36 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017

advertisement
36 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KLASIFIKASI
MANUSIA PURBA MASA PRA-AKSARA DENGAN PENERAPAN
MODEL PROBLEM BASED LEARNING
Oleh
Rasto
SMA Negeri 1 Terisi
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah 1) penerapan model Problem Based Learning
dapat meningkatkan hasil belajar pada klasifikasi manusia purba masa praaksara di kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi dan (2) penerapan model Problem
Based Learning dapat meningkatkan motivasi belajar pada klasifikasi manusia
purba masa pra-aksara di kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi.
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian ini dilakukan
dua siklus, setiap siklus terdiri atas empat kegiatan, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.2
IPS SMA Negeri 1 Terisi sebanyak 34 anak dan objek penelitiannya adalah
pembelajaran pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara dengan penerapan
model Problem Based Learning.
Hasil penelitian penerapan pembelajaran pada klasifikasi manusia purba
masa pra-aksara dengan penerapan model Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Dari 34 siswa, pada siklus 1 ada 14 siswa yang
tuntas atau prosentase ketuntasannya adalah 41 % . Sedangkan pada siklus 2 ada
27 siswa yang tuntas atau prosentase ketuntasannya adalah 79% . Hasil pantauan
guru observer, diketahui motivasi siswa belajar pada diskusi kelompok siklus 1
rata-rata 69 (kategori C) dan pada siklus 2 mengalami kenaikan menjadi 72
(kategori B). Kemudian pada presentasi kelompok pada siklus 1 rata-rata 69
(kategori C) dan pada siklus 2 mengalami kenaikan menjadi 71 (kategori B).
Kata Kunci:
model pembelajaran, model Problem Based Learning, manusia
purba, siklus, hasil belajar dan motivasi belajar.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mata pelajaran Sejarah Indonesia memiliki arti strategis dalam pembentukan
watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia
Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Namun pada
kenyataannya, mata pelajaran sejarah ini adalah mata pelajaran yang sering
diabaikan dan kurang mendapat perhatian banyak dari siswa, termasuk pada kelas
X IPS SMA Negeri 1 Terisi, mengakibatkan rendahnya motivasi belajar siswa
pada pelajaran sejarah Indonesia.
Motivasi ini tentu saja bukanlah semata persoalan materi pelajaran sejarah
Indonesia itu sendiri, tapi lebih kepada guru yang dalam penyampaian materinya
Rasto | 37
terkesan monoton dan sering kali menempatkan proses belajar mengajar yang
hanya terpusat pada guru. Guru sebagai pengatur jalannya proses belajar mengajar,
haruslah memiliki cara agar semua proses kegiatan belajar mengajar menjadi
proses yang menyenangkan. Salah satu pendekatan yang digunakan pendekatan
saintifik. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Metode pembelajaran
sejarah Indonesia selama ini kurang tepat,
penggunaan metode pembelajaran tersebut menyebabkan rendahnya kemampuan
siswa dalam memahami dan menerapkan konsep materi pelajaran. Upaya yang
dilakukan salah satunya adalah model pembelajaran Problem Based Learning.
Barrow (1980:1), model Problem Based Learning adalah pembelajaran yang
diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah.
Masalah tersebut dipertemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran. Jadi,
fokusnya adalah pada pembelajaran siswa dan bukan pada pengajaran guru.
Implikasi dari uraian di atas dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah
perlu dilakukannya upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada klasifikasi
manusia purba masa pra-aksara dengan penerapan model Problem Based Learning
di kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas.
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil
belajar pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara di kelas X.2 IPS SMA
Negeri 1 Terisi?
2. Apakah penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan
motivasi belajar pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara di kelas X.2
IPS SMA Negeri 1 Terisi ?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini antara lain :
1. Penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar
pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara di kelas X.2 IPS SMA Negeri
1 Terisi.
2. Penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi
belajar pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara di kelas X.2 IPS SMA
Negeri 1 Terisi.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar
berupa: 1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis, 2) Keterampilan intelektual yaitu
kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Kemampuan intelektual
terdiri dari kemampuan mengkategorisasi, kemampuan analisis-sintesis fakta-
38 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017
konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan, 3) Strategi kognitif yaitu
kecakapan menyalurkan dan mengarahkanb aktivitas kognitifnya sendiri.
Kemmpuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan
masalah, 4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani, 5)
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan
eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai
sebagai standar perilaku (Suprijono, 2009: 6)
Thompson dan kawan-kawan (1959:99) berpendapat bahwa ada beberapa
cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk memperoleh sumber informasi
mengenai hasil belajar anak didiknya, antara lain dengan pengamatan secara
langsung terhadap tingkah laku, menganalisis dan mengevaluasi produk kreatif
(Prakarya, paper, kliping dan sebagainya) pembicaraan (interviews), hapalan
(recitation) dan ujian sebagai bentuk yang sering digunakan untuk tes hasil belajar.
Skenario Pembelajaran Aktif Kurikulum 2013
Paradigma belajar bagi peserta didik menurut jiwa Kurikulum 2013 adalah
peserta didik aktif mencari bukan lagi peserta didik menerima. Oleh karena itu,
pembelajaran harus dikembangkan menjadi pembelajaran yang aktif, inovatif dan
kreatif. Di Indonesia sebenarnya sudah lama dikembangkan pendekatan
pembelajaran yang dikenal dengan paikem. Pendekatan ini nampaknya sangat
relevan dengan kemauan model pembelajaran untuk mendukung pelaksanakan
Kurikulum 2013. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014:20),
bahwa pembelajaran Sejarah Indonesia sangat cocok dengan pendekatan paikem.
Paikem adalah singkatan dari prinsip pembelajaran: Pembelajaran. Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
Dalam model pembelajaran kurikulum 2013 juga perlu dikembangkan pada
pembelajaran berbasis nilai. Pembelajaran Sejarah Indonesia terkait dengan
pengembangan nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme, persatuan, patriotisme,
rela berkorban, suka menolong, dan toleransi, juga perlu dikembangkan nilai-nilai
kejujuran, kearifan, kedisiplinan serta nilai lainnya. Nilai-nilai tersebut dapat
dikembangkan untuk diamalkan dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68
tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum dikembangkan
dengan penyempurnaan sejumlah pola pikir yang dikembangkan pada kurikulum
sebelumnya. Salah satu diantaranya adalah pola pembelajaran pasif menjadi
pembelajaran aktif-mencari. Pola pikir yang berubah, menuntut juga perubahan
dalam pendekatan pembelajarannya. Pendekatan scientific atau pendekatan ilmiah
dipilih sebagai pendekatan dalam pembelajaran kurikulum 2013. Peserta didik
secara aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas ilmiah yaitu
mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba
(exsperimenting), dan membentuk jejaring (networking).
Rasto | 39
Model Problem Based Learning
Problem Based Learning merupakan sebuah pendekatan dan juga model
pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta
didik untuk belajar. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014:26),
Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik
bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang
menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara
berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang
diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu.
Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari
konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Ada
lima langkah yang meliputi: Konsep Dasar (Basic Concept), Pendefinisian
Masalah (Defining the Problem), Pembelajaran Mandiri (Self Learning), Diskusi
kelompok Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge), Presentasi antar
kelompok dalam pleno kelas dan merumuskan kesimpulan.
METODE PENELITIAN
Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negei 1 Terisi Indramayu, tepatnya di
kelas X.2 IPS. Subyek penelitian adalah siswa Kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi
dengan jumlah 34 siswa yang terdiri dari 17 laki laki dan 17 perempuan..
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu pada bulan Juli - September 2016.
Untuk lebih jelasnya rincian waktu dan jenis kegiatan dapat dilihat pada tabel 1
berikut ini.
Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan
Bulan
No
Kegiatan
Juli
Agustus
September
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
Menyusunan rencana pelaksanaan
Membuat jadwal dan tugas (Survei awal) X
Penyusunan instrumen
X
Seleksi informan dan alat/media
X
2.
Pelaksanaan
Melaksanakan tindakan Siklus I
X
Melaksanakan tindakan Siklus II
X
3.
Penyusunan Laporan
Menyusun konsep laporan
X
Analisis data
X
Seminar hasil penelitian
X
Perbaikan laporan
X
Pengesahan dan penggandaan laporan
X
Sumber : Data Penelitian (Diolah)
40 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017
Sumber Data Penelitian
1. Peristiwa Belajar Mengajar, Data yang dikumpulkan yaitu data tentang
pelaksanaan pembelajaran klasifikasi manusia purba masa pra-aksara di kelas
X.2 IPS di SMA Negeri 1 Terisi baik pratindakan (survei awal) serta pasca
tindakan.
2. Siswa Kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi, Data yang dikumpulkan yaitu data
proses pembelajaran klasifikasi manusia purba masa pra-aksara dan data
hambatan siswa.
3. Dokumen, Data yang dikumpulkan, antara lain: rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), foto kegiatan pembelajaran klasifikasi manusia purba masa
pra-aksara, hasil tes siswa serta hasil angket yang diisi oleh siswa.
Teknik Uji Validitas Data
Data diuji validitas menggunakan dua teknik triangulasi, yaitu triangulasi
sumber data dan triangulasi metode. Teknik triangulasi sumber data berbentuk
analisis data kesulitan-kesulitan guru dalam mengajarkan materi klasifikasi
manusia purba masa pra-aksara di kelas dan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh
siswa dalam pembelajaran klasifikasi manusia purba masa pra-aksara. Data itu
dihimpun dan dicocokkan. Teknik triangulasi metode digunakan untuk
memperoleh informasi kesesuaian penerapan model Problem Based Learning
(PBL) dalam pembelajaran klasifikasi manusia purba masa pra-aksara. Validitas
data dapat diperoleh melalui observasi langsung atau pengamatan terhadap
aktivitas dan kreativitas siswa selama pembelajaran. Validitas data dapat juga
diperoleh dari hasil wawancara dan analisis dokumen berupa hasil tes yang
dikerjakan siswa.
Indikator Keberhasilan Tindakan
Untuk mengukur keberhasilan tindakan, Indikator keberhasilan terdiri atas
dua indikator, yaitu indikator keberhasilan untuk aspek hasil belajar (penilaian
pengetahuan) atau hasil ketuntasan belajar minimal dan indikator keberhasilan
untuk aspek kualitas proses dan diskusi (penilaian ketrampilan). Indikator
keberhasilan tindakan hasil belajar penelitian ini dirumuskan pada tabel 2 sebagai
berikut:
Tabel 2. Indikator Keberhasilan Pengetahuan untuk Aspek Hasil Belajar
Aspek yang Diukur
(klasifikasi manusia
purba pada masa praaksara)
Ketuntasan Hasil Belajar
Target Capaian
(dihitung dari jumlah siswa
yang mencapai KKM)
Siklus 1
50 %
Sumber: Hasil Penelitian diolah (2016)
Cara Mengukur
Siklus 2
75 %
Dihitung dari jumlah
siswa
yang
memperoleh nilai 80
ke atas pada hasil
kuis
Rasto | 41
Indikator keberhasilan pengetahuan untuk aspek hasil belajar pada
pembelajaran klasifikasi manusia purba masa pra-aksara di kelas X.2 IPS SMA
Negeri 1 adalah pada siklus 1 siswa yang memperoleh ketuntasan belajar minimal
50% (17 siswa) yang kemudian dilakukan refleksi untuk menentukan langkahlangkah perbaikan pada siklus 2. Pada siklus 2 ketuntasan hasil belajar siswa
minimal 75% (atau 26 siswa) jika tercapai maka penelitian dianggap selesai, tetapi
jika tidak tercapai maka dilakukan siklus 3. Untuk indikator keberhasilan penilaian
ketrampilan untuk aspek kualitas proses, dijelaskan pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Indikator Keberhasilan Penilaian Ketrampilan untuk Aspek Kualitas
Proses
Aspek yang Diukur
(Aspek Proses)
Penilaian
ketrampilan proses
diskusi kelompok
Penilaian untuk
Presentasi Diskusi
Kelompok
Indikator Penilaian
Kerjasama,
Mengkomunikasikan
pendapat, Toleransi, Kreatif, dan
Menghargai pendapat
Komunikasi,
Sistematika
penyajian, Wawasan, Keberanian
dan Antusias
Cara Mengukur
Dihitung rata-rata nilai
kelas pada
proses
diskusi kelompok dan
Presentasi
Diskusi
Kelompok
Sumber : Hasil Penelitian diolah (2016)
Adapun keterangan nilainya menggunakan interval yaitu: nilai rata-rata 80100 dengan kategori baik sekali (A), nilai rata-rata 70-79 dengan kategori baik
(B), nilai rata-rata 60-69 dengan kategori cukup (C), dan nilai rata-rata < 60
dengan kategori kurang (D). Indikator keberhasilan penilaian ketrampilan untuk
aspek kualitas proses pada penilaian ketrampilan proses diskusi kelompok dalam
memecahkan masalah dan penilaian untuk presentasi diskusi kelompok minimal
jika rata-rata nilai kelas ada pada rentang 70-79 dengan kategori baik (B).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Survey Awal
Kegiatan survei awal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan nyata yang
ada dilapangan. Kegiatan pratindakan ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 2
Agustus 2016 pukul 12.30-14.00 WIB. Pada kegiatan pratindakan ini, guru
praktikan melaksanakan pretest yang dibantu oleh seorang guru/teman sejawat
yang mengajar mata pelajaran sejarah sebagai observer. Setelah itu melakukan
wawancara dan menyebarkan angket tentang pelajaran sejarah Indonesia,
hambatan dalam KBM dan sarana prasarana yang dibutuhkan sehingga
pembelajaran lebih efektif dan efisien. Guru praktikan melakukan wawancara
secara acak dengan siswa kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi. Hasil wawancara
sebagai berikut: 1) 75% siswa datang tepat waktu ke sekolah, 2) alasan siswa
datang tepat waktu ke sekolah karena kebiasaan disiplin, takut ketinggalan
pelajaran dan takut dihukum oleh guru, 3) 80% siswa senang mata pelajaran
sejarah Indonesia, 4) alasan siswa senang mata pelajaran sejarah Indonesia karena
42 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017
gurunya disiplin, materinya mudah dipahami dan senang belajar masa lalu, 5)
kekurangan dalam pembelajaran sejarah Indonesia adalah kurangnya buku
pembelajaran, kurangya penerangan di kelas dan perlu pembelajaran dengan
proyektor, dan 6) sarana dan prasarana yang dibutuhkan siswa yaitu buku
pelajaran lengkap, TV, Proyektor dan AC/ kipas angin. Selain melakukan
wawancara, guru praktikan juga melakukan tes pra tindakan. Hasilnya, tidak ada
siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=80). Nilai tertinggi 50,
nilai terrendah 10, dengan nilai rata-rata kelasnya adalah 30.
Tabel 4. Hasil Belajar Siswa Survei / Pra Tindakan
No
Uraian
Hasil Pra Tindakan
1.
Nilai rata-rata hasil belajar siswa
30
2.
Jumlah siswa yang tuntas
0
3.
Prosentase ketuntasan belajar
0%
Sumber: Hasil Penelitian diolah (2016)
Siklus 1
Perencanaan Tindakan
Berdasarkan pada survei awal yang dilakukan dari kegiatan pratindakan,
diketahui bahwa ada permasalahan utama yang menyebabkan siswa tidak ada
siswa yang mencapai batas minimal ketuntasan belajar. Permasalahan pertama
adalah proses pembelajaran yang konvensional. Permasalahan kedua adalah hasil
belajar siswa yang rendah.
Peneliti berasumsi bahwa tindakan perlu dilakukan untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Tahap pertama dari siklus 1 adalah perencanaan tindakan.
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 8 Agustus 2016 di ruang guru.
Pada kesempatan tersebut peneliti berdiskusi dengan guru observer. Hal-hal yang
didiskusikan antara lain: peneliti menyamakan persepsi dengan guru observer
mengenai penelitian yang dilakukan, peneliti mengusulkan diterapkannya model
Problem Based Learning, Peneliti menyusun RPP untuk siklus 1, Peneliti
merumuskan indikator pencapaian kompetensi, Peneliti membuat lembar penilaian
siswa yaitu instrumen penelitian yang berupa soal tes dan non tes. dan menentukan
jadwal pelaksanaan tindakan.
Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
Siklus 1 dilaksanakan pada hari Selasa, 9 Agustus 2016 di ruang kelas
X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi. Pertemuan berlangsung selama 90 menit. Tindakan
dilaksanakan pukul 12.30 – 14.00 WIB ( jam ke 7-8 ). Langkah-langkahnya:
memberi salam, menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk
belajar, menanyakan kehadiran siswa, mempersilahkan salah satu siswa memimpin
doa, tanya jawab materi sebelumnya mengenai mengenal manusia Purba,
menyampaikan indikator pencapaian kompetensi melalui power poin, mengamati
gambar jenis manusia praaksara melalui power point, untuk membangun konsep
dasar, peserta didik membaca buku ajar secara mandiri untuk memecahkan
masalah, peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok, peserta didik yang terbagi
dalam kelompok mendiskusikan dan bertukar pengetahuan, peserta didik
Rasto | 43
menulis hasil diskusi kelompok dalam kertas laporan dan mempresentasikan di
depan kelas (pleno kelas), kemudian membuat sebuah kesimpulan, guru bersama
siswa melakukan refleksi dan penguatan kesimpulan materi yang dibahas, evaluasi
hasil belajar melalui tes tertulis, koreksi bersama evaluasi hasil belajar siklus I,
mengevaluasi pelaksanaan siklus 1 dan menyampaian rencana pelaksanaan siklus
2, dan guru mengucap salam, pembelajaran berakhir.
Observasi dan Interpretasi
Observasi dilaksanakan saat pembelajaran klasifikasi manusia purba masa
pra aksara dengan model Problem Based Learning dalam pembelajaran
berlangsung pada hari Rabu tanggal 9 Agustus 2016 di ruang kelas XI IPS 1 SMA
Negeri 1 Terisi. Pertemuan berlangsung selama 90 menit. Pada tindakan pertama
dilaksanakan pada pukul 12.30 – 14.00 WIB (jam ke 7-8). Observasi difokuskan
pada pelaksanaan pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilaksanakan guru praktikan
serta aktivitas siswa siswa dalam pembelajaran klasifikasi manusia purba masa pra
aksara yang dibantu oleh guru observer.
Analisis dan Refleksi
Dari hasil pengamatan guru observer pada tindakan siklus 1, dapat
dikemukakan bahwa kualitas pembelajaran sudah mengalami peningkatan. Hal ini
ditandai oleh:
1) Keaktifan siswa dalam pembelajaran masih belum maksimal. Situasi
pembelajaran sudah ada peningkatan.
2) Siswa mulai memperhatikan pembelajaran. Beberapa siswa sibuk mempelajari
materi tentang klasifikasi manusia purba masa pra aksara.
3) Siswa mulai berminat dan termotivasi mengikuti pembelajaran, dalam
kurikulum 2013 dijadikan sebagai kompetensi ketrampilan, data yang
diperoeh sebagai berikut:
a) Dari hasil pantauan guru observer, diketahui motivasi siswa belajar pada
rublik kegiatan diskusi kelompok siklus 1 rata-rata kelasnya 69 (C).
Tabel 5. Instrumen Lembar Pengamatan Kegiatan Diskusi
Aspek Pengamatan
N
Uraian
Kerjasama Komunikasi Toleransi Kreatif
o
Pendapat
1 Jumlah
Kegiatan
2580
2445
2250
2250
Diskusi
2 Nilai ratarata
76
72
66
66
Kegiatan
Diskusi
3 Kesimpulan
69 (Kategori C)
Sumber: Hasil Penelitian diolah (2016)
Menghargai
Pendapat
2275
67
44 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017
b) Dari hasil pantauan guru observer, diketahui motivasi siswa belajar pada
rublik presentasi diskusi kelompok siklus 1 rata-rata kelasnya 69 (C).
Tabel 6. Instrumen Lembar Pengamatan Penilaian Presentasi Diskusi
Aspek Pengamatan
Komunik Sistematik Wawasa Keberania
No
Uraian
asi
a
n
n
Penyajian
1 Jumlah Kegiatan
2560
2440
2205
2240
Presentasi Diskusi
2 Nilai rata-rata
75
72
65
66
Kegiatan Diskusi
3 Kesimpulan
69 (Kategori C)
Sumber: Hasil Penelitian diolah (2016)
Antusia
s
2235
4) Pada siklus 1 ada 14 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM=80) atau prosentase ketuntasannya adalah 41 % . Pada siklus 1,
diperoleh nilai tertinggi 90, nilai terrendah 30, dengan nilai rata-rata kelasnya
adalah 67.
Tabel 7. Hasil Belajar Siswa Siklus 1
No
Uraian
Hasil Pra Tindakan
1.
Nilai rata-rata hasil belajar siswa
67
2.
Jumlah siswa yang tuntas
14
3.
Prosentase ketuntasan belajar
41 %
Sumber: Hasil Penelitian diolah (2016)
Siklus 2
Perencanaan Tindakan
Pada senin, 15 Agustus 2016 di ruang guru SMA Negeri 1 Terisi, Guru
praktikan dan guru observer mengadakan diskusi. Dalam kesempatan ini, guru
praktikan menyampaikan hasil observasi terhadap proses pembelajaran klasifikasi
manusia purba masa pra aksara yang dilaksanakan pada siklus 1. Peneliti
menyampaikan segala kelebihan dan kekurangan selama berlangsungnya proses
pembelajaran klasifikasi manusia purba masa pra aksara pada siklus 1. Untuk
mengatasi berbagai kekurangan yang ada, akhirnya guru praktikan dan guru
observer mengambil keputusan sebagai berikut: yaitu (1) Siswa diberi tugas untuk
mencari sumber pembelajaran baik di perpustakaan atau melalui internet; (2) Guru
tidak hanya di depan kelas, saat memberikan penjelasan kepada siswa. Guru juga
harus memantau masing-masing anggota
kelompok dengan memberikan
bimbingan dan pengarahan secara menyeluruh tidak hanya kelompok-kelompok
tertentu saja; (3) Untuk mengatasi masalah siswa yang bersikap egois dan tidak
mau bekerja sama dalam kelompok, dapat diatasi dengan guru memberikan
penjelasan kepada siswa tentang tujuan dan keharusan bekerjasama dalam sebuah
kelompok; (4) Untuk meningkatkan motivasi siswa, guru akan memberikan
reward pada siswa yang memperoleh nilai tertinggi dan pada kelompok yang
memperoleh rata-rata tertinggi; (5) Untuk memudahkan siswa dalam menyerap
66
Rasto | 45
dan memahami materi yang diajarkan, guru menggunakan multimedia proyektor
dengan membuat power point.
Selanjutnya guru praktikan dan guru observer melakukan beberapa
kegiatan untuk siklus 2, yaitu; Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) siklus 2; Menyiapkan media pembelajaran berupa rangkuman pokok-pokok
materi dan power point.; Menyiapkan soal hasil belajar siswa, Menyiapkan rublik
pengamatan motivasi belajar siswa. Dari kegiatan diskusi antar guru praktikan dan
guru observer, disepakati pula bahwa tindakan siklus 2 akan dilaksanakan sekali
pertemuan, yaitu pada hari Selasa, 16 Agustus 2016.
Pelaksanaan Tindakan Siklus 2
Seperti yang telah direncanakan, tindakan siklus 2 dilaksanakan dalam
sekali pertemuan yaitu pada hari Selasa, 16 Agustus 2016 di ruang kelas X.2 IPS
SMA Negeri 1 Terisi. Pertemuan berlangsung selama 90 menit, yaitu 2 x 45 menit.
Pada tindakan pertama dilaksanakan pada pukul 12.30 – 14.00 WIB (jam ke 7-8).
Langkah-langkah yang dilakukan guru praktikan dalam pembelajaran klasifikasi
manusia purba masa pra aksara pada tindakan siklus 2 ini adalah sebagai berikut:
Memberi salam, Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk
belajar, Menanyakan kehadiran siswa, Mempersilahkan salah satu siswa
memimpin doa, Tanya jawab materi sebelumnya mengenai mengenal manusia
Purba, Menyampaikan indikator pencapaian kompetensi melalui power poin,
Mengamati gambar jenis manusia praaksara melalui Power Point, untuk
membangun konsep dasar, Siswa menanyakan tentang Manusia Purba Jenis
Megan tropus, Manusia Purba Jenis Pithecantropus, Manusia purba Jenis Homo,
Gambar- gambar manusia purba di Indonesia, Peserta didik membaca buku ajar
secara mandiri untuk memecahkan masalah, Peserta didik dibagi menjadi 6
kelompok, Peserta didik yang terbagi dalam kelompok mendiskusikan dan
bertukar pengetahuan, Peserta didik menulis hasil diskusi kelompok dalam
kertas laporan dan mempresentasikan di depan kelas (pleno kelas), kemudian
membuat sebuah kesimpulan, Bersama-sama Guru dan siswa melakukan refleksi
materi yang telah dibahas, Siswa mengerjakan soal kuis hasil belajar, Guru dan
siswa melaksanakan koreksi bersama, Guru memberikan reward kepada individu
yang mendpatkan nilai tertinggi dan kelompok yang mendapatkan rata-rata
tertinggi, guru mengevaluasi pelaksanaan siklus 2 dan penelitian selesai,
pembelajaran ditutup dengan mengucap salam Sampai pada langkah ke 18, bel
usai pelajaran berbunyi.
Observasi dan Interpretasi
Observasi dilaksanakan saat pembelajaran pembelajaran klasifikasi
manusia purba masa pra aksara dengan model Problem Based Learning
berlangsung pada hari Kamis di ruang kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Terisi.
Pertemuan berlangsung selama 90 menit, yaitu 2 x 45 menit. Pada tindakan
pertama dilaksanakan pada pukul 12.30 – 14.00 WIB (jam ke 7-8). Observasi
difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilaksanakan
guru praktikan serta aktivitas siswa siswa dalam pembelajaran klasifikasi manusia
purba masa pra aksara yang dibantu oleh guru observer.
46 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017
Analisis dan Refleksi
Dari hasil pengamatan guru observer pada tindakan siklus 2, dapat
dikemukakan bahwa kualitas pembelajaran sudah mengalami peningkatan. Hal ini
ditandai oleh:
1) Keaktifan siswa dalam pembelajaran masih belum maksimal. Situasi
pembelajaran sudah ada peningkatan. Guru praktikan pembelajaran dengan
menggunakan model Problem Based Learning.
2) Siswa mulai memperhatikan pembelajaran. Beberapa siswa sibuk mempelajari
materi tentang klasifikasi manusia purba masa pra aksara.
3) Siswa mulai berminat dan termotivasi mengikuti pembelajaran, data yang
diperoeh sebagai berikut:
a) Dari hasil pantauan guru observer, diketahui motivasi siswa belajar pada
rublik kegiatan diskusi kelompok siklus 2 rata-rata kelasnya 72 (B).
Tabel 8. Instrumen Lembar Pengamatan Kegiatan Diskusi
Aspek Pengamatan
Kerjasam Komunik Tolerans Kreat
No
Uraian
a
asi
i
if
Pendapat
1 Jumlah Kegiatan
2710
2485
2320
2325
Diskusi
2 Nilai rata-rata
80
73
68
68
Kegiatan Diskusi
3 Kesimpulan
72 (Kategori B)
Sumber: Hasil Penelitian diolah (2016)
Menghar
gai
Pendapat
2340
69
b) Dari hasil pantauan guru observer, diketahui motivasi siswa belajar pada
rublik presentasi diskusi kelompok siklus 2 rata-rata kelasnya 71 (B).
Tabel 9. Instrumen Lembar Pengamatan Penilaian Presentasi Diskusi
Aspek Pengamatan
Komunik Sistematik Wawasa Keberania Antusia
No
Uraian
asi
a
n
n
s
Penyajian
1 Jumlah Kegiatan
Presentasi Diskusi
2600
2610
2320
2320
2280
2 Nilai rata-rata
Kegiatan Diskusi
76
77
68
68
67
3 Kesimpulan
71 (Kategori B)
Sumber: Hasil Penelitian diolah (2016)
4) Pada siklus 2, diperoleh nilai tertinggi 100, nilai terrendah 40, dengan nilai
rata-rata kelasnya adalah 78.
Rasto | 47
Tabel 10. Hasil Belajar Siswa Siklus 1
No
Uraian
Hasil Pra Tindakan
1.
Nilai rata-rata hasil belajar siswa
78
2.
Jumlah siswa yang tuntas
27
3.
Prosentase ketuntasan belajar
79 %
Sumber: Hasil Penelitian diolah (2016)
PEMBAHASAN
Sebelum melaksanakan siklus 1, peneliti melakukan survei awal untuk
mengetahui kondisi yang ada di lapangan. Berdasarkan hasil survei ini, peneliti
menemukan bahwa kualitas pembelajaran pada klasifikasi manusia purba masa
pra-aksara di kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi masih tergolong rendah. Peneliti
berkolaborasi dengan guru mata pelajaran sejarah (sebagai guru observer) dengan
menerapkan Model Problem Based Learning dalam pembelajaran pada klasifikasi
manusia purba masa pra-aksara. Selanjutnya, peneliti dan guru observer menyusun
rencana untuk siklus 1. Siklus pertama ini pada klasifikasi manusia purba masa
pra-aksara dengan penerapan model Problem Based Learning. Ternyata masih
terdapat beberapa kekurangan atau kelemahan yang ada selama proses
pembelajaran penerapan model Problem Based Learning pada siklus 1.
Berdasarkan tindakan-tindakan tersebut, guru berhasil melaksanakan
pembelajaran tentang pembelajaran pada klasifikasi manusia purba masa praaksara dengan penerapan model Problem Based Learning yang mampu
mengaktifkan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga keterampilan siswa
dapat terkembang dengan baik yang berakibat pada meningkatnya kualitas proses
dan hasil pembelajaran pembelajaran pada klasifikasi manusia purba masa praaksara dengan penerapan model Problem Based Learning.
Pertama, dengan pembentukan kelompok belajar, siswa saling berinteraksi
dan berdiskusi untuk menuntaskan materi yang jadi masalah yang harus
dipelajarinya. Hal ini mengacu pada pendapat bahwa adanya interaksi secara terus
menerus antar anggota dalam suatu kelompok, akan menciptakan interaksi yang
asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning Community),
siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa (Sugiyanto,
2007: 10)
Kedua, Siswa setelah diterapkannya Model Problem Based Learning,
sedikit demi sedikit siswa mulai tertarik mengikuti pelajaran. Sebagaimana
penjelasan Anita Lie (2004: 32) menyatakan bahwa adanya interaksi promotif
memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil
belajar yang optimal.
Ketiga, siswa belajar secara berkelompok dapat meningkatkan keaktifan
dan prestasi belajar siswa. Dengan adanya Penerapan pembelajaran pada
klasifikasi manusia purba masa pra-aksara dengan penerapan model Problem
Based Learning secara berkelompok akan memudahkan siswa dalam berfikir
karena mereka dapat saling bertukar ide atau gagasan, bertanya jawab mengenai
kesulitan-kesulitan yang mereka alami selama kegiatan pembelajaran.
48 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017
Keempat, hasil belajar siswa meningkat. Hasil penelitian Penerapan
pembelajaran pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara dengan penerapan
model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil pembelajaran.
Berdasarkan Indikator keberhasilan pengetahuan untuk aspek hasil belajar
adalah pada siklus 1 yang mencapai KKM 50% (17 siswa) yang kemudian
dilakukan refleksi untuk menentukan langkah-langkah perbaikan pada siklus 2.
Pada siklus 2 yang mencapai KKM 75% (26 siswa). Hasil pantauan guru
observer, diketahui motivasi siswa belajar pada diskusi kelompok siklus 1 ratarata 69 (kategori C) dan pada siklus 2 mengalami kenaikan menjadi 72 (kategori
B). Kemudian pada presentasi kelompok pada siklus 1 rata-rata 69 (kategori C)
dan pada siklus 2 mengalami kenaikan menjadi 71 (kategori B). Karena dua
indikator aspek hasil belajar dan aspek kualitas proses (motivasi belajar siswa)
sudah tercapai, maka penelitian selesai dan tidak dilanjutkan ke siklus 3.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Hasil penelitian penerapan pembelajaran pada klasifikasi manusia purba masa
pra-aksara dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil
pembelajaran.
2. Penerapan pembelajaran pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara
dengan model Problem Based Learning meningkatkan motivasi belajar, pada
siswa kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi.
Saran
1. Bagi Siswa
Disarankan untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar secara aktif dengan
menannyakan hal-hal yang kurang jelas dan belum dimengerti dari penyamapaian
materi yang telah didiskusikan dalam kelompok kepada guru.
2. Bagi Guru
Guru sebaiknya bisa memilih metode pembelajaran yang dapat memotivasi
dan melibatkan siswa secara aktif selama proses pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Sekolah di sarankan untuk melengkapi sarana dan prasarana pendukung
proses pembelajaran, terutama sarana multimedia.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Tri Prasetya Joko. 2005.Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
Pustaka Setia.
Ametembun, N.A. et.all. 1986. Administrasi Pendidikan: Teori, Riset dan Praktek.
Bandung: Angkasa.
Buletin P&P Versi Elektronik. April 2005.Pembelajaran Aktif, Buletin P&P
[Online].
Edisi
3
(April
–
Juni
2005),
Tersedia:
http//www.ctl.utm.my/buletin/edisi3/artikel.htm
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Rasto | 49
Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta
E. Mulyasa. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Hadi Nurhadi. 2003. Strategi Pembelajaran Kooperatif. Bandung: Sinar Baru.
I Wayan Badrika. 2006. Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Imas Kurniasih dan Berlin Sani. 2014. Teknik dan Cara Mudah Membuat
Penelitian Tindakan Kelas. Kata Pena.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Sejarah Indonesia,
SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Miftahul Huda. 2015. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, Isu-Isu
Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ridwan Abdullah Sani. 2015. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Muhibbin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Download