Tabel hasil pengamatan akhir - PUR

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014
ISBN : 979-587-529-9
Perbaikan Kesuburan Kimia Media Campuran Tailing Bekas
Penambangan Timah Dengan Penambahan Limbah Solid Kelapa Sawit
Fertility Improvement Chemical Mixed Media Mining Tailings Former
Lead With The Addition Of Solid Waste Oil
Nyayu Siti Khodijah
Universitas Bangka Belitung
Alamat surel (e-mail) [email protected])
Kampus Terpadu Universitas Bangka Belitung, Baluinjuk Merawang Bangka
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Telp 0717422145 Faks 0717421303
Email: [email protected], [email protected]
ABSTRACT
Tin mining activities led to the shrinking of the fertility potential physical, chemical and
biological agriculture. Utilization of oil palm solid waste potentially contribute organic
matter and nutrients to the soil. The study was conducted using 14 type of treatment of
various percentages of solid waste and palm oil sands tailings. There were no data
consistency for all variables, but based on the trend of the data can be expressed in the
media taling solid additions will increase the CEC. pH during cultivation will decrease for
all media mix, the more solid the percentage that is added to the tailings will tend to lower
the pH. Corganik tends to increase with the addition of solid taling media. For N total,
average total N increased from initial planting until the end of the study for all media
composition. The increase in total N was highest at T60 with an increase to 45% Ntotal.
During planting visible deterioration in P-Bray on solid media (t0) and the opposite
occurred in the tailings (t100) there was a slight increase in P-bray. For Sulfur is available,
after planting looks solid addition to the tailings will increase the available sulfur. The
increase in the highest available sulfur obtained in T17 treatment (83% solid and 17%
tailings).
Key words: composition media, solid waste, tailings tin
ABSTRAK
Kegiatan penambangan timah potensial menyebabkan menyusutnya kesuburan fisik, kimia
dan biologi lahan pertanian. Pemanfaatan limbah padat kelapa sawit berpotensi
memberikan sumbangan bahan organik dan unsur hara bagi tanah. Penelitian dilakukan
menggunakan 14 jenis perlakuan berbagai persentase limbah padat kelapa sawit dan pasir
tailing. Tidak diperoleh konsistensi data untuk semua peubah, tetapi berdasarkan
kecenderungan data dapat dinyatakan penambahan solid pada media taling akan
meningkatkan KTK. pH selama penanaman akan menurun untuk semua campuran media,
semakin banyak persentase solid yang ditambahkan pada tailing cenderung akan
menurunkan pH. Corganik cenderung akan meningkat dengan penambahan solid pada
media taling. Untuk N total, rata-rata terjadi peningkatan N total dari awal tanam sampai
akhir penelitian untuk semua komposisi media. Peningkatan N total tertinggi terjadi pada
t60 dengan peningkatan Ntotal sampai 45%. Selama penanaman terlihat adanya penurunan
390
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014
ISBN : 979-587-529-9
P-Bray pada media solid (t0) dan terjadi hal sebaliknya pada tailing (t100) terjadi sedikit
peningkatan P-bray. Untuk Sulfur tersedia, setelah penanaman terlihat penambahan solid
pada tailing akan meningkatkan Sulfur tersedia. Peningkatan sulfur tersedia tertinggi
diperoleh pada perlakuan t17 (83% solid dan 17% tailing).
Kata kunci : komposisi media, limbah solid, tailing timah
PENDAHULUAN
Penambangan timah di Pulau Bangka merupakan penambangan terbuka yaitu
penambangan yang dilakukan dengan membongkar lapisan atas tanah (top soil) untuk
mengambil endapan tanah alluvial yang muncul sebagai kasiterit (Sn)2 dari bahan induk
yang berada di lapisan bawah (Amriwansyah,1990). Kegiatan penambangan potensial
menyebabkan menyusutnya kesuburan fisik, kimia dan biologi lahan pertanian. Rusaknya
sifat fisik dan kimia tanah pada tailing disebabkan oleh penerapan sistem penambangan
yang berlaku pada tambang timah dengan menghancurkan agregasi tanah melalui
penyemprotan air bertekanan tinggi terhadap tanah asli yang mengandung biji timah.
Elfis (1998) menjelaskan kehancuran tanah akibat penambangan akan membentuk
padang-padang terbuka yang didominasi oleh pasir dan kuarsa yang miskin unsur hara.
Hal ini terbukti pada hasil penelitian Nurtjahya (2004) pada lahan bekas tambang timah
(tailing) pada kedalaman 0-20 cm terdapat kandungan pasir 0.5%, debu 2%. Kandungan
bahan organik sebanyak 0.19 C- Organik sehingga daya memegang air sangat rendah dan
daya permeabilitas air sangat cepat.
Luas areal tanam kelapa sawit tahun 2006 di Kabupaten Bangka adalah 1.568
hektar dengan produksi (ton) 6.920. Pabrik pengolahan minyak sawit menghasilkan
limbah organik yang belum sepenuhnya dimanfaatkan (Pusat Penelitian Kelapa
Sawit,1998). Lumpur minyak sawit diperoleh dengan proses ekstraksi secara kontinu dari
buangan dengan bahan pelarut jenik organik heksana. Selanjutnya diolah dengan proses
peragian yang akan menghasilkan produk hasil fermentasi, ternyata limbah buangan yang
dihasilkan banayk mengandung unsur hara yang terbukti bermanfaat bagi tanaman.
Pemanfaatan limbah padat kelapa sawit berpotensi memberikan sumbangan bahan organik
dan unsur hara bagi tanah. Potensi limbah kelapa sawit yang diaplikasikan ke lahan akan
mampu menguraingi pembiayaan pupuk anorganik dan akan lebih mampu memperbaiki
sifat fisik,kima dan biologi tanah, dan meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk anorganik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian limbah padat
kelapa sawit terhadap perbaikan kesuburan kimia tanah pada berbagai komposisi.
Penelitian ini diharapkan menghasilkan teknologi pemanfaatan limbah padat kelapa sawit
dalam upaya perbaikan kesuburan media tanam bekas tambang timah di Kepulauan
Bangka Belitung
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan dengan cara demplot menggunakan polybag sebanyak 2000
populasi tanaman jarak pagar. Pelaksanaan dilakukan di kebun percobaan Fakultas
Pertanian, Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung, Jalan Diponegoro No.1
Sungailiat Bangka mulai April 2010 sampai September 2010, dan pengujian analisis tanah
di Jurusan Ilmu tanah Universitas Sriwijaya.
Penelitian ini menggunakan 14 perlakuan persentase limbah padat kelapa sawit
dan pasir tailing bekas penambangan timah. Adapun faktor perlakuan adalah sebagai
berikut:
391
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014
ISBN : 979-587-529-9
Tabel 1. Perlakuan persentase limbah padat kelapa sawit dan pasir tailing bekas
penambangan timah
Tailing (%)
t0
t17
t20
t25
t34
t38
t43
t50
t60
t67
t75
t80
t83
t100
solid (%)
100
83
80
75
66
62
57
50
40
33,3
25
20
16,6
0
tailing (%)
0
17
20
25
34
38
43
50
60
66,7
75
80
83,4
100
Semua perlakuan diulang sebanyak 5 kali, Peubah kesuburan kimia tanah yang diamati
meliputi : K-dd, pH sebelum dan sesudah penelitian,C-Organik sebelum dan sesudah
penelitian,N total Sebelum dan sesudah Penelitian,P-Bray sebelum dan sesudah Penelitian
dan S- tersedia akhir penelitian analisis tanah dilakukan dengan cara komposit untuk
semua perlakuan.
HASIL
3.1.1. Nilai Kapasitas Tukar Kation
Nilai KTK hanya teramati pada awal penelitian, data KTK akhir tidak teramati.
Berdasarkan gambar 1 di atas kapasitas tukar kation (KTK) masing-masing media terlihat
beragam dan tidak konsisten, limbah padat sawit tanpa penambahan pasir tailing
mempunyai nilai KTK tertinggi dan nilai KTK terendah pada pasir tailing tanpa
penambahan solid. Potensi kenaikan nilai KTK dengan penambahan solid disebabkan oleh
tingginya bahan organic yang menyusun media. Pada batas-batas tertentu penambahan
limbah padat akan meningkatkan nilai KTK.
Nilai KTK (Kasitas Tukar Kation) untuk limbah padat kelapa sawit, tailing dapat
dilihat pada gambar berikut.
392
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014
ISBN : 979-587-529-9
solid (%)
15.23
13.05
0
17
100
83
t0
t17
17.4
20
19.58
25
17.4
34
19.58
38
17.4
43
80
75
66
62
57
t20
t25
t34
t38
t43
15.23 13.05
50
60
tailing (%)
KTK me/100g*
17.4
15.23
17.4
8.7
17.4
66.7
75
80
83.4
100
0
t100
50
40
33.3
25
20
16.6
t50
t60
t67
t75
t80
t83
Gambar 1. Kondisi KTK media dengan berbagai persentase tailing dan solid (limbah padat
kelap sawit) pada awal pencampuran media
3.2 pH awal dan akhir
Kondisi pH media dengan berbagai persentase tailing dan solid (limbah padat
kelapa sawit) pada awal pencampuran dengan pasir tailing sebelum dilakukan penanaman
dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2 di atas menunjukkan pada tahap awal limbah padat
kelapa sawit mempunyai pH yang lebih rendah dibandingkan tailing (100%) dan campuran
media lainnya. pH rata-rata diatas 6 kecuali hanya di medai solid 100% saja yang
menunjukkan pH 6,18.
7.76 7.78 7.55 7.86 7.37 7.37
7.6
7.27 7.24 7.21
7.23
6.48 6.44 6.67 6.28 7.03
6.33 6.63 6.26 6.79 6.67 5.83
5.45
5.28
4.96
7.77
6.18
5.61
t0
t17
t20
t25
t34
t38
t43
t50
t60
t67
t75
t80
t83
pH awal*
t100
pH akhir**
Gambar 3. Kondisi pH akhir media dengan berbagai persentase tailing dan solid (limbah
padat kelap sawit) pada awal pencampuran media
2.81
2.32
1.89
1.43
1.15
1.29
1.07
0.79
0.7
t0
t17
t20
t25
t34
t38
1.58
1.54
t43
t50
t60
t66,7
t75
0.95
0.8
0.54
t80
t83,4
t100
Gambar 4. Perubahan nilai pH di media dengan berbagai persentase tailing dan solid
(limbah padat kelap sawit) pada awal pencampuran media dan akhir
pencampuran media
393
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014
ISBN : 979-587-529-9
Gambar di atas menunjukkan perubahan nilai pH terendah ditemui pada media
limbah padat 100% atau t0, dan perubahan pH tertinggi diperoleh pada jumlah tailing 17%
dan solid pada kondisi 83%, semakin banyak solid yang ditambahkan menunjukkan adanya
kecenderungan perubahan nilai pH yang tinggi. Tetapi hasil ini tidak konsisten, karena
pada perlakuan t60 atau komposisi solid 40% juga menunjukkan penurunan pH yang juga
cukup banyak.
3.3 C Organik
Data C organik media menunjukkan semakin banyak persentase tailing akan
menurunkan C-organik. Pada kondisi Tailing 100% kandungan C organik awal mencapai
0,2% sedangkan pada kondisi t0 atau solid 100% kandungan C organik awal sebelum
penanaman mencapai 1,39%.
13.97
12.62
C-Organik (%) awal*
11.82
C-Organik (%) akhir**
7.28
7.01
5.19
3.78
4.92
3.55
3.44
1.38
0.49
t0
t17
Sifat tanah
C (%)
t20
t25
Sangat
rendah
<1,00
t34
3.57
2.51
3.23
1.57 1.41
1.16
t38
t43
t50
t60
2.52.85 2.85
1.93 1.63
1.61 1.89
1.21
t66,7
t75
rendah
sedang
tinggi
1,00-2,00
2,01-3,00
3,01-5,00
t80
0.20.26
t83,4
t100
Sangat
tinggi
>5,00
Berdasarkan data di atas tidak diperoleh data yang konsisten untuk kondisi Corganik awal tanam pada berbagai komposisi tailing dan solid. Tetapi beberapa komposisi
menunjukkan adanya kecenderungan C-0rganik akan menurun dengan meningkatnya
komposisi tailing dan akan meningkat semakin meningkatnya kompsosisi solid.
6.63
1.35
t0
t17
t20
-3.23
0.11
-0.89 -1.06 -0.41
t25
t34
t38
t43
t50
-0.35
t60 t66,7 t75
-3.51 -4.05
0.92
0.02 0.68 -0.06
t80 t83,4 t100
Perubahan C-Organik
Sifat tanah
C (%)
Sangat
rendah
<1,00
rendah
sedang
tinggi
1,00-2,00
2,01-3,00
3,01-5,00
Sangat
tinggi
>5,00
Gambar 5. Histogram kondisi C organik awal dan akhir pada berbagai komposisi tailing
dan solid
394
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014
ISBN : 979-587-529-9
Rata-rata terjadi penurunan C organik setelah dilakukan penanaman pada, t75
(tailing 75 persen) dan t83 (tailing 83 persen) ,serta t20 (20% tailing) yang mengalami
peningkatan paling tinggi. Tetapi juga terjadi peningkatan C organik pada t17 (tailing 17
persen), t34, t38, t43,t50,t60 dan t83. Hasil ini menunjukkan belum ada data yang
konsisten, tetapi ada kecenderungan terjadinya penurunan C organik setelah beberapa
waktu dari berbagai komposisi media tersebut.
Gambar 5 di atas merupakan hasil pengamatan C organik setelah penanaman jarak
selama 4 bulan pada berbagai komposisi tailing dan solid. Diperoleh hasil C organik
tertinggi pada perlakuan T17 (17 persen tailing dan 83 persen solid) dan hasil terendah
pada t100 (tailing 100 persen dan solid 0 persen).
6.63
Perubahan C-Organik
1.35
t0
t17
t20
-3.23
0.92
0.11
-0.89 -1.06 -0.41
t25
t34
t38
t43
t50
t60
0.68
0.02
-0.06
t80 t83,4 t100
-0.35
t66,7 t75
-3.51 -4.05
Gambar 6 Grafik penurunan dan peningkatan C-organik awal dan akhir untuk berbagai
komposisi tailing dan solid (limbah padat kelapa sawit)
3.4. Kondisi N-total
N total awal,
55
31
57
49
47
36
32
18
18
33
32
12
18
23
16
N total akhir (dalam x100)
2728
24
12
1619
1716
5
2
t0
t17
Sifat tanah
N (%)
t20
t25
Sangat
rendah
<0,10
t34
t38
t43
t50
t60
t66,7
t75
rendah
sedang
tinggi
0,10-0,20
0,21-0,50
0,51-0,75
t80
13
t83,4
1.5 3
t100
Sangat
tinggi
>0,75
Gambar 7. Histogram N –total (%) pada berbagai komposisi tailing solid pada awal
pencampuran media tailing
395
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014
ISBN : 979-587-529-9
45
24
16
t0
14
13
t17
t20
23
14
t25
t34
-21
t38
t43
-7
t50
t60
8
3
1.5
1
-1
t66,7 t75
t80 t83,4 t100
peningkatan dan Penurunan N-Total
Gambar 8. Perubahan N – total pada berbagai persentase tailing
Kondisi N total pada awal tanam menunjukkan komposisi N tertinggi diperoleh
pada komposisi t 20 dan t 33. Pada kondisi ini diperkirakan banyaknya solid merupakan
faktor pemicu diikuti oleh keberadaan pasir tailing 20 dan 30 persen sebagai penyumbang
pori sehingga penyediaan udara dan air lebih baik untuk proses dekomposisi yang
menyediakan N total awal lebih baik.
Kondisi N total akhir tertinggi diperoleh pada perlakuan t60 dan t 17 ada
pergeseran peningkatan N total di bandingkan N total awal. Pada N total awal N total
pada t 20 dengan komposisi solid 80 persen dan tiling 20 persen, tetapi pada N total akhir
pada komposisi tailing 17% dan solid 83 persen. Tetapi hasil ini juga masih diimbangi
oleh komposisi yang lebih tinggi yaitu t60 dan t50 juga realtif menunjukkan nilai N total
yang cukup tinggi.
Pada kondisi N total akhir hasil tertinggi diperoleh pada komposisi Perubahan N
pada berbagai kompsosisi tailing dan solid terlihat adanya peningkatan N total pada semua
media kecuali pada t34 dan t75. Tetapi secara umum dapat di nyatakan semakin banyak
komposisi tailing penambahan atau peningkatan N total semakin menurun. Hal ini terlihat
pada t83 dan t100 yang dibandingkan dengan niali N total awal dan akhir pada t17 dan t20.
3.5. Kondisi P-Bray
tailing
123.9
98.85
78.6
48.75 54.15
25
20
17
0
0
0
0
t0
t17
t20
t25
97.5
34
0
t34
P-Bray I (ppm ) awal*
120.75
55.654352.0550
38
0
0
0
t38
t43
t50
104.4 96.75 91.35
100
8389.25
80
75
67
60 58.2
0
0
0
0
0
t60
t66,7
t75
t80
t83
21.75
17.55
t100
Gambar 9. Kondisi P Bray awal dan akhir pada berbagai komposisi / persentase tailing dan
solid
Tabel Pembanding kriteria sifat tanah
Sifat tanah
Sangat
rendah
rendah
P2O5 Bray 1
<10
10-25
(ppm)
sedang
tinggi
Sangat tinggi
16-25
26-35
>35
396
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014
ISBN : 979-587-529-9
Kondisi P-Bray awal dan akhir secara lengkap hanya teramati pada t0 (solid 100%)
dan t100 (tailing 100%). Dari hasil analisis menunjukkan selama 4 bulan terjadi penurunan
P Bray pada media solid dan sebaliknya terjadi peningkatan pada t100 walau tidak terlalu
besar.
3.6. Sulfur tersedia
166.5
144
87
0
t0
Gambar
85.5
17
t17
20
t20
75.75
56.25
3444.25 38
25
t25
t34
t38
62.25 60
4350.25 50
t43
t50
t60
tailing
S-tersedia (ppm) akhir**
83
80
75
67
56.25
54.75
53.25
51.75
t66,7
t75
t80
t83
100
51
t100
10. Kondisi Sulfur tersedia (ppm) akhir penelitian pada berbagai persentase
tailing
PEMBAHASAN
Potensi kenaikan nilai KTK di sebabkan oleh tingginya bahan organic yang
menyusun media. Pada batas-batas tertentu penambahan limbah padat akan meningkatkan
nilai KTK. Reaksi tanah tercermin dari nilai pH yang menunjukkan kelarutan ion H+ dan
OH -. Hal ini diduga selama fase dekomposisi terjadi penguraian bahan organic yang
menyebabkan terlepasnya ion H+ hasil dekomposisi yang berpeluang menyebabkan
keasaman dan menurunkn pH media. Bahan organik meningkatkan produktifitas tanah
melalui mineralisasi zat-zat hara. Bahan organik mampu meningkatkan kapasitas
pertukaran kation sehingga kemampuan mengikat kation menjadi lebih tinggi (Rosmarkam
dan Yuwono 2002).
C-Organik awal sangat tinggi, dan cendrung menurun ketika di lakukan
pencampuran. Di pengamatan akhir di temui media limbah padat cenderung tetap
mempunyai C organik tinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa belum terjadinya
dekomposisi sempurna dari limbah padat tersebut. Selanjutnya di akhir pengaatan terjadi
fluktuasi pH yang cenderung tidak konsisten seiring dengan penambahan limbah padat
dimedia tailing, kondisi ini menunujukkan ada gejala seiring dengan penmbahan limbah
padat yang mengandung bahan organik tinggi akan tetap menunjukkan kondisi C organik
yang tetap tinggi disebabkan proses dekomposisi bahan organik yang memerlukan waktu.
Pada penelitian ini ditemukan tidak adanya konsistensi nilai N total awal dan akhir
pada kompsosisi media campuran, tetapi tetap dapat dikatakan adanya kecenderungan N
total akan meningkat sejak awal penambahn solid pada media dan terus akan menurun
seiring dengan meningkatnya kompsosisi tailingnya. Hal ini ditunjukkan oleh adanya
peningkatan N pada semua komposisi. Kecenderungan yang berlaku semakin banyak
tailing pada media campuran maka peningkatan N total awal ke N total akhir juga akan
semakin menurun, hal ini terlihat perubahan N total pada komposisi t 83 dan t100. Hal
sebaliknya yang terjadi pada kompsosisi tailing yang rendah t17 dan t20. Semakin banya
solid yang ditambahkan N total akan semakin meningkat seiring proses dekomposisi
selanjutnya.
Media limbah padat mempunyai P Bray yang lebih tinggi pada awalnya
dibandingkan media pasir tailing dan tanah. Pasir tailing mempunyai nilai P-Bray sangat
397
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014
ISBN : 979-587-529-9
rendah dibandingkan semua media. Selanjutnya ketika di campur pasir tailing dapat
memperbaiki nilai P-braynya sampai pada level setara dan lebih tinggi dari tanah. Potensi
limbah padat sawit terlihat cukup mampu memperbaiki kondisi P-Bray tailing yang pada
awalnya sangat rendah. Walaupun nilai P Bray setara tetapi tidak menunjukkan bahwa
dengan penambahan limbah padat yang lebih banyak menyebabkan P-Bray media akhir
menjadi lebih tinggi. Sulfur tersedia tetap tinggi untuk media limbah padat saja, dan rendah
seiring menurunnya kandungan bahan limbah padat. Perbaikan penyediaan sulfur terlihat
sangat baik pada campuran media dengan kandungan limbah padat yang mencapai 4 dan 5
bagian dibandingkan pasir tailing.
Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian tehadap tanaman tergantung
pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju
dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik
meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin dan ukuran bahan, sedangkan faktor
tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur, struktur dan suplai oksigen, serta reaksi
tanah, ketersediaan hara terutama N,P,K dan S (Parr,1978 dalam Hanafiah., 2007).
Berdasarkan kecenderungan data dapat dinyatakan penambahan solid pada media taling
akan meningkatkan KTK. pH selama penanaman akan menurun untuk semua campuran
media, semakin banyak persentase solid yang ditambahkan pada tailing cenderung akan
menurunkan pH. Corganik cenderung akan meningkat dengan penambahan solid pada
media taling. Untuk N total, rata-rata terjadi peningkatan N total dari awal tanam sampai
akhir penelitian untuk semua komposisi media. Peningkatan N total tertinggi terjadi pada
t60 dengan peningkatan Ntotal sampai 45%. Selama penanaman terlihat adanya penurunan
P-Bray pada media solid (t0) dan terjadi hal sebaliknya pada tailing (t100) terjadi sedikit
peningkatan P-bray. Untuk Sulfur tersedia, setelah penanaman terlihat penambahan solid
pada tailing akan meningkatkan Sulfur tersedia. Peningkatan sulfur tersedia tertinggi
diperoleh pada perlakuan t17 (83% solid dan 17% tailing). Limbah padat kelapa sawit
berpotensi memperbaiki sifat kimia pasir tailing bekas penambangan timah. Pemakaian
tailing mulai dari 20 sampai 66,7 persen masih dapat memenuhi standar pembibitan jarak
pagar atau penambahan 33 persen bahan organik adalah standar minimal untuk mencapai
pertumbuhan setara dengan topsoil. Komposisi media t50 (50% tailing dan 50% solid)
secara umum sudah sudah dapat diterapkan sebagai perbandingan media terbaik.
KESIMPULAN
1.
2.
3.
Belum diperoleh konsistensi hasilsecara kuantitatif untuk semua hasil yang diperoleh
Limbah padat kelapa sawit berpotensi memperbaiki sifat kimia pasir tailing bekas
penambangan timah.
Pemakaian tailing mulai dari 20 sampai 66,7 persen masih dapat memenuhi standar
pembibitan jarak pagar atau penambahan 33 persen bahan organik limbah padat
kelapa sawit (solid) adalah standar minimal untuk mencapai pertumbuhan setara
dengan topsoil
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pertanian Kabupaten Bangka. 2007. Luas Areal Perkebunan Tanaman Kelapa Sawit
Kabupaten Bangka. http://www.bangka.go.id/bangka/data/kebun_01.pdf
Elfis. 1998. Vegetasi Kerangas Pada Daerah Bekas Penambangan Timah Di Pulau
Singkep Kepulauan Riau. Program Pascasarjana Universitas Andalas .(Tidak
Dipublikasikan)
398
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September 2014
ISBN : 979-587-529-9
Fitter. A. H. dan R. K. M. Hay, 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press.
Yogyakarta. Hal. : 92-93
Foth. H. D. , 1991, Dasar-dasar Ilmu Tanah. UGM Press. Yogyakarta hal : 526-529
Goenadi, D.H. 1997. Composing of agroindustrial. KCL waste. Makalah workshop on
agroindustrial waste composing INI, Lembaga Penelitian Indonesia LIPI Bogor.
Hanafiah.,KA.2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah, PT. Raja Grafindo Persada Jakarta
Nurtjahya, E. 2004. Analisa Beberapa Sifat Fisika Dan Kimia Tanah Pada Beberapa Tipe
Penggunaan Lahan Di Pulau Bangka (tidak dipublikasikan).
Rosmarkam A dan N.W., Yuwono 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius Yogyakarta.
399
Download