BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.
Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan
masa depan mereka selanjutnya. Masa remaja seperti ini oleh Bank Dunia disebut
sebagai masa transisi kehidupan remaja (BKKBN, 2010). Salah satu yang menjadi
masalah pada masa remaja adalah perilaku yang berkaitan dengan seks pra nikah.
Bila remaja kurang diperhatikan, maka akan terjebak dalam perkembangan pribadi
yang lemah dan terjerumus ke dalam belenggu permasalahan remaja.
Masalah remaja terhadap seks bebas merupakan hal serius yang perlu
mendapat perhatian dan respon dari masyarakat serta pemerintah. Ada berbagai cara
yang ditempuh untuk menurunkan angka kejadian seks bebas pada remaja, yaitu
melalui peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, melalui
kurikulum formal seperti pendidikan seks bebas, maupun informal seperti media TV,
majalah dan surat kabar. Beberapa hal yang menyebabkan remaja berprilaku seksual,
yaitu (1) meningkatnya libido seksual, (2) penundaan usia perkawinan, (3)
pembicaraan tentang seks dianggap tabu (4) kurangnya informasi tentang seks, (5)
pergaulan bebas di kalangan remaja. Dampak dari seks bebas adalah hamil di luar
nikah, merasa terancam dengan kehamilan yang tidak diinginkan, maka jalan
pintasnya mereka melakukan aborsi.
1
2
Menurut WHO, sebanyak 11-13% remaja yang meninggal akibat melakukan
aborsi dengan cara tidak aman. Pada tahun 2009, Departemen Kesehatan Amerika
Serikat mengeluarkan data resmi yang menunjukkan terdapat 39 kehamilan yang
tidak diinginkan dari 100 wanita, diantaranya berusia 15-19 tahun (Ruang Hati,
2011). Di USA setiap tahunnya 500.000 remaja hamil diluar nikah, diantaranya 70%
remaja belum menikah (Himapid, 2009).
Hasil penelitian di Indonesia pada tahun 2005, membuktikan bahwa remaja
secara terbuka menyatakan telah melakukan seks pranikah diantaranya Jabotabek
51%, Bandung 54%, Surabaya 47% dan Medan 52%. Dari 2,3 juta kasus aborsi,
diantaranya 15-20% dilakukan oleh remaja. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor,
yaitu hubungan seksual yang berakibat hamil di luar nikah, akses terhadap pendidikan
dan pekerjaan, ketidaksetaraan jender, kekerasan seksual dan pengaruh media masa
maupun gaya hidup.
Pada tahun 2008, Survey Komnas Perlindungan Anak di 33 Provinsi
menyimpulkan bahwa 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno,
93,7% remaja SMP dan SMA pernah melakukan genital stimulation (meraba alat
kelamin) dan oral seks, 62,7% remaja SMP dan SMA tidak perawan, dan 21,2%
remaja mengaku pernah aborsi. Data Pusat Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
pada tahun 2006 menunjukkan,bahwa kisaran umur melakukan hubungan seks
pranikah pada umur 13-18 tahun (BKKBN : 2010). Data Pusat Keluarga Berencana
Indonesia tahun 2006 menunjukkan bahwa 2,5 juta perempuan pernah melakukan
3
aborsi per tahun, 27% diantaranya dilakukan oleh remaja dengan cara tidak aman
(BKKBN : 2010).
Di Bukittinggi pada tahun 2009-2012 terdapat 68 kasus pelehan seksual,
diantaranya anak-anak < 10 tahun sebanyak 18 kasus, remaja yang usianya 10-24
tahun sebanyak 45 kasus dan di atas 24 tahun sebanyak 5 kasus (Profil Kapolres
Bukittinggi, 2009- April 2012). Dari survey awal yang dilakukan ke semua SMA
Negeri yang ada di Bukittinggi, terdapat satu SMA yaitu SMAN 4 Bukittinggi yang
siswinya bermasalah.
Dari hasil wawancara dengan siswi SMAN 4 Bukittinggi pada tanggal 6 Juni
2012, sebanyak 10 orang siswi rata-rata usianya 15-16 tahun. Diketahui bahwa 7
orang diantaranya tidak mengetahui tentang dampak atau resiko dari hamil di luar
nikah dan dampak hamil di usia muda. Sedangkan wawancara yang dilakukan
terhadap guru BK, menyatakan beberapa orang siswi keluar dari sekolah dikarenakan
ada siswi yang tidak mau mengikuti aturan sekolah, dan beberapa siswi hamil di luar
nikah.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, didapatkan bahwa
ada hubungan bermakna antara pengetahuan remaja putri kelas X, XI dan XII dengan
kerentanan kejadian hamil diluar nikah di SMAN 4 Bukittinggi Tahun 2012, dimana
p = 0,048 (p<0,05). Sesuai dengan teori mengatakan semakin rendahnya pengetahuan
remaja putri terhadap hamil diluar nikah, maka akan mudah terjadinya kehamilan
yang tidak diinginkan. Jika pengetahuan remaja putri hanya sebatas sedang, maka
perilaku remaja putri tersebut akan mudah untuk coba-coba dalam hal yang berbau
4
seks. Hal ini disebakan karena responden hanya berada pada tingkat tahu dan belum
sampai memahami, mengaplikasikan, menganalisa, mensintesis dan mengevaluasi
terhadap suatu materi yang berkaitan dengan pengetahuan tentang hamil diluar nikah.
Idealnya para siswi disekolah tersebut harus mengetahui tentang hamil di luar
nikah dan pelecehan seksual, karena masa remaja sangat rentan terhadap perilaku
seks bebas, menurut Elizabet B. Hurlock ada 3 faktor yang mempengaruhinya, yaitu
: faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka, yaitu berasal dari keluarga
dimana anak mulai tumbuh dan berkembang, faktor luar yaitu mencakup kondisi
sekolah yang cukup berperan terhadap perkembangan remaja dalam mencapai
kedewasaanya, faktor masyarakat yaitu adat kebiasaan, pergaulan dan perkembangan
di segala bidang khususnya teknologi yang dicapai manusia (Intan, dkk, 2012)
Dampak dari kehamilan remaja adalah, pengguguran kandungan, resiko
persalinan yang akan terjadi, perceraian pasangan muda, hubungan seks usia muda
beresiko kanker. Berikut ini ada beberapa hal yang mengakibatkan terjadinya
kehamilan remaja, yaitu kurangnya peran orang tua dalam keluarga, kurangnya
pendidikan seks dari orang tua dan keluarga terhadap remaja, perkembangan IPTEK
yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat (Dewi, 2011).
Penelitian serupa dilakukan oleh Persatuan Keluarga Berencana Indonesia
(PKBI) daerah Sumatera Barat, untuk 100 remaja tentang gambaran pengetahuan
remaja terhadap seks bebas dan prilaku seksual, dari 44,5% remaja aktif seksual,
diantaranya di Payakumbuh terdapat 13 %, di Bukittinggi terdapat 21 % dan Padang
10,5% remaja aktif seksual. Ada sekitar 20% responden yang menyatakan hubungan
5
seksual diluar nikah boleh-boleh saja. Ada sekitar 41% responden yang menyatakan bahwa
alasan remaja melakukan hubungan seksual karena cinta (suka sama suka) dan merupakan
kebutuhan biologis. Sedangkan 54% menyatakan bahwa aktivitas seksual tersebut terjadi
karena kurangnya perhatian orangtua ataupun retaknya komunikasi antara orangtua dan
anak khususnya remaja (Cemara New Kilas, 2009).
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan remaja putri dengan kerentanan
hamil diluar nikah di SMA Negeri 1 Pakat Kecamatan Pakat Kabupaten
Humbanghasundutan”
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan pengetahuan remaja putri dengan
kerentanan hamil diluar nikah di SMA Negeri 1 Pakat Kecamatan Pakat Kabupaten
Humbanghasundutan.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan
remaja putri dengan kerentanan hamil diluar nikah di SMA Negeri 1 Pakat
Kecamatan Pakat Kabupaten Humbanghasundutan.
6
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk melihat pengetahuan remaja putri di SMA Negeri 1 Pakat Kecamatan
Pakat Kabupaten Humbanghasundutan
2. Untuk melihat kerentanan hamil diluar nikah di SMA Negeri 1 Pakat Kecamatan
Pakat Kabupaten Humbanghasundutan
3. Untuk melihat pengetahuan remaja putri dengan kerentanan hamil diluar nikah di
SMA Negeri 1 Pakat Kecamatan Pakat Kabupaten Humbanghasundutan
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Remaja Putri
Sebagai bahan masukan bagi remaja putri untuk meningkatkan pengetahuan
tentang kerentanan hamil diluar nikah.
2. Bagi Orangtua Remaja
Untuk meningkatkan pengetahuan tentang kerentanan hamil diluar nikah sehingga
terjadi perubahan sikap dan perilaku remaja dalam menghadapi kehamilan diluar
nikah.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan untuk memperkokoh teori atau ilmu pengetahuan tentang
kerentanan hamil diluar nikah bagi remaja.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran.
Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya sikap dan tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara
orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan
yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena
adanya pemahaman-pemahaman baru.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan
diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum
pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi
masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk,
rasa, dan aroma masakan tersebut.
7
8
2.1.2. Kategori Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh
petanyaan
b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh
pertanyaan
c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40-55% dari seluruh
pertanyaan
2.1.3. Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang
paling rendah
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat
9
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis
Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain
sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada.
f. Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek
2.2. Remaja
2.2.1. Pengertian Remaja
Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami
perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 dan
10
20 tahun. Istilah adolesens biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu,
ketika pubertas menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi.
Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang
muda, dan perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis
dan berhadapan dengan abstraksi (Perry dan Potter, 2005).
Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Bukan saja
kesukaran bagi individu, tetapi juga bagi orang tuanya, masyarakat bahkan sering kali
pada aparat keamanan. Hal ini disebabkan masa remaja merupakan masa transisi
antara kanak-kanak dan masa dewasa. Masa transisi ini sering kali menghadapkan
individu yang bersangkutan kepada situasi yang membingungkan, disatu pihak ia
masih kanak-kanak, tetapi dilain pihak ia harus bertingkah laku seperti orang dewasa
(Purwanto, 1999).
Menurut Purwanto (1999), tingkat-tingkat perkembangan dalam masa remaja
dapat dibagi dengan berbagai cara. Salah satu pembagian yang dilakukan oleh Stolz
adalah sebagai berikut :
a. Masa prapuber : satu atau dua tahun sebelum masa remaja yang sesungguhnya.
Anak menjadi gemuk, pertumbuhan tinggi badan terhambat sementara.
b. Masa puber atau masa remaja : perubahan-perubahan sangat nyata dan cepat.
Dimana anak wanita lebih cepat memasuki masa ini dari pada pria. Masa ini
lamanya berkisar antara 2,5-3,5 tahun.
c. Masa postpuber : pertumbuhan yang cepat sudah berlalu, tetapi masih nampak
perubahan-perubahan tetap berlangsung pada beberapa bagian badan.
11
d. Masa akhir puber : melanjutkan perkembangan sampai mencapai tanda-tanda
kedewasaan.
Sedangkan menurut Irwanto (2000), periode remaja adalah periode yang
dianggap sebagai masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya
dalam perkembangan kepribadian individu. Secara psikologis masa remaja adalah
usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, dimana usia anak tidak
lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam
tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Hurlock, 1999).
2.2.2. Ciri-ciri Masa Remaja
Menurut Hurlock (1999), masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang
membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut antara lain :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Peroide remaja dianggap sangat penting dari pada beberapa periode lainnya,
karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku. Akibat fisik dan
psikologis mempunyai persepsi yang sangat penting. Perkembangan fisik yang
cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat,
terutama pada awal pada masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan
perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat
baru (Hurlock, 1999).
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang terjadi sebelumnya,
tetapi peralihan yang dimaksud adalah dari satu tahap perkembangan ke tahap
12
berikutnya. Artinya, apa yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya
pada apa yang terjadi sekarang dan akan datang. Bila anak beralih dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa, anak harus meninggalkan segala sesuatu yang
bersifat kekakak-kanakan dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap
baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan (Hurlock,
1999).
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan
tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi
dengan pesat maka perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau
perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga. Ada
empat perubahan yang sama dan hampir bersifat universal. Pertama, meningginya
emosi yang intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis.
Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok.
Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola perilaku maka nilai-nilai juga berubah.
Keempat, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan
(Hurlock, 1999).
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh
anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu,
yaitu sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh
orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman
13
dalam mengatasi masalah, serta para remaja merasa mandiri, sehingga mereka
ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru.
Ketidakmampuan remaja untuk mengatasi sendiri masalahnya, maka memakai
menurut cara yang mereka yakini. Banyak remaja akhirmya menemukan bahwa
penyelesaian tidak selalu sesuai dengan harapan mereka (Hurlock, 1999).
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya,
apa peranannya dalam masyarakat, apakah ia seorang anak atau dewasa, apakah
ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau agama atau nasionalnya
membuat beberapa orang merendahkannya. Secara keseluruhan, apakah ia akan
berhasil atau akan gagal (Hurlock, 1999).
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih,
yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak,
menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan
remaja yang takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap
perilaku remaja yang normal (Hurlock, 1999).
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu.
Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana adanya, terlebih dalam hal
cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi
juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningkatnya emosi yang
14
merupakan ciri dari awal masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya
semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain
mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang
ditetapkannya sendiri (Hurlock, 1999).
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi
gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan
bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang
dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri
pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum
minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks.
Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka
inginkan (Hurlock, 1999).
2.2.3. Tugas Perkembangan pada Masa Remaja
a. Menerima citra tubuh
Seringkali sulit bagi remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak kanakkanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilan diri pada
waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep ini dan
untuk mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai
dengan apa yang dicita-citakan (Hurlock, 1999).
15
b. Menerima identitas seksual
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai
banyak kesulitan bagi anak laki-laki, mereka telah didorong dan diarahkan sejak
awal masa kanak-kanak. Tetapi berbeda bagi anak perempuan, mereka didorong
untuk memainkan peran sederajat sehingga usaha untuk mempelajari peran
feminim dewasa memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun (Hurlock,
1999).
c. Mengembangkan sisitem nilai personal
Remaja megembangkan sistem nilai yang baru misalnya remaja mempelajari
hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan
untuk mengetahui bagaimana harus bergaul dengan mereka (Hurlock, 1999).
d. Membuat persiapan untuk hidup mandiri
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri harus
didukung oleh orang terdekat (Hurlock, 1999).
e. Menjadi mandiri atau bebas dari orang tua
Kemandirian emosi berbeda dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang
ingin mandiri, tetapi juga membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari orang tua
atau orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya dalam
kelompok sebaya yang mempunyai hubungan akrab dengan anggota kelompok
dapat mengurangi ketergantungan remaja pada orang tua (Hurlock, 1999).
f. Mengembangkan ketrampilan mengambil keputusan
16
Ketrampilan mengambil keputusan dipengaruhi oleh perkembangan ketrampilan
intelektual remaja itu sendiri, misal dalam mengambil keputusan untuk menikah
di usia remaja (Hurlock, 1999).
g. Mengembangkan identitas seseorang yang dewasa
Remaja erat hubungannya dengan masalah pengembangan nilai-nilai yang selaras
dengan dunia orang dewasa yang akan dimasuki, adalah tugas untuk
mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab (Hurlock, 1999).
2.2.4. Perubahan Pada Remaja
a. Perubahan fisik pada remaja
Menurut Tim Pembina UKS Propinsi Jawa Barat (2004) terjadi pertumbuhan fisik
yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ reproduksi (organ seksual)
untuk mencapai kematangan sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi.
Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda yaitu :
1. Tanda-tanda seks primer yaitu yang berhubungan langsung dengan organ
seks. Terjadinya haid pada remaja putri (menarche) dan terjadinya mimpi
basah pada remaja laki-laki.
2. Tanda-tanda seks sekunder yaitu : pada remaja laki-laki terjadi perubahan
suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya
ereksi dan ejakulasi, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis,
cambang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak. Dan pada remaja putri
terjadi perubahan pinggul lebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara
membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (pubis).
17
b. Perubahan kejiwaan pada remaja
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan
fisik yang meliputi :
1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :
a. Sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa)
b. Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh,
sehingga misalnya mudah berkelahi.
2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi :
a. Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik
b. Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin coba-coba.
2.3. Keretanan
Kerentanan adalah sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat keadaan (faktor
fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap seseorang.
2.4. Hamil di Luar Nikah
Salah satu resiko dari seks pranikah atau seks bebas adalah terjadi kehamilan
yang tidak diharapkan (Romauli, 2011). Kehamilan bisa menjadi dambaan, tetapi
juga dapat menjadi suatu malapetaka apabila kehamilan itu dialami oleh remaja yang
belum menikah. Kehamilan pada masa remaja mempunyai resiko medis yang cukup
tinggi, karena pada masa remaja ini, alat reproduksi belum cukup matang untuk
melakukan fungsinya.
18
Dari segi kesehatan reproduksi, prilaku ingin mencoba-coba dalam bidang
seks merupakan hal yang sangat rawan, karena akan membawa akibat yang sangat
buruk dan merugikan masa depan remaja, khususnya remaja wanita.
2.4.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja menurut Elizabeth
B. Hurlock sebagai berikut :
1. Faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka, yaitu berasal dari keluarga
dimana anak mulai tumbuh dan berkembang
2. Faktor luar yaitu mencakup kondisi sekolah yang cukup berperan terhadap
perkembangan remaja dalam mencapai kedewasaanya
3. Faktor masyarakat yaitu adat kebiasaan, pergaulan dan perkembangan di segala
bidang khususnya teknologi yang dicapai manusia.
2.4.2. Akibat Hubungan Seks Pranikah
Akibat hubungan seks pranikah adalah :
1. Bagi remaja
a. Remaja laki-laki tidak perjaka, wanita tidak perawan
b. Resiko tertular penyakit menular seksual meningkat
c. Remaja putri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran
kandungan yang tidak aman, kematian karena perdarahan
d. Terancam kejiwaan
e. Akan kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan kesempatan
bekerja
19
f.
Melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat.
2. Bagi keluarga
a. Menimbulkan aib keluarga
b. Menambah beban ekonomi
c. Mempengaruhi kejiwaan anak karena adanya tekanan (ejekan) dari
masyarakat
3. Bagi masyarakat
a. Meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun
b. Meningkatkan angka kematian ibu dan bayi
c. Meningkatkan beban ekonomi masyarakat sehingga derajat kesehatan
msyarakat menurun (Intan, dkk. 2012).
Kehamilan yang tidak diinginkan adalah suatu kehamilan yang terjadi
dikarenakan suatu sebab sehingga keberadaannya tidak diinginkan oleh salah satu
atau kedua calon orangtua bayi tersebut. Kehamilan yang tidak diinginkan pada
remaja disebabkan oleh faktor-faktor berikut :
1. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
2. Faktor dari dalam diri remaja sendiri yang kurang memahami swadarmanya
sebagai pelajar
3. Faktor dari luar, yaitu pergaulan bebas tanpa kendali orangtua yang menyebabkan
remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja yang diinginkan.
20
4. Perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin canggih yang
memperbesar kemungkinan remaja mengakses apa saja termasuk hal-hal yang
negatif (Kusmiran, 2011).
Beberapa resiko yang timbul akibat kehamilan yang tidak diinginkan adalah
sebagai berikut :
1. Resiko medis
a. Aborsi tidak aman berkontribusi pada kematian dan kesakitan ibu.
b. Gangguan kesehatan.
2. Psikologis
a. Rasa bersalah
b. Depresi
c. Marah dan agresi
d. Remaja atau calon ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil
3. Psikososial
a. Ketegangan mental dan kebingungan akan peran social yang tiba-tiba berubah
b. Tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.
c. Dikucilkan dari masyarakat dan hilang kepercayaan diri.
4. Masa depan remaja dan janin
a. Terganggunya kesehatan
b. Resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi
c. Pernikahan remaja dan pengguguran kandungan
d. Putus sekolah
21
e. Bila bayi dilahirkan, masa depan anak mungkin saja terlantar.
f. Perkembangan bayi yang tertahan
g. Bayi terlahir dengan berat rendah.
Dari sekian banyak hal-hal ada salah satu yang paling menonjol yang
mengakibatkan terjadinya kehamilan pada remaja yaitu kurangnya pengetahuan
mengenai hubungan seksual. Berikut ini ada beberapa hal yang mengakibatkan
terjadinya kehamilan remaja :
a. Kurangnya peran orang tua dalam keluarga
b. Kurangnya pendidikan seks dari orang tua dan keluarga terhadap remaja
c. Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang
kuat (Dewi, 2011)
2.4.3. Dampak Dari Kehamilan Remaja
Dampak dari kehamilan remaja adalah sebagai berikut :
a. Pengguguran kandungan
Faktor yang mendukung terjadinya pengguguran kandungan adalah :
1. Status ekonomi keluarga
Keadaan ini mendorong suatu keluarga untuk lebih memilih menggugurkan
kandungannya karena faktor ekonomi yang membuat mereka merasa tidak
mampu untuk memenuhi kebutuhan si bayi.
2. Keadaan emosional
Setiap remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah akan terganggu
keadaanya emosionalnya, apalagi bagi mereka yang tidak bisa menerima
22
kehamilan tersebut karena malu terhadap lingkungan sehingga mendorong
mereka untuk menggugurkan kandungan.
3. Pasangan yang tidak bertanggung jawab
Dengan usia yang belum cukup terlebih lagi bagi pihak pria yang harus
bertanggung jawab sepenuhnya atas perbuatan yang dilakukannya, membuat
pihak pria berfikir dua kali untuk bertanggung jawab. Dan apabila pihak pria
tidak bertanggung jawab maka ini terjadi beban bagi wanita sehingga
memaksa untuk menggugurkan kandungannya.
b. Resiko persalinan yang akan terjadi
Beragam resiko yang terjadi pada kehamilan di usia dini diantaranya preeklampsia, anemia, bayi premature, bayi berat lahir rendah, kematian bayi dan
PMS meningkat pada remaja yang hamil sebelum usia 16 tahun.
c. Perceraian pasangan muda
Pernikahan remaja di usia muda dengan status emosi yang masih belum stabil
kebanyakan berujung kepada perceraian.
d. Hubungan seks usia muda beresiko kanker
Hubungan seks pada usia dibawah 17 tahun merangsang tumbuhnya sel kanker
pada alat kandungan perempuan, karena rentan pada usia 12-17 tahun perubahan
sel dalam mulut rahim sedang aktif sekali (Dewi, 2011).
23
2.4.4. Sebab Terjadinya Kehamilan Remaja
Sebab terjadinya kehamilan remaja adalah sebagai berikut :
a. Faktor agama dan iman
Kurangnya penanaman nilai-nilai agama yang diajarkan para orangtua maupun
para pendidik berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan
gampang melakukan hubungan suami istri di luar nikah sehingga terjadi
kehamilan yang akhirnya depresi dan kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan
untuk bertanggung jawab.
b. Faktor lingkungan
1. Orang tua
Kurangnya perhatian khususnya dari orangtua remaja untuk dapat
memberikan pendidikan seks yang baik dan benar.
2. Teman, tetangga dan media
Pergaulan yang salah serta penyampaian dan penyalahgunaan dari media
elektronik yang salah.
c. Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan.
Pengetahuan seksual yang setengah-setengah mendorong gairah seksual sehingga
tidak bisa dikendalikan.
d. Perubahan zaman
Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapakan ke dalam gaya
seperti fashion dan film yang begitu intensif sehingga berdampak pada pergaulan
bebas, termasuk masalah hubungan seks di luar nikah.
24
e. Perubahan kadar hormone
Perubahan kadar hormone pada remaja meningkatkan libido atau dorongan
seksual yang membutuhkan penyaluran melalui aktivitas seksual
f. Semakin cepatnya usia pubertas
Semakn cepatnya usia pubertas, sedangkan pernikahan semakin tertunda akibat
tuntutan kehidupan saat ini menyebabkan masa-masa tunda hubungan seksual
menjadi panjang.
g. Adanya trend baru dalam berpacaran di kalangan remaja
Dimana kalau dulu melakukan hubungan seksual diluar nikah meskipun dengan
rela sendiri sudah dianggap bebas, namun sekarang sudah bergeser nilainya, yang
dianggap seks bebas adalah jika melakukan hubungan seksual dengan banyak
orang (Dewi, 2011).
2.4.5. Dampak Kehamilan Resiko Tinggi Pada Usia Muda
Dampak kehamilan resiko tinggi pada usia muda adalah :
a. Keguguran
b. Persalinan prematur, BBLR
c. Mudah terjadi infeksi
d. Anemia kehamilan
e. Keracunan kehamilan
f. Kematian ibu yang tinggi.
25
Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia di bawah 20 tahun antara lain :
1. Resiko bagi ibunya
a. Mengalami perdarahan
b. Kemungkinan keguguran/abortus
c. Persalinan yang lama dan sulit
2. Resiko bagi bayinya
a. Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan
b. BBLR
c. Cacat bawaan
d. Kematian bayi (Dewi, 2011)
Ada dua hal yang dilakukan jika mengalami KTD yaitu :
a. Bila kehamilan dipertahankan
1. Resiko fisik, kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam
persalinan seperti perdarahan bahkan kematian.
2. Resiko psikis atau psikologis, ada kemungkinan pihak perempuan menjadi
ibu
tunggal
karena
pasangan
tidak
mau
menikahinya
atau
tidak
mempertanggunjawabkan perbuatannya.
3. Resiko sosial, salah satu resiko sosial adalah berhenti atau putus sekolah atas
kemauan sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan.
4. Resiko ekonomi, merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi atau
anak membutuhkan biaya besar.
26
b. Bila kehamilan diakhiri,
a. Resiko fisik, perdarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu resiko
aborsi.
b. Resiko psikologi, pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan takut, panic,
tertekan, trauma mengingat proses aborsi atau kesakitan.
c. Resiko sosial, ketergantungan pada pasangan seringkali lebih besar karena
perempuan merasa sudah tidak perawan, pernah mengalami KTD dan aborsi.
d. Resiko ekonomi, biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka
biaya semakin tinggi (Romauli, 2011).
2.5. Kerangka Konsep
Variabel Independent
Pengetahuan
Variabel Dependent
Kerentanan Hamil Diluar Nikah
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
2.6. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan pengetahuan remaja putri dengan kerentanan hamil diluar nikah di
SMA Negeri 1 Pakat Kecamatan Pakat Kabupaten Humbanghasundutan.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik, penelitian
yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi dengan pendekatan
cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan
remaja putri dengan kerentanan hamil diluar nikah di SMA Negeri 1 Pakat
Kecamatan Pakat Kabupaten Humbanghasundutan.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Negeri 1 Pakat Kecamatan Pakat Kabupaten
Humbanghasundutan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei 2015 yaitu mulai melakukan
penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian, analisis
data dan penyusunan laporan akhir.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri Kelas X di Negeri 1
Pakat Kecamatan Pakat Kabupaten Humbanghasundutan berjumlah 106 orang.
27
28
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sebagai sampel
berjumlah 106 orang (total sampling).
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis Data
a. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner.
b. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari
dokumen atau catatan yang diperoleh dari SMA Negeri 1 Pakat Kecamatan Pakat
Kabupaten Humbanghasundutan.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1. Variabel Independent
1. Tingkat pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui remaja tentang
kehamilan diluar nikah dan diperoleh melalui wawancara.
Kategori Pengetahuan : 0. Baik
1. Buruk
Pengukuran variabel tingkat pengetahuan disusun 8 pertanyaan yang diajukan
dengan jawaban ”ya (bobot nilai 2 )” dan ”tidak (bobot nilai 1)”, dan
dikategorikan menjadi 2, yaitu:
0. Baik, jika responden memperoleh skor > 50% dari total yaitu 9-16
29
1. Buruk, jika responden memperoleh skor ≤ 50% dari total yaitu 1-8
3.5.2. Variabel Dependent
1. Kerentanan hamil diluar nikah adalah sekumpulan kondisi dan atau dipahami
remaja yang akan berpengaruh terhadap kehamilan diluar nikah.
0. Tidak Rentan
1. Rentan
Pengukuran variabel kerentanan hamil diluar nikah disusun 8 pertanyaan yang
diajukan dengan jawaban ”ya (bobot nilai 1 )” dan ”tidak (bobot nilai 0)”, dan
dikategorikan menjadi 2, yaitu:
0. Tidak Rentan : jika jawaban responden ≥ 50% dari 8 = 5-8
1. Rentan : jika jawaban responden < 50% dari 8 = 1-4
3.6. Metode Pengukuran
Tabel 3.1. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur
Variabel
Variabel Bebas
Pengetahuan
Variabel Terikat
Kerentanan hamil diluar
nikah
Cara dan
Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur
Wawancara
(kuesioner)
Ordinal
0. Baik
1. Buruk
Wawancara
(kuesioner)
Ordinal
0. Tidak Rentan
1. Rentan
30
3.7. Metode Analisis Data
3.7.1. Analisis Univariat
Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran
distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran
variabel independen pengetahuan remaja prutri dan variabel dependen yaitu
kerentanan kehamilan diluar nikah.
3.7.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan
pengetahuan remaja putri dengan kerentanan hamil diluar nikah di SMA Negeri 1
Pakat Kecamatan Pakat Kabupaten Humbanghasundutan dengan menggunakan
statistik uji chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SMA
Negeri
1
Pakat
terletak
di
Kecamatan
Pakat
Kabupaten
Humbanghasundutan dan berdiri pada tahun 1989. Saat ini SMA Negeri 1 Pakat
adalah Akredisi B dan memiliki ruang laboratorium yang lengkap dan fasilitas yang
memadai. Luas areal seluruhnya 4.221 m2 dan luas bangunan 778 m2.
Visi dan Misi SMA Negeri 1 Pakat adalah sebagai berikut :
a.
Visi
Mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
mendidik
para siswa
untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang terampil serta menguasai ilmu
pengetahuan menuju era globalisasi.
b.
Misi
Mewuzudkan siswa yang menguasai ilmu pengetahuan dan berbudi luhur sesuai
dengan iman dan taqwa selaku umat beragama ditengah tengah masyarakat.
4.2. Analisis Univariat
Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: pengetahuan dan
kerentanan hamil diluar nikah.
31
32
4.2.1. Pengetahuan Remaja Putri tentang Hamil Diluar Nikah
Untuk melihat pengetahuan remaja putri tentang hamil diluar nikah di SMA
Negeri 1 Pakat Kecamatan Pakat Kabupaten Humbanghasundutan dapat dilihat pada
Tabel 4.1 :
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri tentang Hamil
Diluar Nikah di SMA Negeri 1 Pakat Kecamatan Pakat Kabupaten
Humbanghasundutan
No Pengetahuan Remaja Putri tentang Hamil
Diluar Nikah
1 Baik
2 Buruk
Jumlah
f
%
42
64
106
39,6
60,4
100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pengetahuan remaja putri
tentang hamil diluar nikah lebih banyak dengan pengetahuan buruk sebanyak 64
orang (60,4%) dan lebih sedikit baik sebanyak 42 orang (39,6%).
4.2.2. Kerentanan Hamil Diluar Nikah
Untuk melihat kerentanan hamil diluar nikah di SMA Negeri 1 Pakat
Kecamatan Pakat Kabupaten Humbanghasundutan dapat dilihat pada Tabel 4.2 :
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kerentanan Hamil Diluar Nikah Di SMA Negeri
1 Pakat Kecamatan Pakat Kabupaten Humbanghasundutan
No Kerentanan Hamil Diluar Nikah
1 Tidak Rentan
2 Rentan
Jumlah
f
70
36
106
%
66,0
34,0
100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kerentanan hamil diluar nikah
di SMA Negeri 1 Pakat Kecamatan Pakat Kabupaten Humbanghasundutan lebih
33
banyak dengan tidak rentan sebanyak 70 orang (66,0%) dan lebih sedikit dengan
rentan sebanyak 36 orang (34,0%).
4.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan remaja
putri dengan kerentanan hamil diluar nikah di SMA Negeri 1 Pakat Kecamatan Pakat
Kabupaten Humbanghasundutan.
Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel hubungan pengetahuan
remaja putri dengan kerentanan hamil diluar nikah di SMA Negeri 1 Pakat
Kecamatan Pakat Kabupaten Humbanghasundutan dapat dilihat pada Tabel 4.3 :
Tabel 4.3. Hubungan Pengetahuan Remaja Putri dengan Kerentanan Hamil
Diluar Nikah di SMA Negeri 1 Pakat Kecamatan Pakat Kabupaten
Humbanghasundutan
No Pengetahuan
Remaja Putri
Baik
Buruk
Kerentanan Hamil Diluar Nikah
Tidak Rentan
Rentan
n
%
n
%
39
92,9
3
7,1
31
48,4
33
51,6
n
42
64
Total
%
100
100
P
value
0,000
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 42 orang remaja dengan
pengetahuan baik terdapat tidak rentan hamil diluar nikah sebanyak 39 orang (92,9%)
dan rentan terhadap hamil diluar nikah sebayak 3 orang (7,1%). Sedangkan diantara
tingkat pengetahuan buruk ada terdapat tidak rentan hamil diluar nikah sebanyak 31
orang (48,4%) dan rentan terhadap hamil diluar nikah sebanyak 33 orang (51,6%).
34
Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa nilai p < 0,000 maka dapat
disimpulkan ada hubungan pengetahuan remaja putri dengan kerentanan hamil diluar
nikah di SMA Negeri 1 Pakat Kecamatan Pakat Kabupaten Humbanghasundutan.
35
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang hamil
diluar nikah lebih banyak dengan pengetahuan buruk sebanyak 64 orang (60,4%) dan
lebih sedikit baik sebanyak 42 orang (39,6%). Berdasarkan hasil tersebut dapat kita
lihat pengetahuan remaja tentang hamil diluar nikah masih tergolong sangat rendah,
keadaan ini perlu mendapat informasi tentang kehamilan diluar nikah dengan jalan
penyuluhan dari tenaga kesehatan atau penambahan materi pelajaran sebagai
menambah wawasan dari siswi.
Remaja yang berpengetahuan baik terjadi mungkin karena remaja mendapat
sumber informasi tentang kehamilan diluar nikah atau remaja mau berusaha mencari
informasi atau sumber-sumber yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
terutama kehamilan. Sedangkan remaja yang berpengetahuan buruk tentang
kehamilan diluar nikah terjadi karena remaja tidak mendapat informasi tentang
kehamilan diluar nikah dan tidak mau mencari sendiri yang berhubungan dengan
kehamilan diluar nikah untuk menambah pengetahuannya.
Keadaan ini remaja perlu mendapat informasi atau mendapat penyuluhan
tentang kehamilan diluar nikah agar remaja lebih mengetahui segala apa yang
berhubungan dengan kehamilan diluar nikah.
35
36
Menurut Widyastuti (2009), pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
remaja khususnya kehamilan diluar nikah sangat penting agar remaja memiliki
sikap dan perilaku yang bertanggung jawab. Pembekalan pengetahuan tentang
kehamilan diluar nikah untuk memberikan pemahaman serta mengatasi berbagai
keadaan yang membingungkannya tentang kehamilan diluar nikah.
Pengetahuan seksual yang setengah-setengah mendorong gairah seksual
sehingga tidak bisa dikendalikan. Hal ini disebabkan karena berbagai hal yang terkait
dengan pengetahuan seseorang terutama yang berhubungan dengan masalah
kesehatan. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Dari segi
kesehatan reproduksi, perilaku ingin mencoba-coba dalam bidang seks merupakan hal
yang sangat rawan, karena akan membawa akibat yang sangat buruk dan merugikan
masa depan remaja, khususnya remaja wanita.
Pada umumnya orang menganggap bahwa pendidikan seks hanya berisi
tentang pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi dalam
berhubungan kelamin. Hal ini tentunya akan membuat para orangtua merasa
khawatir. Untuk itu perlu diluruskan kembali pengertian tentang pendidikan seks.
pendidikan seks berusaha menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan
mengubah anggapan negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks kita dapat
memberitahu remaja bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada
semua orang, selain itu remaja juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku
seksual berisiko sehingga mereka dapat menghindarinya (Dewi, 2011).
37
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sonya Lidya
tahun 2009, melakukan penelitian di Kecamatan Guguak Panjang Bukittinggi
menyatakan bahwa sebanyak 15 orang (48,4%) memiliki pengetahuan tinggi dan 16
(51,6%) memiliki pengetahuan rendah. Dimana dalam jumlah tersebut terdapat 20
orang (64,5%) bisa mengalami hamil pada usia muda dan 11 orang (35,5%) tidak bisa
mengalami hamil pada usia muda.
Menurut analisis peneliti bahwa pengetahuan sangat berpengaruh terhadap
masa depan remaja, khususnya remaja putri. Adanya kemudahan dalam menemukan
berbagai macam informasi termasuk informasi yang berkaitan dengan masalah seks,
merupakan salah satu faktor yang bisa menjadikan sebagian besar remaja terjebak
dalam perilaku seks yang tidak sehat. Berbagai informasi bisa diakses oleh para
remaja melalui internet atau majalah yang disajikan baik secara jelas dan secara
mentah yaitu hanya mengajarkan cara-cara seks tanpa ada penjelasan mengenai
perilaku seks yang sehat dan dampak seks yang berisiko. Banyak faktor yang bisa
mempengaruhi pengetahuan seseorang seperti pengalaman, keyakinan, fasilitas dan
sosial budaya. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden yang
tergolong rendah, karena tingkat pendidikan berpengaruh dalam menerima dan
memahami informasi yang baru.
5.2. Kerentanan Hamil Diluar Nikah
Hasil penelitian diperoleh bahwa kerentanan hamil diluar nikah di SMA
Negeri 1 Pakat Kecamatan Pakat Kabupaten Humbanghasundutan lebih banyak
38
dengan tidak rentan sebanyak 70 orang (66,0%) dan lebih sedikit dengan rentan
sebanyak 36 orang (34,0%). Berdasarkan hasil tersebut dapat kita lihat kerentanan
remaja hamil diluar nikah masih tergolong tinggi karena mencapai 34.0%. Keadaan
ini perlu mendapat informasi tentang kerentanan kehamilan diluar nikah perlu dijauhi
dari remaja agar tidak terjadi kehamilan diluar nikah.
Salah satu resiko dari seks pranikah atau seks bebas adalah terjadi kehamilan
yang tidak diharapkan. Kehamilan bisa menjadi dambaan, tetapi juga dapat menjadi
suatu malapetaka apabila kehamilan itu dialami oleh remaja yang belum menikah.
Kehamilan pada masa remaja mempunyai resiko medis yang cukup tinggi, karena
pada masa remaja ini, alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan
fungsinya. Kehamilan di luar nikah membuktikan bahwa seorang remaja tidak dapat
mengambil keputusan yang baik dalam pergaulannya. Salah satu dampak negatif dari
remaja yang hamil di luar nikah adalah putus sekolah. Umumnya, remaja tersebut
tidak memperoleh penerimaan sosial dari lembaga pendidikannya, sehingga harus
dikeluarkan dari sekolah. Selain itu, masyarakat akan mencemooh, mengisolasi atau
mengusir terhadap remaja yang hamil di luar nikah (Romauli, 2011).
Hal ini sesuai dengan penelitian Meri (2013) bahwa didapatkan remaja putri
yang rentan hamil diluar nikah sebanyak 26 orang (47,3%) dan 29 orang (52,7%)
tidak rentan mengalami hamil diluar nikah dari jumlah remaja putri yang
pengetahuannya tinggi atau rendah sebanyak 55 orang. Penelitian lain yang sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sonya Lidya tahun 2009 menyatakan bahwa
39
sebanyak 20 orang (64,5%) bisa mengalami hamil pada usia muda dan 11 orang
(35,5%) tidak bisa mengalami hamil pada usia muda.
Menurut analisis peneliti bahwa remaja putri sangat mudah sekali mengalami
hamil diluar nikah, jika mereka tidak menjaga diri sebaik-baiknya. Dalam melakukan
hubungan seksual, sebagian remaja banyak yang tidak memikirkan dampak dari dua
kemungkinan yang dapat terjadi yaitu kehamilan yang tidak dikehendaki dan
penyakit hubungan seksual. Kehamilan yang tidak dikehendaki dapat terjadi setiap
saat sebab mereka biasanya hanya memikirkan kesenangan dan kenikmatan sesaat
saja tanpa memikirkan akibatnya yang sangat merugikan remaja putri. Jika
dibandingkan dengan remaja putra, remaja putri paling rentan dalam menghadapi
masalah kesehatan sistem reproduksinya.
5.3. Hubungan Pengetahuan Remaja Putri dengan Kerentanan Hamil Diluar
Nikah di SMA Negeri
Humbanghasundutan
1
Pakat
Kecamatan
Pakat
Kabupaten
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 42 orang remaja dengan
pengetahuan baik terdapat tidak rentan hamil diluar nikah sebanyak 39 orang (92,9%)
dan rentan terhadap hamil diluar nikah sebayak 3 orang (7,1%). Sedangkan diantara
tingkat pengetahuan buruk ada terdapat tidak rentan hamil diluar nikah sebanyak 31
orang (48,4%) dan rentan terhadap hamil diluar nikah sebanyak 33 orang (51,6%).
Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa nilai p < 0,000 maka dapat
disimpulkan ada hubungan pengetahuan remaja putri dengan kerentanan hamil diluar
nikah di SMA Negeri 1 Pakat Kecamatan Pakat Kabupaten Humbanghasundutan.
40
Mengacu pada hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi
pengetahuan remaja putri tentang seks dan kehamilan diluar nikah maka akan
menurunkan kerentanan kehamilan diluar nikah, dan sebaliknya semakin rendah
pengetahuan remaja putri tentang seks dan kehamilan diluar nikah maka akan
semakin tinggi kerentanan kehamilan diluar nikah.
Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam
menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari sehingga
dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan sesorang
(Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja ini dapat ditingkatkan
dengan pendidikan kesehatan reproduksi yang dimulai dari usia remaja. Pendidikan
kesehatan reproduksi di usia remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang
organ reproduksi, tetapi juga bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular
seksual dan kehamilan yang tidak diharapkan atau kehamilan beresiko tinggi (Intan,
dkk. 2012).
Hubungan seks di kalangan para remaja merupakan masalah yang semakin
hari semakin mencemaskan. Ada dugaan bahwa terdapat kecenderungan hubungan
seks para remaja semakin meningkat tidak hanya di kota-kota besar, melainkan juga
di kota-kota kecil. Hal ini ditunjukkan hasil 26% dan 29% anak muda berusia 20
sampai 24 tahun telah aktif seksual. Beberapa remaja yang hamil di luar nikah
terpaksa diungsikan jauh dari keluarga untuk menutupi rasa malu keluarga. Meskipun
41
tindakan tersebut tidak menyelesaikan masalah, namun cara ini dipandang lebih
bijaksana dan memadai dibandingkan membiarkannya menjadi cemoohan tetangga
dan lingkungan (Dewi, 2011).
Kasus kehamilan yang tidak diinginkan tidak hanya terjadi pada remaja di
daerah perkotaan, tapi juga terjadi pada remaja di daerah pedesaan. Remaja-remaja
tersebut ada yang masih duduk di bangku SMU, perguruan tinggi, dan ada pula yang
bekerja akibat tak mampu meneruskan pendidikan. Dilihat dari segi umur, remaja
yang mengalami kehamilan tidak diinginkan paling rendah 16 tahun dan maksimal 20
tahun. Namun, secara nasional yang pernah dicatat kisaran berumur 13 tahun. Dari
data konseling terhadap remaja yang mengalami kehamilan tidak dinginkan, beberapa
orang di antaranya melanjutkan ke jenjang pernikahan dan melanjutkan
kehamilannya (BKKBN, 2010).
Adanya kemudahan dalam menemukan berbagai macam informasi termasuk
informasi yang berkaitan dengan masalah seks, merupakan salah satu faktor yang bisa
menjadikan sebagian besar remaja terjebak dalam perilaku seks yang tidak sehat.
Berbagai informasi bisa diakses oleh para remaja melalui internet atau majalah yang
disajikan baik secara jelas dan secara mentah yaitu hanya mengajarkan cara-cara seks
tanpa ada penjelasan mengenai perilaku seks yang sehat dan dampak seks yang
berisiko, misalnya penyakit yang diakibatkan oleh perilaku seks yang tidak sehat
(Intan, dkk. 2012).
Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Sonya Lidya tahun
2009 yang judulnya hubungan pengetahuan remaja dan aktifitas kelompok sebaya
42
dengan kehamilan usia muda di Kecamatan Guguak Panjang Bukittinggi, menyatakan
dari 16 responden yang memiliki pengetahuan rendah terdapat 1 responden (6,3%)
tidak akan mengalami hamil pada usia muda dan 15 responden (93,8%) bisa
mengalami hamil pada usia muda. Sedangkan 15 responden yang memiliki tingkat
pengetahuan tinggi terdapat 10 responden (66,7%) tidak akan mengalami hamil pada
usia muda dan 5 responden (33,3%) bisa mengalami hamil pada usia muda. Dengan
hasil uji statistic menggambarkan bahwa nilai p = 0,002 (p <0,05) artinya ada
hubungan antara pengetahuan terhadap kehamilan usia muda.
Menurut analisis peneliti, kehamilan yang tidak dikehendaki dapat terjadi
setiap saat sebab mereka biasanya hanya memikirkan kesenangan dan kenikmatan
sesaat saja tanpa memikirkan akibatnya yang sangat merugikan remaja putri. Dalam
melakukan hubungan seksual, sebagian remaja banyak yang tidak memikirkan
dampak dari dua kemungkinan yang dapat terjadi yaitu kehamilan yang tidak
dikehendaki dan penyakit hubungan seksual. Jika dibandingkan dengan remaja putra,
remaja putri
paling rentan dalam menghadapi masalah kesehatan sistem
reproduksinya. Secara anatomis remaja putri lebih mudah terkena infeksi dari luar
karena bentuk dan letak organ reproduksinya yang dekat dengan anus. Dari segi
fisiologis, remaja putri akan mengalami menstruasi, kehamilan di luar nikah, aborsi,
dan perilaku seks di luar nikah yang berisiko terhadap kesehatan reproduksinya.
Selain itu dari segi sosial, remaja putri sering mendapatkan perlakuan kekerasan
seksual dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal ini disebakan
karena remaja putri hanya berada pada tingkat tahu dan belum sampai memahami,
43
mengaplikasikan, menganalisa, mensintesis dan mengevaluasi terhadap suatu materi
yang berkaitan dengan pengetahuan tentang hamil diluar nikah. Jadi, semakin
rendahnya pengetahuan remaja putri terhadap hamil diluar nikah, maka akan mudah
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Jika pengetahuan remaja putri hanya
sebatas sedang, maka perilaku remaja putri tersebut akan mudah untuk coba-coba
dalam hal yang berbau seks.
44
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Pengetahuan remaja putri tentang hamil diluar nikah lebih banyak dengan
pengetahuan buruk sebanyak 64 orang (60,4%) dan lebih sedikit baik sebanyak 42
orang (39,6%).
2. Kerentanan hamil diluar nikah di SMA Negeri 1 Pakat Kecamatan Pakat
Kabupaten Humbanghasundutan lebih banyak dengan tidak rentan sebanyak 70
orang (66,0%) dan lebih sedikit dengan rentan sebanyak 36 orang (34,0%).
3. Terdapat hubungan pengetahuan remaja putri dengan kerentanan hamil diluar
nikah di SMA Negeri 1 Pakat Kecamatan Pakat Kabupaten Humbanghasundutan
6.2. Saran
1.
Bagi Penulis
Sebagai aplikasi ilmu yang didapat selama dibangku kuliah dan untuk
memperluas wawasan dalam penelitian.
2.
Bagi Orang Tua
Para orang tua bisa menjaga anak-anaknya dari hal-hal yang berbau negatif,
terutama dari segi kesehatan reproduksi khususnya untuk remaja putri.
3.
Bagi Instansi Pendidikan
Memberikan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dan masalahmasalahnya dalam bentuk penyuluhan pada masyarakat terutama remaja.
44
45
4.
Bagi Masyarakat
Masyarakat lebih bijaksana dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan hamil diluar nikah. Jangan sampai ambil sikap menang sendiri jika
mendapati kasus hamil diluar nikah.
46
DAFTAR PUSTAKA
Abm, “30% Mahasiswi Tak Perawan”, Radar Malang, 8 Desember 2009.
Aspy, Cheryl B; Vesely, Sara K; Oman, Roy F; Rodine, Sharon; Marshall, Ladonna;
McLeroy, Ken. 2007. Parental Communication and Youth Sexual Behaviour.
Journal of Adolescence.
Bearinger, L. H., Sieving, R. F., Ferguson, J., & Sharma, V. Global perspective on
the sexual and reproductive health of adolescent: Patterns, prevention, and
potensial. Lancet 2007.
Burgess V, Dziegielewski SF, Green CE. Improving Comfort about Sex
Communication between Parents and Their Adolescents: Practice-Based
Research within A Teen Sexuality Group. Brief Treatment and Crisis
Intervention. 2005; 5:379-390.
Calhoun, Acocella. 1995. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan
Kemanusiaan. Terjemahan oleh Satmoko. Semarang: IKIP Semarang.
Dariyo, Agoes. 2004. Perkembangan Remaja. Bogor. PT. Ghalia Indonesia.
Daryanto, Tiffany. 2009. Hubungan antara Religius dengan Perilaku Seks Pranikah
pada Mahasiswa Indekost di Malang. Skripsi (tidak diterbitkan). Malang:
Universitas Negeri Malang.
Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Eisenberg, M. E., Sieving, R. E., Bearinger, L. H., Swain, C., & Resnick, M. D.
Parents’ communication with adolescents about sexual behavior: A missed
opportunity for prevention? J Youth Adolescence 2006.
Erwin J., Skripsiadi. 2005. Pendidikan Dasar Seks untuk Anak. Yogyakarta:
Curiosita.
Gunarsa, Singgih. 2004. Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi
Perkembangan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
46
47
Hurlock. E. B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Hurlock. E. B. 1993. Perkembangan Anak: Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
http://tumplung.blogspot.com/2009/02/sungguh-mencengangkan-dan
html di akses tanggal 12 April 2010
mengerikan.
http://news.okezone.com/read/2009/12/29/340/289247/340/video-mesum-di-tengahladang-goyang-blitar. Diakses 24 Maret 2010
Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Remaja. Bandung. PT. Bandar Maju.
Kirby D, Miller BC. Intervention Designed to Promote Parent-Teen Communication
about Sexuality. New Direction for Child and Adolescent Development. 2002;
97.
Marcovitz, H. The gallup youth survey. In Mayor issues and trends teens & sex.
Stockton, New Jersey 2007: Mason Crest Publisher.
Martino, S. C., Elliott, M.N., Corona, R., Kanouse, D.E. & Schuster, M.A. Beyond
the “big talk’: The roles of breadth and repetition in parent-adolescent
communication about sexual. Pediatrics 2008, 121, 612
Meri, 2013, Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Kerentanan Hamil Di
Luar
Nikah.
http://meysapriwaldi.blogspot.co.id/2013/01/hubunganpengetahuan -remaja-putri.html
Mufidah, Lilik. 2008. Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Seks Pranikah
Siswa SMKN 2 di Kota Malang. Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: UIN
Malang.
Notoadmodjo, S. 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
____________ , 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta, Jakarta.
Nuranti Alifah, 2, Hubungan antara Komunikasi Orangtua – Remaja dengan Sikap
Remaja Terhadap Hubungan Seksual Pranikah di SMA Kabupaten Purworejo,
Tesis, Program Pascasarjana, FK UGM, Yogyakarta.
48
Papalia, Diane E, Sally Wendkos & Ruth Duskin F. 2008. Human Development
(Psikologi Perkembangan): Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Putri F.A, 2012, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seks Pranikah Pada Remaja
SMA di Rengat Kabupaten Indragiri Hulu.
Rachman W.A, 2008, Analisis Ketahanan Keluarga dalam Perilaku Seks Pranikah
Remaja (Studi Kasus di Kota Ambon), Dosen FKM Universitas Hasanuddin
Makassar, Jurnal Ilmiah Sinergi IPTEKS, LP3M Universitas Islam Makassar.
Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Safarino. 1997. Biofeedback
interactionivrea. it/thesis.
in
Education
Entertainment,
http://www.
Safitri Erlina, 2007, Hubungan Kontrol Diri Dengan Perilaku Seksual Remaja,
Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Sarwono, Sarlito. W & Ami Siamsidar. 1986. Peranan Orang Tua dalam Pendidikan
Seks, Jakarta: CV Rajawali.
Sarwono. 1991. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press.
Setiawati, Dermawan, 2008. Pendidikan Kesehatan. Trans info Media, Jakarta.
Simanjuntak, B & Pasaribu, L.I. 1986. Pengantar Psikologi Perkembangan. Bandung:
Tarsito.
Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta:
Kanisius.
Susanti, Dini. 2002. Kontrol Diri dalam Perilaku Seks Pranikah MahasiswaUIIS
Malang, Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: UIIS Malang.
Tanjung, A.et'al., 2001, Kebutuhan akan informasi dan pelayanan kesehatan
Reproduksi Remaja. (online), (http://www/pkbi.or.id diakses 6 Agustus 2006).
49
Uin, 2013, Hubungan antara Komunikasi Orang Tua-Anak Mengenai Seksualitas dan
Kontrol Diri dengan Perilaku Seks Pranikah, Tesis, UIN, Malang,
http://lib.uin-malang.ac.id /files /thesis/fullchapter/06410008.pdf
Walgito, B. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Widayanto, Arif. 2005. Studi Perilaku Seks Pra Nikah pada Siswa SMA Katolik
Diponegoro Blitar. Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: UMM Malang
Wiendijarti I, 2011, Komunikasi Interpersonal Orang Tua-Anak dalam Pendidikan
Seksual Remaja, Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Pembangunan
Nasional ’Veteran’Yogyakarta, Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 9, Nomor
3, September-Desember 2011
Zulkifli, L. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
50
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN KERENTANAN
HAMIL DILUAR NIKAH DI SMA NEGERI 1 PAKAT KECAMATAN
PAKAT KABUPATEN HUMBANGHASUNDUTAN
A. Indentitas Responden
1. Nomor
2. Umur
: …………….
: …………….
B. Pengetahuan Kespro
Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai menurut saudara pada kolom disamping
dimana :
Pernyataan
Ya
1. Kehamilan bisa menjadi dambaan, tetapi juga dapat menjadi
suatu malapetaka apabila kehamilan itu dialami oleh remaja
yang belum menikah.
2. Kehamilan pada masa remaja mempunyai resiko medis yang
cukup tinggi, karena pada masa remaja ini, alat reproduksi
belum cukup matang untuk melakukan fungsinya.
3. Dari segi kesehatan reproduksi, prilaku ingin mencoba-coba
dalam bidang seks merupakan hal yang sangat rawan
4. Seks pranikah akan membawa akibat yang sangat buruk dan
merugikan masa depan remaja, khususnya remaja wanita.
5. Seks pranikah berisiko tertular penyakit menular seksual
meningkat
6. Remaja putri terancam kehamilan yang tidak diinginkan,
pengguguran kandungan yang tidak aman, kematian karena
perdarahan
7. Kehamilan diluar nikah akan kehilangan kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan dan kesempatan bekerja
8. Kehamilan diluar nikah dapat melahirkan bayi yang
kurang/tidak sehat.
50
Tidak
51
D. Kerentanan
Pernyataan
1. Ada usaha dari dalam diri remaja sendiri yang kurang
memahami seks untuk belajar.
2. Pergaulan bebas dapat menyebabkan remaja untuk melakukan
apa saja yang diinginkan.
3. Perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin
canggih yang memperbesar kemungkinan remaja mengakses
apa saja termasuk hal-hal yang negatif.
4. Apakah saudara merasa merasa belum siap untuk hamil
5. Menurut saudara kehamilan diluar nikah dapat dikucilkan dari
masyarakat dan hilang kepercayaan diri.
6. Menurut saudara kehamilan diluar nikah dapat menimbulkan
hilang kepercayaan diri.
7. Menurut saudara kehamilan diluar nikah dapat mengakibatkan
masa depan bayi dilahirkan mungkin saja terlantar.
8. Menurut saudara kehamilan diluar nikah dapat mengakibatkan
bayi terlahir dengan berat rendah
Ya
Tidak
52
MASTER DATA PENELITIAN
No
1
2
3
4
5
6
7
8
PTOT
PK
1
2
3
4
5
6
7
8
KTOT
KK
1
2
1
2
2
2
1
2
2
14
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
2
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
3
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
4
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
0
1
1
0
1
1
1
6
1
5
2
2
1
2
1
2
2
1
13
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
6
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
0
1
1
0
1
1
6
1
7
1
2
2
2
2
2
1
2
14
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
8
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
9
2
1
2
2
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
10
2
2
1
2
1
2
1
1
12
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
11
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
0
1
1
0
1
6
1
12
2
1
2
2
2
1
2
2
14
0
1
1
0
1
1
1
1
0
6
1
13
1
2
1
2
1
2
2
1
12
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
14
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
15
1
2
1
2
1
2
1
1
11
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
16
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
0
1
1
0
1
1
0
1
5
1
17
2
1
2
2
2
1
2
2
14
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
18
1
2
1
2
1
2
2
1
12
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
19
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
0
1
1
0
1
1
6
1
20
2
1
2
2
2
1
2
2
14
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
21
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
0
1
1
0
0
5
1
22
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
23
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
0
1
1
1
0
1
1
1
6
1
24
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
25
2
1
2
2
2
1
2
2
14
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
26
1
2
1
2
1
2
1
1
11
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
27
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
28
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
0
1
0
1
1
0
1
5
1
29
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
0
1
0
0
1
1
5
1
30
2
2
2
2
2
1
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
31
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
0
1
1
0
6
1
32
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
33
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
0
1
0
1
0
1
1
5
1
34
1
2
1
2
1
2
1
1
11
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
35
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
36
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
0
1
0
0
0
0
1
1
3
1
53
37
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
0
1
1
1
1
0
1
6
1
38
2
1
2
2
2
1
2
2
14
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
39
1
2
1
2
1
2
1
1
11
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
40
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
41
2
2
1
2
1
2
1
1
12
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
42
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
0
1
0
0
1
1
1
5
1
43
2
1
2
2
2
1
2
2
14
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
44
2
2
2
2
1
2
1
1
13
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
45
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
46
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
47
2
2
1
2
1
2
1
1
12
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
48
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
0
1
0
1
1
1
1
6
1
49
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
0
1
0
0
1
1
5
1
50
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
51
2
1
2
2
2
1
2
2
14
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
52
1
2
1
2
1
2
1
1
11
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
53
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
0
1
1
0
1
1
0
0
4
1
54
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
55
2
2
1
2
1
2
1
2
13
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
56
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
0
0
0
1
1
1
1
5
1
57
2
2
2
2
1
2
2
1
14
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
58
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
59
2
1
2
2
2
1
2
2
14
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
60
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
0
0
0
1
5
1
61
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
0
0
0
0
1
1
1
1
4
1
62
1
2
1
2
1
2
1
1
11
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
63
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
64
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
0
1
0
1
1
1
6
1
65
2
2
1
2
1
2
2
1
13
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
66
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
0
0
1
1
6
1
67
2
1
2
2
2
1
2
2
14
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
68
2
2
1
2
1
2
1
1
12
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
69
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
70
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
71
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
72
2
1
2
2
2
1
2
2
14
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
73
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
0
1
0
6
1
74
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
75
1
2
1
2
1
2
1
1
11
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
54
76
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
77
2
2
2
2
2
1
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
78
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
0
0
1
1
1
6
1
79
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
80
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
81
1
2
1
2
2
2
2
1
13
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
82
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
0
0
1
1
1
1
1
1
6
1
83
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
0
0
1
1
1
6
1
84
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
85
2
2
2
2
2
1
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
86
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
0
0
1
6
1
87
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
88
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
0
0
6
1
89
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
90
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
0
1
0
1
0
0
1
4
1
91
2
2
1
2
1
2
2
1
13
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
92
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
93
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
0
1
0
0
0
1
4
1
94
1
2
1
2
1
2
1
1
11
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
95
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
96
1
2
1
2
1
2
1
1
11
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
97
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
98
2
1
2
2
2
1
2
2
14
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
99
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
0
1
0
1
0
1
1
1
5
1
100
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
0
1
1
0
0
5
1
101
2
2
1
2
1
2
2
1
13
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
102
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
0
1
1
0
1
1
1
6
1
103
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
0
1
0
0
1
5
1
104
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
0
1
0
1
1
1
1
1
6
1
105
2
2
2
1
2
2
2
2
15
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
106
2
1
2
2
2
1
2
2
14
0
1
1
1
1
1
1
1
1
8
0
55
Frequencies
pe1
Valid
1
2
Total
Frequency
57
49
106
Percent
53.8
46.2
100.0
Valid Percent
53.8
46.2
100.0
Cumulative
Percent
53.8
100.0
pe2
Valid
1
2
Total
Frequency
58
48
106
Percent
54.7
45.3
100.0
Valid Percent
54.7
45.3
100.0
Cumulative
Percent
54.7
100.0
pe3
Valid
1
2
Total
Frequency
65
41
106
Percent
61.3
38.7
100.0
Valid Percent
61.3
38.7
100.0
Cumulative
Percent
61.3
100.0
pe4
Valid
1
2
Total
Frequency
65
41
106
Percent
61.3
38.7
100.0
Valid Percent
61.3
38.7
100.0
Cumulative
Percent
61.3
100.0
pe5
Valid
1
2
Total
Frequency
66
40
106
Percent
62.3
37.7
100.0
Valid Percent
62.3
37.7
100.0
Cumulative
Percent
62.3
100.0
56
pe6
Valid
1
2
Total
Frequency
60
46
106
Percent
56.6
43.4
100.0
Valid Percent
56.6
43.4
100.0
Cumulative
Percent
56.6
100.0
pe7
Valid
1
2
Total
Frequency
60
46
106
Percent
56.6
43.4
100.0
Valid Percent
56.6
43.4
100.0
Cumulative
Percent
56.6
100.0
pe8
Valid
1
2
Total
Frequency
66
40
106
Percent
62.3
37.7
100.0
Valid Percent
62.3
37.7
100.0
Cumulative
Percent
62.3
100.0
Pengetahuan
Valid
Baik
Buruk
Total
Frequency
42
64
106
Percent Valid Percent
39.6
39.6
60.4
60.4
100.0
100.0
Cumulative
Percent
39.6
100.0
kr1
Frequency
Valid
0
1
Total
8
98
106
Percent
7.5
92.5
100.0
Valid Percent
7.5
92.5
100.0
Cumulative
Percent
7.5
100.0
57
kr2
Valid
0
1
Total
Frequency
11
95
106
Percent
10.4
89.6
100.0
Valid Percent
10.4
89.6
100.0
Cumulative
Percent
10.4
100.0
kr3
Valid
0
1
Total
Frequency
12
94
106
Percent
11.3
88.7
100.0
Valid Percent
11.3
88.7
100.0
Cumulative
Percent
11.3
100.0
kr4
Valid
0
1
Total
Frequency
16
90
106
Percent
15.1
84.9
100.0
Valid Percent
15.1
84.9
100.0
Cumulative
Percent
15.1
100.0
kr5
Valid
0
1
Total
Frequency
15
91
106
Percent
14.2
85.8
100.0
Valid Percent
14.2
85.8
100.0
Cumulative
Percent
14.2
100.0
58
kr6
Valid
0
1
Total
Frequency
13
93
106
Percent
12.3
87.7
100.0
Valid Percent
12.3
87.7
100.0
Cumulative
Percent
12.3
100.0
kr7
Valid
0
1
Total
Frequency
13
93
106
Percent
12.3
87.7
100.0
Valid Percent
12.3
87.7
100.0
Cumulative
Percent
12.3
100.0
kr8
Frequency
Valid
0
1
Total
7
99
106
Percent
6.6
93.4
100.0
Valid Percent
6.6
93.4
100.0
Cumulative
Percent
6.6
100.0
Kerentanan
Valid
Tidan Rentan
Rentan
Total
Frequency
70
36
106
Percent Valid Percent
66.0
66.0
34.0
34.0
100.0
100.0
Cumulative
Percent
66.0
100.0
59
Crosstabs
Pengetahuan * Kerentanan Kehamilan Diluar Nikah
Crosstab
Pengetahuan Baik
Buruk
Total
Pearson Chi-Square
Continuity
Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Count
Expected Count
% within Kerentanan
Count
Expected Count
% within Kerentanan
Count
Expected Count
% within Kerentanan
Kerantanan
Tidak Rentan Rentan
39
3
27.7
14.3
92.9%
7.1%
31
33
42.3
21.7
48.4%
51.6%
70
36
70.0
36.0
66.0%
34.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value
df
(2-sided)
a
22.309
1
.000
20.373
1
.000
25.571
1
Exact Sig.
(2-sided)
1
Exact Sig.
(1-sided)
.000
.000
22.099
Total
42
42.0
100.0%
64
64.0
100.0%
106
106.0
100.0%
.000
.000
106
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
14.26.
b. Computed only for a 2x2 table
Download