36 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KLASIFIKASI MANUSIA PURBA MASA PRA-AKSARA DENGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING Oleh Rasto SMA Negeri 1 Terisi E-mail: [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah 1) penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar pada klasifikasi manusia purba masa praaksara di kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi dan (2) penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi belajar pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara di kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian ini dilakukan dua siklus, setiap siklus terdiri atas empat kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi sebanyak 34 anak dan objek penelitiannya adalah pembelajaran pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara dengan penerapan model Problem Based Learning. Hasil penelitian penerapan pembelajaran pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara dengan penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari 34 siswa, pada siklus 1 ada 14 siswa yang tuntas atau prosentase ketuntasannya adalah 41 % . Sedangkan pada siklus 2 ada 27 siswa yang tuntas atau prosentase ketuntasannya adalah 79% . Hasil pantauan guru observer, diketahui motivasi siswa belajar pada diskusi kelompok siklus 1 rata-rata 69 (kategori C) dan pada siklus 2 mengalami kenaikan menjadi 72 (kategori B). Kemudian pada presentasi kelompok pada siklus 1 rata-rata 69 (kategori C) dan pada siklus 2 mengalami kenaikan menjadi 71 (kategori B). Kata Kunci: model pembelajaran, model Problem Based Learning, manusia purba, siklus, hasil belajar dan motivasi belajar. PENDAHULUAN Latar Belakang Mata pelajaran Sejarah Indonesia memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Namun pada kenyataannya, mata pelajaran sejarah ini adalah mata pelajaran yang sering diabaikan dan kurang mendapat perhatian banyak dari siswa, termasuk pada kelas X IPS SMA Negeri 1 Terisi, mengakibatkan rendahnya motivasi belajar siswa pada pelajaran sejarah Indonesia. Motivasi ini tentu saja bukanlah semata persoalan materi pelajaran sejarah Indonesia itu sendiri, tapi lebih kepada guru yang dalam penyampaian materinya Rasto | 37 terkesan monoton dan sering kali menempatkan proses belajar mengajar yang hanya terpusat pada guru. Guru sebagai pengatur jalannya proses belajar mengajar, haruslah memiliki cara agar semua proses kegiatan belajar mengajar menjadi proses yang menyenangkan. Salah satu pendekatan yang digunakan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Metode pembelajaran sejarah Indonesia selama ini kurang tepat, penggunaan metode pembelajaran tersebut menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan konsep materi pelajaran. Upaya yang dilakukan salah satunya adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Barrow (1980:1), model Problem Based Learning adalah pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebut dipertemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran. Jadi, fokusnya adalah pada pembelajaran siswa dan bukan pada pengajaran guru. Implikasi dari uraian di atas dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah perlu dilakukannya upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara dengan penerapan model Problem Based Learning di kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara di kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi? 2. Apakah penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi belajar pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara di kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi ? Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini antara lain : 1. Penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara di kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi. 2. Penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi belajar pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara di kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa: 1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis, 2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi, kemampuan analisis-sintesis fakta- 38 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017 konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan, 3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkanb aktivitas kognitifnya sendiri. Kemmpuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah, 4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani, 5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku (Suprijono, 2009: 6) Thompson dan kawan-kawan (1959:99) berpendapat bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk memperoleh sumber informasi mengenai hasil belajar anak didiknya, antara lain dengan pengamatan secara langsung terhadap tingkah laku, menganalisis dan mengevaluasi produk kreatif (Prakarya, paper, kliping dan sebagainya) pembicaraan (interviews), hapalan (recitation) dan ujian sebagai bentuk yang sering digunakan untuk tes hasil belajar. Skenario Pembelajaran Aktif Kurikulum 2013 Paradigma belajar bagi peserta didik menurut jiwa Kurikulum 2013 adalah peserta didik aktif mencari bukan lagi peserta didik menerima. Oleh karena itu, pembelajaran harus dikembangkan menjadi pembelajaran yang aktif, inovatif dan kreatif. Di Indonesia sebenarnya sudah lama dikembangkan pendekatan pembelajaran yang dikenal dengan paikem. Pendekatan ini nampaknya sangat relevan dengan kemauan model pembelajaran untuk mendukung pelaksanakan Kurikulum 2013. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014:20), bahwa pembelajaran Sejarah Indonesia sangat cocok dengan pendekatan paikem. Paikem adalah singkatan dari prinsip pembelajaran: Pembelajaran. Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Dalam model pembelajaran kurikulum 2013 juga perlu dikembangkan pada pembelajaran berbasis nilai. Pembelajaran Sejarah Indonesia terkait dengan pengembangan nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme, persatuan, patriotisme, rela berkorban, suka menolong, dan toleransi, juga perlu dikembangkan nilai-nilai kejujuran, kearifan, kedisiplinan serta nilai lainnya. Nilai-nilai tersebut dapat dikembangkan untuk diamalkan dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum dikembangkan dengan penyempurnaan sejumlah pola pikir yang dikembangkan pada kurikulum sebelumnya. Salah satu diantaranya adalah pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari. Pola pikir yang berubah, menuntut juga perubahan dalam pendekatan pembelajarannya. Pendekatan scientific atau pendekatan ilmiah dipilih sebagai pendekatan dalam pembelajaran kurikulum 2013. Peserta didik secara aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas ilmiah yaitu mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (exsperimenting), dan membentuk jejaring (networking). Rasto | 39 Model Problem Based Learning Problem Based Learning merupakan sebuah pendekatan dan juga model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014:26), Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Ada lima langkah yang meliputi: Konsep Dasar (Basic Concept), Pendefinisian Masalah (Defining the Problem), Pembelajaran Mandiri (Self Learning), Diskusi kelompok Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge), Presentasi antar kelompok dalam pleno kelas dan merumuskan kesimpulan. METODE PENELITIAN Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negei 1 Terisi Indramayu, tepatnya di kelas X.2 IPS. Subyek penelitian adalah siswa Kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi dengan jumlah 34 siswa yang terdiri dari 17 laki laki dan 17 perempuan.. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu pada bulan Juli - September 2016. Untuk lebih jelasnya rincian waktu dan jenis kegiatan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Bulan No Kegiatan Juli Agustus September 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Menyusunan rencana pelaksanaan Membuat jadwal dan tugas (Survei awal) X Penyusunan instrumen X Seleksi informan dan alat/media X 2. Pelaksanaan Melaksanakan tindakan Siklus I X Melaksanakan tindakan Siklus II X 3. Penyusunan Laporan Menyusun konsep laporan X Analisis data X Seminar hasil penelitian X Perbaikan laporan X Pengesahan dan penggandaan laporan X Sumber : Data Penelitian (Diolah) 40 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017 Sumber Data Penelitian 1. Peristiwa Belajar Mengajar, Data yang dikumpulkan yaitu data tentang pelaksanaan pembelajaran klasifikasi manusia purba masa pra-aksara di kelas X.2 IPS di SMA Negeri 1 Terisi baik pratindakan (survei awal) serta pasca tindakan. 2. Siswa Kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi, Data yang dikumpulkan yaitu data proses pembelajaran klasifikasi manusia purba masa pra-aksara dan data hambatan siswa. 3. Dokumen, Data yang dikumpulkan, antara lain: rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), foto kegiatan pembelajaran klasifikasi manusia purba masa pra-aksara, hasil tes siswa serta hasil angket yang diisi oleh siswa. Teknik Uji Validitas Data Data diuji validitas menggunakan dua teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik triangulasi sumber data berbentuk analisis data kesulitan-kesulitan guru dalam mengajarkan materi klasifikasi manusia purba masa pra-aksara di kelas dan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran klasifikasi manusia purba masa pra-aksara. Data itu dihimpun dan dicocokkan. Teknik triangulasi metode digunakan untuk memperoleh informasi kesesuaian penerapan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran klasifikasi manusia purba masa pra-aksara. Validitas data dapat diperoleh melalui observasi langsung atau pengamatan terhadap aktivitas dan kreativitas siswa selama pembelajaran. Validitas data dapat juga diperoleh dari hasil wawancara dan analisis dokumen berupa hasil tes yang dikerjakan siswa. Indikator Keberhasilan Tindakan Untuk mengukur keberhasilan tindakan, Indikator keberhasilan terdiri atas dua indikator, yaitu indikator keberhasilan untuk aspek hasil belajar (penilaian pengetahuan) atau hasil ketuntasan belajar minimal dan indikator keberhasilan untuk aspek kualitas proses dan diskusi (penilaian ketrampilan). Indikator keberhasilan tindakan hasil belajar penelitian ini dirumuskan pada tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Indikator Keberhasilan Pengetahuan untuk Aspek Hasil Belajar Aspek yang Diukur (klasifikasi manusia purba pada masa praaksara) Ketuntasan Hasil Belajar Target Capaian (dihitung dari jumlah siswa yang mencapai KKM) Siklus 1 50 % Sumber: Hasil Penelitian diolah (2016) Cara Mengukur Siklus 2 75 % Dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 80 ke atas pada hasil kuis Rasto | 41 Indikator keberhasilan pengetahuan untuk aspek hasil belajar pada pembelajaran klasifikasi manusia purba masa pra-aksara di kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 adalah pada siklus 1 siswa yang memperoleh ketuntasan belajar minimal 50% (17 siswa) yang kemudian dilakukan refleksi untuk menentukan langkahlangkah perbaikan pada siklus 2. Pada siklus 2 ketuntasan hasil belajar siswa minimal 75% (atau 26 siswa) jika tercapai maka penelitian dianggap selesai, tetapi jika tidak tercapai maka dilakukan siklus 3. Untuk indikator keberhasilan penilaian ketrampilan untuk aspek kualitas proses, dijelaskan pada tabel 3 berikut: Tabel 3. Indikator Keberhasilan Penilaian Ketrampilan untuk Aspek Kualitas Proses Aspek yang Diukur (Aspek Proses) Penilaian ketrampilan proses diskusi kelompok Penilaian untuk Presentasi Diskusi Kelompok Indikator Penilaian Kerjasama, Mengkomunikasikan pendapat, Toleransi, Kreatif, dan Menghargai pendapat Komunikasi, Sistematika penyajian, Wawasan, Keberanian dan Antusias Cara Mengukur Dihitung rata-rata nilai kelas pada proses diskusi kelompok dan Presentasi Diskusi Kelompok Sumber : Hasil Penelitian diolah (2016) Adapun keterangan nilainya menggunakan interval yaitu: nilai rata-rata 80100 dengan kategori baik sekali (A), nilai rata-rata 70-79 dengan kategori baik (B), nilai rata-rata 60-69 dengan kategori cukup (C), dan nilai rata-rata < 60 dengan kategori kurang (D). Indikator keberhasilan penilaian ketrampilan untuk aspek kualitas proses pada penilaian ketrampilan proses diskusi kelompok dalam memecahkan masalah dan penilaian untuk presentasi diskusi kelompok minimal jika rata-rata nilai kelas ada pada rentang 70-79 dengan kategori baik (B). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Survey Awal Kegiatan survei awal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada dilapangan. Kegiatan pratindakan ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 2 Agustus 2016 pukul 12.30-14.00 WIB. Pada kegiatan pratindakan ini, guru praktikan melaksanakan pretest yang dibantu oleh seorang guru/teman sejawat yang mengajar mata pelajaran sejarah sebagai observer. Setelah itu melakukan wawancara dan menyebarkan angket tentang pelajaran sejarah Indonesia, hambatan dalam KBM dan sarana prasarana yang dibutuhkan sehingga pembelajaran lebih efektif dan efisien. Guru praktikan melakukan wawancara secara acak dengan siswa kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi. Hasil wawancara sebagai berikut: 1) 75% siswa datang tepat waktu ke sekolah, 2) alasan siswa datang tepat waktu ke sekolah karena kebiasaan disiplin, takut ketinggalan pelajaran dan takut dihukum oleh guru, 3) 80% siswa senang mata pelajaran sejarah Indonesia, 4) alasan siswa senang mata pelajaran sejarah Indonesia karena 42 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017 gurunya disiplin, materinya mudah dipahami dan senang belajar masa lalu, 5) kekurangan dalam pembelajaran sejarah Indonesia adalah kurangnya buku pembelajaran, kurangya penerangan di kelas dan perlu pembelajaran dengan proyektor, dan 6) sarana dan prasarana yang dibutuhkan siswa yaitu buku pelajaran lengkap, TV, Proyektor dan AC/ kipas angin. Selain melakukan wawancara, guru praktikan juga melakukan tes pra tindakan. Hasilnya, tidak ada siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=80). Nilai tertinggi 50, nilai terrendah 10, dengan nilai rata-rata kelasnya adalah 30. Tabel 4. Hasil Belajar Siswa Survei / Pra Tindakan No Uraian Hasil Pra Tindakan 1. Nilai rata-rata hasil belajar siswa 30 2. Jumlah siswa yang tuntas 0 3. Prosentase ketuntasan belajar 0% Sumber: Hasil Penelitian diolah (2016) Siklus 1 Perencanaan Tindakan Berdasarkan pada survei awal yang dilakukan dari kegiatan pratindakan, diketahui bahwa ada permasalahan utama yang menyebabkan siswa tidak ada siswa yang mencapai batas minimal ketuntasan belajar. Permasalahan pertama adalah proses pembelajaran yang konvensional. Permasalahan kedua adalah hasil belajar siswa yang rendah. Peneliti berasumsi bahwa tindakan perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tahap pertama dari siklus 1 adalah perencanaan tindakan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 8 Agustus 2016 di ruang guru. Pada kesempatan tersebut peneliti berdiskusi dengan guru observer. Hal-hal yang didiskusikan antara lain: peneliti menyamakan persepsi dengan guru observer mengenai penelitian yang dilakukan, peneliti mengusulkan diterapkannya model Problem Based Learning, Peneliti menyusun RPP untuk siklus 1, Peneliti merumuskan indikator pencapaian kompetensi, Peneliti membuat lembar penilaian siswa yaitu instrumen penelitian yang berupa soal tes dan non tes. dan menentukan jadwal pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 Siklus 1 dilaksanakan pada hari Selasa, 9 Agustus 2016 di ruang kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi. Pertemuan berlangsung selama 90 menit. Tindakan dilaksanakan pukul 12.30 – 14.00 WIB ( jam ke 7-8 ). Langkah-langkahnya: memberi salam, menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk belajar, menanyakan kehadiran siswa, mempersilahkan salah satu siswa memimpin doa, tanya jawab materi sebelumnya mengenai mengenal manusia Purba, menyampaikan indikator pencapaian kompetensi melalui power poin, mengamati gambar jenis manusia praaksara melalui power point, untuk membangun konsep dasar, peserta didik membaca buku ajar secara mandiri untuk memecahkan masalah, peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok, peserta didik yang terbagi dalam kelompok mendiskusikan dan bertukar pengetahuan, peserta didik Rasto | 43 menulis hasil diskusi kelompok dalam kertas laporan dan mempresentasikan di depan kelas (pleno kelas), kemudian membuat sebuah kesimpulan, guru bersama siswa melakukan refleksi dan penguatan kesimpulan materi yang dibahas, evaluasi hasil belajar melalui tes tertulis, koreksi bersama evaluasi hasil belajar siklus I, mengevaluasi pelaksanaan siklus 1 dan menyampaian rencana pelaksanaan siklus 2, dan guru mengucap salam, pembelajaran berakhir. Observasi dan Interpretasi Observasi dilaksanakan saat pembelajaran klasifikasi manusia purba masa pra aksara dengan model Problem Based Learning dalam pembelajaran berlangsung pada hari Rabu tanggal 9 Agustus 2016 di ruang kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Terisi. Pertemuan berlangsung selama 90 menit. Pada tindakan pertama dilaksanakan pada pukul 12.30 – 14.00 WIB (jam ke 7-8). Observasi difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilaksanakan guru praktikan serta aktivitas siswa siswa dalam pembelajaran klasifikasi manusia purba masa pra aksara yang dibantu oleh guru observer. Analisis dan Refleksi Dari hasil pengamatan guru observer pada tindakan siklus 1, dapat dikemukakan bahwa kualitas pembelajaran sudah mengalami peningkatan. Hal ini ditandai oleh: 1) Keaktifan siswa dalam pembelajaran masih belum maksimal. Situasi pembelajaran sudah ada peningkatan. 2) Siswa mulai memperhatikan pembelajaran. Beberapa siswa sibuk mempelajari materi tentang klasifikasi manusia purba masa pra aksara. 3) Siswa mulai berminat dan termotivasi mengikuti pembelajaran, dalam kurikulum 2013 dijadikan sebagai kompetensi ketrampilan, data yang diperoeh sebagai berikut: a) Dari hasil pantauan guru observer, diketahui motivasi siswa belajar pada rublik kegiatan diskusi kelompok siklus 1 rata-rata kelasnya 69 (C). Tabel 5. Instrumen Lembar Pengamatan Kegiatan Diskusi Aspek Pengamatan N Uraian Kerjasama Komunikasi Toleransi Kreatif o Pendapat 1 Jumlah Kegiatan 2580 2445 2250 2250 Diskusi 2 Nilai ratarata 76 72 66 66 Kegiatan Diskusi 3 Kesimpulan 69 (Kategori C) Sumber: Hasil Penelitian diolah (2016) Menghargai Pendapat 2275 67 44 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017 b) Dari hasil pantauan guru observer, diketahui motivasi siswa belajar pada rublik presentasi diskusi kelompok siklus 1 rata-rata kelasnya 69 (C). Tabel 6. Instrumen Lembar Pengamatan Penilaian Presentasi Diskusi Aspek Pengamatan Komunik Sistematik Wawasa Keberania No Uraian asi a n n Penyajian 1 Jumlah Kegiatan 2560 2440 2205 2240 Presentasi Diskusi 2 Nilai rata-rata 75 72 65 66 Kegiatan Diskusi 3 Kesimpulan 69 (Kategori C) Sumber: Hasil Penelitian diolah (2016) Antusia s 2235 4) Pada siklus 1 ada 14 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=80) atau prosentase ketuntasannya adalah 41 % . Pada siklus 1, diperoleh nilai tertinggi 90, nilai terrendah 30, dengan nilai rata-rata kelasnya adalah 67. Tabel 7. Hasil Belajar Siswa Siklus 1 No Uraian Hasil Pra Tindakan 1. Nilai rata-rata hasil belajar siswa 67 2. Jumlah siswa yang tuntas 14 3. Prosentase ketuntasan belajar 41 % Sumber: Hasil Penelitian diolah (2016) Siklus 2 Perencanaan Tindakan Pada senin, 15 Agustus 2016 di ruang guru SMA Negeri 1 Terisi, Guru praktikan dan guru observer mengadakan diskusi. Dalam kesempatan ini, guru praktikan menyampaikan hasil observasi terhadap proses pembelajaran klasifikasi manusia purba masa pra aksara yang dilaksanakan pada siklus 1. Peneliti menyampaikan segala kelebihan dan kekurangan selama berlangsungnya proses pembelajaran klasifikasi manusia purba masa pra aksara pada siklus 1. Untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada, akhirnya guru praktikan dan guru observer mengambil keputusan sebagai berikut: yaitu (1) Siswa diberi tugas untuk mencari sumber pembelajaran baik di perpustakaan atau melalui internet; (2) Guru tidak hanya di depan kelas, saat memberikan penjelasan kepada siswa. Guru juga harus memantau masing-masing anggota kelompok dengan memberikan bimbingan dan pengarahan secara menyeluruh tidak hanya kelompok-kelompok tertentu saja; (3) Untuk mengatasi masalah siswa yang bersikap egois dan tidak mau bekerja sama dalam kelompok, dapat diatasi dengan guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang tujuan dan keharusan bekerjasama dalam sebuah kelompok; (4) Untuk meningkatkan motivasi siswa, guru akan memberikan reward pada siswa yang memperoleh nilai tertinggi dan pada kelompok yang memperoleh rata-rata tertinggi; (5) Untuk memudahkan siswa dalam menyerap 66 Rasto | 45 dan memahami materi yang diajarkan, guru menggunakan multimedia proyektor dengan membuat power point. Selanjutnya guru praktikan dan guru observer melakukan beberapa kegiatan untuk siklus 2, yaitu; Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus 2; Menyiapkan media pembelajaran berupa rangkuman pokok-pokok materi dan power point.; Menyiapkan soal hasil belajar siswa, Menyiapkan rublik pengamatan motivasi belajar siswa. Dari kegiatan diskusi antar guru praktikan dan guru observer, disepakati pula bahwa tindakan siklus 2 akan dilaksanakan sekali pertemuan, yaitu pada hari Selasa, 16 Agustus 2016. Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 Seperti yang telah direncanakan, tindakan siklus 2 dilaksanakan dalam sekali pertemuan yaitu pada hari Selasa, 16 Agustus 2016 di ruang kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi. Pertemuan berlangsung selama 90 menit, yaitu 2 x 45 menit. Pada tindakan pertama dilaksanakan pada pukul 12.30 – 14.00 WIB (jam ke 7-8). Langkah-langkah yang dilakukan guru praktikan dalam pembelajaran klasifikasi manusia purba masa pra aksara pada tindakan siklus 2 ini adalah sebagai berikut: Memberi salam, Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan untuk belajar, Menanyakan kehadiran siswa, Mempersilahkan salah satu siswa memimpin doa, Tanya jawab materi sebelumnya mengenai mengenal manusia Purba, Menyampaikan indikator pencapaian kompetensi melalui power poin, Mengamati gambar jenis manusia praaksara melalui Power Point, untuk membangun konsep dasar, Siswa menanyakan tentang Manusia Purba Jenis Megan tropus, Manusia Purba Jenis Pithecantropus, Manusia purba Jenis Homo, Gambar- gambar manusia purba di Indonesia, Peserta didik membaca buku ajar secara mandiri untuk memecahkan masalah, Peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok, Peserta didik yang terbagi dalam kelompok mendiskusikan dan bertukar pengetahuan, Peserta didik menulis hasil diskusi kelompok dalam kertas laporan dan mempresentasikan di depan kelas (pleno kelas), kemudian membuat sebuah kesimpulan, Bersama-sama Guru dan siswa melakukan refleksi materi yang telah dibahas, Siswa mengerjakan soal kuis hasil belajar, Guru dan siswa melaksanakan koreksi bersama, Guru memberikan reward kepada individu yang mendpatkan nilai tertinggi dan kelompok yang mendapatkan rata-rata tertinggi, guru mengevaluasi pelaksanaan siklus 2 dan penelitian selesai, pembelajaran ditutup dengan mengucap salam Sampai pada langkah ke 18, bel usai pelajaran berbunyi. Observasi dan Interpretasi Observasi dilaksanakan saat pembelajaran pembelajaran klasifikasi manusia purba masa pra aksara dengan model Problem Based Learning berlangsung pada hari Kamis di ruang kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Terisi. Pertemuan berlangsung selama 90 menit, yaitu 2 x 45 menit. Pada tindakan pertama dilaksanakan pada pukul 12.30 – 14.00 WIB (jam ke 7-8). Observasi difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilaksanakan guru praktikan serta aktivitas siswa siswa dalam pembelajaran klasifikasi manusia purba masa pra aksara yang dibantu oleh guru observer. 46 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017 Analisis dan Refleksi Dari hasil pengamatan guru observer pada tindakan siklus 2, dapat dikemukakan bahwa kualitas pembelajaran sudah mengalami peningkatan. Hal ini ditandai oleh: 1) Keaktifan siswa dalam pembelajaran masih belum maksimal. Situasi pembelajaran sudah ada peningkatan. Guru praktikan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning. 2) Siswa mulai memperhatikan pembelajaran. Beberapa siswa sibuk mempelajari materi tentang klasifikasi manusia purba masa pra aksara. 3) Siswa mulai berminat dan termotivasi mengikuti pembelajaran, data yang diperoeh sebagai berikut: a) Dari hasil pantauan guru observer, diketahui motivasi siswa belajar pada rublik kegiatan diskusi kelompok siklus 2 rata-rata kelasnya 72 (B). Tabel 8. Instrumen Lembar Pengamatan Kegiatan Diskusi Aspek Pengamatan Kerjasam Komunik Tolerans Kreat No Uraian a asi i if Pendapat 1 Jumlah Kegiatan 2710 2485 2320 2325 Diskusi 2 Nilai rata-rata 80 73 68 68 Kegiatan Diskusi 3 Kesimpulan 72 (Kategori B) Sumber: Hasil Penelitian diolah (2016) Menghar gai Pendapat 2340 69 b) Dari hasil pantauan guru observer, diketahui motivasi siswa belajar pada rublik presentasi diskusi kelompok siklus 2 rata-rata kelasnya 71 (B). Tabel 9. Instrumen Lembar Pengamatan Penilaian Presentasi Diskusi Aspek Pengamatan Komunik Sistematik Wawasa Keberania Antusia No Uraian asi a n n s Penyajian 1 Jumlah Kegiatan Presentasi Diskusi 2600 2610 2320 2320 2280 2 Nilai rata-rata Kegiatan Diskusi 76 77 68 68 67 3 Kesimpulan 71 (Kategori B) Sumber: Hasil Penelitian diolah (2016) 4) Pada siklus 2, diperoleh nilai tertinggi 100, nilai terrendah 40, dengan nilai rata-rata kelasnya adalah 78. Rasto | 47 Tabel 10. Hasil Belajar Siswa Siklus 1 No Uraian Hasil Pra Tindakan 1. Nilai rata-rata hasil belajar siswa 78 2. Jumlah siswa yang tuntas 27 3. Prosentase ketuntasan belajar 79 % Sumber: Hasil Penelitian diolah (2016) PEMBAHASAN Sebelum melaksanakan siklus 1, peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui kondisi yang ada di lapangan. Berdasarkan hasil survei ini, peneliti menemukan bahwa kualitas pembelajaran pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara di kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi masih tergolong rendah. Peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran sejarah (sebagai guru observer) dengan menerapkan Model Problem Based Learning dalam pembelajaran pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara. Selanjutnya, peneliti dan guru observer menyusun rencana untuk siklus 1. Siklus pertama ini pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara dengan penerapan model Problem Based Learning. Ternyata masih terdapat beberapa kekurangan atau kelemahan yang ada selama proses pembelajaran penerapan model Problem Based Learning pada siklus 1. Berdasarkan tindakan-tindakan tersebut, guru berhasil melaksanakan pembelajaran tentang pembelajaran pada klasifikasi manusia purba masa praaksara dengan penerapan model Problem Based Learning yang mampu mengaktifkan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga keterampilan siswa dapat terkembang dengan baik yang berakibat pada meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran pembelajaran pada klasifikasi manusia purba masa praaksara dengan penerapan model Problem Based Learning. Pertama, dengan pembentukan kelompok belajar, siswa saling berinteraksi dan berdiskusi untuk menuntaskan materi yang jadi masalah yang harus dipelajarinya. Hal ini mengacu pada pendapat bahwa adanya interaksi secara terus menerus antar anggota dalam suatu kelompok, akan menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning Community), siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa (Sugiyanto, 2007: 10) Kedua, Siswa setelah diterapkannya Model Problem Based Learning, sedikit demi sedikit siswa mulai tertarik mengikuti pelajaran. Sebagaimana penjelasan Anita Lie (2004: 32) menyatakan bahwa adanya interaksi promotif memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. Ketiga, siswa belajar secara berkelompok dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Dengan adanya Penerapan pembelajaran pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara dengan penerapan model Problem Based Learning secara berkelompok akan memudahkan siswa dalam berfikir karena mereka dapat saling bertukar ide atau gagasan, bertanya jawab mengenai kesulitan-kesulitan yang mereka alami selama kegiatan pembelajaran. 48 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017 Keempat, hasil belajar siswa meningkat. Hasil penelitian Penerapan pembelajaran pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara dengan penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil pembelajaran. Berdasarkan Indikator keberhasilan pengetahuan untuk aspek hasil belajar adalah pada siklus 1 yang mencapai KKM 50% (17 siswa) yang kemudian dilakukan refleksi untuk menentukan langkah-langkah perbaikan pada siklus 2. Pada siklus 2 yang mencapai KKM 75% (26 siswa). Hasil pantauan guru observer, diketahui motivasi siswa belajar pada diskusi kelompok siklus 1 ratarata 69 (kategori C) dan pada siklus 2 mengalami kenaikan menjadi 72 (kategori B). Kemudian pada presentasi kelompok pada siklus 1 rata-rata 69 (kategori C) dan pada siklus 2 mengalami kenaikan menjadi 71 (kategori B). Karena dua indikator aspek hasil belajar dan aspek kualitas proses (motivasi belajar siswa) sudah tercapai, maka penelitian selesai dan tidak dilanjutkan ke siklus 3. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hasil penelitian penerapan pembelajaran pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil pembelajaran. 2. Penerapan pembelajaran pada klasifikasi manusia purba masa pra-aksara dengan model Problem Based Learning meningkatkan motivasi belajar, pada siswa kelas X.2 IPS SMA Negeri 1 Terisi. Saran 1. Bagi Siswa Disarankan untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar secara aktif dengan menannyakan hal-hal yang kurang jelas dan belum dimengerti dari penyamapaian materi yang telah didiskusikan dalam kelompok kepada guru. 2. Bagi Guru Guru sebaiknya bisa memilih metode pembelajaran yang dapat memotivasi dan melibatkan siswa secara aktif selama proses pembelajaran. 3. Bagi Sekolah Sekolah di sarankan untuk melengkapi sarana dan prasarana pendukung proses pembelajaran, terutama sarana multimedia. DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi dan Tri Prasetya Joko. 2005.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Ametembun, N.A. et.all. 1986. Administrasi Pendidikan: Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Angkasa. Buletin P&P Versi Elektronik. April 2005.Pembelajaran Aktif, Buletin P&P [Online]. Edisi 3 (April – Juni 2005), Tersedia: http//www.ctl.utm.my/buletin/edisi3/artikel.htm Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Rasto | 49 Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta E. Mulyasa. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Hadi Nurhadi. 2003. Strategi Pembelajaran Kooperatif. Bandung: Sinar Baru. I Wayan Badrika. 2006. Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Imas Kurniasih dan Berlin Sani. 2014. Teknik dan Cara Mudah Membuat Penelitian Tindakan Kelas. Kata Pena. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Sejarah Indonesia, SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Miftahul Huda. 2015. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ridwan Abdullah Sani. 2015. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara. Muhibbin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.