pertumbuhan ekonomi dan pengangguran: validitas

advertisement
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN:
VALIDITAS HUKUM OKUN DI INDONESIA
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Dyan Ari Iswanto
105020115111002
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul :
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN:
VALIDITAS HUKUM OKUN DI INDONESIA
Yang disusun oleh :
Nama
:
Dyan Ari Iswanto
NIM
:
105020115111002
Fakultas
:
Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
:
S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 9 Juli 2013
Malang, 9 Juli 2013
Dosen Pembimbing,
Dr. Ghozali Maski, SE., MS.
NIP. 19580927 198601 1 002
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN:
VALIDITAS HUKUM OKUN DI INDONESIA
Dyan Ari Iswanto
Ghozali Maski
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRACT
This study tested the validity of Okun's law in the Indonesian economy by using the difference version
of Okun's law to get Okun coefficient. Moreover, the causality test was also conducted to determine the
direction of the relationship variables of economic growth and unemployment. By using the Ordinary
Least Square (OLS) analysis and Granger Causality Test it was concluded that the Okun's law proved
to be invalid in the indonesian economy as Okun coefficient significance level is quite small. But
economic growth variables shown to affect the unemployment variable statistically.
Keywords: Economic Growth, Unemployment, Okun's Law, Granger Causality
ABSTRAK
Kajian ini menguji validitas Hukum Okun pada perekonomian Indonesia dengan menggunakan
difference version Hukum Okun untuk mendapatkan koefisien Okun. Selain itu, juga dilakukan uji
kausalitas untuk mengetahui arah hubungan variabel pertumbuhan ekonomi dan pengangguran.
Dengan menggunakan analisis Ordinary Least Square (OLS) dan Granger Causality Test didapatkan
kesimpulan bahwa Hukum Okun terbukti tidak valid dalam perekonomian Indonesia karena nilai
koefisien Okun tingkat signifikansinya cukup kecil. Namun variabel pertumbuhan ekonomi terbukti
mempengaruhi variabel pengangguran secara statistik.
Kata kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Hukum Okun, Granger Causality
A. PENDAHULUAN
Terdapat tiga variabel penting dalam makroekonomi yang digunakan ahli ekonomi untuk
mengukur kinerja perekonomian. Variabel-variabel tersebut adalah produk domestik bruto (Gross
Domestic Product = GDP), tingkat pengangguran (unemployment rate), dan indeks harga konsumen
(IHK). Pada tahun 1962, Arthur Okun, secara khusus meneliti hubungan dua dari tiga variabel di
dalam makroekonomi yaitu pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari sisi output dengan tingkat
pengangguran. Hasil dari penelitian tersebut kemudian dikenal dengan Hukum Okun (Okun’s Law).
Berdasarkan Hukum Okun, jumlah pengangguran berhubungan negatif dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Adanya pertumbuhan dalam Gross Domestic Product (GDP) yang mendekati 2
persen akan mengurangi pengangguran sebesar 1 persen (Mankiw, 2007).
Dalam kerangka makroekonomi, Hukum Okun menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara
tingkat pengangguran dan GDP. Kemudian dalam jangka waktu lebih dari tiga puluh tahun, sejumlah
ekonom menemukan bukti empiris yang menguatkan hubungan antar variabel tersebut. Hal ini menarik
perhatian banyak kalangan, bukan hanya karena bukti empiris yang kuat tetapi yang tidak kalah
penting adalah perannya sebagai sebuah blok bangunan dalam makroekonomi. Perkiraan empiris
koefisien Okun, yang merupakan ukuran respon pengangguran terhadap pertumbuhan output, sangat
penting karena mereka menunjukkan hubungan pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi.
Beberapa ekonom telah mengikuti Okun (1962) dengan menguji hubungan antara pengangguran
dan output untuk mendapatkan perkiraan koefisien Okun. Ekonom tersebut mencakup, antara lain,
1
Smith (1975), Gordon (1984), Knoester (1986), Prachowny (1993), Weber (1995), Moosa (1997a,
1999), Attfield dan Silverstone (1998), Lee (2000), Harris dan Silverstone (2001), dan Sogner Stiassny
(2002), dan Silvapulle et al (2004). Studi-studi tersebut umumnya mendukung validitas empiris dari
hubungan pengangguran dan output tetapi perkiraan koefisien Okun bervariasi secara substantial antar
negara dan dari waktu ke waktu.
Selama kurun waktu 4-5 tahun terakhir perekonomian Indonesia bukan merupakan yang tertinggi,
namun dinilai paling stabil dibandingkan negara lainnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di
kisaran 6,1-6,3 persen pada tahun 2012 dengan ditopang oleh sektor konsumsi yang tinggi yang
dikombinasikan dengan ekspor dan investasi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan tren
positif sejak tahun 2000 hingga tahun 2012. GDP tahun 2000 berada pada angka Rp1.389.769,9 milliar
dan pada tahun 2012 Rp2.618.139,2 milliar (GDP Harga Konstan Thn 2000). Peningkatan GDP riil
tersebut sebesar dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2000. Hal tersebut menggambarkan
terjadinya pertumbuhan ekonomi yang sangat signifikan dalam perekonomian Indonesia meskipun
pada periode 2008-2009 sempat terjadi krisis pada perekonomian global.
Meskipun begitu, pengangguran yang cukup tinggi menjadi isu penting di berbagai negara, baik
negara maju maupun negara berkembang. Menurut data International Labour Organization (ILO),
pada periode tahun 1997-2012 Indonesia memiliki rataan tingkat pengangguran cukup tinggi yaitu
diatas 6 persen. Tingkat pengangguran tertinggi sebesar 10,8 persen dan terjadi pada tahun 2005 atau
berselang 6 tahun dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Hal ini menjadi menarik untuk diteliti
karena krisis ekonomi hebat yang melanda Indonesia terjadi pada periode 1998-1999.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai Hukum Okun dapat
diketahui bahwa koefisien Okun di tiap-tiap negara berbeda dan hubungan antar variabel. Serta,
melihat fenomena ekonomi yang terjadi di Indonesia dan belum adanya literatur ilmiah yang khusus
mengangkat Hukum Okun di Indonesia, maka pada penelitian ini bertujuan melihat bagaimana
validitas Hukum Okun pada perekonomian Indonesia.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan Makroekonomi
Kebijakan di bidang makroekonomi memiliki tiga tujuan utama yaitu pertumbuhan ekonomi,
tingkat pengangguran yang rendah, dan adanya stabilitas harga. Pertumbuhan ekonomi yang dimaksud
adalah peningkatan produksi barang dan jasa dalam jangka waktu yang panjang. Meski pertumbuhan
ekonomi adalah tujuan yang paling penting, namun bukan satu-satunya. Tingginya penyerapan
terhadap angkatan kerja juga menjadi pertimbangan penting dalam perekonomian. Pertumbuhan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja merupakan indikator perekonomian yang saling terkait.
Hukum Okun
Pada tahun 1962, Okun dalam artikelnya menyajikan dua hubungan empiris yang menghubungkan
tingkat pengangguran dan output riil, yang kemudian dikenal menjadi Hukum Okun. Hingga saat ini,
kedua persamaan sederhana yang dikembangkan Okun telah digunakan sebagai aturan praktis sejak
saat itu.
Kedua hubungan Okun muncul dari pengamatan dimana lebih banyak tenaga kerja biasanya
diperlukan untuk menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Lebih
banyak tenaga kerja bisa diartikan dalam berbagai bentuk, seperti memiliki karyawan yang bekerja
lebih lama atau menyewa lebih banyak pekerja. Untuk menyederhanakan analisis, Okun
mengasumsikan bahwa tingkat pengangguran dapat berfungsi sebagai pengganti variabel dari jumlah
tenaga kerja yang digunakan dalam perekonomian.
The difference version (Okun, 1962). Hubungan Okun yang pertama mengungkap bagaimana
perubahan dalam tingkat pengangguran dari satu seperempat hingga berikutnya berpindah secara
triwulanan dalam output riil. Bentuk formulanya (Knotek, 2007):
Perubahan pada tingkat pengangguran = a + b * (pertumbuhan output Real)
2
Hubungan ini disebut difference version dari hukum Okun. Disini Okun menemukan bahwa terdapat
hubungan yang terjadi dalam waktu yang bersamaan antara pertumbuhan output dan perubahan dalam
pengangguran yaitu, bagaimana output tumbuh bervariasi secara bersamaan dengan perubahan dalam
tingkat pengangguran. Parameter b sering disebut sebagai "koefisien Okun".
The gap version (Okun, 1962). Pada hubungan okun yang pertama didasarkan pada statistik
makroekonomi mudah diakses, sedangkan hubungan kedua Okun mengaitkan tingkat pengangguran
dengan kesenjangan antara output potensial dan output aktual. Dalam output potensial, Okun berusaha
untuk mengidentifikasi berapa banyak perekonomian akan memproduksi "dalam kondisi full
employment". Dalam kondisi full employment, Okun mempertimbangkan apa yang dia yakini bahwa
tingkat pengangguran berada pada level cukup rendah untuk menghasilkan sebanyak mungkin output
tanpa menghasilkan terlalu banyak tekanan inflasi.
Tingkat pengangguran yang tinggi, menurut Okun, biasanya akan dikaitkan dengan sumber daya
yang tidak terpakai. Dalam keadaan seperti itu, yang akan terjadi adalah tingkat output aktual berada di
bawah kemampuan potensialnya. Tingkat pengangguran yang sangat rendah akan dikaitkan dengan
skenario terbalik. Dengan demikian hubungan kedua dari Hukum Okun, atau gap version dari hukum
Okun, memiliki formula (Knotek, 2007):
Tingkat Pengangguran = c + d * (Gap antara output potensial dan output aktual)
Variabel c dapat diartikan sebagai tingkat pengangguran yang terkait dengan full employment.
Koefisien d akan bernilai positif agar sesuai dengan persamaan diatas.
The dynamic version (Okun, 1962). Salah satu dari pengamatan Okun menyatakan bahwa baik
output masa lalu dan saat ini dapat berdampak pada tingkat pengangguran saat ini. Dalam difference
version Hukum Okun, hal ini diartikan bahwa beberapa variabel yang relevan telah dihilangkan dari
sisi kanan dari persamaan. Sebagian didasarkan pada saran dimana banyak dari ekonom lain untuk
menggunakan versi dinamis dari Hukum Okun.
Bentuk umum untuk dynamic version Hukum Okun akan menunjukkan pertumbuhan output riil,
pertumbuhan output riil masa lalu, dan perubahan dalam tingkat pengangguran sebagai variabel di sisi
kanan persamaan. Variabel ini akan menjelaskan perubahan tingkat pengangguran yang terjadi saat ini
pada sebelah kiri persamaan. Dynamic version dari hukum Okun ini memberi ruang beberapa
kemiripan dengan difference version asli dari hukum Okun. Namun, pada dasarnya tetap berbeda
karena tidak hanya menangkap korelasi yang terjadi secara bersamaan antara perubahan tingkat
pengangguran dan pertumbuhan output riil. Hubungan dinamis tidak ketat terkait waktu terjadinya
hubungan antara pertumbuhan output dan perubahan tingkat pengangguran. Namun kelemahan dari
versi ini adalah bahwa hubungan antar variabel tidak dapat ditafsirkan secara sederhana seperti
difference version yang asli dari Hukum Okun.
Penelitian Terdahulu
Moosa (1997) meneliti Hukum Okun pada negara G7 yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Perancis,
Inggris, Italia, dan Kanada. Moosa menggunakan metode Harvey untuk mengekstraksi data time series
sebelum diregresi menggunakan ordinary least square (OLS), rolling OLS, dan seemingly unrelated
regession (SUR). Moosa menemukan terdapat perbedaan koefisien Okun di masing-masing negara
yang diteliti.
Lee (2000) meneliti hubungan dalam Hukum Okun dari 16 negara OECD pasca perang dunia. Lee
menggunakan difference model dan gap model seperti yang terdapat dalam Hukum Okun. Untuk gap
model, Lee mengolah dan membangun data dengan metode alternatif yaitu HP filter, metode
dekomposisi BN, dan Kalman filter dengan didasarkan pada kerangka NAIRU. Lee menemukan
bahwa pasar tenaga kerja dan struktur industri di negara-negara maju telah berevolusi dengan cara baru
sehingga hubungan antara output dan pengangguran, umumnya dikenal sebagai hukum Okun itu, layak
untuk dilakukan pemeriksaan ulang.
Knotek (2007) meneliti hubungan antara GDP riil dan pengangguran di Amerika. Knotek
menemukan bahwa hukum Okun bukanlah hubungan yang erat. Ada banyak pengecualian dalam
hukum Okun, atau kejadian dimana turunnya pertumbuhan output tidak selalu bertepatan dengan
3
meningkatnya pengangguran. Hal ini berlaku ketika melihat selama jangka waktu panjang dan pendek.
Ini adalah pengingat bahwa hukum Okun bertentangan dengan konotasi dari kata "hukum", hanya
aturan praktis, bukan merupakan fitur struktural dari perekonomian.
Zaleha Mohd Noor, dkk. (2007) meneliti tentang keberadaan Hukum Okun di perekonomian
Malaysia terkait hubungan negatif antara pengangguran dan output (GDP). Dari penelitian tersebut
mereka menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara output dan pengangguran dimana
koefisien yang diperoleh adalah -1.748 dan diketahui bahwa pengangguran merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi perubahan output di Malaysia. Uji Kausalitas granger juga menunjukkan
bahwa terdapat hubungan dua arah antar variabel pengangguran dan output (GDP).
Petkov (2008) menguji koefisien Okun di Inggris. Petkov menggunakan alat analisis
autoregressive distributed lag model (ARDL) dengan pendekatan Hodrick-Prescott filter (Filter HP).
Pendekatan ini digunakan Petkov untuk menangkap fenomena NAIRU dan kemudian ditindaklanjuti
dengan menerapkan Error Correction Model (ECM) untuk mendapatkan koefisien Okun. Petkov
membuktikan bahwa terdapat hubungan antara pertumbuhan output dan pengangguran. Namun
koefisien Okun yang ditemukan Petkov nilainya berbeda dari versi asli koefisien Okun.
Arshad (2010) menggunakan gap equation dan tehnik Hodrick-Prescott Filter (HP) menemukan
bukti empiris bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara PDB dan pengangguran dalam
jangka pendek yang menguatkan Hukum Okun (1962). Untuk jangka panjang, digunakan Uji
Kointegrasi dan Error Correction Model (ECM) menunjukkan bahwa PDB dan pengangguran terkointegrasi satu sama lain dalam jangka panjang.
Hanusch (2012) membahas pertumbuhan ekonomi dan pengangguran dengan menggunakan data 8
negara Asia Timur selama periode antara tahun 1997-2011 untuk mendapatkan Koefisien Hukum
Okun yang memperlihatkan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja. Hasilnya
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh dalam mengurangi pengangguran, namun
terdapat variasi di negara yang berbeda. Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi lapangan kerja, meski
tidak dalam agregat tetapi dalam komposisinya. Ada bukti bahwa lapangan kerja di sektor pertanian
bergerak kontra-siklis, dimana efeknya dalam periode krisis, sektor pertanian dapat berfungsi sebagai
shock absorber untuk mengurangi dampak PHK di sektor industri.
C. METODE PENELITIAN
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Data yang
digunakan adalah pertumbuhan GDP dan tingkat pengangguran Indonesia periode 1977-2012. Alat
analisis yang digunakan adalah analisis time series menggunakan Ordinary Least Square (OLS) dan
Granger Causality Test. Model persamaan yang digunakan sesuai dengan difference version Hukum
Okun (dalam Knotek, 2007), yaitu:
Change in the unemployment rate = a + b*(Real output growth)
atau
Ut = a + b*( Yt / Yt)
(1)
Dimana Ut adalah perubahan tingkat pengangguran di tahun t. Nilai ( Yt / Yt) merupakan laju
pertumbuhan GDP Riil. Koefisien b menunjukkan perubahan pengangguran yang disebabkan oleh
perubahan GDP dan disebut sebagai koefisien Okun.
Pertama, menggunakan difference version dari Hukum Okun untuk mengetahui koefisien Okun
dan melihat hubungan antara pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Data time-series
makroekonomi cenderung non-stasioner maka perlu dilakukan Unit Root Test dengan menggunakan
Augmented Dickey-Fuller Test (ADF) untuk mengetahui data tersebut stasioner atau tidak. Kedua,
melakukan Uji Kausalitas untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran
ataupun sebaliknya.
4
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Uji Stasioneritas dan Derajat Integrasi
Uji stasioneritas data dilakukan untuk memastikan ada tidaknya akar unit pada variabel-variabel
yang diteliti. Pengujian stasioneritas dilakukan dengan menggunakan ADF-test. Berdasarkan hasil uji
ADF dapat diketahui bahwa variabel UNP belum stasioner pada derajat level dan baru stasioner pada
derajat first difference-nya. Variabel UNP menolak H0 (data tidak stasioner) pada tingkat kepercayaan
1% dengan nilai t-statistic lebih besar dari critical value.
Tabel 1: Hasil Uji Stasioneritas dengan Uji ADF
Critical Value
Variabel
Level
(Level)
UNP
-1.058947 -3.639407 (1%)
GDPGrowth
-4.199230 -3.632900 (1%)
Sumber: Hasil estimasi Eviews 6 (diolah)
First
Difference
-3.987564
Critical Value
(1st Diff)
-3.639407 (1%)
2. Hasil Estimasi Koefisien Okun
Estimasi difference version hukum Okun menunjukkan hasil sebagai berikut:
unemployment rate = a + b*(Real output growth)
Change in the
Tabel 2: Hasil Analisis Regresi
Variabel
Koefisien
C
0.002666
GDPGrowth
-0.023375
R2 = 0.016801
DW-stat = 1.169101
Sumber: Hasil estimasi Eviews 6 (diolah)
T-stat
P-value
1.332469
-0.750934
F-stat = 0.563901
0.1918
0.4580
Berdasarkan hasil analisis regresi difference version dari Hukum Okun dapat diketahui bahwa
koefisien Okun (b) sebesar -0,023. Nilai Probabilitas dari variabel GDPGrowth sebesar 0,4580 dengan
nilai R2 sebesar 0,016. Secara kuantitatif, nilai probabilitas dan R2 dari variabel GDPGrowth
menunjukkan angka yang tidak signifikan.
3. Hasil Uji Kointegrasi
Pengujian kointegrasi dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan jangka panjang di antara
variabel-variabel penelitian. Jika variabel/series dalam penelitian terbukti terkointegrasi maka terdapat
hubungan yang stabil dalam jangka panjang. Sebaliknya, jika tidak ada kointegrasi maka dapat
dikatakan bahwa tidak terdapat keterkaitan hubungan antar variabel dalam jangka panjang. Pengujian
kointegrasi yang dilakukan dengan metode Johansen pada penelitian ini memberikan hasil sebagai
berikut:
Tabel 3: Hasil Uji Kointegrasi
Trace
Statistic
Critical Value
5%
20.90460
15.49471
Sumber : Hasil estimasi Eviews 6 (diolah)
Max Eigen
Value
Critical Value
5%
18.20028
14.26460
Berdasarkan hasil uji Johansen dapat diketahui bahwa H0 yang menyatakan tidak ada hubungan
kointegrasi dapat ditolak karena baik trace statistic maupun max eigen value menunjukkan nilai yang
lebih besar dari critical value-nya. Sedangkan H1 yang menyatakan bahwa terdapat kointegrasi antar
variabel dapat diterima.
5
4. Hasil Uji Kausalitas Granger
Uji kausalitas Granger digunakan untuk melihat arah pengaruh dan keterkaitan antar variabel
penelitian. Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan satu arah dari GDPGrowth
ke UNP dengan derajat kepercayaan di bawah 5%. Sedangkan pada UNP ke GDPGrowth tidak
ditemukan adanya hubungan antar variabel tersebut.
Tabel 4: Hasil Uji Kausalitas Granger
Pairwise Granger Causality Tests
Null Hypothesis: Lags 3
GDPGROWTH does not Granger Cause UNP
UNP does not Granger Cause GDPGROWTH
Sumber: Hasil estimasi Eviews 6 (diolah)
Obs
F-Statistic
Prob.
33
9.30931
0.19095
0.0002
0.9016
5. Pembahasan Hasil Penelitian
Sebelum memaparkan lebih jauh mengenai interpretasi hasil analisis data, penting untuk
menegaskan kembali definisi operasional dari variabel pertumbuhan ekonomi dan pengangguran
sesuai dengan yang dijelaskan pada bab 3. Hal ini bertujuan agar interpretasi tidak terjadi multi tafsir,
dimana pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini secara operasional didefinisikan sebagai laju
pertumbuhan GDP Riil Indonesia, begitu juga dengan pengangguran yang didefinisikan sebagai
tingkat pengangguran.
Hasil estimasi dari difference version Hukum Okun menunjukkan hasil dimana koefisien Okun 0,023 dengan nilai R-squared yang tidak signifikan. Dari hasil Uji Kausalitas Granger dapat diketahui
bahwa terdapat hubungan satu arah dari variabel GDPGrowth terhadap variabel UNP dengan derajat
kepercayaan di bawah 5%. Dengan begitu, hipotesis 1 dapat diterima, sedangkan hipotesis 2 ditolak.
Hasil ini mendukung studi-studi sebelumnya dimana validitas dari hubungan pengangguran dan
output terbukti tetapi perkiraan koefisien Okun bervariasi secara substantial antar negara dan dari
waktu ke waktu. Studi sebelumnya, antara lain, Smith (1975), Gordon (1984), Knoester (1986),
Prachowny (1993), Weber (1995), Moosa (1997a, 1999), Attfield dan Silverstone (1998), Lee (2000),
Harris dan Silverstone (2001), dan Sogner Stiassny (2002), dan Silvapulle et al (2004).
Dari penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan satu arah antara pengangguran dan output
di Indonesia, dimana pertumbuhan output riil mempengaruhi tingkat pengangguran. Koefisien Okun
yang didapatkan dari difference version Hukum Okun menunjukkan perkiraan koefisien Okun yang
kecil dan negatif dengan tingkat signifikasi yang sangat rendah. Penelitian ini bisa dikatakan kontras
dengan hasil yang ditemukan untuk negara yang perekonomiannya lebih maju sehingga diperlukan
penjelasan terkait adanya perbedaan tersebut. Cukup jelas terlihat bahwa struktur perekonomian
Indonesia yang diteliti dalam penelitian ini berbeda dari AS, Jepang dan Eropa dimana hukum Okun
tampaknya bekerja cukup baik sebagai keteraturan empiris.
Penelitian yang menunjukkan hasil sama dengan penelitian ini diantaranya adalah penelitian Imad
A. Moosa (2008) yang menemukan hasil yang berbeda pada empat negara Arab dan penelitian Marech
Hanusch (2012) dengan menggunakan data 8 negara Asia Timur. Menurut Imad A. Moosa (2008)
terdapat tiga alasan mengapa hasil penelitian terkait Hukum Okun kontras untuk negara yang struktur
perekonomian yang berbeda dengan negara yang ekonominya lebih maju. Pertama adalah bahwa
pengangguran di negara-negara ini bersifat non-siklis, dimana terdapat pengangguran struktural
dan/atau friksional. Adanya pengangguran struktural akibat dari perubahan ekonomi yang tidak
diimbangi oleh perubahan dalam pendidikan dan pelatihan. Kedua, adanya kekakuan pasar tenaga
kerja, terutama karena pasar tenaga kerja didominasi oleh pemerintah sebagai sumber utama
permintaan tenaga kerja. Ketiga adalah struktur ekonomi suatu negara, yang didominasi oleh
pemerintah dan mungkin satu sektor saja. Jika sektor yang dominan tidak padat karya, maka
pertumbuhan di sektor ini (yang mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan) tidak akan
mengurangi pengangguran. Koefisien Okun cenderung lebih tinggi di negara maju daripada di negaranegara berkembang lebih dikarenakan oleh perbedaan struktur perekonomiannya tersebut.
6
Berdasarkan penjelasan tersebut, memberikan gambaran mengapa Hukum Okun memiliki efek
yang berbeda antara negara berkembang dan negara yang sudah maju struktur perekonomiannya. Pada
negara maju skills-labor lebih dibutuhkan dalam perekonomian dibandingkan dengan intensive-labor.
Dengan demikian tingkat pengangguran akan bersifat pro-siklis pada negara maju. Jika menilik
struktur perekonomian Indonesia yang masih tergolong negara berkembang, maka penjelasan tersebut
bisa diterima secara logis.
Tabel 5 Struktur Pengangguran Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir
Pendidikan
Tertinggi
Tidak / Belum
PernahSekolah
/Belum Tamat
SD
2005
(Nov)
937.985
781.920
532.820
547.038
637.901
757.807
877.265
2
Sekolah Dasar
2.729.915
2.589.699
2.179.792
2.099.968
1.531.671
1.402.858
1.120.090
3
SLTP
3.151.231
2.730.045
2.264.198
1.973.986
1.770.823
1.661.449
1.890.755
4
SMTA (Umum
dan Kejuruan)
5.106.915
4.156.708
4.070.553
3.812.522
3.879.471
3.344.315
3.074.946
5
Diploma
I/II/III/Akademi
308.522
278.074
397.191
362.683
441.100
443.222
244.687
6
Universitas
395.538
395.554
566.588
598.318
701.651
710.128
492.343
12.630.106
10.932.000
10.011.142
9.394.515
8.962.617
8.319.779
7.700.086
No.
1
Total
2006
(Agst)
2007
(Agst)
2008
(Agst)
2009
(Agst)
2010
(Agst)
2011
(Agst)
Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hingga tahun 2005 struktur pengangguran di Indonesia
didominasi oleh tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan terakhir adalah SMTA sebanyak
5.106.915 jiwa atau hampir setengah dari jumlah total pengangguran. Selanjutnya diikuti SLTP dan
SD sebanyak 3.151.231 jiwa dan 2.729.915 jiwa. Pada tahun 2011, jumlah total pengangguran
berkurang menjadi 7.700.086 jiwa. Namun komposisi tingkat pendidikan yang mengisi jumlah total
pengangguran urutannya masih sama yaitu SMTA (3.074.946) di urutan pertama, SLTP (1.890.755)
kedua, dan SD (1.120.090) di urutan ketiga. Dari data tersebut jelas terlihat bahwa masih terdapat
pengangguran struktural/friksional di dalam perekonomian Indonesia. Hal ini menjawab mengapa di
Indonesia Hukum Okun berlaku kontras dibandingkan dengan negara maju dimana tingkat
pengangguran lebih responsif terhadap perubahan output riil.
Pada penelitian lain, Hanusch (2012) menjelaskan dalam kondisi agregat terdapat bukti yang
menunjukkan bahwa kekuatan efek Okun tidak jelas dalam membedakan antara ekspansi ekonomi dan
kontraksi. Kemudian Marek juga menemukan bahwa jika terjadi shock dalam sektor pertanian atau
non-pertanian, maka Hukum Okun akan mampu menjelaskan sangat baik untuk sektor non-pertanian.
Sedangkan pada sektor pertanian, Hukum Okun akan berlaku terbalik, yaitu adanya negatif-shock
terhadap pertumbuhan ekonomi akan berdampak meningkatnya lapangan pekerjaan di bidang
pertanian dan begitu juga sebaliknya. Efek ini tampaknya terbatas pada saat krisis ekonomi yang
menunjukkan pertanian yang berfungsi sebagai shock absorber dari tenaga kerja yang berlebih di
sektor industri.
Dari penjelasan Hanusch dapat kita tarik kesimpulan bahwa terdapat faktor lain yang menyebabkan
Hukum Okun tidak berlaku di negara berkembang. Faktor ini serupa dengan pendapat Moosa (2008)
yaitu terkait struktur ekonomi. Namun faktor yang disampaikan Hanusch lebih spesifik pada
penyerapan tenaga kerja di sektor/bidang yang menopang perekonomian. Hal ini juga berlaku pada
perekonomian Indonesia dimana sektor pertanian masih menjadi sektor/bidang yang memiliki proporsi
tertinggi dalam menyerap tenaga kerja.
7
Tabel 6 Proporsi Tenaga Kerja Terserap (% Lapangan Kerja) Berdasarkan
Sektor/Bidang
Sektor / Bidang
1986
1989
1997
Industri
8,30
13,30
19,00
Pertanian
55,20
56,20
41,20
Jasa
36,50
30,50
39,80
Total
100,00
100,00
100,00
Sumber: World Bank, Metada Indonesia (diolah)
1998
2004
2011
16,20
45,00
38,80
100,00
18,00
43,30
38,70
100,00
20,60
35,90
43,50
100,00
Pada tahun 1986 sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebanyak 55,20 persen dari total tenaga
kerja yang ada, jasa 36,50 persen dan industri hanya menyerap 8,30 persen. Industri mulai tumbuh
pada awal 1990-an, hal ini terlihat pada 1997 sektor industri mampu menyerap 19 persen tenaga kerja,
sedangkan sektor pertanian berkurang menjadi 41,20 persen. Pada saat krisis ekonomi tahun 1998,
tenaga kerja yang terserap di sektor industri berkurang menjadi 16,20 persen dan sektor pertanian
menjadi “penolong” dengan menyerap 45 persen dari total tenaga kerja.
Fakta tersebut sesuai dengan hasil penelitian Hanusch dimana sektor pertanian (termasuk sektor
informal) menjadi faktor penting yang menyebabkan Hukum Okun berlaku secara terbalik untuk
negara-negara berkembang khususnya negara yang sektor pertanian masih memegang peranan penting
dalam struktur perekonomiannya.
Alasan lain yang sangat mungkin menyebabkan tingkat pengangguran tidak responsif terhadap
perubahan output adalah adanya capital intensive. Hal ini diartikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang
terjadi pada perekonomian Indonesia lebih disebabkan oleh pertumbuhan modal. Faktor pemicu
pertumbuhan ekonomi seperti ini tidak mampu menyerap tenaga kerja dalam perekonomian. Sehingga
sangat dimungkinkan tingkat pengangguran tidak akan berkurang secara signifikan meskipun indikator
pertumbuhan ekonomi menunjukkan peningkatan.
Implikasi Hukum Okun di Indonesia
Knotek (2007) menyatakan bahwa Hukum Okun memiliki kemampuan untuk digunakan sebagai
aplikasi praktis. Namun berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini ditemukan fakta
bahwa terdapat perbedaan antara hasil penelitian dengan versi asli Hukum Okun. Fenomena Hukum
Okun tidak sepenuhnya terjadi dalam perekonomian Indonesia. Hal ini bisa diartikan bahwa Hukum
Okun belum dapat digunakan sebagai alat ukur yang valid dalam menjelaskan hubungan pertumbuhan
ekonomi dan pengangguran Indonesia.
Meskipun penelitian menunjukkan hasil yang kurang memuaskan namun Hukum Okun dapat
berimplikasi dan berperan dalam proses identifikasi permasalahan yang sedang terjadi dalam
perekonomian Indonesia. Hasil penelitian menemukan bahwa tingkat pengangguran dalam
perekonomian Indonesia bersifat tidak responsif terhadap perubahan dalam output riil. Penyebabnya
adalah adanya pengangguran struktural/friksional dalam perekonomian Indonesia dan adanya
perbedaan struktur ekonomi antara negara berkembang seperti Indonesia dibandingkan dengan negara
maju. Pada negara berkembang intensive-labor masih dominan dibutuhkan dalam perekonomian
daripada skills-labor.
Identifikasi awal dari Hukum Okun tersebut dapat dijadikan acuan oleh pemerintah dalam
menyusun kebijakan ekonomi. Dalam kasus ini, pemerintah perlu memberikan perhatian kepada sektor
usaha yang mampu menyerap tenaga padat karya (intensive labor). Khususnya terhadap sektor
pertanian dan informal, dimana proporsi kemampuan menyerap tenaga kerja masih lebih tinggi
dibandingkan dengan sektor industri. Sektor ini terbukti mampu berperan sebagai shock-absorber
dalam situasi krisis dalam perekonomian.
Secara praktis, Hukum Okun masih layak dijadikan sebagai salah satu alat untuk mengetahui
hubungan pertumbuhan ekonomi dan pengangguran. Khususnya bagi negara-negara yang struktur
ekonominya sudah maju. Untuk memahami hubungan tersebut secara lebih komprehensif, dapat
ditambahkan variabel-variabel antara lain tingkat produktivitas tenaga kerja dan jumlah jam kerja di
8
sektor industri (Prachowny, 1993), serta perlu memperhatikan sifat variabelnya yang selalu berubah
(Knotek, 2007), yaitu pertumbuhan angkatan kerja dan pertumbuhan produktivitas tenaga kerja
(Blanchard, 2009).
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan bahwa
Hukum Okun terbukti tidak valid dalam perekonomian Indonesia karena berbeda dengan koefisien asli
dari Hukum Okun. Nilai koefisien Okun tingkat signifikansinya cukup kecil secara statistik. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pengangguran tidak responsif terhadap perubahan output riil. Terdapat
dua penjelasan mengapa tingkat pengangguran di Indonesia tidak responsif terhadap perubahan dalam
output riil. Pertama, terdapat pengangguran struktural/friksional dalam perekonomian Indonesia.
Kedua, adanya perbedaan struktur ekonomi antara negara berkembang dan negara maju. Pada negara
berkembang intensive-labor masih dominan dibutuhkan dalam perekonomian daripada skills-labor.
Kedua hal tersebut mengakibatkan tingkat pengangguran yang terjadi pada negara berkembang seperti
Indonesia bersifat kontra-siklis.
Pada penelitian ini hubungan antara variabel pertumbuhan output riil dan tingkat pengangguran
tidak terbukti saling mempengaruhi. Penelitian ini hanya menemukan secara statistik bahwa variabel
pertumbuhan output riil mempengaruhi tingkat pengangguran dalam jangka panjang yaitu pada lag
tahun ketiga. Hal ini disebabkan struktur ekonomi Indonesia hampir sebagian besar penyerapan tenaga
kerjanya masih ditopang oleh sektor pertanian dan sektor informal. Sektor pertanian mampu berperan
sebagai shock-absorter terhadap adanya situasi krisis dalam perekonomian. Temuan ini semakin
memperkuat penjelasan bahwa pada perekonomian di negara berkembang variabel pengangguran
bersifat tidak responsif terhadap variabel perubahan output riil.
Saran
Pemerintah sebaiknya mendorong pertumbuhan yang bersifat produktif dan menyerap banyak
tenaga kerja, bukan pertumbuhan yang bersifat capital intensive. Sektor pertanian masih menjadi
faktor penting dalam perekonomian Indonesia, sehingga pemerintah perlu memberikan perhatian
khusus terhadap sektor ini. Perhatian tersebut dapat berupa kebijakan atau peraturan untuk
memberikan insentif khusus bagi para petani. Selain itu, untuk mengatasi pengangguran
struktural/friksional diperlukan program pelatihan khusus dalam meningkatkan keterampilan (skills)
tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan sektor industri. Pemerintah juga perlu memberikan pelatihan dan
bantuan di bidang kewirausahaan bagi tenaga kerja yang tidak terserap dalam sektor industri.
Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya menggunakan data yang dimulai pada awal 1990-an dan
dengan rentang periode yang lebih panjang. Mengingat struktur perekonomian Indonesia pada sektor
industri mulai tumbuh pesat pada periode tersebut. Serta perlu dipertimbangkan untuk memasukkan
variabel lain seperti tingkat produktivitas tenaga kerja dan jumlah jam kerja di sektor industri untuk
memahami hubungan pertumbuhan ekonomi dan pengangguran secara lebih komprehensif dalam
estimasi Hukum Okun. Pada akhirnya penelitian ini masih jauh dari kata sempurna dan harapannya
hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga panduan
ini dapat terselesaikan.Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu
Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas
Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Altig, David, Fitzgerald, Terry., and Rupert, Peter., 1997. "Okun's Law Revisited: Should We Worry
about Low Unemployment?". Federal Reserve Bank of Cleveland Economic Commentary.
Amornthum, S., 2002. Japan’s Potential Growth: An HP Filter Approach. Research Paper for Econ,
614. Economic Development of Japan.
Arshad, Zeeshan., 2010. The Validity of Okun’s Law in the Swedish Economy. Department Of
Economics Stockholm University.
Attfield, C. and Brian Silverstone. 1997. Okun’s Coefficient: A Comment, Review of Economics and
Statistics, vol. 79, no. 2, pp. 326–29.
Attfield, C. and Brian Silverstone. 1998. Okun’s Law, Cointegration and Gap Variables, Journal of
Macroeconomics, 20, 125-137.
Badan Pusat Statistik. 2013. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
2004 – 2013. www.bps.go.id. Diakses tanggal 4 Maret 2013.
Bank Indonesia. 2013. Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
2000. www.bi.go.id. Diakses tanggal 4 Maret 2012
Blanchard, Olivier., 2009. Macroeconomics Fifth Edition. New Jersey; Pearson Prentice Hall.
Dickey, David A. and Fuller, Wayne A., 1979. Distribution of the Estimators for Autoregressive Time
Series with a Unit Root, Journal of the American Statistical Association, Volume 74, Issue
366 (Jun., 1979), 427-431.
Edward S. Knotek, II., 2007. How useful is Okun's law?. Economic Review. Federal Reserve Bank of
Kansas City, Fourth Quarter, 73-103.
Euromonitor, 2013. Indonesia Statictic Data. www.euromonitor.com. Diakses tanggal 4 Maret 2013.
Freeman, D., 2000. a Regional Test of Okun’s Law, International Advances In Economic Research,
Vol. 6, 557-570.
Gujarati, D., 2004. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [Penerjemah]. Jakarta; Erlangga.
Gordon, Robert J., 1984. Unemployment and Potential Output in the 1980s. Brookings Papers on
Economic Activity, 15 (1984): 537-564.
Granger, C. W. J., 1969. Investigating Causal Relations by Econometric Models and Cross-spectral
Methods, Econometrika, Vol. 37, No. 3. (August., 1969), pp. 424-438.
Granger, C. W. J., and Eagle, Robert F., 1987. Co-integration and Error Correction: Representation,
Estimation, and Testing. Econometrica, Vol. 55, Issue 2(Mar., 1987), 251-276.
Granger, C. W. J. and Newbold, P., 1974. Spurious Regressions In Econometrics, Journal of
Econometrics 2, 111-120.
Gylfason, T., 1997. Okun’s Law and Labor-market Rigidity: The Case of Sweden, SNS.
10
Hall, Robert E. & Lieberman, M., 2008. Principles and Appications of Macroeconomics. Student
Edition. China; Thompson South-Western.
Hanusch, Marek., 2012. Jobless Growth? Okun’s Law in East Asia. Policy Research Working Paper
6156. The World Bank, East Asia and the Pacific Region, Economic Policy Sector, August
2012.
Harris, R. & Silverstone, B., 2001. Testing for asymmetry in Okun’s law: A cross-country comparison.
Economics Bulletin, 5(2), pp.1–13.
Harvey, A.C. 1985. Trends and Cycles in Macroeconomic Time Series, Journal of Business and
Economic Statistics, 13, 216-227.
Hsing, Yu. 1991. Unemployment and the GNP Gap: Okun's Law Revisited. Eastern Economic Journal
17 (October/December 1991): 409-16.
Knoester, A. 1986. Okun’s Law Revisited, Weltwirtschafliches Archiv, 122, 657-666.
Lal, I., et al., 2010. Test of Okun’s Law in Some Asian Countries Co-integration Approach, Journal of
Scientific Research, ISSN 1450-216X Vol. 40 No. 1 (2010), pp. 73-80.
Lee, Jim., 2000. The Robustness of Okun's Law: Evidence from OECD Countries. Journal of
Macroeconomics, Spring 2000, Vol. 22, No. 2, pp. 331-356 Louisiana State University
Press.
Malley, Jim., and Molana, Hassan., 2008. Output, Unemployment and Okun’s law: Evidence from G7.
Economics Letters, 101 (2008), 113-115.
Mankiw, Gregory., 2007. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta; Erlangga.
Mizon, G. E., 1995. A simple message for autocorrelation correctors: don’t. Journal of
Econometrics,69, 267–288.
Mohd Noor, Zaleha., Mohamed Nor, Norashidah and Abdul Ghani, Judhiana., 2007. The Relationship
Between Output And Unemployment In Malaysia: Does Okun's Law exist?, International
Journal of Economics and Management, 1(3), 337-344.
Moosa, Imad A. 1997. A Cross-Country Comparison Of Okun's Coefficient. Journal of Comparative
Economics 24 (3): 335–356.
Moosa, Imad A. 1999. Cyclical Output, Cyclical Unemployment and Okun’s Coefficient: Structural
Time Series Approach, International Review of Economics and Finance, 8, 293-304.
Moosa, Imad A., 2008. Economic Growth and Unemployment In Arab Countries: Is Okun’s Law
Valid?, International Conference on “The Unemployment Crisis in the Arab Countries”, 1718 March 2008, Cairo-Egypt.
Okun, A.M., 1962. Potential GNP: Its Measurement and Significance, Proceedings of the Business and
Economic Statistics, 98-103.
Parkin, Michael., 2008. Macroeconomics 8 Edition. Boston; Pearson Education.
11
Petkov, Boris., 2008. The Labour Market and Output in the UK – Does Okun’s Law Still Stand?,
Discussion Papers Bulgarian National Bank, DP/69/2008.
Phillips, Peter C. B., and Perron, Pierre., 1988. Testing for unit root in time series regression,
Biometrika, 75, 2, pp. 335-346.
Prachowny, M.F.J. 1993. Okun’s Law: Theoretical Foundations and Revisited Estimates, Review of
Economics and Statistics, 75, 331-335.
Sheehan, R.G. & Zahn, F., 1980. The Variability of the Okun Coefficient. Southern Economic Journal,
47(2), pp.488-497.
Silvapulle, P., Moosa, I.A. and Silvapulle, M. 2004. Asymmetry in Okun’s Law, Canadian Journal of
Economics, 37, 353-374.
Smith, G. 1975. Okun’s Law Revisited, Quarterly Review of Economics and Business,15, 37-54.
Sögner, Leopold and Alfred Stiassny. 2002. An Analysis of the Structural Stability of Okun’s Law: A
Cross-Country Study, Applied Economics 34:1775-1787.
Ting, N.Y. & Ling, L.S., 2011. Okun’S Law In Malaysia: An Autoregressive Distributed Lag (Ardl)
Approach With Hodrick-Prescott (HP) Filter, Journal of Global Business and Economics,
2(1), pp.98–106.
Villaverde, José., and Maza, Adolfo., 2009. The Robutsness of Okun’s Law in Spain, 1980-2004
Regional Evidence, Journal of Policy Modeling, 31 (2009), 289-297.
Viren, Matti., 2001. The Okun Curve is Non-linear, Economics Letters, 70 (2001), 253-257.
Weber, Christian E. 1995. Cyclical Output, Cyclical Unemployment, and Okun's Coefficient: A New
Approach. Journal of Applied Econometrics 10 (October 1995): 433-55.
World Bank. 2013. Indonesia Metadata 2012. www.worldbank.org. diakses tanggal 4 Maret 2013.
12
Download