - Kaum muda “harus berpihak” dilandasi prinsip dasar moralitas guna memperjuangkan kebenaran, keadilan, demokrasi, kesejahteraan, solidaritas sebagai bangsa, berposisi membela kelompok yang tertindas. Dalam era kekinian selain jejaring sosial, media massa berperan dalam mengkonstruksi emosi publik dalam suatu isu / kejadian yang tengah terjadi di tengah masyarakat, terkadang opini psikologis (individu) berubah menjadi opini sosiologis (belum tentu sesuai realita). Facebook bagai dunia sisi dunia yang selalu gelap dan terang, ketika media baru itu digunakan untuk kepentingan suatu gerakan perubahan maka akan memberikan dampak positif begitu juga sebaliknya jika digunakan untuk membuat isu-isu yang sangat rentan di masyarakat maka dapat menimbulkan konflik di masyarakat. Pemakaian jejaring sosial dalam kehidupan sosial manusia haruslah dengan bijak dan sesuai 1 Arie Sujito, Slide Power Point Mata Kuliah Sosiologi Politik jurusan Sosiologi Fisipol Universitas Gadjah Mada kaedah yang berlaku di tempat dimana kita berpijak, dan kita harus mempunyai batasan saat berinteraksi di dunia maya. Karena sesungguhnya komunikasi langsung harus lebih intensif dilakukan di tengah kehidupan masyarakat karena menimbulkan sensasi yang sangat berbeda dan real daripada komunikasi virtual di dunia maya yang terlalu bebas dan tak terbatas ruang dan waktu.